Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ANALISA KIMIA BAHAN ORGANIK (BAHAN TAMBAHAN PANGAN)

Nama : Diah Indah Cahyani

No.absen : 11

Kelas : 4 Kimia Analisis 2

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TEMANGGUNG


KOMPETENSI KEAHLIAN KIMIA ANALISIS

Jl. Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Telp (0293) 4901639
Temanggung 56221
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Bahan Tambahan Pangan

Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami
bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa,
anti gumpal, pemucat dan pengental. Peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88
dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.

Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan,
cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi
seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman
dahulu. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian
dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat
pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.

Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan
konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan
yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva). Adakalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi. Bahan aditif makanan ada
dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan (sintetis) (Wikipedia, 2017).

Food additives are substances added to food to preserve flavor or enhance its taste,
appearance, or other qualities. Some additives have been used for centuries; for example,
preserving food by pickling (with vinegar), salting, as with bacon, preserving sweets or using
sulfur dioxide as with wines. “ Tambahan Makanan merupakan substansi yang ditambahkan
kedalam makanan sebagai bahan pengawet atau meningkatkan rasa makanan, tekstur, maupun
menambah kualitas yang lain. Beberapa bahan tambahan makanan digunakan sejak dulu,
contohnya pengawetan makanan dengan membuat asinan, penggaraman, dengan sistem bacon
(pengukusan pada daging babi), pengawetan dengan membuat manisan atau menggunakan sulfur
dioxida seperti pada pembuatan anggur (wine)” .
B.Jenis Bahan Tambahan Pangan
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung
kegunaanya, di antaranya:

1. Antibuih

Antibuih (Antifoaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan buih. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
kalsium alginat dan mono dan digliserida asam lemak.

2. Antikempal

Antikempal (Anticaking agent) adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan ke dalam
serbuk atau granul, untuk mencegah mengempalnya produk pangan, sehingga mudah dikemas,
ditranspor, dan dikonsumsi. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah

ANTIKEMPAL ANTIKEMPAL

1. Kalsium karbonat; 8. Natrium dan magnesium karbonat;


2. Trikalsium fosfat; 9. Magnesium oksida;
3. Selulosa mikrokristalin dan bubuk; 10. Natrium-, kalium-, dan kalsium besi(II)
4. Asam miristat beserta garam kalsium, sianida;
kalium, dan natriumnya; 11. Silikon dioksida halus;
5. Asam palmitat beserta garam kalsium, 12. Kalsium silikat;
kalium, dan natriumnya 13. Natrium aluminosilikat;
6. Asam stearat beserta garam kalsium, 14. Magnesium silikat.
kalium, natrium dan magnesiumnya;
7. Garam-garam oleat dari kalsium,
kalium dan natrium;

3. Antioksidan

Antioksidan (Antioxidant) merupakan molekul yang mampu memperlambat atau mencegah


proses oksidasi molekul lain, sehingga antioksidan sebagai bahan aditif makanan adalah bahan
tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat kerusakan pangan akibat oksidasi.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
ANTIOKSIDAN ANTIOKSIDAN

1. Asam askorbat beserta garam natrium 7. Propil galat;


dan kalsiumnya;
8. Asam eritorbat beserta garam
2. Askorbil palmitat dan stearat; natriumnya;

3. Tokoferol; 9. Butil hidrokuinon tersier (TBHQ);

4. d- dan dl-alfa tokoferol; 10. Butil hidroksi anisol (BHA);

5. Tokoferol campuran pekat; 11. Butil hidroksi toluen (BHT)

6. Gama tokoferol;

4. Bahan Pengarbonasi

Bahan pengarbonasi (carbonating agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk
karbonasi di dalam pangan. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah: karbon dioksida (CO2).

