Anda di halaman 1dari 10

MODUL III

PENGUKURAN DAYA LISTRIK

Nama : Andri Wahyudi (F1B118010)


Asisten : Pandit Phalalowi Paramartha (F1B016075)
Tanggal Percobaan : 23 November 2019

ES2123 – Praktikum Pengukuran Besaran Listrik


LAB. LISTRIK DASAR - TEKNIK ELEKTRO – UNRAM

Pengukuran daya adalah suatu metode untuk mengetahui besarnya daya / energi
listrik yang digunakan pada suatu alat elektronik. Daya dapat diukur dengan
berbagai metode. Pada percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui berbagai
metode pengukuran daya listrik dan mengetahui perbedaannya dengan metode –
metode yang digunakan adalah metode voltemeter-amperemeter, 3 voltmeter, 3
amperemeter, dan wattmeter. Pada metode voltmeter-amperemeter maupun
ampermeter-voltmeter, semakin besar daya beban maka tegangannya tetap konstan
dan arus yang didapatkan akan semakin meningkat. Pada metode 3 voltmeter, Jika
nilai daya beban semakin dinaikan maka pada voltmeter 1 akan menghasilkan
tegangan yang menurun sedangkan pada voltmeter 2 tegangan semakin naik dan
pada voltmeter 3 nilai tegangan tetap konstan. Pada metode 3 ampermeter, Jika
daya beban semakin dinaikkan maka nilai arus pada I 1 akan semakin besar dan
arus pada I2 tetap konstan dan nilai pada arus I3 akan semakin besar dari I2
maupun I1 . Pada metode Wattmeter, daya langsung ditunjukkan pada skala
wattmeter.

Kata kunci: Daya, Metode, Pengukuran

1. PENDAHULUAN Dalam pengukuran daya listrik arus searah (DC)


Tujuan utama dari percobaan ini adalah untuk dirumuskan sebagai berikut :
mengenal berbagai metode pengukuran daya listrik
dan mengetahui beberapa perbedaannya. Pada
percobaan ini dilaksanakan 4 sub percobaan
pengukuran daya listrik dengan 4 metode yang
berbeda antara lain metode Voltmeter-Amperemeter,
metode 3 Voltmeter, metode 3 Amperemeter dan Gambar 2.1 Pengukuran pada Rangkaian DC
metode Wattmeter.
Hasil pengukuran yang telah dicatat Dengan mempergunakan rangkaian pada gambar
kemudian dianalisa dan ditarik kesimpulan diatas, akan didapatkan :
berdasarkan tujuan percobaan. 𝑉𝑣 = 𝐼. 𝑅 + 𝐼. 𝑅𝑎
Dimana,
2. DASAR TEORI 𝐼𝑎 = 𝐼
2.1 Pengertian pengukuran daya listrik Sehingga daya yang akan di ukur adalah:
Pengukuran daya adalah suatu metode untuk 𝑊 = 𝐼 2∙ . 𝑅
mengetahui besarnya daya / energi listrik yang sehingga menjadi
digunakan pada rangkaian rangkaian listrik suatu alat 𝑊 = 𝑉𝑣∙ 𝐼𝑎 − 𝐼𝑎2 𝑅𝑎
elektronik, pengukuran daya dibagi menjadi 2, yaitu: Dengan cara yang sama dari gambar rangkaian
pengukuran daya rangkaian DC diatas maka besarnya
a. Pengukuran Daya pada rangkaian DC (Direct daya adalah sebagai berikut :
Current) 𝑉𝑣2
𝑊 = 𝑉 ∙ 𝐼 = 𝑉𝑣∙ 𝐼𝑎 −
Daya pada rangkaian arus searah (DC, Direct Current) 𝑅𝑣
dapat diukur menggunakan alat ukur tegangan (Volt)
dan alat ukur arus (Ampere) yang dihubungkan.

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


b. Pengukuran Daya pada rangkaian AC
(Alternating Current) Maka daya yang akan diukur adalah:
Pengukuran Daya Rangkaian AC(arus bolak-
balik) dapat dilakukan menggunakan kombinasi W=I2.R=Vv.Ia-𝐼𝑎2
Voltmeter dan Amperemeter yang dikombinasikan.
Secara teori daya rangkaian AC merupakan daya Akan tetapi sebaliknya pada Gambar 1.b,
rata-rata pada rangkaian listrik tersebut. Daya dalam pengukur volt menujukkan tegangan beban V yang
arus bolak-balik merupakan daya rata-ratanya dengan sebenarnya akan tetapi pengukur ampere
rumus : memperlihatkan jumlah dari beban I dan arus Iv yang
melalui alat pengukur volt sehingga dengan demikian
𝑃 = 𝑉∙𝐼 menjadi:
Dimana :
P = merupakan harga daya saat itu, 𝑉 𝑉 1 1
Ia = + = 𝑉( + )
V= tegangan 𝑅 𝑅𝑎 𝑅 𝑅𝑣

I = arus
Maka daya yang akan diukur adalah:
Salah satu metode yang digunakan untuk pengukuran
daya yaitu metode volt-amperemeter, yaitu dengan
𝑉𝑣2
memasang voltmeter secara paralel dan amperemeter W=V.I=Vv.Ia −
𝑅𝑣
secara seri. Rumus umum yang digunakan untuk Dengan menunjuk pada kedua persamaan di atas,
menghitung Daya Listrik dalam sebuah Rangkaian maka untuk melakukan pengukuran arus beban dan
Listrik adalah sebagai berikut : tegangan beban setepat mungkin adalah sangat
P = V x I Atau menguntungkan untuk melaksanakannya sebagai
P = I 2R berikut:
P = V2/R a. Untuk pengukuran pada jaringan-jaringan
Dimana: elektronika dimana arus bebannya kecil, maka
P = Daya Listrik dengan (W) cara pada Gambar 1.a lebih tepat digunakan.
V = Tegangan Listrik (V) b. Untuk pengukuran pada jaringan-jaringan tenaga
I = Arus Listrik (A) dimana pada umumnya arus beban adalah besar,
R =Hambatan (Ω) maka cara pada Gambar 1.b lebih tepat digunakan.
Ada beberapa cara dalam pengukuran daya yaitu 2.3. Metode 3 Voltmeter
sebagai berikut:

2.2. Metode Voltmeter-Amperemeter

Gambar 2.2 Rangkaian Voltmeter

Pada metode tiga alat pengukur volt, masing-


Gambar 2.1 Cara Pemasangan Voltmeter dan masing alat pengukur volt menunjukkan V1, V2, dan
Amperemeter V3, maka:
Dalam mempergunakan alat-alat ukur ampere 𝑉32 = 𝑉12 + 𝑉22 + 2𝑉1 𝑉2 𝐶𝑜𝑠 𝜑
maupun alat-alat ukur volt untuk mengukur arus beban 𝑉
maupun tegangan, dua cara pengukuran dimungkinkan 𝑊 = 𝑉1 𝐼𝐶𝑜𝑠 𝜑 = 𝑉1 2 𝐶𝑜𝑠 𝜑
𝑅
1
seperti diperlihatkan Gambar 1.a dan 1.b. Dalam 𝑊 = (𝑉32 − 𝑉22 − 𝑉12 )
2𝑅
Gambar 1.a alat pengukur ampere mengukur arus 2.4. Metode 3 Amperemeter
beban I yang sebenarnya, akan tetapi alat ukur volt
tersebut memperlihatkan jumlah dari tegangan antara
tegangan beban dan kerugian tegangan pada alat
pengukur. Bila tegangan beban disebut IR dan
kerugian tegangan pada alat pengukur amper adalah
IRa, maka tegangan yang diukur adalah: Gambar 2.3 Rangkaian Ampermeter

IR + I.Ra = I.(R+Ra) Pada metode tiga alat pengukur ampere, maka


bila masing-masing alat pengukur ampere
menunjukkan I1, I2, I3, maka:

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


𝐼32 = 𝐼12 + 𝐼22 + 2𝐼1 𝐼2 𝐶𝑜𝑠 𝜑 2.7 Luxmeter
𝑊 = 𝑉1 𝐼𝐶𝑜𝑠 𝜑 = 𝐼2 𝑅𝐼1 𝐶𝑜𝑠 𝜑 Alat ukur cahaya (lux meter) adalah alat yang
𝑅 digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya
𝑊 = (𝐼32 − 𝐼22 − 𝐼12 )
2 di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu
untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga
memerlukan penerangan yang cukup. Untuk
2.5. Metode Wattmeter
mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka
Elektrodinamometer dipakai secara luas
diperlukan sebuah sensor yang cukup peka dan linier
dalam pengukuran daya. Dia dapat digunakan untuk
terhadap cahaya hingga cahaya yang diterima oleh
menunjukkan daya searah (DC) maupun bolak-balik
sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah
(AC) untuk setiap bentuk gelombang tegangan dan
tampilan digital.
arus dan tidak terbatas pada gelombang sinus saja.
Elektrodinamometer yang digunakan sebagai
2.8 Faktor Daya
Voltmeter atau Ampermeter terdiri dari kumparan-
Faktor daya yang dinotasikan sebagai cos φ
kumparan yang diam dan yang berputar dihubungkan
didefinisikan sebagai perbandingan antara arus yang
secara seri, karena itu bereaksi terhadap efek kuadrat
dapat menghasilkan kerja didalam suatu rangkaian
arus. Bila digunakan sebagai alat ukur daya satu fasa,
terhadap arus total yang masuk kedalam rangkaian
kumparan-kumparan dihubungkan dalam cara yang
atau dapat dikatakan sebagai perbandingan daya aktif
berbeda seperti pada gambar di bawah.
(kW) dan daya semu (kVA). Daya reaktif yang tinggi
akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya
faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya
selalu lebih kecil atau sama dengan satu.

Dalam sistem tenaga listrik dikenal 3 jenis


faktor daya yaitu faktor daya unity, faktor daya
terbelakang (lagging) dan faktor daya terdahulu
(leading) yang ditentukan oleh jenis beban yang ada
Gambar 2.4 Rangkaian Wattmeter pada sistem.
1. Faktor Daya Unity
Seperti diperlihatkan pada gambar di atas, alat Faktor daya unity adalah keadaan saat nilai cos
ukur dari tipe elektrodinamis mempunyai satu pasang φ adalah satu dan tegangan sephasa dengan arus.
kumparan yaitu, kumparan yang tetap dan satu Faktor daya Unity akan terjadi bila jenis beban adalah
kumparan yang berputar, sedangkan alat penunjuknya resistif murni
akan berputar melalui suatu sudut yang berbanding
lurus dengan hasil perkalian dari arus-arus yang
melalui kumparan tersebut. Gambar 2.6 Arus Se phasa Dengan Tegangan

2.6 Segitiga Daya Pada Gambar terlihat nilai cos φ sama dengan
Segitiga daya merupakan segitiga yang 1, yang menyebabkan jumlah daya nyata yang
menggambarkan hubungan matematika antara tipe- dikonsumsi beban sama dengan daya semu.
tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active
Power dan Reactive Power) berdasarkanprinsip 2. Faktor Daya Terbelakang (Lagging)
trigonometri. Faktor daya terbelakang (lagging) adalah keadaan
faktor daya saat memiliki kondisi-kondisi sebagai
berikut :
a. Beban/ peralatan listrik memerlukan daya reaktif dari
sistem atau beban bersifat induktif.
b. Arus (I ) terbelakang dari tegangan (V), V mendahului
I dengan sudut φ

Gambar 2.5 Diagram faktor daya


dimana berlaku hubungan :
S (VA) = Veff Ieff
P (Watt) = Veff Ieff Cos φ
Q (VAr) = Veff Ieff Sin φ Gambar 2.7 Arus tertinggal dari tegangan sebesar
sudut φ
MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010
Dari Gambar terlihat bahwa arus tertinggal 3.2 Langkah Percobaan
dari tegangan maka daya reaktif mendahului daya 3.2.1 Metode Voltmeter-Amperemeter
semu, berarti beban membutuhkan atau menerima daya
reaktif dari sistem.

3. Faktor Daya Mendahului (Leading)


Faktor daya mendahului (leading) adalah keadaan
faktor daya saat memiliki kondisi-kondisi sebagai
berikut :
a. Beban/ peralatan listrik memberikan daya reaktif dari
sistem atau beban bersifat kapasitif. Gambar 3.1 rangkaian voltmeter-amperemeter
b. Arus mendahului tegangan, V terbelakang dari I
dengan sudut φ
- Langkah percobaan
• merangkai sesuai gambar 3.1
I
• melihat apakah rangkaian telah benar
II
• menyiapkan 5 beban dengan nilai yang berbeda
III
• Menghubungkan beban pertama, mencatat penunjukkan
IV voltmeter dan amperemeter.
• Melakukanprosedur yang sama untuk beban-beban yang
Gambar 2.8 Arus Mendahului Tegangan Sebesar V lain dan juga Vs konstan.
Sudut φ • Menabulasikan hasilnya dalam tabel
VI

Dari Gambar terlihat bahwa arus mendahului


tegangan maka daya reaktif tertinggal dari daya semu,
berarti beban memberikan daya reaktif kepada sistem.

3. METODOLOGI
3.1 Spesifikasi Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
No. Keterangan Jumlah
1 Amperemeter 3

2 Beban Lampu 3
Gambar 3.2. rangkaian amperemeter-voltmeter
3 Konektor Secukupnya
- Langkah percobaan
4 Lux Meter 1
• merangkai sesuai gambar 3.2
5 Panel Percobaan 1 I
• melihat apakah rangkaian telah benar
Power Supply 3 II
6 1 • menyiapkan 5 beban dengan nilai yang berbeda
Phase III
• Menghubungkan beban pertama, mencatat penunjukkan
7 Resistor 1 IV voltmeter dan amperemeter.
• Melakukanprosedur yang sama untuk beban-beban yang
3 V lain dan juga Vs konstan.
8 Voltmeter
• Menabulasikan hasilnya dalam tabel
3 VI
9 Wattmeter 3∅

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


3.2.2 Metode 3 Voltmeter - Langkah percobaan
• merangkai sesuai gambar 3.7
I
• Menyiapkan beberapa beban dari berbagai kombinasi
II yang mungkin

• Menghubungkan beban dengan kombinasi yang


III mungkin

• mencatat hasil penunjukan wattmeter ke dalam tabel


IV

Gambar 3.3 rangkaian 3 voltmeter

- Langkah percobaan 4. HASIL DAN ANALISA


4.1. Percobaan 1 Metode Amperemeter-Voltmeter
• merangkai sesuai gambar 3.3
I 4.1.1 Hasil dan Perhitungan
• Memastikan bahwa rangkaian sudah benar
II Tabel 4.1 hasil percobaan 1 metode amperemeter-
• Menyiapkan beban minimal 10 buah yang nilainya
berbeda-beda (melakukan kombinasi dari beban-beban Voltmeter
III tersebut).
• Menghubungkan beban pertama, mencatat harga yang L1 L2 L3 Total
No V I
IV ditunjukkan ketiga voltmeter. (25W) (40W) (100W) beban
• Melakukan pengukuran untuk beban-beban lain yang 1 On Off On 125 228 0.53
V tersedia dan mecatat hasilnya pada tabel
2 Off On On 140 228 0.59
3 On On On 165 228 0.7
3.2.3 Metode 3 Amperemeter Dari tabel diatas dapat dihitung nilai daya
menggunakan persamaan berikut :
P = V.I
Untuk data 1
Diketahui :
V = 228 V
I = 0.7 A
Ditanyakan :
Phitung = ?
Gambar 3.4 rangkaian 3 amperemeter %Error = ?
- Langkah percobaan Jawab :
a. Menghitung daya (P)
• merangkai sesuai gambar 3.4 Phitung = V.I
I
= 228 x 0.7
• Memastikan bahwa rangkaian sudah benar
II = 159,6 watt
• Menyiapkan beban minimal 10 buah yang nilainya
berbeda-beda (melakukan kombinasi dari beban-beban b. Menghitung persentase Error daya
III tersebut). 𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
• Menghubungkan beban pertama, mencatat harga yang
%Error = | | 𝑥100%
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
IV ditunjukkan ketiga ampereter.
• Melakukan pengukuran untuk beban-beban lain yang 159,6−165
V tersedia dan mecatat hasilnya pada tabel =| | 𝑥100%
159,6

3.2.4 Metode Wattmeter = 3,38%

Gambar 3.7 rangkaian wattmeter

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada 4.2. Percobaan 1 Metode Voltmeter -Amperemeter
tabel berikut : 4.2.1 Hasil dan Perhitungan
Tabel 4.3 hasil percobaan 1 metode Voltmeter -
Tabel 4.2 hasil perhitungan dari metodeamperemeter– Amperemeter
Voltmeter L1 L2 L3 Total
No V I
(25W) (40W) (100W) beban
L1 L2 L3 Total
V I Phitung %Error 1 On Off On 125 228 0.53
(25) (40W) (100W) beban
2 Off On On 140 228 0.59
On Off On 125 228 0.53 120,84 3,44% 3 On On On 165 228 0.7

Off On On 140 228 0.59 134,52 4,07%


Dari tabel diatas dapat dihitung nilai daya
menggunakan persamaan berikut :
P = V.I
On On On 165 228 0.7 159,6 3,38% Untuk data 1
Diketahui :
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jika semakin V = 228 V
besar daya beban yang digunakan maka nilai daya I = 0.7 A
hitung juga akan semakin besar. hal ini sesuai dengan Ditanyakan :
persamaan Phitung = V.I. Sedangkan jika semakin besar Phitung = ?
daya beban maka nilai arusnya akan semakin besar %Error = ?
pula. Dan persentase error yang didapatkan tidak Jawab :
terlalu besar sehingga alat ukur yang digunakan c. Menghitung daya (P)
bagus.Hal ini bisa dibuktkan dengan persamaan rumus Phitung = V.I
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 = 228 x 0.7
%Error = | | 𝑥100%. = 159,6 watt
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
d. Menghitung persentase Error daya
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%Error = | | 𝑥100%
 Grafik perbandingan Phitung tehadap Pbeban 𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

159,6−165
=| | 𝑥100%
159,6
Grafik Phitung Terhadap Pbeban
= 3,38%
200
159.6
Phitung

120.84 134.52 Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada


100
tabel berikut :
0 Tabel 4.4 hasil perhitungan dari metode Voltmeter –
125 140 165 amperemeter

L1 L2 L3 Total
Pbeban (25) (40W) (100W) beban
V I Phitung %Error

Grafik 4.1 grafik perbandingan Phitung


terhadap Pbeban
On Off On 125 228 0.53 120,84 3,44%

Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa jika


semakin besar daya beban (Pbeban) yang digunakan Off On On 140 228 0.59 134,52 4,07%
maka nilai Phitung yang didapatkan juga akan semakin
besar. Hal ini sesuai dengan persamaan Phitung = V.I. On On On 165 228 0.7 159,6 3,38%

Pada tabel 4.4 diatas dapat ketahui bahwa jika


semakin besar daya beban yang digunakan maka nilai
daya hitung juga akan semakin besar. hal ini sesuai
dengan persamaan Phitung = V.I. Dan juga jika semakin
besar daya beban maka nilai arusnya juga akan
semakin besar. Serta persentase error yang didapatkan
tidak terlalu besar sehingga alat ukur yang digunakan

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


bagus. Sesuai dengan persamaan %Error = a. Menhitung daya (P)
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 1
| | 𝑥100%. Phitung = (V32 – V22 – V12)
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2𝑅

1
 Grafik perbandingan Phitung terhadap Pbeban = ((227)2 – (160)2 – (69) 2
2𝑥450

= 23,49 watt
Grafik Phitung Terhadap Pbeban
200 b. Menghitung persentase error daya
159.6 𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛−𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
%Error = | | 𝑥100%
Phitung

120.84 134.52 𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛


100
23,49−165
0 =| | 𝑥100%
165
125 140 165
= 80%
Pbeban
Untuk perhitungan data selanjutnya dapat dilihat pada
Grafik 4.2 grafik perbandingan Phitung
tabel berikut :
terhadap Pbeban
Tabel 4.6 hasil perhitungan dari metode 3 voltmeter
Pada grafik diatas dapat diketahui bahwa jika
semakin besar daya beban (Pbeban) yang digunakan
maka nilai Phitung juga akan semakin besar. Hal ini
sesuai dengan persamaan Phitung = V.I.

4.3 Percobaan 2 Metode 3 Voltmeter


4.3.1 Hasil dan Perhitungan

Tabel 4.5 hasil percobaan 2 metode 3 voltmeter


L1 L2 L3 Total
V1 V2 V3 R
(25w) (40w) (100w) beban
Pada tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa jika nilai
On On On 165 69 160 227 450
daya beban yang digunakan semakin besar maka nilai
Off On On 140 80 150 227 450 tegangan pada V1 akan menurun hal ini dikarenakan
On Off On 125 88 140 227 450 jika dayanya tetap maka tegangan akan semakin kecil
dan arus yang didapatkan akan semakin meningkat
sesuai dengan persamaan P=VxI sedangkan tegangan
Dari tabel diatas dapat dihitung nilai daya pada V2 akan semakin besar hal ini juga dikarenakan
menggunakan persamaan : jika daya bebannya dinaikkan maka tegangannya akan
1
P = (V32 – V22 – V12) semakin besar dan arus yang didapatkan akan semakin
2𝑅
kecil hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan rumus
Untuk data 1 P=VxI. Sedangkan nilai pada tegangan V3 konstans
Diketahui : karena tegangan V3 berasal dari tegangan sumber
V1 = 69 V langsung dari PLN. Sedangkan jika daya beban
V2 = 160 V dinaikkan maka nilai Phitung akan semakin besar.Hal ini
1
V3 = 227 V dapat dibuktikan dengan persamaan Phitung = (V32 –
2𝑅
R = 450 Ω V2 – V1 ).Sedangkan semakin besar daya beban maka
2 2

persentase error yang didapatkan akan semakin besar.


Dditanyakan : Hal ini dapat dibuktikan dengan persamaan %Error =
Phitung = ? 𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
%Error = ? | | 𝑥100%.
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Jawab :

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


 Grafik perbandingan antara Phitung terhadap =|
165−306,56
| 𝑥100%
165
Pbeban metode 3 voltmeter
= 85,79%
Grafik Phitung terhadap Pbeban Untuk perhitungan data sekanjutnya dapat dilihat pada
tabel berikutnya:
30
Phitung

25 26.84 Tabel 4.8 hasil perhitumgan metode 3 amperemeter


23.49 25.11
Total Phitung %error
20 No beban I1 I2 I3
125 140 165
1 165 0,4 0,2 1,25 306,56 85,79

Pbeban 2 140 0,2 0,2 1,1 254,25 81,60


Grafik 4.3 grafik perbandingan Phitung terhadap Pbeban
metode 3 voltmeter 3 125 0,1 0,2 1,08 251,19 100,88

Berdasarkan grafik 4.2 diatas dapat dianalisa Pada tabel 4.8 dapat diketahui bahwa semakin
bahwa jika semakin besar besar daya beban maka nilai besar nilai beban yang digunakan maka nilai I1 akan
daya hitung juga akan semakin besar. Hal ini dapat semakin besar sedangkan nilai I2 konstan karena arus
1
dibuktikan dengan persamaan Phitung = (V32 – V22 – yang diukur adalah arus dari resistor karena nilai
2𝑅
V12). hambatan dan tegangan yang digunakan konstan. Dan
nilai I3 akan semakin besar I1 dan I2 hal ini sesuai
𝑅
4.4 Percobaan 3 Metode 3 Amperemeter dengan persamaan Phitung = (I32 – I22 – V12).
2
4.4.1 Hasil dan Perhitungan Jika daya beban semakin besar maka nilai Phitung juga
akan semakin besar. sedangkan persentase error yang
Tabel 4.7 hasil percobaan 3 metode 3 amperemeter didapatkan pada beban 1 dan 2 akan semakin kecil
L1 L2 L3 Total sedangkan persentase error beban 3 semakin besar hal
(25w) (40w) (100w) beban I1 I2 I3 R
ini dapat dibuktikan dengan persamaan %Error =
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛−𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
On On On 165 0,4 0,2 1,25 450 | | 𝑥100%.
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛

Off On On 140 0,2 0,2 1,1 450


 Grafik perbandingan Phitung terhadap Pbeban
On Off On 125 0,1 0,2 1,08 450 metode 3 amperemeter
Dari tabel diatas dapat dihitung nilai dayanya
menggunkan persamaan sebagai berikut : Grafik Phitung terhadap Pbeban
𝑅
Phitung = (I32 – I22 – I12) 500
2
Phitung

Untuk data 1 251.19 254.25 306.56


Diketahui: 0
125 140 165
R = 450
I1 = 0.4 A Pbeban
I2 = 0.2 A
I3 = 1.25 A Grafik 4.4 Grafik perbandingan Phitung terhadap Pbeban
Ditanyakan : metode 3 amperemeter
Phitung = ?
% Error = ? Pada grafik diatas dapat dianalisa bahwa jika
Jawab : semakin besar nilai daya pada beban maka seamkin
a. Menghitung nilai daya (P) besar nilai Phitung yang akan didapatkan. Hal ini
𝑅
Phitung = (I32 – I22 – I12) dikarenakan nilai Phitung dipengaruhi oleh besarnya
2
nilai Pbeban. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan
𝑅
=
450
(1.252 – 0.22 – 0.42) persamaan rumus Phitung = (I32 – I22 – I12).
2
2
= 306,56 𝑤𝑎𝑡𝑡
b. Menghitung persentase Error
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛−𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
%Error = | | 𝑥100%
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


4.5 percobaan 4 Metode Wattmeter  Grafik perbandingan Phitung terhadap Pbeban
4.5.1 Hasil dan Perhitungan wattmeter

Tabel 4.9 hasil pengukuran metode wattmeter Grafik Phitung terhadap Pbeban
Intensitas 100
L1 L2 L3 Total 82
wattmeter penerangan

Phitung
(25) (40) (100) beban 65 71
1m 2m 50
On On On 165 82 220 115 0
Off On On 140 71 200 90 125 140 165
On Off On 125 65 140 80 Pbeban
Pada tabel diatas dapat dihitung persentase Error untuk
data 1 : Grafik 4.5 Grafik perbandingan Phitung
Diketahui : terhadap Pbeban metode wattmeter
Pbeban = 165 watt
Phitung = 82 watt Berdasarkan grafik 4.5 diatas dapat diketahui
Ditanyakan : semakin besar nilai daya pada beban maka seamkin
%error = ? besar nilai Phitung yang akan didapatkan. Hal ini
Jawab : dikarenakan nilai Phitung dipengaruhi oleh besarnya
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛−𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 nilai Pbeban.
%Error = | | 𝑥100%
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
5. KESIMPULAN
165−82 1. Pada metode Voltmeter-Amperemeter
=| | 𝑥100%
165
maupun metode Amperemeter-Voltmeter, nilai
tegangan yang terukur pada kedua metode adalah
= 50,30%
tetap, sementara arus yang terukur meningkat seiring
Untuk data perhitungan selanjutnya dapa dilihat pada
semakin dinaikan daya beban yang digunakan.
tabel berikut :
2. Pada metode Amperemeter-Voltmeter
Tabel 4.10 hasil pengukuran metode wattmeter
maupun metode Amperemeter-Voltmeter, nilai
Intensitas tegangan yang terukur pada kedua metode adalah
L1 L2 L3 L1
wattmeter penerangan Error% tetap, sementara arus yang terukur meningkat seiring
(25) (40) (100) (25)
1m 2m semakin dinaikan daya beban yang digunakan.
On On On On 82 220 115 50,30

Off On On Off 71 200 90 49,28 3. Pada metode 3 Voltmeter, ketiga voltmeter


On Off On On 65 140 80 48 mengukur nilai tegangan yang berbeda, V1 mengukur
nilai tegangan beban yang semakin menurun setiap
kenaikan nilai beban. V2 mengukur nilai tegangan
Pada tabel 4.10 dapat dianalisa bahwa semakin beban yang semakin meningkat setiap kenaikan nilai
besar nilai daya beban yang digunakan maka nilai beban. V3 mengukur nilai tegangan sumber dimana
beban yang terukur juga akan semakin besar. nilainya selalu konstan. Daya hitung yang diperoleh
sedangkan intensitas penerangan pada jarak 1m lebih akan semakin besar setiap kenaikan nilai beban yang
terang atau lebih besar dari jarak 2m. Dan juga jika digunakan.
daya beban semakin dinaikkan maka hasil persentase
error yang dihasilkan juga akan semakin besar sesuai 4. Pada metode 3 Amperemeter, ketiga
𝑃ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔−𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
dengan persamaan %Error = | | 𝑥100%. Amperemeter mengukur nilai arus yang berbeda, A1
𝑃𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
mengukur nilai arus beban yang semakin meningkat
setiap kenaikan nilai beban yang digunakan karena
dipasang dekat dengan beban. A2 yang dipasang
dekat resistor mengukur nilai arus resistor yang
nilainya selalu tetap sehingga hasil pengukuran pada
A2 selalu sama untuk semua nilai beban yang
digunakan. Sedangkan nilai A3 yang dipasang dekat
sumber akan meningkat setiap peningkatan nilai pada
A1 karena nilai beban yang bertambah.

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010


5. Pada metode Wattmeter, semakin besar nilai
daya Beban yang diberikan maka nilai daya hitung
yang didapatkan akan semakin besar dan persentase
error yang didapatkan akan semakin besar jika daya
beban dinaikkan hal ini disebabkan oleh
ketidakakurasian alat ukur.sedangkan intensitas
penerangan pada jarak 1 meter lebih terang
dibandingkan jarak 2 meter

DAFTAR PUSTAKA

Tim Lab Listrik Dasar. 2019. Penuntun Praktikum


Pengukuran Besaran Listrik. Laboratorium
Listrik Dasar Fakultas Teknik Universitas
Mataram.
Cooper, W.D. 1999. Instrumen Elektronik dan Teknik
Pengukuran. Erlangga, Jakarta.
Coughlin, F. Robert, Driscoll, F. Frederick. 1987.
Operational Amplifier and Linear Integrated
Ciriuit, Prentince Hall
Sapiie, S., Nishino, O. 2005. Pengukuran dan Alat-
Alat Ukur Listrik. Pradnya Paramita, Jakarta.

MODUL 3 | Praktikum Pengukuran Besaran Listrik 2019 / F1B118010

Anda mungkin juga menyukai