Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

PENGKAJIAN SISTEM HEPATOBILIER DENGAN PENDEKATAN TEORI


ABRAHAM MASLOW

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LANJUT

DOSEN PEMBIMBING

ELVI OKTARINA, M.KEP, NS.SP.KEP.MB

DISUSUN OLEH :
TRI WAHYUNI 2021312020
FAJAR IDUL SAPUTRA 2021312007

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta kemudahan yang berlimpah, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Pengkajian Keperawatan Medika Bedah Lanjut:
“Pengkajian Sistem Hepatobilier Dengan Pendekatan Teori Abraham Maslow”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu
kami membutuhkan kritikan dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah kami kedepannya. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Atas semua perhatian pembaca, saya ucapkan terimakasih.

Padang, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................ii

BAB I.............................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................1

BAB II............................................................................................................................2

TINJAUAN TEORI........................................................................................................2

BAB III.........................................................................................................................11

PEGKAJIAN KEPERAWATAN DENGAN PENDEKATAN MASLOW.......................11

A. Pengkajian Five Hierarchy Of Needs..............................................................11

BAB IV........................................................................................................................13

PEMBAHASAN...........................................................................................................13

BAB V.........................................................................................................................14

PENUTUP...................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali manusia.
Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada hakikatnya setiap
manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan tersebut bersifat
manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup manusia. Siapapun
orangnya pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar.
Kegagalan pemenuhan kebutuhan dasar menimbulkan kondisi yang tidak
seimbang, sehingga diperlukan bantuan terhadap pemenuhannya kebutuhan
dasar tersebut. Disinilah pentingnya peranan perawat sebagai profesi kesehatan
di mana salah satu tujuan pelayananan keperawatan adalah membantu klien
dalam memenuhi kebutuhan dasarnya. Jenis-jenis kebutuhan dasar manusia
yang menjadi lingkup pelayanan keperawatan bersifat holistik yang mencakup
kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis,
yang tentunya bertujuan untuk mempertahankkan kehidupan dan kesehatan.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori hierarki
kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar,
yaitu kebutuhan fisiologis (makan, minum, oksigen), keamanan, cinta, harga diri,
dan aktualisasi diri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, ditemukan rumusan masalah bagaimana
teori dan model keperawatan Abraham Maslow diaplikasikan pada pengkajian
keperawatan pada sistem hepatobilier?

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Hati (Hepar)


1. Anatomi
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Hati adalah organ
intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan
orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat
kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas
atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati
berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem
porta hepatis. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh
adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang
berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang
berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena cava
sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan
dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit, kadang-kadang
dijadikan batas reseksi.

2. Fisiologi
Hati adalah suatu organ penting terletak di kwadran kanan atas abdomen. Hati
bertanggung jawab untuk :
a. Menyaring darah
b. Membuat empedu, suatu zat yang membantu pencernaan lemak
c. Memproses dan mengikat lemak pada pengangkutnya (protein) termasuk
kolesterol. Gabungan lemak dan protein disebut lipoprotein (Chylomicron,
VLDL, LDL, HDL), menyimpan gula dan membantu tubuh untuk mengangkut
dan menghemat energi.
d. Membuat protein-protein penting, seperti kebanyakan yang terlibat pada
pembekuan darah

4
e. Memetabolisme banyak obat-obatan seperti barbiturates, sedatives, and
amphetamines
f. Menyimpan besi, tembaga, vitamin A dan D, dan beberapa dari vitamin B
g. Membuat protein-protein penting seperti albumin yang mengatur pengakutan
cairan didalam darah dan ginjal
h. Membantu mengurai dan mendaurulang sel-sel darah merah

B. Pengkajian Pada Sistem Hepatobilier Teoritis


1. Manifestasi Umum
a. Ikterus adalah warna kuning pada sklera, pruritis, urine berwarnahitam, feses
berwarna putih (dempul) atau seperti tanah liat.
b. Dispnea, anoreksia, mual, muntah, nyeri epigastrik pada kuadrankanan atas,
nyeri terbakar pada punggung atau seperti teriris. Kaji adakah hubungan
antara nyeri dengan makan.
c. Kaji apakah ada kelelahan, malaise, penurunan vigor dan kekuatanmudah
mengalami memar, atau penurunan berat badan.

2. Riwayat Kesehatan
a. Kaji apakah klien pernah mendapat transfusi darah atau mempunyai kelainan
darah.
b. Kaji apakah klien pernah kontak dengan orang yang telah terinfeksi hepatitis
seperti kontak seksual tanpa perlindungan (kondom) atau mengonsumsi
makanan (air, susu, atau lauk pauk) yang telah tercemar.
c. Kaji apakah klien pernah terpapar obat atau zat beracun sepertikarbon
tetraklorida, kloroform, fostonik, arsenikum, etanol, halotan (Flouthane),
lozinazid, atau asetaminoten (Tylenol). Kaji apakah klien pernah
mengonsumsi jamur amnita. Kaji obat-obatan apa saja yang baru dikonsumsi
seperti sulfonamide, obatantidiabetes, prophylthiouracil (PTU), monoamine,
oksidaseinhibitor, atau asam aminobensoid.
d. Kaji apakah klien mempunyai riwayat pemakaian jarum suntik yang tidak
steril.

5
e. Kaji apakah klien mempunyai riwayat penyakit batu empedu, hepatitis, tumor,
pankreatitis, Wilson's disease, sindrom BuddChiari, dan tindakan bedah atau
transplantasi.
f. Kaji adakah anggota keluarga klien yang mempunyai riwayat menderita batu
empedu.
g. Kaji apakah klien mengonsumsi alkohol, jika klien mengonsumsinya kaji
berapa banyak yang dikonsumsi.

3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a. Permukaan perut/abdomen
Tegang, licin, tipis, pembesaran perut, mengeriput setelah pelebaran,
pengembangan, distensi, kulit perut menjadi kuning, adanya pelebaran
vena pada permukaan abdomen, kulit dinding perut tampak tebal.
b. Bentuk perut
Normal : simetris
Simetris :
1) Penimbunan cairan dirongga perut
2) Penimbunan udara dalam usus
3) Terlalu gemuk
Asimetris :
1) Tumor dalam rongga perut
2) Pembengkakan organ perut
3) Hamil (normal)
c. Gerakan dinding perut
Normal : mengempis pada ekspirasi dan mengembang pada inspirasi. Bila
diafragma lumpuh terjadi gerak dinding perut yang berlawanan. Gerakan
setempat disebabkan oleh gerak usus (peristaltic). Pada orang tua dan
kurus, gerakan peristaltic jelas terlihat.

6
d. Denyutan perut
Pada orang kurus ditemukan pada daerah epigastrium. Secara patologis
untuk menandakan adanya pembengkakan ventrikel kanan jantung.
Denyutan pada hipokondrium kanan merupakan denyutan pada vena hati
akibat dekompensasi kordis.

Palpasi Abdomen
a. Tempat nyeri tekan
Dimulai dari area yang tidak nyeri. Nyeri menunjukkan peradangan baik
peritoneum atau organ perut. Peritonitis paling sakit
b. Bagian perut yang tegang
Rigit (kaku). Pada orang dengan tegang mental, dinding perut dapat tegang
sekali dan dapat mengenai seluruh perut. Pada peritonitis seluruh perut
tegang disertai nyeri menyeluruh. Gejala kekakuan pada otot perut disebut
defense muskulus.

c. Organ-organ di rongga perut


Palpasi hati :
Normal : tidak teraba. Bila teraba bagaimana sifatnya ; tajam/tumpul (tepi
hepar), permukaan ; rata/benjol,konsistensi ; keras/kenyal.

Perkusi Abdomen
a. Pembesaran organ
b. Udara bebas dalam perut
c. Cairan bebas dirongga perut
Normal : Tympani.Kecuali di bawah arcus costa kanan/kiri karena ada hati dan
limpa. Bila pada usus terisi udara maka semua daerah tympani. Asites penuh
disebut gross asites. Ditemui shifting dullness yaitu adanya suara redup pada
pergeseran dan berubah menjadi tympani, seperti : sirosis hepatic dengan
asites.

7
Auskultasi Abdomen
a. Suara/bunyi peristaltic usus
Menghilang jika usus lumpuh pada ileus paralitik. Meninggi pada
penyumbatan usus (metalik sound). Mengeras pada diare
b. Gerakan cairan
Hanya didengar daerah hipogastrium kiri/hipokondrium kiri
c. Bising pembuluh darah
Normal : tidak terdengan.Terdengar bila penyumbatan/penyempitan yaitu
sistolik.

4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serologi virus
b. Skrining toksikologi (kadar asetaminofen tiap 1-2 jam hingga puncaknya di
tentukan)
c. Pemeriksaan pencitraan (USG pada abdomen kuadran kanan atas atau CT
abdomen, pemeriksaan Doppler terhadap vena porta dan hepatica)
d. Uji lainnya: serologi autoimun,seruloplasmain dan tembaga dalam urin)
e. Biopsi hepar (kecuali ada koagulopati)
f. Scan hati dengan radiotagged substances untuk menunjukan perubahan-
perubahan struktur hati
g. Pemeriksaan fungsi hati memberi hasil abnormal
h. Analisi darah akan memperlihatkan anemia
i. Pemeriksaan mengenai pembekuan dan perdarahan akan memperlihatkan
hasil abnormal
j. Pada pemeriksaan glukosa dapat terjadi hipoglikemia karena
glukoneogenesis terganggu

5. Pemeriksaan Laboratorium
a. Feses
Tes dasar : Inspeksi spesimen untuk jumlah, konsistensi, dan warna

8
Tes Khusus : Urobilinogen, lemak, nitrogen, parasit, patogen, residu
makanan
Tes darah samar/ warna Feses
1) Normal : coklat terang – coklat gelap
2) Hitam seperti melena : perdarahan pada saluran cerna atas
3) Merah terang – gelap ; perdarahan dari saluran cerna bawah
4) Lapisan darah pada permukaan feses/isu toilet : perdarahan rektal
bawah atau anal
b. DNA Testing
1) Mengkaji resiko genetik dan prenatal diagnosis untuk mengidentifikasi
individu resiko tinggi mengalami gangguan GI tertentu (CA, defisiensi
lactose, dan infamatory bowel disease)
2) Mencegah dan intervensi segera
3) Konseling genetik, support coping
4) Target : ca colon
c. Aminotransferase serum AST dan ALT (SGOT dan SGPT)
meningkatbervariasi (400-4000 IU atau lebih) selama fase prodromal
darihepatitis Virus akut dan mendahului peningkatan kadar biirubin. Ikterus
muncul jika kadar enzim AST dan ALT meningkat dan disertai icterus.
Ikterus akan menghilang secara progresif selama fasepenyembuhan,
keadaan ini akan ditunjukkan dengan peningkatanaminotransferase dan
peningkatan bilirubin terkonjugasi (pada saatIkterus menghilang).
Peningkatan aminotransaminase menunjukkeparahan dari kerusakan
hepatoseluler aktif.
d. Pemeriksaan serum (kadar bilirubin).
1) Kadar bilirubin serummeningkat >43 umol/L (2,5 mg/dL) menunjukkan
ikterus padaSklera atau kulit. Bila kadar bilirubin> 340 umol/L (5-20
mgdL) lama dan menetap selama perjalanan virus hepatitis
akutmenunjukkan penyakit berat. Pada klien dengan anemia
akibatdefisiensi G6 fosfat dehidrogenase dan anemia sel sabit
kadarbilirubin > 530 umol/L (30 mg/dl).

9
2) Neutropenia dan limfopenia ringan disertai dengan limfositosisrelatif.
Pengukuran waktu protrombin (PT) akan berkepanjanganpada
ganguuan sintesis berat, nekrosis hepatoseluler ekstensif,dan
prognosis yang buruk. Pada hepatitis virus akut dapat
terjadihipoglikemia akibat mual dan muntah yang berkepanjangan
sertaintake karbohidrat yang tidak memadai.Pada hepatitis virus
akutdengan komplikasi fosfatase alkali serum mungkin normal
atausedikit meningkat, dan penurunan albumin serum.Kadang
jugaditemukan steatore ringan, hematuria, dan proteinuria.
e. Pemeriksaan fraksi gammaglobulin difus. Selama hepatitis akutterjadi
sedikit peningkatan fraksi gammaglobulin (lgG dan IgM). Peningkatan IgM
khas pada hepatitis virus A (HVA).
f. Tes serologis untuk menegakkan diagnosis hepatitis A, B, C, danD. Pada
HAV didiagnosis hepatitis berdasarkan pada deteksiIgM anti-HAV selama
fase akut. Infeksi HBV selalu ditegakkanmelalui deteksi HbsAg serta
diagnosis ditegakkan dengan adanyaIgM anti-HBc selama sakit dan
penyembuhan. Titer HbsAgtertinggi pada klien dengan imunosupresan,
tetapi lebih rendatpada penyakit hati kronis (lebih tinggi pada hepatitis
kronispersisten daripada hepatitis kronis aktif), terendah pada
hepatitisfulminan akut. Serologi lain yang bermanfaat pada hepatitis Byaitu
HbeAG (ditemukan pada awal infeksi hepatitis B akut dandiindikasikan
pada hepatitis B kronis). Hbs rendah pada klienhepatitis B kronis (jarang
dapat dideteksi dengan adanya HBsAgpada klien dengan hepatitis akut).
HbsAg merupakan pertandaserologik pada klien yang telah mendapatkan
imunisasi hepatitisB yang terdiri atas HbsAG saja. Pada hepatitis C,
ditemukan anti-VCV dalam serum, demikian juga pada HDV ditemukan
antigenHDV intraterapeutik atau serokonversi anti-HD V.
g. Penurunan transaminase menunjukkan adanya kerusakan padaparenkim
hati.
h. Peningkatan fosfatase alkali pada kolestasis dan infiltrat hati.

10
i. Kadar albumin serum dan waktu protrombin untuk mengetahuifungsi
sintesis hati.

C. Konsep Teori Abraham Maslow


1. Abraham Harold Maslow (1908 - 1970)
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1
April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua
yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal
sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam
lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia tumbuh di perpustakaan
diantara buku-buku. Ia awalnya berkuliah umum, namun pada akhirnya, ia
memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada
saat ia berkuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada
bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu Profesor
Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan
Ph.D pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di
Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia
bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal
dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College.
Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict
seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia
kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang kemudian
menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia. Maslow menjadi
pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950
hingga 1960-an. Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai
akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian ia
dianugerahkan gelar Humanist of the Year oleh Asosiasi Humanis Amerika pada
tahun 1967.

11
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow
percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan.
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia dapat digolongkan
menjadi lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan dicintai,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurutnya bahwa
kebutuhan ini akan senantiasa muncul, meskipun mungkin tidak secara
berurutan. Artinya, ada sebagian orang karena suatu keyakinan tertentu memiliki
hierarki kebutuhan yang berbeda dibandingkan dengan yang lain. Semakin tinggi
hierarki kebutuhan yang terpuaskan, semakin mudah seseorang mencapai
derajat kemandirian yang optimal (Budiono & Sumirah Budi, 2016)
Piramida pada Hirarki Maslow membantu kita untuk menyusun tahap-tahap
kebutuhan, dimulai dari tingkatan yang paling dasar yaitu kebutuhan fisiologis.
Jika kebutuhan yang paling dasar telah terpenuhi, maka kebutuhan mulai
menjadi lebih kompleks, dan mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan cinta mencintai, kebutuhan harga diri, dan dibagian paling atas adalah
aktualisasi diri (Poston, 2009).

Kebutuhan aktualisasi
diri
Kebutuhan harga diri
Kebutuhan cinta dan
dicintai
Kebutuhan keselamatan
dan keamanan
Kebutuhan fisiologis

Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Dasar Maslow

a. Kebutuhan fisiologis

12
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan mutlak
harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan kelangsungan
kehidupan bagi tiap manusia. Kebutuhan ini merupakan syarat dasar, apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi kebutuhan yang
lainnya.
b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan
Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam, baik terhadap fisik
maupun psikososial. Ancaman terhadap keselamatan dan keamanan fisik
seseorang dapat dikategorikan ke dalam ancaman mekanik, kimia, termal
dan bakteri.
c. Kebutuhan cinta dan dicintai
Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang mengembangkan emosi
seseorang. Kebutuhan ini merupakan dorongan dimana seseorang
berkeinginan untuk menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau
hubungan emosional dengan orang lain.
d. Kebutuhan harga diri
Penghargaan terhadap diri sering merujuk pada penghormatan diri, dan
pengakuan diri. Untuk mencapai penghargaan diri, seseorang harus
menghargai apa yang telah dilakukannya dan apa yang akan dilakukannya,
serta meyakini bahwa dirinya benar dibutuhkan dan berguna.
e. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkat kebutuhan yang paling tinggi
menurut Maslow. Aktualisasi diri adalah kemampuan seseorang untuk
mengatur diri dan otonominya sendiri, serta bebas dari tekanan luar. Lebih
dari itu, aktualisasi diri merupakan hasil dari kematangan diri.

13
BAB III
PEGKAJIAN KEPERAWATAN DENGAN PENDEKATAN MASLOW

A. Pengkajian Five Hierarchy Of Needs

1. Kebutuhan Fisiologis :
a. Oksigenasi : (kaji RR, penggunaan otot bantu nafas, suara nafas)
b. Makan : (bagaimana kebiasaan makan pasien selama ini)
c. Minum : (bagaimana kebiasaan minum pasien selama ini)
d. Tidur : (bagaimana kebiasaan tidur pasien selama ini)
e. Eliminasi : (kaji karakteristik BAK dan BAB)
f. Seks : (kaji jika pasien berstatus menikah)

2. Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan


a. Keamanan tubuh : (lakukan pemeriksaan fisik abdomen )
b. Pekerjaan : (kaji apakah pasien bekerja atau tidak)
c. Sumber daya : (kaji hal produktif yang biasa pasien lakukan)
d. Moralitas : (kaji nilai positif yang pasien miliki)
e. Keluarga : (kaji keterlibatan keluarga dalam kesehatan pasien)
f. Kesehatan : (kaji kesehatan sekarang dan masa lalu pasien)
g. properti : (lakukan pemeriksaan diagnotik, dan laboratorium)

3. Kebutuhan Cinta dan Dicintai


Kaji bagaimana hubungann pasien dengan teman lingkungan rumah dan
pekerjaannya, bagaimana hubungan pasien dengan anggota keluarganya,
bagaimana hubungan pasien dengan suami/istrinya.

4. Kebutuhan Harga Diri


Kaji bagaiman konsep diri pasien, bagaimana peran pasien saat pasien sedang
sakit seperti saat ini.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri

14
Kaji bagaimana pasien dapat bertindak secara spontan dan dapat
menyelesaikan masalah sendiri, bagaimana pasien dapat menerima fakta bahwa
keberadaan pasien di rumah sakit.

B. Analisa Data
C. Diagnosa keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
E. Implementasi Keperawatan
F. Evauasi keperawatan

BAB IV
PEMBAHASAN

15
A. Kelebihan Teori Abraham Maslow
Maslow menunjukkan sebagai Teori Micro (Practice Theory), dimana teori
Maslow menjelaskan kebutuhan dasar manusia secara lebih spesifik dan
cakupannya (terbatas) sehinggan lebih mudah didefinisikan pada suatu fenomena
dan bersifat aplikatif.
Oleh karena itu, Maslow adalah salah satu dari beberapa teori yang
menghasilkan sistem konseptual dan teori Teori Micro (Practice Theory) di
keperawatan.
Pengkajian fisiologis menurut Abraham Maslow mencakup pengkajian dasar di
mana kebutuhan fisiologis sebagai kebutuhan dasar mengambil peranan yang
paling banyak sehingga pengkajian ini pada pasien dengan gangguan sistem
hepatobilier dapat tergambar dan terwakili dari pengkajian fisiologis dari Abraham
Maslow.

B. Kekurangan Teori Abraham Maslow


Teori Abraham Maslow ini tidak mengkaji kebutuhan spiritual pasien. Di mana
perawat juga sebaiknya harus mengakaji tentang kebutuhan spiritual pasien yang
dinilai juga sangat penting dalam proses asuhan keperawatan yang sedang
dilakukan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

16
Menurut Abraham Maslow, kebutuhan dasar manusia dapat digolongkan
menjadi lima tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs), yaitu kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keselamatan dan keamanan kebutuhan cinta dan dicintai, kebutuhan
harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurutnya bahwa kebutuhan ini akan
senantiasa muncul, meskipun mungkin tidak secara berurutan. Artinya, ada
sebagian orang karena suatu keyakinan tertentu memiliki hierarki kebutuhan yang
berbeda dibandingkan dengan yang lain. Semakin tinggi hierarki kebutuhan yang
terpuaskan, semakin mudah seseorang mencapai derajat kemandirian yang
optimal.
Maslow menunjukkan sebagai Teori Micro (Practice Theory), dimana teori
Maslow menjelaskan kebutuhan dasar manusia secara lebih spesifik dan
cakupannya (terbatas) sehinggan lebih mudah didefinisikan pada suatu fenomena
dan bersifat aplikatif.

B. Saran
Diharapkan dalam melakukan pengkajian kepada pasien perawat dapat
menggunakan teori konsep “Hierarki Abraham Maslow” dengan menambahkan
teori-teori konsep asuhan keperawatan lainnya sehingga pengkajian dapat
dilakukan secara komprehensif dan masalah keperawatan klien dapat diatasi
dengan tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Bowlus, Lim, & Lindor, 2019; Cheung & Flamm, 2019; Clerbaux et al., 2019; Dhingra,
Ward,

17
& Thung, 2016; Evon et al., 2016; Goud Kurelli, Wang, Abbas, Kanduri, & Liu,
2020; Hu et al., 2020; Hynes, Duffin, & Catanzano, 2020; Madadi-Sanjani,
Petersen, & Ure, 2017; Mak, Low, Junnarkar, Huey, & Shelat, 2019; Marolf, 2017;
Olthof et al., 2017; Pessaux et al., 2018; Vélez-Gutierrez, Gutierrez-Villamil,
Arevalo-Leal, Mejía-Hernandez, & Marín-Oyaga, 2019; Yu & Uyeda, 2020)Bowlus,
C. L., Lim, J. K., & Lindor, K. D. (2019). AGA Clinical Practice Update on
Surveillance for Hepatobiliary Cancers in Patients With Primary Sclerosing
Cholangitis: Expert Review. Clinical Gastroenterology and Hepatology, 17(12),
2416–2422. https://doi.org/10.1016/j.cgh.2019.07.011

Cheung, A., & Flamm, S. (2019). Hepatobiliary Complications in Critically Ill Patients.
Clinicsin Liver Disease, 23(2), 221–232. https://doi.org/10.1016/j.cld.2018.12.005

Clerbaux, L. A., Manco, R., Van Hul, N., Bouzin, C., Sciarra, A., Sempoux, C., …
Leclercq, I. A. (2019). Invasive Ductular Reaction Operates Hepatobiliary
Junctions upon Hepatocellular Injury in Rodents and Humans. American Journal
of Pathology, 189(8), 1569–1581. https://doi.org/10.1016/j.ajpath.2019.04.011

Dhingra, S., Ward, S. C., & Thung, S. N. (2016). Liver pathology of hepatitis C, beyond
grading and staging of the disease. World Journal of Gastroenterology, 22(4),
1357–1366. https://doi.org/10.3748/wjg.v22.i4.1357

Evon, D. M., Wahed, A. S., Johnson, G., Khalili, M., Lisker-Melman, M., Fontana, R. J.,
… Hoofnagle, J. H. (2016). Fatigue in Patients with Chronic Hepatitis B Living in
North America: Results from the Hepatitis B Research Network (HBRN). Digestive
Diseases andSciences, 61(4), 1186–1196. https://doi.org/10.1007/s10620-015-
4006-0

Goud Kurelli, S. C., Wang, J., Abbas, S., Kanduri, H. K., & Liu, W. (2020).
Hepatobiliary and hepatic vascular anatomy evaluated with computed

18
tomography and magnetic resonance imaging: The current status. Radiology of
Infectious Diseases, 0–5. https://doi.org/10.1016/j.jrid.2020.02.005

Hu, Q. L., Liu, J. B., Ellis, R. J., Liu, J. Y., Yang, A. D., D’Angelica, M. I., … Merkow, R.
P. (2020). Association of preoperative biliary drainage technique with
postoperative outcomes among patients with resectable hepatobiliary malignancy.
Hpb, 22(2), 249–257. https://doi.org/10.1016/j.hpb.2019.06.011

Hynes, D., Duffin, C., & Catanzano, T. (2020). Infections of the Hepatobiliary System.
Seminarsin Ultrasound, CT and MRI, 41(1), 46–62.
https://doi.org/10.1053/j.sult.2019.10.003

Madadi-Sanjani, O., Petersen, C., & Ure, B. (2017). Minimally Invasive Hepatobiliary
Surgery. Clinics in Perinatology, 44(4), 805–818.
https://doi.org/10.1016/j.clp.2017.08.004

Mak, M. H. W., Low, J. K., Junnarkar, S. P., Huey, T. C. W., & Shelat, V. G. (2019).
A prospective validation of Sepsis-3 guidelines in acute hepatobiliary sepsis:
qSOFA lacks sensitivity and SIRS criteria lacks specificity (Cohort Study).
International Journal of

19
Surgery, 72, 71–77. https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2019.10.022

Marolf, A. J. (2017). Diagnostic Imaging of the Hepatobiliary System: An Update.


VeterinaryClinics of North America - Small Animal Practice, 47(3), 555–
568.https://doi.org/10.1016/j.cvsm.2016.11.006

Olthof, P. B., Tomassini, F., Huespe, P. E., Truant, S., Pruvot, F. R., Troisi, R. I., …
de Santibanes, E. (2017). Hepatobiliary scintigraphy to evaluate liver function
in associating liver partition and portal vein ligation for staged hepatectomy:
Liver volume overestimates liver function. Surgery (United States), 162(4),
775–783. https://doi.org/10.1016/j.surg.2017.05.022

Pessaux, P., Faucher, V., Cuny, R., Stephan, M., Klein, F., González, C., …
Lugiez, C. (2018). One-day diagnosis for hepatobiliary and pancreatic lesions:
An innovative patient-centered care pathway organization. Journal of Visceral
Surgery, 155(6), 439–443. https://doi.org/10.1016/j.jviscsurg.2018.02.005

Vélez-Gutierrez, C., Gutierrez-Villamil, C., Arevalo-Leal, S., Mejía-Hernandez, G., &


Marín-Oyaga, V. (2019). Hepatobiliary scintigraphy in the study of
complications in adult patients after liver transplant. Description of the
experience. Revista Española de Medicina Nucleare Imagen Molecular
(English Edition), 38(4), 207–211.https://doi.org/10.1016/j.remnie.2019.05.001

Yu, H. S., & Uyeda, J. W. (2020). Imaging of Acute Hepatobiliary Dysfunction.


RadiologicClinics of North America, 58(1), 45–58.
https://doi.org/10.1016/j.rcl.2019.08.008

Anda mungkin juga menyukai