5. Garam Pengemulsi

Garam pengemulsi (emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk mendispersikan
protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Termasuk dalam kelompok ini yang
diizinkan oleh Permenkes adalah:

GARAM PENGEMULSI GARAM PENGEMULSI


1. Kalium dan natrium dihidrogen sitrat; 9. Natrium dan kalium tripolifosfat;

2. Trikalium dan trinatrium sitrat; 10. Natrium, kalium, dan kalsium polifosfat;

3. Mono-, di-, dan trinatrium fosfat; 11. Ester asam lemak dan asetat dari gliserol;

4. Mono-, di-, dan trikalium fosfat; 12. Ester asam lemak dan laktat dari gliserol;

5. Gelatin; 13. Ester asam lemak dan sitrat dari gliserol;

6. Di- dan tetranatrium difosfat; 14. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari
gliserol;
7. Tetrakalium difosfat;
15. Natrium glukonat.
8. Dikalsium difosfat;
6. Gas Untuk Pengemasan

Gas untuk kemasan (packaging gas) adalah bahan tambahan pangan berupa gas, yang
dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat, maupun setelah kemasan diisi dengan
pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan.[9]
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah: Karbon dioksida dan
nitrogen.

7. Humektan

Humektan (humectant) adalah bahan tambahan pangan untuk mempertahankan kelembaban


pangan. Sebuah humektan menarik dan mempertahankan kelembaban udara sekitarnya melalui
penyerapan, menarik uap air ke dalam dan/atau di bawah permukaan objek. Termasuk dalam
kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

HUMEKTAN HUMEKTAN

1. Natrium dan kalium laktat; 4. Gliserol;

2. Natrium hidrogen malat; 5. Polidekstrosa;

3. Natrium malat; 6. Triasetin.

8. Pelapis

Pelapis (glazing agent) adalah bahan tambahan pangan alami maupun sintetis untuk melapisi
permukaan pangan sehingga mencegah kehilangan air serta memberikan efek perlindungan
dan/atau penampakan mengkilap. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah:

PELAPIS PELAPIS

1. Malam (beeswax); 4. Syelak (shellac);

2. Lilin kandelila; 5. Lilin mikrokristalin.

3. Lilin karnauba;

9. Pemanis

Pemanis (sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan
yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
a. Pemanis Alami

Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya
secara sintetik ataupun fermentasi.

b. Pemanis Buatan

Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak
berada di alam. Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa.

PEMANIS ALAMI PEMANIS BUATAN


1. Sorbitol; 1. Asesulfam-K;

2. Aspartam;
2. Manitol;
3. Asam siklamat beserta garam kalsium
3. Isomalt/Isomaltitol; dan natriumnya;

4. Glikosida steviol; 4. Sakarin beserta garam kalsium, kalium,


dan natriumnya;
5. Maltitol;
5. Sukralosa (triklorogalaktosukrosa);
6. Laktitol;
6. Neotam.
7. Silitol;

8. Eritritol.

10. Pembawa

Pembawa (carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi
penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam
pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik
bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek
teknologi pada pangan. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PEMBAWA PEMBAWA

1. Sukrosa asetat isobutirat; 3. Propilen glikol;

2. Trietil sitrat; 4. Polietilen glikol.


11. Pembentuk Gel

Pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel. Termasuk
dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PEMBENTUK GEL PEMBENTUK GEL

1. Asam alginat beserta garam 4. Rumput laut eucheuma olahan;


natrium, kalium, dan
5. Gom gelan;
kalsiumnya;
6. Gelatin.
2. Agar-agar;

3. Karagen;

12. Pembuih

Pembuih (foaming agent) adalah bahan yang memfasilitasi pembentukan buih seperti surfaktan
atau pembuat gelembung. Suatu surfaktan, ketika hadir dalam jumlah kecil, mengurangi
tegangan permukaan cairan (mengurangi kerja yang diperlukan untuk membuat buih) atau
meningkatkan stabilitas koloid dengan menghambat penyatuan gelembung. Sebagai bahan
tambahan pangan, pembuih berguna untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi
fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan
oleh Permenkes adalah:

PEMBUIH

1. Gom xanthan;

2. Selulosa mikrokristalin;

3. Etil metil selulosa.

13. Pengatur Keasaman

Pengatur keasaman (acidity regulator) adalah bahan tambahan pangan untuk mengasamkan,
menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keamanan pangan. Termasuk dalam kelompok ini
yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGATUR KEASAMAN PENGETUR KEASAMAN

1. Garam karbonat dari kalsium, 9. Asam fosfat;


natrium, kalium, amonium, dan
10. Asam adipat beserta garam
magnesium;
natrium dan kaliumnya;
2. Garam bikarbonat dari
11. Asam klorida;
natrium, kalium, amonium;
12. Natrium hidroksida, kalium
3. Asam asetat beserta garam
hidroksida, kalsium hidroksida,
natrium dan kalsiumnya;
dan magnesium hidroksida;
4. Asam laktat beserta garam
13. Kalsium oksida;
natrium, kalium, kalsium, dan
L-amoniumnya; 14. Glukono delta lakton;

5. Asam malat beserta garamnya: 15. Kalsium glukonat.


natrium hidrogen malat,
16. Asam sitrat beserta garamnya:
natrium malat, dan kalsium
natrium dihidrogen sitrat,
DL-malat;
dinatrium hidrogen sitrat,
6. Asam fumarat; trinatrium sitrat, kalium
dihidrogen sitrat, trikalium sitrat,
7. Asam tartrat dan kalium
dan kalsium sitrat;
hidrogen tartrat;

8. Garam sulfat dari natrium,


kalium, dan kalsium;

14. Pengawet

Pengawet adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PENGAWET PENGAWET

1. Asam sorbat beserta garam 1. Nisin;


natrium, kalium, dan
kalsiumnya; 2. Garam nitrit dari kalium dan
natrium;
2. Asam benzoat beserta garam
natrium, kalium, dan 3. Garam nitrat dari kalium dan
kalsiumnya; natrium;

3. Metil- dan etil- para- 4. Asam propionat beserta garam


hidroksibenzoat; natrium, kalium, dan kalsiumnya;

4. Senyawa sulfit yang meliputi: 5. Lisozim hidroklorida

 belerang dioksida,

 natrium dan kalium sulfit,

 natrium, kalsium, dan kalium bisulfit

 natrium dan kalium metabisulfit;

15. Pengembang

Pengembang (raising agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau
campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan. Termasuk dalam
kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PENGEMBANG PENGEMBANG

1. Garam karbonat dari natrium 4. Glukono delta lakton;


dan amonium;
5. Dekstrin;
2. Garam bikarbonat dari
6. Amilum asetat.
natrium, kalium dan amonium

3. Natrium aluminium fosfat;

16. Pengemulsi

Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan
sebaliknya. Dalam konteks aditif makanan, pengemulsi adalah bahan tambahan pangan untuk
membantu terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau lebih fasa yang tidak tercampur
seperti minyak dan air. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PENGEMULSI PENGEMULSI

1. Kalsium karbonat; 6. Natrium dan kalium hidrogen


fosfat;
2. Lesitin;
7. Natrium dan kalium fosfat;
3. Natrium dan kalsium laktat;
8. Asam alginat beserta natrium,
4. Natrium dan kalium dihidrogen
kalium, kalsium, dan propilen
sitrat, dinatrium hidrogen
glikolalginat;
sitrat, serta trinatrium dan
trikalium sitrat; 9. Agar-agar;

5. Natrium dan kalium dihidrogen 10. Karagen;


fosfat;

17. Pengental

Bahan tambahan pangan ini berguna untuk menstabilkan atau mengentalkan makanan yang
dicampur dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Termasuk dalam kelompok ini
yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PENGENTAL PENGENTAL

1. Kalsium asetat; 4. Agar-agar;

2. Natrium dan kalsium laktat; 5. Karagenan dan rumput laut


eucheuma olahan;
3. Asam alginat beserta garam
natrium, kalium, kalsiumnya, 6. Gom kacang lokus;
dan propilen glikol alginat;
7. Gom guar;

18. Pengeras

Pengeras (firming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras, atau
mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel
untuk memperkuat gel. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGERAS PENGERAS

1. Kalsium laktat; 4. Kalsium sulfat;

2. Trikalsium sitrat; 5. Kalsium glukonat.

3. Kalium dan kalsium klorida;

19. Penguat Rasa

Penguat rasa (flavour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau
memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa
dan/atau aroma baru, diataranya:

PENGUAT RASA

1. Asam L-glutamat beserta garam natrium, kalium, dan kalsiumnya;

2. Asam 5′-guanilat beserta garam natrium, kalium, dan kalsiumnya;

3. Asam 5′-inosinat beserta garam natrium, kalium, dan kalsiumnya;

4. Kalsium dan dinatrium 5′-ribonukleotida.

20. Peningkat Volume

Peningkat volume (bulking agent) adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan volume
pangan, diataranya:

