Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa sampai akhir zaman.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu baik berupa saran, motivasi maupun bantuan-bantuan lain yang turut

mendukung selesainya penelitian ini. Oleh karena itu kepada para dosen jurusan

Manajemen Dakwah khususnya kepada Bapak Muhammad Rosyid Ridla, M.Si, Bapak

Bayu Mitra A. Kusuma, M.AP, M.Pol.Sc dan Bapak Munif Solikhan, S.Sos.I., M.AP

yang telah memberikan kesempatan dan pengarahan dalam menyelesaikan penelitian

ini.

Penulis menyadari dalam penelitian ini banyak terdapat kekurangan karena

penulis masih dalam tahap pembelajaran. Namun, penulis tetap berharap agar penelitan

ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran dari penulisan penelitian

ini sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada penelitian berikutnya.

Untuk itu penulis ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 11 Januari 2017

Penulis

i
1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 2
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 4
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................................... 4
D. Kajian Pustaka........................................................................................................ 5
E. Kerangka Teori....................................................................................................... 6
F. Metode Penelitian............................................................................................... 221
G. Metode Analisis Data ......................................................................................... 255
H. Sistematika Pembahasan .................................................................................... 255
BAB II GAMBARAN UMUM JAMA’AH TABLIGH .............................................. 277
A. Sejarah berdirinya Jama’ah Tabligh .................................................................. 277
B. Ajaran Pokok Jama’ah Tabligh ........................................................................... 31
C. Program Kegiatan Dakwah Jam’ah Tabligh ....................................................... 32
D. Visi dan Misi Jama’ah Tabligh ........................................................................ 332
E. Struktur Organisasi .............................................................................................. 33
BAB III ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN DAKWAH PADA
JAMA’AH TABLIGH ................................................................................................. 345
A. Penerapan Perencanaan Dakwah Pada Jama’ah Tabligh .................................. 355
B. Penerapan Pengorganisasian Pada Dakwah Jama’ah Tabligh .......................... 388
C. Penerapan Pelaksanaan Dakwah Pada Jama’ah Tabligh ................................... 411
D. Penerapan Pengawasan Pada Dakwah Jama’ah Tabligh ..................................... 44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 466
A. Kesimpulan........................................................................................................ 466
B. Saran .................................................................................................................. 477
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 488
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................................ 50
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah. Yaitu agama yang menugaskan umatnya

untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia.

Sebagai rahmat bagi seluruh alam, Islam juga menjamin terwujudnya

kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia, bila mana ajaran Islam yang

mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan

dilaksnakan dengan sungguh-sungguh. Usaha untuk menyebar luaskan Islam,

begitu pula untuk merealisasikan ajarannya di tengah-tengah kehidupan umat

manusia adalah usaha Islam.1

Pada zaman modern sekarang ini boleh dikatakan bahwa tidak ada

suatu usaha kerjasama manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang

tidak mengimplementasikan manajemen. Maka usaha dakwah yang lebih luas

tidak dapat berjalan secara efektif dan efisien, apabila tidak disertai dengan

manajemen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa manajemen dakwah

merupakan proses tentang bagaimana mengadakan kerjasama, dengan sesama

muslim untuk menyebar luaskan ajaran Islam ke dalam tata kehidupan umat

manusia dengan cara yang efektif dan efisien.2

1
Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, hlm. 1.

2
Amin, Samsul Munir, Imu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009, hlm. 228.
3

Secara historis, perkembangan dakwah di Indonesia yang dilakukan

oleh berbagai organisasi sosial keagamaan ditempuh dengan berbagai corak,

seperti NU, Persatuan Islam, Ikhwanul Muslimin, Jama’ah Tabligh, Darul

Arqam, Ahmadiyah, Salafiyah dan sebagainya. Corak dari gerakan-gerakan

tersebut sangat beragam. Ada yang berorientasi pada kehidupan tarekat, sosial

keagamaan dan perjuangan politik serta ingin menghidupkan kembali Islam

masa lalu.

Diantara gerakan-gerakan Islam tersebut, ada satu yang menarik, yaitu

Jama’ah Tabligh. Gerakan ini muncul di Yogyakarta sekitar awal tahun 1980-

an, tetapi pada perkembangannya semakin lama semakin menampilkan

eksistensinya bahkan mempunyai daya tarik tersendiri bagi generasi muda.

Tidak sedikit dari kalangan pelajar dan mahasiswa bahkan sarjana yang

bergabung dalam gerakan terebut.

Jama’ah Tabligh merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi

munkar, yang bersumber pada al-Qur’an dan hadits. Artinya gerakan ini

dalam segala aktivitas selalu bersandarkan pada ajaran-ajaran Islam. Selain

itu juga ia mengajak dan memerintahkan amar ma’ruf dan melarang serta

mencegah dari perbuatan munkar. Oleh karena itu, maka ia berusaha untuk

meningkatkan posisi umat Islam. Jama’ah Tabligh juga berikhtiyar untuk

membersihkan tauhid Islam dari berbagai penyakit khurafat, bid’ah dan

mitos. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk dakwah Islamiyah (tabligh)

yang bertujuan demi terwujudnya masyarakat yang berkehidupan sesuai


4

dengan kemauan dan kehendak Islam yaitu adil dan makmur yang diridhai

Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, maka rumusan masalahnya yaitu,

Bagaimana implementasi manajemen dakwah yang terdiri dari planning,

organizing, actuating dan controlling pada Jama’ah Tabligh di Yogyakarta?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta mendeskripsikan

manajemen dakwah pada Jama’ah Tabligh di Yogyakarta.

Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah;

1. Secara teoritis, penelitian ini berguna bagi peneliti pada khususnya dan

para pembaca pada umumnya untuk menambah wawasan dan pengetahuan

tentang manajemen dakwah Jama’ah Tabligh.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran

bagi pengelolaan dakwah pada Jama’ah Tabligh dalam menerapkan ilmu

manajemen.

3. Diharapkan penelitian ini organisasi-organisasi dakwah semakin

menyadari akan keberadaan ilmu manajemen ditengah-tengah proses

dakwah Islam, mengingat manajemen selalu mengutamakan sistematika

kerja.
5

D. Kajian Pustaka

Peneliti melihat dan meninjau beberapa karya terdahulu guna

membandingkan dalam penelitian. Selain untuk menghindari penelitian

sejenis, memaparkan kajian pustaka bertujuan untuk mempertajam metode

penelitian, memperkuat kerangka teoritik dan memperoleh informasi tentang

penelitian sejenis yang telah dilakukan penulis, antara lain:

1. Skripsi yang ditulis oleh Badryanto yang berjudul “Manajemen Dakwah

Nahdlatul Ulama (Studi Terhadap Kepemimpinan Abdurrahman

Wahid)”. Dalam penelitiannya Badryanto membahas tentang manajemen

dakwah Nahdlatul Ulama pada masa kepemimpinan Abdurahman Wahid

dalam mengatur dan memajukannya secara organisasi.3

2. Skripsi yang ditulis oleh Faidholloh Muqtafi yang berjudul “Penerapan

Fungsi-fungsi Manajemen Pada Dakwah Bil Hal (Studi di Gerakan

Pemuda Ansor Pacitan Tahun 2016-2017). Dalam penelitiannya

membahas tentang penerapan fungsi-fungsi manajemen dakwah yang

dilakukan oleh Gerakan Pemuda Ansor Pacita pada periode

kepengurusan tahun 2016-2017.4

3. Skripsi yang ditulis oleh Ismi Syayuman yang berjudul “Khuruj Dalam

Jama’ah Tabligh (Studi Terhadap Pengikut Jama’ah Tabligh di Masjid

Jami’ Al-Ittihaad Jalan Kaliurang KM.5, Kecamatan Depok, Kabupaten

3
Badryanto, “Manajemen Dakwah Nahdlatul Ulama (Studi Pada Kepemimpinan
Abdurahman Wahid)”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Dakwah & Komunikasi, UIN Sunan
Kalijaga, 2011).

4
Faidholloh Muqtafi “Penerapan Fungsi Manajemen Pada Dakwah Bil Hal (Studi di
Gerakan Pemuda Ansor Pacitan Tahun 2016-2017)”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Dakwah &
Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga, 2011).
6

Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)”. Dalam penelitiannya

membahas tentang kegiatan yang dilaksanakan oleh Jama’ah Tablgih

dalam program khuruj dan respon masyarkat terhadap tentang Khuruj.5

E. Kerangka Teori

1. Pegertian manajemen

Salah satu unsur yang sangat penting dan menunjang keberhasilan

suatu organisasi atau lembaga dalam kegiatan yang sudah disepakati

bersama adalah manajemen. Untuk mencapai sukses, maka tentulah

diperlukan suatu komitmen kerjasama dalam organisasi tersebut serta

kegiatan-kegiatan yang di manage dengan baik.

Manajemen baik sebagai ilmu (science) maupun sebagai seni (art)

pada mulanya tumbuh dan berkembang di kalangan dunia industri dan

perusahaan (business). Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya

ternyata eksistensi manajemen sangat diperlukan dan bermanfaat bagi

setiap usaha dalam berbagai lapangan. Pada zaman modern ini boleh

dikatakan tidak ada suatu usaha kerjasama untuk mencapai suatu tujuan

tertentu baik organisasi atau lembaga yang tidak mempergunakan

manajemen.6 Sebab dengan adanya manajemen yang difungsikan

5
Ismi Syayuman, “Khuruj Dalam Jama’ah Tabligh (Studi Terhadap Pengikut Jama’ah
Tabligh di Masjid Jami’ Al-Ittihaad Jalan Kaliurang KM.5, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)”, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan
Kalijaga, 2007).

6
Abd. Rosyad Shaleh, Op, Cit., hlm. 4.
7

sebagaimana mestinya akan menghasilkan dan mencapai sasaran dengan

efektif dan efisien.7

Sebelum mengemukakan pengertian manajemen terlebih dahulu

dikemukakan asal kata manajemen. Kata manajemen berasal dari bahasa

Inggris, yang dari kata kerja to manage, yang sinonimnya antara lain to

hand yang berarti mengurus, to control, yang berarti memeriksa dan to

guide yang berarti memimpin. Jadi apabila dari katanya, maka manajemen

berarti mengurus, mengendalikan, memimpin atau membimbing.8

Dalam mendefinisikan manajemen ada beberapa pendapat sebagai

berikut:

Manajemen dikatakan sebagai ilmu dan seni menurut M. Manullang,

“Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

penyusunan, pengarahan dan pengawasan sumberdaya untuk mencapai

tujuan”9

Manajemen dikatakan sebagai suatu aktivitas menurut Prof. Drs. .

Zaini Muchtarom, MA, “Manajemen adalah aktivitas untuk mengatur

kegunaan sumberdaya bagi tercapainya tujuan organisasi secara efektif”. 10

7
Melayu SP. Hasibuan, Manajemen Pengertian dan Masalah, (Jakarta: CV.Haji Mas
Agung), hlm.2.

8
E.K Mockhtar Effendi, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam,
(Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1986) hlm. 9.

9
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), hlm.15.

10
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996). Hlm.37.
8

Manajemen dikatakan sebagai proses menurut George R. Terry seperti

dikutip Rosady Ruslan, mendefinisikan “manajemen merupakan sebuah

proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian yang dilaksanakan untuk

menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya.11

Jadi manajemen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap

kegiatan dakwah yang dilakukan Jama’ah Tabligh di Yogyakarta.

2. Unsur-unsur Manejemen

Sarana-sarana atau unsur-unsur manajemen itu lebih dikenal dengan

istilah “6 M” dalam manajemen, dengan kata lain, sarana tools atau

manajemen untuk mencapai tujuan adalah man, money, material,

machines, methods, dan market (manusia, uang, bahan, mesin, cara, dan

pasar).12

Dari 6 M ini akan dijelaskan lebih rinci,unsur-unsur manajemen

tersebut:

a. Man (manusia)

Manusia merupakan sarana penting atau sarana utama untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Tanpa adanya

manusia,tidak akan mungkin mencapai tujuan. Tegasnya manusialah

11
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan
Aplikasi), (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998 ), hlm. 1.

12
M. Manullang, Op, Cit., hlm.16
9

yang akan menjalankan fungsi manajemen dalam operasional sebuah

organisasi, dalam hal ini termasuk bagaimana menempatkan orang

yang tepat pada posisi yang tepat.

b. Money (uang)

Untuk melakukan aktifitas diperlukan uang. Uang sebagai sarana

manajemen harus digunakan sedemikian rupa agar tujuan yang

diinginkan dicapai dapat berhasil guna. Kegagalan atau ketidak

lancaran proses manajemen sedikit banyak ditentukan oleh

perhitungan dalam menggunakan uang.

c. Material (Bahan-bahan)

Faktor ini sangat penting karena manusia tidak dapat

melaksanakan tugasnya tanpa didukung oleh kelengkapan alat,

sehingga dalam proses pelaksanaan suatu kegiatan oleh suatu

organisasi tertentu perlu dipersiapkan bahan atau perlengkapan apa-

apa yang dibutuhkan.

d. Machines (mesin)

Peranan mesin dalam zaman modern ini tidak dapat diragukan

lagi. Mesin dapat membantu manusia dalam pekerjaannya,

mengefisienkan waktu bekerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga

memperoleh keuntungan yang baik dan lebih banyak.

e. Method (metode)

Cara melaksanakan suatu pekerjaan guna mencapai tujuan

tertentu yang ditetapkan sebelumnya, cara kerja atau metode yang


10

tepat sangatlah menentukan kelancaran jalannya roda manajemen

dalam suatu organisasi.

f. Market (pasar)

Produksi suatu lembaga atau perusahaan harus segera dipasarkan,

karena itu pemasaran dalam manajemen ditetapkan sebagai satu unsur

yang tidak dapat diabaikan, penguasaan pasar diperlukan guna

menyebarluaskan hasil-hasil produksi agar sampai ketangan

konsumen.

3. Fungsi-fungsi Manajemen

Banyak para ahli yang mengemukakan tentang fungsi-fungsi

manajemen tetapi yang sangat terkenal dari teorinya banya diterapkan

ialah George R.Terry. Yaitu Planning (perencanaan), Organizing

(pengorganisasian), Actuating (penggerakkan), dan Controlling

(pengawasan), yang biasa disebut dengan POAC.

a. Planning (perencanaan)

Perencanaan disebut sebagai fungsi pertama manajemen.

Adapun G.R.Tarry yang dikutip oleh Zaini Muchtarom,

menyatakan bahwa “perencanaan ialah menyeleksi dan

menghubungkan fakta-fakta serta menyusun dan menggunakan

asumsi-asumsi mengenai masalah yang akan datang dalam bentuk

visualisasi dan formal dari kegiatan terarah yang diyakini perlu

untuk mencapai hasil yang dikehendaki.13

13
Zaini Muchtarom, Op, Cit., hlm.50.
11

b. Organizing (Pengorganisasian)

Fungsi kedua dari manajemen adalah organizing

(pengorganisasian). Pengorganisasian adalah penetapan struktur

peran-peran melalui penentuan aktifitas-aktifitas yang dibutuhkan

untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan bagian-bagian

pengelompokan aktifitas-aktifitas penugasan kepada pengurus,

pendelegasian, wewenang, pengkoordinasian wewenang dan

informasi dalam struktur organisasi.14

c. Actuating (Penggerakkan)

Penggerakkan adalah bagian penting dari pada proses

manajemen, berlainan dengan ketiga fungsi fundamental yang lain

(planning, organizing, controlling) Actuating khususnya

berhubungan dengan organisasi. Bahkan banyak manajer praktis

beranggapan bahwa pergerakkan merupakan intisari daripada

manajemen.

Penggerakan adalah tindakan-tindakan yang menyebabkan

suatu organisasi manjadi berjalan. Penggerakkan dapat

didefinisikan sebagai keseluruhan usaha, cara, teknik dan metode

untuk mendorong para anggota organisasi dengan efektif, efisien

dan ekonomis.15

14
A.M,Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen: Buku Panduan
Mahasiswa, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm.82.

15
Sondang P Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm.128.
12

d. Controlling (Pengawasan)

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam manajemen

yang harus dilaksanakan. Pengawasan yaitu tindakan atau proses

kegiatan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan

untuk kemudian dilakukan perbaikan dan mencegah agar

pelaksanaan tidak berbeda dengan rencana yang telah ditetapkan.

Henry Fayol yang dikutip A.M Kadarman dan Jusup Udaya

menyatakan “ Bahwa dalam suatu usaha, pengawasan yang

dilaksanakan adalah untuk memastikan bahwa segala sesuatunya

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, instruksi yang

diberikan dan prinsip yang telah ditentukan”.16

4. Pengertian Dakwah

Dalam buku ensiklopedi Islam, kata dakwah adalah kata dasar atau

masdar. Kata kerjanya adalah da’a, yang mempunyai arti memanggil,

menyeru, atau mengajak. Setiap gerakan yang bersifat menyeru, atau

mengajak, dan memanggil orang untuk beriman dan taat pada perintah

Allah SWT. Sesuai garis kaidah, syariat, dan akhlak islamiyah.17

Dakwah ditnjau dari segi etimologi atau asal kata, dakwah memiliki

makna yang bermacam-macam yang diantaranya:

16
A.M.Kadarman dan Jusuf Udaya, Op, Cit., hlm. 159.

17
Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Can Hoeve, 1999), hlm 280.
13

1) An-Nida artinya memanggil.

2) Menyeru atau mendorong kepada sesuatu.

3) Menegaskan atau Membelanya.

4) Suatu usaha atau perkataan untuk menarik manusia kesuatu

aliran atau agama.

5) Memohon dsn meminta yang sering disebut do’a.

Ditinjau dari segi epistemologi dakwah berarti dakwatan panggilan,

seruan, atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa arab disebut

mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’ilnya adalah da’a – yad’u

yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.18

Ditinjau dari segi terminologi, dakwah memiliki definisi-definisi

seperti:

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab, mendefinisikan dakwah sebagai

seruan atau ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi kepada

situasi yang lebih baik (dari yang awalnya berprilaku buruk sampai kepada

arah yang lebih baik) dan sempurna. Baik kepada pribadi maupun kepada

masyarakat, dan dakwah seharusnya berperan dalam pelaksanaan ajaran

Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.19

18
Shaleh, Abd. Rosyad, Op, Cit., hlm. 7.

19
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan
Masyarakat, (Bandung: Mizan 1998) cet ke-17 hlm. 194.
14

Menurut Muhammad Natsir, dalam tulisannya yang berjudul “fungsi

dakwah dalam rangka perjuangan mendefinisikan pengertian dakwah

sebagai berikut:

Usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan

manusia dan seluruh umat tentang konsep Islam, pandangan dan tujuan

hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amal ma’ruf nahi munkar,

dengan berbagai media dan cara yang diperbolehkan dan membimbing

pengalaman dalam peri kehidupan perseorangan, peri kehidupan berumah

tangga (usrah), peri kemasyarakatan dan peri kehidupan bernegara.20

Sayyid Quthub sebagaimana dikutip A. Ilyas Ismail, mendefinisikan

dakwah sebagai usaha orang beriman untuk mewujudkan sistem ajaran

Islam dalam realitas kehidupan atau usaha orang beriman untuk

mengokohkan sistem Allah dalam kehidupan manusia, baik pada tataran

individu, keluarga, masyarakat, dan umat demi kebahagiaan dunia dan

akhirat.21

Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat esensial

dalam kehidupan seorang muslim, dimana esensinya berada pada ajakan,

dorongan (motivasi), stimulus serta bimbingan terhadap orang lain untuk

menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran emi keuntungan dirinya

dan bukan untuk kepentingan pengajaknya. Jadi berbeda, makna antara

dakwah dan propaganda. Disisi lain, agama Islam sebagai suatu ajaran

20
Shaleh, Abd. Rosyad, Op, Cit., hlm. 8

21
A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, hlm. 147.
15

tidaklah berarti manakala ia tidak dimanifestasikan dalam action amaliah.

Ini merupakan aspek konsekuensi dari keberadaan Islam yang bukan

semata-mata menyoroti satu sisi saja dari kehidupan manusia, melainkan

menyoroti semua persoalan hidup manusia secara total dan universal.22

Untuk mendorong manusia kepada kebenaran dan memaparkan

mereka agar istiqomah atas kebenaran, hal itu memerlukan kesungguhan

yang berarti dan dakwah yang berkesinambungan. Karena itu perintah

berdakwah terdapat pada ayat Al-Qur’an Surat Asy-Syura ayat: 15

‫ست َ ِق ْم َك َما أ ُ ِم ْرتَ ۖ َو ََل تَتَّبِ ْع أ َ ْه َوا َء ُه ْم ۖ َوقُ ْل‬ ُ ‫فَ ِلذَ ِلكَ فَٱ ْد‬
ْ ‫ع ۖ َوٱ‬

‫ب ۖ َوأ ُ ِم ْرتُ ِِل َ ْع ِد َل بَ ْينَ ُك ُم ۖ ٱللَّهُ َربنَا‬ َ َ ‫َءا َمنتُ ِب َما أ‬


ٍ َ ‫نز َل ٱللَّهُ ِمن ِكت‬

ُ‫َو َرب ُك ْم ۖ لَنَا أ َ ْع َملُنَا َولَ ُك ْم أ َ ْع َملُ ُك ْم ۖ ََل ُح َّجةَ َب ْي َن َنا َوبَ ْينَ ُك ُم ۖ ٱللَّه‬

ُ ‫يَ ْج َم ُع بَ ْينَنَا ۖ َوإِلَ ْي ِه ٱ ْل َم ِص‬


‫ير‬

“Maka karena itu serulah (mereka kepada semua agama itu) dan

tetaplah sebagaimana diperintahkan kepadamu dan janganlah

mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah, “Aku beriman kepada

semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya

berlaku adil di antara kamu, Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu.

Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak

22
Ibid, hlm. 7-8.
16

ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan

antara kita dan kepada-Nya lah kembali (kita)”.23

Sehubungan dengan proses dakwah, manajemen dakwah dapat

didefinisikan sebagai suatu proses yang terdiri dari fungsi-fungsi

manajemen yang dilaksanakan secara berantai sehingga merupakan siklus

yang bergerak dan berkelanjutan sehingga mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.24 Dengan adanya manajemen dakwah dalam sebuah organisasi

atau lembaga dakwah, juru dakwah diharapkan mampu menggerakkan dan

mengembangkan program-programnya agar tidak terjadi hal-hal diluar

rencana, tetapi justru sebaliknya akan memudahkan dan mengefektifkan

pelaksanaan dakwah.

5. Unsur-unsur Dakwah

1) Subjek Dakwah

Subjek dakwah adalah orang-orang yang melakukan dakwah,

yaitu orang-orang yang berusaha mengubah situasi sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu maupun

kelompok (organisasi) sekaligus sebagai pemberi informasi dan

pembawa misi atau lebih jelas disebut da’i.25

23
Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),
hlm. 17.

24
Zainu Muchtar, Op, Cit., hlm. 47-48.

25
M. Hanif Asrof, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas,1993)
hlm. 179.
17

Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah.

sebagai pelaku atau penggerak kegiatan dakwah, da’i juga menjadi

salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah. pada

dasarnya da’i adalah penyeru ke jalan Allah. Pengibar panji-panji

Islam, dan pejuang (mujahid) yang mengupayakan terwujudnya sistem

Islam dalam realita kehidupan umat manusia.26

2) Objek Dakwah

Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari

segi usia psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat

pengetahuan sang mad’u yang sangat mempengaruhi dalam

menangkap isi pesan dakwah yang disampaikan oleh da’i tersebut.

Maka hendaklah seorang da’i harus mampu menguasai siapa yang

akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi aspek kehidupan secara

utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial,

maupun sebagai makhluk yang memiliki hubungan dengan Tuhan dan

hubungan dengan sesama makhluk lainnya.

Dalam buku yang di tulis dalam Basrah Lubih juga di jelaskan,

yang di maksud dengan mad’u adalah orang-orang yang menerima

pesan dari da’i dan ini biasanya kita kenal dengan sebutan ojek

dakwah (dalam Bahasa Arab disebut mad’u). Dikatakan pula objek

dakwah diklasifikasikan menurut:

26
Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qhutub, (Jakarta: Pena Madani, 2006), hlm.311.
18

a. Bentuk Masyarakat, bantuk ini dapat kita bagi menjadi berdasarkan

letak geografis seperti masyarakat kota, desa dan primitif.

b. Aqidah, dalam kaca mata aqidah manusia tebagi muslim dan non

muslim

c. Status Sosial, pada dasarnya statifikasi sosial ini terbagi pada

pejabat, rakyat jelata, kaya dan miskin.27

3) Materi Dakwah

Sedangkan menurut M. Munir dan Wahyu Illahi dalam bukunya

Manajemen Dakwah membagi materi dakwah menjadi empat bagian

yaitu; akidah, syariah, mu’amalah dan akhlak.28

a. Masalah Akidah (Keimanan)

Masalah pokok yang menajdi materi dakwah adalah akidah

islamiyah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlaq)

manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam

Islam adalah malasah akidah atau keimanan.

b. Masalah Syariah

Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan

mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak

terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia,

dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. kelebihan

dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak

memiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal,


27
Basraih Lubih, Ilmu Dakwah, (Jakarta: CV. Tursina,1993), hlm. 46.

28
M.Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta, Kencana, 2012), hlm.
19

yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim, bahkan

hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka

tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna.

c. Masalah Muamalah

Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah

lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak

memerhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan

ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi masjid,

tempat pengabdian kepada Allah.

d. Masalah Akhlak

Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak

dari “khuluqun” yang berati budi pekerti, peringai, dan tingkah

laku atau tabiat. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak

berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang

mempengaruhi perilaku manusia. Akhlak bagi Al-Farabi adalah

jalan keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia

kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan.

Mempelajari akhlak berarti mengetahui berbagai kejahatan atau

kekurangan yang dapat merintangi usaha mencapai tujuan tersebut.


20

6. Pengertian Manajemen Dakwah

Membicarakan manajemen dakwah dalam konteks kekinian,

seharusnya perlu dilakukan rekonstruksi ulang akan pemaknaan dakwah

itu sendiri. Rekonstruksi tersebut dilakukan agar mendapat kejelasan

makna yang sesuai dengan konteksnya yang kemudian dipadukan dengan

ilmu manajemen, sehingga lahirlah manajemen dakwah.

Manajemen dakwah merupakan terminology yang terdiri dari dua

kata,yakni “Manajemen” dan “Dakwah”. Kedua kata ini berangkat dari

disiplin ilmu yang berbeda. Yang pertama berangkat dari lingkungan

sekuler, sementara yang kedua berangkat dari lingkungan agama, yakni

ilmu dakwah.29

Ada beberapa pengertian manajemen yang dikutip A Rosyad Shaleh

dalam bukunya Manajemen Dakwah Islam, mendefinisikan, “ Manjemen

dakwah sebagai proses merencanakan tugas kelompok mengelompokkan

tugas, menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga pelaksana dalam

kelompok tugas itu, kemudian mengerakkan kearah pencapaian tujuan

dakwah”.30

Zaini Muchtarom dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Dakwah,

Mendefinisikan, “Manjemen dakwah adalah suatu kepemimpinan yang

berfungsi dan peranannya sebagai manajer suatu organisasi atau lembaga

dakwah yang bertanggung jawab atas jalannya semua fungsi manajemen

29
Rafi’uddin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung:
CV.Pustaka Setia,1997), hlm.41.

30
Abd Rosyad Shaleh, op,cit., hlm.21.
21

mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan

pengawasan”.31

Dari kedua definisi di atas penulis dapat merumuskan. Manajemen

dakwah adalah kemampuan untuk mendefinisikan masalah yang terdapat

dalam proses kegiatan dakwah, kemudian menyusun rencana yang tepat

untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut, mengatur dan

mengorganisir para pelaksana dakwah dalam kesatuan tertentu.

Selanjutnya menggerakkan dan mengarahkannya pada sasaran atau

tujuan yang dikehendaki yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang

diridhoi Allah SWT.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata, baik tertulis atau lisan dari individu maupun

kelompok.32

Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan dan mengeksplorasi

tentang implementasi manajemen dakwah pada Jama’ah Tabligh (Studi di

Mesjid Jami’ Ittihaad Jalan Kaliurang Km.5, Kab. Sleman, Yogyakarta).

31
Zaini Muchtarom, Loc,cit., hlm.37.

32
Lexy Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1987), hlm. 3
22

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah individu yang menjadi sasaran masalah yang

diteliti sebagai sumber informasi. Dalam penelitian ini yang menjadi

subjek penelitian adalah pengurus dan anggota Jama’ah Tabligh.

3. Objek Penelitian

Sedangkan objek yang akan diteliti adalah implementasi fungsi

manajemen dalam bidang dakwah yang terdiri atas fungsi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan terhadap kegiatan

dakwah yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh di Yogyakarta.

4. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penelitian yang akan diikuti oleh peneliti adalah

prosedur penelitian yang ditawarkan oleh Kirk dan Miller, yaitu; 33

a. Invention: yaitu tahapan untuk melakukan studi eksplorasi yaitu dengan pengamatan

menyeluruh terhadap fenomena yang akan diteliti dan fenomena lapangan yang akan

dikaji untuk memperoleh fokus penelitian. Peneliti dapat memperoleh fenomena

lapangan dan fenomena fokus penelitian melalui kerja lapangan berupa wawancara

dengan orang-orang yang mengetahui tentang implementasi manajemen dakwah pada

Jama’ah Tabligh di Masjid Jami’ Al-Ittihaad Jalan Kaliurang KM.5 Kabupaten

Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Discovery: yaitu tahap penemuan data lapangan. Subyek penelitian ini adalah orang

yang menjadi key informan.

c. Interpretation: yaitu tahap pembandingan temuan lapangan dengan teori-teori yang

relevan dan berkaitan dengan fokus masalah yang akan dikaji.

33
Kirk dan Miller, Realibility and Validity in-Qualitative Research, (California: Sage
Publication, 1986), hlm. 60.
23

d. Explanation: yaitu tahap pelaporan data hasil penelitian, yang sebelumnya diawali

dengan tukar pikiran untuk memantapkan hasil-hasil penelitian kemudian ditulis

sebagai laporan penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri atas empat macam yaitu;

a. Observasi

Yakni mengumpulkan sejumlah data-data yang diperlukan

dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan (obyek

penelitian). Pengamatan secara cermat dan teliti sangat mengingat

aktifitas pengamatan yang memerlukan partisipasi untuk memperoleh

data yang valid. Berdasarkan keterlibatan, adapun teknik observasi

yang digunakan oleh penulis adalah observasi nonpartisipan, penulis

sebagai simpatisan ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh subyek yang diteliti. Sedangkan berdasarkan pengamatan yang

dilakukan, observasi yang dilakukan oleh penulis adalah observasi tak

berstruktur, observasi tak berstruktur yaitu peneliti tidak membawa

catatan tentang tingkah laku apa saja yang diamati. Peneliti akan terus

mengamati arus peristiwa dan mencatatnya atau meringkas untuk

kemudian dianalisis. Pencatatan yang dilakukan pada saat kegiatan

pengamatan berlangsung akan dapat mempengaruhi tingkah laku

subyek penelitian.
24

b. Interview/wawancara

Yakni mengumpulkan sejumlah data-data dengan

mewawancarai informan atau responden yang dianggap kafabel dalam

memberikan informasi. Dalam wawancara ini intstrumen yang

digunakan adalah alat tulis menulis dirangkaikan dengan lembaran

tanya jawab yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan

data-data yang diperlukan. Dari hasil wawancara ini nantinya akan

dikembangkan menjadi hasil data yang akan dikelola selanjutnya.

c. Dokumentasi

Adapun sumber dokumentasi antara lain meliputi:

1) Dokumentasi Primer. Dokumentasi primer meliputi dokumen-

dokumen berupa buku-buku dakwah, arsip keanggotaan, surat-

menyurat.

2) Dokumentasi sekunder. Yaitu dokumen-dokumen yang merupakan

hasil laporan, hasil penelitian, serta buku-buku tentang Jama’ah

Tabligh. Adapun instrumen yang digunakan adalah alat tulis

menulis. Dalam hal ini, peneliti menggunakan analisis isi, yaitu

dengan mempelajari pidato, bayan ataupun pertanyaan-pertanyaan

yang berupa informasi baik yang diucapkan maupun tertulis.


25

G. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis

catatan dari hasil studi eksplorasi, wawancara dan lainnya. Untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang permasalahan yang sedang diteliti

dan menyajikannya sebagai temuan bagi peneliti khususnya dan bagi orang

lain pada umumnya. Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, peneliti

menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Analisis ini bertujuan

menguraikan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Hasil analisis ini berupa kata-kata tertulis hasil data yang

diperoleh dari wawancara dan studi dokumenter.

Analisis yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut;

a. Analisis antar bagian. Langkah ini digunakan untuk menganalisis

masing-masing fungsi manajemen dakwah yang dilakukan oleh Jama’ah

Tabligh.

b. Analisis antar sub-bagian. Langkah ini digunakan untuk menganalisis

sub-sub bagian dalam fungsi manajemen.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan pemahaman dalam kajian ini serta memperoleh

gambaran yang jelas dan terarah juga sistematis, maka dala/m pembahasan ini

penulis menggunakan sistem pembahasan per bab dengan susunan sebagai

berikut;
26

Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang mengemukakan kerangka

dasar yang dijadikan landasan peneliti dan pembahasan penelitian ini. Bagian

ini mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, landasaran teori, metode penelitian, mentode analisis data dan

sistematika pembahasan.

Bab dua, membahas tentang gambaran umum Jama’ah Tabligh di

Yogyakarta, ajaran Jama’ah Tabligh yang meliputi: sejarah beridirnya

Jama’ah Tabligh, Ajaran-ajaran Jama’ah Tabligh, Kegiatan Dakwah Jama’ah

Tabligh dan Visi dan Misi Jama’ah Tabligh.

Bab tiga, akan diuraikan analisis tentang fungsi manajemen dan

Implementasi manajemen terhadap kegiatan dakwah pada Jama’ah Tabligh di

Yogyakarta serta analisa peneliti terhadap objek penelitian.

Bab keempat adalah berisi kesimpulan dan saran


27

BAB II
GAMBARAN UMUM JAMA’AH TABLIGH

A. Sejarah berdirinya Jama’ah Tabligh

Jama’ah Tabligh adalah salah satu gerakan misionaris Islam besar

dunia meskipun bukan satu-satunya yang terbesar saat ini. Organisasi yang

unik ini berasal dari asia bagian selatan dengan misi utamanya mengislamkan

orang Muslim. Gerakan ini mengajarkan praktek kehidupan yang benar sesuai

dengan ajaran Islam, dalam perjalanan sejarahnya tidak hanya kaum muslim

saja yang tersentuh, tetapi non-muslim juga.

Jama’ah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana

Muhammad Ilyas Kandhalawi (1885-1944) yang tujuan utamanya mengajak

manusia ke jalan Allah melalui amar ma’ruf nahi mungkar.34 Maulana

Muhammad Ilyas melalui gerakan ini di Mewat India. Namun, setelah

kakaknya wafat, Muhammad Yahya, kegiatannya berpusat di masjid Bangle,

Nizamuddin New Delhi.

Pada zamannya, ruang lingkup kegiatannya terbatas di India. Namun

setelah Maulana Muhammad Ilyas wafat kepemimpinan diteruskan oleh

anaknya, Muhammad Yusuf al-Kandhalwi dan diperluas keseluruh dunia.

selanjutnya, gerakan ini diteruskan oleh Muhammad Yusuf, Muhammad In-

Amul Assan al-Kandhalwi bersama Syaikh Muhammad Zakaria al-

34
Hasil wawancara tanggal 4 Januari 2018, Mesjid Jami’ Ittihaad Yogyakarta.
28

Kandhalwi yang sejak lama memainkan peranan utama.35 Jama’ah Tabligh

resminya bukan merupakan kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk

menjadi muslim yang menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya

gerakan Islam yang tidak memandang asal-usul mahdzab atau aliran

pengikutnya.36

Motif berdirinya Jama’ah Tabligh adalah sebuah keinginan kuat

untuk memperbaiki kondisi umat, terutama di Mewat yang hidup jauh dari

ilmu dan lekat dengan kebodohan serta keterbelakangan. Keadaan umat Islam

di sebgian besar dunia pada saat itu sudah rusak dan penuh dengan

kebodohan, kefasikan dan kekufuran. Mereka benar-benar meniru tingkah

laku Jahiliyah yang pertama.37

Di Indonesia, Jama’ah Tabligh mulai masuk diperkirakan pada tahun

1952, hampir bersamaan dengan di Malaysia yang juga dibawa oleh tokoh

keagamaan, Jama’ah Tabligh dari India yang dipimpin oleh Miaji Isa.

Jama’ah Tabligh mulai marak pada tahun 1970-an sampai sekarang

berkembang dengan cukup pesat. Di setiap provinsi atau daerah Jama’ah

Tabligh sudah mulai dikenal masyarakat karena aktivitas dakwahnya. 38

35
Rasmianto, Paradigma Pendidikan dan Dakwah Jamaah Tabligh, (Malang; UIN
Malang), hlm. 2.

Khusniati Rofiah, Dakwah Jama’ah Tablgih & Eksistensinnya Di Mata Masyarakat,


36

hlm. 54

37
Ibid., hlm. 54-55.

38
Rasmianto, Paradigma Pendidikan dan Dakwah Jamaah Tabligh, (Malang; UIN
Malang), hlm. 38-39.
29

Begitu pula daerah Yogyakarta, yang mulai mengenal kerja dakwah

ini pada tahun 1989. Tempat pertama di datangi secara intensif adalah Mesjid

Ukhuwah Islamiyah Lempuyangan. Jama’ah yang datang pada masa awal

adalah jama’ah yang berasal dari luar negeri seperti; Malaysia, India, Pakistan

dan lainnya. Mereka rata-rata datang dan dipandu jama’ah dari solo dan

jama’ah dari bahasa yang digunakan adalah bahasa asing. Kedatangan dan

akitivtas mereka di Mesjid Lempuyangan mendatangkan reaksi masyarakat

sekitar yang kurang setuju dengan adanya kegiatan Jama’ah Tabligh melalui

takmir mesjid. Kegiatan dakwah seluruhnya dipusatkan di mesjid dengan

dihidupkannya amalan mesjid seperti; dakwah ilallah, ta’lim wa ta’lum,

dzikir dan khidmat.39

Beberapa bulan kemudian mesjid al-Ittihad Jalan Kaliurang KM.5

didatangi Jama’ah Tabligh yang berasal dari India. Inilah mula takmir mesjid

al-Ittihad yang pada kepengurusan K.H Na’man Zaini mulai mengenal

Jama’ah Tabligh dengan segala aktivitasnya. Selama beberapa hari jama’ah

berada di mesjid al-Itthihad cukup mengundang perhatian masyarakat sekitar

yang mempertanyakan tentang jama’ah kepada bapak K.H. Ni’man Zaini, hal

ini justru membuat beliau ingin lebih dalam mengenal tentang jama’ah

tabligh ini. Bahkan pada tahun 1989 bapak K.H. Ni’man Zaini ikut

rombongan Jama’ah Tabligh untuk pergi ke markas Internasional di

Hasil wawancara tanggal 28 Januari 2018, Mesjid Jami’ Ittihaad Yogyakarta.


39
30

Nizamuddin, India selama lima bulan. Sejak itulah Mesjid Itthihad dijadkan

sebagai markas bagi usaha dakwah Jama’ah Tabligh.40

Kedatangan jama’ah yang berasal dari luar negeri ataupun dalam

negeri ke mesjid al-Itthihad pada akhirnya menghidupkan usaha dakwah di

Yogyakarta dan meulai mengatur gerak dan langkah kerja ke arah yang lebih

baik.

Perpindahan markas dari mesjid lempuyangan ke mesjid al-Itthihad

jalan kaliurang km.5 dilakukan atas pertimbangan untuk meningkatkan

pelayanan terhadap tamu Jama’ah Tabligh yang datang dari dalam daerah,

Nasional dan Internasional. Perpindahan markas berlangsung setelah ada

persetujuan dan ijin dari markas pusat di Nizamuddin, India.

Keberadaan Jama’ah Tabligh di mesjid al-Itthihad mengalami pro dan

kontra di masyarakat sekitar, namun dalam jama’ah tabligh hal itu dianggap

biasa dalam usaha dakwah. Meskipun mengalami pro dan kontra Jama’ah

Tabligh dapat menjalankan tugas dakwahnya hingga kini Jama’ah Tablgih

terus berkembang dalam jumlah anggota, hal ini dapat dilihat dari banyaknya

halaqah yang ada diwilayah Yogyakarta.41

Hasil wawancara tanggal 28 Januari 2018, Mesjid Jami’ Ittihaad Yogyakarta.


40

Hasil wawancara tanggal 4 Januari 2018, Mesjid Jami’ Ittihaad Yogyakarta.


41
31

B. Ajaran Pokok Jama’ah Tabligh

Ajaran dakwah Rasulullah SAW, pada dasarnya mencakup empat

unsur, yaitu: da’wah ilallah, ta’lim wa ta’allum, dzikir wa al ibadah dan

khidmah.42 Lewat empat unsur itu, dalam dakwahnya Maulana Muhammad

Ilyas berusaha menerapkan unsur-unsur dakwah rasulullah SAW ke dalam

metode dakwahnya dengan bersumber pada al-Qur’an dan As-Sunnah.

Melalui dua sumber tersebut Maulana Muhammad Ilyas ingin

menenamkan kembali sifat-sifat mulia yang pernah diajarkan dan

diperintahkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Dari sifat-sifat

itulah yang menjadi ajaran pokok Jama’ah Tabligh. Ajaran pokok tersebut

dikenal dengan istilah ‘enam sifat sahabat’. Adapun enam, sifat sahabat itu

adalah:43

1) Yakin pada Kalimat Thabiyah : Laa ilaha illallah muhamadu Rasulullah.

(tiada tuhan selan Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah)

2) Shalat Khusyu’ wa al-khudhu’.

3) ‘Ilm ma’a dzikir (Ilmu disertai Dzikir).

4) Ikram al-muslimin (memuliakan orang Islam).

5) Tashih al-niyat (memperbaiki niat).

6) Da’wah wa at-tabligh.

Ishaq Shahab, Muhammad, “Khuruj fi Sabilillah”, (Bandung: Pustaka Al Ishlah,) hlm.


42

17.

43
Abu Ayyub A, Mudzakarah Enam Sifat Sahabat R.A, (Bandung: Al Khoir, 2013) hlm.
3-21.
32

C. Program Kegiatan Dakwah Jam’ah Tabligh

1. Khuruj fi Sabilillah, maksud dari khuruj fi sabilillah adalah keluar di

jalan Allah. Berdakwah untuk memperbaiki diri sendiri dan mengajak

orang lain ikut serta dalam usaha dakwah wa tabligh. Khuruj merupakan

satu metode dakwah yang dilakukan oleh pengikut Jama’ah Tabligh

dalam menyiarkan agama Islam, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah

SAW, pada zamannya yang dihidupkan kembali oleh Syeikh Maulana

Muhammad Ilyas.

2. Jaulah, adalah berkeliling menjumpai manusia untuk mengajak taat

kepada Allah dengan maksud dan tujuan untuk membentuk sifat sabar,

tawadhu, ikhlas dan sifat-sifat lainnya dalam diri jama’ah.

3. Bayan, sama halnya seperti ceramah, pidato atau khutbah. Bayan

merupakan majelis penerangan untuk menerangkan maksud dan tujuan

usaha dakwah Jama’ah Tabligh.

4. Mudzakarah, yakni membahas hal-hal yang berkaitan dengan persoalan

iman dan amal shaleh.

D. Visi dan Misi Jama’ah Tabligh

Visi Jamaah Tabligh adalah menghidupkan kembali Sunnah-sunnah,

amalan-amalan Rasullullah SAW, dan menghidupkan kembali dakwah, serta

ajaran yang pernah Rasulullah SAW ajarkan. Sedangkan misinya adalah

bagaimana agar umat Islam mau mengamalkan agama Islam yang sesuai
33

dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW untuk diamalkan ke

dalam kehidupan sehari-hari.

E. Struktur Organisasi

Jama’ah Tabligh Tidak Ingin Disebut Sebagai Organisasi, Walaupun

Pada Kenyatannya Mereka Terorganisir, Mereka Memiliki Apa Yang Disebut

Masyaikh (Pimpinan Yang Mewakili Setiap Negara), Syuro (Pimpinan Setiap

Kota), Dan Amir (Pimpinan Dalam Halaqah Atau Dalam Jumlah Kecil).

Keorganisasian Jama’ah Tabligh tidak seperti pada organisasi Islam pada

umumnya, organisasi ini akan tampak apabila kita terjun langsung mengikuti

aktivitas dakwah Jama’ah Tabligh. Manajemen terbuka. Ada pembagian

tugas atau komando yang jelas, setiap akan melakukan pekerjaan dilakukan

musyawarah.
34

Gambar 1.1 Struktur Hirarki Jama’ah Tabligh

Markaz Internasional (India)

Zumaidar (Penanggung jawab Majelis Syura (Majelis


markaz Nasional) Musyawarah) markaz nasional

Zumaidar (Penanggung jawab Majelis Syura (Majelis


markaz Provinsi) Musyawarah) markaz Provinsi

Zumaidar (Penanggung jawab Majelis Syura (Majelis


markaz Kabupaten) Musyawarah) markaz Kabupaten

Mahallah (Masjid-masjid)

Karkun (Jama’ah)
35

BAB III
ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN DAKWAH
PADA JAMA’AH TABLIGH
(Studi di Masjid Jami’ Al-Ittihaad Jalan Kaliurang Km.5, Sleman, Yogyakarta)

Manajemen dakwah merupakan suatu pengelolaan dakwah secara efektif

dan efisien melalui suatu organisasi yang terintegrasi secara sadar ditetapkan untuk

mencapai tujuan.44 Dengan manajemen dakwah, aktivitas dakwah akan diarahkan

pada pengelolaan serta pengawasan terorganisir sehingga dakwah dapat tercapai

sesuai yang diinginkan. Adapun implementasi manajemen dakwah pada Jama’ah

Tabligh di Yogyakarta dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

A. Penerapan Perencanaan Dakwah Pada Jama’ah Tabligh

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan yaitu perencanaan dakwah

Jama’ah Tablgih dirumuskan dalam musyawarah kerja dakwah artinya semua

kegiatan dakwah baik amalan maqami maupun intiqoli direncanakan berdasarkan

musyawarah. Perencanaan dan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak bisa

dipisahkan dalam pelaksanaan dakwah. Dalam musyawaralah perencanaan dan

evaluasi dibicarakan, sebab dengan musyawarah pekerjaan yang berat menjadi

ringan dan permasalahan bisa terselesaikan. Bagi jama’ah Tabligh musyawarah

merupakan satu kesatuan yang dibiasakan dalam kegiatan dakwah yang ditekuni.

“Jama’ah tabligh menyelenggarakan perencanaan ini hanya menawarkan

program hidup (life style), yaitu 3 hari tiap bulan i’tikaf dimesjid, 40 hari tiap tahun

44
Pimay, Awaludin, Manajemen Dakwah Sebuah Pengantar, (Jakarta: Pustaka Ilmu, 2013) hlm.
3-4
36

i’tikaf di atau 4 bulan. Program inilah yang diperkenalkan kepada masyarakat luas,

seluruh kaum muslimin dari mesjid ke mesjid. Itu planning-nya.., kalau

perencanaan secara individu, masing-masing individu akan bertemu dengan

anggota-anggota jama’ah tabligh yang lain dalam satu mahallahnya atau satu

kecamatannya atau satu kabupatennya. Mereka melakukan musyawarah di mesjid

setiap hari. Ada juga musyawarah mingguan, biasanya satu kecamatan dan ada

musyawarah mingguan pusat dakwah yaitu di mesjid al-ittihaad”.45

Musyawarah yang dilakukan Jama’ah Tabligh adalah:46

1. Musyawarah Dunia, adalah musyawarah yang dilakukan 2 tahun sekali yang

dihadiri oleh negara-negara yang telah ambil bagian dalam usaha tabligh.

Pembahasan musyawarah ini dilakukan evaluasi kerja, merancang dan

menetapkan program kerja dakwah. Dalam musyawarah dunia dihadiri para

jama’ah dari bagian dalam kerja dakwah serta perwakilan/penanggung jawab

dari penjuru dunia atau negara-negara yang ambil bagian usaha dakwah

Jama’ah Tabligh.

2. Musyawarah Nasional, adalah musyawarah yang dilakukan 4 bulan sekali,

dalam musyawarah ini dihadiri oleh jama’ah-jama’ah dari berbagai unit

wilayah serta perwakilan-perwakilan dari berbagai provinsi-provinsi yang juga

telah ikut mengambil bagian dalam usaha tabligh ini.

3. Musyawarah Provinsi, adalah musyawarah ini dilakukan 2 bulan sekali, dalam

musyawarah ini dihadiri dari beberapa halaqah-halaqah yang ada.

45
Hasil wawancara tanggal 10 Januari 2018, di Mesjid Jami’ Ittihaad Yogyakarta.

46
Hasil wawancara tanggal 10 Januari 2018, di Mesjid Jami’ Ittihaad Yogyakarta.
37

4. Musyawarah Halaqah, adalah musyawarah yang dilakukan seminggu sekali

dimana musyawarah ini dihadiri oleh jama’ah-jama’ah yang dihadiri oleh

berbagai unit kerja serta perwakilan mahalah yang ada.

5. Musyawarah Mahallah, adalah musyawarah harian yang dilakukan setiap hari.

Musyawarah harian merupakan amalan maqami yang dihadiri para jama’ah

dalam mengevaluasi dan menetapkan program kerja maqami pada suatu

mahallah.

Maksud dan tujuan musyawarah untuk menyatukan hati, pikir, saaran, cara

kerja, agar setiap orang siap menerima dan mengamalkan agama secara sempurna,

sehingga agama ini wujud dalam diri, keluarga kita dan umat seluruh dunia. bukan

sekedar menyelesaikan masalah, karena Allah SWT yang menciptakan masalah

maka hanya Dia yang akan menyelesaikan masalah, agar kita yakin bahwa apa saja

yang Allah janjikan, akan Dia tunaikan melalui keberkahan musyawarah.47

Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara, bahwa melalui musyawarah

ini pula dipersiapkan harta, diri, pikir dan waktu untuk memenuhi takazah (tugas)

dakwah. adapun manfaat dari musyawarah ini adalah untuk mengontrol nafsu kita

dalam bermusyawarah, menaati perintah Allah dan Rasul-Nya serta mendatangkan

rahmat, cinta Allah, Rasul dan para hamba serta satu hati diantara Jama’ah.

Adapun program yang dimusyawarahkan adalah:48

a. Kerja Dakwah.

47
Khuruj fi Sabilillah, Op.cit., hlm. 184.

48
Hasil wawancara, tanggal 10 Januari 2018, di Mesjid Jami’ Ittihaad.
38

Amalan maqami yaitu kegiatan dakwah yang dilakukan di mesjid tempat

tinggal masing-masing Jama’ah Tabligh yang berupa lima amal maqami yaitu;

musyawarah harian, ta’lim satu dan dua setengah jam setiap hari, jaulah satu

dan jaulah dua dan keluar (khuruj) 3 hari setiap bulan.

Amalan Intiqali yaitu kegiatan dakwah khuruj fi sabilillah (keluar dijalan

Allah) berupa dakwah ditempat orang lain atau di kampung lain dengan

berpindah atau melakukan perjalanan dengan masa tertentu baik 3 hari, 10 hari,

40 hari dan 4 bulan.

b. Keperluan-keperluan dakwah. Menentukan keperluan dakwah seperti amir-

amir dan petugas yang dibutuhkan dalam kegiatan dakwah yang meliputi;

petugas musyawarah, petugas bayan, petugas khususi, khirosah, ta’lim, petugas

jaulah, mutakalim dan lainnya.

Dari perencanaan diatas, penulis menyimpulkan bahwa perencanaan pada

program yang dimusyawarahkan oleh Jama’ah Tabligh pada dasarnya untuk

menentukan tahapan-tahapan apa yang harus dilakukan dalam dakwah tersebut,

selain itu perencanaan juga dilakukan sebagai alat untuk mengkonsep keadaan yang

lebih cocok dengan apa yang diinginkan serta memudahkan program dakwah

dilaksanakan dengan teratur dan terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Penerapan Pengorganisasian Pada Dakwah Jama’ah Tabligh

Dalam usaha dakwah Jama’ah Tabligh tidak memiliki struktur organisasi

karena jama’ah ini bukanlah suatu organisasi melainkan sebuah usaha dakwah atas

agama. Semua Jama’ah bertanggungjawab dan penanggung jawab atas amanah

yang diberikan dalam usaha dakwah ini. Hanya saja dalam usaha ini sesuai
39

musyawarah ditunjuk pula petugas lainnya yang diperlukan dalam kegiatan

dakwah. Para petugas tersebut diserahkan pada hasil musyawarah wilayah kerja

masing-masing.49

Wilayah kerja terdiri dari wilayah kerja markaz, halaqah, serta mahallah.

Maksud dari wilayah kerja markaz yaitu markaz daerah Kabupaten Sleman yang

mengontrol wilayah kabupaten yang teridiri atas kota atau kabupaten Sleman,

Bantul, Gunungkidul, Kulonprogo, Jogja, Wonosari.50

Sesuai hasil-hasil musyawarah, ada enam petugas yang diberikan tugas

untuk memperlancar jalannya kegiatan dakwah di setiap wilayah seperti;51

1. Petugas data

Petugas data ialah petugas yang menangani maslah administrasi dan pendataan

usaha-usaha dakwah dan jumlah para jama’ah

2. Petugas tasykil dan penanggungjawab masturot

Petugas tasykil ialah petugas yang mengajak atau membujuk dengan

memberikan ajakan dan keterangan agar dapat meluangkan waktu dalam kerja

dakwah di jalan Allah. Petugas tasykil bertugas aktif menangani masalah-

masalah pengeluaran rombongan jama’ah sesuai waktu dan masa yang

ditentukan jama’ah (3-40 hari dan 4 bulan).

Adapun fungsi tasykil markas adalah:

49
Hasil wawancara tanggal 10 Januari 2018 di Mesjid Jami’ Ittihaad.

50
Hasil wawancara tanggal 10 Januari 2018 di Mesjid Jami’ Ittihaad.

51
Hasil wawancara tanggal 10 Januari 2018 di Mesjid Jami’ Ittihaad
40

a. Membentuk rombongan jama’ah yang akan khuruj atau keluar di jalan Allah

(3-40 hari dan 4 bulan)

b. Mengantar rombongan jama’ah pada rute jama’ah/medan dakwah

c. Mengontrol jama’ah di medan dakwah. Diantaranya mengontrol posisi,

kerja-kerja, situasi dan kondisi jama’ah dan kondisi keluarga yang

ditinggalkan oleh para jama’ah untuk khuruj. Jika ada masalah maka akan

dimusyawarahkan.

3. Petugas khusus jama’ah pelajar/mahasiswa

Petugas khusus yang menangani jama’ah pelajar, santri maupun mahasiswa.

4. Petugas khirosah

Petugas khirosah berfungsi sebagai petugas yang mengatur proses keamanan

khusus markaz. Pengamanan dilakukan pada saat musyawarah, shalat

berjama’ah serta ketika ada pertemuan tabligh akbar.

5. Petugas istiqbal

Petugas istiqbal adalah bertugas untuk menyambut tamu-tamu yang datang

untuk mengahdiri majelis perhimpunan atau majelis bayan dan sebagaiannya.

6. Petugas khidmat.

Petugas khidmat adalah bertugas menangani pelayanan dalam hal kebersihan,

sarana-sarana, konsumsi logistik serta keperluan-keperluan jama’ah lainnya.

Pembagian petugas-petugas tersebut dimaksdukan untuk memaksimalkan

usaha dakwah serta mempermudah pengawasan dan koordinasi dan evaluasi. Dari

uraian diatas, pengorganisasian yang dilakukan oleh Jama’ah Tablgih dalam

pelaksanan kegiatan dakwah cukup baik, dengan menetapkan siapa-siapa saja orang
41

yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan dakwah dan tugas apa saja yang harus

dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

C. Penerapan Pelaksanaan Dakwah Pada Jama’ah Tabligh

Dalam proses pelaksanaan, manusia adalah pelaksana utama yang

merupakan unsur terpenting dalam suatu kelompok atau organisasi. Pelakasanaan

merupakan perwujudan dalam tindakan dari rencana yang telah ditetapkan guna

mencapai tujuan atau target usaha dakwah. Adapun dalam pelaksanan usaha

dakwah mengacu pada hasil-hasil musyawarah. Penjadwalan usaha dakwah

mengacu pada serangkaian aktifitas dan waktu yang diperlukan dari aktitas usaha

dakwah tersebut sehingga berjalan dengan efektif dan efisien. Dari penjadwalan

usaha dakwah jama’ah tabligh, dianalisis apakah waktu yang disediakan, ditetapkan

atau yang diulang sesuai dengan target usaha dakwah.

Dalam kegiata-kegiatan dakwah jama’ah tabligh antara markaz satu dengan

yang lain dan juga antara jama’ah satu dengan yang lainnya hampir semua sama.

Karena kegiatan ini adalah hasil musyawarah bersama demi mewujudkan kerja

dakwah yang maksimal. Adapun kegiatan-kegiatan jama’ah tabligh di mesjid Jami’

al-Ittihaad Yogyakarta sebagai pusat dakwah, diantaranya adalah52

1. Kegiatan harian yaitu dimulai dari jam 07.00 sampai selesai adalah monitoring

atau pengawasan terhadap jama’ah yang keluar dan jama’ah yang akan

berangkat dan juga penetapan tempat untuk jaulah atau khuruj.

52
Hasil wawancara dengan Bapak Wing Wicaksono seorang aktivis jama’ah tabligh, tanggal 10
Januari 2018.
42

2. Kegiatan mingguan antara lain;

a) Musyawarah mingguan yaitu pada selasa malam. Berisi laporan-laporan

dan program jaulah yang dilaksanakan di setiap daerah.

b) Ijtima’ mingguan yaitu kumpul para jama’ah tabligh untuk mendengarkan

nasehat-nasehat untuk lebih memantapkan hati, yang biasanya di isi oleh

kyai-kyai ataupun jama’ah yang sudah jaulah keliling dunia ataupun luar

negeri yang mendapatkan pengalaman lebih.

3. Kegiatan bulanan yaitu musyawarah pada minggu ke-tiga yang dihadiri se-

provinsi Yogyakarta, pada pelaksanaan kegiatan bulanan ini biasanya

bergantian di setiap daerah. Kegiatan ini berisi nasehat-nasehat dari para

ulama-ulama besar jama’ah tabligh serta penyemangat dakwah.

4. Setiap empat bulan sekali diadakan musyawarah nasional di Jakarta.

5. Setiap dua tahun sekali diadakan musyawarah dunia Nizamuddin, New Delhi,

India.

Adapun kegiatan jama’ah tabligh ketika khuruj fi sabilillah dan 24 jam

setiap harinya adalah sebagai berikut:53

1. Setelah subuh

a) Bayan (ceramah agama) biasanya yang dibicarakan adalah sifat-sifat

sahabat.

b) Musyawarah dan pembagian tugas masing-masing jama’ah.

c) Halaqah ta’lim atau pembacaan kitab ta’lim fadhilah amal.

53
Hasil wawancara dengan Bapak Wing Wicaksono seorang aktivis jama’ah tabligh, tanggal 10
Januari 2018.
43

2. Setelah shalat zhuhur

a) Bayan pembacaan fadhilah amal di depan jama’ah shalat.

b) Muzakarah (saling mengingatkan) mengenai adab dan sunnah nabawiyah.

3. Setalah shalat ashar

a) Targhib ashar (tentang usaha para nabi dan kepentingan agama).

b) Jaulah khususi (mengunjung orang-orang khusus seperti tokoh masyarakat

dll).

c) Penyampaian adab jaulah umumi atau orang umum.

4. Setalah maghrib

a) I’lan yaitu pengumuman bahwa akan ada pembicaraan tentang agama

setelah sholat sunnah ba’diyah.

b) Bayan (ceramah)

c) Ikram (menghidangkan makanan ringan)

d) Tasykil dan pembentukan jama’ah untuk mengunjungi rumah-rumah

warga untuk diajak shalat di mesjid.

5. Setelah shalat Isya

a) Mudzakarah tentang pokok-pokok usaha dakwah

b) Mudzakarah adab dan sunnah nabawiyah.

Inilah serangkaian kegiatan-kegiatan Jama’ah Tabligh baik di markas

mesjid al-Itthihad maupun diwilayah lainnya. Hal ini merupakan kegiatan usaha

yang dimaksudkan untuk menghidupkan kembali sunnah-sunnah Rasulullah SAW

yang telah banyak ditinggalkan oleh umatnya.


44

Pelaksanaan kegiatan dakwah pada Jama’ah Tabligh sangat penting

dilakukan untuk merealisasikan hasil-hasil musyawarah yang telah direncanakan

sehingga tercapainya tujuan dari kegiatan dakwah tersebut.

D. Penerapan Pengawasan Pada Dakwah Jama’ah Tabligh

Pengawasan merupakan fungsi terakhir dalam manajemen yang harus

dilaksanakan. Pengawasan yaitu tindakan atau proses kegiatan untuk mengetahui

hasil pelaksanaan, kesalahan, kegagalan untuk kemudian dilakukan perbaikan dan

mencegah agar pelaksanaan tidak berbeda dengan yang telah direncanakan.

Pengawasan dalam kegiatan dakwah Jama’ah Tabligh dilakukan dengan

membentuk halaqah. Halaqah adalah unit wilayah yang terdiri dari beberapa

mahallah. Halaqah dibentuk untuk memaksimalkan dan memudahkan kontrol

program kerja dakwah. adapun fungsi-fungsi halaqah dan hubungan koordinasi

terhadap unit-unit lainnya adalah sebagai berikut:54

1. Tugas dan Fungsi Halaqah terhadap markaz:

a. aktif menghadiri musyawarah markaz dan musyawarah evaluasi markaz.

b. memenuhi khidmat terhadap markaz.

c. Memenuhi target takazah yang diberikan oleh markaz.

d. Karghozari.

2. Tugas dan fungsi Halaqah terhadap mahalah:

a. Melakukan kontrol terhadap kerja-kerja dakwah (takazah)

b. Memebantu kerja-kerja dakwah jama’ah gerak.

54
Hasil wawancara dengan Bapak Wing Wicaksono seorang aktivis jama’ah tabligh, tanggal 10
Januari 2018.
45

c. Mengontrol takazah jama’ah gerak (jama’ah yang sedang khuruj fi


sabilillah).

Dari uraian diatas, bahwa pengawasan pada kerja-kerja dakwah Jama’ah

Tablgih selalu dilakukan setiap saat. Pada dasarnya pengawasan dilakukan untuk

mengetahui apakah terjadi penyimpangan atas kesalahan atau terjadi masalah pada

jama’ah yang sedang melaksanakan dakwah dan apakah semua pelaksanaan sesuai

dengan tujuan yang dicapai.


46

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian, pengolahan dan analisis data penelitian

tentang Implemantasi Manajemen Dakwah Pada Jama’ah Tabligh (Studi di

Mesjid Al-Ithihad Jalan Kaliurang Km.5 Sleman, Yogyakarta) yang telah

penulis lakukan dan telah teruai dalam bab-bab sebelumnya, maka pada bab

ini penulis mengambil kesimpulan bahwa usaha dakwah Jama’ah Tabligh

dilakukan sesuai dengan teori manajemen dakwah dengan menerapkan

fungsi-fungsi manajemen: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

pengawasan. Kegiatan dakwah Jama’ah Tabligh dilakukan dengan sistematis

dan melalui berbagai musyawarah bersama dari seluruh Jama’ah sehingga

kegiatan dakwah jama’ah tabligh dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh di Mesjid Al-

Ithihad adalah amalan maqami yaitu amalan dakwah di mesjid tempat tinggal

masing-masing yang berupa lima amal maqami yaitu; musyawarah harian,

ta’lim satu dan dua setengah jam setiap hari, jaulah satu dan jaulah dua dan

keluar 3 hari setiap bulan. Amalan Intiqali yaitu amalan khuruj fi sabilillah

(keluar dijalan Allah) berupa dakwah ditempat orang lain atau di kampung

lain dengan berpindah atau melakukan perjalanan dengan masa tertentu baik

3 hari, 10 hari, 40 hari dan 4 bulan. Manajemen dakwah Jama’ah Tabligh


47

diarahkan pada terbentuknya sifat dan rasa kasih sayang antara jama’ah serta

wujudnya sifat ketaatan.

B. Saran

Ada beberapa saran yang penulis igin sampaikan diantarannya adalah :

1. Implementasi manajemen pada usaha dakwah Jama’ah Tabligh menurut

penulis perlu ditingkatkan, hal ini dikmaksudkan agar terciptanya suatu

manajemen yang baik.

2. Selain itu, untuk para petugas yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan

dakwah Jama’ah Tabligh agar terus mengembangkan keilmuan agama

agar setiap yang didakwahkan dapat terus maju dan tentunya berkualitas.
48

DAFTAR PUSTAKA

Abbu Ayyub A, Mudzakarah Enam Sifat Sahabat R.A, Bandung, Al-khoir,


2013.

Amin, Samsul Munir, Imu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.

A.M. Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen: Buku


Panduan Mahasiswa, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Umum, 1994.

An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj fi Sabilillah, Bandung, Pustaka al-Ishlah,


2009.

Badriyanto, Manajemen Dakwah Nahdlatul Ulama (Studi Pada


Kepemimpinan Abdurahman Wahid), Skripsi, Yogyakarta, UIN Sunan
Kalijaga, 2011.

Basraih Lubih, Ilmu Dakwah, Jakarta, CV. Tursina,1993.

E.K. Mokhtar, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam.


Jakarta, Bhatara Karya Aksara, 1986.

Ensiklopedi Islam, Jakarta, Ichtiar Can oeve, 1999.

Faidholloh, Penerapan Fungsi-fungsi Manajemen Dakwah, Skripsi,


Yogyakarta, UIN Suanan Kalijag, 2017.

Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qhutub, Jakarta, Pena Madani, 2006.

Kirk dan Miller, Realibility and Validity in-Qualitative Research, California,


Sage Publication, 1986

M. Hanif Asrof, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya, Al-Ikhlas,


1993.

M. Manullang, Dasar-dasar Manejemen, Jakarta, PT.Raja Indonesia, 1996.

Maleong Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Karya, 1987.


49

Melayu S P. Hasibuan, Manajemen Pengertian dan Masalah, Jakarta,


CV.Haji Mas Agung.

M. Munir dan Wahyu Illahi, Manajemen Dakwah, Jakarta, Kencana, 2012.

Pimay, Awaludin, Manajemen Dakwah Sebuah Pengantar, Jakarta, Pustaka


Ilmu, 2013.

Rafi’uddin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, Banudung,
CV.Pustaka Setia, 1997.

Rasmianto, Paradigma Pendidikan dan Dakwah Jama’ah Tabligh, Malang,


UIN Malang Press, 2010.

Rofiah, Khusniati, Dakwah Jama’ah Tabligh & Eksistensinya Di Mata


Masyarakat, Ponoroga, STAIN Ponorogo Press,

Rosyady Ruslan, Manajemen umas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi


dan Aplikasi), Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998.

Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta, Mitra Pustaka,


2000.

Sondang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial, Jakarta, Bumi Aksara, 1992.

Zainu Muchtaro, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta, Al-Amin


Press, 1996.
50

DAFTAR ISTILAH

Bayan: Majelis penerangan untuk menerangkan maksud dan tujuan usaha


dakwah tabligh. Bayan biasanya berkisar untuk membicarakn enam
sifat utama yang perlu diusahakan. (1) Yakin pada Kalimat Thabiyah :
Laa ilaha illallah muhamadu Rasulullah. (2) Shalat Khusyu’ wa al-
khudhu’. (3) ‘Ilm ma’a dzikir (Ilmu disertai Dzikir). (4) Ikram al-
muslimin (memuliakan orang Islam). (5) Tashih al-niyat (memperbaiki
niat). (6) Da’wah wa at-tabligh.

Halaqah: Sutau Mahalla yang mampu menggarap beberapa Mahalla lain yang ada
di sekitarnya, sehingga terbentuk menjadi alaqah (himpunan beberapa
Mahalla) untuk memudahkan koordinasi dalam program kerja maqami
dan intiqali.

Ijtima’: Satu perhimpunan tahunan yang diadakan untuk membentuk


rombongan sebanyak-banyaknya untuk keluar bersama-sama di jalan
Allah.

Ijtima’i: Suatu amal yang dilakukan secara berjamaah.

Jama’ah: orang-orang yang memiliki niat, pikir, ucapan, usaha, maksud dan
tujuan yang sama dalam mengamalkan perintah Allah SWT sesuai yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Jaulah: Berkeliling menjumpai manusia untuk mengajak taat kepada Allah.

Kargozari: laporan kegiatan amal dan ahwal, yang di lakukan dalam setiap
musyawarah atau majelis yang berkenaan dalam usaha dakwah. untuk
melakukan evaluasi kerja, sehingga terjadi perbaikan pada kerja-kerja
selanjutnya.

Khidmat: Pelayanan atau melayani

Khuruj fi sabilillah: Meluangkan waktu jalan Allah dengan menggunakan harta


dan diri sendiri. Bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk
51

menjalin silaturrahim dalam rangka dakwah dan tabligh, dari mesjid ke


mesjid di seluruh dunia.

Maqami: Kerja dakwah di tempat mahalla sendiri, di mesjid dan di rumah


masing-masing.

Markaz: Mesjid sebagai tempat perhimpunan atau tempat pertemuan untuk


menyelaraskan kerja dakwah dan tabligh, membentuk mengirimkan
jamaah untuk khuruj fi sabilillah. Juga tempat i’tikaf setiap pekan yang
pada malam sabguzari.

Mahalla: Tempat tinggal para ahli dakwah di tempat medan usahanya di tengah-
tengah masyarakat setempat. Disinilah dihidupkan ghast tempatan.

Mudzakarah: Saling mengingatkan untuk sama-sama mengamalkan.

Ta’lim: Mengajar atau mempelajari.

Takaza: Kehendak kerja atau tugas-tugas yang ditawarkan dalam musyawarah


untuk disambut dan ditunaikan oleh para ahli dakwah.

Tasykil: Usaha membujuk atau mengajak orang-orang dengan memberikan


semangat dan keterangan-keterangan untuk meluangkan waktu di jalan
Allah.

Anda mungkin juga menyukai