KWN Kel 2 Konflik Multikultural
KWN Kel 2 Konflik Multikultural
KEWARGANEGARAAN
Kelompok 2
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konflik Dalam
Masyarakat Multikultural.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kewarganegaraan . Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini tidakakan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan
baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak, mulai dari perancangan,
pencarian bahan,sampai penulisan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepadadosen pembimbing, keluarga, dan teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI
..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
................................................................................................ 1
A. Latar Belakang
...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah
................................................................................................ 1
C. Tujuan
.................................................................................................................... 2
D. Manfaat
.................................................................................................................. 2
........................................................................................ 3
A.
.................................................................... 3
B.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri lebih dari 15.000 pulau.
Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan keberagaman suku, agama, ras, budaya dan
bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa
memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Suku bangsa merupakan
bagian dari suatu negara. Selain itu, masing-masing suku bangsa juga memiliki norma adat istiadat
yang berbeda antara satu suku dengan suku yang lainnya. Norma tersebut diterapkan agar nantinya
masyarakat dapat taat dan tidak bertindak sembarangan dalam melakukan suatu kegiatan yang
terdapat pada daerah itu sendiri. Dalam suku bangsa yang berbeda tersebut, cara pandang terhadap
penyelesaian suatu masalah berbeda-beda. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau
masyarakat yang berlatar belakang suku, agama, ras , dan antar golongan (SARA) mereka akan
mengelompok diri menurut asal-usul daerah dan suku bangsanya (primodialisme). Haltersebut
menyebabkan pertentangan atau ketidakseimbangan dalam suatu negara (disintegrasi). Namun
terdapat pula suatu cara yang digunakan untuk mempersatukan suku-suku yang berbeda tersebut
yaitu melalui UUD 1945 dan Pancasila melalui semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya
walaupun memiliki banyak perbedaan, tetapi memiliki tujuan hidup yang sama. Oleh karena itu,
dalam makalah ini kami akan membahas cara untuk menanggulangi masalah konflik dalam
masyarakat multikultural di Indonesia sehingga nantinya suku-suku yang ada di Indonesia ini
dapat bersatu dan tidak terpecah belah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah yang dapat
dikemukakan dalam makalah ini yaitu :
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan
makalah ini yaitu :
1. Bagi Pembaca
Makalah ini dapat dijadikan acuan dan kajian untuk menambah wawasan dalam
penanggulangan konflik masyarakat multikultural yang terjadi di daerah sekitar.
2. Bagi Penulis
Makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari penulis
tentangmasyarakat multikultural di Indonesia.
3. Bagi Institusi
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-
ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami
konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi.
Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan
menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Beberapa pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut :
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2. Menurut Gibson (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –sendiri dan tidak bekerjasama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu
atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik didalam organisasi maka secara
umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di
dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Menurut minnery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
Perbedaan pendapat tidak selalu berarti perbedaan keinginan. Oleh karena konflik bersumber pada
keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.
Persaingan sangat erat hubungannya denga konflik karena dalam persaingan beberapa
pihak menginginkan hal yang sama tetapi hanya satu yang mungkin mendapatkannya. Persaingan
tidak sama dengan konflik namun mudah menjurus ke arah konflik, terutama bila ada persaingan
yang menggunakan cara-cara yang bertentengan dengan aturan yang disepakati.
Permusuhan bukanlah konflik karena orang yang terlibat konflik bisa saja tidak memiliki
rasa permusuhan. Sebaliknya orang yang saling bermusuhan bisa saja tidak berada dalam keadaan
konflik. Konflik sendiri tidak selalu harus dihindari karena tidakselalu negatif akibatnya. Berbagai
konflik yang ringan dan dapat dikendalikan (dikenal dan ditanggulangi) dapat berakibat positif
bagi mereka yang terlibat maupun bagi organisasi.
Karimunjawa dikenal sebagai “Indonesia Mini”, hal ini karena penduduknya terdiri dari
berbagai etnis (suku) seperti Jawa, Bugis-Makasar, Madura, Bajo, Mandar, dan Buton. Namun,
kondisi yang multikultural tersebut berpotensi memicu terjadinya konflik sosial.
b. Perkelahian Pemuda
Perkelahian pemuda pun biasa terjadi di Karimunjawa yang disebabkan oleh masalah yang
sangat sepele. Pergaulan yang kurang baik di kalangan para pemuda khususnya di Desa Kemujan
menjadikan sebagian kecil para pemuda disana menjadi pemicu terjadinya konflik. Pemuda
pengangguran yang sering mabuk-mabukan membuat sebagian masyarakat menjadi resah. Guna
mengatasi konflik ini, para pemuda tersebut dibawa ke kelurahan untuk diamankan serta Beer atau
minuman beralkohol tersebut dirampas dan diamankan oleh pihak kelurahan dan digunakan
sebagai barang bukti. Namun meskipun para pemuda dan barang bukti diamankan oleh pihak
kelurahan penyelesaian masalah perkelahian pemuda tetap menggunakan mediasi dari beberapa
pihak (Wawancara dengan Abdul Rasyid selaku sekertarisdesa Kemujan pada tanggal 13 Maret
2014 pukul 10.00).
Masyarakat sudah menempati wilayah Karimunjawa sejak kira-kira tahun 1960-an. Fakta
historis ini kemudian menjadikan mereka merasa memiliki wilayah Karimunjawa sepenuhnya.
Ketentuan yang berlaku pada masyarakat tradisional adalah bahwa barangsiapa warga yang
mampu membuka lahan maka lahan tersebut akan menjadi hak miliknya. Oleh karena itu, ada
beberapa orang (tokoh adat) dan/atau masyarakat adat yang memiliki tanah dalam skala luas,
membentang dari ujung hingga ke ujung lagi. Hadirnya pemerintah dalam berbagai segi
kehidupan berbangsa dan bernegara juga berimplikasi pada tatanan kehidupan di masyarakat
Karimunjawa. Dalam perkembangannya, negara membentuk Balai Taman Nasional untuk
melindungi kawasan konservasi agar lingkungan alam tetap lestari. Wilayah Karimunjawa
termasuk ke dalam wilayah konservasi yang pada akhirnya ditangani oleh Balai Taman Nasional.
Masyarakat mulai terancam karena nantinya tanah-tanah adat akan dikelola oleh Balai Taman
Nasional atau dengan kata lain kepemilikan tanah beralih, dari orang perorang atau dari
masyarakat adat beralih kepada Balai Taman Nasional. Hal ini menjadikan dilema, di satu sisi
Balai Taman Nasional memiliki kepentingan untuk menjaga kelestarian lingkungan yang menjadi
wilayah cakupannya, namun di lain sisi masyarakat adat pun berdalih bahwa mereka juga menjaga
kawasan tersebut dengan cara mereka. Masyarakat adat memiliki kearifan lokal untuk melindungi
kelestarian lingkungan hidupnya masing-masing. Perbedaan kepentingan inilah yang kemudian
menimbulkan ketegangan antara masyarakat dengan Balai Taman Nasional. Masyarakat
bersikeras untuk tetap memiliki kawasanyang akan dijadikan taman nasional, karena mereka
merasa memilikinya sejak awal dan ingin tetap mempertahankannya. Namun demikian,
pemerintah juga memiliki hak untuk mengembangkan kawasan tersebut untuk dijadikan wilayah
taman nasional. Guna menyelesaikan masalah tersebut, masyarakat bersama-sama dengan
pemerintah melakukan mediasi. Mediasi dimoderatori oleh pejabat Balai Taman Nasional dan
tokoh masyarakat atau tokoh adat dari suku Jawa, Madura, Bugis,Mandar, Bajo, dan Buton. Proses
mediasi menghasilkan keputusan bahwa masyarakat bersedia memberikan tanah adat untuk
dikembangkan sebagai kawasan taman nasional. Alasannya, proses alih fungsi tersebut dirasa lebih
bermanfaat daripadahanya menjadi milik adat. Selain itu, pengelolaan lingkungan yang dilakukan
pemerintah dirasa lebih baik karena didukng oleh sumber daya yang memadai.Sebagai gantinya,
masyarakat mendapatkan dana kompensasi dari pemerintah untukmengembangkan kawasan yang
tidak termasuk dalam kawasan taman nasional untuk diolah menjadi lahan produktif yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam. Hal ini dinilai lebih bernilai ekonomis dan
dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat, sekaligus sebagai alternatif agar masyarakat
tidak hanya bergantung dari hasil laut.
Berdasarkan konflik yang terjadi di Karimun Jawa, pada umumnya konflik disebabkan
oleh perilaku pemuda yang mengkonsumsi miras menyebabkan kerusuhan antarwarga pada saat
diadakan hiburan musik dangdut; perkelahian pemuda, ketegangan antara Balai Taman Nasional
dengan masyarakat terkait dengan hak kepemilikan tanah, penipuan dan pencurian yang dilakukan
oleh orang di luar Karimunjawa.
Berdasakan konsep penyelesaian konflik terdapat lima upaya yang dilakukan yaitu
konsiliasi,perwasitan,mediasi,pemaksaan dan detente. Tetapi di Karimun Jawa pada umumnya
hanya menggunakan upaya mediasi yang ditengahi oleh perangkat desa atau tokoh masyarakat,
karena kondisi pelaksanaan hukum belum dapat berjalan sepenuhnya di desa Karimunjawa, karena
ada beberapa hambatan. Hambatan tersebut diantaranya: pertama, hambatan budaya masing-
masing suku yang kurang dapat memilih hukum sebagai jalan untuk menyelesaikan konflik. Hal
ini terjadi karena masing-masing suku mempunyai cara penyelesaian konflik sendiri sesuai dengan
budaya yang mereka miliki. Perbedaan ini tidak sepenuhnya dapat diterima oleh masing-masing
suku sehingga konsensus sulit tercapai. Kedua, kondisi geografi yang jauh dari pusat kota menjadi
semakin mempersulit masyarakat untuk mewujudkan penyelesaian konflik melalui jalur hukum.
Ketiga, belum adanya pengadilan atau badan hukum resmi yang ada di Karimunjawa sehingga
tidak ada pihak yang benar-benar menyelesaikan konflik melalui jalur hukum.
Sebagai makhluk sosial, tentunya kita tidak dapat hidup sendiri di dunia ini. Kita
membutuhkan kehadiran orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Dalam lingkungan
masyarakat tidak hanya terdapat satu kebudayaan masyarakat, melainkan terdiri dari beragam adat,
budaya, agama, tingkat ekonomi, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Banyaknya perbedaan
dalam masyarakat seperti ini biasa disebut dengan multikultural. Masyarakat multikultural
merupakan masyarakat yang terdiri atas banyak struktur kebudayaan. Hal tersebut disebabkan
karena banyaknya suku bangsa di Indonesia yang memilki struktur sendiri yang berbeda dengan
suku budaya yang lainnya.
Keanekaragaman dalam masyarakat multikultural adalah hal yang tidak bisa dihindari.
Apa sajakah contoh dari keanekaragaman itu? Perbedaan agama, suku, bahasa, warna kulit,
profesi, pola pokir, kemampuan ekonomi adalah contoh-contoh dari keanekaragaman sosial dalam
masyarakat. Tak jarang, keanekaragaman itulah yang membuat konflik diantara kelompok
masyarakat tersebut, misalnya perlakuan kelompok masyarakat yang berasal dari suku betawi yang
menertawakan cara berbicara orang-orang Jawa dengan logat mereka yang khas (medok),
sedangkan mereka yang berasal dari kelompok Jawa merasa tidak dihargai, tersinggung dan sakit
hati atas perlakuan orang-orang Betawi. Maka,terjadilah konflik diantara dua kelompok suku yang
berbeda tersebut. Karena sikap kedua suku adat dalam satu lingkungan masyarakat sosial yang
tidak saling menghormati dan menghargai, timbullah kerenggangan dan ketidakharmonisan dalam
bersosialisasi satu sama lain. Bahkan, mungkin bisa memicu timbulnya rasa dendam diantara
keduanya. Masalah diatas merupakan salah satu contoh dari banyaknya konflik yang terjadi akibat
keragaman budaya dimasyarakat (multikultural). Tidak hanya disebabkan oleh ragam budaya yang
terdapat disuatu lingkungan masyarakat, perbedaan tingkat ekonomi pun bisa menyebabakan
terjadinya konflik antar masyarakat. Adanya multikultural di lingkungan masyarakat dari
perbedaan tingkat ekonomi, misalnya kelompok masyarakat menengah kebawah merasa tidak
terima dengan sikap yangditunjukan oleh masyarakat menengah ke atas yang dianggap
meremehkan. Namun sebaliknya, mereka yang menengah ke atas merasa resah dengan tingkah
premanisme yang mungkin sering dilakukan masyarakat menengah kebawah. Satu hal yang harus
kita pahami adalah perbedaan bukanlah hambatan. Seharusnya kita tidak menyalahkan perbedaan
yang ada, karena perbedaan sudah selayaknya terjadi. Tapi salahkanlah mengapa kita tidak bisa
menerima perbedaan itu dengan lapang dan ikhlas. Memang sulit untuk menerima begitu banyak
perbedaan yang ada dalam kehidupan. Namun, seharusnya kita bisa mengambil banyak pelajaran
dari setiap perbedaan yang ada. Karena sesungguhnya, segala bentuk perbedaan bukanlah
hambatan untuk kita menjalin persaudaraan.Dari kedua contoh perbedaan itu, berikut adalah cara
untuk menyetarakannya :
1. Saling menghargai antarsuku.
Jika suku Betawi menganggap bahwa suku jawa memiliki dialek bahasa yang
lucudengan kekhasannya, janganlah menertawakan atau bahkan melecehkan mereka
bagaimanapun bentuknya. Apabila suku Jawa menyadari apa yang dilakukan oleh
masyrakat suku Betawi, seminimal mungkin tidak akan membuat sakit hati atau
dendam yang terpendam.
PEMBAHASAN
Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi beberapa macam,
salah satunya dari segi pihak yang terlibat dalam konflik.
1. Konflik Intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila
pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu : ·Konflik pendekatan-
pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihanyang sama-sama menarik.
Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama menyulitkan. Konflik penghindaran- penghindaran, contohnya orang yang
dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini merupakan
suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini
akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak
akan mempengaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Konflik individu dengan individu, konflik semacam ini dapat terjadi antara individu
pimpinan dengan
individu pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan
maupun antara individu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
4. Konflik individu dengan kelompok, konflik semacam ini dapat terjadi antara individu
pimpinan dengan kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kelompok
pimpinan.
5. Konflik kelompok dengan kelompok, konflik semacam ini bisa terjadi antara kelompok
pimpinan dengan kelompok karyawan,
kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan mau
pun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
b. Berdasarkan Fungsinya
1. Konflik vertikal jenis konflik yang terjadi antar karyawan yang memiliki kedudukan
yang tidak sama dengan organisasi.
2. Konflik horizontal jenis konflik yang terjadi karena memiliki posisi/jabatan yang sama
atau setingkat dalam organisasi.
3. Konflik garis staf jenis konflik pada karyawan yang memegang posisi komando dengan
pejabat staf sebagai penasehat dalam organisasi.
4. Konflik peran jenis konflik yang terjadi karena individu memiliki peran yang lebih dari
satu.
1. Konflik Tujuan yaitu konflik akibat adanya perbedaan individu, organisasi sehingga
memunculkan konflik
2. Konflik peranan yaitu konflik akibat mendapatkan peran melebihi satu
3. Konflik nilai yaitu konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut antar
individu dan kelompok
4. Konflik kebijakan yaitu konflik yang terjadi akibat individu atau kelompok tidaksetuju
dengan kebijakan organisasi
f. Berdasarkan Bentuknya
1. Konflik realistis terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok terhadap tuntutan.
2. Konflik nonrealistic terjadi karena kebutuhan yang meredakan ketegangan
1. Konflik in group yaitu jenis konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat
2. Konflik outgroup yaitu jenis konflik yang terjadi antar kelompok dengan kelompok
lainnya atau antar masyarakat dengan masyarakat lainnya.
a. Konflik Interindividu, konflik interindividu terjadi akibat benturan secara emosional antara
individu yang satu dengan individu lain. Penyebabnya yaitu kelebihan beban dan peran
yang tidak sesuai.
b. Konflik antarindividu, konflik yang terjadi antara individu yang satu dengan individu yang
lain dalamhubungan masyarakat. Jika tidak diselesaikan dapat menyebabkan kekerasan.
c. Konflik antar kelompok, konflik antar kelompok dapat terjadi karena perbedaan pendapat
dan tujuan. Konflik jenis ini dapat dihindari jika setiap kelompok dapat memahami
perbedaan tersebut.
C. Penyebab Konflik
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia
adalah individu yang unik, artinya setiap orang
memiliki perasaan, logika yang berbeda antara satu dan yang lain. Perbedaan inilah yang sering
menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani hidup sosial seorang tidak selalu sejalan
dengan orang yang lainnya. Misalnya ada acara pesta hiburan ada yang merasa senang dengan
pesta itu tetapi adapula yang terganggu dengan acara itu karena berisik.
2. Perwasitan memerlukan pihak ketiga dalam menggunakan solusi ini. Pihak ketiga ini
berfungsi sebagai penengah dan memiliki kedudukan yang tinggi sehingga dapat memaksakan
keputusannya kepada mereka.
3. Mediasi sama dengan perwasitan, mediasi membutuhkan pihak ketiga sebagai penengah.
Bedanya pihak ini tidak memiliki kedudukan yang tinggi sehingga cara yangdilakukan dengan
memberikan nasihat pada mereka.
4. Paksaan metode paksaan dapat digunakan secara fisik maupun psikologis. Biasanya
dapat terjadi jika salah satu pihak yang bertikai berada pada posisi yang lemah dan pihak yang
satunya pada posisi yang kuat.
5. Détente cara ini digunakan dengan mengurangi ketegangan antara pihak yang
bertikai.Biasanya digunakan sebagai usaha pendekatan dalam mencapai perdamaian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri dari beragam budaya yang
bersifat diverse serta sering terjadi konflik. Faktor yang menyebabkan keberagaman budaya ini
adalah faktor geografis, pengaruh budaya asing dan kondisi iklim yang berbeda. Ini juga akan
mempengaruhi karakteristik diri seseorang. Perbedaan karakteristik diri yang bawaannya sesuai
dengan budayanya masing-masing akan memudahkan konflik terjadi antarindividu yang berbeda.
Tetapi untuk mengatasi itu semua kita perlu suatu penyetaraan, yaitu : Saling menghargai
antarsuku di bidang apapun dan apapun kegiatannya; memahami kondisi masing-masing (saling
menghargai); dan sesulit apapun masalah yang dihadapi berusahalah untuk tersenyum, meski sulit.
B. Saran
Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memilihmanfaat yang tersirat di dalamnya dan dapat dijadikan sebagai kegiatan motivasi agar
tidak terjadi lagi konflik-konflik yang terjerumus oleh hal-hal yang melibatkan banyak orang dan
dapat menambah wawasan dan pemikiran yang intelektual hususnya dalam mata kuliah yang di
tempuh. “Belajarlah untuk bisa mencari teman, bukan lawan”.
DAFTAR PUSTAKA
O Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya ( Suatu Pengantar ). Bogor : Ghalia.Indonesia.