Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

K3 (KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA)


K3 MIGAS (Minyak dan Gas)

Disusun oleh :
Kelompok 2

Pandu Rias Budi (18002)


Yunira Komasih Putri Pratiwi (18003)
Ainun Aji Setiono (18007)
Alya Annisa Zikria (18016)

AKADEMI AUDIOLOGI INDONESIA


Tahun 2019/2020

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2
A. Pengertian K3 Migas ..................................................................................... 2
B. Tujuan K3 Migas. .......................................................................................... 3
C. Prinsip Dasar K3 Migas ................................................................................. 10
D. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja .. ................ 10
E. Akibat Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja .................................... 10
F. Sumber-sumber Bahaya di Tempat Kerja. ..................................................... 16
G. Prinsip Dasar Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. ... 21
H. Langkah-langkah Mencegah Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja. 23
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 25
A. Kesimpulan. ................................................................................................... 25
B. Saran. ............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi yang


menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu antisipasi sejak dini. Era
globalisasi juga berdampak pada perindustrian yang juga semakin berkembang
diseluruh dunia, dan menuntut berbagai perusahaan untuk selalu proaktif dalam
peningkatan produksinya yang berpengaruh pada penggunaan mesin-mesin, peralatan
produksi serta pemakaian bahan berbahaya yang semakin meningkat guna menunjang
kelancaran produksi.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan


dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan kerugian
yang dialami apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Walaupun
perkembangan teknologi semakin pesat, kejadian kebakaran tetap meningkat dan tidak
lah berkurang (Depnaker, 1987).

B. Tujuan
a). Tujuan Umum
- Untuk mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja di bidang minyak dan
gas
b). Tujuan Khusus
- Mengetahui faktor penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Akbibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Sumber-sumber bahaya di tempat kerja
- Prinsip dasar pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
- Langkah-langkah mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian K3 Migas

K3 adalah bidang yang berhubungan dengan keselamatan, kesehatan, dan


kesejahteraan manusia yang bekerja pada sebuah institusi ataupun lokasi proyek. Arti
K3 (Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja) secara khusus dapat dibagi menjadi
dua, yaitu:

- Pengertian K3 secara keilmuan : K3 merupakan ilmu pengetahuan dan


penerapannya dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.

- Pengertian K3 secara filosofis : Suatu upaya yang dilakukan untuk memastikan


keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja pada khususnya, dan
masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarkat adil
dan makmur.

Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu hal penting
yang wajib diterapkan oleh semua perusahaan. Hal ini juga tertuang dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87.

Minyak dan gas bumi merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat
penting. Hal ini dikarenakan kebutuhan manusia yang semakin hari semakin ingin
instan yang berimbas kepada kebutuhan minyak yang semakin tinggi. Proses pembuatan
barang-barang kebutuhan manusia juga dilakukan serba instan menggunakan mesin-
mesin, bahkan tanpa campuran tangan Sumber Daya Manusia membuat komsumsi
energi yang dibutuhkan sangat banyak.

Kebutuhan manusia akan minyak dan gas bumi memacu manusia untuk
mengembangkan teknologi-teknologi yang semakin modern untuk memperoleh
informasi tentang keberadaan cekungan-cekungan minyak dan gas bumi. Dalam
mengantisipasi hal tersebut, perusahaan-perusahaan migas semakin gencar dalam
meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi untuk menemukan lapangan-lapangan minyak
baru yang potensial.

2
B. Tujuan K3 Migas

Untuk menambah wawasan berpikir dalam keselamatan dan kesehatan kerja


terkhusus untuk tenaga kerja yang behubungan dengan minyak dan gas. Tujuan khusus
untuk mengetahui secara global yang terjadi apabila tidak memperhatikan prosedur K3.

C. Prinsip Dasar K3
Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi prinsip dasar Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang perlu untuk diperhatikan yaitu :
1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
2. Status Kesehatan Pekerja
3. Pengkajian Bahaya Potensial Lingkungan kerja

D. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

1. Human Factors in Engineering - Pengaruh Faktor Manusia Dalam Rekayasa

Human Factors Engineering (HFE) adalah disiplin ilmu yang menerapkan apa yang
diketahui tentang kemampuan manusia dan keterbatasan desain produk, proses,
sistem, dan lingkungan kerja. Hal ini dapat diterapkan pada desain semua sistem
yang melibatkan manusia, termasuk hardware dan software. Penerapannya untuk
merencanakan sistem untuk meningkatkan dalam kemudahan penggunaan, kinerja
sistem dan kehandalan, dan kepuasan pengguna, sambil mengurangi kesalahan
operasional, stres operator, persyaratan pelatihan, kelelahan pengguna, dan
kewajiban produk. HFE yang khas dalam menjadi satu-satunya disiplin yang
berhubungan manusia untuk teknologi.

Faktor manusia dalam rekayasa berfokus pada bagaimana orang berinteraksi dengan
tugas, mesin (atau komputer), dan lingkungan dengan pertimbangan bahwa manusia
memiliki keterbatasan dan kemampuan. Faktor Manusia insinyur mengevaluasi
"manusia untuk manusia," "manusia untuk Group," "manusia untuk Organisasi,"
dan "manusia untuk Machine (Komputer)" interaksi untuk lebih memahami
interaksi dan mengembangkan kerangka kerja untuk evaluasi.

3
Faktor Manusia kegiatan rekayasa meliputi:

a.) Kemudahan operasional

b.) Penentuan profil pengguna yang diinginkan

c.) Pengembangan dokumentasi pengguna

d.) Pengembangan program pelatihan.

2. Human Factor (terhadap ilmu pengetahuan atau teknologi)

Bidang multidisiplin menggabungkan kontribusi dari psikologi, teknik, desain,


industri, statistik, riset operasi, dan antropometri. Ini adalah istilah yang mencakup:

- Ilmu pemahaman sifat-sifat kemampuan manusia (Human Factors Sains).

- Penerapan pemahaman ini untuk desain, pengembangan dan penyebaran


sistem dan layanan (Human Factors Engineering).

- Seni menjamin keberhasilan penerapan Teknik Faktor Manusia untuk


sebuah program (kadang-kadang disebut sebagai Integrasi Faktor Manusia.
Hal ini juga dapat disebut ergonomi.

3. Human Factor dan Pengaruhnya Terhadap Beban Kerja

Manusia sebagai makhluk individu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan


untuk menyelesaikan tugas-tugas, pekerjaan, menggunakan peralatan, atau fungsi
peralatan, meskipun terkadang telah dilakukan pelatihan atau perekrutan secara
profesional dengan kualifikasi pekerjaan yang sama.

Seiring dengan perkembangan teknologi maka aspek manusia menjadi penting


untuk diperhatikan. Dalam hal ini, Human factor muncul sebagai salah satu aspek
yang sangat diperhitungkan khususnya di negara-negara maju seperti Amerika
Serikat dan Eropa. Bentuk lain dari human factor sering dihubungkan dengan
ergonomi atauhuman engineering.

Pada dasarnya, human factor ini memiliki 2 (dua) tujuan utama yakni :

1. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi terhadap aktifitas yang dilakukan,


peningkatan terhadap kemampuan menggunakan peralatan, menurunkan
kesalahan yang ditimbulkan serta peningkatan produktifitas

4
2. Meningkatkan keamanan dan kenyamanan, menurunkan stress dan kelelahan,
kemudahan terhadap adaptasi, meningkatkan kepuasan terhadap pekerjaan dan
yang terpenting adalah meningkatkan kualitas hidup dari manusia yang bekerja.

4. Beban Kerja

Secara garis besar, kegiatan manusia dapat digolongkan dalam dua komponen utama
yaitu kerja fisik (menggunakan otot sebagai kegiatan sentral) dan kerja mental
(menggunakan otak sebagai pencetus utama). Kedua kegiatan ini tidak dapat
dipisahkan secara sempurna mengingat terdapat hubungan yang erat antara satu
dengan yang lainnya. Namun, jika dilihat dari energi yang dikeluarkan, maka kerja
mental murni relatif lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan dengan kerja
fisik.

 Beban Kerja Fisik

Perkerjaan yang dilakukan dengan mengandalkan kegiatan fisik semata akan


mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh yang dapat dideteksi melalui
perubahan:

- Konsumsi oksigen;

- Denyut jantung;

- Peredaran darah dalam paru-paru;

- Temperatur tubuh;

- Konsentrasi asam laktat dalam darah;

- Komposisi kimia dalam darah dan air seni;

- Tingkat penguapan, dan faktor lainnya.

