Anda di halaman 1dari 89

SAMBUTAN KETUA UMUM

PERSATUAN SMK KESEHATAN INDONESIA


Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan taufik-Nya buku ini bisa terbit dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan SMK Kesehatan di Indonesia.
Sebagai organisasi yang bertujuan untuk mewadahi, melindungi, dan
memperjuangkan eksistensi SMK Kesehatan di Indonesia, Persatuan SMK
Kesehatan Indonesia (PERSEMKI) berusaha untuk meningkatkan kompetensi
lulusan SMK Kesehatan melalui standardisasi materi pelajaran agar sesuai
dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh sebab itu penyusunan buku ini telah
disesuaikan dengan kurikulum nasional dan melibatkan berbagai pihak sebagai
narasumber, yaitu Persatuan Asisten Tenaga Kesehatan Indonesia (PATKESINDO),
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Asnakes Indonesia, guru produktif, Asesor LSP
Asnakes Indonesia, serta berbagai pihak terkait yang dapat meningkatkan dan
memperkaya materi buku ini.
Tiada gading yang tak retak. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan kedepannya. Salam PERSEMKI, PERSEMKI JAYA! PERSEMKI
LUAR BIASA! SMK KESEHATAN, BISA! YES! YES! YES!
Semoga keberadaan SMK Kesehatan semakin diakui eksistensinya dalam
memperjuangkan semangat mendidik anak bangsa yang lebih profesional dan
berdaya saing tinggi di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

Surakarta, Juni 2017


Ketua Umum PERSEMKI

Drs. H. Singazih Parnomo, MM

iv Kebutuhan Dasar Manusia


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT vang dengan perkenan-NYA kita semua diberikan
nikmat iman dan nikmat sehat. Salam sejahtera kepada semua pembaca.
Buku Kebutuhan Dasar Manusia ini ditulis oleh penulis untuk membagi ilmu
Kebutuhan Dasar pada bidang Kesehatan khususnya di Bidang Keperawatan,
Farmasi dan Analis Kesehatan.
Kebutuhan adalah suatu keadaan yang ditandai oleh perasaan kekurangan
dan ingin diperoleh sesuatu yang akan diwujudkan melalui suatu usaha atau
tindakan. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan
oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun
psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan
kesehatan dalam jangka waktu tertentu.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan atas kemajuan ilmu pengetahuan
saat ini, di mana dengan menggunakan perangkat internet penulis dapat
sumber pengetahuan yang menjadi bahan dalam penulisan buku ini. Tentunya
dengan menggunakan kaidah dan etika yang layak di mana penulis cantumkan
semua sumber bahan yang diperoleh. Sumbang saran dan kritik yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati agar dapat lebih
memperbaiki isi buku ini.
Demikian sedikit pengantar dari penulis, semoga bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta Juni 2017

Tim Penulis

Kebutuhan Dasar Manusia v


KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
TUJUAN PEMBELAJARAN

I. ELIMINASI
A. PENGERTIAN ELIMINASI
B. PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
C. PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL

II. KEBUTUHAN RASA NYAMAN, TIDUR DAN ISTIRAHAT


A. PENGERTIAN RASA NYAMAN
B. PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT

III. PENGELOMPOKAN OBAT


A. FARMAKOLOGI DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
B. FUNGSI DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PEMBERIAN OBAT
C. PERAN PERAWAT DALAM PROSES PENGGUNAAN OBAT

IV. PENANGANAN NYERI


A. DEFINISI NYERI
B. TINDAKAN FARMAKOLOGIS
C. TINDAKAN NON FARMAKOLOGIS

V. PERAWATAN LUKA DASAR


A. PENGERTIAN PERAWATAN LUKA DASAR
B. PEMBULUH DARAH ARTERI/NADI
C. PENDARAHAN LUAR
D. PENDARAHAN DALAM
E. PERDARAHAN DI BAWAH KUKU
F. PERDARAHAN HIDUNG
G. DEFINISI
H. ETIOLOGI / PENYEBAB LUKA
I. JENIS-JENIS LUKA
J. KLASIFIKASI LUKA
K. PRINSIP DASAR PENYEMBUHAN LUKA

VI. BERDUKA DAN KEHILANGAN
A. KONSEP DASAR BERDUKA
B. TEORI DARI PROSES BERDUKA

VII. PERAWATAN KLIEN MENINGGAL DUNIA
A. DEFINISI KEMATIAN
B. JENIS KEMATIAN

vi Kebutuhan Dasar Manusia


C. PENYEBAB KEMATIAN
D. TANDA KEMATIAN
E. PERUBAHAN PADA TUBUH SETELAH KEMATIAN
F. TINDAKAN PERAWAT DALAM MENANGANI JENAZAH

VIII. KEBUTUHAN BERMAIN DAN REKREASI
A. KONSEP DASAR BERMAIN
B. KONSEP DASAR ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)
C. KARAKTERISTIK PERMAINAN SESUAI DENGAN TUMBUH
KEMBANGNYA

IX. KEBUTUHAN RASA CINTA DAN KASIH SAYANG


A. LATAR BELAKANG
B. PENGERTIAN CINTA DAN KASIH SAYING
C. HUBUNGAN CINTA DAN KASIH SAYANG DENGAN ISBD
D. MACAM-MACAM CINTA
E. CARA MENGAPLIKASIKAN CINTA KASIH DAN ISBD DENGAN
PERAWAT

Kebutuhan Dasar Manusia vii


Setelah siswa mengikuti pembelajaran ini, diharapkan siswa mampu:
4.1 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem tubuh secara umum berdasarkan
manifestasi klinisnya
4.2 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem otot dan rangka (muskuloskletal)
berdasarkan manifestasi klinisnya
4.3 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskular) berdasarkan manifestasi klinisnya
4.4 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem limfatik berdasarkan manifestasi
klinisnya
4.5 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem pernafasan (respiratori)
berdasarkan manifestasi klinisnya
4.6 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem pencernaan (gastrointestinal)
berdasarkan manifestasi klinisnya
4.7 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem perkemihan (urinari) berdasarkan
manifestasi klinisnya
4.8 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem reproduksi
4.9 Melakukan pemeriksaan penyakit sistem endokrin berdasarkan manifestasi
klinisnya

viii Kebutuhan Dasar Manusia


ELIMINASI
A. PENGERTIAN ELIMINASI
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini
terjadi dari dua langkah utama yaitu : kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex saraf yang disebut reflex miksi
(reflex berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini
gagal, setidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun reflex miksi adalah reflex autonomic medulla spinalis, reflex ini bisa
juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat kortek serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi saraf-saraf sacral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori
dari kandung kemih dikirim ke medulla spinalis (S-2) sampai (S-4) kemudian
diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi mengirim signal
pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat destrusor berkontraksi
spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal dibawah kontrol kesadaran
akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan. Pada saat miksi abdominal
berkontraksi meningkatkan kontraksi otot kandung kemih, biasanya tidak
lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung kemih yang disebut urine residu. Pada
eliminasi urine normal sangat tergantung pada individu, biasanya miksi setelah
bekerja, makan atau bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.

B. PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE


• Definisi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehngga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
• Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria
1. Ginjal
Kedudukan ginjal terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat
langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang
merah (kara/ercis), jumlahnya ada dua buah kiri da kanan, ginjal kiri lebih
besar daripada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjl ± 200 gram.
Dan pada umumnya gunjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut dengan nefron.
Tiap-tiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan tubeler. Komponen

Kebutuhan Dasar Manusia 1


vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerulus dan
kapiler peritubeler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubeler
terdapat kopsul bowman, serta tubulus-tubulus, yaitu tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle
yang terdapat pada medulla. Kapsul bowman terdiri atas lapisan parietal
(luar) berbentuk gepeng dan lapis visceral (langsung membungkus kapiler
glomerulus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut
podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur
sehingga celah-celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowmen
bersama glomerulus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar
dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus proksimal karena
jalannya yang berbelok-belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang
semula tebal kemudianmenjadi tipis disebut ansa henle atau loop of Henle,
karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal
asal, kemudian berlanjut ebagai tubulus kontortus distal.
Bagian-bagian ginjal; bila bagian ginjal kita iris memanjang, maka akan
tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks),
sumsum ginjal (medulla), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
a. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan
darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak
mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal
disebut glomerulus. Tiap glomerulus dikelilingi oleh simpai bowman,
dan gabungan antara glomerulus dengan simpai bowman disebut badan
malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diatara glomerulus
dan simpai bowman. Zat-zat yang terlarut dalam darah akan masuk ke
dalam simpai bowman. Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju ke
pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bowman yang terdapat
di dalam sumsum ginjal.
b. Sumsum Ginjal (Medulla)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut
pyramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papilla renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-garis karena terdiri atas berkas
saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bowman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan
hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.
c. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk
corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis
bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing-masing

2 Kebutuhan Dasar Manusia


bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi
papilla renis dari pyramid. Kaliks minor ini menampung urine yang terus
keluar dari papilla. Dari kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (Vesikula
Urinaria).
Fungsi Ginjal
a. Mengekskresikan zat-zat sisa metabolism yang mengandung nitrogen,
misalnya ammonia.
b. Mengekskresikan zat-zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat-obatan, bakteri dan zat warna).
c. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
d. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan
asam atau basa.
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteri renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi
arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis
yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan
yang disebut dengan glomerulus dan dikelilingi oleh alat yang disebut
dengan simpai bowman, di dalamnya terjadi penyadangan pertama dan
kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena kava inferior.
Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf
ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak
ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan sebuah
kelenjar buntu yang menghasilkan 2 (dua) macam hormone yaitu hormone
adrenalin dan hormone kortison.
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria). Ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic setiap
5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltic mendorong urin melalui ureter yang diekresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis
masuk ke dalam kandung kemih.

Kebutuhan Dasar Manusia 3


3. Vesikula Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung
kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan
ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
a. Fundus, yaitu bagian yang menghadap kea rah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.
b. Korpus, yaitu bagian antara vertex dan fundus.
c. Vereks, bagian yang maju kea rah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbikalis.
d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritoneum
(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan
mukosa (lapisan bagian dalam).
e. Proses miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stresreseptor
yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ±250cc sudah
cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi
reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi
relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter iterus dihantarkan melalui serabut-serabyt para simpatis. Kontraksi
sfinger eksternus secara volunteer bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. Kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf-
saraf yang menangani kandung kemih uretra medulla spinalis dan otak
masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf-saraf tersebut maka akan
terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari)
dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peradaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbal
dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbal berfungsi untuk
relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira-kira perbatasan ureter
masuk kandung kemih. Peritonium dapat digerakkan membentuk lapisan
dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah
arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan
fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ±20 cm.
Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa

4 Kebutuhan Dasar Manusia


dan uretra kavernosa. Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa
(lapisan paling dalam), dan lapisan submukosa.
Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring sedikit
ke arah atas, panjangnya ±3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari
tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus
dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra
pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan
uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
• Urine (Air Kemih)
1. Sifat-sifat air kemih
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1500 cc tergantung dari masuknya (intke)
cairan serta faktor lainnya.
b. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau
amoniak.
e. Berat jenis 1.015-1.020
f. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
2. Komposisi air kemih
a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolism protein asam urea, amoniak
dan kreatinin.
c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH, bikarbonat, fosfat dan sulfat.
d. Pigmen (bilirubin, urobilib)
e. Toksin
f. Hormon
3. Mekanisme pembentukan urine
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerulus setiap menit terbentuk
120-125 ml filtrate (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinya
dapat terbentuk 150-180 L filtrate. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1%
(1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
4. Tahap-tehap pembentukan urine
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan afferent lenih
besar dari permukaan afferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan
yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa,
air, klorida, sulfat, bikarbonat, dan lain-lain, diteruskan keseluruh ginjal.
b. Proses reabsorbsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,
fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang

Kebutuhan Dasar Manusia 5


dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan
pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium
dan ion bikarbonat, bila diprlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorbsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na,Cl,
dan urea sehingga terbentuklah urin. Dari tubulus pengumpul, urin yang
dibawa ke pelvis renalis lalu dibawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan
menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimbanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
5. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melalui ureter ka dalam
kandung kemih, keinginan untuk buang air kecil disebabkan penambahan
tekanan di dalam kandung kemih dimana sebelumnya telah ada 17-23 ml
urine.
Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat
ditahan oleh pusat-pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia,
gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih
membantu mengosongkannya.
6. Ciri-ciri urine normal
Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1. Diet dan Asupan (Intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk. Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respon Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga mempengaruhi ukuran
vesika urinaria dan jumlah urine.
3. Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianya fasilitas toilet.
4. Stres Psikologis
Meningkatnya stress dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi
keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk
keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.
5. Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik

6 Kebutuhan Dasar Manusia


untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan
kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot
didapatkan dengan beraktivitas.
6. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil.
7. Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urine, seperti diabetes
mellitus.
8. Sosiokultural
Budaya dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine,
seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk
buang air kecil di tempat tertentu.
9. Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi pengontrolan pengeluaran urine.
10. Pembedahan
Efek pembedahan dapat menyebabkan penurunan produksi urine.
Pemberian obat anastesi menurunkan filtrasi glomerulus yang dapat
menekan jumlah produksi urine.
11. Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya
peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian
diuretic dapat meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat
antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic ini juga dapat mempengaruhi kebutuhan eliminasi
urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan
pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (Inta Venus Pyelogram), yang dapat
membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Selain
itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang
dapat mengganggu pengeluaran urine.
Kelainan-kelainan pada Sistem Perkemihan
Masalah-masalah dalam Eliminasi
Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine
suppression). Penyebab umum masalah ini adalah obstruksi, pertumbuhan
jaringan abnormal, batu dan infeksi.
Masalah-masalah yang lain yaitu :
1. Retensi urine
a. Adanya penumpukan urine di dalam kandung kemih dan

Kebutuhan Dasar Manusia 7


ketidaksanggupan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih
untuk mengosongkan diri yang dapat menyebabkan distensi kandung
kemih.
b. Normal urine berada di kandung kemih 250-450 ml. Urine ini merangsang
reflex untuk berkemih.
c. Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine
sebanyak 3000-4000 ml urine.
Tanda-tanda klinis retensio urine yaitu :
a. Ketidaknyaman daerah pubis
b. Distensi kandung kemih
c. Ketidaksanggupan untuk berkemih
d. Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit (25-50ml)
e. Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya.
f. Meningkatnya keresahan dan keinginan untuk berkemih.
2. Inkontinensia urine
a. Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna
untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
b. Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensia
sampai inkontinensia komplit.
c. JIka kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia
sampai inkontinensia sebagian.
Penyebab Inkontinensia urin adalah :
a. Proses penuaan
b. Pembesaran kelenjar prostat
c. Spasme kandung kemih
d. Menurunnya kesadaran
e. Menggunakan obat narkotik sedative.
3. Perubahan pola berkemih
a. Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya intake
cairan.
b. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan
karena cystitis
c. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil
d. Canture/nokturia yaitu meningkatnya frekuensi berkemih pada malam
hari, tepai ini tidak akibat meningkatnya intake cairan.
4. Urgency
a. Perasaan seseorang untuk berkemih
b. Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensia
jika tidak berkemih.
c. Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter
eksternal.
5. Dysuria
8 Kebutuhan Dasar Manusia
a. Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
b. Dapat terjadi karena : struktura urethra, infeksi perkemihan, trauma
pada kandung kemih dan urethra.
6. Polyuria
a. Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2500 ml/
hari, tanpa adanya peningkatan cairan.
b. Dapat terjadi karena : diabetes mellitus, defisiensi ADH, penyakit ginjal
kronik
c. Tanda-tanda lain adalah :polydipsia, dehidrasi dan hilangnya berat
badan.
7. Urinaria Suppresi
a. Berhentinya produksi urine secara mendadak
b. Secara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada
kecepatan 60-20 ml/jam (720-440 ml/hari) dewasa.
8. Disanuria
Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari
9. Oliguria
Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut misalnya
100-500 ml/hari. Penyebab anuria dan oliguria yaitu penyakit ginjal,
kegagalan jantung, luka bakar dan syok.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan urine meliputi colume, warna, berat jenis pH, protein,
bikokarbonat, warna tambahan, dan osmolalitas.
2. Pemeriksaan darah meliputi : Hb, kalium, natrium, pencitraan radionuklida,
dan klorida, fosfat, dan magnesium meningkat
3. Pemeriksaan ultrasound ginjal
4. Endourologi
5. Urografi Ekskretorius
6. Sistouretrogram berkemih.
• Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada eliminasi urine meliputi
a. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta
hambatannya. Frekuensi berkemih tergantung pada kebiasaan dan
kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu bangun tidur
dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari.
b. Pola berkemih
1) Frekuensi berkemih
Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih dalam
waktu 24 jam.
2) Urgensi

Kebutuhan Dasar Manusia 9


Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena
takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
3) Disuria
Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini
ditemukan pada struktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada
vesika urinaria.
4) Polyuria
Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar
tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Keadaan ini dapat terjadi
pada penyakit diabetes, defisiensi ADH, dan penyakit kronis ginjal.
5) Urinaria supresi
Keadaan produksi urine berhenti secara mendadak. Bila produksi urine
kurang dari 100ml/hari dapat dikatakan anuria, tetapi bila produksinya
antara 100-500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oliguria.
c. Volume Urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarkan dalam
waktu 24 jam.
d. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
1) Diet pada asupan (diet tinggi protein dan natrium) dapat mempengaruhi
jumlah urine yang dibentuk, sedangkan kopi dapat meningkatkan
jumlah urine.
2) Gaya hidup
3) Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan untuk
berkemih.
4) Tingkat aktivitas.
e. Keadaan urine
Keadaan urine meliputi : warna, bau, berat jenis, kejernihan, pH, protein,
darah, glukosa.
f. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti retensio urine, inkontinensia
urine
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine
adalah sebagai berikut :
a. Perubahan pola eliminasi urine b/d ketidakmampuan saluran kemih
akibat anomaly saluran urinaria
- Perubahan pola eliminasi urine b/d penurunan kapasitas atau iritasi
kandung kemih akibat penyakit dan kerusakan pada saluran kemih
- Perubahan pola eliminasi urine b/d efek pembedahan pada saluran
kemih.
b. Inkontinensia fungsional b/d penurunan isyarat kandung kemih.
- Inkontinensia fungsional b/d kerusakan kemampuan untuk mengenal
isyarat akibat cedera atau kerusakan kandung kemih.

10 Kebutuhan Dasar Manusia


- Inkontinensi fungsional b/d kerusakan mobilitas
- Inkontinensi fungsional b/d kehilangan kemampuan motoris dan
sensoris.
c. Inkontinensia reflex b/d gagalnya fungsi rangsang diatas tingkatan arkus
reflex akibat cidera pada medulla spinalis.
d. Inkontinensia stress b/d tingginya tekanan intra abdominal dan lemahnya
otot pelvis akibat kehamilan
- Inkontinensia stress b/d penurunan otot tonus.
e. Inkontinensi total b/d deficit komunikasi atau persepsi.
f. Inkontinensia dorongan b/d penurunan kapasitas kandung kemih akibat
penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor penuaan.
g. Retensio urine b/d adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit
struktur BPH.
h. Perubahan body image b/d inkontinensia dan enuresis.
i. Resiko terjadinya infeksi saluran kemih b/d pemasangan kateter,
kebersihan perineum yang kurang.
j. Resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d gangguan
drainase ureterostomy.
3. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi urine
b. Membantu mengkosongkan kandung kemih secara penuh.
c. Mencegah infeksi.
d. Mempertahankan integritas kulit.
e. Memberikan rasa nyaman.
f. Mengembalikan fungsi kandung kemih.
g. Memberikan asupan secara tepat.
h. Mencegah kerusakan kulit.
i. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional.
4. Rencana Tindakan
a. Monitor/observasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah
perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia.
b. Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah.
c. Monitor terus perubahan retensi urine.
d. Lakukan kateterisasi urine.
Inkontinensia dorongan
a. Pertahankan hidrasi secara optimal.
b. Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara
ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung
kemih yang tidak biasa).
c. Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik,

Kebutuhan Dasar Manusia 11


mandi.
d. Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih.
e. Lakukan berkolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi
kandung kemih.
Inkontinensia stress
Kurangi faktor penyebab seperti :
a. Kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :
1) Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasr pelviks dan kekuatan dan
kelemahannya saat melakukan latihan.
2) Untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan untuk mencoba
menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan
dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10
kali dan lakukan 4 kali sehari.
b. Meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :
1) Latih untuk menghindari duduk lama
2) Latih untuk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam.
Inkontinensia fungsional
a. Tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, seperti :
1) Pertahankan hidrasi optimal.
2) Pertahankan nutrisi yang adekuat.
3) Tingkatkan integritas diri dan berikan motivasi kemampuan
mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan
bedpan (pispot)
4) Tingkatkan integritas kulit
5) Tingkatkan hygiene perseorangan.
b. Jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya
peningkatan mukosa, darah dalam urine, dan perubahan warna.
c. Ajarkan cara memantau adanya tanda ISK, seperti peningkatan suhu,
perubahan keadaan urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri aat
berkemih, mual, muntah.
5. Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)
Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan mengingat tujuan
pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-
bedakan sesuai dengan tujuannya.
Cara pengambilan sample urine tersebut antara lain :
a. Pengambilan urine biasa
Merupakan pengambilan urine dengan cra mengeluarkan urine seperti
biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula darah atau
kehamilan.
b. Pengambilan urine steril
Merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat
steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan

12 Kebutuhan Dasar Manusia


kateterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan
mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih
lainnya.
c. Pengumpulan selama 24 jam
Merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam,
bertujuan untuk mengetahui jumlah urine selama 24 jam dan mengukur
berat jenis urine, asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi
ginjal.
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
a. Miksi dengan normal, ditunjukan dengan kemampuan berkemih sesuai
dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan
obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.
b. Mengkosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya
distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase.
c. Mencegah infeksi/bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya
infelsi, tidak ditemukan adanya dysuria, urgensi, frekuensi, dan rasa
terbakar.
d. Mempertahankan integritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal
kering tanpa inflamasi kulit di sekitar uterostomi kering.
e. Memberikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya dysuria,
tidak ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi
senang.
f. Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya
frekuensi inkontinensia dan mampu berkemih disaat ingin berkemih.

C. PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI FEKAL


• Pengertian Eliminasi Fekal
Eliminasi fekal adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolism
berupa feses yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Perawat
sering kali menjadi tempat konsultasi atau terlibat dalam membantu klien
yang mengalami eliminasi.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rectum, sedangkan fisiologi
defekasi adalah mekanisme perjalanan makanan hingga akhirnya keluar
menjadi feses melalui anus dalam proses defekasi. Frekuensi defekasi sangat
bersifat individual, yang beragam dari beberapa kali sehari hingga dua
atau tiga kali seminggu. Jumlah yang dikeluarkan juga bervariasi pada tiap
individu. Jika gelombang peristaltic menggerakkan feses ke kolon sigmoid
dan rectum, saraf sensorik di rectum di stimulasi dan individu menjadi
ingin defekasi. Jika sfingter anal internal rileks, maka feses akan bergerak
menuju anus. Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot abdomen dan
diafragma, yang meningkatkan tekanan abdomen dan oleh kontraksi otot

Kebutuhan Dasar Manusia 13


dasar panggul, yang memindahkan feses ke saluran anus.
Berikut ini akan dibahas secara singkat organ-organ yang berperan dalam
sistem pencernaan beserta fungsinya
1. Mulut
Proses pertama dalam sistem pencernaan berlangsung di mulut. Makanan
akan dipotong, diiris, dan dirobek dengan bantuan gigi. Setelah makanan
dipotong menjadi bagian yang lebih kecil, maka selanjutnya akan
diteruskan ke faring dengan bantuan lidah.
2. Faring
Faring adalah rongga di belakang tenggorokan yang berfungsi dalam
sistem pencernaan dan pernafasan. Dalam sistem pencernaan faring
berfungsi sebagai penghubung antara mulut dan esophagus.
3. Esofagus
Esofagus adalah saluran berotot yang relative lurus yang terbentang
antara faring dan lambung. Pada saat menelan, makanan akan dipicu oleh
gelombang peristaltic yang akan mendorong bolus menelusuri esophagus
dan masuk ke lambung.
4. Lambung
Lambung adalah organ yang terletak antara esophagus dan usus halus. Di
dalam lambung makanan yang masuk akan disimpan lalu disalurkan ke
usus halus. Sebelum makanan masuk ke usus halus, makanan akan terlebih
dahulu dihaluskan dan dicampurkan kembali sehingga menjadi campuran
cairan kental yang biasa disebut dengan kimus. Lambung menyalurkan
kimus ke usus halussesuai dengan kapasitas usus halus dalam mencerna
dan menyerap makanan dan biasanya satu porsi makanan menghabiskan
waktu dalam hitungan menit.
5. Usus halus
Usus halus adalah tempat sebagian besar pencernaan dan penyerapan
berlangsung.
6. Usus besar
Usus besar adalah organ pengering dan penyimpanan makanan. Kolon
mengekstrasi H2O dan garam dari isi lumennya untuk membentuk
masa padat yang disebut feses. Fungsi utama usus besar adalah untuk
menyimpan feses sebelum defekasi. Kolon terdiri dari 7 bagian, yaitu,
sekum, kolon asendens, kolon tranversal, kolon desendens, kolon sigmoid,
rectum dan anus.
Usus besar adalah saluran otot yang dilapisi oleh membrane mukosa. Serat
otot yang dilapisi oleh membrane mukosa. Serat otot berbentuk sikular
dan longitudinal yang memungkinkan usus membesar dan berkontraksi
melebar dan memanjang. Otot longitudinal lebih pendek dibandingkan
kolon, karena itu usus besar membentuk kantong atau biasa disebut dengan
haustra. Kolon juga memberi fungsi perlindungan karena mensekresikan
lender.
Lendir ini berperan untuk melindungi usus besar dari trauma akibat
pembentukan asam di dalam feses dan berperan sebagai pengikat yang
14 Kebutuhan Dasar Manusia
akan menyatukan materi fekal. Lendir ini juga akan melindungi usus
besar dari aktivitas bakteri.
Di dalam usus besar terdapat 3 tipe pergerakan yaitu gerakan haustral
churing, peristalsis kolon, peristalsis masa. Gerakan haustral churing
akan menggerakkan makanan ke belakang dank e depan yang berperan
untuk menyatukan materi feses, membantu penyerapan air, dan untuk
menggerakkan isi usus kedepan. Gerakan peristalsis kolon adalah gerakan
yang menyerupai gelombang yang akan mendorong isi usus ke depan.
Gerakan ini sangat lambat dan diduga sangat sedikit menggerakkan
materi feses tersebut disepanjang usus besar. Yang ketiga adalah gerakan
peristalsis masa. Gerakan ini melibatkan suatu gerakan kontraksi yang
sangat kuat sehingga menggerakkan sebagian besar kolon. Biasanya
gerakan ini terjadi setelah makan, distimulasi oleh keberadaan makanan
di dalam lambung dan usus halus. Gerakan peristalsis masa hanya terjadi
beberapa kali dalam sehari pada orang dewasa.
7. Rektum dan anus
Rektum pada orang dewasa biasanya memiliki panjang 10-15 cm
sedangkan saluran anus memiliki panjang 2,5 – 3 cm. Di dalam rectum
terdapat lipatan-lipatan yang dapat meluas secara vertical. Setiap
lipatan vertical berisi sebuah vena dan arteri. Diyakini bahwa lipatan ini
membantu menahan feses di dalam rectum. Jika vena mengalami distensi
seperti yang dapat terjadi jika terdapat tekanan berulang.
Saluran anus diikat oleh otot sfingter internal dan eksternal. Sfingter
internal berada di bawah control involunter dan dipersarafi oleh sistem
saraf otonom, sedangkan sfingter eksternal berada di bawah control
volunteer dan dipersarafi oleh sistem saraf sensorik.
• Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Fekal
Pada defekasi bertahap dalam kehidupan yang berbeda. Keadaan diet, asupan
dan haluran cairan, aktivitas, faktor psikologis, gaya hidup, pengobatan dan
prosedur medis, serta penyakit juga mempengaruhi defekasi.
1. Perkembangan
Bayi yang baru lahir, balita, anak-anak, dan lansia adalah kelompok yang
anggotanya memiliki kesamaan dalam pola eliminasi.
a. Bayi yang baru lahir
Mekonium, adalah materi feses pertama yang dikeluarkan oleh bayi
baru lahir, normalnya terjadi dalam 24 jam pertama setelah lahir. Bayi
sering mengeluarkan feses. Karena usus belum matur, air tidak diserap
dengan baik dan feses menjadi lunak, cair, dan sering dikeluarkan.
Apabila usus telah matur, flora bakteri meningkat. Setelah makanan
padat diperkenalkan, feses menjadi lebih keras dan frekuensi defekasi
berkurang
b. Balita
Sedikit control defekasi telah mulai dimiliki pada usia 1,5 sampai 2
tahun. Pada saat ini anak-anak telah belajar berjalan dan sistem saraf
dan sistem otot telah terbentuk cukup baik untuk memungkinkan

Kebutuhan Dasar Manusia 15


control defekasi.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja memiliki kebiasaan defekasi yang sama
dengan kebiasaan mereka saat dewasa. Pola defekasi beragam dalam
hal ini frekuensi, kuantitas, dan konsistensi. Beberapa anak usia sekolah
dapat menunda defekasi karena aktivitas sepeti bermain.
d. Lansia
Konstipasi adalah maslah umum pada populasi lansia. Ini sebagian akibat
pengurangan tingkat aktivitas, ketidakcukupan jumlah pemasukan
cairan dan serat, serta kelemahan otot. Banyak lansia percaya bahwa
keteraturan berarti melakukan defekasi setiap hari. Mereka yang tidak
memenuhi kriteria ini sering kali mencari obat yang dijial bebas untuk
meredakan kondisi yang mereka yakini sebagai kontipasi.
Bagi beberapa orang dapat setiap dua hari sekali bagi orang lain, dua
kali sehari. Kecukupan serat dalam diet, kecukupan latihan dan asupan
cairan 6 sampai 8 gelas sehari merupakan upaya pencegahan yang
esensial terhadap konstipasi. Berespons terhadap reflex gastrokolik
(peningkatan peristalsis kolon setelah makanan memasuki lambung)
juga merupakan pertimbangan yang sangat penting. Individu paruh
baya harus diperingatkan bahwa penggunaan laksatif secara konsisten
akan menghambat reflex defekasi alamiah dan diduga menyebabkan
konstipasi dan bukan menyembuhkan.
2. Diet
Bagian massa (selulosa, serat) yang besar di dalam diet dibutuhkanuntuk
memberikan volume fekal. Diet lunak dan diet rendah serat berkurang
memiliki massa dan oleh karena itu kurang menghasilkan sisa dalam produk
buangan untuk menstimulasi reflex defekasi. Makanan tertentu sulit atau
tidak mungkin untuk dicerna oleh beberapa orang. Ketidakmampuan ini
menyebabkan masalah pencernaan dan dalam beberapa keadaan dapat
menghasilkan feses yang encer.
3. Cairan
Bahkan jika asupan cairan atau haluaran (misalnya urine atau muntah)
cairan berlebihan karena alasan tertentu, tubuh terus akan menyerap
kembali cairan dari kime saat bergerak di sepanjang kolon. Kime jadi lebih
kering dibandingkan normal, menghasilkan feses yang keras. Selain itu
pengurangan asupan cairan memperlambat perjalanan kime disepanjang
usus, makin meningkatkan penyerapan kembali cairan dari kime.
4. Aktivitas
Aktivitas menstimulasi peristalsis, sehingga memfasilitasi pergerakan
kime disepanjang kolon. Otot abdomen dan panggul yang lemah sering
kali tidak efektif dalam meningkatkan tekanan intra abdomen selama
defekasi atau dalam mengontrol defekasi.
5. Faktor psikologis
Beberapa orang yang merasa cemas atau marah mengalami peningkatan
aktivitas peristaltic dan selanjutnya mual dan diare. Sebaliknya, beberapa

16 Kebutuhan Dasar Manusia


orang yang mengalami depresi dapat mengalami perlambatan motilitas
usus, yang menyebabkan konstipasi. Bagaimana seseorang berespons
terhadap keadaa emosional ini adalah hasil dari perbedaan individu
dalam respons sistem saraf enteric terhadap vagal dari otak.
6. Kebiasaan defekasi
Pelatihan defekasi sejak dini dapat membentuk kebiasaan defekasi pada
waktu yang teratur. Banyak orang yang melakukan defekasi setelah
sarapan, saat reflek gastrokolik menyebabkan gelombang peristaltic
massa di usus besar.
7. Obat-obatan
Beberapa obat menyebabkan diare : Obat lain seperti obat penenang
tertentu dalam dosis besar dan pemberian morfin dan kodein secara
berulang, menyebabkan konstipasi karena obat tersebut menurunkan
aktivitas gastrointestinal melalui kerjanya pada sistem saraf pusat
8. Pr oses diagnostic
Sebelum proses diagnostic tertentu seperti visualisasi kolon, klien dilarang
mengkonsumsi makanan atau minuman. Bila enema dapat dilakukan pada
klien sebelum pemeriksaan. Dalam kondisi ini, defekasi normal biasanya
tidak akan terjadi sampai klien mengkonsumsi makanan kembali.
9. Anastesia dan pembedahan
Anastesi umum menyebabkan pergerakan kolon normal berhenti atau
melambat dengan menghambat stimulasi saraf parasimpatis ke otot kolon.
Klien yang mendampatkan anastesi regional atau spinal kemungkinan
lebih jarang mengalami masalah ini. Pembedahan yang melibatkan
penanganan usus secara langsung dapat menyebabkan penghentian
pergerakan usus secara langsung dapat menyebabkan penghentian
pergerakan usus secara sementara. Kondisi ini disebut ileus.
10. Kondisi patologis
Cedera medulla spinalis dan cedera kepala dapat menurunkan stimulasi
sensorik untuk defekasi. Hambatan mobilitas dapat membatasi
kemampuan klien untuk merespons terhadap desakan defekasi dank
lien dapat mengalami konstipasi, atau seorang klien dapat mengalami
inkontinensia fekal karena buruknya fungsi sfingter anal.
11. Nyeri
Klien yang mengalami ketidaknyamanan saat defekasi sering menekan
keinginan akibat defekasinya untuk menghindari nyeri. Akibatnya klien
tersebut dapat mengalami konstipasi sebagai efek samping obat tersebut.
• Masalah-masalah yang Terjadi Pada Eliminasi Fekal
Berikut ini adalah masalah umum yang terkait dengan eliminasi fekal, yaitu :
1. Konstipasi
Konstipasi dapat didefinisikan sebagai defekasi kurang dari tiga kali
perminggu. Ini menunjukkan pengeluaran feses yang kering, keras atau
tanpa pengeluaran feses. Fekal yang keras dapat menyebabkan nyeri
rectum. Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,

Kebutuhan Dasar Manusia 17


sehingga banyak air diserap. Frekuensi BAB masing-masing orang berbeda.
Jika kurang dari 2 kali BAB setiap minggu, maka perlu pengkajian.
Gejala klinis yang muncul adalah sebagai berikut :
a. Adanya masalah pencernaan
b. Feses keras
c. Defekasi 1 kali dalam waktu 3 hari atau lebih.
d. Menurunnya bising usus
e. Sering terjadi sensasi pergerakan pada usus
f. Adanya keluhan pada rectum
g. Nyeri saat mengejan atau defekasi
h. Adanya perasaan masih ada sisa feses
Kemungkinan penyebabnya adalah
a. Terjadinya kekurangan cairan atau dehidrasi
b. Kurang konsumsi serat
c. Gangguan persyarafan dan kelemahan pada plvis.
d. Kurangnya aktivitas fisik atau olah raga.
e. Kehamilan.
f. Penggunaan yang terlalu sering atau penyalahgunaan laksantif.
g. Hipotiroidisme.
h. Kerusakan atau cidera korda spinalis
i. Kebiasaan BAB yang tidak teratur.
j. Nyeri saat defekasi karena hemoroid
k. Menurunnya peristaltic karena stress psikologik.
l. Penggunaan obat, seperti antasida dan pioid
m. Proses penuaan
n. Tidak mempunyai gigi
o. Kondisi tirah baring yang sangat lama
Kondisi yang tidak diperbolehkan konstipasi :
a. Post op abdomen dan rektal
b. Gangguan kardiovaskuler
c. Peningkatan tekanan intra okuler (gloukoma)
d. Peningkatan tekanan intra kranial.
2. Impaksi Fekal
Impaksi merupakan akibat konstipasi yang tidak berakhir sehingga,
tumpukan feses yang keras di rectum tidak dikeluarkan. Impaksi berat,
tumpukan feses sampai pada kolon sigmoid. Kemungkinan penyebabnya
adalah pasien dalam keadaan lemah, bingung, tidak sadar, konstipasi
berulang, pemeriksaan yang dapat menimbulkan konstipasi. Tanda-
tandanya yaitu tidak BAB, anoreksia, kembung/kram abdomen, nyeri pada
rektal. Pengkajian dengan meraba rectum dengan hati-hati, dan harus
dengan standing order dari dokter, karena dapat menimbulkan reflex vital

18 Kebutuhan Dasar Manusia


(menurunkan denyut nadi) dan perform (terutama pada lansia dengan
tumor di kolon)
3. Diare
Diare merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak berbentuk.
Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat. Iritasi di dalam
kolom merupakan fakta tambahan yang menyebabkan meningkatkan
sekresi mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan BAB.
Gejala klinis yang muncul :
a. Adanya pengeluaran feses cair
b. Frekuensi lebih dari 4 kali sehari
c. Nyeri/kram abdomen
d. Bising usus meningkat
Kemungkinan penyebabnya adalah :
a. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasite
b. Alergi terhadap makanan
c. Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolism
d. Efek tindakan pembedahan usus
e. Efek penggunaan obat seperti antasida, laksantif, antibiotic dan lain-lain.
f. Stres psikologis
4. Inkontinensia Usus
Yaitu suatu keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari
proses defekasi normal mengalami pengeluaran feses yang tidak disadari.
Hal ini juga disebut inkontinensia alvi, yaitu hilangnya kemampuan otot
untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat
kerusakan sfingter.
Gejala klinisnya adalah :
a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan dan lain-lain
b. Distensi rectum berlebihan
c. Penurunan control sfingter akibat cedera medulla spinalis dan lain-lain.
d. Kerusakan kognitif.
5. Kembung
Yaitu keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas yang
berlebihan dalam lambung atau usus.
6. Hemoroid
Yaitu dilatasi dan pembengkakan vena pada dinding rectum (biasnya
terdapat pada internal dan eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang
keras, kehamilan, gagal dengan mudah jika dinding pembuluh darah
teregang. Jika terjadi inflamasi dan pengerasan, maka klien merasa panas
dan rasa gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh klien, karena selama
BAB menimbulkan nyeri. Akibat lanjutannya adalah konstipasi.

Kebutuhan Dasar Manusia 19


7. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding usus meregang
dan distended, merasa penuh dan terasa nyeri. Biasanya gas keluar
melalui mulut (sendawa) atau anus (flactus). Tapi jika berlebihan yaitu
kasus penggunaan obat penenang anastesi umum, operasi abdominal,
dan immobilisasi gas pendek. Gas menumpuk menyebabkan diafragma
terdorong ke atas sehingga ekspansi paru terganggu.
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah pemecahan
makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas meta pembusukan di usus
yang menghasilkan CO2 dan mkanan penghasil gas sepertoi bawang dan
kembal kol.
• Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Fekal
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatn
4. Rencana Tindakan
5. Inkontinensia Dorongan

20 Kebutuhan Dasar Manusia


KEBUTUHAN RASA NYAMAN,
TIDUR DAN ISTIRAHAT
A. PENGERTIAN RASA NYAMAN
Rasa nyaman menurut Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry 2005) adalah
suatu keadaan yang telah terpenuhinya kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan
telah terpenuhi), dan trasnenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan myeri). Kenyamanan mesthi dipandang secara holistic yang
mencakup empat aspek yaitu :
1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh
2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
3. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri
sendiri, seksualitas, dan makna kehidupan)
4. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur alamiah
lainnya.
Meningkatnya kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan
kekuatan, harapan, hiburan,dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum
dalam aplikasunya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan
rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan
karena kondisi nyeri yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang
ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.

B. PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR DAN ISTIRAHAT


Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar mempertahankan
status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu proses tidur dapat
memperbaiki berbagai sel dalam tubuh. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan
tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat
sembuh memperbaiki kerusakan sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur
tersebut cukup maka jumlah energy yang diharapkan dapat memulihkan
status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-
hari terpenuhi. Selain itu orang yang mengalami kelelahan juga memerlukan
istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
1. Pengertian istirahat dan tidur
a. Istirahat
Istirahat adalah keadaan rileks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas, tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan (Alimul hidayat 2006, Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia, Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan).

Kebutuhan Dasar Manusia 21


Istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan
diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan dan menjengkelkan
(Asmadi 2008, Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar KLien). Seseorang dapat dikatakan sedang beristirahat,
apabila terdapat tanda-tanda :
• Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan berada dibawah kontrolnya.
• Merasa diterima eksistensinya
• Mengetahui apa yang terjadi
• Bebas dari gangguan ketidaknyamanan
• Memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukan.
• Mengetahui adanya bantuan sewaktu-waktu bila memerlukannya.
b. Tidur
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saraf perifer, endokrin, kardiovaskuler, respirasi dan musculoskeletal
(Robinson 1993, dalam potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi
atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik
otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electromigram (EMG)
dan electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
Seperti yang dikemukakan oleh Gyton, tidur merupakn kondisi tidak sadar
dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang
sesuai, atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang
relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tan pa keinginan, tetapi
lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya
aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terhadap
perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar.
Tidur merupakan suatu kegiatan tidak sadar dimana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau hilang dan dapat dibangunkan
kembali dengan indera atau rangsangan yang cukup. Seseorang dikatakan
sedang tidur, apabila terdapat tanda-tanda :
a. Aktivitas fisik minimal
b. Tingkat kesadaran yang bervariasi
c. Terjadi proses perubahan fisiologis tubuh (penurunan tekanan darah,
dilatasi pembuluh darah perifer, relaksasi otot rangka.)
d. Penurunan respon atau rangsangan dari luar.
2. Fisiologi tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang otak yaitu
Reticular Activating System (RAS) dan Bubar Synchronizing Region (BSR).
RAS dibagian atas batang otak diyakini memilki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran; memberi stimulus visual,
pendengaran, nyeri, dan sensorik raba serta emosi dan proses berfikir. Pada
saat sadar, RAS melepaskan Katekolamin, Sedangkan pada saat tidur terjadi
pelepasan serum serotonin dari BSR.

22 Kebutuhan Dasar Manusia


3. Ritme Sirkadian
Setiap mahkluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda.
Pada manusia, bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan
faktor lingkungan (misalnya cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus
elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling umum adalah ritme sirkadian
yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi denyut jantung,
tekanan darah, temperature, sekresi hormone metabolisme dan penampilan
serta perasaan individu tergantung pada ritme sirkadiannya. Tidur adalah
salah satu irama biologis tubuh yang sagat kompleks. Sinkronisasi sirkadian
terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam
biologisnya : individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi
atau paling aktif dan akan tidur pada saat ritme tersebut paling rendah.
4. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat Elektro
Ensefalo Gram (EEG), Elektro-Okulo Gram ( EOG), dan Elektrokiogram (EMG),
deketahui ada dua tahapan tidur, yaitu Non-Rapid Eye Movement (NREM)
dan Rapid Eye Movement (REM).
a. Tidur Non REM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek dari
pada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada
tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologis tubuh. Di samping
itu, semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan
kerja otot melambat.
Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai
tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam
(deep sleep atau delta sleep).
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama
5-30 menit. Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar
mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan
metabolismenya meningkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi
sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus
otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernafasan sering kali tidak teratur. Selama tidur, individu melewati tahap
tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplit normalnya berlangsung
selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat hingga lima
siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap N-Rem I-III berlangsung selama 30 menit,
kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu
melalui tahap III dan II selama 20 menit. Tahap REM muncul sesudahnya
dan berlangsung selama 10 menit.
• Waktu Yang Dibutuhkan Untuk Tidur
Kebutuhan tidur rata-rata per hari
1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50% REM dan 1 siklus

Kebutuhan Dasar Manusia 23


tidur rata-rata 45-60 menit.
2. Bayi (s/d 1 tahun) 1 siklus tidur rata-rata 12-14 jam/hari dengan 20-30%
REM dan tidur sepannjang malam.
3. Toddler (1-3 tahun) : lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25% REM dan tidur
sepanjang malam ditambah tidur siang
4. Pra sekolah ± 11 jam/hari dengan 20% REM.
5. Usia sekolah ± 10 jam/hari dengan 18,5 % REM.
6. Adolescense ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM.
7. Dewasa mud 7-8 jam/hari dengan 20-25 % REM.
8. Dewasa menengah ± 7 jam/hari dengan 20 % REM dan sering sulit tidur.
9. Dewasa tua ± 6 jam/hari dengan 20-25 % REM dan sering sulit tidur.
• Beberapa faktor yang mempengaruhi tidur
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas
tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan
mempengaruhi jumlah istirahatnya sesuai kebutuhannya. Seperti yang telah
dijelaskan oleh Alimul Hidayat, beberapa faktor tersebut adalah
a. Penyakit
b. Latihan dan kelelahan
c. Stes psikologis
d. Obat
e. Nutrisi
f. Lingkungan
g. Motivasi
• Gangguan-Gangguan tidur dan Penanganannya
1. Insomnia
Pengertian insomnia mencakup banyak hal. Insomnia dapat berupa
kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, bahkan seseorang
yang terbangun dari tidur tapi merasa belum cukup tidur dapat
disebut mengalami insomnia (Japardi, 2002). Jadi insomnia merupakan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik secara kualitas
maupun kuantitas. Insomnia bukan berarti seseorang tidak dapat tidur/
kurang tidur karena orang yang menderita insomnia sering dapat tidur
lebih lama dari yang mereka pikirkan, tetapi kualitasnya berkurang.
Jenis Insomnia yaitu :
a. Insomnia insial adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai
tidur
b. Insomnia intermiten adalah ketidakmampuan seseorang untuk dapat
mempempertahankan tidur atau keadaan sering terjaga dari tidur.
c. Insomnia terminal adalah bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi.
d. Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu
rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa kondisi, dan kondisi
yang tidak menunjang untuk tidur.

24 Kebutuhan Dasar Manusia


2. Somnambulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencangkup
adanya otomatis dan semipurposeful aksi motoric, seperti membuka
pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki dan bicara.
Termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur.
Lebih banyak terjadi pada anak-anak, penderita mempunyai resiko cidera.
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol) terjadi pada
anak-anak, remaja dan paling banyak pada laki-laki, penyebabnya secara
pasti belum jelas, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan Enuresis
seperti gangguan pada bladder, stress, dan toilet training yang kaku.
4. Narkolepsi
Merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
terkendali untuk tidur, dapat dikatakan pula bahwa Narkolepsi serangan
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat
di mana serangan mengantuk tersebut datang. Penyebabnya secara pasti
belum jelas, tetapi di duga akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat
dimana periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi dapat
menimbulkan bahaya bila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan,
pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar atau berada di tepi
jurang.
5. Mendengkur
Disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung
dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor
yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat
saluran napas pada lansia. Otot0otot dibagian belakang mulut mengendur
lalu bergetar bila dilewati udara pernafasan.
• Manfaat Tidur
1. Hidup lebih sehat dan awet muda
Menurut Lawrence Epstein MD, penulis buku “The Harward medical
school guide to a good night sleep”, semakin lama semakin terlihat adanya
hubungan erat anatara tidur dan kesehat tubuh. Ternyata saat kita tidur,
tekanan darah dan jetak jantung biasanya berada di titik terendah. Bila
kurang tidur, tekanan darah akan cenderung naik. Hubungan antara
hippertensi dan lama tidur seseorang dapat menjelaskan hasil penelitian
lain yang mengaitkan kurang tidur dengan resiko terkena serangan jantung,
diabetes, naiknya berat badan dan penyakit-penyakit lain. Kurang tidur
juga terbukti dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
2. Memperindah wajah dan tubuh
Kurang tidur akan merubah metabolism tubuh dan mempercepat proses
penuaan. Individu yang merasa kurang tidur pasti merasakannya, kalau
kurang tidur pasti wajah tampak lebih kusut dan sebaliknya ketika anda
tidur dengan rileks maka akan memperindah wajah dan tubuh individu.
3. Menjauhi Stres
Tak dipungkiri lagi, ketika individu tidur maka masalah-masalah yang

Kebutuhan Dasar Manusia 25


dipikirkan sejenak menghilang. Sedangkan individu yang mengalami
insomnia memproduksi hormone stress yang lebih tinggi dibandingkan
mereka yang tidak.
4. Mencerdaskan Otak
Kurang tidur menimbulkan efek kognitif dan fisik mirip dengan orang yang
minum alcohol. Kondisi individu yang tidak tidur terus-menerus selama
17 jam sama seperti individu yang kadar alcohol dalam darahnya 0,05%,
ini sama dengan minum dua gelas alcohol dalam satu jam. Individu yang
sulit tidur biasanya telat bangun, ritme ini akan membuat masalah dengan
proses kognitif seseorang, seperti menjadi pelupa dan sulit berkonsentrasi.
Artinya seorang individu akan menjadi sedikit lebih bodoh setiap kali
kurang tidur.
5. Tubuh Menjadi Ideal
Bagi individu yang sedang diet, tidur menjadi point penting untuk
mendukung program diet. Kurang tidur akan menurunkan metabolism
tubuh sehingga nafsu makan meningkat. Manfaat diatas diperoleh untuk
tidur yang cukup sedangkan apabila kebanyakan tidur dapat menurunkan
produktivitas hormone pertumbuhan. Oleh karena itu, supaya hidup sehat
marilah kita biasakan tidur dengan proporsi yang cukup.

26 Kebutuhan Dasar Manusia


PENGELOMPOKAN OBAT
A. FARMAKOLOGI DAN BENTUK SEDIAAN OBAT
• Pendahuluan
Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-
obatan. Dalam ilmu farmakologi dipelajari :
1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit
2. Kemungkinan penyembuhan
3. Penelitian obat-obat baru
4. Penelitian efek samping obat-obatan atau teknologi baru terhadap
beberapa penyakit berkaitan dengan perjalan obat di dalam tubuh serta
perlakuan tubuh terhadapnya.
Berbagai informasi tentang tata cara pemberian obat. Dalam pemberian
obat dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pemberian obat
secara oral, pemberian obat secara sublingual, pemberian obat parenteral,
dan pemberian obat secara rektal, dan sebagainya.
Pemberian obat ini pertama-tama sangat bergantung pada sediaan obat,
bentuk sediaan obat yang kita kenal, antara lain tablet, kaplet, kapsul,
sofgel, syrup, vial ampul, dan masih banyak lagi. Sediaan per oral sering
keta temukan dalam perkembangan pemberian obat. Namun banyak cara
pemberian dan minum obat ke klien selain per-oral
Cara pemberian obat ke klien didasarkan beberapa faktor, diantaranya :
1. Faktor formulasi
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Apabila
ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep
atau apoteker sebelum dilanjutkan ke klien dan bila klien meragukan
dosisnya, perawat harus memeriksanya lagi.
2. Faktor Zat Aktif serta Stabilitasnya.
Menjadi alasan bahwa obat dibuat dalam sediaan yang cocok untuk
zat aktif tersebut. Pemberian obat ikut juga dalam menentukan cepat
lambatnya dan lengkap tidaknya resorpsi suatu obat. Tergantung dari
efek yang diinginkan, yaitu efej sistemik ( di seluruh tubuh) atau efek
lokal (setempat) dan keadaan klien serta sifat-sifat fisika-kimiawi obat,
dapat dipilih antara berbagai cara untuk memberikan obat.
• Bentuk Sediaan Obat
Menurut farmakope Indonesia edisi IV, macam-macam sediaan obat umum
adalah sebagai berikut :
1. Aerosol : sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat aktif
terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
Sediaan ini digunakan untuk pemakaian topical pada kulit dan juga untuk

Kebutuhan Dasar Manusia 27


pemakaian lokal pada hidung (aerosol nasal), mulut (aerosol lingual) atau
paru-paru(aerosol inhalasi).
2. Kapsul ; sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau
lunak yang dapat larut. Digunakan untuk pemakaian oral.
3. Tablet ; sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi.
4. Krim ; sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat
terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.
5. Emulsi ; sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.
6. Ekstra ; sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan masa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi
syarat baku yang ditetapkan.
7. Gel (jeli) ; sistem semi padat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar, terpenestrasi oleh
suatu cairan
8. Imunoserum ; sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang
diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.
9. Implan dan pellet ; sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil,
berisi obat dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien). Dibuat
dengan cara pencetakan. Implan atau pellet dimasukkan untuk ditanam di
dalam tubuh (biasanya secara subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh
pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.
10. Infus ; sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90 derajat selama 15 menit.
11. Inhalasi ; sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu atau
lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut
untuk memperoleh efek lokal atau sistemik.
12. Injeksi ; sediaan steril untuk kegunaan parenteral, yaitu di bawah atau
menembus kulit atau selaput lender.
13. Irigasi ; larutan steril yang digunakan untuk mencuci atau membersihkan
luka terbuka atau rongga-rongga tubuh, penggunaan adalah secara topical.
14. Lonzenges atau tablet hisap ; sediaan padat yang mengandung satu atau
lebih bahan obat, umumnya pada bahan dasar beraroma dan manis, yang
dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut.
15. Sediaan obat mata ;
a. Salep mata, adalah salep steril yang digunakan pada mata.
b. Larutan obat mata, adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan rupa hingga sesuai digunakan pada mata.
16. Pasta ; sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat
yang ditujukan untuk pemakaian topical.
17. Plester ; bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan

28 Kebutuhan Dasar Manusia


yang dapat melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.
18. Serbuk ; campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
berupa serbuk yang dibagi-bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi
(pulvis).
19. Solutioatau larutan ; sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Terbagi atas :
Larutan oral, adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk pemberian
oral. Termasuk ke dalam larutan oral ini adalah :
- Syrup, larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
- Elixir, adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai pelarut.
20. Larutan topical ; sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan
topical pada kulit atau mukosa.
21. Larutan otik ; sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam
telinga
22. Larutan Optalmik ; sediaan cair yang digunakan pada mata.
23. Spirit ; larutan mengandung etanol atau hidro alcohol dari zat yang
mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal atau campuran
bahan.
24. Tingtur ; larutan mengandung etanol atau hidro alcohol dibuat dari
bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
25. Suppositoria ; sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut
pada suhu tubuh
• Tanda Lingkaran Kemasan Obat
Pada dasarnya semua golongan obat yang beredar di apotek memiliki
golongan masing-masing. Ada golongan obat bebas, pbat keras atau obat
dengan resep dokter dan obat psikotropika.
Untuk mengenali golongan obat, maka dapat dilihat kemasaanya. Berikut
ini logo lingkaran pada kemasan obat yang menunjukkan golongan obat
tersebut :
1. Lingkaran Hitam Dengan Latar Hijau

Obat-obatan ini termasuk obat bebas. Artinya dapat diperoleh


tanpa resep dokter dan bisa dibeli di apotek, pedagang eceran,
atau toko obat.
2. Lingkaran Hitam Dengan Latar biru
Obat ini termasuk obat bebas terbatas. Artinya obat ini bisa
diperoleh tanpa resep dokter dan dapat dibeli di apotek,
pedagang eceran, atau toko obat, tapi harus memperhatikan
aturan-aturan tertentu. Biasanya obat yang masuk dalam
golongan ini disertai dengan peringatan yang diberi latar belakang hitam
dengan tulisan :
P. No. 1 Awas! Obat keras, bacalah aturan pakainya!

Kebutuhan Dasar Manusia 29


P. No2. Awas Obat keras. Hanya untuk di kumur, jangan ditelan.
P. No.3 Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan.
P. No. 4 Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P. No. 5 Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
P. No.6 Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
3. Lingkaran Hitam Dengan Latar Berwarna Merah dan Huruf K Berwarna
Hitam
Obat-obatan ini termasuk obat keras (obat daftar G). Tidak
dijual bebas. Untuk memperolehnya harus dengan resep
dokter dan memperhatikan aturan tertentu. Biasanya dengan
tulisan besar yang berbunyi “Harus dengan resep dokter”.

4. Lingkaran Merah Dengan Latar Putih dan Tengahnya Bergambar Palang


Warna Merah
Obat-obatan ini termasuk jenis obat psitropika.
Memperolehnya harus dengan resep dokter. Termasuk jenis
obat keras. Pihak apotik yang diberi hak menjual wajib
melaporkan jumlah dan macamnya.
5. Lingkaran Hitam Bertuliskan Jamu
Obat-obatan ini termasuk golongan jamu. Bisa diperoleh ditoko obat,
warung, dan apotek.

B. FUNGSI DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM PEMBERIAN


OBAT
• Peran Tenaga Kesehatan
Dalam memberikan pengobatan, perawat harus mengingat dan memahami
prinsip dua belas benar agar terhindar dari kesalahan dalam memberikan
obat, sebaiknya juga mengetahui peran masing-masing profesi yang terkait
dengan upaya pengobatan tersebut.
1. Peran dokter dalam pengobatan
Dokter bertanggung jawab terhadap diagnosis dan terapi. Obat harus
dipesan dengan menulis resep. Apabila ragu tentang isi resep atau tidak
trbaca, baik oleh perawat ataupun apoteker, penulis resep itu harus
dihubungi untuk penjelasan.
2. Peran apoteker dalam pengobatan
Apoteker secara resmi bertanggungjawab atas pasokan dan distribusi
obat, selain itu apoteker bertanggungjawab atas pembuatan sejumlah
besar produk farmasi seperti larutan antiseptic, dan lain-lain.
Peran penting lainnya adalah sebagai narasumber informasi obat.
Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran dan
dapat memberi nasehat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan
lain mengenai semua aspek penggunaan obat dan memberi konsultasi
kepada klien tentang obatnya.

30 Kebutuhan Dasar Manusia


3. Peran perawat dalam pemberian obat
Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan klien, maka pemberian
menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah
mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada klien. Perawat
yang bertanggungjawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa
obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada lien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang
kebutuhan dan respons klien terhadap pengobatan. Misalnya klien yang
sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam
bentuk kapsul). Faktor gangguan fisual, pendengaran, intelektual, atau
motoric, yang mungkin menyebabkan klien sukar makan obat, harus
dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencakup pemberian obat, bergantung pada
hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek
samping, lama kerja, dan program dokter.
Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas peran advokasi dan kolaborasi
perawat dalam proses pemberian obat yang aman adalah sangat penting.
• Prinsip Dua Belas Benar (12 Benar)
Perawat harus terampil dan tepat saat memberikan obat, tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum (oral) atau injeksi obat melalui pembuluh
darah (parenteral), namun juga mengobservasi respons klien terhadap
pemberian obat tersebut.
Pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting dimiliki
oleh perawat. Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan klien dengan mendorong klien untuk lebih
proaktif jika membutuhkan pengobatan.
Perawat berusaha membantu klien dalam membangun pengertian yang
benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan dan turut serta bertanggungjawab dalam pengambilan keputusan
tentang pengobatan bersama dengan tenaga kesehatan lain.
Perawat dalam memberikan obat juga harus memperhatikan resep obat
yang diberikan harus tepat, hitungan yang tepat pada dosis yang diberikan
sesuai resep dan selalu menggunakan prinsip 12 benar, yaitu :
1. Benar klien
Sebelum obat diberikan, identitas klien harus diperksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada klien atau
keluarganya.
2. Benar obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generic. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu menghubungi apoteker untuk untuk menanyakan
nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada
klien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama
saat membaca permintan obat dan botolnya diambil dari rak obat ;

Kebutuhan Dasar Manusia 31


Kedua, label botol dibandingkan dengan obat yang diminta ; Ketiga, saat
dikembalikan ke rak obat. Apabila labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan lagi kebagian farmasi. Saat memberikan
obat, perawar harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar dosis
Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Apabila
ragu, pearawat harus berkonsultasi dengan dokter yang mnulis resep atau
apoteker sebelum dilanjutkan ke klien.
4. Benar Rute/Cara
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan klien,
kecepatan respons yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta
tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan per-oral, sublingual,
parenteral, topical, rektal, inhalasi.
Oral adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga di absorbs
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
Parenteral kata ini berasal dari bahasa yunani “para” berarti disamping
dan “enteron” berarti usus, jadi parenteral adalah diluar usus, atau tidak
melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (preset/perinfus).
Topikal adalah pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa.
Misalnya salep, lotion, krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax sup), hemoroid
(anusol), klien yang tidak sadar/kejang (stesolid sup). Pemberian obat
perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat
dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam
bentuk suppositoria.
Inhalasi adalah pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran napas
memiliki epitel untuk absorbs yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
seperti terapi oksigen.
5. Benar Waktu
Waktu sangat penting, khusunya bagi obat yang efektivitasnya tergantung
untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang yang memadai.
Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang
diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Hal yang harus diingat adalah di dalam pemberian antibiotic tidak boleh
diberikan bersama susu, karena susu dapat mengikat sebagian besar obat
itu sebelum dapat diserap.
Ada obat yang harus diminum setelah makan bertujuan untuk menghindari
iritasi yang berlebihan pada lambung, misalnya asam mefenamat.

