Anda di halaman 1dari 22

BAB III

ANALISA
DATA TEKNIS LAPANGAN

3.1 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi yang diperlukan oleh tanaman pada suatu petak
sawah, banyaknya tergantung pada berbagai faktor, diantaranya adalah :
1. Data Curah Hujan
2. Penggunaan Air Konsumtif (ETc)
3. Evapotranspirasi Potensial (ETo)
4. Curah Hujan Efektif (Re)
5. Pola Tanam
6. Koefisian Tanaman (Kc)
7. Perkolasi (P)
8. Efisiensi Irigasi Secara Keseluruhan (E)
9. Penggantian Lapisan Air (WLR)
10. Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah

Rumus untuk menentukan kebutuhan air di sawah adalah sebagai berikut :

NFR = ETc + P – Re + WLR ......... (3.1)

dimana :
NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari)
ETc = penggunaan air konsumtif (mm/hari)
P = kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)

3.1.1 Data Curah Hujan


Sebagaimana yang telah dijelaskan pada sub bab 2.2.1.1 bahwa dalam
perhitungan ketersediaan air daerah irigasi Air Santok diambil 2 stasiun hujan
yang terdapat pada daerah sekitarnya. Hasil akhir dari perhitugnan curah hujan
dengan metoda aritmatik dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

3.1.2 Penggunaan Air Konsumtif (ETc)


Adalah jumlah air yang dibutuhkan oleh suatu areal tanaman akibat
terjadinya penguapan pada permukaan tanah atau air, juga akibat transpirasi
(penguapan yang terjadi pada tanaman).
Penggunaan air konsumtif dihitung dengan rumus yang merupakan
metode empiris berdasarkan data iklim, koefisien tanaman pada tahap
pertumbuhan, yaitu :

......... (3.2)
ETc = Kc x ETo

dimana :
Kc = koefisien tanaman (tabel 4-9)
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)

3.1.3 Evapotranspirasi Potensial (ETo)


Untuk memberikan pengertian tentang Evapotranspirasi Potensial
dimulai dari penjelasan sebagai berikut :
 Evaporasi adalah proses pertukaran molekul air dipermukaan menjadi molekul
uap air di atmosfer melalui kekuatan panas.
 Transpirasi adalah proses penguapan pada tumbuh-tumbuhan yang
dipengaruhi oleh faktor klimatologis, jenis tumbuhan dan jenis tanahnya.
 Evapotranspirasi adalah peristiwa evaporasi dan transpirasi yang terjadi
bersama-sama.
 Evapotranspirasi Potensial adalah evapotranspirasi yang terjadi apabila
tersedia cukup air untuk memenuhi pertumbuhan optimum atau laju
maksimum perpindahan sejumlah air yang berasal dari tanaman selama masa
tumbuh dan berasal dari permukaan tanah yang lengas dimana kelengasan
tanah tidak terbatas.

Ada banyak cara untuk mengukur besarnya nilai evapotranspirasi potensial ini,
diantaranya sebagai berikut :
a. Water budget metode, yaitu pada dasarnya cara ini serupa dengan water
balance/neraca air atau keseimbangan air dari beberapa parameter antara lain:
hujan, run-off (limpasan) dan kondisi storage (penyimpanan air).
Cara ini jarang dipakai oleh karena tidak teliti (kesalahan cukup besar dan
hanya memberi informasi untuk nilai rata-rata tahunan.
b. Dengan alat lysimeter, alat ini bisa secara langsung mendapatkan data
(besarnya) evapotranspirasi yaitu dengan melakukan pengukuran
(pengamatan dengan menggunakan alat yang disebut lysimeter).
c. Dengan rumus empiris, nilai evapotranspirasi bisa diperoleh dengan
menggunakan rumus empiris berdasarkan data klimatologi (temperatur udara,
penyinaran matahari, kelembaban relatif dan kecepatan angin).
Beberapa metode yang mudah didalam penggunaannya adalah sebagai
berikut :
a. Metode Radiasi
b. Metode Thorntwhaite
c. Metode Blaney & Criddle
d. Metode Penman Modifikasi

a. Metode Radiasi
Rumus :
......... (3.3)
ETo  C . W . R s

 h ......... (3.4)
ETo  C . W  0,25  0,5 .  R a
 n

dimana :
ETo = evapotranspirasi (mm/hari)
C = faktor koreksi yang tergantung dari nilai kelembaban relatif (RH)
dengan kecepatan angin (v) gambar 2
Tabel 9 : W = faktor bobot tergantung dari nilai temperatur udara dan
ketinggian tempat
n/N = faktor lamanya penyinaran matahari
Tabel 11 : N = maksimum lamanya penyinaran matahari rata-rata harian
untuk bulan-bulan tertentu yang tergantung dari letak
lintang
Tabel 10 : ekstrateresterial radial tergantung dari letak lintang.
b. Metode Thorntwhaite
Rumus :
a
 10 T 
ETo 1,6    ......... (3.5)
 I 

dimana :
ETo = perkiraan besarnya evapotranspirasi (cm/bulan)
1 bulan = 30 hari
1 hari = 24 jam
I = Indeks penyinaran matahari tahunan atau musiman
1, 514
T
i =  = indeks penyinaran matahari bulanan (lihat tabel 6l)
5
n
I = i 1

a = unsur pangkat (eksponen) yang dihitung dengan rumus


a = 0,000000675 I3 – 0,0000771 I2 + 0,01792 I + 0,49239
Nilai evapotranspirasi yang sebenarnya (ET) ditetapkan dengan meninjau
faktor koreksi (lihat tabel 6m) berdasarkan letak lintang suatu tempat.

Berikut ini adalah contoh perhitungan dari metode Thornwaite pada bulan Januari
Diketahui data-data :
Suhu bulanan rata-rata : 26,46 oC
Maka :
1, 514
T
1. i =  atau dari tabel 6l
5
1, 514
 26,46 
= 
 5 
= 12.269

n
2. I = 
i 1
= 146.366
3. a = 0,000000675 I3 – 0,0000771 I2 + 0,01792I + 0,49239
= 0,000000675 . (146.366)3 – 0,0000771 (146.366)2
+ 0,01792 . (146.366) + 0,49239
= 3,580
10 T a
4. ETo = 1,6   
 I 
3,58
 10 x 26,46 
= 1,6   
 146,366 

= 13,327
5. f. koreksi = tabel 6m
= 1,042
6. ET = 1,042 x 13,887 cm/hari
= 13,887 cm/bulan
= 138,87 mm/bulan
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.5

c. Metode Blaney & Criddle


Rumus :
ETo = C [P (0,46 t + 8)] ......... (3.6)

dimana :
ETo = evapotranspirasi (mm/hari)
C = faktor koreksi yang tergantung dari besaran kelembaban relatif (RH)
kecepatan angin, penyinaran matahari (sun shine) (n/N)
kecepatan angin (u)
t = temperatur udara bulanan rata-rata (oC)
P = presentase penyinaran matahari harian dari penyinaran matahari
tahunan (tabel 6n).
Berikut ini adalah contoh perhitungan dari metode Blaney and Criddle pada bulan
Januari :
Diketahui :
Suhu bulanan rata-rata : 26,46 oC
Kelembaban (RH) : 81 %
Maka :
1. P = tabel 6n
= 0,27
2. f = P x ( 0,46 t + 8 )
= 0,27 x ( 0,46 x 26,46 + 8 )
= 5,47
3. Estimate n/N = Figure 1
= Medium
4. ETo = Cxf
= 0,7 x 5,47
= 3,83 mm/hari
= 118,71 mm/bulan
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.6

d. Metode Penman Modifikasi

Rumus :

ETo = C x [ W x Rn + (1-W) x f (U) x (ea –ed) ] ......... (3.7)

dimana :
ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari)
C = faktor koreksi, akibat keadaan iklim siang/malam (tabel 6k)
W = faktor bobot tergantung dari udara & ketinggian tempat (tabel 6c)
Rn = radiasi netto ekivalen dengan evaporasi (mm/hari)
Rn = Rns – Rn1
Rns = gelombang pendek radiasi matahari yang masuk
Rns = (1- ) Rs  = faktor pantulan atau albedo = 0.25
Rs = (0.25 + 0.50 n/N) Ra
Ra = ekstra terresterial radiasi matahari
Rns = (1 – 0.25) (0.25 + 0.50 n/N) Ra
Rn1 = gelombang panjang radiasi netto
= f (T) x f (ed) x f (n/N)
N = maksimum lamanya penyinaran matahari (tabel 6f)
1–W = faktor bobot tergantung dari temperatur udara, ketinggian tempat
dan efek dari kecepatan angin dan kelembaban (tabel 6d)
f (U) = fungsi kecepatan angin (tabel 6b)
ea – ed = selisih tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata udara dengan
tekanan uap rata-rata aktual dari udara
ea = tekanan uap jenuh tergantung dari temperatur (tabel 6a)
ed = ea x kelembaban relatif /100
= (ea x RH/100)
f(T) = efek temperatur pada gelombang panjang radiasi (tabel 6h)
f(ed) = efek tekanan uap pada gelombang panjang radiasi (tabel 6i)
f(n/N) = efek penyinaran matahari pada gelombang panjang radiasi
(tabel 6j).

Berikut ini adalah contoh perhitungan dari metode Penman Modifikasi pada bulan
Januari :
Diketahui :
Temperatur rata-rata : 26,46 0C
Kelembaban relatif : 81 %
Penyinaran Matahari : 56,78 %
Kecepatan angin : 2,31 knots ( 1knots = 1,582 km/jam = 44,448 km/hari)
= 102,675 km/hari
Solusi :
1. ea, tabel 6a = 34,474 mbar
2. ed = ea x (RH rata-rata/100)
= 34,474 x (81/100)
= 27,924 mbar
3. ea – ed = 34,474 – 27,924
= 6,55 mbar
4. f(U), tabel 6b = 0,547 mbar
5. W, tabel 6c = 0,755
6. (1 – W), tabel 6d = 0,245
7. (ea – ed).f(U).(1–W) = 6,55 x 0,547 x 0,245
= 0,880 mm/hari
8. Ra, tabel 6e = 15,075
9. N, tabel 6f = 12,030
10. n = N x penyinaran matahari
= 12,030 x 56,78 %
= 6,831
11. n/N = 0,568
12. Rs = (0,25 + 0,5 x n/N) x Ra
= (0,25 + 0,5 x 0,568) x 15,075
= 8,049 mm/hari
13. Rns, tabel 6g = (1 – 0,25) x Rs
= (1 – 0,25) x 8,049
= 6,036 mm/hari
14. f(T), tabel 6h = 16,015
15. f(ed), tabel 6i = 0,143
16. f(n/N), tabel 6j = 0,611
17. Rn1 = f(T) . f(ed) . f(n/N)
= 16,015 x 0,143 x 0,611
= 1,395
18. Rn = Rns – Rn1
= 6,036 x 1,395
= 4,642 mm/hari
19. W x Rn = 0,755 x 4,642
= 3,503 mm/hari
20. [(WxRn) + ((ea-ed).(f(U)).(1-W))]
= 3,503 + 0,88
= 4,382
21. Usiang = 1,188 m/dt
22. Usiang/Umalam = diasumsikan = 1,00
23. C, tabel 6k = 1,045
24. ETo = C x [(WxRn) + (1 - w).f(U).(ea-ed)]
= 1,045 x 4,382
= 4,581 mm/hari
= 142,011 mm/bulan

Hasil perhitungan selengkapnya dari nilai evapotranspirasi potensial dapat dilihat


pada tabel 3.7.
Dari beberapa analisa di atas dan memperhatikan data-data yang telah
ada yaitu data temperatur udara, penyinaran matahari, kelembaban relatif dan
kecepatan angin, maka untuk mendapatkan nilai evapotranspirasi potensial kami
hanya menggunakan tiga metode dari empat metode di atas yaitu : metode
Thornwhaite, metode Blaney & Criddle dan metoda Penman Modifikasi. Dari
ketiga metode di atas, metode Penman Modifikasi memberikan hasil yang lebih
tepat/akurat.

3.1.4 Curah Hujan Efektif (Re)


Hujan efektif adalah banyak air hujan yang diserap oleh akar tanaman
(root zone). Biasanya hujan efektif ini diperoleh berdasarkan 70 % dari R-80,
dimana R-80 adalah curah hujan yang kemungkinan terjadinya 80 %. Harga dari
R-80 adalah urutan ke M, dimana M adalah :

M=N/% +1 ......... (3.8)

dimana N adalah jumlah data dari curah hujan yang ada.

3.1.5 Pola Tanam


Pola tanam yang di usulkan pada Irigasi Air Santok ini adalah Padi – Padi
– Palawija.

Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

PADI I PADI II PALAWIJA

Gambar 3.1 Skema Pola Tanam

3.1.6 Koefisien Tanaman (Kc)


Koefisien tanaman untuk padi dan palawija yang dipakai adalah koefisien
tanaman yang ditetapkan oleh FAO. Harga-harga koefisien tanaman disajikan
seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.10 : Koefisien Tanaman (Kc)

Padi
Periode Varietas Palawija
Tengah Bulanan Biasa Unggul

1 1.10 1.10 0.50


2 1.10 1.10 0.64
3 1.10 1.05 0.89
4 1.10 1.05 0.95
5 1.10 0.95 0.88
6 0.50 0.00
7 0.95
8 0.00

Berdasarkan koefisien tanaman di atas dan gambar pola tanam di atas,


maka bentuk skema pola tanam dengan koefisien tanaman disajikan seperti dalam
gambar di bawah ini :

Koefisien Okt Nov Des Jan Feb Mar


tanaman 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
C3 LP LP LP 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP LP LP
C2 LP LP 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP LP 1,10 1,10
C1 LP 1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 LP 1,10 1,10 1,05 1,05
C LP LP LP 1,08 1,07 1,02 0,67 0,32 0,00 LP LP LP

Apr Mei Jun Jul Agt Sep


1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1,10 1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 0,50 0,64 0,89 0,95 0,88 0,00
1,10 1,05 1,05 0,95 0,00 0,50 0,64 0,89 0,95 0,88 LP 0,00
1,05 1,05 0,95 0,00 0,50 0,64 0,89 0,95 0,88 LP LP 0,00
1,08 1,07 1,02 0,67 0,48 0,38 0,68 0,83 0,91 0,61 0,29 0,00

Gambar 3.2 Skema pola tanam dengan koefisien tanaman

3.1.7 Perkolasi (P)


Perkolasi adalah pergarakan air di bawah zone akar akaibat adanya gaya
gravitasi. Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanah-
tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi
dapat mencapai 1 hingga 3mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju
perkolasi bisa lebih tinggi.
Dari hasil-hasil penyilidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan,
besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah
dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya.

3.1.8 Efisiensi Irigasi Secara Keseluruhan (E)


Akibat dari kegiatan eksploitasi dan perkolasi, banyaknya air yang
dibawa saluran (primer, sekunder dan tersier) akan berkurang. Banyaknya
kehilangan air menurut standar perencanaan irigasi adalah sebagai berikut :
 Saluran primer 90 %
 Saluran sekunder 90 %
 Saluran tersier 80 %

3.1.9 Penggantian Lapisan Air (WLR)


Penggantian lapisan air setinggi 50 mm, satu atau dua bulan setengah
setelah transplantasi, dimaksudkan untuk menghanyutkan hama tanaman. Lapisan
air setinggi 50 mm diberikan dalam jangka waktu 1,5 bulan (45 hari). Jadi
kebutuhan air tambahan 3,3 mm/hari. Selama jangka waktu pelaksanaan
penyiapan lahan (45 hari) air irigasi diberikan secara terus menerus dan merata
untuk keseluruhan area, baik yang sudah ditanami maupun yang masih dalam
tahap penyiapan.
Berdasarkan skema pola tanam dengan koefisien tanam, maka
penggantian lapisan juga dibuatkan skema penggantian lapisan air, seperti pada
gambar di bawah ini :
Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 3 3,3 3,3
WLR 2 3,3 3,3
WLR 1 3,3 3,3
WLR 1,1 1,1 2,2 1,1 1,1

Apr Mei Jun Jul Agt Sep


1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
WLR 3 3,3 3,3
WLR 2 3,3 3,3
WLR 1 3,3 3,3
WLR 1,1 1,1 2,2 1,1 1,1

Gambar 3.3 Skema penggantian lapisan air

3.1.10 Kebutuhan Air Untuk Pengolahan Tanah


Kebutuhan air yang dibutuhkan disini adalah kebutuhan air untuk masa
penyiapan lahan, masa penanaman padi dan masa penanaman palawija.
a. Kebutuhan Air Untuk Masa Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan merupakan tahapan awal dari penggarapan lahan sawah
untuk membajak dan melunakkan bagian atas lapisan tanah, pada waktu
menanam padi. Untuk menanam palawija dalam hal ini faktor penyiapan lahan
tidak diperhitungkan. Banyaknya air yang dibutuhkan tergantung pada kondisi
tanah dan pola tanam yang diterapkan.
Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan
metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode
tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama periode penyiapan
lahan dan menghasilkan rumus berikut :

M ek
LP = ......... (3.10)
(e k  1)
dimana :
LP = kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/hari
M = kebutuhan air untuk mengganti /mengkompensari kehilangan air akibat
evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan M = E o + P ,
mm/hari.
Eo = evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ETo selama penyiapan lahan
(mm/hari).
K = MT/S
T = jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50
mm, yakni 200 + 50 =250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas.

Secara terperinci tabel kebutuhan air untuk pengolahan lahan dapat dilihat seperti
pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.11 : Kebutuhan Air Selama Penyiapan Lahan


Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
(mm/hari) S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12,0 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8,0 13,0 14,5 10,5 11,4
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9,0 13,6 15,0 11,2 12,1
9,5 14,0 15,2 11,6 12,5
10,0 14,3 15,5 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,1
11,0 15,0 16,5 12,8 13,6
Berikut ini contoh perhitungan kebutuhan air irigasi untuk masa penyiapan lahan
padi I (unutk alternatif I) adalah sebagai berikut :
Diketahui data-data :
Bulan = Oktober I
P = 3 mm/hari
T = 45 hari
S = 250 hari
Re = 11,45 mm/hari
ETo = 4,241 mm/hari
Eff = 0,65
Maka :
1. Eo = 1,1 x ETo
= 1,1 x 4,241
= 4,665
2. M = Eo + P
= 4,665 + 3
= 7,665
3. k = M x T/S
= 7,665 x 45/250
= 1,380
7,665 x e 1 , 380

4. LP =
e 1
1 , 380

= 10,242 mm/hari
5. NFR = LP – Re
= 10,242 – 11,45
= -1,209 mm/hari
NFR
6. IR =
Eff
 1,209
= = -1,860 mm/hari
0.650
IR
7. a = 8,64

 1,860
= = -0,215 lt/dt/ha
8,64

b. Kebutuhan Air Untuk Masa Penanaman Padi


Cara perhitungan kebutuhan air untuk masa penanaman padi dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) dengan cara penman
modifikasi.
b. Menghitung penggunaan air konsumtif (ETc) dengan rumus sebagai
berikut :

ETc = ETo x Kc

dimana :
Kc = koefisien tanaman
c. Menentukan curah hujan bulanan (R) selama kurun waktu “n” tahun.
d. Menghitung curah hujan efektif (Re).
e. Menghitung kebutuhan air di sawah untuk padi (NFR), dengan rumus :

NFR = ETc + P + WLR – Re ......... (3.1)

dimana :
P = perkolasi (mm/hari)
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
f. Menghitung kebutuhan air untuk padi (IR) dengan rumus :

NFR
IR = Eff = efisiensi air irgasi = 0.65
Eff
g. Menghitung kebutuhan air irigasi (a) dengan rumus :

IR
a
8,64 lt / dt / ha

contoh perhitugan kebutuhan air irigasi untuk masa penanaman padi I (alternatif I)
adalah sebagai berikut :
Diketahui data-data :
Bulan = November 2
ETo = 4,189 mm/hari
P = 3 mm/hari
T = 45 hari
WLR = 1,10 mm/hari
Re = 15,62 mm/hari
Eff = 0,65
Kc = 1,08
Maka :
1. ETc = ETo x Kc
= 4,189 x 1,08
= 4,524

2. NFR = ETc + P + WLR - Re


= 4,524 + 3 + 1,10 – 15,62
= -6,993 mm/hari

NFR
3. IR =
Eff
 6,993
= 0,650

= -10,758 mm/hari
IR
4. a = 8,64

 10,758
= 8,64

= -1,245 lt/dt/ha

c. Kebutuhan Air Untuk Masa Penanaman Palawija


Cara perhitungan kebutuhan air untuk masa penanaman palawija dengan
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung nilai evapotranspirasi potensial (ETo) dengan cara penman
modifikasi.
b. Menghitung penggunaan air konsumtif (ETc) dengan rumus sebagai
berikut :
ETc = ETo x Kc

dimana :
Kc = koefisien tanaman
c. Menentukan curah hujan bulanan (R) selama kurun waktu “n” tahun.
d. Menghitung curah hujan efektif (Re).
e. Menghitung kebutuhan air di sawah untuk palawija (NFR), dengan rumus :

NFR = ETc – Re

dimana :
Re = curah hujan efektif (mm/hari)
f. Menghitung kebutuhan air untuk padi (IR) dengan rumus :

NFR
IR = Eff = efisiensi air irgasi = 0.65
Eff
g. Menghitung kebutuhan air irigasi (a) dengan rumus :

IR
a
8,64 lt / dt / ha

contoh perhitugan kebutuhan air irigasi untuk masa penanaman palawija


(alternatif I) adalah sebagai berikut :
Diketahui data-data :
Bulan = Juli I
ETo = 4,217 mm/hari
P = 3 mm/hari
Re = 10,06 mm/hari
Eff = 0,65
Kc = 0,680
Maka :
1. ETc = ETo x Kc
= 4,217 x 0,68
= 2,868
2. NFR = ETc - Re
= 2,868 – 10,06
= -7,197 mm/hari
NFR
3. IR =
Eff
 7,197
= 0,650

= -11,072 mm/hari
IR
4. a = 8,64

 11,072
= = -1,281 lt/dt/ha
8,64

3.2 Ketersediaan Air (Water Available)


Didalam penentuan ketersediaan air untuk daerah irigasi Air Santok,
maka disini diperhitungkan berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari sungai
Batang Pariaman Gadang. Dasar pemilihan perhitungan dipakai ialah debit yang
paling realistis.

3.2.1 Analisa Debit Andalan


Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk
kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi.
Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80 % (kemungkinan bahwa debit sungai lebih
rendah dari debit andalan 20 %). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah
bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar debit harian sungai. Agar
analisisnya cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi
jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Namun jika data terbatas metode
perhitungan tetap dengan analisis frekwensi dan dilengkapi dengan debit andalan
berdasarkan curah hujan (KP-01 hal 80). Tapi hasil yang didapat dengan data
terbatas tentu tidak seteliti data yang lengkap.
Untuk menentukan kemungkinan terpenuhi atau tidak terpenuhi, debit
yang sudah diamati disusun dengan urutan kecil kebesar. Catatan mencakup N

M = 0,2 x
tahun sehingga nomor tingkatan M debit dengan kemungkinan hal tidak terpenuhi
20 % dapat dihitung dengan :

dimana :
N = jumlah tahun
M = urutan ke

Contoh pemakaian rumus :


N = 10 tahun M = 0,2 x 10 = 2
N = 8 tahun M = 0,2 x 8 = 1,6 ~ 2

Dalam perhitungan ini kami memakai perhitungan debit andalan dengan


menggunakan metoda FJ. Mock yang dirumuskan sebagai berikut :

Q = (Dro + Bf) x

dimana :
Q = Debit andalan
Dro = Direct Run Off
= Ws – I I = 0,4 Ws
Bf = Base Flow
= I – Vn’ Vn’ = Vn – (Vn - 1) (Iterasi)
Ws = Water Surplus
= R – EL
EL = Limit Evapotranspirasi
= ETo – E E = ET x m/20 (18 – n)
m = Exposed Surface
n = Hari hujan bulanan
Perhitungannya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini :

3.2.2 Kemampuan Air Terhadap Luas Areal Irigasi


Untuk menentukan luas area irigasi dipengaruhi oleh banyaknya air yang
ada dan kebutuhan air irigasi. Beberapa hal yang menentukan luas area irigasi
yaitu :
 Besarnya debit yang ada (Q)
 Besarnya kebutuhan air irigasi (a)
Rumus yang dipergunakan untuk menentukan luas area irigasi yang dapat diairi
adalah :

Q
A x 1000
DR

dimana :
A = luas daerah irigasi yang dapat diairi (Ha)
Q = debit andalan yang tersedia (m3/dt)
DR = kebutuhan air untuk irigasi (lt/dt/Ha)

Hasil perhitungan kebutuhan air untuk irigasi terhadap kemampuan luas lahan
yang bisa terairi oleh debit andalan berdasarkan kebutuhan air irigasi di saluran
adalah :
a. Saluran induk/intake = 1,5 lt/dt
b. Saluran sekunder = 0,9 x 1,5 = 1,35 lt/dt
c. Saluran tersier = 0,8 x 1,5 = 1,2 lt dt
3.3 Perencanaan Jaringan Irigasi

3.3.1 Petak Irigasi


Untuk menghubungkan bagian-bagian dari suatu jaringan irigasi dibuat
suatu peta yang biasanya disebut peta petak. Peta petak ini dibuat berdasarkan
peta tofografi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur, yang dalam hal ini untuk
daerah irigasi Air Santok menggunakan skala 1 : 10000.
Gambar 3.4 Skema Jaringan Irigasi

Anda mungkin juga menyukai