PENINGAKAT VOLUME PENINGKAT VOLUME

1. Natrium laktat; 6. Ester gliserol resin kayu;

2. Asam, natrium, dan propilena 7. Selulosa serbuk dan


glikol alginat; mikrokristalin;

3. Agar-agar; 8. Metil, etil, hidroksipropil metil,


dan natrium karboksimetil
4. Karagen;
selulosa;
5. Gom guar, tragakan, arab, dan
9. Mono- dan digliserida asam
karaya;
lemak;
10. Kalsium sulfat;

21. Penstabil

Penstabil (stabiliser) adalah bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem dispersi yang
homogen pada pangan, diataranya:

PENSTABIL PENSTABIL

1. Kalsium karbonat; 6. Natrium dihidrogen, dinatrium


monohidrogen, dan trinatrium
2. Kalsium asetat;
sitrat;
3. Asam fumarat;
7. Kalium dihidrogen dan trikalium
4. Lesitin; sitrat;

5. Natrium dan kalsium laktat; 8. Kalsium sitrat;

22. Peretensi Warna

Peretensi warna (colour retention agent) adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan
warna baru. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah: magnesium
karbonat dan magnesium hidroksida.

23. Perisa

Perisa (flavouring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa
ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk memberi rasa dengan pengecualian rasa
asin, manis, dan asam.

PENGELOMPOKAN PERISA

1. Perisa alami;

2. Perisa identik alami; dan

3. Perisa artifisial.

Kelompok di atas dapat terdiri dari satu atau lebih jenis yang ada dalam tabel berikut:
1. Bahan baku aromatik alami (Natural aromatic raw material) — adalah bahan baku yang berasal
dari tumbuhan atau hewan yang cocok digunakan dalam penyiapan/pembuatan/pengolahan
perisa alami. Bahan baku tersebut termasuk bahan pangan, rempah-rempah, herbal, dan sumber
tumbuhan lainnya yang tepat untuk aplikasi yang dimaksud. Antara lain bubuk bawang, bubuk
cabe, irisan daun jeruk, potongan daun salam, irisan jahe.

2. Preparat perisa (Flavouring preparate) — adalah bahan yang disiapkan atau diproses untuk
memberikan rasa yang diperoleh melalui proses fisik, mikrobiologis, atau enzimatis dari bahan
pangan tumbuhan maupun hewan yang diperoleh secara langsung atau setelah melalui proses
pengolahan. Bahan tersebut sesuai untuk konsumsi manusia pada kadar penggunaannya tetapi
tidak ditujukan untuk dikonsumsi langsung. Antara lain minyak jeruk, ekstrak teh, oleoresin
paprika, keju bubuk, ekstrak ragi.

3. Perisa asap (Smoke flavouring) — adalah preparat perisa yang diperoleh dari kayu keras
termasuk serbuk gergaji, tempurung dan tanaman berkayu yang tidak mengalami perlakuan dan
tidak terkontaminasi melalui proses pembakaran yang terkontrol atau distilasi kering atau
perlakuan dengan uap yang sangat panas, dan selanjutnya dikondensasikan serta difraksinasi
untuk mendapatkan rasa yang diinginkan.

4. Perisa hasil proses panas (Processed flavouring) — adalah preparat perisa dari bahan atau
campuran bahan yang diizinkan digunakan dalam pangan, atau yang secara alami terdapat dalam
pangan atau diizinkan digunakan dalam pembuatan perisa hasil proses panas, pada kondisi yang
setara dengan suhu dan waktu tidak lebih dari 180 °C (356 °F) dan 15 menit serta pH tidak lebih
dari 8,0; antara lain perisa yang dihasilkan dari gula pereduksi dan asam amino.

24. Perlakuan Tepung

Perlakuan tepung (flour treatment agent) adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan
kepada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan, dan/atau pemanggangan, termasuk
bahan pengembang adonan, pemucat, dan pematang tepung. Termasuk dalam kelompok ini yang
diizinkan oleh Permenkes adalah:

PERLAKUAN TEPUNG PERLAKUAN TEPUNG

1. L-Amonium laktat; 4. Kalsium sulfat;

2. Natrium stearoil-2- 5. Kalsium oksida;


laktilat;

3. Amonium klorida;
25. Pewarna

Pewarna adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan sintetis, yang ketika
ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan mampu memberi atau memperbaiki warna.

a. Pewarna alami (Natural dyestuff) — adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi,
isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain,
termasuk pewarna identik alami. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah:

b. Pewarna sintetis (synthetic dyestuff) — adalah pewarna yang diperoleh secara sintesis
kimiawi. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:[36]

PEWARNA ALAMI PEWARNA SINTETIS

1. Kurkumin CI No. 75300; 1. Tartrazin CI No. 19140;

2. Riboflavin, termasuk riboflavin 2. Kuning kuinolin CI No. 47005;


sintetis, riboflavin 5′-natrium
3. Sunset Yellow FCF CI No.
fosfat, dan riboflavin dari
15985;
Bacillus subtilis;
4. Karmoisin CI No. 14720;
3. Karmin dan ekstrak cochineal
CI No. 75470; 5. Ponceau 4R CI No. 16255;

4. Klorofil dan klorofilin tembaga 6. Eritrosin CI No. 45430;


kompleks CI No. 75810;
7. Merah allura CI No. 16035
5. Karamel I, III (diproses
amonia), dan IV diproses sulfit
amonia;

6. Karbon dari tanaman CI No.


77266;

7. β–karoten (sayuran) CI No.


75130;
26. Propelan

Propelan (propelant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk mendorong pangan keluar
dari kemasan. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

PROPELAN

1. Nitrogen;

2. Dinitrogen monoksida;

27. Sekuestran

Sekuestran (sequestrant) adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam
polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan kestabilan dan kualitas pangan.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:

SEKUESTRAN SEKUESTRAN

3. Natrium glukonat;

1. Kalsium dinatrium 4. Kalium glukonat


etilenadiaminatetraasetat
(CaNa2EDTA);

2. Isopropil sitrat;

C.Bahan Tambahan Pangan Yang Dilarang

Selain mengatur bahan tambahan pangan yang diizinkan, Permenkes no 033/2012 juga mengatur
bahan kimia yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Berikut adalah bahan
kimia yang dimaksud dalam Permenkes tersebut:

BAHAN TAMBAHAN PANGAN YANG BAHAN TAMBAHAN PANGAN YANG


DILARANG DILARANG
1. Asam borat dan senyawanya; 11. Dulkamara;

2. Asam salisilat dan garamnya; 12. Kokain;

3. Dietilpirokarbonat; 13. Nitrobenzena;


4. Dulsin; 14. Sinamil antranilat;

5. Formalin; 15. Dihidrosafrol;

6. Kalium bromat; 16. Biji tonka;

7. Kalium klorat; 17. Minyak kalamus;

8. Kloramfenikol; 18. Minyak tansi;

9. Minyak nabati brominasi; 19. Minyak sasafras

10. Nitrofurazon;
C. ANALISA BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
1. Analisis Pewarna Makanan
Analisa zat warna sintetik dapat dilakukan dengan metoda sederhana salah satunya
dengan alat kromatografi kertas.
2.Analisis Pemanis Buatan

Salah satu jenis dari pemanis buatan yang biasanya digunakan dalam makanan adalah
Siklamat. Analisis siklamat metode pengendapan

3.Analisis Pengawet Makanan


Salah satu contoh pengawet makanan yang sering digunakan adalah Asam. Prinsip
Analisis Asam Benzoat yaitu Asam Benzoat dalam sampel dipisahkan dengan diekstraksi
menggunakan pelarut tertentu dalam suasana asam.
4.Analisis Anti Oksidan Makanan
a) Metode Iodometri

Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat.metode iodometri (titrasi langsung
dengan larutan baku iodium 0,1 N) dapat digunakan terhadap askorbat murni atau larutannya.

b) Metode 2,6-diklorofenollindofenol (DCIP)

Metode 2,6-diklorofenollindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi asam askorbat
terhadap zat warna 2,6-diklorofenollindofenol.asam askorbat akan mereduksi indikator warna
2,6-diklorofenollindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada titik akhir
titrasi,kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam.

5.Analisis Penyedap Rasa


Analisis MSG dapat dilakukan secara kualitatif, yaitu: Kedalam 10 ml larutan MSG (1 :
10) tambahkan 5,6 mL HCl 1 N. Saat didiamkan terbentuk endapan kristal putih Asam glutamate.
6. Analisis Antikempal
 Silica dengan Metode gravimetri

 Aluminium secara Kolometri


7.Analisis Pemutih dan Pematang Tepung
 Asam Askorbat
 Metode analisis titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol

 Metode analisis dengan titrasi yodium

 Metode analisis dengan Spektrofotometri

 Metodologi analisis dengan mikrofluorometri

 Metodologi penentuan vitamin C dengan HPLC


 Aseton Peroksida

 Metode analisis dengan titrasi permanganometri

 Metode analisis kualitatif dengan Spektrofotometri

8.Analisis Pengemulsi
 Sodium lauril sulfat dalam putih telur dalam metode kalori meter (cairan putih telur dan
kuning telur membeku,serbuk putih telur ,serpihan putih telur kering)

 Analisis pengemulsi denganmetode kromatografi lapis tipis (warna biru pada lapisan
organic jika terdapat senyawa poiloksietelen)

9.Analisis Pengeras Makanan


Analisis Pengeras dapat dilakukan dengan beberapa metode diantaranya:

a) Metode Analisis Pengeras yang Mengandung Aluminium dalam Bahan Pangan

 Metode kalorimetri

 Metode Spektrofotometri serapan atom

 Metode polarografi

 Metode potensiometri

b) Metode Analisis Pengeras yang Mengandung Kalsium dalam Bahan Pangan

 Metode titrasi dari Sobel dan Sobel

 Metode titrasi permanganometri

 Metode titrasi kompleksometri dengan EDTA

 Metode spektroskopi emisi nyala dan spektroskopi absorpsi atom

BAB II ISI
ANALISA RODHAMN B PADA SAMPEL SAOS TOMAT

Tujuan
1. Tujuan Umum
Memeriksa ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B yang terdapat dalam
sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
2. Tujuan Khusus
1. Mempraktekkan cara pemgujian zat warna sintetis dalam sampel
saos di sekolah, pasar dan terminal
2. Mempraktekkan cara atau prosedur pengujian zat pewarna
Rhodamin B dalam sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
3. Menginterpretasikan hasil pengujian zat pewarna Rhodamin B
dalam sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.

Uji Kualitatif (Kromatografi)


1. Alat
a. Gelas ukur 10 ml dan 25 ml 1 buah
b. Gelas kimia 100 ml 6 buah
c. Chamber 1 buah (5 tabung)
d. Batang pengaduk 1 buah
e. Pipa Kapiler 5 buah
f. Water bath (pemanas air)

2.Bahan
a. Sampel saos (Pasaar, Terminal dan SD)
b. Kertas kromatografi (Kertas Whatman)
c. Asam Asetat 6%
d. Amoniak Encer 13%
e. Larutan Standar Rhodamin B
f. Bulu Domba Bebas Lemak
g. Larutan pengelusi campuran etanol : asam asetat glacial : air = 4 : 2 : 2,4

3. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan larutan pengelusi (etanol, asam asetat glacial dan air)
lalu dijenuhkan

b. Menggunting kertas Whatman masing-masing potong berukuran 2,5


cm x 20 cm

c. Menggambar garis lurus dengan pensil pada jarak 2 cm


dari ujung lebar kertas

d. Menyiapkan gelas kimia dan menimbang sampel masing-masing 5 gram


e. Menambahkan asam asetat 6% masing-masing sampel 30 ml

f. Memasukkan bulu domba yang telah dicelup ether sebelumnya (untuk menghilangkan lemak)
lalu mendididihkan sampai tertinggal
20 ml atau sampai zat warna terserap oleh bulu domba

g. Bulu domba yang telah berwarna dipisahkan dari larutan dan dipindah ke gelas kimia lain
kemudian menambahkan amoniak encer ke dalam setiap gelas kimia berisi bulu domba sampai
25 ml.

h. Mendidihkan larutan berikut bulu domba tersebut sampai volume larutan berkurang
setengahnya atau setelah zat warna di bulu domba
terlarut ke amoniak

i. Menyiapkan kertas Whatman sebanyak 4 buah.


j. Menyiapkan kapiler dan larutan standar Rhodamin B

k. Menotolkan setiap larutan sampel ke kertas Whatman tepat pada garis. Mengulangi penotolan
sampai zat warna terlihat jelas. Jadi terdapat 4 kertas Whatman yaitu yang ditotol Rhodamin B,
Zat warna sampel saos terminal, pasar dan SD

l. Memasukkan kertas-kertas tersebut ke dalam chamber dan menunggu sampai eluen tertarik
mencapai batas yang diinginkan.

m. Mengamati jarak perpindahan noda zat warna dan jarak eluen kemudian hasilnya dihitung
dengan rumus Rf.
n. Membandingkan hasil perhitungan Rf antara Larutan Standar Rhodamin B dengan ketiga
sampel kemudian menginterpretasikan apakah ada dari ketiga sampel yang memiliki nilai Rf
yang sama dengan Rf Rhodamin B (Rf zat sejenis akan memiliki Rf yang sama).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan bahan pewarna dari beberapa sampel saos yang telah dilakukan pengujian
kualitatif di laboratorium dengan zat pewarna standar atau pembanding Rhodamin B adalah:

A. Sampel Saos Terminal


1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat warna terikat pada bulu
domba. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat
warna tersebut adalah zat warna sintetis.
2. Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:

Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat warna Rhodamin B karena
perhitungan Rf menunjukkan angka yang jauh berbeda antara sampel saos terminal dengan
standar Rhodamin B.

B. Sampel Saos Pasar


1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat warna terikat pada bulu
domba. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat
warna tersebut adalah zat warna sintetis.
2.Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:

Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zatwarna Rhodamin B karena
perhitungan Rf menunjukkan angka yang jauh berbeda antara sampel saos pasar dengan standar
Rhodamin B.
C. Sampel Saos SD
1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat warna terikat pada bulu
domba. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat
warna tersebut adalah zat warna sintetis.
2.Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:

Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat warna Rhodamin B karena
perhitungan Rf menunjukkan angka yang jauh berbeda antara sampel saos SD dengan Standar
Rhodamin B.

D. Karena terdapat satu chamber yang kosong, dengan hasil praktikum yang menunjukkan
bahwa zat warna tersebut bukan Rhodamin B, maka kami menambahkan 1 larutan standar lain
sebagai pembanding yaitu Ponceau.
Hasil menunjukkan Rf
Ponceau adalah sebagai
berikut:

Hasil Rf Ponceau tersebut apabila dibandingkan dengan Rf ketiga sampel tidak jauh berbeda,
sehingga dapat disimpulkan bahwa zat warna yang digunakan tersebut diduga adalah Ponceau
4R. Namun karena zat warna sintetis ini tidak dilarang maka dapat dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut mengenai kadar zat pewarna dengan pemeriksaan kuantitatif.
KESIMPULAN

A. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat
warna dari ketiga sampel saos tersebut adalah zat warna sintetis.
B. Karena perhitungan Rf dari ketiga sampel saos menunjukkan angka yang jauh berbeda dengan
Rf Rhodamin B, dapat disimpulkan bahwa zat warna dari ketiga sampel tersebut bukanlah
Rhodamin B.
C. Hasil Rf Ponceau tersebut apabila dibandingkan dengan Rf ketiga sampel tidak jauh berbeda,
sehingga dapat disimpulkan bahwa zat warna yang digunakan tersebut diduga adalah Ponceau
4R. Namun karena zat warna sintetis ini tidak dilarang maka dibutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut mengenai kadar zat pewarna dengan pemeriksaan kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

1.https://vdokumen.net/download/4laporan-praktikum-btm-i-rhodamin-bflaporan-praktikum-
btm-i-rhodamin-bf
(Diakses pada 27 Juli 2019 Pukul: 19.00)
2.https://www.google.com/amp/s/mallomo13.wordpress.com/2017/12/17/pengertian-dan-
macam-macam-bahan-tambahan-pangan-btp/amp/
(Diakses pada 02 Agustus 2019 Pukul: 20.00)
3.https://hasniyusuf.blogspot.com/2017/02/analisa-btp-pada-produk-pangan-hy.html?m=1
(Diakses pada 07 Agustus 2019 Pukul: 17.20)
4.bandemarista.blogspot.com/2015/12/analisis-btm-bahan-tambahan-makanan.html?m=1
(Diakses pada 12 Agustus 2019 Pukul: 19.35)

Anda mungkin juga menyukai