Jurnal Pirolisis PDF
Jurnal Pirolisis PDF
FATHURRAHMAN NAUFAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Alat Pirolisis
Untuk Mengonversi Limbah Plastik HDPE Menjadi Bahan Bakar adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
NIM F14110128
iv
v
ABSTRAK
ABSTRACT
FATHURRAHMAN NAUFAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
PRAKATA
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini adalah Desain Alat Pirolisis Untuk
Mengonversi Limbah Plastik HDPE Menjadi Bahan Bakar.
Dengan telah selesainya karya ilmiah ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Soewarso, Ibu Elly Herlina serta adik penulis atas doa, dukungan dan
semangat positifnya kepada penuis selama pembuatan karya ilmiah ini
2. Dr Leopold Oscar Nelwan, STP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberi bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis.
3. Teman-teman penulis (Irpan, Alif, Farrah, Steve, Karel, Nirwan, Holil,
Ramdhan, Andria, Tanti) atas bantuan dan motivasi yang telah banyak
membantu selama penelitian ini
4. Regenboog 48 yang telah menjadi teman seperjuangan penulis selama
menempuh studi di IPB
5. Teknisi laboratorium Energi (Pak Harto, Pak Widi) yang senantiasa
membantu penulis selama penelitian
6. Segala pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat menginspirasi bagi
perkembangan ilmu energi khususnya di bidang konversi energi.
Fathurrahman Naufan
xii
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Plastik 3
Tungku Biomasa 3
Pirolisis Plastik 4
Proses Pindah Panas 7
Alat Penukar Kalor 8
METODOLOGI 9
Waktu dan tempat 9
Alat dan Bahan 9
Prosedur Penelitian 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Hasil Perancangan Alat Pirolisis 19
Uji Kinerja Desain 23
Uji Fisik Kondensat 29
SIMPULAN DAN SARAN 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN 34
RIWAYAT HIDUP 40
ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Belum ada penelitian yang menggunakan limbah biomassa sebagai bahan
bakar alat pirolisis dan konsumsi energinya. Oleh karena itu, desain alat untuk
pirolisis plastik yang menggunakan biomassa untuk menghasilkan bahan bakar
penting untuk dikembangkan.
Tujuan Penelitian
Merancang dan menguji kinerja alat pirolisis plastik berbahan bakar
biomasa untuk menghasilkan minyak bahan bakar dan melakukan pengujian fisik
dari bahan bakar minyak yang dihasilkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Plastik
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana (monomer) melalui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul
atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya
adalah karbon dan hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan yang sering
digunakan adalah naphta, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak
bumi atau gas alam. Sebagai gambaran, untuk membuat 1 kg plastik memerlukan
1,75 kg minyak bumi, untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun
kebutuhan energi prosesnya (Kumar et al. 2011).
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
thermosetting (Mujiarto, 2005). Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu akan mencair dan dapat dibentuk kembali
menjadi bentuk yang diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika
telah dibuat dalam bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan dipanaskan.
Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastic adalah jenis
yang memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang
diberi kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan
penggunaannya, pengelomopokan jenis plastik ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Sedangkan thermosetting plastik yang melunak bila dipanaskan dan dapat
dibentuk, tapi mengeras secara permanen, mereka hangus/hancur bila dipanaskan.
Kebanyakan material komposit modern menggunakan plastik thermosetting, yang
biasanya disebut resin. Plastik termosetting berwujud cair. Kelebihan dari plastik
jenis ini adalah ketahanan zat kimia yang baik meskipun berada dalam lingkungan
yang ekstrim.
Tungku Biomasa
Tungku adalah tempat berlangsungnya proses pembakaran. Pada dasarnya,
proses pembakaran adalah proses kimiawi antara unsur-unsur pembentuk bahan
bakar dengan oksigen. Masing-masing unsur pembentuk bahan bakar mempunyai
temperatur pembakaran sendiri, dan secara keseluruhan dapat membentuk
temperatur pembakaran total di ruang bakar. Seberapa besar temperatur total yang
dihasilkan, sangat tergantung pada jenis dan berapa besar kandungan suatu bahan
bakar. Sebagai contoh, suatu jenis batubara yang banyak mengandung belerang
(sulfur), dapat menghasilkan temperatur pembakaran yang relatif rendah bila
dibandingkan dengan hasil pembakaran dari jenis batubara yang kandungan
belerangnya kecil. Selain komposisi unsur yang ada pada bahan bakar, temperatur
pembakaran dipengaruhi pula oleh jenis unsur yang membentuknya.
