PROSES PRODUKSI I
PENGELASAN(WELDING)
Disusun Oleh :
Nama :D.ERIANTO SIMANJUNTAK
NIM :1207113642
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyusun Laporan Akhir Praktikum Pengelasan ini.
Laporan ini diharapkan dapat dipergunakan bagi para pembaca untuk memahami
dan mempelajari pengerjaan Pengelasan dan dapat memberikan gambaran tentang
sebuah ilmu yang membahas pengelasan serta memudahkan kita dalam
melakukan pratikum pengelasan ini dengan Mesin Las Listrik SMAW dan Aseteline.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu Bapak
Yohanes,ST,.MT dan Kepada Para Asisten dan Teknisi Laboratorium Teknologi Produksi
serta kepada pihak-pihak yang membantu penyusun dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini tidak luput dari kekurangan dan masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan laporan ini kedepannya. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terlibat dalam penulisan
laporan akhir Praktikum Pengelasan ini. Akhir kata penyusun mengucapkan
terimakasih.
Penulis
Daftar isi
LAPORAN AKHIR ............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................ 10
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 10
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................... 10
1.2. Tujuan ................................................................................................................... 10
1.3. Manfaat ................................................................................................................. 11
1.4. Sistematika Penulisan Laporan ............................................................................. 11
BAB II............................................................................................................................... 12
TEORI DASAR ................................................................................................................ 12
2.1 Pengertian Las ...................................................................................................... 12
2.2 Klasifikasi Cara-Cara Pengelasan ......................................................................... 12
2.3 Jenis-Jenis Pengelasan ......................................................................................... 13
2.4 Elektroda Las ........................................................................................................ 33
2.5 Prosedur dan Persiapan Pengelasan ...................................................................... 38
2.6 Posisi Pengelasan .................................................................................................. 40
2.7 Jenis –Jenis Sambungan Las ................................................................................. 41
2.8 Kampuh Las .......................................................................................................... 43
2.9 Cara Menyalakan Las Listrik ................................................................................ 45
2.10 Ayunan Elektroda ................................................................................................. 46
2.11 Peralatan Keselamatan Dalam Pengelasan............................................................ 47
2.12 Cacat Las ............................................................................................................... 49
2.13 Logam ................................................................................................................... 50
2.14 Panas / Heat Input ................................................................................................. 51
2.15 Perhitungan Kekuatan Sambungan Las ................................................................ 51
BAB III ............................................................................................................................. 53
ALAT DAN BAHAN ....................................................................................................... 53
3.1 Alat........................................................................................................................ 53
3.2 Bahan .......................................................................................................................... 59
BAB IV ............................................................................................................................. 61
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 61
ANALISA ........................................................................................................................ 61
PROSEDUR KERJA ........................................................................................................ 64
BAB V .............................................................................................................................. 70
PENUTUP ........................................................................................................................ 70
KESIMPULAN ................................................................................................................. 70
SARAN ............................................................................................................................. 70
DAFTAR GAMBAR
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi mengenai Latar Belakang, Tujuan, Manfaat dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : TEORI DASAR
Berisi tentang pengertian pengelasan, klasifikasi pengelasan
sampai dengan peralatan keselamatan kerja dalam pengelasan.
BAB III : ALAT DAN BAHAN
Berisi Alat dan Bahan yang digunakan saat Praktikum.
BAB IV : PROSEDUR KERJA
Berisi Prosedur Umum dan Prosedur Benda Kerja.
BAB V : PEMBAHASAN
Berisi Perhitungan dan Analisa
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi Kesimpulan dan Saran dari praktikum mesin Bubut.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TEORI DASAR
Gambar 9 DCSP
b. DCRP (Direct Current Reverse Polarity)
Pada pengkutuban DCRP setang las mengalirkan arus positif (+) dan pada
klem massa mengalirkan arus negatif (-), dimana pada pengkutuban ini
menghasilkan penetrasi yang dangkal.
Gambar 10 DCRP
c. AC (Alternative Current)
Pada pengkutuban AC menghasilkan penetrasi yang tidak terlalu dalam dari
DCSP dan tidak terlalu dangkal dari DCRP, karena kuat arus pada setang las
dan klem massa sama besar.
Gambar 11 AC
Gambar 16 Flowmeter
Gambar 18 Torch
8. Elektroda tungsten
Berfungsi sebagai pembangkit busur nyala selama dilakukan pengelasan.
Elektroda ini tidak berfungsi sebagai bahan tambah.
9. Kawat las
Berfungsi sebagai bahan tambah. Tambahkan kawat las
jika bahan dasar yang dipanasi dengan busur tungsten sudah mendekati cair.
10.Assesories pilihan
Dapat berupa sistem pendinginan air untuk pekerjaan pengelasan berat,
rheostat kaki, dan pengatur waktu busur.
Gambar 2.1Regulator
Bagian-bagian dari regulator adalah:
1. Manometer Tekanan Isi
Berfungsi sebagai tempat pembacaan skala tekanan isi tabung.
2. Manometer Tekanan Kerja
Berfungsi sebagai tempat pembacaan skala pengatur tekanan kerja yang
akan digunakan.
4. Selang (Hose)
Selang (Hose) digunakan untuk mengalirkan gas acetylene dan oksigen dari
tabung yang melalui regulator yang akan menuju ke setang las (torch).
c. Nyala netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar
satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan
kerucut luar yang berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini
berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300 sampai 3500 oC tercapai
pada ujung nyala kerucut.
Bungkus (coating) elektrode berfungsi sebagai fluks yang akan terbakar pada
waktu proses berlangsung, dan gas yang terjadi akan melindungi proses terhadap
pangaruh udara luar. Cairan pembungkus akan terapungdan membeku pada
permukaan las yang disebut slag, yang kemudian dapat dibersihkan dengan
mudah. Elektroda las dapat menghasilkanx-ray berkualitas dengan penetrasi
media.
Dalam penulisan kode elektroda pada tabel klasifikasi elektroda, biasanya berisi
EXXXX. Dengan keterangan sebagai berikut:
- E = Elektroda
- XX = dua huruf X terdepan (XX) menandakan kekuatan tarik bahan las setelah
dilaskan, misalnya E60XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah dilaskan
60.000 psi, E70XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah 70.000 psi, begitu
pula seterusnya.
- X = huruf X ketiga menunjukkan posisi pengelasan yang tepat. Untuk angka “1”
menunjukkan boleh dipergunakan untuk semua posisi. Angka “2” menunjukkan
hanya bisa dipergunakan dengan posisi tertentu.
- X = huruf X terakhir menunjukkan jenis arus listrik yang sesuai dengan lapisan
elektrodanya.
Gambar 35 Klasifikasi Elektroda
Gambar 36 Tabel Elektroda (lanjutan)
Table 1 Pengkodean Elektroda Digit Terakhir AWS
Gambar 44 Sambungan T
1. Kampuh V
Gambar 45 Kampuh V
2. Kampuh ½ V
Gambar 46 Kampuh ½ V
3. Kampuh X
Gambar 47 Kampuh X
4. Kampuh K
Gambar 48 Kampuh K
5. Kampuh Double U
6. Kampuh I
Gambar 50 Kampuh I
1. Mesin las dihidupkan dengan mencolokan kabel mesin las pada lubang
colokan yang ada
2. Setelah hidup dan arus dijalankan pasangkan klem massa pada benda
kerja
3. Pasangkan kawat las pada stang las
Ada 2 cara untuk menyalakan busur listrik yaitu sebagai berikut:
a. Diayunkan
Penyalaan ini dengan cara mengayunkan elektroda terhadap benda kerja.
2. Alur Zig-zag
Elektroda digerakkan berbentuk zig-zag terhadap benda kerja.
5. Alur Trapesium
Elektroda digerakkan berbentuk trapesium disepanjang alur pengelasan.
1. Porosity
Porosity adalah cacat las yang disebabkan adanya gas yang didalam logam
lasan, cara mengatasinya adalah dengan membersihkan daerah pengelasan
dan menurunkan kecepatan pengelasan.
Gambar 63 Porosity
2. Slag Inclusion
Slag Inclusion adalah pengotor dari terak/ kotoran terak, cara mencegahnya
adalah dengan membersihkan manik las sebelum melakukan pengelasan
lapisan berikutnya.
3. Incomplete Fusion
Incomplete Fusion adalah pencairan yang tidak sempurna dari manik las,
pencegahannya adalah bersihkan daerah lasan dan lakukan pre-heating.
Gambar 65 Incomplete Fusion
4. Incomplete Penetration
Incomplete Penetration adalah kedalaman penembusan logam las kurang
dalam/ tidak sempurna, cara mencegahnya adalah dengan menurunkan
kecepatan pengelasan.
2.13 Logam
Input panas adalah besarnya energi panas tiap satuan panjang las ketika
sumber panas bergerak. Input panas (H), dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut :
𝑃 𝐸𝐼
H= =
𝑉 𝑉
dimana,
H : Masukan panas (J/m)
P : Tenaga input (watt)
E : Potensial listrik (volt)
I : Arus listrik (amper)
v : Kecepatan Las (m/s)
Input panas juga mempengaruhi bentuk penampang lintang lasan (bead on plate)
yang meliputi besarnya permukaan logam induk yang mencair, permukaan bahan pengisi
dan HAZ.
Fungsi utama sumber panas pada las cair (fusion welding) adalah untuk
mencairkan logam, yang mempunyai dua pengaruh, yaitu; pada pembentukan struktur
mikro las dan juga menimbulkan siklus termal daerah lasan yang masing-masing akan
dijelaskan sebagai beikut.
Pengujian sambungan las sama halnnya dengan pengujian logam. Secara umum
terbagi atas 2 macam yaitu :
1. Test Destructive
Adalah pengujian yang merusak benda uji dengan memberi pembebanan
static ataupun dynamic terhadap benda uji, seperti : pengujian tarik, uji
kekerasan, uji impact dan lainnya.
2. Test Non Destructive
Adalah pengujian tanpa merusak benda uji, seperti : Pengamatan struktur
mikro benda uji, pengamatan sifat fisik benda uji.
2.15 Dasar tanda Pengelasan
Simbol-simbol khusus yang digunakan pada gambar untuk
menentukan mana lasan harus terletak, jenis bersama yang akan digunakan,
serta ukuran dan jumlah logam las harus didepositkan di sendi. Simbol-simbol
ini telah distandardisasi oleh Welding Society Amerika (AWS). Dasar tanda
pengelasan ditunjukkan pada gambar :
Simbol las merujuk pada simbol untuk jenis las tertentu, seperti fillet, alur,
permukaan, plug dan slot yang merupakan semua jenis las. Simbol dasar
pengelasan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
3.1 Alat
Gambar 75 Penggores
1. Tabung acetylene
Gambar 78 Torch
4. Regulator
Gambar 79 Regulator
5. Pematik Api
9. Kunci Pas
Gambar 87 Masker
3. Sarung tangan
Gambar 89 Apron
3.2 Bahan
. Plat Baja
50 mm
100 mm 5 mm
3. Elektroda
Elektroda yang digunakan adalah : RB 26 E 6013
2. . Kawat las
Digunakan sebagai bahan pengisi pada proses pengelasan.
ANALISA
4.2.1 Analisis Pengelasan dengan SMAW
Berikut adalah gambar hasil pengelasan SMAW yang kami lakukan :
Adapun berikut analisis yang dapat diambil adalah :
1. Arus pengelasan berpengaruh pada pengerjaan las, saat melakukan
pengelasan penggunaan arus harus disesuaikan terhadap ketebalan
benda kerja, Arus pengelasan yang terlalu besar mengakibatkan
benda kerja berlubang.
2. Keterampilan dari sang praktikan dalam melakukan pengelasan
sangat penting untuk mendapatkan hasil benda kerja yang bagus dan
lurus.
3. Terak Las harus segera harus dipastikan bersih, apabia terak las tidak
bersih akan mengakibatkan lapisan rigi las akan susah lengket pada
logam lasan maupun logam induk.
4. Gerakan pengelasan harus konstan (tekanan pengelasan, jarak
pengelasan), apabila gerakan pengelasan tidak konstan akan
mengakibatkan hasil pengelasan yang tidak rata dan hasilnya lompat-
lompat.
5. Besarnya sudut kemiringan elektroda terhadap benda kerja
mempengaruhi lebar dari hasil pengelasan.
6. Saat pengelasan jarak sentuh elektroda dan benda kerja tidak boleh
terlalu jauh, apabila terlalu jauh mengakibatkan hasil rigi las yang
tidak padat.
4.2.2 Analisis Pengelasan Oxy-Acetyline
Adapun analisis pada pengelasan Oxy- Aceteline adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan sangat dibutuhkan dalam melakukan pengelasan aseteline,
karena biasanya las Oxy-Acetyline dilakukan untuk benda kerja yang
sangat tipis. Pengelasan yang terlalu cepat, bisa mengakibatkan elektroda
atau pun benda kerjan tidak ‘masak’ atau meleleh dan lebih mudah
lepas.
2. Saat pengelasan sering terjadi letupan pada ujung nozzle, hal itu
disebabkan oleh Ujung nozzle yang kotor, oleh sebab itu ujung nozzle
perlu dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat.
3. Gas acetylene yang tekanannya hampir habis mengakibatkan hasil rigi-
rigi las menjadi jelek.
4. Pemberian bahan tambah yang terlalu banyak mengakibatkan rigi las
menjadi tebal sehingga susah untuk dilelehkan kembali.
5. Saat pengelasan, logam induk yang tidak meleleh sempurna
mengakibatkan logam isiian tidak dapat menyatu dengan logam induk.
6. Lendutan-lendutan pada hasil kerja disebabkan oleh oksigen yang
terperangkap di benda kerja.
7. Pemberian Oksigen yang terlalu banayk mengakibatkan lasan menjadi
berongga dan mudah berlubang.
PERHITUNGAN
Volum elektroda
V = πr2t
3.14 x (1.3)2 x 350 = 1,857 mm
Heat input
𝑃 𝐸𝑥𝐼
𝐻=
=
𝑉 𝑉
𝑝 350 𝑚𝑚
𝑉= = = 0,0205 𝑚/𝑠
𝑡 17 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
𝑃 220 𝑉 𝑥 60 𝐴
𝐻= = = 643,9 𝑘𝐽/𝑚
𝑉 0,0205 𝑚/𝑠
PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja dari praktikum las listrik smaw dan oaw sebagai berikut
Gambar 94 (a) kiri penjepit elektoda dan (b) kanan klem massa
8. . Setelah dilas buang kerak – kerak pengelasan dengan menokok bagian yang
di las menggunakan palu agar hasil lasan terlihat
9. Dinginkan benda kerja
4.2.2 Las Oxi Acyteline Wellding (OAW)
a) Alat dan Bahan disiapkan.
b) Sebelum pekerjaan dimulai siapkan dan periksa alat utama dan semua
peralatan bantunya.
c) Gunakan Alat pelindung yang telah disediakan, seperti kaca mata alas,
apron, masker dan topeng tua.
d) Kabel pada setang las dihubungkan ke kutub negative mesin las.
e) Buka kran pada tabung oksigen ,kran pada regulator di pastikan tertutup
dengan tekanan 200Psi
f) Buka kran regulator pada regulator oksigen dan acetylene sampai dengan
tekanan kerja 0 sampai 50 Psi
g) Pada mild steel di lukis rigi-rigi las yang akan dikerjakan dan dengan
ukuran yang telah di tentukan
h) Buka kran pada tabung acetylene
i) Nyalakan api pada torch dengan mancis serta atur penetrasi pada api
j) Benda kerja digaris menggunakan penggores menjadi 3 bagian.
KESIMPULAN
Pengelasan adalah proses penyambungan dua atau lebih logam dengan sumber
panas. Pada pengelasan membutuhkan keahlian dan keterampilan serta
pengalaman untuk memperoleh hasil pengelaasan yang baik. Dalam pengelasan
membutuhkan pengaturan arus pengelasan, elektroda, dan sudut pengelasan serta
jenis api yang digunakan harus disesuaikan pada pengelasan oaw
SARAN