Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTAR PROFESIONAL

Oleh:
Kelompok 2
Wulan Anggraeni (15330023)
Hafizoh Ifthinan K. (16330129)
Laely Lavina (16330141)
Kadek Gita Dwi A. (19330713)
Ni Putu Elsa Nidya (19330715)

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia masih terus diupayakan oleh
pemerintah Indonesia. Salah satu aspek penting untuk mendukung peningkatan
pelayanan kesehatan yang optimal adalah ketersediaan sumber daya manusia
(SDM) kesehatan yang mengacu kepada tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah orang yang bekerja secara aktif dan profesional
dalam bidang kesehatan. Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang dapat
dipertanggung jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat asas,
cermat, intelektual atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan, optimistik,
bermoral, dan bersikap serta berfikir positif. Perilaku profesional penting dimiliki
oleh seluruh tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya. Hal itu dikarenakan
profesi tenaga kesehatan berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang
menyangkut kehidupan manusia.
Hubungan antar profesional adalah suatu kegiatan antar pekerjaan dan
profesi dalam memenuhi kebutuhan untuk mampu beraktifitas dan menghasilkan
sesuatu. Dalam aktifitas tersebut maka mereka akan berhubungan dengan manusia
lainnya untuk memenuhi kebutuhan. Hubungan antar profesional dapat dilakukan
dalam kalangan profesi apapun sesuai keahlian dalam bidangnya masing-masing.
Dalam hubungan antar profesional, mereka harus memiliki tanggung jawab
yang tinggi terhadap profesinya, mencangkup banyak hal dari konsekuensi profesi
yang dijalaninya. Para profesional biasanya menemukan diri mereka dalam
hubungan profesionalnya dengan orang lain, mencangkup pekerja dan pekerjaan,
klien dan profesional, profesional dengan profesional lainnya, serta masyarakat
dengan profesionalnya.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang hubungan antar profesional dalam
pelayanan kesehatan yang membahas beberapa pokok permasalahan mengenai
pekerjaan, profesi, profesionalisme dan beberapa hubungan dalam pelayanan
kesehatan.

2
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu profesi dan profesional?
2. Bagaimana sikap dan perilaku profesional?
3. Bagaimanakah hubungan profesi dengan profesionalisme?
4. Bagaimanakah hubungan antar profesionalisme dalam bidang kesehatan?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu profesi dan profesional.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan perilaku profesional.
3. Untuk mengetahui hubungan profesi dengan profesionalisme.
4. Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana hubungan hubungan antar
profesional dalam bidang kesehatan.

1.4.Manfaat Penulisan
Berikut adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah berjudul
Hubungan Antar Profesional:
1.4.1. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan tentang pentingnya tanggung jawab dalam
menjalankan suatu profesi, khususnya adalah profesi di bidang pelayanan
kesehatan.
1.4.2. Bagi Penulis
Sebagai wadah untuk berbagi wawasan dengan pembaca. Sekaligus untuk
mengembangkan kemampuan dalam menulis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Profesi dan Profesionalisme


2.1.1. Profesi
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris
“Profess”, yang bermakna janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas
khusus secara tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang
membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian
khusus.
2.1.2. Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan
J.S. Badudu (2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak
tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau ciri orang yang profesional.
Sementara kata profesional sendiri berarti bersifat profesi, memiliki keahlian dan
keterampilan karena pendidikan dan latihan, memperoleh bayaran karena
keahliannya itu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua
kriteria pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan
memiliki profesionalisme manakala memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu
keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan pendapatan yang
layak sesuai kebutuhan hidupnya.
Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya.
Komitmen tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga
profesional, usaha terus-menerus untuk mengembangkan kemampuan profesional,
dan lain sebagainya.

Ada 4 ciri‐ciri profesionalisme:

4
1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat
dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga memiliki kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat
dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.

2.2. Sikap Dan Perilaku Profesional


Ciri orientasi profesional adalah sejauh mana ia memberikan pelayanan
kepada orang yang memerlukan. Fungsi pelayanan ini adalah bagian terpenting
dalam pengakuan status sebagai profesional dalam masyrakat. Diharapkan bahwa
seorang profesioan akan dapat menyampingkan kepentingan-kepentingan
pribadinya sendiri dengan mengutamakan kepentingan kliennya. Apabila si
profesional bertindak sebaliknya, maka ia akan menerima sanksi oleh teman
sejawat maupun oleh masyarakat. Disinilah penekanan betapa pentingnya fungsi
pelayanan seorang professional yang terikat pada norma atau aturan tertentu,
misalnya kode etik tertentu. Selain norma pelayanan terdapat pula norma lain yang
mengatur hubungan antara profesional dengan lingkungannya.
Orientasi profesionalnya adalah obyektif, tidak pribadi (impersonal) dan
tidak memihak (impartial). Hubungan ini terbatas pada tugas teknis yang menjadi
pertimbangan saat itu, sehingga seorang profesional diharapkan akan menghindari
keterlibatan emosional dengan kliennya. Dengan cara yang tidak memihak
meskipun menyangkut kepentingan pribadinya, secara obyektif dan netral seorang
profesional akan mengadakan penilaian yang beralasan dan rasional demi
kepentingan kliennya.

5
Sikap moral profesi ini sangat dikontrol oleh konsep diri seseorang antara
lain sikap menghadapi tantangan, cobaan serta hambatan.
1. Tidak Memaksa
Seorang yang berjiwa atau bermoral profesional tentunya akan memiliki
keahlian teknis yang khusus yang mendukung keprofesionalannya. Dengan
demikian dia akan mempunyai kekuatan (`power’). Sehingga dengan ‘power’ yang
dia miliki, dia dapat melakukan tindakan untuk menekan pihak lain.
2. Tidak Berjanji
Satu sikap moral profesional dalam menghadapi apapun yang telah, sedang
dan bakal terjadi juga hal yang harus diperhatikan. Sikap ikhlas dalam menghadapi
keberhasilan maupun kegagalan merupakan sikap profesional yang ketiga. Berjanji
merupakan tindakan yang mungkin sekali menjadikan kita melanggar dua sikap
moral sebelumnya yang disebutan diatas. Karena kegagalan maka akan muncul
pemaksaan atau mengiba dari salah satu pihak, atau bahkan kedua pihak. Sehingga
kesiapan menerima apapun yang akan terjadi merupakan sikap moral profesi yang
dibutuhkan.
3. Tidak Mengiba
Pada saat-saat tertentu kesulitan atau hambatan muncul baik dipihak pekerja
maupun perusahaan. Krisis ekonomi saat lalu banyak mengakibatkan kesulitan
dikedua pihak. Tentunya tidak bisa hanya dengan mengiba untuk menghadapi
kesulitan ini, dan tentunya tindakan mengiba ini bukan moral yang profesional.

2.3. Hubungan Antara Profesi Dan Profesionalisme


Seorang yang profesional adalah seseorang yang menjalankan profesinya
secara benar dan melakukannya menurut etika dan garis-garis profesionalisme yang
berlaku pada profesinya tersebut.
Untuk menjadi seorang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan
dituntut untuk memiliki beberapa sifat sebagai berikut :
1. Memiliki komitmen tinggi
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat dalam
menjalankan profesinya.

6
2. Tanggung jawab
Seorang profesional juga harus bertanggung jawab penuh terhadap
profesinya.
3. Berpikir sistematis
Seorang profesional harus berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam, bahan dan materi
yang berhubungan dengan profesinya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
Seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam
lingkungan profesinya. Titik penekanan dalam profesionalisme adalah
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Kata isme dalam profesionalisme berarti paham. Ini berarti
pula bahwa nilai-nilai profesional harus menjadi bagian dari jiwa seseorang
yang mengemban sebuah profesi.

2.4. Hubungan Antar Profesionalisme dalam Bidang Kesehatan


2.4.1. Hubungan Antara Asisten Apoteker Dengan Apoteker dan Dokter

Asisten apoteker dalam melakukan pekerjaannya selalu berhubungan


dengan apoteker, dokter, pasien, dan tenaga kesehatan lainnya karena itu asisten
apoteker harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik. Seperti
diketahui bahwa hubungan antara asisten apoteker dengan apoteker dan dokter
dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah
hubungan yang sangat penting. Dalam hubungan ini diperlukan kerjasama yang
baik dari ketiganya sebagai mitra kerja yang satu sama lain saling membutuhkan.

Hubungan asisten apoteker dengan apoteker adalah hubungan yang penting


karena apoteker adalah sebagai penanggung jawab apotek yang mana dalam
melaksanakan tugasnya dibantu oleh asisten apoteker. Tanpa adanya keharmonisan
maka akan menghambat keduanya dalam melaksanakan tugasnya. Hubungan antara

7
asisten apoteker, apoteker dan dokter sebagai sesama tenaga kesehatan yang
mempunyai tanggung jawab terhadap pasien dalam hal obat-obatan.
Hubungan antara dokter, apoteker dan asisten apoteker terletak pada saat
adanya permintaan resep dari dokter kepada apoteker yang dibantu asisten apoteker
agar menyediakan obat yang ditujukan kepada pasien dan apabila ditemukan hal-
hal yang meragukan apoteker atau asisten apoteker dapat menghubungi dokter
untuk berkonsultasi mengenai obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien
sehingga pasien benar-benar mendapatkan obat yang tepat dan aman tanpa khawatir
adanya interaksi obat yang membahayakan.

2.4.2. Hubungan Perawat Dengan Pasien Di Rumah Sakit

Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana untuk


mengaplikasikan proses keperawatan pada saat perawat dan pasien berinteraksi
kesediaan untuk terlibat guna mencapai tujuan asuhan keperawatan. Hubungan
perawat dan pasien adalah hubungan yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tujuan pasien. Dalam hubungan itu
perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan
yang efektif.

Pada dasarnya hubungan perawat dan pasien bersifat profesional yang


diarahkan pada pencapaian tujuan. Hubungan perawat dengan pasien merupakan
hubungan interpersonal titik tolak saling memberi pengertian.

Kewajiban perawat memberikan asuhan keperawatan dikembangkan


hubungan saling percaya dibentuk dalam interaksi, hubungan yang dibentuk
bersifat terapetik dan bukan hubungan sosial, hubungan perawat dan pasien
sengaja dijalin terfokus pada pasien, bertujuan menyelesaikan masalah pasien.

Dua tahap interaksi yang dilalui dalam berhubungan banyak faktor yang
perlu diperhatikan baik pasien maupun perawat adalah:

8
a. Perawat profesional bila mampu menciptakan hubungan terapetik dengan
pasien

b. Keikhlasan, empati, dan kehangatan diciptakan dalam berhubungan dengan


pasien

Tahap hubungan perawat dengan pasien

1. Tahap orientasi

Di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap orientasi


adalah membangun trust (kepercayaan).

2. Tahap bekerja

1. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan

2. Membangun suasana yang mendukung untuk berubah

3. Tahap terminasi

a. Penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan

b. Terminasi disampaikan sejak awal atau tidak mendadak

2.4.3. Hubungan Kerja Perawat Dengan Sejawat Perawat

Dalam membina hubungan antarsesama perawat yang ada, baik dengan


lulusan SPK maupun DIII Keperawatan (perjenjangan) diperlukan adanya sikap
saling menghargai dan saling toleransi sehingga sebagai perawat baru dapat
mengadakan pendekatan yang baik dengan kepala ruangan, dan juga para
perawat lainnya.

Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama


dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

9
keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat
membina hubungan baik dengan sesama perawat yang ada di lingkungan tempat
kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai
rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap
saling curiga dan benci.

Tunjukkan sikap memupuk rasa persaudaraan dengan cara:


1. Silih Asuh

Yaitu sesama perawat dapat saling membimbing, menasihati, menghormati,


dan mengingatkan bila sejawat melakukan kesalahan atau kekeliruan
sehingga terbina hubungan yang serasi.
2. Silih Asih

Yaitu dalam menjalankan tugasnya, setiap perawat dapat saling menghargai


satu sama lain, saling menghargai antar anggota profesi, saling bertenggang
rasa, serta bertoleransi yang tinggi sehingga tidak terpengaruh oleh hasutan
yang dapat menimbulkan sikap saling curiga dan benci.
3. Silih Asah

Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan,
dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama
perawat tanpa pamrih.

2.4.4. Hubungan Kerja Perawat Dengan Profesi Lain Yang Saling Terkait

Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa


berkolaborasi dengan profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter,
ahli gizi, tenaga laboratorium, tenaga rontgen, dan sebagainya. Setiap tenaga
profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien, hanya
pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-masing.

10
Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk
mempertahankan kode etik profesi masing-masing. Kelancaran masing-masing
profesi tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan mempertahankan
kode etik profesinya.

Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja
sama akan dapat terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga
terjadi konflik-konflik etis.

2.4.5. Hubungan Farmasis Dengan Dokter


Untuk menjalin suatu hubungan antar profesional farmasis dengan dokter
supaya terjalin komunikasi yang baik, seorang farmasis (Apoteker dan Asisten
Apoteker) harus mengetahui lebih dahulu apa yang menjadi tanggung jawab
seorang farmasis dalam pelayanan kefarmasian. Yang biasa dapat dijumpai di
Apotek, Rumah sakit, Poliklinik, Puskesmas dan masih banyak lainnya. Adanya
pemahaman yang baik antar kedua profesi ini, akan sangat memudahkan farmasis
dan dokter berkomunikasi. Dokter juga harus selalu bersikap ramah namun tetap
bertanggung jawab dan memperhatikan aspek medikolegal dalam menjalankan
hubungan kerja profesional dengan profesi lain. Dokter wajib memahami semua
peraturan perundangan yang berlaku di bidang kesehatan, khususnya yang
berhubungan dengan praktek kedokteran.
Dalam hubungan antar farmasis dan dokter, biasanya seorang dokter selalu
bertanya atau berkomunikasi dengan farmasis di depo farmasi mengenai info obat
yang tersedia di tempat mereka bekerja. Begitu juga dengan farmasis, mereka harus
selalu memberitahu informasi terbaru mengenai obat di depo farmasi. Jika dokter
lupa memberikan aturan pakai dalam resep obat yang akan di tebus di depo farmasi,
maka farmasis akan langsung ke ruangan dokter untuk bertanya tentang
kelengkapan resep tersebut.
Kita sebagai farmasis juga dapat selalu berbagi informasi mengenai fungsi
berbagai macam obat kepada dokter, agar sebagai farmasis kita tahu dan dapat
menjelaskan fungsi obat tersebut kepada pasiennya dan untuk pemilihan obat yang
tepat. Akan tetapi apoteker atau farmasis tidak diizinkan untuk mengganti obat

11
generik dengan obat paten tanpa sepengetahuan dokter. Dan apabila farmasis
menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak
tepat, farmasis harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.

2.4.6. Hubungan Farmasis Dengan Perawat

Hubungan antar farmasis dengan perawat tidak jauh berbeda dengan


hubungan dokter dan farmasis. Hanya bedanya seorang perawat akan lebih banyak
bertanggung jawab terhadap pasien yang dirawatnya dalam memberikan obat.
Selain itu perawat juga harus banyak berkomunikasi dengan farmasis dalam
pemberian dan pendistribusian obat terhadap pasiennya. Perawat juga wajib
menegur farmasis bila terjadi kesalahan dalam pemberian obat dan memastikan
terlebih dahulu dosis yang akan diberikan ke pasien. Terkadang perawat hanya
memberikan resep yang diberikan kepada dokter untuk di tebus di depo farmasi
untuk pasien rawat inap.

2.4.7. Hubungan Perawat Dengan Dokter

Hubungan perawat dengan dokter adalah hubungan antar profesi yang


sangat ideal. Karena dalam pelayanan kesehatan dokter tidak dapat dengan sendiri
melakukan pengobatan tanpa adanya seorang perawat. Akan tetapi hubungan
perawat dan dokter tidak selamanya dibilang ideal, karena dokter terkadang merasa
perawat bekerja diluar wewenangnya dan perawat pun merasa dokter hanya dapat
memerintah saja tanpa berbagi kesejahteraan dengan adil.

Dokter bertugas memeriksa pasien dan memberikan terapi sementara


perawat berpusat pada hal terkait dunia perawatan untuk pasien hingga sembuh.
Dalam hal ini saja peranan peawat lebih besar dibandingkan peranan dokter. Dalam
hubungan ini perawat tak hanya membantu dokter, tapi harus bisa menjadi asisten
dokter. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan
mencegah penyakit. Sedangkan perawat lebih cenderung ke perawatan pasien.

12
2.4.8. Hubungan Farmasis Dengan Farmasis
Hubungan farmasis dengan farmasis adalah termasuk kedalam hubungan
antar profesional yang terjalin didalam suatu ruang lingkup yang sama dan di dalam
satu tempat. Hubungan ini biasa terjadi antara apoteker dengan apoteker atau
apoteker dengan asisten apoteker. Namun biasanya seorang apoteker hanya dapat
menaungi satu apotek saja dan terdiri dari beberapa orang asisten apoteker. Dalam
hal inilah terjadi suatu hubungan komunikasi antar profesi.
Biasanya dalam suatu depo farmasi atau apotek, pasien jika ingin bertanya
mengenai fungsi atau aturan pakai obat biasa memanggil apoteker, karena
apotekerlah yang biasa memberikan informasi penggunaan obat secara normative
kepada pasien dari pada asisten apotekernya. Sebenarnya asisten apoteker juga
dapat memberikan informasi obat jika mereka aktif bertanya kepada apoteker
mengenai penggunaan obat dan paham betul fungsi obat tersebut.
Apoteker akan bisa saling mempercayai asisten apoteker dalam
memberikan pelayanan karena mereka sendiri yang telah membantu dan
mengawasi para asisten apoteker dalam bekerja. Selain itu para asisten apoteker
harus aktif kepada apoteker, karena apoteker sangat memerlukan informasi yang
independen, komprehensif dan mutakhir tentang pelayanan kefarmasian. Kadang-
kadang para farmasis selalu bertukar pikiran mengenai materi promosi obat serta
penyebaran informasi yang telah dievaluasi bersama.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antara profesi,


profesionalisme dan hubungan antar professional saling berhubungan satu sama lain,
karena profesi merupakan bagian dari pekerjaan yang harus dijalankan dengan
sesuai dengan etika dan garis-garis profesionalisme, dalam hal ini adalah
profesionalisme dalam menjalankan suatu profesi di bidang informasi.
Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna
waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang
tinggi, berperilaku jujur, obyektif, saling mengisi, saling mendukung, saling
berbagai pengalaman atas dasar itikad baik dan berpikir positif.
Diagram yang menggambarkan keterkaitan antara profesi dan professional
adalah mengartikan bahwa ada pekerjaan purna waktu yang disebut
sebagai profesi sebagai pengabdian kepada masyarakat dari hasil
pendidikan/pelatihan yang telah ia terima, namun tidak semua bisa mengamalkan
seluruh ilmunya dengan baik, hanya ada sebagian yang mampu mengamalkan ilmu
atau keahliannya lebih baik daripada lainnya, sehingga disebutlah
kumpulan profesional.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Kemal. 2010. Etika Profesi dalam Dunia Bisnis dan Teknologi Informasi. Jakarta.
Pembelajar Presindo.

Sandjaya, D.P., Afandi, D., dan Chandra, F. 2014. Perilaku Profesional Tenaga
Kesehatan Daerah Pesisir pada Pelayanan Kesehatan Primer Puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai. Dumai. Jom FK Volume I No.2

http://Ikafarmasipoltekesmks.blogspot.com/2008/12/pofesi-danstandar-farmasi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi

http://criz-scania.blogspot.com/2010/02/pengertian-profesionalisme.html

http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
http://berlysuryadharma.blogspot.com/2009/06/komunikasi-farmasis-di-apotik.html

http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/

15

Anda mungkin juga menyukai