Anda di halaman 1dari 153

KUMPULAN KISAH SUKSES

PENGAWAS SEKOLAH SMA

EDITOR:
Prof. Dr. Supardi U.S, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES PENGAWAS SEKOLAH SMA

Editor:
Prof. Dr. Supardi U.S, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-2-0

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................... vii

Membina Literasi Guru Melalui Program Sekar ............. 1


Mulyadi

Supervisi Kolaborasi Pendekatan sedayung Tipat


Puter Untuk Meningkatkan Kinerja Akademik .............. 16
Ninik Kristiani

Cara Mudah Mengembangkan Aplikasi Snp Versi


Gajah Mada Di SMAN 21 Makasar ................................ 34
Madalle Agil

Teacher Supervision Record (TSR) Berbasis


Smart Phone Dalam Meningkatkan Pengelolaan
Pembelajaran..…………………….. ................................... 52
Elva Novianty

Peningkatan Komptensi Kepala Sekolah Dalam


Pengelolaan Guru Melalui Comdiscorel ......................... 72
Agus Sarifudin

Strategi “Sikarib” Mengantarkan Sekolah


Binaan Bermutu ........................................................... 84
Muhari

Peningkatan Kinerja Guru Melalui Group


Whatsapp Mgmp ............................................................. 100
Yuniar

Strategi MEB Untuk Mencapai Akreditasi


Sekolah Unggul ............................................................... 116
Garmawandi

Sukses Snp Dengan Pendampingan Berbasis Wetl.......... 132


Nindyan Mumpuni

vii
Membina Literasi Guru
Melalui Program SEKAR
MULYADI
Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Barat
bang_yadhie@yahoo.co.id

Kondisi Guru Binaan dan MGMP Bahasa Indonesia


Pengawas Sekolah melakukan pembinaan pada
guru di sekolah dan juga melaksanakan pembimbingan
serta pelatihan profesional guru di MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran). Hal ini sesuai dengan tugas pokok
pengawas madya berdasarkan kegiatan tatap muka dan
non tatap muka sesuai Permendikbud nomor 143 tahun
2014. Sebagai seorang pengawas sekolah, penulis
dituntut untuk melaksanakan pembinaan di MGMP.
Dalam melaksanakan pembimbingan dan pelatihan
Profesional guru di MGMP dibuatlah program
berdasarkan analisis kebutuhan guru binaan. Sesuai
dengan latar belakang Pendidikan penulis, guru binaan
terdiri atas guru Bahasa dan Sastra Indonesia tingkat
SMA.
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan
mampu mengajarkan kemampuan berbahasa, bukan
hanya sekedar mengajarkan teori berbahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan muara dari
pembelajaran bahasa. Kenyataan di lapangan, Guru
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kabupaten Agam
belum mampu berkarya yang dapat dijadikan referensi
dalam proses pembelajaran. Mereka belum mampu
membuat karya terutama yang berbentuk buku untuk
dijadikan suplemen pembelajaran. Kegiatan MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) pun masih sebatas
kegiatan seremonial. Datang dan hadir dalam kegiatan
MGMP tetapi sekedar pelepas kewajiban saja. Kegiatan di
MGMP masih banyak diisi oleh kegiatan pembuatan
administrasi pembelajaran. Tidak jarang kegiatan MGMP
hanya berisi reunian dan ngobrol yang tidak jelas. Kegiatan

1
MGMP belum Produktif.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka selaku
pengawas sekaligus pembina MGMP Bahasa dan Sastra
Indonesia tertarik untuk melakukan terobosan dalam
kegiatan MGMP. Agar peserta MGMP mampu berkarya
dan kegiatan MGMP bukan hanya sekedar kegiatan
rutinitas saja. Tulisan ini mencoba menjawab persoalan
di atas dengan memberikan solusi setiap berkegiatan
MGMP, peserta wajib Setor Karya (Sekar). Supaya dalam
berkegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Agam Provinsi
Sumatera Barat mampu menghasilkan karya yang dapat
dijadikan suplemen dalam pembelajaran. Sekaligus
kegiatan MGMP mampu menjadi ajang Literasi.
Tugas pokok pengawas madya berdasarkan
kegiatan tatap muka dan non tatap muka telah diatur
dalam Permendikbud Nomor 143 tahun 2014. Hal dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel. Distribusi Kerja Pengawas Madya
NO TUGAS POKOK (PENGAWAS MADYA) TATAP NON TATAP
MUKA MUKA
1. Menyusun program pengawasan V
2. Melaksanaan pembinaan guru dan/atau kepala sekolah V
3. Memantau keterlaksanaan 8 SNP (standar isi, standar proses, standar kompetensi V
lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standar pengelolan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan)
4. Melaksanakan PKG, dan/atau PKKS V
5. Melaksanakan evaluasi hasil pelaksanaan program Kengawasan pada sekolah binaan V
6. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan professional guru di V
KKG/MGMP dan/atau KKKS/MKKS dan sejenisnya
7. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau kepala V
sekolah di MGMP/MKKS
8. Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dalam menyusun program V
sekolah, rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, dan sistem
informasi dan manajemen
9. Mengevaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau kepala V
sekolah
10. Membimbing Pengawas Sekolah Muda Dalam Melaksanakan Tugas Pokok
11. Pengembangan profesi (Menyusun karya tulis ilmiah dan/atau V V
penerjemahan/penyaduran buku dan/atau karya ilmiah di bidang pendidikan
formal/pengawasan dan/ atau membuat karya inovatif

Gerakan Literasi
Kamus online Merriam-Webster meyatakan Literasi
secara etimologi berasal dari bahasa latin 'literature' dan
dalam bahasa inggris disebut 'letter'. Literasi dinyatakan
sebagai kualitas dan kemampuan melek aksara atau
huruf. Di dalamnya mencakup kompetensi membaca
dan menulis. Lebih jauh lagi dinyatakan, makna literasi
juga meliputi melek visual yang kira-kira bearti

2
"Kompetensi untuk membaca dan mengerti ide-ide yang
disampaikan secara visual (adegan, video, film, gambar)."
Definisi Literasi menurut National Institute for
Literacy adalah "Kompetensi seorang individu untuk
membaca, menulis, berbicara, menghitung dan
memecahkan suatu permasalahan ditingkat keahlian
yang akan diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan
masyarakat sosial." Memahami Literasi dari perspektif
yang lebih kontekstual dan uptude. Pengertian Literasi
ini mengandung arti bahwa Literasi tergantung pada
keterampilan yang akan digunakan dalam lingkungan
kemasyarakatan.
Education Development Center (EDC) lebih lanjut lagi
menjelaskan bahwa Literasi bukan hanya dari sekedar
kompetensi membaca dan menulis. Tetapi lebih dari itu,
Literasi mencakup kompetensi seorang individu dalam
menggunakan seluruh potensi dan kemampuan yang
dipunyai dalam hidup. Defenisi literasi meliputi
kemampuan membaca kata serta membaca dunia.
Selanjutnya UNESCO mendefeniskan kemampuan
berliterasi merupakan hak setiap dasar setiap manusia
dan merupakan basic untuk belajar sepanjang hayat.
Kemampuan berliterasi dapat memberdayakan dan
meningkatkan kualitas hidup seseorang, keluarga, dan
masyarakat. Sifatnya yang "multiple Effect" atau dapat
memberikan efek luas dalam setiap ranah, kemampuan
berliterasi dapat membantu memberantas kemiskinan,
dapat mengurangi angka kematian anak, mengatur
pertumbuhan penduduk, serta menjamin
pembangunanyang berkelanjutan, dan terwujudnya
perdamaian. Bagaimana pun juga buta huruf, merupakan
hambatan terbesar untuk kualitas hidup yang lebih baik
(Mujib, 2016).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan
Literasi merupakan seperangkat keterampilan nyata
seseorang individu dalam kompetensi membaca,
menulis, berbicara, dan berhitung serta ikut
memecahkan persoalan pada tingkat keahlian yang
sangat diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan sosial
berrmasyarakat. Sedangkan Gerakan Literasi yang

3
diharapkan merupakan pembiasaan prilaku atau pola
pikir tentang kompetensi nyata seseorangf individu pada
tingkat keahlian yang diperlukan dalam pofesionalisme,
keluarga dan masyarakat sosial.
Sekar merupakan akronim dari Setor Karya.
Setiap berkegiatan MGMP, peserta membawa karya
(setor karya). Karya yang mereka bawa adalah
merupakan bagian dari kegiatan Literasi guru.Kegiatan
Literasi guru Ini tidak mengganggu program MGMP.
Karena kegiatan Literasi guru dilaksanakan berkisar
(lebih kurang) 30 menit sebelum kegiatan MGMP. Jadi
kegiatan MGMP tetap dilaksanakan seperti biasa tetapi
ditambah dengan kegiatan literasi guru.
Kegiatan Literasi melalui Sekar yang dilaksanakan
di MGMP termasuk Tugas Pokok Pengawas sesuai
dengan Permendikbud No 143 tahun 2014, Yaitu
pembimbingan dan pelatihan professional guru dan/atau
kepala sekolah di MGMP/MKKS.

Program SEKAR di Musyawarah Guru Mata Pelajaran


(MGMP)
Kegiatan Literasi guru melalui Program SEKAR yang
dilaksanakan pada saat kegiatan MGMP Bahasa dan
Sastra Indonesia SMA Kabupaten Agam selama TP 2018-
2019. Kegiatan literasi ini dilaksanakan diawal kegiatan
MGMP, sekitar 30 menit sebelum kegiatan inti. Kegiatan
literasi melalui Sekar guru memaksa peserta MGMP
untuk berkarya dengan mewajibkan guru Setor Karya
dalam setiap kegiatan.
1. Prosedur Kegiatan Literasi Guru di MGMP
Program Sekar

Pra Kegiatan Kegiatan Utama (4 T) Penutup


1. Torba
SOSKOWAL 2. Torsi EDARBI
(Sosialisasi dan 3. Tora (Edit, Arsip dan
4. Tortasi
Komotmen Awal) Terbit)
Gambar 1. Struktur Program Sekar

4
2. Proses Kegiatan Sekar di MGMP
a. Pra kegiatan (SOSKOWAL)
Pra kegiatan inti atau kegiatan awal diberinama
SOSKOWAL. Yaitu sebuah Proses awal kegiatan diadakan
sosialisasi dan komitmen Program Sekar terlebih dahulu
kepada anggota MGMP. Sosialisasi dan Komitmen
dilaksanakan sewaktu hari pertama MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) Bahasa Indonesia pada hari Selasa,
28 Agustus 2018 di SMAN 1 Tilatang Kamang yang
dihadiri sebanyak 26 (Dua puluh enam) orang guru.
(absensi Kegiatan Terlampir). Kegiatan ini untuk
membuat semacam komintem awal supaya peserta seniat
untuk menyukseskan program ini.
Pada kesempatan ini penulis, menjelaskan tentang
program literasi yang diberi nama Program
pembimbingan dan pelatihan Profesional guru melalui
Sekar. Juga diselipkan teantang cara pembuatan Mind
Maps. Setelah sosialisasi dan tanya jawab, akhirnya dibuat
kesepakatan dan komitmen untuk melaksanakan
program literasi ini.

Gambar 2. Sosialisasi dan Komitmen Awal

Sosialisasi Program Pelaksanaan Pembimbingan


dan Pelatihan Profesional Guru di MGMP Bahasa dan
Sastra Indonesia SMA Kabupaten Agam melalui Program
Sekar dalam kegiatan MGMP Bahasa Indonesia
Kabupaten Agam. Diharapkan Program ini nanti mampu
membuat guru guru lebih semangat lagi dalam
berkegiatan di MGMP dan mampu menghasilkan karya
nyata dalam kegiatan literasi.
Kegiatan sosialisasi dihadiri lebih kurang 26
(DuaPuluh Enam) orang guru Bahasa Indonesia dari

5
berbagai SMA di kabupaten Agam Sumatera Barat. Acara
diakhiri dengan makan bersama yang makanannya
dibawa dari rumah masing-masing. Ini juga merupakan
salah satu bagian dari literasi fiansial. Karena kegiatan
MGMP Bahasa Indonesia swadaya dan swadana. Ibu-ibu
peserta MGMP Bahasa Indonesia SMA Kabupaten Agam
menyiapkan santapan untuk makan siang. Biasanya ibu-
ibu membawa makanan lebih untuk bapak-bapak.
b. Kegiatan Utama (4 T)
Kegiatan selanjutnya dibuat dalam 4 (empat)
rangkaian kegiatan. Rangkain kegiatan tersebut diberi
tajuk 4 T ( TORBA, TORSI, TORA, TORTASI)
1. TORBA
TORBA singkatan dari Setor Bacaan, peserta MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Indonesia
SMA Kabupaten Agam Sumatera Barat, disuruh bicara
kedepan. Topik yang dibicarakan diserahkan pada
guru/peserta MGMP. Mereka berbicara maksimal tujuh
menit. Hal ini dimaksudkan agar guru/peserta MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) terbiasa membaca,
menonton/mendengar berita terbaru. Setelah salah
seorang berbicara ke depan yang lain menanggapi atau
memberikan komentar. Jika mereka (peserta MGMP)
membicakan satu topik, mereka juga punya pilihan
untuk Membacakan puisi ke depan. Hal ini juga
memperkuat budaya literasi sastra sekaligus untuk bahan
masukan dalam pembelajaran puisi di kelas. Pembacaan
puisi juga akan ditanggapi peserta boleh yang lain.

Gambar 3. TORBA

6
Salah satu peserta MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) Bahasa Indonesia ibu Mimi Susanti, M.Pd
(Gambar Kiri) Guru SMAN 1 Sungai Pua sedang
membicara topik tentang Kurtilas. Peserta yang lain
menanggapi. Ibu Dra Ulva Marina (Gambar kanan)
salah seorang peserta MGMP dari SMAN 1
Banuhampu sedang membaca Puisi dalam kegiatan
TORBA.
2. TORSI
TORSI merupakan rangkaian menyetor puisi. Peserta
MGMP menyetor Minimal satu puisi. Salah satu puisi
hasil karya anggota MGMP (Musyawarah Guru Mata
pelajaran). Puisi karangan ibu Dra. Lily Asnita salah satu
anggota MGMP Bahasa Indonesia.
Untuk Ayah
Walau kerasnya batu karang dia akan mengikis
ditelan waktu
Walau kuatnya hempasan ombak dia menyisiri
tepi pantai
Walau ombak bergelombang dia membawa
perahu ke dermaga
Walau camar beterbangan dia akan bertanya pada
pasir tentang
Kesetian pada laut biru
Sebanyak pasir di laut seluas itulah
Kasih sayangnya
3. TORA
Merupakan akronim dari Setor Artkel. Peserta MGMP
membawa tulisan satu atau dua lembar (Maksimal empat
lembar quarto). Tema yang diangkat bebas.Ini salah satu
contoh artikel ringan yang ditulis Dra Yasrida, M.Pd
Guru bahasa Indonesia SMAN 1 Banuhampu seorang
peserta aktif MGMP.

MEMORIKU DI RUANG DUA


Pertamakali masuk ruang dua, tempat mengawas ujian
UNBK tahun 2017 ini, terbayang kembali masa- masa
dimana aku pernah mengajar dan mendidik di sekolah
tercinta ini lebih kurang 17 tahun. Begitu banyak kisah,
cerita yang dilewati di kelas ini. Dulu pernah kelas ini

7
adalah kelas XII IPS 1. Seperti kita tahu siswa IPS perlu
perjuangan agar mereka mau semangat dan serius,
konsentrasi dalam belajar. Walaupun tidak semuanya,
hanya ada kira-kira 30 % yang mau belajar, namun
kalah suara dengan 70 %, sehingga terbawa arus. Hal ini
perlu kerja keras bagi para guru yang mau masuk kelas
ini.
Ada kenangan yang tak terlupakan untuk kelas ini,
ada peristiwa yang membuat hati senang, sedih,
bahagia, kesal dan marah. Peristiwa yang membuat
hati senang adalah kelas IPS ini kompak dalam artian
positif dan negatif. Positifnya jika mereka akan
menampilkan sebuah karya, dapat menampilkan karya
terbaik mereka, dalam hati mereka tidak mau kalah
dengan kelas yang lain. Negatifnya kompak
melindungi temannya yang bersalah dan kompak
untuk cabut, kompak untuk membuat ulah. Yang
membuat hati sedih adalah ketika mereka terlambat
dan tidak membuat tugas seperti tidak bersalah,
merasa tidak ada beban dan tanggung jawab sebagai
seorang pelajar. Juga merasa tidak ada ruginya keika
tugas sekolah tidak dikerjakan. Kesal ketika mereka
mengerjakan tugas tidak tepat waktu, malah ada yang
dikerjakan pada saat guru yang sedang menerangkan
pelajaran, bahkan tugas yang dikerjakan menyalin
habis tugas temannya dengan cara copi paste. Para siswa
senangnya bercanda dan bersenda gurau tanpa
memperhatikan situasi dan kondisi, bahkan ada yang
ketika temannya mengerjakan tugas, mereka malah
jadi team pengamat tugas temannya, mengatur dan
mengomentari tugas temannya tersebut. Hal ini tentu
memancing keributan.
Dst...........

4. TORTASI
Rangkaian kegiatan Pelaksanaan Pembimbingan dan
Pelatihan Profesional Guru di MGMP Bahasa dan Sastra
Indonesia SMA Kabupaten Agam melalui Program Sekar
selanjutnya diberinama TORTASI yang bearti Setor

8
Cerita Fiksi. Kegiatan ini untuk mengasah dan
mempertajam kembali kemampuan menulis sastra
anggota MGMP. Karena guru Bahasa Indonesia dituntut
untuk piawai dan berkemampuan menulis sastra. Tulisan
tersebut bisa berbentuk cerpen, puisi atau pun naskah
drama. Contoh salah satu contoh cuplikan cerpen karya
guru peserta MGMP. Karya ibu Arnelia, M.Pd guru
SMAN 1 Maninjau (Selengkapnya ada pada lampiran).

INI PILIHANKU
Tak terasa waktupun berlalu. Kini aku telah di
semester 2 kalas 6. Kulihat promosi-promosi sekolah
telah berjejeran di tepi jalan. Ada pesantren,
tsanaywiyah, smp it, dan SMP umum. Setamat MI
tentu aku akan melanjut ke salah satu dari sekolah-
sekolah ini. Aku baca reklam dengan baik dan brosur-
brosur di sekolah pun semuanya kupahami. Tidak
hanya itu ibu dan ayahku pun berusaha mencarikan
sekolah terbaik untukku. Bahwa setiap hari minggu
kami datangi sekolah yang aku inginkan. Ayah dan
ibu mengamati fisik sekolah dan kurikulum yang
diterapkan di sekolah itu. Dimobil pun ayah dan ibu
mendiskusikan kekurangan dan kelebihan skolah
yang telah kami amati. Ibu pun bertanya padaku.
Did, kamu senangnya dimana
Semuanya senang aja bu , jawabku
Pilih salah satu dong ujar ibu sambil tersenyum
Aku masih ragu akan pilihanku. Dari diskusi ayah dan
ibu pilihanku termasuk yang terbaik. Tapi aku belum
berani mengatakannya pada ayah dan ibu. Aku masih
mempertimbangkan pilihanku. Di sekolah pun aku
bertanya sama guru tentang pilhanku. Guru-guru
menyarankan agar aku sekolah di sana. Tapi
beberapa orang temanku malah mempertanyakan
kenapa sekolah di sana?
Dst....

c. Kegiatan Penutup (EDARBI)


Langkah terakhir dari rangkaian kegiatan ini diberi
nama EDARBI, yang bermakna Edit, arsipkan lalu

9
diterbitkan. Kegiatan ini di samping sebagai motivasi bagi
guru peserta MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
juga sebagai suplemen tambahan pembelajaran dikelas.
Dalam arti kata hasilnya bisa dijadikan bahan ajar mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Gambar 4. Contoh Trilogi Karya Guru (Buku Kesatu dan Kedua)

Contoh karya guru peserta MGMP (Musyawarah Guru


Mata Pelajaran) yang diterbitkan dan mendapatkan
ISBN. Buku ini merupakan karya peserta MGMP
Bahasa dan Sastra Indonesia Kabupaten Agam. Buku
ini nanti juga dapat dijadikan sebagai suplemen
bahan ajar.
Peserta MGMP yang karyanya diterbitkan juga diberi
piagam penghargaan .

Gambar 5. Contoh Piagam Penghargaan Guru

Setelah dilakukan rangkaian kegitan Literasi guru


yang terinclude dalam kegiatan MGMP. Terlihat antusias
guru dalam berkegiatan. Peserta MGMP membawa
karya dalam setiap pertemuan. Karya tersebut akan
dikomentari secara bersama. Hasilnya nanti diarsipkan
untuk diterbitkan.

10
Kegiatan Literasi Guru melalui Sekar, mampu membuat
guru berkarya nyata, meningkatkan semangat guru untuk
berkegiatan,menjadi wahana guru untuk berkarya, ajang
pretise dan prestasi guru. Kegiatan MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran) menjadi lebih berwarna dan
bermakna, mampu menghasilkan suplemen bahan
pembelajaran di kelas dan Menularkan virus literasi ke
sekolah sehingga kegiatan literasi di sekolah juga
menghasilkan produk nyata.

Hasil Kegiatan Literasi Guru dengan Program SEKAR


dan Rekomendasi
Akhir kegiatan membina literasi guru melalui Sekar
di MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) tercipta: (1)
141 draf Puisi, (2) 13 draf artikel, (3) 21 draf Autobiografi
peserta MGMP, (4) Tiga buku ber ISBN (Trilogi Karya) (5)
8 buah draf cerpen, (6) 6 buku sendiri yang telah
diterbitkan ber ISBN, (7) Menginsipirasi lahirnya majalah
sekolah, (8) Menginsiprasi 4 (empat) buku karya siswa.
Namun jika dianalisis lebih lanjut maka hasil yang
dicapaipun belum terlalu sesuai dengan yang diharapkan.
1. Puisi diharapkan 20 peserta setor karya selama 11 kali
pertemuan. 20 x 11 = 220. Tetapi yang diterkumpul
hanya 141 draf puisi. 141:220 x 100 % = 64 %
2. Biografi diharapkan 20 peserta setor, tetapi yang
terkumpul hanya 17 saja.
17: 20 x 100 % = 85 %
3. Artikel diharap masing-masing peserta menyetor
minimal satu artikel ( 20 peserta maka minimal 20
artikel). Tetapi artkel yang terkumpul hanya 16 saja. 16:
20 x 100 = 80 %
4. Buku hanya 6 (enam) buku yang bisa diterbitkan.
Diharapkan 20 orang peserta maka akan terbit 20
buku. 6:20 x 100 = 30 %
5. Cerpen hanya terkumpul 13 cerpen. 13 : 20 x 100 = 65
%
6. Menginspirasi 2 majalah sekolah dari 12 sekolah yang
terlibat. 2 :12 X 100 = 17%
Kegiatan Literasi Guru yang dilaksanakan pada TP
2017-2018 dalam program MGMP masih belum

11
sempurna. Belum semua guru berperan aktif melahirkan
karya sesuai dengan harapan yang diinginkan. Maka
sangat diperlukan penyempurna dalam berbagai hal,
penyempurnaan itu terutama dalam membangun
komitmen bersama untuk menyetor karya. Dalam
bidang penulisanpun perlu diberikan landasan teori dan
teknik penulisan yang lebih mumpuni. Pemberian
Reward and Punisshmen dirasa diperlukan untuk
penguatan peserta MGMP dalam berkarya. Penguatan
dan penegasan dari yang pimpinan atau pejabat yang
berwenang supaya kegiatan MGMP memuat kegiatan
Literasi Guru. Muaranya nanti peserta MGMP senantiasa
berkarya dalam setiap kegiatan. Karya ini juga nanti nya
dapat dijadikan sebagai suplemen pembelajaran di kelas
dan sebagai pengembangan keprofesionalan guru.
Tuntutan profesional guru untuk senantiasa
melakukan PKB (Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan). Menulis dan menghasilkan karya baik
karya ilmiah (KTI), diktat, modul atau pun karya inovatif
berupa buku fiksi merupakan salah satu point dari PKB.
Berdasarkan hasil program Sekar maka
direkomendasikan sebagai berikut:
1. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) hendak
mampu menjadi wadah guru untuk aktif dan kreatif.
Guru mampu berkarya nyata. Salah satu bentuk
kegiatan yang kreatif adalah guru berliterasi
terutama literasi bahasa.
2. Memperbaiki dan mengembangkan lebih baik lagi
program MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
Agar kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata
Pelajaran) bukan hanya diisi oleh kegiatan
pembuatan administrasi pembelajaran.
3. Membuat regulasi yang jelas tentang Program
MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
berliterasi. Program ini hendaknya yang disahkan
oleh yang berwenang. Diharapkan nantinya regulasi
ini mengatur dengan jelas tentang reward and
punishisment yang akan diterima guru-guru yang aktif
dan kreatif dalam kegiatan MGMP(Musyawarah
Guru Mata Pelajaran)

12
4. Menjalin kerjasama dengan Lembaga yang mampu
memberikan pelatihan dan motivasi agar guru mau
menulis.
5. Menjadikan kegiatan “LITERASI” sebagai bagian dari
kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
Minimal satu semester MGMP menghasilkan satu
karya.
6. Menjalin kerjasama dengan penerbitan untuk
mempublikasikan karya nyata guru sehingga ide dan
gagasan kreatif dapat terdokumentasikan.
7. Membuat Jurnal atau majalah pendidikan, sebagai
wadah guru-guru mempublikasikan ide-ide
cemerlangnya. Sekaligus sebagai penambah angka
kredit guru untuk naik pangkat dan melakukan
Penilaian Kinerja Berkelanjutan.

13
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2016.
Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah
Atas. Jakarta:Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas
Direktorat pembinaan tenaga kependidikan dikdasmen
kemdikbud. 2019. Pedoman lomba Pengawas
Berprestasi dan Berdedikasi 2019. Jakarta:
kemdikbud
Direktorat pembinaan tenaga kependidikan dikdasmen
kemdikbud. 2018. Pedoman lomba best practice
nasional 2018. Jakarta: kemdikbud
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
Nasional. 2010. Prosedur Operasional Standar
Penyelenggaraan KKG Dan MGMP. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas
Mujib, Ahmad. 2016. Gerakan Literasi Sekolah.
jabarprov.go.id. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Barat. http://literasi.jabarprov.go.id/baca-artikel-
954-apa-sih-literasi-itu.html (on line).
Pengelola Web Kemdikbud. 2017. Kemendikbud
Optimalkan Peran Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). Kemdikbud.go.id. Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
https://www.kemdikbud.
go.id/main/blog/2017/07/kemendikbud-
optimalkan-peran musyawarah-guru-mata-
pelajaran-mgmp (online).
Satgas GLS Ditjen Dikdasmen. 2018. Strategi Dan
Implementasi Literasi Sebagai Kecakapan Abad 21 dalam
Pembelajaran.Jakarta:Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Wijaya, Mulyadi. 2018. Mengolah Bete menjadi Betah
dalam Berkegiatan MGMP. Jawa Barat: Goresan
Pena.

14
Biografi Penulis
MULYADI dilahirkan di
Bengkulu Selatan 02 April 1974.
Selain Gemar membaca dan
menulis, Penulis juga Hobby
Traveling. Alumnus Pasca
Sarjana Universitas Negeri
Padang (UNP) merupakan
Pengawas SMA di jajaran
Dinas Pendidikan Provinsi
Sumatera Barat. Pernah aktif
sebagai DLB STKIP
Ahlussunnah Bukittinggi, DLB
STKIP YDB Lubuk Alung, DLB
STKIP PGRI Padang dan STAIN Bukittinggi. Tahun 2015
Pemenang Pertama Pengawas SMA Berprestasi dan
Berdedikasi Tingkat Provinsi Sumatera Barat. Tahun
2019 Terpilih sebagai Naskah Best Practice paling
menginspirasi yang diselenggarakan Kesharlindung
Kemdikbud. Tahun 2019 mewakili Sumatera Barat ke
tingkat Nasional untuk Lomba GTK Berprestasi dan
Berdedikasi serta memperoleh juara 1 Nasional kategori
Pengawas SMA. Beberapa karya tulis telah dipublikasikan
dalam Jurnal Pendidikan. Antara lain; Revitalisasi
Program MGMP, Pendekatan MUKIDI dalam
Pembinaan Akademik, Pendekatan Demokratis
Mengubah Meringis Menjadi Senyum Manis dalam
Proses Pembelajaran. Dan beberapa karya telah
dibukukan antara lain; Romantisme Senja (2018 ISBN
976-602-364-541-1), Mengubah Bete menjadi
Betah,(2018 ISBN 978-602-364-577-0) Gadis Kampug Air
(2018 ISBN 978-602-51886-6-4) Satu Kisah Seribu
Makna (2019 ISBN 978-602-364-691-3), Senandung
Sang Pencerah (2019 ISBN 978-602-364-701-9) Dua
bukunya yang berjudul Bulir Bika Sumatera Barat
(Kumpulan Best Practice) dan Membina Literasi Guru
melalui SEKAR sedang dalam proses percetakan. Penulis
dapat dihubungi Via Email bang_yadhie@yahoo.co.id
dan PonSel/WA 08126719465

15
SUPERVISI KOLABORASI
PENDEKATAN SEDAYUNG TIPAT
PUTER UNTUK MENINGKATKAN
KINERJA AKADEMIK

Ninik Kristiani
Pengawas SMA Kota Malang
ninik_sma5mlg@yahoo.co.id

Permasalahan Kinerja Akademik di Sekolah


Kompetensi supervisi kepala sekolah
mendongkrak kinerja akademik di sekolah. Hasil
pemantauan pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan
(SNP) di tiga sekolah binaan pada tahun 2018 diperoleh
skor pada masing-masing sekolah: 76,8 di sekolah
pertama; 79;5 di sekolah kedua, dan 77;8 di sekolah
ketiga. Nilai tersebut berada di bawah nilai akreditasi
sekolahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai akreditasi belum sepenuhnya mencerminkan
kinerja akademik sekolah.
Nilai kompetensi supervisi kepala sekolah dari
hasil PKKS (Penilaian Kinerja Kepala Sekolah) pada ketiga
sekolah tersebut diperoleh skor masing-masing 37,16;
37,16; dan 37,19. Capaian ini menurut pengawas tergolong
rendah. Rendahnya nilai kompetensi supervisi kepala
sekolah ini menjadi salah satu penyebab rendahnya nilai
SNP di sekolah tersebut. Jika kepala sekolah
melaksanakan supervisi, maka setidaknya ada empat SNP
yang dijamin terlaksana dengan baik, yaitu standar
proses, standar isi, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan. Satu kompetensi saja dilaksanakan
dengan baik sudah ada empat SNP terlaksana di sekolah.
Oleh karena itu, tugas kepala sekolah untuk memimpin
dan mengelola satuan pendidikan perlu didorong untuk

16
meningkatkan pencapaian SNP sesuai Permendikbud
nomor 6 Tahun 2018.
Kompetensi pedagogi guru sebagai modal utama
pencapaian SNP. Berdasarkan evaluasi hasil kegiatan
pemantauan dan penilaian kinerja guru Tahun 2018
diketahui bahwa 100% telah memiliki perangkat
pembelajaran yang meliputi Prota (Program Tahunan),
Prosem (Program Semester), Silabus, RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran), dan alat evaluasi. Hanya saja,
sebanyak 41% RPP yang disusun belum sesuai dengan
standar proses, dan 50% diduga masih copy paste. Hanya
ada 9% RPP telah sesuai dengan standar proses dan
original.
Khusunya di SMA penyelenggara SKS (Sistem
Kredit Semester), di samping permasalahan RPP, juga
ditemukan 50 % UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri)
belum sesuai dengan Panduan Pengembangan UKBM.
UKBM merupakan media belajar peserta didik. UKBM
juga sarana meningkatkan kemandirian belajar peserta
didik. Belum optimalnya mutu RPP dan UKBM
berdampak kepada mutu pembelajaran dan penilaian
hasil belajar.
Ada 4 (empat) indikator kompetensi pedagogi
guru, yaitu: RPP, UKBM, pembelajaran, dan penilaian
hasil belajar. Belum optimalnya kompetensi pedagogi
menyebabkan pencapaian SNP kurang optimal. Dengan
demikian, kompetensi pedagogi guru modal penting
untuk mendukung pencapaian SNP. Oleh karena itu,
peningkatan kompetensi pedagogi guru merupakan
bagian penting dari tugas pengawasan yang harus
dilakukan.
Selain itu, kemampuan melakukan publikasi
ilmiah merupakan indikator kinerja akademik kepala
sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru seharusnya
mampu melaksanakan kegiatan tugas jabatan dan target
sesuai SKP (Sasaran Kinerja Pegawai). Kinerja akademik
sekolah dapat dilihat dari SKP kepala sekolah dan guru.
Dua hal penting yang terdapat dalam SKP pada satuan
Pendidikan yaitu Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan
Penilaian Kinerja Kepala Escola (PKKS).

17
PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan)
meliputi pengembangan diri, publikasi ilmiah dan/atau
karya inovatif. Sesuai regulasi PKB wajib dilakukan guru
dan kepala sekolah. Namun, hal itu belum terlaksana
dengan baik. Publikasi ilmiah kepala sekolah dan guru
sebenarnya dapat diambil dari permasalahan di kelas.
Pengalaman kepala sekolah membantu guru mengatasi
permasalahan di kelas dapat ditulis menjadi karya ilmiah.
Guru membantu mengatasi permasalahan belajar peserta
didik atau pengalaman memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas dapat ditulis menjadi karya ilmiah.
Kepala sekolah dan guru yang berkinerja akademik baik
akan mampu menuangkan pengalaman tersebut ke
dalam karya ilmiah. Untuk itu, pengawas sekolah perlu
mendorong potensi tersebut.
Pengawas sekolah sebagai penjamin mutu di
sekolah. Tugas pokok pengawas sekolah relevan
dengan kebutuhan peningkatan mutu kinerja
akademik di sekolah. Dalam upaya penjaminan mutu
kinerja akademik, pengawas sekolah memerlukan
suatu strategi dalam melaksanakan tugas, termasuk
upaya mengatasi kendala yang ada. Strategi yang
dipilih dalam menyelesaikan masalah harus efektif
dan efisien. Sekali dayung tiga empat pulau terlampaui
merupakan cara pandang yang perlu dibangun untuk
melaksanakan tugas pengawasan di sekolah. Cara
pandang atau pendekatan yang diduga efektif harus
diasah terus-menerus hingga menjadi pola kerja yang
efektif.
Melalui tulisan ini diharapkan dapat memberi
gambaran tentang implementasi supervisi kolaborasi
yang diberi nama SEDAYUNG TIPAT PUTER.
SEDAYUNG TIPAT PUTER merupakan pendekatan
yang memungkin pengawas sekolah dapat
menyelesaikan masalah pengawasan sekaligus
menghasilkan karya publikasi ilmiah (Kristiani,
2019). Kegiatan ini bertujuan mendorong
meningkatnya kinerja akademik yang ditandai
dengan meningkatnya kompetensi supervisi kepala
sekolah, kompetensi pedagogi guru, dan

18
dihasilkannya publikasi ilmiah oleh semua pihak
yang terlibat dalam kolaborasi.

Pendekatan SEDAYUNG TIPAT PUTER Sebagai


Supervisi Efektif
Pendekatan SEDAYUNG TIPAT PUTER
merupakan pendekatan yang digunakan pengawas
untuk meningkatkan kinerja akademik kepala
sekolah dan/atau tim supervisi, serta guru.
Pengertian ini mengadopsi dan mengadaptasi dari
Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pasal 2 ayat (4) Permendikbud tersebut menyebutkan
bahwa pendekatan merupakan cara pandang
pendidik yang digunakan untuk menciptakan
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya
kompetensi yang ditentukan. SEDAYUNG TIPAT
PUTER itu sendiri merupakan akronim dari sekali
dayung tiga empat pulau terlampaui. Perumpamaan
atau peribahasa ini sering kita dengar baik dalam
bentuk lisan maupun tulisan, yang artinya
menyelesaikan dua, tiga pekerjaan dalam satu
waktu.
Pendekatan SEDAYUNG TIPAT PUTER
memerlukan kolaborasi antara pengawas sekolah,
tim supervisi, kepala sekolah, dan guru. Hasil
kolaborasi ini adalah meningkatnya kompetensi
supervisi kepala sekolah dan/atau tim supervisi,
kompetensi pedagogi guru, dan dihasilkannya
publikasi ilmiah oleh semua pihak yang
berkolaborasi. Cara ini efektif, di samping
menyelesaikan masalah juga menghasilkan karya
dalam satu waktu. Oleh karena itu, saya sebut
sebagai supervisi efektif.
Perangkat supervisi kolaborasi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER meliputi instrumen untuk
mengukur kompetensi supervisi kepala sekolah,

19
intrumen untuk mengukur kompetensi pedagogi guru,
dan sistematika laporan PTS (Penelitian Tindakan
Sekolah)/PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sesuai dengan
buku PKB yang berlaku. Intrumen kompetensi supervisi
kepala sekolah memuat lima indikator, yaitu (1)
menyusun program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknis supervisi yang tepat dengan
mengikuti prosedur: pra supervisi, saat supervisi, dan
pasca supervisi berupa temu akhir antara supervisor
(pengawas dan kepala sekolah dan/atau tim supervisi)
dengan guru yang disupervisi; (3) menilai dan
menindaklanjuti kegiatan supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru; (4) melakukan
pengawasan proses pembelajaran dengan prinsip objektif
dan transparan; dan (5) melaksanakan pemantauan
proses pembelajaran dilakukan pada tahap pelaksanaan,
dan penilaian hasil pembelajaran.
Instrumen untuk mengukur kompetensi pedagogi,
meliputi (1) lembar telaah RPP sesuai standar proses
(Permendikbud No 22 Tahun 2016); (2) lembar telaah
UKBM khusus untuk SMA penyelenggara SKS yang
menggunakan UKBM sebagai media belajar peserta
didik; (3) lembar telaah pelaksanaan pembelajaran; dan
(4) lembar telaah pelaksanaan penilaian hasil belajar.
Hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen-
instrumen tersebut digunakan sebagai indikator kinerja
akademik di sekolah.

Implementasi Supervisi Kolaborasi Dengan


SEDAYUNG TIPAT PUTER
Implementasi supervisi kolaborasi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER dilaksanakan pada saat
pra supervisi, saat supervisi, dan pasca supervisi.
Masing-masing pihak yang berkolaborasi
melaksanakan tugas pokok sesuai dengan
kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama yaitu
meningkatkan kinerja akademik (Maring, 2008).
Pada saat pembelajaran berlangsung, pengawas

20
sekolah, kepala sekolah dan/atau tim supervisi
masuk bersama-sama melaksanakan supervisi. Cara
ini efektif, karena pengawas sekolah dapat secara
langsung memodelkan supervisi pembelajaran
kepada kepala sekolah. Kepala sekolah dan
pengawas sekolah bersama-sama membantu guru
melaksanakan pembelajaran lebih baik. Melalui
kegiatan kolaborasi ini, tugas pengawasan untuk
membina, memantau, menilai, dan memberikan
pembimbingan dan pelatihan kepala sekolah dan
guru dapat terlaksana dalam satu waktu. Tugas
pokok kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi
akademik juga dapat dilaksanakan melalui
kolaborasi ini. Jadi, kolaborasi supervisi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER ini banyak hal atau
masalah yang dapat terselesaikan. Hal ini selaras
dengan pendapat Daft, (2003) bahwa kolaborasi
dapat menyelesaikan banyak permasalahan.
Kolaborasi supervisi dengan SEDAYUNG TIPAT PUTER
memfasilitasi semua pihak yang berkolaborasi untuk
mencapai tujuan bersama dan saling menguntungkan
(Nasution, 2010). Hasil kegiatan kolaborasi ini di samping
pihak yang berkolaborasi mendapatkan keuntungan dan
tujuan bersama tercapai, juga berdampak kepada
tumbuhnya berbagai karakter positif seperti kerjasama,
saling menghargai, tanggung jawab, disiplin, dan lain-lain
(Agustian, 2012; Rich, 2010; Barbara, 2004; dan Griffin,
2004). Melalui kegiatan ini keberadaan pengawas sekolah
sangat dibutuhkan warga sekolah. Pengawas sekolah
sangat diharapkan kedatangannya. Situasi inilah yang
mendorong terwujudnya harmonisasi antara pengawas
sekolah dengan warga sekolah, seperti tercermin pada
Gambar 1.

21
Gambar 1. Pelaksanaan Supervisi Kolaborasi Dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER

Kolaborasi di atas sangat dibutuhkan untuk


menjalankan proses kehidupan menuju pendidikan yang
bermutu. Kegiatan kolaborasi ini membekali kecakapan
hidup abad ke-21 baik bagi pengawas sekolah, kepala
sekolah, guru, maupun peserta didik. Untuk itu, kegiatan
kolaborasi ini penting untuk terus-menerus dilakukan.
Implementasi supervisi kolaborasi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER dilaksanakan secara
sistematis dan bersifat siklik. Tahapannya
dikelompokkan ke dalam tiga tahapan besar, yaitu
pra supervisi, proses supervisi, dan pasca supervisi.
Tiga tahap tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam
delapan langkah atau sintak berikut.
(1) Analisis hasil evaluasi supervisi sebelumnya,
yaitu menganalisis kelebihan dan kekurangan
dari kegiatan supervisi yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Kelemahan yang ada akan
digunakan sebagai acuan rencana perbaikan
supervisi berikutnya.
(2) Refleksi tim supervisi, yaitu meminta supervisee
untuk menyampaikan kendala yang dihadapi
terkait tugas pokok yang menjadi target
supervisi dan materi yang dibutuhkan agar
mampu melaksanakan tugas pokok dengan baik.
Hasil refleksi ini akan ditindaklanjuti dengan

22
penyusunan instrumen untuk mengukur
ketercapaian target supervisi. Instrumen yang
disusun memuat indikator target atau sasaran
supervisi.
(3) Membangun kesepakatan, yaitu memberikan
instrumen kepada supervisee untuk dipelajari,
sekaligus membangun komitmen agar
supervisee menyelesaikan kinerjanya mengacu
pada indikator instrumen. Kegiatan ini bertujuan
membangun kesepakatan antara supervisor
dengan supervisee melalui indikator intrumen.
(4) Melaksanakan kolaborasi, pada tahap ini tim
supervisi (pengawas sekolah, kepala sekolah
dan/atau tim supervisi) bersama-sama
melakukan observasi kelas dari awal hingga
akhir. Tim melakukan pembagian tugas,
misalnya kepala sekolah menuliskan faktual
pembelajaran dan mendokumentasikan aktivitas
pembelajaran, sedangkan pengawas menelaah
perangkat pembelajaran menggunakan
instrumen yang telah disepakati, atau sebaliknya.
Pada tahap ini tim melakukan pengumpulan
data atau dokumentasi yang sifatnya otentik di
kelas, seperti RPP, lembar kerja jika ada, foto
kegiatan, lembar telaah perangkat yang telah
diisi, dan lain-lain.
(5) Melakukan umpan balik, tahapan ini
dilaksanakan setelah pembelajaran selesai, atau
dilaksanakan secara terus-menerus pada saat
supervisi berlangsung. Tujuan dari tahapan ini
adalah agar kinerja akademik guru di kelas
dalam meningkatkan mutu pembelajaran
tercapai dengan baik, serta mendiskusikan
kelebihan dan kelemahan yang perlu diperbaiki
oleh supervisee untuk pembelajaran selanjutnya.
(6) Melakukan sosialisasi hasil supervisi, yaitu
melaksanakan pertemuan dengan warga sekolah
untuk menyampaikan hasil supervisi, sekaligus
melaksanakan pembinaan, pemantauan,
penilaian kinerja, dan pembimbingan dan

23
pelatihan kepala sekolah dan guru berdasarkan
hasil supervisi kolaborasi.
(7) Menyusun karya hasil supervisi kolaborasi,
tahap ini merupakan tujuan bersama, dimana
semua pihak yang terlibat kolaborasi menyusun
laporan hasil supervisi kolaborasi sesuai tusinya
masing-masing. Kegiatan ini dilakukan untuk
menghasilkan publikasi ilmiah.
(8) Tindak lanjut, semua pihak yang terlibat dalam
kolaborasi menindaklanjuti sesuai tusinya
masing-masing, misalnya pengawas sekolah
melakukan pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dan/atau kepala sekolah,
menyusun program pengawasan, kepala sekolah
menyusun program supervisi, dan guru
melakukan perbaikan kinerja, serta
memanfaatkan hasil supervisi kolaborasi untuk
keperluan pengembangan profesi, berupa
publikasi ilmiah. Jika hasil supervisi belum
optimal, maka kembali pada tahap awal yaitu
analisis hasil evaluasi supervisi dilanjutkan tahap
berikutnya hingga tahap tindak lanjut dan
seterusnya. Model ini bersifat siklik, sehingga
berpotensi memberbaiki kinerja sekolah dalam
meningkatkan kinerja akademik. Visualisasi
siklik tertera pada Gambar 2. Tahapan yang
tergambar pada Gambar 2 tersebut telah
memiliki hak penciptaan intelektual berserta
buku hasil penelitian yang juga telah memiliki
hak penciptaan intelektual.
Kegiatan kolaborasi ini dapat diibaratkan seperti
beras bergesekan dengan beras. Beras berwarna putih
bukan karena ditumbuk, namun karena adanya gesekan
antar beras. Demikian juga dengan kegiatan kolaborasi
ini, kepala sekolah dan guru tidak merasa ditekan atau
diinstruksi untuk berkinerja akademik baik. Akan tetapi,
dibawa kepada situasi yang harmonis, selalu berdekatan,
dan selalu memberi umpan balik. Situasi ini akan
menumbuhkan budaya berkinerja akademik di
sekolah baik tanpa diperintah.

24
Analisis hasil evaluasi supervisi sebelumnya

Refleksi tim kolaborasi Pra-supervisi

Membangun kesepakatan

Melaksanakan kolaborasi
Saat Supervisi

Umpan balik

Sosialisasi hasil supervisi

Pasca supervisi
Menyusun karya hasil supervisi

Tindak lanjut

Peningkatan Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah dan


Kompetensi Pedagogi Guru
Supervisi kolaborasi dengan SEDAYUNG TIPAT
PUTER telah mendongkrak kinerja akademik di
sekolah. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai
kompetensi supervisi kepala sekolah dan/atau tim
supervisi, meningkatnya nilai kompetensi pedagogi, di
samping publikasi ilmiah. Nilai kompetensi supervisi
kepala sekolah dan/atau tim supervisi diperoleh dari
rerata pencapaian lima skor indikator supervisi seperti
tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Supervisi Kepala Sekolah Sebelum dan


Sesudah Supervisi Kolaborasi
Kompetensi Supervisi Kepala
Kode Sekolah
No
Sekolah
Sebelum Sesudah
1 K-6 70 100
2 K-10 90 100
3 K-STN 80 100

Selanjutnya, capaian kompetensi pedagogi guru


diperoleh dari rerata nilai RPP, UKBM, pelaksanaan

25
pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian hasil belajar
seperti tertera pada Tabel 2. Penilaian terhadap empat
hal tersebut menggunakan lembar telaah yang telah
disiapkan dan disepakati oleh tim yang berkolaborasi.
Lembar telaah ini lebih menekankan kepada kuantitas
keterlaksanaan terhadap indikator yang diharapkan
muncul. Sedangkan kualitas dari indikator yang
diharapkan mucul akan menjadi bagian dari tugas
pembinaan guru dan kepala sekolah oleh pengawas
sekolah pada saat pelaksanaan maupun setelah
pelaksanaan supervisi kolaborasi selesai.

Tabel 2. Kompetensi Pedagogi Guru Sebelum dan Sesudah


Supervisi Kolaborasi

No Kode Guru Nilai Kompetensi Pedagogi


Sebelum Sesudah
1 A-S6 66,8 79,3
2 B-S6 66,7 78,2
3 C-S6 59,7 77,7
4 D-S6 66,7 75,5
5 E-S6 72,3 80,3
6 F-S6 66,7 76,8
7 A-S10 69,1 81,3
8 B-S10 69,2 83,2
9 C-S10 71,1 83,2
10 D-S10 67,8 84,2
11 E-S10 71,7 84,0
12 F-S10 70,8 88,3
13 A-STN 70,1 88,5
14 B-STN 70,5 87,0
15 C-STN 72,1 84,0
16 D-STN 69,3 85,9
17 E-STN 73,5 85,1
18 F-STN 66,7 83,7
19 G-STN 70,6 84,8
20 H-STN 72,3 86,8
Peningkatan Publikasi Ilmiah di Sekolah
Kinerja akademik juga ditandai oleh tersusunnya
publikasi ilmiah. Melalui supervisi kolaborasi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER tersusun satu laporan PTS
oleh kepala sekolah, satu laporan penelitian eksperimen
oleh guru, dan 20 laporan PTK oleh guru. Dengan
demikian, satu kali kegiatan telah mampu menghasilkan
22 publikasi ilmiah di tiga sekolah. Dampak dari kegiatan
ini di samping menghasilkan publikasi ilmiah dalam

26
bentuk laporan hasil penelitian, juga meningkatnya
budaya menulis.
Berdasarkan capaian tersebut semakin diyakini
bahwa supervisi kolaborasi dengan SEDAYUNG TIPAT
PUTER ini efektif. Banyak hal yang telah dicapai
sebagaimana telah disampaikan. Kegiatan ini juga bersifat
lestasi karena dapat diterapkan secara terus-menerus
selama melaksanakan tugas pengawasan. Pengawas
sekolah yang menghendaki sekolah binaannya mencapai
kinerja akademik tinggi dapat menerapkan sesuai dengan
kondisinya masing-masing. Supervisi kolaborasi dengan
SEDAYUNG TIPAT PUTER ini dapat berhasil dengan
baik memerlukan kompetensi pengawas sekolah yang
memadahi. Untuk itu, para pengawas sekolah harus
mengoptimalkan enam kompetensinya dengan baik,
yaitu kepribadian, supervisi akademik, supervisi
manajerial, penilaian pendidikan, penelitian dan
pengembangan, dan sosial. Selanjutnya, jenis PKB,
jumlah, dan contoh judul publikasi ilmiah di tiga sekolah
seperti telah disampaikan dapat dilihat pada Tabel 3.
Sedangkan contoh produk dari budaya menulis sekaligus
efek dari supervisi kolaborasi tertera pada Gambar 3 s.d
5.
Tabel 3. Jenis PKB, Jumlah, dan Contoh Judul Publikasi Ilmiah di Tiga Sekolah
Kode Jumlah
Contoh Judul Publikasi Ilmiah
No Jenis PKB Sekola Publikasi Keterangan
yang Dihasilkan
h Ilmiah
1 Publikasi S6 0 - -
Ilmiah S10 1 Meningkatkan Kompetensi Guru Publikasi ilmiah
Dalam Pembelajaran Abad Ke-21 kepala sekolah
Melalui Program Kemitraan berupa laporan
Pengawas Pembina Tahun hasil PTS
Pelajaran 2018/2019 di SMAN 10
Malang
STN 0 - -
2 Publikasi S6 9 Peningkatan Kreativitas dan Publikasi ilmiah
Ilmiah Penguasaan Materi Ekonomi guru berupa
Menggunakan Mind Map laporan hasil PTK
Berbatuan UKBM Pada Peserta
Didik Kelas XI IPS 1 di SMAN 6
Malang
S10 4 1. Perbedaan Hasil Belajar Publikasi ilmiah
Menggunakan Model guru berupa
Pembelajaran Inkuiri laporan hasil
Terbimbing Berbantuan penelitian
Unit Kegiatan Belajar eksperimen semu
Mandari (UKBM) dan
Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Buku Teks
Pelajaran (BTP) di SMAN
10 Malang
2. Upaya Meningkatkan
Kemampuan Berpikir
Kritis Menggunakan Publikasi ilmiah

27
Model Pembelajaran guru berupa
Window Shopping Pada laporan hasil PTK
Peserta Didik Kelas XI
MIPA-2 di SMAN 10
Malang
STN 8 Peningkatan Keterampilan Publikasi ilmiah
Berpikir Tingkat Tinggi guru berupa
Menggunakan Model laporan hasil PTK
Pembelajaran Learning Cilcle, 5E
Pada Materi Hidrolisis Garam di
Kelas XI MIPA SMAN Taruna
Nala Jawa Timur

Karya lain yang membanggakan sebagai efek


samping dari supervisi kolaborasi dengan SEDAYUNG
TIPAT PUTER sebagai berikut.
 Laporan PTS oleh penagwas sekolah tahun 2019.
 Artikel Hasil PTS oleh pengawas sekolah tahun 2019.
 Buku Hasil PTS ber-ISBN oleh pengawas sekolah
tahun 2019.
 Hak kekayaan intelektual Buku Sedayung Tipat Puter
oleh pengawas sekolah tahun 2019.
 Hak kekayaan intelektual Sintak Sedayung Tipat Puter
oleh pengawas sekolah tahun 2019.
 Buku karya Kepala Sekolah binaan ber-ISBN tahun
2019.
 Buku Karya Guru sekolah binaan tahun 2019.
 UKBM Hasil Karya Guru sekolah binaan yang
dipublikasikan di Tingkat Provinsi tahun 2018.
Analisis hasil evaluasi supervisi sebelumnya

Refleksi tim kolaborasi Pra-supervisi

Membangun kesepakatan

Melaksanakan kolaborasi
Saat Supervisi

Umpan balik

Sosialisasi hasil supervisi

Pasca supervisi
Menyusun karya hasil supervisi

Tindak lanjut

Gambar 3. Dua Hak Kekayaan Intelektual SEDAYUNG TIPAT PUTER

28
Gambar 4. Laporan dan Artikel Hasil PTS Supervisi Gambar 5. Contoh Buku Hasil Karya Kepala
Kolaborasi Sekola dan Guru di Sekolah

Kendala Implemenasi Supervisi Kolaborasi Dengan


SEDAYUNG TUPAT PUTER dan Alternatif Solusi
Supervisi kolaborasi dengan SEDAYUNG TIPAT
PUTER berpotensi untuk disempurnakan lagi. Sekalipun
capaian dari supervisi kolaborasi ini cukup banyak,
namun juga banyak kendala pada saat
pengimplementasian. Agar hasilnya lebih baik pada
implementasi berikutnya, maka perlu saya sampaikan
kendala beserta alternatif solusi. Kendala implementasi
dan alternatif solusi tersebut tertera pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kendala dan Alternatif Solusi Implementasi Supervisi


Kolaboratif Dengan SEDAYUNG TIPAT PUTER
No Kendala Alternif Solusi
1 Kesibukan kepala sekolah sehingga belum Kepala sekolah membentuk tim supervisi
tentu bisa masuk ke kelas bersama-sama
pada saat supervisi kolaborasi
2 Kesibukan pengawas Menata jadwal kegiatan antara tugas pokok dan
tugas tambahan lainnya
3 Kepala sekolah dan Guru belum terbiasa Pengawas memodelkan pengadministrasian hasil
tertib administrasi kegiatan kolaborasi, misalnya perangkat kegiatan
kolaborasi disimpan di map dan diberi
identifikasi pada setiap pertemuan sehingga
memudahkan pada saat menyusun laporan hasil
penelitian baik PTS maupun PTK
4 Pada saat pra supervisi perangkat Dibentuk tim supervisi untuk membantu
pembelajaran belum tentu diserahkan pengumpulan perangkat pembelajaran
kepada supervisor sehingga supervisor
tidak bisa mencermati dengan lebih teliti
5 Kesulitan membagi perhatian kepada Mengadakan temu awal dengan kepala sekolah
kepala sekolah dan guru secara bersamaan dan guru untuk berbagi tugas pada saat supervisi
pada saat proses pembelajaran kolaborasi
berlangsung
6 Penyusunan laporan PTS dan PTK  Pengawas menyusun laporan PTS terlebih
dahulu sebagai model laporan penelitian
bagi kepala sekolah dan guru
 Menjadwalkan kegiatan pendampingan
penyusunan laporan PTS/PTK
 Pengawas memantau perkembangan
penyusunan laporan PTS/PTK secara terus-
menerus
 Membangun Whassap (WA) group untuk

29
melaksanakan pembinaan non tatap muka
7 Publikasi hasil laporan PTS dan PTK  Bekerjasama dengan perguruan tinggi
setempat untuk menyelenggarakan seminar
hasil penelitian
 Memasukkan kegiatan publikasi ilmiah ke
dalam program kerja MGMP sekolah,
kota/kab, dan atau provinsi

30
Daftar Pustaka
Agustian, Ary Ginanjar. 2012. Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Jilid Kedua,
Edisi Revisi. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Barbara, Lewis A. 2004. Character Building for Children.
(Terjemahan Arfin Saputra). Batam: Center Karisma
Publishing Group.
Daft, Richard L. 2003. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Emiasih, Dewi. 2011. Pengaruh Pemahaman Guru
tentang Pendidikan Karakter terhadap Pelaksanaan
Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Sosiologi.
Jurnal Komunitas, 3(2) (Online), (http://journal.
unnes.ac.id).
Griffin, Ricky. 2004. Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Kristiani, N. 2019. Sedayung Tipat Puter Suatu
Pendekatan Untuk Meningkatkan Kinerja Sekolah.
Lam
Kristiani, N. 2019. Peningkatan kualitas Kinerja Sekolah
Melalui Pemanfaatan Supervisi Pembelajaran
Berbasis Kolaboratif Dengan Pendekatan Sedayng
TIpat Puter. Indonesian Journal of Educational
Studies. 22(1): 23-34.
Maring, P. (2008) Hubungan kekuasaan: konflik, perlawanan,
dan kolaborasi dalam penguasaan hutan di Egon Flores.
Maring, P. (2008). Konflik Penguasaan Hutan, Klaim
Kewenangan, dan Kebuntuan Visi: Kasus
Penguasaan Hutan di Egon Flores. Dalam:
Suporahardjo dan Abidah Billah Setyowati (eds),
Desentralisasi Tata Kelola Hutan di Indonesia:
Tantangan Menyiasati Politik Lokal, Bogor: LATIN,
hlm. 161- 188.
Nasution, M . N. 2010. Manajemen Mutu Terpadu. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi,
Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.
2010. Malang: Universitas Negeri Malang
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen

31
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tengang Standar
Proses pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Panduan Pengembangan Unit Kegiatan Belajar Mandiri. 2017.
Jakarta: Direktorat PSMA Dirjen Dikdasmen
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan
Guru sebagai Kepala Sekolah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Rich, Dorothy. 2010. Metode Megaskill. Jakarta: Hikmah.

32
Biodata Singkat

Dr. Ninik Kristiani, M.Pd lahir


di Kediri, 6 Februari 1967.
Pendidikan dasar hingga
menengah Ia selesaikan di Kota
Blitar. Tahun 1990 lulus D3
dari IKIP Malang Jurusan
Pendidikan Biologi, tahun 1993
lulus sarjana dari kampus
yang sama dengan jurusan
yang sama pula, S2 dan S3
diselesaikan pada Universitas
Negeri Malang dengan jurusan yang sama pula.
Pengalaman mengajar Ia tekuni di SMPN
Sumbermalang, Situbondo tahun 1995 hingga tahun
1999, sampai dengan 2007 mengajar di SMAN 5
Malang, tahun 2007 sampai dengan 2008 Kepala
SMAN 9 Malang, tahun 2009 Kepala SMAN 3 Malang,
tahun 2009 sampai dengan 2014 Kepala SMAN 8
Malang, tahun 2014 hingga sekarang Pengawas SMA
Wilayah Kota Malang dan Batu. Selama menjadi guru
beberapa kali memenangkan lomba, antara lain juara
III pada LKG LIPI tahun 1994, juara I LKG LIPI tahun
1996, juara I LKG LIPI tahun 1998, pemenang lomba
keberhasilan guru tingkat nasional tahun 2005,
pemenang Toray Science Foundation tahun 2004,
pemenang terbaik simposium nasional tahun 2005.
Pada saat ini di sampimg sebagai tim pengembang
kurikulum di Dinas Provinsi Jawa Timur juga tim
pengembang kurikulum di Direktorat Pembinaan
SMA, Kemdikbud. Contak person 081259588905,
alamat email: ninik_sma5mlg@yahoo.co.id atau
ninikkristiani1967@gmail.com.

