Anda di halaman 1dari 56

i

DESAIN ALAT PIROLISIS UNTUK MENGONVERSI


LIMBAH PLASTIK HDPE MENJADI
BAHAN BAKAR

FATHURRAHMAN NAUFAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
ii
iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER


INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Alat Pirolisis
Untuk Mengonversi Limbah Plastik HDPE Menjadi Bahan Bakar adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2016


Fathurrahman Naufan

NIM F14110128
iv
v

ABSTRAK

FATHURRAHMAN NAUFAN. Desain Alat Pirolisis untuk Mengonversi Limbah


Plastik HDPE menjadi Bahan Bakar. Dibimbing oleh LEOPOLD OSCAR
NELWAN
Pirolisis plastik merupakan salah satu metode untuk mengubah limbah
plastik menjadi bahan bakar. Pada penelitian ini, dirancang reaktor pirolisis tipe
batch berkapasitas 2 kg berbahan bakar biomassa dengan diameter 0.3 m dan tinggi
0.3 m serta kondensor dengan panjang total 2.5 m. Sampah plastik yang digunakan
adalah sampah plastik HDPE. Biomassa yang digunakan sebagai bahan bakar
adalah kayu yang sudah tidak dapat digunakan oleh industri meubel. Pirolisis
dilakukan pada temperatur 400 – 450 oC dan waktu reaksi 120 menit. Hasil
kondensat cair yang dihasilkan paling banyak adalah 344 g dengan densitas 0.7
g/cm3 dan memiliki nilai kalor sebesar 37 MJ/kg. Perbandingan energi yang
digunakan dengan energi yang dihasilkan pada kondensat cair adalah 3.4%. Hasil
kondensat padat yang dihasilkan paling banyak adalah 507 g dengan densitas 0.89
g/cm3 dan memiliki nilai kalor sebesar 34.69 MJ/kg. Perbandingan energi yang
digunakan dengan energi yang dihasilkan pada kondensat padat adalah 4.9%.
Kata kunci: Pirolisis plastik, plastik HDPE, biomassa

ABSTRACT

FATHURRAHMAN NAUFAN. Design Pyrolysis Apparatus To Convert HDPE


Waste Plastic Become Fuel. Supervised by Leopold Oscar Nelwan
Plastic Pyrolysis is one of methods to convert waste plastics into fuel. In
this study, a batch-type reactor with a capacity of 2 kg using biomass fuel was
designed and it has a diameter of 0.3 m and 0.3 m high and condenser with a total
length of 2.5 m. Plastic that used in this study was HDPE plastic waste. The biomass
used as fuel was wood which was the by product of furniture industry. Pyrolysis
was carried out at a temperature of 400-450 °C in 120 minutes. Results of liquid
condensate produced at most 344 grams with a density of 0.7 g/cm3 and has a
calorific value of 37 MJ/kg. The ratio of the energy used to the energy produced in
liquid condensate was 3.4%. Results of solid condensate produced at most 507
grams with a density of 0.89 g/cm3 and has a calorific value of 34.69 MJ/kg. The
ratio of the energy used to the energy produced in solid condensate was 4.9%.
Keywords: plastic pyrolysis, HDPE plastic waste, biomass
vi
vii

DESAIN ALAT PIROLISIS UNTUK MENGONVERSI


LIMBAH PLASTIK HDPE MENJADI BAHAN BAKAR

FATHURRAHMAN NAUFAN

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
viii
x
xi

PRAKATA

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini adalah Desain Alat Pirolisis Untuk
Mengonversi Limbah Plastik HDPE Menjadi Bahan Bakar.
Dengan telah selesainya karya ilmiah ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Soewarso, Ibu Elly Herlina serta adik penulis atas doa, dukungan dan
semangat positifnya kepada penuis selama pembuatan karya ilmiah ini
2. Dr Leopold Oscar Nelwan, STP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberi bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis.
3. Teman-teman penulis (Irpan, Alif, Farrah, Steve, Karel, Nirwan, Holil,
Ramdhan, Andria, Tanti) atas bantuan dan motivasi yang telah banyak
membantu selama penelitian ini
4. Regenboog 48 yang telah menjadi teman seperjuangan penulis selama
menempuh studi di IPB
5. Teknisi laboratorium Energi (Pak Harto, Pak Widi) yang senantiasa
membantu penulis selama penelitian
6. Segala pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat menginspirasi bagi
perkembangan ilmu energi khususnya di bidang konversi energi.

Bogor, Maret 2016

Fathurrahman Naufan
xii
i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Plastik 3
Tungku Biomasa 3
Pirolisis Plastik 4
Proses Pindah Panas 7
Alat Penukar Kalor 8
METODOLOGI 9
Waktu dan tempat 9
Alat dan Bahan 9
Prosedur Penelitian 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Hasil Perancangan Alat Pirolisis 19
Uji Kinerja Desain 23
Uji Fisik Kondensat 29
SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 34
RIWAYAT HIDUP 40
ii

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir prosedur penelitian 10


2. Diagram alir perancangan reaktor 11
3. Diagram alir perancangan tungku 13
4. Diagram alir perancangan kondensor 15
5. Skema alat pirolisis desain I 20
6. Skema alat pirolisis desain akhir 21
7. Alat pirolisis plastik desain akhir 22
8. Gas berat yang dapat dikondensasi 23
9. Kondensat cair dan padat (a) Ulangan 1 (b) Ulangan 2 (c) Ulangan 3 24
10. Sebaran suhu tungku dan reaktor pada ulangan 1 25
11. Sebaran suhu tungku dan reaktor pada ulangan 2 25
12. Sebaran suhu tungku dan reaktor pada ulangan 3 25
13. Sebaran suhu kondensor pada ulangan 1 26
14. Sebaran suhu kondensor pada ulangan 2 26
15 Sebaran suhu kondensor pada ulangan 3 27
16. Volume kondensat terhadap waktu ulangan 1 28
17. Volume kondensat terhadap waktu ulangan 2 28
18. Volume kondensat terhadap waktu ulangan 3 28

DAFTAR TABEL

1. Jenis plastik, kode dan penggunaannya 4


2. Bagian-bagian reaktor dan fungsinya 11
3. Bagian-bagian tungku beserta fungsinya 12
4. Bagian-bagian kondensor beserta fungsinya 15
5. Dimensi alat pirolisis 19
6. Hasil proses pirolisis plastik 23
7. Rata-rata suhu reaktor dan tungku 24
8. Sebaran suhu kondensor 27
9. Perbandingan sifat sisik kondensat dengan bahan bakar lain 29

DAFTAR LAMPIRAN

1. Sebaran suhu dan volume kondensasi pada ulangan 1 34


2. Hasil uji fisik minyak ulangan 1 34
3. Sebaran suhu dan volume kondensasi pada ulangan 2 35
iii

4. Hasil uji fisik minyak ulangan 2 35


5. Sebaran suhu dan volume kondensasi pada ulangan 3 36
6. Hasil uji fisik minyak ulangan 3 36
7. Gambar teknik reaktor 37
8. Gambar teknik kondensor 38
9. Gambar teknik tungku 39
10. Contoh perhitungan suhu pengembunan 39
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Plastik merupakan senyawa polimer yang memiliki rantai panjang karbon


dan elemen lain yang mudah dibentuk. Plastik merupakan komponen yang sulit
dipisahkan dari kegiatan sehari-hari manusia karena berbagai kelebihan yang
dimilikinya. Sifat bahan plastik yang ringan dan kuat, tahan korosi, transparan dan
sifat insulasi yang cukup baik inilah yang menyebabkan plastik sulit dipisahkan dari
kehidupan manusia. Bahan plastik dapat ditemui pada hampir semua benda yang
kita gunakan sehari-hari diantaranya kemasanan makanan, alat rumah tangga,
mainan anak, hingga alat elektronik.
Akan tetapi peningkatan penggunaan bahan plastik ini diikuti juga dengan
peningkatan limbah plastik. Tidak seperti limbah organik yang dapat terurai oleh
bakteri, limbah plastik ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai
sehingga terjadi penumpukan sampah plastik di tempat pembuangan sampah. Cara
pengolahan sampah dengan pembakaran bukan metode yang aman bagi lingkungan
karena dapat meningkatkan emisi gas yang potensial menjadi polutan dan beberapa
partikulat pencemar lainnya. Metode pemecahan rantai polimer yang sudah dikenal
adalah pirolisis, gasifikasi, degradasi termal maupun katalitik (Rodiansono et al.
2007).
Pirolisis merupakan proses degradasi termal dari material tanpa adanya
oksigen atau dalam keadaan kekurangan oksigen (Patni et al. 2013). Dengan
menggunakan metode ini limbah plastik dapat tereduksi hingga 90% (Siddiqui,
Redwhi 2009).
Beberapa penelitian seputar konversi sampah plastik menjadi produk cair
berkualitas bahan bakar telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup
prospektif untuk dikembangkan (Mulyadi, 2004). Pada pirolisis plastik, hal yang
perlu diperhatikan adalah suhu pada reaktor. Menurut Ramadhan et al. (2015) suhu
optimal untuk pirolisis plastik HDPE adalah 420o C. Alat pirolisis plastik memiliki
potensi yang sangat baik sebagai alat konversi energi, terutama untuk limbah plastik
yang sulit untuk ditangani.
Biomasa merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang meliputi, dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian,
limbah peternakan, limbah kehutanan dan gambut (Borman 1998). Biomassa dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik dan bentuk energi
lainnya. Energi biomassa telah menjadi sumber energi alternatif yang baik sebagai
pengganti bahan bakar untuk produksi energi.
Sudah banyak penelitian mengenai pirolisis plastik ini dan mempunyai
sumber panas yang berbeda-beda. Gabe (2015) meneliti mengenai pirolisis plastik
PE dimana sumber panas menggunakan listrik. Santoso (2010) meneliti mengenai
pirolisis plastik PP dan LDPE dimana sumber panas menggunakan gas LPG. Akan
tetapi penggunaan listrik sebagai sumber panas tergolong mahal, dan gas LPG
merupakan bahan bakar yang tidak terbarukan. Biomassa memiliki potensi sebagai
sumber energi terbarukan yang baik, oleh karena itu alat pirolisis yang dirancang
memiliki bahan bakar biomassa.
2

Perumusan Masalah
Belum ada penelitian yang menggunakan limbah biomassa sebagai bahan
bakar alat pirolisis dan konsumsi energinya. Oleh karena itu, desain alat untuk
pirolisis plastik yang menggunakan biomassa untuk menghasilkan bahan bakar
penting untuk dikembangkan.

Tujuan Penelitian
Merancang dan menguji kinerja alat pirolisis plastik berbahan bakar
biomasa untuk menghasilkan minyak bahan bakar dan melakukan pengujian fisik
dari bahan bakar minyak yang dihasilkan.
3

TINJAUAN PUSTAKA
Plastik
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul
atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya
adalah karbon dan hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan yang sering
digunakan adalah naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak
bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan
1,75 kg minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun
kebutuhan energi prosesnya (Kumar et al. 2011).
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
thermosetting (Mujiarto, 2005). Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu akan mencair dan dapat dibentuk kembali
menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika
telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan dipanaskan.
Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastic adalah jenis
yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang
diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan
penggunaannya, pengelomopokan jenis plastik ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan thermosetting plastik yang melunak bila dipanaskan dan dapat
dibentuk, tapi mengeras secara permanen, mereka hangus/hancur bila dipanaskan.
Kebanyakan material komposit modern menggunakan plastik thermosetting, yang
biasanya disebut resin. Plastik termosetting berwujud cair. Kelebihan dari plastik
jenis ini adalah ketahanan zat kimia yang baik meskipun berada dalam lingkungan
yang ekstrim.

Tungku Biomasa
Tungku adalah tempat berlangsungnya proses pembakaran. Pada dasarnya,
proses pembakaran adalah proses kimiawi antara unsur-unsur pembentuk bahan
bakar dengan oksigen. Masing-masing unsur pembentuk bahan bakar mempunyai
temperatur pembakaran sendiri, dan secara keseluruhan dapat membentuk
temperatur pembakaran total di ruang bakar. Seberapa besar temperatur total yang
dihasilkan, sangat tergantung pada jenis dan berapa besar kandungan suatu bahan
bakar. Sebagai contoh, suatu jenis batubara yang banyak mengandung belerang
(sulfur), dapat menghasilkan temperatur pembakaran yang relatif rendah bila
dibandingkan dengan hasil pembakaran dari jenis batubara yang kandungan
belerangnya kecil. Selain komposisi unsur yang ada pada bahan bakar, temperatur
pembakaran dipengaruhi pula oleh jenis unsur yang membentuknya.
Biomasa merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang meliputi, dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian,
limbah peternakan, limbah kehutanan dan gambut (Borman 1998). Biomasa terdiri
dari bahan hidup atau yang baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar, atau
4

Tabel 1 Jenis plastik, kode dan penggunaannya


No.
Jenis Plastik Penggunaan
Kode
1 PET (polyethylene Botol minuman ringan dan botol air mineral,
terephthalate) bahan pengisi kantong tidur (sleping bag) atau
bantal dan serat textile.
2 HDPE (High-density Kantong belanja, kantong freezer, botol susu
Polyethylene) dan cream, botol sampho dan pembersih
3 PVC (Polyvinyl Botol juice, kotak pupuk, pipa saluran Selang
Chloride) kebun, sol sepatu, kantong darah dan tabung.
4 LDPE (Low-density Kotak ice cream, kantong sampah, lembar
Polyethylene) plastik hitam.
5 PP (Polypropylene Kotak ice cream, kantong kentang goreng,
atau Polypropene) sedotan, kotak makanan.
6 PS (Polystyrene) Kotak yoghurt, plastik meja, Kristal
imitasi”glass ware” Cangkir minuman panas,
wadah makanan
siap saji, baki kemasan.
7 Other (O), jenis Termasuk plastik lainya, acrylic dan nylon
plastik lainnya selain
dari no.1 hingga 6
Sumber: Pareira, B.C., 2009

materi tumbuhan atau hewan yang dipelihara untuk dimanfaatkan sebagai biofuel,
tetapi dapat juga digunakan untuk produksi serat, bahan kimia atau panas. Biomasa
dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar, contoh biomasa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, limbah
pertanian dan limbah kehutanan, tinja dan kotoran ternak. Pemanfaatan limbah
biomasa sebagai sumber energi masih cukup berperan di negara-negara
berkembang terutama biomasa dalam bentuk kayu bakar dan biomasa padat
lainnya.
Proses pembakaran juga merupakan faktor penentu pada temperatur
pembakaran. Semakin sempurna suatu pembakaran, semakin tinggi temperatur
pembakaran yang dihasilkannya. Untuk dapat menghasilkan pembakaran yang
sempurna, diperlukan adanya jumlah oksigen yang memadai. Oleh karenanya,
sejumlah sistem pembakaran menggunakan pola udara yang berlebih (excess air)
untuk mendapatkan jumlah oksigen yang sesuai kebutuhan. Keberadaan udara yang
berlebih ini, selain dapat menjamin terjadinya proses pembakaran yang lebih
sempurna, juga dapat menurunkan temperatur total pembakaran. Hal ini dapat
terjadi karena komposisi udara yang tidak hanya mangandung oksigen (komposisi
oksigen di udara kurang lebih 21% volume), tetapi juga unsur-unsur yang lain
seperti nitrogen dan uap air. Oleh karena itu, untuk menjaga suhu pembakaran yang
tinggi dan konstan diperlukan jumlah oksigen yang tepat.

Pirolisis Plastik
Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur
ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat
5

dilakukan dengan proses cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah


rantai polimer menjadi senyawa dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari
proses perekahan plastik ini dapat digunakan sebagai bahan kimia atau bahan bakar.
Ada tiga macam proses perekahan yaitu hidro cracking, thermal cracking dan
catalytic cracking (Panda, 2011)

Hydro cracking
Hydro cracking adalah proses perekahan dengan mereaksikan plastik
dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada
temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam proses
hydro cracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencampuran dan
reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin.
Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica alumina,
zeolite dan sulphate zirconia.
Penelitian tentang proses hydro cracking ini antara lain telah dilakukan oleh
Rodiansono (2005) yang melakukan penelitian hydro cracking sampah plastik
polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12) menggunakan katalis
NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydro cracking dilakukan dalam
reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperatur 300, 360, dan 400
°C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hidrogen 150 ml/jam.
Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk C7-C8
tertinggi dicapai pada temperatur 360 °C dan rasio katalis/umpan 0.5. Kinerja
katalis NiMo/zeolit menurun setelah pemakaian beberapa kali, tetapi dengan proses
regenerasi kinerjanya bisa dikembalikan lagi.
Nurcahyo (2005), melakukan penelitian yang sama dengan penelitian
Rodiansono (2005) tetapi dengan katalis NiPd/Zeolite. Uji aktivitas katalis
NiPd/Zeolit untuk reaksi hydro cracking sampah plastik menjadi fraksi bensin telah
dilakukan dengan variasi temperatur 300, 350, 400, 450 dan 500 °C dan variasi
rasio berat katalis : umpan 1:2, 1:4, dan 1:6 dengan sistem semi alir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas katalis optimum dicapai pada temperatur 450 °C dan
rasio berat katalis adalah umpan 1:2.
Sedangkan Daryoso et al. (2012) melakukan penelitian tentang pengolahan
sampah plastik jenis polietilen dengan metode hydro cracking menggunakan katalis
Ni-Mo/zeolite. Hydro cracking dilakukan dengan variasi perbandingan
katalis/bahan plastik 1:4, 2:4, 3:4, dan temperatur prosesnya diatur 350 °C, 400 °C,
450 °C, 500 °C, 550 °C selama 2 jam.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa Katalis Ni Mo/Zeolit Alam yang
telah dipersiapkan berperan dalam proses hydro cracking sampah polietilen
menghasilkan produk hydro cracking dengan rantai hidrokarbon yang pendek.
Rasio masa katalis Ni-Mo/Zeolit alam dengan umpan optimum yang menghasilkan
konversi sampah polietilen paling besar didapat pada perbandingan 3:4 yaitu
sebesar 8,032 %. Temperatur optimum yang menghasilkan konversi sampah
polietilen paling besar diperoleh pada temperatur 500 °C yaitu sebesar 1,334 %.

Thermal cracking
Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada
temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan arang,
6

minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan
aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
Bajus dan Hájeková, (2010), melakukan penelitian tentang pengolahan
campuran 7 jenis plastik menjadi minyak dengan metode thermal cracking. Tujuh
jenis plastik yang digunakan dalam penelitian ini dan komposisinya dalam persen
berat adalah HDPE (34,6%) , LDPE (17,3%), LLPE (17,3%), PP (9,6%), PS
(9,6%), PET (10,6%), dan PVC (1,1%). Penelitian ini menggunakan batch reactor
dengan temperatur dari 350 sampai 500 °C. Dari penelitian ini diketahui bahwa
thermal cracking pada campuran 7 jenis plastik akan menghasilkan produk yang
berupa gas, minyak dan sisa yang berupa padatan. Adanya plastik jenis PS, PVC
dan PET dalam campuran plastik yang diproses akan meningkatkan terbentuknya
karbon monoksida dan karbon dioksida di dalam produk gasnya dan menambah
kadar benzene, toluene, xylenes, styrene di dalam produk minyaknya.
Penelitian dengan jenis plastik yang lain dilakukan oleh Tubnonghee et al.
(2010). Plastik yang diteliti untuk dijadikan bahan bakar minyak adalah jenis
polyethylene (PE) dan polyprophelene (PP). Pembuatan bahan bakar minyak dari
plastik menggunakan proses thermal cracking. Perekahan dilakukan pada
temperatur 450 °C selama 2 jam. Gas yang terbentuk selanjutnya dikondensasikan
menjadi minyak di dalam kondensor yang bertemperatur 21 °C.
Minyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan gas
chromatography/mass spectrometry untuk mengetahui distribusi jumlah atom
karbonnya. Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa komposisi minyak dari
campuran plastik PE dan PP tersebut mempunyai jumlah atom karbon yang setara
dengan solar, yaitu C12 – C17.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Sarker et al. (2012). Pada penelitian ini,
sampah plastik LDPE diolah menjadi kerosin dengan metode thermal cracking
pada tekanan atmosfir dan dengan temperatur antara 150 °C dan 420 °C. Proses
depolimerisasi dilakukan tanpa penambahan katalis. Dari penelitian ini diperoleh
hasil bahwa kerosin yang didapat sekitar 30 %. Bahan bakar yang diperoleh dari
proses ini mempunyai kandungan sulfur yang rendah dan nilai kalor yang baik.

Catalytic cracking
Cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi pemecahan molekul.
Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi. Osueke dan
Ofundu (2011) melakukan penelitian konversi plastik low density polyethylene
(LDPE) menjadi minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua metode, yaitu
dengan thermal cracking dan catalytic cracking. Pyrolisis dilakukan di dalam
tabung stainless steel yang dipanaskan dengan elemen pemanas listrik dengan
temperatur bervariasi antara 475 – 600 °C. Kondenser dengan temperatur 30 – 35
°C, digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah plastik dipanaskan
menjadi minyak. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah silica alumina.
Dari penelitian ini diketahui bahwa dengan temperatur pirolisis 550 °C dan
perbandingan katalis/sampah plastik 1:4 dihasilkan minyak dengan jumlah paling
banyak.
Borsodi et al. (2011) melakukan penelitian tentang pirolisis terhadap plastik
yang terkontaminasi untuk memperoleh senyawa hidrokarbon. Pirolisis dilakukan
di dalam reaktor tabung, dengan pemasukkan material plastik secara kontinyu.
Plastik yang diproses ada dua macam, yaitu HDPE dalam kondisi bersih dan HDPE
7

yang terkontaminasi minyak pelumas. Dalam penelitian ini temperatur pirolisis 500
°C. Pirolisis dilakukan dengan katalis (thermo-catalytic pyrolysis) dan tanpa katalis
(thermal pyrolysis). Katalis yang digunakan adalah Yzeolite. Dari penelitian ini
diketahui bahwa HDPE yang terkontaminasi produk volatilnya lebih tinggi dan
densitasnya juga lebih tinggi. Pemakaian katalis mempengaruhi proses perekahan
pada HDPE yang tidak terkontaminasi, tetapi pada HDPE yang terkontaminasi
pengaruh pemakaian katalis tidak signifikan. Pemakaian katalis menurunkan
densitas dari minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis.

Proses Pindah Panas


Pindah panas merupakan ilmu untuk meramalkan perpindahan energi dalam
bentuk panas yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau
material. Dalam proses perpindahan energi tersebut tentu ada kecepatan
perpindahan panas yang terjadi, atau yang lebih dikenal dengan laju perpindahan
panas. Maka ilmu perpindahan panas juga merupakan ilmu untuk meramalkan laju
perpindahan panas yang terjadi pada kondisi-kondisi tertentu. Perpindahan kalor
dapat didefinisikan sebagai suatu proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari satu
daerah ke daerah lain akibat adanya perbedaan temperatur pada daerah tersebut.
Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi,
konveksi, dan radiasi.

Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang memiliki temperatur tinggi ke daerah yang
memiliki temperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum.

Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/
pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah
kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Menurut
cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi diklasifikasikan
menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced
convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan kerapatan
karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi
bebas (free/natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya
pemaksa/eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang menggerakkan
fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka perpindahan panasnya
disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).

Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.
8

Alat Penukar Kalor


Alat penukar kalor adalah alat yang difungsikan untuk melakukan
perpindahan sejumlah kalor atau panas dari suatu fluida ke fluida yang lainnya.
Tujuan perpindahan panas ini di dalam proses produksi adalah untuk memanaskan
ataupun mendinginkan suatu fluida hingga mencapai temperatur tertentu yang
diinginkan ataupun juga bertujuan untuk mengubah keadaan (fase) fluida dari satu
fase ke fase yang lainnya. Pada alat penukar kalor ini perpindahan panas dapat
terjadi secara konduksi, konveksi ataupun radiasi tergantung dari tipe dan
konstruksi alat tersebut.
Berdasarkan fungsinya alat penukar kalor yang dipergunakan dalam industri
terbagi atas :
a. Cooler
Alat ini digunakan untuk menurunkan suhu cairan atau gas dengan
mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak dipermasalahkan
terjadinya perubahan fase.
b. Boiler
Alat ini bertujuan untuk mendidihkan dan menguapkan cairan, dimana uap
tersebut berfungsi sebagai pembawa tenaga
c. Kondensor
Alat ini digunakan untuk mengembunkan atau mengkondensasikan uap
sehingga menjadi cair
d. Evaporator
Alat ini digunakan untuk menguapkan suatu fluida atau didalam proses
kimia berfungsi untuk memekatkan suatu larutan dari sifat semula
e. Chiller
Merupakan suatu alat untuk mendinginkan fluida yang berderajat sangat
rendah yang tidak dapat dicapai dengan media pendingin air, chiller
biasanya dikonstuksikan seperti ketel reboiler tetapi tanpa weir.
Adapun bentuk dari alat penukar kalor yang umum digunakan dalam
industri kimia ataupun petrokimia adalah:
a. Alat penukar kalor Shell and Tube
b. Alat penukar kalor Coil in Box
c. Alat penukar kalor Double pipe
d. Alat penukar kalor Tube flow
e. Alat penukar kalor Air fin exchanger yang terbagi lagi menjadi:
1. Forced draft
2. Induced draft
Menurut arah aliran fluida yang mengalir, alat penukar kalor dapat
dikelompokkan atas:
a. Penukar kalor aliran berpapasan (counter current)
b. Penukar kalor aliran searah (co current)
c. Penukar kalor aliran silang (cross current)
Berdasarkan banyaknya fluida yang digunakan, alat penukar kalor dibagi
atas:
a. Dua macam fluida (umumnya)
b. Tiga macam fluida (digunakan dalam proses-proses kimiawi, misalnya pada
sistem pemisahan udara)
9

Sedangkan berdasarkan mekanisme perpindahan panasnya, alat penukar


kalor dibagi atas:
a. Konveksi satu fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)
b. Konveksi dua fasa (dapat terjadi dengan konveksi paksa atau alamiah)
c. Kombinasi perpindahan kalor konveksi dan radiasi

METODOLOGI

Waktu dan tempat


Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015 sampai dengan
Januari 2016. Tahapan fabrikasi reaktor dilakukan di bengkel di daerah Sindang
Barang. Fabrikasi kondensor dan tungku dilakukan di Laboratorium Energi
Terbarukan dan Laboratorium Lapangan Siswadi Soepardjo, Departemen Teknik
Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan


Rincian alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Timbangan digital. Digunakan untuk mengukur berat dari plastik, kayu, dan
kondensat
2. Termokopel kabel tipe K. Digunakan untuk mengukur suhu gas masuk dan
keluar kondensor dan suhu air masuk dan keluar kondesor
3. Termokopel batang tipe K. Digunakan untuk mengukur suhu pembakaran
dalam tungku dan suhu dalam reaktor
4. Thermorecorder. Digunakan untuk membaca suhu yang diukur dengan
menggunakan termokopel
5. Bomb calorimeter. Digunakan untuk mengukur nilai kalor dari kondensat
6. Blower. Digunakan untuk memasukan udara ke dalam tungku

Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Bahan plastik yang digunakan adalah plastik HDPE
2. Bahan bakar yang digunakan adalah biomassa berupa kayu sisa industri meubel
3. Plat stainless steel digunakan untuk membuat dinding dan tutup reaktor.
4. Pipa PVC digunakan untuk membuat badan kondensor
5. Pipa tembaga digunakan sebagai tempat mengalirnya gas sekaligus tempat
pertukaran panas
6. Pipa besi digunakan sebagai kepala dari kondensor dan cerobong pada tungku
7. Lem dan dempul digunakan untuk menambal kebocoran
8. Ceramic wool digunakan untuk mengisolasi panas
9. Batu bata digunakan sebagai dinding tungku
10. Plat besi digunakan sebagai tempat pemasukan kayu
10

Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Mulai

Identifikasi Masalah

Data dan Informasi


Penunjang Perumusan Masalah

Penentuan Kriteria Desain

Studi Literatur

Analisis dan Perancangan

Fabrikasi

Uji Fungsional

Tidak
Modifikasi Berhasil

Ya

Uji Kinerja

Pengukuran Sifat Fisik


Kondensat

Selesai

Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian


11

Analisis dan Perancangan


Secara keseluruhan alat pirolisis ini terdiri dari 3 bagian, yaitu tungku,
reaktor dan kondensor. Reaktor yang dirancang terbuat dari bahan stainless steel,
hal ini dikarenakan stainless steel memiliki titik leleh yang tinggi dan tahan karat.
Bagian-bagian dari reaktor beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Bagian-bagian reaktor dan fungsinya
Bagian Fungsi
Badan reaktor Tempat berlangsungnya proses pirolisis
Tutup reaktor Menutup reaktor
Insulasi Mencegah kehilangan panas ke lingkungan
Lubang pengeluaran Mengalirkan gas ke kondensor
Lubang kontrol Menjaga tekanan dalam reaktor tidak terlalu tinggi dan
mengecek sisa bahan plastik dalam reaktor

Prosedur penentuan dimensi reaktor dapat dilihat pada Gambar 2.


Penentuan dimensi reaktor berdasarkan densitas dari bahan plastik yang telah
dipotong dengan ukuran 3 x 4 cm dan menggunakan perbandingan antara jari-jari
(r) dan tinggi (h) sebesar 0.5. Berikut data perancangan yang dibutuhkan untuk
menentukan dimensi reaktor.

Mulai

Identifikasi data penunjang

Densitas curah
plastik HDPE
Rasio jari-jari
dan tinggi

Penentuan bahan reaktor

Penentuan jari-jari reaktor

Penentuan tinggi reaktor

Selesai

Gambar 2 Diagram alir perancangan reaktor


12

Densitas plastik curah (𝜌𝑝 ) : 80 kg/m3


Tebal (x) : 0.0027 m
Dari data yang telah didapat, jari-jari reaktor dapat ditentukan dengan
menggunakan Persamaan (1) (Clemens, 1984).
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
𝜌𝑝 1
r = ( 𝜋∗𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟 )3 (1)
⁄ℎ
2 1
80
= ( 𝜋∗0.5 )3 = 0.15 m
Dari data yang telah didapat, tinggi reaktor dapat ditentukan dengan
mengguunakan Persamaan (2) (Clemens, 1984).
𝑟
h = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑟 (2)
⁄ℎ
0.15
= = 0.3 m
0.5
Sehingga reaktor yang dirancang memiliki jari-jari 0.15 m dan
tinggi 0.3 m.
Tungku yang dirancang menggunakan batu bata, pasir, semen, dan kawat
sebagai pemisah antara ruang bakar dan penampung abu. Bagian-bagian dari
tungku beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Bagian-bagian tungku beserta fungsinya


Nama Bagian Fungsi
Ruang pembakaran Tempat terjadinya pembakaran biomassa
Ruang penampung abu Tempat menampung abu sisa pembakaran
Lubang pemasukan Lubang untuk memasukan bahan bakar kayu dan
udara dengan blower
Cerobong Tempat pengeluaran gas buang dari pembakaran
Dudukan reaktor Tempat penyangga reaktor

Prosedur perancangan tungku dapat dilihat pada Gambar 3. Analisis


kebutuhan bakar ini dibagi dalam dua tahap, yaitu steady state dan un-steady state.
Tahap steady state adalah perhitungan kebutuhan bahan bakar untuk melakukan
pirolisis plastik. Tahap un-steady state adalah perhitungan kebutuhan bakar untuk
memanaskan reaktor sebelum panas dapat mencapai bahan plastik.

Tahap steady state


Energi yang dibutuhkan untuk melakukan pemutusan rantai molekul plastik
adalah 12145.4 cal/mol (Ramadhan, 2015), sehingga energi (E) yang dibutuhkan
untuk memutuskan rantai molekul 2 kg plastik adalah 3629.73 kJ.
Bahan bakar yang digunakan adalah limbah kayu jati
Nk : 20461 kJ/kg
ρ : 995 kg/m3
Massa kayu yang dibutuhkan untuk melakukan pirolisis dapat dihitung
dengan menggunakan Persamaan (3) (Demirel, 2012)
13

Mulai

Identifikasi data penunjang

Nilai kalor kayu


Energi aktivasi
pirolisis plastik

Penentuan masa bahan bakar steady-state

Penentuan massa bahan bakar unsteady-state

Penentuan total massa bahan bakar

Penentuan laju udara

Selesai

Gambar 3 Diagram alir perancangan tungku


𝐸
Massa steady state = 𝑛𝑘 (3)
3629.73
=
20461
= 0.17 kg
Tahap un-steady state
Untuk melakukan analisis pada tahap un-steady state diperlukan
data massa reaktor kosong. Massa reaktor kosong dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (4) – Persamaan (7) (Clemens, 1984).
vi = π*(((r-x)2)*(h-x) (4)
= π*(((0.15-0.0027) )*(0.3-0.0027) = 0.0202 m
2 3

vo = π*((r2)*t (5)
= π*((0.152)*0.3 = 0.0212 m3
vt = vo - vi (6)
= 0.021 – 0.02 = 0.0009 m 3

mr = ρ * vt (7)
3 3
= 8030 kg/m * 0.0009 m = 7.5 kg
14

Keterangan:
vi : volume dalam reaktor (m3)
vo : volume luar reaktor (m3)
vt : volume total bahan reaktor (m3)
ρ : massa jenis stainless steel (kg/ m3)
mr : massa reaktor (kg)
Berdasarkan data massa reaktor yang didapat kalor yang dibutuhkan (Q)
untuk memanaskan reaktor dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (8)
(Holman, 2010)
Q = mr*cp*ΔT (8)
= 7.5*0.5*(700-300) = 2530.2 kJ
Keterangan:
cp : panas jenis (kJ/kgK)
ΔT : perbedaan suhu
Sehingga massa bahan bakar tahap un-steady state dapat dihitung dengan
Persamaan (9) (Demirel, 2012)
𝑄
Massa un-steady state = 𝑛𝑘 (9)
2530.2
= = 0.12 kg
20461

Massa bahan bakar total (mt) dapat dihitung dengan Persamaan (10) dengan
menggunakan asumsi efisiensi tungku 25%. Daya tungku dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (11) (Holman, 2010). Proses pirolisis berlangsung dalam
2 tahap yaitu tahap steady state yang berlangsung selama 900 s dan un-steady state
yang berlangsung selama 7200 s, sehingga waktu proses (t) adalah 8100 s.
mt = (massa steady state+massa un-steady state)/25% (10)
= (0.17+0.12)/25% = 1.2 kg
𝑚𝑡 ∗ 𝑛𝑘
Daya tungku = (11)
𝑡
1.2∗20461
= = 3.04 kW
8100

Sehingga tungku yang dirancang memiliki kapasitas bahan bakar 1.2 kg dan
memiliki daya 3.04 kW.
Kebutuhan udara untuk 1.2 kg kayu adalah 1.27 kg oksigen. Kadar okesigen
di udara adalah 20%.
1.27
Massa udara = 20% = 6.38 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 6.38
Sehingga laju udara menjadi = = 8100 = 0.00078 kg/s = 2.83 kg/jam
𝑡

Kondensor yang dirancang adalah kondensor tipe shell and tube. Pada
bagian shell menggunakan bahan pipa PVC sedangkan bagian tube menggunakan
pipa tembaga. Bagian-bagian kondendor beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel
4.
15

Tabel 4 Bagian-bagian kondensor beserta fungsinya


Bagian Fungsi
Head Tempat gas masuk
Tube Tempat pertukaran panas
Shell Tempat penampung fluida pendingin
Water trap Menangkap minyak hasil kondensasi

Prosedur perancangan kondensor dapat dilihat pada Gambar 4.

Mulai

Identifikasi data penunjang

K, D, Pr, ρ μ,
Vgas, Kgas, D/L

Penentuan bilangan Reynolds

Penentuan bilangan Nusselts

Penentuan koefisien konveksi dan konduksi

Penentuan koefisien keseluruahn

Penentuan laju aliran massa

Penentuan kalor kerja

Penentuan panjang kondensor

Selesai

Gambar 4 Diagram alir perancangan kondensor


16

Pada perancangan kondensor hal yang perlu diketahui adalah luas


permukaan kondensor itu.
Data perancangan:
Koefisien konduksi tembaga (kt) : 401 W/mK
Tebal (x) : 0.01 m
Bilangan Prandall (Pr) : 0.68
Massa jenis (𝜌) : 0.67 kg/m3
Viskositas (𝜇) : 0.000027
Koefisien konveksi air (hair) : 400 W/mK
Kecepatan gas (vgas) : 0.26 m/s
Koefisien konduksi gas (kgas) : 0.0418
Perbandingan diameter dan panjang (D/L): 0.00254 m
Diameter tembaga (d) : 0.0254 m
Untuk mengetahui luas permukaan kondensor perlu diketahui bilangan
Reynolds (Re) dari sistem yang dapat diketahui dengan menggunakan Persamaan
(12) (Holman, 2010).
𝜌∗ 𝑣𝑔𝑎𝑠 ∗ 𝑑
Re = (12)
𝜇
0.67∗0.26∗0.0254
= = 122.90
0.000027
Karena alirannya adalah aliran laminar maka, Bilangan Nusselt (Nu) dapat
dicari dengan Persamaan (13) (Holman, 2010).
𝐷
0.0688 ∗ ∗𝑅𝑒∗𝑝𝑟
𝐿
Nu = 3.66 + 𝐷 (13)
1+(0.04 ∗ ∗𝑅𝑒∗𝑝𝑟)
𝐿
0.0688 ∗0.00254∗122.90∗0.68
= 3.66 + 1+(0.04 ∗0.00254∗122.90∗0.68) = 3.67
Dengan menggunakan data Bilangan Nusselts data koefisien konveksi
fluida dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (14) (Holman, 2010) dan
Persamaan (15) (Holman, 2010).
Nu ∗ 𝑘𝑔𝑎𝑠
hgas = (14)
𝑑
3.67 ∗ 0.0418
= = 8.05 W/mK
0.0254
𝑘
htembaga = 𝑥 (15)
401
= 0.0003 = 1336667 W/mK
Setelah itu koefisien keselurahan system (U) dapat diketahui dengan
menggunakan Persamaan (16) (Holman, 2010).
1
U = 1𝑥 1 (16)
+ +
ℎ𝑔𝑎𝑠 𝑘 ℎ𝑎𝑖𝑟
1
= 1 0.0003 1 = 7.89 W/mK
+ +
8.05 401 400
Asumsi minyak yang dihasilkan adalah 2 kg dan waktu proses pirolisis
adalah 7200 s.
2
Laju aliran massa (ṁ) = 7200 = 0.00028
17

Panas spesifik (Cpgas) : 1046.51 kJ/kgK

Setelah itu kalor kerja (Q) dapat diketahui dengan Persamaan (17) (Holman,
2010).
Q = ṁ*cp*ΔT (17)
= 0.00028*1046.51*(700-300) = 66.86 W
Dengan menggunakan data kalor kerja, luas permukaan (A) yang
dibutuhkan dapat diketahui dengan Persamaan (18) (Holman, 2010).
𝑄
A = 𝑈∗87.3 (18)
66.86
= 5.96∗87.3 = 0.09 m2
Kondensor yang dirancang terbuat dari pipa tembaga 3/4 inci sehingga
panjang kondensor (L) yang dibutuhkan dapat diketahui dengan Persamaan (19)
(Clemens, 1984).
𝐴
L = 𝜋∗𝑑 (19)
0.09
= 𝜋∗0.0254 = 1.62 m

Fabrikasi
Pembuatan alat dimulai dengan membuat tungku biomasa, diawali dengan
menggali tanah dan memasang dinding batu bata. Dinding tungku yang telah dibuat
ditutupi dengan tanah untuk mencegah panas hilang dan mencegah jilatan api yang
keluar melalui celah merusak komponen lain. Tungku dibuat dengan lubang dan
dudukan reaktor dibagian atas sebagai tempat reaktor dan lubang di bagian samping
sebagai tempat pemasukan bahan bakar dan udara. Beberapa lubang di bagian
dinding juga dibuat sebagai cerobong.
Pembuatan reaktor dimulai dengan mengelas stainless steel sesuai dengan
dimensi yang telah ditentukan. Reaktor yang telah dibuat dimasukan ke dalam
lubang pada bagian atas tungku lalu tutup celah dengan menggunakan tanah untuk
mengurangi kehilangan panas.
Pembuatan kondensor dimulai dengan mengelas pipa tembaga pada besi
yang berfungsi sebagai lubang masuk gas sekaligus berfungsi sebagai water trap.
Pipa tembaga yang sudah dilas dimasukan ke dalam pipa PVC, yang berfungsi
sebagai body, lalu tutup setiap celah dengan menggunakan dempul. Kondensor
yang dirancang adalah kondensor tipe current-flow dengan menggunakan dua
fluida, dan memiliki konfigurasi staggered.
Uji Fungsional
Uji fungsional bertujuan untuk memeriksa apakah setiap bagian dari alat
sudah bekerja sesuai fungsinya.
Uji Kinerja
Uji kinerja dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dari proses
perancangan yang dilakukan. Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam
proses pirolisis adalah thermal cracking. Pengujian kinerja dilakukan sebanyak 3
kali dengan menggunakan bahan plastik HDPE sebanyak 2 kilogram.
Langkah-langkah dalam melakukan uji kinerja adalah sebagai berikut:
18

Plastik dan bahan bakar ditimbang


1.
2.
Bahan plastik dimasukan ke dalam reaktor
3.
Bahan bakar dimasukan ke dalam tungku
4.
Termokopel ditempatkan pada tungku dan reaktor
5.
Tungku dinyalakan hingga mencapai suhu yang diharapkan
6.
Air dingin dialirkan ke kondensor untuk mengondensasikan gas
7.
Suhu dijaga agar tetap konstan dengan cara mengatur debit udara yang
masuk ke dalam ruang pembakaran dan jumlah bahan bakar yang tersedia
di dalam ruang pembakaran
8. Minyak yang dihasilkan ditampung
9. Suhu dicatat setiap 5 menit
Jika tahap ini belum berhasil dengan baik, proses masuk ke tahap modifikasi
dan mengulang ke tahap fabrikasi alat. Tahap modifikasi dilakukan dengan
merubah desain awal menggunakan data dan informasi penunjang yang dibutuhkan.

Pengukuran Sifat Fisik Kondensat


Setelah kinerja alat pirolisis dianggap baik dan menghasilkan kondensat,
dilakukan pengujian fisik dari kondensat yang dihasilkan. Sifat fisik kondensat
yang diukur adalah nilai kalor, dan densitas. Pengukuran dilakukan untuk melihat
karakteristik yang dimiliki minyak hasil pirolisis plastik tersebut.
Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan menggunakan bomb calorimeter.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur perubahan suhu fluida pada volume
yang tetap. Pengukuran densitas dilakukan dengan menimbang dan mengukur
volume kondensat.
19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Perancangan Alat Pirolisis

Rancangan Fungsional
Alat pirolisis yang dirancang terdiri dari 3 bagian utama yaitu tungku,
reaktor, dan kondensor. Dimensi dari setiap bagian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Dimensi alat pirolisis


Parameter desain Hasil
Reaktor
Masa jenis plastik curah (kg/m3) 80
Rasio r/t (-) 0.50
Jari-jari (m) 0.15
Tinggi (m) 0.31
Kondensor
Bilangan Reynolds (-) 122.90
Bilangan Nusselt (-) 3.67
Koefisien pindah panas keseluruhan (W/mK) 7.89
Luas permukaan (m2) 0.09
Panjang (m) 1.62
Diameter (inci) 0.75
Tungku
Diameter (m) 0.50
Tinggi (m) 0.60

Pada tahap analisis panjang kondensor yang dirancang adalah 1.6 m, dengan
luas permukaan 0.09 m2. Setelah fabrikasi, kondensor yang dirancang memiliki
panjang total 2 m, dimana kondensor ini memiliki 4 buah pipa tembaga yang
memiliki panjang masing-masing 0.5 m dan jarak antara pipa 2 cm. Akan tetapi
setelah melakukan uji fungsional, panjang kondensor ini masih kurang karena
masih banyak gas yang terbuang di ujung kondensor. Maka panjang kondensor
ditambah menjadi 2.5 m penambahan panjang kondensor sebanyak 0.5 m ini
dengan cara menambahkan jumlah pipa tembaga pada kondensor menjadi 5 buah.
Penambahan panjang ini disebabkan oleh asumsi laju aliran massa yang tidak pasti
dan penggunaan air dingin pada kondensor. Laju aliran massa yang tidak pasti ini
disebabkan karakteristik gas yang belum diketahui.

Rancangan Struktural
Pada perancangan alat pirolisis terdapat beberapa perubahan desain, skema
desain pertama dapat dilihat pada Gambar 5.
20

9
1

3
4

10

7
8

Gambar 5 Skema alat pirolisis desain I


Keterangan:
: Arah kondensat
: Arah fluida pendingin
: Arah fluida panas
1. Kondensor
2. Penampung minyak
3. Cerobong
4. Reaktor
5. Ruang pembakaran
6. Lubang pemasukan bahan bakar
7. Penampung abu
8. Lubang pemasukan udara
9. Lubang kontrol
10. Tempat penampung air dingin
21

1 9

8 2

5
4

Gambar 6 Skema alat pirolisis desain akhir


Keterangan:
: Arah kondensat
: Arah Fluida pendingin
: Arah fluida panas
1. Kondensor
2. Penampung minyak
3. Reaktor
4. Lubang pemasukan bahan bakar dan udara
5. Cerobong
6. Ruang pembakaran
7. Penampung abu
8. Lubang kontrol
9. Tempat penampung air dingin
Hasil desain alat pirolisis dapat dilihat pada Gambar 7, Gambar teknik dari
masing masing bagian dapat dilihat di Lampiran 7, Lampiran 8, dan Lampiran 9.
Perbedaan dari kedua desain ini terdapat pada posisi kondensor dan tungku.
22

Kondensor pada desain I terletak di samping tungku sedangkan pada desain akhir
kondensor terletak di atas reaktor. Perbedaan lain dari kedua desain ini terdapat
pada tungku, tungku pada desain akhir terletak di dalam tanah sedangkan pada
desain I terletak di atas permukaan tanah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
panas yang hilang ke lingkungan dan mencegah jilatan api dalam ruang pembakaran
yang keluar melalui celah merusak bagian lain.

Gambar 7 Alat pirolisis plastik desain akhir


Perubahan desain dari desain 1 ke desain akhir disebabkan oleh sifat gas
yang dapat dikondensasi. Bila diperhatikan secara visual, gas yang dapat
dikondenasi ini lebih berat dari udara sehingga gas ini cenderung jatuh ke bawah,
gambar dari gas yang dapat dikondensasi dapat dilihat pada Gambar 8. Pada desain
I, aliran gas pada kondensor mengarah ke bawah yang mengakibatkan gas yang
dapat dikondensasi tetapi belum terkondensasi akan terbuang. Akan tetapi pada
desain akhir aliran gas dalam kondensor mengarah ke atas, sehingga gas yang dapat
dikondensasi tetapi belum terkondensasi ini akan jatuh kembali ke dalam kondensor
dan terkondensasi.
23

Gas yang dapat


dikondensasi

Gambar 8 Gas berat yang dapat dikondensasi


Uji Kinerja Desain

Pada uji kinerja suhu reaktor yang digunakan dipertahankan pada suhu 400
– 450 oC. Pengaturan suhu dalam reaktor ini dilakukan dengan 2 cara yaitu
mengatur jumlah udara dan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang pembakaran.
Hasil dari uji kinerja alat pirolisis ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Hasil proses pirolisis plastik


Bahan
plastik Bahan Kondensat Kondensat Residu
Ulangan HDPE Gas (g)
bakar (g) cair (g) padat (g) (g)
(g)
1 2000 14000 344 424 29 1203
2 2000 16500 302 507 100 1091
3 2000 12500 221 435 17 1317

Pada proses pirolisis, menjaga suhu konstan merupakan faktor terpenting


oleh karena itu suhu perlu diperhatikan. Pengaturan suhu dilakukan dari ruang
pembakaran, jika suhu dalam ruang pembakaran terlalu tinggi maka blower ditutup
agar suhu turun. Jika suhu dalam ruang pembakaran tetap turun meskipun blower
sudah dibuka maka bahan bakar ditambahkan ke dalam ruang pembakaran. Akan
tetapi penambahan bahan bakar ini tidak diikuti dengan hasil yang baik juga, hal ini
dikarenakan masih banyak bahan bakar yang belum terbakar habis
Berdasarkan uji kinerja yang telah dilakukan, rendemen dari kondensat
pirolisis plastik HDPE ini adalah 51%. Hasil rendemen ini lebih kecil dari penelitian
yang dilakukan oleh Ramadhan dan Ali (2015) dimana rendemen yang dihasilkan
adalah 63%. Nilai dari rendemen ini masih dapat ditingkatkan dengan pengaturan
suhu yang lebih baik.
Hasil dari uji kinerja alat pirolisis ini menghasilkan 2 jenis yaitu kondensat
cair dan kondensat padat, dapat dilihat pada Gambar 9. Kondensat cair adalah hasil
yang diharapkan, kondensat cair terbentuk karena plastik sudah terurai sempurna.
Sedangkan kondensat padat terbentuk karena plastik belum terurai secara
sempurna, hal ini disebabkan suhu dalam reaktor yang belum mencapai suhu
24

thermal cracking plastik HDPE. Kedua jenis hasil pirolisis ini memiliki sifat yang
mampu bakar, sehingga hasil ini didekati dengan bensin dan paraffin.

(a) (b) (c)


Gambar 9 Kondensat cair dan padat (a) Ulangan 1 (b) Ulangan 2 (c) Ulangan 3
Untuk mengetahui kondensat yang dihasilkan cair atau padat adalah dengan
cara visual. Cara ini dilakukan dengan melihat warna cairan yang terdapat pada
tempat penampung. Jika warna yang dihasilkan gelap atau bahkan kehitaman, maka
hasil tersebut berupa kondensat padat. Sedangkan bila hasil memiliki warna
kekuningan, maka hasil tersebut adalah kondensat cair. Cara lainnya adalah dengan
menumpahkan sedikit kondensat ke air, bila kondensat adalah kondensat padat
maka kondensat tersebut langsung mengeras saat bercampur dengan air. Dengan
begitu kondensat yang dihasilkan dapat dipisahkan dengan lebih mudah.
Pada uji kinerja alat pirolisis ini, didapatkan bahwa pada ulangan pertama
menghasilkan kondensat cair yang paling banyak yaitu 344 g. Sedangkan yang
paling sedikit ada pada ulangan ketiga yaitu 221 g. Hal ini disebabkan suhu dalam
reaktor, menurut Ramadhan, 2015 suhu optimal dalam menghasilkan minyak dari
pirolisis plastik HDPE ini adalah 420 oC.

Tabel 7 Rata-rata suhu reaktor dan tungku


Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
o
Rata-rata suhu tungku ( C) 665.61 649.41 699.5
Rata-rata suhu reaktor (oC) 443.07 424.83 416.25

Berdasarkan Tabel 7, ulangan 1 memiliki rata-rata suhu dalam reaktor yang


paling tinggi dan ulangan 3 memiliki suhu dalam reaktor yang paling rendah. Hal
inilah yang memengaruhi kondensat cair yang dihasilkan pada proses pirolisis.
Semakin bertambah tingginya suhu pemanasan maka zat-zat yang terkandung
dalam plastik akan terurai dengan sempurna. Zat-zat tersebut akan terurai menjadi
gas dan cair (minyak) (Ramadhan et al. 2012). Grafik sebaran suhu tungku dan
reaktor dapat dilihat pada Gambar 10, Gambar 11, dan Gambar 12.
25

Tungku Reaktor

900
800
700
Suhu (oC) 600
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)

Gambar 10 Sebaran suhu tungku dan reaktor pada ulangan 1

Tungku Reaktor

900
800
700
600
Suhu (oC)

500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)

Gambar 11 Sebaran suhu tungku dan reaktor pada ulangan 2

Tungku Reaktor

900
800
700
600
Suhu (oC)

500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

Gambar 12 Sebaran suhu tungku dan reaktor pada ulangan 3


Grafik ini menjelaskan mengenai sebaran suhu tungku dan reaktor pada saat
proses pirolisis berlangsung. Pada sebaran suhu tungku, terdapat beberapa
penurunan dan kenaikan suhu yang signifikan. Penurunan suhu diakibatkan oleh
26

bahan bakar dalam tungku yang habis, sedangkan kenaikan suhu diakibatkan oleh
pengisian bahan bakar ke dalam tungku.
Gambar 12 dan Gambar 13 memperlihatkan laju pembakaran yang sama,
hal ini bisa dibuktikan dengan penurunan suhu tungku yang memiliki interval yang
sama. Akan tetapi, Gambar 11 memperlihatkan bahwa laju pembakaran tidak
seragam, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan suhu tungku yang memiliki
interval berbeda. Perbedaaan laju pembakaran ini dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu
penambahan massa bahan bakar yang berbeda dan pemberian udara yang berbeda.
Grafik dari sebaran suhu kondensor dapat dilihat pada Gambar 13, Gambar 14, dan
Gambar 15.

Air Masuk Air Keluar Gas masuk Gas keluar

250

200
Suhu (oC)

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)

Gambar 13 Sebaran suhu kondensor pada ulangan 1

Air masuk Air keluar Gas masuk Gas keluar

250

200
Suhu (oC)

150

100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)

Gambar 14 Sebaran suhu kondensor pada ulangan 2


27

Air masuk Air keluar Gas masuk Gas keluar

350
300
Suhu (oC) 250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

Gambar 15 Sebaran suhu kondensor pada ulangan 3


Grafik ini menjelaskan mengenai sebaran suhu di kondensor. Nilai dari
sebaran suhu kondensor dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran suhu kondensor


Parameter Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3
Suhu maksimal gas masuk (oC) 261 242 295
o
Suhu minimal gas keluar ( C) 24 23 29
Suhu maksimal air masuk (oC) 30 28 25
o
Suhu minimal air keluar ( C) 10 9 10

Dari tabel di atas dapat diketahui suhu pengembunan pada kondensor, suhu
pengembunan kondensor pada ulangan 1, ulangan 2 dan ulangan 3 adalah 81.25 oC,
75.5 oC, dan 89.75 oC, sehingga rata-rata suhu pengembunan ini adalah 82.17 oC.
Contoh perhitungan suhu pengembunan dapat dilihat pada Lampiran 10. Terdapat
perbedaaan antara suhu pengembunan rancangan dan hasil uji kinerja, dimana suhu
pengembunan rancangan adalah 55 oC. Suhu pengembunan yang lebih tinggi ini
disebabkan oleh suhu fluida pendingin yang semakin panas akibat es yang mencair
dan suhu fluida pendingin yang keluar dari kondensor memilki suhuh yang lebihh
tinggi.
Pada ulangan ke 3, waktu proses hanya 95 menit. Hal ini disebabkan karena
plastik dalam reaktor sudah habis sehingga proses pirolisis dihentikan. Meskipun
waktu proses selama 120 menit, tetapi kondensat tidak terbentuk selama proses
berlangsung. Bila dilihat pada Gambar 13, Gambar 14, dan Gambar 15 kondensat
terbentuk pada menit ke 40, 45, dan 25.
28

Volume kondensasi terhadap waktu

900
800
700
Volume (ml)

600
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)

Gambar 16 Volume kondensat terhadap waktu ulangan 1

Volume kondensasi terhadap waktu

1400
1200
1000
Volume (ml)

800
600
400
200
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 105 110 120
Waktu (menit)

Gambar 17 Volume kondensat terhadap waktu ulangan 2

Volume kondensasi terhadap waktu

1200
1000
Volume (ml)

800
600
400
200
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)

Gambar 18 Volume kondensat terhadap waktu ulangan 3


Berdasarkan grafik, pada awal proses belum ada kondensat yang dihasilkan,
hal ini disebabkan plastik HDPE yang belum mengalami proses pemutusan rantai
karena suhu thermal cracking yang belum tercapai.
29

Setelah proses pirolisis berakhir, sisa bahan plastik hampir habis karena
hampir semua bahan plastik terurai menjadi gas. Akan tetapi masih banyak
kehilangan masa yang terjadi pada fase gas. Hal ini disebabkan karena hasil pirolisis
dalam bentuk gas terdiri dari dua jenis yaitu gas yang dapat terkondensasi dan gas
yang tidak dapat dikondensasi (Ademiluyi and Adebayo 2007).

Uji Fisik Kondensat


Pengujian fisik kondensat perlu dilakukan untuk mengetahui karakteristik
dari kondensat yang dihasilkan. Sifat kondensat yang diukur adalah densitas, dan
nilai kalor. Hasil dari uji fisik kondensat dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Perbandingan sifat sisik kondensat dengan bahan bakar lain

Kondensat
Parameter Bensin Diesel Minyak Tanah
Cair Padat

Nilai kalor (MJ/kg) 35.37 ± 2 32.03 ± 2.4 44.0 44.0 43.3


Densitas (g/cm3) 0.7 0.9 0.7 0.8 0.8
Sumber: Das dan Pande, 2007

Pengujian densitas dilakukan dengan menimbang dan mengukur volume


kondensat tersebut, sehingga didapatkan densitas kondensat cair adalah 0.7 g/cm3
yang sebanding dengan bensin yang ada di pasaran. Nilai ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2010) dan Hidayat (2009) bahwa masa
jenis minyak pirolisis plastik sebesar 0.7 g/ cm3. Nilai densitas dari kondensat padat
ini adalah 0.9 g/cm3 nilai ini tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan parafin
yang memiliki densitas 0.84 g/cm3.
Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan menggunakan bomb calorimeter.
Rata-rata nilai kalor kondensat cair adalah 37 MJ/kg, nilai kalor dari kondensat cair
ini lebih mendekati nilai kalor minyak tanah dibandingkan dengan bensin. Rata-
rata nilai kalor dari kondensat padat adalah 34.69 MJ/kg, nilai kalor ini juga lebih
kecil dibandingkan dengan paraffin yaitu 42 MJ/kg. Nilai kalor yang kecil ini
disebabkan oleh adanya zat pengotor dalam kondensat. Zat pengotor ini berasal dari
kotoran yang tersisa pada plastik seperti label botol dan abu sisa proses pirolisis
sebelumnya yang masih tertinggal dalam reaktor, keberadaan air dalam kondensat
juga berpengaruh terhadap nilai kalor.

Perbandingan energi
Uji kinerja alat pirolisis ini membutuhkan energi yang banyak, hal ini
dikarenakan bahan bakar yang digunakan adalah biomasa. Limbah biomassa yang
digunakan adalah kayu jati yang sudah tidak bisa digunakan lagi dengan nilai kalor
20.46 MJ/kg. Penggunaan bahan bakar pada ulangan 1, 2, dan 3 adalah 286.45 MJ,
337.6 MJ, dan 255.76 MJ. Konsumsi bahan bakar ini dipengaruhi oleh kebutuhan
30

suhu dari proses pirolisis yang tinggi, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi
semakin banyak. Kebutuhan suhu yang tinggi ini berbanding lurus dengan jumlah
udara yang digunakan, sehingga udara yang masuk harus banyak. Dengan semakin
banyak dan cepatnya udara yang masuk maka laju pembakaranpun semakin tinggi
sehingga konsumsi bahan bakar menjadi sangat banyak.
Rata-rata kandungan energi total kondensat cair ini adalah 10.23 MJ, rata-
rata kandungan energi total kondensat padat ini adalah 14.6 MJ sedangkan rata-rata
energi yang digunakan adalah 296.68 MJ. Perbandingan energi yang dihasilkan
pada kondensat cair dengan yang digunakan ini sebesar 3.4%, sedangkan
perbandingan energi yang dihasilkan pada kondensat padat dengan yang digunakan
adalah 4.9%. Nilai energi yang dihasilkan dari kondensat pirolisis HDPE ini jauh
lebih kecil dari energi yang digunakan. Meskipun nilai perbandingannya kecil,
tetapi penggunaan minyak lebih praktis dibandingkan dengan kayu, hal tersebut
yang menjadi nilai tambah dari minyak hasil pirolisis plastik HDPE ini.
31

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Alat pirolisis yang dirancang memiliki 3 bagian utama, yaitu tungku, reaktor
dan kondensor. Pada uji kinerja, hasil yang diharapkan berupa kondensat cair belum
maksimal karena kesulitan dalam menjaga suhu konstan. Pada proses pirolisis ini
terdapat 2 jenis kondensat, yaitu kondensat cair dan kondensat padat. Kondensat
cair yang didapat paling banyak 344 g pada ulangan 1, sedangkan kondensat cair
yang didapat paling sedikit sebanyak 221 g pada ulangan 3. Kondensat padat yang
didapat paling banyak 507 g pada ulangan 2, sedangkan kondensat cair yang didapat
paling sedikit sebanyak 424 g pada ulangan 1.
Kondensat cair ini memiliki densitas yang sama dengan bensin yaitu sebesar
0.7 g/cm3, akan tetapi nilai kalor dari kondensat cair ini lebih kecil dibandingkan
dengan bensin yaitu 37 MJ/kg. Kondensat padat ini memiliki densitas yang sama
dengan paraffin yaitu sebesar 0.9 g/cm3, akan tetapi nilai kalor dari kondensat padat
ini juga lebih kecil dibandingkan dengan paraffin yaitu 34.69 MJ/kg. Nilai kalor
yang kecil ini dipengaruhi oleh zat pengotor yang terdapat pada reaktor ataupun
plastik.
Alat pirolisis ini memiliki nilai perbandingan energi yang dihasilkan pada
kondensat cair dengan yang digunakan sebesar 3.4%, sedangkan perbandingan
energi yang dihasilkan pada kondensat padat dengan yang digunakan sebesar 4.9%.

Saran
Untuk memperbaiki kinerja alat pirolisis ini maka saran yang perlu
diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai heat exchanger pada reaktor
agar suhu dalam reaktor konstan pada 420 oC.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mempertahankan suhu
pembakaran biomasa konstan 700 oC.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai heat exchanger pada
kondensor agar kondensat yang dihasilkan lebih banyak.
4. Perlu penelitian lanjutan mengenai kondensat cair dan padat yang
dihasilkan.
32

DAFTAR PUSTAKA

Ademiluyi T, Adebayo TA. 2007. Fuel Gases from Pyrolysis of Waste Polyethylene
Sachets. J Appl Sci Environ Manage. 11(2): 21 - 26. JASEM ISSN 1119-
8362.
Bajus M, Hájeková E. 2010. Thermal Cracking of the Model Seven Components
Mixed Plastics into Oil/Waxes. Petroleum & Coal. 52(3): 164-172, 2010.
ISSN 1337- 7027.
Borman GL, Ragland KW. 1998. “Combustion Engineering” pp 14.1-14.20. New
York. McGrawHill Publishing Co.
Borsodi N, Miskolczi N, Angyal A, Bartha L, Kohán J, Lengyel A. 2011.
Hydrocarbons Obtained by Pyrolysis of Contaminated Waste Plastics. 45th
International Petroleum Conference. Bratislava. Slovak Republic
Clemens, Stanley R. 1984. Geometry. USA: Addison-Westley Publishing
Company, inc.
Daryoso K, Wahyuni S, Saputro SH. 2012. Uji Aktivitas Katalis Ni-Mo/Zeolit pada
Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastik (Polietilen). Indonesian
Journal of Chemical Science 1 (1). Universitas Negeri Semarang
Das S, Pande S. 2007. Pyrolysis and Catalytic Cracking of Municipal Plastic Waste
for Recovery of Gasoline Range Hydrocarbons. Thesis. Chemical
Engineering Department National Institute of Technology Rourkela
Demirel Y. 2012. Energy and Energy Types. London (UK): Springer.
Gabe FAPA. 2015. “Analisa Termal Pada Rancang Bangun Reaktor Pirolisis
Untuk Memproduksi Bahan Bakar Minyak dari Limbah Plastik”
Hidayat R. 2009. “Studi Sifat Fisik, Kimia dan Uji Unjuk kerja Kompor dengan
Bahan Bakar Minyak Pirolisis Sekam Padi”
Holman JP. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. Department of Mechanical
Engineering Southern Methodist University (US). McGraw-Hill.
Kumar S, Panda AK, Singh RK. 2011. A Review on Tertiary Recycling of High-
Density Polyethylene to Fuel. Resources. Conservation and Recycling Vol.
55 893– 910
Mujiarto, Iman. Sifat dan Karakteristik Material Plastik Bahan Aditif. 2005.
Traksi. Vol. 3. No. 2
Mulyadi E. 2004. Termal Dekomposisi Sampah Plastik. Jurnal Rekayasa
Perencanaan, ISSN 1829-913x, Vol-1
Patni N, Shah P, Agarwal S, Singhal P. Alternate Strategies for Conversion of
Waste Plastik to Fuels. ISRN Renewable Energy; 2013. Vol 2013.
Nurcahyo IF. 2005. Uji Aktivitas dan Regenerasi Katalis NiPd (4:1)/Zeolit Alam
Aktif Untuk Hidrorengkah Sampah Plastik Polipropilena Menjadi Fraksi
Bensin Dengan Sistem Semi Alir. Thesis Ilmu Kimia Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
Osueke, Ofundu. 2011. Conversion of Waste Plastiks (Polyethylene) to Fuel by
Means of Pyrolysis. (IJAEST) International Journal of Advanced
Engineering sciences and Technologies. Vol. No. 4, Issue No. 1, 021 – 024
Panda AK. 2011. Studies on Process Optimization for Production of Liquid Fuels
from Waste Plastiks. Thesis. Chemical Engineering Department National
Institute of Technology Rourkela
33

Pareira BC. 2009. Daur Ulang Limbah Plastik. Available from URL:
http://www.ecoreccycle.vic.gov.au
Ramadhan A, Ali M. 2012. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4. No 1.
Rodiansono, Trisunaryanti W, Triyono. 2007. Pembuatan, Karakterisasi dan Uji
Aktivitas Katalis NiMo/Z Pada Reaksi Hidrorengka Menjadi Fraksi Bensin.
Berkala MIPA, 17, 2.
Santoso J. 2010. “Uji Sifat Minyak Pirolisis dan Uji Performansi Kompor
Berbahan Bakar Minyak Pirolisis dari sampah Plastik”.
Sarker M, Rashid MM, Rahman MS, Molla M. 2012. Envirnmentally Harmful Low
Density Waste Plastik Conversion into Kerosene Grade Fuel. Journal of
Environmental Protection. 2012, 3, 700 – 708.
Siddiqui MN, Redhwi HH. 2009. Pyrolysis of mixed plastic for the recovery of
useful products. Fuel Processing Technology. 90:545-552. doi:
10.1016/j.fuproc.2009.01.003.
Tubnonghee R, Sanongraj S, Sanongraj W. 2010 Comparative Characteristics of
Derived Plastik Oil and Commercial Diesel Oil. The 8th Asian-Pacific
Regional Conference on Practical Environmental Technologies
(APRC2010). Ubon Atchathani University. Ubonratchathani. Thailand
34

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran suhu dan volume kondensasi pada ulangan 1


Air Air Gas Gas Volume
Waktu Tungku Reaktor
masuk keluar masuk keluar Kondensasi
(menit) (oC) (oC)
(oC) (oC) (oC) (oC) (ml)
0 30 29 30 31 31 24 0
5 36 30 28 28 30 31 0
10 276 33 28 28 30 35 0
15 582 110 28 28 31 34 0
20 451 223 29 29 32 35 0
25 650 272 29 29 38 34 0
30 790 347 16 18 83 35 0
35 613 344 10 11 58 36 0
40 686 354 9 10 66 36 0
45 777 399 9 10 95 34 33.34
50 772 449 9 10 108 34 150.03
55 728 442 10 11 103 34 225.04
60 624 427 10 11 155 36 258.38
65 686 457 13 16 261 42 558.44
70 603 455 14 16 236 37 708.47
75 602 457 15 16 221 39 725.14
80 599 451 16 16 126 36 733.48
85 595 452 17 17 83 37 750.15
90 653 419 18 18 67 39 750.15
95 636 395 19 20 192 41 758.48
100 673 454 20 21 154 42 808.49
105 679 467 22 22 91 41 811.82
110 679 455 23 23 66 43 816.83
115 712 450 23 24 56 42 816.83
120 709 435 24 24 51 44 816.83

Lampiran 2 Hasil uji fisik minyak ulangan 1


Parameter Nilai
Kondensat cair 0.7
Densitas (g/cm3)
Kondensat padat 0.9
35.35
Kondensat cair 35.48
40.17
Nilai Kalor(MJ/kg)
33.08
Kondensat padat 37.19
33.81
35

Lampiran 3 Sebaran suhu dan volume kondensasi pada ulangan 2


Air Air Gas Gas Volume
Waktu Tungku Reaktor
masuk keluar masuk keluar Kondensasi
(menit) (oC) (oC)
(oC) (oC) (oC) (oC) (ml)
0 29 27 17 27 22 30 0
5 741 386 20 32 24 31 0
10 629 258 7 16 23 32 0
15 787 379 6 11 25 30 0
20 811 358 6 10 25 32 0
25 526 349 6 9 15 32 0
30 763 362 7 10 14 24 0
35 739 406 6 11 4 23 0
40 595 389 8 11 12 32 0
45 552 342 8 12 15 41 0
50 624 399 10 13 15 29 33.34
55 597 423 12 16 139 38 216.71
60 706 426 16 18 202 30 300.06
65 808 425 17 21 218 30 533.44
70 709 425 18 22 204 33 650.13
75 595 413 19 23 151 34 666.80
80 552 415 20 24 106 35 716.81
85 527 407 20 24 84 39 716.81
90 643 402 21 24 78 43 816.83
95 764 451 22 28 242 52 900.18
100 641 451 24 27 205 43 1041.88
105 603 437 24 27 120 49 1108.56
110 551 431 26 28 81 49 1175.24
115 521 425 27 30 60 40 1175.24
120 507 423 28 30 54 61 1175.24

Lampiran 4 Hasil uji fisik minyak ulangan 2


Parameter Nilai
Kondensat cair 0.7
Densitas (g/cm3)
Kondensat padat 0.9
39.56
Kondensat cair 32.62
35.64
Nilai Kalor(MJ/kg)
36.55
Kondensat padat 25.04
33.50
36

Lampiran 5 Sebaran suhu dan volume kondensasi pada ulangan 3


Air Air Gas Gas Volume
Waktu Tungku Reaktor
masuk keluar masuk keluar Kondensasi
(menit) (oC) (oC)
(oC) (oC) (oC) (oC) (ml)
0 34 51 25 37 35 44 0
5 28 47 13 16 33 48 0
10 260 47 8 13 32 43 0
15 495 55 8 11 33 44 0
20 740 131 8 10 65 44 0
25 731 294 8 10 74 43 0
30 635 363 9 11 79 38 25.01
35 798 370 9 11 81 29 66.68
40 825 413 11 14 110 29 250.05
45 742 432 11 14 145 29 450.09
50 681 425 12 16 155 29 575.12
55 518 402 14 15 114 40 641.80
60 743 455 16 13 295 92 791.83
65 654 470 19 21 141 51 1091.89
70 649 472 19 21 99 51 1091.89
75 615 475 20 21 80 52 1091.89
80 631 463 21 22 63 50 1091.89
85 613 473 23 24 57 42 1091.89
90 576 436 25 24 55 40 1091.89
95 473 371 25 26 50 40 1091.89

Lampiran 6 Hasil uji fisik minyak ulangan 3


Parameter Nilai
Kondensat cair 0.7
Densitas (g/cm3)
Kondendsat padat 0.9
34.43
Kondensat cair 33.27
32.04
Nilai Kalor(MJ/kg)
31.60
Kondensat padat 26.37
31.47
37

Lampiran 7 Gambar teknik reaktor


38

Lampiran 8 Gambar teknik kondensor


39

Lampiran 9 Gambar teknik tungku

Lampiran 10 Contoh perhitungan suhu pengembunan


Ulangan 1
𝑇𝑖𝑛 +𝑇𝑜𝑢𝑡 261+24
Suhu rata-rata gas = = = 142.5
2 2
𝑇𝑖𝑛 +𝑇𝑜𝑢𝑡 30+10
Suhu rata-rata air = = = 20
2 2
𝑆𝑢ℎ𝑢 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐺𝑎𝑠+𝑢ℎ𝑢 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑖𝑟 142.5+20
Suhu penegembunan = = = 81.25
2 2
40

RIWAYAT HIDUP

Fathurrahman Naufan dilahirkan di Palembang, 2 April 1992,


merupakan anak pertama dari Bapak Soewarso dan Ibu Elly
Herlina. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDIT
Ummul Quro Bogor pada tahun 1998-2004. Penulis lulus dari
SMPIT Ummul Quro pada tahun 2007 dan SMA PU Al Bayan
pada tahun 2010. Penulis pernah menempuh pendidikan di Teknik
Mesin, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2010, akan tetapi
pindah ke Teknik Mesin dan Biosistem, Institut Pertanian Bogor
pada tahun 2011 melalui jalur Ujian Tulis Mandiri. Selama menjadi mahasiswa
penulis pernah terlibat dalam beberapa kepengurusan organisasi. Penulis pernah
menjadi wakil ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian pada tahun 2013, lalu
menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian pada tahun 2014. Penulis
melaksanankan praktik lapang pada tahun 2014 di PTPN IX dengan judul Proses
Pengeringan Biji Kopi di Kebun Ngobo, PTPN IX, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai