Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTEK

PENYEHATAN AIR DAN PENGELOLAAN


LIMBAH CAIR
Analisa COD Pada Air Limbah
Kelompok : VII (Tujuh) Nim
Nama Anggota :
1. Bintang I Situmorang P00933012060
2. Bobby C. Tarigan P00933012061
3. Fitra Nainggolan P00933012073
4. Khoirun Nisak Lubis P00933012080
5. Melisa Lubis P00933012083
6. Nia Jayanti br Tarigan P00933012084
7. Sondang Lucia A. Sinurat
P00933012098
8. Theresia Aprilia Girsang P00933012100
Tingkat / Semester : IIB / IV
Dosen Pembimbing : Haesti Sembiring SST.MSC

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES


MEDAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KABANJAHE
2014
LEMBARAN PENGESAHAN
Mata Kuliah : Penyehatan Air dan
Pengelolaan Limbah Cair-B

Judul Praktek : Analisa COD

Dilaksanakan Pada : Juni 2014

Oleh Kelompok : Tujuh (VII)

Disahkan Tanggal : Juni 2014

Mengetahui Pembimbing Praktek

( Restu Auliani ST )

NIP : 198802132009122002

I. Pendahuluan
1.1. Deskripsi Mata Praktek
Praktek ini diberikan untuk memberikan serta menambah pengetahuan bagi setiap
mahasiswa didlam penentuan berapa kadar COD di Air limbah, dimulai dari
pengambilan sampel, sampai kepada penentuan kadar COD ( Chemical Oxygen
Demand ) sehingga dengan demikian setiap mahasiswa dapat menentukan
karakteristik limbah sesuai dengn kadar COD yang dihasilkan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Mahasiswa mampu prosedur kerja praktikum penentuan kadar COD
dalam air limbah
1.2.2. Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik (kondisi) suatu air limbah
1.2.3. Untuk mengetahui besarnya oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk
mengoksidadi secara kimi zat-zat organic yang ada pada sampel dimana
pengoksidasi (k2Cr2O7) sebagai sumber O2

1.3. Indikator
Mahasiswa dapat melakukan analisa COD ( Chemical Oxygen Demand)
di dalam air limbah

1.4. Keselamatan Kerja


Menggunakan pakaian Laboratorium, Masker, Sarung Tangan dan peralatan
lainnya. Karena akan bersinggungan dengan bahan kimia yang berbahaya jika
bersinggungan langsung dengan kulit ataupun bersinggungan langsung dengan alat
pernafasan (iritan).
1.5. Rencana Pelaksanaan
a. Lakukan pengambilan sampel air limbah yang ingin diuji kadar COD
nya
b. Lakukan pemeriksaan Analisa COD di Laboratorium sesuai dengan
metode yang digunakan (Titrimetry)
c. Lihat hasilnya dan kategorikan kadar COD nya apakjah tinggi, sedang,
ataupun rendah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang diperlukan
agar limbahorganik yang ada di dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia.
Limbah organik akan teroksidasi oleh kalium bichromat (K2Cr2O4) sebagai sumber
oksigen menjadi gas CO2 dan H2Oserta sejumlah ion Chrom. Nilai COD merupakan
ukuran bagi tingkat pencemaran oleh bahan organik. Kadar COD dalam limbah
berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan organik yang terdapat
dalam air limbah, konsentrasi bahan organik yang rendah tidak selalu dapat direduksi
dengan metode pengolahan yang konversional.

Metode Analisa COD


KOK = Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand = COD)
adalah jumlah oksidan Cr2O7(2-) yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan
sebagai mg O2 untuk tiap 1000 ml contoh uji. Senyawa organik dan anorganik,
terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O7(2-) dalam refluks tertutup
menghasilkan Cr(3+). Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen
oksigen (O2 mg /L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7(2-) kuat
mengabsorpsi pada panjang gelombang 400 nm dan Cr(3+) kuat mengabsorpsi pada
panjang gelombang 600 nm. Untuk nilai KOK 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L
ditentukan kenaikan Cr(3+) pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan
nilai KOK yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum
pengujian. Untuk nilai KOK lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L ditentukan
pengurangan konsentrasi Cr2O7(2-) pada panjang gelombang 420 nm.

Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis COD


Adapun kelebihan dari metode analisi COD adalah sebagai berikut :
1. Memakan waktu ±3 jam, sedangkan BOD5 memakan waktu 5 hari.
2. Untuk menganalisa COD antara 50 – 800 mg/l, tidak dibutuhkan pengenceran
sampel, sedangkan BOD5 selalu membutuhkan pengenceran.
3. Ketelitan dan ketepatan (reprodicibilty) tes COD adalah 2 sampai 3 kali lebih tinggi
dari tes BOD5.
4. Gangguan zat yang bersifat racun tidak menjadi masalah.
Sedangkan kekurangan dari tes COD adalah tidak dapat membedakan antara
zat yang sebenarnya yang tidak teroksidasi (inert) dan zat-zat yang teroksidasi secara
biologis. Hal ini disebabkan karena tes COD merupakan suatu analisa yang
menggunakan suatu oksidasi kimia yang menirukan oksidasi biologis, sehingga suatu
pendekatan saja. Untuk tingkat ketelitian pinyimpangan baku antara laboratorium
adalah 13 mg/l. Sedangkan penyimpangan maksimum dari hasil analisa dalam suatu
laboratorium sebesar 5% masih diperkenankan.Senyawa kompleks anorganik yang
ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi (De Santo, 1978),
sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’
untuk gambaran kandungan bahan organik.

Metoda analisa Chemical Oxygen Demand (COD)


Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mgO2) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 l sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah
dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya
oksigen terlarut didalam air.
Prinsip analisa COD yaitu sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi
oleh K2Cr2O7 dalam keadaan asam yang mendidih seperti reaksi berikut :

∆E
CaHbOc + Cr2O72- + H+ CO2 + H2O + Cr3+ (Reaksi
1) Ag2SO4
Zat organis
( Warna Kuning ) ( Warna Hijau )
Reaksi ini berlangsung ± 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor, agar zat
organis volatil tidak lenyap ke luar.
Perak Sulfat Ag2SO4 ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat
reaksi, sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida
yang pada umumnya ada didalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka
zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah di refluks. K2Cr2O7 yang tersisa
didalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah
terpakai. Sisa K2Cr2O7 tersebut ditentukan melalui titrasi dengan feroamonium sulfat
(FAS), dimana reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut :
6 Fe 2+ + Cr2O72- + 14 H+ 6 Fe 3+ + 2 Cr3+ + 7 H2O ( Reaksi 2 )
Indikator feroin digunakan untuk menetukan titik akhir titrasi yaitu di saat
warna hijau-biu larutan menjadi coklat-merah. Sisa K2Cr2O7 dalam larutan blanko
adalah K2Cr2O7 awal, karena diharapkan blanko tidak mengandung zat organis yang
dapat dioksidasi oleh K2Cr2O7.
Untuk sampel Air yang akan diperiksa pada praktikum ini adalah Limbah Cair
yang ada di Asrama Politeknik Kesehatan Medan Jurusan Kesehatan Lingkungan.
Adapun karakteristik dari limbah tersebut adalah seyogianya dengan karakteristik
limbah domestic (rumah Tangga) pada umumnya, yaitu sebagai berikut :
No Parameter Minimum Maksimum Rata-Rata

1 BOD - mg/l 31,52 675,33 353,43


2 COD - mg/l 46,62 1183,4 615,01
3 Angka Permanganat (KMnO4) - 69,84 739,56 404,7
mg/l

4 Ammoniak (NH3) - mg/l 10,79 158,73 84,76

5 Nitrit (NO2-) - mg/l 0,013 0,274 0,1435


6 Nitrat (NO3-) - mg/l 2,25 8,91 5,58
7 Khlorida (Cl-) - mg/l 29,74 103,73 66,735

8 Sulfat (SO4-) - mg/l 81,3 120,6 100,96


9 pH 4,92 8,99 6,96
10 Zat padat tersuspensi (SS) mg/l 27,5 211 119,25

11 Deterjen (MBAS) - mg/l 1,66 9,79 5,725

12 Minyal/lemak - mg/l 1 125 63

13 Cadmium (Cd) - mg/l ttd 0,016 0,008

14 Timbal (Pb) 0,002 0,04 0,021


15 Tembaga (Cu) - mg/l ttd 0,49 0,245

16 Besi (Fe) - mg/l 0,19 70 35,1


17 Warna - (Skala Pt-Co) 31 150 76

18 Phenol - mg/l 0,04 0,63 0,335

III. Prosedur Pemeriksaan


3.1. Alat dan Bahan
1. Erlenmeyer 10. Larutan Asam Sulfat (H2SO4)
2. Pemanas Listrik pekat
3. Buret/Klemp/Statif 11. Larutan Ferro Ammonium
4. Pipet Volum (10 ml ) Sulfat (Fe(NH4)2(SO4)6H2
5. Pipet Tetes 0,05N (FAS)
6. Gels Ukur 12. Merkuri Sulfat ( HgSO4)
7. Larutan Kalium 13. Indikator Ferroin
8. Dikromat(K2Cr2O7 ) 14. Aquadest
9. Perak Sulfat ( Ag2SO4 ) 15. Air Limbah Asrama Kesehatan
Lingkungan Sebagai Sampel

3.2. Prosedur Kerja


Pelaksanaan Analisa
1. Siapkan 20 ml sampel air
2. Tambahkan HgSO4 ± 1,4 gr (1 Spatula)
3. Tambahkan K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 10 ml
4. Tambahkan reagen asam sulfat (H2SO4 ) + Perak Sulfat (Ag2SO4 )
sebanyak 30 ml
5. Panaskan dengan destilasi selama 2 jam
6. Tmbahkan Aquadest ± sampai 150 ml dinginkan sampai suhu ruangan
7. Tambahkan 3 tetes indicator Ferroin
8. Titrasi dengan Fero Ammonium Sulfat (FAS) 0,05 N sampai warna
cokelat kemerahan
9. Lakukan cara yang sama terhadap Blanko digunakan aquadest 20 ml
yang mengandung semua reagen yang ditambahkan pada larutan
sampel
10. Panaskan dengan cara yang sama dengan sampel
PERHITUNGAN

ml titrasi blanko−ml titrasi sampel x N FAS x 8000


COD (mg/l)=
ml Sampel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
Dari praktikum analisa COD yang dilakukan, maka Kadar
COD yang didapatkan adalah 1260 mg/liter. Diperoleh dari
:

COD (mg/l)=
(ml titrasi blanko−ml titrasi sampel) x N FAS x 8000
ml Sampel

ml titrasi Blanko : 90 mg/l


ml titrasi Sampel : 17 mg/l
N FAS : 0,05 N

ml Sampel : 20 ml

(90mg/l−17mg/l) x 0,05 x 8000


COD (mg/l)= = 1260 mg/L
20 ml

4.2. Pembahasan

Air merupakan suatu persenyawaan kimia yang sangat sederhana yang terdiri dari
dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom (O), secara simbolik air
dinyatakan sebagai H2O. Air serta bahan-bahan dan energi dikandung didalamnya
merupakan lingkungan bagi jasad-jasad air. Dalam pengolahan air limbah dikenal tiga
parameter utama yaitu, oksigen terlarut (OT) atau Dissolved Oxygen
(DO), kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) atau Biologycal Oxygen Demand (BOD)
dan kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) atau Chemical Oxygen Demand (COD).
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian COD (Chemical Oxygen
Demand) dengan menggunakan metode titrimetry. Sampel yang digunakan adalah air
limbah dari Asrama Putri Kampus Kesehatan Lingkungan Kabanjahe. Prosedur
analisis COD menggunakan refluks terbuka yaitu sampel dioksidasi dalam larutan
campuran yang mengandung kalium dikromat sebagai oksidator dan asam sulfat
dalam suhu yang tinggi.
Hal ini dikarenakan kalium dikromat lebih efektif mengoksidasi bahan organik
dalam sampel pada suhu yang tinggi dan keadaan asam. Proses nya yaitu sebagian
besar jenis bahan organik akan teroksidasi oleh campuran mendidih dari kromat dan
asam sulfat. Sampel direfluks dengan menggunakan larutan asam kuat hingga
diperoleh kelebihan dari kalium dikromat (K2Cr2O7). Setelah proses tersebut sisa dari
K2Cr2O7 yang tidak tereduksi akan dititrasi menggunakan FAS (Ferrous Ammonium
Sulfate) untuk menghitung jumlah dari K2Cr2O7 yang dikonsumsi, yang setara
dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terlarut dalam sampel.
Adapun hasil dari pemeriksaan COD yang dilakukan praktikan, hasil yang
diperoleh adalah 1260 mg/L. Jika ditinjau kembali dengan merujuk padaKepmen LH
No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tentang baku mutu limbah cair golongan 3 COD
yaitu 300 mg/L, dari hasil pengujian ini dapat diketahui bahwa limbah dari Asrama
Kesehatan Lingkungan Kabanjahe, tidak baik bagi mikroorganisme yang hidup
didalam air karena telah melebihi nilai ambang batas.

Untuk itu Air L:imbah tersebut tidak layak untuk digunakan, harus terlebih dahulu
dilakukan pengolahan sebelum digunakan, sehingga dari air tersebut tidak
membahayakan baik bagi kesehatan maupun lingkungan sekitar yang ada.

Namun, dilihat dari karakteristik limbah Cair domestic (rumah Tangga) pada
umunya, maka kadar COD tersebut dapat dikategorikan diatas rata-rata. Rata-rata
kadar COD = 615,03.

V. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
 COD dapat didefenisikan sebagai jumlah oksigen yang dibutuhkan
(mg O2) untuk mengoksidasi zat organik yang ada dalam satu liter
sampel aiR.
 Metode yang digunakan adalah metode titrimetry dengan refluks
terbuka
 Hasil yang didapatkan dari analisa COD sampel air limbah Asrama
kampus Kesehatan Lingkungan Kabanjahe adalah 1260 mg/L.
 Jika ditinjau kembali dengan merujuk padaKepmen LH No. KEP-
03/MENKLH/II/1991 tentang baku mutu limbah cair golongan 3
COD yaitu 300 mg/L, dari hasil pengujian ini dapat diketahui
bahwa limbah dari Asrama Kesehatan Lingkungan Kabanjahe,
tidak baik bagi mikroorganisme yang hidup didalam air karena
telah melebihi nilai ambang batas.
 Harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu jika bermaksud ingin
menggunkannya kembali.

5.2. SARAN
 Semua alat dan bahan yang diperlukan harus selengkap mungkin,
untuk mempermudah jalannya praktikum
 Penggunan APD sangat diperlukan karena bersinggungan dengan
bahan kimia.
 Waktu pemanasn dengan metode sistim refluks terbuka harus
sampai batas waktu yang ditentukan .

DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Basset. J, dkk. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Greenberg, A.E.,Clesceri, L.S., Eaton, A.D. 1992. Standard Method: for


theExamination of Water and Waste Water 18th Edition. Washington, DC:
American Public Health Association.

Anda mungkin juga menyukai