Anda di halaman 1dari 163

KUMPULAN KISAH SUKSES

PENGAWAS dan KEPALA SEKOLAH SLB

EDITOR:
Dini Octaria, S.Pd, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAN SUKSES PENGAWAS dan
KEPALA SEKOLAH SLB

Editor:
Dini Octaria, S.Pd, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-0-6

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................... vii

Optimalisasi Menejemen Kewirausahaan Menuju


Slbn 2 Bantul “Hijau Bersinar” ..................................... 1
Hartati

Optic Sebagai Motivasi Kemajun Kewirausahaan


Di Slb-D Ypac Surakarta ............................................... 14
Karsono

Pendidikan Vokasional Membatik Untuk


MeningkatkanKeterampilan Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus .................................................. 26
Heni Ekawati

Filosofi Rakit Bamboo Dengan Growme Untuk


Meraih Keunggulan Prestasi Di Slb Al Azhar ................. 38
Azizah

Metode Maternal Reflektif Untuk Pembelajaran


Anak Tunarungu........................................................... 50
Sumarman

Penguatan Karakter Anak Berkebutuhan Khusus


Wujudkan Mutu Kewirausahaan Di Sekolah Khusus .... 64
Achmad Farid

Membangun Sekolah Berkarakter Melalui Strategi


Kewirausahaan ............................................................... 77
Tanti Erkanti

Peningkatan Mutu Slb Dengan Sahabat Bermutu


Model 5p ......................................................................... 91
Agustiyawati

vii
Polauntuk Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam
Menyusun Program Pengembangan Diri Khusus
Tunagrahita .................................................................... 106
Yusuf Abdurrahman

Penyusunan Administrasi Pbm Guru Sldb


Melalui “Colla-Coop” ....................................................... 118
Syarifah Nurmasyithah

Strategi “Kiss” Meningkatkan Mutu Layanan Slb ............ 130


Dasiono

Upaya Memberdayakan Guru Melestarikan Alat Music


Kolintang Bagi Guru Slb Negeri Waikabubak .................. 142
Sarina

viii
OPTIMALISASI MANAJEMEN
KEWIRAUSAHAAN MENUJU SLBN
2 BANTUL “HIJAU BERSINAR”
Hartati
SLB Negeri 2 Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta
tatik_saraswati@yahoo.com

Pembelajaran Kewirausahaan untuk SLB


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13
tahun 2007 menegaskan bahwa terdapat lima kompetensi
yang wajib dimiliki kepala sekolah yaitu kepribadian,
manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Kompetensi keribadian kepala sekolah diantarannya
harus berakhlak mulia, dan memiliki integritas
kepribadian sebagai pemimpin. Kompetensi Manajerial
kepala sekolah harus mampu menyusun perencanaan dan
mengembangkan organisasi sekolah serta mampu
memimpin dalam rangka pendayagunaan sumberdaya
yang ada. Kompetensi kewirausahaan yang harus
dikembangkan antara lain menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah serta bekerja keras
dan pantang menyerah dalam mencapai keberhasilan
sekolah. Kompetensi supervisi menekankan pada
kemampuan kepala sekolah untuk memotivasi guru
dalam rangka peningkatan professional guru. Kompetensi
social kepala sekolah harus dapat bekerja sama dan
berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan demi
kepentingan sekolah.
Kelima kompetensi tersebut bersifat saling
melengkapi dan mutlak harus dipenuhi oleh seorang
Kepala Sekolah. Kompetensi kewirausahaan seringkali
dimaknai dengan tidak tepat, karena diartikan bahwa
kewirausahaan merupakan upaya untuk mencari
keuntungan semata. Kewirausahaan yang
dilaksanaaaaakan di sekolah bertujuan agar siswa

1
mempunyai bekal kemandirian setelah nanti lulus dari
Sekolah Luar Biasa. Kompetensi kewirausahaan sangat
dibutuhkan oleh Kepala Sekolah untuk meningkatkan
mutu pembelajaran dalam upaya mewujudkan kualitas
siswa yang kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha dan tentu
saja membekali siswa kemandirian sebagai bekal hidup di
masyarakat. Dalam hal ini kepala sekolah juga
mempunyai peran penting untuk memberikan contoh
kepada guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah. Kepala sekolah harus mempunyai program yang
nyata untuk mendukung dan mengembangkan
kompetensi siswa dibidang keterampilan agar dapat
berhasil dengan optimal. Selanjutnya program tersebut
juga harus didukung dengan kompetensi manajerial
kepala sekolah, agar dapat menjamin pengelolaan yang
baik untuk keberalngsungan program sekolah.
Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 10/D/KR/2017
tahun 2017 tentang struktur kurikulum SLB, menguraikan
banyaknya jam pelajaran untuk mata pelajaran
keterampilan sebagai berikut, (1) Mata pelajaran
keterampilan untuk SMPLB sebanyak 18 jam pelajaran. (2)
Mata pelajaran keterampilan untuk SMALB kelas X
sebanyak 24 jam pelajaran, (3) Mata pelajaran
keterampilan untuk SMALB kelas XI sebanyak 26 jam
pelajaran, (4) Mata pelajaran keterampilan untuk SMALB
kelas XII sebanyak 26 jam pelajaran
Struktur kurikulum pada SLB tersebut
membuktikan pentingnya mata pelajaran keterampilan
bagi peserta didik yang berkebutuhan khusus. Untuk
peserta didik yang dianggap memiliki kemampuan
akademik harus diberikan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi agar mereka dapat melanjutkan pendidikan
sampai ke jenjang yang tertinggi. Untuk peserta didik yang
memiliki kemampuan akademik minimal, harus
diberikan program keterampilan yang sesuai dengan
minat dan kemampuannya agar dapat menjadi bekal
kemandirian pasca sekolah.
SLB Negeri 2 Bantul merupakan satuan pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan bagi peserta didik

2
yang memiliki kebutuhan khusus dalam berkomunikasi,
atau dikenal dengan tuna rungu. Berdasarkan pengamatan
Penulis yang bertugas sebagai Kepala SLB tersebut,
diketahui bahwa peserta didik mempunyai potensi yang
dikembangkan dalam bidang keterampilan. Kepala
sekolah yang memiliki tugas mengembangkan
kompetensi yang diantaranya adalah kompetensi
kewirausahan dan manajerial. Dengan demikian
diharapkan Kepala Sekolah dapat menyelenggarakan
program yang tepat untuk mengembangkan potensi
keterampilan peserta didik SLB Negeri 2 Bantul.
Selama ini kondisi yang terjadi di SLB Negeri 2
Bantul, terkait dengan pelaksanaan mata pelajaran
keterampilan ditemukan beberapa permasalahan sebagai
berikut: (1) Belum adanya kerjasama dan kolaborasi pada
setiap kelompok kewirausahaan. Kondisi ini dapat dilihat
dari pelaksanaan kewirausahaan pada saat itu masih
berjalan di internal sekolah. Sebagai contoh hasil
pertanian dan perikanan hanya dijual langsung kepada
warga sekolah, belum di kolaborasikan dengan
keterampilan tata boga. Keunggulan dalam hasil pertanian
dan perikanan akan sangat indah apabila hasil pertanian
dan perikanan sebagai bahan dasar dan diolah menjadi
produk makanan yang non pestisida. Sayuran sdan ikan
dapat diolah menjadi makanan yang digemari peserta
didik seperti sandwich dan nugget. (2) Belum ada target
yang jelas, karena belum ada program yang berisi
pencapaian target dalam kurun waktu tertentu. Sebagai
contoh dalam waktu 1 bulan akan memproduksi apa saja
dan berapa produk yang bisa dihasilkan. Tata busana bisa
menargetkan dalam waktu 1 bulan akan menghasilkan
mukena 10 buah, tata boga akan menghasilkan Nugget 5
kilo gram. (3) Belum adanya strategi yang kreatif dan
inovatif. Pemasaran hasil keterampilan masih bersifat
konvensional. Penjualan hanya sebatas kepada warga
sekolah yakni guru, karyawan, dan orang tua peserta didik
Salah satu keberhasilan kewirausahaan di tentukan oleh
pemasaran. Dengan pemasaran yang konvensional,
produk yang berkwalitas tinggi tidak akan diketahui oleh

3
konsumen.
Dengan mengacu pada kondisi permasalahan yang
terjadi pada SLB Negeri 2 Bantul, Penulis perlu mencari
terobosan yang dapat mengoptimalkan keterampilan
peserta didiknya melalui keterampilan berwirausaha.
Manajemen kewirausahaan merupakan konsep untuk
mengatur, melaksanakan dan mengarahkan
kewirausahaan warga sekolah, dalam rangka mewujudkan
SLB Negeri 2 Bantul menjadi “HIJAU BERSINAR”. HIJAU
BERSINAR mempunyai makna bahwa SLB Negeri 2
Bantul berupaya menjadi sekolah yang Hebat, Indah,
Juara, Agamis, Unggul, Berrsih, Sehat dan Anti Narkoba.

Manajemen Kewirausahaan
Manajemen adalah proses pengkoordinasian
sumber daya yang dimiliki suatu organisasi untuk
mencapai tujuan. Dalam hal ini, organisasi yang dimaksud
adalah SLB negeri 2 Bantul. Manajemen kewirausahaan
untuk SLB Negeri 2 Bantul dapat diartikan sebagai usaha
nyata yang dilakukan kepala Sekolah untuk mengelola
dan mengkoordinasikan sumber daya sekolah dalam
mewujudkan keterampilan kewirausahaan peserta
didiknya. Sejalan dengan hal tersebut, Mas’ud (2004: 149)
mengemukakan bahwa aktivitas manajemen difokuskan
pada empat bidang tugas yaitu: 1) Perencanaan; 2)
Pengorganisasian; 3) Pengarahan; dan 4) Pengendalian.
Bidang pertama yaitu perencanaan merupakan
dasar untuk melaksanakan semua program
kewirausahaan. Kegiatan ini meliputi penyusunan
program kewirausahaan yang akan dikembangkan SLB
Negeri 2 Bantul, yang meliputi siapa penyelenggaranya
serta kapan dilaksanakan dan bagaimana
melaksanakannya. Bidang kedua yaitu pengorganisasian
merupakan penyatuan dan penghimpunan sumber
manusia dan sumber lain dalam sebuah struktur
organisasi. Dalam hal ini, sumber manusianya adalah para
guru dan siswa SLB Negeri 2 Bantul. Bidang ketiga adalah
pengarahan yang merupakan peran aktif kepala sekolah
dalam memotivasi dan memberikan arahan pelaksanaan

4
program kewirausahaan. Pada bidang ini kepala sekolah
sebagai pimpinan memberikan penjelasan, petunjuk serta
bimbingan kepada guru atau tim pengembang di sekolah.
Bidang yang terakhir adalah pengendalian atau controlling
yang dilakukan kepala sekolah. Dalam pengendalian ini
yang dilakukan kepala sekolah adalah mengevaluasi
keberhasilan, mengoreksi jika ada kesalahan dan memberi
solusi jika ada permasalahan.

Implementasi Manajemen Kewirausahaan di SLB


Negeri 2 Bantul
Implementasi manajemen kewirausahaan yang
dilakukan di SLB Negeri 2 Bantul dapat diuraikan sebagai
berikut: (1) Perencanaan Kegiatan perencanaan ini
meliputi pembentukan kelompok kerja dan penyusunan
program setiap pokja keterampilan. Dalam perencanaan
akan di buat jadwal pelaksanaan, program yang akan
dilaksanakan, produk yang akan dihasilkan, dan target
pencapaian program. Program kewirausahaan meliputi:
tata boga, tata busana, kriya kayu, desind grafis, batik,
salon, pertanian, perikanan, dan peternakan.

Foto 1. Rapat perencanaan dan Penyusunan Program Kewirausahaan

Pengorganisasian
Pengorganisasian meliputi pemberian surat
keputusan pokja kewirausahaan yang mempunyai tugas
untuk mengelola seluruh kegiatan. Dalam
pengorganisasian dibutuhkan sumber daya manusia yang
mempunyai kompetensi di bidangnya agar dapat
mencapai hasil yang optimal.

5
Foto 2. Kompetensi Guru Keterampilan

Pengarahan
Salah satu tugas kepala sekolah dalam
mengembangkan kewirausahaan adalah pengarahan.
Dalam hal ini kepala sekolah memberikan motivasi dan
bimbingan agar program kewirausahaan dapat berjalan
dengan baik. Pengarahan dilakukan agar setiap pokja
dapat menghasilkan produk sesuai dengan program yang
direncaanakan.

Foto 3 Pengarahan dan Motivasi Kepala Sekolah

Pengendalian
Pengendalian dan pengawasan adalah salah satu
upaya untuk evaluasi keterlaksanaan program
kewirausahaan sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapai. Kepala sekolah membuat instrument
pemantauan keterlaksanaan program dan instrument
pemantauan ketercapaian program. Melalui instrument
tersebut akan diperolah informasi sejauh mana
keberhasilan yang telah dicapai antar pokja
kewirausahaan.

6
Foto 4 Instrumen Pengendalian Program Kewirausahaan

SLB Negeri 2 Bantul yang HIJAU BERSINAR


Penerapan manajemen kewirausahaan yang telah
dilakukan di SLB Negeri 2 Bantul pada mata pelajaran
keterampilan, telah berhasil mewujudkan SLB Negeri 2
Bantul yang HIJAU BERSINAR. Keberhasilan ini
didukung oleh hasil observasi yang dapat menampilkan
bukti autentik pada setiap komponen HIJAU BERSINAR.
Berikut adalah penjelasannya:

Hebat
Peserta didik SLB Negeri 2 Bantul mampu
menghasilkan produk di masing-masing kelompok
keterampilan. Hasil keterampilan mampu besaing dengan
produk di pasaran dan memiliki pelanggan yang berasal
dari lingkungan sekolah maupun dari luar provinsi.
Dengan pemasaran secara online mempermudah
konsumen dalam pemesanan. Produk Hebat yang sudah
dihasilkan antara lain: tata busana yang memproduksi
mulai dari gorden, mukena, sprei, bantalan kursi yang
laku keras di pasaran. Kemudian produk tata boga yang
memproduksi nugget ikan, sandwich, kue kering, dan kue
basah hasil kolaborasi dengan team pertanian.
Keterampilan kayu banyak mendapat pesanan meja TPA,
Keterampilan batik produk khusus SLB N2 Bantul adalah
batik Talingan yang artinya telinga. Produk hebat lainnya
Desain grafis dan Digital printing hasil keterampilan yang
mendapat banyak pesanan.

7
Foto 5 Media sosial instagram sebagai sarana pemasaran produk

Indah
Pemanfaatan lahan sekolah untuk pertanian dan
perkebunan yang ditata rapi berdampak kepada
tertatanya lingkungan dan menambah keindahan
lingkungan.

Foto 6. Pertanian yang memperindah lingkungan

Juara
Peserta didik dapat menjadi juara di arena
perlombaan yang terkait dengan keterampilan, antara lain

8
juara tata boga dan juara desain batik.

Foto 7. Prestasi Peserta Didik SLB Negeri 2 Bantul

Agamis
Dalam pelaksanaan kegiatan keterampilan
ditanamkan nilai-nilai pendidikan karakter antara lain
kerja sama dengan teman untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan dan sopan-santun peserta didik bertemu
dengan konsumen saat mengantarkan pesanan produk.

Gambar 8. Komunikasi dengan Konsumen dengan Berbasis Pada Ajaran Agama

Unggul
Hasil karya yang dihasilkan peserta didik yang
berkualitas dan dapat diterima oleh konsumen sehingga
pemesanan meningkat. Hal ini karena didukung dengan
media promosi dengan memanfaatkan kemajuan bidang
komunikasi terutama media sosial. Adanya instagram dan

9
website mampu mendongkrak penjualan. Kedepannya
metode penjualan seperti ini akan mendominasi trend
dunia usaha.

Foto 9. Contoh Produk Unggul

Bersih
Budaya bersih selalu diterapkan dalam pelaksanaan
program keterampilan. Lingkungan yang bersih dapat
tercipta karena adanya pemanfaatan sisa bahan/limbah
dari satu keterampilan ke bagian keterampilan lain.
Misalnya pemanfaatan sendok plastik bekas untuk
pembuatan lampu hias, pemanfaatan sisa
makanan di dapur untuk pakan ikan dan itik.

Foto 10. Budaya Bersih dalam Pelaksanaan Prorgam Keterampilan

Sehat
Perilaku sehat tampak dari pemanfaatan produk
pertanian berupa sayuran hidroponik yang bebas sumber
penyakit berasal dari tanah dan produk pertanian yang
tidak menggunakan pestisida. Produk tata boga yang tidak

10
menggunakan bahan kimia sintetis dan sebagian
memanfaatkan produk pertanian.

Foto 11. PemanfaatanProduk Pertanian untuk Produk Tata Boga

Anti Narkoba
Penggunaan waktu untuk bekerja menjadikan
peserta didik lebih produktif dan tidak punya waktu
untuk mengakses konten yang tidak bermanfaat
tertutama yang terkait dengan narkoba. Selain itu peserta
didik tidak ada yang merokok dan mengkonsumsi
minuman beralkohol.
Demikian upaya mewujudkan sekolah “HIJAU
BERSINAR” melalui manajemen kewirausahaan pada
mata pelajaran keterampilan di SLB Negeri 2 Bantul.
Melalui kerjasama yang sinergis antara semua kelompok
kerja keterampilan, terbukti program manajemen
kewirausahaan mampu membekali siswa untuk hidup
mandiri. Siswa siap memasuki dunia kerja sesuai dengan
kompetensi yang dimiliki. Hasil yang dicapai
menunjukkan bahwa keterampilan kewirausahaan di SLB
Negeri 2 Bantul mengalami perkembangan yang pesat
dan memenuhi harapan SLB Negeri 2 Bantul menjadi
sekolah yang hebat, indah, juara, agamis, unggul, bersih,
sehat dan anti narkoba.

11
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto, 2012, Pendidikan Kewirausahaan, Yogyakarta :
Gava Media
Joko Priyadi, 2019, Implementasi Jiwa Wirausaha Kepala
Sekolah, LPPKS
Indonesia Karanganyar,
(http://lppks.kemdikbud.go.id/id/kabar/implemeta
si-jiwa-wirausaha-kepala-sekolah) diakses tanggal
17 April 2019
Mas’ud Machfoedz, mahmud Machfoedz, 2004,
Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer,
Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN
Moedjiarto, 2002, Karakteristik Sekolah Unggul, Jakarta :
Duta Graha Pustaka
Perdirjend dikdasmen No 10/ D / KR / 2017 tahun 2017
tentang Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Khusus
Permendiknass No 13 Tahun 2007 Tentang Standar
Kompetensi Kepala Sekolah/ Madrasah
Suharsimi Arikunto, 2012, Manajemen Pendidikan ,
Yogyakarta : Aditya Media bekerjasama dengan FIP
UNY

12
Tentang Penulis:
Hartati,S.Pd, MA yang akrap
disapa tatik lahir di Bantul, 03
September 1964. Saat ini penulis aktif
sebagai Kepala Sekolah di SLB Negeri
2 Bantul Yogyakarta. Pendidikan S1
diperoleh dari PLB UNY dan S2
terakhir S2 di Magister Studi Islam
UMY dengan konsentrasi Psikologi
Pendidikan Islam. Di samping aktif
dalam beberapa organisasi sosial
Penulis yang mempunyai hobi menyanyi juga menjabat
sebagai ketua MKKS SLB Kabupaten Bantul dan
Koordinator Kesiswaan di MKKS SLB Tk Provinsi DIY. Di
samping sebagai penulis Buku Kurikulum 2013 mulai
tahun 2014, prestasi tingkat nasional yang pernah diraih
sebanyak 5 kali yakni tahun 2006 dan tahun 2008 sebagai
juara 1 lomba LGK tingkat Nasional, tahun 2011 sebagai
Juara 1 lomba Guru Prestasi tingkat Nasional, tahun 2018
juara 3 lomba tata kelola UKS tingkat Nasional, dan tahun
2019 juara 1 lomba Kepala Sekolah SLB Berprestasi tingkat
nasional. Penulis memiliki putra 3 yakni :1. Nanda
Dharma Perdana, S.Si alumni Fakultas Geografi UGM
yang menikah dengan Novita Sari, S,Sos alumni Fisipol
UGM. 2. Yulian Bangun Prayoga, M.Pd alumni UAD
Yogyakarta dan S2 di UST Yogyakarta. 3. Javas Yola
Bhagawanta Semester 3 di Fisipol UGM. Eyang dari satu
cucu Devannanta Manggalayudha mempunyai Motto
“HIDUP ADALAH PERJUANGAN” agar tetap semangat
menjalani semua aktivitas dalam hidup ini. Alamat tempat
tinggal di Gerjen 157 Kauman Pleret Pleret Bantul
Yogyakarta. Handphone: 081328755796. Email:
tatik_saraswati@yahoo.com. FB dan IG : Tatik Saraswati

13
OPTIK SEBAGAI MOTIVASI
KEMAJUAN KEWIRAUSAHAAN DI
SLB-D YPAC SURAKARTA

Karsono
KEPALA SLB-D YPAC Surakarta
karsrsono_nono62@yahoo.com

Kewirausahaan untuk Pendidikan Luar Biasa


Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 20
tahun 2003, penekanan tujuan pendidikan yaitu pada
mengebangkan potensi peserta didik. Peserta didik adalah
setiap individu yang secara sadar melakukan usaha untuk
mengembangkan potensi diri pada jalur pendidikan
formal, nonformal, dan atau informal. Pengembangan
potensi tersebut tentu perlu didukung dengan
mengoptimalkan seluruh komponen dalam ekosistem
pendidikan. Salah satu konsenstrasi yang menjadi
perhatian dalam komponen pendidikan adalah
kurikulum. Kurikulum untuk sekolah luar biasa (SLB)
telah dirancang oleh Pemerintah, yang dalam hal ini
adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) untuk mempersiapkan peserta didik
berkebutuhan khusus agar terampil baik untuk bekerja
dan hidup secara mandiri.
SLB-D YPAC Surakarta merupakan satu satuan
pendidikan di Kota Surakarta yang memberikan layanan
pendidikan akademik dan non akademik untuk peserta
didik berkebutuhan khusus. Salah satu upaya yang
dilakukan sekolah dalam mengembangkan keterampilan
peserta didik adalah dengan memberikan keterampilan
kewirausahaan. Ada beberapa bidang kewirausahaan yang
dikelola sekolah yaitu: batik, hantaran, manik-manik,
melukis dan desain grafis, serta boga. Keseluruhan bidang
kewirausahaan tersebut dipilih oleh pihak sekolah karena

14
sesuai dengan potensi keterampilan siswa dan juga
tuntutan dunia kerja. Dalam pelaksanaan pembelajaran
kewirausahaan selain dari guru yang terdapat di SLB-D
YPAC Surakarta, pihak sekolah juga mendatangkan tenaga
pengajar atau pakar yang memiliki keterampilan di setiap
bidang kewirausahaan tersebut.
Berbagai jenis produk kewirausahaan yang telah
dikembangkan adalah batik tulis kain dan batik tulis kayu,
produk hantaran berupa cindera mata dan lamaran
penganten, produk manik-manik berupa berbagai macam
sovenir seperti gantungan kunci, tasbih, gelang dan lain-
lain, sedangkan produk hasil lukisan adalah berbagai
lukisan pada kain.
Dengan mengacu pada produk kewirausahaan yang
telah dihasilkan oleh peserta didik SLB-D YPAC tersebut,
dapat diketahui bahwa peserta didik berkebutuhan khusus
juga dapat menghasilkan produk yang berkualitas dan
sesuai dengan selera konsumen. Selanjutnya, hasil
pengamatan awal yang dilakukan oleh Penulis sebagai
Kepala SLB-D YPAC Surakarta, diketahui motivasi peserta
didik dalam pembelajaran kewirausahaan masih rendah.
Hal tersebut didukung dari tidak ada keinginan dari
peserta didik untuk melibatkan diri secara aktif saat
pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran.
Berikut ini adalah dokumentasi yang menunjukkan
motivasi yang kurang dari para peserta didik:

Foto 1: Aktivitas Kewirausahaan yang Tidak Optimal

Gambar tersebut menunjukkan bahwa motivasi


peserta didik selama berlangsungnya pembelajaran masih

15
belum optimal, karena ditemukan bahwa jumlah peserta
didik yang hadir hanya 50% saja. Dari total 20 peserta didik
dalam satu rombongan belajar, yang hadir hanya 10 orang
saja. Selanjutnya, gambar tersebut juga menunjukkan
ruang penyimpanan hasil karya peserta didik yang
diletakkan dalam rak almari. Inisiatif peserta didik dan
guru masih perlu diarahkan dalam menata hasil-hasil
karya kewirausahaan
Dengan demikian, Penulis sebagai Kepala SLB-D
YPAC perlu melakukan strategi tertentu agar
pembelajaran kewirausahaan dapat memotivasi siswa
berjalan optimal dan menghasilkan produk yang sesuai
permintaan pasar. Strategi yang dilakukan Penulis adalah
dengan menjalankan OPTIK yang merupakan singkatan
dari Optimalisasi Program Transisi Inovasi
Kewirausahaan. Program ini menuntut semua peranan
stakeholders dalam satuan pendidikan SLB-D YPAC, yaitu
guru, komite, peserta didik dan juga Kepala Sekolah.
Optimalisasi Program Transisi Inovasi
Kewirausahaan merupakan fasilitasi bagi peserta didik
yang memiliki potensi dengan menyediakan berbagai
kegiatan kewirausahaan untuk dipilih sesuai minat.
Konsep pelaksanaan OPTIK adalah dengan membangun
ruang display, memamerkan hasil karya di Car Free Day
melalui music perkusi, dan mengadakan pameran di event
tertentu. Prosedur penyelenggaraan OPTIK di SLB adalah
sebagai berikut: (1) Kepala Sekolah memanggil masing-
masing penanggung jawab kegiatan kewirausahaan untuk
dimintai keterangan terkait dengan penurunan
antusiasme peserta didik tersebut, (2) Mengadakan rapat
pemecahan masalah dilaksanakan dengan mengundang
perwakilan peserta didik, guru, orang tua, komite sekolah,
masyarakat pelaku industri kerja, dan pihak yayasan
YPAC Surakarta, (3) Hasilnya adalah memamerkan karya
kewirausahaan anak-anak di car free day dengan melalui
musik perkusi yang dimiliki, membangun ruang display
ditempat yang strategis di sekolah, dengan maksud untuk
memamerkan hasil karya anak-anak, serta memamerkan
hasil karya anak-anak melalui event-event tertentu.

16
Implementasi OPTIK di SLB-D YPAC Surakarta
Implementasi OPTIK di SLB-D YPAC dilakukan
untuk semua bidang kewirausahaan, yaitu batik, hantaran,
manik-manik, melukis dan desain grafis, serta boga.
Berikut hasil karya kewirausahaan dalam penerapan
OPTIK di SLB-D YPAC:
(1) Memamerkan hasil karya siswa melalui musik perkusi
di Car free Day Solo Raya

Foto 2 : pameran hasil karya dengan musik perkusi

(2) Memamerkan / memajangkan hasil karya siswa di


Ruang Display sekolah

Foto 3 : Ruang Display Karya Siswa

17
(3) Pameran-pameran hasil karya siswa pada event-event
tertentu.

Foto 4: Pameran Hasil Karya Siswa pada event tertentu

(4) Hasil Karya Boga siswa-siswi SLB-D YPAC


Surakarta

Foto 5 : Produk Boga

Manfaat OPTIK
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan ini
antara lain: (1) Memberikan motivasi kepada peserta didik
agar lebih antusias dan kreatif dalam membuat produk-
produk kewirausahaan yang diikutinya, (2) Memberikan
bimbingan kepada guru penanggung jawab
kewirausahaan, agar lebih keatif dalam memfasilitasi

18
pembuatan produk kepada peserta didiknya, (3)
Terciptanya inovasi-inovasi hasil produk yang bisa
dilakukan oleh pihak sekolah, (4) Produk-produk hasil
kewirausahaan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.

Hasil dan Perwujudan Kepercayaan Masyarakat


Setelah kegiatan pameran di car free day ( CFD).
Ruang Display mulai operasional dengan pemajangan
hasil-hasil karya peserta didik maka semua pihak merasa
adanya kepuasan dan kebanggaan karena hasil karya
dipamerkan dengan melibatkan music perkusi dan
memiliki tempat Display hasil karya anak, selanjutnya
peserta didik termotivasi untuk berkreasi menurut minat
dan bakat. Selanjutnya sekolah mendapat kepercayaan
dari berbagai pihak baik masyarakat dan pemerintah
untuk main music di tempat-tempat yang mereka
kehendaki. Sebagai contoh Wali Kota Surakarta
memanggil group music perkusi untuk main di Balai Kota
dalam rangka HAN (Hari Anak Nasional).
Pada Tahun 2017 sekolah mendapat kepercayaan
dari Pemerintah utuk mengadakan workshop bidang
Keterampilan, kemudian pada tahun 2018 mendapatkan
kembali bantuan dari pemerintah sebagai pengembangan
dan tindak lanjut dari program keterampilan
kewirausahaan, karya keterampilan bertambah banyak,
pesanan bertambah banyak, dan sekolah mendapat
penghargaan diundang ke istana Negara RI untuk melukis
istri perdana menteri Tanzania, kemudian diundang
kembali ke Istana Negera RI, untuk melukis Wakil
Presiden Amerika Serikat, selanjutnya mendapat
penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga menjadi
pemuda berprestasi, bahkan peningkatan prestasi
diperoleh peserta didik dari berbagai kejuaraan baik
dalam keterampilan kewirausahaan maupun Olahraga.
Bahkan prestasi dapat diperoleh sampai pada tingkat
nasional dan internasional sehingga akreditasi sekolah
mengalami peningkatan menjadi A.

19
Foto 6: Penghargaan dari Presiden RI dan Menpora

Hasil dan Dampak


Strategi manajemen talenta telah banyak
dipraktikkan oleh banyak sekolah dalam mewujudkan
lembaganya agar menjadi sekolah yang unggul dan
mandiri. Pameran kewirausahaan di car free day (CFD) ini
dan pembangunan ruang display merupakan
pengembangan dan wujud nyata adanya penghargaan
sekolah terhadap pengembangan potensi yang dimiliki
peserta didik yang ada di sekolahnya.
Pameran kewirausahaan di car free day (CFD) dan
pembangunan ruang display ini benar-benar memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi peserta didik
untuk kembali mengikuti kegiatan kewirusahaan. Hal ini
bisa dilihat dari intensitas kehadiran peserta didik dalam
mengikuti kegiatan kewirausahaan dan kreativitas mereka
dalam membuat produk.
Peningkatan motivasi dilihat dari kehadiran peserta
didik terlihat mengalami peningkatan signifikan mulai
tahun pelajaran baru 2017/2018. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya proses pameran kewirausahaan di car free day
(CFD) di beberapa Kabupaten Kota dan pembangunan
ruang display. Setiap pengampu kewirausahaan
memotivasi peserta didiknya untuk membuat produk
agar saat pembangunan selesai, produk langsung bisa
dipamerkan juga seperti di car free day. Prosentase
kehadiran mencapai 100% pada akhir bulan Nopember

20
karena pameran kewirausahaan di car free day ( CFD ) di
beberapa Kabupaten Kota serta pembangunan ruang
display.
Peningkatan motivasi di atas selanjutnya dapat
disajikan secara lebih jelas pada grafik di bawah ini.

