Laporan PKR
Laporan PKR
PENDAHULUAN
1
mencapai HIV, seperti mereka berperilaku bergantian pasangan seksual, dan
tidak konsisten menggunakan kondom.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi
individu yang sensitif. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu
yang agresif, mudah bereaksi terhadap rangsangan dan ingin mengetahui hal
yang baru. Bila tidak didasari dengan pengetahuan yang cukup, mencoba hal
baru yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi bisa memberikan
dampak yang akan menghancurkan masa depan remaja dan keluarga. Oleh
karena itu, dengan adanya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
diharapkan mempunyai rasa tanggungjawab yang besar maupun keterampilan
menyangkut fungsi reproduksi mereka sehingga para remaja mampu
meningkatkan kualitas hidupnya.
Program kesehatan reproduksi remaja sangat diperlukan guna
meningkatkan pemahaman sikap dan perilaku positif siswa tentang kesehatan
dan hak-hak reproduksi, untuk meningkatkan derajat kesehatan reproduksi
remaja. Penggunaan drug, permen memabukkan, lem hisap seringkali
menjadi alat “coba-coba” kaum remaja untuk mendapat rangsangan tertentu
dalam menyalurkan dorongan biologisnya. Kebiasaan yang tidak sehat seperti
remaja yang melakukan seksualitas pranikah yang pada akhirnya akan
mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada
kebiasaan-kebiasaan yang beresiko pada kesehatan remaja karena
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat nengenai
kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap
informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi.
Melihat berbagai dampak akibat kurangnya pemahaman tentang
kesehatan reproduksi, maka perlu berbagai upaya untuk membantu remaja
agar memahami dan menyadari tentang kesehatan reproduksi, serta
bertanggungjawab dengan masalah kesehatan reproduksi. Upaya tersebut
antara lain: Advokasi, Promosi, KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
konseling dan pelayanan kepada remaja yang memiliki masalah khusus serta
2
memberi dukungan pada kegiatan remaja yang positif. Sebagian langkah awal
pencegahan, peningkatan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
harus ditunjang dengan penyuluhan KIE (Komunikasi Informasi dan
Edukasi) yang tegas tentang penyebab dan konsekuensi perilaku seks.
Orangtua juga harus memberikan informasi yang jelas dan terbuka agar anak
paham apa yang dimaksud dengan organ seksual dan fungsinya secara
sederhana. Selain itu juga harus memasukkan ajaran agama dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah suatu pekejaan atau profesi
dengan melacurkan diri, penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan
badan, kehormatan dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan
nafsu-nafsu seks dengan imbalan pembayaran, dengan alasan komersial
mereka siap melakukan apa saja untuk kepuasan pelanggan sampai pada
perilaku seks yang tidak sehat. Karena sifat pekerjaan dan perilaku mereka,
para PSK berpotensi tertular dan menularkan Infeksi Menular Seksual (IMS)
dan HIV/AIDS. Seorang PSK seharusnya menyadari bahwa pekerjaannya
beresiko terhadap penularan IMS, dan dengan resiko tersebut seharusnya
sesering mungkin melakukan pemeriksaan, karena kelompok resiko tinggi
seperti PSK harus selalu melakukan pemeriksaan sesering mungkin baik
dilakukan dengan sendiri ataupun dengan bantuan pelayanan kesehatan.
Peran serta masyarakat dalam mengontrol IMS sangat penting, selama
kelompok ini belum terjangkau dengan pencegahan dan layanan pengobatan
yang berkualitas baik. Jangkauan yang efektif, pendidikan sebaya serta
layanan klinik untuk pekerja seks telah dikembangkan dengan menggunakan
klinik berjalan atau dengan menyediakan waktu khusus di klinik. Pelayanan
seperti ini memberikan kontribusi untuk mengurangi prevalensi IMS di
masyarakat.
3
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui profil dan manajemen pelayanan kesehatan di
Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.
1.3 Manfaat
1. Bagi Petugas Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura
Sebagai bahan informasi dan masukan kepada petugas kesehatan
dalam mengembangkan program-program kesehatan reproduksi di
masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi mengenai kegiatan dan peranan dari Pusat
Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.
3. Bagi Penulis
Sebagai bahan pembelajaran dan juga turut serta dalam tindakan
promosi mengenai peranan Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,
fungsi dan prosesnya. Sedangkan menurut Depkes RI, kesehatan reproduksi
adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi
yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari
penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual
yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah.
Dalam Konferensi kependudukan di Kairo 1994, disusun pula definisi
kesehatan reproduksi yang dilandaskan kepada defenisi sehat menurut WHO,
yaitu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, dan hanya
tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya.
Oleh karena itu, kesehatan reproduksi berarti bahwa setiap orang
dapat mempunyai kehidupan seks yang memuaskan dan aman, dan bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk bereproduksi dan kebebasan untuk
menentukan apakah mereka ingin melakukannya, bilamana dan berapa
sering. Termasuk keadaan akhir ini adalah hak pria dan wanita untuk
memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap cara keluarga
berencana yang aman, efektif, terjangkau, dan dapat diterima yang menjadi
pilihan mereka, serta metode lain yang mereka pilih untuk pengaturan
fertilitas yang tidak melawan hokum, dan hak untuk memperoleh pelayanan
pemeliharaan kesehatan yang tepat, yang akan memungkinkan para wanita
dengan selamat menjalani kehamilan dan melahirkan anak, dan memberikan
kesempatan yang terbaik kepada pasangan-pasangan untuk memiliki bayi
yang sehat.
5
2.2 Ruang Lingkup
Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi, termasuk
IMS-HIV/AIDS.
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi.
4. Kesehatan reproduksi remaja.
5. Pencegahan dan penanganan infertilitas.
6. Kanker pada usia lanjut dan osteopororosis.
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks,
mutilasi genital, fistula, dan lain-lain.
Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan
berbagai organ reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan hingga
meninggal. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk pada saat
pertama anak perempuan mengalami haid/menarche, hingga menyangkut
kehidupan remaja memasuki masa perkawinan.
Selain itu seseorang berhak terbebas dari kemungkinan tertular
penyakit infeksi menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi
reproduksi. Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Departemen
Kesehatan RI dilaksanakan secara integratif memprioritaskan pada empat
komponen kesehatan reproduksi yang menjadi masalah pokok di Indonesia
yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yaitu:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
2. Keluarga berencana.
3. Kesehatan reproduksi remaja.
4. Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk
HIV/AIDS.
Selain itu disepakati pula Paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif (PKRK) terdiri dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi
pada usia lanjut.
6
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang
dapat berdampak buruk bagi kesehatan repoduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remajakarena saling berlawanan satu dengan yang lain, dan lain
sebagainya.
3. Faktor psikologis misalnya, dampak keretakan orang tua kepada anak
remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, dan lain sebagainya.
4. Faktor biologis meliputi cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi
pasca penyakit menular seksual, dan lain sebagainya.
7
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
3.1 Sejarah
Melihat masalah HIV/AIDS serta kondisi kesehatan di Papua
layaknya fenomena gunung es, dan berkaca pada daerah-daerah dengan angka
kejadian tertinggi tetapi sudah melakukan tindakan pencegahan dan
pengendalian lebih dini, maka pemerintah Kota Jayapura atas usulan Wali
Kota Jayapura melakukan studi banding di Kabupaten Merauke. Hasil dari
study banding tersebut, munculah gagasan membuat Pusat Kesehatan
Reproduksi (PKR). Dan terlaksana pada 10 Februari 2013 dibuka Klinik
Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura. PKR didirikan untuk merespon
keperluan terkait layanan kesehatan reproduksi.
Pusat Kesehatan Reproduksi Kota Jayapura saat ini merupakan bagian
dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Twano. Khususnya melayani
Populasi Kunci seperti Wanita Pekerja Seks (WPS), Laki-laki suka seks
dengan laki-laki (LSL) dan waria. PKR mulai melakukan inisiasi ARV di
awal tahun 2017, sebelumnya langsung merujuk pasien ke PDP-RSU
Abepura dan mendampingi Pasien ART yang dirujuk balik.
8
2. Menyediakan dan meningkatkan mutu pelayanan, pengobatan dan
dukungan kepada klien, yang terintegrasi.
3. Memutuskan rantai penularan IMS – HIV melalui pemakaian
kondom.
4. Menjaga kesehatan reproduksi remaja.
9
3.5 Sumber Daya Manusia
Ketenagakerjaan di PKR Kota Jayapura adalah 12 Orang :
Tenaga Dokter : 1 orang
Tenaga Perawat : 4 orang
Tenaga Analis : 3 orang (2 PNS dan 1 Magang)
Tenaga Administrasi : 1 orang
Tenaga Magang : 1 orang (Apoteker)
Tenaga Bantu : 1 orang
Tenaga Sopir : 1 orang
10
14 Bar Nusantara Senin, 18/09/2017 08.30 s/d 11.00
15 Panti Pijat Cendrawasih Senin, 18/09/2017 08.30 s/d 11.00
16 Bar Blue Angel Selasa, 19/09/2017 08.30 s/d 11.00
17 Bar Victori Rabu, 20/09/2017 08.30 s/d 11.00
18 Bar Waena Permai Rabu, 20/09/2017 08.30 s/d 11.00
19 Bar Vista Jumat, 22/09/2017 08.30 s/d 11.00
20 Bar Deluxe Jumat, 22/09/2017 08.30 s/d 11.00
11
10 Besar Penyakit IMS di PKR Kotaraja Bulan
Januari-Juni Tahun 2017
666
700
600
500
400
300 127
200 22
100 14 9 8 5 1 1 0
0
Pasien
LAKI-LAKI PEREMPUAN
50
11 10 8 13 14 9 8 12 11 15
4 1
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
12
Data Kunjungan IMS PKR Kota Jayapura Bulan
Januari-Juni Tahun 2017, Berdasarkan Tingkat
Pendidikan
250
205 203 209
200 178
163
134 139 137 134
150 116
92 80
100
45 45 50
50 25 14 26 15 18 18
4 7 0 4 3 0 11 4 0
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
50 22 14 26
11 9 13
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
40
20
2.4
0
Januari Februari Maret April Mei Juni
Baru Lama
13
3. Pelayanan KB
Suntik
Susuk
Spiral
Pil
Kondom
4. Pelayanan Ibu Hamil
5. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja
6. Menerima Pelayanan Rujukan IMS
7. Pelayanan Deteksi Dini Kanker Mulut Rahim (IVA)
8. Tindik Telinga
14
3.8 Tata Tertib
1. Petugas
Hadir dan pulang tepat waktu (08.30 – 14.00).
Menggunakan baju seragam.
Menggunakan tanda pengenal.
2. Klien
Datang tepat waktu (08.30 – 11.00).
Memakai pakaian bebas rapi (sopan).
Tidak merokok/memakan pinang serta meludah di sembarang tempat.
Tidak meninggalkan ruangan sebelum semua pemeriksaan selesai
15
3. Tarif Pelayanan
a. Pemeriksaan IMS ;
Klien baru : Rp. 30. 000,-
Klien lama : Rp. 25.000,-
Mahasiswa/Pelajar/Jalanan : Gratis
b. Pemeriksaan VCT : semua Klien gratis
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pelayanan dan manajemen dari Pusat Kesehatan Reproduksi (PKR)
Kota Jayapura yang baru berjalan kurang lebih 4 tahun dalam pengamatan
kami, sudah cukup baik. Terbukti sudah banyak kunjungan dari masyarakat,
khususnya para pekerja beresiko (Panti Pijat dan Bar) yang menjadi pasien
tetap (sudah terjadwal).
4.2 Saran
Berdasarkan pengamatan kami pada PKR Kotaraja, saran yang kami
berikan adalah :
1. Bagi petugas PKR
Agar lebih ditingkatkan Pelayanan Luar Gedung (turun lapangan,
penyuluhan, pemeriksaan, dan pengobatan).
2. Bagi masyarakat
Agar masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia di
PKR untuk pemeriksaan kesehatan reproduksi dan juga cakupan
pelayanan lainnya.
3. Bagi penulis
Agar penulis dapat turut serta dalam tindakan promosi mengenai
peranan pusat kesehatan reproduksi di lingkungan kerjanya.
17