EDITOR:
Prof. Dr. Supardi U.S, M.Pd
Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
ii
KUMPULAN KISAH SUKSES PENGAWAS SEKOLAH SMA
Editor:
Prof. Dr. Supardi U.S, M.Pd
ISBN:
978-602-52537-2-0
Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id
iii
PRAKATA
iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................... vii
vii
Membina Literasi Guru
Melalui Program SEKAR
MULYADI
Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Barat
bang_yadhie@yahoo.co.id
1
MGMP belum Produktif.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka selaku
pengawas sekaligus pembina MGMP Bahasa dan Sastra
Indonesia tertarik untuk melakukan terobosan dalam
kegiatan MGMP. Agar peserta MGMP mampu berkarya
dan kegiatan MGMP bukan hanya sekedar kegiatan
rutinitas saja. Tulisan ini mencoba menjawab persoalan
di atas dengan memberikan solusi setiap berkegiatan
MGMP, peserta wajib Setor Karya (Sekar). Supaya dalam
berkegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat mampu menghasilkan karya yang dapat
dijadikan suplemen dalam pembelajaran. Sekaligus
kegiatan MGMP mampu menjadi ajang Literasi.
Tugas pokok pengawas madya berdasarkan
kegiatan tatap muka dan non tatap muka telah diatur
dalam Permendikbud Nomor 143 tahun 2014. Hal dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel. Distribusi Kerja Pengawas Madya
NO TUGAS POKOK (PENGAWAS MADYA) TATAP NON TATAP
MUKA MUKA
1. Menyusun program pengawasan V
2. Melaksanaan pembinaan guru dan/atau kepala sekolah V
3. Memantau keterlaksanaan 8 SNP (standar isi, standar proses, standar kompetensi V
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan)
4. Melaksanakan PKG, dan/atau PKKS V
5. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program Kengawasan pada sekolah binaan V
6. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan professional guru di V
KKG/MGMP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya
7. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau kepala V
sekolah di MGMP/MKKS
8. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program V
sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi dan manajemen
9. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau kepala V
sekolah
10. Membimbing Pengawas Sekolah Muda Dalam Melaksanakan Tugas Pokok
11. Pengembangan profesi (Menyusun karya tulis ilmiah dan/atau V V
penerjemahan/penyaduran buku dan/atau karya ilmiah di bidang pendidikan
formal/pengawasan dan/ atau membuat karya inovatif
Gerakan Literasi
Kamus online Merriam-Webster meyatakan Literasi
secara etimologi berasal dari bahasa latin 'literature' dan
dalam bahasa inggris disebut 'letter'. Literasi dinyatakan
sebagai kualitas dan kemampuan melek aksara atau
huruf. Di dalamnya mencakup kompetensi membaca
dan menulis. Lebih jauh lagi dinyatakan, makna literasi
juga meliputi melek visual yang kira-kira bearti
2
"Kompetensi untuk membaca dan mengerti ide-ide yang
disampaikan secara visual (adegan, video, film, gambar)."
Definisi Literasi menurut National Institute for
Literacy adalah "Kompetensi seorang individu untuk
membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan suatu permasalahan ditingkat keahlian
yang akan diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan
masyarakat sosial." Memahami Literasi dari perspektif
yang lebih kontekstual dan uptude. Pengertian Literasi
ini mengandung arti bahwa Literasi tergantung pada
keterampilan yang akan digunakan dalam lingkungan
kemasyarakatan.
Education Development Center (EDC) lebih lanjut lagi
menjelaskan bahwa Literasi bukan hanya dari sekedar
kompetensi membaca dan menulis. Tetapi lebih dari itu,
Literasi mencakup kompetensi seorang individu dalam
menggunakan seluruh potensi dan kemampuan yang
dipunyai dalam hidup. Defenisi literasi meliputi
kemampuan membaca kata serta membaca dunia.
Selanjutnya UNESCO mendefeniskan kemampuan
berliterasi merupakan hak setiap dasar setiap manusia
dan merupakan basic untuk belajar sepanjang hayat.
Kemampuan berliterasi dapat memberdayakan dan
meningkatkan kualitas hidup seseorang, keluarga, dan
masyarakat. Sifatnya yang "multiple Effect" atau dapat
memberikan efek luas dalam setiap ranah, kemampuan
berliterasi dapat membantu memberantas kemiskinan,
dapat mengurangi angka kematian anak, mengatur
pertumbuhan penduduk, serta menjamin
pembangunanyang berkelanjutan, dan terwujudnya
perdamaian. Bagaimana pun juga buta huruf, merupakan
hambatan terbesar untuk kualitas hidup yang lebih baik
(Mujib, 2016).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan
Literasi merupakan seperangkat keterampilan nyata
seseorang individu dalam kompetensi membaca,
menulis, berbicara, dan berhitung serta ikut
memecahkan persoalan pada tingkat keahlian yang
sangat diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan sosial
berrmasyarakat. Sedangkan Gerakan Literasi yang
3
diharapkan merupakan pembiasaan prilaku atau pola
pikir tentang kompetensi nyata seseorangf individu pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pofesionalisme,
keluarga dan masyarakat sosial.
Sekar merupakan akronim dari Setor Karya.
Setiap berkegiatan MGMP, peserta membawa karya
(setor karya). Karya yang mereka bawa adalah
merupakan bagian dari kegiatan Literasi guru.Kegiatan
Literasi guru Ini tidak mengganggu program MGMP.
Karena kegiatan Literasi guru dilaksanakan berkisar
(lebih kurang) 30 menit sebelum kegiatan MGMP. Jadi
kegiatan MGMP tetap dilaksanakan seperti biasa tetapi
ditambah dengan kegiatan literasi guru.
Kegiatan Literasi melalui Sekar yang dilaksanakan
di MGMP termasuk Tugas Pokok Pengawas sesuai
dengan Permendikbud No 143 tahun 2014, Yaitu
pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau
kepala sekolah di MGMP/MKKS.
4
2. Proses Kegiatan Sekar di MGMP
a. Pra kegiatan (SOSKOWAL)
Pra kegiatan inti atau kegiatan awal diberinama
SOSKOWAL. Yaitu sebuah Proses awal kegiatan diadakan
sosialisasi dan komitmen Program Sekar terlebih dahulu
kepada anggota MGMP. Sosialisasi dan Komitmen
dilaksanakan sewaktu hari pertama MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia pada hari Selasa,
28 Agustus 2018 di SMAN 1 Tilatang Kamang yang
dihadiri sebanyak 26 (Dua puluh enam) orang guru.
(absensi Kegiatan Terlampir). Kegiatan ini untuk
membuat semacam komintem awal supaya peserta seniat
untuk menyukseskan program ini.
Pada kesempatan ini penulis, menjelaskan tentang
program literasi yang diberi nama Program
pembimbingan dan pelatihan Profesional guru melalui
Sekar. Juga diselipkan teantang cara pembuatan Mind
Maps. Setelah sosialisasi dan tanya jawab, akhirnya dibuat
kesepakatan dan komitmen untuk melaksanakan
program literasi ini.
5
berbagai SMA di kabupaten Agam Sumatera Barat. Acara
diakhiri dengan makan bersama yang makanannya
dibawa dari rumah masing-masing. Ini juga merupakan
salah satu bagian dari literasi fiansial. Karena kegiatan
MGMP Bahasa Indonesia swadaya dan swadana. Ibu-ibu
peserta MGMP Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Agam
menyiapkan santapan untuk makan siang. Biasanya ibu-
ibu membawa makanan lebih untuk bapak-bapak.
b. Kegiatan Utama (4 T)
Kegiatan selanjutnya dibuat dalam 4 (empat)
rangkaian kegiatan. Rangkain kegiatan tersebut diberi
tajuk 4 T ( TORBA, TORSI, TORA, TORTASI)
1. TORBA
TORBA singkatan dari Setor Bacaan, peserta MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Indonesia
SMA Kabupaten Agam Sumatera Barat, disuruh bicara
kedepan. Topik yang dibicarakan diserahkan pada
guru/peserta MGMP. Mereka berbicara maksimal tujuh
menit. Hal ini dimaksudkan agar guru/peserta MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) terbiasa membaca,
menonton/mendengar berita terbaru. Setelah salah
seorang berbicara ke depan yang lain menanggapi atau
memberikan komentar. Jika mereka (peserta MGMP)
membicakan satu topik, mereka juga punya pilihan
untuk Membacakan puisi ke depan. Hal ini juga
memperkuat budaya literasi sastra sekaligus untuk bahan
masukan dalam pembelajaran puisi di kelas. Pembacaan
puisi juga akan ditanggapi peserta boleh yang lain.
Gambar 3. TORBA
6
Salah satu peserta MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) Bahasa Indonesia ibu Mimi Susanti, M.Pd
(Gambar Kiri) Guru SMAN 1 Sungai Pua sedang
membicara topik tentang Kurtilas. Peserta yang lain
menanggapi. Ibu Dra Ulva Marina (Gambar kanan)
salah seorang peserta MGMP dari SMAN 1
Banuhampu sedang membaca Puisi dalam kegiatan
TORBA.
2. TORSI
TORSI merupakan rangkaian menyetor puisi. Peserta
MGMP menyetor Minimal satu puisi. Salah satu puisi
hasil karya anggota MGMP (Musyawarah Guru Mata
pelajaran). Puisi karangan ibu Dra. Lily Asnita salah satu
anggota MGMP Bahasa Indonesia.
Untuk Ayah
Walau kerasnya batu karang dia akan mengikis
ditelan waktu
Walau kuatnya hempasan ombak dia menyisiri
tepi pantai
Walau ombak bergelombang dia membawa
perahu ke dermaga
Walau camar beterbangan dia akan bertanya pada
pasir tentang
Kesetian pada laut biru
Sebanyak pasir di laut seluas itulah
Kasih sayangnya
3. TORA
Merupakan akronim dari Setor Artkel. Peserta MGMP
membawa tulisan satu atau dua lembar (Maksimal empat
lembar quarto). Tema yang diangkat bebas.Ini salah satu
contoh artikel ringan yang ditulis Dra Yasrida, M.Pd
Guru bahasa Indonesia SMAN 1 Banuhampu seorang
peserta aktif MGMP.
7
adalah kelas XII IPS 1. Seperti kita tahu siswa IPS perlu
perjuangan agar mereka mau semangat dan serius,
konsentrasi dalam belajar. Walaupun tidak semuanya,
hanya ada kira-kira 30 % yang mau belajar, namun
kalah suara dengan 70 %, sehingga terbawa arus. Hal ini
perlu kerja keras bagi para guru yang mau masuk kelas
ini.
Ada kenangan yang tak terlupakan untuk kelas ini,
ada peristiwa yang membuat hati senang, sedih,
bahagia, kesal dan marah. Peristiwa yang membuat
hati senang adalah kelas IPS ini kompak dalam artian
positif dan negatif. Positifnya jika mereka akan
menampilkan sebuah karya, dapat menampilkan karya
terbaik mereka, dalam hati mereka tidak mau kalah
dengan kelas yang lain. Negatifnya kompak
melindungi temannya yang bersalah dan kompak
untuk cabut, kompak untuk membuat ulah. Yang
membuat hati sedih adalah ketika mereka terlambat
dan tidak membuat tugas seperti tidak bersalah,
merasa tidak ada beban dan tanggung jawab sebagai
seorang pelajar. Juga merasa tidak ada ruginya keika
tugas sekolah tidak dikerjakan. Kesal ketika mereka
mengerjakan tugas tidak tepat waktu, malah ada yang
dikerjakan pada saat guru yang sedang menerangkan
pelajaran, bahkan tugas yang dikerjakan menyalin
habis tugas temannya dengan cara copi paste. Para siswa
senangnya bercanda dan bersenda gurau tanpa
memperhatikan situasi dan kondisi, bahkan ada yang
ketika temannya mengerjakan tugas, mereka malah
jadi team pengamat tugas temannya, mengatur dan
mengomentari tugas temannya tersebut. Hal ini tentu
memancing keributan.
Dst...........
4. TORTASI
Rangkaian kegiatan Pelaksanaan Pembimbingan dan
Pelatihan Profesional Guru di MGMP Bahasa dan Sastra
Indonesia SMA Kabupaten Agam melalui Program Sekar
selanjutnya diberinama TORTASI yang bearti Setor
8
Cerita Fiksi. Kegiatan ini untuk mengasah dan
mempertajam kembali kemampuan menulis sastra
anggota MGMP. Karena guru Bahasa Indonesia dituntut
untuk piawai dan berkemampuan menulis sastra. Tulisan
tersebut bisa berbentuk cerpen, puisi atau pun naskah
drama. Contoh salah satu contoh cuplikan cerpen karya
guru peserta MGMP. Karya ibu Arnelia, M.Pd guru
SMAN 1 Maninjau (Selengkapnya ada pada lampiran).
INI PILIHANKU
Tak terasa waktupun berlalu. Kini aku telah di
semester 2 kalas 6. Kulihat promosi-promosi sekolah
telah berjejeran di tepi jalan. Ada pesantren,
tsanaywiyah, smp it, dan SMP umum. Setamat MI
tentu aku akan melanjut ke salah satu dari sekolah-
sekolah ini. Aku baca reklam dengan baik dan brosur-
brosur di sekolah pun semuanya kupahami. Tidak
hanya itu ibu dan ayahku pun berusaha mencarikan
sekolah terbaik untukku. Bahwa setiap hari minggu
kami datangi sekolah yang aku inginkan. Ayah dan
ibu mengamati fisik sekolah dan kurikulum yang
diterapkan di sekolah itu. Dimobil pun ayah dan ibu
mendiskusikan kekurangan dan kelebihan skolah
yang telah kami amati. Ibu pun bertanya padaku.
Did, kamu senangnya dimana
Semuanya senang aja bu , jawabku
Pilih salah satu dong ujar ibu sambil tersenyum
Aku masih ragu akan pilihanku. Dari diskusi ayah dan
ibu pilihanku termasuk yang terbaik. Tapi aku belum
berani mengatakannya pada ayah dan ibu. Aku masih
mempertimbangkan pilihanku. Di sekolah pun aku
bertanya sama guru tentang pilhanku. Guru-guru
menyarankan agar aku sekolah di sana. Tapi
beberapa orang temanku malah mempertanyakan
kenapa sekolah di sana?
Dst....
9
diterbitkan. Kegiatan ini di samping sebagai motivasi bagi
guru peserta MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
juga sebagai suplemen tambahan pembelajaran dikelas.
Dalam arti kata hasilnya bisa dijadikan bahan ajar mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
10
Kegiatan Literasi Guru melalui Sekar, mampu membuat
guru berkarya nyata, meningkatkan semangat guru untuk
berkegiatan,menjadi wahana guru untuk berkarya, ajang
pretise dan prestasi guru. Kegiatan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) menjadi lebih berwarna dan
bermakna, mampu menghasilkan suplemen bahan
pembelajaran di kelas dan Menularkan virus literasi ke
sekolah sehingga kegiatan literasi di sekolah juga
menghasilkan produk nyata.
11
sempurna. Belum semua guru berperan aktif melahirkan
karya sesuai dengan harapan yang diinginkan. Maka
sangat diperlukan penyempurna dalam berbagai hal,
penyempurnaan itu terutama dalam membangun
komitmen bersama untuk menyetor karya. Dalam
bidang penulisanpun perlu diberikan landasan teori dan
teknik penulisan yang lebih mumpuni. Pemberian
Reward and Punisshmen dirasa diperlukan untuk
penguatan peserta MGMP dalam berkarya. Penguatan
dan penegasan dari yang pimpinan atau pejabat yang
berwenang supaya kegiatan MGMP memuat kegiatan
Literasi Guru. Muaranya nanti peserta MGMP senantiasa
berkarya dalam setiap kegiatan. Karya ini juga nanti nya
dapat dijadikan sebagai suplemen pembelajaran di kelas
dan sebagai pengembangan keprofesionalan guru.
Tuntutan profesional guru untuk senantiasa
melakukan PKB (Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan). Menulis dan menghasilkan karya baik
karya ilmiah (KTI), diktat, modul atau pun karya inovatif
berupa buku fiksi merupakan salah satu point dari PKB.
Berdasarkan hasil program Sekar maka
direkomendasikan sebagai berikut:
1. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) hendak
mampu menjadi wadah guru untuk aktif dan kreatif.
Guru mampu berkarya nyata. Salah satu bentuk
kegiatan yang kreatif adalah guru berliterasi
terutama literasi bahasa.
2. Memperbaiki dan mengembangkan lebih baik lagi
program MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
Agar kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) bukan hanya diisi oleh kegiatan
pembuatan administrasi pembelajaran.
3. Membuat regulasi yang jelas tentang Program
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
berliterasi. Program ini hendaknya yang disahkan
oleh yang berwenang. Diharapkan nantinya regulasi
ini mengatur dengan jelas tentang reward and
punishisment yang akan diterima guru-guru yang aktif
dan kreatif dalam kegiatan MGMP(Musyawarah
Guru Mata Pelajaran)
12
4. Menjalin kerjasama dengan Lembaga yang mampu
memberikan pelatihan dan motivasi agar guru mau
menulis.
5. Menjadikan kegiatan “LITERASI” sebagai bagian dari
kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
Minimal satu semester MGMP menghasilkan satu
karya.
6. Menjalin kerjasama dengan penerbitan untuk
mempublikasikan karya nyata guru sehingga ide dan
gagasan kreatif dapat terdokumentasikan.
7. Membuat Jurnal atau majalah pendidikan, sebagai
wadah guru-guru mempublikasikan ide-ide
cemerlangnya. Sekaligus sebagai penambah angka
kredit guru untuk naik pangkat dan melakukan
Penilaian Kinerja Berkelanjutan.
13
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016.
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Atas. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas
Direktorat pembinaan tenaga kependidikan dikdasmen
kemdikbud. 2019. Pedoman lomba Pengawas
Berprestasi dan Berdedikasi 2019. Jakarta:
kemdikbud
Direktorat pembinaan tenaga kependidikan dikdasmen
kemdikbud. 2018. Pedoman lomba best practice
nasional 2018. Jakarta: kemdikbud
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
Nasional. 2010. Prosedur Operasional Standar
Penyelenggaraan KKG Dan MGMP. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Mujib, Ahmad. 2016. Gerakan Literasi Sekolah.
jabarprov.go.id. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat. http://literasi.jabarprov.go.id/baca-artikel-
954-apa-sih-literasi-itu.html (on line).
Pengelola Web Kemdikbud. 2017. Kemendikbud
Optimalkan Peran Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). Kemdikbud.go.id. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
https://www.kemdikbud.
go.id/main/blog/2017/07/kemendikbud-
optimalkan-peran musyawarah-guru-mata-
pelajaran-mgmp (online).
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen. 2018. Strategi Dan
Implementasi Literasi Sebagai Kecakapan Abad 21 dalam
Pembelajaran.Jakarta:Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Wijaya, Mulyadi. 2018. Mengolah Bete menjadi Betah
dalam Berkegiatan MGMP. Jawa Barat: Goresan
Pena.
14
Biografi Penulis
MULYADI dilahirkan di
Bengkulu Selatan 02 April 1974.
Selain Gemar membaca dan
menulis, Penulis juga Hobby
Traveling. Alumnus Pasca
Sarjana Universitas Negeri
Padang (UNP) merupakan
Pengawas SMA di jajaran
Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Barat. Pernah aktif
sebagai DLB STKIP
Ahlussunnah Bukittinggi, DLB
STKIP YDB Lubuk Alung, DLB
STKIP PGRI Padang dan STAIN Bukittinggi. Tahun 2015
Pemenang Pertama Pengawas SMA Berprestasi dan
Berdedikasi Tingkat Provinsi Sumatera Barat. Tahun
2019 Terpilih sebagai Naskah Best Practice paling
menginspirasi yang diselenggarakan Kesharlindung
Kemdikbud. Tahun 2019 mewakili Sumatera Barat ke
tingkat Nasional untuk Lomba GTK Berprestasi dan
Berdedikasi serta memperoleh juara 1 Nasional kategori
Pengawas SMA. Beberapa karya tulis telah dipublikasikan
dalam Jurnal Pendidikan. Antara lain; Revitalisasi
Program MGMP, Pendekatan MUKIDI dalam
Pembinaan Akademik, Pendekatan Demokratis
Mengubah Meringis Menjadi Senyum Manis dalam
Proses Pembelajaran. Dan beberapa karya telah
dibukukan antara lain; Romantisme Senja (2018 ISBN
976-602-364-541-1), Mengubah Bete menjadi
Betah,(2018 ISBN 978-602-364-577-0) Gadis Kampug Air
(2018 ISBN 978-602-51886-6-4) Satu Kisah Seribu
Makna (2019 ISBN 978-602-364-691-3), Senandung
Sang Pencerah (2019 ISBN 978-602-364-701-9) Dua
bukunya yang berjudul Bulir Bika Sumatera Barat
(Kumpulan Best Practice) dan Membina Literasi Guru
melalui SEKAR sedang dalam proses percetakan. Penulis
dapat dihubungi Via Email bang_yadhie@yahoo.co.id
dan PonSel/WA 08126719465
15
SUPERVISI KOLABORASI
PENDEKATAN SEDAYUNG TIPAT
PUTER UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA AKADEMIK
Ninik Kristiani
Pengawas SMA Kota Malang
ninik_sma5mlg@yahoo.co.id
16
meningkatkan pencapaian SNP sesuai Permendikbud
nomor 6 Tahun 2018.
Kompetensi pedagogi guru sebagai modal utama
pencapaian SNP. Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan
pemantauan dan penilaian kinerja guru Tahun 2018
diketahui bahwa 100% telah memiliki perangkat
pembelajaran yang meliputi Prota (Program Tahunan),
Prosem (Program Semester), Silabus, RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), dan alat evaluasi. Hanya saja,
sebanyak 41% RPP yang disusun belum sesuai dengan
standar proses, dan 50% diduga masih copy paste. Hanya
ada 9% RPP telah sesuai dengan standar proses dan
original.
Khusunya di SMA penyelenggara SKS (Sistem
Kredit Semester), di samping permasalahan RPP, juga
ditemukan 50 % UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri)
belum sesuai dengan Panduan Pengembangan UKBM.
UKBM merupakan media belajar peserta didik. UKBM
juga sarana meningkatkan kemandirian belajar peserta
didik. Belum optimalnya mutu RPP dan UKBM
berdampak kepada mutu pembelajaran dan penilaian
hasil belajar.
Ada 4 (empat) indikator kompetensi pedagogi
guru, yaitu: RPP, UKBM, pembelajaran, dan penilaian
hasil belajar. Belum optimalnya kompetensi pedagogi
menyebabkan pencapaian SNP kurang optimal. Dengan
demikian, kompetensi pedagogi guru modal penting
untuk mendukung pencapaian SNP. Oleh karena itu,
peningkatan kompetensi pedagogi guru merupakan
bagian penting dari tugas pengawasan yang harus
dilakukan.
Selain itu, kemampuan melakukan publikasi
ilmiah merupakan indikator kinerja akademik kepala
sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru seharusnya
mampu melaksanakan kegiatan tugas jabatan dan target
sesuai SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). Kinerja akademik
sekolah dapat dilihat dari SKP kepala sekolah dan guru.
Dua hal penting yang terdapat dalam SKP pada satuan
Pendidikan yaitu Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan
Penilaian Kinerja Kepala Escola (PKKS).
17
PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)
meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif. Sesuai regulasi PKB wajib dilakukan guru
dan kepala sekolah. Namun, hal itu belum terlaksana
dengan baik. Publikasi ilmiah kepala sekolah dan guru
sebenarnya dapat diambil dari permasalahan di kelas.
Pengalaman kepala sekolah membantu guru mengatasi
permasalahan di kelas dapat ditulis menjadi karya ilmiah.
Guru membantu mengatasi permasalahan belajar peserta
didik atau pengalaman memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas dapat ditulis menjadi karya ilmiah.
Kepala sekolah dan guru yang berkinerja akademik baik
akan mampu menuangkan pengalaman tersebut ke
dalam karya ilmiah. Untuk itu, pengawas sekolah perlu
mendorong potensi tersebut.
Pengawas sekolah sebagai penjamin mutu di
sekolah. Tugas pokok pengawas sekolah relevan
dengan kebutuhan peningkatan mutu kinerja
akademik di sekolah. Dalam upaya penjaminan mutu
kinerja akademik, pengawas sekolah memerlukan
suatu strategi dalam melaksanakan tugas, termasuk
upaya mengatasi kendala yang ada. Strategi yang
dipilih dalam menyelesaikan masalah harus efektif
dan efisien. Sekali dayung tiga empat pulau terlampaui
merupakan cara pandang yang perlu dibangun untuk
melaksanakan tugas pengawasan di sekolah. Cara
pandang atau pendekatan yang diduga efektif harus
diasah terus-menerus hingga menjadi pola kerja yang
efektif.
Melalui tulisan ini diharapkan dapat memberi
gambaran tentang implementasi supervisi kolaborasi
yang diberi nama SEDAYUNG TIPAT PUTER.
SEDAYUNG TIPAT PUTER merupakan pendekatan
yang memungkin pengawas sekolah dapat
menyelesaikan masalah pengawasan sekaligus
menghasilkan karya publikasi ilmiah (Kristiani,
2019). Kegiatan ini bertujuan mendorong
meningkatnya kinerja akademik yang ditandai
dengan meningkatnya kompetensi supervisi kepala
sekolah, kompetensi pedagogi guru, dan
18
dihasilkannya publikasi ilmiah oleh semua pihak
yang terlibat dalam kolaborasi.
19
intrumen untuk mengukur kompetensi pedagogi guru,
dan sistematika laporan PTS (Penelitian Tindakan
Sekolah)/PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sesuai dengan
buku PKB yang berlaku. Intrumen kompetensi supervisi
kepala sekolah memuat lima indikator, yaitu (1)
menyusun program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknis supervisi yang tepat dengan
mengikuti prosedur: pra supervisi, saat supervisi, dan
pasca supervisi berupa temu akhir antara supervisor
(pengawas dan kepala sekolah dan/atau tim supervisi)
dengan guru yang disupervisi; (3) menilai dan
menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru; (4) melakukan
pengawasan proses pembelajaran dengan prinsip objektif
dan transparan; dan (5) melaksanakan pemantauan
proses pembelajaran dilakukan pada tahap pelaksanaan,
dan penilaian hasil pembelajaran.
Instrumen untuk mengukur kompetensi pedagogi,
meliputi (1) lembar telaah RPP sesuai standar proses
(Permendikbud No 22 Tahun 2016); (2) lembar telaah
UKBM khusus untuk SMA penyelenggara SKS yang
menggunakan UKBM sebagai media belajar peserta
didik; (3) lembar telaah pelaksanaan pembelajaran; dan
(4) lembar telaah pelaksanaan penilaian hasil belajar.
Hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen-
instrumen tersebut digunakan sebagai indikator kinerja
akademik di sekolah.
20
sekolah, kepala sekolah dan/atau tim supervisi
masuk bersama-sama melaksanakan supervisi. Cara
ini efektif, karena pengawas sekolah dapat secara
langsung memodelkan supervisi pembelajaran
kepada kepala sekolah. Kepala sekolah dan
pengawas sekolah bersama-sama membantu guru
melaksanakan pembelajaran lebih baik. Melalui
kegiatan kolaborasi ini, tugas pengawasan untuk
membina, memantau, menilai, dan memberikan
pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dan
guru dapat terlaksana dalam satu waktu. Tugas
pokok kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi
akademik juga dapat dilaksanakan melalui
kolaborasi ini. Jadi, kolaborasi supervisi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER ini banyak hal atau
masalah yang dapat terselesaikan. Hal ini selaras
dengan pendapat Daft, (2003) bahwa kolaborasi
dapat menyelesaikan banyak permasalahan.
Kolaborasi supervisi dengan SEDAYUNG TIPAT PUTER
memfasilitasi semua pihak yang berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama dan saling menguntungkan
(Nasution, 2010). Hasil kegiatan kolaborasi ini di samping
pihak yang berkolaborasi mendapatkan keuntungan dan
tujuan bersama tercapai, juga berdampak kepada
tumbuhnya berbagai karakter positif seperti kerjasama,
saling menghargai, tanggung jawab, disiplin, dan lain-lain
(Agustian, 2012; Rich, 2010; Barbara, 2004; dan Griffin,
2004). Melalui kegiatan ini keberadaan pengawas sekolah
sangat dibutuhkan warga sekolah. Pengawas sekolah
sangat diharapkan kedatangannya. Situasi inilah yang
mendorong terwujudnya harmonisasi antara pengawas
sekolah dengan warga sekolah, seperti tercermin pada
Gambar 1.
21
Gambar 1. Pelaksanaan Supervisi Kolaborasi Dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER
22
penyusunan instrumen untuk mengukur
ketercapaian target supervisi. Instrumen yang
disusun memuat indikator target atau sasaran
supervisi.
(3) Membangun kesepakatan, yaitu memberikan
instrumen kepada supervisee untuk dipelajari,
sekaligus membangun komitmen agar
supervisee menyelesaikan kinerjanya mengacu
pada indikator instrumen. Kegiatan ini bertujuan
membangun kesepakatan antara supervisor
dengan supervisee melalui indikator intrumen.
(4) Melaksanakan kolaborasi, pada tahap ini tim
supervisi (pengawas sekolah, kepala sekolah
dan/atau tim supervisi) bersama-sama
melakukan observasi kelas dari awal hingga
akhir. Tim melakukan pembagian tugas,
misalnya kepala sekolah menuliskan faktual
pembelajaran dan mendokumentasikan aktivitas
pembelajaran, sedangkan pengawas menelaah
perangkat pembelajaran menggunakan
instrumen yang telah disepakati, atau sebaliknya.
Pada tahap ini tim melakukan pengumpulan
data atau dokumentasi yang sifatnya otentik di
kelas, seperti RPP, lembar kerja jika ada, foto
kegiatan, lembar telaah perangkat yang telah
diisi, dan lain-lain.
(5) Melakukan umpan balik, tahapan ini
dilaksanakan setelah pembelajaran selesai, atau
dilaksanakan secara terus-menerus pada saat
supervisi berlangsung. Tujuan dari tahapan ini
adalah agar kinerja akademik guru di kelas
dalam meningkatkan mutu pembelajaran
tercapai dengan baik, serta mendiskusikan
kelebihan dan kelemahan yang perlu diperbaiki
oleh supervisee untuk pembelajaran selanjutnya.
(6) Melakukan sosialisasi hasil supervisi, yaitu
melaksanakan pertemuan dengan warga sekolah
untuk menyampaikan hasil supervisi, sekaligus
melaksanakan pembinaan, pemantauan,
penilaian kinerja, dan pembimbingan dan
23
pelatihan kepala sekolah dan guru berdasarkan
hasil supervisi kolaborasi.
(7) Menyusun karya hasil supervisi kolaborasi,
tahap ini merupakan tujuan bersama, dimana
semua pihak yang terlibat kolaborasi menyusun
laporan hasil supervisi kolaborasi sesuai tusinya
masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk
menghasilkan publikasi ilmiah.
(8) Tindak lanjut, semua pihak yang terlibat dalam
kolaborasi menindaklanjuti sesuai tusinya
masing-masing, misalnya pengawas sekolah
melakukan pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan/atau kepala sekolah,
menyusun program pengawasan, kepala sekolah
menyusun program supervisi, dan guru
melakukan perbaikan kinerja, serta
memanfaatkan hasil supervisi kolaborasi untuk
keperluan pengembangan profesi, berupa
publikasi ilmiah. Jika hasil supervisi belum
optimal, maka kembali pada tahap awal yaitu
analisis hasil evaluasi supervisi dilanjutkan tahap
berikutnya hingga tahap tindak lanjut dan
seterusnya. Model ini bersifat siklik, sehingga
berpotensi memberbaiki kinerja sekolah dalam
meningkatkan kinerja akademik. Visualisasi
siklik tertera pada Gambar 2. Tahapan yang
tergambar pada Gambar 2 tersebut telah
memiliki hak penciptaan intelektual berserta
buku hasil penelitian yang juga telah memiliki
hak penciptaan intelektual.
Kegiatan kolaborasi ini dapat diibaratkan seperti
beras bergesekan dengan beras. Beras berwarna putih
bukan karena ditumbuk, namun karena adanya gesekan
antar beras. Demikian juga dengan kegiatan kolaborasi
ini, kepala sekolah dan guru tidak merasa ditekan atau
diinstruksi untuk berkinerja akademik baik. Akan tetapi,
dibawa kepada situasi yang harmonis, selalu berdekatan,
dan selalu memberi umpan balik. Situasi ini akan
menumbuhkan budaya berkinerja akademik di
sekolah baik tanpa diperintah.
24
Analisis hasil evaluasi supervisi sebelumnya
Membangun kesepakatan
Melaksanakan kolaborasi
Saat Supervisi
Umpan balik
Pasca supervisi
Menyusun karya hasil supervisi
Tindak lanjut
25
pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian hasil belajar
seperti tertera pada Tabel 2. Penilaian terhadap empat
hal tersebut menggunakan lembar telaah yang telah
disiapkan dan disepakati oleh tim yang berkolaborasi.
Lembar telaah ini lebih menekankan kepada kuantitas
keterlaksanaan terhadap indikator yang diharapkan
muncul. Sedangkan kualitas dari indikator yang
diharapkan mucul akan menjadi bagian dari tugas
pembinaan guru dan kepala sekolah oleh pengawas
sekolah pada saat pelaksanaan maupun setelah
pelaksanaan supervisi kolaborasi selesai.
26
bentuk laporan hasil penelitian, juga meningkatnya
budaya menulis.
Berdasarkan capaian tersebut semakin diyakini
bahwa supervisi kolaborasi dengan SEDAYUNG TIPAT
PUTER ini efektif. Banyak hal yang telah dicapai
sebagaimana telah disampaikan. Kegiatan ini juga bersifat
lestasi karena dapat diterapkan secara terus-menerus
selama melaksanakan tugas pengawasan. Pengawas
sekolah yang menghendaki sekolah binaannya mencapai
kinerja akademik tinggi dapat menerapkan sesuai dengan
kondisinya masing-masing. Supervisi kolaborasi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER ini dapat berhasil dengan
baik memerlukan kompetensi pengawas sekolah yang
memadahi. Untuk itu, para pengawas sekolah harus
mengoptimalkan enam kompetensinya dengan baik,
yaitu kepribadian, supervisi akademik, supervisi
manajerial, penilaian pendidikan, penelitian dan
pengembangan, dan sosial. Selanjutnya, jenis PKB,
jumlah, dan contoh judul publikasi ilmiah di tiga sekolah
seperti telah disampaikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Sedangkan contoh produk dari budaya menulis sekaligus
efek dari supervisi kolaborasi tertera pada Gambar 3 s.d
5.
Tabel 3. Jenis PKB, Jumlah, dan Contoh Judul Publikasi Ilmiah di Tiga Sekolah
Kode Jumlah
Contoh Judul Publikasi Ilmiah
No Jenis PKB Sekola Publikasi Keterangan
yang Dihasilkan
h Ilmiah
1 Publikasi S6 0 - -
Ilmiah S10 1 Meningkatkan Kompetensi Guru Publikasi ilmiah
Dalam Pembelajaran Abad Ke-21 kepala sekolah
Melalui Program Kemitraan berupa laporan
Pengawas Pembina Tahun hasil PTS
Pelajaran 2018/2019 di SMAN 10
Malang
STN 0 - -
2 Publikasi S6 9 Peningkatan Kreativitas dan Publikasi ilmiah
Ilmiah Penguasaan Materi Ekonomi guru berupa
Menggunakan Mind Map laporan hasil PTK
Berbatuan UKBM Pada Peserta
Didik Kelas XI IPS 1 di SMAN 6
Malang
S10 4 1. Perbedaan Hasil Belajar Publikasi ilmiah
Menggunakan Model guru berupa
Pembelajaran Inkuiri laporan hasil
Terbimbing Berbantuan penelitian
Unit Kegiatan Belajar eksperimen semu
Mandari (UKBM) dan
Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Buku Teks
Pelajaran (BTP) di SMAN
10 Malang
2. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir
Kritis Menggunakan Publikasi ilmiah
27
Model Pembelajaran guru berupa
Window Shopping Pada laporan hasil PTK
Peserta Didik Kelas XI
MIPA-2 di SMAN 10
Malang
STN 8 Peningkatan Keterampilan Publikasi ilmiah
Berpikir Tingkat Tinggi guru berupa
Menggunakan Model laporan hasil PTK
Pembelajaran Learning Cilcle, 5E
Pada Materi Hidrolisis Garam di
Kelas XI MIPA SMAN Taruna
Nala Jawa Timur
Membangun kesepakatan
Melaksanakan kolaborasi
Saat Supervisi
Umpan balik
Pasca supervisi
Menyusun karya hasil supervisi
Tindak lanjut
28
Gambar 4. Laporan dan Artikel Hasil PTS Supervisi Gambar 5. Contoh Buku Hasil Karya Kepala
Kolaborasi Sekola dan Guru di Sekolah
29
melaksanakan pembinaan non tatap muka
7 Publikasi hasil laporan PTS dan PTK Bekerjasama dengan perguruan tinggi
setempat untuk menyelenggarakan seminar
hasil penelitian
Memasukkan kegiatan publikasi ilmiah ke
dalam program kerja MGMP sekolah,
kota/kab, dan atau provinsi
30
Daftar Pustaka
Agustian, Ary Ginanjar. 2012. Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Jilid Kedua,
Edisi Revisi. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Barbara, Lewis A. 2004. Character Building for Children.
(Terjemahan Arfin Saputra). Batam: Center Karisma
Publishing Group.
Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Emiasih, Dewi. 2011. Pengaruh Pemahaman Guru
tentang Pendidikan Karakter terhadap Pelaksanaan
Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Sosiologi.
Jurnal Komunitas, 3(2) (Online), (http://journal.
unnes.ac.id).
Griffin, Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Kristiani, N. 2019. Sedayung Tipat Puter Suatu
Pendekatan Untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah.
Lam
Kristiani, N. 2019. Peningkatan kualitas Kinerja Sekolah
Melalui Pemanfaatan Supervisi Pembelajaran
Berbasis Kolaboratif Dengan Pendekatan Sedayng
TIpat Puter. Indonesian Journal of Educational
Studies. 22(1): 23-34.
Maring, P. (2008) Hubungan kekuasaan: konflik, perlawanan,
dan kolaborasi dalam penguasaan hutan di Egon Flores.
Maring, P. (2008). Konflik Penguasaan Hutan, Klaim
Kewenangan, dan Kebuntuan Visi: Kasus
Penguasaan Hutan di Egon Flores. Dalam:
Suporahardjo dan Abidah Billah Setyowati (eds),
Desentralisasi Tata Kelola Hutan di Indonesia:
Tantangan Menyiasati Politik Lokal, Bogor: LATIN,
hlm. 161- 188.
Nasution, M . N. 2010. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi,
Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.
2010. Malang: Universitas Negeri Malang
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen
31
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tengang Standar
Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Panduan Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri. 2017.
Jakarta: Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Rich, Dorothy. 2010. Metode Megaskill. Jakarta: Hikmah.
32
Biodata Singkat
33
CARA MUDAH MENGEMBANGKAN
APLIKASI SNP VERSI GAJAH MADA
DI SMAN 21 MAKASSAR
Madalle Agil
Pengawas SMA Prov. Sulawesi Selatan
madalleagil@yahoo.co.id
34
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, maupun global.
Ada 8 (delapan) SNP terdiri atas empat SNP yang
diperuntukkan bagi guru (Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Isi (SK/KD), Standar Proses, Standar
Penilaian), dan empat SNP yang diperuntukkan bagi
sekolah (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PTK), Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan dan Standar Pembiayaan). Untuk mengukur
tingkat pemenuhan delapan SNP dapat dilakukan
pemetaan mutu. Instrumen pemetaan delapan SNP
dapat merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan
Instrumen Akreditasi SMA/MA dan Petunjuk Teknis
Akreditasi Sekolah. Badan Akreditasi Nasional (BAN)
Sekolah/ Madrasah tahun 2017 sebagai revisi atas
Permendiknas nomor 105 tahun 2014.
Hasil pemetaan SNP berdasarkan nilai akreditasi
SMA Negeri 21 Makassar pada tahun 2014 berdasar
dokumen akreditasi sekolah menunjukkan pemenuhan 8
SNP sudah maksimal. Tetapi pergantian Kepala Sekolah
pada awal tahun 2019 tentu membawa dampak,
sementara Akreditasi Sekolah harus dilaksanakan pada
agustus tahun 2019. Standar sarana dan prasarana serta
standar penilaian masih sangat rendah. Sementara untuk
standar isi, standar proses dan standar kompetensi
lulusan juga belum maksimal masih pada nilai mutu B.
Kekuatan SMA Negeri 21 Makassar ada pada standar
pendidik dan tenaga kependidikan serta standar
pembiayaan, namun untuk standar pengelolaan dan
standar proses juga masih perlu ditingkatkan lagi.
Data Nilai Akreditasi SMA Negeri 21
Makassar Tahun 2014 Nilai
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
35
Disamping data tersebut, Kepala Sekolah
didampingi oleh Pengawas Pembina dan Asesor
Kotamadya Makassar melakukan evaluasi diri. Evaluasi
Diri menggunakan instrumen Akreditasi berdasarkan
Permendikbud No. 004/H/AK/2017 tentang kriteria dan
teknis pengisian Instrumen Akreditasi Sekolah
Menengah/Aliyah tanggal 10 Maret 2017. Evaluasi diri
SMAN 21 pada bulan Desember 2018 berdasar hasil
analisis mutu yang dilakukan oleh pengawas
menggunakan aplikasi versi gajah mada menunjukkan
perbaikan pada standar mutu pendidikan terutama
standar proses, tetapi standar pengelolaan dan standar
penilaian masih paling rendah.
Supervisi merupakan kegiatan yang merupakan
tugas dan fungsi utama seorang pengawas. Jenis supervisi
pengawas ada dua yaitu supervisi akademik dan supervisi
manajerial. Salah satu tugas pokok pengawas adalah
melakukan pemantauan dan pengevaluasian 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) di sekolah binaan.
Permasalahan terbesar yang dihadapi sekolah adalah
bagaimana sekolah mampu mencapai 8 SNP secara
efektif dan efisien. Setiap sekolah mengharapkan untuk
memenuhi pelaksanaan 8 SNP dalam rangka
peningkatan nilai akreditasi, sebagai standar mutu suatu
sekolah. Masalah besar yang dihadapi SMAN 21 Makassar
adalah obyektivitas penilaian yang dilakukan Kepala
Sekolah, demikian juga dengan kepedulian Pendidik dan
Tenaga Pendidik terhadap pemenuhan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) masih belum optimal.
Atas dasar itu diperlukan aplikasi yang terbuka dan
sederhana yang bisa digunakan untuk meningkatkan 8
SNP SMAN 21 Makassar khususnya terkait Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PTK). Aplikasi yang
dikembangkan adalah Aplikasi 8 Standar Nasional
Pendidikan. Diharapkan melalui pemanfaatan dan
pendampingan pada sekolah binaan di SMA Negeri 21
Makassar pada kurun waktu Januari 2017 s.d. Juni 2019
terdapat peningkatan pemenuhan 8 Standar Nasional
Pendidikan.
36
Aplikasi SNP versi Gajah Mada
Aplikasi versi Gajah Mada adalah pengembangan
aplikasi dari SNP berbasis excel yang dapat digunakan
oleh pengawas dan kepala sekolah dalam melakukan
kegiatan supervisi. Alpacas versi Gajah Mada sangat
terkait dengan supervisi pemenuhan delapan standar
nasional pendidikan (SNP) di sekolah sesuai dengan
permendikbud No. 004/H/AK/2017. Pemanfaatan
aplikasi versi Gajah Mada bertujuan membantu
pengawas dan kepala sekolah dalam menjalankan salah
satu tugas dan fungsinya.
Dalam rangka akreditasi sekolah perlu adanya
persiapan-persiapan yang matang khususnya dokumen-
dokumen kegiatan pengembangan sekolah yang
terdokumentasi dan tertata rapi. Persiapan awal
akreditasi sekolah tentunya menyiapkan instrumen
akreditasi. Intrumen akreditasi disusun berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan Instrumen
Akreditasi SMA/MA Petunjuk Teknis Akreditasi Sekolah.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah. 2017.
Instrumen akreditasi disajikan dalam bentuk hard copy
dan soft copy, Analisis pemantauan 8 SNP dapat
menggunakan Aplikasi Pemantauan delapan SNP.
Pemantauan dilaksanakan oleh kepala sekolah
didampingi pengawas pembina dan asesor. Hasil analisis
pemantauan 8 SNP berupa rekomendasi yang dijadikan
acuan pembuatan program sekolah tahun mendatang.
Secara rinci pemanfaatan aplikasi ini yang telah kami
laksanakan di SMAN 21 Makassar sebagaimana pada
bagian hasil laporan ini.
Hasil PK guru dimaksudkan bermanfaat untuk
menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan
peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam
menciptakan peserta didik yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru
merupakan acuan bagi sekolah/madrasah
untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi
37
guru. Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk
mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan
merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas
kinerjanya. Secara rinci pemanfaatan aplikasi ini yang
telah kami laksanakan di SMAN 21 Makassar
sebagaimana pada hasil laporan ini.
Aplikasi ini dapat digunakan oleh pengawas sebagai
intrumen pemantauan delapan SNP atau oleh kepala
sekolah sebagai instrumen evaluasi diri sekolah.
Instrumen ini dikembangkan berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan Instrumen
Akreditasi SMA/MA Petunjuk Teknis Akreditasi Sekolah.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah. 2017.
Aplikasi ini terdiri dari 6 (enam) menu, yaitu: menu
utama, instrumen, rekomendasi, rekap dan grafik,
kesimpulan, dan surat keterangan.
Menu Utama
Menu utama terdiri dari tabel menu dan input data
sekolah serta asesor/pengawas jika digunakan oleh
pengawas. Pengisian data cukup pada kolom yang
berwarna putih, yaitu: identaitas pengawas, identitas
sekolah, identitas kepala sekolah dan keterangan lainnya.
Dari menu utama untuk pindah ke menu lain cukup klik
tabel merah sebelah kanan sesuai kebutuhan dan
langsung link ke menu yang tertulis.
38
Gambar 2. Menu utama Aplikasi Pemantauan 8 SNP
Instrumen penilaian
Menu instrumen penilaian dikembangkan
berdasarkan instrumen akreditasi permendikbud
004/H/AK/2017. Instrumen ini berisikan form penilaian
8 standar nasional pendidikan terdiri dari 129 item
penilaian yaitu: Standar isi no. 1 s.d. 9, standar proses no.
10 s.d. 30, standar kompetensi lulusan no. 31 s.d. 37,
standar pendidik dan tenaga kependidikan no. 38 s.d.56,
standar sarana dan prasarana no. 57 s.d. 80 , standar
pengelolaan no. 81 s.d. 95, standar pengelolaan no. 96 s.d.
111 dan standar penilaian no. 112 s.d 129.
Cara pengisian dengan menceklis kolom jawaban
A,B,C,D atau E sesuai kondisi nyata yang ada di sekolah
dengan merujuk pada buku pedoman yang ada.
Rekomendasi
Rekomendasi adalah hasil analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif pada menu intrumen
akreditasi. Dari sheet data instrumen penilaian data
diolah sesuai kriteria berdasarkan buku pedoman
penilaian akreditasi dan hasilnya berupa rekomendasi.
Pada menu rekomendasi terdiri dari nomor urut,
pernyataan, kondisi ideal, kondisi nyata, kesenjangan dan
rekomendasi. Rekomendasi berisikan apa yang akan
dilakukan berdasarkan kesenjangan yang ada.
39
Rekap dan Grafik
Dari input data data diolah secara kuantitatif dan
disajikan rekap hasil pengolahan data dalam bentuk tabel
dan grafik.
KONPONEN 8 STANDAR SKOR
No NILAI KATEGORI
NASIONAL PENDIDIKAN TERTIM B ANG
92,00
90,00
90,00 88,59
88,00
86,00
84,00
Surat Keterangan
Surat keterangan diperlukan jika pengawas yang
akan melakukan penilaian di sekolah binaan. Jika
aplikasi ini digunakan intern oleh sekolah surat
keterangan tidak diperlukan. Surat keterangan ini
menerangkan bahwa pengawas pembina telah
melakukan pemantauan pada sekolah binaan, dibuat oleh
kepala sekolah.
40
2) Proteksi aplikasi bisa di buka atau ditutup oleh
siapa saja (open/off)
3) Menginput data sederhana hanya menggunakan
ceklis pada kolom yang sesuai.
4) Hasil input data langsung dianalisis oleh sistem
menghasilkan rekomendasi.
5) Dilengkapi dengan output rekap nilai dan grafik
hasil pemantauan
6) Instrumen berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan Instrumen
Akreditasi SMA/MA serta Petunjuk Teknis
Akreditasi Sekolah oleh Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/ Madrasah tahun 2017.
41
Tabel. Peningkatan Hasil SNP SMAN 21 Makassar setelah
menggunakan aplikasi versi Gajah Mada
Tahun
No Komponen
2014 2019
1 Standar Isi 91 96,97
Kategori Akreditasi A A
42
pada kompetensi keterampilan siswa, amat baik pada
sekolah mengembangkan perangkat pembelajaran
sesuai dengan tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi pembelajaran, amat baik pada Kepala
sekolah/madrasah bersama guru mengembangkan
kurikulum sesuai dengan pedoman pengembangan
KTSP dengan melibatkan beberapa unsur, amat baik
pada Sekolah/madrasah menyusun KTSP yang
meliputi 6 unsur, amat baik pada Sekolah/madrasah
mengembangkan kurikulum sesuai dengan prosedur
operasional pengembangan KTSP yang meliputi 4
tahapan, baik pada Sekolah/madrasah melaksanakan
kurikulum sesuai 5 ketentuan.
Standar Proses
Nilai pantauan pada standar proses dengan 21
pernyataan tertutup meliputi: amat baik pada
Sekolah/madrasah mengembangkan silabus yang
memuat 9 komponen, amat baik pada
Sekolah/madrasah mengembangkan RPP dari
silabus, secara lengkap dan sistematis, amat baik
pada Sekolah/madrasah mengalokasikan waktu dan
beban belajar sesuai ketentuan, amat baik pada
Sekolah/madrasah melaksanakan proses
pembelajaran dengan jumlah siswa per rombongan
belajar maksimum 36 orang, amat baik pada Siswa
menggunakan buku teks pelajaran dalam proses
pembelajaran, amat baik pada Guru melakukan
pengelolaan kelas yang baik , baik pada Guru
memulai pembelajaran dengan 5 langkah
pendahuluan, amat baik pada Guru menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran, amat baik pada Guru
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
karakteristik siswa dan mata pelajaran, amat baik
pada Guru menggunakan media pembelajaran yang
sesuai karakteristik siswa dan mata pelajaran, amat
baik pada Guru menggunakan sumber belajar yang
sesuai karakteristik siswa dan mata pelajaran, amat
baik pada Guru menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa dan
43
mata pelajaran, amat baik pada Guru bersama siswa
mengakhiri pembelajaran, baik pada Guru
menggunakan pendekatan penilaian otentik dalam
penilaian proses pembelajaran, amat baik pada Guru
memanfaatkan hasil penilaian otentik untuk
merencanakan program, amat baik pada Kepala
sekolah/madrasah melakukan pengawasan proses
pembelajaran dengan objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan, amat baik
pada Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi
proses pembelajaran terhadap seluruh guru setiap
tahun, amat baik pada Kepala sekolah/madrasah
memantau proses pembelajaran, amat baik pada
Kepala sekolah/madrasah menindaklanjuti hasil
supervisi proses pembelajaran amat baik pada Kepala
sekolah/madrasah menyusun: (1) laporan
pemantauan, (2) laporan supervisi, (3) laporan
evaluasi proses pembelajaran, (4) program tindak
lanjut, baik pada tindak lanjut hasil pengawasan
pembelajaran.
Standar Kompetensi Lulusan
Peningkatan nilai pada standar kompetensi lulusan
dengan 7 pernyataan tertutup adalah: amat baik pada
pengalaman belajar siswa dalam pengambilan
keputusan, amat baik pada analisis pemecahan
masalah siswa pada mapel iptek, amat baik pada
kemampuan siswa menganalisis gejala alam, amat
baik pada sumber belajar siswa, baik pada
pembiasaan mencari informasi, amat baik pada
pemanfaatan lingkungan secara produktif, amat baik
pada kegiatan seni budaya siswa.
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengembangan hasil pada standar pendidik dan
tenaga kependidikan dengan 19 pernyataan tertutup
yaitu: sudah memenuhi persyaratan kualifikasi
akademik, sudah memenuhi persyaratan dengan
latar belakang pendidikan, amat baik pada kehadiran
guru, amat baik pada pelaksanaan KBM sesuai
dengan prinsip prinsip pembelajaran, baik pada
integritas guru, baik pada telah melaksanakan
44
komunikasi efektif, amat baik pada penguasaan
pembelajaran, memenuhi persyaratan kepala
sekolah, memenuhi kualifikasi akademik kepala
sekolah, memenuhi pengalaman mengajar kepala
sekolah, memenuhi kemampuan manajerial kepala
sekolah, memenuhi kemampuan kewirausahaan
kepala sekolahj, sudah melakukan sepervisi, sudah
memiliki kualifikasi untuk tenaga administrasi,
memenuhi syarat untuk latar belakang tenaga
administrasi, sudah memiliki sertifikasi kompetensi
pustakawan, sudah memiliki kualifikasi minimal
pustakawan, sudah memiliki kualifikasi minimal
laboran, memenuhi syarat untuk latar belakang
pendidikan laboran,
Standar Sarana dan Prasarana
Perkembangan mutu pada standar Sarana Prasarana
dengan 28 pernyataan tertutup yaitu: sesuai
ketentuan luas lahan sekolah, memenuhi
persyaratan akses keselamatan darurat untuk letak
lokasi sekolah, memenuhi persyaratan untuk sarana
untuk meningkatkan kenyamanan, memenuhi
persyaratan untuk kepemilikan tanah sesuai
peraturan perundangan, memenuhi persyaratan
untuk luas minimal lantai bangunan, memenuhi
persyaratan untuk sistem kebakaran dan petir,
memenuhi persyaratan untuk sanitasi sekolah,
memenuhi persyaratan untuk ventilasi udara dan
pencahayaan, memenuhi persyaratan untuk ruang
kelas, sudah ada ruang perpustakaan, baik pada
ruang laboratorium biologi, memenuhi persyaratan
untuk ruang laboratorium fisika,cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang laboratorium kimia,
tidak memiliki ruang komputer/TIK, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang laboratorium bahasa,
cukup dan memenuhi syarat untuk ruang
laboratorium fisika, cukup dan memenuhi syarat
untuk ruang laboratorium kimia, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang laboratorium
komputer, cukup dan memenuhi syarat untuk ruang
laboratorium bahasa, cukup dan memenuhi syarat
45
untuk ruang kepala sekolah, cukup dan memenuhi
syarat untuk ruang guru, cukup dan memenuhi
syarat untuk ruang tata usaha, cukup dan memenuhi
syarat untuk tempat ibadah, cukup dan memenuhi
syarat untuk ruang bimbingan konselng, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang UKS/M, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang organisasi, cukup dan
memenuhi syarat untuk jamban siswa, cukup dan
memenuhi syarat untuk gudang.
Standar Pengelolaan
Hasil penilaian pada standar Pengelolaan dengan 16
pernyataan tertutup yaitu: baik pada rumusan visi
sekolah, baik pada rumusan misi sekolah, baik pada
rumusan tujuan sekolah, baik rencana kerja
tahunan, baik pedoman pengelolaan secara
tertulis,baik struktur organisasi, baik pelaksanaan
kegiatan, baik kegiatan kesiswaan, baik kegiatan
pengembangan kurikulum, baik program
pendayagunaan pendidik, baik pada pengelolaan
sarpra, ada pada pengelolaan pembiayaan, baik pada
kegiatan untuk menciptakan suasana nyaman, baik
pada kegiatan kemitraan, baik pada kegiatan program
pengawasan, baik pada kegiatan evaluasi diri.
Standar Pembiayaan
Perbaikan pantauan pada standar Pembiayaan
dengan 16 pernyataan tertutup yaitu: lengkap untuk
dokumen investasi sarpras, kategori baik pada
pengembangan berdasarkan RKA, kategori baik pada
memiliki modal kerja. Kategori baik pada membayar
gaji guru, kategori baik pada membayar gaji tenaga
kependidikan, kategori baik pada belanja biaya
kegiatan. Kategori baik pada belanja kesiswaan,
kategori baik pada belanja pengadaan alat, kategori
baik pada belanja pengadaan bahan habis pakai.
Kategori baik pada alokasi kegiatan rapat, perjalanan
dinas, kategori baik pada pengadaan soal-soal,
kategori baik pada belanja pengadaan daya dan jasa.
Kategori baik pada belanja kegiatan operasional,
kategori baik pada pengelolaan sumbangan
masyarakat.
