Anda di halaman 1dari 159

KUMPULAN KISAH SUKSES

KEPALA SEKOLAH SMK

EDITOR:
Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Ed

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES KEPALA SEKOLAH SMK

Editor:
Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Ed

ISBN:
978-602-52537-5-1

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................... vii

Strategi Mewujudkan Smk Unggul Secara Nasional ...... 1


Gunawan Dwiyono

Pengelolaan Sekolah Berbasis Industry Menuju


Sekolah Unggul Dan Berdaya Saing .............................. 19
Sigit Rohmadiantoro

Menghapus Kemiskinan Melalui Program Start-Up


Entrepreneur…………… ................................................ 33
I Made Resta

Revitalisasi Smkn 2 Pandeglang Untuk Memenuhi


Tuntutan Keterampilan Abad 21……………………………… 52
Ade Firdaus

Inovasi Agribisnis Perikanan Air Tawar


Untuk Peningkatan Kewirausahaan .............................. 72
Widiastuti

Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan:


Meningkatkan Prestasi Sekolah….. ................................ 89
Esta Pinta Siagian

Paguyuban Dalampenguatan Pendidikan Karakter ....... 107


Maria Victoria

Pemanfaatan Waktu Luang Membangun


Kualitas Sekolah ............................................................. 124
Rizal Alamsyah

Pelaksanaan Peraktik Kerja Lapangan (PKL)


Dengan Strategi “ Pensi”…… ........................................... 139
Evriza

vii
STRATEGI MEWUJUDKAN SMK
UNGGUL SECARA NASIONAL

Gunawan Dwiyono
SMK Negeri 11 Malang
dwiyono1967@gmail.com

Pentingnya mewujudkan sekolah unggul


Mengingat perkembangan teknologi yang pesat dan
mempengaruhi banyak sektor termasuk personal, bisnis
dan pendidikan. Perkembangan teknologi di era revolusi
industri 4.0 secara langsung atau tidak sudah berdampak
pada kehidupan manusia. Termasuk dalam pengelolaan
pendidikan. Pendidikan yang paling didorong untuk
menghadapi fenomena disrupsi, yaitu pergantian sistem
lama dengan sistem baru yang berbasis teknologi.
Sehingga pengelola SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
harus yang pertama menanggapi dan mengikuti
perkembangan itu dengan berbagai upaya.
Masing masing sekolah memiliki permasalahan
tentang kurangnya sumber daya baik kompetensi guru,
jumlah fasilitas, serta kurangnya pembiayaan. Tuntutan
terus berkembang harusnya dilakukan dengan cara
memilih langkah tepat supaya dapat membuka peluang
sebesar-besarnya ditengah banyak kekurangan yang ada.
Bagaimana caranya ditengah kekurangan justru dijadikan
peluang untuk mewujudkan peluang sekolah unggul.
Bisakah dilakukan? Jawabannya adalah: Semua itu
tergantung pada cara menerapkan komposisi yang tepat
kompetensi kepribadian, sosial, manajerial, supervisi dan
kewirausahaan pada setiap kegiatan secara terintegrasi,
proporsional, dan tepat.
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 11 Malang juga
memiliki keterbatasan, tetapi ingin menjadi unggul. Maka
itu harus melakukan sesuatu walaupun tidak memiliki
fasilitas yang lengkap , guru yang lengkap dan
pembiayaan yang besar. Tetapi cukup dengan tekat yang
kuat dengan cara memilih kegiatan yang diperlukan
untuk mengangkat kekuatan sekolah secara internal yang
dimiliki. Menjadi sekolah unggul adalah dambaan semua

1
pengelola sekolah. Strateginya dengan melakukan
kegiatan itu menjadi keunggulan masing masing disertai
inovasi dengan melibatkan peran internal dikombinasikan
dengan stake holder yang kita miliki. Kegiatan yang rutin
di sekolah harus selalu berpikir, bagaimana kegiatan
rutin itu unggul dibandingkan dengan kegiatan serupa
yang selama ini menjadi rutinitas.
Dengan berinovasi di setiap kegiatan rutin secara
terus menerus. Akan terakumulasi unggul di setiap lini
kegiatan yang kita miliki. Semua guru harus selalu diajak
memikirkan inovasi apa dari kegiatan rutin yang
dijalaninya. Dengan mengidentifikasi rencana
keunggulannya, maka target yang direncanakan juga
akan ditetapkan. Hasil implementasinya tentu melebihi
kegiatan rutin yang biasa dilakukan. Para guru pasti
berkeinginan untuk mendokumentasikannya sebagai
portofolio pribadi. Portofolio itu bisa digunakan sebagai
dokumentasi keunggulan saat ini, dibanding dengan
kegiatan sebelumnya.
Pentingnya sekolah unggul yang membudayakan
berpikir kreatif pada setiap kegiatan adalah dalam rangka
menyiapkan siswanya menjadi tanggap terhadap
kebutuhan pasar kerja dan industri yang maju pesat,
sehingga keuntungan yang didapat oleh: guru, sarana,
dan siswa dan sekolah antara lain:

Guru
1) Menjadi selalu berpikir inovasi dalam melakukan
setiap aktifitas pembelajaran.
2) Selalu ada yang baru ketika melakukan kegiatan
menyusun rencana pembelajaran.
3) Guru secara gagasan ingin lebih baik dari guru
lainnya.
4) Ingin kompetitif serta lebih baik dalam menyusun
program semester.
5) Ada karya baik berupa media maupun produk hasil
pembelajaran.
6) Bisa unjuk karya di ekspo pembelajaran yang
diselenggarakan sendiri setiap tahun.

Sarana:
1) Guru memilih alternatif aktifitas pembelajaran untuk
menyiasati sarana yang dimiliki.

2
2) Guru mengusahakan menghadirkan industri dalam
kesulitan guru dalam pembelajaran bidang
kejuruannya.
3) Guru rajin memilih alternatif media dengan kreasi
masing masing.
4) Guru berpikir mengajak siswa memiliki pengalaman
menggunakan sarana di industri untuk memberi
pengalaman alat alat yang tidak mungkin dibeli
sekolah
5) Ada upaya menghadirkan CSR (Corporate Social
Responsibility) dari industri sekolah
6) Guru rajin mengunduh media tutorial secara online
untuk dipelajari

Siswa:
1) Siswa tidak tergantung pada sarana belajar yang
dimiliki sekolah
2) Siswa memiliki pengalaman membuat media belajar
dengan karya sendiri
3) Siswa lebih kreatif dalam membuat media
pembelajaran berbasis IT
4) Siswa mudah mencari tutorial belajar secara on line
dalam menyelesaikan masalah belajar yang dialami
5) Siswa bisa meniru membuat sendiri tutorial atas
inovasi yang dikerjakan

Sekolah:
1) Hadirnya industri di sekolah menambah kepercayaan
masyarakat untuk menyekolahkan putranya.
2) Adanya kerjasama dengan lembaga lain bisa
digunakan untuk memasarkan kompetensi siswa.
3) Membatu sekolah lain yang kesulitan bisa menambah
kepercayaan diri siswa dalam hal melayani customer.
4) Sekolah yang lain merekomendasikan SMK Negeri 11
Malang untuk memperoleh bantuan secara mudah
dan murah
5) Industri sendiri yang menunjukkan pada pihak lain
tentang keunggulan sekolah yang mudah berkembang
dan selalu berinovasi
6) Stake holder juga akan semakin percaya bahwa
kegiatan kerjasama dengan SMK Negeri 11 Malang
memiliki jaminan layanan yang memuaskan.

3
Strategi Mewujudkan Sekolah Unggul
SMK Negeri 11 Malang dalam melaksanakan semua
keunggulan di berbagai lini kegiatan, selalu dilakukan
dengan cara mengkombinasikan kompetensi supervisi,
manajerial, dan kewirausahaan secara proposional
sesuai tingkat kebutuhan dan selalu memandang
masalah secara komprehensip dan fleksibel dalam
mengaplikasikannya. Begitu terus menerus dalam
mengelola seluruh proses kegiatan di sekolah. Persiapan
menuju sekolah unggul secara nasional memerlukan
pengertian bersama sehingga dibutuhkan rapat internal
sekolah, untuk memperoleh dukungan dan komitmen
bersama. Dukungan komitmen untuk sebanyak-
banyaknya melakukan kegiatan kreatif dan inovatif.
Kesesuaian dengan sumber daya sarana, personal dan
jenis kegiatan yang benar benar dibutuhkan saat ini
adalah menjadi prioritas pilihan yang bisa dilakukan.
Perencanaan usaha/kegiatan yang potensi
dikembangkan harus ditangani oleh team pelaksana yang
benar benar memiliki semangat berkembang. Sesuai
prioritas yang sedang dibutuhkan, memilih nara sumber
dari mitra stake holder yang kita anggap mumpuni. Juga
tidak lupa merencanakan kegiatan ini sebaik mungkin.
Bila perlu mengajak sekolah lain. Melibatkan Dinas
Pendidikan Provinsi untuk mengundang sekolah lain.
Pada pelaksanaan kegiatan kita senantiasa
merencanakan kegiatan yang dibuat pada proses
persiapan. Apabila ada hal hal tertentu bisa kita rubah
sesuai situasi yang dibutuhkan. Mengamati
keterlaksanaan dan mencatatnya sebagai bahan untuk
laporan pelaksanaan kegiatan. Sekaligus sebagai kegiatan
untuk menyusun laporan kegiatan. Sehingga ketika acara
selesai, disertai dengan selesainya laporan kegiatan.
Maka sebenarnya mengelola kegiatan itu merupakan
implementasi yang berulang dan terus menerus saat
menerapkan kompetensi kepala sekolah pada kegiatan
Supervisi, Manajerial dan Kewirausahaan secara
komprehensif, fleksibel dan proporsional saat mengelola
apapun kegiatan di sekolah.

4
Upaya menerapkan Kegiatan Supervisi, Manajerial dan
Kewirausahaan yang membuat sekolah unggul
a. Kegiatan Supervisi
Lebih Kegiatan supervisi ini sangat penting di sekolah,
karena proses pembelajannya sulit dijamin bila kegiatan
ini tidak diorganisasi dengan baik. Dengan jumlah guru
yang dari 90 orang, Maka kegiatan supervisi ini
membutuhkan kombinasi kompetensi manajerial pada
pelaksanaannya.

1) Tahap Perencanaan Kegiatan Supervisi


Melaksanakan rapat kegiatan supervisi, hasil dari
rapat diperoleh komitmen bersama bahwa guru normatif
adaptif wajib menerapkan salah satu project based
learning saat proses pembelajaran, menetapkan judul
yang ditampilkan menjelang akhir semester pada ekspo
pembelajaran. Guru produktif wajib menerapkan proses
pembelajaran teaching factory saat kegiatan
pembelajaran di kelas. Membentuk tim PKB, Menyiapkan
instumen supervisi. Mengarahkan pada keterampilan
kerja melalui perencanaan RPP dengan konsep teaching
factory untuk guru produktif. Mengarahkan pada
rencana pembelajaran Project base learning pada guru
normatif adaptif.

2) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Supervisi


Melaksanakan kegiatan supervisi dengan berbekal RPP
yang sudah ada. Membawa instrumen supervisi
memastikan punya rencana inovasi project based learning
bagi guru normatif dan adaptif. Memastikan guru
melaksanakan pembelajaran teaching factory bagi guru
produktif yang siap dengan pasangan induatri dan jadwal
bloknya. Diarahkan pada orientasi keterampilan kerja,
menerapkan hasil sinkronisasi kurikulum dengan
industri pasangan. Mencatat semua aktifitas saat
pelaksanaan pembelajaran berbagai kelebihan dan
kekurangan dan segera mencatat peristiwa yang ingin
digunakan untuk bahan evaluasi dan refleksi. Memberi
catatan penting rencana inovasi untuk project base
learning yang akan ditampilkan di expo pembelajaran.
Memberikan catatan bagi guru yang belum punya
teaching factory untuk menindaklanjuti bersama industri

5
pasangan. Serta segera membuat jadwal pelaksanaan
sinkronisasai kurikulum.

3) Tahap Evaluasi/Refleksi dan Rencana Tindak


Lanjut Supervisi
Pada tahapan ini catatan hasil supervisi
dikomunikasikan, ditunjukkan beberapa hal yang perlu
diperbaiki pada proses pembelajaran berikutnya. Memberi
catatan rencana tindak lanjut. Sepakat dengan asesi
pelaksanaan tidak lanjut, termasuk melapor hasil tindak
lanjut. Menyarankan segeri mencari industri pasangan
bila pelajaran produktif belum menghasilkan Teaching
factory, serta produk yang bisa dijual.

4) Tahapan Ekstra Supervisi


Mendokumentasikan semua catatan supervisi, foto
kegiatan dan bila ada video saat kegiatan pembelajaran
bisa diangkat sewaktu waktu sebagai contoh yang benar
maupun yang belum sesuai sebagai bahan promosi
maupun refleksi.

b. Kegiatan Manajerial
Kepala sekolah senantiasa berpikir efisien dalam
melangkah dan memimpin kegiatan manajerial hal ini
tidak lepas dari kemampuan mengintegrasikan
kompetensi kewirausahaan saat melakukaa aktifitas
manajerial. Begitu pentingnya kegiatan dan mengelola
integrasi kombinasi kompetensi ini dalam bertugas.
Begitu pula pentingnya untuk memastikan kegiatan
berlangsung dengan baik kepala sekolah harus
senantiasa melakukan kontrol kegiatan/supervisi
kegiatan. Berikut tahapan kegiatan manajerial.

1) Tahap perencanaan kegiatan Manajerial


Untuk memperoleh hasil yang optimal dan mendapat
dukungan penuh sebaiknya diawali dengan rapat internal
pada kegiatan yang direncanakan. Supaya pelaksaan bisa
berlangsung dengan baik, mengajak berpikir dan diskusi
sama artinya mengajak komitmen bersama. Sehingga
keberadaan masing masing personal merasa dilibatkan
untuk aktif dalam kegiatan. Pada perencanaan kegiatan
disepakati tidak semua kegiatan lomba diikuti. Selalu

6
dipetakan sesuai potensi siswa, guru baik dibidang
akademis maupun non akademis.

2) Tahap Pelaksanaan Kegiatan Manajerial


Setelah diketahui dan ditemukan siswa, guru yang
memang memiliki antusias terhadap mata pelajaran itu
atau bakat di kejuruannya. Kejuaraan dalam bidang
akademis kejuruan maupun non akademis. Bakat ini bisa
disiapkan dan diikutkan lomba yang berpotensi
memperoleh kemenangan. Karakteristik siswa yang paling
sesuai diikutkan dan dibimbing yang intensif dalam
mengikuti lomba. Difasilitasi juga dengan pembimbing
yang memiliki kemampuan motivator dan kecakapan
menghadapi kompetisi.

3) Tahap Evaluasi/Refleksi dan Tindak Lanjut


Kegiatan Manajerial
Menyusun laporan dan membahas tentang
pelaksanaan semua aspek yang dinilai saat lomba.
Membuat kelebihan dan kekurangan pada suatu prestasi
yang didapatkan. Didokumentasikan sebagai persiapan
lomba berikutnya. Juga bisa digunakan menjadi tindak
lanjut pada pembianaan berikutnya. Sebagai bahan
rencana tindak lanjut upaya upaya pembinaan
berikutnya.

4) Tahapan Ekstra Kegiatan Manajerial


Mendokumentasikan foto kejuaraan bidang akademis
dan non akademis. Baik kejuaraan yang berhasil maupun
yang belum sebagai motivasi sekaligus promosi bagi
kebutuhan untuk pembinaan selanjutnya. Rencana
tindak lanjut dan laporan kegiatan didokumentasikan
pada waka kesiswaan pada semua bidang lomba. Begitu
pula pada catatan rencana tindak lanjut. Dokumentasi ini
penting untuk media promosi keberhasilan. Sebagai
kebutuhan sekolah menindaklanjuti kerjasama pada
industri terkait ataupun stakeholder. Agar menjadi nilai
lebih terkait dengan banyaknya prestasi yang diperoleh.

c. Kegiatan Kewirausahaan
Memperjuangkan sekolah untuk maju dan siap
berbeda dengan sekolah lainnya karena disadari sekolah

7
itu memiliki keunikan yang tidak sama dengan sekolah
lainnya. Perbedaan itu menjadi keunggulan bagi sekolah.
Karena yang kita lakukan adalah tidak selalu sama
dengan sekolah lainnya. Semua itu tidak lepas dari
kepiawaian memilih dan memilah-milah kegiatan yang
benar benar mampu menciptakan peluang baik dari
prestasi, usaha sekolah, teaching factory, bantuan
industri serta pengakuan dari stake holder tentang
kemajuan sekolah. Tetap dibutuhkan integrasi
keterampilan manajerial dalam melakukan tugas
kewirausahaan karena pengorganisasian personal
dibutuhkan komitmen bersama.

1) Tahapan Perencanaan Kegiatan Kewirausahaan


Perlu melaksanakan rapat koordinasi dalam
melaksanakan kegiatan kewirausahaan apa detil kegiatan
yang perlu disepakati bersama. Pengelolaan keuangannya
dan bagaimana menerima order dan melakukan deal
dengan pelanggan. Siapa saja yang dilibatkan secara
teknis, untuk terjaminnya kualitas teaching factory
maupun aktifitas pembelajaran kewirausahaan siswa.
Harus ada diagram alur kegiatan yang menjadi landasan
bersama.

2) Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Kewirausahaan


Menjalankan kegiatan kewirausahaan harus
mematuhi detil kesepakatan bersama saat rapat
perencanaan. Apabila ada perubahan terkait dengan deal
dengan konsumen harus dikoordinasikan dan menjadi
diketahui bersama. Sangat penting menjalankan konsep
kewirausahaan adalah menjamin kepuasan pelanggan.
Fleksibilitas dalam pelaksanaan itu menjadi bagian tak
terpisahkan dengan motto konsumen adalah raja. Tapi
tidak lupa harus dicatat alasan merubah keputusan dari
rencana untuk bagian dari laporan yang kita buat nanti.
Selalu siapkan catatan untuk tahap pelaksanaan ini.
Jangan lupa foto kegiatan dan apapun keputusan
kegiatan ditulis runtut jadi bagian dokumen pelaksanaan
kegiatan.

8
3) Tahapan Evaluasi/Refleksi dan Rencana Tindak
Lanjut Kewirausahaan
Melakukan rapat kegiatan evaluasai pasca kegiatan
merupakan bagian penting dari rangkaian kegiatan.
Meskipun singkat, kegiatan evaluasi menjadi modal untuk
melakukan kegiatan serupa. Kegiatan lainnya juga
diharap memperhatikan rencana tindak lanjut apabila
rekomendasi hasil evaluasi ini diikuti dan dilaksanakan.
4) Tahapan Ekstra Kegiatan Kewirausahaan
Mendokumentasi berbagai aktifitas yang dilakukan
bisa bentuk laporan, foto, MOU, dan membuat video
keberhasilan sebagai bahan promosi kita telah berhasil
melakukan kegiatan layanan pada konsumen hasil dari
proses belajar baik itu teaching factory maupun kegiatan
pembelajaran kewirausahaan.

Keberhasilan menerapkan kombinasi kegiatan


supervisi, manajerial dan Kewirausahaan yang
proporsional

a. Project Based Learning Pada Mata Pelajaran


Normatif Adaptif
Hasil kegiatan supervisi yang telah direncanakan
melaksanakan project based learning pada semua mata
pelajaran bisa ditampilkan pada ekspo pembelajaran.

Gambar 1. Karya inovasi pembelajaran Normatif adaptif dipamerkan dalam


judul Learning expo pada tanggal 18 April 2019 di Lapangan Indoor SMKN 11
Malang

9
Gambar 2. Bapak Dirjen Dikdasmen Hamid Muhamad berkesempatan
mengunjungi Learning Expo SMK N 11 Malang

Ekspo pembelajaran ini menampilkan semua karya


siswa sebagai hasil pada proses pembelajaran normatif
dan adaptif yang diwajibkan menghasilkan karya inovatif
model project based learning. Sesuai kesepakatan di awal
semester, yang sudah direncanakan oleh masing masing
koordinator matpel. Hasil karya ini menjadi lebih
bermakna pada pencapaian pembelajarannya, karena
kompetensi dasar yang diajarkan dapat mencakup
keterampilan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik.
Kegiatan ekspo pembelajaran ini juga melibatkan
sekolah lain sejak awal proses perencanaan, implementasi
sampai pada puncaknya menampilkannya di ekspo
pembelajaran. Sekolah lain yang terlibat dalam ekspo
pembelajaran di antaranya adalah SMK Negeri 1 Malang,
SMK PGRI 6 Malang, SMK PGRI 2 Malang dan SMK Negeri
7 Malang.

b. Pelaksanaan Teaching Factory Pada Mata Pelajaran


Produktif.
Teaching Factory Pada Kompetensi Keahlian RPL
(Rekayasa Perangkat Lunak) diberlakukan sejak tahun
2016. Siswa boleh mandiri atau berkelompok, diberi
kewajiban untuk memperoleh job bisa diperoleh dari

10
tempat prakerin, institusi, industri, tetangga, pengusaha
atau tempat jual beli online. Pengerjaan job masing-yang
sudah diterima dikerjakan saat jam pembelajaran. Lalu
diuji coba pada customer. Bila sudah berhasil anak
tersebut dipastikan nilainya lebih dari 80.

Siswa Presentasi Produk


Perpustakaan Universitas Merdeka Kota Malang

Siswa Presentasi Produk


PT. Cakra Guna Cipta

Gambar 3. Siswa sedang presentasi karya yang dipesan pelanggan

c. SMK Negeri 11 Malang Sebagai Pilot Project


Nasional Cloud Computing
Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan SMK Negeri
11 Malang. Sebelum melaksanakan Pilot Project Nasional
Cloud Computing. Yaitu: melakukan paparan di hadapan
Bapak Gubernur dan Bapak Menteri Koordinator
Perekonomian. Tentang Jaringan yang digagas SMK
Negeri 11 Malang untuk jawa Timur yaitu jaringan IT SMK
Jawa Timur.

11
Gambar 4. Kunjungan Menko Perekonomian

d. Sebagai SMK BLUD/SMK Badan Layanan Umum


Daerah
SMK Negeri 11 Malang adalah salah satu dari 20 SMK
BLUD di Jawa Timur.

Gambar 5. SK Gubernur Tentang BLUD SMK


Kegiatan Teaching Factory yang membiasakan siswa
menerima job dari masyarakat dan mengerjakannya saat
proses Kegiatan Belajar Mengajar

12
Gambar 6. Pengerjaan Lab Komputer SD dan SMP se Kota Malang

e. Program Jaringan Pendidikan Kota Malang


Dalam rangka melatih siswa TKJ untuk berwirausaha
bidang telekomunikasi SMK Negeri 11 Malang juga telah
menghubungkan jaringan internet SD se Kecamatan
Sukun Kota Malang Sebagai Internet Service Provider (ISP)
bekerjasama dengan Gooptic. Konsep pembelajarannya
juga menggunakan Teaching Factory sistem blok untuk
memberi kesempatan anak anak turut serta dalam
pembelajaran di lapangan.

Gambar 7. Melaksanakan sosialisasi kepada K3 S SD Kec Sukun Kota Malang


untuk kesediaan pemasangan jaringan di sekolahnya

13
Gambar 8. Siswa praktik pemesangan jaringan fiber optic

f. Mengembangkan Aplikasi PPDB On Line SMP Kota


Malang
Melaksanakan Pekerjaan Pengembangan Sistem
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Malang
tahun pelajaran 2018-2019, merupakan sebuah kegiatan
penerimaan peserta didik baru pada jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) yang
dilakukan secara online. Pelaksanaannya Gelombang
Pertama (2 Juli – 8 Juli 2018) Gelombang Kedua (9 Juli –
15 Juli 2018) Alhamdulillah PPDB on Line terlaksana
dengan baik dan lancar.

14
g. Mengembangkan Aplikasi Ujian On Line (USBN) SD
Se- Kota Malang
SMK Negeri 11 Malang masih satu satunya SMK yang
berani mengerjakan pekerjaan sangat beresiko USBN On
Line serentak se-Kota Malang. Dengan produk yang
dibuat oleh guru dan siswanya. (SDM SMK).

Gambar 9. a. Persiapan Ujian On Line SD se- Kota Malang, b. Menjelaskan


Pelaksanaan USBN SD serentak se kota Malang Pertama kali Produk Aplikasi
dibuat dari Produk SMK

Wujud Kegiatan Kewirausahaan


Kegiatan Supervisi di Pembelajaran Produtif ini
sebenarnya sudah mengintegrasikan kegiatan
kewirausahaan. Sebab banyak sekali pekerjaan yang
membutuhkan kompetensi khusus dalam meyakinkan
para stake holder untuk bekerjasama. Kegiatan
kewirausahaan ini memenag tidak bisa diwujudkan tanpa
kerjasama dan komitmen bersama secara team di
sekolah. Kerjasama dan saling mengenal dalam jangka

15
waktu yang lama menyebabkan program program di
sekolah bisa dilaksanakan yang saling menguntungkan

Keunggulan SMK Negeri 11 MALANG


Kombinasi Manajerial supervisi dan kewirausahaan
yang terintegrasi dalam pelaksanaannya mampu
mewujudkan sekolah unggul yang dapat dilihat dalam
prestasi sekolah. SMK Negeri 11 Malang dipercaya oleh
berbagai pihak, antara lain: SMK (BLUD) Badan Layanan
Umum Daerah 2018, Pelaksana Pilot Project Nasional
Cloud Computing 2019, Pengembang Jaringan Smart City
Kota Malang (Apjatel) 2018, Pengembang Aplikasi PPDB
SD, SMP Dinas Pendidikan Kota Malang (Jabartel) 2018
dan 2019, Pengembang Aplikasi Ujian On Line SD, SMP
Dinas Pendidikan Kota Malang, Pusat Training Of The
Trainer Mobile Phone (Evercoss) 2017, Pendamping
Teaching Factory bagi sekolah lain (dit PSMK) 2018,
Konsultan IT sekolah sekolah SD, SMP di Kota Malang
sejak 2016, Pusat Training Jaringan Fiberoptic (Apjatel)
2016.

16
Daftar Pustaka
Gitosudarmo, Indriyo, Sudito, I Nyoman. 2000. Perilaku
Keorganisasian. Yogjakarta: BPFE.
Hamalik, O. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
pendekatan Sistem. Bumi Aksara: Jakarta.
Mantja,W. 1998. Kompetensi Kekepalasekolahan :
Landasan, Peran dan Tanggung jawabnya . Jurnal :
Filsafat, Teori dan Praktek Kependidikan. Tahun 23
Nomor 1 Januari 1996. Malang : FIP IKIP Malang
Mendels, P. 2012. The effective principal: five pivotal
practices that shape instructional leadership.
Feature Leadership, 33(1). Retrieved from
http://www.wallacefoundation.org/knowledge-
center/Documents/The-Effective-Principal.pdf
Permendikbud No. 13 Tahun 2017 tentang Standar
Kepala Sekolah
Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru Sebagai Kepala Sekolah
Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar danTteknik Supervisi
Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Robbin, S.P. 1995. Organizational Behavior. (5 th.Ed)
Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Undang-undang Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
Arikunto, S. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Susanto, Astrid, S. 1977. Pengantar sosiologi dan
perubahan sosial, hal 124, Bandung: Karya
Nusantara.

17
Tentang Penulis
Drs. Gunawan Dwiyono, S.ST, M.Pd,
dilahirkan di Malang pada tanggal 30
September 1967. Pendidikan pertama
di SD Taman Harapan Malang pada
tahun 1981. Kemudian melanjutkan
di SMP Negeri 2 Malang, tamat tahun
1984. Dilanjutkan di SMA Negeri 2
Malang, tamat tahun 1987.
Pendidikan Teknik Mesin S1 di IKIP
Surabaya, tamat tahun 1992.
Menambah Studi di Akademi
Keperawatan lulus tahun 1995. Pendidikan di D-IV
Ototronik di Politeknik Negeri Malang Lulus Tahun 2005.
Melanjutkan S2 Pendidikan Kejuruan Di Universitas
Negeri Malang Lulus Tahun 2009. Sekarang sedang
menyelesaikan S3 Prodi Ekonomi Universitas Merdeka
Malang. Saat ini bertugas sebagai Kepala SMK Negeri 11
Malang. Prestasi yang diraih adalah sebagai guru SMK
Berprestasi Tingkat Nasional Juara III Tahun 2012.
Kepala SMK Berprestasi Tingkat Nasional Juara I Tahun
2019.
Penulis dapat dihubungi melalui HP 082112615549

18
PENGELOLAAN SEKOLAH BERBASIS
INDUSTRI MENUJU SEKOLAH
UNGGUL DAN BERDAYA SAING
Sigit Rohmadiantoro
SMK Muhammadiyah Pakem, Daerah Istimewa Yogyakarta
seagaterauf@gmail.com

Pentingnya Pengelolaan Sekolah Berbasis Industri


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tujuan
untuk menyiapkan lulusan tingkat madya yang kompeten
dan siap kerja sesuai jurusan masing masing. Ilustrasi
sebuah SMK ibarat seperti industri yang memilih bakan
baku, kemudian memproses sehingga menjadi produk
yang siap dipasarkan dan berharap bahwa produk yang
dibuat tersebut dapat terjual/terserap ke konsumen yang
membutuhkan. Jika produk tersebut tidak terjual semua
atau bahkan tidak laku maka perusahaan tersebut akan
bangkrut. SMK diharapkan bisa memasarkan tamatan
atau lulusan ke dunia usaha dan dunia industri.
Menurut Badan Pusat Statistik angkatan kerja di
tahun 2017 sejumlah 128,06 juta orang dengan kategori
bekerja 121,02 orang dengan lulusan SMK sejumlah
12.590.816 atau 10,40 %. Data tersebut menunjukkan
pengangguran sejumlah 7,04 juta orang dengan lulusan
SMK 1.620.549 atau 22,95 %. Angka pengangguran yang
tinggi pada lulusan SMK memerlukan perhatian yang
serius agar SMK kedepan mampu mengurangi angka
pengangguran dengan memaksimalkan potensi Sekolah
Menengah Kejuruan. (www.bps.go.id, 6 November 2017).
SMK Muhammadiyah Pakem memiliki visi bertaqwa,
terampil, berbudaya, berjiwa wirausaha dan berwawasan
lingkungan. Berdasarkan pengalaman sebagai Kepala
Sekolah pada tahun 2016, untuk mencapai visi tesebut
mengalami masalah sebagai berikut : 1) Tamatan belum
kompeten dan belum siap kerja; 2) Penerimaan Peserta
Didik Baru menurun, pada tahun 2016 sejumlah 268
siswa menjadi 190 siswa pada tahun 2017 ; 3)
Pembelajaran belum maksimal; 4) kedisiplinan warga

19
sekolah belum maksimal dan; 5) belum memiliki industri
pasangan dan perguruan tinggi sesuai jurusan.
Masalah tersebut di atas melatarbelakangi Tim
Manajemen Sekolah untuk mengimplementasikan
Sekolah Berbasis Industri (SBI). Presiden Republik
Indonesia telah mengeluarkan Intruksi Presiden nomor 09
tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan daya
saing Sumber Daya Manusia yang ditetapkan pada
tanggal 09 september 2016. Intruksi kedua butir ketiga,
menteri perindustrian diminta meningkatkan kerjasama
dengan dunia usaha untuk memberikan akses bagi siswa
SMK dalam hal praktek kerja lapangan, program magang
bagi pendidik dan tenaga kependidikan SMK, serta
perbaikan infrastruktur/sarana dan prasarana.
Sinkronisasi kurikulum bertujuan untuk
menyelaraskan kurikulum nasional dengan kebutuhan
industri. Peraturan Menteri Perindustrian Republik
Indonesia Nomor 03/M-IND/PER/1/2017 Pasal 3
menyatakan program keahlian di SMK disesuaikan
dengan kebutuhan industri dan pasal 4 menyatakan
kurikulum SMK harus mengacu dengan kebutuhan
Industri.. Penyusunan kurikulum melalui bimbingan
teknis atau workshop dengan menghadirkan pakar
industri yang peduli dengan bidang pendidikan SMK.
Pasal 5 menyatakan guru produktif harus sesuai dengan
program keahlian dan magang di industri.
Kerjasama antara sekolah dengan industri bertujuan
untuk menjalin link and match. Hadam dkk (2017:74)
menyatakan pelaksanaan kerjasama SMK dengan dunia
usaha/dunia industri harus menguntungkan kedua belah
pihak. Perjanjian kerjasama meliputi : 1) validasi isi, agar
materi pembelajaran yang tercakup dalam struktur
kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja; 2)
kunjungan industri, dilakukan untuk memberikan
wawasan mengenai dunia kerja yang akan dihadapi oleh
peserta didik sebelum mengikuti prakerin dan; 3) guru
tamu, bertujuan untuk memberikan wawasan tentang
profil perusahaan.
SBI sebagai salah satu model pengelolaan pendidikan
kejuruan yang diterapkan untuk memperbaiki kualitas
pendidikan, menginduksikan prinsip-prinsip kualitas
yang diterapkan industri kedalam proses pembelajaran

20
untuk menghasilkan lulusan yang memiliki hard skill dan
soft skill sesuai kebutuhan industri. Petunjuk
pelaksanaan bantuan pengembangan SMK berbasis
Industri/keunggulan wilayah nomor 054/D5.6/KU/2018
yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK
Kemendikbud menyatakan hasil yang diharapkan adalah :
1) mendorong SMK mewujudkan pembelajaran yang
kontekstual; 2) meningkatkan kualitas pengelolaan
pembelajaran sesuai standar industri ; 3) membangun
pola kemitraan dengan industri untuk mengatasi
kesenjangan guru produktif, fasilitas praktik, dan
keterserapan lulusan tamatan; 4) menyelenggarakan
model pembelajaran bersama industri.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, ruang
lingkup SBI meliputi : 1) pelaksanaan pembelajaran di
sekolah mengacu dengan budaya di industri (Aspek soft
skill ); 2) melaksanakan singkronisasi kurikulum sesuai
dengan industri dan menyediakan Ruang Praktik Siswa
sesuai standar industri (Aspek hard skill), 3) Menjalin
kerjasama dengan industri atau perguruan tinggi untuk
meningkatkan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM)
meliputi magang guru, Praktik Kerja Lapangan (PKL),
kunjungan industri, dan penyaluran tamatan.

Strategi Pengelolaan Sekolah Berbasis Industri


Pengelolaan Sekolah Berbasis Industri meliputi aspek
soft skill, hard skill dan menjalin kerjasama dengan
industri maupun perguruan tinggi. Aspek soft skill dengan
cara pembiasaan disiplin kerja dan budaya kerja sesuai
kondisi industri. Disiplin kerja dengan cara pembiasaan
hadir tepat waktu, pelaksanaan pembelajaran sesuai
jadwal, dan mematuhi tata tertib masing-masing baik
kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa. Kepala
sekolah menerapkan kedisiplinan dalam pelaksanaan
shalat dhuha dan dhuhur berjamaah tepat waktu untuk
membentuk pribadi yang islami dan berakhlak mulia.
Kepala sekolah memberikan intruksi setiap warga
sekolah wajib melaksanakan Ringkas Resik Rapi Rawat
Rajin atau 5R. Ringkas adalah kemampuan warga sekolah
memilah barang sesuai dengan jenisnya, Resik adalah
kemampuan untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan kerja, Rapi adalah kemampuan untuk

21
menyusun dan meletakkan barang sesuai dengan
tempatnya, Rawat adalah kemampuan untuk merawat
barang yang digunakan sehingga awet dalam
penggunaan, sedangkan Rajin adalah kemampuan untuk
melakukan kegiatan tersebut secara berkelanjutan.
Kegiatan 5R dilakukan guru mata pelajaran dengan siswa
di kelas masing masing. Kegiatan 5R juga diterapkan di
Ruang Praktik Siswa sesuai arahan guru produktif
masing masing. Kegiatan Safety Riding dilakukan secara
berkala untuk membentuk karakter santun dan aman
dalam berkendara.
Aspek hard skill diawali usaha kepala sekolah dengan
wakil kepala sekolah urusan hubungan masyarakat dan
industri (humas) menjalin kerjasama dengan industri dan
perguruan tinggi yang sesuai dengan jurusan yang
dimiliki. SMK Muhammadiyah Pakem memiliki lima
jurusan yaitu : 1) Arsitektur; 2) Teknik Sepeda Motor; 3)
Teknik Kendaraan Ringan; 4) Perbankan Syariah; 5)
Rekayasa Perangkat Lunak. Kepala sekolah dibantu wakil
kepala sekolah urusan humas secara bertahap dimulai
akhir tahun 2015 sampai dengan sekarang melakukan
penjajakan dan mewujudkan nota perjanjian kerjasama
atau Memorandum of Understanding (MoU) antara sekolah
dengan industri atau perguruan tinggi.
Industri atau perguruan tinggi pasangan merupakan
lembaga yang memiliki kepedulian pada pengembangan
pendidikan di SMK. MoU dengan industri meliputi
sinkronisasi kurikulum nasional dengan kebutuhan
industri yang menghasilkan model pembelajaran yang
sesuai perkembangan industri, pengembangan sumber
daya manusia, dan pengembangan Ruang Praktik Siswa
sesuai dengan standar industri. Kepala Sekolah juga
berupaya menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi.
Pengembangan sumber daya manusia meliputi
magang guru, Praktek Kerja Lapangan, Kunjungan
Industri dan penyaluran tamatan. Magang guru bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilan guru produktif. Praktek Kerja Lapangan
bertujuan menambah wawasan pengetahuan dan
keterampilan siswa yang mungkin belum disampaikan
guru ketika pembelajaran di sekolah. Kunjungan industri
memberikan wawasan kondisi nyata tentang disiplin kerja
dan budaya kerja kepada siswa.

22
Kerjasama dengan perguruan tinggi menghasilkan
pengembangan pengetahuan dan ketrampilan baik siswa
maupun guru. Aspek soft skill, hard skill dan tindak
lanjut MoU yang dikembangkan menjadi keunggulan SMK
Muhammadiyah Pakem. Dengan keunggulan tersebut
mampu menghasilkan tamatan yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, memiliki
disiplin kerja dan budaya kerja yang baik sehingga
diharapkan mampu bersaing dalam bekerja di industri.
Pengelolaan Sekolah berbasis Industri juga diharapkan
mampu meningkatkan jumlah peserta didik baru setiap
tahun.

Kerjasama dengan Industri dan Perguruan Tinggi


Kepala sekolah menginisiasi menjalin kerjasama
dengan industri dan perguruan tinggi. Tahapan sebelum
dilakukan MoU dengan penjajakan, pengenalan profil
sekolah, penyampaian jumlah siswa, animo siswa setiap
tahun, prestasi siswa setiap tahun, luas lahan,
pengembangan RPS dan komitmen warga sekolah kepada
pihak industri maupun perguruan tingi. SMK
Muhammadiyah Pakem mampu bekerjasama dengan PT.
Astra Honda Motor (PT. AHM) dengan jurusan Teknik
Sepeda Motor (TSM) terwujud Memorandum of
Understanding (MoU) pada akhir tahun 2015. Dalam
perkembangannya, MoU dengan PT. Astra Daihatsu Motor
(PT. ADM) dengan Jurusan Teknik Kendaraan Ringan
(TKR) dilaksanakan pada tahun 2017, sedangkan dengan
PT Chemco perwujudan MoU pada tahun 2016 dan
diperbaharui pada tahun 2018 untuk jurusan TKR dan
TSM.

Gambar 1. Seremonial MoU dengan PT. AHM (kiri) dan Jiangsu China (kanan)

23
Jurusan Rekayasa Perangkat lunak (RPL) berdiri
tahun 2018 dan perwujudan kerja sama dengan Intel
Education dapat diwujudkan bulan Juni tahun 2019.
Kegiatan MoU dengan industri seperti PT. AHM, PT. ADM,
PT Chemco dan Intel education meliputi sinkronisasi
kurikulum dan pengembangan Ruang Praktik Siswa. MoU
juga berisi kesepakatan peningkatan kompetensi guru
dengan magang, peningkatan kompetensi siswa dengan
PKL, kunjungan industri dan penyaluran tamatan.
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi dilakukan dengan
Fakultas Teknik UNY tahun 2017 dan Jiangsu Vocational
Institute of Architectural Technology China pada bulan
Juni 2019.
Kerjasama dengan industri mengembangkan
kemampuan sumber daya manusia meliputi magang
guru, Praktek Kerja Lapangan, kunjungan industri dan
pemasaran tamatan. Koordinator Pengembangan SDM
memetakan kompetensi guru produktif pada masing
masing jurusan. Secara berkala beberapa guru produktif
dikirim mengikuti magang selama 15 sd 30 hari di
industri pasangan. Magang bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan mutakhir
yang bermanfaat sebagai materi ajar yang akan
disampaikan kepada teman sejawat maupun kepada
siswa.
Kemampuan guru produktif selalu meningkat. Data
Koordinator Pengembangan Sumber Daya Manusia
menunjukkan 10% guru magang pada tahun 2015,
meningkat menjadi 50% guru produktif telah magang
pada awal tahun 2019. Siswa Teknik Sepeda Motor (TSM)
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di bengkel AHASS
sekitar sekolah. Setiap tahun di kelas sebelas semua
siswa melaksanakan kunjungan industri sesuai industri
pasangan.
Intel Education memberikan support pelatihan kepada
siswa dan guru produktif jurusan RPL dalam inovasi
pembuatan produk robotik. Produk robotik tersebut
membantu program pengenalan sekolah kepada siswa
kelas Sembilan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam
rangka promosi. SMK Muhammadiyah Pakem sebagai
koordinator penyaluran tamatan ke PT. Chemco dengan
mengkoordinir rekruitmen calon tenaga kerja dengan
alumni SMK Muhammadiyah di wilayah Yogyakarta.

24
Penyaluran tamatan tersebut diawali pada tahun 2017
dan dilaksanakan sampai dengan sekarang.
Beberapa lulusan belum memiliki mental yang kuat
untuk siap bekerja di industri yang berada di luar kota.
Guru Bimbingan Konseling secara berkala melakukan
pendampingan psikologis melatih mental siswa bekerja di
daerah jakarta dan sekitarnya. SMK Muhammadiyah
Pakem mampu bekerjasama dengan Fakultas Teknik
Program Studi otomotif Universitas Negeri Yogyakarta
berupa pelatihan bagi guru dan siswa otomotif dalam
pengembangan mobil listrik dengan rentang waktu tahun
2017 sampai dengan 2021.
Menteri Pendidikan dan kebudayaan memberikan
nama mobil listrik ini kyai tumbak kencono pada acara
pameran nasional di Taman Pintar Yogyakarta pada
tahun 2018. Jiangsu Vocational Institute of Architectural
Technology China menjadi pilihan perguruan tinggi asing
yang telah bekerja sama dengan SMK Muhammadiyah
Pakem durasi kerjasama selama lima (5) tahun dimulai
pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2024. Kerja sama
tersebut meliputi tentang magang Kepala Sekolah,
Magang Guru dan beasiswa kuliah gratis bagi lulusan
yang memenuhi persyaratan menempuh Diploma Tiga (3)
atau Sarjana di kampus
Pengelolaan Aspek Soft Skill
Pengelolaan aspek soft skill meliputi pembiasaan
disipin kerja dan budaya kerja. Disiplin kerja antara lain
meningkatkan disiplin hadir dan pulang tepat waktu,
disiplin dalam pembelajaran di kelas maupun di ruang
praktik. Presensi guru dilakukan dengan sistem finger.
Setiap akhir bulan kepala sekolah mendapatkan laporan
hasil finger tersebut dan membubuhkan paraf disertai
komentar bagi guru yang datang terlambat atau pulang
lebih awal. Kepala sekolah memiliki buku khusus untuk
mencatat ijin guru yang tidak bisa hadir disertai alasan
ketidak hadiran. Guru yang absen wajib memberikan
tugas disesuaikan durasi jam mengajar di kelasnya.
Tahapan di atas menghasilkan tingkat kedisiplinan guru
meningkat, kegiatan pembelajaran dimulai dan diakhiri
tepat waktu.
Kepala sekolah dibantu tim ketertiban melakukan
penegakan disiplin siswa setiap hari. Untuk pembinaan
siswa yang tidak mematuhi tata tertib dilakukan dengan

25
sangsi gerakan 5R seperti memungut sampah,
membersihkan lantai kelas, membersihkan area halaman
sekolah dan merapikan area bengkel praktik atau
membersihkan kamar kecil/urinoir siswa. Guru produktif
memastikan budaya kerja dalam pelaksanaan praktik
sesuai dengan kesehatan keselamatan kerja dan mengacu
gerakan 5R. Guru kelas jam terakhir bersama dengan
siswa memastikan sebelum pembelajaran selesai untuk
melakukan gerakan 5R di area masing masing. Budaya
warga sekolah ketika berjalan melewati jalur hijau sebagai
karakter yang mencerminkan budaya industri untuk
menjaga keselamatan pejalan kaki. Jalur hijau ini dibuat
pada tahun 2017 berdasarkan arahan dari PT. ADM
untuk mengatur lalu lintas pejalan kaki warga SMK
Muhammadiyah Pakem.
Pengelolaan Aspek Hard Skill
Sinkronisasi kurikulum dilakukan dengan
menghadirkan industri di sekolah untuk memberikan
masukan kebutuhan industri dalam workshop Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Workshop tersebut
menghasilkan produk pembelajaran di sekolah yang
sesuai dengan kebutuhan industri. Jurusan TSM
mengaplikasikan Teaching Factory (tefa) yaitu
pembelajaran berbasis produk/jasa servis perawatan dan
perbaikan sepeda motor. Pembelajaran tefa menggunakan
sistem blok pada penjadwalan praktik. Guru produktif
memberikan arahan dan job kepada siswa untuk
mengerjakan servis, perawatan, dan perbaikan sepeda
motor milik pelanggan ketika pembelajaran di bengkel.
Pelanggan terdiri dari guru karyawan siswa dan warga
sekitar sekolah.
Pengembangan ruang praktik siswa dilakukan secara
bertahap. Kepala sekolah dibantu wakil kepala sekolah
urusan humas selalu berkoordinasi dengan industri
pasangan dalam mengembangkan Ruang Praktik Siswa
(RPS). Pembangunan dan pengembangan RPS sesuai
rencana pengembangan jangka menengah dimulai
pengembangan RPS standar industri untuk jurusan TSM
selesai tahun 2018, jurusan TKR selesai pada tahun 2017
dan Rekayasa Perangkat Lunak diselesaikan Juni 2019.
Untuk RPS jurusan TSM telah mendapatkan penilaian
level A oleh PT. AHM, untuk RPS jurusan TKR telah
mendapatkan penilaian level B oleh PT. ADM, sedangkan

26
untuk RPS jurusan RPL telah berlisensi sebagai Excellent
Class Industry oleh pihak Intel Education.
SMK Muh Pakem Menuju Sekolah Unggul
Keberhasilan SMK Muhammadiyah Pakem
menggandeng industri pasangan, MoU dengan PT. Astra
Honda Motor, PT. Astra Daihatsu Motor , PT. Chemco
Harapan Nusantara dan Intel Education mampu
memberikan branding sebagai sekolah unggul.
Peningkatan sarana dan prasarana dalam pengembangan
bengkel sesuai dengan lay out industri sehingga nyaman,
aman dan maksimal dalam pembelajaran praktik.

Gambar 2. Pengembangan Bengkel Standar Honda dan Laboratorium Rekayasa


Perangkat Lunak standar Intel

Budaya Industri/work habbit menjadi karakter


sekolah. Disiplin kerja dan budaya kerja meliputi hadir
tepat waktu, disiplin dalam pembelajaran, jalan melewati
jalur hijau, kegiatan safety riding secara berkala,
pembiasaan 5R dalam pembelajaran teori maupun praktik
di bengkel atau Ruang Praktik Siswa.

aman

Gambar 3. Siswa berjalan melewati Jalur Hijau (kiri) dan kegiatan Safety Riding
(Kanan)

27
Standarisasi Kurikulum menghasilkan model
pembelajaran yang diterapkan sesuai dengan tuntutan
industri. Sinkronisasi Kurikulum dilakukan sekolah
dengan PT. Astra Honda Motor, PT. Astra Daihatsu Motor,
dan Intel Education. Guru mengimplementasikan
kurikulum yang terintegrasi dalam pembelajaran di kelas
maupun ketika praktik di bengkel. Pengetahuan dan
ketrampilan siswa lebih terarah dan terukur sesuai
dengan tuntutan industri pasangan.

Gambar 4. Pelaksanaan Bimtek Kurikulum dengan Industri pasangan

SMK Muhammadiyah Pakem Mendapat Penghargaan


dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam
pengembangan mobil listrik tahun 2018. Pelaksanaan
program tersebut hasil kerjasama dengan Fakultas Teknik
Otomotif UNY dalam meningkatkan pengetahuan,
kompetensi, kreatifitas, inovasi guru produktif dan siswa.
Mobil listrik tersebut juga mendapat apresiasi oleh Bupati
Sleman tahun 2017 dan Direktur PSMK tahun 2019.

Gambar 5. Mobil Listrik mendapat apresiasi Mendikbud (kiri) dan Bupati


Sleman (kanan)

28
Tamatan disalurkan sesuai jurusan masing masing
pada industri pasangan. Lulusan yang bekerja di industri
meningkat setiap tahun. Pendampingan psikologis
melatih mental siswa bekerja di luar kota yang notabene
industri berada di daerah jakarta dan sekitarnya. SMK
Muhammadiyah Pakem sebagai koordinator rekruitmen
wilayah Yogyakarta dalam penyaluran tamatan jurusan
Otomotif ke PT. Chemco Harapan Nusantara. Perusahaan
ini memproduksi otomotive part seperti velg, disk brake,
sylinder block, brake system, cylinder head, dan
komponen lainnya.

Gambar 6. Rekruitmen dan penyaluran alumni ke PT. Chemco Harapan


Nusantara

Meningkatnya Daya saing SMK Muhammadiyah Pakem


Proses pembelajaran dilangsungkan mirip dengan
kondisi industri sehingga meningkatkan output siswa dari
segi pengetahuan dan ketrampilan. Siswa yang kompeten
akan mampu berdaya saing ketika memasuki dunia kerja.
Hasil Penelusuran tamatan tahun 2016 dan 2017
menunjukkan, keterserapan tamatan dengan alumni yang
bekerja di industri dari 53% menjadi 70% atau meningkat
17%. Untuk hasil penelurusan tamatan tahun 2018,
meningkat menjadi 80% tamatan bekerja di industri.
Perolehan siswa baru mengalami trend meningkat
setiap tahun. Data Tim Penerimaan Peserta Didik Baru
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir sebagai berikut: 1)
Tahun 2017/2018 sejumlah 190 siswa; 2) tahun
kjXZMN2018/2019 sejumlah 255 siswa; dan 3) tahun
2019/2020 sejumlah 336 siswa. Dengan demikian SMK
Muhammadiyah Pakem mampu bersaing dengan dalam
mendapatkan calon siswa baru. Untuk saat ini jumlah
siswa seluruhnya telah mencapai 740. Meningkatnya

29
jumlah siswa baru berdampak pada peningkatan
kesejahteraan bagi guru dan karyawan sehingga menjadi
lebih bersemangat, pantang menyerah, antusias, kreatif
dan inovatif dalam melayani siswa ketika pembelajaran
maupun kegiatan pelayanan lainnya.

30
Daftar Pustaka
Astra Daihatsu Motor. 2017. Pintar Bersama Daihatsu.
Jakarta
BPS. 2017. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
5,50 %. Dapat diakses pada www.bps.go.id, diakses
pada bulan Juli 2019
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan. 2018.
Petunjuk Pelaksanaan Bantuan Pengembangan SMK
Berbasis Industri/Keunggulan Wilayah Nomor
054/D5.6/KU/2018. Jakarta
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah kejuruan. 2018.
Revitalisasi SMK Menyongsong Era Revolusi Industri
4.0. Jakarta
Hadam, S., Rahayu, N., Ariyadi, A.N. 2017. Strategi
Implementasi Revitalisasi SMK. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Kemdikbud
Menteri Perindustrian Republik Indonesia. 2017. Pedoman
Pembinaan dan Pengembangan SMK Berbasis
Kompetensi yang link and match dengan Industri.
Jakarta
Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 2016. Intruksi
Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi
SMK Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya
Saing Sumber Daya Manusia Indonesia. Jakarta

31
Tentang Penulis
Sigit Rohmadiantoro, S.Pd.T.,
M.Pd., dilahirkan di Sleman 11 Mei
1981. Istri bernama Triana Sudiati,
SE dan mendapat karunia tiga
anak. Tamat Pendidikan Sekolah
Dasar di SD Muhammadiyah
Bleber pada tahun 1993.
Melanjutkan di SMP Negeri 1
Piyungan tamat tahun 1996.
Kemudian melanjutkan pendidikan
menengah di SMK Negeri 2 Depok Sleman tamat
pada tahun 2000. Kemudian mengambil Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin Konsentrasi Otomotif
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta tamat
tahun 2004 dengan predikat cumlaude.Selang
beberapa tahun, mendapat beasiswa Persyarikatan
Muhammadiyah melanjutkan S2 pada tahun 2017
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan di
Universitas Ahmad Dahlan dan tamat tahun 2019.
Prestasi dua tahun terakhir : Juara dua Kepala SMK
Berprestasi DIY Tahun 2018, Juara satu Kepala
SMK Berprestasi DIY Tahun 2019 dan Finalis enam
besar Kepala SMK Berprestasi Nasional Tahun
2019.Hp. 085729229464

32
MENGHAPUS KEMISKINAN MELALUI
PROGRAM START-UP
ENTREPRENEUR
I Made Rasta
Kepala SMK Negeri 1 Sawan, Buleleng Bali
maderasta69@gmail.com

Tingginya angka drop out di SMK N 1 Sawan karena


faktor kemiskinan
SMK Negeri 1 Sawan adalah satu dari sekian banyak
SMK di Indonesia. Berdasarkan data penerimaan peserta
didik dari tahun ke tahun jumlah calon peserta didik yang
melamar meningkat drastis sebagai mana grafik berikut.

500 kouta pendaftar

450
400 diterima

350
300
250
200
150
100
50
0
2015/2016 2016/2017 2017/2018 2018/2019

Gambar 1. Grafik perkembangan peserta didik di SMK N 1 Sawan

Kondisi tersebut menjadi sebuah kekuatan sumber


daya dan sekaligus kelemahan. Kelemahan yang ada
dimana jumlah calon peserta didik yang melamar melalui
jalur miskin rata-rata 90% per tahunnya (doc. Panitia
PPDB). Sementara data penerima beasiswa melalui Kartu
Indonesia Pintar (KIP) rata-rata tiap angkatan adalah
55%nya. Oleh karena itu jika mengharapkan beasiswa

33
maka tentu tidak mengcover seluruhnya. Sementara itu
35%nya lagi sesuai identifikasi unit konselor SMK Negeri
1 Sawan adalah anak-anak yang benar-benar miskin dan
acap kali menjadi penyumbang terbesar angka drop out
(DO). Angka DO cukup tinggi dan 80%nya dengan alasan
bekerja dikarenakan faktor kemiskinan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, sejak tahun 2016 SMK Negeri 1
Sawan meluncurkan satu program unggulan yaitu kelas
kewirausahaan yang disebut start-up entrepreneur.

Program Start-up Entrepreneur di SMK Negeri 1


Sawan
Program Start-up Entrepreneur yang selanjutnya
disebut SE merupakan program gayung bersambut
terhadap kebijakan pemerintah khususnya Direktorat
Pendidikan SMK (Ditpsmk) dengan salah satu jargon
unggulan bahwa SMK adalah Sekolah Menghapus
Kemiskinan. SE yang juga diartikan sebagai langkah awal
menjadi wirausahawan di Sekolah Menengah Kejuruan
diajarkan dengan dua pendekatan yaitu undirect method
dan direct methode. Pendekatan undirect method
merupakan pembelajaran kewirausahaan yang
diintegrasikan dalam berbagai kegiatan pembelajaran baik
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Sementara direct
method menjadi kewajiban bagi mata pelajaran Produk
Kreatif Kewirausahaan dan Simulasi digital. Dengan
demikian goal program SE adalah mewujudkan jargon
SMK bisa, SMK hebat menghasilkan wirausaha-
wirausaha muda berbakat. Pada program SE selain
diajarkan berkreativitas menghasilkan produk barang
atau jasa yang dibutuhkan masyarakat, diajarkan pula
melihat peluang bisnis yang ada serta pemasaran dengan
dibangun semangat berwirausaha oleh mentor-mentor
hebat dari dunia usaha dan industri serta pemagangan.
Dengan demikian SE benar-benar menjadi program
unggulan yang diandalkan di SMK.
Persoalan berikutnya yang menjadi tantangan adalah:
Pertama, “Apakah program start-up entrepreneur efektif
mewujudkan jargon SMK sebagai Sekolah Menghapus
Kemiskinan di SMK Negeri 1 Sawan?”
Kedua, “Bagaimana tanggapan stakeholder (pengawas
sekolah), orangtua siswa dan masyarakat terhadap
program start-up entrepreneur sebagai program untuk

34
mewujudkan jargon Sekolah Menghapus Kemiskinan di
SMK Negeri 1 Sawan ?”
Guna menjawab tantangan di atas, pelaksanaan
program SE di SMK Negeri 1 Sawan dikoordinir oleh satu
unit organisasi yang memiliki posisi strategis dalam
manajemen sekolah serta termuat dalam struktur
organisasi sekolah seperti berikut.

Gambar 2. Struktur Organisasi Unit KWU di SMK


Negeri 1 Sawan
Unit KWU sebagai kontrol pelaksanaan program SE
sebagaimana diplankan oleh Tim Kewirausahaan secara
team works. Beberapa langkah pemecahan masalah

35
berkaitan dengan mewujudkan jargon SMK sebagai
Sekolah Menghapus Kemiskinan di antaranya :
1) Identifikasi siswa terkatagori kurang mampu dan
pembentukan kelompok young entrepreneur smeksa
(YES) sebagai team works SE.
2) Team works dibentuk lintas kompetensi dengan
komposisi 1 orang ketua tim dan 4 orang anggota yang
terbagi atas 1 orang siswa Multi Media bertugas
sebagai divisi brand, packing, advertising; 1 orang
siswa Akuntansi bertugas sebagai divisi accounting
dan administrasi; 1 orang siswa Perhotelan sebagai
divisi makerting dan 1 orang siswa Boga bertanggung
jawab di divisi product.
3) Setiap team works wajib mengikuti kelas industri dan
kelas kewirausahaan, mentoring praktisi, pameran
produk dan pemagangan.
4) Setiap team works bekerja bersama penyiapan produk
barang/jasa sampai pada pemasaran dan pelaporan
omset dengan sistem IoT dan pemasaran 80% online
dan 20% offline.
5) Keberhasilan kerja team works sebagai indikator
keberhasilan program SE adalah ketercapaian target
omset yang ditetapkan team works disesuaikan
“tantangan” program SE yaitu secara pribadi minimal
Rp. 1.000.000,- di setiap bulannya.

Efektivitas start-up entrepreneur menurunkan angka


drop out karena kemiskinan
Setelah pelaksanaan program SE beberapa data yang
dihimpun : pertama, data terkait efektivitas program SE
sebagai program unggulan mewujudkan jargon SMK
sebagai Sekolah Menghapus Kemiskinan di SMK Negeri 1
Sawan pengumpulan data menggunakan lembar
pengamatan / observasi dan kuisioner pada siklus
controling. Secara observasi dikumpulkan data
keterlibatan peserta didik dalam program SE, dan data
berkaitan dengan omset setiap anggota team. Data
efektivitas program SE didasarkan pada observasi
keterlibatan peserta didik dalam program SE dilihat dari
jumlah siswa yang berminat ikut program SE dan
keaktifan siswa dalam pelaksanaan kegiatan. Program SE
tidak diwajibkan akan tetapi dihimbau berdasarkan minat
dan bakat peserta didik dan sangat diutamakan siswa

36
dalam katagori kurang mampu. Data keterlibatan peserta
didik dari masing-masing kompetensi keahlian dari tahun
pelajaran 2016/2017 sampai tahun pelajaran 2018/2019
berkembang sangat pesat seperti ditampilkan dalam tabel
berikut.

20

15 JB

10 AK

MM
5
AP
0
2016/2017 2017/2018 2018/2019 Tahun Pelajaran

Gambar 3. Data keterlibatan siswa miskin dalam program SE

Sementara data keterlibatan peserta didik dapat


direkam dari kegiatan seperti berikut :
1) Kegiatan produksi barang/jasa. Produksi barang dan
jasa yang dikelola dalam program SE ada dua jenis
kalau dilihat dari sumbernya, yaitu barang/jasa yang
diproduksi mandiri dan barang/jasa yang hanya di
branding YES sementara diproduksi
masyarakat/orang tua siswa. Produk yang diproduksi
mandiri seperti produk Yes camilan, Yes Keren (Keripik
talas Gula Aren); Yes NeRam (Nestar Sele Rambutan);
Yes I-Well (Jajan Iwel) dan jasa percetakan,
photo/video. Produk yang dibranding dari hasil
kerjasama dengan masyarakat/orang tua siswa seperti
: Yes Smeksa Cofee Galungan; Yes Boreh Rempah, dan
Yes_Bro (Produk kerajinan Bokor).
2) Kegiatan branding, packing, advertising. Kegiatan ini
dilakukan oleh anak-anak Multi Media dari masing-
masing team work. Kegiatan branding menggunakan
bigbrand YES...untuk semua produk baik produk
mandiri maupun produk MoU dengan
masyarakat/orang tua siswa. Kegiatan branding
dilakukan di ruang praktek siswa (RPS) Multimedia
dan ruang branding. Karena ruang branding masih

37
relatif belum standar sebagian besar kegiatan branding
dilakukan di RPS Multimedia pada jam-jam diluar jam
sekolah yaitu pada hari Sabtu dan Minggu.

Gambar 4. Kegiatan branding product Produksi Yes Camilan

3) Kegiatan marketing dilakukan bersama-sama dengan


dua sistem marketing yaitu online makerting atau
e_commerce dan offline makerting.
Pemasaran offline melalui pameran mandiri
(bazaar) maupun pameran bersama Asosiasi Pasar
Lokal (Asparlok) dan penjualan door to door. Secara
offline dengan pendekatan door to door ke warung-
warung masyarakat dan ke dinas-dinas di Kabupaten
Buleleng, mengikuti pameran yang diadakan oleh
pemerintah kabupaten seperti Buleleng Coffee
Festival, Pemuteran Festival, Pasar Pangan Lokal yang
diadakan oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten
Buleleng serta pemanfaatan display kantin sekolah
untuk para tamu wisatawan yang berkunjung ke
sekolah.

38
Gambar 5. Makerting offline:Pameran dan door to door

Sistem makerting online dikelola oleh young


entrepreneur smeksa atau secara personal siswa
melalui media sosial seperti fb, ig dan wa serta dititip
di bukalapak.com. dan media sosial lainnya seperti
gambar berikut.

39
Gambar 6. Makerting online melalui media sosial

4) Kegiatan accounting dan pelaporan dilakukan oleh


divisi accounting dimasing-masing team works.
Kegiatan ini adalah pembukuan mulai dari
perencanaan permodalan sampai pada laporan hasil
dan perhitungan omset personal setiap bulannya. Dari
hasil observasi tim KWU dilaporkan data berkaitan
dengan omset setiap anggota team. Rata-rata omset
setiap anggota team sampai saat ini ada pada
rentangan Rp. 500.000,- sampai dengan Rp.
2.500.000,-. Capaian ini telah melampaui harapan
yang ditargetkan.

40
Gambar.07 Kegiatan accounting

Selain data-data yang terkumpul dari hasil observasi


kegiatan SE, data terkait efektivitas program SE juga
dikumpulkan melalui dokumen dan kuesioner. Dokumen
yang digunakan adalah dokumen kunci berkaitan angka
drop out yang disebabkan karena faktor kemiskinan.
Data ini didapat dari dokumen unit kesiswaan yang
terekam seperti grafik berikut.
16
14
12
Angka 10
DO 8
6
4
2
0
2015 2016 2017 2018

Gambar 8. Grafik penurunan angka DO di SMK N 1 Sawan karena faktor


kemiskinan

Efektivitas program SE yang didasarkan juga pada


penilaian menggunakan kuesioner mandiri dan kuesioner
penilaian oleh teman sejawat (guru lain), siswa dan
komite sekolah. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa
anak-anak yang tergabung dalam program SE sangat
antusias dan berbangga diri ,”Saya sangat bersyukur
dapat ikut program SE selain mendapat pengalaman
bagaimana berwirausaha saya juga dapat penghasilan
sehingga sebagian biaya pendidikan dapat terbantu”.

41
Terkait efektivitas program SE mewujudkan jargon SMK
sebagai Sekolah Menghapus Kemiskinan di SMK Negeri 1
Sawan dari 10 responsden 8 responden menjawab sangat
efektif dan 2 responden menjawab efektif. Secara detail
hasil kuesioner terangkum dalam tabel berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi hasil kuesioner penilaian mandiri


terhadap efektivitas program start-up entrepreneur
menghapus kemiskinan di SMK N 1 Sawan

Rata-
Kode
No Unsur RataTotal Katagori
Responden
Skor
Sangat
1 G.1 Guru 4.80
efektif
Sangat
2 G.2 Guru 4.90
efektif
Sangat
3 G.3 Guru 4.60
efektif
Sangat
4 S.1 Siswa 4.80
efektif
Sangat
5 S.2 Siswa 4.50
Efektif
Sangat
6 S.3 Siswa 4.60
efektif
7 S.4 Siswa 4.40 Efektif
Sangat
8 K.1 Komite 4.90
efektif
9 K.2 Komite 4.40 Efektif
Sangat
10 K.3 Komite 4.60
efektif
Sangat
Rata-Rata Skor 4.65
efektif
Konversi : Ste : Sangat Tidak Efektif 1.00-1.50 ; Te : Tidak
Efektif 1.51 – 2.50; Ke : Kurang Efektif 2.51 – 3.50 ; Ek :
Efektif 3.51 – 4.50; Se : Sangat Efektif 4.51 – 5.00
Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa program
SE sangat efektif menurunkan angka drop out
dikarenakan faktor kemiskinan.

42
Tanggapan stakeholder dan masyarakat terkait
program start-up entrepreneur
Tanggapan stakeholder (pengawas sekolah),
masyarakat dan orangtua siswa terhadap keberhasilan
program SE sebagai upaya menghapus kemiskinan di
SMK Negeri 1 Sawan. Instrumen pemecahan
permasalahan terkait tanggapan stakeholder (pengawas
sekolah), orangtua siswa dan masyarakat terhadap
keberhasilan program SE sebagai upaya untuk
mewujudkan jargon SMK sebagai Sekolah Menghapus
Kemiskinan di digunakan kuisioner dan angket kepuasan
layanan.
Hasil kuisioner menunjukkan bahwa tanggapan
stakeholder (pengawas sekolah), masyarakat dan
orangtua siswa terhadap keberhasilan program SE
sebagai upaya untuk mewujudkan jargon SMK sebagai
Sekolah Menghapus Kemiskinan adalah sangat positif.
Hal ini didasarkan pada jawaban dengan angket
kepuasan layanan dari 10 responden terkait tingkat
kepentingan /harapan responden dimana rata-rata
menyampaikan bahwa program SE sangat penting,
dengan tingkat kepuasan/kenyataan diberikan respon
rata-rata sangat puas. Angket kepuasan stakeholder
(Pengawas Sekolah), orangtua Siswa dan masyarakat
terhadap kualitas layanan program start-up entrepreneur
di SMK Negeri 1 Sawan ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 2. Rekapitulasi angket kepuasan stakeholder,
masyarakat dan orang tua siswa terhadap program start-
up entrepreneur di SMK Negeri 1 Sawan
Kode Tk. Tk.
No Unsur Katagori Katagori
Responden Harapan Kepuasan
1 A.1 Pengawas 4.78 SPt 4.76 SPu
2 A.2 Pengawas 4.76 SPt 4.84 SPu
3 B.1 Ortu 4.65 SPt 4.49 Pu
4 B.2 Ortu 4.54 SPt 4.57 SPu
5 B.3 Ortu 4.78 SPt 4.81 SPu
6 B.4 Ortu 4.81 SPt 4.54 SPu
7 B.5 Ortu 4.57 SPt 4.46 Pu
8 C.1 Masyarakat 4.54 SPt 4.76 SPu
9 C.2 Masyarakat 4.62 SPt 4.70 SPu
10 C.3 Masyarakat 4.59 SPt 4.54 SPu
Sangat Sangat
Rata-Rata Skor 4.66 4.65
Penting Puas
Konversi Tingkat Kepentingan/Harapan :
SPt : Sangat Penting 4,51 - 5.00 ; Pt : Penting 3.51-
4.50; Cp : Cukup Penting 2.51 – 3.50 ; TdP: Tidak

43
Penting 1.51 -2.50; STd.P : Sangat Tidak Penting 1.00
– 1.50
Konversi Tingkat Kepuasan :
SPu : Sangat Puas 4,51 - 5.00 ; Pu : Puas 3.51- 4.50;
Cp : Cukup Puas 2.51 – 3.50 ; TPu: Tidak Puas 1.51 -
2.50; STd.Pu : Sangat Tidak Puas 1.00 – 1.50

Berangkat dari uraian dan tampilan tabel di atas


ditujukkan bahwa tanggapan stakeholder (pengawas
sekolah), orangtua siswa dan masyarakat terhadap
program start-up entrepreneur sebagai program untuk
menghapus kemiskinan di SMK Negeri 1 Sawan rata-rata
sangat positif

Tumbuhnya kreativitas dan semangat kewirausahan


siswa
Program start-up entrepreneur sangat berdampak
positif bagi komunitas sekolah. Beberapa dampak terlihat
dari antusias dan kreativitas siswa yang semakin
meningkat dalam keterlibatannya di program start-up
entrepreneur. Kehadiran siswa di kelas-kelas
kewirausahaan selalu optimal. Hal ini didasarkan pada
laporan monitoring dan evaluasi tim kewirausahaan SMK
Negeri 1 Sawan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
bertumbuhnya kreativitas dan semangat kewirausahaan
siswa juga terekam dari semakin banyaknya produk dan
jasa yang dihasilkan dan dipasarkan baik secara offline
maupun online. Beberapa sampel produk yang dipasarkan
seperti gambar berikut.

44
Gambar 9. Sampel produk kreativitas siswa dalam berkewirausahaan

Kreativitas dan semangat kewirausahaan ditunjukkan


pula melalui upaya penjualan produk dan jasa berbasis
internet of thiks (IoT) yang tidak saja menggunakan sosial
media akan tetapi siswa membuat sendiri aplikasi -
e_commerce berbasis web. Siswa yang tergabung dalam
lintas kompetensi dengan nama Young Entrepreneur
Smeksa meluncurkan web ecommerce dengan link web
untuk produk kewirausahaan
yesstore.smkn1sawan.sch.id dan untuk penjualan jasa
yesservices.smkn1sawan.sch.id. Web e_commerce ini
bahkan mendapat apreasiasi sebagai juara 2 dalam lomba
kewirausahaan berbasis web yang dilaksanakan Dinas
Pendidikan Provinsi Bali sebagaimana dilaporkan oleh tim
jurnalistik smeksa seperti berikut.

45
Gambar 10. Juara 2 web e_commerce bukti tumbuhnya kreativitas dan
semangat wirausaha siswa

Program start-up entrepreneur berdampak luas bagi


komunitas sekolah
Program start-up entrepreneur tidak saja mampu
menghapus angka drop out karena faktor kemiskinan
akan tetapi juga berdampak luas bagi komunitas sekolah.
Satu dampak yang paling mengispiratif adalah upaya
menjawab tantangan dalam pemasaran produk maupun
jasa yang dihasilkan siswa berbasis e_commerce.
Pemasaran berbasis e_commerce memberi berbagai
keuntungan secara material maupun non materiil di
antaranya: (1) hemat ruang penempatan produk karena
tidak diperlukan toko yang besar, (2) hemat waktu dalam
penawaran produk dan jasa, (3) jangkauan konsumen
lebih luas, (4) memudahkan dalam bertransaksi.

46
Tampilan depan dari web e_commerce mereka seperti
berikut.

Gambar 11. Tampilan web e_commerce yesstore dan yesservirces hasil


kreativitas siswa

Perkembangan yang begitu pesat mulai dari


pembangunan akses dengan bergabung di berbagai
asosiasi seperti Asosiasi Pasar Lokal (Asparlok), Asosiasi
Wira Usaha Muda, Asosiasi Wanita Tani Buleleng dan di
bawah bimbingan Dinas Ketahanan Pangan serta Usaha
Menengah Katagori Mikro (UMKM) menjadikan anak-anak
startup entrepreneur SMK Negeri 1 Sawan yang
memperkenalkan dirinya dengan sebutan YES (Young
Entrepreneur Smeksa) semakin bertumbuh kembang. YES
team tidak saja berhasil membantu menambahan omset
pribadi masing-masing anggotanya akan tetapi usaha dan
kerja keras mereka juga berdampak luas terhadap
komunitas sekolah sehingga sampai pada satu prestasi
sekolah peraih terbaik pertama peserta workshop
pendampingan produk kreatif dan kewirausahaan yang

47
dilaksanakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia bekerja sama dengan SEAMOLEC.

Gambar 12 SMK N 1 Sawan terpilih sebagai terbaik pertama pelaksana KWU di


SMK
Atas prestasi ini SMK Negeri 1 Sawan diberi
kesempatan berkunjung ke Thailand dan menginspirasi
beberapa sekolah terkait entrepreneur programe berbasis -
e_commerce. Dengan kata lain jika anak-anak diberi
ruang cukup untuk berkreativitas maka mereka dapat
bertumbuh menjadi pribadi tangguh dan berdaya saing.
Pada dasarnya mereka tidak ada yang mau dikatagorikan
sebagai anak-anak miskin sehingga dengan sedikit upaya
seperti motivasi-motivasi positif yang dibangun para
mentor dalam program SE menjadikan anak-anak bangkit
dan berhasil keluar dari “lubang” kemiskinan sehingga
mampu dan berani tampil sejajar dengan anak-anak
lainnya dari keluarga berkecukupan. Tidak saja dapat
meningkatkan omset pribadi, anak-anak SE telah
memberikan sumbangan terbesar bagi komunitas sekolah
sehingga SMK Negeri 1 Sawan mendapat kesempatan
menginjak tanah Thailand dan berbagi pengalaman
terkait program SE di SEAMEO SEAMOLEC secretariat

48
Bangkok, Thailand. Namun hal yang paling
membanggakan adalah tumbuh kembang karakter anak
sejalan dengan konsep share in love bertumbuhnya rasa
kepedulian sosial.

49
Daftar Pustaka
Endang dan Nuryata. 2011. Kewirausahaan di SMK.
Jakarta: Sekarmita.
Setiabudi, J. 2015. The Power of Kepepet. Seri
Entrepreneur Camp.
Kemendikbud. 2018. Sekolah Pencetak Wirausaha.
Jakarta
Marlock. 2017. Mendampingi Anak Masuk SMK. Jakarta:
Ardmar&Co.
Gede, P. 2006. Hidup Sejahtera Selamanya. Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
Gede, P. 2010. The Succeed Mastehry. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Yudiantara. 2009. Mendayagunakan EQ dan SQ.
Surabaya: Paramita.

50
Tentang Penulis
I Made Rasta, lahir di Buleleng,
tepatnya di Desa Bontihing
Kecamatan Kubutambahan,
Kabupaten Buleleng, Bali pada
tanggal 23 Desember 1969. Anak
kedua dari pasangan I Gede Serita
(alm) bersama Kompyang Sukerai
(alm) menapaki pendidikan formal di
SD N 1 Bontihing (1984), SMP N 1
Sawan (1987), SMA N 1 Singaraja
(1990), Sarjana Pendidikan Kimia (S1) di STKIP Negeri
Singaraja (Sekarang Undhiksa) (1995), Magister
Pendidikan Hindu (M.Pd.H) di Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar (2009). Beberapa karya buku yang telah
diterbitkan : (1) Pembalajaran Agama Hindu Berbasis
Sience (2009:Paramita Surabaya); (2) Silence :
Transformasi Menuju Inspirasi (2017: Marvella Digital
Copy & Printing Gianyar Bali); (3) Parenting Class:
Pelibatan Orang Tua Siswa (2018: Marvella Digital Copy &
Printing Gianyar Bali); (4) The Inspiring School (2019:
Marvella Digital Copy & Printing). Di samping itu I Made
Rasta juga aktif sebagai nara sumber dan mentor
dibeberapa pertemuan ilmiah serta berorganisasi. Saat ini
masih aktif menjabat sebagai Kepala SMK Negeri 1 Sawan
dan Organisasi Profesi PGRI sebagai Wakil Ketua serta
Sekretaris DPD SMK Pariwisata_Bali.
Lebih lanjut penulis dapat di kontak melalui :
e-mail : maderasta69@gmail.com
whatsApp : +6287863059346
Facebook : Rama Smeksa (made rasta)
Instagram : Rama Smeksa
YouTube : Wandakids

51
REVITALISASI SMKN 2 PANDEGLANG
UNTUK MEMENUHI TUNTUTAN
KETERAMPILAN ABAD 21

Ade Firdaus
SMKN 2 Pandeglang Provinsi Banten
adefirdaus6@gmail.com

Pentingnya Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan


(SMK)
Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang
direncanakan untuk menyiapkan siswa guna memasuki
dunia kerja, serta mampu mengembangkan sikap-sikap
professional di bidang-bidang profesi tertentu. Pendidikan
kejuruan diprogramkan untuk membekali peserta didik
dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Jadi
pendidikan kejuruan lebih menekankan pada kompetensi
(teori maupun praktik) siswa untuk memasuki lapangan
kerja. Pada saat ini lapangan kerja membutuhkan sumber
daya manusia yang produktif serta menguasai kompetensi
abad 21. Oleh sebab itu lulusan pendidikan kejuruan
diharapkan menjadi manusia produktif yang mampu
menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar
bebas.
SMK merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja
dalam bidang tertentu. Pendidikan kejuruan mempunyai
tujuan umum untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan mengembangkan potensi peserta didik agar memiliki
akhlak mulia, pengetahuan dan wawasan kebangsaan
yang luhur, serta mempunyai tujuan khusus yaitu
menyiapkan peserta didik dengan pengetahuan,
kompetensi, teknologi dan seni agar menjadi manusia
produktif, maupun bekerja mandiri, mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai

52
tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan
kompetensinya.
Untuk mampu berperan dalam persaingan global yang
semakin ketat, maka sebagai bangsa Indonesia kita harus
mengembangkan dan meningkatkan mutu pendidikan
agar dapat memberikan sumbangan dalam rangka
peningkatan mutu sumber daya manusia. Oleh karena
itu, manajemen peningkatan mutu sumber daya manusia
melalui peningkatan mutu pendidikan dalam
pengembangan sekolah merupakan kenyataan yang harus
dilakukan secara terprogram, terarah, intensif, efektif,
dan efisien dalam proses pencerdasan bangsa, Direktur
Pembinaan SMK dalam setiap pidatonya selalu
menyinggung bahwa “Lulusan SMK adalah penyumbang
pengangguran terbesar di Indonesia” oleh karena itu
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, menegaskan
peranan yang amat penting dan strategis dalam rangka
upaya peningkatan mutu sumber daya manusia.
Manajemen peningkatan mutu pendidikan dalam upaya
pengembangan sekolah. Upaya pengembang ini meliputi 3
hal, yaitu visi dan misi , kepemimpinan dan jejaring.
SMK Negeri 2 Pandeglang berdiri Tanggal 16 Mei tahun
1997 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, tentang Pembukaan dan Penegrian
sekolah tahun 1995/1996. Pada awalnya SMK Negeri 2
Pandeglang khusus membuka program Keahlian Teknik
Budidaya Tanaman dan Teknologi Hasil Pangan (THP),
tetapi sejalan dengan tuntutan Dunia Usaha dan Industri
serta tuntutan masyarakat, maka melalui program re-
enginering pada tahun 2001 dibuka Program Keahlian
Nautika Perikanan Laut (NPL) dan Program Keahlian
Listrik Industri. Tahun 2002 kembali di buka Program
Keahlian Teknik Mekanik Otomotif dan pada tahun
2005/2006, dibuka program Multi Media, dan tahun
2008 dibuka Program Teknik Komputer Jaringan serta
program keahlian Agrobisnis Hasil Pertanian (AHP).
Adapun kondisi SMK Negeri 2 saat itu dapat dilihat pada
tabel berikut,
Tabel 1. Sarana Prasarana
No Sarana/Prasarana Jumlah Keterangan
1 Ruang Kelas 8
2 Bengkel 2 APT, TKL
APT, AHP, Fisika, Kimia, Bahasa,
3 Laboratorium 6
Komputer
4 Perpustakaan 1

53
Tabel 2. Sumber Daya Manusia
Pendidikan Jumlah
No SDM
SMA D3 S1 S2 Total
1 Pendidik 2 57 59
2 Tenaga 16 1 17
Kependidikan

Tabel 3. Data Pendaftar PPDB


No Peminat Diterima
1 295 295

SMK Negeri 2 Pandeglang merupakan salah satu dari


125 SMK model Revitalisasi yang fokus pada satu bidang
keahlian yaitu Pertanian (agrobisnis dan Agroteknologi
untuk ketahanan Pangan), yang akan mengembangkan 6
Peta Jalan Revitalisasi terdiri dari Penyelarasan dan
pemutakhiran kurikulum, inovasi pembelajaran,
pemenuhan dan peningkatan profesionalitas guru dan
tenaga kependidikan, kemitraan sekolah dengan dunia
usaha dan industri, standarisasi sarana prasarana dan
penataan/pengelolaan sekolah.
Pelaksanaan Revitalisasi di SMKN 2 Pandeglang akan
sangat berdampak terutama bagi peningkatan mutu
lulusan, revitalisasi SMKN 2 Pandeglang tentunya akan
sangat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

Bagi Sekolah :
1) Meningkatkan sarana dan prasarana untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran.
2) Meningkatkan mutu sumber daya manusia di sekolah.
3) Menumbuhkan budaya dan karakter yang baik.
4) Meningkatkan kemitraan dan hubungan yang baik
dengan industri.
5) Meningkatkan lulusan SMK yang tersertifikasi.
Bagi Siswa:
1) Memberikan suasana belajar yang nyaman, indah dan
menyenangkan.
2) Prestasi siswa yang semakin meningkat.
3) Terbentuknya sikap yang kreatif, inovatif dan
berkarakter.
4) Lulusan yang berkualitas sehingga memudahkan
untuk bekerja di dunia usaha dan dunia industri

54
Bagi Industri:
1) Tersedianya lulusan yang kompeten sesuai kebutuhan
dunia industri.
2) Membangun jejaring/kemitraan dengan sekolah.
3) Mendukung program pemerintah dalam upaya
pengentasan pengangguran.
Bagi Masyarakat:
1) Menjadi rujukan atau referensi untuk pemilihan
sekolah.
2) Sebagai sumber belajar bagi masyarakat sekitar.

Strategi Revitalisasi untuk memenuhi keterampilan


abad 21
Revitalisasi SMKN 2 Pandeglang untuk memenuhi
tuntutan keterampilan abad 21 dilakukan dengan strategi
utama adalah menyempurnakan dan memantapkan
SMKN 2 Pandeglang dengan model demand driven, yaitu
sekolah menyiapkan lulusan sesuai dengan kebutuhan
dunia usaha dan industri dan dengan tuntutan
keterampilan abad 21. Untuk melaksanakan strategi
tersebut langkah langkah yang dilakukan adalah
Revitalisasi untuk pengembangan SMKN 2 Pandeglang,
pengembangan budaya sekolah, pengembangan Sumber
Daya Manusia, kemitraan dengan industri, Sertifikasi
lulusan SMK dan pembelajaran berbasis TEFA untuk
memenuhi keterampilan abad 21.

1. Revitalisasi untuk pengembangan SMKN 2


Pandeglang
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang
Revitalisasi SMK dalam rangka peningkatan kualitas dan
daya saing sumber daya manusia Indonesia bertujuan
untuk memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan
untuk merevitalisasi SMK. Instruksi Presiden ini
ditunjukan kepada beberapa mentri dan seluruh
gubernur untuk merevitalisasi SMK berdasarkan tugas,
fungsi, dan kewenangan masing-masing. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan bertugas untuk (1) membuat
peta jalan pengembangan SMK, (2) menyempurnakan dan
menyelaraskan kurikulum SMK dengan kompetensi
sesuai dengan kebutuhan pengguna lulusan (link and
match), (3) meningkatkan jumlah kompetensi bagi
pendidik dan tenaga kependidikan SMK, (4)

55
meningkatkan kerjasama industri dengan
Kementrian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan dunia
Usaha/Industri, (5) meningkatkan akses sertifikasi
lulusan SMK dan akreditasi SMK, dan (6) membentuk
kelompok kerja pengembang SMK. (Sampun
Hadam:2018).
Dalam babak awal revitalisasi SMK kemendikbud
menetapkan 125 SMK secara nasional yang memilki
bidang keahlian yang sesuai dengan prioritas
pembangunan nasional yaitu Kemaritiman, Pariwisata,
Pertanian dan industri kreatif. SMKN 2 Pandeglang yang
mengembangkan bidang keahlian pertanian adalah salah
satu sekolah yang ditunjuk sebagai sekolah revitalisasi
sejak tahun 2017 yang dilaunching di Kota Solo oleh
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Republik Indonesia Ibu Puan Maharani.
Dalam pelaksanaan revitalisasi tahap awal difokuskan
untuk pengembangan sarana dan prasarana Pendidikan
untuk menunjang proses belajar mengajar dan
perwajahan sekolah, sehingga diharapkan standar sarana
dan prasarana sekolah yang memadai dapat menunjang
pengembangan mutu Pendidikan.
SMKN 2 Pandeglang berdiri tahun 1996 dengan fokus
bidang keahlian yang dikembangkannya adalah
pertanian, Untuk memenuhi kebutuhan industri dan
tuntutan masyarakat maka SMKN 2 Pandeglang
melakukan re-engineering program keahlian dengan
menambah program keahlian yang sekarang ini sudah
mencapai 8 Kompetensi keahlian. Akan tetapi
penambahan program keahlian tersebut belum diimbangi
dengan penambahan sarana dan prasana yang sesuai
dengan kebutuhan tiap program keahlian, oleh karena itu
pengembangan sarana dan prasarana menjadi prioritas
dalam pengembangan sekolah.
Pengembangan sarana dan prasarana di SMKN 2
Pandeglang yang telah dilakukan untuk menuju SMK
revitalisasi adalah: Pembangunan ruang kelas baru,
pembangunan ruang praktek siswa, pembangunan
Gedung serba guna, pembangunan ruang perkantoran,
pembangunan sarana ibadah, pembangunan sarana olah
raga, pembangunan ruang perpustakaan, kantin siswa
dan taman sekolah.

56
Gambar 1. Gedung sebelum revitalisasi

Gambar 2. Gedung setelah revitalisasi

Tabel Facility
56
60
40 25
20 8
1 3 2 1 2 1 1
0

Jumlah Kondisi Awal Jumlah Kondisi Akhir

Gambar 3. Data peningkatan fasilitas

Selain pembangunan sarana sekolah, SMKN 2


Pandeglang juga terus berupaya untuk memenuhi standar
peralatan praktek siswa. Dengan terpenuhinya prasarana
praktek siswa diharapkan proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik sehingga siswa mempunyai
kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan abad 21.

57
Gambar 4. a. Alat Praktek Otomotif, b. Praktek Kelistrikan

2. Pengembangan Budaya Sekolah


Budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan, kesehariaan, dan
simbol-simbol yang dipraktikan oleh kepala sekolah,
guru, peserta didik, dan karyawan sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak dan
citra sekolah tersebut dimasyarakat luas. Akan tetapi
menurut Komarudin Hidayat (2010, 12), dalam Jurnal
Pusat Studi Gender dan Anak (Siregar, 2017) tanpa
budaya sekolah yang bagus, akan sulit melakukan
pendidikan karakter bagi anak-anak didik. Jika budaya

58
sekolah sudah mapan, siapapun yang masuk dan
bergabung di sekolah itu hampir secara otomatis akan
mengikuti tradisi yang sudah ada.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang,
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk
dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama
dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian,
bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri
manusia sehingga banyak orang cenderung
menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang
yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, peristiwa itu membuktikan bahwa budaya
dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosial-budaya ini tersebar, dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
Sekolah merupakan wadah dalam pembinaan aktivitas
siswa, pendidik dan tendik, sekolah juga merupakan
lembaga tempat berjalannya kegiatan pendidikan yang
harus mempunyai misi dalam menciptakan budaya
sekolah yang menantang dan menyenangkan, adil, kreatif,
inovatif, terintergrasi, dan menghasilkan lulusan yang
berkualitas tinggi dalam perkembangan intelektulnya dan
mempunyai karakter takwa, jujur, kreatif, maupun
menjadi teladan, bekerjakeras, toleran dan cakap dalam
memimpin serta menjawab tantangan akan kebutuhan
pengembangan sumberdaya manusia yang dapat
berperan dalam perkembangan iptek dan berlandaskan
imtak.
Pengembangan budaya sekolah memiliki pengaruh
positif dalam proses belajar mengajar hanya jika itu
dilakukan dengan serius untuk mencapai yang
diharapkan yaitu terbentuknya kompetensi dan karakter
yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia
industri. Pengembangan budaya sekolah yang dilakukan
antara lain pengembangan budaya disiplin,
pengembangan budaya bersih dan budaya literasi.
Pengembangan budaya disiplin yang dikembangkan
sekolah diperuntukkan untuk semua warga sekolah dari

59
mulai kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan dan
siswa, sehingga tidak ada kecemburuan dari salah satu
pihak. Pengembangan budaya disiplin dilakukan dengan
penerapan finger print untuk tenaga guru dan
kependidikan, izin tidak masuk sekolah dilakukan dengan
system online dan harus sepengetahuan kepala sekolah,
dan bagi siswa yang terlambat akan diberikan sangsi yang
mendidik untuk membersihkan lingkungan sekolah
kemudian diwajibkan sholat dhuha bagi yang beragama
Islam.
Pengembangan budaya bersih diharapkan akan
menciptakan lingkungan sekolah yang hijau, indah,
bersih dan nyaman sehingga mendukung terciptanya
suasana pembelajaran yang nyaman. Budaya bersih
dikembangkan dengan menyiapkan tempat sampat di
semua area sekolah, memasang spanduk yang mendorong
semua warga sekolah untuk menjaga kebersihan
lingkungan, setiap warga sekolah memberikan
keteladanan untuk menjaga kebersihan, membentuk
kelompok siswa yang bertugas sebagai satgas kebersihan,
memberikan sangsi kepada semua warga sekolah yang
membuang sampah sembarangan dan menyiapkan kantin
sehat.
Budaya literasi dikembangkan sekolah sebagai upaya
untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan siswa
dalam membaca dan menulis sehingga mampu
meningkatkan mutu pendidikan. pembiasaan dan
pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab
semua guru mata pelajaran. Pengembangan budaya
literasi di sekolah dilakukan dengan kegiatan lima belas
menit sebelum pembelajaran dimulai semua siswa wajib
membaca buku yang disukai siswa dengan dibimbing oleh
guru yang mengajar pada jam pertama, menyiapkan
saung saung literasi yang dapat dimanfaatkan oleh siswa
untuk membaca dan menyiapkan perpustakaan yang
representatif yang terdiri dari perpustakaan manual
maupun digital.

60
Gambar 5. a. Budaya Literasi, b. Budaya Bersih

3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)


Pengembangan sumber daya manusia adalah upaya
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu sumber
daya manusia melalui Pendidikan, latihan dan
pembinaan. Pengembangan merupakan cara efektif untuk
menghadapi tantangan dalam organisasi, tantangan yang
kami hadapi adalah banyak guru yang tidak linier antara
latar belakang pendidikan dengan mata pelajaran yang
diampu, masih rendahnya kompetensi guru dan masih
rendahnya tingkat pendidikan untuk tenaga
kependidikan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
dilakukan pengembangan sumber saya manusia di SMKN
2 Pandeglang dengan melakukan langkah langkah:

61
1) Pemagangan guru baik di dalam negeri maupun ke
luar negeri.
2) Pemagangan kepala sekolah ke luar negeri.
3) Peningkatan kompetensi guru dengan mengikuti diklat
dan pelatihan.
4) Peningkatan jenjang Pendidikan dengan mendorong
guru dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan
jenjang pendidikannya.

Gambar 6. a. Magang guru di Jerman, b. Magang guru di China

4. Kemitraan Dengan Industri


Hubungan kerjasama antara sekolah dengan dunia
usaha dan dunia industri sangat diperlukan untuk
terselenggaranya program program SMK. Dunia usaha
dan dunia industri harus terlibat aktif dalam
penyelenggaraan Pendidikan terutama dalam kegiatan

62
sinkronisasi kurikulum antara sekolah dengan DU/DI,
penyelenggaraan Praktek Kerja Lapangan (PKL),
penyelenggaraan kegiatan guru tamu dari industri,
magang guru di industri dan penempatan tamatan untuk
bekerja di industri.
SMKN 2 Pandeglang telah menjalin kerjasama dengan
banyak industri yang ada di provinsi Banten maupun di
luar Provinsi Banten, dan bahkan ada beberapa industri
sebagai Pembina untuk kompetensi keahlian misalnya;
PT. Daihatsu Motor dan PT. Kubota Indonesia membina
kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan, PT.
Yamaha Motor Indonesia membina kompetensi keahlian
Teknik Bisnis Sepeda Motor, PT. IKPP membina
kompetensi keahlian Kimia Analisis, PT. Kakatau Steel
membina kompetensi keahlian Teknik Komputer dan
Jaringan dan PT. Sosro Indonesia membina bidang
keahlian pertanian.

Gambar 7. a. MOU dengan PT. Astra Internasional, b. Bantuan mesin mobil dari
PT. Daihatsu

63
Penyiapan lulusan yang punya kompetensi sesuai
dengan kebutuhan industri adalah tugas kami sebagi
penyelenggara pendidikan sehingga harapannya bahwa
semua lulusan SMK dapat terserap bekerja di dunia
usaha dan dunia industri, oleh karena itu bidang Bursa
Kerja Kejuruan (BKK) dapat berperan aktif untuk
memasarkan tamatan ke dunia usaha dan dunia industri.
SMKN 2 Pandeglang telah mampu memasarkan
tamatannya untuk bekerja di dunia usaha dan dunia
industri lebih dari 60% tamatannya bekerja baik di dalam
negeri maupun di luar negeri.

Tabel 5. Keterserapan Lulusan di Industri

5. Sertifikasi Lulusan.
Sertifikasi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
akan meningkatkan nilai tawar lulusan dalam memasuki
dunia usaha dan dunia industri. SMKN 2 Pandeglang atas
lisesnsi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
telah membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP P1)
yang berfungsi untuk menguji kompetensi siswa sendiri
maupun siswa dari sekolah jejaring kerja (networking)
yang sudah ditetapkan Direktorat Pembinaan SMK
Kemendikbud.
Dari uji kompetensi ini setiap siswa yang lulus atau
kompeten akan menerima sertifikat dari BNSP. Sertifikat
ini menjadi bukti bahwa yang bersangkutan telah diuji
dan memiliki kompetensi sehingga diharapkan mereka
lebih mudah untuk memasuki dunia usaha dan dunia
industri. SMKN 2 Pandeglang saat ini telah memiliki
delapan Tempat Uji Kompetensi (TUK), dengan demikian
seluruh kompetensi keahlian yang ada telah mempunyai
lisensi untuk menyelenggaran uji kompetensi sendiri.

64
Gambar 8. a.Pelatihan Asesor, b. Uji Kompetensi dengan LSP-P1

6. Pembelajaran berbasis Teaching Factory (TEFA)


Demand oriented adalah suatu konsep yang lebih
mendasari pembelajaran TEFA, membekali peserta didik
dengan karakter kewirausahaan dan melibatkan dunia
usaha dan industri sebagai mitra utama. Kerjasama yang
dibangun secara sistematis dan berdasarkan pada
kegiatan saling menguntungkan menjadikan TEFA
sebagai penghubung antara dunia Pendidikan dengan
dunia usaha dan dunia industri yang akan mendorong
terjadinya transfer teknologi guna meningkatkan kualitas
guru dan siswa.
Bentuk pembelajaran berbasis TEFA dimana
pembelajaran dengan pendekatan berbasis produksi dan
dengan standar mutu yang sesuai dengan industri,
sehingga diharapkan dengan pembelajaran berbasis TEFA
dapat meningkatkan kompetensi guru dan siswa,
mendorong terciptanya budaya mutu di sekolah,
menciptakan budaya industri di sekolah dan sarana
untuk membangun jiwa wira usaha di sekolah.
Pembelajaran berbasis TEFA telah dilaksanakan di SMKN
2 Pandeglang terutama untuk kompetensi yang jumlah
rombelnya tidak banyak, sehingga jadwal pembelajaran
bisa dilakukan dengan sistem blok untuk mata pelajaran
produktif.
Hasil pembelajaran berbasis TEFA ini sudah
dipasarkan bukan hanya di kalangan sekolah tetapi
sudah bisa dipasarkan dalam lingkup Kabupaten
Pandeglang maupun Pprovinsi Banten. Produk yang
dihasilkan melalui pembelajaran TEFA di SMKN 2
Pandeglang antara lain: Anggrek, bibit pisang cavendis,
sayuran hidroponik, melon madu, jamur tiram, jeruk

65
lemon, nata de aloyfera, makanan dari olahan talas dan
makanan berbahan dasar mocaf.

Gambar 9. Hasil TEFA Agribisnis

Keterampilan abad 21
Pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi di abad 21
akan memberikan konsekuensi pada besarnya tantangan
yang berbeda dari yang pernah dihadapi sebelumnya.
Keterampilan abad 21 menjadi topik yang cukup ramai
diperbincangkan akhir-akhir ini. Lembaga pendidikan
ditantang untuk menemukan cara dalam rangka
memungkinkan peserta didik sukses di pekerjaan dan
kehidupan melalui penguasaan keterampilan berpikir
kreatif, pemecahan masalah yang fleksibel, berkolaborasi
dan berinovasi. Identifikasi kompetensi siswa yang perlu
dikembangkan merupakan hal yang sangat penting untuk
menghadapi abad 21.
Pendekatan tradisional yang menekankan pada
hafalan atau penerapan prosedur sederhana tidak akan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis atau
kemandirian peserta didik. Setiap individu harus terlibat
dalam pembelajaran berbasis inkuiri yang bermakna,
memiliki nilai kebenaran dan relevansi, untuk
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang

66
mereka perlukan. Pada abad 21, setiap peserta didik akan
belajar dengan cara yang berbeda-beda, sehingga guru
ditantang untuk menemukan cara membantu semua
siswa belajar secara efektif. Kehidupan abad 21 menuntut
adanya keterampilan peserta didik untuk siap
menghadapai tantangan yang ada.
Keterampilan tersebut diistilahkan dengan 4 C, yang
merupakan singkatan dari Critical Thinking atau berpikir
kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama
dengan baik, Communication atau kemampuan
berkomunikasi, dan Creativity atau kreativitas yang harus
dimiliki peserta didik. Keterampilan abad 21 akan bisa
dihasilkan dengan dukungan sarana dan prasarana yang
memadai, dengan sumber daya manusia terutama guru-
guru yang punya kompetensi yang unggul, dengan
pengembangan budaya sekolah yang baik, terbangunnya
hubungan yang baik dengan industri, tersertifikasinya
lulusan dan pembelajaran berbasis TEFA sehingga
dihasilkan lulusan yang bermutu dan berkarakter untuk
memasuki dunia usaha dan dunia industri. Adapun
dampak dari revitalisasi SMK Negeri 2 Pandeglang
terhadap keterampilan abad 21 dirasakan manfaatnya
pada berbagai bidang, diantaranya sebagai berikut:

1. Sarana Dan Prasarana


Sarana prasarana yang tersedia sangat mendukung
untuk terciptanya pembelajaran yang efektif sehingga
menghasilkan siswa yang bermutu dan kompeten, ini
terbukti dengan banyak nya siswa yang meraih prestasi
baik di tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional,
yang sebelumnya sangat sulit untuk diraih. Disamping itu
kepercayaan masyarakat kepada SMKN 2 Pandeglang
semakin tinggi ini terbukti dengan semakin tingginya
minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di
sekolah kami, berikut ini kami sampaikan tabel PPDB
SMKN 2 Pandeglang.

67
Tabel Data PPDB
1500
1044 1059
947
1000 720 648 648
500

0
2017/2018 2018/2019 2019/2020
Status Pendaftar Status Diterima

Gambar 10. Data PPDB

2. Sumber Daya Manusia


Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya
manusia dilakukan dengan mengirimkan guru-guru dan
tenaga kependidikan untuk mengikuti pelatihan baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa diantaranya
guru mengikuti pelatihan di Jerman, Korea selatan dan
China, serta melatih guru produktif menjadi asesor
kompetensi. Disamping itu sekolah juga mendorong guru
dan tenaga kependidikan untuk melanjutkan ke jenjang
berikutnya, terbukti dengan lebih dari 30% guru sudah
berpendidikan strata dua dan lebih dari 70% tenaga
kependidikan sudah strata satu.

3. Kemitraan
Kemitraan dengan industri terus dikembangkan
terlihat dengan lebih dari 60 industri yang menjalin MOU
dengan pihak sekolah, kerjasama yang dilaksanakan
meliputi magang siswa, magang guru, sinkronisasi kuri-
kulum, guru tamu dan penempatan lulusan di industri.
Beberapa industri dalam proses penempatan lulusan
telah melakukan proses rekrutmen di SMKN Negeri 2
Pandeglang.

68
4. Proses Belajar Mengajar
Pembelajaran berbasis TEFA telah dilaksanakan di
sekolah sehingga dihasilkan beberapa produk hasil
pembelajaran yang dapat dijual ke masyarakat, disamping
siswa mempunyai keterampilan memproduksi barang,
juga terbentuknya karakter berwirausaha dan budaya
industri di sekolah.

5. Keterserapan Lulusan
Lulusan SMK Negeri 2 Pandeglang lebih dari 60%
lulusan sudah terserap di dunia usaha dan dunia
industri, 15% melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi, baik melalui jalur SNMPTN maupun mandiri, dan
25% lulusan berwirausaha dengan berbekal pengalaman
model pembelajaran berbasis TEFA.

69
Daftar Pustaka
Siregar, F.R. 2017.Jurnal Pusat Studi Gender dan Anak
Handayani, I. 2011. Pengaruh Intelligent Quoitent(IQ) dan
Kemampuan Tilikan Ruang Terhadap Kemampuan
Menggambar Teknik Siswa, Jurnal
Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran: 2018
Hadam, S. 2018. 10 Langkah Revitalisasi SMK. DitPSMK

70
Tentang Penulis
Drs. Ade Firdaus, M.Pd,
dilahirkan di Pandeglang pada
tanggal 6 Juni 1966. Pendidikan
Sekolah Dasar ditamatkan di
SDN Cigintung I Pandeglang
pada tahun 1979, kemudian
melanjutkan Pendidikan
menengah pertama di SMPN I
Pandeglang, tamat tahun 1982.
Setelah itu melanjutkan
Pendidikan menengah atas di
SMAN I Pandeglang, tamat
tahun 1985. Pada tahun yang
sama melanjutkan studi S1 di
IKIP Bandung dengan
mengambil program studi Akuntansi dan tamat tahun
1990. Selanjutnya menyelesaikan Pendidikan S2 di
UHAMKA Jakarta dengan mengambil program studi
Manajemen Pendidikan dan tamat tahun 2003. Saat ini
bertugas sebagai Kepala Sekolah SMKN 2 Pandeglang.
Penulis dapat dihubungi melalui telepon dan WhatsApp:
08129570951.

71
INOVASI AGRIBISNIS PERIKANAN
AIR TAWAR UNTUK PENINGKATAN
KEWIRAUSAHAAN
Widiastuti
SMKN 1 Wadaslintang, Wonosobo, Jawa Tengah
astutiwidia449@gmail.com

Pentingnya Peningkatan Mutu Layanan


Pendidikan vokasi merupakan pendidikan kreatif yang
strategis untuk menghadapi tantangan zaman. Secara
spesifik pendidikan vokasi ini disajikan dalam kurikulum
SMK pada semua kompetensi keahlian. Pengembangan
pendidikan vokasi agar sesuai dengan kebutuhan jaman,
pada dewasa ini sedang digalakkan oleh direktorat pada
kementerian terkait serta di setiap SMK, demikian halnya
yang terjadi pada SMK Negeri 1 Wadaslintang.
Hudayana (2014:283), keberhasilan pendidikan vokasi
didukung oleh beragam faktor diantaranya faktor internal
sekolah dan faktor eksternal sekolah. Keberadaan team
work yang memiliki fleksibilitas, etos kerja dan motivasi,
serta komunikasi yang efektif mengharuskan sekolah
secara internal perlu melakukan pembenahan. Kecuali itu
faktor eksternal yang mendukung keberadaan sekolah
adalah hal yang tidak bisa diabaikan keberadaannya.
Keberadaan dunia usaha dan industri serta stake holder
lainnya adalah hal yang tidak bisa ditinggalkan dari
keberadaan SMK.
Terkait dengan pengembangan vokasi sesuai dengan
kebutuhan jaman tersebut, SMK Negeri 1 Wadaslintang
selalu melaksanakan upaya dengan strategi yang
sistematis. Karakteristik SMK Negeri 1 Wadaslintang
mengembangkan lima kompetensi keahlian. Kompetensi
keahlian dimaksud adalah Agribisnis Perikanan Air
Tawar, Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Kendaraan
Ringan Otomotif, Rekayasa Perangkat Lunak dan Tata
Busana. Tidak semua kompetensi keahlian sesuai dengan
perkembangan SMK Negeri 1 Wadaslintang mengalami
progres sebagaimana yang diharapkan. Dilihat dari
peminat (input), kondisi internal, kepedulian, peran serta

72
stake holder, serta kualitas output untuk 5 kompetensi
keahlian sudah dapat mencapai target yang dicanangkan
oleh sekolah. Namun di SMK Negeri 1 Wadaslintang
terdapat 1 kompetensi keahlian yang mengalami low
progres bila dibandingkan 4 kompetensi keahlian lainnya.
Kompetensi keahlian yang mengalami low progres ini
adalah jurusan atau Kompetensi Keahlian Agribisnis
Perikanan Air Tawar. Kondisi ini terjadi sejak berdirinya
sekolah sampe awal tahun 2016 pada awal mendapatkan
amanat sebagai Kepala Sekolah di SMK Negeri 1
Wadaslintang. Semenjak berdiri, jaring Networking lintas
sektoral juga sangat minim.
Untuk hasil pembelajaran praktik siswa, kompetensi
keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar belum
menghasilkan produk inovasi yang menghasilkan daya
jual lebih, produk kewirausahaan yang dihasilkan juga
sangat minim, sehingga proses wirausaha tidak berjalan
dengan maksimal untuk kompetensi keahlian Agribisnis
Perikanan Air Tawar.

Gambar 1. Kondisi awal sarpras, PPDB, Kerjasama DU/DI yang masih perlu
dikembangkan

Pada kompetensi keahlian ini sejak dibuka tahun 2012


input peserta didik sulit untuk didapatkan sesuai dengan
kuantitas yang dibutuhkan, proses layanan peserta didik
pun belum dapat dilaksanakan sesuai standar pelayanan
minimal, kualitas output serta kepedulian stake holder
pun belum terjadi sesuai dengan kondisi yang
diinginkan.Hal ini merupakan sebuah tantangan

73
tersendiri selaku pengemban amanat sebagai Kepala
Sekolah baru.
Sejak berdiri tahun 2012, Sarana prasarana untuk
kompetensi keahlian Agribisnis Perikanan air tawar belum
memiliki tempat pembelajaran praktik yang standar.
Tahun 2017 sekolah baru memiliki ruang teori, belum
memiliki ruang praktik siswa/ laboratorium basah dan
kering serta minimnya Bantuan Pendidikan dan
Infrastuktur dari pemerintah. Hal ini juga termasuk jaring
kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri
(DUDI) yang ada hanya dua Dunia Usaha dan Dunia
Industri (DUDI) saja, Prestasi siswa juga tidak ada
peningkatan baik prestasi akademik maupun non
akademik.
Untuk hasil pembelajaran praktik siswa, kompetensi
keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar belum
menghasilkan produk inovasi yang menghasilkan daya
jual lebih, produk kewirausahaan yang dihasilkan juga
sangat minim, sehingga proses wirausaha tidak berjalan
dengan maksimal untuk kompetensi keahlian Agribisnis
Perikanan Air Tawar.

Tahapan Networking Inovasi Leadership Apresiasi


(NILA)
Tahapan-tahapan pelaksanaannya: Membuat rencana
MOU dengan stake holder/DUDI, Melaksanakan kerja
sama dengan stakeholder/ DUDI, Monitoring hasil yang
dicapai, Mengevaluasi kegiatan kerja sama untuk
linkandmatch dan rencana tindak lanjut. Implementasi
Networking antara lain: Praktik Kerja Industri, Magang
Peserta Didik di DUDI, Magang Guru dan Program
Pendampingan Pembelajaran.

1) Inovasi
Pada pembelajaran praktikum peserta didik dituntut
untuk menghasilkan produk unggulan sesuai dengan
mata pelajaran pada agribisnis perikanan yaitu
pembelajaran menghasilkan produk inovasi
kompetensi keahlian agribisnis perikanan dan
pemasaran hasil inovasi peserta didik.

74
2) Leadership
Dalam pelaksanaan pembelajaran Prakarya dan
Kewirausahaan Kompetensi Keahlian Agribisnis
Perikanan Air Tawar, peserta didik diberikan motivasi
dan kesungguhan sehingga tujuan pembelajaran
tercapai yaitu dengan melalui kegiatanpenguatan
pendidikan karakter, program pendidikan keluarga
dan pendidikan bela negara.

3) Apresiasi
Keberhasilan dalam proses pembelajaran peserta
didik, pendidik, tenaga kependidikan salah satu
indikatornya adalah keberhasilan akademik maupun
non akademik.Implementasi dari Apresiasi ini
adalahpemberian penghargaan untuk peserta didik,
pemberian penghargaan untuk pendidik dan
pemberian penghargaan untuk tenaga kependidikan.

Membangun Jaringan (networking) dan Inovasi


Menurut Thomas dan Johnson (2014), Networking
adalah kerjasama atau belajar bersama dimana anggota-
anggotanya saling mendukung dan saling mengandalkan
untuk mencapai suatu hasil mufakat/ baik. Soerjono
Sukanto (2012) berpendapat bahwa kerjasama
merupakan suatu usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Dari beberapa pendapat tersebut sudah jelas
mengatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk
hubungan antara beberapa pihak yang saling berinteraksi
untuk mencapai suatu tujuan bersama. Beberapa
program yang dilakukan terkait dengan networking
tersebut antara lain:
1) Praktik Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan kegiatan
pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang
dilaksanakan di Dunia Usaha Atau Dunia Industri
dalam upaya pendekatan ataupun untuk
meningkatkan mutu siswa–siswi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dengan kompetensi (kemampuan)
siswa sesuai bidangnya. Kegiatan PKL di SMKN 1
Wadaslintang khusunya untuk Kompetensi keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar menjalin kerjasama
dengan beberapa DUDI di antaranya yaitu PT

75
Aquafarm Nusantara, PBIT Cangkringan, PBIAT
Ngrajek Magelang,Balai Benih Ikan Banjarnegara,
Balai Benih Ikan Kretek, dan Kelompok Tani Karya
Mina.

Gambar 2. Praktek Kerja Industri

2) Kunjungan Industri
Kunjungan industri merupakan sebuah kegiatan yang
rutin dilaksanakan oleh siswa SMK, Hal ini karena
penting bagi mereka yang sedang menekuni bidang
tertentu untuk tahu bagaimana kondisi di lapangan
yang sebenarnya. Kompetensi Keahlian Agribisnis
Perikanan Air Tawar melaksanakan kegiatan
kunjungan industri di Balai Benih Ikan Sirawak
Ungaran.

76
Gambar 3. Kunjungan Industri di BBI Sirawak

3) Magang Guru
Magang guru produktif SMK di industri diharapkan
dapat berjalan secara efektif sehingga dapat
meningkatkan profesionalitas guru produktif SMK di
dalam menjalankan tugasnya, terutama memper-
kenalkan iklim kerja dan menyelaraskan standar
kompetensi sesuai dengan tuntutan dunia
industri/usaha yang harus dimiliki guru dan di
informasikan pada para peserta didiknya di SMK,
sehingga mutu pembelajaran yang relevan dengan
kebutuhan dunia industri/usaha dapat tercapai.
Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar
melaksanakan kegiatan magang guru produktif di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Negeri Diponegoro Semarang serta di Pusat Pelatihan

77
Mandiri Kelautan dan Perikanan Bening Jati Anugrah
Parung Kabupaten Bogor.

Gambar 4. Magang Guru di Fakultas Kelautan dan Perikanan UNDIP

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada dasarnya


diselenggarakan untuk menghasilkan siswa yang
mempunyai kompetensi dan siap kerja dengan level
menengah untuk mendukung pembangunan ekonomi
nasional serta dapat meningkatkan daya saing SDM
Indonesia. Dalam hal ini untuk Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar di SMKN 1 Wadaslintang
bekerjasama dengan Dinas Pangan Pertanian dan
Perikanan Kabupaten Banjarnegara, Dinas Pangan
Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo dan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri
Diponegoro Semarang untuk mengirimkan tenaga
pendidik ke SMKN 1 Wadaslintang sebagai guru tamu dan
memberikan bantuan berupa bibit ikan dan pakan ikan
untuk membantu proses pembelajaran pada Kompetensi
Keahlian Air Tawar di SMKN 1 Wadaslintang.

78
Gambar 5. Bantuan Pakan dan Bibit Ikan
(Sumber: Dokumentasi K3 Agribisnis SMK Negeri Wadaslintang 2019)

Selain itu Kompetensi Keahlian Agribisnis Air Tawar


memperoleh uji sertifikasi kompetensi dari Lembaga
Sertifikasi Profesi (LSP).

Inovasi
Menurut Schumpeter (2016) Inovasi memiliki arti,
usaha mengkreasikan dan mengimplementasikan sesuatu
menjadi satu kombinasi sehingga, dengan inovasi
seseorang dapat menambahkan nilai dari produk,
pelayanan, proses kerja, dan kebijakan pendidikan tidak
hanya bagi lembaga pendidikan tapi juga Stakeholder dan
masyarakat. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (2013)
dalam bukunya kurikulum dan pembelajaran, inovasi
diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam situasi sosial
tertentu dan digunakan untuk menjawab atau
memecahkan suatu permasalahan.
Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar,
pembelajaran dilaksanakan teori tatap muka dan
praktikum untuk menumbuhkan inovasi dan kreativitas
siswa sehingga menghasilkan produk yang bisa dijual
kepada konsumen, hal ini jiwa kewirausahaan akan
tumbuh sesuai bakat dan minat/kompetensi keahlian.
Produk yang di hasilkan dari Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar antara lain pepes ikan,
nugget, tempura, dan bakso ikan, Pemasaran pada Unit
Produksi di sekolah,dilakukan dengan cara menitipkan
hasil produk di warung atau toko sekitar Wadaslintang
antara lain di toko Anugrah, KPRI Utama SMKN Wadas
Mart dan Warung Online yang bisa diakses dan diinstall
pada smartphone.

79
Gambar 6. Produk Inovasi, Kreativitas dan Pemasaran Produk APAT

Tabel 1. Laporan Fishery Bisnis CenterKompetensi


Keahlian Agribisnis Air TawarSMK Negeri 1 Wadaslintang
No Tahun Modal Pemasukan Pendapatan
1 2017 Rp 7,700,000 Rp 10,660,000 Rp 2,960,000
2 2018 Rp 8,805,000 Rp 14,066,000 Rp 5,261,000

Untuk meningkatkan Kompetensi Kewirausahaan,


SMK Negeri 1 Wadaslintang mengadakan event
“Entrepreneur Class” yang dihadiri pejabat Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah,
MUSPIKA Kecamatan Wadaslintang, Dunia Usaha/
Industri.

80
Gambar 7. Launching Entrepreneur Class

Kepemimpinan dan Apresiasi


Menurut House dalam Yukl, (2015) Kepemimpinan
adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi,
memotivasi, dan membuat orang lain mampu
memberikan kontribusinya demi efektivitas dan
keberhasilan organisasi. Setiap kepala sekolah memiliki
gaya kepemimpinan yang berbeda dan tidak ada gaya
kepemimpinan yang paling baik atau efektif, karena
semua tergantung situasi dan kondisi tiap bawahan.
Sebagaimana yang diungkapkan Suharsaputra (2016)
yang mengemukakan bahwa seorang pemimpin dapat
mencapai tujuan dengan berbagai cara dan gaya dalam
memimpin, sesuai dengan kondisi internal serta
tantangan eksternal yang dihadapinya, sehingga
kepemimpinan yang efektif tidak bisa dikaitkan dengan
hanya pada aspek tertentu saja yang dimiliki oleh
pemimpin ataupun kondisi lingkungan yang
mengitarinya. Oleh karena itu, pemimpin harus bisa
menjadi panutan (pemberi contoh), pembangkit semangat
(motivator) dan pendukung bagi keberhasilan yang
gemilang.

Leadership
Dalam rangka penguatan pendidikan karakter dan
pendidikan bela negara, SMKN 1 Wadaslintang menjalin
kerjasama dengan KODIM Wonosobo, Kejaksaan
Wonosobo, KPK, Kantor Urusan Agama, PLKB, Puskesmas
dan Kwarcab. Program ini memperkuat sinergi sekolah
dengan orang tua/wali peserta didik untuk bersama-sama
mengawal karakter anak agar senantiasa berakhlak
mulia, khususnya dalam hal kedisiplinan dan
kejujuran.Selain itu di setiap kelas ada group whatsapp
kelas dan group whatsapp orang tua/wali peserta didik

81
sehingga komunikasi untuk menyampaikan informasi
sekolah dan pengawalan peserta didik lebih efektif dan
efisien, pendidikan keluarga, parenting class. Sekolah
mengadakan seminar parenting class yang dihadiri orang
tua wali peserta didik dengan narasumber yang kompeten
di bidangnya.

Gambar 8. Penguatan Pendidikan Karakter

Apresiasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016),
Apresiasi adalah suatu penilaian baik; penghargaan;
misalnya terhadap karya-karya sastra ataupun karya
seni. Sehingga apresiasi sangat diperlukan dalam suatu
lembaga atau instansi untuk menumbuhkan rasa
memiliki dan jiwa yang loyal. Menurut pandangan
Aminudin (2014), apresiasi mengandung makna
pengenalan melalui perasaan atau pun kepekaan batin
dan pengakuan terhadap unsur-unsur keindahan yang
diungkapkan oleh pengarangnya. Dalam kehidupan
sehari-hari respon atau respect dari individu juga
masyarakat terhadap suatu lembaga atau instansi
merupakan wujud dari keberhasilan pemimpin untuk
mengajak dan merangkul maju bersama yang secara
otomatis diikuti majunya instasi tersebut.
Mengacu dari pengertian apresiasi di atas maka dapat
disimpulkan bahwa apresiasi merupakan bentuk
penghargaan kepada suatu karya, dan jika memberikan
apresiasi terhadap orang lain atas karyanya akan
memberikan dampak positif bagi individu dan
masyarakat. Apresiasi juga bermakna respon atau
respeck, pengakuan dari individu juga masyarakat
terhadap lembaga atau instansi.

82
Prestasi siswa SMKN 1 Wadaslintang secara akademik
maupun non akademik meningkat dengan dibuktikan
dalam lomba sering Juara, AP peringkat 4 LKS Provinsi,
Tamatan langsung diterima di DUDI tahun 17/18 83
siswa, 18/19 81 siswa.
Kompetensi guru terus meningkat, guru makin tertarik
dalam menulis karya ilmiah, mengikuti kompetisi. Kepala
sekolah selalu memotivasi guru dan tenaga pendidik
untuk menulis baik berupa opini, makalah, penelitian
maupun buku. Kepala sekolah juga memfasilitasi guru
untuk mengikuti berbagai kegiatan peningkatan
kompetensi sehingga banyak kegiatan workshop, diklat,
seminar yang diikuti guru.
Sebelumnya tidak ada guru SMK Negeri 1
Wadaslintang yang mengikuti dan menjuarai lomba
secara perorangan namun mulai tahun 2016 Juara 1
Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kabupaten, Juara
Harapan 1 LKG Tingkat Provinsi. Berikutnya tahun 2017
Finalis Inobel, 2018, Juara III KTI Tingkat Nasional dan
2019 berturut-turut Duta GLS Tingkat Nasional,
Instructur VCTO Asia Tenggara, Penghargaan terhadap
peserta didik, guru dan karyawan berprestasi meningkat.

Gambar 9. Guru dan Siswa menerima apresiasi dalam prestasi

Meningkatnya kualitas sekolah


Agribisnis Air Tawar di SMKN 1 Wadaslintang. Hasil
yang diperoleh dalam menerapkan strategi NILA di SMKN
1 Wadaslintang khususnya pada Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar antara lain meningkatnya
minat siswa untuk melanjutkan sekolah di SMKN 1
Wadaslintang khusunya untuk Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar yang dapat dibuktikan

83
dengan melihat tabel atau grafik penerimaan peserta didik
baru dari sebelum dan setelah menerapkan strategi NILA.
Selain itu setelah diterapkannya strategi NILA di SMKN 1
Wadaslintang dalam pemenuhan sarana dan prasaran
setiap tahun meningkat dan berkembang, dalam
kerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI) juga
meningkat.
Berikut Data Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB),
Sarpras dan Kerjasama DUDI Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar di SMKN 1 Wadaslintang
setelah menerapkan strategi NILA.

80

60 PPDB
40 SARPRAS
20 DUDI

0
2017 2018 2019

Gambar 10. PPDB APAT, SARPRAS dan Kerjasama DUDI setelah menerapkan
Strategi NILA

Dari grafik di atas jelas terlihat bahwa dari tahun ke


tahun minat siswa untuk memilih jurusan Agribisnis
Perikanan Air Tawar sudah stabil bahkan pada awal
tahun pelajaran 2019/2020 sangat terlihat bahwa jumlah
pendaftar untuk masuk jurusan Agribisnis Perikanan Air
Tawar meningkat dua kali lipat bahkan sampai melebihi
kuota sehingga dilakukan seleksi untuk bisa masuk pada
Kompetensi Keahlian Air TawarAgribisnis Perikanan Air
Tawar, hal ini terjadi dikarenakan hasil dari menerapkan
Strategi NILA di SMKN 1 Wadaslintang. Selain itu dari
grafik di atas menunjukan bahwa sarana dan prasarana
serta kerjasama dengan DUDI semakin
meningkat.Apresiasi dari pemerintah untuk SMKN 1
Wadaslintang juga sangat luar biasa sehingga sering
memperoleh bantuan dari pemerintah baik untuk siswa
maupun sekolah Berikut hasil dari menerapkan Strategi
NILA Kompetensi Keahlian Agribisnis Perikanan Air Tawar

84
Pengembangan yang akan dilakukan selanjutnya
Strategi NILA terus berinovasi untuk mewujudkan
SMKN 1 Wadaslintang sebagai Sekolah Pencetak
Wirausaha (SPW), memiliki kelas industri dan
pembelajaran Teaching Factory demi menghasilkan
tamatan yang kompeten sesuai kebutuhan DUDI dan
masyarakat. Khusunya untuk Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar dapat menghasilkan
produk kering yang nantinya mendapatkan Izin Produk
Rumah Tangga (IPRT) dari Dinas Kesehatan dan
mendapatkan label halal dari MUI, Label Higienis BPOM
yang selanjutnya penjualan produk unggulan Agribisnis
Perikanan Air Tawar dapat dilakukan dengan cara online
yaitu dengan membuat web penjualan produk unggulan
Agribisnis Perikanan Air Tawar.

Peningkatan Kualitas Sekolah


Salah satu kunci sukses berdirinya SMK adalah
menjalin hubungan yang harmonis dengan industri.
Sedemikian strategisnya fungsi industri bagi SMK,
mengharuskan adanya sinergisitas antara SMK dengan
industri dalam berbagai bentuk program kemitraan. Kerja
sama tersebut dapat menjembatani kesenjangan yang ada
antara kedua institusi dalam hal tuntutan standar
kompetensi. Sejak dilaksanakannya kemitraan antara
SMKN 1 Wadaslintang dengan Dunia Industri, banyak
sekali kegiatan dan manfaat yang dirasakan oleh sekolah.
Hal ini menunjukan bahwa kemitraan antara sekolah dan
industri memberikan hasil dan dampak yang positif
terhadap kualitas sekolah
Pada program pengembangan kurikulum aplikatif dan
kolaboratif yang selaras dengan kebutuhan industri telah
dihasilkan kurikulum hasil sinkronisasi antara SMK
dengan industri. Dalam hal ini Kompetensi Keahlian
Agribisnis Perikanan Air Tawar dengan Dinas Pangan
Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjarnegara, Dinas
Pangan Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo
dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Negeri Diponegoro Semarang, PT Aquafarm Nusantara,
PBIT Cangkringan, PBIAT Ngrajek Magelang,Balai Benih
Ikan Banjarnegara, Balai Benih Ikan Kretek, dan
Kelompok Tani Karya Mina.

85
Strategi yang diterapkan adalah Strategi NILA yang
diambil dari kata “Networking, Inovasi, Leadership,
Apresiasi” mengandung makna kata yang positif yaitu visi
dan misi SMKN 1 Wadaslintang bisa diwujudkan dengan
nyata, yakni menjalin hubungan dengan semua stake
holders, melaksanakan pembaruan dan
inovasi.Tahapannya meliputi menjalin kerjasama dengan
stake holder, Dunia Usaha dan Dunia Industri, Bursa
Kerja Khusus, SMK Kelas Industri, Menciptakan berbagai
Inovasi Produk, Membangun Kepercayaan Masyarakat.
Penerapan strategi NILA menunjukan peningkatan
pada berbagai aspek meliputi, minat peserta didik masuk
ke Agribisnis Perikanan Air Tawar, Memorandum of
Understanding (MoU) dengan Dunia Usaha dan Dunia
Industri, Magang Guru/Siswa, karakter peserta didik,
serta menghasilkan produk inovasi. Dampak dari
implementasi yaitu terpenuhinya sarana dan prasarana
yang standar, menjadi SMK Pencetak Wirausaha, prestasi
akademik dan non akademik meningkat, tamatan bekerja,
melanjutkan kuliah, wirausaha, Memperoleh Uji LSP.
Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Direktorat Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
menulis artikel yang semoga bermanfaat untuk kemajuan
pendidikan di tanah air.

86
Daftar Pustaka
Aminudin, 2014.Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru
Latuconcina, H. 2014. Pendidikan Kreatif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
Thomas, L. dan Jhonson, E.B. 2014. Contextual Teaching
Learning. Jakarta: Kaifa
M.N Nasution, 2015. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor:
Ghalia Indonesia
Pusat Bahasa, 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Kemdiknas.
Sanjaya, W. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung: Kencana Prenada Media Grup
Soekanto, S, 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers
Yukl, G, 2015. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta:
PT Indeks

87
Tentang Penulis
Dra. Widiastuti, M.M, dilahirkan di
Bojonegoro, Pendidikan Sekolah
Dasar ditamatkan di Bojonegoro,
kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMPN 1
Bojonegoro, setelah itu melanjutkan
pendidikan menengah atas di
SMAN 1 Bojonegoro. Kemudian
melanjutkan studi S1 FPIPS PMP
Kn di IKIP PGRI Bojonegoro.
Selanjutnya menyelesaikan studi
S2 Magister Manajemen Konsetrasi
Pendidikan Pasca Sarjana di STIE Widya Wiwaha
Jogjakarta. Prestasi yang sudah diraih sebagai Juara 3
Nasional Lomba Inovasi Model Pembelajaran Anti Korupsi
tahun 2014, Intruktur Nasional Kurikulum 13 tahun
2015, Juara 1 Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Provinsi, Juara 3 Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Nasional. Penulis dapat dihubungi melalui WA
081226757470/ 081559550999

88
MENUMBUHKAN JIWA
KEWIRAUSAHAAN: MENINGKATKAN
PRESTASI SEKOLAH

Esta Pinta Siagian


SMKN 28 Cilandak Barat Jakarta
estapinta@yahoo.com

Pentingnya Jiwa Kewirausahaan Menghadapi Revolusi


Industri 4.0
Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan
tingkah laku dari masa ke masa. Demikian pula
perubahan perkembangan sistem pendidikan di dunia,
salah satunya di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari
adanya perkembangan revolusi industri. Dampak revolusi
industri 4.0 terhadap pendidikan Indonesia yaitu
informasi dan teknologi memengaruhi aktivitas sekolah
dengan cepat. Informasi menyebar dengan mudah bagi
siapa saja yang membutuhkan. Sayangnya,
perkembangan revolusi industri tak mengurangi tingkat
pengangguran di Indonesia. Hal ini masih menjadi
masalah krusial yang menyebabkan lambannya
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Penyebab utama
tingginya pengangguran di Indonesia antara lain,
kurangnya lapangan pekerjaan, rendahnya jenjang
pendidikan, dan minimnya keterampilan yang dikuasai
oleh sumber daya manusia.
Dampak revolusi industri 4.0 pun harus
dimanfaatkan dengan baik oleh seluruh masyarakat di
Indonesia, terutama dalam bidang kewirausahaan.
Mudahnya pengaksesan teknologi mampu menyentuh
seluruh kalangan untuk menggunakannya, sehingga
keterampilan sumber daya manusia mampu
dikembangkan dan menjadi penyelesaian dalam
mengurangi pengangguran di Indonesia. Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) sebagai wadah pendidikan
menjadi tempat yang sangat strategis untuk
menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan membentuk

89
bakat wirausaha. Beberapa alasan pendidikan formal
dapat menumbuhkan bakat wirausaha, yaitu: Pertama,
SMK adalah lembaga pendidikan yang sangat dipercaya
masyarakat untuk masa depan yang lebih baik. Kedua,
jaringan sudah ada di seluruh pelosok negeri. Ketiga,
dapat memengaruhi anggota keluarga.
SMKN 28 Jakarta merupakan sekolah negeri yang
memiliki empat program keahlian yaitu Keperawatan
Sosial, Perhotelan, Tata Boga, dan Asisten Keperawatan.
Sekolah ini memiliki dua puluh lima rombongan belajar
dengan jumlah sembilan ratus delapan enam peserta
didik. Salah satu tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan
antara lain adalah menghasilkan tamatan yang siap
menciptakan lapangan kerja secara mandiri sebagai
wirausaha. Dengan usia siswa yang rata-rata masih
dalam masa produktif untuk menerima ilmu pengetahuan
dan teknologi termasuk di dalamnya ilmu wirausaha,
maka SMKN 28 Jakarta menjadi sangat penting dalam
menyiapkan tamatan yang siap berwirausaha. Beberapa
karakter jiwa kewirausahaan itu berupa: komitmen dan
kesungguhan, tanggung jawab, ambisi, tangguh
menghadapi risiko, percaya diri dan optimistik, berdaya
cipta dan dinamis, kebutuhan feedback, energik, melebihi
nilai rata-rata, bertumbuh dan berkembang, mengambil
pelajaran dari kegagalan serta kepemimpinan.
SMKN 28 Jakarta menyadari bahwa menumbuhkan
jiwa atau karakter kewirausahaan membutuhkan proses
yang tepat. Karena faktor yang sangat fital dalam
mencetak para wirausaha tentulah menaruh harapan
besar kepada terlaksananya kualitas pendidikan yang
solid dan mapan guna mempersiapkan para peserta didik
dan tingkah laku sehingga nantinya siap bertarung dalam
persaingan di segala bidang. Sebagai suatu sistem,
sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari input,
proses, dan output. Untuk dapat mencapai keserasian
yang dimulai dari input menuju output diperlukan adanya
suatu proses yang berguna mendayagunakan segala
sesuatu yang telah tersedia dalam suatu sekolah lewat
manajemen sekolah kemudian berusaha semaksimal
mungkin untuk mencapai target yang akan dicapai. Hal
ini merupakan tanggung jawab yang besar yang harus
dilaksanakan oleh Kepala Sekolah. Tugas pokok Kepala
Sekolah berdasarkan pasal 15 ayat (1) Permendikbud

90
Nomor 6 Tahun 2018 tentang penugasan guru sebagai
kepala sekolah adalah Beban kerja kepala sekolah
sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok
manajerial, pengembangan kewirausahaan, dan supervisi
kepada guru dan tenaga kependidikan.
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalahnya yakni bagaimanakah upaya
kepala sekolah untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan
kepada guru dan siswa melalui prestasi siswa SMKN 28
Jakarta serta prestasi-prestasi apa sajakah yang telah
diraih siswa SMKN 28 yang mampu menunbuhkan jiwa
kewirausahaan pada warga sekolah dan dapat
mengembangkan proyek kewirausahaan di lingkungan
sekolah. Adapun tujuan artikel ini ingin memaparkan
bagaimana kepala sekolah menumbuhkan jiwa
kewirausahaan bagi peserta didik SMKN 28 Jakarta
dalam menghadapi revolusi industri sehingga mengurangi
tingkat pengangguran dan meningkatkan prestasi
sekolah.

Peranan Kewirausahaan di SMK


Sudah saatnya pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan di Indonesia harus diorientasikan untuk adaptif
terhadap dinamika global dan nasional terlebih terhadap
revolusi industri 4.0. SMK merupakan sekolah kejuruan
yang kurikulum dan proses pembelajarannya disiapkan
untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil dan siap
pakai. Program pendidikan di SMK dikhususkan bagi
peserta didik yang mempunyai minat tertentu dan siap
untuk bekerja serta membuka lapangan pekerjaan yang
disesuaikan dengan keterampilan dan bakat yang
dimiliki. Peserta didik SMK belajar secara nyata dengan
adanya praktek di sekolah maupun di dunia kerja. SMK
hadir sebagai solusi pemerintah untuk memperbaiki
tingkat pengangguran yang jumlahnya semakin
bertambah. Salah satu programnya adalah menciptakan
lapangan usaha dan ini artinya harus mencetak
wirausaha. Pencetakan wirausaha harus diikuti dengan
usaha menumbuhkembangkan jiwa dan semangat
kewirausahaan dalam masyarakat Indonesia.
SMK mampu meningkatkan motivasi berwirausaha
peserta didik dengan mengidentifikasi dan memberikan
solusi terhadap faktor-faktor yang menghambat motivasi

91
peserta didik untuk berwirausaha. Seorang peserta didik
akan memiliki dorongan untuk melakukan wirausaha
disebabkan adanya keyakinan kuat bahwa seorang
wirausaha merupakan jalan terbaik untuk melakukan
perubahan kualitas kehidupan secara individual maupun
bermasyarakat.

Pengembangan Kewirausahaan di Lingkungan Sekolah


Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan
di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari
kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan ini merupakan
upaya pembentukan karakter termasuk karakter
wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan
melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan
masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar,
dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang
pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat,
minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam
kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan,
kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan
perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan
kemandirian. Pengembangan diri ini meliputi kegiatan
terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram
direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta
didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya.
Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung
oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang
diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program
pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui
pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah
misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta
didik, dll).

Pengembangan Kewirausahaan Bagi Pelajar


Program penguatan untuk mendorong aktivitas
berwirausaha dan percepatan pertumbuhan wirausaha
baru telah dicanangkan pemerintah. Dalam hal ini
banyak sekali perusahaan-perusahaan swasta yang
menjembatani para pelajar memasuki dunia bisnis
melalui fasilitas bisnis yang ada. Di sisi lain, aktivitas
ekstra kurikuler pelajar yang sistematis juga dapat

92
membangun motivasi dan sikap mental kewirausahaan.
Pembinaan pelajar dalam berbagai kegiatan minat dan
bakat, keilmuan, kesejahteraan atau keorganisasian
lainya mampu memberikan keterampilan untuk
berwirausaha. Misalnya pelajar tim tata boga menjadi tim
kreatif penjualan makanan dan kue-kue ringan. Pelajar
teknik informatika menjadi wirausaha desain grafis.
Pelajar pemasaran menjadi pemasar dalam produk
wirausaha yang dikelola oleh pelajar bidang boga.
Pembinaan tersebut mampu melahirkan kreativitas dan
inovasi sebagai energi utama kewirausahaan. Pengalaman
dan manfaat ekonomi bisnis tersebut digunakan untuk
mengembangkan jiwa kewirausahaan yang ada di
kalangan pelajar.

Tugas Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Jiwa


Kewirausahaan.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 13 tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, salah satu
dimensi kompetensi yang harus dimiliki oleh kepala
sekolah adalah kompetensi kewirausahaan. Adapun
penjabaran dari dimensi kompetensi tersebut antara lain:
(1) menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah, (2)
bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah
sebagai organisasi pembelajar yang efekif, (3) memiliki
motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah, (4)
pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik
dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah, (5)
memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan
produksi barang/jasa sekolah/ madrasah sebagai sumber
belajar peserta didik.
Dalam konteks kepemimpinan, wirausaha tidak
selalu identik dengan kegiatan ekonomi yang
mendatangkan keuntungan, tetapi yang digunakan
adalah jiwa, semangat, atau nilai-nilainya seperti
kreativitas, inovasi, kerja keras, pantang menyerah,
pandai membangun jaringan, dan sebagainya. Walau
demikian, sekolah pada dasarnya boleh saja mendirikan
unit produksi atau koperasi untuk meningkatkan
kesejahteraan guru dan staf, karena salah satu ukuran
keberhasilan dalam memimpin adalah manakala seorang
pemimpin dapat menyejahterakan anak buahnya.

93
Sedangkan dalam konteks manajemen sekolah, jiwa
wirausaha kepala sekolah dapat tercermin dari kreativitas
dan inovasinya dalam mengatasi masalah dan menyiasati
keterbatasan sekolah, seperti keterbatasan sumber
belajar dan alat peraga atau media pembelajaran. Kepala
sekolah mengoptimalkan atau memodifikasi barang-
barang bekas untuk dijadikan sebagai alat peraga atau
media pembelajaran.
Berdasarkan kepada uraian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa salah satu kunci kemajuan sekolah
adalah ketika kepala sekolahnya mampu
mengimplementasikan nilai-nilai kewirausahaan dalam
mengelola sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah yang
berjiwa wirausaha akan menjadi kepala sekolah out of the
box dan tampil beda. Indonesia membutuhkan model
kepala sekolah seperti ini dalam meningkatkan mutu
pendidikan.

Meningkatkan Prestasi Guru dan Pesdik


Prestasi dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan
dan sebagainya (Anwar, 2001). Suatu prestasi atau
achievement berkaitan erat dengan harapan (expectation).
Inilah yang membedakan motivasi berprestasi dengan
motivasi lain. Harapan seseorang terbentuk melalui
belajar dalam lingkungannya. Suatu harapan selalu
mengandung standar keunggulan (standard of excellence)
(Djaali, 2009). Prestasi merupakan hasil yang dicapai oleh
seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik
di sekolah maupun di luar sekolah.
Pendidik atau guru adalah figur yang menempati
posisi posisi dan memegang peranan penting dalam
pendidikan. Oleh karena itu, guru dituntut memiliki
kinerja yang mampu memberikan energi positif bagi
peserta didik (pesdik) sehingga hrapan orang tua dan
masyarakat dapat terealisasi. Guru dikatakan berprestasi
apabila memiliki kriteria sebagai berikut: a. menghasilkan
peserta didik yang berprestasi, b. memenangkan
kompetensi pendidikan, c. menerbitkan buku
pembelajaran, d. menciptakan inovasi pembelajaran, e.
mendapatkan penghargaan dalam suatu bidang, f.
menjalankan tugas dengan dedikasi yang baik.

94
Dari uraian di atas diketahui bahwa prestasi belajar
peserta didik merupakan hasil penilaian pendidik
terhadap proses belajar dan hasil belajar peserta didik
sesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi
pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari peserta didik
tersebut. Pertama, faktor yang memengaruhi Prestasi
Peserta didik. Menurut Miranda, Winkel, dan Santrock
menyatakan bahwa prestasi belajar peserta didik
ditentukan oleh faktor-faktor berikut (Hawadi, 2004) yaitu
faktor yang ada pada peserta didik seperti taraf
intelegensi, bakat khusus, taraf pengetahuan yang
dimiliki, taraf kemampuan berbahasa, taraf organisasi
kognitif, motivasi, kepribadian, perasaan, sikap, minat,
konsep diri, kondisi fisik dan psikis (termasuk cacat fisik
dan kelainan psikologis). Kedua, faktor-faktor yang ada
pada lingkungan keluarga yaitu hubungan antar-orang
tua, hubungan orang tua-anak, jenis pola asuh, keadaan
sosial ekonomi keluarga. Ketiga faktor-faktor yang ada di
lingkungan sekolah yaitu Guru (kepribadian guru, sikap
guru terhadap peserta didik, keterampilan didaktik dan
gaya mengajar); Kurikulum, Organisasi sekolah, Sistem
sosial di sekolah, Keadaan fisik sekolah dan fasilitas
pendidikan, Hubungan sekolah dengan orang tua, Lokasi
sekolah. Keempat, faktor-faktor pada lingkungan sosial
yang lebih luas: keadaan sosial, politik, dan ekonomi,
keadaan fisik (cuaca dan iklim)
Tidak semua perubahan perilaku yang terjadi pada
individu dapat dikatakan sebagai hasil belajar. Suatu
proses perubahan baru dapat dikatakan sebagai hasil
belajar jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Ahmadi
dalam Khodijah, 2006): 1). Perubahan yang terjadi sebagai
prestasi belajar itu disadari. 2). Bersifat fungsional
maksudnya adalah perubahan bermanfaat bagi peserta
didik dalam menjaga kelangsungan hidupnya. 3). Bersifat
aktif dan positif yang memerlukan usaha dalam mencapai
perubahan tersebut dan memiliki nilai tambah. 4). Bukan
bersifat sementara adalah perubahan yang terjadi sebagai
hasil belajar itu bukan bersifat sementara, akan tetapi
bersifat relatif permanen. 5). Bertujuan dan terarah
artinya perubahan tersebut tidak terjadi tanpa unsur
kesengajaan dari individu yang bersangkutan untuk
merubah perilakunya. 6). Mencakup seluruh aspek
tingkah laku perubahan yang timbul karena proses

95
belajar itu pada umumnya mencakup seluruh aspek
perilaku (kognitif, afektif, dan psikomotorik).

Strategi Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan


Dalam penerapannya, menumbuhkan jiwa
kewirausahaan memiliki lima sifat yaitu:
a. percaya diri yang diperlukan peserta didik agar tidak
merasa rendah diri terhadap lingkungan sekitar. Mau
belajar apa yang kurang pada diri sendiri (refleksi) dan
menjadikan kegagalan adalah keberhasilan yang
tertunda. Peserta didik harus menjadikan pengalaman
adalah guru yang paling berharga.
b. Inovatif dan kreatif. Guru dan peserta didik juga harus
memiliki sikap tanggap terhadap peluang usaha yang
menguntungkan, bekerja keras dengan semangat
tinggi, berani mengambil resiko, tidak takut gagal
serta bertanggung jawab atas keberhasilan atau
kegagalan.
c. Mengembangkan motivasi yang kuat. Motivasi yang
kuat dapat ditunjukkan dengan berpikir positif, tidak
menunda pekerjaan, membina keberanian, dan
komunikatif dalam memberdayakan sumber daya
manusia. Dengan adanya motivasi kita mempunyai
dorongan untuk berbuat, melakukan sesuatu yang
kita inginkan. Motivasi dalam berwirausaha memang
sangat diperlukan guna menjalankan suatu usaha
memajukannya.
d. Kerja keras dan pantang menyerah merupakan sikap
yang harus dimiliki oleh siapapun ketika ingin
mencapai target yang telah ditetapkan. Sikap ini dapat
diterapkan di semua lingkungan di rumah, tempat
kerja, dan di dunia pendidikan.
e. Mengembangkan etos kerja melalui keteladanan.
Semangat kerja yang berasal dari etos kerja yang baik
ini sifatnya menular dan menyenangkan untuk ditiru.
Karena secara fitrah, guru dan dan merasa senang
saat melakukan hal-hal yang baik tersebut.
Strategi yang dilakukan dalam menumbuhkan jiwa
kewirausahaan bagi Guru dan Peserta didik, dimulai
dengan melakukan pengumpulan data. Cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai
berikut: 1) Observasi yang digunakan dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sitematis dari segala

96
bentuk pencatatan yang diselidiki. 2) Wawancara
(Interview), berbentuk pengajuan pertanyaan–pertanyaan
secara lisan kepada sumber data dan dilakukan dalam
suatu bentuk tanya jawab secara sistematis. 3)
Dokumentasi, strategi pengumpulan data dengan cara
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, literasi, agenda, foto dsb. 4) Angket yang
merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari reponden dalam arti
leporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
(Sugiyono, 2010).
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
menggunakan angket tertutup. Pertimbangan yang
mendasari penggunaan strategi angket tertutup adalah; a)
responden adalah orang yang paling tahu tentang dirinya
sendiri, b) apa yang dinyatakan responden adalah benar
dan dapat dipercaya, c) interprestasi responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah
sama dengan apa yang dimaksud. Penggunaan angket
memiliki kelebihan dan kelemahan seperti instrumen
lainnya. Terutama tergantung kepada siapa isi persoalan
yang dinyatakannya, kesediaan orang yang menjawabnya
dan keberadaan keterangan-keterangan yang diberikan.
Pada angket tertutup terdapat alternatif jawaban
sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban
yang telah disediakan. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berupa angket. Angket digunakan untuk
mengungkapkan tingkat jiwa kewirausahaan yang telah
dimiliki oleh guru dan peserta didik. Kisi-kisi instrumen
Jiwa Kewirausahaan berjumlah 25 yang diambil dan
dikolaborasikan dari beberapa teori yaitu teori dari
Benedicta, Meredith, Suryana, dan Mardiyatmo. Sebagai
mana yang telah diuraikan di atas, untuk mengetahui
upaya kepala sekolah menumbuhkembangkan jiwa
kewirausahaan kepada guru pembimbing dan peserta
didik melalui prestasi peserta didik, peneliti
menggunakan strategi observasi, wawancara,
dokumentasi, dan angket Pada observasi, peneliti akan
mendapatkan dekripsi permasalahan yang rinci dan
tepat, proses pemecahan masalah yang efisein dan
bertahap serta eksekusi tindak lanjut dapat diekskusi
dengan cepat.

97
Penulis juga melakukan wawancara untuk
mengetahui nilai-nilai kewirausahaan guru dan peserta
didik melalui prestasi peserta didik. Penggunaan
wawancara memungkinkan penulis memperoleh informasi
yang dalam dari guru dan peserta didik secara cepat dan
sesuai dengan keinginan penulis. Informasi yang
diperoleh lebih dipercayai karena dapat dinilai secara
langsung melalui gesture tubuh dan nada informan. Guru
dan peserta didik juga lebih leluasa dalam memberikan
informasi.
Selain itu, penulis juga menggunakan dokumen
dalam upaya memecahkan masalah. Dokumen yang
digunakan berupa foto-foto yang menggambarkan
rencana pelaksanaan kegiatan, proses kegiatan dan hasil
kegiatan. Cara terakhir yang dilakukan oleh penulis
adalah memberikan beberapa pertanyaan atau angket
kepada guru dan peserta didik. Melalui cara ini responden
dapat bebas, jujur dan tidak malu menjawab dan
pertanyaan diberikan standar yang sama.
Kepala sekolah adalah guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai kepala sekolah. Sebagai orang yang
mendapat tugas tambahan berarti tugas pokok kepala
sekolah tersebut adalah guru, yaitu sebagai tenaga
pengajar dan pendidik. Selain itu kepala sekolah juga
harus membina warga sekolahnya agar memiliki jiwa
kewirausahaan dalam segala kegiatan. Hal tersebut perlu
dilakukan agar nilai-nilai yang ada dalam jiwa kewira-
usahaan dapat tertanam dan tumbuh pada warga
sekolah, khususnya guru dan peserta didik. Untuk
menciptakan prestasi peserta didik yang di dalamnya
terdapat jiwa kewirausahaan, ada beberapa tahap yang
dilakukan oleh kepala SMKN 28 Jakarta, yakni sebagai
berikut:
1. Menyusun progam pembinaan
Kepala sekolah bersama dengan guru-guru
khususnya guru pembimbing menyusun progam
pembinaan untuk jangka menengah dan jangka
tahunan pada jangka menengah (untuk kurun waktu
3 tahun) sangat penting disiapkan dalam
menyongsong dan mempersiapkan anak didik dalam
laga lomba tiga tahun yang akan datang. Dalam
program tersebut memuat beberapa aspek penting
antara lain: a) Menetapkan bagaimana merekrut calon

98
peserta, b) Menentukan sistem pembinaan yang akan
diterapkan, c) Menetapkan jadwal pembinaan, d)
Menentukan dan mempersiapkan pembina, e)
Menetapkan alokasi anggaran yang harus disiapkan.

2. Pelaksanaan dan Monitoring


Monitoring dan evaluasi dalam satuan
pendidikan merupakan bagian yang terpenting dalam
sebuah instansi/sekolah. Conor (1974) menjelaskan
bahwa keberhasilan dalam mencapai tujuan,
separuhnya ditentukan oleh rencana yang telah
ditetapkan dan setengahnya adalah bagian dari fungsi
pengawasan. Monitoring yang telah dilakukan oleh
penulis dalam mengawasi guru dan peserta didik
adalah: 1). Monitoring program pembinaan. Kepala
sekolah memantau para peserta lomba mulai pada
saat perekrutan sampai tahap persiapan dan selama
perlombaan berlangsung. 2). Menentukan sistem
pembinaan.
Kepala sekolah menentukan sistem pembinaan yang
akan diterapkan pada peserta lomba dengan membuat
jadwal pembinaan; persiapan lomba, Kepala sekolah dan
guru pembimbing mulai menentukan dan mempersiapkan
segala keperluan untuk lomba. Menanamkan nilai - nilai
kewirausahaan pada guru dan pesreta didik dalam
meraih kejuaraan atau prestasi. Jiwa kewirausahaan
yang di tanamkan adalah jiwa mandiri, berani,
bertanggung jawab, percaya diri, kreatif, inovatif, mampu
berkomunikasi, jujur, dan sebagainya. Kepala sekolah
melakukan tindak lanjut dari permasalahan hasil
monitoring. Menentukan anggaran pembinaan. Proses
monitoring dilakukan dalam upaya menumbuhkan jiwa
kewirausahaan kepada guru dan peserta didik di SMKN
28 Jakarta.

99
Gambar 1. a. Sebagai Probandus, b. Menguji

Pada Gambar 1a Kepala sekolah berperan sebagai


pasien (probandus) yang sedang diperiksa Tanda Tanda
Vital yaitu mengukur tensi darah, suhu tubuh, detak nadi
oleh Maulidya. Gambar 1b, Kepala Sekolah menguji
materi lomba. Dengan menumbuhkan rasa percaya diri,
kreatif, inovatif Maulidya meraih Juara I Lomba
Keterampilan Siswa Asisten Keperawatan di Lombok pada
tahun 2018.

100
Gambar 2. a. Monitoring Pesdik Tata Boga, b. Monitoring Pesdik Perhotelan

Pada Gambar 2a Kepala sekolah monitoring dan


memberi masukkan kepada Guru Pesdik Tata Boga yang
akan mengikuti lomba, sedangkan Gambar 2b Kepala
Sekolah memantau kegiatan Skill Passport atau uji
kompetensi Pesdik Perhotelan.

Peningkatan Prestasi Akademik


Berdasarkan keadaan awal dan proses
menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada warga
sekolah. Hasil yang didapatkan SMKN 28 Jakarta peserta
didik, maupun warga sekolah lain mampu menciptakan
prestasi sesuai dengan bidang dan minatnya masing-
masing, bahkan pihak sekolah melalui bimbingan Kepala
Sekolah mampu membuka kompetensi keahlian Asisten
Keperawatan. Prestasi peserta didik pun cukup
membanggakan mulai dari non akademik hingga
akademik sesuai dengan kompetensi keahlian yang
mereka jalani di sekolah. Guru SMKN 28 pun mampu
berprestasi melalui Olimpiade Guru Nasional dan Guru
Berprestasi. Prestasi Akademik yang dimiliki oleh peserta
didik diantaranya adalah prestasi pada nilai rapot, hasil
USBN, hasil UKK, ketuntasan Uji Sertifikasi, dan hasil
UNBK. Berkaitan dengan karya ilmiah ini, penulis akan
mendeskripsikan jiwa kewirausahaan yang terdapat pada
hasil UNBK .

101
Tabel 1. Hasil UNBK

Tabel di atas menunjukkan hasil prestasi guru dan


peserta didik yang sangat baik. Berdasarkan rekap nilai
UNBK murni diperoleh hasil yang cukup signifikan, pada
tahun 2017 peringkat SMKN 28 berada pada posisi ke 57
dari 63 (sekolah negeri) di tingkat provinsi. Dengan jiwa
wirausaha yang tinggi baik guru dan peserta didik, pada
tahun 2018 berhasil melejit ke peringkat 19 dengan dua
orang pesdik meraih nilai 100 pada pelajaran matematika.
Pada tahun 2019 terjadi peningkatan sembilan peserta
didik memperoleh nilai seratus pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia(1), Bahasa Indonesia(1) dan
Matematika(7).

Prestasi Non-Akademik
Prestasi non akademik yang diraih diantaranya:
lomba LKS, FLS2N, O2SN, PMR, OGN, dan Guru
berprestasi, LA CUISINE, Salon Kuliner di tingkat
Provinsi, Nasional, dan Internasional.

Gambar 3.a. Perolehan piagam dan diploma salon Kuliner

102
3b. La Cuisine (Lomba memasak tingkat Asia)

Gambar 4. Prestasi LKS Nasional

Kesiapan Sekolah dalam Menghadapi Revolusi Industri


4.0
Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang
pembentukan jiwa kewirausahaan melalui ajang lomba
prestasi peserta didik SMK Negeri 28 Jakarta, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa tingkat pembentukan jiwa
kewirausahaan yang dimiliki guru dan peserta didik
dalam ajang lomba prestasi peserta didik SMKN 28
Jakarta berada pada kategori sangat baik yakni sebesar
45. Dari hasil analisis data diketahui bahwa
pembentukan jiwa kewirausahaan guru dan peserta didik
pada ajang lomba pada prestasi peserta didik berada
pada kategori tinggi. Indikator kreatif merupakan

103
indikator yang mendominasi variabel pada pembentukan
jiwa kewirausahaan guru dan peserta didik dalam ajang
lomba pada prestasi peserta didik. Sedangkan indikator
percaya diri merupakan indikator yang terendah di antara
indikator yang lain.

Rekomendasi
Beberapa tindak lanjut yang perlu dilakukan dalam
mengembangkan jiwa kewirausahaan adalah sebagai
berikut: a. guru disarankan agar tidak hanya
mengandalkan proses belajar mengajar dan praktik dari
pihak sekolah saja, di luar lingkungan sekolah pun
peserta didik diharapkan untuk aktif melakukan praktik
dan menginovasi strategi-strategi pembimbingan agar
sifat kreatif dapat terbentuk dengan sendirinya dan untuk
melatih serta menumbuhkan jiwa kemandirian tersebut.
b. Peserta didik disarankan untuk memiliki tingkat
percaya diri yang tinggi, dengan bakat dan naluri yang
mereka miliki tentunya harus diasah lagi dengan berbagai
ilmu dan kompetensi, sehingga dapat menambah
wawasan, pengalaman, serta kemampuan dalam
membentuk jiwa kewirausahaan peserta didik pada setiap
ajang lomba prestasi peserta didik SMKN 28 Jakarta
Sekolah disarankan agar memperbanyak kegiatan-
kegiatan yang bersifat praktikum, supaya peserta didik
bertambah wawasan dan pengalamannya serta
pengetahuannya, selain itu diadakan pengarahan atau
bimbingan-bimbingan yang bersifat psikologis agar mental
peserta didik terlatih dan dapat menumbuhkan rasa
percaya diri yang tinggi. Serta pihak sekolah diharapkan
dapat mencetak anak didik yang berbeda dari sekolah
lainnya dan dapat meraih yang terbaik pada setiap ajang
lomba.

104
Daftar Pustaka
Prihatin, B. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang
Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia
Fathurohman, A. 2013. Upaya Kepala Sekolah dalam
Meningatkan Prestasi Peserta didik di Sekolah,
Skripsi Fakultas Tarbiyah, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Hakim, D. 2012. Pengembangan Pendidikan
Kewirausahaan Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya
untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter
Bangsa.
file://C:/Users/Innovation/downloads/179-332-1-
PB.pdf.[online] diunduh tanggal 20-03-2014
Susilowati, T., Susantiningrum. 2013. Pengembangan
Pendidikan Kewirausahaan dalam upaya
Menumbuhkan Budaya wirausaha pada Peserta
didik Sekolah Menengah Atas (SMK) di Kabupaten
Karanganyar. Jurnal: JKB No. 12. Th. VII. Januari
2013
Kewirausahaan, Program Kepala Sekolah Guru
Pembelajar, 2016.

105
Tentang Penulis
Esta Pinta Siagian, M.Hum
dilahirkan di Kota Pinang pada
tanggal 09 Maret 1963. Alumnus
1982 SMA PPSP IKIP
Rawamangun ini melanjutkan ke
IKIP Jakarta (sekarang
Universitas Negeri Jakarta). Pada
tahun 2009 Juara I seleksi Guru
Berprestasi Jakarta Pusat dan
meraih Juara III Tingkat Provinsi
DKI. Pada tahun 2005 lolos
seleksi Beapeserta didik Magister
Program Universitas Indonesia
kerja dengan Dinas Pendidikan
Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2014 mengikuti Seleksi
Kepala Sekolah Berprestasi dan menjadi Kepala SMKN 33
Kelapa Gading Jakarta. Pada tahun 2014 Di tahun
kelima, empat sekolah negeri telah dipimpinnya. Pada
tahun 2017, menulis buku dengan judul Blessings
Behind Literacy yang menggambarkan prestasi yang
spektakuler selama memimpin SMKN 30. Pada tahun
2017 sampai sekarang memimpin SMKN 28, satu-satunya
sekolah bidang Kesehatan & Pariwisata. Meraih akreditasi
sekolah unggul pada tahun 2019. Penyaji Pengalaman
Terpetik (Narasumber) pada semiloka pengembangan
Budaya sekolah sebagai Penerapan nilai Akhlak Mulia
dan Penguatan Pendidikan Karakter. Penulis dapat
dihubungi melalui nomor HP. 0817 4816439 (WA).

106
PAGUYUBAN DALAM PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Maria Victoria
SMK Negeri 1 Sintang Provinsi Kalimantan Barat
Email: mariavictorias2@yahoo.com

Pentingnya Paguyuban Dalam PPK di SMK


Keseluruhan orientasi pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) memposisikannya berbeda dengan SMA
dalam hal pengelolaan pendidikan dan pembelajaran yang
lebih menitikberatkan pada pencapaian skill dan
keterampilan untuk terjun di dunia kerja. Hal ini sesuai
dengan tujuan SMK menyiapkan lulusan yang dapat
diterima di dunia kerja/dunia industri atau dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi
sesuai dengan program keahlian yang telah dipelajari
sebelumnya serta dapat membuka usaha mandiri dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu diperlukan
program keahlian, praktek kerja lapangan, pendidikan
keahlian ganda di antara sekian pembeda antara SMA
dan SMK.
Bahkan prinsip tripusat pendidikan (keluarga, sekolah
dan masyarakat) menjadi sangat urgen dioptimalkan
dalam penyelenggaraan pendidikan SMK. Dunia Usaha
(DU)/Dunia Industri (DI) yang merupakan bagian dari
peran masyarakat dalam pendidikan tentu saja sangat
dibutuhkan kehadirannya. Tanpa DU/DI penyelenggaran
pendidikan ganda di SMK tidak berjalan. Demikian halnya
peran orang tua/keluarga sangat dibutuhkan
sinergisitasnya dengan sekolah dalam penyelenggaran
pendidikan SMK.
SMK Negeri 1 Sintang merupakan salah satu SMK
memiliki peserta didik terbesar di Provinsi Kalimantan
Barat. Pada tahun pelajaran berjalan, SMK ini memiliki
2201 peserta didik yang dikelompokkan ke dalam 68
rombongan belajar. SMK ini yang tentu saja memiliki
tujuan pendidikan dan karakteristik seperti SMK pada
umumnya. Sekolah yang berdiri tahun 1998 ini hadir
menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat sekitarnya.

107
Sejak berdirinya, SMK ini merupakan SMK teknologi yang
terkenal dengan sebutan STM. Kendatipun telah berubah
nama, namun karakteristik yang menjadi ciri khas
selama ini dengan peserta didik dominan laki-laki dengan
karakter yang keras dan “kegemaran” tawuran masih saja
disandang sekolah ini.
Label tersebut tentu saja menjadi hambatan sekaligus
tantangan dalam pengelolaan SMK ini. Dalam kurun
waktu 21 (dua puluh satu) tahun sejak berdirinya, SMK
ini telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat
serta menggembirakan, khususnya perkembangan jumlah
peserta didik, peningkatan jumlah kompetensi kejuruan
dan fasilitas sekolah serta peningkatan kompetensi
pendidik. Bahkan pada tahun 2019, sekolah ini telah
melakukan pencapaian dalam indikator visi misi sekolah
SDP yang menjadikan SMK ini sebagai SMK Rujukan
Nasional.
Kendati demikian, diakui masih belum optimalnya
pengelolaan sekolah secara internal khususnya rasio
pemenuhan kuantitas tenaga pendidik dan kependidikan
yang relatif rendah, dimana tenaga pendidik PNS baru
separuh dari kebutuhan sekolah sesuai dengan standar
proses permendikbud 2006. Demikian halnya,
penciptaaan sekolah sebagai agen penguatan pendidikan
karakter perlu mendapat perhatian serius khususnya
implementasi disiplin bagi warga sekolah.
Karena itu, di tengah-tengah perkembangan sekolah
ini, masih menyisakan pekerjaan yang perlu
mendapatkan penanganan yang komprehensif di
antaranya kekurangan tenaga pendidik dan kependidikan
dan rendahnya disiplin warga sekolah serta lemahnya
partisipasi orang tua peserta didik dalam mendukung
program sekolah terutama penguatan pendidikan
karakter.
Dalam konteks itu maka dipandang sangat urgen
mengoptimalkan prinsip trilogi pendidikan yakni dengan
menggerakkan komunikasi dan kerjasama yang intens
antara warga sekolah, dan orang tua peserta didik serta
masyarakat di sekitar sekolah. Sinergisitas antara
sekolah, orang tua dan masyarakat yang membentuk
sebuah paguyuban akan menciptakan iklim kondusif
dalam penguatan pendidikan karakter di SMK yang pada
akhirnya akan menghasilkan peserta didik yang balance

108
antara ilmu pengetahuan, keterampilan kejuruan serta
karakternya (sikap).

Manfaat Paguyuban Dalam PPK


Penerapan strategi paguyuban dalam Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) di SMK ini memiliki manfaat
besar bagi pembentukan serta penguatan pendidikan
karakter bangsa di lembaga pendidikan pada umumnya
dan satuan pendidikan SMK pada khususnya. Hasil dari
penerapan strategi dapat digunakan sebagai rujukan bagi
seluruh komponen tripusat pendidikan.
a. Bagi bangsa pada umumnya, strategi ini dipandang
sebagai salah satu strategi implementasi Penguatan
Pendidikan Karakter pada semua jenjang pendidikan,
sehingga disarankan dapat dijadikan sebuah Gerakan
Nasional Pelibatan Orang Tua Dalam Paguyuban
Kelas.
b. Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
strategi ini sebagai bahan kajian untuk kebijakan
implementatif Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
pada setiap jenjang pendidikan khususnya pada SMK
bidang teknologi.
c. Penerapan Strategi ini juga dapat bermanfaat bagi
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, yakni dapat
dijadikan dasar untuk memberikan peraturan wajib
bagi seluruh sekolah dibawah naungannya
melaksanakan pendidikan keluarga di sekolah.
d. Bagi sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan,
penerapan strategi ini dapat membantu penguatan
karakter peserta didik serta menemukan metode yang
tepat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
peserta didik secara efektif dan efisien.
e. Peserta didik menjadi objek yang terlayani dengan baik
serta berdampak pada menguatnya karakter mereka
dan berkurangnya angka putus sekolah dan
pelanggaran aturan sekolah.

Strategi Implementasi Paguyuban Dalam PPK Untuk


Meningkatkan Karakter
Pendidikan adalah sebuah proses yang tak
berkesudahan yang sangat menentukan karakter bangsa
pada masa kini dan masa datang, apakah suatu bangsa
akan muncul sebagai bangsa pemenang, atau bangsa

109
pecundang sangat tergantung pada kualitas pendidikan
yang dapat membentuk karakter anak bangsa tersebut.
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, karakter ialah
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah membimbing
anak untuk secara sukarela mengikatkan diri pada nilai.
Sebagaimana dikemukakan oleh Profesor Phenix
pendidikan karakter adalah “voluntary personal
commitment to values” (Buchori, 2007).
Saat ini Pendidikan watak diformulasikan menjadi
pelajaran agama,
pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti,
yang program
utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif
semata. Lebih mendalam sedikit sampai ke penghayatan
nilai secara afektif. Pendidikan dalam semua jenjang
harus dikondisikan agar membawa anak kearah
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara
afektif, akhirnya kepada pengamalan nilai secara nyata.
Pembentukan karakter peserta didik di satuan akhir
seperti di SMK telah melewati beberapa tingkat, sejak
anak melalui pendidikan pertama di keluarganya, SD dan
SMP, maka tentu saja idealnya mereka dikatakan siswa
yang berkarakter. Ironisnya meskipun telah melewati
jenjang pendidikan yang relatif panjang tetap saja belum
menjamin mereka memiliki karakter yang mulia. Disadari
bahwa kondisi karakter bangsa ini sedang dalam proses
pembentukan. Kondisi karakter generasi muda saat ini
juga masih jauh dari harapan sikap sopan dan santunnya
bangsa. Beberapa contoh remaja cewek menggunakan
pakaian minim, rok dan baju yang menampakkan bagian
tubuh tertentu yang dapat mengundang kejahatan bagi
pria yang melihatnya.
Selanjutnya dalam pengumuman kelulusan peserta
didik tingkat SMA/SMK ada aksi coret baju seragam dan
konvoi yang dapat berakibat macet jalanan dan
terganggunya ketertiban lalu lintas. Berbicara dengan
orang tua sambil terus menggunakan HP, berpapasan
dengan orang lain sudah tidak mengucapkan salam atau
kata permisi, kesadaran menjaga fasilitas umum
berkurang, bahkan kondisi mereka kini telah semakin
memprihatinkan dengan banyaknya peserta didik yang

110
tidak dapat menamatkan bangku sekolahnya akibat
terlibat berurusan dengan kepolisian serta pergaulan
bebas yang berakibat kehamilan dan menikah dini serta
masih banyak lagi kondisi lainnya.
Penerapan pendidikan karakter di satuan pendidikan
termasuk SMK dimulai sejak tahun 2010 dengan
dimasukkan 18 nilai dalam karakter dalam penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
mengintegrasikan nilai tersebut dalam materi yang
diajarkannya. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018
tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan
Pendidikan Formal disebutkan bahwa PPK pada satuan
pendidikan diselenggarakan dengan mengoptimalkan
fungsi kemitraan tripusat pendidikan; 1) sekolah, 2)
keluarga dan 3) masyarakat. Optimalisasi penerapan PPK
di SMK dapat melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler
dan ekstrakurikuler secara kreatif dan terpadu.
Implementasi pendidikan karakter di SMKN 1 Sintang
telah dilakukan kendatipun belum maksimal dengan
indikasi beberapa permasalahan yang telah
teridentifikasi. Kepala sekolah telah dan terus
memaksimalkan ikhtiar menerapkan PPK dan Gerakan
Nasional Revolusi Mental di lembaga ini. Dengan
memperhatikan konsep penguatan pendidikan karakter
dan kondisi di lapangan, maka dipilih sebuah Strategi
Paguyuban sebagai pemecahan masalah pada penguatan
pendidikan karakter di sekolah ini. Strategi ini dipandang
sebagai integrasi implementasi konsep penguatan
pendidikan karakter dan konsep program pendidikan
keluarga di sekolah. Adapun prosedur yang dilakukan
dalam strategi ini sebagai berikut:
Pertama, Orientasi Program Sekolah. Pada tahap ini,
sekolah melakukan orientasi program sekolah kepada
seluruh orang tua siswa peserta didik dalam bentuk
kegiatan pertemuan, sosialisasi dan apel Bersama.
Terdapat dua kegiatan utama pada tahapan ini, yaitu:

1) Penerimaan peserta didik baru


Pelibatan orang tua sebagai implementasi program
pendidikan keluarga di sekolah dimulai pada saat
penerimaan peserta didik baru. Ketika pengumuman
kelulusan peserta didik baru, kegiatan yang wajib

111
dilakukan orang tua peserta didik yang diterima
adalah mengikuti rapat sosialisasi program-program
sekolah dan rambu-rambu SMKN 1 Sintang.

2) Apel orang tua pada hari pertama masuk sekolah


Kegiatan ini sebetulnya didasarkan pada gerakan
mengantar anak pada hari pertama masuk sekolah
yang merupakan program kementerian pendidikan
dan kebudayaan sebagai upaya dalam melibatkan
peran serta keluarga dalam kerjasamanya sekaligus
sebagai mitra sekolah. Fokus kegiatannya adalah apel
bersama anak pada pembukaan masa pengenalan
lingkungan sekolah dengan memperkenalkan para
tenaga pendidik dan kependidikan sebagai front
terdepan yang akan saling berhadapan sebagai mitra
utama orang tua selama tiga tahun kedepan. Kegiatan
ini diharapkan agar orang tua dan peserta didik
mendapatkan kesan pertama yang baik tentang
sekolah dan iklim pendidikan barunya di SMK.

Gambar 1. Apel Hari Pertama Masuk Sekolah Peserta Orangtua Siswa

112
Kedua, Pembentukan Paguyuban Kelas. Pada
tahapan ini dilakukan pembentukan Paguyuban kelas.
Paguyuban kelas ini adalah sebuah organisasi dari
kumpulan para orang tua yang sekurang-kurangnya
terdiri dari Ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara,
seksi-seksi dan anggota yang dibutuhkan dalam
kelompok. Wali kelas peserta didik ditunjuk sebagai
pendamping dalam paguyuban kelas yang diantaranya
bertugas memfasilitasi kebutuhan anggota dalam grup
paguyuban tersebut.
Paguyuban ini dimaksudkan agar terjadinya
sinergisitas yang baik dari orangtua dan pihak sekolah
dalam pembentukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
peserta didik. Pembentukan paguyuban ini dilakukan
setelah pembagian rombongan belajar sehingga jumlah
paguyuban sebanyak jumlah rombongan belajar. Di
antara tujuan paguyuban adalah (1) memfasilitasi antara
kepala sekolah, guru dan sesama orang tua lainnya, (2)
mengenal lingkungan sekolah, (3) mengenal secara
pribadi guru yang akan menjadi pendidik anak di sekolah,
(4) menentukan jadwal pertemuan dengan wali kelas dan
jadwal kelas kepada orang tua, (5) menyampaikan
harapan dan usulan kepada pihak sekolah, serta (6)
membantu menginformasikan riwayat anak agar
memudahkan dalam penyelesaian masalah peserta didik.

Gambar 2. Pembentukan Paguyuban Orangtua

113
Ketiga, Parenting Class (kelas orang tua). Tahapan
ini merupakan kegiatan dalam bentuk pertemuan yang
bertujuan untuk membangun kesadaran orang tua / wali
akan pentingnya terlibat dalam pendidikan anak,
termasuk didalamnya adalah mengembangkan
lingkungan belajar yang aman, nyaman dan
menyenangkan. Kegiatan ini disponsori oleh paguyuban
masing-masing kelas. Manfaat yang diperoleh dengan
mengikuti kelas orang tua di samping dapat menambah
pengetahuan dan ketrampilan dalam mendampingi anak
di rumah, memberikan masukan tema-tema yang
dibutuhkan untuk pertemuan berikutnya serta sharing
pengalaman dalam keberhasilan mendidik anak-anaknya.
Untuk menyelaraskan antara berbagai kesibukan dan
pekerjaan serta domisili pihak orang tua dengan sekolah,
maka kelas wajib untuk orang tua hadir mengikuti kelas
orang tua di sekolah ini dua kali dalam setahun.

Gambar 3. Suasana Kelas Orangtua (Parenting Class)

Materi wajib yang dipilih untuk diberikan pada satu


tahun paguyuban kelas adalah Pola asuh positif dan
mendidik anak di era digital. Materi ini diberikan dalam 2
kali pertemuan, yakni pertemuan pertama pada semester
ganjil dan pertemuan kedua pada semester genap. Dalam
kesempatan ini orangtua tidak hanya mengenal jenis-jenis

114
alat elektronik serta komunikasi yang sedang trend
digunakan oleh anak-anak mereka, namun juga
diperkenalkan dan diajarkan menggunakan medsos yang
akrab dengan dunia sehari-hari anaknya seperti facebook,
instagram, path, line serta tiktok. Dengan mengenal dan
memiliki akun medsos yang dimiliki pula oleh anak-anak
mereka, diharapkan dapat berteman serta mengontrol isi
akun dan mengarahkan postingan peserta didik pada hal-
hal yang positif.
Keempat, Evaluasi dan Tindak Lanjut. Untuk
melakukan pemantauan dan apresiasi terhadap hasil
belajar anak, maka melalui paguyuban orang tua ini
dilakukan evaluasi yang dapat dijadikan sebagai tindak
lanjut dalam pembinaan peserta didik pada jenjang
berikutnya. Pada tahapan ini, kegiatannya dapat
dilakukan setiap akhir semesteran (6 bulan), akhir tahun
pelajaran (tahunan) dan dan penamatan (3 tahunan).

1) Penerimaan Hasil Belajar


Agenda wajib dihadiri oleh orangtua setiap semester
adalah penerimaan hasil belajar peserta didik, sehingga
selama 3 tahun pendidikan anak maka setidaknya
enam kali normalnya orang tua hadir dalam kelas.
Dalam kesempatan ini orangtua sebagai pendidik yang
utama dan terutama menunjukkan kepedulian,
dukungan serta penghargaan pada sekolah dan wali
kelas terhadap perkembangan anak-anak mereka. Pada
kesempatan itu terjadi komunikasi antara orang tua
dan wali kelas serta guru di sekolah tentang
perkembangan anak serta program sekolah di semester
atau tahun berikutnya sebagai perbaikan dan
penguatan berkelanjutan.

2) Pentas Akhir tahun


Pola pelaksanaan pentas akhir tahun di smk yang ini
dilaksanakan pada saat pengukuhan peserta didik
baru dalam kegiatan kepramukaan sekolah. Kegiatan
ini dimasukkan dalam agenda pramuka mengingat
keterbatasan waktu dan mengoptimalkan kehadiran
orang tua saat anak mereka akan dikukuhkan menjadi
anggota sah gugus depan smk ini. Dalam kegiatan
pentas akhir tahun ini peserta didik menampilkan
kemampuan mereka dalam berbagai atraksi sesuai

115
minat dan bakat serta kegiatan ekstra yang mereka
ikuti selama satu tahun. Setiap anak terwakili dalam
kelompok maupun individu menampilkan kebolehan
mereka dibidang seni, olahraga, keagamaan maupun
ilmu pengetahuan.

Gambar 4. Pentas Akhir Tahun

3) Pelepasan Peserta Didik


Sebagai bagian akhir dari keterlibatan orang tua dalam
bentuk paguyuban pada program pendidikan keluarga di
sekolah adalah penerimaan hasil ujian nasional ataupun
pengumuman kelulusan anak mereka pada hari
pelepasan ataupun hari perpisahan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan puncak sebagai lambang seorang
peserta didik telah berhasil menempuh pendidikannya di
satuan pendidikan. Acara pelepasan ini didesain untuk
mencitrakan seorang lulusan yang elegan berwibawa
menggunakan jas dan kebaya dengan pengalungan
medali lambang almamater serta amplop kelulusan yang
dikemas dalam suatu tabung lambang jurusan masing-
masing alumni. Untuk lebih jelasnya, prosedur strategi
implementasi Paguyuban dalam PPK di SMK Negeri 1
Sintang ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

116
Gambar 5. Prosedur Strategi Implementasi Paguyuban Dalam PPK Di SMKN 1
Sintang

Penurunan Indisipliner dan Kasus Siswa Setelah


Penerapan Paguyuban dalam PPK
Penerapan strategi ini dalam menyelesaikan
permasalahan di SMKN 1 Sintang menunjukkan hasil
yang menggembirakan dan membuat pencapaian hasil
yang baik untuk pembentukan Karakter atau softskill
peserta didik. Sebelum strategi ini dilakukan, mindset
orangtua dan masyarakat pada umumnya beranggapan
bahwa perilaku, sikap dan budaya anak-anak SMK yang
terkenal dengan julukan STM adalah mutlak hasil
bentukan dan tanggung jawab sekolah, kepala sekolah
dan guru. Namun melalui penerapan strategi ini mindset
orangtua dan masyarakat luas berubah dengan
menyadari bahwa baik buruknya sikap, tabiat serta
prilaku peserta didik SMK ini merupakan tanggung jawab
dan perpaduan bentukan bersama antara orangtua,
masyarakat dan sekolah. Sehingga Keluarga, masyarakat
dan sekolah sama-sama arah dan jalannya seiring dalam
merencanakan dan menerapkan prilaku serta budaya
positif di rumah dan di sekolah.

117
Performance peserta didik, tenaga pendidik, orang tua
serta masyarakat sekitar SMK relatif tidak searah.
Masing-masing meyakini kebiasaan dan budaya karakter
dirinya sudah baik. Dengan telah berubahnya mindset
warga sekolah dan orang tua serta masyarakat terhadap
SMK maka walaupun sekolah ini sekolah teknologi yang
identik dengan perilaku kasar, keras dan berandal, tetapi
tetap memperhatikan dan menjaga performance sebagai
model dasar dalam pembentukan karakter semua warga
sekolah. Melalui penerapan strategi ini ditemukan
perubahan dengan indikator sebagai berikut :
a) Tenaga pendidik tampil dengan performance yang
sopan dan meyakinkan setiap hari mengajar.
b) peserta didik telah mematuhi tata tertib berpakaian
dan berpenampilan sebagai seorang peserta didik
SMK yang berkarakter.
c) telah terjadi penurunan peserta didik yang berkasus
secara signifikan, sebagai mana terlihat dalam tabel
di bawah ini.

Tabel 1. Jumlah riwayat penanganan kasus melalui


layanan BP/BK
Jumlah Tidak Keterangan
Tahun
N0 Berkasus ada
Pelajaran
kasus
2016 – 1977 1831 Sebelum strategi
1. 146
2017 diimplementasikan
2017-2018 2136 2015
2. 121
Sesudah strategi
2018 – 2201 2115 diimplementasikan
3. 86
2019
Sumber: Dokumentasi Layanan Konseling dan
penanganan kasus BPBK

Lebih lanjut hasil implementasi paguyuban dalam PPK


telah terlihat perubahan sikap peduli dan komunikasi
yang efektif dari orang tua kepada sekolah. Pagi hari
sekitar pukul 6.15 wib terlihat di depan gerbang sekolah
ramai orang tua yang mengantarkan anaknya untuk
segera membersihkan lingkungan dan melaksanakan
literasi. Bagi peserta didik yang tidak dapat hadir terlihat
pula orang tua yang datang langsung menemui para wali
kelas untuk menyampaikan keadaan anak mereka serta
meminta petunjuk untuk tugas yang dapat dikerjakan

118
oleh anaknya sebagai upaya mengejar ketertinggalan
akibat tidak dapat hadir mengikuti PBM.
Demikian halnya, sikap sopan santun menjadi lebih
kuat bagi peserta didik, pendidik dan orang tua. Salam,
sapa dan senyum setiap hari didepan gerbang sekolah
oleh pendidik yang bergantian sesuai jadwal, pembersihan
kelas dan lingkungan oleh peserta didik yang piket serta
literasi 15 menit sebelum PBM dimulai telah menjadi
budaya di sekolah ini.

Meningkatnya Citra Sekolah


Berbeda dengan kondisi setelah strategi ini
diimplementasikan, terlihat terjadi perubahan yang luar
biasa. Orang tua aktif membicarakan dan menyusun
rencana untuk menata ruang kelas anak mereka belajar;
mengecat kelas, membeli kipas angin, kursi, serta
membeli gorden bagi jendela kelas yang terkena matahari
langsung serta gordennya sudah rusak. Seluruh warga
sekolah tanpa diperintahkanpun melakukan pembersihan
dan tetap menjaga kebersihan lingkungan sekolahnya.
Toilet sebagai salah satu indikator sekolah sehat tetap
terjaga kebersihannya. Bahkan orang tua melalui program
dalam paguyuban kelasnya mengagendakan arisan orang
tua dalam pertemuan rutin bulanan di kelas anak
mereka, dilaksanakan pada Hari Sabtu kedua setiap
bulan.
Prinsip Bekerja dan Belajar semampunya yang selama
ini tertanam dalam mindset warga sekolah yang
menganggap bahwa SMK ini sebagai SMK teknologi yang
identik dengan keras / kasar serta tawuran menjadi hal
yang biasa. Namun setelah strategi ini dilaksanakan,
terjadi lompatan perubahan yang luar biasa. Karakter
pendidik dan peserta didik menjadi suatu hal yang
berbeda dengan keadaan warga STM pada umumnya.
Kesadaran akan pentingnya memiliki sikap, pengetahuan
dan ketrampilan yang baik menjadi khas dalam setiap
melakukan aktifitas di sekolah dan masyarakat.
Beberapa indikator perubahan dalam hal semangat
kerja dan belajar sebagai berikut:
a) Semangat datang lebih awal, berpakaian yang rapi dan
sesuai aturan hari yang berlaku, membersihkan kelas
serta lingkungan, membaca buku maupun bahan
digital saat sebelum pembelajaran pagi dimulai,

119
bahkan melakukan ibadah sholat dhuha bagi yang
muslim tampak dilakukan penuh kesadaran.
b) Peserta didik menunjukkan kemampuan dan
prestasinya sesuai dengan potensi masing-masing,
baik akademik, seni, olahraga maupun kegamaan dan
sosial.
c) Keikutsertaan Kegiatan dan lomba yang dilakukan di
tingkat kabupaten membuahkan prestasi, kekaguman
dan sanjungan terhadap SMK serta memposisikan
SMK Negeri 1 Sintang sebagai satu-satunya SMK yang
ditakuti dalam berbagai pertandingan. Bahkan tingkat
provinsi maupun nasional SMK Negeri 1 sintang
menjadi wakil untuk provinsi Kalimantan Barat di
even-even nasional, baik melalui pertandingan
maupun penunjukkan langsung.
d) Semangat mengabdi serta mendidik dengan
pendekatan karakter kepada anak juga ditunjukkan
oleh seluruh tenaga pendidik dalam berbagai
kreativitas dan inovasi yang telah dilakukan
menempatkan SMK ini menjadi SMK Rujukan
Nasional.
Perubahan signifikan terjadi pada warga sekolah
dengan penerapan PPK. Strategi ini berdampak kuat
terhadap pencitraan kelembagaan. Pada akhirnya
dukungan pemerintah dan dunia usaha terhadap lembaga
ini terus meningkat.

Meningkatnya Keterserapan Output Oleh DUDI


Dampak lain implementasi paguyuban dalam PPK ini
adalah terjadinya peningkatan serapan out put SMK
Negeri 1 Sintang pada DU/DI, bahkan pada saat peserta
didik sedang magang sudah diboking oleh DUDI tempat
mereka magang. Dengan bekal pengetahuan,
keterampilan ditambah karakter yang dimiliki peserta
didik, maka menjadi suatu nilai tambah dan daya jual
bagi sekolah dalam memasarkan tamatannya. Budaya
dan Karakter kerja telah menjadi ikon lainnya yang
dimiliki oleh lulusan SMK Negeri 1 Sintang. Pada tahun
pelajaran 2017-2018 lulusan jurusan tertentu seperti
Teknik Geomatika, Teknik Distribusi Listrik dan Teknik
Instalasi Listrik semua lulusannya terserap di dunia
kerja.

120
Strategi pemberdayaan paguyuban ini hanyalah
sebuah ikhtiar untuk mengembangkan pendidikan SMK
sebagai locomotif pendidikan dan pelatihan yang bermutu
untuk mewujudkan lulusan yang beriman dan bertaqwa,
berkarakter, unggul kompetetif, mandiri serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, strategi ini
perlu dikembangkan lagi sesuai dengan iklim, kondisi,
tuntutan dan tantangan SMK ke depan.

121
Daftar Pustaka
Buchori, M. 2007. Character Building dan Pendidikan
Kita (online),
Tersedia:http://www.kompas.co.id/kompascetak/0
607/26/opini/2836169.htm
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Menjadi Orang
Tua Hebat. (Jakarta: 2017)
------. Konsep dan Pedoman PPK. (Jakarta: 2019)
------. Pedoman Pemilihan Kepala SMK Berprestasi Tingkat
Nasional 2019, (Jakarta: Direktorat Jendral Guru
Dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Pembinaan
Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2019)
Nurokhim, B. Membangun Karakter dan Watak
BangsaMelalui Pendidikan Mutlak Diperlukan.
Tersedia
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/Artike
lCakrawala/tabid/125/articleType/ArticleView/arti
cleId/200/Default.aspx
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter.

Sudrajat, A. Konsep Evaluasi Program Bimbingan dan


Konseling. Tersedia :
akhmadsudrajat.wordpress.com. [3 Februari
2010]
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Nasional.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Departemen Pendidikan
Nasional.

122
Tentang Penulis
Maria Victoria, M. Pd dilahirkan di
Sintang pada tanggal 13 Oktober
1973. Menyelesaikan Pendidikan
Dasar pada SD Negeri 12 Jerora
Sintang pada tahun 1985. Kemudian
menyelesaikan Pendidikan di SMP
Panca Setya Sintang tamat tahun
1988. Setelah itu menyelesaikan
Pendidikan Menengah Atas pada SMA
Negeri 1 Sintang tahun 1991.
Menyelesaikan Pendidikan S1 pada Universitas Tanjung
Pura Pontianak pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Program Studi Bahasa Inggris pada tahun
1997. Selanjutnya menyelesaikan Pendidikan S2 pada
Jurusan Pengembangan Kurikulum Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung, Lulus Tahun 2010
melalui program Tugas Belajar Pemda Kabupaten Sintang.
Beberapa Karya Tulis telah diterbitkan: Upaya
Meningkatkan Output SMK Melalui PRAKERIN diterbitkan
pada Buletin LPMP Tahun 2012, Pengelolaan SMK di
Daerah 3T dengan Strategi 4 DO IT merupakan naskah
prosiding pada Simposium Guru Nasional Tahun 2015.
Menjadi Finalis Guru Prestasi Nasional Tahun 2012 dan
Menjadi Finalis Kepala SMK Prestasi tahun 2019.
Merupakan Narasumber Nasional Implementasi
Kurikulum 2013 serta aktif menjadi pembicara dalam
kegiatan Pendidikan. Bertugas Pertama Kali Menjadi PNS
Guru Tahun 2000. Diangkat sebagai Kepala Sekolah
Daerah 3T sejak tahun 2012 sampai dengan 2016 pada
SMK Negeri 1 Ketungau Tengah. Menjadi Kepala SMK
Negeri 1 Sintang sejak 2016 sampai dengan sekarang.
Berdomisili di Jl. MT. Haryono Km 4 BTN. Cipta Mandiri
1 Sintang, CP 081287238802.

123
PEMANFAATAN WAKTU LUANG
MEMBANGUN KUALITAS SEKOLAH
Rizal Alamsyah
SMK Al Amanah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
rzl_alams@yahoo.co.id

Pentingnya Pemanfaatan Waktu Luang


Sekolah menengah kejuruan (SMK) Al Amanah
merupakan satuan pendidikan di bawah naungan
Yayasan Amanah Putera, yang bertempat di jalan Terusan
Cibaduyut Komplek Cibogo Indah, Desa Cangkuang
Kulon, Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung,
berdiri pada tahun 2010. Penulis awal bertugas sebagai
kepala sekolah semenjak tahun 2011 sampai dengan
sekarang, kurang lebih sudah 8 (delapan) tahun. Pada
saat itu merupakan keputusan yang sangat luar biasa
untuk penulis karena harus menentukan pilihan menjadi
kepala sekolah dalam usia muda yaitu baru menginjak 27
tahun dan belum ada pengalaman untuk memimpin
sekolah. Selain itu, bukan hanya kurangnya pengalaman
melainkan tantangan terbesar dengan amanah yang
diemban adalah mengenai fasilitas dan sarana prasarana
yang terbatas untuk SMK Al Amanah. Pada tahun 2011
diberikan kepercayaan 3 (tiga) ruangan utama yang
diperuntukan sebagai ruangan kepala sekolah, tata
usaha, guru, ruang kelas dan ruang paraktik siswa,
sehingga ada satu ruangan yang digunakan secara
bersamaan, serta jumlah siswa hanya berjumlah 17
(tujuh belas) orang.
Sekolah mempunyai tanggungjawab besar bagaimana
bisa mewujudkan harapan orangtua siswa dalam
mengembangkan potensi serta kompetensi peserta didik
untuk menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di
dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), terlebih bisa
menjawab tantangan masa depan. Semenjak itu, tekanan
berubah menjadi sebuah tantangan buat diri penulis
bagaimana bisa mengembangkan keterbatasan itu
menjadi sebuah kekuatan yang bisa dimanfaatkan untuk

124
kemajuan dan meningkatkan kualitas pendidikan di SMK
Al Amanah.
Kualitas sekolah dapat ditunjukkan dengan beberapa
faktor yang mendukungnya di antaranya: profesionalitas
guru, prestasi guru, prestasi siswa, lulusan yang siap
bekerja, mutu layanan, sarana prasarana yang
menunjang proses pendidikan dan tumbuhnya budaya
kewirausahaan. Tentunya untuk membangun kualitas
sekolah tidaklah semudah membalikan telapak tangan
melainkan dengan melalui proses yang panjang dan perlu
kerja keras melibatkan semua warga sekolah.
Warga sekolah harus bisa bekerjasama dengan baik,
sehingga akan mempermudah langkah dalam mencapai
tujuan yang diharapkan untuk peningkatan kualitas
sekolah, tetapi melihat keadaan pada saat itu sangat
memprihatinkan bagaimana bisa mengembangkan
kualitas sekolah kalau masih ada guru dan staf sekolah
yang bekerja belum maksimal seperti guru tidak sesuai
dengan kualifikasi pendidikan, sikap guru, kehadiran
guru kurang baik, staf tenaga kependidikan kurang bisa
bekerjasama dengan baik, sehingga berimbas kepada
prestasi siswa. Apabila hal tersebut dibiarkan akan
berdampak penilaian negatif dari masyarakat terhadap
sekolah.
Permasalahan yang ada harus dapat diatasi agar
mendapatkan hasil sesuai harapan, penulis
memanfaatkan waktu luang (leisure time) dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah untuk pembinaan dan
pengembangan kualitas sekolah yang lebih baik seperti
menerapkan pembiasaan etika dan keagamaan,
pelatihan/diklat, olahraga bersama, multi aktivitas
kekeluargaan dan kebersamaan serta evaluasi untuk
melihat ketercapaian tujuan sekolah sebagai bahan
tindak lanjut untuk memaksimalkan usaha perbaikan.
Waktu luang (leisure time) dapat dimanfaatkan dengan
yang lebih baik dan terarah terhadap perkembangan yang
diharapkan, sehingga upaya tersebut akan menghasilkan
nilai yang positif terhadap pendidikan khususnya SMK Al
Amanah yang penulis pimpin, sehingga berimbas
terhadap peningkatan membangun kualitas sekolah.

125
Strategi Pemanfaatan Waktu Luang
Leisure time dalam bahasa Indonesia disebut waktu
luang/senggang terdiri dari dua kata, kata pertama
memegang kunci untuk mengetahui pengertiannya. Kata
leisure berasal dari kata licere yang berarti diperkenankan
(to be permitted) atau menjadi bebas (to be free). Kata lain
dari leisure adalah loisir berasal dari bahasa Perancis
yang berarti waktu luang (free time), George Torkilsen
(Januarius, 2011: hlm.5). Sukadijo (2000: hlm.5-6)
melihat arti istilah waktu luang dari 3(tiga) dimensi.
Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai
waktu yang tidak digunakan untuk “bekerja”; mencari
nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan
hidup. Melihat dari dimensi pengisian, waktu luang
adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan
sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan
sesuka hati. Selain itu dilihat dari sisi fungsi, waktu luang
adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana
mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi,
kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi,
sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi, sebagai
kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau
sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Strategi pemanfaatan waktu luang (leisure time) SMK
Al Amanah pemangfaatan waktu luang diarahkan kepada
pengelolaan yang terprogram dan bersifat situasional,
aktivitas ini dilakukan melalui aktivitas menyenangkan
melibatkan semua orang dengan tujuan yang lebih
berguna, misalkan untuk menggali kemampuan guru,
memotivasi, membangun kebersamaan, kerjasama,
komunikasi, hubungan sosial dan lain sebagainya.
Strategi yang diterapkan di SMK Al Amanah adalah
memanfaatkan waktu luang (leisure time) untuk
membangun kualitas sekolah. Sasarannya terhadap
warga sekolah untuk mengembalikan semangat dan
motivasi dalam berkerja serta pemangfaatan waktu luang
ini untuk menunjang atau mengurangi tingkat kejenuhan
dan hubungan sosial terhadap rekan kerja atau temannya
sekaligus membina profesionalitas kerja.

126
Gambar 1. Strategi Pemanfaatan Waktu Luang

Pemanfaatan waktu luang ditunjukkan dalam gambar


1 yang menggambarkan alur leisure time untuk
membangun kualitas sekolah, melalui pembiasaan
budaya sekolah, aktivitas fisik dan kebugaran,
multiaktivitas kebersamaan dan kekeluargaan,
diklat/pelatihan dan kegiatan evaluasi. Pertama,
pembiasaan budaya sekolah dilakukan untuk
menanamkan karakter kepada siswa melalui aktivitas
pembinaan yang dilakukan dalam kegiatan rutin
keseharian dimulai dari masuk sekolah hingga keluar jam
sekolah. Pembiasaan awal masuk sekolah (morning day),
dengan masuk sekolah pukul. 06.30, melakukan aktivitas
30 menit sebelum jam pelajaran untuk melatih nilai
karakter guru, staf dan siswa yang mandiri, Gotong
Royong, sebagai berikut: 1). Guru datang bersamaan
menyambut dan menemani siswa. 2). Siswa berbaris
rapih dan memeriksa kelengkapan seragam sekolah. 3).
Mengabsen kehadiran masing-masing kelasnya. 4).
Menyanyikan lagu wajib nasional. 5). Membacakan
Asma’ul Khusna dan Do’a bersama. 5). Membaca surat
pendek Al Qur’an.
Beberapa kegiatan lain yang dilakukan di SMK Al
Amanah adalah sebagai berikut:

127
1) Menjadwalkan kegiatan mentoring keagamaan dalam
satu minggu sekali, kajian rutin baca tulis qur’an dan
kajian ibadah islam untuk melatih karakter yang
religius terhadap warga sekolah.
2) Menggerakan Discipline Day yang dilakukan setiap
hari terutama di hari Senin dan Jum’at. Untuk melatih
kedisiplinan untuk hadir tepat waktu dan mengikuti
aturan-aturan yang ada di sekolah untuk melatih
integritas semua warga sekolah.
3) Melaksanakan Upacara Bendera rutin pada hari senin,
menyanyikan lagu kebangsaan dan peringatan hari
besar untuk meningkatkan Nasionalisme.
4) Melaksanakan aktivitas bersama dalam menjaga 5K
dalam setiap hari terutama dalam aktivitas gotong
royong yang dilakukan hari Jum’at.

Gambar 2. Pembiasaan Budaya Sekolah

Kedua, Aktivitas fisik dan kebugaran dilakukan


melalui program olahraga bersama yang melibatkan
semua warga sekolah agar fisiknya selalu bugar tidak
mudah sakit dan lelah serta juga untuk mendukung
aktivitas pendidikan yang ada di SMK Al Amanah.
Kegiatan yang dilakukan seperti berikut ini:
1) Menjadwalkan aktivitas olahraga bersama dalam satu
minggunya diluar jam PJOK dan Ekstrakulikuler
maksimal 2 (dua) jam pelajaran sebelum mata
pelajaran sekolah dimulai (olahraga/senam bersama)
biasanya dilaksanakan pada hari jum’at dengan
program tambahan bersih-bersih untuk menjaga
kesehatan diri dan lingkungan sekolah.
2) Bisa juga melalui aktivitas olahraga rekreasi yang
sepontan dilakukan untuk dilaksanakan semua warga
sekolah diluar jam pembelajaran dengan sebuah

128
permainan atau aktivitas olahraga rekreasi seperti
berangkat ke sekolah dengan bersepeda, berjalan, lari.

Gambar 3. Olahraga Bersama Pembinaan Aktifitas Fisik dan Kebugaran

Ketiga, multiaktivitas kebersamaan dan


kekeluargaan Aktivitas kebersamaan ini dikemas dalam
memanfaatkan setiap waktu senggang dan dapat
dilakukan dengan sepontan seperti, beres-beres dan
bersih-bersih bersama warga sekolah, berkumpul diskusi
kecil tetang permasalahan atau aktivitas kerja di sekolah,
makan bersama (botram) dan nyanyi bersama (karaokean)
serta aktivitas kebersamaan lainnya. Bisa juga melalui
aktivitas rekreasi yang diagendakan pada akhir
pembelajaran atau menjelang masuk sekolah semester
awal atau sebelumnya, minimal 1(satu) tahun sekali
seperti (outbound, family gathering/fun team building,
campany outing, dll).

Gambar 4. Multi aktivitas Kebersamaan dan Kekeluargaan

129
Keempat, diklat/pelatihan, memotivasi dan
memberikan pemahaman kepada warga sekolah yang ada
di sekolah termasuk siswa bagaimana arti penting
peningkatan kompetensi terkini untuk menjawab
tantangan masa depan dengan melibatkan DU/DI. Waktu
dan tempat pelaksanaan disesuaikan di luar kegiatan
efektif belajar seperti pada sebelum memasuki tahun
pelajaran baru bertepatan dengan in house training (IHT)
atau pada akhir semester, materi diklat pengembangan
diri ini untuk meningkatkan kompetensi berdasarkan
hasil identifikasi permasalahan sekolah yang perlu di
perbaiki atau dikembangkan, seperti pelatihan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK), kewirausahaan, wawasan
kebangsaan, teknologi terbarukan, dan pelatihan khusus
pengembangan kompetensi keahlian serta penanaman
pentingnya menjaga kesehatan untuk kebugaran tubuh
melalui seminar atau workshop sebagai salah satu
meningkatkan kulitas sekolah berhubungan dengan
kinerja sumber daya manusia yang ada di sekolah.

Gambar 5. Seminar dan Pembekalan Uji Kompetensi Usaha Perjalanan Wisata

Kelima, kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan


dengan program yang sudah dibuat seperti program
supervisi, atau bersifat santai dan tidak ada unsur
tekanan dimana pelaksanaannya dalam waktu yang tidak
ditentukan melihat keadaan waktu senggang yang
digunakan untuk melihat, menanyakan dan memahami
keadaan sekolah dalam sebuah diskusi kecil atau ngobrol
santai dengan warga sekolah disekitar lingkungan
sekolah, pembicaraan bisa mengarah kepada
permasalahan yang dialami atau perkembangan siswa

130
yang diampunya bagi guru. Bisa juga dilakukan secara
tiba-tiba untuk melihat proses pembelajaran di kelas
untuk memotret keadaan dan berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar.

Gambar 6. Evaluasi Pembinaan dengan Kegiatan Supervisi

Peningkatan Profesionalitas Guru


Tonggak pendidikan di sekolah dimotori oleh sumber
daya manusia yang handal dan dapat memberikan
perubahan kearah yang lebih baik, dalam hal ini guru
diberikan tanggung jawab untuk mengelola pembelajaran
untuk meningkatkan kompetensi siswa. Kualifikasi
pendidikan harus sesuai (linier) dengan mata pelajaran
yang diampu sehingga penguasaan keilmuan akan lebih
baik sehingga mempermudah transformasi informasi
dalam proses pembelajaran terhadap siswa.
Peningkatan profesionalitas guru di SMK Al Amanah
terlihat dari peningkatan kualifikasi lulusan studi S1 dan
S2 yang tahun ke tahun semakin bertambah. Lulusan S2
mencapai 30% dari jumlah keseluruhan guru, serta
diawal tahun berdiri sekolah masih ada guru yang belum
tuntas pendidikan S1 dengan memanfaatkan waktu luang
kerja dapat dituntaskan dengan baik, sehingga memenuhi
kompetensi profesional guru dari data awal 80% menjadi
95%.

131
Peningkatan Prestasi guru dan siswa
Pembinaan dan pengawasan kegiatan evaluasi harus
terus dilaksanakan oleh kepala sekolah agar sistem mutu
pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan lancar
sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penulis dalam
melakukan pembinaan dan pengawasan disekolah
dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang melalui
pendekatan individu dengan strategi diskusi dengan
suasana santai sehingga bisa menggali kemampuannya
untuk dikembangkan baik itu dalam profesinya ataupun
dalam pembelajaran. Selain itu, dengan pendekatan
tersebut dapat mengatasi masalah yang terjadi pada guru,
seperti kedisiplinan, hubungan sosial dan masalah-
masalah yang muncul berkaitan dengan kepribadiannya.
Melalui pemanfaatan waktu luang dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan kegiatan evaluasi prestasi
guru tahun ke tahun semakin meningkat hal tersebut
berimbas pada prestasi siswa, peningkatan tersebut dapat
dilihat dari kedispilinan, kehadiran, pelaksanaan tugas
dan administrasi pembelajaran, serta dapat dilihat dalam
penilaian kompetensi guru (PKG) yang dilakukan oleh
pengawas pembina dan kepala sekolah. Minat bakat dari
setiap individu akan tergali, misalnya aktif dalam kegiatan
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP),
pengembangan prestasi olahraga dan seni, bahkan tidak
banyak guru yang senang dengan menulis diarahkan
menjadi penulis dan pada akhirnya dapat membuat buku
yang berkerjasama dengan penerbit.

Lulusan Siap Bekerja


Lulusan SMK Al Amanah disiapkan untuk bisa
bersaing di dunia usaha dan dunia industri (DU/DI).
Kompetensi siswa dipersiapkan dengan baik sehingga
memenuhi semua ranah pendidikan sikap, pengetahuan
dan keterampilan. Berhubungan dengan lulusan tersebut,
sekolah selayaknya memberikan pendidikan untuk
penguatan kompetensi ketiga ranah pendidikan agar
tujuan lulusan sesuai yang diharapkan.
Peningkatan lulusan di SMK AL Amanah untuk
pengetahuan dan keterampilan disesuaikan dengan
kurikulum dan kebutuhan di DU/DI sesuai kompetensi
keahliannya. Nilai sikap dalam pemanfaatan waktu luang
dilakukan melalui pembiasaan budaya sekolah yang

132
dilakukan setiap hari dari mulai masuk sekolah sampai
keluar sekolah yang menanamkan nilai karakter religius,
nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.
Peningkatan kompetensi siswa tidak hanya dalam
ketiga ranah pendidikan saja namun diberikan penguatan
melalui pemanfaatan waktu luang olahraga bersama,
melatih kondisi tubuh tetap bugar dan sehat. Maka dari
itu siswa bukan hanya pandai, terampil dan mempunyai
sikap yang baik tetapi dengan kesehatan/kebugaran
tubuhnya siap untuk bekerja/bergerak dengan leluasa
sesuai kebutuhan kerjanya. Hal tersebut terbukti dari
beberapa siswa lulusan yang menjadi teknisi dan
karyawan terbaik di perusahaan tempat bekerjanya.

Gambar 7. Penghargaan Lulusan menjadi Teknisi


Maintenance FO Best Performance Telkom 2017

Peningkatan Mutu Layanan


Peningktan mutu pelayanan di SMK Al Amanah
bertujuan untuk memberikan kepuasan kepada para
siswa di sekolah dan masyarakat atau orang tua siswa.
Oleh karena itu pelayanan pendidikan yang bermutu
adalah pemberian layanan jasa pendidikan di sekolah
kepada warga sekolah dengan memberikan jasa layanan
kualitas proses dan kualitas hasil (produk). Mutu
pelayanan pendidikan adalah adanya jaminan proses atau
layanan penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan mampu
memenuhi keinginan para siswa, masyarakat (kepuasan
pelanggan).
Peningkatan mutu layanan yang dirasakan adalah
dengan memberikan kemudahan informasi kepada warga
sekolah. Mutu layanan bagi siswa fokus terhadap kualitas

133
pembelajaran dan memenuhi kebutuhan fasilitas
pendukungnya, ditunjukan dengan peningkatan kualitas
guru yang tiap tahun semakin lebih baik, serta sarana
yang semakin berkembang memenui kebutuhan proses
pembelajaran.

Peningkatan Sarana Prasarana


Permasalahan sarana prasarana merupakan faktor
umum yang ada pada setiap sekolah, begitu juga yang
dialami oleh SMK Al Amanah. Penulis mempunyai
pengalaman dalam meningkatkan sarana prasara untuk
memenuhi proses pendidikan disekolah. Kukurangan
sarana prasarana ini merupaka sebuah tantangan buat
diri saya pribadi bagaimana bisa mengembangkan
keterbatasan itu menjadi sebuah kelebihan yang bisa
dimanfaatkan untuk kemajuan SMK Al Amanah, itu
terbukti dari catatan perkembangan sarana prasarana
pada tahun 2010 diberikan amanah 3(tiga) rungan utama
yang diperuntukan sebagai ruangan kepala sekolah, tata
usaha, guru, ruang kelas dan ruang paraktik siswa
sehingga ada satu ruangan yang digunakan secara
bersamaan.
Pada saat ini, fasilitas sekolah telah dapat
dikembangkan, sehingga sekarang menjadi 21 (duapuluh
satu) ruangan utama. Secara otomatis sarana dan
prasarana harus mengikuti perkembangan yang terjadi
pada penambahan semua unsur sumber daya manusia
warga sekolah SMK Al Amanah, seperti jumlah siswa,
guru dan staf kependidikan.

Gambar 8. Kondisi bangunan before dan after

134
Setelah proses implementasi strategi pemanfaatan
waktu luang (leisure time) dilakukan secara sistematis dan
mengikuti langkah-langkah dan ketentuannya, dapat
dirasakan dan dialami penulis/kepala sekolah SMK Al
Amanah, kualitas sekolah menjadi meningkat, di
antaranya terjadi peningkatan kualitas: 1). profesionalitas
guru; 2). Prestasi guru, staf dan siswa; 3). Lulusan siap
bekerja; 4). Mutu Layanan; dan 5). Sarana prasarana.
Peningkatan kualitas sekolah yang digambarkan dalam
pembahasan sebelumnya dapat tergambar dengan singkat
pada tabel 1 berikut ini:

Tabel 1. Data Hasil Peningkatan Kualitas Sekolah

Indikator
No Awal Sekarang
Peningkatan
1 Profesionalitas Guru 80 % 95%
2 Prestasi Guru, Staf 86 % 98%
dan Siswa
3 Lulusan Siap Bekerja 65 % 80%
4 Mutu Layanan 75 % 90%
5 Sarana Prasarana 45 % 92%
Total Rerata 70,2% 91%
Indikator

Dampak Positif Pemanfaatan Waktu Luang


Implementasi aktivitas leisure time memberikan
dampak positif terhadap kualitas sekolah, hal tersebut
telah dipaparkan dalam sub-bab sebelumnya, tentunya
hal tersebut dirasakan oleh warga sekolah sehingga
kualitas/mutu pendidikan di SMK Al Amanah semakin
meningkat, adapun dampak yang lainnya adalah sebagai
berikut:
1) Terhadap pendidik/guru, peningkatan kualitas guru
dapat dirasakan terutama berdampak pada
kompetensi profesionalitas guru yang meningkat,
kehadiran lebih baik, selain dari itu kebersamaan,
kekeluargaan dan kerjasama antar warga sekolah
semakin baik terlebih dengan aktifitas fisik/kebugaran
kondisi tubuh semakin membaik sehingga dalam
bekerja semakin maksimal bisa bergerak
bebas/leluasa.

135
2) Terhadap Tenaga Kependidikan (PTK), dampak
terhadap tenaga kependidikan dirasakan munculnya
kesadaran disiplin kerja yang baik, tepat waktu dan
mampu bekerjasama dengan rekan yang lainnya
sehingga dapat kerja secara maksimal
3) Terhadap siswa, peningkatan kualitas berdampak juga
pada kualitas pembelajaran siswa sehingga
kompetensinya meningkat maka akan mempengaruhi
terhadap lulusan, terutama dibekali pelatihan
kompetensi untuk tantangan masa depan yang
membuat siswa siap untuk bekerja baik secara
pengetahuan, keterampilan, sikap dan kondisi
kebugarannya.
4) Terhadap sekolah, berdampak lebih menyeluruh
dengan kualitas sekolah yang meningkat akan
menambah kepercayaan masyarakat terhadap
sekolah, bukan hanya itu saja melainkan akan
mempermudah sekolah bekerjasama dengan dunia
industri sehingga melahirkan pendidik dan siswa yang
berprestasi serta kompeten dalam bidangnya masing-
masing yang siap bekerja dan mampu bersaing
menghadapai tantangan dimasa depan.

136
Daftar Pustaka
Depdiknas. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka. Depdiknas.
Januarius, A. 2011. Study Tingkat Kebosanan dalam
Waktu Luang Pada Mahasiswa Baru Universitas
Kristen Petra Surabaya. Surabaya: Universitas
Kristen Petra.
Nurkolis. 2003, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model
dan Aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Soekadijo R.G, 2000, Anatomi Pariwisata, Gramedia,
Jakarta.

137
Tentang Penulis
Rizal Alamsyah, M.Pd, dilahirkan
di Bandung pada tanggal 16
September 1984. Pendidikan
Sekolah Dasar ditamatkan di SDN
Celak 2 Gununghalu, lulus pada
tahun 1996. Kemudian
melanjutkan Pendidikan Menengah
Pertama di SMPN 1 Sindangkerta,
lulus pada tahun 1999. Setelah itu
melanjutkan Pendidikan Menengah
Atas di SMAN 3 Cimahi, lulus tahun
2002. Pada tahun yang sama
melanjutkan studi S1 Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
Rekreasi (PJKR) di FPOK Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung, lulus tahun 2007. Studi S2
Pendidikan Olahraga dituntaskan pada tahun 2017 di
Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Menjadi kepala
sekolah dari tahun 2011 sampai dengan sekarang.
Penulis dapat dihubungi melalui nomor handphone/WA
085320202702.

138
PELAKSANAAN PERAKTIK KERJA
LAPANGAN (PKL) DENGAN STRATEGI
“PENSI”
Evriza
KEPALA SMKN I KOTA BENGKULU
Email: evrizaicha@gmail.com

Pentingnya Praktik Kerja Lapangan (PKL)


Program PKL sangat penting dalam rangka
memberikan bekal kemampuan nilai-nilai positif kepada
peserta didik. Pengertian Praktik Kerja Lapangan
menurut Direktorat PSMK (2018) menyatakan bahwa
Praktik Kerja Lapangan yang selanjutnya disebut PKL
adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di Dunia
Usaha dan Dunia Industri (Du-Di) dan/atau lapangan
kerja lain untuk penerapan, pemantapan, dan
peningkatan kompetensi. Pelaksanaan PKL melibatkan
praktisi ahli yang berpengalaman di bidangnya untuk
memperkuat pembelajaran dengan cara pembimbingan
peserta didik saat praktik kerja lapangan.
Penyelenggaraan PKL merupakan bagian dari
pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang melibatkan masyarakat, khususnya
dunia kerja, tujuan utamanya selain untuk memperkuat
penguasaan kompetensi teknis sesuai dengan Kompetensi
Keahliannya juga dimaksudkan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik menghayati dan
mengamalkan untuk menginternalisasi nilai-nilai positif
“keduniakerjaan”, dalam rangka membangun pribadi
peserta didik yang berkarakter. Hal tersebut sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017
tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), khususnya
pada Pasal 6 yang menyatakan bahwa “Penyelenggaraan
PPK pada Satuan Pendidikan jalur Pendidikan Formal
dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.

139
Pengintegrasian Penguatan Pendidikan Karakter
dalam pelaksanaan PKL sangat penting karena
diharapkan dapat mendukung dalam membangun dan
membekali peserta didik menjadi generasi emas Indonesia
Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dalam menghadapi
dinamika perubahan di masa depan. Pelaksanaan PKL
harus dirancang dan dilaksanakan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan
karakter di antaranya adalah nilai-nilai jujur, disiplin,
bekerja keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu,
menghargai prestasi, komunikatif, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan bertanggung-jawab.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan bentuk
dari proses pembelajaran yang dilaksanakan di industri
atau dunia kerja. Penilaian hasil belajar dilakukan secara
menyeluruh pada ranah sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Program Praktik Kerja Lapangan (PKL)
disusun bersama antara sekolah dan masyarakat (Dunia
Kerja) dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik
dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap
pengembangan program pendidikan Sekolah Menengah
Kejuruhan (SMK). Program PKL disusun bersama antara
pihak sekolah SMK Negeri 1 Kota Bengkulu dan Du-Di
yang menjadi Institusi/Industri Pasangan (IP) dalam
pelaksanaan PKL untuk memenuhi kebutuhan siswa
sebagai peserta PKL, sekaligus merupakan wahana
berkontribusi bagi Du-Di terhadap upaya peningkatan
kualitas pendidikan di sekolah. Tujuan PKL dimaksudkan
untuk; (1) memberikan pengalaman kerja langsung (real)
kepada peserta didik dalam rangka menanamkan
(internalize) iklim kerja positif yang berorientasi pada
peduli mutu proses dan hasil kerja; (2) memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk membangun dan
mengambangkan kepribadiannya yang berkarajter sesuai
dengan nilai-nilai positif yang tumbuh dan diperlukan
oleh masyarakat, khususnya di dunia kerja yang ditekuni;
(3) menanamkan etos kerja yang tinggi bagi peserta didik
untuk memasuki dunia kerja sesuai tuntutan pasar kerja
global; (4) memenuhui hal-hal yang belum dipenuhi di
sekolah agar mencapai keutuhan standar kompetensi
lulusan; dan (5) mengaktualisasikan salah satu bentuk
aktivitas dalam penyelenggaraan Model Pendidikan Sistem
Ganda (PSG) antara SMK Negeri 1 Kota Bengkulu dan

140
Institusi Pasangan yang memadukan secara sistematis
dan sistemik program pendidikan di sekolah dan program
pelatihan penguasaan keahlian di dunia kerja atau Du-
Di.
Manfaat pelaksanaan PKL bagi siswa SMK Negeri 1
Kota Bengkulu diharapkan siswa dapat: (1)
mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang telah
diperoleh di sekolah; (2) menambah wawasan mengenai
dunia kerja khususnya berupa pengalaman kerja
langsung (real) dalam rangka menanamkan iklim kerja
positif yang berorientasi pada peduli mutu proses dan
hasil kerja; (3) menambah dan meningkatkan kompetensi
serta menamkan etos kerja yang tinggi sesuai budaya
industri; (4) memperkuat kemampuan produktif sesuai
dengan kompetensi keahlian yang dipelajari; (5)
mengembangkan kemampuan sesuai dengan bimbingan/
arahan pembimbing industri dan dapat berkontribusi
kepada dunia kerja; dan (6) memperkuat kepribadiannya
yang berkarater sesuai dengan tuntutan nilai-nilai yang
tumbuh dari budaya industri. Sedangkan manfaat bagi
sekolah adalah: (1) terjalinnya hubungan kerja sama yang
saling menguntungkan antara sekolah dengan dunia
kerja atau Du-Di; (2) meningkatkan kualitas lulusan
melalui pengalaman kerja langsung selama PKL; (3)
meningkatkan relevansi dan efektivitas program sekolah
melalui sinkronisasi kurikulum, proses pembelajaran,
teaching factory, dan pengembangan sarana dan
prasarana praktik berdasarkan hasil pengamatan di
tempat PKL; (4) merealisasikan program penguatan
pendidikan karakter berbasis masyarakat secara
terencana dan implementatif, khususnya nilai-nilai
karakter budaya industri sebagai salah satu bentuk
implementasi Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017
tentang Peningatan Pendidikan Karakter; dan (5)
meningkatkan kualitas lulusan.
PKL juga memberikan manfaat bagi dunia kerja
yaitu: (1) Dunia Kerja atau Du-Di lebih dikenal oleh
masyarakat, khususnya masyarakat sekolah sehingga
dapat wahana dalam promosi produk; (2) adanya
masukan yang positif dan konstruktif dari SMK untuk
perkembangan Du-Di; (3) Dunia Kerja atau Du-Di dapat
mengembangkan proses dan atau produk melalui
optimalisasi peserta PKL; (4) mendapatkan calon tenaga

141
kerja yang berkualitas sesuai dengan kebutuhannya; dan
(5) meningkatkan citra positif Du-Di karena dapat
berkontribusi terhadap dunia pendidikan sebagai
implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun
2016 tentang Revitalisasi SMK.

Permasalahan dalam Pelaksanaan PKL


Dalam pelaksanaan PKL, ditemui beberapa
permasalahan misalnya: (1) Hampir 20% siswa yang
melanggar tata tertib PKL, misalnya datang terlambat
dengan alasan yang tidak logis; (2) Hampir 18% siswa
yang tidak disiplin mengikuti PKL dengan masuk ke
tempat praktik semaunya saja dengan alasan ada tugas
dari sekolah; (3) Masih terdapat sekitar 12% siswa kurang
bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kantor,
akibatnya siswa tidak masuk kantor dan akhirnya ditarik
dan dipindahkan ke sekolah; (4) Masih ada sekitar 4%
Siswa yang tidak menyelesaikan praktik sehingga tidak
mendapat sertifikat dan instruktur tidak memberikan
nilai akhir; (5) Masih ada 15% siswa yang seharusnya
menambahkan praktik namun tidak melaksanakannya;
(6) Masih cukup banyak kegiatan siswa selama PKL yang
belum bisa didokumentasikan sehingga pelaksanaan PKL
kurang optimal, dan (7) Ditemukan sekitar 8% siswa yang
selalu minta izin saat PKL setiap hari Sabtu dengan
alasan bahwa setiap hari Sabtu tersebut belajar di
sekolah.
Selain permasalahan tersebut, ditemukan juga
kasus-kasus seperti penempatan tidak sesuai dengan
kompetensi keahlian siswa, pihak Pokja PKL menarik
siswa tersebut dari tempat PKL yang lama ke tempat PKL
yang baru yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang
diambilnya. Tentunya siswa tidak ditarik serta merta
namun pihak POKJA PKL membuatkan terlebih dahulu
surat penarikan dari Du-Di dan dipindahkan ke Du-Di
yang baru dan tentu sesuai dengan kompetensi keahlian
siswa yang bersangkutan. Kepala sekolah meminta
semua guru pembimbing untuk melakukan koordinasi
secara kontinu dengan pihak kelompok kerja atau pihak
manajemen sekolah yang memang menangani khusus
PKL .
Pada kasus siswa PKL yang terlalu banyak di suatu
tempat, solusinya ditarik dan dipindahkan ke Du-Di yang

142
masih berhubungan dengan kompetensi keahlian siswa
yang bersangkutan. Sedangkan untuk beberapa siswa
yang memiliki faktor pribadi dan faktor kesehatan atau
fisik lemah pihak POKJA PKL menarik dari tempat PKL
sebelumnya dan menempatkan siswa yang bersangkutan
di tempat PKL atau Du-Di yang dekat dengan sekolah
atau tempat tinggal siswa tersebut yang tentunya juga
masih sesuai dengan kompetensi siswa dan atau
meletakkan siswa tersebut ke bidang usaha dan atau
bussiness centre sekolah mengingat dan menimbang
hampir setiap kompetensi keahlian yang ada di SMK
Negeri 1 Kota Bengkulu memiliki bidang usaha atau
miniatur Du-Di seperti yang ada di luar sekolah meskipun
jumlahnya masih terbatas yang tidak bisa menampung
semua siswa.
Dalam pelaksanaan PKL bukan hanya siswa yang
bermasalah, tetapi juga terdapat permasalahan dari guru
pembimbing, dimana pembimbing kadang kala tidak
melaksanakan monitoring ke Du-Di dengan bermacam
alasan. Kalaupun pembimbing datang ke DUDI hanya
batas menemui instruktur di Perusahaan saja tanpa
menemui siswa yang dibimbing menanyakan kondisi
siswa yang PKL. Kadang kala guru pembimbing juga tidak
begitu faham dan mengetahui kehadiran siswa di tempat
PKL, kecuali kalau ada pemberitahuan dari instruktur di
perusahaan kalau siswa yang sedang PKL punya
masalah, barulah guru pembimbing menangapi dan
menindaklanjutinya.
Kepala Sekolah berinisiatif dan mengambil tindakan
nyata untuk mengatasi masalah yang dihadapi agar
pelaksanaan PKL siswa SMK Negeri 1 Kota Bengkulu
dapat optimal dan memberikan hasil yang sangat baik.
Inisiatif dan tindakan nyata tersebut adalah dengan
memberikan pendampingan dan supervisi tanpa
pemberitahuan (supervisi mendadak) yang di istilahkan
dengan ‘Pensi’ dalam pelaksanaan PKL

‘PENSI’ dalam Pelaksanaan PKL


Pensi yang dilaksanakan oleh kepala sekolah guna
mengoptimalkan pelaksanaan PKL di SMK Negeri 1 Kota
Bengkulu sehingga nantinya kita harapkan kegiatan PKL
dapat meningkatkan daya saing lulusan. Pihak sekolah
akan selalu berupaya untuk mencari mitra dari Dunia

143
Usaha dan Dunia Industri (Du-Di) yang sesuai dengan
kompetensi siswa. Siswa yang sudah menyelasaikan
pembelajaran di SMKN 1 Kota Bengkulu dapat di terima
di dunia kerja.
Tujuan khusus dari supervisi menurut Arikunto
(2003) adalah: (a) meningkatkan kinerja siswa sekolah
dalam perannya sebagai peserta didik yang belajar
dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi
belajar secara optimal; (b) meningkatkan mutu kinerja
guru sehingga berhasil membantu dan membimbing siswa
mencapai prestasi belajar dan pribadi sebagaimana
diharapkan; (c) meningkatkan keefektifan kurikulum
sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik di
dalam proses pembelajaran di sekolah serta mendukung
dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan
tujuan lembaga; (d) meningkatkan keefektifan dan
keefisiensian sarana dan prasarana yang ada untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu
mengoptimalkan keberhasilan belajar siswa; (e)
meningkatkan kualitas pengelola sekolah, khususnya
dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang
optimal, yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi
belajar sebagaimana diharapkan; dan (f) meningkatkan
kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga
tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif
bagi kehidupan sekolah pada umumnya, khususnya pada
kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan
lulusan. Kebijakan pelaksanaan supervisi dengan teknik
tanpa pemberitahuan yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah SMK Negeri 1 Kota Bengkulu merupakan adaptasi
dari teknik supervisi pendidikan kunjungan sekolah
namun dalam pelaksanaan PKL Supervisi tanpa
pemberitahuan ini dilaksanakan untuk mensupervisi
pelaksanaan PKL oleh siswa, instruktur dan Du-Di.
Tujuannya adalah untuk mengetahui situasi pelaksanaan
PKL apakah telah dilaksanakan dengan baik sesuai
prosedur atau tidak, dan untuk memperoleh informasi
dan pengetahuan yang lengkap berkaitan dengan PKL
guna mengefektifkan supervisi oleh kepala sekolah

Prosedur dan Alur Pemikiran


Melihat kondisi yang terjadi dalam pelaksanaan PKL
di lapangan, maka Kepala Sekolah mencoba membuat

144
gambaran yang terstruktur untuk strategi pelaksanaan
Pensi dalam bentuk diagram sehingga kegiatan
pendampingan supervisi bisa terlaksana dengan baik dan
maksimal. Diagram yang dibuat oleh Kepala Sekolah di
sesuaikan dengan kondisi.

Tugas dan Fungsi Kepala


Sekolah

Realitas Manajemen Analisis dan


Masalah Sekolah Refleksi

Pelaksanaan Supervisi
dan
Pola

Pembinaan Guru dan Monitoring dan Evaluasi


Siswa dalam PKL  PKL
Du-Di
Teknik
‘Pensi’
Pendampingan, Supervisi
tanpa Pemberitahuan Eval
terlebih dahulu uasi

Analisis Faktor Pendukung dan


Penghambat

Solusi Faktor
Penghambat

Optimalisasi Pelaksanaan PKL


di SMK Negei 1 Kota
Bengkulu
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran Strategi

145
Strategi “PENSI” dalam Pemecahan Masalah PKL
Penyelesaian permasalahan dalam PKL dilakukan
Kepala Sekolah dengan memberikan pendampingan dan
supervisi tanpa pemberitahuan (supervisi mendadak) atau
‘Pensi’ terhadap pelaksanaan PKL di lapangan atau dunia
kerja (Du-Di) Pendampingan yang dilakukan oleh kepala
sekolah adalah pembinaan dan pembimbingan pada saat
pra-PKL dengan memberikan pembekalan berupa materi
yang berhubungan dengan PKL bagi siswa, dan guru
pembimbing serta instruktur sesuai perannya masing-
masing. Pemberian solusi bagi segenap permasalahan
yang timbul dengan melibatkan guru pembimbing dan
instruktur, serta memberikan motivasi kepada siswa,
guru pembimbing dan instruktur dalam pelaksanaan PKL
dengan memberikan masukan serta saran yang berkaitan
dengan teknis pelaksanaan PKL. Disamping itu Kepala
Sekolah membuat ketentuan atau aturan-aturan bersama
POKJA PKL untuk guru pembimbing dan untuk
instruktur yang ada di Du-Di, serta tata tertib untuk
siswa yang melaksanakan PKL . Adapun aturan-aturan
yang dibuat bersama dengan POKJA PKL untuk guru-
guru pembimbing antara lain: (1) Mengkondisikan siswa
sebelum melaksanakan PKL ke Du-Di, (2) Membicarakan
segala sesuatuyang berkaitan dengan pelaksanaan PKL
dengan pimpinan Du-Di atau yang mewakili,
(3)Mengetahui sebanyak mungkin proses pekerjaan yang
dilakukan siswa dintempat PKL, (4) Memberikan motivasi
kepada siswa agar selalu aktif dan tekun serta antusias
dalam mengikuti kegiatan praktik pada Du/Di yang telah
ditentukan, (5) Memberikan peringatan atau sanksi
kepada siswa yang melakukan pelanggaran atau tidak
disiplin, (6) Melaporkan dan mendiskusikan dengan
panitia Praktik Kerja Lapangan (PKL) tentang hal-hal yang
ditemui di lapangan. Yang untuk Instruktur di Du-Di
adalah: (1) Menerima siswa untuk melaksanakan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) pada DU/DI yang bersangkutan,
(2) Mengatur pembagian tugas yang dilaksanakan oleh
siswa Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang sesuai dengan
kompetensi keahlian, (3) Memberikan pekerjaan kepada
siswa sesuai dengan pembagian tugas yang sudah
ditetapkan, (4) Memberikan bimbingan kepada siswa
sesuai dengan ketentuan penilaian Praktik Kerja
Lapangan (PKL), (5) Memberikan penjelasan kepada siswa

146
tentang mekanisme kerja yang ada pada instansi yang
bersangkutan, (6) Memberikan penilaian kepada siswa
sesuai dengan ketentuan penilaian Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
Sedangkan tata tertib untuk siswa yang PKL adalah:
(1) Mematuhi peraturan yang berlaku dalam
instansi/tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL),(2) Berada di tempat praktik 15 menit sebelum
praktik dimulai, berlaku sopan, jujur dan bertanggung
jawab, berinisiatif dan kreatif terhadap tugas-tugas yang
diberikan pada saat praktik,(3) Memakai pakaian praktik
sesuai aturan dari sekolah dan tanda pengenal, (4)
Memberi salam pada waktu datang dan meminta izin
pada waktu pergi serta berpamitan pada waktu pulang,
(5) Memberitahukan pada pimpinan unit/instruktur
apabila berhalangan hadir, (6) Membicarakan segera pada
guru pembimbing, ketua kelompok atau petugas yang
ditunjuk apabila mengalami kesulitan, (7) Menaati
peraturan dalam menggunakan alat atau bahan yang
dipakai dalam praktik, (8) Melaporkan segera kepada
petugas yang berwenang apabila terjadi kerusakan atau
mengambil alat atau bahan, (9) Membersihkan dan
mengatur kembali peralatan dengan rapi seperti semula,
apabila meninggalkan tempat, (10) Memelihara sarana
dan prasarana praktik kerja, ketertiban dan keamanan di
tempat praktik, (11) Mengisi dan menyerahkan agenda
harian.

Gambar 2. Brifing Kepala sekolah dengan POKJA PKL

147
Berdasarkan hasil analisa dan Pengamatan Kepala
Sekolah terhadap pelaksanaan PKL, maka sangat perlu
diadakan kegiatan yang sifatnya supervisi terhadp
pelaksanaan kegiatan PKL, oaleh sebab itu maka Kepala
Sekolah mengajak POKJA PKL untuk brifing terhadap
rencana pelaksanaan Supervisi yang sifatnya tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, maka Kepala sekolah
mengajak POKJA PKL untuk brifing terhadap rencana
Kepala Sekolah akan melaksanakan Supervisi terhadap
pelaksanaan PKL. Dan merencanakan akan mengadakan
pembekalan terhadap guru-guru pembimbing siswa PKL

Gambar 3. Pembekalan kepada Guru-guru Pembimbing PKL

Sebelum siswa diterjunkan melaksanakan


Pelaksanaan PKL, maka Kepala Sekolah memberikan
pembekalan kepada guru-guru pembimbing yang
materinya memberikan arahan kepada guru pembimbing
agar bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya,
dan guru pembimbing diharapkan memberikan motivasi
dan semangat kerja kepada siswa yang dibimbing,
sehingga siswa yang melaksanakan PKL faham tentang
pelaksanaan PKL.

Gambar 4. Pembekalan kepada siswa yang akan PKL

148
Siswa yang akan melaksanakan PKL dikumpulkan
oleh POKJA PKL untuk mendapatkan arahan dari Kepala
Sekolah, agar nantinya bisa maksimal dalam
melaksanakan tugas-tugas yang di berikan oleh
Instruktur, dan jangan sampai melakukan hal-hal yang
tidak diinginkan sehingga akan merusak nama baik
sekolah, disamping itu Kepala Sekolah juga
menyampaikan kepada siswa, jaga diri baik-baik,
bekerjalah dengan maksimal, kalau selesai satu
pekerjaan, tanyakan pekerjaan berikutnya, jangan sampai
menunggu-nunggu pekerjaan diberikan, tetapi tanyakan
pekerjaan apa lagi yang harus dilaksanakan

Hasil dan Dampak dari ”PENSI” dalam Pelaksanaan


PKL
Hasil dari pelaksanaan Pensi yang dilakukan oleh
Kepala Sekolah dalam pelaksanaan PKL sangat baik
terbukti: (1) Guru pembimbing sudah lebih terarah dan
punya tangung jawab dalam membimbing siswa PKL, (2)
Siswa lebih tertib karena dipantau, dibimbing oleh guru
pembimbing, kalau ada permasalahan langsung di respon
oleh guru pembimbing, (3) siswa merasa puas dalam
melaksanakan PKL karena Instruktur dari Du-Di
memberikan reword dengan memberikan pujian kepada
siswa yang PKL,dan siswa merasa dirinya sudah menjadi
pegawai pada Du-Di yang bersangkutan
Dampak dari pelaksanaan Pensi antara lain: (1)
tingkat kepuasan dari pihak Du-Di menunjukkan sangat
puas terhadap kerja dan karya siswa selama PKL yang
dibuktikan dengan adanya Du-Di yang meminta waktu
tambahan untuk siswa praktik di Perusahaan yang
bersangkutan, (2) Siswa yang PKL di Du-Di setelah
menyelesaiakan belajar di SMK diminta untuk
memasukkan lamaran ke Du-Di dimana siswa PKL, (3)
penerapan ‘Pensi’ berdampak sangat baik terhadap
efektivitasnya pelaksanaan pengelolaan sekolah
khususnya bidang supervisi dan manajemen siswa dan
dapat memotret kejadian pelaksanaan PKL secara nyata.

149
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT.
Bina Aksara. Jakarta.
Direktorat PSMK. 2018. Pedoman Praktik Kerja Lapangan
(PKL) Peserta Didik SMK. Direktorat PSMK, Dirjen
Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia. Jakarta: Kemdikbud.

150
Tentang Penulis
Evriza, dilahirkan di Batu Tebal pada
tanggal 10 Juli 1964. Pendidikan
Sekolah Dasar ditamatkan di Batu
Tebal pada tahun 1976. Kemudian
melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP IV Angkat Candung
tamat tahun 1981, Setelah itu
melanjutkan pendidikan menengah
atas di SMEA Bukittinggi Jurusan
Tata Buku ,tamat tahun 1984. Pada
tahun yang sama melanjutkan studi ke IKIP Padang
Program D3 jurusan Pendidikan Dunia Usaha tamat
tahun 1987 kemudian melanjutkan ke S1 Pendidian
Dunia Usaha tamat tahun 1991 Selanjutnya
menyelesaikan studi S2 di Universitas Bengkulu tahun
2010 jurusan Manajemen Pendidikan,saat ini sedang
menyelesaikan studi S3 di IAIN Bengkulu jurusan
Pendidikan Agama Islam. Penulis dapat dihubungi melalui
no HP: 082384519960

151

Anda mungkin juga menyukai