Anda di halaman 1dari 3

Khutbah Jum’at: Menyikapi Musibah

Hadirin jam’ah shalat jum’ah rahimakumullah.

Secara fitrah tidak seorangpun di muka bumi ini yang menginginkan suatu musibah yang menimpa pada dirinya,
musibah dalam arti suatu kejadian yang tidak menyenangkan, musibah yang menyusahkan atau menyakitkan, baik
secara fisik maupun mental.

Yang diinginkan oleh setiap orang adalah sesuatu yang menyenangkan, menggembirakan, melegakan dan
sebagainya.

Bagi seorang mukmin, musibah yang terjadi dan menimpa dirinya di pandangnya sebagai ujian hidup. Maka
dibalik ujian itulah yang perlu direnungkan, apa hikmah di balik ujian itu?

Karena seorang mukmin dengan konsepsi keimanannya akan mampu memandang persoalan dengan sudut
pandang yang berbeda dengan umumnya manusia. Baginya ukuran baik atau buruknya sesuatu, benar atau salah,
suka dan dukanya sesuatu semua dikembalikan nilainya kepada Allah swt.

Hal inilah yang menjadikan seoarang mukmin itu senantiasa berpikir positif dan optimis dalam mengarungi
kehidupannya, sekalipun harus menghadapi berbagai ujian, atau kenyataan paling pahit dalam hidupnya, ia tidak
akan mudah patah dan berputus asa . Karena ia yakin bahwa setiap kejadian pastilah sudah dalam kehendak dan
takdir Allah swt.

” Katakan tidak akan menimpa kepada kita suatu musibah apaun kecuali apa-apa yang telah di ditetapkan oleh
Allah swt”

Maka tepatlah apa yang di sabdakan Nabi saw :

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang demikaian itu tidak terjadi
pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia
maka adalah kebaikan baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka adalah
kebaikan baginya.” (HR. Muslim )

Hadist ini dapat menjadi landasan paradigma berpikir seorang mukmin sehingga ia senantiasa berada pada jalan
kebenaran, ia selalu memiliki pandangan yang lurus kedepan, pandangannya kuat dan mendasar, luas menjangkau
dan seimbang dalam mensikapi segala sesuatunya, dengan demikian ia akan memiliki kesiapan secara mental,
pemikiran, lahir dan batin dalam menghadapi realita dan berbagai kemungkinan yang akan menimpa di dalam
hidupnya.

Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah.

untuk lebih jelasnya marilah kita perhatikan firman Allah swt. yang berbicara tentang perspektif musibah:

” Tidak ada suatu musibah apapun di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis didalam
Kitab (Lauhil Mahfuzd) sebelum Kami menciptakannya. Sesunggunya yang demikan itu adalah mudah bagi Allah,
(Kami jelaskan yang demkian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu . Dan Allah tidak menyukai
orang sombong dan lagi membanggakan diri.” ( QS. Al-hadid . 22-23 )

Di dalam ayat lainnya Allah pun meytebutkan yang artinya :

Dan barang siapa yang .ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah Tidak“
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui atas beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi
“.segala sesuatu

Dari kedua surat tersebut diatas dapatlah kita fahami bahwa musibah dalam bentuk apapun tidak mungkin terjadi
dan menimpa pada siapapun, kecuali telah terencana dalam ilmu Allah bahkan telah ditetapkan pula dilauhil
mahfudz, maka tidak akan pernah terjadi musibah yang salah sasaran, maka musibah apapun yang menimpa
seorang mukmin akan difahami oleh seorang mukmim sebagai takdir dan qodho-Nya.

Yang paling penting bagi manusia adalah mengimani segala keputusan dan ketentuan yang telah terjadi karena
kesemuanya terjadi tidaklah terlepas dari ” Kebijakan dan Keadilan Allah swt.”
Manusia telah biberi wilayah otoritasnya dalam bentuk kebebasan berfikir, berusaha, beramal untuk menjawab
seluruh tantangan hidupnya, mencapai apa yang diinginkannya, menghindari apa yang tidak diinginkannya.

Allah juga telah memberinya seperangkat alat dan modal besar, berupa akal, hati, perasaan dan panca indra,
Allahpun telah memberinya petunjuk berupa kitab suci yang telah di jelaskan oleh Nabi-Nya, dengan petunjuk ini
seharusnya manusia mampu menjalani kehidupannya dengan sempurna.

Allah telah menundukkan apa yang ada di bumi, untuk menjadi sarana hidup dan kehidupan bagi manusia.
Manusia diberi kesempatan untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya apa yang ada di bumi tersebut sebagai
bagian kesenangan hidup dan kehidupannya, begitu sempurnanya Allah memberi kenikmatan kepada manusia.

Maka ketika sebuah musibah yang tidak menyenangkan terjadi seharusnya manusia bertanya, mengapa hal ini
terjadi ? apa sebab terjadinya musibah yang demikian ini?.

Inilah bentuk- bentuk dan cara Allah swt. memberi ibtila atau ujian kepada manusia. Dengan ujian ini Allah ingin
membedakan siapa manusia yang benar-benar beriman dengan orang yang yang benar-benar kafir kepada-Nya.

Dari ujian inilah nantinya Allah akan membedakan siapa di antara manusia yang paling berkualitas keimanan dan
amal, bersyukur atas nikmat, istiqomah dalam ketaatan kepada-Nya atau kufur atas nikmat-Nya dan berputus asa
atas cobaan yang menimpanya..

Dengan iman kepada Taqdir Allah, Allah akan membuka pintu hidayah menuju keridhoan-Nya.

Di akhirat nanti Allah akan pisahkan siapa yang termasuk “ahlul yamin” dan siapa yang termasuk “ahlus syimal”,
untuk kemudian dibalas dengan surga atau neraka-Nya.

karena kesempurnaannya dalam Ibrahim dipilih oleh Allah swt sebagai pemimpin bagi ummat manusia Nabi
:firman Allah dalam Al-Qur’an mensikapi segala bentuk ujian . Sebagaimana

“Dan ingatlah ketika Ibrahim di uji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan ) lalu Ibrahim
dengan sempurna menunaikannya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia”. Ibrahim berkata : ” (dan saya mohon juga) ya Allah dari anak keturunan ku, Allah berfirman:” Janji-
Ku (ini) tidak berlaku bagi orang-orang yang dhalim.” (QS: Al baqoroh. 124-125)

Oleh karenanya tidak ada alasan bagi orang-orang beriman untuk lari atau menghindar dari ujian dan cobaan
dalam hidupnya, tidak ada kamus putus asa dalam menghadapi segala macam ujian, karena ujian itu ternyata
merupakan cara Allah untuk meningkatkan kualitas orang-orang beriman.

Bahkan ujian yang Allah berikan pada manusia sebagiannya merupakan cara Allah memberi ampunan pada orang-
oarang yang sabar dalam menerima cobaan-Nya.

Adapun mengapa Allah swt. menimpakan musibah sementara manusia tidak ada yang menginginkan musibah itu,
maka disinilah Allah swt. ingin menunjukkan kekuasaann-Nya yang mutlak, tidak ada seorang pun yang dapat
mendekte kehendak-Nya. Ia Maha kuasa atas segala suatu, selain juga Allah ingin memberikan pelajaran pada
orang yang mau berpikir tentang sebab terjadinya musibah dan hikmah dibalik musibah tersebut.

Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah

Cobalah sejenak kita renungkan tentang sebab-sebab bencana dan musibah yang terjadi di negeri kita, adakah
kedzaliman Allah dibalik musibah itu ? Ataukah ulah manusia dan kejahatan mereka yang menyebabkan
terjadinya musibah tersebut?

Untuk itu marilah kita jadikan seluruh musibah yang menimpa diri kita, keluarga kita atau bangsa kita ini sebagai:

1. Pengingatan agar kita tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan datangnya musibah dan bencana yang
pernah menimpa umat terdahulu.
2. Sarana instropeksi bagi kita untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu (musyrik), tidak sombong
dan merasa aman dari azab Allah.
3. Upaya mendekatkan diri dan tawakkal kita kapada-Nya.
4. Upaya meningkatkan kualitas iman, amal dan taqwa kita untuk mendapatkan ampunan dan surga-Nya.

Hadirin jama’ah shalat jum’at rahimakumullah


Marilah kita jadikan isi khutbah singkat ini sebagai, peringatan, pealajaran, agar kita semakin beriman pada taqdir
Allah, semakin yakin dan optimis, semakin yakin dan sabar, berserah diri dan bertawakkal kepada-Nya.

Semoga kita senantiasa mendapat lindungan dari Allah swt. dan terhindar dari segala macam musibah, fitnah dan
mara bahaya.

Semoga musibah yang pernah menimpa kita dan saudara kita menjadi cara Allah mengampuni dosa-dosa kita
semua, dan menggantinya dengan ampunan, pahala dan surgan-Nya amin.

Barakallahu li walakum filqur’anil ‘dhim ……. []

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/05/23/645/khutbah-jumat-mensikapi-musibah/#ixzz5Uv7ZvePL
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Anda mungkin juga menyukai