Disusun oleh :
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
a). Tujuan Umum
- Untuk mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja di bidang minyak dan
gas
b). Tujuan Khusus
- Mengetahui faktor penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Akbibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Sumber-sumber bahaya di tempat kerja
- Prinsip dasar pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Langkah-langkah mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian K3 Migas
Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu hal penting
yang wajib diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga tertuang dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87.
Minyak dan gas bumi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin ingin
instan yang berimbas kepada kebutuhan minyak yang semakin tinggi. Proses pembuatan
barang-barang kebutuhan manusia juga dilakukan serba instan menggunakan mesin-
mesin, bahkan tanpa campuran tangan Sumber Daya Manusia membuat komsumsi
energi yang dibutuhkan sangat banyak.
Kebutuhan manusia akan minyak dan gas bumi memacu manusia untuk
mengembangkan teknologi-teknologi yang semakin modern untuk memperoleh
informasi tentang keberadaan cekungan-cekungan minyak dan gas bumi. Dalam
mengantisipasi hal tersebut, perusahaan-perusahaan migas semakin gencar dalam
meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi untuk menemukan lapangan-lapangan minyak
baru yang potensial.
2
B. Tujuan K3 Migas
C. Prinsip Dasar K3
Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi prinsip dasar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang perlu untuk diperhatikan yaitu :
1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Status Kesehatan Pekerja
3. Pengkajian Bahaya Potensial Lingkungan kerja
Human Factors Engineering (HFE) adalah disiplin ilmu yang menerapkan apa yang
diketahui tentang kemampuan manusia dan keterbatasan desain produk, proses,
sistem, dan lingkungan kerja. Hal ini dapat diterapkan pada desain semua sistem
yang melibatkan manusia, termasuk hardware dan software. Penerapannya untuk
merencanakan sistem untuk meningkatkan dalam kemudahan penggunaan, kinerja
sistem dan kehandalan, dan kepuasan pengguna, sambil mengurangi kesalahan
operasional, stres operator, persyaratan pelatihan, kelelahan pengguna, dan
kewajiban produk. HFE yang khas dalam menjadi satu-satunya disiplin yang
berhubungan manusia untuk teknologi.
Faktor manusia dalam rekayasa berfokus pada bagaimana orang berinteraksi dengan
tugas, mesin (atau komputer), dan lingkungan dengan pertimbangan bahwa manusia
memiliki keterbatasan dan kemampuan. Faktor Manusia insinyur mengevaluasi
"manusia untuk manusia," "manusia untuk Group," "manusia untuk Organisasi,"
dan "manusia untuk Machine (Komputer)" interaksi untuk lebih memahami
interaksi dan mengembangkan kerangka kerja untuk evaluasi.
3
Faktor Manusia kegiatan rekayasa meliputi:
Pada dasarnya, human factor ini memiliki 2 (dua) tujuan utama yakni :
4
2. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan, menurunkan stress dan kelelahan,
kemudahan terhadap adaptasi, meningkatkan kepuasan terhadap pekerjaan dan
yang terpenting adalah meningkatkan kualitas hidup dari manusia yang bekerja.
4. Beban Kerja
Secara garis besar, kegiatan manusia dapat digolongkan dalam dua komponen utama
yaitu kerja fisik (menggunakan otot sebagai kegiatan sentral) dan kerja mental
(menggunakan otak sebagai pencetus utama). Kedua kegiatan ini tidak dapat
dipisahkan secara sempurna mengingat terdapat hubungan yang erat antara satu
dengan yang lainnya. Namun, jika dilihat dari energi yang dikeluarkan, maka kerja
mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan dengan kerja
fisik.
- Konsumsi oksigen;
- Denyut jantung;
- Temperatur tubuh;
5
Pengukuran beban kerja fisik merupakan pengukuran beban kerja yang dilakukan
secara obyektif dimana sumber data yang diolah merupakan data-data kuantitatif,
misalnya:
Denyut jantung atau denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja
dinamis seseorang sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar
aktifitas otot maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut jantung
yang ada, demikian pula sebaliknya.
b. Konsumsi oksigen
Hubungan antara beban kerja dengan kinerja dapat dilihat dalam bentuk kurva U
terbalik. Kinerja manusia pada tingkat beban kerja rendah tidak juga baik. Jika tidak
banyak hal yang dapat dikerjakan maka orang tersebut akan mudah bosan dan
cenderung kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dalam
keadaan ini (underload), galat akan muncul dalam bentuk kehilangan informasi
sebagai akibat dari menurunnya konsentrasi.
6
Upaya K3 merupakan sebuah usaha penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya maupun masyarakat sekelilingnya agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi
dibawah ini :`
A. Kapasitas Kerja
B. Beban Kerja
Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental yang dirasakan oleh pekerja
dalam melakukan pekerjaannya. beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang juga dapat
berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya.
C. Lingkungan Kerja
• Faktor Kimia (semua bahan kimia yang dipakai dalam proses kerja)
Status kesehatan seorang pekerja dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yaitu :
7
1. Lingkungan Kerja
2. Perilaku Pekerja
1. Lingkungan Kerja
Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor lingkungan
ini :
Faktor Kimia. Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah semua
bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan kerja yang
berbentuk :
8
- Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)
- Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat menyebabkan Gangguan
Pernafasan yang dapat menjadi Kanker paru-paru dalam jangka panjang
Faktor Biologi
Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh
atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat menimbulkan kelelahan secara
9
fisik dan adanya keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan, misalnya : Carpal
tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain sebagainya.
2. Perilaku Pekerja
Perilaku kerja akan mempengaruhi kapasitas kerja, beban kerja serta cara
melaksanakan pekerjaan.
1. Pelayanan promotif
2. Pelayanan preventif
3. Pelayanan kuratif
4. Pelayanan rehabilitatif.
10
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-
faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.
11
ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif
lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit
silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit
TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan
lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja
akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat
kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah
bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu –
waktu diperlukan.
12
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun.
Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada,
terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis
setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat
pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam
saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah
lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.
13
pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil
tuberculosis yang menyerang paru-paru.
14
penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan
dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau
karena faktor lain.
c). Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan
secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
d). Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
e). Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen
sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum
diagnosis.
f). Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat
kerja.
g). Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau
sirosis karena lkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik
yang ada.
h). Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan
15
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi
SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl
ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat
menyebabkan gejala seperti psikosis.
i). Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia
atau lingkungan.Sick building syndrome. Multiple Chemical
Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate petroleum, rokok.
Kita semua mengetahui apa itu bahaya dan jenis-jenis bahaya di tempat kerja tetapi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja masih saja terjadi di lingkungan kerja kita. Mengapa
hal ini terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja kita seperti;
16
Mari kita bahas sumber-sumber bahaya di tempat kerja seperti yang disebutkan di
atas.
1. Bahaya yang berasal dari bangunan, perealatan dan instalasi
Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruang
dan tempat kerja harus baik. tersedia penerangan darurat yang diperrlukan. jalan dan
gang harus diberi marka yang jelas. pada tempat yang memerlukan dipasang rambu
sesuai keperluan. tersedia jalan penyelamatan diri yang diperlukan lebih dari satu
pada sisi yang berlawanan. pintu harus membuka keluar untuk mempermudah
penyelamatan diri.
Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja abik dalam
disain maupun konstruksi. sebelum penggunakaan harus diuji terlebih dahulu serta
diperiksa oleh suatu tim ahli. kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan
persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. sebelum operasi harus dilakukan
percobaan operasi untuk menjamin keselamatannya serta dioperasikan oleh operator
yang memenuhi syarat.
Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya.
Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dangan alat
pelindung dan penaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya
seperti :
• kebakaran
• sengatan listrik
• ledakan
• luka-lika da codera yang cukup serius
Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh
perundang-undangan di bidang keselamatan kerja, untuk peralatan uang rumo cara
pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunuk sebagai daftar periksa atau
check list pengoperasiannya.
17
• menimbulkan alergi
• menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh
• menyebabkan kanker
• mengakibatkan kelainan pada janin
• bersifat beracun
• radioaktif
Selain resiko bahannya yang berbeda juga intensitas atau tingkat
bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkatnya sangat tinggi dan ada pula yang
rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat
menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan
ada pula yang kurang berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat
dilihat atau akut tetapi ada juga yang pengaruhnya baru kita ketahui setelah bertahun-
tahun yang bisa disebut juga kronis. Oleh sebab itu setiap pimpinan perusahaan harus
tahu sifat bahaya yang digunakan sehingga bisa mengambil langkah-langkah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang dapat sangat merugikan
bagi perusahaan.
Setiap bahan kimia berbahaya harus dilengkapi dengan lembar data
kimia atau MSDS. Lembar data kimia ini dapat diminta kepada pemasok dengan
memasukkannya dalam kontrak pembelian bahan atau juga dapat diakses di database
MSDS seperti chamwatch.
18
ini juga berakibat kemungkinan timbulnya bencana bila terjadi kegagalan operasi
normal. Beberapa malapetakan industri pernah terjadi dengan korban uang besar baik
terhadap kibawa manusia, aset perusahaan dan lingkungan.
19
memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan
bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang.
Klasifikasi Umum
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk
memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum
bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya
sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian
beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut
dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru,
dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah,
20
hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.
Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran
pencernaan, sel efitel dan keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan
saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal)
dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga
menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena
suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan
atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan
peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat
(NH4NO3).
21
Pakailah APD secara benar dan teratur
Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.
Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja
bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar
Penyakit Akibat Kerja, diantaranya:
1. Pencegahan Primer – Health Promotion
Perilaku Kesehatan
Faktor bahaya di tempat kerja
Perilaku kerja yang baik
Olahraga
Gizi seimbang
2. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
Pengendalian melalui perundang-undangan
Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
3. Pencegahan Tersier
Early Diagnosis and Prompt Treatment
Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
Pemeriksaan kesehatan berkala
Surveilans
Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
Pengendalian segera di tempat kerja
Kondisi fisik sehat dan kuat sangat dibutuhkan dalam bekerja, namun dengan
bekerja benar teratur bukan berarti dapat mencegah kesehatan kita terganggu. Kepedulian
dan kesadaran akan jenis pekerjaan juga kondisi pekerjaan dapat menghalau sumber
penyakit menyerang. Dengan didukung perusahaan yang sadar kesehatan, maka kantor pun
akan benar-benar menjadi lahan menuai hasil bukanlah penyakit.
22
b). Perawatan dan pengobatan
Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat
dilakukan duamacam terapi, yaitu:
Terapi medikamentosa yaitu terapi dengan obat obatan :
Terhadap kausal (bila mungkin)
Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering
kali hanya secara simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis
(irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas, nyeri dada2.
Terapi okupasia
Pindah ke bagian yang tidak terpapar
Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik
Keterangan :
E = Dapat Meledak T = Beracun
F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif
F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi
O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan
T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan
23
Oleh karena itu, menjaga keselamatan kerja karyawan adalah sebuah
kewajiban yang harus dijalani dan dipikirkan oleh perusahaan. Langkah keselamatan
kerja pencegahan dan pengendalian bahaya pada perusahaan migas seperti:
Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber. Misalnya hubungan listrik.
Pencegahan ini harus di lengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran yang
memadai.
Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis.
Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang baik di
samping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, termasuk penyediaan
fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan pertolongan pernafasan.
Mematuhi peraturan K3
Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja dan produk masing-
masing, termasuk didalamnya emergency drill.
Aturan dan peraturan yang diterapkan oleh hukum untuk menjamin keselamatan
fisik pekerja yang diadopsi oleh perusahaan untuk mencegah insiden seperti itu
terjadi. Pada akhirnya keselamatan kerja adalah tanggung jawab untuk mengetahui
aturan keamanan yang berlaku dan belajar bagaimana untuk melaksanakannya.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya untuk
memperhatikan aspek-aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terutama terhadap
para pekerja di bidang MIGAS (Minyak dan Gas) berdampak kerugian yang dialami
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
B. Saran
Sebaiknya untuk karyawan/pekerja harus memperhatikan faktor dan akibat
dari sumber bahaya yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan mengikuti prosedur
dari keselamatan kerja yang telah dibuat.
Harus mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja juga mempertimbangkan
akibat kecelakan serta penyakit akibat kerja.
25
DAFTAR PUSTAKA
Isnanda Yanda. Training Pengawas K3 Migas. Petroleum Energy Institute LSP Migas.
Syahadah Robiul. Langkah Keselamatan Kerja Karyawan Di Perusahaan Migas. April 6, 2017.
Dikutip dari : https://oilandgasmanagement.net/langkah-keselamatan-kerja/
Unknown. Keselamatan dan Kesehatan Kerja [k3] Migas. April13, 2016. Dikutip dari :
https://ferryandri18.blogspot.com/2016/04/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-migas.html
26