Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA PANGAN
“Uji Zat Aditif pada Bahan Pangan”

OLEH :

NAMA : SUPRI WIBISONO


NIM : Q1A1 16 055
KELOMPOK : LIMA (5)
KELAS : TPG-A 2016
ASISITEN : DARPY

JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
1. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil.

Hasil dari percobaan uji zat aditif pada bahan pangan dapat di lihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Hasil pengamatan uji formalin

No Sampel Pengamatan Uji Formalin

1 Tahu Negatif, tidak mengandung formalin.

2 Bakso Negatif, tidak mengandung formalin

Tabel 1.2 Hasil pengamatan uji MSG

No Sampel Pengamatan Uji MSG

1 Vetsin Terbentuk banyak kristal di dasar


tabung
2 Masako Terbentuk sedikit kristal di dasar
tabung.

B. Pembahasan

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses

produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat

aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan

makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak

atau hilang selama proses pengolahan (Khomsan 2003 dalam fadli, et all 2016).
Formalin adalah senyawa formaldehida dalam air dengan konsentrasi rata-

rata 37% dan metanol 15% dan sisanya adalah air. Formaldehid merupakan

senyawa berupa gas yang mudah larut dalam air dengan bau yang menusuk, lebih

reaktif dan berbahaya jika terhirup karena dapat menimbulkan iritasi pada saluran

pernapasan, memberikan reaksi alergi bahkan dapat menimbulkan kanker, apabila

mengenai kulit akan merasa terbakar dan kalau terpapar dalam jumlah besar

seperti menimbulkan kematian (Jivai 2008 dalam Fadli, et all 2016).

MSG adalah garam natrium dari asam glutamat (glutamic acid). MSG

telah dikonsumsi secara luas di seluruh dunia sebagai penambah rasa makanan

dalam bentuk L-glutamic acid, karena penambahan MSG akan membuat rasa

makanan menjadi lebih lezat. Masyarakat Indonesia rata-rata mengkonsumsi

MSG sekitar 0,6 g/kg BB (Prawirohardjono dkk., 2000 dalam Rangkuti, et all

2012).

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan yaitu uji formalin dan MSG

pada bakso, tahu, masako, dan vetsin. Pada uji formalin bahan yang digunakan

adalah bakso dan tahu. Sampel bakso dan tahu harus di haluskan terlebih dahulu

kemudian ditambahkan dengan aquadest sebanyak 30 ml. Sampel yang telah

dihaluskan kemudian disaring, setelah disaring lalu ambil filtratnya sebanyak 2 ml

saja. Setelah itu, filtrat yang telah di hasilkan kemudian di tetesi dengan larutan

KMnO4 sebanyak 1 tetes. Apabila warna dari larutan KMnO4 (warna pink) hilang,

maka sampel tersebut positif menggunakan formalin. Dan apabila warna pink dari

larutan KMnO4 tetap ada, maka sampel tidak mengandung formalin. Pada

analisis kuantitatif yang didapatkan, perubahan warna pada larutan Kalium


Permanganat (KMnO4) disebabkan karena Kalium Permanganat (KMnO4)

merupakan oksidator kuat sehingga dapat mengoksidasi formaldehid yang

terkandung dalam formalin yang di tandai dengan hilangnya warna kalium

permanganat (KMnO4) dalam waktu beberapa detik setelah tabung reaksi berisi

sampel digoyang-goyangkan. Pada pengujian MSG menggunakan sampel masako

dan vetsin yang masing-masing sampel digunakan sebanyak 10 g dicampur

dengan 10 ml HCL 1 M. Untuk masako setelah dicampurkan 10 ml HCL 1 M

terjadi endapan (kristal) di dasar tabung, ini menunjukan adanya kandungan MSG

pada masako. Sedangkan pada vetsin setelah dicampurkan 10 ml HCL 1 M terjadi

juga endapan (kristal) di dasar tabung, yang menunjukan adanya kandungan MSG

pada vetsin. Tetapi perlu diketahui bahwa kandungan MSG pada vetsin lebih

banyak di bandingkan dengan masako. Ini di buktikan dengan banyak nya

endapan yang terjadi pada masing-masing sampel setelah di tambahkan dengan 10

ml larutan HCL 1 M.
PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum uji zat aditif pada bahan pangan dapat di simpulkan

bahwa pada sampel bakso dan tahu tidak mengandung formalin, hal ini di

buktikan dengan menggunakan larutan KmnO4 yang tidak memberikan adanya

reaksi setelah di tambahkan dengan masing-masing sampel. Sedangkan pada uji

MSG masako dan vetsin, positif menggunakan MSG. Hanya saja kadar MSG

pada vetsin lebih banyak di bandingkan masako. Jadi lebih baik menggunakan

masako sebagai penyedap rasa di bandingkan dengan vetsin.


DAFTAR PUSTAKA

Fadli, R.A., Ibrahim, M.N., dan Sadimantara, M.S. Analisis Kandungan Zat
Pengawet Formalin pada Terasi yang Diperdagangkan Di Pasar
Tradisional Kota Kendari. J. Sains dan Teknologi Pangan, Vol. 1, No. 1,
p. 73-78, Th. 2016 ISSN:2527-6271

Rangkuti, R.H., Suwarso, E., dan Anjelisa, P. Pengaruh Pemberian Monosodium


Glutamat (MSG) pada Pembentukan Mikronukleus Sel Darah Merah
Mencit. Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1):
29-36.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai