2000 06 Oprit PDF
2000 06 Oprit PDF
PELATIHAN
AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
(BRIDGE DESIGN ENGINEER)
2007
KATA PENGANTAR
Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya
dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari
standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan menyusun Standar Latih
Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi.
i
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi
dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis
kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan
dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/
keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing
elemen kompetensinya.
Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas,
sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan setiap jabatan kerja.
Disisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan adanya perbaikan disana-sini dan kepada semua pihak kiranya kami
mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.
ii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
PRAKATA
Modul ini berisi uraian tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer) dalam pekerjaan perencanaan oprit (jalan
pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman jembatan.
Oprit jembatan merupakan segmen jalan yang menghubungkan jalan raya dengan
jembatan. Fungsi ”menghubungkan” mengandung pengertian bahwa oprit secara geometri
harus memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan yang akan pindah dari
trase jalan raya ke trase jembatan.
Bangunan pelengkap jembatan terdiri atas railing (sandaran), guard rail dan parapet
jembatan. Sandaran pada umumnya dibuat di pabrik dari bahan baja rol dengan tegangan
leleh 2800 kg/cm2 memenuhi AASHTO M183 – 90. Guard rail adalah bangunan pengaman
setengah kaku dari baja dengan bentuk menyerupai huruf W, dipasang pada tepi oprit untuk
melengkapi perencanaan oprit jembatan. Sedangkan parapet jembatan adalah bangunan
pengaman yang cukup kaku dipasang pada ujung-ujung kiri kanan jembatan, selain
berfungsi sebagai bangunan pengaman juga berfungsi sebagai pelengkap jembatan Jadi
yang dimaksud dengan bangunan pelengkap jembatan di sini adalah bangunan-bangunan
pengaman yang harus dibuat untuk melengkapi perencanaan jembatan.
Bangunan pengaman jembatan terdiri atas fender, bronjong dan rambu-rambu pengaman
jembatan. Fender merupakan bangunan pengaman pilar di sungai, bisa berupa fender
kayu, fender karet, fender beton, fender baja, fender dolfin (struktur sel sirkular), fender
pulau atau fender terapung. Bronjong, maksudnya adalah penyediaan baik batu maupun
pasangan batu kosong yang diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion) untuk pengamanan
bangunan bawah jembatan. Sedangkan perencanaan rambu-rambu pengaman jembatan
dimaksudkan untuk mengarahkan pengendara kendaraan bermotor untuk berperilaku tertib
dalam memasuki wilayah jembatan agar tidak mengganggu pengendara kendaraan
bermotor lainnya maupun pejalan kaki.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi,
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini.
Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan yang berkaitan; mudah-
mudahan modul ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
iii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
DAFTAR ISI
Halaman
iv
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
v
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
SPESIFIKASI PELATIHAN
A. Tujuan Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan berdasarkan standar
perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku.
Tujuan Pembelajaran
Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta :
Mampu merencanakan oprit (jalan pendekat), bangunan pelengkap dan pengaman
jembatan..
Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam merencanakan oprit jembatan.
2. Kemampuan dalam merencanakan bangunan pelengkap jembatan.
3. Kemampuan dalam merencanakan bangunan pengaman jembatan.
vii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
PANDUAN PEMBELAJARAN
viii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
C. Proses Pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran. Mengikuti penjelasan
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengalaman apabila kurang jelas. OHT – 1
melakukan koordinasi pengumpulan
dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
Modul ini merepresentasikan unit Mengikuti penjelasan
kompetensi. instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Ringkasan Modul Mencatat hal-hal penting.
OHT – 2
Koordinasi Mengajukan pertanyaan
Batasan/Rentang Variabel bila perlu.
Panduan Penilaian
Panduan Pembelajaran
Waktu : 20 menit.
3. Penjelasan Bab 2 Perencanaan oprit Mengikuti penjelasan
(jalan pendekat) jembatan instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Perencanaan geometri oprit Mencatat hal-hal penting.
jembatan Mengajukan pertanyaan
Perencanaan timbunan oprit bila perlu.
jembatan
OHT – 3
Perencanaan perkerasan oprit
jembatan
Perencanaan dinding penahan tanah
oprit jembatan
Waktu : 85 menit.
ix
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Waktu : 30 menit.
x
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Modul BDE-06 : Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan Pelengkap dan
Pengaman Jembatan merepresentasikan salah satu unit kompetensi dari program
pelatihan Ahli Perencanaan Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer).
Adapun Unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
Perencanaan Teknis Jembatan adalah :
1-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
1-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan
elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah
dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).
1-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
1-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori
2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja/ perilaku.
1-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang
akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan
lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :
1. Mengetahui praktek-praktek /kebiasaan industri /perusahaan yang
ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang
dinilai.
2. Mempraktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang
diperlukan dalam proses penilaian.
1-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
KOMPETENSI ASESOR
Kompeten ?
Memiliki
Kompetensi
Assessment
Memiliki
Kompetensi
bidang
Substansi
1-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
1-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
- PC, lap top bagi yang yang sudah terbiasa dengan penggunaan komputer
atau kalkulator bagi yang belum terbiasa dengan penggunaan komputer.
- Alat tulis, kertas dan lain-lain yang diperlukan untuk membantu peserta
pelatihan dalam menghitung dan merencanakan bangunan atas jembatan.
c. Tenaga kepelatihan, instruktur/assesor dan tenaga pendukung penyelenggaraan
betul-betul kompeten.
1-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
BAB 2
PERENCANAAN OPRIT (JALAN PENDEKAT) JEMBATAN
2.1. Umum
Oprit jembatan merupakan segmen jalan yang menghubungkan jalan raya dengan
jembatan. Fungsi ”menghubungkan” mengandung pengertian bahwa oprit secara
geometri harus memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan
yang akan pindah dari trase jalan raya ke trase jembatan dan dari trase jembataan
ke trase jalan raya lagi. Dengan demikian ada persyaratan teknis berupa
pemenuhan terhadap standar alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal dalam
perencanaan geometri. Dari segi tanah timbunan oprit, bridge design engineer
perlu merencanakannya sesuai dengan persyaratan-persyaratan yang berlaku
bagi perencanaan jalan di daerah timbunan. Tanah timbunan untuk oprit juga
harus dipadatkan lapis demi lapis mengikuti ketentuan-ketentuan teknis yang
diatur di dalam Spesifikasi, sampai pada tinggi permukaan tertentu untuk
menempatkan lapis-lapis perkerasan pada oprit. Lapis-lapis perkerasan pada oprit
harus direncanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan teknis yang berlaku, bisa
berupa rigid pavement ataupun flexible pavement. Pemilihan type perkerasan di
atas oprit, apakah rigid pavement atau flexible pavement tergantung pada
keputusan kebijakan pemilik pekerjaan. Selain itu ada kemungkinan pembuatan
oprit jembatan memerlukan penimbunan yang agak tinggi. Untuk itu tidak tertutup
kemungkinan diperlukan adanya dinding penahan tanah untuk oprit jembatan jika
ruang yang tersedia untuk penempatan oprit terbatas. Oleh karena itu di dalam
Bab ini juga diberikan uraian tentang perencanaan dinding penahan tanah.
Kendaraan yang akan melewati jembatan otomatis harus melewati oprit jembatan.
Dengan demikian perencanaan oprit jembatan harus mempertimbangkan segi-
segi keamanan dan kenyamanan bagi pengguna jalan, artinya ditinjau dari segi
geometrik, perencanaan oprit jembatan harus memenuhi standar perencanaan
alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal. Ada 2 (dua) referensi utama yang
dapat dijadikan acuan dalam perencanaan geometrik oprit jembatan yaitu:
2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang
dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan
kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi
cuaca yang cerah, Ialu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan
yang tidak berarti.
VR untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari Tabel 2-1.
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan
dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Tabel kecepatan rencana tersebut berlaku untuk jalan antar kota, artinya
termasuk oprit-oprit jembatan yang lokasinya berada di ruas jalan arteri,
kolektor atau lokal pada jalan antar kota.
Alinyemen Horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung yang
disebut juga tikungan.
TIPIKAL 1
TIPIKAL 2
2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
TIPIKAL 3
Tipikal 1
Tipikal 2
2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Tipikal 3
m . V3
= F=m.C
R . Ls
m . V3 V3
m.C = Ls =
R . Ls R.C
V3 V.e
Ls min = 0,022 - 2, 727 .
R.C C
dimana:
Es
Lc
Ls Ls
K Rc
c
Rc ½ ½ Rc
2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
PI = Point of Intersection
TS = Titik perpindahan dari tangent ke spiral
SC = Titik perpindahan dari spiral ke circle
CS = Titik perpindahan dari circle ke spiral
ST = Titik perpindahan dari spiral ke tangent
Rc = Jari-jari (ditetapkan) dalam meter
= Sudut tangent (diukur dari gambar trace) dalam derajat
Ts = Jarak antara TS dan PI (dihitung) dalam meter
L = Panjang bagian tikungan (dihitung) dalam meter
Es = Jarak PI ke lengkung peralihan (dihitung) dalam meter
Ts = (Rc + P) tg ½ + K
Es = ( Rc + P) Sec ½ - Rc
L = Lc + 2 Ls c = - 2s
Lc = (.2.Rc)/360 = 0,01745 c Rc
2. Full Circle
2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
PI
T E T
L
TC CT
R ½ ½ R
PI = Point of Intersection
TC = Titik perpindahan dari tangent ke circle
CT = Titik perpindahan dari circle ke tangent
R = Jari-jari lingkaran dalam meter
= Sudut tangent (diukur dari gambar trace) dalam derajat
T = Jarak antara TC dan PI (dihitung) dalam meter
L = Panjang bagian tikungan (dihitung) dalam meter
Es = Jarak dari PI ke lengkung peralihan (dihitung) dalam meter
2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Untuk tikungan yang jari-jarinya lebih kecil dari harga diatas, maka
bentuk tikungan yang dipakai Spiral-Circle-Spiral.
Untuk menentukan harga T,L dan E dari gambar 2-2 tersebut
diatas maka didapat :
3. Spiral-spiral
2-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
c 0 2 s
Lc 0 L 2 Ls
2R s Rc
Ls 2 s L
360 28,648
Ts = ( Rc + P ) tg ½ Δ + K
Es = ( Rc + P ) sec ½ Δ - Rc
PI = Point of Intersection
TS = Titik perpindahan dari tangent ke spiral
ST = Titik perpindahan dari spiral ke tangent
SC = CS = titik perpindahan dari spiral ke-1 ke spiral ke-2, yaitu
titik dimana SC berimpit dengan CS.
R = Jari-jari lingkaran dalam meter
= Sudut tangent (diukur dari gambar trace) dalam derajat
Ts = Jarak antara TS dan PI (dihitung) dalam meter
L = Panjang bagian tikungan (dihitung) dalam meter
Es = Jarak dari PI ke lengkung peralihan (dihitung) dalam meter
2-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
4. Superelevasi
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser kesamping
dan menjadikan pengendaraan pada tikungan lebih nyaman.
Tetapi, batas praktis berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan
mengitari suatu tikungan dengan superelevasi tinggi, maka bekerja
gaya negatif ke samping dan kendaraan dipertahankan pada
lintasan yang tepat hanya jika pengendara mengendarakannya ke
sebalah atas lereng atau berlawanan dengan arah lengkung
mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi maksimum
adalah 10%.
Jari-jari tikungan minimum yang tidak membutuhkan superelevasi
ditunjukkan pada tabel 2-2 di bawah ini. Jari-jari ini juga
berdasarkan pada rumus Jari-jari Tikungan,dengan kemiringan
melintang i = -0,02, dan faktor pergesekan kesamping f = 0,035.
Untuk menjamin kenyamanan melintang yang berlawanan, maka
memerlukan faktor f yang kecil sebagaimana diatas. Superelevasi
diberikan berdasarkan kecepatan rencana dan jari-jari lengkungan,
seperti pada tabel berikut :
Kecepatan Rencana
120 100 80 60
(km/jam)
2-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Kecepatan Rencana
Jari-jari Minimum (m)
(km/jam)
60 220
50 150
40 100
30 55
20 25
i = 2,0%
100
5000
80 3500
60 2000
50 1300
40 800
30 500
20 200
Dan untuk oprit jembatan pada jalan perkotaan yang sebagian dari
jalannya dengan kemiringan normal, maka digunakan tabel 2-5a
dan 2-5b. seperti di bawah ini:
2-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
230 120 80 50 - -
10
280 150 100 65 - -
280 150 100 65 - -
9
330 190 130 80 - -
330 190 130 80 30 15
8
380 230 160 100 40 20
7
450 270 200 130 60 30
2-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
5. Jari-jari Tikungan
R V 2 127( f e)
Jari-jari
Kecepatan Rencana (km/jam)
(m)
120 2500
100 1500
80 900
60 500
50 350
40 250
30 130
20 60
L= t*v
2-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Panjang
Lengkung 200 170 140 100 80 70 50 40
Minimum (m)
2-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
7. Lengkung Peralihan
L = v * t = ( v / 3,6 ) * t
P 1 24 L2 / R
P = nilai pergeseran (m)
L = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung (m)
2-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Panjang
Lengkung
Minimum 100 85 70 50 40 35 25 20
Peralihan
(m)
Kecepatan
Rencana 120 100 80 60 50 40 30 20
(km/jam)
Jari-jari
Lengkung 2500 1500 900 500 350 250 130 60
(m)
2-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
100 85
80 70
60 50
50 40
40 35
30 25
20 20
8. Pencapaian Kemiringan
2-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Kecepatan
Rencana 80 60 50 40 30 20
(km/jam
Kemiringan
Tepi Jalur 1/150 1/125 1/115 1/100 1/75 1/50
Lalu Lintas
100 1/225
80 1/200
60 1/175
50 1/150
40 1/125
30 1/100
20 1/75
VR
Ls = T
3,6
T = waktu tempuh pada lengkung peralihan, ditetapkan 3 detik..
VR = kecepatan rencana (km/jam)
Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, Ls dihitung sbb:
VR VR e
Ls 0,022 2 , 727
RC C
2-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
e = superelevasi
C = perubahan percepatan, diambil 1-3 m/det³
R = jari-jari busur lingkaran (m)
Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
Ls
e m e n V R
3,6 r e
Superelevasi, e(%)
VR
2 4 6 8 10
(km/jam)
Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le Ls Le
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 100 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 110 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 - -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 - -
2-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Ls 2
p
24 Rc
Ls = panjang lengkung peralihan (m)
R = jari-jari lengkung (m)
R
Kecepatan Rencana (km/jam)
(m)
60 700
80 1.250
100 2.000
120 5.000
2-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
e max
TC e=0% CT
e normal
2-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Rumus Parabola :
2-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
g g2 x
2
Y 1 g1 x
L 2
Hasil akhir yang didapat adalah sebagai berikut :
g g2 x
2
Y 1
L 2
g1 – g2
Y = X2
L
2-29
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Dari buku Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota yang
diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PU, panjang
minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :
L = AY
S2
L
405
dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m)
A = Perbedaan grade (m)
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada
fungsi obyek 10 cm dan fungsi mata 120 cm
S = Jarak pandang henti (m)
Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cembung, panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus :
L = AY
S2
L
405
Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung,
maka panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus :
405
L 2S
A
2-30
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
< 40 1,5
40 –60 3
> 60 8
Perbedaan
Kecepatan Rencana Panjang Lengkung
Kelandaian
(km/jam) (m)
Memanjang (%)
< 40 1 20-30
2-31
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
g2 – g1
Y = x2
2L
2-32
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A.L
y = Ev =
8
A = g2 – g1
g 2 g1
y E V L
800
2-33
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
pengguna jalan dapat merasa nyaman dan aman (safe). Karena dibangun
pada tanah dasar, maka kinerja perkerasan akan sangat dipengaruhi oleh
mutu tanah dasar.
Perubahan bentuk tanah dasar dapat diakibatkan oleh kekuatan atau daya
dukung yang rendah (tanah mudah runtuh), pengembangan, penyusutan
dan densifikasi tanah dasar serta konsolidasi tanah di bawah tanah dasar.
Lebih jauh lagi, faktor-faktor tersebut akan tergantung pada jenis tanah,
berat isi kering dan kadar air.
Modul ini pada dasarnya menguraikan cara menyiapkan tanah dasar yang
tidak mudah mengalami perubahan bentuk. Disamping itu, modul ini
dilengkapi pula dengan beberapa pengetahuan yang menjadi dasar untuk
mendapatkan tanah dasar yang stabil.
A. Bagian-bagian Jalan
2-35
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
20
13 17
5
14 16 10 11
1
15
2 8 9 4
7 12
6
Dalam kondisi yang paling jelek, longsor dapat terjadi dalam bentuk
keruntuhan total pada suatu segmen jalan. Namun demikian, pada
2-36
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-38
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-39
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A. Stabilitas Timbunan
2-40
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Pada desain oprit jembatan, jalan raya, jalan kereta api dan lapang
terbang, daya dukung atau kekuatan timbunan biasanya dinyatakan
dengan CBR (California Bearing Ratio) atau modulus reaksi tanah,
sedangkan pada disain pondasi, daya dukung timbunan sering
dinyatakan dengan hasil pengujian pelat beban (plate bearing test)
atau triaksial.
2-41
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-42
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
B. Penurunan Timbunan
Apabila timbunan terdiri atas lempung yang dipadatkan pada kadar air
yang mendekati batas plastisnya, maka tanah tersebut akan
mengandung rongga udara yang kecil dan dapat diperlakukan sebagai
tanah jenuh. Pada kondisi tersebut, besarnya perkiraan penurunan
dapat dilakukan dengan menerapkan teori konsolidasi. Namun
demikian, apabila tanah timbunan mengandung rongga udara yang
cukup besar, maka teori konsolidasi tidak dapat diterapkan untuk
memperkirakan penurunan. Oleh karena itu, perkiraan penurunan
harus didasarkan pada hasil pengukuran langsung di lapangan.
2-43
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-44
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
102
(mm)
152
203
254
1938,5 1939,5 1940,5 1941,5
WAKTU 1942,5 1943,5 1944,5 1945,5
PENGUKURAN
C. Konsolidasi
2-45
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Pada tanah jenuh, angka pori (e) adalah proporsional dengan kadar air
sebagaimana ditunjukkan pada persamaan sebagai berikut:
Berat air
= x s
Berat butir - butir tanah w
s
= Kadar air x .
w
dimana s dan w berturut-turut adalah berat isi butir tanah dan berat isi
air.
D. Analisis penurunan
2-46
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
E. Distribusi Tegangan
Perubahan tebal lapisan atau penurunan total tanah jenuh (S) dihitung
berdasarkan persamaan sebagai berikut:
e1 e 2
S= H .
1 e1
dimana,
2-48
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
H p
S = C c log .
1 e1 p0
p2
e1 – e2 = C c log
p1
e1 e 2
Cc =
p
log 2
p1
2-49
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2
Jarak tempuh air di lapangan
tlap= x tlab
Jarak tempuh air di laboratorium
Apabila lapisan tanah adalah sangat tebal, maka jarak tempuh air
dapat dianggap sama dengan tebal bagian lapisan yang menerima
tegangan yang terukur.
2-50
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
BEBAN BANGUNAN
BEBAN TOTAL
BANGUNAN
Q
R P
O
MASA PELAKSANAAN
WAKTU
½t t ½ tc tc
O
J L G E
KURVA PENURUNAN
M AKIBAT PEMBEBANAN
PENURUNAN
BERTAHAP
J
K
F
H
KURVA PENURUNAN S
AKIBAT C
PEMBEBANAN D
LANGSUNG PENUH
dan atau acuan baku lain yang disetujui oleh Pengguna Jasa.
2-52
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
dan atau acuan baku lain yang disetujui oleh Pengguna Jasa.
2-53
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-55
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
LAPIS PONDASI ATAS (Base dapat terbuat dari lapisan beraspal, bahan
Course) berbutir, bahan yang distabilisasi dengan
semi/kapur.
1. Tanpa Pengikat :
Lapis Pondasi Agregat Kelas A; Dry Bound Macadam
2. Dengan Pengikat :
a). Pengikat Air :
Water Bound Macadam
b). Pengikat Semen :
PCC (Portland Cement Concrete); CTB; Soil Cement Base
c). Pengikat Aspal :
ATB Konvensional; AC-Base: dsb
1. Tanpa Pengikat :
Lapis Pondasi Agregat Kelas B
2. Dengan Pengikat :
a). Pengikat Aspal :
ATSB Konvensional; CTSB: dsb
b). Lainnya.
2-57
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Biasanya diambil yang penetrasi 0,1 inch. Jika yang 0,2 inch memberikan
CBR yang lebih besar dari yang 0,1 inch maka pengujian harus diulang.
Jika pengujian ulang memberikan hasil yang masih tetap sama, maka
diambil CBR dengan penetrasi 0,2 inch.
Beban
Piston Penekan
Penetrasi
Luas Alas 3 inch2
Secara umum, CBR yang ekonomis untuk tanah dasar adalah sama
dengan atau diatas 6. Bilamana CBR tanah dasar agak kecil maka tanah
dasar tersebut harus ditingkatkan dengan cara yang ekonomis yaitu
pemasangan capping layer yang terdiri dari “Timbunan Pilihan“ (CBR >
10) :
Capping Layer
Tanah Asli
2-58
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
1. Campuran Aspal :
a). Stabilitas rendah, maka corrugation (keriting) atau shoving
(sungkur) akan terjadi.
b). Marshall Quotient tinggi, campuran mudah retak karena agak
kaku.
c). Rongga udara tinggi, mudah teroksidasi sehingga mudah getas.
d). Rongga udara kecil, bleeding (kegemukan).
e). Kelekatan batuan terhadap aspal kurang, kekuatan rendah.
2. Lapis Pondasi Agregat :
a). CBR rendah, lapisan beraspal diatasnya cepat retak maka umur
berkurang
b). Abrasi agregat tinggi atau pipih, agregat mudah pecah maka
interlocking hilang sehingga kekuatan menurun.
1. Campuran Aspal :
2-59
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Beban Beban
PERKERASAN KAKU
PERKERASAN LENTUR
L L
Jika mutu material tidak memenuhi syarat maka untuk Perkerasan Beton :
Kekuatan lentur (flexural strength) rendah, maka regangan tarik
yang terjadi besar sehingga umur berkurang.
Agregat agak lunak atau kotor, permukaan akan lepas-lepas
sehingga umur menjadi berkurang.
2-60
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-61
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Ditinjau dari segi konstruksi, oprit jembatan terdiri dari tanah dasar (subgrade),
timbunan padat dan lapis-lapis perkerasan jalan (subbase, base dan surface).
Lapis perkerasan bisa berupa flexible pavement ataupun rigid pavement
tergantung kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Pemilik Pekerjaan. Fungsi oprit
jembatan sebagai penghubung antara jalan raya dengan lantai kendaraan
jembatan seringkali menempatkan oprit jembatan pada kondisi timbunan yang
relatif tinggi. Jika tinggi timbunan oprit tidak melampau Hkritis, maka untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya longsoran talud di kiri-kanan timbunan, asalkan
dibuat kemiringan talud sesuai dengan properties tanah timbunan, oprit jembatan
tidak memerlukan dinding penahan tanah. Bagaimana jika ternyata tinggi
timbunan oprit melebihi Hkritis? Secara teknis, tidak harus membuat dinding
penahan tanah akan tetapi talud dibuat berbentuk tangga sebagaimana dapat
dilihat pada sketsa di bawah. Dengan membagi Hkritis menjadi 3 bagian, maka
perencana dapat memilih alternatif yang mudah secara teknis dan tidak harus
mendesain dinding penahan tanah.
2-63
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Akan tetapi permasalahan yang sering dihadapi adalah justru lahan yang dapat
disediakan untuk menempatkan talud-talud oprit jembatan sangat terbatas, tidak
ada ruang yang cukup untuk membuat talud-talud berbentuk tangga seperti di
dalam sketsa. Oleh karena itu pilihan yang tersedia adalah membuat dinding
penahan tanah di sebelah kiri dan kanan oprit jembatan agar oprit dapat berfungsi
sebagai penghubung antara jalan dan jembatan.
2-64
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Dinding penahan tipe ini terdiri dari suatu dinding beton bertulang
memanjang dan balok kantilever pada bagian kaki konstruksi, tepatnya
berupa pelat lantai beton bertulang memanjang sampai sepanjang
dinding, berlaku seperti kantilever. Beban-beban yang bekerja pada
dinding penahan diimbangi oleh berat sendiri dinding penahan dan
berat tanah di atas pelat beton bertulang. Dalam perhitungan desain,
jika safety factor dapat dicapai, maka berarti desain dinding penahan
dianggap memenuhi persyaratan teknis.
Dinding penahan tipe ini bagian kantilevernya berada di luar area oprit
jembatan, tembok penyokong yang berhubungan dengan dinding
penahan ditempatkan pada sisi yang berlawanan dengan sisi dimana
tanah bekerja. Tipe ini digunakan jika diperlukan dinding penahan yang
cukup tinggi. Sama dengan dinding penahan tipe lainnya, jika dalam
perhitungan desain diperoleh safety factor yang melebihi yang
dipersyaratkan, maka berarti desain secara teknis telah memenuhi
syarat.
Untuk jelasnya lihat sketsa tipe-tipe dinding penahan tanah berikut ini:
Tekanan tanah
2-67
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Beban lainnya : Beban lainnya seperti daya apung dan tekanan air bila
disebutkan, maka beban itu harus dimasukkan dalam perhitungan.
2.6.1. Soal
1
2
A PI1
Jembatan PI2
B
2-68
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Jembatan terletak pada ruas jalan arteri pada jalan antar kota dengan
klasifikasi medan: perbukitan. Adapun data-data koordinat titik-titik penting
pada sketsa di atas adalah sebagai berikut:
A 5.125 5.025
B 5.715 5.020
Hitunglah kurva data untuk PI1 dan PI2 dan jelaskan apakah ditinjau dari
aspek perencanaan geometrik jalan, tikungan gabungansearah yang
dicakup oleh garis A–PI1–PI2–B memenuhi syarat jika diantara PI1 – PI2
direncanakan pembuatan jembatan dengan as jembatan berupa garis
lurus, panjang jembatan 20 meter dan titik awal jembatan berada pada
jarak 82 meter dari titik PI1.
2.6.2. Jawaban
v2
R
127( f e)
2-69
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
v2
Rmin
127( f max emax )
emax untuk jalan antar kota = 10% (lihat hal 2-8 dan 2-17 modul ini),
sedangkan gesekan melintang f berkisar antara 0,10 – 0,24. Menurut
AASHTO, A Policy on Geometric Design Standard of Rural Highways
1965, untuk VR = 60 km/jam (atau = 37,26 mph) side friction f = 0,152.
Ambil fmax = 0,152 (lihat grafik di bawah), maka:
602 3600
Rmin m m 112,50m .
127(0,152 0,10) 32
2-70
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
d PI1-PI2 =
= 36.100 25 = 190,06 m
dPI2-B =
B. Menghitung 1 dan 2
2=- 2
YPI-1
PI1
2 PI2
A
1
YPI-2
B
YA
YB
XA XPI-1 XPI-2 XB
2-71
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
= arc tg
5.115 5.025 + arc tg
5.110 5.115
5.325 5.125 5.515 5.325
= arc tg (0.45) + tg (0.0263) = 24,23o + 4,59o = 28,79º.
2 = – 2 = arc tg
yB yPI2
– 2 = tg
5.020 5.110 – 4,59o
xB xPI2 5.715 5.515
1. Titik P1
2-72
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Notasi:
Xs = Absis titik SC pada garis tangen, yaitu jarak dari titik TS ke
proyeksi SC pada garis tangen
Ys = Ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangen
Ls = Panjang lengkung peralihan (panjang lengkung dari TS ke
SC atau dari SC ke ST
Lc = Panjang busur lingkaran dari SC ke CS
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = Titik yang menunjukkan perubahan dari tangen ke spiral
SC = Titik yang menunjukkan perubahan dari piral ke circle
CS = Titik yang menunjukkan perubahan dari circle ke spiral
ST = Titik yang menunjukkan perubahan dari spiral ke tangen
Es = Jarak dari PI ke busur lingkaran
s = Sudut lengkung spiral
R, Rc = Jari-jari circle
p = Pergeseran tangen terhadap spiral
k = Absis dari p pada garis tangen spiral.
R = 160 m
1 = 28,79o
v3
Panjang lengkung peralihan Ls = (hal 2-7 modul ini)
R.C
R = 160 m
C = 0,4 m / dt3.
Cek dengan rumus hal 2-20 modul ini, yaitu Ls min = v x t = (v/3,6) x t
= ( 60 / 3,60) x 3 m = 50 m.
2-73
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
L2 722
xs 1 s 2 .Ls 1 2
x72m 68,36m
40.R 40 x160
Ls 2 722
ys 4,98m
6 R 6 x160
90 Ls 90 72
s = x x 12, 90o
R 160
Ls 2 722
p= R (1 cos s ) 160(1 cos12, 9o ) 5, 4 160(1 0975)m
6R 6 x160
= (5,40 – 4 m) = 1,40 m
Ls 3 723
k = Ls 2
R sin s 72 2
160sin12,9o
40 R 40 x160
( 2 s ) 28, 79 25, 60
Lc = .R .160m 8, 34m.
180 180
Lc =0
s = ½ ; Ltotal = 2 Ls
2-74
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2 R 2 .160
Ls = x 2 s .28, 79 80, 36m .
360 360
L2 80,362
xs 1 s .Ls 1 2
.80,36 79,85m .
40.R 40.160
L 2 80,36 2
ys 6, 73m .
6 R 6 x160
s = ½ 1 = ½ x 28,79o = 14,395o.
Ls 2 80, 362
p = R (1 cos s ) 160(1 cos14,395o )
6R 6 x160
Ls 3 80,363
k = Ls R sin s 80,36 160sin14,395
40 R 2 40 x1602
2-75
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Superelevasi
v2 v2 602
R e f 0,152 0,177 0,152
127( f e) 127 R 127 x160
2. Titik PI2
Dipilih bentuk tikungan full Circle (fC) dengan Rc = 520 m > Rmin = 500 m.
Kesimpulan
190.06 m Titik ST
PI1
1
PI2
A Ts = 81.58 m
2
Tc = 86,54 m B
21,94 m
2-76
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Pada sketsa di atas dapat diperhatikan bahwa jarak antara PI1 dan PI2
= 190,06 m, digunakan untuk Ts = 81,58 m dan Tc = 86,54 m. Dengan
demikian masih terdapat sisa panjang bagian lurus dari tikungan
gabungan searah tersebut = 21,94 m > 20 m, yaitu panjang bagian
lurus minimal yang diijinkan pada tikungan gabungan searah.
2-77
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
RANGKUMAN
a. Bab 2 dari modul ini menjelaskan perencanaan geometri oprit jembatan, perencanaan
timbunan oprit jembatan, perencanaan perkerasan untuk oprit jembatan dan
perencanaan dinding penahan tanah untuk oprit jembatan.
c. Perencanaan timbunan oprit, memberikan uraian tentang fungsi tanah dasar dalam
memikul timbunan di atasnya, bagaimana memilih material timbunan yang memenuhi
persyaratan teknis, jenis-jenis longsoran yang mungkin terjadi pada timbunan oprit,
dan prinsip-prinsip perhitungan penurunan oprit jembatan.
2-78
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas
tercapainya tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka
pertanyaan dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Merencanakan oprit (jalan
pendekat) jembatan
2-79
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
2-80
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
BAB 3
PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP JEMBATAN
3.1. Umum
Sandaran, pada umumnya menggunakan standar-standar yang telah ada, terdiri dari
tiang sandaran yang dibuat dari plat baja tebal 25 mm, pipa baja 3”, plat baja tebal
25 mm untuk tempat dudukan angkur, angkur 22 mm yang dipasang pada dinding
beton.
Guard rail, pada umumnya menggunakan standar yang telah ada, merupakan
pengaman dari baja yang dipasang dibahu jalan pada oprit jembatan, dimaksudkan
untuk menjaga agar kendaraan yang melewati oprit jembatan tidak meluncur keluar
dari wilayah jembatan
Parapet, merupakan tembok batu bata dengan panjang, lebar dan tinggi tertentu,
yang diletakkan di keempat titik di ujung-ujung jembatan sebagai tanda mulai masuk
ke jembatan atau keluar dari jembatan.
Pipa cucuran, pada umumnya sudah ada standarnya yaitu menggunakan pipa baja
3” atau 4” tergantung pertimbangan desain, dimaksudkan untuk membantu agar
lantai jembatan kering segera setelah hujan reda.
3-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
beban horizontal sebesar 100 kg/m’, yang bekerja pada tinggi 90 cm di atas
lantai trotoir.
Dengan demikian praktis tiang sandaran tidak perlu didesain lagi, cukup
menggunakan standar yang telah ada dan lazim digunakan. Meskipun
demikian jika Pemilik Pekerjaan menghendaki desain sandaran, perencana
dapat menggunakan standar pembebanan yang berlaku dan melakukan
cross check untuk mengetahui apakah potongan-potongan baja di lokasi
kritis (untuk tiang sandaran, lokasi kritis terletak pada perpotongan tiang
sandaran dengan plat baja penyambung di kaki sandaran) tegangan-
tegangan yang timbul akibat masih berada di bawah tegangan yang diijinkan.
Oleh karena pada dasarnya tiang sandaran tidak perlu didesain lagi, maka
yang perlu dipersiapkan oleh bridge design engineer adalah ketentuan-
ketentuan yang harus dicantumkan di dalam Spesifikasi Teknis mencakup
persyaratan bahan, standar rujukan yang digunakan, toleransi, ketentuan-
ketentuan penyediaan/pemasangan sandaran, dan pengendalian mutu.
Baja
Bahan untuk sandaran jembatan harus baja rol dengan tegangan leleh 2800
kg/cm2 memenuhi AASHTO M183 - 90 atau standar lain yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Atas perintah Direksi Pekerjaan, Kontraktor harus menguji
baja rol di instasi pengujian yang disetujui bilamana tidak terdapat sertifikat
pabrik pembuatnya.
3-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Paku jangkar jenis lainnya tidak diijinkan. Semua baut pemegang harus
diproteksi terhadap korosi atau digalvanisasi.
B. AASHTO :
C. ASTM :
Tiang Sandaran : Akan dipasang baris demi baris serta ketinggian, tiang-
tiang harus tegak dengan toleransi tidak melampaui 3 mm per meter tinggi.
3-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A. Umum
B. Pengelasan
3-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
C. Galvanisasi
D. Pemasangan
3-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A. Penerimaan bahan
B. Jaminan Mutu
Mutu bahan yang dipasok, kecakapan kerja dan hasil akhir harus
dipantau dan dikendalikan sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar
Rujukan.
3-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Yang dimaksud dengan guard rail pada oprit jembatan adalah bangunan pelengkap
jalan (pada segmen oprit jembatan) yang dipasang sebagai pembatas jalur lalu lintas
dengan bagian jalan lainnya dan berfungsi sebagai pengaman atau
penghalang/pencegah kendaraan keluar dari jalur lalu lintas.
Umumnya posisi guard rail diletakkan pada daerah luas jalan yang menikung dan
berbahaya dan dipasang pada tepi luar bahu jalan pada daerah timbunan atau
daerah yang curam dengan kedalaman lebih dari 2 (dua) meter.
Guard rail dapat pula digunakan pada median apabila lebar median kurang dari 1,20
meter sedangkan kecepatan kendaraan rencana lebih besar dari 80 km/jam.
Bahan guard rail harus terbuat dari baja yang digalvanisasi, dibuat di pabrik
dari lembaran baja yang memenuhi AASHTO M180 dengan ketebalan
minimum 2,67 mm dan sifat-sifatnya harus:
Mempunyai kekuatan tarik batas (ultimate) dari 4.900 kg/cm2 (70.000 psi).
Lapisan seng hasil galvanisasi pada lembaran baja harus mempunyai berat
minimum 550 gram/m2 (pengujian satu titik) dan 610 gram/m2 (pengujian
tiga titik) atau mempunyai ketebalan minimum 0,08 mm.
Elemen rel pengaman yang dibuat dari lebaran baja harus mempunyai
lebar nominal 483 mm dengan toleransi lebar nominal minus 3,2 mm.
Bahan untuk post dapat berupa pipa besi 15 cm, besi kanal 6” WEB I-Beam
atau kayu 8” x 8”.
3-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
3-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan diuji, baik pada saat
pembuatan, pengerjaan maupun pelaksanaan di lapangan oleh Direksi
Pekerjaan atas tanggungan Penyedia Jasa tanpa biaya tambahan.
A. Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan
dengan mengecek/ memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa
bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan ketentuan
persyaratan bahan
3-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
3-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A. Batu
Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus
dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah
Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama
Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 150 mm, lebar tidak kurang dari satu
setengah kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah
kali lebarnya.
B. Adukan Semen
3-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
minimum 90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode
umur yang sama.
C. Batu Bata
Batu bata yang akan digunakan harus sesuai dengan yang ditentukan
dalam dokumen kontrak dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
B. AASHTO :
C. ASTM :
Untuk pelapisan selokan dan saluran air, profil permukaan rata-rata selokan
dan saluran air yang dibentuk dari pasangan batu dengan mortar tidak boleh
berbeda lebih dari 2 cm dari profil permukaan lantai saluran yang ditentukan
atau disetujui, juga tidak bergeser lebih dari 5 cm dari profil penampang
melintang yang ditentukan atau disetujui.
Profil akhir untuk struktur kecil yang tidak memikul beban seperti lubang
penangkap dan lantai golak tidak boleh bergeser lebih dari 2 cm dari profil
yang ditentukan atau disetujui.
3-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka
yang tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang
terpasang;
3-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A. Penerimaan Bahan
3-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Yang dimaksud dengan Pipa Cucuran adalah suatu pipa yang ada pada sepanjang
lantai jembatan untuk membuang air dari lantai tanpa mengenai elemen lain.
Bahan untuk pipa cucuran jembatan harus baja dengan diameter minimal 3
inci atau 75 mm dan terbenam di dalam struktur lantai jembatan. Pipa
cucuran dengan tegangan leleh 280 MPa dan harus memenuhi standar SNI
07-0722-1989 dan ASTM 252, atau standar lain yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
3-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
B. AASHTO :
C. ASTM :
Pemasangan pipa cucuran harus sesuai dengan garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar. Pipa cucuran panjangnya harus melebih 200 mm
dari bagian elevasi terbawah dari struktur utama bangunan atas
A. Penerimaan Bahan
3-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
3-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
RANGKUMAN
a. Bab 3 dari modul ini menjelaskan perencanaan sandaran bangunan atas jembatan,
perencanaan guard rail pada oprit jembatan, perencanaan parapet jembatan, dan
perencanaan cucuran untuk drainase lantai jembatan.
3-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Merencanakan oprit (jalan Sudah dibuat soalnya di
pendekat) jembatan Bab 2
2. Merencanakan bangunan
pelengkap jembatan
3-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
3-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
BAB 4
PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN JEMBATAN
4.1. Umum
C H x0.5W (V ) 2
KE
g
4-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
dimana:
PS ( DWT )1 / 2 (12.13 xV )
dimana:
4-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Jembatan biasa: berat kapal desain terlampaui oleh 10% jumlah lintasan
kapal dalam satu tahun atau maksimum 200 lintasan per tahun (pilih
yang terkecil)
Berbagai tipe, bahan dan fungsi fender dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Fender Kayu
Fender kayu terdiri dari elemen vertikal dan horizontal dalam kerangka
yang dipasang bersatu dengan pilar atau secara terpisah. Energi
tumbukan diredam oleh deformasi elastis dan kerusakan elemen kayu.
Fender kayu digunakan untuk melindungi pilar terhadap gaya tumbukan
dari kapal kecil.
B. Fender Karet
C. Fender Beton
Fender beton terdiri darin struktur boks berongga dan berdinding tipis
yang dipasang pada pilar. Permukaan luar fender beton dapat dilindungi
4-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
oleh fender kayu. Energi tumbukan diredam oleh tekuk dan kerusakan
dinding fender beton.
D. Fender Baja
Fender baja terdiri dari membran berdinding tipis dan elemen pengaku
dalam kerangka boks pada pilar jembatan. Energi tumbukan diredam
oleh tekanan, lentur dan tekuk dari elemen baja dalam fender.
Permukaan luar fender baja dapat dilindungi oleh fender kayu.
Sistem yang didukung oleh tiang dapat digunakan untuk meredam beban
tumbukan. Kelompok tiang yang dihubungkanoleh cap yang kaku adalah
suatu struktur pelindung dengan tahanan tinggi terhadap gaya tumbukan
kapal. Tiang individual dan tiang yang dihubungkan oleh cap yang
fleksibel dapat digunakan juga sebagai pelindung pilar. Kelompok tiang
dapat terdiri dari tiang vertikal yang menahan energi dan lenturan, atau
tiang miring yang menahan energi dengan tekanan dan lenturan.
Deformasi plastis dan kerusakan tiang diijinkan dengan syarat kapal
terhenti sebelum menabrak pilar, atau tumbukan diredam sampai tingkat
kekuatan pilar dan pondasi. Struktur tiang pelindung dapat dibuat secara
berdiri sendiri, atau dipasang pada pilar. Tiang kayu, baja, atau beton
dapat digunakan sesuai kondisi lapangan, beban tumbukan dan
pertimbangan ekonomis.
F. Fender Dolfin
Dolfin merupakan struktur sel sirkular dari turap baja yang dipancang,
dan diisi beton serta ditutup dengan cap beton. Dolfin dapat dibuat dari
komponen beton pracetak, atau dipracetak secara keseluruhan di luar
lapangan dan kemudian dibawa mengapung ke lokasi. Tiang pancang
kadang-kadang digabung dalam desain sel. Prosedur perencanaan dolfin
berdasarkan perubahan energi yang terjadi selama pembebanan
tumbukan rencana. Hubungan dan korelasi energi-simpangan
dikembangkan untuk mekanisme peredaman berikut:
4-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
- Geseran doflin
- Rotasi dolfin
G. Fender Pulau
H. Fender Terapung
Yang dimaksud dengan bronjong adalah komponen struktur dari susunan batu yang
dibungkus dengan anyaman kawat; jadi cakupan pekerjaan ini adalah penyediaan
batu yang diisikan ke dalam bronjong kawat (gabion). Pada umumnya pemasangan
bronjong dilakukan pada tebing sungai, lereng timbunan, lereng galian, dan
permukaan lain yang terdiri dari (lokasi) yang mudah terkena erosi di mana
perlindungan terhadap erosi dikehendaki. Perencanaan bronjong yang dimaksudkan
dalam modul ini adalah untuk melakukan proteksi terhadap erosi yang terjadi di
tebing sungai di sekitar penempatan abutment jembatan.
4-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
A. Kawat Bronjong
Baja berlapis seng harus memenuhi AASHTO M279-03 tipe Z, dan ASTM
A641/AA641M. Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2
B. Batu
Batu untuk bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan awet dengan
sifat sebagai berikut :
- Keausan agregat dengan mesin Los Angeles harus kurang dari 35%;
- Berat isi kering oven lebih besar dari 2,3.
- Penyerapan Air tidak lebih besar dari 4%.
- Kekekalan bentuk agregat terhadap natrium sulfat atau magnesium
sulfat dalam pengujian 5 siklus (daur) kehilangannya harus kurang
dari 10%.
4-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
B. AASHTO :
C. ASTM :
4-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
terjadi penurunan (settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat
harus mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman;
Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik
atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat;
Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal
harus dibuat berselang seling.
Rambu lalu lintas diakui sebagai sarana pengaman yang penting yang
memberikan petunjuk arah untuk jalan-jalan arteri, dan harus digunakan
secara luas. Diperlukan pemilihan yang hati-hati mengenai rambu yang
dipertimbangkan cocok untuk jalan-jalan arteri dan ini harus ditunjukkan
dalam gambar rencana bagi masing-masing proyek.
Detail dari jenis-jenis rambu lalu lintas yang digunakan secara umum dapat
diperoleh melalui Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR).
Persyaratan-persyaratan pemakaian tanda-tanda lalu lintas didasarkan pada
peraturan Perencanaan Geometrik mengenai pemilihan macam- macam
4-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Untuk jalan-jalan arteri ukuran “Besar“ dan kode “D“ merupakan ukuran yang
sesuai karena jalan-jalan ini direncanakan untuk kecepatan 80 – 120 km/jam.
4-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Untuk memperoleh gambaran tentang rambu-rambu lalu lintas, perhatikan gambar 4-1dan
4-2.
KETERANGAN
KODE
RAMBU LALU LINTAS (RL)
RL . 1 Berhenti
RL . 2 Prioritas bagi lalu lintas jalan utama
RL . 3 Prioritas bagi lalu lintas dari arah berlawanan
RL . 4 Prioritas
RL . 5 Dilarang masuk
RL . 6 Akhir larangan mendahului
RL . 7 Dilarang mendahului kendaraan lain
RL . 8 Batas bobot pada sumbu
RL . 9 Batas kecepatan
RL . 10 Kecepatan minimum
RL . 11 Akhir kecepatan minimum
RL . 12 Akhir batas kecepatan
RL . 13 Lebar kend. dan muatan...m, dilarang masuk
RL . 14 Tinggi kend. dan muatan...m, dilarang masuk
RL . 15 Batas berat
RL . 16 Bus dilarang masuk
RL . 17 Truk dilarang masuk
RL . 18 Truk dan kereta gandengan dilarang kasuk
4-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
4-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
KODE KETERANGAN
4-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
4-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
RANGKUMAN
a. Pengamanan pilar untuk suatu jembatan yang melintasi sungai yang juga berfungsi
melayani lalu lintas kapal perlu mendapatkan perhatian. Tumbukan kapal langsung ke
pilar jembatan dapat membahayakan jembatan (bisa menyebabkan keruntuhan pilar),
oleh karena itu perlu dibuat fender untuk mengamankan pilar jembatan. Fender
mempunyai fungsi meredam energi tumbukan kapal sekaligus melindungi pilar jembatan
dari kemungkinan tumbukan langsung oleh kapal yang melintasi sungai.
4-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Merencanakan oprit (jalan Sudah dibuat soalnya di
pendekat) jembatan Bab 2
3. Merencanakan bangunan
pengaman jembatan
4-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
4-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Oprit (Jalan Pendekat), Bangunan
Pelengkap dan Pengaman Jembatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Pusat Litbang Jalan dan Jembaatan,
2007.
2. Manual Konstruksi dan Bangunan – Pekerjaan Tanah Dasar, Direktorat Jenderal Bina
4. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Departemen Pekerjaan Umum,
Marga, 1992.
Design Code 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
11. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa – Ir.