Anda di halaman 1dari 27

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-Nya, yang telah telah melimpahkan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Jember, Mei 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... 1

Daftar Isi .................................................................................................................. 2

Pembahasan .............................................................................................................. 3

Sifat dan Contoh Liabilitas Jangka Pendek .................................................. 3

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objective) Liabilitas Jangka Pendek ............... 5

Prosedur Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek ......................................... 8

Daftar Pustaka .............................................................................................. 27

2
PEMBAHASAN

SIFAT DAN CONTOH LIABILITAS JANGKA PENDEK

Manurut SAK ETAP (IAI, 2009:172)

Liabilitas (obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa lalu, penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya entita yang mengandung manfaat
ekonomi.

Penyelesaian liabilitas masa kini biasanya melibatkan pembayaran kas, penyerahan aset lain,
pemberian jasa, penggantian liabilitas tersebut dengan liabilitas lain, atau konversi liabilitas
menjadi ekuitas. Liabilitas juga dapat dihaouskan dengan cara lain, seperti kreditur
membebaskan atau membatalkan haknya.

Meurut PSAK (IAI, 2009:1.8)

Suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika:

a. Diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi


perusahaan
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal laporan posisi
keuangan (neraca)

Menurut Penulis

Liabilitas jangka pendek adalah liabilitas perusahaan kepada pihak ketiga, yang jatuh tempo
atau harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu tahun, atau dalam satu silus
operasi normal perusahaan, biasanya dengan menggunakan aset lancar (current assets)
perusahaan.

Beberapa contoh liabilitas jagka pendek adalah sebagai berikut:

1. Utang usaha (Accounts Payable)


Utang usaha yaitu kewajiban kepada pihak ketiga yang berasal dari pembelian barang
atau jasa secara kredit yang harus dilunasi dalam waktu kurang atau sama dengan satu
tahun.
2. Pinjaman dari Bank (Short Term Loan)
Pinjaman dair bank yaitu pinjmn yang diperoleh dari bank dan didukung oleh suatu
perjanjian kredit (loan agreement), bisa dalam bentuk kredit modal kerja (working
capital loan) ataupun kredit rekening Koran (overdraft facility).
Kredit modal kerja diperlukan perusahaan untuk membiayai kegiatan rutinnya seperti
membeli bahan baku, barang dagangan, dan lain-lain.
Bunga kredit modal kerja duhitung dari jumlah kredit yang diberikan bank (plafon
kredit). Kredit rekening Koran juga diperlukan untuk membiayai kegiatan rutin
perusahaan, tetapi bunganya dihitung dar saldo kredit yang digunakan bukan dari
plafon kredit.

3
3. Bagian dari kredit jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu kurang atau sama
dengan satu tahun (Current Portion of Long Term Loan)
Per tanggal laporan posisi keuangan, bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh
tempo satu tahun yang akan datang harus direklasifikasikan dari liabilitas jangka
panjang ke liabilitas jangka pendek.
4. Utang Pajak (Taxs Payable)
Utang pajak yaitu kewajiban pajak perusahaan yang harus dilunasi dalam periode
berikutnya, misalnya utang PPh 21 (pajak penghasilan atas gaji, upah, honorarim),
PPh 25 (pajak penghasilan badan), PPN (pajka pertambahan nilai), dan lain-lain.
5. Biasa yang masih harus dibayar (Accrued Expenses)
Biaya yang masih harus dibayar yaitu biaya yang sudah terjadi dan menjadi beban
periode yang diperiksa, tetapi baru akan dilunasi dalam periode berikutnya. Misalnya
biaya gaji, biaya listri, telepon, air, dan lain-lain. Perlu diingat bahwa dalam
pencatatan akuntansinya perusahaan harus menggunakan accrual basis, bukan cash
basis.
6. Voucher Payable (dalam hal digunakan voucher system)
7. Utang Dividen (Dividend Payable)
8. Pendapatam yang diterima di muka (Unearned Revenue)
9. Uang Muka Penjualan
10. Utang Pemegang Saham
11. Utang Leasing (Kewajiban Sewa) yang jatuh tempo satu tahun yang akan dating
12. Utang Bunga
13. Uatng Perusahaan Afiliasi (Utang dalam Rangka Hubungan Khusus)

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memeriksa liabilitas jangka pendek, adalah
sebagai berikut:

1. Kecenderungasn perusahaan untuk mencatat liabilitasnya lebih rendah dari yang


sebenarnya (understatement of liabilities) dengan tujuan untuk melaporkan laba lebih
besar dari jumlah yang sebenarnya.
Misalnya dengan tidak mencatat sebagian biaya dan pembelian barang dagangan atau
bahan baku yang belum dibayar.
Untuk itu, auditor harus melakukan prosedur yang disebut “searching of unrecorded
lliabilities”, dengan cara memeriksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
2. Perbedaan antara accounts payable dan accrued expenses.
Accounts payable angkanya lebih pasti karena perusahaan mencatat kewajibannya
berdasarkan invoice yang diterimanya dari supplier.
Accrued expenses angkanya didasarkan pada estimasi, sehingga jumlahnya kurang
pasti dibandingkan accounts payable.

4
TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVE)LIABILITAS JANGKA PENDEK

Tujuan pemeriksaan liabilitas jangka pendek adalah unuk memeriksa apakah:

1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek.


2. Liabilitas jangka pendek yang yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)
didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang benar-benar
terjadi.
3. Semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat per tanggal laporan posisi
keuangan (neraca).
4. Accrued expenses jumlahnya reasonable (masuk akal atau wajar) atau tidak, dalam
arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Karena jika jumlahnya terlalu besar
berarti laba akan dilaporkan terlalu kecil (understated) dan jika accrued expenses
terlalu kecil berarti laba akan dilaporkan terlalu besar (overstated).
5. Kewajiban sewa (leasing), jika ada, sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi
sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang Sewa).
6. Seandainya ada liabilitas jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal laporan
posisi keungan (neraca), sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih
kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
7. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka pendek telah dicatat per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8. Biaya bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) benar telah terjadi, dihitung secara akurat dan merpakan beban
perusahaan.
9. Semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga
tidak terjadi “bank default”.
10. Penyajian liabilitas jangka pendek di dalam laporan posisi keuangan (neraca) dan
catatan atas laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
ETAP atau SAK atau IFRS.

Penjelasan atas Tujuan Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek

1. Memeriksa pakah terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek.
Jika internal control atas liabilitas jangka pendek disimp[ulkan oleh auditor cukup
baik maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek dapat dipersempit
dan sebaliknya jika disimpulkan lemah, ruang lingkup pemeriksaan harus diperlias.
Perlu diperhatikan beberapa cirri internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek:
a. Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagianpenerimaan barang,
bagian gudang, bagian akuntansi, dan bagian keuangan.
b. Digunakannnya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered)
untuk permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase
order) dan laporan penerimaan barang (receiving report).

5
c. Adanya sitem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan utang.
d. Digunakannya system tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, di mana
beberapa supplier diundang untuk memasukkan penaawran tertulis dalam amplop
tertutup ke panitia tender.
e. Dibuatnya buku tambahan (subsidiary ledger) untuk utang usaha, dan setiap akhir
bulan jumlah saldo utang usaha menurut subsidiary ledger harus dibandingkan
(direconcile) dengan saldo utang usaha menurut general ledger yang merupakan
perkiraan pengendalian (controlling account).
f. Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur peembelian (supplier invoice)
harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving report dan
purchase order, untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi
jumlah barang yang dipesan dan yang duterima.
g. faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas (stamp paid)
untuk menghindari digunakannya dokumen-dokumern tersebut untuk proses
pembayaran yang kedua kalinya.
2. Memeriksa apakah liabilitas jangka pendek yang tercantum di laporan posisi
keuangan (neraca didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari
transaksi yang benar0benar terjadi.
Jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari pembelian
secara kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap,
seperti: purchase requisition, purchase order, supplier invoice, dan receiving report.
Selain itu, pembelian tersebut harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang
berwenang, misalnya manajer pembelia, dan manajer akuntansi dan keuangan. Jika
liabilitas jangka pendek berupa utang dividen, maka harus didukung oleh notulen
rapat direksi yang memberikan otorisasi untuk peminjaman uang dari bank. Begitu
juga jika berupa uatang pemegang saham , harus didukung oleh perjanjian kredit. Jika
ada uatang pemegang saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum
dilunasi oleh pemegang saham.
3. Memeriksa apakah semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat
pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Dalam hal ini auditor harus meyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded liabilities.
Untuk itu auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan dengan
pihak ketiga, memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham dan mengirim
konfirmasi ke penasihat hokum (legal consultan atau lawyer) perusahaan.
4. Memeriksa pakah accrued expenses jumlahnya reasonable, dalam arti tidak
terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Untuk itu auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat
perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya. Misalnya,
untuk accrued travelling expenses (biaya perjalanan yang masih harus dibayar) harus
diperiksa untuk perjalanan ke mana, menggunakan pesawat terbang apa, berapa lama
perjalanannya, menginap di hotel mana dan sebagainya.

6
5. Memeriksa pakah kewajiban leasing (sewa), jika ada, sudah dicatat sesuai
dengan standar akuntansi sewa (PSAK 30 Revisi 2007 tentang Sewa).
Misalnya ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka harga perolehan
mesin dan nutang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya. Selain itu, bagian dari
utang leasing yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan dating harus
dicatat sebagai liabilitas jangka pendek. Sedangka yang jatuh temponya lebih dari satu
tahun yang akan dating harus dicatat sebagai liabilitas jangka panjang.
6. Memeriksa apakah seandainyaada liabilitas jangka pendek dalam mata uang
asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikonversikan ke
dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengan Bank Indonesia per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah
dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
Misalkan pada tanggal 31 Oktober 2011 perusahaan membeli barang dagangan secara
kredit dari luar negeri sebesar US$100.000, kurs saat itu adalah Rp 9.200 per 1 US$
sehingga uang usaha dicatat sebesar Rp 920.000.000. per tanggal 31 Desember 2011,
utang tersebut masih belum dilunasi dan kurs Bank Indonesia saat itu per 1 US$: beli
Rp 9.600, jual Rp 9.400 berarti kurs tengah adalah Rp 9.500 per 1 US$.
Jurnal penyesuaian yang harus dibuat per 31 Desember 2011 adalah:
DR. laba rugi Selisih Kurs Rp 30.000.000
CR. Utang Usaha Rp 30.000.000
7. Memeriksa pakah biaya bungan dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka
pendek telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Dalam hal ini, auditor harus yakin bahwa semua bunga liabilitas jangka pendek, baik
dari utang bank, utang pemegang saham dan lain-lain, sudah dicatat sebagai beban
perusahaan dan jika bunga tersebut belum dibayar, sudah dicatat sebagai utang bunga
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8. Memeriksa apakah biaya bungan liabilitas jangka pendek yang tercatat pada
tanggal laporan posisi keuanga (neraca), benar telah terjadi, dihitung secara
akurat, dan merupakan beban perusahaan.
Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi, berasal
dari pinjaman jangka pendek yang digunakan perusahaan dan didukung oleh
perjanjian kredit yang sah, sehingga betul-betul merupakan beban perusahaan. Selain
itu auditor harus melakukan pengecekan apakah perhitungan bunga sudah dilakukan
secara akurat, walaupun beban bunga dicatat berdasarkasan nota debit dari bank
(berarti dihitung oleh bank).
9. Memeriksa pakah semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh
perusahaa sehingga tidak terjadi “bank default”.
Biasanya dalam perjanjian kredit bank mencantumkan beberapa persyaratan yang
harus dipatuhi nasabahnya, antara lain:
a. Perusahaan tidak boleh mengganti “manajer kunci tanpa seizing bank”.
b. Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu.
c. Tidak boleh terlambat dalam membayar bunga.

7
Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh perusahaan, maka terjadi “bank default” dan
hal tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to
financial statements).

10. Memeriksa pakah penyajian liabilitas jangka pendek di dalam (neraca) laporan
posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia ETAP atau SAK atau IFRS.
Misalnya, jika perusahaan mempunyai kredit jagka pendek dari bank atau mempuyai
utang leasing (sewa), maka dalam catatan atas laporan keuangan harus diungkapkan
antara lian:
a. Plafon kredit
b. Jangka waktu kredit
c. Tingkat bunga
d. Jaminan kredit
e. Pengembalian kredit dan pembayaran bunga apakah dalam rupish atau mata
uang asing
f. Nilai tunai aset dalam rangka sewa guna
g. Jenis leasing
h. Jangka waktu leasing

PROSEDUR PEMERIKSAAAN LIABILITAS JANGKA PENDEK

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.


2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas lainnya,
kemudian periksa penjumlahannya (footing) serta cocokkan saldonya dengan saldo
utang (kewajiban) di buku besar (controlling account).
3. Untuk utang usaha cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger utang usaha (jika jumlah suppliernya banyak, tidkak usah 100%).
4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada
beberapa supplier, perhatikan apa angkanya cocok dengan purchase requisition,
purchase order, receiving report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan
mathematic (mathematical accuracy) dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi
dari pejabat perusahaan yang berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut
dengan saldo subsidiary ledger utang.
6. Pertimbangkan untuk mengirim komfirmasi kepada beberapa supplier baik yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) (subsequent
payment) untuk mengetahui apakah ada liabilitas yang belum dicatat (unrecorded
liabilities) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan nuntuk meyakinkan diri
mengenai kewajaran saldo liabilitas per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
8. Seandainya ada utang kepada bank dalam bentuk kredit modal kerja, kredit investasi,
maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank, periksa surat perjanjian

8
kreditnya dan buatkan excerpt dari perjanjiian kredit tersebut, dan periksa otorisasi
dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
9. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusaaan
afiliasi, yang harus dilunasi dalam waktu saru tahun yang akan dating, harus dikirim
konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada pembebanan bunga
atas pinjaman tersebut.
10. Seandainya ada utang leasing (sewa), periksa apakah pencatatannya sudah sesuai
dengan standar kuntansu sewaa (PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang Sewa) dan apakah
bagian yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan dating sudah dicatat
(direklasifikasi) sebagai liabilitas jangka pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayran bunga, apakah sudah dilakukan secara akurat dan
tie-up jumlah beban bungan tersebut dengan jumlah yang dicantumkan pada laporan
laba rugi. Perhatikan juga aspek pajaknya.
12. Seandainya ada saldo debit dari utang usaha maka harus ditelusuri apakah ini
merupakan uang uka pembelian atau karena adanya pengembalian barang yang dibeli
tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya besar ( material) harus
direklasifikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan pertanggal laporan posisi keuangan (neraca),
periksa bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan di
periode berikutnya (subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang
yang dipesan oleh pembeli.
14. Seandainya da kredit jangka panjang, harus diperiksa apakah bagian yang jatuh tempo
satu tahun yang akan dating sudah direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek.
15. Seandainya ada kewajiban dalam mata uang asing, periksa apakah saldo tersebut per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) telah dikonversikan kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), dan selisih kurs yang terjadi dibebankan atau dikreditkan pada laba rugi
tahun berjalan.
16. Untuk utang PPh 21 dan PPN periksa apakah utang tersebut sudah dilunasi pada
periode berikutnya. Seharusnya utang PPh 21 dan PPn per 31 desembar dilunasi di
bulan Januari tahun berikutnya.
Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu mengisi dan
memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran akhir).
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan, apakah
reasonable dan konsisten dengan dasar perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu
harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham dan perjanjian-perjanjian yang dibuat
perusahaan dengan pihak ketiga, untuk mengetahui apakah semua kewajiban yang
tercantum dalam notulen dan perjanjian tersebut sudah dicatat per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hokum perusahaan.
20. Periksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di laporan posisi keuangan (neraca)
dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP atau PSAK atau IFRS.

9
Penjelasan Audit Prosedur

1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.


Dalam hal ini auditor dapat menggunakan internal control questionnaires, flow chart
atau penjelasan narrative. Karena utang uasaha merupakan bagian dari siklus
pembelian, utang usaha dan pengeluaran kas, yang contohnya bisa dilihat di Exhibit
16-1.
Contoh penjelasan narrative prosedur pembelian, utang usaha dan penerimaan kas
bisa dilihat d Exhibit 16-2, sedangkan contoh flow chart untuk prosedur tersebut
disajikan di Exhibit 16-3.
Jika dari evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek, auditor menyimpulkan
bahwa internal controlnya baik atau berjalan efektif, maka substantive test atas
liabilitas jangka pendek bisa dikurangi. Dengan perkataan lain, ruang lingkup
pemeriksaan bisa dibatasi.
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang uasaha maupun lianilitas
lainnya, kemudian periksa footing dan cocokkan saldonya dengan saldo liabilitas
jangka pendek di buku besar.
Harus diingat bahwa rincian – rincian tersebut harus disiapkan oleh klien. Tugas
auditor adalah memeriksa rincian tersebut, bukan menyusun rincian.
Jika rincian yang diberikan klien tidak cocok dengan saldo buku besarnya atau
terdapat kesalahan footing, maka auditor harus mengembalikan rincian tersebut
kepada klien untuk diperbaiki.
Selain rincian utang usaha, yang harus diminta dari klien adalah rincian biaya yang
masih harus dibayar, liabilitas lain-lain, utang pajak, dan lain-lain.
3. Untuk utang usaha cocokka saldo masing-masing supplier dengan saldo
menurut subsidiary ledger utang usaha.
Jika jumlah supplier banyak (misalkan seratus supplier) dan internal control client
baik, maka pencocokkan kesubledger biisa dibatasi jumlahnya.
Seandainya ditemukan perbedaan antara saldo di rincian utang usaha dan saldo di
subledger utang usaha, harus diminta agar klien yang mencari penyebab perbedaan
tersebut.
Prosedur 4 dan 5 sudah cukup jelas.
6. Pertimbangan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier yang
saldonya besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena smber pencatatan
utang saha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari supplier), da tujuan
konfirmasi adalah untuk memeriksa keakuratan dan akuntansi klien. Jadi lain dengan
konfirmas piutanf yang merupakan audit prosedur standar yang harus dilakukan oleh
auditor.
Apalagi jika sebagian besar supplier terbiasa untuk mengirim monthly statement of
account, maka auditor hanya perlu mencocokkan saldo utang usaha menurut rincian
dengan saldo menurut monthly statement of account tersebut.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) untuk
mengetahui apakah ada unrecorded liabilities per tanggal laporan posisi

10
keuangan (neraca) dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo utang
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Caranya adalah dengan me-review buku pengeluaran kas sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan.
Perhatikan apakah ada pembayaran-pembayaran di periode sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) yang menyangkut pembelian atau biaya untuk tahun yang
diperiksa yang belum dicatat sebagai liabilitas jangka pendek per tanggal laporan
posisi keuangan (neraca). Periksa juga notulen rapat direksi, pemegang saham, dewan
komisaris untuk mengetahui apakah ada kewajiban perusahaan, misalnya pembagian
bonus, yang baru akan dibayar diperiode berikutnya dan belum dicatat seagai liabilitas
jangka per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Auditor juga harus memeriksa
bukti-bukti pembayaran di subsequent period yang berkaitan dengan kewajiban yang
terjadi di tahun yang diperiksa.
Prosedur 8, 9, 10, 11 dan 14 dibahas lebih rinci di pemeriksaaan liabilitas jangka
panjang.
Prosedur 12, 13, 15 dan 16 sudah cukup jelas.
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yan dibuat oleh perusahaan,
apakah reasonable (masuk akal) dan konsisten dengan dasr perhitungan tahun
sebelumnya. Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
Perlu diketahui bahwa untuk memperkecil laba, bisa saja perusahaa memperbesar
jumlah accrued expenses-nya. Dengan memeriksa pembayaran sesudah tanggal
laporan posisi keuangan ()neraca) auditr bisa mengetahui apakah jumlah yang di-
accrued betul-betul dibayar di tahun berikutnya dalam jumlah yang kurang lebih
sama.
Selain itu bisa diketahui seandainya ada biaya-biaya tahun yang diperiksa yang belum
dicatat di periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sehingga harus
diusulkan audit adjustment-nya oleh auditor.
Prosedur 18 sudah cukup jelas.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai masalah di
bidang hokum yangh memerlukan bantuan dari legal consultant atau lawyer.
Misalnya, ada tuntutan di pengadilan yang per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) prosesnya belum selesai. Seperti diketahui proses peradilan memakan waktu
yang cukup lama (mulai dari Pengadilan negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah
Agung).
Hal ini menyebabkan timbulnya contingent liabilities, yaitu liabilitas yang mungkin
terjadi, mungkin juga tidak terjadi, tergantung pada kerjadian daam periode
berikutnya.
Contoh konfirmasi ke penasihat hokum bisa dilihat di Exhibit 16-4.
Prosedur 20 sudah cukup jelas.

11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
Daftar Pustaka

Sukrisno, Agoes. Auditing. Edisi 4. Buku 2. 2012. Jakarta: Salemba Empat.

27

Anda mungkin juga menyukai