No.absen : 11
Jl. Kadar Maron Sidorejo, Kotak Pos 104, Telp (0293) 4901639
Temanggung 56221
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
BAB I PENDAHULUAN
Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami
bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan kedalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa,
anti gumpal, pemucat dan pengental. Peraturan Mentri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88
dijelaskan juga bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan
biasanya bukan merupakan ingredien khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai
gizi yang sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan
sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan,
cita rasa, tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi
seperti protein, mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman
dahulu. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian
dari bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat
pengolahan, penyimpanan atau pengemasan.
Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik, rasa enak, rupa dan
konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan tambahan makanan
yang sering disebut zat aditif kimia (food aditiva). Adakalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi. Bahan aditif makanan ada
dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan (sintetis) (Wikipedia, 2017).
Food additives are substances added to food to preserve flavor or enhance its taste,
appearance, or other qualities. Some additives have been used for centuries; for example,
preserving food by pickling (with vinegar), salting, as with bacon, preserving sweets or using
sulfur dioxide as with wines. “ Tambahan Makanan merupakan substansi yang ditambahkan
kedalam makanan sebagai bahan pengawet atau meningkatkan rasa makanan, tekstur, maupun
menambah kualitas yang lain. Beberapa bahan tambahan makanan digunakan sejak dulu,
contohnya pengawetan makanan dengan membuat asinan, penggaraman, dengan sistem bacon
(pengukusan pada daging babi), pengawetan dengan membuat manisan atau menggunakan sulfur
dioxida seperti pada pembuatan anggur (wine)” .
B.Jenis Bahan Tambahan Pangan
Bahan aditif makanan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok tertentu tergantung
kegunaanya, di antaranya:
1. Antibuih
Antibuih (Antifoaming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau mengurangi
pembentukan buih. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
kalsium alginat dan mono dan digliserida asam lemak.
2. Antikempal
Antikempal (Anticaking agent) adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan ke dalam
serbuk atau granul, untuk mencegah mengempalnya produk pangan, sehingga mudah dikemas,
ditranspor, dan dikonsumsi. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah
ANTIKEMPAL ANTIKEMPAL
3. Antioksidan
6. Gama tokoferol;
4. Bahan Pengarbonasi
Bahan pengarbonasi (carbonating agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk
karbonasi di dalam pangan. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah: karbon dioksida (CO2).
5. Garam Pengemulsi
Garam pengemulsi (emulsifying salt) adalah bahan tambahan pangan untuk mendispersikan
protein dalam keju sehingga mencegah pemisahan lemak. Termasuk dalam kelompok ini yang
diizinkan oleh Permenkes adalah:
2. Trikalium dan trinatrium sitrat; 10. Natrium, kalium, dan kalsium polifosfat;
3. Mono-, di-, dan trinatrium fosfat; 11. Ester asam lemak dan asetat dari gliserol;
4. Mono-, di-, dan trikalium fosfat; 12. Ester asam lemak dan laktat dari gliserol;
6. Di- dan tetranatrium difosfat; 14. Ester asam lemak dan diasetiltartrat dari
gliserol;
7. Tetrakalium difosfat;
15. Natrium glukonat.
8. Dikalsium difosfat;
6. Gas Untuk Pengemasan
Gas untuk kemasan (packaging gas) adalah bahan tambahan pangan berupa gas, yang
dimasukkan ke dalam kemasan pangan sebelum, saat, maupun setelah kemasan diisi dengan
pangan untuk mempertahankan mutu pangan dan melindungi pangan dari kerusakan.[9]
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah: Karbon dioksida dan
nitrogen.
7. Humektan
HUMEKTAN HUMEKTAN
8. Pelapis
Pelapis (glazing agent) adalah bahan tambahan pangan alami maupun sintetis untuk melapisi
permukaan pangan sehingga mencegah kehilangan air serta memberikan efek perlindungan
dan/atau penampakan mengkilap. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah:
PELAPIS PELAPIS
3. Lilin karnauba;
9. Pemanis
Pemanis (sweetener) adalah bahan tambahan pangan berupa pemanis alami dan pemanis buatan
yang memberikan rasa manis pada produk pangan.
a. Pemanis Alami
Pemanis alami adalah pemanis yang dapat ditemukan dalam bahan alam meskipun prosesnya
secara sintetik ataupun fermentasi.
b. Pemanis Buatan
Pemanis buatan adalah pemanis yang diproses secara kimiawi, dan senyawa tersebut tidak
berada di alam. Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa.
2. Aspartam;
2. Manitol;
3. Asam siklamat beserta garam kalsium
3. Isomalt/Isomaltitol; dan natriumnya;
8. Eritritol.
10. Pembawa
Pembawa (carrier) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk memfasilitasi
penanganan, aplikasi atau penggunaan bahan tambahan pangan lain atau zat gizi di dalam
pangan dengan cara melarutkan, mengencerkan, mendispersikan atau memodifikasi secara fisik
bahan tambahan pangan lain atau zat gizi tanpa mengubah fungsinya dan tidak mempunyai efek
teknologi pada pangan. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PEMBAWA PEMBAWA
Pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan untuk membentuk gel. Termasuk
dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
3. Karagen;
12. Pembuih
Pembuih (foaming agent) adalah bahan yang memfasilitasi pembentukan buih seperti surfaktan
atau pembuat gelembung. Suatu surfaktan, ketika hadir dalam jumlah kecil, mengurangi
tegangan permukaan cairan (mengurangi kerja yang diperlukan untuk membuat buih) atau
meningkatkan stabilitas koloid dengan menghambat penyatuan gelembung. Sebagai bahan
tambahan pangan, pembuih berguna untuk membentuk atau memelihara homogenitas dispersi
fase gas dalam pangan berbentuk cair atau padat. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan
oleh Permenkes adalah:
PEMBUIH
1. Gom xanthan;
2. Selulosa mikrokristalin;
Pengatur keasaman (acidity regulator) adalah bahan tambahan pangan untuk mengasamkan,
menetralkan dan/atau mempertahankan derajat keamanan pangan. Termasuk dalam kelompok ini
yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGATUR KEASAMAN PENGETUR KEASAMAN
14. Pengawet
Pengawet adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat fermentasi,
pengasaman, penguraian, dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGAWET PENGAWET
belerang dioksida,
15. Pengembang
Pengembang (raising agent) adalah bahan tambahan pangan berupa senyawa tunggal atau
campuran untuk melepaskan gas sehingga meningkatkan volume adonan. Termasuk dalam
kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGEMBANG PENGEMBANG
16. Pengemulsi
Pengemulsi (emulsifier) adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan
sebaliknya. Dalam konteks aditif makanan, pengemulsi adalah bahan tambahan pangan untuk
membantu terbentuknya campuran yang homogen dari dua atau lebih fasa yang tidak tercampur
seperti minyak dan air. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGEMULSI PENGEMULSI
17. Pengental
Bahan tambahan pangan ini berguna untuk menstabilkan atau mengentalkan makanan yang
dicampur dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Termasuk dalam kelompok ini
yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGENTAL PENGENTAL
18. Pengeras
Pengeras (firming agent) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkeras, atau
mempertahankan jaringan buah dan sayuran, atau berinteraksi dengan bahan pembentuk gel
untuk memperkuat gel. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PENGERAS PENGERAS
Penguat rasa (flavour enhancer) adalah bahan tambahan pangan untuk memperkuat atau
memodifikasi rasa dan/atau aroma yang telah ada dalam bahan pangan tanpa memberikan rasa
dan/atau aroma baru, diataranya:
PENGUAT RASA
Peningkat volume (bulking agent) adalah bahan tambahan pangan untuk meningkatkan volume
pangan, diataranya:
21. Penstabil
Penstabil (stabiliser) adalah bahan tambahan pangan untuk menstabilkan sistem dispersi yang
homogen pada pangan, diataranya:
PENSTABIL PENSTABIL
Peretensi warna (colour retention agent) adalah bahan tambahan pangan yang dapat
mempertahankan, menstabilkan, atau memperkuat intensitas warna pangan tanpa menimbulkan
warna baru. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah: magnesium
karbonat dan magnesium hidroksida.
23. Perisa
Perisa (flavouring) adalah bahan tambahan pangan berupa preparat konsentrat dengan atau tanpa
ajudan perisa (flavouring adjunct) yang digunakan untuk memberi rasa dengan pengecualian rasa
asin, manis, dan asam.
PENGELOMPOKAN PERISA
1. Perisa alami;
3. Perisa artifisial.
Kelompok di atas dapat terdiri dari satu atau lebih jenis yang ada dalam tabel berikut:
1. Bahan baku aromatik alami (Natural aromatic raw material) — adalah bahan baku yang berasal
dari tumbuhan atau hewan yang cocok digunakan dalam penyiapan/pembuatan/pengolahan
perisa alami. Bahan baku tersebut termasuk bahan pangan, rempah-rempah, herbal, dan sumber
tumbuhan lainnya yang tepat untuk aplikasi yang dimaksud. Antara lain bubuk bawang, bubuk
cabe, irisan daun jeruk, potongan daun salam, irisan jahe.
2. Preparat perisa (Flavouring preparate) — adalah bahan yang disiapkan atau diproses untuk
memberikan rasa yang diperoleh melalui proses fisik, mikrobiologis, atau enzimatis dari bahan
pangan tumbuhan maupun hewan yang diperoleh secara langsung atau setelah melalui proses
pengolahan. Bahan tersebut sesuai untuk konsumsi manusia pada kadar penggunaannya tetapi
tidak ditujukan untuk dikonsumsi langsung. Antara lain minyak jeruk, ekstrak teh, oleoresin
paprika, keju bubuk, ekstrak ragi.
3. Perisa asap (Smoke flavouring) — adalah preparat perisa yang diperoleh dari kayu keras
termasuk serbuk gergaji, tempurung dan tanaman berkayu yang tidak mengalami perlakuan dan
tidak terkontaminasi melalui proses pembakaran yang terkontrol atau distilasi kering atau
perlakuan dengan uap yang sangat panas, dan selanjutnya dikondensasikan serta difraksinasi
untuk mendapatkan rasa yang diinginkan.
4. Perisa hasil proses panas (Processed flavouring) — adalah preparat perisa dari bahan atau
campuran bahan yang diizinkan digunakan dalam pangan, atau yang secara alami terdapat dalam
pangan atau diizinkan digunakan dalam pembuatan perisa hasil proses panas, pada kondisi yang
setara dengan suhu dan waktu tidak lebih dari 180 °C (356 °F) dan 15 menit serta pH tidak lebih
dari 8,0; antara lain perisa yang dihasilkan dari gula pereduksi dan asam amino.
Perlakuan tepung (flour treatment agent) adalah bahan tambahan pangan yang ditambahkan
kepada tepung untuk memperbaiki warna, mutu adonan, dan/atau pemanggangan, termasuk
bahan pengembang adonan, pemucat, dan pematang tepung. Termasuk dalam kelompok ini yang
diizinkan oleh Permenkes adalah:
3. Amonium klorida;
25. Pewarna
Pewarna adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan sintetis, yang ketika
ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan mampu memberi atau memperbaiki warna.
a. Pewarna alami (Natural dyestuff) — adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi,
isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain,
termasuk pewarna identik alami. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes
adalah:
b. Pewarna sintetis (synthetic dyestuff) — adalah pewarna yang diperoleh secara sintesis
kimiawi. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:[36]
Propelan (propelant) adalah bahan tambahan pangan berupa gas untuk mendorong pangan keluar
dari kemasan. Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
PROPELAN
1. Nitrogen;
2. Dinitrogen monoksida;
27. Sekuestran
Sekuestran (sequestrant) adalah bahan tambahan pangan yang dapat mengikat ion logam
polivalen untuk membentuk kompleks sehingga meningkatkan kestabilan dan kualitas pangan.
Termasuk dalam kelompok ini yang diizinkan oleh Permenkes adalah:
SEKUESTRAN SEKUESTRAN
3. Natrium glukonat;
2. Isopropil sitrat;
Selain mengatur bahan tambahan pangan yang diizinkan, Permenkes no 033/2012 juga mengatur
bahan kimia yang dilarang digunakan sebagai bahan tambahan pangan. Berikut adalah bahan
kimia yang dimaksud dalam Permenkes tersebut:
10. Nitrofurazon;
C. ANALISA BAHAN TAMBAHAN MAKANAN
1. Analisis Pewarna Makanan
Analisa zat warna sintetik dapat dilakukan dengan metoda sederhana salah satunya
dengan alat kromatografi kertas.
2.Analisis Pemanis Buatan
Salah satu jenis dari pemanis buatan yang biasanya digunakan dalam makanan adalah
Siklamat. Analisis siklamat metode pengendapan
Dasar dari metode ini adalah sifat mereduksi asam askorbat.metode iodometri (titrasi langsung
dengan larutan baku iodium 0,1 N) dapat digunakan terhadap askorbat murni atau larutannya.
Metode 2,6-diklorofenollindofenol (DCIP) ini berdasarkan atas sifat mereduksi asam askorbat
terhadap zat warna 2,6-diklorofenollindofenol.asam askorbat akan mereduksi indikator warna
2,6-diklorofenollindofenol membentuk larutan yang tidak berwarna. Pada titik akhir
titrasi,kelebihan zat warna yang tidak tereduksi akan berwarna merah muda dalam larutan asam.
8.Analisis Pengemulsi
Sodium lauril sulfat dalam putih telur dalam metode kalori meter (cairan putih telur dan
kuning telur membeku,serbuk putih telur ,serpihan putih telur kering)
Analisis pengemulsi denganmetode kromatografi lapis tipis (warna biru pada lapisan
organic jika terdapat senyawa poiloksietelen)
Metode kalorimetri
Metode polarografi
Metode potensiometri
BAB II ISI
ANALISA RODHAMN B PADA SAMPEL SAOS TOMAT
Tujuan
1. Tujuan Umum
Memeriksa ada tidaknya zat pewarna Rhodamin B yang terdapat dalam
sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
2. Tujuan Khusus
1. Mempraktekkan cara pemgujian zat warna sintetis dalam sampel
saos di sekolah, pasar dan terminal
2. Mempraktekkan cara atau prosedur pengujian zat pewarna
Rhodamin B dalam sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
3. Menginterpretasikan hasil pengujian zat pewarna Rhodamin B
dalam sampel saos di sekolah, pasar, dan terminal.
2.Bahan
a. Sampel saos (Pasaar, Terminal dan SD)
b. Kertas kromatografi (Kertas Whatman)
c. Asam Asetat 6%
d. Amoniak Encer 13%
e. Larutan Standar Rhodamin B
f. Bulu Domba Bebas Lemak
g. Larutan pengelusi campuran etanol : asam asetat glacial : air = 4 : 2 : 2,4
3. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan larutan pengelusi (etanol, asam asetat glacial dan air)
lalu dijenuhkan
f. Memasukkan bulu domba yang telah dicelup ether sebelumnya (untuk menghilangkan lemak)
lalu mendididihkan sampai tertinggal
20 ml atau sampai zat warna terserap oleh bulu domba
g. Bulu domba yang telah berwarna dipisahkan dari larutan dan dipindah ke gelas kimia lain
kemudian menambahkan amoniak encer ke dalam setiap gelas kimia berisi bulu domba sampai
25 ml.
h. Mendidihkan larutan berikut bulu domba tersebut sampai volume larutan berkurang
setengahnya atau setelah zat warna di bulu domba
terlarut ke amoniak
k. Menotolkan setiap larutan sampel ke kertas Whatman tepat pada garis. Mengulangi penotolan
sampai zat warna terlihat jelas. Jadi terdapat 4 kertas Whatman yaitu yang ditotol Rhodamin B,
Zat warna sampel saos terminal, pasar dan SD
l. Memasukkan kertas-kertas tersebut ke dalam chamber dan menunggu sampai eluen tertarik
mencapai batas yang diinginkan.
m. Mengamati jarak perpindahan noda zat warna dan jarak eluen kemudian hasilnya dihitung
dengan rumus Rf.
n. Membandingkan hasil perhitungan Rf antara Larutan Standar Rhodamin B dengan ketiga
sampel kemudian menginterpretasikan apakah ada dari ketiga sampel yang memiliki nilai Rf
yang sama dengan Rf Rhodamin B (Rf zat sejenis akan memiliki Rf yang sama).
Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat warna Rhodamin B karena
perhitungan Rf menunjukkan angka yang jauh berbeda antara sampel saos terminal dengan
standar Rhodamin B.
Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zatwarna Rhodamin B karena
perhitungan Rf menunjukkan angka yang jauh berbeda antara sampel saos pasar dengan standar
Rhodamin B.
C. Sampel Saos SD
1. Saat sampel saos dilarutkan dengan asam glacial lalu dipanaskan, zat warna terikat pada bulu
domba. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat
warna tersebut adalah zat warna sintetis.
2.Perhitungan Rf dengan hasil sebagai berikut:
Jadi dapat disimpulkan bahwa zat warna tersebut bukan zat warna Rhodamin B karena
perhitungan Rf menunjukkan angka yang jauh berbeda antara sampel saos SD dengan Standar
Rhodamin B.
D. Karena terdapat satu chamber yang kosong, dengan hasil praktikum yang menunjukkan
bahwa zat warna tersebut bukan Rhodamin B, maka kami menambahkan 1 larutan standar lain
sebagai pembanding yaitu Ponceau.
Hasil menunjukkan Rf
Ponceau adalah sebagai
berikut:
Hasil Rf Ponceau tersebut apabila dibandingkan dengan Rf ketiga sampel tidak jauh berbeda,
sehingga dapat disimpulkan bahwa zat warna yang digunakan tersebut diduga adalah Ponceau
4R. Namun karena zat warna sintetis ini tidak dilarang maka dapat dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut mengenai kadar zat pewarna dengan pemeriksaan kuantitatif.
KESIMPULAN
A. Adanya zat warna yang terserap bulu domba pada saat ekstraksi menunjukkan bahwa zat
warna dari ketiga sampel saos tersebut adalah zat warna sintetis.
B. Karena perhitungan Rf dari ketiga sampel saos menunjukkan angka yang jauh berbeda dengan
Rf Rhodamin B, dapat disimpulkan bahwa zat warna dari ketiga sampel tersebut bukanlah
Rhodamin B.
C. Hasil Rf Ponceau tersebut apabila dibandingkan dengan Rf ketiga sampel tidak jauh berbeda,
sehingga dapat disimpulkan bahwa zat warna yang digunakan tersebut diduga adalah Ponceau
4R. Namun karena zat warna sintetis ini tidak dilarang maka dibutuhkan pemeriksaan lebih
lanjut mengenai kadar zat pewarna dengan pemeriksaan kuantitatif.
DAFTAR PUSTAKA
1.https://vdokumen.net/download/4laporan-praktikum-btm-i-rhodamin-bflaporan-praktikum-
btm-i-rhodamin-bf
(Diakses pada 27 Juli 2019 Pukul: 19.00)
2.https://www.google.com/amp/s/mallomo13.wordpress.com/2017/12/17/pengertian-dan-
macam-macam-bahan-tambahan-pangan-btp/amp/
(Diakses pada 02 Agustus 2019 Pukul: 20.00)
3.https://hasniyusuf.blogspot.com/2017/02/analisa-btp-pada-produk-pangan-hy.html?m=1
(Diakses pada 07 Agustus 2019 Pukul: 17.20)
4.bandemarista.blogspot.com/2015/12/analisis-btm-bahan-tambahan-makanan.html?m=1
(Diakses pada 12 Agustus 2019 Pukul: 19.35)