32 Kebutuhan Dasar Manusia


6. Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu, dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila klien menolak meminum obatnya, atau
obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaaporkan.
7. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien
Perawat mempunyai tanggungjawab dalam melakukan pendidikan
kesehatan pada klien, keluarga dan masyarakat luas terutama yang
berkaitan dengan obat seperti manfaat obat secara umum, penggunaan obat
yang baik dan benar, alasan terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh,
hasil yang diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi
yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan makanan, perubahan-
perubahan yang diperlukan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
selama sakit, dan sebagainya.
8. Hak Klien Untuk Menolak
Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat. Perawat harus
memberikan inform consent dalam pemberian obat.
9. Benar pengkajian
Perawat selalu memeriksa TTV sebelum pemberian obat.
10. Benar Evaluasi
Perawat selalu melihat/ memantau efek kerja dari obat setelah
pemberiannya.
11. Benar Reaksi Terhadap Makanan
Obat memiliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang tepat. Jika
obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum atau a.c) untuk
memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi satu jam sebelum makan
misalnya tetrasiklin dan sebaiknya obat yang harus diminum setelah
makan, misalnya indometasin.
12. Benar Reaksi Dengan Obat Lain
Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan dengan
omeprazole penggunaan pada penyakit kronis.

C. PERAN PERAWAT DALAM PROSES PENGGUNAAN OBAT


• Peran Advokasi dan Kolaborasi oleh Perawat
Peran advokasi dan kolaborasi perawat dalam proses pemberian obat
yang aman adalah sangat penting khususnya tenaga kesehatan bidang
keperawatan.
1. Perawat Advokat
a. Menghargai keunikan kebutuhan klien.
b. Menjamin setiap klien mendapat informasi yang cukup dalam membuat
keputusan.
2. Fungsi Utama
a. Memberi informasi yang cukup kepada klien/pasien sehingga klien
dapat mengambil keputuan.

Kebutuhan Dasar Manusia 33


b. Memberi dukungan atas keputusan klien.
Peran perawat advokat meliputi protector, mediator dan actor. Perawat
membantu klien untuk membuat keputusan setelah klien diberi
informasi yang cukup (sebagai protector), perawat bertindak sebagai
seorang perantara diantara klien dengan orang lain di lingkungan klien
(sebagai moderator), perawat melakukan tindakan langsung atas nama
dan untuk kepentingan klien (sebagai actor). Tindakan advokasi yang
nyata adalah memberi informasi dan memberi dukungan kepada klien
dalam membuat keputusan.
1. Perawat Dalam Berkolaborasi
Melakukan interaksi yang konstruktif anatara tenaga profesioanal untuk
mengatasi masalah dan mencapai tujuan pemberian obat (kesembuhan
klien).
2. Tujuan Kolaborasi
a. Memastikan seluruh tahapan dalam proses penggunaan obat terintegrasi
dengan tepat diberikan pada klien.
b. Terwujudnya pemberian obat yang aman.
c. Mencapai tujuan penyembuhan, mengurangi kesakitan dan memperbaiki
kualitas hidup klien.
Pemberian obat merupakan salah satu mata rantai dari keseluruhan
proses penggunaan obat, sehingga mengelola risiko pemberian obat tidak
dapat sepenuhnya dilimpahkan kepada pemberi langsung obat (perawat)
tersebut. Di dalam suatu rumah sakit pemberian obat adalah langkah
akhir dalam proses kegiatan kedisiplinan yang bekerja sama.
• Peran Perawat Dalam Proses Penggunaan Obat
Hal yang wajib diperhatikan oleh seorang perawat adalah sebagai berikut
1. Peresepan Obat
Setelah dokter memilih, menentukan dosis dan membuat resep obat sesuai
dengan penyakit klien, perawat diharapkan dapat menginterpretasikan
resep dengan akurat.
2. Pengadaan Obat
a. Sebagian besar obat diadakan dengan menggunakan resep dokter dan
sebagian lainnya dengan membuat stok obat di bangsal perawatan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (terutama obat yang digunakan
dalam keadaan emergency).
b. Perawat diharapkan memfasilitasi pengadaan obat untuk memungkinkan
klien mendapatkan obat dengan cepat dan dalam jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan per hari.
3. Penyiapan Obat
a. Perawat diharapkan dapat memahami alasan, kerja dan dosis obat yang
lazim untuk memungkinkan perawat mengenal dan mempertanyakan
adanya mistake (keliru), meminta nasehat atau mengkonsultasikannya
dengan dokter yang meresepkannya.
b. Menggunakan standar yang berlaku di rumah sakit, memeriksa tanggal

34 Kebutuhan Dasar Manusia


kadaluwarso, partikulat, perubahan warna, dan cara pemberiaannya.
c. Memastikan obat yang disiapkan adalah obat yang benar sesuai dengan
order dokter dan etikat obat.
d. Memastikan obat tidak kontraindikasikan dengan kondisi klien.
4. Penyimpanan Obat
a. Obat yang disimpan di bangsal perawatan harus memperhatikan
ketentuan temperature suhu, seperti suhu kamar, suhu antara 8 – 25
derajat celcius, atau lebih rendah dari suhu 8 derajat celcius.
b. Obat disimpan dilemari central obat atau lemari tersendiri untuk setiap
klien.
c. Obat yang bentuk, rupa dan namanya mirip diusahakan tidak disimpan
berdekatan.
• Masalah Dalam Pemberian Obat dan Intervensi Keperawatan
1. Menolak Pemberian Obat
Jika klien menolak pemberian obat, intervensi keperawatan pertama yang
dapat dilakukan adalah dengan menanyakan alasan klien melakukan hal
tersebut. Kemudian, jelaskan kembali kepada klien alasan pemberian obat.
Jika klien terus menolak sebaiknya tunda pengobatan, laporkan ke dokter
dan catat dalam pelaporan.
2. Integritas Kulit Terganggu
Untuk mengatasi masalah gangguan integritas kulit, lakukan penundaan
dalam pengobatan, kemudian laporkan ke dokter dan catat ke dalam
laporan.
3. Disorientasi Dan Bingung
Masalah disorientasi dan bingung dapat diatasi oleh perawat dengan cara
melakukan penundaan pengobatan. Jika klien ragu, laporkan ke dokter
dan catat ke dalam pelaporan.
4. Menelan Obat Bukal atau Sublingual
Sebagai perawat yang memiliki peran dependen, jika klien menelan obat
bukal atau sublingual, maka sebaiknya laporkan kejadian tersebut kepada
dokter, untuk selanjutnya dokter yang akan melakukan intervensi.
5. Alergi Kulit
Apabila terjadi alergi kulit atas pemberian obat kepada klien, keluarkan
sebanyak mungkin pengobatan yang telah diberikan, beritahu dokter, dan
catat dalam pelaporan.

Kebutuhan Dasar Manusia 35


PENANGANAN NYERI
A. DEFINISI NYERI
Secara umum nyeri dapatbdiartikan sebagai suatu keadaan yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut syaraf
dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.

B. TINDAKAN FARMAKOLOGIS
Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri
ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar terjadi
perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal terhadap nyeri.
Adapaun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
1. Analgesik Narkotika
Opiat merupakan obat yang paling umum dugunakan untuk mengatasi
nyeri pada klien, untuk nyeri sedang sambai nyeri yang sangat berat.
Pengaruhnya sangat bervariasi tergantung tergantung fisiologi pasien
itu sendiri. Klien yang sangat muda dan sangat tua adalah yang sensitive
terhadap pemberian analgesic ini dan hanya memerlukan dosis yang
sangat rendah untuk meringankan nyeri (Long, 1996).
Narkotik dapat menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada
fungsi-fungsi vital lainnya, termasuk depresi respiratori, bradikardi dan
mengantuk. Sebagian dari reaksi ini menguntungkan. Contoh : hemoragik,
sedikit penurunan tekanan darah sangat dibutuhkan. Namun pada pasien
hipotensi akan menimbulkan syok akibat dosis yang berlebihan.
2. Analgesik Lokal
Analgesik bekerja dengan memblokade konduksi saraf saat diberikan
langsung ke serabut saraf.
3. Analgesik yang Dikontrol Klien
Sistem analgesic yang dikontrol klien terdiri dari infus yang diisi narkotik
menurut resep, dipasang dengan pengatur pada lubang injeksi intravena.
Pengendalian analgesic oleh klien adalah menekan sejumlah tombol
agar masuk sejumlah narkotik. Cara ini memerlukan alat khusus untuk
mencegah masuknya obat pada waktu yang belum ditentukan. Analgesik
yang dikontrol klien ini penggunaannya lebih sedikit dibandingkan dengan
cara yang standar, yaitu secara intramuscular. Penggunaan narkotik yang
dikendalikan klien dipakai pada klien dengan nyeri pasca bedah, nyeri
kanker, krisis sel.
4. Obat-obat nonsteroid
Obat-obat nonsteroid antiinflamasi bekerja terutama terhadap
penghambatan sintesa prostaglandin. Pada dosis rendah obat-obat ini
bersifat analgesic. Pada dosis tinggi, obat-obat ini bersifat anti inflamatori

36 Kebutuhan Dasar Manusia


sebagai tambahan dari khasiat analgesic.
Prinsip kerja obat ini adalah untuk mengendalikan nyeri sedang dari
dismenorea, arthritis dan gangguan musculoskeletal yang lain, nyeri post
operative dan migraine. NSAID dihunakan untuk menyembuhkan nyeri
ringan sampain sedang.

C. TINDAKAN NON FARMAKOLOGIS


Menurut Tamsuri (2006), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi
nyeri ada pula tindakan nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari
beberapa tindakan penanganan berdasarkan :
1. Penanganan Fisik/Stimulasi Fisik
a. Stimulasi kulit
Masase kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan
otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan merangsang serabut
berdiameter besar, sehingga mampu memblokade atau menurunkan
impuls.
b. Stimulasi elektrik
Cara kerja dari sistem ini masih belum jelas, salah satu pemikiran adalah
cara ini bisa melepaskan endorphin, sehingga bisa memblok stimulasi
nyeri. Bisa dilakukan dengan masase, mandi air hangat, kompres
dengan kantong es dan stimulasi araf elektrik transkutan (TENS/
Transcutan Electrical Nerve Stimulation). TENS merupakan stimulasi
pada kulit dengan menggunakan arus listrik ringan yang dihantarkan
melalui elektroda luar.
c. Akupuntur
Akupuntur merupakan pengobatan yang sudah sejak lama digunkan
untuk mengobati nyeri. Jarum-jarum kecil yang dimasukkan pada kulit,
bertujuan menyentuh titik-titik tertentu, tergantung pada lokasi nyeri,
yang dapat memblok transmisi nyeri ke otak.
d. Plasebo
Plasebo dalam bahasa latin berarti saya ingin menyenangkan merupakan
zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk yang dikenal oleh klien
sebagai “obat” seperti kaplet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya.
2. Intervensi Perilaku Kognitif
a. Relaksasi
Relaksasi otot rangka dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik
relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil
optimal. Dengan relaksasi pasien dapat mengubah persepsi terhadap
nyeri.
b. Umpan balik biologis
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi
tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunteer
terhadap respon tersebut. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan

Kebutuhan Dasar Manusia 37


otot dan migran, dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
c. Hipnotis
Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
d. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang. Distraksi visul (melihat TV atau pertandingan bola),
distraksi audio(mendengar music), distraksi sentuhan (masase,
memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle, main
catur).
e. Guided Imagery (imajinasi terbimbing)
Meminta klien untuk berimajinasi membahayakan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan
yang tenang serta konsentrasi dari klien. Apabila klien mengalami
kegelisahan, tindakan harus dihentikan. Tindakan ini dilakukan pada
saat klien merasa nyaman dan tidak sedang nyeri akut.

38 Kebutuhan Dasar Manusia


PERAWATAN LUKA DASAR
A. PENGERTIAN PERAWATAN LUKA DASAR
Memberikan pertolongan pertama pada pendarahan adalah suatu tindakan
awal/pra-medis yang sangat berguna sebelum dilakukannya tindakan medis.
Tujuan menghentikannya darah yang keluar yang mengakibatkan pasien
atau pun korban mengalami kekurangan darah dan cairan dalam tubuhnya
sebelum dilakukannya tindakan medis.
Tujuan :
1. Menjelaskan apa manfaat pertolongan pertama pada pendarahan
2. Mendiskusikan dengan kelompok tentang persiapan yang harus dilakukan
3. Menjelaskan teknik pertolongan pertama pada pendarahan
Persiapan :
Alat-alat yang dibutuhkan
1. Kassa steril
2. Tourniquet (Torniket)
3. Kapas besar
4. Betadine

B. PEMBULUH DARAH ARTERI/NADI


Pembuluh arteri bertugas membawa darah segar yang dipompa dari jantung
ke seluruh tubuh. Pembuluh arteri tersembunyi di bawah jaringan tubuh dan
hanya beberapa saja yang dekat ke permukaan kulit sehingga tampak dari
luar. Tanda-tanda perdarahan pembuluh arteri adalah darah yang keluar
menyembur seirama dengan denyut jantung dan berwarna merah cerah atau
segar.
Tindakan Pertolongan
Pertolongan pada perdarahan arteri harus cepat dilakukan, karena korban
akan cepat kehilangan darah dan terjadi shock hipovolemik. Pertolongan
utamanya adalah menghentikan perdarahannya. Ada tiga cara penghentian
perdarahan arteri, yaitu sebagai berikut :
1. Penekanan di Tempat Sumber Perdarahan
a. Cara utama menghentikan perdarahan yaitu dengan mempergunakan
kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan tekankan pada tempat
perdarahan. Tekanan tersebut harus dipertahankan terus sampai
perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik diberikan.
Kassa boleh dilepas apabila sudah terlalu basah oleh darah dan perlu
diganti dengan yang baru. Kemudian kassa baru ditekankan kembali
sampai perdarahan berhenti, setelah itu kassanya ditutup dengan
balutan yang menekan dan korban dibawa ke rumah sakit.

Kebutuhan Dasar Manusia 39


b. Selama dalam perjalanan, bagaian yang mengalami perdarahan diangkat
lebih tinggi dari letak jantung. Sementara itu, perhatikan pula adanya
tanda-tanda shock hipovolemik dan pastikan bahwa perdarahannya
betul-betul sudah berhenti. Apabila perdarahannya masih ada, maka
balutan harus segera diperbaiki. Korban diminta tetap tenang karena
kegelisahan dapat menyebabkan perdarahan terjadi kembali.
2. Penekanan Dengan Torniket
a. Torniket merupakan balutan yang menekan sehingga aliran darah
dibawahnya berhenti mengalir. Selembar pita kain yang lebar, pembalut
segitiga yang dilipat-lipat atau sepotong karet ban sepeda dapat
digunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket harus cukup untuk dua
kali melilit ke bagian yang hendak dibalut. Tempat yang terbaik untuk
memasang torniket adalah lima jari dibawah ketiak (untuk perdarahan
lengan) dan lima jari dibawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).
b. Cara memasang torniket dilakukan sebagai berikut :
1) Buat ikatan di anggota badan yang cidera.
2) Selipkan sebatang kayu di bawah ikatan.
3) Kencangkan kedudukan kayu itu dengan memutarnya.
4) Agar kayu tetap erat kedudukannya, ikat ujung satunya. Caranya
dengan melilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih baik
lagi apabila sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kassa untuk
mencegah lecet di kulit yang terkena torniket.
c. Untuk torniket kain, masih perlu dikencangkan dengan sepotong kayu.
Caranya, eratkan torniket dengan sebuah simpul hidup, kemudian
selipkan sebatang kayu di atas simpul tersebut. Selanjutnya diikat
dengan simpul mati. Kemudian putar kayu itu seperti memutar keran
air untuk mengencangkan torniket. Akan tetapi jangan diputar terlalu
kencang, karena dapat melukai jaringan-jaringan dibawahnya. Tanda
torniket yang sudah cukup kencang adalah tidak terabanya denyut nadi
di bagian bawah dari torniket dan warna kulit di daerah itu menjadi
pucat kekuningan. Setelah itu korban segera dibawa ke rumah sakit
untuk pertolongan lebih lanjut.
d. Pemasangan torniket merupakan cara terakhir pada pertolongan
pertama dalam menghentikan perdarahan, karena beresiko
menyebabkan kematian jaringan bagian distal.Oleh karena itu torniket
harus dikendurkan setiap 10 menit sekali selama 30 detik.
e. Torniket dipasang pada bagian paling ujung dari otot gerak, guna
meminimalkan kemungkinan terburuk dari kematian jaringan pada
alat gerak atau tidak boleh lebih dari 5 cm di atas luka.
f. Berikan tanda dan catat bahwa korban telah dipasangkan torniket.
Bagian yang terpasang torniket harus terbuka dan mudah dilihat,
tetaplah memantau bagian itu dan jangan lupa untuk mencatat kapan
waktu torniket tersebut dipasang.
3. Penekanan pada Tempat-tempat Tertentu
a. Cara ini dilakukan sebelum cara di atas dilakukan. Atau dapat pula

40 Kebutuhan Dasar Manusia


sebagai tindakan tambahan apabila cara nomor 1 tidak segera berhasil
menghentikan perdarahan. Tempat-tempat yang ditekan adalah pangkal
arteri yang terluka. Tujuan penekanan adalah untuk menghentikan aliran
darah yang menuju ke pembuluh arteri yang robek.

C. PENDARAHAN LUAR
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga
darah keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal
dengan nama perdarahan luar (terbuka).
Pertolongan pertama pada klien perdarahan luar harus menggunakan/
memakai alat pelindung diri dan segera membersihkan darah yang menempel
baik pada pakaian, tubuh maupun peralatan untuk meminimalkan penularan
penyakit.
Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami gangguan, perdarahan luar ini
dibagi menjadi 3 (tiga) bagian :
1. Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur
sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya
dengan oksigen. Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus
terus dilakukan pemantauan dan pengendalian perdarahan hingga
diperoleh bantuan medis.
2. Perdarahan pembuluh darah balik (vena), darah yang keluar berwarna
warna gelap, walaupun terlihat luas dan banyak namun umumnya
perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Perdarahan vena juga berbahaya
apabila terjadi pada vena yang besar sehingga kotoran atau udara yang
tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang terbuka.
3. Perdarahan pembuluh darah rambut (kapiler), berasal dari pembuluh
darah kapiler. Pembuluh kapiler adalahpembuluh darah terkecil dan
hampir tidak memiliki tekanan sehingga darah yang keluar merembes
perlahan. Apabila terjadi perdarahan, biasanya akan membeku sendiri.
Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri
atau juga bisa gelap seperti darah vena.
• Tips Mengatasi Perdarahan Luar
Bagaimana bila seorang penolong atau pelaku pertolongan pertama
menemukan korban yang mengalami perdarahan luar (terbuka). Bila itu
terjadi, sebelum melakukan pertolongan atau perawatan ada beberapa hal
yang harus selalu diingat, dilakukan dan diperhatikan, diantaranya adalah
:
1. Pertolongan atau perawatan perdarahan harus selalu diawali dengan
ABC.
2. Pakailah alat perlindungan diri agar tidak terkena darah atau cairan
tubuh korban.
3. Jangan menyentuh hidung, mulut, mata dan makanan sewaktu
memberikan pertolongan atau perawatan.
4. Cucilah tangan segera setelah selesai memberikan pertolongan atau
perawatan, sebaiknya dengan sabun atau cairan anti septik.

Kebutuhan Dasar Manusia 41


5. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah terkena darah atau
cairan tubuh korban dengan baik.
Cara yang dilakukan untuk mengendalikan perdarahan luar adalah sebagai
berikut :
1. Tekanan Langsung
Tekanan langsung merupakan cara yang paling penting dalam upaya
menghentikan perdarahan. Tekan tepat dilokasi perdarahan sesegera
mungkin.
Biasanya perdarahan akan berhenti sekitar 5-15 menit kemudian.
Penutup luka harus tebal pada tempat perdarahan, dan apabila darah
belum berhenti penutup luka dapat ditambah tanpa harus melepas
penutup luka pertama.
Apabila perdarahan terjadi pada alat gerak, harus dilakukan
pemeriksaan nadi distal untuk memastikan aliran darah tidk terganggu.
Apabila nadi tidak teraba maka penekanan perlu diperbaiki.
2. Elevasi (dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung)
Elevasi dilakukan hanya untuk perdarahan di daerah alat gerak saja
dan dilakukan bersamaan dengan tekanan langsung. Metode ini tidak
dapat dignakan untuk korban dengan kondisi cedera otot rangka dan
benda tertancap.
3. Titik Tekan
Bila kedua cara diatas belum berhasil maka perlu dilakukan penekanan
pembuluh nadi di atas daerah yang mengalami perdarahan. Ada
beberapa titik tekan yaitu :
a. Arteri brakhialis (pembuluh nadi di lengan atas).
b. Arteri femoralis (pembuluh nadi di lipat paha).
4. Cara lain
Cara lain yang dapat membantu menghentikan perdarahan lain selain
tiga teknik di atas adalah :
a. Immobilisasi dengan atau tanpa pembidaian.
b. Tourniquet (hanya sebagai alternative terakhir dan akan dibahas
lebih lanjut).
c. Kompres dingin.

D. PENDARAHAN DALAM
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban
dengan benda tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor,
ledakan dan lain sebagainya. Luka tusuk juga dapat menyebabkan terjadinya
hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian dalam sangat sulit dinilai
walaupun luka luarnya terlihat nyata.
Kita tidak akan melihat keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit
masih utuh, tapi dapat melihat darah yang terkumpul di bawah permukaan
kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam bervariasi, mulai dari

42 Kebutuhan Dasar Manusia


yang ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Penyebab kematian
karena perdarahan dalam antara lain adalah :
1. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa
menyebabkan hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
2. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan
dan pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.
3. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita
meninggal tanpa mengalami luka luar yang parah.
Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersama), maka
penolong harus melakukan penilaian dari pemeriksaan fisik lengkap termasuk
wawancara dan analisis mekanisme kejadiannya. Menganggap korban
mengalami perdarahan dalam akan lebih baik, karena penatalaksanaan
perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata
tidak mengalaminya.
Tanda-tanda perdarahan dalam yang mudah dikenali, antara lain adalah :
1. Memar dan disertai nyeri tubuh.
2. Pembengkakan terutama di area yang cidera.
3. Cedera pada bagian luar yang bisa menjadi petunjuk adanya cedera atau
perdarahan organ bagian dalam.
4. Nyeri, bengkak, dan perubahan bentuk pada alat gerak.
5. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut
membesar.
6. Muntah darah
7. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti
kopi.
8. Luka tusuk khusunya pada batang tubuh.
9. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung dan telinga.
10. Batuk darah
11. Buang air kecil bercampur darah.
12. Gejala dan tanda syok.
Penatalaksanaan korban dengan perdarahan dalam perlu segera dilakukan,
apabila hasil pemeriksaan fisik korban memperlihatkan tanda-tanda seperti
tersebut di atas.
Cara-cara penatalaksanaan korban pendarahan dalam sebagai berikut :
1. Baringkan korban
2. Periksa dan pertahankan ABC
3. Berikan oksigen bila ada.
4. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala.
5. Rawat sebagai syok.
6. Jangan memberikan makan atau minum.
7. Jangan lupa menangani cedera atau gangguan lainnya.
8. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Kebutuhan Dasar Manusia 43


E. PERDARAHAN DI BAWAH KUKU
Kuku termasuk bagian tubuh yang sangat sering mengalami cedera. Misalnya
terjepit pintu, terpukul palu, atau kajatuhan benda yang berat. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan perdarahan di bawah kuku. Tanda dan gelaja
perdarahan di bawah kuku adalah kuku memerah dan sakit yang ditimbulkan
oleh adanya pembengkakan dan tekanan pada kuku. Kuku terkadang terlepas
karena desakan darah.
Tindakan pertolongan yaitu :
1. Komprs jari yang cedera dengan es batu atau air dingin, untuk mengurangi
rasa sakit.
2. Menggunakan pisau steril, kuku yang cedera di korek dan dilubangi untuk
mengeluarkan darah yang ada di bawah kuku. Tindakan ini dilakukan
untuk mengurangi nyeri dan mencegah kuku terkelupas.
3. Setelah darah dikeluarkan, kuku yang telah dilubangi diolesi salep
antibiotika dan dibalut dengan kassa atau mempergunakan plester cepat
yang mengandung obat (Band-aid, Handyplast, Tensoplast, dan sebagainya).

F. PERDARAHAN HIDUNG
Perdarahan hidung atau mimisan dapat terjadi pada penderita tekanan darah
tinggi, pengidap penyakit darah, influenza, atau karena kelainan anatomi
hidung. Tindakan lain yang mengakibatkan perdarahan hidung adalah bersin
atau membuang ingus terlalu keras, mencukil-cukil hidung, tekanan udara
merendah (misalnya dipegunungan) atau kekurangan vitamin C, bioflanovid,
dan vitamin K.
Tindakan pertolongan yaitu :
1. Korban duduk dengan kepala agak menunduk. Hal ini bertujuan untuk
mencegah agar darah tidak terhisap masuk ke paru-paru. Lalu tekan atau
pijit hidungnya untuk menghentikan perdarahan.
2. Caranya, korban duduk tegak dengan nyaman, lalu menengadahkan
kepalanya kemudian tekan sisi hidung yang sedang berdarah.
3. Tekan lubang hidung sekitar 5 menit atau lebih lama sampai mimisan
berhenti. Saat ditekan, pernapasan dilakukan melalui mulut. Bisa juga
hidungnya ditekan cukup kuat namun masih bisa bernafas.
4. Menghentikan perdarahan hidung juga dapat dilakukan dengan
memasukkan gulungan kain kassa ke dalam lubang hidung.
5. Kalau ada, basahi kassa tersebut dengan larutan hydrogen peroksida
terlebih dahulu. Setelah perdarahan berhenti, untuk beberapa waktu
tertentu jangan membuang ingus. Kompres batang hidung atau myka
dengan kantung es atau kain dingin.
6. Untuk perdarahan besar dan tidak mau berhenti, segera bawa ke dokter.
7. Kadang-kadang suntikan hormone estrogen kadar tinggi melalui pembuluh
darah vena dapat menghentikan perdarahan.
Mimisan ditandai dengan keluarnya darah dari hidung. Darah yang keluar
dari lubang hidung, biasanya berasal dari bagian depan hidung berupa darah

44 Kebutuhan Dasar Manusia


segar, encer dan berwarna merah terang. Peradarahan hidung umumnya
terjadi hanya pada satu lubang hidung, kecuali apabila disebabkan oleh
penyakit darah atau luka berat.
Perdarahan pada hidung terjadi karena pembuluh darah yang berada di selaput
lender hidung pecah. Pecahnya pembuluh darah tersebut meneyebabkan
darah keluar secara terus-menerus dari hidung.

G. DEFINISI
Penyembuhan luka adalah respon tubuh terhadap berbagai cedera dengan
proses pemulihan yang kompleks dan dinamis yang menghasilkan pemulihan
anatomi dan fungsi secara terus menerus.(Joyce M. Black, 2001).
Penyembuhan luka terkait dengan regenerasi sel sampai fungsi organ tubuh
kembali pulih, ditunjukkan dengan tanda-tanda dan respon yang berurutan
dimana sel secara bersama-sama berinteraksi, melakukan tugas dan berfungsi
secara normal. Idealnya luka yang sembuh kembali normal secara struktur
anatomi, fungsi dan penampilan.

H. ETIOLOGI / PENYEBAB LUKA


Secara alamiah penyebab kerusakan harus diidentifikasi dan dihentikan
sebelum memulai perawatan luka, serta mengidentifikasi, mengontrol
penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan sebelum
mulai proses penyembuhan. Berikut ini akan dijelaskan penyebab dan faktor-
faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
1. Trauma
2. Panas dan terbakar baik fisik maupun kimia
3. Gigitan binatang atau serangga
4. Tekanan
5. Gangguan vaskular, arterial, vena atau gabungan arterial dan vena
6. Immunodefisiensi
7. Malignansi
8. Kerusakan jaringan ikat
9. Penyakit metabolik, seperti diabetes
10. Defisiensi nutrisi
11. Kerusakan psikososial
12. Efek obat-obatan
Pada banyak kasus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka dengan multifaktor.

I. JENIS-JENIS LUKA
1. Berdasarkan Kategori
a. Luka Accidental

Kebutuhan Dasar Manusia 45


Adalah cedera yang tidak disengaja, seperti kena pisau, luka tembak,
luka bakar; tepi luka bergerigi; berdarah; tidak steril
b. Luka Bedah
Merupakan terapi yang direncanakan, seperti insisi bedah, needle
introduction; tepi luka bersih; perdarahan terkontrol; dikendalikan
dengan asepsis bedah
2. Berdasarkan integritas kulit
a. Luka terbuka
Kerusakan melibatkan kulit atau membran mukosa; kemungkinan
perdarahan disertai kerusakan jarin-gan; risiko infeksi
b. Luka tertutup
Tidak terjadi kerusakan pada integritas kulit, tetapi terdapat kerusakan
jaringan lunak; mungkin cedera internal dan perdarahan
3. Berdasarkan Descriptors
a. Aberasi
Luka akibat gesekan kulit; superficial; terjadi akibat prosedur
dermatologik untuk pengangkatan jarin-gan skar
b. Puncture
Trauma penetrasi yang terjadi secara disengaja atau tidak disengaja oleh
akibat alat-alat yang tajam yang menusuk kulit dan jaringan di bawah
kulit
c. Laserasi
Tepi luka kasar disertai sobekan jaringan, objek mungkin terkontaminasi;
risiko infeksi
d. Kontusio
Luka tertutup; perdarahan di bawah jaringan akibat pukulan tumpul;
memar
4. Klasifikasi Luka Bedah
a. Luka bersih
Luka bedah tertutup yang tidak mengenai system gastrointestinal, ,
pernafasan atau system genitouri-nary, risiko infeksi rendah
b. Bersih terkontaminasi
Luka melibatkan system gastrointestinal, pernafasan atau system
genitourinary, risiko infeksi
c. Kontaminasi
Luka terbuka, luka traumatic, luka bedah dengan asepsis yang buruk;
risiko tinggi infeksi
d. Infeksi
Area luka terdapat patogen; disertai tanda-tanda infeksi

46 Kebutuhan Dasar Manusia


J. KLASIFIKASI LUKA
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka pembedahan atau bukan pembedahan
b. Akut atau kronik
2. Kedalaman jaringan yang terlibat
a. Superficial
Hanya jaringan epidermis
b. Partial thickness
Luka yang meluas sampai ke dalam dermis
c. Full thickness
Lapisan yang paling dalam dari jaringan yang destruksi. Melibatkan
jaringan subkutan dan kadang-kadang meluas sampai ke fascia dan
struktur yang dibawahnya seperti otot, tendon atau tulang

K. PRINSIP DASAR PENYEMBUHAN LUKA


Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan
perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari
penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemosta-sis, inflamasi,
granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami
prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional
keperawatan dapat mengembangkan ketrampilan yang dibutuhkan untuk
merawat luka dan dapat membantu perbaikan jaringan. Luka kronik men-
dorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi masalah
ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada
pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based
yang kuat.
Penelitian pada luka akut dengan model binatang menunjukkan ada empat
fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga
melalui fase yang sama. Fase tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hemostasis
Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada
proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan
pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi
dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet
mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.
Dibawah pengaruh adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan
jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen.
ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan merangsang
pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan membentuk
fibrin dari fi-brinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet
menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin
seperti ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu
beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan.

Kebutuhan Dasar Manusia 47


2. Inflamasi
Secara klinik, inflamasi adalah fase ke dua dari proses penyembuhan yang
menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang
sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore
et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari sesudah injuri. Pa-
da proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pembersihan debris/
sisa-sisa. Ini adalah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon
inflamasi menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan
plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa
dan mikroor-ganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi.
Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai bagian
dari pembersihan ini.
Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan
kontraktor. Sel yang ber-peran sebagai kontraktor pada penyembuhan luka
ini adalah makrofag. Makrofag mampu memfagosit bakteri dan merupakan
garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang
bervariasi dan faktor pertumbuhan seperti faktor pertumbuhan fibrobalas
(FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta
trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).
3. Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)
Fase granulasi berawal dari hari ke empat sesudah perlukaan dan biasanya
berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran
luka. Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah
pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan kadang-kadang
subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka.
Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pembersihan debris,
dibawah kontraktur langsung terbentuk jaringan baru.
Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal
yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini adalah untuk
kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi
ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk
garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” adalah
keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap akhir
epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk
membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.
4. Remodeling atau maturasi
Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses
penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/
kekuatan, peran ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling dapat
membutuhkan waktu 2 tahun sesudah perlukaan.

48 Kebutuhan Dasar Manusia


Tabel 1. Fase penyembuhan luka

Fase Waktu Sel-sel yang berperan Analogi


penyembuhan membangun
rumah
Hemostasis Segera Platelets Capping off
conduits
Inflamation Hari 1 Neutrophils Unskilled laborers
-4 to clean uap the site
Proliferation Hari  4 Macrophages Supervisor Cell
– 21
Granulation Lymphocytes Specific laborers at
the site:
Angiocytes Plumber
Neurocytes Electrician
Contracture Fibroblasts Framers
Keratinocytes Roofers and Siders
Remodeling Hari  21 Fibrocytes Remodelers
–2
tahun

Pada beberapa literatur dijelaskan juga bahwa proses penyembuhan luka


meliputi dua komponen utama yaitu regenerasi dan perbaikan (repair).
Regenerasi adalah pergantian sel-sel yang hilang dan jaringan dengan sel-
sel yang bertipe sama, sedangkan repair adalah tipe penyembuhan yang
biasanya menghasilkan terbentuknya scar. Repair merupakan proses yang
lebih kompleks daripada regenerasi. Penyembuhan repair terjadi oleh
intention primer, sekunder dan tersier.
Intension Primer
Fase-fase dalam penyembuhan Intension primer :
1. Fase Inisial (3-5 hari)
2. Sudut insisi merapat, migrasi sel-sel epitel, mulai pertumbuhan sel
3. Fase granulasi (5 hari – 4 minggu)
Fibroblas bermigrasi ke dalam bagian luka dan mensekresi kolagen.
Selama fase granulasi luka berwarna merah muda dan mengandung
pembuluh darah. Tampak granula-granula merah. Luka berisiko
dehiscence dan resisten terhadap infeksi.
Epitelium permukaan pada tepi luka mulai terlihat. Dalam beberapa
hari lapisan epitelium yang tipis bermigrasi menyebrangi permukaan
luka. Epitel menebal dan mulai matur dan luka merapat. Pada luka
superficial, reepitelisasi terjadi selama 3 – 5 hari.

Kebutuhan Dasar Manusia 49


4. Fase kontraktur scar ( 7 hari – beberapa bulan )
Serabut-serabut kolagen terbentuk dan terjadi proses remodeling.
Pergerakan miofibroblast yang aktif menyebabkan kontraksi area
penyembuhan, membentu menutup defek dan membawa ujung kulit
tertutup bersama-sama. Skar yang matur selanjutnya terbentuk. Skar
yang matur tidak mengan-dung pembuluh darah dan pucat dan lebih
terasa nyeri daripada fase granulasi
Intension sekunder
Adalah luka yang terjadi dari trauma, elserasi dan infeksi dan memiliki
sejumlah besar eksudat dan lu-as, batas luka ireguler dengan kehilangan
jaringan yang cukup luas menyebabkan tepi luka tidak me-rapat. Reaksi
inflamasi dapat lebih besar daripada penyembuhan primer.
Intension Tersier
Adalah intension primer yang tertunda. Terjadi karena dua lapisan jaringa
granulasi dijahit bersama-sama. Ini terjadi ketika luka yang terkontaminasi
terbuka dan dijahit rapat setelah infeksi dikendalikan. Ini juga dapat terjadi
ketika luka primer mengalami infeksi, terbuka dan dibiarkan tumbuh
jaringan granulasi dan kemudian dijahit. Intension tersier biasanya
mengakibatkan skar yang lebih luas dan lebih dalam daripada intension
primer atau sekunder

50 Kebutuhan Dasar Manusia


BERDUKA DAN KEHILANGAN
A. KONSEP DASAR BERDUKA
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian
kehilangan.
Menurut NANDA merumuskan ada 2 tipe berduka, yaitu :
1. Berduka diantisipasi ; Adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan
seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional
sebelum terjadinya kehilangan, Tipe ini masih dalam batas normal.
2. Berduka disfungsional ; Adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu yang re-sponnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan
secara aktual maupun potensial, hub-ungan, objek dan ketidakmampuan
fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau
kesalahan/kekacauan.
• Jenis Berduka
1. Berduka normal ; Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal
terhadap ke-hilangan. Misalnya kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian,
dan menarik diri dari aktivitas untuk sementara.
2. Berduka antisipatif ; Yaitu proses “melepaskan diri” yang muncul sebelum
kehilangan atau kematian yang sesungguhnya terjadi. Misalnya, ketika
menerima diagnosis terminal, seseorang akan memulai proses perpisahan
dan menyesuaikan berbagai urusan di dunia sebe-lum ajalnya tiba.
3. Berduka yang rumit ; Berduka yang rumit dialami oleh seseorang yang
sulit untuk maju ke tahap berikutnya, yaitu tahap kedukaan normal. Masa
berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan dapat mengancam
hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
4. Berduka tertutup ; Yaitu kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat
diakui secara ter-buka. Contohnya kehilangan pasangan karena AIDS,
anak mengalami kematian orang tua, atau ibu yang kehilangan anaknya di
kandungan atau ketika bersalin.

B. TEORI DARI PROSES BERDUKA


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan te-ori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosion-al klien dan keluarganya dan juga rencana
intervensi untuk membantu mereka memahami kesedi-han dan mengatasinya.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka,

Kebutuhan Dasar Manusia 51


mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan
dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engels (1964) respon berduka memiliki beberapa fase yang dapat
diaplikasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
a. Fase I (syok dan tidak percaya) ; seseorang menolak kepercayaan atau
kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa
tujuan. Reaksi secara fisik ermasuk pingsan, diaphoresis, mual, diare,
detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran) ; Seseorang mulai merasakan
kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami putus asa.
Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa
tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi) ; Berusaha untuk mencoba sepakat/damai dengan
perasaan yang ham-pa/kosong,
d. Fase IV ; Menekan seluruh perasaan yang negative dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bermasalah dan sangat menyesal
tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum.
e. Fase V ; Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/
disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat
menerima kondisinya.
2. Teori Kubler-Ross (1969)
Kerangka kerja yang ditawarkan adalah berorientasi pada perilaku. Proses
berduka ter-hadap kehilangan (Kubler-Ross) meliputi 5 tahap yaitu :
a. Tahap Denial (mengingkari kenyataan)
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya, atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar
terjadi.Reaksi fisik pada tahap ini adalah letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, me-nangis, gelisah, dan sering
kali individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat ber-langsung
selama beberapa menit hingga beberapa tahun.
Reaksi respon menolak mempercayai bahwa kehilangan terjadi secara
nyata dan mengisolasi diri.
Reaksi fisik ; letih, lemah, diare, gelisah, sesak nafas dan nadi cepat.
Contoh ; “tidak mungkin, berita kematian itu tidak benar. Saya tidak
percaya suami saya pasti nanti kembali.
b. Tahap Anger (marah)
Pada tahap ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul
sering di-proyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Orang
yang mengalami ke-hilangan tidak jarang menunjukkan perilaku agresif,
berbicara kasar, menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan
menuduh dokter atau perawat tidak berkompeten. Re-spon fisik yang
sering terjadi antara lain muka merah, denyut nadi cepat, gelisah, susah
tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.

