Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN RESMI FORMULASI DAN TEKNOLOGI

SEDIAAN SEMISOLID DAN LIKUIDA


PRAKTIKUM 2

Dosen Pengampu:

Ika Andriana, S.farm., M.Farm., Apt.

Disusun oleh :

Erisa Apriliyani (1704101002)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS


PROGRAM STUDI : S-1 FARMASI
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2018/2019
FORMULASI DAN EVALUASI
GEL NATRIUM DIKLOFENAK 1%
I. TUJUAN
1.1 Mahasiswa mampu merancang sediaan gel
1.2 Mahasiswa mampu membuar dan melakukan evaluasi sediaan gel
1.3 Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh penggunaan gelling agent
terhadap stabilitas sediaan gel
II. DASAR TEORI
1. Definisi
Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan
sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Sedangkan definisi gel menurut Formularium Kosmetika
Indonesia (1985), adalah sediaan dasar berupa sistem dispersi yang
terdiri dari partikel anorganik submikroskopik atau organik
makromolekul yang terdispersi atau terbungkus dan terendam dalam
cairan. Gel merupakan bentuk sediaan padat dan mengandung banyak
air. Penampilan gel transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid
yang terdispersi (Hidayatussa’adah, 2008).
2. Teori Pembentukan
Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan
gel dan mendapat banyak dukungan dari para ahli kimia koloid, yaitu :
a. Teori adsorpsi pelarut
Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi
molekul pelarut olehpartikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam
bentuk pembesaran molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh
molekul-molekul pelarut. Pembesaran partikel terjadi terus menerus
sehingga molekul zat telarut yang telah membesar bersinggungan
dan tumpang tindih melingkari satu sama lain sehingga seluruh
system menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi zat pelarut akan meningkat
dengan makin rendahnya suhu.

b. Teori jaringan tiga dimensi


Teori ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh
Oakenfull dan Tobolsky. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan
senyawa-senyawa untuk mengadakan gelasi disebabkan oleh
terbentuknya struktur berserat atau terjadinya reaksi di dalam
molekul itu sendiri membentuk serat. Selama pendinginan serat
tersebut membentuk jaringan tiga dimensi.
Ikatan yang menentukan dalam jaringan tiga dimensi
kemungkinan merupakan ikatan primer dari gugusan fungsional
danikatan sekunder yang terdiri dari ikatan hydrogen atau dapat juga
terjadi antara gugus alkil. Tipe ikatan yang terdapat dalam jaringan
tiga dimensi akan menentukan tipe gel yang dihasilkan.

c. Teori orientasi partikel

Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat


kecenderungan bagi partikel terlarut dan solven untuk berorientasi
dalam konfigurasi yang tertentu melalui pengaruh gaya dengan
jangkauan yang panjang, seperti yang terjadi pada kristal.

Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda-beda tergantung


pada jenis bahan pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda
dalam hal jenis dan sifat-sifatnya adalah gel yang dibentuk oleh
gelatin, suatu jenis protein dan gel yang dibentuk oleh polisakarida.
Kebanyakan hidrokoloid adalah polisakarida. Polisakarida
yang memiliki empat tipe struktur yang berbeda yaitu linear,
bercabang tunggal, linier berselang, dan tipe semak akan
menghasilkan viskositas larutan yang tergantung pada ukuran
molekul, bentuk molekul, dan muatannya. Jika molekul memiliki
muatan yang dihasilkan dari ionisasi gugus tertentu seperti karboksil,
maka pengaruh muatan sangat besar.
Gaya tolak menolak Coulomb dari muatan-muatan negatif
yang tersebar sepanjang molekul polisakarida cenderung meluruskan
molekul (polimer), yang menghasilkan larutan dengan viskositas
tinggi.
Polisakarida linier dengan berat molekul yang sama dengan
polisakarida tipe semak, akan mempunyai viskositas yang lebih
besar dalam larutannya sebab girasi atau perputaran gerak polimer
struktur linier meliputi daerah yang lebih luas dan volume yang lebih
besar. Hal ini akan menyebabkan gesekan antar molekul lebih
mudah terjadi sehingga lebih meningkatkan gaya gesek dan
viskositas larutan, dibandingkan dengan polimer yang memiliki
tingkat percabangan yang tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada
polimer linier yang tidak bermuatan yang cenderung membentuk
larutan yang tidak stabil.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Gel
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan gel
hidrokoloid, faktor-faktor ini dapat berdiri sendiri atau berhubungan
satu sama lain sehingga memberikan pengaruh yang sangat kompleks.
Diantara faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah
konsentrasi, suhu, pH, dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.
a. Pengaruh konsentrasi

Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap


kekentalan larutannya. Pada konsentrasi yang rendah larutan
hidrokoloid biasanya akan bersifat sebagai aliran Newtonian dengan
meningkatnya kosentrasi maka sifat alirannya akan berugah menjadi
non Newtonian. Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan
yang tinggi pada konsentrasi yang sangat rendah antara 1-5% kecuali
pada gum arab yang sifat Newtoniannya tetap dipertahankan sampai
dengan onsentrasi 40% .

b. Pengaruh suhu

Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan


kekentalan, karena itu kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran
yang semula non Newtonian menjadi Newtonian.

c. Pengaruh pH

Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik


pada kisaran pH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya
peningkatan kekentalan dengan meningkatnya pH hingga mencapai
titik tertentu dan kemudian akan makin menurun bila pH terus
ditingkatkan.

d. Pengaruh ion

Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion-ion logam


tertentu untuk membentuk gelnya, karena pembentukan gel tersebut
melibatkan pembentukan jembatan melalui ion-ion selektif.

e. Pengaruh komponen Aktif lainnya


Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat dipengaruhi
oleh adanya hidrokoloid lain. Pengaruh ini dapat bersifat negatif
dalam arti sifat fungsional makin berkurang dengan adanya
hidrokoloid lain ataupun bersifat positif karena adanya pengaruh
sinergis antara hidrokoloid-hidrokoloid yang bergabung.
4. Teori Preparasi
Menurut Khristantyo (2010), pada prinsipnya metode pembuatan
sediaan semisolid dibagi menjadi dua
1. Metode pelehan (fusion), disini zat pembawa dan zat
berkhasiat dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk
fasa yang homogen. Dalam hal ini perlu diperhatikan stabilitas
zat berkhasiat terhadap suhu yang tinggi pada saat pelelehan.
2. Trirurasi, zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis
yang akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu,
kemudian dilanjutkan dengan penambahan basis. Dapat juga
digunakan pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu
zat aktifnya, kemudian baru dicampur dengan basis yang akan
digunakan.
5. Proses pembuatan
1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang
dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-
masing
3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam
campuran tersebut atau sebaliknya sambil diaduk terus-
menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat karena akan
menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung
udara dalam sediaan yang nantinya dapat mempengaruhi pH
sediaan.
5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan
diisikan ke dalam tube sebanyak yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wa
dah ynag dilengkapi brosur dan etiket
6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Formulasi Gel
 Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel
koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut
yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai
struktur tiga dimensi.
 Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang
bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau
surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi
inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
 Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
 Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet
sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
 Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan
bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan
pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan
topikal.
 Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak
menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah
temperatur yang tidak terkontrol.
 Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab
saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer
yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas
permukaan gel)
 Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab
bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya
kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
7. Cara Pemakaian
Sejumlah cukup gel, sesuai dengan luas area yang sakit,
dioleskan pada sendi yang sakit. Diberikan pijatan secara perlahan
untuk memastikan pemakaian gel merata pada seluruh sendi yang
sakit. Daerah yang baru dioleskan sediaan didiamkan selama 10
menit sebelum ditutupi dengan pakaian dan 60 menit sebelum
mandi. Tangan harus segera dicuci setelah dioleskan gel Na-
diklofenak, kecuali bila tangan tersebut adalah daerah yang diobati.
8. Cara Penyimpanan

a) Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan


b) Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
c) Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau
pot salep.
9. Keuntungan sediaan gel :
a) efek pendinginan pada kulit saat digunakan
b) penampilan sediaan yang jernih dan elegan
c) pada pemakaian di kulit setelah keringmeninggalkan film tembus
pandang
d) elastic
e) daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan
pori tidak terganggu
f) mudah dicuci dengan air
g) pelepasan obatnya baik
h) kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
10. Kekurangan sediaan gel :
a) harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan Agar
gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur
b) sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat
c) Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih
mahal.
d) menggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau
dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
e) gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata
f) penampilan yang buruk pada kulit
g) bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap
dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-
pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat
aktif.