33
CARA MUDAH MENGEMBANGKAN
APLIKASI SNP VERSI GAJAH MADA
DI SMAN 21 MAKASSAR
Madalle Agil
Pengawas SMA Prov. Sulawesi Selatan
madalleagil@yahoo.co.id

Urgensi SNP untuk sekolah bermutu


Persoalan mutu di SMAN 21 Makassar masih pada
masalah prinsipil. Pertama, sekolah mengalami kesulitan
menganalisis hasil pemantauan delapan Standar Nasional
Pendidikan (SNP) sebagai dasar untuk pembinaan guru
dan pegawai. Kedua, sekolah tidak melakukan penilaian
kinerja dengan benar. Penilaian kinerja guru dibuat tidak
berdasarkan indikator capaian kompetensi sehingga guru
tidak tahu kelemahan kinerjanya. Ketiga, sekolah
kesulitan untuk mentranfer hasil penilaian kinerja guru
ke angka kredit dengan tepat. Keempat, banyak guru
yang tertunda naik pangkat karena alasan kesulitan
menyusun daftar usulan penilaian angka kredit guru dan
kesulitan cara menghitungnya. Kelima, Kesulitan
perhitungan Penilaian Prestasi Kerja Pegawai (P2KP) bagi
guru-guru dan pegawai. Penilain prestasi kerja pegawai
dianggap rumit karena ada target, sasaran kerja estimasi
waktu dan estimasi biaya.
Mutu sekolah biasanya diukur menggunakan hasil
akreditasi. Hasil Akreditasi merupakan hasil standar
kualitatif dari instrumen SNP. SNP merupakan keriteria
terendah yang harus dipenuhi sekolah dalam melayani
peserta didik di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, seperti yang tertuang dalam PP No.
19 tahun 2005. Tujuan SNP adalah menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat. Selanjutnya SNP selalu
disempurnakan secara terencana, terarah, dan

34
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, maupun global.
Ada 8 (delapan) SNP terdiri atas empat SNP yang
diperuntukkan bagi guru (Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Isi (SK/KD), Standar Proses, Standar
Penilaian), dan empat SNP yang diperuntukkan bagi
sekolah (Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PTK), Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan dan Standar Pembiayaan). Untuk mengukur
tingkat pemenuhan delapan SNP dapat dilakukan
pemetaan mutu. Instrumen pemetaan delapan SNP
dapat merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan
Instrumen Akreditasi SMA/MA dan Petunjuk Teknis
Akreditasi Sekolah. Badan Akreditasi Nasional (BAN)
Sekolah/ Madrasah tahun 2017 sebagai revisi atas
Permendiknas nomor 105 tahun 2014.
Hasil pemetaan SNP berdasarkan nilai akreditasi
SMA Negeri 21 Makassar pada tahun 2014 berdasar
dokumen akreditasi sekolah menunjukkan pemenuhan 8
SNP sudah maksimal. Tetapi pergantian Kepala Sekolah
pada awal tahun 2019 tentu membawa dampak,
sementara Akreditasi Sekolah harus dilaksanakan pada
agustus tahun 2019. Standar sarana dan prasarana serta
standar penilaian masih sangat rendah. Sementara untuk
standar isi, standar proses dan standar kompetensi
lulusan juga belum maksimal masih pada nilai mutu B.
Kekuatan SMA Negeri 21 Makassar ada pada standar
pendidik dan tenaga kependidikan serta standar
pembiayaan, namun untuk standar pengelolaan dan
standar proses juga masih perlu ditingkatkan lagi.
Data Nilai Akreditasi SMA Negeri 21
Makassar Tahun 2014 Nilai
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80

Gambar 1. Hasil Akreditasi SMAN 21 Makassar tahun 2014

35
Disamping data tersebut, Kepala Sekolah
didampingi oleh Pengawas Pembina dan Asesor
Kotamadya Makassar melakukan evaluasi diri. Evaluasi
Diri menggunakan instrumen Akreditasi berdasarkan
Permendikbud No. 004/H/AK/2017 tentang kriteria dan
teknis pengisian Instrumen Akreditasi Sekolah
Menengah/Aliyah tanggal 10 Maret 2017. Evaluasi diri
SMAN 21 pada bulan Desember 2018 berdasar hasil
analisis mutu yang dilakukan oleh pengawas
menggunakan aplikasi versi gajah mada menunjukkan
perbaikan pada standar mutu pendidikan terutama
standar proses, tetapi standar pengelolaan dan standar
penilaian masih paling rendah.
Supervisi merupakan kegiatan yang merupakan
tugas dan fungsi utama seorang pengawas. Jenis supervisi
pengawas ada dua yaitu supervisi akademik dan supervisi
manajerial. Salah satu tugas pokok pengawas adalah
melakukan pemantauan dan pengevaluasian 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) di sekolah binaan.
Permasalahan terbesar yang dihadapi sekolah adalah
bagaimana sekolah mampu mencapai 8 SNP secara
efektif dan efisien. Setiap sekolah mengharapkan untuk
memenuhi pelaksanaan 8 SNP dalam rangka
peningkatan nilai akreditasi, sebagai standar mutu suatu
sekolah. Masalah besar yang dihadapi SMAN 21 Makassar
adalah obyektivitas penilaian yang dilakukan Kepala
Sekolah, demikian juga dengan kepedulian Pendidik dan
Tenaga Pendidik terhadap pemenuhan 8 Standar
Nasional Pendidikan (SNP) masih belum optimal.
Atas dasar itu diperlukan aplikasi yang terbuka dan
sederhana yang bisa digunakan untuk meningkatkan 8
SNP SMAN 21 Makassar khususnya terkait Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PTK). Aplikasi yang
dikembangkan adalah Aplikasi 8 Standar Nasional
Pendidikan. Diharapkan melalui pemanfaatan dan
pendampingan pada sekolah binaan di SMA Negeri 21
Makassar pada kurun waktu Januari 2017 s.d. Juni 2019
terdapat peningkatan pemenuhan 8 Standar Nasional
Pendidikan.

36
Aplikasi SNP versi Gajah Mada
Aplikasi versi Gajah Mada adalah pengembangan
aplikasi dari SNP berbasis excel yang dapat digunakan
oleh pengawas dan kepala sekolah dalam melakukan
kegiatan supervisi. Alpacas versi Gajah Mada sangat
terkait dengan supervisi pemenuhan delapan standar
nasional pendidikan (SNP) di sekolah sesuai dengan
permendikbud No. 004/H/AK/2017. Pemanfaatan
aplikasi versi Gajah Mada bertujuan membantu
pengawas dan kepala sekolah dalam menjalankan salah
satu tugas dan fungsinya.
Dalam rangka akreditasi sekolah perlu adanya
persiapan-persiapan yang matang khususnya dokumen-
dokumen kegiatan pengembangan sekolah yang
terdokumentasi dan tertata rapi. Persiapan awal
akreditasi sekolah tentunya menyiapkan instrumen
akreditasi. Intrumen akreditasi disusun berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan Instrumen
Akreditasi SMA/MA Petunjuk Teknis Akreditasi Sekolah.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah. 2017.
Instrumen akreditasi disajikan dalam bentuk hard copy
dan soft copy, Analisis pemantauan 8 SNP dapat
menggunakan Aplikasi Pemantauan delapan SNP.
Pemantauan dilaksanakan oleh kepala sekolah
didampingi pengawas pembina dan asesor. Hasil analisis
pemantauan 8 SNP berupa rekomendasi yang dijadikan
acuan pembuatan program sekolah tahun mendatang.
Secara rinci pemanfaatan aplikasi ini yang telah kami
laksanakan di SMAN 21 Makassar sebagaimana pada
bagian hasil laporan ini.
Hasil PK guru dimaksudkan bermanfaat untuk
menentukan berbagai kebijakan yang terkait dengan
peningkatan mutu dan kinerja guru sebagai ujung
tombak pelaksanaan proses pendidikan dalam
menciptakan peserta didik yang cerdas,
komprehensif, dan berdaya saing tinggi. PK Guru
merupakan acuan bagi sekolah/madrasah
untuk menetapkan pengembangan karir dan promosi

37
guru. Bagi guru, PK Guru merupakan pedoman untuk
mengetahui unsur-unsur kinerja yang dinilai dan
merupakan sarana untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan individu dalam rangka memperbaiki kualitas
kinerjanya. Secara rinci pemanfaatan aplikasi ini yang
telah kami laksanakan di SMAN 21 Makassar
sebagaimana pada hasil laporan ini.
Aplikasi ini dapat digunakan oleh pengawas sebagai
intrumen pemantauan delapan SNP atau oleh kepala
sekolah sebagai instrumen evaluasi diri sekolah.
Instrumen ini dikembangkan berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan Instrumen
Akreditasi SMA/MA Petunjuk Teknis Akreditasi Sekolah.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/ Madrasah. 2017.
Aplikasi ini terdiri dari 6 (enam) menu, yaitu: menu
utama, instrumen, rekomendasi, rekap dan grafik,
kesimpulan, dan surat keterangan.

 Menu Utama
Menu utama terdiri dari tabel menu dan input data
sekolah serta asesor/pengawas jika digunakan oleh
pengawas. Pengisian data cukup pada kolom yang
berwarna putih, yaitu: identaitas pengawas, identitas
sekolah, identitas kepala sekolah dan keterangan lainnya.
Dari menu utama untuk pindah ke menu lain cukup klik
tabel merah sebelah kanan sesuai kebutuhan dan
langsung link ke menu yang tertulis.

38
Gambar 2. Menu utama Aplikasi Pemantauan 8 SNP

 Instrumen penilaian
Menu instrumen penilaian dikembangkan
berdasarkan instrumen akreditasi permendikbud
004/H/AK/2017. Instrumen ini berisikan form penilaian
8 standar nasional pendidikan terdiri dari 129 item
penilaian yaitu: Standar isi no. 1 s.d. 9, standar proses no.
10 s.d. 30, standar kompetensi lulusan no. 31 s.d. 37,
standar pendidik dan tenaga kependidikan no. 38 s.d.56,
standar sarana dan prasarana no. 57 s.d. 80 , standar
pengelolaan no. 81 s.d. 95, standar pengelolaan no. 96 s.d.
111 dan standar penilaian no. 112 s.d 129.
Cara pengisian dengan menceklis kolom jawaban
A,B,C,D atau E sesuai kondisi nyata yang ada di sekolah
dengan merujuk pada buku pedoman yang ada.

 Rekomendasi
Rekomendasi adalah hasil analisis data secara
kualitatif dan kuantitatif pada menu intrumen
akreditasi. Dari sheet data instrumen penilaian data
diolah sesuai kriteria berdasarkan buku pedoman
penilaian akreditasi dan hasilnya berupa rekomendasi.
Pada menu rekomendasi terdiri dari nomor urut,
pernyataan, kondisi ideal, kondisi nyata, kesenjangan dan
rekomendasi. Rekomendasi berisikan apa yang akan
dilakukan berdasarkan kesenjangan yang ada.

39
 Rekap dan Grafik
Dari input data data diolah secara kuantitatif dan
disajikan rekap hasil pengolahan data dalam bentuk tabel
dan grafik.
KONPONEN 8 STANDAR SKOR
No NILAI KATEGORI
NASIONAL PENDIDIKAN TERTIM B ANG

1 Standar Isi 420 96,97 Amat Baik


2 Standar P roses 90 93,66 Amat Baik
3 Standar Kompetensi Lulusan 51 96,15 Amat Baik
Standar P endidik & Tenaga
4 239 96,83 Amat Baik
Kependidikan
5 Standar Sarana & P rasarana 200 95,45 Amat Baik
6 Standar P engelolaan 128 90,00 Baik
7 Standar P embiayaan 146 97,16 Amat Baik
8 Standar P enilaian 110 88,59 Baik
Nilai Ak hir 94,35
Dibulatk an 94
A
Grafik : P emantauan 8 Standar Nasional P endidikan
SMA Negeri 21 Makassar

96,97 96,83 97,16


98,00
96,15
95,45
96,00
93,66
94,00

92,00
90,00
90,00 88,59

88,00

86,00

84,00

Gambar 3. Grafik dan rekap hasil pemantauan 8 SNP.


 Kesimpulan
Kesimpulan didasarkan pada hasil analisis data
secara kualitatif dan disajikan secara kuantitatif. Untuk
tindak lanjut dituliskan secara manual dari hasil
kesimpulan pelaksanaan pemantauan 8 (delapan) standar
nasional pendidikan.

 Surat Keterangan
Surat keterangan diperlukan jika pengawas yang
akan melakukan penilaian di sekolah binaan. Jika
aplikasi ini digunakan intern oleh sekolah surat
keterangan tidak diperlukan. Surat keterangan ini
menerangkan bahwa pengawas pembina telah
melakukan pemantauan pada sekolah binaan, dibuat oleh
kepala sekolah.

Keunggulan Aplikasi SNP versi Gajah Mada


Apabila dibandingkan antara aplikasi yang
digunakan oleh BAN S-M dengan aplikasi SNP versi
gajah mada, maka aplikaasi SNP oleh BAN hanya
memuat Instrumen dan output hasil dan grafik saja.
Sementara pengembangan aplikasi SNP berbasis
microsoft excel versi Gajah Mada memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya:
1) Program aplikasi mudah tanpa instalasi dan
langsung dapat digunakan.

40
2) Proteksi aplikasi bisa di buka atau ditutup oleh
siapa saja (open/off)
3) Menginput data sederhana hanya menggunakan
ceklis pada kolom yang sesuai.
4) Hasil input data langsung dianalisis oleh sistem
menghasilkan rekomendasi.
5) Dilengkapi dengan output rekap nilai dan grafik
hasil pemantauan
6) Instrumen berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
004/H/AK/2017 tentang Kriteria dan Instrumen
Akreditasi SMA/MA serta Petunjuk Teknis
Akreditasi Sekolah oleh Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/ Madrasah tahun 2017.

Implementasi dan Hasil Capaian SNP dengan Aplikasi


Gajah Mada
Aplikasi ini digunakan SMA Negeri 21 Makassar dan
SMA lainnya. Di SMA Negeri 21 Makassar digunakan
sejak pertengahan tahun 2017 s.d. pertengahan tahun
2019 sebagai alat evaluasi diri sekolah dalam rangka
upaya pemenuhan 8 standar pendidikan nasional dan
peningkatan nilai akreditasi SMA Negeri 21 Makassar
pada pertengahan tahun 2019.
Hasil pemanfaatan aplikasi penilaian selama 2
tahun, terdapat peningkatan kompetensi guru dalam
penilaian dan meningkatkan standar penilaian sekolah.
Pemanfaatan aplikasi ini telah diteliti melalui penelitian
tindakan selama 4 semester dan hasilnya standar
penilaian meningkat tiap semesternya. Penilaian kinerja
guru telah dilaksanakan dengan benar dan sesuai
petunjuk berdasarkan permendiknas nomor 35 tahun
2010. Semua guru telah mendapatkan penilaian kinerja
dan telah ditransfer ke dalam penilaian angka kredit guru
seperti pada tabel berikut.

41
Tabel. Peningkatan Hasil SNP SMAN 21 Makassar setelah
menggunakan aplikasi versi Gajah Mada
Tahun
No Komponen
2014 2019
1 Standar Isi 91 96,97

2 Standar Proses 89 93,66

3 Standar Kompetensi Lulusan 90 96,15

4 Standar Pendidik & Tenaga Kependidikan 92 96,83

5 Standar Sarana dan Prasarana 91 95,45

6 Standar Pengelolaan 88 90,00

7 Standar Pembiayaan 96 97,16

8 Standar Penilaian 86 88,59

Nilai Akhir 91 94,35

Kategori Akreditasi A A

Dari hasil pemanfaatan aplikasi penilaian selama 2


tahun terdapat penigkatan kompetensi guru dalam
penilaian dan meningkatkan standar penilaian sekolah.
Pemanfaatan aplikasi ini telah diteliti melalui penelitian
tindakan selama 4 semester dan hasilnya standar
penilaian meningkat tiap semesternya. Penilaian kinerja
guru telah dilaksanakan dengan benar dan sesuai
petunjuk berdasarkan permendiknas nomor 35 tahun
2010. Semua guru telah mendapatkan penilaian kinerja
dan telah diinput ke dalam penilaian angka kredit guru.
Perubahan hasil evaluasi 8 SNP sebelum
menggunakan aplikasi dengan setelah menggunakan
aplikasi versi gajah mada sangat signifikan meningkat.
Secara khusus dijelaskan perubahan SNP setelah aplikasi
gajah mada digunakan yaitu
 Standar Isi
Hasil pemantauan pada standar isi dengan 9
pernyataan tertutup diperoleh: amat baik pada
pelaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran
pada kompetensi sikap spiritual, amat baik pada
pelaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran
pada kompetensi sikap sosial siswa, amat baik pada
pelaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran
pada kompetensi pengetahuan siswa, amat baik pada
pelaksanaan pengembangan perangkat pembelajaran

42
pada kompetensi keterampilan siswa, amat baik pada
sekolah mengembangkan perangkat pembelajaran
sesuai dengan tingkat kompetensi dan ruang lingkup
materi pembelajaran, amat baik pada Kepala
sekolah/madrasah bersama guru mengembangkan
kurikulum sesuai dengan pedoman pengembangan
KTSP dengan melibatkan beberapa unsur, amat baik
pada Sekolah/madrasah menyusun KTSP yang
meliputi 6 unsur, amat baik pada Sekolah/madrasah
mengembangkan kurikulum sesuai dengan prosedur
operasional pengembangan KTSP yang meliputi 4
tahapan, baik pada Sekolah/madrasah melaksanakan
kurikulum sesuai 5 ketentuan.
 Standar Proses
Nilai pantauan pada standar proses dengan 21
pernyataan tertutup meliputi: amat baik pada
Sekolah/madrasah mengembangkan silabus yang
memuat 9 komponen, amat baik pada
Sekolah/madrasah mengembangkan RPP dari
silabus, secara lengkap dan sistematis, amat baik
pada Sekolah/madrasah mengalokasikan waktu dan
beban belajar sesuai ketentuan, amat baik pada
Sekolah/madrasah melaksanakan proses
pembelajaran dengan jumlah siswa per rombongan
belajar maksimum 36 orang, amat baik pada Siswa
menggunakan buku teks pelajaran dalam proses
pembelajaran, amat baik pada Guru melakukan
pengelolaan kelas yang baik , baik pada Guru
memulai pembelajaran dengan 5 langkah
pendahuluan, amat baik pada Guru menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran, amat baik pada Guru
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai
karakteristik siswa dan mata pelajaran, amat baik
pada Guru menggunakan media pembelajaran yang
sesuai karakteristik siswa dan mata pelajaran, amat
baik pada Guru menggunakan sumber belajar yang
sesuai karakteristik siswa dan mata pelajaran, amat
baik pada Guru menggunakan pendekatan
pembelajaran yang sesuai karakteristik siswa dan

43
mata pelajaran, amat baik pada Guru bersama siswa
mengakhiri pembelajaran, baik pada Guru
menggunakan pendekatan penilaian otentik dalam
penilaian proses pembelajaran, amat baik pada Guru
memanfaatkan hasil penilaian otentik untuk
merencanakan program, amat baik pada Kepala
sekolah/madrasah melakukan pengawasan proses
pembelajaran dengan objektif dan transparan guna
peningkatan mutu secara berkelanjutan, amat baik
pada Kepala sekolah/madrasah melakukan supervisi
proses pembelajaran terhadap seluruh guru setiap
tahun, amat baik pada Kepala sekolah/madrasah
memantau proses pembelajaran, amat baik pada
Kepala sekolah/madrasah menindaklanjuti hasil
supervisi proses pembelajaran amat baik pada Kepala
sekolah/madrasah menyusun: (1) laporan
pemantauan, (2) laporan supervisi, (3) laporan
evaluasi proses pembelajaran, (4) program tindak
lanjut, baik pada tindak lanjut hasil pengawasan
pembelajaran.
 Standar Kompetensi Lulusan
Peningkatan nilai pada standar kompetensi lulusan
dengan 7 pernyataan tertutup adalah: amat baik pada
pengalaman belajar siswa dalam pengambilan
keputusan, amat baik pada analisis pemecahan
masalah siswa pada mapel iptek, amat baik pada
kemampuan siswa menganalisis gejala alam, amat
baik pada sumber belajar siswa, baik pada
pembiasaan mencari informasi, amat baik pada
pemanfaatan lingkungan secara produktif, amat baik
pada kegiatan seni budaya siswa.
 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pengembangan hasil pada standar pendidik dan
tenaga kependidikan dengan 19 pernyataan tertutup
yaitu: sudah memenuhi persyaratan kualifikasi
akademik, sudah memenuhi persyaratan dengan
latar belakang pendidikan, amat baik pada kehadiran
guru, amat baik pada pelaksanaan KBM sesuai
dengan prinsip prinsip pembelajaran, baik pada
integritas guru, baik pada telah melaksanakan

44
komunikasi efektif, amat baik pada penguasaan
pembelajaran, memenuhi persyaratan kepala
sekolah, memenuhi kualifikasi akademik kepala
sekolah, memenuhi pengalaman mengajar kepala
sekolah, memenuhi kemampuan manajerial kepala
sekolah, memenuhi kemampuan kewirausahaan
kepala sekolahj, sudah melakukan sepervisi, sudah
memiliki kualifikasi untuk tenaga administrasi,
memenuhi syarat untuk latar belakang tenaga
administrasi, sudah memiliki sertifikasi kompetensi
pustakawan, sudah memiliki kualifikasi minimal
pustakawan, sudah memiliki kualifikasi minimal
laboran, memenuhi syarat untuk latar belakang
pendidikan laboran,
 Standar Sarana dan Prasarana
Perkembangan mutu pada standar Sarana Prasarana
dengan 28 pernyataan tertutup yaitu: sesuai
ketentuan luas lahan sekolah, memenuhi
persyaratan akses keselamatan darurat untuk letak
lokasi sekolah, memenuhi persyaratan untuk sarana
untuk meningkatkan kenyamanan, memenuhi
persyaratan untuk kepemilikan tanah sesuai
peraturan perundangan, memenuhi persyaratan
untuk luas minimal lantai bangunan, memenuhi
persyaratan untuk sistem kebakaran dan petir,
memenuhi persyaratan untuk sanitasi sekolah,
memenuhi persyaratan untuk ventilasi udara dan
pencahayaan, memenuhi persyaratan untuk ruang
kelas, sudah ada ruang perpustakaan, baik pada
ruang laboratorium biologi, memenuhi persyaratan
untuk ruang laboratorium fisika,cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang laboratorium kimia,
tidak memiliki ruang komputer/TIK, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang laboratorium bahasa,
cukup dan memenuhi syarat untuk ruang
laboratorium fisika, cukup dan memenuhi syarat
untuk ruang laboratorium kimia, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang laboratorium
komputer, cukup dan memenuhi syarat untuk ruang
laboratorium bahasa, cukup dan memenuhi syarat

45
untuk ruang kepala sekolah, cukup dan memenuhi
syarat untuk ruang guru, cukup dan memenuhi
syarat untuk ruang tata usaha, cukup dan memenuhi
syarat untuk tempat ibadah, cukup dan memenuhi
syarat untuk ruang bimbingan konselng, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang UKS/M, cukup dan
memenuhi syarat untuk ruang organisasi, cukup dan
memenuhi syarat untuk jamban siswa, cukup dan
memenuhi syarat untuk gudang.
 Standar Pengelolaan
Hasil penilaian pada standar Pengelolaan dengan 16
pernyataan tertutup yaitu: baik pada rumusan visi
sekolah, baik pada rumusan misi sekolah, baik pada
rumusan tujuan sekolah, baik rencana kerja
tahunan, baik pedoman pengelolaan secara
tertulis,baik struktur organisasi, baik pelaksanaan
kegiatan, baik kegiatan kesiswaan, baik kegiatan
pengembangan kurikulum, baik program
pendayagunaan pendidik, baik pada pengelolaan
sarpra, ada pada pengelolaan pembiayaan, baik pada
kegiatan untuk menciptakan suasana nyaman, baik
pada kegiatan kemitraan, baik pada kegiatan program
pengawasan, baik pada kegiatan evaluasi diri.
Standar Pembiayaan
Perbaikan pantauan pada standar Pembiayaan
dengan 16 pernyataan tertutup yaitu: lengkap untuk
dokumen investasi sarpras, kategori baik pada
pengembangan berdasarkan RKA, kategori baik pada
memiliki modal kerja. Kategori baik pada membayar
gaji guru, kategori baik pada membayar gaji tenaga
kependidikan, kategori baik pada belanja biaya
kegiatan. Kategori baik pada belanja kesiswaan,
kategori baik pada belanja pengadaan alat, kategori
baik pada belanja pengadaan bahan habis pakai.
Kategori baik pada alokasi kegiatan rapat, perjalanan
dinas, kategori baik pada pengadaan soal-soal,
kategori baik pada belanja pengadaan daya dan jasa.
Kategori baik pada belanja kegiatan operasional,
kategori baik pada pengelolaan sumbangan
masyarakat.

46
 Standar Penilaian
Perubahan hasil pemantauan pada standar Penilaian
dengan 13 pernyataan tertutup disimpulkan: baik
pada penjelasan instrumen penilaian, amat baik pada
prosedur penilaian, pengembangan teknik penilaian,
penggunaan teknik penilaian. Amat baik pada
pengolahan teknik penilaian, pengembalian hasil
pemeriksaan pekerjaan siswa, perbaikan
pembelajaran. Amat baik pada laporan hasil belajar
siswa, penilaian sikap dan kepribadian, amat baik
pada ulangan tengah semester. Amat baik pada
kriteria kenaikan kelas, penentuan nilai akhir
kelompok mata pelajaran, dan baik pada
penyelenggaraan ujian sekolah.

Dampak penggunaan aplikasi di sekolah binaan


Aplikasi Gajah Mada dapat meningkatkan hasil SNP
SMAN 21 Makassar, sehingga dapat sekolah lain dapat
memanfaatkannya pula. Dari datapun hasil pemanfaatan
aplikasi ini terbukti sangat membantu tugas Pengawas,
Kepala Sekolah dan Tim Penjaminan mutu sekolah
terutama pemetaan 8 SNP sebagai upaya meningkatkan
pemenuhan mutu pendidikan. Hasil analisis dan
rekomendasi dari aplikasi telah dimanfaatkan kepala
sekolah untuk membuat program sekolah dengan skala
prioritas. Hasil analisis pemantauan 8 SNP menunjukkan
adanya peningkatan pemenuhan standar dari
terakreditasi A (90) tahun 2014 menjadi terakreditasi A
(94,35) di tahun 2019.
Penilaian Kinerja Guru terbukti sangat membantu
Pengawas dan Kepala Sekolah dalam memetakan
kompetensi kinerja guru binaanya. Sejak tahun 2017 SMA
Negeri 21 Makassar telah memanfaatkan Aplikasi
Penilaian Kinerja. Semua guru telah dinilai secara
formatif sebagai langkah awal pembinaan dan pada akhir
tahun dinilai secara sumatif. Target penilaian untuk
semua guru telah dilaksanakan dengan baik sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Hasli penilaian
kinerja guru merupakan nilai kredit guru pada unsur
pembelajaran. Selanjutnya hasil penilaian kinerja guru

47
dimanfaatkan oleh guru dan kepala sekolah sebagai nilai
capaian angka kredit tahunan. Penilaian kinerja yang
dilakukan secara benar menjadi motivasi guru untuk
meningkatkan kompetensinya sehingga standar proses
akan meningkat secara signifikan.
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pemanfaatan
aplikasi berbasis microsoft excel versi gajah mada terbukti
sangat membantu sekolah mengembangkan tata kelola
sekolah. Pada akhir tahun 2019 diharapkan SMA Negeri
21 Makassar dapat meningkatkan pemenuhan 8 Standar
Nasional Pendidikan. Akreditasi SMA Negeri 21 Makassar
meningkat dari nilai 90 dengan predikat terakrteditasi A
menjadi 94, 35 dengan predikat terakreditasi A tertinggi
di Provinsi Sulawesi Selatan.
Rekomendasi tulisan ini adalah pertama aplikasi
pemantauan 8 standar nasional pendidikan harus
dikembangkan lagi dan direvisi sesuai dengan peraturan
yang berlaku pada tahun pelajaran berjalan. Saat ini
menggunakan Perangkat akreditasi SMA/MA tahun 2017
berdasarkan Keputusan Kepala Balitbang Kemendikbud
No. 4 /H/AK/2017. Kedua, aplikasi penilaian hasil belajar
siswa harus direvisi ulang berdasarkan peraturan yang
berlaku yaitu Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan.

48
Daftar Pustaka
Aedi, N. 2014. Pengawasan Pendidikan, Tinjauan Teori Dan
Praktik. Jakarta ; Raja Grafindo Persada
Lantip D.P. dan Sudiyono, 2011. Supervisi Pendidikan.
Yogyakarta; Gava Media
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil.
Peratuan Kepala BKN Nomor 1 tahun 2013 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 46
tahun 2011.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar
Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar
Proses
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 23 tahun 2016 tentang Standar
Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 tahun 2016 tentang Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 59 tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 SMA/MA
Permendikbud RI No. 004/H/AK/2017 tentang Kriteria
dan perangkat akreditasi SMA/MA.
Petunjuk Teknis Akreditasi Sekolah. Badan Akreditasi
Nasional Sekolah/ Madrasah. 2017
Permendikbud RI No. 20 tahun 2019 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP)
Priansa, D.J. dan Somad. 2014. Manajemen Supervisi dan
Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung; Alfabeta

49
Romadhon, W.E. 2017. Pemenuhan Stndar Penilaian
Melalui Pendampingan dan Pengembangan Aplikasi
Penilaian versi Why di SMA Negeri 13 OKU.
Sahertain, P. A. 2008. Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Jakarta; Rineka Cipta
Suhardan, D. 2010. Supervisi Profesional. Bandung;
Alfabeta
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara

50
TENTANG PENULIS

Madalle Agil dilahirkan di Cakke,


1 April 1971. Tingkat Pendidikan
dari SD sampai SMA ditamatkan
di Cakke Kabupaten Enrekang
Provinsi Sulawesi Selatan. Setelah
tamat SMA tahun 1989
melanjutkan pendidikan di
Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang.
Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (FPIPS) Jurusan Pendidikan Geografi.
tamat tahun 1996. Tahun 2002 melanjutkan Pendidikan
Magister di Universitas Negeri Makassar Jurusan
Manajemen Pendidikan dan tamat pada tahun 2004.
Tahun 2013 melanjutkan Pendidikan Doktoral di
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin jurusan
Administrasi Publik dan Selesai tahun 2017.
Karir menjadi Pegawai Negeri Sipil diawali di
SMA Negeri 1 Herlang Kabupaten Bulukumba tahun 1997
sampai tahun 2005. Tahun 2005 mutasi ke SMA Negeri 2
Sinjai, kemudian tahun 2012 dimutasi menjadi Pengawas
SMP dan SMA Kabupaten Sinjai sampai sekarang. Aktif
dalam berbagai organisasi profesi, sosial dan keagamaan.
Selain itu, penulis merupakan praktisi sekaligus
akademisi pendidikan. Sebagai praktisi, menjadi guru
SMA, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah selama 22
tahun. Sebagai Akademisi, mengajar di di beberapa
Perguruan Tinggi sebagai Dosen Luar Biasa maupun
Dosen yang diperbantukan di STISIP Muh. Sinjai, IAIM
Sinjai, dan IAIN Watampone, serta UT dari tahun 2005
sampai sekarang. Silahkan menghubungi melalui
email:madalleagil@yahoo.co.id, atau Hp/Wa
085242263789.
Motto: PENGAWAS MAJU KARENA ADA KEPALA
SEKOLAH HEBAT, KEPALA SEKOLAH HEBAT
KARENA ADA GURU BERPRESTASI. PENGAWAS
MAJU, HEBAT SEMUA

51
TEACHER SUPERVISION RECORD
(TSR) BERBASIS SMART PHONE
DALAM MENINGKATKAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

Elva Novianty
Pengawas SMA
Cabang Dinas Pendidikan Wilayah II Curup. Provinsi Bengkulu
Elvanovianty19@gmail.com

Urgensi Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran Bagi


Guru
Pengelolaan pembelajaran sesungguhnya
menggambarkan bagaimana guru menciptakan suasana
kelas, dimana kompetensi guru dan siswa dapat sama-
sama berkembang selama proses pembelajaran
berlangsung. Guru bersemangat mengajar dan murid
pun bersemangat mengikuti pembelajaran. Apabila
pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru baik,
maka tujuan pembelajaran akan tercapai secara
maksimal. Namun, tidak semua guru memiliki
kemampuan yang baik dalam mengelola proses
pembelajaran. Guru senior biasanya lebih mampu
mengelola kelas dibandingkan dengan guru yunior,
sehingga perlu pendampingan oleh pengawas dan teknik
tertentu untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran agar lebih bermakna.
Pengelolaan pembelajaran merupakan kegiatan
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan dalam
suatu proses pembelajaran sehingga antara tujuan,
materi, metode dan evaluasi menjadi jelas dan sistematis.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Perencanaan
meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai,
bagaimana mencapai, waktu yang diperlukan. Dalam hal
ini adalah administrasi pembelajaran yang harus dimiliki

52
guru. Sedang pelaksanaan pembelajaran merupakan
pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran sesuai waktu
yang ditentukan. Evaluasi dan penilaian dilaksanakan
untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Berdasarkan review PK Guru yang, 50%
kompetensi guru binaan dalam mengelola kelas tidak
meningkat dari waktu ke waktu, bahkan cenderung
menurun. Perencanaan pembelajaran yang dimiliki guru
masih belum mengikuti perkembangan kurikulum.
Mengajar masih dengan metode konvensional. Penilaian
pembelajaranpun masih belum menggunakan
instrument penilaian yang seharusnya. Guru hanya
melakukan hal yang rutin dari tahun ke tahun, tidak ada
kreatifitas atau inovasi dalam pembelajaran. Buat RPP
sekedarnya, masuk kelas, mengajar, mengevaluasi dan
sebagainya yang dilaksanakan berulang-ulang. Bahkan
setelah dilaksanakan supervisi pembelajaran, ada guru
yang dahulunya rajin melaksanakan tugas rutinnya
malah menjadi kurang rajin. Setelah saya analisis
ternyata layanan supervisi yang diberikan kepada semua
guru binaan adalah sama, tanpa memperhatikan potensi
guru, karakteristik dan kompetensi guru binaan.

Gambar 1. Supervisi
pembelajaran
Seperti kita ketahui, seorang guru memiliki tingkat
kompetensi dan karakteristik yang berbeda, sehingga
pembinaan yang diberikan oleh seorang pengawas
melalui supervisi akademik dan supervisi pembelajaran
harus berbeda kepada masing-masing guru agar
kompetensinya lebih cepat berkembang. Supervisi

53
pembelajaran fokusnya pada proses pembelajaran yang
dilaksankan guru, namun supervisi akademik sifatnya
lebih kompleks, karena tidak hanya pembelajaran, tapi
juga menyentuh kurikulum, penelitian, kelompok kerja
guru, dan lain sebagainya. Sebagaimana Glickman dalam
Asmani (2012:92), berpendapat bahwa supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
baik oleh pengawas maupun kepala sekolah kepada guru
untuk membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan pembelajaran. Jadi esensi supervisi
akademik itu sama sekali bukan hanya menilai unjuk
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran,
melainkan membantu guru dalam mengembangkan
kemampuannya
profesionalismenya. Penilaian
kinerja guru merupakan
bagian dari serangkaian
kegiatan dalam supervisi
akademik.
Agar Pengawas dan
Kepala Sekolah tidak salah
arah dalam melaksanakan Gambar 2. Pembinaan: Analisis
serangkaian kegiatan Supervisi Hasil Evaluasi pembelajaran

pembelajaran, maka kita perlu


mengetahui bahwa ruang lingkup Supervisi Akademik
meliputi beberapa hal sebagai berikut: 1) Pelaksanaan
kurikulum, 2) Persiapan, pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran oleh guru, 3) Pencapaian standar
kompetensi lulusan, standar proses, standar isi dan
standar penilaian, 4) Peningkatan mutu pembelajaran.
Peningkatan mutu pembelajaran ini dapat
dilakukan melalui pengembangan: 1) Model
pembelajaran yang mengacu pada standar proses. 2)
Peran peserta didik dalam proses pembelajaran secara
aktif, kreatif, demokratif, mendidik, memotivasi,
mendorong kreativitas, dan dialogis. 3) Peserta didik
dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta
kebebasan berpikir. 4) Keterlibatan peserta didik secara
aktif dalam proses belajar yang dilakukan dengan

54
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai
pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang
diberikan oleh guru.
Tugas lain yang harus diemban guru adalah,
mampu mengakomodir kebutuhan siswa seiring
perkembangan zaman dan perubahan yang senantiasa
terjadi di masyarakat. Misalnya, saat ini Kurikulum yang
digunakan sekolah adalah K 13, intergrasi dengan
Kecakapan abad 21. Kebutuhan guru saat ini adalah
bagaimana mengajar dengan baik pada kurikulum K13
yang akan melahirkan siswa dengan kecakapan abad 21.
Guru harus siap beradaptasi dengan perubahan zaman
dan cara belajar siswa, bila guru masih mengajar
menggunakan pendekatan konvensional tentu tidak akan
mampu melahirkan siswa dengan kecakapan abad 21
yang sudah menggunakan alat teknologi dalam belajar.
Kemampuan guru beradaptasi dengan perubahan
tidak lepas dari fungsi supervisi akademik yang utama
yaitu ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran. Sedangkan hasil supervisi akademik
berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan
profesionalisme guru. Setiap guru seharusnya mendapat
layanan supervisi akademik baik dari guru senior, kepala
sekolah dan bahkan pengawas. Semakin baik layanan
supervisi yang diterima, semakin meningkat
kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran dan
semakin berkualitas pembelajaran yang disajikan. Oleh
karena itu, pengawas dan kepala sekolah atau guru senior
yang ditunjuk oleh kepala sekolah harus lebih sering
memberi layanan supervisi pembelajaran kepada guru,
minimal 2 (kali) dalam satu tahun (SPM/Standar
Pelayanan Minimal).
Tugas dan tanggungjawab guru tidaklah ringan.
Guru harus mampu mentransfer ilmu pengetahuannya
kepada siswa dengan cara-cara yang professional dan
mampu mengembangkan kepribadian dan karakter siswa
kearah yang lebih baik. Karena itu pengawas dan kepala
sekolah harus membantu guru meringankan tugas
mereka agar mampu bertahan menjadi guru yang
seutuhnya. Seorang pengawas harus mampu melihat

55
sekecil apapun persoalan yang dihadapi guru dan
bersama-sama mencari solusinya.

TSR (Teacher Supervision Record) Berbasis Smart


Phone
Seorang pengawas adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial
pada satuan pendidikan (Permenpan RB No. 21 Tahun
2010 pasal 1 ayat 1). Dalam menjalankan tugas, seorang
pengawas selalu mencatat atau menginventarisir data
lapangan setelah melakukan pembinaan kepada guru
atau kepala sekolah binaannya. Catatan tersebut
dikompilasi pada akhir bulan untuk dijadikan bahan
dalam membuat laporan kepengawasan baik akademik
maupun manajerial. Namun, catatan kepengawasan
tersebut tidak dalam bentuk TSR (Teacher Supervision
Record), biasanya dalam bentuk lembaran-lembaran
kertas atau buku sehingga tidak mudah diakses,
berceceran, bahkan seringkali pengawas kehilangan data
karena sistem administrasi yang belum tertata rapi.
Seringkali, data yang dibutuhkan susah diakses karena
bertumpukan dengan dokumen-dokumen yang lain.

Gambar 3. Sistem Pengarsipan


Gambar 4. Contoh Medical Record
Laporan Kepengawasan

56
Istilah TSR (Teacher Supervision Record) atau
catatan/rekaman supervisi guru, mungkin adalah istilah
baru dalam bidang kepengawasan. TSR adalah istilah
yang diadopsi dari MR/Medical Record. Dengan adanya
TSR diharapkan pengawas dapat menjalankan tugasnya
dengan lebih autentik berdasarkan data yang ada. TSR
adalah singkatan dari Teacher Supervision Record
(Rekam supervisi guru) adalah hasil adopsi dan adaptasi
oleh penulis terhadap istilah kedokteran yaitu Medical
Record (MR) atau rekam medis. Rustiyanto (2010:17)
berpendapat bahwa rekam medis menggambarkan apa,
siapa, dimana dan bagaimana perawatan pasien selama
di rumah sakit. Rekam Medis dapat digunakan sebagai
alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahlinya yang
ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan kepada pasien. Berdasarkan
data yang ada, pelayanan pengobatan berikutnya akan
lebih tepat dan akurat.
Gambar di atas adalah gambar Medical Record/MR
atau Rekam Medis. Pertanyaannya kapankah supervisi
akademik dapat dilaksanakan seperti gambar ini? Dengan
alat seperti ini saya bermimpi, pasti supervisi akan sangat
efektif, komunikatif dan menyenangkan semua pihak.
Semua data guru dan layanan supervisi yang diberikan
serta hasil capaian guru pada setiap aspek pembinaan
dapat diakses dengan hanya dengan sedikit sentuhan jari,
beberapa detik kemudian langsung tampil hasil
supervisinya. Mudah-mudahan seiring dengan semakin
cepatnya perkembangan teknologi, dalam waktu yang
tidak terlalu lama lagi TSR Teacher Supervision Record
(Rekam supervisi guru) model Ipad akan dimiliki oleh
setiap pengawas.
Tren Revolusi Industri 4.0 saat ini, dapat dijadikan
alasan yang kuat bagi pengawas untuk memanfaatkan
teknologi dalam menjalankan tugasnya. Kemampuan
sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik
menjadi virtual sebagai transparansi informasi yang
merupakan salah satu prinsip Revolusi Industri 4.0 harus
dikemas secara baik sebagai alat yang memudahkan kerja
kepengawasan. Wujud dari pemanfaatan teknologi

57
tersebut adalah TSR/Teacher Supervision Record berbasis
Smart Phone dalam meningkatkan pengelolaan
pembelajaran.
Teacher Supervision Record dirancang untuk
merekam dan menyediakan data tentang kegiatan
kepengawasan dalam membimbing dan membina guru
binaan, kapan dilaksanakan, apa permasalahan dan
bagaimana solusinya. Sebagai wujud trasparansi
informasi, Teacher Supervision record atau rekam
supervisi guru dapat juga digunakan sebagai alat
komunikasi antara pengawas, guru binaan dan kepala
sekolah, sehingga guru memperoleh bantuan yang tepat
sesuai dengan kebutuhannya sehingga berdampak pada
pengembangan kariernya masing-masing. Rekaman
yang ada dalam SRT mampu memberikan informasi
“penyakit” (kelemahan) setiap guru binaannya, Biasanya
setiap guru memiliki kekurangan dan kelebihan yang
berbeda. Karena itu, berbeda kelemahannya akan
berbeda pula bentuk binaan yang diberikan. Pengawas
juga harus memberikan obat/bimbingan yang tepat
untuk mengobati “penyakit” (kelemahan) masing-masing
guru, bisa itu berupa pemahaman akan teori,
permodelan atau bahkan pendekatan interpersonal,
karena guru juga memiliki perbedaan sikap dalam
mengendalikan emosinya masing-masing.
Sama halnya dengan Medical Record/MR, Teacher
Supervision Record/TSR dapat diartikan berupa berkas
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas
guru binaan, waktu kunjungan pengawas, materi
pembinaan dan hasil pembinaan serta tindak lanjut yang
dilakukan pengawas kepada guru binaannya. Selanjutnya,
Teacher Supervision Record adalah aplikasi yang
menggunakan program Microsoft Excel yang dirancang
untuk memudahkan pengawas dan guru dalam merekam
data dan mengaksesnya apabila dibutuhkan.
Seiring semakin cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, saat ini aplikasi program
excel dan membawa laptop untuk kegiatan mobile agak
kurang digemari. Pengawas dan guru lebih sering
memegang Smart Phone untuk merekam data-data dan

58
kegiatan kepengawasan di lapangan/ Field note. Karena
itu, TSR juga dirancang sebagai buku tulis yang terdapat
dalam Smart Phone para pengawas dan guru. TSR yang
menggunakan program Microsoft Excel pada computer
ditransfer ke Smart Phone dan selanjutnya disimpan pada
dokumen. Sehingga dapat diakses kapan saja dan dimana
saja.

Gambar 5. Contoh TSR

Merakit TSR (Teacher Supervision Record) Berbasis


Smart Phone
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, seorang
pengawas harus membina dan membimbing guru secara
terencana dan kontinyu. Dengan demikian, catatan yang
akurat yang memuat tingkat kompetensi masing-masing
guru binaan akan sangat menentukan kualitas bimbingan
atau pembinaan berikutnya. Tidak bisa dielakkan lagi
bahwa, pengawas juga harus mampu mengelola
administrasi kepengawasan yang baik, sebagai bukti fisik
pada penilaian kinerja pengawas sekolah. Pengembangan
karier guru akan berimplikasi pada pengembangan karier
pengawas. Rekam Supervisi Guru dirancang untuk
ketertiban administrasi kepengawasan yang juga
merupakan salah satu faktor penentu meningkatnya
kualitas pembinaan yang diberikan kepada guru. Saya

59
berharap TSR (Teacher Supervision Record) ini akan
terus berkembang dengan menggunakan teknologi yang
lebih canggih dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan.
Berikut Cara merakit TSR.

1. Siapkan instrumen supervisi akademik (file)


SUPERVISI ADMINISTRASI PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
(Berdasarkan Standar Proses)
A. Nama Sekolah : ……………………………………
B. Nama Guru : ……………………………………
C. Pangkat Golongan : ……………………………………
D. Mata Pelajaran : ……………………………………
E. Jumlah Jam Tatap Muka : ….. Jam
F. Sertifikasi : Sudah/Belum

N Kondisi Skor Nilai


Komponen Administrasi Pembelajaran Ket
o Ya Tidak 4 3 2 1
1 Program Tahunan
2 Program Semester 4 = Baik Sekali
3 Silabus
4 RPP 3 = Baik
Gambar 6. Contoh Instrumen monitoring Administrasi Perencanaan
5 Kalender Pendidikan Pembelajaran
6 Jadwal Tatap Muka 2 = Cukup

Instrumen yang berkaitan dengan tujuan supervisi


7 Agenda Harian
1 = Kurang
8 Daftar Nilai
akademik
9 KKM
dengan menggunakan TSR, adalah 1)
Instrumen
1 Absensi Siswa supervisi RPP 2) Instrumen supervisi
pelaksanaan
0 pembelajaran, 3) Instrumen Penilaian
kompetensi guru. Jumlah Skor

2. Kirim file dari computer melalui WA ke Smart Phone

Gambar 7. TSR ditranfer ke Smart Phone

60
3. File kemudian disimpan di dokumen pada Smart
Phone

Gambar 8. Contoh dokumen pada Smart Phone

4. Buka di Memory Internal

Gambar 9. Memory pada Smart Phone

61
5. Buat folder nama sekolah

Gambar 10. Contoh nama Folder

6. Didalam folder terdapat kartu identitas, instrumen,


dan grafik pencapaian

Gambar 11. Kartu identitas, instrument, dan grafik pencapaian

Instrumen dalam “TSR” ini adalah contoh saja,


artinya pengawas dapat menggunakan instrumen yang
lain yang dirasa lebih sesuai dengan kondisi dan tujuan

62
pembinaan. Baik mengadopsi dari buku kerja pengawas
atau merancang sendiri sesuai kebutuhan. Nilai capaian
guru dari masing-masing instrumen dapat dilihat secara
jelas dan langsung pada TSR setelah diinput data secara
otomatis akan keluar hasilnya pada file dokumen.
Dengan adanya rekam supervisi guru ini, maka akan
tercipta tertib administrasi kepengawasan yang
merupakan salah satu faktor penentu peningkatan
kualitas pembinaan yang diberikan pengawas kepada
guru.

Penggunaan TSR (Teacher Supervision Record)


Berbasis Smart Phone dalam meningkatkan
Pengelolaan Pembelajaran

Gambar 12. Alur Penggunaan TSR

“TSR” (Teacher supervision record) atau rekam


supervisi guru ini dirancang agar pengawas yang selama
ini kesulitan dalam mengadministrasikan hasil
supervisinya merasa terbantu dan dapat bekerja dengan
lebih efektif dan effisien. Dengan aplikasi sederhana ini,
saya merasa pekerjaan kepengawasan menjadi lebih
sederhana dan mudah dilaksanakan.
Dokumen supervisi yang saya miliki tersimpan
rapi dalam rekaman sehingga mudah diakses kapan saja
dan dimana saja. Saya berpendapat apabila seorang
pengawas memiliki data layanan supervisi yang akurat

63
maka akan memberi pengaruh yang positif terhadap
pelaksanaan supervisi akademik berikutnya. Dengan
adanya rekam supervisi yang lengkap, maka pengawas
dapat melaksanakan supervisi secara autentik. Supervisi
autentik dan berkesinambungan akan akan
meningkatkan kinerja guru dalam menjalankan tugas
profesinya. Kinerja guru meningkat akan bermuara pada
meningkatnya kualitas pendidikan.
“TSR” (Teacher Supervision Record) berbasis Smart
Phone dalam meningkatkan Pengelolaan Pembelajaran
dilaksanakan melalui langkah-langkah operasional
sebagai berikut.
1. Dalam menjalankan tugas kunjungan ke sekolah,
pengawas harus menyesuaikan dengan jadwal.
Biasanya satu kali dalam satu minggu. Namun bila
guru memerlukan binaan di luar jadwal, waktunya
bisa disepakati kembali dengan guru sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Ketika kunjungan ke sekolah, pengawas sekolah harus
mempersiapkan dokumen supervisi tentang materi
pembinaan pada hari yang ditentukan sesuai dengan
Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) yang telah
disusun. Sehingga materi pembinaan fokus pada
aspek yang akan dikembangkan termasuk tekhnik
pembinaan.
3. Dalam posisi 2) pengawas harus melengkapi diri
dengan instrumen supervisi yang tepat disesuaikan
dengan materi pembinaan. Instrumen bisa berupa
check list, jurnal, field note atau anecdote.
4. Gunakan buku kerja pengawas (Soft copy) sebagai
pedoman dalam membuat instrumen. Namun,
Pengawas juga dapat membuat sendiri rancangan
instrumen sesuai dengan kebutuhan.
5. Pengawas harus bersikap selaku teman atau mitra
guru, bukan mencari-cari kesalahan seperti kesan
yang terbangun sejak dulu. Dengan demikian guru
bebsa bertanya dan berdiskusi tentang apaun masalah
pembelajaran.

64
6. Pengawas dalam memberikan penilaian harus
terbuka sehingga guru mengetahui kelemahannya
dan berupaya untuk memperbaiki diri.
7. Guru bebas berkonsultasi tentang masalah yang
dihadapi baik dalam menjalankan tugas profesinya
maupun kehidupan pribadinya sejauh masih dalam
batas wajar. Karena kinerja seorang guru tidak bisa
lepas dari kehidupan pribadinya.
8. Pengawas menyediakan lembar konsultasi guru
sebagai adaptasi dari kartu berobat ke dokter.
Berdasarkan lembar konsultasi dan diskusi inilah
pengawas dapan memberikan saran yang tepat
karena data-data guru binaannya sadah terekam
dengan baik dan berkesinambungan.
9. Pengawas harus merencanakan materi pembinaan
berikutnya agar guru lebih mempersiapkan diri
dengan bekal tembahan ilmu pengetahuan atau
perlengkapan yang dibutuhkan.
10. Pengawas bersama guru mengadakan negosiasi untuk
membagi tugas dalam rangka mengimplementasikan
alternatif pemecahan masalah yang terpilih dan
pemantauan terus menerus.
11. Selalu menyampaikan terima kasih kepada guru dan
kepala sekolah pada setiap kali akhir pertemuan
sehingga dapat menimbulkan kesan bahwa guru dan
kepala sekolah merasa dihormati.
12. Apabila ditemui ada guru yang kurang kooperatif,
lakukan pendekatan dengan supervisory conference
dengan demikian guru akan merasa lebih
diperhatikan kekurangannya.
13. Hasil supervisi selalu dimasukkan ke TSR, sehingga
pengarsipan akan lebih baik dan mudah diakses.
14. Dokumen hasil kepengawasan berupa hard copy harus
selalu ada walaupun telah memiliki soft copy.
Strategi penggunaan TSR dalam melaksanakan
Supervisi Akademik di atas, hanya merupakan sebagian
kegiatan yang bisa dilakukan pengawas. Pengawas dapat
melakukan kegiatan lainnya sesuai dengan kebiasaan dan
kondisi sekolah masing-masing. Fokus utama adanya
komunikasi yang efektif antara pengawas, kepala sekolah

65
dan guru, sehingga proses supervisi akan berdampak
positif pada peningkatan kinerja guru dan pengawas.

Hasil Implementasi TSR Dalam Meningkatkan


Pengelolaan Pembelajaran
Setelah dilakukan tahapan-tahapan pemanfaatan
TSR (Teacher Supervision Record) dalam Supervisi
Akademik mulai Bulan Januari sampai dengan Desember
2018 terhadap 40 guru binaan, diperoleh hasil sebagai
berikut.

Tabel 1. Hasil Analisis Pemanfaatan TSR pada Bulan Februari sd


Maret 2018
Capaian (%)
No Aspek Penilaian Ket
Amat Baik Baik Kurang
Administrasi 20 40 40
1
Pembelajaran
2. Supervisi RPP 30 45 25
Supervisi Pelaksanaan 20 25 55
3
Pembelajaran
4 Kompetensi Guru 40 45 15

Dari Tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa


administrasi pembelajaran 40% guru, masih kurang baik.
RPP tidak lengkap, analisis minggu efektif belum dibuat,
program semester hanya menampilkan tabel yang
kosong, belum terisi. Untuk Supervisi RPP, 25% guru
mendapatkan nilai kurang, guru hanya mengkopi file saja
tanpa diedit dan diadaptasi. Supervisi pelaksanaan
pembelajaran, kurang pada model pembelajaran yang
masih menggunakan teacher centre. Untuk kompetensi
guru sebagian sudah baik, namun pada aspek pedagogik
dan kepribadian masih harus ditingkatkan.

Tabel 2. Hasil Analisis Pemanfaatan TSR pada Bulan April sd Mei


2018
Capaian (%)
No Aspek Penilaian Amat Ket
Baik Kurang
Baik
1 Administrasi
40 40 20
Pembelajaran
2. Supervisi RPP 50 45 5
3 Supervisi Pelaksanaan
45 25 30
Pembelajaran
4 Kompetensi Guru 70 15 15

66
Dari tabel di atas, dapat digambarkan bahwa secara
berangsur guru termotivasi meningkatkan kinerjanya,
seperti pada administrasi pembelajaran, pada awalnya
guru yang kurang baik adalah 40% dan kemudian
berkurang menjadi 20%. Secara umum kompetensi guru
menjadi lebih baik namun belum signifikan.

Tabel 3. Hasil Analisis Pemanfaatan TSR pada Bulan Juli s.d.


September 2018
Capaian (%)
No Aspek Penilaian Amat Ket
Baik Kurang
Baik
Administrasi
1 80 10 10
Pembelajaran
2. Supervisi RPP 85 10 5
Supervisi Pelaksanaan
3 80 20 10
Pembelajaran
4 Kompetensi Guru 87 13 10

Pada tahap ketiga, aspek penilaian secara umum


makin meningkat, 80% admisnistrasi pembelajaran
semakin baik, 85% RPP guru semakin baik dan 80%
supervisi pelaksanaan pembelajaran hanya 10% guru yang
kurang baik dalam mengelola kelas. Masih ada guru yang
belum mencapai kompetensi yang maksimal namun
hanya 10%. Berikut Grafik Hasil Analisis Pemanfaatan
TSR pada Bulan Januari sd Desember 2018

Gambar 13. Grafik Hasil Analisis Pemanfaatan TSR Bulan Januari sd


Desember 2018

67
Berdasarkan grafik di atas, TSR (teacher supervision
record) berbasis Smart Phone dalam meningkatkan
pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan selama 2
semester memiliki dampak positif bagi peningkatan
kinerja guru Bahasa Inggris SMA di Sekolah Binaan.
Grafik di atas membuktikan bahwa terjadi peningkatan
kinerja guru dalam menyusun administrasi
pembelajaran, guru yang memperoleh nilai baik sekali
meningkat dari tahap 1, 20%, tahap 2, 40% dan tahap ke 3
80%. Untuk penyusunan RPP, guru yang memperoleh
nilai baik sekali meningkat dari 30%, 50% dan tahap ke 3,
850%. Untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru
yang memperoleh nilai baik sekali meningkat dari 20%,
tahap 2, 45% dan tahap ke 3, 80% dan kompetensi guru,
yang memperoleh nilai baik sekali meningkat dari tahap
1, 40%, tahap 2, 70% dan tahap ke 3, 87%. Jelaslah bahwa
rekam supervisi guru (TSR/Teacher supervision Record)
dapat berfungsi dengan baik dalam upaya memberikan
data yang akurat tentang kondisi guru binaan sehingga
pengawas dapat meningkatkan mutu layanan.
Hasil pemanfaatan TSR (Teacher Supervision Record)
berbasis Smart Phone dalam meningkatkan pengelolaan
pembelajaran dibuktikan dengan: 1) Meningkatkan
pencapaian kompetensi guru dalam pengelolaan
pembelajaran, 2) Penilaian yang dilakukan pengawas
transparan, bisa diakses oleh guru, sehingga guru terus
berusaha meningkatkan kompetensinya, 3) Layanan
pembinaan yang disampaikan pengawas lebih terarah
dan berkesinambungan, 4) Pemanfaatan teknologi dalam
bidang kepengawasan membuktikan bahwa pengawas
pun dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman.

68
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur. 2012. Tips Efektif Supervisi
Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
269/MENKES/PER/III/2008. Tentang Rekam Medis.
Jakarta. Kemenkes
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 21 Tahun 2010. Tentang
Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka
Kreditnya. Jakarta. Depdiknas.
Rustiyanto, Ery. 2010. Statistik Rumah Sakit untuk
Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sahertian, Piet dan Frans Mataheru. 1981. Prinsip dan
Tekhnik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sahertian, Piet. 2008. Konsep Dasar dan Tekhnik
Supervisi Pendidikan. Dalam Rangka
Mengembangkan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Subari. 1988. Supervisi Pendidikan Dalam Rangka
Perbaikan Situasi Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

69
TENTANG PENULIS
Elva Novianty. S.Pd., SH., M.Pd. Lahir di
Curup 6 Maret 1969. Lulus SD N 2
Curup Rejang Lebong (1983), lulus SMP
N 1 Curup Rejang Lebong (1985), Lulus
SMA N 1 Curup Rejang Lebong (1988).
Melanjutkan kuliah D2 Bahasa Inggris
Universitas Bengkulu (1990), D3 Bahasa
Inggris Universitas Terbuka (2000), S1
Bahasa Inggris Universitas Terbuka (1993), S2 Manajemen
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (2004), S1 Ilmu
Hukum, Hukum Perdata Universitas Hazairin Bengkulu
(2010). Saat ini sebagai Pengawas SMA pada Cabang Dinas
Pendidikan Wilayah II Curup, Provinsi Bengkulu.
(Elvanovianty19@gmail.com/Kontak Person HP.
081271691832)

70
PENINGKATAN KOMPETENSI
KEPALA SEKOLAH DALAM
PENGELOLAAN GURU
MELALUI COMDISCOREL
Agus Sarifudin
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
agus_sarifudin65@yahoo.com

Permasalahan Pengelolaan Guru Oleh Kepala Sekolah


Fungsi kepengawasan difokuskan pada dua hal
yaitu supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Supervisi manajerial menitik beratkan pada pemantauan
pada aspek pemberdayaan dan administrasi sekolah yang
berfungsi sebagai penunjang terlaksananya
penyelenggaraan sekolah yang efektif dan efisien. Salah
satu tugas pengawas adalah membimbing Kepala Sekolah
dalam mengelola sumber daya pendidikan, termasuk di
dalamnya sumber daya guru yang menjadi ujung tombak
layanan pendidikan.
Salah satu kompetensi kepala sekolah dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah
adalah Kompetensi Manajerial yang terinci dalam 16
kompetensi. Pada nomor 2.3 dan 2.6 Permendiknas
tersebut seorang Kepala Sekolah harus mampu
memimpin sekolah dan mengelola guru dalam rangka
mendayagunakan sumber daya manusia yang ada secara
optimal. Sedangkan fungsi kepengawasan dalam
supervisi manajerial yang dilakukan pengawas pada
kepala sekolah dan para wakil kepala sekolah. Tantangan
yang muncul saat jumlah sekolah binaan berjumlah 16
(lebih dari 7 sekolah yang diwajibkan).
Jumlah pengawas dan sekolah binaan
menimbulkan masalah dalam pelaksaksanaan supervisi
manajerial. Latar belakang kepala sekolah yang bervariasi

71
dan letak geografis berjauhan ditambah permasalahan
kompetensi manajerial kepala sekolah dalam
memberdayakan sumber daya manusia merupakan
problematika yang harus dipecahkan. Kemampuan
kepala sekolah dalam memberdayakan sumber daya
manuasia (guru dan tenaga kependidikan) merupakan
penentu keberhasilan pendidikan. Faktanya pada Sekolah
Menengah Atas (SMA) negeri yang menjadi binaan
pengawas, masih banyak kepalasekolah yang kurang
mampu memberdayakan guru. Hal tersebut tercermin
dalam pembagian tugas tambahan dan pemberian
kesempatan pengembangan diri dalam Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru. Kepala sekolah
merasa nyaman dan kurang memperhatikan potensi
guru dan hanya melibatkan beberapa orang guru saja
atau bahkan tidak begitu mengawasi pelaksanaan
pekerjaan /kinerja wakil kepala sekolah.
Pada SMA swasta, kepala sekolah umumnya single
fighter. Banyak kegiatan guru yang dikerjakan langsung
kepala sekolah. Guru kurang diberdayakan dalam tugas
tugas tambahan. Bahkan ada juga kepala sekolah yang
tidak mengizinkan kegiatan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) dan pertemuan ilmiah guru dengan
berbagai alasan. Kepala sekolah baik negeri maupun
swasta masih banyak yang kurang memahami fungsi
manajerial terutama dalam memberdayakan dan
mengembangkan potensi guru. Kepala sekolah kurang
mendorong dan memfasilitasi guru untuk mengikuti
lomba guru atau tenaga kependidikan berprestasi
maupun olimpiade guru.
Berdasarkan beberapa temuan hasil observasi,
wawancara dan kuesioner terhadap beberapa guru SMA
ditemukan banyak permasalahan pemberdayaan guru
yang dirasakan belum sesuai yang diharapkan dan pola
pengembangan karir guru. Umumnya guru tidak mampu
untuk protes dan menuntut lebih. Selain karena rasa
enggan pada kepala sekolah, juga ada ketakutan bahwa
penilaian Sasaran Kerja Pegawai (SKP) guru yang ditanda
tangani kepala sekolah akan rendah dan merugikan guru
yang bersangkutan. Status kepegawaian kerap menjadi

72
salah satu penyebab diskriminasi pembagian tugas
tambahan. Guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) selalu
diprioritaskan dari pada guru Non PNS, tanpa melihat
faktor kemampuan guru yang bersangkutan. Di sisi lain
untuk SMA Swasta terkendala faktor kedekatan dan
adanya kekerabatan/persaudaraan dalam memegang
jabatan tugas tambahan sehingga sering mengabaikan
faktor kelayakan dan kesempatan bagi guru yang
berpotensi untuk mendapat tugas tambahan.
Berbagai cara dan usaha telah dilakukan pengawas
untuk mengatasi masalah tersebut seperti workshop, in
house training (IHT) guru dan rapat kerja (raker). Hanya
saja upaya pelaksanaan kegiatan pemberdayaan guru
tersebut sering terkendala karena sikap Kepala Sekolah
yang banyak tidak memberi kesempatan. Kepala Sekolah
kurang berkomitmen untuk melaksanakan hasil raker
sekolah. Kepala Sekolah sering kali di atas angin, karena
menjadi manajer walaupun tidak memahami bagaimana
melaksanakan manajerial yang efektif. Umumnya tidak
ada Kepala Sekolah yang takut dengan guru, tetapi justru
guru yang takut pada Kepala Sekolah.
Permasalahan di atas perlu dicari solusi yang
efektif dan efisien. Untuk itu sesuai tugas dan fungsi yang
dimiliki, pengawas melakukan pembinaan dan supervisi
manajerial pada Kepala Sekolah. Melalui kegiatan
supervisi ini ibutuhkan komunikasi dalam rangka
mengingatkan kembali para Kepala Sekolah terkait tugas
pokok dan fungsinya dalam pemberdayaan guru untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan sekolah. Supervisi dan
pembinaan dilakukan melalui diskusi interaktif dua arah
dengan pendekatan sikap religius. Melalui pendekatan ini
diharapkan dapat meningkatkan kompetensi Kepala
Sekolah.
Langkah-langkah tindakan pembinaan yang dilakukan
pengawas dirangkum dalam sebuah kata ComDisCoRel
(Comunication, Discussing, Coachingdan Religious).

Strategi Comdiscorel
Comdiscorel adalah akronim dari Comunication,
Discussing, Coaching dan Religious. Komunikasi adalah

73
sebuah prasarana dengan mana seorang manajer
diperlengkapkan. komunikasi tidak dapat berdiri sendiri
(Terry, 1992: 207). Keberhasilan Kepala Sekolah sebagai
manajer membutuhkan komunikasi yang baik dengan
semua yang ada di sekolah termasuk dengan para guru
yang menjadi mitranya.komunikasi yang baik
memberikan motivasi.komunikasi dapat digolongkan
dalam berbagai jenis seperti komunikasi ke atas dank ke
bawah, komunikasi formal dan informal dan komunikasi
lisan dan tertulis .Komunikasi yang terbuka berarti bahwa
umpan balik dapat diutarakan dalam suasana yang saling
percaya.komunikasi menunjukkan orang saling percaya
satu sama lain, saling memperhatikan dan saling
menghormati (Hagemann, 1993: 47).
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara
dua orang atau lebih/kelompok. Pertemuan ilmiah untuk
pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai
suatu masalah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007),
Strategi diskusi merupakan alat yang sangat efektif
.kegiatan diskusi untuk kelompok yang berjumlah kurang
dari sepuluh .
Coaching /melatih adalah bagaimana membantu
seseorang apa yang diharapkan.. pembimbingan dan
pelatihan professional Kepala Sekolah merupakan
pembimbingan yang bertujuan memenuhi tuntutan
pengetahuan dan ketrampilan Kepala Sekolah dan tenaga
kependidikan dalam pemberdayaan satuan pendidikan
untuk keterlaksanaan dan pemenuhan 8 SNP (Dirjen
GTK 2017: 14). Salah satu pemenuhan standar adalah
standar pemberdayaan dan standar Guru dan tenaga
kependidikan.
Pengawasan terdiri dari tiga jenis yaitu
pengawasan atasan langsung, pengawasan yang dilakukan
secara fungsional oleh aparat, dan pengawasan melekat.
Fungsi ini kadang perlu dilengkapi dengan sikap religius
dari Kepala Sekolah dalam memimpin dan mengelola
sekolah (Soebagio 2000 177). 18 (delapan belas) nilai
karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya,
dan tujuan pendidikan nasional, yaitu (1) Religius, (2)
Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif,

74
(7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10)
Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12)
Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli
Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab
(Pusat Kurikulum, 2009: 9-10). Nilai religius diharapkan
mampu memotivasi sikap agar tugas pokok fungsi
dijalankan dengan baik karena ada Tuhan YME yang
selalu melihat dan mencatat semua perbuatan.

Implementasi strategi Comdiscorel dalam Pembinaan


Kepala Sekolah
Strategi Comdiscorel dilakukan melalui 4 (empat) tahapan
kegiatan yaitu:
(1) komunikasi (comunication), (2) Diskusi (Discussing), (3)
Pembimbingan (coaching), (4) sikap keagamaan (Religious).
1. Komunikasi (Comunication)
Kegiatan komunikasi ini lebih bersifat andragogi
dimana interaksi dua arah dibangun dalam kemitraan.
Kepala Sekolah diajak untuk merasa bahwa ada
masalah dan mau bekerjasama dengan pengawas
untuk mencari solusi bersama. Mindset yang
mengaaggap bahwa guru hanya tergantung Kepala
Sekolah dan tidak punya hak untuk profesinya adalah
keliru. Langkah berikutnya adalah dibentuk grup
whats up khusus Kepala Sekolah binaan dan 16
Kepala Sekolah diundang dalam pertemuan formal
workshop tentang pemberdayaan guru, termasuk
bedah permen tentang standar pemberdayaan
(permendiknas no 19 tahun 2007) , beban kerja /
tupoksi Kepala Sekolah dan guru (permendikbud no
15 tahun 2018) dan aturan PKG,PKB yang
dihubungkan dengan realita dimana penanganan dan
pemberdayaan guru berdasar hasil observasi dan
kuisioner dirasakan kurang. Setelah pertemuan
gabungan secara umum maka komunikasi berikutnya
secara individual pada kunjungan langsung ke sekolah
karena tiap sekolah berbeda permasalahan dalam
sumberdaya gurunya.
Komunikasi juga dijalin melalui Video Konferensi

75
dengan menggunakan aplikasi webex dan dilaksanakan
secara maya dengan posisi Kepala Sekolah tidak perlu
meninggalkan sekolahnya.

Gambar 1. Foto kegiatan Komunikasi antara Kepala Sekolah, Pengawas, dan


Komite
2. Diskusi (Discussion)
Strategi ini dimaksudkan bahwa pembinaan
manajerial pada Kepala Sekolah dengan bersifat dua
arah. Mereka diajak untuk brainstorming yang
interaktif (FGD), baik saat pembinaan individual
maupun Klasikal. Diskusi juga dilakukan saat
pemantauan dilakukan diruang Kepala Sekolah
sehingga privasi terjaga . aktifitas diskusi juga melalui
telpon langsung atau whats up perorangan . Pengawas
memberi kesempatan seluas luasnya pada Kepala
Sekolah untuk diskusi dan konsultasi dalam
menunjang tugasnya.apalagi yang bersifat urgen
menangani permasalahan guru yang masih perlu
perhatian serius.forum diskusi juga dilakukan saat
bersaman kegiatan formal atau informal seperti
kegiatan pertemuan Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS), Musyawarah Kerja Pengawas
Sekolah (MKPS) dan kegiatan Cabang Dinas wilayah
1 Pendidikan.

76
Gambar 2. Foto Kegiatan diskusi dengan Kepala Sekolah dan Wakil Kepala
Sekolah

3. Pembimbingan (Coaching)
Kegiatan pembimbingan ini lebih bersifat klinis untuk
memecahkan masalah masalah pemberdayaan guru
atau perilaku guru yang kurang sesuai dengan
komitmen bersama disekolah. Kepala Sekolah yang
sudah ‘acuh tak acuh ‘ pada kondisi guru dan kinerja
guru yang rendah mendapatkan pembimbingan yang
berkelanjutan secara intensif dan periodik. Kepala
Sekolah harus mampu menyelesaikan masalah
pribadi lebih dahulu baru menangani guru yang
bervariasi latar belakang nya. Pengawas
melakukanptogram pembimbingan sesuai kondisi
masalah Kepala Sekolah dengan guru gurunya.

Gambar 3. Foto Kegiatan Coaching (Pembimbingan pada Kepala Sekolah)

4. Sikap Beragama (Religious)


Kegiatan supervisi manajerial pada Kepala Sekolah
dilakukan juga menggunakan pendekatan keagamaan.

77
Kepala Sekolah diajak memahami diri dan
keberadaannya sesuai keyakinanya.
pengawasmengajak reviuw/muhasabah tanggung
jawab yang berhubungan dengan penghasilannya jika
tidak bekerja baik dalam mengelola masalah masalah
yang ada pada guru disekolah. Kepala Sekolah diberi
motivasi betapa besar pahala jika mengajak guru lebih
rajin dan membantu masalah mereka dalam
pembelajaran, kedisiplinan dan mengembangkan
potensi dirinya dalam kegiatan profesi diluar sekolah.
Kepala Sekolah diberi penguatan bahwa setiap
tindakan manusia ada yang mengawasi Tuhan Yang
maha Esa.

Gambar 4. Foto Kegiatan Religious melibatkan Kepala Sekolah, Guru dan


Peserta Didik

Hasil Pembinaan Kepala Sekolah dengan Strategi


Comdiscorel
Strategi Comdiscorel dilaksanakan secara sistematis
sesuai langkah yang fleksibel melalui 4 (empat) tahap
kegiatan menghasilkan peningkatan kuantitas dan
kualitas pengelolaan dan aktifitas guru karena perubahan
perilaku Kepala Sekolah.s
Tabel 1
Data hasil peningkatan pengelolaan Guru oleh Kepala Sekolah
No Indikator Peningkatan Kondisi Awal Kondisi Akhir
Pengawasan kinerja wakil Kepala
1 Rendah (58 %) Ada (96,2%)
Sekolah
Pembagian tugas pembelajaran
2 Tidak merata (53%) Merata (97,3%)
Guru
3 Diskriminasi tugas tambahan guru Ada (43%) Tidak Ada (90,2%)
Ada peningkatan
4 Pengembangan potensi guru Kurang (39 %)
(63,9%)
Pemberlakuan penghargaan dan
5 Hampir tidak ada (27%) Dilakukan (72,3%)
sangsi
6 Dukungan Kegiatan PKB Guru Kurang Mendukung (47%) Mendukung (90,3%)

78
Tabel 2
Hasil angket yang disebar keguru guru melalui google form
(1) Pemantauan Kinerja (2) Pembagian yang sesuai
Wakil Kepala Sekolah

(3) Pembagian Tugas (4) Pengembangan Potensi


tambahan Guru

(5) Pemberian (6) Pengembanga


Penghargaan pada Keprofesian Guru
Guru

Dampak Strategi Comdiscorel


Kegiatan strategi Comdiscorel berdampak pada
peningkatan kemampuan Kepala Sekolah sebagai
berikut.
1. Mengawasi kinerja wakil Kepala Sekolah;
2. Pembagian tugas mengajar guru yang merata;

79
3. Mendistribusikan tugas tambahan guru yang adil dan
merata;
4. Pengembangan potensi guru;
5. Penghargaan dan sanksi yang diterapkan; dan
6. Dukungan kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB).
Strategi Comdiscorel memberikan dampak positif
terhadap pemberdayaan dan pemberdayaan guru oleh
Kepala Sekolah berdampak dan dirasakan oleh warga
sekolah. Kepala Sekolah dapat meningkatkan kualitas
kemampuannya dalam mengelola guru,
memberdayakan, dan membuat lebih nyaman. Kepala
Sekolah merasa lebih bersemanagat menjadi manajer
dan lebih merasa dihargai guru. Sedangkan para guru
merasa semakin dihargai, lebih bisa mengembangkan
diri dan lebih bertanggungjawab dalam tugasnya. Guru
merasa lebih dilibatkan dalam memajukan sekolah
karena setiap guru punya kesempatan yang sama untuk
berkiprah di sekolah sesuai dengan kemampuannya.

80
Daftar Pustaka
Atmodiwirio, Soebagio. 2000. Manajemen Pendidikan
Indonesia. Bandung : Ardadidza jaya
Dessler, G. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. New
Jersey : Prentice Hall, Inc.
Hagemann, G, 1993. Motivasi Untuk Pembinaan
Organisasi,Jakarta: PPM
Tim Penulis UPI. 2014. Pedoman Pengawasan Karya
Ilmiah UPI . Bandung: UPI
Robbins, S.P. 2000. Teori Organisasi. New Jersey :
Prentice Hall, Inc.
Satori, D. 2016. Pengawasan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan. Jakarta: Alfabeta
Suprijanto. 2011. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta :
Bumi Aksara
Terry. G. R. 1992. Dasar-dasar Manajemen. Jakarta : Bumi
Aksara
Tim. 2016. Modul pelatihan. Bandung: Dinas Pendidikan
Umaedi dkk. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:
Universitas Terbuka

81
Tentang Penulis,
Agus Sarifudin, S.Pd, M.M,
dilahirkan di Cirebon pada
tanggal 31 Agustus 1969.
Pendidikan di SDN
Arjawinangun lulus pada
tahun 1981, SMPN
Arjawinangun, lulus tahun
1984. SMAN Palimanan, lulus
tahun 1987. Pada tahun yang
sama melanjutkan studi D3
IPB Matematika dan Akta III

IKIP Jakarta, lulus tahun 1991, Jengjang S1 di Pendidikan


matematika UT Jakarta, melanjutkan S2 magister
Manajemen STIE Jagakarsa pada tahun 2003, lalu S3 di
Institut PTIQ ( masih dalam penyelesaian). Email
agus_sarifudin65@yahoo.com, Hp 085711664150
Penulis memulai Karir sebagai Guru di SMAN 1
Leuwiliang Bogor dari tahun 1992 – 2014, tahun 2014
menjadi Pengawas SMA di Cabang Dinas Pendidikan
Wilayah 1 Provinsi Jawa Barat sampai sekarang., pernah
menjadi Kepala Sekolah di SMAN 1 Leuwisadeng tahun
2017 . Prestasi yang pernah diraih diantaranya Lencana
Pancawarsa III, IV dan V, Lencana Dharma Bhakti, Satya
Lencana Presiden XX,Juara 1 Guru Berprestasi tingkat
Kabupaten Bogor, Juara 3 Guru berprestasi tingkat
Provinsi, juara 1 Pengawas Berprestasi Tingkat Kabupaten
dan Provinsi dan Juara 2 Pengawas Berprestasi Tingkat
Nasional tahun 2019.

82
STRATEGI “SIKARIB”
MENGHANTARKAN
SEKOLAH BINAAN BERMUTU
Muhari
Pengawas SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Provinsi Jawa Tengah
muhariwassma.69@gmail.com

Kondisi Mutu Sekolah Binaan


Kontribusi pengawas menghantarkan sekolah
binaan bermutu perlu mendapat pengakuan. Perlu
diakui bahwa pembinaan, bimbingan dan pelatihan
pengawas mampu memberikan perubahan bagi sekolah
untuk menjalankan tanggung jawabnya seoptimal
mungkin. Pemantauan pengawas sekolah memiliki
pengaruh yang besar terhadap kemajuan pendidikan
yang dicapai di sekolah binaanya. Melalui
pembimbingan dan pelatihan pengawas sekolah dapat
terwujud sekolah binaan bermutu.
Sekolah bermutu diukur dengan rapor mutu
sekolah apakah sudah mencapai atau melebihi capaian
SNP atau belum. Sekolah bermutu pada SKL diukur
dengan lulusan yang memiliki 3 (tiga) kompetensi yaitu
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Standar Isi diukur dengan indikator: (a) mengembangkan
perangkat pembelajaran sesuai kompetensi; (b)
mengembangkan KTSP sesuai prosedur; (c)
mengimplementasikan kurikulum sesuai ketentuan.
Indikator mutu standar proses yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran,
melakukan pengawasan pembelajaran dan melakukan
penilaian otentik. Standar Penilaian tercapai dengan
pemenuhan indikator: (a) melaksanakan penilaian sesuai
ranah kompetensi: (b) menerapkan prinsip-prinsip
penilaian yang objektif dan akuntabel; (c)

83
menindaklanjuti hasil penilaian; d) membuat instrumen
penilaian menyesuaikan aspek; (d) melaksanakan
penilaian sesuai prosedur. Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan terpenuhi bila sekolah memiliki guru,
kepala sekolah, tata usaha, pustakawan, laboran. Standar
Sarana dan Prasarana diukur dengan indikator: (a)
memiliki daya tampung yang memadahi; (b) memiliki
sarana dan prasarana pembelajaran yang komplet dan
memadai; (c) memiliki sarana dan prasarana pendukung
yang komplet dan memadai. Indikator mutu standar
pengelolaan yaitu: (a) melakukan perencanaan
pengelolaan; (b) melaksanakan pengelolaan program
sesuai ketentuan; (c) Kepala sekolah melaksanakan tugas
kepemimpinan atas dasar kinerja yang baik; (d)
mengelola sistem managemen informasi. Standar
pembiayaan memiliki indikator mutu : (a) menerapkan
subsidi silang; (b) menyesuaikan beban operasional
dengan ketentuan; (c) melakukan pengelolaan dana
dengan baik.
Sebagai pengawas SMA, penulis mengampu 7
(tujuh) SMA binaan. Sejak tahun 2017 hingga tahun 2018
SMA binaan penulis adalah SMA Negeri 8 Surakarta,
SMA Batik 1 Surakarta, SMA Kristen Pelita Nusantara
Kasih Surakarta, SMA Muhammadiyah Manyaran
Wonogiri, SMA Tujuh Belas Surakarta, SMA
Muhammadiyah Program Khusus Surakarta, SMA Al-
Azhar Syifabudi Surakarta. Berdasarkan rapor mutu PMP
Dikdasmen, capaian Standar Nasional Pendidikan (SNP)
sekolah binaan tahun 2016 belum sesuai harapan.
Sekolah binaan belum memenuhi indikator mutu pada
standar pendidikan yang ditentukan dalam PMP
Dikdasmen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.

84
Tabel 1
Rapor Mutu Sekolah Binaan Tahun 2016

Rata-rata SNP
SMA D
SMA C
SMA A

SMA B

SMA E
NO SNP

1 SKL 6,6 6,59 1,29 5,6 1,15 4,25


2 Standar Isi 5,74 5,68 0,83 4,39 0,59 3,45
3 Standar Proses 5,75 5,57 0,16 4,45 0,16 3,22
4 Standar Penilaian 5,53 5,88 3,79 3,41 4,65
5 Standar PTK 5,04 4,88 4,66 4,52 4,02 4,62
6 Standar Sarpras 5,89 4,35 1,26 3,45 6,32 4,25
7 Standar Pengelolaan 5,96 5,93 0 4,28 1,14 3,46
8 Standar Pembiayaan 4,19 4,98 4,79 0,77 3,68
Rata-rata 5,59 5,48 1,71 4,36 2,02 3,83
Menuju Menuju Menuju Menuju Menuju Menuju
Capaian SNP SNP 4 SNP 4 SNP 1 SNP 3 SNP 2 SNP 3
Sumber: PMP Dikdasmen Kemdikbud 2016
Keterangan:
SMA A = SMA N 8 Surakarta
SMA B = SMA Batik 1 Surakarta
SMA C = SMA Kristen Pelita Nusantara Kasih
SMA D = SMA Tujuh Belas Surakarta
SMA E = SMA Muh. 2 Manyaran Wonogiri

Sesuai dengan ketentuan rapor mutu, sekolah


dikategorikan mencapai SNP bila rapor mutu batas
bawah 6,7 dan batas atas 7. Berdasarkan tabel tersebut
belum ada sekolah binaan yang mencapai SNP karena
rata-rata baru menuju SNP 3. Setelah melihat rapor mutu
penulis perlu mengimplementasikan strategi
menghantarkan sekolah binaan bermutu melalui
implementasi kompetensi pengawas yang didukung
dengan karakter kepemimpinan. Implementasi
karakter kepemimpinan pengawas sekolah dimaksudkan
untuk meningkatkan koordinasi dengan kepala sekolah
dan warga sekolah dalam mewujudkan sekolah binaan
bermutu. Sebagai pengawas sekolah, penulis perlu
memiliki semangat, integritas, kreativitas, adaptif,
rendah hati, inovatif, berwawasan (SIKARIB) guna
menjalankan kepengawasan yang efektif. Penulis
memiliki pemikiran untuk mengimplementasikan
(SIKARIB) sebagai strategi menghantarkan sekolah
binaan bermutu. Berdasarkan pemikiran dan kinerja,
penulis menyusun artikel dengan judul “Strategi
SIKARIB Menghantarkan Sekolah Binaan Bermutu.”
Permasalahan dalam artikel ini yaitu: (a)

85
Bagaimanakah implementasi strategi SIKARIB
menghantarkan sekolah binaan bermutu? (b) Bagaimana
hasil dan dampak implementasi strategi SIKARIB
menghantarkan sekolah binaan bermutu? Penulisan ini
bertujuan untuk: (1) Mendeskripsi implementasi strategi
SIKARIB menghantarkan sekolah binaan bermutu; (2)
Mendeskripsi hasil dan dampak implementasi strategi
SIKARIB menghantarkan sekolah binaan bermutu.
Penulisan ini memberi manfaat teoretis dan manfaat
praktis. Manfaat teoretis artinya teori-teori yang ada
dalam artikel ini dapat dijadikan sebagai landasan
berpikir dalam mengimplementasikan strategi
pengawasan yang lebih profesional bagi pengawas
sekolah sehingga pengakuan keilmuannya semakin
kuat. Manfaat praktis artikel ini yaitu bagi pengawas
sekolah menjadikan hasil penulisan ini sebagai acuan,
pijakan, pedoman, arahan atau petunjuk teknis dalam
membina sekolah binaan bermutu.

Strategi SIKARIB
Pengawasan dilakukan dengan berbagai
pendekatan antara lain pendekatan kolaboratif (Mulyadi,
2018:78). Untuk melaksanakan pendekatan kolaboratif
pengawas sekolah perlu menunjukkan semangat,
integritas, kreativitas, adaptif, rendah hati, inovatif,
berwawasan (SIKARIB). Semangat menurut Purwanto
(2014:83) ditandai dengan ciri-ciri adanya antusiasme,
dapat dipercaya, rasa kekeluargaan, loyalitas, dan
memiliki kesanggupan bekerja sama. Wahjosumidjo,
(2011:104) menjelaskan bahwa dengan semangat
tercermin hasrat, kesungguhan, dan intensitas dalam
melaksanakan pekerjaan. Integritas sebagaimana
disebutkan dalam Danim (2010:35) ditandai dengan
konsistensi antara kondisi batin dan kondisi lahir.
Integritas pengawas terukur dengan kepercayaan orang
lain terhadapnya tinggi, emosi yang terkontrol, jujur
dalam bertindak. Berdasarkan tulisan Danim (2010:36)
kreativitas pengawas sekolah diukur dengan kemampuan
untuk berpikir secara berbeda dan mendapatkan solusi
dari aneka kendala. Dengan kreativitas, pengawas sekolah

86
melakukan cara yang berbeda namun efektif
dibandingkan dengan pengawas lain dalam
menyelesaikan tugas. Pengawas sekolah harus adaptif
yaitu mengikuti dinamika regulasi pendidikan sehingga
terhindar dari pemikiran stagnan tetapi selalu siap
menghadapi tantangan termasuk tantangan revolusi
industri 4.0. Pengawas akan memiliki bekal dalam
membina sekolah bila adaptif terhadap seluruh dinamika
yang terjadi termasuk dinamika teknologi. Sifat adaptif
berdampak pada perubahan mindset warga sekolah
binaan. Berdasarkan pendapat Purwanto (2014: 55) sikap
rendah hati diaktualisasikan dengan sikap
mendengarkan dan bertanya yang lebih banyak.
Pengetahuan yang dimiliki pengawas sekolah digunakan
untuk membantu sekolah binaan bukan untuk
dibanggakan. Konsep inovasi menurut Darmawan
(2012:2) mencakup aspek praktis, teknis dan kebijakan.
Inovasi pengawas sekolah ditunjukkan dalam bentuk
pengembangan instrumen pemantauan dan pelatihan
berbasis teknologi seperti office 365. Konsep berwawasan
menurut Danim (2010: 39) adalah berpikir
komprehensif, menerima kemajemukan dan tidak
mengenakan kacamata kuda dalam berpikir maupun
bertindak.
Tugas pokok pengawas sekolah menurut Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 adalah melaksanakan
pembinaan, memantau pelaksanaan delapan Standar
Nasional Pendidikan, melaksanakan penilaian,
membimbing dan melatih profesional guru.
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah pasal
9 ayat (4) menegaskan bahwa pengawas sekolah adalah
salah satu unsur tim penjaminan mutu pendidikan.
Untuk melaksanakan tugas tersebut pengawas sekolah
harus memiliki strategi kepengawasan yang mampu
mengahantarkan sekolah binaan bermutu. Pemilihan
strategi ini sebagai implementasi kompetensi
kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik,
kompetensi evaluasi pendidikan, penelitian dan

87
pengembangan, dan kompetensi sosial sebagaimana
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Prosedur pelaksanaan Strategi SIKARIB meliputi
tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak
lanjut. Implementasi SIKARIB dalam perencanaan
kegiatan pengawas sekolah adalah penyusunan
instrumen pemantauan SNP baik secara manual maupun
secara aplikasi dengan substansi yang sesuai regulasi tiap
standar, mengembangkan materi pembinaan, pelatihan
dan pembimbingan guru dan/atau kepala sekolah baik
secara manual maupun aplikasi. Instrumen penilaian
hasil pembimbingan juga disusun dalam tahap ini.
Adapun yang dimaksud aplikasi adalah pengembangan
materi pemantauan, pembinaan dan pelatihan berbasis
teknologi informasi seperti office 365. Pelaksanaan
strategi SIKARIB berupa pemantauan SNP dengan
menggunakan instrumen baik secara manual maupun
secara aplikasi, melakukan pembinaan, pelatihan dan
pembimbingan guru dan/atau kepala sekolah dengan
materi yang manual maupun aplikasi berbasis teknologi
informasi seperti office 365. Tahap evaluasi SIKARIB,
yaitu pengawas mengevaluasi hasil pemantauan SNP
untuk mengetahui indikator yang belum dicapai sekolah
dan yang sudah dicapai sekolah. Strategi SIKARIB dalam
evaluasi hasil pembinaan, pelatihan dan pembimbingan
bertujuan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi
guru dalam tugas akademik dan kepala sekolah dalam
menjalankan fungsi manajerial. Evaluasi menggunakan
instrumen yang sudah direncanakan. Kegiatan dalam
tahap tindak lanjut yaitu menyampaikan kepada kepala
sekolah mengenai indikator SNP yang masih kurang dan
memberikan motivasi agar sekolah meningkatkan
capaian SNP, melakukan bimbingan intensif kepada guru
yang belum menguasai materi bimbingan dan pelatihan
yang didapat secara manual maupun dari aplikasi
berbasis teknologi informasi seperti office 365 kemudian
melakukan penilaian lagi.
Instrumen dalam pelaksanaan strategi SIKARIB
yaitu: (a) Materi pembinaan berbasis teknologi

88
informasi seperti office 365; (b) Instrumen pemantauan
SNP dalam bentuk eksel; (3) Instrumen pemantauan
perangkat pembelajaran yang tersimpan dalam office 365.
Proses pembuatan link pada office 365 melalui akun
muh4ri_guruinovatif_com. Instrumen yang telah
dikembangkan disampaikan kepada responden agar
mengirim jawaban yang sesuai melalui alamat seperti:
bit.ly/PANTAU_PERANGKAT untuk pengiriman
perangkat pembelajaran, bit.ly/INSTRUMEN_KBM
untuk memantau dokumen administrasi pembelajaran
guru, bit.ly/ PERANGKAT_PEMBELAJARAN untuk
memantau komponen silabus dan komponen RPP guru
binaan, bit.ly/REKAP_SUPERVISI untuk mengumpulkan
hasil supervisi guru dan masih banyak lagi alamat link
lainnya. Perangkat yang digunakan untuk mengirim
jawaban tersebut berupa HP, komputer, laptop yang
terkoneksi dengan jaringan internet.
PROSEDUR IMPLEMENTASI SIKARIB

PERENCANAAN PELAKSANAAN
Penyusunan Materi Pembinaan dan
Pembinaan dan Pemantauan di Sekolah
Pemantauan

EVALUASI
TINDAK LANJUT Inventarisasi Hasil
Mendorong perbaikan Pembinaan dan Pemantauan
mutu lebih lanjut

Gambar 1.
Prosedur Implemen Strategi SIKARIB

Mewujudkan Sekolah Binaan Bermutu dengan Strategi


SIKARIB
Masalah kepengawasan yang terjadi pada sekolah
binaan dipecahkan dengan menerapkan pendekatan
kolaboratif. Menurut Mulyadi (2018:38) dengan
pendekatan kolaboratif, guru bisa mengembangkan
kompetensi dan motivasinya. Pendekatan kolaboratif
mewujudkan komunikasi antara pengawas dengan

89
guru dalam mengatasi persoalan strategi belajar-
mengajar berlangsung dua arah sehingga dapat
memberikan kontribusi kepada sekolah binaan dalam
usahanya meraih mutu. Aktualisasi pendekatan
kolaboratif yaitu pengawas sekolah berkomunikasi
dengan guru, kepala sekolah, staf tata usaha sekolah
secara intensif baik melalui media elektronik maupun
kontak langsung.
Materi pengawasan yang dikomunikasikan sesuai
dengan SNP. Instrumen untuk melakukan pemantauan
disusun sesuai dengan jenis standar yang dipantau.
Media pemantauan berupa aplikasi office 365, soft file dan
hardfile. Proses untuk menggali data dilakukan melalui
dialog atau wawancara, studi dokumen, dan observasi di
lapangan. Pembinaan profesional dilakukan supaya
kepala sekolah dan guru dapat meningkatkan standar
kompetensi mereka. Dampak pengiring dari program ini
adalah berkembangnya karier guru maupun kepala
sekolah.
Implementasi SIKARIB dalam menghantarkan
sekolah binaan bermutu disesuaikan dengan indikator 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Implementasi SIKARIB untuk menghantarkan sekolah
binaan bermutu pada Standar Kompetensi Lulusan
adalah memberikan dorongan kepada sekolah agar
memfasilitasi peserta didiknya berkarakter, berbudaya
literasi, sehat jasmani maupun rohani, berpikir tingkat
tinggi, bertindak mandiri, kolaboratif maupun
komunikatif. Upaya menghantarkan sekolah binaan
bermutu pada standar isi yaitu melakukan
pendampingan dalam menyusun dokumen KTSP sesuai
panduan. Selanjutnya penulis memverifikasi dokumen I,
dokumen II dan dokumen III guna mendapatkan
rekomendasi dan pengesahan. Penulis membimbing
pengembangan KTSP mulai tahap analisis hingga
pengesahan. Implementasi SIKARIB menghantarkan
sekolah binaan bermutu pada standar proses yaitu
membimbing guru menyusun dokumen perencanaan
pembelajaran dalam bentuk analisis KI, KD, IPK, silabus,
RPP, melaksanakan pembelajaran dan melaksanakan

90
penilaian sesuai dengan perencanaan pembelajaran.
Dengan SIKARIB, penulis memberikan dorongan agar
guru memiliki wawasan untuk membuat instrumen
penilaian baik untuk ulangan harian, penilaian tengah
semester, penilaian akhir semester, penilaian akhir tahun
dan USBN sesuai prosedur. Guru didorong menelaah
soal USBN dengan instrumen dari Kemendikbud.
Dalam upaya meningkatkan mutu pada standar PTK,
penulis memberikan pembinaan dan pelatihan kepada
guru menggunakan office 365. Materi yang sudah penulis
simpan dalam office 365 dapat dibaca melalui link yang
penulis kirimkan kepada guru.

Gambar 2.
Tampilan Materi Pembinaan dan Pelatihan dalam office 365.

Untuk mengukur pemahaman guru binaan tentang


PTK, penulis membuat instrumen pretes dan posttest
PTK serta materi pelatihan dalam office 365. Sebelumnya
instrumen pretest dan posttest ini sudah diujicobakan
dalam diklat PTK yang diselenggarakan oleh STIE AUB.
Hasil uji coba 20 butir soal penulis analisis validitas
dan reliabilitasnya. Hasilnya, 18 butir soal memiliki
validitas dan reliabilias. Selanjutnya penulis
menggunakan butir soal tersebut untuk pretes melalui
bit.ly/PRETES_PTK dan posttes melalui
bit.ly/POSTTES_ptk sedang materi diklat PTK pada
bit.ly/PTK_SEKBIN.

91
Gambar 3.
Pelatihan PTK Menggunakan office 365

Implementasi strategi SIKARIB dalam


menghantarkan sekolah binaan bermutu pada standar
sarana dan prasarana yaitu mendorong sekolah binaan
agar memiliki daya tampung yang memadahi dan
memiliki sarana dan prasarana pembelajaran dan
pendukung yang komplet dan memadai. Pemenuhan
indikator mutu standar pengelolaan dilakukan dengan
membina kepala sekolah dalam: (a) melakukan
perencanaan pengelolaan; (b) melaksanakan pengelolaan
program sesuai ketentuan; (c) melaksanakan
kepemimpinan atas dasar kinerja yang baik; (d)
mengelola sistem managemen informasi. Dalam upaya
menghantarkan sekolah binaan bermutu pada standar
pembiayaan dilakukan pemantauan dalam menerapkan
subsidi silang, mengawal sekolah agar mematuhi
ketentuan dalam merencanakan beban operasional
sekolah, membimbing sekolah agar mengelola dana
dengan baik.

Hasil dan Dampak Implementasi Strategi SIKARIB


Implementasi SIKARIB telah memberikan hasil
terwujudnya sekolah binaan bermutu pada tiap standar
pendidikan. Parameter hasil dilihat dari perbandingan

92
rapor mutu tahun 2016, 2017, 2018 dan berbagai aktivitas
sekolah yang mendukung pemenuhan pemenuhan 8
(delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) yaitu
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan dan Standar Pembiayaan.
Tabel 2.
Rapor Mutu Sekolah Binaan
NO SEKOLAH 2016 2017 2018
SMAN 8 Surakarta
1 5,59 5,75 5,67
SMA Batik 1 Surakarta
2 5,48 5,93 5,86
SMA Kristen PNK
3 1,71 5,44 5,31
SMA Tujuh Belas Ska
4 4,37 5,23 5,28
SMA Muh. 2 Manyartan
5 2,02 5,21 5,38
SMA Muh PK Surakarta
6 0 5,49 5,53
Sumber: PMP Dikdasmen Kemdikbud 2018

Selain menggunakan parameter rapor mutu hasil dan


dampak implementasi SIKARIB dalam menghantarkan
sekolah binaan bermutu juga dapat ditunjukkan dengan
dokumen laporan keberhasilan sekolah dan foto
pendukung yang tersedia. Keberhasilan SIKARIB pada
Standar Kompetensi Lulusan ditandai dengan
peningkatan hasil SNMPTN. Contohnya SMA Batik 1
Surakarta tahun 2017 diterima 12, tahun 2018 diterima 6
dan tahun 2019 ditetima 34. Dalam UNBK tahun 2018
sebanyak 2 siswa mendapat nilai 100, dan tahun 2019
sebanyak 5 siswa. Lulusan SMA Negeri 8 Surakarta yang
diterima PTN sejumlah 35 siswa pada 2016 menjadi 40
siswa pada 2017 dan tahun 2018 bertambah menjadi 43
siswa. Dalam ASIAN PARAGAMES 2018, Karisma Evi dari
SMA Negeri 8 Surakarta mendapat emas cabor lari.
Hasil implementasi SIKARIB pada standar isi yaitu setiap
awal tahun pelajaran, semua sekolah binaan mampu
mengembangkan KTSP secara lengkap dan benar.
Komponen KTSP terdiri dari: Buku I KTSP, Buku II
Silabus, Buku III RPP. Implementasi SIKARIB pada
standar proses telah menghasilkan guru yang dapat
mengelola kelas dengan professional, mendidik siswanya

93
agar berakhlak mulia, memiliki kreativitas dan inovasi
dalam proses pembelajaran, dapat mengkreasi
pembelajaran menjadi bermakna. Dengan SIKARIB,
guru-guru di sekolah binaan mampu mengembangkan
literasi teknologi sesuai dengan instrumen supervisi
akademik berbasis aplikasi office 365 yang dapat diakses
melalui bit.ly/PERANGKAT_PEMBELAJARAN dengan
HP android. Berikut ini contoh hasil pemantauan
berbasis office 365.

Gambar 4.
Hasil Pemantauan Standar Proses berbasis office 365

Implementasi SIKARIB telah berhasil dalam


pemenuhan mutu pada Standar Penilaian yaitu penilaian
sudah dilakukan sesuai prosedur dan ranah kompetensi.
Instrumen penilaian pada ulangan harian, penilaian
tengah semester, penilaian akhir semester dan penilaian
akhir tahun sudah disusun dengan benar. Sekolah binaan
penulis sudah melaksanakan USBN dan UNBK sendiri-
sendiri. Pada tahun pelajaran 2018/2019 SMA Kristen
Pelita Nusantara Kasih Surakarta mendapat peringkat III
tingkat Jawa Tengah dan peringkat 66 Tingkat Nasional
dalam UNBK program MIPA.
Hasil Implementasi SIKARIB pada Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan yaitu guru memiliki

94
pemahaman PTK yang lebih mendalam setelah megikuti
pelatihan berbasis office 365. Implementasi SIKARIB
berhasil mencetak guru SMA Muhammadiyah PK
Surakarta yang mampu menulis buku meskipun guru
yang bersangkutan bukan PNS. Kreativitas SMA Batik 1
Surakarta melakukan inovasi sarana dan prasarana
berupa pintu otomatis kaca sebagai pengganti pintu besi
dan tempat parkir siswa di lantai dua dapat terwujud
berkat SIKARIB. Hasil SIKARIB pada Standar Sarana dan
Prasarana di SMA Negeri 8 Surakarta yaitu bangunan
tampak indah, bersih dan menarik. Ruang front office
nyaman tertata rapi selalu dijaga petugas.
Keberhasilan Standar Pengelolaan SMA N 8
Surakarta yaitu sekolah ditunjuk sebagai penyelenggara
inklusi. Sejak tahun 2018 Kemenpora menitipkan siswa
atlet nasional masuk sebagai siswa inklusi di SMA N 8
Surakarta. Mereka berasal dari berbagai provinsi di
Indonesia. Siswa tersebut dipersiapkan untuk ASIAN
PARAGAMES dari berbagai cabang olah raga.
Keberhasilan ini juga diraih oleh SMA Batik 1 Surakarta
yaiu mendapat 2 penghargaan dari rekor MURI kategori
kelas dunia dalam kegiatan pembentangan kain jarik
batik terpanjang dan fashion show terbanyak.

Gambar 5. Bentang Kain Jarik 4120 meter Melibatkan 6613 Siswa Yayasan
Batik Mendapat Penghargaan dari MURI.

Dengan SIKARIB, kebijakan subsidi silang maupun


pengelolaan keuangan telah diterapkan secara baik oleh
sekolah binaan. Contohnya SMA N 8 Surakarta
memberikan zakat kepada siswa yang berhak menerima.
Laporaan keuangan SMA Negeri 8 Surakarta dan hasil
pemeriksaan keuangan oleh inspektorat tidak ada
masalah.

95
Implementasi SIKARIB telah dapat
menghantarkan SMA Muhammadiyah Pogram Khusus
Surakarta dan SMA Al Azhar Syifabudi Surakarta meraih
hasil akreditasi A (Unggul) pada akreditasi pertama.
Kedua sekolah tersebut adalah sekolah baru dan belum
meluluskan. Hasil akreditasi berdampak pada
tumbuhnya keinginan masyarakat untuk mendaftarkan
anaknya di sekolah tersebut. Minat masyarakat untuk
menyekolahkan anaknya di SMA Negeri 8 Surakarta,
SMA Batik 1 Surakarta dan SMA Kristen Pelita Nusantara
Kasih semakin tinggi. Era kompetisi yang kuat mampu
dihadapi SMA Tujuh Belas Surakarta dan SMA
Muhammadiyah Manyaran Wonogiri sehingga tetap
eksis melaksanakan pembelajaran.

96
Daftar Pustaka
Danim.Sudarwan.2010. Kepemimpinan Pendidikan.
Bandung: Alfabeta.
Darmawan, Deni. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Mulyadi, Fahriana. Swastika. 2018. Supervisi Akademik.
Malang: Madani.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun
2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010
tentang Jafung Pengawas dan Angka Kreditnya.
Permendikbud Nomor 28 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah.
Purwanto. Ngalim. 2014. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wahjosumidjo. 2011. Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Jakarta: Rajawali.

97
Tentang Penulis
Muhari, S. Pd., M. Pd. Dilahirkan di
Purwodadi, Grobogan, 7 Februari 1969.
Pendidikan di Sekolah Dasar
ditamatkan di SD Negeri Nglobar 2
Purwodadi tahun 1982, kemudian
melanjutkan ke SMP Negeri 2
Purwodadi tamat tahun 1985. Setelah
itu melanjutkan ke SPG Negeri
Purwodadi tamat tahun 1988. Setahun
kemudian melanjutkan ke S-1 Program Studi PMP-KN
Universitas Sebelas Maret Surakarta tamat tahun 1994.
Selanjutnya menyelesaikan S2 Program Studi Teknologi
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2014.
Penulis mengawali karirnya sebagai Guru di SMA
Takhassus Al-Qur’an Bonang Demak sejak 1996-2005
kemudian di SMA Negeri 1 Surakarta sejak 2005- 2016.
Pada tahun 2016 penulis sebagai pengawas SMA Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta
kemudian pada tahun 2017 sebagai pengawas pada Balai
Pengendali Pendidikan Menengah dan Khusus (BP2MK)
Wilayah III Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Tengah. Pada tahun 2019 penulis sebagai pengawa
SMA Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah.
Prestasi yang pernah diraih adalah Juara II guru SMA
Berprestasi Jawa Tengah tahun 2015 dan 2016, Juara III
Pengawas SMA berprestasi Tingkat Nasional 2019.
Penulis mendapat tugas tambahan sebagai asesor BAN
S/M Provinsi Jawa Tengah dan Pengurus Kwartir Cabang
Gerakan Pramuka Kota Surakarta. Penulis dapat
dihubungi via email muhariwassma.69@gmail.com dan
HP/WA No. 08121530228.

98
PENINGKATAN KINERJA GURU
MELALUI GRUP WhatsApp MGMP
YUNIAR
Pengawas Sekolah Menengah Atas
Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Kerja Aceh Tamiang
yunirasyad@yahoo.co.id

Problematika Kinerja Guru pada MGMP Bahasa Inggris


Kabupaten Aceh Tamiang
Perkembangan bidang pendidikan semakin hari
semakin meningkat. Setiap satuan pendidikan selayaknya
melakukan perubahan sesuai tuntutan dan standar
kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah. Satuan
pendidikan dapat menggunakan Peraturan Pemerintah
nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagai acuan dan kriteria minimal dalam
menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.
Permendikbud nomor 22 tahun 2016 yang
membahas tentang penyusunan perangkat pembelajaran
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dan silabus yang berdasarkan standar isi. Perangkat ini
menambah keprofesionalan guru karena sudah dibuat
dengan lengkap agar bisa dijadikan referensi dalam
merancang, melaksanakan, hingga mengevaluasi suatu
pembelajaran secara maksimal. Perangkat administrasi
pembelajaran guru dikenal dengan Buku Kerja Guru I, II,
III dan IV dalam Kurikulum 2013 Revisi 2.
Buku kerja terdiri dari 4 (empat) buku yaitu buku
kerja I berisi tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL),
Kompetensi Inti (KI), Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM). Buku kerja II yang berisi Kode Etik, Ikrar Guru,
Tata Tertib Guru, Pembiasaan Guru, Kalender
Pendidikan, Alokasi waktu, program tahunan dan
program semester serta jurnal agenda guru. Buku kerja
III berisi daftar hadir, daftar nilai, penilaian
akhlak/kepribadian siswa, Analisis hasil ulangan dan

99
program perbaikan dan pengayaan, daftar buku siswa,
jadwal mengajar, daya serap siswa, kumpulan soal dan
kisi-kisi soal, kumpulan soal dan analisis butir soal dan
perbaikan soal. Terakhir adalah buku kerja IV yang berisi
daftar evaluasi diri kerja guru dan program tindak lanjut
guru.
Buku kerja merupakan buku panduan yang dibuat
guru untuk mengontrol kinerja sebagai seorang guru.
Karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan ilmu
teknologi pada guru dan fasilitas yang tidak mumpuni,
maka sebagian besar guru memilih untuk tidak
menyelesaikan buku kerja. Buku kerja yang dimaksud
adalah administrasi pembelajaran guru yaitu
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, dan penilaian serta evaluasi hasil belajar
sesuai standar dan kriteria yang ditentukan sebagai acuan
mengajar.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam
menjalankan tupoksinya sesuai Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005, setiap guru
harus memiliki kualifikasi akademik, kompetensi sebagai
agen pembelajar dan juga yang memiliki sertifikat
pendidik. Guru juga diberi wadah dan peluang untuk
melaksanakan Pengembangan Keprofesionalan
berkelanjutan (PKB) untuk meningkatkan profesional.
Peningkatan Profesional tersebut melalui pertemuan di
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Guru bisa
berkomunikasi untuk membahas permasalahan yang
ditemukan ketika melaksanakan proses belajar mengajar
sehari hari di sekolah, serta meningkatkan kemampuan
dan juga memperbaiki kualitas pembelajaran di MGMP.
Namun pada praktiknya, indikator mutu
pendidikan yang ditetapkan pemerintah terkait
kompetensi guru dalam mempersiapkan administrasi
belum sepenuhnya terpenuhi. Kinerja guru dalam
melengkapi administrasi yang sesuai harapan masih
perlu peningkatan. Fasilitas disetiap sekolah dalam
menyediakan referensi atau sumber belajar bagi guru
tidak merata sehingga sering menjadi ganjalan besar bagi
guru untuk meningkatkan kompetensi profesional dan

100
pedagogik mereka. Kedua kompetensi ini merupakan
kompetensi utama dalam meningkatkan kinerja
menyelesaikan administrasi pembelajaran, sehingga guru
membutuhkan MGMP sebagai wadah mencari ilmu.
Kegiatan MGMP dilaksanakan seminggu sekali
dititik yang telah disepakati oleh Musyawarah Kerja
Kepala Sekolah (MKKS) dan MGMP di tingkat
Kabupaten. Pelaksanaan MGMP yang hanya dilakukan
satu pekan sekali dengan waktu yang terbatas belum
mampu memberikan solusi yang baik bagi guru untuk
mengatasi permasalahan mereka. Domisili guru yang
cukup jauh dari pusat kegiatan MGMP juga merupakan
kendala. Rasa segan bertanya karena adanya pemikiran
“junior-senior” juga merupakan masalah yang
menyebabkan kurang kondusifnya suasana dalam
berkegiatan di MGMP.
Permasalahan yang dihadapi guru dalam
berkegiatan terpantau pengawas ketika melakukan
pembinaan dan pelatihan profesional di MGMP bahasa
Inggris SMAN/S Kabupaten Aceh Tamiang, sehingga
dapat dikatakan bahwa guru belum menunjukkan kinerja
maksimal khususnya dalam menyiapkan buku kerja
sesuai dengan tuntutan. Maka diperlukan upaya
peningkatan kinerja Guru SMA yang dilakukan tidak
hanya pada tatap muka di kegiatan rutin MGMP tetapi
juga di sekolah binaan untuk melengkapi administrasi
pembelajaran melalui bantuan WAG sebagai sarana untuk
kegiatan pembinaan, pembimbingan dan
pendampingan.
Pemantauan telah dilakukan Pengawas untuk
kelengkapan buku kerja. 30 orang anggota MGMP bahasa
Inggris Kabupaten Aceh Tamiang diamati dan dibservasi.
Hasil kegiatan tersebut diperoleh data kondisi guru
dipaparkan secara kuantitatif dalam persentase (100 %)
untuk setiap bagian Buku kerja. Guru yang mampu
menyelesaikan buku I hanya 60 % artinya 18 guru
menyelesaikan buku I. Buku II diselesaikan sebanyak 40
% , yang berarti 12 guru yang mampu menyelesaikan
buku tersebut. Untuk buku III hanya 27 % yang artinya 8
guru yang mampu menyelesaikan bagian III dan buku

101
IV: 60 % bermakna 18 guru yang mampu menyelesaikan
buku IV. Hasil pemantauan dan monitoring tersebut
dapat ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
70

60

50
40

30
20

10

0
BUKU I BUKU II BUKU III BUKU IV
Gambar 1.
Grafik Kondisi Awal Jumlah Guru Menyelesaikan Buku kerja

Setelah dilakukan pendataan secara kuantitatif,


buku kerja yang telah disiapkan guru dinilai kualitasnya
saat melaksanakan supervisi manajerial administrasi
pembelajaran. Untuk setiap buku kerja mendapatkan
masing-masing poin 25, maka total keseluruhan menjadi
100 dan diakhiri dengan merentang nilai masing-masing
guru. Maka diperoleh data: 6 orang guru yang bermakna
sebanyak 20% mendapat predikat sangat memuaskan.
Predikat baik hanya diperoleh 1 orang guru berarti 3,
33%. 1 orang guru sekitar 3, 33% mendapat predikat
cukup. 15 orang guru sebesar 50% mendapatkan predikat
kurang, dan 7 orang guru yaitu 23,33% tidak mengerjakan
buku kerja. Paparan data ini dapat ditampilkan dengan
grafik di bawah:
16

14

12

10

0
Sangat Memuaskan Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar 2.
Grafik Hasil Penilaian Awal Kualitas Buku Kerja Buatan Guru

102
Penjabaran kondisi kinerja guru diatas
memunculkan permasalahan: Apakah pemanfaatan
media sosial WhatsApp dapat meningkatkan kinerja guru
melengkapi buku kerja di MGMP Bahasa Inggris
Kabupaten Aceh Tamiang. Manfaat penggunaan
WhatsApp bagi Guru SMA dapat dijadikan salah satu
media, metode dan strategi dalam peningkatan kinerja
guru. Forum MGMP dapat menerapkan WAG sebagai
metode atau terobosan baru untuk menindaklanjuti
kendala-kendala guru berkegiatan di MGMP. Sekolah
juga mendapatkan manfaat dengan peningkatan kinerja
guru pada penguasaan teknologi berbasis internet melalui
media sosial WhatsApp yang secata tidak langsung juga
dapat memajukan kuantitas dan kualitas sekolah.

WhatsApp Group (WAG) MGMP Bahasa Inggris


Penggunaan media sosial WhatsApp yang semakin
massif di masyarakat menjadi daya tarik tersendiri.
WhatsApp dapat berfungsi sebagai media komunikasi
yang dapat menjalin kerja sama antara satu dengan yang
lain tanpa harus bertatap muka. Jarak jauh bukan lagi
alasan untuk tidak bertemu. Menurut Philip dan Kevin
Keller (2016) media sosial ajang berbagi informasi teks,
gambar, video, dan audio bagi pengguna dalam
perusahaan sendiri dan sebaliknya. Sedangkan menurut
Dr. Rulli Nasrullah M.Si. (2015 ; 13), media sosial berarti
media di internet yang memungkinkan penggunanya
mempresentasikan dirinya maupun berinterakasi,
bekerjasama, saling berbagi, berkomunikasi dengan
pengguna lainnya, dan membentuk ikatan sosial secara
virtual.” Dari pendapat para ahli di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa media sosial cara manusia berbagi ide,
berkolaborasi dan berkerja sama serta berpendapat
berbasis internet. Ciri-cirinya adalah adanya partisipasi
pengguna, keterbukaan, perbincangan dan
keterhubungan.
WhatsApp, berasal dari kalimat what’s up yang biasa
dipakai untuk menanyakan kabar, merupakan salah satu
aplikasi dari media sosial yang popular dikalangan
masyarakat. Laman resmi whatsapp http://whatsapp.com

103
mendefinisikan whatsapp sebagai layanan pesan dengan
internet dan ponsel untuk chatting dengan sesama
pengguna whatsapp lainnya. Jadi disimpulkan bahwa
pesan disampaikan ke pengenal kontak yang ada di
smartphone, yang sudah diverifikasi atau didaftarkan.
Fitur ini juga dapat digunakan dengan perangkat
komputer dengan membuka akun WhatsApp yang disebut
dengan WhatsApp Web. Layaknya WhatsApp berbasis
telepon genggam, fitur ini membutuhkan koneksi
internet sebagai jalur penyampaikan informasi.
Percakapan yang terdapat pada aplikasi WhatsApp di
telepon seluler turut disajikan pada versi web ini.
Sinkronisasi dilakukan secara otomatis apabila terjadi
perubahan pada salah satu aplikasi yang aktif.
WhatsApp Group (WAG) merupakan salah satu fitur
yang disediakan oleh WhatsApp sebagai sebuah fitur
untuk terus terhubung dengan 256 orang sekaligus.
Pengguna juga dapat memberi nama grup, membisukan
atau menyesuaikan pemberitahuan. Grup WhatsApp
MGMP dibentuk untuk menindaklanjuti masalah yang
ditemukan oleh guru dalam proses belajar-mengajar.
Guru juga terbantu untuk berbagi pengalaman tentang
model pembelajaran. WAG dapat dimanfaatkan untuk
melengkapi adminitrasi guru yang masih kurang
sekaligus berbagi informasi terbaru yang mampu
menunjang kinerja guru dalam mengajar.
WAG MGMP bahasa Inggris dibentuk oleh pengurus
MGMP yang dipimpin oleh Asrizal fauzi S.Pd, guru
SMAN 2 Bendahara kabupaten Aceh Tamiang pada
tahun 2016. WAG MGMP Bahasa Inggris beranggota 63
orang. Admin (pengelola) grup adalah pengurus MGMP
dengan pengawas. Fungsi admin grup mengatur
kebutuhan anggota termasuk menambah atau
mengurangi anggota grup. Anggota WAG MGMP adalah
guru mata pelajaran Bahasa Inggris kabupaten Aceh
Tamiang, kepala sekolah yang latar belakang ilmu Bahasa
Inggris dan pengawas mata pelajaran Bahasa Inggris.
Grup WhatsApp ini digunakan sebagai sarana
bekomunikasi, berbagi informasi dan berdiskusi terkait
kegiatan MGMP Bahasa Inggris Aceh Tamiang.

104
Pusat kegiatan MGMP dilaksanakan di SMA negeri
2 Kejuruan Muda. Yang rutin diadakan disetiap
minggunya pada hari kamis pada pukul 09.00 s/d selesai.
Dengan waktu yang sangat singkat, WAG hadir sebagai
sarana “perpanjangan tangan” antar guru, ataupun guru
terhadap pengawas sebagai pembimbing MGMP. WAG
mempermudah berbagi informasi penting dan
membagikan file dalam bentuk pdf, word, ppt, jpeg, dan
excel. WAG juga memiliki fitur chat seperti pesan pribadi
lainnya, sehingga memberikan kesempatan para anggota
berkomentar, atau bertanya untuk setiap posting yang
masuk.

Gambar 3.
Poto Profil MGMP

95% anggota MGMP memiliki smartphone yang


sudah terhubung dengan internet. Beragam fitur yang
tersedia diaplikasi WAG mampu menarik minat para
guru dan dimanfaatkan oleh guru sebagai sarana berbagi
ilmu. Hal ini dibuktikan dari keaktifan anggota dalam
mengomentari setiap postingan. WAG juga
dimanfaatkan untuk tempat mengumpulkan tugas atau
materi hasil pembinaan dan pembimbingan di MGMP.
Kegiatan MGMP yang diadakan seminggu sekali tersa

105
singkat. WAG MGMP yang sudah terkoneksi ke
smartphone hampir95% guru, mampu menembus ruang
dan waktu, sehingga proses belajar tidak terpaku pada
pertemuan formal.
Tujuan utama dari terbentuknya WAG MGMP
sadalah sarana berbagi pengumuman dan informasi
tentang kegiatan MGMP. WAG juga dimanfaatkan
anggota untuk saling bersilaturahmi sambil
bercandadalan suasana yang santai, nyaman dan
menghibur. Rasa kekeluargaan ketika menggunaka WAG
mengurangi kesenjangan antar guru senior dan junior
ataupun pengawas.
WAG memberikan maanfaat yang besar terhadap
permasalahan forum MGMP yang selama ini terjadi.
Waktu yang singkat sering menjadi alasan utama dalam
ketidakberhasilan kegiatan MGMP dan tentu saja
mempengaruhi peningkatkan kinerja guru. Materi
pembinaan ataupun pembimbingan yang tidak
terselesaikan dapat dilanjutkan menggunakan WAG
MGMP sehingga tujuan pembinaan dapat tercapai sesuai
yang diharapkan. Dengan WAG, waktu dan tempat
bukanlah hal yang sulit lagi bagi guru dan pengawas
untuk berkegiatan.

Pemanfaatan WhatsApp Group MGMP dalam


Peningkatan Kinerja Guru
Guru yang telah dibina dan dilatih di MGMP
diharapkan menyelesaikan tugas yang diberikan yaitu
menyelesaikan 4 Buku kurja. Dengan selesainya tugas
tersebut maka guru tersebut telah menunjukkan kinerja
yang memuaskan dan memberikan konstribusi yang
maksimal terhadap pencapaian tujuan pendidikan
. Pengawas dengan tupoksinya selayaknya memberi
bantuan kepada guru secara berkesinambungan dan
sistematis agar mampu mengatasi masalah,
mengembangkan diri dan mengambil keputusan sendiri.
Adapun strategi pemecahan masalah yang dilakukan,
dengan pemanfaatan media sosial WhatsApp Group
(WAG), dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.

106
1. Pengawas memberikan petunjuk dan memberikan
sosialisasi serta pengarahan kepada guru bahasa
Inggris di MGMP yang telah memiliki masing-
masing akun/profil untuk bergabung di grup media
sosial WhatsApp dengan nama “MGMP Bahasa
Inggris SMA Kabupaten Aceh Tamiang“.
2. Pembimbingan tentang materi Buku Kerja dari
pengawas tentang administrasi guru yaitu buku kerja
di pertemuan rutin MGMP.
3. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik guru-guru
dibagi dalam grup diskusi, dengan rasio kelompok
terdiri dari guru sudah mampu dan tidak mampu
guna berbagi ilmu dan pengalaman.
4. Melalui pembimbingan dan pendampingan serta
pelatihan guru di MGMP bahasa Inggris melengkapi
buku kerja yang di share di grup media sosial
WhatsApp dalam bentuk format word, excel,. Penulis
sebagai pengawas mengumpulkan informasi,
memberi komentar dan mengevaluasi postingan
guru tersebut.
5. Pengawas sekolah, kepala sekolah serta guru di
MGMP bahasa Inggris malakukan tanya jawab
mengenai buku kerja yang di share pada grup media
sosial WhatsApp dan dibahas bersama-sama serta
merefleksi dokumen buku kerja yang belum
dipahami kemudian melakukan penyimpulan dan
penilaian.
6. Pada proses selanjutnya guru diminta tagihan
dalam bentuk buku yang telah selesai dan bisa
digunakan sebagai buku kerja untuk di sekolah
masing-masing anggota MGMP.
7. Buku kerja yang sudah di share di WAG MGMP dan
dikumpulkan oleh Admin grup.
8. Admin mendokumentasi data guru yang telah
melengkapi tagihan untuk penilaian kuantitatif.
9. Pengawas menilai dengan cara memberikan nilai 25
setiap buku kerja untuk penilaian kualitatif.
10. Tabel 1 dan 3 berikut merupakan hasil pengolahan
data yang digunakan untuk penilaian.

107
Tabel 1.
Data Guru Mengumpulkan Buku Kerja

Buku I Buku II Buku III Buku IV


No Nama Guru Asal Sekolah
(√) (√) (√) (√)
1 Muhammad Isa Lubis SMAN 2 Patra Nusa √ √ √ √
2 Dara Pratiwi SMAN 2 Percontohan √ - √ √
3 Minarti SMAN 2 Percontohan √ √ - √
4 Retno Susanty SMAN 2 Percontohan √ √ √ √
5 Chandra Halim SMAN 4 K.Muda - √ √ √
6 Mairtati Dewi SMAN 4 K.Muda √ √ - √
7 Villa Nursiska SMAN 4 K.Muda √ √ - √
8 Wulandari Lubis SMAN 4 K.Muda √ √ √ -
9 Marliana Nasution SMAN 4 K.Muda √ - √ √
10 Supriyanto SMAS AL-Wasliyah √ √ √ √
11 Sri Juliyanti SMAN 1 K. Baru √ √ √ √
12 Virma Yuna SMAN 1 K. Baru √ √ √ √
13 Ahmad Sulaiman SMAN 1 K.Muda √ √ - √
14 Hajar SMAN 1 K.Muda √ √ √ -
15 Jamilah SMAN 1 K.Muda √ √ √ √
16 Julia Fitriani SMAN 1 K.Muda √ - - √
17 Khalidah SMAN 1 K.Muda √ √ √ √
18 Reina Nasution SMAN 1 K.Muda √ √ - √
19 Suriani SMAN 1 Seruway √ √ √ -
20 Yunita Ramadhani SMAN 1 Seruway - √ √ √
21 Muhammad Handoko SMAN 1 T. Hulu √ √ √
22 Murniati SMAN 2 Bendahara √ √ √ -
23 Asrizal Fauzi SMAN 2 Bendahara √ √ √ √
24 Elliana SMAN 2 K.Muda √ √ √ √
25 Nila Kesuma SMAN 2 K.Muda √ √ √ √
26 Rahmayani SMAN 2 K.Muda √ - - √
27 Rusnita SMAN 2 K.Muda √ √ √ √
28 Rona Territona SMAN 2 K.Muda √ √ - √
29 Muhammad Suri SMAN 3 M.Payed √ √ √ √
30 Rika Fauzi SMAN 3 M.Payed √ √ - √

Buku I: 27 guru yang menyelesaikan, itu berarti


presentasenya: 90 %
Buku II: 25 guru yang menyelesaikan, itu berarti
presentasenya: 83 %
Buku III: 22 guru yang menyelesaikan, itu berarti
presentasenya: 72 %
Buku IV: 26 guru yang menyelesaikan, itu berarti
presentasenya: 87 %

108
Tabel 2.
Rubrik Penilaian Kualitas Buku Kerja Guru

TINGKAT KRITERIA
4 Isian menerapkan konsep dasar yang berhubungan dengan komponen buku kerja
secara benar dan lengkap. Ciri-ciri:
Semua isi benar, sesuai dengan kaidah penyusunan Perangkat dan penerapan konsep
yang berhubungan dengan administrasi guru,Lengkap terisi
3 Isian menunjukkan penerapan konsep mendasar tentang komponen buku kerja tetapi
ada satu komponen belum lengkap atau ada satu unsur komponen yang salah . Ciri-
ciri:
Semua isi benar tetapi ada yang tidak sesuai atau ada satu isi salah. Sedikit kesalahan
konsep dapat diterima
2 Isian menunjukkan keterbatasan atau kurang memahami konsep komponen isi buku
kerja
Ciri-ciri:
Ada jawaban yang benar dan sesuai dengan prosedur, dan ada lebih dari satu isian
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
1 Isian hanya menunjukkan sedikit atau sama sekali tidak ada pengetahuan yang
berhubungan komponen buku kerja
Ciri-ciri:
Semua Isian salah.
0 Tidak ada Isian atau lembar kerja kosong

Rubrik ini digunakan untuk menilai kualitas buku


kerja yang dikumpul guru. Pengumpulan data yang
dilakukan secara online selanjutnya dinilai dengan cara
dibagi menjadi 4 bagian yaitu buku kerja 1,2,3 dan 4.
Setiap buku kerja nilai 25. Maka buku kerja yang
mendapatkan skor 4 berarti memperoleh nilai 25. Skor 3
akan memperoleh nilai 18,75. Nilai 12,5 untuk buku kerja
yang memperoleh skor 2 dan nilai 6,25 untuk skor 1.
Setelah diperoleh nilai , maka diberi predikat
untuk masing masing nilai dengan rentang nilai sebagai
berikut:
Range Nilai: 100 - 80: Sangat Memuaskan.
79 - 60 : Baik
59 - 40 : Cukup
39 -20 : Kurang
19- 0 : Sangat Kurang

109
Tabel 3.
Rekap Nilai Kualitas Buku Kerja

Nilai
Jumlah
No Nama Guru Asal Sekolah Buku I Buku II Buku III Buku IV
( Poin )
( 25 ) ( 25 ) ( 25 ) (25)
1 Muhammad Isa Lubis SMAN 2 Patra Nusa 4 4 4 4 100
2 Dara Pratiwi SMAN 2 Percontohan 2 - 2 4 50
3 Minarti SMAN 2 Percontohan 3 3 - 2 50
4 Retno Susanty SMAN 2 Percontohan - 3 2 2 43,75
5 Chandra Halim SMAN 4 K.Muda 2 3 3 2 62,5
6 Mairtati Dewi SMAN 4 K.Muda 3 2 - 4 56,25
7 Villa Nursiska SMAN 4 K.Muda 4 4 - 3 68,75
8 Wulandari Lubis SMAN 4 K.Muda 2 2 2 - 37,5
9 Marliana Nasution SMAN 4 K.Muda 2 - 3 3 50
10 Supriyanto SMAS AL-Wasliyah 2 2 2 3 56,25
11 Sri Juliyanti SMAN 1 K. Baru 4 4 4 4 100
12 Virma Yuna SMAN 1 K. Baru 4 4 4 4 100
13 Ahmad Sulaiman SMAN 1 K.Muda 3 3 - 3 56,25
14 Hajar SMAN 1 K.Muda 4 3 3 - 62,5
15 Jamilah SMAN 1 K.Muda 3 3 3 3 75
16 Julia Fitriani SMAN 1 K.Muda 3 - - 3 37,5
17 Khalidah SMAN 1 K.Muda 4 4 4 4 100
18 Reina Nasution SMAN 1 K.Muda 3 3 - 3 56,25
19 Suriani SMAN 1 Seruway 3 3 4 - 62,5
20 Yunita Ramadhani SMAN 1 Seruway - 2 2 2 37,5
21 Muhammad Handoko SMAN 1 T. Hulu 4 4 4 4 100
22 Murniati SMAN 2 Bendahara 3 2 2 - 43,75
23 Asrizal Fauzi SMAN 2 Bendahara 4 4 4 4 100
24 Elliana SMAN 2 K.Muda 3 2 3 3 68,75
25 Nila Kesuma SMAN 2 K.Muda - 3 3 3 56,26
26 Rahmayani SMAN 2 K.Muda 2 - 2 3 43,75
27 Rusnita SMAN 2 K.Muda 4 4 4 4 100
28 Rona Territona SMAN 2 K.Muda 4 4 - 4 75
29 Muhammad Suri SMAN 3 M.Payed 3 - 3 4 62,5
30 Rika Fauzi SMAN 3 M.Payed 2 3 - 4 56,25

Hasil Pembinaan dengan Pemanfaatan WAG MGMP


Kinerja Guru Bahasa Inggris di MGMP meningkat
secara signifikan dalam melengkapi buku kerja setelah
menggunakan WAG MGMP. Data guru yang teleah
melengkapi buku kerja meningkat secara kuantitaif. Buku
I diselesaikan oleh 27 orang guru yang bermakana 90%
guru menyelesaikannya.Buku II diselesaikan 25 orang
guru atau sama dengan 83 % . 22 Oran guru dapat
melengkapi Buku III yang bermakna 75 % dan buku IV
dilengkapi oleh 26 orang guru atau 87 % dari total guru
yang dipantau. Maka dapat dibandingkan kondisi awal
dan akhir kemampuan guru dalam menyelesaikan buku
kerja secara kuantitatif meningkat cukup signifikan.Data
tersebut dapat dipaparkan dalam bentuk grafik dibawah
ini.

110
90 87
83
75
60 60

40
27

BUKU I BUKUKondisi
II Awal
BUKU III BUKU IV
Kondisi Akhir

Gambar 4.
Grafik Perkembangan Jumlah Guru yang Melengkapi Buku Kerja

Dilihat dari grafik di atas persentase kelengkapan


buku kerja guru yang terselesaikan meningkat signifikan.
Buku I naik 30 % dari 60% menjadi 90%. Buku II menjadi
43 %, yang pada awalnya 40% menjadi 83%. Buku IIIterjadi
kenaikan 48 % dari 27% menjadi 75% dan buku IV naik 27
%, dari 60% menjadi 87%. Sedangkan hasil akhir untuk
penilaian kualitas buku kerja juga meningkat. Ditahap
akhir diperoleh data 7 guru mendapat predikat sangat
memuaskan, 8 guru mendapat predikat baik, 11 guru
mendapat predikat cukup dan 4 guru mendapatkan
predikat kurang sedangkan guru yang berpredikat sangat
kurang sudah tidak ada lagi. Maka dapat dibandingkan
kondisi awal dan akhir dari kualitas buku kerja juga
meningkat yang cukup signifikan. Banyak guru yang
sudah mendapat nilai baik terlihat dari data yang tersaji
dalam grafik dibawah ini.

16

14

12

10 Kondisi Awal

8 Kondisi Akhir

0
Sangat Memuaskan Baik Cukup Kurang Sangat Kurang

Gambar 5. Grafik Peningkatan Kualitas Buku Kerja Buatan Guru

111
Dapat dilihat dari grafik di atas bahwa kenaikan
nilai sangat memuaskan. Dari Kondisi awal predikat
sangat memuaskan ada 6 guru sedangkan pada kondisi
akhir 7. Predikat Baik dari 1 guru menjadi 8 guru,
predikat cukup dari 1 guru menjadi 11 guru dan predikat
kurang menurun dari 15 guru menjadi 4 guru.
Pembahasan diatas memberikan dapat memberi inspirasi
bagi pemangku kepentingan Pendidikan seperti berikut.
1. Dewan Guru SMA
Senantiasa aktif meningkatkan kinerja dalam forum
MGMP menggunakan metode dan strategi
pembelajaran yang bervariasi dengan bantuan media
pembelajaran sejenis atau yang lainnya akan
mempermudah mencapai tujuan pembelajaran.
2. Forum MGMP
Kerjasama anggota MGMP yang bersinergi dengan
kepala sekolah dan pengawas, serta berkomunikasi
aktif yang bermanfaat, dapat terjadi dengan
menggunakan media sosial WhatsApp di rumah
maupun sekolah sehingga permasalahan dapat
diselesaikan secara terbuka dan berkelanjutan
3. Kepala Sekolah
Agar rekan kepala sekolah lainnya lebih
meningkatkan dan memotivasi Guru SMA lain untuk
lebih giat lagi dalam penggunaan media
pembelajaran dengan mengupayakan dukungan
penuh terhadap berjalannya MGMP Guru SMA
untuk meningkatkan kinerjanya dalam
melengkapkan dokumen pembelajaran disekolah.
4. Dinas Pendidikan
Pembinaan dan dukungan dengan memperbanyak
pelatihan yang terkait program ICT dan penyediaan
wadah untuk mempublikasikan pengalaman terbaik
tersebut sehingga dapat menjadi pengalaman terbaik
yang bisa diadopsi oleh Guru SMA di sekolah-
sekolah lainnya.

112
Daftar Pustaka
Colquitt, J.A, Lepine, J.A. & Wesson, M.J. 2011.
Organizational Behavior: Improving performance.
Helfert, Erich, D.D.A. 2010. Analisis Laporan Keuangan.
Edisi Ketujuh Penerbit Jakarta. Erlangga.
Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2016. Marketing
Management, 15th Edition New Jersey. Pearson
Pretice Hall, Inc.
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial Perspektif Komunikasi,
Budaya dan Sosioteknologi. Bandung. Simbiosa
Rekatama Media
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Standar
Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendikdikan dan Kebudayaan No. 22
Tahun 2016
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.
Suryani, Rani. 2017. Fungsi Whatsapp Grup Shalehah
Cabang Bandar Lampung Sebagai Pengembangan
Media Dakwah dalam Membentuk Akhlakul
Kharimah [thesis]. Lampung (ID). UIN Raden
Intan.
Sutirna. 2013. Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta
Didik. Andi Offset. Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru Dan Dosen.

113
TENTANG PENULIS
Dra. Yuniar, M. Hum, dengan No
kontak 0813 6222 9060 dan e.mail
yunirasyad@yahoo.co.id,
dilahirkan pada tanggal 13 Juni 1965
di Pematang Siantar, dari pasangan
H.Adenan Rasyad dan Hj. Alimah,
dan merupakan anak ketiga dari
tiga bersaudara. Menamatkan
pendidikan S1 jurusan Pendidikan
Bahasa Inggris tahun 1988 dari IKIP
Padang dan S2 dengan Program Studi Linguistik Terapan
Bahasa Inggris pada tahun 2017 dari UNIMED. Tahun
1989 diangkat menjadi PNS dan ditugaskan di STM
Negeri Bireun kabupaten Aceh Utara dan tahun 1992
pindah ke SMA Negeri 1 Kuala Simpang di Kabupaten
Aceh Timur. Tahun 2008 diangkat menjadi Pengawas
Sekolah di Kabupaten Aceh Tamiang dan pada tahun
2017 di pindahkan menjadi PNS di Dinas Pendidikan
Provinsi Aceh wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sampai
sekarang pada jabatan yang sama.

114
STRATEGI MEB UNTUK
MENCAPAI AKREDITASI SEKOLAH
UNGGUL
Garmawandi
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
garmawandi@gmail.com

Akreditasi dan Penjaminan Mutu Sekolah


Akreditasi adalah suatu kegiatan penilaian
kelayakan satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah, dan satuan pendidikan anak usia dini dan
pendidikan nonformal berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan untuk memberikan penjaminan mutu
pendidikan (Kemdikbud, 2018:3). Akreditasi dilakukan
oleh lembaga Badan Akreditasi Nasional (BAN)
Sekolah/Madrasah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI (BAN, 2017:16), merupakan suatu
pengendalian dari luar melalui proses evaluasi tentang
pengembangan mutu lembaga pendidikan yang
menunjukkan posisi lembaga pendidikan yang
bersangkutan dalam menghasilkan produk atau jasa yang
bermutu serta menentukan kelayakan satuan pendidikan.
Strategi ini merupakan gerakan untuk menumpuhkan
sikap pada guru untuk mengembangkan kemampuan
diri membuat dokumen administrasi pembelajaran
sesuai standar proses yang dipersyaratkan.
Ketersediaan dokumen administrasi pembelajaran
bertujuan untuk melengkapi dokumen administrasi
sekolah dalam standar proses pembelajaran serta
ketersediaan dokumen yang digunakan untuk
persiapan akreditasi sekolah.
Adapun tujuan dilaksanakannya kegiatan
akareditasi sekolah/madrasah ini antara lain untuk (1)
Memberikan informasi tentang kelayakan
sekolah/madarasah atau program yang akan
dilaksanakan berdasarkan SNP; (2) Memberikan
pengakuan peringkat kelayakan, dan (3) Memberikan

115
rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan
kepada satuan pendidikan yang diakreditasi. Pelaksanaan
akreditasi sekolah merupakan cara untuk mengawasi
upaya peningkatan mutu yang menggambarkan hasil-
hasil yang telah dicapai oleh sekolah. Berdasarkan
beberapa fenomena umum terkait mutu (kualitas)
pendidikan sekolah, tentunya dibutuhkan suatu
pengawasan khusus yang memberikan nilai suatu instansi
pendidikan (sekolah) sehingga mampu membuka kaca
mata (kesadaran) berdasarkan semua perspektif yang
menunjang dan sebagai subtansi peningkatan mutu
pendidikan di sekolah, seperti pengelolaan, proses
pelaksanaan serta sarana dan prasarana. Artinya suatu
pelaksanaan pendidikan tentunya dibutuhkan
pengawasan yang baik sebagai parameter (pengendalian)
dalam memenuhi standar untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah. Sekolah dan kepala sekolah
serta pengawas sekolah harus mampu mengangkat dan
mengexplore aktualisasi diri guru yang dapat dilakukan
seseorang dapat dilakukan dengan cara pembinaan dan
pembimbingan yang terstruktur serta berkelanjutan yang
dapat dilakukan melalui kegiatan Monitoring, Evaluasi
serta pola Bimbing atau Pembimbingan terstruktur.
Penilaian kinerja sekolah melalui Akreditasi
Sekolah akan tercermin dari hasil yang dicapai sebagai
salah satu cara dalam penjaminan mutu pendidikan dan
merupakan tolak ukur dari ekspektasi masyarakat dalam
menciptkan “Budaya Mutu” dan mencapai daya saing
(competitive advanted) yang berujung pada tingginya
animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya pada
satuan pendidikan yang dituju. Pencapaian terbaik
diharapkan terbentuknya sinergitas yang baik di sekolah
antara sekolah, kepala sekolah dan guru sehingga
tercapainya mutu pendidikan serta kinerja sekolah yang
efektif.
Satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)
pada saat ini masih menjadi rujukan masyarakat dan
orang tuanya untuk menyekolahkan anaknya pada
jenjang pendidikan menengah, dengan harapan setelah
anaknya menamatkan sekolah mereka akan mampu

116
kuliah pada pendidikan tinggi yang diharapkan. Kualitas
pendidikan satuan pendidikan yang dituju kemudian
menjadi rujukan orang tua dan masyarakat dalam
menyiapkan anaknya untuk kuliah di Perguruan Tinggi
yang diinginkan. Sehingga kemudian satuan pendidikan
harus menyiapkan diri dalam mencapai Budaya Mutu
melalui penjaminan mutu pendidikan pada pencapaian 8
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang efektif dan
berkelanjutan.
SMA Negeri 1 Sijuk yang terletak di Kabupaten
Belitung dan SMA Negeri 1 Damar di Kabupaten
Belitung Timur merupakan dua sekolah binaan yang
akan mempersiapkan diri dalam Akreditasi Sekolah.
SMA Negeri 1 Sijuk berada di Kecamatan Sijuk
memiliki nilai Akreditasi Sekolah Kategori C (Cukup)
dan SMA Negeri 1 Damar yang berdiri tahun 2014
belum di akreditasi. Menyandang predikat C bagi
SMA Negeri 1 Sijuk dan status belum terakreditasi
untuk SMA Negeri 1 Damar menjadi beban tersendiri
bagi Pengawas Sekolah Bina dan pihak sekolah,
sehingga diperlukan pembinaan, pendampingan dan
sekaligus fasilitasi khusus untuk kesiapan Akreditasi
Sekolah sehingga akan diperoleh pencapaian nilai
akreditasi sekolah yang unggul.
Berdasarkan hasil pembinaan dan penilaian
standar proses yang dilakukan, diketahui kelemahan
dan permasalahan yang terjadi di sekolah binaan.
Sekolah, guru-guru dan kepala sekolah belum
maksimal dalam melaksanakan dan menerapkan
standar proses, khususnya pada ketersediaan
dokumen standar proses atau pembelajaran yang
harus disediakan oleh sekolah, guru dan kepala
sekolah dalam melaksanakan tugasnya.
Secara eksplisit hasil pembinaan pada kedua
sekolah binaan telah memiliki sarana prasarana
sekolah yang sangat baik yaitu 92, ketersediaan
standar isi dengan nilai 93, SKL sebesar 92, standar
pengelolaan sebesar 91, standar pembiayaan sebesar
97 serta standar penilaian sebesar 91 juga sudah sangat
baik. Kondisi sekolah sangat didukung oleh kualifikasi

117
dan kemampuan guru semuanya Sarjana berusia
muda dan dapat diandalkan dalam meningkatkan
kinerja sekolah dengan nilai standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan (PTK) sebesar 93. Namun ketika
dilaksanakan pra-akreditasi pada standar proses
dengan menggunakan 21 indikator komponen standar
proses didapatkan hasil penilaian pada kondisi yang
rendah yaitu 87. Sehingga perlu dicari upaya untuk
mengatasi masalah tersebut.
Pelaksanaan Strategi MEB dilakukan untuk
membangun kepedulian sekolah, guru dan kepala
sekolah untuk peduli terhadap melengkapi diri
dengan dokumen administrasi pembelajaran yang
akan digunakannya dalam melaksanakan tugas.
Ketersediaan dokumen akan berdampak pada cara
dan perlakuannya dalam pembelajaran sebagai
implementasi standar proses. Sehingga untuk
membangun semangat dan rasa kepedulian ini, maka
Best Practice ini diarahkan pada pada Strategi care of
self-actualization dalam membangun Budaya Mutu
untuk mencapai predikat Akreditasi Unggul memiliki
manfaat strategis dalam pencapaian mutu pendidikan
yang efektif dan berkelanjutan bagi sekolah binaan.

Prosedur Strategi MEB


Sebuah upaya untuk meningkatkan akreditasi
sekolah yang terkendala pada ketersediaan dokumen
standar proses yang ada di SMA Negeri 1 Sijuk dan SMA
Negeri 1 Damar dilakukan melalui monitoring dan
evaluasi yang ditindaklanjuti dengan pembimbingan
menuju ke arah perbaikan. Tindakan perbaikan dilakukan
dengan tahapan yang baku yaitu diawali dengan
monitoring. Kegiatan Monitoring dilaksanakan untuk
mendapatkan informasi kondisi sekolah yang akan
diakreditasi, sehingga mengetahui secara tepat kelemahan
dan kendala. Monitoring akan sangat akurat apabila
semua pihak memberikan informasi yang benar dan
terbuka. Pelaksanakan monitoring dilakukan
menggunakan cara-cara diantaranya: diskusi kelompok
terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman,

118
wawancara, dan pendokumentasian.
Sedangkan kegiatan Evaluasi dilakukan dengan
mempelajari beberapa kejadian-kejadian yang kemudian
dilanjutkan dengan memberikan solusi terhadap suatu
masalah dan permasalahan yang kemudian dibuatkan
dan diberi rekomendasi sebagai saran untuk perbaikan.
Kegiatan Monitoring disandingkan dengan kegiatan dan
hasil Evaluasi akan menghasilkan dan memposisikan
data-data yang didapat dan diolah untuk dapat
digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah.
Kegiatan Bimbing dan pembimbingan diarahkan pada
kemampuan sekolah, guru dan kepala sekolah dalam
mengumpulkan, menyediakan dokumen administrasi
standar proses untuk keperluan dan kebutuhan persiapan
akreditasi yang mencakup 3 aspek yaitu sekolah, guru
dan kepala sekolah pada 21 instrumen penilaian
akreditasi sekolah.
Kegiatan penerapan Strategi MEB di sekolah
binaan dilakukan dan dilaksanakan berdasarkan
skema sebagai berikut :

Gambar 1. Tahapan Strategi MEB pada Ketersediaan


Dokumen Standar Proses Akreditasi Sekolah

Kegiatan dilakukan pada sekolah binaan yaitu


SMA Negeri 1 Sijuk dan SMA Negeri 1 Damar yang
merupakan sekolah binaan dengan subjek
kegiatannya semua guru dan kepala sekolah serta
satuan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan

119
dengan cara berkunjung ke sekolah binaan secara
terjadual dan berkelanjutan dengan fokus pada
pemenuhan kebutuhan ketersediaan dokumen
standar proses di dua sekolah.
 Kegiatan Monitoring
Tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan data
valid dan otentik tentang sekolah, terutama pada
hasil pemenuhan dan pelaksanaan komponen 8
SNP. Kegiatan monitoring dan observasi lebih rinci
dan detail diarahkan pada kemampuan dan
ketersediaan komponen standar proses yang lebih
khusus pada ketersediaan dokumen administrasi
pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah, kepala
sekolah dan guru sebagai pelaksana proses
pembelajaran dengan menggunakan instrumen
akreditasi sekolah. Kegiatan.
 Kegiatan Evaluasi
Tahapan ini dilakukan dengan pengolahan data
hasil monitoring yang kemudian dioleh
menggunakan tabulasi data sehingga didapatkan
data mentah tentang ketersediaan dokumen
administrasi pembelajaran yang dimiliki guru
sesuai instrumen akreditasi sekolah. Hasil oleh
data kemudian dijadikan dasar untuk
ditindaklanjuti melalui kegiatan Bimbing
(pembimbingan) sesuai dengan prosedur dan
tahapan pada Strategi MEB. Pengolahan data
sebagai bentuk kegiatan pada tahapan evaluasi
yang juga dilakukan analisis untuk memetakan
hasil guna pelaksanaan kegiatan pembimbingan
(Bimbing).
 Kegiatan Bimbing
Kegiatan pembimbingan (bimbing) pada kegiatan
ini dilakukan selama 6 (enam) bulan, mulai Bulan
Januari 2017 sampai dengan Bulan Juli 2017.
Kegiatan ini dilakukan dengan mengumpulkan
guru dan kemudian melakukan diskusi kecil yang
difokuskan pada satu permasalahan terhadap
ketersediaan dokumen standar proses yang
dimiliki oleh sekolah, kepala sekolah dan guru

120
sesuai dengan data hasil monitoring dan evaluasi
yang dilakukan sebelumnya. Kegiatan Bimbing
(pembimbingan) pada ketersediaan difokuskan
pada :
1) Dokumen standar proses yang harus dimiliki
dan dibuat oleh Guru
2) Dokumen standar proses yang harus dimiliki
dan dibuat oleh Kepala Sekolah
3) Dokumen standar proses yang harus dimiliki
dan dibuat oleh Sekolah.

Pelaksanaan Strategi MEB untuk Mencapai Akreditasi


Sekolah Unggul
Strategi Monitoring-Evaluasi-Bimbing (MEB)
merupakan kegiatan kepengawasan sekolah oleh
Pengawas Sekolah Bina untuk mengembangkan
kepedulian dan semangat dalam membangun sekolah
khususnya pada persiapan pelaksanaan akreditasi
sekolah yang diterapkan pada pemenuhan komponen
standar proses sesuai dengan instrumen akreditasi
sekolah.
Kegiatan Strategi MEB dilakukan dengan
membangun dan mengajak sekolah, guru dan kepala
sekolah untuk peduli membangun dan
mengembangkan organisasi sekolah. Aktualisasi
diarahkan pada ekspektasi kemampuan administratif
maupun dalam proses pembelajaran berkualitas di
kelas dengan tersedianya dokumen standar proses
yang lebih baik. Potensi tersebut harus diasah dan
dikembangkan melalui tindakan bimbing atau
bimbingan positif sehingga mereka mengakui bahwa
setiap diri mereka adalah insan guru yang mampu
dan memiliki kemampuan diri sebagai guru hebat
yang profesional.
Pelaksanaan Strategi MEB pada kemampuan
ketersediaan perangkat dokumen administasi guru,
kepala sekolah dan sekolah sejalan dengan tindakan
sekolah yang berkeinginan memperoleh hasil
maksimal dalam kegiatan akreditasi sekolah. Strategi
MEB dilakukan oleh sekolah secara terencana yang

121
dilakukan dengan :
1) Program Pembinaan dan Penilaian Dokumen
Sekolah, Dokumen Guru dan Dokumen Kepala
Sekolah
Kegiatan dilakukan dengan untuk mendorong guru
membangun motivasinya dalam mengembangkan
kultur sekolah, mengaktulisasikan diri guru sebagai
bagian penting dan tak terpisahkan dari struktur
organisasi sekolah, dan menggambarkan arti
penting akreditasi sekolah sebagai bagian dari
kebutuhan sekolah.

Gambar 2. Kegiatan Pembinaan pada Kepsek dan


Guru tentang Persiapan Akreditasi Sekolah

Kegiatan kemudian dilanjutkan dan dilakukan


dengan pemeriksaan dan penilaian terhadap
dokumen sekolah, dokumen guru, dan dokumen
kepala sekolah yang berkaitan dengan komponen
standar proses. Penilaian dilaksanakan menggunalan
instrumen penilaian sesuai dengan lembar instrumen
akreditasi sekolah.

122
Gambar 3. Kegiatan Penilaian Dokumen
Standar Proses oleh Pengawas Sekolah Bina

Hasil kegiatan pembinaan dan penilaian Dokumen


Standar Proses ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1.
Hasil Monitoring dan Evaluasi Dokumen Sekolah, guru dan Kepala
Sekolah
Butir –Butir SMAN 1 Sijuk SMAN 1 Damar
No
Instrumen Akreditasi Nilai Katagori Nilai Katagori
Dokumen Sekolah
1 68,75 Kurang 62,50 Kurang
(Nomor butir 10 sd 13)
Dokumen Guru
2. 68,18 Kurang 65,91 Kurang
(Nomor butir 14 sd 24)
Dokumen Kepala Sekolah
3. 70,83 Cukup 70,83 Cukup
(Nomor butir 25 sd 30)
Nilai Rata – Rata Dokumen 69,25 Kurang 66,41 Kurang

2) Program Bimbing (Pembimbingan) Dokemen


Sekolah, Kepala Sekolah dan dokumen Guru
dengan Strategi MEB
Kegiatan Bimbing Sekolah, Kepala Sekolah dan
Guru diarahkan pada pembimbingan dalam
ketersediaan dokumen perangkat administrsi
pembelajaran yang paripurna. Sekolah, Kepala
Sekolah dan Guru harus memahami, membuat,
menyediakan dan memanfaatkan dokumen
administrasi pembelajaran secara efektif dan
berdaya guna. Kegiatan Bimbing (Bimbing Sekolah,
Kepala Sekolah dan Guru) dilakukan pada setiap
minggu awal dan minggu ketiga disetiap bulannya
yang dilakukan sejak Bulan Januari 2017 sampai
dengan Bulan Juli 2017.
Kegiatan Pertemuan Pertama program Bimbing
(Pembimbingan) dengan Strategi MEB di SMA Negeri

123
1 Sijuk pada hari Kamis tanggal 2 Pebruari 2017
dihadiri oleh kepala sekolah dan tim persiapan
akreditasi sekolah dan pelaksanaan untuk di SMA
Negeri 1 Damar dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
4 Pebruari 2017.

Gambar 4. Kegiatan Bimbing Pertemuan 1 Strategi MEB


di SMAN 1 Sijuk (2 Pebruari 2017)

Gambar 5. Kegiatan Bimbing Pertemuan 1 Strategi MEB


di SMAN 1 Damar (4 Pebruari 2017)

Selanjutnya kegiatan Bimbing untuk pertemuan


kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21
Pebruari 2017 untuk pertemuan di SMA Negeri 1 Sijuk
dan untuk pelaksanaan di SMA Negeri 1 Damar
dilaksanakan pada Hari Rabu tanggal 22 Pebruari 2017
yang juga dihadiri oleh kepala sekolah dan tim
persiapan akreditasi sekolah.

124
Gambar 6. Kegiatan Bimbing Pertemuan 2 Strategi
MEB di SMAN 1 Sijuk (21 Pebruari 2017)

Gambar 7. Kegiatan Bimbing Pertemuan 2 Strategi


MEB di SMAN 1 Damar (22 Pebruari 2017)

Sedangkan untuk pelaksanaan program


Bimbing (pembimbingan) pada pertemuan ketiga
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 Maret 2017
untuk di SMA Negeri 1 Sijuk sedangkan untuk di SMA
Negeri 1 Damar dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal
18 Maret 2017 dihadiri oleh kepala sekolah dan tim
akreditasi sekolah.

Gambar 8. Kegiatan Bimbing Pertemuan 2 Strategi


MEB di SMAN 1 Sijuk (16 Maret 2017)

125
Gambar 9 . Kegiatan Bimbing Pertemuan 2 Strategi
MEB di SMAN 1 Damar (18 Maret 2017)

Capaian Hasil dan Dampak Pelaksanaan Strategi MEB


Setelah dilakukan kegiatan Monitoring dan
Pembinaan yang diteruskan dengan kegiatan Evaluasi
dan Bimbing melalui penerapan Strategi Monitoring,
Evaluasi, dan Bimbing yang kemudian dikenal dengan
Strategi MEB didapatkan perubahan hasil yang signifikan
terhadap sikap sekolah, guru dan kepala sekolah dengan
persiapan pelaksanaan kegiatan akreditasi yang akan
dilakukan.
Adapun hasil bimbing melalui Strategi MEB
dari Pertemuan 1, 2 dan 3 di SMA Negeri 1 Sijuk
didapatkan hasil pada Tabel 2 sebagai berikut.

Tabel 2
Hasil Program Bimbing dengan Strategi MEB pada
Ketersediaan
Dokumen Standar Proses di SMA Negeri 1 Sijuk
SMAN 1 Sijuk SMAN 1 Sijuk SMAN 1 Sijuk
Butir –Butir
No Strategi MEB.1 Strategi MEB.2 Strategi MEB.3
Instrumen Akreditasi
Nilai Katagori Nilai Katagori Nilai Katagori
Dokumen Sekolah Sangat
1 75,00 Cukup 87,50 Baik 93,75
(Nomor butir 10 sd 13) Baik
Dokumen Guru Sangat
2. 72,73 Cukup 86,36 Baik 95,45
(Nomor butir 14 sd 24) Baik
Dokumen Kepala Sekolah Sangat
3. 79,17 Cukup 87,50 Baik 91,67
(Nomor butir 25 sd 30) Baik
Sangat
Nilai Rata-Rata Seluruh Dokumen 75,63 Cukup 87,12 Baik 93,62
Baik

Untuk melihat hasil pembimbingan melalui Strategi


MEB di SMA Negeri 1 Damar ditunjukkan pada Tabel
3 sebagai berikut.

126
Tabel 3
Hasil Program Bimbing dengan Strategi MEB pada
Ketersediaan
Dokumen Standar Proses di SMA Negeri 1 Damar
SMAN 1 Damar SMAN 1 Damar SMAN 1 Damar
N Butir –Butir
Strategi MEB.1 Strategi MEB.2 Strategi MEB.3
o Instrumen Akreditasi
Nilai Katagori Nilai Katagori Nilai Katagori
Dokumen Sekolah Sangat
1 75,00 Cukup 87,50 Baik 93,75
(Nomor butir 10 sd 13) Baik
Dokumen Guru Sangat
2. 70,45 Cukup 81,82 Baik 93,18
(Nomor butir 14 sd 24) Baik
Dokumen Kepala Sekolah Sangat
3. 75,00 Cukup 83,33 Baik 91,67
(Nomor butir 25 sd 30) Baik
Nilai Rata-Rata Seluruh
73,48 Cukup 84,22 Baik 92,87 Sangat Baik
Dokumen

Terjadi rerata peningkatan hasil yang signifikan


pada kepemilikan dokumen administrasi sekolah,
dokumen guru dan dokumen sekolah pada standar
proses setelah dilakukan pembimbingan menggunakan
instrumen standar proses akreditasi sekolah. Nilai standar
proses melalui pembimbingan pertama di SMA Negeri 1
Sijuk sebesar 75,63 (Cukup), meningkat menjadi 87,12
(Baik) pada pembimbingan kedua, dan meningkat lagi
secara signifikan pada pembimbingan ketiga menjadi
93,63 dengan ketegori Baik Sekali. Demikian juga
pembimbingan (bimbing) yang dilakukan pada SMA
Negeri 1 Damar, semula pada pertemuan pertama
dengan nilai 73,48 (Cukup), mengalami peningkatan
menjadi 84,22 (Baik) pada pertemuan kedua, dan juga
mengalami peningkatan signifikan pada pertemuan
ketiga dengan skor nilai mencapai 92,87 pada kategori
Baik Sekali.
Secara ringkas hasil yang dicapai dengan
pelaksanaan Strategi MEB sebagai persiapan akreditasi
sekolah pada ketersediaan dokumen standar proses
disajikan pada Tabel 4 sebagai berikut :

127
Tabel 4
Perbandingan Hasil Yang Dicapai pada Pelaksanaan
Strategi MEB pada Sekolah Binaan

Sumber : Data Olah Sendiri

Kendala dan Faktor Pendukung Pelaksanaan Strategi


MEB
Beberapa kendala yang masih dihadapi antara lain
yaitu :
1) Masih rendahnya pemahaman Guru akan arti penting
Akreditasi Sekolah;
2) Jauhnya jarak sekolah dengan tempat tinggal Guru
yang berdampak pada rendahnya sikap untuk
membangun sekolah.

Faktor pendukung yang diharapkan mampu


mengangkat hasil akreditasi sekolah melalui penerapan
Strategi MEB antara lain :
1) Sarana dan prasarana sekolah serta fasilitas sekolah
lainnya yang sangat mendukung terhadap kebutuhan
dan keperluan pelaksanaan akreditasi sekolah;
2) Kualifikasi guru semua sudah S1 dan berusia muda
sehingga bisa diajak untuk berbuat dan bertindak ke
arah perbaikan dan kemajuan.

128
Daftar Pustaka
Ahmad, S. 2010. Akreditasi Muara Penimngkatan Mutu
Pendidikan, disajikan pada Seminar
Akreditasi BAP-SM, Sumatera Selatan 15
Nopember 2014
Balai Pustaka. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Jakarta : Balai Pustaka
BAN-S/M. 2017. Paduan Akreditasi Sekolah Tahun 2017.
Jakarta: BAN-SM
Craig, dan Grant. 1996. Manajemen Strategi. Jakarta: Alex
Media Komputindo
Kemdikbud, 2018. Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2018 tentang Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah dan Badan Akreditasi Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Nonformal. Jakarta : Kemdikbud RI
Sa'ud, U. S., Sururi dan Hartini, N. 2007. Pengaruh
Akreditasi Terhadap Kualitas Pendidikan (Studi
tentang Pengaruh Akreditasi Terhadap Kualitas
Pendidikan di SMA se-Kota Bandung). (Online),
(Pengaruh Akreditasi Terhadap Kualitas
Pendidikan (Studi Tentang Pengaruh Akreditasi
Terhadap Kualitas Pendidikan di Sekolah
Menengah Atas se-Kota Bandung).doc), diakses 13
Januari 2017.
Siagian, S. 2004. Manajemen Strategik. Jakarta : Bumi
Aksara.
Slamet, M. 1999. Filosofi Mutu dan Penerapan Prinsip-
Prinsip Manajemen Mutu Terpadu, Bogor : IPB
Bogor.

129
Tentang Penulis :
Garmawandi, S.Pd, MBA dilahirkan
di Buding, Belitung Timur pada
tanggal 18 Agustus 1969. Pendidikan
SMA ditamatkannya di Jurusan Fisika
SMA Negeri 1 Manggar, Belitung
Timur (1989). Tahun 1990
melanjutkan pendidikan ke Program
Studi Pendidikan Sejarah FKIP
Universitas Sriwijaya dan lulus pada
Tahun 1996. Melanjutkan pendidikan
ke jenjang S2 dari Program Beasiswa Penuh Pengadaan
Calon Pengawas Sekolah bagi Guru/Kepala Sekolah dari
Direktorat P4TK Kemdikbud RI di Magister Manajemen
FEB Universitas Gadjah Mada pada Tahun 2011 dan lulus
Tahun 2013. Saat ini berkedudukan sebagai ASN JFU
pada Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka sebagai
Pengawas Sekolah Pendidikan Menengah. Hp.
081804131293

130
SUKSES SNP DENGAN
PENDAMPINGAN BERBASIS WETL

Nindyan Mumpuni
Pengawas SMA, Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau
nindyscorpio@gmail.com

Permasalahan Standar Nasional Pendidikan Pada


Sekolah Binaan
Mutu pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia belum seperti yang diharapkan. Hasil
pemetaan mutu pendidikan secara nasional belum
menunjukkan hasil yang signifikan, apalagi mutu
pendidikan pada satuan pendidikan. Sebagian besar
satuan pendidikan belum memenuhi Standar Nasional
Pendidikan (SNP), bahkan ada satuan pendidikanyang
masih belum memenuhi standar pelayanan minimal
(SPM). Standar kualitas pendidikan yang ditetapkan oleh
pemerintah berbeda dengan standar yang dilaksanakan
oleh satuan pendidikan. Standar yang digunakan oleh
sebagian besar sekolah jauh di bawah standar yang
ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya, kualitas lulusan
yang dihasilkan oleh satuan pendidikan belum
memenuhi standar yang diharapkan. Kesenjangan antara
hasil ujian nasional dengan hasil ujian sekolah yang lebar
menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam instrumen
dan metode pengukuran hasil belajar siswa. Masih
banyak pengelola pendidikan yang tidak tahu makna
standar mutu pendidikan. Selain itu,sebagian besar
satuan pendidikan belum memiliki kemampuan untuk
menjamin bahwa proses pendidikan yang dijalankan
dapat memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh
pemerintah. Kemampuan tersebut meliputi: (1)C ara
melakukan penilaian hasil belajar, (2) Cara membuat
perencanaan, (3) peningkatan mutu pendidikan, (4) Cara
implementasi peningkatan mutu pendidikan, dan (5)
Cara melakukan evaluasi pengelolaan sekolah maupun

131
proses pembelajaran.
Peningkatan mutu pendidikan ini tidak akan dapat
diwujudkan tanpa ada upaya perbaikan dalam
penyelenggaraan pendidikan menuju pendidikan
bermutu.Untuk mewujudkan pendidikan bermutu ini,
upaya membangun budaya mutu di satuan pendidikan
menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat ditawar.
Satuan pendidikan harus mengimplemetasikan
penjaminan mutu pendidikan tersebut secara mandiri
dan berkelanjutan. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Selanjutnya sebagaimana
diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005.
Setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan
non formal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut
bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar
Nasional Pendidikan. Permasalahan yang terjadi di SMA
Negeri 15 Batam berdasarkan rapor mutu sekolah tahun
2016 terpantau capaian SNP tergolong masih rendah,
terdapat 4 standar yang masih belum memenuhi Standar
Nasional Pendidikan. Hal ini di sebabkan antara lain:
 Belum maksimal melibatkan pemangku
kepentingan dalam penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan;
 Belum melakukan pelaporan penilaian secara
periodik;
 Minimnya tenaga pelaksana urusan administrasi
berpendidikan sesuai ketentuan;
 Masih ada ruang kelas yang belum memenuhi
standar;

132
 Belum membangun kemitraan dan melibatkan
peran serta masyarakat serta lembaga lain yang
relevan;
 Belum memiliki laporan yang dapat diakses oleh
pemangku kepentingan.

Untuk membantu satuan pendidikan dalam


mengatasi permasalahan diatas pembimbingan dan
pendampingan oleh pengawas pembina menjadi sangat
penting. Pelaksanaan Pembimbingan dan pendampingan
terhadap kepala sekolah dan guru melalui kegiatan
Workshop SPMI, Evaluasi dan Tindak lanjut ( WETL)
yang di lakukan secara tepat dan berkesinambungan akan
di rasakan manfaatnya bagi setiap warga sekolah

Strategi Pendampingan
Pendampingan dengan Workshop, Evaluasi dan
Tindak Lanjut (WETL) melibatkan Tim Penjamin Mutu
Pendidikan Sekolah ( TPMPS) sekolah model dan TPMPS
sekolah imbas. Kegiatan dilaksanakan di sekolah Model
dengan menggunakan tahapan pendampingan sesuai
dengan siklus Sistim Penjaminan Mutu Internal (SPMI).
Ada 5 tahapan yang diikuti peserta dalam siklus
penjaminan mutu sebagai berikut.
1. Tahap Sosialisasi SPMI dan Pendampingan Pemetaan
Mutu
a. Sosialisasi SPMI dan WETL
Pada tahap ini dilaksanakan workshop sosialisasi
SPMI dibuka oleh Kepala sekolah untuk
menyampaikan informasi kepada semua guru
tentang kegiatan yang akan dilaksanakan dan
pentingnya mengapa kegiatan ini dilaksanakan.
Disampaikan secara umum tentang standar
Nasional Pendidikan yang belum terpenuhi atau
capaiannya masih rendah. Pelaksanaan
Pendampingan dengan Workshop SPMI, Evaluasi
dan Tindak lanjut ( WETL ) di dahului dengan
sosialisasi yaitu Paparan Materi SPMI oleh
Pengawas selaku nara sumber tentang apa,
mengapa dan bagaimana Sistim Penjaminan Mutu

133
Internal harus dilaksanakan oleh masing masing
satuan pendidikan terutama pada sekolah model
dan sekolah imbas.
b. Pendampingan pemetaan Mutu
Pengawas melakukan pembimbingan peserta (
TPMPS) dalam:
 Menyusun evaluasi diri sekolah (EDS) sehingga
sekolah memliki profil mutu berdasarkan SNP;
 Membuat analisis SWOT
(Strength,Weakness,Opportunities,Threats) yang
berisi potensi keunggulan, kelemahan , Peluang
berikut faktor – faktor penghambat baik internal
maupun external;
 Mengidentifikasi akar permasalahan dalam
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan;
 Membuka kesempatan kepada peserta untuk
bertanya terkait hal yng perlu di klarifikasi;
 Memberikan kesempatan kepada peserta untuk
mempresentasikan hasil identifikasi
 Mendiskusikan hasil presentasi.
2. Tahap Pendampingan Penyusunan Rencana
Pemenuhan Mutu
Pengawas melakukan pembimbingan kepada
peserta workshop dalam:
 Menindak lanjuti hasil EDS untuk Pemenuhan
SNP;
 Menyusun perencanaan pemenuhan mutu secara
berkelompok sesuai TPMPS untuk mengatasi
permasalahan sesuai dengan skala prioritas;
 Melakukan pembimbingan secara kelompok
kepada peserta (TPMPS) yang mengalami
kesulitan dalam penyusunan;
 Membuka kesempatan kepada pesrta untuk
bertanya terkait hal yng perlu di klarifikasi;
 Mempresentasikan hasil kerja kelompok untuk
perencanaan peningkaatan mutu juga pada sekolah
imbasa;
 Tanya jawab hasil presentasi;
 Peserta memperbaiki rencana pemenuhan mutu
sekolah masing-masing.

134
3. Tahap Pendampingan Pelaksanaan Pemenuhan Mutu
Pengawas Pembina melakukan pendampingan
dan pemantauan kepada peserta dalam Melaksanakan
pemenuhan mutu dalam bidang akademik sesuai
perencanaan/RKAS Pelaksanaan program pemenuhan
mutu sekolah dilaksanakan dalam waktu 2 hari dengan
dua jenis kegiatan yaitu pelatihan penyusunan
perangkat mengajar keterampilan abad 21 dan
pelatihan pembuatan instrumen penilaian.

4. Tahap Pendampingan Evaluasi Pemenuhan Mutu


Tahap ini pengawas melakukan monitoring
dan evaluasi apakah pelaksanaan pemenuhan mutu
berjalan baik sesuai rencana dan apakah sekolah
terampil melakukan evaluasi terhadap seluruh
kegiatan SPMI , termasuk mengawasi pengisian
aplikasi Penjaminan Mutu Pendidikan yang dilakukan
oleh Kepala sekolah, guru, tatausaha, siswa dan
perwakilan orang tua.
5. Tahap penetapan standar baru dan penyusunan
strategi baru.
Pengawas melakukan pendampingan melalui
workshop bagaimana menyusun strategi yang perlu
dilakukan jika sekolah belum mampu mencapai SNP
berdasarkan strategi sebelumnya.

Capaian SNP dengan Strategi WETL


Pendampingan melalui Workshop SPMI, Evaluasi
dan Tindak Lanjut (WETL). Sistem penjaminan mutu
internal di sekolah harus dilakukan oleh seluruh anggota
sekolah yaitu kepala sekolah, guru, dan staf sekolah
sesuai tugasnya masing-masing, sebagai upaya sadar
untuk melakukan peningkatan mutu secara teratur dan
menyeluruh. Peningkatan mutu sekolah baik pada
dimensi akademik maupun non akademik. SPMI
merupakan suatu kesatuan, direncanakan, dilaksanakan,
dikendalikan, dan dikembangkan oleh satuan
pendidikan. Ada lima tahapan siklus yang harus
dilaksanakan: (1) memetakan mutu, (2) perencanaan
peningkatan mutu, (3) pelaksanaan program penjaminan

135
mutu Sekolah, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5)
penetapan standar baru dan penyusunan strategi baru.

1. Pemetaan Mutu

[Gambar 1. Sosialisasi dan


Pengimbasan SPMI

Kegiatan Pemetaan mutu dilakukan melalui


tahapan:(1)PemetaanMutu berdasarkanrapor
mutu,(2)Melakukan analisis akar masalah. Dan (3)
Evaluasi Diri Sekolah SMA Negeri 15 Batam ditunjuk
sebagai Sekolah model berkewajiban melakukan
pengimbasan tentang Sistem Penjamin Mutu Internal
(SPMI) kepada beberapa sekolah imbas sesuai dengan
Surat Keputusan dari Pihak LPMP Kepulauan Riau.
Selama kegiatan pengimbasan diberikan materi Paparan
tentang Sistem Penjamin Mutu Internal, pentingnya
sistem penjaminan mutu sekolah dalam pengembangan
dan peningkatan mutu.

Tabel 1. Contoh Hasil Pemetaan mutu berdasarkan rapor mutu


Sekolah
KONDISI SAAT ANALISIS LINGKUNGAN
STANDAR INDIKATOR
INI KEKUATAN KELEMAHAN
Lulusan Memiliki perilaku Memiliki perilaku
memiliki yang yang mencerminkan
kompetensi mencerminkan sikap beriman dan
SKL
pada dimensi sikap beriman dan bertakwa kepada
sikap bertakwa kepada Tuhan YME(6.96)
Tuhan YME

136
Hasil analisis akar masalah pada Tabel1 merupakan
contoh analisis akar masalah berdasarkan rapor mutu
dari Standar Kompetensi Lulusan. Indikator sikapnya
yaitu Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap
dengan kondisi saat ini memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada
Tuhan YME. Kondisi tersebut sekaligus menjadi kekuatan
sekolah pada Standar Kompetensi Lulusan dengan
capaian nilai indikator (6,96).

Tabel 2. Contoh hasil analisis masalah


ASPEK/STANDA
Akar Permasalahan Rekomendasi Perbaikan
R
Standar Isi Belum maksimal Melibatkan Penyempurnaan KTSP
pemangku kepentingan dalam
penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan
Standar Penilaian Belum Melakukan pelaporan Penguatan sistem penilaian
Pendidikan penilaian secara periodik pembelajaran di sekolah dan sosialisasi
pengisian format penilaian

Sekolah model dan sekolah imbas dapat


melakukan pemetaan mutu berdasarkan rapor mutu
sekolah pada tahun sebelumnya ,mencari akar masalah
pada setiap standar yang capaiannya jauh dibawah SNP
sebagaimana contoh hasil analisil masalah pada Tabel 2.
Setelah mensosialisasikan SPMI, Tim Penjamin Mtu
Pendidikan Sekolah (TPMPS) melakukan pemetaan Mutu
sekolah melalui kegiatan Evaluasi Diri Sekolah terhadap
Standar Nasional Pendidikan untuk memetakan kondisi
mutu sekolah SMA Negeri 15 Batam. Sekolah melakukan
kegiatan evaluasi diri sekolah (EDS). Kegiatan ini penting
untuk melibatkan seluruh anggota sekolah dan
masyarakat di luar sekolah untuk mendapatkan
informasi dan evaluasi dari berbagai sisi. Visi, misi dan
tujuan sekolah dapat direvisi dan dikembangkan sesuai
hasil pemetaan ini. Karena tujuan merupakan pusat
pengelolaan sekolah dan alat ukur untuk memenuhi
harapan sekolah. Sebuah organisasi berupa tim penjamin
mutu pendidikan perlu dibentuk untuk mengelola sistem
penjaminan mutu pendidikan internal secara profesional.
Contoh hasil Evaluasi diri dapat dilihat pada Tabel.3

137
Tabel 3. Contoh Evaluasi diri pada standar SKL
ANALISIS LINGKUNGAN
STANDAR INDIKATOR
KEKUATAN KELEMAHAN
1.1 Lulusan memiliki
kompetensi pada dimensi
sikap
SKL Memiliki perilaku yang
mencerminkan sikap
beriman dan bertakwa
kepada Tuhan YME

2. Perencanaan Peningkatan Mutu


Perencanaan peningkatan Mutu dilaksanakan
dengan menggunakan peta mutu sebagai masukan utama
sekolah termasuk manajemen, kurikulum, kegiatan
ekstrakurikuler, sumberdaya Manusia dan dukungan
infrastruktur. Perencanaan peningkatan mutu
dilaksanakan dengan menggunakan peta mutu sebagai
masukan utama disamping dokumen kebijakan
pemerintah seperti kurikulum dan standar nasional
pendidikan, serta dokumen rencana strategis
pengembangan sekolah.

Tabel 4. Contoh Perencanan program pemenuhan


Aspek/ Kebutuhan Sumber
Standar Program Kegiatan Volume
Standar biaya daya
ISI
Kurang
menyediakan
alokasi waktu Rapat 1x
Penyempur Dana
pembelajaran Penyusunan Kegiatan 1.000.000
naan KTSP Komite
sesuai struktur KTSP 40 guru
kurikulum
yang berlaku
Workshop 1x
Dana
penyusunan Kegiatan 1.000.000
Komite
KTSP 40 guru
PROSES
SKL
Pelatihan
Kurang tentang
Peningkatan 1 nara
mendorong model -
mutu sumber 1.500.000 Dana BOS
peserta didik model
pendidik 40 guru
mencari tahu pembelajara
n
PENILAIAN
Penilaian
Pembuatan
belum
Penilaian aplikasi Dana
dilakukan 40 guru 1.500.000
berbasis IT penilaian Komite
mengikuti
berbasis IT
prosedur

Hasil pemetaan mutu ditemukan berbagai


permasalahan yang perlu ditindaklanjuti untuk

138
pemenuhan mutu sekolah. Dari berbagai temuan
tersebut sekolah melakukan perencanaan untuk
mengatasi permasalahan sesuai dengan kondisi
kebutuhan sekolah. Adapun perencanaan pemenuhan
mutu sekolah Tim SPMI SMA Negeri 15 menyusun
berbagai program kegiatan diantaranya pelatihan
penyempurnaan kurikulum, pembuatan perangkat
pembelajaran yang mengintegrasikan PPK,Literasi dan
Ketrampilan 4C dan pelatihan penyusunan perangkat
penilaian.

3. Pelaksanaan Rencana Peningkatan Mutu


Pelaksanaan program penjamin mutu sekolah
berdasarkan hasil pemetaan kondisi mutu sekolah sesuai
dengan tingkat kebutuhan dan anggaran. Sekolah
bersama tim melaksanakan workshop tentang
bagaimana menerapkan proses pembelajaran
(mengembangkan materi dan pendekatan proses
pembelajaran), kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain
yang berkaitan dengan program penjaminan mutu
sekolah. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa
akan belajar bagaimana menerapkaan pembelajaran
interaktif dan integratif melalui pendekatan ilmiah untuk
membangun pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang lebih baik.
Tabel 5. Contoh pelaksanaan rencana peningkatan mutu
Kebutuhan Sumber
Program Kegiatan Volume
Biaya dana
Penyempurnaan Pelatihan penyusunan 1 orang Nara 1.500.000 Dana
perangkat perangkat mengajar Sumber dan 40 komite
mengajar denganmengintegrasikan PPK, guru
Literasi dan keteramplan Abad
21
Penguatan Pelatihan pembuatan instrumen 1 orang Nara 1.500.000 Dana
penyusunan penilaian Sumber dan 40 Komite
instrumen guru
penilaian

Gambar 2. Foto Kegiatan Literasi

139
Pelaksanaan program pemenuhan mutu sekolah
dilaksanakan dalam waktu 2 hari dengan dua jenis
kegiatan yaitu pelatihan penyusunan perangkat mengajar
dengan mengintegrasikan PPK,Literasi dan keterampilan
Abad 21 dan pelatihan pembuatan instrumen penilaian.

Gambar 3. Kegiatan Monev SMAN


15
Setelah penyusunan rencana peningkatan mutu
berdasarkan analisis masalah untuk pemenuhan mutu
sekolah terlihat bahwa Program penyempurnaan
perangkat mengajar dengan mengintegrasikan PPK,
Literasi dan keterampilan Abad 21 dan Pembuatan
Instrumen Penilaian dianggap prioritas program
disesuaikan dengan tingkat kebutuhan kondisi dan
anggaran sekolah.

4. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring dan Evaluasi adalah kegiatan untuk
memantau atau mengevaluasi proses pelaksanaan
pemenuhan mutu yang telah dilakukan. Pada tahap ini
Pengawas pembina melakukan pemantauan dan
mengevaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang
telah dilakukan. Hal-hal yang dimonitor dan dievaluasi
secara umum dilihat dari aspek manajemen, proses
belajar dan hasilnya. Kegiatan ekstrakurikuler dan
hasilnya, serta dampak penjaminan mutu sekolah
terutama pengetahuan, keterampilan dan perilaku
perubahan anggota sekolah, dukungan stakeholder dan

140
keterlibatan masyarakat juga perlu dimonitor dan
dievaluasi
.
5. Penetapan Standar Mutu Baru
Pengawas melakukan pendampingan melalui
workshop bagaimana menyusun strategi yang perlu
dilakukan jika sekolah belum mampu mencapai SNP
berdasarkan strategi sebelumnya .Jika Sekolah telah
mampu mencapai SNP dapat menetapkan standar baru.
Program yang di hasilkan sebagai standar baru pada
SMAN 15 Batam dapat di lihat pada tabel 6. Berikut.

Tabel 6. Contoh Program Penetapan Standar Baru


No Jenis Tujuan Manfaat Hasil yang dicapai Ket.
Kegiatan
1. Rapat Menetapkan Meningkatkan Berdasarakn hasil Foto dan
kerja standar mutu mutu Sekolah monitoring dan hasil
baru Model SMA Negeri evaluasi program kegiatan
15 Batam SMABEL HEBAT dan
Penguatan Supervisi
di naikan dari
pembiasaan menjadi
pemgembangan

Gambar 4. Peduli Lingkungan

Keberhasilan pendampingan berbasis WETL dapat


dilihat dari bebagai indikator keberhasilan diantaranya,
keikutsertaan siswa secara aktif di berbagai lomba baik di
tingkat sekolah ,kabupaten/kota maupun provinsi,
Karakter siswa meningkat dengan pembiasaan cinta
kebersihan dan peduli lingkungan. Kegiatan literasi
semakin hidup dengan fasilitas pojok dan atau area baca
yang di bangun oleh sekolah serta keterlibatan guru

141
dalam memanfaatkan waktu luang untuk membaca
menjadi penanda bahwa literasi sekolah sudah menjadi
budaya sekolah. Perubaha Capaian 8 Standar Nasional
Pendidikan (SNP) berdasarkan rapor mutu sekolah
menunjukkan kenaikan sebesar 3,29 %.dapat dilihat pada
tabel 7.
Tabel 7. Capaian Rapor mutu SMA Negeri 15 BatamTahun 2016 dan
2017
NO STANDAR SNP HASIL SNP HASIL SNP KETERANGAN
TAHUN 2016 TAHUN 2017
1 SKL 6,28 6,23 0,05 ( T )
2 ISI 5,1 0 5,88 0,78 ( N )
3 PROSES 6,28 6,73 0,45 ( N )
4 PENILAIAN 5,74 6,40 0,66 ( N )
5 TENDIK 4,15 3,55 0,60 (T)
6 SARPRAS 5.08 4,90 0,18 ( T )
7 PENGELOLAAN 5,43 6,09 0,66 ( N)
8 PEMBIAYAAN 5,01 6,58 1,57 ( N )
JUMLAH 43,07 46,36 3,29 ( Naik )

Pendampingan yang dilakukan melalui workshop


SPMI, Evaluasi dan tindak lanjut (WETL) secara intensif
dan berkesinambungan dengan pendekatan dan metode
yang sesuai dapat meningkatkan kemampuan sekolah
dalam memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan.
Peningkatan kemampuan guru dalam menyusun
perencanaan dan melaksanakan pembelajaran serta
penilaian pembelajaran dengan mengintegrasikan
PPK,Literasi dengan Kompetensi abad 21 (4C) memang
tidak bisa instan, serta belum mampu menjangkau semua
guru di wilayah binaan. Untuk itu perlu pembinaan
intensif dan berkesinambungan agar kemampuan
profesional guru semakin meningkat. Peningkatan
kemampuan kepala sekolah dan tenaga kependidikan
lainnya sebagai salah satu Standar Nasional Pendidikan,
dalam mengelola sekolah sudah semakin baik, meski
masih ada standar yang sangat sulit untuk ditingkatkan
statusnya karena keterbatasan dalam segala aspek /
komponen. . Peningkatan mutu di satuan pendidikan
tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya
mutu pada seluruh komponen sekolah. Untuk
peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan
pendekatan khusus agar seluruh komponen sekolah
bersama-sama memiliki budaya mutu. Peningkatan dan
penjaminan mutu pendidikan ini merupakan tanggung

142
jawab dari setiap komponen di satuan pendidikan.
Disinilah peran TPMPS sebagai tim penjamin mutu yang
ada di lini paling depan dan konsultan dalam hal ini
pengawas pembina sangat diperlukan untuk mengawal
pemenuhan Standar Nasional Pendidikan ( SNP)
sehingga pengelolaan pendidikan menjadi semakin baik.

143
Daftar Pustaka
Ace Suryadi dan Dasim Budimansyah. 2009. Paradigma
Pembangunan Pendidikan: Konsep,
Teori dan Aplikasi dalam Analisis Kebijakan Publik.
Bandung: Widya Aksara
Azra, Azyumardi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan
Nasional: Rekonstruksi dan
Demokratisasi. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
BAN-PT. 2005. Pedoman Evaluasi Diri ProgramStudi.
Jakarta: BAN-PT.
Dirjen Dikdasmen.2017 Petunjuk Teknis Pengembangan
Sekolah Model dan Pola
Pengimbasan, Jakarta : Kementerian Pendidikan.

Kementerian Pendidikan Nasional. 2009, Panduan Teknis


dan Instrumen EDS dan
MSPD. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 65/2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar
Pelayanan Minimal.
Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

144
Tentang penulis
Nindyan Mumpuni, Lahir pada tgl 31
Oktober 1966,di Sebuah
perkampungan kecil di Badegan
Ponorogo, Setamat dari Sekolah dasar
pada SD Negeri Badegan I kemudian
melanjutkan ke SMPN1 di Kab.
Ponorogo, Lulus tahun1982.
Melanjutkan SMA nya di SMA
Cokroaminoto lulus tahun 1985 di
Kota Madiun jawa Timur dan kembali ke Ponorogo
untuk menyelesaikan D3 nya pada tahun 1988. Tahun
2002 menamatkan sarjana di Universitas Lancang kuning
jurusan Sastra Inggris. Dan di Tahun 2011 menyelesaikan
S2 di University Teknology Malaysia. Penulis dapat di
hubungi melalui Email: nindyscorpio@gmail.com,
HP/WA 081268224567.

72

145

Anda mungkin juga menyukai