Anda di halaman 1dari 187

KUMPULAN KISAH SUKSES

KEPALA SEKOLAH SMA

EDITOR:
Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Ed

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES KEPALA SEKOLAH SMA

Editor:
Dr. Ridwan Abdullah Sani, M.Ed

ISBN:
978-602-52537-6-8

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi.
Karenanya di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di
bidang pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut
untuk memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara
khusus bagi kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai
pemegang kunci eksistensi dunia pendidikan pada level
praksis. Mereka dituntut untuk senantiasa secara kritis
merefleksikan gagasan-gagasan, cara-cara kerja dan hasil-
hasil pendidikan yang telah mereka lakoni dan yang telah
diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk
menemukan solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika
tantangan tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah
maupun pengawas sekolah melakukan konversi seluruh
sumber daya termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi
teknologi menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu
dan berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah

iv
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus
unik tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih
kepada para penulis, editor dan semua pihak yang telah
mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya
buku Kumpulan Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital.
Namun dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama
sekali keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan
dapat memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ..................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................... vii

Sinergi Untuk mengembangkan Potensi


Melejeitkan Prestasi ...................................................... 1
Rahayuningsih

Scaffolding Kemandirian Siswa Untuk


Meningkatkan Prestasi.................................................. 18
Pahrin Winardian

Komunikasi Persuasive Meningkatkan Karakter


Dan Prestasi Sekolah………………………………………………35
R. Bambang Aryan Soekisno

Peningkatan Pendidikan Karakter Melalui


Kewirausahaan ............................................................. 52
Ermiza

Pemberdayaan Paguyuban Untuk Meningkan


Motivasi Belajar ............................................................ 67
Jaka Tumuruna

Pengembangan Kewirausahaan Melalui Pengelolaan


Sampah Di Sekolah ...................................................... 82
Kaberi

Ekstrakurikuler Robotic Untuk Meraih Prestasi


Internasional................................................................... 101
Sumarmin

Strategi Pemberdayaan Stake Holder Untuk


Pemenuhan 8 Standar Pendidikan .................................. 117
Sy. Camellia Faridah

vii
Meningkatkan Profesionali Guru Untuk Mendongkrak
Prestasi Siswa ................................................................. 134
Suharfinal

Mewujudkan Sekolah Sehat Dengan Prilaku


Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs)....................................... 148
Kun Andrasto

Strategi Untuk Mewujudkan Sekolah Partisipatif Peduli


Dan Berbudaya Lingkungan ........................................... 163
Elvina Triyawati

viii
SINERGI UNTUK MENGEMBANGKAN
POTENSI MELEJITKAN PRESTASI
Rahayuningsih
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta Provinsi Jawa Tengah
Email: hayyu.ningsih@gmail.com.

Pentingnya Sinergi untuk Mengembangkan Potensi


Pengembangan potensi sekolah merupakan salah satu
masalah terbesar di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Sekolah mempunyai potensi yang luar biasa, namun
karena belum dikembangkan secara optimal sehingga
prestasi sekolah belum menonjol. Secara khusus
permasalahan di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta antara
lain lahan yang belum sesuai SNP, intake yang rendah,
perbedaan latar belakang ekonomi, sosial dan budaya
peserta didik, status kepegawaian guru yang beragam, dan
pendidikan karyawan yang masih belum sesuai,
Sebenarnya sekolah memiliki potensi yang besar namun
belum dikembangkan secara optimal.
Permasalahan tersebut harus secepatnya dipecahkan
agar prestasi sekolah meningkat secara pesat. Kepala
sekolah harus berkreasi dan berinovasi untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi sehingga prestasi sekolah
bisa terus meningkat secara signifikan. Hal tersebut secara
otomatis akan meningkatkan mutu sekolah. Kepala
sekolah memilih strategi Muhi Bersinergi untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Muhi merupakan nama beken dari Muhammadiyah 1.
Bersinergi berasal dari kata sinergi yang ARTINYA UPAYA
MEMBANGUN KERJASAMA YANG produktif DAN MENJALIN
KEMITRAAN DENGAN BERBAGAI PIHAK SECARA
HARMONIS. KERJASAMA DILAKUKAN melalui dialog untuk
menyamakan persepsi, sikap dan opini dalam meraih
sukses. Strategi Muhi Bersinergi dipilih dengan alasan
memiliki makna positif, pelaksanaannya mudah dan
murah, bermanfaat untuk prestasi, dan lestari artinya
tetap relevan diterapkan sepanjang jaman.

1
Sinergi berarti menjalin kerjasama yang produktif dan
kemitraan yang harmonis dengan berbagai pihak untuk
meningkatkan potensi sekolah. Menurut Deardorff dan
Williams (2006), sinergi adalah sebuah proses interaksi
dari dua orang atau lebih yang akan menghasilkan
pengaruh gabungan lebih besar dibandingkan jumlah dari
pengaruh mereka secara individual. Sinergi dapat
melipatgandakan pengaruh (multiplier effect) melalui usaha
bersama.
Menurut Ancok (2003) bersinergi berarti saling
menghargai perbedaan ide dan bersedia saling berbagi.
Bersinergi tidak mementingkan diri sendiri dan tidak ada
pihak yang dirugikan atau merasa dirugikan. Bersinergi
bertujuan memadukan bagian-bagian terpisah. Oleh sebab
itusinergi terwujud dari perpaduan dari perilaku para
anggota kelompok yang berinteraksi di antara sesama
mereka. Hasil itu diperoleh dari suatu pertemuan dialogis,
saling keterbukaan, kemauan menerima pendapat orang,
tidak merasa terancam secara intelektual maupun personal
atas gagasan orang lain.
Sinergi sangat penting dalam mengembangkan
potensi dan prestasi sekolah. Tentang pentingnya sinergi,
Covey (1989) berpendapat bahwa sinergi dapat
menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar daripada
dikerjakan sendiri-sendiri, selain itu sinergi dapat
menghasilkan suatu produk yang lebih unggul. Kanter
(1989) mengadaptasi konsep sinergi ini dalam lingkup
antar divisi dalam sebuah organisasi. Dia menyatakan
bahwa sinergi dapat menghasilkan keuntungan lebih besar
dan melampaui apa yang dapat dilakukan oleh masing-
masing unit jika melakukannya sendiri-sendiri.
Fink (2012) menjelaskan bahwa sinergi antara para
pemimpin sekolah dan pemerintah dapat meningkatkan
mutu pembelajaran. Sinergi sangat berpengaruh secara
langsung dan tidak langsung untuk kesuksesan akademik
dan pribadi seseorang (Epstein dan Sheldon, 2006). Untuk
meningkatkan prestasi dan daya saing dapat dirangsang
dan ditingkatkan dengan cara membina kerjasama dan
interaksi di tiga tingkat dalam pendidikan yaitu sekolah
(Sahlberg, 2006).

2
Potensi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta yang dikenal
sebagai SMA Muhi Solo merupakan sekolah yang
diselenggarakan masyarakat dalam perguruan
Muhammadiyah. SMA Muhi Solo beralamat di Jalan
Raden Mas Said Nomor 35, Ketelan, banjarsari, Surakarta,
Jawa Tengah. Sekolah ini berdiri 73 tahun yang lalu,
tepatnya tanggal 1 September 1946. Pada tanggal 4
September 2016, SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi
Indonesia Dunia sebagai SMA Muhammadiyah tertua yang
secara konsisten, kontinyu, dan massive
menyelenggarakan pendidikan.
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta memiliki potensi
yang besar untuk bisa dikembangkan, baik dilihat dari sisi
peserta didik, guru dan karyawan, maupun alumni yang
tergabung dalam Perkumpulan SMA Muhammadiyah Siji
(Pamuji). Peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
berasal dari dalam dan luar kota bahkan luar provinsi, dari
sekolah negeri dan swasta. Sebagian besar peserta didik
berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke
atas meskipun ada beberapa peserta didik yang berasal
dari keluarga kurang mampu.
Guru SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
berpendidikan S1 dan S2. Ada beberapa guru yang menjadi
instruktur nasional, ketua MGMP dan narasumber
berbagai kegiatan. Sedangkan alumni SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta tersebar di berbagai pelosok
nusantara, bekerja di dalam maupun di luar negeri. Para
alumni sebagian besar mempunyai status sosial ekonomi
yang bagus dan mempunyai kecintaan yang tinggi pada
sekolah. Jika potensi tersebut dikembangkan secara
optimal melalui sinergi dengan berbagai pihak terkait maka
prestasi sekolah dapat meningkat secara optimal.

3
Gambar 1. Gedung SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
(Sumber: Data Sarana Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Surakarta)

Sinergi untuk Mengembangkan Potensi dan Melejitkan


Prestasi Sekolah
Upaya peningkatan prestasi SMA Muhammadiyah 1
Surakarta dengan strategi Muhi Bersinergi, adalah dengan
menjalin kerjasama yang produktif dan kemitraan yang
harmonis dengan berbagai pihak. Implementasi strategi
Muhi Bersinergi menggunakan model Plan, Do, Check,
Action (PDCA).
Menurut Heizer dan Render (2005). PDCA merupakan
model perbaikan berkelanjutan dengan 4 (empat) tahapan,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan perbaikan
program kegiatan. Menurut M.N. Nasution (2005), siklus
PDCA dilakukan melalui langkah-langkah merencanakan
program kegiatan (Plan), melaksanakan rencana program
(Do), mengevaluasi hasil pelaksanaan program (Check), dan
memperbaiki perencanaan program (Action).
Pada tahap perencanaan program, kepala sekolah
menuangkan program muhi bersinergi dalam program
kerja sekolah. Selanjutnya menyampaikan rencana
penerapan strategi muhi bersinergi kepada komite dan
pimpinan sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, wakil
kepala sekolah, bidang Sumber Daya Manusia (SDM),
4
Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Kepala sekolah
meminta pimpinan sekolah untuk membuat program yang
memuat penerapan Muhi Bersinergi. Pimpinan sekolah,
staff dan komite mengadakan rapat koordinasi (rakor)
tentang program kerja masing-masing bidang dan rencana
pelaksanaannya. Kemudian kepala sekolah menyampaikan
rencana penerapan strategi Muhi Bersinergi kepada warga
sekolah dalam sosialisasi program sekolah.
Pada tahap pelaksanaan program, kepala sekolah
mengelompokkan kegiatan implementasi muhi bersinergi
kemudian menunjuk koordinator kegiatan beserta
deskripsi tugas, tanggung jawab, wewenang dan uraian
jabatan. Masing-masing lini melaksanakan program
kegiatan sekolah dengan strategi Muhi Bersinergi. Sekolah
menjalin kerjasama dengan peserta didik dengan dimotori
oleh organisasi sekolah Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM) yang terwujud dalam berbagai kegiatan. Jalinan
kerjasama dengan orang tua peserta didik ntara lain
dilakukan dengan program sms gate away, sosialisasi
program sekolah, dan seminar parenting.
Kerjasama dengan guru dan karyawan dilakukan
dengan berbagai kegiatan koordinasi secara langsung
maupun virtual, terprogram maupun insidental. Penguatan
silaturahmi dilakukan dengan pengajian keluarga sakinah,
arisan haji, dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Kerjasama dengan masyarakat sekitar antara lain
dilakukan dengan mengikuti berbagai kegiatan kampung,
donor darah, bhakti sosial, penyaluran zakat fitrah, infaq
dan sodaqoh, serta desa binaan. Kerjasama dengan sekolah
lain dilakukan dengan memenuhi undangan kegiatan ke
sekolah pengundang dan mengundang peserta didik
sekolah lain untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Kerjasama dengan perguruan tinggi dilakukan dengan
perguruan tinggi negeri maupun swasta, dari dalam
maupun luar negeri untuk meningkatkan kompetensi guru
maupun magang mahasiswa. Kerjasama luar negeri dalam
2 tahun terakhir antara lain school sister (University
Northern of Philipinnes), internship program (Dong Thap
University of Vietnam), dan magang sekolah (Universiti
Pendidikan Sultan Idris Malaysia). Kerjasama dengan
instansi lain, swasta maupun pemerintah terus dijalin
5
dengan menjalankan semua kebijakan atau regulasi
pemerintah yang terkait dengan dunia pendidikan.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan terus berkoor-
dinasi antar bidang dan bekerjasama dengan seluruh
komponen dilandasi semangat bekerja keras, bekerja
cerdas, bekerja tuntas dan bekerja ikhlas.
Pada tahap evaluasi pelaksanaan program kepala
sekolah bersama pimpinan, SDM, dan Litbang melakukan
analisis dan evaluasi keterlaksanaan program yang dibuat
oleh masing-masing bidang. Selanjutnya kepala sekolah
memantau semua kegiatan sesuai program kerja maupun
laporan bulanan pelaksanaan program kerja yang dibuat
oleh masing-masing koordinator bidang. Terakhir,
pimpinan sekolah, komite dan koordinator bidang
mengadakan analisis dan evaluasi keterlaksanaan
program.
Pada tahap perbaikan program, kepala sekolah
bersama pimpinan membuat rencana perbaikan rencana
program berdasarkan temuan dalam analisis dan evaluai
dalam pelaksanaan program dan menuangkan dalam
rencana program untuk dilaksanakan pada tahun
berikutnya.

Gambar 2. Sosialisasi Program Muhi Bersinergi


(Sumber: Data Kesiswaan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

Meningkatnya Prestasi Sekolah


Implementasi strategi Muhi Bersinergi dilaksanakan
dengan terencana, sistematis dan berkesinambungan oleh

6
semua warga sekolah dengan koordinator masing-masing
bidang. Setelah membangun sinergi secara optimal dengan
berbagai pihak, baik internal maupun eksternal
memberikan hasil nyata bagi peningkatan prestasi sekolah.
Peningkatan itu bisa dilihat dari berbagai hal, antara lain:
a. Meningkatnya Rapor Mutu Sekolah
Mutu SMA Muhammadiyah 1 Surakarta meningkat
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016 capaian rapor mutu
4.35, tahun 2017 menjadi 4.85, dan tahun 2018 menjadi
5.51. Capaian mutu sekolah berada di atas capaian mutu
tingkat kota, provinsi, maupun nasional sebagaimana
gambar berikut.

Gambar 3. Capaian Mutu SMA Muhammadiyah 1 Surakarta


(Sumber: Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, 2018)

b. Meningkatnya Prestasi Akademik dan Non


Akademik
Peningkatan mutu SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
bisa dilihat dari rapor mutu maupun berbagai bidang lain
antara lain rerata nilai Ujian Nasional (UN). Rerata nilai
Ujian Nasional mengalami peningkatan. Jumlah peserta
didik yang diterima di perguruan tinggi melalui jalur
prestasi juga mengalami peningkatan.

7
Tabel 1. Rekapitulasi Peserta Didik Diterima di Perguruan
Tinggi Jalur Prestasi
TAHUN TELKOM PMDK SNMPTN SPAN JUMLAH
2016 6 4 5 16 31
2017 1 5 13 25 44
2018 4 9 13 25 51

(Sumber: Data Kurikulum SMA Muhammadiyah 1


Surakarta 2019)

Tahun 2016 sebelum penulis mendapat amanah


sebagai kepala sekolah di SMA Muhammadiyah 1
Surakarta, peserta didik yang diterima di perguruan tinggi
melalui jalur prestasi sebanyak 31 orang. Tahun 2017
meningkat menjadi 44 orang, dan tahun 2018 menjadi 51
orang. Peningkatan jumlah peserta didik yang diterima di
berbagai perguruan tinggi negeri melalui jalur prestasi
tergambar dalam grafik berikut.

Gambar 4. Rekapitulasi Peserta Didik Diterima di Perguruan Tinggi Jalur Prestasi


(Sumber: Data Kurikulum SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

8
Selain peningkatan prestasi akademik, prestasi non
akademik SMA Muhammadiyah 1 Surakarta juga terus
mengalami peningkatan. Prestasi tersebut tersebar di
berbagai bidang antara lain olah raga, seni budaya,
keagamaan dan prestasi lain. Peningkatan prestasi non
akademik mengalami peningkatan pada tingkat nasional
pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 makin menambah
di tingkat nasional dan internasional.
Tabel 2. Prestasi Non Akademik
TAHUN LOKAL REGIONAL NASIONAL INTERNA SIONAL JUMLAH

2015/2016 22 4 0 0 26

2016/2017 26 10 1 0 37

2017/2018 37 11 0 0 48

2018/2019 43 25 9 4 81
JUMLAH 106 46 10 4 192
(Sumber: Data Kesiswaan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, 2019)

Peningkatan prestasi non akademik juga sangat


signifikan, kenaikan dari tahun pelajaran 2016/2017
hingga tahun 2018/2019 mencapai lebih dari 40%. Prestasi
di berbagai tingkat terus bertambah, bahkan di tahun
2018/2019 bisa mencapai prestasi tingkat internasional di
bidang olah raga.

c. Meningkatnya Mutu Proses dan Penilaian


Pembelajaran
Peningkatan mutu SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
sebagai hasil dan dampak implementasi strategi Muhi
Bersinergi juga nampak dalam 8 (delapan) Standar
Nasional yang dicapai sekolah. Misalnya dalam standar isi,
visi sekolah yang semula “unggul dalam prestasi, luhur
dalam budi pekerti” dirubah menjadi “Islami, unggul dalam
prestasi, luhur dalam budi pekerti, dan berwawasan
lingkungan”. Visi dan misi sekolah merupakan dasar
pijakan majunya suatu organisasi. Karena itu hal pertama
yang penulis lakukan ketika menjabat kepala sekolah
adalah menganalisis dan meninjau kembali evaluasi diri
sekolah.
9
Proses dan penilaian pembelajaran merupakan bagian
terpenting dari sebuah sekolah. Guna meningkatkan mutu
proses dan penilaian pembelajaran, SMA Muhammadiyah 1
Surakarta bekerjasama dengan PT Telkom Tbk untuk
pengadaan connectivity dan CPE (jaringan) untuk
menyiapkan pembelajaran pada era industri era 4.0.
Setelah MoU dengan PT Telkon Tbk, maka akses internet di
sekolah sangat lancar, 1 orang 1 IP (internet protocol) dan
tiap ruang ada 1 AP (access point). Connectivity tersebut
memperlancar pembelajaran dan membantu dalam
pencariab referensi (literasi digital).
Penilaian pembelajaran menggunakan sistem Android
Based Test (ABT) sehingga lebih ramah lingkungan sesuai
dengan misi sekolah yakni berwawasan lingkungan. Selain
itu pengawalanan karakter peserta didik juga lebih baik
karena kesempatan untuk bekerjasama dan nyotek saat tes
bisa diminimalisir.
Perpustakaan sekolah terus berbenah dari
perpustakaan konvensional menjadi perpustakaan digital
sehingga sesuai perkembangan era revolusi 4.0. Sehingga
pengelolaan lebih praktis. Selain itu pelanggan mudah
dalam mengakses buku/referensi yang dibutuhkan.

Gambar 5. Penilaian Berbasis Android, Finger Print Peserta didik, dan SMS Gate Away
(Sumber: Data Sarpras SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

10
d. Meningkatnya Sarana Prasarana Sekolah
Sekolah kesulitan dalam menata prasarana sekolah
dikarenakan keterbatasan lahan. SMA Muhammadiyah 1
Surakarta memiliki lahan jauh dari standar sarana
prasarana. Tahun 2018 bekerjasama dengan alumni dan
komite juga bantuan dari para dermawan dan Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan
Daerah Muhammadiyah (PDM) kota Surakarta. Impian
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta untuk memiliki lahan
agar sesuai standar sarana prasarana dapat terwujud.
Peningkatan kualitas sarana dan prasarana dilakukan
dengan penambahan dan perbaikan prasarana sekolah,
pengecatan gedung dan pagar sekolah, pembuatan kanopi,
baliho, papan nama, tempat genset, jaringan listrik, pot
tanaman dan sayuran.
Peningkatan kualitas sarana dan prasarana juga
dilakukan dengan pengadaan mesin Finger Print untuk
absensi peserta didik dan guru, penambahan CCTV untuk
ruang kelas dan tempat-tempat strategis, renovasi kamar
tidur penjaga sekolah, pembuatan toko Badan Usaha Milik
Sekolah (BUMS) serta renovasi dan penambahan
toilet/jamban untuk peserta didik yang bersih, sehat dan
syar’i terwujud dalam waktu jelang 3 tahun kepemimpinan
penulis.

Gambar 6. Toilet Peserta Didik yang Bersih, Sehat, dan Syar’i


(Sumber: Data Sarana Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

11
e. Menguatnya Karakter Peserta Didik
Program Muhi Bersinergi mampu memperkuat sinergi
sekolah dengan orang tua/wali peserta didik untuk
bersama-sama mengawal karakter anak agar senantiasa
berkhlakhul karimah. Selain itu di setiap kelas ada group
whatsapp kelas dan group whatsapp orang tua/wali
peserta didik sehingga komunikasi untuk menyampaikan
informasi sekolah dan pengawalan peserta didik lebih
terkawal. Setiap awal tahun sekolah mengadakan seminar
parenting yang dihadiri orang tua wali peserta didik dengan
narasumber yang kompeten di bidangnya.
Penguatan pendidikan karakter juga dilakukan
melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
remaja yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler Palang
Merah Remaja (PMR) bekerjasama dengan Puskesmas desa
merupakan terobosan berikutnya. Posbindu ini sangat
membantu warga sekolah dalam memonitor kesehatan
secara berkala tiga bulan sekali didampingi oleh para
perawat, dokter dan konsultan gizi. Upaya mewujudkan
insan yang berwawasan lingkungan juga dilakukan sekolah
dengan berbenah menjadikan lingkungan yang bersih,
hijau dan sehat dengan memanfaatkan sebesar-besarnya
lingkungan yang “minimalis” melalui tanaman obat,
tanaman hias, sayur dan buah.
Tahun ini SMA Muhammadiyah 1 Surakarta menuju
sekolah adiwiyata tingkat kota. Lahan yang sempit bisa
dioptimalkan pemanfaatannya. Pembentukan
tanggungjawab peserta didik dilakukan dengan menjaga
kebersihan kelasnya secara bergiliran. Kebersihan kelas
yang dulu menjadi tanggungjawab karyawan sekolah
sekarang menjadi tanggungjawab kelas di bawah
bimbingan wali kelas.
Pelanggaran ketertiban peserta didik semakin
menurun, baik angka keterlambatan, kedisiplinan maupun
kelengkapan atribut. Setiap jumat pagi dilakukan kegiatan
secara bergantian yaitu pengajian, gerak jalan jantung
sehat dan senam. Untuk mempererat ikatan persaudaraan
, tiap 3 bulan sekali diadakan pengajian sakinah dari
rumah ke rumah sehingga silaturahni sesama keluarga
besar SMA Muhammadiyah 1 Surakarta makin terjaga erat.
12
Gambar 7. Spiritual Building Training dan Latihan Dasar Kepemimpinan
(Sumber: Data Kesiswaan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

f. Meningkatnya Kompetensi Guru


Program Muhi Bersinergi berhasil meningkatkan
kompetensi guru. Guru makin tertarik dalam menulis
ilmiah dan mengikuti kompetisi sesuai tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) mereka. Penulis selaku kepala sekolah
selalu memotivasi guru dan karyawan untuk menulis, baik
berupa opini, makalah, penelitian maupun buku. Kepala
sekolah juga memfasilitasi guru untuk mengikuti berbagai
kegiatan peningkatan kompetensi sehingga banyak
kegiatan workshop, diklat, seminar yang diikuti guru.

Gambar 8. Prestasi Guru SMA Muhammadiyah 1 Surakarta


(Sumber: Data SDM SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

13
Sebelumnya tidak ada guru SMA Muhammadiyah 1
Surakarta yang mengikuti dan menjuarai lomba secara
perorangan namun mulai tahun 2016 ada guru mengikuti
lomba karya ilmiah pada HUT PGRI tingkat kota Surakarta
dan berhasil menjadi juara 2. Berikutnya tahun 2017 dan
2018 berturut-turut menjadi memperoleh juara 1 dan 2
juga di ajang yang sama. Berikutnya di olimpiade Ahmad
Dahlan 2 guru memperoleh juara 1 dan 2 dan ada 4 guru
yang masuk sebagai finalis dalam lomba karya tulis ilmiah
nasional.

g. Meningkatnya Reward untuk Guru, Karyawan, dan


Peserta Didik
Penghargaan terhadap peserta didik, guru dan
karyawan berprestasi meningkat. Guru, karyawan, peserta
didik yang hafidz Al Qur’an 30 juz mendapat penghargaan
umroh gratis. Sedangkan guru dan karyawan yang
berangkat umroh mendapat bantuan dari sekolah sebesar
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Gambar 9. Umroh Gratis, Bantuan Umroh dan Reward bagi yang Berprestasi
(Sumber: Data Humas SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 2019)

Meningkatnya Animo Masyarakat dan Kemitraan


Keberhasilan implementasi strategi Muhi Bersinergi
memberi dampak positif pada SMA Muhammadiyah 1
Surakarta. Dampak tersebut antara lain nampak pada
meningkatnya apresiasi orangtua peserta didik terhadap
program sekolah sehingga mereka terus mendukung

14
program-program sekolah.
Animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Hal tersebut nampak dari meningkatnya
pendaftar pada setiap Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB). Minat beberapa sekolah untuk studi banding ke
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta dari dalam maupun luar
kota terus meningkat. Studi banding itu tidak sebatas
sesama jenjang pendidikan menengah atau SMA namun
ada juga beberapa sekolah dari jejang pendidikan dasar.
Beberapa kali sekolah lain meminta Pasukan Pengibar
Bendera (Paskibra) SMA Muhammaiyah 1 Surakarta
menjadi petugas upacara di sekolah mereka. Pada setiap
kegiatan kirab budaya dan perayaan 17 Agustus, Paskibra
selalu diminta menjadi “cucuk lampah” atau pembawa
umbul-umbul di barisan paling depan. Pasukan Kepandan
Hisbul Wathan dan PMR juga sering diminta menjadi
pelatih tamu sekolah lain. Selain itu minat beberapa
perguruan tinggi untuk bekerjasama dan meningkatkan
kerjasama dengan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
semakin meningkat, baik dari perguruan tinggi negeri
maupun swasta, nasional maupun internasional.

15
DAFTAR PUSTAKA
Covey, S.R. 1989. The Seven Habits of Highly Effective
People, New York: Simon & Schuster
Deardorff, D.S., & Williams, G. 2006. Synergy Leadership in
Quantum Organizations. Fesserdorff Consultants.
Kanter, Rosabeth Moss. 1989.Swimming in newstreams:
Mastering innovation dilemmas. California.
Ensiklopedi Indonesia. 1997. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta: Pakhi Pamungkas.
European Journal of Contemporary Education. 2017. Modern
School Role in Human Potential Development. ISSN :
2305-6746
Iksan, Mohammad. 2013. Dukungan sosial pada prestasi
dan faktor penyebab kegagalan siswa SMP dan SMA.
Vol 10 No.1.
Sadirman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rajawali Pers.
ScienceDirect.Correlation between Body Mass Index and
Student Achievement. Vol. 174.

16
Tentang Penulis
Dr. Rahayuningsih, S.Pd, M.Pd.
Kepala SMA Muhammadiyah 1
Surakarta. Menyelesaikan S1 UNS
(1994), S2 UMS (2006), S3 UNY (2012).
Penulis 4 (empat) buku salah satunya
adalah buku “Kisah Inspiratif Guru
Berprestasi”, Narasumber Nasional
Guru Pembelajar PPKn SMA/SMK
(2015), Narasumber Nasional PKB PPKn
SMA/SMK (2017), dan Fasilitator
Nasional penulisan soal USBN (2017).
Prestasi dan penghargaan tingkat nasional : 1) Juara I LKG
bidang Humaniora (2013); 2) Juara I FIG PPKn SMA/SMK
(2015); 3) Juara I Guru PPKn SMA/SMK/MA/MAK
Anugerah Konstitusi (2015); 4) Juara I Diklat Penyegaran
Narasumber Nasional PKB PPKn SMA/SMK (2017); 5)
Juara III Pemilihan Kepala SMA Berprestasi (2019) ; 6)
Juara Favorite Wanita Inspiratif Natur-E Beauty Inside Out
(2014). Prestasi dan penghargaan tingkat provinsi : 1)
Juara I Pemilihan Kepala SMA Berprestasi (2019); 2) Juara
I Lomba Penelitian Tindakan Sekolah (2018); 3) Juara I
Guru PPKn SMA/SMK Berprestasi (2015); 4) Juara III Guru
SMK Berprestasi (2013); 5)Juara III Lomba Inobel Guru
SD/SMP/SMA/SMK (2014); 6) Juara II Lomba Inobel Guru
SMK (2012); 7) Juara II Lomba Inobel LPMP (2014). Prestasi
dan penghargaan tingkat kota : 1) Juara I Pemilihan Kepala
SMA Berprestasi (2019); 2) Juara I Pemilihan Guru PPKn
SMA/SMK Berprestasi (2015); 3) Juara I Pemilihan Guru
SMK Berprestasi (2014); 4) Juara I Pemilihan Guru SMK
Berprestasi (2013). Penulis dapat dihubungi melalui:
081329459899 (HP), 089619211777 (WA)

17
SCAFFOLDING KEMANDIRIAN SISWA
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI
Pahrin Wirnadian
SMA Negeri 3 Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi
wirnadiansyah@gmail.com

Pentingnya Scaffolding Kemandirian Siswa


Salah satu tujuan pendidikan yang hendak dicapai
adalah siswa yang mandiri, sebagaimana dinyatakan dalam
pasal 3 undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Kemandirian merupakan
salah satu nilai internalisasi karakter yang diharapkan
dalam pendidikan karakter. Seharusnya kepemimpinan
dan manajemen sekolah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menentukan apa, bagaimana, dimana, dan
dengan cara apa mereka belajar. Kemandirian belajar
mengacu pada cara spesifik siswa dalam mengontrol
belajarnya. Tillman dan Weiss (2000) menggambarkan
bahwa belajar itu sebagian besar dari pengaruh
membangun pikiran sendiri, perasaan, strategi, dan
perilaku pembelajar yang diorientasikan ke arah
pencapaian tujuan belajar.
Siswa dengan karakter yang berbeda seharusnya
diberikan perlakuan yang berbeda pula. Misalkan saja para
siswa memiliki tipe burung, kuda, dan ikan. Siswa yang
memiliki tipe burung harus didorong dan difasilitasi untuk
latihan terbang, tipe kuda latihan lari, dan tipe ikan latihan
berenang, agar maksimal dan semuanya berprestasi. Kalau
kita memaksakan kuda latihan berenang, lama-lama kuda
akan pintar berenang, tetapi pada kejuaraan renang kuda
tidak akan pernah menang. Pada saat lomba lari, kuda
juga akan kalah karena hari-harinya disibukkan dengan
latihan berenang. Guru juga jangan terlalu memaksakan
siswa yang bertipe kura-kura untuk memanjat pohon yang
tinggi, karena akan berakibat fatal, dimana dia akan selalu
merasa paling bodoh dan tidak memiliki kemampuan.
Kemandirian siswa (learner autonomy) didefinisikan

18
sebagai siswa yang menikmati kapasitas untuk
menetapkan arah belajar mereka sendiri dan bertanggung
jawab atas pembelajaran mereka sendiri (Blidi, 2017).
Proses pelaksanaan program-program menjadi bagian
terpenting dalam upaya pencapaian sebuah prestasi
sekolah. Tanggung jawab guru bukanlah menunggu
dengan sabar agar siswa menjadi pembelajar aktif, tetapi
menunjukkan kepada mereka bagaimana menjadi
pembelajar mandiri (learner autonomy), dan mendorong
mereka untuk siap belajar sendiri (Teng, 2019). Seperti
pepatah mengatakan: “jika anda memberi ikan berarti anda
memberinya makan sehari, dan jika anda memberi pancing
berarti anda memberinya makan seumur hidup”.
Semua warga sekolah seharusnya didorong untuk
meningkatkan prestasi. Oleh sebab itu semua warga harus
disugesti, dibimbing melakukan sesuatu, dan diberi
kesempatan melakukannya berulang-ulang. Setelah
mendapatkan pengalaman pribadi, dan terbentuk sikap
mandiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi,
pastilah mereka akan memiliki tanggung jawab untuk
meneruskan kebiasaan-kebiasaan baik yang sudah
terbangun secara berkesinambungan.
Scaffolding kemandirian siswa adalah dukungan
sementara dari orang yang lebih tua, lebih pintar, dan
sebagainya (Wood dkk, 1976) yang diberikan kepada siswa
pada Zone of Proximal Development (ZPD) siswa (Cazden,
1979) sehingga tumbuh sikap mandiri. Dimana penentuan
dukungan yang tepat untuk diberikan kepada siswa selalu
didasarkan pada penilaian dinamis (Belland, 2017),
sehingga siswa yang terisolasi secara sosial dapat
berkontribusi pada proses kelompok (Belland, 2018).
Memberikan scaffolding yang efektif bukanlah hal
yang mudah, karena guru sering kurang memperhatikan
kapan siswa sangat membutuhkan dukungan (Bliss dkk,
1996) dimana siswa mengungkapkan kebingungan,
kesalahpahaman, ketidakpastian, perjuangan, atau
kesulitan dengan masalah, konsep, atau prosedur (Arafeh
dkk, 2001) sehingga scaffolding dibutuhkan sebagai
penyesuaian dan pemanfaatan ide bersama yang berbeda
dengan transfer sederhana informasi dan keterampilan dari
guru ke siswa (Galbraith dan Rensaw, 2002), serta
19
membantu siswa tanpa mengurangi tantangan tugas
kognitif (Ferguson, 2012).

Strategi Implementasi Kemandirian

Gambar 1. Tahapan penerapan scaffolding

Penanaman nilai karakter mandiri pada peserta didik


dilakukan melalui beberapa tahap implementasi yang biasa
kita istilahkan dengan “Supikan Alami”, yang merupakan
akronim dari tahapan-tahapan yang dimulai dengan
mensugesti, pembimbingan, melaksanakan sendiri,
mendapatkan pengalaman pribadi, dan terbentuk sikap
mandiri.

Sugesti
Kepala sekolah adalah seorang guru yang
mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber
daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat
didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan
bersama.

Gambar 2. Pemberian Sugesti Pada Guru

20
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah sikap. Sikap terbentuk melalui bermacam-
macam cara, antara lain pengalaman yang berulang-
ulang, imitasi, sugesti, dan identifikasi. Sugesti dapat
diberikan secara verbal dengan kalimat seperti: 1). Kamu
pasti bisa jika kamu berpikir bisa; 2). Setelah kesulitan
pasti ada kemudahan; 3). Tidak ada masalah yang tidak
memiliki solusi;

Gambar 2. Pemberian Sugesti Pada Kelompok Siswa

Kekuatan pikiran bawah sadar atau sugesti,


adalah energi dahsyat yang juga berguna sebagai pilot
dalam diri siswa. Kekuatan energi ini akan mengalir dan
membakar semangat siswa. Keberhasilan sesungguhnya
ditentukan oleh besar tidaknya keyakinan siswa meraih
kemenangan. Tidak akan berubah kondisi suatu kaum
jika setiap individu tidak merubah kondisinya masing-
masing. Oleh karena itu, ubahlah energi suara hati itu
menjadi kekuatan sekaligus motivasi yang dahsyat.

21
Pembimbingan
Banyak yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah ketika dihadapkan dengan
masalah yang sebelumnya belum pernah dia selesaikan.
Permasalahan yang kompleks, baru, dan tidak rutin,
membutuhkan cara yang kreatif dan inovatif dalam
menyelesaikannya.

Gambar 3. Pemberian Support (bimbingan) kepada Guru

Masalah yang baru bukan berarti tidak bisa


diselesaikan, akan tetapi dibutuhkan bantuan,
bimbingan, dukungan, atau support terlebih dahulu dari
orang lain yang paham. Bantuan (scaffolding) yang
diberikan haruslah berdasarkan kebutuhan dan akan
mengalami pemudaran seiring dengan meningkatnya
tanggung jawab dari orang yang dibimbing.
Pembimbingan tidak hanya dilakukan untuk mencapai
pengetahuan kognitif semata tetapi jauh lebih dari itu
yaitu bagaimana mendapatkan pengetahuan tentang
pengaturan aktivis kognitifnya sendiri (taraf
metakognitif).

22
Gambar 4. Pemberian Support (bimbingan) kepada siswa

Subjek bimbingan membutuhkan perhatian dan


bimbingan secara intens. Bimbingan secara intens dapat
dilakukan dengan menggunakan penilaian dinamis,
dimana interaksi dua arah antara pembimbing dan yang
dibimbing haruslah menjadi fokus perhatian. Perspektif
sosial-kognitif menekankan pembelajaran kelompok dan
individu sebagai hasil dari proses pembelajaran
kolaboratif. Perspektif ini berfokus pada bagaimana
teman sebaya memainkan peran mediasi dalam aktivitas
orang lain melalui aktivitas timbal balik.
Bimbingan yang dilakukan bisa dalam bentuk
pemberian pertanyaan yang mengarahkan mereka untuk
mampu menemukan sendiri solusi kreatif dari
permasalahan yang sedang dihadapi. Pertanyaan yang
diberikan dapat berupa pertanyaan pemahaman,
koneksi, strategis, dan atau pertanyaan refleksi.

Melaksanakan sendiri
Guru memiliki tanggung jawab untuk
pengembangan kesadaran belajar siswa dimana
pengalaman siswa memainkan peran penting dalam
perkembangan pendidikan mereka. Kemandirian siswa
muncul sebagai salah satu respon terhadap tantangan

23
pendidikan abad kedua puluh satu dalam kaitannya
dengan teori belajar mengajar, strategi pembelajaran,
dan pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan pasar
kerja.
Kemandirian dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengambil alih atau melaksanakan
sendiri. Dengan memberikan peluang melaksanakan
sendiri memungkinkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan dan strategi belajar mandiri. Beberapa fitur
yang menjadi ciri siswa yang bertanggung jawab adalah
mengambil resiko, refleksi diri, kesadaran diri,
kreativitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk berpikir
kritis dan analitis.

Gambar 5. Kegiatan pembuatan RKAS OSIS oleh Pengurus OSIS

Pada tahap melaksanakan sendiri, siswa diberi


kesempatan untuk mencoba melaksanakan kegiatan
sendiri, sehingga terlihat bagaimana tingkat kreativitas,
tanggung jawab, dan kemampuan untuk berpikir kritis.
Beberapa contoh implementasi kegiatan yang
dilaksanakan sendiri oleh siswa adalah aturan dari
siswa oleh siswa dan untuk siswa, milad mandiri,
perpisahan mandiri, OSIS mandiri, dan kegiatan ekstra
kurikuler lainnya.
Untuk mengatasi masalah disiplin, disepakati
sebuah langkah untuk menanamkan kesadaran

24
terhadap disiplin sekolah dengan pembuatan aturan
secara mandiri oleh siswa sehingga tidak ada alasan
untuk menolak aturan yang telah mereka sepakati
sendiri. Aturan tersebut diserahkan ke sekolah untuk
ditegakkan oleh tim disiplin sekolah. Setiap kelas
mengutus tiga orang terbaiknya untuk menjadi
perwakilan dalam membahas aturan sekolah untuk
siswa. Siswa membahas apa yang terbaik untuk diatur
agar sekolah menjadi tempat yang nyaman untuk
mereka mengalami belajar. Aturan tersebut diserahkan
oleh perwakilan siswa secara resmi pada saat upacara
kepada pihak sekolah untuk ditegakkan oleh tim disiplin
sekolah.
Pada kegiatan milad sekolah, pendanaan kegiatan
tidak bersumber dari dana sekolah tetapi diusahakan
mandiri oleh tim dengan membuat proposal ke berbagai
pihak serta mencetak kupon sebanyak 3000 lbr untuk
dijual seharga Rp. 10.000 /kupon. Hasil penjualan
kupon digunakan untuk mendanai kepanitiaan dan
hadiah didapatkan melalui sponsor dan sumbangan dari
berbagai pihak yang tidak mengikat, yang terdiri dari
pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, lembaga
dan/atau instansi lain yang tidak mengikat.
Kegiatan perpisahan yang dilaksanakan secara
mandiri diawali dengan berkumpulnya semua ketua
kelas XII sebagai inisiator kegiatan. Disepakati untuk
mengundang perwakilan kelas, masing-masing 5 orang
untuk pembentukan panitia pelaksana. Panitia yang
ditunjuk membuat rancangan kegiatan dan anggaran
yang dibutuhkan dilanjutkan dengan mengundang
semua siswa melaksanakan rapat besar untuk
membahas dan menyepakati rancangan kegiatan dan
anggaran yang telah ditentukan. Panitia menyampaikan
program kepada sekolah dan masing-masing siswa
meminta persetujuan orang tua yang dibuktikan dengan
membuat surat persetujuan. Anggaran yang disepakati
dikumpulkan, dibelanjakan, dan
dipertanggungjawabkan oleh panitia pelaksana.
Perpisahan dilaksanakan dengan mengundang semua
warga sekolah, orang tua wali siswa kelas XII, tokoh-
tokoh masyarakat setempat, dan aparatur pemerintah
25
setempat.
Penguatan berorganisasi siswa dimulai dengan
penataan kembali OSIS. Pengurus OSIS dibimbing
untuk membuat program sendiri yang terbaik,
dilaksanakan sendiri, mencari anggaran secara mandiri,
membuat pertanggung jawaban kegiatan dan tidak boleh
takut dengan kendala, karena kendala untuk dihadapi,
dilewati, bukan untuk dihindari. Pendewasaan dalam
berorganisasi adalah ketika mereka mampu
memecahkan masalah dan melewati kendala yang
dihadapi. Setelah menetapkan program dan Rencana
Anggaran satu tahun ke depan, OSIS menyerahkan
program tersebut ke sekolah untuk dipilah mana yang
bisa dianggarkan dari dana BOS dan selebihnya
diberikan kepada komite sekolah untuk dirapatkan
dengan orangtua wali murid. Penggunaan dan
pertanggung jawaban dana sumbangan dikelola
langsung oleh OSIS dengan pembinaan para guru. Dana
OSIS diperuntukkan untuk membiayai semua kegiatan
ekstrakurikuler dan pengembangan diri yang tidak
teranggarkan dengan dana sekolah.
Secara umum, semua kegiatan kesiswaan
diarahkan untuk dilaksanakan secara mandiri agar
tumbuh rasa tanggung jawab yang tinggi dan mendorong
terciptanya prestasi, baik akademik seperti olimpiade
sains maupun non-akademik seperti olahraga dan seni,
serta bidang keagamaan dan kewiraan.

Pengalaman Pribadi
Proses mencoba melaksanakan sendiri
seharusnya membuat siswa mendapatkan pengalaman
pribadi yang pasti melekat kuat dalam ingatannya.
Pengalaman pribadi tersebut akan membawa pengaruh
dan perubahan pada diri siswa dalam menghadapi
perubahan zaman. Orang bijak mengatakan
“pengalaman adalah guru yang paling berharga” karena
apa yang telah dialami membuat siswa lebih dewasa
untuk menentukan sikap dalam mengambil keputusan.

26
Gambar 6. Kegiatan Siswa Merasionalisasi Anggaran Perpisahan

Banyak sekali pengalaman pribadi yang diperoleh


siswa melalui program kemandirian. Mencoba
memikirkan aturan yang terbaik untuk siswa di sekolah
menyadarkan siswa akan pentingnya mematuhi aturan
yang sudah disepakati. Membuat rencana anggaran dan
mencari anggaran sendiri menyadarkan siswa akan
pentingnya mengelola anggaran dengan tepat guna dan
terhindar dari pemborosan serta memikirkan cara yang
tepat agar mampu untuk dipertanggungjawabkan.
Mengelola kegiatan milad dan perpisahan secara mandiri
membuka mata siswa akan pentingnya kreativitas dan
inovasi sehingga mereka menjadi orang berguna di
masyarakat. Banyak lagi pengalaman pribadi yang
diperoleh siswa dari program kemandirian siswa.

Mandiri
Tiga komponen utama yang menentukan
pembelajaran mandiri dapat diidentifikasi sebagai
kemampuan, keinginan, dan kebebasan. Kemampuan
mengacu pada keterampilan dan pengetahuan pelajar
dalam belajar. Keinginan mengacu pada intensitas niat
pelajar untuk belajar atau melaksanakan tugas belajar
tertentu yang dimulai dengan tujuan tertentu.
Kebebasan mengacu pada sejauh mana peserta didik

27
diizinkan untuk mengendalikan pembelajaran mereka,
baik oleh agen tertentu dalam proses pembelajaran atau,
lebih umum, oleh situasi belajar di mana mereka
mengidentifikasi diri mereka sendiri (Teng, M.F, 2019).
Menjadi mandiri tidak diperoleh secara
mendadak. Siswa tidak tiba-tiba menjadi mandiri.
Mereka lebih suka terlibat dalam proses yang secara
bertahap mengarah pada kemandirian. Dalam proses ini,
siswa harus siap berinteraksi dengan keterampilan yang
diajarkan melalui intervensi pendidikan dan berbagi
pengalaman. Dianggap demikian, kemandirian siswa
adalah hasil yang diperoleh sebagian dan sebagian
bawaan.

Peningkatan Prestasi
Perubahan besar terjadi dalam penegakan disiplin
sekolah dimana siswa menjadi lebih patuh dengan aturan
yang telah mereka sepakati sendiri. Penegakan disiplin
tidak hanya oleh guru tetapi melibatkan juga perwakilan
siswa setiap kelas yang menjadi duta disiplin sekolah.
Semakin lama semakin dikenal oleh warga dan masyarakat
sebagai sekolah yang memiliki disiplin tinggi. Jam 07.00
WIB sudah dilaksanakan apel pagi untuk cek kehadiran
dan pembiasaan dan jam 15.45 WIB apel sore untuk cek
absensi di hari tersebut. Pakaian siswa dan penampilan
siswa semakin rapi, serta tumbuh sikap sopan dan santun
yang semakin lama semakin kuat hingga menjadi ciri
sekolah. tidak adalagi perkelahian antar siswa, minuman
keras, dan pelecehan seksual terhadap siswa di sekolah
karena hal tersebut digolongkan pada pelanggaran berat
yang menyebabkan siswa bisa langsung dikembalikan ke
orang tua.
Semakin meningkatnya prestasi siswa dikarenakan
siswa menjadi lebih mandiri dalam mengelola setiap
kegiatannya. Setelah memasuki tahun ketiga, kerja keras
mulai membuahkan hasil yang luar biasa dimana OSIS
bisa menyelenggarakan Milad akbar ke 17 tahun 2015
menghadirkan ribuan masa didepan kepala daerah dalam
momen jalan santai dengan hadiah utama motor, dan
hadiah lainnya seperti kulkas, mesin cuci, televisi, dan
ratusan hadiah lainnya. Kegiatan milad ke 17 terlaksana
28
berkat kegigihan dalam mencari sponsor untuk mendanai
kegiatan tersebut, tanpa harus bergantung pada anggaran
sekolah, dan program unggulan tersebut berlanjut setiap
tahun. Pada milad tahun 2016 kegiatan unggulannya
sunatan massal gratis terhadap 54 anak tidak mampu
(daftar terlampir). Pada milad tahun 2017 kegiatan open
turnamen Volley Ball yang dibuka oleh kapolres dan
berjalan sukses.
Perpisahan mandiri oleh siswa adalah perpisahan
yang sangat inovatif, megah, meriah, dan berjalan sangat
baik sesuai dengan imajinasi siswa yang melebihi
ekspektasi para guru. Kegiatan ini mendapat apresiasi
positif dari berbagai pihak, karena melatih siswa untuk
mampu mengelola sebuah kegiatan secara mandiri tanpa
memberatkan sekolah untuk membuat pertanggung
jawaban kegiatan. Semua siswa tampak bahu membahu
dengan kompak sesuai dengan tanggung jawabnya masing-
masing dalam pelaksanaan kegiatan ini sehingga nampak
seperti dikelola dengan sangat professional hingga akhir
kegiatan.
Pada tahun 2018, OSIS mendapat kepercayaan dari
orang tua siswa untuk mengelola anggaran secara mandiri
dengan nilai lebih kurang 288 juta dalam satu tahun.
Kepercayaan luar biasa kepada OSIS untuk
mengumpulkan sumbangan, mengelola anggaran, dan
mempertanggung jawabkan anggaran tersebut adalah bukti
keberhasilan dalam pembinaan keorganisasian siswa
melalui program OSIS mandiri. Kesuksesan terbesar
mereka adalah ketika ketua OSIS periode 2016/2017 dan
2018/2019 mendapat kesempatan terpilih mengikuti
kegiatan Pelatihan Kawah Kepemimpinan di Bogor
mewakili provinsi jambi, dan pada awal tahun 2019
menjadi juara 1 dalam lomba Leadership Plan Competition
tingkat provinsi di Universitas Jambi dengan mengusung
tema OSIS Mandiri.
Prestasi pramuka adalah menjadi juara umum Lomba
Susur Halang Rintang Pramuka (LSHRP) tingkat provinsi 3
tahun berturut-turut sehingga piala bergilir LSHRP
menjadi piala tetap di tahun 2017. Tahun 2018 dan 2019
pramuka meraih prestasi juara umum 2 dan juara umum 1
di pershanda se-sumatra dan jawa di Palembang dan
29
merupakan prestasi tertinggi sekolah hingga saat ini. Pada
tahun 2019 ini, ada 3 siswa dari 9 mapel yang dilombakan
lolos mengikuti seleksi olimpiade sains tingkat provinsi
sebagai utusan kabupaten. Peraih juara 1 monolog, juara 1
lomba renang putri, juara 2 lomba lari, dan juara 2 bulu
tangkis putri, tingkat kabupaten.
Rohis menjadi juara umum 1 selama 2 tahun
berturut-turut pada kegiatan Mabid se-Tanjung Jabung
Timur. Begitu juga dengan prestasi Palang Merah Remaja
(PMR) yang meraih juara umum di tingkat kabupaten dan
juara umum 2 ditingkat provinsi. Prestasi lainnya adalah
juara 3 lomba fotografi tingkat provinsi yang dilaksanakan
oleh dinas lingkungan hidup. Juara 2 lomba Drumband,
juara 1 Stand-Up Comedy dan dalam rangka memperingati
hari ulang tahun kabupaten tanjung jabung timur.
Akreditasi sekolah yang berada pada posisi nilai A dan
berbagai prestasi akademik dan non-akademik
memperkuat alasan untuk dinas pendidikan provinsi
mengusulkan SMA Negeri 3 Tanjung Jabung Timur
menjadi salah satu Sekolah Zonasi dan setelah melalui
seleksi yang dilakukan maka Direktur Pembinaan Sekolah
Menengah Atas melalui Surat Keputusannya Nomor:
4243.1/D4/2019 menetapkan SMA Negeri 3 Tanjung
Jabung Timur menjadi satu dari 12 sekolah yang
ditetapkan menjadi Sekolah Zonasi di Provinsi Jambi. Jadi,
jelas terlihat bahwa Scaffolding Kemandirian Siswa dapat
meningkatkan prestasi SMA Negeri 3 Tanjung Jabung
Timur.

30
Daftar Pustaka
Agustian, A.G. 2010. Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosional dan Spiritual. Jakarta: Arga
Publishing.
Belland, B. R. 2014. Scaffolding: Definition, current debates,
and future directions. In J. M. Spector, M. D. Merrill, J.
Elen, & M. J. Bishop (Eds.), Handbook of research on
educational communications and technology (4th edn.,
pp. 505–518). New York: Springer.
Belland, B. R., Glazewski, K. D., & Richardson, J. C. 2011.
Problem-based learning and argumentation: Testing a
scaffolding framework to support middle school students’
creation of evidence-based arguments. Instructional
Science, 39, 667–694. https://doi.org/10.1007/s11251-
010-9148-z.
Belland, B. R., Kim, C., & Hannafin, M. 2013. A framework
for designing scaffolds that improve motivation and
cognition. Educational Psychologist, 48, 243–270.
https://doi.org/10.1080/ 00461520.2013.838920
meta-analysis to synthesize the influence of contexts of
scaffolding use on cognitive outcomes in STEM
education. Review of Educational Research, 87(6), 1042–
1081. https://doi.org/10.3102/ 0034654317723009.
Belland, B. R., Walker, A. E., Kim, N. J., & Lefler, M. 2017.
Synthesizing results from empirical research on
computer-based scaffolding in STEM education: A meta-
analysis. Review of Educational Research, 87(2), 309–
344. https://doi.org/10.3102/0034654316670999
Belland, B.R,. & Weiss. D.M,. & Kim, N.J,. & Piland, J & Gu,
J. 2018. An Examination of Credit Recovery Students’
Use of Computer-Based Scaffolding in a Problem-Based,
Scientific Inquiry Unit. Int J of Sci and Math Educ (2019)
17:273–293 https://doi.org/10.1007/ s10763-017-
9872-9
Belland, B.R,. 2017. Instructional Scaffolding: Foundations
and Evolving Definition. In Instructional Scaffolding in
STEM Education, DOI 10.1007/978-3-319-02565-0_2
31
Blidi, S. 2017. Collaborative Learner Autonomy (A Mode of
Learner Autonomy Development). Singapore: Sprinnger.
(eBook) DOI 10.1007/978-981-10-2048-3
Bliss, J., Askew, M., & Macrae, S. 1996. Effective teaching
and learning: Scaffolding revisited. Oxford Review of
Education, 22 (1), 37-61.
Cazden, C. 1979. Peekaboo as an instructional model:
Discourse development at home and at school. Palo Alto:
Stanford University Department of Linguistics.
Carayannis, E.G, & Samara, E.T, & Bakouros, Y.L,. 2015.
Innovation and Entrepreneurship (Theory, Policy and
Practice). Switzerland: Springer. DOI 10.1007/978-3-
319-11242-8
Djalal, D.P. 2010. Harus Bisa (Seni Memimpin Ala SBY).
Jakarta: R & W.
Drucker, P. F. 1967. The effective executive. New York:
Harper & Row.
Ferguson, S,. 2012. Challenges in Responding to Scaffolding
Opportunities in the Mathematics Classroom. In J.
Dindyal, L. P. Cheng & S. F. Ng (Eds.), Mathematics
education: Expanding horizons (Proceedings of the 35th
annual conference of the Mathematics Education
Research Group of Australasia). Singapore: MERGA.
Goos, M., Galbraith, P., & Renshaw, P. 2002. Socially
mediated metacognition: Creating collaborative zones of
proximal development in small group problem solving.
Educational Studies in Mathematics, 49, 193-223.
Gunawan, H. 2017. Pendidikan Karakter (Konsep dan
Implementasi). Bandung: Alfabeta.
Hendarman dan Rohanim, 2018. Kepala Sekolah Manajer
(Teori dan Praktek). Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Kimball, W,. 1967. Introduction to Educational
Administration. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Knain, E & Turmo, A 2002. 8 Self- Regulated Learning.
(Online). Tersedia dalam: www.pisa.no/kap8.pdf.
Kompri. 2017. Standarisasi Kompetensi Kepala Sekolah
(Pendekatan Teori untuk Praktik Profesional). Jakarta:
Kencana
Mehregany, M,. 2018. Innovation for Engineers (Developing
Creative and Entrepreneurial Success). Switzerland:
Springer. https://doi.org/ 10.1007/978-3-319-66529-
32
0
Rahmah, N. 2017. Pengantar Manajemen Pendidikan
(Konsep dan Aplikasi Fungsi Manajemen Pendidikan
Perspektif Islam). Malang: Madani
Saitis,C & Saiti. A,. 2018. Leadership and Leaders. In C.
Saitis, A. Saiti, Initiation of Educators into Educational
Management Secrets, DOI 10.1007/978-3-319-47277-
5_4
Sergiovanni, T.J. 1987. Educational Governance and
Administration. New York. Prentice-Hall, Inc.
Teng, F. 2019. Autonomy, Agency, and Identity in Teaching
and Learning English as a Foreign Lenguange.
Singapore: Springer. (eBook)
https://doi.org/10.1007/978-981-13-0728-7
Tilman, K.J & Weiss, M 2000. Self-Regulated Learning as
Cross-Curriculer Competence (PISA). (Online). Tersedia
dalam: www.pisa.no/pdf.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sitem Pendidikan Nasional. Jakarta: Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003.
Van de Pol, J, & Volman, M, & Beishuzen, J,. 2010.
Scaffolding in Teacher–Student Interaction: A Decade of
Research. Educ Psychol Rev. DOI 10.1007/s10648-010-
9127-6
Wang, S,. 2019. School heads’ transformational leadership
and students’ modernity: the multiple mediating effects
of school climates. Asia Pacific Education Review.
https://doi.org/ 10.1007/s12564-019-09575-3
Wolters, C., Pintrich, P., & Karabenick, S. 2005. Assessing
academic self-regulated learning. In K. Moore & L.
Lippman (Eds.), What do children need to flourish?
Conceptualizing and measuring indicators of positive
development (pp.251 - 270). New York: Springer.
Wood, D., Bruner, J. S., & Ross, G. 1976. The role of
tutoring in problem-solving. Journal of Child
Psychology and Psychiatry and Allied Disciplines, 17,
89–100.

33
Tentang Penulis

Pahrin Wirnadian, S.Pd, M.Si


dilahirkan di Bunga Tanjung,
Jambi pada tanggal 15 Desember
1980. Pendidikan Sekolah Dasar
ditamatkan di SDN 138/III Bunga
Tanjung pada tahun 1992.
Kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertama di
MTsN Semerah, tamat tahun
1995. Setelah itu melanjutkan
pendidikan menengah atas di
SMAN 1 Tanjung Jabung Timur,
tamat tahun 1998. Pada tahun yang sama melanjutkan
studi S1 Pendidikan Matematika di Universitas Jambi
(UNJA), tamat tahun 2002. Pada tahun 2009 melanjutkan
studi S2 matematika di Pasca Sarjana FMIPA Universitas
Indonesia (UI) pada tahun 2011. Pada tahun 2012
diangkat menjadi kepala SMAN3 Tanjung Jabung Timur
hingga sekarang. Saat ini sedang proses menyelesaikan
studi doktoral (Semester 3, Doktor Pendidikan (MIPA) di
program pasca sarjana Universitas Jambi. Telphon:
081282056896

34
KOMUNIKASI PERSUASIF
MENINGKATKAN KARAKTER DAN
PRESTASI SEKOLAH
R. Bambang Aryan Soekisno
Kepala SMA Negeri 1 Kota Bogor
bambang_aryan@yahoo.com

Pentingnya Komunikasi Persuasif dan Pemantauan


Humanis dalam Peningkatan Mutu Sekolah
SMAN 1 Bogor merupakan sekolah rujukan, salah
satu sekolah paling banyak diminati oleh masyarakat.
Salah satu faktor pendorong banyaknya peminat SMA
Negeri 1 Bogor adalah prestasi akademik maupun non-
akademik, baik tingkat kota, provinsi, maupun tingkat
nasional, bahkan hingga tingkat internasional. Peraihan
prestasi tersebut tidak lepas dari input peserta didik.
Peserta didik terbaik dari segi prestasi akedemik dan non-
akademik menunjukkan minat yang tinggi masuk ke SMAN
1 Kota Bogor, sampai saat ini tahun pelajaran 2017/2018
nilai passing grade masuk ke SMAN 1 Kota Bogor sebesar
365.00 dan tahun pelajaran 2018/2019 sebesar 356,90,
tetapi bukan berarti mutu sekolah sudah benar-benar
100% sempurna, permasalahan pasti ada meskipun tidak
besar.
Permasalahan di SMAN 1 Kota Bogor, yaitu tingginya
nilai prestasi para peserta didik dalam bidang akademik
dan prestasi non-akademik, belum berkorelasi dengan
kinerja dan prestasi tenaga pendidik dan kependidikan. Hal
ini terlihat dari rendahnya kenaikan pangkat para tenaga
pendidik dan kependidikan, partisipasi mereka dalam
mengikuti beberapa kompetisi. Padahal SMAN 1 Kota Bogor
mempunyai misi meningkatkan mutu sekolah berkarakter
dan berprestasi. Misinya tertumpu pada sekolah, bukan
hanya pada peserta didik. Oleh sebab itu, semua sumber
daya yang ada di sekolah sudah semestinya terlibat untuk
meningkatkan mutu sekolah dengan memiliki karakter dan
prestasi.
35
Penulis sebagai kepala sekolah sejak bulan Juli 2017
melakukan perbaikan manajemen pengelolaan sekolah.
Penulis sudah melakukan perencanaan, pengelolaan,
penggerakan, pengontrolan dengan strategi komunikasi
pesuasif dan pemantauan humanis atau disingkat menjadi
Kopi Manis. Strategi ini menggerakan seluruh komponen
mulai dari pendidik, tenaga kependidikan sampai dengan
peserta didik. Melalui komunikasi persuasif dan
pemantauan humanis dengan sasaran dua sayap kegiatan
yaitu meningkatkan kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan berdampak pada peningkatan prestasi dan
peningkatan pengelolaan pada setiap unit kegiatan
sehingga karakter dan prestasi peserta didik juga
meningkat.
Komunikasi, persuasif, dan pemantauan yang
humanis bercirikan kepala sekolah tidak memposisikan
diri sebagai atasan yang main perintah, tetapi
memposisikan diri sebagai mitra para pendidik dan tenaga
kependidikan untuk sama-sama menjalankan falsafah
pendidikan Indonesia secara ideal yaitu Ing Ngarsa Sung
Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Hanyadani.
Kopi Manis berprinsip bahwa secara alamiah manusia
adalah “motivated organism”. Pada proses Strategi Kopi
Manis meliputi empat kegiatan yaitu perencanaan
sauyunan, pengelolaan malapah gedang, penggerakkan
handap asor, dan pengontrolan rereongan.
Kopi Manis mengharuskan kepala sekolah
menggerakan semua komponen baik tenaga pendidik
maupun tenaga kependidikan dengan memperhatikan hati
nurani anggota dengan segenap harapan, kemampuan, dan
kebutuhannya. Strategi Kopi Manis juga mengharuskan
berkomunikasi dan berinteraksi secara akrab, humoris,
dan harmonis untuk menggalang persatuan dan kesatuan
mencapai tujuan dari setiap kegiatan yang menjadi
program sekolah.
Kopi Manis di SMAN 1 Kota Bogor dapat
meningkatkan dan mengembangkan karakter pendidik,
tenaga kependidikan dan peserta didik. Strategi
komunikasi persuasif dapat mengubah atau mem-
pengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku pendidik dan
tenaga kependidikan. Pemantauan humanis menjunjung
36
tinggi harkat, peran, dan tanggungjawab pendidik, tenaga
kependidikan dan peserta didik membuat sadar kembali
tentang harkat martabat manusia sebagai mahluk rohani.
Peserta didik mampu berprilaku positif, aktif, kreatif,
disiplin, bertanggungjawab, saling menghargai, menggali
potensi, mengambil pelajaran dan manfaat dalam setiap
pengalaman belajar.

Karakter dan Prestasi SMA Negeri 1 Kota Bogor


1. Karakter SMA Negeri 1 Kota Bogor
Sekolah berkarakter secara holistik dan seimbang
mengembangkan semua kemampuan peserta didik baik
aspek kecerdasan (kognitif) maupun perilaku
(psikomotorik) dan perasaan (afektif). Pengembangan ini
menghasilkan pembiasaan, sehingga peserta didik menjadi
sosok yang memiliki karakter terpuji. Sekolah berkarakter
mendidik bagaimana cara berfikir, berperasaan dan
berperilaku. Pengembangan dijadikan pembiasaan untuk
menciptakan karakter diri saat peserta didik di sekolah
maupun ketika berbaur dengan masyarakat luas.
(Megawangi, 2005: hlm. 6 - 7).
Menurut Dakir (2004: hlm. 26 - 28), bahwa
kepribadian yang ada pada manusia terdiri dari sembilan.
Kesembilan karakter yang harus dikembangkan pada
peserta didik adalah sebagai berikut: Ketaqwaan,
kecerdasan, Kesusilaan, Kejujuran, Kekreatifan,
Kesehatan, Keterampilan, Kemasyarakatan, dan
Kemandirian. Kementrian Pendidikan dan kebudayaan
(kemendikbud) pada tahun 2011 mengembangkan 18
karakter kebangsaan yang harus diajarkan pada peserta
didik. Pada tahun 2018 Kemendikbud melalui
permendikbud nomor 20 tahun 2018 tentang penguatan
pendidikan karakter di satuan pendidikan formal.
Permendikbud tersebut mengkerucutkan pendidikan
karakter menjadi lima karakter, oleh penulis disingkat
“NKRI gotong-royong” yaitu nasionalisme, kemandirian,
religious, integritas, dan kegotongroyongan. Kelima
karakter ini dikuatkan dengan gerakkan penguatan
karakter dengan melakukan olah hati, olah pikir, olah rasa,
dan olah raga.
Lima karakter seperti nasionalisme, kemandirian,
37
religius, integritas dan gotong-royong telah dimiliki oleh
peserta didik SMA Negeri 1 Kota Bogor. Namun demikian
nilai-nilai karakter ini harus terus ditingkatkan dan
dikuatkan. Peningkatan nilai-nilai karakter dapat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan intrakurikuler, seperti
membaca kitab suci selama 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai, menyanyikan lagu Indonesia Raya
tiga stanza setiap pagi, melakukan upacara bendera hari
Senin dan hari-hari besar. Selain itu, peningkatan nilai-
nilai karakter dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan
menumbuhkembangkan softskill peserta didik. Pada
lingkungan sosial lebih lanjut ada empat softskill yang
diperlukan yaitu kepemimpinan, komunikasi, kolaborasi,
dan manajemen waktu. Sepuluh softskill yang perlu
dikembangkan sejak di sekolah menengah yaitu
komunikasi, kemampuan bekerjasama, beradaptasi,
problem solving, manajemen, networking, kepemimpinan,
percaya diri, kemampuan bekerja di bawah tekanan, dan
etika.
Selain menumbuhkembangkan softskill,
ektrakurikuler juga menumbuhkan bakat dan minat yang
dimiliki peserta didik. Kegiatan intrakurikuler yang bersifat
kaku, seringkali menyulitkan beberapa peserta didik
mengembangkan bakat non akademik secara optimal.
Misalnya peserta didik yang mempunyai bakat seni dan
olah raga seringkali tidak berkembang dengan baik dalam
kegiatan intrakurikuler. Bahkan beberapa peserta didik
seperti ini tidak mahir dalam pelajaran-pelajaran eksakta.
Jika sekolah memfokuskan hanya pada segi akademik, dan
tidak mengakomodasi selain akademik, maka perserta
didik yang tidak dapat berprestasi dalam bidang akademik
akan merasa rendah diri. Kegiatan ekstrakurikuler
bertujuan untuk menumbuhkan bakat lain non akademik
sehingga menumbuhkan rasa percaya diri pada peserta
didik. Diharapkan dengan rasa percaya diri yang diperoleh
dari bidang non akademik akan mendorong raihan prestasi
akdemik yang lebih baik.

2. Prestasi SMA Negeri 1 Kota Bogor


Menurut Mc. Clleland dan Atkinson (Garliah &
38
Nasution, 2005: hlm. 27) motivasi yang paling penting
untuk pendidikan adalah motivasi berprestasi. Seseorang
cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih
suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau
gagal. Fernald (Garliah dan Nasution, 2005: hlm. 39)
mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang
mempengaruhi motivasi berprestasi, yakni keluarga dan
kebudayaan; konsep diri; jenis kelamin dan pengakuan
prestasi.
Motivasi berprestasi sangat diperlukan pada kondisi
SMA Negeri 1 Kota Bogor saat ini. Keterlibatan pendidik
dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 1 Kota Bogor
dalam lomba masih kurang. Hanya beberapa kegiatan saja
diikuti oleh pendidik. Kegiatan yang diikuti biasanya hanya
lomba pendidik berprestasi. Begitu pula keterlibatan
tenaga kependidikan dalam lomba masih kurang.
Satu orang pendidik tercatat sebagai juara kedua
tingkat Kota Bogor pada lomba pendidik berprestasi di
tahun 2016. Pada tahun yang sama tenaga kependidikan
tidak satupun ikut dalam lomba tenaga kependidikan yang
diselenggarakan oleh dinas pendidikan. Begitu pula
kenaikan pangkat tenaga kependidikan tidak ada yang
mengalami kenaikan pangkat pada tahun 2017.
Prestasi peserta didik bila diklasifikasikan
berdasarkan jenisnya, masih ada prestasi yang dapat
ditingkatkan. Prestasi tersebut di bidang akademik, seperti
perolehan nilai hasil ujian nasional, dan OSN. Sedangkan
prestasi yang dapat ditingkatkan dibidang non akademik,
adalah bidang seni pada festival dan lomba seni siswa
nasional (FLS2N). Bidang penelitian memiliki potensi besar,
namun peserta didik masih menemui kendala dalam fokus
masalah dan ide-ide penelitian yang kekinian.

Kebijakan Peningkatan Karakter dan Prestasi Sekolah


Komunikasi berasal dari bahasa Latin communis yang
berarti sama. Communico, communicatio atau communicare
yang berarti membuat sama (make to common). Secara
sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan
antara penyampaian pesan dan orang yang menerima
pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada
kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan
39
yang lainnya (communication depends on our ability to
understand one another). (Mulyana, 2005: hlm. 4).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa
Komunikasi mamiliki makna suatu proses penyampaian
pesan, ide, dan gagasan dari satu pihak kepada pihak lain.
Komunikasi dalam sebuah lembaga dapat bersifat formal
dan juga informal. Komunikasi juga dapat berbentuk
vertikal yaitu dari pimpinan ke bawahan atau sebaliknya.
Komunikasi ke bawah digunakan pimpinan untuk tujuan
1) melaksanakan kebijakan, prosedur kerja, peraturan,
instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan. 2)
menyampaikan pengarahan doktrinasi, evaluasi, teguran.
3) memberikan informasi mengenai tujuan organisasi,
kebijakan organisasi, insentif. Fungsi komunikasi ke atas
digunakan bawahan untuk tujuan 1) memberikan
pengertian mengenai laporan presentasi kerja, saran,
usulan, opini, permohonan bantuan dan keluhan. 2)
memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan
dan pelaksanaan pekerjaan bawahan dari tingkat yang
lebih rendah. (KBBI, 2008: hlm. 721)
Komunikasi yang paling tepat dilakukan di sekolah
adalah komunikasi persuasif. Komunikasi persuasif adalah
komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau
memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang
sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh komunikator. Adapun sikap-sikap individu atau
kelompok yang hendak dipengaruhi ini terdiri dari tiga
komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Kognitif
adalah perilaku seseorang mencapai tingkat "tahu" pada
objek yang diperkenalkan. Afektif adalah perilaku
seseorang mempunyai kecenderungan untuk suka atau
tidak suka pada objek. Konatif adalah perilaku seseorang
melakukan sesuatu tindakan terhadap objek, Azwar (2016:
hlm. 23-28).
Wilson (2010: hlm. 33-41) menyatakan bahwa
kepemimpinan merupakan proses yang saling
berhubungan, seorang pemimpin harus memperhitungkan
harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan individual
dari mereka yang terlibat dalam interaksi yang
berlangsung. Humanisme dalam mempimpin mengandung
makna kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan
40
hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan,
dan kemampuannya.
Keterampilan seorang pemimpin Humanistik terdiri
dari tiga hal yaitu: 1) kemampuan mendiseminasikan
tujuan; 2) mengenal situasi pekerjaan dan kondisi mental
pekerja, sehingga dapat mengetahui kapan waktunya
memberikan perintah, berpartisipasi dan mendelegasikan
suatu pekerjaan kepada para karyawannya, dan 3)
kemampuan untuk bertindak sesuai peraturan perusahaan
yang berlaku (tanpa kompromi).
Kebijakan yang diambil oleh kepala SMAN 1 Kota
Bogor dalam pengkodisian dan pemenuhan kebutuhan
suatu kegiatan dalam meningkatkan karakter dan prestasi
sekolah dengan menggunakan strategi Kopi Manis adalah :
1) Memberikan keleluasaan kepada pendidik untuk
mengembangkan dan melakukan penguatan
pendidikan karakter dalam kurikulum dan mata
pelajaran di sekolah.
2) Menggunakan issue pendidikan karakter sebagai
materi yang terintegrasi dalam mata pelajaran.
3) Mengembangkan manajemen dan nilai-nilai
karakter di setiap unit kegiatan ekstrakurikuler
4) Memberikan kesempatan kepada pendidik sebagai
pengelola olimpiade sains nasional (OSN) untuk
mengundang alumni peraih medali pada OSN.
Alumni berperan sebagai pembimbing bagi peserta
yang akan mengikuti OSK, dan OSP.
5) Melibatkan peserta didik dalam proses penentuan
dan pemilihan pendidik dan tenaga kependidikan
berprestasi.

Peningkatan Karakter dan Prestasi dengan Komunikasi


Persuasif dan Pemantauan Humanis
Langkah manajemen secara umum terdiri dari empat
yaitu perencanaan (Planning), pengelolaan (Organizing),
penggerakan (Actuating), dan pengkontrolan (Controlling).
Komunikasi persuasif dan pemantauan humanis disisipkan
dalam langkah manajemen menjadi empat langkah yaitu
perencanaan sauyunan, pengelolaan malapah gedang,
penggerakan handap asor, dan pengontrolan rereongan.
41
Sauyunan berasal dari Bahasa Sunda yang berarti
keintiman. Adapun menurut Danadibrata (2006 : hlm.
616), sauyunan terdiri atas dua suku kata yaitu sa artinya
satu dan uyun yang berarti langkah, jadi sauyunan berarti
bersatu saat melangkah. Sauyunan merupakan budaya
masyarakat Jawa Barat yang mengakar dalam
bekerjasama. Perencanaan sauyunan berarti
merencanakan kegiatan bersama-sama komponen sekolah
untuk menuju satu visi bersama.
Malapah gedang dalam Bahasa Sunda merupakan
idiom yang tidak dapat diartikan satu persatu, namun
maknanya adalah runut dan rinci dalam melakukan tutur
maupun tindakan (Setiawan, 2015 : hlm. 26). Pengelolaan
malapah gedang bermakna pengelolaan dilakukan dengan
runut, bertahap, dan rinci
Handap asor adalah idiom yang tidak bisa diartikan
satu persatu. Arti idiom ini adalah sikap rendah hati tanpa
menghilangkan wibawa : tidak sombong dan tidak merasa
paling pintar, paling kuat, atau paling bisa berbuat
dibanding orang lain; tidak menghina orang lain; serta
terbuka atas kritik. Penggerakkan hadap asor artinya
ketika menggerakkan semua komponen dilakukan dengan
rendah hati, tidak jumawa, dan terbuka terhadap kritik.
Rereongan artinya adalah bersama-sama.
Pengontrolan rereongan artinya melakukan kerjasama dan
kolaborasi dalam memantau proses dan ketercapaian
tujuan program.
Kopi Manis bertujuan untuk meningkatkan mutu
sekolah berprestasi dan berkarakter. Sasaran dari strategi
ini adalah pendidik dan tenaga kependidikan serta peserta
didik di SMAN 1 Kota Bogor. Strategi Kopi Manis terdiri
dari empat tahap yaitu perencanaan sauyunan,
pengelolaan malapah gedang, penggerakkan handap asor,
dan pengontrolan rereongan. Keempat tahapan tersebut
dapat dilihat pada gambar berikut.

