Anda di halaman 1dari 16

IDENTITAS PASIEN

Nama : Bp. MS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kwarasan RT 11/08 Nogotirto Gamping
Usia : 98 th

KASUS

I. ANAMNESIS
Alloanamnesis. Karena terdapat afasia motorik pada pasien.
Keluhan utama
Pusing berputar

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengeluhkan pusing berputar sejak 2 hari yang lalu. Keluhan tersebut bersifat
regular dengan frekuensi 1-2x tiap hari. Durasi serangan ± 2 menit dengan intensitas
ringan. Keluhan muncul setiap kali pasien bangun tidur dan terasa ingin terjatuh. Ketika
serangan, pasien hanya duduk sebentar, kemudian keluhan akan hilang dengan sendirinya,
tapi terkadang keluhan tersebut tidak tertahankan, sehingga sampai membuat pasien
berobat ke dokter. Keluhan tidak diperberat dengan perubahan posisi. Mual (-); muntah (-);
tinnitus (-). Terdapat kesulitan berkomunikasi pada pasien dikarenakan adanya afasia
motorik.
Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit serupa : disangkal
Hipertensi :+
DM : disangkal
Trauma kepala : disangkal
Stroke : + (tiga bulan yang lalu)
Gangguan telinga : disangkal

1
Riwayat Keluarga
Penyakit serupa : disangkal
Hipertensi : disangkal
DM : disangkal

Riwayat Pribadi Sosial Ekonomi


Pasien dahulunya merupakan seorang perokok namun sekarang sudah berhenti, pasien
sedikit susah untuk makan pasca terkena stroke karena sulit menelan, pasien sering
terbangun di malam hari.

II. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


Keadaan Umum
Tampak lemah, CM, GCS (E4M6V5). Terdapat afasia motorik pada pasien.
Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, mendengarkan, membaca, dan
menulis, tetapi tidak mempengaruhi kecerdasan. Individu dengan afasia mungkin juga
memiliki masalah lain, seperti disartria, apraxia, dan masalah menelan. Lalu afasia motorik
adalah gangguan bicara yang ditandai dengan tidak adanya gangguan spontan berbicara,
sedangkan pemahaman hanya sedikit terganggu. Pasien dapat berbicara dengan susah payah,
memproduksi kata kata yang goyah dan tidak lancar.
Tanda Vital
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 94 x/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit
Suhu : 36.5oC
Status gizi : baik

Kepala dan Leher


Mata : Katarak pada mata kanan
Lain-lain dalam batas normal

2
Pulmo
Dalam batas normal

Cor
Dalam batas normal

Abdomen
Dalam batas normal

Ekstremitas
Dalam batas normal

III. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


Sikap Tubuh : Simetris
Gerakan Abnormal: -
Cara berjalan : Tidak bisa dinilai karena pasien sudah kesulitan untuk mobilitas dan
sehari-hari menggunakan kursi roda. Saat berdiri sebentar
pasien sudah jatuh kembali ke kursi roda.

Status Mental
Orientasi : Dalam batas normal
Daya ingat: Dalam batas normal
Tingkat kesadaran dan konsentrasi: Dalam batas normal

Nervus cranialis

Nervus Pemeriksaan Kanan Kiri


Dalam batas Dalam batas
N. I. Olfaktorius Daya penghidu
normal normal
Berkurang karena
N. II. Optikus Daya penglihatan Berkurang
katarak

3
Sulit mengenali
Dalam batas
Pengenalan warna warna karena
normal
katarak
Berkurang karena
Lapang pandang Berkurang
katarak
- (dalam
Ptosis + (ada kelainan) batas
normal)
Gerakan mata ke Dalam batas Dalam batas
medial normal normal
Dalam batas Dalam batas
Gerakan mata ke atas
normal normal
Gerakan mata ke Dalam batas Dalam batas
bawah normal normal
Sulit dinilai
N. III. Dalam batas
Ukuran pupil karena ada
Okulomotor normal
katarak
Sulit dinilai
Dalam batas
Bentuk pupil karena ada
normal
katarak
Sulit dinilai
Refleks cahaya Dalam batas
karena ada
langsung normal
katarak
Sulit dinilai
Refleks cahaya
karena ada Sulit dinilai
konsensual
katarak
- (dalam - (dalam
Strabismus divergen batas batas
N. IV. Troklearis
normal) normal)
Gerakan mata ke Dalam batas Dalam batas

4
lateral-bawah normal normal
- (dalam - (dalam
Strabismus konvergen batas batas
normal) normal)
Dalam batas normal
Menggigit

Dalam batas normal


N. V. Trigeminus Membuka mulut

Dalam batas Dalam batas


Sensibilitas muka
normal normal
Gerakan mata ke Dalam batas Dalam batas
lateral normal normal
N. VI. Abdusen
Dalam batas Dalam batas
Strabismus konvergen
normal normal
- (ada
kelainan + (dalam batas
Kedipan mata
karena normal)
ptosis)
Lipatan nasolabial - (Dalam batas normal)
Sudut mulut - Dalam batas normal
+ (Dalam batas + (Dalam batas
Mengerutkan dahi
normal) normal)
N. VII. Fasialis
+ (Dalam batas + (Dalam batas
Menutup mata
normal) normal)
+ (Dalam batas + (Dalam batas
Meringis
normal) normal)
Menggembungkan + (Dalam batas + (Dalam batas
pipi normal) normal)
Daya kecap lidah 2/3
Dalam batas normal
ant

5
Mendengar suara bisik Berkurang Berkurang
Mendengar gesekan
Berkurang Berkurng
N. VIII. jari
Vestibulokoklearis Tes Rinne Tidak dinilai Tidak dinilai
Tes Schwabach Tidak dinilai Tidak dinilai
Tes Weber Tidak dinilai Tidak dinilai
Arkus faring Tidak dinilai Tidak dinilai
Daya kecap lidah 1/3
Dalam batas normal
N. IX. post
Glosofaringeus Refleks muntah Dalam batas normal
Sengau - (Dalam batas normal)
Tersedak + (Dalam batas normal)
Denyut nadi 94 x/menit
Dalam batas Dalam batas
Arkus faring
N. X. Vagus normal normal
Bersuara Dalam batas normal
Menelan Berkurang
Dalam batas Dalam batas
Memalingkan kepala
normal normal
Dalam batas Dalam batas
Sikap bahu
normal normal
N. XI. Aksesorius
Dalam batas Dalam batas
Mengangkat bahu
normal normal
Dalam batas Dalam batas
Trofi otot bahu
normal normal
Sikap lidah Dalam batas normal
Artikulasi Kurang jelas
N. XII.
Tremor lidah - (Dalam batas normal)
Hipoglossus
Tidak ada deviasi Tidak ada deviasi
Menjulurkan lidah
(Dalam batas (Dalam batas

6
normal) normal)
Trofi otot lidah Dalam batas normal
Fasikulasi lidah - (Dalam batas normal)

Kekuatan dan reflex

Kekuatan Refleks fisiologis

D S D S
+5 +5 +2 +2
+5 +5 +2 +2

Dalam batas normal Dalam batas normal

Refleks patologis
D S Dalam batas normal
- -
- -

Pemeriksaan Koordinasi Langkah Dan Keseimbangan


Tes Romberg (sulit dilakukan karena pasien sulit untuk mobilisasi dan lemas)
Tandem walking test (sulit dilakukan karena pasien sulit untuk mobilisasi dan lemas)
Nystagmus spontan (sulit dilakukan karena pasien sulit untuk mobilisasi dan lemas)
Finger to nose test (abnormal)
Diadokokinesis (sulit dilakukan karena pasien sulit untuk mobilisasi dan lemas)
Dix-Hallpike test (sulit dilakukan karena pasien sulit untuk mobilisasi dan lemas)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


-
V. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis : Sensasi berputar di kepala tanpa disertai mual dan muntah

7
Diagnosis Topis : Cerebellum infarc
Diagnosis Etiologi : Vertigo sentral et causa suspect stroke recurent
Diagnosis Banding : Vertigo perifer
Diagnosis Tambahan : Post SNH dan HT terkontrol

VI. PENATALAKSANAAN
Terapi Farmakologis
a. Betahistine 6mg
b. Folic acid

VII. PLANNING :
1. Head CT-Scan dengan central cerebellum
2. EEG

VIII. MASALAH YANG DIKAJI


1. Bagaimana vertigo pada pasien post stroke dengan hipertensi?
2. Bagaimana menegakkan diagnosis pada pasien vertigo (membedakan vertigo
sentral dan vertigo perifer)?
3. Bagaimana tatalaksana pada pasien vertigo?

8
PEMBAHASAN

I. DEFINISI
Vertigo atau yang disebut juga pusing, pening (giddiness), dan pusing ringan adalah
adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan
gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan otonomik yang disebabkan oleh
gangguan alat keseimbangan tubuh.
II. ETIOLOGI
Terdapat sekitar 80-100 penyakit yang bisa menimbulkan keluhan vertigo. Penyebab
utama terjadinya vertigo adalah gangguan keseimbangan. Di tubuh kita,
keseimbangan diatur di beberapa tempat. Sistem ini ada yang terletak di perifer (tepi)
dan ada yang terletak sentral (pusat). Segala penyakit yang memengaruhi sistem
keseimbangan, baik perifer maupun sentral, dapat menyebabkan vertigo.
Sistem keseimbangan perifer berada di telinga, saraf tepi, dan batang otak. Sementara
sistem keseimbangan sentral diatur di otak. Segala bentuk infeksi, perdarahan, atau
tumor dapat mengganggu jalannya sistem keseimbangan. Selain kedua tempat di atas,
mata dan anggota gerak (otot dan persendian) juga membantu menjaga
keseimbangan, sehingga gangguan pada bagian ini juga bisa menyebabkan vertigo.
III. PATOFISIOLOGI
Reseptor yang berfungsi sebagai penerima informasi untuk sistem vestibular
terdiri dari vestibulum, proprioseptik dan mata,serta integrasi dari ketiga reseptor
terkait dengan batang otak serta serebelum.
Informasi yang berasal dari sistem vestibular 50 persen terdiri dari vestibulum,
sisanya dari mata dan proprioseptik. Adanya gangguan dari sistem vestibular
menimbulkan berbagai gejala antara lain vertigo, nystagmus, ataksia, mual muntah,
berkeringat, dan psikik. Gejala- gejala tersebut dapat timbul secara bersamaan,
sendiri, atau terjadi secara bergantian. Gejala tersebut dipengaruhi oleh derajat,
sumber, maupun jenis dari rangsangan.
Fungsi sistem vestibular terletak pada kanalis semisirkularis yang berada pada dalam
apparatus vestibular, terisi cairan yang apabila bergetar berfungsi mengirim

9
informasi tentang gerakan sirkuler atau memutar. Ketiga kanalis semisirkularis
bertemu di vestibulum yang terletak berdekatan dengan koklea. Adanya kerjasama
dari mata dan sistem vestibular mengakibatkan terjaganya pandangan agar benda
terlihat dengan jelas ketika bergerak. Hal ini disebut dengan reflek vestibular-okular.
Gerakan cairan dalam kanalis semisirkularis memberi pesan kepada otak bagaimana
kecepatan kepala berotasi, ketika kepala mengangguk, atau saat kepala menoleh.
Setiap kanalis semisirkularis memiliki ujung yang menggembung dan berisi sel
rambut. Adanya rotasi kepala mengakibatkan gerakan/aliran cairan yang akan
mengubah posisi pada bagian ujung sel rambut terbungkus jelly-like cupula. Selain
kanalis semisirkularis, terdapat organ yang termasuk dalam bagian sistem vestibuler,
yaitu sakulus dan utrikulus. Kedua organ tersebut termasuk dalam organ otolit.
Organ otolit memiliki otokonia yaitu sel rambut terbungkus jelly-like layer bertabur
batuan kecil kalsium.
Saat kepala menengadah maupun posisi tubuh berubah, terjadilah pergeseran batuan
kalsium karena pengaruh gravitasi. Akibatnya, sel rambut menjadi bengkok
sehingga terjadinya influx ion kalsium yang selanjutnya neurotransmitter keluar
memasuki celah sinap dan ditangkap oleh reseptor. Selanjutnya, terjadi penjalaran
impuls melalui nervus vestibularis menuju tingkat yang lebih tinggi. Adanya
sistem vestibular bekerja sama dengan sistem visual dan proprioseptik membuat
tubuh dapat mempertahankan orientasi atau keseimbangan. Sistem keseimbangan
pada manusia adalah suatu mekanisme yang kompleks terdiri dari input sensorik
bagian dari alat vestibular, visual, maupun proprioseptif. Ketiganya menuju otak dan
medulla spinalis, dimodulasi dan diintegrasikan aktivitas serebrum, sistem limbik,
sistem ekstrapiramidal, dan korteks serebri dan mempersepsikan posisi tubuh dan
kepala saat berada dalam ruangan, mengontrol gerak mata dan fungsi sikap statik
dan dinamik. Adanya perubahan pada input sensorik, organ efektor maupun
mekanisme integrasi mengakibatkan persepsi vertigo, adanya gangguan gerakan
pada bola mata, dan gangguan keseimbangan. Kehilangan pada input dari 2 atau
lebih dari sistem vestibular mengakibatkan hilangnya keseimbangan sehingga
terjatuh. Karenanya, apabila seorang pasien dengan gangguan proprioseptif berat
disertai sensory disequilibrium, atau disfungsi vestibular unilateral uncompensated

10
dan vertigo, akan jatuh bila penglihatan ditutup.
Vertigo sentral disebabkan salah satunya oleh karena iskemia batang otak. Pada
penyakit vertebrobasiler dan Transient Ischemic Attack batang otak, vertigo dan
disekulibrium adalah gejala yang sering muncul disertai gejala iskemia seperti
diplopia, disartria, rasa tebal pada muka dan ekstremitas, ataksia, hemiparesis
maupun hemianopsia.
Nistagmus posisional dapat dibangkitkan pada iskemia batang otak. Adanya
Manuver Nylen Barany dapat membedakan gangguan vestibuler dan batang otak.
Pada kasus infark dan perdarahan serebral dapat menyebabkan vertigo dan gangguan
keseimbangan berat disertai disartria, sindrom horner, rasa tebal pada wajah dan
paresis facialis. Adanya Infark pada kawasan arteri serebelaris posterior dapat
menyebabkan disekulibrium jalan dan ataksia pada ekstremitas tanpa disertai
vertigo.
Menurut teori “Over Autoregulation” dengan kenaikan TD menyebabkan spasme
yang berat pada aerteiole mengurangi aliran darah ke otak dan iskemi. Meningginya
permeabilitas kapiler akan menyebabkan pecahnya dinding kapiler, edema di otak,
petekhie, perdarahan dan mikro infark.
Infark akut serebellar dapat muncul dalam bentuk vertigo, muntah dan ataksia. yang
melapisi atrosklerosis yang dapat terlepas menjadi emboli dan terbawa menuju arteri
yang lebih kecil sehingga menimbulkan gejala. Lesi pada system vertebrobasiler
akan menyebabkan gangguan pada nucleus vestibularis sehingga terlihat adanya
vertigo dan tendensi jatuh ke sisi ipsilateral (ataksia ipsilateral).
IV. MANIFESTASI KLINIS
Vertigo dapat merupakan gejala mandiri tanpa ada gejala lain, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan gejala (sindrom). Sindroma vertigo biasanya terdiri dari
gejala vertigo, mual, muntah, kulit pucat dan keringat dingin.
 Vertigo
Sebagai gejala tersendiri, vertigo merupakan keluhan subyektif dalam
bentuk rasa berputar dari tubuh/kepala atau lingkungan di sekitarnya.
Derajat yang lebih ringan dari vertigo disebut dizziness, yang lebih
ringan lagi, disebut giddiness dan undsteadiness. Keluhan vertigo dibagi

11
dalam 3 kategori berbeda yaitu vertigo, disequilibrium, dan dizziness.
Vertigo adalah suatu sensasi pasien merasakan lingkungan sekitarnya
bergerak. Sensasi tersebut sering dirasakan berputar, bisa juga pasien
merasakan mau jatuh. Disequilibrium adalah perasaan mau jatuh dan
ditandai oleh ketidakstabilan atau ketidakseimbangan yang terjadi saat
berdiri, dan terutama mengenai badan dan anggota gerak bawah.
Dizziness adalah sensasi yang samar-samar seperti kepala terasa ringan
dan meliputi gejala-gejala yang tidak dapat diidentifikasi sebagai vertigo
atau disequilibrium.
 Mual

Mual didefinisikan sebagai pengalaman psikis berupa rasa tidak


enak di lambung yang menuntun timbulnya gejala muntah. Mual
adalah penghayatan terhadap kegiatan tidak wajar dari pusat
muntah. Gejala mual disertai inhibisi tonus intestinum serta gerak
peristaltik usus dan lambung. Pemeriksaan dengan EGG
(Elektrogastrografi) pada lambung penderita yang mengeluh mual,
menunjukkan adanya disritmia pada rekaman yang identik dengan
tachygastria di lambung. Disritmia yang timbul sesudah pemberian
adrenalin bolus intra antral dapat dihilangkan dengan obat alfa
blocker fentolamin, sehinga diduga disritmia dan mual akibat
kegiatan sistem saraf simpatik.

 Muntah

Muntah didefinisikan sebagai pengeluaran isi gastrointestinum


melalui mulut. Selain muntah, dapat juga timbul retching, yang
diduga merupakan kegiatan otot beraturan mengarah ke muntah
namun dalam kondisi glotis tertutup. Berbeda dengan mual, muntah
merupakan wujud kegiatan sistem saraf parasimpatik karena dapat
dihambat oleh obat golongan antikolinergik sejenis atropin. Pada
saat mual, tonus dan motilitas otot gastrointestinum menurun,
sebaliknya ketika muntah kegiatan tersebut justru meningkat.

12
 Kulit pucat

Kulit pucat ini paling jelas terlihat pada kulit muka, disekitar mulut
dan hidung terutama pada orang berkulit putih. Munculnya gejala
pucat, selalu mendahului mual, sedang mual selalu mendahului
muntah. Suhu sekitar hanya mempengaruhi intensitas timbulnya
kulit pucat, namun tidak mempengaruhi waktu timbulnya. Kulit
pucat diduga akibat kegiatan susunan saraf simpatik lewat
pengaruhnya terhadap vasokonstriksi pembuluh darah kulit.

 Keringat dingin

Keringat keluar tanpa ada rangsangan suhu yang memadai, terutama


daerah dorsum tangan, lengan, dan dahi. Oleh karena kelenjar
keringat yang terlibat dari kelompok kelenjar pengatur suhu tubuh,
maka suhu sekitar mempengaruhi timbulnya. Peningkatan keringat
akibat kegiatan berlebihan dari susunan saraf otonom
V. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Pada anamnesis perlu digali penjelasan mengenai: Deskripsi jelas keluhan
pasien. Pusing yang dikeluhkan dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing
berputar, rasa tidak stabil atau melayang.
a. Bentuk serangan vertigo:
Pusing berputar atau rasa goyang atau melayang.
b. Sifat serangan vertigo:
Periodik. kontinu, ringan atau berat.
c. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:
--‐ Perubahan gerakan kepala atau posisi.
--‐ Situasi: keramaian dan emosional
--‐ Suara
d. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:
Mual, muntah, keringat dingin ; Gejala otonom berat atau ringan.
e. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli.

13
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
b. Pemeriksaan system kardiovaskuler yang meliputi pemeriksaan tekanan darah
pada saat baring, duduk dan berdiri dengan perbedaan lebih dari 30
mmHg.
c. Pemeriksaan neurologis
 Kesadaran : kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo non
vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
 Nervus kranialis : pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X, XI,
XII.
 Motorik : kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
 Sensorik : gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
 Keseimbangan (pemeriksaan khusus neuro-otologi
 Tes nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan
komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer,
bidireksional, sentral.
 Tes keseimbangan

VI. PENATALAKSANAAN
Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode
BrandDaroff.
Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung, dengan
kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi, pertahankan
selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat

14
ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan latihan ini 3
kali pada pagi, siang dan malam hari masing- masing diulang 5 kali serta dilakukan
selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi dan sore hari.

Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali


merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan
bervariasi. Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah
beberapa minggu. Beberapa golongan yang sering digunakan:

1. Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin)


 Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat
dapat diberi per oral atau parenteral (suntikan intramuskular
dan intravena), dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4
kali sehari.
 Difenhidramin HCl. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam,
diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali
sehari per oral.
 Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
a) Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.
b) Betahistin HCl dengan dosis 8-24 mg, 3 kali sehari.
Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis.
2. Kalsium Antagonis
Cinnarizine, mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular dan
dapat mengurangi respons terhadap akselerasi angular dan
linier. Dosis biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x75
mg sehari.

15
DAFTAR PUSTAKA
Andreas K. Rendra, R. T. (September 2018). Evaluasi Drug Related Problems pada Pasien
Vertigo Perifer di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Jurnal
Farmasi Klinik Indonesia , 162-171.
dr. Mieke A. H. N. Kembuan, S. (2009). Patofisiologi Vertigo. Jurnal Tumou Tou , 31-36.

Farida. (2017). PENGARUH BRANDT DAROFF EXERCISE TERHADAP KELUHAN PUSING


PADA LANJUT USIA DENGAN VERTIGO. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.
Ginsberg, L. (2005). Neurologi. Jakarta: Erlngga.

Perdossi. (2016). Panduan Praktik Klinis Neurologi Perhimpunan: Jakarta


Rustam Yuliyanto, M. F. (2016). PERKEMBANGAN TERAPI MASSAGE TERHADAP
PENYEMBUHAN PENYAKIT VERTIGO. Journal of Physical Education, Health and
Sport , 127-134.
Sabilarrusyidi, H. M. (2014). Tuli Sensorial Sangat Berat Pasca Meningitis. Jurnal THT KL
Vol.7 , 104-111.
Sidharta P. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat, Jakarta; 2009.
Sp.S, d. B. (2015). Neurologi Dasar. Jakarta: Sagung Seto.

16

Anda mungkin juga menyukai