Peningkatan Motivasi
Dilihat Dari Kehadiran…
200
persen (%)

Tahun Ajaran 2016/2017 sampai dengan…

Foto 7. Peningkatan Motivasi

Selain dari tingkat kehadiran, motivasi juga


berpengaruh pada peningkatan inovasi produk.
Kreativitas mereka dalam membuat produk dapat dilihat
dari selalu bergantinya model produk yang dipajang. Hal
ini menunjukkan bahwa mereka kreatif dan selalu
berinovasi untuk menunjukkan keterampilan yang
mereka kuasai. Mereka juga merasa harus lebih baik dari
produk-produknya terdahulu dan harus pantas untuk
dipajang.
Peningkatan variasi produk yang sangat signifikan
dipengaruhi oleh banyaknya pesanan setelah karya
mereka dipajang di ruang display dan melalui pameran di
car free day Solo Raya. Pesanan produk batik, hantaran, dan
manik-manik yang paling banyak diminati masyarakat
untuk pelbagai keperluan. Bahkan beberapa kali produk
ini membuat kewalahan dalam produksinya dalam
membuatkan jumlah sesuai pesanan. Peningkatan ini
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

21
Variasi Produk
20
Banyak 15
10
5 2016/2017
0
2017/2018

Foto 8. Variasi Produk Peserta Didik

Ada beberapa hal yang mempengaruhi dan


berkaitan dengan peningkatan motivasi peserta didik
dengan dibangunnya ruang display dan pameran hasil
karya di Car Free Day Solo Raya ini, antara lain: (1) Peserta
didik memiliki motivasi untuk melatih keterampilannya,
agar produk yang mereka hasilkan menjadi bagus dan
menarik minat orang yang melihatnya di ruang display
maupun melalui CFD. Dengan demikian, mau tidak mau
mereka harus menambah porsi latihan dan mencoba
dengan model baru (inovatif) agar produk tidak
membosankan, (2) Orang tua sangat mendukung, karena
mereka menyadari bahwa keterampilan ini sangatlah
penting bagi putra-putri mereka yang memiliki
keterbatasan. Mereka menjadi antusias dan bangga hasil
karya putra-putrinya dipajang untuk dilihat banyak orang
bahkan harapan orang tua anaknya lulus bisa mandiri.
Motivasi ini pada akhirnya membuahkan hasil yang
sangat menggembirakan bagi peserta didik, berikut
beberapa prestasi peserta kewirausahaan di SLBD YPAC
Surakarta: (1) Kewirausahaan Melukis, pada tahun 2017
diberi kehormatan diundang ke Istana Negara untuk
melukis tamu kenegaraan, yaitu Istri PM Tanzania dan
Wakil Presiden Amerika Serikat. Selain itu, peserta didik
melukis ini pada tahun 2018 juga mendapat penghargaan
dari Menteri Pemuda dan Olahraga RI, (2) Kewirausahaan
Batik, pada tahun 2017 dan tahun 2018 dipercaya utk
mengadakan workshop membatik tingkat nasional oleh

22
Dirjen PKLK. Batik di SLBD YPAC Surakarta memiliki
inovasi yang tidak dimiliki oleh pengusaha batik lain di
Indonesia yaitu batik tulis dengan malam dingin, sehingga
dengan inovasi tersebut banyak diminati oleh masyarakat
pada umumnya. Banyaknya pesanan terutama dari
pembuatan seragam, (3) Kewirausahaan
cinderamata/manik-manik, hantaran yang siap menerima
pesanan-pesanan. Beberapa kali mendapatkan pesanan
untuk souvenir kegiatan, (4)Kewirausahaan Boga,
menyediakan makanan-makanan ringan/ snack dan lain
untuk kepentingan intern sekolah.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa Optimalisasi Program Transisi
Inovasi Kewirausahaan ( OPTIK) yang dilakukan di SLBD
YPAC Surakarta dapat meningkatkan motivasi kemajuan
kewirausahaan.
Motivasi dapat dilihat dari intensitas kehadiran
peserta didik dan inovasi bisa dilihat dari selalu
berubahnya model produk yang mereka pamerkan dan
pajangkan baik melalui ruang display maupun pameran-
pameran di car free day. Motivasi ini berhasil
menghantarkan peserta didik dan sekolah mendapatkan
kehormatan dari masyarakat dan pemerintah.

23
DAFTAR PUSTAKA
_______. 2009. Bahan Belajar Mandiri, Kelompok Kerja
Kepala Sekolah, Dimensi Kompetensi Manajerial.
Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Depdiknas.
Elfindri dkk. 2010. Soft Skills untuk Pendidik. Jakarta:
Badouse Media.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional.
Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggul Metodologi untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jakarta: CV Duta
Graha Pustaka.
Nurhasanah. 2007. Kamus Besar Bergambar Bahasa
Indonesia untuk SD & SMP. Jakarta: PT Bina Sarana
Pustaka.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun
2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan.
Santoso, J.E., dkk. 2018. Aku, Remaja Positif. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Soedarsono, Soemarno. 2008. Hasrat untuk Berubah (The
Willingness to Change). Jakarta: PT Elex media
Komputindo-Kelompok Gramedia.
Umama, H.A. 2019. Psikologi Industri & Organisasi.
Jogjakarta: Deeppublish Publisher.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Werther, Jr. dan Keith Davis. 1982. Personnel Management
and Human Resources. Mc. Graw-Hill: Kogakusha.

24
Biografi Singkat Penulis
Drs. KARSONO, M.Pd, Lahir di
Kota Sragen Jawa Tengah, 20
November 1962. Handphone:
08562519880, Email:
karsrsono_nono62@yahoo.com
Riwayat Pendidikan:
Lulus SD/MIN Sumberlawang
Sragen, Lulus SMP/ MTSN
Sumberlawang Sragen, Lulus SMA Al -
islam Surakarta, Lulus SGPLBN Surakarta, Lulus S1
Universitas Islam Nusantara Bandung, Lulus S2 UNS
Jurusan Tehnologi Pendidikan,
Riwayat Menulis:
Menjadi penulis buku pelajaran maupun buku
penunjang. Jurnal Ilmiah Nasional ber ISSN N0. 854-0020
Tahun 2015, Buku Siswa Kls II SDLB-D ber ISBN Tahun
2015, Buku guru Kls II SDLB-D ber ISBN Tahun 2015 , Buku
Program Khusus Tunadaksa ber ISBN tahun 2015, Buku
Buku Siswa Kls X SMALB-C ber ISBN Tahun 2016 , Buku
guru Kls X SMALB-C ber ISBN Tahun 2016 , Buku
Gerakan Literasi Sekolah Pada Tahun 2019 ISBN
9786237305095, Pada Tahun 2019 Pedoman Pelaksanaan
praktek kerja Industri Peserta didik berkebutuhan khusus
ISBN 9786237305064, Pada Tahun 2019 Modul
Pengembangan diri dan gerak peserta didik tunadaksa
ISBN 978-623-7305-088.
Riwayat Pekerjaan : Tahun 1986 s.d 2000 Tugas
mengajar di SLB-C Kertha Wiweka Denpasar Bali.
Tahun 2000 – sekarang tugas di SLB-D YPAC Surakarta
Riwayat Prestasi :
Guru Prestasi tingkat nasional tahun 2011
Instruktur Nasional K-13
Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2019
Riyawat Organisasi:
Pengurus Pusat Apkhi, Ketua Umum IGPKhI Jateng, Ketua
MKKS PLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII

25
PENDIDIKAN VOKASIONAL
MEMBATIK UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN
PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN
KHUSUS

Heni Ekawati
SMALBS B YPAC Banda Aceh, Provinsi Aceh
heniekawati24@gmail.com

Pendidikan Vokasional untuk SMALB


Berbicara tentang pendidikan di Indonesia bukan
hanya terkait pendidikan untuk melayani peserta didik
umum saja, tetapi juga untuk peserta didik berkubutuhan
khusus. Pasal 32 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003 menegaskan
bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa”. Untuk implementasi
pembelajarannya, pendidikan khusus melakukan ikhtiar
modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik
berkebutuhan khusus. Hal ini ditujukan untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran untuk
menghasilkan output pembelajaran yang berkualitas,
yakni kemandirian anak berkebutuhan khusus.
Satuan Pendidikan khusus diorganisasikan
mengikuti jenjang pendidikan reguler, ada jenjang TKLB,
SDLB, SMPLB dan SMALB. Setiap jenjang memiliki
orientasi yang berbeda, yang bertujuan untuk
membangun kemandirian anak berkebutuhan khusus.
Contohnya orientasi Pendidikan pada jenjang SMALB,
ditujukan untuk mengembangkan keterampilan hidup
anak berkebutuhan khusus usia menengah atas sebagai

26
instrumen utama untuk menjadi warga masyarakat yang
dapat hidup mandiri nantinya. Oleh karena itu orientasi
pembelajaran pada SMALB mengarah pada
pengembangan keterampilan hidup atau pendidikan
vokasional.
Pendidikan vokasional merupakan gabungan
antara teori dan praktik secara seimbang dengan orientasi
dan kesiapan kerja lulusannya nanti. Kurikulum dalam
pendidikan vokasional, terkonsentrasi pada sistem
pembelajaran keahlian (apprenticeship of learning) dan
pada kejuruan khusus (specific trades), (Barrie Hopson
and Scally, 1981). Kelebihan pendidikan vokasional antara
lain, peserta didik secara langsung dapat mengembangkan
kemampuan individu secara optimal sehingga dapat
hidup mandiri, keahliannya disesuaikan dengan
kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan
dihadapinya. Pembekalan kecakapan hidup secara khusus
menjadi muatan kurikulum dalam bentuk pelajaran
keterampilan fungsional dan kepribadian profesional.
Dengan mengacu pada pentingnya pendidikan vokasional
pada jenjang SMALB, maka SMALBS B YPAC Banda Aceh
sebagai salah satu satuan pendidikan yang memberikan
layanan pendidikan khusus di Provinsi Aceh juga
memberikan perhatian lebih pada mata pelajaran
tersebut.
Selanjutnya terdapat empat kelompok
keterampilan yaitu keterampilan akademik, personal,
sosial dan vokasional.
Keterampilan akademik merupakan kemampuan yang
dimiliki seseorang dalam bidang akademik. Keterampilan
personal adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk menghasilkan suatu barang atau kegiatan.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang
untuk melakukan interaksi dalam lingkungan sosial
tertentu. Keterampilan vokasional disini merupakan
gabungan penguasaan teori dan praktik terhadap suatu
keahlian tertentu. Penulis yang juga sebagai Kepala
SMALBS B YPAC Banda Aceh fokus pada keterampilan
vokasional, karena keterampilan ini dibutuhkan peserta

27
didik tuna rungu untuk memberikan keterampilan
bekerja setelah lulus dari sekolah.
Berdasarkan pada hasil observasi awal yang
dilakukan di SMALBS B YPAC Banda Aceh ditemukan
beberapa permasalahan terkait pembelajaran
keterampilan vokasional. Ditemukan bahwa SMALBS B
YPAC Banda Aceh belum memiki tenaga pengajar yang
memiliki latar belakang pendidikan vokasional untuk
membatik, maupun keterampilan khusus tertentu dari
lembaga pendidikan khusus. Hal ini mengakibatkan
tenaga pengajar kesulitan untuk mendesain perangkat
pembelajaran teori dan juga praktik untuk membatik.
Selanjutnya saya selaku kepala sekolah juga menemukan
permasalahan dalam implementasi pembelajaran praktik
pendidikan keterampilan vokasional membatik di
SMALBS B YPAC Banda Aceh, karena pihak sekolah
belum pernah melakukan kegiatan keterampilan
vokasional membatik, dan bahkan di Kota Banda Aceh
belum ada sekolah yang melaksanakan keterampilan
vokasional membatik, dan sekolah belum memiliki
kerjasama dengan mitra industri. Pembelajaran
keterampilan vokasional membatik tentu saja tidak hanya
cukup dengan materi pembelajaran teori membatik saja
namun harus diiringi dengan praktik melakukan proses
pembuatan membatik, sehingga peranan guru harus
mampu mengajarkan keterampilan vokasional membatik,
untuk itu saya selaku kepala sekolah harus mengadakan
kerjasama dengan mitra industri untuk berjalannya
keterampilan vokasional membatik pada SMALBS B
YPAC Banda Aceh, dengan mendatangkan tenaga ahli
membatik sebagai Instruktur untuk tenaga ahli untuk
memberikan pembelajaran membatik pada guru-guru di
SMALBS B YPAC Banda Aceh, dan meneruskan kembali
pembelajaran membatik ini pada para peserta didik
berkebutuhan khusus disekolah.
Berdasarkan kondisi tersebut, Kepala SMALBS B
YPAC Banda Aceh mencari berbagai solusi yang dirasa
tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Langkah
awal yang dilakukan adalah dengan mengkhususkan pada

28
bidang keterampilan yang akan dikembangkan di
SMALBS B YPAC Banda Aceh yaitu keterampilan
vokasional membatik. Dari hasil pelaksanaan kelompok
diskusi terpimpin yang dilakukan pihak sekolah dengan
guru dan juga komite sekolah, telah diputuskan bahwa
bidang keterampilan yang akan dikembangkan di
SMALBS B YPAC Banda Aceh adalah
keterampilanvokasional membatik. Keterampilan
tersebut sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh para
peserta didik yang menunjukkan minat dan atusiasme
yang lebih pada keterampilan melukis dan membatik.
Selain itu keputusan tersebut juga didasari dari
pengalaman penulis yang pernah menjadi perwakilan
Provinsi Aceh untuk mengikuti keterampilan membatik
melalui program pengimbasan pada tahun 2016, yang
diadakan oleh Direktorat Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Setelah menentukan bidang keterampilan
membatik sebagai keterampilan vokasional yang akan
dikembangkan di SMALBS B YPAC Banda Aceh, langkah
selanjutnya adalah menyusun program kerja untuk
pendidikan vokasional membatik. Berdasarkan hasil
diskusi tersusun dengan pihak terkait, berikut ini adalah
program kerja pendidikan vokasional membatik untuk
SMALBS B YPAC Banda Aceh: (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan, (3) Evaluasi.
Dengan implementasi dari program kerja tersebut,
dirasakan dapat memberikan keterampilan hidup yang
sesuai dengan potensi peserta didik SMALBS B YPAC
Banda Aceh, dan juga dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat.

Pendidikan Vokasional Membatik – Perencanaan


Dalam merencanakan menyelenggarakan
keterampilan membatik pada SMALBS B YPAC Banda
Aceh, adapun usaha yang di lakukan adalah sebagai
berikut (1) Melaksanakan FGD dengan pihak terkait.
Dalam mengawali merancang program keterampilan

29
membatik, SMALBS B YPAC Banda Aceh melaksanakan
pertemuan yang mengundang pihak terkait dengan para
guru-guru di sekolah. Adapun pihak terkait yang
dimaksud adalah pihak Rumah Batik Atjeh sebagai
Instruktur yang dihadirkan untuk memberikan
pencerahan, pembelajaran tentang bagaimana proses
membatik yang benar. Dalam pertemuan ini para guru-
guru memperoleh informasi langsung dari Rumah Batik
Atjeh selaku Instruktur tentang bagaimana cara
membatik, memperkenalkan alat, bahan serta proses
produksi batik dan proses pemasarannya. Produk dari
FGD ini adalah merumuskannya program keterampilan
membatik di SMALBS B YPAC Banda Aceh.

Foto 1. Kegiatan FGD

Mengadakan MOU dengan pihak terkait


Menindaklanjuti dari kegiatan FGD yang telah
menghasilkan program keterampilan vokasional
membatik, langkah yang dilakukan adalah mengadakan
Memorandum of Understanding (MoU) antara pihak
SMALBS B YPAC Banda Aceh dengan Rumah Batik Atjeh.
Pihak SLB ditandatangani oleh Kepala Sekolah SMALBS
B YPAC Banda Aceh dan pihak Rumah Batik Atjeh
ditandatangani oleh pimpinan Rumah Batik Atjeh.
Adapun poin-poin dalam MoU ini adalah penyepakatan
tentang program pendampingan guru SLB dalam
kegiatan membatik yang dilakukan oleh para pembatik
dari Rumah Batik Atjeh, pengadaan alat dan bahan

30
membatik dari Rumah Batik Atjeh apabila SMALBS B
YPAC Banda Aceh memerlukan alat dan bahan membatik,
serta proses pendampingan pemasaran produksi batik
dari SMALBS B YPAC Banda Aceh yang di dipasarkan
oleh Rumah Batik Atjeh.

Foto 2. Kegiatan MoU

Merancang desain pembelajaran


Program keterampilan membatik yang telah
dirumuskan pihak sekolah, maka kepala sekolah
mengkoordinasikan kepada para guru untuk
merumuskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tentang pembelajaran keterampilan vokasional
membatik. Rancangan dan pelaksanaan pembelajaran
membatik yang dilakukan para guru di SMALBS B YPAC
Banda Aceh terhadap peserta didik tunarungu, didasarkan
pada kerangka acuan membatik yang telah diarahkan dan
dilatih oleh instruktur Rumah Batik Atjeh kepada guru.
Pola pembelajaran keterampilan vokasional
membatik yang dirancang dan dilaksanakan oleh para
guru di SMALBS B YPAC Banda Aceh menggunakan pola
pembelajaran teori membatik sebesar 30% dan
pembelajaran praktik keterampilan vokasional membatik
sebasar 70%.

Menentukan bahan dan alat yang diperlukan


Untuk mendukung pelaksanaan keterampilan
vokasional membatik membutuhkan bahan-bahan
berupa kain serta alat-alat untuk membatik. Sesuai
dengan naskah MoU, bahwa Rumah Batik Atjeh
menyediakan bahan dan alat untuk membatik yang akan
dibeli oleh pihak SMALBS B YPAC Banda Aceh.
Alat dan bahan yang digunakan untuk membatik

31
memang susah untuk didapatkan di Provinsi Aceh
dikarenakan belum tersedianya alat dan bahan untuk
membatik di Aceh, namun tidak membuat saya selaku
kepala sekolah putus asa untuk tetap menyelenggarakan
keterampilan vokasional membatik di SMALBS B YPAC
Banda Aceh, adapun cara yang saya lakukan adalah
dengan memesan semua alat dan bahan tentang
membatik pada SLB.B Cicendo Bandung, dikarenakan
dari SLB B Cicendo lah saya mendapatkan pengalaman
tentang membatik, di karenakan di sana mudah untuk
mendapatkan semua alat dan bahan membatik tersebut,
sehingga saya membuat kerjasama untuk mengirimkan
semua alat dan bahan membatik pada SMALBS B YPAC
Banda Aceh. Adapun alat dan bahan yang diperlukan
untuk membatik adalah: (1) Kain Mori, Kain mori
merupakan bahan utama untuk membuat batik tulis, kain
ini berasal dari bahan kapas yang telah mengalami proses
pemutihan dan memiliki klasifikasi khusus, (2) Canting,
Canting merupakan alat utama yang digunakan untuk
membuat motif batik dengan menorehkan malam (lilin
batik) di atas kain, kain yang biasa digunakan adalah kain
mori, (3) Malam atau Lilin Batik, Malam juga salah satu
bahan utama pembuatan batik tulis hanya saja malam
tidak hanya di gunakan untuk membuat batik tulis tapi
juga menjadi salah satu pembuatan batik cap. Malam atau
lilin batik ini secara garis besar berfugnsi untuk menutupi
bagian tertentu agar tidak terkena pewarna atau bisa juga
disebut sebagai perintang, (4) Zat Pewarna, Untuk
pembuatan batik terdapat dua jenis zat pewarna yang bisa
dipakai, zat pewarna alami dan sintetis/buatan, masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan, (5) Wajan
dan kompor kecil, Wajan dan kompor kecil ini berfungsi
untuk memanaskan atau mencairkan malam/lilin batik,
(6) Gawangan, Kalau yang ini fungsinya untuk penyangga
kain saat proses membatik berlangsung. Gawangan batik
ini bisa terbuat dari kayu ataupun bamboo, (7) Dingklik,
Dingklik merupakan kursi kecil terbuat dari kayu, plastik
atau apapun sebagai tempat duduk pengrajin. Biasanya
memang proses menggambar batik tulis dilakukan de

32
ngan cara duduk di bawah, tidak dilakukan dengan berdiri
sebagaimana yang dilakukan pengrajin saat membuat
batik cap, (8) Bandul, adalah alat pemberat yang
digunakan untuk menahan kain batik agar tidak mudah
bergeser ketika sedang dilukis dengan malam. Bandul ini
bisa terbuat dari kayu, besi atau apapun yang bisa
difungsikan sebagai pemberat, (9) Taplak, merupakan
selembar kain yang digunakan sebagai alat untuk alas saat
membatik. Alas ini ditempatkan diantara paha dan kain
batik agar tidak mengotori pembatik, (10) Meja kayu, meja
kayu sering difungsikan untuk meluruskan/meratakan
permukaan kain sebelum dibatik. Selain itu juga bisa
digunakan untuk menggambar pola motif batik diatas
kain dengan menggunakan pensil.

Pendidikan Keterampilan Vokasional Membatik –


Pelaksanaan
Adapun kegiatan yang telah dilakukan dalam
rangka melaksanakan pendidikan keterampilan
vokasional membatik pada SMALBS B YPAC Banda Aceh
adalah dengan melakukan pembelajaran teori dan praktik.
Pembelajaran teori dilakukan di awal pembelajaran
program keterampilan membatik. Dari sepuluh kali
pertemuan keterampilan membatik, teorinya
disampaikan selama 2 x pertemuan, sedangkan
praktiknya selama 4 x pertemuan. Pembelajaran teori dan
praktik disampaikan oleh guru-guru SMALBS B YPAC
Banda Aceh yang telah mengikuti pelatihan membatik
dengan Rumah Batik Atjeh.
Selanjutnya untuk pembelajaran praktik, sekolah
bekerjasama dengan mitra industri Rumah Batik Atjeh
untuk mengadakan workshop. Workshop dilakukan
selama 3 hari dengan tujuan untuk memberikan
pembelajaran praktik membatik secara langsung dari
instruktur. Materi yang disampaikan dalam kegiatan
workshop tersebut, adalah : (1) mengenal berbagai
jenis/corak batik; (2) bahan-bahan membatik; (3) alat-alat
yang digunakan dalam membatik; (4) praktik membatik;
(5) penataan produk membatik dan (6) Teknik pemasaran

33
produk membatik. Berikut adalah dokumentasi saat
berlangsungnya workshop:

Foto 3. KegiatanWorkshop

Pendidikan Vokasional Membatik – Evaluasi


Untuk tahapan terakhir yaitu evaluasi, evaluasi
dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana
keberhasilan penyelenggaran program pendidikan
vokasional membatik di SMALBS B YPAC Banda Aceh.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap evaluasi ini adalah: (1)
Mengadakan FGD, Untuk mengetahui respon pihak-
pihak terkait dalam pelaksanaan keterampilan membatik,
dilakukan FGD dengan menghadirkan guru-guru, komite
sekolah dan orang tua peserta didik. Hasil FGD ini
memerikan rekomendasi bahwa program keterampilan
membatik yang telah dilakukan untuk terus
dikembangkan karena memberikan manfaat banyak bagi
peserta didik tunarungu. (2) Menyebarkan instrumen
angket kepuasan peserta didi, Berdasarkan rekomendasi
untuk mengembangkan program keterampilan
membatik, maka dipandang perlu diketahui tingkat

34
kepuasan peserta didik secara lebih detail tentang
pelaksanaan pembelajaran keterampilan membatik yang
dilaksanakan. Untuk keperluan ini dibuat angket untuk
menggali kepuasan peserta didik tunarungu dalam
mengikuti pembelajaran keterampilan membatik. (3)
Mengisi lembar observasi keterlibatan guru dan peserta
didik, Untuk melengkapi bagaimana potret pelaksanaan
pembelajaran keterampilan membatik, kepala sekolah
membuat lembar observasi untuk mengamati tingkat dan
bentuk keterlibatan guru dan peserta didik serta praktik
pembelajaran yang bernuansa teori dan praktik.

Manfaat Pendidikan Vokasional Membatik untuk


SMALBS B YPAC Banda Aceh.
Pelaksanaan program kerja pendidikan vokasional
membatik pada SMALBS B YPAC Banda Aceh telah
berhasil memberikan keterampilan hidup yang sesuai
dengan potensi peserta didiknya. Berikut adalah manfaat
yang didapatkan bagi berbagai pihak terkait
penyelenggaraan pendidikan vokasional membatik: (1)
Bagi Sekolah, Kualitas lulusan lebih sesuai dengan
kebutuhan dunia usaha dan dunia industri., meningkatkan
kualitas pengajar vokasional membatik, Meningkatkan
reputasi sekolah. (2) Bagi Peserta Didik, Mengembangkan
potensi diri sesuai denga minat dan keterampilan peserta
didik, menghasilkan produk kreatif yang diminati
masyarakat. (3) Guru, meningkatkankompetensi guru,
mengembangkan keprofesionalan berkelanjutan guru.

35
DAFTAR PUSTAKA
Barrie Hopson dan Scally . 1981. Kurikulum Keterampilan
Vokasional
Haenudin. 2013. Pembelajaran bagi Peserta Didik
Tunarungu. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kemdikbud. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Kemdikbud.
Kemdikbud. 2013. Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Satori, D. 2005. Rencana Strategis Sekolah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Syamsudin, A. 2000. Manajemen Strategis (Makalah).
Bandung: PPS Universitas Islam Nusantara.

36
TENTANG PENULIS

Heni Ekawati, S. Pd, M. Pd, dilahirkan


di Takengon pada tanggal 27 Juli
1982. Pendidikan Sekolah Dasar di
tamatkan di SD N 1 Takengon lulus
tahun 1994. Kemudian melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di SMP N
1 Takengon lulus pada tahun 1997.
Selanjutnya ke Sekolah Menengah
Atas di SMA DUTA Aceh Tengah
tamat pada tahun 2000. Kemudian
pada Tahun 2001 melanjutkan Studi
S1 FKIP Fisika di Universitas Serambi
Mekkah (USM) selesai pada tahun
2005. Kemudian pada tahun 2014 mendapatkan Beasiswa
melaksanakan kuliah S1 Ke 2 PLB di Universitas Negeri Padang
(UNP) selesai pada tahun 2016. Kemudian melanjutkan Study S2
Manajemen Administrasi Pendidikan (MAP) di Universitas Syiah
Kuala (UNSYIAH) pada Tahun 2016 dan selesai Tahun 2018.
Email: heniekawati24@gmail.com , HP. 085277504570

37
FILOSOFI RAKIT BAMBUDENGAN
GROWME UNTUK MERAIH
KEUNGGULAN PRESTASI DI SLB
AL AZHAR

Azizah
SLB Al Azhar Bukittinggi
azizahdoank_spd@yahoo.co.id

Kompetensi Kepala SLB


Kepala sekolah merupakan salah satu komponen
yang memegang peranan penting dalam mengemudikan
dan mengendalikan pendidikan, begitu jugadi SLB Al
Azhar Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi
Sumatera Barat.Kepala sekolah dituntut harus
mampumemimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan
sumber daya sekolah secara optimal. Peran kepala sekolah
memberikan pelayanan kepada seluruh warga sekolah
merupakan faktor penentu keberhasilan sekolah. Kepala
Sekolah tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan dari
guru siswa dan orang tua dan yayasan.Kemampuan
pemimpin sekolah mempengaruhi, mengarahkan,
menggerakkan, dan melakukan tindakan kepada guru
serta seluruh warga sekolah merupakan indikator
keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah.
Pemerintah menetapkan standar standar lainnya
guna mendukung pelaksanaan reformasi dibidang
pendidikan yang berlandaskan amanat para pendiri
bangsa. Sebagaimana tertuang dalam Permendikbud
Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai
kepala sekolah. Kepala sekolah pada setiap satuan
pendidikan dituntut memiliki lima kompetensi berikut ini
:Kompetensi kepribadian yakni mempunyai akhlak mulia,
menjadi teladan bagi warga sekolah, mempunyai
integritas kepribadian dan keinginan yang kuat dalam

38
pengembangan diri, mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah, serta memiliki bakat dan minat
jabatan sebagai pemimpin
pendidikan.Kompetensimanajerialmerupakankemampua
n kepala sekolah dalam menyusun dan merencanakan
pengelolaan kegiatan sekolah meliputi sumber daya
manusia, keuangan, dan juga sarana prasarana.
Kompetensi kewirausahaan merupakan kemampuan
kepala sekolah dalam menciptakan inovasi yang berguna
bagi pengembangan sekolah serta pantang menyerah
untuk mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala
yang dihadapi dan memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber
belajar peserta didik. Kompetensi supervisi merupakan
kemampuan kepala sekolah dalam merencanakan,
melaksanakan progam supervisi dan menindaklanjuti
hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
Kompetensisosialmerupakan kemampuan kepala sekolah
dalam bekerja sama dengan pihak lain untuk turut
serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan
dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain. Kelima kompetensi ini merupakan acuan
yang di jadikan sebagai landasan oleh Kepala Sekolah
dalam meningkatkan kinerja sekolah.
Sebuah sekolah dikatakan berhasil jika telah
memperoleh prestasi baik yang diperoleh oleh siswa, guru
maupun kepala sekolah. Keberhasilan ini diraih jika
kepala sekolah mampu mengatur dan mengelola
sekolahnya dengan baik.Berdasarkan observasi yang
dilakukan oleh Penulis selaku Kepala Sekolah, diketahui
bahwa terdapat beberapa permasalahan yang terjadi di
SLB Al Azhar Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi
Sumatera Barat. Permasalahan tersebut terkait dengan
prestasi sekolah dan juga kompetensi guru.
Prestasi akademik dan non akademik SLB Al Azhar
Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi Sumatera
Barat belum dapat meraih pada ajang nasional, hal ini
diperkuat dari data yang ada bahwa beberapa siswa dan

39
guru yang hanya berhasil meraih prestasi pada skala
Provinsi. Perlu dilakukaan telaah lebih lanjut, agar prestasi
akademik dan non akademik dapat meningkta. Berikut
adalah data yang menunjukkan prestasi peserta didikSLB
Al Azhar Kecamatan Guguk Panjang Kota Bukittinggi
Sumatera Barat:

Tabel 1. Prestasi Akademik dan Non Akademik Guru serta


Siswa SLB Al Azhar Bukittinggi
J
Cabang Nama Nas/Prov
Nama Tahun uara
Lomba Lomba / Kab
1/2/3
Olimpiade
OSN M. Riski 2013 Provinsi II
Sains
OS2N Anggi Yuhendra Lari Pa 2014 Provinsi II
FLS2N Tk
Gilang Permata. S Melukis 2014 Provinsi II
SMALB
FLS2N Tk
Ade Rahmat. F Tari Kreasi 2014 Provinsi II
SMALB
GTKBerdedik Kepala
AZIZAH, S.Pd 2014 Provinsi II
asi Sekolah
Guru Guru
YUNILDA, S.Pd 2016 III
Berdedikasi SMPLB
Guru
Linda Mayesti.S, S.Pd Guru SDLB 2016 III
Berdedikasi

Selain belum optimalnya prestasi tersebut, masalah


lain yang ditemukan di SLB Al Azhar Kecamatan Guguk
Panjang Kota Bukittinggi Sumatera Barat, adalah
kompetensi pedagogik guru. Permasalahan ini meliputi
kemampuan melakukan pegelolaan pembelajaran,
terlebih yang menjadi obyek pebelajar adalah peserta
didik berkebutuhan khusus. Untuk itu diperlukan suatu
telaah khusus untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi SLB Al Azhar Kecamatan Guguk Panjang Kota
Bukittinggi Sumatera Barat.Upaya mengatasi
permasalahan yang ada di SLB Al Azhar Kecamatan
Guguk Panjang Kota Bukittinggi Sumatera Barat berkaitan
erat dengan kompetensi manajerial seorang Kepala
Sekolah. Dalam mengatasi permasalahan tersebut, Penulis
menggunakan filosofi rakit bambu.
Rakit Bambu adalah satu kesatuan dari sebuah alat
yang digunakan orang untuk menyeberangi sungai atau
muara, sehingga dapat mencapai tujuan keseberang. Rakit
sangat dibutuhkan penduduk di daerah perairan/sungai di

40
Indonesia, yang belum memiliki jembatan penyebrangan,
rakit digunakan untuk menyebrangkan orang, barang dan
kendaraan bermotor. Dengan rakit ini membuat
masyarakat berhasil menyeberang dan menikmati
aktifitas di daerah lain. Pembuatan Rakit Bambu tidak bisa
hanya dengan satu bambu tapi harus menggunakan
beberapa bambu yang diikat menjadi sebuah perahu yang
kokoh serta membutuhkan proses yang cukup lama dan
penuh kesabaran secara bersamaan sehingga bermanfaat
bagi masyarakat untuk mencapai tujuannya ke hulu.
Unsur dari Rakit bambu terdiri dari pengemudi, batang
bambu, tali pengikat dan penumpangnya, tiap-tiap
bagian itu memiliki manfaat yang saling mendukung satu
sama lainnya. Di umpamakan sebuah sekolah, Pengemudi
adalah kepala sekolah, batang bambu sebagai guru dan tali
pengikat adalah sekolah bersama orang tua dan
penumpangnya adalah siswa. Selain itu Rakit Bambu juga
diartikan sebagai singkatan dari Rangkaian Kegiatan
Bangun Masa Depan Sekolah Bersama Guru.
Selanjutnya Penulis menggunakan filosofi rakit
bambu untuk memotivasi dan melatar belakangi
penerapan kompetensi manajerial Penulis dalam
mengatasi permasalahan yang ada di SLB Al Azhar
Bukittinggi. Langkah teknis yang digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada adalah dengan
menggunakan Metode GROWME. Metode ini merupakan
singkatan dariGoal, Reality, Option, Will/What’s next,
Monitoring dan Evaluating.
GROWME - Goal
Goal adalah menentukan tujuan proses
pembelajaran atau kondisi ideal yang mereka
inginkan.Kegiatan yang dilakukan Kepala Sekolah adalah
dengan pendekatan kepada semua warga sekolah yakni
guru, yayasan dan orang tua murid untuk dapat
memberikan masukan atau pendapat tentang
permasalahan agar sekolah bisa mencapai prestasi yang
lebih baik lagi. Pendekatan ini diharapkan semua warga
sekolah dapat terlibat dalam mencapai tujuan yang
diinginkan.

41
Gambar 1. Kegiatan Penentuan Tujuan

GROWME - Reality
Realita dalam kaitannya dengan pengelolaan
sekolah merupakan suatu kondisi yang dialami kepala
sekolah untuk menyadari keadaan actual terhadap
prestasi yang dicapai oleh peserta didik, guru dan tenaga
kependidikan. Kepala sekolah perlu mengidentifikasi
dengan seksama kendala yang dihadapi dan tindakan yang
perlu disiapkan oleh kepala sekolah supaya bisa
menghasilkan sebuah karya atau prestasi yang lebih baik.

Gambar 2. Kegiatan Reality

GROWME - Option
Option adalah tindakan kepala sekolah dalam
menentukan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk
menyelesakan permasalahan yang menyebabkan belum
maksimalnya keberhasilan sekolah di semua bidang.
Kegiatan yang dilakukan Kepala Sekolah adalah: (1)
Program Bendi(Program Pembinaan Meraih Prestasi).
Program Bendi merupakan program kegiatan sekolah
pada bidang olah raga dan kesenian yang sering di
perlombaan. Tujuan dari program ini yakni meraih
prestasi baik bidang seni maupun olah raga. Kepala
sekolah menentukan guru yang bertanggung jawab dan

42
merumuskan kegiatan sebagai beikut:
Tabel 1. Kegiatan Kesenian SLB Al Azhar Bukittinggi
Sumatera Barat
Jenis Kegiatan Sasaran Kolaborasi Dengan Jadwal
Ahli Kegiatan
Tari Kreasi Tradisional SMPLB-C Pelatih Sanggar Tari 2xper bulan
Melukis SMPLB-B Pelatih Melukis 2xper bulan
Bukittinggi
Menyanyi Solo Song Tunalaras 8xper bulan
SDLB
Drum Band Semua Siswa 1x per bulan
Musik Tradisional Semua 2xper bulan
Talempong Jurusan

Tabel 2. Kegiatan Olahraga SLB Al Azhar Bukittinggi


Sumatera Barat
Olahraga Sasaran Jadwal Kegiatan

Atletik Vira Dilla Andini 3xper bulan


Atletik Rahmat Hidayat 3xper bulan
Bocce Suci, Naila, Fatiyah 3xper bulan
Atletik Latifa, Bunga, Maskuril 4xper bulan
Tenis Meja Fadhlullah 4x per bulan

Program Life skill


Program keahlian di bidang seni musik, tari dan
kecakapan hidup seperti Batako, Tata busana, Tata Boga,
cuci motor dan IT. Program ini adalah program kegiatan
yang memusatkan kepada keterampilan siswa yang
bertujuan untuk kemandirian siswa setelah tamat dari
sekolah. Kepala sekolah mencarikan solusi terhadap
kegiatan life skill yakni dengan mendatangkan pelatih
atau tenaga ahli sesuai dengan bidang keterampilannya
untuk berkolaborasi dengan guru yang ada di sekolah.
Adapun yang penulis lakukan adalah membuat program
seperti berikut :

Tabel 3. Kegiatan Keterampilan Hidup SLB Al Azhar


Bukittinggi Sumatera Barat

43
Kolaborasi
Jenis Kegiatan Sasaran Koordinator Dengan
Ahli

Keterampilan Siswa yang sudah Anton Putra, 2x per


BATAKO bisa mandiri S.Pd bulan

Tata Busana Siswa tuna rungu Yefermita, 3x per


dan tunagrahita S.Pd minggu
ringan
Pencucian Motor Siswa laki-laki Anton Putra, Sesuai
yang sudah S.Pd permintaan
mandiri
Pembuatan Siswa laki-laki Anton Putra, Taman
Taman Hias dan yang sudah S.Pd Sekolah
Bangunan mandiri dan WC
Pemasangan Siswa laki-laki Yefermita 1x per
Instalansi Listrik yang sudah minggu
mandiri
Keterampilan dari Siswa SMPLB Anton P, S.Pd 1x per
Barang Bekas dan SMALB Desriani M, minggu
S.Pd

Parakonsi (Program Kegiatan Berbudaya Literasi)


Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 tahun 2015
tentang penumbuhan Budi Pekerti, yang bermakna
memberikan ruang bagi tumbuhnya budi pekerti dari
dalam diri si anak. Dengan tujuan membiasakan dan
memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna
menumbuhkan budi pekerti dalam jangka waktu panjang
dan memiliki kemampuan literasi tinggi. Program
Kegiatan Berbudaya Literasi, semua warga sekolah
terbiasa dengan budaya literasi dan menghasilkan karya
bersama. Pada program ini penulis juga telah
membuatkan program kegiatannya seperti berikut :
Tabel 4. Kegiatan Berbudaya Literasi SLB Al Azhar
Bukittinggi Sumatera Barat
Jenis Sasaran Jadwal Kegiatan
Kegiatan
Baca Puisi Siswa Tuna netra, Tunagrahita 2x per minggu
dan Autis
Membuat Guru dan Karyawan Setiap hari selama
Buku 15 menit

44
GROWME –Will/What’s Next
Will/What’s nextdiartikan sebagai apa yang harus
dilakukan berikutnya. Dalam kegiatan iniPenulis sebagai
kepala sekolah melakukan kegiatan pendampingan dan
tindak lanjut dari solusi yang akan muncul.Kegiatan yang
dilakukan Kepala Sekolah adalah berperan aktif dalam
mendampingi dan mencarikan solusi yang mesti
dilakukan sehingga permasalahan yang ada bisa segera
teratasi.

Gambar 3. Keterlibatan Kepala Sekolah, Guru Dan Tenaga Ahli Dalam Rakit Bambu

GROWME – Monitoring
Monitoring adalah kegiatan kepala sekolah dalam
melakukan pengawasan semua kegiatan yang telah
terprogram dalam kegiatan sekolah. Kegiatan yang
dilakukan Kepala Sekolah adalah melakukan pantau
terhadap kegiatan yang dilakukan oleh guru maupun
tenaga ahli tentang kendala dan kemajuan yang telah di
peroleh oleh siswa. Berikut: adalah kegiatan yang
dilakukan dalam tahap monitoring:

Gambar 4. Monitoring Pembelajaran

45
GROWME – Evaluation
Evaluasi adalah kegiatan kepala sekolah untuk
mendampingi warga sekolah dalam melaksanakan
tugasnya sampai tuntas. Strategi inilah yang 5 tahun
terakhir ini dilaksanakan di SLB Al Azhar Kecamatan
Guguk Panjang Kota Bukittinggi Sumatera Barat. Dengan
melakukanevaluasi ini kepala sekolah bersama guru bisa
merencanakan dan menetapkan kebutuhan yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan yang telah di
programkan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan
hasil evaluasi kegiatan GROWME:
Tabel 5. Ketercapaian Kegiatan Growme di SLB Al Azhar
Bukittinggi Sumatera Barat
Nas/Pro
Cabang Nama Lomba/ Juara
NamaSiswa Tahun v /
Lomba Pertandingan 1/2/3
Kab
FLS2N M. Rauf Melukis SDLB 2017 Nsional Finalis
Suci
FLS2SN Tari Kreasi 2017 Nasional III
Rahmadhani
Lari 200 M
OS2N Fira Dila Andini 2018 Provinsi I
Putri
Agusmawati,
Guru Innobel 2018 Nasional Finalis
S.Pd
Guru YUNILDA, S.Pd Innobel 2018 Nasional Finalis
Anton Putra,
Guru Innobel 2018 Nasional Finali
S.Pd
Guru Kreatif Yunilda, S,Pd Guru SMPLB 2018 Nasional I
GTK
AZIZAH, S.Pd Kepala Sekolah 2018 Nasional 5 Besar
Berprestasi
Kepala Sekolah,
Karya buku Bersama 2018 ISBN 15 Buku
guru
Yefermita Rosa,
Guru LGK 2019 Nasional Finalis
S.Pd
Berikut juga ditampilkan beberapa gambar yang
mencerminkan keberhasilan siswa, guru, dan kepala
sekolah:

46
Gambar 4. Pretasi keberhasilan Kepala sekolah, guru dan siswa

Manfaat Filosofi Rakit Bambu Dengan Growme Untuk


SLB Al Azhar Bukittinggi
Implementasi filosofi rakit bambu dengan
GROWME telah terbukti dapat meningkatkan prestasi
unggul di SLB Al Azhar Bukittinggi. Berikut adalah
manfaat yang diperoleh sekolah: (1) Disiplin kerja guru
meningkat, (2) Iklim sekolah sangat kondusif, (3)
Komunikasi antara kepala sekolah, guru, dan karyawan
lancar dan terkelola dengan baik, (4) Kepala Sekolah
meraih Prestasi di Lomba tingkat Kota dan Provinsi dan
Nasional, (5) Guru Meraih prestasi di tingkat Kota,
Provinsi dan Nasional, (6) Siswa Meraih Prestasi di Lomba
tingkat Kota, Provinsi dan Nasional,(7) Kepala Sekolah
Guru dan Siswa telah menerbitkan Artikel, dan Buku, (8)
Produksi keterampilan siswa telah dapat dipasarkan ke
masyarakat. Dengan mengacu pada berbagai manfaat
yang diperoleh sekolah setelah menerapkan program ini,
diharapkan program ini dapat memberikan wawasan baru
bagi Kepala SLB lainnya.

47
DAFTAR PUSTAKA
(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa dalam Iksan,
2012:11).: Pengertian Prestasi
Permendiknas nomor 13 tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah
Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan
guru sebagai kepala sekolah
Permendikbud Nomor 21 tahun 2015 .: Tentang Gerakan
Literasi Sekolah
Muhibbin Syah (2010:150).: Pengertian Prestasi
(Van de Bos (dalam Iksan 2012:11).:kemampuan aritmatika
dan kemampuan membaca
Muhibbin Syah. 2010.Psikologi Pendidikan.PT Remaja
Posdakarya Offset: Bandung
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung:
Cipta Cekas Grafika.

48
TENTANG PENULIS
Azizah, S.Pd, dilahirkan di
Bukittinggi pada tanggal 15Februari
1970. Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN 05 Pagi Papanggo
Jakarta Utara pada tahun 1983.
kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP KALEDUPA
Jakarta Utara, tamat tahun 1986. Setelah
itu melanjutkan pendidikan menengah
atas di SMA WIYATA MANDALA Jakarta Utara, tamat
tahun 1989. Pada tahun yang sama melanjutkan studi
SGPLB Negeri Padang, tamat tahun 1992. Dilanjutkan SI
Pendidikan Luar Biasa di Universitas Negeri Padang
(UNP) Padang, tamat tahun 2005. Tahun 2017 s/d 2021
Sebagai Pengurus MKKKS PLB Provinsi Sumatera Barat.
Aktif sebagai Andalan PLB di Kwarcab XIII Kota
Bukittinggi serta sebagai Sekretaris SOIna Kota
Bukittinggi.Pretasi yang pernah di raih finalis 5 besar
Kepala Sekolah Berprestasi dan berdedikasi Tingkat
Nasional tahun 2019. Juara I Kepala Sekolah SLB
Berprestasi dan berdedikasi Tingkat Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2019. Juara II Kepala Sekolah SLB
berdedikasi Tingkat Provinsi Sumatera Barat Tahun 2014.
Juara I Kepala Sekolah SLB berprestasi dan berdedikasi
Tingkat Provinsi Tahun 2019. No Hp.081363407346
email: azizahdoank_spd@yahoo.co.id

49
METODE MATERNAL REFLEKTIF
UNTUK PEMBELAJARAN ANAK
TUNARUNGU

Sumarman
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya, Provinsi Jawa Timur
sumarmanhim@gmail.com

Metode Maternal Reflektif (MMR) untuk SLB-B


Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran
yang memberikan kecakapan kepada peserta didik, yaitu
kecakapan tentang komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis,
dan kreatif inovatif. Melalui empat kecakapan ini
diharapkan peserta didik mampu menghadapi tantangan
abad 21. Dengan demikian peserta didik akan dapat
memberikan kontribusinya dalam pertumbuhan dan
pembangunan bangsa dan negara Indonesia ini.
Kelangsungan hidup suatu bangsa dan negara tergantung
pada keberhasilan bangsa dan negara tersebut dalam
mempersiapkan generasi akan datang, yang akan tampil
mengambil alih kedudukan dan peran-peran sosial dari
para pendahulunya.
Kecakapan abad 21 juga berlaku pada pendidikan
khusus. Anak berkebutuhan khusus merupakan warga
negara yang mengalami kekurangan /mal/dis-fungsi dari
sebagian atau seluruh anggota tubuhnya sehingga mereka
memerlukan pendidikan secara khusus. Anak
berkebutuhan khusus juga merupakan warga negara yang
mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan
pendidikan atau pengajaran. Dengan demikian guru atau
tenaga pendidik pada pendidikan khusus dituntut pula
agar dapat memberikan pembelajaran yang memuat
unsur kecakapan abad 21, baik dalam kegiatan
kokurikuler, intrakurikuler, maupun ekstrakurikuler.
Pemerintah sudah memfasilitasi agar guru dapat
memberikan kecakapan abad 21, yaitu dengan perbaikan

50
kurikulum yang sesuai dengan tuntutan zaman yang telah
diwujudkan dalam bentuk implementasi kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menuntut guru harus semakin
berkualitas dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Kurikulum 2013 mengamanatkan agar guru
melaksanakan pendekatan saintifik, yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar atau
mengasosiasikan, dan meng-komunikasikan. Selain itu
juga mengamanatkan pelaksanakan Higher Order
Thinking Skills (HOTS), serta integrasi literasi dan
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) (Apandi, 2018).
Pada awal implementasi kurikulum 2013, tidak semua
sekolah menerapkan kurikulum tersebut dikarenakan
adanya pro dan kontra dalam mensikapi penggunaan
kurikulum ini. Tetapi setelah mengetahui tujuan dari
implementasi kurikulum 2013 akhirnya yang kontra
menerima dan melaksanakan kurikulum ini. Pada
pendidikan khusus, yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) yang
di dalamnya ada Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
melaksanakan kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014-
2015.
Permendikbud Nomor 6 tahun 2018 tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah menyebutkan
bahwa kepala sekolah adalah seorang guru yang diberi
tugas sebagai kepala sekolah untuk memimpin dan
mengelola sekolah dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan. Mutu pendidikan akan meningkat apabila
kepala sekolah sebagai pemimpin mampu menggerakkan,
mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan
orang-orang atau guru-guru yang ada di dalam sekolah
atau lembaga pendidikan yang dikelola dan dipimpinnya,
karena guru merupakan seorang tenaga pendidik
profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu,
membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta
melakukan evaluasi kepada peserta didik. Seorang guru
tidak hanya mengajarkan pendidikan secara formal saja
sebagaimana tersebut di atas, tetapi secara informal guru

51
menjadi panutan yang harus dicontoh dan diteladani oleh
peserta didik, sehingga nantinya dapat menciptakan
output yang berkualitas baik intelektual maupun
akhlaknya, sehingga mampu menghadapi tantangan
zaman.
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan lembaga atau
satuan pendidikan dalam mengelola atau memanajemen
sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah.
Keberadaan kepala sekolah di SLB sama dengan kepala
sekolah di sekolah regular yaitu dituntut untuk memiliki
lima kompetensi, sebagaimana yang tertuang dalam
Permendibud Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar
Kepala Sekolah/Madrasah. Lima kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu: 1) Kompetensi
Kepribadian; 2) Kompetensi Manajerial; 3) Kompetensi
Kewirausahaan; 4) Kompetensi Supervisi; dan 5)
Kompetensi Sosial.
Penulis yang mendapatkan tugas sebagai Kepala
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu
(SMPLB-B) Karya Mulia, telah melakukan kegiatan
supervisi pada 10 orang guru yang bertugas sebagai tenaga
pengajar di SMLB tersebut. Kegiatan supervisi dilakukan
oleh Penulis dengan melakukan observasi dokumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai
dengan implementasi kurikulum 2013 dan implementasi
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode
Maternal Reflektif (MMR).
Penulis melakukan supervisi, menggunakan
instrumen observasi dokumentasi, yaitu dokumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi 5
indkator pengamatan, yaitu: 1) membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
sistematikanya; 2) kelengkapan komponen Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 3) kemampuan
menyusun Indikator pencapaian kompetensi; 4)
kemampuan menentukan apersepsi; 5) kemampuan
merencanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan prinsip Metode Maternal Reflektif (MMR), yaitu:
mempercakapkan materi, kemampuan memprovokasi,

52
kemampuan menyangga, kemampuan menjadi fasilitator,
dan kemampuan menjadi teman belajar; dan kemampuan
menutup kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya instrumen kedua adalah kegiatan
observasi pelaksanaan pembelajaran yang meliputi 6
indikator pengamatan, yaitu: 1) kemampuan guru
mengkondisikan suasana pembelajaran; 2) kemampuan
guru dalam apersepsi; 3) kemampuan guru melakukan
kegiatan inti, yaitu: mempercakapkan materi,
kemampuan memprovokasi, kemampuan menyangga,
kemampuan menjadi fasilitator, dan kemampuan
menjadi teman belajar; 4) kemampuan guru
mengevaluasi; 5) kemampuan guru dalam menutup
pembelajaran; serta 6) kemampuan guru dalam memberi
tindak lanjut. Hasil observasi yang telah dilakukan Penulis,
dapat ditampilkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1 Hasil Supervisi Kepala SMPLB-B Karya Mulia
terhadap Persiapan dan Pelaksanaan Pembelajaran Guru
OBSERVASI
RATA-
NAMA GURU DOKUMEN PEMBELAJARA RATA
RPP N
Hj. Asri Endah R., 60 (B) 60 (B) 60 (B)
S.Pd. 30 (C) 40 (C) 35 (C)
Th. Inti Pranajati, 60 (B) 70 (B) 65 (B)
S.Pd. 50 (C) 40 (C) 45 (C)
Hj. Machsunah, S.Pd. 40 (C) 30 (C) 35 (C)
Dra. Sulastri Utami 70 (B) 60 (B) 65 (B)
Mokh. Said, 50 (C) 40 (C) 45 (C)
S.Pd. 50 (C) 50 (C) 50 (C)
60 (B) 60 (B) 60 (B)
Agus Hadi Mulyo W, 50 (C) 40 (C) 45 (C)
M.Pd.
Rustin Handayani,
M.Pd.
Abdurrachman, S.Pd.
Sitti Djoewairijah,
S.Pd.
Maratus Sholihah,
S.Pd.
RATA-RATA 52 49 50,5
Kurang - - -
Cukup 6 6 6
Baik 4 4 4
Baik sekali - - -

53
Kriteria:
0-25 = kurang (K) 26-50 = cukup (C) 51-75 = baik (B) 76-
100 = baik sekali (BS)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dokumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan juga
pelaksanaan pembelajaran belum memuat unsur spesifik
dari kurikulum 2013. Diperlukan strategi tertentu yang
dapat memberikan solusi atas permasalahan di SMPLB-B
Karya Mulia, yaitu Metode Maternal Reflektif (MMR).
Metode Maternal Reflektif (MMR) merupakan
metode pembelajaran yang dikhususkan bagi anak
tunarungu dalam bentuk percakapan. Dengan percakapan
anak tunarungu dapat mengembangkan bahasanya secara
bebas dan luas, karena percakapan itu merupakan poros
perkembangan bahasa. Dengan percakapan anak
tunarungu dapat mengungkapkan isi hatinya,
mengutarakan perasaannya, merasakan perasaan lawan
bicaranya. Dalam percakapan ini peserta didik tunarungu
dapat menemukan hukum-hukum bahasa, penggunaan
kosa kata, dan perasaan empati pada orang lain.Saat ini
hanya beberapa Sekolah Luar Biasa Tunarungu (SLB-B)
saja yang menerapkan Metode Maternal Reflektif (MMR),
antara lain SLB-B Tunarungu Santirama Jakarta, SLB-B
Pangudiluhur Jakarta, SLB-B Don BoscoWonosobo. Hal
ini dikarenakan kurangnya wawasan dan jaringan sekolah
terhadap gagasan-gagasan baru. Penerapan Metode
Maternal Reflektif (MMR) pada satuan pendidikan SLB
diharapkan dapat menjadi stimulus bagi kompetensi guru
dan Kepala SLB.
Selain untuk guru dan Kepala Sekolah, penerapan
Metode Maternal Reflektif (MMR) juga memiliki dampak
langsung kepada peserta didiknya, khususnya dengan
kebutuhan khusus tunarungu. Dengan Metode Maternal
Reflektif (MMR), anak tunarungu akan mampu
mengembangkan bahasanya. Dengan perkembangan
bahasanya yang semakin sempurna, maka berkembang
pula kemampuan yang lain, seperti kognitif, afektif dan
psikomotoriknya.

54
Karakteristik Metode Maternal Reflektif (MMR)
Metode Maternal Reflektif (MMR)merupakan suatu
metode atau pendekatan pembelajaran bahasa untuk anak
tunarungu sebagaimana seorang ibu mengadakan
percakapan dengan anaknya, dan secara reflektif hukum-
hukum bahasa dimiliki anak, serta mampu mengontrol
penggunaan bahasa. Manfaat Metode Maternal Reflektif
(MMR) bagi peserta didik Sekolah Luar Biasa (SLB)
tunarunguantara lain: 1) Peserta didik mampu
mengungkapkan isi hatinya atau perasannya secara
langsung; 2) Peserta didik mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan oleh lawan bicaranya; 3)
Peserta didik mampu menyangga atau membenarkan apa
yang diungkapkan oleh lawan bicaranya; dan 4) Peserta
didik mampu berempati terhadap terhadap orang lain.
Dengan demikian Metode Maternal Reflektif (MMR)
dapat menjadikanpeserta didik tuna rungu untuk mampu
mengkomunikasikan dan mempercakapkan secara aktif
kosakata yang telah dikuasainya. Prosedur untuk
melaksanakan Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah:
(1) Percakapan dari hati ke hati (Perdati), Perdati adalah
percakapan yang bersifat spontan antara anak dengan
orang tua, guru, orang lain, atau antar anak sendiri dalam
suasana santai, rileks, dan akrab, (2) Membuat Ideo Visual
(Memivis), (3) Membuatideo visual (Memivis) yaitu hasil
percakapan yang terjadi divisualisasikan atau ditulis di
papan tulis. Apa yang diutarakan anak dalam percakapan
divisualisasikan, (4) Percakapan Membaca Ideo Visual
(Percami), Hasil percakapan yang sudah divisualisasikan,
dipercakapkan lagi, (5) Membuat Deposit, maksudnya
membuat narasi dari hasil percakapan membaca video
visual, (6) Percakapan Linguistik (Percali), deposit yang
berupa narasi atau bacaan, dipercakapkan untuk
menemukan hukum-hukum bahasa yang ada dalam
deposit.

Implementasi MMR di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya


PelaksanaanMetode Maternal Reflektif (MMR) di
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya diterapkanpada

55
sepuluhorang guru. Untuk mendukung pengumpulan
data saat penerapan Metode Maternal Reflektif (MMR)
digunakan instrumen berupa dua lembar observasi yaitu:
1) Lembar observasi dokumen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP); 2) Lembar observasi
implementasinya dalam pembelajaran terhadap
penerapan kurikulum 2013. Berikut ini adalah rincian
prosedur penerapanMetode Maternal Reflektif (MMR)di
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya:
Percakapan dari hati ke hati (Perdati).
Mengadakan percakapan dari hati ke hati yang
lebih dikenal dengan Perdati. Percakapan ini dilaksanakan
ketika ada sesuatu yang aktual bagi peserta didik, atau
memang situasi yang harus dibuat guru menjadi aktual
bagi peserta didik, sehingga peserta didik menjadi tertarik
atau termotivasi untuk mengungkapkan isi hatinya.
Peserta didik mempunyai kebebasan untuk
mengungkapkan isi hatinya. Perdati ini merupakan
percakapan yang bersifat spontan antara anak dengan
teman-temannya, dengan guru, orang tua, atau dengan
orang lain dalam suasana santai, rileks, dan akrab.
Dikatakan oleh Uden (1977:41) bahwa, ”Theseconversational
lessons are spontaneous conversations in the classroom, in the
free time too, the conversations with the parents, the
conversations with the house-parents”.Dalam perdatai ini
pendidik dituntut untuk aktif dan kreatif. Dalam kegiatan
percakapan ini anak dilatih saling memperhatikan isi hati
lawan bicara, saling terbuka, tanpa rasa takut dan curiga,
merasa aman, tanpa beban rasa bersalah; dan guru
membantu dengan metode tangkap dan peran ganda,
dengan menggunakan motto “Apa yang ingin kau katakan
katakanlah begini ...” disertai pemupukan empati
(Bunawan dan Yuwati, 2000:117). Di SMPLB-B Karya
Mulia Surabaya hal ini dilaksanakan setiap pembelajaran

56
Gambar 1. Percakapan dari hati ke hati (Perdati)

Membuat Ideo-visual (Memivis)


Hasil percakapan dari perdati divisualisasikan atau
diperlihatkan dalam bentuk tulisan, bisa di papan tulis,
white board, kertas manila, atau yang lain. Apa yang
diutarakan peserta didik dalam percakapan
divisualisasikan. Bentuk visualisasi dapat berbentuk cakap
balon, atau kalimat langsung maupun tak langsung, yang
dapat dicontohkan melalui gambar di bawah ini:

Gambar 2. Cakap Balon

Tini berkata, “Aku kemarin tidak masuk


sekolah.”
Ali bertanya, “Mengapa kamu kemarin tidak
masuk sekolah?”
Tini berkata, bahwa dia kemarin tidak masuk
sekolah.
Ali bertanya mengapa dia kemarin tidak masuk
sekolah.

Gambar3. Kalimat Langsung dan Tidak Langsung

57
Mengadakan Percakapan Membaca Ideo-visual
(Percami),
Penerapannya menggunakan teknik menanyakan
pernyataan, pertanyaan, dan provokasi. Berikut adalah contoh dari percami:

Gambar 4. Gambar Idiovisual

Contoh menanyakan pernyataan atau


pertanyaan:
“Siapa kemarin yang tidak masuk sekolah?”
“Apakah dia sakit?”

Contoh Provokasi:
“Anak-anak, kemarin Maria tidak masuk
sekolah.”
Anak-anak menyangga, “Bukan Maria Pak, tapi
yang tidak masuk sekolah Tini.”
Gambar 5. Contoh Percakapan

Gambar 6. Mempercakapkan Membaca Idio-visual

58
Membuat Deposit,
Membuat narasi hasil Percakapan Membaca Idio-
visual (Nahapercami). Hasil percakapan dijadikan sebuah
bahan bacaan. Bahan bacaan selain dari hasil percakapan
juga dapat dari buku bacaan.

Gambar 7. Contoh Deposit

Mengadakan Percakapan Linguistik (Percali)


Percakapan linguistik atau tentang bahasa yaitu
mempercakapkan hasil deposit untuk menemukan
hukum-hukum bahasa. Di sini anak diharapkan dapat
menemukan sendiri kosa kata baru dan hukum-hukum
bahasa (discovery learning). Menurut Yuwati (1999:4)
percakapan linguistik merupakan suatu proses kegiatan
pembelajaran yang mengarah pada tata bahasa dengan
mempercakapkan salah satu gejala bahasa yang telah
dialami dan digunakan anak dalam berbagai situasi
kebahasaan, sehingga anak menyadari dan mampu
memenuhi sendiri aturan penggunaannya dalam
percakapan sehari-hari.
Pelaksanaan kegiatan MMR tersebut, juga didukung
dengan hasil supervisi yang dilakukan oleh kepala
SMPLB-B Karya Mulia Surabaya selama diterapkannya
MMR oleh guru, yang dapat ditampilkan dalam tabel
berikut ini:

59
Tabel 2. Hasil Supervisi Kepala SMPLB-B Karya Mulia
Surabaya terhadap Persiapan dan Pelaksanaan
Pembelajaran Guru dengan MMR

OBSERVASI
NAMA RATA-
GURU DOKUMEN PEMBELAJARA RATA
RPP N
Hj. Asri Endah R., 60 (B) 70 (B) 65 (B)
S.Pd. 50 (C) 50 (C) 50 (C)
Th. Inti Pranajati, 70 (B) 80 (BS) 75 (B)
S.Pd. 60 (B) 50 (C) 55 (B)
Hj. Machsunah, S.Pd. 50 (C) 50 (C) 50 (C)
Dra. Sulastri Utami 70 (B) 70 (B) 70 (B)
Mokh. Said, 80 (BS) 70 (B) 75 (B)
S.Pd. 60 (B) 70 (B) 65 (B)
70 (B) 70 (B) 70 (B)
Agus Hadi Mulyo W, 60 (B) 60 (B) 60 (B)
M.Pd.
Rustin Handayani,
M.Pd.
Abdurrachman, S.Pd.
Sitti Djoewairijah,
S.Pd.
Maratus Sholihah,
S.Pd.
RATA-RATA 63 64 63,5
Kurang - - -
Cukup 2 3 2,5
Baik 7 6 6,5
Baik sekali 1 1 1
Kriteria:
0-25 = kurang (K) 26-50 = cukup (C) 51-75 = baik (B) 76-
100 = baik sekali (BS)

Manfaat Metode Maternal Reflektif (MMR) bagi


SMPLB-B Karya Mulia Surabaya
Dengan mengacu pada data yang tersaji dalam tabel
2 dapat ditarik simpulan bahwa MMR dapat diterapkan
dalam persiapan dan pembelajaran untuk SMPLB-B
Karya Mulia Surabaya, dan memberikan manfaat bagi
guru sebagai berikut: (1) Guru mempunyai kemampuan
untuk memotivasi peserta didik tunarungu untuk dapat
mengungkapkan perasaan hatinya lewat percakapan, (2)
Guru mempunyai kemampuan sebagai media atau

60
fasilitator dalam percakapan antar siswa dan guru, (3)
Kemampuan guru dalam bertanya, menyangga,
menjawab pertanyaan-pertanyaan makin meningkat, (4)
Guru mempunyai kemampuan untuk meningkatkan
empati siswa, (5) Guru mampu menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan karakterisitik
siswa, sehingga RPP sesuai prinsip-prinsip pelaksanaan
Metode Maternal Reflektif.
Selain itu, manfaat penerapkan bagi peserta didik,
adalah: (1) Peserta didik dapat belajar bersikap spontan
dalam mengungkapkan isi hatinya, (2) Peserta didik
mempunyai bertanya, menjawab pertanyaan,
membenarkan, menyangga, dan mengutarakan isi
hatinya, (3) Peserta didik dapat bersikap reaktif terhadap
ungkapan atau perasaan isi hati lawan bicaranya, (4)
Peserta didik mempunyai kemampuan kerjasama, kerja
kelompok, ataupun diskusi dalam pemecahan
permasalahan, (5) Peserta didik mempunyai kosakata atau
perbendaharaan kata meningkat, sehingga kemampuan
berkomunikasinya meningkat.
Berdasarkan pada manfaat penerapan Metode
Maternal Reflektif (MMR) di SMPLB-B Karya Mulia
Surabaya, diharapkan Metode Maternal Reflektif (MMR)
juga dapat diterapkan untuk SLB-B lainnya di Indonesia.
Dengan demikian SLB-B sebagai satuan pendidikan
khusus juga dapat memberikan kontribusi untuk
menghasilkan lulusan yang bermutu.

61
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Idris. 20018. Mewujudkan Pembelajaran Abad 21 dan
HOTS melalui Penguatan Keterampilan Proses Guru
dalam PBM. https://www.kompasiana.com
/idrisapandi/5b8e7fcd12ae9436241aabf5/, 5 Agustus
2019, 09.15
Bunawan, Lani dan Yuwati, Cecilia Susila. 2000.
Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta:
Yayasan Santi Rama.
………2018. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai
Kepala Sekolah.
Uden, A. van. 1977. A World of Language for Deaf Children
Part I: Basic Principles A Maternal Reflective Method.
Amsterdam and Lisse: Swets & Zeitlinger.
Yuwati, Cecilia Susila. 1999. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Belajar Mengajar Bahasa bagi Anak Tunarungu dengan
Metode Percakapan yang Reflektif. Jakarta: Depdikbud

62
TENTANG PENULIS
Drs. Sumarman, M.Pd. Lahir di
Jombang, pada tanggal 1 Desember
1962, Nomor HP. 085646667303, E-
mail: sumarmanhim@gmail.com
Pendidikan Sekolah Dasar di SDN Pulo
Lor I pada tahun 1975, di SMP
Sawunggaling Jombang pada tahun
1979, di SPGN Jombang tahun 1982, di
SGPLBN Surabaya pada tahun 1984, S1
di IKIP PGRI Surabaya pada tahun
1992, S2 di UNESA pada tahun 2005. Menjadi guru di
SLB-B Karya Mulia th. 1984-1994, sejak th. 1994 menjadi
Kepala Sekolah di SMPLB-B Karya Mulia Surabaya
sampai sekarang. Menikah dan dikaruniai 3 orang anak.
Saat ini menetap di Surabaya. Penulis juga aktif menjadi
Narasumber/Instruktur/Penatar tingkat Nasional,
Provinsi, maupun Kabupaten/Kota di berbagai pelatihan
dan seminar. Penulis juga menjadi dosen tidak tetap di
berbagai PTS/PTN.

63
PENGUATAN KARAKTER ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
WUJUDKAN MUTU
KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH
KHUSUS
Achmad Farid
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak, Provinsi Banten
achmadfarid.mpd@gmail.com

Pendidikan Karakter di Indonesia


Perkembangan zaman yang semakin pesat ditandai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Suatu
penemuan dan inovasi teknologi telah menawarkan
banyak kemudahan, kenyamanan dan kemewahan dalam
kehidupan saat ini. Namun, dibalik segi-segi positifnya,
perkembangan zaman juga menyimpan segi-segi negatif
bagi kehidupan manusia. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan
kebebasan individual yang cukup besar sehingga tidak
mustahil dalam derajat tertentu akan muncul perilaku
negative seperti prinsip siapa yang kuat akan menang,
keinginan mencapai tujuan dengan menghalalkan segala
cara, tingginya tingkat korupsi, dan masih banyak lainnya
menunjukkan bahwa karakter masyarakat Indonesia
belum kuat. Doni Koesoema (2007:286) menyebut dengan
tegas dunia pendidikan Indonesia selama bertahun-tahun
mengalami penyakit kronis yang bahkan mengancam jiwa
orang lain dan peserta didik sendiri. Pendidikan dapat
berperan kuat dalam pembentukan karakter peserta didik.
Inilah sebabnya mengapa negara memiliki kepentingan
besar dalam bidang pendidikan yaitu untuk
mempersiapkan peserta didik memiliki karakter yang
kuat dalam rangka mencapai tujuan hidup berbangsa dan
bernegara.

64
Perubahan IPTEK tidak hanya akan dirasakan oleh
anak normal umumnya akan tetapi juga pada anak
berkebutuhan khusus. Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak
sebagai satuan pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus harus dapat mempersiapkan diri, agar mendapat
respon positif di tengah-tengah masyarakat Kabupaten
Lebak. Sekolah terus melakukan berbagai upaya guna
mewujudkan visinya yaitu “mewujudkan keunggulan
dalam pelayanan peserta didik agar menjadi insan yang
terampil, mandiri dan berahlak mulia”. Visi tersebut
seiring dengan arah tujuan Pendidikan Nasional seperti
yang tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu, “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta
peradaban Bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan Bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berahlak mulya, sehat, berilmu, cakap kreatif,
mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Secara umum anak berkebutuhan khusus yang
dilayani dalam satuan pendidikan khusus yang ada di
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak yaitu tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa dan autis sangatlah
kecil kemungkinan dapat melanjutkan pendidikannya ke
jenjang yang lebih tinggi atau ke Perguruan Tinggi.
Penulis sebagai Kepala Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak
dalam memberikan pelayanan pendidikan khusus agar
dapat bermakna dalam kehidupan peserta didik,
memfokuskan pada kewirausahaan agar dapat melatih
keterampilan peserta didik. Hal tersebut merupakan
perwujudan dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 64 Tahun 2013 tentang standar isi, yaitu dalam
pembelajaran lebih memusatkan perhatian pada bidang
studi akademik 40% dan keterampilan vokasional 60%.

65
Gambaran Keadaan Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak
Sekolah Khusus Negeri 02 Kabupaten Lebak
Provinsi Banten merupakan sekolah milik Pemerintah
Provinsi Banten yang memberikan layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini merupakan
Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Banten. Secara geografis letak
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak berada di pesisian Kota
Rangkasbitung dengan kondisi cuaca yang sejuk , hijau
dan jauh dari kebisingan mendukung kenyamanan dalam
proses pembelajaran anak-anak berkebutuhan khusus.

Gambar 1. Kondisi Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak

Sekolah mulai beroperasional sejak tahun ajaran


2004/2005 melalui penetapan surat Keputusan Gubernur
Banten Nomor : 421.9/Kep.219-Huk/ 2004. Dipimpin
oleh seorang Kepala Sekolah, dibantu oleh dua Manager
yaitu manager penjamin mutu pendidikan khusus dan
manajer kewirausahaan, empat wakil kepala sekolah yaitu
wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan, wakil kepala sekolah bidang
sarana prasarana, wakil kepala sekolah bidang hubungan
masyarakat, guru kelas, guru keterampilan, guru bidang
studi, penjaga sekolah, tenaga kebersihan dan pengelola
asrama. Sekolah Khusus Negeri 02 Kabupaten Lebak
memiliki jenjang pendidikan yang lengkap di mulai dari
jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB serta
dilengkapi dengan Unit Asrama putra-putri dan Unit
Bengkel Kerja (Sheltered Workshop). Sekolah Khusus

66
Negeri 02 Kabupaten Lebak juga memiliki sarana dan
prasarana yang cukup memadai dengan kelengkapan :
ruang kepala sekolah 1 unit, ruang TU 1 unit, ruang guru 1
unit, ruang belajar 13 kelas, ruang perpustakaan 1 unit,
aula mini 1 unit, Gedung Asrama 2 unit, gedung bengkel
(sheltered workshop) 4 unit. Untuk ruang kelas telah
dilengkapi dengan alat alat penunjang pendidikan khusus
sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan pada unit
bengkel telah dilengkapi dengan fasilitas alat- alat
keterampilan yang lengkap untuk keterampilan:
otomotif, tata boga, tata busana, tata kecantikan.
Dengan demikian Sekolah Khususn Negeri 02
Kabupaten Lebak menjadi terjamin dan sangat
berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat
dalam pendidikan khusus, khususnya di sekitar
Kabupaten Lebak dan umumnya di Provinsi Banten. Hal
ini dibuktikan dengan semakin banyaknya siswa yang
masuk disetiap tahun ajaran dan semakin berkembangnya
kerja sama antara sekolah dengan stake holder seperti
Puskesmas, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan Kabupaten,
Dinas Koperasi, DUDI, Lembaga Asosiasi Ketrampilan
dan masyarakat sekitar sekolah.
Namun dalam pelaksanaannya, ditemui banyak
faktor yang mempengaruhi terkait pembentukan karakter
serta pengembangan bakat dan minat siswa dalam
keterampilan kewirausahaan. Salah satu contoh tidak
efektifnya pembentukan karakter yaitu peserta didik
berkebutuhan khusus yang seharusnya menunjukan
karakter yang tertib dan disiplin dalam pembelajaran
keterampilan kewirausahaan ternyata saat pelaksanaan
pembelajaran keterampilan kewirausahaan bersikap
sebaliknya. Contoh terkait tidak efektifnya
pengembangan bakat dan minat peserta didik
berkebutuhan khusus dibidang keterampilan
kewirausahaan yaitu seringnya peserta didik
berkebutuhan khusus berpindah pilihan keterampilan
kewirausahaan, sehingga tidak mencapai mutu
kompetensi yang diharapkan. Tidak efektifnya kegiatan
pembentukan karakter serta pengembangan bakat dan

67
minat ini menjadi masalah yang perlu ditemukan
solusinya.
Gagasan solusi yang muncul adalah mempercepat
terbentuknya karakter, serta mengelola penyelenggaraan
keterampilan kewirausahaan secara menyeluruh dan
terpantau dengan menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter melalui Gerakan Nasional Revolusi Mental
(GNRM) dalam agenda nawacita siswa diberikan
keterampilan dan kemampuan untuk dapat
menumbuhkembangkan (1) nilai religius, (2) nilai
nasionalis, (3) nilai kemandirian, (4) nilai gotong royong,
(5) nilai integritas, dan (6) nilai komunikatif.
Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa
hakekat pendidikan keterampilan yang berkarakter dan
berwawasan kewirausahaan bagi anak berkebutuhan
khusus adalah menerapkan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
memungkinkan anak berkebutuhan khusus dapat hidup
mandiri. Peranan Kepala Sekolah dalam mengelola
pendidikan keterampilan yang berkarakter dan
berwawasan kewirausahaan bagi anak berkebutuhan
khusus memiliki peran yang sangat strategis dimana
Kepala Sekolah harus dapat mempengaruhi, mendorong,
membimbing, dan menggerakan warga sekolah untuk
berperan serta guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan pada permasalahan yang telah
diuraikan dan juga mengacu pada peranan Penulis sebagai
Kepala Sekolah, maka dengan cara
menumbuhkembangkan 1) nilai religius, 2) nilai
nasionalis, 3) nilai kemandirian, 4) nilai gotong royong, 5)
nilai integritas, dan 6) nilai komunikatif. Penerapan nilai-
nilai tersebut dirasakan akan memberikan nilai positif
bagi. sekolah, guru dan juga para peserta didik.

Penguatan Karakter Melalui Nilai Religius di Sekolah


Khusus Negeri 02 Lebak
Pembiasaan yang dikembangkan berkaitan dengan
penerapan karakter di Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak,

68
yaitu pembiasaan penerapan nilai religius. Program nilai
religius yang diimplementasikan di Sekolah Khusus
Negeri 02 Lebak diantaranya, Berdo’a sebelum dan
sesudah pelajaran dengan dipimpin oleh satu peserta
didik secara bergantian. Ini dimaksudkan Siswa mampu
dan terbiasa berdoa bersama sesuai dengan keyakinan
masing-masing, sebelum dan sesudah pembelajaran,
melaksanakan sholat dhuha setiap hari pukul 09.00 s.d
pukul 10.00 ini dimaksudkan agar siswa mampu dan
terbiasa untuk menunaikan ibadah bersama sesuai agama
dan kepercayaannya di sekolah, Melaksanakan Bimbingan
Iman dan Taqwa (Bimtaq) setiap hari jumat ini
dimaksudkan agar siswa mampu dan terbiasa mengenal
sikap-sikap terpuji dan mengenal kisah Rasul dan Nabi
melalui tayangan edukasi.

Gambar 2. Pembiasaan Penguatan Nilai-Nilai Religius

Penguatan Karakter Melalui Nilai Nasionalis di Sekolah


Khusus Negeri 02 Lebak
Pembiasaan yang dikembangkan berkaitan dengan
penerapan karakter di Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak,
yaitu pembiasaan penerapan nilai Nasionalis. Program
nilai Nasionalis yang diimplementasikan di Sekolah
Khusus Negeri 02 Lebak diantaranya, melaksanakan
upacara bendera ini dimaksudkan guna menumbuhkan
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dengan tujuan
untUk meningkatkan disiplin diri, nasionalis dan
patriotisme, kegiatan pramuka dilaksanakan setiap hari

69
jumat, latihan gerakan pramuka ini dilaksanakan dengan
maksud untuk membangun jiwa kepemimpinan,
keberanian dan kemandirian pada peserta didik
berkebutuhan khusus, memperingati hari-hari besar
nasional Peringatan hari-hari besar nasional sebagai
bentuk rasa syukur dan rasa cinta tanah air serta
mengungkapkan rasa semangat dan terima kasih kepada
jasa para pahlawan, dan mengenalkan beragam keunikan
potensi daerah ini dimaksudkan mengenalkan beragam
keunikan potensi daerah asal siswa melalui seni tari
tradisional dan hasil karya di Banten

Gambar 3. Pembiasaan Penguatan Nilai-Nilai

Penguatan Karakter Melalui Nilai Kemandirian di


Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak
Pembiasaan yang dikembangkan berkaitan
dengan penerapan karakter di Sekolah Khusus Negeri 02
Lebak, yaitu pembiasaan penerapan nilai kemandirian.
Program nilai kemandirian yang diimplementasikan di
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak diantaranya,
melaksanakan kemandirian dibidang keterampilan
meliputi keterampilan tataboga, tatabusana,
tatakecantiakan dan otomotif ini dimaksudkan Siswa
melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan
potensi dirinya sehingga nantinya mampu berwirausaha,
melaksanakan piket kebersihan di sekolah setiap hari, ini
dimaksudkan piket kebersihan kelas yang dilakukan siswa
bersama guru sebagai bentuk membangun kemandirian
kepada siswa dan melakukan kerja bakti di sekolah dan
menjaga kebersihan diri seperti menggosok gigi bersama

70
ini dimaksudkan membiasakan untuk menjaga
kebersihan diri (menggosok gigi) baik di sekolah maupun
di rumah.

Gambar 4. Pembiasaan Penguatan Nilai-Nilai Kemandirian

Penguatan Karakter Melalui Nilai Gotong Royong di


Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak
Pembiasaan yang dikembangkan berkaitan dengan
penerapan karakter di Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak,
yaitu pembiasaan penerapan nilai gotong royong.
Program nilai gotong royong yang diimplementasikan di
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak diantaranya,
melaksanakan gotong royong dibidang berkebun
bersama, ini dimaksudkan Siswa Menjaga dan merawat
tanaman di halaman sekolah bergilir antar kelas secara
bersama-sama, kegiatan belajar berkelompok ini
dimaksudkan membiasakan pertemuan di lingkungan
sekolah dan/atau rumah untuk belajar kelompok yang
diketahui oleh guru dan/atau orangtua dan kerja
bakti yang biasa dilaksanakan setiap hari jumat yang
dinamakan dengan jumat bersih (jumsih) ini
dimaksudkan agar peserta didik peduli dengan
lingkungan sekitar untuk selalu membersihkan
lingkungan sekolah dengan membentuk kelompok lintas
kelas dan berbagi tugas sesuai usia dan kemampuan siswa

71
Gambar 5. Pembiasaan Penguatan Nilai-Nilai Gotong Royong

Penguatan Karakter Melalui Nilai Integritas di Sekolah


Khusus Negeri 02 Lebak
Pembiasaan yang dikembangkan berkaitan dengan
penerapan karakter di Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak,
yaitu pembiasaan penerapan nilai integritas. Program
nilai integritas yang diimplementasikan di Sekolah
Khusus Negeri 02 Lebak diantaranya, melaksanakan
senyum, sapa dan salam, ini dimaksudkan
Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa disetiap pagi
untuk memberi salam, senyum dan sapaan kepada setiap
orang di komunitas sekolah, pembiasaan untuk berbaris di
depan kelas dilakukan setiap hari bersama guru ini
dimaksudkan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa
disetiap pagi untuk berbaris di depan kelas dan
pembiasaan untuk mengerjakan tugas sekolah yang
diberikan guru ini dimaksudkan enumbuhkan rasa
tanggung jawab siswa untuk mengerjakan tugas sekolah.

Gambar 6. Pembiasaan Penguatan Nilai-Nilai Integritas

72
Penguatan Karakter Melalui Nilai Komunikatif di
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak
Pembiasaan yang dikembangkan berkaitan
dengan penerapan karakter di Sekolah Khusus Negeri 02
Lebak, yaitu pembiasaan penerapan nilai komunikatif.
Program nilai komunikatif yang diimplementasikan di
Sekolah Khusus Negeri 02 Lebak diantaranya,
membangun komunikasi sesama siswa seperti
membiasakan siswa saling membantu bila ada siswa yang
sedang mengalami musibah atau kesusahan ini
dimaksudkan membiasakan siswa saling membantu bila
ada siswa yang sedang mengalami musibah atau
kesusahan, membangun komunikasi dengan orang tua
siswa seperti melaksanakan kegiatan parenting ini
dimaksudkan membiasakan untuk selalu komunikasi
antara guru dengan orang tua maupun siswa dengan
orang tuanya baik di sekolah maupun di rumah dan
membangun komunikasi dengan masyarakat seperti
mengunjungi pusat-pusat pelayanan umum misal:
mengunjungi kantor polisi, pemadam kebakaran dan
kantor pos.

Gambar 6. Pembiasaan Penguatan Nilai-Nilai Komunikatif

Manfaat Pendidikan Karakter Kewirausahaan bagi


Sekolah Khusus Negeri 2 Lebak
Pelaksanaan pentingnya penerapan karakter anak
berkebutuhan khusus dalam mewujudkan mutu
kewirausahaan di Sekolah Khusus tentunya akan sangat

73
bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: (1) Bagi
Peserta Didik, Mendapatkan pelayanan yang lebih ramah
dalam berkomunikasi dengan sesama warga Sekolah,
menikmati suasana yang menyenangkan selama berada di
lingkungan Sekolah, mendorong untuk lebih bersemangat
dalam mengikuti pembelajaran sehingga terakomodir
bakat dan minatnya untuk memperoleh prestasi lebih
baik. (2) Bagi guru, Memotivasi guru untuk selalu
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di
lingkungan sekolah, memotivasi guru untuk
mengembangkan dirinya dalam menggali bakat dan
minat siswa serta membangun kewirausahaan di
lingkungan Sekolah. (3) Bagi Sekolah, menumbuhkan
budaya akademik di Sekolah termasuk budaya melakukan
penulisan Karya Ilmiah., meningkatkan kerjasama antar
warga Sekolah dalam rangka penanaman nilai-nilai
pendidikan karakter, menciptakan suasana yang lebih
kondusif di Sekolah sehingga meningkatkan perolehan
prestasi

74
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat PLB. 2012.Pedoman Integritas Pendidikan
Karakter dalam Pembelajaran bagi Peserta Didik
tunanetra di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMPLB. A). Jakarta: Kemendikbud.
Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum. 2002.
Pedoman Pengembangan Kultur Sekolah.:
Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Umum.
Kartono. Bakat Khusus. http://ini-
taufik.blogspot.com/2011/12/ bakat-khusus.html,
Senin, 6 Mei 2013 pukul 14.00
Listyanti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode
Aktif, Inovatif, dan Kreatif. Surabaya: Erlangga.
Suryadi. 2009. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah
(Konsep dan Aplikasi). Bandung: PT Sarana Panca
Karya Nusa.
Undang Undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

75
TENTANG PENULIS
Achamad Farid, M.Pd
dilahirkan di Lebak pada 4 Juni
1972. Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN
Warunggunung pada tahun 1985,
kemudian melanjutkan
Pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri
Warunggunung tamat pada tahun
1988. Setelah itu melanjutkan
pendidikan menengah atas di SPG
Negeri Rangkasbitung tamat pada tahun 1991. Selanjutnya
pada tahun yang sama melanjutkan studi D2 di SGPLB
Negeri Bandung tamat pada tahun 1993, kemudian
melanjutkan studi S1 Pendidikan Luar Biasa di IKIP
Bandung tamat pada tahun 1997. Selanjutnya
menyelesaikan studi S2 Pendidikan Kurikulum di Sekolah
Pasca Sarjana UPI Bandung tamat pada tahun 2010. Email:
achmadfarid.mpd@gmail.com HP: 08128367086

76
MEMBANGUN SEKOLAH
BERKARAKTER MELALUI
STRATEGI KEWIRAUSAHAAN
Tanti Erkanti
SLB A Budinurani Sukabumi
tantierkanti60@gmail.com

Kurikulum Pendidikan Luar Biasa


Pendidikan memiliki peranan vital dalam
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sejalan dengan hal ini,
tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang (1) beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, (2) berakhlak
mulia, (3) sehat, (4) berilmu, (5) cakap, (6) kreatif, (7)
mandiri, (8) menjadi warga negara yang demokratis, dan
(9) bertanggung jawab. Meninjau tujuan pendidikan
nasional, lembaga pendidikan formal perlu lebih terfokus
pada pengembangan potensi peserta didik yang berkaitan
dengan karakter. Hal ini telah diatur dalam Pasal 3 Undang
- Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, bahwa prosesi pendidikan harus
berorientasi pada aspek sikap dan tingkah laku (afektif)
peserta didik. Namun, faktanya banyak lembaga
pendidikan yang masih berorientasi pada aspek kognitif
(kecerdasan) dan psikomotorik (keterampilan dan
kecakapan hidup).
Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional, Sekolah Luar Biasa Bagian Tunanetra (SLB-A)
Yayasan Budi Nurani Kota Sukabumi, sebagai lembaga
pendidikan yang didirikan oleh masyarakat, mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk melaksanakan
amanah UU tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Implementasinya diuraikan dalam visi dan misi serta

77
tujuan dan kurikulum sekolah yang diselaraskan dengan
tujuan pendidikan nasional. Dalam mewujudkannya,
kepala sekolah perlu mengambil peranan konkret untuk
mencapai tujuan sekolah. Selanjutnya, kepala sekolah
melakukan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats), sehingga mampu melihat potensi-
potensi prospektif yang dapat dikembangkan melalui
skala prioritas yang logis dan relatif lebih mudah untuk
direalisasikan. Demikian pula dengan kurikulum di SLB-
A Budi Nurani, yang telah disusun dengan acuan
konseptual berlandaskan pendidikan karakter pada
peserta didik yang salah satunya melalui peningkatan
iman dan takwa serta akhlak mulia. Kurikulum ini disusun
dan dikembangkan agar semua mata pelajaran dapat
memberikan peningkatan iman dan takwa serta akhlak
mulia yang menjadi dasar pengembangan pendidikan
karakter peserta didik secara utuh dan
berkesinambungan.
Implementasi pendidikan karakter di SLB-A Budi
Nurani secara kontinu dilakukan melalui pembinaan dan
peningkatan iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha
Esa. Namun demikian, berbagai hambatan dan tantangan
muncul dari berbagai sisi, mulai dari budaya terlambat
hingga sarana prasarana yang belum memadai. Dengan
demikian, dalam menyusun rencana kegiatan sekolah,
kepala sekolah perlu memiliki kecakapan dalam memilah
prioritas dan menyusun strategi rencana jangka panjang
dan pendek sekolah yang disesuaikan dengan kondisi
sekolah guna mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah,
yaitu melalui strategi kewirausahaan.

Pengembangan Sekolah Berkarakter


Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menjadi
salah satu program prioritas pemerintah pusat saat ini.
PPK dilaksanakan melalui penerapan nilai - nilai Pancasila
dalam pendidikan karakter, terutama meliputi nilai
religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,

78
komunikatif, cinta damai, gemar membca, peduli
lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab,
sebagaimana tertulis dalam Pasal 3 Peraturan Presiden
Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter.
Dalam perkembangannya, implementasi
pendidikan karakter yang ingin dicapai di SLB-A Budi
Nurani, yaitu:
1. Religius
Melalui pembiasaan shalat dhuha, setoran hafalan
Al-Quran sebelum masuk kelas, pembiasaan shalat
wajib berjamaah di musala;
2. Gemar Membaca
Melalui pembiasaan kegiatan membaca buku yang
bervariasi dan beragam sesuai dengan selera masing-
masing peserta didik selama 15 menit sebelum belajar;
3. Peduli lingkungan
Melalui pembiasaan membersihkan lingkungan
sekolah setiap hari dan juga kegiatan Jum’at Bersih;
4. Menghargai Prestasi
Peserta didik saling memberikan semangat kepada
teman-teman yang meraih prestasi pada kegiatan
lomba maupun festival baik di tingkat sekolah, kota,
provinsi hingga nasional. Sekolah memberikan reward
khusus kepada peserta didik yang berprestasi;
5. Peduli Sosial
Melalui pembiasaan mengumpulkan uang infaq
setiap hari jum’at untuk dana sosial peserta didik.

Serangkaian tahapan perlu diuraikan secara jelas


dan rinci supaya mendapatkan hasil yang tepat guna,
terlebih output yang diinginkan adalah perihal
pendidikan karakter peserta didik. Tahapan awal dimulai
dengan melakukan observasi sekolah secara keseluruhan,
mulai dari karakter awal warga sekolah hingga sarana dan
prasarana yang dimiliki sekolah. Selanjutnya hasil
observasi awal tersebut dijadikan sebagai bahan dasar
untuk membangun kebijakan atau program kerja sekolah
terkait penguatan pendidikan karakter. Kebijakan ataupun

79
rencana program kerja wajib dilaksanakan dan ditaati oleh
seluruh warga sekolah, tanpa terkecuali. Tahapan terakhir
yaitu tentang evaluasi dan tindak lanjut terkait tata kelola
program sekolah berkarakter di SLB-A Budi Nurani.
Tata kelola yang baik tidak hanya sampai pada
tahap perencanaan yang matang, melainkan bagaimana
pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut program yang
dilaksanakan. Oleh karena itu, peranan kepala sekolah
dalam memilah strategi yang tepat juga mendukung
keberlangsungan program. Salah satu kompetensi yang
perlu dimiliki oleh kepala sekolah adalah kewirausahaan.
Kewirausahaan merupakan suatu proses dimana
seseorang ataupun suatu kelompok individu
menggunakan upaya yang terorganisir dan sarana untuk
mencari sebuah peluang dan menciptakan suatu nilai
yang tumbuh dengan memenuhi kebutuhan dan
keinginan melalui sebuah inovasi dan keunikan, tidak
mempedulikan apapun sumber daya yang digunakan
pada saat ini (Robbin & Coulter, 2007: 44). Berdasarkan
pengertian tersebut, kewirausahaan merupakan keinginan
yang diwujudkan dengan segala daya dan upaya, dengan
aksi yang nyata melalui strategi-strategi yang diperlukan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
menegaskan bahwa seorang Kepala Sekolah harus
memiliki kompetensi Kewirausahaan dari lima
kompetensi minimal yang harus dikuasai guna
menunjang keprofesiannya dalam melaksanakan tugas.
Standar kompetensi kewirausahaan kepala sekolah
diantaranya bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah sebagai organisasi pembelajar yang efektif,
pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.

Tahap Observasi Awal


Tahap pertama dilakukan melalui metode
observasi terhadap seluruh warga sekolah. Kondisi awal
yang menjadi fokus perhatian di SLB-A Budi Nurani
adalah belum munculnya nilai-nilai karakteristik yang

80
mencerminkan sikap religius, mandiri, dan integritas
yang dimiliki baik guru, peserta didik, dan warga sekolah.
Hasil tahap observasi awal yang ditemukan di antaranya:
1. Sebanyak 40% guru dan peserta didik terlambat datang
ke sekolah
2. Warga sekolah masih kurang peduli terhadap
kebersihan lingkungan sekolah, seperti banyak peserta
didik yang tidak melaksanakan piket kebersihan
lingkungan sekolah
3. Minimnya kegiatan pembinaan keimanan dan
ketakwaan
4. Peserta didik masih bergantung pada guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
5. Guru belum mampu memberikan contoh konkret
berkarakter melalui sikap keseharian secara optimal

Berdasarkan hasil observasi awal, maka perlu


dilakukan pembinaan karakter terhadap seluruh warga
sekolah. Pembentukan sekolah berkarakter khususnya di
SLB-A Budi Nurani Kota Sukabumi berbeda dengan
pembentukan sekolah berkarakter di sekolah pada
umumnya. Dengan adanya keterbatasan peserta didik
SLB-A Budi Nurani, dalam pembentukan karakter peserta
didik, dinilai relatif memerlukan penanganan khusus.
Pembinaan dilakukan oleh kepala sekolah berupa ajakan
yang dapat menggugah warga sekolah secara sadar untuk
meningkatkan nilai-nilai karakteristik bangsa tanpa
paksaan melalui kegiatan-kegiatan yang positif. Apabila
kegiatan yang dilaksanakan positif, maka harapannya
akan berpengaruh terhadap pemikiran, perilaku, karakter,
budi pekerti dan akan senantiasa berbuat baik.
Dalam upaya membentuk peserta didik yang
memiliki sikap beriman dan bertakwa sebagai salah satu
nilai karakter bangsa, SLB-A Budi Nurani menemukan
hambatan berupa sarana penunjang pembelajaran. Untuk
itu diperlukan sebuah sarana belajar dalam bentuk tempat
ibadah di SLB-A Budi Nurani. Berdasarkan hasil analisis
SWOT keberadaan tempat ibadah di SLB-A Budi Nurani
dianggap penting sebagai sarana pembentukan karakter

81
peserta didik dan pemenuhan standar sekolah
berkarakter, sekolah sangat membutuhkan musala.
Musala yang dibangun tidak hanya diperuntukan bagi
sarana ibadah saja, tetapi juga untuk kebutuhan praktek
peningkatan karakter peserta didik dan pelatihan life skill
peserta didik dalam pembentukan keimanan dan
ketakwaan. Oleh karena itu, musala dapat dimanfaatkan
sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter dan
menimba ilmu keagamaan yang diharapkan mampu
mempengaruhi perubahan sikap peserta didik menjadi
insan yang berkarakter, di antaranya membangun sikap
religius, gemar membaca, peduli lingkungan, menghargai
prestasi, dan peduli sosial.
Perencanaan Sekolah Berkarakter
Kepala sekolah bersama warga sekolah melakukan
analisa kebutuhan sekolah yang disesuaikan dengan
tujuan karakteristik sekolah yang dimunculkan. Analisis
kebutuhan yang dilakukan melalui analisis SWOT,
selanjutnya ditentukan skala prioritas, yang bertujuan
untuk mengkategorikan kebutuhan sekolah yang sangat
urgent kaitannya dengan pembentukan karakter peserta
didik. Dalam penentuan skala prioritas ini, kepala sekolah
harus dapat melihat karakteristik warga sekolah dengan
sumber daya dan sumber dana yang diperlukan.
1. Penentuan Keputusan (kebijakan)
Penentuan keputusan mengenai apa yang akan
dilaksanakan untuk mengembangkan sekolah
berkarakter dilakukan melalui hasil rapat kepala sekolah
dengan warga sekolah. Hasil keputusan yang didapatkan
adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan SLB-A Budi Nurani Kota Sukabumi
sebagai Sekolah Berkarakter Religius, Gemar Membaca,
Peduli Lingkungan, Menghargai Prestasi, dan Peduli
Sosial.
b) Penguatan karakter peserta didik melalui kegiatan
terjadwal, seperti pada Tabel 4.1, diharapkan terjadi
perubahan sikap yang mampu mencerminkan nilai-
nilai karakter bangsa. Kegiatan yang dilaksanakan
difokuskan pada pembinaan terhadap peserta didik dan

82
guru, dengan merealisasikan program tersebut melalui
kegiatan pembelajaran baik ekstra kurikuler maupun
intra kurikuler dan berbasis kelas maupun berbasis
sekolah.
c) Diperlukan pengadaan sarana pembentukan sekolah
berkarakter sebagai wadah pembinaan iman dan takwa
melalui pembangunan musala Darul Ilmi di SLB-A
Budi Nurani.
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pembinaan Karakter Guru dan
Peserta Didik

Sasaran Uraian Waktu Sikapyang


Kegiatan Kegiatan Kegiatan Diharapkan
Peserta Shalat Setiap hari Iman dan
Didik Dhuha takwa, disiplin,
toleransi
Siraman Setiap hari Iman dan
rohani takwa
(Kultum)
Setoran 15 menit Literasi,
hapalan sebelum mandiri,
Alquran masuk kelas tanggung
jawab, disiplin
Latihan Senin, Percaya diri,
tilawah dan Rabu, Jumat mandiri,
dakwah integritas
Piket sekolah Setiap hari Integritas,
disiplin
Sabtu bersih Setiap Sabtu Gotong
royong,
disiplin
Jumat Setiap Kasih sayang,
Sedekah Jumat toleransi
Guru Memimpin Setiap hari Teladan,
Sholat tanggung
Dhuha jawab, disiplin
bergiliran
Pengisi Setiap hari Percaya diri,

83
siraman motivasi,
rohani tanggung
(Kultum) jawab, disiplin
Pembimbing 15 menit Teladan, kasih
setoran sebelum sayang, sabar,
hafalan masuk kelas tanggung jawab
alquran
Piket sekolah Setiap hari Integritas,
disiplin
Sabtu bersih Setiap Sabtu Gotong
royong,
Jumat Setiap Kasih sayang,
Sedekah Jumat toleransi

Penggalian Sumber Dana


Meskipun SLB-A Budi Nurani kota Sukabumi
merupakan sekolah yang dikelola oleh yayasan Budi
Nurani, SLB-A Budi Nurani secara aktif menyusun
proposal untuk sponsor pembangunan musala baik
perorangan maupun lembaga.
Kewirausahaan
Kewirausahhan yang dilakukan oleh Kepala
Sekolah, yaitu: (1) Menyusun ide kreatif dalam proses
pengembangan sekolah, (2) Membangun sarana ibadah
(musala) sekolah melalui penggalangan dana dari para
donatur dan bantuan dari CSR Perusahaan, (3) Menyusun
dan melaksanakan kegiatan pembinaan karakter guru dan
peserta didik.

Gambar 1. Kewirausahaan Kepala Sekolah dalam Menjalin Kerjasama dengan PT Telkom

84
Pelaksanaan Program
Kegiatan yang telah terjadwal tersebut,
dilaksanakan secara rutin dan konsisten kemudian
diobservasi untuk melihat perubahan-perubahan sikap
yang terjadi selama kegiatan pembinaan. Dengan adanya
pembiasaan, dan sasaran sikap yang terukur diharapkan
mampu merealisasikan sekolah berkarakter religius,
gemar membaca, peduli lingkungam, menghargai
prestasi,dan peduli sosial. Indikator yang ditargetkan
untuk dicapai di antaranya: (1) Adanya perubahan sikap
guru yang mampu memberikan keteladanan kepada
peserta didik, (2) Adanya perubahan sikap peserta didik
yang memiliki karakter keseharaian sesuai dengan nilai-
nilai karakter bangsa, (3) Memiliki prestasi yang dapat
dibanggakan di berbagai bidang binaan.
Program pembinaan ini, tidak dapat terlaksana
tanpa adanya dukungan dari seluruh warga sekolah dan
masyarakat. Oleh karena itu, kepala sekolah melakukan
sosialisasi kepada seluruh elemen yang peduli terhadap
peningkatan sekolah berkarakter di SLB-A Budi Nurani
Kota Sukabumi, baik berupa bantuan materiil ataupun
non materiil. Ternyata respon warga sekolah dan
masyarakat sangat antusias untuk ikut terlibat membantu
suksesnya program sekolah berkarakter di SLB-A Budi
Nurani. Bentuk strategi kewirausahaan yang dilakukan
oleh kepala sekolah di antaranya: (1) Membangun jejaring
dengan instansi terkait yang memberikan dukungan
untuk kemajuan lembaga, misalnya: Dinas Sosial,
Pemerintah Daerah, Puskesmas, dan lain-lain. (2)
Memiliki jiwa kreatif dan inovatif dalam mengelola
lembaga seperti mewujudkan pembangunan sarana
ibadah (musala) dengan menjalin kemitraan dengan para
Donatur CSR Perusahaan dan partisipasi masyarakat. (3)
Menjalankan strategi untuk mencapai keberhasilan visi
sekolah dan meraih prestasi peserta didik di tingkat
provinsi maupun nasional.
Mitra yang bekerja sama dengan sekolah
diantaranya dari Lembaga Kesenian yaitu dengan

85
mendatangkan pelatih di bidang seni dan komunitas
sastrawan untuk memberikan pembinaan bidang literasi
dan mendatangkan pelatih dari Lembaga Tilawatil Qur’an
untuk memberikan pembinaan di bidang Tilawah Al-
Quran.
Hasil yang dicapai dari kegiatan pembinaan sikap
peserta didik dan guru dalam meningkatkan sekolah
berkarakter melalui strategi kewirausahaan di antaranya:
(1) Meningkatnya kondisi SLB-A Budi Nurani sebagai
sekolah berkarakter, (2) Menciptakan lingkungan yang
berkarakter, (3) Membangun sistem yang kuat dalam
mengembangkan budaya sekolah, (4) Melaksanakan
kegiatan yang didalamnya terdapat pendidikan karakter,
(5) Membangun karakter yang dapat diintegrasikan dalam
kurikulum SLB-A Budi Nurani, (6) Guru dapat
memberikan keteladanan kepada peserta didik melalui
contoh-contoh perilaku yang dapat ditampilkan
dihadapan peserta didik, (7) Guru dapat memberikan
motivasi untuk menumbuhkan kepercayaan diri peserta
didik, (8) Meningkatknya kedisiplinan guru dalam
menjalankan tugas di sekolah, (9) Guru mampu membina
peserta didik dalam mencapai prestasi

Evaluasi Program
Berdasarkan hasil pembinaan terhadap peserta
didik dan guru di SLB-A Budi Nurani Kota Sukabumi,
terlihat banyak perubahan sikap yang positif. Hal ini
mengindikasikan bahwa perubahan-perubahan karakter
yang diharapkan dapat tercapai. Melalui adanya
pembinaan yang rutin dan konsisten dengan strategi
kewirausahaan yang telah dilakukan, maka muncul
kesadaran dalam diri peserta didik dan guru untuk
melakukan perubahan sikap yang positif. Sikap positif
yang dimaksud diantaranya:Tumbuhnya sikap-sikap
keteladanan dalam diri guru terhadap peserta didik; (1)
Menciptakan sekolah yang unggul dalam bidang
akademik maupun non-akademis; (2) Peserta didik dapat
menjalankan sholat berjamaah dan sholat dhuha tepat
waktu; (3) Peserta didik mampu dan mau menjadi imam

86
sholat sebagai ciri bahwa tumbuhnya rasa percaya diri dan
mau belajar dalam diri peserta didik; (4) Peserta didik
dapat mengamalkan hasil dari siraman rohani (kultum)
yang disampaikan secara rutin; (5) Peserta didik
menguasai tambahan hafalan Al-Quran; (6) Tumbuhnya
sikap toleransi dan kasih sayang melalui kegiatan sedekah
jumat; (7) Raihan prestasi dalam beberapa lomba baik di
Tingkat Provinsi ataupun Tingkat Nasional (Lomba MTQ,
Lomba Literasi dan Lomba Seni). Beberapa prestasi yang
telah dicapai di antaranya: (a) Tahun 2017, Juara 1 Lomba
Penulisan Kreatif Tingkat Provinsi Jawa Barat, Juara 1
Lomba Menyanyi Solo Tingkat Provinsi Jawa Barat, Juara
ke 2 Lomba Menyanyi Solo Tingkat Nasional, (b) Tahun
2018, Juara 2 Lomba Menyanyi Solo SDLB Tingkat
Provinsi Jawa Barat Juara 2 Lomba Lomba Menyanyi Solo
(FLS2N) SMALB, Juara Harapan 2 Lomba Musabaqoh
Tilawatil Quran Tingkat Provinsi, Juara 1 Lomba Baca
Puisi SDLB Tingkat Provinsi, Juara Harapan 1 Lomba Baca
Puisi SDLB Tingkat Nasional, Juara 2 Lomba Membuat
Cerpen SMALB Tingkat Provinsi Jawa Barat, Juara 2 Cipta
dan Baca Puisi SMALB Tingkat Provinsi Jawa Barat, (c)
Tahun 2019, Juara 1 Lomba Baca Puisi SDLB pada Festival
Literasi Tingkat Provinsi, Juara 1 Lomba Penulisan Kreatif
SMALB pada Festival Literasi Tingkat Provinsi, Juara 1
Lomba Baca Puisi SDLB pada Festival Literasi Tingkat
Nasional, Juara 1 Lomba Penulisan Kreatif SMALB pada
Festival Literasi Tingkat Nasional, Juara 2 Lomba Nyanyi
Solo SDLB FLS2N Tingkat Provinsi Jawa Barat

Gambar 2. Prestasi yang diperoleh siswa di tingkat nasional

87
Teknis pengelolaan yang baik, tentunya tidak akan
berhasil secara optimal tanpa komitmen dari seluruh
warga sekolah. Dengan demikian, diharapkan kerjasama
seluruh warga sekolah untuk memberikan kontribusi yang
positif terhadap lembaga sehingga tujuan membangun
SLB-A Budi Nurani sebagai sekolah berkarakter dapat
tercapai sesuai dengan harapan. Bagi para guru
diharapkan agar konsisten menerapkan pola penerapan
pendidikian karakter berbasis kelas maupun sekolah
sehingga diharapkan menjadi media yang efektif dalam
membentuk sikap dan perilaku peserta didik. Dengan
metode pembelajaran ini, diharapkan dapat membentuk
karakter peserta didik yang unggul dalam prestasi dan
unggul dalam karakter. Kegiatan pembelajaran di sekolah
dilaksanakan dengan berbasis Pendidikan Karakter
sehingga suasana pembelajaran semakin kondusif dan
menghasilkan peserta didik yang sholeh dan sholehah.

88
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Nasional Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar
Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA)
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Tahun 2011 Tentang Panduan
Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang
Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun
2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun
2017 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan
Robbin & Coulter. (2007). Management. New Jersey:
Prentice Hall

89
TENTANG PENULIS
Tanti Erkanti, S.Pd Lahir di
Bandung 24 Juni 1964. Lulus SD
Melania Bandung Tahun 1975. Lulus
SMP Negeri 7 Bandung Tahun
1978/1979. Lulus SPG Negeri 2 Bandung
Tahun 1982. Lulus SGPLB Negeri
Bandung Tahun 1984. Tahun 1996
melanjutkan ke IKIP Bandung jurusan
Pendidikan Luar Biasa, lulus tahun
1999. Tahun 1985 diangkat sebagai guru (CPNS) di SLB-A
Budinurani Kota Sukabumi. Tahun 2013 ditunjuk Oleh
Ketua Yayasan Budi Nurani sebagai Kepala Sekolah SLB-
A Budi Nurani Kota Sukabumi. Tahun 2016 diangkat
sebagai Kepala Sekolah Definitif oleh Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Barat sampai sekarang. Mendapat
Penghargaan sebagai juara ke 1 Kepala Berprestasi Tingkat
Provinsi Jawa Barat 2019. Menjadi Finalis Lomba Kepala
Sekolah Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2019.
Email: tantierkanti60@gmail.com
Handphone: 085846837779

90
PENINGKATKAN MUTU SLB
DENGAN SAHABAT BERMUTU
MODEL 5P

Agustiyawati
PENGAWAS SLB Sudis Pendidikan Wilayah II Kota Administrasi Jakarta Barat
beninghati928@gmail.com

Terjadi Ketimpangan Mutu SLB


Revolusi Industri 4.0 menuntut terjadinya
perubahan dalam dunia pendidikan termasuk layanan
pendidikan untuk Sekolah Luar Biasa (SLB). Sekolah
diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan
dengan melaksanakan budaya mutu sekolah, salah
satunya dengan melakukan Sistem Penjaminan Mutu
Internal sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP) yang mengamanatkan sekolah
melakukan penjaminan mutu pendidikan, dan didukung
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
28 Tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mutu pendidikan di Sekolah Luar Biasa merupakan
tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan sekolah
dengan Standar Nasional Pendidikan pada satuan
pendidikan. Mutu pendidikan menjadi tolak ukur
keberhasilan sebuah proses pendidikan yang bisa
dirasakan oleh masyarakat, dimulai dari input (masukan),
proses pendidikan yang terjadi, hingga output (produk
luaran) dari sebuah proses pendidikan. Peraturan
Pemerintah yang memuat tentang Standar Nasional
Pendidikan sudah mengatur penjaminan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan nasional, bahwa setiap
satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib
melakukan penjaminan mutu pendidikan yang bertujuan

91
untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional
Pendidikan, dan dilakukan secara bertahap, sistematis,
holistik, berkelanjutan, dan terencana dalam suatu
program penjamin mutu yang memiliki target dan
kerangka waktu yang jelas sehingga tumbuh dan
berkembang budaya mutu sekolah secara mandiri.
Selanjutnya, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah
mengatur secara teknis pelaksanaan penjaminan mutu
sebagai suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi dan
berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses
penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar
mutu dan merupakan satu kesatuan unsur yang terdiri
atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang
mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu
sekolah yang saling berinteraksi secara sistematis,
terencana, dan berkelanjutan. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tersebut juga
mengklasifikasikan penjaminan mutu dapat dilakukan
secara internal yang dilaksanakan oleh sekolah, maupun
eksternal yang dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional.
Dalam satu pengarahan, Gubernur Provinsi DKI
Jakarta menyatakan bahwa Provinsi DKI Jakarta sebagai
ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi
barometer penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
dan indikator sekolah yang bermutu dengan
terselenggaranya sekolah yang menyenangkan, efektif,
dan melampaui delapan SNP.
Sampai saat ini belum ada instrumen penjaminan
mutu pendidikan untuk satuan pendidikan Sekolah Luar
Biasa sehingga sekolah belum melakukan penjaminan
mutu pendidikan menggunakan instrumen yang disusun
oleh pemerintah pusat seperti halnya satuan pendidikan
jalur formal lainnya (SD, SMP, SMA, dan SMK) sebagai
bentuk awal implementasi sistem penjaminan mutu
eksternal melalui akreditasi. Terkait Sistem Penjaminan
Mutu Eksternal untuk satuan pendidikan Sekolah Luar
Biasa, sampai saat ini juga belum ada instrumen akreditasi

92
yang telah direvisi sehingga sejak tahun 2017 belum ada
Sekolah Luar Biasa yang melaksanakan akreditasi sekolah
sebagai bentuk sistem penjaminan eksternal.
Sudis Pendidikan Wilayah II Kota Administrasi
Jakarta Barat membina 17 Sekolah Luar Biasa. Semua
sekolah tersebut tetap melakukan sistem penjaminan
mutu internal dengan menggunakan indikator 8 Standar
Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan BSNP.
Sekolah melakukan input data melalui sistem data
informasi pendidikan (SIDADO) yang meliputi data hasil
pendidikan, isi, proses, dan penilaian pendidikan, guru
dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, pembiayaan
dan pengelolaan pendidikan. Pengawas sekolah
melakukan pemantauan menggunakan instrumen
sekolah yang mencakup 8 Standar Nasional Pendidikan
yang dilaksanakan menggunakan teknologi digitalisasi.
Berdasarkan pelaksanaan sistem penjaminan
mutu internal yang telah dilakukan sekolah dan hasil
kinerja pengawas melalui pemantauan 8 Standar Nasional
Pendidikan disimpulkan terdapat permasalahan yang
muncul sebagai hasil kepengawasan salah satunya adalah
terdapat ketimpangan pemerataan mutu pendidikan. Dari
hasil pemantauan yang dilakukan pengawas sekolah, dari
17 sekolah binaan yang berada pada Sudis Pendidikan
Wilayah II Kota Administrasi Jakarta Barat diketahui
bahwa ada sekolah yang sudah memenuhi standar
pelayanan minimal penyelenggaraan sekolah tetapi ada
juga yang belum. Standar pelayanan minimal yang
dimaksud adalah implementasi delapan standar nasional
pendidikan. Data menunjukkan; 4 sekolah memperoleh
hasil penilaian sangat baik sekali (SLB Negeri 5, SLB
Negeri 6, SDLB-C Tri Asih II, dan SMALB-B Pangudi
Luhur), 5 sekolah dengan nilai baik, 6 sekolah dengan nilai
sedang, dan 2 sekolah dengan nilai kurang sekali (SLB
Matahati dan SLB Insan Harapan). Kondisi tersebut
selanjutnya dapat diringkas dalam tabel berikut ini:

93
Tabel 1. Daftar SLB Binaan dan Perannya Dalam Sahabat
Bermutu
KRITERIA SEKOLAH LUAR BIASA
KURANG
SANGAT BAIK BAIK SEDANG
SEKALI
SEKALI (Sahabat (Sahabat (Sahabat
(Sahabat
Pengimbas) Pengimbas) Pengimbas)
Imbas)
SLB Negeri 5 Jakarta TKLB-B SLB C dan SLB/C
Pangudi luhur Autisme Dian Insan
Kusuma Harapan
SLB Negeri 6 Jakarta SMPLB-B SLB C dan SLB
Pangudi Luhur Autisme Cahya Matahati
Anakku
SDLB–C Triasih II SMKLB-C Tri SLB C dan
Asih Autisme
Talitakum
SMALB–B Pangudi SDLB-B SLB Miracle
Luhur Pangudi Luhur
SMPLB-C Tri SLB B/C
Asih Dharma Asih
SLB Talenta

Sebelum pelaksanaan strategi Sahabat Bermutu, SLB


B/C Insan Harapan sebagai sahabat imbas menunjukkan
hasil pemantauan 8 Standar Nasional Pendidikan sebagai
berikut; Standar Isi - Sudah memiliki KTSP – Kurikulum
2006 dan belum memiliki KTSP dokumen 1 dan 2
menggunakan Kurikulum 2013 Pendidikan Khusus.
Untuk Standar Proses, proses pembelajaran bagi peserta
didik tunagrahita belum menggunakan tematik dan
belum meraih prestasi akademik maupun non akademik
untuk Standar Kompetensi Lulusan. Belum memiliki
kepercayaan diri untuk melaksanakan ujian nasional dan
sekolah secara mandiri untuk Standar Penilaian.
Berdasarkan hasil pemantauan Standar Pendidik
dan Tenaga Kependidikan, SLB B/C Insan Harapan belum
memiliki program pembinaan karir guru sehingga tindak
lanjut dari kegiatan monitoring dan supervisi yang
dilakukan kepala sekolah tidak dapat dilaksanakan.
Standar pengelolaan belum memenuhi standar pelayanan
minimal yang ditetapkan, demikian pula dengan Standar
Sarana Prasarana sekolah belum memenuhi standar
pelayanan minimal dan belum menggunakan
komputersisasi untuk penyusunan laporan di Standar

94
Pembiayaan.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang telah
dipaparkan di atas, strategi Sahabat Bermutu digunakan
sebagai alternatif solusi yang dilakukan dalam bentuk
kegiatan benchmarking antara sekolah pengimbas (sekolah
dengan kategori sangat baik) kepada sekolah imbas
(sekolah dengan kategori kurang). Program Sahabat
Bermutu dimaksudkan agar semua sekolah akan menjadi
Sama-sama Hebat dan Sama-sama Bermutu melalui jalinan
persahabatan. Alasan penggunaan strategi program
Sahabat Bermutu karena hal tersebut merupakan strategi
yang mudah, cepat dan tepat diterapkan oleh sekolah.
Selanjutnya teknis pelaksanaan kegiatan
benchmarking untuk mencapai strategi Sahabat Bermutu,
digunakanlah model 5P. Model ini terdiri dari: 1)
Pelibatan; 2) Penjelajahan; 3) Penjelasan; 4) Perluasan,
dan 5) Perbaikan. Alasan pemlihan model 5P karena
dapat memotivasi sekolah imbas untuk masuk dalam
topik peningkatan kinerja sekolah melalui beberapa tahap
benchmarking dengan tujuan untuk mengeksplorasi subjek
(dalam hal ini sekolah pengimbas), memberikan definisi
pada pengalaman mereka, mendapatkan informasi lebih
rinci tentang pengelolaan sekolah, dan
untuk mengevaluasi.
Peningkatan pemerataan mutu pendidikan di
Sekolah Luar Biasa sesuai dengan standar pelayanan
mininal menjadi tujuan rancang bangun ide inovasi yang
menjadi bagian dari pelaksanaan strategi Sahabat Bermutu.
Dengan demikian diharapkan pelaksanaan strategi
Sahabat Bermutu dapat menjadi alternatif menyelesaikan
permasalahan pemerataan mutu pendidikan, menjadi
solusi terbaik meningkatkan mutu pendidikan, dan
menjadi program yang berkelanjutan sebagai salah satu
strategi untuk melaksanakan Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan di Sekolah Luar Biasa.

Program Benchmarking - Sahabat Bermutu


Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah

95
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sudah mengatur segala proses pendidikan
yang mencakup segala aspek, salah satunya adalah
penjaminan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
nasional. Tertuang dalam pasal 91 peraturan pemerintah
tersebut menyebutkan bahwa: (1) Setiap satuan
pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib
melakukan penjamin mutu pendidikan, (2) Penjamin
mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan, (c) Penjamin mutu pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara
bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program
penjamin mutu yang memiliki target dan kerangka waktu
yang jelas.
Peraturan Pemerintah tersebut diperkuat dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun
2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar
dan Menengah yang menjadi acuan dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Penyusunan program
peningkatan mutu dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan empat teknik, yaitu school review,
benchmarking, quality assurance, dan quality control. Pada
pelaksanaan strategi Sahabat Bermutu ini diterapkan teknik
menggunakan kegiatan benchmarking.
Prim Masrokan (2013: 280) mendefinisikan
benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan
standar, baik proses maupun hasil yang akan dicapai
dalam suatu periode tertentu dan terdapat 3 (tiga) manfaat
utama dari pelaksanaan benchmarking, yaitu: perubahan
budaya, perbaikan kinerja, peningkatan kemampuan
sumber daya manusia. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Laela Fitriana (2016) menyimpulkan bahwa terdapat
perubahan kinerja guru di sekolah yang menerapkan
program benchmarking ditandai dengan peningkatan
prestasi peserta didik dan meningkatnya kemampuan
guru dalam mengembangkan kurikulum yang lebih
inovatif. Hasil tersebut memperkuat penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Michael Paulus dan

96
Devie (2013).
Sebagai sahabat pengimbas adalah; SLB Negeri 5
dan SLB Negeri 6 Jakarta untuk acuan delapan (8) Standar
Nasional Pendidikan, SLB-B Pangudi Luhur (satuan
pendidikan TKLB, SDLB, SMPLB, dan SMALB) untuk
standar proses pembelajaran peserta didik tunarungu, dan
SLB-C Triasih (satuan pendidikan SDLB, SMPLB, dan
SMKLB) untuk proses pembelajaran peserta didik
tunagrahita ringan. Selanjutnya sekolah imbas adalah
SLB B/C Insan Harapan. Rancang bangun inovasi
pelaksanaan strategi Sahabat Bermutu dogambarkan
sebagai berikut:

Gambar 1. Rancang Bangun Inovasi Strategi Sahabat Bermutu

Model 5P merupakan rangkaian atau tahapan


kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga
sekolah imbas dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dicapai dalam pengelolaan sekolah dengan
jalan berperan secara aktif (Fajaroh & Dasna,
2008; Wibowo et al., 2010). Model 5P berpusat pada
sekolah imbas sebagai pembelajar dengan kegiatan yang
memberikan dasar untuk observasi, pengumpulan data,
analisis tentang kegiatan, peristiwa, dan
fenomena (Haribhai & Dhirenkumar, 2012).
Tuna & Kacar, 2013 menuliskan bahwa model
5.P memotivasi sekolah imbas untuk masuk dalam

97
topik peningkatan kinerja melalui beberapa tahap
benchmarking dengan tujuan untuk mengeksplorasi subjek
(dalam hal ini sekolah pengimbas), memberikan definisi
pada pengalaman mereka, mendapatkan informasi lebih
rinci tentang pengelolaan sekolah, dan
untuk mengevaluasinya. Hal ini diperkuat oleh
Hagerman (2012) yang menyatakan bahwa model
5P adalah model kegiatan konstruktivistik yang
menggabungkan antara hands-on, minds-
on, dan penyelidikan ilmiah berbasis pedagogik. Berbeda
dengan metode tradisional yang
mendominasikan instruksi langsung dalam
menyampaikan informasi, model 5.P dengan
pendekatan hands-on, di mana sekolah imbas dapat
mengeksplorasi konsep baru, mengevaluasi kembali
pengalaman masa lalu mereka, dan mengasimilasi atau
mengakomodasi pengalaman baru dan konsep ke dalam
skema yang sudah ada (Hagerman, 2012).
1P - Pelibatan
Program benchmarking yang dikemas dalam strategi
Sahabat Bermutu diawali dengan kegiatan “keterlibatan”.
Dalam kegiatan ini, baik sekolah pengimbas maupun
sekolah imbas terlibat dalam kegiatan ini. Sekolah
pengimbas diharapkan dapat berbagi pengalaman terbaik
mengelola sekolah kepada sekolah imbas sehingga dapat
menumbuhkan minat ingin tahu sehingga sekolah imbas
dapat terhubung dengan pengalaman yang mereka miliki
dan termotivasi untuk meningkatkan mutu sekolah
mereka. Berikut ini adalah kegiatan pelibatan yang telah
dilakukan di SMALB-B Pangudi Luhur:

Gambar 2. Kegiatan Pelibatan antara Sahabat Pengimbas dan Sahabat Imbas

98
2P - Penjelajahan
Dalam kegiatan ini, sekolah pengimbas berkunjung
ke sekolah imbas kemudian bersama-sama melakukan
penjelajahan untuk menyusun analisa SWOT dan
menentukan kekuatan dan peluang yang dimiliki maupun
kelemahan dan hambatan yang ada. Berdasarkan hasil
penjelajahan ini, sekolah pengimbas membantu sekolah
imbas. Berikut ini adalah kegiatan penjelajahan yang telah
dilakukan di SLB B/C Insan Harapan:

Gambar 3. Kegiatan Penjelajahan – Menyusun Analisis SWOT

3P - Penjelasan
Pada kegiatan ini, sekolah imbas memberikan
penjelasan serta menunjukkan pemahaman konsep dan
keterampilan proses yang telah diperoleh dari kegiatan
benchmarking dengan strategi Sahabat Bermutu. Selanjutnya
sekolah imbas beserta sekolah pengimbas melakukan
diskusi untuk menganalisis data/informasi yang
dikumpulkan dari kegiatan yang telah mereka lakukan.
Berikut ini adalah kegiatan penjelasan yang telah
dilakukan:

Gambar 4. Kegiatan Penjelasan – Sekolah Imbas Melakukan Analisis Data

99
4P - Perluasan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah
memfasilitasi sekolah imbas untuk dapat menerapkan
konsep yang telah mereka peroleh berdasarkan kegiatan
yang telah mereka lakukan dalam pembimbingan sekolah
pengimbas ke dalam situasi atau masalah yang baru sesuai
dengan analisis kekuatan yang telah dilakukan. Masalah
baru tersebut memiliki penyelesaian yang identik dengan
permasalahan yang dibahas sebelumnya. Selama fase ini
sekolah pengimbas dapat dilibatkan kembali dalam
kegiatan diskusi dan pencarian informasi. Berikut ini
adalah kegiatan perluasan yang telah dilakukan:

Gambar 5. Kegiatan Perluasan – Sekolah Imbas Menerapkan Konsep

5P - Perbaikan
Pada tahap ini, sekolah pengimbas mencari tahu
tahu kualitas dan kuantitas ketercapaian pemahaman
sekolah imbas terhadap topik yang telah mereka pelajari.
Tahap ini dapat diwujudkan dalam metode formal atau
informal. Pengawas dan sekolah pengimbas mengajukan
pertanyaan terkait pelaksanaan benchmarking yang dapat
direspon secara lisan atau tulisan. Berikut ini adalah
kegiatan perbaikan yang telah dilakukan:

100
Gambar 6. Kegiatan Perbaikan – Sekolah Imbas Melakukan Perbaikan Program

Ketercapaian Strategi Sahabat Bermutu


Hasil penerapan strategi Sahabat Bermutu yang telah
dilakukan oleh sahabat pengimbas (SLB Negeri 5, SLB
Negeri 6, SLB-C Triasih, dan SLB-B Pangudi Luhur)
kepada sahabat imbas (SLB B/C Insan Harapan) adalah
tercapainya peningkatan mutu sekolah. Hal tersebut
ditandai dengan:
1. Sahabat Pengimbas memperoleh prestasi non
akademik tingkat internasional, nasional, provinsi dan
kabupaten/kota. Untuk tingkat internasional prestasi
yang diraih SLB Negeri 5 menjadi juara III International
Gothia Cup Sweden tahun 2019 dan Juara II
International Special Olympic Soccer Sweden tahun
2018. Untuk ajang tingkat nasional prestasi yang diraih
tahun 2018 dan 2017 sangat menggemberikan, yaitu
SMPLB-B Pangudi Luhur meraih Juara I Desain Grafis
SMPLB pada FLS2N pada tahun 2018, dan Juara III
Desain Grafis SMALB pada FLS2N untuk SMALB-B
Pangudi Luhur pada tahun 2018. Untuk tahun 2017
SMALB-B Pangudi Luhur meraih Peringkat I Menulis
Cerita Pendek pada Festival dan Lomba Literasi –
Nasional.
2. Sahabat Imbas juga mengalami peningkatan prestasi
akademik dan non akademik. Untuk tingkat Provinsi,
SLB B/C Insan Harapan meraih Juara I Lomba Bocce
pada O2SN tahun 2018 dan Juara III Lomba MTQ pada
FLS2N tahun 2018. Selanjutnya pada tahun 2017 SLB

101
B/C Insan Harapan memperoleh Juara I Lomba Bocce
pada O2SN Kab/Kota dan Juara I Lomba MTQ pada
FLS2N Kab/Kota. Peningkatan prestasi yang diraih oleh
sekolah imbas merupakan hasil dari pelaksanaan
strategi Sahabat Bermutu dengan menerapkan model 5P.
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan Wibowo
(2010) bahwa model 5P merupakan rangkaian tahap-
tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga sekolah imbas dapat menguasai kompetensi-
kompetensi yang harus dicapai dalam pengelolaan
sekolah dengan jalan berperan secara aktif dan
meningkatkan kinerja sekolah.
3. Peningkatan prestasi juga ditunjukkan tidak hanya oleh
peserta didik tetapi juga oleh pendidik seperti disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 2. Tabel Prestasi Guru dan Kepala Sekolah
NAMA UNIT KERJA PRESTASI
Tonny Santosa Kepala Sekolah Juara II – Revitalisasi Vokasi
SLB Negeri 6 dan Kewirausahaan – Tahun
2018
Theresia Maryanti Guru SLB Negeri Juara II – Guru Pembimbing
6 Khusus Tingkat Nasional –
Tahun 2017
Wahyu Guru SLB-B Juara III – Guru Prestasi dan
Rinaningsih Pangudi Luhur Dedikasi Tingkat Nasional –
Tahun 2016
Ai Sarayih Guru SLB B/C Juara III Pemilihan Guru
Insan Harapan Prestasi Tingkat Kab/Kota
Tahun 2017

Pelaksanaan strategi Sahabat Bermutu dengan


model lingkaran 5P terbukti mampu meningkatkan
prestasi guru dan kepala sekolah baik dari sahabat
pengimbas dan sahabat imbas. Tuna & Kacar (2013)
menyatakan bahwa model lingkaran 5P memotivasi
sekolah imbas untuk masuk dalam topik melalui beberapa
tahap kegiatan benchmarking dengan tujuan untuk
mengeksplorasi subjek, memberikan definisi pada
pengalaman mereka, mendapatkan informasi lebih rinci
tentang pengelolaan sekolah imbas mereka, dan untuk
mengevaluasinya.
Terdapat pula peningkatan nilai akreditasi baik

102
untuk sahabat pengimbas (SLB Negeri 6 dan SMALB-B
Pangudi Luhur berupa peningkatan nilai) maupun
sahabat imbas (SLB B/C Insan Harapan dari B menjadi A).
Peningkatan nilai akreditasi kedua sekolah tersebut
merupakan hasil pelaksanaan strategi Sahabat Bermutu
dengan model 5P karena model ini termasuk dalam
model kegiatan konstruktivistik yang menggabungkan
antara hands-on, minds-on, dan penyelidikan ilmiah
berbasis pedagogik. Berbeda dengan metode tradisional
yang mendominasikan instruksilangsung dalam
menyampaikan informasi, model 5.P dengan pendekatan
hands-on sekolah imbas dapat mengeksplorasi konsep
baru, mengevaluasi kembali pengalaman masa lalu
mereka, dan mengasimilasi atau mengakomodasi
pengalaman baru dan konsep ke dalam skema yang sudah
ada (Hagerman, 2012).
Berdasarkan ketercapaian strategi Sahabat Bermutu
sebagaimana yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa
strategi ini dapat menjadi alternatif solusi yang digunakan
oleh Pengawas Sekolah dalam melakukan pemantauan 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan dan pembinaan
pada sekolah, khususnya SLB. Berdasarkan hasil unjuk
kerja dari sahabat imbas – SLB B/C Insan Harapan
terbukti bahwa ada peningkatan kemampuan kepala
sekolah dalam mengelola kegiatan sekolah. Peningkatan
kemampuan yang dimiliki sekolah dibuktikan dengan
adanya pemerataan kualitas sekolah yang menggunakan
strategi Sahabat Bermutu baik sekolah imbas maupun
sekolah pengimbas sehingga memberikan dampak positif
antara lain; Menumbuhkan kerjasama antar kedua
sekolah, sekolah pengimbas dan sekolah imbas, Menjalin
“school sister” pembelajaran yang sama antara pendidik
maupun peserta didik, Membangun jaringan kerja,
Meningkatkan kinerja sekolah, Menumbuhkan
kemampuan memecahkan masalah, Mengembangkan
budaya dan sebagai penggerak improvement,
Mengevaluasi diri sekolah. Dengan menggunakan strategi
Sahabat Bermutu maka tercapai peningkatan pemerataan
mutu sekolah luar biasa.

103
DAFTAR PUSTAKA
Hagerman, C, L. 2012. Effects of the 5E Learning Cycle on
Student Content Comprehension and Scientific
Literacy. A Professional Paper. Bozeman: Montana
State University.
Haribhai, Tandel Sudhirkumar and Dhirenkumar,
Gordiya Pinalben (2013) Effectiveness of
Constructivist 5 ‘E’ Model; Research Expo
International Multidisciplinary Research Journal
Volume - II , Issue - II June - 2012 ISSN : 2250 -1630
Michael Paulus dan Devie, (2013). Analisa Pengaruh
Penggunaan Benchmarking Terhadap Keunggulan
Bersaing dan Kinerja Perusahaan, Jurnal Business
Accounting Review, Vol. 1, NO.2, 2013 tahun 2013.
Prim Masrokan Mutohar, (2013). Manajemen Mutu
Sekolah: Strategi Peningkatan Mutu dan Daya Saing
Lembaga Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media
Tjutju Yuniarsih dan Suwanto, (2011). Manajemen
Sumber Daya Manusia: Teori, Aplikasi dan Isu
Penelitian. Bandung.: Alfabeta.
Tuna, Abdul Kadir dan Kacer, Ahmet (2013) The Effect of
5E Learning Cycle model in Teaching
Trigonometry on Students’ Academic Achievement
and the Permanence of Their Knowledge,
International Journal on New Trends in Education
and Their Implications January 2013 Volume: 4
Issue: 1 Article: 07 ISSN 1309-6249
Wibowo. (2010). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali
Press.

104
TENTANG PENULIS
Dra. Agustiyawati,
M.Phil.SNE. Lahir di Jakarta, 19
Agustus 1967. Saat ini bekerja
sebagai pengawas sekolah PLB
pada Sudis Pendidikan Wilayah II
Kota Administrasi Jakarta Barat
sejak tahun 2015. Menamatkan
pendidikan S1 dari IKIP Negeri
Jakarta Fakultas Ilmu Pendidikan
- Jurusan Pendidikan Luar Biasa,
Tahun 1991. Mendapat beasiswa
melanjutkan studi S2 untuk
memperdalam ilmu bagi pendidikan anak berkebutuhan
khusus dari University of Oslo dan lulus pada tahun 2002.
Mengawali karir dalam dunia pendidikan sebagai tenaga
pendidik di SLB-A Pembina Tingkat Nasional pada tahun
1994, dan tahun 2008 diangkat sebagai Kepala SLB Negeri
6 Jakarta dan Kepala SLB-A Pembina Tingkat Nasional
pada tahun 2011 s.d. 2014. Karya yang berjudul Strategi
4.E Activity pada Pembinaan Supervisi Akademik untuk
Meningkatkan Kemampuan Guru SLB Menyusun Bahan
Ajar terpilih sebagai naskah terbaik dalam Pemilihan Best
Practice untuk Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan
Widyaiswara Tahun 2019.
: 087885611053 – 082113622218
: beninghati928@gmail.com

105
POLYA UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN GURU
DALAM MENYUSUN PROGRAM
PENGEMBANGAN DIRI KHUSUS
TUNAGRAHITA

Yusuf Abdurrahman
Pengawas SLB Provinsi Gorontalo
E-mail : yusufabdurrahman46@yahoo.com

Peranan Pengawas Dalam Meningkatkan Mutu


Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2017
memberikan penekanan bahwa tugas guru tidak hanya
terbatas pada mengajar dan mendidik. Tugas guru secara
spesifik diuraikan menjadi mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik. Hal ini menegaskan bahwa
guru professional yang akan mampu mengelola proses
pembelajaran sehingga hasil belajar peserta didik
mencapai tingkat optimal. Guru profesional yang
dimaksud adalah guru yang memiliki kualifikasi
akademik dan empat kompetensi guru. Menurut
Kunandar (2007:60), dalam melaksanakan perannya
sebagai pengajar seorang guru harus memperhatikan hal-
hal berikut, yaitu: 1) mampu menyusun program
pengajaran selama kurun waktu tertentu secara
berkelanjutan; 2) membuat persiapan mengajar dan
rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap bahan kajian
yang akan diajarkan berkaitan dengan pengguanaan
metode dan strategi tertentu; 3) menyiapkan alat evaluasi
belajar dengan tepat. Untuk mewujudkan proses belajar
mengajar yang lebih bermakna, dengan hasil prestasi
peserta didik yang tinggi, guru harus kreatif dan inovatif,
dalam mengembangkan strategi pembelajaran. Guru

106
menjadi garda terdepan dalam penyelenggaraan
pendidikan khusus, keberhasilan pendidikan khusus ada
di tangan guru yang mengetahui keberadaan peserta didik
berkebutuhan khusus. Guru pendidikan khusus yang
bertugas pada Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah individu
yang berhadapan langsung dengan peserta didik
berkebutuhan khusus di kelas dalam pembelajaran. Guru
berperan untuk membuat peserta didik yang berkualitas
baik akademis, keahlian, kematangan emosional, moral
dan spiritual.
Salah satu SLB yang ada di ibu kota Provinsi
Gorontalo adalah SLB Negeri Kota Gorontalo yang
beralamat di Jalan Beringin Kelurahan Tuladenggi
Kecamatan Dungingi, yang terdiri dari Jenjang SDLB;
SMPLB; dan SMALB. Layanan pendidikan yang diberikan
adalah pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus
(ABK) dengan jenis ketunaan: 1) Tunanetra; 2) Tunarungu;
3) Tunagrahita; 4) Tunadaksa; dan 5) Autis. Dalam
memberikan layanan pendidikan, yang salah satunya
adalah keterampilan Sekolah ini memberikan berbagai
keterampilan, diantaranya tata boga, tata busana, tata rias,
perbengkelan, informasi dan teknologi, membatik, dan
hantara.
Untuk mewujudkan SLB yang dapat memberikan
layanan pendidikan optimal, diperlukan peran seorang
pengawas SLB. Menurut Drs. Iding Nur Ernawadi, M.Si
dalam
situsnya https://idingne.wordpress.com/pedoman-
pelaksanaan-tugas-pengawas-sekolah/ “Pengawas SLB
adalah tenaga kependidikan yang memiliki tugas pokok
untuk pengawasan manajerial, yaitu melaksanakan
pengawasan akademik meliputi pembinaan, pemantauan
pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan pada sejumlah
SLB Kabupaten/Kota. Pengawasan berupa bantuan ini
diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staf sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan
kinerja sekolah. Tugas pengawasan akademik adalah
membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dan kualitas hasil belajar peserta didik

107
berkebutuhan khusus.
Berdasarkan kegiatan observasi yang dilakukan
pengawas sekolah pada SLB Negeri Kota Gorontalo,
ditemukan bahwa terdapat beberapa permasalahan yang
terkait dengan kreativitas guru. Pertama, sebagian Guru
Tidak Tetap belum pernah mengikuti diklat menyusun
Program Khusus untuk peserta didik berkebutuhan
khusus. Kedua, Guru Tidak Tetap (GTT) yang mengajar
peserta didik tunagrahita belum pernah mengikuti
pendidikan dan latihan tentang Program Pengembangan
Diri (PPD) yang berjumlah 16 orang. Ketiga, struktur
kurikulum jenjang SDLB dan SMPLB menghendaki
program kekhususan harus diajarkan kepada Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Keempat, kebutuhan ABK
tentang latihan keterampilan harus dilakukan sendiri
tanpa dibantu oleh orang lain jika kondisinya
memungkinkan.
Dengan mengacu pada permasalahan tersebut,
perlu dilakukan strategi tertentu untuk mengatasi
permasalahan kreativitas guru. Langkah Polya merupakan
strategi pemecahan masalah yang dikembangkan oleh
George Polya (AriefAfriani, 1994:27) melalui 4 tahapan
yaitu, ” (1) memahami masalah (understand the problem),
(2) membuat rencana (devise a plan(3) menjalankan
rencana (carry out the plan), (4) melihat kembali apa yang
telah dilakukan”
Selanjutnya keempat tahapan tersebut dapat
digambarkan dalam gambar berikut ini.

Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Polya

108
Keempat tahapan tersebut dapat dijadikan solusi
dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi Penulis
sebagai Pengawas SLB di Dinas Pendidikan Gorontalo,
yang terkait dengan kompetensi pedagogik dan
profesional guru pada sekolah binaan, serta pembelajaran
untuk mata pelajaran keterampilan sebagaimana hasil
temuan pada observasi yang dilakukan Penulis. Dengan
demikian para guru di SLB binaan dapat menjalankan
PPD dengan baik.
Untuk melihat keberhasilan pendekatan Polya
dalam menyusun PPD, para guru akan diberikan
instrumen isian penyusunan PPD, yang akan menggali
informasi mengenai Komponen penyusunan PPD sebagai
berikut.
1. Guru Memformulasikan tujuan pembelajaran dalam
RPPD sesuai dengan kurikulum/ silabus dan
memperhatikan karakteristik peserta didik terdiri dari:
a) tujuan pembelajaran dirumuskan dan
dikembangkan berdasarkan Kompetensi yang akan
dicapai; b) tujuan pembelajaran memuat gambaran
proses dan hasil belajar yang dapat dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kebutuhan belajarnya; c)
tujuan pembelajran disesuaiken dengan kebutuhan
belajar peserta didik.
2. Guru menyusun bahan ajar secara runtut, logis
kontekstual dan mutahir yang meliputi, a) Bahan ajar
disusun dari yang mudah kekompleks, mudah kesulit
dan atau kongkrik ke abstrak sesuai dengan tujuan
pembelajaran; b) Keluasan dan kedalaman bahan ajar
disusun dengan memperhatikan potensi peserta didik
(termasuk cepat dan lambat, motivasi tinggi dan
rendah); c) Bahan ajar dirancang sesuai dengan konteks
kehidupan peserta didik berkebutuhan khusus dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; d)
Bahan ajar dirancang dengan menggunakan sumber
yang bervariasi.
3. Guru merencanakan pembelajaran yang efektif
meliputi, a) Strategi, pendekatan, dan metode

109
pembelajaran relevan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai/kompetensi harus
dikuasai peserta didik; b) Strategi dan metode
pembelajaran yang dipilih dapat memudahkan
pemahaman peserta didik; c) Strategi dan metode
pembelajaran yang dipilih dapat sesuai dengan tingkat
perkembangan kognetif, afektif dan psikomotor
perserta didik; d) Setiap tahapan pembelajaran diberi
alokasi waktu secara proposional. Guru memilih
sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan
materi dan strategi pembelajaran yang meliputi, a)
Sumber belajar/.media pembelajaran yang dipilih
dapat mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang ingin dicapai (misalnya buku, modul untuk
kompetensi kognetif, audio visual komputer untuk
kompetensi keterampilan); b) Sumber belajar/.media
pembelajaran termasuk TIK yang dipilih. dapat
memudahkan pemahaman peserta didik; c) Sumber
belajar/.media pembelajaran yang dipilih sesuai
dengan tingkat perkembangan konetif, afektif, dan
psikomotor perserta didik.

Tahap 1. Memahami Persoalan


Tahap pertama adalah memahami permasalahan
yang dihadapi oleh guru-guru kelas peserta didik
tunagrahita di SLB Negeri Kota Gorontalo. Pada tahapan
ini guru dikumpulkan dalam forum workshop dan
diminta untuk dapat mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi oleh para guru dalam melakukan pembelajaran
di SLB. Worksop ini diikuti 16 orang guru. Penulis
berperan sebagai fasilisator untuk membantu guru dalam
mengidentifikasi permasalahan agar tidak keluar dari
konteks workshop. Hasil pada tahapan ini adalah
kemampuan guru dalam mengidentifikasi permasalahan
tersebut, yaitu belum semua guru membuat PPD.
Selanjutnya guru diberikan wawasan tentang pentingnya
merancang PPD dalam rangka memberikan layanan
pendidikan untuk ABK. Berikut adalah foto kegiatan
workshop saat para guru sendang melakukan identifikasi

110
masalah pada awal pendekatan Polya:
Tahap 2 – Membuat Rencana
Setelah pada tahap sebelumnya guru sudah dapat
mengidentifikasi manfaat dan peranan PPD untuk
pembelajaran ABK tuna grahita, pada tahap ini guru
diminta untuk membuat PPD. Penulis mendampingi para
guru tersebut dalam forum workshop, untuk guru yang
belum membuat PPD diminta untuk mempersiapkan
dokumen yang dibutuhkan seperti silabus dan bahan ajar
sebagai referensi. Selanjutnya, pada tahap perencanaan
ini, Penulis mengarahkan secara langsung pembagian
komponen PPD yang terdiri dari keterampilan merawat
diri, keterampilan menolong diri, dan keterampilan
hidup. Berikut adalah foto tahapan membuat rencana dari
pendekatan Polya:

Gambar 3. Penyusunan Rencana dalam Kegiatan Workshop

Tahap 3 – Melaksanakan Rencana


Pada tahap pelaksanaan ini, guru mnerapkan PPD
dalam pembelajaran yang sesuai karakteristik peserta
didik tunavgrahita yang diajar dan berpedoman pada
komponen PPD peserta didik tuna grahita yaitu
keterampilan merawat diri, keterampilan menolong diri,
dan keterampilan hidup. Pengawas Sekolah yang
berperan sebagai pendamping bertindak membantu
guru-guru yang mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikan PPD. Berikut adalah foto
tahapan melaksanakan rencana dari pendekatan Polya:

111
Gambar 4. Guru Melaksanakan PPD

Tahap 4 - Meninjau Kembali


Pada tahap ini pengawas bersama peserta workshop
melakukan diskusi untuk merefleksikan penerapan
langkah polya yang dimulai dari tahapan satu sampai
dengan tiga. Kegiatan ini bertujuan untuk mereview dan
menyamakan persepsi untuk menyempurnakan
rancangan PPD yang telah dilaksanakan yang hasil
akhirnya menjadi acuan bagi guru SLB untuk menyusun
PPD di kelasnya masing-masing

Gambar 5. Guru Melakukan Refleksi Penyusunan PPD

Hasil Pelaksanaan Polya Untuk Penyusunan PPD Guru


SLB
Berdasarkan penerapan pendekatan Polya yang

112
telah dilakukan, selanjutnya 16 orang guru tersebut
diobservasi dalam suatu lembar pengamatan apakah
sudah mengimplementasi keempat poin pembelajaran
yaitu:
1. Guru Memformulasikan tujuan pembelajaran
dalam RPPD sesuai dengan kurikulum/ silabus dan
memperhatikan karakteristik peserta didik.
2. Guru menyusun bahan ajar secara runtut, logis
kontekstual dan mutahir.
3. Guru merencanakan pembelajaran yang efektif.
4. Guru memilih sumber belajar sesuai dengan materi
dan strategi pembelajaran
Berikut adalah hasil sebelum dan sesudah
pelaksanaan pendekatan polya dalam penyusunan PPD
oleh 16 guru binaan:

Tabel 1. Penyusunan Program Pengembangan Diri (PPD)


sebelum menggunakan pendektan Polya
NILAI KETERCAPAIN AWAL
URAIAN
Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Jumlah Guru 0 15 1 0

Persentase 0% 93,75% 6,25% 0%

Kriteria:
<55% = Kurang (K) 55% - 69% = cukup (C)
70% -859% = baik (B) 86% -100% = Sangat Baik sekali (BS)

Hasil awal menunjukkan bahwa pelaksanaan


penyusunan Program Pengembangan Diri (PPD) belum
berhasil dengan baik. Tdak ada atau (0%) yang
memperoleh ketercapaian kurang, 15 guru atau 93,75%
yang memperoleh nilai cukup, hanya 1 orang atau 6,25%
guru yang memperoleh nilai baik serta tidak ada guru atau
0% yang memperoleh nilai sangat baik.
Selanjutnya, untuk hasil yang diperoleh setelah
dilakukan kembali penyusunan program PPD dengan
menggunakan teori Polya adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Penyusunan Program Pengembangan Diri (PPD)

113
setelah menggunakan pendektan Polya
NILAI KETERCAPAIN AWAL
URAIAN
Kurang Cukup Baik Sangat Baik

Jumlah Guru 0 3 8 5

Persentase 0% 18,75% 50% 31,25%

Kriteria:
<55% = Kurang (K) 55% - 69% = cukup (C)
70% -859% = baik (B) 86% -100% = Sangat Baik sekali (BS)

Tabel tersebut memperlihatkan kegiatan perbaikan


penyusunan PPD memperoleh peningkatan capaian.
Jumlah Guru yang memperoleh ketercapaian kurang tidak
ada atau 0%; ketercapaian cukup 3 orang atau 18,75%;
ketercapaian baik 8 orang atau 50%, dan ketercapaian baik
sekali 5 orang atau 31,25%. Jika dibandingkan dengan hasil
awal kegiatan penyusunan PPD peserta didik tunagrahita,
maka terjadi penurunan jumlah peserta workshop yang
memperoleh ketercapaian Cukup menjadi ketercapaian
Baik 11 orang guru atau 80%; ketecapaian, Baik dari 1 (satu)
orang guru menjadi 8 atau terjadi peningkatan 7 orang
atau 87,50% dan ketercapaian Sangat Baik adalah 5 peserta
atau 100%.
Berdasarkan data hasil penilaian penyusunan
program pengembangan diri peserta didik tunagrahita
diatas dapat disimpulkan bahwa dengan pembimbingan
melalui kegiatan workshop pendekatan Polya dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
program pengembangan diri peserta didik tungrahita di
SLB Negeri Kota Gorontalo.

Manfaat Pelaksanaan Polya Untuk Penyusunan PPD


Guru SLB
Program ini sangat bermanfaat bagi guru, peserta
didik, dan sekolah. Manfaat bagi guru 1) Meningkatkan
kreativitas guru dalam merancang program
pengembangan diri melalui pelatihan/workshop; 2)
Meningkatkan kinerja, kualitas dan profesional guru

114
dalam proses pembelajaran, sehingga hasilnya dapat
meningkatkan mutu pendidikan serta menghasilkan
peserta didik yang berkualitas; 3) Meningkatkan
kemampuan dan keprofesian guru dalam merancang
program pengembangan diripeserta didik tunagrahita; 4)
Mengkaji hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
penyusunan pengembangan diri peserta didik tunagrahita
melalui workshop menggunakan langkah Polya. Manfaat
bagi peserta didik, 1) Meningkatkan kemandirian peserta
didik tunagrahita; 2) Mengajarkan peserta didik
tunagrahita memahami/ menerapkan program
pengembangan diri sesuai kemampuannya dalam
lingkungan dimana dia berada. 3) Meningkatkan aktifitas
peserta didik tunagrahita dalam belajar. Manfaat bagi
sekolah Menghasilkan pendidik/guru kreatif yang siap
menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif
demi peningkatan mutu pembelajaran yang
menghasilkan peserta didik tunagrahita yang berkualitas
dan mandiri. Dengan demikian, program ini diharapkan
dapat memberikan wawasan baru bagi Pengawas SLB di
Provinsi lainnya.

115
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Afriani, 1994. Variasi Kemampuan Memecahkan Soal-
Soal Fisika di lihat dariRagam Soal. Gorontalo.
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendikan. Jakarta: Rajagrafindo
Persada.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
Pedoman Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah. Nur
Ernawadi Iding,Tahun 2011-2012. Diakses 27
Desember 2018, 21.30 WITA Diakses Dikutip dari
<https://idingne.wordpress.com/pedoman-
pelaksanaan-tugas-pengawas-sekolah/>

116
TENTANG PENULIS
Yusuf Abdurrahman, S.Pd, M.Pd,
dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 15
Agustus 1961. Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN I Tenggela pada
tahun 1975. kemudian melanjutkan
pendidikan di SMPN Telaga tamat
tahun 1980. Melanjutkan pendidikan
studi di SMAN 229 Cakke Kab.
Enrekang Sulawesi Selatan tamat tahun
1984. Pada tahun yang sama
melanjutkan studi di SGPLBN Ujung Pandang Lulus
Tahun 1986. Melanjutkan studi S1 Pendidikan Luar Biasa
(PLB) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung,
tahun 2000 tamat tahun 2002. Selanjutnya
menyelesaikan studi S2 Pendidikan Dasar Konsentrasi
Sains Pasca Sarjana Universitas Negeri Gorontalo (UNG)
pada tahun 2008 dan Lulus Tahun 2010.
E-mail : yusufabdurrahman46@yahoo.com Nomor
HP. 085256127210

117
PENYUSUNAN ADMINISTRASI
PBM GURU SDLB MELALUI
“COLLA-COOP”

Syarifah Nurmasyithah
Pengawas SLB, Dinas Pendidikan Provinsi Aceh
sn.alhabsyi@gmail.com

Pentingnya Administrasi dalam Proses Belajar Mengajar


(PBM) Guru
Pengawas sekolah merupakan pengawas satuan
pendidikan yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis
fungsional di bidang pengawasan akademik dan
manajerial pada sejumlah satuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Kegiatan pengawas sekolah meliputi kegiatan
penyusunan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut
program kepengawasan. Pada hakekatnya kegiatan
kepengawasan adalah memberi bantuan profesional
kesejawatan yang dilaksanakan melalui dialog kajian
masalah pendidikan dan atau pengembangan serta
implementasinya (Suhardan, 2014:39). Pengertiannya
lebih menekan kepada memberikan bantuan dan
bimbingan terhadap serangkaian kegiatan pengawas
sekolah, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
profesional guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya di sekolah binaannya guna meningkatkan prestasi
belajar peserta didik, meningkatkan kinerja sekolah dalam
rangka penjaminan mutu, relevansi, efisiensi, dan
akuntabilitas pendidikan.
Undang-Undang (UU) Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan
pendidikan dirancang secara terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

118
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, guru
memegang peranan penting dalam mendesain PBM, yang
dapat mengembangkan potensi peserta didik. Desain
PBM diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang juga dapat dijadikan penentu
kualitas dan tolak ukur pencapaian tujuan pembelajaran.
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses menguraikan bahwa komponen RPP harus
memuat identitas; baik identitas sekolah maupun identitas
tema/ mata pelajaran/ semester; materi pokok; alokasi
waktu; tujuan; kompetensi dasar (IPK); metode; sumber
belajar; langkah-langkah pembelajaran; dan hasil
penilaian. Penguatan yang tertuang dalam peraturan
tersebut mengindikasikan bahwa guru harus berupaya
semaksimal mungkin dalam membuat RPP, tidak hanya
sekedar memenuhi persyaratan administratif saja.
Dalam pelaksanaannya, selain RPP, administrasi
PBM dalam Standar Proses terdiri dari 3 jenis, yaitu: (1)
administrasi perencanaan yang meliputi: cover (sampul),
standar kompetensi lulusan, KI dan KD, Kalender
Pendidikan, Alokasi Waktu, Program Tahunan, Program
Semester, Silabus, dan Dokumen KKM; (2) administrasi
guru saat proses pembelajaran, meliputi: daftar hadir
peserta didik, agenda guru, agenda peserta didik, jurnal
kelas, buku catatan kasus, dan (3) administasi guru pada
penilaian PBM, yaitu: kisi-kisi soal, validasi soal, lembar
penilaian, pedoman penilaian serta bank soal.
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan satuan
pendidikan dimana peserta didiknya memiliki kebutuhan
belajar yang beragam, yang dikarenakan kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, atau memiliki kecerdasan dan
bakat istimewa. Pendidikan luar biasa akan sesuai apabila
kebutuhan peserta didik dapat diakomodasi dengan baik
oleh gurunya. Oleh karena itu, program pembelajaran
yang direncanakan harus memenuhi kebutuhan unik dari
individu peserta didik. Guru juga harus memiliki
kompetensi pedagogik yang mumpuni dan mampu

119
mewujudkan desain PBM yang baik, sehingga dapat
mengembangkan potensi peserta didik dengan baik.
Namun demikian, kondisi aktual di beberapa SLB
di Wilayah Kabupaten Aceh Besar, yaitu SDLB Kota
Jantho dan SDLB Pembina, dokumen RPP yang dimiliki
guru masih sebatas dokumen administratif. Hal ini terlihat
dari kurangnya kemampuan guru dalam mendesain
proses dan bahan pembelajarannya. Guru harus
bertanggung jawab dalam mempersiapkan perangkat
administrasi PBM. Bentuk model dan metode
pembelajaran yang juga disesuaikan dengan daya serap
peserta didik sangat bergantung pada bagaimana
kemampuan guru dalam mempersiapkan administrasi
sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.
Salah satu penyebab kurangnya kemampuan guru
dalam mempersiapkan perangkat administrasi PBM
adalah dari segi kualitas guru yang rata-rata bukan dari
latar belakang bidang studi yang sesuai dan bukan dari
pendidikan SLB. Oleh karena itu, pembinaan guru oleh
pengawas sekolah harus dilakukan sebagai salah satu
upaya meningkatkan kompetensi guru di dalam proses
pembelajaran. Pengembangan profesionalisme menuntut
guru supaya mampu menghasilkan output pendidikan
yang unggul dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
khususnya perkembangan peserta didik yang
berkebutuhan khusus untuk mewujudkan tujuan
hidupnya secara mandiri.
Berdasarkan pernyataan di atas, perlu adanya
inovasi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
mempersiapkan administrasi PBM, yakni melalui
pendekatan “Colla-Coop” (Collaboration and Cooperative).
Pembinaan oleh pengawas sekolah melalui pendekatan
tersebut secara kolaborasi dan kooperatif sangat
dibutuhkan sebagai upaya peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan juga sikap guru. Selain itu, dengan
membangun kerjasama tim antar-guru binaaan yang
berbeda sekolah dapat memudahkan guru binaan untuk
saling berbagi ilmu pengetahuannya dalam melengkapi
administrasi PBM yang sesuai dengan kurikulum 2013

120
yang menitikberatkan pada pendekatan santifik.

Pendekatan “Colla-Coop”
Istilah pendekatan “Colla-Coop” berasal dari kata
collaborative dan cooperative, yaitu pendekatan
kerjasama dalam kelompok antara pengawas sekolah
dengan guru binaan yang berbasis kolaborasi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi demi tercapainya
tujuan bersama. Sahertian (2011:20) menyatakan bahwa
kerjasama dapat memberikan support (dorongan), dan
menstimulasi, sehingga setiap subyek yang melakukan
kerjasama akan merasa tumbuh bersama. Pernyataan
tersebut dapat menjelaskan bahwa setiap guru akan
merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi
kreativitasnya apabila supervisornya mampu
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan
melalui cara-cara menakutkan. Pengawasan memiliki arti
membina, mengarahkan, melatih dan memotivasi seluruh
warga sekolah agar memiliki wawasan baru dalam
melakukan pengembangan pendidikan. Supervisor
diharapkan dapat mengembangkan kemampuan guru
melalui berbagai macam pendekatan sehingga guru dapat
mengelola PBM dengan lebih sempurna. Selanjutnya
Gary Dasseler (1970) menyatakan bahwa collaborative
(kolaborasi) dapat diartikan sebagai bentuk kerjasama
yang memfokuskan pada proses. Sedangkan peristiwa
menerima aktifitas secara terstruktur disebut dengan
cooperative.
Pembinaan dan pendampingan terhadap guru
berperan dalam mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Secara rigid, LAN RI
(Usman, 2009: 504) mengemukakan bahwa pengawasan
pendampingan ialah suatu kegiatan untuk memperoleh
kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan
telah dilakukan sesuai dengan rencana semula. Pernyataan
itu menjelaskan bahwa pendampingan sebagai salah satu
kegiatan untuk mengetahui realisasi perilaku anggota
organisasi pendidikan, tingkat pencapaian tujuan

121
pendidikan dan perbaikan serta tindak lanjut yang harus
dilakukan.
Kerjasama dalam bentuk pendampingan dapat
membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam
memahami keadaan dan kebutuhan peserta didiknya,
membentuk kelompok yang kuat dan mempersatukan
guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara
akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan
lainnya. Oleh karena itu, dalam upaya perbaikan kualitas
pembelajaran hendaknya kerjasama dapat dilakukan
secara profesional dan ditandai dengan perkembangan
positif dari guru, dimulai dari proses seleksi, dan revisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pembelajaran, metode
hingga evaluasi pembelajaran.
Tahapan pelaksanaan pembinaan dan
pendampingan yang dilakukan pengawas melalui
pendekatan “Colla-Coop” diantaranya:
1. Agenda pertemuan pertama adalah pengarahan
(review) tentang tugas dan tanggung jawab guru. Dalam
agenda ini dibahas bagaimana pentingnya PBM bagi
guru yang merupakan inti dari proses pendidikan dan
guru merupakan pelaksana dan pengembang utama
kurikulum di sekolah.
2. Agenda pertemuan kedua adalah bedah instrumen dan
memastikan guru memiliki inisiatif dalam
memperbaiki proses pembelajaran melalui
kelengkapan administrasi PBM.
3. Agenda pertemuan ketiga adalah memastikan guru
melaksanakan kegiatan kerjasama dalam melengkapi
administrasi PBM sesuai tuntutan Kurikulum 2013.
4. Agenda pertemuan keempat adalah merefleksi ulang
tentang apa saja yang berkaitan dengan permasalahan
selama proses pembelajaran melalui pertanyaan-
pertanyaan seperti: a) apa yang akan terjadi sekarang? b)
apa yang saudara peroleh saat ini? c) bagaimana hasil
yang diperoleh peserta didik?
Keempat agenda dalam pelaksanaan pembinaan
dan pembimbingan melalui pendekatan “Colla-Coop”
diharapkan dapat memberikan perubahan positif dalam

122
PBM di SDLB Negeri Kota Jantho maupun di SDLB
Pembina di wilayah Kabupaten Aceh Besar.

Tugas Guru dalam PBM


Tugas guru adalah mendidik, mengelola dalam
membelajarkan peserta didik, dan memberikan latihan-
latihan kepada peserta didik. Tugas mendidik berarti
mengembangkan nilai-nilai dalam kehidupan peserta
didik; tugas membelajarkan berarti mendorong dan
memberikan peluang, serta menciptakan situasi yang
kondusif agar peserta didik dapat belajar sebaik-baiknya;
sedangkan tugas memberikan latihan-latihan secara
berkesinambungan berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan peserta didik. Ketiga tugas
guru tersebut perlu diwujudukan dalam pelaksanaan PBM
yang optimal, meliputi kegiatan: (1) membuat persiapan
pembelajaran; (2) melaksanakan proses pembelajaran;
dan (3) melakukan evaluasi hasil belajar dan
memanfaatkan umpan balik. Analisis rencana PBM dan
penetapan aspek-aspek yang akan diobservasi harus
dilakukan oleh kepala sekolah dan guru di tahap awal.
Karena, kegiatan ini dapat membantu guru agar lebih
fokus pada apa yang harus dilaksanakannya saat PBM di
kelas.
Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang
optimal, salah satu tugas guru yang sangat penting adalah
membuat persiapan pembelajaran, yang menuntut
sejumlah kemampuan seperti: (1) menguasai materi
pelajaran dan karakteristik sesuai kebutuhan peserta
didik; (2) merumuskan tujuan pembelajaran; (3) memilih
materi pelajaran yang relevan dengan tujuan
pembelajaran dan alat yang digunakan; (4) membangun
pengalaman belajar peserta didik; (5) menguasai berbagai
pendekatan belajar; (6) menguasai berbagai media
pembelajaran; (7) memilih materi pelajaran dengan
pengalaman belajar yang sesuai dengan tujuan dan
evaluasi; dan (8) penunjang keberhasilan proses
pembelajaran lainnya. Supaya PBM berjalan dengan baik,
maka guru perlu membuat strategi PBM yang merupakan

123
rancangan kegiatan PBM yang berurutan dan diarahkan
untuk mencapai suatu hasil belajar peserta didik
sebagaimana yang diinginkan di SDLB Negeri Kota Jantho
dan SDLB Pembina.

Hasil Pelaksanaan Pendekatan “Colla-Coop”


Pendekatan “Colla-Coop” dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam mempersiapkan
administrasi PBM. Untuk mengukur tingkat
keberhasilannya, teknik pengambilan data yang dilakukan
adalah: (1) observasi untuk mengetahui kompetensi guru
dalam menyusun administrasi perangkat PBM yang
lengkap; (2) dokumentasi untuk mempelajari dan
menyeleksi dokumen yang relevan dengan pembinaan;
(3) wawancara untuk mengungkapkan kondisi guru
binaan sehubungan dengan apa yang dilakukan dan
mengukur tingkat kesesuaian pelaksanaan administrasi
PBM dengan pelaksanaannya.
Guru yang dilibatkan dalam pembinaan
penyusunan administrasi PBM guru SDLB melalui “Colla-
Coop” merupakan guru di SDLB Pembina dan SDLB Kota
Jantho. Hasil kuantitatif yang berupa persentase tingkat
kesiapan administrasi PBM oleh guru selanjutnya
dikategorikan menjadi 3 kelompok, seperti pada Tabel 1.
Selain itu kondisi awal juga didasarkan pada hasil skor
tertinggi dan terendah untuk pemenuhan dokumen
administrasi, yaitu pada rentang skor 1-4, dengan rincian
skor 4 kategori Sangat Baik (SB), skor 3 kategori Baik (B),
skor 2 kategori Kurang (K), dan skor 1 kategori Sangat
Kurang (SK).

Tabel 1. Kategori Tingkat Ketercapaian Administrasi


PBM
Kategori Kondisi Awal
Tinggi 85% - 100%
Sedang 70% - 84%
Rendah Kurang dari 70%

124
Berdasarkan hasil observasi awal, kemampuan guru
dalam melengkapi administrasi PBM baru mencapai 50%,
seperti pada Tabel 2. Selain itu baik skor tertinggi dan
terendah masing-masing adalah 2. Hal ini menunjukkan
bahwa kemampuan guru dalam menyusun administrasi
PBM masih rendah.

Tabel 2. Persentase kondisi awal


Keterangan Kondisi
Awal
Persentase kelengkapan 50 %
administrasi PBM
Skor Tertinggi 2
Skor Terendah 2

Pendekatan “Colla-Coop” berperan untuk


menyusun rencana diskusi mencakup tentang
keterbukaan, kepercayaan, dan rasa aman, seperti cara-
cara meningkatkan kinerja dan jadwal pelaksanaan “Colla-
Coop”. Pada Minggu pertama, hasilnya menunjukkan hasil
yang sama seperti pada kondisi awal. Setelah dilakukan
pendekatan “Colla-Coop”, pada pertemuan Minggu kedua
terjadi perubahan penyusunan administrasi guru ke arah
yang lebih baik, yaitu meningkat hingga 75% atau pada
kategori sedang. Selain itu poin tertinggi dan terendah
untuk pemenuhan dokumen administrasi pada Minggu
kedua mencapai angka 3 atau B.
Nilai maksimum persentase kelengkapan
adminisitrasi PBM dicapai pada Minggu ketiga, yaitu
100%. Hal ini juga diikuti skor tertinggi dan terendah pada
Minggu ketiga untuk pemenuhan dokumen administrasi
mencapai 4 atau SB. Secara lebih jelas hasil perolehan data
disajikan pada Tabel 3.

125
Tabel 3. Perbandingan Kondisi Awal, Minggu I dan
Minggu II
Keterangan Kondisi Minggu Minggu Minggu
Awal I II III
Persentase
kelengkapan
50% 50% 75% 100%
administrasi
PBM
Skor
2 2 3 4
Tertinggi
Skor
2 2 3 4
Terendah

Hasil data yang ditunjukkan pada Tabel 3


menunjukkan adanya peningkatan mulai Minggu kedua
dan Minggu ketiga. Begitu pula dengan skor tertinggi dan
terendah yang dicapai semakin baik. Melalui perencanaan
administrasi PBM dengan pendekatan “Colla-Coop” secara
kontinu juga memberikan dampak positif pada
kemampuan peserta didik. Hal ini dibuktikan melalui
prestasi yang telah diraih peserta didik, diantaranya: juara
II festival ABK Berseri dengan tema “Sekolahku Sehat,
Prestasiku Meningkat”, juara 1 lomba makalah tata kelola
UKS, juara II tata kelola UKS yang diraih peserta didik dari
SDLB Pembina pada tahun 2019; serta juara I melukis dan
juara II festival tari tradisonal Aceh yang diraih peserta
didik SDLB Kota Jantho. Hasil kejuaraan yang diraih juga
mengindikasikan adanya peningkatan kualitas proses
belajar mengajar.

Kesimpulan
Hasil pembinaan dan bimbingan dengan
pendekatan “Colla-Coop” pada administrasi PBM adalah
dengan terlaksananya Proses Belajar Mengajar yang baik
dan tertata sesuai dengan kebutuhan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK). Pendekatan “Colla-Coop” dapat
menciptakan hubungan kolegial antara guru dan
pengawas serta meningkatkan kualitas proses belajar
mengajar yang dibuktikan dengan hasil prestasi yang telah

126
diraih peserta didik. Perubahan yang dialami melalui
pembinaan dengan pendekatan “Colla-Coop” di antaranya:
(1) meningkatnya kemampuan guru dalam melengkapi
administrasi sebelum PBM, saat PBM dan setelah PBM; (2)
kemampuan dan pemahaman guru melakukan penilaian
autentik semakin tepat; (3) kemampuan membimbing
dan melayani peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam belajar; (4) kerberhasilan dalam kelompok belajar
guru; (5) berbagai prestasi yang diperoleh peserta didik.
Dengan menggunakan pendekatan “Colla-Coop”
dapat disimpulkan bahwa kerjasama dan konstribusi
pengawas terhadap guru binaannya mampu
menghasilkan peningkatan kemampuan guru binaan
dalam administrasi PBM guru SDLB. Pencapaian
kesuksesan diraih secara bersama, keuntungan kelompok
dan kesuksesan bersama. Dengan demikian kreativitas
dan motivasi belajar peserta didik yang berkebutuhan
khusus meningkat dengan baik. Selain itu metode
pembelajaran yang digunakan sudah sesuai dengan
kondisi dan kemampuan peserta didik serta guru yang
memiliki latar belakang dari pendidikan luar biasa (PLB)
dan yang non-PLB dapat bekerja sama dengan baik.

127
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal. (2012). Administrasi Pendidikan Manajemen.
Bandung: Alphabeta
Dessler, Gary. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Prenhallind
Kemendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Jakarta: Depdiknas
Suhardan, Dandang. (2014). Supervisi Profesional. Bandung:
Alfabeta
Sarhertian. (2011). Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiono. (2014). Metodologi Penelitian Administrasi.
Bandung: Alfabeta
Usman, Husaini. (2009). Manajemen Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

128
BIOGRAFI SINGKAT
Syarifah Nurmasyithah, S.Pd.
M. Pd. Lahir di Padang Tiji, 01 April
1971. Lulusan S-1 jurusan FKIP Kimia di
Unsyiah Syiah Kuala Banda Aceh
Tahun 1996 dan lulusan S-2
Pascasarjana jurusan Administrasi
Pendidikan di Unsyiah Syiah Kula
Banda Aceh Tahun 2018. Saat ini
bekerja sebagai pengawas sekolah SMA
dan PLB pada Dinas Pendidikan
Provinsi Aceh dengan tugas Kepengawasan di Kabupaten
Aceh Besar sejak tahun 2015 s.d saat ini. Beberapa Karya
yang telah dihasilkan: Meningkatkan Profesional Kepala
Sekolah melalui Pengembangan Kinerja Klinis SLB binaan
Wilayah Kabupaten Aceh Besar Tahun 2018.
Pendampingan Menggunakan Strategi Tugas mengenal
masalah untuk Meningkatkan Penyusunan Proposal PTK
bagi Guru SMAN 3 Seulimeum. Peningkatan Kinerja Guru
Mata Pelajaran Kimia melalui Forum MGMP Wilayah
Kerja Kabupaten Aceh Besar Tahun 2017. Publis karya
Ilmiah melalui; Jurnal Hikmah; Volume I, Tahun 2018,
No ISSN: 2406-9043. Jurnal Tringgali, Volume XXX,
Tahun 2017, No ISSN:4074-3638. Makalah Pengembangan
Guru Tahun 2017.
Selain sebagai pengawas SMA dan PLB di
Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, sebagai Tim Penilai
Angka Kredit Pengawas Sekolah Provinsi Aceh Sejak
tahun 2016. Pengurus aktif APSI Aceh bidang penelitian
dan pengembangan kepengawasan, sebagai Sekrektaris
MKPS Kabupaten Aceh Besar.

: 0823-6268 - 3006
: sn.alhabsyi@gmail.com

129
STRATEGI “KISS” MENINGKATKAN
MUTU LAYANAN SLB
DASIONO
PENGAWAS SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kab. Bojonegoro
mbahdas 57@gmail.com

Layanan Pendidikan SLB


Tujuan utama pendidikan khusus adalah
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap
peserta didik berkebutuhan khusus agar bisa interaksi
dengan lingkungan sosialnya dan mempersiapkan peserta
didik untuk mengembangkan diri melalui pendidikan
lebih lanjut. Tujuan mulia ini bisa terwujud apabila
layanan pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB)
berkualitas. Pemerintah telah berbuat banyak hal agar
tujuan pendidikan terwujud antara lain dengan
mengangkat dan memberi pelatihan bagi tenaga
kependidikan khusus, mengadakan bantuan inprastruktur
serta membuat regulasi sebagai acuan penyelenggaraan
dan pengelolaan Pendidikan, diantaranya adalah
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi : 1) Standar Isi;
2) Standar Proses; 3) Standar Kompetensi Lulusan; 4)
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 5) Standar
Sarana Prasarana; 6) Standar Pengelolaan; 7) Standar
Penilaian; dan 8) Standar Pembiayaan. Peratuan tersebut
telah mengalami perubahan sebanyak dua kali, yaitu
dengan PP Nomor 32 Tahun 2013 dan PP Nomor 13
Tahun 2015.
Sekolah luar biasa (SLB) sebagai satuan pendidikan
yang memberikan layanan pendidikan pada jalur formal,
wajib memenuhi standar pelayanan minimal kepada
peserta didiknya. Layanan pendidikan yang diberikan
dapat berupa layanan pada bidang akademik dan non
akademik, agar dapat menghasilkan lulusan yang

130
memiliki keterampilan dan daya saing. Untuk
mewujudkan hal tersebut dibutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak yang terdapat dalam ekosistem sekolah,
antara lain yaitu Kepala Sekolah, guru, peserta didik,
orang tua, serta tenaga kependidikan, dan komite sekolah.
Penulis yang juga bertugas sebagai pengawas SLB Cabang
Dinas Pendidikan Wilayah Bojonegoro, juga turut aktif
dalam mengoptimalkan layanan pendidikan yang
diselenggarakan oleh SLB binaan di wilayah Bojonegoro.
Pengawas sekolah dituntut untuk memiliki enam
kompetensi yaitu: 1) kompetensi kepribadian; 2)
kompetensi supervisi manajerial; 3) kompetensi supervisi
akademik; 4) kompetensi evaluasi pendidikan; 5)
kompetensi penelitian pengembangan; dan 6) kompetensi
sosial. Dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas
sekolah, Penulis menemukan beberapa permasalahan
yang terjadi di sekolah binaan dalam penyelenggaraan
pelayanan pendidikan, khususnya pemenuhan standar
nasional pendidikan.
Permasalahan pertama terkait dengan standar isi
dan proses pembelajaran. Untuk pelaksanaan kurikulum
2013, berdasarkan hasil kunjungan dan observasi langsung
di lapangan dari total 7 SLB binaan hanya 2 SLB yang
sudah melaksanakan kurikulum 2013. Selanjutnya, tidak
semua sekolah memiliki dokumen KTSP yaitu buku 1, 2
dan 3. Hanya 1 SLB binaan yang memiliki dokumen
tersebut, 6 SLB yang lainnya tidak memiliki dokumen
KTSP yang lengkap. Hal ini tentu saja sangat menggangu
standarisasi layanan pendidikan SLB, karena kurikulum
merupakan inti dan dasar dari keseluruhan mata pelajaran
yang diselenggarakan di sekolah.
Permasalahan kedua terkait dengan pemenuhan
standar pendidik dan tenaga kependidikan. Tidak semua
guru yang mengajar di SLB binaan memiliki kualifikasi
akademik yang sesuai atau linear. Dari total 61 guru, hanya
12 orang guru atau sebesar 20% guru yang berasal dari
Sarjana Pendidikan Luar Biasa. Guru lainnya tidak
memiliki kualifikasi akademik yang linear dan terdapat
beberapa guru yang sedang mengikuti proses kuliah.

131
Sebanyak 26 guru memiliki kualifikasi akademik Sarajan
di luar Pendidikan Luar Biasa, dan terdapat 12 guru yang
masih menempuh proses perkuliahan.
Permasalahan selanjutnya terkait dengan
pemenuhan standar nasional pendidikan lainnya, yaitu
sarana prasarana yang masih belum memenuhi rasio
antara ruang belajar yang ada dengan kebutuhan jumlah
peserta didik dan guru. Selain itu terkait standar penilaian
dana pengelolaan keuangan juga tidak berjalan baik
karena tidak didukung dengan instrumen-instrumen yang
mudah dipajhami. Untuk pemenuhan standar keuangan
juga belum optimal, dari hasil pengamatan diketahu
bahwa penyusunan RKAS tidak berdasarkan skala
prioritas kebutuhan sekolah. Selanjutnya hasil
pengamatan tersebut didukung dengan instrumen isian
monitoring dan evaluasi yang diberikan Penulis saat
melakukan kunjungan supervisi akademik. Berikut adalah
hasil isian instrumen SLB binaan terhadap pemenuhan
delapan komponen standar nasional pendidikan:

Tabel 1. Penilaian Standar Nasional Pendidikan pada SLB


Binaan Di Wilayah Bojonegoro, Jawa Timur
Persentase
Uraian Kriteria
Pelayanan
Standart Isi 51% K
Standart Proses 43% K
Standart Kompetensi
44% K
Lulusan
Standart Pendidik dan
48% K
Tenaga Kependidikan
Standart Sarana dan
47% K
Prasarana
Standart Pengelolaan 48% K
Standart Pembiayaan 44% K
Standart Penilaian 47% K

Kriteria:
>86-100 = Sangat Baik (SB)

132
>70- 85 = Baik (B)
>55- 69 = Cukup(C)
>dibawah 55 = Kurang (K)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh


standar national pendidikan yang diberikan oleh SLB
binaan masih pada kriteria “KURANG”. Untuk standar
nasional pendidikan yang pemenuhannya mendapatkan
presentase tertinggi adalah standar isi, dan untuk standar
nasional pendidikan yang pemenuhannya mendapatkan
presentase terendah adalah standar proses. Untuk
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan bermutu, dibutuhkan pemenuhan
pada setiap standar dan sinergi antar kedelapan standar
tersebut.
Berdasarkan kondisi yang terjadi pada SLB binaan
tersebut, dirasakan perlu suatu inovasi program untuk
mengoptimalkan layanan pendidikan di SLB. KISS
merupakan suatu program yang diterapkan oleh Penulis,
untuk mengoptimalkan layanan pendidikan SLB binaan.
Program KISS merupakan singkatan dari Kerja sama,
Ilmu, dan Sungguh Sungguh. Melalui program ini
diharapkan SLB binaan dapat menimbulkan inistaif dan
kemandirian dalam memberikan layanan pendidikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus.

KISS – K: KERJASAMA
Pengertian bekerjasama merujuk pada kegiatan
untuk mengimbangi dan menggerakkan tim dengan
memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan
masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di
antara para anggota itu sendiri. Artinya, sebuah keseleraan
pun harus tercipta dalam proses bekerjasama itu sendiri
karena semakin besar ruang lingkup kerjasama akan
semakin dituntut keselarsaan di dalamnya.
Lamberi, B (1996) mengatakan bahwa kerjasama
yang efektif, menimbulkan koordinasi yang efektif pula
sehingga tujuan lebih mudah dicapai. Setiap personal dan

133
setiap unit kerja harus diberi kesempatan dan
kepercayaan menunaikan tugas masing-masing sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab yang telah
dilimpahkan. Tanpa kesempatan dan kepercayaan kepada
pelaksana atau unit pelaksana bahkan pekerjaan akan
diselesaikan dengan baik, organisasi tidak akan berhasil
mencapai tujuannya. Sebaliknya memberikan
kesempatan dan kepercayaan tidak berarti setiap personal
atau unit kerja berjalan sendiri-sendiri. Untuk itu agar
timbul keserasian dan gerak yang serempak menuju
kearah tujuan yang sama, maka koordinasi antar personal
atau unit kerja mutlak diperlukan.
Di Lingkungan pendidikan khususnya SLB, sekolah
akan berprestasi baik jika semua guru bekerja sesuai
dengan tugas dan tanggung jawabnya. Kemajuan dan
perkembangan sekolah itu tidak tergantung atau hanya
disebaban oleh salah seorang guru atau oleh salah satu
kelas saja. Semua guru, semua kelas dan bahkan semua
peserta didik ikut menentukan keberhasilan dan
kemajuan sekolah. Dengan kata lain keberhasilan sebuah
sekolah tidak sekedar kepala sekolah atau wakilnya bukan
saja karena guru koordinator olahraga atau guru
koordinator kesenian, matematika, dan lain-lain.
Keberhasilan itu hanya terwujud karena kerjasama
melalui koordinasi yang efektif diantara semuua unit atau
personal yang ada di sekolah. Semua guru koordinator
bidang seperti koordinator Pramuka, koordinator Usaha
Kesehatan Sekolah, koordinator Disiplin Sekolah dan lain-
lain yang tidak langsung berhubungan dengan kurikulum,
juga ikut memberikan sumbangan pada keberhasilan
sebuah sekolah. Untuk itu koordinator tertinggi pada
sebuah sekolah berada ditangan Kepala Sekolah sebagai
puncak pimpinan, harus dapat mewujudkan kompetensi
manajerialnya dalam mengatur semua ekosistem sekolah
agar dapat menjalankan tugas pokok dan fungsinya
dengan baik.

KISS – I: ILMU
Ilmu atau dikenal dengan science merupakan

134
pengetahuan yang disusun secara sistematis dan logis.
Ilmu memiliki beberapa persyaratan yaitu harus objektif,
memiliki metode, sistematis dan universal. Pengetahuan
atau dikenal dengan knowledge adalah pengalaman yang
bersifat pribadi dan belum disusun secara sistematis,
karena harus dikonstruk atau dibangun oleh masing-
masing individu. Ilmu dan pengetahuan saling bersinergi,
tidak dapat dipisahkan.
Ilmu bisa berupa data atau informasi melalui
pengamatan, pengkajian dan eksperimen, tujuannya
menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usul.
Selanjutnya pengetahuan yang valid dan fakta-fakta yang
dapat menjadi objek pengetahuan juga termasuk ilmu.
Dalam kaitannya dengan layanan pendidikan SLB, tujuan
utamanya ilmu dan pengetahuan bertindak sebagai objek
yang ditrasnferkan kepada peserta didik. Selain itu, dalam
memberikan layanan pendidikan ilmu dan pengetahuan
juga dijadikan dasar dalam menjalankan kegiatan layanan
pendidikan SLB.

KISS – S: SUNGGUH-SUNGGUH
Sungguh-sunguh merupakan wujud nyata dari
komitmen, yaitu sikap tanggungjawab seorang individu
terhadap sesuatu hal baik itu diri sendiri, orang lain,
maupun organisasi. Dalam kaitannya dengan layanan
pendidikan yang diberikan oleh SLB, sikap sungguh-
sungguh ini mutlak dibutuhkan untuk menyelenggarakan
layanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang
sesuai standar nasional pendidikan. Kesungguhan dari
Kepala Sekolah, guru, tenaga kependidikan dan peserta
didik serta komite sekolah sangat diperlukan dalam
menjalankan perannya masing-masing. Untuk itu
dibutuhkan Pengawas Sekolah yang bertugas
menajalankan kewajibannya untuk melakukan supervisi
manajerial dan juga supervisi akademik.

Implementasi KISS untuk SLB


Berikut adalah implementasi program KISS yang
terdiri dalam tiga tahapan yaitu kerjasama, ilmu dan

135
sungguh-sungguh pada SLB binaan:
1. Kerjasama
Untuk tahapan pertama, kerjasama yang dilakukan
untuk meningkatkan mutu layanan SLB membutuhkan
peran dan komitmen dari semua pihak yang terlibat
dalam ekosistem sekolah. Pengawas sekolah menjalankan
perannya melakukan supervisi akademik dan supervisi
manajerial antara lain dengan melakukan koordinasi dan
kerjasama dalam bentuk berikut ini:
a. Pelaksanaan FGD dengan Kepala SLB dan pendidik
b. Pelaksanaan FGD dengan Kepala SLB dan tenaga
kependidikan
c. Pelaksanaan FGD dengan Kepala LB dan komite
sekolah
d. Monitoring dan evaluasi dokumen manajerial
sekolah
e. Monitoring dan evaluasi dokumen akademik guru
Berikut adalah foto yang mewakili pelaksanaan kegiatan
FGD yang telah dilakukan:

Gambar 1. Dokumentasi Pelaksanan FGD

2. Ilmu
Untuk tahapan kedua, ilmu merupakan penerapan
substansi pokok dari setiap bidang ilmu mata pelajaran
yang ada di SLB binaan. Pada tahapan ini pengawas
sekolah melakukan telaah dokumen perangkat
pembelajaran guru yang akan digunakan dalam
pembelajaran. Telaah dokumen tersebut dimaksudkan
untuk mengetahui kecakapan dan keterampilan guru

136
dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran, yang
umumnya meliputi unsur:
a. Sistematika perangkat pembelajaran
b. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran
c. Keterbaharuan bahan dan sumber belajar
d. Kesesuaian model dan strategi pembelajaran
e. Kesesuaian teknik penilaian
Kegiatan telaah dokumen tersebut didukung oleh
gambar berikut:

Gambar 2. Telaah Dokumen sebagai Bentuk Imlementasi Ilmu

3. Sungguh-Sungguh
Untuk tahapan ketiga, sungguh-sungguh
merupakan tahapan akhir dari strategi KISS yang harus
diimplementasikan oleh seluruh anggota SLB binaan
dalam memberikan layanan pendidikan. Bentuk
kesungguhan SLB dalam memberikan layanan adalah
perwujudan delapan standar nasional pendidikan.
Instrumen yang digunakan untuk memantau atau
memonitor pelaksanaan adalah instrumen isian delapan
standar nasional pendidikan. Berikut adalah dokumentasi
yang diambil saat mengisi inatrumen monitoring dan
evaluasi:

Gambar 3. Pengisian Instrumen Monitoring dan Evaluasi

137
Kebermanfaatan KISS untuk SLB
Pelaksanaan Prorgam KISS pada 7 SLB binaan telah
berhasil membawa dampak perubahan upaya pemenuhan
standar nasional pendidikan. Hal tersebut juga didukung
dengan hasil isian monitoring dan evaluasi seperti yang
tersaji pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Penilaian Standar Nasional Pendidikan pada SLB


Binaan Setelah Penerapan Prorgam KISS Di
Wilayah Bojonegoro, Jawa Timur
Persentase
Uraian Kriteria
Pelayanan
Standart Isi 79% B
Standart Proses 80% B
Standart Kompetensi Lulusan 80% B
Standart Pendidik dan Tenaga 77%
B
Kependidikan
Standart Sarana dan Prasarana 79% B
Standart Pengelolaan 81% B
Standart Pembiayaan 83% B
Standart Penilaian 80% B
Kriteria:
>86-100 = Sangat Baik (SB)
>70- 85 = Baik (B)
>55- 69 = Cukup(C)
>dibawah 55 =Kurang (K)
Tabel tersebut menunjukkan bahwa seluruh
standar national pendidikan yang diberikan oleh SLB
binaan setelah menerapkan KISS berhasil mendapatkan
kriteria “BAIK” pada setiap komponen standar nasional
pendidikan. Selanjutnya, komponen standar nasional
pendidikan yang pemenuhannya mendapatkan
presentase tertinggi adalah standar pembiayaan, dan
untuk standar nasional pendidikan yang pemenuhannya
mendapatkan presentase terendah adalah standar
pendidik dan tenaga kependidikan. Hal tersebut
disebabkan karena keterbatasan tenaga pendidik yaitu

138
jumlah tenaga pendidik yang kurang dan kualifikasi
akademik guru yang tidak semuanya linear dengan guru
yang dibutuhkan di SLB.
Dengan mengacu pada data yang tersaji dalam tabel
2 dapat ditarik simpulan bahwa KISS dapat meningkatkan
pemenuhan standar nasional pendidikan pada SLB
binaan, dan memberikan manfaat bagi sekolah sebagai
berikut:
1. Pemenuhan delapan standar nasional pendidikan
oleh SLB binaan
2. Adanya kerjasama yang terjalin dengan baik antara
pengawas dan seluruh warga SLB
3. Implementasi ilmu yang sesuai dengan konteksnya
4. Kesungguhan pendidik dalam menjalankan
kompetensi pedaogik dan profesionalnya.
5. Layanan pendidikan akuntabel
Berdasarkan pada manfaat tersebut, diharapkan
KISS juga dapat diterapkan untuk SLB lainnya di
Indonesia. Dengan demikian SLB sebagai satuan
pendidikan khusus juga dapat memberikan kontribusi
untuk menghasilkan lulusan yang bermutu.

139
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S.. 2006. Prosedur Penelitian (suatu Pendekatan
Praktik). Jakarta: Rineka Cipta
Budyatna, M. 2015. Teori-Teori Mengenai Komunikasi antar
Pribadi. Jakarta: Prenadamedia Groub
Indrafachrudi, S, H. Dirawat, & Busro Lamberi (1996).
Bagaimana Memimpin Sekolah yang efektif.
Malang: CV. Ardi Manunggal jaya Peraturan
Menteri
Kemendikbud. 2017. Indikator Mutu Dalam Penjamin
Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Dirjen diksmenkan
Kemendikbud. 2019. Modul Supervisi Akademik. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Guru dan Tenaga
Pendidikan
Kemendikbud.2019. Modul Pengelolaan Supervisi
Manajerial. Jakarta: Direktorat Pembinaan Guru
dan Tenaga Pendidikan
Kustawan, Dedy dkk. 2019. Modul PPK Pengawas Sekolah
Luar Biasa. Jakarta: Dirjen Guru dan Tenaga
Kependidikan
Marzuki, Saleh. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.
Malang: Universitas Negeri Malang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

140
BIOGRAFI SINGKAT
DASIONO , S.Pd,
MMPd, Lahir di Bojonegoro,
21 September 1962. Bekerja
sebagai pengawas sekolah SLB
di Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah Kab. Bojonegoro –
Jawa Timur, membina 7
sekolah dan 79 tenaga
pendidik. Selain sebagai
pengawas Kab. Bojonegoro,
penulis menjadi pengawas di
Bangkalan (membina 3 SLB), Kab. Nganjuk (26 SLB).
Lulus S1 PLB tahun 2000 dari Universitas Negeri
Surabaya dan menamatkan S2 pada tahun 2009 dari
Universitas Teknologi Surabaya.
Saat ini aktif sebagai Ketua Yayasan PK/LK
Sumberrejo yang menangani Pendidikan Luar Biasa.
Penulis juga aktif di organisasi kemasyarakatan sebagai
Ketua Takmir Masjid, Ketua RW, Pembina Karang Taruna
Desa, dan Tim Pembina Penggerak PKK Desa.
Sampai tahun 2019, telah menulis 4 Jurnal
ISSN dan sebagai reviewer untuk 10 judul buku anak
berkebutuhan khusus

mbahdas 57gmail.com

081357664319

141
UPAYA MEMBERDAYAKAN GURU
MELESTARIKAN ALAT MUSIK
KOLINTANG BAGI GURU SLB
NEGERI WAIKABUBAK

Sarino
Pengawas PLB Provinsi NTT
sarinosanto@yahoo.com

Peran Pengawas SLB pada Sekolah Binaan


Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah satuan pendidikan
bagi peserta didikdisabilitas atau berkelainan yang
mengalami gangguan fisik dan mental. Sesuai dengan PP
No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa
Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang
menyandang ketunaan: 1) Tunanetra; 2) Tunarungu; 3)
Tunawicara; 4) Tunagrahita;5) Tunadaksa; dan 6) Autis.
Tujuan pendidikan di SLB agar peserta didik memiliki
kemampuan kemandirian, tidak menjadi beban orang di
sekitarnya disamping memiliki ilmu pengetahuan,
diharapkan memiliki skills atau keterampilanyang dapat
digunakan sebagai bekal hidup di masyarakat.Dalam
meraih tujuan tersbut, setiap satuan pendidikan harus
memberikan layanan pendidikan yang mengacu pada
delapan standar nasional pendidikan.
Guru SLB sebagai tenaga pengajar dituntut
memiliki kompetensi yang dibutuhkan olehpeserta didik
yang terdiri dari: 1) Kompetensi Pedagogik; 2) Kompetensi
Kepribadian; 3) Kompetensi Sosial;dan 4) Kompetensi
Profesional.Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam penguasaan model dan media
pembelajaran, bahan ajar serta teknik penilaian
pembelajaran. Kompetensi kepribadian merupakan
kemampuan seorang guru dalam bersikap, bertindak dan

142
berbuat sesuai norma dan etika yang dapat diteladani baik
di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru dalam bersosialisasi
dengan lingkungan sekolah melalui komunikasi dan
pergaulan dalam kehidupan sehari hari. Kompetensi
professional merupakan kemampuan seorang guru dalam
penguasaan materi ajar.
Dalam melaksanakan tugas untuk
mengimplementasikan keempat kompetensi tersebut,
guru membutuhkan peran seorang pengawas. Pengawas
sekolah merupakan tenaga kependidikan yang bertugas
untukmelakukan pembinaan dan pembimbingan hasil
supervisi. Tugas pokok seorang pengawas antara lain
melakukan supervisi akademik, supervisi manajerial,
melakukan pemantauan, melakukan pembinaan,
melakukan penilaian kinerja guru dan melaksanakan
pengembangan keprofesian guru dan kepala sekolah.
Pengawas sekolah untuk SLB di Provinsi Nusa Tenggara
Timur berjumlah 2 pengawas, Satu pengawas berada di
daratan Timor dan penulis berada di daratan Pulau
Sumba. Selanjutnya Penulismelakukan tugas untuk
membina 5 SLB yang berada di wilayah Pulau Sumba,
yaitu: 1) SLB Negeri Waikabubak di Kabupaten Sumba
Barat; 2) SLB C Negeri Waikabubak di Kabupaten Sumba
Barat; 3) SLB Negeri Kanatang di kabupaten Sumba
Timur; 4) SLB Negeri Waibakul di kabupaten Sumba
Tengah; dan 5) SLB Negeri Loura di kabupaten Sumba
Barat Daya.
Berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan
tugas pengawasan di SLB Negeri Waikabubak ditemukan
beberapa permasalahan. Dari hasil observasi didapatkan
permasalahan yang tampak jelas adalah kurangnya
kompetensi pedagogik guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran mata pelajaran Kesenian dan Keterampilan
yang diajarkanpada semua jenjang SLB. Untuk SLB
Negeri Waikabubak, dalam proses pembelajaran mata
pelajaran kesenian dan keterampilan didukung dengan
adanya dukungan sarana prasarana berupa alat musik
kolintang.

143
Alat musik Kolintang adalah salah satu alat musik
perkusi bernada yang terlahir di Indonesia. Kolintang
adalah alat musik keluarga marimbaphone tradisional
Sulawesi Utara yang telah dimodifikasi dalam berbagai
bentuk penampilan dengan melodi kromatik (Banoe,
2003:223). Alat musik kolintang adalah alat musik yang
dimainkan dengan cara dipukul. Kolintang atau Kolintang
adalah alat musik yang terdiri dari barisan gong kecil yang
terbuat dari kayu yang diletakkan mendatar. Kolintang
merupakan bagian dari budaya gong Asia Tenggara yang
telah dimainkan selama berabad-abad yang lalu di
kepulauan Melayu Timur, Filipina, Indonesia Timur,
Malaysia Timur, Brunai dan Timor. Di Indonesia
Kolintang dikenal sebagai alat musik perkusi bernada dari
kayu yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara. Nama
kolintang berasal dari suaranya yaitu “tong (nada rendah),
ting (nada tinggi) dan tang (nada biasa). Dalam bahasa
daerah ajakan “mari kita lakukan Tong Ting Tang” adalah
“Mangemo kumolintang” ajakan tersebut akhirnya
berubah menjadi Kolintang.
SLB Negeri Waikabubak telah memiliki alat musik
kolintang sejak tahun 2012, selama tiga tahun alat tersebut
sudah dimanfaatkan oleh warga sekolah khususnya anak-
anak untuk bermain kolintang, bahkan peserta didik SLB
Negeri Waikabubak sering tampil pada saat Pemerintah
Daerah mengadakan acara pameran pembangunan dan
acara acara yang lain. Namun sejak tahun 2014
penggunaan alat musik kolintangoleh SLB Negeri
Waikabubak tidak lagi digunakan, bahkan alat musik
tersebut semakin tidak terawat. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya regenerasi dari pelatih, pendamping dan
juga peserta didik yang ikut dalam permainan alat musik
kolintang. Kondisi ini menunjukkan bahwa guru dan
kepala sekolah dapat memberikan layanan pendidikan
berupa mata pelajaran kesenian yang sesuai dengan
potensi peserta didik dan sarana prasarana yang dimiliki
oleh sekolah. Idealnya guru SLB dan juga pihak sekolah
harus memiliki kompetensi untuk mengembangkan bakat
dan minat peserta didik dengan memanfaatkan sarana

144
dan prasarana yang ada. Anak berkebutuhan khusus pada
dasarnya memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh
anak pada umumnya.
Untuk mengatasi kenyataan dan permasalahan di
atas maka diperlukan pemecahan masalah agar alat musik
kolintang yang dimiliki pihak SLB Negeri Waikabubak
dapat dimanfaatkan kembali. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengatasi regenerasi guru pelatih dan
pendamping adalah dengan program pemberdayaan guru
SLB Negeri Waikabubak. Pemberdayaan menurut
Suhendra (2006:74-75) (dalam Hasrulloh, 2015) adalah
“suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara
sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada
secara evolutif dengan keterlibatan semua potensi”.
Selanjutnya pemberdayaan menurut Ife (dalam
Suhendra, 2006:77) adalah “meningkatkan kekuasaan atas
mereka yang kurang beruntung (empowerment aims to
increase the power of disadvantage)”. Sufyarman (2003:63)
mendefinisikan pemberdayaan adalah upaya untuk
membangun daya atau potensi manusia dengan upaya
mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya.
Atas dasar beberapa teori tersebut, dapat
diintisarikan bahwa pemberdayaan guru yang
dimaksudkan dalam karya kreatif ini adalah upaya sadar
yang dilakukan oleh Pengawas SLB Negeri Waikabubak
untuk menyiapkan dan memotivasi guru di sekolah
binaan, agar menjadi sumber daya yang dapat
meningkatkan kapasitas dan kompetensinya dalam hal
penggunaan alat musik kolintang. Selanjutnya, upaya
yang dilakukan oleh Penulis sebagai Pegawas Sekolah
adalah dengan merancang upaya pemberdayaan tersebut
menjadi 3 tahapan yaitu:
1. Tahap perencanaan
Pada tahapan ini, pengawas melakukan kegiatan:
merencanakan rapat koordinasi dengan kepala sekoLah
dan guru di SLB Negeri Waikabubak, membuat jadwal
waktu program pemberdayaan guru, dimulai dari

145
mengidentifikasi kebutuhan awal yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pembelajaran kesenian dan
keterampilan sampai dengan perawatan yang
diperlukan.Untuk mendukung kegiatan tersebut
dibutuhkan alat bantu berupa instrumen daftar inventaris
untuk mengidentifikasi alat kolintang yang rusak, daftar
jadwal waktu pembelajaran kesenian dan keterampilan.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahapan ini guru pada sekolah binaan
melaksanakan apa yang sudah direncanakan pada tahapan
sebelumnya yaitu memperbaiki alat musik yang rusak.
Pengawas dan kepala sekolah melakukan pemilihan guru
dan siswa yang akan dibimbing bermain kolintang.Untuk
mendukung telah dilaksanakannya kegiatan tersebut oleh
guru, diperlukan lembar observasi yang berisikan daftar
kegiatan yang harus diamati oleh pengawas selama guru
binaan melaksanakan peranannya dalam pembelajaran
mata pelajaran kesenian dan keterampilan.
3. Tahap pengawasan
Pada tahapan ini pengawas sekolah melakukan
kegiatan supervisi dan monitoring pelaksanaan
pemberdayaan dalam pembimbingan bermain
kolintang.Untuk mendukung kegiatan tersebut
dibutuhkan alat bantu berupa instrumen monitoring
pelaksanaan pembimbingan bermain kolintang.

Pemberdayaan Pembelajaran Kesenian dan


Keterampilan - Tahap Perencanaan
Dengan mengacu pada uraian sebelumnya, untuk
pelaksanaan Program Pemberdayaan
pembelajarankesenian dan keterampilan dilakukan ke
dalam tiga tahapan. Pada tahap perencanaan, pengawas
sekolah bersama sekolah binaan melakukan diskusi
kelompok terpumpun, dan selanjutnya menghasilkan
merumuskan jadwal sebagai berikut:

Tabel 1. JadwalPembimbingan dan Pembelajaran


Kesenian di SLB Negeri Waikabubak

146
KEGIATAN WAKTU
PELAKSANAAN
Identifikasi Kesiapan Alat Musik Kolintang ( Selasa, Rabu, Kamis
Inventarisir alat music, Perbaikan alat music, bulan Juli 2018
Penggantian alat music)
Perencanaan Waktu Selasa, Rabu, Kamis
Pembelajaran/Pembimbingan ( Desain waktu minggu ke 1 dan ke 2
pembelajaran untuk guru binaan, Desain waktu bulan Agustus 2018
pembelajaran untuk peserta didik, Desain
waktu untuk penampilan peserta didik)
Penyiapan Kompetensi Guru Sekolah Binaan ( Selasa, Rabu, Kamis
Sejarah alat musik kolintang, Komponen alat minggu ke 3 dan ke 4
musik kolintang, Prosedur penggunaan alat bulan September 2018
musik kolintang)
Pelaksanaan Pelatihan oleh Guru Sekolah Bina Selasa, Rabu, Kamis
(Pembelajaran alat musik kolintang pada jam bulan Oktober,
intrakurikuler, Pembelajaran alat musik November 2018
kolintang pada jam ekstrakurikuler)
Perawatan Alat Musik Kolintang (Prosedur Setiap hari Sabtu 2019
perawatan alat musik kolintang)

Selain itu, diskusi kelompok terpumpun yang


dilakukan antara Pengawas Sekolah dengan guru binaan
di SLB Negeri Waikabubakjugamembahas tentang mata
pelajaran kesenian dan keterampilan dengan segala
permasalahannya. Gambar berikut adalah pelaksanaan
kegiatan tersebut:

Gambar 1. Pelaksanaan Diskusi Kelompok Terpumpun pada Tahap Perencanaan

Pemberdayaan Pembelajaran Kesenian dan


Keterampilan - Tahap Pelaksanaan
Untuk tahap yang keduaadalahpelaksanaan,
tahapan ini berisikan 5 kegiatan yaitu:
a. Identifikasi Kesiapan Alat Musik Kolintang
Sejak tahun 2014 sampai tahun 2016 alat musik

147
kolintang tidak digunakan lagi di SLB Negeri Waikabubak
karena tidak ada guru yang dapat membimbing siswa
untuk bermain musik kolintang. Hal ini mengakibatkan
alat rusak sehingga perlu identifikasi awal kesiapan alat,
untuk selanjutnya pengawas bersama guru memperbaiki
alat musik kolintang yang rusak. Dari hasil idenitfikasi
awal juga ditemukan beberapa alat yang harus diganti,
sepertikaret sebagai alas bilah kayu dan bilah kayu yang
bunyinya sudah tidak sesuai dengan nada.
b. Perencanaan Waktu Pembelajaran
Waktu pembelajaran kolintang dibedakan menjadi
tiga kelompok, yaitu kelompok pembelajaran kolintang
untuk guru bina, peserta didik, dan untuk event tertentu.
Pembelajaran untuk guru binaan dilakukan setiap hari
selasa, rabu dan kamismulai bulan Agustus 2018.
Pembelajaran kolintang untuk peserta didik
dilakukanpada saat proses pembelajaran jam mata
pelajaran kesenian dan saat ekstrakurikuler. Untuk event
tertentu pembelajaran kolintang dilakukan sesuai
kebutuhan.
c. Penyiapan Kompetensi Guru Sekolah Binaan
Untuk mempersiapkan kompetensi guru agar dapat
membimbing siswa bermain kolintang, guru wajib
memiliki pengetahuan tentang konsep yang mendasari
alat musing kolintang itu sedniri. Dimulai dari sejarah alat
musik kolintang, komponen komponen alat musik
kolintang dan prosedur penggunaan alat musik
kolintang.Untuk sejarah kolintang dikenal sebagai alat
musik perkusi bernada dari kayu yang berasal dari
Minahasa Sulawesi Utara. Selanjutnya kolintang memeliki
beberapa komponen yaitu bagian melodi, cello dan bass,
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Melodi dari alat musik tradisional kolintang ada 3
macam yang disebut dengan nama Ina esa, Ina rua,
dan juga Ina tewang.Melodi ini dipukul dengan 2
buah pemukultangan kiri dan tangan kanan.

148
Gambar 2. Alat Musik Kolintang

2. Cello
Cellodimainkandengan 3 buah pemukul yaitu 1 di
tangan kiri dan dua di tangan kanan diletakkan di
sela-sela jari pemain, yang dapat dilihat seperti
gambar berikut:

Gambar 2. Permainan Cello

3. Bass yang menghasilkan suara paling rendah,


sebagaimana yang dapat dilihat dalam gambar
berikut:

Gambar 3. Bass

149
Setelah mengetahui sejarah dan komponen dari alat
musik kolintang, maka selanjutnya perlu mengetahui
prosedur penggunaannya, yang diurakaim dalam
prosedur berikut:
1. Melodi
Melodi ini dipukul dengan 2 buah pemukul di
tangan kiri dan tangan kanan. Melodi pada alat musik
kolintang adalah untuk memainkan bagian melodi dari
sebuah lagu.Jika menggunakan dua buah pemukul maka
ibaratnya seperti orang yang bernyanyi duet yaitu satunya
untuk memainkan melodi pokok dan satunya melodi
pembantu. Maka kedua melodi tersebut dapat digunakan
secara bersamaan untuk menghasilkan suara yang lebih
kuat. Melodi yang dihasilkan oleh kolintang tidak bisa
panjang, maka untuk menghasilkan nada yang bisa
terdengar panjang maka si pemain harus menggetarkan
alat pukulnya tersebut (rall). Selanjutnya cara memainkan
kolintang dengan memukul bilah bilah kayu yang ada
dihadapannya berdasarkan kunci nada. Kunci nada
tersebut adalah:
C/1 = 1-3-5
D/2 = 2-4-6
E/3= 3-5-7
F/4 = 4-6-1
G/5 = 5-7-2
A/6 = 6-1-3
B/7= 7-2-4
2. Cello
Cello dimainkan dengan 3 buah pemukul yaitu 1 di
tangan kiri dan dua di tangan kanan. Pemain yang
memainkan kolintang bagian cello biasanya akan
memegang pemukul di tangan kirinya sebagai bass
sementara pemukul di tangan kanannya akan memukul
bagian pengiring sehingga seringkali alat musik bagian ini
disebut juga sebagai kontra bass.Tongkat nomor satu
berada di tangan kiri. Tongkat nomor dua ada di tangan
kanan, berada diantara telunjuk dan ibu jari. Dan tongkat
nomor tiga berada di jari tengah dan jari manis.

150
C=1-3-5 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 1 35 35 5 35 5 35
D=2-4-6 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 2 46 46 6 46 6 46
E=3-5-7 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 3 57 57 7 57 7 57
F=4-6-1 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 4 61 61 1 61 1 61
G=5-7-2 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 5 72 72 2 72 2 72
A=6-1-3 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 6 13 13 3 13 3 13
B=7-2-4 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 7 24 24 4 24 4 24

3. Bas
Cara memainkan atau memukul bass pada
kulintang lebih mudah dari pada memukul atau
memainkan melodi dan cello tetapi ternyata sangat krusial
dalam beberapa lagu tertentu. Nada yang dihasilkan tidak
terlalu panjang, sehingga pemainnya juga tidak terlalu
repot untuk mengatur seberapa panjang suara yang harus
dihasilkan. Bassdimainkan atau dipukul dengan
satupemukul sehingga pemain hanya memukul 1 balok
per-pukulannya, yang dapat dipraktikkan sebagai berikut:
C =1-3-5 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 1.3 35 15
D=2-4-6 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 2.4 46 26
E=3-5-7 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 3.5 57 37
F=4-6-1 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 4.6 61 41
G= 5-7-2 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 5.7 72 52
A =6-1-3 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 6.1 13 63
B =7-2-4 yang dipukul adalah bilah kayu bernada 7.2 24 74
Pelaksanaan Pelatihan oleh Guru Sekolah Binaan
Pelaksanaan pelatihan dilakukan dalam dua
kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler. Kegiatan tersebut berlangsung selama
tiga hari dalam kurun waktu dua bulan, dengan pola
sebagaimana yang sudah diuraikan dalam prosedur
bermain alat musik kolintang. Dimulai dari mengenalkan
sejarah, komponen dan prosedurnya.

Pemberdayaan Pembelajaran Kesenian dan


Keterampilan - Tahap Pengawasan
Pada tahap pengawasan penulis melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap implementasi program

151
yang sudah dilaksanakan. Kegiatan ini dilakukan dengan
bantuan instrumen yang berupa lembar observasi yang
berisikan daftar checklist pelaksanaan kegiatan yang
sudah dilakukan. Berikut adalah ringkasan hasil
monitoring dan evaluasi:

Tabel 2. Lembar Monitoring dan Evaluasi Pembelajaran


Kesenian dan Keterampilan

KEGIATAN SB KB
1. Identifikasi Kesiapan Alat Musik
Kolintang
 Inventarisir alat musik
 Perbaikan alat musik
 Penggantian alat musik
2. Perencanaan Waktu
Pembelajaran/Pembimbingan V
 Desain waktu pembelajaran untuk V
guru binaan V
 Desain waktu pembelajaran untuk
peserta didik
 Desain waktu untuk penampilan
peserta didik
3. Penyiapan Kompetensi Guru Sekolah
Binaan V
 Sejarah alat musik kolintang V
 Komponen alat musik kolintang V
 Prosedur penggunaan alat musik
kolintang
4. Pelaksanaan Pelatihan oleh Guru
Sekolah Bina
 Pembelajaran alat musik
kolintang pada jam intrakurikuler
 Pembelajaran alat musik
kolintang pada jam
ekstrakurikuler
5. Perawatan Alat Musik Kolintang
 Prosedur perawatan alat musik V
kolintang
Kriteria Pelaksanaan:
SB : Sangat Baik
B : Baik
KB : Kurang Baik

Dari hasil monitoring dan evaluasi diketahui bahwa


kegiatan pemberdayaan secara umum sudah berlangsung
dengan baik, hanya kegiatan untuk perawatan alat musik

152
kolintang perlu diperhatikan secara khusus.

Manfaat Pemberdayaan Pembelajaran Kesenian dan


Keterampilan
Pemberdayaan guru yang sudah dilakukan pada
sekolah binaan SLB Negeri Waikabubak telah
memberikan banyak manfaat baik untuk pihak sekolah
dan juga peserta didik. Berikut adalah manfaat yang telah
diuraikan untuk bebrbagai pihak: (1) Manfaat untuk
sekolah: Telah ada guru yang dapat membimbing siswa
dalam hal kesenian pada umumnya terlebih khusus telah
ada guru pembimbing musik kolintang, Alat kesenian
terutama alat musik kolintang dirawat dengan baik,
Sekolah memiliki salah satu keunggulan dibidang
kesenian dan keterampilan. (2) Manfaat untuk peserta
didik, Peserta didik dapat mengembangkan bakat dan
minat di bidang kesenian dan keterampilan, Peserta didik
mendapat pengetahuan dan keterampilan yang dapat
digunakan sebagai bekal hidup di masyarakat. Dengan
berbagai manfaat tersebut, diharapkan program
pemberdayaan ini dapat dijadikan referensi untuk
Pengawas Sekolah lain dalam melakukan tugas supervisi
akademik dan supervisi manajerial.

153
DAFTAR PUSTAKA
Banoe, P. (2013). Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius
Terry, P. M. (1999). Empowering Teachers As Leaders.
National FORUM Journals. 4000 Lock Lane Suite
9/KL, Lake Charles, LA 70605
Suhendra, (2006). Peranan Birokrasi dalam
Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Alfabeta.
Sufyarman, (2003). Kapita Selekta Manajemen
Pendidikan. Bandung : Alfabeta

154
BIOGRAFI PENULIS
Sarino, S.Pd lahir di Surakarta 12
Desember 1962. Riwayat pendidikan:
Lulus SD N Jatisrono 1 pada tahun 1977,
Lulus SMP Negeri XVII Surakarta 1981,
Lulus SMA Mikael Surakarta pada tahun
1984, Lulus SGPLB Negeri Surakarta
pada tahun 1986, Lulus S1 Undana
Kupang pada tahun 2016. Riwayat
pekerjaan: Guru di SLB Negeri Waikabubak dari tahun
1986 – 2008, diangkat menjadi Kepala SLB N Waikabubak
Tahun 2009 – 2012. Diangkat menjadi Pengawas SLB
Tahun 2013 – Sekarang. Tugas tambahan sebagai Korwas
SMA, SMK, SLB sejak Tahun 2017 sampai sekarang,
sebagai Asesor akreditasi sekolah lintas jenjang sejak 2018
sampai dengan saat ini.

081339328876
sarinosanto@yahoo.com

155

Anda mungkin juga menyukai