Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa kota-kota besar di Indonesia merupakan daerah yang sering terjadi
banjir ketika musim penghujan tiba. Salah satunya adalah Kota Palembang. Kota
Palembang merupakan salah satu kota yang dilewati Sungai besar di Sumatera
Selatan, yaitu Sungai Musi.

Kota Palembang sendiri memiliki beberapa Sungai kecil yang juga bermuara
ke Sungai Musi. Salah-satunya adalah Sungai Bendung yang berada di daerah hilir
Kota Palembang. Sungai Bendung merupakan salah satu Sungai yang mengalami
limpasan Sungai Musi (backwater) ketika musim hujan tiba. Hal ini yang
mengakibatkan genangan air seluas 285 hektar di Kota Palembang.

Kementrian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatra


VIII, Ditjen Sumber Daya Air melakukan upaya untuk mengurangi banjir yang
terjadi di Kota Palembang dengan cara mempercepat aliran Sungai Bendung
dengan membangun pompa banjir di bagian hilir Sungai Bendung serta melakukan
normalisasi Sungai dengan cara perkuatan tebing sepanjang 5,5 Km dan
membangun kolam retensi berkapasitas 50.000 m3 yang akan digunakan sebagai
tampungan air hujan sementara pada musim hujan. Air tampungan kolam retensi
akan di buang ke Sungai Musi menggunakan 6 pompa berkapasitas masing-masing
6.000 m3/detik ketika tinggi muka air Sungai Musi lebih tinggi dari tinggi muka air
Sungai Bendung.

Pompa air diletakan pada bangunan rumah pompa yang berada di antara
kolam retensi dengan Sungai Bendung yang dibuat menyerupai bangunan rumah
dari beton bertulang dengan 2 lantai, di mana bagian bawah berfungsi sebagai
kolam air yang menyatu dengan kolam retensi dan bagian atas sebagai tempat
pompa yang akan memompa air dari bagian bawah keluar menuju Sungai Musi.

Suatu bangunan memiliki struktur untuk menopang bangunannya agar kokoh,


salah satunya adalah pelat lantai. Pada laporan ini penulis akan membahas
mengenai bagaimana pelaksanaan pekerjaan pelat lantai pada struktur rumah

1 Universitas Sriwijaya
2

pompa pada Proyek Pembangunan Pompa Pengendalian Banjir Sub Das Bendung
Kota Palembang.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun tujuan yang akan dicapai dari kerja praktik ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan pekerjaan pelat lantai
dasar dan lantai 1 rumah pompa pada proyek pembangunan pompa
pengendali banjir Sub Das Bendung Kota Palembang.
2. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dan solusi yang dilakukan pada
pelaksanaan pekerjaan pelat lantai dasar dan lantai 1 rumah pompa.
3. Menghitung volume material pekerjaan pelat dasar dan lantai 1 rumah pompa
pada proyek.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan dalam penulisan laporan ini meliputi hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan pembangunan pelat lantai dasar dan lantai 1 serta
kendala yang dihadapi selama proses pembangunan rumah pompa pada proyek
pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das Bendung Kota Palembang.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini dibagi menjadi 6 bab dengan
pembahasan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab pendahuluan menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah,
maksud dan tujuan penulisan, metode pengumpulan data, ruang lingkup
pembahasan dan sistematika penulisan.

BAB 2 GAMBARAN UMUM PROYEK


Bab gambaran umum proyek menjelaskan tentang data-data teknis dan umum
proyek, rencana pelaksanaan proyek dan struktur organisasi proyek.

Universitas Sriwijaya
3

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA


Bab tinjauan pustaka membahas tentang teori mengenai topik yang akan
ditinjau pada kerja praktik.

BAB 4 RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN


Bab tinjauan pelaksanaan membahas tentang tahapan-tahapan pekerjaan dari
tahap persiapan hingga tahap perawatan pada aspek yang ditinjau di lapangan.

Universitas Sriwijaya
BAB 2

GAMBARAN UMUM PROYEK

Proyek pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das Bendung Kota


Palembang dimulai sejak tahun 2015 dan direncanakan selesai akhir tahun 2019.

2.1 Data Proyek


Data proyek pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das Bendung Kota
Palembang dapat dijelaskan menjadi dua bagian, yaitu data umum dan teknis.
Uraiannya sebagai berikut:

2.1.1 Data Umum


Data yang memberikan informasi secara umum tentang proyek
pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das Bendung Kota Palembang adalah
sebagai berikut:

Nama Proyek : Pembangunan Pompa Pengendali Banjir Sub


Das Bendung Kota Palembang.

Lokasi Proyek : Jalan Ali Gathmir, Kelurahan 10 ilir,


Kecamatan Ilir timur II, Kota Palembang,
Sumatra Selatan.

No. Kontrak : HK.02.03/08/SUPAN/SNVTPJSA/Ah/2015

Tanggal Kontrak : 14 Desember 2015

Nilai Kontrak : Rp. 233.912.721.000,00

Jenis Kontrak : Unit price

Waktu Pelaksanaan : 1294 Hari Kalender

Waktu Pemeliharaan : 360 Hari Kalender

4 Universitas Sriwijaya
5

Sumber Dana Proyek : APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja


Negara )

Pemilik Proyek : Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat Direktorat Jendral Sumber Daya air
Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS)
Sumatra VIII.

Konsultan Perencana : PT. Sapta Adhi Pratama

Konsultan Pengawas : PT. Supraharmonia Consultanindo

Kontraktor Pelaksana : PT. Sac Nusantara - PT. Basuki Rahmanta


Putra, Kso

Sub kontraktor : PT. Asiana Teknologies Lestary

PT. Grundfos Indonesia

2.1.2 Data Teknis


Data teknis proyek pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das
Bendung Kota Palembang adalah sebagai berikut:

Luas Proyek : ± 15.000 m2

Luas Bangunan Rumah Pompa : 576 m2

Konstruksi : Beton Bertulang

Jenis Pondasi : Spun Pile

Tinggi Bangunan : 25 m ( Diukur dari elevasi -4,9 m )

Tebal Selimut Beton : 50 mm

Mutu Beton : K300 ( 24,90 MPa)

Mutu Baja : BJTS 40 ( 285,35 MPa)

Universitas Sriwijaya
6

2.2 Peta Lokasi Proyek


Lokasi proyek ini terletak di Jl. Ali Gathmir, kelurahan 10 ilir, kecamatan
Ilir timur II, Kota Palembang, Sumatra Selatan.

Lokasi
proyek

Gambar 2.1 Lokasi Proyek (Google Maps, 2019)

2.3 Struktur Organisasi Proyek


Struktur organisasi dari proyek pembangunan pompa pengendali banjir Sub
Das Bendung Kota Palembang dapat dilihat pada gambar 2.2. Adapun Pihak-pihak
yang terlibat dalam proyek pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das
Bendung Kota Palembang sebagai berikut :

1. Pemilik proyek (owner)


Pemilik proyek merupakan badan usaha atau perorangan yang membutuhkan
suatu bangunan dan memiliki dana untuk membangun dengan cara menyampaikan
keinginannya kepada konsultan dan kontraktor agar dapat di rencanakan struktur
dan anggaran biaya yang dibutuhkan. Pemilik dari proyek ini adalah Kementrian
PUPR Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatra VIII.

2. Konsultan perencana
Konsultan perencana merupakan badan usaha atau perorangan yang bertugas
sebagai pembuat gambar kerja, menghitung struktur dan anggaran biaya yang

Universitas Sriwijaya
7

dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, serta bertanggung jawab jika terjadi


kegagalan konstruksi. Konsultan perencana pada proyek pembangunan pompa
pengendali banjir Sub Das Bendung Kota Palembang adalah PT. Sapta Adhi
Pratama.

Pemilik Proyek:
Kementrian PUPR Balai Besar
Wilayah Sungai Sumatra VIII

KONSULTAN KONTRAKTOR : KONSULTAN


PERENCANA : PT. Sac Nusantara - PENGAWAS :
PT. Sapta Adhi PT. Basuki Rahmanta PT. Supraharmonia
Pratama Putra, Kso Consultanindo

SUB KONTRAKTOR
PT. Asiana Teknologies Lestary
PT. Grundfos Indonesia

Keterangan : Hubungan Kontraktual

Hubungan Fungsional
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek

3. Konsultan pengawas
Konsultan pengawas merupakan badan usaha atau perorangan yang bertugas
sebagai pengawas dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi dari awal hingga
akhir agar pelaksanaan pekerjaan tidak menyimpang dari gambar kerja yang telah
dibuat oleh konsultan perencana. Pada proyek ini yang bertanggung jawab sebagai
konsultan pengawas adalah PT. Supraharmonia Consultanindo.

4. Kontraktor

Kontraktor merupakan badan usaha atau perorangan yang bertugas sebagai


penyedia jasa yang mampu mewujudkan keinginan owner melalui kegiatan lelang.

Universitas Sriwijaya
8

Pada proyek ini yang di percaya sebagai kontraktor pelaksana adalah PT. Sac
Nusantara - PT. Basuki Rahmanta Putra,Kso.

5. Sub Kontraktor

Sub kontraktor merupakan badan usaha atau perorangan yang bertugas


sebagai penyedia jasa yang jasanya tidak dimiliki oleh kontraktor. Pada proyek ini
terdapat dua sub kontraktor yaitu PT. Asiana Teknologies Lestary dan PT. Grundfos
Indonesia.

2.4 Struktur Organisasi Kontraktor


Untuk kelancaran dalam proses konstruksi, kontraktor juga harus memiliki
struktur organisasi yang menggambarkan pembagian tugasnya dalam
melaksanakan konstruksi. Struktur organisasi kontraktor dalam proyek
pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das Bendung Kota Palembang dapat
dilihat pada gambar 2.3.

Dalam proyek ini, pihak kontraktor memiliki pembagian tugas seperti yang
akan diuraikan berikut ini:

a. Project Manager

Project Manager adalah orang yang bertugas sebagai pemimpin proyek dan
mengatur jalannya proyek. Serta bertugas mengatur timnya untuk melakukan tugas
seperti apa yang diinginkan.

b. Manager Teknik

Manager Teknik merupakan pengawas lapangan. Yang biasanya merupakan


perwakilan dari kontraktor sebagai pemberi keputusan di lapangan.

c. Drafter
Drafter adalah orang yang bertugas dalam membantu kebutuhan pembaruan
gambar kerja dan menggambar hal0hal yang diperlukan ketika ada yang belum
tergambar.

Universitas Sriwijaya
9

d. Quality Control
Quality Control bertugas sebagai pihak yang memastikan kualitas bahan dan
material yang digunakan sudah sesuai dengan perencanaan.

e. Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)


Merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam bidang kesehatan dan
keselamatan kerja dalam melaksanakan proyek.

f. Logistic
Logistic merupakan bagian yang berfungsi sebagai penyedia material dan
peralatan yang dibutuhkan dalam proses pembangunan konstruksi.

g. Administrasi

Administrasi merupakan pihak yang bertanggung jawab dalam maslah


administrasi proyek. Meliputi pekerjaan pengarsipan, gaji dan lainnya.

2.5 Jenis Kontrak


Dalam proyek pembangunan pompa pengendali banjir Sub Das Bendung
Kota Palembang ini menggunakan sistem kontrak Unit Price. Kontrak Unit Price
adalah sistem kontrak yang memperkirakan volume pekerjaan yang akan dilakukan
bersama pihak owner dengan jumlah biaya per unit pekerjaan ( Abraham, 2010).

Sistem kontrak Unit Price tidak mengetahui jumlah volume pekerjaan yang
sesungguhnya, sehingga belum diketahui pula nilai pasti dari proyek tersebut.
Sistem kontrak ini merupakan pilihan kontrak yang sesuai untuk pekerjaan proyek
yang cukup kompleks dalam pelaksanaannya.

Universitas Sriwijaya
10

Universitas Sriwijaya
BAB 3

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Beton
Beton merupakan bahan konstruksi yang terdiri dari campuran material
semen, agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambahan lainnya (Admixture)
jika di perlukan. Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat sering digunakan
karena sangat mudah pada waktu pelaksanaannya dan relatif murah dari bahan
konstruksi lainnya. Dengan bertambahnya umur beton, beton akan semangkin
mengeras dan akan mencapai kekuatan rencana pada usia 28 hari. Beton memiliki
kemampuan atau daya tekan yang tinggi sehingga sering digunakan sebagai struktur
suatu bangunan, misalnya struktur jembatan, jalan dan gedung. ( SNI 2847 : 2013).

Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyai sifat tahan terhadap
tekan namun memiliki kekuatan cukup kecil terhadap tarik, sehingga beton sering
di kombinasikan dengan material baja agar mampu menahan gaya tekan dan tarik.
Biasanya gabungan dari bahan ini disebut beton bertulang.

Nilai dari kekuatan beton dapat diketahui melalui pengujian kuat tekan pada
benda uji berupa silinder maupun kubus pada hari ke 28 setelah pengecoran. Tidak
hanya di uji pada umur 28 hari, biasanya pengujian kuat tekan juga dilakukan pada
hari ke 3, 7 dan 14 dan hasil perhitungan kekuatan beton akan di bagi dengan faktor
koreksi sesuai dengan standar yang berlaku agar mendekati kekuatan rencana
seperti umur 28 hari.

3.2 Bahan-bahan Penyusun Beton


Adapun material-material yang digunakan dalam membuat beton adalah
sebagai berikut:

3.2.1 Semen
Semen merupakan bahan perekat antar agregat untuk membentuk beton
menjadi bahan yang kompak. Di mana semen yang digunakan adalah semen

11 Universitas Sriwijaya
12

Portland yang banyak dijual bebas di pasaran. Adapun bahan mineral utama
penyusun semen adalah lime atau batu kapur (CaO), silika (Sio2), dan alumunia
(Al2O3) serta beberapa mineral lainnya dalam jumlah yang kecil (Daryanto, 2009).

Semen portland merupakan bahan pelekat hidrolis yang akan bereaksi jika
bersenyawa dengan air membentuk padatan yang disebut dengan beton setelah
mengikat agregat kasar dan agregat halus menjadi satu kesatuan. Di Indonesia ada
5 tipe semen yang biasa digunakan dalam pelaksanaan konstruksi yaitu:

1. Semen tipe 1: yaitu semen biasa (normal) yang digunakan untuk beton yang
tidak dipengaruhi lingkungan seperti sulfat dan perbedaan suhu yang ekstrim.

2. Semen tipe 2: yaitu semen yang digunakan untuk pencegahan terhadap


serangan sulfat dari lingkungan, seperti untuk struktur bagian bawah suatu
konstruksi.

3. Semen tipe 3: yaitu semen yang digunakan untuk menghasilkan beton yang
waktu pengerasannya cepat (high early strength).

4. Semen tipe 4: yaitu semen yang menghasilkan beton yang dibuat akan
memberikan panas hidrasi rendah. Di mana semen ini cocok untuk pekerjaan
beton massa.

5. Semen tipe 5: semen tipe ini cocok untuk membentuk beton yang menahan
serangan sulfat dengan kadar tinggi, biasanya digunakan pada bangunan
konstruksi di daerah pantai.

3.2.2 Air
Air diperlukan untuk pembuatan beton agar terjadi reaksi hidrasi antara
semen dan air dan digunakan untuk membasahi agregat agar menyatu membentuk
beton. Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak berwarna,
tidak bau, tidak mengandung asam, minyak, zat organis atau bahan lainnya yang
dapat merusak beton. Umumnya air minum dapat digunakan untuk bahan campuran
beton.

Universitas Sriwijaya
13

Penggunaan air dalam pembuatan beton harus sesuai dengan kebutuhan.


Karena air dapat memberikan dampak yang buruk kepada kekuatan beton jika air
yang digunakan tidak sesuai dengan kebutuhannya. Jika air terlalu banyak maka
akan terjadi blending, yaitu peristiwa naiknya air ke permukaan beton. Sedangkan
jika air yang digunakan terlalu sedikit akan membuat semen tidak bereaksi dengan
maksimal saat mengikat agregat. Untuk mengurangi pengeluaran air, maka dapat
dilakukan dengan cara:

1. Jumlah air campuran tidak melebihi kebutuhan untuk dapat mencapai sifat
dapat dikerjakan dengan baik

2. Campuran dengan semen lebih banyak

3. Jenis semen dengan butiran-butiran lebih halus

4. Agregat dengan gradasi lebih baik

5. Pasir alam yang agak bulat dengan persentase butir-butir halus lebih banyak

6. Bahan-bahan tambahan lainnya

3.2.3 Agregat
Agregat merupakan material utama penyusun beton. Agregat mengisi ± 70%
hingga 75% dari volume massa padat beton (Istimawan,1994). Agregat sendiri
merupakan batu-batuan pecah, kerikil dan pasir yang berasal dari alam maupun
buatan yang dibentuk menjadi ukuran kecil hingga besar.

Dalam mengisi volume beton ada syarat yang harus dipenuhi agregat yaitu
ukurannya harus bervariasi ,kekuatan agregat harus memiliki kekuatan yang lebih
besar dari beton itu sendiri serta bentuk agregat dan teksturnya. Tekstur yang
semakan kasar akan menghasilkan daya lekat yang besar antara agregat dan semen.

Agregat yang digunakan dalam membuat beton dibagi menjadi dua fraksi
yaitu agregat kasar dan agregat halus. Berikut perbedaan dari kedua fraksi agregat
tersebut:

Universitas Sriwijaya
14

1. Agregat Kasar

Agregat kasar merupakan batu pecah yang ukurannya tidak lewat dari
saringan # 4 mm . Ukuran maksimum dari agregat kasar diatur dalam peraturan
untuk kepentingan dari berbagai komponen. Umumnya peraturan tentang ukuran
maksimum agregat kasar ini adalah agar agregat yang digunakan dapat masuk atau
lewat ke sela-sela anyaman tulangan sehingga beton padat dengan agregat.

2. Agregat halus

Agregat halus biasanya terdiri dari pasir atau partikel-partikel kecil yang
lewat saringan # 4 atau 5 mm dengan kandungan lumpur di bawah 5%. Apabila
kandungan lumpur di atas 5% maka agregat halus harus di cuci terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai material pembentuk beton.

3.2.4 Bahan Tambahan (Admixture)


Bahan tambahan lainnya yang sering disebut obat merupakan bahan
tambahan yang digunakan pada campuran beton jika sifat beton tidak sesuai dengan
spesifikasi yang diingin kan. Contohnya ketika beton terlalu cair atau padat
sehingga tidak memenuhi pengujian slump maka bahan tambahan akan di gunakan
untuk mendapatkan beton yang dinginkan. Tujuan penambahan admixture antara
lain :

1. Mempercepat pengerasan beton

2. Memperlambat pengerasan beton

3. Meningkatkan workability tanpa mengubah kadar air

4. Meningkatkan kekuatan beton (performance)

5. Meningkatkan daya tahan (durability) dan mengurangi permeabilitas.

3.3 Beton Bertulang


Beton merupakan bahan konstruksi yang tahan terhadap gaya tekan, tetapi
kelemahan dari bahan konstruksi ini adalah tidak tahan terhadap gaya tarik. Dengan

Universitas Sriwijaya
15

sifat yang sedemikian rupa maka beton dikombinasikan dengan baja yang memiliki
kekuatan terhadap gaya tarik. Di mana gabungan dari baja dan beton ini disebut
dengan beton bertulang. Setelah menjadi bahan beton bertulang makan bahan
konstruksi ini akan tahan terhadap gaya tekan, tarik dan geser. Dengan demikian
bahan konstruksi ini akan aman menjadi struktur dari suatu konstruksi bangunan,
jalan maupun jembatan.

Dengan kelebihan yang dimilikinya beton bertulang sangat populer


digunakan sebagai struktur utama konstruksi. Beton bertulang lebih dipilih
dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya seperti bambu, kayu dan baja.
Penggunaan beton bertulang dapat dijumpai pada struktur pondasi dalam, seperti
tiang pancang, spun pile, bored pile. Kemudian pada struktur sloof, kolom, balok,
pelat lantai, pelat atap dan dinding geser (sheer wall).

3.4 Keunggulan dan Kelemahan Beton


Beton merupakan bahan konstruksi yang paling sering digunakan dalam
proses pembangunan konstruksi karena mudah pada waktu pelaksanaan. Berikut
keunggulan-keunggulan dari beton:

1. Material penyusun mudah didapat


Karana tersusun dari material agregat, air dan semen yang mudah di dapatkan,
terutama di Indonesia maka beton sangat sering digunakan sebagai bahan
konstruksi
2. Bisa di bentuk sesuai desain yang diinginkan
Beton dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan dengan cara
membentuk bekisting seperti yang dinginkan.
3. Harga pembuatan relatif lebih murah
Dengan material penyusun yang sangat mudah di dapatkan harga untuk
memproduksi beton jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan lainnya
contohnya seperti baja.
4. Tahan terhadap tekan
Sifat dari beton merupakan tahan terhadap beban tekan, sehingga sangat
cocok digunakan sebagai struktur yang akan menerima beban dari arah vertikal.

Universitas Sriwijaya
16

5. Tahan terhadap api dan air


Selain sifatnya yang tahan terhadap tekan beton juga tahan terhadap api dan
air, maka beton dapat digunakan sebagai struktur konstruksi di mana saja.
Selain keunggulan-keunggulan yang telah diuraikan beton juga memiliki
beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut :
1. Tidak tahan terhadap tarik
Karena sifatnya yang tidak mampu terhadap beban tarik maka beton dapat
dikombinasikan dengan baja yang mempunyai sifat tahan terhadap beban tarik.

2. Memiliki berat jenis yang besar

Beton tersusun dari material yang berat, sehingga berat jenis beton cukup
besar. Hal ini yang mengakibatkan dibutuhkannya bantuan perancah atau alat-alat
lainnya untuk menopang berat beton sebelum materialnya menjadi solid.

3. Memerlukan cetakan/bekisting untuk membentuknya

Untuk membentuk beton sesuai kebutuhan diharuskan membuat cetakan


terlebih dahulu agar bentuk beton yang di inginkan tercapai, sehingga
membutuhkan alat tambahan berupa cetakan atau bekisting yang dibuat sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan.

3.5 Balok
Balok merupakan struktur bangunan tiga dimensi yang umumya berbentuk
persegi panjang. Balok merupakan elemen struktur yang dirancang untuk menahan
gaya dari arah horizontal. Balok berfungsi sebagai struktur yang akan menyalurkan
beban dari pelat lantai ke kolom serta berfungsi sebagai pengaku dari elemen
kolom.

Dalam perencanaan, umumnya balok mempunyai bermacam-macam


ukuran dan dimensi yang disesuaikan dengan jenis dan beban yang akan dipikul
oleh balok. Namun dimensi yang dirancang harus memenuhi dimensi ekonomis
suatu balok agar dapat memenuhi persyaratan perancangan struktur beton sesuai
dengan yang telah ditetapkan standar Indonesia.

Universitas Sriwijaya
17

3.6 Kolom
Kolom merupakan elemen struktural yang dirancang untuk menahan gaya
aksial dari beban terfaktor yang bekerja pada semua lantai atau atap dan momen
maksimum yang berasal dari beban terfaktor dari suatu bentang terdekat dari lantai
atap atau yang ditinjau.

Kolom menerima beban dan akan meneruskan beban yang diterima menuju
ke struktur pondasi dibawahnya. Struktur kolom dibuat dengan beton dan baja
tulangan agar mampu menahan gaya tarik dan tekan.

3.7 Pelat Lantai


Pelat merupakan salah satu struktur dari suatu bangunan yang berupa lapisan
tipis hingga tebal sesuai dengan kebutuhannya yang bertumpu pada balok atau
struktur lainnya dan sering dibuat menggunakan baton bertulang dengan bantuan
cetakan. Menurut buku “Struktur beton bertulang” pelat lantai merupakan panel-
panel beton bertulang yang mungkin bertulang dua atau satu arah saja, tergantung
dengan sistem strukturnya.

Pelat merupakan struktur bangunan yang sering dibuat dengan beton


bertulang dengan bidang arah horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus bidang
tersebut. Beban yang diperhitungkan pada struktur pelat adalah beban mantap dari
struktur itu sendiri dan beban bergerak. Beban tersebut yang akan mengakibatkan
terjadinya momen lentur. Sehingga struktur pelat harus dirancang untuk mampu
menahan beban lentur.

Pelat beton bertulang sangat kaku dan berarah horizontal. Dengan demikian
pada struktur suatu gedung pelat berfungsi sebagai diafragma atau sebagai unsur
pengaku horizontal yang mendukung ketegaran dari balok portal.

Pelat sangat sering diaplikasikan pada konstruksi sipil seperti lantai


bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan, lantai dermaga maupun
lantai saluran air pada bangunan air. Ketebalan dari pelat akan mempengaruhi
estetika dari suatu konstruksi, untuk dapat menjaga estetika ketebalan pelat dapat

Universitas Sriwijaya
18

di modifikasi dengan menggunakan bahan-bahan yang bermutu tinggi sebagai


material pembentuknya.

Pelat lantai merupakan struktur dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai
pemisah antara lantai yang satu dengan lantai lainnya. Pelat lantai sendiri akan
bertumpu pada balok anak di sisi panjangnya dan bertumpu pada balok induk pada
sisi pendeknya dan kemudian beban akan disalurkan ke kolom di bawahnya.

Ketebalan dari pelat lantai ditentukan oleh beban yang akan bekerja, lebar
bentang dari pelat, lendutan yang diizinkan serta material konstruksi yang akan
digunakan sebagai bahan pembentuk pelat. Ciri cari pelat adalah permukaannya
yang rata dan lurus, sehingga untuk memastikan hal tersebut harus dilakukan
pengukuran menggunakan alat pengukur seperti waterpass.

Adapun fungsi-fungsi dari pelat lantai adalah sebagai berikut:

1. Sebagai tempat berpijak

2. Memisahkan lantai atas dan bawah suatu bangunan

3. Meredam suara dari lantai bawah ataupun lantai atas

4. Sebagai tempat kabel dan lampu untuk lantai di bawahnya

5. Menambah kekakuan dan kekuatan dari arah horizontal

6. Menahan beban sesuai dengan fungsi bangunan.

3.7.1 Jenis-Jenis pelat


Berdasarkan arahnya pelat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Pelat satu arah (one way slab)

Pelat satu arah adalah pelat yang memiliki panjang dua kali atau lebih besar
daripada lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju balok-balok dan
sebagian kecil saja yang akan menuju ke gelagar.

Pelat satu arah umumnya didesain dengan rasio tulangan tarik jauh di bawah
rasio maksimum yang diizinkan. Hal ini untuk kepentingan keamanan dan

Universitas Sriwijaya
19

ekonomis dari struktur tersebut. Dengan tulangan di bawah rasio diharapkan baja
akan leleh terlebih dahulu sehingga keruntuhan dapat diketahui sebelum terjadi
keruntuhan beton. Berikut tampak potongan pelat satu arah:

Lx
Ly

Gambar 3.1 Tampak Potongan Pelat Satu Arah

2. Pelat dua arah (two way slab)

Lx

Ly

Gambar 3.2 Tampak Potongan Pelat Dua Arah

Pelat dua awah memiliki sistem yang dapat terjadi pada pelat tunggal
maupun menerus, dengan syarat perbandingan panjang bentang kedua sisi
memenuhi. Persyaratan jenis pelat lantai dua arah jika perbandingan dari bentang
panjang (Ly) terhadap bentang pendek (Lx) kurang dari 2, dapat dilihat pada

Universitas Sriwijaya
20

gambar 3.2. Pelat dua arah merupakan pelat yang didukung sepanjang keempat
sisinya di mana lenturan akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus.

3.8 Volume Material


Selain menghitung strukturnya hal yang tak kalah penting yaitu volume
material yang akan digunakan dalam membangun suatu konstruksi. Volume
material sangat identik dengan pekerjaan struktural, hal ini dikarenakan volume
material menyatakan luas suatu ruang berbentuk kubus, tabung, dan lain-lainnya.
Cara menghitung volume material pada pekerjaan konstruksi di suatu proyek dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan ruang yaitu p x l x t untuk kubus dan
untuk silinder maupun yang menyerupai dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 1⁄ x π x d2.
4

Dengan mengetahui volume material dapat diketahui pula berapa pekerja dan
waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Volume material
yang dihitung adalah volume beton, baja tulangan, kayu, timbunan, galian, air
kerja, listrik kerja dan hal-hal lainnya tergantung dengan jenis konstruksi yang akan
dibangun.

Persamaan yang dapat digunakan untuk perhitungan volume material pelat


dapat dilihat pada persamaan (3.1),(3.2) dan (3.3).

Volume beton per pelat = Luas penampang x tebal


pelat …………………………..…(3.1)
Volume beton pada keseluruhan = Volume beton per pelat x jumlah
pelat pelat…………………………..….(3.2)

Jumlah material yang digunakan = Volume beton pada keseluruhan


pelat x harga satuan
komposisi……………………….(3.2)

Universitas Sriwijaya
BAB 4

RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN

Tinjauan pelaksanaan yang direncanakan yaitu tinjauan pelaksanaan


pekerjaan pelat lantai dasar dan lantai 1 rumah pompa pada proyek pembangunan
pengendali banjir Sub Das Bendung Kota Palembang.

4.1 Tinjauan Material yang Digunakan


Tinjauan Material yang digunakan meliputi material-material apa saja yang
digunakan pada proyek pembangunan proyek.

4.2 Tinjauan Peralatan yang Digunakan


Tinjauan perlatan yang digunakan meliputi alat-alat apa saja yang digunakan
dalam pekerjaan pembangunan proyek.

4.3 Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Latai


Tinjauan pelaksanaan pekerjaan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :

4.3.1 Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan


Tinjauan pelaksanaan pekerjaan persiapan meliputi pembersihan, penggalian
tanah serta pembuatan lantai kerja.

4.3.2 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur


Pelaksanaan pekerjaan struktur pelat lantai dasar dan lantai 1 rumah pompa
adalah sebagai berikut:

1. Pekerjaan Penulangan Pelat Lantai

Tinjauan pekerjaan yang diamati meliputi pekerjaan penganyaman besi,


pengukuran jarak antar tulangan di lapangan dan penyambungan.

21 Universitas Sriwijaya
22

2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting

Tinjauan pekerjaan yang diamati meliputi pembuatan bekisting, perakitan


bekisting dan teknik pemasangan bekisting di lapangan.

3. Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

Tinjauan pekerjaan yang diamati meliputi pekerjaan pemasangan beton tahu,


pemasangan kawat ayam untuk batas pengecoran, teknik pengecoran yang
dilakukan dan pemadatan beton dengan alat penggetar.

4. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

Tinjauan pekerjaan yang diamati meliputi pekerjaan pembongkaran bekisting


serta teknik pengangkatan bekisting.

5. Pekerjaan Finishing

4.4 Kendala-kendala Saat Pelaksanaan Pekerjaan dan Solusinya


Menguraikan kendala-kendala yang terjadi pada proses pembangunan dan
solusi yang dilakukan.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton SNI
03-3975-1995.
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton SNI
03-6816-2002.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung SNI 03-2847-2013.
Daryanto. 2009. Teknik Bangunan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dipohusodo, Istimawan. 1999. Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK SNI T-


15-1991-03 Departemen Pekerjaan Umum RI. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Husen, Abraham. 2010. Manajemen Proyek. Yogjakarta: Andi
Noname. 2018.” Pembangunan Kolam Retensi dan Normalisasi Sungai Bendung
Reduksi Banjir di Kecamatan Ilir Kota Palembang”
https://www.pu.go.id/berita/view/16102/pembangunan-kolam-retensi-dan-
normalisasi-Sungai-Bendung-reduksi-banjir-di-kecamatan-ilir-kota-
palembang.online. (Diakses pada tanggal 22 Juli 2019).

23 Universitas Sriwijaya
24

Universitas Sriwijaya
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ............................................................................................... ii

Halaman Pengesahan ..................................................................................... ii

Kata Pengantar .............................................................................................. iii

Daftar Isi ....................................................................................................... iv

Daftar Gambar ............................................................................................. vi

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ..................................................................................... 2

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...................................................................... 2

1.4 Sistematika Penulisan.................................................................................. 2

BAB 2 GAMBARAN UMUM PROYEK ..................................................... 4

2.1 Data Proyek .................................................................................................. 4

2.1.1 Data Umum .......................................................................................... 4

2.1.2 Data Teknis .......................................................................................... 5

2.2 Peta Lokasi Proyek ...................................................................................... 6

2.3 Struktur Organisasi Proyek......................................................................... 6

2.4 Struktur Organisasi Kontraktor .................................................................. 8

2.5 Jenis Kontrak ................................................................................................ 9

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11

3.1 Beton............................................................................................................ 11

3.2 Bahan-bahan Penyusun Beton ................................................................. 11

iv Universitas Sriwijaya
26

3.2.1 Semen ................................................................................................. 11

Universitas Sriwijaya
3.2.2 Air....................................................................................................... 12

3.2.3 Agregat ............................................................................................... 13

3.2.4 Bahan Tambahan (Admixture) ........................................................... 14

3.3 Beton Bertulang ......................................................................................... 14

3.4 Keunggulan dan Kelemahan Beton ......................................................... 15

3.5 Balok............................................................................................................ 16

3.6 Kolom .......................................................................................................... 17

3.7 Pelat Lantai ................................................................................................. 17

3.7.1 Jenis-Jenis pelat .................................................................................. 18

3.8 Volume Material ........................................................................................ 20

BAB 4 RENCANA TINJAUAN PELAKSANAAN .................................. 21

4.1 Tinjauan Material yang Digunakan ......................................................... 21

4.2 Tinjauan Peralatan yang Digunakan ....................................................... 21

4.3 Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pelat Latai .......................................... 21

4.3.1 Pelaksanaan Pekerjaan Persiapan ............................................................ 21

4.3.2 Pelaksanaan Pekerjaan Struktur ............................................................... 21

4.4 Kendala-kendala Saat Pelaksanaan Pekerjaan dan Solusinya ............. 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23

v Universitas Sriwijaya
vi Universitas Sriwijaya
vi Universitas Sriwijaya
11 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai