Anda di halaman 1dari 21

Sejarah Reksa Dana Indonesia

Reksadana adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk
berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di pasar modal dengan cara
membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI)
untuk diinvestasikan ke dalam portofolio investasi, seperti saham, obligasi, pasar
uang ataupun efek/sekuriti lainnya.

Reksadana yang pertama kali bernama Massachusetts Investors Trust yang diterbitkan
tanggal 21 Maret 1924, yang hanya dalam waktu setahun telah memiliki sebanyak
200 investor reksadana dengan total aset senilai US$ 392.000.
Pada tahun 1929 sewaktu bursa saham jatuh maka pertumbuhan industri reksadana ini menjadi
melambat. Menanggapi jatuhnya bursa maka Kongres Amerika mengeluarkan Undang-undang
Surat Berharga 1933 (Securities Act of 1933) dan Undang-undang Bursa
Saham 1934 (Securities Exchange Act of 1934).
Berdasarkan peraturan tersebut maka reksadana wajib didaftarkan pada Securities and
Exchange Commission atau biasa disebut SEC yaitu sebuah komisi di Amerika yang menangani
perdagangan surat berharga dan pasar modal. Selain itu pula, penerbit reksadana wajib untuk
menyediakan prospektus yang memuat informasi guna keterbukaan informasi reksadana, juga
termasuk surat berharga yang menjadi objek kelolaan, informasi mengenai manajer investasi
yang menerbitkan reksadana.
SEC juga terlibat dalam perancangan Undang-undang Perusahaan Investasi tahun 1940 yang
menjadi acuan bagi ketentuan-ketentuan yang wajib dipenuhi untuk setiap pendaftaran
reksadana hingga hari ini.
Dengan pulihnya kepercayaan pasar terhadap bursa saham, reksadana mulai tumbuh dan
berkembang. Hingga akhir tahun 1960 diperkirakan telah ada sekitar 270 reksadana dengan
dana kelolaan sebesar 48 triliun US Dollar.
Reksadana indeks pertama kali diperkenalkan pada tahun 1976 oleh John Bogle dengan
nama First Index Investment Trust, yang sekarang bernama Vanguard 500 Index Fund yang
merupakan reksadana dengan dana kelolaan terbesar yang mencapai 100 triliun US Dollar
Salah satu kontributor terbesar dari pertumbuhan reksadana di Amerika yaitu dengan adanya
ketentuan mengenai rekening pensiun perorangan (individual retirement account - IRA) [1], yang
menambahkan ketentuan kedalam Internal Revenue Code( peraturan perpajakan di Amerika)
yang mengizinkan perorangan (termasuk mereka yang sudah memiliki program pensiun
perusahaan) untuk menyisihkan sebesar 4.000 US $ setahun.

akarta, CNBC Indonesia - Dana kelolaan (asset under management/AUM)


reksa dana tumbuh tipis dari periode akhir 2018 hingga Juni 2019 yaitu
sebesar 1,49% ditopang naiknya harga instrumen pasar modal serta
penambahan unit penyertaan.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah dana kelolaan


industri reksa dana naik menjadi Rp 512,9 triliun dengan unit penyertaan yang
tumbuh 2,13% menjadi 381,68 miliar unit dari 373,72 miliar unit.

Faktor lain, yaitu kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
menjadi tolok ukur pasar saham domestik serta penguatan pasar obligasi
yang diwakili dengan INDOBeX Corporate Total Return untuk obligasi
korporasi dan INDOBeX Government Total Return untuk obligasi pemerintah.

Baca:
Ini Dia Jawara Investasi di 5 Tahun Pertama Jokowi

IHSG naik 2,65% pada periode tersebut, INDOBeX Corporate Total Return
yang dikeluarkan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga tumbuh
8,09%. Adapun INDOBeX Government Total Return juga menguat 7,43%.

Instrumen lain yang juga berpengaruh pada kinerja reksa dana adalah
deposito berjangka perbankan, yang menjadi portofolio tambahan dalam
reksa dana pasar uang, dengan kinerja sejak akhir 2018 hingga Juni sebesar
3,46%. Besaran return deposito tersebut merupakan rerata bunga deposito
bank umum pada periode Desember 2018-April 2019.

Patut diperhatikan bahwa data tersebut hanya mencakup reksa dana polos
(plain vanilla) seperti reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana
pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana terproteksi, serta reksa
dana indeks dan reksa dana yang dapat ditransaksikan di bursa (exchange
traded fund, ETF) baik yang konvensional dan berprinsip syariah.

Karenanya, dana kelolaan tersebut tidak memasukkan kontrak pengelolaan


dana (KPD), reksa dana penyertaan terbatas (RDPT), reksa dana yang
dibungkus produk asuransi (unitlinked dan white labelled), serta efek beragun
aset (EBA) serta produk lainnya.

Berkaca pada penguatan instrumen investasi tersebut dan dari bertambahnya


dana kelolaan serta unit penyertaan, terlihat bahwa pertumbuhan industri
reksa dana tidak signifikan jika dibanding kenaikan harga dari instrumen yang
menjadi portofolio investasinya.

Dari sisi klasemen, dari total 88 manajer investasi (MI) yang datanya dapat
ditelusuri dari total 93 manajer investasi yang tercatat di OJK, posisi teratas
Juni diduduki oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen dengan dana
kelolaan Rp 42,35 triliun.

Posisi selanjutnya diisi PT Mandiri Manajemen Investasi dengan dana


kelolaan Rp 42,32 triliun, PT Schroder Investment Management Indonesia Rp
42,3 triliun, PT Bahana TCW Investment Management Rp 39,47 triliun, dan
PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Rp 29,52 triliun.

Secara berturut-turut, di bawahnya ada PT Sinarmas Asset Management Rp


22,08 triliun, PT Danareksa Investment Management Rp 18,97 triliun, PT
Syailendra Capital Rp 18,29 triliun, PT BNI Asset Management Rp 18,04
triliun, dan PT Eastspring Investments Indonesia Rp 17,7 triliun.

Batavia Prosperindo baru di puncak klasemen sejak bulan ini, mengungguli


Mandiri Investasi yang sempat berada di puncak klasemen pada Mei dengan
selisih tipis, hanya sekitar Rp 30 miliar. Sebelumnya, posisi teratas diduduki
oleh Schroders Indonesia yang relatif tidak pernah turun sejak 2006, pasca
krisis reksa dana pendapatan tetap dan harga pasar obligasi.

Dua penghuni 10 besar baru yaitu BNI Asset Management dan Eastspring
Investments merangsek naik ke posisi 9 dan 10 besar dari sebelumnya di
posisi 13 dan 11 pada Desember 2018.
Manajemen BPAM tidak ingin berkomentar terkait dengan posisinya di urutan
teratas. Direktur Mandiri Investasi Endang Astharanti mengatakan kenaikan
AUM perseroan disebabkan pembelian reksa dana (subscription) investor
maupun dari dampak kenaikan harga instrumen di pasar.

"Kenaikan total AUM Mandiri Investasi YTD 3,7% yang berasal dari pembelian
bersih [net subscription] sekitar +1,1% sedangkan karena market impact
sekitar 2,6%," ujarnya pekan lalu.

Menurut Asti, panggilan Endang Astharanti, penambahan jumlah nasabah


lebih banyak dari segmen ritel dibandingkan dengan institusi, yang dapat
melalui platform digital perusahaan maupun melalui jaringan distribusi agen
penjual reksa dana (APERD).

Saat ini, aturan OJK memungkinkan APERD dapat berupa perbankan,


sekuritas, maupun perusahaan berbasis teknologi (fintech).

Manajemen Schroders Indonesia mengatakan alasan penurunan dana


kelolaan perseroan disebabkan oleh pencairan reksa dana (redemption) dan
karena turunnya nilai pasar portofolio perseroan.

Direktur Utama BNI AM Reita Farianti mengatakan ada lima hal yang
meningkatkan AUM produk investasi perseroan yaitu kondisi pasar modal
Indonesia yang mulai membaik, meningkatnya kepercayaan investor terhadap
pengelolaan investasi perseroan, dan tambahan investor baru.

"[Keempat adalah] kinerja investasi dari reksa dana yang kami kelola berhasil
mencatatkan kenaikan imbal hasil investasi di atas benchmark [acuan]."

Untuk beberapa produk reksa dana saham perseroan, dia mengatakan kinerja
BNI-AM Inspiring Equity Fund naik 5,57 %, BNI-AM Nusantara ETF MSCI
Indonesia (XBNI) 4,8%, dan BNI-AM Dana Saham Syariah Musahamah
21,36%, di atas kinerja IHSG.

Dari jenis reksa dana pendapatan tetap, kinerja BNI-AM Dana Pendapatan
Tetap Nirwasita naik 7,78% dan BNI-AM Makara Investasi 5,72%, di atas
acuannya Infovesta Fixed Income Fund Index.

Selain itu, lanjut Reita, faktor kelima adalah perluasan jaringan pemasaran
ritel melalui kerjasama dengan APERD terutama fintech.

Baca:
Efektif 12 September, Christine Lagarde Resmi Mundur dari IMF

TIM RISET CNBC INDONESIA

Baca:
Earnings Season! Simak Saham Pilihan Hari Ini

(irv/irv)

TAG:saham obligasi reksa dana ihsg

Sejarah Industri Pengelolaan Investasi di Indonesia dimulai pada tahun 1976, saat pemerintah
Indonesia menerbitkan PP No. 25 Tahun 1976 dan mendirikan PT Danareksa dengan dasar
pertimbangan untuk mempercepat proses perluasan pengikut-sertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan-perusahaan swasta melalui pasar modal menuju pemerataan
pendapatan, serta untuk lebih efektif menghimpun dana dari masyarakat agar dapat digunakan
secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.

Adapun tugas dan tanggung jawab PT DANAREKSA adalah:

1. Mempercepat proses pengikut-sertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan-


perusahaan menuju pemerataan pendapatan, dengan jalan membeli saham perusahaan-
perusahaan melalui pasar modal dan memecahnya dalam pecahan kecil (sertifikat saham)
sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat luas
2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana dengan membeli efek
perusahaan-perusahaan untuk diri sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan
dan menjual sertifikat sendiri dengan maksud agar masyarakat luas pembeli sertifikat
dapat menikmati keuntungannya.
PT Danareksa merupakan pelopor dimulainya industri pengelolaan investasi di Indonesia
dengan menerbitkan Sertifikat Danareksa (Reksa Dana) pada tahun 1978 sebagai wadah dalam
mengumpulkan dana dari masyarakat umum dan mendorong perdagangan surat-surat berharga
di pasar modal.

Sumber dana masyarakat dari penerbitan Reksa Dana diharapkan dapat memudahkan emiten
untuk membiayai kegiatan investasinya tanpa mengandalkan dana dari perbankan. Di lain sisi,
investor pun mendapatkan kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan
perusahaan tersebut karena investasi pada Reksa Dana relatif murah dan likuid serta dikelola
secara transparan oleh Manajer Investasi (MI) yang profesional dalam suatu portofolio investasi
yang terdiversifikasi.

Reksa Dana tidak hanya memberikan manfaat secara langsung kepada emiten maupun investor
tetapi juga secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal dan
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan sumber dana
dalam negeri. Hal ini diharapkan akan dapat memperbaiki struktur pembiayaan nasional yang
selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri.

Menurut UU Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, Reksa Dana adalah instrumen Pasar Modal yang
diterbitkan oleh Manajer Investasi (MI) sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun
dana dari masyarakat pemodal, untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh
Manajer Investasi (MI). Dari definisi ini, terdapat tiga unsur penting dalam pengelolaan
Reksadana yaitu, (a) adanya kumpulan dana masyarakat, baik individu maupun institusi, (b)
investasi bersama dalam bentuk suatu portofolio efek yang telah terdiversifikasi; dan (c) MI
dipercaya sebagai pengelola dana milik masyarakat investor.

Walaupun sudah terdiversifikasi, Reksa Dana tetap memiliki risiko seperti risiko perubahan
ekonomi dan politik, berkurangnya nilai Unit Pernyertaan, kemungkinan Reksa Dana tidak dapat
dilikuidasi ataupun risiko wanprestasi. Karena menyangkut mobilisasi dana masyarakat,
kepentingan investor Reksa Dana harus terlindungi dengan baik dengan memberikan jaminan
dan kepastian terhadap pemenuhan hak-hak investor seperti: mendapatkan bukti kepemilikan
Unit Penyertaan, kemudahan untuk menjual kembali sebagian atau seluruh Unit Penyertaan dan
memperoleh hak pembagian harta dalam hal Reksa Dana dilikuidasi berdasarkan undang-
undang, hukum dan peraturan yang berlaku.

Dana kelolaan manajemen investasi secara


global[sunting | sunting sumber]
Aset industri manajemen investasi global meningkat dengan pesat dan pada
tahun 2006 mencapai rekor 55 triliun dollar, ini merupakan peningkatan 10 % dari tahun
sebelumnya dan meningkat 55% apabila dihitung sejak 2002.
Total aset dana pensiun mencapai 20,6 triliun dollar pada tahun 2005 di mana 16,6 triliun
diinvestasikan di asuransi dan 17,8 triliun di reksadana. Merrill Lynch menaksir nilai investasi
perorangan mencapai 33,3 triliun di mana sepertiganya ditempatkan dalam bentuk lain dari
manajemen investasi konvensional.
Pada tahun 2005, 48% dari total dana investasi global berasal dari Amerika dan posisi
berikutnya adalah Jepang dengan jumlah 11% dan Inggris dengan 7 %. Kawasan Asia
Pasifik menunjukkan pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun ini. Negara-negara
seperti Tiongkok dan India menawarkan potensi yang amat besar dan banyak perusahaan
meningkatkan perhatiannya pada kawasan ini.

10 besar perusahaan manajemen investasi[sunting | sunting sumber]


10 manajer aset peringkat teratas pada tahun 2005 menurut Majalah Global
Investor berdasarkan aset yang dikelola. (Sumber: BGI)

Dana kelolaan
Peringkat Perusahaan Negara
(US$juta)

1. Barclays Global Investors 1,400,491 UK

2. State Street Global Advisors 1,367,269 US

3. Fidelity Investments 1,299,400 US

4. Capital Group Companies 1,050,435 US

5. Legg Mason 891,400 US

6. The Vanguard Group 852,000 US

7. Allianz Global Investors 790,513 Germany

8. JPMorgan Asset Management 782,646 US

9. Mellon Financial Corporation 738,294 US

10. Deutsche Asset Management 723,366 Germany

Majalah Pensions & Investments menempatkan UBS dalam peringkat pertama, dengan lebih
dari 2 trilyun dollar dana kelolaan (Sumber: P&I)

Artikel ini tidak memiliki paragraf pembuka yang sesuai


dengan standar Wikipedia.
Artikel ini harus didahului dengan kalimat pembuka: Manajemen
investasi adalah ........
Tolong bantu Wikipedia untuk mengembangkannya dengan menulis bagian
atau paragraf pembuka yang informatif sehingga pembaca awam mengerti
apa yang dimaksud dengan "Manajemen investasi".

Struktur portolio[sunting | sunting sumber]


Fokus bisnis pada industri manajemen investasi adalah manajer yang bertugas untuk
menginvestasikan dan mendivestasikan investasi nasabahnya.
Penasihat investasi dari suatu perusahaan manajemen investasi yang tersertifikasi harus
mengelola investasi nasabahnya sesuai dengan kebutuhan serta profil risiko masing-masing
nasabah, di mana penasihat keuangan akan merekomendasikan bentuk investasi yang tepat
bagi nasabahnya tersebut.

Alokasi aset[sunting | sunting sumber]


Berbagai golongan aset adalah obligasi, properti, derivatif dan komoditi, di mana manajer
investasi dibayar jasanya untuk melaksanakan penempatan investasi pada berbagai asset ini.
Berbagai golongan aset ini memiliki dinamika pasar yang berbeda-beda dan saling memengaruhi
satu sama lainnya, sehingga penempatan dana investasi pada berbagai aset tersebut dapat
membawa pengaruh signifikan pada performa investasi.

Investasi jangka panjang[sunting | sunting sumber]


Sangatlah penting untuk memperhatikan bukti kinerja imbal hasil jangka panjang terhadap aset
investasi yang berbeda-beda dan melakukan investasi pada jangka waktu tersebut guna
mendapatkan hasil investasi terbaik. Misalnya pada suatu jangka waktu yang panjang ( misalnya
di atas 10 tahun ) pada beberapa negara, saham menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi
dibandingkan obligasi, dan obligasi menghasilkan imbal hasil yang lebihy besar dibandingkan
memegang tunai. Menurut teori keuangan hal ini disebabkan oleh risiko yang lebih besar pada
saham ( lebih bergejolak ) daripada obligasi yang lebih berisiko dibanding tunai.

Diversifikasi[sunting | sunting sumber]


Manajer pengelola dana dengan memperhatikan latar belakang alokasi aset, akan
mempertimbangkan untuk melakukan diversifikasi aset sesuai profil risiko nasabahnya dan
membuat daftar perencanaan penempatan investasi yang sesuai. Daftar tersebut akan
menunjukkan persentase penempatan dana pada masing-masing saham atau obligasi. Teori
diversifikasi portofolio ini diperkenalkan oleh Harry Max Markowitz [2] dan efektivitas dari
diversifikasi ini membutuhkan manajemen korelasi antara imbal hasil dan tingkat pengembalian
modal, isu internal terhadap portofolio bersangkutan, korelasi silang antara tingkat
pengembalian.

Metode pendekatan investasi[sunting | sunting sumber]


Banyak metode pendekatan yang berbeda dari cara pengelolaan investasi yang dapat dilakukan
oleh sebuah perusahaan manajemen investasi, misalnya pertumbuhan (growth), nilai (value
fund)[3], pasar netral[4], kapitalisasi kecil, indeks dan lain-lain. Metode yang berbeda ini masing-
masing memiliki fitur, penganut, lingkungan finansial tertentu, sifat risiko khusus yang berbeda-
beda.

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]


1. ^ Definisi "dealing" menurut keputusan direksi Bursa Efek Jakarta nomor: Kep-311/BEJ/09-2004
2. ^ en:Harry Markowitz
3. ^ reksadana yang terdiri dari saham-saham yang berharga
4. ^ komposisi investasi terdiri dari saham-saham yang tidak terlalu mengalami pergolakan harga di
pasar

LOGIN KLIEN
INDONESIA / ENGLISH
TENTANG KAMI PRODUK HUBUNGI KAMI
INVEST NOW

TENTANG

IKHTISAR
IKHTISAR

Panin Asset Management adalah perusahaan manajemen investasi dengan active


investment strategy yang memiliki spesialisasi dalam reksa dana saham dan
pendapatan tetap di Indonesia.
Dibentuk pada tahun 1997, Panin Asset Management merupakan salah satu
perusahaan pengelola reksa dana tertua di Indonesia dan saat ini menjadi salah satu
pemain terbaik dalam industri. Selama 20 tahun, keberhasilan perusahaan dibangun
dari penciptaan nilai jangka panjang dengan memanfaatkan ketidakefisienan dalam
pasar.

SEJARAH

1989
Established under the name PT Panin Sekuritasindo

1994
Changed name into PT Panin Sekuritas

1997
Established Asset Management division
Launched 3 mutual funds including flagship fund Panin Dana Maksima

2000
Listed at the Indonesia Stock Exchange (Ticker: PANS)

2003
One of the largest fixed income asset management firms in Indonesia

2005
Shifted focus to equity mutual funds

2011
Established PT Panin Asset Management

2019
Manages 18 open-ended funds, with total client of 66,584
FILOSOFI INVESTASI

Kami percaya bahwa pasar modal Indonesia belum sepenuhnya efisien, yang
berarti sekuritas tidak selalu diperdagangkan pada nilai wajar berdasarkan faktor
fundamental yang mendasarinya. Hal ini membuka kesempatan luas bagi investor
cerdas untuk mengungguli kinerja pasar modal.

Untuk mengungguli kinerja pasar modal, dibutuhkan pemahaman mendalam


tentang risiko-risiko investasi, disiplin dalam tujuan investasi, dan kemampuan
untuk mengidentifikasi nilai intrinsik dalam sebuah investasi. Kami percaya bahwa
manajemen portofolio yang aktif sangatlah penting untuk menghasilkan tingkat
pengembalian yang optimal.

Tiga prinsip berikut mendasari filosofi investasi Panin Asset Management:

Kehati-hatian
 Menilai secara komprehensif setiap risiko yang melekat pada keputusan
investasi
 Memitigasi risiko penurunan (downside risk) dengan menyediakan cushion of
error/margin of safety dalam setiap keputusan investasi
 Memberikan tanggapan yang tepat atas setiap risiko yang terjadi

Disiplin & Konsistensi


 Membuat keputusan investasi yang berhati-hati, secara disiplin dan
konsisten, sehingga dapat mencapai kinerja yang unggul
 Menentukan keputusan investasi secara rasional, tidak terpengaruh oleh bias
emosional atau kepentingan pribadi
 Fokus pada tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah disepakati

Penciptaan nilai
 Terus mengasah keahlian kami dalam menilai nilai intrinsik investasi
 Secara konsisten berfokus pada tujuan-tujuan utama investasi untuk
menghasilkan nilai tambah bagi klien
PENDEKATAN KAMI

Sebagai perusahaan manajemen investasi yang aktif, Panin Asset Management


menerapkan pendekatan yang disiplin dalam proses investasi.

Kami percaya bahwa kemampuan riset kami adalah karakteristik utama yang
membedakan kami dari para kompetitor. Melalui riset fundamental yang
menggunaan pendekatan bottom-up, kami mampu menghasilkan alpha dalam
imbal hasil investasi. Seluruh keputusan investasi didukung oleh tim riset internal
kami, yang secara teliti melakukan analisis fundamental, penilaian model
usaha (business model), identifikasi risiko, dan valuasi.

Melalui riset tersebut, kami memiliki pemahaman menyeluruh mengenai risiko


investasi kami. Dengan memitigasi risiko-risiko tersebut secara menyeluruh, kami
dapat menghasilkan tingkat pengembalian investasi jangka panjang yang lebih
tinggi dari rata-rata bagi klien kami.
ACTIVE INVESTMENT MANAGEMENT

Panin Asset Management percaya bahwa pasar saham Indonesia belum


sepenuhnya efisien. Dalam memanfaatkan ketidakefisienan pasar untuk
mendorong tingkat pengembalian investasi, kami menerapkan strategi active
investment management. Reksa dana kami bersifat agnostik terhadap benchmark,
yang berarti bahwa kami tidak menggunakan benchmark sebagai acuan dalam
menentukan portofolio investasi, tetapi menggunakannya untuk mengukur kinerja
reksa dana secara relatif selama berjalannya waktu.
Keyakinan kami pada strategi ini didasarkan pada kenyataan bahwa perilaku
manusia dan kondisi pasar yang tidak sempurna menciptakan kesempatan investasi
yang sangat baik. Hal ini memberikan kesempatan bagi kami, manajer investasi,
untuk meningkatkan keberhasilan investasi kami dengan mencari dan menemukan
aset-aset yang belum dihargai sesuai dengan nilai intrinsiknya.

Tingkat “Saham Aktif” dari reksa dana kami (yang mengukur seberapa besar
pemilihan saham pada portofolio berbeda dari benchmark index) bervariasi antar
reksa dana, namun dapat diasumsikan bahwa secara rata-rata hanya 30-40% dari
portofolio saham kami yang diinvestasikan sesuai dengan pembobotan benchmark.
PENELITIAN FUNDAMENTAL SECARA BOTTOM-UP
Pendekatan investasi fundamental kami didasarkan pada penelitian secara bottom-
up.
Eksposur yang rendah atau tinggi pada suatu sektor tertentu adalah hasil langsung
dari keputusan pemilihan saham. Kami memulai penelitian kami dengan
mengidentifikasi suatu saham individu kemudian melaksanakan analisis dasar pada
saham tersebut. Dalam menentukan nilai intrinsik suatu perusahaan, kami
mempertimbangkan seluruh kondisi industri dan ekonomi yang relevan bagi
analisis kami untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang prospek
perusahaan tersebut.
PROSES INVESTASI

Pada Panin Asset Management, kami menerapkan disiplin yang tinggi dalam
memilih kesempatan investasi. Menurut pandangan kami, risiko investasi dapat
dimitigasi melalui analisis yang mendalam serta konsistensi dalam proses
investasi. Walau perusahaan kami mendorong budaya untuk berpikiran terbuka,
disiplin dalam praktik pengambilan keputusan investasi dijaga ketat melalui
proses-proses yang ditetapkan dengan baik.

Terdapat enam aspek utama dari proses pengambilan keputusan investasi yang
sangat mencerminkan dasar filosofi investasi kami.

Idea
Generation

Business
Model
Financial
Analysis

Company
Meeting

Valuation

Portfolio
Construction

LINGKUNGAN KOMPETENSI

Dalam berinvestasi, kami membutuhkan pengetahuan yang memadai


tentang teori finansial dan psikologi manusia, analisis keuangan yang
rasional, serta pemahaman yang mendalam mengenai peristiwa yang
terjadi saat ini.

Menurut pandangan kami, untuk mencapai keberhasilan investasi jangka


panjang, kami harus sangat berdisiplin dan selalu jujur kepada diri sendiri.
Karenanya kami hanya bekerja dalam lingkaran kompetensi kami. Kami
tidak menganggap diri kami telah mengetahui semua hal dan kami juga
tidak membiarkan pasar untuk mendikte pekerjaan kami. Sebaliknya, kami
fokus dalam memanfaatkan ketidakefisienan pasar dengan menggunakan
kompetensi utama kami.

Perilaku Investor Reksa Dana Saham


21 Apr 2018 | Harian Kontan | Reksa Dana | Wawan Hendrayana

Tahun 2018 bisa dikatakan tahun yang penuh warna dalam investasi saham. Mulai dari fluktuasi harga minyak, bangkitnya
harga komoditas, kenaikan bunga the fed, hingga carut marut perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi faktor

utama yang menjadikan lonjakan atau penurunan dalam sebulan menjadi pemandangan yang biasa. Reaksi investor saham
juga bervariasi, ada yang tetap buy and hold, ada pula yang cutloss sambil melihat situasi. Bagaimana degan perilaku investor

reksa dana saham?

Dibandingkan dengan saham, investasi pada reksa dana saham cenderung lebih mudah ditebak. Sebab secara umum pergerakan

IHSG dan reksa dana saham searah, sehingga pada saat IHSG naik, reksa dana saham juga naik. Yang membedakan hanyalah

persentase kenaikannya. Sementara itu karena jumlah saham sangat banyak, ada saham yang pergerakannya terkadang

berlawanan dengan arah dengan pergerakan IHSG.

Kondisi ini menyebabkan ada sebagian investor menggunakan reksa dana saham sebagai alat untuk mencari keuntungan jangka

pendek. Artinya meski reksa dana didesain sebagai instrumen jangka panjang, namun ketika pasar turun investor banyak

melakukan investasi dan baru kemudian menjualnya ketika pasar naik meski belum terlalu lama dibeli. Sebagai contoh, mari

kita lihat tabel berikut ini :

Tabel di atas menunjukkan performa bulanan IHSG dan hubunganya dengan jumlah total seluruh Unit Penyertaan reksa dana
saham. Unit Penyertaan adalah suatu indikator yang menunjukkan berapa banyak unit reksa dana yang telah diterbitkan oleh
Manajer Investasi. Berbeda dengan Jumlah Dana Kelolaan, Unit Penyertaan bisa menunjukkan dengan jelas apakah investor
melakukan pembelian atau penjualan pada reksa dana. Sebab Unit Penyertaan hanya bertambah ketika investor melakukan
pembelian dan baru berkurang ketika investor melakukan penjualan reksa dana. Sementara indikator Jumlah Dana Kelolaan
atau yang biasa dikenal dengan nama Asset Under Management bisa bias karena perubahan pada indikator ini juga bisa
disebabkan oleh perubahan harga saham dan isi portofolio lain dalam investasinya. Adapun selama 1 tahun terakhir unit
penyertaan saham secara rata-rata tumbuh 2.9% tiap bulannya, bulan dimana pertumbuhan unit penyertaan diatas rata-rata
diberi warna hijau.
Salah satu fakta yang menarik disini adalah di tahun 2017 terjadi subcription yang cukup signifikan yang berlanjut di tahun
2018, unit penyertaan reksadana saham hanya negatif pada bulan Mei 2017 ketika IHSG membukukan return yang baik atau
diasumsikan melakukan profit taking.

Kebalikan dari hal tersebut koreksi IHSG justru direspon dengan aksi beli terlihat dari pertumbuhan unit penyertaan pada
bulan Nov 2017, February 2018 dan Maret 2018 disaat return IHSG merugi dan kebanyakan reksadana saham membukukan
return negatif unit penyertaan justru bertumbuh atau dapat diasumsikan investor melakukan pembelian

Melihat tren di atas disinyalir terdapat sebagian investor yang justru tertarik masuk reksa dana saham saat indeks negatif. Hal
ini disebabkan oleh pengalaman investor pada tahun 2008 ataupun 2015, dimana ternyata IHSG bisa kembali dengan cepat
setelah terjadi penurunan yang sangat signifikan karena didukung oleh fundamental perekonomian yang kuat dan berorientasi
domestik. Pelajaran ini membuat investor beranggapan ketika terjadi penurunan, merupakan saat yang tepat untuk melakukan
pembelian.

Hal lain adalah peran agen penjual yang mampu meyakinkan nasabahnya untuk janga panik bila terjadi koreksi. Namun disisi
lain agen penjual juga dapat mempengaruhi penurunan unit penyertaan ketika IHSG sedang melaju dengan meyakinkan
nasabahnya untuk profit taking baik melalui redemption ataupun mekanisme switching ke reksadana lain mengingat umumnya
agen penjual akan diuntungkan melalui fee yang didapat bila nasabahnya melakukan transaksi.

Pun demikian perilaku investor di atas dapat mengimplikasikan bahwa :


1. Arus dana masuk yang membesar ketika terjadi penurunan yang signifikan pada bursa akan menjadi semacam
bantalan sehingga bisa mencegah penurunan lebih lanjut. Karena dana yang masuk selanjutnya akan digunakan oleh Manajer
Investasi untuk membeli saham-saham lagi di bursa.
2. Menguatnya peran investor domestik, karena mayoritas investor reksa dana merupakan investor domestik yang
terdiri dari Dana Pensiun, Asuransi, Yayasan Kesehatan dan Investor perorangan. Memang masih ada investor asing, namun
baik secara jumlah maupun nominal investasi masih lebih banyak didominasi oleh investor domestik.
3. Bahwa Investor masih percaya dengan kondisi perekonomian terwujud dari semakin membesarnya unit penyertaan
reksa dana. Dengan demikian meningkatnya investasi pada reksa dana saham bisa berdampak pula pada perkembangan pasar
modal di Indonesia.

Ke depan perilaku investor reksa dana menggunakan reksa dana saham sebagai instrumen investasi jangka pendek masih dapat
terus berlanjut. Dengan perilaku investor yang demikian tentunya koreksi di bursa dapat dijadikan momentum bagi manajer
investasi ataupun agen penjual untuk gencar memasarkan produk reksadana berbasis saham. Dan manajer investasi justru harus
mempersiapkan kas bila IHSG melambung tinggi diatas 3% karena investor cenderung melakukan profit taking. Tentu saja
menjadi PR bagi para pelaku industri baik manajer investasi maupun agen penjual bagaimana agar dana yang sudah masuk ini
dapat dikembangkan secara optimal dan mengedukasi investor bahwa reksa dana saham seharusnya merupakan instrumen
investasi jangka panjang.

JAKARTA. Dalam rangka melindungi nasabah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperketat
aturan main manajer investasi. Wasit industri keuangan ini merilis rancangan peraturan
tentang pedoman perilaku manajer investasi.

Dalam draf beleid tersebut mengatur prinsip-prinsip manajer investasi, keterbukaan,


pengelolaan efek, rabat, komisi dan kerahasiaan nasabah. "Kami dalam tahap mendengar
masukan dari industri ada yang kurang pas atau tidak," ujar Nurhaida, Kepala Eksekutif
Pengawas Pasar Modal OJK, kemarin (9/2). .

BACA JUGA

Grup Lippo buka perusahaan manajer investasi anyar

Manajer investasi tambah porsi saham di reksadana

Manajer investasi fokus perbesar ritel

Mandiri Sekuritas gandeng 6 manajer investasi
Menurut Nurhaida, beberapa hal yang sebelumnya tidak diatur, dalam aturan ini akan
diperjelas. Contoh, soal rabat. Selama ini, pengaturan tentang rabat kurang gamblang.
Dengan aturan baru nanti, manajer investasi dilarang menerima rabat dari hasil transaksi dan
harus melampirkan rabat yang diterima ke rekening nasabah. "Jadi lebih terbuka, efisien dan
persaingan juga sehat," jelas Nurhaida.

Alhasil, kepercayaan investor kepada manajer investasi akan meningkat.

Edward P. Lubis, Presiden Direktur PT Bahana TCW Investment Management mengamini


ketentuan rabat belum cukup lugas. Menurutnya, aturan soal rabat dibuat untuk mencegah
manajer investasi menggunakan transaksi efek nasabah guna meraup keuntungan tambahan.

Edward menilai, aturan main soal rabat ini tidak berdampak kepada bisnis manajer investasi.
Soalnya, investor menilai perusahaan melalui hasil kinerja portofolio efek yang dikelola.

Sehingga, selama kinerja manajer investasi kinclong, investor tidak akan ragu membenamkan
dananya untuk dikelola. "Kinerja portofolio ini berupa net return kepada investor," kata
Edward.

Hal lain yang diatur adalah soal larangan bagi manajer investasi mengutip komisi dan biaya
tambahan yang tidak wajar. Jika besarannya lebih tinggi dari rata-rata fee industri, manajer
investasi harus memberitahukan dasar penentuan dan rincian komisi.

Bagi Edward, selama ini manajer investasi sudah mencantumkan biaya pengelolaan dana
secara jelas dalam term sheet atau prospektus. "Untuk biaya pengelolaan reksa dana sudah
dipatok tidak boleh melebihi fee yang sudah disebutkan pada prospektus," terang Edward.

Berikut aturan OJK perihal pedoman prilaku manajer investasi:

Pasal 15: Manajer Investasi dilarang menerima rabat yang berasal dari transaksi dan semua
rabat yang diterima harus disampaikan langsung ke rekening nasabah.

Pasal 16: Manajer Investasi dapat menerima komisi non-tunai asal ditulis dalam kontrak
pengelolaan investasi.

Pasal 21: Manajer Investasi yang melakukan pengelolaan portofolio efek untuk kepentingan
nasabah dilarang memesan untuk membeli atau menjual efek dari pihak ketiga tanpa
wewenang nasabah.
Pasal 40: Manajer Investasi wajib mengungkapkan ikhtisar keuangan perusahaan kepada
nasabah.

Pasal 43 dan 44: Manajer Investasi wajib menjaga kerahasiaan data dan nasabah dari pihak
ketiga.

Pasal 60: Sanksi bagi Manajer Investasi yang melanggar adalah peringatan tertulis, denda,
pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan
persetujuan dan pembatalan pendaftaran.

Anda mungkin juga menyukai