Proposal Pembuatan Pakan Ternak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

Pakan ternak fermentasi ini tergolong baru, dan masih dalam pengembangan oleh kelompok

mekarsari gunung kidul, Yogyakarta. Pembuatan pakan ternak dengan memanfaatkan daun kering
bisa menghemat biaya pemeliharaan. Untuk membuat pakan ini sangatlah mudah, dan tidak
memerlukan biaya yang besar. Berikut gambaran tentang cara pembuatan pupuk Fermentasi :
Dalam satu kali proses pembuatan dibutuhkan 10 kg daun kering bisa dari berbagai jenis daun
daunan, bahan tersebut dicampur dengan 2 kg gaplek dan 1,5 kg bekatul. Ditambah 5 sendok tetes
tebu serta 3 sendok suplemen organic cair dan 5 liter air garam. Selanjutnya semua bahan dicampur
sampai merata kemudian dimasukkan kedalam tong/ bak dan ditutup rapat. Kurang lebih dalam
waktu 1 minggu baru bisa diberikan sebagai pakan ternak.
Keunggulan pakan ternak ini dengan bahan bahan tersebut jika dihitung secara nominal maka
menghemat biaya pakan Rp 435.000,- Dengan biaya bahan hanya Rp 13.500,- untuk kebutuhan
pakan ternak 3 kambing dalam 1 bulan. Keunggulan yang lain dapat kita jumpai dari hewan yang
diberikan pakan fermentasi ini lebih sehat dan rendah kandungan kolesterolnya. Ujar ketua
Kelompok Mekarsari, Drs Ton Martono .
Wakil Bupati Gunung Kidul, Drs H Immawan Wahyudi SH MH menambahkan bahwa pakan ternak
dengan proses fermentasi ini jika dilakukan penelitian terperinci dan ternak bisa menjadi lebih sehat
dan gemuk maka akan menjadi solusi kesulitan pakan ternak yang biasa terjadi pada musim
kemarau dan harapannya bisa di ikuti oleh wilayah lain.

Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/news-items/2248351-strategi-baru-pembuatan-
pakan-ternak/#ixzz29mlfmccD

enin, 16 Agustus 2010


ANALISIS USAHA PEMBUATAN PAKAN TERNAK

Artikel Terkait:

Sumber :Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat


Pedesaan, Bappenas
Pakan Ternak 14:12 Posted In pakan , ternak Edit This 0
Comments »

1. SEJARAH SINGKAT
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil
hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga
dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak
peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan
penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup
dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari
pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan
yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah
cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat
(makanan penguat).
2. SENTRA PETERNAKAN
Selama ini produksi pakan ikan alami dilakukan oleh pengusaha pembenihan ikan/udang dalam satu
unit pembenihan, atau oleh Balai Budidaya milik Pemerintah. Sementara ini sentra produksi pakan
ikan buatan berada di Jawa.
3. J E N I S
1)Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik
yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak).
Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman
bijibijian/ jenis kacang-kacangan.Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai
ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis
meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para
peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana,
pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
a.Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria
(Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena
mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b.Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro
(Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-
kacangan lain.
c.Daun-daunan: daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2)Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah
dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji
kacang-kacangan).
3)Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari
tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan.
4)Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.
4. MANFAAT

1)Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya
kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan
sumber energi
dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a.Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b.Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c.Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d.Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan
rumput setaria).
2)Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein
minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman).
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil
sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
3)Sumber vitamin dan mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung
beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat
pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang).
Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan
pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.Saat ini bahan-bahan
pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus
dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur,
Ca2PO4 dan beberapa mineral.
5. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

5.1. Kebutuhan Pakan


Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah
kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan,
dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya
(temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda
kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.Rekomendasi yang diberikan oleh Badan
Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak
terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi
tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia,
yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh
di lapangan.
5.2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi
pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok.
Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang
dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.Tinggi rendah konsumsi pakan pada
ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi
ternak itu sendiri).
a)Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan
kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut
sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis
ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat
produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan
konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur
lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi
kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur
lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan
tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas
dilakukan ternak dengancara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b)Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan
kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti
kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang
menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya.
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga
lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P)
lebih tinggi.
c)Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak
ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar.
Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini,
kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.
d)Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau
dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya.
e)Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi
yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat
konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan
menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung
pakan rendah.
f)Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong)
daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih
mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong
menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g)Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh,
makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui
satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang
merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang.
Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang
badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:Berat
badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661

Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan
nilai 0,75

Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75


h)Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air susu
(ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan,
makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi
(disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama
selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.
5.3. Kandungan Nutrisi Pakan Ternak
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang
diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi,
tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan
mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara
umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh
ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk
mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui
melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal
dengan istilah “analisis proksimat”.
5.4. Peralatan Pembuatan Pakan Ternak
1)Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, bahan yang
digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah:
a.Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah.
b.Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V.
c.Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
d.Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang bagian
atasnya tertutup rapat.
e.Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2)Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu menggunakan Tabel Patokan
Kebutuhan Nutrisi. Sebagai contoh kebutuhan nutrisi dalam penyusunan ransum bagi sapi perah
adalah sebagai berikut :
Sapi perah betina muda berat 350 kg, satu setengah bulan menjelang beranak(melahirkan pada umur
36 bulan), membutuhkan pakan dengan kandungan nutrisi sebagai berikut:
a.Kebutuhan hidup pokok dan reproduksi :
Bahan Kering=6,4 Kg,
ME=13 Mcal,
Protein=570 gram,
Mineral=37 kg.
b.Laktasi I :
Bahan Kering=1,0 Kg, ME=2,02 Mcal, Protein=93,6 gram, Mineral=5 kg.
c.Sehingga jumlah Bahan Kering=7,4 kg, ME=15,02 kg, Protein=663,6 gram, Mineral=42 gram.

Dari kebutuhan nutrisi tersebut, kebutuhan pakannya dapat diformulasikan dengan suatu metode.
Misalnya bahan-bahan pakan yang tersedia adalah:
a.Rumput gajah:
Bahan Kering=16%, ME=0,33 Mcal, Protein=1,8 gram%BK, Mineral=2,5 gram%BK
b.Rumput Kedele:
Bahan Kering=93,5%, ME=3,44 Mcal, Protein=44,9 gram%BK, Mineral=6,3 gram%BK
c.Bungkil kelapa:
Bahan Kering=86%, ME=2,86 Mcal, Protein=18,6 gram%BK, Mineral=5,5 gram%BK

Rumput gajah akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bahan kering sebanyak 80%
= 80/100X7,4 kg = 5,92 kg BK.

Maka kandungan protein yang sudah dapat dipenuhi rumput adalah: sebanyak
= 1,8/100 X 5,92 kg = 106,56 gram protein.

Kekurangan:
Bahan kering = 7,4 - 5,92 kg = 1,48 kg
Protein = (663,6 - 106,56) gram = 557,04 kg atau 557,04/1480 X 100% = 37,64%.

Bungkil kedelai akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:


19,04/26,3 X 1,48 kg = 1,07 kg BK.

Bungkil kelapa akan memenuhi kekurangan tersebut sejumlah:


7,26/26,3 X 1,48 kg = 0,41 kg BK.

Jadi, jumlah bahan pakan segar yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dengan kondisi
tersebut di atas adalah:
Rumput gajah = 5,92 X 100/16 kg = 37 kg
Bungkil kedelai = 1,07 X 100/93,5 kg = 1,14 kg
Bungkil kelapa = 0,41 X 100/86 kg = 0,48 kg.
3)Teknologi Pakan
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan
meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering
juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi
produk yang berdaya guna.Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan
rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang
mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa bahan kimia pada
bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak
sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.

Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis dan tropis, akan
tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik
untuk memodifikasinya, terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.

Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di lapangan adalah:
a.Pembuatan HayHay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumputrumputan/ leguminosa
yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%.

Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu
pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang
lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang
berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam
mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.

Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:


a)Metode Hamparan Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan
yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-
balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda:
warna kecoklat-coklatan).
b)Metode Pod Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan
yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat
menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay
yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya
palatabilitas dan kualitas.
b)Pembuatan SilaseSilase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau
leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase
bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak
mungkin dilakukan.

Prinsip utama pembuatan silase:


a) menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
b) mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap
udara.
c) menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.

Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal
tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yakni:
a) mempunyai tekstur segar
b) berwarna kehijau-hijauan
c) tidak berbau
d) disukai ternak
e) tidak berjamur
f) tidak menggumpal

Beberapa metode dalam pembuatan silase:


1. Metode Pemotongan
- Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm
- Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastik
- Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak)
- Tutup dengan plastik dan tanah
2. Metode Pencampuran

Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi,
mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan.
Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam
propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai
berikut:
- asam organik: 4-6kg
- molases/tetes: 40kg
- garam : 30kg
- dedak padi: 40kg
- menir: 35kg
- onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan
diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2
bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada
lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.
3. Metode Pelayuan

- Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering


40% - 50%)
- Lakukan seperti metode pemotongan

c)Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian (jerami) dengan
penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2.
Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar biayanya murah serta untuk
menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami.
Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
d)Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi
mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar
yang akan meningkatkan produksi.

Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat difermentasi dan
mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak,
mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa. Urea
merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai
nilai yang setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai
dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
1.Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap :
- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat C.
- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai 13%).
- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.
- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga
merata (±15 menit).
- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.
- Simpan di tempat teduh dan kering.
2.Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi tersebut mempunyai nilai
nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
3.Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari (60-100)
mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan
berat badan ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4 gram untuk
setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8
gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yang
digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan berkadar protein
rendah.
e)Pakan PenguatPakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan
komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah
dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber
protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan pakan penguat:
1.

Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan


Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi, sedang di
beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan
daerah lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung
terlebih dahulu.
2.Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama kandungan
energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500
Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.
3.Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan, metode segiempat bertingkat,
metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.
4.Prosedur Memformulasi
-Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per
unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein.
-Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
-Memformulasi, dilakukan pada form formulasi.
-Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral.
-Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada
kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat
digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
-Tentukan sebanyak 18% bahan pakan yang mempunyai kandungan protein lebih tinggi daripada
kandungan protein pakan penguat, tetapi harga per unit proteinnya paling murah.
-Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula sudah diperoleh.
-Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan
kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
6. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.
Analisis Usaha Budidaya
---
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Pakan mengambil 70% dari total biaya produksi peternakan, sehingga tetap menjadi aktual untuk
dijadikan suatu bisnis yang sangat cerah. Salah satu yang memungkinkan proses agroindutri yang
akan menjadi peluang bisnis yang bagus yaitu mewujudkan industri pakan blok. Selain dari pada itu
telah banyak dilakukan penelitian terapan dibidang pakan blok yang sangat mungkin
dikembangkan.

si Rumput Segar

Pembuatan Fermentasi
Musim hujan masih melanda negeri ini, belajar dari pengalaman tahun 2011 yaitu musim kemarau
yang panjang menyebabkan kesulitan bahan pakan dan efeknya adalah ternayata harga jual domba
dan kambing saat musim kemarau mengalami penurunan dan ini dimanfaatkan oleh banyak pihak.
Belajar dari kondisi ini maka sebagai peternak kita harus mampu memanfaatkan peluang khususnya
ketersediaan pakan di saat panen melimpah seperti ini. Ketersediaan rumput segar di saat sekarang
bergitu melimpah, sehingga tidak ada salahnya bagi peternak untuk melakukan proses pengawetan
dengan bantuan proses fementasi. Beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah :
1. Menyediakan Rumput
Dalam rangka uji coba pembuatan fermentasi, siapkan bahan berupa rumput segar. Bisa berupa
rumput lapangan ataupun rumput gajah atau jenis rumput lainnya yang mudah didapatkan.
Dapatkan sebanyak-banyaknya karena biasanya di musim hujan seperti sekarang itu akan mudah
didapat dan begitu melimpah.
2. Mencacah Rumput
Proses pencacahan dilakukan secara manual saja, bisa menggunakan golok atau pemotong lainnya
yang ada di kandang. Panjang cacahan bisa berkisar 3-5 cm.
3. Menyiapakan Campuran Bahan
Apa bila bisa menyediakan campuran bahan pakan lainnya untuk bisa membuat complete feed
maka lebih baik, tetapi bila tidak ada maka cukup melakukan fermentasi rumputnya saja. Dalam
contoh saat ini, Imah Embe menggunakan campuran beberapa bahan pakan, seperti :
a. Ampas Kedelai
b. Dedak Jagung
c. Dedak Padi
d. Tepung Kulit Telur
e. Vitamin dan Premiks
f. Tetes Tebu dan Bakteri
Proses pencampuran dilakukan dengan cara, pertama, menyebarkan secara merata rumput hasil
cacahan pada bagian palinng bawah, lalu menyebarkan bahan pakan yang jauh lebih besar diatasnya
yaitu dedak jagung (20%), Ampas Kedelai (15%), Dedak Padi (10%), Tepung Kulit Telur (5%) dan
Vitamin Premiks (3%) dan Tetes Tebu beserta Bakteri (2%).
4. Pencampuran Bahan
Setelah bahan baku yang dipakai disebarkan dibagian atas rumput, maka seluruh bahan dilakukan
pencampuran secara merata. Pencampuran tidak harus menggunakan mesin, cukup secara manual
menggunakan tangan saja. Pastikan kandungan air tidak berlebihan dan cukup membasahi seluruh
permukaan campuran bahan pakan.
5. Memasukkan Ke Dalam Wadah
Setelah dipastikan merata maka dapat dimasukkan kedalam wadah. Beberapa wadah yang bisa
digunakan adalah drum plastik ataupun yang seperti plastik ikan. Pada prinsipnya adalah wadah
tertutup yang mampu membentuk kondisi anaerob dalam proses fermentasinya. Silahkan gunakan
bahan atau alat yang ada dikandang untuk tidak terlalu mahal mengeluarkan biaya.
6.Proses Pemadatan
Jangan lupa untuk melakukan pemadatan saat dimasukkan kedalam wadah. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kandungan oksigen didalam wadah juga mendapatkan hasil maksimal kapasitas dalam
satu wadah.
7. Menunggu Fermentasi
Lama fermentasi yang dilakukan dalam hal ini menggunakan bakteri buatan sendiri bisa mencapai
lima (5) hari. Berkenaan dengan lamanya fementasi , silahkan untuk membaca aturan pakai yang
biasanya terdapat dalam kemasan bakteri yang dijual di pasaran.
Demikian kiranya sharing tentang pemanfaatan rumput dengan prose fermentasi sebagai langkah
pengawetan bahan pakan. Proses pengawetan ini akan bisa digunakan mencapai satu tahun,
sehingga cocok bagi peternak di Indonesia yang akan mengalami musim kemarau disatu waktu.
Semoga bermanfaat dan sukses selalu untuk peternakan kita semuanya. Happy farming!!!.

mbing

Masalah pakan ternak memang menjadi pertimbangan utama jika ingin usaha di bidang
peternakan.Ketersediaan pakan sepanjang tahun merupakan persyaratan mutlak bagi kelangsungan
usaha peternakan. Biaya untuk menyediakan pakan ini menempati porsi terbesar dalam biaya
produksi, mencapai 60-80%.Besarnya biaya tersebut ditentukan oleh jenis dan bangsa ternak yang
dikembangkan. Ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, domba, dan kambing merupakan ternak
herbivora yang memiliki sistem pencernaan yang berbeda dengan ternak nonruminansia (unggas
dan babi). Sistem pencernaan ternak ruminansia dapat memanfaatkan pakan berserat tinggi.
Oleh karena itu, ternak ruminansia dapat mengkonsumsi pakan hijauan dalam jumlah yang banyak,
seperti vegetasi alami, hijauan introduksi,
dan produk samping pertanian. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki produk samping
pertanian yang cukup banyak dan tersedia sepanjang tahun. Namun, pemanfatan produk samping
pertanian tersebut untuk bahan pakan ternak ruminansia belum optimal. Penyebabnya adalah kurang
disukai ternak dan kualitas gizinya rendah, sementara pakan hijauan lain masih banyak tersedia
terutama dari vegetasi alami. Namun
demikian pada musim kemarau, ketersediaan vegetasi alami makin berkurang sehingga perlu
diupayakan pemanfaatan sumber pakan lain seperti produk samping pertanian. Jerami padi
merupakan salah satu produk samping pertanian yang tersedia cukup melimpah. Namun, jerami
padi tergolong bahan pakan yang berkualitas rendah, karena kandungan protein kasarnya rendah
sementara kandungan serat kasarnya tinggi. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus
dilakukan untuk meningkatkan kualitas jerami padi agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan
secara optimal, terutama untuk ternak ruminansia. Balai Penelitian Ternak (Balitnak) di Ciawi,
Bogor telah berhasil meningkatkan nilai gizi jerami dengan cara yang sederhana, yaitu fermentasi
dan amoniasi
Proses Pembuatan Jerami Padi Fermentasi
Fermentasi dan amoniasi jerami dimaksudkan agar kualitas biomassa/ jerami padi meningkat dan
dapat disimpan lebih lama. Pembuatan jerami
padi fermentasi dilakukan secara terbuka selama lebih kurang 21 hari. Proses fermentasi dilakukan
di bawah naungan agar terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.
Proses fermentasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap fermentasi serta tahap pengeringan dan
penyimpanan. Agar proses fermentasi
berlangsung dengan baik perlu ditambahkan urea, sedangkan untuk
membantu memecahkan komponen serat yang terdapat dalam jerami
dapat ditambahkan probion (salah satu produk Balitnak). Setiap 1 ton
jerami segar memerlukan urea dan probion masing-masing 2,5 kg.
Jerami padi yang baru dipanen (mengandung air 60%) dikumpulkan
pada suatu tempat yang telah disediakan. Jerami ditimbun setinggi
±20 cm, selanjutnya ditaburi urea dan probion, ditumpuk lagi
sampai tinggi tumpukan sekitar 3 m. Tumpukan jerami dibiarkan selama
21 hari agar proses fermentasi berlangsung dengan baik.
Setelah melewati tahap fermentasi, jerami dikeringkan di bawah
sinar matahari atau dianginkan pada tempat yang terbuka. Jerami
padi fermentasi yang telah kering dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pakan dasar pengganti rumput untuk sapi, kerbau, kambing dan domba.
Sisanya disimpan pada tempat yang terlindung. Jerami kering ini
dapat disimpan hingga 3 bulan. Proses pembuatan jerami padi fermentasi
cukup sederhana, mudah dan murah sehingga dapat diaplikasikan
di tingkat petani-ternak di pedesaan.
Nilai Gizi dan Pemanfaatannya
Jerami padi yang telah difermentasi memiliki penampakan warna
kecoklat-coklatan dan tekstur lebih lunak. Kandungan zat gizinya juga
lebih tinggi dibanding jerami tanpa fermentasi, serta lebih disukai ternak. Berdasarkan hasil
penelitian,jerami padi fermentasi memiliki nilai gizi hampir sebanding dengan rumput gajah.
Pemeliharaan sapi perah dengan memanfaatkan jerami padi
fermentasi dan dedak padi sebagai pakan memberikan keuntungan sekitar
Rp11.000/ekor/hari dari penjualan susunya saja. Dengan teknologi
ini, seekor sapi perah yang memproduksi susu 8-10 liter/hari
hanya memerlukan biaya pakan senila penjualan 3 liter susu. Pemanfaatan
jerami padi fermentasi sebagai ransum dasar untuk sapi
potong telah banyak diaplikasikan dan cukup menjanjikan
Sumber:
Haryanto B.Jerami Padi Fermentasi Sebagai Ransum Dasar Ternak Ruminasia.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Vol.25 No.3 Tahun 2003.

Cara membuat pakan fermentasi dari bahan Basah

Pakan ternak masih menjadi permasalahan utama dalam usaha ternak. Terbatasnya kapasitas lahan
salah satu factor yang menyebabkan kebutuhan pakan untuk periode tertentu misalnya pada musim
kemarau tidak terpenuhi. Pemanfaatan limbah baik limbah pertanian, limbah industri pertanian
bahkan limbah pasar yang belum lazim digunakan untuk pakan ternak tetapi mempunyai potensi
untuk dikembangkan menjadi alternative pakan bisa menjadi solusi permasalahan diatas. Tentunya
keberadaan limbah diatas masih perlu proses secara khusus untuk mempertahankan agar tidak
mudah rusak dan busuk maupun untuk meningkatkan kecernaan dari ternak. Salah satu prosesnya
adalah dengan teknik Fermentasi adalah proses baik, secara fisik, biologis muapun kimia.
Bahan apa yang bisa dibuat pakan fermentasi?
Bahan secara umum menurut kami ada 2 :
1. Bahan basah

Bahan pakan basah yang bisa digunakan untuk bahan fermentasi dalam bentuk basah dapat
dikelompokkan menjadi 2

a. Limbah pasar misalnya limbah buah, limbah sayuran. Untuk penggunaan limbah sayur dan buah
sangat perlu diperhatikan untuk jenis sayur tertentu bisa menyebabkan kembung karena
mengandung gas seperti sayur lobak. Sebelum diproses menjadi pakan sebaiknya limbah sayuran
dan limbah buah di cuci dengan bersih di air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran dan sisa
pestisida yang biasanya banyak dalam sayur dan buah.
b. Rumput segar dan daun segar
Syarat rumput segar dan daun segar bisa digunakan untuk pakan fermentasi adalah daun . Untuk
melengkapi kebutuhan nutrisi ternak pilih rumput atau daun dari jenis leguminosa (kaliandra,
lamtoro, gamal yang mempunyai kandungan protein tinggi. Daun dan rumput segar bisa juga dip
roses menjadi silase seperti yang pernah kami tulis pada artikel terdahulu disini.

Langkah pembuatan
1. Identifikasi bahan yang ada di sekitar anda yang tersedia kontinu dan harga murah. Untuk
mengetahui bahan pakan beserta kandungan nutrisi silahkan klik table berikut.
2. Tentukan kebutuhan ternak kambing anda untuk penggemukan atau perbibitan. Untuk
penggemukan kambing dibutuhkan protein minimal 14 % sedangkan untuk perbibitan dibutuhkan
protein 10 %.
3. Formulasi pakan untuk anda yang pemula kami punya software sederhana untuk menentukan
kebutuhan protein dalam bentuk file excel.
Alat :
1. Pencacah / mesin chooper
2. Kantong plastic / drum plastic besar
3. Timbangan duduk

Bahan :
1. Rumput atau limbah sayur dan limbah buah.
2. Bekatul
3. Tetes tebu
4. Garam
5. Probiotik Cattegro

Cara pembuatan:
1. Cacah limbah sayur, buah atau daun segar menjadi bagian yang gak kecil sekitar 3-5 centi meter
2. Karena yang kita buat adalah bahan basah untuk mempermdah pencampuran bahan campurkan
terlebih dahulu bekatul dengan tetes tebu dan probiotik sampai rata
3. Campurkan adonan pada poin 2 yang berupa bekatul, tetes tebu dan probiotik Cattlegro dengan
limbah sayur, buah ato daun segar sampai rata.
4. Tunggu skitar 1 jam
5. Masukkan kedalam tong plastic atau drum plastik
6. Tunggu sampai 24 jam pakan siap diberikan pada ternak.
7. Untuk adonan dari sayur dan buah hanya dapat disimpan sampai 1 minggu setelah itu bahan akan
busuk sehingga tidak bagus diberikan pada ternak.

Anda mungkin juga menyukai