Anda di halaman 1dari 34

HALAMAN SAMPUL

TUGAS AKHIR
PERANCANGAN CULTURAL AND COMMUNITY CENTER
DI PAKPAK BHARAT

Disusun Oleh :
ARIFANDA BERKAT SIMALANGO
160406065

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Judul

Judul tugas ini adalah Culture and Community Center dengan pendekatan

arsitektur vernakular di pakpak bharat .

Adapun pengertian judulnya sebagai berikut :

- Cultural (kebudayaan)

hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti

kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat;

- Community ( komunitas)

kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling

berinteraksi di dalam daerah tertentu; masyarakat; paguyuban;

- Center ( Pusat )

pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan (berbagai-bagai urusan, hal,

dan sebagainya)

- Vernakular

vernakular adalah gaya arsitektur yang dirancang berdasarkan kebutuhan

lokal, ketersediaan bahan bangunan, dan mencerminkan tradisi lokal.


Jadi, pengertian Culture and community center adalah pusat sarana dalam

mengembangkan kepercayaan, kesenian dan adat istiadat masyarakat dengan

pendekatan perancangan berdasarkan kebutuhan lokal dan mencerminkan tradisi lokal.

1.2 Latar Belakang Masalah

1.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat adalah salah satu kabupaten di Provinsi


Sumatera Utara. Kabupaten ini dibentuk pada tanggal 28 Juli 2003 dan
merupakan hasil dari pemekaran Kabupaten Dairi. Pakpak Bharat terletak di
kaki pegunungan Bukit Barisan. Kegiatan perekonomian terfokus pada
pertanian dan perkebunan. Hampir 90% penduduk kawasan ini beretnis Pakpak.
Kabupaten ini terletak antara 96°00’00” - 98°31’00” Bujur Timur dan
02°15’00” - 03°32’00” Lintang Utara, dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:

• Sebelah Utara dibatasi oleh Kabupaten Dairi;

• Sebelah Selatan dibatasi oleh Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten


Humbang Hasundutan;

• Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Toba Samosir; dan

• Sebelah Barat dibatasi Kabupaten Aceh Singkil dan Kota.

Luas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.121,830 km2, yang


terdiri dari 8 kecamatan (Kecamatan Salak, Kerajaan, Sitellu Tali Urang Jehe,
Tinada, Siempat Rube, Sitellu Tali Urang Julu, Pergetteng Getteng Sengkut dan
Pagindar), dan terdiri dari 52 desa (50 desa swadaya dan 2 desa swakarsa) dan
211 dusun. Kabupaten Pakpak Bharat memiliki iklim tropis, dengan ketinggian
antara 700-1500 m di atas permukaan laut. Kondisi geografis berbukitbukit,
memiliki 26 aliran sungai dengan panjang antara 4 sampai 75 km. Curah hujan
tercatat antara 209 mm (Februari) sampai 42.675 mm (April). Suhu udara rata-
rata berkisar antara 180-280C, kelembaban udara relatif berkisar 86-92%.

Penduduk Kabupaten ini terdiri dari beragam suku yang tersebar merata
di seluruh pelosok desa. Kabupaten ini dikelilingi oleh daerah yang berlainan
suku sehingga terjadilah pembauran suku menjadi heterogen. Suku-suku
tersebut antara-lain adalah: Suku Pakpak (penduduk asli), Batak, Karo, Jawa,
Aceh, Mandailing, Nias, dan beberapa suku lainnya. Jumlah penduduk
Kabupaten Pakpak Bharat tahun 2015 sebanyak 45.516 jiwa dalam 10.171
rumah-tangga, terdiri dari laki-laki 23.001 jiwa dan perempuan 22.515 jiwa
(rasio: 102,15). Kepadatan penduduk rata-rata mencapai 37 jiwa per kilometer
persegi. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pakpak Bharat rata-rata
sebesar 2,23%. Jumlah Angkatan Kerja mencapai 24.588 orang (bekerja
sejumlah 23.879 orang dan pengangguran mencapai 709 orang) dan 3.428
orang bukan angkatan kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mencapai
175,52 dengan Tingkat Pengangguran Terbuka tercatat 2,88%

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki posisi yang strategis dalam


pengembangan wilayah di Sumatera Utara, karena Kabupaten ini
menghubungkan pusat-pusat pengembangan wilayah seperti Kabupaten Dairi
dan Kabupaten Aceh Singkil di Nangroe Aceh Darussalam. Besarnya jumlah
penduduk Sumatera Utara termasuk Medan pada khususnya dan Indonesia pada
umumnya merupakan pangsa pasar yang sangat potensial bagi produk-produk
yang berasal dari kabupaten Pakpak Bharat. Dengan demikian Kabupaten ini
dapat menarik dan memanfaatkan peluang-peluang bisnis pada sektor
perdagangan, jasa, dan pariwisata dan aktivitas lainnya.

Kabupaten Pakpak Bharat memiliki jaringan jalan yang sampai saat ini
terus dibenahi yang dapat menghubungkan kabupaten ini dengan Provinsi
lainnya, yaitu karena Kabupaten ini terletak pada lintasan jalan Negara yang
menghubungkan wilayah Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, sehingga akan memicu pengembangan ekonomi yang lebih
dinamis. Tersedianya jalan antara kabupaten seperti ini dengan Kabupaten
Dairi yang sudah mulus dan Kabupaten Humbahas yang masih harus diperbaiki
serta termasuk Kabupaten Penopang Destinasi Danau Toba yang sedang
digerakkan oleh Pemerintah Pusat melalui Badan Otoritas Danau Toba.

1.2.2 Potensi Pakpak Bharat

1. Pertanian

a. Makanan

Padi (lahan basah dan lahan kering), jagung, kedelai, kacang hijau, kacang
tanah, ubi kayu dan ubi jalar.
b. Hortikultura

Sayuran (paprika merah dan tomat) dan buah-buahan (durian, jeruk, nanas dan
pisang).

c. Petani Kecil

Gambir (komoditas unggulan), Robusta dan kopi Arabika, karet, kelapa, dupa,
kayu manis, lada, nilam, kelapa sawit, kakao dan tembakau.

d. Kehutanan

Luas hutan 109 693 ha terdiri dari 44.136 ha hutan lindung, 5.943 ha hutan
konservasi, 10.224 ha hutan produksi produksi tetap dan 49.390 ha hutan
produksi terbatas. Hasil hutan: 14.820,04 m 3.

2. Kebudayaan

Kabupaten Pakpak Bharat didiami oleh suku Pakpak, dengan nuansa


adat yang kental, dengan corak budaya yang penuh Arif dan unik. Budaya dan
adat istiadat memiliki ciri khas tersendiri, sangat jauh berbeda dengan suku adat
istiadat daerah sekelilingnya. Dibalut oleh nilai- nilai spiritual yang tinggi,
menumbuhkan dan mengeksplorasi nilai kebatinan suku tersebut.

Belum lama sebelum penulisan laporan ini di temukan situs budaya


yang belum terekploitasi yang berada di hutan belantara pakpak Bharat
tepatnya di kecamatan kerajaan. Situs tersebut berupa peninggalan kuburan
kuno yang di percaya merupakan tempat pemakaman nenek moyang suku
pakpakpada masa itu. Kuburan yang penuh dengan ukiran-ukiran kebudayaan
terpahat di sekeliling nisan dan beragam jenisnya. Situs ini menjadi potensi
kebudayaan yang dapat di kelola dengan baik agar dapat di kenal oleh
masyarakat lokal maupun internasional.

1.3 Rumusan Masalah

Merancang pusat kebudayaan dan komunitas di Pakpak Bharat dengan


pendekatan arsitektur vernakular Pakpak Bharat sebagai suatu akomodasi
wisata budaya yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Pakpak Bharat.
1.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dalam perancangan culture and community center ini adalah :

1. Mewujudkan sebuah tempat bagi para wisatawan lokal maupun internasional

dalam mengetahui dan menghargai wisata kebudayaan yang ada di Pakpak

Bharat dan menjadi fasilitas yang dapat di gunakan masyarakat sekitar baik

anak – anak , anak muda hingga orang tua dalam berkreativitas dan

mengembangkan kebudayaan di pakpak bharat.

2. Terwujudnya kesejahteraan bagi penduduk lokal dengan pengembangan

ekonomi wisata baik berupa souvenir, penjualan melalui hasil olahan tanaman

khas pakpak bharat.

1.5 Manfaat Perancangan

Terdapat beberapa manfaat dari perancangan pusat kebudayaan dan komunitas

ini adalah :

- Menjadi akomodasi pengembangan wisata kebudayaan di Pakpak Bharat

baik lokal maupun internasional

- Menjadi katalisator peningkatan ekonomi di Pakpak Bharat

- Menjadi tempat kreativitas anak- anak muda maupun orang tua dalam

mengembangkan warisan budaya.


1.6 Peta Persoalan

- Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan


masyarakat sekitar, kemudahan pencapaian, dan menarik perhatian bagi
wisatawan.
- Bagaimana merancang pusat kebudayaan dan komunitas yang sesuai
dengan konteks lokal budaya sekitar .
- Bagaimana mewujudkan perancangan pusat kebudayaan dan komunitas
yang dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat sekitar

NON – ARSITEKTUR ARSITEKTUR

Kebudayaan Konsep Perancangan yang


Mewujudkan destinasi wisata baru mengadopsi kebudayaan lokal.

Sosial Iklim Tropis dan Curah hujan yang


Kurang nya wadah kreatifitas tinggi .
dalam pengembangan warisan
budaya Kontruksi Bangunan yang Stabil
untuk tanah yang lembek.

Ekonomi Material Lokal.


Pengembangan ekonomi wisata
yang menunjang peningkatan
kesejahteraan msayarakat.
POTENSI SITE
Pertanian
Pengembangan hasil olahan
pertanian seperti Gambir dan hasil CULTURE AND
pertanian khas daerah lainnya . COMMUNITY
CENTER

KARAKTERISTIK SITE

Iklim Kebudayaan Matahari Suhu Angin Kontur. Akses


0

Tata Massa Bentuk Pencahayaan Organisasi Penghawaan Pencapaian


Bangunan Bangunan ruang Alami
1.7 Kerangka Berpikir

LATAR BELAKANG

MAKSUD DAN TUJUAN

RUMUSAN MASALAH

PETA PERSOALAN

MANFAAT

PERANCANGAN Batasan – Batasan Masalah dan penangannya


dalam menyelesaiakan kasus .

STUDI KASUS

PENGUMPULAN DATA STUDI TEMA


 Survey Lokasi  Survey Lokasi
 Studi Literatur  Studi Literatur Tema
 Studi Banding Arsitektur Vernakular

ANALISA

KONSEP

PRA-RANCANGAN

DESAIN AKHIR

1.1 Diagram Kerangka Berpikir


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Umum

2.1.1 Community Center

Komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang nyata dan terdiri dari

individu-individu dengan berbagai peran dan berbagai latar belakang yang

mempunyai satu tujuan tertentu (Hendro Puspito). Dalam ilmu sosial, komunitas

memiliki arti sebagai kelompok dari berbagai organisme yang melakukan kegiatan

sosial karena memiliki ketertarikan dan habitat yang sama.

Komunitas dibedakan menjadi 3 komponen, yaitu :

o Berdasarkan lokasi/tempat, dalam komponen ini sebuah komunitas

terbentuk karena adanya interaksi di Antara beberapa orang/kelompok yang

tinggal di wilayah yang sama.

o Berdasarkan minat, komunitas ini terbentuk karena adanya interaksi

o orangorang karena adanya minat yang sama pada satu bidang tertentu.

Misalnya komunitas music, komunitas seni, kominitas pecinta alam, dan

sebagainya.

o Berdasarkan komuni, komunitas ini adalah komunitas yang terbentuk

berdasarkan ide-ide tertentu yang menjadi landasan dari komunitas itu sendiri.
Center berasal dari bahasa Inggris yang artinya pusat (John M, Echols

dan Hassan Shadilly, Kamus Inggris-Indonesia, 1996). Kata pusat dalam

Bahasa Indonesia mengandung pengertian, sesuatu yang menjadi pangkal atau

yang menjadi pumpunan dari berbagai macam urusan, hal dsb. (Pusat

BahasaDEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke IIII, 2001).

A. Pengertian Community Center

Community Center merupakan sebuah bangunan yang mempunyai fungsi

sebagai pusat untuk menampung berbagai kegiatasn dari sebuah komunitas

tertentu. Beberapa defenisi lain mengenai community :

- Komunitas pada dasarnya adalah orang atau segmen masyarakat dengan

kesamaan atau berbagi

- Komunitas dapat mewakili lebih dari lokalitas

- Komunitas bebas untuk digunakan dan dibuat

- Komunitas dapat ditentukan oleh interaksinya

- Masyarakat tampaknya lebih baik menangkap etos saat ini untuk berkumpul
bersama sesuatu yang berarti

- “Kelompok yang dapat diidentifikasi, berbeda

- Sebuah komunitas dapat merujuk pada orang-orang dari wilayah fisik


tertentu atau pemerintah (komunitas lokal).

B. Klasifikasi Community Center

Menurut Crow dan Allan (Wenger, 2002: 4), Pusat Komunitas dapat tebagi

menjadi 3 komponen, yaitu


Berdasarkan lokasi tempat, dalam komponen ini sebuah komunitas dapat

terbentuk karena adanya interaksi di antara beberapa orang kelompok

yang tinggal di wilayah yang sama.

Berdasarkan minat, komunitas dapat terbentuk karena adanya interaksi antara

orang-orang yang memiliki minat yang sama pada satu bidang tertentu,

contohnya: komunitas musik, komunitas seni, komunitas pecinta

Berdasarkan Komuni, komunitas ini adalah komunitas yang terbentuk

berdasarkan ide - ide tertentu yang menjadi landasan dari komunitas itu

sendiri, contohnya: sebuah perguruan silat, sebuah partai politik dan yang

lainnya.

Menurut pengelolanya terdapat beberapa macam Community Center, yaitu:

a) Community Center yang dibuat pemerintah

Didirikan biasanya oleh pemerintah kota, bersifat umum dan

pengelolaan oleh pemerintah

b) Community Center yang dibuat swadaya oleh masyarakat

Dibuat secara swadaya oleh suatu kelompok tertentu, bersifat lebih

tertutup dan dikelola secara swadaya oleh komunitas tertentu

C. Fungsi Community Center

1. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Community Center berfungsi

mewadahi kreativitas masyarakat dan menyedikan program pengelolaan


yang memiliki potensi besar dalam meningkatkan kualitas hidup

msayaratakat tersebut.

2. Menggali Potensi Sumber Daya Lokal

Community Center sebagai tempat untuk mengali dan mengembangakan

potensi lokal yang ada pada wilayah tersebut guna meningkatkan

perekonomian msayarakat. di wilayah tersebut

3. Mendorong peningkatan ekonomi kreatif

Community Center berfungsi sebagai sarana menemukan gagasan-gagasan

yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dalam mewujudkan

hidup yang madani bagi masyarakat tersebut .

D. Fasilitas Community Center

Terdapat berbagai macam fasilitas yang terdapat di Community Center

yang dapat memfasilitasi semua usia dari balita sampai dewasa. Fasilitas-

fasilitas tersebut diantaranya playground, fasilitas olahraga seperti lapangan

futsal, lapangan basket, lapangan tenis, kolam renang, gym, skatepark, track

BMX,

capoeira dan parkour arena, serta terdapat pula fasilitas hiburan yang

mengedukasi seperti galeri seni lukis dan theatre.

E. Persyaratan Perencanaan dan perancangan Community Center

Menurut buku The Architecture Handbook terdapat

beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

perancangan Community Center, diantaranya tapak


dan lokasi, organisasi ruang, sirkulasi, dan

aksesibilitas.

F. Community Development sebagai landasan Community Center

Dasar Community Development (Com-Dev)

Community Centre berkembang dan dibangun berlandaskan Community

Development. Pengembangan masyarakat (Community Development) telah

memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Menurut pendapat pakar terkait

seperti Brokensha dan Hodge, Long, serta Jim Ife, pengembangan masyarakat

pada dasarnya adalah Gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan

seluruh komunitas atas prakarsa komunitas dan partisipasi aktif masyarakat.

Pengembangan Masyarakat menerapkan prinsip ekologis dan keadilan sosial.

Prinsip

Prinsip-prinsip yang penting dalam pembangunan komunitas antara lain:

(1) Keterpaduan pembangunan aspek sosial, ekonomi, politik, budaya,

lingkungan, dan pribadi/ spiritual

(2) Mengatasi ketidakberdayaan struktural

(3) Menjunjung Hak Asasi Manusia

(4) Keberlanjutan

(5) Pemberdayaan

(6) Kaitan masalah individual dan politik

(7) Kepemilikan oleh komunitas

(8) Kemandirian4
(9) Ketidaktergantungan pada pihak lain termasuk pemerintah

(10) Keterkaitan jangka pendek dan menengah

(11) Pembangunan yang bersifat organik dan bukan mekanistik

(12) Kecepatan pembangunan ditentukan sendiri oleh masyarakat

(13) Pengalaman pihak luar diadaptasi sesuai kondisi local

(14) Proses sama pentingnya dengan hasil pembangunan, dan

(15) Prinsip lainnya seperti proses tanpa paksaan, partisipatif, inklusif,

koperatif, serta pengambilan keputusan secara demokratis, dialogis dan

berdasarkan konsensus.

2.1.2 Cultural Center

Cultural ( kebudayaan ) hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)

manusia spt kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat; 2 Antr keseluruhan

pengetahuan manusia sbg makhluk sosial yg digunakan untuk memahami

lingkungan serta pengalamannya dan yg menjadi pedoman tingkah lakunya;

A. Pengertian Cultural Center

Cultural Center merupakan sebuah bangunan yang mempunyai fungsi

sebagai tempat membina dan mengembangkan kegiatan kebudayaan

tertentu yakni sebuah tradisi yang meliputi bidang seni, pengetahuan ,

hukum, adat istiadat ,pola kebiasaan masyarakat dalam suatu wilayah

tertentu.
B. Fungsi Cultural Center

Untuk menjalankan fungsinya sebagai tempat membina dan

mengembangkan kebudayaan, maka didalam sebuah pusat kebudayaan

pada umumnya terdapat fungsi- fungsi sebagai berikut:

- Fungsi Administratif

Merupakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan administratif

culture center ini.

- Fungsi edukatif/Pendidikan

Culture Center sebagai tempat mengajarkan nilai – nilai dan tradisi

kebudayaan serta mengembangkan kebudayaan agar dlebih dikenal

dunia.

- Fungsi rekreatif/hiburan

Sarana untuk mendorong wisata kebudayaan agar dapat menjadi

destinasi wisata kelas dunia yang dapat menarik perhatian turis lokal

maupun internasional.

- Fungsi informatif/penerangan

Sarana untuk menyebar luas informasi mengenai keberadaan

kebudayaan yang ada di wilayah tersebut.

C. Tujuan Cultural Center


Ada pun beberapa tujuan Culture Center antara lain:

1.Mengenalkan kebudayaan yang belum di kenal secara luas


2.Menyediakan sarana dan prasarana unutk menunjang
perkembangan kebudayaan di daerah tersebut.

3.Menggalakkan program kebudayaan yang bertujuan untuk


menunjang perkembangan Pendidikan kebudayaan dan kesenian.

D. Fasilitas Cultural Center


Dalam fungsi membina dan mengembangakan kebudayaan di perlukan

fasilitas -fasilat pendukung yaitu :

1. Kantor

Menunjang kegiatan administrasi yang terdapat pada culture center ini

yang berfungsi unutk mencatat program-program kebudayaan dan kegiatan

yang berlangsung pada culture center ini.

2. Perpustakaan

Perpustakaan dalam culture center ini berisikan buku buku yang

menyangkut kebudayaan dengan informasi yang terkait dengan tradisi,

adatistiadat, hukum dan hal lainnya yang menyangkut dengan kebudayaan

tersebut.

3. Kelas kursus Bahasa

Fasilitas ini memungkinkan masyarakat yang memiliki keterkaitan lebih

jauh pada suatu budaya untuk belajar bahasa asal budaya tersebut. Biasanya

disediakan instruktur khusus yang didatangkan langsung dari negara asal.

Fasilitas ini terdapat pada semua pusat kebudayaan.

4. Kelas Kursus Tari

Fasilitas ini menunjang pengembangan tarian kebudayaan


5. Kelas Kursus norma adat

Fasilitas mendukung pengembangan wawasan kebudayaan baik norma,

hukum dan pola kehidupan masyarakat.

6. Galeri

Sebgai fasilitas untuk mengadakan pertunjukan kebudayaan baik itu seni

tari, musik, drama atau film kebudayaan.Bisa juga memarken kerajinan

seperti lukisan, ukiran dan patung.

E. Budaya di Indonesia
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan

lokal maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum

Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Kebudayaan Nasional

Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas

nasional. Menurut TAP MPR No. II tahun 1998, kebudayaan nasional adalah:

“Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan

cipta,karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan seluruh daya upaya

manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai

bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada

pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan

demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang

berbudaya.”Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah


“puncakpuncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada

paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih

dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi

nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh

Koentjaraningrat dapat

dilihat dari pernyatannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun

asalnya, asal bisa mengidentifikasi diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah

kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak

kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa

bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama

Kebudayaan Daerah

Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di

seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang

berbeda. Berikut ini komponen kebudayaan daerah yang ada di Indonesia:

1. Rumah Adat

Rumah adat Indonesia sangat beragam sekali bentuknya dan masing

masing rumah adat menggambarkan kebudayaan daerah tersebut. Rumah

adat biasanya di pakai untuk acara-acara adat atau untuk tempat

musyawarah adat.Rumah adat di Indonesia memang begitu beragam bentuk

serta jenisnya dan masing-masing rumah tradisional itu di jadikan rumah

adat Indonesia
2. Tarian

Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku

bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari tujuh ratus suku bangsa

di Indonesia: dapat terlihat dari akar budaya bangsa Austronesia dan

Melanesia, dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia

bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonisasi. Setiap suku bangsa

di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri. Di Indonesia

terdapat lebih dari tiga ribu tarian asli Indonesia. Tradisi kuno tarian dan

drama dilestarikan diberbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi

oleh pihak keraton atau akademi seni yang

dijalankan pemerintah. Untuk keperluan penggolongan, seni tari di

Indonesia dapat digolongkan kedalam berbagai kategori. Dalam kategori

sejarah, seni tari Indonesia dapat dibagi kedalam tiga era, yaitu era

kesukuan prasejarah, era Hindu-Budha dan era Islam. Berdasarkan

pelindung dan pendukungnya, dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

tari keraton (tari istana) yang didukung kaum bangsawan, dan

tari rakyat yang tumbuh dari rakyat kebanyakan. Berdasarkan tradisinya,

tarian Indonesia dibagi dalam dua kelompok, yaitu tari tradisional dan tari

kontemporer.

3. Lagu

Lagu daerah atau musik daerah atau lagu kedaerahan adalah lagu atau
musik yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer

dinyanyikan baik oleh rakyat daerah tersebut maupun rakyat lainnya. Pada

umumnya pencipta lagu daerah ini tidak diketahui lagi. Lagu kedaerahan

mirip dengan lagu kebangsaan, namun statusnya hanya bersifat kedaerahan

saja. Lagu kedaerahan biasanya memiliki lirik sesuai denganbahasa

daerahnya masing-masing

4. Musik

Identitas musik Indonesia mulai terbentuk ketika budaya Zaman

Perunggu bermigrasi ke Nusantara pada abad ketiga dan kedua Sebelum

Masehi.

Musik-musik suku tradisional Indonesia umumnya menggunakan

instrumen

perkusi, terutama gendang dan gong. Beberapa berkembang menjadi musik

yang rumit dan berbeda-beda, seperti alat musik petik sasando dari Pulau

Rote, angklung dari Jawa Barat dan musik orkestra gamelan yang kompleks

dari Jawa dan Bali. Musik di Indonesia sangat beragam dikarenakan oleh

suku-suku di Indonesia yang bermacam-macam, sehingga boleh dikatakan

seluruh 17.508 pulaunya memiliki budaya dan seninya sendiri. Indonesia

memiliki ribuan jenis musik, kadang-kadang diikuti dengan tarian dan

pentas. Musik tradisional yang paling banyak digemari adalah gamelan,

angklung dan keroncong, sementara musik modern adalah pop dan dangdut.

5. Seni Patung / Pahat


Seni patung di Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan seni ukir.

Berdasarkan sejarah, bangsa Indonesia mengenal seni ukir sekitar tahun

1500 sebelum masehi, yaitu pada zaman batu muda (Neolitik). Nenek

moyang bangsa Indonesia membuat ukiran pada kapak batu, tempaan tanah

liat dan bahan-bahan lain dengan motif dan pengerjaan yang sangat

sederhana. Perkembangan seni ukir di Indonesia mulai berkembang pesat

setelah masuknya agama Hindu, Budha, dan Islam. Pada masa itu, sebagai

penghormatan terhadap Raja, maka dibuatlah ukiran pada candi-candi dan

prasasti. Bahkan, ukiran juga ditemukan pada keris dan tombak, batu nisan,

dan alat-alat kesenian (gamelan dan wayang). Seni patung telah mengalami

perkembangan yang pesat. Awalnya, fungsi dari seni patung hanya bersifat

magis dan ritual. Namun, kini patung hanya berfungsi sebagai hiasan. Seni

ini merupakan kesenian yang dikenal oleh berbagai masyarakat di

Nusantara. Terlihat dari banyaknya patung dengan pahatan motif yang

memberikan ciri tersendiri akan kesenian masing-masing daerah. Misalnya,

pada

ukiran kayu motif Pajajaran, Majapahit, Mataram, Pekalongan, Bali, Jepara,

Madura, Cirebon, Surakarta, Yogyakarta, dan berbagai macam motif dari

luar jawa

6. Pakaian Adat

Sebelum muncul pakaian modern, pakaian adat muncul dengan desain


dan kekhasan tersendiri, dengan ornamen-ornamen etnis yang melengkapi

keseluruhannya. Dalam hal pakaian tradisional, ada beragam pakaian adat

Indonesia yang berasal dari tiap daerah di provinsi Indonesia. Adat istiadat

tentu tidak terlepas dari pakaian adat, itu sebuah ciri khas suatu daerah

dengan adat istiadatnya sesuai dengan hukum dan norma adat yang berlaku

7. Seni Sastra

Salah satu indentitas dari setiap suku dan kebudyaan yang berkembang di

Indonesia secar turun temurun berdasarkan wilayah setiap suku tersebut.

2.2 Teori Khusus

2.2.1 Perencanaan dan perancangan Community and Culture Center dengan

pendekatan Arsitektur Vernakular

A. Konsep Arsitektur Vernakular

Istilah vernacular sendiri berasal dari kata verna (dari bahasa Latin)
yang artinya dalam negeri, penduduk asli, pribumi, budak pribumi atau rumah
buatan pribumi. Arsitektur vernacular muncur di awal di abad 7-15, diawali
dengan muncul di daerah Nias, Mentawai, Batak, Toraja, Sumba, Flores,
Maluku, dan Irian. Merupakan pengembangan arsitektur yang praktis dengan
pengaruh arsitektur barat. Pengaruh barat dimulai dari proses pembangunan
cara barat dan penggunaan batu bata dan genting tanah sebagai bahan
bangunannya.
Pengertian arsitektur vernakular dapat ditinjau dari karakteristiknya.
Menurut Salura (2010) Arsitektur Vernakular yang selalu ada di seluruh
belahan dunia relatif memiliki tipe yang serupa dan tema-tema lokal yang
sangat spesifik. Pendapat ini mendukung pendapat Oliver (1997) yang
menyatakan bahwa unsur-unsur kunci yang menunjukkan indikasi sebuah
arsitektur vernakular adalah :
1. Bangunan tradisional yang dibangun sendiri dan dibangun oleh masyarakat
2. Tipe bangunan pertama

3. arsitektur dalam konteks lingkungan dan konteks budaya

4. Kondisi lingkungan, sumber daya material, sistem dan teknologi struktural


berpengaruh terhadap bentuk arsitektur

5. Banyak aspek struktur sosial, sistem kepercayaan dan pola perilaku sangat
mempengaruhi jenis bangunan, fungsi dan maknanya

6. Tempat tinggal dan bangunan lainnya ú

7. Terkait dengan konteks lingkungan dan sumber daya yang ada

8. Memanfaatkan teknologi tradisional

9. Arsitektur vernakular dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik,


mengakomodasi nilai, ekonomi dan cara hidup budaya

Pengertian arsitektur vernakular dari beberapa ahli :

1. Amos Rapoport (House Form and Culture, 1969)


Karya arsitektur yang tumbuh dari segala macam tradisi dan mengoptimalkan
atau memanfaatkan potensi-potensi local seperti material, teknologi, dan
pengetahuan.

2. Paul Groth (1999)


Bangunan vernakular = bangunan biasa
Studi arsitektur yang polos dengan kasta rendah, biaya rendah atau dibangun
oleh kelompok tradisional yang menggunakan biaya setempat yang abadi dan
tidak berubah.

Konsep Arsitektur vernakular adalah salah satu konsep arsitektur yang


berupaya menghadirkan kembali nostalgia tentang arsitektur tradisional yang
penuh makna kejernihan dan kejujuran. Arsitektur vernacular mampu menyatu
dengan alam bahkan menjadi bagian dari alam itu sendiri.

Konsep Arsitektur vernakular dianggap sebagai sebuah solusi bagi


kerinduan manusia modern akan nuansa arsitektur tradisional namun dikonsep
dengan berbagai material, cara, elemen yang modern dan lebih canggih.

Konsep vernakular sendiri sebenarnya Sudah lama dikenal oleh


masyarakat dunia sejak tahun 1960-an, namun saat itu konsep vernacular masih
dipandang sebelah mata dan tidak dilirik banyak orang. Namun saat arsitektur
yang ramah lingkungan mulai menjadi isu penting dan menjadi banyak headline
di dunia arsitektur, maka konsep vernacular menjadi sebuah jawaban yang
menenangkan. Konsep vernacular merupakan bentuk evolusi dari arsitektur
tradisional. Dengan konsep modern namun memiliki filosofi dari alam.

Konsep tentang arsitektur vernakular dan hunian vernakular yang telah


diungkap para ahli berdasarkan kategori bentuk (form) dan ruang (space),
seperti pada diangram di bawah:
Dalam penerapannya Arsitektur Vernakular memiliki karakteristik sebagai
berikut:

1. Arsitektur vernakular tidak mengacu pada hal lain dari budaya, berkembang
mengadopsi arsitektur regional dan mewujudkan budaya setempat
2. Menurut Kingston, 2003
 diproduksi individu untuk digunakan sendiri
 bersifat local
 kontraktor / pembangunannya anonym dengan menggunakan pemula atau
aturan dari tradisi yang diadaptasi secara lokal
3. Menurut Paul Groth, 2000
 bentuk keseharian akrab dengan daerah tertentu dari populasi
 sering dibuat dengan bahan yang tersedia disekitarnya untuk diaplikasi pada
fungsi bangunan
Aspek -aspek yang perlu di perhatikan dalam bentuk dan model Arsitektur
vernacular (Amos Rapoport, 1969)

- bahan
- kontruksi
- teknologi
- iklim
- lahan
- sosial-budaya
2.3 Studi Banding ( Preseden)

A. Community Center

I. Sleman Creative Center

Lahirnya Sleman Creative Space ini bermula dari inisiasi JCS yang biasa

membantu pihak pemerintah dalam mengembangkan industri kreatif. "JCS membantu

Pemkab Sleman dalam Penilaian Mandiri Kota Kreatif Kabupaten Indonesia (PMK3I)

untuk memilah dan memilih potensi seni untuk dijadikan unggulan. Bentuk Fasad di

desain dengan bentuk yang unik dengan perpaduan bambu untuk menarik perhatian

visual. Gedung Sleman Creative Space dapat ditemui di samping gapura masuk

kawasan Taman Kuliner Condong Catur. Bangunan yang sebelumnya mangkrak ini
diubah menjadi tempat unik. Berdiri di samping Jalan Angga Jaya nomor 3, Sleman

Creative Space memiliki desain modern sekaligus dipadukan unsur alam

Fasilitas yang terdapat pada Sleman Creative Community ini adalah:

1. Ruang Diskusi

2. Ruang pemutaran Film

3. Ruang Komputer/Teknologi

II. de Trefkoele+ Community Center / MoederscheimMoonen

Architects + Spring Architecten

Untuk desain pusat komunitas ini, arsitek Spring dan

MoederscheimMoonen bekerja erat dengan kotamadya Dalfsen. Komunitas

kecil di provinsi Timur Laut Overijssel. Tugas arsitek adalah untuk

menghubungkan perpustakaan monumental yang tersisa dengan berbagai

fungsi baru yang berbeda seperti dua ruang olahraga dalam ruangan yang besar,

akomodasi untuk klub olahraga (atas), ruang kesejahteraan dan ruang

pendidikan-dan aktivitas untuk kaum muda dan tua, bersejarah Dalfsen

masyarakat, fasilitas penitipan anak dan tempat pertemuan pusat, bar-restoran.

Multifungsi dari ruang-ruang yang berbeda ini dan hubungannya

dengan satu sama lain telah menjadi kriteria utama dalam 'pembaruan' ini.

Dalam hal aula olahraga atas yang baru, materialisasi dan skema warna dari

stan, dinding dan gorden pemisah memungkinkan multifungsi digunakan antara


olahraga, teater, dan acara berskala besar lainnya. Perpustakaan dirancang

ulang sebagai ruang transit antara berbagai fungsi di dalam pusat yang

meminimalkan kebutuhan untuk koridor tambahan. Setiap ruang individual

menawarkan karakter yang berbeda dalam ketinggian, bentuk dan suasana.


B. Culture Center

I. Bali Art Center

Taman budaya atau Bali Art Center ini merupakan kompleks bangunan budaya

dengan gaya terbaik arsitektur tradisional Bali. Ini menampilkan bangunan tata

ruang amfiteater yang bagus untuk menjadi tempat / aula tujuan pertunjukan. Ini

melambangkan kerutan Gunung Mandara Giri di lautan susu dan memercikkan air

suci Amerta untuk kehidupan yang tak berujung sesuai dengan sifat budaya dinamis

dan tetap hidup selama manusia masih tinggal di planet bumi. Amfiteater ini dapat

menampung hingga 6.000 penonton untuk pertunjukan kolosal baik untuk modern

maupun tradisional. Pemerintah telah membuka Taman Budaya ini pada tahun

1973 dengan Pesta Kesenian Bali dalam waktu satu bulan.

Selain itu, ada hiburan penuh hiburan tarian tradisional, pameran, dan kegiatan

budaya lainnya. Selama upacara pembukaan, parade seni besar memeriahkan acara

budaya. Mereka mulai dari Taman Puputan hingga selesai di Art Center. Sekitar 2

Km dan parade ini datang dengan seluruh kabupaten dan kota di Bali. Mereka telah

menyampaikan misi kesenian mereka. Apalagi provinsi lain di Indonesia juga

sering mengikuti parade ini. Dan juga, peserta dari negara lain ikut serta dalam

acara ini seperti Jepang, Korea, Eropa, Amerika dll. Dalam parade budaya ini

disajikan dalam berbagai bentuk mulai dari sakral hingga tradisional kontemporer.
Ada juga jenis kawin dan pakaian adat dari masing-masing daerah, alat musik atau

gamelan, bentuk sesajen (sesajen) dan lain-lain.

Berikut adalah tabel Fasilitas yang terdapat pada Bali Art Center ini :

Pengelola Kanwil DepDikBud Provinsi Bali

Fasilitas  Parking Area

 Public Toilet

 Entrance fee- charge

 Panggung tertutup berupa arena,kapasitas 1200

seats,dekorasi permanen dan backstage kecil


 Panggung terbuka berupa arena dengan kapasitas
5000 seats, backstage di samping stage

 Panggung terbuka kecil berupa arean adenga


kapasitas 200 seats

 Museum seni untuk koleksi permanen (2000 m2)

 Galeri seni

 Wantilan teater dengan stage area tanpa dinding


kapasitas seats

 Perpusatakaan

 Souvenir Shop

II. Vias Cultural Center

Proyek ini merehabilitasi struktur kereta api lama menjadi laboratorium


sementara untuk inisiatif pemuda dan budaya, dan dengan demikian
meregenerasi daerah perkotaan pusat León dengan memulihkan jalur kereta
api FEVE sebagai ruang publik. Proyek ini adalah awal dari konversi kota
linear baru yang mengubah pintu masuk rel kereta api menjadi daerah
perkotaan baru. Ini menjanjikan masa depan ke seluruh ruang yang belum
dikonversi.

Pembangunan kota ini dicerminkan dalam proyek tiga intervensi


sementara dalam skala kecil namun komplementer: rehabilitasi rel kereta
api sebagai laboratorium sementara, konstruksi baru atap hijau sebagai
Institute for Youth, dan pemulihan ruang kereta api sebagai ruang publik.
Hubungan antara mobilitas, arsitektur, dan keberlanjutan perkotaan dan
sosial mengubah proyek sumber daya minimal menjadi peluang untuk
kolaborasi antara manajemen budaya, arsitektur, dan kota. Bagian dalam
halaman rel kereta api membuka ruang publik dan mengakomodasi
kapasitas besar kegiatan publik. Fleksibilitas, intensitas penggunaan, dan
programatik indeterminasi, menjadikannya tempat yang berpoteni dalam
mengembangakan garis keudayaan setempat dalam lingkup ruang
perkotaan.
Bangunan baru diletakkan di satu lantai, melekat pada dinding utara dan
menggabungkannya sebagai penutup interior bangunan. Struktur yang terpasang
adalah teras "diekstrusi", dengan atap hijau miring ke selatan. Ini memungkinkan atap
memiliki sinar matahari sebanyak mungkin, dan memungkinkan tanaman
berkembang. Fasad selatan adalah jendela besar yang dibuat dari hubungan dengan
alun-alun yang berdekatan dan menerangi seluruh lebar koridor.

III. Cultural Centre of Leopoidville Belgia


Cultural Centre of Leopoldvilie, Belgia adalah merupakan salah satu wadah
fasilitas pusat kebudayaan Belgia, dengan penampilan bangunan dengan
mengungkapkan pendekatan pada suku bangsa Tongaloo dan Glen Oaks, suku bangsa
ini merupakan bagian bangsa asli Belgia, yaitu Congo, dengan merefleksikan dan
menggambarkan pengembangan serta flekslbiiltas pada perkembangan di masa-masa
yang akan datang,yang dapat mewakili bentuk fungsi pencerminan identitas bangsa asli
Belgia Cango

Adapun bentuk wujud wadah fisik bangunan, adalah dapat diungkapkan


sebagai berikut:

1. Penempatan bangunan ditempatkan bersama-sama dengan bangunan parlemen yang


baru.

2. Mengikuti keinginan rencana kota dan tata urban dengan cara mengikuti pola jalan
dan membiarkan jaringan jalan tetap ada dengan jalan membuat bangunan di atasnya.

3. Memanfaatkan pencahayaan alami melalui tirai-tirai penutup atap. Sedangkan fungsi


bangunan ini, dalam pewadahan dan peruangan diperuntukkan sebagai berlkut:

1. Museum unsur-unsur budaya

2. Art Galleri

3. Kantor pengelolaan

4. Bangunan parlemen

5. Fasllitas-fasiiltas pendukung yang lainnya


DAFTAR PUSTAKA:

sppe.pakpakbharatkab.go.id/gambaran-umum-kabupaten-Pakpak-Bharat.

BPA No. 21 Tahun 2009 Pakpak Bharat-Dairi.2009.Situs dan Objek Arkeologi di Kabupaten
Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi , Provinsi Sumatera Utara. ISSN : 1416-7708. Medan.

Gerhard G.2015. DAGO COMMUNITY CENTERSHARING (STRENGTH AND


RERFESHING).Skripsi. Tidak di terbitkan.

Nelsusanti L. 2012. Perancangan Sipiso-Piso Park Hotel Resort dengan Konsep


Vernakular.Skripsi . Tidak di terbitkan.

KBBI, 2019. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online]Available at:


http://kbbi.web.id/pusat, [Diakses 12 November 2019].

(LANTING Journal of Architecture, Volume 1, Nomer 2, Agustus 2012, Halaman 71-


72 ISSN 2089-8916)

Anda mungkin juga menyukai