Kegunaan Sediaan Gel

1. Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan
kulit dan sediaan perawatan rambut.
2. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel steril)
(FI IV, hal 8)
3. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi
tablet bahan pelindung koloid dan suspensi, bahan pengental ada
sediaan cairan oral dan basis suppositoria. (Lachman,1989.
Pharmaceuitical Dosage System. Dysperse system. Volume 2, hal 495
496)

III. DATA PREFORMULASI


1. Na Diklofenak (FI IV halaman 1405, USP halaman 32)
Pemerian : Serbuk hablur putih hingga hamper putih,
higroskopik
Nama Lain : Natrii-diklofenak. Diclofenac sodium
Nama Kimia : Natrium [0-(2,6-dikloroanilino)fenil] asetat
Rumus Molekul : C14H10C12NNaO2
Berat Molekul : 318,13
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, larut dalam etanol, agak
sukar larut dalam air, praktis larut dalam kloroform dan
dalam eter
pH : 4,0 – 7,5
Titik Leleh : 284°C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah kedap dan tertutup rapat
Stabilitas : Gel 1% Na Diklofenak harus disimpan pada suhu 25°C
dan terlindung dari panas. Stabil tanpa adanya O2 dan
dalam buffer pH 7,6
Inkompatibilitas :-
Sifat Khusus : Sedikit higroskopis
Koefisien Partisi : 4,5
2. HPMC (Hypromellosa) (HPE, 326)
- Pemerian : Hipermelosa atau HPMC adalah serbuk granul atau
serat putih atau puith - krim, tidak berasa, dan tidak
berbau.
- Fungsi : Material bioadesif, Coating agent, Controlled-release
agent, Agen pendispersi, Dissolution enhancer,
Emulsifying agent, Penstabil emulsi, Extended-release
agent, Film-forming agent, Foaming agent,
granulation aid, modified-release agent,
Mucoadhesive, Release-modifying agent, Solubilizing
agent, Stabilizing agent, Suspending agent, Sustained-
release agent, Tablet binder, Thickening agent,
Viscosity-increasing agent.
- pH : 5.0–8.0 untuk 2% w/w aqueous solution.
- Density :
- Density (bulk) 0.341 g/cm3
- Density (tapped) 0.557 g/cm3
- Density (true) 1.326 g/cm3
- Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak larut dalam air
panas, kloroform, etanol (95%), dan eter, tapi larut dalam campuran
etanol dan diklorometana, campuran metanol dan diklorometana, dan
campuran air dengan alkohol. Hipromelosa grade tertentu larut dalam
larutan aqueous aseton, campuran diklorometana dan propan-2-ol, dan
pelarut organik lain.
- Inkompatibilitas : Hipromelosa inkompatibel deengan beberapa agen
pengoksidasi. Karena non-ionik, hipromelosa tidak akan membentuk
kompleks dengan garam metalik atau ionik-organik untuk membentuk
endapan yang tidak larut.
- Hipromelosa secara luas digunakan sebagai bahan tambahan dalam
formulasi farmasetik oral, nasal, bahkan topikal. Selain itu juga merupakan
material yang tidak toksik dan tidak mengiritasi.
- Hipromelosa digunakan sebagai suspending agen dan thickening agent
dalam formulasi topikal. Selain itu juga digunakan sebagai Emulsifier,
Stabilizing agent pada salep dan gel topikal. Sebagai koloid pelindung,
hipromelosa dapat mencegah pembentukan sedimen karena aglomerasi
droplet dan partikel.
- Hipromelosa adalah material yang stabil meskipun higroskopis setelah
dikeringkan. Larutannya stabil pada pH 3-11.

3. Propilen Glikol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab
Nama Lain : Propilen glycolum, metil-glikol
Struktur Kimia :

Nama Kimia : 1,2-propanediol


Rumus Molekul :C3H8O2
Berat Molekul : 76,09
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform. Lart dalam beberapa minyak esensial dan dalam eter,
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak
pH :-
Titik Didih : 188°C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas :Pada suhu tinggi akan teroksidasi menjadi
propionaldehid, asam laktat, asam piruvat dan asam asetat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan reagen pengoksidasi seperti
potassium permanganat
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
4 Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 442, FI IV
Hal 551)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar
Nama Lain : Metilparaben, Metagin, Metil paraept, aseptoform, metyl
cemosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Methyl-4-hydrobenzoate


Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan dalam karbon
tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan eter
pH larutan : -
Titik Lebur : 125◦C - 128◦C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate, minyak esensial, sorbitol,
dan atropine.
Stabilitas : Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat disterilkan
dengan autoklaf pada suhu 120◦C selama 20 menit. Stabil pada pH 3-6
pada suhu ruangan.
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi : -
5. Nipasol (Handbook of Phmarmaceutical Excipient Hal 596, FI IV Hal
713)
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna
Nama Lain : Propyl Paraben, Propagin, Propyl Cemosept, Propyl
Parasept, Solbrol P, Tegosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Propyl-4-hydroxibenzoate


Rumus Molekul : C10H12O3
Berat Molekul : 180,20
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam
etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih
pH larutan :-
Titik Lebur : 95◦C - 98◦C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wada tertutup baik
Stabilitas : Larutan nipasol cair pada pH 3-6 dapat disterilkan
dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan nipasol cair
stabil sampai ste lebuh sekitar 4 tahun pada suhu ruangan. Apabila pada
pH 8 atau di atasnya maka akan cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah
60 hari pada suhu ruangan)
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan mgnesium aluminium silikat,
magnesium trisilikat, besi kuning oksida
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
6. TEA (Trietanolamine) – 3% - (HPE, 754-755).
- Struktur formula :
- Rumus empiris dan berat molekular :C6H15NO3 - 149.19
- Pemerian : Larutan kristal jernih, tidak berwarna atau
berwarna kuning pucat, memiliki sedikit bau ammonia.
- Fungsi : - Alkalizing agent
- Emulsifying agent
- pH : 10.5 ( 0.1N Larutan)
- Boiling point : 335 deg.C
- Melting point : 20 – 21 deg.C
- Kelarutan : - Acetone = Miscible
- Benzene = 1 in 24
- CaCl4 = Miscible
- Ethyl Eter = 1 in 63
- Methanol = Miscible
- Water = Miscible
- Inkompatibilitas : Bereaksi dengan Asam Mineral, membentuk kristal
Garam dan Ester, dengan Asam Lemak yang lebih tinggi akan
membentuk Garam yang larut dalam air dan memiliki karakteristik
seperti sabun.
- Ketika dicampur dalam proporsi yang equimolar dengan Asam Lemak,
seperti Asam Stearat atau Asam Oleat, akan membentuk sabun anionik
dengan pH=8, yang dapat digunakan sebagai agen pengemulsi untuk
menghasilkan emulsi minyak dalam air yang stabil. Konsentrasi yang
digunakan untuk emulsifikasi adalah 2 – 4% v/v dan 2 – 5 kali Asam
Lemak.
Digunakan terutama sebagai Emulsifying agent dalam berbagai sediaan
topikal. Meskipun umumnya dianggap sebagai bahan yang non-toksik,
namun dapat menyebabkan hipersensitivitas, atau iritasi pada kulit.

7. AQUADESTILATA
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, dan
cair.
Fungsi : Pelarut
Inkompatibilitas : Dapat bereaksi dengan obat dan bahan yang
IV. FORMULASI
Nama Bahan Kadar Fungsi
Formulasi
Na Diklofenak 1% Bahan aktif
HPMC 5% Gelling Agent
Propilen 15% Humectan
Glikol 5% Pelarut sediaan Topikal (kosolven)
Methyl 0,18% Pengawet
Paraben
Propyl Paraben 0,02% Pengawet
Trietanolamin 1% Alkalizing Agent
Aquades Ad 100% Pembawa (hydrogel)
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
No. ALAT GAMBAR ALAT
1. Mortir & stamfer

2. Beker glass 50 ml

3. Pengaduk

4. Cawan Porselin
5. Sendok tanduk

6. Sudip

7. PH Meter

8. Alat uji daya sebar

9. Timbangan
10. Kertas perkamen

11. Hot plate

12. Pot salep

13. Mikroskop

14. Object glass & de glass


15. Pipet tetes

16. Kain lab

17. Stopwatch

B. Bahan
NO. Bahan Gambar Bahan
1. Natrium Diklofenak

2. HPMC
3. Propilen Glikol

4. Trietanolamin (TEA)

5. Propyl paraben

6. Methyl paraben

7. Purified Water
VI. PENIMBANGAN
Jumlah sediaan gel yang dibuat adalah 1 pot seberat 50 gram.
Pada masing – masing bahan dilebihkan 10 %.
Perhitungan bahan yang dibutuhkan untuk membuat sediaan gel adalah:

No Bahan Perhitungan
1 Na Diklofenak  1 % 1
x 50 gram = 0,5 gram
100
2 HPMC 5
x 50 gram = 2,5 gram
100
3 Propilen Glikol 15
x 50 gram = 7,5 gram
100
4 Metyl Paraben 0,18% 0,18
x 50 gram = 0,09
100
5 Propil paraben 0,02 % 0,02
x 50 gram = 0,01
100
6 TEA 1
X 50 gram = 0,5 gram
100
7 Aquades ad 100% 100 % -
(1%+5%+5%+0,18%+0,02%+5%+1%)
72,8
= x 50 gram =36,4 ml (u/ 1 pot)
100
Perhitungan bahan setelah ditambah 10% :

No Bahan Penimbangan
1 Natrium Diklofenak 0,5 gr + 10% = 0,55 gr
2 HPMC 2,5 gr + 10% = 2,75 gr
3 Propilen Glikol 7,5 gr + 10% = 3,25 gr
4 Triethanolamin (TEA) 0,5 gr + 10% = 0,55 gr
5 Propyl Paraben 0,01 gr + 10% = 0,011 gr
6 Methyl paraben 0,09 gr + 10% = 0,99 gr
7 Purified Water 36,4 ml + 10% = 40,04 gr
VII. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Aquades dididihkan diatas hot plate dalam keadaan tertutup sebanyak
40,59
3. Ditimbang HPMC 2,75gr ditaburkan dalam cawan yang sudah diberi
aquades yang mendidih. Didiamkan selama 30 menit hingga
mengembang. Kemudian digerus ad homogen
4. Ditimbang Propylen Glikol 8,25gr
5. Ditimbang Nipagin 0,99gr dilarutkan dalam sebagian Propilen Glikol
campur ad homogen
6. Ditimbang Nipasol 0,11gr dilarutkan dalam sebagian Propilen Glikol
campur ad homogen
7. Larutan Nipasol ditambah dengan larutan Nipagin aduk ad homogen
8. Tambahkan larutan no 7 dengan HPMC yang sudah mengembang
gerus ad homogen
9. Ditimbang natrium Diklofenak 0,55gr kemudian ditambahkan sisa
propilen glikol aduk ad homogen, lalu dicampurkan dengan larutan no
8, gerus ad homogen
10. Ditimbang trietanolamin 0,55gr, ditambahkan dengan no 9 gerus ad
larutan menjadi jernih. Kemudian di stereer dengan kecepatan yang
rendah.
11. Gel dimasukan kedalam pot salep, diberi etiket dan brosur. Dimasukan
dalam kemasan sekunder
12. Gel natrium diklofenak 1% dalam kemasan sekunder.
VII. UJI EVALUASI
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu gel yakni :
1. Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis sediaan gel Na Diklofenakdilakukan secara visual
meliputi warna, bau, dan bentuk sediaan. Spesifikasi gel yang diinginkan
yaitu :
Warna : bening/tidak berwarna.
Bau : tidak berbau.
Bentuk sediaan : gel homogen yang tidak terlalu kental atau terlalu
encer serta mudah diaplikasikan pada kulit.
2. Pengukuran pH sediaan
Prinsip: Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan kertas pH meter
Tujuan : Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode : Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter.
Yakni kertas pH meter dicelupkan ke dalam sediaan kemudian dicocokkan
kertas pH dengan indikatornya sehingga diperoleh pH akhir.(FI IV, hal.
1039).
3. Uji Homogenitas
Prinsip : Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan : Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu gel
Metode: Susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir diamati secara
visual. Metodenya sampel diambil pada bagian atas, tengah atau bawah.
Sampel diletakkan pada gelas objek dan diratakan dengan gelas objek lain
hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan partikel yang terbentuk
diamati visual
4. Uji Daya Sebar (Spreadability Test)
Prinsip : Uji daya sebar dengan menggunakan lempeng kaca dan anak
timbangan gram
Tujuan : Untuk mengetahui daya sebar gel
Metode : gel ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar bagian
rengah diatas diberi anak timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1menit.
Diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata
diameter dari beberapa sisi), diukur. 50 gram, 100 gram,200 gram,
300gram, 400 gram dan 500 gram digunakan sebagai beban, pada setiap
penambahan beban didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter krim
yang menyebar (Ansel, 1989).
5. Uji Viskositas
Menempatkan sejumlah sampel di wadah misalnya beaker glass, lalu
rangkai viskotester menggunakan spindel yang sesuai dengan jumlah
sediaan yang diuji dan tingkat kekentalan. Viskositas yang diinginan untuk
sediaan gel Na Diklofenak ini adalah antara 150-250 dPaos. 6 Evaluasi
Bobot Jenis Sediaan
Prinsip:
Menentukan bobot sediaan dengan menimbang sediaan
Tujuan :
Untuk menetapkan bobot sediaan
Metode :
Menimbang pot beserta penutupnya lalu menimbang pot yang telah berisi
gel beserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan.
Penafsiran hasil :
Bobot sediaan seragam dengan bobot rata-rata masing-masing pot adalah
30 gram.
6. Evaluasi Bobot Jenis Sediaan
Prinsip: Menentukan bobot sediaan dengan menimbang sediaan
Tujuan : Untuk menetapkan bobot sediaan
Metode : Menimbang pot beserta penutupnya lalu menimbang pot yang
telah berisi gel beserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan.
VIII. TABULASI DATA UJI EVALUASI
Jumlah berat gel 52gr
NO EVALUASI HASIL EVALUASI GAMBAR
1. Uji
Organoleptis
Hari-1 Bentuk : setengah padat,
tidak lengket
Bau : bau khas lemah
sedikit pedas
Warna : putih

Hari - 7 Bentuk: setengah padat,


kenyal, seperti bubur,
tidak lengket
Bau : bau khas lemah,
sedikit pedas
Warna : putih

2. Uji PH 8,1
(syarat 6-7= tidak
memenuhi syarat)

3. Uji Daya
Sebar
Tidak ada 2cm
beban (syarat 5-7cm = tidak
memenuhi syarat)

Beban 50gr 2,3cm


(syarat 5-7cm = tidak
memenuhi syarat)

Beban 100gr 2,5cm


(syarat 5-7cm = tidak
memenuhi syarat)

Beban 150gr 2,7cm


(syarat 5-7cm = tidak
memenuhi syarat)
4. Uji Hari ke 1
Homogenitas Dengan objek glass =
homogen
(memenuhi syarat)

Dengan mikroskopik =
homogen
(memenuhi syarat)

Hari ke 7
Dengan objek glass = tidak
homogen
(tidak memenuhi syarat)

Dengan mikroskopik =
tidak homogen
(tidak memenuhi syarat)

