Anda di halaman 1dari 2

Uji toksisitas dengan metode BSLT merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari

suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu 24 jam setelah pemberian dosis uji. Dalam
pengujian ini ditentukan nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia
salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika harga LC < 1000 μg/
ml.
Larva udang digunakan karena sensitif terhadap perubahan ekosistemnya serta memiliki
struktur tubuh yang sederhana sehingga rentan dan mudah terjadi kerusakan sel. Telur udang yang
sensitif terhadap cahaya disimpan didalam sisi gelap dan diberi pakan berupa ragi. Setelah
menetas, larva udang akan menuju sisi yang terang. Oleh karena itu, kehadiran oksigen, sinar, dan
ragi merupakan komponen penting dalam pertumbuhan larva.
Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak dari daun saga pohon (Adenanthera pavonina L.).
Ekstraksi dilakukan dengan cara dekokta yaitu dengan pemanasan pada 90oC selama 30 menit.
Dilakukan secara dekokta karena cepat dapat mengekstraksi dan sesuai untuk sampel yang hanya
sedikit. Ekstrak hasil dekokta dikeringkan hingga mencapai bobot konstan. Untuk mengetahui
konsentrasinya, dihitung menggunakan metode susut pengeringan dan diperoleh bahwa dalam 20
mL ekstrak mengandung 0,2367 gr atau dalam bentuk ppm yaitu 11.835 ppm.
Dibuat larutan stok yang mengandung 2000 ppm ekstrak untuk kemudian diencerkan
menggunakan larutan air laut buatan hingga diperoleh konsentrasi akhir 1000; 500; 250; 125; 62,5;
dan 31,25 ppm. Dibuat rentang konsentrasi ini agar bisa megetahui pengaruh konsentrasi isolat
terhadap kematian larva udang yang diwakili oleh nilai LC50.
Pengujian dilakukan dengan metode well yang didasarkan pada efisiensinya (satu plat
dapat memuat banyak sampel), hanya membutuhkan sedikit sampel yaitu dalam jumlah mikro,
serta kemudahan dalam preparasi dan pelaksanaannya.
Suspensi larva udang yang sudah dipekatkan hingga mengandung hanya 10-15 larva dalam
100 µL dimasukkan ke dalam well dan ditambahkan larutan ekstrak dengan volume yang sama
sehingga konsentrasinya akan terencerkan menjadi setengah kalinya. Larutan didiamkan selama
24 jam dengan tujuan untuk membiarkan larva terpapar oleh ekstrak. Perlakuan dilakukan secara
duplo.
Berdasarkan hasil pengamatan, tidak ada larva yang mati walaupun dengan konsentrasi
ekstrak yang tinggi yaitu 1000 ppm karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sifat toksik
terhadap hewan uji semakin tinggi.
Setelah dilakukan pengamatan, selanjutnya larva pada sampel diberi metanol untuk
mematikan larva tersebut agar mengetahui total populasi. Karena dari hasil pengamatan tidak ada
larva yang mati sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan LC50. Nilai LC50 dapat digunakan
untuk menentukan tingkat efek toksik suatu senyawa sehingga dapat juga untuk memprediksi
potensinya sebagai antikanker. Nilai LC50 ditentukan dengan menggunakan kurva korelasi antara
log konsentrasi ekstrak (sumbu X) dan nilai probit (sumbu y).
Karena tidak dapat dilakukan perhitungan LC50, hal tersebut menunjukkan bahwa ekstrak
dari daun saga pohon (Adenanthera pavonina L.) tidak memiliki potensi toksiistas akut menurut
metode BSLT yaitu pada perlakuan dengan hewan coba larva Artemia salina Leach, senyawa uji
dikatakan toksik jika harga LC50 lebih kecil dari 1000 μg/ml.
Berdasarkan hasil pengujian, ekstrak daun saga pohon (Adenanthera pavonina L.) tidak
bersifat toksik pada larva Artemia salina Leach. karena tidak memiliki nilai LC50 sehingga tidak
berpotensi sebagai agen antikanker.

Anda mungkin juga menyukai