Jurnal/Skripsi:
Dana, dkk. 2014. Efektivitas Intensifikasi Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) serta Kontribusinya Terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Malang: Universitas Brawijaya
Kustiawan, Memen. 2005. Upaya Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Asli
Daerah Melalui Peningkatan Kualitas Aparatur pemerintah
Daerah.JurnalIlmu Administrasi. Vol.2 No.1.
Rahayuningsih . 2009. Analisis Efektifitas Pajak Reklame Terhadap Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Banyuwangi. Ilmiah PROGRESSI.
Vol.6 No.16.
Selvia, dkk. Pelaksanaan Ektensifikasi dan Intensifikasi Pajak dalam Rangka
Meningkatkan Penerimaan pajak Pada KKP Pratama Jakarta
Kebayoran Baru Satu.Jakarta:Fakultas EkonomiInstitute dan Bisnis
Kalbis.
Laksana, Krida. 2013. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hotel Ditinjau Dari
Potensi Kota Batu Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013. Kebijakan dan Manajemen Publik.
Rahmi, Ade. 2013. Pengaruh Intensifikasi dan Ekstensifikasi Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Guna Meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah Guna Mewujudkan Kemandirian Keuangan Daerah (Studi
Empiris Pada Pemerintah Kota Padang). Skripsi. Padang: Universitas
Negeri Padang.
Rismawati, Ary. 2008. Implementasi Perda No. 2 Tahun 2002 Tentang Pajak
Reklame Di Kota Semarang (Studi Kasus Reklame Selebaran). Skripsi.
Semarang: Universitas Dipenegoro.
Peraturan Perundang-Undangan:
UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
UU No 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi.
Peraturan Daerah Kabupaten No. 2 Tahun 2011 Tahun 2011 Tentang Pajak
Daerah
Sumber Lain:
http://finansial.bisnis.com/MuhammadHilman diakses Sabtu 16 Januari pada
pukul 10:25 WIB.
http://lampost.co/berita/ekonomi-lesu-pad-kota-hanya-terealisasi-5748 diakses
Sabtu 23 Januari pada pukul 11:10 WIB.
http://www.rri.co.id/post/berita/FeryNuryadi.html diakses Sabtu 23 januari 2015
pada pukul 11. 20 WIB
http://suaraindonesia-news.com/dispenda-kota-bogor-lebihi-targer-pajak-2015/
diakses Minggu 24 Januari 2015 pada pukul 20.45 WIB.
http://humasppid.padang.go.id/index.php/informasi-artikel/DavidSeptian/544-
dispenda-padang-siap-tingkatkan-pencapaian-di-2016 diakses Sabtu 23
Januari pada pukul 11.15 WIB.
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/04/145096/realisasi-pajak-
reklame-deliserdang-hanya-36persen/ diakses Senin 25 januari 2015 pada
pukul 09.50 WIB.
METODE PENELITIAN
interpretasi peneliti.
yang beralamat di Jln. Jenderal Sudirman, Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang.
Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua
jenis yaitu:
persoalan penelitian.
Dalam hal ini, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang telah
menetapkan bahwa setiap pajak daerah dipegang dan dikerjakan oleh salah satu
bagian yang ada di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Untuk itu,
Peningkatan Pendapatan Daerah. Untuk itu yang menjadi informan dalam objek
catatan atau foto-foto dan rekaman yang ada dilokasi penelitian, serta
deskripsi. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah peneliti
mengkonfirmasi seluruh existing data sekunder dan data primer (wawancara dan
1. Reduksi data
2. Penyajian data
Kegiatan reduksi data dan proses penyajian data adalah aktivitas – aktivitas
yang terkait dengan proses analisis data model interaktif. Dengan demikian
proses ini berlangsung selama proses penelitian itu berlangsung dan belum
3. Kesimpulan/ verifikation
ditampilkan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti dan
untuk ditemui. Dan narasumber yang lain tidak berkenan utnuk dijadikan
ketidaksediaan informan dan juga alasan privasi sehingga hasil data yang
Deli Serdang adalah merupakan daerah Kesultanan Deli dan Serdang. Kesultanan
Deli yang berpusat di Kota Medan dan satu lagi kesultanan Serdang yang berpusat
Serdang secara berkesinambungan telah dipimpin oleh Bupati Deli Serdang yang
selama periode 1945 sampai saat ini tercatat sebelas orang Bupati yang telah
Hari jadi Kabupaten Deli Serdang ditetapkan tanggal 1 Juli 1946. Berdasarkan
Desember 1986.
Kabupaten Deli Serdang dimekarkan menjadi dua wilayah yaitu Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai. Dan Pemerintah Deli Serdang dipimpin
Pantai Timur Sumatera Utara. Secara Geografis Kabupaten Deli Serdang berada
pada 2057’’ Lintang Utara, 3016’’ Lintang Selatan dan 98033’’-99027’’ Bujur
Timur dengan ketinggian 0-500m diatas permukaan laut. Luas Kabupaten Deli
Serdang adalah 2.497,72 Km2 yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394
dengan kepadatan penduduk sebesar 795 jiwa per km2. Tata lintas batas
Langkat dan Selat Malaka, di Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kabupaten Karo
Karo dan di Sebelah Timur Berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai (Deli
Gambar 4.1
berfalsafat Pancasila.
Kabupaten Deli Serdang sebagian besar terdiri dari petani dan nelayan.
4. Gunung dan lima gelombang ombak serta matahari pagi yang sedang
naik melambangkan:
dan pinang merupakan alat pembuka kata dalam segala upacara serta
8. Lima helai daun sirih melambangkan tiga hukum yang dijunjung tinggi,
Serdang untuk lima tahun kedepan. Sebagai rencana strategi menjadi dasar bagi
yang lebih maik. Untuk itu, diperlukan visi yang merupakan simpul dalam
“Deli Serdang yang maju, berdaya saing, religius dan bersatu dalam
kebhinekaan”
stakeholder yang terlibat, maka visi pembangunan ini dijabarkan ke dalam misi
yang menjelaskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapat dengan lebih yang jelas,
terarah dan terukur . Untuk itu, misi Kabupaten Deli Serdang tahun 2014-2018
adalah:
berwawasan lingkungan.
4.2.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang
Gambar 4.2
Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang
Visi adalah cara pandang jauh ke depan ke mana Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Deli Serdang membawa organisasi agar dapat eksis, antisipatif dan
inovatif menghadapi era globalisasi yang sudah di depan mata. Pernyataan visi ini
merupakan suatu gambaran yang menantang tentang masa depan yang ingin
dicapai oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang. Yang menjadi
daerah.
pemanfaatan outputnya.
Serdang
Berdasarkan peraturan Bupati Deli Serdang Nomor 768 Tahun 2014 tentang
Tugas Pokok Fungsi Dan Rincian Tugas Jabatan Perangkat Daerah Kabupaten
7. Bidang Penagihan
Perundang-Undangan : Zulkifli, SH
Serdang
Tahun 2014 tentang Tugas Pokok dan Fungsi dan Tugas Jabatan Perangkat
Daerah Kabupaten Deli Serdang, maka tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah
menyelenggarakan:
pendapatan daerah.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
pendapatan daerah.
lainnya.
peralatan kantor.
perjalanan dinas.
pemeliharaan perlengkapan.
pegawai.
kepegawaian.
dan fungsinya.
berikut:
lainnya.
pengeluaran keuangan.
rumah tangga.
dan fungsinya.
sebagai berikut:
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
sebagai berikut:
Pendataan.
daerah.
(SPPD).
lainnya.
PBB).
Daerah.
Serdang.
fungsinya.
7. Bidang Penagihan
e. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
sebagai berikut:
lainnya.
pembayaran pajak.
fungsinya.
sebagai berikut:
yang disetujui.
i. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
sebagai berikut:
h. Melakukan tugas lain yang diberikan atasan sesuai denggan tugas dan
fungsinya.
sebagai berikut:
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
Negara.
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
8.2 Kepala Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai rincian tugas sebagai
berikut:
b. Melaksanakan pembukuan bagi hasil pajak Pusat dan bagi hasil pajak
Provinsi.
f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
8.3 Kepala Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai rincian tugas
sebagai berikut:
b. Melaksanakan pembukuan bagi hasil bukan pajak Pusat dan bagi hasil
pajak.
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Undangan.
peraturan daerah
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
g. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
triwulan.
Bulanan).
fungsinya.
berikut:
retribusi daerah.
berikut:
lain-lain daerah.
bulannya.
fungsinya.
PENYAJIAN DATA
diperoleh dari informan utama dan informan kunci yatu pegawai DISPENDA
Kabupaten Deli Serdang dan informan tambahan yaitu masyarkat yang mengurus
pajak reklame di Kabupaten Deli Serdang. Adapun hasil ini merupakan data yang
berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dan menjawab
dokumentasi. Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak M. H Tambunan,
Informan Kunci terdiri dari dua orang yaitu Ibu Frida Hanum Simatupang, SE
yang menjabar sebagai Kepala Seksi Pemeriksaan dan Bapak Saritua Gultom, SH
yang menjabat sebagai Kepala Subbagian Umum. Dan untuk informan tambahan
terdiri dari lima orang masyarakat yang mengurus pajak reklame di DISPENDA
Pajak Reklame termasuk salah satu sumber pendapatan asli Daerah yang
asli daerah. Setiap tahunnya, telah ditargetkan atau direncanakan seberapa besar
jumlah yang harus dicapai dalam penerimaan pajak reklame ini, namun
realisasinya selalu diluar dari target yang telah ditargetkan. Untuk itu, perlulah
penerimaan pajak terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau
Pajak reklame adalah pajak yang senantiasa akan selalu meningkat setiap
tahunnya tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh pihak terkait. Untuk
itu, sangat diperlukan perhatian khusus dalam hal pemungutan pajak ini agar pada
pajak reklame adalah hal yang wajar untuk dilakukan, mengingat bahwa
pengertian reklame menurut Perda Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011
tentang pajak Daerah adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan
mempromosikan atau menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang atau
badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan dan dinikmati oleh umum.
reklame. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk M. H
“Reklame ini makanya dikutip pajaknya, karena kalau kita lihat dari
pengertiannya itu mengandung tujuan komersial atau bisnis. Misalnya,
reklame Sensodyne, disini masyarakat sudah tertarik dan tahu mengenai
reklame, dan produknya pasti dibeli oleh masyarakat. Nah, dari
pembelian iini, Senodyne kan mendapatkan keuntungan. Nah, dari
keuntungan yang didapat, makanya dikutip pajaknya. Kan gunanya
untuk menunjang pembangunan daerah” (wawancara pada tanggal 01
Maret 2016)
Hal inipun serupa dengan yang diungkapkan oleh Bpk. Saritua Gultom, SH
Seperti yang tertuang dalam Perda Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011
tempat ibadah, kegiatan sosial, partai politik dan organisasi masyarakat. Ini juga
“Tidak semua reklame yang kita pungut ia. Reklame untuk sosial
seperti dari pemerintah, organisasi ataupun terkait agama seprti
tulisan gereja HKBP itu tidak dipungut” (Wawancara pada tanggal 01
Maret 2016)
Ini sedikit membukakan pemikiran peneliti, yang dimana dulu peneliti
menanggap semua reklame yang terpasang harus dipungut, ternyata ada objek
Gambar 5.1
Contoh Reklame Yang Dipungut dan Tidak Dipungut
Ini termasuk reklame yang tidak dipunggut pajaknya. Dengan jenis reklame
billboard. Reklame ini diselenggarakan oleh bagian dari Pemerintah yaitu Badan
Narkotika Nasional Sumatera Utara yang dimana reklame ini berisikan bahaya
Narkoba untuk masa depan.
Dari hal diatas, setiap adanya penyelenggaraan pajak reklame, Wajib Pajak
Hal inipun sependapat dengan yang dinyatakan oleh Ibu Frida Hanum
“Setalah dapat surat izin dari badan Perizinan, Wajib Pajak ngelapor ke
kita. Mengisi data yang harus diisi di SPTPD. Sebelumnya kita daftarkan
dulu NPWPD (Nomor Pokok Wajib Pajak daerah). Trus setelah didata
kita tetapkan SKPDnya. Tinggal bayarlah mereka ke kas daerah melalui
Bank SUMUT yang ada di Deli Serdang” (Wawancara pada tanggal 03
Maret 2016)
Perizinan.
Gambar 5.2
Surat Penyelenggaraan Izin Reklame
sesuai dengan Surat Izin yang telah dikeluarkan oleh Badan Penanaman
Gambar 5.3
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah
tersebut.
daereah melalui Bank SUMUT dengan bukti SSPD (Surat Setoran Pajak
Daerah).
dimana memuat pajak yang harus dibayar. Telah ditentukan tarif pengenaan pajak
reklame yaitu 25% dari nilai sewa reklame. Ini sesuai denggan yang disampaikan
Bpk oleh Bpk M. H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan dan Lain-
Lain:
“Untuk tarif kita adil ia untuk semua wajib pajak. Karena sayarat
pemungutan pajak salah satunya harus adil, tanpa memandang itu
saudara atau nggak, kaya atau miskin. Untuk tarif bukan kita yang
tentukan, karena semua sudah diatur oleh peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku. Kita hanya pelaksana teknis saja.Untuk tarif
pajaknya sesuai peraturan yang berlaku 25% dari nilai sewa”
(wawancara pada tanggal 01 Maret 2016).
Nilai Sewa reklame ini didapatkan dari perhitungan sesuai dengan Peraturan
Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan
Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame Dan Nilai Startegis Daerah Kabupaten
Deli Serdang.
Tabel 5.1
Perhitungan Nilai Sewa Reklame
NILAI STRATEGIS
NILAI
JALAN JALAN
DASAR
N JENIS UKURAN KELAS I KELAS
SEWA
O REKLAME REKLAME (Rp/M2/ II
REKLAME
tahun) (Rp/M2/
(Rp/M2/hari)
tahun)
1 Reklame Lebih dari 1M 2.000 3.500.000 2.000.000
Papan/Baliho/
Billboard/Vid
eotron/Megatr
Untuk lebih jelasnya lagi, saat peneliti melakukan wawancara pada Bpk.
untuk menghitungnya. Dan ini mungkin yang dilakukan jika ada Wajib Pajak
bentuk baliho dengan ukuran 3 x 4 dalam jangka waktu satu tahun (365) yang
dimana nilai dasar reklame Rp 2000 per hari. Untuk lokasi penempatan berada
di jalur I yaitu bandara kuala namu dengan nilai strategis Rp. 3.500.000. Maka
Nilai Sewa Reklame = (Ukuran reklame x jangka waktu x nilai dasar reklame)
+ (ukuran Reklame x Nilai Strategis)
Saat telah dihitungnya pajak reklame yang harus dibayar, diterbitkannya lah
SKPD dan dibayar ke Bank SUMUT dengan bukti SSPD ( Surat Setoran Pajak
Daerah).
awal pendaftaran sampai pada pemungutan pajak. Ini berguna agar tidak tercapai
kesalahan mulai yang akan merusak pencapaian realisasi target pajak reklame.
Perizinan. Setelah ada surat izin barulah para wajib pajak mengisi data pribadi
yanga ada dalam surat pendaftaran. Untuk proses dalam pendaftaranpun tidak
Hal inipun senada dengan yang disampaikan oleh Ibu Frida Hanum
Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT.
“Sangat mudah untuk di isi, karena ‘kan yang diisi itu sesuai dengan
surat perizinan yang didapat dari Badan Penanaman Modal dan
Perizinan” (Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon).
Hal senada juga diungkapkan oleh Ady Lestari Advertising salah satu pihak
ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang dimana salah satu kontruksi
terjadi kesalahan pengisian data . Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
yang harus dibayar, tidak terlalu lama hanya sekitar 2-3 hari. Hal ini sesuai
“Jangka waktu dikeluarkannya SKPD itu 2 hari tetapi di hari jam kerja.
Kalau misalnya merekanya daftarkan Jumat, selesainya hari senin”
(Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Hal ini juga disampaikan oleh Bpk Syamsul selaku Wajib Pajak Reklame
yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas di
“Saya urus surat-surat yang harus diisi, mereka bilang 2-3 hari
selesai.Tetapi karena saya tidak ada waktu, sampai sekarang, belum
saya ambil” (Wawancara pada tanggal 15 Maret 2016 via telepon)
Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Fristy selaku Wajib Pajak Reklame yang
memasang reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko Fristy di Kecamatan
Kita ngurusnya kemaren itu cuma 3 hari, setelah itu kita ambillah SKPD,
biar kita bayar pajaknya” (Wawancara pada tanggal 12 Maret 2016).
Dari hal diatas dapat dikatakan bahwa prosedur tidak sulit dimengerti oleh
Wajib Pajak karena hal-hal yang perlu diisi sesuai dengan yang ada pada surat izin
Perizinan, dan jangka waktunya pun hanya dua sampai tiga hari.
wawancara, ada dua orang dari Badan Statistik untuk menyelenggarakan reklame
datang ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan untuk mendapat izin dan
ini, berartipun pegawai akan juga melakukan hal yang sama jika ada Wajib Pajak
Selain dalam proses pendaftaran yang lebih mudah dan tidak lama, juga
kesalahan perhitungan dan juga pelaporan jumlah pajak yang dibayar. Dalam
menentukan besar pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak. Untuk itu, sesuai
reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung
Expert Advertising selaku Wajib Pajak Reklame yang menjadi pihak ketiga
atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu pengiklanannya berada
Kemudian hal ini lebih dipertegas oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi
Wajib Pajak mengaku berapa besar pajak yang harus dibayarnya. Tetapi tidak
saat Wajib Pajak tidak atau belum mengerti menghitung pajaknya sendiri.
mengidentifikasi objek pajak baru dan juga berpotensial, Updating data dan
pendataan ulang Objek Pajak Reklame. Dalam hal identifikasi pajak baru dan
dilaporkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bpk. M. H
“Kita kan ada data yang telah dibuat, kalau misalnya kita terjun ke
lapangan, dan ditemukan objek pajak yang belum terdaftar, langsung
kita koordinasi dengan Badan Penanaman Modal dan UPT kecamatan
yang bersangkutan” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Pernyataan ini kemudian ditambahi dengan bpk. M. H Tambunan selaku
“Kita tidak akan membedakan mana yang potensial mana yang tidak,
mana yang baru atau tidak. Semua sama. Yang penting bagi kita, setiap
badan atau usaha yang menyelenggarakan reklame menurut ketentuan
wajib membayar pajak. Selama itu reklame, itu semua berpotensi buat
kita untuk realisai pajak reklame. (Wawancara pada tanggal 11 Maret
2016)
terdaftar dan tidak terdaftar. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bpk. M. H
“Kita selalu mendata baik yang sudah terdaftar ataupun tidak terdaftar.
Kerjaan kita selalu keliling-keliling. (Wawancara pada tanggal 01 Maret
2016).
Hal yang akan dilakukan oleh DISPENDA ketika mereka terjun langsung ke
lapangan kalau didapat ada yang tidak terdaftar langsung diambil tindakan tegas.
Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi
“Untuk sanksi pasti kita berlakukan. Kalau kita jumpai ada reklame
yang tidak terdaftar, Kita koordinasi sama Badan perizinan, kalau ada
datanya sama mereka, kita langsung jumpa sama yang masang itu
Reklame. Kalau dia ngakui langsung kita buat Surat Ketetapan Pajak
Daerah. Tapi kalau dia nggak ngakui langsung kita buat surat kita kasih
ke Kepala Dinas dan Bupati untuk dituntuk ke kejaksaan” (Wawancara
pada tanggal 03 Maret 2016).
Selain itu, DISPENDA juga berkoordinasi dengan pihak UPT yang ada
pajak yang ada di setiap kecamatan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Bpk.
“Untuk Wajib Pajak yang belum terdaftar dipanggil melalui UPT yang
ada di kecamatan. Misalnya kalau reklamenya itu Papan Nama Toko,
langsung aja dia ke objek pajak, bahwa dia belum bayar pajak sesuai
data yang kita punya. Itu makanya kita tagih, bisa melalui kita atau
pihak Kecamatan. Tetapi bayarnya ia harus ke Bank SUMUT. UPT
kecamatan hanya pada pendataan saja. Untuk penerbitan SKPD itu tetap
dari DISPENDA” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selain itu, DISPENDA juga melakukan pendataan ulang terhadap pajak
reklame yang telah didaftarkan. Yang dimana melihat data yang telah dilaporkan
sesuai atau tidak dengan yang ditemukan dilapangan. Hal ini Sesuai dengan yang
“Kita selalu memeriksa ulang semua yang didaftarkan oleh Wajib Pajak.
Semua data dikasih ke bidang pendataan, diteliti ulang biar tidak terjadi
kesalahan pengisian, lalu dikasih lagi ke bidang pemeriksaan. Setelah itu
harus kita sesuaikan antara data yang diisi sama yang dilapangan”
(Wawancara pada tanggal 03 Maret 3016).
Hal ini juga senada dengan yang dinyatakan oleh Bpk. M. H Tambunan
“Ini gunanya untuk melihat adanya pelaporan yang salah. Misal yang
Wajib Pajak laporkan hanya 10 reklame untuk satu kecamaten, tapi
ternyata kita temukan 13. Berarti inikan pembohongan data”
(Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya pernyataan kemudian ditambahan lagi oleh Bpk. M. H
dengan berkoordinasi dengan UPT yang ada di setiap kecamatan dan melakukan
Setiap pajak yang telah didaftarkan harus segara dipungut sesuai dengan
beban yang ditanggung. Terkadang, suatu target tidak tercapai dikarenakan sistem
pemungutan yang tidak jelas atauun cara pemungutan yang tidak efektif. Untuk
itu diperlukan dasar sebagai pedoman dalam pemungutan pajak dan juga
digunakan sebagai standar dan arahan untuk pihak terkait dalam hal pajak.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk Daerah Kabupaten Deli Serdang perda
yang mengatur adalah Perda No 02 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah, bahkan
untuk pajak reklame juga diatur dalam Perbup No 435 Tahun 2014 Tentang
Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame dan Nilai
Strategis.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Ibu Frida Hanum Simatupang selaku
Kasi Pemeriksaan:
“Di peraturan itu kan sudah tertulis apa-apa saja yang menyangkut
tentang pajak daerah. Kita bisa lihat objek pajak, subjek pajak, tarifnya,
sistem pemungutan, sanksi dan lain-lain. Dari situlah kita jalankan
peran kita sebagai pegawai DISPENDA” (Wawancara pada tanggal 11
Maret 2016)
Dari hal diatas berarti pegawai DISPENDA sudah mengerti Perda yang
telah ditetapkan. tetapi peraturan bukan hanya untuk sekelompok orang, artinya
masyarakat juga harus tahu tentang perda ini. Salah satu yang dilakukan oleh
masyarakat. Seperti hal yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Frida Hanum Simatupang, SE selaku
Kasi Pemeriksaan:
Reklame yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas
“Penyuluhan tidak pernah saya ikuti dan saya tidak pernah tahu ada
penyuluhan yang dilakukan oleh DISPENDA. Saya pun tahu tentang
pajak reklame ini karena ada peraturannya. Peraturannya itu dibaca,
saya tahu ternyata reklame bayar pajak” (Wawancara pada tanggal 12
Maret 2016 via telepon)
Sedangkan menurut Bpk. Bambang selaku Wajib Pajak Reklame yang jenis
reklamenya Papan Nama Toko (PNT) CV. Bangun Bersama di Kecamatan Lubuk
Pajak Reklame (pihak ketiga atau badan jasa) yang dimana salah satu kontruksi
“Kita kan advertising bu, jadi kita sudah paham tentang peraturan yang
berlaku. Untuk penyuluhan saya tidak pernah ikut” (Wawncara pada
tanggal 15 Maret 2016 via telepon)
Dan tanggapan yang lainpun disampaikan oleh Ibu Fristy sebagai Wajib
Pajak Reklame yang memasang reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko
pendekatan kepada masyarakat agar mereka tahu tentang peraturan yang berlaku
dengan cara memasang reklame di media massa. Hal ini sesuai dengan yang
Lain-Lain:
yang ada memiliki peran yang cukup penting. Ini karena dengan SDM tidak
Untuk itu diperlukanlah peningkatan kualitas SDM agar tugas dan pelayanan
dapat diberikan.
Pada DISPENDA Deli Serdang dengan peraturan dari dinas ini sendiri,
yang disampaikan oleh Bpk. Saritua Gultom, SH. selaku Kepala Subbagian
Umum:
“Kita beda ia sama dinas-dinas yang ada kabupaten lain. Disini pajak
diatur perbidang, kayak reklame yang sedang ibu teliti, ini yang ngurus
dari awal pendaftaran sampai pemungutan khusus bidang peningkatan
pendapatan yang ngerjai. Jadi tidak ada campur tangan dari pegawai
yang bukan bagiannya” Wawancara pada tanggal 11 Maret 2016)
Kemudian diperjelas oleh Bpk. M. H Tambunan sebagai Kasi Peningkatan
diberikan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk M. H tambunan
“Kualitas SDM yang ada di DISPENDA tidak diragukan lagi. Kita akan
terus belajar memberikan yang terbaik ke masyarakat. Kalau ada yang
salah, kita elajari ketentuan yang ada, baru diperbaiki” (Wawancara
pada tanggal 11 Maret 2016).
Pemeriksaan:
“jadi untuk SDMnya sendiri, saya rasa mereka sudah memberikan yang
terbaik untuk pemungutan paja reklame ini. Mereka sering melakukan
pendapatan ulang terus pergi kelapangan” (Wawancara pada tanggal 03
Maret 2016)
Meningkatkan kualitas juga dilihat seberapa banyak kegiatan untuk mengisi
ataupun memberi pelajaran kepada Pegawai terkait salah satunya dengan latihan.
ada, tetapi tidak ada kegitan ataupun tindakan yang dilakukan guna memahami
kembali tugas dan kewajiban yang harus dilakukan bahkan dapat meningkatkan
pengetahuan pegaawai.
dengan yang di tentukan, ataupun bertemu dan berkoordinasi dengan UPT yang
ada dikecamatan.
DISPENDA sudah ada tujuh kali. Selama tujuh kali ini, peneliti datang sekitar
jam 09 WIB sampai 09.30 WIB. Peneliti menemukan banyak pegawai yang
belum tepat waktu datang ke kantor (telat) dan satu hari dimana pegawai belum
datang tetapi wajib pajaknya sudah datang terlebih dahulu sehingga dia harus
mengobrol dengan pegawai lain. Selain itupun banyak pegawai yang sekedar
mengumpul disuatu tempat hanya untuk mengobrol. Ada pegawai yang menonton
TV dengan volume cukup kuat di saat-saat jam kerja dan itupun kondisi masih
sekitar jam 10 WIB padahal ada pegawai yang sedang mengerjakan bagiannya.
Bahkan saat pengambilan data dengan salah satu pegawai, penelii disuruh untuk
menumpuk.
Selain itu, disiplin pada melihat bagaimana pegawai yang berperan dalam
pemungutan pajak reklame memliki waktu untuk bertemu dan berkumpul untuk
tersebut disampaikan, infornan berbicara dengan pegawai lain dengan suara yang
Tapi aku malas kesana”. Berarti hal yang dinyatakan tidak sesuai dengan apa
Dalam kualitas SDM bisa juga dilihat dari tingkat pendidikan terakhir setiap
pegawai.
Tabel 5.2
Jumlah Pegawai Menurut Pendidikan
Pendidikan
N
Uraian S S D D D D S Jlh
o SMA SMP
2 1 4 3 2 1 D
1 Kepala Dinas 1 1
2 Sekretaris 1 1
3 Kabid 4 4
4 Kasubbag/Kasi 1 12 13
5 KUPTD 16 16
6 Staff 65 10 14 1 90
Total 1 99 10 14 1 125
Jika kita lihat dari data tersebut, hampir 80% pegawai yang ada di
DISPENDA sudah tamatan Sarjana (S1) dengan jurusan yang mungkin berbeda-
beda. Tetapi setidaknya sudah memiliki bekal yang cukup untuk untuk
melaksanakan tugas yang sesuai dengan yang dilimpahkan. Bahkan 20% lagi,
diatas jumlah pegawai ada 125 orang, tetapi dari data yang lain hanya terdapat
111 orang.
Tabel 5.3
Jumlah Pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang
No Uraian Jumlah
1 Kepala Dinas 1
2 Sekretaris 1
3 Kepala Bagian 4
4 Kasubbag 11
5 KUPTD -
6 Staff 94
Jumlah 111
dengan jumlah pegawai yang berdasarkan pendidikan. Jika kita lihat pada tabel
5.4 KUPTD kosong, dan jika kita isi sesuai dengan tabel 5.3, tetapi tidak
seimbang jumlahnya. Saat peneliti bertanya dengan Salah satu pegawai yang
memegang renstra tersebut, dia menyatakan bahwa Ia, pegawai kita hanya 111
orang sesuai dengan ini (menunjuk tabel julah pegawai). Tetapi setelah peneliti
peneliti terjadi kesalahan jumlah yang dimana tidak sesuai jumlahnya seprti yang
tidak bisa langsung mempercayai pernyataan pegawai tersebut. Dan untuk bidang
reklame dengan informasi yang peniliti dapatkan, hanya berjumlah 13 orang yang
ini, yang peneliti temui hanya satu orang yang benar-benar mengerti tentang
pemungutan pajak reklame dan dua orang yang sebagai tangan kanan dari satu
kepuasan tersendiri bagi Wajib Pajak, dengan arti kata mereka tidak akan
Menurut Bpk. Syamsul yang memasang reklame jenis Papan Nama Toko
pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu
Dan tidak jauh beda dengan Ibu Fristy Wajib Pajak Reklame yang
memasang reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko Fristy di Kecamatan
Lain-Lain:
kecurangan yang akan dilakukan oleh wajib pajak dan menguji kepatuhan wajib
dan pengawasan terhadap Wajib Pajak yang dimana dalam Surat Pemberitahuan
Objek Pajak (SPOP) apakah terjadi kelebihan atau kerugian data. Pemeriksaaan
ini juga dilakukan jika terdapat bukti bahwa SPOP yang disampaikan oleh Wajib
Pajak tidak benar dengan yang terjadi dilapangan. Dengan kata lain, pemeriksaan
ini dilakukan guna menghilangkan kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Pemeriksaan ini dilakukan guna wajib pajak yang tidak dilaporkan agar segera
Kabupaten Deli Serdang, hal tersebutpun juga telah dilakukan. Hal ini
“Kita melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang ada sama kita.
pemeriksaan kita lihat lagi ke lapangan, kita bandingkan sama data, Ini
gunanya untuk melihat adanya pelaporan yang salah. Misal yang Wajib
Pajak laporkan hanya 10 reklame untuk satu kecamaten, tapi ternyata
kita temukan 13. Berarti inikan pembohongan data”
Selanjutnyapun, ketika dalam pemeriksaan didapati kesalahan, maka Wajib
Pajak harus mengisi ulang SPTPDnya. Ini sesuai dengan pernyataan dari oleh Ibu
“Kalau salah pengisian kita masukkan ke nota dinas atau berita acara,
terus kita suruh lagi Wajib Pajak untuk ngisi ulang SPOP biar kita
menentukan pajak terhutang sebenarnya dari penyelenggaran
reklamenya”
Lebih lanjut lagi, DISPENDA juga melakukan pengawasan dan
pemeriksaan terhadap reklame liar dan tindak lanjutnya adalah penertiban. Sesuai
“Kecurangan Wajib Pajak itu kadang ini terjadi saat pelaporan yang
tidak sesuai dengan yang ditemukan dilapangan. Misalnya saat
pendaftaran dan pelaporan, Wajib Pajak nyampein berapa ukuran
reklamenya. Terus kita buat SKPD, tapi setelah kita lakukan
pemeriksaan ternyata beda dari yang dilaporkan, berati ada lagi yang
seharusnya dibayar. Kita buatlah SKPDKBT” (wawancara pada tanggal
11 Maret 2016)
Dan lebih jelas dinyatakan bahwa:
Syamsul sebagai Wajib Pajak Reklame yang memasang reklame jenis Papan
Nama Toko (PNT) PT. Oscar Mas di Kecamatan Tanjung Morawa menyatakan
bahwa:
“DISPENDA pernah kemari, nanya udah bayar, saya jawab udah, terus
mereka minta liat buktinya, saya kasih” (Wawancara pada tanggal 15
Maret 2016 via telepon)
Senada dengan itu, Ibu Fristy selaku Wajib Pajak Reklame yang memasang
reklame Jenis Papan Nama Toko (PNT) Toko Fristy di Kecamatan Batang Kuis
menyatakan bahwa:
“Pernah datang kemari, minta bukti reklame BNT ini, ia saya kasih
semua yang mengenai reklame”(Wawancara pada tanggal 12 Maret
2016)
5.1.2.6 Koordinasi
kemampuan sendiri untuk mencapai target yang telah ditentukan. Untuk itu
mendapatkan izin dari Badan tersebut dan untuk penetapan pajak barulah ke
DISPENDA. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan
untuk melihat dan mendata reklame. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bpk. M.
reklame adalah iklan-iklan yang berada diluar Sumatera Utara. Dan untuk
mengetahuinya harus berkoordinasi dengan advertising ini. Hal ini sesuai dengan
yang disampaikan oleh Bpk. M.H Tambunan selaku Kasi Peningkatan Pendapatan
dan Lain-Lain:
“Kita juga berkoordinasi dengan advertising atau Biro jasa atau yang
kita sebut pihak ketiga. Yang dominan untuk reklame adalah pihak
advertising. Advertising ini yang mengcover usaha atau produk yang
pihak ketiga atau badan jasa penyelenggaraan reklame yang salah satu
selenggarakan berasal dari pihak kedua atau si pemilik reklame. Seperti yang
dikatakan diatas, pihak ketiga ini berjalan, jikalau ada pihak kedua yang
ketiga dan pihak ketiga akan membayar ke kas Daerah melalui Bank
ditemukan. Relame liar adalah salah satu hal yang sangat penting untuk
dituntaskan. Dikarenakan dengan adanya reklame liar ini, akan menutup sebagian
dari realisasi target pajak reklame. Seperti yang dinyatakan oleh Bpk. M. H
maka yang dilakukan Penertiban. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M.
menyatakan bahwa:
“Pajak reklame harus di tuntaskan. Seperti yang saya bilang tadi, kita
ada jumpa reklame liar, kita tau orangnya, kita minta
pertanggungjawabannya, kalau gak mau kita lakukan penertiban yaitu
pencabutan dan mungkin akan kita tuntut dia” (Wawancara pada tnggal
03 Maret 2016)
Bahkan dipertegas lebih dalam lagi oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi
atau pembayaran yang telah jatuh tempo. Padahal menurut perda yang berlaku
pembayaran pajak ini adalah 30 hari setelah SKPD diterbitkan atau paling lama 6
bulan sejak diterimanya SKPD oleh Wajib Pajak ( pada Perda No 02 tahun 2011
Tentang Pajak Daerah pada Pasal 86 ayat 1). Sehingga untuk keterlambatan
pembayaranakan dikenakan sanksi. Ini sesuai dengan yang disampaikan oelh Ibu
tempo tetapi tetap tidak melakukan pembayaran, tindakan dari DISPENDA hanya
pencabutan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan
“Jadi untuk wajib pajak yang terlambat bayar tanpa memberi kabar, kita
akan melakukan pencopotan atau pencabutan gambar atau iklan
tersebut.Tetapi sebelum itu, kita DISPENDA buat surat peringatan.Tidak
ada tindak pidana atau sanksi. Hanya sekedar pencabutan” (Wawancara
pada tanggal 01 Maret 2016)
Tetapi bukan tidak setuju dengan hasil pernyataan dari informan dalam
yaitu Kabupaten Deli Serdang yang dimana peneliti mencoba melihat dan
reklame, ada beberapa yang peneliti dapati yang tidak memiliki izin bahkan
terlebih dahulu dengan baik agar pada pelaksanaannya tahu dan mengerti akan apa
yang harus dilakukan dan dicapai bukan bingung apa yang menjadi bagian
reklame. Artinya jika rencana dilakukan dengan baik sesuai dengan kondisi yang
untuk pajak reklame, tetapi dengan adanya perencanaan ini secara tidak
reklame.
dari DISPENDA Deli Serdang yang melakukan dan menentukan target yang ingin
dicapai untuk satu tahun anggaran. Penentuan target ini akan menjadi tolak ukur
melihat kondisi potensi, menganalisis data yanag ada dengan penerimaan yang
ada ditahun sebelumnya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H
“Kita memang selalu membuat target setiap tahunnya. Target yang kita
buat ini berdasarkan asumsi yang menurut kita bisa kita dapat juga
berdasarkan potensi yang ada” (Wawancara pada tanggal 01 Maret
2016)
bahwa:
realisasi pendapatan daerah sari pajak reklame empat tahun berturut-turut (2012-
Gambar 5.4
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame
8.000.000.000,00
6.000.000.000,00
4.000.000.000,00 target
2.000.000.000,00 realisasi
0,00
2012 2013 2014 2015
yang diperloleh pada tahun 2012-2015, pajak reklame yang ditetapkan oleh
ini tidak selaras dengan realisasi yang didapat dari peneriman pajak reklame. Jika
kita lihat, realisasi jauh dari target dan tidak pernah mencapai target. Bahkan jika
kita lihat untuk tahun 2013 dan 2014, penerimaan tidak sampai pada 40% dari
Laju
Efektivitas
Tahun Target Realisasi Pertumbuhan
(%)
(%)
2012 2.500.000.000,00 1.509.345.329,42 60,37 -
2013 5.000.000.000,00 1.141.277.497,47 22,83 -24,39%
2014 5.500.000.000,00 2.027.092.994,50 36,86 77,62%
2015 6.050.000.000,00 4.557.227.734,51 75,33 124,82%
Dari data diatas, didapati bahwa untuk efektivitas pajak reklame tergolong
meningkat lalu menurun kemudian meningkat kembali. Hal ini dilihat tahun 2012
efektifnya pemungutan 60,37% dari target yang ditetapkan, tetai menurun menjadi
22,83 % di tahun 2013. Secara perlahan meningkat ditahun 2014 sekitar 36,86 %
dan meningkat lebih cepat menjadi 75,33 %. Kondisi ini menandakan penerimaan
setiap tahunnya selalu meningkat dengan tingat efektif yang juga akan meningkat.
Begitu juga dengan laju pertumbuhan. Dari data diatas dapat diketahui bahwa
pertumbuhan penerimaan pajak reklame ditahun 2013 menurun dari tahun 2012,
tetapi tahun 2014 dan 2015 signifikan mengalami peningkatan. Yang dimana
mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai 2015. Sehingga jika kita rata-
ratakan laju pertumbuhan pajak reklame sekitar 59,35%. Peningkatan baik dari
efektivitas dan laju pertumbuhan ini tidak lepas dari peran aktif dari pegawai
telah dibuat. Walaupun realisasi meningkat setiap tahunnya, ini tidak dibarengi
Jika dilihat bahwa realisasi tahun 2012 sampai 2015 tidak mencapai target
yang telah ditetapkan. Bahkan DISPENDA yang telah menetapkan target ini pun
“Kita sadar kalau kita nggak pernah mencapai target yang kita buat.
Asal ibu tau aja, target ini bukan sepenuhnya kita yang buat, walaupun
sebenarnya kita yang kerja. Target ini dari pihak atas yang buat dan
selalu meningkatkan target padahal didata yang kita buat tidak pernah
mencapai target. Tapi ya gimanalah, kita ditugaskan untuk mencapai
target, ia kita cuma kerjai aja sebisa kita, tercapai syukur, gak tercapai
ya sudah, terima saja” (Wawancara tanggal 01 Maret 2016)
Tidak tercapainya pajak reklame dikarenakan adanya reklame liar dan juga
tidak membayarnya wajib pajak. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
“Seperti tahun 2015, kita hanya bisa mencapai 75% dari target yang
ada. Ini karena sebagian adalah reklame liar dan tidak membayarnya
Wajib Pajak. Dan saat ini pun kita lagi berupaya untuk mengejar agar
100%.(Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
“Sifat reklame ini sifat temporer ( tidak permanen). Misal tahun ini
dipasang, tahun depan tidak pasang. Artinya data yang kita dapat
ditahun 2014 atau 2015, belum tentu di tahun 2016 data Wajib Pajak
sama dengan tahun sebelumnyaJadi dalam menentukan target di tahun
2016 kita gunakan data di tahun 2015, padahal dipertengahan tahun,
ada kemungkinan Wajib Pajak yang tidak memperpanjang Reklamenya.
Artinya penerimaan pajak berkurang kan” (Wawancara pada tanggal 01
Maret 2016).
Dan untuk tidak membayarnya wajib pajak, berikut pernyataan dari Bpk. M.
beberapa papan reklame dengan jenis billboard ataupun Baliho yang tidak ada
reklamenya. Misalnya dalam kecamatan Sunggal ada sekitar delapan yang tidak
atau 4 dan juga di kecamatan Batang Kuis ada sekitar 3 yang tidak ada
menunjukkan ada beberapa yang tidak ada pajaknya yang berarti mengurnagi
Untuk pencapaian target juga dilihat dari kepatuhan wajib pajak dalam
dalam membayarkan kewajibannya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Kabupaten Deli Serdang. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H
Tabel 5.5
Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2013-2015
Jenis
Penerimaan Tahun
No. Pajak
2013 2014 2015
1 Pajak Hotel 395.758.867,00 1.038.371.651,62 1.224.690.123,94
2 Pajak Restoran 4.976.066.679,00 11.348.380.484,64 15.763.638.400,99
3 Pajak Hiburan 579.162.998,00 752.629.711,18 902.917.791,55
4 Pajak Reklame 1.141.277.497,47 2.027.092.994,50 4.557.227.734,51
Pajak
5 Penerangan 68.631.343.485,00 82.369.139.481,00 101.477.250.650,00
Jalan
Pajak Bahan
6 479.978.500,00 751.167.945,00 6.722.474.350,00
Galian Gol. C
Pajak Sarang
7 23.300.000,00 20.800.000,00 17.600.000,00
Burung Walet
8 Pajak Parkir 1.389.582.675,00 3.350.285.815,00 4.230.119.204,00
Pajak Air
9 5.572.174.939,32 8.340.580.318,63 9.231.624.787,44
Bawah Tanah
Pajak PBB
10 terkotaan dan 84.579.549.457,00 101.971.938.202,00 124.938.033.757,00
Perdesaan
11 pajak BPHTB 85.474.733.607,57 90.236.664.615,00 99.995.135.319,20
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang
Jika kita lihat dari data di atas dapat dikatakan bahwa penerimaan reklame
adalah nomor tujuh dari sebelas pajak daerah. Dan yang penerimaan pertama
adalah Pajak PBB Perkotaan dan Perdesaan. Tetapi ini bukan berarti pencapaian
yang tertinggi yang harus dimaksimalkan. Karena mengingat pajak harus tetap
untuk Provinsi Sumatera Utara dengan Potensi reklame yang juga cukup banyak.
Tabel 5.6
Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD
(dalam bentuk rupiah)
Daerah dari tahun 2013 dan 2014, karena 2015 tidak peneliti dapatkan.
sehingga dapat dikatakan sangat kurang memberi kontribusi. Dilihat 2013 hanya
mencapai 0,37 % dan tahun 2014 0,52 %. Ini menunjukkan bahwa dalam
reklame dalam Kabupaten Deli Serdang cukup banyak untuk dipungut pajaknya.
Kabupaten Deli Serang, beberapa hal yang yang mnenyebabkan intensifikasi ini
dapat berjalan dengan baik sehingga tidak dapat mencapai target yang telah
ditentukan. Untuk hambatan yang terjadi dalam DISPENDA ini adalah yang
pertama adalah kesadaran wajib pajak dalam melakukan kewajibannya. Ini sesuai
dan Lain-Lain:
Pemeriksaan:
“Paling utama sebenarnya kesadaran untuk membayar ia. Memang kita selalu
meningkat realisasi, tapi bisa kalau kita lihat lagi sebenarnya target, berarti
kesadaran untuk membayar masih kurang, Misalnya semua sadar untuk bayar,
pasti target tercapai, bahkan bisa lebih” (Wawancara pada tanggal 03 Maret
2016)
Selanjutnya, selain pada kesadaran masyarakat, juga terletak pada sanksi
yang ditetapkan. Memang sudah ada sanksi administrasi tetapi untuk sanksi
pidana belum ada. Hal ini sesuai dengan dengan yang disampaikan oleh Bpk. M.
“Sanksi sangat kurang ya untuk membuat efek jera mereka. Cuma sanksi
administrasi yang dibuat, berapalah itu untuk wajib pajak. Kalau
misalnya ada sanksi pidana pasti ada efek jera bahkan buat wajib pajak
untuk melaksanakan kewajibannya tepat waktu. Kita liat Eropa, mereka
ada sanksi pidana yang dimana akan dipenjarakan atau ganti rugi, ini
buat masyarakatnya gak mau ngelangarkan. Coba juga diberlakukan di
Indonesia saya yakin pasti semua pajak terkhususnya reklame pasti
tercapai realisasinya” (Wawancara pada tanggal 01 Maret 2016)
Selanjutnya yang menjadi hambatan adalah pengawasan yang dilakukan ke
lapangan dengan jumlah pegawai yang tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan yang
“Kita kan selalu ke lapangan untuk ngeliat apakah data sesuai atau
tidak, ataupun ada reklame liar atau tidak. Kita hampir setiap hari
selama jam kerja mengawasi. Tapi gimana lah, saya sendiri dibantu satu
pegwai DISPENDA harus lebih bekerja keras bahkan juga memfokuskan pada
reklame liar ini. Karen kalau bisa mengatasi reklame liar ini setidaknya membantu
dalam pencapaian target pajak reklame. Reklame liar ini sangat mengganggu
jalan-jalan di Kabupaten Deli Serdang, bahkan bisa dikatakan membuat kotor Deli
Serdang, karen dipasang sembarangan tidak sesuai dengan zona jalan yang telah
ditentukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi
pajak reklame ini, maka bisa membuat tidak tercapainya realisasi pajak reklame
dan pastinya mengurangi peran pajak reklame dalam pendapatan asli daerah yang
pajak akan mendaftar dan membayar pajaknya. Ini sesuai dengan yang
Lain-Lain:
Lain-Lain:
“Di lapangan, kita banyak jumpai reklame yang tidak terdaftar, nah
misalkan dia tidak terdaftar tapi sudah ada izin mendirikan reklame, kita
surati dia dengan isi harus mendaftarkan reklamenya ke DISPENDA,
terus kalau kita jumpai saat pemeriksaan ada yang belum bayar, ya kita
surati mereka biar segera bayar. Pokoknya kalau untuk wajib pajak
selain sosialisasi, kita surati mereka” (Wawancara pada tanggal 01
Maret 2016).
Upaya selanjutnya adalah mendata ulang. Mendata ulang gunanya untuk
melihat mana yang telah didaftarkan ataupun tidak terdaftar dan juga dengan
mendata ulang, bisa dilihat ada atau tidaknya pembohongan data dari wajib pajak.
“Kita kan sudah mendapat data tentang wajib pajak, berapa ukurannya,
berapa pajak yang harus dibayar, dari data ini, kita pergilah ke
lapangan tempat lokasi pemasangan reklamenya. Nah kita data ulang
sesuai nggak dengan apa yang dilaporkan. Kalau ada kita masukkanlah
data asli yang telah kita dapatkan. Terus dengan data yang ada sama
kita, bisa kita gunakan untuk mendata di lapangan, biar kita lihat mana
yang sudah daftar sama yang tidak. Ya gunakan biar semakin kecil
tingkat reklame yang tidak terdaftar dan liar” (Wawancara pada tanggal
01 Maret 2016)
lebih. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bpk. M. H Tambunan selaku Kasi
menacapai target pemungutan pajak reklame. Hal ini disampaikan oleh Bpk. M. H
Tambunan:
ANALISIS DATA
Dalam bab ini, setelah semua data yang telah disajikan pada bab
sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan masalah yang diteliti oleh peneliti dari
wawancara, observasi dan juga dokumentasi yang telah diperoleh oleh peneliti.
Berikut ini akan dipaparkan analisis peneliti terhadap data yang diperoleh
dari lapangan:
6. 1 Pembukaan Masalah
terlebih dahulu harus disadari dan didapati suatu masalah sehingga akan
sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah yang digunakan untuk
kurang dan jauh dari harapan dalam pencapaian penerimaan pajak terkhusus
dalam pemungutan pajak reklame. Tidak jarang jika kita melihat dan membaca
dari media, banyak masalah-masalah yang di alami setiap daerah yang tidak
memliki izin atau liar bahkan sampai kepada pihak yang terkait dalam
kurang. Untuk itu perlu diperlukan perhatian khusus bahkan perlu adanya strategi
Deli Serdang merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara yang
realisasi pajak reklame mulai dari tahun 2012-2015 tidak pernah mencapai target
yang telah ditetapkan. Jika dilihat dari Bab I dalam penelitian ini, telah dibukakan
terlebih dahulu seberapa besar hasil penerimaan pajak reklame. Dengan tidak
Lain-Lain, realisasi pajak reklame ini tidak tercapai karena banyaknya reklame
yang tidak mendapatkan izin atau reklame liar, kepatuhan wajib pajak dalam
membayar kewajibannya, sikap acuh dari wajib pajak, serta sifat reklame yang
dikatakan cukup baik dan maksimal untuk mencapai realisasi pajak sesuai dengan
yang ditetapkan. Ini dapat dilihat dari usaha yang dilakukan bukan hanya satu atau
dua kegiatan ataupun bagian yang cukup urgent yang dimaksimalkan, tetapi
intensifikasi yang dilakukan dimulai dari tahap awal dalam kepengurusan pajak
adalah intensifikasi yang dilakukan dari berbagai usaha ini dapat memang
dikerjakan secara nyata dan mampu mengatasi masalah terkait realisasi pajak
yang tidak sesuai target. Untuk itu perlulah dilakukan evaluasi yang dimana untuk
tercapai dari suatu program yang telah dilaksanakan sesuai dengan hasil yang
ditetapkan. Atau dapat dikatakan, adakah keterkaitan antara hasil yang telah
Jika melihat data yang ditemukan dilapangan, program ini dapat dikatakan
efektif jika para pelaksana dari program ini telah memahami tujuan intensifikasi,
menyelesaikan masalah terkait pajak reklame seperti reklame liar atau reklame
yang tidak memiliki izin, juga kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajaknya.
pajak ini dapat dilihat dari empat aspek penilaian yang telah dilakukan,
diantaranya adalah:
reklame, pertama sekali harus dilihat dari hasil yang telah tercapai selama
suatu program dilihat dari hasil yang memuaskan atau tidak. Hasil dari
tahun 2014 sekitar 36,86% dan tahun 2015 sekitar 75,33%. Dan secara
efektif”.
program intensifikasi ini, dilihatlah dari Wajib Pajak Reklame yang jujur
untuk membayar pajak. Hal ini berguna karena dengan Wajib Pajak yang
bukan hanya dari realisasi yang meningkat, tetapi juga dilihat dari
b. Keadilan
Untuk melihat indikator efektivitas ini dapat berjalan dengan baik bahkan
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, juga melihat aspek keadilan
yang melihat pada pengenaan tarif pajak reklame yang sesuai dengan
kondisi dan dapat diterima oleh Wajib Pajak reklame. Berbicara keadilan
disini maksudnya adalah syarat adil dalam pemungutan pajak memang harus
penyelenggaraan reklame.
reklame tidak ada pembedaan antar satu wajib pajak dengan wajib pajak
yang lain. Ini dilihat dari telah diberlakukannya Perbup Deli Serdang No.
435 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame,
Nilai Dasar Reklame Dan Nilai Startegis Daerah Kabupaten Deli Serdang.
Yang kemudian dikalikan 25%, dan itulah jumlah pajak yang harus dibayar.
Jadi, mau tidak mau setiap wajib pajak yang melapor harus membayar
peneliti, besarnya tarif yang harus dipungut dari setiap wajib pajak tidak
wajib pajak, dan dari keuntungan itu, hanya diambil sedikit untuk dipungut
untuk pembangunan daerah, dalam arti pajak yang berasal dari masyarakat
semakin baik.
c. Kemampuan melaksanakan
wajib pajak yang sangat mudah dipahami dan sederhana. Bahkan jika
Pajak menunggu lama, hanya dua sampai tiga hari. Dari hasil
terkait pendaftaran.
tidak memiliki izin atau disebut dengan reklame liar bahkan untuk
penyesuaian data wajib pajak yang diisi dengan yang dilapangan dan
reklame liar.
“efektif”. Ini dapat dilihat dari hasil wawancara, yang peneliti anggap
kewajiban mereka.
adalah public service (pelayan publik) yang dimana mereka bekerja untuk
dari pihak DISPENDA, dengan sikap yang ramah dan mau menggajari
pegawai yang tidak disiplin dan menghargai waktu, banyak yang terlambat
dinyakini cocok atau tidak dalam menyelesaikan masalah yang ada. Kerena
hasil yang sia-sia atau tidak berdampak sama sekali. Untuk itu, sebelum
atau program intensifikasi ini untuk lebih menggali potensi dari setiap jenis
dan dinaikan kembali tanpa ada penurunan hingga di tahun 2015 tahun lalu.
Yang dapat dikatakan bahwa intensifikasi cukup efektif dan “sangat cocok”
keseluruhan peneliti dapat mengatakan bahwa program ini “cukup efektif” untuk
berusaha dan bekerja untuk mendapatkan hasil yang diinginkan walaupun hasil
yang ada belum sesuai dengan tujuan yang ditetapkan karena pencapaian target
Sebenarnya efektivitas dan efisiensi adalah satu sama lain yang sangat
sesuai dengan harapan. Dan efisiensi inilah yang menjadi sumber utama untuk
bisa mencapai hasil yang diinginkan. Efisiensi adalah berbicara mengenai usaha-
usaha yang dilakukan oleh pihak terkait guna mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam hal pemungutan pajak, efisiensi berkaitan dengan ketetapan atau cara
untuk mengelola pajak (tidak membuang biaya, usaha dalam pemungutan dengan
baik, penggunaan jumlah tenaga/bahan yang sesuai dengan standar) yang telah
ditetapkan.
bisa dibawah dari dengan apa yang telah didapatkan dan tidak boleh melebihi dari
realisasi pajak reklame. Ini dikarenakan jika program atau kebijakan itu
menggunakan dana atau biaya yang lebih besar, berarti program tersebut tidak
masalah, malah akan membuat pengeluaran pihak terkait membengkak. Hal ini
melaksanakan dengan baik. Tetapi dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan,
pihak DISPENDA menyatakan bahwa tidak menggunakan dana atau biaya yang
penganggaran sudah dibuat berapa anggaran untuk hal ini, dan juga dalam hal
ada, dan ini hanya membutuhkan parang dan juga egrek (semacam parang yang
disambungkan dengan kayu panjang) dan alat inipun bisa bertahan dalam jangka
waktu yang cukup lama. Dan biaya lainnya yang cukup besar digunakan sebagai
biaya operasional (biaya jalan) untuk memantau keadaan reklame yang ada di
sekitaran Kabupaten Deli Serdang. Dalam hal ini, berarti dana atau biaya yang
dikeluarkan oleh pihak DISPENDA tidak terlalu besar atau tidak melebihi
Selanjutnya dari segi usaha yang dilakukan dalam pemungutan yang baik,
terlebih dahulu di atas, tetapi dalam hal ini akan dijabarkan kembali dengan
data wajib pajak sangat udah dimengerti dan dipahami serta tidak susah
untuk mengisinya bahkan saat wajib pajak tidak dapat mengisi, pihak
sistem yang disarankan oleh Direktorat Jenderal Pajak, tetapi saat wajib
data yang ditemukan dilapangan. Hal ini cukup efisien untuk dilakukan
koran. Tetapi saat ditanyakan dengan wajib pajak, sebagian wajib pajak
akan peraturan yang berlaku baik kepada pegawai sendiri dan juga wajib
pajak.
terus belajar untuk memberikan yang terbaik untuk wajib pajak, dan
memberikan pelayanan yang terbaik bagi wajib pajak. Dan dalam hal
ini, Wajib Pajak menyatakan pelayanan yang baik dengan sikap yang
ada tugas yang harus diselesaikan dan pegawai yang menonton tv.
Berarti dalam hal ini, kualitas SDM dari DISPENDA tidak dapat
dikatakan baik.
dilakukan wajib pajak dengan cara memeriksa ulang data semua data
pajak. Menurt peneliti, usaha ini cukup efisien dalam pemungutan pajak
reklame.
dan Perizinan, UPTD dan juga advertising). Dari hasil wawancara yang
ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti yang dimana
tata ruang dan wilayah Kabupaten Deli Serdang bahkan yang menutupi
sebagian dari realisasi target yang ada. Dan juga dengan yang terlambat
sangat efisien untuk mengurangi reklame liar yang ada dan juga dapat
namanya reklame liar tidak akan selesai diselesaikan tanpa kerja keras
sesuai untuk menyelesaikan kondisi dan masalah dalam pencapaian realiasi pajak
reklame ini. Karena setidaknya, usaha-usaha yang dilakukan membawa hasil yang
cukup baik yang dimana cukup membantu dalam meningkatkan penerimaan pajak
reklame.
Dan terakhir dari segi jumlah tenaga yang ada. Sebuah program atau
kegiatan tidak akan terlepas dari orang-orang yang dapat bekerja dan mampu
mengerjakannya sehingga membawa damapk yang positif. Jika kita lihat dari hasil
data yang telah disajikan, untuk keseluruhan jumlah pegawai yang ada di
DISPENDA tidak singkron antara satu data dengan data yang lain, jadi peneliti
tidak dapat mengambil kesimpulan untuk jumlah pegawai yang sebenarnya. Dan
khusus untuk jumlah pegawai yang mengurus terkait pajak reklame yang
dimana pajak reklame hanya 3 orang yang mendapatkan bagian untuk pajak
reklame.
dilakukan bahkan sumber daya manusia yang terlibat, program ini telah terlaksana
pajak reklame yang adalah pengoptimalisasian semua yang terkait pajak reklame
Kecukupan yang dimaksud disini adalah tujuan yang telah dicapai dengan
masalah. Dalam kriteria kecukupan yang satu ini juga masih berkaitan erat
bilamana alternatif yang digunakan dan ada dapat memuaskan kebutuhan, nilai
yang terkait dengan kriteria kecukupan akan menilai sudah cukup atau tidak
reklame untuk mecapai realisasi target yang selama beberapa tahun tidak pernah
tercapai. Dan masalah yang menjadi penyebab utamanya adalah reklame liar,
penyelengaraan reklame yang telah mendapat izin tetapi tidak membayar pajak
ataupun wajib pajak yang tidak membayar pajak yang telah ditetapkan atau
usaha yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan sudah
tertulis dalam keriteria efisiensi mulai dari tahap awal yaitu proses pendaftaran
sampai pada perencanaan target penerimaan pajak reklame. Tetapi apakah usaha
yang dilakukan sudah baik, cukup dan cocok untuk menyelesaikan masalah?.
Dengan usaha yang dilakukan, peneliti menilai hasil yang dicapai belum bisa dan
reklame ini. Ini dapat dilihat dari pencapaian utama dari program ini yaitu
realisasi pajak reklame. Dengan data yang telah ada (lihat tabel 5.4), pencapaian
dapat dikatakan cukup jauh dari target yang telah ditetapkan. Dari tahun 2012-
2014 tidak pernah mencapai setengah dari yang ditarget dan hanya di tahun 2015
yang mencapai 75,33% dari target. Ini membuktikan bahwa usaha yang dilakukan
masyarakat untuk membayar pajak masih kurang, sanksi yang kurang membawa
efek jera, jumlah pegawai yang minim, reklame liar dan juga kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak belum bisa diatasi secara menyeluruh oleh pihak
DISPENDA sendiri. Jadi bagaimana dapat dikatakan cukup, kalau usaha yang
masalah diatas tersebut sangat membantu dalam pencapaian realisasi bahkan bisa
reklamenya bahkan ada beberapa baliho atau billboard yang kosong. Padahal jika
Kabupaten Deli Serdang yang sesuai dengan target dan menyelesaikan masalah
yang terkait. Akan tetapi, hingga saat ini usaha-usaha yang dilakukan tidak bisa
diberikan dan diperoleh oleh kelompok sasaran. Artinya bisa saja sebuah program
efektif dan efisien dapat ditolak jika manfaatnya tidak merata dan adil. Dalam hal
ini butuh kesamarataan atas segala sesuatu yang diterima dari pemerintah karena
kelompok sasaran yang ada dimana yang pertama adalah DISPENDA melihat
intensifikasi ini. Untuk menilai kriteria pemerataan ini akan melihat pada
Kabupaten Deli Serdang, menurut data yang diperoleh dari wawancara dengan
informan, DISPENDA tidak ada pembedaan antar wajib pajak yang ada, semua
wajib pajak mau yang mengurus dengan tarif pajak yang besar atau kecil
pengitungan pajak reklame dan kongkalilong antara pegawai dengan wajib pajak,
karena sesuai dengan data yang diterima DISPENDA tentang ukuran dari pajak
reklame ini akan dihitung berdasarkan Perbup Deli Serdang N0. 435 tahun 2014
Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar Reklame
dan Nilai Strategis Daerah Kabupaten Deli Serdang. Yang berarti menutup
Bahkanpun untuk lebih menilai sudah merata atau tidak usaha yang dilakukan
DISPENDA dilihat dari salah satu usaha yaitu pemeriksaan dan pengawasan
kepatuhannya. Dan melalui hasil wawancara yang diperoleh peneliti, usaha ini
dilaksanakan dengan mendatangi rumah setiap wajib pajak untuk memeriksa dan
apakah sudah merata pelayanan yang diberikan oleh DISPENDA kepada wajib
pajak reklame. Untuk melihat sudah merata atau tidaknya, menurut hasil
mereka merespon dengan jawaban yang sama yaitu pelayanan yang diberikan
cukup baik dengan sikap yang ditunjukkanpun baik juga bahkanpun dalam proses
pengurusan hanya beberapa hari. Dan secara tersirat, peneliti menafsirkan bahwa
dalam kepengurusan pajak reklame dari wajib pajak tidak ada yang merasa
dikecewakan bisa dilihat dari jangka waktu yang ditentukan tidak pernah melebihi
sudah cukup merata program intensifikasi ini dilakukan. Tetapi jika kita melihat
melaporkan dan membayar pajak walaupun usaha telah banyak dilakukan, yang
dimana berujung pada tidak tercapainya target yang telah ditetapkan. Berarti
DISPENDA sudah dan dapat diakui cukup merata dikalangan masyarakat, tetapi
kewajibannya.
sasaran kebijakan atau program terhadap penerapan suatu kebijakan atau program.
Sebenarna keriteria responsivitas ini sangatlah penting, karena analisis ini dapat
adanya suatu kebijakan. Untuk penelitian ini akan melihat bagaimana kebijakan
atau program yang diambil sesuai atau tanggap dengan kebutuhan untuk
Masalah yang terjadi dalam penelitian ini tidak tercapainya realisasi yang
beberapa tahun tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan, maka
intensifikasi pemungutan pajak reklame. Tetapi apakah program ini sesuai dengan
masalah bahkan dapat mengatasi masalah yang ada atau malah tidak membawa
perubahan apa-apa. Jadi untuk mengetahui apakah program ini responsif terhadap
adalah hal yang utama dikarenakan mereka adalah kelompok sasarannya. Pertama
sekitar Deli Serdang terkait pajak reklame dan apa yang menjadi kebutuhan untuk
program ini telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya hingga sekarang dengan
kebutuhan atau usaha apa yang harus dilakukan dan diperkuat. Ini dapat dilihat
Dengan masalah tidak tercapainya pajak reklame dan dengan sadar mereka tahu
akan pencapaian mereka yang tidak pernah berhasil mencapai target, DISPENDA
mencoba untuk lebih menekankan pada pengelolaan data terhadap wajib pajak
terhadap data yang ada telah ada dengan yang ditemukan dilapangan (menggali
reklame yang tidak terdaftar) yang dimana jika ditemukan berbeda hasil
pelayan publik yang cukup ramah dan berkompeten dalam memahami tugas yang
pajak reklame, tetapi mereka langsung tanggap dan respon terhadap masalah
kriteria ketepatan yaitu pakah hasil yang dicapai bermanfaat dan dapat dirasakan.
Kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil pelaksanaan adalah bukti
berhasilnya suatu program atau kebijakan.Hal ini merupakan aspek penting untuk
menilai memang tepat atau tidak program atau kebijakan dilakukan untuk
menyelesaikan masalah, telah berjalan sesuai denggan tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan bahkan layak diteruskan untuk dilaksanakan atau tidak. Dan
ketepatan ini saling berhubungan dengan kriteria yang lain, mulai dari effektivitas,
membawa hasil yang cukup efektif dalam mencapai realisasi penerimaan pajak
reklame sesuai dengan target. Ini dapat dikatakan sudah cukup tepat dalam
menyelesaikan masalah pajak reklame ini, karena akhirnya setelah program ini
terlaksana dalam beberapa tahun telah membawa dampak positif yang dimana
data.
menolong pihak terkait yaitu DISPENDA untuk mengerjakan sesuai dengan tugas
melakukan yang lebih lagi dari yang telah dilakukan sebelumnya. Ini dilihat dari
perbaikan melalui pelayanan yang diberikan. Dan pemikiran pegawai yang ingin
terus menggali potensi pajak reklame yang dilihat dari usaha-usaha yang
Dalam kriteria ketepatan ini akan ada pertanyaan yang mengarah manfaat
apa yang didapat dan yang telah dirasakan oleh pihak terkait. Untuk itu,
2. Tingkat kepatuhan wajib pajak yang meningkat. Hal ini dilihat dari
banyak yang memiliki izin dan membayar pajak daripada yang tidak.
4. Pengelolaan data yang ada. Hal ini membawa manfaat yang cukup baik
ini memiliki respon yang baik dari pegawai DISPENDA. Berarti program
intensifikasi ini sudah cukup tepat bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Deli
Serdang, meski belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Program
reklame, bahkan memperbaiki kualitas pelayanan dan tugas serta kewajiban dari
pihak DISPENDA.
Sebagaimana yang kita ketahui pajak reklame merupakan salah satu bagian dari
pajak daerah yang menjadi sumber pendapatan asli daerah yang dimana untuk
pendapatan asli daerah ini juga mengalami tidak tercapainya target dari setiap
bagian. Untuk itu upaya yang dilakukan adalah mengoptimalisasi PAD yang
Kabupaten Deli Serdangpun juga mengalami hal seperti ini. Untuk itu pihak
yang ada dipenyajian data, penerimaan pajak reklame berada dalam posisi yang
ketujuh dari sebelas pajak daerah yang dipungut daerah. Dari hal ini, bisa
dikatakan bahwa penerimaan pajak reklame ini belum bisa mengimbangi pajak-
pajak yang lainnya, padahal reklame termasuk cukup besar penerimaannya bila
cukup besar).
Melihat kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah diketahui dari
yang telah disajikan sebelumnya dengan pembagian data yang didapati, kontribusi
pajak reklame dalam peningkatan pendapatan asli daerah dimana pada tahun 2013
hanya sebesar 0,37% dan tahun 2014 sebesar 0,52%. Jika dilihat dari tahun 2014-
2015, persentase yang mengalami meningkat tetapi dengan kondisi yang tidak
mencapai 1%. Peningkatan ini terjadi karena relaisasi penerimaan pajka reklame
yang meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan tersebut juga diiringi dengan
mencapai dan mendekati 1%. Pencapaian ini sangat kurang memberi kontribusi
menemui faktor-faktor penghambat yang pada akhirnya ini akan membuat tidak
tercapainya target realisasi pemungutan pajak reklame. Untuk itu berikut akan
terealisasikan targetnya.
reklame ini masih kurang menimbulkan efek jera terhadap wajib pajak
sebesar 2% dari pajak yang terhutang untuk setiap wajib pajak yang
merupakan kewajibannya.
3. Mendata ulang yang dimana melihat data-data wajib pajak tyang benar-
PENUTUP
7. 1 Kesimpulan
Berdasarkan penyajian data dan analisis data pada bab sebelumnya, maka
yang positif bagi pegawai DISPENDA yang sebagai kelompok sasaran. Dengan
memperkecil atau mengurangi reklame liar yang ada di Kabupaten Deli Serdang
walaupun memang masih ditemukan dibeberapa titik adanya reklame liar ini.
penertiban reklame liar dan keterlambatan dalam membayar pajak serta melalukan
sebagai berikut:
efektif, meskipun hasil yang didapati belum mencapai dan sesuai dengan
sesuai dengan target bahkan kalau bisa lebih. Hasil program ini hanya
sampai 36,86% tahun 2014 dan 75,33% di tahun 2015 dari target yang
telah ditetapkan.
2. Kriteria efisiensi intensifikasi ini dinilai cukup baik dan cukup efisien
dengan SDM yang minim yaitu hanya tiga orang yang fokus dan
bahkan mengurangi reklame yang tidak memiliki izin atau liar. Tetapi
untuk dalam pelaksanaannya belum bisa dan kurang cukup atau mampu
utama dari program ini yaitu realisasi pajak reklame. Pencapaian dapat
masyarakat yang masih kurang dalam membayar pajak dan reklame liar
berfungsi untuk melayani publik secara adil dan merata dan pembedaan
antara satu wajib pajak dengan yang lain. Dengan adanya Perbup
pajak yang masih kurang, belum merata ke semua wajib pajak belum
merata.
yang mereka dapati tidak pernah sesuai dengan target sehingga mereka
tercapai.
ini, juga melihat sudah sejauhmana pajak reklame berperan dalam peningkatan
pendapatan asli daerah. Realisasi penerimaan pajak reklame daro tahun 2013-
2015 memang selalu meningkat dengan kontribusi yang juga meningkat dalam
peningkatan pendapatan asli daerah. Tetapi rasio Yng kuang dari 1%, hal ini
7. 2 Saran
Kabupaten Deli Serdang dapat mencapai hasil yang maksimal, ada beberapa saran
pelaksanaan administrasi yang lebih baik dan efisien agar data wajib
pajak reklame yang dimiliki sesuai denggan kondisi dan pelaporan wajib
pajak yang sebenarnya, update data dnengan cepat dan cepat untuk
waktu pelaksanaan yang tidak lama. Untuk itu, melihat kondisi dimana
target. Pemerintah daerah juga harus lebih tegas dalam penetapan sanksi
terhitung, ini tidak akan membuat efek jera bagi wajib pajak. Untuk itu
yang membuat efek jera untuk setiap wajib pajak sehingga wajib pajak
dierat dan diperkuat. Ini sebagai salah satu sarana untuk menambah
dengan baik.
KAJIAN PUSTAKA
2. 1 Kerangka Teori
proposisi untuk menerapkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara
yang ada dalam penelitian. (Arikunto 2002:92). Kerangka teori ini diharapkan
dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam
memahami masalah yang diteliti. Oleh karena itu, penulis akan mengemukakan
beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan
kebijakan publik merupakan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah dengan
yang terjadi pada masyarakat. Lebih lanjut lagi Chandler dan Plano (dalam
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah masalah-masalah publik atau
kebijkan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh pemerintah, jadi
publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan tindakan
pemerintah menggenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif dalam
yang pertama adalah perumusan dari peraturan pajak dan kedua adalah masalah-
sempit Kebijakan fiskal dalam arti luas adalah kebijakan yang mempengaruhi
pengertian kebijakan fiskal dalam arti sempit adalah kebijakan yang berhubungan
dengan penentuan siapa-siapa yang akan dikenakan pajak, apa yang akan
fiskal berdasarkan arti sempit ini disebut juga dengan kebijakan pajak.
sebagai:
Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah berjalan cukup waktu.
Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan sebuah kebijakan dapat
bagaimana prospek ke depan dari dampak kebijakan tersebut. Sejalan dengan itu
tujuan, oleh karena itu evaluasi kebijakan pada dasarnya harus dapat memperjelas
selalu sama tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan
fungsi evaluasi itu sendiri. Adapun proses evaluasi meliputi menemukan apa yang
dan analisis data, dan laporan hasil evaluasi. Bahkan masih dalam buku
yakni:
adalah bahwa ukuran tentang manfaat atau nilai merupakan sesesuatu yang
hasil tersebut atas dasar tujuan program kebijakan yang telah diumumkan
adalah merupakan ukuran yang tepat untuk manfaat atau nilai kebijakan
program.
dua jenis pendekatan yang diatas adalah bahwa evaluasi keputusan teoritis
berusaha untuk memunculkan dan membuat eksplisit tujuan dan target dari
diplih yakni:
Tabel 2.2
Metodologi Untuk Evaluasi
No Jenis Evaluasi pengukuran kondisi kelompok Informasi
kelompok sasaran pembanding yang
diperoleh
Sebelum Sesudah
kerena penggunaan indikator yang tunggal akan membahayakan, dalam arti hasil
penilaiannya dapat bias dari yang sesungguhnya. Indikator atau kriteria evaluasi
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Kriteria Evaluasi Kebijakan
No. Kriteria Penjelasan
dari evaluasi kebijakan atau program. Untuk lebih jelasnya setiap indikator
efektivitas bahwa sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah
diadakannya tindakan.
tetapi mungkin membutuhkan jangka waktu yang cukup lama dan melalui
proses tertentu.
yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses kerja yang dilakukan
a. Hasil
b. Keadilan
c. Kemampuan melaksanakan
��������� ����������
Efektivitas = ������ ��������� �
× 100%
Tabel 2.4
Keriteria Penilaian Efektivitas
Presentase Kriteria
Diatas 100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
2. Efisiensi
sumber daya/usaha secara optimum untuk mencapai hasil atau tujuan dari
dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya).
3. Kecukupan
ada.
4. Pemerataan
rasionalitas legal dan sosial dan menunjukkan pada distribusi akibat dan
dikatakan efektif, efisien dan mencukupi, namun akan bisa saja ditolak jika
biaya dan manfaat tidak merata dan adil bagi masyarakat. Kuncinya adalah
5. Responsivitas
kebijakan atau program yang diambil sesuai sesuai dengan kebutuhan untuk
6. Ketepatan
Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan pada
Dalam kriteria ketepatan ini, program atau kebijakan yang diambil dan
yang sah”.
daerah.
pungutan lainnya.
d. Adanya kebocoran-kebocoran/kolusi
menerus oleh semua pihak dalam pemerintahdaerah, agar pendapatan asli daerah
a. Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah daei pajak. Terbagi atas dua
jenis yaitu:
1. Pajak provinsi.
2. Pajak kabupaten/kota
b. Retribusi Daerah
mencakup:
c. Bagian laba atas penyertaan mosal pada perusahaan milik swasta atau
penerimaan daerah.
terhadap objek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada. Sejalan dengan
efektivitas dan efisiensi sumber atau pendapatan daerah yang sudah ada.
Halim (2001: 147) intensifikasi pajak dan retribusi daerah diartikan sebagai suatu
penerimaan pajak dan retribusi daerah yang biasanya diaplikasikan dalam bentuk :
terhadap objek serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam
ekstensifikasi wajib pajak. Sasaranya adalah orang atau badan yang telah
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tentunya. Tujuan dari intensifikasi
pajak.
Secara umum, upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
pemungutan pajak daerah dam retribusi daerah melalui cara-cara sebagai berikut:
3. Meningkatkan pengawasan
operasional.
pada waktunya.
2. Penyesuaian tarif.
pemerintahan.
rakyat.
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran
berikut:
3. Tidak ada timbal balik khusus atau kontraprestasi secara langsung yang
dapat ditunjukkan.
1. Equality
2. Certainty
Pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak
adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak dan ketentuan
mengenai pembayarannya.
3. Convenience
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak
4. Economic of Collections
sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk
tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah,
maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
persyaratan yaitu:
secara umum.
pembayaran pajak baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu.
yaitu:
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus ditanggung oleh wajib pajak
a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung
adalahkontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orangpribadi atau badan
(1988) “Financing Regional Government” (Kesit 2003:2) yang terdiri dari 4 hal:
dari daerah.
e. Pajak Rokok
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan.
d. Pajak Reklame.
g. Pajak Parkir.
tidak berbenturan dengan pungutan pusat, agar tidak terjadi duplikasi penungutan
pemungutan pajak daerah yang telah diatur dalam UU No. 23 tahun 2009 tentang
bersangkutan.
kepentingan umum.
d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi atau onjek pajak
pusat.
e. Potensinya memadai.
1 ayat 26 dan 27 menyatakan bahwa Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau
umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca,
yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk
dikenakan terhadap objek pajak yaitu reklame dan nilai sewa reklame dan
yang jelas dan kuat sehingga dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar
hukum pemungutan pajak reklame pada satu kabupaten atau kota, terkhusus Kota
Retribusi Daerah.
3. Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Perubahan
Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli Serdang Pasal 23 ayat 2 dan 3 dinyatakan
peragaan.
Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli
Daerah.
Organisasi Kemasyarakatan.
Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli Serdang Pasal 24 ayat 1 samp4ai yaitu:
menggunakan reklame.
secara langsung oleh orang pribadi atau Badan, wajib pajak reklame
peraturan darah. Hal ini diberikan guna agar setiap daerah kabupaten/Kota
menetapkan tarif pajak yang mungkin berbeda dari kabupaten/kota yang lain,
tetapi tidak lebih dari dua puluh lima persen dikarenakan tarif pajak yang
ditetapkan oleh UU No 23 Tahun 2008 adalah paling tinggi sebesar dua puluh
lima persen dari Nilai Sewa Reklame. Untuk itu, berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Deli Serdang No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli
Serdang Pasal 27 menyatakan bahwa tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25%
adalah Nilai Sewa Reklame (NSR) yaitu nilai yang ditetapkan sebagai dasar
oleh pihak ketiga, Nilai Sewa Reklame ditetapkan berdasarkan nilai kontrak
jangka waktu penyelenggaraan, jumlah dan ukuran media Reklame. Dalam hal
Nilai Sewa Reklame tidak dilaksanakan dan/atau dianggap tidak wajar, Nilai
dalam Peraturan Daerah No 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Deli
Kabupaten Deli Serdang yang telah ditetapkan pada ayat 1 sampe 4 bahwa:
Reklame dan dinyatakan dalam satuan Rupiah. Untuk kelas jalan dalam
Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun 2014 Tentang Perubahan
a) Jalan Kelas I dimulai dari Simpang kayu Besar terus kearah Kuala
Jalan Kelas I.
Bupati/Walikota
Nilai sewa reklame sesuai Peraturan Bupati Deli Serdang No. 435 Tahun
2014 Tentang Petunjuk Teknis Perhitungan Nilai Sewa Reklame, Nilai Dasar
dengan memperhatikan:
a. Jenis
c. Lokasi penempatan
e. Jumlah
berikut:
tahun) tahun)
tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak. Perhitungnan ini sesuai dengan rumus
sebagai berikut:
keterkaitan dengan penelitian ini. Berikut beberapa hasil penelitian yang menjadi
Penelitian ini dilakukan oleh Krida Laksana Putra (2013) dengan tujuan
kepada pihak hotel agar tidak ada jarak jauh antara pihak Dispenda
tanpa manual.
kausatif, jenis data yaitu subyek, dan dengan sumber data primer yang
akan di teliti dalam defensi konsep yang digunakan dalam pengertian ini adalah:
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Single program after-
ketepatan.
c. Kecukupan, dilihat dari hasil dari usaha yang telah dilakukan terkait
pihak Dispenda.
dirasakan bermanfaat.
3. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang bentuk dan corak
umum terhadap barang, jasa orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca,
atau badan yang diambil berdasarkan objek pajak reklame berupa meliputi
dengan dasar pengenaan dan tarif nilai sewa sesuai dengan yang telah
5. Pendapatan asli daerah adalah pendapatan daerah yang diperoleh dari dari
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
kebutuhan rakyat. Pembangunan dapat dilaksanakan jikalau dana atau biaya yang
diperlukan memadai. Dan salah satu sumber dana yang digunakan untuk
tahun 2009 sampai tahun 2012, pajak memberikan kontribusi yang cukup besar
bagi negara Indonesia. Ini dapat dilihat dari persentase penerimaan pajak dalam
negeri diatas 70 persen dari total keseluruhan penerimaan negara (Selvia 2015:1).
Dapat dilihat dari tabel 1.1, dari tahun 2013-2014, pendapatan negara Indonesia
yang berasal dari penerimaan pajak sebesar sekitar 74% dan tahun 2015 sekitar
83% dari total keseluruhan pendapatan negara, dan sisanya berasal dari
Tabel 1.1
Pendapatan Negara Indonesia 2013-2015
Jenis Pendapatan Negara 2013 2014 2015
Pendapatan Dalam Negeri 1.432,07 T 1.545,46 T 1.488,2 T
a. Penerimaan Pajak 1.077,31 T 1.146,87 T 1.235,80 T
b. Penerimaan Negara Bukan 354,76 T 398,59 T 252,40 T
Pajak (PNBP)
Hibah 5,79 T 5,03 T 3,30 T
Total Pendapatan Negara 1.438,90 T 1.550,49 1.491,50 T
Sumber:www.pajak.go.id.Realisasi penerimaan pajak tahun 2015 pertumbuhan
penerimaan di tengah perlambatan ekonomi (11/2016)
dengan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 1 ayat 2
asas otonomi dan tugas pembantuan. Ini berarti bahwa Pemerintah Daerah dengan
fiskal) yang dimana Pemerintah Daerah sendiri yang juga mengatur dan mengurus
Salah satu sumber keuangan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang salah satu bagiannya diperoleh dari penerimaan pajak daerah. Dengan
dan Retribusi Daerah, terdapat perubahan pembatasan jenis pajak yang dimana 16
jenis pajak yang dipungut oleh daerah yaitu 5 jenis pajak provinsi dan 11 jenis
pajak kabupaten/kota yang diantaranya yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam dan
batuan, pajak parkir, pajak air bawah tanah, pajak sarang burung walet, pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, serta bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan.
Dan bukan hanya perubahan pada pembatasan jenis pajak, tetapi dalam
Undang-Undang ini juga terjadi perubahan mulai dari penguatan local taxing
power yang dilakukan dengan memperluas objek pajak daerah, menambah jenis
dengan memperbaiki porsi bagi hasil pajak provoinsi dan kabupaten/kota dan
membuat Peraturan Daerah sebagai payung hukum. Salah satunya adalah Kota
Semarang yang mengeluarkan Perda tentang Pajak Reklame. Peraturan Daerah ini
mengerti akan peraturan yang sudah ditetapkan sehingga tidak terjadi pemasangan
reklame tanpa ijin dan akhirnya dapat meningkatkan potensi dan penerimaan
Begitu juga dengan Kota Samarinda yang telah mengalami beberapa kali
terakhir yaitu Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2011 tentang Pajak Reklame,
Reklame serta peningkatan dalam sarana dan prasarana pelayanan pajak (Ridha
2014: 1473-1486)
Begitu juga halnya dengan Kabupaten Deli Serdang yang telah menetapkan
Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah guna untuk menggali
daerah yang salah satunya adalah pajak yang mengharapkan pendapatan pajak
Gambar 1.1
Penerimaan Pajak Daerah Deli Serdang Tahun 2012-2015
140.000.000.000,00
120.000.000.000,00
100.000.000.000,00
80.000.000.000,00
60.000.000.000,00
40.000.000.000,00 2012
20.000.000.000,00 2013
0,00
2014
2015
Dari tabel diatas, salah satu pajak daerah yang dikelola oleh DISPENDA
Deli Serdang adalah pajak reklame. Walaupun jika kita lihat dari data diatas,
pajak terutama pajak reklame tergantung dari mekanisme yang dilakukan oleh
Seperti Kota Bekasi dimana realisasi pajak reklame hinggga kuartal III/2015 baru
Begitu juga di Provinsi Lampung, salah satu kotanya yaitu Kota Tapis
Berseri pada tahun 2013 mencapai 86% atau Rp17,4 miliar dari total target pajak
reklame sebesar target Rp20,5 miliar. Hal ini diakibatkan lesunya perekonomian
WIB)
2015, hanya Rp.248,14 miliaratau sekitar 57,48% dari target Rp.432 milyar.
Yang dimana realisasi pajak reklame hanya 86% atau 17,4 miliar dari target Rp.
20,5 miliar. Walaupun pajak reklame ini cukup tinggi dalam hal penerimaan
daripada sepuluh pajak daerah lainnya di tahun 2015, tetapi baiknya pemerintah
tercapainya target penerimaan dari setiap pajak daerah. Tetapi juga ada daerah
yang pajak reklamenya terealisasi targetnya bahkan lebih dari yang ditargetkan.
Salah satunya adalah Kota Bogor yang penerimaan pajaknya melebihi dari target
pencapaian target ini menunjukan bahwa masyarakat Kota Bogor sudah mulai
sadar akan pajak. Sebab, mulai dari awal tahun 2015 dispenda terus memberikan
sosialisasi dan edukasi sadar pajak kepada masyarakat secara langsung. Tak hanya
Balaikota. http://suaraindonesia-news.com/dispenda-kota-bogor-lebihi-targer-
Serta Kota Padang juga mendapatkan penerimaan pajak reklame yang lebih
dari target yang ditetapkan dimana realisasi pajak reklame sebesar pajak reklame
miliar. http://humasppid.padang.go.id/index.php/informasi-
artikel/DavidSeptian/544-dispenda-padang-siap-tingkatkan-pencapaian-di-2016
Kondisi yang sama juga terjadi di Kabupaten Deli Serdang yang dimana
belum dapat mencapai target pajak reklame. Dimana penerimaan pajak reklame di
(36,86%) dari target Rp 5,5 miliar. Minimnya pencapaian target tersebut karena
banyak reklame atau billboard di daerah itu tak memiliki izin. Padahal cukup
dipungut. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2015/02/04/145096/realis
Begitu juga dengan Kabupaten Deli Serdang. Jika dilihat penerimaan yang
didapat dari Pajak Reklame yang selalu meningkat, dimana pada tahun 2013
Tetapi itu tidak membuat aparat pemungut pajak/ Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Deli Serdang merasa bangga dan senang akan pencapaiannya. Namun
Abu Bakar dalam Halim (2001:147) salah satu upaya yang dilakukan dalam
Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya. Kota Surabaya melalui Dinas
terkait, sosialisasi, dan mobil keliling. Dan intensifikasi inipun dinilai cukup
efektif dilakukan yang dapat dilihat dari meningkatnya realisasi penerimaan pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan yang juga diiringi dalam
1. 2 Rumusan Masalah
1. 3 Tujuan Penelitian
ilmiah.
1. 5 Sistematika Penulisan
hasil penelitian ini dapat diketahui secara singkat yakni sebagai berikut:
BABI :Pendahuluan
konsep.
data.
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
Bab ini berisi data yang diperoleh dari hasil penelitian dan
Bab ini memuat kesimpulan dan saran yang diperoleh atas hasil
SKRIPSI
Disusun Oleh:
OKTRI SAKTIANI SIMANULLANG
120903067
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 120903067
Ketua Departemen
Dekan
Pada kesempatan ini, tak lupa penulis juga ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang teramat dalam bagi pihak – pihak lainnya yang telah turut serta
berpartisipasi membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, yakni :
4. Bapak/Ibu Staf Pengajar serta Pegawai FISIP USU yang telah berjasa
dan Kak Dian yang telah membantu segala urusan dan prosedur
administrasi perkuliahan.
6. Buat keluarga besar Simanullang dan Sianturi, terima kasih untuk motivasi
7. Buat Sharida Naibaho dan Selestia Ningsih , sahabat kecil penulis yang
Suntama, Fhida, Mery dan juga Besry. Terima kasih untuk setiap hal yang
boleh kita lewati bahkan untuk kerja sama yang baik dari kalian dalam
9. Buat Kelompok Kecilk penulis “Le Gra Go Deo (LGGD)” terkhusus buat
kami adik – adikmu.Mery, Yeyen dan Besry, terima kasih banyak untuk
10. Buat keluarga besar UKM KMK UP PEMA FISIP, Terima kasih untuk
pelayanan dan persekutuan kita selama ini. Semoga kita tetap semangat
melayani Dia.
hidup, nasihat bahkanpun canda tawa yang akan selalu kita kenang bahkan
bisa kita ceritakan ke anak cucu kita nanti tentang kegokilan kita selama
perkuliahan.
12. Buat teman – teman Administrasi Negara 2012, dan seluruh abang/kakak
senior dan adik – adik junior di Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP
USU Terima kasih ketika kita boleh saling berbagi ilmu dan pengetahuan
di jurusan ini.
Siak, Ifen, Tika, Yolla, Hadi, Andi, Bara, Iqbal, Arief dan juga Hanum.
14. Untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima
kasih untuk doa-doa dan kebaikan kalian bahkan untuk inspirasi yang telah
ini.
Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, besar harapan penulis ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca
bermanfaat.
Penulis,
Oktri Saktiani
Simanullang 120903067
DAFTAR PUSTAKA
Tahun 2014.................................................................................... 66
Tabel 5.4 Efektivitas dan Laju Pertumbuhan pajak Reklame ......................... 120
Tabel 5.6 Kontribusi Pajak Reklame Terhadap PAD (dalam bentuk Rupiah) 124
Gambar 1.1 Penerimaan Pajak Daerah Deli Serdang Tahun 2012-2015 ......... 4
Gambar 4.2 Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Deli Serdang ....... 62
Gambar 5.1 Contoh Reklame Yang Dipungut dan Tidak Dipunggut ............. 86
Gambar 5.4 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Reklame ....................... 119