Anda di halaman 1dari 353

LAPORAN HASIL PRAKTEK PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS: FOKUS PADA MASALAH


KESEHATAN IBU DAN ANAK, LANSIA, DAN KESEHATAN
LINGKUNGAN DI DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

TANGGAL: 29 APRIL S.D 8 JUNI 2019

KELOMPOK 2
RORO ZULKHAIDA (I4B018002)
SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIA RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019

1
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS: FOKUS PADA MASALAH
KESEHATAN IBU DAN ANAK, LANSIA, DAN KESEHATAN
LINGKUNGAN DI DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

TANGGAL: 29 APRIL S.D 8 JUNI 2019

KELOMPOK 2
RORO ZULKHAIDA (I4B018002)
SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIA RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019

2
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS


DI RW 2 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRANDEN KABUPATEN
BANYUMAS

(PERIODE 29 APRIL - 8 JUNI 2019)

Sebagai Syarat Memenuhi Praktik Keperawatan Komunitas


Profesi Ners Keperawatan FIKes Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh:
Kelompok2:

RORO ZULKHAIDA (I4B018002)


SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIANI RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

Menyetujui,

Koordinator Stase Komunitas a.n Kepala Desa Kebumen


Sekretaris Desa

Ns. Eva Rahayu, M.Kep Adi Prawoto


NIP. 19810131 200801 2 010

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas aegala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktik Klinik Profesi Ners Stase
Keperawatan Komunitas di RW 2 Desa Kebumen oleh mahasiswa Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
Terima kasih penyusun sampaikan kepada:
1. Ns. Mekar Dwi Anggraeni, M.Kep., Ph.D selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Universitas Jenderal Soedirman.
2. Ns. Eva Rahayu, M.Kep., Ns. Asep Iskandar, M.Kep., Sp.Kep.Kom., Ns. Rahmi
Setiyani, MN., Ns. Koernia Nanda Pratama, M.Kep., Sp.Kom, dan Ns. Lita Heni
Kusumawardani, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku dosen pembimbing yang selalu
memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan praktik klinik
keperawatan komunitas.
3. Ns. Fajar Tri Asih, MM., dan Ns. Pramono, S. Kep., selaku pembimbing lapangan
yang selalu memberi arahan dan bimbingan dalam penyusunan laporan praktik
klinik keperawatan komunitas.
4. Bapak Slamet Sukisno selaku Kepala Desa Kebumen yang telah senantiasa
mendukung, memberi arahan, dan saran selama praktik klinik keperawatan
komunitas.
5. Bidan, Kader Posyandu, dan tokoh masyarakat RW 2 di Desa Kebumen yang dengan
ikhlas telah membantu terlaksananya kegiatan selama praktik keperawatan
komunitas di RW 2 Desa Kebumen.
6. Rekan seperjuangan Profesi Ners Angkatan XXII Universitas Jenderal Soedirman,
yang telah berjuang bersama selama stase keperawatan komunitas.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan moral
maupun material dalam penyusunan laporan ini.
Kami berharap Praktik Klinik Profesi Ners Stase Keperawatan Komunitas ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Kebumen, Juni 2019

Tim

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
ABSTRAK ............................................................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................ 3
C. Manfaat .......................................................................................................... 4
D. Strategi ........................................................................................................... 5
BAB II. PENGKAJIAN KOMUNITAS .................................................................... 6
A. Profil Gambaran Umum Desa ........................................................................ 6
B. Kesehatan Ibu dan Anak ................................................................................ 8
C. Kesehatan Lanjut Usia ................................................................................. 22
D. Kesehatan Lingkungan ……………………….............................................27
BAB III. ANALISA DATA, DIAGNOSIS, DAN PERENCANAAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS .......................................................................... 37
A. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan .....................................................37
B. Perumusan Prioritas Masalah ....................................................................... 39
C. Rencana Intervensi Keperawatan ................................................................. 40
D. Rencana Kerja (Plan of Action) .................................................................... 48
BAB IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS ............................ 56
BAB V. EVALUASI ............................................................................................... 73
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 76
LAMPIRAN ........................................................................................................... 77

iv
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS: FOKUS PADA MASALAH
KESEHATAN IBU DAN ANAK, LANSIA, DAN PENGENDALIAN
PENYAKIT MENULAR (TUBERCULOSIS) DI RW 2 DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

ABSTRAK

Latar Belakang: Keperawatan komunitas mengutamakan pelayanan promotif dan


preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat. Salah satu peran perawat komunitas yaitu melakukan peningkatan status
kesehatan masyarakat agar mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatannya. Kegiatan paktik stase keperawatan komunitas program profesi Ners
angkatan XXII diharapkan mampu meningkatkan status kesehatan masyarakat di Desa
Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Program kesehatan yang
dilaksanakan dibagi atas tiga Pokja, yaitu Pokja KIA, Pokja Lansia, dan Pokja Kesehatan
Lingkungan. Masing-masing pokja memiliki kegiatan baik di tingkat RW maupun desa.
Tujuan: Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas dengan
menerapkan konsep keperawatan komunitas pada kelompok masyarakat dalam bentuk
prevensi primer, sekunder dan tersier untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas.
Metode: Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi wawancara,
kuesioner, observasi dan data sekunder dari desa dan bidan desa. Sampel yang digunakan
yaitu sebanyak 173 keluarga.
Hasil: Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa keperawatan komunitas yang muncul
meliputi ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099) dan perilaku kesehatan
cenderung beresiko (00188). Rencana tindak lanjut setiap pokja telah dibuat.
Kesimpulan: Setelah mendapatkan intervensi, masalah kesehatan komunitas teratasi
sebagian.
Kata Kunci: Asuhan keperawatan komunitas, kesehatan ibu dan anak, kesehatan lansia,
dan kesehatan lingkungan.

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas.
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
melembaga (Alfitri, 2011). Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu
hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang, masyarakat
pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak, 2006).
Berdasarkan pernyataan dari American Public Health Association (2004),
keperawatan kesehatan komunitas yaitu sintesis dari ilmu kesehatan masyarakat dan
teori keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan pada
keseluruhan komunitas, sedangkan menurut Depkes (2006) keperawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam keperawatan kesehatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran
serta aktif masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara
menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam
upaya kesehatannya. Pelayanan keperawatan diberikan secara langsung kepada
seluruh masyarakat dalam rentang sehat-sakit dengan mempertimbangkan seberapa
jauh masalah kesehatan masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan
kelompok maupun masyarakat.
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan
dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan

1
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang bersifat
alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta masyarakat melalui
langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan (Wahyudi, 2010).
Sasaran keperawatan komunitas adalah individu, keluarga/kelompok dan
masyarakat seperti penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang
tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil dengan fokus upaya
kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam
mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan
nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth,
2007).
Menurut WHO dalam Swarjana (2016), 60-80% pelayanan kesehatan di dunia
diberikan oleh perawat, sementara itu di Afrika hampir 85% pelayanan kesehatan
diberikan oleh perawat. Perawat sebagai orang pertama dalam tatanan pelayanan
kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehat secara sosial merupakan hasil
dari interaksi positif di dalam komunitas. Kesehatan manusia berubah-ubah
bergantung pada stressor yang ada dan kemampuannya untuk mengatasi masalah
serta memelihara homeostasis (Alfitri, 2011). Selain itu, peran serta masyarakat juga
diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya.
Sebagai akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu
secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Swarjana,
2016). Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ini, maka
mahasiswa Program Profesi Ners Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman melaksanakan praktek keperawatan
komunitas di Desa Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

2
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari Praktik Profesi Ners Stase Komunitas yaitu agar mahasiswa
mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas dengan menerapkan konsep
keperawatan komunitas pada kelompok masyarakat dalam bentuk prevensi
primer, sekunder dan tersier untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari Praktik Profesi Ners Stase Komunitas, yaitu agar
mahasiswa mampu:
a. Meningkatkan kemampuan untuk mengenal, memahami, serta mengetahui
cara penyelesaian masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
b. Menerapkan komunikasi yang efektif dalam memberikan asuhan keperawatan
komunitas.
c. Menggunakan keterampilan pengorganisasian kegiatan-kegiatan keperawatan
secara efektif di masyarakat.
d. Menggunakan keterampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim.
e. Memanfaatkan teknologi dan informasi kesehatan secara efektif dan
bertanggungjawab.
f. Mengelola asuhan keperawatan komunitas dengan menerapkan proses
keperawatan (mengkaji, menganalis data, merumuskan diagnosis keperawatan,
membuat perencanaan, melakukan tindakan dan evaluasi) dalam bentuk
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif mengenai masalah kesehatan di
masyarakat.
g. Menerapkan strategi intervensi keperawatan komunitas dalam penyelesaian
masalah di masyarakat (pendidikam kesehatan, proses kelompok,
pemberdayaan dan kerjasama).

h. Melakukan tindakan keperawatan, terapi komplementer atau terapi modalitas


dalam pengelolaan asuhan keperawatan komunitas secara holistik dengan
mendasarkan pada hasil penelitian (evidence-based) serta memperhatikan
standar etik dan legal.
i. Menghargai dan memperhatikan berbagai budaya dan latar belakang
masyarakat.

3
j. Menerapkan prinsip belajar sepanjang hayat.
k. Bertindak sebagai model peran yang baik bagi masyarakat.

C. MANFAAT
1. Untuk Mahasiswa
a. Menerapkan konsep keperawatan komunitas secara langsung kepada
masyarakat.
b. Mendapatkan kesempatan untuk belajar menjadi model peran profesional
dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan komunitas.
c. Meningkatkan kemampuan dalam berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi permasalahan dalam masyarakat.
d. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan komunikasi, kemandirian dan
hubungan interpersonal.
2. Untuk Masyarakat
a. Memperoleh kesempatan untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Meningkatkan kemampuan untuk mengenal, memahami, dan menyadari serta
mengetahui cara penyelesaian masalah kesehatan yang ada di masyarakat.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan, perilaku, dan status kesehatan
masyarakat.
d. Dapat ikut serta dalam upaya peningkatan status kesehatan.
3. Untuk Pendidikan
a. Salah satu tolak ukur keberhasilan Program Studi Profesi Ners Jurusan
Keperawatan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman dibidang
keperawatan komunitas.

b. Sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam pengembangan model praktek


keperawatan komunitas selanjutnya.
4. Untuk Profesi
Upaya untuk membentuk karakter dan skill tenaga perawat yang professional dan
kompeten secara mandiri sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan.

4
D. STRATEGI
1. Penjajakan umum
a. Perkenalan awal kepada perangkat desa, Puskesmas, RT, kader kesehatan
dan tokoh masyarakat Desa Kebumen Kecamatan Baturraden.
b. Orientasi wilayah RW 2 Desa Kebumen Kecamatan Baturraden.
2. Pengumpulan data
a. Kuesioner, wawancara, dan observasi terhadap warga masyarakat di Desa
Kebumen Kecamatan Baturaden.
b. Wawancara dengan pihak Balai Desa, Puskesmas, bidan desa, kader kesehatan
dan tokoh masyarakat Desa Kebumen Kecamatan Baturraden.
c. Survei lingkungan di wilayah RW 2 Desa Kebumen Kecamatan Baturraden.
3. Identifikasi dan prioritas masalah
a. Pengelompokkan data hasil pengkajian yang didapatkan melalui kuesioner,
wawancara, dan observasi di wilayah RW 2 Desa Kebumen Kecamatan
Baturraden.
b. Menyusun prioritas masalah sesuai dengan hasil pengkajian di wilayah RW 2
Desa Kebumen Kecamatan Baturraden.
c. Merencanakan program kerja yang akan dilakukan sesuai dengan masaah yang
ada di wilayah RW 2 Desa Kebumen Kecamatan Baturraden.
4. Perencanaan MMD I
Melibatkan unsur yang terkait (Puskesmas, kader, dan masyarakat) dalam
mengidentifikasi, memprioritaskan masalah, dan menentukan pemecahan
masalah sesuai dengan data pengkajian yang didapatkan di wilayah RW 2 Desa
Kebumen Kecamatan Baturraden.
5. Pelaksanaan program
Bersama-sama dengan Puskesmas, kader, dan masyarakat melaksanakan
pemecahan masalah yang telah dirumuskan berdasarkan rencana bersama
masyarakat dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat.
6. Evaluasi pada MMD II
Evaluasi dilakukan bersama-sama dengan Puskesmas, kader, dan
masyarakat dalam mengevaluasi pemecahan masalah yang telah dilakukan.

5
BAB II
PENGKAJIAN KOMUNITAS

A. Profil Gambaran Umum Desa


Letak Desa Kebumen secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan
Baturraden Kabupaten Banyumas terletak di sebelah utara kota Purwokerto yaitu
kurang lebih 15 km dari Purwokerto, tepatnya di ibukota Kecamatan Baturraden,
sedangkan waktu tempuh menuju kantor Kecamatan Baturraden sekitar 5 menit,
sedangkan waktu tempuh menuju Ibukota Kabupaten kurang lebih 20 menit.
Desa Kebumen terdiri dari 2 dusun, 4 RW dan terbagi dalam 28 RT dengan
pembagian wilayah masing-masing kadus sebagai berikut:

1. Kadus I membawahi wilayah RW 1 dan RW 2 yang meliputi 15 RT.


2. Kadus II membawahi wilayah RW 3 dan RW 4 yang meliputi 13 RT.
Secara geografis Desa Kebumen merupakan desa yang terletak didataran
sedang dengan batas-batas desa sebagai berikut:
1. Wilayah barat berbatasan dengan Desa Kutaliman dan Desa Karangnangka.
2. Wilayah utara berbatasan dengan Desa Karangtengah.
3. Wilayah timur berbatasan dengan Desa Rempoah.
4. Wilayah selatan berbatasan dengan Desa Pamijen
Desa Kebumen termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas I Baturaden.
Praktik keperawatan komunitas kelompok 2 dilaksanakan di RW 2 yang terdiri dari
7 RT. RW 2 terdiri dari 7 RT. Kegiatan praktik profesi Ners dimulai pada tanggal
29 April hingga 8 Juni 2109, meliputi pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa
keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan, dan implementasi keperawatan.
Sebelum memulai pengkajian, mahasiswa mengumpulkan data terkait jumlah
kepala keluarga (KK) setiap RT. Kemudian didapatkan jumlah KK sebanyak 217
dari 7 RT. Masing-masing RT terdiri dari:
1. RT 1 : 28 KK
2. RT 2 : 40 KK
3. RT 3 : 33 KK
4. RT 4 : 31 KK
5. RT 5 : 31 KK
6. RT 6 : 17 KK

6
7. RT 7 : 37 KK
Pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dan teknik consecutive
sampling sehingga diperoleh sampel sebanyak 165 KK. Pengkajian dilakukan
dengan mengunjungi rumah penduduk. Metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah dengan wawancara, kuesioner, dan observasi meliputi
data inti dan data sub sistem. Data inti terdiri dari demografi (pendidikan KK,
pekerjaan). Sedangkan data sub sistem yang dikaji meliputi lingkungan,
pendidikan, komunikasi, pelayanan kesehatan dan sosial, keamanan dan
transportasi, ekonomi, politik dan pemerintahan.
Berikut merupakan data demografi yang di dapatkan yaitu:
1. Distribusi Pekerjaan Penduduk
Tabel 2.1 Pekerjaan Penduduk
No Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
1 Pedagang 12 6,9
2 Petani 34 19,7
3 Buruh 75 43,4
4 Pensiun 0 0
5 PNS 0 0
6 Wiraswasta 28 16,2
7 Peternak 1 0,5
8 Sopir 2 1,1
9 Tidak berkerja 21 12,1
Total 173 100
Berdasarkan tabel 2.1 diketahui bahwa sebagian besar (43,4%) dari total
sampel bekerja sebagai buruh.
2. Distribusi Pendidikan Penduduk
Tabel 2.2 Pendidikan Penduduk
No Pendidikan Jumlah Presentase (%)
1 SD/ sederajat 65 37,6
2 SMP/ sederajat 47 27,2
3 SMA/ sederajat 32 18,5
4 D3/S1 3 1,7
5 Tidak sekolah 26 15
Total 173 100
Berdasarkan tabel 2.2 diketahui bahwa sebagian besar (37,6%) dari total
sampel warga berpendidikan SD.
3. Distribusi Agama Penduduk
Tabel 2.3 Agama Penduduk

7
No Agama Jumlah Presentase (%)
1 Islam 173 100
2 Kristen Katolik 0 0
3 Budha 0 0
4 Kristen Protestan 0 0
5 Hindu 0 0
6 Konguchu 0 0
Total 173 100
Berdasarkan tabel 2.3 diketahui bahwa seluruh warga (100%) dari total
sampel beragama Islam.
B. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
1. Distribusi Pasangan Usia Subur
Tabel 3.04 Pasangan Usia Subur
No Pasangan Usia Subur Jumlah Persentase (%)
1 Ya 98 56,6
2 Tidak 75 43,4
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.04 didapatkan bahwa dari total 173 keluarga terdapat 56,6%
keluarga dengan pasangan usia subur.
2. Distribusi Pasangan Usia Subur yang Mengikuti KB
Tabel 3.05 Pasangan Usia Subur yang Mengikuti KB
No Mengikuti KB Jumlah Persentase (%)
1 Ya 80 81,7
2 Tidak 18 18,3
Total 98 100
Berdasarkan tabel 3.05 didapatkan bahwa dari total 98 pasangan usia subur
sebanyak 81,7% keluarga yang mengikuti program Keluarga Berencana (KB).
3. Distribusi Jenis KB
Tabel 3.06 Jenis KB
No Jenis KB Jumlah Persentase (%)
1 IUD/Spiral 13 16,25
2 Pil 7 8,75
3 Kondom 8 10
4 Sterilisasi Pria 6 7,5
5 Suntik 21 26,25
6 Susuk/implan 25 31,25
Total 80 100
Berdasarkan tabel 3.06 didapatkan bahwa dari total 80 keluarga dengan pasangan
usia subur sebanyak 31,25% keluarga menggunakan KB jenis susuk/implan.
4. Distribusi Alasan Tidak KB
Tabel 3.07 Alasan Tidak KB
No Alasan tidak KB Jumlah Persentase (%)
1 Dilarang suami 1 5,5
2 Tidak tau 1 5,5

8
3 Lain-lain 16 89
Total 18 100
Berdasarkan tabel 3.07 didapatkan bahwa dari total 18 keluarga dengan pasangan
usia subur sebanyak 89% keluarga tidak mengikuti program KB dikarenakan
alasan lain.
5. Distribusi Pengetahuan Kontrasepsi
Tabel 3.08 Pengetahuan Kontrasepsi
No Pengetahuan Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)
1 Ya 52 94,5
2 Tidak 3 5,5
Total 55 100
Berdasarkan tabel 3.08 didapatkan bahwa sebanyak 94,5% keluarga mengetahui
tentang kontrasepsi.
6. Distribusi Keinginan menggunakan KB
Tabel 3.09 Keinginan Menggunakan KB
No Keinginan Menggunakan KB Jumlah Persentase (%)
1 Ya 6 33,4
2 Tidak 12 66,6
Total 18 100
Berdasarkan tabel 3.09 didapatkan bahwa dari total 18 keluarga dengan pasangan
usia subur yang tidak mengikuti KB sebanyak 66,6% tidak ingin mengikuti KB.
7. Distribusi Kontrasepsi yang digunakan
Tabel 3.10 Kontrasepsi yang Digunakan
No Jenis Kotrasepsi yang digunakan Jumlah Persentase (%)
1 IUD/Spiral 1 5,5
2 Pil 4 22,5
3 Kondom 3 16,6
4 Sterilisasi Pria 1 5,5
5 Suntik 5 27,8
6 Susuk/implan 3 16,6
7 Sterilisasi Wanita 1 5,5
Total 18 100
Berdasarkan tabel 3.10 didapatkan bahwa pasangan usia subur yang tidak
mengikuti KB, saat diberikan pilihan jenis KB menunjukan sebanyak 27,8%
meginginkan jenis KB suntik.
8. Distribusi Ibu Hamil
Tabel 3.11 Data Ibu Hamil
No Ibu hamil Jumlah Persentase (%)
1 Tidak ada ibu hamil 94 95,9
2 Ya 4 4,1
Total 98 100
Berdasarkan tabel 3.11 didapatkan bahwa dari total 98 keluarga dengan pasangan
subur sebanyak 4,1% yang sedang hamil.

9
9. Distribusi Umur Kehamilan Ibu
Tabel 3.12 Umur Kehamilan Ibu
No Umur Kehamilan Ibu Jumlah Persentase (%)
1 Trimester 1 (0-3 bulan) 1 25
2 Trimester 2 (4-6 bulan) 3 75
3 Trimester 3 (7-9 bulan) 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.12 didapatkan bahwa dari total 4 keluarga yang memiliki ibu
hamil, sebanyak 75% berada di trimester 2.
10. Distribusi Riwayat Kehamilan Ibu
Tabel 2.13 Riwayat Kehamilan Ibu
No Riwayat Kehamilan Jumlah Persentase (%)
1 1 3 75
2 3 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.13 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebanyak 75%
merupakan kehamilan pertama.
11. Distribusi Pemeriksaan Leopold 1-4
Tabel 3.14 Pemeriksaan Leopold 1-4
Pemeruksaan leopold 1-4 Jumlah Persentase (%)
Ibu hamil 4 100
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.14 didapatkan bahwa pemeriksaan leopold pada ibu hamil
tidak terkaji.
12. Distribusi Usia Ibu Hamil
Tabel 3.15 Usia Ibu Hamil
No Usia Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
1 <20 tahun 1 25
2 >35 tahun 1 25
3 20-35 tahun 2 50
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.15 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebanyak 50%
berusia diantara 20-35 tahun.
13. Distribusi Pemeriksan Kehamilan
Tabel 3.16 Pemeriksaan Kehamilan
No Pemeriksaan Kehamilan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 4 100
2 Tidak 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.16 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebanyak 100%
(keseluruhan) melakukan pemeriksaan kehamilan.
14. Distribusi Alasan Tidak Memeriksa Kehamilan

10
Tabel 3.17 Alasan Tidak Memeriksa Kehamilan
No Alasan Tidak Memeriksa Kehamilan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak ada biaya 0 0
2 Jauh 0 0
Total 0 0
Berdasarkan tabel 3.17 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, keseluruhan ibu
hamil memeriksakan kehamilannya (0%).
15. Distribusi Ibu Hamil yang Memiliki Buku KIA
Tabel 3.18 Ibu Hamil yang Memiliki Buku KIA
No Ibu Hamil yang memiliki Buku KIA Jumlah Persentase (%)
1 Ya 3 75
2 Tidak 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.18 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil memiliki buku KIA (75 %).
16. Distribusi Riwayat Keluarga
Tabel 3.19 Riwayat Keluarga
No Riwayat Penyakit Keluarga Jumlah Persentase (%)
1 Tidak ada riwayat 2 50
2 Hipertensi 1 25
3 Lain-lain 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.19 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebanyak 25%
ibu hamil memiliki riwayat penyakit hipertensi dan lain-lain. Sedangkan 50% ibu
hamil yang lain tidak memiliki riwayat penyakit.
17. Distribusi Berat Badan (BB) Sebelum Hamil
Tabel 3.20 Berat Badan Sebelum Hamil
No Berat Badan Sebelum Hamil Jumlah Persentase (%)
1 48 1 25
2 53 1 25
3 55 1 25
4 85 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.20 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, masing-masing
ibu hamil berat badan sebelum hamil yaitu 48 kg, 53 kg, 55kg, 85 kg.
18. Distribusi Berat Badan Ibu Hamil Saat Ini
Tabel 3.21 Berat Badan Ibu Hamil Saat Ini
No Berat Badan saat ini Jumlah Persentase (%)
1 54 1 25
2 55 1 25
3 57 1 25
4 77 1 25
Total 4 100

11
Berdasarkan tabel 3.21 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, masing-masing
sebesar 25% berat badan saat ini terdiri dari 54 kg, 55 kg, 57 kg, 77kg.
19. Distribusi Tinggi Badan (TB) Ibu Hamil
Tabel 3.22 Tinggi Badan Ibu Hamil
No Tinggi Badan Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
1 154 1 25
2 158 2 50
3 160 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.22 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil memiliki tinggi badan 158 cm (50%).
20. Distribusi IMT Ibu Hamil
Tabel 3.23 IMT Ibu Hamil
No Indeks Masa Tubuh (IMT) Jumlah Persentase (%)
1 21 1 25
2 22 1 25
3 23 1 25
4 30 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.23 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, ibu hamil
memiliki IMT masing-masih sebesar 21, 22, 23, dn 30 (25%).
21. Distribusi Lingkar Panggul
Tabel 3.24 Lngkar Panggul Ibu Hamil
No Lingkar Panggul Jumlah Persentase (%)
1 27 1 100
Total 1 100
Berdasarkan tabel 3.24 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, lingkar panggul
1 ibu hamil yang terkaji yaitu 27 cm.
22. Distribusi Lingkar Lengan Atas
Tabel 3.25 Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil
No Lengkar Lengan Atas Jumlah Persentase (%)
1 24 1 25
2 27 1 25
3 28 1 25
4 32 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.25 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, masing-masing
ibu hamil memiliki Lingkar Lengan Atas 24, 27, 28, 32 cm (25%).
23. Distribusi Keluhan Ibu Hamil
Tabel 3.26 Keluhan Ibu Hamil
No Keluhan Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
1 Lemah, Letih, Lesu 3 75

12
2 Mual dan Muntah 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.26 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil memiliki keluhan berupa lemah, letih dan lesu (75%).
24. Distribusi Rencana Persalinan
Tabel 3.27 Rencana Persalinan
No Rencana Persalinan Jumlah Persentase (%)
1 Sudah 2 50
2 Belum 2 50
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.27 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil sudah dan belum meiliki rencana persalinan masing-masng sebesar
50%.
25. Distribusi Transportasi untuk persalinan
Tabel 3.28 Transportasi untuk Persalinan
No Transportasi persalinan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 2 50
2 Belum 2 50
Total 100
Berdasarkan tabel 3.28 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebanyak 50%
sudah memiliki rencana transportasi untuk persalinan.
26. Distribusi Rencana KB setelah Melahirkan
Tabel 3.29 Rencana KB Setelah Melahirkan
No Rencana KB Jumlah Persentase (%)
1 Sudah 2 50
2 Belum 2 50
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.29 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, hasil seimbang
dimana sebanyak 50% ibu hamil sudah mimiliki rencana dan terdapat yang belum
memiliki rencana KB setelah melahirkan.
27. Distribusi Konsumsi Susu Ibu Hamil
Tabel 3.30 Konsumsi Susu Ibu Hamil
No Konsumsi Susu Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 1 25
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 1 25
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 1 25
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.30 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, ibu hamil
memiliki variasi dalam mengkonsumsi susu ibu hamil. Terdapat ibu hami yang
tidak pernah, jarang, sering, dan selalu dengan masing-masing 25%.

13
28. Distribusi Konsumsi Sayur
Tabel 3.31 Konsumsi Sayur
No Konsumsi Sayur Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 1 25
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 0 0
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 0 0
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 3 75
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.31 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil mengkonsumsi sayur setiap hari ( 75%).
29. Distribusi Konsumsi Protein
Tabel 3.32 Konsumsi Protein
No Konsumsi Protein Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 1 25
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 2 50
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 1 25
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.32 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil mengonsumsi protein dalam katogori jarang yaitu 1-3 hari dalam
seminggu (50%).
30. Distribusi Konsumsi Buah
Tabel 3.33 Konsumsi Buah
No Konsumsi Buah Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 1 25
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 0 0
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 2 50
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.33 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil mengkonsumsi buah dalam katogori sering yaitu 4-6 hari dalam
seminggu (50%).
31. Distribusi Budaya Kesehatan
Tabel 3.34 Budaya Kesehatan
No Budaya Kesehatan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 2 50
2 Tidak 2 50
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.34 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebanyak 50%
tidak ada budaya kesehatan tertentu yang diikuti.
32. Distribusi Kelas Ibu Hamil
Tabel 3.35 Kelas Ibu Hamil

14
No Mengikuti Kelas Ibu Hamil Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah 3 75
2 Sering (4-8 kali) 1 25
3 Jarang (1-3 kali) 0 0
4 Selalu (9 kali) 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.35 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil tidak pernah mengikuti kelas ibu hamil (75%).
33. Distribusi Alasan Tidak Mengikuti Kelas Ibu Hamil
Tabel 3.36 Alasan Tidak Mengikuti Kelas Ibu Hamil
No Alasan Tidak Mengikuti Kelas Ibu Jumlah Persentase (%)
Hamil
1 Jauh 2 66,7
2 Lain-lain 1 33,3
Total 3 100
Berdasarkan tabel 3.36 didapatkan bahwa dari total 3 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil yang tidak pernah mengikuti kelas ibu hamil beralasan karena jauh
(66,7%).
34. Distribusi Partisipasi Senam
Tabel 3.37 Partisipasi Senam
No Partisipasi Senam Hamil Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah 2 50
2 Sering (2-3 kali) 0 0
3 Jarang (1 kali) 2 50
4 Selalu (4 kali) 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.37 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil tidak pernah mengikuti senam ibu hamil (50%).
35. Distribusi Anggota Keluarga Merokok
Tabel 3.38 Anggota Keluarga Merokok
No Anggota Kelaurga Merokok Jumlah Persentase (%)
1 Ya 4 100
2 Tidak 0 0
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.38 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
keluarga ibu hamil memiliki keluarga yang merokok (100%).
36. Distribusi Tempat Merokok
Tabel 3.39 Tempat Merokok
No Tempaat merokok Jumlah Persentase (%)
1 di dalam rumah 2 50
2 di luar rumah 2 50
Total 4 100

15
Berdasarkan tabel 3.39 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
keluarga ibu hamil yang merokok, tempak merokokya masing-masing 50% diluar
dan di dalam rumah.
37. Distribusi Pengetahuan tentang Tanda Bahaya Kehamilan
Tabel 3.40 Pengetahuan tentang Tanda Bahaya Kehamilan
No Pengetahuan Tanda Bahaya Kehamilan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 3 75
2 Tidak 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.40 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan (75%).
38. Distribusi Pengetahuan tentang Stiker P4K
Tabel 3.41 Pengetahuan tentang Stiker P4K
No Pengetahuan stiker P4K Jumlah Persentase (%)
1 Ya 3 75
2 Tidak 1 25
Total 4 100
Berdasarkan tabel 3.41 didapatkan bahwa dari total 4 ibu hamil, sebagian besar
ibu hamil mengetahui tentang makna dari stiker P4K (75%).
39. Distribusi Pemberian ASI
Tabel 2.42 Pemberian ASI
No Ibu Menyusui Jumlah Persentase (%)
1 Ya 14 100
2 Tidak 0 0
Total 14 100
Berdasarkan tabel 3.42 didapatkan bahwa dari total 14 ibu menyusui terdapat
100% ibu menyusui yang memberikan ASI kepada anaknya.
40. Distribusi Pengetahuan ASI Eksklusif
Tabel 3.43 Pengetahuan ASI Eksklusif
No Pengetahuan ASI Eksklusif Jumlah Persentase (%)
1 Ya 13 92,8
2 Tidak 1 7,2
Total 14 100
Berdasarkan tabel 3.43 didapatkan bahwa 92,8 % ibu menyusui mengetahui
tentang ASI eksklusif.
41. Distribusi Pemberian ASI Ekslusif
Tabel 3.44 Pemberian ASI EKsklusif
No ASI Eksklusif Jumlah Persentase (%)
1 Ya 12 85,7
2 Tidak 2 14,3
Total 14 100

16
Berdasarkan tabel 3.44 didapatkan bahwa 85,7 % ibu menyusui ASI secara
eksklusif.
42. Distribusi Jenis makanan bukan ASI
Tabel 3.45 Jenis Makanan bukan ASI
No Makanan Bukan ASI Jumlah Persentase (%)
1 Aiar puth 0 0
2 Susu Formula 2 100
3 Madu 0 0
4 Air tajin 0 0
Total 2 100
Berdasarkan tabel 3.45 didapatkan bahwa dari total 2 ibu yang tidak memberikan
ASI secara eksklusif, jenis makanan yang diberikan sebanyak 100% kepada
anaknya selain ASI adalah susu formula.
43. Alasan tidak ASI eksklusif
Tabel 3.46 Alasan Tidak ASI Eksklusif
No Alasan Tidak ASI Eksklusif Jumlah Persentase (%)
1 Pekerjaan 1 50
2 Lain-lain 1 50
Total 2 100
Berdasarkan tabel 3.46 didapatkan bahwa alasan ibu tidak menyusui eksklusif
sebanyak 50% karena pekerjaan dan 50% karena hal lain.
44. Distribusi Makanan Pendamping ASI (MPASI)
Tabel 3.47 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
No Ibu Menyusui yang Memberikan Jumlah Persentase (%)
MPASI
1 Ya 12 85,7
2 Tidak 2 14,3
Total 14 100
Berdasarkan tabel 3.47 didapatkan bahwa 85,7 % ibu menyusui yang memiliki
balita memberikan MPASI.
45. Distribusi MPASI yang Dibuat sendiri atau beli di warung
Tabel 3.48 Pembuatan MP-ASI
No Sumber pemberian MPAS Jumlah Persentase (%)
1 Membeli di warung 9 64,3
2 Buat sendiri 3 21,4
Total 12 100
Berdasarkan tabel 3.48 didapatkan bahwa 64,3 % MPASI dibeli di warung dan
21,4% membuat sendiri.
46. Distribusi Datang ke posyandu
Tabel 3.49 Kehadiran Posyandu
No Datang ke Posyandu Jumlah Persentase (%)
1 Ya 32 88,9

17
2 Tidak 4 11,1
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.49 didapatkan bahwa 88,9% balita datang ke posyandu
sedangkan 11,1% tidak datang.
47. Distribusi Alasan tidak ke Posyandu
Tabel 3.50 Alasan Tidak ke Posyandu
No Alasan tidak ke posyandu Jumlah Persentase (%)
1 Jauh 1 25
2 Tidak ada waktu 2 50
3 Lain-lain 1 25
Total 14 100
Berdasarkan tabel 3.50 didapatkan bahwa alasan tidak ke posyandu adalah
sebanyak 25 % karena jauh, 50 % karena tidak ada waktu dan 25% karena alasan
lain.
48. Distribusi Pemeriksaan tumbuh kembang
Tabel 3.51 Pemeriksaan Tumbuh Kembang
No Pemeriksaan Tumbuh Kembang Jumlah Persentase (%)
1 Ya 35 97,2
2 Tidak 1 2,8
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.51 didapatkan bahwa sebanyak 97,2% ibu melakukan
pemeriksaan tumbuh kembang anak dan yang tidak melakukan sebanyak 2,8%.
49. Distribusi Frekuensi pemeriksaan
Tabel 3.52 Frekuensi Pemeriksaan
No Frekuensi Pemeriksaan Jumlah Persentase (%)
1 <5 kali 10 27,8
2 >5 kali 26 78,2
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.52 didapatkan bahwa frekuensi balita melakukan
pemeriksaan tumbuh kembang yang kurang dari 5 kali sebanyak 27,8 % dan yang
lebih dari 5 kali adalah 72,8 %.
50. Dsitribusi Buku Kartu Menuju Sehat (KMS)
Tabel 3.53 Buku Kartu Menuju Sehat (KMS)
No Buku KMS Jumlah Persentase (%)
1 Ya 24 66,7
2 Tidak 12 33,3
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.53 didapatkan bahwa kepemilikan buku KMS sebanyak
66,7%.

18
51. Distribusi Berat Badan Lahir
Tabel 3.54 Berat Badan Lahir
No Berat Badan Lahir Jumlah Persentase (%)
1 >2500 26 78,2
2 <2500 10 27,8
Total 14 100
Berdasarkan tabel 3.54 didapatkan bahwa bayi lahir <2500 gram sebanyak 27,8
% dan yang >2500 gram sebanyak 78,2 %.
52. Distribusi Tinggi Badan Lahir
Tabel 3.55 Tinggi Badan Lahir
No Tinggi Badan Lahir Jumlah Persentase (%)
1 >47 25 69,5
2 <47 11 30,5
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.55 didapatkan bahwa tinggi badan bayi baru lahir yang >47
cm sebanyak 69,5 % dan <47 cm sebanyak 30,5 %.
53. Distribusi Berat Badan saat ini
Tabel 3.56 Berat Badan Saat Ini
No Berat Badan saat ini Jumlah Persentase (%)
1 4 1 2,7
2 5 1 2,7
3 7 2 5,5
4 8 3 8,3
5 9 1 2,7
6 10 6 16,6
7 11 4 11,1
8 12 5 13,8
9 13 7 19,4
10 14 2 5,5
11 15 2 5,5
12 16 1 2,7
13 17 1 2,7
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.56 didapatkan bahwa berat badan saat ini paling banyak
adalah 13 kg (19,4%).
54. Tinggi Badan saat ini
Tabel 3.57 Tinggi Badan Saat Ini

No Tinggi Badan saat ini Jumlah Persentase (%)


1 60 3 8,3
2 68 2 5,5
3 73 1 2,7
4 74 2 5,5
5 75 1 2,7
6 78 2 5,5
7 79 1 2,7
8 80 3 8,3
9 82 4 11,1

19
10 83 1 2,7
11 84 2 5,5
12 85 1 2,7
13 86 1 2,7
14 87 1 2,7
15 89 3 8,3
16 92 1 2,7
17 95 2 5,5
18 96 1 2,7
19 97 1 2,7
20 98 1 2,7
21 100 1 2,7
22 103 1 2,7
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.57 didapatkan bahwa sebagian besar tinggi badan anak
setinggi 82 cm (11,1%).
55. Distribusi Kategori KMS
Tabel 3.58 Kategori KMS
No Kategori KMS Jumlah Persentase (%)
1 Daerah Hijau 36 100
2 Dibawah garis titik-titik 0
3 Diatas garis hijau kuning 0 0
4 Dibawah garis merah 0 0
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.58 didapatkan bahwa kategori KMS di daerah hijau adalah
20,8 %.
56. Konsumsi sayur dan buah
Tabel 3.59 Konsumsi Sayur dan Buah
No Konsumsi sayur dan buah Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 1 2,7
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 13 36,1
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 10 27,8
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 12 33,4
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.59 didapatkan bahwa sebanyak 46,1 % balita jarang
mengonkumsi sayur dan buah.
57. Distribusi Konsumsi protein
Tabel 3.60 Konsumsi Protein
No Konsumsi protein Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 0 0
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 9 25
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 18 50
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 9 25
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.60 didapatkan bahwa sebanyak 50% balita sering
mengonsumsi protein.

20
58. Distribusi Konsumsi Susu
Tabel 3.61 Konsumsi Susu
No Konsumsi Susu Jumlah Persentase (%)
1 Tidak pernah (0 hari dalam seminggu) 1 2,7
2 Jarang (1-3 hari dalam seminggu) 7 19,5
3 Sering (4-6 hari dalam seminggu) 8 22,3
4 Selalu (7 hari dalam seminggu) 20 55,5
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.61 didapatkan bahwa sebanyak 55,5 % balita selalu
mengonsumsi susu.
59. Distribusi Jenis imunisasi
Tabel 3.62 Jenis Imunisasi
No Imunisasi Jumlah Persentase (%)
1 Polio 2 5,5
2 DPT 2 5,5
3 Campak 12 33,4
4 BCG 11 30,6
5 Hepaitis 4 11,1
6 Semua 5 13,9
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.62 didapatkan bahwa imunisasi campak yang paling banyak
sudah dilakukan imunisasi dengan persentae sebanyak 33,4 %.
60. Kelengkapan imunisasi
Tabel 3.63 Kelengkapan Imunisasi
No Kelengkapan imunisasi Jumlah Persentase (%)
1 Lengkap 33 91,7
2 Tidak lengkap 3 8,3
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.6 3didapatkan bahwa sebanyak 91,7 % balita sudah lengkan
imunisasi.
61. Alasan tidak imunisasi
Tabel 3.64 Alasan Tidak Imunisasi
No Alasan tidak imunisaasi Jumlah Persentase (%)
1 Jarak yang jauh 2 66,7
2 Lain-lain 1 33,3
Total 3 100
Berdasarkan tabel 3.64 didapatkan bahwa sebanyak 66,7% alasan paling banyak
tidak dilakukan imunisasi adalah karena jarak yang jauh.
62. Distribusi Riwayat sakit
Tabel 3.65 Riwayat Sakit
No Riwayat sakit Jumlah Persentase (%)
1 Ya 28 77,8
2 Tidak 8 22,2
Total 36 100

21
Berdasarkan tabel 3.65 didapatkan bahwa sebanyak 77,8 % balita memiliki
riwayat sakit.
63. Distribusi Lama sakit
Tabel 3.66 Lama Sakit
No Lama sakit Jumlah Persentase (%)
1 <2 minggu 36 100
2 >2 minggu 0 0
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.66 didapatkan bahwa sebanyak 100 % balita jika sakit <2
minggu.
64. Distribusi Usaha keluarga
Tabel 3.67 Usaha Keluarga
No Usaha keluarga Jumlah Persentase (%)
1 Dibawa ke PKD Bidan desa/ mantri/ dokter 36 100
2 Dukun/orarng pintar/tabib/pengobatan herbal 0 0
3 Memberikan obat warung 0 0
Total 36 100
Berdasarkan tabel 3.67 didapatkan bahwa sebanyak 100% balita dibawa ke
PKD/bidan desa/mantri desa/dokter saat sakit.
C. Lansia
1. Distribusi Pengetahuan Penyakit Diderita
Tabel 3.68 Pengetahuan Penyakit Diderita
N Pengetahuan penyakit diderita Jumlah Persentase (%)
o
1Lansia mengetahui penyakit diderita 30 57,7
2Lansia tidak mengetahui penyakit 22 42,3
diderita
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.68 didapatkan bahwa sebagian besar (57,7%) lansia
mengetahui penyakit yang dideritanya.
2. Distribusi Informasi Penyakit Diderita
Tabel 3.69 Informasi Penyakit Diderita
No Informasi penyakit diderita Jumlah Persentase (%)
1 Pernah menerima informasi terkait penyakit 31 59, 6
2 diderita 21 40,4
Tidak pernah menerima informasi terkait
penyakit diderita
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.69 didapatkan bahwa sebagian besar (59, 6%) pernah
menerima informasi terkait penyakit diderita.
3. Distribusi Pilihan Berobat
Tabel 3.70 Pilihan Berobat
No Pilihan berobat Jumlah Persentase (%)
1 Rumah sakit dan Ya 40 76,9
Puskesmas Tidak 13 23,1

22
2 Ya 18 34, 6
Dokter Tidak 34 65,4
3 Ya 2 3,8
Bidan Tidak 50 96,2
4 Ya 0 0
Perawat Tidak 52 100
5 Ya 8 15,4
Posyandu Tidak 44 84, 6
6 Ya 0 0
Dukun Tidak 52 100
7 Ya 8 15,4
Obat Warung Tidak 44 84, 6
8 Ya 1 1,9
Pengobatan Alternatif Tidak 51 98,1
9 Ya 47 90,4
Dibiarkan Tidak 5 9, 6
Berdasarkan tabel 3.70 didapatkan bahwa sebagian besar (76, 9%) memilih
berobat ke rumah sakit dan ke puskesmas.

4. Distribusi Pengetahuan Keluarga


Tabel 3.71 Pengetahuan Keluarga
No Pengetahuan keluarga Jumlah Persentase (%)
1 Keluarga mengetahui penyakit lansia 32 61,5
2 Keluarga tidak mengetahui penyakit lansia 20 38,5

Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.71 didapatkan bahwa sebagian besar (61,5%) keluarga
mengetahui tentang penyakit yang sedang diderita lansia.

5. Distribusi Usaha Keluarga Jika Lansia Sakit


Tabel 3.72 Usaha Keluarga Jika Lansia Sakit
No Usaha keluarga jika lansia sakit Jumlah Persentase (%)
1 Dibawa ke pelayanan kesehatan 42 80,8
2 Dibiarkan saja hingga parah lalu dibawa ke 10 19,2
3 yankes 0 0
Tidak dibawa kemana – mana
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.72 didapatkan sebagian besar (80,8%) keluarga membawa
lansia ke pelayanan kesehatan jika lansia sakit.

6. Distribusi Penyuluhan Penyakit Lansia


Tabel 3.73 Penyuluhan Penyakit Lansia
No Penyuluhan penyakit lansia Jumlah Persentase (%)
1 Mendapat penyuluhan penyakit lansia 22 42,3
2 Tidak mendapat penyuluhan penyakit lansia 30 57,7
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.73 didapatkan bahwa sebagian besar (57,7%) lansia tidak
mendapatkan penyuluhan penyakit lansia.

7. Distribusi Riwayat Jatuh

23
Tabel 3.74 Riwayat Jatuh
No Riwayar Jatuh Jumlah Persentase (%)
1 Lansia memiliki riwayat jatuh 12 23,1
2 Lansia tidak memiliki riwayat jatuh 40 76,9
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.74 didapatkan bahwa sebagian besar (76, 9%) lansia tidak
memiliki riwayat jatuh.

8. Distribusi Kesulitan Menangani Lansia


Tabel 3.75 Kesulitan Menangani Lansia
No Kesulitan menangani lansia Jumlah Persentase (%)
1 Merasa kesulitan menangani lansia 12 23,1
2 Tidak merasa kesulitan menangani lansia 40 76,9
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.75 didapatkan bahwa sebagian besar (76, 9%) keluarga tidak
merasa kesulitan menangani lansia.

9. Distribusi Bidang yang Menjadi Kesulitan Menangani Lansia


Tabel 3.76 Bidang yang Menjadi Kesulitan Lansia
No Bidang Jumlah Persentase
(%)
1 Ekonomi Ya 19 36,5
Tidak 33 63,5
2 Pengetahuan keluarga Ya 6 11,5
Tidak 46 88,5
3 Pengetahuan lansia Ya 7 13,5
Tidak 45 86,5
4 Perilaku lansia Ya 14 26,9
Tidak 38 73,1
Berdasarkan tabel 3.76 didapatkan bahwa bahwa sebagian besar (36, 5%) keluarga
merasa kesulitan menangani lansia karena kendala masalah ekonomi.

10. Distribusi Lansia Merokok


Tabel 3.77 Lansia Merokok
No Lansia meroko Jumlah Persentase (%)
1 Merokok 24 46,2
2 Tidak merokok 28 53,8
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.77 didapatkan bahwa sebagian besar (53,8%) lansia
mengatakan tidak merokok.

11. Distribusi Frekuensi Merokok


Tabel 3.78 Frekuensi Merokok
No Lansia meroko Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Merokok 28 53,8
2 Lebih dari 1 bungkus 1 1,9
3 Satu bungkus 3 5,8
4 Kurang dari satu bungkus 20 38,5

24
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.78 didapatkan bahwa sebagian besar (38,5%) lansia merokok
kurang dari satu bungkus.

12. Distribusi Riwayat Merokok


Tabel 3.79 Riwayat Merokok
No Riwayat merokok Jumlah Persentase (%)
1 Memiliki riwayat merokok 22 42,3
2 Tidak memiliki riwayat merokok 30 57,7
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.79 didapatkan bahwa sebagian besar (57,7%) lansia tidak
memiliki riwayat merokok.
13. Distribusi Kebiasaan Nginang
Tabel 3.80 Kebiasaan Nginang
No Kebiasaan nginang Jumlah Persentase (%)
1 Memiliki kebiasaan nginang 11 22,1
2 Tidak memiliki kebiasaan nginang 41 78,8
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.80 didapatkan bahwa sebagian besar (78,8%) lansia tidak
memiliki kebiasaan nginang.

14. Distribusi Kebiasaan Makan


Tabel 3.81 Kebiasaan Makan
No Kebiasaan Makan Jumlah Persentase (%)
1 Jeroan Ya 12 76,9
Tidak 40 23,1
2 Makanan asin-asinan Ya 19 63,5
Tidak 33 36,5
3 Cepat saji Ya 7 13,5
Tidak 45 86,5
4 Gorengan Ya 37 71,2
Tidak 15 28,8
5 Makan Lainnya Ya 5 9,6
Tidak 44 84, 6
Berdasarkan tabel 3.81 didapatkan bahwa sebagian besar (71, 2%) lansia memiliki
kebiasaan mengkonsumsi gorengan.
15. Distribusi Kendala Berkomunikasi
Tabel 3.82 Kendala Berkomunikasi
No Kendala berkomunikasi Jumlah Persentase (%)
1 Memiliki kendala berkomunikasi 9 17,3
2 Tidak memiliki kendala berkomunikasi 43 82,7
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.82 didapatkan bahwa sebagian besar (82,7%) lansia tidak
memiliki kendala berkomunikasi.
16. Distribusi Kemampuan Activity Daily Living (ADL)
Tabel 3.83Kemampuan Activity Daily Living (ADL)
No Kemampuan Activity Daily Living (ADL) Jumlah Persentase (%)
1 Mandiri sepenuhnya 50 96,2

25
2 Mandiri tetapi ada 1 fungsi dibantu 2 3,8
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.83 didapatkan bahwa sebagian besar (96,2 %) lansia mampu
melakukan aktivitas mandiri sepenuhnya.

17. Distribusi Kontrol Tekanan Darah


Tabel 3.84 Kontrol Tekanan Darah
No Kontrol Tekanan Darah Jumlah Persentase (%)
1 Pernah melakukan kontrol tekanan darah 43 82,7
2 Tidak pernah melakukan kontrol tekanan darah 9 17,3
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.84 didapatkan bahwa sebagian besar (82,7 %) lansia pernah
melakukan kontrol tekanan darah.
18. Distribusi Pengalaman Hipertensi
Tabel 3.85 Pengalaman Hipertensi
No Pengalaman hipertensi Jumlah Persentase (%)
1 Memiliki pengalaman hipertensi 30 57, 6
2 Tidak memiliki pengalaman hipertensi 22 42,3
Total 52 100
Berdasarkan tabel 3.85 didapatkan bahwa sebagian besar (57, 6%) lansia memiliki
pengalaman hipertensi.
19. Distribusi Minuman yang Dikonsumsi
Tabel 3.86 Minuman yang Dikonsumsi
No Kebiasaan minuman yang Jumlah Persentase (%)
dikonsumsi
1 Kopi Ya 27 48,1
Tidak 25 51,9
2 Teh Ya 28 42,3
Tidak 22 57,7
3 Alkohol Ya 0 0
Tidak 52 100
4 Bersoda Ya 0 0
Tidak 52 100
5 Air putih Ya 52 100
Tidak 0 0
Berdasarkan tabel 3.86 didapatkan bahwa lansia hipertensi masih mengkonsumsi
kopi sebanyak (48,1%) dan mengkonsumsi teh sebanyak (42,3%) lansia.

20. Distribusi Penyakit yang Diderita Lansia


Tabel 3.87 Penyakit yang Diderita Lansia
No Penyakit yang diderita lansia Jumlah Persentase (%)
1 Hipertensi Ya 29 55,8
Tidak 23 44,2
2 Diabetes Mellitus Ya 3 5,8
Tidak 49 94,2
3 Rematik Ya 10 19,2
Tidak 42 80,8
4 Asam Urat Ya 12 23,1
Tidak 40 76,9

26
5 Stroke Ya 1 1,9
Tidak 51 98,1
6 Sakit Lambung Ya 5 9, 6
Tidak 47 90,4
7 Penyakit Lainnya Ya 2 3, 6
Tidak 50 96,4
Berdasarkan tabel 3.87 didapatkan bahwa sebagian besar (55,8%) lansia menderita
hipertensi.

21. Distribusi Pekerjaan Lansia


Tabel 3.88 Pekerjaan Lansia
No Penyakit yang diderita lansia Jumlah Persentase (%)
1 Tidak bekerja 6 11,5
2 Buruh 8 15,4
3 Petani 13 25,0
4 Pedagang 4 7,7
5 Peternak 1 1,9
6 Lainnya 20 38,5

Berdasarkan tabel 3.88 didapatkan bahwa sebagian besar (38,5 %) lansia memiliki
pekerjaan lainnya.
D. Kesehatan Lingkungan
1. Distribusi Pemberantasan Sarang Nyamuk
Tabel 3.89 Pemberantasan Sarang Nyamuk
No Pemberantasan Sarang Nyamuk Jumlah Persentase
(%)
1 Membersihkan rumah Ya 93 53,8
Tidak 80 46,2
2 Menguras bak mandi Ya 119 68,8
Tidak 54 31,2
3 Kubur barang bekas Ya 25 14,5
Tidak 148 85,5
4 Membakar sampah Ya 24 13,9
Tidak 149 86,1
5 Lain – lain Ya 4 2,3
Tidak 168 97,1
Total 100
Berdasarkan tabel 3.89 didapatkan bahwa mayoritas warga melakukan
pemberantasan sarang nyamuk dengan cara menguras bak mandi (68.8 %).
2. Distribusi Pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Tabel 3.90 Pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
No Pentingnya pemberantasan sarang nyamuk Jumlah Persentase (%)
1 Penting 172 99,4
2 Tidak penting 1 0,6
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.90 didapatkan bahwa PSN merupakan sesuatu yang penting
menurut masyarakat (99,4 %).

27
3. Distribusi Frekuensi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Tabel 3.91 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
No PSN Jumlah Persentase (%)
1 3 kali/minggu 79 45,7
2 1 kali/minggu 64 37,0
3 1 kali/bulan 22 12,7
4 Tidak pernah 8 4, 6
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.91 didapatkan bahwa mayoritas warga sudah melakukan
pemberantasan sarang nyamuk 3 kali/minggu sebanyak 45, 7%.
4. Distribusi Sumber Air
Tabel 3.92 Sumber Air
No Sumber air Jumlah Persentase (%)
1 Menggunakan sumber air 89 51,4
2 Tidak menggunakan sumber air 84 48, 6
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.92 didapatkan bahwa 51,4 % warga mendapatkan sumber air
dari sumur, mata air dan PDAM.
5. Distribusi Persedian Jamban
Tabel 3.93Persedian Jamban
No Persediaan jamban Jumlah Persentase
(%)
1 Memiliki jamban 101 58,4
2 Tidak memiliki jamban 72 41, 6
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.93 didapatkan bahwa 58,4 % warga sudah memakai
jamban.
6. Distribusi Jenis Jamban
Tabel 3.94 Jenis Jamban
No Jenis jamban Jumlah Persentase (%)
1 Jamban cemplung 125 72,3
2 Bukan cemplung 48 27,7
Total 173 100
Berdasarkan tabel 3.94 didapatkan bahwa 72,3 % warga tidak memakai jamban
kloset atau leher angsa.
7. Distribusi Penggunaan Septic Tank
Tabel 3.95 Penggunaan Septic Tank
No Penggunaan Septic Tank Jumlah Persentase (%)
1 Ya 22 12.7
2 Tidak 151 87.3
Total 173 100%

28
Berdasarkan tabel 3.95 didapatkan bahwa 87,3 % tidak mempunyai septic tank di
rumah.
8. Distribusi Jarak Septic Tank
Tabel 3.96 Jarak Septic Tank
No Jarak Septic Tank Jumlah Persentase (%)
1 1-5 meter 141 81.5
2 6-9 meter 32 18.5
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.96 didapatkan bahwa 81.5% jarak septic tank dari rumah
sekitar 1-5 meter.
9. Distribusi Jenis Rumah
Tabel 3.97 Jenis Rumah
No Jenis Rumah Jumlah Persentase (%)
1 Permanen 129 74.6
2 Semi Permanen 40 23.1
3 Tidak Permanen 4 2.3
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.97 didapatkan bahwa 74,6 % jenis rumah warga adalah
permanen.
10. Distribusi Jenis Lantai
Tabel 3.98 Jenis Lantai
No Jenis Lantai Jumlah Persentase (%)
1 Keramik 126 72.8
2 Plester 42 24.3
3 Tanah 5 2.9
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.98 didapatkan bahwa 72,8 % jenis lantai warga adalah
keramik.
11. Distribusi Ventilasi Rumah
Tabel 3.99 Ventilasi Rumah
No Ventilasi Rumah Jumlah Persentase (%)
1 Ya 168 97.1
2 Tidak 5 2.9
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.99 didapatkan bahwa 97,1 % warga memakai ventilasi
rumah.
12. Distribusi Penerangan Ruangan
Tabel 3.100 Penerangan Ruangan
No Penerangan Ruang Jumlah Persentase (%)
1 Ya 166 96.0
2 Tidak 7 4.0
Total 173 100%

29
Berdasarkan tabel 3.100 didapatkan bahwa 96,0 % warga memiliki penerangan
ruangan.
13. Distribusi Tempat Sampah
Tabel 3.101Tempat Sampah
No Tempat Sampah Jumlah Persentase (%)
1 Ya 150 86.7
2 Tidak 23 13.3
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.101 didapatkan bahwa 86,7%% warga memiliki tempat
sampah di rumah.
14. Distribusi Pemisah Sampah
Tabel 3.102 Pemisah Sampah
No Pemisah Sampah Jumlah Persentase (%)
1 Ya 27 15.6
2 Tidak 146 84.4
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.102 didapatkan bahwa 84,4 % warga belum memisahkan
sampah organik dan non organik.
15. Distribusi Cara Buang Sampah
Tabel 3.103 Cara Buang Sampah
No Cara Buang Sampah Jumlah Persentase (%)
1 Dibakar/timbun 85 49.1
2 Sungai/sembarangan 52 30.1
3 Diangkut 36 20.8
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.103 didapatkan bahwa 49,1 % warga membuang sampah
dengan cara dibakar.
16. Distribusi Penting Cuci Tangan
Tabel 3.104 Penting Cuci Tangan
No Penting Cuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 169 97.7
2 Tidak 4 2.3
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.104 didapatkan bahwa 97.7 % warga menganggap cuci
tangan itu penting.
17. Distribusi Tempat Cuci Tangan
Tabel 3.105 Tempat Cuci Tangan
No Tempat Cuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 114 65.9
2 Tidak 59 34.1
Total 173 100%

30
Berdasarkan tabel 3.105 didapatkan bahwa 65,9 % tersedia tempat cuci tangan
dirumah masing-masing warga.
18. Distribusi Cara Cuci Tangan
Tabel 3.106 Cara Cuci Tangan
No Cara Cuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Air mengalir dan sabun 151 87.3
2 Air mengalir 18 10.4
3 Air ditampung 4 2.3
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.106 didapatkan bahwa 87,3 % warga melakukan cuci tangan
lebih banyak dengan cara air mengalir dan sabun.
19. Distribusi Keluarga Merokok
Tabel 3.107 Keluarga Merokok
No Keluarga Merokok Jumlah Persentase (%)
1 Ya 129 74.6
2 Tidak 44 25.4
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.107 didapatkan bahwa 74,6 % warga merokok.
20. Distribusi Tempat Merokok
Tabel 3.108 Tempat Merokok
No Tempat Merokok Jumlah Persentase (%)
1 Dalam rumah 91 52.6
2 Luar rumah 43 24.9
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.108 didapatkan bahwa 52,6% warga merokok dilakukan di
dalam rumah.
21. Distribusi Kandang Hewan
Tabel 3.109 Kandang Hewan
No Kandang Hewan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 88 50.9
2 Tidak 84 48.6
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.109 didapatkan bahwa 50,9% warga memiliki kandang
hewan.
22. Distribusi Jarak Kandang Hewan
Tabel 3.110 Jarak Kandang Hewan
No Kandang Hewan Jumlah Persentase (%)
1 < 5 meter 79 31.8
2 5-10 meter 35 20.2
3 >10 meter 3 1.7
Total 173 100%

31
Berdasarkan tabel 3.110 didapatkan bahwa 31,8% jarak kandang hewan dengan
rumah <5meter.
23. Distribusi Selokan
Tabel 3.111 Selokan
No Selokan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 81 46.8
2 Tidak 91 52.6
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.111 didapatkan bahwa 52,6% warga tidak memiliki selokan
dirumah.
24. Distribusi Aliran Selokan
Tabel 3.112 Aliran Selokan
No Aliran Selokan Jumlah Persentase (%)
1 Lancar 99 59.3
2 Tersumbat 9 5.4
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.112 didapatkan bahwa 99% aliran selokan di rumah warga
yang memiliki selokan lancar.
25. Distibusi Luas Rumah
Tabel 3.113 Luas Rumah
No Aliran Selokan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 169 97.7
2 Tidak 4 2.3
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.113 didapatkan bahwa 97,7% warga memiliki luas rumah
yang mencapai ≥ 1,75m2.
26. Distribusi Kondisi Rumah
Tabel 3.114 Kondisi Rumah
No Kondisi Rumah Jumlah Persentase (%)
1 Rapih dan bersih 110 63.6
2 Berantakan 63 36.4
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.114 didapatkan bahwa 63,6% warga memiliki kondisi rumah
yang rapi dan bersih
27. Distribusi Penampungan Kamar Mandi
Tabel 3.15 Penampungan Kamar Mandi
No Penampungan Kamar Mandi Jumlah Persentase (%)
1 Ya 97 56.1
2 Tidak 76 43.9
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.115 didapatkan bahwa 56,1% warga memiliki penampungan
kamar mandi di rumah.

32
28. Distribusi Jentik Nyamuk
Tabel 3.16 Jentik Nyamuk
No Jentik Nyamuk Jumlah Persentase (%)
1 Ya 30 17.3
2 Tidak 143 82.7
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.116 didapatkan bahwa 82,7% warga tidak terdapat jentik-
jentik nyamuk di dalam bak mandi.
29. Distribusi Kamar Mandi
Tabel 3.117 Kamar Mandi
No Kamar Mandi Jumlah Persentase (%)
1 Ya 153 88.4
2 Tidak 20 11.6
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.117 didapatkan bahwa 88,4% warga memiliki kamar mandi
di rumah.
30. Distribusi Lantai Licin
Tabel 3.118 Lantai Licin
No Lantai Licin Jumla Persentase (%)
h
1 Ya 32 18.5
2 Tidak 141 81.5
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.118 didapatkan bahwa 81,5% lantai kamar mandi warga
tidak licin.
31. Distribusi Sabun Air
Tabel 3.119 Sabun Air
No Sabun Air Jumlah Persentase (%)
1 Ya 171 98.8
2 Tidak 2 1.2
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.119 didapatkan bahwa 98,8% tersedia sabun dan air di dalam
kamar mandi.
32. Ventilasi Kamar Mandi
Tabel 3.20 Ventilasi Kamar Mandi
No Ventilasi Kamar Mandi Jumlah Persentase (%)
1 Ya 160 92.5
2 Tidak 13 7.5
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.120 didapatkan bahwa 92,5% terdapat ventilasi didalam
kamar mandi.

33
33. Distribusi Kebisingan
Tabel 3.121 Kebisingan
No Kebisingan Jumla Persentase (%)
h
1 Ya 17 9.8
2 Tidak 156 90.2
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.121 didapatkan bahwa 90,2 % warga tidak mengalami
kebisingan di sekitar rumah.
34. Distribusi Jarak Rumah Faskes
Tabel 3.122 Jarak Rumah Faskes
No Jarak Rumah Faskes Jumlah Persentase (%)
1 1-5 km 1 6
2 50-10 km 98 56.6
3 10-15 km 74 42.8
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.122 didapatkan bahwa 56,6% warga memiliki jarak rumah
ke fasilitas kesehatan sekitar 1-5 km.
35. Distribusi Alat Transportasi
Tabel 3.123 Alat Transportasi
No Alat Transportasi Jumlah Persentase (%)
1 Kendaraan pribadi 142 82.1
2 Kendaraan umum 31 17.9
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.123 didapatkan bahwa 82,1% memakai kendaraan pribadi
ketika beraktivitas.
36. Distribusi Kendaraan Umum
Tabel 3.124 Kendaraan Umum
No Kendaraan umum Jumlah Persentase (%)
1 Ada 170 98.3
2 Tidak ada 3 1.7
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.124 didapatkan bahwa 98,3% warga tersedia fasilitas
kendaraan umum atau angkutan desa.
37. Distribusi Penghasilan Perbulan
Tabel 3.125 Data Penghasilan Perbulan
No Penghasilan perbulan Jumlah Persentase (%)
1 <500 ribu 64 37.0
2 500 ribu – 1 juta 69 39.9
3 >1 juta 40 23.1
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.125 didapatkan bahwa 39,9% warga memiliki pengahasilan
yang didapat sebanyak 500.000-1.000.000 perbulan.

34
38. Distribusi Penghasilan Cukup
Tabel 3.126 Penghasilan Cukup
No Cukup Penghasilan Jumlah Persentase (%)
1 Ya 142 82.1
2 Tidak 31 17.9
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.126 didapatkan bahwa 82,1% warga memiliki pengasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
39. Distribusi Media Informasi Kesehatan
Tabel 3.127 Data Media Informasi Kesehatan
No Media informasi kesehatan Jumlah Persentase (%)
1 Koran 1 6
2 Radio 4 2.3
3 Leaflet 2 1.2
4 Majalah 1 6
5 TV 85 49.1
6 Lain-lain 80 46.2
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.127 didapatkan bahwa 49,1% warga mendapatkan media
informasi kesehatan dari TV.
40. Distribusi Media Kumpul Warga
Tabel 3.128 Media Kumpul Warga
No Media kumpul warga Jumlah Persentase (%)
1 Surat 72 41.6
2 Speaker masjid 27 15.6
3 Kunjungan keluarga 56 32.4
4 Lainnya 18 10.4
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.128 didapatkan bahwa 41,6 % warga menggunakan media
dalam bentuk surat untuk mengadakan perkumpulan.
41. Distribusi Keikutsertaan
Tabel 3.129 Keikutsertaan
No Keikutsertaan Jumlah Persentase (%)
1 Pernah 101 58.4
2 Tidak pernah 72 41.6
Total 173 100%
Berdasarkan tabel 3.129 didapatkan bahwa 58,4% warga mengikuti penyuluhan
kesehatan.
42. Distribusi Berbagi Info Tetangga
Tabel 3.130 Berbagi Info Tetangga
No Berbagi Info Tetangga Jumlah Persentase (%)
1 Ya 72 41.6
2 Tidak 101 58.4
Total 173 100%

35
Berdasarkan tabel 3.130 didapatkan bahwa 58,4% warga berbagi informasi
kesehatan dengan tetangga.

36
BAB III
ANALISA DATA, DIAGNOSIS, DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN
KOMUNITAS

A. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan


Tabel 3.1 Analisa Data
Tipologi
No Analisa Data Masalah
Masalah
1 Data primer: Aktual Domain 1:
- 30 dari 52 lansia mengatakan bahwa memiliki Promosi kesehatan
tekanan darah tinggi
- 22 dari 52 lansia mengatakan bahwa tidak Kelas 2:
mengetahui tentang penyakit hipertensi yang Manajemen
diderita kesehatan
- 30 dari 52 lanisa mengatakan bahwa tidak
mengetahui cara menangani atau manajemen Diagnosa
hipertensi keperawatan:
- 30 dari 52 lanisa mengatakan bahwa belum Ketidakefektifan
pernah mendapat penyuluhan tentang hipertensi pemeliharaan
- 27 dari 52 lansia hipertensi mengatakan bahwa kesehatan (00099)
masih mengonsumsi kopi
- 37 dari 52 lansia mengatakan bahwa lansia
menyukai makanan goreng gorengan.
- 33 dari 52 lansia mengatakan bahwa
mengonsumsi dan menyukai makan makanan
asin
- 24 dari 52 lansia mengatakan bahwa dirinya
merokok
- Dua ibu mengatakan jika jarang mengonsumsi
makanan yang berprotein seperti ayam, telor,
ikan, dengan alasan tidak suka ayam, mahal, dan
merasa mual saat makan telor
- Tiga ibu mengatakan tidak mengikuti kelas ibu
hamil dikarenakn jauh dan alsan yang lain.
- Empat ibu hamil mengatakan jika terdapat
anggota keluarga yang merokok, yaitu suami
- Dua ibu mengatakan jika tidak memberikan ASI
ekslusif, dan memberikan susu formula
dikarenakan bekerja.
- Dua belas dari 14 ibu menyusui memberikan
MPASI, 9 ibu memberikan MPASI yang dibeli
di warung
- Tiga belas dari 36 ibu yang memiliki anak
mengatakan jika anaknya jarang makan sayur,
beberapa ibu mengatakan jika anaknya susah
untuk makan sayur dan terkadag lebih memilih
kuah sayurnya saja.

Hasil kuisioner:
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa di RW 02
Desa Kebumen:
- 30 dari 52 lansia (57.6%) mengalami hipertensi
- 22 dari 52 lansia (42.3%) tidak mengetahui
tentang penyakit hipertensi yang diderita

37
- 30 dari 52 lanisa (57.7%) tidak mengetahui cara
menangani atau manajemen hipertensi
- 30 dari 52 lanisa (57.7%) belum pernah
mendapat penyuluhan tentang hipertensi
- 27 dari 52 lansia hipertensi (48.1%) masih
mengonsumsi kopi
- 37 dari 52 lansia (71.2%) lansia menyukai
makanan goreng gorengan.
- 33 dari 52 lansia (63.5%) mengonsumsi dan
menyukai makan makanan asin
- 24 dari 52 lansia (46.2%) merokok
- Dua dari 4 ibu hamil jarang mengonsumsi
protein (50%)
- Tiga dari 4 ibu hamil tidak mengikuti kelas ibu
hamil (75%)
- Empat ibu hamil jika ada anggota keluarga yang
merokok (100%)
- Dua dari 14 ibu menyusui tidak memberikan
ASI Eksklusif (14,3%)
- Dua belas dari 14 ibu memberikan MPASI
(85,7%)
- Sembilan dari 12 ibu hamil memberikan MPASI
yang dibeli di warung (64,3%)
- Tiga belas dari 36 anak jarang mengonsumsi
sayur dan buah (36,1 %)
2 Data Sekunder: Aktual Domain 1:
- Keluarga mengatakan bahwa salah satu anggota Promosi kesehatan
keluarganya ada yang masih merokok di dalam
rumah dan masih banyak warga yang merokok Kelas 2:
di dalam rumah ketika sedang ada perkumpulan Manajemen
perangkat desa. kesehatan
- Perangkat desa mengatakan bahwa banyak
warga yang belum memakai septictank Diagnosa
dikarenakan tidak ada lahan dan sumber daya keperawatan:
dari warga yang bersedia untuk Perilaku kesehatan
menyumbangkan pipa atau paralon. Sedangkan cenderung berisiko
pemerintah desa sudah menyediakan septictank (00188).
- Perangkat desa mengatakan bahwa banyak
warga yang membuang sampah sembarangan
disebabkan karena kurangnya manajemen dalam
pengangkutan sampah juga sumber daya
manusia yang sedikit, sedangkan sampah yang
diangkut cukup banyak.
Hasil kuisioner:
Hasil pengkajian menunjukkan bahwa di RW 02
Desa Kebumen:
- Sebagian besar keluarga yang tidak merokok
yaitu sebanyak 44 warga (25,4%) dan sebagian
besar warga yang merokok yaitu sebanyak 129
warga (74,6%) masih merokok di luar dan di
dalam rumah.
- Jumlah warga yang tidak melakukan BABS atau
yang sudah memiliki septictank di rumah
sebanyak 22 warga (12,7%) dan yang masih
BABS atau belum memiliki septictank yaitu
sebanyak 151 warga (87,3%), karena tidak ada
lahan untuk menaruh septictank dan hampir

38
semua warga membuang tinja di sungai dan
kolam.
- Jumlah warga yang sudah memisahkan sampah
sebanyak 27 KK (15,6%) sedangkan yang
belum memisahkan sampah yaitu sebanyak 146
KK (84,4%). Hal tersebut dikarenakan
kurangnya pemahaman warga terkait sampah
organik dan anorganik. Selain pemisahan
sampah, jumlah warga yang masih membuang
sampah dengan dibakar/ditimbun sebanyak 85
KK (49,1%), yang membuang sampah di sungai
sebanyak 52 KK (30,1%) dan yang membuang
sampah dengan cara diangkut sebanyak 36 KK
(20,8%).

B. Perumusan Prioritas Masalah


Tabel 3.2 Rumusan Prioritas Masalah
No. Diagnosa A B C D E F G H I J K L Jumlah
Keperawatan
1. Ketidakefektifan 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 44
pemeliharaan
kesehatan
1. Perilaku kesehatan 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 2 4 39
cenderung beresiko

Keterangan: Pembobotan:
A: Resiko terjadi G: Tersedia sumber tempat 1. Sangat rendah
B: Resiko parah H: Tersedia sumber waktu 2. Rendah
C: Potensi untuk I: Tersedia sumber dana 3. Cukup
penkes J: Tersedia sumber 4. Tinggi
D: Minat masyarakat Fasilitas 5. Sangat tinggi
E: Kemungkinan K: Tersedia sumber SDM
diatasi
L: Sesuai dengan peran
F: Sesuai perawat komunitas
programkomunitas

Berdasar hasil skoring diatas, maka urutan prioritas pemecahan masalah adalah:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

39
C. Rencana Intervensi Keperawatan
Tabel 3.3 Rencana intervensi keperawatan
Data Diagnosa Tujuan NOC NIC
KIA
Data primer: Ketidakefektifan Berkurangnya Prevensi Primer Intervensi Primer
- Dua ibu mengatakan pemeliharaan ketidakefektifan Pengetahuan: promosi kesehatan (1823) Pendidikan kesehatan (5510)
jika jarang kesehatan pemeliharaan Indikator Awal Tujuan 1. Targetkan kelompok ibu hamil, ibu
mengonsumsi (00099) kesehatan Praktik gizi yang balita dan kader posyandu di RW 02
makanan yang 2 3 dalam pemberian pendidikan
sehat
berprotein seperti Perilaku yang kesehatan.
ayam, telor, ikan, meningkatkan 2 3 2. Identifikasi faktor internal dan
dengan alasan tidak kesehatan eksternal yang dapat meningkatkan
suka ayam, mahal, dan Sumber informasi atau mengurangi motivasi praktik
merasa mual saat peningkatan pemberian gizi yang sehat.
makan telor 3 4 3. Libatkan individu, keluarga, maupun
kesehatan
- Tiga ibu mengatakan terkemuka kelompok dalam perencanaan dan
tidak mengikuti kelas Keterangan: implementasi untuk memodifikasi
ibu hamil dikarenakn 1 : Tidak ada pengetahuan perilaku kesehatan.
jauh dan alsan yang 2 : Pengetahuan terbatas 4. Tekankan manfaat kesehatan yang
lain. 3 : Pengetahuan sedang diperoleh untuk ibu hamil, ibu balita
- Empat ibu hamil 4 : Pengetahuan banyak dan kader posyandu di RW 02 secara
mengatakan jika 5 : Pengetahuan sangat banyak langsung dalam waktu yang singkat.
terdapat anggota 5. Pertimbangkan dukungan keluarga
keluarga yang terhadap perilaku yang kondusif bagi
merokok, yaitu suami kesehatan ibu hamil dan balita.
- Dua ibu mengatakan
jika tidak memberikan Prevensi Sekunder Prevensi Sekunder
ASI ekslusif, dan Perilaku promosi kesehatan (1602) Skrining kesehatan (6520)
memberikan susu Indikator Awal Tujuan 1. Targetkan kelompok ibu hamil, ibu
formula dikarenakan Menggunakan balita dan kader posyandu di RW 02
bekerja. perilaku yang 3 4 dalam skrining kesehatan yang perlu
- Dua belas dari 14 ibu menghindari risiko dilakukan.
menyusui Melakukan
memberikan MPASI, 2 3
perilaku kesehatan

40
9 ibu memberikan secara rutin (kelas 2. Iklankan layanan kesehatan untuk
MPASI yang dibeli di ibu hamil dan meningkatkan kesadaran
warung posyandu) masyarakat.
- Tiga belas dari 36 ibu Menghindari 3. Dapatkan riwayat kesehatan yang
yang memiliki anak paparan sisa asap 3 4 sesuai, termasuk deskripsi kebiasaan
mengatakan jika rokok kesehatan, faktor risiko dan obat-
anaknya jarang makan Keterangan: obatan.
sayur, beberapa ibu 1 : Tidak pernah menunjukkan 4. Lakukan pengkajian fisik, yang
mengatakan jika 2 : Jarang menunjukkan sesuai.
anaknya susah untuk 3 : Kadang-kadang menunjukkan 5. Berikan informasi pemeriksaan diri
makan sayur dan 4 : Sering menunjukkan yang tepat selama skrining.
terkadag lebih 5 : Secara konsisten menunjukkan
memilih kuah
sayurnya saja. Prevensi Tersier
Hasil kuisioner: Perilaku patuh: diet yang sehat (1621) Prevensi Tersier
Hasil pengkajian Indikator Awal Tujuan Konseling nutrisi (5246)
menunjukkan bahwa di Menggunakan 1. Bina hubungan terapeutik
RW 02 Desa Kebumen: panduan nutrisi berdasarkan rasa percaya dan saling
- Dua dari 4 ibu hamil yang menghormati.
jarang mengonsumsi direkomendasikan 3 5 2. Tentukan lama konseling.
protein (50%) untuk 3. Kaji asupan makanan dan kebiasaan
- Tiga dari 4 ibu hamil merencanakan makan ibu hamil.
tidak mengikuti kelas menu makanan 4. Susun tujuan jangka panjang dan
ibu hamil (75%) Memilih makanan jangka pendek yang realistis dalam
- Empat ibu hamil jika sesuai dengan rangka mengubah status nutrisi.
ada anggota keluarga panduan nutrisi 3 5 5. Gunakan standar gizi yang bisa
yang merokok (100%) yang diterima untuk membantu ibu hamil
- Dua dari 14 ibu direkomendasikan mengevaluasi intake diet yang
menyusui tidak Memilih porsi adekuat.
memberikan ASI sesuai dengan 6. Berikan informasi sesuai kebutuhan
Eksklusif (14,3%) panduan nutrisi 3 2 mengenai nutrisi yang dibutuhkan
- Dua belas dari 14 ibu yang bagi kesehatan ibu hamil.
memberikan MPASI direkomendasikan 7. Diskusi pengetahuan dengan ibu
(85,7%) Memasak daging, hamil mengenai panduan nutrisi
- Sembilan dari 12 ibu unggas, ikan dan 2 4 yang dibutuhkan selama masa
hamil memberikan telur berdasarkan kehamilan.

41
MPASI yang dibeli di rekomendasi
warung (64,3%) keamanan
- Tiga belas dari 36 konsumsi
anak jarang Keterangan:
mengonsumsi sayur 1 : Tidak pernah dilakukan
dan buah (36,1 %) 2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang-kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Dilakukan secara rutin
Lansia
Hasil pengkajian Ketidakefek a. Tujuan umum: Prevensi Primer Intervensi Primer
menunjukan bahwa tifan Berkurangnya Pengetahuan: Perilaku Kesehatan (1805) Pendidikan Kesehatan (5510)
lansia di RW 02 Desa pemeliharaan ketidakefektifan Indikator Awal Tujuan 1. Identifikasi pengetahuan dan
Kebumen: kesehatan pada pemeliharaan Praktik gizi 3 5 gaya hidup lansia terhadap
- 30 dari 52 lansia lansia kesehatan yang sehat kesehatan.
(57.6%) mengalami (00099) Manfaat 3 5 2. Identifikasi faktor internal dan
b. Tujuan khusus: olahraga
hipertensi eksternal yang meningkatkan
- Lansia teratur
- 22 dari 52 lansia mengetahui Efek 3 5
atau menurunkan motivasi
(42.3%) tidak tentang hipertensi pengguna lansia dalam perilaku kesehatan.
mengetahui tentang - Lansia an kafein 3. Tekankan manfaat positif yang
penyakit hipertensi mengetahui Layanan 3 5 dapat dirasakan oleh lansia
yang diderita tentang Peningkatan secara langsung atau dalam
menajemen Kesehatan jangka waktu yang singkat.
- 30 dari 52 lanisa hipertensi
(57.7%) tidak 4. Tekankan pentingnya pola
- Lansia Keterangan: kesehatan seperti tidu, makan,
mengetahui cara mengetahui
menangani atau
1. Tidak ada pengetahuan olahraga, dan lain-lain untuk
bahaya asap
manajemen rokok terhadap
2. Pengetahuan terbatas kesehatan lansia
hipertensi hipertensi 3. Pengetahuan sedang
- 30 dari 52 lanisa 4. Pengetahuan banyak
(57.7%) belum 5. Pengetahuan sangat banyak
pernah mendapat
penyuluhan tentang
hipertensi

42
- 27 dari 52 lansia Prevensi Sekunder Intervensi Sekunder
hipertensi (48.1%) a. Tujuan Umum: Perilaku Promosi Kesehatan Skrining Kesehatan (6520)
Mendapatkan data (1602) 1. Tentukan populasi target untuk
masih
kesehatan dan tingkat Indikator Awal Tujuan dilakukannya pemeriksaan
mengonsumsi kopi
kemandirian lansia Menggunakan 3 5 kesehatan.
- 37 dari 52 lansia perilaku yang
(71.2%) lansia menghindari 2. Iklankan layanan skrining
menyukai makanan b. Tujuan Khusus: resiko kesehatan untuk meningkatkan
goreng gorengan. - Untuk dapat Memonitor 3 5 kesadaran masyrakat.
- 33 dari 52 lansia mengidentifikasi lingkungan 3. Sediakan akses yang mudah bagi
(63.5%) jumlah lansia terkait dengan layanan skrining (waktu dan
- Untuk resiko tempat).
mengonsumsi dan
mengelompokkan Memonitor 3 5
menyukai makan 4. Gunakan instrument skrining
lansia menurut perilaku
makanan asin yang valid dan terpercaya.
tingkat personal terkait
- 24 dari 52 lansia kemampuan dengan resiko
5. Instruksikan klien akan
(46.2%) merokok ADL rasionalisasi dan tujuan
Memperoleh 3 5
- Untuk pemeriksaan kesehatan serta
pemeriksaan
mengelompokkan pemantauan diri.
rutin
lansia 6. Dapatkan riwayat kesehatan yang
berdasarkan Menghindari 3 5
sesuai seperrti kebiasaan
penyakit paparan asap
kesehatan, faktor risiko, dan obat-
rokok
obatan.
Keterangan :
7. Dapatkan riwayat kesehatan
1. Tidak pernah menunjukan keluarga.
2. Jarang menunjukan 8. Ukur tekanan darah, TB, BB,
3. Kadang-kadang menunjukan IMT, kolesterol, asam urat dan
4. Sering menunjukan kadar glukosa darah sesuai
5. Secara konsisten menunjukan kebutuhan.
9. Berikan hasil skrining kepada
klien.
10. Beri saran kepada pasien (yang
memiliki hasil) dengan temuan

43
abnormal mengenai alternatif
pengobatan atau kebutuhan untuk
dilakukannya evaluasi lebih lanjut.
11. Rujuk pasien pada penyedia
perawatan kesehatan lainnya yang
diperlukan.

Prevensi Tersier Intervensi Tersier


a. Tujuan Umum Perilaku Patuh: Aktivitas yang Peningkatan Latihan (0200)
Untuk meningkatkan Disarankan (1632) 1. Gali pengalaman individu
derajat kesehatan Indikator Awal Tujuan sebelumnya mengenai latihan.
lansia dengan latihan Membahas 3 5 2. Pertimbangkan motivasi individu
untuk mengontrol aktivitas untuk memulai atau melanjutkan
hipertensi rekomendasi program latihan.
dengan 3. Gali hambatan untuk melakukan
profesional latihan.
b. Tujuan Khusus kesehatan
4. Dukung ungkapan perasaan
- Lansia dapat Mengidentifikasi 3 5
mengenai latihan atau kebutuhan
melakukan manfaat yang
latihan untuk melakukan latihan.
diharapkan dari
mengontrol aktivitas fisik 5. Dukung individu untuk memulai
hipertensi dan Mengidentifikasi 3 5 atau melanjutkan latihan.
perilaku hambatan untuk 6. Dampingi dalam
merokok melaksana kan mengidentifikasi tokoh panutan
dengan terapi (kader) dalam melakukan
Layanan 3 5
EFT
Peningkatan latihan.
- Lansia dapat 7. Dampingi individu pada saat
melakukan Kesehatan
latiha Keterangan: mengembangkan program latihan
mengontrol 1. Tidak pernah menunjukan untuk memenuhi kebutuhannya.
hipertensi 2. Jarang menunjukan 8. Dampingi individu pada saat
dengan latihan 3. Kadang-kadang menunjukan menjadwalkan pelatihan secara
senam lansia 4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan

44
Bantuan Penghentian Merokok
(4490)
1. Catat status merokok saat ini dan
riwayat merokok
2. Tentukan kesiapan klien untuk
belajar berhenti merokok
3. Berikan saran yang konsisten dan
jelas untuk berhenti merokok
4. Bantu klien mengidentifikasi alasan
untuk berhenti dan hambatan untuk
berhenti
5. Bantu klien untuk mengembangkan
rencana berhenti merokok
6. Bantu klien untuk mengenali
isyarat yang membuat nya merokok
7. Bantu klien untuk megembangkan
metode praktis untuk menolak
keinginan merokok seperti latihan
relaksasi
8. Rujuk pada program kelompok atau
terapis.
Kesehatan Lingkungan
Data Primer: Perilaku Berkurangnya Perilaku kesehatan cederung berisiko Perilaku kesehatan cederung berisiko
a. Sebagian besar kesehatan perilaku kesehatan terkait merokok. terkait merokok.
keluarga yang tidak cederung cenderung berisiko Prevensi Primer Prevensi Primer
merokok yaitu berisiko (00188) Perilaku Promosi Kesehatan (1602) Pendidikan Kesehatan (5510)
sebanyak 44 warga Indikator Awal Akhir 1. Identifikasi faktor internal atau
(25,4%) dan sebagian Mengindari eksternal yang dapat meningkatkan
besar warga yang paparan sisa 2 4 atau mengurangi motivasi untuk
merokok yaitu asap rokok berperilaku sehat
sebanyak 129 warga Mendukung 2. Tekankan manfaat kesehatan positif
(74,6%) masih kebijakan yang langsung atau jangka pendek
merokok di luar dan di 2 4 yang bisa diterima oleh perilaku
publik yang
dalam rumah. sehat gaya hidup positif dari pada manfaat
2. Data Sekunder:

45
a. Keluarga Keterangan: jangka panjang atau efek negative
mengatakan bahwa dari ketidak patuhan
salah satu anggota 1. Tidak ada pengetahuan 3. Berikan diskusi kelompok dan
keluarganya ada yang 2. Pengetahuan terbatas bermain peran untuk mempengaruhi
masih merokok di 3. Pengetahuan sedang keyakinan terhadap kesehatan, sikap
dalam rumah dan 4. Pengetahuan banyak dan nilai-nilai
masih banyak warga 5. Pengetahuan sangat banyak 4. Gunakan intruksi dibantu komputer,
yang merokok di televisi, video interaktif, dan
dalam rumah ketika teknologi-teknologi lainnya yang
sedang ada menyampaikan informasi
perkumpulan
perangkat desa.
Data Primer: Perilaku kesehatan cederung berisiko Perilaku kesehatan cederung berisiko
a. Jumlah warga yang terkait BABS. terkait BABS.
tidak melakukan Prevensi Primer Prevensi Primer
BABS atau yang Perilaku Promosi Kesehatan (1602) Pendidikan Kesehatan (5510)
sudah memiliki 1. Identifikasi faktor internal atau
septictank di rumah Indikator Awal Akhir eksternal yang dapat meningkatkan
sebanyak 22 warga Memonitoring atau mengurangi motivasi untuk
(12,7%) dan yang lingkungan berperilaku sehat
masih BABS atau 2 4 2. Tekankan manfaat kesehatan positif
terkait dengan
belum memiliki risiko yang langsung atau jangka pendek
septictank yaitu Mendukung yang bisa diterima oleh perilaku
sebanyak 151 warga kebijakan gaya hidup positif dari pada manfaat
(87,3%), karena 2 4 jangka panjang atau efek negative
publik yang
tidak ada lahan sehat dari ketidak patuhan.
untuk menaruh Memonitor 3. Berikan diskusi kelompok dan
septictank dan perilaku bermain peran untuk
hampir semua personal 2 4 mempengaruhi keyakinan terhadap
warga membuang terkait dengan kesehatan, sikap dan nilai-nilai
tinja di sungai dan risiko 4. Gunakan intruksi dibantu komputer,
kolam. televisi, video interaktif, dan
Data Sekunder: Keterangan: teknologi-teknologi lainnya yang
a. Perangkat desa menyampaikan informasi
mengatakan bahwa 1= Tidak ada pengetahuan
banyak warga yang 2= Pengetahuan terbatas

46
belum memakai 3= Pengetahuan sedang
septictank 4= Pengetahuan banyak
dikarenakan tidak 5= Pengetahuan sangat banyak
ada lahan dan
sumber daya dari
warga yang bersedia
untuk
menyumbangkan
pipa atau paralon.
Sedangkan
pemerintah desa
sudah menyediakan
septictank
Data Primer: Perilaku kesehatan cederung berisiko Perilaku kesehatan cederung berisiko
Jumlah warga yang terkait pembuangan sampah dan biopori terkait pembuangan sampah dan
sudah memisahkan Prevensi Tersier biopori
sampah sebanyak 27 Perilaku Promosi Kesehatan (1602) Prevensi Primer
KK (15,6%) sedangkan Pendidikan Kesehatan (5510)
yang belum Indikator Awal Akhir 1. Identifikasi faktor internal atau
memisahkan sampah Memonitoring eksternal yang dapat meningkatkan
yaitu sebanyak 146 KK lingkungan atau mengurangi motivasi untuk
(84,4%). Hal tersebut 2 4 berperilaku sehat
terkait dengan
dikarenakan kurangnya risiko 2. Tekankan manfaat kesehatan positif
pemahaman warga Mendukung yang langsung atau jangka pendek
terkait sampah organik kebijakan yang bisa diterima oleh perilaku
dan anorganik. Selain 2 4 gaya hidup positif dari pada manfaat
publik yang
pemisahan sampah, sehat jangka panjang atau efek negative
jumlah warga yang Memonitor dari ketidak patuhan.
masih membuang perilaku 3. Berikan diskusi kelompok dan
sampah dengan personal 2 4 bermain peran untuk
dibakar/ditimbun terkait dengan mempengaruhi keyakinan terhadap
sebanyak 85 KK risiko kesehatan, sikap dan nilai-nilai
(49,1%), yang 4. Gunakan intruksi dibantu komputer,
membuang sampah di Keterangan: televisi, video interaktif, dan
sungai sebanyak 52 KK 1=Tidak ada pengetahuan teknologi-teknologi lainnya yang
(30,1%) dan yang 2=Pengetahuan terbatas menyampaikan informasi

47
membuang sampah 3=Pengetahuan sedang Perilaku kesehatan cederung berisiko
dengan cara diangkut 4=Pengetahuan banyak terkait pembuangan sampah dan biopori
sebanyak 36 KK 5=Pengetahuan sangat banyak Prevensi Tersier
(20,8%) Modifikasi Perilaku (7120)
Data Sekunder: 1. Bantu pasien dalam
Perangkat desa mengidentifikasi meskipun hanya
mengatakan bahwa keberhasilan kecil
banyak warga yang 2. Identifikasi masalah pasien
membuang sampah terkait dengan istilah perilaku
sembarangan 3. Identifikasi perubahan perilaku
disebabkan karena dengan istilah yang khusus
kurangnya manajemen 4. Pilah-pilah perilaku menjadi
dalam pengangkutan bagian kecil untk diubah menjadi unit
sampah juga sumber perilaku yang terukur (berhenti
daya manusia yang membuang sampah sembarangan)
sedikit, sedangkan 5. Tetapkan perilaku awal
sampah yang diangkut sebelum memulai perubahan
cukup banyak 6. Kembangan program
perubahan perilaku
7. Kembangkan suatu metode
(pembuatan biopori)

D. Rencana Kerja (Plan of Action)


Tabel 3.4 Plan of action
No. Masalah Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
KIA
1 Ketidakefektifan Tujuan jangka panjang: status Kelas Balita Ibu balita dan 2x pertemuan 1. Ibu Rp 34.000,- Nur Rizky
pemeliharaan gizi pada balita meningkat. (Edukasi Gizi kader posyandu di 20 Mei 2019 Sumariyah AS
kesehatan Seimbang Balita) RW 02 Desa 1. 09.00 WIB di RT 02/02
Tujuan jangka pendek Kebumen 11.00 WIB Ibu
Setelah dilakukan tindakan Supriyati di
keperawatan selama 2 minggu RT 07/02

48
diharapkan warga RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
1. Mengetahui pengertian dari
gizi seimbang balita.
2. Menjelaskan zat gizi yang
dibutuhkan balita.
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi
balita.
2 Tujuan jangka panjang: status Penyuluhan MP-ASI Ibu balita dan 2x pertemuan 1. Ibu Rp 34.000,- Nur Rizky
gizi pada balita meningkat. kader posyandu di 20 Mei 2019 Sumariyah AS
RW 02 Desa 1. 09.00 WIB di RT 02/02
Tujuan jangka pendek Kebumen 11.00 WIB Ibu
Setelah dilakukan tindakan Supriyati di
keperawatan selama 2 minggu RT 07/02
diharapkan warga RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
1. Mengetahui pengertian dari
gizi seimbang balita.
2. Menjelaskan zat gizi yang
dibutuhkan balita.
Menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi
balita.
3 Tujuan jangka panjang: Penyuluhan ASI Ibu hamil di RW 1x pertemuan Home visit Rp 11.500,- Selly Eka P
pemberian ASI eksklusif Eksklusif dan 02 Desa Kebumen 17 Mei 2019
meningkat dan pemenuhan Konseling Nutrisi 09.00 WIB
gizi ibu hamil dapat terjaga. pada Ibu Hamil

Tujuan jangka pendek


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan warga RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
1. Mengerti arti dari ASI
ekslusif

49
2. Meningkatkan pengetahuan
ibu hamil atau menyusui dan
keluarganya tentang
pemberian ASI ekslusif
Meningkatkan pengetahuan
mengenai manfaat ASI
eksklusif bagi bayi.
4 Tujuan jangka panjang: Pendataan Ibu Ibu hamil di RW 1x pertemuan Home visit Rp 7.000,- Roro
mengetahui prevalensi dari ibu Hamil 02 Desa Kebumen 17 Mei 2019 Zulkhaida
hamil. 09.00 WIB

Tujuan jangka pendek


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan warga RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
1. Pendataan ibu hamil di RW
02 dapat lebih lengkap.
Terkajinya permasalahan yang
sedang dialami ibu hamil di
RW 02.
5 Tujuan jangka panjang: Kelas Ibu Hamil Ibu hamil di RW 1x pertemuan Balaidesa Rp 34.000,- Roro
mengurangi risiko kematian 01, 02 dan 03 23 Mei 2019 Kebumen Zulkhaida
ibu hamil, ibu melahirkan dan Desa Kebumen 09.00 WIB
bayi baru lahir.

Tujuan jangka pendek


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan warga RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
1. Mengetahui pentingnya
Antenatal Care (ANC).
2. Menjelaskan pentingnya
USG saat hamil.

50
3. Mengetahui tanda dan bahaya
kehamilan.
4. Menjelaskan pentingnya ASI
eksklusif.
5. Mengetahui dan
mendemonstrasikan pijat
payudara dan pijat oksitosin.
Lansia
6 Ketidakefektifan Tujuan jangka panjang: Pendidikan Lansia penderita 1x pertemuan Rumah Ibu Rp 34.000,- Aliyatul
pemeliharaan perilaku hidup yang sehat kesehatan hipertensi hipertensi di RW 18 Mei 2019 Asriyah di Aeni
kesehatan lansia meningkat. 02 Desa Kebumen pukul 09.00- RT 02/02
12.00 WIB
Tujuan jangka pendek
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan lansia di RW 02
yang ada di Desa Kebumen
mampu:
3. Mengetahui pengertian
hipertensi.
4. Menjelaskan tanda dan gejala
hipertensi.
5. Menjelaskan komplikasi
hipertensi.
Menjelaskan manajemen
hipertensi.
7 Tujuan jangka panjang: Pendataan Lansia Lansia di RW 02 1x pendataan Home visit Rp 47.500,- Amalia Rizki
mengetahui prevalensi lansia dan Penempelan Desa Kebumen 23-24 Mei Radika
Tujuan jangka pendek Stiker berdasarkan 2019
Setelah dilakukan tindakan Tingkat Mobilisasi 09.00 – 15.00
keperawatan selama 2 minggu fisik
diharapkan data lansia
teridentifikasi dengan kriteria:
3. Data lansia di RW 02 dapat
terklasifikasi sesuai tingkat

51
kemampuan mobilisasi
lansia.
4. Terkajinya permasalahan
yang sedang dialami lansia di
RW 02.
Terpasangnya stiker di rumah
lansia sesuai tingkat
kemampuan mobilisasi.
8 Tujuan jangka panjang: Senam Lansia Lansia di RW 02 1x pertemuan Rumah Ibu Rp. 20.000,- Sukmawati
Kebugaran jasmani lansia Desa Kebumen 18 Mei 2019 Asriyah di Cita Lestari
meningkat. Pukul 09.00- RT 02/02
12.00
Tujuan jangka pendek
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan lansia RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
3. Mengetahui gerakan senam
lansia
Mengikuti senam lansia sesuai
instruktur
9 Tujuan jangka panjang: Lansia Terapi EFT untuk Lansia penderita 1x pertemuan Rumah ibu Rp. 36.000 Afif Gilang
secara mandiri mampu mengontrol hipertensi di RW 26 Mei 2019 Yuli/pak Prasetyanto
membuat tubuh dan perasaan Hipertensi 02 Desa Kebumen Pukul 09.00- Indra
tenang untuk mengontrol 12.00 Pukul
hipertensi. 08.30-11.00

Tujuan jangka pendek


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan lansia RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
1. Mengetahui pengertian terapi
EFT
2. Mengetahui tujuan terapi
EFT

52
3. Mengetahui manfaat terapi
EFT untuk hipertensi
4. Mengetahui tahapan
melakukan terapi EFT secara
mandiri
Mendemonstrasikan terapi EFT
secara mandiri
10 Tujuan jangka panjang: Lansia Terapi EFT untuk Lansia merokok di 1x pertemuan Rumah ibu Rp. 36.000 Afif Gilang
secara mandiri mampu mengontrol RW 02 Desa 26 Mei 2019 Yuli/pak Prasetyanto
membuat tubuh dan perasaan kebiasaan merokok Kebumen Pukul 14.00- Indra
tenang untuk mengontrol 15.30 Pukul
kebiasaan merokok. 08.30-11.00

Tujuan jangka pendek


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 minggu
diharapkan lansia RW 02 yang
ada di Desa Kebumen mampu:
6. Mengetahui pengertian terapi
EFT
7. Mengetahui tujuan terapi
EFT
8. Mengetahui manfaat terapi
EFT untuk mengontrol
kebiasaan merokok
9. Mengetahui tahapan
melakukan terapi EFT secara
mandiri
Mendemonstrasikan terapi EFT
secara mandiri
Kesling
11 Perilaku 1. Jangka panjang Penyuluhan dan Warga RW 2 Desa 20 Mei 2019 Rumah Warga dan Puput
kesehatan Meningkatkan gaya hidup penempelan stiker Kebumen dengan warga RW Mahasiswa
lingkungan sehat dan berkurangnya tentang bahaya asap perokok aktif dan 2
komunitas perilaku merokok pada rokok pasif
penduduk RW 2.

53
cenderung 2. Jangka pendek
berisiko (00188) Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
minggu, diharapkan
penduduk warga RW 2
dapat:
a. Terciptanya kesadaran
dan perilaku warga
yang merokok.
b. Terciptanya kesadaran
warga untuk menjaga
kesehatan

12 1. Jangka panjang Penyuluhan efek Warga RW 2 Desa 21 Mei 2019 Balai Desa Warga dan Siska
Meningkatkan kesadaran dari pembuangan Kebumen Mahasiswa
warga RW 2 terkait BAB sembarangan
pembuatan jamban dan
septic tank.
2. Jangka pendek
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3
minggu, diharapkan
penduduk warga RW 2
dapat:
a. Terciptanya keinginan
warga dalam
pembuatan jamban dan
septic tank

13 1. Jangka panjang Pengusulan Warga RW 2 Desa 25 Mei 2019 Balai Desa Warga dan Resha,
Mengurangi pencemaran pembuatan perdes Kebumen Mahasiswa Reksa
lingkungan dengan tentang pembuangan
pengelolaan sampah yang sampah
benar pada penduduk RW
2.

54
2. Jangka pendek Pelatihan
Setelah dilakukan tindakan pengelolaan sampah
keperawatan selama 3 organik dengan cara
minggu, diharapkan biopori
penduduk warga RW 2
dapat:
a. Terciptanya
lingkungan bersih dan
sehat bebas dari
sampah
b. Terciptanya perilaku
kesadaran warga RW 2
terkait pengelolaan
sampah

55
BAB IV
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Praktik keperawatan stase Komunitas telah dilaksanakan oleh mahasiswa


Program Profesi Ners Angkatan XXII Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal
Soedirman pada tanggal 29 April s.d 8 Juni 2019. Keseluruhan program kerja yang telah
dilakukan merupakan pengaplikasian konsep keperawatan komunitas dengan
menggunakan proses keperawatan komunitas sebagai dasar ilmiah. Salah satu tujuan dari
praktik keperawatan komunitas ini yaitu untuk mencetak seorang perawat yang
profesional, mandiri dan mempunyai kompetensi melalui kegiatan promosi kesehatan
primer, sekunder dan tersier.
Program kerja yang dilaksanakan meliputi kesehatan ibu dan anak, kesehatan
lansia, dan kesehatan lingkungan. Kesehatan ibu dan anak meliputi kesehatan ibu hamil,
nifas, wanita usia subur, dan balita. Pelaksanaan program kerja dilakukan tingkat RW.
Beberapa program kerja yang dilaksanakan satu desa yaitu pendataan dan pemasangan
stiker lansia; kelas ibu hamil; penyuluhan mengenai bahaya sampah dan cara mengolahan
sampah biopori; pengusulan pembuatan perdes tentang pembuangan sampah; dan
penyuluhan bahaya BABS dan pentingnya jamban serta septi tank.
Praktik klinik keperawatan komunitas diawali dengan pengkajian terkait
kesehatan di Desa Kebumen Kecamatan Baturraden. Pengkajian dilakukan dengan
menggunakan kuisioner, wawancara, dan observasi. Kegiatan ini dilaksanakan secara
sensus dan survei langsung kepada beberapa sampel keluarga yang ada di RW 2 Desa
Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas. Beberapa masalah kesehatan di
Desa Kebumen telah ditemukan berdasarkan hasil pengkajian dan survei. Semua data
yang terkumpul sebelumnya telah ditabulasi dan dianalisa terlebih dahulu untuk
menentukan masalah kesehatan yang ada di RW 2 Desa Kebumen. Dari hasil tabulasi
tersebut, kemudian dilakukan analisa data dan didapatkan beberapa masalah kesehatan
yang ada di Komunitas RW 2 Desa Kebumen, meliputi: ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan (00099) dan Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188).
Masalah-masalah kesehatan tersebut, kemudian dipaparkan langsung kepada
masyarakat desa melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa (MMD) yang dihadiri
oleh perangkat desa, lembaga desa, puskesmas serta tokoh dan masyrakat yang ada
di Desa Kebumen. Musyawarah masyarakat desa (MMD) merupakan forum

56
musyarawarah yang diadakan mahasiswa praktik keperawatan komunitas untuk
memaparkan hasil pengkajian dan validasi dari data yang telah didapat yang selanjutnya
bersama masyarakat menyusun rencana kegiatan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Musyawarah masyarakat desa (MMD) yang pertama dilaksanakan pada Senin, 13 Mei
2019. Hasil dari MMD 1 yaitu pembentukan kelompok masyarakat berdasarkan pokja
KIA, lansia, dan kesehatan lingkungan serta didapatkan beberapa strategi intervensi
komunitas di Desa Kebumen untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.
Berlandaskan komitmen bersama antara warga masyarakat dengan mahasiswa
dalam mengatasi masalah kesehatan disusunlah planning of cction (POA). Planning of
action (POA) disusun untuk memberikan arahan bagi perencanaan, intervensi dan
evaluasi program yang akan dilaksanakan. Planning of action (POA) yang disusun
menyesuaikan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat seperti kegiatan posyandu lansia
dan balita, pertemuan RT dan kegiatan sosial warga lainnya. Kegiatan yang dilakukan
dalam bentuk penyuluhan, demonstrasi dan praktik. Hal ini untuk menyesuaikan dengan
teori yang ada, yang menyebutkan bahwa penyusunan POA mengutamakan rencana
kegiatan yang menggunakan metode yang diterima oleh norma, budaya dan dilakukan di
lokasi dengan biaya yang terjangkau oleh komunitas.
Pelaksanaan program kerja diawali pada tanggal 11 Mei 2019 dengan melibatkan
masyarakat secara aktif yang dimotori oleh penanggung jawab dari mahasiswa dan kader.
Adanya PJ Pokja dari mahasiswa, kader, maupun masyarakat sangat membantu dalam
melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan masing-masing RT. Sebagian besar
kegiatan dilaksanakan secara bersama-sama antara warga dengan mahasiswa, masyarakat
baik dari ketua RT maupun kader-kader. Hal ini mengacu pada teori yang menyebutkan
bahwa pelaksanaan kegiatan dalam keperawatan komunitas melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat. Program kerja komunitas berakhir pada tanggal 1
Juni 2019.

57
A. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.1 Implementasi Keperawatan
Masalah
Tanggal Kegiatan Evaluasi
Keperawatan
Ketidakefektifan 17 Mei 2019 1. Pendataan ibu hamil Evaluasi struktur
pemeliharaan  Melakukan pendataan ibu hamil  Panitia (mahasiswa) melaksanakan tugasnya masing-masing.
kesehatan yang ada di RW 02.  Mempersiapkan media berupa leaflet.
 Mengidentifikasi permasalahan  Mempersiapkan kertas pendataan.
yang dialami oleh ibu hamil.
 Mengkaji riwayat kesehatan yang Evaluasi proses
dimiliki ibu hamil dan  Mahasiswa mulai melaksanakan kegiatan pada jam 09.00-10.30 WIB.
keluarganya.  Kunjungan yang dilakukan sebanyak 3 dari 5 ibu hamil, di mana 2 ibu
 Memberikan informasi terkait hamil diantaranya ikut domisili suami.
waktu untuk pemeriksaan fisik  Ketiga ibu hamil (100%) yang dikunjungi aktif melakukan diskusi.
dapat dilakukan dan pelayanan  Kegiatan berlangsung dengan diskusi dua arah.
kesehatan yang dapat
meningkatkan kesehatan ibu Evaluasi hasil
hamil.  Kegiatan berlangsung dengan baik dan sesuai dengan SAP dan Pra-
 Melakukan pemeriksaan fisik planning.
yang sesuai.  Ketiga ibu hamil sudah menyetujui untuk memakan lebih banyak protein.
 Ketiga ibu hamil sudah memiliki rencana jangka pendek dan panjang yang
2. Penyuluhan ASI eksklusif dan akan dilakukan selama masa kehamilan, diantaranya adalah dengan
konseling nutrisi pada ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil.
 Melakukan hubungan terapeutik.  2 dari 3 ibu hamil menyetujui untuk mengikuti kelas ibu hamil pada tgl 23
 Menentukan lama konseling. Mei 2019, ibu hamil yang tidak ikut dikarenakan adanya acara keluarga.
 Mengkaji asupan makanan dan  Pendataan ibu hamil dilakukan dengan baik.
kebiasaan makan ibu hamil. Ketiga ibu hamil menyetujui untuk melakukan pemeriksaan fisik ke tempat
 Melakukan diskusi pengetahuan pelayanan kesehatan terdekat ke Ibu Bidan atau Puskesmas.
dengan ibu hamil mengenai
panduan nutrisi yang dibutuhkan
selama masa kehamilan.
 Memberikan informasi sesuai
kebutuhan mengenai nutrisi yang
dibutuhkan bagi kesehatan ibu
hamil.

58
 Memberikan informasi terkait
standar gizi yang dapat diterima
ibu hamil untuk membantu
mengevaluasi intake diet yang
adekuat.
 Memberikan informasi terkait
bahaya asap rokok bagi ibu hamil
dan bayi.
 Menyusun tujuan jangka panjang
dan jangka pendek yang
disesuaikan dengan kebutuhan
ibu hamil.
20 Mei 2019 1. Kelas balita (Edukasi gizi Evaluasi struktur
seimbang balita) dan penyuluhan  Panitia (mahasiswa) melaksanakan tugasnya masing-masing.
MP-ASI  Mempersiapkan media berupa leaflet dan power point.
 Melakukan pendidikan kesehatan  Mempersiapkan alat berupa leptop dan proyektor, disesuaikan dengan
kepada ibu balita dan kader tempat penyuluhan.
posyandu di RW 02.
 Mengidentifikasi motivasi terkait Evaluasi proses
praktik pemberian gizi yang sehat  Mahasiswa mulai melaksanakan kegiatan penyuluhan di RT 02/RW 02
pada balita. pada jam 09.00-10.30 WIB dan di RT 07/RW 02 pada jam 11.00-12.00
 Memberikan pendidikan WIB.
kesehatan terkait dengan manfaat  Kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, di rumah Ibu Sumariyah
gizi seimbang pada balita. (RT 02/RW 02) dan Ibu Supriyati (RT 07/RW 02).
 Memberikan pendidikan  Peserta di RT 02/RW 02 sebanyak 24 ibu balita dan kader posyandu.
kesehatan terkait dengan jenis  Peserta di RT 07/RW 02 sebanyak 11 ibu balita dan kader posyandu.
makanan yang dapat diberikan
untuk MP-ASI serta tahapannya Evaluasi hasil
sesuai dengan usia balita.  Kegiatan berlangsung dengan baik dan sesuai dengan SAP dan Pra-
planning.
 90% peserta memperhatikan pemateri.
 70% peserta antusias dan secara aktif melakukan diskusi bersama pemateri.
Setelah dilakukan penyuluhan beberapa ibu balita menerapkan saran
penyajian yang diberikan saat penyuluhan.
23 Mei 2019 Kelas ibu hamil Evaluasi struktur
 Panitia (mahasiswa) melaksanakan tugasnya masing-masing.

59
 Melakukan kelas ibu hamil yang  Kegiatan dilakukan bersama dengan panitia Pokja KIA dari RW 01 dan 03.
diikuti oleh ibu hamil dari RW  Mempersiapkan media berupa leaflet dan power point.
01, 02 dan 03 Desa Kebumen.  Mempersiapkan alat peraga berupa mannequin dan perlengkapan untuk
 Memberikan informasi terkait melakukan pijat payudara dan oksitosin (2 handuk, 2 waslap, 2 baskom dan
dengan ASI eksklusif, ANC, baby oil atau minyak kelapa).
USG serta tanda dan bahaya
kehamilan. Evaluasi proses
 Memberikan informasi terkait  Mahasiswa mulai melaksanakan kegiatan pada jam 09.00-11.00 WIB.
bahaya asap rokok bagi ibu hamil  Kehadiran peserta sebanyak 5 orang, 2 diantaranya berasal dari RW 02.
dan bayi.  Kegiatan dilakukan di Balaidesa Kebumen Kec. Baturraden.
 Mendemonstrasikan pijat
payudara dan oksitosin untuk Evaluasi hasil
memperlancar ASI.  Kegiatan berlangsung dengan baik dan sesuai dengan SAP dan Pra-
 Memberika motivasi kepada ibu planning.
hamil untuk rutin mengikuti kelas  90% peserta memperhatikan pemateri (mahasiswa dan Bidan Desa
ibu hamil dan melakukan Kebumen).
pemeriksaan kehamilan.  80% peserta aktif melakukan diskusi dengan pemateri dan moderator.
 70% peserta mampu melakukan demonstrasi pijat payudara dan oksitosin
dengan baik.
Ibu hamil menyetujui untuk konsisen mengikuti kelas ibu hamil bila tidak
terhambat adanya acara lain.
18 Mei 2019 1. Pendidikan kesehatan mengenai Evaluasi Struktur
hipertensi  Panitia (mahasiswa) melaksanakan tugasnya masing-masing
2. Senam lansia  Mempersiapkan media berupa power point dan leaflet
3. Pemeriksaan Kesehatan
Evaluasi Proses
 Mahasiswa mulai melakukan kegiatan pada pukul 08.00-12.00 WIB
 Kegiatan diawali dengan senam lansia, dilanjutkan dengan penyuluhan
mengenai hipertensi dan diakhiri dengan pemeriksaan fisik lansia
 Kegiatan berlangsung dengan lancar dandiskusi dua arah

Evaluasi Hasil
 Kegiatan berlangsung lancar sesuai dengan SAP dan pre planning
 Kegiatan diikuti oleh 60 lansia
 Lansia menyetujui untuk rutin melakukan senam lansia setiap bulan
 Terdapat 46 lansia yang mengalami hipertensi

60
 Lansia menyetujui untuk memeriksakan diri secara rutin ke pelayanan
kesehatan untuk mengontrol hipertensi

23-24 Mei Pendataan lansia dan penempelan Evaluasi Struktur


2019 stiker berdasarkan tingkat mobilisasi  Panitia (mahasiswa) melaksanakan tugasnya masing-masing
fisik  Mempersiapkan media berupa stiker

Evaluasi Proses
 Mahasiswa mulai melakukan kegiatan pada pukul 10.00-15.00 WIB
 Pendataan dan penempelan stiker dimulai dengan pendataan lansia di 7 RT
kemudian dilakukan observasi dan wawancara singkat mengenai kesehatan
dan kemampuan ADL lansia

Evaluasi Hasil
 Kegiatan berlangsung lancar sesuai dengan SAP dan pre planning
 Terdapat 70 lansia yang didata di RW 02
 Terdapat 69 lansia yang diberikan stiker berwarna hijau (dapat melakukan
ADL secara mandiri)
 Terdapat 1 lansia yang diberikan stiker berwarna merah (tidak mampu
melakukan ADL secara mandiri)
26 Mei 2019 1. Penyuluhan dan pelatihan mengenai Evaluasi Struktur
terapi EFT untuk lansia hipertensi  Panitia (mahasiswa) melaksanakan tugasnya masing-masing
2. Penyuluhan dan pelatihan mengenai  Mempersiapkan media berupa power point dan leaflet
terapi EFT untuk lansia yang
merokok Evaluasi Proses
 Mahasiswa mulai melakukan kegiatan pada pukul 09.00-11.00 WIB untuk
kegiatan EFT pada lansia hipertensi dan dilanjutkan kegiatan EFT pada
lansia dengan kebiasaan merokok pukul 15.00-16.00 WIB
 Kegiatan diawali dengan penyuluhan mengenai EFT dilanjutkan dengan
latihan praktik terapi EFT
 Kegiatan berlangsung dengan lancar dandiskusi dua arah

Evaluasi Hasil
 Kegiatan berlangsung lancar sesuai dengan SAP dan pre planning
 Kegiatan EFT untuk lansia hipertensi diikuti oleh 10 lansia

61
 Kegiatan EFT untuk lansia hipertensi diikuti oleh 5 lansia
 Lansia menyetujui untuk rutin melakukan terapi EFT setiap hari
 Lansia menyetujui untuk memeriksakan diri secara rutin ke pelayanan
kesehatan untuk mengontrol hipertensi

Perilaku kesehatan Senin, 20 Mei Perilaku kesehatan cederung berisiko 1. Evaluasi Terstruktur
cederung berisiko 2019 terkait asap merokok. Persiapan penyuluhan terkait bahaya asap rokok bagi perokok pasif
(00188) dilakukan selama 2 hari sebelum pelaksanaan kegiatan yang meliputi
1. Penyuluhan bahaya asap rokok
persiapan materi dan koordinasi dengan kader RW 2. Persiapan kegiatan
bagi perokok pasif
penyuluhan dimulai dengan menyiapkan tempat, alat, dan bahan yang
diperlukan untuk kegiatan diantaranya yaitu powerpoint. Pukul 09.00 WIB
warga RT 1,2,3,4 dan 5 diberikan penyuluhan kesehatan tentang bahaya
asap rokok kemudian bergantian pada pukul 11.00 WIB warga RT 6 dan 7
diberikan penyuluhan kesehatan tentang bahaya asap rokok setelah
diberikan materi penyuluhan, peserta diberikan kesempatan untuk
berdiskusi terkait bahaya asap rokok di lingkungan rumah. Kegiatan
penyuluhan kesehatan bahaya asap rokok diikuti oleh 35 warga.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di dua tempat yaitu di rumah Ibu
Sumariyah (untuk RT 1,2,3,4,5) dan rumah Ibu Supriyati (untuk RT 6 dan
7). Acara dilaksanakan selama ± 20 menit yang disampaikan oleh pemateri
selama 8 menit. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi.
3. Evaluasi hasil
1) Peserta tampak antusias mengikuti kegiatan penyuluhan bahaya asap
rokok.
2) Target kehadiran peserta tercapai yaitu sebanyak 35 warga, minimal
kehadiran yang ditargetkan yaitu 20% warga
3) Para peserta datang sebelum waktu yang sudah ditentukan, semua
peserta terlihat fokus saat acara berlangsung.
4) Peserta tampak memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir,
walaupun pada sesi diskusi hanya ada satu peserta yang bertanya tetapi
pada saat dilakukan evaluasi. Peserta mampu menjawab pertanyaan
dengan benar.

62
2. Penempelan stiker dilarang 1. Evaluasi Terstruktur.
merokok. Persiapan penempelan stiker dilarang merokok di tempat umum dilakukan
selama 5 hari sebelum pelaksanaan kegiatan yang meliputi persiapan
pembuatan stiker, kemudian pencetakan stiker sebanyak 10 stiker.
Persiapan kegiatan penempelan stiker dilarang merokok di tempat umum
dimulai dengan menyiapkan alat, dan bahan yang diperlukan untuk
kegiatan diantaranya yaitu stiker dilarang merokok. Kegiatan penempelan
stiker dilakukan pada pukul 09.00 WIB sampai selasai di tempat umum
yang berada di RW 02.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan penempelan stiker dilaksanakan di tempat umum yang berada di
rw 02. Kegiatan dilaksanakan dari jam 09.00 sampai selesai.
3. Evaluasi hasil
Penempelan stiker dilarang merokok ditempat umum yang berada di rw 02.
Stiker berjumlah 10 stiker. Stiker sudah tertempel di tempat-tempat umum
yang berada di rw 02.
Selasa, 21 Mei Perilaku kesehatan cederung berisiko
2019 terkait BABS.
1. Penyuluhan dampak BABS dan 1. Evaluasi struktur
pentingnya jamban dan Persiapan kegiatan penyuluhan dampak BABS dan pentingnya jamban dan
septictank septictank dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan. Persiapan yang
dilakukan meliputi persiapan materi penyuluhan tentang BABS, jamban
sehat dan septictank yang akan dipaparkan. Mempersiapkan media yang
digunakan yakni laptop menggunakan PPT yang digunakan dalam kegiatan
tersebut.
2. Evaluasi proses
Kegiatan penyuluhan dampak BABS dan pentingnya jamban dan septictank
dilakukan dengan menyampaikan materi melalui media PPT (power point)
selama ± 30 menit diawali dengan penyuluhan materi BABS dan
dilanjutkan dengan diskusi.
3. Evaluasi hasil
Peserta tampak antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dampak BABS dan
pentingnya jamban dan septictank, sebagian peserta aktif bertanya pada sesi
diskusi terkait materi. Peserta tampak fokus dari awal sampai akhir dan tidak
berbicara sendiri saat penyampaian materi.

63
Sabtu, 25 Mei Perilaku kesehatan cederung berisiko 1. Evaluasi struktur
2019 terkait pembuangan sampah dan Persiapan kegiatan penyuluhan pengelolaan sampah organik dan
biopori anorganik dan pembuatan biopori dimulai dengan menyiapkan alat dan
bahan. Persiapan yang dilakukan meliputi persiapan materi penyuluhan
1. Penyuluhan terkait pengelolaan
tentang pengelolaan sampah organik dan anorganik serta cara pembuatan
sampah organik dan anorganik
biopori yang akan dipaparkan. Mempersiapkan media yang digunakan
2. pembuatan biopori
yakni laptop yang disampaikan melalui PPT yang digunakan dalam
kegiatan tersebut serta pembuatan biopori dengan mempersiapkan paralon
yang dipotong dan dilubangi, bor biopori, linggis dan serabut kelapa.
Kegiatan penyuluhan diikuti oleh 24 warga.
2. Evaluasi proses
Kegiatan penyuluhan pengelolaan sampah organik dan anorganik dan
pembuatan biopori dilakukan dengan menyampaikan materi melalui
media PPT (power point) selama ± 30 menit diawali dengan penyuluhan
materi pengelolaan sampah organik dan anorganik dan pembuatan biopori
dan dilanjutkan dengan diskusi. Kemudian dilanjutkan kembali dengan
praktik cara pembuatan lubang biopori.
3. Evaluasi hasil
Peserta tampak antusias mengikuti kegiatan penyuluhan pengelolaan
sampah organik dan anorganik dan berpartisipasi dalam pembuatan
biopori, sebagian peserta aktif bertanya pada sesi diskusi terkait materi.
Peserta tampak fokus dari awal sampai akhir dan tidak berbicara sendiri
saat penyampaian materi.

B. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.2 Evaluasi Keperawatan
Diagnosa dan
Tanggal Evaluasi SOAP Paraf
Kriteria Pencapaian
27 Mei 2019 Ketidakefektifan S:
pemeliharaan Pendataan ibu hamil
kesehatan (00099) - Ketiga ibu hamil sudah memiliki rencana jangka pendek dan panjang yang akan dilakukan selama masa
kehamilan, diantaranya adalah dengan mengikuti kelas ibu hamil.

64
- 2 dari 3 ibu hamil menyetujui untuk mengikuti kelas ibu hamil pada tgl 23 Mei 2019, ibu hamil yang tidak
ikut dikarenakan adanya acara keluarga.
- Ketiga ibu hamil menyetujui untuk melakukan pemeriksaan fisik ke tempat pelayanan kesehatan terdekat ke
Ibu Bidan atau Puskesmas.

Penyuluhan ASI eksklusif dan konseling gizi ibu hamil


- Ibu hamil mengatakan jika kegiatan ini menambah pengetahuan
- Ibu hamil mengatakan akan lebi memerhatikan gizi yang akan dimakan
- Ibu hamil mengatakan akan melakukan ASI eksklusif
- Ketiga ibu hamil sudah menyetujui untuk memakan lebih banyak protein.
Kelas balita dan penyuluhan MP-ASI
- Ibu balita dan kader posyandu mengatakan senang mendapatkan informasi terkat gizi seimbang.
- Ibu balita mengatakan akan mulai menerapkan apa yang didapatkannya selama penyuluhan.
Kelas ibu hamil
- Ibu hamil menyetujui untuk konsisen mengikuti kelas ibu hamil bila tidak terhambat adanya acara lain.
- Ibu hamil mengatakan menjadi tau cara memperlancar ASI.
O:
Pendataan ibu hamil
- Ibu hamil kooperatif
- Ibu hamil mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyaji
Penyuluhan ASI eksklusif dan konseling gizi ibu hamil
- Ibu hamil kooperatif
- Ibu hamil berpartisipasi aktif untuk bertanya
- Kunjungan yang dilakukan sebanyak 3 dari 5 ibu hamil, di mana 2 ibu hamil diantaranya ikut domisili suami.
- Ketiga ibu hamil (100%) yang dikunjungi aktif melakukan diskusi.
Kelas balita dan penyuluhan MP-ASI
- Ibu balita dan kader berpartisipasi dalam kegiatan dan mau bertanya.
- Ibu balita dan kader kooperatif.

65
- Ibu balita dan kader mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyaji.
- 90% peserta memperhatikan pemateri.
- 70% peserta antusias dan secara aktif melakukan diskusi bersama pemateri.
Kelas ibu hamil
- Peserta kooperatif selama pelaksanaan kelas ibu hamil.
- 90% peserta memperhatikan pemateri (mahasiswa dan Bidan Desa Kebumen).
- 80% peserta aktif melakukan diskusi dengan pemateri dan moderator.
- 70% peserta mampu melakukan demonstrasi pijat payudara dan oksitosin dengan baik.
A:
Prevensi Primer: Pengetahuan: promosi kesehatan (1823)
Indikator Awal Tujuan Akhir
Praktik gizi yang sehat 2 3 2
Perilaku yang meningkatkan kesehatan 2 3 3
Sumber informasi peningkatan kesehatan terkemuka 3 4 4
Masalah keperawatan teratasi sebagian.

Prevensi Sekunder: Perilaku promosi kesehatan (1602)


Indikator Awal Tujuan Akhir
Menggunakan perilaku yang menghindari risiko 3 4 4
Melakukan perilaku kesehatan secara rutin (kelas ibu hamil dan posyandu) 2 3 3
Menghindari paparan sisa asap rokok 3 4 4
Masalah keperawatan teratasi.

Prevensi Tersier: Perilaku patuh: diet yang sehat (1621)


Indikator Awal Tujuan Akhir
Menggunakan panduan nutrisi yang direkomendasikan untuk merencanakan
3 5 5
menu makanan
Memilih makanan sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan 3 5 5
Memilih porsi sesuai dengan panduan nutrisi yang direkomendasikan 3 2 4
Memasak daging, unggas, ikan dan telur berdasarkan rekomendasi keamanan
2 4 3
konsumsi
Masalah keperawatan teratasi sebagian.

66
P:
Lanjutkan intervensi
- Lakukan pendataan ibu hamil setiap bulan secara berkala.
- Lakukan konseling secara rutin untuk memantau kepatuhan ibu hamil.
- Lakukan pengadaan kelas balita lanjutan setiap bulan dengan koordinasi bersama bidan desa dan kader.
- Koordinasi dengan bidan desa untuk kegiatan rutin kelas ibu hamil.
18 Mei 2019 Prevensi Primer S:
Pengetahuan: 1. Pendidikan kesehatan hipertensi
Perilaku Kesehatan - Peserta lansia mengatakan mengerti pengertian hipertensi yang sudah disampaikan.
(1805) - Peserta lansia mengatakan mengerti tanda dan gejala hipertensi yang sudah disampaikan.
- Peserta lansia mengatakan mengerti komplikasi hipertensi yang sudah disampaikan.
- Peserta lansia mengatakan mengerti apa saja manajemen hipertensi yang sudah disampaikan.
2. Pendataan dan Pelabelan rumah lansia
- 69 Lansia mengatakan mampu mampu melakukan ADL secara mandiri sehingga dilabeli stiker hijau
- 1 lansia mengatakan tidak mampu melakukan ADL secara mandiri sehingga dilabeli stiker merah
3. Senam Lansia
- Peserta lansia mengatakan mengetahui gerakan senam yang diajarkan
- Peserta lansia mengatakan mampu mengikuti gerakan senam
4. Terapi EFT untuk mengontrol tekanan darah
- Peserta lansia mengatakan mengetahui pengertian terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Peserta lansia mengatakan mengetahui tujuan terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Peserta lansia mengatakan mengetahui manfaat terapi EFT untuk hipertensi
- Peserta lansia mengatakan mengetahui tahapan melakukan terapi EFT secara mandiri
- Peserta lansia mengatakan mampu mendemonstrasikan terapi EFT secara mandiri
5. Terapi EFT untuk mengontrol kebiasaan merokok
- Lansia mengatakan mengetahui pengertian terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Lansia mengatakan mengetahui tujuan terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Lansia mengatakan mengetahui manfaat terapi EFT untuk mengontrol kebiasaan merokok
- Lansia mengatakan mengetahui tahapan melakukan terapi EFT secara mandiri
- Lansia mengatakan mampu mendemonstrasikan terapi EFT secara mandiri
O:
1. Pendidikan kesehatan hipertensi

67
- Lansia tampak kooperatif saat diberikan informasi terkait hipertensi dan manajemennya
- Lansia tampak antusias dan menunjukkan minat untuk bertanya
- Lansia tampak mampu menyebutkan kembali materi yang disampaikan
2. Pendataan dan pelabelan rumah lansia
- 69 Lansia mampu mampu melakukan ADL secara mandiri sehingga dilabeli stiker hijau
- 1 lansia tidak mampu melakukan ADL secara mandiri sehingga dilabeli stiker merah
3. Senam Lansia
- Lansia tampak memahami gerakan senam yang diajarkan
- Lansia tampak mampu mengikuti gerakan senam
4. Terapi EFT untuk mengontrol hipertensi
- Lansia tampak mampu menyebutkan pengertian terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Lansia tampak mampu menyebutkan tujuan terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Lansia tampak mampu menyebutkan manfaat terapi EFT untuk hipertensi
- Lansia tampak mampu menyebutkan tahapan melakukan terapi EFT secara mandiri
- Lansia tampak mampu mendemonstrasikan terapi EFT secara mandiri
5. Terapi EFT untuk mengontrol hipertensi
- Lansia tampak mampu menyebutkan pengertian terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Lansia tampak mampu menyebutkan tujuan terapi EFT setelah mendapat penjelasan
- Lansia tampak mampu menyebutkan manfaat terapi EFT untuk mengontrol kebiasaan merokok
- Lansia tampak mampu menyebutkan tahapan melakukan terapi EFT secara mandiri
- Lansia tampak mampu mendemonstrasikan terapi EFT secara mandiri
A:
- Prevensi Primer: Pengetahuan: Perilaku Kesehatan (1805)
Indikator Awal Tujuan Akhir
Praktik gizi yang sehat 3 5 5
Manfaat olahraga teratur 3 5 5
Efek penggunaan kafein 3 5 5
Layanan Peningkatan Kesehatan 3 5 5
Masalah prevensi primer teratasi
- Prevensi Sekunder: Perilaku Promosi Kesehatan (1602)
Indikator Awal Tujuan Akhir

68
Menggunakan perilaku yang menghindari resiko 3 5 5
Memonitor lingkungan terkait dengan resiko 3 5 5
Memonitor perilaku personal terkait dengan resiko 3 5 5
Memperoleh pemeriksaan rutin 3 5 4
Menghindari paparan asap rokok 3 5 4
Masalah teratasi sebagian
- Prevensi Tersier: Perilaku Patuh: Aktivitas yang Disarankan (1632)
Indikator Awal Tujuan Akhir
Membahas aktivitas rekomenda si dengan profesional 3 5 5
kesehatan
Mengidentifikasi manfaat yang diharapkan dari aktivitas 3 5 5
fisik
Mengidentifikasi hambatan untuk melaksana kan 3 5 5
Layanan Peningkatan Kesehatan 3 5 4
Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor hipertensi lansia di RW 02 dengan pemeriksaan berkala
- Anjurkan untuk melakukan senam secara rutin setiap posyandu lansia
- Kolaborasi dengan puskesmas untuk melakukan kunjungan pada lansia yang diberi label merah
- Anjurkan lansia untuk melakukan terapi EFT untuk mengontrol tekanan darah
- Anjurkan lansia untuk melakukan terapi EFT untuk mengontrol kebiasaan merokok
23 Mei 2019 Perilaku kesehatan S:
cenderung beresiko Bahaya asap rokok bagi perokok pasif
(00188) 1. Warga mengatakan paham mengenai materi yang diberikan oleh mahasiswa tentang bahaya asap
rokok bagi perokok pasif
2. Semua warga RW 2 mengetahui tentang bahaya asap rokok serta kandungan yang ada di dalam asap
rokok bagi kesehatan
Dampak BABS dan pentingnya jamban dan septictank
1. Warga mengatakan paham mengenai materi yang diberikan oleh mahasiswa terkait dampak BABS dan
pentingnya jamban dan septictank
2. Semua warga RW 2 mengetahui tentang dampak dari BABS dan pentingnya septictank serta manfaat
memiliki jamban sehat

69
3. Warga RT 6 dan 7 mengatakan bahwa untuk pembuatan septictank memiliki kendala terkait lahan dan
untuk RT 1,2,3,4,5 mengatakan terkendala karena dana dan lahan yang tidak memadai
Pengelolaan sampah organik dan anorganik dan pembuatan biopori
1. Warga mengatakan paham mengenai materi yang diberikan oleh penyaji terkait Pengelolaan sampah
organik dan anorganik dan pembuatan biopori
2. Semua warga mengetahui tentang dampak negatif dari pembuangan sampah sembarangan
3. Semua warga mengetahui fungsi dari pembuatan biopori
4. Semua warga mengetahui cara pembuatan biopori
5. BPD mengatakan bahwa peraturan desa tentang pembuangan sampah sudah ada, hanya saja dalam
penalaksanaannya belum maksimal dan sumber daya manusia kurang memadai

O:
Bahaya asap rokok bagi perokok pasif
1. Warga tampak memperhatikan materi yang diberikan tentang bahaya asap rokok.
2. Warga terlihat mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh terkait materi bahaya asap rokok bagi
perokok pasif serta kandungan asap rokok yang tidak baik untuk kesehatannya
Dampak BABS dan pentingnya jamban dan septictank
1. Warga terlihat mampu menjawab pertanyaan dari penyuluh terkait materi dampak BABS, manfaat
septictank serta pentingnya jamban sehat
2. Warga tampak memperhatikan materi yang diberikan tentang dampak BABS
Pengelolaan sampah organik dan anorganik dan pembuatan biopori
1. Warga tampak memperhatikan materi yang diberikan tentang pengelolaan sampah organik dan
anorganik dan pembuatan biopori
2. Warga mampu mempraktikan pembuatan biopori
3. Warga terlihat mampu menjawab pertanyaan dari penyaji terkait pengelolaan sampah organik dan
anorganik
4. Tidak terdapat peraturan desa yang diterapkan dimasyarakat

A:
Masalah perilaku kesehatan cederung berisiko terkait asap merokok teratasi.
Skala Skala Skala
Indikator
awal akhir saat ini
Mengindari paparan sisa asap rokok 2 4 4
Mendukung kebijakan publik yang sehat 2 4 4

Masalah perilaku kesehatan cederung berisiko terkait BABS teratasi.

70
Skala Skala Skala
Indikator
awal akhir saat ini
Memonitoring lingkungan terkait dengan risiko 2 4 4
Mendukung kebijakan publik yang sehat 2 4 4
Memonitor perilaku personal terkait dengan risiko 2 4 4
Masalah pengelolaan sampah dan pembuatan biopori teratasi
Indikator Skala Skala Skala
Awal akhir saat ini
Memonitoring lingkungan terkait dengan risiko 2 4 4
Mendukung kebijakan publik yang sehat 2 4 4
Memonitor perilaku personal terkait dengan risiko 2 4 4

P:
1. Anjurkan kepada perokok pasif menghindar dari perokok aktif jika perokok aktif sedang merokok di dalam
rumah.
2. Anjurkan kepada perokok pasif untuk menasehati perokok aktif jika merokok didalam rumah dan
menyarankan untuk merokok di dalam rumah.
3. Anjurkan kepada masyarakat yang membuang air besar sembarangan melakukan cuci tangan setelah BAB
menggunakan air mengalir dan sabun supaya tidak mengalami masalah kesehatan.
4. Anjurkan kepada masyarakat untuk menerapkan septictank komunal yang disediakan oleh desa.
5. Menganjurkan kepada masyarakat untuk menerapkan pemisahan sesuai jenisnya
6. Anjurkan kepada masyarakat untuk menerapkan pembuatan biopori di rumah
7. Anjurkan kepada perangkat desa untuk menerapkan peraturan desa dimasyarakat

71
C. Analisis SWOT
Tabel 4.3 Analisis SWOT
No. Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman
1. Adanya dukungan dari kader 1. Terdapat peserta dengan 1. Adanya keinginan lansia untuk 1. Sudah ada kegiatan rutin
dan tokoh masyarakat untuk kategori usia lansia tua yang melanjutkan terapi yang telah diajarkan senam lansia namun tidak
melaksanakan inovasi mengakibatkan kurang fokus karena mudah untuk diterapkan dan dapat rutin dilakukan kecuali ada
masyarakat saat kegiatan karena penurunan dilakukan secara mandiri pendampingan dari
2. Antusiame lansia di RW 2 kognitif dan pendengaran 2. Adanya faktor pendukung dari kader Puskesmas.
yang tinggi terhadap setiap 2. Terdapat lansia yang jauh dalam rangka melanjutkan terapi yang 2.
kegiatan yang dilakukan rumahnya dari tempat diadakan telah diajarkan pada saat posyandu lansia
mahasiswa. kegiatan sehingga terhalang 3. Pihak Puskesmas yang mau melanjutkan
3. Aktifnya kegiatan posyandu untuk hadir. kegiatan untuk home visit lansia dengan
lansia di RW 02 stiker merah.

72
BAB V
EVALUASI

Proses evaluasi akhir pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yaitu


dalam Musyawarah Masyarakan Desa II (MMD II) yang dilaksanakan pada
Kamis, 27 Juni 2019 pukul 09.00 – 10.30 WIB bertempat di balai desa Kebumen
yang dihadiri oleh perangkat desa, ketua RT, Ketua RW, Kader posyandu, Bidan
desa, perwakilan puskesmas, serta tokoh masyarakat. Hasil dari MMD II adalah
rencana tindak lanjut 3 pokja yaitu:
Tabel 5.1 Evaluasi Program Kerja
No. Kegiatan RTL PJ
1 Penyuluhan gizi seimbang Akan dilakukan penyuluhan gizi Posyandu 1: Bu
dan MP ASI sesuai umur di seimbang (2 gelombang bulan ini Kamilah; Posyandu
Posyandu balita 6-12 bulan dan bulan berikutnya 2: Mba Fita;
13-24 bulan) Posyandu 3: Bu
Sumariah; Posyandu
4: Bu Uni; Posyandu
5: Bu lastri
2 Kelas Ibu Hamil Kader menggerakan ibu hamil RW 1: Bu Sri; RW 2
untuk mengikuti kelas ibu hamil Bu Rufi, RW 3; Bu
dan penyuluhan ASI eksklusif di Ari; RW 4: Bu Pur
Desa pada hari Selasa minggu ke-3
3 Posyandu Lansia Memberi pengumuman undangan Kader Lansia di
posyandu lansia melalui speaker setiap RW
mushola atau saat ada perkumpulan
masyarakat (DAWIS) di wilayah
RW masing-masing.
Membuat jadwal baru untuk Kader Lansia dan
pengadaan posyandu lansia agar Puskesmas
tidak bersamaan dengan prolanis.
4 Stiker Langit Pihak Puskesmas diharapkan Puskesmas
melakukan kunjungan kepada
lansia yang sudah terpasang stiker
LANGIT berwarna merah
5 Terapi EFT, senam lansia, Membuat inovasi dalam posyandu Kader Lansia dan
terapi relaksasi genggam lansia (senam lansia, EFT, Terapi Puskesmas
jari relaksasi genggam jari)
6 Penyuluhan Bahaya Asap Penyuluhan ulang pada kegiatan Ketua RT masing-
Rokok, Septi tank, dan masing-masing RT masing
BABS
7 Penyuluhan Biopori Pengajuan alat biopori ke desa Perangkat Desa
Musyawarah tentang pengelolaan
sampah

73
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Praktik keperawatan stase komunitas telah dilaksanakan pada tanggal 29 April
s.d 8 Juni 2019 di Desa Kebumen Kecamatan Baturraden. Berdasarkan hasil
pengkajian, masalah kesehatan yang terjadi di RW 02 Desa Kebumen, meliputi:
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188)
Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, yaitu melalui kelas balita (Edukasi tentang Gizi Seimbang pada Makanan
Balita); penyuluhan MP-ASI; penyuluhan asi eksklusif dan gizi ibu hamil; pendataan
ibu hamil; pendataan lansia dan penempelan stiker berdasarkan tingkat mobilisasi
fisik; pendidikan kesehatan tentang dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia
(meliputi manajemen hipertensi dan pentingnya posyandu); senam lansia: terapi EFT
untuk lansia merokok; terapi EFT untuk hipertensi; penyuluhan dan penempelan
stiker tentang bahaya asap rokok; penyuluhan mengenai bahaya sampah dan cara
mengolahan sampah biopori; pengusulan pembuatan perdes tentang pembuangan
sampah; dan penyuluhan bahaya BABS dan pentingnya jamban serta septi tank.
Rencana tindak lanjut setiap pokja telah dibuat. Rencana tindak lanjut pokja KIA
yaitu penyuluhan gizi seimbang, MP-ASI dan ASI eksklusif, sedangkan rencana
tindak lanjut pokja lansia yaitu posyandu lansia, stiker Langit, dan terapi (EFT,
senam lansia, terapi genggam jari). Rencana tindak lanjut pokja kesehatan
lingkungan yaitu penyuluhan tentang BABS, septi tank, bahaya asap rokok, dan
biopori.
B. SARAN
Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, berikut ini merupakan
saran bagi beberapa pihak demi keberlangsungan kegiatan di Desa Kebumena, yaitu:
1. Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa:
a. Melakukan persiapan pra planning, materi, peralatan, dan media
sebelum melakukan program kerja.
b. Memilih waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan.

74
2. Masyarakat
a. Diharapkan agar masyarakat desa ikut berperan aktif dalam program-
program kesehatan yang diselenggarakan di desa.
b. Diharapkan agar warga yang telah lanjut usia untuk mengikuti
posyandu lansia dengan rutin.
c. Diharapkan agar masyarakat melakukan skrining kesehatan secara
berkala.
3. Pendidikan
a. Adanya persamaan persepsi antara pembimbing akademik dan
pembimbing lahan dalam proses melakukan asuhan keperawatan
komunitas di desa.

75
DAFTAR PUSTAKA

Alfitri, 2011, Comunity Development. Teori dan Aplikasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
American Public Health Association Public Health Nursing, 2004, Definition and Role
of Public Health Nursing. Dalam www.csuchico.edu.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat Di Puskesmas, Depkes RI, Jakarta.
Elizabeth, A. T., 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori Dan Praktek, EGC,
Jakarta.
Mubarak, W, I & Chayatin, N., 2009, Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan
Teori, Salemba Medika, Jakarta.
Swarjana, I.K., 2016, KeperawatanKesehatanKomunitas, ANDI, Yogyakarta.

76
LAMPIRAN

77
Lampiran 1. Stuktur Organisasi

78
Lampiran 2. Matriks Kegiatan Kelompok 2
MATRIKS KEGIATAN KELOMPOK 2

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS, KELUARGA, DAN GERONTIK

DI DESA KEBUMEN, KECAMATAN BATURRADEN

NO NAMA KEGIATAN SASARAN ANGGARAN PJ FREKUENSI 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1

A POKJA KIA

Kelas balita (Edukasi tentang Gizi Ibu yang memiliki balita dan kader
1 RP 35.000 Riris 2 kali
Seimbang pada Makanan Balita) posyandu di RW 2

Ibu yang memiliki batita dan kader


2 Penyuluhan MP-ASI RP 40.000 Riris 1 kali
posyandu di RW 2

Penyuluhan ASI Eksklusif dan Gizi Ibu


3 Ibu hamil di RW 2 RP 30.000 Selly 1 Kali
Hamil

4 Pendataan Ibu Hamil Ibu Hamil di RW 2 RP 30.000 Roro 1 kali

5 Kelas Ibu Hamil Ibu Hamil di RW 1, 2, 3 RP 20.000 Roro 1 kali

B POKJA LANSIA

Pendataan Lansia dan Penempelan Stiker


1 Lansia di RW 2 RP 20.000 Cita 3 kali
Berdasarkan Tingkat Mobilisasi Fisik

Pendidikan Kesehatan tentang Dukungan


Keluarga terhadap Kesehatan Lansia
2 Lansia dan Keluarga di RW 2 RP 40.000 Aliya 1 kali
(meliputi manajemen hipertensi dan
pentingnya posyandu)

3 Senam lansia Lansia RW 2 RP 0 DIka 1 kali

4 Terapi EFT untuk Lansia Merokok Lansia RW 2 RP 40.000 Afif 1 kali

5 Terapi EFT untuk Hipertensi Lansia RW 2 Rp20.000 Afif 1 kali

C POKJA KESEHATAN LINGKUNGAN

Penyuluhan dan penempelan stiker


1 Warga RW 2 RP 50.000 Puput 2 kali
tentang bahaya asap rokok

Penyuluhan mengenai bahaya sampah


2 Warga RW 2 RP 50.000 Resha 1 kali
dan cara mengolahan sampah biopori

Pengusulan pembuatan perdes


3 Warga RW 2 RP 10.000 Reksa 1 kali
tentang pembuangan sampah

Penyuluhan bahaya BABS dan


4 Warga RW 2 RP 20.000 Siska 2 kali
pentingnya jamban serta septi tank

D SEKOLAH

Penyuluhan Cuci Tangan dan Jajanan


1 Siswa SDN Kebumen Rp40.000 Dika 2 kali
Sehat untuk anak Sekolah

E HOME INDUSTRI

Penyuluhan tentang K3 dan Senam


1 Pekerja Pembuatan Wig Rp30.000 Puput 2 kali
Peregangan

Keterangan:
: Kegiatan belum dilak sanak an : Penyusunan pre-planning

: Kegiatan sudah dilak sanak an : Persiapan Kegiatan

: Kegiatan untuk disuper visi : Penyusunan laporan

79
PROPOSAL MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) 1

DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURADEN

KABUPATEN BANYUMAS

Oleh:

PROFESI NERS ANGKATAN 22

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM PROFESI NERS

PURWOKERTO

2019

80
A. Latar Belakang
Perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan gabungan ilmu keperawatan,
ilmu masyarakat dan sosial yang ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan
dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Dalam mengaplikasikan praktek
kesehatan masyarakat diperlukan pengetahuan serta penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan pendidikan kesehatan masyarakat dalam menemukan suatu
masalah kesehatan.
Komunitas atau masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif
dalam seluruh proses perubahan, sejak pengenalan masalah kesehatan sampai
penanggulangan masalah, yang melibatkan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai target pelayanan keperawatan komunitas dengan fokus
masyarakat berupa peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, hendaknya
perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam seluruh akitfitas kegiatan komunitas.
Peningkatan taraf hidup masyarakat di dalam berbagai bidang kehidupan
mengakibatkan terjadi juga pergeseran pada pola kehidupan masyarakat, salah
satunya adalah dalam bidang kesehatan. Dimana dengan berkembangnya paradigma
“Sehat” saat ini, telah terjadi pergeseran upaya-upaya dalam hidup kesehatan antara
lain: berubahnya upaya pengobatan kepada upaya pencegahan dan peningkatan
kesehatan, dari segi kegiatan yang bersifat pasif menunggu klien berobat di unit-unit
pelayanan kesehatan bergeser kepada penemuan kasus secara aktif. Perubahan ini
tentunya akan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat
untuk berperan secara aktif dalam upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit yang ada di masyarakat. Oleh karenanya peran serta masyarakat perlu terus
dikembangkan agar tercapai pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang optimal
secara mandiri.
Musyawarah masyarakat desa atau yang biasa disebut Lokakarya Mini
merupakan salah satu kegiatan dalam pelaksanaan keperawatan komunitas, dimana
dalam kegiatan tersebut diadakan pertemuan antara masyarakat setempat, Kepala
Kelurahan beserta perangkat desa/warga terkait, serta Kepala Puskesmas wilayah
terkait dengan Dinas Kesehatan wilayah terkait serta tenaga kesehatan. Tenaga
kesehatan yang dimaksud adalah mahasiswa keperawatan yang tengah melakukan

81
praktik keperawatan komunitas didampingi oleh pengajar komunitas dari institusi
yang bersangkutan untuk membahas masalah-masalah kesehatan yang terdapat di
wilayah kerja Desa Kebumen meliputi RW 1 hingga RW 4. Kegiatan praktek
keperawatan komunitas digunakan 3 pendekatan, yaitu pendekatan keluarga,
pendekatan kelompok dan pendekatan kepada masyarakat. Adapun fokus pengkajian
pada 3 kelompok kerja yaitu kelompok kerja (pokja) KIA dan ibu hamil, kelompok
kerja lansia, dan kelompok kerja kesehatan lingkungan (Kesling).
Desa Kebumen Kecamatan Baturaden dipimpin oleh kepala Desa yang memiliki
cakupan 4 RW. Dalam pelaksanaan praktik asuhan keperawatan komunitas
mahasiswa menggunakan pendekatan proses keperawatan komunitas yang diawali
dari pengkajian dengan cara pengumpulan data, kemudian menyusun rencana sesuai
dengan permasalahan yang ditemukan sampai pelaksanaan dan terakhir evaluasi.
Pengumpulan data dimulai selama tiga hari mulai tanggal 6 - 8 Mei 2019 dengan
jumlah KK 1050, jumlah KK yang diambil sebagai sampel yaitu 720 KK. Pengkajian
dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara langsung, penyebaran kuesioner,
dan windshield survey yaitu survey yang dilakukan dengan berjalan mengelilingi
wilayah Desa Kebumen. Data yang diperoleh dari masyarakat di tabulasi untuk
mengetahui masalah-masalah kesehatan yang mayoritas terjadi di masyarakat Desa
Kebumen Kecamatan Baturaden. Masalah pada pokja KIA yaitu adanya masalah
stunting pada balita. Pokja lansia mengangkat masalah bahwa mayoritas lansia
banyak yang menderita Hipertensi dan adanya perilaku tidak sehat yang banyak
dilakukan oleh lansia. Pokja kesehatan lingkungan mengangkat masalah sanitasi dan
keb. Selain mendapatkan data dati hasil pengkajian, didapat pula hasil wawancara
dari kepala Desa dan Kader. Setelah data diperoleh, dalam kegiatan MMD 1
mahasiswa dan masyarakat bersama-sama mencari pemecahan masalah kesehatan
yang ada dengan membentuk kelompok kerja fokus di bidang kesehatan.
B. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa dan masyarakat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
yang terdapat di Desa Kebumen Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas
serta membentuk Pokjakes.

82
2. Khusus
a. Masyarakat bersama mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan di
Wilayah Desa Kebumen.
b. Masyarakat dapat memahami dan menyadari masalah kesehatan yang ada di
wilayahnya.
c. Mahasiswa bersama masyarakat dapat menetapkan prioritas masalah
kesehatan.
d. Mahasiswa bersama masyarakat dapat merumuskan dan menyusun rencana
kegiatan yang akan dilaksanakan.
e. Mahasiswa dapat memfasilitasi untuk pembentukan Pokjakes bersama warga
C. Kegiatan
Waktu : Senin, 13 Mei 2019 pukul 08.00 WIB s/d selesai
Tempat : Balai Desa Kebumen
Acara : Serangkaian acara dalam MMD I:
a. Pembukaan
b. Sambutan:
 Kepala Desa
 Kepala Puskesmas
 Dosen Pembimbing Akademik
 Ketua MMD I
c. Penyajian Data Hasil Pengkajian
d. Merumuskan Prioritas Masalah
e. Mencari Solusi Bersama Warga
f. Merencanakan Pelaksanaan Kegiatan
g. Pembentukan Pokjakes
h. Pelaporan Hasil Musyawarah
i. Penutup
D. Susunan Rencana Kegiatan per Kelompok Kerja
1. Pokja Lansia
Tujuan Jangka
No. Nama Kegiatan Sasaran Waktu PJ
Pendek
1. Pendidikan Lansia Meningkatkan Mei 2019 Dylla,
Kesehatan dengan pengetahuan Aynun,
Hipertensi tentang cara Afif, Ayu

83
Manajemen Desa Manajemen
Hipertensi Kebumen Hipertensi
2. Senam Lansia Lansia di Desa Mampu Mei 2019 Indri,
Kebumen meningkatkan Aliya,
kesehatan lansia Tanti,
Indah
3. Lansia Aktif Lansia di Desa Meningkatkan Mei 2019 Anggita,
Posyandu Kebumen Kesadaran Nuiri,
Lansia Lansia untuk Tallenta,
hadir posyandu Cita
lansia
4. Pendataan Lansia di Desa Mengetahui Mei 2019 Setyo,
Lansia dengan Kebumen jumlah lansia Dika,
hambatan yang tidak Imas,
mobilitas mampu aktivitas Ilham
secara mandiri
namun
membutuhkan
pemeriksaan
kesehatan
secara berkala
5. Penyuluhan Lansia Meningkatkan Mei 2019 Dyla, Afif,
Bahaya Asap Merokok di Pengetahuan Ayu,
Rokok dan Desa lansia tentang Indah,
Intervensi Kebumen bahaya merokok Anggita,
Berhenti dan Membantu Indri,
Meroko Lansia untuk Amalia,
berhenti Eki, Setyo,
merokok Nuri,
6. Penanganan Lansia yang Keluarga dan Mei 2019 Tanti,
Stroke pada Mengalami Lansia dapat Aynun
Lansia Stroke melakukan Ilham,
ROM Tallenta
2. Pokja KIA
Tujuan Jangka
No. Nama Kegiatan Sasaran Waktu PJ
Pendek
1. Penyuluhan kelas Ibu hamil Meningkatkan Mei 2019 Mega,
ibu hamil dan pengetahuan ibu Selly,
ASI eksklusif hamil dan Diana,
pemberian ASI Syientia
eksklusif
2. Penyuluhan gizi Ibu balita Meningkatkan Mei 2019 Dicha,
seimbang pengetahuan ibu Riris,
tentang Didah, Eki
pemberian MP-
ASI pada balita,
mencegah
terjadinyta
kekurangan gizi
pada balita
3. Pencegahan Ibu hamil dan Meningkatkan Mei 2019 Raka,
Stunting ibu balita pengetahuan ibu Yanti,
hamil dan ibu Syafira,
balita tentang Roro
pencegahan
stunting bagi
balita

84
4. Pendampingan Ibu hamil Meningkatkan Mei 2019 Deviani,
ibu hamil resiko berisiko pengetahuan ibu Brian,
tinggi tinggi hamil tentang Tina,
tanda bahaya
kehamilan
3. Pokja Kesehatan Lingkungan
No. Nama Kegiatan Sasaran Tujuan Jangka Waktu PJ
Pendek
1. Penyuluhan Bahaya Warga Desa Pengetahuan dan Mei 2019 Lani
Merokok Kebumen pemahaman warga Mei 2019
mengenai bahaya
merokok meningkat
2. Penyuluhan Efek Warga Desa Pengetahuan dan Mei 2019 Reksa
BABS Kebumen pemahaman warga
mengenai efek
BABS meningkat
3. Penyuluhan Cara Warga Desa Warga mampu Mei 2019 Cesy dan
Mengolah Kebumen mengolah sampah Endah
Mengolah Sampah organbik dan
Organik dengan anorganik dengan
Biopori biopori
E. Peserta
1. Kepala Desa Kebumen
2. Kepala Puskesmas Baturaden 1
3. Ketua RW 01, 02, 03, dan 04 Desa Kebumen
4. Ketua RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07 dan 08 RW 01 Desa Kebumen
5. Ketua RT 01, 02, 03, 04 RW 02 Desa Kebumen
6. Ketua RT 01, 02, 03, 04, dan 05 RW 03 Desa Kebumen
7. Ketua RT 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, dan 08 RW 04 Desa Kebumen
8. Anggota Kader RW 01, 02, 03, dan 04 Desa Kebumen
9. Bidan Desa Kebumen
10. Ketua Karang Taruna Desa Kebumen
11. Perwakilan warga Desa Kebumen
12. Pembimbing Praktik dari Universitas Jenderal Soedirman
13. Pembimbing Lahan Praktik di Desa Kebumen
14. Mahasiswa Program Profesi Ners Praktek Keperawatan Komunitas, Gerontik, dan
Keluarga.
F. Metode
1. Presentasi
2. Diskusi

85
G. Media dan Alat
1. Laptop 4. Papan Tulis
2. LCD/ Infocus 5. Microphone
3. Spidol
H. Kepanitiaan
No Jabatan Nama Tugas
1 Ketua Setyo Utomo a. Memberikan sambutan di awal kegiatan MMD.
b. Memimpin dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan.
c. Membagi, mengkoordinaskan, dan mengawasi
pelaksanaan tugas kepanitiaan MMD.
d. Selalu berkoordinasi dengan dosen
pembimbing mengenai konsep acara MMD.
e. Menerima laporan kerja setiap divisi atau
penanggung jawab dan membantu mencapai
solusi yang terbaik pada setiap hambatan yang
ditemui
2 Sekretaris Aynun a. Membuat undangan kegiatan MMD
Afitriani b. Membuat proposal kegiatan MMD.
Ayu Roliana c. Mencatat segala hasil serta kejadian tentang
jalannya kegiatan dari awal sampai akhir.
d. Membantu moderator dalam menyimpulkan
hasil dari kegiatan MMD
3 Bendahara Nida Muslimah a. Membuat rencana anggaran
b. Membuat pembukuan dan mengatur keuangan
c. Membantu moderator dalam menyimpulkan
hasil dari kegiatan MMD.
4 Sie. Acara Deviani Ulfah a. Menjadi koordinator lapangan
Siti Herdiyanti b. Membuat susunan kegiatan MMD
c. Koordinasi dengan MC dan moderator serta
fasilitator
d. Koordinasi dengan penyaji dan koordinator
pokja
Pembawa a. Memandu jalannya acara MMD.
Acara: b. Memastikan pelaksanaan acara MMD
Egi Nurul berlangsung tertib.
Aisyah
Moderator: a. Membantu jalannya musyawarah.
Sri Tiyolani b. Memantau waktu pelaksanaan musyawarah
dan penyajian materi oleh penyaji.
c. Memantau waktu pelaksanaan musyawarah
berlangsung secara/dengan tertib.
Penyaji: a. Menyajikan pemaparan data pengkajian yang
Endah diperoleh di wilayah Desa Kebumen.
Susilowati b. Melakukan analisa data dengan menampilkan
data yang diperoleh berdasarkan pengkajian.
c. Menyajikan rumusan masalah/diagnosa
keperawatan komunitas berdasarkan hasil
pengkajian data di wilayah Desa Kebumen
d. Memotivasi minat masyarakat terhadap data
yang ditampilkan.
5 Sie. Penelitian Dyla Annisa P a. Menganalisis hasil temuan dalam pengkajian
Dicha C selama 3 hari

86
b. Membuat hasil analisis untuk dikonsultasikan
kepada pembimbing akademik dan
pembimbing lapangan
6 Koordinator Indah Nurul a. Menyusun rencana kegiatan selama praktik
Pokja Widyawati b. Menyusun materi yang akan disajikan
(Lansia) c. Koordinasi dengan fasilitator untuk
Mega Putri pelaksanaan focus group discussion (FGD)
Triyaning
(KIA)
Reksa Dhia
Putra (Kesling)
7 Sie. Konsumsi Sukmawati Menyiapkan konsumsi untuk dibawa pulang oleh
Cita peserta MMD
8 Sie. Ilham Maulana Menyiapkan alat dan perlengkapan yang
Perlengkapan Ahlunazar diperlukan selama berjalannya acara MMD
Afif Gilang P
Eky Sulistio
Selly Eka
Pebriyanti
9 Sie. Hubungan Tallenta Ayu P a. Menyebarkan undangan MMD
Masyarakat Syafira Nurul b. Menjalin hubungan yang harmonis dengan
H masyarakat Desa Kebumen
c. Menyampaikan informasi kepada publik bila
diperlukan
d. Bekerjasama atau berkoordinasi untuk publikasi
10 Sie. Roro Zulkhaida Mendokumentasikan acara MMD
Dokumentasi

I. Setting Tempat

S M P
M.
C

K
D

W W W W W W W W W W
D

W W F W W W W F W W
D

W W W W W
W W F W W

Keterangan :
K : Ketua Panitia D : Dosen Pembimbing
M : Moderator W : Warga
S : Sekretaris M.C : Pembawa Acara
P : Penyaji F : Fasilitator

87
J. Setting Waktu
No Waktu Kegiatan Penanggung Jawab/Pengisi
Pembukaan Egi Nurul Aisyah
Sambutan-sambutan:
1 08.00-08.30 - Kepala Desa Kebumen
- Kepala Puskesmas Baturaden 1
- Pembimbing lahan praktik profesi Ners
Laporan Ketua Panitia Pelaksana Setyo Utomo
2 08.30-09.00 Penyajian data pengkajian, analisa data, dan Endah Sulistiyowati
rumusan masalah
3 09.00-09.30 Pembuatan/penetapan Rencana Kerja atau POA Sri Tiyolani

4 09.30 – 10.45 Persetujuan antar peserta, pokja, dan pihak- Seluruh peserta
pihak terkait
Kepala Puskesmas dan Kepala Desa
 Pengesahan hasil MMD
5 10.45 – 11.00 Ketua panitia, Kepala Puskesmas,
 Serah terima hasil rencana kerja.
dan Kepala Desa
Pembacaan Doa
6 11.00 – 11.15
Penutup
K. Kesimpulan Akhir Kegiatan
1. Target Evaluasi
a. Struktur
Adapun persiapan sebelum dilaksanakan Musyawarah Masyarakat Desa,
diantaranya:
1) Konsultasi dengan pembimbing minimal 3 kali
2) Pembuatan undangan
3) Perlengkapan peralatan
4) Penyerahan undangan satu hari sebelum pelaksanaan
5) Menyediakan tempat
b. Proses
Diharapkan acara berjalan lancar dengan kriteria sebagai berikut:
1) Pada saat acara berlangsung warga sangat berantusias
2) Tanggapan warga postif terhadap acara yang dilaksanakan
3) Kehadiran 80% dari jumlah undangan
c. Hasil
1) Terciptanya Planning of Action (POA)
2) Masyarakat mengenal masalah yang ada di wilayah Desa Kebumen
3) Terbentuknya POKJAKES

88
Panitia Pelaksana Musyawarah Masyarakat Desa I Program Profesi Ners
Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman di Desa Kebumen Kecamatan Baturaden
Kabupaten Banyumas.

Ketua Sekretaris

Setyo Utomo, S. Kep Aynun Afitriani, S. Kep

Mengetahui,
PJ Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

Ns. Eva Rahayu, M. Kep

89
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN (LPJ)
MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) 2
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Oleh:
PROFESI NERS ANGKATAN 22

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

90
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) II

A. Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa II, dilaksanakan pada:
Hari/tanggal: Kamis, 27 Juni 2019
Waktu : 09.00 – 11.30 WIB
Tempat
Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa II dilaksanakan di Balai Desa Kebumen.

B. Peserta
Sasaran kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa II adalah seluruh masyarakat Desa
Kebumen.

C. Pelaksanaan Kegiatan
Susunan kepanitian kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa II yaitu sebagai berikut:
1. Ketua Panitia : Rionaldo Yogi Pradesta
2. Sekretaris : a. Dwi Noventi Rianingrum
b. Cesy Kurnia Putri
c. Enji Meilia Era Pertiwi
3. Bendahara : Emilia Eka Putri
4. Acara : a. Amalia Rizki Radika
b. Nur Rizki Amalia Shidiq
5. Penyaji : Syienthia Rahmatika
6. MC : Kinantika Nur Dewanti
7. Humas : a. Brian Wiva Pratama
b. Adha Didah Apriliyani
c. Resha Oktaviani
8. Sie Penelitian : a. Tanti Septiana
b. Diana Mafulah
c. Aliyatul Aeni
9. Konsumsi : Dena Melati Wahda Nurfitria
10. Moderator : Indri Yuliani
11. ATP : a. Nuri Khasanah
b. Tina Sari
c. Anggita Ika Utami
d. Puput Tri Wahyuni
e. Siskariningsih P. U.
12. Dekdok : Nia Rizkiyanti
13. PJ Pokja KIA : Mega Putri Triyaning
Fasilitator : a. Deviani Ulfah

91
b. Syafira Nurul Hasna
c. Eki Sulistio
d. Dicha Choerunissa
e. Siti Herdiyanti
f. Raka Fachrizal Hilmy
g. Roro Zulkhaida
h. Selly Eka Pebrianti
14. PJ Pokja Lansia: Indah Nurul Widyawati
Fasilitator : a. Ilham Maulana A.
b. Tanti Septiana
c. Ayu Roliana Raharjo
d. Tallenta Ayu Pratandany
e. Aynun Afitriani
f. Imas Nur Solehah
g. Dyla Anisa Putri
h. Setyo Utomo
i. Afif Gilang Prasetyanto
j. Sukmawati Cita Lestari
15. Pokja Kesling : Reksa Dhia Putra
Fasilitator : a. Sri Tiyolani
b. Egi Nurul Aisyah
c. Endah Susilowati
d. Nida Muslimah

D. Susunan Acara
1. Pembukaan acara oleh pembawa acara
2. Sambutan Ketua Panitia MMD II
3. Sambutan Kepala Desa Kebumen
4. Sambutan Kepala Puskesmas1 Baturraden
5. Doa
6. Pemaparan hasil per pokja
7. Klarifikasi
8. Diskusi penyusunan RTL
9. Pemaparan hasil penyusunan RTL
10. Penutup
Jumlah Peserta : Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan Musyawarah Masyarakat
Desa II adalah 33 Peserta.

E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Semua panitia berperan sesuai tugasnya masing-masing.
Target kehaditan peserta > 50% dari jumlah undangan (60) yaitu 33 peserta.
2. Evaluasi Proses
Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa II dilaksanakan pada hari Kamis, 27
Juni 2019 pukul 09.00 sampai pukul 11.30 WIB. Acara terlambat 30 menit dari

92
rencana awal kegiatan. Hal ini disebabkan karena banyak masyarakat yang
menjalankan rutinitas di rumah terlebih dahulu. Acara diikuti oleh 33 peserta
yang meliputi tamu undangan, kasi pemerintahan perwakilan dari desa, dosen,
koramil, polsek, BPD dan masyarakat desa. Peserta mengikuti Musyawarah
Masyarakat Desa II melebihi target peserta undangan dimana undangan yang
dibagikan hanya 60 undangan. Semua masyarakat mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir.
Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa diawali dengan pembukaan dan MC
membuka acara Musyawarah Masyarakat Desa II dengan memperkenalkan diri.
MC membacakan susunan acara, kemudian dilanjutkan dengan sambutan ketua
panitia MMD II, perwakilan kepala desa, perwakilan dosen pembimbing,
perwakilan dari camat, dimana setiap sambutan berlangsung selama 10 menit.
Selanjutnya adalah doa lalu pemaparan hasil kegiatan yang dipimpin oleh
Syienthia Rahmatika. Pemaparan dilakukan dengan baik dan jelas. Pemaparan
materi dilakukan selama 30 menit. Pemaparan materi meliputi hasil pengkajian
ulang dan kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa profesi Ners XXII selama 7
minggu di Desa Kebumen. Selama pemaparan materi peserta terlihat
mendengarkan dengan baik.
Acara selanjutnya dipimpin moderator yaitu oleh Indri Yuliani. Moderator
melakukan validasi data bersama warga sebagai bentuk pertanggungjawaban
POA yang telah disepakati. Selanjutnya adalah diskusi kelompok tiap program
kerja (Pokja). Peserta dibagi menjadi 3 kelompok pokja yaitu pokja KIA, pokja
lansia, dan pokja Kesling. Tiap kelompok Pokja mendiskusikan rencana tindak
lanjut (RTL). Setelah selesai diskusi perwakilan tiap kelompok Pokja
mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing, kemudian dilakukan
penandatanganan persetujuan RTL yang telah disepakati oleh perwakilan warga
tiap pokja, perwakilan ahasiswa tiap pokja, perwakilan puskesmas dan perwakilan
desa yaitu BPD.
Acara terakhir adalah penutup. Acara Musyawarah Masyarakat Desa II
kemudian ditutup pada pukul 11.30 WIB.
3. Evaluasi Hasil
Tersusun Rencana Tindak Lanjut (RTL) tiap Pokja yang meliputi:
a Pokja KIA
1) Penyuluhan gizi seimbang dan MP ASI sesuai umur di Posyandu balita
(2 gelombang bulan ini 6-12 bulan dan bulan berikutnya 13-24 bulan).
Penanggung jawab:
Posyandu 1: Bu Kamilah; Posyandu 2: Mba Fita; Posyandu 3: Bu
Sumariah; Posyandu 4: Bu Uni; Posyandu 5: Bu Lastri.
2) Kader menggerakan ibu hamil utk mengikuti kelas ibu hamil dan
penyuluhan ASI eksklusif di Desa pada hari Selasa minggu ke-3.
Koordinator kelas ibu hamil:
RW 1: Bu Sri, RW 2: Bu Rufi, RW 3: Bu Ari, RW 4: Bu Pur.
b Pokja Lansia
1) Memberi pengumuman undangan posyandu lansia melalui speaker
mushola atau saat ada perkumpulan masyarakat (DAWIS) di wlayah RW
masing-masing (PJ: Kader Lansia di setiap RW).

93
2) Membuat jadwal baru untuk pengadaan posyandu lansia agar tidak
bersamaan dengan prolanis (PJ: Kader Lansia dan Puskesmas)
3) Pihak Puskesmas diharapkan melakukan kunjungan kepada lansia yang
sudah terpasang stiker LANGIT berwarna merah (PJ: Puskesmas)
4) Membuat inovasi dalam posyandu lansia (senam lansia, EFT, Terapi
relaksasi genggam jari) (PJ: Kader Lansia dan Puskesmas)
c Pokja Kesling
1) Penyuluhan ulang mengenai bahaya merokok pada kegiatan masing-
masing RT
2) Larangan merokok di dalam rumah dengan penempelan stiker
3) Pengajuan alat biopori ke desa
4) Musyawarah tentang pengelolaan sampah
5) Sosialisasi perdes terkait sampah
6) Edukasi terkait BABS di masing-masing kegiatan RT
7) Sosialisasi pentingnya menggunakan septic tank di setiap RT

F. Hambatan
Ada beberapa hambatan yang muncul pada saat pelaksanaan kegiatan, baik hambatan
internal maupun eksternal, hambatan tersebut diantaranya:
1. Jumlah peserta undangan yang datang adalah ibu-ibu karena bapak-bapak sibuk
bekerja di pagi hari.
2. Waktu pelaksanaan yang kurang sesuai dengan rutinitas kegiatan masyarakat yang
mayoritas bekerja di pagi hari
3. Penyebaran undangan acara MMD II waktunya terlalu dekat (H-1) dengan hari
pelaksanaan, sehingga menjadikan alasan banyak masyarakat tidak bisa
meluangkan waktu untuk acara tersebut.

G. Saran
Saran untuk kegiatan selanjutnya antara lain:
1. Sesuaikan waktu pelaksanaan MMD dengan kegiatan masyarakat
2. Pembuatan dan penyebaran undangan untuk masyarakat sebaiknya dibuat 2-3 hari
sebelum hari-H pelaksanaan kegiatan
3. Lakukan persiapan secara maksimal sebelum MMD
4. Tambahkan acara hiburan agar lebih menarik dan mengesankan

H. Rancangan Anggaran Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa II


Pemasukan
No Sumber Dana Frek Jumlah Total
1. Sisa Dana MMD 1 Rp. 64.700
2. Iuran per individu 47 10000 Rp. 470.000
Total Rp. 534.700
Pengeluaran
No Sumber Dana Frek Jumlah Total

94
1. Snack untuk 10 Rp. 6700 Rp. 67.000
perangkat desa
2. Snack untuk peserta 60 Rp. 5000 Rp. 300.000
Spidol 3 Rp. 9000 Rp. 27.000
Batrei Mic 1 Rp. 28500 Rp. 28.500
Sewa Kursi 29 Rp. 1000 Rp. 29.000
Fotocopy Undangan 65 Rp. 16.200
Total Rp. 467.700

Anggaran MMD II= Pemasukan – pengeluaran


= Rp. 467.700 – Rp. 534700
Sisa Dana = Rp. 67.000

95
Panitia Pelaksana Musyawarah Masyarakat Desa II Program Profesi Ners
Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman di Desa Kebumen Kecamatan Baturaden
Kabupaten Banyumas.

Ketua Sekretaris

Rionaldo Yogi P, S. Kep Dwi Noventi R, S. Kep

Mengetahui,
PJ Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan
Universitas Jenderal Soedirman

Ns. Eva Rahayu, M. Kep

96
Lampiran
1. Daftar Hadir Peserta

97
2. Dokumentasi Kegiatan
a. Diskusi Penyusunan RTL Pokja KIA

b. Diskusi Penyusunan RTL Pokja Lansia

98
c. Diskusi Penyusunan RTL Pokja Kesling

d. Seluruh Panitia MMD II

99
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNIING)
PROGRAM KERJA KESEHATAN IBU DAN ANAK DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

OLEH:
TIM POKJA KIA
RORO ZULKHAIDA 14B018002
SELLY EKA PEBRIANTI 14B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ 14B018015

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

100
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNIING)
PROGRAM KERJA KESEHATAN IBU DAN ANAK

A. Latar Belakang
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di
Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui,
bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap kesakitan dan
kematian. Tujuan umum dari program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) ini adalah
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak serta menurunkan angka kematian ibu
dan bayi. Untuk itu diperlukan pengelolaan program kesehatan ibu dan anak yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak setingi-tingginnya. Sehingga
pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak harus ditingkatkan baik dari segi jangkauan
maupun kualitas pelayanan (Kemenkes, 2015).
WHO mengembangkan konsep melalui empat pilar safe motherhood yaitu
keluarga berencana (KB), asuhan antenatal, persalinan bersih dan aman serta
pelayanan obstetri dasar. Tujuan upaya ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu hamil, bersalin dan nifas, disamping menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi baru lahir. Selain ibu, bayi dan anak juga merupakan salah satu
subjek dari program kesehatan ibu dan anak. Program yang diterapkan pada bayi dan
anak salah antara lain pemberian ASI ekslusif, pemeriksaan perkembangan balita
maupun pelaksanaan imunisasi (Kemenkes, 2013).
Hasil pengkajian diketahui bahwa dari 98 pasangan usia subur terdapat 18
pasangan yang tidak menggunakan KB. Sebanyak 4 ibu hamil yang dijumpai,
diadapatkan bahwa ibu hamil tidak pernah mengikuti kelas ibu hamil. Sedangkan pada
anak dan balita, pemeriksaan perkembangan sudah banyak dilakukan oleh keluarga
yang memiliki balita, walaupun masih ada sekitar 0,6% yang tidak mengikuti. Selain
itu, sebagian besar balita yang mengonsumsi sayur dan buah masih dalam kategori
jarang (1-3 hari dalam seminggu) yaitu sebanyak 13 keluarga (36,1%). Hal tersebut,
perlunya program untuk lebih meningkatkan motivasi ibu, anak dan keluarga untuk
meningkatkan kesehatan.

101
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan dapat diangkat satu
diagnosa keperawatan, yaitu:
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
2. Tujuan Umum
Setelah diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang
diangkat diharapkan kualitas kesehatan ibu dan anak yang berada di RW 02 Desa
Kebumen Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas dapat meningkatkan.
3. Tujuan Khusus
Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan ibu, anak dan keluarga
mampu:
a. Memahami informasi yang diberikan oleh mahasiswa
b. Pendataan ibu hamil dapat terpantau
c. Mengetahui pentingnya kelas ibu hamil
d. Memahami pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil dan balita
e. Memahami pemberian ASI eksklusif pada bayi kurang dari 6 bulan
f. Memahami pemberian MP-ASI pada balita

C. Rancangan Kegiatan
1. Kelas Balita
a. Topik : Edukasi gizi seimbang pada balita
b. Metode : Ceramah dan diskusi
c. Media : Leaflet
d. Waktu :
 20 Mei 2019 pukul 09.00 WIB s.d. selesai
 20 Mei 2019 pukul 11.00 WIB s.d. selesai
e. Tempat :
 Rumah Ibu Sumariyah RT 02/02 Desa Kebumen
 Rumah Ibu Supriyati RT 07/02 Desa Kebumen
f. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Selly Eka Pebrianti

102
 Penyaji : Nur Rizky Amalia Shidiq
 Observer : Roro Zulkhaida
 Fasilitator : Puput Tri Wahyuni
Reksa Dhia Putra
Sukmawati Cita Lestari
Amalia Rizki Radika
Resha Oktaviani Rahayu
Siskariningsih Putri Utami
 Dokumentasi : Afif Gilang Prasetyanto
Aliyatul Aeni
2. Penyuluhan ASI eksklusif dan Konseling Nutrisi pada Ibu Hamil
a. Topik : ASI eksklusif dan pemenuhan nutrisi ibu hamil
b. Metode : Ceramah dan diskusi
c. Media : Leaflet
d. Waktu : 17 Mei 2019 pukul 09.00 WIB s.d. selesai
e. Tempat : Rumah ibu hamil di RW 02 Desa Kebumen
f. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Roro Zulkhaida
 Penyaji : Selly Eka Pebrianti
 Observer : Nur Rizky Amalia Shidiq
 Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami
Resha Oktaviani Rahayu
Amalia Rizki Radika
3. Penyuluhan MPASI sesuai usia
a. Topik : Gizi seimbang untuk membuat MP-ASI
b. Metode : Ceramah dan diskusi
c. Media : Leaflet
d. Waktu :
 20 Mei 2019 pukul 09.00 WIB s.d. selesai
 20 Mei 2019 pukul 11.00 WIB s.d. selesai
e. Tempat :
 Rumah Ibu Sumariyah RT 02/02 Desa Kebumen

103
 Rumah Ibu Supriyati RT 07/02 Desa Kebumen
f. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Selly Eka Pebrianti
 Penyaji : Nur Rizky Amalia Shidiq
 Observer : Roro Zulkhaida
 Fasilitator : Puput Tri Wahyuni
Reksa Dhia Putra
Sukmawati Cita Lestari
Amalia Rizki Radika
Resha Oktaviani Rahayu
Siskariningsih Putri Utami
 Dokumentasi : Afif Gilang Prasetyanto
Aliyatul Aeni
4. Pendataan Ibu hamil
a. Topik : Pendataan ibu hamil
b. Metode : Wawancara
c. Media : Form pendataan ibu hamil
d. Waktu : 17 Mei 2019 pukul 09.00 WIB s.d. selesai
e. Tempat : Rumah ibu hamil di RW 02 Desa Kebumen
f. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Nur Rizky Amalia Shidiq
 Penyaji : Roro Zulkhaida
 Observer : Selly Eka Pebrianti
 Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami
Resha Oktaviani Rahayu
Amalia Rizki Radika
5. Kelas Ibu Hamil
a. Topik : Pentingnya ibu hamil mengikuti kelas ibu hamil
b. Metode : Ceramah, diskusi, dan demonstrasi
c. Media : Leaflet, Power point, Manekin
d. Waktu : 23 Mei 2019 pukul 09.00 WIB s.d. selesai
e. Tempat : Balai Desa Kebumen Kecamatan Baturraden

104
f. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Nur Rizky Amalia Shidiq
 Penyaji 1 : Diana Maf’ulah
 Penyaji 2 : Bidan Indah
 Praktikkan 1 : Adha Didah Apriliyani
 Praktikkan 2 : Siti Herdiyanti
 Observer : Mega PuteriTriyaning
 Operator : Dicha Choirunnisa
 Fasilitator : Selly Eka Pebrianti
Raka Fachrizal Hilmy
Tina Sari
 Dokumentasi : Roro Zulkhaida
Deviani Ulfah
D. Pengaturan Tempat
1. Kelas Balita Sesuai Usia
Keterangan: : Perawat
: ibu balita

: kader

2. Penyuluhan ASI eksklusif pada ibu hamil dan menyusui


Keterangan :
: Penyaji

: Ibu Hamil

: Fasilitator
3. Penyuluhan MPASI sesuai usia
Keterangan :
: Penyaji
: Moderator
: Kader
: Ibu menyusui

105
4. Pendataan Ibu Hamil
Keterangan:
: Penyaji
: Ibu Hamil
: Fasilitator

5. Kelas Ibu Hamil


Keterangan:
: Penyaji
: Moderator

: Ibu Hamil

106
E. Pengorganisasian Waktu
1. Kelas Balita Sesuai Usia
No Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
1. 09.00 Pendahuluan Mempersiapkan diri Memotivasi ibu yang Mengamati jalannya a. Menjawab salam
WIB a. Memberikan salam dan materi yang memiliki balita dan kader kegiatan b. Memperhatikan
b. Melakukan pre-evaluasi akan disampaikan untuk berbicara penyaji
mengenai gizi seimbang c. Menjawab
pada makanan balita pertanyaan
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberikan pertanyaan
apersepsi
2 09.05- Mempersilahkan penyaji Menyampaikan Membantu menjelaskan Mengamati jalannya a. Memperhatikan
09.30 untuk menyampaikan materi materi materi jika ada ibu yang kegiatan materi yang
WIB a. Memberikan memiliki balita dan kader disampaikan penyaji
penjelasan yang kurang paham
mengenai
pengertian gizi
seimbang
b. Menjelaskan
mengenai
kebutuhan zat
gizi balita
c. Menjelaskan
mengenai faktor
yang
mempengaruhi
status gizi balita
3 09.30- Penutup Mengikuti proses Membantu menampung Menyimpulkan kegiatan a. Memperhatikan
09.40 a. Menyimpulkan materi evaluasi yang pertanyaan dan sesuai peranan anggota penyaji
WIB penyuluhan dipimping oleh mengevaluasi ibu yang b. Menjawab
b. Memberikan post moderator memiliki balita pertanyaan
evaluasi secara lisan
c. Memberikan salam
penutup

107
2. Penyuluhan ASI Eksklusif pada Ibu Hamil dan Menyusui
No Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
1. 09.00 Pendahuluan Mempersiapkan diri Memotivasi ibu hamil Mengamati jalannya kegiatan a. Menjawab salam
WIB dan materi yang akan dan menyusui untuk b. Mendengarkan
a. Memberikan salam disampaikan berbicara penyaji
b. Melakukan pre- c. Menjawab
evaluasi mengenai pertanyaan
ASI Eksklusif
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberikan
pertanyaan
apersepsi
2 09.05- Mempersilahkan Menyampaikan materi Membantu menjelaskan Mengamati jalannya kegiatan a. Memperhatikan dan
09.30 penyaji untuk a. Memberikan materi jika ada ibu hamil b. Mendengarkan
WIB menyampaikan materi penjelasan dan menyusui yang penyaji
mengenai kurang paham
pengertian ASI
Eksklusif
b. Menjelaskan
manfaat ASI
Eksklusif
c. Menjelaskan
kandungan ASI
d. Menjelaskan
Hambatan dalam
menyusui ASI
Eksklusif
3 09.30- Penutup Mengikuti proses Membantu menampung Menyimpulkan kegiatan sesuai a. Menjawab salam
09.40 a. Menyimpulkan evaluasi yang pertanyaan dan peranan anggota b. Memperhatikan dan
WIB materi penyuluhan dipimping oleh mengevaluasi ibu hamil menjawab
b. Memberikan post moderator dan menyusui pertanyaan
evaluasi secara
lisan
c. Memberikan salam
penutup

108
3. Penyuluhan MPASI sesuai usia
No Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
1. 09.00 Pendahuluan Mempersiapkan diri dan Memotivasi ibu Mengamati jalannya kegiatan a. Menjawab salam
WIB materi yang akan menyusui untuk b. Mendengarkan
a. Memberikan salam disampaikan berbicara penyaji
b. Melakukan pre- c. Menjawab
evaluasi mengenai pertanyaan
MPASI
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberikan
pertanyaan
apersepsi
2 09.05- Mempersilahkan Menyampaikan materi Membantu Mengamati jalannya kegiatan a. Memperhatikan dan
09.30 penyaji untuk a. Memberikan menjelaskan materi b. Mendengarkan
WIB menyampaikan materi penjelasan mengenai jika ada ibu menyusui penyaji
pengertian MPASI yang kurang paham
b. Menjelaskan tujuan
MPASI
c. Menjelaskan
manfaat MPASI
d. Menjelaskan syarat
MPASI
e. Menjelaskan Usia
pemberian MPASI
f. Menjelaskan
Pemberian MPASI
sesuai usia
g. Mempraktikan
pembuatan MPASI
3 09.30- Penutup Mengikuti proses Membantu Menyimpulkan kegiatan sesuai a. Menjawab salam
09.40 d. Menyimpulkan evaluasi yang dipimping menampung peranan anggota b. Memperhatikan dan
WIB materi penyuluhan oleh moderator pertanyaan dan menjawab
e. Memberikan post mengevaluasi lansia pertanyaan
evaluasi secara
lisan

109
f. Memberikan salam
penutup

4. Pendataan Ibu Hamil


No Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
1. 09.00 Pendahuluan Mempersiapkan diri dan Memotivasi ibu Mengamati jalannya kegiatan d. Menjawab salam
WIB materi yang akan hamil untuk e. Mendengarkan
a. Memberikan salam disampaikan berbicara penyaji
b. Menjelaskan tujuan f. Menjawab
c. Memberikan pertanyaan
pertanyaan apersepsi
2 09.05- Mempersilahkan penyaji Menyampaikan materi Mencatat hasil Mengamati jalannya kegiatan c. Memperhatikan dan
09.20 untuk menyampaikan a. Mendata ibu hamil pembicaan bersama d. Mendengarkan
WIB materi b. Mencatat demografi responden penyaji
ibu hamil
c. Mencatat hasil
pemeriksaan fisik
terakhir
3 09.20- Penutup Mengikuti proses evaluasi Membantu Menyimpulkan kegiatan sesuai a. Menjawab salam
09.30 a. Menyimpulkan yang dipimping oleh menampung peranan anggota b. Memperhatikan dan
WIB materi penyuluhan moderator pertanyaan dan menjawab
b. Memberikan post mengevaluasi ibu pertanyaan
evaluasi secara lisan hamil
c. Memberikan salam
penutup

5. Kelas Ibu Hamil


No Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
1. 09.00 Pendahuluan Mempersiapkan diri dan Memotivasi ibu Mengamati jalannya kegiatan a. Menjawab salam
WIB materi yang akan hamil dan menyusui b. Mendengarkan
a. Memberikan salam disampaikan untuk berbicara penyaji

110
b. Melakukan pre- c. Menjawab
evaluasi mengenai pertanyaan
kelas ibu hamil
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberikan
pertanyaan apersepsi
2 09.05- Mempersilahkan penyaji Menyampaikan materi Membantu Mengamati jalannya kegiatan a. Memperhatikan dan
10.30 untuk menyampaikan oleh Bidan Indah. menjelaskan materi b. Mendengarkan
WIB materi a. Memberikan jika ada ibu hamil penyaji
penjelasan mengenai dan menyusui yang
pengertian kelas ibu kurang paham
hamil
b. Menjelaskan mengenai
pentingnya kelas ibu
hamil
Menyampaikan materi
terkait ASI Eksklusif oleh
Diana.

Menyampaikan materi
terkait Massage payudara
dan pijat oksitosin oleh
Didah dan Yanti.
3 10.30- Mempersilahkan peserta Mengajarkan massage Membantu untuk Mengamati jalannya kegiatan. Mempraktikkan massage
10.50 dan penyaji 2 untuk payudara dan pijat mengondisikan payudara dan pijat
WIB melakukan demonstrasi oksitosin menggunakan peserta yang sedang oksitosin secara
massage payudara dan phantom payudara. duduk. bergantian.
pijat oksitosin.
3 10.50- Penutup Mengikuti proses Membantu Menyimpulkan kegiatan sesuai a. Menjawab salam
11.00 a. Menyimpulkan evaluasi yang dipimping menampung peranan anggota b. Memperhatikan dan
WIB materi penyuluhan oleh moderator pertanyaan dan menjawab
b. Memberikan post mengevaluasi lansia pertanyaan
evaluasi secara lisan
c. Memberikan salam
penutup

111
F. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta.
b. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan dan media sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2. Evaluasi proses:
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat saat kegiatan berlangsung.
c. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi dan mengajukan pertanyaan.
3. Evaluasi hasil:
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu memahami:
a. Pengertian gizi seimbang pada balita.
b. Pengertian MP-ASI.
c. Manfaat pemberian MP-ASI
d. Cara pemberian MP-ASI
e. Pengertian ASI eksklusif
f. Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu dan anak
g. Pengertian gizi seimbang pada ibu hamil
h. Manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil
i. Pengertian massage payudara dan pijat oksitosin
j. Manfaat massage payudara dan pijat oksitosin
k. Langkah-langkah massage payudara dan pijat oksitosin
l. Demonstrasi langkah-langkah massage payudara dan pijat oksitosin

112
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2013, Buletin Jendela Data
dan Informasi: Situasi Keluarga Berencana di Indonesia, Jakarta, Kemenkes
RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), 2015, Rencana Strategis


Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019, Jakarta, Kemenkes RI.

113
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN KELAS BALITA
PADA IBU BALITA DAN KADER POSYANDU DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
TIM POKJA KIA
RORO ZULKHAIDA I4B018003
SELLY EKA PEBRIANTI I4B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ I4B018015

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

114
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN KELAS BALITA
PADA IBU BALITA DAN KADER POSYANDU DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Topik Kegiatan : Kegiatan Kelas Balita


Pokok Bahasan : Gizi Seimbang pada Balita Diatas 2 Tahun
Sub Pokok Bahasan : Edukasi Gizi Seimbang pada Balita
Sasaran : Ibu Balita dan Kader Posyandu di RW 02 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Waktu : 09.00-09.40 WIB dan 11.00-11.40 WIB
Tempat : Rumah Ibu Sumariyah RT 02/02 Desa Kebumen
Rumah Ibu Supriyati RT 07/02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan promosi terkait dengan pentingnya gizi seimbang yang
dibutuhkan balita dengan usia diatas 2 tahun kepada ibu balita dan kader
posyandu di RW 02.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui pengertian dari gizi seimbang balita.
b. Mampu menjelaskan zat gizi yang dibutuhkan balita.
c. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita.

B. Metode
Ceramah dan diskusi.

C. Media
Leaflet

D. Materi
(terlampir)

115
E. Pengorganisasian kelompok
1. Moderator : Selly Eka Pebrianti
2. Penyaji : Nur Rizky Amalia Shidiq
3. Observer : Roro Zulkhaida
4. Fasilitator : Puput Tri Wahyuni
Reksa Dhia Putra
Sukmawati Cita Lestari
Amalia Rizki Radika
Resha Oktaviani Rahayu
Siskariningsih Putri Utami
5. Dokumentasi : Afif Gilang Prasetyanto
Aliyatul Aeni

F. Proses kegiatan
No Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan/pembukaan:
a. Memberi salam Membalas salam
b. Perkenalan Mendengarkan 10 menit
c. Jelaskan tujuan Mendengarkan
d. Persamaan persepsi Menjawab
2. Isi
a. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
- Pengertian gizi seimbang pada balita memperhatikan

- Kebutuhan zat gizi balita 30 menit


-Faktor-faktor yang mempengaruhi status
gizi balita
b. Tanya jawab Bertanya dan menjawab
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama remaja Menjawab
10 menit
b. Member motivasi dan pujian Memperhatikan
c. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

G. Evaluasi
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
a. Pengertian gizi seimbang pada balita?
b. Sebutkan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita untuk berkembang? (minimal
3)

116
Lampiran 1. Materi Gizi Seimbang
GIZI SEIMBANG

1. Pengertian gizi seimbang pada balita


Gizi adalah zat penyusun makanan yang dibutuhkan untuk metabolisme
tubuh meliputi air, protein, lemak, hidrat arang, vitamin, dan mineral (Widjaja,
2008).
2. Kebutuhuan zat gizi balita
Menurut Widjaja, 2008 Kebutuhan zat gizi balita terdiri dari karbohidrat,
protein, lemak, mineral, vitamin, dan air.
a. Karbohidrat
Karbohidrat yaitu makanan yang memberi energi bagi tubuh untuk
melakukan aktivitas. Karbohidrat terbagi atas karbohidrat komplek dan
sederhana. Karbohidrat sederhana seperti gula merah maupun gula pasir.
Karbohidrat kompleks seperti gandum, beras, tepung dan jagung (Widjaja,
2008).
b. Protein
Protein merupakan zat yang dibutuhkan tubuh dalam pertumbuhan
balita atau zat pembentuk jaringan tubuh seperti otot, otak, dan jaringan tubuh
lainnya. Makanan yang kaya akan protein seperti telur, ayam, daging, susu,
keju, kedelai, dan makanan laut, sedangkan makanan yang mengandung
cukup protein seperti kacang polong, kacang buncis, kacang tanah, sayuran
hijau, biji-bijian, serta kacang-kacangan. Protein berfungsi sebagai zat energi
dan pembangun, apabila karbohidrat dan lemak didalam tubuh tidak dapat
memenuhi kebutuhan energi maka protein diubah menjadi sumber energi.
Akibat yang dapat ditimbulkan apabila protein tidak menjalankan fungsi
sebagai zat pembangun, pertumbuhan dan perkembangan pada balita dapat
terhambat (Sutomo & Anggraeni, 2010).
c. Lemak
Lemak merupakan cadangan makanan yang disimpan didalam tubuh
(Werner, Thuman, & Maxwell, 2010). Vitamin A, D, E, dan K merupakan

117
vitamin yang dapat larut dalam lemak. Lemak berasal dari bahan makanan
seperti minyak goreng, mentega, margarin, dan lemak hewani dan botani
(Widjaja, 2008).
d. Vitamin
Vitamin merupakan suatu senyawa organik yang berguna untuk
mengkatalisator metabolisme sel yang berguna dalam tumbuh kembang
balita. Vitamin banyak terkandung dalam buah dan sayur (Hidayat, 2005).
Manfaat vitamin sangatlah beragam, sehingga apabila balita mengalami
kekurangan maupun kelebihan zat gizi vitamin dapat mengakibatkan
terganggunya tumbuh kembang. Vitamin A berfungsi sebagai menjaga
kesehatan mata, pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf, serta menjaga
tubuh dari infeksi. Vitamin D berperan dalam pembentukan tulang dan gigi,
serta membantu proses metabolisme fosfor dan kalium. Vitamin E berperan
dalam melindungi tubuh dari radikal bebas, memperlancar sirkulasi darah,
membantu perkembangan otak, serta mempercepat penyembuhan luka.
e. Mineral
Mineral merupakan zat yang berfungsi sebagai pemelihara fungsi tubuh
baik sel, jaringan, organ, ataupun seluruh fungsi tubuh. Mineral dibagi dalam
dua golongan yaitu makro dan mikro. Mineral makro antara lain natrium,
klor, dan kalium berfungsi dalam menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Natrium, kalium, kalsium, dan magnesium digunakan dalam transmisi saraf
dan kontraksi otot. Fosfor dan magnesium digunakan proses membantu
proses metabolisme tubuh. Kalsium, fosfor, dan magnesium berperan
memberi bentuk pada tulang. Mineral mikro antara lain zat besi digunakan
dalam membantu proses pembentukan sel darah merah yang kemudian dapat
membawa oksigen ke seluruh bagian tubuh, membantu proses metabolisme
energi, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Muaris, 2006).
f. Air
Air sangat penting diberikan karena air merupakan media untuk nutrisi
lainnya. Kebutuhan air tergantung dari konsumsi makanan, suhu, derajat
kelembaban, aktivitas fisik anak, dan lingkungan (Widjaja, 2008). Sebagian
besar tubuh manusia tersusun oleh air 50-75% dari berat badan total tubuh.

118
Air merupakan zat yang penting bagi kelangsungan tumbuh kembang balita
sehingga harus dijaga supaya asupan air seimbang Protein berfungsi sebagai
zat energi dan pembangun, apabila karbohidrat dan lemak didalam tubuh
tidak dapat memenuhi kebutuhan energi maka protein diubah menjadi sumber
energi (Sutomo & Anggraeni, 2010).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
a. Faktor langsung: Penyebab langsung masalah status gizi yaitu
ketidakseimbangan antara asupan makanan dan penyakit infeksi. Kedua
penyebab langsung tersebut saling berkaitan, jika asupan makanan yang
dikonsumsi kurang dari kebtuhan maka menyebabkan daya tahan tubuh
melemah sehingga memudahkan penyakit infeksi untuk masuk kedalam
tubuh sehingga balita berisiko terjadi wasting.
b. Faktor tidak langsung: Faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita
secara tidak langsung seperti pola asuh ibu terhadap anak misalnya cara
merawat anak, cara ibu memberi makanan kepada anak, cara
mempertahankan kesehatan dan kebersihan anak, serta bagaimana ibu
memberikan kasih sayangnya kepada anak (Prastyo, Prawirohartono &
Rahyaningsih, 2008).

Referensi:
Muaris, H. 2006, Lauk Bergizi Untuk Anak Balita, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Prasetyo, B.E., Prawirohartono, E.P., & Rahyaningsih, 2008, Hubungan Jarak Kelahiran
Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Anak Taman Kanak-Kanak. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 4(3), 133-139.
Sutomo, B., & Anggraini, 2010, Menu Sehat Alami Untuk Balita & Batita, Pt. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Widjaja, 2008, Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak Dan Kesehatan Balita, Kawan
Pustaka, Jakarta.

119
Lampiran 2. Leaflet Gizi Seimbang

120
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF
PADA IBU HAMIL DAN KELUARGANYA DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
TIM POKJA KIA
RORO ZULKHAIDA I4B018003
SELLY EKA PEBRIANTI I4B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ I4B018015

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

121
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF
PADA IBU HAMIL KELUARGANYA DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Topik Kegiatan : Kegiatan Penyuluhan Pendidikan Kesehatan


Pokok Bahasan : ASI Eksklusif
Sub Pokok Bahasan : Penjelasan Mengenai ASI Eksklusif
Sasaran : Ibu Hamil dan keluarganya di RW 02 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Jumat, 17 Mei 2019
Waktu : 09.00-09.40 WIB
Tempat : Home Visit ke 3 Rumah Ibu Hamil

A. Tujuan
3. Tujuan Umum
Untuk mempromosikan kepada Ibu hamil atau menysui dan keluarganya
mengenai pemberian ASI eksklusif.
4. Tujuan Khusus
a. Mengerti arti dari ASI ekslusif
b. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil atau menyusui dan keluarganya
tentang pemberian ASI ekslusif
c. Meningkatkan pengetahuan mengenai manfaat ASI ekslusif bagi anak

B. Metode
Ceramah dan diskusi

C. Media
Leaflet

D. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Roro Zulkhaida
2. Penyaji : Selly Eka Pebrianti
3. Observer : Nur Rizky Amalia Shidiq
4. Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami

122
Resha Oktaviani Rahayu
Amalia Rizki Radika

E. Proses Kegiatan
No Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan/pembukaan:
e. Memberi salam Membalas salam
f. Perkenalan Mendengarkan 10 menit
g. Jelaskan tujuan Mendengarkan
h. Persamaan persepsi Menjawab
2. Isi
d. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
- Pengertian ASI eksklusif memperhatikan

- Manfaat ASI eksklusif bagi ibu menyusui


- Manfaat ASI eksklusif bagi anak 30 menit

- Kandungan ASI
-Hambatan menyusui ASI eksklusif
e. Tanya jawab Bertanya dan menjawab
f. Evaluasi sesuai dengan pedoman
3. Penutup
d. Menyimpulkan bersama remaja Menjawab
10 menit
e. Member motivasi dan pujian Memperhatikan
f. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

F. Evaluasi
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang:
a. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
b. Manfaat pemberian ASI eklusif bagi ibu dan anak?

123
Lampiran 1. Materi ASI Eksklusif
1. Pengertian ASI ekslusif
Menurut (WHO, 2011) ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja
tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai
berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.
2. Menurut ( Depkes RI 2010 ) manfaat ASI ekslusif bagi ibu menyusui yaitu:
a. Dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat
kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai metode amenorea
laktasi (MAL ).
b. Ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sehingga dapat
menghemat pengeluaran rumah tangga untuk memberi susu formula dan
pralatanya.
c. Menyusui juga dapat mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur
d. Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang
terjadi selama kehamilan ( Ramaiah, 2007).
3. Manfaat ASI ekslusif bagi anak
a. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral air dan enzim yang
dibutuhkan bayi, jadi ASI dapat mengurangi resiko berbagai jenis
kekurangan nutrisi.
b. ASI mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan otak, mata, dan pembuluh darah yang sehat.
c. Bayi dapat mencerna dan menggunakan nutrisi dalam ASI secara lebih
efisien daripada yang terdapat dalam jenis susu lainya.
d. ASI steril tidak terkontaminasi oleh bakteri atau kuman penyakit lainnya.
e. Menyusui mencegah terjadinya anemia pada bayi karena zat besi yang
terkandaung dalam ASI dapat diserap secara lebih baik daripada sumber zat
besi lainnya (Ramaiah, 2007).
f. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi
dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
4. Kandungan ASI
ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah
putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang. Komposisi ASI bersifat spesifik pada

124
tiap ibu, berubah dan berbeda dari waktu ke waktu yang disesuaikan dengan
kebutuhan bayi saat itu (Roesli, 2005).
a. Kolostrum (colostrum/susu jolong)
Kolostruma dalah cairan encer dan sering berwarna kuning atau dapat pula
jernih yang kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu matang)
dan protein dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4/ke-7. Kolostrum
membersihkan zat sisadari saluran pencernaan bayi dan mempersiapkannya
untuk makanan yang akan datang.Jika dibandingkan dengan susu matang,
kolostrum mengandung karbohidrat dan lemak lebih rendah, dan total energi
lebih rendah.Volume kolostrum 150-300 ml/24 jam.
b. Perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit
ASI yang pertama disebutforemilkdan mempunyai komposisi berbeda
dengan ASI yang keluar kemudian (hindmilk). Foremilk dihasilkan sangat
banyak sehingga cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi. Hindmilk keluar
saat menyusui hampir selesai dan mengandung lemak 4-5 kali lebih banyak
dibanding foremilk, diduga hindmilk yang mengenyangkan bayi.
c. Lemak
ASI makanan terbaik otak bayi. Lemak ASI mudah dicerna dan diserap bayi
karena mengandung enzim lipase yang mencerna lemak. Susu formula tidak
mengandung enzim, sehingga bayi kesulitan menyerap lemak susu formula.
Lemak utama ASI adalah lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA,
dan asam arakhidonat) suatu asam lemak esensial untuk myelinisasi saraf
yang penting untuk pertumbuhan otak. Lemak ini sedikit pada susu sapi.
Kolesterol ASI tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan
otak. Kolesterol juga berfungsi dalam pembentukan enzim metabolisme
kolesterol yang mengendalikan kadar kolesterol di kemudian hari sehingga
dapat mencegah serangan jantung dan arteriosclerosis pada usia muda.
d. Karbohidrat ASI
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula) dan kandungannya lebih banyak
dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar 20-30 % lebih banyak
dari susu sapi. Salah satu produk dari laktosa adalah galaktosa yang
merupakan makanan vital bagi jaringan otak yang sedang tumbuh. Laktosa
meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk pertumbuhan
tulang. Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik
yaitu, Lactobacillis bifidus. Fermentasi Laktosa menghasilkan asam laktat
yang memberikan suasana asam dalam usus bayi sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen.
e. Protein ASI
Protein utama ASI adalah whey (mudah dicerna), sedangkan protein utama
susu sapi adalah kasein (sukar dicerna). Rasio whey dan kasein dalam ASI

125
adalah 60:40, sedangkan dalam susu sapi rasionya 20:80.ASI tentu lebih
menguntungkan bayi, karena whey lebih mudah dicerna dibanding kasein.
ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
lactoglobulin dan bovine serum albumin yang sering menyebabkan
alergi.Selain itu, pemberian ASI eksklusif dapat menghindarkan bayi dari
allergen karena setelah 6 bulan usus bayi mulai matang dan bersifat lebih
protektif. ASI juga mengandung lactoferin sebagai pengangkut zat besi dan
sebagai sistem imun usus bayi dari bakteri patogen. Laktoferin membiarkan
flora 14 normal usus untuk tumbuh dan membunuh bakteri patogen. Zat imun
lain dalam ASI adalah suatu kelompok antibiotik alami yaitu lysosyme.
Protein istimewa lainnya yang hanya terdapat di ASI adalah taurine yang
diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf, juga penting untuk
pertumbuhan retina. Susu sapi tidak mengandung taurine sama sekali.
f. Faktor pelindung dalam ASI sebagai imunisasi aktif merangsang
pembentukan daya tahan tubuh bayi. Selain itu, ASI juga berperan sebagai
imunisasi pasif yaitu dengan adanya SIgA (secretory immunoglobulin A)
yang melindungi usus bayi pada minggu pertama kehidupan dari alergen.
5. Hambatan menyusui ASI ekslusif
Hambatan ibu untuk menyusui terutama secara eksklusif sangat bervariasi.
Namun, yang paling sering dikemukakan sebagai berikut (Roesli, 2005):
a. ASI tidak cukup
Merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI secara
eksklusif. Walaupun banyak ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya
sedikit (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASInya.
Selebihnya 95-98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya.
b. Ibu bekerja
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu
bekerja, bayi dapat diberi ASI perah. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan pemberian ASI oleh pekerja wanita telah dituangkan dalam
kebijakan Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI pada tahun 2009.
c. Alasan kosmetik
Survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) tahun 1995 padaibu-
ibu Se-Jabotabek, diperoleh data bahwa alasan pertama berhenti memberi ASI
pada anak adalah alasan kosmetik.Ini karena mitos yang salah yaitu menyusui
akan mengubah bentuk payudara menjadi jelek. Sebenarnya yang mengubah
bentuk payudara adalah kehamilan
d. Adanya anggapan bahwa tidak diberi ASI bayi tetap tumbuh
Anggapan tersebut tidak benar, karena dengan menyusui berarti seorang
ibu tidak hanya memberikan makanan yang optimal, tetapi juga rangsangan

126
emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula. Dengan demikian, dapat
dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih sehat, lebih tinggi
kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah
bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya.
e. Bayi akan tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri dan manja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu
sering didekap dan dibelai, ternyata salah. Menurut DR.Robert Karen dalam
bukunya, The Mystery of Infant-Mother Bond and It’s Impact on Later Life,
anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri, manja, dan agresif karena kurang
perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh orang tua.6.Susu formula lebih
praktis. Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula
diperlukan api atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan
perlu waktu untuk mendinginkan susu formula yang baru dibuat.Sementara itu,
ASI siap pakai dengan suhu yang tepat setiap saat.
6. Takut badan tetap gemuk
Pendapat ini salah, karena pada waktu hamilbadan mempersiapkan
timbunan lemak untuk membuat ASI.Timbunan lemak iniakan dipergunakan
untuk proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar
untuk menghilangkan timbunan lemak ini.

Referensi:
Depkes RI, 2010, Pedoman Pemberian Makanan Pendukung ASI (MPASI), Depkes,
Jakarta.
Ramaiah, S., 2007, ASI dan Menyusui. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Roesli, U., 2005, Mengenal ASI Eksklusif, Trubus Agriwidya, Jakarta.
WHO, 2011, Pengertian ASI Eksklusif, World Health Organization, Jakarta.

127
Lampiran 2. Leaflet

128
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN MP-ASI
PADA IBU BATITA DAN KADER POSYANDU DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
TIM POKJA KIA
RORO ZULKHAIDA I4B018003
SELLY EKA PEBRIANTI I4B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ I4B018015

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

129
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN MP-ASI
PADA IBU BATITA DAN KADER POSYANDU DI RW 2
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Topik Kegiatan : Penyuluhan MP-ASI


Pokok Bahasan : Pemberian MP-ASI pada batita >6 bulan dan <2 tahun
Sub Pokok Bahasan : Gizi Seimbang untuk Membuat MP-ASI
Sasaran : Ibu Batita dan Kader Posyandu di RW 02 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Senin, 20 Mei 2019
Waktu : 09.00-09.40 WIB dan 11.00-11.40 WIB
Tempat : Rumah Ibu Sumariyah RT 02/02 Desa Kebumen
Rumah Ibu Supriyati RT 07/02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan promosi terkait dengan pentingnya pemberian MP-ASI
dengan usia batita >6 bulan dan <2 tahun kepada ibu batita dan kader posyandu
di RW 02.
2. Tujuan Khusus
d. Mampu mengetahui pengertian dari gizi seimbang batita.
e. Mampu menjelaskan zat gizi yang dibutuhkan batita.
f. Mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi batita.

B. Metode
Ceramah dan diskusi.

C. Media
Leaflet

D. Materi
(terlampir)

130
E. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Selly Eka Pebrianti
2. Penyaji : Nur Rizky Amalia Shidiq
3. Observer : Roro Zulkhaida
4. Fasilitator : Puput Tri Wahyuni, Reksa Dhia Putra, Sukmawati Cita
Lestari, Amalia Rizki Radika, Resha Oktaviani Rahayu, Siskariningsih Putri
Utami
5. Dokumentasi : Afif Gilang Prasetyanto, Aliyatul Aeni

F. Proses Kegiatan
No Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan/pembukaan:
a. Memberi salam Membalas salam
b. Perkenalan Mendengarkan 10 menit
c. Jelaskan tujuan Mendengarkan
d. Persamaan persepsi Menjawab
2. Isi
a. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
- Pengertian MP-ASI memperhatikan

- Tujuan MP-ASI
- Manfaat MP-ASI
30 menit
- Syarat MP-ASI
- Usia Pemberian MP-ASI
-Cara pemberian MP-ASI Bertanya dan menjawab
b. Tanya jawab
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama remaja Menjawab
10 menit
b. Member motivasi dan pujian Memperhatikan
c. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

G. Evaluasi
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
a. Pengertian MP-ASI?
b. Manfaat pemberian MP-ASI?
c. Cara pemberian MP-ASI?

131
Lampiran 1. Materi
1. Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping atau MP-ASI adalah makanan yang diberikan
kepada bayi setelah cukup bulan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi yang
diperlukan bagi bayi karena produksi ASI mulai berkurang dimana bayi secara
perlahan-lahan dibiasakan dengan makanan orang dewasa (Depkes, 2010).
2. Tujuan MP-ASI
1) Sebagai komplemen terhadap ASI agar anak memperoleh cukup energi,
protein dan zat-zat gizi lain (vitamin dan mineral), untuk tumbuh dan
berkembang secara normal.
2) Sebagai pelengkap makanan tambahan untuk melatih dan membiasakan
anak terhadap makanan yang akan dimakannya dikemudian hari, disamping
sebagai tambahan atas kebutuhan yang meningkat sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi makanan tambahan diharapkan
dapat menambah energi, protein, vitamin, mineral serta menambah serat
makanan (Waryana, 2010).
3. Manfaat MP-ASI yaitu :
a. Melengkapi zat gizi ASI yang sudah berkurang
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-
macam makanan dengan berbagai macam rasa dan bentuk
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
d. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
tinggi (Notoatmodjo, 2007).
4. Syarat-syarat MP-ASI
a. Nilai energi dan kandungannya yang tinggi
b. Proteinnya tinggi
c. Memiliki nilai suplementasi yang baik, vitamin dan mineral
d. Dapat diterima oleh-alat pencernaan anak dengan baik
e. Harganya relatif murah
f. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara
lokal
g. Bersifat padat gizi (Djitowiyono, 2010).

132
5. Usia Pemberian MP-ASI
Menurut Depkes RI (2010) usia pada saat pertama kali pemberian
makanan pendamping ASI pada anak yaitu dapat diketegorikan menjadi:
a. Pada usia enam sampai sembilan bulan
1) Memberikan makanan lumat dalam tiga kali sehari dengan takaran
yang cukup
2) Memberikan makanan selingan satu hari sekali dengan porsi kecil
3) Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan
makanan
b. Pada usia lebih dari sembilan sampai 12 bulan
1) Memberikan makanan lunak dalam tiga kali sehari dengan takaran
yang cukup
2) Memberikan makanan selingan satu hari sekali
3) Memperkenalkan bayi atau anak dengan beraneka ragam bahan
makanan
c. Pada usia lebih dari 12 sampai 24 bulan
1) Memberikan makanan keluarga tiga kali sehari
2) Memberikan makanan selingan dua kali sehari
3) Memberikan beraneka ragam bahan makanan setiap hari.
6. Cara pemberian MP-ASI
Menurut Depkes RI (2010) pemberian makanan pendamping ASI pada
anak yang tepat dan benar adalah sebagai berikut:
a. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan makanan pada
bayi atau anak, terutama bila kontak dengan daging, telur, atau ikan
mentah, dan sebelum memberi makanan pada bayi atau anak. Selain itu,
juga mencuci tangan bayi atau anak.
b. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan, daging, dll) dengan air
mengalir sebelum diolah menjadi makanan yang akan diberikan kepada
bayi atau anak.
c. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan
untuk memasak, walaupun peralatan tersebut masih tampak bersih.

133
d. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk, sendok, dan cangkir,
harus dicuci kembali sebelum digunakan oleh bayi atau anak.
e. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau anak,
hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.
f. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan bayi atau anak.
Ludah yang terbawa oleh sendok bayi atau anak akan menyebarkan
bakteri.

Referensi:
Depkes RI, 2010, Pedoman Pemberian Makanan Pendukung ASI (MPASI), Depkes,
Jakarta.
Djitowiyono, S., W. 2010, Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak, Nuha Medika,
Yogyakarta.
Notoatmodjo, S. 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Jakarta.
Waryana, 2010, Gizi Reproduksi, Pustaka Rahima, Yogyakarta.

134
Lampiran 2. Leaflet

135
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN KONSELING NUTRISI
PADA IBU HAMIL DAN KELUARGANYA DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
TIM POKJA KIA
RORO ZULKHAIDA I4B018003
SELLY EKA PEBRIANTI I4B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ I4B018015

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

136
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN KONSELING NUTRISI
PADA IBU HAMILDAN KELUARGANYA DI RW 02
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Topik Kegiatan : Bimbingan Konseling Nutrisi pada Ibu Hamil


Pokok Bahasan : Kebutuhan Nutrisi pada Ibu Hamil
Sub Pokok Bahasan : Pemberian Bimbingan Konseling Protein pada Ibu Hamil
Sasaran : Ibu Hamil dan keluarganya di RW 02 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Jumat, 17 Mei 2019
Waktu : 09.00-09.40 WIB
Tempat : Home Visit pada 3 Rumah Ibu Hamil

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan bimbingan konseling terkait dengan kebutuhan protein
yang dibutuhkan pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui nutrisi yang dibutuhkan pada ibu hamil
b. Meningkatkan daya tarik ibu hamil untuk mengkonsumsi ibu hamil
c. Meningkatkan kreativitas ibu untuk mengolah makanan berportein

B. Metode
Ceramah dan diskusi.

C. Media
Leaflet

D. Materi
(terlampir)

137
E. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Roro Zulkhaida
2. Penyaji : Selly Eka Pebrianti
3. Observer : Nur Rizky Amalia Shidiq
4. Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami
Resha Oktaviani Rahayu
Amalia Rizki Radika

F. Proses Kegiatan
No Kegiatan Penyaji Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan/pembukaan:
a. Memberi salam Membalas salam
b. Perkenalan Mendengarkan 10 menit
c. Jelaskan tujuan Mendengarkan
d. Persamaan persepsi Menjawab
2. Isi
a. Menjelaskan materi Mendengarkan dan
- Pengertian Gizi Seimbang untuk Ibu hamil memperhatikan

- Manfaat Gizi Seimbang bagi Ibu Hamil


- Anjuran Gizi Seimbang
30 menit
- Porsi dalam 1 kali makan
- Zat gizi yang diperlukan pada saat hamil
- Bahan yang dihindari pada saat hamil Bertanya dan menjawab
b. Tanya jawab
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama remaja Menjawab
10 menit
b. Member motivasi dan pujian Memperhatikan
c. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

G. Evaluasi
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
a. Apa yang dimaksud dengan gizi seimbang ?
b. Manfaat gizi seimbang untuk ibu hamil ?

138
Lampiran 1. Materi Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil
1. Pengertian Gizi Seimbang
Gizi Seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat
gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan
memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup
bersih dan memantau berat badan secara teratur dalam rangka mempertahankan
berat badan normal untuk mencegah masalah gizi.
2. Manfaat Gizi Seimbang untuk Ibu Hamil
a. Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin
b. Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan baik dan aman
c. Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
d. Mengatasi permasalahan selama kehamilan
e. Ibu memperoleh energi yang cukup yang berfungsi untuk menyusui setelah
kelahiran bayi
3. Anjuran gizi seimbang untuk Ibu Hamil
a. Mengonsumsi aneka ragam pangan lebih banyak berguna untuk memenuhi
kebutuhan energi, protein dan vitamin serta mineral sebagai pemeliharaan,
pertumbuhan dan perkembangan janin serta cadangan selama masa
menyusui
b. Membatasi makan makanan yang mengandung garam tinggi untuk
mencegah hipertensi karena meningkatkan resiko kematian janin,
terlepasnya plasenta, serta gangguan pertumbuhan
c. Minum air putih lebih banyak mendukung sirkulasi janin, produksi cairan
amnion dan meningkatnya volume darah, mengatur keseimbangan asam
basa tubuh, dan mengatur suhu tubuh. Asupan air minum ibu hamil sekitar
2-3 liter perhari (8-12 gelas sehari)
d. Membatasi minum kopi, kandungan KAFEIN dalam kopi meningkatkan
buang air kecil yang berakibat dehidrasi, tekanan darah meningkat dan detak
jantung menuingkat. Paling banyak 2 cangkir kopi/hari
e. Kebutuhan gizi untuk ibu hamil setiap harinya ditambah sesuai dengan usia
kehamilan. Hal ini dikarenakan adanya perkembangan dan pertumbuhan

139
janin. Berikut merupakan jumlah penambahan yang harus dipenuhi selama
hamil.
4. Jumlah Atau Porsi Dalam 1 Kali Makan

5. Frekuensi makan dalam sehari


Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan
dalam sehari baik makanan utama atau pun selingan, sebanyak 3 kali makan
utama dan 2 kali makan selingan atau porsi kecil namun sering dan harus sesuai
porsi dibawah ini:

140
6. Jenis Makanan Yang Tersusun Dalam 1 Hidangan Makan
a. Makanan pokok sebagai sumber karbohidrat yaitu padi-padian atau serealia
seperti beras, jagung, dan gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi, singkong,
dan talas; serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, mi, roti, makaroni,
havermout, dan bihun.
b. Sumber protein, yaitu sumber protein hewani, seperti daging, ayam, telur,
susu, dan keju; serta sumber protein nabati sepeerti kacang-kacangan berupa
kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah, dan kacang tolo;
serta hasil oalahannya seperti tempe, tahu, susu kedelai, dan oncom.
c. Sumber zat pengatur berupa sayuran dan buah. Sayuran diutamakan berwarna
hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk,
kangkung, wortel, dan tomat; serta sayur kacang-kacangan, seperti kacang
panjang, buncis, dan kecipir. Buah-buahan diutamakan yang berwarna kuning
jingga, kaya serat dan yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nanas,
nangka, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.
7. Zat Gizi yang diperlukan Selama Hamil

141
Pada masa kehamilan dianjurkan mengkonsumsi makanan yang mengadung zat
gizi tertentu sebagai penunjang kesehatan ibu dan janin maupun untuk
keperluan perkembangan dan pertumbuhan janin. Berikut ini merupakan zat gizi
yang diperlukan ibu hamil:

8. Bahan makanan yang dihindari dan dibatasi oleh ibu hamil


a. Menghindari makanan yang diawetkan karena biasanya mengandung
bahan tambahan makanan yang kurang aman
b. Menghindari daging/telur/ikan yang dimasak kurang matang karena
mengandung kuman yang berbahaya untuk janin

142
c. Membatasi kopi dan coklat, didalamnya terdapat kandungan kafein yang
dapat meningkatkan tekanan darah
d. Membatasi makanan yang mengandung energi tinggi seperti yang banyak
mengandung gula, lemak misalnya: keripik, cake
e. Membatasi makanan yang mengandung gas, contoh: nangka (matang dan
mentah), kol,ubi jalar, karena dapat menyebabkan keluhan nyeri ulu hati
pada ibu hamil
f. Membatasi konsumsi minuman ringan (soft drink), karena mengandung
energi tinggi, yang berakibat pada berat badan ibu hamil meningkat
berlebihan dan bayi lahir besar

Referensi:
Almatsier, S., 2010, Penuntun Diet, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Dewi, A.B.F.K., Pujiastuti, N., Fajar, I., 2013. Ilmu Gizi untuk Praktisi Kesehatan, Graha
Ilmu, Yogyakarta.
Miyata, S.M.I. dan Proverawati, A., 2010, Nutrisi Janin & Ibu Hamil; Cara Membuat
Otak Janin Cerdas, Nuha Medika, Yogyakarta.
Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Graha Ilmu, Yogyakarta.

143
Lampiran 2. Leaflet

144
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF
PADA RANGKAIAN KELAS IBU HAMIL DI DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

TIM POKJA KIA RW 1,2,3 DESA KEBUMEN


Tina Sari I4B018045
Dicha Choirunnisa I4B018037
Mega Puteri Triyaning I4B018022
Siti Herdiyanti I4B018020
Roro Zulkhaida I4B018002
Selly Eka Pebrianti I4B018013
Nur Rizky Amalia Shidiq I4B018015
Adha Didah Apriliyani I4B018006
Diana Maf’ulah I4B018034
Deviani Ulfah I4B018007
Raka Fachrizal Hilmy I4B018014

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

145
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF
PADA RANGKAIAN KELAS IBU HAMIL DI DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

Topik Kegiatan : Kelas Ibu Hamil


Pokok Bahasan : Bimbingan terkait dengan ASI Eksklusif
Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan ASI Eksklusif
Sasaran : Ibu hamil RW 01, 02 dan 03 di Desa Kebumen
Hari/tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
Waktu : 09.00-11.00 WIB
Tempat : Balaidesa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu hamil
mampu memahami tentang ASI eksklusif.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 60 menit, diharapkan ibu
hamil mampu:
a. Memahami pengertian ASI eksklusif
b. Memahami komposisi ASI dan manfaatnya
c. Memahami manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi
d. Memahami teknik menyusui yang benar
e. Memahami cara penyimpanan ASI eksklusif
f. Memahami cara penyajian ASI eksklusif

B. Metode
Ceramah dan diskusi

C. Media
Power Point

146
D. Materi
(terlampir)

E. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Nur Rizky Amalia Shidiq
2. Penyaji 1 : Diana Maf’ulah
3. Penyaji 2 : Bidan Indah
4. Praktikkan 1 : Adha Didah Apriliyani
5. Praktikkan 2 : Siti Herdiyanti
6. Observer : Mega PuteriTriyaning
7. Operator : Dicha Choirunnisa
8. Fasilitator : Selly Eka Pebrianti
Raka Fachrizal Hilmy
Tina Sari
9. Dokumentasi : Roro Zulkhaida
Deviani Ulfah

F. Proses Kegiatan
No. Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan
a. Memberi salam Membalassalam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
5 menit
c. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
d. Melakukan konttrak waktu Mendengarkan
e. Melakukan apersepsi menjawab
2. Penjelasan materi
a. Penyampaian materi penyuluhan: Mendengarkan dan
1. Pengertian ASI eksklusif memperhatikan
2. Komposisi ASI dan manfaatnya
3. Manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi
15 menit
4. Teknik menyusui dengan benar
5. Cara penyimpanan ASI eksklusif
6. Cara penyajian ASI eksklusif
b. Tanya jawab dengan peserta penyuluhan Bertanya dan menjawab
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman evaluasi
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama peserta
10 menit
b. Memberi pujian dan motivasi kepada peserta Menjawab
c. Mengucapkan salam penutup

147
Memperhatikan

Menjawab salam

G. Evaluasi
Menanyakan pada peserta kelas ibu hamil tentang:
1. Jelaskan pengertian ASI eksklusif
2. Jelaskan komposisi ASI dan manfaatnya
3. Jelaskan manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi
4. Jelaskan teknik menyusui dengan benar
5. Jelaskan cara penyimpanan ASI eksklusif
6. Jelaskan cara penyajian ASI eksklusif

148
Lampiran 1. Materi ASI Eksklusif
1. ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun
2012 Bab 1 Pasal 1 tentang pemberian ASI eksklusif menjelaskan bahwa air susu
ibu atau yang disingkat ASI merupakan cairan hasil sekresi kelenjar payudara
ibu yang diberikan kepada bayi dari mulai awal kelahirannya sampai bayi
berusia 6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi, artinya hanya diberi
ASI dan bukan cairan yang lainnya kecuali obat, vitamin, suplemen dan mineral
(Jones, 2013).
b. Komposisi ASI
ASI mengandung banyak nutrisi, antar lain albumin, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel
darah putih, dengan porsi yang tepat dan seimbang. Komposisi ASI Menuru
Kumala (2017; Roesli, 2005) yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum adalah cairan encer dan berwarna kuning atau jernih yang
kaya zat anti-infeksi (10-17 kali lebih banyak dari susu matang) dan
protein, dan keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 atau hari ke-7.
Kolostrum bermanfaat untuk membersihkan zat sisa dari saluran
pencernaan bayi dan mempersiapkannya untuk makanan yang akan
datang.
2) ASI Peralihan
ASI peralihan keluar setelah kolostrum sampai sebelum menjadi ASI
yang matang. Kadar protein makin merendah, sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak makin tinggi dan volume akan makin meningkat.
ASI ini keluar sejak hari ke-4 atau hari ke-7 sampai hari ke-10 atau hari
ke-14.
3) ASI matang (mature)
ASI Mature disekresi pada hari kessepuluh dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih, memiliki komposisi relatif konstan, dan tidak
menggumpal bila dipanaskan. ASI yang pertama kali keluar atau saat

149
lima menit petama disebut foremilk dan mempunyai komposisi berbeda
dengan ASI yang keluar setelahnya atau hindmilk. Foremilk mempunyai
kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein, mineral, dan
air. Foremilk memiliki tekstur encer dan dihasilkan sangat banyak
sehingga cocok untuk menghilangkan rasa haus bayi. Sedangkan
hindmilk keluar saat menyusui hampir selesai dan mengandung lemak 4-
5 kali lebih banyak dibanding foremilk, sehingga hindmilk membuat bayi
lebih cepat kenyang.
c. Manfaat ASI Eksklusif
1) Bagi bayi
Bayi yang diberikan ASI eksklusif dalam jangka waktu yang lama akan
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas penyakit infeksi, dan bayi
akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi yang diberi ASI eksklusif dalam jangka waktu yang singkat (Victoria
et al, 2016). Manfaat ASI yang lain dikemukakan oleh Rosita (2008), yaitu
melindungi bayi dari masalah pencernaan dan pernafasan, mencegah alergi,
mencegah obesitas, melindungi dari penyakit leukimia, mencegah diabetes
tipe 1.
2) Bagi ibu
Pemberian ASI eksklusif dapat berkontribusi dalam kesehatan ibu seperti
membantu dalam menurunkan berat badan ibu, menurunkan tingkat strees
dan perdarahan postpartum, mengurangi risiko osteoporosis, dan
mengurangi risiko kanker (Rosita, 2008). Kanker yang dapat dicegah yaitu
kanker ovarium, kanker payudara dan mengurangi risiko diabetes (Victoria
et al, 2016).
d. Teknik Menyusui
Cara menyusui yang baik dan benar menurut Soetjiningsih (1997) adalah
sebagai berikut:
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting dan
disekitar kalang payudara. Cara ini bermanfaat sebagai desinfektan dan
menjaga kelembaban puting susu
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

150
- Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
- Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah, dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).
- Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu
didepan
- Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
- Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu hari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan puting susu atau kalang payudaranya saja. Bayi
diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu, atau menyentuh sisi mulut bayi.
4) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
- Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak
dibawah kalang payudara.
- Setelah bayi mulai menghidap payudara tak perlu dipegang atau
disangga lagi.
5) Menyusui telah benar jika tampak tanda sebagai berikut:
- Bayi tampak tenang
- Badan bayi menempel pada perut ibu
- Mulut bayi terbuka lebar
- Dagu menempel pada payudara ibu
- Sebagian besar kalang payudara masuk kedalam mulut bayi
- Bayi tampak menghidap kuat dengan irama perlahan
- Puting susu ibu tidak terasa nyeri

151
- Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
- Kepala tidak menengadah
Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan
sendiri kebutuhannya. Bayi dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7
menit, dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Untuk
menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, sebaiknya setiap kali
menyusui harus digunakan kedua payudara dan diusahakan sampai payudara
terasa kosong, agar ASI tetap diproduksi dengan baik.
e. Cara Pemerahan ASI
Memerah ASI memiliki dua metode yaitu dengan tangan dan dengan
pompa ASI (Widaryanti, 2019). Cara memerah ASI menggunakan tangan yakni
sebagai berikut:
1) Mencuci tangan dengan bersih
2) Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir arau mangkuk
bersih dekat ke payudara
3) Letakkan ibu jari diatas puting dan aerola, jari telunjuk pada bagia bawah
puting dan aerola
4) Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit ke arah dada jangan terllau kuat agar
tidak menyimbat aliran susu
5) Kemudian tekan sampai teraba sinus laktiferus yaitu tempat penyimpanan
ASI pada aerola
6) Tekan dan lepas, ulangi sampai ASI sudah tidak keluar. Pada proses ini
apabila terasa sakit maka teknik pemerasannya kurang tepat. ASI aka
mengalir terutama jika efek oksitosin aktif
7) Tekan dengan teknik yang sama pada sisi samping untuk memastikan
memerahnya dari seluruh bagian payudara
8) Hindari mengelus jari pada kulit payudara tetapi sebaiknya seperti
menggelinding
9) Peras ASI selama 3-5 menit sampai ASI berkurang pada satu payudara dan
pindah ke payudara yang lain
10) Memerah ASI memerlukan waktu 20-30 menit, dan usahakan tidak terlalu
cepat pada waktu itu.

152
Kemudian memerah ASI menggunakan pompa ASI. Terdapat dua jenis
pompa ASI yaitu manual dan elektrik. Namun yang paling direkomendasikan
memerah ASI menggunakan tangan karena dapat mengatur tekanan pada
payudara saat memeras.
f. Cara Penyimpanan ASI Eksklusif
1) Cara Penyimpanan ASI Hasil Perahan
1. Simpan ASI didalam botol kaca dan ditutup rapat, jika terpaksa
menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup kuat
2. Jangan campur ASI yang diperah sekarang dengan sebelumnya. Untuk
itu beri label kapan ASI diperah (tanggal dan jam)
2) Lama Penyimpanan ASI
a) ASI perah dapat dibiarkan dalam suhu kamar (19 – 25oC) atau ditempat
yang sejuk dan tahan selama 6-8 jam
b) ASI yang disimpan didalam termos berisi es batu atau lemari es dengan
suhu 4oC akan tahan 24 jam
c) ASI disimpan dalam lemari pendingin bisa bertahan selama 23-48 jam
d) ASI disimpan dalam lemari pembeku dengan suhu 18oC biasanya dapat
bertahan hingga 6 bulan (Jumiyati & Simbolon, 2015; Widaryanti, 2019).

Referensi:
Jones, W., 2013, Breastfeeding and Medication, Routledge, USA.
Jumiyati & Simbolon, D., 2015, Modul Pegangan Kader Kesehatan Dalam Peningkatan
Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif, Deepublish, Yogyakarta.
Kumara. F., 2017, Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice, Deepublish,
Yogyakarta.
Roesli, U., 2005, Panduan Praktis Menyusui, Sentra Laktasi Indonesia.
Rosita, S., 2008, ASI Untuk Kecerdasan Bayi, Ayyana, Yogyakarta.
Soetjiningsih., 1997, ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.
Widaryanti, R., 2019, Pemberian Makan Bayi dan Anak, Deepublish, Yogyakarta.
Victoria, et al., 2015 , “Breastfeeding And Intelligence: A Systematic Review And Meta-
Analysis”, Acta Paediatr, 104 (467).

153
Lampiran 2. POWER POINT

154
155
156
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MASSAGE PAYUDARA DAN PIJAT OKSITOSIN
PADA RANGKAIAN KELAS IBU HAMIL DI DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

TIM POKJA KIA RW 1,2,3 DESA KEBUMEN


Tina Sari I4B018045
Dicha Choirunnisa I4B018037
Mega Puteri Triyaning I4B018022
Siti Herdiyanti I4B018020
Roro Zulkhaida I4B018002
Selly Eka Pebrianti I4B018013
Nur Rizky Amalia Shidiq I4B018015
Adha Didah Apriliyani I4B018006
Diana Maf’ulah I4B018034
Deviani Ulfah I4B018007
Raka Fachrizal Hilmy I4B018014

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

157
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MASSAGE PAYUDARA DAN PIJAT OKSITOSIN
PADA RANGKAIAN KELAS IBU HAMIL DI DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

Topik Kegiatan : Kelas Ibu Hamil


Pokok Bahasan : Bimbingan terkait dengan ASI Eksklusif
Sub Pokok Bahasan : Massage Payudara dan Pijat Oksitosin
Sasaran : Ibu hamil RW 01, 02 dan 03 di Desa Kebumen
Hari/tanggal : Kamis, 23 Mei 2019
Waktu : 09.00-11.00 WIB
Tempat : Balaidesa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan, diharapkan ibu hamil
mampu melakukan tentang massage payudara dan pijat oksitosin setelah
melahirkan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 60 menit, diharapkan ibu
hamil mampu:
a. Mengetahui pengertian massage payudara dan pijat oksitosin
b. Memahami manfaat massage payudara dan pijat oksitosin
c. Memahami langkah-langkah massage payudara dan pijat oksitosin
d. Melakukan langkah-langkah massage payudara dan pijat oksitosin

B. Metode
Ceramah, diskusi dan demostrasi

C. Media
Power Point, Phantom payudara dan Leaflet.

158
D. Materi
(terlampir)

E. Pengorganisasian Kelompok
1. Moderator : Nur Rizky Amalia Shidiq
2. Penyaji 1 : Diana Maf’ulah
3. Penyaji 2 : Bidan Indah
4. Praktikkan 1 : Adha Didah Apriliyani
5. Praktikkan 2 : Siti Herdiyanti
6. Observer : Mega PuteriTriyaning
7. Operator : Dicha Choirunnisa
8. Fasilitator : Selly Eka Pebrianti
Raka Fachrizal Hilmy
Tina Sari
9. Dokumentasi : Roro Zulkhaida
Deviani Ulfah

F. Proses Kegiatan
No. Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
1. Pendahuluan
a. Memberi salam Membalassalam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
5 menit
c. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
d. Melakukan kontrak waktu Mendengarkan
e. Melakukan apersepsi menjawab
2. Penjelasan materi
a. Penyampaian materi penyuluhan: Mendengarkan dan
1. Pengertian massage payudara dan pijat oksitosin memperhatikan
2. Manfaat massage payudara dan pijat oksitosin
3. Langkah-langkah massage payudara dan pijat
oksitosin 45 menit
b. Pendampingan demonstrasi cara: Mempraktikkan
3. Massage payudara
4. Pijat oksitosin
c. Tanya jawab dengan peserta penyuluhan Bertanya dan
d. Evaluasi sesuai dengan pedoman evaluasi menjawab
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama peserta
10 menit
b. Memberi pujian dan motivasi kepada peserta Menjawab
c. Mengucapkan salam penutup

159
Memperhatikan

Menjawab salam
G. Evaluasi
Menanyakan pada peserta kelas ibu hamil tentang:
1. Jelaskan pengertian massage payudara dan pijat oksitosin
2. Jelaskan manfaat massage payudara dan pijat oksitosin
3. Jelaskan langkah-langkah massage payudara dan pijat oksitosin
4. Demonstrasi langkah-langkah massage payudara dan pijat oksitosin

160
Lampiran 1. Materi Massage Payudaran dan Pijat Oksitosin
1. Massage Payudara
a. Pengertian Massage Payudara
Massage payudara adalah suatu tindakan pemijatan pada bagian payudara
untuk membantu terjadinya refleks pengeluaran ASI. Selama payudara dipijat,
hormon oksitosin yang berfungsi mengeluarkan ASI akan meningkat dan terjaga
tinggi. (Monika, 2014).
b. Manfaat Massage Payudara
Manfaat dilakukannya massage payudara menurut Notoatmodjo (2010) yakni:
1) Memperlancar pengeluaran dan produksi ASI
2) Mencegah terjadinya penyumbatan, payudara bengkak, dan mastitis.
3) Mengetahui adanya kelainan
c. Langkah-Langkah Massage Payudara
Langkah-langkah massage payudara menurut Manuaba (2010) adalah sebagai
berikut:
1) Cucilah tangan sebelym memijat
2) Tuangkan baby oil ke telapak tangan
3) Sokong payudara kiri dengan tangan kiri
4) Pijat mulai dari bagian tengah, lalu menuju ke atas mengelilingi payudara.
Ketika sampai dibawah payudara, angkat kemudia lepaskan perlahan-lahan.
Lakukan 30 kali pada masing-masing payudara.
5) Sanggah payudara dibawah dengan salah satu tangan. Kepalkan tangan
anda, kemudian urut perlahan bagian atas payudara (dari tepi luar kearah
dalam) dengan bagian bawah tangan yang dikepalkan (bukan dengan buku
jari). Lakukan gerakan tersebut dengan lembut minimal 30 kali.
6) Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit. Kemudian
ganti dengan waslap dingin selama 1 menit. Kompres bergantian sampai 3
kali berturut-turut. Akhiri dengan kompres hangat.
2. Pijat Oksitosin
a. Pengertian Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai
dari costa ke 5-6 sampai scapula atau tulang belikat akan mempercepat kerja

161
saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke hipofisis posterior untuk
mengeluarkan hormon oksitosin (Hamranani, 2010).
b. Manfaat Pijat Oksitosin
Manfaat pijat oksitosin menurut Price (2001) yaitu:
1) Melancarkan hormon oksitosin
2) Membantu memperlancar pengeluaran ASI
3) Merangsang sistem syaraf dan meningkatkan rangsangan
4) Meningkatkan aliran darah ke jaringan sehingga menciptakan perasaan
relaks dan nyaman
5) Mempercepat involusi uterus
c. Langkah-Langkah Pijat Oksitosin
Langkah-langkah pijat oksitosin menurut Depkes (2007) adalah sebagai berikut:
1) Posisikan ibu dalam keadaan nyaman
2) Meminta ibu untuk melepaskan baju bagian atas
3) Ibu miring kekanan atau kekiri dan memeluk bantal atau ibu duduk dikursi,
kemudian kepala ditundukkan/ meletakkan diatas lengan.
4) Petugas kesehatan memasang handuk dipangkuan ibu
5) Petugas kesehatan melumuri kedua telapak tangan dengan minyak zaitun
atau baby oil
6) Kemudian melakukan pijatan sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu
dengan menggunakan dua kepalan tangan dengan ibu jari menunjuk
kedepan
7) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakangerakan
melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jari
8) Pada saat yang bersamaan, memijat kedua sisi tulang belakang ke arah
bawah, dari leher ke arah tulang belikat, selama 2-3 menit
9) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
10) Membersihkan punggung ibu dengan waslap yang sudah dibasahi air

162
Referensi:
Depkes RI., 2007, Manajemen Laktasi, EGC, Jakarta.
Hamranani., 2010, “Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uteri Pada Ibu
Pospartum dengan Persalinan Lama di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Klaten”,
Tesis, Universitas Indonesia.
Manuaba, I.B.G., 2010, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta.
Monika, F.B., 2014, Buku Pintar ASI dan Menyusui, Mizan, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 2010, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta.

163
Lampiran 2. Leaflet

164
DOKUMENTASI KEGIATAN KIA
1. Kelas Balita

2. Penyuluhan MPASI

3. Penyuluhan ASI eksklusif dan Konseling Nutrisi pada Ibu Hamil

165
4. Pendataan Ibu Hamil

5. Kelas Ibu Hamil

166
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNIING)
PROGRAM KERJA LANSIA DI DESA KEBUMEN RW 02
KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
ALIYATUL AENI 14B018040
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
AMALIA RIZKY RADIKA 14B018017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

167
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)

A. Latar Belakang
Setiap lanjut usia selalu memerlukan perhatian khusus mengenai kesehatan dan pola
hidupnya. Semakin tua usia seseorang maka mereka semakin membutuhkan perhatian dari
anggota keluarganya. Kebanyakan lansia di Indonesia menderita hipetensi, asam urat dan
reumatik. Ketiga penyakit tersebut menimbulkan faktor risiko yang dapat menyebabkan
nyeri kepala, sendi, tulang, dan organ lainnya. Hipertensi merupakan suatu kondisi ketika
tekanan di pembuluh darah meningkat secara kronis. Hipertensi termasuk dalam kategori
penyakit dengan prevalensi yang tinggi (Kemenkes RI, 2014).
Hipertensi umumnya terjadi pada lansia, dimana usia menjadi salah satu faktor
meningkatnya tekanan darah. Ketika usia seseorang bertambah maka fungsi fisiologis
semakin mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan). Data dari Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010, hipertensi esensial menjadi sepuluh peringkat
terbesar penyakit penyebab rawat jalan pada kelompok lansia (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil pengkajian pada RW 02 desa Kebumen kecamatan Baturraden
menunjukkan bahwa masih banyak lansia yang tidak kontrol tekanan darah. Sebanyak 17,3
% tidak pernah melakukan kontrol tekanan darah. Sebanyak 82,7 % lansia melakukan
kontrol tekanan darah namun dengan catatan jika ada yang mengantarkan ke posyandu
lansia, jika dalam keadaan sehat dan mampu berjalan, lansia juga mengeluhkan bahwa
posyandu lansia begitu jauh untuk dihadiri sendiri sehingga tidak memungkinkan untuk
pergi sendiri. Padahal data pengkajian didapatkan bahwa (57,6%) lansia memiliki
pengalaman hipertensi. Sehingga, diperlukan support sistem yang baik dari keluarga untuk
merawat para lansia dan menunjang kesehatan lansia.

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188).
2. Tujuan Umum
Setelah diberikan tindakan keperawatan yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2
minggu pada lansia yang berada di RW 2 diharapkan mampu meningkatkan kualitas
hidup lansia.

168
3. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan:
a. Diperoleh data seluruh lansia yang berada di RW 2 dan ditempelkan stiker
berdasarkan tingkat mobilisasi fisik lansia.
b. Peserta dapat mengetahui manajemen hipertensi.
c. Peserta dapat melakukan senam lansia.
d. Peserta dapat memahami EFT sebagai terapi untuk menurunkan kebiasaan merokok.
e. Peserta dapat memahami EFT sebagai terapi untuk menurunkan tekanan darah.

C. Rancangan Kegiatan
6. Pendataan Lansia dan Penempelan Stiker Berdasarkan Tingkat Mobilisasi Fisik
g. Metode : Kunjungan rumah dan wawancara
h. Media : Form data tingkat mobilisasi fisik lansia, stiker
i. Waktu : Kamis-Jumat, 23-24 Mei 2019 pukul 09.00-16.00 WIB
j. Tempat : Rumah warga RW 02 Desa Kebumen
k. Pengorganisasian kelompok:
 RT 01-02 : Aliyatul Aeni
 RT 03-04 : Afif Gilang Prasetyanto
 RT 05-06 : Sukmawati Cita Lestari
 RT 07 : Amalia Rizki Radika
7. Pendidikan Kesehatan Hipertensi pada Lansia
g. Metode : Pendidikan Kesehatan Managemen Hipertensi dan Pentingnya
Posyandu
h. Media : Power Point, leaflet
i. Waktu : Sabtu, 18 Mei 2019 pukul 09.00-10.00 WIB
j. Tempat : Rumah Bu Asriyah 02/02 Desa Kebumen
k. Pengorganisasian kelompok:
- Moderator : Amalia Rizki Radika
- Penyaji : Aynun Afitriani
- Observer : Aliyatul Aeni
- Fasilitator : Sukmawati Cita Lestari, Afif Gilang, Tanti Septiana, Tallenta
Ayu, Ilham Maulana.

169
8. Senam Lansia
g. Topik : Cara Melakukan Senam Lansia
h. Metode : Demonstrasi
i. Media : Musik
j. Waktu : Sabtu, 18 Mei 2019 pukul 08.00-09.00 WIB
k. Tempat : Rumah Bu Asriyah 02/02 Desa Kebumen
l. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
 Penyaji : Sukmawati Cita, Tanti Septiana
 Observer : Amalia Rizki Radika
 Fasilitator : Aliyatul Aeni, Tallenta Ayu, Ilham Maulana, Aynun Afitriani.
9. Terapi EFT untuk Lansia yang Merokok
g. Topik : Terapi EFT untuk Menghentikan Merokok
h. Metode : Ceramah, diskusi, dan demonstrasi
i. Media : Power Point, leaflet
j. Waktu : Minggu, 26 Mei 2019 pukul 14.00 WIB
k. Tempat : Rumah Pak Indra 05/02 Desa Kebumen
l. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Sukmawati CIta
 Penyaji : Afif Gilang Prasetyanto, Reksa Dhia Putra
 Observer : Amalia Rizki Radika
 Fasilitator : Roro Zulkhaida, Siskariningsih Putri, Nur Rizky, Selly Eka,
Aliyatul Aeni, Puput Tri, Resha Oktaviani.
10. Terapi EFT untuk Lansia yang Hipertensi
a. Topik : Terapi EFT untuk mengontrol tekanan darah
b. Metode : Ceramah, diskusi, dan demonstrasi
c. Media : Power Point, leaflet
d. Waktu : Minggu, 26 Mei 2019 pukul 08.30-09.30 WIB
e. Tempat : Rumah Pak Indra 05/02 Desa Kebumen
f. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Sukmawati CIta
 Penyaji : Afif Gilang P, Reksa Dhia Putra, dan Amalia Rizki Radika
 Observer : Aliyatul Aeni

170
 Fasilitator : Roro Zulkhaida, Siskariningsih Putri, Nur Rizky, Selly Eka,
Puput Tri, Resha Oktaviani.

D. Pengaturan Tempat
1. Pendataan Lansia dan Penempelan Stiker Berdasarkan Tingkat Mobilisasi Fisik: tidak
ada pengaturan tempat.
2. Pendidikan Kesehatan Hipertensi pada Lansia.
Keterangan:
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
: Moderator

3. Senam Lansia
Keterangan:
: Instruktur Senam
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
: Moderator

4. Terapi EFT untuk Lansia yang Merokok


Keterangan:
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
: Moderator

171
5. Terapi EFT untuk Lansia Hipertensi
Keterangan :
: Penyaji
: Observer
: Fasilitator
: Peserta
: Moderator

E. Pengorganisasian Waktu
1. Pendataan Lansia dan Penempelan Stiker Berdasarkan Tingkat Mobilisasi Fisik
Waktu : Kamis-Jumat, 23-24 Mei 2019 pukul 09.00-16.00 WIB
No Waktu Pendata Pemeriksa
1. 5 menit Pembukaan: Pembukaan:

a. Memberikan salam a. Menjawab salam


b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan pendata
c. Menyampaikan tujuan pendataan
dan pemasangan stiker

2. 7 menit Kegiatan: Kegiatan:


a. Melakukan pendataan lansia a. Menjawab pertanyaan
b. Memasang stiker berdasarkan b. Berdiskusi dengan pendata
tingkat mobilisasi fisik
3. 3 menit Penutup: Penutup:
a. Melakukan terminasi a. Menjawab salam
b. Memberi salam

172
2. Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi pada Lansia
Waktu : Sabtu, 18 Mei 2019 pukul 09.00-10.00 WIB
Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
09.00 – 09.05 Pembukaan:
Memotivasi Mengamati a. Menjawab salam
a. Memberikan salam a. Menyiapkan materi. lansia untuk jalannya kegiatan b. Menjawab pertanyaan
b. Memperkenalkan diri bersemangat moderator
c. Menyampaikan tujuan penkes mengikuti c. Memperhatikan
d. Mengulas pengetahuan lansia kegiatan moderator
tentang hipertensi
e. Mempersilahkan penyaji untuk
menyampaikan materi

09.05 – 09.20 Kegiatan:


a. Stand-by a. Menjelaskan definisi Mendampingi Mengamati Memperhatikan
hipertensi peserta selama jalannya kegiatan penjelasan pemateri
b. Menjelaskan faktor kegiatan
penyebab hipertensi
c. Menjelaskan tanda gejala
hipertensi
d. Menjelaskan komplikasi
hipertensi
e. Menjelaskan managemen
hipertensi
f. Menjelaskan cara
mencegah hipertensi
09.20-09.25 Penutup:
a. Mempersilahkan peserta yang a. Membantu Mengamati a. Mengajukan
ingin bertanya a. Menjawab pertanyaan moderator agar jalannya kegiatan pertanyaan dan
b. Memfasilitasi peserta dan penyaji peserta peserta aktif berdiskusi
dalam diskusi b. Berdiskusi dengan peserta b. Mendampingi b. Menjawab pertanyaan
c. Mengevaluasi peserta dengan peserta moderator
menanyakan pertanyaan terkait c. Memperhatikan
hipertensi moderator
d. Mengucapkan salam. d. Menjawab salam.

173
3. Senam Lansia
Waktu Moderator Instruktur Fasilitator Observer Peserta
08.00 – 08.05 Pembukaan:
Memotivasi lansia Mengamati a. Menjawab salam
a. Memberikan salam a. Menyiapkan materi. untuk bersemangat jalannya kegiatan b. Menjawab pertanyaan
b. Memperkenalkan diri mengikuti kegiatan moderator
c. Menyampaikan tujuan senam c. Memperhatikan
lansia moderator
d. Mengulas pengetahuan lansia
tentang senam lansia
e. Mempersilahkan instruktur
untuk mendemons-trasikan
senam lansia
09.05 – 09.20 Kegiatan:
b. Stand-by a. Mendemons-trasikan Mendampingi peserta Mengamati Mendemonstrasi-kan
senam lansia selama kegiatan jalannya kegiatan senam lansia bersama
penyaji
09.20-09.25 Penutup:
a. Melakukan terminasi Mengamati a. Memperhatikan
b. Mengucapkan salam. a. Stand-by Mendampingi peserta jalannya kegiatan moderator
b. Menjawab salam.

4. Terapi EFT untuk Lansia yang Merokok


Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
15.00 – 15.05 Pembukaan:
Memotivasi lansia Mengamati a. Menjawab salam
a. Memberikan salam a. Menyiapkan materi. untuk bersemangat jalannya kegiatan b. Menjawab pertanyaan
b. Memperkenal-kan diri mengikuti kegiatan moderator
c. Menyampaikan tujuan kegiatan c. Memperhatikan
d. Mengulas alasan peserta moderator
hendak berhenti merokok

174
e. Mempersilahkan penyaji 1
untuk menyampaikan materi

16.05 – 16.15 Kegiatan:


a. Stand-by a. Menjelaskan definisi Mendampingi peserta Mengamati a. Memperhatikan
EFT selama kegiatan jalannya kegiatan penjelasan penyaji
b. Menjelaskan tujuan
EFT
c. Mnejelaskan manfaat
EFT
d. Menjelaskan tahapan
EFT
16.15 – 16.16 b. Mempersilahkan penyaji 2 e. Menyiapkan materi Mendampingi peserta Mengamati b. Mengikuti kegiatan
untuk mendemonstrasi-kan selama kegiatan jalannya kegiatan
terapi EFT
16.16 – 16.45 c. Stand-by f. Mendemons-trasikan Mendampingi peserta Mengamati c. Mempraktikan terapi
terapi EFT dan memandu selama kegiatan jalannya kegiatan EFT
peserta melakukan self-
EFT.
16.45 - 16.50 Penutup:
a. Mempersilahkan peserta untuk Mengamati a. Mengajukan
bertanya a. Stand-by Mendampingi peserta jalannya kegiatan pertanyaan
b. Berdiskusi dengan peserta b. Berdiskusi dengan
c. Melakukan evaluasi kegiatan moderator dan penyaji
d. Melakukan terminasi c. Menjawab pertanyaan
e. Mengucapkan salam. moderator
d. Memperhatikan
moderator
e. Menjawab salam.

5. Terapi EFT untuk Hipertensi


Waktu Moderator Penyaji Fasilitator Observer Peserta
08.00 – 08.05 Pembukaan:
Memotivasi lansia Mengamati a. Menjawab salam
f. Memberikan salam Menyiapkan materi. untuk bersemangat jalannya b. Menjawab pertanyaan
g. Memperkenal-kan diri mengikuti kegiatan kegiatan moderator

175
h. Menyampaikan tujuan kegiatan c. Memperhatikan moderator
i. Mengulas alasan peserta hendak
berhenti merokok
j. Mempersilahkan penyaji 1 untuk
menyampaikan materi

09.05 – 09.15 Kegiatan:


Stand-by a. Menjelaskan definisi Mendampingi Mengamati Memperhatikan penjelasan
EFT peserta selama jalannya penyaji
b. Menjelaskan tujuan kegiatan kegiatan
EFT
c. Mnejelaskan manfaat
EFT
d. Menjelaskan tahapan
EFT
09.15 – 09.16 Mempersilahkan penyaji 2 untuk Menyiapkan materi Mendampingi Mengamati Mengikuti kegiatan
mendemonstrasi-kan terapi EFT peserta selama jalannya
kegiatan kegiatan
09.16 – 09.45 Stand-by Mendemons-trasikan Mendampingi Mengamati Mempraktikan terapi EFT
terapi EFT dan peserta selama jalannya
memandu peserta kegiatan kegiatan
melakukan self-EFT.
09.45 - 09.50 Penutup:
a. Mempersilahkan peserta untuk Mengamati a. Mengajukan pertanyaan
bertanya Stand-by Mendampingi jalannya b. Berdiskusi dengan moderator
b. Berdiskusi dengan peserta peserta kegiatan dan penyaji
c. Melakukan evaluasi kegiatan c. Menjawab pertanyaan
d. Melakukan terminasi moderator
d. Memperhatikan moderator

176
F. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
c. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta.
d. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan dan media sesuai dengan yang
dibutuhkan.
2. Evaluasi proses:
d. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
e. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat saat kegiatan berlangsung.
f. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi dan mengajukan pertanyaan.
3. Evaluasi hasil:
a. Pendataan Lansia dan Penempelan Stiker Berdasarkan Tingkat Mobilisasi Fisik
Setelah dilakukan kegiatan tersebut diharapkan:
1) Memperoleh data seluruh lansia yang ada di RW 2.
2) Menempelkan stiker berdasarkan tingkat mobilisasi fisik di setiap rumah yang
terdapat lansia di RW 2.
b. Pendidikan Kesehatan Hipertensi pada Lansia
Setelah dilakukan kegiatan tersebut diharapkan peserta mampu:
1) Menjelaskan definisi hipertensi
2) Menjelaskan faktor penyebab hipertensi
3) Menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
4) Menjelaskan komplikasi hipertensi
5) Menjelaskan manajemen hipertensi
6) Menjelaskan cara mencegah hipertensi
c. Senam Lansia
Setelah dilakukan kegiatan tersebut diharapkan peserta mampu:
1) Mempraktikkan senam lansia.
d. Terapi EFT untuk Lansia Merokok
Setelah dilakukan kegiatan tersebut diharapkan peserta mampu:
1) Menjelaskan definisi EFT
2) Menjelaskan tujuan EFT
3) Menjelaskan manfaat EFT
4) Menjelaskan tahapan EFT
5) Mendemonstrasikan EFT

177
e. Terapi EFT untuk Hipertensi
Setelah dilakukan kegiatan tersebut diharapkan peserta mampu:
1) Menjelaskan definisi EFT
2) Menjelaskan tujuan EFT
3) Menjelaskan manfaat EFT
4) Menjelaskan tahapan EFT
5) Mendemonstrasikan EFT

178
DAFTAR ISI
Kemenkes R.I.a, 2014, Hipertensi, Pusat Data dan Informasi Kementerian Republik Indonesia.
Kemenkes R.I.b, 2014, Situasi Kesehatan Jantung, Pusat Data dan Informasi Kementerian
Republik Indonesia.
Kemenkes R.I.c, 2013, Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, Pusat Data dan
Informasi Kementerian Republik Indonesia.
World Health Organization. (2011). The global burden of disease. WHO Library Cataloguing
in-Publication Data. 40-51.

179
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (EFT)
PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI RW 2 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
ALIYATUL AENI 14B018040
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
AMALIA RIZKY RADIKA 14B018017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

180
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS
KEGIATAN : PENYULUHAN DAN PELATIHAN TERAPI EMOTIONAL
FREEDOM TECHNIQUE (EFT)

Pokok Bahasan : Terapi Emotional Freedom Technique (EFT)


Sub Pokok Bahasan : Terapi EFT Untuk Mengontrol Hipertensi
Sasaran : Lansia RW 2 Desa Kebumen
Hari/tanggal : 26 Mei 2019
Waktu : 08.30-09.10 WIB
Tempat : Rumah Bapak Indra RT 02/ RW 02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi diharapkan lansia RW 2 Desa Kebumen dapat
mempraktikkan langkah-langkah EFT secara mandiri untuk membuat tubuh
dan perasaan tenang supaya hipertensi dapat terkontrol.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mengetahui pengertian Emotional Freedom Technique (EFT).
b. Lansia mengetahui manfaat Emotional Freedom Technique (EFT).
c. Lansia mengetahui tahapan Emotional Freedom Technique (EFT).
d. Lansia dapat mempraktikkan Emotional Freedom Technique (EFT) supaya
lebih rileks dan mengontrol hipertensi.

B. Metode
Ceramah dan demonstrasi

C. Media
Power point dan leaflet.

D. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Reksa Dhia Putra, S.Kep
Afif Gilang Prasetyanto, S.Kep

181
Amalia Rizki Radika, S.Kep.
2. Moderator : Sukmawati Cita Lestari, S. Kep
3. Fasilitator : Nur Rizky Amalia Shidiq, S.Kep
Roro Zulkhaida, S.Kep
Selly Eka Pebrianti, S.Kep
Siskariningsih Putri Utami, S.Kep
Resha Oktaviani Rahayu, S.Kep
Puput Tri Wahyuni, S.Kep
4. Observer : Aliyatul Aeni, S.Kep.

E. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu
No Penyaji Sasaran
1. Pembukaan
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam 5menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan

2 Inti
Kegiatan inti a. Memperhatikan penjelasan penyuluh 30menit
a. Menjelaskan materi tentang EFT dengan cermat
b. Melatih lansia melakukan EFT b. Latihan melakukan EFT
c. Mempraktikkan cara melakukan c. Mempraktikkan cara melakukan EFT
EFT d. Mempraktikkan cara melakukan EFT
d. Memfasilitasi lansia untuk secara mandiri
melakukan EFT secara mandiri e. Mengajukan pertanyaan kepada
e. Memfasilitasi peserta untuk penyuluh
bertanya f. Memperhatikan jawaban dari penyaji
f. Menjawab pertanyaan yang
3. diajukan oleh peserta

Penutup
a. Menyimpulkan materi yang telah a. Memperhatikan keterangan
disampaikan kesimpulan dari materi terapi yang
b. Melakukan evaluasi terapi yang telah disampaikan 5menit
diberikan b. Menjawab pertanyaan penyaji
c. Mengakhiri kegiatan terapi EFT c. Menjawab salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya

182
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan
sesuai dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan materi.
3. Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang EFT dan
dapat mempraktikkan terapi EFT dengan benar
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
- Apa itu Emotional Freedom Technique (EFT)?
- Apa manfaat Emotional Freedom Technique (EFT)?
- Bagaimana tahapan Emotional Freedom Technique (EFT)?

183
Lampiran 1. Materi
Emotional Freedom Technique (EFT)
A. Pengertian
- EFT adalah singkatan dari Emotional Freedom Technique (tapping) dan pada
dasarnya, itu adalah versi emosional dari akupuntur (Craig, 2015). Bedanya,
kalau akupuntur menggunakan jarum untuk menstimulasi titik-titik energi
yang tersebar di jalur meridian, sedangkan EFT (Emotional Freedom
Technique) menggunakan jari untuk mengetuk titik-titik energi ini dengan
jumlah ketukan dan urutan tertentu (Gunawan, 2009).
- EFT (Emotional Freedom Technique) adalah sebuah terapi psikologi praktis
yang dapat menangani banyak penyakit, baik itu penyakit fisik dan penyakit
psikologis (masalah pikiran dan perasaan) (Majid, 2015).
B. Tujuan EFT
EFT (Emotional Freedom Technique) dilakukan dengan mengetukkan dua ujung
jari pada beberapa lokasi di tubuh. Ketukan-ketukan tersebut bertujuan untuk
menyeimbangkan energi meridan dalam tubuh ketika terjadi gejala-gejala
kemunduran fisik dan emosional yang mengganggu (Iskandar, 2008)
C. Manfaat EFT
Menurut Psikohipnotis (2015), EFT (Emotional Freedom Technique) ditemukan
untuk lebih mengefektifkan proses penyembuhan pada penyakit seperti:
1) Kecanduan (makanan, rokok, alkohol, obat-obatan)
2) Alergi
3) Kegelisahan dan rasa panik
4) Mudah marah
5) Tekanan dan gangguan pikiran
6) Depresi dan sedih
7) Merubah citra tubuh
8) Takut dan pobia
9) Kehilangan dan kesedihan
10) Rasa bersalah
11) Insomnia
12) Ingatan buruk
13) Rasa sakit dan nyeri

184
14) Penyembuhan fisik
15) Meningkatkan kinerja (olah raga, berbicara di depan umum)
16) Trauma
17) Pelecehan seksual
18) Menghilangkan rasa nyeri seperti migrain, radang sendi, dll.
D. Keunggulan
Menurut Fone, EFT (Emotional Freedom Technique) baik untuk kesehatan
emotional and physical karena tidak menyakiti, bisa untuk siapa saja, tidak
menggunakan obat, dapat digunaka sebagai intervensi tunggal atau dengan teknik
lainnya, dan dapat dilakukan dimana saja. Selain itu, EFT (Emotional Freedom
Technique) juga aman bagi siapa saja karena tidak memerlukan waktu yang lama
(tahunan/bulanan), tidak membongkar pengalaman secara menyeluruh, tidak
menggunakan operasi bedah, tidak ada obat, tidak menggunakan pencucian otak
dan tidak perlu membuka pakaian (Rahmi, 2012).
EFT (Emotional Freedom Technique), jumlah titik yang distimulus hanya
berjumlah 13 titik utama yang mewakili 12 jalur utama energi meridian.
Sedangkan pada akupuntur terdapat 361 titik akupuntur agar bisa menstimulus
jalur energi tubuh. Selain itu, penggunaan jarum pada titik-titik tersebut harus
dilakukan dengan tingkat presisi yang tinggi agar jarum yang ditusukkan berada
pada titik stimulus yang tepat (Syahril, 2015).
Para hypnotherapist saat ini umumnya juga menguasai EFT (Emotional
Freedom Technique) dengan sangat baik, karena mereka tahu walaupun hypnosis
sangat efektif, hypnosis tidak bisa diterapkan pada semua orang. Misalnya untuk
menyembuhkan bayi dan balita dari fobia atau trauma, sangatlah sulit atau bahkan
tidak mungkin menghipnotis bayi dan balita. Namun EFT (Emotional Freedom
Technique) bisa. EFT (Emotional Freedom Technique) juga bisa digunakan untuk
penyembuhan jarak jauh yang mana hypnosis tidak memungkinkan. Dengan
terapi EFT (Emotional Freedom Technique) jarak jauh, anda bisa membantu
menyembuhkan kerabat atau teman anda yang sedang sakit (Majid, 2015).
E. Prinsip Kerja
Ketika seseorang mengalami hambatan emosional seperti marah marah,
kecewa, sedih, cemas, stress, trauma dan sebagainya aliran energi di dalam tubuh
yang melalui titik meredian tubuh akan terganggu. Dan untuk menghilangkan

185
hambatan-hambatan emosi tersebut, kita perlu memperbaiki gangguan aliran di
titik meredian dengan cara mengetukkan jari dengan cara tertentu sesuai teknik
EFT (emotional freedom technique) (Majid, 2015).
F. Tahapan EFT
1. Posisikan responden duduk di posisi yang nyaman, selanjutnya responden
diminta untuk memusatkan perhatian pada emosi atau masalah yang tengah
dihadapi dan responden diminta untuk menutup mata mata, kemudian minta
responden untuk melepaskan masalah dan coba untuk memunculkan pikiran
positif.
2. Ketika hal tersebut berhasil minta responden untuk merumuskan dalam
katakata yang nanti digunakan untuk afirmasi contohnya, mengeluh merasa
kesepian, memikirkan anak, cucu, dan keluarga. Ada dua cara untuk
melakukan persiapan sebelum tapping dengan cara tekan bagian sore spot atau
titik nyeri dan menekan karate chop (tebasan karate).
3. Lakukan tapping/putaran pertama (set-up) dengan cara mengetuk pada bagian
sore spot atau titik nyeri atau mengetuk bagian karate chop (tebasan karate)
sambil mengatakan kata-kata afirmasi yang di ulang tiga kali, contoh kata-kata
afirmasi “Ya Allah…meskipun kepala saya pusing karena tekanan darah saya
tinggi, saya ikhlas menerima pusing saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu
pusing saya ini”. “Ya Allah…meskipun saya cemas dengan penyakit
hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan
kepada-Mu ketenangan hati saya”.
4. Selanjutnya pengukuran intensitas emosi dengan cara menanyakan intensitas
masalah atau emosi yang masih mengganggu responden dengan skala satu
hingga sepuluh. Pengukuran ini penting karena penerimaan orang atas masalah
itu berbeda-beda.
5. Setelah melakukan pengukuran intesitas emosi, lakukan ketukan ringan
minimal 7-8 kali di titik meridian sambil mengucapkan kata-kata afirmasi.
6. Responden diminta untuk terus memikirkan sesuatu atau peristiwa yang
meningkatkan emosi negatifnya (tune-in) sambil melakukan langkah tapping.
Urutan ketukan ringan dan afirmasi yang harus dilakukan adalah:

186
a. Pada alis mata (Eye Brow/EB), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi
yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas dengan penyakit hipertensi ini,
saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu
ketenangan hati saya”.
b. Di samping mata (Side of the Eye/SE), sambil mengucapkan kata-kata
afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas dengan penyakit
hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan
kepada-Mu ketenangan hati saya”.
c. Dua sentimeter dibawah kelopak mata (Under the Eye/UE), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas
dengan penyakit hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini,
saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya”.
d. Tepat di bawah hidung (Under the Nose/UN), sambil mengucapkan kata-
kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas dengan penyakit
hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan
kepada-Mu ketenangan hati saya”..
e. Di bawah dagu dan bagian bawah bibir (Chin/Ch), sambil mengucapkan
kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas dengan
penyakit hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya
pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya”.
f. Di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk pertama
(Collar Bone/CB), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya
Allah…meskipun saya cemas dengan penyakit hipertensi ini, saya ikhlas
menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan
hati saya”.
g. Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu pria atau di tengah
perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (Under the
Arm/UA), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya
Allah…meskipun saya cemas dengan penyakit hipertensi ini, saya ikhlas
menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan
hati saya”.

187
h. Ibu jari di samping luar / bawah kuku (Thumb/ Th), sambil mengucapkan
kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas dengan
penyakit hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya
pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya”.
i. Jari telunjuk samping luar bagian bawah kuku (Index Finger/IF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas
dengan penyakit hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini,
saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya”.
j. Jari tengah samping luar di bawah kuku (Middle Finger/MF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas
dengan penyakit hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini,
saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya”.
k. Jari kelingking sampai luar dibawah kuku (Baby Finger/BF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah…meskipun saya cemas
dengan penyakit hipertensi ini, saya ikhlas menerima kecemasan saya ini,
saya pasrahkan kepada-Mu ketenangan hati saya”.
7. Responden diminta menarik napas dan hembuskan sebanyak 3 kali
8. Setelah responden melakukan rangkaian tapping, selanjutnya adalah tahap
evaluasi. Responden diminta merasakan perubahan masalah atau emosi yang
masih mengganggu responden. Berikan penghargaan atas kerjasama
responden telah melakukan terapi EFT.

Referensi:

Iskandar. 2008. Terapi Non Farmakologi Praktis. Jakarta: Gaung Persada.


Majid, Abdul. 2015. Emotional Freedom Technique. Jakarta: Grafindo.
Rahmi, Tuti. Efektivitas Emotional Freedom Technique Dalam Mengatasi
Trauma Gempa Ibu Rumah Tangga. Jurnal Ilmu Pendidikan Volume XII,
Nomor 2. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Padang, 2012.Syahril.
2015.
Syam, Syahril. Lab Skill Emotional Freedom Technique (EFT) Keperawatan
Semester V UINAM. Makassar: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2015.

188
Lampiran 2. Leaflet

189
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (EFT)
PADA LANSIA DENGAN KEBIASAAN MEROKOK
DI RW 2 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
ALIYATUL AENI 14B018040
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
AMALIA RIZKY RADIKA 14B018017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

190
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS
KEGIATAN : PENYULUHAN DAN PELATIHAN TERAPI EMOTIONAL
FREEDOM TECHNIQUE (EFT)

Pokok Bahasan : Terapi Emotional Freedom Technique (EFT)


Sub Pokok Bahasan : Terapi EFT untuk Lansia Dengan Kebiasaan Merokok
Sasaran : Lansia RW 2 Desa Kebumen
Hari/tanggal : 26 Mei 2019
Waktu : 14.00-14.40 WIB
Tempat : Rumah Bapak Indra RT 02/ RW 02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi diharapkan lansia RW 2 Desa Kebumen dapat
mempraktikkan langkah-langkah EFT secara mandiri untuk membuat tubuh dan
perasaan tenang supaya hipertensi dapat terkontrol.
2. Tujuan Khusus
e. Lansia mengetahui pengertian Emotional Freedom Technique (EFT).
f. Lansia mengetahui manfaat Emotional Freedom Technique (EFT).
g. Lansia mengetahui tahapan Emotional Freedom Technique (EFT).
h. Lansia dapat mempraktikkan Emotional Freedom Technique (EFT) supaya lebih
rileks dan mengontrol hipertensi.

B. Metode
Ceramah dan demonstrasi

C. Media
Power point dan leaflet.

D. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Reksa Dhia Putra, S.Kep
Afif Gilang Prasetyanto, S.Kep

191
Amalia Rizki Radika, S.Kep.
2. Moderator : Sukmawati Cita Lestari, S. Kep
3. Fasilitator : Nur Rizky Amalia Shidiq, S.Kep
Roro Zulkhaida, S.Kep
Selly Eka Pebrianti, S.Kep
Siskariningsih Putri Utami, S.Kep
Resha Oktaviani Rahayu, S.Kep
Puput Tri Wahyuni, S.Kep
4. Observer : Aliyatul Aeni, S.Kep.

E. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu
No Penyaji Sasaran
1. Pembukaan
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam 5menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan

2 Inti
Kegiatan inti a. Memperhatikan penjelasan penyuluh 30menit
a. Menjelaskan materi tentang EFT dengan cermat
b. Melatih lansia melakukan EFT b. Latihan melakukan EFT
c. Mempraktikkan cara melakukan c. Mempraktikkan cara melakukan EFT
EFT d. Mempraktikkan cara melakukan EFT
d. Memfasilitasi lansia untuk secara mandiri
melakukan EFT secara mandiri e. Mengajukan pertanyaan kepada
e. Memfasilitasi peserta untuk penyuluh
bertanya f. Memperhatikan jawaban dari penyaji
f. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta

Penutup
a. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan a. Memperhatikan keterangan kesimpulan 5menit
3. b. Melakukan evaluasi terapi yang dari materi terapi yang telah
diberikan disampaikan
c. Mengakhiri kegiatan terapi EFT b. Menjawab pertanyaan penyaji
c. Menjawab salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya

192
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan sesuai
dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan materi.
3. Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang EFT dan
dapat mempraktikkan terapi EFT dengan benar
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
- Apa itu Emotional Freedom Technique (EFT)?
- Apa manfaat Emotional Freedom Technique (EFT)?
- Bagaimana tahapan Emotional Freedom Technique (EFT)?

193
Lampiran 1. Materi
A. Tahapan EFT

1. Posisikan responden duduk di posisi yang nyaman, selanjutnya responden diminta


untuk memusatkan perhatian pada emosi atau masalah yang tengah dihadapi dan
responden diminta untuk menutup mata mata, kemudian minta responden untuk
melepaskan masalah dan coba untuk memunculkan pikiran positif.
2. Ketika hal tersebut berhasil minta responden untuk merumuskan dalam katakata
yang nanti digunakan untuk afirmasi contohnya, mengeluh merasa kesepian,
memikirkan anak, cucu, dan keluarga. Ada dua cara untuk melakukan persiapan
sebelum tapping dengan cara tekan bagian sore spot atau titik nyeri dan menekan
karate chop (tebasan karate).
Lakukan tapping/putaran pertama (set-up) dengan cara mengetuk pada bagian
sore spot atau titik nyeri atau mengetuk bagian karate chop (tebasan karate)
sambil mengatakan kata-kata afirmasi yang di ulang tiga kali, contoh kata-kata
afirmasi “Saya dengan hati yang ikhlas dan bersungguh sungguh dengan tekad
yang bulat akan berhenti merokok, saya pasrah, menerima, dan menghargai diri
saya seutuhnya, dan memutuskan untuk melepaskan semua perasaan negatif dari
perilaku kebiasaan merokok sekarang dan sekaligus demi kebaikan dan kemajuan
hidup saya dan keluarga yang saya cintai”.
3. Selanjutnya pengukuran intensitas emosi dengan cara menanyakan intensitas
masalah atau emosi yang masih mengganggu responden dengan skala satu hingga
sepuluh. Pengukuran ini penting karena penerimaan orang atas masalah itu
berbeda-beda.
4. Setelah melakukan pengukuran intesitas emosi, lakukan ketukan ringan minimal
7-8 kali di titik meridian sambil mengucapkan kata-kata afirmasi.
5. Responden diminta untuk terus memikirkan sesuatu atau peristiwa yang
meningkatkan emosi negatifnya (tune-in) sambil melakukan langkah tapping.
Urutan ketukan ringan dan afirmasi yang harus dilakukan adalah:
a. Pada alis mata (Eye Brow/EB), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi
yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti merokok untuk kesehatan saya dan
kesehatan keluarga saya”.

194
b. Di samping mata (Side of the Eye/SE), sambil mengucapkan kata-kata
afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti merokok untuk kesehatan
saya dan kesehatan keluarga saya”.
c. Dua sentimeter dibawah kelopak mata (Under the Eye/UE), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti
merokok untuk kesehatan saya dan kesehatan keluarga saya”.
d. Tepat di bawah hidung (Under the Nose/UN), sambil mengucapkan kata-kata
afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti merokok untuk kesehatan saya
dan kesehatan keluarga saya”.
e. Di bawah dagu dan bagian bawah bibir (Chin/Ch), sambil mengucapkan kata-
kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti merokok untuk kesehatan
saya dan kesehatan keluarga saya”.
f. Di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk pertama (Collar
Bone/CB), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya
ingin behenti merokok untuk kesehatan saya dan kesehatan keluarga saya”.
g. Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu pria atau di tengah perbatasan
antara tulang dada dan bagian bawah payudara (Under the Arm/UA), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti
merokok untuk kesehatan saya dan kesehatan keluarga saya”.
h. Ibu jari di samping luar / bawah kuku (Thumb/ Th), sambil mengucapkan kata-
kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti merokok untuk kesehatan
saya dan kesehatan keluarga saya”.
i. Jari telunjuk samping luar bagian bawah kuku (Index Finger/IF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti
merokok untuk kesehatan saya dan kesehatan keluarga saya”.
j. Jari tengah samping luar di bawah kuku (Middle Finger/MF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti
merokok untuk kesehatan saya dan kesehatan keluarga saya”.
k. Jari kelingking sampai luar dibawah kuku (Baby Finger/BF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “Ya Allah… saya ingin behenti
merokok untuk kesehatan saya dan kesehatan keluarga saya”.
6. Responden diminta menarik napas dan hembuskan sebanyak 3 kali

195
7. Responden diberikan air minum
8. Setelah responden melakukan rangkaian tapping, selanjutnya adalah tahap
evaluasi. Responden diminta merasakan perubahan masalah atau emosi yang
masih mengganggu responden.
9. Berikan penghargaan atas kerjasama responden telah melakukan terapi EFT, dan
jelaskan kontrak pertemuan selanjutnya.

Referensi:

Syam, Syahril. Lab Skill Emotional Freedom Technique (EFT) Keperawatan Semester
V UINAM. Makassar: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar, 2015.

196
Lampiran 2. Leaflet

197
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MANAJEMEN HIPERTENSI PADA LANSIA
DI RW 2 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
ALIYATUL AENI 14B018040
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
AMALIA RIZKY RADIKA 14B018017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

198
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENYULUHAN MANAJEMEN HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Manajemen hipertensi


Sub Pokok Bahasan : Manajemen hipertensi pada lansia
Sasaran : Lansia RW 2 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Minggu, 26 Mei 2019 pukul 08.30-09.10 WIB
Tempat : Rumah Bu Asriah RT 02/ RW 02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 1x30 menit, diharapkan lansia RW 2 Desa Kebumen
dapat memahami tentang hipertensi, diet hipertensi, dan penanganan hipertensi di
rumah.
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mengetahui pengertian diet hipertensi.
b. Lansia mengetahui tujuan diet hipertensi
c. Lansia mengetahui cara mengatur makanan untuk hipertensi
d. Lansia mengetahui cara penanganan hipertensi di rumah.

B. Metode
Ceramah dan diskusi

C. Media
Power point dan leaflet.

D. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Reksa Dhia Putra, S.Kep
Afif Gilang Prasetyanto, S.Kep
Amalia Rizki Radika, S.Kep.
2. Moderator : Sukmawati Cita Lestari, S. Kep
3. Fasilitator : Nur Rizky Amalia Shidiq, S.Kep

199
Roro Zulkhaida, S.Kep
Selly Eka Pebrianti, S.Kep
Siskariningsih Putri Utami, S.Kep
Resha Oktaviani Rahayu, S.Kep
Puput Tri Wahyuni, S.Kep
4. Observer : Aliyatul Aeni, S.Kep.

E. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu
No Penyaji Sasaran
1. Pembukaan
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam 5menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan

2 Inti
Kegiatan inti a. Memperhatikan penjelasan 20menit
a. Menjelaskan materi tentang penyuluh dengan cermat
manajemen hipertensi b. Mengajukan pertanyaan kepada
b. Memfasilitasi peserta untuk penyuluh
bertanya c. Memperhatikan jawaban dari
c. Menjawab pertanyaan yang penyaji
diajukan oleh peserta

3. Penutup
a. Menyimpulkan materi yang a. Memperhatikan keterangan 5menit
telah disampaikan kesimpulan dari materi terapi
b. Melakukan evaluasi yang telah disampaikan
penyuluhan yang diberikan b. Menjawab pertanyaan penyaji
c. Mengakhiri kegiatan c. Menjawab salam
penyuluhan

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan sesuai
dengan yang dibutuhkan

200
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan materi.
3. Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang manajemen
hipertensi
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
- Apa itu hipertensi?
- Apa saja diet untuk hipertensi?
- Bagaimana pencegahan hipertensi?
- Bagaimana penanganan hipertensi di rumah?

201
Lampiran 1. Materi
MANAJEMEN HIPERTENSI
1. Pengertian hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Tekanan
darah berasal dari mekanisme pompa jantung yang mendorong sejumlah volume
darah dengan tekanan yang tinggi agar darah sampai ke seluruh organ tubuh melalui
pembuluh darah. Jadi tingginya tekanan darah ditentukan oleh jumlah darah yang
dipompakan jantung (curah jantung) dan diameter pembuluh darah (Brunner &
Suddarth, 2010).
2. Tanda gan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang sering timbul pada penyakit hipertensi
menurut Brunner & Suddarth (2010), antara lain:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Rasa berat ditengkuk
4. Sukar tidur
5. Mata berkunang-kunang
6. Lemah dan lelah
3. Pengertian Diet hipertensi
Diit hipertensi adalah jenis dan komposisi makanan yang diatur untuk penderita
hipertensi.
4. Tujuan Diet Hipertensi
Membantu menurunkan tekanan darah sehingga dapat terhindar dari komplikasi
hipertensi.
5. Cara Mengatur Konsumsi Makanan
Menurut Depkes RI (2011), cara mengatur makanan untuk penderita hipertensi
antara lain :
1. Konsumsi garam dapur yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara
dengan satu sendok teh.
2. Batasi konsumsi daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50
gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.

202
3. Batasi konsumsi telur hingga hanya 3 kali seminggu.
4. Sering tahu, tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.
5. Kurangi makan jeroan.
6. Kurangi minum kopi.
7. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta: EGC.
Depkes RI. (2011). Diet hipertensi. Jakarta: Depkes RI.
Gunawan, L. (2011). Hipertensi: penyakit tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.

203
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SENAM LANSIA DI RW 2 DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
ALIYATUL AENI 14B018040
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
AMALIA RIZKY RADIKA 14B018017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

204
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SENAM LANSIA ANTI HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Senam lansia


Sub Pokok Bahasan : Senam lansia untuk mengontrol hipertensi
Sasaran : Lansia RW 2 Desa Kebumen
Hari/tanggal : Sabtu, 26 Mei 2019 pukul 08.30-09.10 WIB
Tempat : Posyandu Lansia RT 02/ RW 02 Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi selama 1x30 menit diharapkan lansia RW 2 Desa
Kebumen dapat mempraktikkan senam lansia untuk mencegah dan mengontrol
hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Lansia mengetahui pengertian senam lansia
b. Lansia mengetahui manfaat senam lansia
c. Lansia mengetahui langkah-langkah senam lansia

B. Metode
Demonstrasi

C. Media
Speaker dan video demonstrasi.

D. PENGORGANISASIAN
1. Penyaji : Afif Gilang Prasetyanto, S.Kep
Amalia Rizki Radika, S.Kep.
2. Moderator : Sukmawati Cita Lestari, S. Kep
3. Fasilitator : Nur Rizky Amalia Shidiq, S.Kep
Roro Zulkhaida, S.Kep
Selly Eka Pebrianti, S.Kep

205
Siskariningsih Putri Utami, S.Kep
Resha Oktaviani Rahayu, S.Kep
Puput Tri Wahyuni, S.Kep
4. Observer : Aliyatul Aeni, S.Kep.

E. Rencana Kegiatan
Kegiatan Waktu
No Penyaji Sasaran
1. Pembukaan
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam 5menit
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan

2 Inti
Kegiatan inti a. Memperhatikan penjelasan 15menit
a. Menjelaskan materi tentang penyuluh dengan cermat
senam lansia b. Mempraktikkan cara melakukan
b. Mempraktikkan cara senam lansia
melakukan senam lansia c. Mengajukan pertanyaan kepada
c. Memfasilitasi lansia untuk penyuluh
melakukan senam lansia d. Memperhatikan jawaban dari
d. Memfasilitasi peserta untuk penyaji
bertanya
e. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta

3. Penutup
a. Menyimpulkan materi yang a. Memperhatikan keterangan
telah disampaikan kesimpulan dari materi terapi
b. Melakukan evaluasi terapi yang telah disampaikan 5menit
yang diberikan b. Menjawab pertanyaan penyaji
c. Mengakhiri kegiatan senam c. Menjawab salam
lansia

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan sesuai
dengan yang dibutuhkan

206
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan materi.
3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat mempraktikkan senam lansia sampai akhir kegiatan
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
- Apa itu senam lansia?
- Apa manfaat senam lansia?
- Bagaimana tahapan senam lansia?

207
Lampiran 2. Materi

SENAM LANSIA

A. Pengertian
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tindakan
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong
jantung bekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang
berkeliaran di dalam tubuh.
Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana
yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud meningkatkan
kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (santosa, 2014).
Lansia seseorang individu laki-laki maupun perempuan yang berumur antara 60-
69 tahun. (Nugroho, 2010) jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang
teratur dan terararah serta terencaana yang diiikuti oleh orang lanjut usia yang
dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut
B. Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi :
1. Senam kebugaran lansia
Jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia antara lain adalah senam
lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena
melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Dapat dikatakan
bugar, atau dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila
jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan
fungsinya dalam waktu yang cukup lama (Sumosardjuno, 2008).
2. Senam otak
Manfaat dari senam otak antara lain : melepas otak dari ketegangan,
meningkatkan kecerdasan akademik, mengurangi stress, meningkatkan daya
ingat, meningkatkan kemampuan berbahasa, memperbaiki kondisi emosional
yang berpengaruh pada kondisi social.
3. Senam osteoporosis

208
Kendati osteoporosis dikenal sebagai penyakit silent killer (pembunuh
tersembunyi), tidak berarti kedatanganya tidak bisa diantisipasi. Osteoporosis
sebenarnya bisa dicegah, tetapi dengan beberapa persyaratan. Untuk mencegah
osteoporosis, maka kebiasaan merokok, minum kopi, alcohol dan soft drink harus
di kurangi. Sebaliknya harus membiasakan mengkonsumsi makanan mengandung
kalsium tinggi seperti teri, udang rebon, kacang-kacangan, tempe atau minum
susu. Kenapa harus mengkonsumsi kalsium merupakan elemen mineral yang
paling banyak dibutuhkan untuk kesehatan tulang. Tetapi, yang perlu diingat
dalam mencegah osteoporosis, gizi saja tanpa dibarengi oleh latihan fisik ternyata
fisik ternyata tidak cukup. Untuk itu ada senam osteoporosis untuk mencegaah
dan mengobati terjadinya pengeroposan tulang. Daerah yang rawan osteoporosis
adalah area tulang punggung, pangkal paha da pergelangan tangan.
4. Senam hipertensi
Olahraga atau senam hipertensi adalah bagian dari usaha untuk
mengurangi berat badan dan mengelola stress-dua factor yang mempertingga
resiko hipertensi.
5. Senam diabetes militus
Variasi gerakan dalam senam diabetes cukup banyak. Senam tersebut bisa
mengelola semua organ tubuh manusia, mulai otak hingga ujung kaki. Sebab,
dampak penyakit kencing manis menyerang seluruh tubuh, dampak paling ringan
adalah kaki keseutan. Sedangkan yang terparah adalah menderita stroke. Karena
manfaatnya banyak, senam diabetes tidak hanya diperuntukan bagi kalangan
diabetes. Tapi, senam itu juga bisa dilakukan oleh orang yang belum jadi penderita
diabetes. Tujuanya, mencegah agar tak terkena penyakit tersebut.
6. Olahraga rekreatif/jalan santai
Liburan adalah waktu yang paling banyak ditunggu setiap orang walaupun
untuk liburan bnayak hal yang bisa dilakukan dari mulai yang sederhana sempai
liburan yang memakan biaya tinggi, tetapi hal itu bukan masalah sepanjang kita
memfokuskan pada aspek positif liburan terutama untuk kesehatan. Peneliti telah
menunjukan liburan ternyata sangat dianjurkan oleh para dokter karena memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kesehatan.

209
C. Manfaat
1. Perbaikan dalam derajat kesehatan
Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan
fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh
manusia setelah latihan teratur
2. Kebugaran jasmani
Tingkat kebugaran di evaluasi dengan mengawasi kecepatan denyup
jantung waktu istirahat yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi supaya
lebih bugar, kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
3. Kemandirian
Dengan mengikuti senam lansia efek minimalnya adalah lansia merasa
berbahagia, senantiasa bergenbira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
D. Prinsip
1. Gerakanya bersifat dinamis (berubah-ubah)
2. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
3. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
4. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
5. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5 kali
E. Langkah-langkah
1. Latihan kepala dan leher
a. Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke dada
b. Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan dan sebelah kiri
c. Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan dan sebelah kiri
2. Latihan bahu dan lengan
a. Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga, kemudian turunkan
kembali perlahan-lahan
b. Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan lengan kedepan
lurus dengan bahu. Pertahankan bahu tetap lurus dan kedua tangan
bertepuk kemudian angkat lengan keatas kepala.
c. Satu tangan mentuntuh bagian belakang dari leher kemudian raihlah
punggung sejauh mungkin yang dapat di capai. Bergantian tangan
kanan dan kiri.

210
d. Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih keatsa
sesapatnya.
3. Latihan tangan
a. Letakan tangan di atas meja. Lebarkan jari-jarinya dan tekan ke meja.
b. Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi permukaan
telapak tangan untuk menyentuh jari keleingking. Kemudian tarik
kembali.
c. Lanjutkan dengan menyentruh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan
kemudian setelah menyentuh tiap jari.
d. Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan jari-jari selurus
mungkin.
4. Latihan punggung
a. Dengan tangan di samping bengkokan badan di satu sisi kemudian ke
sisi yang lain
b. Letakan tangan ke pinggang dan tekan kedua kaki. Putar tubuh
dengan melihat bahu ke kiri dank e kanan.
c. Tepuklan kedua tangan di belakang dan reganggkan kedua bahu ke
belakang.
5. Latihan paha
a. Latihan ini dapat di lakukan dengan berdiri tegak dan memegang
sandaran kursi atau dengan posisi tiduran.
b. Lipat satu lutut sampai dada dimana kaki yang lain tetap lurus, dan
tahan beberapa waktu
c. Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan, tekankan kedua lutut
pada tempat tidur hingga bagian belakang lutut menyentuh tempat
tidur.
d. Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut, kemudian tarik
telapak kaki kearah kita dan regangkan kembali
e. Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa menggerakan lutut
f. Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki kedalam sehingga
permukaanya saling bertemu kemudian kembali lagi

211
g. Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada bagian belakang
kursi. Angkat tumit tinggi-tinggi kemudian putarkan
6. Latihan pernafasan
a. Duduklah di kursi denagn punggung bersandar dan bahu relaxs
b. Letakan kedua telapak tangan pada tulang rusuk. Tarik nafas dalam-
dalam maka terasa dada mengambang
c. Sekarang keluarkan nafas perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan
akan menutup kembali

Referensi:

Gallo, Joseph J. (2009). Buku Saku Gerontology, alih bahasa: James Veldman, Ed.2.
Jakarta : EGC.
Kirsdten L Easton. (2012). Gerontologycal Rehabilitation Nursing. WB.Saunders.
Philadelphia.
Nugroho, Wahjudi. (2010). Keperawatan Gerontik, Ed 2. Jakarta: ECG.
Setiabudhi, Tony & Hardywinoto. (2011). Panduan Gerontology Tinjauan Dari
Berbagai Aspek. Jakarta: Gramedia.
Soejono C.H. (2009) Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri. Bagian Penyakit
Dalam FKUI.
Watson, Roger. (2013). Perawatan pada lansia, alih bahasa: Musri. Jakarta: EGC.

212
Lampiran 2. Leaflet

213
SATUAN OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN STIKER LANSIA
DI RW 2 DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
ALIYATUL AENI 14B018040
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
AMALIA RIZKY RADIKA 14B018017

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

214
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMASANGAN STIKER LANSIA

Nama Kegiatan Pemasangan Stiker Lansia


Pengertian Pemasangan tanda pada setiap rumah yang terdapat lansia
menggunakan stiker sesuai dengan tingkat kemandirian aktivitas
sehari-hari lansia.
Tujuan 1. Mengindentifikasi rumah yang terdapat lansia
2. Mengidentifikasi tingkat kemandirian aktivitas sehari-hari
lansia
3. Membantu Puskesmas dalam pemantauan lansia.
Tempat Di RW 2 Desa Kebumen Kecamatan Baturraden

Waktu Dilakukan 1 kali


Metode 1. Home Visit
Media a. Instrumen Pengkajian ADL dengan Indeks Barthel (IB)
b. Stiker Lansia
Strategi 1. Persiapan
Pelaksanaan a. Persiapan Klien
1) Klien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
b. Persiapan Lingkungan
1) Ruangan yang tenang dan kondusif
2. Pelaksanaan
a. Melakukan pengkajian ADL dengan Indeks Barthel (IB)
b. Menyimpulkan hasil pengkajian ADL (stiker merah untuk
skor 0-8; stiker kuning untuk skor 9-15; dan stiker hijau
untuk skor 16-20).
c. Memasangan stiker lansia di rumah bagian depan atau
tempat yang mudah terlihat.
3. Terminasi
a. Evaluasi
1) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien untuk tidak melepas stiker lansia.

215
Lampiran 1. Pengkajian ADL dengan Indeks Barthel (IB)
Instrument Pengkajian Indeks Barthel
Nama Klien: _______________ Tanggal: ______________
No Item yang dinilai Skor Nilai
1 Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
2 Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
3 Perawatan diri (Grooming) 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
4 Berpakaian (Dressing) 0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
5 Buang air kecil (Bowel) 0 = Inkontinensia atau pakai kateter
dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
6 Buang air besar (Bladder) 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan toilet 0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk
(2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantuan satu
orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat bantu seperti,
tongkat)
10 Naik turun tangga 0 = Tidak mampu
1 = Membutuhkan bantuan (alat
bantu)
2 = Mandiri
Total
Interpretasi:
Stiker Hijau = Mandiri penuh = skor 16-20
Stiker Kuning = Mandiri partial = skor 9-15
Stiker Merah = Totally care = skor 0-8

216
Lampiran 2. Stiker Lansia

217
Dokumentasi Kegiatan Lansia
1. Pendataan Lansia dan Penempelan Stiker

2. Penyuluhan Manajemen Hipertensi

3. Senam Lansia

218
4. Terapi EFT Untuk Mengontrol Hipertensi

5. Terapi EFT Untuk Lansia Dengan Kebiasaan Merokok

219
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNIING)
PROGRAM KERJA KESEHATAN LINGKUNGAN
DI DESA KEBUMEN RW 02 KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRE PLANNING) POKJA
KESEHATAN KESEHATAN LINGKUNGAN RW 2 DESA KEBUMEN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks yang berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat.
Empat faktor menurut Hendrik L. Blum tersebut antara lain lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan atau genetik yang berpengaruh satu sama lainnya.
Faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan. Kesehatan
lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang
optimum pula. Lingkungan bersih merupakan dambaan semua orang. Namun tidak
mudah untuk menciptakan lingkungan kita bisa terlihat bersih dan rapi sehingga
nyaman untuk dilihat. Tidak jarang karena kesibukan dan berbagai alasan lain, kita
kurang memperhatikan masalah kebersihan lingkungan di sekitar kita, terutama
lingkungan rumah. Seiring majunya tingkat pemikiran masyarakat serta kemajuan
teknologi di segala bidang kehidupan, maka tingkat kesadaran untuk memiliki
lingkungan dengan kondisi bersih seharusnya ditingkatkan dari sebelumnya. Beragam
informasi mengenai pentingnya lingkungan dengan kondisi bersih serta sehat dapat
diketahui melalui media cetak dan online. Tentu saja lingkungan dalam kondisi bersih
serta sehat akan membuat para penghuninya nyaman dan kesehatan tubuhnya terjaga
dengan baik. Kesehatan tubuh manusia berada pada posisi paling vital.
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia.
Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju,
sampah selalu menjadi masalah. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia
menghasilkan puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk
khusus dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan tanpa
diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan terjadilah bukit
sampah. Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu penduduk di
sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering dihinggapi lalat. Dan juga
dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun terbukti sampah itu dapat merugikan,
tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini karena selain dapat mendatangkan bencana bagi
masyarakat, sampah juga dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan
sampah ini tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menanganinya. Untuk menuju lingkungan sehat diperlukan berbagai macam upaya
yang dilakukan khususnya oleh warga masyarakat. Berbagai macam bentuk
pencegahan penyakit di lingkungan dan masyarakat yaitu dengan penanganan sampah
rumah tangga yang diterapkan di dalam keluarga. Kesadaran tentang kesehatan
lingkungan tidak akan berjalan dengan baik jika pengetahuan tentang pengelolaan
sampah belum maksimal sehingga diperlukan penyuluhan tentang pengelolaan
sampah kepada masyarakat umum.
Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya
bagi kesehatan individu dan dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.
Merokok adalah perilaku menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2014 memperkirakan ada lebih dari 1,1 miliar
perokok di seluruh dunia. Pengetahuan juga bisa mempengaruhi perilaku merokok.
Pengetahuan tentang merokok merupakan sejauhmana seseorang mampu mengetahui
dan memahami tentang merokok. Pengetahuan yang baik tentang merokok terhadap
kesehatan akan berbeda perilaku merokoknya dibanding mareka yang berpengetahuan
kurang (Dinkes DIY, 2010). Perokok aktif beresiko untuk terkena kanker hati dan
paru, bronkitis kronis, emphysema,gangguan pernafasan, kerusakan dan lukabakar,
berat badan rendah dan perkembangan yang terhambat pada bayi. Tidak hanya
perokok aktif yang terkena penyakit, tetapi orang yang tidak merokok (perokok pasif)
seperti orang yang menghirup asap rokok dari perokok aktif, bisa terkena penyakit.
Karena perokok pasif menghirup racun yang disebabkan oleh asap rokok. Hal ini
senada dengan Baequni dan Nasir (2005) menyatakan bahwa perokok pasif di
lingkungan asap rokok bisa berdampak kanker paru dan penyakit pada saluran
pernafasan.
Berdasarkan hasil survey dengan instrumen kuesioner terhadap 173 KK di
wilayah RW 2 Desa Kebumen didapatkan hasil: 146 KK (84.4%) belum memisahkan
sampah organik dan non organik, 85 KK (49,1%) membuang sampah dengan cara
dibakar, 52 KK (30,1%) membuang sampah disungai secara sembarang, 24 lansia
(46,2%) lansia merokok, 129 KK (74.6%) terdapat anggota keluarga yang merokok

222
dengan 91 KK (52%) merokok didalam rumah, 125 KK (72,3%) warga tidak memakai
jamban kloset atau leher angsa dan 151 KK (87,3%) tidak mempunyai septic tank di
rumah. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) kepada Warga RW 2 Desa Kebumen perlu dilakukan dengan bantuan tokoh
masyarakat untuk memotivasi warga akan pentingnya berperilaku hidup sehat dan
bersih.

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Meningkatnya derajat kesehatan lingkungan RW 2 Desa Kebumen.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan intervensi, diharapkan:
a. Masyarakat mengerti tentang bahaya sampah
b. Masyarakat mengerti tentang cara pengolaan sampah dengan biopori
c. Masyarakat mengerti tentang bahaya asap rokok
d. Masyarakat mengerti tentang bahaya BABS
e. Masyarakat mengerti tentang pentingnya jamban dan septictank

C. Rancangan Kegiatan
1. Penyuluhan dan Penempelan Stiker tentang Bahaya Asap Rokok
a. Metode : Ceramah dan Diskusi
b. Media : Powerpoint dan Stiker
c. Waktu : 21- 22 Mei 2019
d. Tempat : Balai Desa Kebumen Kecamatan Baturraden
e. Pengorganisasian kelompok:
 RT 01-02 : Reksa Dhia Putra
 RT 03-04 : Puput
 RT 05 : Siskaringsih Utami Putri
 RT 06- 07 : Resha Oktaviani Rahayu
2. Penyuluhan Mengenai Pengolahan Sampah dengan Metode Biopori
a. Metode : Ceramah dan Diskusi
b. Media : Powerpoint
c. Waktu : 25 Mei 2019

223
d. Tempat : Balai Desa Kebumen Kecamatan Baturraden
e. Pengorganisasian kelompok:
- Moderator : Resha Oktaviani Rahayu
- Penyaji : Reksa Dhia Putra
- Observer : Siskaringsih Utami Putri
- Fasilitator : Puput
3. Penyuluhan Bahaya Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan Pentingnya
Jamban dan Septic Tank
a. Metode : Ceramah dan diskusi
b. Media : Powerpoint
c. Waktu : 21 Mei 2019
d. Tempat : Balai Desa Kebumen Kecamatan Baturraden
e. Pengorganisasian kelompok:
 Moderator : Reksa Dhia Putra
- Penyaji : Siskaringsih Utami Putri
 Observer : Puput
 Fasilitator : Resha Oktaviani Rahayu
4. Pengusulan Pembuatan Perdes tentang Pembuangan Sampah
a. Metode : Diskusi
b. Waktu : 21- 25 Mei 2019
f. Tempat : Balai Desa Kebumen Kecamatan Baturraden

D. Pengaturan Tempat
1. Penyuluhan Penyuluhan dan Penempelan Stiker tentang Bahaya Asap Rokok

Keterangan :
: Penyaji
: Observer

: Fasilitator

224
2. Penyuluhan Mengenai Bahaya Sampah dan Cara Mengolah Sampah Biopori
Keterangan :
: Penyaji
: Observer

: Fasilitator

3. Penyuluhan bahaya Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dan Pentingnya


Jamban dan Septic Tank
Keterangan :
: Penyaji
: Observer

: Fasilitator

E. Pengorganisasian Waktu

No Kegiatan Penyuluh Waktu Kegiatan Peserta


1 Pendahuluan 3 menit
a. Memberi salam a. Menjawab salam
Melakukan pre evaluasi mengenai cara menjaga b. Memperhatikan
bahaya asap rokok, dampak BABS, dan pengelolaan
sampah dengan metode biopori.
c. Memperhatikan
b. Menjelaskan pokok bahasan d. Menjawab
pertanyaan
c. Menjelaskan tujuan
d. Memberi pertanyaan apersepsi

2 Kegiatan Inti 40 menit a. Memperhatikan


a. Memberikan penjelasan mengenai pengertian b. Memperhatikan
merokok, kandungan dalam asap rokok, c. Memperhatikan dan
bahaya asap rokok bagi kesehatan, upaya mempraktekan
mengurangi dampak asap rokok di lingkungan
keluarga . d. Bertanya
b. Memberikan penjelasan mengenai pengertian

225
hubungan antara tinja dan kesehatan
lingkungan, penyakit yang dapat ditularkan
oleh tinja, bagaimana pengelolaan tinja,
pentingnya jamban, syarat membuat jamban
sehat, jenis jamban sehat, pengertian dari
septic tank, dan manfaat dari septic tank.
c. Menjelaskan mengenai pengertian Biopori,
manfaat Biopori, cara pembuatan lubang
Biopori, lokasi pembuatan lubang Biopori,
perhitungan jumlah lubang resapan Biopori,
dan biaya yang diperlukan untuk membuat
Biopori
d. Memberi kesempatan untuk bertanya

3 Penutup 7 menit
a. Menyimpulkan materi pelatihan a. Memperhatikan
bersama peserta b. Memperhatikan
b. Memberikan post evaluasi secara c. Menjawab salam
tertulis dan secara lisan
c. Memberikan salam penutup

F. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi struktur :
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan dan media sesuai dengan yang
dibutuhkan.
c. Penanggung jawab melaksanakan tugasnya masing-masing
2. Evaluasi proses:
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat saat kegiatan berlangsung
c. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi dan mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi hasil
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan warga mampu:
a. Menjelaskan pengertian rokok dan merokok
b. Menyebutkan kandungan asap rokok
c. Menyebutkan bahaya asap rokok bagi kesehatan
d. Menyebutkan upaya untuk mengurangi dampak asap rokok di lingkungan
keluarga
e. Mengetahui hubungan antara tinja dan kesehatan lingkunganMengetahui
penyakit yang dapat ditularkan oleh tinja

226
f. Mengetahui bagaimana pengelolaan tinja
g. Mengetahui pentingnya jamban
h. Mengetahui syarat membuat jamban sehat
i. Mengetahui jenis jamban sehat
j. Mengetahui pengertian dari septic tank
k. Mengetahui manfaat dari septic tank
l. Memahami pengertian Biopori
m. Mengetahui manfaat Biopori
n. Mengetahui cara pembuatan lubang Biopori
o. Mengetahui lokasi pembuatan lubang Biopori
p. Mengetahui perhitungan jumlah lubang resapan Biopori
q. Mengetahui biaya yang diperlukan untuk membuat Biopori

Referensi:
Baequni., & Nasir, N. M. 2005. Gambaran Perilaku Merokok Civitas Akademik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Medika Islamika: Jurnal Kedokteran, Kesehatan, &
Keislaman, 2(1), 16-27.

WHO. 2014. Global Youth Tobacco Survey: Indonesia Report 2014. Regional Office For
South-East Asia. New Delhi: WHO.

227
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENYULUHAN BIOPORI PADA WARGA
DI DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

228
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BIOPORI

Pokok Bahasan : Biopori


Sub Pokok Bahasan : Pelatihan Pembuatan Biopori
Sasaran : Warga Desa Kebumen
Hari/tanggal : 25 Mei 2019
Waktu : 90 menit
Tempat : Rumah Bu Sucirah RW 04

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1x90 menit diharapkan
masyarakat dapat memahami dan mengerti tentang biopori.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan diharapkan masyarakat dapat:
a. Memahami pengertian Biopori
b. Mengetahui manfaat Biopori
c. Mengetahui cara pembuatan lubang Biopori
d. Mengetahui lokasi pembuatan lubang Biopori
e. Mengetahui perhitungan jumlah lubang resapan Biopori
f. Mengetahui biaya yang diperlukan untuk membuat Biopori
B. Metode
Ceramah dan Demonstrasi

C. Media dan Alat


Leaflet, Powerpoint, serta Alat Bor Tanah dan Peralon

D. Pengorganisasian kelompok:
- Moderator : Resha Oktaviani Rahayu
- Penyaji : Reksa Dhia Putra
- Observer : Siskaringsih Utami Putri

229
- Fasilitator : Puput Tri Wahyuni

E. Rencana Kegiatan
Kegiatan
No Waktu
Penyaji Sasaran
1 Pembukaan 5 menit
e. Salam Pembukaan a. Menjawab salam
f. Perkenalan b. Memperhatikan
g. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
h. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan
2 Inti 10 menit
Kegiatan inti
a. Memahami pengertian Biopori a. Memperhatikan penjelasan penyuluh
b. Mengetahui manfaat Biopori dengan cermat
c. Mengetahui cara pembuatan lubang b. Latihan pembuatan lubang biopori
Biopori c. Mempraktikkan cara pembuatan
d. Mengetahui lokasi pembuatan lubang biopori
lubang Biopori d. Mengajukan pertanyaan kepada
e. Mengetahui perhitungan jumlah penyuluh
lubang resapan Biopori e. Memperhatikan jawaban dari penyaji
f. Mengetahui biaya yang diperlukan
untuk membuat Biopori
g. Tanya jawab
3 Penutup 5 menit
d. Menyimpulkan materi yang telah d. Memperhatikan keterangan
disampaikan kesimpulan dari materi terapi yang
e. Melakukan evaluasi yang diberikan telah disampaikan
f. Mengakhiri kegiatan pembuatan e. Menjawab pertanyaan penyaji
biopori f. Menjawab salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan sesuai
dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan materi.

230
3. Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang biopori dan
dapat mempraktikkan pembuatan lubang biopori dengan benar
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
1. Pengertian Biopori
2. Manfaat Biopori
3. Cara pembuatan lubang Biopori
4. Lokasi pembuatan lubang Biopori
5. Perhitungan jumlah lubang resapan Biopori
6. Biaya yang diperlukan untuk membuat Biopori

231
Lampiran 1. Materi
BIOPORI
1. Pengertian Biopori
Menurut Karuniastuti (2014), ada 2 jenis biopori yaitu biopori alam dan biopori
buatan. Biopori alam, yaitu lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena
aktivitas organisme yang hidup dalam tanah seperti cacing, rayap atau pergerakan
akar-akar tanaman yang dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi
jalur mengalirnya air. Sehingga air hujan tidak langsung masuk ke saluran
pembuangan air, akan tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut sehingga
bisa menjadi air tanah. Ide dari pembuatan biopori buatan adalah mengadopsi
teknologi biopori alami yang memiliki kawasan/ lahan sempit. Biopori buatan yang
selanjutnya disebut lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara
vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau
tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian diisi dengan sampah
organik yang berfungsi untuk menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti cacing.
Mikroorganisme atau fauna dalam tanah ini akan membentuk pori-pori atau
terowongan dalam tanah (biopori) yang dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah
secara horizontal.

Gambar 1. Biopori alami Gambar 2. Biopori buatan

2. Manfaat Biopori
a Meningkatkan daya resap air
Lubang resapan biopori akan menambah bidang resapan air. Dengan adanya
aktivitas organisme tanah maka biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara

232
keberadaannya. Maka, dengan sendirinya area resapan ini akan terjaga
kemampuannya dalam meresap air.
b Mencegah banjir
Keberadaan lubang biopori dapat menjadi salah satu solusi dari masalah banjir.
Bila setiap rumah, kantor atau tiap bangunan memiliki biopori berarti jumlah air
yang segera meresap ke tanah tentu lebih banyak dan dapat mencegah terjadinya
banjir.
c Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme atau fauna yang berperan dalam penguraian sampah di lubang biopori
mampu membuat sampah menjadi mineral-mineral yang kemudian dapat larut
dalam air. Oleh karena itu, air tanah menjadi berkualitas karena mengandung
mineral
d Tempat pembuangan sampah organik
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi masalah tersendiri.
Pemisahan sampah berdasarkan jenisnya yaitu organik dan anorganik dapat
mengurangi permasalahan tumpukan sampah domestik itu. Untuk sampah
anorganik dapat didaur ulang, sedangkan sampah organik dapat dibuang ke dalam
lubang biopori tersebut.
e Mengubah sampah organik menjadi kompos
Cara kerja lubang resapan biopori ini adalah dengan adanya organisme tanah yang
menguraikan sampah organik yang ditanam dalam lubang. Sampah menjadi
sumber energi bagi organisme tersebut. Sampah yang diuraikan akan menjadi
kompos. Sehingga tentu saja selain berfungsi sebagai area peresapan air, lubang
biopori juga berfungsi sebagai “produsen” kompos. Kompos tersebut dapat
dipanen dan dimanfaatkan untuk pupuk organik. Pupuk organik ini tentu sangat
bermanfaat untuk budi daya tanaman organik.
f Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
Dengan adanya lubang resapan biopori, maka fauna tanah tentu akan beraktivitas
dengan menciptakan rongga-rongga di dalam tanah yang nantinya menjadi
saluran air untuk meresap ke dalam tanah. Peranan fauna dan akar-akar tanaman
akan terus menjaga terbentuknya rongga-rongga dalam tanah, tanpa adanya
campur tangan manusia. Proses alamiah tersebut tentu akan menghemat biaya dan

233
tenaga. Dalam hal ini, peran manusia adalah terus memberikan pakan untuk fauna
tanah itu dengan sampah organik secara berkala.
g Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air
Berfungsinya lubang resapan biopori tentu akan mengurangi genangan air,
sehingga berbagai macam penyakit akibat genangan air atau banjir seperti
penyakit demam berdarah dan malaria dapat dihindari.
h Membantu mencegah terjadinya pemanasan global.
Sampah tersebut akan terurai menjadi humus, sehingga tidak cepat diemisikan ke
atmosfer sebagai gas rumah kaca (Karuniastuti,2014).
3. Pembuatan Lubang Resapan Biopori
Menurut Karuniastuti (2014), setelah mendapatkan lokasi yang sesuai untuk
penempatan lubang biopori, langkah selanjutnya dalah mempersiapkan peralatan dan
bahan yang dibutuhkan. Peralatan yang dibutuhkan hanya sekop dan bor tanah.

Gambar 3. Bor Tanah dan Sekop


Gambar 4. Bor Biopori

Pembuatan lubang juga dapat menggunakan bor khusus biopori yang dapat
ditemui di pasaran. Bahan yang dibutuhkan adalah sampah organik. Sampah
organik dapat berasal dari sisa-sisa makanan, yang berupa sayur dan buah-buahan,
daun-daun kering, ranting pohon, sampah pemotongan rumput dan lainnya.

234
Gambar 5. Sampah Organik yang Menjadi Bahan Baku Kompos Di Biopori
Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Buat lubang silindris ke dalam tanah menggunakan bor dengan diameter 1030 cm,
kedalaman sekitar 100cm atau disarankan tidak melampaui kedalaman air tanah
pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat. Jarak antar lubang dapat dibuat 50-
100 cm.
b. Mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen selebar 2-3 cm, setebal 2 cm
disekeliling mulut lubang atau bisa ditutup dengan ring dari baja.

Gambar 6. Ring Baja Penguat Mulut Lubang Biopori

235
c. Segera isi lubang LRB dengan sampah organik yang yang telah disiapkan yang
berasal dari sisa tanaman yang dihasilkan dari dedaunan pohon, pangkasan rumput
atau sampah dapur.
d. Sampah organik harus selalu ditambahkan ke dalam lubang yang isinya sudah
berkurang atau menyususut karena proses penguraian sampah oleh organisme.
e. Kompos yang dihasilkan dalam lubang biopori dapat diambil pada setiap akhir
musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang.
4. Lokasi Pembuatan Lubang Biopori
Pemilihan lokasi pembuatan lubang biopori sebaiknya di tempat yang cukup bebas
dari lalu lalang manusia. Dilihat dari fungsinya sebagai peresap air, maka lokasi
pembuatan lubang biopori dipilih dimana air akan berkumpul, atau bisa juga dengan
mengatur agar air mengalir ke lubang biopori itu. Pengaliran air dapat dilakukan
dengan membuat alur dan lubang biopori dibuat di akhir atau di dasar alur
tersebut.Adanya alur akan membuat manusia menghindari untuk menginjak. Selain
itu, lubang bipori dapat dibuat di saluran pembuangan air hujan, hal ini akan
mengubah fungsi saluran dari saluran pembuangan menjadi saluran peresapan air
hujan. Sehingga air hujan akan terserap ke dalam halaman rumah dan tidak menjadi
beban bagi saluran drainase, yang pada akhirnya tidak menambah genangan aliran
air di permukaan tanah, yang berakibat banjir. Lokasi lain yang dapat dijadikan
penempatan lubang biopori adalah di dasar alur yang dibuat di sekeliling pepohonan
dan juga di sekitar batas tanaman. Keberadaan biopori di sekitar pohon akan
membentuk siklus peredaran humus. Bagian dari pohon yang berupa daun-daun,
ranting, bunga dan buah yang busuk dapat dijadikan bahan baku kompos, yang dapat
dimasukkan ke lubang biopori yang dibuat di sekelilingnya, sehingga kompos
tersebut dapat dimanfaatkan oleh pepohonan itu sendiri sebagai pupuk. Dengan
demikian, proses pengambilan unsur hara oleh tanaman akan terus tergantikan
dengan adanya kompos di dalam lubang biopori, sehingga kesuburan tanah dapat
terus dipertahankan dan ketergantungan terhadap pupuk kimiawi dapat dikurangi
(Karuniastuti,2014).

236
Gambar 7. Biopori pada saluran pembuangan air hujan

Gambar 8. Keberadaan lubang resapan biopori di sekeliling tanaman

Gambar 9. Lubang biopori pada batas tanaman

5. Perhitungan Jumlah Lubang Resapan Biopori


Banyaknya lubang yang perlu dibuat dapat dihitung menggunakan persamaan:

237
Contoh:
Untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan
laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180L/jam) pada 100m bidang kedap,
perlu dibuat sebanyak:
(50 x 100) : 180 = 28 lubang
Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm kedalaman 100 cm, setiap lubang
dapat menampung 7,8 L sampah organik, sehingga tiap lubang dapat diisi sampah
organik 2-3 hari sampai penuh. Dengan demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi
sampah organik yang dihasilkan selama 56-84 hari. Hasil dari sampah organik di
dalam lubang biopori berupa kompos yang dapat dipanen setelah 4-6 bulan pada saat
musim kemarau, untuk selanjutnya dapat diisi kembali dengan sampah organik
(Karuniastuti, 2014).
6. Biaya yang diperlukan untuk membuat lubang Biopori
Pembuatan lubang biopori akan lebih mudah dengan menggunakan bor tanah
yang telah disesuaikan untuk keperluan peresapan air dengan biopori seharga @Rp
195.000,-. Bila 1 lubang dapat dibuat dalam waktu 8 menit dan perlu membuat 28
lubang, maka pembuatan akan selesai dalam waktu setengah hari. Biaya pekerja Rp
25.000/ orang. Maka total biaya yang diperlukan adalah Rp 220.000,-.

Daftar Pustaka
Karuniastuti,N. (2014). Teknologi biopori untuk mengurangi banjir dan tumpukan
sampah organik.Forum Teknologi Vol.04 No.2.

238
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
DAMPAK BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS)
DI DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

239
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DAMPAK BABS

Pokok Bahasan : Buang Air Besar Sembarangan (BABS)


Sub Pokok Bahasan : Dampak Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
Sasaran : Warga Desa Kebumen
Hari/tanggal : 21 Mei 2019
Waktu : 90 menit
Tempat : Balai Desa Kebumen dan Rumah Sumariah
RT 02/02
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x40 menit, diharapkan
pengetahuan warga mengenai dampak BABS di lingkungan rumah bagi
kesehatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan tinja dan hubungannya dengan kesehatan lingkungan
b. Mampu menyebutkan penyakit yang ditularkan oleh tinja
c. Mampu menyebutkan manfaat tidak BABS
d. Mampu menjelaskan pentingnya jamban
e. Mampu menjelaskan syarat membuat jamban sehat
f. Mampu menyebutkan jenis jamban sehat
g. Mampu menjelaskan pengertian septic tank
h. Mampu menyebutkan manfaat septic tank

B. Metode
Ceramah dan Diskusi

C. Media dan Alat


Power point dan LCD

240
D. Pengorganisasian kelompok:
- Moderator : Resha Oktaviani Rahayu
- Penyaji : Reksa Dhia Putra
- Observer : Siskaringsih Utami Putri
- Fasilitator : Puput Tri Wahyuni

E. Rencana Kegiatan
Kegiatan
No Waktu
Penyaji Sasaran
1 Pembukaan 5 menit
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan
2 Inti 10 menit
Kegiatan inti Memahami dampak BABS
a. Mampu menjelaskan tinja dan
hubungannya dengan kesehatan a. Memperhatikan penjelasan penyuluh
lingkungan dengan cermat
b. Mampu menyebutkan penyakit b. Mengajukan pertanyaan kepada
yang ditularkan oleh tinja penyuluh
c. Mampu menyebutkan manfaat c. Memperhatikan jawaban dari penyaji
tidak BABS
d. Mampu menjelaskan pentingnya
jamban
e. Mampu menjelaskan syarat
membuat jamban sehat
f. Mampu menyebutkan jenis
jamban sehat
g. Mampu menjelaskan pengertian
septic tank
h. Mampu menyebutkan manfaat
septic tank
i. Tanya jawab
3 Penutup 5 menit
a. Menyimpulkan materi yang telah a. Memperhatikan keterangan
disampaikan kesimpulan dari materi terapi yang
b. Melakukan evaluasi yang diberikan telah disampaikan
c. Mengakhiri kegiatan penyuluhan b. Menjawab pertanyaan penyaji
BABS c. Menjawab salam

F. Evaluasi
1) Evaluasi struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan sesuai
dengan yang dibutuhkan

241
2) Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
b. Peserta mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan materi.
3) Evaluasi hasil
a. Peserta menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang dampak
BABS
b. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diberikan penyaji.
1) Pengertian Biopori
2) Manfaat Biopori
3) Cara pembuatan lubang Biopori
4) Lokasi pembuatan lubang Biopori
5) Perhitungan jumlah lubang resapan Biopori
6) Biaya yang diperlukan untuk membuat Biopori

242
Lampiran 1. Materi
Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

1. Tinja dan Hubungannya dengan Kesehatan Lingkungan


Tinja atau kotoran manusia merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (misal kuman/bakteri, virus dan cacing).
Apabila tinja tersebut dibuang di sembarang tempat, misal kebun, kolam, sungai,
dll maka bibit penyakit tersebut akan menyebar luas ke lingkungan, dan akhirnya
akan masuk dalam tubuh manusia, dan berisiko menimbulkan penyakit pada
seseorang dan bahkan bahkan menjadi wabah penyakit pada masyarakat yang
lebih luas.
2. Penyakit yang ditularkan oleh Tinja
Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia semakin meningkat, dilihat dari segi kesehatan
masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang
pokok untuk sedini mungkin diatasi, karena kotoran manusia adalah sumber
penyebaran penyakit yang multikomplek. Penyebaran penyakit yang bersumber
dari tinja dapat melalui berbagai macam jalan atau cara. Beberapa penyakit yang
ditularkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera, bermacam-macam
cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2007).
3. Manfaat tidak BAB Sembarangan
Ada beberapa manfaat yang diberikan jika tidak BAB sembarangan sebagai
berikut:
a. Menjaga lingkungan menjadi bersih, sehat, nyaman dan tidak berbau dan
lebih indah
b. Tidak mencemari sumber air /badan air yang dapat dijadikan sebagai air baku
air minum atau air untuk kegiatan sehari-hari lainya seperti mandi, cuci, dll
c. Tidak mengundang vector (serangga dan binatang) yang dapat
menyebarluaskan bibit penyakit, sehingga dapat mencegah
penyakit menular.

243
4. Pentingnya Jamban
Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks yang merupakan media sebagai tempat berkembang dan
berinduknya bibit penyakit menular (missal : kuman / bakteri, virus dan cacing).
5. Syarat Membuat Jamban Sehat
a. Tidak mencemari air, jarak lubang kotoran ke sumur air minimal 10 m.
b. Tidak mencemari permukaan tanah
c. Bebas serangga
d. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan
e. Aman digunakan oleh pemakainya
f. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya
g. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan, bangunan
jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan
kepanasan.
6. Jenis Jamban Sehat
a. Jamban leher angsa.
Jamban berbentuk leher angsa yang penampungannya berupa tangki
septik kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan
resapannya. Pilihan leher angsa yang terbuat dari keramik, porselin atau kaca
serat (fiber glass). Tempat air perapat harus terbuat dari kaca serat atau
keramik karena permukaanya licin dan cukup kuat sehingga mudah
dibersihkan. Juga tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Tinggi air
perapat harus paling sedikit 2 cm, agar terhindar dari bau.
b. Jamban cemplung.
Jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi
menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah
dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung
diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
c. Jamban plengsengan.
Jamban plengsengan hamper sama dengan jamban cemplung yaitu jamban
yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan

244
meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran
ke dasar lubang. Namun jamban ini perlu air untuk menggelontor kotoran dan
juga perlu penutup agar tidak berbau.
7. Septic Tank
Septic tank adalah suatu bangunan kedap air yang berfungsi menampung dan
mengelolah air limbah rumah tangga dengan memanfaatkan mikroorganisme
untuk mengurangi zat organic yang terkandung dalam air limbah sehingga air
yang keluar aman bagi lingkungan (Chandra, 2007).
8. Manfaat Septic Tank
Septic Tank merupakan cara yang efektif untuk pembuangan tinja rumah tangga
yang memiliki air yang mencukupi tetapi tidak memiliki hubungan dengan
sistem limbah penyaluran masyarakat. Cara ini memiliki keuntungan dan
kerugian, diantaranya :
a) Keuntungannya adalah memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.
b) Kerugian :
1. Penggunaan desinfektan/air sabun berlebihan dapat membunuh bakteri
dalam septictank.
2. Endapan lumpur yang menumpuk dapat mengurangi kapasitas septictank.

Referensi:
Chandra, B., 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta, EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009, Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta,
Depkes RI.
Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.
Suparman dan Soeparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta, EGC.

245
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
BAHAYA ASAP ROKOK
DI DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

OLEH:
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

246
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAHAYA ASAP ROKOK

Pokok Bahasan : Asap Rokok


Sub Pokok Bahasan : Bahaya Asap Rokok
Sasaran : Warga Desa Kebumen
Hari/tanggal : 21 Mei 2019
Waktu : 90 menit
Tempat : Balai Desa Kebumen

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x40 menit, diharapkan
pengetahuan warga mengenai bahaya asap rokok di lingkungan rumah bagi
kesehatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, warga dapat menyebutkan bahaya dari
asap rokok di lingkungan rumah bagi kesehatan keluarga.

B. Metode
Ceramah dan Diskusi

C. Media dan Alat


Power point dan LCD

D. Pengorganisasian Kelompok:
 RT 01-02 : Reksa Dhia Putra
 RT 03-04 : Puput Tri Wahyuni
 RT 05 : Siskaringsih Utami Putri
 RT 06- 07 : Resha Oktaviani Rahayu

247
E. Rencana Kegiatan
Kegiatan
No Waktu
Penyaji Sasaran
1 Pembukaan 5 menit
a. Salam Pembukaan a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan
2 Inti a. Memperhatikan penjelasan penyuluh 10 menit
Kegiatan inti dengan cermat
a. Memahami pengertian Bahaya asap b. Mengajukan pertanyaan kepada
rokok penyuluh
b. Mengetahui manfaat Bahaya asap c. Memperhatikan jawaban dari penyaji
rokok
c. Mengetahui dampak asap rokok
d. Tanya jawab
3 Penutup 5 menit
a. Menyimpulkan materi yang telah a. Memperhatikan keterangan
disampaikan kesimpulan dari materi yang telah
b. Melakukan evaluasi yang diberikan disampaikan
c. Mengakhiri kegiatan penyuluhan b. Menjawab pertanyaan penyaji
bahaya asap rokok c. Menjawab salam

248
Lampiran 1. Materi
BAHAYA ASAP ROKOK

1. Pengertian Asap Rokok


Banyak penelitian membuktikan bahwa kebiasaan merokok meningkatkan risiko
timbulnya berbagai penyakit. Seperti penyakit jantung dan gangguan pembuluh
darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker oesofagus,
bronchitis, tekanan darah tinggi, impotensi, gangguan kehamilan, dan cacat pada
janin. Penelitian terbaru juga menunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke,
yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang yang bukan perokok karena berada
di sekitar perokok, atau sering disebut juga dengan perokok pasif. Perokok pasif
adalah orang yang tidak merokok (tidak pernah merokok dan tidak pernah melakukan
aktifitas merokok), akan tetapi menjadi korban dari perokok akif karena orang
tersebut turut serta mengisap asap yang dihembuskan oleh para perokok (Aula,
2010).
Asap yang dihasilkan dan dihembuskan oleh perokok mengandung zat kimia yang
lebih tinggi daripada yang dihisap oleh perokok itu sendiri. Risiko yang akan
diterima perokok pasif antara lain dapat mengalami kanker paru dan penyakit
jantung, masalah pernafasan termasuk radang paru dan bronchitis, sakit atau pedih
mata, bersin, batuk-batuk, dan sakit kepala. Disamping itu, perokok pasif juga
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengidap berbagai penyakit, 30%
penyakit jantung dan 25% kanker. Kelompok yang paling peka sebagai perokok pasif
adalah bayi dan anak-anak. Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan
lingkungan disekitarnya. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung
komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon
dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon.
Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium
(Sunggoro, 2006).
Asap yang dihembuskan para perokok dapat dibagi menjadi asap utama (main
stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap
tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan
asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain

249
atau perokok pasif.Telah ditemukan 4000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40
jenis diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), dimana bahan
racun ini lebih banyak didapatkan dari asap samping yang tentunya akan dihirup oleh
perokok pasif. Karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada
asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali lebih banyak, dan amoniak 50
kali lebih banyak terdapat pada asap samping. Bahan-bahan ini dapat bertahan
sampai beberapa jam lamanya dalam ruangan setelah rokok berhenti. Asap rokok
yang baru mati di asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan
50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan (Aula, 2010).
2. Bahan-Bahan dalam Rokok
Komponen gas asap rokok adalah karbon monoksida, amoniak, asam hidrosianat,
nitrogen oksida, dan formaldehid. Partikelnya berupa tar, indol, nikotin, karbazol, dan
kresol. Zat-zat ini beracun dan menimbulkan kanker (karsinogen).
a. Nikotin. Nikotin dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
meningkatkan penyempitan pembuluh darah tepi, menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya. Kadar nikotin 4-5 mg yang dihisap
oleh orang dewasa setiap hari sudah dapat menyebabkan ketagihan.
b. Timah Hitam (Pb). Timah hitam yang dihasilkan oleh sebatang rokok
sebanyak 0.5µg. sebungkus rokok isi 20 batang yang habis dihisap dalam
satu hari akan menghasilkan 10 µg. sementara ambang batas bahaya timah
hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 µg per hari.
c. Gas Karbon Monoksida (CO). Memiliki kecenderungan yang kuat untuk
berikatan dengan hemoglobin dalam sel-sel darah merah. Kadar gas CO
dalam darah bukan perokok kurang dari 1%, sedangkan pada darah perokok
mencapai 4-15%.
d. TAR. TAR adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen
padat asap rokok dan bersifat karsinogen. Pada saat rokok dihisap tar masuk
ke dalam rongga mulut sebagai uap padat (Galle, 2000).
3. Dampak bagi Kesehatan
a. Paru-paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
napasdan jaringan paru-paru. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam

250
gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar tama terjadinya penyakit obstruksi
penyakit paru menahun (PPOM). Partikel asap rokok, seperti benzopiren,
dibenzopiren, dan uretan, dikenal sebagai bahan karsinogen. Juga tar berhubungan
dengan terjadinya risiko kanker.
b. Jantung. Merokok menjadi factor utama penyebab penyakit pembuluh darah
jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga
berakibat buruk bagi pembuluh darah otak dan perifer.
c. Penyakit Jantung Koroner. Merokok terbukti merupakan factor risiko terbesar
untuk mati mendadak. Perlu diketahui bahwa risiko kematian akibat penyakit
jantung koroner berkurang dengan 50% pada tahun pertama sesudah rokok
dihentikan. Akibat penggumpalan (thrombosis) dan pengapuran (aterosklerosis)
dinding pembuluh darah. Merokok dapat merusak pembuluh darak perifer.
d. Penyakit Stroke. Penyumbatan pembuluh darah otak secara mendadak atau stroke
banyak dikaitkan dengan merokok. Risiko stroke dan risiko kematian lebih tinggi
pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok (Saifudin, 2001).
4. Tiga Hal yang Perlu Dilakukan
a. Komunikasi dan informasi tentang bahaya merokok, baik bagi si perokok
langsung maupun perokok pasif.
b. Menyediakan tempat-tempat khusus bagi orang-orang yang merokok agar yang
bukan perokok tidak terkena dampak negatifnya.
c. Jangan mersa segan untuk menegur para perokok, jika Anda merasa terganggu
(Saifudin, 2001).
5. Strategi Berhenti Merokok
Upaya yang dapat dilakukan untuk dapat berhenti merokok antara lain (Efendi,
2004):
a. Berniat dalam diri untuk berhenti merokok
b. Lakukan kegiatan penurunan merokok secara bertahap, misalkan dari 4 kali
sehari secara bertahap diturunkan menjadi 3 kali dalam sehari terlebih dahulu
hingga akhirnya kebiasaan merokok dapat berhenti.
c. Bersihkan dan buang semua rokok yang dimiliki.
d. Tulis catatan seperti “anda sekarang bukan perokok” dan membuat poster
seputar bahaya merokok kemudian ditempelkan di tempat yang terlihat.

251
e. Pusatkan perhatian pada pekerjaan sehari-hari untuk mengalihkan keinginan
merokok.
f. Memberi sugesti positif dalam diri bahwa anda dapat berhenti merokok.
g. Mintalah dukungan dari orang terdekat.
h. Melawan keinginan untuk merokok.
i. Berolahraga.
6. Langkah Berhenti Merokok
Tujuh langkah berhenti merokok:
a. Bersihkan dan buang. Bersihkan dan buang semua rokok yang Anda miliki
b. Buat catatan dan peringatan. Tulis catatan seperti “anda sekarang bukan
perokok”
c. Lakukan terus-menerus. Tetaplah berhenti merokok pada pada hari yang telah
Anda tentukan untuk berbuat demikian.
d. Pusatkan perhatian pada pekerjaan sehari-hari untuk mengalihkan keinginan
merokok.
e. Berpikir positif
f. Mintalah dukungan
g. Melawan keinginan untuk merokok (Galle, 2000).

Referensi:
Aula. (2010). Stop merokok. Yogyakarta: Garailmu.
Efendi, L.F. (2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada pelajar
putra SMK di kota Wonogiri. Skripsi Program studi Ilmu Keperawatan UNDIP.
Galle, Danielle. Charette, Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC.
Jakarta
Saifudin, Abdul Bari,dkk. (2001). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo & JNKKR-POGI. Jakarta.
Sunggoro. (2006). Hubungan paparan iklan dengan perilaku merokok remaja di SMA
Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.

252
Dokumentasi Kegiatan Kesling

1. Asap Rokok dan Septic Tank

2. Penyuluhan Biopori

253
LAPORAN HASIL PRAKTEK PROFESI NERS
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS:
FOKUS PADA MASALAH KESEHATAN SEKOLAH DI SDN KEBUMEN
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

TANGGAL: 29 APRIL S.D 8 JUNI 2019

KELOMPOK 2
RORO ZULKHAIDA (I4B018002)
SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIA RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019

254
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan
proteksi kesehatan populasi yang menggunakan pengetahuan atau ilmu keperawatan,
sosial, dan kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 2013). Fokus
utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan
pengetahun dan keterampilan, membimbing dan mendidik individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat untuk menanamkan pengertian, kebiasaan, dan perilaku
hidup sehat sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya.
Satu di antara pelayanan kesehatan komunitas adalah pada kesehatan
khusus sekolah. Sekolah dianggap sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam
meletakkan dasar perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku
kesehatan. Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis
untuk mempromosikan kesehatan. Populasi anak usia sekolah merupakan elemen
yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi
rakyat Indonesia. Hal ini terlihat dari data sensus penduduk pada tahun 2017 oleh
Badan Pusat Statistik, sebanyak 108,43 juta penduduk tercatat sebagai murid SD/MI.
Hal ini membuat anak sekolah sebagai sasaran promosi PHBS yang efektif. Hal ini
dikarenakan kelompok umur ini mudah menerima inovasi baru dan punya keinginan
kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang diterimanya kepada
orang lain.
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku sehat yang dipraktikkan oleh
peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu meningkatkan kesehatan,
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan mampu
mencegah penyakit. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi
pendidikan. Anak sekolah merupakan generasi penerus bangsa yang perlu dijaga,
ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Jumlah usia sekolah yang cukup besar
yaitu 40% dari jumlah penduduk Indonesia merupakan masa keemasan untuk
menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sehingga anak sekolah

255
berpotensi sebagai agen perubahan untuk mempromosikan PHBS, baik dilingkungan
sekolah, keluarga maupun masyarakat.
Beberapa kegiatan peserta didik dalam menerapkan PHBS di sekolah antara
lain jajan di warung/kantin sekolah karena lebih terjamin kebersihannya; mencuci
tangan dengan air bersih dan sabun; menggunakan jamban di sekolah serta menjaga
kebersihan jamban; mengikuti kegiatan olah raga dan aktifitas fisik sehingga
meningkatkan kebugaran dan kesehatan peserta didik; memberantas jentik nyamuk di
sekolah secara rutin; tidak merokok, memantau pertumbuhan peserta didik melalui
pengukuran BB dan TB; serta membuang sampah pada tempatnya.
Pengkajian dilakukan kepada 36 siswa di SDN Kebumen, yang terdiri dari
perwakilan dari kelas 1-6. Pertanyaan sejumlah 16 butir mengenai PHBS.
Berdasarkan pengkajian yang kelompok lakukan didapatkan hasil bahwa 55,6% siswa
membawa bekal dari rumah, sedangkan sisanya tidak. Diketahui semua siswa
membeli jajan di kantin dan penjual keliling di depan sekolah, baik sudah membawa
bekal maupun tidak. Sebanyak 36,1% membeli gorengan; 33,3% membeli street food
(siomay, cilok, papeda, dsb); 16,7% membeli ciki; dan 13,9% membeli minuman
sachet. Jajanan yang dibeli oleh siswa berisiko terhadap cemaran biologis atau
kimiawi yang banyak mengganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Hasil lain diketahui bahwa 78% siswa melakukan cuci tangan sesuai momen
cuci tangan, dan sisanya tidak mencuci tangan. Namun, cuci tangan dilakukan
menggunakan air mengalir saja tanpa sabun karena tidak tersedia sabun cuci tangan.
Siswa SD Negeri Kebumen sudah pernah diberikan pendidikan kesehatan mengenai
cara mencuci tangan dengan sabun yang benar tetapi mereka belum bisa menerapkan
cuci tangan dengan tepat. Oleh karena itu, diperlukan upaya pendidikan kesehatan
untuk meningkatkan pengetahuan siswa pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya mengenai pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir serta jajanan yang sehat.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan dendidikan kesehatan tentang cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir dan jajanan sehat, peserta mampu

256
mempraktikkan cuci tangan memakai sabun dan air mengalir di setiap momen
serta dapat memilih jajanan yang sehat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir dan jajanan sehat peserta mampu:
a. Mengetahui pengertian cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
b. Mengetahui manfaat cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
c. Mengetahui cara cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir.
d. Mengetahui dampak tidak mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir.
e. Mengetahui momen cuci tangan di kehidupan sehari-hari.
f. Mendemonstrasikan cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dengan
baik dan benar.
g. Mengetahui jajanan sehat di sekitar sekolah.

257
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Arti Penting Promosi Kesehatan Sekolah


Menurut WHO (2003) dalam Makhfudli dan Ferry (2009), kesehatan dibentuk
oleh kehidupan sehari-hari (health is created within the setting of everyday life).
Dalam kehidupan sehari-hari manusia, menghabiskan waktunya ditempat atau
tatanan (setting), yakni di dalam rumah (keluarga), di sekolah (bagi anak sekolah),
dan di tempat kerja (bagi orang dewasa). Oleh sebab itu, kesehatan seseorang juga
ditentukan oleh tatanan-tatanan tersebut.
Upaya kesehatan sekolah (health promoting school) adalah suatu tatanan
dimana program pendidikan dan kesehatan dikombinasikan untuk menumbuhkan
perilaku kesehatan sebagai faktor utama untuk kehidupan sekolah yang berwawasan
kesehatan, dimana sekolah bukan hanya sebagai tempat kegiatan belajar, tetapi juga
sebagai sarana untuk pembentukan perilaku hidup sehat.
Menurut Nasution (2010), promosi kesehatan di sekolah merupakan langkah
yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling
efektif diantara upaya kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam
pengembangan perilaku hidup sehat, karena:
1. Anak usia sekolah (6 tahun-18 tahun) mempunyai persentasi yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
2. Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, sehingga mudah
dijangkau dalam rangka pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.
3. Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menerima
perubahan atau pembaruan, Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap
stimulasi sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-
kebiasaan hidup sehat (Amat, 2008).
B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
PHBS adalah Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan

258
dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Efendi dan
Makhfudli, 2009). PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan,
sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan
gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat
(Ryadi, 2016).
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS,
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah lembaga
dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan
dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. PHBS di institusi pendidikan adalah
upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat di tatanan institusi pendidikan (Swarjana, 2016).
1. Indikator PHBS
Institusi pendidikan/sekolah meliputi (Depkes, 2008):
a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun
Siswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir
sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air
mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti
diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu
burung, dan lain sebagainya. WHO (2009) menyarankan cuci tangan dengan
air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak
yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum
makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain,
setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet.
Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan
sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi
sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan
informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.

259
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
Di Sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang
bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat
mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan
yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di
kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan
berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan
terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari
sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak
mencemari tanah di sekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.
d. Olah raga yang teratur dan terukur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait
dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Kegiatan olah raga di
sekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar
tidak mudah sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu
dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan
segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat memberikan
manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan jantung dan paru,
memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan
berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit
jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah.
e. Memberantas jentik nyamuk
Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah.
Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan
3 M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air
(bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain)
minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik
nyamuk ini kemudian di sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

260
f. Tidak merokok di sekolah
Siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya
kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di
sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun
masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan
merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat
tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat
membahayakan kesehatan anak sekolah.
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini
dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia
sekolah.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga agar lingkungan selalu terjaga
dari sampah adalah sebagai berikut: 1) Guru memberi contoh pada siswa-
siswi membuang sampah selalu pada tempatnya, 2) Guru wajib menegur dan
menasehati siswa yang mebuang sampah di sembarang tempat, 3) Mencatat
siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat pada buku/kartu
pelanggaran, dan 4) Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian
denda terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.
2. Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI (2008) dikembangkan dalam lima tatanan
yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum,
institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di
institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi
dalam:
a. Sasaran primer
Sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau
murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi
pendidikan yang bermasalah).

261
b. Sasaran sekunder
Sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang
bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan
sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.
c. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas,
guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
3. Manfaat PHBS
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup
sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku
perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat
meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental,
spiritual maupun sosial. Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan
hidup sehat;
b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;
c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;
d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.
Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang
bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses
belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah
sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga mampu minat orang
tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta
menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).
4. Fasilitas Penunjang PHBS
Fasilitas Penunjang PHBS Fasilitas penunjang PHBS di sekolah antara
lain (Depkes, 2012):
a. Ketersediaan air bersih yang bebas dari jentik nyamuk

262
Air bersih yang tersedia di sekolah dapat digunakan oleh siswa dan guru
untuk berbagai keperluan. Siswa dan guru dapat menggunakan air bersih
untuk mencuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir
sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air
mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti
diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ISPA, flu
burung, dan lain sebagainya. Kegiatan pemeriksaan tandon air bersih
dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan
nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk di
lingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, menutup, dan
mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan,
ban bekas, tempat air minum, dan lainlain) minimal seminggu sekali. Hasil
yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian
disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.
b. Fasilitas penunjang PHBS disekolah yang lain adalah tersedianya kantin
sekolah dengan jajanan yang sehat, ketersediaan jamban yang bersih, tempat
dan program olahraga yang teratur dan terukur, dan juga adanya tempat
sampah. Dimana fasilitas tersebut dapat menunjang siswa dan siswi dalam
berperilaku hidup bersih dan sehat dilingkungan sekolah.
C. Peran Perawat Kesehatan Sekolah
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, perawat mempunyai
peran untuk mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, serta perumusan dan prioritas masalah;
menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina Usaha Kesehatan di
Sekolah (TPUKS); melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan
yang disusun; menilai dan memantau hasil kegiatan UKS; serta mencatat dan
melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan (Swarjana, 2016).
Perawat kesehatan yang bertugas di Puskesmas menjadi salah seorang
anggota TPUKS atau dapat juga ditunjuk sebagai seorang koordinator UKS di
tingkat Puskesmas. Bila perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinator maka
pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut
terlibat dalam tim pengelola UKS. Sebagai penyuluhan dalam bidang kesehatan,

263
peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat
dilakukan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan
klasikal) atau tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta
didik secara perseorangan (Efendi dan Makhfudli, 2009).

264
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN
1. Data inti (Core)
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
SD Negeri Kebumen berada di desa Kebumen, Kecamatan Baturraden
tepatnya di daerah RW 4. SD ini berdiri kurang lebih tahun 198. Menurut
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M) pada tahun
2015, SD Negeri Kebumen memiliki akreditasi A.
SD Negeri Kebumen memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang guru dan kepala sekolah, 1 ruang koperasi, 4 toilet, 1 UKS, 1 musola,
2 kantin dan 1 gudang. Jumlah guru kelas 8 orang, guru olah raga 1 orang,
guru agama 1, dan penjaga sekolah 1 orang, sedangkan jumlah siswa
sebanyak 121 siswa.
Pihak sekolah berharap agar sekolah dapat lebih maju, meningkatnya
angka kelulusan, peningkatan sarana dan prasarana, lingkungan sekolah
senantiasa bersih dan indah, dan peserta didik dapat sukses nantinya.
b. Data demografi
1) Jumlah siswa
a) Kelas 1 : 20 siswa (laki-laki: 10, perempuan: 10)
b) Kelas 2 : 21 siswa (laki-laki: 11, perempuan: 10)
c) Kelas 3 : 26 siswa (laki-laki: 17, perempuan: 9)
d) Kelas 4 : 19 siswa (laki-laki: 7, perempuan: 12)
e) Kelas 5 : 21 siswa (laki-laki: 12, perempuan: 9)
f) Kelas 6 : 12 siswa (laki-laki: 5, perempuan: 7)
2) Jumlah Guru
Jumlah staf pengajar di SD Negeri Kebumen terdiri dari 8 guru
PNS dan 2 guru bakti. Semua guru di SD Negeri Kebumen
berpendidikan S1 dan penjaga sekolah berpendidikan SMP.

265
3) Denah Lokasi

Keterangan:
A = Gudang
B = Rumah Penjaga
C = UKS, Koperasi dan Mushola, Kantor
D = Kelas (6 dan 5)
E = Kelas (4,3, 2, dan 1)

2. Data Subsistem
1) Lingkungan Fisik
SD Negeri Kebumen didirikan pada tahun 1985 di RW 01 Desa
Kebumen, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas dengan konstruksi
bangunan permanen. SD Negeri Kebumen memiliki halaman yang cukup
luas, bersih dan nyaman. Batas-batas wilayah sekolah yaitu sebelah utara:
parit; sebelah selatan: sawah; sebelah barat: puskesmas; dan sebelah timur:
SMPN 1 Baturraden.
Udara di sekitar lingkungan sekolah terasa segar karena banyak
pepohonan, tanaman, dekat dengan sawah, dan letak sekolah tidak dekat
dengan jalan raya utama. SD Negeri Kebumen memiliki sirkulasi udara yang
baik, di mana setiap ruangan memiliki ventilasi udara yang sering dibuka.
Lingkungan sekolah terlihat cukup bersih dan rapi.
Komponen Winshield Survey:
1) Lingkungan atau daerah
SD Negeri Kebumen terletak di RW 1 dan memiliki lingkungan yang
cukup nyaman.

266
2) Kondisi lingkungan sekolah
Bangunan sekolah permanen, dan kondisi lingkungan sekolah cukup
nyaman, rapi, dan bersih.
3) Situasi sekitar sekolah
Situasi sekitar sekolah cukup baik dan kondusif, karena di sekitar sekolah
tersebut tidak terdapat sumber suara ataupun sesuatu yang mengganggu
proses belajar mengajar dan jarak sekolah ke jalan raya sekitar 500 meter,
kondisi jalan cukup sepi karena jarang dilalui kendaraan pribadi.
4) Kebiasaan
Saat jam istirahat atau pulang sekolah, siswa terlihat membeli jajan di
sekitar sekolah serta kantin dan tidak banyak siswa yang membawa bekal
ke sekolah. Sampah setelah jajan dibuang di tempat sampah yang terletak
di depan kelas. Setelah itu siswa mencuci tangan dengan air mengalir
menggunakan westafel yang tersedia.
5) Transportasi
Siswa berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki dan di antar-
jemput oleh keluarga.
6) Pusat Pelayanan
Petugas kesehatan setempat rutin memberikan imunisasi setiap ada
program dari puskesmas.
7) Suku
Seluruh siswa merupakan keturunan suku Jawa.
8) Tepat ibadah
Tidak tersedia masjid atau musola di sekolah.
9) Kesehatan
Terdapat 1 UKS dengan 2 tempat tidur, kondisi rapi. UKS hanya
digunakan jika terdapat siswa yang sakit saat di sekolah. Guru yang
bertanggung jawab adalah guru olahraga. Beberapa program yang
bekerjasama dengan Puskesmas yaitu imunisasi rutin, pemantauan kantin
sekolah, dan pemeriksaan gigi setiap 3 bulan. Rata-rata siswa yang tidak
masuk sekolah dikarenakan perut kembung dan panas dalam.
Pemeriksaan kuku, BB, dan TB dilakukan setiap semester oleh guru.

267
Sekolah menyelenggarakan senam bersama setiap hari Rabu dan Jumat,
dan kerja bakti setiap Jumat. Tersedia westafel di depan ruang kelas yang
dialiri air dari PDAM.
10) Fasilitas
SD Negeri Kebumen memiliki 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1
ruang guru dan kepala sekolah, 1 ruang koperasi, 4 toilet, 1 UKS, 1
musola, 2 kantin dan 1 gudang. Terdapat 4 tempat sampah, 6 westafel,
dan 6 rak sepatu di depan ruang kelas.
b) Pendidikan
SD Negeri Kebumen menggunakan kurikulum 2013 (K13). Di sini terdapat satu
ekstrakurikuler yaitu pramuka. Kegiatan ekstrakurikuler lain biasanya dilakukan
menjelang perlombaan. Setiap bulan ramadhan diadakan pesantren kilat untuk
siswa selama 2 minggu.
c) Keamanan dan Transportasi
Di SD Negeri Kebumen memiliki penjaga sekolah, tetapi saat jam berangkat
sekolah, istrirahat ataupun pulang sekolah, tidak ada yang mengatur lalu lintas.
Ini dikarenakan lingkungan sekitar sekolah tidak terlalu ramai., sehingga tidak
perlu adanya pengaturan lalu lintas. Transportasi untuk keperluan sekolah
menggunakan kendaraan pribadi guru atau menyewa mobil box.
d) Politik dan Pemerintahan
Pertemuan komite sekolah dilakukan 3 kali setiap tahun. Visi SD Negeri
Kebumen yaitu unggul dalam mutu, santun dalam berperilaku berdasarkan iman
dan taqwa. Misi SD Negeri Kebumen yaitu 1) Membimbing siswa agar
memiliki motivasi belajar yang kuat; 2) Menciptakan peserta didik yang
beriman, bertaqwa kepada Allah SWT, dan cerdas; 3) Mengembangkan sifat
sopan dan santun; 4) Mnejalin kerjasama yang baik antara sekolah dan
masyarakat; 5) Menghasilkan lulusan yang siap melanjutkan ke jenjeng yang
lebih tinggi; 6) Memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dibidang
Pendidikan dasar.

268
Struktur Organisasi
SD Negeri Kebumen

KEPALA SEKOLAH

NUR QOMARIYAH, S.Pd.I


KOMITE PETUGAS TU DAN PENJAGA
SLAMET SUKISNO
TU :-
PENJAGA : BUDI SANTOSA
UNIT PERPUSTAKAAN

PETUGAS: MUKHAYATI, S.Pd

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL GURU

GURU KELAS I GURU KELAS II GURU KELAS III GURU KELAS IV GURU KELAS V GURU KELAS VI

MUSLIHAH, S.Pd SUSTIYAH RAHAYU, LATIFAH PRIHANDINI, S.Pd ENI WIDIASTUTI, S.Pd
S.Pd SUMIJEM, S.Pd SUPRIYANTO, S.Pd

GURU KELAS AGAMA GURU KELAS OR

SAMSU, S.Pd ABDUL LATIF, S.Pd

269
e) Pelayanan Umum dan Kesehatan
a. Fasilitas di dalam sekolah
Di SD Negeri Kebumen terdapat UKS dan terdapat washtafel untuk mencuci
tangan siswa di depan kelas. Setiap hari Jumat diadakan kegiatan kerja bakti
dari jam 08.00 – 09.00 WIB.
b. Fasilitas di luar sekolah
Fasilitas yang ada di luar sekolah seperti Puskesmas yang berada disebelah
barat sekolah.
f) Sistem Komunikasi
Mayoritas siswa dan guru di SD Negeri Kebumen menggunakan bahasa
Jawa dan Bahasa Indonesia. Tetapi saat proses belajar mengajar menggunakan
bahasa Indonesia. Untuk siswa tidak diperbolehkan membawa handphone ke
sekolah dan jika terdapat informasi disampaikan pada acara upacara bendera hari
Senin. Tersedia pengeras suara sejumlah 3 buah, 1 mading yang tidak dipakai, dan
1 papan pengumuman.
g) Ekonomi
Mayoritas siswa di SD Negeri Kebumen berasal dari kalangan menengah ke bawah.
Tidak ada iuran apapun, seluruhnya di danai dana BOS. Sehingga tidak
memberatkan kepada orang tua siswa karena mayoritas pekerjaan orang tua yaitu
buruh tani. Di sekolah sudah ada program tabungan siswa dan sudah ada koperasi
sekolah.
h) Rekreasi
Setiap 1 tahun sekali sekolah ini mengadakan rekreasi sekaligus kegiatan
belajar di luar sekolah bagi kelas 4, 5 dan 6 ke Yogjakarta.
3. Data PHBS
a) Distribusi Kebiasaan Membuang Sampah
Tabel 3.1 Membuang Sampah

No Membuang Sampah Jumlah Persentase (%)

270
1 Siswa membuang sampah pada tempatnya 24 66,7
2 Siswa membuang sampah sembarangan 12 33,3

Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.1 diketahui bahwa siswa yang membuang sampah
pada tempatnya dua kali lipat lebih banyak (66,7%) dari siswa yang membuang
sampah sembarangan.
b) Distribusi Kegiatan Mencuci tangan
Tabel 3.2 Kegiatan Mencuci Tangan

No Kegiatan Mencuci Tangan Jumlah Persentase (%)


1 Siswa mencuci tangan dengan sabun 28 77,8
2 Siswa tidak mencuci tangan dengan sabun 8 22,2
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.2 diketahui bahwa sebagian besar siswa (77,8%)
mencuci tangan dengan sabun.
c) Distribusi Mencuci Tangan Sebelum Makan
Tabel 3.3 Kegiatan Mencuci Tangan Sebelum makan
No Kegiatan Mencuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Siswa mencuci tangan sebelum makan 24 66,7
2 Siswa tidak mencuci tangan sebelum makan 12 33,3
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa sebagian besar siswa (66,7%)
mencuci tangannya sebelum makan.
d) Distribusi Mencuci Tangan Setelah Makan
Tabel 3.4 Mencuci Tangan Setelah Makan
No Kegiatan Mencuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Siswa mencuci tangan setelah makan 24 66,7
2 Siswa tidak mencuci tangan setelah makan 12 33,3
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.4 diketahui bahwa sebagian besar siswa (66,7%)
mencuci tangannya setelah makan.
e) Distribusi Mencuci Tangan Setelah BAB/BAK
Tabel 3.5 Mencuci Tangan Setelah BAB/BAK
No Kegiatan Mencuci Tangan Jumlah Persentase (%)

1 Siswa mencuci tangan setelah BAB/BAK 22 61,1


2 Siswa tidak mencuci tangan setelah BAB/BAK 14 38,9
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.5 diketahui bahwa sebagian besar siswa (61,1%)
mencuci tangannya setelah BAB/BAK.

271
f) Distribusi Mencuci Tangan Setelah Bermain
Tabel 3.6 Mencuci Tangan Setelah Bermain
No Kegiatan Mencuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Siswa mencuci tangan setelah bermain 28 77,8
2 Siswa tidak mencuci tangan setelah bermain 8 22,2
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.6 diketahui bahwa sebagian besar siswa (77,8%)
mencuci tangannya setelah bermain.
g) Distribusi Mencuci Tangan Setelah Berolahraga
Tabel 3.7 Mencuci Tangan Setelah Berolahraga
No Kegiatan Mencuci Tangan Jumlah Persentase (%)
1 Siswa mencuci tangan setelah berolahraga 21 58,3
2 Siswa tidak mencuci tangan setelah 15 41,7
berolahraga
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.7 diketahui bahwa sebagian besar siswa (58,3 %)
mencuci tangannya setelah berolahraga.
h) Distribusi Menggosok Gigi
Tabel 3.8 Menggosok Gigi
No Menggosok Gigi Jumlah Persentase (%)
1 Siswa menggosok gigi 36 100
2 Siswa tidak menggosok gigi 0 0
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.8 diketahui bahwa seluruh siswa menggosok gigi
(100%).
i) Frekuensi Menggosok Gigi
Tabel 3.9 Menggosok Gigi
No Frekuensi Menggosok Gigi Jumlah Persentase (%)
1 Dua kali 20 55,6
2 Tiga kali 12 33,3
3 Lebih dari tiga kali 4 11,1
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.9 diketahui bahwa sebagian besar siswa (55,6%)
menggosok gigi sebanyak dua kali dalam satu hari.
j) Distribusi Mengkonsumsi Sayur
Tabel 3.10 Konsumsi Sayur
No Mengkonsumsi Sayur Jumlah Persentase (%)
1 Siswa mengkonsumsi sayur 35 97, 2
2 Siswa tidak mengkonsumsi sayur 1 2, 8
Total 36 100

272
Berdasarkan Tabel 3.10 diketahui bahwa hampir seluruh siswa (97,2 %)
mengkonsumsi sayur.
k) Distribusi Mengkonsumsi Buah
Tabel 3.11 Konsumsi Buah
No Mengkonsumsi buah Jumlah Persentase (%)
1 Siswa mengkonsumsi buah 36 100
2 Siswa tidak mengkonsumsi buah 0 0
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.11 diketahui bahwa seluruh siswa (100 %)
mengkonsumsi buah setiap harinya.
l) Distribusi Jajanan yang Dikonsumsi
Tabel 3.12 Jajanan yang Dikonsumsi
No Jajanan yang dikonsumsi Jumlah Persentase (%)
1 Gorengan 13 36,1
2 Ciki 6 16,7
4 Streetfood (cilok, siomay, papeda, batagor, 12 33,3
mie) 5 13,9
5 Minuman sachet
Total 36 100
Berdasarkan Tabel 3.12 diketahui bahwa sebagian besar siswa (36,1
%) mengkonsumsi gorengan setiap harinya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
Tipologi
No Data Masalah
Masalah
1. Data Subjektif: Domain 1:
- Pihak sekolah mengatakan siswa SD Negeri Promosi kesehatan
Baturraden sudah pernah mendapatkan
penyuluhan mengenai PHBS tetapi sebagian Aktual Kelas 2:
besar siswa tidak menerapkan cuci tangan Manajemen kesehatan
dengan tepat.
Data Objektif: Diagnosa
- Terdapat westafel untuk mencuci tangan, Keperawatan:
namun tidak tersedia sabun dan lap. Ketidakefektifan
- 22,2% siswa tidak mencuci tangan pemeliharaan
menggunakan sabun dan air mengalir. kesehatan (00099)
- 33,3% siswa tidak mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan.
- 38,9% siswa tidak mencuci tangan setelah
BAB/BAK.
- 22,2% siswa tidak mencuci tangan setelah
bermain.
- 41,7% siswa tidak mencuci tangan setelah
berolahraga.

273
- 55,6% siswa membawa bekal dari rumah,
sedangkan sisanya tidak.
- Semua siswa membeli jajan di kantin dan
penjual keliling di depan sekolah, baik sudah
membawa bekal maupun tidak. Sebanyak
36,1% membeli gorengan; 33,3% membeli
street food (siomay, cilok, papeda, dsb); 16,7%
membeli ciki; dan 13,9% membeli minuman
sachet.

2. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099).

274
C. Rencana Intervensi
Diagnosa
No Waktu Tujuan NOC NIC
Keperawatan
1 Sabtu, 11 Mei Ketidakefektifan Berkurangnya Prevensi Primer Prevensi Primer
2019 pukul pemeliharaan perilaku siswa SDN Pengetahuan: Gaya Hidup Sehat (1855) Health Education (5510)
11.00 WIB kesehatan Kebumen yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada 1. Identifikasi pengetahuan siswa
cenderung beresiko siswa diharapkan siswa dapat memodifikasi tentang gaya hidup sehat
terhadap kesehatan. perilaku kesehatan yang berisiko terhadap (jajanan sehat).
kesehatan dengan kriteria hasil sebagai berikut: 2. Identifikasi faktor internal dan
Indikator Awal Akhir eksternal yang meningkatkan
Strategi mencegah 2 4 atau menurunkan motivasi siswa
penyakit dalam perilaku kesehatan
Faktor personal yang 2 4 (mencuci tangan dan jajan
mempengaruhi perilaku sehat).
kesehatan 3. Tekankan manfaat kesehatan
Keterangan: positif yang dapat diperoleh oleh
1: Tidak ada pengetahuan siswa secara langsung atau
2: Pengetahuan terbatas dalam jangka waktu yang
3: Pengetahuan sedang singkat.
4: Pengetahuan banyak 4. Gunakan strategi demonstrasi
5: Pengetahuan sangat banyak dan percontohan terkait dengan
perilaku kesehatan yang baik dan
benar kepada siswa (dengan
mencuci tangan menggunakan
air mengalir dan sabun).
Prevensi sekunder Prevensi sekunder
Health promoting behavior (1602) Setelah Risk Protection (8880)
dilakukan tindakan keperawatan pada siswa 1. Menilai kebiasaan siswa untuk
diharapkan siswa dapat memodifikasi perilaku mengetahui potensi dan risiko
kesehatan yang berisiko terhadap keselamatan aktual berhubungan dengan
kerja dengan kriteria hasil sebagai berikut: kesehatan (cuci tangan dan
Indikator Awal Akhir jajanan sehat).
Melakukan perilaku 2 4 2. Analisis tingkat risiko terkait
kesehatan untuk kebiasaan mencuci tangan dan
pencegahan risiko makan jajan sehat yang
dilakukan oleh siswa.

275
Melakukan latihan cuci 2 4 3. Beri informasi pada siswa yang
tangan dengan berisiko tentang bahaya dari
menggunakan sabun kebiasaan yang dilakukan oleh
Keterangan: siswa melalui Pendidikan
1: Tidak pernah menunjukkan. kesehatan tentang cuci tangan
2: Jarang menunjukkan. menggunakan air mengalir dan
3: Kadang-kadang menunjukkan. sabun serta jajanan sehat.
4: Sering menunjukkan. 4. Pertahankan perilaku kesehatan
5: Secara konsisten menunjukkan terkait dengan standar kesehatan
melalui mempertahankan
mencuci tangan sesuai momen
dan memilih jajanan sehat.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
WAKTU SASARAN SUMBER STRATEGI TEMPAT EVALUASI
Rabu, 15 Mei Siswa kelas 1 Mahasiswa Penyuluhan Ruang Musola Evaluasi struktur:
2019 pukul dan kelas 2 kelompok 2 stase kesehatan SD Negeri a. Media dan alat yang digunakan telah disiapkan satu hari
09.00 WIB sejumlah 33 komunitas Kebumen sebelum penyuluhan dilakukan.
siswa b. Panitia merencanakan dan menyediakan lap/tisu untuk
Moderator: Afif mengeringkan tangan.
Penyaji: Reksa dan
Resha Evaluasi Proses:
Observer: Amalia a. Kegiatan berjalan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah
Fasilitator: Puput, ditentukan.
Roro, Aliya, Nur b. Semua peserta dan panitia datang tepat sesuai dengan waktu
Rizky, Selly, yang telah ditentukan.
Sukmawati. c. Durasi penyuluhan kesehatan melebihi waktu yang telah
ditentukan. Rencana kegiatan 30 menit, namun penyuluhan
berlangsung selama 60 menit.
d. Panitia tidak mengantisipasi jumlah kran air mengalir,
sehingga peserta harus bergantian. Hal tersebut memakan
waktu cukup lama. Beberapa peserta yang mengantri
nampak tidak sabar.

276
Evaluasi Hasil:
a. Siswa mampu menjelaskan pengertian dan tujuan cuci
tangan.
b. Siswa mampu mendemonstrasikan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir.

277
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis SWOT
No Masalah Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman

1. Ketidakefektifan 1. Adanya 1. Tidak semua 1. Tersedia 1. Tidak tersedianya


pemeliharaan dukungan dari siswa westafel di sabun cuci tangan
kesehatan pihak sekolah mempunyai depan kelas. di setiap westafel.
untuk latar belakang 2. Adanya 2. Jajanan di
meningkatkan pengetahuan madding untuk kantin sekolah
kesehatan untuk yang sama menempel-kan dan sekitar
siswa. sehingga poster tentang sekolah belum
2. Penggunaan pemahaman jajanan sehat. seusai dengan
leaflet untuk setiap individu 3. Adanya faktor jajanan sehat yang
memudahkan berbeda. pendukung baik untuk anak
siswa warga 2. Tidak dari pihak sekolah.
mengingat semua siswa puskesmas
informasi yang di SDN dalam
diberikan. Kebumen pelaksanaan
3. Adanya mendapatkan penyuluhan
keinginan informasi tentang jajanan
siswa untuk oleh sehat di
hadir di mahasiswa sekolah.
kegiatan yang karena
4. Siswa
telah keterbatasan antusias
direncanakan. waktu. mengikuti
penyuluhan.

278
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pengkajian komunitas sekolah maka diagnosa keperawatan
yang ditemukan di SD Negeri Kebumen adalah ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan.
2. Setelah dilakukan implementasi keperawatan berupa penyuluhan kesehatan
mengenai cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir serta jajanan sehat,
siswa dapat mempraktikkan cara mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir sesuai dengan momen cuci tangan dan mengetahui mengenai jajanan
sehat.

B. Saran
1. Penyediaan sarana dan prasarana yang memadai seperti sabun dan lap di dekat
westafel untuk meningkatkan perilaku cuci tangan.
2. Hendaknya guru senantiasa menjadi support group bagi seluruh siswa dalam
membiasakan diri untuk cuci tangan di setiap momen dan jajan sehat.

279
DAFTAR PUSTAKA

Adiwiryono, 2010, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Anak Usia Dini Dalam
Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
American Public Health Association, 2013, The definition and practice of public health
nursing: A statement of the public health nursing section, Washington: American
Public Health Association.
Badan Pusat Statistik, 2017, Data sensus,
https://www.bps.go.id/statictable/2010/03/19/1525/indikator-pendidikan-1994-
2017.html, di akses pada 12 Mei 2019 pukul 07.30 WIB.
Efendi, F., & Makhfudli, 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Ryadi, A. L. S, 2016, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Swarjana, I. K, 2016, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Yogyakarta: Penerbit ANDI.
WHO, 2009, Indikator perbaikan kesehatan lingkungan anak, Jakarta: EGC.

280
RENCANA KEGIATAN (PRE-PLANNING)
PENYULUHAN CUCI TANGAN DI SDN KEBUMEN DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK 2
RORO ZULKHAIDA (I4B018002)
SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIA RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2019

281
A. Latar Belakang
PHBS di sekolah adalah sekumpulan perilaku sehat yang dipraktikkan
oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran
sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu meningkatkan
kesehatan, berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat dan
mampu mencegah penyakit. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan
institusi pendidikan. Sebagian besar siswa di SD Negeri Kebumen sudah
mengetahui tentang cara mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun,
namun tidak mempraktikkannya dengan benar. Diketahui bahwa semua siswa
baik yang membawa bekal maupun tidak membeli jajan di kantin dan sekitar
sekolah yang kurang sehat. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan pendidikan
kesehatan tentang mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir serta
jajanan sehat untuk meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya cuci tangan
sesuai momen dan pentingnya mengetahui macam-macam jajanan sehat.
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan Kesehatan Sekolah
a. Perilaku kesehatan cenderung beresiko (00188).
2. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, siswa mampu
mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar dengan sabun dan air
mengalir sesuai momen dan mengetahui tentang jajanan sehat.
3. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, siswa dapat:
a. Menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan pakai sabun dengan
benar.
b. Menyebutkan tujuan mencuci tangan dengan benar.
c. Menjelaskan waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan benar.
d. Mempraktikan tentang bagaimana langkah-langkah mencuci tangan pakai
sabun dengan benar.
e. Mengetahui mengenai jajanan sehat.

282
C. Rancangan Kegiatan
a. Topik : Cara mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir sesuai momen dan jajanan sehat.
b. Metode : Ceramah dan demonstrasi.
c. Media : Leaflet.
d. Waktu : Rabu, 15 Mei 2019 pukul 09.00 s/d selesai.
e. Tempat : SD Negeri Kebumen
f. Pengorganisasian kelompok:
Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
Penyaji : Resha Oktavia R
Reksa Dhia Putra
Observer : Amalia Rizki Radika
Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami
Nur Rizky Amalia S
Aliyatul Aeni
Selly Eka Pebrianti
Puput Tri Wahyuni
g. Setting tempat

Keterangan:
Moderator
Penyuluh
Observer
Fasilitator
Peserta

283
h. Susunan Acara
No Waktu Moderator Penyaji Observer Fasilitator Peserta
1 09.00 a. Memberi salam. a. Mempersiapkan diri dan a. Melakukan a. Membantu a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri. materi yang akan di observasi persiapan. mengkondisikan b. Memperhatikan
c. Menjelaskan pokok sampaikan. peserta. penyuluh
bahasan. c. Menjawab pertanyaan
d. Menjelaskan tujuan.
e. Melakukan pre-evaluasi
mengenai cuci tangan.
f. Memberi pertanyaan
apersepsi.
2 09.05 a. Mempersilahkan penyaji a. Mempersiapkan diri dan a. Melakukan a. Mendampingi peserta a. Memperhatikan
satu untuk materi yang akan di observasi kegiatan. selama kegiatan. moderator.
menyampaikan materi. sampaikan. b. Mengarahkan
fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
09.06 b. Stand-by Penyaji satu c. Melakukan b. Mendampingi peserta b. Memperhatikan materi
b. Memberikan penjelasan observasi kegiatan. selama kegiatan. dari penyaji.
mengenai pengertian,
manfaat, dan tujuan cuci
tangan menggunakan
sabun dan air mengalir.
09.15 c. Mempersilahkan penyaji d. Mempersiapkan diri dan e. Melakukan observasi c. Mendampingi peserta c. Memperhatikan
dua untuk memandu materi yang akan kegiatan. selama kegiatan. moderator.
praktik. disampaikan. d. Mengarahkan peserta
apabila kurang aktif.
09.16 d. Stand-by Penyaji dua f. Melakukan e. Membantu d. Memperhatikan
c. Mendemonstrasikan observasi kegiatan. menyiapkan sabun dan penyaji.
mengenai cara mencuci g. Mengarahkan air mengalir saat akan e. Berpartisipasi aktif
tangan yang baik dengan fasilitator apabila melakukan dalam demonstrasi cuci
sabun dan air mengalir. terdapat peserta demonstrasi. tangan.
kurang aktif.
09.25 e. Memberi kesempatan d. Stand-by g. Melakukan f. Mendampingi peserta f. Mengajukan pertanyaan
peserta untuk bertanya. observasi kegiatan. selama kegiatan. yang belum dipahami.

284
f. Menjawab pertanyaan h. Mengarahkan
peserta. fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
09.30 i. Memimpin pembagian e. Stand-by j. Melakukan g. Membantu moderator g. Berpartisipasi aktif dan
kelompok untuk mulai observasi kegiatan. dalam pembagian mengikuti instruksi
perlombaan cuci tangan. k. Mengarahkan kelompok perlombaan. moderator.
fasilitator apabila h. Berkumpul sesuai
terdapat peserta kelompok yang telah
kurang aktif. ditentukan.
09.35 l. Memimpin perlombaan f. Stand-by m. Melakukan h. Mendampingi peserta i. Aktif mengikuti
cuci tangan antar observasi kegiatan. selama kegiatan. perlombaan mencuci
kelompok. n. Mengarahkan tangan antar kelompok.
fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
09.45 o. Memberikan reward bagi g. Menyiapkan materi ice p. Melakukan i. Mendampingi peserta j. Mengikuti kegiatan.
peserta yang menang. breaking. observasi kegiatan. selama kegiatan.
q. Mengarahkan
fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
09.46 r. Mempersilahkan penyaji h. Memimpin ice breaking. s. Melakukan j. Mendampingi peserta k. Mengikuti kegiatan ice
untuk melakukan ice observasi kegiatan. selama kegiatan. breaking.
breaking. t. Mengarahkan
fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
3 09.55 a. Menyimpulkan materi a. Mengikuti jalannya a. Melakukan observasi a. Mendampingi peserta b. Menjawab salam.
pelatihan bersama penyuluhan. penutupan. selama kegiatan. c. Memperhatikan
peserta. penyuluh.
b. Memberikan post d. Menjawab pertanyaan.
evaluasi secara lisan.
c. Memberikan salam
penutup

285
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur:
e. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta.
f. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan dan media sesuai dengan
yang dibutuhkan.
2. Evaluasi proses:
g. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
h. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat saat kegiatan berlangsung.
i. Peserta berperan aktif selama jalannya diskusi dan mengajukan
pertanyaan.
3. Evaluasi hasil:
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan peserta mampu mempraktikkan
cuci tangan dengan baik dan benar.

286
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CUCI TANGAN
DI SDN KEBUMEN DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK 2
RORO ZULKHAIDA (I4B018002)
SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIA RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

287
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


B. Sub Pokok Bahasan : Cara mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, siswa mampu
mempraktikkan cara mencuci tangan yang benar dengan sabun dan air
mengalir sesuai momen.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, siswa dapat:
a. Menjelaskan tentang pengertian mencuci tangan pakai sabun dengan
benar.
b. Menyebutkan tujuan mencuci tangan dengan benar.
c. Menjelaskan waktu yang tepat untuk mencuci tangan dengan benar.
d. Mempraktikan tentang bagaimana langkah-langkah mencuci tangan pakai
sabun dengan benar.
D. Sasaran : Siswa SD Negeri Kebumen
E. Hari/tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
F. Waktu : 30 menit
G. Tempat : SD N Kebumen
H. Metode : Ceramah dan demonstrasi
I. Media : Leaflet
J. Pengorganisasian kelompok:
Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
Penyaji : Resha Oktavia R
Reksa Dhia Putra
Observer : Amalia Rizki Radika
Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami
Nur Rizky Amalia S
Aliyatul Aeni

288
Selly Eka Pebrianti
Puput Tri Wahyuni
K. Pengorganisasian waktu
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 4 menit Moderator
a. Memberi salam. d. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri. e. Memperhatikan
c. Menjelaskan pokok bahasan. penyuluh
d. Menjelaskan tujuan. f. Menjawab
e. Melakukan pre-evaluasi mengenai pertanyaan
cuci tangan.
f. Memberi pertanyaan apersepsi.
2 20 menit Moderator
i. Mempersilahkan penyaji satu untuk l. Memperhatikan
menyampaikan materi. penyuluh
Penyaji satu m. Mengajukan
j. Memberikan penjelasan mengenai pertanyaan
pengertian, manfaat, dan tujuan cuci n. Mendemons-trasikan
tangan menggunakan sabun dan air cara mencuci tangan
mengalir. yang baik dan benar.
Moderator
k. Mempersilahkan penyaji dua untuk
memandu praktik.
Penyaji dua
l. Mendemonstrasikan mengenai cara
mencuci tangan yang baik dengan
sabun dan air mengalir.
Moderator
m. Memberi kesempatan peserta untuk
bertanya.
n. Menjawab pertanyaan peserta.
o. Memimpin pembagian kelompok
untuk mulai perlombaan cuci tangan.
p. Memimpin perlombaan cuci tangan
antar kelompok.
q. Memberikan reward bagi peserta
yang menang.
r. Mempersilahkan penyaji untuk
melakukan ice breaking.
3 6 menit Moderator
d. Menyimpulkan materi pelatihan e. Menjawab salam
bersama peserta. f. Memperhatikan
e. Memberikan post evaluasi secara penyuluh
lisan. g. Menjawab
f. Memberikan salam penutup pertanyaan

L. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Peserta
Evaluasi dilakukan dalam bentuk perlombaan cuci tangan yang baik dan
benar dengan membagi peserta ke dalam 6 kelompok. Kemudian masing-
masing kelompok akan mempraktikkan cuci tangan yang baik dan benar.

289
Lampiran 1. Materi
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT MENCUCI TANGAN

A. Pengertian Cuci Tangan


Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran
dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air (Depkes,
2007). Mencuci tangan adalah membasuh kedua telapak tangan dengan sabun
dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan dengan tujuan untuk
menghilangkan kuman. Membiasakan mencuci tangan sejak dini merupakan
langkah awal untuk mencegah masuknya kuman dan resiko tertularnya penyakit.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, mencuci tangan dengan
sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari-
jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan
memutuskan mata rantai kuman.
E. Tujuan
Tujuan cuci tangan yaitu:
1. Menghilangkan kotoran yang melekat di tangan secara mekanis.
2. Menghilangkan bau yang melekat di tangan.
3. Mencegah penyebaran infeksi silang.
4. Menjaga kondisi tangan agar tetap steril.
5. Memberikan perasaan yang segar dan bersih (Tietjen, 2004)
F. Waktu yang Tepat untuk Mencuci Tangan
1. Sebelum dan sesudah makan. Untuk menghindari masuknya kuman kedalam
tubuh saat kita makan.
2. Setelah dari WC dan buang air. Besar kemungkinan tinja masih tertempel di
tangan, sehingga diharuskan untuk mencuci tangan.
3. Setelah bermain. Kebiasaan anak kecil adalah bermain ditempat yang kotor.
Contohnya seperti tanah. Dimana kita tahu bahwa banyak sekali kuman
didalam tanah, jadi selesai bermain harus mencuci tangan supaya kuman dari
tanah hilang dan tidak menempel ditangan.

290
4. Sebelum dan sesudah melakukan kegiatan. Bagi adik-adik mencuci tangan ini
juga bisa dilakukan sebelum dan sesudah belajar, sebelum dan sesudah
bangun tidur dan sesudah melakukan kegiatan yang lain.
5. Tangan terlihat kotor.
G. Cara Melakukan Cuci Tangan
Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO (2009) yaitu:
1. Basuh tangan dengan air mengalir.
2. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan.
3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak dan sela – sela jari tangan.
5. Jari – jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya.
8. Bilas kedua tangan dengan air.
9. Keringkan dengan lap tangan atau tissue.

291
Lampiran 2. Daftar Hadir Peserta Pendidikan Kesehatan
DAFTAR HADIR PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA MENCUCI
TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DAN AIR MENGALIR SERTA
JAJANAN SEHAT DI SD NEGERI KEBUMEN
Waktu : Rabu, 15 Mei 2019 pukul 09.00-10.00 WIB
No Nama Tanda tangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
26 26
27 27
28 28
29 29
30 30
31 31
32 32
33 33

292
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan

293
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG JAJANAN SEHAT
DI SDN KEBUMEN DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

KELOMPOK 2
RORO ZULKHAIDA (I4B018002)
SUKMAWATI CITA LESTARI (I4B018011)
SELLY EKA PEBRIANTI (I4B018013)
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ (I4B018015)
AMALIA RIZKI RADIKA (I4B018017)
REKSA DHIA PUTRA (I4B018019)
RESHA OKTAVIA RAHAYU (I4B018029)
AFIF GILANG PRASETYANTO (I4B018030)
PUPUT TRI WAHYUNI (I4B018036)
ALIYATUL AENI (I4B018040)
SISKARININGSIH PUTRI UTAMI (I4B018046)

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

294
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


B. Sub Pokok Bahasan : Jajanan sehat dan Nutrisi untuk Anak Sekolah
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, siswa dapat
mengetahui tentang jajanan sehat dan nutrisi yang baik untuk anak sekolah.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, siswa dapat:
a. Menjelaskan tentang pengertian nutrisi
b. Menjelaskan macam-macam nutrisi
c. Menyebutkan contoh jajanan sehat.
D. Sasaran : Siswa SD Negeri Kebumen
E. Hari/tanggal : Rabu, 15 Mei 2019
F. Waktu : 30 menit
G. Tempat : SD N Kebumen
H. Metode : Ceramah dan demonstrasi
I. Media : Leaflet
J. Pengorganisasian kelompok:
Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
Penyaji : Resha Oktavia R
Reksa Dhia Putra
Observer : Amalia Rizki Radika
Fasilitator : Siskariningsih Putri Utami
Nur Rizky Amalia S
Aliyatul Aeni
Selly Eka Pebrianti
Puput Tri Wahyuni
K. Pengorganisasian waktu
No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
1 4 menit Moderator
a. Memberi salam. a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri.

295
c. Menjelaskan pokok bahasan. b. Memperhatikan
d. Menjelaskan tujuan. penyuluh
e. Melakukan pre-evaluasi mengenai c. Menjawab pertanyaan
jajanan sehat
f. Memberi pertanyaan apersepsi.
2 20 menit Moderator
a. Mempersilahkan penyaji satu untuk a. Memperhatikan
menyampaikan materi. penyuluh
Penyaji b. Mengajukan
b. Memberikan penjelasan mengenai pertanyaan
pengertian dan macam-macam nutrisi c.
dan jajanan sehat.
Moderator
c. Memberi kesempatan peserta untuk
bertanya.
3 6 menit Moderator
a. Menyimpulkan materi pelatihan a. Menjawab salam
bersama peserta. b. Memperhatikan
b. Memberikan post evaluasi secara penyuluh
lisan. c. Menjawab pertanyaan
c. Memberikan salam penutup

L. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Peserta
Evaluasi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada peserta:
a. Sebutkan definisi nutrisi.
b. Sebutkan macam-macam nutrisi.
c. Sebutkan makanan contoh jajanan sehat.

296
Lampiran 1. Materi
JAJANAN SEHAT DAN NUTRISI UNTUK ANAK SEKOLAH

A. Pengertian Status Gizi


Status gizi adalah keadaan gizi seseorang yang dapat dilihat untuk
mengetahui apakah seseorang tersebut itu normal atau bermasalah (gizi salah).
Jadi, status gizi merupakan keadaantubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan
gizi lebih (Almatsier, 2006). Status gizi juga merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara makanan yang dimasukkan ke dalam tubuh (nutrieninput)
dengan kebutuhan tubuh (nutrien output) akan zat gizi tersebut (Supariasa,
dkk.,2012). Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari
ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance),
yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya, di samping kesalahan
dalam memilih bahan makanan untuk disantap (Arisman, 2009).
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
Menurut Suhardjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah
dari penyebab langsung dan penyebab tidak lansung
1. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang
kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi
sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian
pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan
tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak Langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu:
a. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu
gizinya. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan
mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan

297
dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik
fisik, mental dan sosial.
b. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih
dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan.
C. Definisi Nutrisi
Nutrisi menurut Coffee, 1998 adalahzat yang dibutuhkan tubuh manusia
untuk mempertahankan kesehatan. Sedangkan diet adalah pengaturan jumlah dan
zat makanan agar tetap sehat. Fungsi zat gizi sendiri yaitu untuk pertumbuhan,
kebutuhan aktivitas sehar-hari sebagai sumber energi, reproduksi, daya tahan
tubuh pembentukan sel darah putih di dalamnya, mempertahankan struktur organ
tubuh dan vial, dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang berarti nutrisi. Gizi
adalah substansi organik dan nonorganik yang ditemukan dalam makanan dan
dibutuhkan oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (Kozier, 2004 : 1116).
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur
proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh
dari serangan penyakit. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur
berbagai proses kimia di dalam tubuh (Mubarak, 2008:27).
Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat
dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya. Enam
zat nutrisi esensial (kelompok nutrien) yaitu : air, karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1. Menyediakan energi untuk proses dan pergerakan tubuh
2. Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubuh seperti tulang dan otot
3. Mengatur proses tubuh.
Dalam konsep dasar nutrisi kita mengenal sebuah istilah yang disebut dengan
nutrien. Nutrienadalah sejenis zat kimia organik atau anorganik yang terdapat
dalam makanan dandibutuhkan oleh tubuh untuk menjalankan fungsinya, setiap
nutrien memiliki komposisikimia tertentu yang akan menampilkan sekurang-

298
kurangnya satu fungsi khusus pada saatmakanan dicerna dan diserap oleh tubuh.
Asupan makanan yang adekuat terdiri atas enam zat nutrisi esensial (kelompok
nutrien) yang seimbang.
D. Proses kebutuhan manusia
Nutrien utama tubuh terdiri dari 4 yaitu:
1. Makronutrien (karbohidrat, protein, lipid) untuk menyuplai energi bagi tubuh.
Makronutrien sendiri memiliki fungsi yaitu:
a. Sumber energi. Bentuk energi: ATP, fosfokreatin, dan zat molekul
berenergi tinggi. Fungsi: transport dan kerja mekanik.
b. Sintesis. Sintesis bahan dasar yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
pertahanan sel dan jaringan.
c. Simpanan. Jika asupan lebih dari kebutuhan untuk energi dan sintesis,
maka akan disimpan sebagai glikogen dan lemak. Simpanan ini
menyediakan energi saat puasa.
2. Vitamin membantu penggunaan makronutrien dan mempertahankan jaringan
tubuh. Vitamin adalah zat organik yang dibutuhkan sedikit tetapi herus di
suplai dalam diet. Vitamin larut air (B & C) & vitamin larut lemak (A,D, E, K).
Berperan penting dalam metabolisme yaitu dimana vitamin larut air sebagai
prekursor koenzim dan vitamin larut lemak sebagai koenzim, hormon, &
antioksidan.
3. Mineral mempertahankan homeostasis. Elemen anorganik yang penting untuk
pembentuk struktur & fungsi tubuh. Ada 2 kelompok, yaitu mineral utama:
kebutuhan > 100mg/hari dan trace elements: kebutuhan < 100mg/hari. Mineral
utama yaitu Ca, P, Mg, Na, K, Cl, & S. Dan jika mengalami kekurangan dapat
mengganggu fungsi tubuh. Semua hal di atas berhubungan penting untuk
melakukan metabolisma.
4. Air sebagai pelarut dalam tubuh dan sebagai alat transport untuk
mendistribusikan nutrien ke jaringan.

299
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Klien. Jakarta: Salemba Medika
Bare, Brenda G.,(2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Edisi 8. Jakarta : EGC
Dochterman, J. M., & Bulechek, M. (2008). Nursing Interventions Classifcation (NIC)
6th edition America, Mosby Elsevier
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik (7 ed.). (P. E. Karyuni, D.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008) Nursing Outcomes
Classsifcation (NOC) (6th edition). United States of America: Mosby Elsevier
Mubarak, W Iqbal, Chayatin N,. (2005) Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.
NANDA International. (2015-2017). Panduan Diagnosa keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi edisi 10. Jakarta: EGC
Potter, P. A. & Perry A. G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Russel. R. Pate. (2005). Phsycal Activity and public health. A recommendation from the
center for disease control and prevention and the American College
Sherwood, L. (2007). Fisiologi manusia; dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan Fisiologi. (P. Widyastuti, Trans.) Jakrta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Sloane, Ethel. (2004) Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Sport Medicine. Wonder.cdc.gov/wonder/prevguid/p0000391.asp. (Diakses pada 01
April 2018).
Yulianti, Y. Yuningsih, A. Lusyana, & W. Eka, Trans.) Jakarta: EGC.

300
Lampiran 2. Leaflet Jajanan Sehat

301
ASUHAN KEPERAWATAN
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
(K3) DAN LATIHAN SENAM PEREGANGAN
PADA HOME INDUSTRI PEMBUATAN WIG
DI RT 01 RW 03 DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :

RORO ZULKHAIDA 14B018003


SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
SELLY EKA PEBRIANTI 14B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ 14B018015
AMALIA RIZKI RADIKA 14B018017
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
AFIF GILANG PRASETYANTO 14B018030
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
ALIYATUL AENI 14B018040
SISKARININGSIH PUTRI U 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

302
A. Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu cara untuk
melindungi para karyawan dari bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
selama bekerja. Terkadang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) tidak
diperhatikan dalam kinerja karyawan sehingga akan mengganggu produktivitas
kerja karyawan, jika Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) diterapkan dan
dilaksanakan maka akan tumbuh hasil kinerja yang memuaskan karena karyawan
merasa di perhatikan keselamatan dan kesehatannya. Kesehatan para karyawan bisa
terganggu karena penyakit akibat kerja, maupun karena keselamatan kerja yang
tidak diperhatikan. Rivai (2014) menyatakan, keselamatan dan kesehatan kerja
merujuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fiskal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
Angka kejadian gangguan muskuloskeletal diperkirakan mencapai 60% dari
semua penyakit akibat kerja menurut data WHO pada tahun 2003, sedangkan di
Indonesia prevalensi gangguan muskuloskeletal berdasarkan data yang pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala
yaitu 24,7%.
Duduk yang lama dengan posisi yang salah akan mengakibatkan otot-otot
punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak yang ada di sekitarnya.
Jika hal ini terus berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang
belakang. Kontraksi otot yang kuat secara terus-menerus dapat disebabkan posisi
duduk yang statis sehingga aliran darah ke otot tidak lancar dan mengakibatkan rasa
nyeri dan jika berkelanjutan akan mengganggu aktivitas sehari-hari (Bull & Archad,
2007).
Exercise atau latihan fisik yang dapat dilakukan yaitu berupa latihan peregangan
(stretching). Peregangan (stretching) adalah suatu bentuk dari latihan fisik pada
sekelompok otot atau tendon untuk melenturkan atau merelaksasikan, meningkatkan
elastisitas, dan memperoleh kenyamanan pada otot. Peregangan pun dapat dijadikan
sebagai terapi untuk mengurangi atau meringankan kram dengan hasil berupa
peningkatan fleksibilitas, kontrol otot, dan rentang gerak sendi (Fatsiwi, Hakimi &
Huriah, 2012).

303
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan komunitas (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
di home industri pembuatan wig di RT 01, RW 03 Desa Kebumen, Kecamatan
Baturraden Kabupaten Banyumas.
2. Tujuan KhususS
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di home industri pembuatan
wig di RT 01, RW 03 Desa Kebumen, Kecamatan Baturraden Kabupaten
Banyumas diharapkan mahasiswa dapat:
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keselamatan kerja, serta
keperawatan yang ada di home industri pembuatan wig di RT 01, RW 03 Desa
Kebumen, Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
b. Merumuskan masalah kesehatan dan keselamatan kerja di home industri
pembuatan wig RT 01, RW 03 Desa Kebumen, Kecamatan Baturraden
Kabupaten Banyumas.
c. Membuat renacana tindakan keperawatan home industri pembuatan wig RT
01, RW 03 Desa Kebumen, Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.
d. Melakukan Implemenatasi atau tindakan keperawatan sesuai rencana tindakan
keperawatan di home industri pembuatan wig RT 01, RW 03 Desa Kebumen
Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
e. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakasanakan di home
industri pembuatan wig RT 01 RW 03 Desa Kebumen Kecamatan Baturraden,
Kabupaten Banyumas.

304
BAB II
KONSEP TEORI

A. Kesehatan Keselamatan Kerja


1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Mondy (2008) mendefinisikan keselamatan kerja sebagai perlindungan
karyawan dari cidera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan
karyawanan. Keselamatan kerja berkaitan juga dengan mesin, alat kerja, bahan
dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan karyawanan dan proses produksi. Jika sebuah perusahaan melakukan
tindakantindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit
karyawan yang menderita cidera atau penyakit jangka pendek maupun jangka
panjang sebagai akibat dari karyawanan mereka di perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) perlu
dilaksanakan secara efektif oleh suatu perusahaan, karena hal itu dapat
menurunkan tingkat kecelakaan kerja agar produktivitas perusahaan tidak
terhambat.
2. Syarat Keselamatan Kerja
Sesuai dengan Pasal 3 (1) dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, syarat keselamatan kerja yang dimaksudkan berupa:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
e. Memberi alat pelindung diri pada para karyawan.
f. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembahan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara cuaca, sinar radiasi,
kebisingan dan getaran.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik, fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan, memperoleh penerangan
yang cukup dan sesuai.

305
h. Menyelenggarakan suhu kan kelembahan udara yang baik.
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
k. Menerapkan ergonomi di tempat kerja.
l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n. Mengamankan dan memperlancar karyawanan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada karyawanan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
3. Jenis Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang kemudia dapat merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses kerja seseorang. Kecelakaan ini biasanya terjadi akibat kontak dengan
suatu zat atau sumber energi. Secara umum menurut Tarwaka (2010) kecelakaan
kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Kecelakaan industri yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena
adanya potensi bahaya yang melekat pada bagian tersebut.
b. Kecelakaan dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat
kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
4. Faktor Kecelakaan Kerja
Adanya banyak penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek
konstruksi, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek
konstruksi memiliki konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek
kebersihan dan kerapiannya, lebih tepatnya disebut semrawut karena padat alat,
karyawan, material. Faktor lain penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah
faktor karyawan konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan
standar keselamatan kerja, pemilihan metoda kerja yang kurang tepat, perubahan
tempat kerja sehingga harus selalu menyesuaikan diri, perselisihan antar
karyawan sehingga mempengaruhi kinerjanya, perselisihan karyawan dengan
tim proyek, peralatan yang digunakan dan masih banyak faktor lain.

306
Jumlah karyawan yang besar dalam proyek konstruksi membuat
perusahaan sulit untuk menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja
secara efektif. Secara umum, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat
dibedakan menjadi (Ervianto, 2012):
a. Faktor karyawan itu sendiri
b. Faktor metoda konstruksi
c. Peralatan
d. Manajemen
Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan
sedini mungkin. Adapun tindakan yang mungkin dilakukan adalah:
a. Mengidentifikasi setiap jenis karyawanan yang beresiko dan
mengelompokkannya sesuai tingkat resiko.
b. Adanya pelatihan bagi para karyawan konstruksi sesuai dengan keahliannya.
c. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan
karyawanan.
d. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek.
e. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi (Ervianto, 2012).
5. Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja menurut Tarwaka (2010) yaitu:
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
setinggitingginya
b. baik fisik, mental dan sosial di semua lapangan kerja.
c. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan kerja.
d. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat
karyawanan.
e. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisik, tubuh, mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.
6. Indikator Kesehatan Kerja
Dessler (2013) mengukur kesehatan kerja dengan menggunakan tiga indikator
sebagai berikut :

307
a. Keadaan dan kondisi karyawan, adalah keadaan yang dialami oleh karyawan
pada saat bekerja yang mendukung aktifitas dalam bekerja.
b. Lingkungan kerja, adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang
mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.
c. Perlindungan karyawan, merupakan fasilitas yang diberikan untuk
menunjang kesejahteraan karyawan.
B. Gangguan Muskuloskeletal
1. Pengertian Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan muskuloskeletal adalah suatu gangguan yang ditandai dengan
terjadinya gangguan pada otot, ligament, tendon, saraf, sendi, kartilago, tulang
atau pembuluh darah pada bagian-bagian tubuh seperti pada punggung, leher,
tangan atau kaki (OSHA, 2010).
2. Faktor Risiko Gangguan Muskuloskeletal
Priono (2017) mengelompokkan faktor risiko dari gangguan
muskuloskeletal menjadi tiga kelompok besar yaitu faktor karyawanan, faktor
psikososial/faktor lingkungan, dan faktor individu.
a. Faktor Karyawanan
Faktor karyawanan dipengaruhi oleh:
1) Postur tubuh
Postur tubuh yang tidak ergonomis akan mengakibatkan kejadian
gangguan muskuloskeletal semakin meningkat. Postur tubuh yang
ergonomi adalah postur tubuh yang tidak mengakibatkan perubahan
sudut tubuh.
2) Repetisi
Repetisi adalah pola gerakan kerja yang mengulang-ulang gerakan pada
pola yang sama. Hal ini meningkatkan kejadian gangguan
muskuloskeletal akibat kelelahan yang timbul yang dapat
mengakibatkan kerusakan tiba- tiba.
3) Karyawanan yang statis
Karyawanan dengan keadaan statis yang dominan memiliki frekuensi
kejadian gangguan muskuloskeletal lebih tinggi, dibandingkan gerakan
yang dinamis.

308
4) Durasi
Durasi merupakan waktu lamanya dari pajanan terhadap faktor risiko.
Ketika durasi paparan semakin lama maka semakin besar risiko cedera
yang akan terjadi. Durasi diklasifikasikan menjadi:
a) Durasi singkat, yaitu <1 jam/hari,
b) Durasi sedang, yaitu <1-2 jam/hari, dan
c) Durasi lama, yaitu >2 jam/hari (Tarwaka, 2010).
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan kerja juga mempengaruhi postur tubuh dalam bekerja.
Faktor lingkungan kerja yang bepengaruh pada kekuatanotot antara lain
temperatur, alat kerja, dan luas wilayah kerja (Sihawong, Sitthipornvorakul,
Paksaichol, dkk., 2016; Shin & Yoo, 2015).
c. Faktor Individu
Faktor individu sangat berpengaruh pada kejadian gangguan
muskuloskeletal, di antaranya:
1) Masa kerja
Masa kerja yang lama dan dengan postur kerja yang salah akan
mengakibatkan keluhan muskuloskeletal yang semakin hari semakin
memburuk.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin juga berpengaruh pada tingkat risiko terjadinya gangguan
muskuloskeletal. Hal ini diakibatkan massa otot wanita lebih rendah
dibandingkan pria. Hal ini mengakibatkan kejadian gangguan
muskuloskeletal lebih banyak terjadi pada wanita dibanding pria.
3) Usia
Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko mengalami gangguan
muskuloskeletal. Hal ini terjadi akibat degenerasitulang yang mulai
terjadi sejak usia 30 tahun yangmengakibatkan penurunan elastisitas
tulang.
4) Kebiasaan olahraga
Tingkat kesegaran tubuh yang rendah memiliki angka kejadian
gangguan muskuloskeletal 3,2%, sedangkan untuk tingkat kesegaran

309
tubuh yang tinggi memiliki angka kejadian gangguan muskuloskeletal
sekitar 0,8%. Tingkat kesegaran tubuh dipengaruhi oleh kebiasaan
olahraga.
5) Tinggi badan
Tinggi badan juga mempengaruhi terjadinya keluhan. Hal ini
berhubungan dengan postur tubuh saat bekerja (Marras & Karwowski,
2006).
6) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Terdapat kerusakan pada sistem muskuloskeletal yang bermanifestasi
nyeri dan discomfort pada individu yang obesitas ataupun overweight.
Keluhan yang dapat terjadi tersebut disebabkan karena pengaruh ukuran
antropometri terkait dengan keseimbangan dan struktur dari rangka
tubuh saat menerima beban sepeerti beban berat tubuh ataupun beban
dari karyawanan (Tarwaka, 2010).
3. Klasifikasi Gangguan Muskuloskeletal
Menurut Oliveira dalam de Carvalho et al. (2009) klasifikasi gangguan
muskuloskeletal terbagi menjadi empat stadium, yakni:
a. Stadium I: Lelah, tidak nyaman, nyeri terlokalisir yang memburuk saat
beraktivitas dan membaik saat istirahat.
b. Stadium II: Nyeri persisten dan lebih intens, yang diikuti dengan parestesia
dan terasa seperti terbakar, semakin memburuk saat beraktivitas sehari-hari.
c. Stadium III: Nyeri persisten dan berat serta diikuti dengan penurunan
kekuatan otot dan kontrol pergerakan, edema dan parestesia.
d. Stadium IV: Nyeri semakin kuat dan terus menerus.
C. Latihan Peregangan
1. Pengertian Latihan Peregangan
Latihan peregangan (stretching exercise) adalah suatu tindakan
administratif yang dilakukan untuk meminimalisir risiko gangguan di tempat
kerja. Manfaat dari latihan peregangan (stretching exercise) yaitu dapat
meningkatkan kebugaran secara fisik dengan cara memperlancar metabolisme
dan transportasi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh serta membuang sisa-sisa zat
yang tidak lagi diperlukan (Suharjana, 2013). Selain itu manfaat latihan

310
peregangan (stretching exercise) juga dapat mengoptimalkan gerakan, dengan
cara mengulur otot-otot ligament, tendo, dan persendian sehingga dapat bekerja
secara optimal dan gerak pada otot menjadi lebih luas dan elastis sehingga
kemungkinan untuk terjadinya cedera pada sendi dan otot menjadi lebih kecil
dan dapat diminimalisir (Priono, 2017).
2. Konsep Latihan Peregangan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016), konsep
latihan peregangan ditempat kerja yaitu:
a. Peregangan dilakukan secara berkala setelah ± 3-4 jam bekerja pada posisi
sama.
b. Gerakan dilakukan secara statis dan dinamis dengan menggerakkan otot dan
sendi kepala, leher, bahu, lengan, pinggang, kaki untuk menghilangkan
kekakuan tubuh.
c. Gerakan statis dilakukan dengan menahan sendi dan otot pada posisi teregang
selama 8-10 detik.
d. Gerakan dinamis dilakukan dengan meregangkan dan melemaskan sendi dan
otot secara perlahan-lahan.
e. Napas seperti biasa dan pada gerakan tertentu napas diatur untuk
memaksimalkan aliran oksigen ke otak.
f. Gerakan dilakukan perlahan-lahan, tidak dipaksakan dan tidak dihentakkan.
3. Gerakan Senam Peregangan
a. Peregangan Leher
1) Fleksi
Duduk dengan posisi yang baik, kemudian
letakkan tangan dibelakang kepala dengan
rileks dan tundukkan kepala ke arah dada, tahan,
dan ulangi 3-5 kali. Durasi gerakan 10 detik.
2) Ekstensi
Duduk dengan posisi baik, letakkan tangan
dibelakang leher untuk menahan kepala saat
diangkat ke atas dan diulangi 3-5 kali. Durasi 10
detik.

311
3) Side
Jaga kepala untuk melihat ke depan, dan sentuh
bahu ke arah telinga, tahan dan ulangi 3-5 kali.
Durasi 10 detik.
b. Peregangan Bahu
Roll: Duduk atau berdiri, kemudian angkat bahu dan
putarlah dua atau tiga kali ke arah depan, dan ulangi
untuk arah belakang dulangi 3-5 kali dengan durasi 10
detik.
c. Peregangan Lengan
Duduk dengan posisi yang baik, kemudian pegang
siku dengan tangan yang lain lalu angkat bahu ke
samping dan diulangi sebanyak 3-5 kali dengan
durasi 10 detik.
d. Peregangan Lutut
Duduk dengan posisi yang baik, kemudian tekuk dan
luruskan lutut berulang-ulang, lakukan juga untuk
ankle dengan memutar ke kiri atau ke kanan.
Diulangi sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
e. Peregangan Dada
1) Berdiri dengan posisi lengan di belakang,
lakukan tekanan ke arah yang berlawanan.
Diulang sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
2) Berdiri dengan kedua lengan di belakang kepala,
angkat siku ke atas dan yang lain ke bawah,
kemudian tahan dan lakukan untuk arah yang
lain. Diulang sebanyak 3 kali dengan durasi 10
detik.

312
f. Peregangan Pinggang
1) Gerakan diawali berdiri, kemudian letakkan
tangan pada pinggang, putarlah pinggang ke
arah kanan, lakukanlah untuk arah yang lain.
Dilakukan sebanyak 3 kali dengan durasi 10
detik.
2) Berdiri dengan meletakkan tangan pada
pinggang dorong pinggang ke arah depan dan
tarik bahu ke arah belakang. Dilakukan
sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
g. Peregangan Pergelangan Tangan
Lemaskan jari-jari tangan dan putar pergelangan
tangan ke arah kiri dan kanan. Dilakukan sebanyak 3-
5 kali dengan durasi 10 detik.

313
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Data Inti (Core)


1. Riwayat Home Industri
Responden sempat bekerja dipabrik wig daerah Purbalingga dari tahun
1994 sampai 2006, kemudian responden memutuskan untuk keluar dari pabrik
dan merintis usaha yang sama di tahun 2007. Salah satu temannya
memperkenalkan responden kepada pemilik perusahaan wig yang berada di
Salatiga. Responden mengirimkan sampel wig kepada pemilik perusahaan untuk
menguji kualitas dari wig yang dibua oleh responden. Hasil pengujian wig yang
dilakukan memiliki kualitas yang baik sehingga perusahaan tertarik untuk
bekerjasama dengan responden. Responden mendirikan home industri pertama
di daerah Purbalingga. Kemudian responden mengembangkan home industri wig
di Desa Kebumen Kec. Baturaden sejak tahun 2014 sampai sekarang dan
memiliki 12 karyawan pengepul dan lebih dari 20 karyawan pembuat wig.
Tempat yang digunakan untuk home idustri merupakan rumah sewa dengan luas
tanah 168 m2.
2. Demografi Pemilik
L/ Pendidika
Nama Usia Status perkawinan Agama Alamat
P n
Rahmat RT 01 RW 03,
Imam Desa Kebumen,
43 th L Menikah Islam SLTP
Sampurn Kec. Baturraden
o Kab. Banyumas
RT 01 RW 03,
Desa Kebumen,
Suratmi 41 th P Menikah Islam SLTP
Kec. Baturraden
Kab. Banyumas
Istiana RT 01 RW 03,
Dwi Desa Kebumen,
15 th P Belum menikah Islam Tamat SD
Amel Kec. Baturraden
Lailia Kab. Banyumas
3. Demografi Karyawan
Status Pendidika
Nama Usia L/P Agama Alamat
perkawinan n
Kec. Mandireja,
Susi 39 th P Menikah Islam SLTP
Kab. Banjanegara
Kec. Susukan,
Elvi 30 th P Menikah Islam SD
Kab. Banjarnegara
Asri 39 th P Menikah Islam Kec. Bobotsari, SLTP

314
Kab. Purbalingga
Kec.
Juni 23 th P Menikah Islam Kedungbanteng, SLTA
Kab. Banyumas
Kec. Sokaraja,
Ning 26 th P Meikah Islam SLTA
Kab. Banyumas
Kec. Baurraden,
Purwati 29 th P Menikah Islam SLTP
Kab. Banyumas
Kec. Purbalingga,
Apri 25 th P Menikah Islam SLTA
Kab. Purbalingga
Kec. Purbalingga,
Lastri 43 th P Menikah Islam SLTP
Kab. Purbalingga
Kec. Songogede,
Hernik 29 th P Menikah Islam SLTP
Kab. Banyumas
Kec. Banyumas,
Yati 32 th P Menikah Islam SLTP
Kab. Banyumas
Kec. Banjarnegara,
Afifah 24 th P Menikah Islam SLTA
Kab. Banjarnegara
Kec Baturraden,
Meli 24 th P Menikah Islam SLTP
Kab. Banyumas

B. Data Subsitem
1. Lingkungan Fisik
a. Terdapat polusi dari pembakaran sampah
b. Lingkungan home industri dengan rumah warga, pepohonan, serta kolam ikan
c. Bagian barat berbatasan dengan kebun warga, bagian timur dan selatan
berbatasan dengan rumah warga, serta bagian utara berbatasan dengan pohon
dan kolam ikan.
d. Jarak Home industri dengan jalan raya kurang lebih 600 m.
e. Fasilitas yang tersedia di home industri tersebut berupa alat stick bolder, rambut
sintetik, kamar mandi, mushola, tempat cuci tangan.
f. Bangunan terletak di RT 01, RW 03 Desa Kebumen Kec. Baturraden, Kab.
Banyumas dengan luas 168 m2.
g. Denah Lokasi

Ruang
Kerja
Ruang Tamu Kamar
KM KM

Dapur Ruang Tengah

315
2. Pendidikan Komunitas
Pendidikan terakhir karyawan yang bekerja di home industri terdapat 1 orang
berpendidikan terakhir SD, 3 orang berpendidikan terakhir SLTP, dan 3 orang
berpendidikan terakhir SLTA.
3. Transportasi dan Keamanan
a. Transportasi yang digunakan untuk beraktivitas pemilik home industri yaitu
motor serta mobil, sedangkan dari pemilik home industri tidak menyediakan
keamanan tersendiri di home industrinya.
b. Keamanan yang disediakan di tempat home industri merupakan pos ronda yang
diadakan di lingkungan sekitar home industri.
c. Tidak terdapat tindakan kriminal yang dilakukan antara karyawan yang bekerkja
di home industri.
d. Alat transportasi yang digunakan para karyawan yang digunakan ke tempat
home industri yaitu motor.
4. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
a. Tidak terdapat kotak P3K di home industri
b. Pernah terjadi kecelakaan kerja berupa masuknya jarum pengait ke jari
responden sehingga responden mengalami perdarahan dan membutuhkan
perawatan. Saat itu responden dilarikan ke PMI terdekat karena tidak memiliki
kotak P3K.
c. Responden tidak menerapkan program K3.
d. Tidak diterapkannya penggunaan APD dan kebiasaan cuci tangan pada saat
bekerja.
e. Responden tidak menyediakan asuransi kesehatan untuk para karyawan dan
responden tersendiri tidak mengerti karyawannya mempunyai asuransi
kesehatan atau tidak.
f. Dilingkungan home industri karyawan diperbolehkan untuk beribadah di
mushola yang disediakan di home industri.
5. Ekonomi
a. Penghasilan karyawan tergantung dari ukuran dan banyaknya wig yang dibuat.
Biasanya penghasilan para karyawan bisa mencapai 50.000 per hari.

316
b. Sistem gaji yang dilakukan berupa harian, dimana jam kerja bebas namun harus
selesai bila ada target pengumpulan wig.
c. Karyawan diberikan tunjangan atau bonus saat hari besar seperti lebaran dan
tahun baru.
d. Bila karyawan ada yang sakit tidak ada santunan atau bantuan yang diberikan.
e. Tidak ada dana beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi, karena industri
yang dilakukan tidak besar.
f. Gaji yang diberikan pada karyawan dapat memenuhi kebutuhan keluarga selama
satu bulan tergantung dari hasil usaha karyawannya masing-masing dalam
membuat wig.
6. Pemerintah dan Politik

Perusahaan di Korea

Perusahaan Indonesia
PT MatahariGemilang Indonesia

Ibu Suratmi

12 orang pengepul

Karyawan

7. Sistem Komunikasi
a. Karyawan mendapatkan informasi terkait dengan cara kerja, model wig, dan
target pengumpulan wig melalui handphone, grup diaplikasi whatssapp, dan
kumpul bersama.
b. Karyawan diperbolehkan membawa handphone
c. Infomasi kesehatan kurang didapatkan oleh responden maupun karyawannya
d. Peraturan kerja di home industri disesuaikan dengan perusahaan.

317
e. Tidak ada peraturan yang menyulitkan karyawan, namun karyawan tetap harus
mengumpulkan wig sesuai dengan target.
8. Rekreasi
Kegiatan rekreasi dilakukan setiap 1 kali dalam satu tahun ke tempat wisata
terdekat.
C. Data Pendukung
1. Sumber Daya Manusia
- Pola makan saat tidak puasa cukup baik, ada yang sarapan dahulu sebelum
kerja dan beberapa tidak.
- Karyawan minum 6-7 gelas per/hari, terkadang ditambah minum the atau
kopi 1 gelas per/harinya.
- Karyawan mengatakan istirahatnya kadang cukup dan kadang tidak
cukup, tergantung dari target penyelesaiian wig yang dibutuhkan.
2. Motivasi Karyawan
Karyawan memiliki motivasi kerja yang baik, mereka terotivasi untuk cepat
menyelesaikan pengerjaan wig dan mendapatkan bonus bila wig yang
dikerjakan banyak.
3. Keluhan Karyawan
Keluhan yang kadang dirasakan adalah rasa pegal dibadan. Namun, rasa pegal
yang sangat parah jarang dirasakan biasanya hanya terjadi yang dengan rasa
pegal yang ringan sampai sedang saja.

318
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Data
Data Tipologi Problem
Masalah
Data Primer Aktual Perilaku Kesehatan
- Responden mengatakan pernah terjadi kecelakaan Cenderung Beresiko
kerja berupa masuknya jarum pengait ke jari
responden sehingga responden mengalami
perdarahan dan membutuhkan perawatan.
- Responden mengatakan tidak menggunkan APD
dan mencuci tangan pada saat bekerja.
- Responden mengatakan tidak ada K3 di home
industrinya.
- Karyawan mengatakan merasakan rasa pegal
ringan sampai sedang.
Data Sekunder
- Karyawan tidak menggunakan APD pada saat
bekerja.
- Tidak tersedia tempat cuci tangan di tempat kerja.
- Tidak terdapat K3 di home industri.
- Karyawan di tempat industri sebagian besar
berpendidikan SLTP dan SLTA.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
C. Skoring Masalah
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
No Kriteria Penapisan Skoring
1 Jumlah yang beresiko 4
2 Besarnya resiko 4
3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 4
4 Minat masyarakat 3
5 Kemungkinan Diatasi 3
6 Sesuai program pemerintah 2
7 Sumber dana tempat 3
8 Sumber daya waktu 3
9 Sumber daya dana 3
10 Sumber daya peralatan 4
11 Sumber daya orang 3
12 Sesuai dengan peran perawat komunitas 3
Jumlah 39
D. Prioritas Masalah
Berdasarkan skoring masalah di atas, diperoleh prioritas masalah yaitu:
1. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

319
E. RENCANA INTERVENSI

No.
Sasaran Tujuan Strategi Rencana Kegiatan Sumber Tempat Waktu Kriteria Standar Evaluasi Evaluator
Dx

Dx. I Setelah dilakukan Setelah dilakukan a. Pendidikan a. Penyuluhan 1. Mahasiswa Home Rabu, 22 Respon 1. Karyawan dan Mahasiswa
tindakan tindakan kesehatan dan kepada karyawan 2. Kumpulan industri Mei verbal non pemilik dapat dan Dosen
keperawatan selama keperawatan keselamatan tentang kesehatan materi terkait pembuatan 2019 verbal mengetahui Supervisi
1 minggu diharapkan selama 1 minggu: kerja pada dan keselamatan penyuluhan wig milik pengertian
karyawan home 1. Karyawan pemilik usaha kerja. tentang ibu Sutarmi. kesehatan dan
industri pembuatan dapat dan karyawan. b. Melakukan kesehatan dan keselamatan kerja
wig terhindar dari mengurangi b. Demonstrasi demonstrasi atau keselamatan 2. Karyawan dan
adanya kecelakaan terjadinya senam praktik secara kerja. pemiliki dapat
kerja akibat dari cidera denga peregangan langsung 3. Kumpulan menyebutkan
penempatan alat penempatan dengan cara mengenai senam materi terkait usaha-usaha untuk
karyawan yang tidak alat yang yang baik dan peregangan senam mencegah
sesuai dan sesuai. benar kepada peregangan. timbulnya
tersedianya K3 di 2. Pemilik home karyawan dan kecelakaan kerja
home industri industri dapat pemilik home 3. Karyawan dan
dengan indikator: menyediakan industri. pemiliki dapat
a. Karyawan tidak tempat K3 mengetahui
mengalami untuk upaya gangguan
cedera akibat keselamatan muskuloskeletal
alat yang tidak dan kesehatan yang dapat terjadi
sesuai karyawan. bila bekerja terlalu
penempatanya. 3. Karyawan dan lama
b. Pemilik home pemilik home 4. Karyawan dan
industri industri dapar pemilik dapat
menyediakan mengurangi mempraktikkan
tempat K3 untuk risiko minimal 3 gerakan
upaya terjadinya senam peregangan
keselamatan dan gangguan dengan benar.
kesehatan kerja muskuloske-
para karyawan. letal
c. Karyawan dan
pemilik home
industri dapat
menghindari

320
gangguan
muskuloskele-tal
karena bekerja.

BAB IV
HASIL IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Implementasi
Masalah Keperawatan Evaluasi Analisa SWOT
(Waktu Pelaksanaan)
Perilaku kesehatan 1. Pendidikan kesehatan 1. Jumlah peserta a. Strength
cenderung beresiko tentang kesehatan dan Karyawan industri pembuatan wig di RW 03 Desa Kebumen - Dukungan dari pemilik industri pembuatan wig.
keselamata kerja Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas sejumlah 6 peserta. - Peserta yang antusias dalam penyuluhan.
(Rabu, 22 Mei 2019). 2. Hasil yang dicapai: b. Weakness
2. Pelatihan dan a. Proses - Terdapat peserta yang kurang fokus karena beberapa
demonstrasi senam Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai peserta sambil membawa anaknya sehingga
peregangan (Rabu, 22 kesehatan dan keselamatan kerja serta pelatihan dan konsentrasinya dapat terpecah dan perhatiannya
Mei 2019). demonstrasi senam perenggangan dilakukan 1 kali di tempat terbagi.
salah satu karyawan pembuatan wig (Ibu yaitu hari Rabu, c. Opportunity
22 Mei 2019. Sebelum kegiatan dimulai, persiapan - Terdapatnya fasilitator yang mengkondisikan peserta
dilakukan dari perisapan materi, dan tempat. Persiapan - Terdapatnya pelatihan senam perenggangan dan
materi meliputi pembuatan satuan acara penyuluhan (SAP) demonstrasi senam perenggangan
dan pre-planning. Persiapan materi dimulai dengan d. Threath
membuat materi dalam bentuk leaflet. Materi yang - Penyuluhan dilakukan pada saat karyawan libur kerja
dipaparkan didapat dari referensi dan media online. dan tidak membuat wig sehingga kebanyakan
Persiapan tempat dilakukan sebelum kegiatan dengan karyawan mengikuti penyuluhan dengan membawa
merapikan rumah pemilik karyawan pembutan wig dan anak-anaknya yang menyebabkan konsentrasi dan
menggelar tikar untuk melakukan penyuluhan. perhatian dari beberapa karyawan terbagi dan tidak
b. Hasil bisa fokus ke penyuluhan. Oleh karena itu, pada awal
Sebelum kegiatan dimulai, terlebih dahulu peserta kegiatan pekerja diberikan leaflet tentang materi
mengisi daftar hadir. Kegiatan dimulai pada pukul 10.00 keselamatan dan kesehatan kerja dan gerakan senam
WIB dengan diawali perkenalan dan kemudian masuk pada perenggangan agar peserta dapat membaca kembali di
materi kesehatan dan keselamatan kerja yang kemudian rumah tentang materi yang telah diberikan.
dilanjutkan dengan pelatihan dan demonstrasi senam
perenggangan.

321
Presentator menyajikan materi dengan metode
ceramah, tanya jawab interaktif dengan peserta dan
melakukan demonstrasi senam peregangan secara langsung.
Peserta dapat berpartisipasi dengan aktif dalam
mempraktikkan langkah-langkah dari senam perenggangan
dengan yang benar. Selama pemberian materi K3 dan
pelatihan senam peregangan, peserta dan penyaji
berkomunikasi dengan baik.
Setelah materi penyuluhan berakhir, diberikan
kesempatan untuk bertanya terkait materi yang belum
dipahami serta peserta diberi kesempatan untuk
mendemonstrasikan senam perenggangan dengan cara yang
benar sesuai dengan yang telah diajarkan. Pada sesi tanya
jawab, terdapat beberapa peserta yang bertanya dan pada
sesi demonstrasi terdapat satu peserta yang
mendemonstrasikan senam perenggangan. Sedangkan pada
sesi evaluasi, peserta dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan walaupun terdapat beberapa peserta yang harus
dipancing dalam menjawab pertanyaan. Pada awal kegiatan
peserta diberi leaflet terkait materi tentang K3 dan senam
perenggangan.
3. Nilai yang dapat diukur adalah ketika pelaksanaan terlaksana
sesuai dengan rencana dengan peserta yang dapat berperan aktif
dalam kegiatan.

322
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Salah satu dari
unsur K3 adalah penerapan cara mengurangi risiko kecelakaan untuk karyawan
pembutan wig dan penerapan K3 untuk mengobati karayawan yang mengalami
cidera dalam pekerjaannya serta menerapkan senam perengganan diantara pekerjaan
karayawan untuk mengurangi rasa pegal-pegal yang dirasakan oleh karayana agar
dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan kerjainan wig yang lebih bagus.
Hasil observasi menunjukkan pekerja di industri pembuatan wig didapatkan
bahwa para pegawai belum menerapkan cara yang benar untuk mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja karena tertusuk jarum, pemilik home industri juga belum
menyediakan kotak P3K di dalam home industrinya, dan karyawan belum
menerapkan senam perenggangan di sela-sela pkerjaannya untuk mengurangi rasa
pegal-pegal di badan dan rasa ngantuk saat bekerja. Oleh karena itu implementasi
yang telah dilakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan
keselamatan kerja (K3) terutama tentang cara mengurangi risiko kecelakaan kerja
dan cara melakukan senam perenggangan. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan
dan diskusi, karyawan mampu menjawab materi dan mampu mendemonstrasikan
senam peregangan sesuai dengan yang dicontohkan.
B. Saran
1. Pemilik industri
Pemilik industri sebaiknya bersedia memfasilitasi pengadaan kotak P3K dan
menerapkan senam perenggangan di sela-sela pekerjaan karyawan.
2. Karyawan
a. Karyawan mampu menerapkan senam perenggangan.
b. Karyawan yang telah diberikan pendidikan kesehatan diharapkan bersedia
mensosialisasikan kepada karyawan yang lain sehingga terhindar dari
kecelakaan kerja.
c. Karyawan mulai mempraktekkan cara kerja agar karyawan terhindar dari
kecelakaan kerja.

323
3. Puskesmas
Puskesmas diharapkan turut serta membangun keselamatan dan kesehatan
kerja industri dengan cara melakukan pemantauan dan memberikan pendidikan
kesehatan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara berkala.

324
DAFTAR PUSTAKA

Bull, E., Archad, G., 2007, Nyeri Punggung, Erlangga, Jakarta.


de Carvalho, M.V.D., Soriano, E.P., de Franca Caldas, A Jr, Campello, R.I., de Miranda,
H.F., Cavalcanti, F.I., 2009, Work-related musculoskeletal disorders among
Brazilian dental students, J Dent Educ, 73(5):624–30.
Dessler, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Human Reources, Prenhalindo,
Jakarta.
Ervianto, I.W., 2012, Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, CV. Andi Offset,
Yogyakarta.
Fatsiwi, N.A., Hakimi, M., Huriah, T., 2012, Pengaruh peregangan senam ergonomis
terhadap skor nyeri musculoskeletal disorders (gangguan muskuloskeletal) pada
pekerja pembuat kaleng alumunium, Indonesian Journal of Nursing Practices
(IJNP), 2(1):19-26.
Kementerian Republik Indonesia, 2016, Permenkes Republik Indonesia No. 48 Tahun
2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran,
Kemenkes RI, Jakarta.
Marras, W.S., Karwowski, W., 2006, Fundamentals and Assessment Tools for
Occupational Ergonomics. CRC Press, United State America.
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga, Jakarta.
Occupational Safety and Health Assosiation (OSHA), 2010, Musculoskeletal Disorders,
Departement of Labor United State, United State.
Priono, S., 2017, Pengaruh latihan peregangan (stretching exercise) terhadap nyeri
muskuloskeletal akibat kerja pada petugas kebersihan FKIK di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Yogyakarta.
Rivai, V., 2014, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan, Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Shin, S., Yoo, W., 2015, Effect of workstation height and distance on upper extremity
muscle activity during repetitive below-the-knee assembly work, Journal of
Physical Therapy Science, 57(2):193–6.

325
Sihawong, R., Sitthipornvorakul, E., Paksaichol, A., Janwantanakul, P., 2016, Predictors
for chronic neck and low back pain in office workers: a 1-year prospective cohort
study, Journal of Occupational Health, 58(1):16-24.
Suharjana, F., 2013, Perbedaan pengaruh hasil latihan peregangan statis dan dinamis,
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(1):38-46.
Tarwaka, 2010, Ergonomi Industri, Harapan Press, Surakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

326
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DAN LATIHAN SENAM PEREGANGAN PADA HOME INDUSTRI
PEMBUATAN WIG DI RT 01 RW 03 DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
RORO ZULKHAIDA 14B018003
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
SELLY EKA PEBRIANTI 14B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ 14B018015
AMALIA RIZKI RADIKA 14B018017
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
AFIF GILANG PRASETIYANTO 14B018030
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
ALIYATUL AENI 14B018040
SISKARININGSIH PUTRI U 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

327
RANCANGAN RENCANA KEGIATAN (PRA PLANNING)
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DAN LATIHAN SENAM PEREGANGAN
PADA HOME INDUSTRI PEMBUATAN WIG
DI RT 01 RW03 DESA KEBUMEN
KECAMATAN BATURRADEN KABUPATEN BANYUMAS

Hari/tanggal : Rabu, 22 Mei 2019


Tempat : Home industri pembuatan wig
Topik Kegiatan : Kegiatan Penyuluhan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dan Latihan Senam Peregangan

A. Latar Belakang Kegiatan


Keselamatan dan keamanan kerja mempunyai banyak pengeruh terhadap faktor
kecelakaan, karyawan harus mematuhi standart (K3) agar tidak menjadikan hal-hal
yang negative bagi diri karyawan. Terjadinya kecelakaan banyak dikarenakan oleh
penyakit yang diderita karyawan tanpa sepengetahuan pengawas (K3), seharusnya
pengawasan terhadap kondisi fisik di terapkan saat memasuki ruang kerja agar
mendeteksi sacera dini kesehatan pekerja saat akan memulai pekerjaanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan dalam lingkungan kerja, karena
kesehatan merupakan keadaan atau situasi sehat seseorang baik jasmani maupun
rohani sedangkan keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin
keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin, alat kerja, proses
pengolahan juga tempat kerja dan lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja
dalam kondisi sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana
yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan.
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat,
antara lain: keturunan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan K3
Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
2. Tujuan Umum
Tujuan utama dari diselenggarakanya acara penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman secara
mendalam kepada pemilik home industri dan karyawan untuk meningkatkan
kesadaran pemilik home industri untuk menyediakan tempat K3 agar terhindar
dari kecelakaan kerja.
3. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan pemilik home industri serta karyawan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi karyawan

328
c. Meningkatkan kesadaran pemilik home industri pembuatan wig untuk
menyediakan tempat K3 di dalam home industri tersebut.

C. Rencana Kegiatan
1. Topik : Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan senam peregangan
2. Metode : Ceramah dan demonstrasi
3. Media : Leaflet
4. Hari/tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
5. Waktu : Pukul 10.00 WIB
6. Tempat : Home Industri pembuatan wig
7. Pengorganisasian kelompok
Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
Penyaji : Aliyatul Aeni
Puput Tri Wahyuni
Observer : Nur Rizky Amalia Shidiq
Fasilitator : Selly Eka Pebrianti
Siskariningsih Putri Utami
Reksa Dhia Putra
Amalia Rizki Radika
Dokumentasi : Roro Zulkhaida
Notulen : Sukmawati Cita Lestari

8. Susunan acara
(Terlampir)

D. Setting tempat
Keterangan
: Mahasiswa
: Pemilik dan karyawan

E. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Persiapan dilakukan 3 hari sebelum penyuluhan kesehatan dan keselamatan kerja
dan pemberitahuan berkoordinasi dengan pemilik home industri wig.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

329
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta mengajukan pertanyaan
3. Evaluasi Hasil
Acara berjalan dengan lancar dan peserta memahami materi yang telah
disampaikan.

330
Lampiran 1. Susunan Acara
No Waktu Moderator Penyaji Observer Fasilitator Peserta
1 10.00 g. Memberi salam. Mempersiapkan diri dan Melakukan observasi Membantu g. Menjawab salam
h. Memperkenalkan diri. materi yang akan di persiapan. mengkondisikan h. Memperhatikan
i. Menjelaskan pokok sampaikan. peserta. penyuluh
bahasan. i. Menjawab pertanyaan
j. Menjelaskan tujuan.
k. Melakukan pre-evaluasi
mengenai K3.
l. Memberi pertanyaan
apersepsi.
2 10.05 Mempersilahkan penyaji s. Mempersiapkan diri dan h. Melakukan observasi Mendampingi peserta Memperhatikan
satu untuk menyampaikan materi yang akan di kegiatan. selama kegiatan. moderator.
materi. sampaikan. i. Mengarahkan
fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
10.06 Stand-by Penyaji satu a. Melakukan observasi Mendampingi peserta Memperhatikan materi
Memberikan penjelas-an kegiatan. selama kegiatan. dari penyaji.
mengenai pengerti-an, b. Mengarahkan
syarat, jenis kecelakaan fasilitator apabila
kerja, faktor kecelakaan terdapat peserta
kerja, tujuan keselamatan kurang aktif.
kerja, dan indikator
kesehatan kerja.
10.21 Mempersilahkan penyaji dua Mempersiapkan diri dan a. Melakukan observasi a. Mendampingi peserta Memperhatikan
untuk memandu praktik materi yang akan kegiatan. selama kegiatan. moderator.
senam peregangan. disampaikan. b. Mengarahkan b. Mengarahkan peserta
fasilitator apabila apabila kurang aktif.
terdapat peserta
kurang aktif.
10.22 Stand-by Penyaji dua a. Melakukan observasi Membantu o. Memperhatikan
Menjelaskan pengerti-an kegiatan. mengondisikan peserta. penyaji.
senam peregangan dan b. Mengarahkan
fasilitator apabila

331
demonstrasikan senam terdapat peserta p. Berpartisipasi aktif
peregangan. kurang aktif. dalam demonstrasi
cuci tangan.
10.27 a. Memberi kesempatan Stand-by a. Melakukan observasi Mendampingi peserta Mengajukan pertanyaan
peserta untuk bertanya. kegiatan. selama kegiatan. yang belum dipahami.
b. Menjawab pertanyaan b. Mengarahkan
peserta. fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
10.32 Melakukan evaluasi Stand-by a. Melakukan observasi Mendampingi peserta Menjawab pertanya-an
pertanyaan ke peserta. kegiatan. selama kegiatan. yang diberikan.
b. Mengarahkan
fasilitator apabila
terdapat peserta
kurang aktif.
3 10.35 g. Menyimpulkan materi Mengikuti jalannya Melakukan observasi Mendampingi peserta h. Menjawab salam.
pelatihan bersama peserta. penyuluhan. penutupan. selama kegiatan. i. Memperhatikan
h. Memberikan post evaluasi penyuluh.
secara lisan. j. Menjawab
i. Memberikan salam pertanyaan.
penutup

332
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PADA HOME INDUSTRI PEMBUATAN WIG DI RT 01 RW 03
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
RORO ZULKHAIDA 14B018003
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
SELLY EKA PEBRIANTI 14B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ 14B018015
AMALIA RIZKI RADIKA 14B018017
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
AFIF GILANG PRASETIYANTO 14B018030
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
ALIYATUL AENI 14B018040
SISKARININGSIH PUTRI U 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

333
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PADA HOME INDUSTRI PEMBUATAN WIG DI RT 01 RW03
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Pokok Bahasan : Karyawan dan pemilik home industri


Sub Pokok Bahasan : Kesehatan dan keselamatan kerja
Hari/tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
Tempat : Home industri pembuatan wig
Waktu : 10.00-10.35 WIB
Topik Kegiatan : Kegiatan Penyuluhan Pendidikan Kesehatan

5. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mempromosikan kepada karyawan dan pemilik home industri
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan pemilik home industri serta karyawan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja.
b. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi karyawan
c. Meningkatkan kesadaran pemilik home industri pembuatan wig untuk
menyediakan tempat K3 di dalam home industri tersebut.

6. RENCANA KEGIATAN
1. Topik : Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan senam peregangan
2. Metode : Ceramah dan demonstrasi
3. Media : Leaflet
4. Hari/tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
5. Waktu : Pukul 10.00 WIB
6. Tempat : Home Industri pembuatan wig
7. Pengorganisasian kelompok
Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
Penyaji : Aliyatul Aeni
Puput Tri Wahyuni
Observer : Nur Rizky Amalia Shidiq
Fasilitator : Selly Eka Pebrianti
Siskariningsih Putri Utami
Reksa Dhia Putra

334
Amalia Rizki Radika
Dokumentasi : Roro Zulkhaida
Notulen : Sukmawati Cita Lestari

7. PENGORGANISASIAN WAKTU

No Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu


1. Pendahuluan/pembukaan:
i. Memberi salam Membalas salam
5 menit
j. Perkenalan Mendengarkan
k. Jelaskan tujuan Mendengarkan
2. Isi
g. Menjelaskan materi
 Pengertian K3 Mendengarkan dan
 Syarat keselamatan kerja Memperhatikan
 Jenis kecelakaan kerja
25 menit
 Faktor kecelakaan kerja
 Tujuan keselamatan kerja
 Indikator kesehatan kerja
h. Tanya jawab Bertanya dan menjawab
i. Evaluasi sesuai dengan pedoman
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama peserta Menjawab
5 menit
b. Member motivasi dan pujian Memperhatikan
c. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

8. EVALUASI
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :

a. Pengertian kesehatan dan keselamatan kerja


b. Sebutkan usaha-usaha untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja

335
Lampiran 1. Materi

K3

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Mondy (2008) mendefinisikan keselamatan kerja sebagai perlindungan
karyawan dari cidera yang disebabkan oleh kecelakaan yang berkaitan dengan
pekerjaan. Keselamatan kerja berkaitan juga dengan mesin, alat kerja, bahan dan
proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara
melakukan pekerjaan dan proses produksi. Jika sebuah perusahaan melakukan
tindakantindakan keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit
pekerja yang menderita cidera atau penyakit jangka pendek maupun jangka
panjang sebagai akibat dari pekerjaan mereka di perusahaan tersebut. Oleh
karena itu, pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) perlu
dilaksanakan secara efektif oleh suatu perusahaan, karena hal itu dapat
menurunkan tingkat kecelakaan kerja agar produktivitas perusahaan tidak
terhambat.
2. Syarat Keselamatan Kerja
Sesuai dengan Pasal 3 (1) dalam UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, syarat keselamatan kerja yang dimaksudkan berupa:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Memberi kesempatan atau jalan penyelamatan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang membahayakan.
d. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
e. Memberi alat pelindung diri pada para pekerja.
f. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembahan, debu, kotoran, asap, uap, gas, aliran udara cuaca, sinar radiasi,
kebisingan dan getaran.
g. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik, fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan, memperoleh penerangan
yang cukup dan sesuai.
h. Menyelenggarakan suhu kan kelembahan udara yang baik.
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

336
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
k. Menerapkan ergonomi di tempat kerja.
l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang dan barang.
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
n. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
o. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
3. Jenis Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang kemudia dapat merusak harta benda atau kerugian terhadap
proses kerja seseorang. Kecelakaan ini biasanya terjadi akibat kontak dengan
suatu zat atau sumber energi. Secara umum menurut Tarwaka (2010) kecelakaan
kerja dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Kecelakaan industri yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena
adanya potensi bahaya yang melekat pada bagian tersebut.
b. Kecelakaan dalam perjalanan yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat
kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.
4. Faktor Kecelakaan Kerja
Adanya banyak penyebab terjadinya kecelakaan kerja dalam proyek
konstruksi, salah satunya adalah karakter dari proyek itu sendiri. Proyek
konstruksi memiliki konotasi yang kurang baik jika ditinjau dari aspek
kebersihan dan kerapiannya, lebih tepatnya disebut semrawut karena padat alat,
pekerja, material. Faktor lain penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah faktor
pekerja konstruksi yang cenderung kurang mengindahkan ketentuan standar
keselamatan kerja, pemilihan metoda kerja yang kurang tepat, perubahan tempat
kerja sehingga harus selalu menyesuaikan diri, perselisihan antar pekerja
sehingga mempengaruhi kinerjanya, perselisihan pekerja dengan tim proyek,
peralatan yang digunakan dan masih banyak faktor lain.
Jumlah pekerja yang besar dalam proyek konstruksi membuat perusahaan
sulit untuk menerapkan program keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif.

337
Secara umum, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat dibedakan
menjadi (Ervianto, 2012):
a. Faktor pekerja itu sendiri
b. Faktor metoda konstruksi
c. Peralatan
d. Manajemen
Usaha-usaha pencegahan timbulnya kecelakaan kerja perlu dilakukan
sedini mungkin. Adapun tindakan yang mungkin dilakukan adalah:

a. Mengidentifikasi setiap jenis pekerjaan yang beresiko dan


mengelompokkannya sesuai tingkat resiko.
b. Adanya pelatihan bagi para pekerja konstruksi sesuai dengan keahliannya.
c. Melakukan pengawasan secara lebih intensif terhadap pelaksanaan
pekerjaan.
d. Menyediakan alat perlindungan kerja selama durasi proyek.
e. Melaksanakan pengaturan di lokasi proyek konstruksi (Ervianto, 2012).
5. Tujuan Keselamatan Kerja
Tujuan kesehatan kerja menurut Tarwaka (2010) yaitu:
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja setinggi-
tingginya baik fisik, mental dan sosial di semua lapangan kerja.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan kerja.
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya kesehatan yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.
d. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi
fisik, tubuh, mental psikologis tenaga kerja yang bersangkutan.
6. Indikator Kesehatan Kerja
Dessler (2013) mengukur kesehatan kerja dengan menggunakan tiga indikator
sebagai berikut :
a. Keadaan dan kondisi karyawan, adalah keadaan yang dialami oleh karyawan
pada saat bekerja yang mendukung aktifitas dalam bekerja.
b. Lingkungan kerja, adalah lingkungan yang lebih luas dari tempat kerja yang
mendukung aktivitas karyawan dalam bekerja.

338
c. Perlindungan karyawan, merupakan fasilitas yang diberikan untuk
menunjang kesejahteraan karyawan.

Referensi:
Dessler, 2013, Manajemen Sumber Daya Manusia Human Reources, Prenhalindo,
Jakarta.
Ervianto, I.W., 2012, Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau, CV. Andi Offset,
Yogyakarta.
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga, Jakarta.
Tarwaka, 2010, Ergonomi Industri, Harapan Press, Surakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

339
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN PENYULUHAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PADA HOME INDUSTRI PEMBUATAN WIG DI RT 01 RW 03
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :
RORO ZULKHAIDA 14B018003
SUKMAWATI CITA LESTARI 14B018011
SELLY EKA PEBRIANTI 14B018013
NUR RIZKY AMALIA SHIDIQ 14B018015
AMALIA RIZKI RADIKA 14B018017
REKSA DHIA PUTRA 14B018019
RESHA OKTAVIANI RAHAYU 14B018029
AFIF GILANG PRASETIYANTO 14B018030
PUPUT TRI WAHYUNI 14B018036
ALIYATUL AENI 14B018040
SISKARININGSIH PUTRI U 14B018046

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
PURWOKERTO
2019

340
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KEGIATAN LATIHAN SENAM PEREGANGAN
PADA HOME INDUSTRI PEMBUATAN WIG DI RT 01 RW03
DESA KEBUMEN KECAMATAN BATURRADEN
KABUPATEN BANYUMAS

Pokok Bahasan : Karyawan dan pemilik home industri


Sub Pokok Bahasan : Latihan Senam Peregangan
Hari/tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
Waktu : 10.00-10.35 WIB
Tempat : Home industri pembuatan wig
Topik Kegiatan : Kegiatan Pelatihan Senam Peregangan

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mempromosikan kepada karyawan dan pemilik home industri
mengenai senam peregangan untuk memberikan efek relaksasi pada karyawan
maupun pemilik home industri yang bekerja.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan karyawan dan pemillik home industri
pembuatan wig mengenai gangguan muskuloskeletal.
b. Meningkatkan kesadaran karyawan dan pemilik home industri pembuatan
wig tentang pentingnya mengurangi risiko terjadinya gangguan
muskuloskeletal.
c. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi karyawan dan pemilik home
industri saat bekerja.

B. RENCANA KEGIATAN
1. Topik : Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan senam peregangan
2. Metode : Ceramah dan demonstrasi
3. Media : Leaflet
4. Hari/tanggal : Rabu, 22 Mei 2019
5. Waktu : Pukul 10.00 WIB
6. Tempat : Home Industri pembuatan wig

341
7. Pengorganisasian kelompok
Moderator : Afif Gilang Prasetyanto
Penyaji : Aliyatul Aeni
Puput Tri Wahyuni
Observer : Nur Rizky Amalia Shidiq
Fasilitator : Selly Eka Pebrianti
Siskariningsih Putri Utami
Reksa Dhia Putra
Amalia Rizki Radika
Dokumentasi : Roro Zulkhaida
Notulen : Sukmawati Cita Lestari

C. PENGORGANISASIAN WAKTU

No Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu


1. Pendahuluan/pembukaan:
a. Memberi salam Membalas salam
5 menit
b. Perkenalan Mendengarkan
c. Jelaskan tujuan Mendengarkan
2. Isi
a. Menjelaskan materi
 Pengertian senam peregangan Mendengarkan, memperhatikan
 Gerakan senam peregangan dan mendemonstrasikan 25 menit
 Demonstrasi senam peregangan
b. Tanya jawab Bertanya dan menjawab
c. Evaluasi sesuai dengan pedoman
3. Penutup
a. Menyimpulkan bersama peserta Menjawab
5 menit
b. Member motivasi dan pujian Memperhatikan
c. Mengucapkan salam penutup Menjawab salam

D. EVALUASI
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
1. Pengertian senam peregangan
2. Mempraktikkan minimal 3 gerakan dengan benar

342
Lampiran 1. Materi
A. Latihan Peregangan
1. Pengertian Latihan Peregangan
Latihan peregangan (stretching exercise) adalah suatu tindakan
administratif yang dilakukan untuk meminimalisir risiko gangguan di tempat
kerja. Manfaat dari latihan peregangan (stretching exercise) yaitu dapat
meningkatkan kebugaran secara fisik dengan cara memperlancar metabolisme
dan transportasi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh serta membuang sisa-sisa zat
yang tidak lagi diperlukan (Suharjana, 2013).
2. Gerakan Senam Peregangan
a. Peregangan Leher
1) Fleksi
Duduk dengan posisi yang baik, kemudian letakkan
tangan dibelakang kepala dengan rileks dan
tundukkan kepala ke arah dada, tahan, dan ulangi 3-
5 kali. Durasi gerakan 10 detik.
2) Ekstensi
Duduk dengan posisi baik, letakkan tangan dibelakang
leher untuk menahan kepala saat diangkat ke atas dan
diulangi 3-5 kali. Durasi 10 detik.
3) Side
Jaga kepala untuk melihat ke depan, dan sentuh bahu
ke arah telinga, tahan dan ulangi 3-5 kali. Durasi 10
detik.
b. Peregangan Bahu
Roll: Duduk atau berdiri, kemudian angkat bahu dan
putarlah dua atau tiga kali ke arah depan, dan ulangi untuk
arah belakang dulangi 3-5 kali dengan durasi 10 detik.

343
c. Peregangan Lengan
Duduk dengan posisi yang baik, kemudian pegang
siku dengan tangan yang lain lalu angkat bahu ke
samping dan diulangi sebanyak 3-5 kali dengan
durasi 10 detik.
d. Peregangan Lutut
Duduk dengan posisi yang baik, kemudian tekuk dan
luruskan lutut berulang-ulang, lakukan juga untuk
ankle dengan memutar ke kiri atau ke kanan. Diulangi
sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
e. Peregangan Dada
1) Berdiri dengan posisi lengan di belakang, lakukan
tekanan ke arah yang berlawanan. Diulang
sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
2) Berdiri dengan kedua lengan di belakang kepala,
angkat siku ke atas dan yang lain ke bawah,
kemudian tahan dan lakukan untuk arah yang lain.
Diulang sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
f. Peregangan Pinggang
1) Gerakan diawali berdiri, kemudian letakkan
tangan pada pinggang, putarlah pinggang ke arah
kanan, lakukanlah untuk arah yang lain. Dilakukan
sebanyak 3 kali dengan durasi 10 detik.
2) Berdiri dengan meletakkan tangan pada pinggang
dorong pinggang ke arah depan dan tarik bahu ke
arah belakang. Dilakukan sebanyak 3 kali dengan
durasi 10 detik.
g. Peregangan Pergelangan Tangan
Lemaskan jari-jari tangan dan putar pergelangan
tangan ke arah kiri dan kanan. Dilakukan
sebanyak 3-5 kali dengan durasi 10 detik.

344
Referensi:
Kementerian Republik Indonesia, 2016, Permenkes Republik Indonesia No. 48 Tahun
2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran,
Kemenkes RI, Jakarta.
Suharjana, F., 2013, Perbedaan pengaruh hasil latihan peregangan statis dan dinamis,
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia, 9(1):38-46.

345
Lampiran 2. Leaflet K3

346
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan

347

Anda mungkin juga menyukai