Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN SEMINAR JURNAL

PEMBERIAN SENAM LANSIA PADA LANSIA DENGAN NYERI LUTUT


DAN PENGARUH SENAM TERA TERHADAP NYERI SENDI LUTUT
DI POSYANDU LANSIA USIA 60-69 TAHUN KAKAK TUA
RW 08 KELURAHAN TANDES SURABAYA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK A

1. Aprilian Fajareni K (1804027)


2. Bernadita Clarasita (1804032)
3. Edwin Salulito Nugroho (1804085)
4. Enzelia Kamala Sari (1804038)
5. Friskila Nofiasari (1804040)
6. Maria Berlianna Ferdinandus (1804051)
7. Yosafat Hulu (1804078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN SEMINAR JURNAL
PEMBERIAN SENAM LANSIA PADA LANSIA DENGAN NYERI LUTUT
DAN PENGARUH SENAM TERA TERHADAP NYERI SENDI LUTUT
DI POSYANDU LANSIA USIA 60-69 TAHUN KAKAK TUA
RW 08 KELURAHAN TANDES SURABAYA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK A

1. Aprilian Fajareni K (1804027)


2. Bernadita Clarasita (1804032)
3. Edwin Salulito Nugroho (1804085)
4. Enzelia Kamala Sari (1804038)
5. Friskila Nofiasari (1804040)
6. Maria Berlianna Ferdinandus (1804051)
7. Yosafat Hulu (1804078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan seminar jurnal “Pemberian Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri
Lutut dan Pengaruh Senam Tera Terhadap Nyeri Sendi Lutut Di Posyandu Lansia
Usia 60-69 Tahun Kakak Tua Rw 08 Kelurahan Tandes Surabaya” telah diteliti
dan disetujui oleh preceptor.

Yogyakarta, Agustus 2019

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Indrayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kom.) (Arin Sapta Rini., AMK)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan

tuntunan-Nya kami dapat membuat makalah jurnal tentang “Pemberian Senam

Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut dan Pengaruh Senam Tera Terhadap

Nyeri Sendi Lutut Di Posyandu Lansia Usia 60-69 Tahun Kakak Tua Rw 08

Kelurahan Tandes Surabaya” dapat terselesaikan pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN, selaku Ketua STIKES Bethesda

YAKKUM Yogyakarta.

2. Gatot Yulianto,SH selaku Kepala BPSTW Budi Luhur.

3. Indrayanti, S. Kep., Ns., M.Kep., S.Kom selaku pembimbing akademik.

4. Ibu Arin Sapta, selaku pembimbing klinik Wisma Anggrek.

5. Seluruh staf dan karyawan BPSTW Budi Luhur yang turut membantu

penyusunan makalah.

6. Seluruh lansia yang tinggal di lingkungan BPSTW Budi Luhur.

7. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak

berperan serta dalam membatu penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Agustus 2019


Kelompok A
iii
DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................... 1

B. Profil BPSTW..................................................................... 1

C. Fenomena ............................................................................. 9

BAB II PEMBAHASAN

A. Jurnal Utama......................................................................... 10
B. Jurnal Pembanding ..............................................................
11

BAB III ANALISA JURNAL

A. Pembahasan Jurnal............................................................... 12
B. Analisa Jurnal .......................................................................
13

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................ 19

B. Saran....................................................................................... 19
.
DAFTAR PUSTAKA 20

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah


menghasilkan hal yang positif di berbagai bidang antara lain adanya
kemajuan dibidang ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemjuan
dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang medis
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta
meningkatkan harapan hidup manusia (Hadi, 2008). Penuaan merupakan
suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus-menerus dan
berkesinambungan. Proses penuaan akan menyebabkan beberapa
perubahan dari anatomis, fisiologis dan biokimia padda tubuh sehingga
berdampak pada fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Siti,
2008).
Menurut Siti (2016), lansia atau lanjut usia adalah suatu proses alami yang
terjadi pada setiap seseorang dengan segala keterbatasannya. Batasan
lansia menurut WHO yaitu seorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
Batasan usia tersebut sesuai dengan UUD No. 13 Th 1998 tentang
kesejahteraan lansia (Depkes, 2011).

B. Profil BPSTW
Badan Panti Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Yogyakarta adalah Panti
Sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi
lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam
kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam panti maupun yang
berada di luar panti. BPSTW sebagai lembaga pelayanan sosial lanjut usia
berbasis Panti yang dimiliki pemerintah dan memiliki berbagai
sumberdaya perlu mengembangkan diri menjadi Institusi yang progresif
dan terbuka untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhan lanjut usia
yang terus meningkat.

1
2

BPSTW Yogyakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah sesuai dengan


Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Nomer 3 Tahun 2015 tentang
Kelembagaan Pemerintah Daerah DIY, Balai Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (Balai PSTW) Yogyakarta adalah merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis Daerah yang berada di bawah Dinas Sosial DIY.
Selanjutnya berdasarkan peraturan Gubernur DIY Nomor 100 2015
Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi
Serta Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Pada Dinas Sosial ,yang
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada lanjut usia. BPSTW
Yogyakarta diharapkan mampu mengembangkan komitmen dan
kompetensinya dalam memberikan pelayanan sosial yang berstandarisasi
dengan mengacu kepada Kepmen kesehatan dan kesejahteraan sosial
nomer 193/menkes kesos/III/2000 tentang Standarisasi Panti Sosial, yang
telah direvisi dengan Kepmen Sosial RI Nomor 50/Huk/2004, sekaligus
mengakomudasi potensi lokal didaerah. Pada saat ini BPSTW Yogyakarta
mempunyai 2 (dua) Unit yaitu BPSTW Yogyakarta Unit Abiyoso yang
terletak di Dusun Duwetsari, Pakembinangun, Pakem, Sleman, D.I.
Yogyakarta dan BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur terletak di Dusun
Kasongan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, D.I. Yogyakarta.
1. Tugas Pokok
Tugas pokok BPSTW Yogyakarta yaitu sebagai pelaksana teknis
dalam perlindungan, pelayanan, dan jaminan sosial bagi penyandang
masalah kesejahteraan sosial lanjut usia.
2. Fungsi
Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY Nomor 100 Tahun 2015, maka
BPSTW Yogyakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pusat pelayanan pendampingan dan perlindungan bagi lanjut usia
b. Pusat Informasi tentang kesejahteraan sosial lanjut usia
c. Pusat Pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia.
3

3. Visi dan Misi


Visi : Lanjut usia yang sejahtera dan berguna.
Misi:
a. Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup
penyandang masalah kesejahteraan sosial lanjut usia.
b. Meningkatkan profesionalisme dan kualitas pelayanan
kesejahteraaan sosial lanjut usia.
c. Meningkatkan jangkauan pelayanan melalui program pelayanan
khusus, pelayanan harian lanjut usia (Day Care Service).
4

4. Struktur Organisasi Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Yogyakarta


STRUKTUR ORGANISASI
BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WERDHA
DINAS SOSIAL DIY

KEPALA BALAI
Gatot Yulianto, SH

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA KEPALA SEKSI KELOMPOK


PERLINDUNGAN DAN
- JABATAN
JAMINAN SOSIAL FUNGSIONAL
PENGADM, PERSURATAN
Drs. Harjanto PEKERJA SOSIAL
1. Sugiyana PENGADMINISTRASI
2. Surharyanto PELAYANAN
1. Dra. Nur Hayati
1. Prapti Susanti 2. Muslimawati
PENGELOLA KEARSIPAN
2. Yuni Hastuti 3. Nicasius Sumardi
Fajar Siwiriani 4. Feriawan Agung

PENGELOLA PERLIND.
ANALISI PERENC. PROG DAN SOSIAL
ANGGARAN
1. Drs. A. Ashawi DOKTER MUDA
Bowo Mursito, S. KM 2. Wiwin Aziz Arifah,
A. MK -
3. Parjiyono
PENGELOLA ADMINISTRASI KEPEG
Dra. Yanti Sukristiyanti
PRAMU BAKTI
PERAWAT
1. Widraningsih
PEMELIHARA SARANA DAN 2. Tatik Rumiyati
PRASARANA 3. Fajar Krismawati 1. Erna Sulistiyono
1. Alip 4. Fitri Nuryani 2. Muh. Fathoni
2. Surana 5. Yukesti 3. Usi Tety Wu
4. Nurul

PENGELOLA BARANG
1. Eriyanto, SH
2. Harwanta

BENDAHARA
Siti Nugraha Purwaningsih

PENGADMINISTRASI KEUANGAN
Naning Nurhandayani

PENATA LAPORAN KEUANGAN


5

Selain melaksanakan tugas dibantu dengan pembantu hororer atau


kerjasama dengan pihak ke 3 (penyedia barang atau jasa) terdiri dari:

a. Juru masak 4 orang


b. Pramubakti 25 orang
c. Petugas cuci 2 orang
d. Pengemudi 1 orang
e. Petugas keamanan 8 orang
f. Petugas kebersihan 7 orang

5. Sarana dan Prasarana


BPSTW Yogyakarta meningkatkan pelayanan terhadap lanjut usia baik
yang berada dipanti maupun diluar panti didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai seperti:
a. Fasilitas per kantor yaitu ruang kerja, meja kursi, almari, Filling
Kabinet, alat tulis kantor dan sebagainya.
b. Fasilitas pelayanan yaitu ruang serbaguna, ruang pelayanan, tempat
istirahat, peralatan pelayanan, meja kursi, werles, alat hiburan, alat
olahraga, alat permainan, alat aksesibilitas, buku, koran, majalah, dan
sebagainya.
c. Fasilitas penunjang yaitu kendaraan (motor dan mobil), dapur, toilet
dan sebagainya.

Adapun sarana yang ada di BPSTW Yogyakarta dapat dilihat pada tabel
berikut: sarana di BPSTW Yogyakarta Unit Abiyasa dan unit Budi Luhur

BPSTW Yogyakarta
No Unit Unit Budi Jumlah
Sarana
Abiyoso Luhur
1. Kendaraan roda empat: 1 buah 1 buah 2 buah
- Ambulans
- Mobil kijang
(kendaraan dinas
kepala BPSTW)
2. Kendaraan roda dua 3 buah 3 buah 6 buah
6

BPSTW Yogyakarta
No Unit Unit Budi Jumlah
Sarana
Abiyoso Luhur
3. Komputer 5 buah 5 buah 10 buah
4. Laptop 1 buah 1 buah 2 buah
5. AC 4 buah 1 buah 5 buah
6. Kasur busa dan dipan 160 buah 120 buah 280 buah
7. Weater 12 unit 9 unit 21 unit
8. Kulkas 6 buah 3 buah 9 buah
9. Pesawat telephone 1 buah 1 buah 2 buah
10. Air phone 1 unit 8 1 unit 5 2 unit 13
saluran saluran saluran
11. Faxmile 1 buah 1 buah 2 buah
12. LCD 1 - 1 buah
13. Gamelan 1 buah 1 buah 2 buah
14. Kursi malas 10 buah 4 buah 14 buah
15. Meja makan 15 buah 10 buah 25 buah
16. Meja tamu 20 buah 15 buah 35 buah

No Luas tanah / jenis Tipe / fungsi kondisi


bangunan ukuran
1 Luas tanah 6512 m3 Tempat berdirinya -
bangunan
2 Wisma Anggrek 120 m2 Asrama klayan baik
3 Wisma Bugenvil 120 m2 Asrama klayan baik
4 Wisma Cempaka 120 m2 Asrama klayan baik
5 Wisma Dahlia 120 m2 Asrama klayan baik
6 Wisma Edelwis 120 m2 Asrama klayan baik
7 Wisma Flamboyan 120 m2 Asrama klayan baik
8 Wisma Gladiol 120 m2 Asrama klayan baik
9 Gedung dapur dn 260 m2 Tempat memasak baik
laundry dan mencuci untuk
klien.
7

No Luas tanah / jenis Tipe / fungsi kondisi


bangunan ukuran
10 Gedung poliklinik dan 400 m2 Subsidi silang dan baik
pekerja sosial ruang isolasip
( 2 lantai )
11 Gedung aula dan 470 m2 pGedung pertemuan baik
kantor dilantai 1 dan ruang
kerja bagi perkerja
dilantai 2
12 Ruang isolasi 134 m2 Ruang perawatan baik
khusus untuk klayan
yang mengalami
penyakit seperti
menular yang
mobilitasnya sudah
terbatas.
13 Ruang keterampilan 90 m2 Tempat klayan Baik
melaksanakan
kegiatan
keterampilan
14 Masjid 9 m2 tempat ibadah Baik
15 Rumah dinas 148 m2 Rumah dinas kepala Baik
16 Garasi 36 m2 Tempat kendaraan Baik
dinas
17 Pos satpam 6 m2 Tempat penjagaan Baik
keamanan

6. Kegiatan Pelayanan
a. Program rutin (reguler) dan program layanan khusus (kontribusi) serta
tetirah
1) Pemenuhan kebutuhan makanan harian untuk klien reguler dan
pelayanan khusus serta tetirah.
2) Pemberian bimbingan sosial yang dilakukan oleh pekerja sosial.
3) Pemberian bimbingan fisik berupa kegiatan senam bugar lansia
yang dilakukan setiap hari kecuali pada hari jumat dan minggu.
4) Bimbingan psikologi dilakukan sabtu minggu sekali atau sesuai
dengan kebutuhan klien.
8

5) Bimbingan keterampilan dilakukan setiap 1 minggu sekali adapun


kegiatan yang diberikan seperti membuat sapu, keset, sulak,
menyulam, menjahit dan anyaman bambu.
6) Bimbingan mental dan rohani dilakukan setiap 1 minggu sekali
untuk yang beragama islam dan non muslim serta dilakukan
peringatan hari besar keagamaan.
7) Bimbingan pelayanan kesehatan dilakukan 1 kali dalam 1 minggu
bekerja sama dengan puskesmas dan dokter umum.
8) Bimbingan kesenian yang dilakukan setiap 1 minggu 2 kali berupa
kegiatan bernyanyi dan karawitan.
9) Diadakan rerekreasi dan makan bersama diluar panti 2 kali dalam
setahun.
10) Pengadaan lomba dalam rangka memperingati HALUN dan HUT
RI.
b. Program Day Care Service
1) Pemberian pelayanan kesehatan yang dilakukan
2) Pemberian pelayanan konsultasi psikologi setiap 1 minggu sekali.
3) Pemberian bimbingan kesenian setiap 1 minggu 2 kali.
4) Pemberian bimbingan senam 1 minggu sekali.
5) Pemberian bimbingan sosial setiap 1 minggu sekali.
6) Pemberian bimbingan rohani setiap 1 minggu sekali.
7) Pemberian makanan tambahan setiap 2 minggu sekali.
c. Sasaran Kesehatan
1) Klien rutin (reguler)
Lanjut usia terlantar baik secara sosial maupun ekonomi.
2) Klien pelayanan khusus.
Lanjut usia yang mengalami masalah sosial tetapi tidak secara
ekonomi.
3) Klien Day Care Service
Lanjut usia yang mendapatkan pelayanan didalam panti tetapi
tidak bertempat tinggal didalam panti.
9

7. Syarat Dan Kelengkapan Penerimaan Klien


a. Program klien rutin (reguler)
1) Syarat pendaftaran
(a) Lanjut usia yang berumur 60 tahun ke atas.
(b) Sehat jasmani dan rohani (masih dapat melakukan aktivitas
sendiri, seperti: mencuci pakaian sendiri, mencuci piring,
membersihkan tempat tidur).
(c) Tidak punya sanak saudara (terlantar).
(d) Tidak ada yang bertanggung jawab.
(e) Lanjut usia yang bersedia tinggal dipanti.
2) Kelengkapan administrasi
(a) Surat keterangan tidak mampu aparat setempat.
(b) Surat keterangan kesehatan dari dokter.
(c) Surat pernyataan dari penanggung jawab.
(d) Surat keterangan RT dan RW setempat yang menyatakan
status kependudukan dan keadaan calon klien yang
memerlukan pelayanan dari BPSTW Yogyakarta.
(e) Menandatangani tata tertib dan peraturan yang berlaku di
BPSTW Yogyakarta.

C. Fenomena
Hasil dari pengkajian yang didapatkan pada hari Senin tanggal 12 Agustus
2019 terdapat 11 Lansia di Wisma A (Anggrek), 8 diantaranya
mengatakan mengalami nyeri sendi terutama pada lutut seperti Ny. L
mengatakan nyeri pada kaki bagian lutut ke bawah. Ny. K mengatakan
lututnya pernah nyeri. Ny S juga mengatakan nyeri pada lutut.
10

BAB II

PEMBAHASAN

A. Jurnal Utama

ABSTRAK

Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Pada usia lanjut, mengalami

penurunan pada sistem musculoskeletal. Penurunan sistem

muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian

salah satunya pada sendi lutut. Nyeri lutut merupakan suatu upaya untuk

mengurangi nyeri lutut adalah dengan terapi non farmakologis dengan

senam lansia. Tujuan penelitian adalah memberikan intervensi senam

lansia pada lansia dengan nyeri lutut untuk mengurangi nyeri lutut.manfaat

penelitian adalah melatih kemampuan otot sendi dan menurunkan skala

nyeri lutut pada lansia. Metode yang digunakan adalah penelitian

kuantitatif dengan jenis eksperimental dan design one group pre-post test

design. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia baik pria maupun

wanita di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang.

Instrumen atau alat yang digunakan berupa skala nyeri VAS atau

Baourbaris dan lembar observasi. Pengambilan sampel menggunakan

jumlah minimal sampel bagi penelitian kuantitatif eksperimental yaitu

sebanyak 15 responden. pelaksanaan senam lansia dapat dilakukan pada


11

pagi hari sebelum sarapan selama kurang lebih 15-45 menit. Penelitian ini

dilakukan pada tanggal 27 Februari 2012 sampai 3 Maret 2012 di Unit

Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang. Penelitian ini

menggunakan uji statistic Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai signifikansi p-value 0,001 yang berarti sig <α=(0,05). Disimpulkan

bahwa senam lansia ini efektif mengatasi nyeri lutut pada lansia di Unit

Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti” Kabupaten Rembang dan diharapkan

senam lansia ini dapat membantu masyarakat atau lansia untuk

mengurangi nyeri sendi lutut.

Kata kunci : nyeri lutut, senam lansia, lansia

B. Jurnal Pembanding

ABSTRAK

Proses menua merupakan sepanjang hidup yang tidak bisa dihindari, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu melainkan dimulai sejak

permulaan kehidupan. Bertambahnya usia maka kerja sendi pun akan

bertambah, terutama pada sendi-sendi seperti sendi lutut. Hal tersebut

dapat menyebabkan ausnya tulang rawan bergeser, yang pada akhirya akan

menimbulkan nyeri sendi pada lutut. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh senam tera terhadap nyeri sendi lutut di posyandu

lansia usia 60-69 tahun Kakak Tua Kelurahan Tandes Surabaya. Metode

penelitian menggunakan one group pre-test and post-test design.


12

Pengambilan data dengan menggunakan Skala WOMAC. Sampel dalam

penelitian ini adalah lansia di posyandu Kakak Tua RW 08 Kelurahan

Tandes Surabaya dan memenuhi kriteria yang digunakan penelitian

sebanyak 26 lansia perempuan yang mengalami nyeri sendi lutut. Program

latihan pemberian perlakuan senam tera selama 6 minggu dengan 18 kali

pertemuan, 1 minggu 3 kali. Hasil penelitian menunjukan bahwa

perhitungan uji “t” p = 0,00 < 0,05. Dapat disimpulkan bahwa senam tera

dapat memberikan pengaruh pada nyeri sendi lutut.

Kata kunci: senam tera, nyeri sendi lutut, lansia, Skala WOMAC.
BAB III

ANALISA JURNAL

A. PEMBAHASAN JURNAL
Pada bab ini akan dibahas jurnal sesuai dengan analisis PICO dan akan
dilampirkan jurnal dengan judul: “Pemberian Senam Lansia Pada Lansia
Dengan Nyeri Lutut dan Pengaruh Senam Tera Terhadap Nyeri Sendi Lutut Di
Posyandu Lansia Usia 60-69 Tahun Kakak Tua Rw 08 Kelurahan Tandes
Surabaya”.

B. ANALISA JURNAL
Jurnal utama: Pemberian Senam Lansia Pada Lansia Dengan Nyeri Lutut
Jurnal pembanding: Pengaruh Senam Tera Terhadap Nyeri Sendi Lutut Di
Posyandu Lansia Usia 60-69 Tahun Kakak Tua Rw 08 Kelurahan Tandes
Surabaya

13
14

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking


1. Problem/ YA Jurnal I:
Populasi Jumlah orang lanjut usia pada tahun 2000
diproyeksikan sebesar 7,25% dan pada tahun 2020
sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data UBA-
Bureau of the Census, bahkan Indonesia
diperkirakan akan mengalami pertambahan warga
lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990-
2025, yaitu sebesar 41,4% (Maryam 2008). Menua
adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri.
Pada usia lanjut, mengalami penurunan pada sistem
musculoskeletal. Penurunan sistem musculoskeletal
ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah
persendian salah satunya pada sendi lutut. Populasi
dalam penelitian ini adalah lansia baik pria maupun
wanita di Unit Rehabilitasi Sosial “Margo Mukti”
Kabupaten Rembang, Pengambilan sampel
menggunakan jumlah minimal sampel bagi
penelitian kuantitatif eksperimental yaitu sebanyak
15 responden.

Jurnal II:
Menua merupakan sepanjang hidup yang tidak bisa
dihindari, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu melainkan dimulai sejak permulaan
kehidupan. Bertambahnya usia maka kerja sendi pun
akan bertambah, terutama pada sendi-sendi seperti
sendi lutut. Hal tersebut dapat menyebabkan ausnya
tulang rawan bergeser, yang pada akhirya akan
menimbulkan nyeri sendi pada lutut. Berdasarkan
hasil observasi peneliti di posyandu lansia kakak tua
rw 8 Kelurahan Tandes Surabaya bahwa populasi
sebanyak 65 lansia kebanyakan penyakit yang
diderita oleh para lansia ialah nyeri sendi lutut,
sampel yang digunakan 26 lansia. Masalah umum
yang sering saya temui pada usia lanjut selain di
posyandu lansia kakak tua ialah rasa nyeri pada
persendian karena diumurnya yang tidak lagi muda,
akan tetapi mereka hanya menganggap sepele,
mereka tidak memperhatikan gaya hidupnya.

Crithikal Thinking
Proses menua merupakan sepanjang hidup yang
tidak bisa dihindari, Semua makhluk hidup memiliki
15

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking


siklus kehidupan menjadi tua yang diawali dengan
proses kelahiran, kemudia tumbuh dewasa dan
berkembang baik, selanjutnya menjadi semakin tua
dan akhirnya meninggal (Wulandari, 2016:257).
Perubahan yang terjadi pada lansia ialah: perubahan
fisik, menurunnya sistem kardiovaskular,
meurunnya sistem pernapasan, menurunnya sistem
reproduksi, sistem muskuluskeletal, perubahan
sistem kulit, berkurangnya rambut dan berubahnya
warna, h.masalah persendian. Nyeri sendi pada
lansia memang sudah menjadi hal yang wajar,
hampir semua lansia akan mengalami nyeri
persendian. Nyeri sendi adalah suatu peradangan
sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi,
warna merah, panas, nyeri dan terjadinya gangguan
gerak (Suharjono, dkk dalam Putra 2016:2). Sendi
lutut merupakan sendi terbesar dari sendi lainnya
pada tubuh manusia. Fungsi utama sendi lutut
adalah untuk menekuk lutut, meluruskan dan
menompang berat badan bersama dengan
pergelangan kaki dan pinggul. Lutut gabungan dari
sendi engsel namum mampu memutar dan berotasi,
dengan begitu lutut memerlukan dukungan seluruh
tubuh untuk melakukannya, lutut bergantung pada
sejumlh struktur tulang, ligament, tendon, dan tulang
rawan (Lumbago, 2011:5). Menurut Lubis (2013:20)
faktor penyebab nyeri sendi lutut sebagai berikut:
usia, jenis kelamin, mekanisme imunitas, faktor
genetik dan faktor pemicu lingkungan,kesalahan
dalam mengkonsumsi makanan , cedera sendi atau
trauma, kegemukan atau obesitas, osteoarthritis,
dislokasi sendi lutut dan aktivitas fisik.
2 Intervensi YA Jurnal I:
Penelitian ini melakukan intervensi dengan
memberikan senam pada lansia yang dilakukan
perlakuan selama 6 hari.
Critical thinking:
Senam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi.
Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih
maka cairan sinovial akan meningkat atau
bertambah yang berarti penambahan cairan sinovial
pada sendi dapat mengurangi resiko cidera pada
lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada
lansia (Taslim, 2011)
16

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking


Jurnal II:
Senam tera dilakukam selams 6 minggu dengan
frekuensi 18x pertemuan yang dilaksanakan 3 kali
dalam 1 minggu dengan latihan peregangan 10
menit, persendian 30-40 menit dan pernapasan 10
menit.

Critical thinking:
Senam tera merupakan salah satu bentuk latihan
ringan yang digunakan untuk melatih otot dan
persendian selain itu gerakan didalamnya ringan
dilakukan dan tidak membahayakan para lansia.
Senam tera berfungsi untuk mengurangi rasa
nyeripada sendi, mengurangi stres, mengurangi
ketergantungan susah tidur (Naryadi, 2012).
3 Comparace YA Jurnal I:
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan menggunakan rancangan penelitian
eksperiment dan desain one group pre test-post test.
Penelitian ini juga melibatkan 15 lansia yang
dijadikan responden sesuai dengan kriteria inklusif,
ekslusi dan bersedia menjadi responden dan
menandatangani surat persetujuan. Pengambilan
sampel sesuai dengan syarat penelitian untuk
eksperimen.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 Februari
2012 hingga maret 2012 di Unit Rehabilitasi Sosial
“Margo Mukti” kabupaten Rembang.

Critical thinking:
Pada senam lansia ini diketahui bahwa responden
mengalami nyeri sendi dari sebelum diberikan
intervensi.
Hasil penelitian pengukuran skala nyeri sesudah
diberikan terapi senam lansia ini sesuai dengan teori
yang telah disampaikan bahwa senam lansia
meningkatkan kemampuan otot sendi. Kemampuan
otot sendi apabila sering dilatih atau digerakan maka
cairan sinovial pada sendi akan meningkat. Cairan
sinovial ini berfungsi sebagai pelumas dalam sendi
dan juga mengurangi resiko cidera sendi pada lansia
(Taslim, 2011).

Jurnal II:
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperiment
17

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking


kuantitatif. Manggunakan rancangan one group pre-
test design. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh peserta lansia di Posyandu Kakak Tua RW
08 Kelurahan Tandes Surabaya. Penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Sampling berjumlah
26 lansia perempuan sesuai dengan karakteristik
yang ditentukan peneliti : berusia 60-90 tahun,
memiliki keluhan nyeri pada lutut, sampel
dianjurkan tidak mengkonsumsi obat-obatan selama
6 minggu saat penelitian, mampu mengikuti gerakan
yang sudah ditentukan dan tidak berkebutuhan
khusus.

Critical thinking:
Senama tera tidak hanya berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri pada sendi akan tetapi senam
tera memiliki pengaruh besar terhadap mengurangi
tingkat stress, mengingkatkan sistem pernafasan,
memperkuat ketahanan jantung dan memperlancar
peredaran darah serta mengurangi ketergantungan
susah tidur.

4 Outcome YA Jurnal I:
Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi senam
lansia menunjukkan bahwa sebesar 86,7% lansia
memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33%
lansia mempunyai skala nyeri 1 atau skala nyeri
ringagn. Hasil Uji Statistik Wilcoxon diperoleh nilai
p-value 0,001 yang berarti sig<ɑ=(0,05). Nilai
Signifikansi 0,001 < 0,05 artinya hipotesa diterima
yaitu pemberian terapi senam lansia efektif
mengatasi nyeri lutut pada lansia.

Critical thinking:
Senam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi.
Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih
maka cairan sinovial akan meningkat atau
bertambah yang berarti penambahan cairan sinovial
pada sendi dapat mengurangi resiko cidera pada
lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada
lansia (Taslim, 2011)

Jurnal II:
Berdasarkan hasil Paired Samples Test didapatkan
hasil nilai Sig. Sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa adanya pengaruh senam tera
terhadap nyeri sendi lutut yang signifikan.
18

No Kriteria Jawab Pembenaran dan Critical Thinking

Critical thinking:
Senam tera merupakan suatu latihan yang melatih
fisik dan mental, yang memudahkan gerakan-
gerakan anggota tubuh dengan satu teknik irama
pernafasan, persendian dan peregangan melalui
pemusatan pemikiran dan dilakukan secara
beraturan, serasi, benar dan berkesinambungan,
selain itu senam tera juga dapat memperbaiki dan
meningkatkan kondisi serta fungsi jantung dan
peredaran darah serta mengontrol hipertensi (Senam
Tera Indonesia, 2008).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari beberapa perbandingan kedua jurnal diatas maka


bisa disimpulkan bahwa jurnal “Pemberian Intervensi Senam Lansia Pada
Lansia Dengan Nyeri Lutut” lebih efektif dalam mengurangi nyeri sendi
dan enam lansia dapat melatih kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila
semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan meningkat atau bertambah yang
berarti penambahan cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi resiko cidera
pada lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia.

B. SARAN

1. Pendidikan
Sebagai reverensi untuk pemberian intervensi atau timdakan kepada
lansia terutama yang mengalami nyeri sendi.
2. Balai Pelayangan Sosial Tresna Werdha Budi Luhur
Selalu meningkatakan motivasi kepada lansia untuk terus mengikuti
senam lansia yang bertujuan untuk melatih kemampuan otot sendi dan
mampu mengurangi nyeri sendi pada lansia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia.

Martono, Hadi. 2008. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Maryam, Siti S.Kp dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Naryadi dkk. 2012. Senam Tera Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat

Senam Tera Indonesia.

Senam Tera Indonesia. 2008. Rangkuman Pemahaman dan Manfaat Senam Tera

Indonesia. Jawa Timur: Dewan Pengurus Daerah Senam Tera Indonesia

Jawa Timur.

20

Anda mungkin juga menyukai