IX. PEMBAHASAN
Praktikum Formulasi dan Evaluasi Sediaan Gel Natrium Diklofenak
1% ini dilakukan pada tanggal 4 desember 2019. Bertempat di Laboratorium
Terpadu UNIPMA tepatnya di lab farmasetika. Praktikum ini dilakukan
bertujuan agar mahasiswa mampu merancang formula sediaan gel,
mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi sediaan gel dan
mahasiswa mampu menganalisa pengaruh penggunaan gelling agent terhadap
stabilitas sediaan gel. Bahan aktif yang kami gunakan pada formulasi kami
adalah Na Diklofenak yang mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi dan anti
nyeri. Di dalam formula ini tentu tidak hanya berisi zat aktif saja, namun juga
terdapat bahan tambahan lainnya seperti HPMC sebagai gelling agent,
propilen glikol sebagai humektan, Nipagin dan nipasol sebagai pengawet dan
juga Aquadesh sebagai pelarut.
Pertama hal yang dilakukan dalam pratikum ini adalah menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian memanaskan aquades diatas hot plate hingga
mendidih. Setelah mendidih diambil sebanyak 40,04ml dituangkan kedalam
mortir. Ditimbang HPMC sebanyak 2,75gr ditaburkan secara merata diatas
aquades mendidih yang telah dituang dalam mortir. Ditunggu selama 30
menit hingga HPMC mengembang. Setelah HPMC mengembang sempurna,
lalu digerus dalam mortir ad homogen. Dalam prakteknya HPMC tidak
mengembang sempurna, sehingga waktu digerus masih terdapat gumpalan.
Hal ini dikarenakan waktu penaburan HPMC kurang merata, sehingga
terdapat bagian yang tidak tersentuh air sehingga tidak mengembang dan
terbentuk gumpalan. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan pemanasan
ulang sembari digerus hingga terbentuk HPMC yang homogen.
Setelah terbentuk HPMC yang homogen, lalu langkah selanjutnya
menimbang Propylen glikol 8,25gr dalam beker glass. Ditimbang Nipagin
0,99gr dilarutkan dalam sebagian Propilen Glikol campur ad homogen
sisihkan. Ditimbang Nipasol 0,11gr dilarutkan dalam sebagian Propilen
Glikol campur ad homogen. Kemudian larutan nipagin dan nipasol dicampur
menjadi satu diaduk ad homogen. Dimasukan kedalam HPMC sedikit demi
sedikit sembari digerus ad homogen.
Langkah selanjutnya menimbang Natrium Diklofenak sebanyak
0,55gr kemudian ditambahkan sisa propilen glikol aduk ad homogen, lalu
dicampurkan dengan campuran sebelumnya digerus ad homogen.
Ditambahkan trietanolamin 0,55gr, gerus ad larutan menjadi jernih.
Kemudian di stereer dengan kecepatan yang rendah. Hasil pada praktek gel
yang terbentuk berwarna putih pekat dan tidak jernih. Hal ini dikarenakan
tidak adanya alat stereer. Sehingga pengadukan kurang maksimal
menghasikan penampakan gel yang kurang jernih.
Setelah terbentuk gel, gel dimasukan kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat akhir sediaan gel yang dibuat. Berat gel yang diperoleh
sebesar 52gr. Berat ini lebih besar dari berat gel yang diminta yaitu sebanyak
50gr. Hal ini dikarenkan dalam penimbangan jumlah bahan ditambah
sebanyak 10%. Gel dimasukan kedalam pot salep, kemudian diratakan supaya
tidak terdapat ruang udara dalam pot dan isi gel lebih padat. Gel sdiberi etiket
dan siap untuk dilakukan uji evaluasi.
Uji evaluasi pertama yang dilakukan yaitu uji organoleptis, dengan
mengamati sediaan gel yang meliputi konsistensi/tekstur sediaan, warna, bau,
dan rasa sediaan pada kulit, secara visual menggunakan panca indra.
Pengamatan organoleptis dilakukan sebanyak 2 kali pengamatan, yaitu pada
hari pertama, kedua, keempat dan keenam. Pada pengamatan uji organoleptis
hari pertama diperoleh hasil gel berbentuk setengah padat, tidak lengket
mempunyai bau khas lemah dan sedikit pedas, berwarna putih. Pada
pengamatan hari ketujuh diperoleh hasil bentuk setengah padat, kenyal, mirip
seperti bubur, tidak lengket, bau khas lemah hampir tidak berbau, berwarna
putih. Terdapat perbedaan bentuk pada hari ketujuh bentuk lebih mirip bubur,
kemungkinan gel pecah sehingga bentuk berubah dari bentuk semula. Hal ini
dapat dikarenakan sewaktu gel dibuat penggerusan terlalu ditekan sehingga
hasil gel pecah dan bentuk berubah.
Uji evaluasi yang kedua dilakukan uji Ph dengan menggunakan alat
Ph meter. Cara kerja ditimbang 0,5 gram sediaan, ditambahkan aquadest ad
10 ml, aduk ad homogeny, diukur pH menggunakan alat pH Meter, dilakukan
pencatatan data hasil uji pH. Diperoleh hasil Ph gel 8,1 yang beararti pH basa,
Ph gel yang terlalu basa dapat membuat kulit kering. Ph Gel yang telah dibuat
tidak memenuhi syarat pH gel yang baik. PH ini tidak masuk dalam rentang
persyaratan dalam pembuatan Gel Na Diklofenak ini , yaitu PH antara 6-7,
sehingga sediaan kami tidak cocok jiga di gunakan untuk topical, karena
terlalu basa akan menyebabkan kulit menjadi kering. Ph yang tidak sesuai
dapat dikarenakan ph meter yang digunakan tidah bersih ketika dilakukan
pengukuran ph, larutan yang digunakan telah bercampur dengan zat lain,
penimbangan zat yang tidak sesuai atau berlebihan dan dapat juga
dikarenakan beker glass yang digunakan untuk pengukuran kurang bersih.

Uji ketiga yang dilakukan yaitu uji daya sebar. Uji daya sebar dengan
menggunakan lempeng kaca dan anak timbangan gram. Dengan cara gel
ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar. Pertama kaca bundar
tidak diberi beban mengahsilkan diameter 2cm. Kedua kaca bundar diberi
beban sebesar 50gram menghasilkan diameter 2,7cm. Ketiga kaca bundar
diberi beban 100gram menghasilkan diameter 2,5 cm dan keempat diberi
beban 150gram menghasilkan diameter 2,7 cm. Syarat daya sebar yang baik
sebesar 5-7cm menandakan konsistensi sediaan semisolid yang nyaman
digunakan (Garg et al., 2002). Hasil uji daya sebar gel natrium diklofenak 1%
tidak memenuhi syarat, diameter yang dihasilkan terlalu kecil dari ketentuan.
Hal ini dapat dikarenakan penimbangan gelling agent HPMC yang
ditambahkan tidak sesuai, atau pada saat pengembangan HPMC tidak
berkembang dengan sempurna. Sehingga menyebabkan diameter daya sebar
terlalu kecil. untuk itu dapat disimpulkan jika daya sebar dari gel yang di buat
tidak sesuai dengan persyaratan yang diinginkan.
Uji evaluasi keempat yang dilakukan yaitu uji Homogenitas sediaan.
Pengujian homogenitas yang pertama, di lakukan dengan cara sampel gel
dioleskan pada sekeping kaca transparan, sediaan harus menunjukan susunan
yang homogeny dan tidak terlihat butiran kasar, hasil yang terlihat pada
sediaan gel kami adalah tingkat homogenitasnya baik karena tak terlihat
butiran kasar dan gelembung. Metode kedua yang dilakukan dengan
pengamatan dibawah mikroskopik dengan perbesaran 100x. Terdapat gambar
mikroskopik yang homogen. Hal ini telah sesuai dengan syarat. Gel harus
homogen agar pada saat dioleskan zat aktif dapat terserap merata. Tetapi pada
pengamatan hari ketujuh gel berubah teksturnya menjadi seperti bubur. Akan
tetapi pada saat digoreskan pada objek glass dan diamati dibawah mikroskop
hasil menunjukan tidak homogen. Hal ini dapat dikarenakan kurang
sempurnanya pada saat melakukan pengembangan HPMC, sehingga hasil
mudah pecah pada penyimpanan.

X. KESIMPULAN
1. Hasil berat gel na diklofenak 1% melebihi hasil yang diinginkan, karena
dalam penimbangan ditambah 10%
2. Uji evaluasi sediaan sebagian besar tidak memenuhi syarat, seperti uji
organoleptis, daya sebar, uji ph
3. Uji evaluasi homogenitas memenuhi syarat, hasil gel yang diuji homogen

XI. KRITIK DAN SARAN

1. Dalam pembuatan HPMC sebaiknya tidak digerus dengan ditekan secara


kuat dan dengan pengadukan konstan agar tidak timbul buih dan dan tidak
ada partikel yang menggumpal
2. Saat penaburan HPMC sebaiknya dipastikan bahwa semua sebuk benar-
benar kontak dengan air, agar HPMC dapat mengembang dengan rata.
3. Penambahan Trietanolamin dalam sediaan gel dapat mempengaruhi Ph
sediaan, oleh karena itu pada saat penimbangan harus seteliti mungkin,
agar tidak terjadi selisih dengan formulasi sediaan gel.

XII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI
Press.
Estuningtyas, A. dan Arif A.,2009, Farmakologi dan Terapi Obat Lokal Edisi
V, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Kaur L, Garg R & Gupta G. Development & Evaluation of
Topical Gel of Minoxidil from ifferent Polymer Bases in
Application of Alopecia; International Journal of Pharmacy &
Pharmaceutical Sciences. 43-47. 2010.
Raymond, Paul J., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. London : Royal Pharmaceutical Society of
Great Britain.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn, 2009. Pharmaceutical Design.
London : Pharmaceutical Press
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata.
Jakarta : EGC.
Troy, B. David dan Paul Beringer, 1885. Remingtoon ; The Science and
Practice of Pharmacy. US : Lippincott Williams & Wilkins.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi Edisi V, diterjemahkan
oleh Rer. Nat. Soedani Nurono Suwandi, disunting oleh Samhudi R.,
Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Yoshita, 2003. Farmasi Fisik ; Dasar – Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetika. Jilid 2 Edisi 3. Yogyakarta : UGM Press.
LAMPIRAN

KEMASAN
BROSUR
FORMULASI DAN EVALUASI
FORMULASI DAN EVALUASI
GEL METHYL SALISILAT
I. TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk
mengetahui cara pembuatan sediaan gel dan mengetahui parameter uji
evaluasi sediaan gel Methyl Salisilat
II. DASAR TEORI
1. Definisi
Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan
sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Sedangkan definisi gel menurut Formularium Kosmetika
Indonesia (1985), adalah sediaan dasar berupa sistem dispersi yang
terdiri dari partikel anorganik submikroskopik atau organik
makromolekul yang terdispersi atau terbungkus dan terendam dalam
cairan. Gel merupakan bentuk sediaan padat dan mengandung banyak
air. Penampilan gel transparan atau berbentuk suspensi partikel koloid
yang terdispersi (Hidayatussa’adah, 2008).
2. Teori Pembentukan
Ada tiga teori yang dapat digunakan untuk menjelaskan pembentukan
gel dan mendapat banyak dukungan dari para ahli kimia koloid, yaitu :
a. Teori adsorpsi pelarut
Teori ini menyatakan bahwa gel terjadi sebagai akibat adsorpsi
molekul pelarut olehpartikel terlarut selama pendinginan yaitu dalam
bentuk pembesaran molekul akibat pelapisan zat terlarut oleh
molekul-molekul pelarut. Pembesaran partikel terjadi terus menerus
sehingga molekul zat telarut yang telah membesar bersinggungan
dan tumpang tindih melingkari satu sama lain sehingga seluruh
system menjadi tetap dan kaku. Adsorpsi zat pelarut akan meningkat
dengan makin rendahnya suhu.

b. Teori jaringan tiga dimensi


Teori ini hampir sama dengan teori yang dikemukakan oleh
Oakenfull dan Tobolsky. Teori ini menyatakan bahwa kemampuan
senyawa-senyawa untuk mengadakan gelasi disebabkan oleh
terbentuknya struktur berserat atau terjadinya reaksi di dalam
molekul itu sendiri membentuk serat. Selama pendinginan serat
tersebut membentuk jaringan tiga dimensi.
Ikatan yang menentukan dalam jaringan tiga dimensi
kemungkinan merupakan ikatan primer dari gugusan fungsional
danikatan sekunder yang terdiri dari ikatan hydrogen atau dapat juga
terjadi antara gugus alkil. Tipe ikatan yang terdapat dalam jaringan
tiga dimensi akan menentukan tipe gel yang dihasilkan.
c. Teori orientasi partikel
Teori ini menyatakan bahwa pada sisi tertentu terdapat
kecenderungan bagi partikel terlarut dan solven untuk berorientasi
dalam konfigurasi yang tertentu melalui pengaruh gaya dengan
jangkauan yang panjang, seperti yang terjadi pada kristal.

Mekanisme pembentukan gel dapat berbeda-beda tergantung


pada jenis bahan pembentuknya. Diantaranya yang paling berbeda
dalam hal jenis dan sifat-sifatnya adalah gel yang dibentuk oleh
gelatin, suatu jenis protein dan gel yang dibentuk oleh polisakarida.
Kebanyakan hidrokoloid adalah polisakarida. Polisakarida
yang memiliki empat tipe struktur yang berbeda yaitu linear,
bercabang tunggal, linier berselang, dan tipe semak akan
menghasilkan viskositas larutan yang tergantung pada ukuran
molekul, bentuk molekul, dan muatannya. Jika molekul memiliki
muatan yang dihasilkan dari ionisasi gugus tertentu seperti karboksil,
maka pengaruh muatan sangat besar.
Gaya tolak menolak Coulomb dari muatan-muatan negatif
yang tersebar sepanjang molekul polisakarida cenderung meluruskan
molekul (polimer), yang menghasilkan larutan dengan viskositas
tinggi.
Polisakarida linier dengan berat molekul yang sama dengan
polisakarida tipe semak, akan mempunyai viskositas yang lebih
besar dalam larutannya sebab girasi atau perputaran gerak polimer
struktur linier meliputi daerah yang lebih luas dan volume yang lebih
besar. Hal ini akan menyebabkan gesekan antar molekul lebih
mudah terjadi sehingga lebih meningkatkan gaya gesek dan
viskositas larutan, dibandingkan dengan polimer yang memiliki
tingkat percabangan yang tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada
polimer linier yang tidak bermuatan yang cenderung membentuk
larutan yang tidak stabil.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Gel
Ada banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan gel
hidrokoloid, faktor-faktor ini dapat berdiri sendiri atau berhubungan
satu sama lain sehingga memberikan pengaruh yang sangat kompleks.
Diantara faktor-faktor tersebut yang paling menonjol adalah
konsentrasi, suhu, pH, dan adanya ion atau komponen aktif lainnya.
a. Pengaruh konsentrasi

Konsentrasi hidrokoloid sangat berpengaruh terhadap


kekentalan larutannya. Pada konsentrasi yang rendah larutan
hidrokoloid biasanya akan bersifat sebagai aliran Newtonian dengan
meningkatnya kosentrasi maka sifat alirannya akan berugah menjadi
non Newtonian. Hampir semua hidrokoloid memiliki kekentalan
yang tinggi pada konsentrasi yang sangat rendah antara 1-5% kecuali
pada gum arab yang sifat Newtoniannya tetap dipertahankan sampai
dengan onsentrasi 40% .

b. Pengaruh suhu

Pada beberapa hidrokoloid suhu akan menyebabkan penurunan


kekentalan, karena itu kenaikan suhu dapat mengubah sifat aliran
yang semula non Newtonian menjadi Newtonian.

c. Pengaruh pH

Hidrokoloid pada umumnya akan membentuk gel dengan baik


pada kisaran pH tertentu. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya
peningkatan kekentalan dengan meningkatnya pH hingga mencapai
titik tertentu dan kemudian akan makin menurun bila pH terus
ditingkatkan.

d. Pengaruh ion

Beberapa jenis hidrokoloid membutuhkan ion-ion logam


tertentu untuk membentuk gelnya, karena pembentukan gel tersebut
melibatkan pembentukan jembatan melalui ion-ion selektif.

e. Pengaruh komponen Aktif lainnya


Sifat fungsional beberapa jenis hidrokoloid dapat dipengaruhi
oleh adanya hidrokoloid lain. Pengaruh ini dapat bersifat negatif
dalam arti sifat fungsional makin berkurang dengan adanya
hidrokoloid lain ataupun bersifat positif karena adanya pengaruh
sinergis antara hidrokoloid-hidrokoloid yang bergabung.
4. Teori Preparasi
Menurut Khristantyo (2010), pada prinsipnya metode pembuatan
sediaan semisolid dibagi menjadi dua
a) Metode pelehan (fusion), disini zat pembawa dan zat berkhasiat
dilelehkan bersama dan diaduk sampai membentuk fasa yang
homogen. Dalam hal ini perlu diperhatikan stabilitas zat
berkhasiat terhadap suhu yang tinggi pada saat pelelehan.
b) Trirurasi, zat yang tidak larut dicampur dengan sedikit basis yang
akan dipakai atau dengan salah satu zat pembantu, kemudian
dilanjutkan dengan penambahan basis. Dapat juga digunakan
pelarut organik untuk melarutkan terlebih dahulu zat aktifnya,
kemudian baru dicampur dengan basis yang akan digunakan.
5. Proses pembuatan
1. Timbang sejumlah gelling agent sesuai dengan yang
dibutuhkan
2. Gelling agent dikembangkan sesuai dengan caranya masing-
masing
3. Timbang zat aktif dan zat tambahan lainnya
4. Tambahkan gelling agent yang sudah dikembangkan ke dalam
campuran tersebut atau sebaliknya sambil diaduk terus-
menerus hingga homogen tapi jangan terlalu kuat karena akan
menyerap udara sehingga menyebabkan timbulnya gelembung
udara dalam sediaan yang nantinya dapat mempengaruhi pH
sediaan.
5. Gel yang sudah jadi dimasukkan ke dalam alat pengisi gel dan
diisikan ke dalam tube sebanyak yang dibutuhkan
6. Ujung tube ditutup lalu diberi etiket dan dikemas dalam wa
dah ynag dilengkapi brosur dan etiket
6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Formulasi Gel
 Penampilan gel : transparan atau berbentuk suspensi partikel
koloid yang terdispersi, dimana dengan jumlah pelarut
yang cukup banyak membentuk gel koloid yang mempunyai
struktur tiga dimensi.
 Inkompatibilitas dapat terjadi dengan mencampur obat yang
bersifat kationik pada kombinasi zat aktif, pengawet atau
surfaktan dengan pembentuk gel yang bersifat anionik (terjadi
inaktivasi atau pengendapan zat kationik tersebut).
 Gelling agents yang dipilih harus bersifat inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain dalam formulasi.
 Penggunaan polisakarida memerlukan penambahan pengawet
sebab polisakarida bersifat rentan terhadap mikroba.
 Viskositas sediaan gel yang tepat, sehingga saat disimpan
bersifat solid tapi sifat soliditas tersebut mudah diubah dengan
pengocokan sehingga mudah dioleskan saat penggunaan
topikal.
 Pemilihan komponen dalam formula yang tidak banyak
menimbulkan perubahan viskositas saat disimpan di bawah
temperatur yang tidak terkontrol.
 Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab
saat penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer
yang dapat menimbulkan syneresis (air mengambang diatas
permukaan gel)
 Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab
bila daya adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya
kohesi antar gel maka sistem gel akan rusak.
7. Cara Pemakaian
Sejumlah cukup gel, sesuai dengan luas area yang sakit,
dioleskan pada sendi yang sakit. Diberikan pijatan secara perlahan
untuk memastikan pemakaian gel merata pada seluruh sendi yang
sakit. Daerah yang baru dioleskan sediaan didiamkan selama 10
menit sebelum ditutupi dengan pakaian dan 60 menit sebelum
mandi. Tangan harus segera dicuci setelah dioleskan gel Na-
diklofenak, kecuali bila tangan tersebut adalah daerah yang diobati.
8. Cara Penyimpanan

a) Gel lubrikan harus dikemas dalam tube dan harus disterilkan


b) Gel untuk penggunaan mata dikemas dalam tube steril.
c) Gel untuk penggunaan pada kulit dapat dikemas dalam tube atau
pot salep.
9. Keuntungan sediaan gel :
a) efek pendinginan pada kulit saat digunakan
b) penampilan sediaan yang jernih dan elegan
c) pada pemakaian di kulit setelah keringmeninggalkan film tembus
pandang
d) elastic
e) daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan
pori tidak terganggu
f) mudah dicuci dengan air
g) pelepasan obatnya baik
h) kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
10. Kekurangan sediaan gel :
a) harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga
diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan Agar
gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur
b) sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat
c) Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan
harga lebih mahal.
d) Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau
dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
e) gel dengan kandungan alkohol yang tinggi dapat menyebabkan
pedih pada wajah dan mata
f) penampilan yang buruk pada kulit
g) bila terkena pemaparan cahaya matahari, alkohol akan menguap
dengan cepat dan meninggalkan film yang berpori atau pecah-
pecah sehingga tidak semua area tertutupi atau kontak dengan zat
aktif.
Kegunaan Sediaan Gel
1. Untuk kosmetik, gel digunakan pada shampo, parfum, pasta gigi, dan
kulit dan sediaan perawatan rambut.
2. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non
streril) atau dimasukkan kedalam lubang tubuh atau mata (gel steril)
(FI IV, hal 8)
3. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi
tablet bahan pelindung koloid dan suspensi, bahan pengental ada
sediaan cairan oral dan basis suppositoria. (Lachman,1989.
Pharmaceuitical Dosage System. Dysperse system. Volume 2, hal 495
496)
III. DATA PREFORMULASI
3.1 Metil Salisilat (Farmakope Indonesia IV)
Pemerian : Cairan tidak berwarna, kekuningan atau
kemerahan, berbau khas dan rasa seperti
gandapura. Mendidih antara 219°C dan 224 °C
disertai peruraian.
Nama Lain : Methylis Salicylas
Nama Kimia : Benzoic acid, 2-hidroxy-methyl ester
Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol, dan
salam asetat glacial
Titik Didih : 219°C - 224 °C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
pH :
Stabilitas : Stabil pada temperature ruang dengan wadah
tertutup rapat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan agen oksidasi kuat, asam
kuat,basa kuat, logam alkali, nitrat
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
3.2 Menthol (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6, halaman 433)
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak
berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau massa
yang melebur, mempunyai bau yang enak
seperti minyak permen
Nama Lain : Mentholum
Struktur Kimia :
Nama Kimia : 5-metil-2-(1-metil etil)-sikloheksanal
Rumus Molekul : C10H20O
Berat Molekul : 152,67
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam atnol, dalamkloloform, dalam eter dan
dalam heksana, mudah larut dalam asam asetat
pH :
Titik Leleh : 41°C- 44°C
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu tidak
lebih dari 25°C
Stabilitas : Stabil dalam suhu ruang dapat disimpan
selama 18 bulan
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan butyl-kloralhidrat,
kloralhidrat, kromium trioksida, beta naftol,
fenol, potassium permanganate, champore
Sifat Khusus : Apabila dicampur dengan kamfer atau
kloralhidrat atau fenol sama berat maka
campuran akan mencair
Koefisien Partisi :-
3.3 Nipagin (Handbook of Pharmaceutical Excipient Edisi 6 Hal 442, FI IV
Hal 551)
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwana, atau serbuk hablur
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah,
mempunyai sedikit rasa terbakar
Nama Lain :Metilparaben, Metagin, Metil paraept,
aseptoform, metyl cemosept
Struktur Kimia :

Nama Kimia : Methyl-4-hydrobenzoate


Rumus Molekul : C8H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena, dan
dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam
etanol dan eter
pH larutan :-
Titik Lebur : 125◦C - 128◦C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragacant, sodium alginate,
minyak esensial, sorbitol, dan atropine.
Stabilitas : Pada ph 3-6 larutan nipagin cair dapat
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120◦C
selama 20 menit. Stabil pada pH 3-6 pada suhu
ruangan.
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
. 3.4 Na – CMC (Farmakope Indonesia edisi III)

Nama resmi : Natrium Carboxie Metil Cellulosum

Nama lain : Natrium

Rumus struktur :-

Rumus kimia :

Bobot molekul : 644,65

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air membentuk suspensi

Koloid ≠ larut dalam air etanol (95%) p dalam eter p,


Dan dalam pelarut organik lain.

Pemerian : Serbuk atau butiran putih atau kekuningan ≠ berbau

Khasiat : Pensuspensi

Penyimpanan : Wadah tertutup rapat

3.5 Polysorbate 80 / Tween 80 (Farmakope Indonesia III : 509)

Cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak khas.

Fungsi : Zat tambahan

3.6 Aquadest
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa
Nama Lain : Aqua, aqua purificata
Struktur Kimia :
Nama Kimia : Dihidrogen oksida
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 16,02
Kelarutan :-
pH :7
Titik Didih : 100◦C
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas :-
Inkompatibilitas :-
Sifat Khusus :-
Koefisien Partisi :-
IV. FORMULASI
Bahan Kadar Rentang Fungsi
(HPE, 2009)
Metil salisilat 5% Bahan aktif
Mentol 1% - Bahan aktif
Na CMC 4% 3-6% Gelling agent
Tween 80 10 % 1-15% Surfaktan
Nipagin 0,2 % 0,02-0,3% Pengawet
Aquadest hingga 100 % Pelarut

V. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
No. ALAT GAMBAR ALAT
1. Mortir & stamfer
2. Beker glass 50 ml

3. Pengaduk

4. Cawan Porselin

5. Sendok tanduk

6. Sudip
7. PH Meter

8. Alat uji daya sebar

9. Timbangan

10. Kertas perkamen

11. Hot plate


12. Pot salep

13. Mikroskop

14. Object glass & de glass

15. Pipet tetes

16. Kain lab


17. Stopwatch

B. Bahan
NO. Bahan Gambar Bahan
1. Methyl Salisilat

2. Menthol

3. NA CMC
4. Tween 80

7. Methyl paraben

8. Aquadest

VI. PENIMBANGAN
Jumlah sediaan gel yang dibuat adalah 1 pot seberat 10 gram.

No Bahan Penimbangan
1 Metyl Salisilat 5
x 10 gram = 0,5 gram+10% = 0,55 gram
100
2 Menthol 1
x 10 gram = 0,1 gram+10% = 0,11 gram
100
3 Na CMC 4
x 10 gram = 0,4 gram+10% = 0,44 gram
100
4 Tween 80 10
x 10 gram = 1 gram+10 % = 1,1 gram
100
5 Nipagin 0,2
x 10 gram = 0,02 gram+10% = 0,022
100
gram
6 Aquadesh 100% - (5%+1%+4%+10%+0,2%)
=79,8% x 10 grm
=7,98 ml + 10% = 8,77 ml

VII. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Aquades dididihkan diatas hot plate dalam keadaan tertutup. Diambil
sebanyak 8,77ml
3. Ditimbang Na CMC 0,44 gram dilarutkan dengan air panas hingga
mengembang.
4. Ditimbang Nipagin 0,22gram dilarutkan dalam air sebanyak 2,2ml.
Dimasukan kedalam Na CMC yang sudah mengembang. Kemudian
gerus ad homogen.
5. Setelah na cmc terbasahi dan tidak terdapat gumpalan putih basis
didiamkan selama 20 menit.
6. Ditimbang tween 80 1,1 gram, dimasukan kedalam no 5 sedikit demi
sedikit, gerus ad homogen.
7. Ditimbang methyl salisilat 0,55 gram dan menthol 0,11 gram, dicampur
dan dimasukan secara perlahan, sedikit-demi sedikit diaduk ad
homogen dan terbentuk emulgel yang baik
8. Gel dimasukan kedalam pot salep, diberi etiket dan brosur. Dimasukan
dalam kemasan sekunder
9. Gel methyl salisilat dalam kemasan sekunder.
VII. UJI EVALUASI
Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu gel yakni :
1.Uji Organoleptis
Pengujian organoleptis sediaan gel Na Diklofenakdilakukan secara visual
meliputi warna, bau, dan bentuk sediaan. Spesifikasi gel yang diinginkan
yaitu :
Warna : bening/tidak berwarna.
Bau : tidak berbau.
Bentuk sediaan : gel homogen yang tidak terlalu kental atau terlalu
encer serta mudah diaplikasikan pada kulit.
2. Pengukuran pH sediaan
Prinsip: Pengukuran pH sediaan dengan menggunakan kertas pH meter
Tujuan : Untuk dapat menentukan pH dari sediaan
Metode : Penetapan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter.
Yakni kertas pH meter dicelupkan ke dalam sediaan kemudian dicocokkan
kertas pH dengan indikatornya sehingga diperoleh pH akhir.(FI IV, hal.
1039).
3 Uji Homogenitas
Prinsip : Sebagian sampel diamati pada gelas objek secara visual
Tujuan : Untuk mengetahui distribusi partikel/granul dari suatu gel
Metode: Susunan partikel yang terbentuk dari sediaan akhir diamati secara
visual. Metodenya sampel diambil pada bagian atas, tengah atau bawah.
Sampel diletakkan pada gelas objek dan diratakan dengan gelas objek lain
hingga lapisan tipis terbentuk. Setelah itu susunan partikel yang terbentuk
diamati visual
4 Uji Daya Sebar (Spreadability Test)
Prinsip : Uji daya sebar dengan menggunakan lempeng kaca dan anak
timbangan gram
Tujuan : Untuk mengetahui daya sebar gel
Metode : gel ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar bagian
rengah diatas diberi anak timbangan sebagai beban dan dibiarkan 1menit.
Diameter krim yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-rata
diameter dari beberapa sisi), diukur. 50 gram, 100 gram,200 gram,
300gram, 400 gram dan 500 gram digunakan sebagai beban, pada setiap
penambahan beban didiamkan selama 1 menit dan diukur diameter krim
yang menyebar (Ansel, 1989).
5 Uji Viskositas
Menempatkan sejumlah sampel di wadah misalnya beaker glass, lalu
rangkai viskotester menggunakan spindel yang sesuai dengan jumlah
sediaan yang diuji dan tingkat kekentalan. Viskositas yang diinginan untuk
sediaan gel Na Diklofenak ini adalah antara 150-250 dPaos. 6 Evaluasi
Bobot Jenis Sediaan
Prinsip:
Menentukan bobot sediaan dengan menimbang sediaan
Tujuan :
Untuk menetapkan bobot sediaan
Metode :
Menimbang pot beserta penutupnya lalu menimbang pot yang telah berisi
gel beserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan.
Penafsiran hasil :
Bobot sediaan seragam dengan bobot rata-rata masing-masing pot adalah
30 gram.
6. Evaluasi Bobot Jenis Sediaan
Prinsip: Menentukan bobot sediaan dengan menimbang sediaan
Tujuan : Untuk menetapkan bobot sediaan
Metode : Menimbang pot beserta penutupnya lalu menimbang pot yang
telah berisi gel beserta tutupnya dan dicatat bobot sediaan
VIII. TABULASI DATA UJI EVALUASI
Jumlah berat gel 10,4 gr
NO EVALUASI HASIL EVALUASI GAMBAR
1. Uji
Organoleptis
Hari-1 Bentuk : setengah padat,
sedikit lengket
Bau : bau khas methyl
salisilat
Warna : putih

Hari -7 Bentuk: setengah padat,


sedikit lengket
Warna : putih
Bau : Khas metyl salisilat

2. Uji PH 7,6
Hasil tidak memenuhi
syarat.
(Syarat ph gel : 5-7)

3. Uji Daya
Sebar
Tidak ada 2cm
beban (tidak memenuhi syarat
daya sebar 5-7cm)

Beban 50gr 2,7cm


(tidak memenuhi syarat
daya sebar 5-7cm)

Beban 100gr 3,2cm


(tidak memenuhi syarat
daya sebar 5-7cm)
Beban 150gr 3,5cm
(tidak memenuhi syarat
daya sebar 5-7cm)

4. Uji Dengan gelas objek =


Homogenitas Homogen
(memenuhi syarat)

Dengan mikroskopik =
Homogen
(memenuhi syarat)
Dengan gelas objek =
Homogen
(memenuhi syarat)

Dengan mikroskopik =
Homogen
(memenuhi syarat)

Hasil uji aseptabilitas


No Kriteria Aseptabilitas 1 2 3 4 5
1 Kemudahan dioleskan 4 4 4 4 3
2 Kelembutan sediaan 3 4 3 4 4
3 Sensasi yang timbul 4 5 4 4 4
4 Kemudahan pencucian 4 4 4 4 4
5 Kelengketan 4 4 4 4 5
6 Bau 5 4 4 4 5
8

4 kemudahan dioles
kelembutan
sensasi yang timbul
kemudahan dicuci
2 kelengletan
bau

1
sangat jelek jelek kurang baik baik sangat baik

IX. PEMBAHASAN
Praktikum Formulasi dan Evaluasi Sediaan Gel Methyl Salisylas ini
dilakukan pada tanggal 4 desember 2019. Bertempat di Laboratorium
Terpadu UNIPMA tepatnya di lab farmasetika. Praktikum ini dilakukan
bertujuan Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk
mengetahui cara pembuatan sediaan gel dan mengetahui parameter uji
evaluasi sediaan gel Methyl Salisilat. Bahan bahan yang digunakan yaitu
Methyl salisylas, Menthol, Na CMC, Tween 80, Nipagin dan Aquades.
Pertama hal yang dilakukan dalam pratikum ini adalah menyiapkan
alat dan bahan. Kemudian memanaskan aquades diatas hot plate hingga
mendidih. Setelah mendidih diambil sebanyak 8,77ml dituangkan kedalam
mortir. Ditimbang Na CMC 0,44 ditaburkan secara merata diatas aquades
mendidih yang telah dituang dalam mortir. Setelah na cmc terbasahi dan tidak
terdapat gumpalan putih basis didiamkan selama 20 menit. Setelah Na CMC
mengembang sempurna, lalu digerus dalam mortir ad homogen. Ditimbang
Nipagin 0,22gram dilarutkan dalam air sebanyak 2,2ml. Dimasukan kedalam
Na CMC yang sudah mengembang. Kemudian gerus ad homogen.
Ditimbang tween 80 1,1 gram, dimasukan kedalam mortir, digerus
dengan campuran bahan sebelumnya ad homogen. Ditimbang methyl salisilat
0,55 gram dan menthol 0,11 gram, dicampur dan dimasukan secara perlahan,
sedikit-demi sedikit diaduk ad homogen dan terbentuk emulgel yang baik.
Gel dimasukan kedalam pot salep, diberi etiket dan brosur. Dimasukan dalam
kemasan sekunder. Gel methyl salisylat dalam kemasan sekunder.
Hasil akhir diperoleh gel dengan berat 10,4gr. Berat yang diperoleh
melebihi berat yang diinginkan 0,4mg. Dikarenkan dalam perhitungan
ditambah 10% dari jumlah berat bahan. Dapat juga dikarenakan kesalahan
dalam penimbangan. Setelah dilakukan penimbangan dan pengemasan gel
siap untuk dilakukan pengujian evaluasi.
Uji evaluasi pertama yang dilakukan yaitu uji organoleptis, dengan
mengamati sediaan emulgel yang meliputi konsistensi/tekstur sediaan, warna,
bau, dan rasa sediaan pada kulit, secara visual menggunakan panca indra.
Pengamatan organoleptis dilakukan sebanyak 4kali pengamatan, yaitu pada
hari pertama, kedua, keempat dan keenam. Pada pengamatan uji organoleptis
hari pertama diperoleh hasil gel berbentuk : setengah padat, sedikit lengket.
Mempunyau bau khas methyl salisilat dan berwarna putih. Pada pengamatan
hari ketujuh diperoleh hasil gel berbentuk setengah padat, sedikit lengket,
berwarna putih, mempunyai bau Khas metyl salisilat. Hasil pengamatan
organoleptis hari pertama dan hari ketujuh terdapat hasil yang sama, tidak ada
yang berubah dari penampakan gel.

Uji evaluasi yang kedua dilakukan uji Ph dengan menggunakan alat


Ph meter. Cara kerja ditimbang 0,5 gram sediaan, ditambahkan aquadest ad
10 ml, aduk ad homogeny, direplikasi sebanyak 3 kali, diukur pH
menggunakan alat pH Meter, dilakukan pencatatan data hasil uji pH.
Diperoleh hasil Ph gel 7,6 yang beararti pH basa, Ph gel yang terlalu basa
dapat membuat kulit bersisik. Ph Gel yang telah dibuat tidak memenuhi
syarat pH gel yang baik. Ph sediaan gel yang baik menurut (Barry, 1983) 4-
6,8 karena rentang Ph tersebut dapat diterima dengan baik oleh kulit. Ph yang
tidak sesuai dapat dikarenakan ph meter yang digunakan tidah bersih ketika
dilakukan pengukuran ph, larutan yang digunakan telah bercampur dengan
zat lain, penimbangan zat yang tidak sesuai atau berlebihan dan dapat juga
dikarenakan beker glass yang digunakan untuk pengukuran kurang bersih.

Uji ketiga yang dilakukan yaitu uji daya sebar. Uji daya sebar dengan
menggunakan lempeng kaca dan anak timbangan gram. Dengan cara gel
ditimbang ±0,5 gram, diletakkan pada kaca bundar. Pertama kaca bundar
tidak diberi beban mengahsilkan diameter 2cm. Kedua kaca bundar diberi
beban sebesar 50gram menghasilkan diameter 2,7cm. Ketiga kaca bundar
diberi beban 100gram menghasilkan diameter 3,3cm dan keempat diberi
beban 150gram menghasilkan diameter 3,5cm. Syarat daya sebar yang baik
sebesar 5-7cm menandakan konsistensi sediaan semisolid yang nyaman
digunakan (Garg et al., 2002). Hasil uji daya sebar gel methyl salisylas tidak
memenuhi syarat, diameter yang dihasilkan terlalu kecil dari ketentuan. Hal
ini dapat dikarenakan penimbangan gelling agent Na CMC yang ditambahkan
tidak sesuai, atau pada saat pengembangan Na CMC tidak berkembang
dengan sempurna. Sehingga menyebabkan diameter daya sebar terlalu kecil.

Uji evaluasi keempat yang dilakukan yaitu uji Homogenitas sediaan.


Uji homogenitas dilakukan dengan dua cara, cara pertama dilakukan dengan
menggoreskan sediaan diatas gelas objek. Diperoleh hasil goresan yang
homogen, tidak ditemukan butiran yang menggumpal. Metode kedua yang
dilakukan dengan pengamatan dibawah mikroskopik dengan perbesaran
100x. Terdapat gambar mikroskopik yang homogen. Hal ini telah sesuai
dengan syarat. Gel harus homogen agar pada saat dioleskan zat aktif dapat
terserap merata. Pada uji evaluasi homogenitas hari pertama dan hari ketujuh
keduanya sama sama homogen. Hasil awal dengan hasil akhir tidak terdapat
perubahan.

X. KESIMPULAN
1. Hasil berat gel na diklofenak 1% melebihi hasil yang diinginkan, karena
dalam penimbangan ditambah 10%
2. Uji evaluasi sediaan kebanyakan tidak memenuhi syarat, seperti uji
organoleptis, daya sebar, uji ph
3. Uji evaluasi homogenitas memenuhi syarat, hasil gel yang diuji homogen

XI. KRITIK DAN SARAN

1. Saat melakukan pemanasan bahan hendaknya menyesuaikan suhu yang


dianjurkan agar tidak merusak bahan
2. Pada saat praktikum digunakan peralatan yang bersih agar bahan tidak
terkontaminasi dengan bakteri dan hal lain yang dapat merusak sediaan

XII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1973. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta ; Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 1995. FARMAKOPE INDONESIA EDISI IV. Jakarta ; Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anief, M. 1994. Ilmu Meracik Obat Cetakan 6. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Ansel, H. C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta : UI
Press.
Estuningtyas, A. dan Arif A.,2009, Farmakologi dan Terapi Obat Lokal Edisi
V, Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
Kaur L, Garg R & Gupta G. Development & Evaluation of
Topical Gel of Minoxidil from ifferent Polymer Bases in
Application of Alopecia; International Journal of Pharmacy &
Pharmaceutical Sciences. 43-47. 2010.
Raymond, Paul J., dan Marian., 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients Sixth Edition. London : Royal Pharmaceutical Society of
Great Britain.
Rowe, R.C., PJ. Sheshky, dan ME. Quinn, 2009. Pharmaceutical Design.
London : Pharmaceutical Press
Sumardjo, Damin, 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksata.
Jakarta : EGC.
Troy, B. David dan Paul Beringer, 1885. Remingtoon ; The Science and
Practice of Pharmacy. US : Lippincott Williams & Wilkins.
Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Tekhnologi Farmasi Edisi V, diterjemahkan
oleh Rer. Nat. Soedani Nurono Suwandi, disunting oleh Samhudi R.,
Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.
Yoshita, 2003. Farmasi Fisik ; Dasar – Dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu
Farmasetika. Jilid 2 Edisi 3. Yogyakarta : UGM Press.
LAMPIRAN
KEMASAN

ETIKET
BROSUR

Metilat
Salep Metil Salisilat

KOMPOSISI:
Tiap 10g mengandung:
Metil salisilat…………………..5%

FARMAKOLOGI
mengandung 5% metil salisilat. Metil salisilat merupakanturunan asam salisilat yang digunakan
secara topikal dalam sediaan rubifasien (perangsang kulit ringan untuk menghilangkan nyeri) di sendi
dan muskoloskeletal. Metil salisilat juga digunakan untuk gangguan pembuluh darah perifer ringan
seperti kaligata, dalam aromaterapi dan sebagai antiinflamasi. Metil salisilat adalah cairan dengan
bau khas yang diperoleh dari daun dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria procumbens). Zat ini
juga dibuat sintetis. Khasiat anageltisnya pada penggunaan local sama dengan senyawa salisilat
lainnya. Metil salisilat diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan dalam obat gosok dan krim.

INDIKASI
Untuk mengobati nyeri ringan pada sendi dan otot, antiinflamasi (anti radang) pada kulit.

ATURAN PAKAI
Oleskan dua kali sehari

KONTRAINDIKASI
Pasien hypersensitive, anak-anak.

EFEK SAMPING
Pada pemakaian yang berlebihan dapat menyebabkan kulit akan terasa panas seperti terbakar, iritasi
pada kulit dan kemerahan

INTERAKSI
-

PERINGATAN DAN PERHATIAN


-Hanya digunakan sebagai obat luar.
-Tidak dianjurkan untuk bayi.
-Tidak boleh digunakan pada luka terbuka.
-Hati-hati bila digunakan pada area yang laus pada kulit.
-Hindarkan kontak dengan mata, mulut dan membran mukosa.
-Bagi wanita hamil dan ibu yang sedang menyusui, tanyakan pada dokter sebelum menggunakan
obat ini.
-Harap berhati-hati bagi penderita asma dan polip di rongga hidung.
-Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.
PENYIMPANAN
Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari

OBAT LUAR
PT. FARMASI
MADIUN – INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai