Anda di halaman 1dari 182

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineke Cipta.
Dunn, Willian. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Ed Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Erry, Achmad. 2005. 9 Kunci Sukses Tim Sukses Dalam Pilkada Langsung.
Jakarta: Galang Press.
Halim, Abdul. 2001. Akuntansi dan Pengendalian Keuangan Daerah.Yogyakarta:
UPP AMP YKPN
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Halim, Abdul dkk. 2014. Perpajakan: Konsep, Aplikasi, Contoh dan Studi Kasus.
Jakarta: Karya Selemba Empat.
Indiahono, Dwiyanto. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis.
Yogyakarta: Gava Media.
Mansury, R.1999. Kebijakan Fiskal. Jakarta: Yayasan Pengembangan dan
Penyebaran Pengetahuan Perpajakan YP4).
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Andi
Marsuni, Lauddin. 2006. Hukum dan Kebijakan Perpajakan di Indonesia.
Yogyakarta: UII Press
Prakoso, Bambang Kesit. 2003. Pajak Dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII
Press.
Rahman, Abdul. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Perpajakan. Bandung:
Nuansa.
Richard A and Peggy B. 1989. Public Finance In Theory and Pratice.
McGraw:Hii Book Company.
Sidik. Machfud. 2002. “Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam
Rangka Meningkatkan Kemampuan Daerah”
Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survey. Jakarta:LPES
Suandy, Erly. 2005. Hukum Pajak. Edisi 3. Jakarta: Selemba Empat
Subarsono, Ag. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Penata Aksara.
Suparmo & Theresia. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Andi

Universitas Sumatera Utara


Tangkilisan, Hesel N. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta:
YPAPI
Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan Antara pemerintah Pusat dan Daerah.
Jakarta:Grafindo

Jurnal/Skripsi:
Dana, dkk. 2014. Efektivitas Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Malang: Universitas Brawijaya
Kustiawan, Memen. 2005. Upaya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli
Daerah Melalui Peningkatan Kualitas Aparatur pemerintah
Daerah.JurnalIlmu Administrasi. Vol.2 No.1.
Rahayuningsih . 2009. Analisis Efektifitas Pajak Reklame Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Banyuwangi. Ilmiah PROGRESSI.
Vol.6 No.16.
Selvia, dkk. Pelaksanaan Ektensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam Rangka
Meningkatkan Penerimaan pajak Pada KKP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Satu.Jakarta:Fakultas EkonomiInstitute dan Bisnis
Kalbis.
Laksana, Krida. 2013. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel Ditinjau Dari
Potensi Kota Batu Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013. Kebijakan dan Manajemen Publik.
Rahmi, Ade. 2013. Pengaruh Intensifikasi dan Ekstensifikasi Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Guna Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah Guna Mewujudkan Kemandirian Keuangan Daerah (Studi
Empiris Pada Pemerintah Kota Padang). Skripsi. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Rismawati, Ary. 2008. Implementasi Perda No. 2 Tahun 2002 Tentang Pajak
Reklame Di Kota Semarang (Studi Kasus Reklame Selebaran). Skripsi.
Semarang: Universitas Dipenegoro.

Peraturan Perundang-Undangan:
UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
UU No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi.
Peraturan Daerah Kabupaten No. 2 Tahun 2011 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah

Universitas Sumatera Utara


Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE.06/PJ.9/2001 tentang
Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak.

Sumber Lain:
http://finansial.bisnis.com/MuhammadHilman diakses Sabtu 16 Januari pada
pukul 10:25 WIB.
http://lampost.co/berita/ekonomi-lesu-pad-kota-hanya-terealisasi-5748 diakses
Sabtu 23 Januari pada pukul 11:10 WIB.
http://www.rri.co.id/post/berita/FeryNuryadi.html diakses Sabtu 23 januari 2015
pada pukul 11. 20 WIB
http://suaraindonesia-news.com/dispenda-kota-bogor-lebihi-targer-pajak-2015/
diakses Minggu 24 Januari 2015 pada pukul 20.45 WIB.
http://humasppid.padang.go.id/index.php/informasi-artikel/DavidSeptian/544-
dispenda-padang-siap-tingkatkan-pencapaian-di-2016 diakses Sabtu 23
Januari pada pukul 11.15 WIB.
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/04/145096/realisasi-pajak-
reklame-deliserdang-hanya-36persen/ diakses Senin 25 januari 2015 pada
pukul 09.50 WIB.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif karena peneliti akan mengkaji dan mengevaluasi bagaimana pelaksanaan

program intensifikasi pemungutan pajak reklame di Kota Medan. Penelitian ini

bermaksud untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan mendalam mengenai

pelaksanaan tersebut serta menggambarkan dan menjelaskannya dengan

interpretasi peneliti.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

yang beralamat di Jln. Jenderal Sudirman, Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.

3.3 Informan Penelitian

Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua

jenis yaitu:

a. Informan kunci yaitu mereka yang mengetahui dan memahami lebih

dalam permasalahan yang sedang diteliti serta memiliki berbagai

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

b. Informan utama yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam

interaksi sosial yang diteliti.

Universitas Sumatera Utara


c. Informan tambahan adalah mereka yang dianggap mengetahui

persoalan penelitian.

Dalam hal ini, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang telah

menetapkan bahwa setiap pajak daerah dipegang dan dikerjakan oleh salah satu

bagian yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Untuk itu,

Pajak Reklame yang menjadi bahasan peneliti diserahkan kepada Bidang

Peningkatan Pendapatan Daerah. Untuk itu yang menjadi informan dalam objek

penelitian ini adalah:

a. Informan kunci dalam penelitian ini adalah Kepala Seksi Pendapatan

Lain-lain yaitu Bpk. M. Hidayat Tambunan, SE

b. Informan utama dalam penelitian ini adalah

1. Kepala Seksi Pemeriksaan : Ibu Frida Hanum Siamtupang, SE

2. Kepala Subbagian Umum : Bpk. Saritua Gultom, SH

c. Informan tambahan dalma penelitian adalah Wajib pajak yang telah

mengurus pajak reklame.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan peneliti gunakan adalah:

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang

dilakukan secara langsung di lokasi penelitian. Pengumpulan data primer

dapat dilakukan dengan cara:

Universitas Sumatera Utara


a. Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui tanya jawab

langsung dengan informan yang dianggap mengetahui permasalahan

penelitian secara mendalam.

b. Pengamatan atau observasi adalah teknik pengumpulan data dengan

melakukan pengamatan langsung oleh peneliti ke lokasi objek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat

mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat

dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data dengan menggunakan

berbagai literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku,

artikel, makalah, jurnal, peraturanpoeraturan, laporan penelitian dan

sebagainya yang mendukung data.

2. Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan

catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada dilokasi penelitian, serta

sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan, membuat suatu urutan,

memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk membuat suatu

deskripsi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti

mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan

observasi) dan menyajikannya dengan analisis kualitatif. Teknik analisis data

kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah

Universitas Sumatera Utara


seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian

dikategorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan serta

menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk

membuat kesimpulan penelitian.

Menurut Burhan terdapat beberapa aktifitas dalam menganalisis data yaitu

1. Reduksi data

Reduksi data yakni sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung terus-

menerus sejalan dengan pelaksanaan penelitian.

2. Penyajian data

Penyajian data ialah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas – aktivitas

yang terkait dengan proses analisis data model interaktif. Dengan demikian

proses ini berlangsung selama proses penelitian itu berlangsung dan belum

berakhir sebelum laporan hasil akhir penelitian disusun.

3. Kesimpulan/ verifikation

Kesimpulan/ verifikation adalah usaha penarikan arti data yang telah

ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan

interpretasi yang dibuatnya.

Universitas Sumatera Utara


3.6 Keterbatasan Data

Dalam melalukan penelitian evaluasi intensifikasi pemungutan pajak

reklame guna meningkatkan pendapatan asli daerah, peneliti memenuhi beberapa

hambatan baik dalam penyusunan rancangan penelitian sampai pelaksanaan

pencarian data di lapangan. Hambatana-hambatan inipun menjadi keterbatasan

peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Berikut keterbatasan penelitian yang

dihadapi oleh peneliti:

1. Kesulitan dalam mengumpulkan data primer

Kesulitan yang dihadapi peneliti dalam data primer dikarenakan

narasumber mempunyai kesibukan yang padat sehingga sangat sullit

untuk ditemui. Dan narasumber yang lain tidak berkenan utnuk dijadikan

narasumber karena merasa itu bukan bagiannya sehingga peneliti hanya

mendapatkan data primer yang terbatas.

2. Kesulitan dalam mengumpulkan data sekunder

Pada saat kegiatan turun ke lapangan dalam hal mengumpulkan data-data

mengenai intenfikasi pemungutan pajak reklame, peneliti mengalami

kesulitan untuk mengumpulkan data skunder di lokasi peneliti karena

ketidaksediaan informan dan juga alasan privasi sehingga hasil data yang

peneliti butuhan terbatas.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Deli Serdang

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Deli Serdang

Sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, Kabupaten

Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan Serdang. Kesultanan

Deli yang berpusat di Kota Medan dan satu lagi kesultanan Serdang yang berpusat

di Perbaungan. Tetapi selanjutnya,mulai tahun 1945 daerah Kabupaten Deli

Serdang secara berkesinambungan telah dipimpin oleh Bupati Deli Serdang yang

selama periode 1945 sampai saat ini tercatat sebelas orang Bupati yang telah

memimpin Kabupaten Deli Serdang (Deli Serdang Dalam Angka 2015)

Kabupaten Deli Serdang ditetetapkan menjadi Daerah Otonom sesuai

dengan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1984 tentang Undang-Undang Pokok-

Pokok Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 7 Darurat Tahun 1965.

Hari jadi Kabupaten Deli Serdang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946. Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984, ibukota Kabupaten Deli Serdang

dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam dengan lokasi perkantoran di

Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara tanggal 23

Desember 1986.

Setelah dikeluarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003,

Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Deli

Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai. Dan Pemerintah Deli Serdang dipimpin

oleh Bupati H. Ashari Tambunan untuk periode 2014-2018.

Universitas Sumatera Utara


4.1.2 Kondisi Geografis Kabupaten Deli Serdang

Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan

Pantai Timur Sumatera Utara. Secara Geografis Kabupaten Deli Serdang berada

pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’-99027’’ Bujur

Timur dengan ketinggian 0-500m diatas permukaan laut. Luas Kabupaten Deli

Serdang adalah 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394

Desa/Kelurahan. Dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 1.984.598 jiwa

dengan kepadatan penduduk sebesar 795 jiwa per km2. Tata lintas batas

Kabupaten Deli Serdang adalah Sebelah Utara Berbatasan dengan Kabupaten

Langkat dan Selat Malaka, di Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Karo

dan Simalungun, di Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan

Karo dan di Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai (Deli

Serdang Dalam Angka 2015).

4.1.3 Lambang Dan Motto Kabupaten Deli Serdang

Gambar 4.1

Logo Kabupaten Deli Serdang

Makna lambang Kabupaten Deli Serdang yaitu:

1. Bintang bersudut lima melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan

berfalsafat Pancasila.

Universitas Sumatera Utara


2. 17 kuntum bunga kapas, 5 (lima) daun sirih dan 3 (tiga) buah pinang

serta 45 butir padi melambangkan catatan sejarah, tanggal, bulan dan

tahun kemerdekaan RI, dimana rakyat Deli Serdang turut memberi

dharma bhaktinya dalam kemerdekaan Republik Indonesia.

3. Padi berbuah 11 (sebelas) dengan seekor ikan melambangkan penduduk

Kabupaten Deli Serdang sebagian besar terdiri dari petani dan nelayan.

4. Gunung dan lima gelombang ombak serta matahari pagi yang sedang

naik melambangkan:

a. Gunung menunjukkan geografi Deli Serdang yang terdiri dari

pegunungan, daratan rendah dan pantai.

b. Lima gelombang ombak melambangkan bahwa Deli Serdang di airi

oleh sungai besar-kecil yang membawa kemakmuran rakyat.

c. Matahari terbit yang sedang naik melambangkan masa depan yang

gemilang cita-cita yang tinggi serta kegairahan bekerja yang penuh

semangat dan keyakinan.

5. Pohon kelapa sawit, karet, tembakau melambangkan daerah Deli

Serdang adalah daerah perkebunan yang menghasilkan devisa.

6. Roda mesin bergigi melambangkan cita-cita modernisasi dari

mekanisme kehidupan rakyat serta lambang kerajinan tangan.

7. Sirih, pinang dan puan melambangkan kebudayaan asli, dimana sirih

dan pinang merupakan alat pembuka kata dalam segala upacara serta

lambang persaudaraan dan toleransi.

8. Lima helai daun sirih melambangkan tiga hukum yang dijunjung tinggi,

yaitu hukum politik, hukum adat dan hukum negara

Universitas Sumatera Utara


4.1.4 Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2018

Untuk mewujudkan pembangunan di Kabupaten Deli Serdang yang lebih

terarah, terencana, menyeluruh, terpadu, realistis dan dapat dievaluasi sehingga

perlu dirumuskan rencana strategik sebagai broad guide line penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat di Kabupaten Deli

Serdang untuk lima tahun kedepan. Sebagai rencana strategi menjadi dasar bagi

kebijakan, program kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan.

Pembangunan Kabupaten Deli Serdang merupakan rangkaian yang

dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan untuk meraih masa depan

yang lebih maik. Untuk itu, diperlukan visi yang merupakan simpul dalam

menyusun rencana strategik pembangunan. Untuk itu yang menjadi visi

Kabupaten Deli Serang Tahun 2014-2018 adalah:

“Deli Serdang yang maju, berdaya saing, religius dan bersatu dalam

kebhinekaan”

Kemudian untuk mempertegas tugas dan tanggdungjawab dari setiap

stakeholder yang terlibat, maka visi pembangunan ini dijabarkan ke dalam misi

yang menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapat dengan lebih yang jelas,

terarah dan terukur . Untuk itu, misi Kabupaten Deli Serdang tahun 2014-2018

adalah:

1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas.

2. Pengembangan wilayah dan pembangunan infrastrruktur yang

berwawasan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


3. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilan.

4. Meningkatkankualitas kehidupan beragama, peran sosial kemasyarakatan

dan budaya daerah.

5. Meningkatkan kinerja kelembagaan pemerintah, profesionalisme aparatur

dan supremasi hukum.

4.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

4.2.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Gambar 4.2
Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Dokumentasi Foto 03 Maret 2016

Visi adalah cara pandang jauh ke depan ke mana Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Deli Serdang membawa organisasi agar dapat eksis, antisipatif dan

inovatif menghadapi era globalisasi yang sudah di depan mata. Pernyataan visi ini

merupakan suatu gambaran yang menantang tentang masa depan yang ingin

dicapai oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Yang menjadi

visi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang adalah Terwujudnya

Universitas Sumatera Utara


Lembaga Yang Profesional, Akuntabel Dan Transparan Dalam Mendukung

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Dalam melaksanakan visi tersebut, maka

dirumuskanlah misi seperti berikut:

1. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme dalam pelayanan pajak

daerah.

2. Meningkatkan kinerja secara akuntabilitas dan transparan dalam

pencapaian pendapatan asli daerah yang berbasis teknologi.

Adapun makna yang terkandung dari kedua misi adalah

1. Secara profesional mengandung makna pengelolaan keuangan sesuai

denggan peraturan perundangan yang berlaku dan selalu menggevaluasi

hasil yang dicapai serta terus meningkatkan prestasi kerja.

2. Akuntabel mengandung makna hasil yang dicapai dapat

dipertanggungjawabkan, tidak bertentangan dengan peraturan

perundangan yang berlaku baik sumber inputnya, proses maupun

pemanfaatan outputnya.

3. Transparansi mengandung makna keterbukaan didalam pengelolaannya.

4.2.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli

Serdang

Berdasarkan peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 768 Tahun 2014 tentang

Tugas Pokok Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten

Deli Serdang, struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli

Serdang terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


1. Kepala Dinas : Darwin Zein, S.Sos

2. Sekretaris : Rahmat Sejati, S.Sos

3. Kasubbag. Umum : Saritua Gultom, SH

4. Kasubbag. Keuangan : Dra.Alfiani

5. Kasubbag. Program : Fitra Umar Harahap, SH

6. Bidang Pendapatan dan Penetapan

Kepala Bidang : Ferry Sahriza, S.Sos

Kasi. Pendapatan dan Pendaftaran : Ali Hasim, SH

Kasi. Pemeriksaan : Frida Hanum Simatupang, SE

Kasi Penetapan : Hj. Murmahai, SE

7. Bidang Penagihan

Kepala Bidang : Taufik Israd Harahap, S.Sos

Kasi. Pembukuan dan Verifikasi : Siti Hajar Siregar, S.Sos

Kasi. Penagihan dan Perhitungan : Mangaraja Babiat Harahap, SH

Kasi Pertimbangan dan Restitusi : Samuel P.Sinaga, SE, M.Si

8. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Kepala Bidang : M.Hanawi Nasution, S.Sos

Kasi. Bagi Hasil Pajak : Halimah Harahap, SE

Kasi. Bagi Hasil Bukan Pajak : Muqriati Nasution, S.Sos

Kasi Pengajian Peraturan

Perundang-Undangan : Zulkifli, SH

9. Bidang Peningkatan Pendapatan Daerah

Kepala Bidang : Drs. Sawaluddin Ritonga

Kasi. Peningkatan Pendapatan Pajak: Yenni, SE

Universitas Sumatera Utara


Kasi. Pendapatan Retribusi :-

Kasi. Pendapatan Lain-lain : M. Hidayat Tambunan, SE

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli

Serdang

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 768

Tahun 2014 tentang Tugas Pokok dan Fungsi dan Tugas Jabatan Perangkat

Daerah Kabupaten Deli Serdang, maka tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah

adalah melaksanakan urusan Pemerintah Daerah berdasarkan azas otonomi dan

tugas pembantuan dibidang Pendapatan Daerah.. Sehingga dalam melaksanakan

tugas pokok Dinas Pendapatan Kabupaten Deli Serdang berfungsi

menyelenggarakan:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pendapatan daerah.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang

pendapatan daerah.

3. Pembinaan dan melaksanakan tugas di bidang pendapatan daerah.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas

dan fungsi di bidang pendapatan daerah.

5. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi kesekretariatan, program,

kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan organisasi di bidang

pendapatan daerah.

6. Pengelolaan unit pelaksana teknis di bidang pendapatan daerah.

1. Kepala Dinas Pendapatan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menetapkan program kerja dinas pendapatan daerah daerah.

Universitas Sumatera Utara


b. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan pendapatan daerah yang

bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah

lainnya.

c. Melaksanakan koordinasi kegiatan pemunggutan, pengumpulan dan

pemasukan ke kas daerah yang ada maupun sumber pendapatan yang

baru berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Melaksanakan urusan dan/atau sebagian tugas pajak daerah, retribusi

daerah dan pendapatan daerah lainnya.

e. Melaksanakan penilaian hasil kerja bawahan dengan mengisi buku

catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

f. Melaksanakan pembinaan teknis operasional, bimbingan dan petunjuk

kepada Dinas/Unit Kerja dan yang melaksanakan pemungutan pajak

daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya.

2. Sekretaris mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Merumuskan program kerja sekretariat.

b. Merumuskan mngatur rapat-rapat intern dinas.

c. Merumuskan pengelolaan administrasi umum.

d. Merumuskan pengelolaan administrasi kepegawaian.

e. Merumuskan pengelolaan administrasi perlengkapan kantor dan

peralatan kantor.

f. Merumuskan pengelolaan administrasi penyusunan program.

g. Merumuskan pengelolaan administrasi keuangan.

Universitas Sumatera Utara


h. Melaksanakan pengawasan kebersihan lingkungan kantor dan

bertanggungjawab atas keamanan dan kenyamanan kantor.

i. Melaksanakan pengawasan terhadap disiplin pegawai, budaya bersih,

budaya kerja dan budaya tertib.

j. Merumuskan surat perintah tugas bagi pegawai yang akan melaksanakan

perjalanan dinas.

k. Melaksanakan penilaian hasil kerja bawahan denggan mengisi buku

catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

3. Kepala Sub bagian Umum mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Umum.

b. Melaksanakan urusan surat-menyurat, kearsipan, rumah tangga,

pembayaran gaji pegawai dan perjalanan dinas serta pengadaan dan

pemeliharaan perlengkapan.

c. Mempersiapkan alat-alat kelengkapan pelaksanaan rapat dan lain-lain.

d. Mempersiapkan usulan formasi pengadaan pendidikan dan pelatihan

pegawai.

e. Mempersiapkan bahan usulan mutasi, kenaikan gaji berkala dan

penyusunan masa kerja.

f. Mempersiapkan upaya peningkatan disiplin dan kesejahteraan pegawai.

g. Mempersiapkan usulan pemberian penghargaan dan tanda jasa.

Universitas Sumatera Utara


h. Mempersiapkan data serta informasi yang berhubungan dengan

kepegawaian.

i. Mempersiapkan daftar kehadiran pegawai sesuai dengan data yang ada

untuk mengetahui Sasaran Kehadiran Pegawai (SKP).

j. Melaksanakan penilaian hasil kerja bawahan dengan mengisi buku

catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

4. Kepala Sub Bagian Keuangan mempunyai rincian tugas sebagai

berikut:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Keuangan.

b. Menyusun, memeriksa dan meneliti rencana anggaran.

c. Memproses kegiatan keuangan dan perlengakapan.

d. Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan dan perlengakapan.

e. Melaksanakan penyusunan daftar gaji dan tunjangan pegawai.

f. Melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan penghasilan tambahan

lainnya.

g. Melaksanakan pengendalian administrasi perjalanan dinas pegawai.

h. Melakukan pengarsipan dokumen dan tanda bukti penerimaan dan

pengeluaran keuangan.

i. Melaksanakan penyusunan daftar dan penilaian

aset/perlengkapan/investaris dinas dan unit pelaksana teknis dinas.

Universitas Sumatera Utara


j. Melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana

rumah tangga.

k. Melaksanakan penilaian hasil kerja bawahan dengan mengisi buku

catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai.

5. Kepala Sub Bagian Program mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Sub Bagian Program.

b. Memproses data sebagai bahan acuan dalam penyusunan program.

c. Menyusun perencanaan tahunan dan perencanaan jangka menengah,

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dan Laporan

Penyelenggaraan Pmerintah Daerah (LPDD).

d. Mengumpulkan daftar usulan kegiatan pelaksanaan tugas dari masing-

masing bidang sebagai bahan penyusunan program krja dinas.

e. Melakukan evaluasi terhadap program kerja sebagai penyusunan laporan.

f. Melaksanakan Aplikasi Sistem dan Prosedur Kerja.

g. Membuat laporan pelaksanaan sistem dan prosedur pajak daerah.

h. Melaksanakan penilaian hasil kerja bawahan dengan mengisi buku

catatan penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris sesuai dengan tugas

dan fungsinya.

6. Bidang Pendapatan dan Penetapan

6.1 Kepala Bidang Pendapatan dan Penetapan mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Merumuskan program kerja bidang Pendapatan dan Penetapan.

b. Merumuskan pelaksanaan tugas pendataan dan penetapan pajak daerah

serta pendapatan daerah lainnya.

c. Melaksanakan pendataan dan pendaftaran wajib pajak.

d. Melaksanakan penatausahaan penetapan dan berkas wajib pajak.

e. Melaksanakan penilaian kerja bawahan dengan mengisi buku catatan

penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

6.2 Kepala Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja seksi pendataan dan pendaftaran.

b. Melakukan pendataan dan pendaftaran wajib pajak.

c. Mengelolah data dan informasi pajak.

d. Menyusun Daftar Induk Wajib Pajak.

e. Melakukan pencatatan pajak dalam Kartu Data.

f. Mengarsipkan Surat Perpajakan yang berkaitan dengan Pendaftaran dan

Pendataan.

g. Melakukan pemeriksaan dillapangan/lokasi untuk peremajaan data dari

objek dan subjek pajak daerah.

6.3 Kepala Seksi Pemeriksaan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pemeriksaan.

Universitas Sumatera Utara


b. Mengumpulkan dan mengelola data sumber pendapatan daerah.

c. Merencanakan akurasi data objek dan subjek pajak daerah.

d. Melakukan konfirmasi ke Wajib Pajak mengenai ketetapan pajak agar

sesuai dengan rencana peningkatan penerimaan sumber pendapatan asli

daerah.

e. Melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap wajib pajak.

6.4 Kepala Seksi Penetapan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi penetapan.

b. Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)/Surat Pajak Daerah

(SPPD).

c. Menerbitkan surat perjanjian angsuran dan surat-surat ketetapan pajak

lainnya.

d. Melakukan pencetakan massal Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (SPPT PBB)

beserta Daftar Himpunan Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (DHKP

PBB).

e. Mendistribusikan Surat Ketetapan Pajak Daerah/Surat Setoran Pajak

Daerah.

f. Mendistribusikan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi

Bangunan pedesaan dan perkotaan beserta Daftar Himpunan Ketetapan

Pajak PBB pedesaan dan perkotaan kepada Camat se-Kabupaten Deli

Serdang.

g. Melaksanakan seperhitungan dan penetapan pajak.

Universitas Sumatera Utara


h. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

i. Melaksanakan tugas lainyang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

7. Bidang Penagihan

7.1 Kepala Bidang Penagihan mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Merumuskan program kerja bidang Penagihan.

b. Melaksanakan pengawasan penagihan pasif dan aktif terhadap pajak

daerah serta pendapatan lainnya.

c. Melaksanakan kordinasi dengan instansi untuk kelancaran tugas.

d. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

e. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

7.2 Kepala Seksi Pembukuan dan Verifikasi mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pembukuan dan Verifikasi.

b. Menerima semua Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) dan Surat

Setoran Pajak Daerah (SSPD) serta surat-surat ketetapan pajak lainnya

yang telah diterbitkan.

c. Mengarsipkan seluruh dokumen yang telah dicatat dengan memberi

nomor urut file.

Universitas Sumatera Utara


d. Melaksanakan pembukuan dan pelaporan mengenai realisasi

penerimaan dan tunggakan pajak daerah dan pendapatan daerah

lainnya.

e. Melakukan pembukuan dan verifikasi mengenai realisasi penerimaan

dan piutang pajak daerah.

f. Mencatat untuk dilakukan perhitungan kelebihan/kompensasi

pembayaran pajak.

g. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan dengan tugas dan

fungsinya.

7.3 Kepala Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Sksi Penagihan dan Perhitungan.

b. Mengumpulkan dan mengolah data sumber-sumber pendapatan daerah

untuk akurasi data objek dan subjek pajak daerah.

c. Melaksanakan penagihan pajak daerah dan penerimaan lain-lain yang

sah yang telah jatuh tempo.

d. Melayani keberatan dan permohonan banding serta restitusi.

e. Melaksanakan penerapan sanksi kepada wajib pajak daerah yang

melanggar peraturan daerah.

f. Melakukan perhitungan penetapan tunggakan pajak daerah.

Universitas Sumatera Utara


g. Melakukan perhitungan jumlah angsuran

pemungutan/pembayaran/penyetoran atas permohonan Wajib Pajak

yang disetujui.

h. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

i. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

7.4 Kepala Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pertimbangan dan Restitusi.

b. Melakukan proses restitusi pajak daerah dan pendapatan daerah lainnya.

c. Menyiapkan surat teguran, surat panggilan dan surat pelaksanaan

penegakan hukum selanjutnya.

d. Menerima dan melayani surat keberatan dan surat permohonan banding

atas materi penetapan pajak.

e. Melakukan analisa terhadap keberatan yang dilakukan wajib Pajak.

f. Melakukan pemeriksaan dan membuat laporan pemeriksaan.

g. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

h. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai denggan tugas dan

fungsinya.

8. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Universitas Sumatera Utara


8.1 Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

a. Merumuskan program kerja Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

b. Melaksanakan penatausahaan penerimaan haisl Pajak Bumi dan

Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB) serta memfasilitasi pemungutannya.

c. Melaksanakan penatausahaan penerimaan bagi hasil pajak Provinsi dan

penerimaan sumber-sumber lain diluar pajak.

d. Melaksanakan penatausahaan penerimaan bagi hasil Pajak Penghasilan

(PPh), bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam).

e. Melaksanakan penatausahaan penerimaan retribusi daerah dan

penerimaan lainnya dari Badan Usaha Milik Daerah/Badan Usaha Milik

Negara.

f. Melaksanakan legalisasi/pengesahan atas surat ketetapan pajak serta

melakukan pendistribusian dan pembukuan surat-surat berharga.

g. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait untuk meningkatkan

penerimaan bagi hasil pajak.

h. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilain

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

8.2 Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai rincian tugas sebagai

berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Menyusun program kerja Seksi Bagi Hasil Pajak.

b. Melaksanakan pembukuan bagi hasil pajak Pusat dan bagi hasil pajak

Provinsi.

c. Melaksanakan koordinasi denggan instansi terkait untuk meningkatkan

penerimaan bagi hasil pajak.

d. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dibidang bagi hasil pajak.

e. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

8.3 Kepala Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai rincian tugas

sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak.

b. Melaksanakan pembukuan bagi hasil bukan pajak Pusat dan bagi hasil

bukan pajak Provinsi.

c. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan dibidang bagi hasil bukan

pajak.

d. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk meningkatkan

penerimaan bagi hasil bukan pajak.

e. Meyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

f. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


8.4 Kepala Seksi Pengkajian Peraturan Perundang-undangan

mempunyai rincian tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pengkajian Peraturan Perundang-

Undangan.

b. Menyusun Naskah Rancangan Peraturan Daerah dan Keputusan Daerah

dan Keputusan-Keputusan Kepala Daerah tentang Pajak Daerah dan

Pendapatan Daerah Lainnya.

c. Melakukan koordinasi yang lebih baik untuk memperoleh informasi

yang transparan dari Pemerintah mauun mitra sejajar.

d. Mengadakan penegakan hukum terhadap wajib pajak yang melanggar

peraturan daerah

e. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

f. Menilai kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian Sasaran

Kerja Pegawai (SKP).

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

9. Bidang Peningkatan Pendapatan Daerah

9.1 Kepala Bidang Peningkatan Pendapatan Daerah mempunyai rincian

tugas sebagai berikut:

a. Merumuskan program kerja Bidang Peningkatan Pendapatan Daerah.

b. Mengkoordinir pendataan ulang terhadap objek pajak yang sudah

mendaftar maupun yang belum mendaftar.

Universitas Sumatera Utara


c. Melakukan sosialisasi tentang pajak daerah untuk meningkatkan

kesadaran masyarakatdalam membayar pajak.

d. Mengkoordinir penyampaian SPPT PBB.

e. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait.

f. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

9.2 Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan Pajak mempunyai rincian

tugas sebagai berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Peningkatan Pajak.

b. Melaksanakan pendataan ulang terhdap objek pajak yang sudah

terdaftar maupun yang belum terdaftar.

c. Melaksanakan sosialisasitentang pajak untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat dalam membayar pajak.

d. Melaksanakan penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang

Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan.

e. Mengevaluasi realisasi pendapatan pajak daerah tiap minggu, bulan dan

triwulan.

f. Melakukan evaluasi kinerja petugas yang ditunjuk (Rapat Evaluasi

Bulanan).

g. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

Universitas Sumatera Utara


h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

9.3 Kepala Seksi Pendapatan Retribusi mempunyai rincian tugas sebagai

berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pendapatan Retribusi.

b. Mengadakan koordinasi dengan dinas terkait mengenai pendapatan

retribusi daerah.

c. Membuat laporan realisasi penerimaan daerah setiap bulannya.

d. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

e. Melaksanakan tugas dan fungsi yang diberikan atasan sesuai dengan

tugas dan fungsinya.

9.4 Kepala Seksi Pendapatan Lain-Lain mempunyai rincian tugas sebagai

berikut:

a. Menyusun program kerja Seksi Pendapatan Lain-lain.

b. Mengadakan koordinasi dengan dinas terkait mengenai pendapatan

lain-lain daerah.

c. Membuat laporan realisasi penerimaan pendapatan lain-lain setiap

bulannya.

d. Menilai hasil kerja bawahan dengan mengisi buku catatan penilaian

Sasaran Kerja Pegawai (SKP).

Universitas Sumatera Utara


e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini akan menyajikan data-data yang ditemukan dilapangan

ketika peneliti melakukan penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli

Serdang terkait dengan Intensifikasi Pemunguta Pajak Reklame Guna

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Data-data yang peneliti temukan

diperoleh dari informan utama dan informan kunci yatu pegawai DISPENDA

Kabupaten Deli Serdang dan informan tambahan yaitu masyarkat yang mengurus

pajak reklame di Kabupaten Deli Serdang. Adapun hasil ini merupakan data yang

langsung peneliti dapatkan di lapangan yang pada akhirnya dapat dianalisis

berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dan menjawab

masalah pada penelitian ini.

Adapun pengumpulan data yang peneliti lakukan diperoleh melalui

wawancara terhadap informan , observasi (pengamatan langsung) dan juga

dokumentasi. Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak M. H Tambunan,

SE yang menjabat sebagai Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain.

Informan Kunci terdiri dari dua orang yaitu Ibu Frida Hanum Simatupang, SE

yang menjabar sebagai Kepala Seksi Pemeriksaan dan Bapak Saritua Gultom, SH

yang menjabat sebagai Kepala Subbagian Umum. Dan untuk informan tambahan

terdiri dari lima orang masyarakat yang mengurus pajak reklame di DISPENDA

Kabupaten Deli Serdang.

Pajak Reklame termasuk salah satu sumber pendapatan asli Daerah yang

sangat berpotensial jikalau dikelola dengan baik. Di Kabupaten Deli Serdang,

Universitas Sumatera Utara


pajak reklame merupakan penerimaan pajak nomor 7 setiapnya pada pendapatan

asli daerah. Setiap tahunnya, telah ditargetkan atau direncanakan seberapa besar

jumlah yang harus dicapai dalam penerimaan pajak reklame ini, namun

realisasinya selalu diluar dari target yang telah ditargetkan. Untuk itu, perlulah

dilakukan intensifikasi pajak reklame.

Intensifikasi pajak reklame merupakan kegiatan optimalisasi penggalian

penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau

terdaftar, dan dari hasil pelaksanaan ekstensifikasi pajak (penambahan Wajib

Pajak yang terdaftar). Tujuannya adalah untuk mengintensifkan semua usahanya

dalam meningkatkan penerimaan pajak. Karena pada akhirnya, penerimaan pajak

reklame inipun akan digunakan untuk pembangunan di kabupaten Deli Serdang.

5. 1 Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten Deli Serdang

5.1.1 Proses Pemungutan Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak yang senantiasa akan selalu meningkat setiap

tahunnya tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh pihak terkait. Untuk

itu, sangat diperlukan perhatian khusus dalam hal pemungutan pajak ini agar pada

akhirnya memperoleh hasil sesuai dengan apa yang ditargetkan. Pemungutan

pajak reklame adalah hal yang wajar untuk dilakukan, mengingat bahwa

pengertian reklame menurut Perda Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011

tentang pajak Daerah adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan

coraknya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan,

mempromosikan atau menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau

badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum.

Universitas Sumatera Utara


Artinya, setiap penyelenggara pajak reklame pasti akan mendapatkan keuntungan

dari reklamenya. Karena mendapat keuntungan inilah, maka dipungutnya pajak

reklame. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Reklame ini makanya dikutip pajaknya, karena kalau kita lihat dari
pengertiannya itu mengandung tujuan komersial atau bisnis. Misalnya,
reklame Sensodyne, disini masyarakat sudah tertarik dan tahu mengenai
reklame, dan produknya pasti dibeli oleh masyarakat. Nah, dari
pembelian iini, Senodyne kan mendapatkan keuntungan. Nah, dari
keuntungan yang didapat, makanya dikutip pajaknya. Kan gunanya
untuk menunjang pembangunan daerah” (wawancara pada tanggal 01
Maret 2016)

Hal inipun serupa dengan yang diungkapkan oleh Bpk. Saritua Gultom, SH

selaku Kepala Sub Bagian Umum:

“reklame kan dibuat untuk tujuan komersil yang akan mendapat


keuntungan. Dari keuntungan yang didapat Wajib Pajak, kita pungut
pajaknya. Masa Wajib Pajak berani jual, tapi memenuhi kewajibannya
sebagai Wajib Pajak” (Wawancara pada tanggal 11 maret 2016)

Tetapi tidak semua reklame yang diselenggarakan harus dipungut pajaknya.

Seperti yang tertuang dalam Perda Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011

tentang pajak Daerah Pasal 23 menyatakan reklame yang dilakukan pemerintah,

tempat ibadah, kegiatan sosial, partai politik dan organisasi masyarakat. Ini juga

sependapat dengan pernyataan Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

“Tidak semua reklame yang kita pungut ia. Reklame untuk sosial
seperti dari pemerintah, organisasi ataupun terkait agama seprti
tulisan gereja HKBP itu tidak dipungut” (Wawancara pada tanggal 01
Maret 2016)
Ini sedikit membukakan pemikiran peneliti, yang dimana dulu peneliti

menanggap semua reklame yang terpasang harus dipungut, ternyata ada objek

Universitas Sumatera Utara


reklame yang tidak dipungut. Gambar berikut sebagai dokumentasi untuk

membedakan mana reklame yang dipungut dan tidak dipunggut.

Gambar 5.1
Contoh Reklame Yang Dipungut dan Tidak Dipungut

Ini termasuk reklame yang dipunggut pajaknya. Jenis Reklame Billboard.


Reklame ini berisikan tentang iklan suatu produk dengan merek Minuman
Markizza dan Sirup Pohon Pinang yang diselenggarakan oleh salah satu Wajib
Pajak.

Ini termasuk reklame yang tidak dipunggut pajaknya. Dengan jenis reklame
billboard. Reklame ini diselenggarakan oleh bagian dari Pemerintah yaitu Badan
Narkotika Nasional Sumatera Utara yang dimana reklame ini berisikan bahaya
Narkoba untuk masa depan.

Sumber : Dokumentasi Foto 12 maret 2016

Dari hal diatas, setiap adanya penyelenggaraan pajak reklame, Wajib Pajak

harus mendaftarkannya, sehingga terbebanlah pajak yang harus dibayar.

Dalam hal tahap-tahap prosedur dalam pendaftaran sampai penetapan

tergolong tidak berbelit-belit. Ini sesuai dengan yang pernyataan Bpk M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Wajib Pajak harus punya surat izin menyelenggarakan reklame, setelah
ada suratnya diberitahu dan mendaftar ke DISPENDA, Wajib Pajak
akan mendapat SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak Daerah), mereka
harus ngisi syarat-syarat yang ada kayak nama, alamat Wajib Pajak,
jenis dan ukuran reklame, setelah itu, dikeluarkanlah SKPD (Surat
Ketetapan Pajak Daerah), Waijb Pajak menggunakan itu untuk bayar ke
Bank SUMUT dengan bukti SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah), terus
kita registrasi ke Bendahara” ( Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)

Hal inipun sependapat dengan yang dinyatakan oleh Ibu Frida Hanum

Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

“Setalah dapat surat izin dari badan Perizinan, Wajib Pajak ngelapor ke
kita. Mengisi data yang harus diisi di SPTPD. Sebelumnya kita daftarkan
dulu NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak daerah). Trus setelah didata
kita tetapkan SKPDnya. Tinggal bayarlah mereka ke kas daerah melalui
Bank SUMUT yang ada di Deli Serdang” (Wawancara pada tanggal 03
Maret 2016)

Dari pertanyaan diatas, dapat dijelaskan secara urut prosedur dalam

penyelenggaraan reklame yaitu:

1. Setiap Wajib Pajak yang akan menyelenggarakan reklame harus

mendapatkan surat izin penyelenggaraan reklame di badan Penanaman

Modal dan Perizinan Kabupaten Deli Serdang.

2. Setelah mendapatkan surat izin, Wajib Pajak melapor ke DISPENDA

Kabupaten Deli Serdang untuk menentapkan pajak yang harus dibayar

dengan membawa surat izin yang telah didapatkan. Gambar berikut

contoh surat yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan

Perizinan.

Gambar 5.2
Surat Penyelenggaraan Izin Reklame

Universitas Sumatera Utara


Dokumentasi pada tanggal 11 Maret 2016
Sumber: Dinas Pendapatan kabupaten Deli Serdang

3. Kemudian pihak DISPENDA akan memberikan surat pendaftaran dan

juga Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)

4. Setelah mendapatkan NPWPD, Wajib Pajak harus mengisi secara benar

dan baik Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) yang dimana

sesuai dengan Surat Izin yang telah dikeluarkan oleh Badan Penanaman

Modal dan Perizinan Deli Serdang.

5. Dengan SPTPD yang diisi oleh Wajib Pajak, maka dilakukanlah

penghitungan nilai pajak yang harus dibayar. Berikut gambar SPTPD

yang dikeluarkan oleh DISPENDA Deli Serdang.

Gambar 5.3
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah

Dokumentasi pada tanggal 11 Maret 2016


Sumber: Dinas Pendapatan kabupaten Deli Serdang

6. Selanjutnya pihak DISPENDA Deli Serdang mengeluarkan Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang diberikan kepada Wajib Pajak

tersebut.

Universitas Sumatera Utara


7. Setelah diterbitkannya SKPD, maka Wajib Pajak harus membayar ke kas

daereah melalui Bank SUMUT dengan bukti SSPD (Surat Setoran Pajak

Daerah).

Sesuai dengan prosedur pajak reklame, akan ditetapkanlah SKPD yang

dimana memuat pajak yang harus dibayar. Telah ditentukan tarif pengenaan pajak

reklame yaitu 25% dari nilai sewa reklame. Ini sesuai denggan yang disampaikan

Bpk oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-

Lain:

“Untuk tarif kita adil ia untuk semua wajib pajak. Karena sayarat
pemungutan pajak salah satunya harus adil, tanpa memandang itu
saudara atau nggak, kaya atau miskin. Untuk tarif bukan kita yang
tentukan, karena semua sudah diatur oleh peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku. Kita hanya pelaksana teknis saja.Untuk tarif
pajaknya sesuai peraturan yang berlaku 25% dari nilai sewa”
(wawancara pada tanggal 01 Maret 2016).

Nilai Sewa reklame ini didapatkan dari perhitungan sesuai dengan Peraturan

Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan

Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame Dan Nilai Startegis Daerah Kabupaten

Deli Serdang.

Tabel 5.1
Perhitungan Nilai Sewa Reklame

NILAI STRATEGIS
NILAI
JALAN JALAN
DASAR
N JENIS UKURAN KELAS I KELAS
SEWA
O REKLAME REKLAME (Rp/M2/ II
REKLAME
tahun) (Rp/M2/
(Rp/M2/hari)
tahun)
1 Reklame Lebih dari 1M 2.000 3.500.000 2.000.000
Papan/Baliho/
Billboard/Vid
eotron/Megatr

Universitas Sumatera Utara


on/large
Electronic
Display
(LED) dan
Sejenisnya
2 Bus Semua Ukuran 4.000 80.000 80.000
Seller/Reklam
e Berjalan
3 Neon Box Semua Ukuran 3.000 85.000 80.000
Outdoor
4 PNT Semua Ukuran 2.100 50.000 40.000
5 Vertical Semua Ukuran 2.000 50.000 40.000
Banner
6 Merek Toko Semua Ukuran 1.200 40.000 40.000
(Lebih dari
1M) kecuali
berupa Neon
Box/LED
7 Reklame Semua Ukuran 4.000 15.000 10.000
Kain
8 Shop Sign Semua Ukuran 2.500 4.500 4000
9 Reklame 0≥2M 1.000 3.500 3.000
Peragaan ≥2M 1.500 3.500 3.000
10 Branding 0 ≤ 100 M 3.000 3.500 3.000
Toko >100 M 3.500 3.500 3.000
11 Tin Plate 0≤1M 3.000 3.500 3.000
>1M 3.500 3.500 3.000
12 Reklame 0≤2M 1.100 3.500 3.000
Apung >2M 1500 3.500 3.000
13 Neon Box 0≤2M 1.000 3.500 3.000
Indoor >2M 1.500 3.500 3.000

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Untuk lebih jelasnya lagi, saat peneliti melakukan wawancara pada Bpk.

M. H Tambunan, peneliti binggung bagaimana penentuan pajak yang

dimaksud. Untuk itu, Secara langsung Bpk M. H Tambunan mengajari peneliti

untuk menghitungnya. Dan ini mungkin yang dilakukan jika ada Wajib Pajak

yang tidak mengerti menghitungnya. Berikut Peneliti berikan contoh untuk

menghitung pajak reklame.

Universitas Sumatera Utara


Sebagai contoh, ada Wajib Pajak yang menyelengarakan reklame dengan

bentuk baliho dengan ukuran 3 x 4 dalam jangka waktu satu tahun (365) yang

dimana nilai dasar reklame Rp 2000 per hari. Untuk lokasi penempatan berada

di jalur I yaitu bandara kuala namu dengan nilai strategis Rp. 3.500.000. Maka

pajak yang dikenakan:

Nilai Sewa Reklame = (Ukuran reklame x jangka waktu x nilai dasar reklame)
+ (ukuran Reklame x Nilai Strategis)

= (12 x 365 x Rp. 2000) + (12 x Rp. 3.500.000)


= Rp. 8.760.000 + Rp. 42.000.000
= Rp. 50.760.000

Maka pajak yang harus dibayar = 25% x Nilai sewa reklame


= 25 % x Rp. 50.760.000
= Rp. 12.690.000

Saat telah dihitungnya pajak reklame yang harus dibayar, diterbitkannya lah

SKPD dan dibayar ke Bank SUMUT dengan bukti SSPD ( Surat Setoran Pajak

Daerah).

5.1.2 Pelaksanaan Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam pelaksanaan kegiatan intensifikasi pajakk reklame dilakukan mulai

awal pendaftaran sampai pada pemungutan pajak. Ini berguna agar tidak tercapai

kesalahan mulai yang akan merusak pencapaian realisasi target pajak reklame.

5.1.2.1 Proses Pendaftaran dan Sistem Pemungutan Pajak Reklame

Awal pendaftaran, wajib pajak harus melampirkan surat izin

menyelenggarakan reklame yang didapat daari Badan Pernanaman Modal dan

Perizinan. Setelah ada surat izin barulah para wajib pajak mengisi data pribadi

yanga ada dalam surat pendaftaran. Untuk proses dalam pendaftaranpun tidak

Universitas Sumatera Utara


terlalu ribet atau susah. Ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk

M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan daLain-Lain:

“Wajib pajak mudah mengerti dan tidak susah mengisinya, karena


dalam pendaftarannya, yang perlu diisi hanya nama, alamat, jenis
reklame, ukuran dan macam-macam yang mudah dipahami. Yang
diisipun sesuai dengan surat izin menyelengarakan reklame yang didapat
dari Badan Penanaman Modal dan perizinan” (Wawancara pada tanggal
11 Maret 2016)

Hal inipun senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum

Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

“Sangat mudah dan sederhana untuk dipahami masyarakat.


Misalnyapun kalau mereka bingung, kita pasti akan menjelaskannya”
(Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016)

Pernyataan diataspun semakin diperkuat oleh Bpk. Syamsul selaku Wajib

Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT.

Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa:

“Sangat mudah untuk di isi, karena ‘kan yang diisi itu sesuai dengan
surat perizinan yang didapat dari Badan Penanaman Modal dan
Perizinan” (Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon).

Hal senada juga diungkapkan oleh Ady Lestari Advertising salah satu pihak

ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang dimana salah satu kontruksi

reklemenya berada di Kecamatan Batang Kuis yang menyatakan bahwa:

“Kita mudah mengisi syarat-syarat yang diperlukan. Kitakan


advertising, jadi kita punya hubungan yang dekat dengan DISPENDA.
Jadi tidak pernah dipersulit” (Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016
via telepon)

Dengan pendaftaran yang dapat dikatakan mudah untuk dilakukan jarang

terjadi kesalahan pengisian data . Hal ini sesuai dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi Pemeriksaan:

Universitas Sumatera Utara


“Kesalahan pengisian data Wajib Pajak pernah terjadi, tapi gak sering.
Kalau salah pengisian kita masukkan ke nota dinas atau berita acara,
terus kita suruh lagi Wajib Pajak untuk ngisi ulang” (Wawancara pada
tanggal 03 Mater 2016)

Selanjutnya, proses setelah pendaftaran sampai ditetapkannya jumlah pajak

yang harus dibayar, tidak terlalu lama hanya sekitar 2-3 hari. Hal ini sesuai

dwngan yang disampaikan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

“Jangka waktu dikeluarkannya SKPD itu 2 hari tetapi di hari jam kerja.
Kalau misalnya merekanya daftarkan Jumat, selesainya hari senin”
(Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)

Hal ini juga disampaikan oleh Bpk Syamsul selaku Wajib Pajak Reklame

yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas di

Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa::

“Saya urus surat-surat yang harus diisi, mereka bilang 2-3 hari
selesai.Tetapi karena saya tidak ada waktu, sampai sekarang, belum
saya ambil” (Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon)

Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Fristy selaku Wajib Pajak Reklame yang

memasang reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko Fristy di Kecamatan

Batang Kuis menyatakan bahwa:

Kita ngurusnya kemaren itu cuma 3 hari, setelah itu kita ambillah SKPD,
biar kita bayar pajaknya” (Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016).

Dari hal diatas dapat dikatakan bahwa prosedur tidak sulit dimengerti oleh

Wajib Pajak karena hal-hal yang perlu diisi sesuai dengan yang ada pada surat izin

penyelengaraan reklame yang didapat dari Badan Penanaman Modal dan

Perizinan, dan jangka waktunya pun hanya dua sampai tiga hari.

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal observasi, peneliti menemukan pengalaman saat melakukan

penelitian di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Saat melakukan

wawancara, ada dua orang dari Badan Statistik untuk menyelenggarakan reklame

tentang sensus ekonomi. Dengan tanggap, pegawai yang mengetahui tentang

pajak reklame langsung menjelaskan tahap-tahap yang perlu dilakukan untuk

menyelenggarakan reklame. Karenapun belum mendapatkan izin penyelenggaraan

reklame, pegawai DISPENDA ini langsung mengarahkan mereka untuk langsung

datang ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan untuk mendapat izin dan

setelah mendapatkannya, baru datang lagi ke DISPENDA. Melalui pengamatan

ini, berartipun pegawai akan juga melakukan hal yang sama jika ada Wajib Pajak

yang tidak tahu tahap prosedur yang harus dilalui.

Selain dalam proses pendaftaran yang lebih mudah dan tidak lama, juga

DISPENDA menetapkan sistem pemungutan yang paling baik agartidak terjadi

kesalahan perhitungan dan juga pelaporan jumlah pajak yang dibayar. Dalam

proses penghitungan nilai sewa, DISPENDA menggunakan sistem pemunggutan

yang dimana memberikan wewenang kepada siapa untuk mnghitung dan

menentukan besar pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Untuk itu, sesuai

dengan yang dinyatakan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita masih menetapkan sistem Self Assesment System berdasarkan


pengakuan dari Wajib Pajak. Yang dimana kita percaya sama Wajib
Pajak untuk mengitung sendiri pajak terhutangnya. Karena kita tahu
kemampuan Wajib Pajaknya dan lagi pula sudah ada ditetapkan
peraturan Bupati Deli Serdang No 435 tahun 2014 Tentang Petunjuk
Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame dan Nilai
strategis Daerah Kabupaten Deli Serdang. Dari peraturan ini kan jadi
gampang menghitungnya” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara


Hal ini cukup berbeda dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum

Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

“Untuk sistem pemungutan, di dispenda ini pakai official assessent


system dan self assessment system. Sebenarnya untuk pemungutan pajak
reklame sendiri sebenarnya sudah diatur dan ditetapkan oleh
pemerintah daerah sendiri, makanya ada Peraturan Bupati Deli Serdang
no. 471 tahun 2011 tentang petunjuk teknis perhitungan nilai sewa
reklame, nilai dasar reklama dan nilai strategis. Dari situlah nantinya
Wajib Pajak menghitung berapa pajak reklamenya yang terhutang. Dan
karna ada peraturan itu, maka sistem pemungutan pajak reklame
sebenarnya self assessment system karena mereka sudah tahu cara
mengitung sendiri. Tapi, namanya masyarakat ada yang nggak tau cara
hitungnya, kita sebagai pelayan masyarakat, kita harus bantu mereka
menghitungnya, barulah memakai official assessent system” (Wawancara
pada tanggal 03 Maret 2016).

Menurut Bapak Syamsul sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang

reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung

Morawa menyatakan bahwa:

Penghitungan saya serahkan semua ke DISPENDA. Biar mereka yang


menghitung. Sudah dua kali saya mengurus, mereka yang mengitung.
Saya percaya karnakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku”
(Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon)

Expert Advertising selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi pihak ketiga

atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu pengiklanannya berada

di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa:

Kita menghitung sendiri dengan ketentuan yang telah berlaku. Kita


sudah sering menyelenggarakan reklame, jadi untuk penghitungan
sendiri kita sudah tau” (Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016)

Kemudian hal ini lebih dipertegas oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Kita kan sudah percaya sama Wajib Pajak sendiri .Masyarakat jujur
dalam dalam penghitungannya. 99% jujur” (Wawancara pada tanggal 11
Maret 2016).

Dari pernyataan diatas, disimpulkan bahwa DISPENDA sendiri

sebenarnya menetapkan self assessment system karena telah mempercayakan

Wajib Pajak mengaku berapa besar pajak yang harus dibayarnya. Tetapi tidak

menutup kemungkinan DISPENDA menggunakan official assessent system

saat Wajib Pajak tidak atau belum mengerti menghitung pajaknya sendiri.

5.1.2.2 Pendataan Dan Pendataan Ulang Wajib Pajak

Sebagaimana diketahui bahwa reklame yang terpasang tahun ini

kemungkinan akan terjadi perubahan pada jumlah pajak reklame. dilakukan

mengidentifikasi objek pajak baru dan juga berpotensial, Updating data dan

pendataan ulang Objek Pajak Reklame. Dalam hal identifikasi pajak baru dan

berpotensial, DISPENDA selalu menggunakan data yang ada dengan yang

dilaporkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita kan ada data yang telah dibuat, kalau misalnya kita terjun ke
lapangan, dan ditemukan objek pajak yang belum terdaftar, langsung
kita koordinasi dengan Badan Penanaman Modal dan UPT kecamatan
yang bersangkutan” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Pernyataan ini kemudian ditambahi dengan bpk. M. H Tambunan selaku

Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita tidak akan membedakan mana yang potensial mana yang tidak,
mana yang baru atau tidak. Semua sama. Yang penting bagi kita, setiap
badan atau usaha yang menyelenggarakan reklame menurut ketentuan
wajib membayar pajak. Selama itu reklame, itu semua berpotensi buat
kita untuk realisai pajak reklame. (Wawancara pada tanggal 11 Maret
2016)

Universitas Sumatera Utara


Dalam hal updating data, DISPENDA akan mendata mana pajak yang sudah

terdaftar dan tidak terdaftar. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita selalu mendata baik yang sudah terdaftar ataupun tidak terdaftar.
Kerjaan kita selalu keliling-keliling. (Wawancara pada tanggal 01 Maret
2016).
Hal yang akan dilakukan oleh DISPENDA ketika mereka terjun langsung ke

lapangan kalau didapat ada yang tidak terdaftar langsung diambil tindakan tegas.

Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Misalnya waktu kita ke lapangan, ditemukan reklame yang tidak


terdaftar, kita bilang ke Penanaman Modal, reklame yang disana udah
dapat izin, kita mau tagih pajaknya. Harus tau, tugas dari Penanaman
Modal dan Perizinan mengumpul atau mengcover semua reklame yang
terkait izin dan dan golnya mencari reklame yang tidak memiliki izin,
kalau kita DISPENDA semua reklame terkait iklan dan golnya pajak
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (Wawancara pada tanggal
11 Maret 2016)
Menurut Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

“Untuk sanksi pasti kita berlakukan. Kalau kita jumpai ada reklame
yang tidak terdaftar, Kita koordinasi sama Badan perizinan, kalau ada
datanya sama mereka, kita langsung jumpa sama yang masang itu
Reklame. Kalau dia ngakui langsung kita buat Surat Ketetapan Pajak
Daerah. Tapi kalau dia nggak ngakui langsung kita buat surat kita kasih
ke Kepala Dinas dan Bupati untuk dituntuk ke kejaksaan” (Wawancara
pada tanggal 03 Maret 2016).
Selain itu, DISPENDA juga berkoordinasi dengan pihak UPT yang ada

dikecamatan, dimana untuk melakukan pendapatan berapa jumlah data objek

pajak yang ada di setiap kecamatan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bpk.

M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Kita melakukan pendataan dengan koordinasi dengan pihak UPT yang
ada di setiap kecamatan yang di Deli Serdang. UPT kecamatanlah yang
nanti mendata dan mengaplikasikan pajak reklame yang bayar sama
yang tidak bayar. berapa reklame yang ada ditempatnya, berapa baliho,
berapa. Makanya dari pendataan mereka dikasih sama kita. Terus kita
update dan lihat sesuai nggak sama yang dilaporkan” (Wawancara pada
tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya, hal yang dilakukan sesuai dengan pernyataan Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Untuk Wajib Pajak yang belum terdaftar dipanggil melalui UPT yang
ada di kecamatan. Misalnya kalau reklamenya itu Papan Nama Toko,
langsung aja dia ke objek pajak, bahwa dia belum bayar pajak sesuai
data yang kita punya. Itu makanya kita tagih, bisa melalui kita atau
pihak Kecamatan. Tetapi bayarnya ia harus ke Bank SUMUT. UPT
kecamatan hanya pada pendataan saja. Untuk penerbitan SKPD itu tetap
dari DISPENDA” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selain itu, DISPENDA juga melakukan pendataan ulang terhadap pajak

reklame yang telah didaftarkan. Yang dimana melihat data yang telah dilaporkan

sesuai atau tidak dengan yang ditemukan dilapangan. Hal ini Sesuai dengan yang

disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

“Kita selalu memeriksa ulang semua yang didaftarkan oleh Wajib Pajak.
Semua data dikasih ke bidang pendataan, diteliti ulang biar tidak terjadi
kesalahan pengisian, lalu dikasih lagi ke bidang pemeriksaan. Setelah itu
harus kita sesuaikan antara data yang diisi sama yang dilapangan”
(Wawancara pada tanggal 03 Maret 3016).
Hal ini juga senada dengan yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan

selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Ini gunanya untuk melihat adanya pelaporan yang salah. Misal yang
Wajib Pajak laporkan hanya 10 reklame untuk satu kecamaten, tapi
ternyata kita temukan 13. Berarti inikan pembohongan data”
(Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya pernyataan kemudian ditambahan lagi oleh Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Karena kita menetapkan sistem Self Assesment System berdasarkan
pengakuan dari Wajib Pajak. Yang dimana kita percaya sama Wajib
Pajak untuk mengitung sendiri pajak terhutangnya. Tapi misalnya waktu
kita ke lapangan, ternyata kita temukan tidak sesuai dengan yang
dilaporkan kita buat SKPKBT (Surat Keterangan Pajak Kurang Bayar
Tambahan) yang kita kasih ke Wajib Pajaknya. Kita bilang “Bu, ternyata
yang ibu bayar itu 3x4, padahal setelah kami tinjau itu 5x6, Ibu ia harus
bayar lagi” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Dari pernyataan diatas, berarti DISPENDA melakukan updating data

dengan berkoordinasi dengan UPT yang ada di setiap kecamatan dan melakukan

pendataan ulang dengan melihat atau terjun langsung ke lapangan.

5.1.2.3 Pemahaman Peraturan Yang Berlaku

Setiap pajak yang telah didaftarkan harus segara dipungut sesuai dengan

beban yang ditanggung. Terkadang, suatu target tidak tercapai dikarenakan sistem

pemungutan yang tidak jelas atauun cara pemungutan yang tidak efektif. Untuk

itu diperlukan dasar sebagai pedoman dalam pemungutan pajak dan juga

digunakan sebagai standar dan arahan untuk pihak terkait dalam hal pajak.

Sebagaimana diketahui, Pajak telah diatur dalam UU No 23 Tahun 2009 Tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk Daerah Kabupaten Deli Serdang perda

yang mengatur adalah Perda No 02 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, bahkan

untuk pajak reklame juga diatur dalam Perbup No 435 Tahun 2014 Tentang

Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame dan Nilai

Strategis.

Sebagaimana dikatakan diatas, Perda dapat dijadikan acuan dalam bekerja.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ibu Frida Hanum Simatupang selaku

Kasi Pemeriksaan:

Universitas Sumatera Utara


“Kalau untuk peraturan tentang pajak, pastilah kita semua pegawai
tahu. Itukan acuan kita untuk bekerja”(Wawancara pada tanggal 03
Maret 2016)

Selanjutnya, sesuai dengan pernyataan Bpk. Saritua Gultom, SH selaku

Kepala Subbagian Umum:

“Di peraturan itu kan sudah tertulis apa-apa saja yang menyangkut
tentang pajak daerah. Kita bisa lihat objek pajak, subjek pajak, tarifnya,
sistem pemungutan, sanksi dan lain-lain. Dari situlah kita jalankan
peran kita sebagai pegawai DISPENDA” (Wawancara pada tanggal 11
Maret 2016)

Dari hal diatas berarti pegawai DISPENDA sudah mengerti Perda yang

telah ditetapkan. tetapi peraturan bukan hanya untuk sekelompok orang, artinya

masyarakat juga harus tahu tentang perda ini. Salah satu yang dilakukan oleh

DISPENDA adalah dengan melakukan penyuluhan atau sosialisasi kepada

masyarakat. Seperti hal yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita sosialisasi perda, bahwa sesuai dengan ketentuan dan peraturan


daerah setiap yang memasang dan menyelenggarrakan reklame yang
terkait dengan adanya nilai komersil harus pajak” (Wawancara pada
tanggal 01 Maret 2016)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku

Kasi Pemeriksaan:

“Penyuluhan telah dilakukan. Terkadang dilakukan sosialisasi kepada


Wajib Pajak Reklame yang secara langsung dijumpai, dimana kita
datangi ke rumah, terkadangpun kita lakukan sosialisasi dengan
mengundang Wajib Pajak ke Dinpenda Deli Serdang” (Wawancara pada
tanggal 03 Maret 2016)

Kemudian diperjelas lagi dengan pernyataan yang disampaiakan oleh Bpk.

M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Sosialisasi yang kita lakukan, kita jumpai langsung ada, kita surati
ataupun melalui media massa seperti koran. Kita yakin masyarkatpun
sudah tahunya bahwa kalau kita menyelenggarakan pajak, berarti kita
harus bayar pajak. Kan peraturan pajak bukan baru-baru ini saja
ditetapkan. Sudah sejak lama sudah ada peraturan. Pastinyalah
masyarakat sudah tau.” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016).
Berikut pernyataan yang diberikan oleh Bpk. Syamsul sebagai Wajib Pajak

Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas

di Kecamatan Tanjung Morawa :

“Penyuluhan tidak pernah saya ikuti dan saya tidak pernah tahu ada
penyuluhan yang dilakukan oleh DISPENDA. Saya pun tahu tentang
pajak reklame ini karena ada peraturannya. Peraturannya itu dibaca,
saya tahu ternyata reklame bayar pajak” (Wawancara pada tanggal 12
Maret 2016 via telepon)
Sedangkan menurut Bpk. Bambang selaku Wajib Pajak Reklame yang jenis

reklamenya Papan Nama Toko (PNT) CV. Bangun Bersama di Kecamatan Lubuk

Pakam Menyatakan bahwa :

“Kalau masalah penyuluhan saya tidak tahu ia pernah dilakukan atau


tidak. Saya tahunya kalau masalah pajak ke DISPENDA. Ia saya datang
ke sana, waktu pertama ngurus saya gak tau, terus dari pegawainya
jelasi tentang peraturan dan tat cara bayarnya” (Wawancara pada
tanggal 15 Maret 2016 via telepon)
Selanjutnyapun disampaikan oleh Ady Lestari advertising sebagai Wajib

Pajak Reklame (pihak ketiga atau badan jasa) yang dimana salah satu kontruksi

reklemenya berada di Kecamatan Batang Kuis yang menyatakan bahwa

“Kita kan advertising bu, jadi kita sudah paham tentang peraturan yang
berlaku. Untuk penyuluhan saya tidak pernah ikut” (Wawncara pada
tanggal 15 Maret 2016 via telepon)

Dan tanggapan yang lainpun disampaikan oleh Ibu Fristy sebagai Wajib

Pajak Reklame yang memasang reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko

Fristy di Kecamatan Batang Kuis menyatakan bahwa:

Universitas Sumatera Utara


“Penyuluhan saya tidak pernah ikut. Tapi kemaren ada dari DISPENDA
datang, terus nanya ini PNT udah kena pajak bu?, saya jawab belum,
terus mereka jelasi tentang pajak reklame itu. Akhirnya saya tau, itu
harus bayar pajaknya dan sudah saya urus” (Wawancara pada tanggal
12 Maret 2016)
Dari pernyataan diatas, tidak bisa dijamin 100% pihak DISPENDA telah

melakukan penyuluhan tentang peraturan yang berlaku jika berdasarkan hasil

wawancara dengan Wajib Pajak Reklame.

Selain penyuluhan atau sosialisasi, Pihak DISPENDA juga melakukan

pendekatan kepada masyarakat agar mereka tahu tentang peraturan yang berlaku

dengan cara memasang reklame di media massa. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan

Lain-Lain:

“Selain penyuluhan, kita menyampaikannya juga melalui media massa.


Kita buat reklame tentang Pajak di sekitar Kabupaten Deli Serdang biar
masyarakat baca dan tahu kewajibannya. Kemarenpun kita pernah buat
di koran untuk mengajak masyarakat bayar pajak” (Wawancara pada
tanggal 01 Maret 2016)

5.1.2.4 Memperkuat Kualitas SDM dan Pelayanan

Perkuatan sistem pemungutan baik jika sumber daya manusia (pegawai)

yang ada memiliki peran yang cukup penting. Ini karena dengan SDM tidak

sesuai dalam menjalankan tugasnya dapat menggangu keberhasilan dari

pemungutan tersebut sehingga berpenggaruh pada realisasi target pajak reklame.

Untuk itu diperlukanlah peningkatan kualitas SDM agar tugas dan pelayanan

dapat diberikan.

Pada DISPENDA Deli Serdang dengan peraturan dari dinas ini sendiri,

untuk mempercepat pelayanan yang diberikan, jenis-jenis pajak daerah dibagikan

Universitas Sumatera Utara


ke setiap bidang-bidang yang ada. Mengenai SDM, untuk pajak reklame yang

mengoordinir hanya dalam Bidang Peningkatan Pendapatan. Ini sesuai dengan

yang disampaikan oleh Bpk. Saritua Gultom, SH. selaku Kepala Subbagian

Umum:

“Kita beda ia sama dinas-dinas yang ada kabupaten lain. Disini pajak
diatur perbidang, kayak reklame yang sedang ibu teliti, ini yang ngurus
dari awal pendaftaran sampai pemungutan khusus bidang peningkatan
pendapatan yang ngerjai. Jadi tidak ada campur tangan dari pegawai
yang bukan bagiannya” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Kemudian diperjelas oleh Bpk. M. H Tambunan sebagai Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita disini perbidang dipertanggungjawabkan dengan masing-masing


pajak daerah. Seperti untuk bidang peningkatan, kita dipercayakan dua
pajak daerah. 1 pajak galian C dan satu lagi pajak reklame dan yang
mengkoordinir dan yang lebih mengerti itu saya. Ia walaupun ada
pegawai-pegawai yang terlibat dalam pemungutan pajak reklame.
Semua data bermuara dari kita, bagian-bagian yang ada disini
misalnya bagian pendataan hanya proses pengeditan. Mereka tidak
bisa mengubah data, kalau tidak kita yang memberi” (Wawancara pada
tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya, pegawai harus menjalankan sesuai dengan tugas yang telah

diberikan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk M. H tambunan

selaku Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain:

“Pegawai negeri disini sudah dibagi tugas sesuai dengan bidang


masing-masing. Misalnya seperti saya di bidang reklame, sudah tugas
saya yang mengontrol dan mengupdate data, mana yang sudah terdaftar
mana yang belum. Ini saya jalankan sesuai dengan kemampuan
saya.Saya harus pahami dulu apa-apa saja yang menyangkut reklame ini
sendiri” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)

Selanjutnya kemudian diperjelas dengan waawancara berikutnya:

“Kualitas SDM yang ada di DISPENDA tidak diragukan lagi. Kita akan
terus belajar memberikan yang terbaik ke masyarakat. Kalau ada yang
salah, kita elajari ketentuan yang ada, baru diperbaiki” (Wawancara
pada tanggal 11 Maret 2016).

Universitas Sumatera Utara


Hal ini juga di sampaikan oleh ibu Frida hanum Simatupang selaku Kasi

Pemeriksaan:

“jadi untuk SDMnya sendiri, saya rasa mereka sudah memberikan yang
terbaik untuk pemungutan paja reklame ini. Mereka sering melakukan
pendapatan ulang terus pergi kelapangan” (Wawancara pada tanggal 03
Maret 2016)
Meningkatkan kualitas juga dilihat seberapa banyak kegiatan untuk mengisi

ataupun memberi pelajaran kepada Pegawai terkait salah satunya dengan latihan.

Dengan pernyataan ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi bahwa:

“Terakhir pelatihan tahun 2009 di Jakarta. Sejauh ini pegawai sudah


paham bagiannya masing-masing, jadi nggak perlu pelatihan”
Wawancara pada tanggal -3 Maret 2016)
Kemudian Bpk M. H tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan

lain-Lain menyatakan bahwa:

“Kalau khusus untuk membahas Reklame belum ada ia pelatihannya,


tetapi untuk yang berkaitan dengan yang lain pernah. Salah satunya, ini
baru saja ada Kepala Bidang Peningkatan Pendapatan ini pergi ke
Jakarta untuk pelatihan selama seminggu” (Wawancara tanggal 01
Maret 2016)
Dari pernyataan diatas DISPENDA yakin dengan kualitas dari SDM yang

ada, tetapi tidak ada kegitan ataupun tindakan yang dilakukan guna memahami

kembali tugas dan kewajiban yang harus dilakukan bahkan dapat meningkatkan

pengetahuan pegaawai.

Sebenarnya dalam peningkatan kualitas SDM bisa dilihat dari disiplinnya

pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Artinya dengan datang tidak telat,

mengerjakan bagian tepat waktu (tidak deadline), terjun ke lapangan sesuai

dengan yang di tentukan, ataupun bertemu dan berkoordinasi dengan UPT yang

ada dikecamatan.

Universitas Sumatera Utara


Menurut yang disampaikan oleh Bpk M. H tambunan selaku Kepala Seksi

Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain:

“Pastilah kita disiplin dalam melakukan pekerjaan dan tugas kita”


(Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016).
Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE

selaku Kepal Seksi Pemeriksaan:

“Pegawai disini disiplinlah mengerjakan tugasnya. Kalau kita minta


data, mereka langsung ngasih kok” (Wawancara pada tanggal 03 Maret
2016)
Tetapi peneliti menemukan hal yang sangat bertimbal balik dengan yang

dikatakan oleh informan diatas. Peneliti terjun kelapangan tepatnya di

DISPENDA sudah ada tujuh kali. Selama tujuh kali ini, peneliti datang sekitar

jam 09 WIB sampai 09.30 WIB. Peneliti menemukan banyak pegawai yang

belum tepat waktu datang ke kantor (telat) dan satu hari dimana pegawai belum

datang tetapi wajib pajaknya sudah datang terlebih dahulu sehingga dia harus

menunggu, saat sampai di kantor bukan tugasnya yang dikerjakan tetapi

mengobrol dengan pegawai lain. Selain itupun banyak pegawai yang sekedar

mengumpul disuatu tempat hanya untuk mengobrol. Ada pegawai yang menonton

TV dengan volume cukup kuat di saat-saat jam kerja dan itupun kondisi masih

sekitar jam 10 WIB padahal ada pegawai yang sedang mengerjakan bagiannya.

Bahkan saat pengambilan data dengan salah satu pegawai, penelii disuruh untuk

menunggu karena pegawai tersebut sedang mengerjakan tugasnya yang

menumpuk.

Selain itu, disiplin pada melihat bagaimana pegawai yang berperan dalam

pemungutan pajak reklame memliki waktu untuk bertemu dan berkumpul untuk

Universitas Sumatera Utara


berkoordinasi akan data atau objek pajak. Hal ini disampaikan oleh Bpk M. H

tambunan selaku Kepala Seksi Peningkatan Pendapatan dan lain-Lain:

“Seharusnya setiap sebulan sekali melakukan koordinasi dengan UPT


kecamatan sesuai prosedur yang berlaku. Karena ini biar lebih efisien”
(Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya peneliti mengamati apa yang terjadi. Setelah pernyataan

tersebut disampaikan, infornan berbicara dengan pegawai lain dengan suara yang

seperti berbisik mengatakan “Koordinasi sama UPTD seharusnya sebulan sekali.

Tapi aku malas kesana”. Berarti hal yang dinyatakan tidak sesuai dengan apa

yang sebenarnya dikerjakan oleh informan tersebut.

Dalam kualitas SDM bisa juga dilihat dari tingkat pendidikan terakhir setiap

pegawai.

Tabel 5.2
Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan

Pendidikan
N
Uraian S S D D D D S Jlh
o SMA SMP
2 1 4 3 2 1 D
1 Kepala Dinas 1 1
2 Sekretaris 1 1
3 Kabid 4 4
4 Kasubbag/Kasi 1 12 13
5 KUPTD 16 16
6 Staff 65 10 14 1 90
Total 1 99 10 14 1 125

Sumber : Renstra Tahun 2014-2019 DISPENDA Deli Serdang

Jika kita lihat dari data tersebut, hampir 80% pegawai yang ada di

DISPENDA sudah tamatan Sarjana (S1) dengan jurusan yang mungkin berbeda-

beda. Tetapi setidaknya sudah memiliki bekal yang cukup untuk untuk

melaksanakan tugas yang sesuai dengan yang dilimpahkan. Bahkan 20% lagi,

Universitas Sumatera Utara


pendidikan pegawai S2, D3, SMA dan SMP. Tetapi sebenarnya dari data yang

diatas jumlah pegawai ada 125 orang, tetapi dari data yang lain hanya terdapat

111 orang.

Tabel 5.3
Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

No Uraian Jumlah
1 Kepala Dinas 1
2 Sekretaris 1
3 Kepala Bagian 4
4 Kasubbag 11
5 KUPTD -
6 Staff 94
Jumlah 111

Sumber : Renstra Tahun 2014-2019 DISPENDA Deli Serdang

Kita kita bandingkan, terjadi ketidaksingkronan antara jumlah pegawai

dengan jumlah pegawai yang berdasarkan pendidikan. Jika kita lihat pada tabel

5.4 KUPTD kosong, dan jika kita isi sesuai dengan tabel 5.3, tetapi tidak

seimbang jumlahnya. Saat peneliti bertanya dengan Salah satu pegawai yang

memegang renstra tersebut, dia menyatakan bahwa Ia, pegawai kita hanya 111

orang sesuai dengan ini (menunjuk tabel julah pegawai). Tetapi setelah peneliti

mencoba menghitung sesuai dengan data yang ada di tempat tinggal

peneliti terjadi kesalahan jumlah yang dimana tidak sesuai jumlahnya seprti yang

dikatakan oleh pegawai DISPENDA. Untuk itu penellitipun tidak dapat

memastikan berapa jumlah pegawai DISPENDA Deli Serdang sebenarnya dan

tidak bisa langsung mempercayai pernyataan pegawai tersebut. Dan untuk bidang

peningkatan pendapatan yang memiliki tanggungjawab dalam pemungutan pajak

reklame dengan informasi yang peniliti dapatkan, hanya berjumlah 13 orang yang

Universitas Sumatera Utara


dimana telah termasuk dengan kepala bidang dan kepala seksi. Dan dari 13 orang

ini, yang peneliti temui hanya satu orang yang benar-benar mengerti tentang

pemungutan pajak reklame dan dua orang yang sebagai tangan kanan dari satu

orang yang mengerti ini.

Untuk melihat sejauhmana kualitas yang diberikan oleh pegawai

DSPENDA Kabupaten Deli Serdang juga sangat berkaitan dengan pelayanan

yang diberikan. Dengan pelayanan yang diberikan, ini akan meningkatkan

kepuasan tersendiri bagi Wajib Pajak, dengan arti kata mereka tidak akan

menyesal karena telah membayar pajak. Untuk mengetahui kualitas yang

diberikan pegawai, peneliti mewawncarai beberapa Wajib Pajak Reklame.

Menurut Bpk. Syamsul yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko

(PNT) PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa:

“Pelayanan yang mereka berikan baik. Sikapnyapun ramah. Mau


menjelasi kalau kita bingung ngisi atau nghitung pajaknya. Tapi
kemaren waktu saya ngurus agak tidak nyaman ia, karena kemaren
sedang renovasi kantor, cukup berisiklah” (Wawancara pada tanggal 15
Maret 2016 via telepon)
Menurut Expert Advertisng selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi

pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu

pengiklanannya berada di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa::

“Kalau segi pelayanan cukup baiklah. Pegawaipun cukup ramah dan


baik dalam melaksanakan kerjaannya” (Wawancara pada tanggal 15
Maret 2016 via telepon)

Dan tidak jauh beda dengan Ibu Fristy Wajib Pajak Reklame yang

memasang reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko Fristy di Kecamatan

Batang Kuis menyatakan bahwa:

Universitas Sumatera Utara


“Ramah dan sangat baik mereka. Saat kita masuk, satpamnya langsung
nanya, mau ada urusan apa bu? Saya jawab mau ngurus pajak reklame
PNT, langsung satpamnya ngarahkan sama ke ruangan, sampe ruangan
jumpa sama pegawai, dijelasin satu-satu yang pentingnya” (Wawancara
pada tanggal 12 Maret 2016)
Menurut Bpk. M. H tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan

Lain-Lain:

“Kualitas pelayanan disini baik. Karena pelayanan ke masyarakat harus


kita laksanakan dengan sebaik mungkin sesuai dengan yang dibebankan
kepada kita. Lagian kita ada kok kotak saran didepan, kalau misalnya
mereka tidak puas, bisa dibuat surat ke kotak saran kan bisa jadi
perubahan dan evaluasi ke depan” (Wawancara pada tanggal 11 Maret
2016)

5.1.2.5 Pengawasan dan Pemeriksaan

Pengawasan dan pemeriksaan adalah hal yang penting dalam hal

intensifikasi, karena dengan pengawasan dan pemeriksaan mengurangi

kecurangan yang akan dilakukan oleh wajib pajak dan menguji kepatuhan wajib

pajak dalam memenuhi kewajibannya sebagai Wajib Pajak sehingga dapat

mendukung tercapainya realisasi pajak reklame. Pemeriksaan ini dilakukan atas

dasar sistem pemungutan dimana pemeriksaan ini untuk meningkatkan pelayanan

dan pengawasan terhadap Wajib Pajak yang dimana dalam Surat Pemberitahuan

Objek Pajak (SPOP) apakah terjadi kelebihan atau kerugian data. Pemeriksaaan

ini juga dilakukan jika terdapat bukti bahwa SPOP yang disampaikan oleh Wajib

Pajak tidak benar dengan yang terjadi dilapangan. Dengan kata lain, pemeriksaan

ini dilakukan guna menghilangkan kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak.

Pemeriksaan ini dilakukan guna wajib pajak yang tidak dilaporkan agar segera

Universitas Sumatera Utara


dilaporkan, karena mengingat bahwa penerimaan pajak sebagai salah satu sumber

dana untuk melakukan pembangunan didaerah.

Dari informasi yang peneliti dapatkan di Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Deli Serdang, hal tersebutpun juga telah dilakukan. Hal ini

diungkapkan oleh Ibu Frida Hanum, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

“Kita selalu memeriksa ulang semua yang didaftarkan oleh Wajib


Pajak. Semua data dikasih ke bidang pendataan, diteliti ulang biar tidak
terjadi kesalahan pengisian, lalu dikasih lagi ke bidang pemeriksaan.
Setelah itu kita kasih sama yang kerja di lapangan, melihat dan harus di
sesuaikan antara data yang diisi sama yang dilapangan”

Hal inipun semakin ditegaskan oleh penyataan Pak M. H Tambunan selaku

selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang ada sama kita.
pemeriksaan kita lihat lagi ke lapangan, kita bandingkan sama data, Ini
gunanya untuk melihat adanya pelaporan yang salah. Misal yang Wajib
Pajak laporkan hanya 10 reklame untuk satu kecamaten, tapi ternyata
kita temukan 13. Berarti inikan pembohongan data”
Selanjutnyapun, ketika dalam pemeriksaan didapati kesalahan, maka Wajib

Pajak harus mengisi ulang SPTPDnya. Ini sesuai dengan pernyataan dari oleh Ibu

Frida Hanum selaku Kasi Pemeriksaan:

“Kalau salah pengisian kita masukkan ke nota dinas atau berita acara,
terus kita suruh lagi Wajib Pajak untuk ngisi ulang SPOP biar kita
menentukan pajak terhutang sebenarnya dari penyelenggaran
reklamenya”
Lebih lanjut lagi, DISPENDA juga melakukan pengawasan dan

pemeriksaan terhadap reklame liar dan tindak lanjutnya adalah penertiban. Sesuai

denga yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan, SE selaku Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Kita selalu melakukan pengawasan. Misalnya semalam kita lihat gak
ada reklame disana, ehh tiba-tiba waktu kita kelapangan lagi ada itu
reklame, kita tanya sama Badan Perizinan ternyata gak ada izin, ya udah
kita langsung melakukan penertiban dengan cara pencopotan itu
reklame” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Saat terjadi kecurangan dari pelaporan Wajib Pajak dengan pembohongan

data, maka akan diterbitkannya SKPDKBT (Surat Keterangan Pajak Daerah

Kurang Bayar Tambahan). Ini sesuai dengan penjelasan dari Bpk. M. H

Tambunan, SE selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kecurangan Wajib Pajak itu kadang ini terjadi saat pelaporan yang
tidak sesuai dengan yang ditemukan dilapangan. Misalnya saat
pendaftaran dan pelaporan, Wajib Pajak nyampein berapa ukuran
reklamenya. Terus kita buat SKPD, tapi setelah kita lakukan
pemeriksaan ternyata beda dari yang dilaporkan, berati ada lagi yang
seharusnya dibayar. Kita buatlah SKPDKBT” (wawancara pada tanggal
11 Maret 2016)
Dan lebih jelas dinyatakan bahwa:

“Walaupun terjadi pelaporan yang kurang bayar, kita hanya


menerbitkan SKPDKBT yang seharusnya pajak yang dibayar. Efek jera
dari tindakan ini hanya pencabutan reklamenya. Tetapi kita keluarkan
SP dulu. Tidak ada sama sekali sanksi administrasi yang dikeluarkan”
(Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016).
Dari pernyataan diatas dinyatakan bahwa tidak ada efek jera. Dan

penelitipun menanyakan sekali lagi ada atau tidak, tetap jawabannya

hanyalah pencabutan reklame. Padahal jika dilihat dari Peraturan

Daerah No 2 tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, pada Pasal 113:

(1) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan


sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.

Dan ini juga tertuang dalam UU No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah dalam Pasal 97:

(3)Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi

Universitas Sumatera Utara


administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari
jumlah kekurangan pajak tersebut.

Dan pemeriksaan bukan hanya dilapangan, tetapi juga mendatangi

rumah-rumah dari Wajib Pajak. Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H

Tambunan, SE selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita juga mendatangi setiap rumah mereka ia, lakukan pemeriksaan,


mulai dari izin sampai sudah dibayar atau tidak pajaknya” (Wawancara
pada tanggal 01 Maret 2016)

Hal ini kemudian dipertanyakan ke Wajib Pajak Reklame, sehingga Bpk.

Syamsul sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan

Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan

bahwa:

“DISPENDA pernah kemari, nanya udah bayar, saya jawab udah, terus
mereka minta liat buktinya, saya kasih” (Wawancara pada tanggal 15
Maret 2016 via telepon)

Senada dengan itu, Ibu Fristy selaku Wajib Pajak Reklame yang memasang

reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko Fristy di Kecamatan Batang Kuis

menyatakan bahwa:

“Pernah datang kemari, minta bukti reklame BNT ini, ia saya kasih
semua yang mengenai reklame”(Wawancara pada tanggal 12 Maret
2016)

5.1.2.6 Koordinasi

Dalam melaksanakan tugasnya, DISPENDA tidak hanya mengandalkan

kemampuan sendiri untuk mencapai target yang telah ditentukan. Untuk itu

dilakukanlah koordinasi dengan beberapa mitra yang mengetahui dan memahami

tentang pajak reklame.Koordinasi dilakukan guna untuk lebih mengantisipasi

Universitas Sumatera Utara


terhdapa reklame liar dan juga pelaporan yang salah. Yang pertama, DISPENDA

melakukan koordinasi dengan Badabn Penanaman Modal dan Perizinan, yang

sebagaimana diketahui bahwa untuk menyelenggarakan reklame harus

mendapatkan izin dari Badan tersebut dan untuk penetapan pajak barulah ke

DISPENDA. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan

selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita akan koordinasi dengan pihak Badan Penanaman Modal Dan


Perizinan. Misalnya waktu kita ke lapangan, ditemukan reklame yang
tidak terdaftar, kita bilang ke Penanaman Modal, reklame yang disana
udah dapat izin, kita mau tagih pajaknya. Harus tau, tugas dari
Penanaman Modal dan Perizinan mengumpul atau mengcover semua
reklame yang terkait izin dan dan golnya mencari reklame yang tidak
memiliki izin, kalau kita DISPENDA semua reklame terkait iklan dan
golnya pajak yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku” (Wawanvara
pada tanggal 11 Maret 2016)
Yang kedua, berkoordinasi dengan pihak UPTD yang ada dikecamatan,

untuk melihat dan mendata reklame. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bpk. M.

H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita monitoring dan koordinasi juga dengan pihak UPTD di


kecamatan, kita lihat ada tidaknya reklame liar. UPT kecamatan yang
nanti mendata dan mengaplikasikan pajak reklame yang bayar sama
yang tidak bayar.UPT kecamatan hanya pada pendataan saja. Untuk
penerbitan SKPD itu tetap dari DISPENDA” (Wawancara pada tanggal
01 Maret 2016)
Dan ketiga dengan pihak ketiga yaitu Advertising. Karena kebanyakan

reklame adalah iklan-iklan yang berada diluar Sumatera Utara. Dan untuk

mengetahuinya harus berkoordinasi dengan advertising ini. Hal ini sesuai dengan

yang disampaikan oleh Bpk. M.H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan

dan Lain-Lain:

“Kita juga berkoordinasi dengan advertising atau Biro jasa atau yang
kita sebut pihak ketiga. Yang dominan untuk reklame adalah pihak
advertising. Advertising ini yang mengcover usaha atau produk yang

Universitas Sumatera Utara


dimana pihak kedua itu diluar Kabupaten ini. Misalnya reklame Rinso.
Rinso kan itu dari Jawa, tapi mereka ingin memasang reklame di Deli
Serdang, maka mereka berkordinasi dengan pihak advertising ini.
Karena mereka telah punya titik-titik yang tepat untuk menyelengarakan
reklame” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Bahkan Expert Advertising selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi

pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu

pengiklanannya berada di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan bahwa:

“Kita punya hubungan yang baik ia sama DISPENDA, kita dirikan


advertising inipun bukan main-main, kalau kita reklamenya lebih ke
kontruksi. Kalau misalnya kita dapat job dari 1 merek, kita langsung
berhubungan kok sama DISPENDA” (Wawancara tanggal 15 Maret
2016)
Adveritising adalah pihak ketiga atau dikenal sebagai badan jasa untuk

pengingklanan reklame. Menjadi pihak ketiga, ini dikarenakan mereka yang

menyelenggarakan reklame tetapi reklame yang diselenggarakan tidak milik

mereka atau tidak menguntungkan mereka dan reklame yang mereka

selenggarakan berasal dari pihak kedua atau si pemilik reklame. Seperti yang

dikatakan diatas, pihak ketiga ini berjalan, jikalau ada pihak kedua yang

menggunakan jasa mereka. Misal dalam pengiklanan produk Rinso. Karena

Produk ini berada di Jawa, tetapi ingin menarik simpati masyarakat di gi

Sumatera Utara, terkhusus Deli Serdang, mereka menghubungi advertising

untuk bisa menyelenggarakan reklamenya. Dan advertising inilah yang

langsung bertatap muka dengan pihak DISPENDA Deli Serdang. Dari

wawancara dengan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan

dan Lain-Lain dan wawancara melalui telepon dengan pihak Expert

Advertising dan Ody Edvertising, kepengurusan reklame di DISPENDA Deli

Serdang sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Advertising telah memiliki kontruksi sendiri untuk penyelenggaraan

reklame. Untuk tempat dan pendirian kontruksinya langsung

berhubungan dengan Badan Penanaman Modal dan Perizinan, karena

Badan inilah yang tahu titik-titik untuk memasang reklame.

2. Reklame yang dipasang oleh advertising di tempat kontruksi yang

dimilikinya. Jadi mereka hanya membayar pajak reklame tersebut.

3. Untuk pajak reklamenya, pihak advertising langsung berurusan

dengan pihak DISPENDA sebagai pihak ketiga. Dan untuk

menentukan tarif pajak sama perhitungannya dengan wajib pajak yang

menyelenggarakan reklame sendiri. Pajak yang dihitung berlangsung

hanya satu tahun dan untuk melanjutkan reklame tersebut, harus

membayar pajak lagi.

4. Advertising ini yang berurusan langsung dengan pihak kedua.

Sebenarnya pihak kedualah yang menyelenggarakan reklame, tetapi

advertising yang menjadi pihak ketiga, pihak kedua akan memberikan

sejumlah uang sesuai dengan pajak yang dikenakan kepada pihak

ketiga dan pihak ketiga akan membayar ke kas Daerah melalui Bank

Sumut yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

5.1.2.7 Penertiban Reklame Liar dan Keterlambatan (Jatuh Tempo


Pembayaran)
Proses intensifikasi juga melakukan tindakan untuk setiap reklame liar yang

ditemukan. Relame liar adalah salah satu hal yang sangat penting untuk

dituntaskan. Dikarenakan dengan adanya reklame liar ini, akan menutup sebagian

dari realisasi target pajak reklame. Seperti yang dinyatakan oleh Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

Universitas Sumatera Utara


“Reklame liar ini sering dipasang malam hari, seperti kucing-kucingan
dengan kami DISPENDA. Disitu DISPENDA kewalahan. Kan, kita tidak
selalu melakukan penelitian di sepanjang Kabupaten ini”(Wawancara
pada tanggal 01 Maret 2016)

Dengan ditemukannya reklame liar di sepanjang Kabupaten Deli Serdang,

maka yang dilakukan Penertiban. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M.

H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Ia, kalau misalnya ditemukan Reklame Liar, kita harus melakukan


penertiban” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya Ibu Frida Hanum Simatupang , SE selaku Kasi Pemeriksaan

menyatakan bahwa:

“Pajak reklame harus di tuntaskan. Seperti yang saya bilang tadi, kita
ada jumpa reklame liar, kita tau orangnya, kita minta
pertanggungjawabannya, kalau gak mau kita lakukan penertiban yaitu
pencabutan dan mungkin akan kita tuntut dia” (Wawancara pada tnggal
03 Maret 2016)
Bahkan dipertegas lebih dalam lagi oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita akan selalu melakukan penertiban. Ini kita lakukan melalui


koordinasi. DISPENDA dengan Badan Pemodalan dan Perizinan, Satpol
PP dan juga TNI. Penrtiban yang tidak memiliki izin dilakukan karena
telah melanggar peraturan yang ada. Sebelum penertiban, kita akan
memberitahuan surat pemberitahuan/peringatan” (Wawancara pada
tanggal 01 Maret 2016)
Selain reklame liar yang ada, yang menjadi kendala adalah keterlambatan

atau pembayaran yang telah jatuh tempo. Padahal menurut perda yang berlaku

pembayaran pajak ini adalah 30 hari setelah SKPD diterbitkan atau paling lama 6

bulan sejak diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak ( pada Perda No 02 tahun 2011

Tentang Pajak Daerah pada Pasal 86 ayat 1). Sehingga untuk keterlambatan

pembayaranakan dikenakan sanksi. Ini sesuai dengan yang disampaikan oelh Ibu

Frida Hanum, SE selaku Kasi Pemeriksaan:

Universitas Sumatera Utara


“Kalau terlambat bayar pajak Reklame jarang. Tapi kalau terlambat,
kita kenakan sanksi, dimana Wajib Pajak harus bayar 2% perbulan dari
jumlah pajak yang terhutang” (Wawancara pada tanggal 03 Maret 2016)
Begitu juga disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Untuk keterlambatan, pasti kita kenakan denda. Dendanya ini kita


berikan setelah jatuh tempo. Walaupun misalnya Wajib Pajak sudah tahu
dia jatuh tempo, tapi seminggu lagi saya bayarkan. Ini tetap kena
denda” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Dan untuk wajib pajak yang sudah tahu pembayaran pajaknya telah jatuh

tempo tetapi tetap tidak melakukan pembayaran, tindakan dari DISPENDA hanya

pencabutan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan

selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Jadi untuk wajib pajak yang terlambat bayar tanpa memberi kabar, kita
akan melakukan pencopotan atau pencabutan gambar atau iklan
tersebut.Tetapi sebelum itu, kita DISPENDA buat surat peringatan.Tidak
ada tindak pidana atau sanksi. Hanya sekedar pencabutan” (Wawancara
pada tanggal 01 Maret 2016)
Tetapi bukan tidak setuju dengan hasil pernyataan dari informan dalam

penelitian ini, saat peneliti mencoba untuk observasi langsung ke lapangan

yaitu Kabupaten Deli Serdang yang dimana peneliti mencoba melihat dan

bertanya-tanya terhadap wajib pajak (khusus ONT) di Kecamatan Tanjung

Morawa, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Sunggal, Kecamatan Lubuk

Pakam dan Kecamatan Sibolangit, peneliti mencoba menjelaskan terkait pajak

reklame, ada beberapa yang peneliti dapati yang tidak memiliki izin bahkan

tidak membayar pajak akan penyelenggaraan reklame. Berarti peneliti tidak

bisa percaya 100% terhadap penertiban yang dilakukan oleh DISPENDA

5.1.2.8 Perencanaan Target dan Realisasi Pajak Reklame

Universitas Sumatera Utara


Proses intensifikasi dapat berjalan denggan baik jika sudah direncanakan

terlebih dahulu dengan baik agar pada pelaksanaannya tahu dan mengerti akan apa

yang harus dilakukan dan dicapai bukan bingung apa yang menjadi bagian

tugasnya. Dengan perencanaan ini akan mempengaruhi penerimaan pajak

reklame. Artinya jika rencana dilakukan dengan baik sesuai dengan kondisi yang

terjadi maka akan meningkat penerimaan dari pajak reklame ini.

Dalam hal perencanaan DISPENDA Deli Serdang telah melakukannya.

Seperti yang diungkapkan oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita selalu melakukan perencanaan ke depannya. Salah satunya,


seperti di akhir tahun 2015 kemaren, kita rapat untuk merencanakan hal-
hal apa yang harus dilakukan di tahun 2016, tujuannya untuk lebih
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah melalui pajak daerah yang kami
pungut” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016).

Selain dari pernyataan Bpk. M. H Tambunan, penelitipun menemukan data

yang dimana menyakini peneliti bahwa DISPENDA melakukan perencanaan. Ini

dilhat dari RENSTRA DISPENDA yang dimana didalamnya terdapat program

jangka menengah daerah untuk tahun 2014-2019. Walaupun tidak dispesifikan

untuk pajak reklame, tetapi dengan adanya perencanaan ini secara tidak

langsungpun akan digunakan untuk lebih meningkatkan penerimaan dari pajak

reklame.

Dalam perencanaan yang baik guna meningkatkan penerimaan bisa dilihat

dari DISPENDA Deli Serdang yang melakukan dan menentukan target yang ingin

dicapai untuk satu tahun anggaran. Penentuan target ini akan menjadi tolak ukur

dalam menilai keberhasilan realisasi pemunguutan pajak reklame. Upaya yang

Universitas Sumatera Utara


dilakukan oleh DISPENDA dalam menentukan target pajak reklame dengan

melihat kondisi potensi, menganalisis data yanag ada dengan penerimaan yang

ada ditahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita memang selalu membuat target setiap tahunnya. Target yang kita
buat ini berdasarkan asumsi yang menurut kita bisa kita dapat juga
berdasarkan potensi yang ada” (Wawancara pada tanggal 01 Maret
2016)

Saat wawancara kembali, kemudian diperjelas dengan Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain yang menyatakan

bahwa:

“Untuk menentukan target pajak reklame, harus kita berdasarkan


analisis data yang ada dengan penerimaan yang telah kita dapat
sebelumnya. Setiap tahunnya kita selalu menaikkan target yang harus
dicapai, walaupun saat melihat data dan target tidak pernah tercapai
realisasinya” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016).

Berdasarkan data dari DISPENDA Kabupaten Deli Serdang, target dan

realisasi pendapatan daerah sari pajak reklame empat tahun berturut-turut (2012-

2015) sebagai berikut:

Gambar 5.4
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame

8.000.000.000,00
6.000.000.000,00
4.000.000.000,00 target
2.000.000.000,00 realisasi
0,00
2012 2013 2014 2015

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil data tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pajak reklame

yang diperloleh pada tahun 2012-2015, pajak reklame yang ditetapkan oleh

DISPENDA Deli Serdang setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, namun

ini tidak selaras dengan realisasi yang didapat dari peneriman pajak reklame. Jika

kita lihat, realisasi jauh dari target dan tidak pernah mencapai target. Bahkan jika

kita lihat untuk tahun 2013 dan 2014, penerimaan tidak sampai pada 40% dari

target yang telah ditetapkan.

Bahkan untuk melihat tingkat efektivitas pajak reklame dan laju

pertumbuhannya sebagai berikut:

Laju
Efektivitas
Tahun Target Realisasi Pertumbuhan
(%)
(%)
2012 2.500.000.000,00 1.509.345.329,42 60,37 -
2013 5.000.000.000,00 1.141.277.497,47 22,83 -24,39%
2014 5.500.000.000,00 2.027.092.994,50 36,86 77,62%
2015 6.050.000.000,00 4.557.227.734,51 75,33 124,82%

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Dari data diatas, didapati bahwa untuk efektivitas pajak reklame tergolong

meningkat lalu menurun kemudian meningkat kembali. Hal ini dilihat tahun 2012

efektifnya pemungutan 60,37% dari target yang ditetapkan, tetai menurun menjadi

22,83 % di tahun 2013. Secara perlahan meningkat ditahun 2014 sekitar 36,86 %

dan meningkat lebih cepat menjadi 75,33 %. Kondisi ini menandakan penerimaan

setiap tahunnya selalu meningkat dengan tingat efektif yang juga akan meningkat.

Begitu juga dengan laju pertumbuhan. Dari data diatas dapat diketahui bahwa

pertumbuhan penerimaan pajak reklame ditahun 2013 menurun dari tahun 2012,

tetapi tahun 2014 dan 2015 signifikan mengalami peningkatan. Yang dimana

Universitas Sumatera Utara


tahun 2012 pertumbuhan pajak reklame dari 1.509.345.329,42 kemudian di tahun

2013 menurun menjadi 1.141.277.497,47. Selanjutnya pada tahun 2014

meningkat menjadi 2.027.092.994,50 dan terus meningkat pada tahun 2015

menjadi 4.557.227.734,51. Begitu pula dengan laju pertumbuhan pajak reklame

mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2015. Sehingga jika kita rata-

ratakan laju pertumbuhan pajak reklame sekitar 59,35%. Peningkatan baik dari

efektivitas dan laju pertumbuhan ini tidak lepas dari peran aktif dari pegawai

DISPENDA untuk memungut pajak reklame dalam merealisasikan target yang

telah dibuat. Walaupun realisasi meningkat setiap tahunnya, ini tidak dibarengi

dengan pencapaian target yang dibuat.

Jika dilihat bahwa realisasi tahun 2012 sampai 2015 tidak mencapai target

yang telah ditetapkan. Bahkan DISPENDA yang telah menetapkan target ini pun

sadar akan pencapaian mereka. Berikut penyataan Bpk. M. H Tambunan selaku

Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita sadar kalau kita nggak pernah mencapai target yang kita buat.
Asal ibu tau aja, target ini bukan sepenuhnya kita yang buat, walaupun
sebenarnya kita yang kerja. Target ini dari pihak atas yang buat dan
selalu meningkatkan target padahal didata yang kita buat tidak pernah
mencapai target. Tapi ya gimanalah, kita ditugaskan untuk mencapai
target, ia kita cuma kerjai aja sebisa kita, tercapai syukur, gak tercapai
ya sudah, terima saja” (Wawancara tanggal 01 Maret 2016)

Tidak tercapainya pajak reklame dikarenakan adanya reklame liar dan juga

tidak membayarnya wajib pajak. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Seperti tahun 2015, kita hanya bisa mencapai 75% dari target yang
ada. Ini karena sebagian adalah reklame liar dan tidak membayarnya
Wajib Pajak. Dan saat ini pun kita lagi berupaya untuk mengejar agar
100%.(Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara


“Namanya reklame, pasti banyakan yang liar. Ini yang buat target kita
ngggak tercapai. Setiap kali kita lakukan pengawasan, pasti ada reklame
yang terpasang liar dan tidak punya izin. Udah kita lakukan pencabutan,
tetap aja ada reklame liar yang terpasang lagi. Dari reklame liar inikan
kita nggak dapat apa-apa” (Wawancara 11 Maret 2016)
Bahkan selanjutnya, target tidak dapat tercapai dikarenakan sifat reklame

yang musiman, diperjelas dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain bahwa:

“Karena reklame inikan musiman. Begitu marak, banyak reklamenya,


sekali nggak, banyak yang kosong” (Wawancara tanggal 16 Maret 2016)

“Sifat reklame ini sifat temporer ( tidak permanen). Misal tahun ini
dipasang, tahun depan tidak pasang. Artinya data yang kita dapat
ditahun 2014 atau 2015, belum tentu di tahun 2016 data Wajib Pajak
sama dengan tahun sebelumnyaJadi dalam menentukan target di tahun
2016 kita gunakan data di tahun 2015, padahal dipertengahan tahun,
ada kemungkinan Wajib Pajak yang tidak memperpanjang Reklamenya.
Artinya penerimaan pajak berkurang kan” (Wawancara pada tanggal 01
Maret 2016).

Dan untuk tidak membayarnya wajib pajak, berikut pernyataan dari Bpk. M.

H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Karena penetapan reklame hanya berlaku satu tahun. Karena begitu


reklame itu berdiri, dia harus bayar pajak. Kalau tidak kita akan lakukan
pencabutan. Reklame kalau satu tahun itu warnanya sudah kusam. Dan
reklame yang menarik hanya tiga bulan saja.. Untuk itu, kita DISPENDA
sebelum warnanya kusam, itu reklame yang kita kejar untuk dipungut.
Karna kalau udah kusam, Wajib Pajak ikhlas untuk dicabut reklamenya”
(Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Untuk lebih menjelaskan sifat reklame yang temporer atau musiman, saat

peneliti mencoba berjalan-jalan sekitaran Kabupaten Deli Serdang di di

Kecamatan Tanjung Morawa, Kecamatan Batang Kuis, Kecamatan Sunggal,

Kecamatan Lubuk Pakam dan Kecamatan Sibolangit, peneliti menemukan

beberapa papan reklame dengan jenis billboard ataupun Baliho yang tidak ada

reklamenya. Misalnya dalam kecamatan Sunggal ada sekitar delapan yang tidak

Universitas Sumatera Utara


ada penyelenggaraan reklamenya, di Kecamatan Tanjung Morawa ada sekitar 3

atau 4 dan juga di kecamatan Batang Kuis ada sekitar 3 yang tidak ada

penyelenggaraan reklamenya. Dengan jumlah yang dipaparkan diatas

menunjukkan ada beberapa yang tidak ada pajaknya yang berarti mengurnagi

penerimaan dan pencapaian target pajak reklame.

Untuk pencapaian target juga dilihat dari kepatuhan wajib pajak dalam

dalam membayarkan kewajibannya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Ibu Frida Hanum Simatupang selaku Kasi Pemeriksaan:

“Kepatuhan Wajib Pajak pastilah selalu meningkat. Buktinya dari


realisasi pajak reklame ditahun 2014 kita tercapai 30% dan di tahun
2015 75% dari yang ditargetkan” (Wawancara pada tanggal 03 Maret
2016).
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Bpk Saritua Gultom, SH

selaku Kepala Sub Bagian Umun:

“Wajib pajak semakin meningkat sih kepatuhannya dalam membayar


pajak. Kalau gak meningkat percumalah usaha-usaha yang telah kita
lakukan” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Kepatuhan wajib pajak berarti tidak lepas dari sadarnya mereka dalam

menjalankan kewajibannya. Tetapi untuk kesadaran wajib pajak masih kurang di

Kabupaten Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H

Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-lain:

“Kesadaran masyarakat masih kurang ia disini.Udah kita tagih, kita


surati, tapi tetap aja nggak mau bayar pajaknya. Karena tidak ada efek
jera yang mengikat, yang membuat Wajib Pajak suka-suka hatinya, mau
bayar atau tidak” ( Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)

5. 2 Peran Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

Universitas Sumatera Utara


Kita melihat peran dan kontribusi pajak reklame terhadap pajak daerah

bahkan kontribusinya dalam peningkatan pendapatan asli daerah yang berguna

untuk mendanai pembangunan yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 5.5
Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2013-2015

Jenis
Penerimaan Tahun
No. Pajak
2013 2014 2015
1 Pajak Hotel 395.758.867,00 1.038.371.651,62 1.224.690.123,94
2 Pajak Restoran 4.976.066.679,00 11.348.380.484,64 15.763.638.400,99
3 Pajak Hiburan 579.162.998,00 752.629.711,18 902.917.791,55
4 Pajak Reklame 1.141.277.497,47 2.027.092.994,50 4.557.227.734,51
Pajak
5 Penerangan 68.631.343.485,00 82.369.139.481,00 101.477.250.650,00
Jalan
Pajak Bahan
6 479.978.500,00 751.167.945,00 6.722.474.350,00
Galian Gol. C
Pajak Sarang
7 23.300.000,00 20.800.000,00 17.600.000,00
Burung Walet
8 Pajak Parkir 1.389.582.675,00 3.350.285.815,00 4.230.119.204,00
Pajak Air
9 5.572.174.939,32 8.340.580.318,63 9.231.624.787,44
Bawah Tanah
Pajak PBB
10 terkotaan dan 84.579.549.457,00 101.971.938.202,00 124.938.033.757,00
Perdesaan
11 pajak BPHTB 85.474.733.607,57 90.236.664.615,00 99.995.135.319,20
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Jika kita lihat dari data di atas dapat dikatakan bahwa penerimaan reklame

adalah nomor tujuh dari sebelas pajak daerah. Dan yang penerimaan pertama

adalah Pajak PBB Perkotaan dan Perdesaan. Tetapi ini bukan berarti pencapaian

yang tertinggi yang harus dimaksimalkan. Karena mengingat pajak harus tetap

dipungut setiap penyelenggaraanya mau penerimaannya besar ataupun kecil.

Universitas Sumatera Utara


Melihat lagi bahwa Kabupaten Deli Serdang cukup menjadi kabupaten yang besar

untuk Provinsi Sumatera Utara dengan Potensi reklame yang juga cukup banyak.

Untuk melihat basis penerimaan pajak reklame dikatakan baik juga

dilihat seberapa besar kontribusinya dalam Pendapatan Asli Daerah.

Tabel 5.6
Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD
(dalam bentuk rupiah)

Tahun Pajak Reklame PAD Kontribusinya


2013 1.141.277.497,47 328.348.147.362,35 0,37%
2014 2.027.092.994,50 391.911.016.739,97 0,52%
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang
Jika dilihat dari data di atas, peneliti hanya mendapatkan Pendapatan Asli

Daerah dari tahun 2013 dan 2014, karena 2015 tidak peneliti dapatkan.

Kontribusi pajak reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah tidak mencapat 1%

sehingga dapat dikatakan sangat kurang memberi kontribusi. Dilihat 2013 hanya

mencapai 0,37 % dan tahun 2014 0,52 %. Ini menunjukkan bahwa dalam

memperluas basis penerimaan belum tergali secara maksimal. Mengingat bahwa

reklame dalam Kabupaten Deli Serdang cukup banyak untuk dipungut pajaknya.

5. 3 Hambatan dan Upaya Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam melaksanakan intensifikasi yang dilakukan oleh DISPENDA

Kabupaten Deli Serang, beberapa hal yang yang mnenyebabkan intensifikasi ini

dapat berjalan dengan baik sehingga tidak dapat mencapai target yang telah

ditentukan. Untuk hambatan yang terjadi dalam DISPENDA ini adalah yang

pertama adalah kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajibannya. Ini sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan

dan Lain-Lain:

“Kesadaran masyarakat cukup kurang ia disini, Untuk melaporkan dia


menyelenggarakan reklame saja tidak mau, apalagi untuk membayarnya.
Padahal sudah banyak kegiatan yang kita lakukan, sosialisasi,
penyuluhan tapi kurang direspon oleh masyarakat sendiri” (Wawancara
pada tanggal 01 Maret 2016).
Selanjutnya diperjelas oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku Kasi

Pemeriksaan:

“Paling utama sebenarnya kesadaran untuk membayar ia. Memang kita selalu
meningkat realisasi, tapi bisa kalau kita lihat lagi sebenarnya target, berarti
kesadaran untuk membayar masih kurang, Misalnya semua sadar untuk bayar,
pasti target tercapai, bahkan bisa lebih” (Wawancara pada tanggal 03 Maret
2016)
Selanjutnya, selain pada kesadaran masyarakat, juga terletak pada sanksi

yang ditetapkan. Memang sudah ada sanksi administrasi tetapi untuk sanksi

pidana belum ada. Hal ini sesuai dengan dengan yang disampaikan oleh Bpk. M.

H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Sanksi sangat kurang ya untuk membuat efek jera mereka. Cuma sanksi
administrasi yang dibuat, berapalah itu untuk wajib pajak. Kalau
misalnya ada sanksi pidana pasti ada efek jera bahkan buat wajib pajak
untuk melaksanakan kewajibannya tepat waktu. Kita liat Eropa, mereka
ada sanksi pidana yang dimana akan dipenjarakan atau ganti rugi, ini
buat masyarakatnya gak mau ngelangarkan. Coba juga diberlakukan di
Indonesia saya yakin pasti semua pajak terkhususnya reklame pasti
tercapai realisasinya” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya yang menjadi hambatan adalah pengawasan yang dilakukan ke

lapangan dengan jumlah pegawai yang tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan:

“Kita kan selalu ke lapangan untuk ngeliat apakah data sesuai atau
tidak, ataupun ada reklame liar atau tidak. Kita hampir setiap hari
selama jam kerja mengawasi. Tapi gimana lah, saya sendiri dibantu satu

Universitas Sumatera Utara


atau dua orang untuk mengawasi Kabupaten Deli Serdang ini sendirian,
terus jumpai UPTD yang di kecamatan sebanyak 15 UPTD, gak sanggup
saya. Jadi kadang-kadang, gak terjumpai semua UPDT atau pun ke
lapangan. Bagi waktu saja susah kali” (Wawancara pada tanggal 11
Maret 2016)
Hambatan keempat dalam melaksanakan intensifikasi adalah reklame liar di

sepanjang Kabupaten Deli Serdang. Dengan adanya reklame liar, membuat

pegwai DISPENDA harus lebih bekerja keras bahkan juga memfokuskan pada

reklame liar ini. Karen kalau bisa mengatasi reklame liar ini setidaknya membantu

dalam pencapaian target pajak reklame. Reklame liar ini sangat mengganggu

jalan-jalan di Kabupaten Deli Serdang, bahkan bisa dikatakan membuat kotor Deli

Serdang, karen dipasang sembarangan tidak sesuai dengan zona jalan yang telah

ditentukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Reklame liar pasti banyaknya disetiap kabupaten/kota, ya salah satunya


Deli Serdang ini. Kalau dibilang liar, sesuka hati mereka mau
masangnya dimana, gak sesuai dengan peraturan yang telah berlaku.
Sakitkan mata kita kalau liat yang liar-liar padahal dia dapat
keuntungan dari situ. Udah nggak bayar pajak, bikin kotor daerah. Terus
buat kita jadi banyak kerja, harus ngurus reklame itu, harus ditertibkan.
Jadi keluar biaya bukan menambah pemasukan kita” (Wawancara pada
tanggal 2016)
Dengan adanya ditemukannya hambatan dalam intensifikasi pemungutan

pajak reklame ini, maka bisa membuat tidak tercapainya realisasi pajak reklame

dan pastinya mengurangi peran pajak reklame dalam pendapatan asli daerah yang

dimana digunakan untuk sumber pembiayaan, penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk

itu dilakukanlah upaya-upaya yang digunakan untuk memperkecil hambatan-

hambatan yang terjadi.

Universitas Sumatera Utara


Sosialisasi ataupun penyuluhan dilakukan guna membuat sadarnya wajib

pajak akan mendaftar dan membayar pajaknya. Ini sesuai dengan yang

disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan

Lain-Lain:

“Kita akan selalu lakukan sosialisasi atau penyuluhan, yang paling


penting menyampaikan perda bahwa setiap orang yang
menyelenggarakan reklame, menurut ketentuannya harus mendaftarkan
dan membayar pajaknya. Biar mereka sadar, bukan hanya tempel tapi
juga harus bayar pajaknya” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Upaya kedua yang dilakukan dengan menyurati wajib Pajak. Yang ini juga

disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan

Lain-Lain:

“Di lapangan, kita banyak jumpai reklame yang tidak terdaftar, nah
misalkan dia tidak terdaftar tapi sudah ada izin mendirikan reklame, kita
surati dia dengan isi harus mendaftarkan reklamenya ke DISPENDA,
terus kalau kita jumpai saat pemeriksaan ada yang belum bayar, ya kita
surati mereka biar segera bayar. Pokoknya kalau untuk wajib pajak
selain sosialisasi, kita surati mereka” (Wawancara pada tanggal 01
Maret 2016).
Upaya selanjutnya adalah mendata ulang. Mendata ulang gunanya untuk

melihat mana yang telah didaftarkan ataupun tidak terdaftar dan juga dengan

mendata ulang, bisa dilihat ada atau tidaknya pembohongan data dari wajib pajak.

Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan

Pendapatan dan Lain-Lain:

“Kita kan sudah mendapat data tentang wajib pajak, berapa ukurannya,
berapa pajak yang harus dibayar, dari data ini, kita pergilah ke
lapangan tempat lokasi pemasangan reklamenya. Nah kita data ulang
sesuai nggak dengan apa yang dilaporkan. Kalau ada kita masukkanlah
data asli yang telah kita dapatkan. Terus dengan data yang ada sama
kita, bisa kita gunakan untuk mendata di lapangan, biar kita lihat mana
yang sudah daftar sama yang tidak. Ya gunakan biar semakin kecil
tingkat reklame yang tidak terdaftar dan liar” (Wawancara pada tanggal
01 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara


Upaya yang keempat adalah dengan cara meningkatkan penggawasan yang

lebih. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi

Peningkatan Pendapatan dan Lain-Lain:

“Pengawasan harus semakin kita tingkatkan, jangan gitu-gitu aja


apalagi melemah, bisa-bisa semakin banyak reklame liar ataupun wajib
pajak yang tidak membayar pajak. Sebenarnya pengawasan inilah yang
termasuk yang penting dalam pemungutan pajak, karena tanpa
pengawasan yang ketat semakin memperkecil peluang untuk wajib pajak
berbohong” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Upaya terakhir dengan memotivasi pegawai untuk lebih bekerja keras untuk

menacapai target pemungutan pajak reklame. Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H

Tambunan:

“Kita juga manusia, kadang-kadang jadi malas dengan pekerjaan


sendiri, jadi gak sepenuhnya bekerja, yang penting dikerjakan, gak
sesuai biar situ. Karena itu kita perlu motivasi yang lebih. Bisa dengan
caranya mungkin dengan pemberian intensif karena kita udah berjuang
untuk mengejar target, Kita pun membuaut target yang setiap tahunnya
kita naikkan, gunanya untuk memotivasi pewagai untuk lebih bekerja
keras” (Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DATA

Dalam bab ini, setelah semua data yang telah disajikan pada bab

sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan masalah yang diteliti oleh peneliti dari

indikator-indikator yang digunakan. Data-data yang didapat merupakan hasil dari

wawancara, observasi dan juga dokumentasi yang telah diperoleh oleh peneliti.

Dari analisis data inilah, nantinya akan diperoleh kesimpulan mengenai

Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh

dari lapangan:

6. 1 Pembukaan Masalah

Sebelum melakukan analisa terkait penelitian yang dilakukan, sebelumnya

terlebih dahulu harus disadari dan didapati suatu masalah sehingga akan

membantu peneliti untuk tetap fokus dalam penyelesaian penelitian terkait.

Sebagaimana penelitian ini merupakan penelitian terfokus pada mengevaluasi

tentang Intensifikasi pemungutan Pajak Reklame. Penelitian ini diambil karena

didasari/diawali dengan masalah yang timbul dalam pencapaian penerimaan pajak

reklame yang tidak pernah mencapai target.

Di awal penelitian ini, peneliti lebih memandang kepada pelaksanaan

pemungutan pajak di berbagai daerah di Indonesiayang diketahui bahwa pajak

sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara


membiayai dan meningkatkan pembangunan di daerah tersebut. Di Indonesia,

sebagian daerah telah memaksimalkan kemampuannya untuk mendapati dan

mencapai penerimaan pajaknya, tetapi sebagian daerah lainnya masih sangat

kurang dan jauh dari harapan dalam pencapaian penerimaan pajak terkhusus

dalam pemungutan pajak reklame. Tidak jarang jika kita melihat dan membaca

dari media, banyak masalah-masalah yang di alami setiap daerah yang tidak

tercapai target realisasinya, misalnya terlalu banyaknya reklame yang tidak

memliki izin atau liar bahkan sampai kepada pihak yang terkait dalam

pemungutan tidak serius dalam pemungutan pajaknya. Sehingga, dengan tidak

tercapainya target menyebabkan dana atau biaya untuk membangun daerahpun

kurang. Untuk itu perlu diperlukan perhatian khusus bahkan perlu adanya strategi

yang khusus untuk meningkatkan realisasi target penerimaan pajak.

Deli Serdang merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang

realisasi pajak reklame mulai dari tahun 2012-2015 tidak pernah mencapai target

yang telah ditetapkan. Jika dilihat dari Bab I dalam penelitian ini, telah dibukakan

terlebih dahulu seberapa besar hasil penerimaan pajak reklame. Dengan tidak

terjadinya target, ini disebabkan karena beberapa masalah. Dan berdasarkan

jawaban dari Bapak M. T Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan

Lain-Lain, realisasi pajak reklame ini tidak tercapai karena banyaknya reklame

yang tidak mendapatkan izin atau reklame liar, kepatuhan wajib pajak dalam

membayar kewajibannya, sikap acuh dari wajib pajak, serta sifat reklame yang

musiman/temporer yang dalam sekali banyak yang memasang, tetapi selanjutnya

sama sekali jarang/sedikit yang memasang reklame.

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengatasi masalah yang terjadi terkait tidak terealisasinya

penerimaan pajak reklame, maka pihak Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA)

Kabupaten Deli Serdang melakukan strategi atau upaya pengoptimalisasian

penerimaan pajak reklame yang disebut dengan intensifikasi. Dalam hal

intensifikasi, pihak DISPENDA sendiri melakukannya mulai dari meningkatkan

proses pendaftaran dan sistem pemunggutan, pendataan dan pendataan ulang

wajib pajak, memperkuat dalam pemahaman peraturan yang berlaku, memperkuat

kualitas SDM dan pelayanan DISPENDA, melakukan pengawasan dan

pemeriksaan, melakukan koordinasi, penertiban reklame liar dan keterlambatan

dalam membayar pajak serta melalukan perencanaan target pencapaian pajak

reklame. Melalui kegiatan/usaha yang dilakukan oleh DISPENDA ini, diharapkan

mampu mengatasi masalah ketidaktercapainya realisasi pajak reklame.

Sebenarnya upaya yang dilakukan DISPENDA Deli Serdang dapat

dikatakan cukup baik dan maksimal untuk mencapai realisasi pajak sesuai dengan

yang ditetapkan. Ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan bukan hanya satu atau

dua kegiatan ataupun bagian yang cukup urgent yang dimaksimalkan, tetapi

intensifikasi yang dilakukan dimulai dari tahap awal dalam kepengurusan pajak

hingga sampai pemungutan pajak reklamenya. Tetapi yang menjadi masalahnya

adalah intensifikasi yang dilakukan dari berbagai usaha ini dapat memang

dikerjakan secara nyata dan mampu mengatasi masalah terkait realisasi pajak

yang tidak sesuai target. Untuk itu perlulah dilakukan evaluasi yang dimana untuk

menilai sudah sejauhmana intensifikasi pemungutan ini berpengaruh pada

pencapaian target pajak reklame.

Universitas Sumatera Utara


6. 2 Analisis Evaluasi Program Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Dalam penelitian ini, evaluasi program Intensifikasi Pemungutan Pajak

Reklame diukur dari data-data temuan di lapangan yang telah diklasifikasikan

sebelumnya ke dalam poin-poin yang menyangkut kegiatan-kegiatan yang

dilakukan dalam hal intensifikasi. Kemudian akan dianalisis dengan indikator-

indikator dalam teori evaluasi kebijakan publik.

6.2.1 Indikator Efektivitas

Indikator efektivitas digunakan untuk melihat apakah hasil yang telah

tercapai dari suatu program yang telah dilaksanakan sesuai dengan hasil yang

ditetapkan. Atau dapat dikatakan, adakah keterkaitan antara hasil yang telah

didapati dengan hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan?. Program

intensifikasi pemungutan pajak reklame ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan

semua yang terkait penerimaan pajak reklame, dengan menyelesaikan masalah-

masalah yang menghambat penerimaan pajak reklame sehingga dapat

meningkatkan realisasi sehingga tercapainya target yang telah ditetapkan.

Jika melihat data yang ditemukan dilapangan, program ini dapat dikatakan

efektif jika para pelaksana dari program ini telah memahami tujuan intensifikasi,

mampu melaksanakan sesuai dengan tugas yang menjadi kewajibannya,

membantu dalam peningkatan penerimaan pajak reklame bahkan bisa

menyelesaikan masalah terkait pajak reklame seperti reklame liar atau reklame

yang tidak memiliki izin, juga kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya.

Untuk melihat sudah efektif atau tidaknya program intensifikasi pemungutan

pajak ini dapat dilihat dari empat aspek penilaian yang telah dilakukan,

diantaranya adalah:

Universitas Sumatera Utara


a. Hasil

Untuk melihat efektifnya program intensifikasi pemungutan pajak

reklame, pertama sekali harus dilihat dari hasil yang telah tercapai selama

program tersebut dilaksanakan. Karena untuk melihat berhasil atau tidaknya

suatu program dilihat dari hasil yang memuaskan atau tidak. Hasil dari

program intensifikasi ini dilihat dari penerimaan pajak reklame setiap

tahunnya apakah tercapainya realiasasi dari target yang ditetapkan atau

malah tidak membawa perubahan apa-apa. Berdasarkan pada data yang

telah ditemukan di lapangan, realisasi penerimaan pajak reklame dari tahun

2012-2015 menunjukkan bahwa pada tahun 2012 berada dalam presentase

60%, tetapi tahun 2013 mengalami penurunan hingga 22,83%. Kemudian

untuk tahun selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan di

tahun 2014 sekitar 36,86% dan tahun 2015 sekitar 75,33%. Dan secara

keseluruhan mulai dari tahun 2012-2015 realisasi penerimaan pajak reklame

rata-rata mencapai sekitar 48,85% dan termasuk dalam kategori “tidak

efektif”.

Selanjutnya, progaram intensifikasi ini dilakukan secara tidak langsung

bertujuan untuk menyadarkan meningkatkan kepatuhan masyarakat/wajib

pajak pentingnya membayar kewajibannya. Untuk menilai hasil dari

program intensifikasi ini, dilihatlah dari Wajib Pajak Reklame yang jujur

dalam penyampaian penyelenggaraan reklame dan meningkatnya kesadaran

untuk membayar pajak. Hal ini berguna karena dengan Wajib Pajak yang

sadar akan kewajibannya dan tidak memanipulasi data, akan mendorong

peningkatan pajak reklame yang pastinya akan membantu realisasi terget.

Universitas Sumatera Utara


Dan berdasarkan hasil wawancara, dapat dikatakan Wajib Pajak sadar

bahkan mau datang menyampaikan penyelengaraan reklamenya ke

DISPENDA dberdasarkan data-datanya yang tertulis dalam surat izin

pendirian reklame. Dan untuk DISPENDA sendiri, melihat meningkatnya

kesadaran akan membayar pajak dilihat dari realisasi yang semakin

meningkat. Berarti secara tidak langsung, dengan hanya mengacu pada

realisasi penerimaan pajak reklame, dapat dikatakan kesadaran masyarakat

untuk membayar pajak telah meningkat setiap tahunnya. Tetapi secara

pengamatan peneliti, standar untuk menentukan kesadaran dalam membayar

bukan hanya dari realisasi yang meningkat, tetapi juga dilihat dari

meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya. Tetapi karena

keterbatasan data, peneliti tidak bisa mendapatkan secara akurat

peningkatan jumlah wajib pajak, dan selama melakukan peneliitian, pihak

terkait seakan-akan menutupi dan mencari alasan-alasan untuk memberi

jumlah wajib pajak reklame.

b. Keadilan

Untuk melihat indikator efektivitas ini dapat berjalan dengan baik bahkan

mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, juga melihat aspek keadilan

yang melihat pada pengenaan tarif pajak reklame yang sesuai dengan

kondisi dan dapat diterima oleh Wajib Pajak reklame. Berbicara keadilan

disini maksudnya adalah syarat adil dalam pemungutan pajak memang harus

dilaksanakan, dengan salah satunya adalah perhitungan dan pengenaan tarif

pajak sama dikenaan kepada setiap wajib pajak yang mengurus

penyelenggaraan reklame.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, untuk tarif pajak

reklame tidak ada pembedaan antar satu wajib pajak dengan wajib pajak

yang lain. Ini dilihat dari telah diberlakukannya Perbup Deli Serdang No.

435 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame,

Nilai Dasar Reklame Dan Nilai Startegis Daerah Kabupaten Deli Serdang.

Yang kemudian dikalikan 25%, dan itulah jumlah pajak yang harus dibayar.

Jadi, mau tidak mau setiap wajib pajak yang melapor harus membayar

sesuai dengan perhitungan yang telah ditetapkan. Tarif inipun sebelumnya

telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang dengan

pertimbangan-pertimbangan yang cukup masuk akal. Sejauh ini, menurut

peneliti, besarnya tarif yang harus dipungut dari setiap wajib pajak tidak

terlalu membebankan wajib pajak, karena balik lagi, reklame yang

diselengarakan pasti akan mendatangkan keuntungan yang cukup besar bagi

wajib pajak, dan dari keuntungan itu, hanya diambil sedikit untuk dipungut

menjadi pajak. Dengan besarnya pengenaan tarif yang ditetapkan oleh

Pemda kabupaten Deli Serdang “cukup efektif” untuk

diberlakukan/ditetapkan. Mengingat lagi, pajak reklame ini digunakan

untuk pembangunan daerah, dalam arti pajak yang berasal dari masyarakat

secara tidak langsung akan dirasakan melalui pembangunan daerah yang

semakin baik.

c. Kemampuan melaksanakan

Untuk meningkatkan efektivitas program intensifikasi pemungutan yang

dilakukan, dilihat juga aspek kemampuan melaksanakan yang dilihat dari

keterampilan pegawai dalam melaksanakan tugas yang menjadi

Universitas Sumatera Utara


kewajibannya. Dengan kata lain, kemampuan dan pelayanan yang diberikan

oleh pihak DISPENDA Deli Serdang akan membawa semakin efektifnya

program intensifikasi ini.

Pertama, dilihat dari kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugasnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, tugas pegawai dalam hal

identifikasi dimulai dari proses pendaftaran, pendataan, pengawasan,

pemeriksaan, penertiban bahkan koordinasi. Dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti, didapati bahwa:

1. proses pendaftaran sangat baik dilakukan oleh DISPENDA yang

dimana mengarahkan wajib pajak mengisi data-data terkait pribadi

wajib pajak yang sangat mudah dipahami dan sederhana. Bahkan jika

terjadi kesalahan, pegawai akan menyuruh pengisian data ulang.

Bahkan proses untuk mendapatkan SKPDpun tidak membuat Wajib

Pajak menunggu lama, hanya dua sampai tiga hari. Dari hasil

penelitian ini, pegawai “efektif” dalam melaksanakan tugasnya

terkait pendaftaran.

2. Pendataan yang dilakukan adalah pendataan langsung ke lapangan

terkait penyelengaraan reklame yang dilakukan wajib pajak. Data

yang diterima oleh pegawai DISPENDA akan dicocokkan dengan

keadaan dilapangan. Pendataan ke lapangan guna untuk melihat objek

pajak yang telah mendapat izin tetapi belum terdaftar di DISPENDA,

tidak memiliki izin atau disebut dengan reklame liar bahkan untuk

melihat adakah kesalahan pengisian atau pelaporan data yang

dilakukan wajib pajak. Dengan pendataan ini, dapat dikatakan

Universitas Sumatera Utara


“efektif” dalam pelaksanaannya guna untuk melihat kecurangan-

kecurangan yang terjadi dilapangan.

3. Selanjutnya untuk melihat pegawai menjalankan tugasnya sesuai

dengan yang dipertanggungjawabkan dilihat dari pengawasan dan

pemeriksaan yang dilakukan oleh DISPENDA. Hal ini sebenarnya

tidak terlepas dari tugas pendataan, karena setelah didapatkannya data

barulah dilakukannya pengawasan dan pemeriksaan. Pengawasan dan

pemeriksaan yang dilakukan oleh pegawai DISPENDA dengan

langsung terjun dan keliling-keliling sekitar Kabupaten Deli Serdang,

melakukan pemeriksaan ke lapangan membandingkan terkait

penyesuaian data wajib pajak yang diisi dengan yang dilapangan dan

mendatangi setiap rumah wajib pajak untuk menyakini telah

membayar pajak. Dan tindakan pemeriksaan ini disepakati oleh

Wajib Pajak reklame yang pernah merasakan dimana pernah

didatangi oleh DISPENDA untuk pemeriksaan SSPD. Tindakan

pengawasan dan pemeriksaan ini “sangat efektif” untuk tetap

dilaksanakan oleh pegawai DISPENDA Deli Serdang.

4. Melakukan koordinasi dengan mitra terkait mengharuskan

DISPENDA melaksanakannya. Hal ini karena, pajak reklame tidak

hanya DISPENDA yang mengerjakannya, tetapi ada mitra lain yang

melaksanakannya. Untuk itu, DISPENDA telah melakukan

koordinasi dengan Badan Penanaman Modal dan Perizinan terkait

dengan izin penyelenggaraan reklame, kemudian berkoordinasi

dengan pihak UPTD yang ada dikecamatan terkait mendata reklame

Universitas Sumatera Utara


yang ada disetiap kecamatan (untuk melihat ada tidaknya reklame

liar) dan yang terakhir adalah koordinasi dengan pihak advertising

(Badan Jasa Reklame) yang disebut pihak ketiga dalam pengurusan

penyelenggaraan reklame menjalin hubungan yang baik dan saling

bekerjasama dalam penyelenggaraan reklame. Dalam melaksanakan

koordinasi sangat baik untuk terus dilakukan dan “sangat efektif”

untuk terus dilakukan guna memperkecil reklame-reklame liar yang

berada di Kabupaten Deli Serdang.

5. Penertiban adalah hal sangat yang penting untuk dilaksanakan oleh

pegawai DISPENDA. Karena dengan ada penertiban, setidaknya

Kabupaten Deli Serdang pemasangan reklame liar sedikit atau jarang

ditemukan. Reklame-reklame yang liar bahkan reklame yang tidak

dibayar yang telah jatuh tempo akan dilakukan penertiban yaitu

dengan pencabutan reklame. Pelaksanaan penertiban tergolong dalam

kriteria “efektif” untuk menimbulkan efek jera bagi pemasang

reklame liar.

Dari kelima tugas yang menjadi tanggungjawab pegawai DISPENDA,

peneliti melihat bahwa mereka mampu melaksanakan tugasnya secara

“efektif”. Ini dapat dilihat dari hasil wawancara, yang peneliti anggap

mereka benar-benar menjalankan sesuai dengan apa yang telah menjadi

kewajiban mereka.

Kedua, untuk melihat kemampuan melaksanakan dilihat dari pelayanan,

kedisiplinan dan pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh pegawai.

Melihat kepada pelayanan yang diberikan, ini menuntut setiap pegawai

Universitas Sumatera Utara


untuk memberikan pelayanan yang terbaik mengingat bahwa pegawai

adalah public service (pelayan publik) yang dimana mereka bekerja untuk

memuaskan dan tidak membuat kecewa wajib pajak. Berdasarkan hasil

wawancara, pegawai DISPENDA belajar untuk memberikan pelayanan

yang terbaik kepada masyarakat. Bahkan wajib pajak yang mengurus

penyelengaraan reklame menyatakan merasakan pelayanan yang cukup baik

dari pihak DISPENDA, dengan sikap yang ramah dan mau menggajari

dalam perhitungan tarif pajak.

Selain itu, pegawai yang mampu melaksanakan tugasnya, berarti dapat

dikatakan disiplin dalam pekerjaannya. Dari hasil wawancara dikatakan

pegawai telah disiplin, tetapi selama peneliti melakukan observasi, bnyak

pegawai yang tidak disiplin dan menghargai waktu, banyak yang terlambat

terlambat, membuang waktu hanya untuk bercerita/gosip, menonton tv.

Bahkan jika dikatakan disiplin melaksanakan tugas, tidak ada pengerjaan

tugas yang tergesa-gesa. Tetapi peneliti dapati banyak pegawai yang

berleha-leha dalam satu hari, tetapi esoknya bekerja keras untuk

mengerjakan tugas yang deadline. Dalam hal pendidikan terakhir, jumlah

pegawai mencapai 80% menempuh pendidikan S1 dengan gelar yang

berbeda-beda. Sehingga menurut peneliti, pegawai DISPENDA mampu

mengerjakan tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

Dari kedua hal untuk menilai kemampuan melaksanakan tugas dari

pegawai DIPENDA, kegiatan intensifikasi pemungutan pajak reklame

tergolong dalam kriteria Cukup efektif”.

Universitas Sumatera Utara


d. Kecocokan sebagai sumber penerimaan hdaera

Sebuah program yang diambil untuk menyelesaikan masalah, setidaknya

dinyakini cocok atau tidak dalam menyelesaikan masalah yang ada. Kerena

percuma saja, program yang telah direncanakan dan dilaksanakan membawa

hasil yang sia-sia atau tidak berdampak sama sekali. Untuk itu, sebelum

benar-benar program itu dijalankan, lebih baik terlebih dahulu

dipertimbangkan kelebihan atau kekurangan program tersebut.

Begitu juga dalam pemungutan pajak reklame. Saat terjadi masalah

terkait penerimaan reklame yang tidak sehat/tidak mencapai target,

diperlukanlah strategi yang dianggap cocok dan sesuai untuk meningkatkan

penerimaan pajak reklame bahkan dapat mempengaruhi dan meningkatkan

penerimaan daerah. Salah satunya dengan pelaksanaan program

intensifikasi. Hampir setiap daerah yang ada di Indonesia melalukan strategi

atau program intensifikasi ini untuk lebih menggali potensi dari setiap jenis

pajak yang ada didaerah. Pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak

reklame yang juga dilakukan oleh DISPENDA Kabupaten Deli Serdang

merupakan kegiatan untuk mengoptimalisasikan semua penerimaan terkait

pajak reklame yang diharapkan dapat meningkatkan realisasi penerimaan.

Karena mereka menganggap bahwa program ini sangat membantu dan

menjadi sumber penerimaan.

Menurut hasil wawancara dalam penelitian ini, telah banyak dilakukan

kegiatan-kegiatanmulai dari meningkatkan proses pendaftaran dan sistem

pemunggutan, pendataan dan pendataan ulang wajib pajak, memperkuat

dalam pemahaman peraturan yang berlaku, memperkuat kualitas SDM dan

Universitas Sumatera Utara


pelayanan DISPENDA, melakukan pengawasan dan pemeriksaan,

melakukan koordinasi, penertiban reklame liar dan keterlambatan dalam

membayar pajak serta melalukan perencanaan target pencapaian pajak

reklame. Melalui kegiatan inilah DISPENDA mendapatkan hasil yang

cukup baik, dimana semakin meningkatnya realisasi penerimaan pajak

reklame dari tahun 2013-2015. Walaupun memang tidak secara signifikan

dapat memberikan dampak yang besar dalam penerimaan daerah bahkan

pembangunan daerah. Tetapi setidaknya dengan intensifikasi ini,

penerimaan reklame yang naik turun ditahun 2012-2013, dapat ditingkatkan

dan dinaikan kembali tanpa ada penurunan hingga di tahun 2015 tahun lalu.

Yang dapat dikatakan bahwa intensifikasi cukup efektif dan “sangat cocok”

dalam menyelesaikan masalah bahkan digunakan untuk jalan mendapatkan

sumber penerimaan yang semakin meningkat.

Berdasakan dari empat aspek penilaian (hasil, keadilan, kemampuan

melaksanakan dan kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah) untuk menilai

efektivitas atau tidaknya program intensifikasi pemungutan pajak reklame, secara

keseluruhan peneliti dapat mengatakan bahwa program ini “cukup efektif” untuk

selalu dilaksanakan.Ini dilihat dari kemauan pegawai DISPENDA untuk terus

berusaha dan bekerja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan walaupun hasil

yang ada belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan karena pencapaian target

yang menjadi gol belum dapat terealisasikan.

Universitas Sumatera Utara


6.2.2 Indikator Efisiensi

Sebenarnya efektivitas dan efisiensi adalah satu sama lain yang sangat

berhubungan. Dimana sebelumnya, efektivitas melihat hasil yang telah tercapai

sesuai dengan harapan. Dan efisiensi inilah yang menjadi sumber utama untuk

bisa mencapai hasil yang diinginkan. Efisiensi adalah berbicara mengenai usaha-

usaha yang dilakukan oleh pihak terkait guna mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam hal pemungutan pajak, efisiensi berkaitan dengan ketetapan atau cara

untuk mengelola pajak (tidak membuang biaya, usaha dalam pemungutan dengan

baik, penggunaan jumlah tenaga/bahan yang sesuai dengan standar) yang telah

ditetapkan.

Dalam hal melaksanakan program atau kebijakan, pengunaan biaya harus

bisa dibawah dari dengan apa yang telah didapatkan dan tidak boleh melebihi dari

realisasi pajak reklame. Ini dikarenakan jika program atau kebijakan itu

menggunakan dana atau biaya yang lebih besar, berarti program tersebut tidak

layak untuk dilaksanakan bahkan menjadi alternatif pilihan untuk menyelesaikan

masalah, malah akan membuat pengeluaran pihak terkait membengkak. Hal ini

juga dilakukan oleh pihak DISPENDA Kabupaten Deli Serdang, program

intensifikasi pemungutan pajak reklame digunakan untuk meningkatkan

pencapaian target yang telah ada. Dimanapun, pastinya ketika dalam

melaksanakan kegiatan atau program akan membutuhkan biaya agar mampu

melaksanakan dengan baik. Tetapi dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan,

pihak DISPENDA menyatakan bahwa tidak menggunakan dana atau biaya yang

lebih untuk melaksanakan program intensifikasi ini. Memang dalam

penganggaran sudah dibuat berapa anggaran untuk hal ini, dan juga dalam hal

Universitas Sumatera Utara


intensifikasi, dana atau biaya yang dilakukan saat penertiban reklame liar yang

ada, dan ini hanya membutuhkan parang dan juga egrek (semacam parang yang

disambungkan dengan kayu panjang) dan alat inipun bisa bertahan dalam jangka

waktu yang cukup lama. Dan biaya lainnya yang cukup besar digunakan sebagai

biaya operasional (biaya jalan) untuk memantau keadaan reklame yang ada di

sekitaran Kabupaten Deli Serdang. Dalam hal ini, berarti dana atau biaya yang

dikeluarkan oleh pihak DISPENDA tidak terlalu besar atau tidak melebihi

realisasi dari pajak reklame.

Selanjutnya dari segi usaha yang dilakukan dalam pemungutan yang baik,

program intensifikasi pemungutan pajak reklame telah melakukan berbagai usaha

untuk mencapai tujuan dari intensifikasi ini (pengoptimalisasian semua yang

berkaitan dengan pajak reklame). Usaha-usaha yang dilakukan telah diungkapkan

terlebih dahulu di atas, tetapi dalam hal ini akan dijabarkan kembali dengan

maksud apakah efisien usaha yang telah dilakukan.

a. Proses pendaftaran dan sistem pemungutan pajak reklame, yang dimana

hasil wawancara diperoleh bahwa dalam proses mendaftar, pengisian

data wajib pajak sangat udah dimengerti dan dipahami serta tidak susah

untuk mengisinya bahkan saat wajib pajak tidak dapat mengisi, pihak

DISPENDA mencoba untuk mengajari kembali cara pengisiannya.

Dalam hal sistem pemungutan, DISPENDA mencoba menggunakan

sistem yang disarankan oleh Direktorat Jenderal Pajak, tetapi saat wajib

pajak tidak mengerti, pihak DISPENDA mencoba untuk membantu

dalam penghitungan pajaknya.

Universitas Sumatera Utara


b. Pendataan dan pendataan ulang wajib pajak, yang dimana melalui

wawancara yang diperoleh, pendataan ini dilakukan guna membatasi

laporan-laporan atau data yang berbeda antara yang dilaporkan dengan

data yang ditemukan dilapangan. Hal ini cukup efisien untuk dilakukan

dikarenakan dengan adanya usaha ini, akan meminimalkan reklame

yang tidak memiliki izin bahkan dengan laporan yang salah.

c. Pemahaman peraturan yang berlaku dimana dengan hasil wawancara

yang peneliti lakukan, baik DISPENDA dan juga Wajib Pajakcukup

mengerti dengan perda yang telah diberlakukan ini. Usaha yang

dilakukan DISPENDA adalah sosialisasi ataupun penyuluhan baik yang

dilakukan dengan menjumpai langsung sang wajib pajak, mengundang

ke kantor DISPENDA ataupun dengan media seperti menulisnya dalam

koran. Tetapi saat ditanyakan dengan wajib pajak, sebagian wajib pajak

tidak mengetahui adanya penyuluhan karena memang mereka telah tahu

tentang penyelengaraan reklame yang harus membayar pajak. Berarti

tidak dapat dikatakan DISPENDA benar-benar melakukan pemahaman

akan peraturan yang berlaku baik kepada pegawai sendiri dan juga wajib

pajak.

d. Memperkuat kualitas SDM serta pelayanannya denggan hasil

wawancara yang peneliti lakukan, pihak DISPENDA diberi

tanggungjawab untuk melaksanakan tugas sesuai dengan kewajibannya,

terus belajar untuk memberikan yang terbaik untuk wajib pajak, dan

memberikan pelayanan yang terbaik bagi wajib pajak. Dan dalam hal

ini, Wajib Pajak menyatakan pelayanan yang baik dengan sikap yang

Universitas Sumatera Utara


ramah. Tetapi ini tidak cukup. Yang menjadi masalah adalah

kedisiplinan dari peggawai DISPENDA, dimana saat dilapangan

ditemukan bahwa pegawai yang tidak ontime, bergosip padahal pastinya

ada tugas yang harus diselesaikan dan pegawai yang menonton tv.

Berarti dalam hal ini, kualitas SDM dari DISPENDA tidak dapat

dikatakan baik.

e. Pengawasan dan pemeriksaan yang dimana hasil wawancara yang

dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa pengawasan dan

pemeriksaan ini untuk mengurangi dan menghilangkan kecurangan yang

dilakukan wajib pajak dengan cara memeriksa ulang data semua data

yang ada dengan yang ditemukan dilapangan dan juga melakukan

pengawasan dan pemeriksaan dengan mendatangi langsung rumah wajib

pajak. Menurt peneliti, usaha ini cukup efisien dalam pemungutan pajak

reklame.

f. Koordinasi dengan mitra-mitra yang terkait (Badan Penanaman Modal

dan Perizinan, UPTD dan juga advertising). Dari hasil wawancara yang

dilakukan peneliti, pihak DISPENDA cukup memiliki hubungan yang

baik dengan semuat mitra yang ada.

g. Penertiban reklame liar dan keterlambatan dalam membayar pajak. Hal

ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang dimana

DISPENDA selalu melakukan penertiba reklame liar yang mengganggu

tata ruang dan wilayah Kabupaten Deli Serdang bahkan yang menutupi

sebagian dari realisasi target yang ada. Dan juga dengan yang terlambat

membayar pajaknya akan dikenakan sanksi 2% dari jumlah pajak yang

Universitas Sumatera Utara


ditetapkan bahkan akan dilakukan pencabutan. Usaha yang dilakukan ini

sangat efisien untuk mengurangi reklame liar yang ada dan juga dapat

menambah penerimaan pajak reklame. Walaupun sebenarnya yang

namanya reklame liar tidak akan selesai diselesaikan tanpa kerja keras

yang lebih baik.

h. Perencanaan target yang dilakukan oleh pihak DISPENDA yang

digunakan sebagi acuan dalam bekerja dan menjalankan tugasnya.

Berdasarkan hasil wawancara yang ada, perencanaan ini arah untuk

kedepannya denga tujuan meningkatkan penerimaan dari pajak reklame.

Melaui usaha-usaha yang dilakukan DISPENDA dapat dikatakan cukup

sesuai untuk menyelesaikan kondisi dan masalah dalam pencapaian realiasi pajak

reklame ini. Karena setidaknya, usaha-usaha yang dilakukan membawa hasil yang

cukup baik yang dimana cukup membantu dalam meningkatkan penerimaan pajak

reklame.

Dan terakhir dari segi jumlah tenaga yang ada. Sebuah program atau

kegiatan tidak akan terlepas dari orang-orang yang dapat bekerja dan mampu

mengerjakannya sehingga membawa damapk yang positif. Jika kita lihat dari hasil

data yang telah disajikan, untuk keseluruhan jumlah pegawai yang ada di

DISPENDA tidak singkron antara satu data dengan data yang lain, jadi peneliti

tidak dapat mengambil kesimpulan untuk jumlah pegawai yang sebenarnya. Dan

khusus untuk jumlah pegawai yang mengurus terkait pajak reklame yang

didasarkan pada pertanggungjawaban perbidang, bisa dilihat hanya 13 orang yang

dimana pajak reklame hanya 3 orang yang mendapatkan bagian untuk pajak

reklame.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil analisis dari segi biaya atau dana, usaha-usaha yang

dilakukan bahkan sumber daya manusia yang terlibat, program ini telah terlaksana

cukup efisien dan benar-benar sudah menyakini bahwa memiliki tanggungjawab

untuk mencapai target. Dengan melihat fokus program intensifikasi pemungutan

pajak reklame yang adalah pengoptimalisasian semua yang terkait pajak reklame

berhasil untuk membenahi bahkan memperbaiki masalah yang terkait reklame

bahkan dapat meningkatkan penerimaan pajak reklame.

6.2.3 Kriteria Kecukupan

Kecukupan yang dimaksud disini adalah tujuan yang telah dicapai dengan

usaha-usaha yang dilakukan sudah dapat dirasakan mencukupi dalam pemecahan

masalah. Dalam kriteria kecukupan yang satu ini juga masih berkaitan erat

dengan effektivitas. Suatu program atau kebijakan dapat dikatakan efektif

bilamana alternatif yang digunakan dan ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai

atau kesempatan dalam meyelesaikan masalah yang telah terjadi.Dalam analisis

yang terkait dengan kriteria kecukupan akan menilai sudah cukup atau tidak

usaha-usaha yang telah dilakukan oleh pihak DISPENDA Kabupaten Deli

Serdang untuk mencapai hasil yang diharapkan dan membawa perubahan.

Dalam program intensifikasi pemungutan pajak reklame yang dilakukan

oleh DISPENDA bertujuan untuk mengoptimalisasikan semua yang terkait pajak

reklame untuk mecapai realisasi target yang selama beberapa tahun tidak pernah

tercapai. Dan masalah yang menjadi penyebab utamanya adalah reklame liar,

penyelengaraan reklame yang telah mendapat izin tetapi tidak membayar pajak

ataupun wajib pajak yang tidak membayar pajak yang telah ditetapkan atau

pelaporan yang tidak akurat oleh Wajib pajak.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara yang telah peneliti lakukan, ada beberapa

usaha yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan sudah

tertulis dalam keriteria efisiensi mulai dari tahap awal yaitu proses pendaftaran

sampai pada perencanaan target penerimaan pajak reklame. Tetapi apakah usaha

yang dilakukan sudah baik, cukup dan cocok untuk menyelesaikan masalah?.

Dengan usaha yang dilakukan, peneliti menilai hasil yang dicapai belum bisa dan

cukup untuk menyelesaikan masalah terkait intensifikasi pemungutan pajak

reklame ini. Ini dapat dilihat dari pencapaian utama dari program ini yaitu

realisasi pajak reklame. Dengan data yang telah ada (lihat tabel 5.4), pencapaian

dapat dikatakan cukup jauh dari target yang telah ditetapkan. Dari tahun 2012-

2014 tidak pernah mencapai setengah dari yang ditarget dan hanya di tahun 2015

yang mencapai 75,33% dari target. Ini membuktikan bahwa usaha yang dilakukan

tidak cukup untuk menyelesaikan masalah.

Selanjutnyapun, seharusnya usaha-usaha yang dilakukan dapat memperkecil

bahkan menyelesaikan hambatan-hambatan yang ditemukan oleh DISPENDA

terkait pemungutan pajak reklame. Berdasarkan hasil wawancara, kesadaran

masyarakat untuk membayar pajak masih kurang, sanksi yang kurang membawa

efek jera, jumlah pegawai yang minim, reklame liar dan juga kepatuhan wajib

pajak dalam membayar pajak belum bisa diatasi secara menyeluruh oleh pihak

DISPENDA sendiri. Jadi bagaimana dapat dikatakan cukup, kalau usaha yang

dilakukan tidak 100% menyelesaikan masalah yang ada. Padahal masalah-

masalah diatas tersebut sangat membantu dalam pencapaian realisasi bahkan bisa

mendapat penerimaan yang lebih dari target yang telah ditentukan.

Universitas Sumatera Utara


Bahkan saat melakukan observasi di sekitaran Kabupaten Deli Serdang,

untuk menyakini usaha-usaha yang dilakukan terkhusus pada pengawasan,

pemeriksaan dan juga penertiban, peneliti masih menemukan reklame-reklame

yang dipasang secara sembarangan, tidak melaporkan penyelenggaraan

reklamenya bahkan ada beberapa baliho atau billboard yang kosong. Padahal jika

memang bersungguh-sungguh dan bekerja keras dalam menjalankan

tanggungjawabnya mungkin hal-hal diatas dapat diminimalisasikan sehingga

usaha yang dilakukan tidak dinilai sia-sia.

Dari temuan diatas, sebenarnya program intensifikasi pemungutan pajak

reklame ini sangat membantu dalam pencapaian penerimaan pajak reklame

Kabupaten Deli Serdang yang sesuai dengan target dan menyelesaikan masalah

yang terkait. Akan tetapi, hingga saat ini usaha-usaha yang dilakukan tidak bisa

mencukupi untuk mencapai kebutuhan atau hasil yang diharapkan.

6.2.4 Kriteria Pemerataan

Pemerataan dalam kebijakan publik dapat diartikan dengan keadilan yang

diberikan dan diperoleh oleh kelompok sasaran. Artinya bisa saja sebuah program

efektif dan efisien dapat ditolak jika manfaatnya tidak merata dan adil. Dalam hal

ini butuh kesamarataan atas segala sesuatu yang diterima dari pemerintah karena

berfungsi untuk melayani kebutuhan publik secara adil.

Penelitian pada intensifikasi pemungutan pajak reklame ini melihat pada

kelompok sasaran yang ada dimana yang pertama adalah DISPENDA melihat

perubahan yang terjadi ketika menjalankan usaha yang terkait program

intensifikasi ini. Untuk menilai kriteria pemerataan ini akan melihat pada

kelompok sasaran yaitu DISPENDA, tetapi untuk melihat intensifikasi yang

Universitas Sumatera Utara


dilakukan DISPENDA baik dalam pelayanan maupun menjalankan tugasnya, juga

akan melihat pada wajib pajak reklame itu sendiri.

Melalui program intensifikasi yang telah terlaksana cukup lama di

Kabupaten Deli Serdang, menurut data yang diperoleh dari wawancara dengan

informan, DISPENDA tidak ada pembedaan antar wajib pajak yang ada, semua

wajib pajak mau yang mengurus dengan tarif pajak yang besar atau kecil

diberikan pelayanan yang sama. Apalagi tidak ada pembohongan dalam

pengitungan pajak reklame dan kongkalilong antara pegawai dengan wajib pajak,

karena sesuai dengan data yang diterima DISPENDA tentang ukuran dari pajak

reklame ini akan dihitung berdasarkan Perbup Deli Serdang N0. 435 tahun 2014

Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame

dan Nilai Strategis Daerah Kabupaten Deli Serdang. Yang berarti menutup

kemungkinan untuk menyalagunai perhitungan pajak reklame ini.

Selanjutnya diperkuat lagi dengan informasi yang didapati bahwa usaha-

usaha terkait intensifikasi seperti pelayanan selalu memberikan yang terbaik.

Bahkanpun untuk lebih menilai sudah merata atau tidak usaha yang dilakukan

DISPENDA dilihat dari salah satu usaha yaitu pemeriksaan dan pengawasan

dengan tujuan untuk mengurangi kecurangan dari wajib pajakdan menguji

kepatuhannya. Dan melalui hasil wawancara yang diperoleh peneliti, usaha ini

dilaksanakan dengan mendatangi rumah setiap wajib pajak untuk memeriksa dan

mengecek data-data yang terkait pajak reklame.

Terkait kriteria pemerataan dalam program intensifikasi ini, juga melihat

apakah sudah merata pelayanan yang diberikan oleh DISPENDA kepada wajib

pajak reklame. Untuk melihat sudah merata atau tidaknya, menurut hasil

Universitas Sumatera Utara


wawancara dengan informan tambahan dalam penelitian ini yaitu wajib pajak,

mereka merespon dengan jawaban yang sama yaitu pelayanan yang diberikan

cukup baik dengan sikap yang ditunjukkanpun baik juga bahkanpun dalam proses

pendaftaran yang dinyatakan tidak memberatkan wajib pajak dengan jangka

pengurusan hanya beberapa hari. Dan secara tersirat, peneliti menafsirkan bahwa

dalam kepengurusan pajak reklame dari wajib pajak tidak ada yang merasa

dikecewakan bisa dilihat dari jangka waktu yang ditentukan tidak pernah melebihi

waktu yang dijanjikan.

Tetapi memang diatas menyebutkan dan diambil kesimpulan dinyatakan

sudah cukup merata program intensifikasi ini dilakukan. Tetapi jika kita melihat

hambatan-hambatan yang terjadi saat pemungutan pajak reklame yang sangat

terkait adalah kesadaran masyarakat untuk membayar kewajibannya (pajak).

Menurut hasil wawancara, kesadaran masih kurang diantara masyarakat untuk

melaporkan dan membayar pajak walaupun usaha telah banyak dilakukan, yang

dimana berujung pada tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Berarti

secara tidak langsung, pihak DISPENDApun kurang benar-benar menekan dan

bekerja keras untuk menciptakan pemikiran yang sama di masyarakat untuk

mengetahui dan mengerti tanggungjawabnya.

Dengan kondisi yang demikian, sesungguhnya program intensifikasi belum

dapat menciptakan dan mencapai pemerataan yang adil dalam mengoptimalisasian

pajak reklame. Yang dimana ditemukan memang pelayanan yang diberikan

DISPENDA sudah dan dapat diakui cukup merata dikalangan masyarakat, tetapi

masih menimbulkan kesadaran masyarakat yang kurang dalam membayar

kewajibannya.

Universitas Sumatera Utara


6.2.5 Kriteria Responsivitas

Melalui kriteria responsivitas ini mengandung maksud adanya tanggapan

sasaran kebijakan atau program terhadap penerapan suatu kebijakan atau program.

Sebenarna keriteria responsivitas ini sangatlah penting, karena analisis ini dapat

memuaskan semua kriteria lainnya (efektif, efisien, kecukupan dan pemerataan)

masih gagal dalam menangangai kebutuhan kelompok yang diuntungkan dari

adanya suatu kebijakan. Untuk penelitian ini akan melihat bagaimana kebijakan

atau program yang diambil sesuai atau tanggap dengan kebutuhan untuk

menyelesaikan dan mangatasi masalah yang ada bahkan mendatangkan kepuasan

terhadap kelompok sasaran.

Masalah yang terjadi dalam penelitian ini tidak tercapainya realisasi yang

beberapa tahun tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka

dilakukanlah dan diambil alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu

intensifikasi pemungutan pajak reklame. Tetapi apakah program ini sesuai dengan

masalah bahkan dapat mengatasi masalah yang ada atau malah tidak membawa

perubahan apa-apa. Jadi untuk mengetahui apakah program ini responsif terhadap

masalah, melihat dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan.

Sebenarnya dalam penelitian ini, responsivitas dari pihak DISPENDA

adalah hal yang utama dikarenakan mereka adalah kelompok sasarannya. Pertama

sekali seharusnya DISPENDA harus tanggap bagaimana keadaan dan masalah di

sekitar Deli Serdang terkait pajak reklame dan apa yang menjadi kebutuhan untuk

memperbaiki dan mencapai hal yang diinginkan (penerimaan pajak reklame).

Dengan diambilnya program intensifikasi ini, berarti pihak DISPENDA yakin

Universitas Sumatera Utara


bahwa inilah yang sesuai (tanggap) dengan masalah-masalah yang ada. Untuk itu

program ini telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya hingga sekarang dengan

melakukan beberapa usaha.

Dari hasil penelitian terkait dengan pelaksanaan intensifikasi pemungutan

pajak reklame, tanggapan pihak DISPENDA terhadap intensifikasi ini adalah

mendukung untuk terlaksananya intensifikasi ini dengan baik dan dapat

dikerjakan secara maksimal. DISPENDA cukup mengerti dan mengetahui

kebutuhan atau usaha apa yang harus dilakukan dan diperkuat. Ini dapat dilihat

dari respon akan peningkatan kebutuhan (penerimaan pajak reklame) terhadap

perbaikan permasalahan dan intensifikasi terkait pemungutan pajak reklame.

Dengan masalah tidak tercapainya pajak reklame dan dengan sadar mereka tahu

akan pencapaian mereka yang tidak pernah berhasil mencapai target, DISPENDA

mencoba untuk lebih menekankan pada pengelolaan data terhadap wajib pajak

yang dimana melalui hasil penelitian DISPENDA melakukan pendataan ulang

terhadap data yang ada telah ada dengan yang ditemukan dilapangan (menggali

reklame yang tidak terdaftar) yang dimana jika ditemukan berbeda hasil

temuannya, maka DISPENDA akan menghubungi dan berjumpa langsung dan

mengeluarkan Surat Keterangan Kurang Bayar akan pajak reklamenya,

meningkatkan proses dan pelayanan saat proses pendaftaran, dengan menjadi

pelayan publik yang cukup ramah dan berkompeten dalam memahami tugas yang

menjadi kewajibannya, melakukan pemeriksaan dan pengawasan di sekitaran

Kabupaten Deli Serdang bahkan melakukan penertiban terhadap reklame liar

bahkan yang tidak membayar pengenaan pajaknya.

Universitas Sumatera Utara


Dari hal diatas peneliti mencoba menyimpulkan bahwa DISPENDA yang

menyadari akan kurangnya kerja keras mereka dalam meningkatkan penerimaan

pajak reklame, tetapi mereka langsung tanggap dan respon terhadap masalah

tersebut dengan memperbaikinya dalam setiap usaha-usaha yang dilakukan dalam

hal intensifikasi pemungutan pajak reklame.

6.2.6 Kriteria Ketepatan

Kriteria untuk menilai atau menggevaluasi yang terakhir adalah dengan

kriteria ketepatan yaitu pakah hasil yang dicapai bermanfaat dan dapat dirasakan.

Kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil pelaksanaan adalah bukti

berhasilnya suatu program atau kebijakan.Hal ini merupakan aspek penting untuk

menilai memang tepat atau tidak program atau kebijakan dilakukan untuk

menyelesaikan masalah, telah berjalan sesuai denggan tujuan dan sasaran yang

telah ditetapkan bahkan layak diteruskan untuk dilaksanakan atau tidak. Dan

ketepatan ini saling berhubungan dengan kriteria yang lain, mulai dari effektivitas,

efisiensi, kecukupan, pemerataan serta resposivitas.

Berdasarkan hasil penelitian, program intensifikasi ini sampai saat ini

membawa hasil yang cukup efektif dalam mencapai realisasi penerimaan pajak

reklame sesuai dengan target. Ini dapat dikatakan sudah cukup tepat dalam

menyelesaikan masalah pajak reklame ini, karena akhirnya setelah program ini

terlaksana dalam beberapa tahun telah membawa dampak positif yang dimana

secara signifikan meningkatkan penerimaan pajak reklame walaupun tidak dapat

mencapai target yang telah ditentukan. Karena tidak maksimalpun dikarenakan

Universitas Sumatera Utara


adanya faktor-faktor penggambat seperti yang telah diuraikan pada penyajian

data.

Dengan adanya program intensifikasi pemungutan pajak reklame ini sangat

menolong pihak terkait yaitu DISPENDA untuk mengerjakan sesuai dengan tugas

yang menjadi kewajibannya bahkan semakin mengarahkan DISPENDA untuk

melakukan yang lebih lagi dari yang telah dilakukan sebelumnya. Ini dilihat dari

perbaikan melalui pelayanan yang diberikan. Dan pemikiran pegawai yang ingin

terus menggali potensi pajak reklame yang dilihat dari usaha-usaha yang

dilakukan seperti pemeriksaan, pengawasan dan penertiban.

Dalam kriteria ketepatan ini akan ada pertanyaan yang mengarah manfaat

apa yang didapat dan yang telah dirasakan oleh pihak terkait. Untuk itu,

berdasarkan hasil wawancara dan observasi, peneliti menganalisis manfaat dari

intensifikasi pemungutan pajak reklame antara lain:

1. Pencapaian realisasi penerimaan pajak reklame signifikan mengalami

peningkatan mulai dari tahun 2013-2015. Walaupun pada akhir tahun

pencapaian ini tidak pernah mencapai bahkan mendekati target yang

telah ditetapkan. Tetapi setidaknya penerimaan pajak reklame

meningkat. Yang menandakan bahwa usaha-usaha dalam pencapaian

hasil ini tidak sia-sia dilaksanakan oleh DISPENDA.

2. Tingkat kepatuhan wajib pajak yang meningkat. Hal ini dilihat dari

penerimaan pajak reklame yang meningkat, secara tidak langsung

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam kewajibannya.

3. Reklame-reklame liar dan yang tidak berizin atau membayar pajak.

Memang selama melakukan observasi masih ditemukan pajak reklame

Universitas Sumatera Utara


liar, tetapi setidaknya tidak terlalu banyak, atau dapat dikatakan, lebih

banyak yang memiliki izin dan membayar pajak daripada yang tidak.

Reklame liar ini dapat dikurangi dengan usaha pemeriksaan, pengwasan

dan penertiban yang dilakukan DISPENA.

4. Pengelolaan data yang ada. Hal ini membawa manfaat yang cukup baik

untuk DISPENDA, yang dimana dengan pengelolaan data yang baik,

DISPENDA memiliki data terkait wajib pajak dan dapat digunakan

untuk pemeriksaan dan pendataan ulang di lapangan, sehingga bisa

mengetahui pelaporan-pelaporan yang tidak sesuai, sehingga di

terbitkannya SKPDKB yang pada akhirnya dapat menambah

penerimaan pajak reklame.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, intensifikasi pemungutan pajak reklame

ini memiliki respon yang baik dari pegawai DISPENDA. Berarti program

intensifikasi ini sudah cukup tepat bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Deli

Serdang, meski belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Program

intensifikasi ini benar-benar membantu dalam pencapaian target penerimaan pajak

reklame, bahkan memperbaiki kualitas pelayanan dan tugas serta kewajiban dari

pihak DISPENDA.

6. 3 Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah

Pemungutan pajak reklame yang dilakukan DISPENDA bukan hanya

berhubungan dengan pencapaian realisasi dari target yang telah ditentukan.

Sebagaimana yang kita ketahui pajak reklame merupakan salah satu bagian dari

pajak daerah yang menjadi sumber pendapatan asli daerah yang dimana untuk

Universitas Sumatera Utara


membiaya kegiatan rutin atau pembangunan daerah. Terkadang Pendapatan Asli

Daerahpun tidak dapat tercapai realisasinya, karena bagian-bagian dari sumber

pendapatan asli daerah ini juga mengalami tidak tercapainya target dari setiap

bagian. Untuk itu upaya yang dilakukan adalah mengoptimalisasi PAD yang

berimplikasi pada peningkatan pemungutan paja daerah dan retribusi daerah.

Kabupaten Deli Serdangpun juga mengalami hal seperti ini. Untuk itu pihak

DISPENDA yang berkenaan dengan pajak daerah melakukan upaya yaitu

program intensifikasi khususnya pada pemungutan pajak reklame. Melalui data

yang ada dipenyajian data, penerimaan pajak reklame berada dalam posisi yang

ketujuh dari sebelas pajak daerah yang dipungut daerah. Dari hal ini, bisa

dikatakan bahwa penerimaan pajak reklame ini belum bisa mengimbangi pajak-

pajak yang lainnya, padahal reklame termasuk cukup besar penerimaannya bila

dilakukan di salah satu kabupaten/kota (menurut peneliti Kabupaten Deli Serdang

cukup besar).

Untuk selanjutnya peneliti ingin menilai sudah sejauhmana pajak reklame

ini dalam memberi kontribusi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.

Melihat kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah diketahui dari

jumlah realisasi penerimaan pajak reklame setiap tahunnya. Berdasarkan data

yang telah disajikan sebelumnya dengan pembagian data yang didapati, kontribusi

pajak reklame dalam peningkatan pendapatan asli daerah dimana pada tahun 2013

hanya sebesar 0,37% dan tahun 2014 sebesar 0,52%. Jika dilihat dari tahun 2014-

2015, persentase yang mengalami meningkat tetapi dengan kondisi yang tidak

mencapai 1%. Peningkatan ini terjadi karena relaisasi penerimaan pajka reklame

yang meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan tersebut juga diiringi dengan

Universitas Sumatera Utara


peningkatan pencapaian pendapatan asli daerah, sehingga secara jelas tidak bisa

mencapai dan mendekati 1%. Pencapaian ini sangat kurang memberi kontribusi

pendapatan asli daerah. Dan menunjukkan bahwa dalam memperluas basis

penerimaan dan mengoptimalisasi pajak belum tergali secara maksimal.

6. 4 Hambatan dan Upaya Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame

Setiap dalam melaksanakan program atau kebijakan, pasti akan selalu

menemui faktor-faktor penghambat yang pada akhirnya ini akan membuat tidak

tercapainya target realisasi pemungutan pajak reklame. Untuk itu berikut akan

disampaikan apa-apa faktor yang ditemukan DISPENDA dalam melaksanakan

program intensifikasi pemungutan pajak reklame berdasarkan pada hasil

penyajian data sebelumnya:

1. Masalah pada kesadaran masyarakat yang tidak mau memenuhi

kewajibannya sebagai wajib pajak dan pentingnya membayar pajak. Jika

saja sebenarnya masyarakat sadar, pasti penerimaan pajak reklame dapat

terealisasikan targetnya.

2. Sanksi yang telah ditetapkan. Berbicara sanksi dalam pemungutan pajak

reklame ini masih kurang menimbulkan efek jera terhadap wajib pajak

yang menyalahgunakan kewajibannya. Hanya sanksi administrasi

sebesar 2% dari pajak yang terhutang untuk setiap wajib pajak yang

terlambat memnayar pajak, padahal bagi mereka mengganggap 2%

belum seberapa nilainya.

3. Pengawasan yang dilakukan dilapangan. Dengan keterbasan jumlah

pegawai yang khusus bertanggungjawab terhadap pajak reklame

Universitas Sumatera Utara


membuat terkadang pekerjaan ke lapangan tidak dapat berjalan dengan

baik dan sesuai waktu yang telah ditentukan.

4. Reklame liar yang sangat susah untuk dikurangi bahkan untuk

diselesaikan. Telah banyak usaha yang telah dilakukan, tetapi hasilnya

tetap adanya reklame liar yang terpasang.

Terkait dari faktor hambatan-hambatan yang didapati oleh pihak

DISPENDA Kabupaten Deli Serdang, mereka juga telah berupaya untuk

memperkecil hambatan-hambatan tersebut. Berikut Hasil wawancara yang telah

dilakukan oleh peneliti.

1. Sosialisasi atau penyuluhan untuk menumbuhkan dan membuat sadar

wajib pajak akan kewajibannya yaitu membuatu izin dan membayar

pajak atas penyelenggaraan reklamenya.

2. Dengan menyurati wajib pajak yang memiliki izin penyelenggaraan

reklame bahkan telah memasangnya tetapi tidak mebayar pajak yang

merupakan kewajibannya.

3. Mendata ulang yang dimana melihat data-data wajib pajak tyang benar-

benar terdaftar di DISPENDA atau yang tidak terdaftar saat pemeriksaan

dan pengawasan di lapangan dan juga bisa melihat adanya

pembohongan data dari wajib pajak.

4. Peningkatan pengawasan untuk memperkecil peuang wajib pajak

berbohong dalam menyampaian datanya.

5. Memotivasi pegawai untuk lebih bekerja keras untuk mencapai target

penerimaan pajak reklame dengan cara pemberian intensif atau

memberikan penghargaan atas kinerja yang telah dilakukan

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

PENUTUP

7. 1 Kesimpulan

Berdasarkan penyajian data dan analisis data pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan bahwa hasil evaluasi intensifikasi pemungutan pajak reklame

di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang cukup memberikan dampak

yang positif bagi pegawai DISPENDA yang sebagai kelompok sasaran. Dengan

intensifikasi yang telah dilakukan memberikan beberapa perubahan baik dari

peningkatan penerimaan pajak reklame, perbaikan kualitas pelayanan serta juga

memperkecil atau mengurangi reklame liar yang ada di Kabupaten Deli Serdang

walaupun memang masih ditemukan dibeberapa titik adanya reklame liar ini.

Dalam pelaksanaan intensifikasi, yang dilakukan Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Deli Serdang yaitu meningkatkan proses pendaftaran dan sistem

pemunggutan, pendataan dan pendataan ulang wajib pajak, memperkuat dalam

pemahaman peraturan yang berlaku, memperkuat kualitas SDM dan pelayanan

DISPENDA, melakukan pengawasan dan pemeriksaan, melakukan koordinasi,

penertiban reklame liar dan keterlambatan dalam membayar pajak serta melalukan

perencanaan target pencapaian pajak reklame. Melalui pelaksanaan inilah akan

dievaluasi sudah berhasil atau tidakkah program intensifikasi ini.

Hasil evaluasi intensifikasi pemungutan pajak reklame ini didasarkan pada

enam kriteria diantaranya efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan,

responsivitas dan ketepatan. Secara ringkas, kesimpulan dari tiap-tiap keriteria

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Kriteria efektivitas pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak

reklameyang telah dilakukan dengan melihat pada empat aspek

penilaian yang meliputi hasil, keadilan, kemampuan melaksanakan dan

kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah sudah terlaksana cukup

efektif, meskipun hasil yang didapati belum mencapai dan sesuai dengan

tujuan yang ditetapkan yang dimana gol/tujuan intensifikasi ini realisasi

sesuai dengan target bahkan kalau bisa lebih. Hasil program ini hanya

sampai 36,86% tahun 2014 dan 75,33% di tahun 2015 dari target yang

telah ditetapkan.

2. Kriteria efisiensi intensifikasi ini dinilai cukup baik dan cukup efisien

dalam pelaksanaannya. Ini dilihat dari usaha-usaha yang dilakukan

dalam menyelesaikan kondisi dan masalah pajak reklame ini. Bahkan

dengan SDM yang minim yaitu hanya tiga orang yang fokus dan

bertanggungjawab dalam pajak reklame.

3. Kriteria kecukupan, intensifikasi pemungutan pajak reklame menjadi

jawaban bagi masalah pencapaian target realisasi yang telah ditetapkan

bahkan mengurangi reklame yang tidak memiliki izin atau liar. Tetapi

untuk dalam pelaksanaannya belum bisa dan kurang cukup atau mampu

menyelesaikan masalah yang terjadi. Ini dapat dilihat dari pencapaian

utama dari program ini yaitu realisasi pajak reklame. Pencapaian dapat

dikatakan cukup jauh dari target yang telah ditetapkan, kesadaran

masyarakat yang masih kurang dalam membayar pajak dan reklame liar

yang masih ada ditemukan di lapangan. Ini membuktikan bahwa usaha

yang dilakukan tidak cukup untuk menyelesaikan masalah.

Universitas Sumatera Utara


4. Kriteria Pemerataan, intensifikasi pemungutan pajak reklame ini

berfungsi untuk melayani publik secara adil dan merata dan pembedaan

antara satu wajib pajak dengan yang lain. Dengan adanya Perbup

Kabupaten Deli Serdang dalam hal menghitung pajak reklame ini,

sehingga tidak akan terjadi pembohongan dalam penghitungan ataupun

kerjasama DISPENDA dengan wajib pajak untuk menurunkan jumlah

pajaknya serta pelayanan yang diberikanpun ke semua wajib pajak yang

mengurus penyelenggaraan reklame. Tetapi dengan kesadaran wajib

pajak yang masih kurang, belum merata ke semua wajib pajak belum

merata.

5. Kriteria responsivitas pegawai DIPENDA terhadap program

intensifikasi yang gunanya untuk meningkatkan penerimaan pajak

reklame. Awalnya program ini dilaksanakan karena masalah yang

dihadapi dan dipandang intensifikasi ini dapat digunakan sebagai

penyelesaian.. Tanggapan pihak DISPENDA terhadap intensifikasi ini

adalah mendukung untuk terlaksananya intensifikasi ini dengan baik dan

dapat dikerjakan secara maksimal. Pegawai tidak hanya sekedar

menjalankan tugas dan kewajibannya tetapi juga terbeban dengan hasil

yang mereka dapati tidak pernah sesuai dengan target sehingga mereka

selau berusaha untuk memperbaiki usaha-usaha yang mereka lakukan

terkait intensifikasi pemungutan pajak reklame ini.

6. Kriteria ketepatan, intensifikasi sudah terlaksana dengan cukup baik di

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang, namun hasil yang

diinginkan belum tercapai dengan tepat. Sekalipun program intensifikasi

Universitas Sumatera Utara


ini sudah cukup tepat bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Deli Serdang,

meski belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Tetapi

setidaknya program intensifikasi ini memberikan manfaat yang baik dan

cukup dapat dirasakan yang dimana benar-benar membantu dalam

pencapaian target penerimaan pajak reklame, reklame liar yang semakin

ditertibkan, sistem pengutan dalam pengelolaan data bahkan

memperbaiki kualitas pelayanan dan tugas serta kewajiban dari pihak

DISPENDA. Tetapi walaupun dikatakan cukup tepat dalam mengatasi

masalah, bukan berarti hanya cukup hingga tahap ini. Tetapi

mempertimbangkan dan menyelesaikan hambatan-hambatan yang

ditemui sehingga tujuan dari intensifikasi pemungutan pajak reklame ini

yaitu pencapaian realisasi sesuai dengan target bahkan lebih dapat

tercapai.

Selain melihat evaluasi akan pelaksanaan intensifikasi pemungutan reklame

ini, juga melihat sudah sejauhmana pajak reklame berperan dalam peningkatan

pendapatan asli daerah. Realisasi penerimaan pajak reklame daro tahun 2013-

2015 memang selalu meningkat dengan kontribusi yang juga meningkat dalam

peningkatan pendapatan asli daerah. Tetapi rasio Yng kuang dari 1%, hal ini

menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan pajak reklae terhadap peningkatan

pendapatan asli daerah termasuk dalam kriteriaangat kurang memberi kontribusi.

7. 2 Saran

Agar intensifikasi pemungutan pajak reklame di Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Deli Serdang dapat mencapai hasil yang maksimal, ada beberapa saran

yang peneliti berikan, antara lain:

Universitas Sumatera Utara


1. Dengan setiap tahunnya realisasi penerimaan pajak reklame yang belum

bisa mencapai 100%, pihak DISPENDA kabupaten Deli Serdang

seharusnya meningkatkan pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak

reklame dengan mengoptimalkan semua kegiatan yang telah

dilaksanakan. Ini harus dan perlu dilaksanakan karena masih banyak

potensi reklame yang belum dimaksimalkan secara penuh. Diperlukan

pelaksanaan administrasi yang lebih baik dan efisien agar data wajib

pajak reklame yang dimiliki sesuai denggan kondisi dan pelaporan wajib

pajak yang sebenarnya, update data dnengan cepat dan cepat untuk

setiap perubahan data objek pajak.

2. Bagi DISPENDA, jumlah pegawai salam melaksanakan

tanggungjawabnya juga memberikan kontribusi yang baik, ini dilihat

dari jika jumlah pegawaia memadai, maka dalam pelaksanaan dapat

dibagi-bagi tugasnya, sehingga pencapaian hasil lebih efektif dengan

waktu pelaksanaan yang tidak lama. Untuk itu, melihat kondisi dimana

hanya tiga orang yang sangat berperandalma pemungutan pajak reklame,

ada baiknya dilakukan penambahan jumlah pegewai yang

bertanggungjawab dalam penguruasan reklame, ini dilihat dari jam kerja

yang cukup padat tetapi terbatasnya pegawai yang melaksanakannya.

3. Pemerintah Kabupaten Deli Serdang memang telah mengesahkan

Peraturan Daerah terkait Pajak Reklame, tetapi belum semua tahu

tentang peraturan ini.Maka seharusnya Pemerintah Lebih

mensosialisasikan kepada masyarakat atau wajib pajak yang ad. Karena

hal ini akan membantu dalam membentuk kesadaran masyarakat akan

Universitas Sumatera Utara


kewajibannya membayar pajak sehingga realisasi dapat sesuai dengan

target. Pemerintah daerah juga harus lebih tegas dalam penetapan sanksi

untuk wajib pajak yang melakukan pembohongan data ataupun

pembayaran jatuh tempo. Kalau hanya membayar 2% dari pajak yang

terhitung, ini tidak akan membuat efek jera bagi wajib pajak. Untuk itu

perlu membuat dan mengesahkan sanksi-sanksi seperti sanksi pidana

yang membuat efek jera untuk setiap wajib pajak sehingga wajib pajak

memiliki tanggungjawab untuk setiap penyelenggaraan reklamenya.

4. Koordinasi yang dilakukan dengan Badan Penanaman Modal dan

Peizinan, UPTD Kecamatan dan juga mitra jasa (advertising) semakin

dierat dan diperkuat. Ini sebagai salah satu sarana untuk menambah

pencapaian realisasi penerimaan pajak reklame, yang dimana dengan

Badan Penanaman Modal dan Perizinan, DISPENDA harus sering-

sering mananyakan dan data-data terkait izin penyelenggaraan reklame

yang diterbitkan sehingga tidak menunggu wajib pajak yang datang,

tetapi bisa langsung menghubungi si wajib pajak. Dengan UPTD di

kecamatan yang mendata adanya reklame liar atau tidak, DISPENDA

harus sering-sering berkunjung ke ke setiap UPTD yang ada, sehingga

data yang diperoleh bisa di update langsung di kantor DISPENDA. Dan

selanjutnya untuk mitra jasa semakin memiliki pendekatan personal

yang baik, sehingga dalam penyelenggaraan reklamepun dapat berjalan

dengan baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2. 1 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsepsi, konstruksi, definisi dan

proposisi untuk menerapkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

hubungan antarkonsep (Singarimbun 2006:37). Kerangka teori adalah bagian dari

penelitian, tempat peneliti memberikan panjelasan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan variabel-variabel pokok, sub variabel atau pokok masalah

yang ada dalam penelitian. (Arikunto 2002:92). Kerangka teori ini diharapkan

dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam

memahami masalah yang diteliti. Oleh karena itu, penulis akan mengemukakan

beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan

berpikir dalam penelitian ini.

2.1.1 Kebijakan Publik

Kebijakan publik bukan semata-mata hanya dipandang sebagai pelengkap

dalam hal pemerintahan. Kebijakan publik dipahami sebagai instrumen yang

dipakai pemerintah untuk menyelesaikan masalah publik. Dapat diartikan bahwa

kebijakan publik merupakan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah dengan

melakukan pertimbangan dan memilih alternatif kebijakan guna untuk

menyelesaikan persoalan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Pada dasarnya, kebijakan publik berorientasi pada pemecahan masalah riil

yang terjadi pada masyarakat. Lebih lanjut lagi Chandler dan Plano (dalam

Universitas Sumatera Utara


Tangklisan 2003:01) kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap

sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah masalah-masalah publik atau

pemerintah. Dalam kenyataannya, kebijakan tersebut telah banyak membantu

para pelaksana pada tingkat birokrasi pemerintah maupun politisi untuk

memecahkan masalah-masalah publik.

Andaearson (dalam Tangkilisan. 2003:2) menyatakan bahwa kebijakan

publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibangun oleh badan-badan dan pejabat-

pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan itu adalah: 1) kebijakan

publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai tindakan-tindakan yang

berorientasi pada tujuan, 2) kebijakan berisi tindakan-tindakan pemerintah, 3)

kebijkan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi

bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan, 4) kebijakan

publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan

pemerintah menggenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam

arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu, 5)

Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti positif didasarkan pada

peraturan perundang-undangan yang bersifat mengikat dan memaksa.

Kebijakan publik adalah rangkaian tindakan pemerintah untuk mengatasi

dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi di masyarakat guna memenuhi

kepentingan dan penyelengaraan urusan –urusan publik/masyarakat.

2.1.2 Kebijakan Perpajakan

Menurut Musgrave terdapat dua aspek dari kebijakan perpajakan yaitu

yang pertama adalah perumusan dari peraturan pajak dan kedua adalah masalah-

Universitas Sumatera Utara


masalah penting yang menyangkut administrasi perpajakan (Richard A dan Peggy

1989:35). Kebijakan pajak menurut Mansury (1999:1) terbagi dalam dua

pengertian kebijakan fiskal yaitu berdasarkan pengertian luas dan pengertian

sempit Kebijakan fiskal dalam arti luas adalah kebijakan yang mempengaruhi

produksi masyarakat, kesempatan kerja dan inflasi, dengan menggunakan

instrumen pemungutan pajak dan pengeluaran belanja negara. Sedangkan

pengertian kebijakan fiskal dalam arti sempit adalah kebijakan yang berhubungan

dengan penentuan siapa-siapa yang akan dikenakan pajak, apa yang akan

dijadikan dasar pengenaan pajak, bagaimana menghitung besarnya pajak yang

harus dibayar dan bagaimana tata cara pembayaran pajak terhutang.Kebijakan

fiskal berdasarkan arti sempit ini disebut juga dengan kebijakan pajak.

Menurut Marsuni (2006:37-38), kebijakan perpajakan dapat dirumuskan

sebagai:

1. Suatu pilihan atau keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam

rangka menunjang penerimaan negara dan menciptakan kondisi

ekonomi yang kondusif.

2. Suatu tindakan pemerintah dalam rangka memungut pajak guna

memenuhi kebutuhan dana untuk keperluan negara.

3. Suatu keputusan yang diambil pemerintah dalam rangka meningkatkan

penerimaan negara dari sektor pajak untuk menyelesaikan kebutuhan

dana bagi negara.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Evaluasi Kebijakan

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan.

Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.

Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan sebuah kebijakan dapat

dievaluasi. Misalnya untuk dapat mengetahui outcome, dan dampak suatu

kebijakansudah tentu diperlukan waktu tertentu, misalnya 2 tahun semenjak

kebijakan itu diimplementasikan.

Menurut Ripley (dalam Tangkilisan 2003:26) mengemukakan bahwa

evaluasi yang dilakukan terhadap suatu tindakan kebijakan sesungguhnya

merupakan evaluasi terhadap implementasinya, kemudian bagaimana kepatuhan

dari kelompok-kelompok ketika proses implementasi berlangsung dan terakhir

bagaimana prospek ke depan dari dampak kebijakan tersebut. Sejalan dengan itu

pada hakekatnya suatu kebijakan publik mempunyai maksud untuk mencapai

tujuan, oleh karena itu evaluasi kebijakan pada dasarnya harus dapat memperjelas

seberapa jauh kebijakan dan implementasinya telah dapat mendekati tujuan

(Bryant dan White dalam Tangkilisan 2003:26).

Adapun prosedur evaluasi menurut Umar (2002:34) bahwa proses suatu

evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri, walaupun tidak

selalu sama tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan

fungsi evaluasi itu sendiri. Adapun proses evaluasi meliputi menemukan apa yang

akan dievaluasi, merancang desain kegiatan evaluasi, pengumpulan , pengelolahan

dan analisis data, dan laporan hasil evaluasi. Bahkan masih dalam buku

Universitas Sumatera Utara


Tangkilisan (2003:27) dinyatakan bahwa evaluasi kebijakan publik dapat

dibedakan atas tiga bagian, yaitu:

1) Tipe evaluasi proses (process evaluation), dimana evaluasi dilakukan

dengan memusatkan perhatian pada pertanyaan bagaimana program

dilaksanakan?(How did the program operate?).

2) Tipe evaluasi dampak (impact evaluation), dimana evaluasi ini bertujuan

untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang telah dicapai dari

program? (What did the program do?).

3) Tipe evaluasi strategi (strategic evaluation), dimana evaluasi bertujuan

untuk mencari jawaban atas pertanyaan bagaimana program dapat

dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan

masyarakat dibanding dengan program-program lain yang ditujukan pada

masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

2.1.3.1 Tujuan dan Alasan Evaluasi Kebijakan

Evaluasi memiliki beberapa tujuan menurut Subarsono (2005:120) yang

dapat dirincikan sebagai berikut:

1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan.

2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan.

3. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan.

4. Mengukur dampak suatu kebijakan.

5. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan.

6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Subarsono (2005:123) alasan pentingnya evaluasi kebijakan

yakni:

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh

suatu kebijakan mencapai tujuannya.

2. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan melihat

tingkat efektivitasnya, maka dapat disimpulkan apakah suatu kebijakan

berhasil atau gagal.

3. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian

kinerja suatu kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk

pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana dan

mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.

4. Menunjukan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila tindakan

dilakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan, para stakeholders, terutama

kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari sebuah

kebijakan atau program.

5. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Pada akhirnya evaluasi

kebijakan bermanfaat untuk memberikan masukan bagi proses

pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan

yang sama. Sebaliknya, dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan

kebijakan yang lebih baik.

2.1.3.2 Pendekatan Evaluasi

Pendekatan evaluasi Menurut William Dunn (2003:611-612) membedakan

atas tiga pendekatan yakni:

Universitas Sumatera Utara


1. Evaluasi semu (pseudo evaluation)adalah pendekatan yang menggunakan

metode-metode deskriptif untuk menghasilkan informan yang valid dan

dapat dipercaya mengenai hasil kebijakan,tanpa berusaha untuk

menanyakan tentang manfaat atau nilai dari hasl-hasil tersebut terhadap

individu, kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan. Asumsi utama

adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesesuatu yang

dapat terbukti sendiri(self evident) atau tidak kontroversial.

2. Evaluasi Formal (Formal Evaluation) merupakan pendekatan yang

menggunakan metode deskriptif untuk menghasilkan informasi yang valid

dan cepat dipercaya mengenai hasil-hasil kebijakan tetapi mengevaluasi

hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan

secara formal oleh pembuat kebijakan dan administrator program. Asumsi

utamanya adalah bahwa tujuan dan target diumumkan secara formal

adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan

program.

3. Evaluasi keputusan teoritis (decision-theoretic evaluation) adalah

pendekatan yang menggunakan metode-metode deksriptif untuk

menghasilkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan valid

mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit dinilai oleh berbagi

macam pelaku kebijakan. Perbedaan pokok antara evaluasi teoritis dengan

dua jenis pendekatan yang diatas adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis

berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari

pelaku kebijakan baik yang tersembunyi maupun yang dinyatakan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1
Pendekatan Evaluasi

Pendekatan Tujuan Asumsi Bentuk-Bentuk


Utama

Evaluasi Menggunakan Ukuran manfaat 1. Eksprementasi


semu metode deskriptif atau nilai terbukti sosial
untuk menghasilkan dengan sendirirnya 2. Akuntasi sistem
sosial
informasi yang valid atau tidak
3. Pemeriksaan sosial
tentang hasil kontroversial 4. Sintesis riset dan
kebijakan praktik

Evaluasi Menggunakan Tujuan dan sasaran 1. Evaluasi


formal metode deskriptif dari pengamil perkembangan
untuk menghasilkan kebijakan dan 2. Evaluasi
eksperimental
informasi yang administrator yang
3. Evaluasi proses
terpercaya dan valid secara resmi retrospektif
mengenai hasil diumumkan 4. Evaluasi hasil
kebijakan secara merupakan ukuran retrospektif
formal diumumkan yang tepat dari
sebagai tujuan manfaat atau nilai.
program- kebijakan

Evaluasi Menggunakan Tujuan dan sasaran 1. Penilaian tentang


keputusan metode deskriptif dari berbagai dapat tidaknya
teoritis untuk menghasilkan pelaku yang dievaluasi
2. Analisis utilitas
informasi yang valid diumumkna secara
multiatribut.
dan dapat dipercaya formal ataupun
mengenai hasil diam-diam
kebijakan yang merupakan ukuran
secara eksplisit yang tepat dari
diinginkan oleh manfaat atau nilai.
berbagai pelaku
kebijakan.

Sumber: William Dunn (2003)

2.1.3.3 Metode Evaluasi

Untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah

diimplementasikan ada beberapa metode evaluasi. Menurut Finsterbusch dan

Universitas Sumatera Utara


Motz dalam Indiahono (2009 : 146) untuk melakukan evaluasi terhadap program

yang telah diimplementasikan ada beberapa metode implementasi yang dapat

diplih yakni:

a. Single program after-only yaitu evaluasi dilakukan hanya mengidentifikasi

kondisi kelompok sasaran pada saat kebijakan selesai dilakukan.

b. Single program before-after yaitu evaluasi dilakukan dengan

membandingkan kondisi sebelum dan sesesudah dari kelompok sasaran

tanpa menggunakan kelompok pembanding.

c. Comparative after-only evaluasi kebijakan dilakukan dengan

mengidentifikasi kondisi kelompok sasaran setelah implementasi dan

membandingkannya dengan kelompok pembanding.

d. Comparative before-after yaitu Evaluasi kebijakan dilakukan dengan

mengidentifikasi kondisi kelompok sasaran dan kelompok pembanding

sebelum dan sesudah implementasi.

Tabel 2.2
Metodologi Untuk Evaluasi
No Jenis Evaluasi pengukuran kondisi kelompok Informasi
kelompok sasaran pembanding yang
diperoleh
Sebelum Sesudah

1 Single Tidak Ya Tidak Ada Keadaan


program after- Kelompok
only Sasaran

2 Single Ya Ya Tidak Ada Perubahan


program Keadaan
before-after Kelompok
Sasaran

3 Comparative Tidak Ya Ada Keadaan


afte –only Sasaran
bukan

Universitas Sumatera Utara


Sasaran

4 Comparative Ya Ya Ada Efek


before-after program
terhadap
kelompok
sasaran

Sumber: Finterbusch dan Motz

2.1.3.4 Kriteria Evaluasi

Untuk menilai suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator

kerena penggunaan indikator yang tunggal akan membahayakan, dalam arti hasil

penilaiannya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indikator atau kriteria evaluasi

yang dikembangkan oleh William N. Dunn (2003:610) mencakup enam indikator

sebagai berikut:

Tabel 2.3
Kriteria Evaluasi Kebijakan
No. Kriteria Penjelasan

1. Efektivitas Apakah hasil yang diinginkan telah tercapai?


2. Efisiensi Seberapa banyak usaha diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan?
3. Kecukupan Seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat
memecahkan masalah?

4. Pemerataan Apakan biaya dan manfaat didistribusikan merata


kepada kelompok masyarakat yang berbeda?

5. Responsivitas Apakah hasil kebijakan memuat preferensi/nilai


kelompok dan memuaskan mereka?
6. Ketepatan Apakah hasil yang dicapai bermanfaat?

Kriteria-kriteria di atas akan dijadikan sebagai tolak ukur atau indikator

dari evaluasi kebijakan atau program. Untuk lebih jelasnya setiap indikator

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Efektivitas

Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya adalah tercapainya

hasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas selalu

berkaitan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya

yang telah dicapai. Steers dalam Halim (2004:166) mendefinisikan

efektivitas bahwa sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Mardiasmo (2009:132) menyatakan

bahwa efektivitas merupakan kontribusi output terhadap pencapaian tujuan

atau sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan Dunn (2003:429)

menyatakan bahwa efektivitas berkenaan dengan apakah suatu alternatif

mencapai hasil (akibat) yang diharapkan atau mencapai tujuan dari

diadakannya tindakan.

Apabila setelah pelaksanaan kegiatan kebijakan atau program ternyata

tidak mampu memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi, maka dapat

dikatakan bahwa suatu kebijakan tersebut telah gagal. Hasil

kebijakan/program tidak langsung efektif dalam jangka waktu yang pendek,

tetapi mungkin membutuhkan jangka waktu yang cukup lama dan melalui

proses tertentu.

Mardiasmo dalam Dana (2014:2) menjelaskan bahwa indikator

efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome) dari

keluaran (output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar

kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran

yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses kerja yang dilakukan

Universitas Sumatera Utara


suatu unit organisasi. Penilaian efektivitas dalam penelitian ini

menggunakan serangkaian ukuran sebagai berikut:

a. Hasil

b. Keadilan

c. Kemampuan melaksanakan

d. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah

Selanjutnya, untuk melihat tingkat efektivitas dapat diketahui dengan

hitungan sebagai berikut:

��������� ����������
Efektivitas = ������ ��������� �
× 100%

Tabel 2.4
Keriteria Penilaian Efektivitas
Presentase Kriteria
Diatas 100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif

2. Efisiensi

Efisiensi merupakan saah satu indikator untuk melihat suatu

keberhasilan dapat tercapai. Dikatakan efisiensi bila dalam penggunaan

sumber daya/usaha secara optimum untuk mencapai hasil atau tujuan dari

kegiatan yang dijalankan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi

adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan

tidak membuang waktu, tenaga, biaya) atau kemampuan menjalankan tugas

dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya).

Universitas Sumatera Utara


Menurut Dunn (2003:430), efisiensi (efficiency) berkenaan dengan jumlah

usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tertentu.

3. Kecukupan

Kecukupan dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang dicapai

sudah dapat dirasakan mencukupi dalam pemecahan masalah. Menurut

Dunn (2003:430) , kecukupan berkenaan dengan seberapajauh suatu tingkat

efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang

menumbuhkan adanya masalah.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecukupan

masih sangat berhubungan dengan efektivitas dengan mengukur atau

memprediksi seberapa jauh alternatif yang ada dapat memuaskan

kebutuhan, nilai atau kesempatan dalam meyelesaikan masalah yang terjadi.

Dalam hal ini, kriteria kecukupan menekankan pada hubungan antara

alternatif kebijakan yang diambil dengan hasil yang diharapkan, dimana

usaha-usaha yang telah diambil atau dilakukan membawa perubahan yang

ada.

4. Pemerataan

Pemerataan dalam kebijakan publik berbicara tentang keadilan yang

diberikan dan diperoleh oleh kelompok sasaran. William N. Dunn

(2003:434) menyatakan bahwa kesamaan (equity) erat berhubungan dengan

rasionalitas legal dan sosial dan menunjukkan pada distribusi akibat dan

usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.

Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya

Universitas Sumatera Utara


atau usaha secara adil didistribusikan. Suatu kebijakan atau program dapat

dikatakan efektif, efisien dan mencukupi, namun akan bisa saja ditolak jika

biaya dan manfaat tidak merata dan adil bagi masyarakat. Kuncinya adalah

keadilan dan kewajaran.

5. Responsivitas

Responsivitas berasal dari kata respon yang diartikan sebagai tanggap.

Maka responsivitas dalam kebijakan publik dapat dikatakan sebagai

tanggapan sasaran kebijakan atau program terhadap penerapan suatu

kebijakan. Menurut Dunn (2003:437), responsivitas berkenaan dengan

seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau

nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Bahkan lebih dalam lagi,

Dunn menyatakan bahwa kriteria responsivitas penting karena analisis yang

dapat memuaskan semua keriteria lainnya (efektif, efisien, kecukupan dan

kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari

kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

Dari pernyataan diatas, maka respositivas ini akan melihat bagaimana

kebijakan atau program yang diambil sesuai sesuai dengan kebutuhan untuk

menyelesaikan dan mengatasi masalah yang ada, bahkan mendatangkan

kepuasan tertentu terhadap kelompok sasaran.

6. Ketepatan

Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan pada

kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut. Dunn (2003:499)

menyatakan bahwa kelayakan adalah kriteria yang dipakai untuk

menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai

Universitas Sumatera Utara


apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan

pilihan tujuan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan

rasionalitas substantif, karena kriteria ini menyangkut substansi tujuan

bukan cara atau instrumen untuk merealisasikan tujuan tersebut.

Dalam kriteria ketepatan ini, program atau kebijakan yang diambil dan

ditetapkan yang dianggap dapat memecahkan masalah dapat dirasakan

bermanfaat kepada kelompok sasaran.

2.1.4 Pendapatan Asli Daerah

2.1.4.1 Tinjauan Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalahsalah satu sumber dari pendapatan

daerah. MenurutYani (2008: 51) Pendapatan asli daerah adalahpendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungutberdasarkan peraturan daerah sesuai

denganperaturan perundang-undangan. Menurut Halim(2004: 96) pendapatan asli

daerah merupakansemua penerimaan daerah yang berasal darisumber ekonomi

asli daerah.Mardiasmo (2004: 125) mengemukakanbahwa, “Pendapatan Asli

Daerah adalahpenerimaan daerah dari sektor pajak daerah,retribusi daerah, hasil

perusahan milik daerah, hasilkekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lainPAD

yang sah”.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)merupakan suatu pendapatan yang

menunjukkansuatu kemampuan daerah menggali sumber-sumberdana untuk

membiayai kegiatan rutinmaupun pembangunan. Jadi pengertian daripendapatan

asli daerah dapat dikatakan sebagaipendapatan rutin dari usaha-usaha

DemerintahDaerah dalam memanfaatkan potensi-potensisumber keuangan

daerahnya untuk membiayaitugas dan tanggungjawabnya.Peran PAD sebagai

Universitas Sumatera Utara


sumber pembiayaanpembangunan daerah masih rendah. Kendatipunperolehan

PAD setiap tahun relatif meningkatnamun masih kurang mampu menggenjot

lajupertumbuhan ekonomi daerah.

Rendahnhya potensi PAD disebabkan olehfaktor (Erry, 2005: 51-52):

a. Banyak sumber pendapatan di kabupaten/kota yang besar tetapi digali

oleh instansi yang lebih tinggi.

b. BUMD belum banyak memberikan keuntungan kepada pemerintah

daerah.

c. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, retribusi dan

pungutan lainnya.

d. Adanya kebocoran-kebocoran/kolusi

e. Biaya pemungutan masih tinggi

f. Adanya kebijakan pemerintah yang berakibat menghapus atau

mengurangi penerimaan PAD.

g. Banyak peraturan daerah yang perlu disesuaikan dan disempurnakan

baik besaran tarifnya maupun sistem pemungutannya.

h. Kemampuan masyarakat untuk membayar pajak yang masih rendah.

Upaya meningkatkan kemampuanpenerimaan daerah, khususnya

penerimaan dalampendapatan asli daerah harus dilaksanankan secaraterus

menerus oleh semua pihak dalam pemerintahdaerah, agar pendapatan asli daerah

tersebut terusmeningkat. Pemerintah diharapkan dapatmeningkatkan PAD untuk

mengurangiketergantungan terhadap pembiayaan dari pusat,sehingga

meningkatkan otonomi dan keluasandaerah. Langkah penting yang harus

dilakukan olehpemerintah daerah untuk meningkatkanpenerimaan daerah adalah

Universitas Sumatera Utara


menghitung potensiPAD yang riil dimiliki daerah. MengoptimalisasiPAD akan

berimplikasi pada peningkatanpungutan pajak daerah dan retribusi daerah,

karenapenyumbang terbesar PAD adalah dua komponen tersebut.

2.1.4.2 Kelompok Pendapatan Asli Daerah.

Halim (2012:1001) menjelaskan bahwa kelompok pendapatan asli daerah

dipisahkan menjadi empat bagian yaitu:

a. Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah daei pajak. Terbagi atas dua

jenis yaitu:

1. Pajak provinsi.

2. Pajak kabupaten/kota

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi.

Retribusi dapat dipungut oleh pemerintah provinsi dan kabupaten/kota

dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

a. Retribusi Jasa Umum

b. Retribusi Jasa Usaha

c. Retribusi Perizinan Tertentu

c. Hasil Pengelolan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Jenis pendapatan ini diperinci menurut objek pendapatan yang

mencakup:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah.

Universitas Sumatera Utara


b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara.

c. Bagian laba atas penyertaan mosal pada perusahaan milik swasta atau

kelompok usaha masyarakat.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain

milik pemerintah daerah. Transaksi ini disediakan untuk mengakunansikan

penerimaan daerah.

2.1.5 Intensifikasi Pajak

2.1.5.1 Pengertian Intensifikasi Pajak

Optimalisasi Sumber pendapatan Asli Daerah perlu dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan keuangan daeah. Untuk itu diperlukan intensifikasi

terhadap objek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada. Sejalan dengan

hal tersebut, Sidik (2002:8) mendefinisikan intensifikasi sebagai upaya melakukan

efektivitas dan efisiensi sumber atau pendapatan daerah yang sudah ada.

Menurut Supramo (2010:2) Intensifikasi adalah upaya yang dilakukan

pemerintah untuk meningkatkan penerimaan daerah yang ditempuh melalui

peningkatan kepatuhan subjek pajak yang telah ada.Menurut Abubakar dalam

Halim (2001: 147) intensifikasi pajak dan retribusi daerah diartikan sebagai suatu

usaha yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan

penerimaan pajak dan retribusi daerah yang biasanya diaplikasikan dalam bentuk :

1. Perubahan tarif pajak dan retribusi daerah

2. Peningkatan pengelolaan pajak dan retribusi daerah

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor

SE.06/PJ.9/2001 tentang pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dan intensifikasi

pajak. Intensifikasi merupakan kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak

terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam

administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dan dari hasil pelaksanaan

ekstensifikasi wajib pajak. Sasaranya adalah orang atau badan yang telah

memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tentunya. Tujuan dari intensifikasi

pajak adalah mengintensifkan semua usahanya dalam meningkatkan penerimaan

pajak.

2.1.5.2 Upaya Kegiatan Intensifikasi Pajak

Secara umum, upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam

rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi intensifikasi

pemungutan pajak daerah dam retribusi daerah melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Memperluas basis penerimaan

2. Memperkuat proses pemungutan

3. Meningkatkan pengawasan

4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan

5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang baik

Menurut Kustiawan (2010:40) upaya intensifikasi akan mencakup aspek

kelembagaan, aspek ketatalaksanaan dan aspek personalia, yang pelaksanaannya

melalui kegiatan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


a. Menyesuaikan/memperbaiki aspek kelembagaan/organisasi pengelola

pendapatan asli daerah (dinas pendapatan daerah) berikut perangkatnya

sesuai dengan kebutuhan yang terus berkembang, yaitu dengan cara

menerrapkan secara optimal sistem dan prosedur administrasi pajak

daerah. Dengan berlakuna sistem dan prosedur tersebut, organisasi

tidak lagi berorientasi pada sektor atau bidang pemunggutan tetapi

berorientasi pada fungsi-fungsi dalam organisasinya yaitu pendaftaran

dan pendataan, fungsi penetapan, fungsi pembukuan dan pelaporan,

fungsi penagihan serta fungsi perencanaan dan pengendalian

operasional.

b. Memberikan dampak kearah peningkatan pendapatan asli daerah,

karena sistem ini dapat menciptakan:

1. Peningkatan jumlah Wajib Pajak.

2. Meningkatkan cara-cara penetapan pajak.

3. Peningkatan pemungutan pajak dalam jumlah yang benar dan tepat

pada waktunya.

4. Peningkatan sistem pembukuan, sehingga memudahkan dalam hal

pencarian data tunggakan pajak maupun retribusi yang pada

akhirnya dapat mempermudah penagihannya.

c. Memperbaiki/menyesuaikan aspek ketatalaksanaan baik administrasi

maupun operasional yang meliputi:

1. Penyesuaian/penyempurnaan administrasi pungutan.

2. Penyesuaian tarif.

3. Penyesuaian sistem pelaksanaan pungutan

Universitas Sumatera Utara


d. Peningkatan pengawasan dan pengendalian yang meliputi:

1. Pengawasan dan pengendalian yuridis.

2. Pengawasan dan pengendalian teknis.

3. Pengawasan dan penggendalian penatausahaan.

e. Peningkatan sumber daya manusia pengelola PAD dengan cara

meningkatkan mutu sumber daya manusia/aparaturpengelola

pendapatan daerah dapat dilakukan dengan mengikutsertakan aparatnya

dalam Kursus Keuangan Daerah), juga program-program pendidikan

dan latihan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah.

f. Meningkatkan kegiatan penyuluhan masyarakat untuk menumbuhan

kesadaran masyarakat membayar pajak.

2.1.6 Konsep Pajak

2.1.6.1 Pengertian Pajak

Terdapat bermacam–macam batasan atau definisi tentang pajak yang

dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

1. Menurut Soemitro (dalam Mardiasmo 2009:1) pajak adalah iuran rakyat

kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat

ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

2. Menurut Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M dan Brock Horace R,

(dalam Rahman 2010:16) pajak adalah suatu penggalian sumber dari

sektor swasta ke sektor pemerintahan, bukan akibat pelanggaran hukum,

namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan terlebih

Universitas Sumatera Utara


dahulu, tanpa mendapatkan imbalan yang langsung dan proposional agar

pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan

pemerintahan.

3. Menurut UU No 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.

Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran

rakyat kepada negara berdasarkan Undang-undang yang memaksa dan tidak

medapatkan imbalan secara langsung yang dipergunakan untuk pembiayaan

pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan karakteristik pajak sebagai

berikut:

1. Harus uang (bukan barang) dari rakyat ke kas negara.

2. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang ( yang dapat dipaksakan).

3. Tidak ada timbal balik khusus atau kontraprestasi secara langsung yang

dapat ditunjukkan.

4. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran secara umum

demi kemakmuran rakyat.

Universitas Sumatera Utara


2.1.6.2 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

bernegara karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiaai

semua pengeluaran.Berdasarkan hal diatas, maka pajak mempunyai beberapa

fungsi (Rahman 2010:21), yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair).

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran negara (pembiayaan rutin) seperti belanja

pajak, belanja barang, pemeliharaan dan lain sebagainya.

2. Fungsi mengatur (regulered).

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan

pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat

untuk mencapai tujuan, misalnya seperti dalam rangka melindungi

produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi

untuk produk luar negeri.

2.1.6.3 Asas-Asas Pemungutan Pajak

Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations (Suandy 2005:27)

mengemukakan asas-asas pemungutan pajak sebagai berikut:

1. Equality

Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang denan

kemampuan yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya

dibawah perlindungan pemerintah. Dalam keadaan yang sama wajib

Universitas Sumatera Utara


pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan yang berbeda wajib

pajak harus diperlakukan berbeda.

2. Certainty

Pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak

mengenal kompromi. Dalam asa ini kepastian hukum yang diutamakan

adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan ketentuan

mengenai pembayarannya.

3. Convenience

Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak

yaitu pada saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan

yang dikenakan pajak.

4. Economic of Collections

Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat mungkin, jangan

sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu

sendiri. Karena tidak ada artinya penerimaan yang akan diperoleh.

2.1.6.4 Sistem Pemungutan Pajak

Sistem pemungutan pajak dibagi atas tiga bagian yaitu:

1. Official Assessment System

Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah

(fiskus) untuk menentukan besarnya yang terutang oleh wajib pajak

menurut perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

2. Self Assessment System

Universitas Sumatera Utara


Sistem pemungutan pajka yang memberi wewenang kepada wajib pajak

untuk menentukan sendiri besarnya pajka yang teruntang. Wajib pajak

menghitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus dibayarkan.

3. With holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2.1.6.5 Syarat-Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu

tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,

maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak

menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi

persyaratan yaitu:

1. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk

menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam

perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya.

2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat

sebagai wajib pajak.

3. Sanksi atas penyelenggaraan pajak diberlakukan secara umum sesuai

dengan berat ringannya pelanggaran.

4. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Universitas Sumatera Utara


5. Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan

yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang",

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU

tentang pajak, yaitu:

a. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU

tersebut harus dijamin kelancarannya.

b. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan

secara umum.

c. Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak.

6. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak

mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi,

perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai

merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha

masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.

7. Pemungutan pajak harus efesien.

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus

diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah

daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem

pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan.

Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam

pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.

8. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

Universitas Sumatera Utara


Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam

pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak

dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan

memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan

kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem

pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.

2.1.6.6 Jenis-Jenis Pajak

Menurut Halim (2014:5) jenis pajak dikelompokkan ke dalam tiga bagian

yaitu:

1. Pajak menurut golongan

a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak

dan pembebanannya tidak dilimpahkan kepada pihak lain.

b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan kepada pihak lain.

2. Pajak menurut sifatnya

a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subjeknya dan selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

b. Pajak objektif, yaitu pajak yang berdasarkan objeknya tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3. Pajak menurut lembaga pemungutnya

a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Universitas Sumatera Utara


Contoh : Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai pajak penjualan

atas barang mewah.

b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

Pajak daerah terdiri atas:

1. Pajak Provinsi, contoh: pajak kendaraan bermotor, pajak bahan

bakar kendaraan bermotor dan pajak air permukaan.

2. Pajak Daerah, contoh: pajak reklame, pajak penenrangan jalan,

pajak hotel, pajak hiburan dan pajak restoran.

2.1.7 Pajak Daerah

2.1.7.1 Tinjauan Pajak Daerah

Pajak daerahsebagai salah satu komponen PAD merupakan pajak yang

dikenakan oleh pemerintah daerah kepada penduduk yang mendiami wilayah

yurisdiksinya, tanpa langsung memperoleh balas jasayang diberikan oleh

Pemerintah Daerah yang memungut pajak daerah yang dibayarkannya.

Menurut Suandy (2005:1236) pajak daerah adalah iuran wajib yang

dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung

yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiaya penyelenggaraan

pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Menurut Kesit (2003:1) pajak

daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh PemerintahDaerah (Propinsi dan

Kabupaten/ Kota) yang diatur berdasarkan PeraturanDaerah masing-masing dan

hasil pemungutannya digunakan untukpembiayaan rumah tangga daerahnya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut UU No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Pasal

1 ayat 10 menyatakan bahwa Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak,

adalahkontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orangpribadi atau badan

yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-Undang, dengan tidak mendapatkan

imbalansecara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerahbagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.

Secara spesifik, keriteria pajak daerah yang diuraikan oleh K. J.Davey

(1988) “Financing Regional Government” (Kesit 2003:2) yang terdiri dari 4 hal:

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan

dari daerah.

2. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat

tetapipenetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

3. Pajak yang ditetapkan dan dipungut oleh pemerintah daerah.

4. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusattetapi

pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.

Menurut Undang_undang No 23 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi daerah, jenis Pajak Daerah terdiri dari:

1. Pajak Provinsi terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok

2. Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari:

Universitas Sumatera Utara


a. Pajak Hotel.

b. Pajak Restoran

c. Pajak Hiburan.

d. Pajak Reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.

g. Pajak Parkir.

h. Pajak Air Tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

2.1.7.2 Kriteria Pemungutan Pajak Daerah

Pemungutan pajak daerah harus didasarkan pada peraturan daerah dan

tidak berbenturan dengan pungutan pusat, agar tidak terjadi duplikasi penungutan

yang pada akhirnya akan merugikanrakyat dikarenakan wajib pajak harus

melakukan pembayaran berulang. Untuk itu, dibutuhkan kriteria dalam

pemungutan pajak daerah yang telah diatur dalam UU No. 23 tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu:

a. Bersifat pajak bukan retribusi.

b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupatn/Kota

yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta

hanya melayani masyarakat di wilayahKabupaten/Kota yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan

kepentingan umum.

d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi atau onjek pajak

pusat.

e. Potensinya memadai.

f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif.

g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.

h. Menjaga kelestarian lingkungan.

2.1.8 Tinjauan Pajak Reklame

2.1.8.1 Pengertian Pajak Reklame

Menurut UU No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Pasal

1 ayat 26 dan 27 menyatakan bahwa Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau

media yangbentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial

memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian

umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan, dan/atau dinikmati oleh umum.Pajak reklame adalah pajak

atas penyelenggaraan reklame. Penyelenggaran reklame adalah orang atau badan

yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk

dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.

Pajak reklame adalah pajak daerah yang penerimaannya diserahkan dan

digunakan untuk kepentingan pemerintah daerah. Pajak reklame tersebut

dikenakan terhadap objek pajak yaitu reklame dan nilai sewa reklame dan

didasarkan pada besarnya biaya pemasangan reklame, besarnya biaya

Universitas Sumatera Utara


pemeliharaan reklame, lama pemasangan reklame, nilai strategi pemasangan

reklame dan jenis reklame.

2.1.8.2 Dasar Hukum Pajak Reklame

Pemungutan Pajak Reklame di Indoensia harus memiliki payung hukum

yang jelas dan kuat sehingga dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar

hukum pemungutan pajak reklame pada satu kabupaten atau kota, terkhusus Kota

Medan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

2. Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 Tahun

2011 Tentang Pajak Daerah.

3. Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Bupati Deli Serdang No 471 Tahun 2011 Tentang

Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar

Reklame dan Nilai Strategi Daerah Kabupaten Deli Serdang.

2.1.8.3 Objek dan Bukan Objek Pajak Reklame

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011

Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli Serdang Pasal 23 ayat 2 dan 3 dinyatakan

bahwa Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan Reklame. Objek

pajak reklame meliputi reklame papan/billboard/videotron/megatron/Neon

Box/Large Electronic Display (LED) dan sejenisnya, reklame kain, reklame

melekat, stiker, reklame selebaran, reklame berjalan termasuk pada Kendaraan,

Universitas Sumatera Utara


reklame udara, reklame apung, reklame suara, reklame film/slide dan reklame

peragaan.

Tidak termasuk Objek Pajak Reklame menurut Peraturan Daerah

Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli

Serdang Pasal 23 ayat 3 yaitu:

a. penyelenggaraan reklame melalui internet, televisi, radio, warta berita,

warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya.

b. label/merk produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan,

yang berfungsi untukmembedakan dari produk sejenis lainnya.

c. nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada

bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan

ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut

tidak melebihi dari 1M2, hanya 1 Unit dan bukan Reklame

Videotron/Neon Box/Large Electronic Display (LED).

d. reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah.

e. Reklame yang diselenggarakan semata-mata memuat nama tempat

Ibadah dan tempat Panti Asuhan.

f. Reklame yang diselenggarakan untuk kegiatan Sosial, Partai Politik dan

Organisasi Kemasyarakatan.

2.1.8.4 Subyek Pajak dan Wajib Pajak

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011

Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli Serdang Pasal 24 ayat 1 samp4ai yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a. Subjek Pajak reklame adalah orang pribadi atau Badan yang

menggunakan reklame.

b. Wajib pajak reklame adalah orang pribadi atau Badan yang

menyelenggarakan reklame. Dalam hal reklame diselenggarakan sendiri

secara langsung oleh orang pribadi atau Badan, wajib pajak reklame

adalah orang pribadi atau Badan tersebut. Dalam hal reklame

diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi

Wajib Pajak Reklame.

2.1.8.5 Tarif, Dasar Pengenaan dan cara Menghitung Pajak Reklame

Tarif Pajak Reklame sepenuhnya diberikan keleluasaan kepeda

Pemerintah Kabupaten/Kota untuk menentukan tarif pajak yang dipandang sesuai

dengan kondisi di masing-masing daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan dengan

peraturan darah. Hal ini diberikan guna agar setiap daerah kabupaten/Kota

menetapkan tarif pajak yang mungkin berbeda dari kabupaten/kota yang lain,

tetapi tidak lebih dari dua puluh lima persen dikarenakan tarif pajak yang

ditetapkan oleh UU No 23 Tahun 2008 adalah paling tinggi sebesar dua puluh

lima persen dari Nilai Sewa Reklame. Untuk itu, berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli

Serdang Pasal 27 menyatakan bahwa tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25%

(dua puluh lima persen) dari nilai sewa reklame.

Dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah pasal 49 dinyatakan bahwa dasar pengenaan Pajak Reklame

adalah Nilai Sewa Reklame (NSR) yaitu nilai yang ditetapkan sebagai dasar

perhitungan penetapan besarnya pajak reklame. Menurut Peraturan Daerah

Universitas Sumatera Utara


Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli

Serdang Pasal 25 ayat 2 menyatakan bahwa Dalam hal Reklame diselenggarakan

oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak

Reklame. Dan di ayat 4 dan 5 dinyatakan bahwa Dalam hal Reklame

diselenggarakan sendiri, nilai sewa reklame dihitung dengan memperhatikan

faktor-faktor seperti jenis, bahan yang digunakan, lokasi penempatan, waktu,

jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media Reklame. Dalam hal

Nilai Sewa Reklame tidak dilaksanakan dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai

Sewa Reklame ditetapkan dengan menggunakan faktor-faktor yang diatas. Cara

Perhitungan Nilai Sewa Reklame diterapkan dengan peraturan daerah yang

dimana ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan persetujuan DPRD

kabupaten/kota yang bersangkutan. Nilai Sewa Reklame yang telah ditetapkan

dalam Peraturan Daerah No 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli

Serdang, dapat dihitung dengan rumus:

Nilai Sewa Reklame = Nilai Dasar Reklame + Nilai Strategis

. Berdasarkan Peraturan Daerah No 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

Kabupaten Deli Serdang yang telah ditetapkan pada ayat 1 sampe 4 bahwa:

(1) Nilai Sewa Reklame dibedakan berdasarkan jenis Reklmae dan

dinyatakan dalam satuan Rupiah permeter persegi.

(2) Nilai Dasar Reklame dibedakan berdasarkan jenis Reklame dan

dinyatakan dalam satuan Rupiah permeter persegi.

(3) Nilai strategis dibedakan berdasarkan kelas jalan lokasi penempatan

Reklame dan dinyatakan dalam satuan Rupiah. Untuk kelas jalan dalam

Universitas Sumatera Utara


pemasangan Reklame pada Daerah Deli serdang sesuai dengan

Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Bupati Deli Serdang No 471 Tahun 2011 Tentang

Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar

Reklame dan Nilai Strategi Daerah Kabupaten Deli Serdang yaitu:

a) Jalan Kelas I dimulai dari Simpang kayu Besar terus kearah Kuala

Namu dan Bandara Kuala Namu sekitarnya.

b) Jalan Kelas II seluruh ruas jalan Kabupaten Deli Serdang di luar

Jalan Kelas I.

(4) Hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan keputusan

Bupati/Walikota

Nilai sewa reklame sesuai Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun

2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar

Reklame dan Nilai Strategi Daerah Kabupaten Deli Serdang, diperhitungan

dengan memperhatikan:

a. Jenis

b. Bahan yang digunakan

c. Lokasi penempatan

d. Jangka waktu penyelengaraan

e. Jumlah

f. Ukuran media reklame

Untuk Perhitungan Nilai Sewa reklame dapat dirincian dalam tabel

berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5
Perhitungan Nilai Sewa Reklame
N JENIS UKURAN NILAI DASAR NILAI STRATEGIS
O REKLAME REKLAME SEWA
REKLAME JALAN JALAN
(Rp/M2/hari) KELAS I KELAS II
(Rp/M2/ (Rp/M2/

tahun) tahun)

1 Reklame Lebih dari 1M 2.000 3.500.000 2.000.000


Papan/Baliho/
Billboard/Vide
otron/Megatro
n/large
Electronic
Display (LED)
dan Sejenisnya

2 Bus Semua Ukuran 4.000 80.000 80.000


Seller/Reklame
Berjalan

3 Neon Box Semua Ukuran 3.000 85.000 80.000


Outdoor

4 PNT Semua Ukuran 2.100 50.000 40.000

5 Vertical Semua Ukuran 2.000 50.000 40.000


Banner

6 Merek Toko Semua Ukuran 1.200 40.000 40.000


(Lebih dari
1M) kecuali
berupa Neon
Box/LED

7 Reklame Kain Semua Ukuran 4.000 15.000 10.000

8 Shop Sign Semua Ukuran 2.500 4.500 4000

9 Reklame 0≥2M 1.000 3.500 3.000


Peragaan
≥2M 1.500 3.500 3.000

10 Branding Toko 0 ≤ 100 M 3.000 3.500 3.000

>100 M 3.500 3.500 3.000

11 Tin Plate 0≤1M 3.000 3.500 3.000

Universitas Sumatera Utara


>1M 3.500 3.500 3.000

12 Reklame 0≤2M 1.100 3.500 3.000


Apung
>2M 1500 3.500 3.000

13 Neon Box 0≤2M 1.000 3.500 3.000


Indoor
>2M 1.500 3.500 3.000

Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Besarnya Pajak Reklame yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan

tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Perhitungnan ini sesuai dengan rumus

sebagai berikut:

Pajak Terutang= Tarif Pajak x nilai Sewa Reklame

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Dalam sub bagian ini, peneliti memaparkan tinjauan terhadap beberapa

penelitian terdahulu serta menuangkan beberapa konsep yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini. Berikut beberapa hasil penelitian yang menjadi

bahan acuan dalam penelitian ini:

1. Analisis Efektifitas Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan

Asli Daerah (PAD) di Banyuwangi.

Penelitian ini dilakukan oleh Rahayuningsih (2009) dengan tujuan untuk

menganilisis apakah efektivitas pemungutan pajak reklame dapat

meningkatkan pendapatan asli daerah. Penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitaif dengan teknik

pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi. Hasil dari

penelitian ini dapat dikatakan bahwa laju pertumbuhan mengalami

peningkatan setiap tahunnya, kontribusi pajak reklame terhadap

Universitas Sumatera Utara


pendapatn asli daerah mengalami penurunan, dan efektifitas pemungutan

pajak reklame mengalami fluktuasi disebabkan Dinas pendapatan

Kabupaten Bayuwangi kurang mengali potensi yang ada dan juga

penambahan wajib pajak daerah dihitung berdasarkan asumsi terendah

atau terkecil dari dasar perhitungan jual objek pajak.

2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel Ditinjau dari Potensi Kota Batu

untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

Penelitian ini dilakukan oleh Krida Laksana Putra (2013) dengan tujuan

untuk mendiskripsikan bagaimana Intensifikasi pemungutan pajak hotel

ditinjau dari potensi Kota Batu untuk meningkatkan pendapatan asli

daerah dengan manfaat secara praktis adalah memberikan solusi bagi

permasalahan pembayaran pajak hotel di Dispenda Kota Batu. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian kualitatif

deskriptif. Secara singkat dalam penelitian ini dinyatakan bahwa

Dispenda Kota Batu telah melakukan pendekatan secara lebih intensif

kepada pihak hotel agar tidak ada jarak jauh antara pihak Dispenda

dengan pihak hotel, mengadakan pembinaan kepada Wajib Pajak (pihak

hotel) dengan cara sosialisasi ketetapan waktu, juga dalam meningkatkan

kualitas pelayanan Dispenda membuat sistem pembayaran pajak online

tanpa manual.

3. Pengaruh Intensifikasi dan Ektensifikasi Terhadap Peningkatan

Pendapatan Asli Daerah Guna Mewujudkan Kemandirian Keuangan

Daerah (studi pada Pemerintah Kota Padang)

Universitas Sumatera Utara


Penelitian ini dilakukan oleh Ade Rahmi (2013) dengan tujuan untuk

mengetahui pengaruh intensifikasi dan ekstensifikasi terhadap

peningkatan Pendapatan Asli Daerah guna mewujudkan kemandirian

keuangan daerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kausatif, jenis data yaitu subyek, dan dengan sumber data primer yang

dilakukan dengan kuisonetr. Berdasarkan hasil temuan penelitian dan

pengujian hipotesis yang telah diajukan dapat disimpulkan bahwa

Intensifikasi pajak dan retribusi daerah berpengaruh signifikan positif

terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Hal ini menunjukkan

bahwa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota

Padang dapat melaksanakan intensifikasi pajak dan retribusi daerah.

2.3 Definisi Konsep

Kerangka konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk

menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau

individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun,1987:32). Untuk

mendapatkan batasan-batasan yang lebih jelas mengenai variabel-variabel yang

akan di teliti dalam defensi konsep yang digunakan dalam pengertian ini adalah:

1. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan

berdasarkan indikaor-indikator yang telah ditentukan. Metode evaluasi

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Single program after-

only dimana peneliti ingin melihat kondisi sesudah program intensifikasi

pemungutan pajak reklame dari kelompok sasaran tanpa menggunakan

kelompok pembanding. Kelompok sasaran yaitu DISPENDA Kabupaten

Universitas Sumatera Utara


Deli Serdang. Peneliti akan menggunakan indikator evaluasi kebijakan

yang dikemukakan oleh William N. Dunn. Dimana peneliti akan melihat

bagaimana efektifitas, efisiensi, pemerataan, responsivitas, kecukupan, dan

ketepatan.

a. Efektivitas, dilihat apakah tujuan/hasil dari intensifikasi pemungutan

pajak reklame sudah tercapai.

b. Efisiensi, dilihat dari sumber dan usaha-usaha yang dilakukan terkait

intensifikasi untuk mencapai target dari pemungutan pajak reklame.

c. Kecukupan, dilihat dari hasil dari usaha yang telah dilakukan terkait

intensifikasi pajak reklame dapat memecahkan permasalahan yang ada

atau telah mengalami perubahan dari yang sebelumnya.

d. Pemerataan, dilihat dari pelayanan terkait intensifikasi merata ke setiap

kalangan masyrakat yang berbeda.

e. Responsivitas, dilihat dari intensifikasi pemumgutan reklame yang

dilakukan sesuai untuk mengatasi masalah yang ada dan memuaskan

pihak Dispenda.

f. Ketetapan, dilihat dari hasil intensifikasi pemungutan pajak reklame

dirasakan bermanfaat.

2. Intensifikasi pajak adalah adalah upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah

untuk meningkatkan penerimaan daerah yang ditempuh melalui kegiatan

optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek serta subjek

pajak yang telah tercatat atau terdaftar.

3. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak

ragamnya dirancang untuk tujuan koomersial atau bisnis dimana dengan

Universitas Sumatera Utara


memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan atau menarik perhatian

umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca,

didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum.

4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame yaitu orang

atau badan yang diambil berdasarkan objek pajak reklame berupa meliputi

reklame papan/billboard/videotron/megatron dan sejenisnya, reklame kain,

reklame melekat, stiker, reklame selebaran, reklame berjalan, termasuk

pada kendaraan, reklame udara, reklame apung, reklame suara, reklame

film/slide dan reklame peragaan. Pajak Reklame dikatakan baik dalam

penyelengaraannya jika dalam wajib pajak mendaftarkan objek pajaknya

dengan dasar pengenaan dan tarif nilai sewa sesuai dengan yang telah

ditetapkan dalam peraturan daerah.

5. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah yang diperoleh dari dari

sektor pajak daerah,retribusi daerah, hasil perusahan milik daerah,

hasilkekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lainPAD yang sah guna

untuk membiayai kegiatan rutinmaupun pembangunan. Pendapatan asli

daerah diharapkan dapat mewujudkan tugas pemerintah daerah dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Indonesia `merupakan salah satu negara yang sedang berkembang yang

akan selalu melakukan pembangunan nasional guna mensejahterahkan rakyatnya.

Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

kebutuhan rakyat. Pembangunan dapat dilaksanakan jikalau dana atau biaya yang

diperlukan memadai. Dan salah satu sumber dana yang digunakan untuk

pembangunan adalah penerimaan pajak.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak, penerimaan negara dari

tahun 2009 sampai tahun 2012, pajak memberikan kontribusi yang cukup besar

bagi negara Indonesia. Ini dapat dilihat dari persentase penerimaan pajak dalam

negeri diatas 70 persen dari total keseluruhan penerimaan negara (Selvia 2015:1).

Dapat dilihat dari tabel 1.1, dari tahun 2013-2014, pendapatan negara Indonesia

yang berasal dari penerimaan pajak sebesar sekitar 74% dan tahun 2015 sekitar

83% dari total keseluruhan pendapatan negara, dan sisanya berasal dari

penerimaan negara bukan pajak dan hibah.

Tabel 1.1
Pendapatan Negara Indonesia 2013-2015
Jenis Pendapatan Negara 2013 2014 2015
Pendapatan Dalam Negeri 1.432,07 T 1.545,46 T 1.488,2 T
a. Penerimaan Pajak 1.077,31 T 1.146,87 T 1.235,80 T
b. Penerimaan Negara Bukan 354,76 T 398,59 T 252,40 T
Pajak (PNBP)
Hibah 5,79 T 5,03 T 3,30 T
Total Pendapatan Negara 1.438,90 T 1.550,49 1.491,50 T
Sumber:www.pajak.go.id.Realisasi penerimaan pajak tahun 2015 pertumbuhan
penerimaan di tengah perlambatan ekonomi (11/2016)

Universitas Sumatera Utara


Dengan sistem pemerintahan Indonesia yang Desentralisasi yang sesuai

dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 ayat 2

menyatakan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk mengurus dan

mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan. Ini berarti bahwa Pemerintah Daerah dengan

tanggungjawabnya dapat melakukan pembangunan didaerahnya yang secara

langsung dapat dirasakan oleh masyarakat, dan mengurangi kerbergantung pada

pemerintah pusat. Dengan adanya pelimpahan wewenangan dari pemerintah pusat

ke pemerintah daerah, juga disertai dengan pelimpahan keuangan (desentralisasi

fiskal) yang dimana Pemerintah Daerah sendiri yang juga mengatur dan mengurus

keuangan daerahnya sendiri.

Salah satu sumber keuangan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang salah satu bagiannya diperoleh dari penerimaan pajak daerah. Dengan

diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah, terdapat perubahan pembatasan jenis pajak yang dimana 16

jenis pajak yang dipungut oleh daerah yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis

pajak kabupaten/kota yang diantaranya yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak

hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan

batuan, pajak parkir, pajak air bawah tanah, pajak sarang burung walet, pajak

bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, serta bea perolehan hak atas tanah

dan bangunan.

Dan bukan hanya perubahan pada pembatasan jenis pajak, tetapi dalam

Undang-Undang ini juga terjadi perubahan mulai dari penguatan local taxing

power yang dilakukan dengan memperluas objek pajak daerah, menambah jenis

Universitas Sumatera Utara


pajak daerah, menaikkan tarif maksimum pajak daerah dengan daerah sendiri

yang menetapkan tarif pajak daerah, kemudian perubahan sistem pengawasan

dilakukan melalui evaluasi rancangan peraturan daerah sebelum dan setelah

menjadi peraturan daerah dan membatalkan peraturan daerah jika bertentangan

dengan perundang-undangan yang lebih tinggi, dan perubahan pada pengaturan

untuk optimalisasi pemunggutan dan pemanfaatan hasil pajak daerah dilakukan

dengan memperbaiki porsi bagi hasil pajak provoinsi dan kabupaten/kota dan

mengatur kembali pemberian intensif pemungutan (Laksana 2013:56).

Dengan diberlakukannya Undang-Undang ini, setiap daerahpun semakin

gencar untuk dapat meningkatkan hasil pajak daerahnya dan bertanggungjawab

membuat Peraturan Daerah sebagai payung hukum. Salah satunya adalah Kota

Semarang yang mengeluarkan Perda tentang Pajak Reklame. Peraturan Daerah ini

dimaksudkan untuk mengurangi pemasangan reklame liar dan sebagai pedoman

bertindak yang digunakan aparat dalam pendaftaran, penghitungan, penungutan,

penagihan dan penerbitan reklame dengan tujuan agar penyelengara reklame

mengerti akan peraturan yang sudah ditetapkan sehingga tidak terjadi pemasangan

reklame tanpa ijin dan akhirnya dapat meningkatkan potensi dan penerimaan

pendapatan daerah. http://eprints.undip.ac.id/Ary Rismawati (Diakses 18 Januari

2016 pada pukul 13:22)

Begitu juga dengan Kota Samarinda yang telah mengalami beberapa kali

perubahan terhadap Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame hingga perubahan

terakhir yaitu Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame,

semakin tersedianya sumber daya aparatur atau petugas yang menangani

penarikan pajak reklame, penyuluhan dan sosialisasi Perda kepada masyarakat

Universitas Sumatera Utara


pengguna jasa reklame agar mengerti dalam memahami sistem prosedur Pajak

Reklame serta peningkatan dalam sarana dan prasarana pelayanan pajak (Ridha

2014: 1473-1486)

Begitu juga halnya dengan Kabupaten Deli Serdang yang telah menetapkan

Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah guna untuk menggali

potensi-potensi pajak daerah yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dan

juga membantu aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Melalui

Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Deli Serdang sebagai instansi

pemerintahan yang berfungsi dalam mengelola dan memantau sumber pendapatan

daerah yang salah satunya adalah pajak yang mengharapkan pendapatan pajak

akan meningkat setiap tahunnya.

Gambar 1.1
Penerimaan Pajak Daerah Deli Serdang Tahun 2012-2015

140.000.000.000,00
120.000.000.000,00
100.000.000.000,00
80.000.000.000,00
60.000.000.000,00
40.000.000.000,00 2012
20.000.000.000,00 2013
0,00
2014
2015

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang

Dari tabel diatas, salah satu pajak daerah yang dikelola oleh DISPENDA

Deli Serdang adalah pajak reklame. Walaupun jika kita lihat dari data diatas,

penerimaan pajak reklame signifikan selalu mengalami peningkatan, dan

Universitas Sumatera Utara


dikatakan penerimaan pajak daerah nomor tujuh (7) tetapi cukup memberikan

kontribusi dalam peningkatan pendapatan asli darah. Besar kecilnya penerimaan

pajak terutama pajak reklame tergantung dari mekanisme yang dilakukan oleh

DISPENDA Deli Serdang mulai dari pendaftaran hingga pemungutan pajak.

Menurut informasi yang didapat, tidak semua daerah Kabupaten/Kota belum

tercapainya jumlah pendapatan pajak sesuai dengan target yang direncanakan.

Seperti Kota Bekasi dimana realisasi pajak reklame hinggga kuartal III/2015 baru

mencapai Rp19,97 miliar atau 30% dari total target Rp66,16

miliar. http://finansial.bisnis.com/MuhammadHilman (Diakses Sabtu 16 Januari

2016 pada pukul 10:25 WIB).

Begitu juga di Provinsi Lampung, salah satu kotanya yaitu Kota Tapis

Berseri pada tahun 2013 mencapai 86% atau Rp17,4 miliar dari total target pajak

reklame sebesar target Rp20,5 miliar. Hal ini diakibatkan lesunya perekonomian

di daerah ini selama setahun terakhir. http://lampost.co/berita/ekonomi-lesu-pad-

kota-hanya-terealisasi-5748 (Diakses Sabtu 23 Januari 2016 pada pukul 11:10

WIB)

Begitu juga di Bandar Lampung realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun

2015, hanya Rp.248,14 miliaratau sekitar 57,48% dari target Rp.432 milyar.

Yang dimana realisasi pajak reklame hanya 86% atau 17,4 miliar dari target Rp.

20,5 miliar. Walaupun pajak reklame ini cukup tinggi dalam hal penerimaan

daripada sepuluh pajak daerah lainnya di tahun 2015, tetapi baiknya pemerintah

lebih mengoptimalkan pajak reklame agar tahun selanjutnya dapat

meningkat. http://www.rri.co.id/post/berita/FeryNuryadi.html (Diakses Sabtu 23

januari 2016 pada pukul 11. 20 WIB)

Universitas Sumatera Utara


Dari informasi diatas memang beberapa daerah di Indonesia tidak

tercapainya target penerimaan dari setiap pajak daerah. Tetapi juga ada daerah

yang pajak reklamenya terealisasi targetnya bahkan lebih dari yang ditargetkan.

Salah satunya adalah Kota Bogor yang penerimaan pajaknya melebihi dari target

yang ditetapkan. Dimana pajak reklame mendapatkan penerimaan

sebesar 104,36%), atau Rp12.523.029.916 dari target Rp 12.000.000.000.

pencapaian target ini menunjukan bahwa masyarakat Kota Bogor sudah mulai

sadar akan pajak. Sebab, mulai dari awal tahun 2015 dispenda terus memberikan

sosialisasi dan edukasi sadar pajak kepada masyarakat secara langsung. Tak hanya

itu untuk memudahkan pembayaran pajak, dispenda rutin membuka stand

pembayaran pajak di setiap tempat keramaian seperti Kantor

Balaikota. http://suaraindonesia-news.com/dispenda-kota-bogor-lebihi-targer-

pajak-2015/(Diakses Minggu 24 Januari 2016 pada pukul 20.45 WIB)

Serta Kota Padang juga mendapatkan penerimaan pajak reklame yang lebih

dari target yang ditetapkan dimana realisasi pajak reklame sebesar pajak reklame

102,1% atau Rp 5.6 miliar dari target Rp5,5

miliar. http://humasppid.padang.go.id/index.php/informasi-

artikel/DavidSeptian/544-dispenda-padang-siap-tingkatkan-pencapaian-di-2016

(Diakses Sabtu 23 Januari 2016 pada pukul 11.15 WIB)

Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang dimana

belum dapat mencapai target pajak reklame. Dimana penerimaan pajak reklame di

Kabupaten Deliserdang tahun anggaran 2014 hanya tercapai Rp 2,027 miliar

(36,86%) dari target Rp 5,5 miliar. Minimnya pencapaian target tersebut karena

banyak reklame atau billboard di daerah itu tak memiliki izin. Padahal cukup

Universitas Sumatera Utara


banyak potensi pajak reklame yang seharusnya dapat

dipungut. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/04/145096/realis

asi-pajak-reklame-deliserdang-hanya-36persen/ (Diakses Senin 25 januari 2016

pada pukul 09.50 WIB)

Begitu juga dengan Kabupaten Deli Serdang. Jika dilihat penerimaan yang

didapat dari Pajak Reklame yang selalu meningkat, dimana pada tahun 2013

didapat sekitar 1.141.277.497,47, tahun 2014: 2.027.092.994,50 dan tahun

2015:4.557.227.734,51 walaupun tidak sesuai dengan yang telah ditargetkan.

Tetapi itu tidak membuat aparat pemungut pajak/ Dinas Pendapatan Daerah

Kabupaten Deli Serdang merasa bangga dan senang akan pencapaiannya. Namun

semakin membuat strategi-strategi yang mampu meningkatkan penerimaan dari

pajak reklame ditengah-tengah banyaknya reklame liar sehingga pada akhirnya

diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam

menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga dapat meningkatkan dan

memeratakan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daerahnya. Menurut

Abu Bakar dalam Halim (2001:147) salah satu upaya yang dilakukan dalam

rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dapat melalui intensifikasi dan

ekstensifikasi pajak daerah.

Sebagai contohnya, dalam jurnal Efektivitas Intensifikasi Pemungutan Pajak

Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Kontribusinya

Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Kota Surabaya melalui Dinas

Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) melalukan upaya untuk mencapai

keberhasilan pencapaian target penerimaan salah satunya dengan intensifikasi.

Kegiatan intensifikasi yang dilakukan meliputi pemeliharaan dan perbaikan basis

Universitas Sumatera Utara


data PBB Perkotaan, memperkuat proses pemungutan, meningkatkan pengawasan

objek pajak, meningkatkan efisiensi administrasi, koordinasi dengan instansi

terkait, sosialisasi, dan mobil keliling. Dan intensifikasi inipun dinilai cukup

efektif dilakukan yang dapat dilihat dari meningkatnya realisasi penerimaan pajak

bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang juga diiringi dalam

meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (Dana:2014).

Berkaitan dengan permasalahan mengenai Pajak Reklame, maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan

Intensifikasi pemungutan Pajak Reklame guna meningkatkan PAD Kota

Medan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang”.

1. 2 Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang, rumusan pertanyaan permasalahan penelitian

ini adalah “Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Intensifikasi pemungutan Pajak

Reklame guna meningkatkan PAD Kabupaten Deli Serdang?”

1. 3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak

reklame guna meningkatkan PAD Kabupaten Deli Serdang.

2. Untuk menggambarkan secara mendalam hambatan-hambatan dan upaya

upaya yang dilakukan dinas pendapatan daerah dalam pelaksanaan

intensifikasi pemungutan pajak reklame Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


1. 4 Manfaat Penelitian

1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan

wawasan dan melatih kemampuan penulis dalam pembuatan karya

ilmiah.

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

ilmiah dan menjadi sumber referensi bagi pembaca.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan Dinas

Pendapatan Daerah dalam hal pelaksanaan intensifikasi pemungutan

pajak reklame guna meningkatkan PAD Kabupaten Deli Serdang.

1. 5 Sistematika Penulisan

Sistematika yang disusun dalam rangka memaparkan secara keseluruhan

hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat yakni sebagai berikut:

BABI :Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, fokus masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II :Kajian Pustaka

Bab ini berisikan kerangka teori, peneliti terdahulu dan definisi

konsep.

Bab III : Metode Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Bab ini memuat tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian,

informan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini memuat tentang gambaran umum tentang Kabupaten Deli

Serdang dan Dinas Pendapatan daerah Kabupaten Deli Serdang.

BAB V : Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang akan dianalisis, serta memuat pembahasan atau

interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab sebelumnya.

BAB VI : Analisis Data

Bab ini berisi data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang akan diteliti

BAB VII : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh atas hasil

penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAKSI

Evaluasi Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkkatkan


Pendapatan Asli Daerah
Dengan diterbitkannya Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daearah dan Retribusi Daerah, membawa perubahan dalam pengelolaan pajak
antara pusat dengan daerah. Pemerintah Daerah mempunyai wewenang dan
tanggungjawab dalam mengelola semua keuangan yang menjadi sumber
pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan
daerah yang berasal dari beebrapa hasil penerimaan daerah dan salah satunya
diperoleh dari penerimaan pajak daerah. Pajak daerah khususnya pajak reklame
menjadi sumber pendapatan yang diandalkan dalam memenuhi kebutuhan
pembiayaan daerah. Kabupaten Deli Serdang mengatur pemungutan pajak
reklame dalam Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011
Tentang Pajak Derah dan yang menjadi pelaksana teknis PERDA tersebut dalam
mengelola pajak reklame adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupeten Deli
Serdang. Terbitnya PERDA tersebut awalnya tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan dan efektivitas pemungutan pajak reklame, tetapi ternyata semenjak
PERDA ini ditetapkan tidak pernah mencapai realisasi target yang ditetapkan,
reklame liar yang tidak terselesaikan bahkan kesadaran dalam membayar pajak
masih kurang. Untuk itulah DISPENDA Kabupaten Deli Serdang melakukan
kegiatan atau program yang disebut intensifikasi dengan maksud
mengoptimalisasikan semua penerimaan terkait pajak reklame sehingga tercapai
realisasi dari target.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan pertama, untuk mengevaluasi
pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak reklame guna meningkatkan PAD
Kabupaten Deli Serdang, kedua untuk mengetahui hambatan dan upaya yang
dilakukan oleh DISPENDA dalma pelaksanaan intensifikasi. Dalam penelitian ini
metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dengan melakukan wawncara mendalam dan observasi dan
menggunakan metode analisis kualitatif. Informan kunci dan informan utama dari
penelitian ini berasal dari DISPENDA Kabupaten Deli Serdang dan informan
tambahan berasal dari beberapa wajib pajak reklame.
Kesimpulan penelitian ini adalah pelaksanaan intensifikasi pemungutan
pajak reklame dalam meningkatkan PADdidasarkan pada enam kriteria
diantaranya efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan
ketepatan dapat dikatakan dan dinilai cukup baik, karena dalam pelaksanaannya
masih ditemukan beberapa kekurangan dan juga masih terdapatnya hambatan-
hambatan yakni kesadaran masyarakat yang masih kurang, sanksi yang kurang
membuat efek jera,keterbatasan pegawai reklame liar dan belum pernah mencapai
100% realisasi target yang telah ditentukan semenjak dilakukannya intensifikasi.

Kata Kunci : Evaluasi, Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame, PAD

Universitas Sumatera Utara


EVALUASI INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME GUNA

MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

(Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Sarjana S-1 Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh:
OKTRI SAKTIANI SIMANULLANG
120903067

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

Universitas Sumatera Utara


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Oktri Saktiani Simanullang

NIM : 120903067

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul :Evaluasi Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna


Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Studi Pada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang)

Medan, 06 April 2016

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA Drs. Rasudyn Ginting , M. Si


NIP. 195908161986011001 NIP. 19590814198611002

Dekan

FISIP USU MEDAN

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si


NIP. 196805251992031002

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAKSI

Evaluasi Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkkatkan


Pendapatan Asli Daerah
Dengan diterbitkannya Undang-Undang No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak
Daearah dan Retribusi Daerah, membawa perubahan dalam pengelolaan pajak
antara pusat dengan daerah. Pemerintah Daerah mempunyai wewenang dan
tanggungjawab dalam mengelola semua keuangan yang menjadi sumber
pendapatan asli daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan
daerah yang berasal dari beebrapa hasil penerimaan daerah dan salah satunya
diperoleh dari penerimaan pajak daerah. Pajak daerah khususnya pajak reklame
menjadi sumber pendapatan yang diandalkan dalam memenuhi kebutuhan
pembiayaan daerah. Kabupaten Deli Serdang mengatur pemungutan pajak
reklame dalam Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011
Tentang Pajak Derah dan yang menjadi pelaksana teknis PERDA tersebut dalam
mengelola pajak reklame adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupeten Deli
Serdang. Terbitnya PERDA tersebut awalnya tujuannya untuk meningkatkan
pelayanan dan efektivitas pemungutan pajak reklame, tetapi ternyata semenjak
PERDA ini ditetapkan tidak pernah mencapai realisasi target yang ditetapkan,
reklame liar yang tidak terselesaikan bahkan kesadaran dalam membayar pajak
masih kurang. Untuk itulah DISPENDA Kabupaten Deli Serdang melakukan
kegiatan atau program yang disebut intensifikasi dengan maksud
mengoptimalisasikan semua penerimaan terkait pajak reklame sehingga tercapai
realisasi dari target.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan pertama, untuk mengevaluasi
pelaksanaan intensifikasi pemungutan pajak reklame guna meningkatkan PAD
Kabupaten Deli Serdang, kedua untuk mengetahui hambatan dan upaya yang
dilakukan oleh DISPENDA dalma pelaksanaan intensifikasi. Dalam penelitian ini
metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif dengan melakukan wawncara mendalam dan observasi dan
menggunakan metode analisis kualitatif. Informan kunci dan informan utama dari
penelitian ini berasal dari DISPENDA Kabupaten Deli Serdang dan informan
tambahan berasal dari beberapa wajib pajak reklame.
Kesimpulan penelitian ini adalah pelaksanaan intensifikasi pemungutan
pajak reklame dalam meningkatkan PADdidasarkan pada enam kriteria
diantaranya efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan
ketepatan dapat dikatakan dan dinilai cukup baik, karena dalam pelaksanaannya
masih ditemukan beberapa kekurangan dan juga masih terdapatnya hambatan-
hambatan yakni kesadaran masyarakat yang masih kurang, sanksi yang kurang
membuat efek jera,keterbatasan pegawai reklame liar dan belum pernah mencapai
100% realisasi target yang telah ditentukan semenjak dilakukannya intensifikasi.

Kata Kunci : Evaluasi, Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame, PAD

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Terpujilah Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasihNya dalam


kehidupan kita. Layaklah segala puji, hormat dan sembah hanya kepada Tuhan
saja. Penulis sangat bersyukur untuk setiap kebaikan dalam hidup penulis yang
kembali telah Tuhan nyatakan lewat pengerjaan skripsi yang berjudul “Evaluasi
Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Guna Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (Studi Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli
Serdang). Untuk itu, skripsi ini pun penulis persembahkan untuk kemuliaan
Tuhan yang menjadi satu-satunya sumber kekuatan dan perisai kita semua.

Selama proses pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari sangat banyak


pihak yang telah terlibat bahkan membantu penulis. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan
sebesar-besarnya bahkan sangat teristimewa kepada kedua orangtua penulis yaitu
Bpk. Ramli Simanullang, S. Pd dan Ibu Postalina Sianturi. Terima kasih untuk
didikan bapak dan mamak, untuk kasih sayang dan doa–doa bahkan telinga untuk
mendengarkan keluh kesah anakmu ini. Terima kasih untuk nasihat dan cerita
pengalaman hidup dari bapak dan mamak yang sangat memotivasiku untuk
mencapai cita-cita anakmu inidan selalu memperjuangkan keempat anaknya,
tetap kuat dan tegar bahkan bersyukur di tengah – tengah kondisi apapun, aku
belajar banyak dari ketegaran dan hidup nbapak dan mamak. Semoga aku juga
bisa menjadi anak yang dapat membanggakan. Penulis juga mengucapkan terima
kasih banyak kepada saudara–saudari penulis: Kak Yenti Simanullang, Abang
Henry Manalu (Abang ipar penulis), Abang Yanto Simanullang , S. Kep dan juga
adek Billfrid Simanullang. Terima kasih untuk dukungan, perhatian dan doa-doa
kalian kepada penulis. Semoga tetap menjadi anak yang takut akan Tuhan dan
kelak kita bisa menjadi kebanggaan bagi keluarga, bangsa dan negara.

Pada kesempatan ini, tak lupa penulis juga ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang teramat dalam bagi pihak – pihak lainnya yang telah turut serta
berpartisipasi membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, yakni :

Universitas Sumatera Utara


1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M. Si, selaku Keua Depaetemen Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. BapakProf. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia membimbing penulis, memberikan waktu dan tenaga,

sumbangan pemikiran dan menggarahkan penulis dari awal hingga

selesainya skripsi ini. Biarlah Tuhan yang membalas kebaikan Bapak

kepada kami mahasiswa/i bimbingan bapak.

4. Bapak/Ibu Staf Pengajar serta Pegawai FISIP USU yang telah berjasa

mendidik penulis selama masa perkuliahan, khususnya untuk Kak Mega

dan Kak Dian yang telah membantu segala urusan dan prosedur

administrasi perkuliahan.

5. Bapak/Ibu di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang yang

telah membantu penulis selama penelitian di lapangan, terkhusus untuk

Bpk. M. H Tambunan, Bpk. Saritua Gultom dan Ibu Frida Hanum

Simatupang. Terima kasih untuk waktu, tenaga, dan tempat yang

bapak/ibu telah berikan.

6. Buat keluarga besar Simanullang dan Sianturi, terima kasih untuk motivasi

dan bantuan dalam bentuk apapun dari kalian.

7. Buat Sharida Naibaho dan Selestia Ningsih , sahabat kecil penulis yang

telah memberikan motivasi dan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

Terima kasih atas semua dukungannya.

Universitas Sumatera Utara


8. Buat teman – teman magang Kelompok III : Cia, Jhonly, Jeremia, Rivay,

Suntama, Fhida, Mery dan juga Besry. Terima kasih untuk setiap hal yang

boleh kita lewati bahkan untuk kerja sama yang baik dari kalian dalam

pengerjaan laporan magang.

9. Buat Kelompok Kecilk penulis “Le Gra Go Deo (LGGD)” terkhusus buat

Pemimpin Rohani penulis Evalina Penjaitan. Terima kasih untuk perhatian

kakak, kepedulian kakak, bahkan kesabaran kakak untuk membimbing

kami adik – adikmu.Mery, Yeyen dan Besry, terima kasih banyak untuk

nasihat, doa–doa, semangat, dan dukungan kalian teman-temanku.

10. Buat keluarga besar UKM KMK UP PEMA FISIP, Terima kasih untuk

pelayanan dan persekutuan kita selama ini. Semoga kita tetap semangat

melayani Dia.

11. Buat kawan-kawan terhebatku Genk Monyet “GM”, Roslina (emak),

Evawaty (Tante), Samuel, Marsintauli, Fidelia, Yeyen, Dan juga Moylora.

Terimakasih untuk persahabatan kita selama empat tahun ini, pengalaman

hidup, nasihat bahkanpun canda tawa yang akan selalu kita kenang bahkan

bisa kita ceritakan ke anak cucu kita nanti tentang kegokilan kita selama

perkuliahan.

12. Buat teman – teman Administrasi Negara 2012, dan seluruh abang/kakak

senior dan adik – adik junior di Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP

USU Terima kasih ketika kita boleh saling berbagi ilmu dan pengetahuan

di jurusan ini.

13. Buat teman-teman KKN Kebangsaaan 2015 Desa Tumang Kabupaten

Siak, Ifen, Tika, Yolla, Hadi, Andi, Bara, Iqbal, Arief dan juga Hanum.

Universitas Sumatera Utara


Terimakasih untuk nasihat, semangat, doa-doa dan juga boleh berbagi

pergumulan mahasiswa tingkat akhir ini.

14. Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima

kasih untuk doa-doa dan kebaikan kalian bahkan untuk inspirasi yang telah

kalian berikan sehingga penulis tetap semangat dalam pengerjaan skripsi

ini.

Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk

itu, besar harapan penulis ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca

untuk perbaikan skripsi ini kedepannya.Akhir kata, semoga penelitian ini

bermanfaat.

Medan, April 2016

Penulis,

Oktri Saktiani
Simanullang 120903067

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 9
1.5 Sistematika Penelitian .................................................................................... 9

BAB II KERANGKA TEORI ............................................................................ 10


2.1 Kerangka Teori .............................................................................................. 10
2.1.1 Kebijakan Publik ................................................................................. 10
2.1.2 Kebijakan Perpajakan ........................................................................... 12
2.1.3 Evaluasi Kebijakan ............................................................................... 14
2.1.3.1Tujuan dan Alasan Evaluasi ...................................................... 15
2.1.3.2 Pendekatan Evaluasi ................................................................. 16
2.1.3.3 Metode Evaluasi ....................................................................... 18
2.1.3.4 Kriteria Evaluasi ....................................................................... 20
2.1.4 Pendapatan Asli Daerah........................................................................ 25
2.1.4.1 Tinjauan Pajak Asli Daerah ..................................................... 25
2.1.4.2 Kelompok Pendapatan Asli Daerah.......................................... 27
2.1.5 Konsep Intensifikasi Pajak ................................................................... 28
2.1.5.1 Pengertian Intensifikasi Pajak .................................................. 28
2.1.5.2 Upaya Kegiatan Intensifikasi.................................................... 29
2.1.6 Konsep Pajak ........................................................................................ 31
2.1.6.1 Pengertian Pajak ....................................................................... 31
2.1.6.2 Fungsi Pajak ............................................................................. 33
2.1.6.3 Asas-Asas Pemungutan Pajak .................................................. 33
2.1.6.4Sistem Pemungutan Pajak ......................................................... 34
2.1.6.5 Syarat Pemungutan Pajak ......................................................... 35
2.1.6.6 Jenis-Jenis Pajak ...................................................................... 37
2.1.7 Pajak Daerah ........................................................................................ 38
2.1.7.1 Tinjauan Pajak Daerah.............................................................. 38
2.1.7.2 Ciri-Ciri Pajak Daerah .............................................................. 36
2.1.7.3 Kriteria Pemungutan Pajak Daerah .......................................... 40
2.1.8Tinjauan Pajak Reklame ........................................................................ 41
2.1.8.1 Pengertian Pajak Reklame ........................................................ 41
2.1.8.2 Dasar Hukum Pajak Reklame ................................................... 42
2.1.8.3Objek dan Bukan Objek Pajak Reklame ................................... 42
2.1.8.4 Subyek Pajak dan Wajib Pajak ................................................. 43

Universitas Sumatera Utara


2.1.8.5Tarif, Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Reklame .................................................................................... 44
2.2 Peneliti Terdahulu .......................................................................................... 48
2.3 Definisi Konsep ............................................................................................. 50

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 53


3.1 Bentuk Penelitian .......................................................................................... 53
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................... 53
3.3 Informan Penelitian ....................................................................................... 53
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 54
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................................... 55
3.6 Keterbatasan Data ......................................................................................... 57

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ................................................ 58


4.1 Gambaran Umum Deli Serdang ..................................................................... 58
4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Deli Serdang ............................................. 58
4.1.2 Kondisi Geografi Kabupaten Deli Serdang ......................................... 59
4.1.3 Lambang dan Moto Kabupaten Deli Serdang ..................................... 59
4.1.4 Visi dan Misi Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2018................... 61
4.2 Gambaran Umum Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang ......... 62
4.2.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang ...... 62
4.2.2 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli
Serdang ................................................................................................. 63
4.2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli
Serdang ................................................................................................. 67

BAB V PENYAJIAN DATA .............................................................................. 83


5.1 Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Kabupaten Deli Serdang............... 84
5.1.1 Proses Pemungutan Pajak Reklame ...................................................... 84
5.1.2 Pelaksanaan Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame ....................... 92
5.1.2.1 Proses Pendaftaran dan Sistem Pemungutan Pajak Reklame ... 92
5.1.2.2 Pendataan dan Pendataan Ulang Wajib Pajak .......................... 96
5.1.2.3 Pemahaman Peraturan Yang Berlaku ....................................... 99
5.1.2.4 Memeperkuat Kualitas SDM dan Pelayanan ............................ 103
5.1.2.5 Pengawasan dan Pemeriksaan .................................................. 110
5.1.2.6 Koordinasi ................................................................................ 113
5.1.2.7 Penertiban Reklame Liar dan Keterlambatan (Jatuh Tempo
Pembayaran) ............................................................................. 116
5.1.2.8 Perencanaan Target dan Realisasi Pajak Reklame ................... 118
5.2 Peran Pajak Reklame Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah .......... 124
5.3 Hambatan dan Upaya Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame........ 126

BAB VI ANALISIS DATA ................................................................................. 131


6.1 Pembukaan Masalah ....................................................................................... 131
6.2 Analisis Evaluasi Program Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame .......... 134
6.2.1 Kriteria Efektivitas ............................................................................... 134
6.2.2 Kriteria Efisiensi .................................................................................. 144
6.2.3 Kriteria Kecukupan .............................................................................. 149

Universitas Sumatera Utara


6.2.4 Kriteria Pemerataan .............................................................................. 151
6.2.5 Kriteria Responsivitas .......................................................................... 154
6.2.6 Kriteria Ketepatan ................................................................................ 156
6.3 Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame Dalam Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah ................................................................................................... 158
6.4 Hambatan dan Upaya Dalam Intensifikasi Pemungutan Pajak Reklame........ 160

BAB VII PENUTUP............................................................................................ 162


7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 162
7.2 Saran ............................................................................................................... 165

DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL/BAGAN

Tabel 1.1 Pendapatan Negara Indonesia 2013-2015 ........................................ 1

Tabel 2.1 Pendekatan Evaluasi ....................................................................... 18

Tabel 2.2 Metodologi Untuk Evaluasi ............................................................ 19

Tabel 2.3 Kriteria Evaluasi Kebijakan ............................................................ 20

Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Efektivitas .......................................................... 22

Tabel 2.5 Perhitungan Nilai Sewa Reklame ................................................... 47

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli

Serdang Berdasarkan Perda Kabupaten Deli Serdang No. 786

Tahun 2014.................................................................................... 66

Tabel 5.1 Perhitungan Nilai Sewa Reklame .................................................... 90

Tabel 5.2 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli

Serdang Menurut Pendidikan ....................................................... 107

Tabel 5.3 Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Kabupaten Daerah Deli

Serdang .......................................................................................... 107

Tabel 5.4 Efektivitas dan Laju Pertumbuhan pajak Reklame ......................... 120

Tabel 5.5 Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2013-2015 ................................... 123

Tabel 5.6 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD (dalam bentuk Rupiah) 124

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Penerimaan Pajak Daerah Deli Serdang Tahun 2012-2015 ......... 4

Gambar 4.1 Logo Kabupaten Deli Serdang .................................................... 59

Gambar 4.2 Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang ....... 62

Gambar 5.1 Contoh Reklame Yang Dipungut dan Tidak Dipunggut ............. 86

Gambar 5.2 Surat Penyelenggaraan Izin Reklame .......................................... 88

Gambar 5.3 Surat Pemberitahuan Pajak Daerah ............................................. 88

Gambar 5.4 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame ....................... 119

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai