Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk
berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar modal dengan cara
membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI)
untuk diinvestasikan ke dalam portofolio investasi, seperti saham, obligasi, pasar
uang ataupun efek/sekuriti lainnya.
Reksadana yang pertama kali bernama Massachusetts Investors Trust yang diterbitkan
tanggal 21 Maret 1924, yang hanya dalam waktu setahun telah memiliki sebanyak
200 investor reksadana dengan total aset senilai US$ 392.000.
Pada tahun 1929 sewaktu bursa saham jatuh maka pertumbuhan industri reksadana ini menjadi
melambat. Menanggapi jatuhnya bursa maka Kongres Amerika mengeluarkan Undang-undang
Surat Berharga 1933 (Securities Act of 1933) dan Undang-undang Bursa
Saham 1934 (Securities Exchange Act of 1934).
Berdasarkan peraturan tersebut maka reksadana wajib didaftarkan pada Securities and
Exchange Commission atau biasa disebut SEC yaitu sebuah komisi di Amerika yang menangani
perdagangan surat berharga dan pasar modal. Selain itu pula, penerbit reksadana wajib untuk
menyediakan prospektus yang memuat informasi guna keterbukaan informasi reksadana, juga
termasuk surat berharga yang menjadi objek kelolaan, informasi mengenai manajer investasi
yang menerbitkan reksadana.
SEC juga terlibat dalam perancangan Undang-undang Perusahaan Investasi tahun 1940 yang
menjadi acuan bagi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi untuk setiap pendaftaran
reksadana hingga hari ini.
Dengan pulihnya kepercayaan pasar terhadap bursa saham, reksadana mulai tumbuh dan
berkembang. Hingga akhir tahun 1960 diperkirakan telah ada sekitar 270 reksadana dengan
dana kelolaan sebesar 48 triliun US Dollar.
Reksadana indeks pertama kali diperkenalkan pada tahun 1976 oleh John Bogle dengan
nama First Index Investment Trust, yang sekarang bernama Vanguard 500 Index Fund yang
merupakan reksadana dengan dana kelolaan terbesar yang mencapai 100 triliun US Dollar
Salah satu kontributor terbesar dari pertumbuhan reksadana di Amerika yaitu dengan adanya
ketentuan mengenai rekening pensiun perorangan (individual retirement account - IRA) [1], yang
menambahkan ketentuan kedalam Internal Revenue Code( peraturan perpajakan di Amerika)
yang mengizinkan perorangan (termasuk mereka yang sudah memiliki program pensiun
perusahaan) untuk menyisihkan sebesar 4.000 US $ setahun.
Faktor lain, yaitu kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
menjadi tolok ukur pasar saham domestik serta penguatan pasar obligasi
yang diwakili dengan INDOBeX Corporate Total Return untuk obligasi
korporasi dan INDOBeX Government Total Return untuk obligasi pemerintah.
Baca:
Ini Dia Jawara Investasi di 5 Tahun Pertama Jokowi
IHSG naik 2,65% pada periode tersebut, INDOBeX Corporate Total Return
yang dikeluarkan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga tumbuh
8,09%. Adapun INDOBeX Government Total Return juga menguat 7,43%.
Instrumen lain yang juga berpengaruh pada kinerja reksa dana adalah
deposito berjangka perbankan, yang menjadi portofolio tambahan dalam
reksa dana pasar uang, dengan kinerja sejak akhir 2018 hingga Juni sebesar
3,46%. Besaran return deposito tersebut merupakan rerata bunga deposito
bank umum pada periode Desember 2018-April 2019.
Patut diperhatikan bahwa data tersebut hanya mencakup reksa dana polos
(plain vanilla) seperti reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana
pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi, serta reksa
dana indeks dan reksa dana yang dapat ditransaksikan di bursa (exchange
traded fund, ETF) baik yang konvensional dan berprinsip syariah.
Dari sisi klasemen, dari total 88 manajer investasi (MI) yang datanya dapat
ditelusuri dari total 93 manajer investasi yang tercatat di OJK, posisi teratas
Juni diduduki oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen dengan dana
kelolaan Rp 42,35 triliun.
Dua penghuni 10 besar baru yaitu BNI Asset Management dan Eastspring
Investments merangsek naik ke posisi 9 dan 10 besar dari sebelumnya di
posisi 13 dan 11 pada Desember 2018.
Manajemen BPAM tidak ingin berkomentar terkait dengan posisinya di urutan
teratas. Direktur Mandiri Investasi Endang Astharanti mengatakan kenaikan
AUM perseroan disebabkan pembelian reksa dana (subscription) investor
maupun dari dampak kenaikan harga instrumen di pasar.
"Kenaikan total AUM Mandiri Investasi YTD 3,7% yang berasal dari pembelian
bersih [net subscription] sekitar +1,1% sedangkan karena market impact
sekitar 2,6%," ujarnya pekan lalu.
Direktur Utama BNI AM Reita Farianti mengatakan ada lima hal yang
meningkatkan AUM produk investasi perseroan yaitu kondisi pasar modal
Indonesia yang mulai membaik, meningkatnya kepercayaan investor terhadap
pengelolaan investasi perseroan, dan tambahan investor baru.
"[Keempat adalah] kinerja investasi dari reksa dana yang kami kelola berhasil
mencatatkan kenaikan imbal hasil investasi di atas benchmark [acuan]."
Untuk beberapa produk reksa dana saham perseroan, dia mengatakan kinerja
BNI-AM Inspiring Equity Fund naik 5,57 %, BNI-AM Nusantara ETF MSCI
Indonesia (XBNI) 4,8%, dan BNI-AM Dana Saham Syariah Musahamah
21,36%, di atas kinerja IHSG.
Dari jenis reksa dana pendapatan tetap, kinerja BNI-AM Dana Pendapatan
Tetap Nirwasita naik 7,78% dan BNI-AM Makara Investasi 5,72%, di atas
acuannya Infovesta Fixed Income Fund Index.
Selain itu, lanjut Reita, faktor kelima adalah perluasan jaringan pemasaran
ritel melalui kerjasama dengan APERD terutama fintech.
Baca:
Efektif 12 September, Christine Lagarde Resmi Mundur dari IMF
Baca:
Earnings Season! Simak Saham Pilihan Hari Ini
(irv/irv)
Sejarah Industri Pengelolaan Investasi di Indonesia dimulai pada tahun 1976, saat pemerintah
Indonesia menerbitkan PP No. 25 Tahun 1976 dan mendirikan PT Danareksa dengan dasar
pertimbangan untuk mempercepat proses perluasan pengikut-sertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan-perusahaan swasta melalui pasar modal menuju pemerataan
pendapatan, serta untuk lebih efektif menghimpun dana dari masyarakat agar dapat digunakan
secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.
Sumber dana masyarakat dari penerbitan Reksa Dana diharapkan dapat memudahkan emiten
untuk membiayai kegiatan investasinya tanpa mengandalkan dana dari perbankan. Di lain sisi,
investor pun mendapatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan
perusahaan tersebut karena investasi pada Reksa Dana relatif murah dan likuid serta dikelola
secara transparan oleh Manajer Investasi (MI) yang profesional dalam suatu portofolio investasi
yang terdiversifikasi.
Reksa Dana tidak hanya memberikan manfaat secara langsung kepada emiten maupun investor
tetapi juga secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal dan
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan sumber dana
dalam negeri. Hal ini diharapkan akan dapat memperbaiki struktur pembiayaan nasional yang
selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri.
Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Reksa Dana adalah instrumen Pasar Modal yang
diterbitkan oleh Manajer Investasi (MI) sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh
Manajer Investasi (MI). Dari definisi ini, terdapat tiga unsur penting dalam pengelolaan
Reksadana yaitu, (a) adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi, (b)
investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi; dan (c) MI
dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor.
Walaupun sudah terdiversifikasi, Reksa Dana tetap memiliki risiko seperti risiko perubahan
ekonomi dan politik, berkurangnya nilai Unit Pernyertaan, kemungkinan Reksa Dana tidak dapat
dilikuidasi ataupun risiko wanprestasi. Karena menyangkut mobilisasi dana masyarakat,
kepentingan investor Reksa Dana harus terlindungi dengan baik dengan memberikan jaminan
dan kepastian terhadap pemenuhan hak-hak investor seperti: mendapatkan bukti kepemilikan
Unit Penyertaan, kemudahan untuk menjual kembali sebagian atau seluruh Unit Penyertaan dan
memperoleh hak pembagian harta dalam hal Reksa Dana dilikuidasi berdasarkan undang-
undang, hukum dan peraturan yang berlaku.
Dana kelolaan
Peringkat Perusahaan Negara
(US$juta)
Majalah Pensions & Investments menempatkan UBS dalam peringkat pertama, dengan lebih
dari 2 trilyun dollar dana kelolaan (Sumber: P&I)
LOGIN KLIEN
INDONESIA / ENGLISH
TENTANG KAMI PRODUK HUBUNGI KAMI
INVEST NOW
TENTANG
IKHTISAR
IKHTISAR
SEJARAH
1989
Established under the name PT Panin Sekuritasindo
1994
Changed name into PT Panin Sekuritas
1997
Established Asset Management division
Launched 3 mutual funds including flagship fund Panin Dana Maksima
2000
Listed at the Indonesia Stock Exchange (Ticker: PANS)
2003
One of the largest fixed income asset management firms in Indonesia
2005
Shifted focus to equity mutual funds
2011
Established PT Panin Asset Management
2019
Manages 18 open-ended funds, with total client of 66,584
FILOSOFI INVESTASI
Kami percaya bahwa pasar modal Indonesia belum sepenuhnya efisien, yang
berarti sekuritas tidak selalu diperdagangkan pada nilai wajar berdasarkan faktor
fundamental yang mendasarinya. Hal ini membuka kesempatan luas bagi investor
cerdas untuk mengungguli kinerja pasar modal.
Kehati-hatian
Menilai secara komprehensif setiap risiko yang melekat pada keputusan
investasi
Memitigasi risiko penurunan (downside risk) dengan menyediakan cushion of
error/margin of safety dalam setiap keputusan investasi
Memberikan tanggapan yang tepat atas setiap risiko yang terjadi
Penciptaan nilai
Terus mengasah keahlian kami dalam menilai nilai intrinsik investasi
Secara konsisten berfokus pada tujuan-tujuan utama investasi untuk
menghasilkan nilai tambah bagi klien
PENDEKATAN KAMI
Kami percaya bahwa kemampuan riset kami adalah karakteristik utama yang
membedakan kami dari para kompetitor. Melalui riset fundamental yang
menggunaan pendekatan bottom-up, kami mampu menghasilkan alpha dalam
imbal hasil investasi. Seluruh keputusan investasi didukung oleh tim riset internal
kami, yang secara teliti melakukan analisis fundamental, penilaian model
usaha (business model), identifikasi risiko, dan valuasi.
Tingkat “Saham Aktif” dari reksa dana kami (yang mengukur seberapa besar
pemilihan saham pada portofolio berbeda dari benchmark index) bervariasi antar
reksa dana, namun dapat diasumsikan bahwa secara rata-rata hanya 30-40% dari
portofolio saham kami yang diinvestasikan sesuai dengan pembobotan benchmark.
PENELITIAN FUNDAMENTAL SECARA BOTTOM-UP
Pendekatan investasi fundamental kami didasarkan pada penelitian secara bottom-
up.
Eksposur yang rendah atau tinggi pada suatu sektor tertentu adalah hasil langsung
dari keputusan pemilihan saham. Kami memulai penelitian kami dengan
mengidentifikasi suatu saham individu kemudian melaksanakan analisis dasar pada
saham tersebut. Dalam menentukan nilai intrinsik suatu perusahaan, kami
mempertimbangkan seluruh kondisi industri dan ekonomi yang relevan bagi
analisis kami untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang prospek
perusahaan tersebut.
PROSES INVESTASI
Pada Panin Asset Management, kami menerapkan disiplin yang tinggi dalam
memilih kesempatan investasi. Menurut pandangan kami, risiko investasi dapat
dimitigasi melalui analisis yang mendalam serta konsistensi dalam proses
investasi. Walau perusahaan kami mendorong budaya untuk berpikiran terbuka,
disiplin dalam praktik pengambilan keputusan investasi dijaga ketat melalui
proses-proses yang ditetapkan dengan baik.
Terdapat enam aspek utama dari proses pengambilan keputusan investasi yang
sangat mencerminkan dasar filosofi investasi kami.
Idea
Generation
Business
Model
Financial
Analysis
Company
Meeting
Valuation
Portfolio
Construction
LINGKUNGAN KOMPETENSI
Tahun 2018 bisa dikatakan tahun yang penuh warna dalam investasi saham. Mulai dari fluktuasi harga minyak, bangkitnya
harga komoditas, kenaikan bunga the fed, hingga carut marut perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi faktor
utama yang menjadikan lonjakan atau penurunan dalam sebulan menjadi pemandangan yang biasa. Reaksi investor saham
juga bervariasi, ada yang tetap buy and hold, ada pula yang cutloss sambil melihat situasi. Bagaimana degan perilaku investor
Dibandingkan dengan saham, investasi pada reksa dana saham cenderung lebih mudah ditebak. Sebab secara umum pergerakan
IHSG dan reksa dana saham searah, sehingga pada saat IHSG naik, reksa dana saham juga naik. Yang membedakan hanyalah
persentase kenaikannya. Sementara itu karena jumlah saham sangat banyak, ada saham yang pergerakannya terkadang
Kondisi ini menyebabkan ada sebagian investor menggunakan reksa dana saham sebagai alat untuk mencari keuntungan jangka
pendek. Artinya meski reksa dana didesain sebagai instrumen jangka panjang, namun ketika pasar turun investor banyak
melakukan investasi dan baru kemudian menjualnya ketika pasar naik meski belum terlalu lama dibeli. Sebagai contoh, mari
Tabel di atas menunjukkan performa bulanan IHSG dan hubunganya dengan jumlah total seluruh Unit Penyertaan reksa dana
saham. Unit Penyertaan adalah suatu indikator yang menunjukkan berapa banyak unit reksa dana yang telah diterbitkan oleh
Manajer Investasi. Berbeda dengan Jumlah Dana Kelolaan, Unit Penyertaan bisa menunjukkan dengan jelas apakah investor
melakukan pembelian atau penjualan pada reksa dana. Sebab Unit Penyertaan hanya bertambah ketika investor melakukan
pembelian dan baru berkurang ketika investor melakukan penjualan reksa dana. Sementara indikator Jumlah Dana Kelolaan
atau yang biasa dikenal dengan nama Asset Under Management bisa bias karena perubahan pada indikator ini juga bisa
disebabkan oleh perubahan harga saham dan isi portofolio lain dalam investasinya. Adapun selama 1 tahun terakhir unit
penyertaan saham secara rata-rata tumbuh 2.9% tiap bulannya, bulan dimana pertumbuhan unit penyertaan diatas rata-rata
diberi warna hijau.
Salah satu fakta yang menarik disini adalah di tahun 2017 terjadi subcription yang cukup signifikan yang berlanjut di tahun
2018, unit penyertaan reksadana saham hanya negatif pada bulan Mei 2017 ketika IHSG membukukan return yang baik atau
diasumsikan melakukan profit taking.
Kebalikan dari hal tersebut koreksi IHSG justru direspon dengan aksi beli terlihat dari pertumbuhan unit penyertaan pada
bulan Nov 2017, February 2018 dan Maret 2018 disaat return IHSG merugi dan kebanyakan reksadana saham membukukan
return negatif unit penyertaan justru bertumbuh atau dapat diasumsikan investor melakukan pembelian
Melihat tren di atas disinyalir terdapat sebagian investor yang justru tertarik masuk reksa dana saham saat indeks negatif. Hal
ini disebabkan oleh pengalaman investor pada tahun 2008 ataupun 2015, dimana ternyata IHSG bisa kembali dengan cepat
setelah terjadi penurunan yang sangat signifikan karena didukung oleh fundamental perekonomian yang kuat dan berorientasi
domestik. Pelajaran ini membuat investor beranggapan ketika terjadi penurunan, merupakan saat yang tepat untuk melakukan
pembelian.
Hal lain adalah peran agen penjual yang mampu meyakinkan nasabahnya untuk janga panik bila terjadi koreksi. Namun disisi
lain agen penjual juga dapat mempengaruhi penurunan unit penyertaan ketika IHSG sedang melaju dengan meyakinkan
nasabahnya untuk profit taking baik melalui redemption ataupun mekanisme switching ke reksadana lain mengingat umumnya
agen penjual akan diuntungkan melalui fee yang didapat bila nasabahnya melakukan transaksi.
Ke depan perilaku investor reksa dana menggunakan reksa dana saham sebagai instrumen investasi jangka pendek masih dapat
terus berlanjut. Dengan perilaku investor yang demikian tentunya koreksi di bursa dapat dijadikan momentum bagi manajer
investasi ataupun agen penjual untuk gencar memasarkan produk reksadana berbasis saham. Dan manajer investasi justru harus
mempersiapkan kas bila IHSG melambung tinggi diatas 3% karena investor cenderung melakukan profit taking. Tentu saja
menjadi PR bagi para pelaku industri baik manajer investasi maupun agen penjual bagaimana agar dana yang sudah masuk ini
dapat dikembangkan secara optimal dan mengedukasi investor bahwa reksa dana saham seharusnya merupakan instrumen
investasi jangka panjang.
JAKARTA. Dalam rangka melindungi nasabah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat
aturan main manajer investasi. Wasit industri keuangan ini merilis rancangan peraturan
tentang pedoman perilaku manajer investasi.
BACA JUGA
Grup Lippo buka perusahaan manajer investasi anyar
Manajer investasi tambah porsi saham di reksadana
Manajer investasi fokus perbesar ritel
Mandiri Sekuritas gandeng 6 manajer investasi
Menurut Nurhaida, beberapa hal yang sebelumnya tidak diatur, dalam aturan ini akan
diperjelas. Contoh, soal rabat. Selama ini, pengaturan tentang rabat kurang gamblang.
Dengan aturan baru nanti, manajer investasi dilarang menerima rabat dari hasil transaksi dan
harus melampirkan rabat yang diterima ke rekening nasabah. "Jadi lebih terbuka, efisien dan
persaingan juga sehat," jelas Nurhaida.
Edward menilai, aturan main soal rabat ini tidak berdampak kepada bisnis manajer investasi.
Soalnya, investor menilai perusahaan melalui hasil kinerja portofolio efek yang dikelola.
Sehingga, selama kinerja manajer investasi kinclong, investor tidak akan ragu membenamkan
dananya untuk dikelola. "Kinerja portofolio ini berupa net return kepada investor," kata
Edward.
Hal lain yang diatur adalah soal larangan bagi manajer investasi mengutip komisi dan biaya
tambahan yang tidak wajar. Jika besarannya lebih tinggi dari rata-rata fee industri, manajer
investasi harus memberitahukan dasar penentuan dan rincian komisi.
Bagi Edward, selama ini manajer investasi sudah mencantumkan biaya pengelolaan dana
secara jelas dalam term sheet atau prospektus. "Untuk biaya pengelolaan reksa dana sudah
dipatok tidak boleh melebihi fee yang sudah disebutkan pada prospektus," terang Edward.
Pasal 15: Manajer Investasi dilarang menerima rabat yang berasal dari transaksi dan semua
rabat yang diterima harus disampaikan langsung ke rekening nasabah.
Pasal 16: Manajer Investasi dapat menerima komisi non-tunai asal ditulis dalam kontrak
pengelolaan investasi.
Pasal 21: Manajer Investasi yang melakukan pengelolaan portofolio efek untuk kepentingan
nasabah dilarang memesan untuk membeli atau menjual efek dari pihak ketiga tanpa
wewenang nasabah.
Pasal 40: Manajer Investasi wajib mengungkapkan ikhtisar keuangan perusahaan kepada
nasabah.
Pasal 43 dan 44: Manajer Investasi wajib menjaga kerahasiaan data dan nasabah dari pihak
ketiga.
Pasal 60: Sanksi bagi Manajer Investasi yang melanggar adalah peringatan tertulis, denda,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan
persetujuan dan pembatalan pendaftaran.