Oleh:
Kelompok 2
Wulan Anggraeni (15330023)
Hafizoh Ifthinan K. (16330129)
Laely Lavina (16330141)
Kadek Gita Dwi A. (19330713)
Ni Putu Elsa Nidya (19330715)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Peningkatan pelayanan kesehatan di Indonesia masih terus diupayakan oleh
pemerintah Indonesia. Salah satu aspek penting untuk mendukung peningkatan
pelayanan kesehatan yang optimal adalah ketersediaan sumber daya manusia
(SDM) kesehatan yang mengacu kepada tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan adalah orang yang bekerja secara aktif dan profesional
dalam bidang kesehatan. Profesional sendiri diartikan sebagai tindakan yang dapat
dipertanggung jawabkan, didasari oleh keyakinan, kompeten, tepat atau taat asas,
cermat, intelektual atau cerdas, etos kerja, percaya diri atas kemampuan, optimistik,
bermoral, dan bersikap serta berfikir positif. Perilaku profesional penting dimiliki
oleh seluruh tenaga kesehatan dalam melaksanakan profesinya. Hal itu dikarenakan
profesi tenaga kesehatan berhubungan dengan pelayanan kesehatan yang
menyangkut kehidupan manusia.
Hubungan antar profesional adalah suatu kegiatan antar pekerjaan dan
profesi dalam memenuhi kebutuhan untuk mampu beraktifitas dan menghasilkan
sesuatu. Dalam aktifitas tersebut maka mereka akan berhubungan dengan manusia
lainnya untuk memenuhi kebutuhan. Hubungan antar profesional dapat dilakukan
dalam kalangan profesi apapun sesuai keahlian dalam bidangnya masing-masing.
Dalam hubungan antar profesional, mereka harus memiliki tanggung jawab
yang tinggi terhadap profesinya, mencangkup banyak hal dari konsekuensi profesi
yang dijalaninya. Para profesional biasanya menemukan diri mereka dalam
hubungan profesionalnya dengan orang lain, mencangkup pekerja dan pekerjaan,
klien dan profesional, profesional dengan profesional lainnya, serta masyarakat
dengan profesionalnya.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang hubungan antar profesional dalam
pelayanan kesehatan yang membahas beberapa pokok permasalahan mengenai
pekerjaan, profesi, profesionalisme dan beberapa hubungan dalam pelayanan
kesehatan.
2
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu profesi dan profesional?
2. Bagaimana sikap dan perilaku profesional?
3. Bagaimanakah hubungan profesi dengan profesionalisme?
4. Bagaimanakah hubungan antar profesionalisme dalam bidang kesehatan?
1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu profesi dan profesional.
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap dan perilaku profesional.
3. Untuk mengetahui hubungan profesi dengan profesionalisme.
4. Untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana hubungan hubungan antar
profesional dalam bidang kesehatan.
1.4.Manfaat Penulisan
Berikut adalah beberapa manfaat dari penulisan makalah berjudul
Hubungan Antar Profesional:
1.4.1. Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan tentang pentingnya tanggung jawab dalam
menjalankan suatu profesi, khususnya adalah profesi di bidang pelayanan
kesehatan.
1.4.2. Bagi Penulis
Sebagai wadah untuk berbagi wawasan dengan pembaca. Sekaligus untuk
mengembangkan kemampuan dalam menulis.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat
dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga memiliki kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat
dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya.
5
Sikap moral profesi ini sangat dikontrol oleh konsep diri seseorang antara
lain sikap menghadapi tantangan, cobaan serta hambatan.
1. Tidak Memaksa
Seorang yang berjiwa atau bermoral profesional tentunya akan memiliki
keahlian teknis yang khusus yang mendukung keprofesionalannya. Dengan
demikian dia akan mempunyai kekuatan (`power’). Sehingga dengan ‘power’ yang
dia miliki, dia dapat melakukan tindakan untuk menekan pihak lain.
2. Tidak Berjanji
Satu sikap moral profesional dalam menghadapi apapun yang telah, sedang
dan bakal terjadi juga hal yang harus diperhatikan. Sikap ikhlas dalam menghadapi
keberhasilan maupun kegagalan merupakan sikap profesional yang ketiga. Berjanji
merupakan tindakan yang mungkin sekali menjadikan kita melanggar dua sikap
moral sebelumnya yang disebutan diatas. Karena kegagalan maka akan muncul
pemaksaan atau mengiba dari salah satu pihak, atau bahkan kedua pihak. Sehingga
kesiapan menerima apapun yang akan terjadi merupakan sikap moral profesi yang
dibutuhkan.
3. Tidak Mengiba
Pada saat-saat tertentu kesulitan atau hambatan muncul baik dipihak pekerja
maupun perusahaan. Krisis ekonomi saat lalu banyak mengakibatkan kesulitan
dikedua pihak. Tentunya tidak bisa hanya dengan mengiba untuk menghadapi
kesulitan ini, dan tentunya tindakan mengiba ini bukan moral yang profesional.
6
2. Tanggung jawab
Seorang profesional juga harus bertanggung jawab penuh terhadap
profesinya.
3. Berpikir sistematis
Seorang profesional harus berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam, bahan dan materi
yang berhubungan dengan profesinya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
Seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam
lingkungan profesinya. Titik penekanan dalam profesionalisme adalah
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Kata isme dalam profesionalisme berarti paham. Ini berarti
pula bahwa nilai-nilai profesional harus menjadi bagian dari jiwa seseorang
yang mengemban sebuah profesi.
7
asisten apoteker, apoteker dan dokter sebagai sesama tenaga kesehatan yang
mempunyai tanggung jawab terhadap pasien dalam hal obat-obatan.
Hubungan antara dokter, apoteker dan asisten apoteker terletak pada saat
adanya permintaan resep dari dokter kepada apoteker yang dibantu asisten apoteker
agar menyediakan obat yang ditujukan kepada pasien dan apabila ditemukan hal-
hal yang meragukan apoteker atau asisten apoteker dapat menghubungi dokter
untuk berkonsultasi mengenai obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien
sehingga pasien benar-benar mendapatkan obat yang tepat dan aman tanpa khawatir
adanya interaksi obat yang membahayakan.
Dua tahap interaksi yang dilalui dalam berhubungan banyak faktor yang
perlu diperhatikan baik pasien maupun perawat adalah:
8
a. Perawat profesional bila mampu menciptakan hubungan terapetik dengan
pasien
1. Tahap orientasi
2. Tahap bekerja
3. Tahap terminasi
9
keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat
membina hubungan baik dengan sesama perawat yang ada di lingkungan tempat
kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus mempunyai
rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak terjadi sikap
saling curiga dan benci.
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan,
dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama
perawat tanpa pamrih.
2.4.4. Hubungan Kerja Perawat Dengan Profesi Lain Yang Saling Terkait
10
Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk
mempertahankan kode etik profesi masing-masing. Kelancaran masing-masing
profesi tergantung dari ketaatannya dalam menjalankan dan mempertahankan
kode etik profesinya.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja
sama akan dapat terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering juga
terjadi konflik-konflik etis.
11
generik dengan obat paten tanpa sepengetahuan dokter. Dan apabila farmasis
menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak
tepat, farmasis harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
12
2.4.8. Hubungan Farmasis Dengan Farmasis
Hubungan farmasis dengan farmasis adalah termasuk kedalam hubungan
antar profesional yang terjalin didalam suatu ruang lingkup yang sama dan di dalam
satu tempat. Hubungan ini biasa terjadi antara apoteker dengan apoteker atau
apoteker dengan asisten apoteker. Namun biasanya seorang apoteker hanya dapat
menaungi satu apotek saja dan terdiri dari beberapa orang asisten apoteker. Dalam
hal inilah terjadi suatu hubungan komunikasi antar profesi.
Biasanya dalam suatu depo farmasi atau apotek, pasien jika ingin bertanya
mengenai fungsi atau aturan pakai obat biasa memanggil apoteker, karena
apotekerlah yang biasa memberikan informasi penggunaan obat secara normative
kepada pasien dari pada asisten apotekernya. Sebenarnya asisten apoteker juga
dapat memberikan informasi obat jika mereka aktif bertanya kepada apoteker
mengenai penggunaan obat dan paham betul fungsi obat tersebut.
Apoteker akan bisa saling mempercayai asisten apoteker dalam
memberikan pelayanan karena mereka sendiri yang telah membantu dan
mengawasi para asisten apoteker dalam bekerja. Selain itu para asisten apoteker
harus aktif kepada apoteker, karena apoteker sangat memerlukan informasi yang
independen, komprehensif dan mutakhir tentang pelayanan kefarmasian. Kadang-
kadang para farmasis selalu bertukar pikiran mengenai materi promosi obat serta
penyebaran informasi yang telah dievaluasi bersama.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Kemal. 2010. Etika Profesi dalam Dunia Bisnis dan Teknologi Informasi. Jakarta.
Pembelajar Presindo.
Sandjaya, D.P., Afandi, D., dan Chandra, F. 2014. Perilaku Profesional Tenaga
Kesehatan Daerah Pesisir pada Pelayanan Kesehatan Primer Puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai. Dumai. Jom FK Volume I No.2
http://Ikafarmasipoltekesmks.blogspot.com/2008/12/pofesi-danstandar-farmasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi
http://criz-scania.blogspot.com/2010/02/pengertian-profesionalisme.html
http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
http://berlysuryadharma.blogspot.com/2009/06/komunikasi-farmasis-di-apotik.html
http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
15