Anda di halaman 1dari 3

Bismillahirrahmanirrahim,

Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh


Alhamdulillahirobbil aalamiin wabihi nastainu ala umuriddunya waadin waala alihi
wasohbihi ajmain. Ama badu.
Pertama-tama , marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang masih
memberi kita nikmat yang banyak sehingga dengan nikmat-nikmat itu kita masih bisa
melaksanakan perintahnya dengan baik.
Sholawat serta salam semoga selalu ercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi
kita Nabi Muhammad SAW, yang dengan perjuangan beliau dan para sahabatnya kita bisa
merasakan manisnya iman dan indahnya islam. Tidak lupa kepada keluarganya, para
sahabatnya dan juga pada para pengikutnya hingga akhir zaman kelak, amiin ya Rabbal
a’lamiin.
Belajarlah menerima takdir yang menimpa diri kita…

Terkadang kita sulit menerima takdir yang menimpa diri kita, apalagi jika takdir itu berupa
kesulitan atau kegagalan… sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi pada diri kita… sesuatu
yang menurut pemahaman kita tidak baik buat kita. Pada saat itu, seringnya kita lupa…Allah
Sang Pencipta takdir… Sang Pencipta kita… PASTI lebih tahu apa yang terbaik buat
ciptaanNya. Kita lupa, Allah SWT telah berjanji …tidak akan membebankan kepada
seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya…Laa yukalifuLLahu nafsan illa wus’aha….

Belajarlah menerima takdir yang menimpa diri kita…

Ketika seseorang menerima takdir yang menimpa dirinya… menerima ketentuan Allah atas
dirinya…ridho kepada qodho dan qodar Allah… ia akan ikhlas dan rela menerima apapun
yang diputuskan Allah kepada dirinya tanpa syarat, dan menganggapnya sebagai sesuatu
kebaikan atau cobaan yang perlu dihadapinya. Ridho merupakan buah dari cinta seorang
mukmin kepada Allah. Seseorang yang mencintai seseorang akan menerima semua
keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya. Keinginan dan tuntutan Allah terdapat dalam
Al Qur’an.

Kehendak Allah kepada kita merupakan kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat
dihindarkan, dan tidak diketahui sebelumnya. Semua kebaikan dan keburukan dari apa yang
menimpa kita, semua dari sisi Allah.Tak ada seorangpun yang dapat menghindari dari
rahmatNya dan kecelakaan yang ditimpakanNya kepada seseorang.

Takdir merupakan pertemuan antara ikhtiar atau usaha manusia dengan kehendak Allah.
Hidup merupakan rangkaian usaha demi usaha, sambungan ikhtiar demi ikhtiar. Namun
ujung dari usaha dan puncak ikhtiar tidak selalu berhubungan langsung dengan kesuksesan
dan keberhasilan. Ada simpul lain yang menghubungkan dengan keberhasilan, yaitu
kehendak Allah. Simpul yang tidak diketahui oleh manusia, yang gelap bagi kita semua… Dan
tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok … (QS. Luqman:34)
Pada setiap usaha yang kita lakukan, kita harus melakukan segala sesuatu dengan baik,
profesional, tertib, dan penuh semangat. Pada wilayah yang gelap, usaha kita adalah:
berdoa, berharap, dan bertawakal kepada Allah. Dalam setiap ikhtiar yang kita usahakan,
harus kita tutup kalkulasi optimisme dengan kata ’semoga’ atau ’mudah-mudahan.’

Bagi seorang mukmin, kata ’semoga’ atau ’mudah-mudahan’ bukan hanya masalah
kebergantungan, tapi juga merupakan buah dari pemahamannya terhadap prinsip aqidah
Islam … tempat menyandarkan seluruh pengharapan kita. Dari sinilah tumbuh energi
tawakal, kepasrahan yang tidak berakhir dengan putus asa, namun pengharapan atas
kehendak Allah yang baik atas dirinya dengan senantiasa memilih jalan yang layak, menata
segala upayanya, lalu memohon kesuksesan kepada Allah.

Kata ’semoga’ atau ’mudah-mudahah’ membuat kita menjadi lebih bijak menyikapi takdir
yang menimpa diri kita. Kita akan lebih bisa memaknai setiap takdir yang menimpa kita
dengan: dibalik semua ini, pasti ada hikmahnya. Tidak larut dalam penyesalan yang
mendalam… tidak larut dalam perasaan bersalah atas setiap keputusan yang diambilnya…
tidak larut menyalahkan takdir… dibalik semua ini pasti ada hikmahnya. Yakinlah bahwa
setiap takdir Allah untuk kita selalu baik, apapun bentuk takdir itu. Takdir yang baik, tentu
baik untuk kita. Takdir yang nampak tidak menguntungkan buat kita, ternyata ada kebaikan
yang Allah ’paksakan’ untuk kita…yang tidak kita sadari saat itu.. Yakinlah bahwa Allah
mengetahui yang terbaik untuk kita…

Boleh jadi, takdir yang menimpa diri kita merupakan tangga untuk mencapai derajat yang
lebih tinggi di sisi Allah. Allah akan senantiasa menguji seorang hambaNya hingga terlihat
siapa yang paling berhak mendapatkan tempat yang terbaik di sisiNya. Ujian diberikan untuk
memilih yang terbaik untuk mendapatkan tempat yang terbaik. Perlu stamina yang kuat dan
persiapan yang baik untuk dapat menyelesaikan segala bentuk ujian.

Sebelum kita melangkah… sebelum kita menentukan pilihan, mohonlah petunjuk


kepadaNya:

Ya Allah, aku mohon pilihanMu menurut pengetahuanMu

dan aku mohon dengan kekuasaanMu, dan aku mohon karuniaMu yang Agung

Ssesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Kuasa dan aku tidak berkuasa

Engkau Yang Maha Mengetahui dan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha Mengetahui
yang ghaib

Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusanku ini baik bagiku, di dalam agamaku dan
hidupku, serta baik akibatnya bagiku (di masa sekarang atau masa yang akan datang), maka
kuasakanlah dan mudahkanlah urusan ini untukku, kemudian berkahilah untukku; dan
apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini tidak baik bagiku, di dalam agamaku dan
hidupku, serta akibatnya bagiku (di masa sekarang dan masa yang akan datang), maka
jauhkanlah urusan ini dariku dan jauhkanlah aku dari urusan ini, dan tentukanlah yang baik
untukku di manapun aku berada, kemudian ridhoilah aku dengan kebaikan itu…

Wallahu ’alam bishshowab…al haqqu mirrobbikum falaa takunnana minal mumtarin… …


Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, maka janganlah kita ragu untuk menerimanya…

Jazakillah untuk Saudariku… Ardesia … atas tausiyahnya yang ’menghantui’ setiap langkahku
… Aku mencintaimu karena Allah…

Anda mungkin juga menyukai