Anda di halaman 1dari 5

Positivisme

Sejarah

Kegagalan dari pada para ahli pemikir tentang negara dan hukum dalam menyelidiki

dan menerangakan asal mula negara, hakekat negara, serta kekuasaan negara, menimbulkan

sikap skeptis terhadap negara. Dan orang lalu lebih suka menentukan sikap positif terhadap

negara. Kebanyakan orang telah kehilanagan nafsunya untuk mempelajari dan menyelidiki

dasar-dasar negara pokok. Kecenderungan timbul untuk hanya membatasi diri kepada

pelajaran hukum positif, selain hal ini telah terdapat pada kebanyakan negara, juga hukum

positif akan lebih mudah dipelajari. Hal ini akan memberikan pegangan yang kuat, karena

bukankah dari undang-undang.

Hal ini akan lebih memberikan pegangan yang kuat, karena bukankah dari undang-

undang dasar serta undang-undang organiknya dapat dibaca dan dipelajari, dari pada orang

berpikir secara abstrak dan tidak ada ketentuan sama sekali,yang akibatnya tidak lain

hanyalah kekacauan dan peperangan. Demikianlah ilmu Negara lambat laun tetapi pasti

menarik dirinya, dan datang mengunjungi tinjauan-tinjauan ilmu pengetahuan teoritis dan

histories. Ia menjadi relastivistis, negative serta skeptis (eklektis berarti berpendirian secara

luas, atau dalam hal ini memilih dengan secara leluasa dari berbagai-bagai sistem atau aliran

filsafat). Itulah awal mula timbulnya teori dan paham positivisme.

Tokoh

Ada beberapa tokoh diantaranya yaitu Auguste comte (1798-1857), John S. Mill (1806-1873).

• Auguste Comte (1798-1857)

I Gede Pantja Astawa, ilmu negara dan teori negara,(Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 296
Aliandi bin Ali, Iqbal Tawakal. [2016]. Makalah Filsafat: Positivisme. [Online].
Tersedia: http://mulaidenganyangmudah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-
filsafatpositivisme.html. [11 Desember 2016]
Titik tolak ajaran comte yang terkenal adalah tanggapan atas perkembangan manusia, baik

perorangan maupun umat manusia secara keseluruhan, melalui tiga zaman. Menurutnya,

perkembangan menurut tiga zaman ini merupakan hukum yang tepat. Ketiga zaman itu

adalah :

1. Zaman teologis

Pada zaman teologis manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat

kekuasaan adikodrati yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia, tetapi orang percaya

bahwa mereka berada pada tingkatan yang lebih tinggi dari makhluk-makhluk insani biasa.

Zaman teologis ini dapat dibagi lagi menjadi tiga periode. Ketiga periode tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Animisme

Tahap animisme ini merupakan tahapan yang paling primitive, karma benda-benda sendiri

dianggapnya mempunyai jiwa.

b. Politeisme

Tahap politisme ini merupakan perkembangan dari tahap pertama, dimana pada tahap ini

manusia percaya pada banyk dewasa ini yang masing-masing menguasai lapangan tertentu,;

dewa laut, dewa gunung, dewa halilintar.

c. Monoteisme

Tahap monoteisme ini lebih tinggi dari dua tahap sebelumnya, karma pada tahap ini manusia

hanya memandang satu tuhan.

2. Zaman Metafisika

Pada zaman ini kuasa-kuasa adikodrati diganti dengan konsep-konsep yang abstrak. Seperti

misalnya “kodrat” dan ‘penyebab”. Metafisika pada zaman ini dijunjung tinggi.

I Gede Pantja Astawa, ilmu negara dan teori negara,(Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 296
Aliandi bin Ali, Iqbal Tawakal. [2016]. Makalah Filsafat: Positivisme. [Online].
Tersedia: http://mulaidenganyangmudah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-
filsafatpositivisme.html. [11 Desember 2016]
3. Zaman Positif

Zaman ini dianggap Comte zaman tertinggi dari dari kehidupan manusia. Karana pada zaman

ini tidak ada lagi usaha manusia untuk mencari penyebab-penyebab yang terdapat dibelakang

fakta-fakta. Manusia kini telah membatasi diri dalam penyelidikanya pada fakta-fakta yang

disajikanya. Atas dasar observasi dan dengan menggunakann rasionya, manusia berusaha

menetapkan hubungan-hubungan persamaan dan urutan yang terdapat fakta-fakta. Pada

zaman terakhir inilah dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.

Hukum tiga zaman ini tidak berlaku bagi manusia sebagai anak manusia bila berada dizaman

teologis, pada masa remaja ia masuk pada zaman metafisis dan pada masa dewasa ini

memasuki zaman positif. Demikian pula ilmu pengetahuan berkembang mengikuti tiga

zaman yang akhirnya mencapai puncak kematanganya pada zaman positif.

2. John Stuart Mill

Adalah seorang filsuf Inggris, ekonom politik dan pegawai negeri sipil. Dia adalah seorang

kontributor berpengaruh untuk teori sosial, teori politik dan ekonomi politik. Lahir: 20 Mei

1806, Pentonville, London. Meninggal: 8 Mei 1873, Avignon, Prancis. Pasangan: Harriet

Taylor Mill. (M 1851-1858). Pendidikan: University College London. Orangtua: James Mill,

Harriet Burrow. Ia menggunakan sistem positivisme pada ilmu jiwa, logika, dan kesusilaan.

3. Hippolyte Taine Adolphe

Adalah seorang kritikus Perancis dan sejarawan. Dia adalah pengaruh teoritis kepala

naturalisme Perancis, pendukung utama positivisme sosiologis dan salah satu praktisi

pertama kritik historis. Lahir: 21 April 1828, Vouziers, Prancis. Meninggal: 5 Maret 1893,

I Gede Pantja Astawa, ilmu negara dan teori negara,(Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 296
Aliandi bin Ali, Iqbal Tawakal. [2016]. Makalah Filsafat: Positivisme. [Online].
Tersedia: http://mulaidenganyangmudah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-
filsafatpositivisme.html. [11 Desember 2016]
Paris, Prancis. Pendidikan: École Normale Supérieure. Ia mendasarkan diri pada positivisme

dan ilmu jiwa, sejarah, politik, dan kesastraan.

4. Émile Durkheim

Sosiolog David Émile Durkheim adalah seorang sosiolog Perancis, psikolog sosial dan filsuf.

Ia secara resmi mendirikan disiplin akademis dan, dengan Karl Marx dan Max Weber, yang

sering dikutip sebagai kepala sekolah. Lahir: 15 April 1858, Épinal, Prancis. Meninggal: 15

November 1917, Paris, Prancis. Pendidikan: Lycée Louis-le-Grand, École Normale

Supérieure,Universitas Leipzig. Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.

5. Charles D. Hardie

Ia mendasarkan teori positivisme pada dunia pendidikan. Dalam bukunya “Truth and fallacy

in education theory” ( kebenaran dan kesalahan dalam teori pendidikan ) menyatakan bahwa

tidak ada yang bermakna tentang pendidikan jika pernyataannya secara empiris tidak bisa

diverifikasi secara benar. Para ahli aliran positivisme berpendapat bahwa pernyataan etika

hanyalah merupakan ungkapan perasaan seseorang.

6. D.J.O” Connor

Menurut teori D.J.O’Connor aliran positivisme adalah merupakan aliran yang sadar, bisa

dijelaskan dalam sebuah formulasi verifikasi teori makna yang bermutu yang merupaka

n serangan lanjutan terhadap metafisika, sebuah penolakan terhadap teori kognitivisme.

Kesimpulan

ilmu negara harus menarik diri atau melepaskan pemikirannyan secara prinsipil dari tiap-tiap

percobaan untuk menerangkan negara serta bentuk-bentuknya secara kausal (sebab akibat)

I Gede Pantja Astawa, ilmu negara dan teori negara,(Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 296
Aliandi bin Ali, Iqbal Tawakal. [2016]. Makalah Filsafat: Positivisme. [Online].
Tersedia: http://mulaidenganyangmudah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-
filsafatpositivisme.html. [11 Desember 2016]
yang bersifat abstrak, dan mengalihkan pembicaraan atau pemikiran secara yuridis murni.

Tiap-tiap negara hanya dapat dipahami di dalam sistem hukumnya sendiri. Menurut Kelsen,

“ ilmu Hukum tidak perlu lagi mencari dasar terbentuknya negara karena kelahiran negara

hanyalah merupakan suatu kenyataan belaka”. Jadi suatu tinjauan secara yuridis, yang

tentunya akan tidak mempunyai arti atau akan tidak berlaku di luar tinjauan secara yuridis.

I Gede Pantja Astawa, ilmu negara dan teori negara,(Bandung : PT. Refika Aditama, 2009)
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saibani, Filsafat Umum (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 296
Aliandi bin Ali, Iqbal Tawakal. [2016]. Makalah Filsafat: Positivisme. [Online].
Tersedia: http://mulaidenganyangmudah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-
filsafatpositivisme.html. [11 Desember 2016]

Anda mungkin juga menyukai