Biomasa merupakan bahan-bahan organik yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan yang meliputi, dedaunan, rerumputan, ranting, gulma, limbah pertanian,
limbah peternakan, limbah kehutanan dan gambut (Borman 1998). Biomasa terdiri
dari bahan hidup atau yang baru mati yang dapat digunakan sebagai sumber bahan
bakar, atau
4
materi tumbuhan atau hewan yang dipelihara untuk dimanfaatkan sebagai biofuel,
tetapi dapat juga digunakan untuk produksi serat, bahan kimia atau panas. Biomasa
dapat pula meliputi limbah terbiodegradasi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bakar, contoh biomasa antara lain adalah tanaman, pepohonan, rumput, limbah
pertanian dan limbah kehutanan, tinja dan kotoran ternak. Pemanfaatan limbah
biomasa sebagai sumber energi masih cukup berperan di negara-negara
berkembang terutama biomasa dalam bentuk kayu bakar dan biomasa padat
lainnya.
Proses pembakaran juga merupakan faktor penentu pada temperatur
pembakaran. Semakin sempurna suatu pembakaran, semakin tinggi temperatur
pembakaran yang dihasilkannya. Untuk dapat menghasilkan pembakaran yang
sempurna, diperlukan adanya jumlah oksigen yang memadai. Oleh karenanya,
sejumlah sistem pembakaran menggunakan pola udara yang berlebih (excess air)
untuk mendapatkan jumlah oksigen yang sesuai kebutuhan. Keberadaan udara yang
berlebih ini, selain dapat menjamin terjadinya proses pembakaran yang lebih
sempurna, juga dapat menurunkan temperatur total pembakaran. Hal ini dapat
terjadi karena komposisi udara yang tidak hanya mangandung oksigen (komposisi
oksigen di udara kurang lebih 21% volume), tetapi juga unsur-unsur yang lain
seperti nitrogen dan uap air. Oleh karena itu, untuk menjaga suhu pembakaran yang
tinggi dan konstan diperlukan jumlah oksigen yang tepat.
Pirolisis Plastik
Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur
ulang tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat
5
Hydro cracking
Hydro cracking adalah proses perekahan dengan mereaksikan plastik
dengan hidrogen di dalam wadah tertutup yang dilengkapi dengan pengaduk pada
temperatur antara 423 – 673 K dan tekanan hidrogen 3 – 10 MPa. Dalam proses
hydro cracking ini dibantu dengan katalis. Untuk membantu pencampuran dan
reaksi biasanya digunakan bahan pelarut 1-methyl naphtalene, tetralin dan decalin.
Beberapa katalis yang sudah diteliti antara lain alumina, amorphous silica alumina,
zeolite dan sulphate zirconia.
Penelitian tentang proses hydro cracking ini antara lain telah dilakukan oleh
Rodiansono (2005) yang melakukan penelitian hydro cracking sampah plastik
polipropilena menjadi bensin (hidrokarbon C5-C12) menggunakan katalis
NiMo/Zeolit dan NiMo/Zeolit-Nb2O5. Proses hydro cracking dilakukan dalam
reaktor semi alir (semi flow-fixed bed reactor) pada temperatur 300, 360, dan 400
°C; rasio katalis/umpan 0,17; 0,25; 0,5 dengan laju alir gas hidrogen 150 ml/jam.
Uji aktivitas katalis NiMo/zeolite yang menghasilkan selektivitas produk C7-C8
tertinggi dicapai pada temperatur 360 °C dan rasio katalis/umpan 0.5. Kinerja
katalis NiMo/zeolit menurun setelah pemakaian beberapa kali, tetapi dengan proses
regenerasi kinerjanya bisa dikembalikan lagi.
Nurcahyo (2005), melakukan penelitian yang sama dengan penelitian
Rodiansono (2005) tetapi dengan katalis NiPd/Zeolite. Uji aktivitas katalis
NiPd/Zeolit untuk reaksi hydro cracking sampah plastik menjadi fraksi bensin telah
dilakukan dengan variasi temperatur 300, 350, 400, 450 dan 500 °C dan variasi
rasio berat katalis : umpan 1:2, 1:4, dan 1:6 dengan sistem semi alir. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas katalis optimum dicapai pada temperatur 450 °C dan
rasio berat katalis adalah umpan 1:2.
Sedangkan Daryoso et al. (2012) melakukan penelitian tentang pengolahan
sampah plastik jenis polietilen dengan metode hydro cracking menggunakan katalis
Ni-Mo/zeolite. Hydro cracking dilakukan dengan variasi perbandingan
katalis/bahan plastik 1:4, 2:4, 3:4, dan temperatur prosesnya diatur 350 °C, 400 °C,
450 °C, 500 °C, 550 °C selama 2 jam.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa Katalis Ni Mo/Zeolit Alam yang
telah dipersiapkan berperan dalam proses hydro cracking sampah polietilen
menghasilkan produk hydro cracking dengan rantai hidrokarbon yang pendek.
Rasio masa katalis Ni-Mo/Zeolit alam dengan umpan optimum yang menghasilkan
konversi sampah polietilen paling besar didapat pada perbandingan 3:4 yaitu
sebesar 8,032 %. Temperatur optimum yang menghasilkan konversi sampah
polietilen paling besar diperoleh pada temperatur 500 °C yaitu sebesar 1,334 %.
Thermal cracking
Thermal cracking adalah termasuk proses pirolisis, yaitu dengan cara
memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini biasanya dilakukan pada
temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan dihasilkan arang,
6
minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan
aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
Bajus dan Hájeková, (2010), melakukan penelitian tentang pengolahan
campuran 7 jenis plastik menjadi minyak dengan metode thermal cracking. Tujuh
jenis plastik yang digunakan dalam penelitian ini dan komposisinya dalam persen
berat adalah HDPE (34,6%) , LDPE (17,3%), LLPE (17,3%), PP (9,6%), PS
(9,6%), PET (10,6%), dan PVC (1,1%). Penelitian ini menggunakan batch reactor
dengan temperatur dari 350 sampai 500 °C. Dari penelitian ini diketahui bahwa
thermal cracking pada campuran 7 jenis plastik akan menghasilkan produk yang
berupa gas, minyak dan sisa yang berupa padatan. Adanya plastik jenis PS, PVC
dan PET dalam campuran plastik yang diproses akan meningkatkan terbentuknya
karbon monoksida dan karbon dioksida di dalam produk gasnya dan menambah
kadar benzene, toluene, xylenes, styrene di dalam produk minyaknya.
Penelitian dengan jenis plastik yang lain dilakukan oleh Tubnonghee et al.
(2010). Plastik yang diteliti untuk dijadikan bahan bakar minyak adalah jenis
polyethylene (PE) dan polyprophelene (PP). Pembuatan bahan bakar minyak dari
plastik menggunakan proses thermal cracking. Perekahan dilakukan pada
temperatur 450 °C selama 2 jam. Gas yang terbentuk selanjutnya dikondensasikan
menjadi minyak di dalam kondensor yang bertemperatur 21 °C.
Minyak yang dihasilkan selanjutnya dianalisa dengan gas
chromatography/mass spectrometry untuk mengetahui distribusi jumlah atom
karbonnya. Dari hasil analisa tersebut diketahui bahwa komposisi minyak dari
campuran plastik PE dan PP tersebut mempunyai jumlah atom karbon yang setara
dengan solar, yaitu C12 – C17.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Sarker et al. (2012). Pada penelitian ini,
sampah plastik LDPE diolah menjadi kerosin dengan metode thermal cracking
pada tekanan atmosfir dan dengan temperatur antara 150 °C dan 420 °C. Proses
depolimerisasi dilakukan tanpa penambahan katalis. Dari penelitian ini diperoleh
hasil bahwa kerosin yang didapat sekitar 30 %. Bahan bakar yang diperoleh dari
proses ini mempunyai kandungan sulfur yang rendah dan nilai kalor yang baik.
Catalytic cracking
Cara ini menggunakan katalis untuk melakukan reaksi pemecahan molekul.
Dengan adanya katalis, dapat mengurangi temperatur dan waktu reaksi. Osueke dan
Ofundu (2011) melakukan penelitian konversi plastik low density polyethylene
(LDPE) menjadi minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua metode, yaitu
dengan thermal cracking dan catalytic cracking. Pyrolisis dilakukan di dalam
tabung stainless steel yang dipanaskan dengan elemen pemanas listrik dengan
temperatur bervariasi antara 475 – 600 °C. Kondenser dengan temperatur 30 – 35
°C, digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah plastik dipanaskan
menjadi minyak. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah silica alumina.
Dari penelitian ini diketahui bahwa dengan temperatur pirolisis 550 °C dan
perbandingan katalis/sampah plastik 1:4 dihasilkan minyak dengan jumlah paling
banyak.
Borsodi et al. (2011) melakukan penelitian tentang pirolisis terhadap plastik
yang terkontaminasi untuk memperoleh senyawa hidrokarbon. Pirolisis dilakukan
di dalam reaktor tabung, dengan pemasukkan material plastik secara kontinyu.
Plastik yang diproses ada dua macam, yaitu HDPE dalam kondisi bersih dan HDPE
7
yang terkontaminasi minyak pelumas. Dalam penelitian ini temperatur pirolisis 500
°C. Pirolisis dilakukan dengan katalis (thermo-catalytic pyrolysis) dan tanpa katalis
(thermal pyrolysis). Katalis yang digunakan adalah Yzeolite. Dari penelitian ini
diketahui bahwa HDPE yang terkontaminasi produk volatilnya lebih tinggi dan
densitasnya juga lebih tinggi. Pemakaian katalis mempengaruhi proses perekahan
pada HDPE yang tidak terkontaminasi, tetapi pada HDPE yang terkontaminasi
pengaruh pemakaian katalis tidak signifikan. Pemakaian katalis menurunkan
densitas dari minyak yang dihasilkan dari proses pirolisis.
Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang memiliki temperatur tinggi ke daerah yang
memiliki temperatur rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum.
Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/
pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah
kehilangan panas dari radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Menurut
cara menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi diklasifikasikan
menjadi dua, yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced
convection). Bila gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan kerapatan
karena perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi
bebas (free/natural convection). Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya
pemaksa/eksitasi dari luar, misalkan dengan pompa atau kipas yang menggerakkan
fluida sehingga fluida mengalir di atas permukaan, maka perpindahan panasnya
disebut sebagai konveksi paksa (forced convection).
Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda-benda tersebut.
8
METODOLOGI
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Timbangan digital. Digunakan untuk mengukur berat dari plastik, kayu, dan
kondensat
2. Termokopel kabel tipe K. Digunakan untuk mengukur suhu gas masuk dan
keluar kondensor dan suhu air masuk dan keluar kondesor
3. Termokopel batang tipe K. Digunakan untuk mengukur suhu pembakaran
dalam tungku dan suhu dalam reaktor
4. Thermorecorder. Digunakan untuk membaca suhu yang diukur dengan
menggunakan termokopel
5. Bomb calorimeter. Digunakan untuk mengukur nilai kalor dari kondensat
6. Blower. Digunakan untuk memasukan udara ke dalam tungku
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Bahan plastik yang digunakan adalah plastik HDPE
2. Bahan bakar yang digunakan adalah biomassa berupa kayu sisa industri meubel
3. Plat stainless steel digunakan untuk membuat dinding dan tutup reaktor.
4. Pipa PVC digunakan untuk membuat badan kondensor
5. Pipa tembaga digunakan sebagai tempat mengalirnya gas sekaligus tempat
pertukaran panas
6. Pipa besi digunakan sebagai kepala dari kondensor dan cerobong pada tungku
7. Lem dan dempul digunakan untuk menambal kebocoran
8. Ceramic wool digunakan untuk mengisolasi panas
9. Batu bata digunakan sebagai dinding tungku
10. Plat besi digunakan sebagai tempat pemasukan kayu
10
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Mulai
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Fabrikasi
Uji Fungsional
Tidak
Modifikasi Berhasil
Ya
Uji Kinerja
Selesai
Mulai
Densitas curah
plastik HDPE
Rasio jari-jari
dan tinggi
Selesai
Mulai
Selesai
vo = π*((r2)*t (5)
= π*((0.152)*0.3 = 0.0212 m3
vt = vo - vi (6)
= 0.021 – 0.02 = 0.0009 m 3
mr = ρ * vt (7)
3 3
= 8030 kg/m * 0.0009 m = 7.5 kg
14
Keterangan:
vi : volume dalam reaktor (m3)
vo : volume luar reaktor (m3)
vt : volume total bahan reaktor (m3)
ρ : massa jenis stainless steel (kg/ m3)
mr : massa reaktor (kg)
Berdasarkan data massa reaktor yang didapat kalor yang dibutuhkan (Q)
untuk memanaskan reaktor dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan (8)
(Holman, 2010)
Q = mr*cp*ΔT (8)
= 7.5*0.5*(700-300) = 2530.2 kJ
Keterangan:
cp : panas jenis (kJ/kgK)
ΔT : perbedaan suhu
Sehingga massa bahan bakar tahap un-steady state dapat dihitung dengan
Persamaan (9) (Demirel, 2012)
𝑄
Massa un-steady state = 𝑛𝑘 (9)
2530.2
= = 0.12 kg
20461
Massa bahan bakar total (mt) dapat dihitung dengan Persamaan (10) dengan
menggunakan asumsi efisiensi tungku 25%. Daya tungku dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan (11) (Holman, 2010). Proses pirolisis berlangsung dalam
2 tahap yaitu tahap steady state yang berlangsung selama 900 s dan un-steady state
yang berlangsung selama 7200 s, sehingga waktu proses (t) adalah 8100 s.
mt = (massa steady state+massa un-steady state)/25% (10)
= (0.17+0.12)/25% = 1.2 kg
𝑚𝑡 ∗ 𝑛𝑘
Daya tungku = (11)
𝑡
1.2∗20461
= = 3.04 kW
8100
Sehingga tungku yang dirancang memiliki kapasitas bahan bakar 1.2 kg dan
memiliki daya 3.04 kW.
Kebutuhan udara untuk 1.2 kg kayu adalah 1.27 kg oksigen. Kadar okesigen
di udara adalah 20%.
1.27
Massa udara = 20% = 6.38 kg
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 6.38
Sehingga laju udara menjadi = = 8100 = 0.00078 kg/s = 2.83 kg/jam
𝑡
Kondensor yang dirancang adalah kondensor tipe shell and tube. Pada
bagian shell menggunakan bahan pipa PVC sedangkan bagian tube menggunakan
pipa tembaga. Bagian-bagian kondendor beserta fungsinya dapat dilihat pada Tabel
4.
15
Mulai
K, D, Pr, ρ μ,
Vgas, Kgas, D/L
Selesai
Setelah itu kalor kerja (Q) dapat diketahui dengan Persamaan (17) (Holman,
2010).
Q = ṁ*cp*ΔT (17)
= 0.00028*1046.51*(700-300) = 66.86 W
Dengan menggunakan data kalor kerja, luas permukaan (A) yang
dibutuhkan dapat diketahui dengan Persamaan (18) (Holman, 2010).
𝑄
A = 𝑈∗87.3 (18)
66.86
= 5.96∗87.3 = 0.09 m2
Kondensor yang dirancang terbuat dari pipa tembaga 3/4 inci sehingga
panjang kondensor (L) yang dibutuhkan dapat diketahui dengan Persamaan (19)
(Clemens, 1984).
𝐴
L = 𝜋∗𝑑 (19)
0.09
= 𝜋∗0.0254 = 1.62 m
Fabrikasi
Pembuatan alat dimulai dengan membuat tungku biomasa, diawali dengan
menggali tanah dan memasang dinding batu bata. Dinding tungku yang telah dibuat
ditutupi dengan tanah untuk mencegah panas hilang dan mencegah jilatan api yang
keluar melalui celah merusak komponen lain. Tungku dibuat dengan lubang dan
dudukan reaktor dibagian atas sebagai tempat reaktor dan lubang di bagian samping
sebagai tempat pemasukan bahan bakar dan udara. Beberapa lubang di bagian
dinding juga dibuat sebagai cerobong.
Pembuatan reaktor dimulai dengan mengelas stainless steel sesuai dengan
dimensi yang telah ditentukan. Reaktor yang telah dibuat dimasukan ke dalam
lubang pada bagian atas tungku lalu tutup celah dengan menggunakan tanah untuk
mengurangi kehilangan panas.
Pembuatan kondensor dimulai dengan mengelas pipa tembaga pada besi
yang berfungsi sebagai lubang masuk gas sekaligus berfungsi sebagai water trap.
Pipa tembaga yang sudah dilas dimasukan ke dalam pipa PVC, yang berfungsi
sebagai body, lalu tutup setiap celah dengan menggunakan dempul. Kondensor
yang dirancang adalah kondensor tipe current-flow dengan menggunakan dua
fluida, dan memiliki konfigurasi staggered.
Uji Fungsional
Uji fungsional bertujuan untuk memeriksa apakah setiap bagian dari alat
sudah bekerja sesuai fungsinya.
Uji Kinerja
Uji kinerja dilakukan untuk mengetahui keberhasilan dari proses
perancangan yang dilakukan. Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam
proses pirolisis adalah thermal cracking. Pengujian kinerja dilakukan sebanyak 3
kali dengan menggunakan bahan plastik HDPE sebanyak 2 kilogram.
Langkah-langkah dalam melakukan uji kinerja adalah sebagai berikut:
18
Rancangan Fungsional
Alat pirolisis yang dirancang terdiri dari 3 bagian utama yaitu tungku,
reaktor, dan kondensor. Dimensi dari setiap bagian dapat dilihat pada Tabel 5.
Pada tahap analisis panjang kondensor yang dirancang adalah 1.6 m, dengan
luas permukaan 0.09 m2. Setelah fabrikasi, kondensor yang dirancang memiliki
panjang total 2 m, dimana kondensor ini memiliki 4 buah pipa tembaga yang
memiliki panjang masing-masing 0.5 m dan jarak antara pipa 2 cm. Akan tetapi
setelah melakukan uji fungsional, panjang kondensor ini masih kurang karena
masih banyak gas yang terbuang di ujung kondensor. Maka panjang kondensor
ditambah menjadi 2.5 m penambahan panjang kondensor sebanyak 0.5 m ini
dengan cara menambahkan jumlah pipa tembaga pada kondensor menjadi 5 buah.
Penambahan panjang ini disebabkan oleh asumsi laju aliran massa yang tidak pasti
dan penggunaan air dingin pada kondensor. Laju aliran massa yang tidak pasti ini
disebabkan karakteristik gas yang belum diketahui.
Rancangan Struktural
Pada perancangan alat pirolisis terdapat beberapa perubahan desain, skema
desain pertama dapat dilihat pada Gambar 5.
20
9
1
3
4
10
7
8
1 9
8 2
5
4
Kondensor pada desain I terletak di samping tungku sedangkan pada desain akhir
kondensor terletak di atas reaktor. Perbedaan lain dari kedua desain ini terdapat
pada tungku, tungku pada desain akhir terletak di dalam tanah sedangkan pada
desain I terletak di atas permukaan tanah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
panas yang hilang ke lingkungan dan mencegah jilatan api dalam ruang pembakaran
yang keluar melalui celah merusak bagian lain.
Pada uji kinerja suhu reaktor yang digunakan dipertahankan pada suhu 400
– 450 oC. Pengaturan suhu dalam reaktor ini dilakukan dengan 2 cara yaitu
mengatur jumlah udara dan bahan bakar yang masuk ke dalam ruang pembakaran.
Hasil dari uji kinerja alat pirolisis ini dapat dilihat pada Tabel 6.
thermal cracking plastik HDPE. Kedua jenis hasil pirolisis ini memiliki sifat yang
mampu bakar, sehingga hasil ini didekati dengan bensin dan paraffin.
Tungku Reaktor
900
800
700
Suhu (oC) 600
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)
Tungku Reaktor
900
800
700
600
Suhu (oC)
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)
Tungku Reaktor
900
800
700
600
Suhu (oC)
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
bahan bakar dalam tungku yang habis, sedangkan kenaikan suhu diakibatkan oleh
pengisian bahan bakar ke dalam tungku.
Gambar 12 dan Gambar 13 memperlihatkan laju pembakaran yang sama,
hal ini bisa dibuktikan dengan penurunan suhu tungku yang memiliki interval yang
sama. Akan tetapi, Gambar 11 memperlihatkan bahwa laju pembakaran tidak
seragam, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan suhu tungku yang memiliki
interval berbeda. Perbedaaan laju pembakaran ini dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu
penambahan massa bahan bakar yang berbeda dan pemberian udara yang berbeda.
Grafik dari sebaran suhu kondensor dapat dilihat pada Gambar 13, Gambar 14, dan
Gambar 15.
250
200
Suhu (oC)
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)
250
200
Suhu (oC)
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)
350
300
Suhu (oC) 250
200
150
100
50
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
Dari tabel di atas dapat diketahui suhu pengembunan pada kondensor, suhu
pengembunan kondensor pada ulangan 1, ulangan 2 dan ulangan 3 adalah 81.25 oC,
75.5 oC, dan 89.75 oC, sehingga rata-rata suhu pengembunan ini adalah 82.17 oC.
Contoh perhitungan suhu pengembunan dapat dilihat pada Lampiran 10. Terdapat
perbedaaan antara suhu pengembunan rancangan dan hasil uji kinerja, dimana suhu
pengembunan rancangan adalah 55 oC. Suhu pengembunan yang lebih tinggi ini
disebabkan oleh suhu fluida pendingin yang semakin panas akibat es yang mencair
dan suhu fluida pendingin yang keluar dari kondensor memilki suhuh yang lebihh
tinggi.
Pada ulangan ke 3, waktu proses hanya 95 menit. Hal ini disebabkan karena
plastik dalam reaktor sudah habis sehingga proses pirolisis dihentikan. Meskipun
waktu proses selama 120 menit, tetapi kondensat tidak terbentuk selama proses
berlangsung. Bila dilihat pada Gambar 13, Gambar 14, dan Gambar 15 kondensat
terbentuk pada menit ke 40, 45, dan 25.
28
900
800
700
Volume (ml)
600
500
400
300
200
100
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Waktu (menit)
1400
1200
1000
Volume (ml)
800
600
400
200
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 105 110 120
Waktu (menit)
1200
1000
Volume (ml)
800
600
400
200
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (menit)
Setelah proses pirolisis berakhir, sisa bahan plastik hampir habis karena
hampir semua bahan plastik terurai menjadi gas. Akan tetapi masih banyak
kehilangan masa yang terjadi pada fase gas. Hal ini disebabkan karena hasil pirolisis
dalam bentuk gas terdiri dari dua jenis yaitu gas yang dapat terkondensasi dan gas
yang tidak dapat dikondensasi (Ademiluyi and Adebayo 2007).
Kondensat
Parameter Bensin Diesel Minyak Tanah
Cair Padat
Perbandingan energi
Uji kinerja alat pirolisis ini membutuhkan energi yang banyak, hal ini
dikarenakan bahan bakar yang digunakan adalah biomasa. Limbah biomassa yang
digunakan adalah kayu jati yang sudah tidak bisa digunakan lagi dengan nilai kalor
20.46 MJ/kg. Penggunaan bahan bakar pada ulangan 1, 2, dan 3 adalah 286.45 MJ,
337.6 MJ, dan 255.76 MJ. Konsumsi bahan bakar ini dipengaruhi oleh kebutuhan
30
suhu dari proses pirolisis yang tinggi, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi
semakin banyak. Kebutuhan suhu yang tinggi ini berbanding lurus dengan jumlah
udara yang digunakan, sehingga udara yang masuk harus banyak. Dengan semakin
banyak dan cepatnya udara yang masuk maka laju pembakaranpun semakin tinggi
sehingga konsumsi bahan bakar menjadi sangat banyak.
Rata-rata kandungan energi total kondensat cair ini adalah 10.23 MJ, rata-
rata kandungan energi total kondensat padat ini adalah 14.6 MJ sedangkan rata-rata
energi yang digunakan adalah 296.68 MJ. Perbandingan energi yang dihasilkan
pada kondensat cair dengan yang digunakan ini sebesar 3.4%, sedangkan
perbandingan energi yang dihasilkan pada kondensat padat dengan yang digunakan
adalah 4.9%. Nilai energi yang dihasilkan dari kondensat pirolisis HDPE ini jauh
lebih kecil dari energi yang digunakan. Meskipun nilai perbandingannya kecil,
tetapi penggunaan minyak lebih praktis dibandingkan dengan kayu, hal tersebut
yang menjadi nilai tambah dari minyak hasil pirolisis plastik HDPE ini.
31
Simpulan
Alat pirolisis yang dirancang memiliki 3 bagian utama, yaitu tungku, reaktor
dan kondensor. Pada uji kinerja, hasil yang diharapkan berupa kondensat cair belum
maksimal karena kesulitan dalam menjaga suhu konstan. Pada proses pirolisis ini
terdapat 2 jenis kondensat, yaitu kondensat cair dan kondensat padat. Kondensat
cair yang didapat paling banyak 344 g pada ulangan 1, sedangkan kondensat cair
yang didapat paling sedikit sebanyak 221 g pada ulangan 3. Kondensat padat yang
didapat paling banyak 507 g pada ulangan 2, sedangkan kondensat cair yang didapat
paling sedikit sebanyak 424 g pada ulangan 1.
Kondensat cair ini memiliki densitas yang sama dengan bensin yaitu sebesar
0.7 g/cm3, akan tetapi nilai kalor dari kondensat cair ini lebih kecil dibandingkan
dengan bensin yaitu 37 MJ/kg. Kondensat padat ini memiliki densitas yang sama
dengan paraffin yaitu sebesar 0.9 g/cm3, akan tetapi nilai kalor dari kondensat padat
ini juga lebih kecil dibandingkan dengan paraffin yaitu 34.69 MJ/kg. Nilai kalor
yang kecil ini dipengaruhi oleh zat pengotor yang terdapat pada reaktor ataupun
plastik.
Alat pirolisis ini memiliki nilai perbandingan energi yang dihasilkan pada
kondensat cair dengan yang digunakan sebesar 3.4%, sedangkan perbandingan
energi yang dihasilkan pada kondensat padat dengan yang digunakan sebesar 4.9%.
Saran
Untuk memperbaiki kinerja alat pirolisis ini maka saran yang perlu
diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai heat exchanger pada reaktor
agar suhu dalam reaktor konstan pada 420 oC.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mempertahankan suhu
pembakaran biomasa konstan 700 oC.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai heat exchanger pada
kondensor agar kondensat yang dihasilkan lebih banyak.
4. Perlu penelitian lanjutan mengenai kondensat cair dan padat yang
dihasilkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ademiluyi T, Adebayo TA. 2007. Fuel Gases from Pyrolysis of Waste Polyethylene
Sachets. J Appl Sci Environ Manage. 11(2): 21 - 26. JASEM ISSN 1119-
8362.
Bajus M, Hájeková E. 2010. Thermal Cracking of the Model Seven Components
Mixed Plastics into Oil/Waxes. Petroleum & Coal. 52(3): 164-172, 2010.
ISSN 1337- 7027.
Borman GL, Ragland KW. 1998. “Combustion Engineering” pp 14.1-14.20. New
York. McGrawHill Publishing Co.
Borsodi N, Miskolczi N, Angyal A, Bartha L, Kohán J, Lengyel A. 2011.
Hydrocarbons Obtained by Pyrolysis of Contaminated Waste Plastics. 45th
International Petroleum Conference. Bratislava. Slovak Republic
Clemens, Stanley R. 1984. Geometry. USA: Addison-Westley Publishing
Company, inc.
Daryoso K, Wahyuni S, Saputro SH. 2012. Uji Aktivitas Katalis Ni-Mo/Zeolit pada
Reaksi Hidrorengkah Fraksi Sampah Plastik (Polietilen). Indonesian
Journal of Chemical Science 1 (1). Universitas Negeri Semarang
Das S, Pande S. 2007. Pyrolysis and Catalytic Cracking of Municipal Plastic Waste
for Recovery of Gasoline Range Hydrocarbons. Thesis. Chemical
Engineering Department National Institute of Technology Rourkela
Demirel Y. 2012. Energy and Energy Types. London (UK): Springer.
Gabe FAPA. 2015. “Analisa Termal Pada Rancang Bangun Reaktor Pirolisis
Untuk Memproduksi Bahan Bakar Minyak dari Limbah Plastik”
Hidayat R. 2009. “Studi Sifat Fisik, Kimia dan Uji Unjuk kerja Kompor dengan
Bahan Bakar Minyak Pirolisis Sekam Padi”
Holman JP. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. Department of Mechanical
Engineering Southern Methodist University (US). McGraw-Hill.
Kumar S, Panda AK, Singh RK. 2011. A Review on Tertiary Recycling of High-
Density Polyethylene to Fuel. Resources. Conservation and Recycling Vol.
55 893– 910
Mujiarto, Iman. Sifat dan Karakteristik Material Plastik Bahan Aditif. 2005.
Traksi. Vol. 3. No. 2
Mulyadi E. 2004. Termal Dekomposisi Sampah Plastik. Jurnal Rekayasa
Perencanaan, ISSN 1829-913x, Vol-1
Patni N, Shah P, Agarwal S, Singhal P. Alternate Strategies for Conversion of
Waste Plastik to Fuels. ISRN Renewable Energy; 2013. Vol 2013.
Nurcahyo IF. 2005. Uji Aktivitas dan Regenerasi Katalis NiPd (4:1)/Zeolit Alam
Aktif Untuk Hidrorengkah Sampah Plastik Polipropilena Menjadi Fraksi
Bensin Dengan Sistem Semi Alir. Thesis Ilmu Kimia Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta
Osueke, Ofundu. 2011. Conversion of Waste Plastiks (Polyethylene) to Fuel by
Means of Pyrolysis. (IJAEST) International Journal of Advanced
Engineering sciences and Technologies. Vol. No. 4, Issue No. 1, 021 – 024
Panda AK. 2011. Studies on Process Optimization for Production of Liquid Fuels
from Waste Plastiks. Thesis. Chemical Engineering Department National
Institute of Technology Rourkela
33
Pareira BC. 2009. Daur Ulang Limbah Plastik. Available from URL:
http://www.ecoreccycle.vic.gov.au
Ramadhan A, Ali M. 2012. Pengolahan Sampah Plastik Menjadi Minyak. Jurnal
Ilmiah Teknik Lingkungan Vol. 4. No 1.
Rodiansono, Trisunaryanti W, Triyono. 2007. Pembuatan, Karakterisasi dan Uji
Aktivitas Katalis NiMo/Z Pada Reaksi Hidrorengka Menjadi Fraksi Bensin.
Berkala MIPA, 17, 2.
Santoso J. 2010. “Uji Sifat Minyak Pirolisis dan Uji Performansi Kompor
Berbahan Bakar Minyak Pirolisis dari sampah Plastik”.
Sarker M, Rashid MM, Rahman MS, Molla M. 2012. Envirnmentally Harmful Low
Density Waste Plastik Conversion into Kerosene Grade Fuel. Journal of
Environmental Protection. 2012, 3, 700 – 708.
Siddiqui MN, Redhwi HH. 2009. Pyrolysis of mixed plastic for the recovery of
useful products. Fuel Processing Technology. 90:545-552. doi:
10.1016/j.fuproc.2009.01.003.
Tubnonghee R, Sanongraj S, Sanongraj W. 2010 Comparative Characteristics of
Derived Plastik Oil and Commercial Diesel Oil. The 8th Asian-Pacific
Regional Conference on Practical Environmental Technologies
(APRC2010). Ubon Atchathani University. Ubonratchathani. Thailand
34
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP