Anda di halaman 1dari 14

PREPARASI DAN EVALUASI NANOPARTIKEL AZITROMISIN-

KITOSAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP


BAKTERI Propionibacterium acnes

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:
NOVELLA MANNUELA
NIM: I22111028

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
PREPARASI DAN EVALUASI NANOPARTIKEL AZITROMISIN
KITOSAN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP BAKTERI
Propionibacterium acnes

Novella Mannuela1, Wintari Taurina2, Rafika Sari3


123 Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura,

Pontianak
elamannuela@gmail.com

ABSTRAK
Azitromisin merupakan antibiotik golongan makrolida yang memiliki
bioavailabilitas rendah di dalam tubuh, oleh karena itu dibuat dalam bentuk
nanopartikel untuk meningkatkan bioavailabilitasnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah menentukan karakterisasi nanopartikel azitromisin kitosan dan
menentukan aktivitas antibakteri nanopartikel azitromisin kitosan terhadap
propionibacterium acnes. Nanopartikel azitromisin kitosan dibuat dengan metode
gelasi ionik dengan konsentrasi azitromisin 0,1 %, natrium tripolifosfat 0,1 % dan
variasi kitosan 0,1 % untuk F1, 0,2 % untuk F2 dan 0,3 % untuk F3. Karakterisasi
nanopartikel azitromisin kitosan meliputi ukuran partikel, zeta potensial,
morfologi dan efisiensi penjerapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nanopartikel azitromisin kitosan memiliki ukuran partikel dengan nilai F1 dan F2
berturut-turut adalah 172,9 nm dan 225 nm. Zeta potensial yang diperoleh pada F1
dan F2 adalah +41,3 mV dan +39,4 mV. Hasil uji efisiensi penjerapan untuk FI
dan F2 beturut-turut adalah 76,45 % dan 71,34 %. Morfologi partikel yang diukur
menggunakan SEM menunjukkan hasil partikel yang tidak beraturan. Uji
antibakteri dilakukan terhadap kontrol positif, kontrol negatif dan nanopartikel
azitromisin kitosan dengan metode difusi cakram. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nanopartikel azitromisin kitosan memberikan zona hambat yang paling
baik dengan nilai rata-rata 38±1 mm daripada azitromisin murni dengan nilai rata-
rata zona hambatnya 32,3±1,5 mm.

Kata Kunci: Azitromisin, Gelasi Ionik, Nanopartikel Azitromisin-Kitosan,


propionibacterium acnes.

1
PREPARATION AND EVALUATION OF AZITHROMYCIN CHITOSAN
NANOPARTICLES AND TEST OF ANTIBACTERIAL ACTIVITY
AGAINST Propionibacterium acnes

ABSTRACT
Azithromycin is an antibiotic of macrolida that has low bioavailability in
the body therefore azithromycin was made to nanoparticles to improve that
bioavailability. This study was to determine the characterization nanoparticles of
chitosan azithromycin and to determine the antibacterial activity of nanoparticles
of chitosan azithromycin against Propionibacterium acnes. Nanoparticles of
chitosan azithromycin was prepared by ionic gelation method with 0.1 %
azithromycin, 0.1 % sodium tripolyphosphate and the various of chitosan such as
0.1 % for F1, 0.2 % for F2 and 0.3 % for F3. The characterization of nanoparticles
of chitosan azithromycin include particle size, zeta potential, particle morphology
and the entrapment efficiency. The results showed that the particle size of F1 and
F2 were 172.9 nm and 225 nm respectively. The zeta potential of F1 and F2 were
+41.3 mV and +39.4 mV. The entrapment efficiency F1 and F2 were 76.45 % and
71.34 % respectively. The morphology of the particles were measured by SEM
and showed the irregular particles. Antibacterial activity was test by disc diffusion
method on the positive control, negative control and nanoparticles of chitosan
azithromycin. The results showed that nanoparticles of chitosan azithromycin had
the best inhibition zone with average value of 38±1 mm than azhitromycin with
average value 32,3±1,5 mm.

Keywords : Azithromycin, Ionic Gelation, Nanoparticles of Chitosan


Azithromycin, Propionibacterium acnes

2
PENDAHULUAN
Azitromisin merupakan agen azitromisin dan azitromisin murni
antibakterial yang mengandung dengan konsentrasi yang berbeda
nitrogen dan merupakan derivat metil yaitu 12,5 µg/ml (nanopartikel
dari eritromisin dengan mekanisme azitromisin) dan 100 µg/ml
kerja dan penggunaan yang mirip (azitromisin) menghasilkan nilai
dengan eritromisin[1][2]. Penelitian KHM yang sama yaitu 20 mm pada
sebelumnya dilakukan oleh Kus bakteri E. coli sehingga dapat
(2005) di Turkey mengenai disimpulkan bahwa nanopartikel
efektivitas azitromisin dibandingkan azitromisin dengan konsentrasi yang
dengan doksisiklin untuk terapi akne lebih kecil lebih efektif
vulgaris pada 51 pasien. Hasilnya pengobatannya daripada obat
yang bermakna didapatkan pada azitromisin. Hal ini dikarenakan
bulan kedua setelah terapi dimana nanopartikel azitromisin memiliki
efektivitas azitromisin untuk sifat penetrasi dan penghantaran obat
perbaikan lesi acne vulgaris lebih yang lebih baik dibandingkan dengan
baik dibandingkan doksisiklin[3]. obat azitromisin yang bukan
nanopartikel[7].
Kelemahan dari obat
azitromisin adalah memiliki Salah satu metode yang
bioavailabilitas yang rendah yaitu digunakan dalam pembuatan
37% di dalam tubuh[4][5], sifat nanopartikel adalah metode gelasi
kelarutannya yang tidak larut dalam ionik. Metode ini sering digunakan
air serta gangguan pada dalam beberapa penelitian karena
gastrointestinal. Untuk menghindari prosesnya yang sederhana, tidak
efek samping gangguan menggunakan pelarut organik dan
gastrointestinal serta mengatasi dapat dikontrol dengan mudah.
kelemahan dari obat azitromisin Polimer yang digunakan pada
tersebut maka azitromisin percobaan ini adalah polimer kitosan.
dimodifikasi bentuk sediaannya Kitosan mempunyai beberapa sifat
menjadi sediaan nanopartikel. yang menguntungkan yaitu bersifat
Kelebihan dari sediaan nanopartikel anti mikroba, wound healing, tidak
ini antara lain dapat meningkatkan beracun, murah, biokompatibel,
kelarutan senyawa, mengurangi dosis biodegradabel serta larut air. Dalam
pengobatan, meningkatkan absorbsi bentuk mikro/nanopartikel kitosan
dan dapat digunakan pada berbagai mempunyai banyak keunggulan
rute pemberian[6]. Penelitian yakni tidak toksik, stabil selama
nanopartikel azitromisin sudah penggunaan, luas permukaan yang
pernah dilakukan sebelumnya tinggi, serta dapat dijadikan matriks
mengenai kinerja antibakteri untuk berbagai jenis obat dan ekstrak
nanopartikel azitromisin sebagai tanaman[8]. Kitosan bersifat
sistem penghantaran obat koloid biokompatibel artinya sebagai
terhadap bakteri Gram negatif dan polimer alami sifatnya tidak
Gram positif menggunakan polimer mempunyai efek samping, tidak
PLGA dimana hasil penelitian beracun, tidak dapat dicerna, mudah
menunjukkan bahwa nanopartikel

3
diuraikan oleh mikroba Metode Kerja
[8]
(biodegradable) . Pembuatan Larutan Kitosan
Kitosan dibuat dengan cara
Tujuan dari penelitian ini melarutkan sebanyak 100, 200 dan
adalah untuk menentukan 300 mg kitosan dalam 100 mL
karakterisasi nanopartikel larutan dapar asetat pH 5
azitromisin-kitosan yang meliputi menggunakan pengaduk magnetik
ukuran partikel, morfologi, zeta stirer selama 1 jam sehingga
potensial dan efisiensi penjerapan diperoleh variasi konsentrasi kitosan
serta menentukan aktivitas 0,1 ; 0,2 ; dan 0,3%. Larutan dapar
antibakteri nanopartikel azitromisin- asetat pH 5 dibuat dengan cara
kitosan terhadap bakteri mencampurkan 1,2 mL asam asetat
Propionibacterium acnes. dalam 100 mL aquadest dan
ditambahkan dengan 2,7 gram
Metodologi penelitian
natrium asetat dalam 100 mL
Alat aquadest[9]
Alat-alat yang digunakan
pada penelitian ini adalah laminar Pembuatan Larutan Natrium
airflow cabinet (HL 36Ae®), oven Tripolifosfat
(memmert®), autoklaf (HL 36Ae), Sebanyak 100 mg dilarutkan
lemari pendingin (LG), timbangan dalam 100 mL aquades
analitik (Ohaus PA2102), sentrifuge menggunakan pengaduk magnetik
(Tenaco®), pH meter (Soil Tester stirer untuk membuat konsentrasi
SDT-60 SDT-300), labu ukur 10 mL 0,1% [9]
dan 25 mL (Iwaki Pyrex®), gelas
ukur 10 mL dan 100 mL (Iwaki Pembuatan Nanopartikel
Pyrex®), Erlenmeyer (Iwaki Azitromisin-kitosan
Pyrex®), Beaker glass (Iwaki Azitromisin dilarutkan
Pyrex®), spektrofotometer uv – vis dengan pelarut etanol 96 %
(Rey Leigh), Zeta sizer, PSA kemudian dilarutkan dalam larutan
(Particle Size Analyzer), SEM kitosan dan diaduk menggunakan
(Scanning Electro Microscopy), pengaduk magnetik stirer dengan
mikropipet (Rainin E1019705K). kecepatan 1500 rpm selama 2 jam.
Selanjutnya sebanyak 100 mL
Bahan larutan natrium tripolifosfat dituang
Bahan yang digunakan dalam campuran larutan azitromisin-
dalam penelitian ini adalah kitosan pada temperatur kamar
azitromisin, etanol 96%, DMSO, (250C) dibawah putaran
aquadest, asam asetat, polimer homogeinezer dengan kecepatan
kitosan dan Na TPP, Media Agar 1500 rpm selama 1 jam hingga
Darah (Blood Agar), Mc Farland. terbentuk suspensi nanopartikel [9].
Bakteri uji yang digunakan Formula nanopartikel azitromisin
pada penelitian ini adalah kultur kitosan dapat dilihat pada Tabel 1.
bakteri Propionibacterium acnes
dari Unit Laboratorium Kesehatan
(ULK) Pontianak.

4
Tabel 1. Formula Nanopartikel Azitromisin Kitosan

BAHAN Formula (% b/v)

P1 P2 P3
Azitromisin 0,1 0,1 0,1

Kitosan 0.1 0.2 0.3

Na-Tpp 0.1 0.1 0.1

Scale Up dan Pembuatan Bubuk menggunakan oven dengan suhu


Nanopartikel Azitromisin-Kitosan 45ºC selama 15 menit. Serbuk nano
Suspensi nanopartikel yang telah kering kemudian di
azitromisin-kitosan yang sudah coating menggunakan emas (Au)
diformulasi dipilih suspensi terbaik. selama 20 detik. Pengamatan
Suspensi yang dipilih adalah dilakukan menggunakan resolusi 15
suspensi yang memiliki ukuran Kv [11]
partikel paling kecil yang ditandai
dengan adanya endapan dan partikel Pembuatan kurva baku
melayang paling sedikit. Formula Pada pembuatan kurva baku
terbaik selanjutnya di scale up sesuai dilakukan verifikasi metode meliputi
kebutuhan dalam jumlah yang lebih uji linearitas, uji presisi dan uji
banyak. Bubuk nanopartikel akurasi. Koefisien relasi (R) yang
azitromisin-kitosan dipreparasi diperoleh dari pembuatan kurva baku
dengan metode freeze drying[10]. azitromisin adalah y = 0,0203x +
0,0359.
Karakterisasi Nanopartikel
Karakterisasi nanopartikel Efisiensi Penjerapan
meliputi ukuran partikel, zeta Serbuk nanopartikel
potensial, efisiensi penjerapan dan azitromisin disuspensikan dengan air
morfologi partikel. Ukuran dan kemudian ditambahkan indikator
distribusi partikel diukur bromcresol purple dan ditambahkan
menggunakan particle size analyzer. kloroform. Setelah itu, supernatan
Zeta potensial dianalisis dari larutan tersebut diambil dan
menggunakan zeta sizer (Horiba SZ- diukur serapannya pada
100). Sejumlah 2 mL sediaan spektrofotometer UV pada panjang
nanosuspensi dimasukkan kedalam gelombang maksimal azitromisin
kuvet. Kemudian kuvet yang berisi (408,5 nm) dan dihitung persentase
sampel dimasukkan kedalam holder efisiensi penjerapannya [12]
dan di pilih menu zeta potensial
(mV).
Morfologi nanopartikel 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑏𝑎𝑡 − 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠
diperiksa menggunakan scanning %𝐸𝑃 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑜𝑏𝑎𝑡
electro microscopy (SEM). Sejumlah
serbuk nanopartikel dikeringkan

5
Pembuatan Media untuk Bakteri suspensi ini yang digunakan sebagai
Uji Blood Agar bakteri uji[14]
Sebanyak 30 gram Blood
agar dilarutkan ke dalam 50 mL Pengujian Aktivitas Antibakteri
akuadest, kemudian pH media diukur Azitromisin dan Nanopartikel
sampai 7,3. Media dipanaskan di Azitromisin
penangas sampai larut dan diaduk Pengujian aktivitas
sampai homogen. Setelah itu media antibakteri dilakukan terhadap
disterilkan. Ketika menunggu proses azitromisin dan nanopartikel
sterilisasi media, hangatkan darah azitromisin-kitosan yang dilakukan
kambing segar sampai suhu 50oC dengan metode difusi cakram. Pada
sebanyak 5% dari volume total permukaan media Blood agar yang
media atau sebanyak 50 ml yang telah diinokulasikan bakteri
sudah didefibrinasi dengan Propionibacterium acnes diletakkan
menggunakan larutan Na sitrat. kertas cakram 6 mm kemudian
Blood agar steril didinginkan hingga dipipet 20 µL larutan uji azitromisin
suhu mencapai 50oC kemudian darah nanopartikel azitromisin kitosan dan
kambing segar dituangkan ke dalam diteteskan diatas kertas cakram.
labu berisi Blood agar dan dicampur Setelah itu diinkubasi dalam
dengan cara memutar-mutar labu inkubator pada suhu 37oC selama 24
tersebut dengan hati-hati [13]. jam kemudian diukur diameter
daerah hambatan (zona jernih)
Persiapan Inokulum pertumbuhan di sekitar cakram
Peremajaan Inokulum dengan menggunakan jangka
Satu biakan bakteri sorong[15]. Uji aktivitas antibakteri P.
Propionibacterium acnes diambil acnes dilakukan sebanyak 3 kali
dengan jarum ose steril lalu pengulangan.
diinokulasikan pada permukaan
media Blood Agar miring, kemudian HASIL DAN PEMBAHASAN
diinkubasikan pada suhu 35°C
selama 24 jam. Pembuatan Nanopartikel
Azitromisin Kitosan
Pembuatan Stok Kultur Bakteri Pembuatan nanopartikel
Propionibacterium acnes azitromisin-kitosan dibuat dengan
Satu koloni bakteri metode gelasi ionik. Metode gelasi
Propionibacterium acnes diambil ionik ini didasarkan pada interaksi
dari stok kultur menggunakan jarum elektrostastik antara grup amina
ose steril kemudian disuspensikan ke kitosan dan grup muatan negatif
dalam 10 mL larutan NaCl 0,9% polianion seperti tripolifosfat (TPP).
steril lalu diinkubasikan pada suhu Proses pembuatan nanopartikel
35°C sampai didapat kekeruhan. azitromisin kitosan dilakukan
Kekeruhan yang diperoleh kemudian terhadap tiga formula dengan variasi
disetarakan dengan standar Mc. konsentrasi kitosan yang berbeda
Farland no. 0,5 yaitu setara dengan yaitu 0,1, 0,2 dan 0,3%. Zat aktif
jumlah pertumbuhan 1x108 sel azitromisin 0,1% yang telah
bakteri/mL dan setelah setara maka dilarutkan dalam etanol 96%

6
dicampurkan dengan larutan kitosan formula yang dibuat. Uji
yang telah dilarutkan dalam buffer pendahuluan dilakukan dengan
pH 5 sambil diaduk dengan magnetik memvariasikan lama pengadukan
stirer pada kecepatan 1500 rpm pada tiap formula, hal ini bertujuan
selama 3 jam. Proses pengadukan untuk melihat pengaruh lama
tersebut bertujuan untuk pengadukan terhadap suspensi yang
memperkecil ukuran partikel karena terbentuk]. Setelah itu ketiga formula
kecepatan pengadukan berpengaruh tersebut di scale up dan di freeze dry.
terhadap ukuran nanopartikel.
Semakin cepat proses pengadukan Hasil Uji Karakterisasi
maka semakin kecil ukuran partikel Nanopartikel
yang diperoleh[6]. Setelah itu, Karakterisasi nanopartikel
dilakukan penambahan natrium meliputi ukuran dan distribusi
tripolifosfat 0,1% pada larutan partikel, morfologi partikel, muatan
tersebut. Dilakukan pengamatan permukaan partikel dan efisiensi
selama 7 hari terhadap ketiga penjerapan. Ukuran dan distribusi
formula tersebut. Pengamatan partikel diukur menggunakan
dilakukan secara visual untuk particle size analyzer. Hasil uji
melihat ada tidaknya endapan karakterisasi Ukuran Partikel dapat
ataupun partikel melayang pada dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Karakterisasi Nanopartikel Azitromisin Kitosan


Formula U.P (nm) IP ZP EP
(mV) (%)
F1 172,9 0,265 +41.3 mV 76,45
F2 225 0,274 +39,4 mV 71,34
F3 262 12 - -
Ket: UP (Ukuran Partikel) ZP (Zeta Potensial)
IP (Indeks Polidispersitas) EP (Efisiensi Penjerapan

Ukuran Partikel
Ukuran nanopartikel yang
Kurva Konsentrasi Vs Ukuran Partikel
dihasilkan pada formula I adalah
172,9 nm dan indeks
Ukuran Partikel

300 262
polidispersitasnya adalah 0,265. 250
225
Sedangkan formula II dan III 200 172,9
memiliki ukuran partikel dengan 150
100
nilai rata-rata diameter 225 nm dan 50
262 nm serta indeks 0
polidispersitasnya berturut-turut 0,1 0,2 0,3
adalah 0,274 dan 12. Grafik nilai Konsentrasi Kitosan
ukuran partikel F1, F2 dan F3 dapat
dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik nilai ukuran partikel
Formula 1, 2 dan 3.

7
Hasil tersebut menunjukkan dilakukan terhadap dua formula yaitu
bahwa formula 1 memiliki ukuran formula I dan formula II. Hasil
yang lebih kecil daripada formula 2 pengukuran terhadap kedua formula
dan 3. Ukuran partikel dalam bentuk tersebut memiliki muatan permukaan
nanopartikel menentukan mudahnya yang positif yaitu +41,3 mV dan
partikel tersebut masuk ke dalam sel. +39,4 mV.
Semakin kecil ukuran partikelnya
maka akan semakin mudah masuk ke Kurva Hubungan antara
dalam sel dan semakin meningkat Konsentrasi Kitosan dan
absorbsinya di dalam tubuh.Dari

Zeta Potensial (mV)


Zeta Potensial
hasil yang diperoleh, FI dan F2 45 41,3 39,4
memiliki distribusi ukuran partikel 40
yang homogen dengan nilai indeks 35
polidispersitas yang mendekati 0. 30
Nilai indeks polidispersitas 25
mendekati 0 menunjukkan dispersi 20
ukuran partikel yang homogen 15
sedangkan indeks polidispersitas 0,1 0,2
lebih dari 0,5 menunjukkan Konsentrasi Kitosan (%)
heteroginitas yang tinggi[16]. F3
memiliki indeks polidispersitas lebih
dari 0,5 yaitu 12 sehingga dilakukan Gambar 2. Grafik nilai potensial zeta
eliminasi pada F3 karena indeks Formula 1 dan 2
polidispersitasnya lebih dari 0,5.
Dari grafik tersebut dapat dilihat
Menurut avadi tahun 2010, sampel
bahwa formula 1 memiliki nilai
dengan nilai indeks polidispersitas >
potensial zeta yang lebih besar.
0,7 memiliki distribusi ukuran yang
Muatan positif pada zeta potensial
sangat luas. Semakin kecil angka
memiliki kelebihan dalam sistem
indeks polidispersitas maka semakin
penghantaran obat. Nanopartikel
seragam ukuran partikel karena jika
kitosan yang bermuatan positif dapat
perbedaan ukuran antar partikel
bersifat mukoadesif dan dapat
semakin besar maka hasil tersebut
melekat pada lapisan mukosa yang
akan mempengaruhi karakterisasi
bermuatan negatif[18]. Mukoadesive
partikel[17]. dapat meningkatkan absorbsi obat
b. Potensial Zeta dengan cara memperpanjang waktu
Potensial zeta mencerminkan kontak obat dengan lokasi
potensi muatan dari partikel dan absorbsinya.
dipengaruhi oleh komposisi dari
Pembuatan Baku Azitromisin
partikel dan medium tempat
[18] Koefisien relasi (R) yang
nanopartikel terdispersi .
diperoleh dari pembuatan kurva
Nanopartikel dengan zeta potensial
kalibrasi azitromisin adalah y=
di atas ±30 mV lebih stabil karena
0,0203x + 0,0359. Seri konsentrasi
muatan pada permukaan nanopatrikel
yang digunakan pada pembuatan
mencegah terjadinya agregasi antar
kurva baku azitromisin adalah 10,
partikel[6]. Pengukuran zeta
15, 20, 25, 30, 35 dan 40 ppm.

8
Hasil Uji efisiensi penjerapan mengamati morfologi permukaan.
Uji efisiensi penjerapan Hasil yang diperoleh pada pengujian
dilakukan untuk mengetahui jumlah SEM adalah morfologi yang tidak
azitromisin yang terjerap dalam sferis. Hal ini dapat terjadi karena
polimer nanopartikel kitosan-natrium adanya proses freeze dry pada
tripolifosfat. Efisiensi penjerapan sampel uji dan proses pelapisan.
dilakukan dengan cara
membandingkan jumlah azitromisin
bebas dalam larutan dan azitromisin
total yang digunakan dalam
preparasi. Berdasarkan hasil
pengujian, azitromisin yang terjerap
pada nanopartikel kitosan-na tpp
pada formula I yaitu 76,45% dan
formula II yaitu 71,34%.
Kurva Hubungan antara Konsentrasi
Kitosan dan Effisiensi Penjerapan Gambar 4. Morfologi nanopartikel
azitromisin kitosan dengan
Effisiensi Penjerapan (%)

100
90 perbesaran 1800 kali menggunakan
76,45 alat SEM
80 71,34
Formula 1
70
60 Uji antibakteri
50 Dalam pengujian antibakteri,
40 Formula 2
disiapkan media untuk pembiakan
30
20 suspensi bakteri. Media yang
10 digunakan adalah media blood agar
0,1 0,2 dengan metode difusi cakram.
Konsentrasi Kitosan (%) Dimana prinsip dari difusi ini adalah
obat dijenuhkan dalam kertas cakram
Gambar 3. Grafik nilai effisiensi kemudian kertas cakram yang
penjerapan formula 1 dan 2 mengandung obat tertentu tersebut
ditanam pada media pembenihan
Hasil yang diperoleh agar padat yang telah dicampur
menunjukkan bahwa formula I dengan bakteri uji kemudian
memiliki nilai efisiensi yang lebih diinkubasi pada suhu 37oC selama 24
tinggi daripada formula II. Namun, jam. Selanjutnya diamati adanya
kedua hasil penelitian tersebut daerah jernih di sekitar cakram kertas
memasuki rentang efisiensi yang menunjukkan tidak adanya
penjerapan yang baik, hal ini pertumbuhan bakteri [20].
didukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh yusin tahun 2008 Hasil penelitian menunjukkan
dimana hasil efisiensi penjerapan bahwa nanopartikel azitromisin
yang baik adalah lebih dari 60 % [19]. kitosan memberikan zona hambat
yang lebih besar dengan nilai rata-
SEM rata 38±1 mm dari pada azitromisin
SEM (Scanning Electron murni dengan nilai rata-rata zona
Microscopy) digunakan untuk hambatnya 32,3±1,5 mm.

9
menunjukkan nilai zona hambat yang
lebih besar daripada kontrol positif
Kitosan-TPP (azitromisin) murni.
DAFTAR PUSTAKA
1. Leyden JJ. Current issues in
DMSO antimicrobial therapy for the
treatment of acne. Eur Ac
Dermatol Venereol JEADV.
2001;15:51-5.
2. Fernandez - Obregon AC.
Azithromycin for the treatment of
Gambar 5. Kontrol Negatif
acne. International Journal of
Dermatology. 2000;39:45-50.
3. Kus S, Yucelten D, Aytug A.
Comparison of efficacy of
azitromycin vs. doxycycline in
the treatment of acne vulgaris.
Clin Exp Dermatol. 2005;30:215-
20
4. Riddle CC, Amin K, Schweiger
ES. A review of azythromycin
for the treatment of acne vulgaris.
Cosmetic Dermatology. 2007;
Gambar 6. Kontrol Positif 20(5):299-302.
5. Parsad D, Pandhi R, Dogra S. A
guide to selection and appropriate
use of macrolides in skin
infections. Am Journal Clinic
Dermatol. 2003;4:389-97.
6. Mohanraj VJ dan Chen Y.
Nanoparticles-a review. Tropical
Journal of Pharmaceutical
Research 2006; 561-573.
7. Azhdarzadeh M, Lotfipour F,
Milani PZ, Mohammadi G,
Valizadeh H. Anti-bacterial
Gambar 7. Nano Azitromisin performance of azithromycin
KESIMPULAN nanoparticles as colloidal drug
delivery system against different
Karakterisasi nanopartikel
gram-negative and gram-positive
azitromisin kitosan dengan formula
bacteria. Advanced
terbaik 0,1 % menghasilkan ukuran
Pharmaceutical Bulletin ;
partikel 172,9 nm, potensial zeta
2012;2(1). 17-24
+41,3 mV, nilai efisiensi penjerapan
8. Agnihotri, S.A., Aminabhavi,
76,45 % dan bentuk morfologinya
T.M., Recentadvance on chitosan
yang tidak berauturan. Nanopartikel
based micro andnanoparticles in
azitromisin-kitosan konsentrasi 0,1%

10
drug delivery. J. Of Controlled Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Release; 2004; p. 6-18. Jakarta: Departemen Kesehatan
9. Iswandana Raditya, Anwar Republik Indonesia; 1995; Hal.
Effionora, dan Jufri Mahdi. 1083, 1084.
Formulasi Nanopartikel 15. Hadioetomo, R.S. Mikrobiologi
Verapamil Hidroklorida dari Dasar Dalam Praktek. Gramedia,
Kitosan dan Natrium Jakarta; 1993.
Tripolifosfat dengan Metode 16. Avadi, M.R., Assal M.M.S.,
Gelasi Ionik. Jurnal Farmasi Nasser M., Saideh A., Fatemeh
Indonesia Vol. 6 No. 4; 2013 A., Rassoul D., dan Moreza R.
10. Wu Y, Yang W, Changchun W, Preparation and Characterization
Jianhua H and Fu S. Chitosan of Insulin Nanoparticles using
nanoparticles as a novel delivery Chitosan and Arabic Gum with
system for ammonium Ionic Gelation Method.
glycyrrhizinate. International Nanomedicine; nanotechnology,
Journal of Pharmaceutics.; 2005; Biology and Medicine 6. 2010
(295):235-45 17. Manmode, A.S., Sakarkar, D.M.
11. Mardliyati E, Sjaikhurrizal El and Mahajan, N.M.
Muttaqien, Damai R Setyawati, Nanoparticles-Tremendous
Idah Rosidah, Sriningsih. Therapeutic Potential : A
Preparasi dan Aplikasi Review. Int J. PharmTech Res;
Nanopartikel Kitosan sebagai 2009.
Sistem Penghantaran Insulin 18. Bernkop-Schnurch, A. Thiomers:
secara Oral. Pusat Teknologi a new generation of
Farmasi dan Medika BPPT; 2012 mucoadhesive polymers, Adv.
12. Abdullah, J. H. Tawfeek Ahmed Drug Deliv: 2005
Ali Yahya, Ali Gamal Alkaf, 19. Yu-Shin, L., Kiran, S., Kurt, M.
Mokhtar AbdHafiz Alghorafi and L., Jyuhn, H.J., Long, F., Han,
Shada H. Yassin. Selective Y., Hsing, W.S. Multi-ion-
spectrophotometric methods for crosslinked Nanoparticles with
the determination of pH-responsive Characteristics for
azithromycin in pharmaceutical Oral Delivery of Protein Drugs.
formulation. Journal of Chemical J. Cont Rel: 2008. 132,141-149
and Pharmaceutical Research; 20. Wattimena, Diktat Zat Pengatur
2014. Tumbuh Tanaman. Lab Kultur
13. Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. Jaringan Tanaman PAU
Dasar – Dasar Mikrobiologi, Bioteknologi IPB, Bogor. 1987.
Jakarta : UI Press : 1988. 122-1
14. Dirjen POM Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

11
12

Anda mungkin juga menyukai