52 Kebutuhan Dasar Manusia


Reaksi respon ; timbul kesadaran akan kenyataan kehilangan. Kemarahan
mening-kat kadang di proyeksi ke orang lain, tim kesehatan atau
lingkungan.
Reaksi fisik; nadi cepat, tangan mengepal, susah tidur, muka merah,
bicara kasar, dan agresif.
Contoh : “saya benci dengan dia karena…., “Ini terjadi karena dokter tidak
sungguh-sungguhdalam pengobatannya.
c. Tahap Bergaining (tawar menawar, penundaan realita kehilangan)
Pada tahap ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya
kehilangan dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus
atau terang-terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu
mungkin berupaya untuk melakukan tawar menawar dengan memohon
kemurahan Tuhan.
Reaksi respon : klien berunding dengan cara halus untuk mencegah
kehilangan dan perasaan bersalah. Memohon kepada Tuhan. Klien juga
mempunyai keinginan untuk melakukan apa saja untuk mengubah apa
yang sudah terjadi.
Contoh : “kalau saja saya sakit, bukan anak saya…”, “kenapa saya ijinkan
pergi. Kalau saja dirumah ia tidak akan kena musibah ini, “seandainya
saya hati-hati, pasti hal ini tidak akan terjadi”.
d. Tahap Depresi
Pada tahap ini pasien sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang-
kadang ber-sikap sangat menurut, tidak mau bicara, menyatakan
keputusan, rasa tidak berharga, bahkan bisa muncul keinginan bunuh
diri. Gejala fisik ditunjukkan antara lain menolak makan, susah tidur,
letih, dan lain-lain.
Reaksi respon : skap menarik diri, perasaan kesepian, tidak mau bicara
dan putus asa. Individu bisa melakukan percobaan bunuh diri atau
penggunaan obat berlebihan.
Reaksi fisik : susah tidur, letih, menolak makan, dorongan libido menurun.
Contoh : “biarkan saya sendiri”, “tidak usah bawa ke rumah sakit, sudah
nasib saya”.
e. Tahap Acceptance (Menerima)
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran
yang selalu berpusat pada objek yang hilang akan mulai berkurang atau
bahkan hilang. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila
individu dapat memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan
damai, maka dia dapat mengakhiri proses kehilangan secara tuntas.
Kegagalan untuk masuk keproses ini akan mempengaruhi kemampuannya
dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.
Reaksi respon : reorganisasi perasaan kehilangan, mulai menerima
kehilangan. Pikiran tentang kehilangan mulai menurun. Mulai tidak
tergantung dengan orang lain. Mu-lai membuat perencanaan.
Contoh : “ya sudah, saya ikhlaskan dia pergi.”, “ apa yang harus saya

Kebutuhan Dasar Manusia 53


lakukan supaya saya cepat sembuh”. “Ya pasti dibalik bencana ini ada
hikmah yang tersembunyi.
3. Teori Martocchio (1985)
Mengganbarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang
tindih dan tid-ak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri.
Reaksi yang terus menerus dari kesedihan bi-asanya reda dalam 6-12 bulan
dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 ta-hun.
4. Teori Rando Rando (1993)
Mendefinisikan respon berduka menjadi 3 kategori :
a. Penghindaran ; Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak
percaya.
b. Konfrontasi ; Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika
klien secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut.
c. Akomodasi ; Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan
akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia
sehari-hari dimana klien belajar un-tuk menjalani hidup dengan
kehidupan mereka.
Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang si-fatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dlam pandangan
umum berarti sesuatu yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan.
Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emo-si/
ego dari diri yang bersangkutan atau disekitarnya.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri
tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus
pada informasi yang salah, sehingga intervensi keperawatan yang tidak
tetap.
Perawat bekerjasama dengan klien yang mengalami berbagai tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien
untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mere-
ka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur barat, ketika
klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang
sangat besar, artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial,
yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang ser-ing terjadi
dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi
dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan duka cita.
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan duka cita. Ketika merawat
klien dan keluarga, perawat juga mengalami ke-hilangan pribadi ketika
hubungan klien-keluarga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulan-
gan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman
pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan
54 Kebutuhan Dasar Manusia
keluarganya selama kehilangan dan kematian.
C. KONSEP KEHILANGAN
• Definisi Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan.
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berhenti sejak kejadian tersebut. Kehilangan
mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau
traumatic, diantisipasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan
bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan
individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian
menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengala-minya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi di-mana
seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang
dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu
keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
• Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehilangan
1. Perkembangan
Anak-anak
a. Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan
b. Belum menghambat perkembangan
c. Bisa mengalami regresi
Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan
hidup, menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa
dihindari.
2. Keluarga
Keluarga mempengaruhi respond an ekspresi kesedihan. Anak terbesar
biasanya menunjukan sikap kuat, tidak menunjukkan sikap sedih secara
terbuka.
3. Faktor sosial ekonomi
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga,
berarti kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara
ekonomi, dan hal ini bisa mengganggu ke-langsungan hidup.
4. Pengaruh kultural
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur “barat”
menganggap kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga
hanya diutarakan pada keluarga, kesedihan tidak ditunjukkan pada orang
lain. Kultur lain menganggap bahwa mengekspresikan kesedi-han harus
dengan berteriak dan menangis keras-keras.
5. Agama
Kebutuhan Dasar Manusia 55
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan
bahwa kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang
menyalahkan Tuhan akan kematian.
6. Penyebab kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan
menyebabkan shock dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang
menganggap bahwa kematian akibat kecel-akaan diasosiasikan dengan
kesialan.
Kebutuhan Keluarga Yang Berduka Membutuhkan :
1. Harapan
a. Perawatan yang terbaik sudah diberikan
b. Keyakinan bahwa mati adalah akhir penderitaan dan kesakitan.
2. Berpartisipasi
a. Memberi perawatan
b. Sharing dengan staf perawatan
3. Support
a. Dengan support klien bisa melewati kemarahan, kesedihan, denial.
b. Support bisa digunakan sebagai koping dengan perubahan yang
terjadi.
4. Kebutuhan spiritual
a. Berdoa sesuai kepercayaan
b. Mendapatkan kekuatan dari Tuhan.
• Tipe Kehilangan
Kehilangan dibagi dalam 2 tipe, yaitu :
1. Aktual dan nyata mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya
amputasi, ke-matian orang yang sangat berarti/dicintai.
2. Persepsi hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapay dibuktukan,
misalnya; seseorang yang berhenti bekerja/PHK, menyebabkan perasaan
kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun.
• Jenis-jenis Kehilangan
Terdapat 5 kategori kehilangan, yaitu :
1. Kehilangan seseorang yang dicintai (actual loss) kehilangan seseorang
yang dicintai dan san-gat bermakna atau orang yang berarti adalah salah
satu yang paling mengganggu dari tipe-tipe kehilangan, yang mana harus
ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dam-pak kehilangan
bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan
dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau
anak biasanya memba-wa dampak emosional yang luar biasa dan tidak
dapat ditutupi. Contoh : kehilangan anggota badan, kehilangan suami/istri,
kehilangan pekerjaan.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan
adalah ke-hilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang, Anggapan

56 Kebutuhan Dasar Manusia


ini meliputi perasaan ter-hadap keaktratifan, diri sendiri, kemampuan
fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit.
Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang. Contoh : misalnya
kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-
sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan
seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan
benda tersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang dikenal dengan terpisahnya dari lingkungan
yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga
dalam waktu satu periode atau ber-gantian secara permanen. Contoh :
pindah ke kota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses
penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/meninggal seseorang dapat mengalami mati baik
secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya,
sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon
berbeda tentang kematian.
• Rentang Respon Kehilangan
1. Fase Denial
a. Reaksi pertama adalah syock, tidak mempercayai kenyataan Verbalisasi;
“itu tidak mung-kin”, “saya tidak percaya itu terjadi”.
b. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung ce-pat, menangis, gelisah.
2. Fase Anger/marah
a. Mulai sadar akan kenyataan
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah; nadi cepat; gelisah; susah tidur; tangan
mengepal
d. Perilaku agresif
3. Fase bargaining/tawar-menawar
Verbalisasi; “kenapa harus terjadi pada saya, kalau saja yang sakit bukan
saya, seandainya saya hati-hati”.
4. Fase depresi
a. Menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa
b. Gejala; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Fase acceptance
Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
Verbalisasi, “apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, yah
akhirnya saya harus operasi”.
• Dampak Kehilangan
1. Pada masa anak-anak. Kehilangan dapat mengancam kemampuan
untuk berkembang, ka-dang akan timbul regresi serta rasa takut untuk

Kebutuhan Dasar Manusia 57


ditinggalkan atau dibiarkan kesepian. Pada saat lahir sampai usia 2 tahun
tidak punya konsep tentang kematian. Dapat mengalami rasa kehilangan
dan duka cita. Pengalaman ini menjadi dasar untuk berkembangnya
konsep ten-tang kehilangan dan duka cita. Pada usia 2-5 tahun : menyangkal
kematian sebagai suatu proses yang normal. Melihat kematian sebagai
sesuatu dapat hidup kembali. Mempunyai ke-percayaan tidak terbatas
dalam kemampuannya untuk membuat suatu hal terjadi. Pada usia 5-8
tahun : melihat kematian sebagai akhir, tidak melihat bahwa kematian
akan terjadi pada dirinya. Melihat kematian sebagai hal yang menakutkan.
Mencari penyebab kematian. Pada usia 8-12 tahun : memandang kematian
sebagai akhir hayat dan tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu
menerima sifat akhir dan tidak dapat dihindari. Mungkin tak mampu
menerima sifat akhir dari kehilangan. Dapat mengalami rasa takut akan
kematian sendiri.
2. Pada masa remaja atau dewasa muda, kehilangan dapat menyebabkan
disintegrasi dalam keluarga. Remaja memahami seputar kematian, serupa
dengan orang dewasa. Harus menghadapi implikasi personal tentang
kematian. Menunjukkan perilaku beresiko. Dengan serius mencari makna
tentang hidup lebih sadar tentang masa depan.
3. Pada masa dewasa tua, kehilangan khususnya kematian pasangan hidup
dapat menjadi puku-lan yang sangat berat dan menghilangkan semangat
hidup orang yang ditinggalkan.

58 Kebutuhan Dasar Manusia


PERAWATAN KLIEN MENINGGAL DUNIA
A. DEFINISI KEMATIAN
Kematian suatu keadaan alamiah yang setiap individu pasti akan mengalaminya.
Secara umum, se-tiap manusia berkembang dari bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, lansia dan akhirnya mati.
Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan
tekanan darah, serta hilangnya respon terhadap stimulus eksternal, ditandai
dengan terhentinya aktivitas listrik otak, atau dapat juga dikatakan terhentinya
fungsi jantung dan paru secara menetap atau terhentinya kerja otak secara
menetap. Terdapat beberapa perubahan tubuh setelah kematian, diantaranya :
1. Algor mortis (Penurunan suhu jenazah)
Algor mortis merupakan salah satu tanda kematian yaitu terhentinya
produksi panas, sedangkan pengeluaran berlangsung terus menerus, akibat
adanya perbedaan panas antara mayat dan ling-kungan.
Faktor yang mempengaruhi Algor mortis yaitu :
a. Faktor lingkungan
b. Suhu tubuh saat kematian ( suhu meningkat, a.m.makin lama)
c. Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya
d. Aliran udara, kelembaban udara
e. Aktivitas sebelum meninggal, konstitusi tubuh
f. Sebab kematian, posisi tubuh
2. Livor mortis (Lebam mayat)
Livor mortis (lebam mayat) terjadi akibat peredaran darah terhenti
mengakibatkan stagnasi maka darah menempati daerah terbawah sehingaa
tampak bintik merah kebiruan.
3. Rigor mortis (Kaku mayat)
Rigor mortis adalah kekakuan pada otot tanpa atau disertai pemendekan
serabut otot.
Tahapan tahapan rigor mortis:
a. 0-2 sampai 4 jam : kaku belum terbentuk
b. 6 jam : Kaku lengkap
c. 12 jam : kaku menyeluruh
d. 36 j am : relaksasi sekunder
4. Dekomposisi ( Pembusukan)
Hal ini merupakan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh
mengalami dekomposisi baik yang disebabkan karena adanya aktifitas
bakteri, maupun karena autolisis. Skala waktu terjadinya pembusukan
Mulai terjadi setelah kematian seluler. Lebih dari 24 jam mulai tampak
warna kehijauan di perut kanan bawah (caecum).
Mekanisme:
Degradasi jaringan oleh bakteri → H2S, HCN, AA, asam lemak
H2S + Hb → HbS (hijau kehitaman).
Faktor yang mempengaruhi pembusukan:

Kebutuhan Dasar Manusia 59


a. Mikroorganisme
b. Suhu optimal (21 – 370C)
c. Kelembaban tinggi→cepat
d. Sifat mediumnya udara=air=tanah=(1:2:8)
e. Umur bayi, anak, ortu → lambat
f. Kostitusi tubuh : gemuk (cepat)
g. Keadaan waktu mati kematian :edema(cepat), dehidrasi(lambat)
h. Sebab kematian : radang (cepat)
Jenazah adalah seseorang yang meninggal karena penyakit. Perawatan
jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan kepada anggota keluarga yang bersangkutan,
transportasi ke kamar jenazah dan melakukan disposisi (penyerahan
barang-baran) milik pasien. Perawatan jenazah biasanya dilakukan karena
ditundanya pengubu-ran/kremasi, misalnya untuk menunggu kerabat yang
tinggal jauh di luar kota atau di luar negeri.
Perawatan jenazah pada penderita penyakit menular dilaksanakan dengan
selalu menerapkan ke-waspadaan universal tanpa mengakibatkan tradisi
budaya dan agama yang dianut keluarganya. Se-tiap petugas kesehatan
terutama perawat harus dapat menasehati keluarga jenazah dan mengambil
tindakan yang sesuai agar penanganan jenazah tidak menambah risiko
penularan pen-yakit seperti halnya hepatitis-B, AIDS, kolera dsb.
Tradisi yang berkaitan dengan perlakuan terhadap jenazah tersebut dapat
diizinkan dengan mem-perhatikan hal yang telah disebut di atas, seperti
misalnya mencium jenazah sebagai bagian dari upacara penguburan.
Perlu diingat bahwa virus HIV hanya dapat hidup dan berkembang dalam
tubuh manusia hidup, maka beberapa waktu setelah penderita infeksi-HIV
meninggal, virus pun akan mati.

B. JENIS KEMATIAN
Berikut ini terdapat beberapa definisi mengenai kematian sebagai berikut :
1. Mati klinis
Mati Klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah
henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi
tidak ireversibel. Pada masa dini kematian inilah, pemulaian resusitasi dapat
diikuti dengan pemulihan semua fungsi sistem organ vital termasuk fungsi
otak normal, asalkan diberi terapi optimal.
2. Mati biologis (kematian semua organ)
Mati biologis selalu mengikuti mati klinis bila tidak dilakukan resusitasi
jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati biologis
merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron otak
yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sirkulasi, diikuti oaleh
jan-tung, ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam
atau hari.
Pada kematian, seperti yang biasa terjadi pada penyakit akut atau kronik
yang berat, denyut jan-tung dan nadi berhenti pertama kali pada suatu saat,
ketika tidak hanya jantung, tetapi organisme secara keseluruhan begitu
terpengaruh oleh penyakit tersebut sehingga tidak mungkin untuk tetap

60 Kebutuhan Dasar Manusia


hidup lebih lama lagi. Upaya resusitasi pada kematian normal seperti ini
tidak bertujuan dan tidak berarti.
Henti jantung (cardiac arrest) berarti penghentian tiba-tiba kerja pompa
jantung pada organisme yang utuh atau hampir utuh. Henti jantung yang
terus berlangsung sesudah jantung pertama kali berhenti mengakibatkan
kematian dalam beberapa menit. Dengan perkataan lain, hasil akhir henti
jantung yang berlangsung lebih lama adalah mati mendadak ( sudden death).
Diagnosis mati jan-tung (henti jantung ireversibel) ditegakkan bila telah ada
asistol listrik membandel (intractable, gar-is datar pada EKG) selama paling
sedikit 30 menit, walaupun telah dilakukan RJP dan terapi obat yang optimal.
3. Mati serebral (kematian korteks)
Mati serebral adalah kerusakan ireversibel (nekrosis) serebrum, terutama
neokorteks. Mati otak (MO,kematian otak total) adalah mati serebral
ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, terma-suk serebelum, otak
tengah dan batang otak.

C. PENYEBAB KEMATIAN
Penyebab kematian menurut ilmu kedokteran tidak berhubungan dengan
jatuhnya manusia ke dalam dosa atau dengan Allah, melainkan diakibatkan
tidak berfungsinya organ tertentu dari tubuh manusia.
Kematian menurut dokter H. Tabrani Rab disebabkan empat faktor:
1. Berhentinya pernafasan
2. Matinya jaringan otak
3. Tidak berdenyutnya jantung
4. Adanya pembusukan pada jaringan tertentu oleh bakteri-bakteri
Seseorang dinyatakan mati menurut Dr. Sunatrio bilamana fungsi pernafasan/
paru-paru dan jan-tung telah berhenti secara pasti atau telah terbukti terjadi
kematian batang otak. Dengan demikian, kematian berarti berhentinya bekerja
secara total paru-paru dan jantung atau otak pada suatu makhluk.

D. TANDA KEMATIAN
1. Tanda Kematian Tidak Pasti
a. Berhentinya sistim pernafasan dan sistim sirkulasi.
Secara teoritis, diagnosis kematian sudah dapat ditegakkan jika jantung
dan paru berhenti selama 10 menit, namun dalam prakteknya seringkali
terjadi kesalahan diagnosis sehingga perlu dilakukan pemeriksaan dengan
cara mengamati selama waktu tertentu. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan mendengarkannya melalui stetoscope pada daerah precordial
dan larynx dimana denyut jantung dan suara nafas dapat dengan mudah
terdengar.
Kadang-kadang jantung tidak segera berhenti berdenyut setelah nafas
terhenti, selain disebabkan ketahanan hidup sel tanpa oksigen yang
berbeda-beda dapat juga disebabkan depresi pusat sir-kulasi darah yang
tidak adekwat, denyut nadi yang menghilang merupakan indikasi bahwa
pada otak terjadi hipoksia. Sebagai contoh pada kasus judicial hanging
dimana jantung masih berdenyut selama 15 menit walaupun korban
sudah diturunkan dari tiang gantungan.

Kebutuhan Dasar Manusia 61


b. Kulit yang pucat
Kulit muka menjadi pucat ,ini terjadi sebagai akibat berhentinya sirkulasi
darah sehingga darah yang berada di kapiler dan venula dibawah kulit
muka akan mengalir ke bagian yang lebih rendah se-hingga warna kulit
muka tampak menjadi lebih pucat.
Akan tetapi ini bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya. Kadang-
kadang kematian dihub-ungkan dengan spasme agonal sehingga wajah
tampak kebiruan.
Pada mayat yang mati akibat kekurangan oksigen atau keracunan zat-zat
tertentu (misalnya karbon monoksida) warna semula dari raut muka akan
bertahan lama dan tidak cepat menjadi pucat.(4,8)
c. Relaksasi otot
Pada saat kematian sampai beberapa saat sesudah kematian , otot-otot
polos akan mengalami relaksasi sebagai akibat dari hilangnya tonus.
Relaksasi pada stadium ini disebut relaksasi primer. Akibatnya rahang
turun kebawah yang menyebabkan mulut terbuka, dada menjadi kolap dan
bila tidak ada penyangga anggota gerakpun akan jatuh kebawah. Relaksasi
dari otot-otot wajah me-nyebabkan kulit menimbul sehingga orang mati
tampak lebih muda dari umur sebenarnya, se-dangkan relaksasi pada otot
polos akan mengakibatkan iris dan sfincter ani akan mengalami dilatasi.
Oleh karena itu bila menemukan anus yang mengalami dilatasi harus
hati-hati menyimpulkan se-bagai akibat hubungan seksual perani/anus
corong.
d. Perubahan pada mata
Perubahan pada mata meliputi hilangnya reflek kornea dan reflek cahaya
yang menyebabkan kor-nea menjadi tidak sensitif dan reaksi pupil yang
negatif . Hilangnya reflek cahaya pada kornea ini disebabkan karena
kegagalan kelenjar lakrimal untuk membasahi bola mata. Kekeruhan
pada kor-nea akan timbul beberapa jam setelah kematian tergantung dari
posisi kelopak mata, akan tetapi kornea akan tetap menjadi keruh tanpa
dipengaruhi apakah kelopak mata terbuka atau tertutup. Walaupun sering
ditemui kelopak mata tertutup secara tidak komplit, ini terjadi oleh karena
kekakuan otot-otot kelopak mata. Kekeruhan pada lapisan dalam kornea
ini tidak dapat dihilangkan atau diubah kembali walaupun digunakan air
untuk membasahinya.
Setelah kematian tekanan intra okuler akan turun, tekanan intra okuler
yang turun ini mudah me-nyebabkan kelainan bentuk pupil sehingga pupil
kehilangan bentuk sirkuler setelah mati dan uku-rannya pun menjadi tidak
sama ,pupil dapat berkontraksi dengan diameter 2 mm atau berdilatasi
sampai 9 mm dengan rata-rata 4-5 mm oleh karena pupil mempunyai sifat
tidak tergantung dengan pupil lainnya maka sering terdapat perbedaan
sampai 3 mm.
2. Tanda kematian pasti
Setelah beberapa waktu timbul perubahan paska mati yang jelas, sehingga
memungkinkan diagno-sa kematian menjadi lebih pasti. Tanda-tanda
tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian beru-pa:
a. Lebam mayat / Livor Mortis(hipostatis/lividitas paska mati)
b. Kaku mayat (rigor mortis)

62 Kebutuhan Dasar Manusia


c. Penurunan suhu tubuh
d. Pembusukan
e. Mummifikasi
f. Adiposera

E. PERUBAHAN PADA TUBUH SETELAH KEMATIAN


Perubahan pada tubuh mayat adalah dengan melihat tanda kematian pada
tubuh tersebut. Peru-bahan dapat terjadi dini pada saat meninggal atau
beberapa menit kemudian, misalnya:
1. Kerja jantung dan peredaran darah terhenti,
2. Pernapasan berhenti,
3. Refleks cahaya dan kornea mata hilang,
4. Kulit pucat,
5. Terjadi relaksasi otot.

F. TINDAKAN PERAWAT DALAM MENANGANI JENAZAH


Dalam menangani jenazah perawat harus melakukannya dengan hormat
dan sebaik-baiknya. Rasa hormat ini dapat dijadikan prinsip, dengan kata
lain, seseorang telah diperlakukan secara manusi-awi dan sama seperti orang
lain. Seorang perawat harus memperlakukan tubuh jenazah dengan hormat.
Sebelum kematian terjadi, anggota tubuh harus diikat dan kepala dinaikkan ke
atas bantal. Tubuh harus dibersihkan dengan membasuhnya dengan air hangat
secara perlahan. Segala sesuatu yang keluar dari tubuh pasien harus dicuci dan
dibersihkan rawatan posmortem,
Perawatan tubuh setelah kematian disebut perawatan postmortem. Hal ini dapat
menjadi tanggung jawab perawat. Perawat akan lebih mudah melakukannya
apabila bekerja sama dengan staf kesehatan lainnya. Adapun hal yang harus
diperhatikan :
1. Perlakukan tubuh dengan rasa hormat yang sama perawat lakukan terhadap
orang yang masih hidup.
2. Beberapa fasilitas memilih untuk meninggalkan pasien sendiri sampai
petugas kamar jenazah tiba.
3. Periksa prosedur manual rumah sakit sebelum melanjutkan perawatan
postmortem.

Kebutuhan Dasar Manusia 63


KEBUTUHAN BERMAIN DAN REKREASI
A. KONSEP DASAR BERMAIN
1. Pengertian
a. Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak
mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewaa
yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan
mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain.
b. Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung
kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang
diperoleh.
c. Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau
mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa di dalam perawatan pasien anak,
terapi bermain merupakan suatu kegiatan di dalam melakukan asuhan
keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
2. Keuntungan Terapi Bermain
Keuntungan-keuntungan yang didapat dari bermain, antara lain :
a. Membuang ekstra energy
b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot,
dan organ-organ.
c. Aktivitas yang dilakukan dapat merangsang nafsu makan anak.
d. Anak belajar mengontrol diri.
e. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya.
f. Meningkatnya daya kreativitas.
g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada
disekitar anak.
h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan
kedudukan.
i. Kesempatan untuk bergaul dengan anak lainnya.
j. Kesempatan untuk mengikuti aturan-aturan.
k. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

64 Kebutuhan Dasar Manusia


Riset membuktikan bahwa terapi bermain efektif untuk membantu anak-
anak dengan kondisi sebagai berikut : korban kekerasan (emosional, fisik,
seksual), tidak menunjukkan performa akademis, mengalami perceraian
orang tua, anak-anak yang diadopsi, pelaku dan korban bulliying, berduka,
keterlambatan perkembangan, temper tantrum, masalah kelekatan,
mengompol, mimpi buruk, dijauhi teman dan lain-lain.
Banyak ahli yang menyakini pentingnya bermain bagi kesehatan mental, fisik,
serta kesejahteraan sosial dan emosional. Freud dan Erikson meyakini bahwa
bermain membantu mengatasi kecemasan dan konflik. Bermain melepaskan
ketegangan, memungkinkan anak-anak mengatasi masalah kehidupan.
Terapi bermain memungkinkan anak menyalurkan energy yang berlebih
dan melepaskan emosi-emosi yang tertahan dan tidak dapat dikeluarkan
sebelumnya. Dalam terapi, bermain juga memberikan kesempatn untuk
menganalisa konflik anak dan cara menghadapinya. Dalam sesi terapi, anak
dapat merasa tidak terancam dan lebih mungkin mengekspresikan perasaan
mereka yang sesungguhnya.
3. Fungsi Bermain
Menurut Suherman (2000), fungsi bermain diantaranya yaitu :
a. Perkembangan sensori-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Dapat membantu perkembangan gerak
dengan memainkan obyek tertentu, misalnya meraih pensil.
b. Perkembangan kognitif dan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi melatih diri
dan juga dapat mengenali terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan
sekitarnya, terutama mengenai warna, bentuk, ukuran, tekstur, kegunaan
dan membedakan objek.
c. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dalam belajar memecahkan masalah
dari hubungan tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berekreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengembangkan
kreativitas mencoba sesuatu yang baru dan merealisasikan ide-idenya.
Misalnya, menyusun balaok dengan membongkar dan memasang satu alat
permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri (self Awareness)
Melaului bermain, anak akan memahami kemampuan dan kelemahan
diri, mengembangkan kemampuannya dalam mengatur tingkah laku
terhadap orang lain.

Kebutuhan Dasar Manusia 65


f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, interaksi
dengan orang lain terutama dari orang tua dan guru, bertingkah laku
sesuai harapan teman dan menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut, dapat menerapkan kejujuran
sehingga dapat diterima dilingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di Rumah Sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan
yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih,
dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang
dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas
dan mendapatkan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan yang
tidak enak yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak
akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi)
dan relaksasi melalui kesenangannya.
h. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat
mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar dan bermain
peran.
4. Kategori Bermain
a. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, anak banyak menggunakan
energy inisiatif dari anak sendiri. Bermain aktif meliputi :
• Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
• Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
• Bermain konstruksi
• Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-
rumahan.
• Bermain drama
• Misal bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
teman-temannya
• Bermain fisik
• Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
b. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bermain aktif
dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas

66 Kebutuhan Dasar Manusia


(hanya melihat).
Bermain pasif meliputi : Melihat gambar di buku/majalah, mendengar
cerita atau music, menonton televise, dan sebagainya.
5. Hal-hal yang Harus Doiperhatikan Dalam Aktivitas Bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemmpuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak tersmpil, sebelum meningkat
d. Jangan memaksa anak bermai, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
6. Ciri-ciri Bermain
a. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
b. Selalu ada timbal balik interaksi
c. Selalu dinamis
d. Ada aturan tertentu
e. Menuntut ruangan tertentu.

B. KONSEP DASAR ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE)


Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk :
1. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merrangsang pertumbuhan fisik anak, terdiri dari motoric kasar dan
halus. Contoh alat bermain motoric kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik
dan didorong, tali, dan lain-lain. Motorik halus :gunting, pensil, bola, balok,
lilin, dan lain-lain.
2. Pengembangan bahasa dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat
yang benar. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah,
radio, tape, TV, dan lain-lain.
3. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran,
bentuk, warna dan lain-lain. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku
cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio, dan lain-lain.
4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan
interaksi ibu dan anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan :
alat permainan yang dapat dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dan
lain-lain.

C. KARAKTERISTIK PERMAINAN SESUAI DENGAN TUMBUH


KEMBANGNYA
1. Usia 0-12 bulan
Tujuan
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.

Kebutuhan Dasar Manusia 67


b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih ketrampilan dengan gerakan yang berulang-ulanh.
Alat permainan yang diajurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan di mulut atau dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permaianan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13-24 bulan
Tujuan
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Genderang, bola dengan giring-giring di dalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari :alat rumah tangga (misal : cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastic, ember, Waskom, air), balok-balok
besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarana.
3. Usia 25-36 bulan
Tujuan
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan ketrampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna)
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinasi
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar
b. Lilin yang dapat dibentuk

68 Kebutuhan Dasar Manusia


c. Puzzel sederhana
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
f. Bola.
4. Usia 32-72 bulan
Tujuan
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan
f. Menumbuhkan sprtivitas
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas
i. Mengembangkan koordinasi motoric (melompat, memanjat, lari, dan lain-
lain).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motoric halus, dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pppeeengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dan lain-
lain.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat olahraga
b. Alat masak
c. Alat menghitung
d. Sepeda roda tiga
e. Benda berbagai macam ukuran.
f. Boneka tangan.
g. Mobil
h. Kapal terbang.
i. Kapal laut dan sebagainya.
6. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
Kebutuhan Dasar Manusia 69
a. Pada anak laki-laki : mekanik
b. Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
7. Usia praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakteristik permainannya adalah permainan intelektual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, computer, dan lain-lain.
Berikut adalah beberapa macam tehnik dan jenis alat permainan yang dipakai
di dalam ruang terapi.
1. Visualisasi Kreatif (pemahaman dan berfikir)
2. Dongeng atau bercerita (mengembangkan moral dan spiritual).
3. Seni (pengalaman kreatif dan estetika)
4. Musik (komunikasi)
5. Drama (hubungan sosial)
6. Boneka dan topeng (menyayangi diri sendiri)
7. Tarian dan gerakan (fisik)
8. Main pasir/dunia pasir (emosional)
• Klasifikasi Bermain Menurut Isi
1. Social Affective Play. Anak belajar memberi respon terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang
tua berbicara memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak
diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of Pleasure Play. Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang
ada disekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,
misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill Play. Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh
ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang
misalnya mengendarai sepeda.
4. Dramatika Play Role Play. Anak berfantasi menjalankan peran tertentu
misalnya menjadi ayah atau ibu.

• Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


1. Solitary Play. Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada
beberapa orang lain yang bermain disekitarnya. Bisa dilakukan oleh anak
balita Toddler.
2. Paralel Play. Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya
tidak ada interaksi dan tidak saling bergantung, biasanya dilakukan oleh
anak pre school. Contohnya bermain balok.
3. Asosiatif Play. Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan
aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya.

70 Kebutuhan Dasar Manusia


4. Kooperatif Play. Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana da nada aturan tertentu. Biasanya dilakukan
oleh anak usia sekolah Adolesen.
• Faktor yang mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit, perkembangan psikomotor kognitif terganggu.
3. Jenis kelamin.
4. Lingkungan : lokasi, Negara, kultur.
5. Alat permainan : senang dapt menggunakan.
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi
• Tahap Perkembangan Bermain
1. Tahap eksplorasi ; Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara
bermain.
2. Tahap permainan ; Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam
tahap permainan.
3. Tahap bermain sungguhan ; anak sudah ikut dalam permainan.
4. Tahap melamun ; merupakan tahapan terakhir anak membayangkan
permainan berikutnya.
• Tahap tumbuh Kembang dan Karakteristik Bermain Anak Usia Toddler (1-3
tahun)
1. Tahap Pertumbuhan
Perhitungan berat badan : Umur (tahun) x 2 – 8 : 2
Perhitungan panjang badan : Umur 1 tahun : 75 cm
: Umur 2-3 tahun = umur (tahun) x 6 - 77
2. Tahap perkembangan
a. Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmeun Freud
Fase anal (1-3 tahun) : daerah anal aktivitas, pengeluaran tinja menjadi
sumber kepuasan libido yang penting. Menunjukkan ke akuannya,
sikap narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egoistic.
Tugas utama anak : latihan kebersihan, perkembangan bicara dan bahasa
meniru dan mengulang kata sederhana, hubungan interpersonal anak
sangat terbatas, bermain sendiri, belum bisa bermain dengan anak lain.
b. Perkembangan psikoseksual menurut Erikson
Autonomi vs Shame and doubt : perkembangan ketrampilan motoric
dan bahasa dipelajari dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh
untuk mandiri, jika orang tua terlalu melindungi, menuntut harapan
terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu.
c. Stimulasi dan perkembangan anak
1) Anak umur 12-18 bulan
• Perkembangan anak : berjalan sendiri tidak jatuh, mengambil
benda kecil dengan jari telunjuk, mengungkapkan keinginan
secara sederhana, minum sendiri dari gelas tidak tumpah.

Kebutuhan Dasar Manusia 71


• Stimulasi dini : melatih anak naik turun tangga, bermain dengan
anak melempar dan menangkap bola besar kemudian kecil,
melatih anak menunjuk dan menyebut nama-nama bagian tubuh,
memberi kesempatan anak melepas pakaian sendiri.
2) Anak umur 18-24 bulan
• Perkembangan anak : berjalan mundur 5 langkah, mencoret-
coret dengan alat tulis, menunjukkan bagian tubuh dan menyebut
namanya, meniru melakukan pekerjaan rumah tangga.
• Stimulasi dini : melatih anak berdiri dengan satu kaki, mengajari
anak menggambar bulatan, garis segi tiga dan gambar wajah,
melatih anak mengikuti perintah sederhana, melatih anak mau
ditinggalkan ibunya sementara waktu.
3) Anak usia toddler
Menunjukkan karakteristik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak
bisa diam dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya
untuk mandiri. Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak
lebih bebas, spontan, dan menunjukkan otonomi baik dalam memilih
mainan maupun dalam aktivitas bermainnya. Anak mempunyai
rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu seringkali mainannya di
bongkar-pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan
keamanan dan keselamatan anak dengan cara tidak memberikan
alat permainan yang tajam dan menimbulkan perlukaan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah
“ solitary play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun
lebih jelas terlihat anak melakukan permainan sendiri dengan
mainannya sendiri, sedangkan pada usia lebih dari 2 tahun sampai
3 tahun, anak mulai dapat melakukan permainan secara parallel
karena sudah dapat berkomunikasi dalam kelompoknya walaupun
belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa belum begitu
lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah boneka,
pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda
macam-macam.
• Bermain di Rumah Sakit
1. Tujuan
a. Melanjutkan tumbuh kembang selama perawatan.
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat.
2. Prinsip
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana.
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
c. Kelompok umur sama.
d. Melibatkan keluarga/orang tua.
3. Upaya perawatan dalam pelaksanaan bermain
a. Lakukan saat tindakan keperawatan

72 Kebutuhan Dasar Manusia


b. Sengaja mencari kesempatan khusus.
4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
5. Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan bermain di Rumah Sakit
a. Faktor pendukung.
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama tim dan keluarga.
b. Faktor penghambat
Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain.
• Bermain Mewarnai Gambar
1. Definisi
Mewarnai adalah proses memberi warna pada suatu media. Mewarnai
gambar diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah
bergambar. Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif
untuk mengurangi stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi
pada anak.
2. Manfaat
a. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan
sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuhan/therapeutic play).
b. Dengan berekplorasi menggunakan gambar, anak dapat membentuk,
mengembangkan imajinasi dan bereksplorasi dengan ketrampilan
motoric halus.
c. Mewarnai gambar juga aman untuk anak usia toddler, karena
menggunakan media kertas gambar dank rayon.
d. Anak dapat mengekspresikan perasaannya atau memberikan pada
anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
e. Sebagai terapi kognitif, pada anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan stress, kognitifnya
tidak akurat dan negatif.
f. Bermain mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk
meningkatkan ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang
aman dari rasa marah dan benci.
g. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.

D. TERAPI REKREASI (RECREATIONAL THERAPY)


• Pendahuluan
Untuk memiliki gaya hidup yang sehat, rekreasi adalah salah satu keutamaan.
Rekreasi juga adalah aspek penting di dalam kehidupan seharian seseorang.
Selain nutrisi, olahraga, rekreasi merupakan salah satu faktor pendukung
gaya hidup sehat.
Salah satu terapi yang digunakan pada pasien gangguan jiwa adalah terapi
Kebutuhan Dasar Manusia 73
rekreasi. Dikarenakan terapi ini membuat pasien menjadi bahagia, senang,
dan dapat bersosialisasi anatara pasien, perawat, dan lingkungan sekitar.
Tetapi terapi rekreasi ini di Indonesia belum begitu terkenal dibandingkan
dengan terapi-terapi yang sudah ada saat ini. Terapi rekreasi ini bisa
dikombinasikan dengan terapi-terapi lain, seperti terapi lingkungan, terapi
music, terapi seni, dan terapi gerak.
Terapi rekreasi sangat efektif bagi pasien yang menarik diri, dikarenakan
pada pasien yang menarik diri interaksi sosialnya kurang. Diharapkan
setelah mengikuti terapi rekreasi ini, pasien yang awalnya menarik diri
dapat merubah sikap dan perilakunya untuk bersosialisasi dalam interaksi
dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
• Konsep Dasar Terapi Rekreasi
1. Definisi
Rekreasi berasal dari bahasa latin yaitu recretio yang berarti penyegaran
kesehatan (Torkildsen, 1992). Dengan kata lain, rekreasi membawa
maksud penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang.
Menurut Edington & Kraus et al. (1990), rekreasi merupakan satu aktivitas
yang dilakukan semasa waktu lapang, menyenangkan dan mempunyai
kualitas sosial.
Terapi rekreasi adalah keperawatan medis atau modalitas medis yang
menggunakan rekreasi, pendidikan rekreasi dan berbagai sumber daya
lain untuk membantu klien mencapai fisik mereka, emosional, fisiologis
dan spiritual tujuan sosial.
Terapi rekreasi adalah salah satu cara terbesar untuk membantu
meningkatkan kualitas hidup dan kualitas perawatan untuk orang dengan
cacat pada saat dia sering percaya hidup mereka “sudah berakhir, karena
ketidakmampuan saya”.
2. Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi merupakan cara baru untuk memberikan perawatan
kepada orang-orang yang menderita berbagai cacat dan penyakit.
Terapi rekreasi digunakan dibeberapa daerah penyakit seperti alzaimer,
Parkinson, gangguan kognitif dan neurologis.
Terapi rekreasi adalah suatu bentuk terapi yang mempergunakan
media rekreasi (Bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV,
dan sebagainya) dengan tujuan mengurangi gangguan emosional dan
memperbaiki perilaku melalui diskusi tentang kegiatan rekreasi yang
telah dilakukan, sehingga perilaku yang baik diulang dan yang buruk
dihilangkan.
Terapi rekreasi yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu
luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial.
Terapi rekreasi dapat membantu untuk menyembuhkan orang dengan
cara yang positif dan sebagai per-umpan balik dari pasien daan penelitian,
orang-orang yang menggunakan terapi ini jarang depresi atau stress
karena penyakit mereka.

74 Kebutuhan Dasar Manusia


3. Jenis Rekreasi
Rekreasi terbagi menjadi dua yaitu :
a. Rekreasi aktif ; adalah jenis rekreasi yang memerlukan banyak aktivitas
fisik/tenaga. Misalnya : mendaki gunung, sepak bola, travelling.
b. Rekreasi pasif ; adalah jenis rekreasi yang banyak melibatkan aktivitas
relaksasi dan tidak memerlukan banyak tenaga. Misalnya : menonton
TV, mendengarkan music, kuliner.
4. Manfaat Terapi Rekreasi
Adapun manfaat dari terapi rekreasi khususnya untuk klien dengan
gangguan jiwa antara lain :
a. Perkembangan dan pemeliharaan kekuatan, ketahanan, toleransi kerja,
dan koordinasi.
b. Mempraktikan pengguna gerakan volunteer maupun reflex dalam
tugas/kegiatan yang terarah.
c. Untuk mengeksplorasi potensi yang bersifat vocational atau melatih
skill yang dubutuhkn dalam penyesuaian kerja.
d. Meningkatkan fungsi sensasi, persepsi dan kognisi.
e. Meningkatkan ketrampilan sensasi sosialisasi serta pengembangan
emosi.
f. Meningkatkan kesejahteraan fisik (berat manajemen, diabetes, dan
hipertensi).
g. Meningkatkan kekuatan dan daya tahan menggunakan berbagai
modalitas pengobatan.
h. Positif manajemen strategi untuk mengatasi perilaku yang tidak
diinginkan.
i. Penurunan kecemasan.
j. Meningkatkan pengetahuan sumber daya masyarakat.
k. Penurunan isolasi sosial.
l. Meningkatkan fungsi sosial.
m. Pengembangan ketrampilan rekreasi baru.
n. Meningkatkan kemandirian dalam fungsi rekreasi.
o. Meningkatkan ekspresi kreatif.
p. Meningkatkan menejemen waktu luang.
5. Jenis Terapi Rekreasi
Jenis alat bantu yang akan digunakan sepenuhnya tergantung pada jenis
terapi rekreasi orang telah memilih. Misalnya, orang dengan masalah
kognitif dianjurkan untuk mengambil pelajaran music. Mereka diajarkan
music dengan bantuan alat music seperti gitar dan piano. Namun,
beberapa orang mungkin tidak sepenuhnya cocok untuk menggunakan
hal-hal ini.
Ada beberapa jenis terapi rekreasi dan beberapa yang popular seperti
alat bantu music gitar dan piano, hewan yang membantu terapi, tehnik
relaksasi, mediasi, spiritualitas, yoga, terapi bioskop, dan berkebun.
Kebutuhan Dasar Manusia 75
6. Pelaksanaan Terapi Rekreasi
Terapi rekreasi dapat dilakukan baik secara individual maupun dengan
kelompok tergantung dari keadaan pasien itu sendiri, serta jumlah tenaga
medis yang ada.
7. Metode Terapi Rekreasi
Individu :
a. Klien dapan mengungkapkan perasaannya tanpa dalam keadaan
tertekan dan keadaan rileks.
b. Mendapatkan lebih banyak informasi sekaligus mempermudah dalam
melakukan evaluasi.
c. Bagi klien yang cenderung tidak berani mengungkapkan perasaannya
dapat mengungkapkan perasaan lebih dalam tentang apa yang
dirasakan.
d. Klien mampu meningktkan manajemen waktu luang.
e. Klien memiliki pengembangan ketrampilan rekreasi baru.
Kelompok :
a. Klien dapat bersosialisasi dengan rekan-rekan lainnya dalam kelompok
tersebut.
b. Klien dapat belajar terbuka terhadap orang lain mengenai perasaan
serta masalah yang dihadapi.
c. Klien dapat bertukar pikiran dan saling mengisi dengan rekan-rekan
satu kelompok yang lainnya serta belajar untuk menemukan problem
solving dari perasaan yang dirasakan oleh klien.
d. Klien tidak merasa mengalami penurunan isolasi sosial.
e. Klien dapat meningkatkan fungsi sosial dalam bermasyarakat.
8. Waktu
Terapi rekreasi dilakukan antara 1 sampai 2 jam setiap session baik
individu maupun kelompok setiap hari, 2 kali atau 3 kali dalam seminggu
tergantung kesiapan pasien, tujuan terapi, tersediannya tenaga dan
fasilitas. Dibagi menjadi 2 bagian yaitu 1 jam untuk berdiskusi dan saling
tukar pendapat dengan terpis ataupun rekan pasien lainnya dan 1 jam
untuk melakukan evaluasi hasil diskusi. Dalam evaluasi ini dibicarakan
mengenai pelaksanaan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi
oleh pasien, problem solving yang ditemukan baik untuk rekan pasien
maupun dari petugas medis., perasaan yng dirasakn oleh klien setelah
dilakukan tindakan tersebut.
9. Media
Dalam pelaksanaan dalam terapi rekreasi ini merupakan suatu hal
yang sangat diperhitungkan, karena keberhasilan dari terapi ini sangat
tergantung dari media yang digunakan.
10. Tempat
Beberapa orang mengemukakan ruang yang cukup tenang dengan
udara yang sejuk, taman, alam bebas seperti : pegunungan dan danau

76 Kebutuhan Dasar Manusia


merupakan tempat yang cukup baik untuk digunakan sebagai sarana
terapi rekreasi. Dimana dalam tempat ini pasien dapat merasa nyaman
serta relaks sehingga pasien mampu mengungkapkan perasaannya tanpa
harus merasa tertekan.
Pada keadaan tertentu pada terapi rekreasi yang dilakukan dalam
ruangan, harus ditambahkan penggunaan media lain seperti suara music
dapat meningkatkan rasa nyaman pasien.
Bila terapi ini dilakukan di dalam ruamgan sifatnya berkelompok akan
lebih efektif jika terdiri dari 4 sampai 6 orang pada pasien. Jumlah ini
relative efektif bagi terapis serta pasien dalam pelaksanaan terapi.
11. Musik
Musik merupakan salah satu media rekreasi juga dapat ditambahkan saat
melakukan terapi. Keberadaan music juga dapat membuat pasien merasa
lebih tenang dan nyaman. Pada perkembangan terapannya, terapi music
juga sempat disebut sebagai terapi alternative karena digunkan bila
penanganan medis lain sudah dianggap tidak memadai lagi. Misalnya
dalam kasus autism dan katatonia (kekauan sekujur badan disebkan
gangguan psikologis), ketika kemampuan verbl menjadi hilang, terapi
music diharapkan dapat memberikan sumbangan yang lebih bermanfaat.
Musik mampu menghadirkan rasa emosi tertentu, bahkan respon fisik.
Untuk pasien jiwa, music dapat membantu mereka untuk berkumpul
dan bersama sebagai keluarga dan mengingatkan mereka pada saat
membahagiakan yang pernah terjadi pada diri mereka sehingga pasien
lebih tenang menghadapi masalahnya.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa efek biologis dari suara
dan music dapat mengakibatkan :
a. Energi otot akan meningkat atau menurun terkait dengan stimulasi
irama.
b. Tarikan nafas dapat menjadi cepat atau berubah secara teratur.
c. Membuat tubuh dan pikiran terasa rileks. Tubuh dan pikiran yang
rileks akan meningkaykan kemampuan penyembuhan diri secara
alami. Terapi music ini sangat cocok untuk pasien yang sedang dalam
masa penyembuhan.
d. Timbulnya berbagai efek pada denyut jantung, tekanan darah dan
fungsi endokrin.
e. Berkurangnya stimulus sensorik dalam berbagai tahapan.
f. Kelelahan berkurang atau tertunda akan tetapi ketegangan otot
meningkat. Perubahan yang meningkat elektrisitas tubuh.
g. Perubahan pada metabolism dan biosintesis pada beberapa proses
enzim.

Kebutuhan Dasar Manusia 77


KEBUTUHAN RASA CINTA DAN KASIH SAYANG
A. LATAR BELAKANG
Cinta dan kasih sayang merupakan bentuk dari rasa sayang yang diungkapkan
dengan kenginan seseorang untuk menunjukan rasa empati ,rasa ingin menjaga
,rasa kasih sayang, dan rasa social yang ada dalam dirinya kepada seseorang
yang dia sayangi ,dia kagumi , dia hormati dan dia jaga , cinta dan kasih sayang
akan membuat seseorang melakukan hal hal yang belum pernah dilakukan
yaitu dengan mengorbankan dirinya dan waktu untuk menyayangi dirinya.
Cinta dan kasih sayang merupakan aplikasi dari rasa kepedulian diri kita
kepada seseorang yang dekat dengan diri kita atau bahkan orang yang belum
pernah kita kenal sebelumnya , rasa cinta dan kasih sayang akan timbul dengan
seirinya waktu atau mungkin akan terus bertambah dengan ber-jalannya waktu
dari hari kehari, dari bulan ke bulan ,atau bahkan dari tahun ke tahun , hal itu
mungkin akan terasa indah ,bila cinta dan kasih sayang berjalan sesuai yang
direncanakan , tapi cin-ta dan kasih sayang juga ada masa untuk berselisih
atau bahkan dengan permasalahan yang akan menghampiri , ada saat nya hal
seperti itu bumbu dari cinta dan kasih sayang yang akan mempere-rat lagi.
Cinta dan kasih sayang dalam ruang lingkup ilmu social budaya dasar
dalam keperawatan begitu sangat erat karena dalam dunia keperawatan
sangat berkaitan dengan interaksi dengan pasien yang dalam kondisi yang
membutuhkan kasih sayang ,kepedulian seorang perawat untuk merawat klien
tersebut .
Ilmu social dan budaya dasar merupakan alternative pembelajaran keperawatan
tentang disiplin ilmu sosial yang digunakan dalam pendekatan dan pemecahan
masalah sosial yang ada di ling-kungan sekitar kita dan memberikan dasar-
dasar pengetahuan tentang konsep untuk mengkaji gejala social.
Ilmu social dan budaya dasar ini merupakan aspek kehidupan tentang ungkapan
masalah kemanu-siaan dan budaya, hakikat budaya serta sistem nilai budaya.
Ruang lingkup ini meliputi Manusia dan cinta kasih., Keindahan.,Tanggung
jawab., keadilan. Kegelisahan.,Harapan. dan Pandangan hidup. Hal ini yang di
pelajari .
Jadi , Ilmu social dan budaya dasar dengan cinta dan kasih sayang merupakan
hal yang sangat berkaitan dalam keperawatan memberikan dasar- dasar
seorang perawat berperan dalam ke-hidupan klien dan mengkaji permasalan
yang di rasakan klien , agar seorang perawat bisa memban-tu memecahkan
permasalan klien dengan memberikan solusi yang tepat. karena ada rasa cinta
dan kasih sayang untuk membantu penyelesaian masalah serta rasa kepedulian
tentang perasaan yang dihadapi pasien

78 Kebutuhan Dasar Manusia


B. PENGERTIAN CINTA DAN KASIH SAYING
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian cinta kasih. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indone-sia karangan W.J.S. Purwodarminta, cinta adalah rasa
sangat suka (kepada) atau rasa sayang (kepa-da), ataupun rasa sangat kasih atau
sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih, artinya perasaan sayang atau
cinta (kepada) atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian, arti cinta dan
kasih itu hampir sama sehingga kata kasih dapat dikatakan lebih memperkuat
rasa cinta. Oleh karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka
(sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.
Erich Fromm (1983: 24-27) dalam bukunya Seni Mencintai menyebutkan
bahwa cinta itu terutama member, bukan menerima, dan member merupakan
ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam
member adalah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu
menyertakan unsure-unsur dasar tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab,
perhatian, dan pengenalan.
Dr. Sarlito W. Sarwono mengemukakan bahwa cinta itu memiliki tiga unsur
yaitu ketertari-kan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan
untuk hanya bersama dia, segala pri-oritas hanya untuk dia. Keintiman yaitu
adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menun-jukan bahwa
antara Anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi sehingga panggilan-panggilan
formal seperti Bapak, Ibu, Saudara digantikan dengan sekedar memanggil
nama atau sebutan seperti sa-yang. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa
ingin membelai atau dibelai, rasa kangen jika jauh dan lama tidak bertemu,
adanya ucapan-ucapan yang mengungkapkan rasa sayang. Ketiga unsur cinta
tersebut sama kuatnya, jika salah satu unsur cinta itu tidak ada maka cinta itu
tidak sempurna atau dapat disebut bukan cinta.
Jadi , cinta kasih antar manusia adalah cinta kasih yang nyata dalam kehidupan
keseharian cinta bisa terwujud dengan berbagai tindakan dan pembuktian ,
cinta merupakan keajaiban yang Allah SWT berikan kepada setiap manusia
, rasa kasih sayang ,rasa ingin memiliki, menjaga dengan sepenuh hati ,rela
melakukan sesuatu hal demi membahagikan pasangan dan orang di sekitarnya,
melihat sesorang yang di cintai bahagia ia akan lebih bahagia ,. Bila yang di
cintainya sakit dan sedih dia lebih sakit dan sedih . itulah kekuatan cinta kasih
. cinta dan kasih sayang merupakan satu paket yang diberikan , semakin ia
bersamanya cinta dan kasih sayang semakin bertambah bukan berku-rang
, cinta dan kasih sayang merupakan pengorbanan yang begitu besar yang
bisa di berikan seseorang kepada orang yang di cintainya lewat tindakan dan
pengorbanan demi membahagian orang yang ia cintai dan ia kasihi.

C. HUBUNGAN CINTA DAN KASIH SAYANG DENGAN ISBD


Cinta dan kasih sayang merupakan Perasaan seseorang kepada orang yang
dia sayangi , dia kagumi ,dia jaga dan dia hormati , cinta dan kasih sayang bisa
diwujudkan dengan ungkapan perasaan dan tindakan kepada seseorang yang
ia cintai dan sayangi .
Ilmu sosial budaya dasar (ISBD) dapat dikatakan sebagai panduan atau integrasi
dari kajian ISD dan IBD. Sebagai integrasi dari ISD dan IBD, ISBD memiliki

Kebutuhan Dasar Manusia 79


kompetisi dasar menjadi ilmuwan yang profesional, yakni yang berpikir kritis,
kreatif, sistemik dan ilmiah, berwawasan luas, etis, serta memiliki kepekaan
dan empati terhadap solusi pemecahan masalah sosial dan budaya secara arif
(SK Dirjen Dikti No.44 tahun 2006).
Jadi , hubungan cinta dan kasih sayang dengan ISBD sangat erat kaitannya
karena dalam Ilmu social budaya dasar juga mempelajari manusia dan cinta
kasih , karena manusia pasti memiliki cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
nya , cinta dan kasih sayang dapat ditunjukan dalam ke-hiduan keseharian
dengan orang di sekitarnya, keluarga, tetangga ,teman sebaya ,orang tua dll.
Dalam Ilmu social budaya dasar mempelajari aspek social dan budaya dalam
kehidupan begitu juga dengan cinta kasih yang dintunjukan dalam kehidupan
rasa kepedulian, perhatian, rasa ingin men-jaga, memiliki dan rasa sayang.
Cinta kasih dalam Ilmu social budaya dasar juga sangat berkaitan dalam aplikasi
pembelajan keperawatan dikarnakan Perawat dalam hal ini sangat berkaitan
erat dengan seorang klien yaitu seseorang yang sedang sakit atau pasien dalam
kondisi yang menurun , bisa diakibatkan oleh pen-yakit yang dia alami dan
juga bisa juga adanya permasalahan yang dia alami di kehidupnya . jadi, dalam
hal ini seorang perawat harus tau bagaimana cara menanganinya dengan
memperhatikan unsur budaya dan social pasien/klien. Seorang perawat juga
dalam menangani pasien/ klien harus memiliki rasa kasih sayang , kepdulian
dan empati terhadap permasalahan pasien/klien

D. MACAM-MACAM CINTA
Menurut Erich Fromm (1983 : 54) dalam bukunya Seni Mencintai mengemukakan
tentang adanya berbagai macam-cinta yang dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Cinta Diri Sendiri
Secara alami manusia mencintai dirinya sendiri (self love) dan banyak orang
yang menafsirkan cinta diri sendiri diidentikan dengan egoistis. Jika demikian
cinta diri sendiri ini bernilai negatif. Na-mun apabila diartikan bahwa cinta
diri sendiri adalah mengurus dirinya sendiri, sehingga kebutuhan jamsmani
dan rohaninya terpenuhi seimbang ini bernilai positif. Dengan demikian
cinta terhadap dirinya tidak harus dihilangkan tetapi harus berimbang
dengan cinta kepada orang lain untuk ber-buat baik.
2. Cinta Sesama Manusia / Persaudaraan
Cinta kepada sesama manusia atau persaudaraan (agape. Bahasa Yunani) itu
merupakan watak manusia itu sendiri dan diwujudkan dalam tingkah laku
atau perbuatannya kepada sesama manu-sia. Perbuatan dan perlakuan yang
baik kepada sesama manusia bukan berarti karena seseorang itu membela,
menyetujui, mendukung dan berguna, bagi dirinya, melainkan dating dari
hati nuran-inya yang ikhlas disertai tujuan yang mulia. Motivasi perbuatan
dan perlakuan seseorang mencintai sesama manusia itu disebabkan karena
pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendirian (manu-sia sebagai
makhluk social) dan sudah merupakan suatu kewajiban.
3. Cinta Erotis
Cinta yang erat dorongannya dengan dorongan seksual (sifat membirahikan)
ini merupakan si-fat eksklusif (khusus) yang bias memperdayakan cinta yang
80 Kebutuhan Dasar Manusia
sebenarnya. Hal itu dikarenakan cinta dan nafsu tersebut letaknya tidak
berbeda jauh. Disi lain Cinta erotis jika didasari dengan cinta ide-al, kasih
sayang, keserasian maka berfungsi dalam melestarikan keturunan dalam
ikatan yang sah yaitu pernikahan. Sebaliknya jika tidak didasari kasih sayang
yaitu nafsu yang membutakan akal pikiran sehingga yang ada hanya nafsu
birahi didalamnya akan timbul rasa ketidak puasan bias be-rakhir dengan
sebuah perceraian bahkan akan mungkin timbul juga perselingkuhan atau
ke tempat pelacuran yang didalamnya tidak mungkin akan timbul rasa
kasih sayang karena yang ada hanya nafsu birahi berhubungan badan saja,
dengan uang sebagai bayarannya.
4. Cinta Keibuaan
Kasih sayang itu bersumber dari cinta keibuan, yang paling asli dan yang
terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya sendiri. Ibu dan anak
terjalin suatu ikatan fisiologi. Seorang ibu akan memelihara anaknya
dengan hati-hati penuh dengan kasih sayang dan naluri alami seorang ibu.
Sedangkan menurut para ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa dorongan
kebapakan bukan karena fisologis, melainkan dorongan psikis.
5. Cinta terhadap Allah
Merupakan puncak cinta manusia, yang paling jernih, spiritual dan yang
dapat memberikan tingkat perasaan kasih sayang yang luhur, khususnya
perasaan simpatik dan sosial. Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah
akan membuat cinyta menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya
dalam kehidupan dan menundukkan semua bentuk cinta yang lain.
6. Cinta terhadap Rasul
Ini merupakan ideal yang sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku,
moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya.

E. CARA MENGAPLIKASIKAN CINTA KASIH DAN ISBD DENGAN


PERAWAT
Hal yang harus di perhatikan dalam Proses keperawatan dengan pengaplikasian
cinta kasih dan Ilmu sosial budaya dasar :
1. Mengkaji Permasalahan yang dihadapi oleh Pasien/ klien bisa disebabkan
Penyakit yang di-alami pasien atau pun tekanan yang dialami pasien
2. Mencari informasi yang berkaitan dengan pasien
3. Melakukan Pendekatan terhadap pasien dan tidak menyinggung ras/ suku/
bahasa pasien
4. Menunjukan rasa empati ,kasih sayang dan rasa kepedulian terhadap pasien/
klien dengan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
5. Membuat Perencanaan penyelesaian masalah yang dialami pasien
6. Menjaga kerahasian /privasi pasien

Kebutuhan Dasar Manusia 81

Anda mungkin juga menyukai