46
Standar Penilaian
Perubahan hasil pemantauan pada standar Penilaian
dengan 13 pernyataan tertutup disimpulkan: baik
pada penjelasan instrumen penilaian, amat baik pada
prosedur penilaian, pengembangan teknik penilaian,
penggunaan teknik penilaian. Amat baik pada
pengolahan teknik penilaian, pengembalian hasil
pemeriksaan pekerjaan siswa, perbaikan
pembelajaran. Amat baik pada laporan hasil belajar
siswa, penilaian sikap dan kepribadian, amat baik
pada ulangan tengah semester. Amat baik pada
kriteria kenaikan kelas, penentuan nilai akhir
kelompok mata pelajaran, dan baik pada
penyelenggaraan ujian sekolah.
47
dimanfaatkan oleh guru dan kepala sekolah sebagai nilai
capaian angka kredit tahunan. Penilaian kinerja yang
dilakukan secara benar menjadi motivasi guru untuk
meningkatkan kompetensinya sehingga standar proses
akan meningkat secara signifikan.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pemanfaatan
aplikasi berbasis microsoft excel versi gajah mada terbukti
sangat membantu sekolah mengembangkan tata kelola
sekolah. Pada akhir tahun 2019 diharapkan SMA Negeri
21 Makassar dapat meningkatkan pemenuhan 8 Standar
Nasional Pendidikan. Akreditasi SMA Negeri 21 Makassar
meningkat dari nilai 90 dengan predikat terakrteditasi A
menjadi 94, 35 dengan predikat terakreditasi A tertinggi
di Provinsi Sulawesi Selatan.
Rekomendasi tulisan ini adalah pertama aplikasi
pemantauan 8 standar nasional pendidikan harus
dikembangkan lagi dan direvisi sesuai dengan peraturan
yang berlaku pada tahun pelajaran berjalan. Saat ini
menggunakan Perangkat akreditasi SMA/MA tahun 2017
berdasarkan Keputusan Kepala Balitbang Kemendikbud
No. 4 /H/AK/2017. Kedua, aplikasi penilaian hasil belajar
siswa harus direvisi ulang berdasarkan peraturan yang
berlaku yaitu Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan.
48
Daftar Pustaka
Aedi, N. 2014. Pengawasan Pendidikan, Tinjauan Teori Dan
Praktik. Jakarta ; Raja Grafindo Persada
Lantip D.P. dan Sudiyono, 2011. Supervisi Pendidikan.
Yogyakarta; Gava Media
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
Peratuan Kepala BKN Nomor 1 tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2011.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar
Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar
Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 59 tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 SMA/MA
Permendikbud RI No. 004/H/AK/2017 tentang Kriteria
dan perangkat akreditasi SMA/MA.
Petunjuk Teknis Akreditasi Sekolah. Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/ Madrasah. 2017
Permendikbud RI No. 20 tahun 2019 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
Priansa, D.J. dan Somad. 2014. Manajemen Supervisi dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung; Alfabeta
49
Romadhon, W.E. 2017. Pemenuhan Stndar Penilaian
Melalui Pendampingan dan Pengembangan Aplikasi
Penilaian versi Why di SMA Negeri 13 OKU.
Sahertain, P. A. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta
Suhardan, D. 2010. Supervisi Profesional. Bandung;
Alfabeta
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara
50
TENTANG PENULIS
51
TEACHER SUPERVISION RECORD
(TSR) BERBASIS SMART PHONE
DALAM MENINGKATKAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Elva Novianty
Pengawas SMA
Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Curup. Provinsi Bengkulu
Elvanovianty19@gmail.com
52
guru. Sedang pelaksanaan pembelajaran merupakan
pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai waktu
yang ditentukan. Evaluasi dan penilaian dilaksanakan
untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan review PK Guru yang, 50%
kompetensi guru binaan dalam mengelola kelas tidak
meningkat dari waktu ke waktu, bahkan cenderung
menurun. Perencanaan pembelajaran yang dimiliki guru
masih belum mengikuti perkembangan kurikulum.
Mengajar masih dengan metode konvensional. Penilaian
pembelajaranpun masih belum menggunakan
instrument penilaian yang seharusnya. Guru hanya
melakukan hal yang rutin dari tahun ke tahun, tidak ada
kreatifitas atau inovasi dalam pembelajaran. Buat RPP
sekedarnya, masuk kelas, mengajar, mengevaluasi dan
sebagainya yang dilaksanakan berulang-ulang. Bahkan
setelah dilaksanakan supervisi pembelajaran, ada guru
yang dahulunya rajin melaksanakan tugas rutinnya
malah menjadi kurang rajin. Setelah saya analisis
ternyata layanan supervisi yang diberikan kepada semua
guru binaan adalah sama, tanpa memperhatikan potensi
guru, karakteristik dan kompetensi guru binaan.
Gambar 1. Supervisi
pembelajaran
Seperti kita ketahui, seorang guru memiliki tingkat
kompetensi dan karakteristik yang berbeda, sehingga
pembinaan yang diberikan oleh seorang pengawas
melalui supervisi akademik dan supervisi pembelajaran
harus berbeda kepada masing-masing guru agar
kompetensinya lebih cepat berkembang. Supervisi
53
pembelajaran fokusnya pada proses pembelajaran yang
dilaksankan guru, namun supervisi akademik sifatnya
lebih kompleks, karena tidak hanya pembelajaran, tapi
juga menyentuh kurikulum, penelitian, kelompok kerja
guru, dan lain sebagainya. Sebagaimana Glickman dalam
Asmani (2012:92), berpendapat bahwa supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
baik oleh pengawas maupun kepala sekolah kepada guru
untuk membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi esensi supervisi
akademik itu sama sekali bukan hanya menilai unjuk
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
melainkan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya
profesionalismenya. Penilaian
kinerja guru merupakan
bagian dari serangkaian
kegiatan dalam supervisi
akademik.
Agar Pengawas dan
Kepala Sekolah tidak salah
arah dalam melaksanakan Gambar 2. Pembinaan: Analisis
serangkaian kegiatan Supervisi Hasil Evaluasi pembelajaran
54
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai
pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru.
Tugas lain yang harus diemban guru adalah,
mampu mengakomodir kebutuhan siswa seiring
perkembangan zaman dan perubahan yang senantiasa
terjadi di masyarakat. Misalnya, saat ini Kurikulum yang
digunakan sekolah adalah K 13, intergrasi dengan
Kecakapan abad 21. Kebutuhan guru saat ini adalah
bagaimana mengajar dengan baik pada kurikulum K13
yang akan melahirkan siswa dengan kecakapan abad 21.
Guru harus siap beradaptasi dengan perubahan zaman
dan cara belajar siswa, bila guru masih mengajar
menggunakan pendekatan konvensional tentu tidak akan
mampu melahirkan siswa dengan kecakapan abad 21
yang sudah menggunakan alat teknologi dalam belajar.
Kemampuan guru beradaptasi dengan perubahan
tidak lepas dari fungsi supervisi akademik yang utama
yaitu ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran. Sedangkan hasil supervisi akademik
berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan
profesionalisme guru. Setiap guru seharusnya mendapat
layanan supervisi akademik baik dari guru senior, kepala
sekolah dan bahkan pengawas. Semakin baik layanan
supervisi yang diterima, semakin meningkat
kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran dan
semakin berkualitas pembelajaran yang disajikan. Oleh
karena itu, pengawas dan kepala sekolah atau guru senior
yang ditunjuk oleh kepala sekolah harus lebih sering
memberi layanan supervisi pembelajaran kepada guru,
minimal 2 (kali) dalam satu tahun (SPM/Standar
Pelayanan Minimal).
Tugas dan tanggungjawab guru tidaklah ringan.
Guru harus mampu mentransfer ilmu pengetahuannya
kepada siswa dengan cara-cara yang professional dan
mampu mengembangkan kepribadian dan karakter siswa
kearah yang lebih baik. Karena itu pengawas dan kepala
sekolah harus membantu guru meringankan tugas
mereka agar mampu bertahan menjadi guru yang
seutuhnya. Seorang pengawas harus mampu melihat
55
sekecil apapun persoalan yang dihadapi guru dan
bersama-sama mencari solusinya.
56
Istilah TSR (Teacher Supervision Record) atau
catatan/rekaman supervisi guru, mungkin adalah istilah
baru dalam bidang kepengawasan. TSR adalah istilah
yang diadopsi dari MR/Medical Record. Dengan adanya
TSR diharapkan pengawas dapat menjalankan tugasnya
dengan lebih autentik berdasarkan data yang ada. TSR
adalah singkatan dari Teacher Supervision Record
(Rekam supervisi guru) adalah hasil adopsi dan adaptasi
oleh penulis terhadap istilah kedokteran yaitu Medical
Record (MR) atau rekam medis. Rustiyanto (2010:17)
berpendapat bahwa rekam medis menggambarkan apa,
siapa, dimana dan bagaimana perawatan pasien selama
di rumah sakit. Rekam Medis dapat digunakan sebagai
alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahlinya yang
ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan kepada pasien. Berdasarkan
data yang ada, pelayanan pengobatan berikutnya akan
lebih tepat dan akurat.
Gambar di atas adalah gambar Medical Record/MR
atau Rekam Medis. Pertanyaannya kapankah supervisi
akademik dapat dilaksanakan seperti gambar ini? Dengan
alat seperti ini saya bermimpi, pasti supervisi akan sangat
efektif, komunikatif dan menyenangkan semua pihak.
Semua data guru dan layanan supervisi yang diberikan
serta hasil capaian guru pada setiap aspek pembinaan
dapat diakses dengan hanya dengan sedikit sentuhan jari,
beberapa detik kemudian langsung tampil hasil
supervisinya. Mudah-mudahan seiring dengan semakin
cepatnya perkembangan teknologi, dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi TSR Teacher Supervision Record
(Rekam supervisi guru) model Ipad akan dimiliki oleh
setiap pengawas.
Tren Revolusi Industri 4.0 saat ini, dapat dijadikan
alasan yang kuat bagi pengawas untuk memanfaatkan
teknologi dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan
sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik
menjadi virtual sebagai transparansi informasi yang
merupakan salah satu prinsip Revolusi Industri 4.0 harus
dikemas secara baik sebagai alat yang memudahkan kerja
kepengawasan. Wujud dari pemanfaatan teknologi
57
tersebut adalah TSR/Teacher Supervision Record berbasis
Smart Phone dalam meningkatkan pengelolaan
pembelajaran.
Teacher Supervision Record dirancang untuk
merekam dan menyediakan data tentang kegiatan
kepengawasan dalam membimbing dan membina guru
binaan, kapan dilaksanakan, apa permasalahan dan
bagaimana solusinya. Sebagai wujud trasparansi
informasi, Teacher Supervision record atau rekam
supervisi guru dapat juga digunakan sebagai alat
komunikasi antara pengawas, guru binaan dan kepala
sekolah, sehingga guru memperoleh bantuan yang tepat
sesuai dengan kebutuhannya sehingga berdampak pada
pengembangan kariernya masing-masing. Rekaman
yang ada dalam SRT mampu memberikan informasi
“penyakit” (kelemahan) setiap guru binaannya, Biasanya
setiap guru memiliki kekurangan dan kelebihan yang
berbeda. Karena itu, berbeda kelemahannya akan
berbeda pula bentuk binaan yang diberikan. Pengawas
juga harus memberikan obat/bimbingan yang tepat
untuk mengobati “penyakit” (kelemahan) masing-masing
guru, bisa itu berupa pemahaman akan teori,
permodelan atau bahkan pendekatan interpersonal,
karena guru juga memiliki perbedaan sikap dalam
mengendalikan emosinya masing-masing.
Sama halnya dengan Medical Record/MR, Teacher
Supervision Record/TSR dapat diartikan berupa berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
guru binaan, waktu kunjungan pengawas, materi
pembinaan dan hasil pembinaan serta tindak lanjut yang
dilakukan pengawas kepada guru binaannya. Selanjutnya,
Teacher Supervision Record adalah aplikasi yang
menggunakan program Microsoft Excel yang dirancang
untuk memudahkan pengawas dan guru dalam merekam
data dan mengaksesnya apabila dibutuhkan.
Seiring semakin cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, saat ini aplikasi program
excel dan membawa laptop untuk kegiatan mobile agak
kurang digemari. Pengawas dan guru lebih sering
memegang Smart Phone untuk merekam data-data dan
58
kegiatan kepengawasan di lapangan/ Field note. Karena
itu, TSR juga dirancang sebagai buku tulis yang terdapat
dalam Smart Phone para pengawas dan guru. TSR yang
menggunakan program Microsoft Excel pada computer
ditransfer ke Smart Phone dan selanjutnya disimpan pada
dokumen. Sehingga dapat diakses kapan saja dan dimana
saja.
59
berharap TSR (Teacher Supervision Record) ini akan
terus berkembang dengan menggunakan teknologi yang
lebih canggih dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan.
Berikut Cara merakit TSR.
60
3. File kemudian disimpan di dokumen pada Smart
Phone
61
5. Buat folder nama sekolah
62
pembinaan. Baik mengadopsi dari buku kerja pengawas
atau merancang sendiri sesuai kebutuhan. Nilai capaian
guru dari masing-masing instrumen dapat dilihat secara
jelas dan langsung pada TSR setelah diinput data secara
otomatis akan keluar hasilnya pada file dokumen.
Dengan adanya rekam supervisi guru ini, maka akan
tercipta tertib administrasi kepengawasan yang
merupakan salah satu faktor penentu peningkatan
kualitas pembinaan yang diberikan pengawas kepada
guru.
63
maka akan memberi pengaruh yang positif terhadap
pelaksanaan supervisi akademik berikutnya. Dengan
adanya rekam supervisi yang lengkap, maka pengawas
dapat melaksanakan supervisi secara autentik. Supervisi
autentik dan berkesinambungan akan akan
meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas
profesinya. Kinerja guru meningkat akan bermuara pada
meningkatnya kualitas pendidikan.
“TSR” (Teacher Supervision Record) berbasis Smart
Phone dalam meningkatkan Pengelolaan Pembelajaran
dilaksanakan melalui langkah-langkah operasional
sebagai berikut.
1. Dalam menjalankan tugas kunjungan ke sekolah,
pengawas harus menyesuaikan dengan jadwal.
Biasanya satu kali dalam satu minggu. Namun bila
guru memerlukan binaan di luar jadwal, waktunya
bisa disepakati kembali dengan guru sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Ketika kunjungan ke sekolah, pengawas sekolah harus
mempersiapkan dokumen supervisi tentang materi
pembinaan pada hari yang ditentukan sesuai dengan
Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) yang telah
disusun. Sehingga materi pembinaan fokus pada
aspek yang akan dikembangkan termasuk tekhnik
pembinaan.
3. Dalam posisi 2) pengawas harus melengkapi diri
dengan instrumen supervisi yang tepat disesuaikan
dengan materi pembinaan. Instrumen bisa berupa
check list, jurnal, field note atau anecdote.
4. Gunakan buku kerja pengawas (Soft copy) sebagai
pedoman dalam membuat instrumen. Namun,
Pengawas juga dapat membuat sendiri rancangan
instrumen sesuai dengan kebutuhan.
5. Pengawas harus bersikap selaku teman atau mitra
guru, bukan mencari-cari kesalahan seperti kesan
yang terbangun sejak dulu. Dengan demikian guru
bebsa bertanya dan berdiskusi tentang apaun masalah
pembelajaran.
64
6. Pengawas dalam memberikan penilaian harus
terbuka sehingga guru mengetahui kelemahannya
dan berupaya untuk memperbaiki diri.
7. Guru bebas berkonsultasi tentang masalah yang
dihadapi baik dalam menjalankan tugas profesinya
maupun kehidupan pribadinya sejauh masih dalam
batas wajar. Karena kinerja seorang guru tidak bisa
lepas dari kehidupan pribadinya.
8. Pengawas menyediakan lembar konsultasi guru
sebagai adaptasi dari kartu berobat ke dokter.
Berdasarkan lembar konsultasi dan diskusi inilah
pengawas dapan memberikan saran yang tepat
karena data-data guru binaannya sadah terekam
dengan baik dan berkesinambungan.
9. Pengawas harus merencanakan materi pembinaan
berikutnya agar guru lebih mempersiapkan diri
dengan bekal tembahan ilmu pengetahuan atau
perlengkapan yang dibutuhkan.
10. Pengawas bersama guru mengadakan negosiasi untuk
membagi tugas dalam rangka mengimplementasikan
alternatif pemecahan masalah yang terpilih dan
pemantauan terus menerus.
11. Selalu menyampaikan terima kasih kepada guru dan
kepala sekolah pada setiap kali akhir pertemuan
sehingga dapat menimbulkan kesan bahwa guru dan
kepala sekolah merasa dihormati.
12. Apabila ditemui ada guru yang kurang kooperatif,
lakukan pendekatan dengan supervisory conference
dengan demikian guru akan merasa lebih
diperhatikan kekurangannya.
13. Hasil supervisi selalu dimasukkan ke TSR, sehingga
pengarsipan akan lebih baik dan mudah diakses.
14. Dokumen hasil kepengawasan berupa hard copy harus
selalu ada walaupun telah memiliki soft copy.
Strategi penggunaan TSR dalam melaksanakan
Supervisi Akademik di atas, hanya merupakan sebagian
kegiatan yang bisa dilakukan pengawas. Pengawas dapat
melakukan kegiatan lainnya sesuai dengan kebiasaan dan
kondisi sekolah masing-masing. Fokus utama adanya
komunikasi yang efektif antara pengawas, kepala sekolah
65
dan guru, sehingga proses supervisi akan berdampak
positif pada peningkatan kinerja guru dan pengawas.
66
Dari tabel di atas, dapat digambarkan bahwa secara
berangsur guru termotivasi meningkatkan kinerjanya,
seperti pada administrasi pembelajaran, pada awalnya
guru yang kurang baik adalah 40% dan kemudian
berkurang menjadi 20%. Secara umum kompetensi guru
menjadi lebih baik namun belum signifikan.
67
Berdasarkan grafik di atas, TSR (teacher supervision
record) berbasis Smart Phone dalam meningkatkan
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan selama 2
semester memiliki dampak positif bagi peningkatan
kinerja guru Bahasa Inggris SMA di Sekolah Binaan.
Grafik di atas membuktikan bahwa terjadi peningkatan
kinerja guru dalam menyusun administrasi
pembelajaran, guru yang memperoleh nilai baik sekali
meningkat dari tahap 1, 20%, tahap 2, 40% dan tahap ke 3
80%. Untuk penyusunan RPP, guru yang memperoleh
nilai baik sekali meningkat dari 30%, 50% dan tahap ke 3,
850%. Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru
yang memperoleh nilai baik sekali meningkat dari 20%,
tahap 2, 45% dan tahap ke 3, 80% dan kompetensi guru,
yang memperoleh nilai baik sekali meningkat dari tahap
1, 40%, tahap 2, 70% dan tahap ke 3, 87%. Jelaslah bahwa
rekam supervisi guru (TSR/Teacher supervision Record)
dapat berfungsi dengan baik dalam upaya memberikan
data yang akurat tentang kondisi guru binaan sehingga
pengawas dapat meningkatkan mutu layanan.
Hasil pemanfaatan TSR (Teacher Supervision Record)
berbasis Smart Phone dalam meningkatkan pengelolaan
pembelajaran dibuktikan dengan: 1) Meningkatkan
pencapaian kompetensi guru dalam pengelolaan
pembelajaran, 2) Penilaian yang dilakukan pengawas
transparan, bisa diakses oleh guru, sehingga guru terus
berusaha meningkatkan kompetensinya, 3) Layanan
pembinaan yang disampaikan pengawas lebih terarah
dan berkesinambungan, 4) Pemanfaatan teknologi dalam
bidang kepengawasan membuktikan bahwa pengawas
pun dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman.
68
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Supervisi
Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
269/MENKES/PER/III/2008. Tentang Rekam Medis.
Jakarta. Kemenkes
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 21 Tahun 2010. Tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya. Jakarta. Depdiknas.
Rustiyanto, Ery. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk
Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sahertian, Piet dan Frans Mataheru. 1981. Prinsip dan
Tekhnik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sahertian, Piet. 2008. Konsep Dasar dan Tekhnik
Supervisi Pendidikan. Dalam Rangka
Mengembangkan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Subari. 1988. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
69
TENTANG PENULIS
Elva Novianty. S.Pd., SH., M.Pd. Lahir di
Curup 6 Maret 1969. Lulus SD N 2
Curup Rejang Lebong (1983), lulus SMP
N 1 Curup Rejang Lebong (1985), Lulus
SMA N 1 Curup Rejang Lebong (1988).
Melanjutkan kuliah D2 Bahasa Inggris
Universitas Bengkulu (1990), D3 Bahasa
Inggris Universitas Terbuka (2000), S1
Bahasa Inggris Universitas Terbuka (1993), S2 Manajemen
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2004), S1 Ilmu
Hukum, Hukum Perdata Universitas Hazairin Bengkulu
(2010). Saat ini sebagai Pengawas SMA pada Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah II Curup, Provinsi Bengkulu.
(Elvanovianty19@gmail.com/Kontak Person HP.
081271691832)
70
PENINGKATAN KOMPETENSI
KEPALA SEKOLAH DALAM
PENGELOLAAN GURU
MELALUI COMDISCOREL
Agus Sarifudin
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
agus_sarifudin65@yahoo.com
71
dan letak geografis berjauhan ditambah permasalahan
kompetensi manajerial kepala sekolah dalam
memberdayakan sumber daya manusia merupakan
problematika yang harus dipecahkan. Kemampuan
kepala sekolah dalam memberdayakan sumber daya
manuasia (guru dan tenaga kependidikan) merupakan
penentu keberhasilan pendidikan. Faktanya pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) negeri yang menjadi binaan
pengawas, masih banyak kepalasekolah yang kurang
mampu memberdayakan guru. Hal tersebut tercermin
dalam pembagian tugas tambahan dan pemberian
kesempatan pengembangan diri dalam Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru. Kepala sekolah
merasa nyaman dan kurang memperhatikan potensi
guru dan hanya melibatkan beberapa orang guru saja
atau bahkan tidak begitu mengawasi pelaksanaan
pekerjaan /kinerja wakil kepala sekolah.
Pada SMA swasta, kepala sekolah umumnya single
fighter. Banyak kegiatan guru yang dikerjakan langsung
kepala sekolah. Guru kurang diberdayakan dalam tugas
tugas tambahan. Bahkan ada juga kepala sekolah yang
tidak mengizinkan kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) dan pertemuan ilmiah guru dengan
berbagai alasan. Kepala sekolah baik negeri maupun
swasta masih banyak yang kurang memahami fungsi
manajerial terutama dalam memberdayakan dan
mengembangkan potensi guru. Kepala sekolah kurang
mendorong dan memfasilitasi guru untuk mengikuti
lomba guru atau tenaga kependidikan berprestasi
maupun olimpiade guru.
Berdasarkan beberapa temuan hasil observasi,
wawancara dan kuesioner terhadap beberapa guru SMA
ditemukan banyak permasalahan pemberdayaan guru
yang dirasakan belum sesuai yang diharapkan dan pola
pengembangan karir guru. Umumnya guru tidak mampu
untuk protes dan menuntut lebih. Selain karena rasa
enggan pada kepala sekolah, juga ada ketakutan bahwa
penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) guru yang ditanda
tangani kepala sekolah akan rendah dan merugikan guru
yang bersangkutan. Status kepegawaian kerap menjadi
72
salah satu penyebab diskriminasi pembagian tugas
tambahan. Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) selalu
diprioritaskan dari pada guru Non PNS, tanpa melihat
faktor kemampuan guru yang bersangkutan. Di sisi lain
untuk SMA Swasta terkendala faktor kedekatan dan
adanya kekerabatan/persaudaraan dalam memegang
jabatan tugas tambahan sehingga sering mengabaikan
faktor kelayakan dan kesempatan bagi guru yang
berpotensi untuk mendapat tugas tambahan.
Berbagai cara dan usaha telah dilakukan pengawas
untuk mengatasi masalah tersebut seperti workshop, in
house training (IHT) guru dan rapat kerja (raker). Hanya
saja upaya pelaksanaan kegiatan pemberdayaan guru
tersebut sering terkendala karena sikap Kepala Sekolah
yang banyak tidak memberi kesempatan. Kepala Sekolah
kurang berkomitmen untuk melaksanakan hasil raker
sekolah. Kepala Sekolah sering kali di atas angin, karena
menjadi manajer walaupun tidak memahami bagaimana
melaksanakan manajerial yang efektif. Umumnya tidak
ada Kepala Sekolah yang takut dengan guru, tetapi justru
guru yang takut pada Kepala Sekolah.
Permasalahan di atas perlu dicari solusi yang
efektif dan efisien. Untuk itu sesuai tugas dan fungsi yang
dimiliki, pengawas melakukan pembinaan dan supervisi
manajerial pada Kepala Sekolah. Melalui kegiatan
supervisi ini ibutuhkan komunikasi dalam rangka
mengingatkan kembali para Kepala Sekolah terkait tugas
pokok dan fungsinya dalam pemberdayaan guru untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Supervisi dan
pembinaan dilakukan melalui diskusi interaktif dua arah
dengan pendekatan sikap religius. Melalui pendekatan ini
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi Kepala
Sekolah.
Langkah-langkah tindakan pembinaan yang dilakukan
pengawas dirangkum dalam sebuah kata ComDisCoRel
(Comunication, Discussing, Coachingdan Religious).
Strategi Comdiscorel
Comdiscorel adalah akronim dari Comunication,
Discussing, Coaching dan Religious. Komunikasi adalah
73
sebuah prasarana dengan mana seorang manajer
diperlengkapkan. komunikasi tidak dapat berdiri sendiri
(Terry, 1992: 207). Keberhasilan Kepala Sekolah sebagai
manajer membutuhkan komunikasi yang baik dengan
semua yang ada di sekolah termasuk dengan para guru
yang menjadi mitranya.komunikasi yang baik
memberikan motivasi.komunikasi dapat digolongkan
dalam berbagai jenis seperti komunikasi ke atas dank ke
bawah, komunikasi formal dan informal dan komunikasi
lisan dan tertulis .Komunikasi yang terbuka berarti bahwa
umpan balik dapat diutarakan dalam suasana yang saling
percaya.komunikasi menunjukkan orang saling percaya
satu sama lain, saling memperhatikan dan saling
menghormati (Hagemann, 1993: 47).
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara
dua orang atau lebih/kelompok. Pertemuan ilmiah untuk
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai
suatu masalah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007),
Strategi diskusi merupakan alat yang sangat efektif
.kegiatan diskusi untuk kelompok yang berjumlah kurang
dari sepuluh .
Coaching /melatih adalah bagaimana membantu
seseorang apa yang diharapkan.. pembimbingan dan
pelatihan professional Kepala Sekolah merupakan
pembimbingan yang bertujuan memenuhi tuntutan
pengetahuan dan ketrampilan Kepala Sekolah dan tenaga
kependidikan dalam pemberdayaan satuan pendidikan
untuk keterlaksanaan dan pemenuhan 8 SNP (Dirjen
GTK 2017: 14). Salah satu pemenuhan standar adalah
standar pemberdayaan dan standar Guru dan tenaga
kependidikan.
Pengawasan terdiri dari tiga jenis yaitu
pengawasan atasan langsung, pengawasan yang dilakukan
secara fungsional oleh aparat, dan pengawasan melekat.
Fungsi ini kadang perlu dilengkapi dengan sikap religius
dari Kepala Sekolah dalam memimpin dan mengelola
sekolah (Soebagio 2000 177). 18 (delapan belas) nilai
karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya,
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu (1) Religius, (2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif,
74
(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)
Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab
(Pusat Kurikulum, 2009: 9-10). Nilai religius diharapkan
mampu memotivasi sikap agar tugas pokok fungsi
dijalankan dengan baik karena ada Tuhan YME yang
selalu melihat dan mencatat semua perbuatan.
75
dengan menggunakan aplikasi webex dan dilaksanakan
secara maya dengan posisi Kepala Sekolah tidak perlu
meninggalkan sekolahnya.
76
Gambar 2. Foto Kegiatan diskusi dengan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala
Sekolah
3. Pembimbingan (Coaching)
Kegiatan pembimbingan ini lebih bersifat klinis untuk
memecahkan masalah masalah pemberdayaan guru
atau perilaku guru yang kurang sesuai dengan
komitmen bersama disekolah. Kepala Sekolah yang
sudah ‘acuh tak acuh ‘ pada kondisi guru dan kinerja
guru yang rendah mendapatkan pembimbingan yang
berkelanjutan secara intensif dan periodik. Kepala
Sekolah harus mampu menyelesaikan masalah
pribadi lebih dahulu baru menangani guru yang
bervariasi latar belakang nya. Pengawas
melakukanptogram pembimbingan sesuai kondisi
masalah Kepala Sekolah dengan guru gurunya.
77
Kepala Sekolah diajak memahami diri dan
keberadaannya sesuai keyakinanya.
pengawasmengajak reviuw/muhasabah tanggung
jawab yang berhubungan dengan penghasilannya jika
tidak bekerja baik dalam mengelola masalah masalah
yang ada pada guru disekolah. Kepala Sekolah diberi
motivasi betapa besar pahala jika mengajak guru lebih
rajin dan membantu masalah mereka dalam
pembelajaran, kedisiplinan dan mengembangkan
potensi dirinya dalam kegiatan profesi diluar sekolah.
Kepala Sekolah diberi penguatan bahwa setiap
tindakan manusia ada yang mengawasi Tuhan Yang
maha Esa.
78
Tabel 2
Hasil angket yang disebar keguru guru melalui google form
(1) Pemantauan Kinerja (2) Pembagian yang sesuai
Wakil Kepala Sekolah
79
3. Mendistribusikan tugas tambahan guru yang adil dan
merata;
4. Pengembangan potensi guru;
5. Penghargaan dan sanksi yang diterapkan; dan
6. Dukungan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB).
Strategi Comdiscorel memberikan dampak positif
terhadap pemberdayaan dan pemberdayaan guru oleh
Kepala Sekolah berdampak dan dirasakan oleh warga
sekolah. Kepala Sekolah dapat meningkatkan kualitas
kemampuannya dalam mengelola guru,
memberdayakan, dan membuat lebih nyaman. Kepala
Sekolah merasa lebih bersemanagat menjadi manajer
dan lebih merasa dihargai guru. Sedangkan para guru
merasa semakin dihargai, lebih bisa mengembangkan
diri dan lebih bertanggungjawab dalam tugasnya. Guru
merasa lebih dilibatkan dalam memajukan sekolah
karena setiap guru punya kesempatan yang sama untuk
berkiprah di sekolah sesuai dengan kemampuannya.
80
Daftar Pustaka
Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan
Indonesia. Bandung : Ardadidza jaya
Dessler, G. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. New
Jersey : Prentice Hall, Inc.
Hagemann, G, 1993. Motivasi Untuk Pembinaan
Organisasi,Jakarta: PPM
Tim Penulis UPI. 2014. Pedoman Pengawasan Karya
Ilmiah UPI . Bandung: UPI
Robbins, S.P. 2000. Teori Organisasi. New Jersey :
Prentice Hall, Inc.
Satori, D. 2016. Pengawasan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan. Jakarta: Alfabeta
Suprijanto. 2011. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta :
Bumi Aksara
Terry. G. R. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Bumi
Aksara
Tim. 2016. Modul pelatihan. Bandung: Dinas Pendidikan
Umaedi dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka
81
Tentang Penulis,
Agus Sarifudin, S.Pd, M.M,
dilahirkan di Cirebon pada
tanggal 31 Agustus 1969.
Pendidikan di SDN
Arjawinangun lulus pada
tahun 1981, SMPN
Arjawinangun, lulus tahun
1984. SMAN Palimanan, lulus
tahun 1987. Pada tahun yang
sama melanjutkan studi D3
IPB Matematika dan Akta III
82
STRATEGI “SIKARIB”
MENGHANTARKAN
SEKOLAH BINAAN BERMUTU
Muhari
Pengawas SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Tengah
muhariwassma.69@gmail.com
83
menindaklanjuti hasil penilaian; d) membuat instrumen
penilaian menyesuaikan aspek; (d) melaksanakan
penilaian sesuai prosedur. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan terpenuhi bila sekolah memiliki guru,
kepala sekolah, tata usaha, pustakawan, laboran. Standar
Sarana dan Prasarana diukur dengan indikator: (a)
memiliki daya tampung yang memadahi; (b) memiliki
sarana dan prasarana pembelajaran yang komplet dan
memadai; (c) memiliki sarana dan prasarana pendukung
yang komplet dan memadai. Indikator mutu standar
pengelolaan yaitu: (a) melakukan perencanaan
pengelolaan; (b) melaksanakan pengelolaan program
sesuai ketentuan; (c) Kepala sekolah melaksanakan tugas
kepemimpinan atas dasar kinerja yang baik; (d)
mengelola sistem managemen informasi. Standar
pembiayaan memiliki indikator mutu : (a) menerapkan
subsidi silang; (b) menyesuaikan beban operasional
dengan ketentuan; (c) melakukan pengelolaan dana
dengan baik.
Sebagai pengawas SMA, penulis mengampu 7
(tujuh) SMA binaan. Sejak tahun 2017 hingga tahun 2018
SMA binaan penulis adalah SMA Negeri 8 Surakarta,
SMA Batik 1 Surakarta, SMA Kristen Pelita Nusantara
Kasih Surakarta, SMA Muhammadiyah Manyaran
Wonogiri, SMA Tujuh Belas Surakarta, SMA
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta, SMA Al-
Azhar Syifabudi Surakarta. Berdasarkan rapor mutu PMP
Dikdasmen, capaian Standar Nasional Pendidikan (SNP)
sekolah binaan tahun 2016 belum sesuai harapan.
Sekolah binaan belum memenuhi indikator mutu pada
standar pendidikan yang ditentukan dalam PMP
Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
84
Tabel 1
Rapor Mutu Sekolah Binaan Tahun 2016
Rata-rata SNP
SMA D
SMA C
SMA A
SMA B
SMA E
NO SNP
85
Bagaimanakah implementasi strategi SIKARIB
menghantarkan sekolah binaan bermutu? (b) Bagaimana
hasil dan dampak implementasi strategi SIKARIB
menghantarkan sekolah binaan bermutu? Penulisan ini
bertujuan untuk: (1) Mendeskripsi implementasi strategi
SIKARIB menghantarkan sekolah binaan bermutu; (2)
Mendeskripsi hasil dan dampak implementasi strategi
SIKARIB menghantarkan sekolah binaan bermutu.
Penulisan ini memberi manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Manfaat teoretis artinya teori-teori yang ada
dalam artikel ini dapat dijadikan sebagai landasan
berpikir dalam mengimplementasikan strategi
pengawasan yang lebih profesional bagi pengawas
sekolah sehingga pengakuan keilmuannya semakin
kuat. Manfaat praktis artikel ini yaitu bagi pengawas
sekolah menjadikan hasil penulisan ini sebagai acuan,
pijakan, pedoman, arahan atau petunjuk teknis dalam
membina sekolah binaan bermutu.
Strategi SIKARIB
Pengawasan dilakukan dengan berbagai
pendekatan antara lain pendekatan kolaboratif (Mulyadi,
2018:78). Untuk melaksanakan pendekatan kolaboratif
pengawas sekolah perlu menunjukkan semangat,
integritas, kreativitas, adaptif, rendah hati, inovatif,
berwawasan (SIKARIB). Semangat menurut Purwanto
(2014:83) ditandai dengan ciri-ciri adanya antusiasme,
dapat dipercaya, rasa kekeluargaan, loyalitas, dan
memiliki kesanggupan bekerja sama. Wahjosumidjo,
(2011:104) menjelaskan bahwa dengan semangat
tercermin hasrat, kesungguhan, dan intensitas dalam
melaksanakan pekerjaan. Integritas sebagaimana
disebutkan dalam Danim (2010:35) ditandai dengan
konsistensi antara kondisi batin dan kondisi lahir.
Integritas pengawas terukur dengan kepercayaan orang
lain terhadapnya tinggi, emosi yang terkontrol, jujur
dalam bertindak. Berdasarkan tulisan Danim (2010:36)
kreativitas pengawas sekolah diukur dengan kemampuan
untuk berpikir secara berbeda dan mendapatkan solusi
dari aneka kendala. Dengan kreativitas, pengawas sekolah
86
melakukan cara yang berbeda namun efektif
dibandingkan dengan pengawas lain dalam
menyelesaikan tugas. Pengawas sekolah harus adaptif
yaitu mengikuti dinamika regulasi pendidikan sehingga
terhindar dari pemikiran stagnan tetapi selalu siap
menghadapi tantangan termasuk tantangan revolusi
industri 4.0. Pengawas akan memiliki bekal dalam
membina sekolah bila adaptif terhadap seluruh dinamika
yang terjadi termasuk dinamika teknologi. Sifat adaptif
berdampak pada perubahan mindset warga sekolah
binaan. Berdasarkan pendapat Purwanto (2014: 55) sikap
rendah hati diaktualisasikan dengan sikap
mendengarkan dan bertanya yang lebih banyak.
Pengetahuan yang dimiliki pengawas sekolah digunakan
untuk membantu sekolah binaan bukan untuk
dibanggakan. Konsep inovasi menurut Darmawan
(2012:2) mencakup aspek praktis, teknis dan kebijakan.
Inovasi pengawas sekolah ditunjukkan dalam bentuk
pengembangan instrumen pemantauan dan pelatihan
berbasis teknologi seperti office 365. Konsep berwawasan
menurut Danim (2010: 39) adalah berpikir
komprehensif, menerima kemajemukan dan tidak
mengenakan kacamata kuda dalam berpikir maupun
bertindak.
Tugas pokok pengawas sekolah menurut Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 adalah melaksanakan
pembinaan, memantau pelaksanaan delapan Standar
Nasional Pendidikan, melaksanakan penilaian,
membimbing dan melatih profesional guru.
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah pasal
9 ayat (4) menegaskan bahwa pengawas sekolah adalah
salah satu unsur tim penjaminan mutu pendidikan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut pengawas sekolah
harus memiliki strategi kepengawasan yang mampu
mengahantarkan sekolah binaan bermutu. Pemilihan
strategi ini sebagai implementasi kompetensi
kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik,
kompetensi evaluasi pendidikan, penelitian dan
87
pengembangan, dan kompetensi sosial sebagaimana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Prosedur pelaksanaan Strategi SIKARIB meliputi
tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut. Implementasi SIKARIB dalam perencanaan
kegiatan pengawas sekolah adalah penyusunan
instrumen pemantauan SNP baik secara manual maupun
secara aplikasi dengan substansi yang sesuai regulasi tiap
standar, mengembangkan materi pembinaan, pelatihan
dan pembimbingan guru dan/atau kepala sekolah baik
secara manual maupun aplikasi. Instrumen penilaian
hasil pembimbingan juga disusun dalam tahap ini.
Adapun yang dimaksud aplikasi adalah pengembangan
materi pemantauan, pembinaan dan pelatihan berbasis
teknologi informasi seperti office 365. Pelaksanaan
strategi SIKARIB berupa pemantauan SNP dengan
menggunakan instrumen baik secara manual maupun
secara aplikasi, melakukan pembinaan, pelatihan dan
pembimbingan guru dan/atau kepala sekolah dengan
materi yang manual maupun aplikasi berbasis teknologi
informasi seperti office 365. Tahap evaluasi SIKARIB,
yaitu pengawas mengevaluasi hasil pemantauan SNP
untuk mengetahui indikator yang belum dicapai sekolah
dan yang sudah dicapai sekolah. Strategi SIKARIB dalam
evaluasi hasil pembinaan, pelatihan dan pembimbingan
bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi
guru dalam tugas akademik dan kepala sekolah dalam
menjalankan fungsi manajerial. Evaluasi menggunakan
instrumen yang sudah direncanakan. Kegiatan dalam
tahap tindak lanjut yaitu menyampaikan kepada kepala
sekolah mengenai indikator SNP yang masih kurang dan
memberikan motivasi agar sekolah meningkatkan
capaian SNP, melakukan bimbingan intensif kepada guru
yang belum menguasai materi bimbingan dan pelatihan
yang didapat secara manual maupun dari aplikasi
berbasis teknologi informasi seperti office 365 kemudian
melakukan penilaian lagi.
Instrumen dalam pelaksanaan strategi SIKARIB
yaitu: (a) Materi pembinaan berbasis teknologi
88
informasi seperti office 365; (b) Instrumen pemantauan
SNP dalam bentuk eksel; (3) Instrumen pemantauan
perangkat pembelajaran yang tersimpan dalam office 365.
Proses pembuatan link pada office 365 melalui akun
muh4ri_guruinovatif_com. Instrumen yang telah
dikembangkan disampaikan kepada responden agar
mengirim jawaban yang sesuai melalui alamat seperti:
bit.ly/PANTAU_PERANGKAT untuk pengiriman
perangkat pembelajaran, bit.ly/INSTRUMEN_KBM
untuk memantau dokumen administrasi pembelajaran
guru, bit.ly/ PERANGKAT_PEMBELAJARAN untuk
memantau komponen silabus dan komponen RPP guru
binaan, bit.ly/REKAP_SUPERVISI untuk mengumpulkan
hasil supervisi guru dan masih banyak lagi alamat link
lainnya. Perangkat yang digunakan untuk mengirim
jawaban tersebut berupa HP, komputer, laptop yang
terkoneksi dengan jaringan internet.
PROSEDUR IMPLEMENTASI SIKARIB
PERENCANAAN PELAKSANAAN
Penyusunan Materi Pembinaan dan
Pembinaan dan Pemantauan di Sekolah
Pemantauan
EVALUASI
TINDAK LANJUT Inventarisasi Hasil
Mendorong perbaikan Pembinaan dan Pemantauan
mutu lebih lanjut
Gambar 1.
Prosedur Implemen Strategi SIKARIB
89
guru dalam mengatasi persoalan strategi belajar-
mengajar berlangsung dua arah sehingga dapat
memberikan kontribusi kepada sekolah binaan dalam
usahanya meraih mutu. Aktualisasi pendekatan
kolaboratif yaitu pengawas sekolah berkomunikasi
dengan guru, kepala sekolah, staf tata usaha sekolah
secara intensif baik melalui media elektronik maupun
kontak langsung.
Materi pengawasan yang dikomunikasikan sesuai
dengan SNP. Instrumen untuk melakukan pemantauan
disusun sesuai dengan jenis standar yang dipantau.
Media pemantauan berupa aplikasi office 365, soft file dan
hardfile. Proses untuk menggali data dilakukan melalui
dialog atau wawancara, studi dokumen, dan observasi di
lapangan. Pembinaan profesional dilakukan supaya
kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan standar
kompetensi mereka. Dampak pengiring dari program ini
adalah berkembangnya karier guru maupun kepala
sekolah.
Implementasi SIKARIB dalam menghantarkan
sekolah binaan bermutu disesuaikan dengan indikator 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Implementasi SIKARIB untuk menghantarkan sekolah
binaan bermutu pada Standar Kompetensi Lulusan
adalah memberikan dorongan kepada sekolah agar
memfasilitasi peserta didiknya berkarakter, berbudaya
literasi, sehat jasmani maupun rohani, berpikir tingkat
tinggi, bertindak mandiri, kolaboratif maupun
komunikatif. Upaya menghantarkan sekolah binaan
bermutu pada standar isi yaitu melakukan
pendampingan dalam menyusun dokumen KTSP sesuai
panduan. Selanjutnya penulis memverifikasi dokumen I,
dokumen II dan dokumen III guna mendapatkan
rekomendasi dan pengesahan. Penulis membimbing
pengembangan KTSP mulai tahap analisis hingga
pengesahan. Implementasi SIKARIB menghantarkan
sekolah binaan bermutu pada standar proses yaitu
membimbing guru menyusun dokumen perencanaan
pembelajaran dalam bentuk analisis KI, KD, IPK, silabus,
RPP, melaksanakan pembelajaran dan melaksanakan
90
penilaian sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Dengan SIKARIB, penulis memberikan dorongan agar
guru memiliki wawasan untuk membuat instrumen
penilaian baik untuk ulangan harian, penilaian tengah
semester, penilaian akhir semester, penilaian akhir tahun
dan USBN sesuai prosedur. Guru didorong menelaah
soal USBN dengan instrumen dari Kemendikbud.
Dalam upaya meningkatkan mutu pada standar PTK,
penulis memberikan pembinaan dan pelatihan kepada
guru menggunakan office 365. Materi yang sudah penulis
simpan dalam office 365 dapat dibaca melalui link yang
penulis kirimkan kepada guru.
Gambar 2.
Tampilan Materi Pembinaan dan Pelatihan dalam office 365.
91
Gambar 3.
Pelatihan PTK Menggunakan office 365
92
rapor mutu tahun 2016, 2017, 2018 dan berbagai aktivitas
sekolah yang mendukung pemenuhan pemenuhan 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan dan Standar Pembiayaan.
Tabel 2.
Rapor Mutu Sekolah Binaan
NO SEKOLAH 2016 2017 2018
SMAN 8 Surakarta
1 5,59 5,75 5,67
SMA Batik 1 Surakarta
2 5,48 5,93 5,86
SMA Kristen PNK
3 1,71 5,44 5,31
SMA Tujuh Belas Ska
4 4,37 5,23 5,28
SMA Muh. 2 Manyartan
5 2,02 5,21 5,38
SMA Muh PK Surakarta
6 0 5,49 5,53
Sumber: PMP Dikdasmen Kemdikbud 2018
93
agar berakhlak mulia, memiliki kreativitas dan inovasi
dalam proses pembelajaran, dapat mengkreasi
pembelajaran menjadi bermakna. Dengan SIKARIB,
guru-guru di sekolah binaan mampu mengembangkan
literasi teknologi sesuai dengan instrumen supervisi
akademik berbasis aplikasi office 365 yang dapat diakses
melalui bit.ly/PERANGKAT_PEMBELAJARAN dengan
HP android. Berikut ini contoh hasil pemantauan
berbasis office 365.
Gambar 4.
Hasil Pemantauan Standar Proses berbasis office 365
94
pemahaman PTK yang lebih mendalam setelah megikuti
pelatihan berbasis office 365. Implementasi SIKARIB
berhasil mencetak guru SMA Muhammadiyah PK
Surakarta yang mampu menulis buku meskipun guru
yang bersangkutan bukan PNS. Kreativitas SMA Batik 1
Surakarta melakukan inovasi sarana dan prasarana
berupa pintu otomatis kaca sebagai pengganti pintu besi
dan tempat parkir siswa di lantai dua dapat terwujud
berkat SIKARIB. Hasil SIKARIB pada Standar Sarana dan
Prasarana di SMA Negeri 8 Surakarta yaitu bangunan
tampak indah, bersih dan menarik. Ruang front office
nyaman tertata rapi selalu dijaga petugas.
Keberhasilan Standar Pengelolaan SMA N 8
Surakarta yaitu sekolah ditunjuk sebagai penyelenggara
inklusi. Sejak tahun 2018 Kemenpora menitipkan siswa
atlet nasional masuk sebagai siswa inklusi di SMA N 8
Surakarta. Mereka berasal dari berbagai provinsi di
Indonesia. Siswa tersebut dipersiapkan untuk ASIAN
PARAGAMES dari berbagai cabang olah raga.
Keberhasilan ini juga diraih oleh SMA Batik 1 Surakarta
yaiu mendapat 2 penghargaan dari rekor MURI kategori
kelas dunia dalam kegiatan pembentangan kain jarik
batik terpanjang dan fashion show terbanyak.
Gambar 5. Bentang Kain Jarik 4120 meter Melibatkan 6613 Siswa Yayasan
Batik Mendapat Penghargaan dari MURI.
95
Implementasi SIKARIB telah dapat
menghantarkan SMA Muhammadiyah Pogram Khusus
Surakarta dan SMA Al Azhar Syifabudi Surakarta meraih
hasil akreditasi A (Unggul) pada akreditasi pertama.
Kedua sekolah tersebut adalah sekolah baru dan belum
meluluskan. Hasil akreditasi berdampak pada
tumbuhnya keinginan masyarakat untuk mendaftarkan
anaknya di sekolah tersebut. Minat masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di SMA Negeri 8 Surakarta,
SMA Batik 1 Surakarta dan SMA Kristen Pelita Nusantara
Kasih semakin tinggi. Era kompetisi yang kuat mampu
dihadapi SMA Tujuh Belas Surakarta dan SMA
Muhammadiyah Manyaran Wonogiri sehingga tetap
eksis melaksanakan pembelajaran.
96
Daftar Pustaka
Danim.Sudarwan.2010. Kepemimpinan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Darmawan, Deni. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyadi, Fahriana. Swastika. 2018. Supervisi Akademik.
Malang: Madani.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010
tentang Jafung Pengawas dan Angka Kreditnya.
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purwanto. Ngalim. 2014. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Jakarta: Rajawali.
97
Tentang Penulis
Muhari, S. Pd., M. Pd. Dilahirkan di
Purwodadi, Grobogan, 7 Februari 1969.
Pendidikan di Sekolah Dasar
ditamatkan di SD Negeri Nglobar 2
Purwodadi tahun 1982, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 2
Purwodadi tamat tahun 1985. Setelah
itu melanjutkan ke SPG Negeri
Purwodadi tamat tahun 1988. Setahun
kemudian melanjutkan ke S-1 Program Studi PMP-KN
Universitas Sebelas Maret Surakarta tamat tahun 1994.
Selanjutnya menyelesaikan S2 Program Studi Teknologi
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014.
Penulis mengawali karirnya sebagai Guru di SMA
Takhassus Al-Qur’an Bonang Demak sejak 1996-2005
kemudian di SMA Negeri 1 Surakarta sejak 2005- 2016.
Pada tahun 2016 penulis sebagai pengawas SMA Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta
kemudian pada tahun 2017 sebagai pengawas pada Balai
Pengendali Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK)
Wilayah III Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Tengah. Pada tahun 2019 penulis sebagai pengawa
SMA Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
Prestasi yang pernah diraih adalah Juara II guru SMA
Berprestasi Jawa Tengah tahun 2015 dan 2016, Juara III
Pengawas SMA berprestasi Tingkat Nasional 2019.
Penulis mendapat tugas tambahan sebagai asesor BAN
S/M Provinsi Jawa Tengah dan Pengurus Kwartir Cabang
Gerakan Pramuka Kota Surakarta. Penulis dapat
dihubungi via email muhariwassma.69@gmail.com dan
HP/WA No. 08121530228.
98
PENINGKATAN KINERJA GURU
MELALUI GRUP WhatsApp MGMP
YUNIAR
Pengawas Sekolah Menengah Atas
Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Kerja Aceh Tamiang
yunirasyad@yahoo.co.id
99
program perbaikan dan pengayaan, daftar buku siswa,
jadwal mengajar, daya serap siswa, kumpulan soal dan
kisi-kisi soal, kumpulan soal dan analisis butir soal dan
perbaikan soal. Terakhir adalah buku kerja IV yang berisi
daftar evaluasi diri kerja guru dan program tindak lanjut
guru.
Buku kerja merupakan buku panduan yang dibuat
guru untuk mengontrol kinerja sebagai seorang guru.
Karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan ilmu
teknologi pada guru dan fasilitas yang tidak mumpuni,
maka sebagian besar guru memilih untuk tidak
menyelesaikan buku kerja. Buku kerja yang dimaksud
adalah administrasi pembelajaran guru yaitu
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, dan penilaian serta evaluasi hasil belajar
sesuai standar dan kriteria yang ditentukan sebagai acuan
mengajar.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
menjalankan tupoksinya sesuai Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, setiap guru
harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sebagai
agen pembelajar dan juga yang memiliki sertifikat
pendidik. Guru juga diberi wadah dan peluang untuk
melaksanakan Pengembangan Keprofesionalan
berkelanjutan (PKB) untuk meningkatkan profesional.
Peningkatan Profesional tersebut melalui pertemuan di
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Guru bisa
berkomunikasi untuk membahas permasalahan yang
ditemukan ketika melaksanakan proses belajar mengajar
sehari hari di sekolah, serta meningkatkan kemampuan
dan juga memperbaiki kualitas pembelajaran di MGMP.
Namun pada praktiknya, indikator mutu
pendidikan yang ditetapkan pemerintah terkait
kompetensi guru dalam mempersiapkan administrasi
belum sepenuhnya terpenuhi. Kinerja guru dalam
melengkapi administrasi yang sesuai harapan masih
perlu peningkatan. Fasilitas disetiap sekolah dalam
menyediakan referensi atau sumber belajar bagi guru
tidak merata sehingga sering menjadi ganjalan besar bagi
guru untuk meningkatkan kompetensi profesional dan
100
pedagogik mereka. Kedua kompetensi ini merupakan
kompetensi utama dalam meningkatkan kinerja
menyelesaikan administrasi pembelajaran, sehingga guru
membutuhkan MGMP sebagai wadah mencari ilmu.
Kegiatan MGMP dilaksanakan seminggu sekali
dititik yang telah disepakati oleh Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS) dan MGMP di tingkat
Kabupaten. Pelaksanaan MGMP yang hanya dilakukan
satu pekan sekali dengan waktu yang terbatas belum
mampu memberikan solusi yang baik bagi guru untuk
mengatasi permasalahan mereka. Domisili guru yang
cukup jauh dari pusat kegiatan MGMP juga merupakan
kendala. Rasa segan bertanya karena adanya pemikiran
“junior-senior” juga merupakan masalah yang
menyebabkan kurang kondusifnya suasana dalam
berkegiatan di MGMP.
Permasalahan yang dihadapi guru dalam
berkegiatan terpantau pengawas ketika melakukan
pembinaan dan pelatihan profesional di MGMP bahasa
Inggris SMAN/S Kabupaten Aceh Tamiang, sehingga
dapat dikatakan bahwa guru belum menunjukkan kinerja
maksimal khususnya dalam menyiapkan buku kerja
sesuai dengan tuntutan. Maka diperlukan upaya
peningkatan kinerja Guru SMA yang dilakukan tidak
hanya pada tatap muka di kegiatan rutin MGMP tetapi
juga di sekolah binaan untuk melengkapi administrasi
pembelajaran melalui bantuan WAG sebagai sarana untuk
kegiatan pembinaan, pembimbingan dan
pendampingan.
Pemantauan telah dilakukan Pengawas untuk
kelengkapan buku kerja. 30 orang anggota MGMP bahasa
Inggris Kabupaten Aceh Tamiang diamati dan dibservasi.
Hasil kegiatan tersebut diperoleh data kondisi guru
dipaparkan secara kuantitatif dalam persentase (100 %)
untuk setiap bagian Buku kerja. Guru yang mampu
menyelesaikan buku I hanya 60 % artinya 18 guru
menyelesaikan buku I. Buku II diselesaikan sebanyak 40
% , yang berarti 12 guru yang mampu menyelesaikan
buku tersebut. Untuk buku III hanya 27 % yang artinya 8
guru yang mampu menyelesaikan bagian III dan buku
101
IV: 60 % bermakna 18 guru yang mampu menyelesaikan
buku IV. Hasil pemantauan dan monitoring tersebut
dapat ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
70
60
50
40
30
20
10
0
BUKU I BUKU II BUKU III BUKU IV
Gambar 1.
Grafik Kondisi Awal Jumlah Guru Menyelesaikan Buku kerja
14
12
10
0
Sangat Memuaskan Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
Gambar 2.
Grafik Hasil Penilaian Awal Kualitas Buku Kerja Buatan Guru
102
Penjabaran kondisi kinerja guru diatas
memunculkan permasalahan: Apakah pemanfaatan
media sosial WhatsApp dapat meningkatkan kinerja guru
melengkapi buku kerja di MGMP Bahasa Inggris
Kabupaten Aceh Tamiang. Manfaat penggunaan
WhatsApp bagi Guru SMA dapat dijadikan salah satu
media, metode dan strategi dalam peningkatan kinerja
guru. Forum MGMP dapat menerapkan WAG sebagai
metode atau terobosan baru untuk menindaklanjuti
kendala-kendala guru berkegiatan di MGMP. Sekolah
juga mendapatkan manfaat dengan peningkatan kinerja
guru pada penguasaan teknologi berbasis internet melalui
media sosial WhatsApp yang secata tidak langsung juga
dapat memajukan kuantitas dan kualitas sekolah.
103
mendefinisikan whatsapp sebagai layanan pesan dengan
internet dan ponsel untuk chatting dengan sesama
pengguna whatsapp lainnya. Jadi disimpulkan bahwa
pesan disampaikan ke pengenal kontak yang ada di
smartphone, yang sudah diverifikasi atau didaftarkan.
Fitur ini juga dapat digunakan dengan perangkat
komputer dengan membuka akun WhatsApp yang disebut
dengan WhatsApp Web. Layaknya WhatsApp berbasis
telepon genggam, fitur ini membutuhkan koneksi
internet sebagai jalur penyampaikan informasi.
Percakapan yang terdapat pada aplikasi WhatsApp di
telepon seluler turut disajikan pada versi web ini.
Sinkronisasi dilakukan secara otomatis apabila terjadi
perubahan pada salah satu aplikasi yang aktif.
WhatsApp Group (WAG) merupakan salah satu fitur
yang disediakan oleh WhatsApp sebagai sebuah fitur
untuk terus terhubung dengan 256 orang sekaligus.
Pengguna juga dapat memberi nama grup, membisukan
atau menyesuaikan pemberitahuan. Grup WhatsApp
MGMP dibentuk untuk menindaklanjuti masalah yang
ditemukan oleh guru dalam proses belajar-mengajar.
Guru juga terbantu untuk berbagi pengalaman tentang
model pembelajaran. WAG dapat dimanfaatkan untuk
melengkapi adminitrasi guru yang masih kurang
sekaligus berbagi informasi terbaru yang mampu
menunjang kinerja guru dalam mengajar.
WAG MGMP bahasa Inggris dibentuk oleh pengurus
MGMP yang dipimpin oleh Asrizal fauzi S.Pd, guru
SMAN 2 Bendahara kabupaten Aceh Tamiang pada
tahun 2016. WAG MGMP Bahasa Inggris beranggota 63
orang. Admin (pengelola) grup adalah pengurus MGMP
dengan pengawas. Fungsi admin grup mengatur
kebutuhan anggota termasuk menambah atau
mengurangi anggota grup. Anggota WAG MGMP adalah
guru mata pelajaran Bahasa Inggris kabupaten Aceh
Tamiang, kepala sekolah yang latar belakang ilmu Bahasa
Inggris dan pengawas mata pelajaran Bahasa Inggris.
Grup WhatsApp ini digunakan sebagai sarana
bekomunikasi, berbagi informasi dan berdiskusi terkait
kegiatan MGMP Bahasa Inggris Aceh Tamiang.
104
Pusat kegiatan MGMP dilaksanakan di SMA negeri
2 Kejuruan Muda. Yang rutin diadakan disetiap
minggunya pada hari kamis pada pukul 09.00 s/d selesai.
Dengan waktu yang sangat singkat, WAG hadir sebagai
sarana “perpanjangan tangan” antar guru, ataupun guru
terhadap pengawas sebagai pembimbing MGMP. WAG
mempermudah berbagi informasi penting dan
membagikan file dalam bentuk pdf, word, ppt, jpeg, dan
excel. WAG juga memiliki fitur chat seperti pesan pribadi
lainnya, sehingga memberikan kesempatan para anggota
berkomentar, atau bertanya untuk setiap posting yang
masuk.
Gambar 3.
Poto Profil MGMP
105
singkat. WAG MGMP yang sudah terkoneksi ke
smartphone hampir95% guru, mampu menembus ruang
dan waktu, sehingga proses belajar tidak terpaku pada
pertemuan formal.
Tujuan utama dari terbentuknya WAG MGMP
sadalah sarana berbagi pengumuman dan informasi
tentang kegiatan MGMP. WAG juga dimanfaatkan
anggota untuk saling bersilaturahmi sambil
bercandadalan suasana yang santai, nyaman dan
menghibur. Rasa kekeluargaan ketika menggunaka WAG
mengurangi kesenjangan antar guru senior dan junior
ataupun pengawas.
WAG memberikan maanfaat yang besar terhadap
permasalahan forum MGMP yang selama ini terjadi.
Waktu yang singkat sering menjadi alasan utama dalam
ketidakberhasilan kegiatan MGMP dan tentu saja
mempengaruhi peningkatkan kinerja guru. Materi
pembinaan ataupun pembimbingan yang tidak
terselesaikan dapat dilanjutkan menggunakan WAG
MGMP sehingga tujuan pembinaan dapat tercapai sesuai
yang diharapkan. Dengan WAG, waktu dan tempat
bukanlah hal yang sulit lagi bagi guru dan pengawas
untuk berkegiatan.
106
1. Pengawas memberikan petunjuk dan memberikan
sosialisasi serta pengarahan kepada guru bahasa
Inggris di MGMP yang telah memiliki masing-
masing akun/profil untuk bergabung di grup media
sosial WhatsApp dengan nama “MGMP Bahasa
Inggris SMA Kabupaten Aceh Tamiang“.
2. Pembimbingan tentang materi Buku Kerja dari
pengawas tentang administrasi guru yaitu buku kerja
di pertemuan rutin MGMP.
3. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik guru-guru
dibagi dalam grup diskusi, dengan rasio kelompok
terdiri dari guru sudah mampu dan tidak mampu
guna berbagi ilmu dan pengalaman.
4. Melalui pembimbingan dan pendampingan serta
pelatihan guru di MGMP bahasa Inggris melengkapi
buku kerja yang di share di grup media sosial
WhatsApp dalam bentuk format word, excel,. Penulis
sebagai pengawas mengumpulkan informasi,
memberi komentar dan mengevaluasi postingan
guru tersebut.
5. Pengawas sekolah, kepala sekolah serta guru di
MGMP bahasa Inggris malakukan tanya jawab
mengenai buku kerja yang di share pada grup media
sosial WhatsApp dan dibahas bersama-sama serta
merefleksi dokumen buku kerja yang belum
dipahami kemudian melakukan penyimpulan dan
penilaian.
6. Pada proses selanjutnya guru diminta tagihan
dalam bentuk buku yang telah selesai dan bisa
digunakan sebagai buku kerja untuk di sekolah
masing-masing anggota MGMP.
7. Buku kerja yang sudah di share di WAG MGMP dan
dikumpulkan oleh Admin grup.
8. Admin mendokumentasi data guru yang telah
melengkapi tagihan untuk penilaian kuantitatif.
9. Pengawas menilai dengan cara memberikan nilai 25
setiap buku kerja untuk penilaian kualitatif.
10. Tabel 1 dan 3 berikut merupakan hasil pengolahan
data yang digunakan untuk penilaian.
107
Tabel 1.
Data Guru Mengumpulkan Buku Kerja
108
Tabel 2.
Rubrik Penilaian Kualitas Buku Kerja Guru
TINGKAT KRITERIA
4 Isian menerapkan konsep dasar yang berhubungan dengan komponen buku kerja
secara benar dan lengkap. Ciri-ciri:
Semua isi benar, sesuai dengan kaidah penyusunan Perangkat dan penerapan konsep
yang berhubungan dengan administrasi guru,Lengkap terisi
3 Isian menunjukkan penerapan konsep mendasar tentang komponen buku kerja tetapi
ada satu komponen belum lengkap atau ada satu unsur komponen yang salah . Ciri-
ciri:
Semua isi benar tetapi ada yang tidak sesuai atau ada satu isi salah. Sedikit kesalahan
konsep dapat diterima
2 Isian menunjukkan keterbatasan atau kurang memahami konsep komponen isi buku
kerja
Ciri-ciri:
Ada jawaban yang benar dan sesuai dengan prosedur, dan ada lebih dari satu isian
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
1 Isian hanya menunjukkan sedikit atau sama sekali tidak ada pengetahuan yang
berhubungan komponen buku kerja
Ciri-ciri:
Semua Isian salah.
0 Tidak ada Isian atau lembar kerja kosong
109
Tabel 3.
Rekap Nilai Kualitas Buku Kerja
Nilai
Jumlah
No Nama Guru Asal Sekolah Buku I Buku II Buku III Buku IV
( Poin )
( 25 ) ( 25 ) ( 25 ) (25)
1 Muhammad Isa Lubis SMAN 2 Patra Nusa 4 4 4 4 100
2 Dara Pratiwi SMAN 2 Percontohan 2 - 2 4 50
3 Minarti SMAN 2 Percontohan 3 3 - 2 50
4 Retno Susanty SMAN 2 Percontohan - 3 2 2 43,75
5 Chandra Halim SMAN 4 K.Muda 2 3 3 2 62,5
6 Mairtati Dewi SMAN 4 K.Muda 3 2 - 4 56,25
7 Villa Nursiska SMAN 4 K.Muda 4 4 - 3 68,75
8 Wulandari Lubis SMAN 4 K.Muda 2 2 2 - 37,5
9 Marliana Nasution SMAN 4 K.Muda 2 - 3 3 50
10 Supriyanto SMAS AL-Wasliyah 2 2 2 3 56,25
11 Sri Juliyanti SMAN 1 K. Baru 4 4 4 4 100
12 Virma Yuna SMAN 1 K. Baru 4 4 4 4 100
13 Ahmad Sulaiman SMAN 1 K.Muda 3 3 - 3 56,25
14 Hajar SMAN 1 K.Muda 4 3 3 - 62,5
15 Jamilah SMAN 1 K.Muda 3 3 3 3 75
16 Julia Fitriani SMAN 1 K.Muda 3 - - 3 37,5
17 Khalidah SMAN 1 K.Muda 4 4 4 4 100
18 Reina Nasution SMAN 1 K.Muda 3 3 - 3 56,25
19 Suriani SMAN 1 Seruway 3 3 4 - 62,5
20 Yunita Ramadhani SMAN 1 Seruway - 2 2 2 37,5
21 Muhammad Handoko SMAN 1 T. Hulu 4 4 4 4 100
22 Murniati SMAN 2 Bendahara 3 2 2 - 43,75
23 Asrizal Fauzi SMAN 2 Bendahara 4 4 4 4 100
24 Elliana SMAN 2 K.Muda 3 2 3 3 68,75
25 Nila Kesuma SMAN 2 K.Muda - 3 3 3 56,26
26 Rahmayani SMAN 2 K.Muda 2 - 2 3 43,75
27 Rusnita SMAN 2 K.Muda 4 4 4 4 100
28 Rona Territona SMAN 2 K.Muda 4 4 - 4 75
29 Muhammad Suri SMAN 3 M.Payed 3 - 3 4 62,5
30 Rika Fauzi SMAN 3 M.Payed 2 3 - 4 56,25
110
90 87
83
75
60 60
40
27
BUKU I BUKUKondisi
II Awal
BUKU III BUKU IV
Kondisi Akhir
Gambar 4.
Grafik Perkembangan Jumlah Guru yang Melengkapi Buku Kerja
16
14
12
10 Kondisi Awal
8 Kondisi Akhir
0
Sangat Memuaskan Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
111
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa kenaikan
nilai sangat memuaskan. Dari Kondisi awal predikat
sangat memuaskan ada 6 guru sedangkan pada kondisi
akhir 7. Predikat Baik dari 1 guru menjadi 8 guru,
predikat cukup dari 1 guru menjadi 11 guru dan predikat
kurang menurun dari 15 guru menjadi 4 guru.
Pembahasan diatas memberikan dapat memberi inspirasi
bagi pemangku kepentingan Pendidikan seperti berikut.
1. Dewan Guru SMA
Senantiasa aktif meningkatkan kinerja dalam forum
MGMP menggunakan metode dan strategi
pembelajaran yang bervariasi dengan bantuan media
pembelajaran sejenis atau yang lainnya akan
mempermudah mencapai tujuan pembelajaran.
2. Forum MGMP
Kerjasama anggota MGMP yang bersinergi dengan
kepala sekolah dan pengawas, serta berkomunikasi
aktif yang bermanfaat, dapat terjadi dengan
menggunakan media sosial WhatsApp di rumah
maupun sekolah sehingga permasalahan dapat
diselesaikan secara terbuka dan berkelanjutan
3. Kepala Sekolah
Agar rekan kepala sekolah lainnya lebih
meningkatkan dan memotivasi Guru SMA lain untuk
lebih giat lagi dalam penggunaan media
pembelajaran dengan mengupayakan dukungan
penuh terhadap berjalannya MGMP Guru SMA
untuk meningkatkan kinerjanya dalam
melengkapkan dokumen pembelajaran disekolah.
4. Dinas Pendidikan
Pembinaan dan dukungan dengan memperbanyak
pelatihan yang terkait program ICT dan penyediaan
wadah untuk mempublikasikan pengalaman terbaik
tersebut sehingga dapat menjadi pengalaman terbaik
yang bisa diadopsi oleh Guru SMA di sekolah-
sekolah lainnya.
112
Daftar Pustaka
Colquitt, J.A, Lepine, J.A. & Wesson, M.J. 2011.
Organizational Behavior: Improving performance.
Helfert, Erich, D.D.A. 2010. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Ketujuh Penerbit Jakarta. Erlangga.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2016. Marketing
Management, 15th Edition New Jersey. Pearson
Pretice Hall, Inc.
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi,
Budaya dan Sosioteknologi. Bandung. Simbiosa
Rekatama Media
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar
Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendikdikan dan Kebudayaan No. 22
Tahun 2016
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.
Suryani, Rani. 2017. Fungsi Whatsapp Grup Shalehah
Cabang Bandar Lampung Sebagai Pengembangan
Media Dakwah dalam Membentuk Akhlakul
Kharimah [thesis]. Lampung (ID). UIN Raden
Intan.
Sutirna. 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta
Didik. Andi Offset. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen.
113
TENTANG PENULIS
Dra. Yuniar, M. Hum, dengan No
kontak 0813 6222 9060 dan e.mail
yunirasyad@yahoo.co.id,
dilahirkan pada tanggal 13 Juni 1965
di Pematang Siantar, dari pasangan
H.Adenan Rasyad dan Hj. Alimah,
dan merupakan anak ketiga dari
tiga bersaudara. Menamatkan
pendidikan S1 jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris tahun 1988 dari IKIP
Padang dan S2 dengan Program Studi Linguistik Terapan
Bahasa Inggris pada tahun 2017 dari UNIMED. Tahun
1989 diangkat menjadi PNS dan ditugaskan di STM
Negeri Bireun kabupaten Aceh Utara dan tahun 1992
pindah ke SMA Negeri 1 Kuala Simpang di Kabupaten
Aceh Timur. Tahun 2008 diangkat menjadi Pengawas
Sekolah di Kabupaten Aceh Tamiang dan pada tahun
2017 di pindahkan menjadi PNS di Dinas Pendidikan
Provinsi Aceh wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sampai
sekarang pada jabatan yang sama.
114
STRATEGI MEB UNTUK
MENCAPAI AKREDITASI SEKOLAH
UNGGUL
Garmawandi
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
garmawandi@gmail.com
115
rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan
kepada satuan pendidikan yang diakreditasi. Pelaksanaan
akreditasi sekolah merupakan cara untuk mengawasi
upaya peningkatan mutu yang menggambarkan hasil-
hasil yang telah dicapai oleh sekolah. Berdasarkan
beberapa fenomena umum terkait mutu (kualitas)
pendidikan sekolah, tentunya dibutuhkan suatu
pengawasan khusus yang memberikan nilai suatu instansi
pendidikan (sekolah) sehingga mampu membuka kaca
mata (kesadaran) berdasarkan semua perspektif yang
menunjang dan sebagai subtansi peningkatan mutu
pendidikan di sekolah, seperti pengelolaan, proses
pelaksanaan serta sarana dan prasarana. Artinya suatu
pelaksanaan pendidikan tentunya dibutuhkan
pengawasan yang baik sebagai parameter (pengendalian)
dalam memenuhi standar untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Sekolah dan kepala sekolah
serta pengawas sekolah harus mampu mengangkat dan
mengexplore aktualisasi diri guru yang dapat dilakukan
seseorang dapat dilakukan dengan cara pembinaan dan
pembimbingan yang terstruktur serta berkelanjutan yang
dapat dilakukan melalui kegiatan Monitoring, Evaluasi
serta pola Bimbing atau Pembimbingan terstruktur.
Penilaian kinerja sekolah melalui Akreditasi
Sekolah akan tercermin dari hasil yang dicapai sebagai
salah satu cara dalam penjaminan mutu pendidikan dan
merupakan tolak ukur dari ekspektasi masyarakat dalam
menciptkan “Budaya Mutu” dan mencapai daya saing
(competitive advanted) yang berujung pada tingginya
animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada
satuan pendidikan yang dituju. Pencapaian terbaik
diharapkan terbentuknya sinergitas yang baik di sekolah
antara sekolah, kepala sekolah dan guru sehingga
tercapainya mutu pendidikan serta kinerja sekolah yang
efektif.
Satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
pada saat ini masih menjadi rujukan masyarakat dan
orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya pada
jenjang pendidikan menengah, dengan harapan setelah
anaknya menamatkan sekolah mereka akan mampu
116
kuliah pada pendidikan tinggi yang diharapkan. Kualitas
pendidikan satuan pendidikan yang dituju kemudian
menjadi rujukan orang tua dan masyarakat dalam
menyiapkan anaknya untuk kuliah di Perguruan Tinggi
yang diinginkan. Sehingga kemudian satuan pendidikan
harus menyiapkan diri dalam mencapai Budaya Mutu
melalui penjaminan mutu pendidikan pada pencapaian 8
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang efektif dan
berkelanjutan.
SMA Negeri 1 Sijuk yang terletak di Kabupaten
Belitung dan SMA Negeri 1 Damar di Kabupaten
Belitung Timur merupakan dua sekolah binaan yang
akan mempersiapkan diri dalam Akreditasi Sekolah.
SMA Negeri 1 Sijuk berada di Kecamatan Sijuk
memiliki nilai Akreditasi Sekolah Kategori C (Cukup)
dan SMA Negeri 1 Damar yang berdiri tahun 2014
belum di akreditasi. Menyandang predikat C bagi
SMA Negeri 1 Sijuk dan status belum terakreditasi
untuk SMA Negeri 1 Damar menjadi beban tersendiri
bagi Pengawas Sekolah Bina dan pihak sekolah,
sehingga diperlukan pembinaan, pendampingan dan
sekaligus fasilitasi khusus untuk kesiapan Akreditasi
Sekolah sehingga akan diperoleh pencapaian nilai
akreditasi sekolah yang unggul.
Berdasarkan hasil pembinaan dan penilaian
standar proses yang dilakukan, diketahui kelemahan
dan permasalahan yang terjadi di sekolah binaan.
Sekolah, guru-guru dan kepala sekolah belum
maksimal dalam melaksanakan dan menerapkan
standar proses, khususnya pada ketersediaan
dokumen standar proses atau pembelajaran yang
harus disediakan oleh sekolah, guru dan kepala
sekolah dalam melaksanakan tugasnya.
Secara eksplisit hasil pembinaan pada kedua
sekolah binaan telah memiliki sarana prasarana
sekolah yang sangat baik yaitu 92, ketersediaan
standar isi dengan nilai 93, SKL sebesar 92, standar
pengelolaan sebesar 91, standar pembiayaan sebesar
97 serta standar penilaian sebesar 91 juga sudah sangat
baik. Kondisi sekolah sangat didukung oleh kualifikasi
117
dan kemampuan guru semuanya Sarjana berusia
muda dan dapat diandalkan dalam meningkatkan
kinerja sekolah dengan nilai standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PTK) sebesar 93. Namun ketika
dilaksanakan pra-akreditasi pada standar proses
dengan menggunakan 21 indikator komponen standar
proses didapatkan hasil penilaian pada kondisi yang
rendah yaitu 87. Sehingga perlu dicari upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
Pelaksanaan Strategi MEB dilakukan untuk
membangun kepedulian sekolah, guru dan kepala
sekolah untuk peduli terhadap melengkapi diri
dengan dokumen administrasi pembelajaran yang
akan digunakannya dalam melaksanakan tugas.
Ketersediaan dokumen akan berdampak pada cara
dan perlakuannya dalam pembelajaran sebagai
implementasi standar proses. Sehingga untuk
membangun semangat dan rasa kepedulian ini, maka
Best Practice ini diarahkan pada pada Strategi care of
self-actualization dalam membangun Budaya Mutu
untuk mencapai predikat Akreditasi Unggul memiliki
manfaat strategis dalam pencapaian mutu pendidikan
yang efektif dan berkelanjutan bagi sekolah binaan.
118
wawancara, dan pendokumentasian.
Sedangkan kegiatan Evaluasi dilakukan dengan
mempelajari beberapa kejadian-kejadian yang kemudian
dilanjutkan dengan memberikan solusi terhadap suatu
masalah dan permasalahan yang kemudian dibuatkan
dan diberi rekomendasi sebagai saran untuk perbaikan.
Kegiatan Monitoring disandingkan dengan kegiatan dan
hasil Evaluasi akan menghasilkan dan memposisikan
data-data yang didapat dan diolah untuk dapat
digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah.
Kegiatan Bimbing dan pembimbingan diarahkan pada
kemampuan sekolah, guru dan kepala sekolah dalam
mengumpulkan, menyediakan dokumen administrasi
standar proses untuk keperluan dan kebutuhan persiapan
akreditasi yang mencakup 3 aspek yaitu sekolah, guru
dan kepala sekolah pada 21 instrumen penilaian
akreditasi sekolah.
Kegiatan penerapan Strategi MEB di sekolah
binaan dilakukan dan dilaksanakan berdasarkan
skema sebagai berikut :
119
dengan cara berkunjung ke sekolah binaan secara
terjadual dan berkelanjutan dengan fokus pada
pemenuhan kebutuhan ketersediaan dokumen
standar proses di dua sekolah.
Kegiatan Monitoring
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data
valid dan otentik tentang sekolah, terutama pada
hasil pemenuhan dan pelaksanaan komponen 8
SNP. Kegiatan monitoring dan observasi lebih rinci
dan detail diarahkan pada kemampuan dan
ketersediaan komponen standar proses yang lebih
khusus pada ketersediaan dokumen administrasi
pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah, kepala
sekolah dan guru sebagai pelaksana proses
pembelajaran dengan menggunakan instrumen
akreditasi sekolah. Kegiatan.
Kegiatan Evaluasi
Tahapan ini dilakukan dengan pengolahan data
hasil monitoring yang kemudian dioleh
menggunakan tabulasi data sehingga didapatkan
data mentah tentang ketersediaan dokumen
administrasi pembelajaran yang dimiliki guru
sesuai instrumen akreditasi sekolah. Hasil oleh
data kemudian dijadikan dasar untuk
ditindaklanjuti melalui kegiatan Bimbing
(pembimbingan) sesuai dengan prosedur dan
tahapan pada Strategi MEB. Pengolahan data
sebagai bentuk kegiatan pada tahapan evaluasi
yang juga dilakukan analisis untuk memetakan
hasil guna pelaksanaan kegiatan pembimbingan
(Bimbing).
Kegiatan Bimbing
Kegiatan pembimbingan (bimbing) pada kegiatan
ini dilakukan selama 6 (enam) bulan, mulai Bulan
Januari 2017 sampai dengan Bulan Juli 2017.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan
guru dan kemudian melakukan diskusi kecil yang
difokuskan pada satu permasalahan terhadap
ketersediaan dokumen standar proses yang
dimiliki oleh sekolah, kepala sekolah dan guru
120
sesuai dengan data hasil monitoring dan evaluasi
yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan Bimbing
(pembimbingan) pada ketersediaan difokuskan
pada :
1) Dokumen standar proses yang harus dimiliki
dan dibuat oleh Guru
2) Dokumen standar proses yang harus dimiliki
dan dibuat oleh Kepala Sekolah
3) Dokumen standar proses yang harus dimiliki
dan dibuat oleh Sekolah.
121
dilakukan dengan :
1) Program Pembinaan dan Penilaian Dokumen
Sekolah, Dokumen Guru dan Dokumen Kepala
Sekolah
Kegiatan dilakukan dengan untuk mendorong guru
membangun motivasinya dalam mengembangkan
kultur sekolah, mengaktulisasikan diri guru sebagai
bagian penting dan tak terpisahkan dari struktur
organisasi sekolah, dan menggambarkan arti
penting akreditasi sekolah sebagai bagian dari
kebutuhan sekolah.
122
Gambar 3. Kegiatan Penilaian Dokumen
Standar Proses oleh Pengawas Sekolah Bina
123
1 Sijuk pada hari Kamis tanggal 2 Pebruari 2017
dihadiri oleh kepala sekolah dan tim persiapan
akreditasi sekolah dan pelaksanaan untuk di SMA
Negeri 1 Damar dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
4 Pebruari 2017.
124
Gambar 6. Kegiatan Bimbing Pertemuan 2 Strategi
MEB di SMAN 1 Sijuk (21 Pebruari 2017)
125
Gambar 9 . Kegiatan Bimbing Pertemuan 2 Strategi
MEB di SMAN 1 Damar (18 Maret 2017)
Tabel 2
Hasil Program Bimbing dengan Strategi MEB pada
Ketersediaan
Dokumen Standar Proses di SMA Negeri 1 Sijuk
SMAN 1 Sijuk SMAN 1 Sijuk SMAN 1 Sijuk
Butir –Butir
No Strategi MEB.1 Strategi MEB.2 Strategi MEB.3
Instrumen Akreditasi
Nilai Katagori Nilai Katagori Nilai Katagori
Dokumen Sekolah Sangat
1 75,00 Cukup 87,50 Baik 93,75
(Nomor butir 10 sd 13) Baik
Dokumen Guru Sangat
2. 72,73 Cukup 86,36 Baik 95,45
(Nomor butir 14 sd 24) Baik
Dokumen Kepala Sekolah Sangat
3. 79,17 Cukup 87,50 Baik 91,67
(Nomor butir 25 sd 30) Baik
Sangat
Nilai Rata-Rata Seluruh Dokumen 75,63 Cukup 87,12 Baik 93,62
Baik
126
Tabel 3
Hasil Program Bimbing dengan Strategi MEB pada
Ketersediaan
Dokumen Standar Proses di SMA Negeri 1 Damar
SMAN 1 Damar SMAN 1 Damar SMAN 1 Damar
N Butir –Butir
Strategi MEB.1 Strategi MEB.2 Strategi MEB.3
o Instrumen Akreditasi
Nilai Katagori Nilai Katagori Nilai Katagori
Dokumen Sekolah Sangat
1 75,00 Cukup 87,50 Baik 93,75
(Nomor butir 10 sd 13) Baik
Dokumen Guru Sangat
2. 70,45 Cukup 81,82 Baik 93,18
(Nomor butir 14 sd 24) Baik
Dokumen Kepala Sekolah Sangat
3. 75,00 Cukup 83,33 Baik 91,67
(Nomor butir 25 sd 30) Baik
Nilai Rata-Rata Seluruh
73,48 Cukup 84,22 Baik 92,87 Sangat Baik
Dokumen
127
Tabel 4
Perbandingan Hasil Yang Dicapai pada Pelaksanaan
Strategi MEB pada Sekolah Binaan
128
Daftar Pustaka
Ahmad, S. 2010. Akreditasi Muara Penimngkatan Mutu
Pendidikan, disajikan pada Seminar
Akreditasi BAP-SM, Sumatera Selatan 15
Nopember 2014
Balai Pustaka. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Jakarta : Balai Pustaka
BAN-S/M. 2017. Paduan Akreditasi Sekolah Tahun 2017.
Jakarta: BAN-SM
Craig, dan Grant. 1996. Manajemen Strategi. Jakarta: Alex
Media Komputindo
Kemdikbud, 2018. Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2018 tentang Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah dan Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Nonformal. Jakarta : Kemdikbud RI
Sa'ud, U. S., Sururi dan Hartini, N. 2007. Pengaruh
Akreditasi Terhadap Kualitas Pendidikan (Studi
tentang Pengaruh Akreditasi Terhadap Kualitas
Pendidikan di SMA se-Kota Bandung). (Online),
(Pengaruh Akreditasi Terhadap Kualitas
Pendidikan (Studi Tentang Pengaruh Akreditasi
Terhadap Kualitas Pendidikan di Sekolah
Menengah Atas se-Kota Bandung).doc), diakses 13
Januari 2017.
Siagian, S. 2004. Manajemen Strategik. Jakarta : Bumi
Aksara.
Slamet, M. 1999. Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-
Prinsip Manajemen Mutu Terpadu, Bogor : IPB
Bogor.
129
Tentang Penulis :
Garmawandi, S.Pd, MBA dilahirkan
di Buding, Belitung Timur pada
tanggal 18 Agustus 1969. Pendidikan
SMA ditamatkannya di Jurusan Fisika
SMA Negeri 1 Manggar, Belitung
Timur (1989). Tahun 1990
melanjutkan pendidikan ke Program
Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Sriwijaya dan lulus pada
Tahun 1996. Melanjutkan pendidikan
ke jenjang S2 dari Program Beasiswa Penuh Pengadaan
Calon Pengawas Sekolah bagi Guru/Kepala Sekolah dari
Direktorat P4TK Kemdikbud RI di Magister Manajemen
FEB Universitas Gadjah Mada pada Tahun 2011 dan lulus
Tahun 2013. Saat ini berkedudukan sebagai ASN JFU
pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka sebagai
Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah. Hp.
081804131293
130
SUKSES SNP DENGAN
PENDAMPINGAN BERBASIS WETL
Nindyan Mumpuni
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau
nindyscorpio@gmail.com
131
proses pembelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan ini tidak akan dapat
diwujudkan tanpa ada upaya perbaikan dalam
penyelenggaraan pendidikan menuju pendidikan
bermutu.Untuk mewujudkan pendidikan bermutu ini,
upaya membangun budaya mutu di satuan pendidikan
menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar.
Satuan pendidikan harus mengimplemetasikan
penjaminan mutu pendidikan tersebut secara mandiri
dan berkelanjutan. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagaimana
diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005.
Setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan
non formal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan. Permasalahan yang terjadi di SMA
Negeri 15 Batam berdasarkan rapor mutu sekolah tahun
2016 terpantau capaian SNP tergolong masih rendah,
terdapat 4 standar yang masih belum memenuhi Standar
Nasional Pendidikan. Hal ini di sebabkan antara lain:
Belum maksimal melibatkan pemangku
kepentingan dalam penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan;
Belum melakukan pelaporan penilaian secara
periodik;
Minimnya tenaga pelaksana urusan administrasi
berpendidikan sesuai ketentuan;
Masih ada ruang kelas yang belum memenuhi
standar;
132
Belum membangun kemitraan dan melibatkan
peran serta masyarakat serta lembaga lain yang
relevan;
Belum memiliki laporan yang dapat diakses oleh
pemangku kepentingan.
Strategi Pendampingan
Pendampingan dengan Workshop, Evaluasi dan
Tindak Lanjut (WETL) melibatkan Tim Penjamin Mutu
Pendidikan Sekolah ( TPMPS) sekolah model dan TPMPS
sekolah imbas. Kegiatan dilaksanakan di sekolah Model
dengan menggunakan tahapan pendampingan sesuai
dengan siklus Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI).
Ada 5 tahapan yang diikuti peserta dalam siklus
penjaminan mutu sebagai berikut.
1. Tahap Sosialisasi SPMI dan Pendampingan Pemetaan
Mutu
a. Sosialisasi SPMI dan WETL
Pada tahap ini dilaksanakan workshop sosialisasi
SPMI dibuka oleh Kepala sekolah untuk
menyampaikan informasi kepada semua guru
tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan
pentingnya mengapa kegiatan ini dilaksanakan.
Disampaikan secara umum tentang standar
Nasional Pendidikan yang belum terpenuhi atau
capaiannya masih rendah. Pelaksanaan
Pendampingan dengan Workshop SPMI, Evaluasi
dan Tindak lanjut ( WETL ) di dahului dengan
sosialisasi yaitu Paparan Materi SPMI oleh
Pengawas selaku nara sumber tentang apa,
mengapa dan bagaimana Sistim Penjaminan Mutu
133
Internal harus dilaksanakan oleh masing masing
satuan pendidikan terutama pada sekolah model
dan sekolah imbas.
b. Pendampingan pemetaan Mutu
Pengawas melakukan pembimbingan peserta (
TPMPS) dalam:
Menyusun evaluasi diri sekolah (EDS) sehingga
sekolah memliki profil mutu berdasarkan SNP;
Membuat analisis SWOT
(Strength,Weakness,Opportunities,Threats) yang
berisi potensi keunggulan, kelemahan , Peluang
berikut faktor – faktor penghambat baik internal
maupun external;
Mengidentifikasi akar permasalahan dalam
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan;
Membuka kesempatan kepada peserta untuk
bertanya terkait hal yng perlu di klarifikasi;
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mempresentasikan hasil identifikasi
Mendiskusikan hasil presentasi.
2. Tahap Pendampingan Penyusunan Rencana
Pemenuhan Mutu
Pengawas melakukan pembimbingan kepada
peserta workshop dalam:
Menindak lanjuti hasil EDS untuk Pemenuhan
SNP;
Menyusun perencanaan pemenuhan mutu secara
berkelompok sesuai TPMPS untuk mengatasi
permasalahan sesuai dengan skala prioritas;
Melakukan pembimbingan secara kelompok
kepada peserta (TPMPS) yang mengalami
kesulitan dalam penyusunan;
Membuka kesempatan kepada pesrta untuk
bertanya terkait hal yng perlu di klarifikasi;
Mempresentasikan hasil kerja kelompok untuk
perencanaan peningkaatan mutu juga pada sekolah
imbasa;
Tanya jawab hasil presentasi;
Peserta memperbaiki rencana pemenuhan mutu
sekolah masing-masing.
134
3. Tahap Pendampingan Pelaksanaan Pemenuhan Mutu
Pengawas Pembina melakukan pendampingan
dan pemantauan kepada peserta dalam Melaksanakan
pemenuhan mutu dalam bidang akademik sesuai
perencanaan/RKAS Pelaksanaan program pemenuhan
mutu sekolah dilaksanakan dalam waktu 2 hari dengan
dua jenis kegiatan yaitu pelatihan penyusunan
perangkat mengajar keterampilan abad 21 dan
pelatihan pembuatan instrumen penilaian.
135
mutu Sekolah, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5)
penetapan standar baru dan penyusunan strategi baru.
1. Pemetaan Mutu
136
Hasil analisis akar masalah pada Tabel1 merupakan
contoh analisis akar masalah berdasarkan rapor mutu
dari Standar Kompetensi Lulusan. Indikator sikapnya
yaitu Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap
dengan kondisi saat ini memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME. Kondisi tersebut sekaligus menjadi kekuatan
sekolah pada Standar Kompetensi Lulusan dengan
capaian nilai indikator (6,96).
137
Tabel 3. Contoh Evaluasi diri pada standar SKL
ANALISIS LINGKUNGAN
STANDAR INDIKATOR
KEKUATAN KELEMAHAN
1.1 Lulusan memiliki
kompetensi pada dimensi
sikap
SKL Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME
138
pemenuhan mutu sekolah. Dari berbagai temuan
tersebut sekolah melakukan perencanaan untuk
mengatasi permasalahan sesuai dengan kondisi
kebutuhan sekolah. Adapun perencanaan pemenuhan
mutu sekolah Tim SPMI SMA Negeri 15 menyusun
berbagai program kegiatan diantaranya pelatihan
penyempurnaan kurikulum, pembuatan perangkat
pembelajaran yang mengintegrasikan PPK,Literasi dan
Ketrampilan 4C dan pelatihan penyusunan perangkat
penilaian.
139
Pelaksanaan program pemenuhan mutu sekolah
dilaksanakan dalam waktu 2 hari dengan dua jenis
kegiatan yaitu pelatihan penyusunan perangkat mengajar
dengan mengintegrasikan PPK,Literasi dan keterampilan
Abad 21 dan pelatihan pembuatan instrumen penilaian.
140
keterlibatan masyarakat juga perlu dimonitor dan
dievaluasi
.
5. Penetapan Standar Mutu Baru
Pengawas melakukan pendampingan melalui
workshop bagaimana menyusun strategi yang perlu
dilakukan jika sekolah belum mampu mencapai SNP
berdasarkan strategi sebelumnya .Jika Sekolah telah
mampu mencapai SNP dapat menetapkan standar baru.
Program yang di hasilkan sebagai standar baru pada
SMAN 15 Batam dapat di lihat pada tabel 6. Berikut.
141
dalam memanfaatkan waktu luang untuk membaca
menjadi penanda bahwa literasi sekolah sudah menjadi
budaya sekolah. Perubaha Capaian 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP) berdasarkan rapor mutu sekolah
menunjukkan kenaikan sebesar 3,29 %.dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Capaian Rapor mutu SMA Negeri 15 BatamTahun 2016 dan
2017
NO STANDAR SNP HASIL SNP HASIL SNP KETERANGAN
TAHUN 2016 TAHUN 2017
1 SKL 6,28 6,23 0,05 ( T )
2 ISI 5,1 0 5,88 0,78 ( N )
3 PROSES 6,28 6,73 0,45 ( N )
4 PENILAIAN 5,74 6,40 0,66 ( N )
5 TENDIK 4,15 3,55 0,60 (T)
6 SARPRAS 5.08 4,90 0,18 ( T )
7 PENGELOLAAN 5,43 6,09 0,66 ( N)
8 PEMBIAYAAN 5,01 6,58 1,57 ( N )
JUMLAH 43,07 46,36 3,29 ( Naik )
142
jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan.
Disinilah peran TPMPS sebagai tim penjamin mutu yang
ada di lini paling depan dan konsultan dalam hal ini
pengawas pembina sangat diperlukan untuk mengawal
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan ( SNP)
sehingga pengelolaan pendidikan menjadi semakin baik.
143
Daftar Pustaka
Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah. 2009. Paradigma
Pembangunan Pendidikan: Konsep,
Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik.
Bandung: Widya Aksara
Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan
Nasional: Rekonstruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
BAN-PT. 2005. Pedoman Evaluasi Diri ProgramStudi.
Jakarta: BAN-PT.
Dirjen Dikdasmen.2017 Petunjuk Teknis Pengembangan
Sekolah Model dan Pola
Pengimbasan, Jakarta : Kementerian Pendidikan.
144
Tentang penulis
Nindyan Mumpuni, Lahir pada tgl 31
Oktober 1966,di Sebuah
perkampungan kecil di Badegan
Ponorogo, Setamat dari Sekolah dasar
pada SD Negeri Badegan I kemudian
melanjutkan ke SMPN1 di Kab.
Ponorogo, Lulus tahun1982.
Melanjutkan SMA nya di SMA
Cokroaminoto lulus tahun 1985 di
Kota Madiun jawa Timur dan kembali ke Ponorogo
untuk menyelesaikan D3 nya pada tahun 1988. Tahun
2002 menamatkan sarjana di Universitas Lancang kuning
jurusan Sastra Inggris. Dan di Tahun 2011 menyelesaikan
S2 di University Teknology Malaysia. Penulis dapat di
hubungi melalui Email: nindyscorpio@gmail.com,
HP/WA 081268224567.
72
145