Kerja fisik akan mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan dengan


konsumsi energi. Konsumsi energi pada saat kerja biasanya ditentukan dengan cara
tidak langsung yaitu dengan pengukuran kecepatan denyut jantung atau konsumsi
oksigen.

5
Pengukuran beban kerja fisik merupakan pengukuran beban kerja yang dilakukan
secara obyektif dimana sumber data yang diolah merupakan data-data kuantitatif,
misalnya:

a. Denyut jantung atau denyut nadi

Denyut jantung atau denyut nadi digunakan untuk mengukur beban kerja
dinamis seseorang sebagai manifestasi dari gerakan otot. Semakin besar
aktifitas otot maka akan semakin besar fluktuasi dari gerakan denyut jantung
yang ada, demikian pula sebaliknya.

b. Konsumsi oksigen

Oksigen yang dikonsumsi oleh seseorang tentunya akan dipengaruhi oleh


intensitas pekerjaan yagn dilakukan. Secara khusus, konsumsi oksigen dapat
dibandingkan dengan kapasitas kerja fisik (physical work capacity – PWC).
PWC menggambarkan jumlah oksigen maksimum yang dapat dikonsumsi oleh
seseorang pada setiap menitnya. Menurut Astrand dan Rodahl (1986),
persentase PWC yang tinggi pada suatu pekerjaan tertentu akan
mengindikasikan beban fisik atau kelelahan yang dialami.

 Beban Kerja Mental

Seiring dengan berjalannya waktu, kemampuan seseorang dapat saja berubah


sebagai akibat dari praktek terhadap pekerjaan (Kemampuan meningkat), kelelahan
yang ditimbulkan (kemampuan menurun), dan kebosanan terhadap pekerjaan dan
kondisi (kemampuan menurun). Kemampuan seseorang akan berbeda dengan orang
lain karena perbedaan dukungan fisk dan mental, perbedaan latihan, dan perbedaan
pekerjaan.

Hubungan antara beban kerja dengan kinerja dapat dilihat dalam bentuk kurva U
terbalik. Kinerja manusia pada tingkat beban kerja rendah tidak juga baik. Jika tidak
banyak hal yang dapat dikerjakan maka orang tersebut akan mudah bosan dan
cenderung kehilangan ketertarikan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dalam
keadaan ini (underload), galat akan muncul dalam bentuk kehilangan informasi
sebagai akibat dari menurunnya konsentrasi.

6
Upaya K3 merupakan sebuah usaha penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya maupun masyarakat sekelilingnya agar diperoleh
produktivitas kerja yang optimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi
dibawah ini :`

A. Kapasitas Kerja

Kapasitas kerja merupakan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk


melaksanakan pekerjaan dengn beban tertentu secara optimal, dimana kapasitas
kerja seseorang dipengaruhi oleh kesehatan umum dan status gizi pekerja,
pendidikan dan pelatihan. perlu diketahui bahwa tingkat kesehatan dan
kemampuan seseorang pekerja merupakan modal awal utuk melaksanakan
sebuah pekerjaan.

B. Beban Kerja

Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental yang dirasakan oleh pekerja
dalam melakukan pekerjaannya. beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang juga dapat
berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya.

C. Lingkungan Kerja

Lingkungan Pekerja adalah lingkungan di tempat kerja dan lingkungan pekerja


sebagai individu atau lingkungan di luar tempat kerja. Pengertian yang lain dari
lingkungan kerja adalah faktor-faktor di lingkungan tempat kerja tersebut yang
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja. Faktor-faktor tersebut antara
lain :

• Faktor Fisika (kebisingan, getaran, suhu, dsb),

• Faktor Kimia (semua bahan kimia yang dipakai dalam proses kerja)

• Faktor Biologi (Bakteri, virus, mikrobiologi lainnya)

• Faktor Faal Ergonomi

• Faktor Psikososial (Stress kerja)

Status kesehatan seorang pekerja dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yaitu :

7
1. Lingkungan Kerja

2. Perilaku Pekerja

3. Pelayanan Kesehatan Kerja

4. Faktor Herediter (Genetik)

1. Lingkungan Kerja

Yang dimaksud dengan lingkungan kerja disini adalah lingkungan tempat


melakukan pekerjaan, misalnya bangunan, peralatan, bahan, orang/pekerja lain, dan
lain sebagainya.

Lingkungan kerja juga merupakan faktor-faktor di lingkungan tempat kerja yang


dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seorang pekerja yaitu :

 Faktor Fisik antara lain : Suara (Kebisingan), Radiasi, Suhu (Panas/dingin),


Vibrasi (Getaran), Tekanan Udara (Hiperbarik/Hipobarik), Pencahayaan.

Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor lingkungan
ini :

1. Tuli permanen akibat kebisingan (misalnya ruang Generator,


bengkel reparasi alat, dll)

2. Heat stress, (misalnya ruang Generator, dapur, laundry, dll)

3. Raynaud’s syndrom karena getaran (Generator, bengkel dll)4.

4. Leukemi akibat radiasi (X-ray, Radioterapi dll)

5. Kelelahan mata karena pencahayaan yang kurang,

6. Kecelakaan misalnya : boiler meledak, jatuh ditangga, tersekap di


lift, dll

 Faktor Kimia. Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah semua
bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan kerja yang
berbentuk :

8
- Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)

- Uap (Uap logam)

- Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll)

- Larutan (asam kuat atau basa kuat)

Bahaya bahan kimia dapat berasal dari :

- Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn, dll) dapat


menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis

- Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan


gangguanpernafasan

- Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan kecelakaan


misalnya luka.

- Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat menyebabkan Gangguan
Pernafasan yang dapat menjadi Kanker paru-paru dalam jangka panjang

- Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)

- Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.

 Faktor Biologi

1. BAKTERI. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, misalnya: penyakit


antraks, Penyakit TBC,dll

2. VIRUS. Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya : Hepatitis (nakes di


RS), Rabies (petugas laboratorium), dll

3. JAMUR,misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang cuci, dll.

4. PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang biasanya diderita


oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan, dll

 Faktor Faal ergonomic

Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuh
atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat menimbulkan kelelahan secara

9
fisik dan adanya keluhan-keluhan dan gangguan kesehatan, misalnya : Carpal
tunnel syndrome, tendinitis, tenosynovitis, dan lain sebagainya.

 Faktor Psikologi Yaitu suasana kerja yang tidak harmonis misalnya


pekerjaan monoton, upah yg kurang, hubungan atasan-bawahan yg kurang
baik, dll. Hal tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan gejala
psikosomatis berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati, jantung
berdebar-debar, dll.

2. Perilaku Pekerja

 Di pengaruhi antara lain oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan-


kebiasaan&fasilitas yang tersedia. Jadi erat kaitannya dengan faktor-faktor
ekonomi, sosial &budaya.

 Perilaku kerja akan mempengaruhi kapasitas kerja, beban kerja serta cara
melaksanakan pekerjaan.

3. Pelayanan Kesehatan Kerja

Program Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi :

1. Pelayanan promotif

2. Pelayanan preventif

3. Pelayanan kuratif

4. Pelayanan rehabilitatif.

5. Faktor Genetik (Herediter)

E. Akibat Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja

1. Klasifikasi penyakit akibat kerja

Dalam melakukan tugasnya di perusahaan seseorang atau sekelompok pekerja


berisiko mendapatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

WHO membedakan empat kategori Penyakit Akibat Kerja, yaitu:

10
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya Karsinoma
Bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara faktor-
faktor penyebab lainnya, misalnya Bronkhitis khronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang


memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu:

a). Penyakit Silikosis


Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas,
berupa SiO2 yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan baja, keramik,
pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi (mengikir, menggerinda, dll).
Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat di tempat di tempat penampang bijih
besi, timah putih dan tambang batubara.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan
debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke
udara bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan
karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa
inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek, atau gejala
penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi silika di udara cukup
tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah banyak. Penyakit silicosis ditandai
dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ini seringkali tidak disertai
dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat
dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah
dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang

11
ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif
lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit
silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit
TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan
lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja
akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat
kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah
bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu –
waktu diperlukan.

b). Penyakit Asbestosis


Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan
oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari
berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat. Debu
asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan asbes, pabrik
pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan
mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak.
Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak
tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti
dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini.

c). Penyakit Bisinosin


Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan
oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke
dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik
pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta pabrik atau
bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur,
pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.

12
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun.
Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada,
terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis
setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat
pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam
saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah
lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis
kronis dan mungkin juga disertai dengan emphysema.

d). Penyakit Antrakosis


Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang
disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja
tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan
batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga
pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga
Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit
silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis
juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang
juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan
penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis.
Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit
silikoantraksosis dan penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu
berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau
emphysema yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema
maka antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif jarang
diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan silikoantraksosi
sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya. Sedangkan paenyakit
tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis
lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat dari fototorak yang menunjukkan kelainan

13
pada paru-paru akibat adanya debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil
tuberculosis yang menyerang paru-paru.

e). Penyakit Beriliosis


Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan
penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut dapat
menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai dengan gejala
sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada
pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga,
pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja
pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam
bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang
tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek
tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar
oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada
di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin
saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang
menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut
perlu dilaksanakan terus – menerus.

2. Penyakit Akibat Kerja


Adapun beberapa penyakit akibat kerja, antara lain:
a). Penyakit Saluran Pernafasan
PAK pada saluran pernafasan dapat bersifat akut maupun kronis. Akut
misalnya asma akibat kerja. Sering didiagnosis sebagai tracheobronchitis akut
atau karena virus. Kronis, missal: asbestosis. Seperti gejala Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD). Edema paru akut. Dapat disebabkan
oleh bahan kimia seperti nitrogen oksida.
b). Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam kehidupan,
kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan, 90% merupakan

14
penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan. Penting riwayat pekerjaan
dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan penyebab, membuat peka atau
karena faktor lain.
c). Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan kebisingan
yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan. Riwayat pekerjaan
secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang dengan gangguan
pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan terjadinya hilangnya
pendengaran.
d). Gejala pada Punggung dan Sendi
Tidak ada tes atau prosedur yang dapat membedakan penyakit pada punggung
yang berhubungan dengan pekerjaan daripada yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Penentuan kemungkinan bergantung pada riwayat pekerjaan.
Artritis dan tenosynovitis disebabkan oleh gerakan berulang yang tidak wajar.
e). Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang disebabkan
oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat kerja, karsinogen
sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada studi epidemiologi.
Pada Kanker pajanan untuk terjadinya karsinogen mulai > 20 tahun sebelum
diagnosis.
f). Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau Carbon Monoksida dan bahan kimia lain di tempat
kerja.
g). Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus atau
sirosis karena lkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan toksik
yang ada.
h). Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan

15
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi
SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl
ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Carbon disulfide dapat
menyebabkan gejala seperti psikosis.
i). Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya
Alergi dan gangguan kecemasan mungkin berhubungan dengan bahan kimia
atau lingkungan.Sick building syndrome. Multiple Chemical
Sensitivities (MCS), mis: parfum, derivate petroleum, rokok.

F. Sumber-Sumber Bahaya di Tempat Kerja


1). Physical hazards: suara bising, radiasi, getaran, temperatur
2). Chemical hazards: zat beracun, debu, uap berbahaya
3). Mechanical hazards: mesin, alat-alat bergerak
4). Electrical hazards: arus listrik, percikan bunga api listrik
5). Ergonomic hazards: ruangan sempit, mengangkat, mendorong, dsb
(catatan:sebenarnya ergonomi tidak hanya melingkupi hal-hal ini karena
ergonomisebenarnya adalah prinsip atau azas K3 secara keseluruhan, namun karena
istilahergonomi mulai dikenal dari ranah postur kerja, beban kerja, MSD dan
sejenisnyamaka bisa dimaklumi jika hal-hal seperti ini lebih erat dengan istilah
ergonomi.
6). Behavioral hazards: tidak mematuhi peraturan, kurangnya ketrampilan kerja
7). Environmental hazards: cuaca buruk, api, berkerja di tempat tak rata
8). Biological hazards: virus, bakteri, jamur, parasit
9). Psychosocial hazards: waktu kerja yang lama, tekanan atasan, trauma

Kita semua mengetahui apa itu bahaya dan jenis-jenis bahaya di tempat kerja tetapi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja masih saja terjadi di lingkungan kerja kita. Mengapa
hal ini terjadi karena adanya sumber-sumber bahaya di lingkungan kerja kita seperti;

Tempat kerja seperti bangunan, peralatan dan instalasi :


1. Proses
2. Bahan
3. Cara Kerja
4. dan Lingkungan Kerja

16
Mari kita bahas sumber-sumber bahaya di tempat kerja seperti yang disebutkan di
atas.
1. Bahaya yang berasal dari bangunan, perealatan dan instalasi
Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruang
dan tempat kerja harus baik. tersedia penerangan darurat yang diperrlukan. jalan dan
gang harus diberi marka yang jelas. pada tempat yang memerlukan dipasang rambu
sesuai keperluan. tersedia jalan penyelamatan diri yang diperlukan lebih dari satu
pada sisi yang berlawanan. pintu harus membuka keluar untuk mempermudah
penyelamatan diri.
Instalasi harus memenuhi persyaratan keselamatan kerja abik dalam
disain maupun konstruksi. sebelum penggunakaan harus diuji terlebih dahulu serta
diperiksa oleh suatu tim ahli. kalau diperlukan modifikasi harus sesuai dengan
persyaratan bahan dan konstruksi yang ditentukan. sebelum operasi harus dilakukan
percobaan operasi untuk menjamin keselamatannya serta dioperasikan oleh operator
yang memenuhi syarat.
Dalam industri digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya.
Apabila tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dangan alat
pelindung dan penaman, peralatan itu bisa menimbulkan macam-macam bahaya
seperti :
• kebakaran
• sengatan listrik
• ledakan
• luka-lika da codera yang cukup serius
Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah diatur oleh
perundang-undangan di bidang keselamatan kerja, untuk peralatan uang rumo cara
pengoperasiannya perlu disediakan semacam petunuk sebagai daftar periksa atau
check list pengoperasiannya.

2. Bahaya yang berasal dari bahan


Bahaya dari bahan ini meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahannya, antara
lain;
• mudah terbakar
• mudah meledak

17
• menimbulkan alergi
• menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh
• menyebabkan kanker
• mengakibatkan kelainan pada janin
• bersifat beracun
• radioaktif
Selain resiko bahannya yang berbeda juga intensitas atau tingkat
bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkatnya sangat tinggi dan ada pula yang
rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada yang sangat beracun yang dapat
menimbulkan kematian dalam kadar yang rendah dan dalam tempo yang singkat dan
ada pula yang kurang berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat
dilihat atau akut tetapi ada juga yang pengaruhnya baru kita ketahui setelah bertahun-
tahun yang bisa disebut juga kronis. Oleh sebab itu setiap pimpinan perusahaan harus
tahu sifat bahaya yang digunakan sehingga bisa mengambil langkah-langkah untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan sakit akibat kerja yang dapat sangat merugikan
bagi perusahaan.
Setiap bahan kimia berbahaya harus dilengkapi dengan lembar data
kimia atau MSDS. Lembar data kimia ini dapat diminta kepada pemasok dengan
memasukkannya dalam kontrak pembelian bahan atau juga dapat diakses di database
MSDS seperti chamwatch.

3. Bahaya yang berasal dari proses


Bahaya yang berasal dair proses sangat bervariasi tergantung teknologi
yang digunakan. Proses yang digunakan di industri ada yang sederhada tetapi ada
proses yang rumit ada proses yang berbahaya dana da pula proses yang kurang
berbahaya. industri kimia biasanya menggunakan proses yang memperbsar resiko
bahayanya, dari proses ini kadang-kadang timbul asap, debum padas m bising dan
bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, tertimpa bahan sehingga dinyatakan
kecelakaan atau sakit akibat kerja. Dalam proses banyaknya bahan-bahan kimia yang
digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong. ada bahan kiia yang merupakan
hasil sampingan, sebagian bahan tersebut termasuk bahan kimia berbahaya seperti
mudah terbakar, meledak, iritan, beracun dsb. Skala ingustri kimia cenderong
semakin besar untuk mengingkatkan efisiensi dan mengendalikan biaya, namun hal

18
ini juga berakibat kemungkinan timbulnya bencana bila terjadi kegagalan operasi
normal. Beberapa malapetakan industri pernah terjadi dengan korban uang besar baik
terhadap kibawa manusia, aset perusahaan dan lingkungan.

4. Bahaya dari cara kerja


Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu sedini dan
orang lain disekitarnya, cara kerja yang demikian antara lain:
• Cara mengangkat dan mengangkut, apabila dilakukan dengan cara yang salah
dapat mengakibatkan cidera dan yang paling sering adalah cidera pada tulang
punggung, juga sering terjadi kecelakaan sebagai akibar cara mengagkat atau
mengangkut.
• Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam, periciakan
api serta tumpahan bahan berbahaya.
• Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai yang
salah, Penyelia perlu memperhatikan cara kera yang dapat membahayakanini,
baik pada tempat kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaan pekerjaan
sehari-hari.

5. Bahaya yang berasal dari lingkungan kerja


Sumber bahaya ini dapat digolongkan atas berbagai jenis bahaya yang
dapat mengakibatkan berabagai gangguan kesehatan dan enyakit akibart kerja serta
penurunan produktifitas dan efisiensi kerja.
Dengan mengetahui sumber-sumber bahaya di tempat kerja ini, kita
sudah dapat mengantisipasi datangnya bahaya itu dan tidakan pencegahan dan
menetapkan pengendalian agar para pekerja tidak mengalami kecelakaan yang
diakibatkan oleh bahaya-bahaya yang telah kita identifikasi sebelumnya dan
membuat tempat kerja kita menjadi tempat yang aman dan sehat untuk bekerja.

 Bahan kimia berbahaya


Bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang pembuatan, pengolahan,
pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya menimbulkan atau membebaskan
debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi sehingga dapat menyebabkan iritasi,
kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan bahaya lain dalam jumlah yang

19
memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang berhubungan langsung dengan
bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada barang-barang.

 Penggunaan Bahan Kimia


Bahan kimia banyak digunakan dalam lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga
kelompok besar yaitu :
1. Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan
kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat,
deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang
ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan
kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian
kimiawi dan komposisi suatu zat.
2. Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia
sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas,
pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
3. Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan
pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh
industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan
perguruan tinggi.

 Klasifikasi Umum
Klasifikasi atau penggolongan bahan kimia berbahaya diperlukan untuk
memudahkan pengenalan serta cara penanganan dan transportasi. Secara umum
bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi beberapa golongan diantaranya
sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh
karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau kulit dan kemudian
beredar keseluruh tubuh atau menuju organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut
dapat langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru,
dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah,

20
hati, atau cairan limpa dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang.
Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam tubuh dapat melewati urine, saluran
pencernaan, sel efitel dan keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti kulit, mata, dan
saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal)
dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan dapat
menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga
menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang karena
suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar
serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan
atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja untuk tujuan peledakan atau bahan
peledak seperti trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat
(NH4NO3).

G. Prinsip Dasar Penegahan Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja


a). Pencegahan Kecelakaan
- Pengurus perusahaan harus selalu mewaspadai adanya ancaman akibat kerja
terhadap pekerjaannya.
- Kewaspadaan tersebut bisa berupa :
 Melakukan pencegahan terhadap timbulnya penyakit
 Melakukan deteksi dini terhadap ganguan kesehatan
 Melindungi tenaga kerja dengan mengikuti program jaminan sosial tenaga
kerja seperti yang di atur oleh UU RI No.3 Tahun 1992.
- Mengetahui keadaan pekerjaan dan kondisinya dapat menjadi salah satu
pencegahan terhadap PAK. Beberapa tips dalam mencegah PAK, diantaranya:

21
 Pakailah APD secara benar dan teratur
 Kenali risiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut.
 Segera akses tempat kesehatan terdekat apabila terjadi luka yang berkelanjutan.

Selain itu terdapat juga beberapa pencegahan lain yang dapat ditempuh agar bekerja
bukan menjadi lahan untuk menuai penyakit. Hal tersebut berdasarkan Buku Pengantar
Penyakit Akibat Kerja, diantaranya:
1. Pencegahan Primer – Health Promotion
 Perilaku Kesehatan
 Faktor bahaya di tempat kerja
 Perilaku kerja yang baik
 Olahraga
 Gizi seimbang
2. Pencegahan Sekunder – Specifict Protection
 Pengendalian melalui perundang-undangan
 Pengendalian administrative/organisasi: rotasi/pembatasan jam kerja
 Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, ventilasi, alat pelindung diri (APD)
 Pengendalian jalur kesehatan: imunisasi
3. Pencegahan Tersier
 Early Diagnosis and Prompt Treatment
 Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
 Pemeriksaan kesehatan berkala
 Surveilans
 Pemeriksaan lingkungan secara berkala
 Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
 Pengendalian segera di tempat kerja

Kondisi fisik sehat dan kuat sangat dibutuhkan dalam bekerja, namun dengan
bekerja benar teratur bukan berarti dapat mencegah kesehatan kita terganggu. Kepedulian
dan kesadaran akan jenis pekerjaan juga kondisi pekerjaan dapat menghalau sumber
penyakit menyerang. Dengan didukung perusahaan yang sadar kesehatan, maka kantor pun
akan benar-benar menjadi lahan menuai hasil bukanlah penyakit.

22
b). Perawatan dan pengobatan
Dalam melakukan penanganan terhadap penyakit akibat kerja, dapat
dilakukan duamacam terapi, yaitu:
 Terapi medikamentosa yaitu terapi dengan obat obatan :
 Terhadap kausal (bila mungkin)
Pada umumnya penyakit kerja ini bersifat irreversibel, sehingga terapi sering
kali hanya secara simptomatis saja. Misalnya pada penyakit silikosis
(irreversibel), terapi hanya mengatasi sesak nafas, nyeri dada2.
 Terapi okupasia
 Pindah ke bagian yang tidak terpapar
 Lakukan cara kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik

H. Langkah-langkah Mencegah Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja


Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda merupakan syarat penting
dalam perlindungan keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai
perlindungan yang sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap
diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat
berbahaya adalah sebagai berikut :

Keterangan :
E = Dapat Meledak T = Beracun
F+ = Sangat Mudah Terbakar C = Korosif
F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi
O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika Tertelan
T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya Untuk Lingkungan

23
Oleh karena itu, menjaga keselamatan kerja karyawan adalah sebuah
kewajiban yang harus dijalani dan dipikirkan oleh perusahaan. Langkah keselamatan
kerja pencegahan dan pengendalian bahaya pada perusahaan migas seperti:
 Mengurangi faktor resiko kebakaran dari sumber. Misalnya hubungan listrik.
Pencegahan ini harus di lengkapi dengan peralatan pemadam kebakaran yang
memadai.
 Penanggulangan kedaruratan termasuk fasilitas komunikasi dan medis.
 Pengawasan kesehatan dan mempertahankan personal hygiene yang baik di
samping pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tepat, termasuk penyediaan
fasilitas pencegahan keracunan dan pengadaan pertolongan pernafasan.
 Mematuhi peraturan K3
 Pelatihan K3 bagi semua pekerja sesuai dengan bidang kerja dan produk masing-
masing, termasuk didalamnya emergency drill.
 Aturan dan peraturan yang diterapkan oleh hukum untuk menjamin keselamatan
fisik pekerja yang diadopsi oleh perusahaan untuk mencegah insiden seperti itu
terjadi. Pada akhirnya keselamatan kerja adalah tanggung jawab untuk mengetahui
aturan keamanan yang berlaku dan belajar bagaimana untuk melaksanakannya.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya untuk
memperhatikan aspek-aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terutama terhadap
para pekerja di bidang MIGAS (Minyak dan Gas) berdampak kerugian yang dialami
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

B. Saran
Sebaiknya untuk karyawan/pekerja harus memperhatikan faktor dan akibat
dari sumber bahaya yang berhubungan dengan keselamatan kerja dan mengikuti prosedur
dari keselamatan kerja yang telah dibuat.
Harus mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja juga mempertimbangkan
akibat kecelakan serta penyakit akibat kerja.

25
DAFTAR PUSTAKA
Isnanda Yanda. Training Pengawas K3 Migas. Petroleum Energy Institute LSP Migas.

Syahadah Robiul. Langkah Keselamatan Kerja Karyawan Di Perusahaan Migas. April 6, 2017.
Dikutip dari : https://oilandgasmanagement.net/langkah-keselamatan-kerja/

Unknown. Keselamatan dan Kesehatan Kerja [k3] Migas. April13, 2016. Dikutip dari :
https://ferryandri18.blogspot.com/2016/04/keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-migas.html

26

Anda mungkin juga menyukai