42
Gambar 1. Alur Strategi Kopi Manis

Deskripsi dari setiap tahapan pada alur strategi Kopi Manis


adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Sauyunan
Perencanaan dilakukan pada awal tahun pelajaran
baru. Perencanaan bertujuan untuk melakukan analisis
kebutuhan, penyusunan program kerja, menyusun
perencanaan kegiatan secara rinci dan sistematis, waktu
kegiatan, personil yang terlibat, dan sejenisnya. Keluaran
dari perencanaan adalah program kerja tahunan.
Pelaksanaan perencanaan pada Startegi Kopi Manis dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Peranan Komunitas Sekolah dalam Perencanaan


Kegiatan Sekolah
No Komponen Peran
Sekolah
1. Kepala Penanggungjawab, juga sebagai perancang
sekolah dalam grand disain sekolah berprestasi dan
berkarakter.
43
2. Wakil kepala Membuat rencana program kerja agar tetap
sekolah dan dalam visi dan misi sekolah, serta tujuan
Kepala TU sekolah yang dijabarkan pada setiap
program kerja wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan, kurikulum, sarapa prasarana,
dan humas.

Perencanaan kegiatan bidang kurikulum, kesiswaan,


hubungan masyarakat dan sarana prasarana diturunkan
berdasarkan pada visi dan misi sekolah. Strategi Kopi
Manis dalam perencanaan dilakukan dengan cara: pertama
mengkomunikasikan teknik analisis kebutuhan dan
karakteristik sekolah, selanjutnya meminta masing-masing
bidang membuat program kerja. Pada saat pembuatan
program, dipantau penyelesaian perencaaan program agar
tepat waktu. Komunikasi multi arah yang menghargai
pendapat, ide dan gagasan digunakan agar seluruh
komponen yang terlibat dalam pembuatan program
termotivasi membuat perencanaan kerja yang cerdas dan
tuntas mencapai target kerja.

2. Pengelolaan Malapah Gedang


Pengelolaan malapah gedang adalah pengelolaan yang
runut dan bertahap, dengan tahapan yang jelas dan
terstruktur untuk mencapai target capaian. Setiap ketua
pelaksana program dalam melaksanakan program harus
mengikuti standar operasional yang runut dan bertahap.
Standar operasional pada pengelolaan malapah
gedang mengutamakan pada penetapan target prestasi bagi
pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik. Seluruh
ketua pelaksana program sudah semestinya membuat
target yang terukur dengan mengkomunikasikan secara
persuasif antar komponen. Penetapan target mengacu pada
penetapan indikator yang terencana dan terukur pada
target prestasi sebagai acuan pelaksanaan kegiatan kerja.
Pelaksanaan kegiatan dimonitoring secara berkala
dengan mengedepankan pemantauan humanis. Kegiatan
dipantau dengan teknik spionase, komponen yang
melaksanakan kegiatan tidak menyadari sedang dilakukan
pemantauan. Setiap kekurangan dicatat, disampaikan
secara informal melalui face to face tegur sapa, diawali

44
dengan membicarakan hal-hal menyenangkan lalu
berlanjut pada evaluasi hasil pemantauan lapangan.
Selanjutnya, secara formal setelah kegiatan dilaksanakan
pada setiap bidang dilakukan evaluasi melalui laporan
pertanggungjawaban secara berkala setiap enam bulan.
Kegiatan yang dilakukan bila mencapai target capaian akan
diberikan penghargaan dan yang belum mencapai target
dibuat rencana tindak lanjut.

3. Penggerakan Handap Asor


Penggerakan bertujuan agar semua komponen
sekolah mendukung dan berperan aktif dalam kegiatan.
Strategi Kopi Manis menggunakan penggerakan handap
asor yaitu kepala sekolah bukan sebagai sosok jumawa
yang menggerakkan dengan telunjuk, tetapi kepala sekolah
melakukannya dengan handap asor atau menganggap diri
sebagai mitra setara bekerjasama dengan semua komponen
yang turut memajukan sekolah. Penggerakkan dilakukan
dengan cara sosialisasi, pembinaan, dan pendampingan.
Komunikasi persuasif dilakukan melalui himbauan
secara informal dalam grup sosial media (whatsapp group).
Himbauan yang direspon baik diapresiasi dengan pujian,
adapun bila himbauan tidak dindahkan akan ditanyakan
ulang untuk meminta respon. Bahasa yang digunakan
pada grup sosial media bersifat umum, bila ada hal yang
perlu ditindaklanjuti secara khusus akan menggunakan
jalur pribadi. Teknik komunikasi persuasif seperti ini
membangkitkan motivasi setiap komponen sekolah, merasa
diperhatikan sehingga bersegera menyelesaikan
pelaksanaan program secara tuntas.

4. Pengontrolan Rereongan
Pengontrolan rereongan berarti semua komponen
yang ada di sekolah secara berkolaborasi dilibatkan dalam
kegiatan monitoring selama penyusunan perencanaan, dan
pelaksanaan kegiatan, juga pada tahap evaluasi akhir
ketercapaian target.
Adapun peran komponen sekolah dalam pengontrolan
bisa dilihat pada Tabel 2. Setiap komponen sekolah
memiliki peran dalam melakukan monitoring dan evaluasi
ketercapaian target-target yang telah ditetapkan dalam
45
setiap kegiatan. Orangtua turut pula berpartisipasi dalam
kegiatan monitoring dan evaluasi, menjadi kontrol sosial
juga sebagai pengguna dari kebijakan sekolah.

Tabel 2. Peranan Komunitas Sekolah dalam Pengontrolan


Kegiatan Sekolah
No Komponen Sekolah Peran
1. Kepala sekolah Mengkondisikan agar semua
kegiatan berjalan dengan baik
melalui kebijakan yang dikeluarkan
2. Wakil kepala sekolah, Wakil kepala sekolah memantau
seluruh kegiatan kerja berjalan
dengan baik dan ketercapaian
target sesuai dengan rencana.
3. Orangtua Sebagai pengguna kebijakkan
sekolah melakukan kontrol sosial

Pemantauan dilakukan secara humanis yaitu


menghargai dan memposisikan hasil kerja seluruh
komponen yang terlibat sebagai hasil karya yang layak
diapresiasi. Pemantauan dilakukan pada saat mereka
melakukan kegiatan, mengajak berbicara dan atau
memperhatikan dari kejauhan terhadap pendidik dan
peserta didik yang terlibat dalam kegiatan. Cara seperti ini,
pendidik dan peserta didik yang sedang melakukan
aktivitas merasa dihargai, merasa senang dan merasa
termotivasi.

Meningkatnya Karakter dan Prestasi SMAN 1 Kota


Bogor
Berdasarkan pengamatan para pendidik dan teman
sebaya menunjukkan munculnya beberapa karakter
prositif seperti tanggung jawab, menghargai orang lain, dan
prilaku positif (seperti tidak merokok, patuh pada tata
tertib sekolah, dan tidak melakukan tawuran). Hanya
3,59% peserta didik tidak menunjukkan keaktifan di dalam
kelas, yaitu dalam hal pengerjaan tugas-tugas akademik
yang diberikan oleh pendidik selama proses belajar
mengajar di kelas. Keaktifan peserta didik selama proses
pembelajaran di kelas akan sangat mendukung raihan
akademik peserta didik dalam melanjutkan ke jenjang
selanjutnya. Kedisiplinan masih ada 4,79% peserta didik
46
yang tidak disiplin.
Karakter religius pendidik, tenaga kependidikan dan
peserta didik dilihat dari aktifitas seluruh warga sekolah
yaitu tadarus qur’an atau baca al kitab setiap pagi sebelum
pembelajaran dimulai, sholat dhuha, solat zuhur dan ashar
berjamaah. Karakter jujur tergambar pada perilaku
peserta didik dapat dilihat dari perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
Peningkatan perilaku demokratis, mandiri dan peduli
sosial tampak pada setiap penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler. Pemilihan ketua OSIS
dilakukan secara terbuka dan secara demokrasi, mampu
menciptakan suasana sekolah menerima perbedaan.
Mandiri dalam mencapai setiap tujuan dalam unit kegiatan
ekstrakurikuler. Begitu pula semangat kebangsaan dan
cinta tanah air tertjadi peningkatan. Ini dapat dilihat dari
pelaksanaan upacara bendera hari senin secara rutin,
upacara hari-hari besar nasional secara hidmat. Selain itu,
semangat juang peserta didik yang ditunjukkan sangat
besar dalam mendukung kegiatan-kegiatan kenegaraan
yang diselenggarakan di Istana Presiden Bogor. Peserta
didik bekerja sama dengan teman sekelas bahkan dengan
teman satu sekolah yang berbeda suku, etnis, status
sosial-ekonomi.
Setelah menggunakan Strategi Kopi Manis, sejak
tahun 2017 sampai dengan sekarang sebanyak 10 orang
atau 17,54 % pendidik mengajukan kenaikan pangkat.
Hasil yang didapat setelah seluruh daya upaya
dikomunikasikan secara persuasif dengan para pendidik,
sebanyak 5 pendidik menjadi fasilitator di Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas (PSMA). Ini berarti
bahwa dalam diri pendidik ada potensi dan kemampuan
yang belum terungkap, berkat komunikasi yang dibangun
para pendidik.
Sebanyak 7 predikat juara diraih pendidik dan tenaga
kependidikan serta termotivasi mengikuti even olimpiade
pendidik nasional (OGN) dalam kurun waktu dua tahun
terakhir, baik di tingkat kota, cabang dinas pendidikan
wilayah dua maupun di tingkat provinsi. Tampak bahwa
pemantauan humanis membangkitkan motivasi terhadap
kinerja pendidik dan tenaga kependidikan. Selain itu,
47
diperoleh tanggungjawab yang tinggi, percaya diri, pantang
menyerah pada masing-masing pendidik dan tenaga
kependidikan.

Gambar 2. Prestasi peserta didik bidang akademik pada tahun pelajaran


2017/2018 dan 2018/2019.

Prestasi peserta didik di bidang akademik pada dua


tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun 2018
sebanyak (290 orang) 85% peserta didik dari SMAN 1 Kota
Bogor diterima di perguruan tinggi negeri. Sebanyak 35%
dari peserta didik yang diterima di perguruan tinggi negeri,
masuk melalui jalur SNMPTN. Selain itu, (5 orang) 1,47%
peserta didik diterima di perguruan tinggi ternama di luar
negeri seperti di negara Jerman, Rusia dan Malaysia.
Sebanyak (39 orang) 11,47% peserta didik diterima di
perguruan tinggi swasta. Di tahun 2019, sebanyak (304
orang) 90,21% peserta didik dari SMAN 1 Kota Bogor
diterima di perguruan tinggi negeri, peserta didik melalui
jalur SNMPTN diterima di perguruan tinggi negeri sebanyak
(127 orang) 37,69%. Ada (12 orang) 3,56 % peserta didik
diterima di perguruan tinggi luar negeri.
Terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada tahun
2018, seperti meraih medali perak dan perunggu di ajang
olimpiade sains nasional (OSN) bidang matematika,
astronomi dan ekonomi. Prestasi ini dibarengi pula dengan
perolehan medali emas, perak dan perunggu pada lomba di
tingkat internasional seperti IMWIC UNION, SASMO
48
(Singapura and Asian School), Word Matematics,
International Mathematical Olympiad (IMO) dan
International Paper Competition in Students Exchange
Competition Program.
Bidang non akademik, meraih prestasi olahraga,
prestasi pada kegiatan festival dan lomba seni siswa
nasional (FLS2N), gelar aksi karakter siswa (Galaksi),
degung, debat, basket, renang, wushu, karate dan banyak
lagi. Pada Tabel 3. dapat dilihat rekapitulasi prestasi
peserta didik bidang akademik dan non akademik tahun
pelajaran 2017/2018 dan 2018/2019.

Tabel 3. Rekapitulasi Prestasi Peserta Didik Tahun


2017/2018 dan 2018/2019
Jumlah Perolehan
Tahun 2017 Tahun 2018
No Kategori
Inter Inter
Provinsi Nasional Provinsi Nasional
nasional nasional
1 Akademik 8 7 4 3 10 11
Non
2 14 9 0 8 3 10
Akademik

49
Daftar Pustaka
Azwar, S. 2016. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Liberty
Danadibrata. 2006. Kamus Basa Sunda. Bandung : Kiblat
Buku Utama
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum.
Jakarta : Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Garliah, L. dan Nasution, F.K. 2005. Peran Pola Asuh Orang
Tua dalam Motivasi Berprestasi. Jurnal Psikologia.
Megawangi, R. 2005. Pendidikan Holistik. Cimanggis:
Indonesia Heritage Foundation.
Mulyana, D. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Setiawan, H. 2015. Malapah Geudang. Pikiran Rakyat 15
Desember. Halaman 26.
Wilson, J. H. 2010. Authority in the 21st Century: Likert’s
System 5 Theory. Emerging Leadership Journeys, Vol. 3
Iss. 1, 2010, pp. 33-41.

50
Tentang Penulis
Dr. R. Bambang Aryan Soekisno, M.Pd. Lahir di Bogor 6
Februari 1970. Anak keenam dari enam bersaudara,
pasangan Bapak Soekisno dan Ibu Marhawati. Pendidikan
Sekolah Menengah Atas diselesaikan di
SMA Negeri Leuwiliang, lulus tahun
1988. Melanjutkan Pendidikan D3
jurusan Pendidikan Matematika
ditempuh di Institut Pertanian Bogor,
lulus tahun 1991. Pendidikan Sarjana
(S1) di Universitas Pendidikan
Indonesia, lulus tahun 1998. Setelah itu
melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di
Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia program studi
Pendidikan Matematika, lulus tahun 2002 dan tahun
2015. Pada tahun yang sama diangkat menjadi Kepala SMA
Negeri 10 Kota Bogor. Pada tahun 2017 diangkat menjadi
Kepala SMA Negeri 1 Kota Bogor. Penulis buku pelajaran
matematika SMA tahun 20114 dan 2019. Juara pertama
kepala sekolah berprestasi tingkat Provinsi tahun 2019.
Juara kedua kepala sekolah berprestasi tingkat nasional
tahun 2019. Penulis dapat dihubungi melalui nomor HP
081284788488.

51
PENINGKATAN PENDIDIKAN
KARAKTER MELALUI
KEWIRAUSAHAAN
Ermizar
SMA Negeri 2 Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat
ermizarrahman@gmail.com

Pentingnya Pendidikan Karakter


Pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai pewaris
nilai budaya dan moral bangsa dalam kontek pengetahuan.
Pendidikan harus mampu menjadikan manusia bertahan
dalam proses kehidupan lewat keterampilan dan
kemampuan serta kreatifitas yang diciptakan untuk dapat
bersaing dalam pola-pola kehidupan. Pendidikan dituntut
untuk dapat mengembangkan dan menimbulkan motivasi
bagi siswanya agar mampu berkreasi terutama dalam
menghasilkan sesuatu yang bernilai finansial. Hal ini
berlatarkan bahwa tantangan yang dihadapi pada masa
sekarang sangat komplek. Persaingan dunia kian hari kian
kuat, tidak hanya ditingkat Regional namun telah
merambah pada tingkat Nasional bahkan Internasional.
Tantangan yang sangat besar kadang kala menuntut kerja
keras secara akademik namun pemenuhan kebutuhan
akademik tidaklah cukup untuk menghadapai tantangan
tersebut perlu adanya pembinaan penguatan Pendidikan
karakter untuk mengimbangi tuntutan dunia globalisasi.
Pendidikan karakter menurut Kertajaya (2010)
bagaimana seseorang memiliki sebuah bentuk sikap,
berucap, bertindak, serta merespon sesuatu yang menjadi
ciri khas dirinya dan menjadi kebiasaan bagi
kepribadiannya. Suryanto mengatakan pendidikan
karakter adalah ciri khas seseorang individu yang terkait
dengan cara berfikir dan bersikap serta merespon sesuatu
dalam kehidupan interaksi social yang diwujudkan dengan
tanggung jawab.

52
Sekolah sebagai wahana pendidikan haruslah mampu
menjadi akselator dalam mengejar berbagai ketinggalan
serta mampu melatihkan berbagai kompetensi pada
siswanya. Peran sekolah sangat diperlukan dalam aspek
ini. Masing-masing siswa memiliki kemampuan dan bakat
yang perlu mendapat dukungan dari sekolah, orang tua
dan masyarakat. Untuk itu perlu upaya dalam
membangkitkan semangat siswa melalui kegiatan yang
kreatif dan inovatif dengan dasar pengembangan
kemampuan dan peningkatan keterampilan siswa
selayaknya berdasarkan berbagai peluang dan persaingan
global. Tujuannya agar siswa nantinya menjadi pribadi
yang tangguh dalam menghadapi berbagai kompetisi dunia.
Harapannya bagaimana sekolah berupaya mengakomodir
tuntutan masyarakat akan pendidikan yang membekali
siswanya dengan kecakapan hidup melalui pendidikan
berbasis luas. Artinya pendidikan dapat memanfaatkan apa
yang dimilikinya secara luas tidak hanya saja lingkungan
sekitar akan tetapi juga disertai dengan ilmu pengetahuan
serta penanaman pendidikan karakter untuk kepentingan
eksplorasi pendidikan itu sendiri.
Tuntutan perkembangan kebutuhan masyarakat
Indonesia di masa depan terkait dengan era teknologi
informasi dan globalisasi berakar pada sumber daya
manusia. Mutu sumber daya manusia sangat menentukan
system kehidupan sosial, ekonomi, agama, teknologi dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu manusia pada dasarnya
dituntut menjadi pribadi yang berkualitas yaitu pribadi
yang utuh dan tangguh serta memiliki keungulan-
keunggulan dengan nilai ilmu pengetahuan agar mampu
menghadapi dan memecahkan masalah dalam kehidupan.
Dengan demikian juga nantinya dituntut untuk mampu
berkompetisi dan melakukan kemajuan-kemajuan yang
bermuara pada perubahan kehidupan. Hal tersebut di atas
juga ditopang dengan adanya keahlian dalam berbagai
bidang serta didukung oleh keterpaduan dan
keseimbangan ilmu pengetahuan, fisik motorik dan sosial
emosional.
Jika dilihat dari perkembangan pendidikan SMA
dewasa ini, rata-rata sekolah cenderung melaksanakan
program yang konvensional. Program yang ada di sekolah
53
belumlah mengakomodir peningkatan minat dan bakat
siswa sehingga kegiatan sekolah menjadi sesuatu yang
membosankan bagi siswa apalagi saat ini siswa menuntut
adanya program yang bersifat kekinian yang mengcover
keinginan mereka akan kemajuan dan tuntutan zaman
millennial. Siswa SMA harus memiliki kemampuan dalam
bidang teknologi dan mengalami percepatan informasi dan
media. Hal ini haruslah menjadi perhatian khusus bagi
sekolah, sekolah harus mampu menyususun program yang
dapat meningkatkan kemampuan dan pengembanagan diri
siswa .Pengembangan program yang yang inovatif, meman-
faatkan lingkungan sebagai sumber belajar, serta mampu
meningkatkan nilai-nilai karakter bagi siswa itu sendiri.
Pada dasarnya banyak kegiatan yang inovatif dapat
dilakukan oleh sekolah dalam menciptakan karya-karya
siswa yang memiliki nilai finansial. Siswa yang nantinya
menamatkan pendidikan di SMA memiliki pengalaman
nyata dalam hal kecakapan hidup, sebagai modal
keterampilan bagi siswa melanjutkan ke Perguruan Tinggi
maupun bagi siswa yang tidak melanjutkan pedidikan ke
Perguruan Tinggi.

Pendidikan Kewirausahaan
Fenomena yang terjadi di SMA Negeri 2 Kota
Bukittinggi, selama ini belum ada kegiatan-kegiatan dan
program yang mengakomodasi peningkatan kemampuan
siswa dalam hal pengembangan minat dan bakat. Kegiatan
yang terlaksana cenderung monoton. Sekolah belum
menjadi akselerator dalam mengejar berbagai ketinggalan
untuk meningkatkan kemampuan siswa yang kaitannya
dalam persaingan global nantinya. Selama ini program
kegiatan yang ada di sekolah hanya berupa proses
pembelajaran biasa, beban tugas dari pembelajaran
tersebut membuat siswa merasa bosan akan proses yang
ada di sekolah. Sekolah belum mampu melahirkan
program yang menyenangkan bagi siswa serta dapat
menumbuhkan nilai-nilai karakter dari siswa itu sendiri
seperti nilai-nilai tanggung jawab, kerja sama, kedisiplinan
dan kemampuan sosial dalam berinterksi dengan
lingkungan. Selain itu belum ada program yang kreatif dan
inovatif dalam mengcover kebutuhan siswa dalam
54
mengembangkan potensi yang dimikinya. Sekolah belum
memberi peluang bagi siswa untuk memiliki keterampilan
yang nantinya dapat mereka implentasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu dilaksanakan
program yang dapat mengakomodir hal tersebut, maka
sekolah merancang dan melaksanakan sebuah program
terbaik dengan judul “Parak Kunsi Untuk Meningkatkan
Nilai Karakter di SMA Negeri 2 Kota Bukittinggi”yaitu suatu
program yang disusun untuk mengembangkan bakat dan
kertampilan siswa melalui Kewirausahaan.
Sampai saat ini konsep kewirausahaan masih terus
berkembang. Kasmir (2006) mengatakan bahwa
kewirausahaan merupakan kemampuan menciptakan
suatu kegiatan usaha. Dalam hal ini memerlukan adanya
kreativitas dan inovasi serta mampu memodifikasi dari
sesuatu hal yang telah ada sebelumnya sehingga dapat
dijadikan dasar, strategi, kekuatan dan modal untuk
mencari peluang menuju sukses (Suryana, 2006: 2).
Peluang sukses di masa depan dapat diraih apabila
seorang wirausaha benar-benar memanfaatkan peluang
dengan baik dan mempunyai disiplin diri.

Kaitan Antara Nilai Karakter Dengan Pendidikan


Kewirausahan
Ada beberapa kaitan antara nilai karakter dengan
pendidikan kewirausahaan. Semua itu terwujud dengan
adanya sinergisitas dari berbagai aspek yang
melandasinya. Aspek tersebut berbentuk kemampuan
seseorang dalam menentukan tujuan hidup, dapat
memotivasi diri dalam melahirkan tekad dan kemauan
serta memiliki nilai inisiatif dalam sebuah tindakan tanpa
menunggu instruksi sehingga melahirkan daya cipta,
inovasi yang mengakibatkan seseorang tersebut
memperbaharui dan selalu mengupayakan optimalisasi
diri. Pola kerja keras dapat memupuk mental kearah positif
yang dilandasi dengan nilai agama dan moral. Selanjutnya
melakukan evaluasi diri dari berbagai tindakan baik
berupa kegagalan ataupun sebaliknya yang mengakibatkan
orang tersebut mampu mengambil langkah berikutnya
(Suryana 2009).

55
Parak Kunsi untuk Meningkatkan Nilai Karakter Di
SMA Negeri 2 Kota Bukittinggi
Parak Kunsi merupakan kependekan dari Program
Kegiatan Kewirausahaan Saling Bersinergi yang digunakan
untuk meningkatkan nilai karakter di SMA Negeri 2 Kota
Bukittinggi. Parak Kunsi berasal dari bahasa Minangkabau
yang mana Parak adalah ladang atau lahan yang dapat
digarap untuk mampu menghasilkan sesuatu yang
nantinya berguna bagi kesejahteraan kaum kerabat.
Sedangkan Kunsi yang berarti bekerja sama atau bekerja
secara bersama-sama. Parak Kunsi memiliki filosofi adalah
sebuah ladang atau lahan yang digarap dan diolah secara
bersama-sama dengan bentuk gotong royong kaum di
Minangkabau. Tujuan dari pengolahan secara bersama ini
agar kaum kerabat memiliki tanggung jawab untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota kaumnya.
Nilai sinergisitas dan filosofi inilah yang digunakan
di SMA Negeri 2 Kota Bukittinggi dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Sekolah sebagai sebuah wadah yang
menjadi lahan untuk digarap secara bersama-sama oleh
warga sekolah untuk meningkatkan kesejahteraan warga
sekolah itu sendiri. Sekolah haruslah inovatif dalam
mengolah lahan tersebut, program sekolah juga harus
kreatif ibarat sebuah ladang yang tidak selalu ditanami
dengan tanaman yang sama setiap musimnya. Tujuannya
agar program yang dibuat sekolah memang dilandasi oleh
kebutuhan warganya salah satunya adalah Pendidikan
Kewirausahaan.
Parak Kunsi dirancang dengan memiliki 4 program
kegiatan. Ke empat program tersebut memiliki nilai dan
makna dalam pelaksanaanya. Program tersebut yaitu :
1. Kweek Company
Kweek Company merupakan sebuah program dengan
tema mini company (perusahaan kecil) di sekolah. Adalah
sebuah perusahan kecil yang pengelolaannya berada
ditangan siswa. Siswa diajak dan diajarkan bagaimana
menjadi bagian dari sebuah manajemen pengelolaan.
Kompetensi manajemen dan manajerial diterapkan bagi
siswa mulai dari perencanaan, pengorganisasian, produksi,
penjualan, pelaporan dan pembukuan yang nantinya siswa
bertanggung jawab terhadap pengolaan perusahaan
56
tersebut. Kweek Company diartikan sebagai perusahaan
raja, yang mana SMA Negeri 2 Kota Bukittinggi dulunya
merupakan sekolah bangsawan pada masa Belanda.
Pelaksanaan program ini dimulai dari perencaan yang
matang oleh guru dan kepala sekolah. Guru dilibatkan
dalam membangun perusahaan tersebut, dimana guru
membentuk tim pengembang dan penanggung jawab.
Selanjutnya guru melibatkan siswa untuk dapat bekerja
dalam perusahan yang dibangun tersebut. Sekolah
memberikan fasilitas tempat khusus untuk Kweek
Company. Siswa dilatih dan didik untuk dapat
menjalankan perusahan dengan baik. Dimana terbeih
dahulu dibentuk tim penyelenggara yang terdiri dari siswa
dan guru. Selanjutnya dibuat struktur organisasi
personalia perusahaan mulai dari manajer perusahan
sampai kepada staf divisi. Perusahan bertanggung jawab
terhadap modal yang telah diberikan sekolah yang
nantinya akan dilaporkan pada setiap tahap kegiatan.
Kweek Company melatih siswa untuk menjadi
pimpinan, kepala bagian, staf dan lain-lain. Layaknya
sebuah perusahan, siswa juga dididik untuk dapat
menggunakan modal usaha dalam bidang produksi,
distribusi dan lain sebagainya. Produk yang dihasilkan
disini merupakan produk yang telah bekerjasama dengan
kelompok produksi yang ada disekolah. Dimana nantinya
kweek companylah yang akan membantu memasarkan dan
memberikan bantuan modal bagi kelompok usaha tersebut.
Pekerjaan pada kweek company dilandasakan pada
SOP pelayanan yang tepat. Siswa diajarkan dapat
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tupoksi mereka
masing-masing. Kweek Company memiliki jam operasional
terjadwal dan tersusun dengan baik sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan bersama. Nantinya
perusahan juga bekerja sama dengan badan usaha lainnya
yang terdapat di sekitar sekolah seperti distro, kantor
dinas, alumni, usaha masyarakat dan orang tua dan lain
sebagainya.

57
Gambar 1. MoU dan Nota pesanan pada Kweek Company
(Sumber : Dokumen Kweeks Company)

Gambar 2. Pengolahan jamur di jual di Kweeks Company

Gambar 3. Pemesanan Baju dari Kweeks Company di Tangkelek

58
2. Taratak
Taratak diminangkabau mengandung arti bercocok
tanam. Program ini merupakan kolaborasi antara disiplin
ilmu tertentu dengan keterampilan. Siswa diarahkan untuk
melakukan budidaya tanaman dengan memanfaatkan
lahan yang ada di sekolah. Pada program ini guru dan
siswa bekerjasama dalam pengelolaan budidaya tanaman
tersebut. Adapun tanaman yang dibudidayakan anatara
lain seperti jamur, strobery dan tanaman lain yang dapat
ditanam secara hydroponic. Hasil dari kegiatan ini
nantinya akan diolah dan dipasarkan. Kegiatan ini juga
telah bekerjasama dengan pihak terkait di luar sekolah.
Pelaksanaan program ini dengan membentuk tim
yang akan bertanggung jawab pada pelaksanaan. Program
ini menggunakan disiplin ilmu bidang biologi, pertanian
dan juga bidang keterampilan. Siswa diarahkan untuk
dapat memanfaatkan lahan sekolah yang bisa digunakan.
Budidaya yang lakukan yaitu jamur, strobery dan juga
hydroponic. Terlebih dahulu siswa dibekali dengan
pengetahuan tentang budidaya tanaman tersebut. Siswa
juga diarahkan untuk memanajeman kegiatan agar
kegiatan yang diakukan mencapai target yang telah
ditetapkan. Siswa diajarkan mulai dari awal pembuatan
baklok sampai dengan cara memanen serta penjualan
produk dari tanaman jamur, begitu juga dengan tanaman
strowbery.
Program ini memberikan keterampilan kepada siswa
tentang budidaya tanaman yang dapat menghasilkan dan
memiliki nilai finansial. Agar nantinya keterampilan
tersebut dapat mereka implentasikan dalam kehidupannya.
Serta melatih disiplin dan tanggung jawab siswa terhadap
proses kegiatan yang mereka lakukan.

59
Gambar 4. Hidroponik Tanaman Sayuran

Gambar 5. Siswa belajar dari nara Sumber

60
Gambar 6. Budidaya Jamur

3. MCI (Minang Craft Inovasion)


MCI merupakan program kegiatan dengan
mengarahkan siswa dalam menciptakan aneka kerajinan
yang berbasis budaya lokal yaitu kerajinan Minang.
Kegiatannya antara membuat anyaman dan sulaman.
Siswa diberikan keterampilan dalam menghasilkan
kerajinan tersebut dalam bentuk selendang, kerudung, tas
dan lain sebagainya. Hasil karya siswa tersebut nantinya
akan dipasarkan.
Program ini yang bergerak pada bidang kerajinan
yang dilaksanakan dengan pembuatan produk-produk
kerajinan yang mengutamakan kearifan lokal yaitu produk
yang ada disekitar kota Bukittinggi seperti sulaman, tas
rajutan dan lain sebagainya dengan tetap memperhatikan
nilai finansial dan nilai estetika.
Guru membentuk kelompok pada siswa, yang mana
nantinya siswa yang bergabung dalam kelompok tersebut
bertanggung jawab pada pelaksanaan kegiatan. Guru
memberikan pengetahuan tentang aneka kerajinan yang
akan dibuat kepada siswa. Kerajinan yang dimaksud
adalah kerajinan dengan muatan lokal khas daerah seperti
sulaman, tas rajutan dan lain sebagainya. Pada
pelaksanaannya siswa diajak langsung kelapangan untuk
observasi tempat produksi barang kerajinan daerah. Siswa
diarahkan untuk membuat kerajinan daerah dengan

61
difasilitasi sekolah. Produk yang dihasilkan oleh siswa
harus memperhatikan nilai estetika dan nilai finansial agar
nantinya produk tersebut dapat dipasarkan dan menjadi
lahan usaha bagi siswa. Kegiatan ini juga bekerjasama
dengan orang tua, masyarakat serta alumni dan sebagai
tenaga ahli dan juga nantinya sebagai pangsa pasar dalam
penjualan produk.
Target capaian dari program ini adalah dimana siswa
mampu memiliki pengetahuan tentang produk lokal yang
memiliki nilai finansial sebagai lahan usaha. Sasaran
utamanya adalah siswa memliki keterampilan bagaimana
cara membuat produk tersebut secara berkulitas dan
nantinya mampu memasuki dunia usaha sebagai lahan
pemasaran.

Gambar 7. Hasil Karya MCI yang dipasarkan

Gambar. 8 Pelatihan di Perusahan Orang Tua Siswa


62
4. TASTING (The Art Of Screen Printing)
Tasting merupakan program kegiatan keterampilan
rekayasa. Secara bahasa Tasting berarti pengecapan/rasa.
Pada program ini tasting memiliki filosofi produk yang
memiliki nilai rasa yaitu kegiatan seni modern dengan rasa
lokal. Dimana siswa memproduksi produk seperti sablon
dan mug printing dengan model kekinian akan tetapi
memiliki unsur budaya lokal. Baju dan mug yang
diproduksi disablon dengan menggunakan kata/kalimat
yang mengandung makna dan filosofi minangkabau.
Kegiatan ini juga hasil kolaborasi berbagai disiplin ilmu
dengan keterampilan yang nantinya hasil produksi dapat
dipasarkan karena mempertimbangkan nilai estetika dan
nilai finansial.

Gambar. 9 Siswa belajar membuat desain

63
Gambar. 10 Siswa Mencetak Mug Pres

Gambar 10. Produk Tasting di pajang di Kweeks Company

Program Peningkatan Karakter Melalui


Kewirausahaan yang saling Bersinergi (Parak kunsi ) yang
dilaksanakan di SMA Negeri 2 Bukittinggi, Kweek
Company,Taratak, Minang Craf Innovation serta Tasting
dapat meningkatkan karakter siswa secara umum
terutama peningkatan karakter tanggung jawab, disiplin,
kerjasama, kerja keras, mandiri serta cinta tanah air berani
menanggung resiko. Penerapan program kewirausahaan
yang dilakukan dalam meningkatkan karakter siswa
melahirkan wira usaha-wira usaha muda , yang kreatif,
inovatif, kreatif dan siap untuk mengadapai tantangan
abad 21.
64
Program parak kunsi yang disusun memberi manfaat
kepada guru dalam mengembangkan potensi dan talenta
yang dimilikinya, serta menjalain kerjasama yang baik
antara sekolah, orangtua dan masyarakat dan alumni
dalam meningkatkan pendidikan karakter dan pembinaan
jiwa kewirausahaan siswa.
Penerapan program kewirausahaan yang dilakukan
dalam meningkatkan karakter siswa melahirkan wira
usaha-wira usaha muda , yang kreatif, inovatif, kreatif dan
siap untuk mengadapai tantangan abad 21. Pihak sekolah
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan Dasar dan
Menengah Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
Kependidikan yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menulis artikel yang berasal dari pengalaman
terbaik kami di sekolah kami masing - masing dan semoga
artikel ini memberi manfaat untuk kemajuan pendidikan di
tanah air. Aamiin ya Rabbal’Alamiiin.

Daftar Pustaka

Kertajaya, H. 2010. Grow with Character: The Model


Marketing. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Suryana, 2009. Kewirausahaan (Pedoaman Praktik: Kiat
dan Proses Menuju Sukses), Salemba Empat, Jakarta
Suryana, 2006. Kewirausahaan (Pedoaman Praktik: Kiat
dan Proses Menuju Sukses), Salemba Empat, Jakarta.

65
Tentang Penulis

Ermizar, SPd, MSi, dilahirkan di


Bukittinggi pada tanggal 5 Oktober
1962. Pendidikan Sekolah dasar di
SD Negeri 29 Bukittinggi pada tahun
1975 kemudian melanjutkan
pendidikan menengah pertamadi
SMP Negeri 4 Bukittinggi, tamat
tahun 1978, pendidikan menegah
atas di SMA Negeri 1 Bukittinggi
tamat tahun 1982 dan melanjutkan ke Pendidikan
Matematika Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
(IKIP) Padang melanjutkan Ke Program Pascasarjana
Matematika Unversitas Andalas (UNAND) tahun
2008.Kegiatan lain adalah Ketua Ikatan Guru
Indonesia Propinsi Bumatera Barat. Penulis buku:
Catatan yang tercecer di SMA 1 Bukittinggi, Karena
Aku Perempuan Minang dan Antologi Buku Butir-
butir Kandungan Al Qur’an.
Penulis dapat dihubungi melalui: HP /WA :
081374048214

66
PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
Jaka Tumuruna
SMAN 4 Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
tumurunajaka @yahoo.co.id

Pentingnya Memberdayakan Paguyuban Orang Tua


Siswa
SMA Negeri 4 Yogyakarta dari tahun 2010
menyelenggarakan program Kelas Khusus Olahraga (KKO).
Program tersebut tertuang dalam Peraturan Walikota
Yogyakarta Nomor 257 Tahun 2010. Kelas Khusus
Olahraga merupakan penyelenggaraan pendidikan yang
dapat diaplikasikan agar kualitas ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor siswa yang mempunyai bakat khusus
olahraga akan tetap berkembang secara maksimal.
Tujuan Kelas Khusus Olahraga adalah
menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan bakat
serta potensi atlet sejak dini dan pemberian kesempatan
kepada siswa potensial untuk dibina dalam suatu wadah
guna mencapai prestasi yang maksimal. Diharapkan dapat
membentuk atlet-atlet yang berprestasi baik di tingkat
kota, propinsi, nasional, dan internasional. Siswa Kelas
Khusus Olahraga mempunyai dua peran, yaitu sebagai
pelajar mereka wajib mengikuti kegiatan akademik dan
sebagai atlet harus mengikuti lelatihan sesuai cabang
olahraga masing-masing.
Sasaran penyelenggaraan Kelas Khusus Olahraga di
SMA Negeri 4 Yogyakarta meliputi prestasi akademik dan
non-akademik yang memiliki nilai-nilai olahragawan.
Harapan tersebut bisa terwujud jika semua pihak mau
bekerja keras termasuk orang tua. Prestasi olahraga cukup
membanggakan, namun prestasi akademik belum sesuai
harapan sekolah. Sebagian besar siswa harus mengikuti
remedial pada beberapa kompetensi dasar.
67
Hasil belajar akademik yang belum sesuai harapan ini
disebabkan karena motivasi belajar rendah. Rohmah
(2015:241) menyatakan motivasi belajar merupakan daya
penggerak yang berasal dari dalam diri individu dengan
tujuan menambah pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi
akademik tinggi, cenderung menunjukkan semangat yang
tinggi dalam bekerja, bertanggung jawab atas pekerjaan
yang dilakukannya, kreatif dalam menyelesaikan
pekerjaan, tekun dan ulet. Martin (2001:101) menjelaskan
perbedaan siswa yang termotivasi dan yang tidak
termotivasi, siswa dengan motivasi rendah menunjukkan
perilaku: kecemasan, takut gagal, dan kurang dapat
merencanakan atau mengendalikan diri. Akibatnya mereka
terlibat dalam hal-hal neganif yaitu sabotase diri dan tidak
mau terlibat dalam kegiatan. Siswa yang memiliki motivasi
tinggi ditandai dengan percaya diri, menghargai tugas-
tugas di sekolah, dan fokus pada pembelajaran. Dampak
positif yang terjadi yaitu memiliki perencanaan, teguh
menghadapi kesulitan, dan mengontrol tugas-tugasnya
dengan baik. Sardiman (Aritonang, 2008: 14) menjelaskan
motivasi belajar siswa terdiri dari beberapa dimensi, yaitu:
1) Tekun belajar, dengan indikator: (a) presensi
di sekolah, (b) keikutsertaan dalam
pembelajaran di kelas, dan (c) belajar di
rumah.
2) Ulet, dengan indikator: (a) sikap terhadap
kesulitan dan (b) usaha menyelesaiakan
kesulitan.
3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar,
dengan indikator: (a) kebiasaan dalam mengikuti
KBM dan (b) semangat dalam mengikuti KBM.
4) Prestasi dalam belajar, dengan indikator (a)
kemauan untuk berprestasi dan (b) kriteria hasil.
5) Kemandirian dalam belajar, dengan indikator: (a)
menyelesaikan tugas dan (b) menggunakan
kesempatan di luar jam KBM.
Berdasarkan pendapat ahli, dapat disintesis bahwa
idealnya siswa kelas khusus olahraga yang termotivasi
seharusnya memiliki: (1) tanggung-jawab untuk memenuhi
kewajiban tugas akademik di sekolah; (2) disiplin dalam
68
mengikuti kegiatan belajar di kelas; (3) semangat belajar
mendapatkan nilai baik, (4) bisa membagi waktu dengan
seimbang dalam membagi waktu antara kebutuhan
olahraga dengan akademik, dan (5) menunjukkan etika
baik dalam proses pembelajaran.
Berdasasrkan hasil observasi yang dilakukan guru
ketika pembelajaran berlangsung, menunjukkan kondisi
sebagai berikut: (1) pada saat pembelajaran, siswa
bersikap acuh terhadap materi yang diberikan guru, (2)
tidak fokus ketika mengikuti proses belajar mengajar di
kelas, (3) berperilaku tidak sopan dan tidak menghargai
guru, (4) kehadiran siswa rendah, (5) tingkat keterlambatan
dalam mengikuti pelajaran sangat tinggi, (6) pada saat
mengikuti pelajaran banyak yang tidur, (7) siswa sering
tidak jujur di hadapan guru.
Menyadari akan keadaan tersebut, penulis selaku
kepala sekolah memiliki harapan besar untuk mengadakan
perubahan dalam rangka mencapai prestasi yang
diharapkan. Penulis bersama guru dan pengurus komite
sekolah sepakat untuk membentuk dan memberdayakan
Paguyuban Orang Tua Siswa (POTSIS). Pembentukan
paguyupan orang tua siswa di SMA Negeri 4 Yogyakarta
diharapkan agar permasalahan-permasalahan siswa Kelas
Khusus Olahraga dapat diselesaikan. Pramana (2016:8)
mengemukakan paguyuban adalah wujud kehidupan
bersama dimana seluruh anggotanya menjalin hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah dan kekal.
Paguyupan Orangtua Siswa KKO SMA Negeri 4 Yogyakarta
adalah paguyuban kelas, dimana perkumpulan orang tua
siswa dalam suatu kelas memiliki tujuan membangun,
menumbuhkan, dan meningkatkan partisipasi, kepedulian
dan tanggung jawab orang tua dengan pemberian saran
dan masukan dalam upaya peningkatan hasil belajar
siswa. Sekolah bisa memberikan informasi dengan orang
tua siswa, sebaliknya orang tua siswa memberikan
masukan dan saran kepada sekolah.
Pelaksanaan pemberdayaan POTSIS akan mampu
menjawab permasalahan yang terjadi di kelas khusus
olahraga SMA Negeri 4 Yogyakarta. Pemberdayaan POTSIS
ini bermanfaat bagi pihak- pihak sebagai berikut:

69
1) Bagi sekolah, memberikan sumbangan untuk
memperbaiki kualitas proses pengembangan potensi
peserta didik.
2) Bagi guru, memperbaiki pelayanan pada siswa.
3) Bagi siswa, meningkatkan motivasi dalam
mengembangkan potensi dirinya.
4) Bagi orangtua, membimbing dan membangkitkan
minat belajar anaknya.

Strategi Pemberdayaan Paguyuban Untuk Meningkatkan


Motivasi Belajar
Kontribusi kepala sekolah sebagai manajer terlihat
dari kemampuan atau potensi kepala sekolah dalam
mengontrol atau memberdayakan potensi sumber daya
manusia. Menyikapi rendahnya motivasi belajar siswa
kelas khusus olahraga, kepala sekolah dapat
memberdayakan orangtua siswa dengan membentuk
paguyuban
Pemberdayaan orang tua siswa dilakukan dengan
membentuk paguyuban. Langkah pertama yang dilakukan
adalah membentuk tim yang terdiri atas kepala sekolah,
komite, dan guru. Langkah kedua, tim menentukan
permasalahan yang akan diberi perlakuan guna
mendapatkan hasil yang lebih baik dari kondisi awal.
Langkah ketiga, tim mengadakan pertemuan dengan
pengurus komite, wali kelas dan orang tua/wali saat hari
pertama masuk sekolah untuk membentuk pengurus
paguyuban. Langkah keempat, membuat agenda
pertemuan dan uraian kegiatan.

Pemberdayaan Paguyuban Orangtua Siswa dilaksanakan


dengan cara sebagai berikut:
a. Pertemuan Wali Kelas
Pertemuan orang tua siswa dilaksanakan pada
awal tahun pelajaran dilaksanakan dengan melibatkan
wali kelas, kepala sekolah dan perwakilan komite.
Pertemuan ini merupakan awal jalinan orangtua melalui
paguyuban dengan pihak sekolah.

70
Gambar 1. Pertemuan orang tua siswa dengan wali kelas, kepala sekolah dan
komite

Dalam pertemuan dijelaskan kepada orang tua siswa


tentang tata tertib siswa, program sekolah, dan peraturan
akademik yang meliputi penjelasan kriteria ketuntasan
minimal, kriteria kenaikan kelas, dan silabus. Selain itu
juga dipaparkan jadwal pelatihan, dan dilanjutkan
pembentukan paguyuban orang tua siswa.
Pada pertemuan selanjutnya, koodinasi tatap muka
wali kelas dengan orang tua dilakukan secara rutin 3 bulan
sekali dengan materi: pelibatan orangtua dalam
pendampingan pelatihan dan belajar, sosialisasi tentang
pedoman penilaian, evaluasi hasil belajar, evaluasi
prestasi, dan motivasi anak.
Menurut Slameto (2010:60) dukungan orang tua
secara instrumental dalam motivasi belajar dan berprestasi
berupa bantuan langsung seperti materi, sarana prasarana
yang dapat mengurangi stress dan anak dapat
menyelesaikan masalahnya terkait dengan materi.
Pelibatan orang tua dalam pendam¬pingan pelatihan dan
belajar diwujudkan dengan memberikan fasilitas yang
dibutuhkan anak. Dukungan orang tua terhadap bakat
olahraga yaitu membelikan alat-alat untuk latihan,
mengikutkan anak ke dalam klub, dan mengikutkan anak
setiap ada pertandingan. Dukungan orangtua terhadap
prestasi akademik yaitu membelikan buku-buku
penunjang pelajaran, mendatangkan guru
privat/memasukkan ke dalam bimbingan belajar, dan jika
mampu orang tua yang mendampingi anaknya ketika
sedang mengerjakan tugas sekolah.
Sosialisasi pedoman penilaian, evaluasi belajar, dan
evaluasi prestasi bertujuan supaya orangtua tahu
71
bagaiamana perkembangan kognitif dan psikomotor
anaknya. Ketika anak belum berhasil, maka orang tua
akan memotivasi anaknya supaya lebih giat lagi untuk
mencapai hasil yang lebih baik. Dukungan yang diberikan
kepada anak yang belum berhasil dengan tidak menyalah-
nyalahkan anak. Ketika anak sudah berhasil, orang tua
juga akan memotivasi anaknya supaya bisa
mempertahankan bahkan mendapatkan nilai/prestasi yang
lebih baik lagi. Dukungan tersebut diwujudkan dalam
bentuk pemberian hadiah guna menambah semangat.

b. Kelas Inspirasi
Dari anggota paguyupan orang tua siswa, terdapat
beberapa orang tua yang profesional dalam bidang
olahraga maupun profesi lain. Satu semester sekali
dilakukan kelas inspirasi. Tokoh yang memberikan
pembelajaran yaitu Agus Priyabodo, selaku Sekretaris
Komite. Beliau memberikan motivasi pada siswa dengan
membeberkan keberhasilan beliau serta keberhasilan
putrinya yang merupakan alumni kelas khusus
olahraga. Pada kesempatan lain, Aris Priyanto,.
memberikan materi tentang peluang dan tantangan
cabang olahraga atletik.

Gambar 2. Kelas inspirasi yang dilaksanakan oleh orang tua


siswa

c. Kelas Orang tua


Wadah bagi orang tua, baik per kelas atau sekolah
untuk menambah pengetahuan/keterampilan mendidik

72
anak dilakukan dalam kelas orang tua. Kelas orang tua
dapat diberikan oleh orang tua profesional yang memiliki
pengalaman keberhasilan mendidik anak atau para ahli
yang memiliki strategi mendidik anak yang baik. Kelas
Orang tua dilaksanakan dua kali dalam satu tahun
sekal. Diharapkan dengan bekal pengetahuan tersebut,
orangtua dapat mendampingi putra-putrinya dengan
baik.

Gambar 3. Kegiatan Kelas Orang tua

d. Pertemuan Khusus
Pertemuan khusus orang tua dilaksanakan apabila
terdapat permasalahan yang perlu didiskusikan.
Pertemuan khusus dipimpin oleh kepala sekolah,
dihadiri guru BK, dan wali kelas. Hasil yang
diharapkan yaitu siswa mengalami perubahan sikap
maupun nilai menjadi lebih baik.

Gambar 4. Pertemuan Khusus


73
e. Komunikasi melalui Whatsapp Group (WAG)
WA merupakan forum komunikasi yang sangat
efektif. Melalui WAG, guru dapat memberikan
informasi secara cepat kepada orang tua. Demikian
juga antar orang tua terjadi interaksi yang sangat
positif bagi putra-putrinya. Dengan WAG, guru dapat
mengingatkan orang tua akan agenda penting setiap
saat sehingga ketidakhadiran maupun keterlambatan
dapat berkurang. Aplikasi WAG yang dapat
mengirimkan segala macam file, foto, maupun video
sangatlah efektif sebagai sarana komunikasi dalam
rangka membangun motivasi siswa.

f. Komunikasi melalui Telepon/short message


service (SMS)
Komunikasi sekolah dengan orang tua
dilaksanakan melalui telepon/SMS untuk
mempercepat informasi sehingga apabila ada
permasalahan yang terjadi pada siswa segera dapat
diatasi. Telepon/SMS dimanfaatkan untuk
berkomunikasi antara orang tua dan sekolah. Sebagai
sarana mengontrol anak dengan melakukan
komunikasi efektif dengan sesama orang tua maupun
guru

Upaya menangani hambatan dalam memberdayakan


orangtua siswa
Program pemberdayaan POTSIS SMA Negeri 4
Yogyakarta dapat dilaksanakan dengan baik, namun
demikian masih ditemukan hambatan-hambatan
sebagai berikut:
1) Belum semua orang tua sadar akan perlunya
melakukan komunikasi yang baik melalui wadah
POTSIS.
2) Sebagian orang tua terlalu sibuk sehingga tidak mau
mengakses informasi-informasi yang diunggah di
whatsapp group.
3) Beberapa guru masih memandang siswa KKO
merupakan siswa yang indisipliner sehingga guru
tidak semangat mengajar.
74
4) Siswa lebih percaya kepada teman sebaya dalam hal
mendapatkan informasi.

Hambatan tersebut di atas dapat diselesaikan


dengan cara:
1) Pada saat mengambil rapor, orang tua dihimbau
untuk aktif dalam komunikasi POTSIS.
2) Melakukan komunikasi pribadi pada orang tua
melalui telepon/sms/whatsapp tentang kegiatan
siswa dan mengajak mereka untuk aktif mengakses
informasi pada whatsapp group.
3) Mengajak guru mengikuti kelas inspirasi untuk
memberikan pemahaman bahwa siswa KKO
merupakan sosok unik yang berprestasi di bidang
olahraga namun perlu dimotivasi dalam kegiatan
akademik.
4) Siswa seharusnya mencari informasi yang benar
melalui media cetak dan elektronik terlebih dahulu.

Dampak Pemberdayaan Paguyuban Orang Tua Siswa


POTSIS di SMA Negeri 4 Yogyakarta merupakan
suatu elemen yang sangat penting bagi keberhasilan siswa
terutama kelas KKO. Kerjasama sinergis antara sekolah
dan orang tua melalui POTSIS memberikan makna positif
sebagai wujud keterlibatan orang tua dalam pendidikan.
Pemberdayaan POTSIS melalui pertemuan wali kelas, kelas
inspirasi, kelas orang tua, pertemuan khusus, komunikasi
melalui Whatsapp Group (WAG), serta telepon atau short
message service (SMS) memberikan dampak positif berupa:

1. Peningkatan motivasi Belajar


Peningkatan motivasi belajar siswa kelas khusus
olahraga dapat diketahui dari sebelum dan sesudah
adanya pemberdayaan paguyuban orang tua siswa.
Adapun rekap datanya dapat dilihat pada Tabel1.

75
Tabel 1. Rekap Data Motivasi Siswa KKO Sebelum dan Sesudah
pemberdayaan POTSIS
Ya Tidak Gai 5
Sebelum Setelah Sebelum Setelah n Peningkat
Item Pertanyaan
Perlakua Perlakua Perlakua Perlakua scor an
n n n n e

Motivasi Belajar 12 5
4 11 7 43,75
Fokus dalam PBM 12 6
4 10 6 37,50
Ketuntasan Belajar KKM 11 4
5 12 7 43,75
Tanggung Jawab 8 2
8 14 6 37,50
Pengkondisian dalam
11 3
PBM 5 13 8 50,00
Disiplin dan sportif 6 3
10 13 3 18,75
Etika/ sopan kepada
12 3
guru 4 13 9 56,25
Kehadiran 4 1
12 15 3 18,75
Ketepatan waktu masuk
13 2
kelas 3 14 11 68,75
Jam terakhir selalu di
13 4
kelas 3 12 9 56,25

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa


permasalahan kehadiran dapat diatasi cukup signifikan,
etika siswa berkembang menjadi lebih baik, siswa mudah
dikondisikan sebelum proses belajar mengajar, pada jam-
jam terkhir siswa masih ada di kelas, tanggung-jawab
siswa untuk memenuhi kewajiban tugas akademik
meningkat, semangat belajar meningkat sebagai hasil dari
pemberian motivasi pada kelas inspirasi yang disajikan
oleh para orang tua yang professional, ketercapaian
ketuntasan belajar meningkat. Dapat disimpulkan
berdasarkan tabel di atas secara umum ada peningkatan
motivasi belajar pada siswa kelas khusus olahraga SMA
Negeri 4 Yogyakarta.

2. Prestasi Olahraga
Prestasi olahraga menunjukkan perolehan yang lebih
baik dibanding dari tahun-tahun sebelumnya. Tabel 2
menunjukkan total kejuaraan yang diraih dari tahun
2016/2017 sampai dengan 2018/2019

76
Tabel 2. Data Prestasi Olahraga
No Tingkat 2016/2017 2017/2018 2018/2019
1 Kabupaten/Kota 7 1 13
2 Provinsi 20 33 36
3 Nasional 14 4 7
4 Internasional 1 3 2
Total 42 41 58

Prestasi siswa dalam bidang olahraga terus


meningkat sangat signifikan pada tingkat provinsi. Pada
tingkat nasional terjadi penurunan pada dua tahun
terakhir, namun kembali meningkat pada tahun
2018/2019. Prestasi pada tingkat internasional meningkat
pada dua tahun terakhir. Secara umum, terjadi
peningkatan prestasi olah raga sejak tahun 2016/2017
sampai 2018/2019, yakni dari 42 perolehan menjadi 58
perolehan.

3. Hasil Ujian Nasional


Hasil Ujian Nasional terjadi kenaikan rata-rata setiap
tahunnya yang dapat dilihat pada Tabel 3. Peningkatan ini
harus diapresiasi dan dievaluasi mengingat beratnya beban
siswa KKO untuk mengejar prestasi akademik.

Tabel 3. Nilai Rata-rata Ujian Nasional Siswa


KKO
Tahun BIN ING MAT EKO SOS GEO Pilihan Rata2
2015/2016 64,6 46,98 43,16 53,78 52,45 59,02 53,3
2016/2017 73,7 49,2 43,3 65,5 57,9
2017/2018 73,14 59,26 40,57 64,43 59,35

4. Peningkatan Keterserapan Lulusan di Perguruan


Tinggi
Dari 30 (tiga puluh) lulusan tahun pelajaran
2016/2017 terserap melalui SBMPTBN sebanyak 24
(dua puluh empat) siswa atau 75% persen. Selain itu,
di UIN melalui jalur Seleksi Masuk Bersama (SBM)
sebanyak 1(satu) siswa atau 3,12%, di Jerman
sebanyak 1 (satu) siswa atau 3,12%, polisi sebanyak 2
(dua) siswa atau 6,25%, dan sisanya sebanyak 2 (dua)
siswa atau 6,25% bekerja. Prestasi lulusan yang
sangat baik ini berdampak positif pada animo
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMA
77
Negeri 4 Yogyakarta khususnya program KKO.

Gambar 1. Data Lulusan Siswa KKO Tahun Pelajaran


2016/2017

Meskipun nilai ujian nasional belum mengalami


peningkatan yang signifikan namun kepercayaan
perguruan tinggi meningkat karena adanya peningkatan
yang cukup stabil dari hasil ujian nasional. Selain itu, data
prestasi alumni SMA Negeri 4 Yogyakarta yang terserap di
perguruan tinggi negeri tercatat memiliki track record yang
baik sehingga menaikan trust bagi program KKO.
Keterserapan lulusan KKO yang banyak diterima di
Perguruan Tinggi Negeri meningkat sehingga menjadi daya
tarik jumlah pendaftar pada Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) setiap tahun selalu meningkat. Disamping itu
keberhasilan program KKO mengundang ketertarikan
sekolah-sekolah lain khususnya sekolah yang memiliki
kelas khusus olahraga untuk bisa menerapkan POTSIS.
Pertemuan wali kelas dengan orang tua/wali, yang
dimulai dari awal tahun pelajaran merupakan momen
penting yang mendasari jalinan kemitraan antara satuan
pendidikan dengan orang tua/wali. Pada kegiatan tersebut,
sekolah memberikan informasi terkait program apa saja
yang akan direalisasikan dan membangun komunikasi dan
informasi antara sekolah dengan orang tua/wali. Kegiatan
ini diharapkan dapat membuka pintu interaksi positif
antara orang tua/wali terpilih dengan peserta didik.
Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian dan kesadaran
orang tua/wali akan peran sentralnya dalam pendidikan
anak.
78
Kelas orangtua mengajar sering dikenal sebagai
parent day. Pelibatan orangrtua dalam proses
pembelajaran terkait dengan pengenalan sebuah profesi
akan memberikan semangat dan motivasi anak akan
pentingnya cita-cita bagaimana proses merah dan
mewujudkan. Kelas orangtua merupakan tempat bagi
orang tua untuk menyampaikan informasi dalam
keberhasilanya mendidik anak. Kegiatan ini dilaksanakan
oleh orangtua siswa yang memiliki pengalaman dalam
mendidik anak atau para ahli yang memiliki strategi
mendidik anak yang baik.
Kelas Inspirasi merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh orangtua yang berhasil mendidik
anaknya untuk memberikan motivasi pada siswa dengan
membeberkan keberhasilan mereka serta keberhasilan
anaknya yang merupakan alumni KKO, akan menambah
motivasi siswa untuk lebih giat belajar.
Pertemuan Khusus dilaksanakan secara insidental
sesuai dengan permasalahan yang ditemukan, sekolah
mengundang orangtua siswa yang memiliki permasalahan
untuk melakukan diskusi menyelesaikan permasalahan
siswa, shingga siswa yang mengalami masalah dapat
segera diselesaiakan dengan harapan mereka akan
menyadari kwajibannya sebagai pelajar.
Komunikasi melalui Whatsapp Group dilaksanakan
setiap saat dengan melibatkan wali kelas dan orang tua
siswa, untuk mengetahui informasi perkembangan sekolah
dan putra-putrinya. Komunikasi melalui Telepon/SMS,
untuk mempercepat informasi, komunikasi sekolah dengan
orang tua dilaksanakan melalui telepon/SMS, sehingga
apabila ada permasalahan yang terjadi pada siswa segera
dapat diatasi.
Demikian Kegiatan pemberdayaan paguyuban orang
tua siswa dan hasil serta dampak yang penulis
samapaikan. Beberapa rekomendasi yang bisa penulis
samapaikan diantaranya: (1) Bagi stake-holhers dengan
SMA Negeri 4 Yogyakarta selaku penyelenggara kelas
olahraga, sebagai bahan evaluasi sekolah dalam proses
KBM di kelas khusus olahraga. (2) Dapat digunakan guru
sebagai tolok ukur dan evaluasi keberhasilan proses
pembelajaran di kelas khusus olahraga. (3) Dapat
79
memotivasi siswa untuk lebih rajin berlatih dan belajar
guna meningkatkan prestasi. Akhirnya penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal
Guru dan Tenaga Kependidikan yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menulis artikel ini,
semoga bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Aritonang, K. T. 2008. Minat dan Motivasi dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Penabur, 10. Jakarta: Penabur.
Kemendikbud. 2017. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 30 tentang Pelibatan Keluarga
pada Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta :
Kemendikbud
Pramana, L. 2016 Peran Paguyuban Orang Tua Siswa
Dalam Pengembangan Sekolah Melalui Manajemen
Berbasis Sekolah. Diakses dari
http://repository.ump.ac.id, pada tanggal 10 Oktober
2018 pukul 22.12 WIB
Martin, A.J. 2001. The Student Motivation Scale: A tool for
measuring and enhancing motivation. Australian
Journal of Guidance and Counselling, 1, Australia:
NSW Press
Pemkot Yogyakarta. 2010. Keputusan Wali Kota Yogyakarta
no. 257 tentang Penunjukkan SMA Negeri 4 Yogyakarta
Sebagai Rintisan Sekolah Olahrga. Yogyakarta :
Pemkot
Rohmah,N. 2015. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta:
Kalimedia.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

80
Tentang Penulis

Jaka Tumuruna, M.Pd. atau biasa


dipanggil Jaka, lahir di Bantul, 11 Mei
1967, adalah alumnus IKIP
Yogyakarta (UNY) FPOK Jurusan
Pendidikan Kepelatihan angkatan
1986. Melanjutkan pendidikan di
Pasca sarjana Jurusan PIPS di UPY
Yogyakarta. Mulai menekuni profesi
sebagai guru pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan mulai dari
tahun 1992-1993 di SMA Negeri
muncar Banyuwangi. Pada tahun
1993-1999 mengajar di MAN 1
Pekalongan dan di STM Dwija Praja Pekalongan, tahun 2000 -
2005 di SMA Negeri 1 Kasui , tahun 2005-2011 di SMA Negeri
11 Yogyakarta. Saat ini mengajar di SMA Negeri 4 Yogyakarta
dan mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah.
Mendapatkan sertifikat pendidik tahun 2009 dan sertifikat
sebagai Instruktur Nasional guru pembelajar tahun 2016.
Prestasi yang diperoleh yaitu pernah memperkuat tim
kesebelasan sepak bola PERSIBA Bantul pada tahun 1998-
1990. Dia pernah Sebagai pelatih sepak bola PERSIWAKA
Way Kanan dan Tim PORDA Kabupaten Way Kanan Lampung
2002-2004. Mengantarkan SMA Negeri 1 Kasui Way Kanan
Lampung meraih juara 1 pertandingan sepak bola dan bola
voli dalam rangka pekan olahraga pelajar tingkat kabupaten
Way Kanan. Juara 1 tingkat propinsi lomba kepala
Berprestasi, Finalis lomba kepala berprestasi tingkat
nasional. Penulis dapat dihubungi melalui HP : 08127281996

81
PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN
MELALUI PENGELOLAAN SAMPAH DI
SEKOLAH
Kaberi
SMAN 6 Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan
kaberi.kbr@gmail.com

Pentingnya Pengelolaan Sampah dalam Pengembangan


Kewirausahaan Bagi Sekolah
Sangat penting bagi sekolah untuk memiliki
lingkungan belajara yang nyaman. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah menciptakan sekolah hijau,
rindang agar warga sekolah merasa nyaman dan tenang.
Oleh sebab itu sekolah menanam berbagai pohon untuk
penghijauan. Salah satu dampak negatif dari program ini
adalah adanya penumpukan sampah organik berupa daun
kering dan ranting kering yang berguguran. Hal ini tidak
bisa dibiarkan, karena akan mengakibatkan lingkungan
sekolah jadi tidak bersih. Berbagai macam cara telah
dilakukan sekolah, mulai dengan penambahan personel
pengelolaan sampah, sehingga menimbulkan pembeayaan
yag cukup besar bagi sekolah untuk penanganan sampah
setiap harinya, namun tidak membuahkan hasil yang
maksimal.
SMA Negeri 6 Banjarmasin sebagai sekolah Adiwiyata
Tingkat Nasional tahun 2018, berjuang untuk sekolah
Adiwiyata Mandiri, tentu saja berupaya untuk menjadikan
sekolah yang bersih, indah dan nyaman bagi semua
warganya. Salah satu dampak negatif yang menjadi
masalah adalah permasalahan sampah sekolah harus
dicarikan jalan keluarnya.
Mengatasi permasalahan sampah di sekolah tersebut,
perlu adanya pengelolaan sampah dengan melibatkan
semua komponen warga sekolah, khususnya peserta didik
dan guru serta petugas kebersihan sekolah. Hal ini
diupayakan agar sampah dapat bernilai ekonomis, dan
tidak mencemari lingkungan dengan mengembangkan
82
kewirausahaan yaitu melalui pemanfaatan sampah
menjadi bernilai ekonomis dan tidak mencemari
lingkungan.
Pengembangan kewirausahaan melalui pengelolaan
sampah, yaitu mengaplikasikan proses penanganan
sampah di sekolah mulai dari pemilahan sampah organik
dan aorganik dengan membuat bak sampah kembar, dan
menaruhnya disetiap tempat strategis. Sampah organik
berupa dedaunan dijadikan pupuk kompos melalui
fermentasi dengan menggunakan EM4 atau trichoderma,
dan sangat baik dijadikan sebagai media tanam berbagai
budidaya sayur, juga untuk dipasarkan. Produk olahan
sampah dapat dijadikan objek bisnis warga sekolah,
khususnya siswa, dengan memanfaatkan waktu libur
sambil rekreasi sekaligus memasarkan hasil produk
sampah kepada warga masyarakat sekitar.
Pengelolaan sampah di SMA Negeri 6 Banjarmasin
sangat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.
Bagi sekolah, 1) Terciptanya lingkungan sekolah yang
bersih, indah, dan sehat, 2) Terciptanya budaya bersih dan
sehat setiap warga sekolah, 3) Terlaksananya program
kewira usahaan bagi warga sekolah, 4) Membuka wawasan
bagi warga sekolah untuk mengembangkan kewirausahaan
dalam rangka menambah penghasilan melalui pengelolaan
sampah.
Bagi peserta didik: 1) Membuka wawasan berpikir untuk
memanfaatkan lingkungan sekitar dalam mengembangkan
peluang berwirausaha, 2) Membiasakan budaya peduli
lingkungan, sehingga tercipta generasi berwawasan
lingkungan.

Pengembangan Kewirausahaan di Sekolah


Menurut Rusdiana (2015: 45) bahwa kewirausahaan
berasal dari kata wira yang berarti adanya peluang dan
usaha. Jadi wirausaha adalah adanya peluang usaha yang
dapat dikembangkan. Menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia, bahwa wirausaha adalah orang yang pandai dan
berbakat dalam mengenali produk baru, sistem
permodalan untuk membuat produk baru, serta
menentukan cara memasarkannya.
Kewirausahaan menurut Peter F. Drucker merupakan
83
kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal yang baru
dan berbeda dari yang pernah ada (Kasmir, 2013: 20).
Pengertian kewirausahaan menurut Hisrich bahwa
kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu hal yang
berbeda untuk dapat menghasilkan sesuatu nilai dengan
mencurahkan waktu dan upaya semaksimal mungkin
dengan pengarahan modal, fisik, serta segala risiko yang
pada akhirnya akan menghasilkaan sesuatu yang dicita-
citakan yang berdampak pada kepuasan pribadi (Suryana,
2013:5).
Menurut Tasbillah (2011:6), menyatakan bahwa
kewirausahaan digambarkan sebagai upaya dalam
menterjemahkan penggalian berbagai kemungkinan
peluang yang mungkin muncul di pasar. Penggalian
peluang sebagian besar terkait dengan menciptakan
perpaduan antara informasi yang produktif. Sebagai
seorang wira usaha diharuskan menghadapi segala
tantangan atau peluang yang muncul, serta kaitannya
dengan tindakan yang inovatif dan kreatif. Wirausahawan
adalah kemampuan personel untuk mencipatakan atau
merubah sumber daya yang ada menjadi lebih baik lagi,
baik terhadap tenaga kerja, berupa bahan dan faktor yang
dihasilkan untuk mencapai lebih baik lagi dari
sebelumnya.
Menurut Saroni (2012:45) pendidikan kewirausahaan
adalah suatu program pendidikan yang mengarahkan pada
kegiatan kewirausahaan sebagai bagian yang sangat
penting dalam rangka memberikan pembekalan
kompetensi anak didik”. Kasmir (2013:21) menekankan
pada pendidikan kewirausahaan agar mampu mengubah
cara berpikir setiap peserta didik. Melalui pendidikan
kewirausahaan juga mampu mendorong peserta didik
untuk berwirausaha mandiri. Sedangkan menurut
Suherman (2010:22) bahwa pendidikan kewirausahaan
adalah semacam proses pembelajaran yang membelajarkan
agar seseorang mampu menciptakan peluang usaha
sendiri.
Berdasarkan paparan para ahli tersebut disimpulkan
bahwa kewirausahaan adalah suatu kemampuan
seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan dan
mengambil inisiatif secara kreatif untuk menciptakan dan
84
melakukan inovasi memalui pemanfaatan berbagai
berbagai sumber daya yang tersedia dengan tujuan untuk
menciptakan iklim yang terbaik kepada seluruh personel
agar memperoleh keuntungan secara maksimal.

Manfaat Pengembangan Kewirausahaan di Sekolah


1) Memberikan Pengalaman Siswa
Lingkungan keluarga memberikan pengalaman
pertama yang merupakan faktor penentu yang sangat
mempengaruhi perkembangan pribadi anak. Keberadaan
lingkungan keluarga ini sangat penting untuk
diperhatikan, sebab dari faktor inilah kestabilan dalam
berpikir dan perkembangan jiwa sangat menentukan dalam
perkembangan individu selanjutnya.
Faktor lingkungan keluarga ini, sifat emosional atau
kebutuhan akan rasa aman, rasa kasih sayang dapat
terpenuhi serta dapat berkembang dengan lebih baik, hal
ini disebabkan adanya hubungan pertalian darah antara
orang tua dengan anak, sebab orang tua lebih fokus dalam
memberikan cinta dan kasih sayang dengan segenap
kemaampuan yang dimilikinya.
Perilaku orang tua sebagai panutan dan teladan bagi
setiap anak, oleh karena itu orang tua hendaknya dapat
menanamkan nilai-nilai utama berupa akhlak dan moral
bagi anak yang akan sangat mempengaruhi kehidupan
selanjutnya. Dapat disimpulkan bahwa keluarga dapat
memberikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dari
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki orang tuanya.
Jika sebagian besar keluarga rata-rata bekerja sebagai
wirausaha, maka bisa kemungkinan keturunannya dapat
mengikuti mereka untuk terjun sebagai wirausaha. Hal ini
dapat terjadi karena keluarga merupakan tempat
mendapatkan pendidikan yang pertama bagi anak dan
didalamnya meliputi kondisi-kondisi dalam dunia yang
dapat berimbas pada prilaku anak yang nantinya akan
tumbuh dan berkembang menjadi manusia mandiri.
Dengan demikian faktor lingkungan keluarga diharapkan
dapat memberikan contoh positif terhadap minat dalam
berwirausaha.

85
2) Pendidikan Entreprenuer (kewirausahaan)
Untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan menurut
para pakar bisa melalui proses pendidikan. Metode
pendidikan yang makin efisien dan efektif diharapkan bisa
mengubah sikap dan tingkah laku dalam berbagai aspek
kehidupan. Dinegara akhir-akhir ini telah berkembang
pesat transformasi pengetahuan entrepreneurship melalui
lembaga pendidikan dari tingkat sekolah dasar sampai
perguruan tinggi, bahkan di berbagai kursus bisnis
(Djakfar, 2007: 203).
Pendidikan kewirausahaan adalah usaha terencana
serta sistematis untuk mencapai tujuan hidup atau
kemajuan yang dicapai lebih baik lagi. Dalam upaya
menumbuhkan minat dan motivasi kewirausahaan baik
melalui lembaga pendidikan maupun lembaga lain seperti
lembaga kursus dan training.

3) Motivasi
Motivasi adalah faktor pendorong yang berasal dalam
diri pribadi seseorang yang dapat memunculkan suatu
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan
terntentu guna mencapai tujuan (Ayuningtias dkk, 2015:
4). Motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong
kegiatan individu untuk melakukan suatu kegiatan
mencapai tujuan. Misalnya kebutuhan seseorang akan
makanan menuntut seseorang terdorong untuk bekerja
(Majid, 2013: 308).

4) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah berkaitan dengan tugas
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya pada
susuatu organisasi. Seorang pemimpin diharapkan mampu
mempengaruhi bawahan dalam mengarahkan,
mengorganisasi, membina, dan mengendalikan agar
tercipta iklim kerja yang baik, sehingga tercapai tujuan
organisasi secara maksimal.
Seorang pemimpin tentu saja tidak mudah, karena
harus memiliki kemampuan dalam kepemimpinan dan
dapat mempengaruhi bawahannya. Seorang pemimpin
harus mampu merencanakan, mengoragnisasikan,
melaksakan, serta mengawasi pekerjaan, sehingga sasaran
86
yang diinginkan dapat berjalan dengan baik.
Kepemimpinan dapat dilakukan pada berbagai bidang serta
aplikasinya baik bidang pemerintahan, militer, bisnis,
olahraga, pendidikan, industri dan bidang lainnya
(Morheriono, 2012: 378).

5) Minat Berwiraswasta
Minat berwiraswasta dapat dilihat dari keseriusan
dalam menekuni usaha yang dihadapi dengan tujuan
untuk mencapai hasil semaksimal mungkin dengan
berbagai inovasi serta tantangan dan rintangan yang
dihadapi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Minat
berwiraswasta menurut Santosa (Mustafidah, 2015: 17)
adalah berasal dari dalam diri seseorang untuk fokus dan
berusaha dan berjuang pada kegiatan usahanya dengan
perasaan senang dan menyukai terhadap usahanya karena
akan memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain
yang terlibat dalam usahanya.

Aplikasi Pengembangan Kewirausahaan Melalui


Pengelolaan Sampah di Sekolah
Strategi pengembangan kewirausahaan melalui
dalam pengelolaan sampah di sekolah, terdiri dari:
1) Pembuatan Bak Sampah Kembar
Bak sampah kembar dibuat untuk membiasakan
peserta didik dalam memilih dan memilah sampah,
khususnya sampah organik dan anorganik, sehingga
mudah dikelola oleh sekolah.

87
Gambar 1. Bak Sampah Kembar di taruh di depan kelas

Bak sampah kembar cukup efektif dan murah


harganya, digunakan untuk mendidik peserta didik atau
siswa untuk membiasakan memilah sampah, sehingga
budaya atau karakter siswa akan terbentuk dan dapat
menularkan ke pihak lain, khususnya di keluarga siswa
masing-masing.

2) Pembuatan Mesin Pencacah Sampah


Mesin pencacah sampah sederhana ini mudah dibuat
dengan menggunakan besi bekas dan sepeda yang
dirancang untuk mencacah sampah sambil berolah raga
sepeda.

Gambar 2. Pembuatan Mesin Pencacah Sampah

88
Sambil berolahraga kita mendapat dua manfaat
sekaligus, yaitu disamping sehat, juga bisa mencacah
sampah dedaunan, sehingga siap untuk dibuat pupuk
organik.

3) Pembuatan Kompos
Pembuatan kompos dapat dilakukan setelah sampah
dedaunan sudah dicacah, dimasukkan dalam suatu tempat
untuk proses fermentasi dengan menggunakan EM4.

Gambar 3 Hasil pupuk Kompos siap dipasarkan

Pupuk organik atau kompos yang dihasilkan baik


sekali untuk media tanam, sehingga dapat menyuburkan
tanaman budidaya. Bila sampah organik di SMA Negeri 6
Banjarmasin dibiarkan tanpa ada proses pengolahan, maka
sekolah akan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk
penanganannya, dan ini akan memberatkan orang tua
siswa pada akhirnya.

4) Hydrophonik Alami
Banjarmasin adalah kota air, sehingga sangat baik
untuk budidaya sayur sistem hidrophonik alami. Hal ini
dapat dilakukan untuk pemenuhan sayur segar, bebas dari
bahan kimia beracun.

89
Gambar 4. Pembuatan Rakit Budidaya Sayur dengan
Hydrophonik Alami
Lingkungan sekolah, khususnya di SMA Negeri 6
Banjarmasin terdiri dari daerah rawa, sehingga masyarakat
tidak bisa menanam sayur untuk keperluan keluarga.
Dengan sistem lanting ini diperkenalkan kepada
masayarakat agar meraka bisa mengadopsi pola
penanaman tim KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin. Dengan
demikian masyarakat akan dapat mengkonsumsi sayur
sendiri, dan juga dapat menambah penghasilan keluarga.
Keuntungan sistem budidaya sayur ini adalah didapatkan
sayur segar, bebas dari bahan kimia beracun, dan akan
menambah penghasilan keluarga.

5) Green House di Atas Air


Pembuatan green house di atas air dilakukan
untuk mengatasi permasalahan lahan yang tergenang
air, sehingga dilakukan pembuatan green house
sistem panggung.

Gambar 5. Budidaya Seledri di green house di atas air

90
Penggunaan green house di atas air sangat baik
dipergunakan untuk budidaya tanaman sayur untuk
memenuhi kebutuhan sayur keluarga dan terbebas
dari bahan kimia beracun. Seledri adalah tanaman
sayuran yang digemari masyarakat, dan memiliki nilai
jual yang tinggi, karena tanaman seledri berumur 3
bulan laku dijual di pasaran dengan harga Rp 5000,-
per pohon.
Kelompok KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin
mengadakan uji coba penanaman di green house di
atas air, untuk memberikan motivasi kepada
masyarakat, agar bisa memanfaatkan tanahnya yang
tergenang air. Dari hasil penanaman sebanyak 400
pohon, dengan daya tumbuh 80%, maka diharapkan
nanti akan diperoleh keuntungan Rp 1.635.000,-
untuk setiap 4 bulan penanaman. Dengan demikian
sekolah memiliki penghasilan tersendiri dari hasil
budidaya tanaman seledri tersebut.
6) Tinta Organik dari Kulit Rambutan
Kalimantan Selatan penghasil buah rambutan
yang cukup besar, sehingga kulit rambutan menjadi
masalah bagi lingkungan, karena menimbulkan warna
air sungai menjadi kehitam-hitaman. Sampai saat ini
belum ada masyarakat memanfaatkannya.
Kelompok KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin
mencoba memanfaatkannya untuk dijadikan tinta
printar, yang disebut dengan tinta organik. Cara
pembuatannya mudah, tidak mengandung bahan
kimia, dan ini bisa menjadi alternatif usaha
masyarakat dalam menambah penghasilan keluarga.

Gambar 6. Pembuatan Tinta Organik dari Kulit Rambutan


91
7) Pembuatan Les Flapon dari Sampah Kertas
Sampah kertas dapat dimanfaatkan untuk
membuat les flapon. Bahan kertas dipotong kecil-
kecil, lalu direndam dalam air, dan dimasukkan
dalam belender. Setelah menjadi bubur kertas
dicampur dengan tepung gypsum dengan
perbandingan 1:1. langkah selanjutnya adalah
mencetak dan mengeringkannya.

Gambar 7 Pembuatan Les Flapon dari Sampah Kertas

8) Kerajinan dari Sampah Kertas


Sampah dari berbahan kertas dapat dibuat
berbagai aneka kerajinan, sehingga memiliki nilai
keindahan tersendiri.

Gambar 8. Aneka Hasil Kerajinan dari Sampah Kertas

92
Sampah kertas dapat dijadikan praktek
keterampilan dan kerajinan tangan, dan dapat dibuat
menarik sesuai selera konsumen. Bila sampah kertas
dapat di buat berbagai kerajinan berarti sampah
kertas secara perlahan tidak lagi jadi bahan pencemar
lingkungan.

9) Pembuatan Minuman Alternatif dari Buah


Ketapang
Tanaman penghijauan di sekolah banyak terdapat
pohon ketapang, sehingga buahnya yang jatuh dari
pohon akan menjadi sampah. Buah ketapang dapat
dibuat sebagai bahan minuman alternatif yang
berkhasiat menambah vitalitas tubuh.

Gambar 9. Pembuatan Minuman Alternatif dari Buah


Ketapang

Kebanyakan daerah perkantoran dan juga sekolah


di SMA Negeri 6 Banjarmasin, menggunakan pohon
pelindung dari pohon ketapang, karena cepat
pertumbuhannya, dan daunnya cukup baik untuk
pelindung pekarangan rumah dan perkantoran. Buah
ketapang sampai saat ini belum dimanfaatkan
masyarakat. Padahal kelalawar suka menkonsumsi
buah tersebut. Berdasarkan hal tersebut kelompok
KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin mengadakan
ekspirimen yaitu pembuatan minuman alternatif dari
buah ketapang. Dengan demikian maka
perbendaharaan makanan baru akan bertambah.

93
10) Pembuatan Bata Press dari Sampah Plastik
Sampah plastik tidak bisa dihindari dan sangat
merusak lingkungan, karena memerlukan waktu yang
cukup lama (80 tahun) untuk terurai di dalam tanah.
Hal tersebut perlu diupayakan untuk mengatasi dan
mengurangi pencemaran sampah plastik, dengan cara
membuat bata press dari plastik.

Gambar 10. Pembuatan Bata Press dari Sampah Plastik

Untuk mengatasi banyaknya sampah plastik


kelompok KIR SMA Negeri 6 Banjarmasin mengadakan
penelitian yaitu membuat bata press dari plastik
dengan menggunakan cetakan dari besi. Hasil yang
dicapai masih pada tahap uji coba, namun sudah
mulai mendapat hasil. Apabila bata press dari plastik
bisa digunakan, dan mudah dibuat dengan sendirinya
jumlah sampah plastik yang terbuang kelingkungan
akan berkurang, dan bahkan akan habis.

Dampak Pengelolaan Sampah di Sekolah bagi


Pengembangan Kewirausahaan
Permasalahan sampah adalah persoalan yang dari
tahun ketahun tidak pernah tuntas di wilayah
perkotaan. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat
masih rendah terhadap kebersihan lingkungan,
sementara keseriusan pemerintah dalam penanganan
sampah belum maksimal. Hal tersebut dapat dilihat
dari beberapa TPS (Tempat Pembuangan Sampah
Sementara) masih banyak tumpukan sampah yang
94
belum terangkut pada siang harinya, juga masih ada
warga yang membuang sampah di TPS pada siang
hari. Apabila dibiarkan akan berdampak pencemaran
lingkungan, terlebih lingkungan air seperti sungai
akan terjadi pendangkalan yang pada akhirnya sungai
tersebut akan mati. Hal tersebut akan berdampak
pada berbagai hewan air, seperti ikan akan mati.
Permasalahan sampah berdasarkan data dari
World Bank pada tahun 2012, bahwa pertambahan
volume sampah sangat meningkat, dimana pada
tahun 2002 dengan jumlah penduduk perkotaan
sebesar 2,9 miliar menghasilkan besaran sampah 0,64
kg/orang/hari. Jadi ada terdapat 0,68 miliar ton
setiap tahunnya. Pada tahun 2012 dengan prediksi
jumlah penduduk perkotaan sebesar 3 miliar, akan
terjadi peningkatan sampah 1,2 kg/orang/hari,
sehingga akan terjadi penimbunan sampah sebesar
1,3 miliar ton pertahunnya. Diprediksi tahun 2025
akan terjadi peningkatan jumlah penduduk perkotaan
sebesar 4,3 miliar dengan peningkatan pembuangan
sampah kurang lebih 1,42 kg/orang/hari. Dengan
demikian prediksi sampah perkotaan akan mencapai
2,2 miliar ton per tahunnya (BPS tahun 2017).
Sampah adalah permasalahan yang belum bisa
terselesaikan. Hal ini dapat diketahui dari protes
masyarakat sekitar TPA (Tempat Pembuangan Akhir)
akibat bau yang ditimbulkan dari pengelolaan sampah
yang tidak sesuai prosedur serta bau dari asap dari
sampah yang dibakar yang berdampak pada penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) karena polusi
udara yang ditimbulkannya. Hal yang cukup
mengerikan tentang permasalahan sampah adalah
peristiwa Leuwih Gajah yang menimbulkan korban
jiwa sebesar 24 orang meninggal dunia. Banyak upaya
yang dilakukan pemerintah terhadap pengelolaan
sampah dan memanfaatnya menjadi sumber energi
dalam bentuk gas metan, namun karena beaya
prosesnya tidak sebanding dengan hasil yang
95
diperoleh secara ekonomi akhirnya proyek ini tidak
berjalan sebagaimana mestinya (Priyanto, 2006: 2).
Meningkatnya jumlah penduduk didaerah
perkotaan seperti Kota Banjarmasin, salah satunya
disebabkan oleh faktor urbanisasi yang akan
menimbulkan permasalahan lingkungan karena
berdampak pada peningkatan penggunaan lahan dan
sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Hal tersebut akan sangat mempengaruhi
ketersediaan ruang dan sumberdaya alam yang ada,
yang pada akhirnya akan mencemari lingkungan
tersebut. Pertambahan jumlah penduduk di wilayah
perkotaan yang semakin cepat tanpa diimbangi
dengan perencanaan pengelolaan kota yang baik akan
berdampak pada semakin buruknya keberadaan kota
tersebut. Dampak selanjunya akan terjadi
pemandangaan yang tidak sedap, karena terdapat
pemukiman kumuh, sampah berserakan, pencemaran
air, pendangkalan sungai, terjadinya polusi udara oleh
sampah yang dibakar. Ini merupakan tantang yang
harus dihadapi oleh pemerintah kota (Eko, 2007: 2).
Permasalahan sampah memang telah menjadi
momok diberbagai wilayah, begitu pula untuk
lingkungan sekolah seperti SMA Negeri 6
Banjarmasin. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, pihak
sekolah sudah menerapkan berbagai macam
peraturan dalam penanggulangan sampah. Peserta
didik yang melakukan pembuangan sampah secara
sembarangan akan diberikan denda, dan penyediaan
tempat-tempat sampah baik di dalam maupun di luar
kelas. Akan tetapi, semua itu belum membuahkan
hasil maksimal. Dalam penanggulangannya, pihak
sekolah telah melakukan berbagai cara salah satunya
adalah memanfaatkan sampah untuk dibuat kompos.
Selain itu, pihak sekolah pun telah mempekerjakan
beberapa orang petugas kebersihan untuk memunguti
sampah-sampah yang ada di sekolah. Namun jumlah
sampah di sekolah semakin hari semakin meningkat.
96
Sehingga membuat pihak sekolah harus terus
menambah jumlah petugas kebersihan. Hal ini
mengakibatkan pihak sekolah harus mengeluarkan
biaya yang cukup besar guna menggaji petugas
tersebut. Maka dalam hal ini, pihak sekolah
memerlukan alternatif yang tepat dalam
penanggulangannya. Alternatif yang diperlukan pun
hendaknya bermanfaat, ekonomis, serta mudah
sehingga para siswa pun dapat melakukannya.
Analisis data hasil transek dan pemetaan sampah
dalam saber pungli, ternyata untuk sampah anorganik
jenis plastik cukup banyak, dan tidak bisa ditangani
oleh pihak sekolah. Menyikapi permasalah tersebut
kepala sekolah mencari solusinya, yaitu: (1) agar
sampah mudah dikelola maka harus dipisahkan
antara sampah organik dan anorganik, (2) pemisahan
sampah harus bisa diatasi dengan baik, (3) perlu
adanya pemanfaatan terhadap limbah proses
pengelolaan sampah, yang disebut dengan saber
fungli.
Melalui kegiatan pengelolaan sampah oleh
kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMA Negeri 6
Banjarmasin yang merupakan salah satu kegiatan
ekstrakurikuler di sekolah, dilakukan beberapa
proyek kecil yang dibagi menjadi beberapa kelompok,
yang tujuannya untuk memanfaatkan sampah
semaksimal mungkin berdaya guna, baik dari segi
manfaat maupun mendapatkan keuntungan materil,
guna membantu sekolah dalam menangani
permasalahan sampah.
Kegiatan pengelolaan sampah sangat positif
dalam membentuk jiwa wiraswasta peserta didik, hal
ini dilakukan untuk membentuk karakter peserta
didik untuk menyesuaikan dengan potensi dan
kemampuan serta minat yang mereka miliki.
Permasalahan tersebut sesuai dengan pendapat
Tasbillah (2011:6), menyatakan bahwa kewirausahaan
adalah mencari peluang-peluang pasar untuk
97
mengembangkan usaha yang dianggap sesuai dalam
bersaing. Peluang tersebut berhubungan dengan
kemampuan maksimal yang diberikan agar produksi
diterima secara baik dipasaran.
Seorang wirausahawan mengarahkan segala
kemampuan yang dimiliki untuk memanfaatkan
peluang yang ada dengan kemungkinan resiko yang
akan muncul. Oleh karena itu seorang wirausahawan
dituntut untuk melakukan suatu terobosan yang
bersifat inovatif dan kreatif. Menurut Saroni (2012: 45)
bahwa wirausahawan adalah orang yang mampu
merubah sesuatu nilai produksi menjadi berlipat
ganda dengan memanfaatkan semua komponen baik
itu sumber daya manusia (karyawan) maupun objek
bidang usaha yang digeluti, dan ini harus dimiliki oleh
peserta didik yang merupakan tumpuan harapan
masa depan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir
(2006: 21) mengemukakan bahwa konsep pendidikan
kewirausahaan dapat merubah pemahaman dan
konsep berpikir peserta didik dan dapat memberikan
minat serta motivasi untuk melakukan wirausaha.

98
Daftar Pustaka
Amalia, H.A. dan Ekawati, S. 2015. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa
Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara. Jurnal
Ekonomi. Vol. XX, No. 1. 49-71.
Badan Pusat Statistik. 2017. Lhokseumawe dalam Angka.
Lhokseumawe. Diakses dari
https://lhokseumawekota.bps.go.id.
Djakfar, M. 2007. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. UIN
Malang. Malang.
Eko, D.J. 2007. Kondisi Objektif Pengelolaan Lingkungan
Hidup di Kalimantan Selatan. WALHI.
Kasmir. 2013. Kewirausahaan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Majid, A. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mustafidah, L. 2015. Pendidikan Entreorenuership dan
Minat Berwiraswasta Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Angkatan 2011 Menjadi Entreprenuer.
Skripsi. Semarang: UIN Walisongo
Priyanto, D.E. 2006. Sampah. :www.google.co.id
Rusdiana, 2015. Kewirausahaan. Bandung : Pustaka Setia.
Saroni, M. 2012. Mendidik dan Melatih Entrepreneur Muda.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Suherman, E. 2010. Desain Pembelajaran
Kewirausahaan,Bandung: Alfabeta.
Suryana, 2013. Kewirausahaan Kiat dan Proses Menuju
Sukses, Salemba Empat, Jakarta Selatan.
Tasbillah. 2011. Pengelolaan Kewirausahaan Menurut
Ajaran Agama Islam. Makassar: Universitas Negeri
Makassar.

99
Tentang Penulis
Drs. H. Kaberi, M.Pd, dilahirkan di
Rantau-Tapin pada tanggal 29
Agustus 1961. Pendidikan Sekolah
Dasar ditamatkan di SDN Belanga
Mas Rantau tahun 1974, kemudian
melanjutkaan ke SMP
Muhammadiyah Rantau selesai
tahun 1977. Selanjutnya
melanjutkan ke pendidikan
menengah atas di SMA Negeri Rantau
mengambil jurusan IPA, selesai tahun 1981. Pada tahun
yang sama melanjutkan keprogram S1 FKIP Unlam
Jurusan Biologi selesai tahun 1987. Selanjutnya
melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi (S2) FKIP Unlam
program studi Manajemen Pendidikan lulus tahun 2007.
Penulis bisa dihubungi melalui nomor HP/WA
08125012517.

100
EKSTRAKURIKULER ROBOTIK UNTUK
MERAIH PRESTASI INTERNASIONAL
Sumarmin
SMAN 1 Baureno Bojonegoro Jawa Timur
sumarmin@gmail.com

Perlunya Mendongkrak Prestasi SMAN 1 Baureno


Bojonegoro Jawa Timur
Semua warga negara berhak untuk mendapatkan
kesempatan memperoleh pendidikan. Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus
mampu menjamin pemerataan kesempatan dan
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu
pendidikan untuk menghadapi tantangan perubahan
kehidupan lokal, nasional dan global. Mengacu pada visi
pendidikan Nasional 2025, yaitu “Menghasilkan insan
Indonesia Cerdas dan Kompetitif”. Tema pembangunan
pendidikan periode 2015-2019 difokuskan pada
peningkatan kualitas pendidikan nasional dalam rangka
mewujudkan sumberdaya manusia Indonesia yang unggul
dan kompetitif di tingkat regional (Direktorat Pembinaan
SMA, 2019 : 1).
Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu
lembaga pendidikan formal untuk menyelenggarakan
pendidikan yang berkualitas. Setiap manusia
membutuhkan pendidikan berkualitas karena sangat
penting bagi perkembangan manusia. untuk menentukan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM berkualitas
akan mampu berkompetisi dalam menghadapi perubahan
global di era revolusi industri 4.0. Agar menghasilkan SDM
yang berkualitas kegiatan pembelajaran diharuskan
menggunakan pendekatan saintifix dan penilaian yang
berbasis Higher Order Thinking Skills.
SMA Negeri 1 Baureno berada di sebelah ujung timur
Kabupaten Bojonegoro, berbatasan dengan Kabupaten
101
Lamongan dan Kabupaten Tuban. Jarak sekolah dengan
pusat kota kabupaten sangat jauh yaitu 37 km. Kondisi
geografis tanah yang tandus dengan mata pencaharian
mayoritas penduduk sebagai petani, menyebabkan peserta
didik yang terdaftar di sekolah ini rata-rata berasal dari
keluarga buruh tani, buruh gudang dan sebagian kecil
merupakan PNS. Meskipun letak sekolah berada dekat
dengan jalan raya, namun input siswa mayoritas berasal
dari daerah pedesaan, yang notabene aksesnya untuk
mendapatkan informasi masih kurang.
Prestasi akademik dan non akademik masih rendah
dalam dua tahun terakhir. Hasil Ujian Nasional tahun
2016/2017 dan 2017/2018 belum mampu membawa
sekolah ini ke peringkat 10 besar dari 50 SMA Negeri dan
Swasta di Kabupaten Bojonegoro. Selain itu, dari jumlah
lulusan yang dimiliki rata-rata hanya 15% yang mampu
melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Demikian juga dengan
prestasi non akademik, sekolah ini belum banyak
menjuarai kompetisi seperti Olimpiade Olahraga Siswa
Nasional (O2SN), Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional
(FLS2N) baik tingkat kabupaten maupun provinsi. Hal ini
berbanding terbalik dengan banyaknya kegiatan
kesiswaan yang dilaksanakan melalui ekstrakurikuler.
SMAN 1 Baureno memiliki kegiatan ekstrakurikuler yang
bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa,
di antaranya yaitu Pramuka, Palang Merah Remaja (PMR),
Karya Ilmiah Remaja (KIR), Futsal, Bola Volly, Paduan
Suara, Seni Teater, Baca Tulis Al Quran (BTA) dan
Robotik.
Kondisi sekolah yang demikian menyebabkan SMAN
1 Baureno dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
Image sekolah pinggiran dan tidak berprestasi
menyebabkan sekolah ini menjadi sekolah
alternatif/pilihan kedua bagi masyarakat. Namun
demikian, hal itu tidak menjadikan sekolah ini menutup
gerbang sekolah.

Mengembangkan Potensi di SMA Negeri 1 Baureno


Bojonegoro Jawa Timur
Minimnya prestasi akademik dan non akademik di
SMAN 1 Baureno Bojonegoro tidak membuat saya loyo dan
102
tidak bersemangat sebagai kepala sekolah. Berbagai
strategi dilakukan untuk mensejajarkan sekolah ini
dengan SMA lainnya. Keinginan yang kuat untuk
mewujudkan visi misi menjadi sekolah berprestasi
mendorong kepala sekolah untuk melakukan identifikasi
terhadap potensi sekolah. Kelemahan prestasi ini
memotivasi untuk memikirkan sekolah agar memiliki
prestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh SMAN 1
Baureno Bojonegoro. Oleh sebab itu dibutuhkan tim
untuk mengidentifikasi potensi yang ada. Tim yang
dibentuk oleh kepala sekolah setelah melakukan
identifikasi mendiskusikan hasilnya sebelum dilaporkan
ke kepala sekolah.
Hasil dari tim yang diterima oleh kepala sekolah
merekomendasikan bahwa perlunya untuk meningkatkan
prestasi non akademik melalui ekstrkurikuler. Prestasi
akademik tidak memungkinkan ditingkatkan bersamaan
dengan non akademik karena situasi, salah satu di
antaranya intake dari peserta didik yang rendah. Beberapa
ekstrakurikuler yang ada, robotik dipandang sebagai
ekstrakurikuler yang dapat dimaksimalkan untuk
menyumbangkan prestasi bagi sekolah. Kemenangan tim
robotik SMAN 1 Baureno pada kompetisi tingkat regional
menjadi modal awal bagi sekolah untuk melakukan
pengelolaan yang lebih baik. Didukung dengan adanya
dua tenaga pembina (lulusan dari Institut Teknologi
Sepuluh November) yang dimiliki, sekolah ini yakin bahwa
ekstrakurikuler robotik akan menghasikan banyak
prestasi di tingkat Internasional.
Selain adanya pembina yang memiliki kompetensi di
bidang robotik, salah satu pembina dari dua pembina yang
ada merupakan komunitas robotik di Indonesia.
Komunitas robotik di Indonesia belum memiliki induk
organisasi seperti olag raga. PSSI induk organisasi sepak
bola, PBVSI induk olah raga bola voli dan olah raga yang
lainnya. Oleh sebab itu, pemberitahuan kompetisi robotik
Internasional selalu ditujukan pada komunitas robotik.
Sekolah yang memiliki binaan robotik sebagus apapun jika
tidak tergabung dengan komunitas jarang memiliki
kesempatan untuk mengikuti kompetisi Nasional apalagi
kompetisi Internasional.
103
Demikian juga Pembina yang menjadi komunitas
robotik ini memiliki binaan juga pada sekolah jenjang
bawahnya, yaitu SMP/MTs bahkan SD/MI. Lulusan
SMP/MTs yang dibina sebagian melanjutkan ke SMAN 1
Baureno Bojonegoro. Peserta didik ini menjadi regenerasi
tim robotik sekolah. Tim robotik sekolah yang terbentuk
ini dapat memotivasi teman-teman yang lainnya untuk
mengikuti ekstrakurikuler robotik, sehingga semakin hari
peserta ekstrakurikuler robotik semakin banyak. Peserta
didik yang memiliki sertifikat kejuaraan robotik tingkat
nasional maupun Internasional ternyata sangat membantu
peserta didik untuk mencari perguruan tinggi maupun
sekolah-sekolah kedinasan. Hal ini juga memotivasi
peserta didik yang lainnya untuk mengikuti
ekstrakurikuler robotik.
Potensi sekolah yang diuraikan di atas dipandang
penguatan ekstrakurikuler robotik menjadi penting bagi
sekolah ini untuk mewujudkan visi misi sekolah menjadi
sekolah yang berprestasi. Selain itu, prestasi yang
dihasilkan dari ekstrakurikuler robotik dapat merubah
pandangan masyarakat. Sekolah yang awalnya menjadi
pilihan kedua, dengan prestasi regional, nasional dan
internasional dalam bidang robotik akan menjadi sekolah
tujuan utama masyarakat. Dengan demikian kepercayaan
masyarakat akan meningkat, input sekolah akan menjadi
heterogen, tidak menutup kemungkinan yang berasal dari
kota pun akan menjadikan SMAN 1 Baureno sebagai
sekolah tujuan.

Meningkatkan Ekstrakurikuler Robotik


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No.62 Tahun 2014 pasal 1
menyebutkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik di luar jam
belajar. Kegiatan ini di bawah bimbingan dan pengawasan
satuan pendidikan. Sedangkan tujuan kegiatan
ekstrakurikuler tertuang dalam pasal 2 yaitu untuk
mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan,
kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik
secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
104
Kegiatan ekstrakurikuler terbagi menjadi dua, yaitu
ekstrakurikuler wajib dan pilihan. Ekstrakurikuler wajib
adalah kegiatan ekstrakurikuler yang wajib
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yaitu Pramuka.
Sedangkan ekstrakurikuler pilihan diselenggarakan satuan
pendidikan sesuai dengan bakat dan minat siswa, yaitu
dalam bentuk olah bakat dan olah minat. Prinsip
penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler haruslah
partisipasi aktif siswa dan menyenangkan.
Keaktifan dan keterlibatan peserta didik dalam
ekstrakurikuler merupakan gambaran terjadinya
perkembangan sosial. Posisi mereka dalam struktur
organisasi ekstrakurikuler, memberikan pembelajaran
mengenai tanggung jawab, integritas, serta loyalitas dalam
kegiatan (Nasrudin, 2010). Selain itu peserta didik juga
akan belajar bagaimana bekerja dalam tim, memupuk rasa
kebersamaan dan melakukan hubungan sosial dengan
orang lain. Peserta didik yang aktif dalam kegiatan
ekstrakurikuler akan terampil berorganisasi, mengelola
dan memecahkan masalah sesuai dengan bidang yang
diminati (Cahyandaru, 2013). Dengan demikian kecerdasan
emosi peserta didik juga akan terasah.
Ekstrakurikuler dapat menjadi pengayaan
pengetahuan bagi peserta didik. Melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang berkaitan dengan suatu mata
pelajaran tertentu, peserta didik dapat semakin
memperdalam materi pelajaran tersebut. Selain itu peserta
didik dapat beraktualisasi diri sesuai dengan minat dan
bakatnya. Prinsipnya kegiatan ekstrakurikuler harus dapat
meningkatkan motivasi belajar peserta didik, terlebih
untuk meraih prestasi pada bidang yang diminati
(Rusmiaty, 2010).
Ekstrakurikuler robotik yang merupakan
ekstrakurikuler pilihan di SMAN 1 Baureno Bojonegoro
merupakan kegiatan yang direkomendasikan oleh tim
sekolah untuk dilakukan penguatan. Penguatan
ekstrakurikuler robotik di SMA Negeri 1 Baureno
merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler unggulan
dalam bidang teknologi. Pelaksanaan kegiatan difokuskan
pada robot line follower. Kegiatan dilaksanakan satu kali
dalam satu minggu pada hari selasa (2 jam satu kali
105
pertemuan) seperti kegiatan ekstrakurikuler pada
umumnya. Pembinaan tambahan tim robotik sekolah
dilakukan apabila akan mengikuti kompetisi baik nasional
maupun Internasional.

Gambar 1. Robot line follower

Dalam upaya meningkat ekstrakurikuler robotik di


SMAN 1 Baureno Bojonegoro direncanakan beberapa
prosedur yang akan dilakukan untuk menjawab
permasalahan, antara lain melalui tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap
perencanaan langkah-langkah yang dilakukan adalah: (1)
penyampaian gagasan, (2) Pembentukan Tim, (3)
Penyusunan Materi robotik, (4) sosialisasi, (5) Pembetukan
Public Relation (PR), (6) membangun sekolah binaan, (7)
peningkatan kompetensi Pembina. Langkah-langkah pada
tahap pelaksanaan adalah: (1) seleksi peminatan, (2)
pelaksanaan ekstrakurikuler, (3) seleksi internal. Tahap
evaluasi langkah yang dilakukan adalah : (1) pelaksanaan
program dan (2) ketercapaian program, dimana alur
lengkapnya seperti di bawah ini
Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang
dilakukan untuk mengidentifikasi jenis-jenis kebutuhan
dan kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
peningkatan prestasi sekolah melalui kegiatan
ekstrakurikuler robotik. Tahap ini dilakukan dalam
beberapa kegiatan diantaranya:
1) Penyampaian gagasan
Penyampaian gagasan dilakukan pada rapat
koordinasi yang mengundang semua dewan guru
106
dan karyawan. Gagasan yang disampaikan yaitu
rencana pembentukan ekstrakurikuler robotik
dan penyampaian potensi/peluang
ekstrakurikuler tersebut terhadap pengembangan
bakat dan minat siswa, pengembangan
kompetensi guru serta kemajuan dan prestasi
sekolah. Penyampaian gagasan program robotik
dilakukan melalui forum rapat koordinasi dengan
seluruh dewan guru dan karyawan SMA Negeri 1
Baureno. Melalui Focus Group Discussion (FGD),
lebih dari 95% guru dan karyawan sekolah
memberikan respon dan dukungan yang sangat
baik untuk kegiatan ekstrakurikuler robotik.
Dukungan tersebut diperoleh karena Pembina
merupakan tenaga pengajar yang ada di Sekolah
sendiri. Selain itu, target memperoleh prestasi
dikancah Internasional diharapkan dapat
mendongkrak popularitas sekolah.
2) Pembentukan Tim
Pembentukan tim dilakukan setelah
ekstrakurikuler robotik terbentuk. Tim
penanggungjawab ekstrakurikuler robotik
ditunjuk dalam rapat koordinasi dewan guru. Tim
ini akan bekerjasama untuk mengelola
ekstrakurikuler robotik, melakukan pembinaan,
melakukan penelusuran berbagai kompetisi
robotika, berupaya semaksimal mungkian
mencetak prestasi dan menjalin kerjasama
dengan pihak lain. Tim akan terdiri dari kepala
sekolah selaku penanggungjawab, ketua,
sekretaris, bendahara, dua orang Pembina.
3) Penyusunan Materi Robotik
Untuk menentukan materi yang akan diberikan
pada saat pembinaan ekstrakurikuler robotik
maka perlu disusun kurikulum robotik untuk
menentukan arah yang dipelajari oleh peserta
didik. Materi robotik disusun dalam forum
workshop di sekolah yang dihadiri Tim
penanggung jawab sekolah dengan Narasumber
yaitu guru pembina ekstrakurikuler robotik.
Dengan tersusunnya kurikulum yang digunakan
107
maka perlu dibuat buku pedoman atau panduan
pelaksanaan kegiatan ekstrkurikuler robotik.
Penyusunan materi ini dilakukan untuk
menentukan silabus, indikator pencapaian
kompetensi, serta panduan ekstrakurikuler yang
dilaksanakan selama proses pembinaan
4) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan dukungan terhadap
pelaksanaan ekstrakurikuler robotik, yaitu
dengan mengundang dewan guru, karyawan dan
pengurus komite. Target dari kegiatan sosialisasi
ini yaitu untuk melakukan identifikasi
potensi/prospek ekstrakurikuler robotik kedepan
bagi kemajuan sekolah serta mendapatkan respon
positif dari semua elemen sekolah dari angket
penerimaan program. Sosialisasi dilakukan
kepada peserta didik, orang tua peserta didik,
serta komite sekolah. Untuk mengetahui apakah
program yang akan dilaksanakan diterima oleh
segenap warga sekolah, pada tahap ini
menyebarkan angket untuk mendapatkan respon
mengenai penerimaan program dan potensi
program bagi prestasi sekolah. Hasil respon
angket tersebut menunjukkan hasil sangat baik,
98 % mendukung agar meningkatkan
ekstrakurikuler robotik untuk meningkatkan
prestasi.
5) Public Relation (PR) Robotik
Public Relation (PR) Robotik dibentuk dengan
tujuan untuk melakukan penelusuran informasi
tentang berbagai kompetisi Robotik baik di tingkat
regional, nasional maupun internasional.
Peningkatan ekstrakurikuler yang bertujuan
menjangkau prestasi Internasional, dibutuhkan
Public Relation (PR) yang mumpuni dalam berbagai
bidang. Tugas dan fungsi PR robotik dihasilkan
melalui rapat koordinasi. Pematangan bahasa,
serta latihan rutin dengan sekolah binaan
merupakan sebagian tugas dan fungsi PR yang
harus dilakukan. Mengikuti perlombaan di tingkat
108
regional maupun Nasional dilakukan untuk
mengetahui kapasitas dan prestasi yang dikuasai
PR robotik ini. Melalui FGD yang telah dilakukan,
pembagian tugas dan fungsi PR robotik
dikukuhkan pada Surat Keputusan Kepala
Sekolah. Beberapa tanggung jawab yang harus
dilakukan PR adalah menncari informasi terkait
perlombaan maupun pendanaan ekstrakurikuler
robotik terutama di luar Negeri. Sebagai contoh
Tahun 2018 dalam rangka mengikuti International
Islamic School Robot Olympide (IISRO) di Malaysia,
PR telah mendapat bantuan dari Bank Jatim, BRI
Bojonegoro, BNI cabang Bojonegoro dan Exxon
Mobile.
6) Membangun Sekolah Binaan
Keberadaan sekolah binaan akan meningkatkan
motivasi peserta didik, menjaga keberlangsungan
program ekstrakurikuler robotik, memperluas
jaringan, dukungan finansial serta sebagai ajang
promosi sekolah. Setelah PR terbentuk, salah satu
tugas utama yang dilakukan adalah mempro-
mosikan program robotik kepada SMP/MTs dan
SD/MI agar berkenan bergabung sebagai sekolah
binaan SMA Negeri 1 Baureno dengan tujuan:
a) Meringankan pembiayaan pelaksanaan
ekstrakurikuler robotik dan biaya akomodasi
tim dalam mengikut perlombaan di kancah
internasional
b) Menjadi bibit regenerasi Tim robotik Sekolah
yang akan melanjutkan pendidikannya di
SMA Negeri 1 Baureno Bojonegoro Jawa Timur
setelah lulus dari jenjang SMP/MTs.
Sekolah binaan SMA Negeri 1 Baureno
diantaranya SMP IT Bojonegoro, SMP Bina Soleh
Tuban, SMPN 1 Kepuhbaru Bojonegoro, MTSN
Tambak Beras Jombang, MTSN 7 Sleman, MTSN
7 Jakarta, MI YPPI 1945 Babat Lamongan, MI
Darul Ulum Widang Tuban, MI UIN Pembangunan
Jakarta, SD Muhammadiyah 1 Kebumen

109
Gambar 2. Sekolah binaan (SMPN Kepuhbaru) praktek
mengoperasikan Robot

7) Peningkatan Kompetensi Guru


Berkaitan dengan prospek ektrakurikuler robotik
yang bagus serta target pembinaan yang tinggi,
maka dipandang perlu melakukan peningkatan
kompetensi guru pembina melalui kegiatan
workshop, pelatihan, Training of Trainer (TOT)
maupun diklat. Salah satu kebutuhan mendasar
dalam ekstrakurikuler robotik adalah kompetensi
yang dimiliki pendampingnya. Kompetensi yang
dimiliki pendamping telah mumpuni, karena
memiliki basis penguasaan elektro. Namun, pihak
sekolah mengirim pendamping untuk mengikuti
diklat yang bertujuan mematangkan kompetensi
yang dimiliki. Lembaga diklat yang diikuti adalah
lembaga-lembaga yang telah kredibel dan memiliki
prestasi gemilang pada dunia robotik.
Peningkatan kompetensi guru membawa dampak
pada meningkatnya prestasi yang diperoleh
ekstrakurikuler ini dari tahun per tahun.
Tahap pelaksanaan merupakan tahapan dimana
ekstrakurikuler robotik dilaksanakan diluar jam belajar
pada hari dan jam yang sudah dijadwalkan. Tahap ini
terdiri dari seleksi peminatan peserta didik, pelaksanaan
110
ekstrakurikuler dan seleksi internal untuk kompetisi/
lomba. Seleksi peminatan dilakukan oleh waka Kesiswaan
pada awal tahun ajaran baru. Seluruh peserta didik akan
diberikan angket minat dan bakat untuk mengetahui
ketertarikan mengikuti kegiatan pengembangan diri.
Penyebaran angket ini akan diperoleh pemetaan peserta
didik berdasarkan minat dan bakatnya. Peserta didik yang
akan mengikuti ekstrakurikuler robotik dilakukan seleksi
dengan tes. Hasil tes digunakan untuk penglompokan
pembinaan. Data Tahun 2016 dan 2017 rata-rata peserta
yang mengikuti seleksi adalah 40 siswa dan pada tahun
2018 peserta yang mengikuti seleksi bertambah menjadi 71
siswa.
Setelah diperoleh nama-nama anggota ekstrakurikuler
robotik, kemudian pembina melakukan kegiatan
pembinaan sesuai dengan jadwal dan materi robotik yang
telah disusun sebelumnya. Sebelumnya, pembinaan
ekstrakurikuler belum pernah terjadwal dengan resmi dan
konsisten. Dengan adanya penguatan ini, waktu latihan
dan tahapan yang dilakukan ditentukan dan dilaksanakan
secara konsisten dan terkontrol dengan baik pada hari
Selasa setelah proses pembelajaran selesai. Proses
pelaksanaan ekstrakurikuler tidak hanya tentang
memahami komponen-komponen dan program robot,
namun peserta didik harus melakukan unjuk kerja dalam
setiap pembinaan. Materi yang akan dipelajari yaitu teknik
perakitan dan pemrograman robotik (manual maupun
mikro). Selain pembelajaran materi, juga dilakukan
kegiatan evaluasi dalam tes dan unjuk kerja.

Gambar 3. Pembinaan ekstrakurikuler robotik

111
Setelah peserta selesai menjalani pembinaan yang
umumnya berakhir bulan Juli setiap tahunnya, maka
selalu diadakan lomba internal sekolah. Diantara anggota
yang mampu menjalani seleksi (tes dan unjuk kerja), maka
akan terpilih sebagai tim robotik yang akan mewakili
sekolah. Peserta yang yang menjuarai perlombaan tersebut
menjadi kandidat untuk diikutkan kompetisi baik regional,
nasional maupun Internasional. Target utama perlombaan
internasional adalah yang diikuti adalah IISRO yang rutin
dilaksanakan pada bulan September-Oktober.
Pada tahap evaluasi digunakan untuk mengetahui
sinergi antara pelaksanaan program dan ketercapaian
program. Hasil penguatan tahun pertama yaitu tahun 2017
tim robotik sekolah mampu berkompetisi di tingkat
Internasional dan memperoleh hasil yang gemilang. Tim
semakin yakin dan percaya diri sehingga penguatan perlu
ditindaklanjuti tahun berikutnya. Demikian juga PR
robotik bekerja dengan optimal dalam mencari informasi
lomba dan dukungan dana orang tua peserta didik dan
pihak Bank. Oleh karena itu atas dukungan dari berbagai
pihak sehingga tahun 2018 berhasil mengikuti lomba-
lomba internasional, baik yang IIRO maupun kejuaraan
yang lain.

Perolehan Prestasi Internasional Melalui


Ekstrakurikuler Robotik
Setelah dilakukan ekstrakurikuler robotik dengan
optimal maka banyak diperoleh prestasi di tingkat
Nasional bahkan Internasional dari peserta didik yang
mengikuti ekstrakurikuler robotik. Sebelum dilakukan
penguatan pelaksanaan ekstrakurikuler robotik prestasi
robotik biasa-biasa saja. Prestasi yang diperoleh paling
tinggi hanya di tingkat regional. Hasil membanggakan
yang diperoleh peserta didik membuat bangga dirinya,
orang tua, sekolah bahkan warga kabupaten Bojonegoro.
Demikian juga dari prestasi ini banyak sekolah lain ingin
belajar robotik di SMAN 1 Baureno Bojonegoro Jawa
Timur. Prestasi robotik yang ditorehkan tim adalah
sebagai berikut :

112
Tabel 1. Prestasi robotik
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
10 Besar 1. Juara 2 pada LKT 1. Juara 2 Robot Sumo RC
Sejawa Bali Unesa 2017 th
pada The 1 Thailand
lomba Karya Tingkat Nasional
Robotik Training and
Teknology 6 2. Juara 1 pada The
compotition, 2018
HMJ-FT UNESA th
6 International 2. Best Engineering Award
Islamic Robot
Olympiad, Tokyo
4th Malaysia indoor solar
compotition peringkat
japan
kebangsaan ”senior solar
vehicle category, 2018
3. Brornze medal in Robot
Sumo senior, The
7 th International Islamic
School Robot
Olympiad(IISRO) 2018,
Malaysia
4. Silver Medal in Robot Chef
senior category, The
7 th IISRO 2018, Malaysia
5. Silver Medal in fire
fighting senior category,
th
The 7 IISRO 2018,
Malaysia
6. Judge Choice award in
the international lego
education Tug of War
Robotik compotition 2018,
Malaysia
7. Talking part as Mentor in
the international lego
education Tug of War
Robotik compotition 2018,
Malaysia

Gambar 4. Penyerahan hadiah pada IISRO di Malaysia

113
Meningkatnya prestasi akademik peserta didik SMA
Negeri 1 Baureno Bojonegoro
Banyaknya prestasi robotik di tingkat internasional
yang memuaskan berdampak pula terhadap prestasi
akademik. Kondisi sebelumnya dari ujian nasional (UN)
yang diraih oleh SMA Negeri 1 Baureno pada Tahun
Pelajaran 2015/2016 dan tahun pelajaran 2016/2017
masih rendah. Setelah dilakukan penguatan
ekstrakurikuler robotik Rata-rata hasil nilai Ujian Nasional
cenderung naik, bahkan tahun pelajaran 2018/2019
peminatan IPA dan IPS masuk 10 besar rata-rata hasil UN
kabupaten Bojonegoro dari 20 SMA negeri dan 30 SMA
swasta
Begitu juga lulusan yang melanjutkan ke jenjang
perguruan tinggi sangat rendah, bahkan peserta didik yang
diterima di pergutuaan tinggi negeri lewat jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tidak
dijalani. Hal ini sangat merugikan pihak sekolah karena
akan berdampak untuk tahun berikutnya. Tampaknya
prestasi robotik ini memotivasi peserta didik untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi cenderung naik dari
tahun ke tahun seperti terlihat table berikut:
Tabel 2. Data peserta didik yang melanjutkan ke PTN
dan PTS
No Tahun PTN PTS Jumlah Prosentase ke
siswa PTN/PTS
1 2017 28 10 272 14%
2 2018 48 45 260 36%

SMA Negeri 1 Baureno Ditetapkan Sebagai Sekolah


Robotik di Jawa Timur
Banyaknya prestasi robotik di tingkat Internasional
yang diperoleh tim robotik mendapatkan penghargaan dari
Dinas Pendidikan Provinsi jawa Timur. Penghargaan
terhadap lembaga SMA Negeri 1 Baureno Bojonegoro
adalah dengan ditetapkannya sebagai Sekolah Robotik di
Jawa Timur. Penetapan ini di tuangkan dalam surat
keputusan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur
No. 188.8/4760/101.2/2018 tanggal 30 Juli 2018.
Demikian juga dengan prestasi di tingkat Internasional dan

114
ditetapkanya sebagai sekolah robotik maka banyak peserta
didik dari sekolah lain yang berharap dibina oleh tim
robotik dari SMA Negeri 1 Baureno. Sebagai jaminan
sebagai sekolah robotik maka Dinas Pendidikan Provinsi
Jawa Timur memberi tantangan kepada tim robotik SMA
Negeri 1 Baureno agar minimal mendapat empat katagori
kejuaraan di tingkat Internasional dalam setahun.
Tantangan itu terjawab oleh tim robotik dengan dibuktikan
selama tahun 2018 memperoleh lebih dari empat
kejuaraan internasional. Penetapan sekolah robotik dan
memiliki sekolah binaan menambah gairah tim robotik
untuk berkreasi, berinovasi dan berprestasi bersama
dengan sekolah binaan.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyandaru. 2013. Pengaruh Keaktifan Siswa Dalam
Ekstrakurikuler Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas
XI MAN Yogyakarta
II.http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/10525
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No.62 Tahun 2014 Tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar Dan
Pendidikan Menengah. Kemendikbud
Rusmiaty. 2010. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler
Terhadap Prestasi Belajar Siswa MAN Pinrang.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/
id/eprint/4702
Wiratmoko. 2012. Pengaruh Kegiatan Ekstrakurikuler
Robotika Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di SMK
Negeri 3 Yogyakarta. Thesis. UNY.
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/2006

115
Tentang Penulis:

Sumarmin, M.Pd, dilahirkan di


Ponorogo pada tanggal 29 Juni 1966.
Pendidikan Dasar ditamatkan di
SDN Bringin 1 pada tahun 1981.
Kemudian melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMPN 4,
tamat pada tahun 1983. Setelah itu
melanjutkan pendidikan menengah
atas di SMAN 2, tamat pada tahun
1986. Pada tahun yang sama
melanjutkan studi D2 Pendidikan
Matematika di Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang, tamat pada tahun 1988.
Selanjutnya melanjutkan S1 Pendidikan Matematika di
IKIP PGRI, tamat pada tahun 1994. S2 Pendidikan
Matematika diselesaikan di Universitas Surakarta (UNS)
pada tahun 2010. Penulis dapat dihubungi melalui nomor
HP : 085334987275

116
STRATEGI PEMBERDAYAAN
STAKEHOLDER UNTUK PEMENUHAN 8
STANDAR PENDIDIKAN
Sy. Camelia Faridah
SMAN 2 Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara
cameliachaz@gmail.com

Standar Nasional Pendidikan di SMAN 2 Tana Tidung


Pendidikan merupakan kebutuhan warga negara yang
dijamin oleh Undang-undang Dasar 1945. Tantangan di
abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan generasi muda
yang siap menjawab tantangan masa depan dan
membentuk generasi muda yang unggul dan berkarakter.
Sekolah yang bermutu diharapkan dapat memenuhi 8
Standar Pendidikan yang diterapkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yaitu Standar Kompetensi
Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan,, Standar Sarana dan Prasarana,
Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan dan
Standar Penilaian Pendidikan.
SMA Negeri 2 Tana Tidung terletak di Kabupaten Tana
Tidung, tepatnya di Kecamatan Tana Lia, Desa Tanah
Merah. Sekolah ini memiliki 144 siswa dengan 6
rombongan belajar, namun sayangnya hanya memiliki 3
ruang kelas. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2006, dengan
nama SMA Negeri 1 Tana Lia, namun sejak tahun 2017
nama sekolah berubah menjadi SMA Negeri 2 Tana Tidung.
Selama ini pembelajaran dilakukan dengan 2 lokal, 1 lokal
berada di lokasi utama, 1 lokal berada sekitar 300 meter
dari lokal utama, kami sebut dengan lokal 2. Lokal 2
dipinjam dari bekas bangunan Sekolah Dasar yang sudah
tidak terpakai. Kondisi lahan sekolah yang luasnya hanya
sekitar 8.800 m2 juga bermasalah dari segi
kepemilikannya. Tidak ada surat hibah lahan sejak sekolah
tersebut dibangun pada tahun 2006.

117
Kondisi lahan sekolah yang bermasalah menjadi fokus
utama untuk diselesaikan selain 7 Standar lainnya.
Legalitas lahan sekolah adalah modal utama dalam
mengembangkan prasarana sekolah. Selama ini
pengembangan sekolah dilakukan dengan setengah hati
dikarenakan permasalahan legalitas lahan yang belum
selesai. Hal ini berdampak pada sulitnya pemenuhan
standar sarana prasarana sekolah. Pengembangan sekolah
ataupun penambahan gedung- gedung pendukung proses
pembelajaran seperti laboratorium dan perpustakaan
menjadi sesuatu yang sulit dilakukan, dikarenakan
permasalahan legalitas lahan yang belum selesai.
SMA Negeri 2 Tana Tidung ini dapat dikatakan
sekolah kecil dengan permasalahan yang besar, bagaimana
tidak, selain permasalahan legalitas lahan yang belum
tuntas, dana BOS yang ada tidak mencukupi untuk
membiayai kegiatan-kegiatan kesiswaan seperti lomba-
lomba yang seleksinya harus dilaksanakan di ibukota
kabupaten yang menelan biaya yang cukup besar. Keadaan
keuangan sekolah sangat tidak mampu untuk mencukupi
semua kegiatan dalam rangka memenuhi 8 SNP.
Manajemen stakeholder internal pun masih perlu dibenahi.
Kebijakan Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara
membebaskan siswa yang sekolah di sekolah negeri dari
pungutan apapun, sehingga jika semua kegiatan
dilaksanakan dengan menggunakan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional
Provinsi (BOP) dari pemerintah terbatas bahkan kurang,
maka sekolah tidak bisa memungut dana dari siswa.
Sekolah ini pun belum pernah menyampaikan kekurangan
sekolah dengan komite sekolah. Oleh karenanya menurut
hemat penulis, sebaiknya semua stakeholder internal dan
eksternal harus diberdayakan demi terwujudnya sekolah
yang maju yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan
(SNP).

Peranan Stake Holder Dalam Menghadapi Tantangan di


Sekolah
Menurut Masita dan Rusman (2018), Stakeholder
pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi
pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap
118
pendidikan atau lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan
itu berupa sekolah maka stakeholder adalah Birokrasi
pendidikan (dinas pendidikan), pengawas, kepala sekolah,
guru, orang tua, komite sekolah, dewan sekolah,
masyarakat, dunia usaha dunia industri. Dengan kata lain
stakeholder adalah orang-orang, atau badan yang
berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap
kegiatan pendidikan di sekolah.
Masih menurut Masita dan Rusman (2018), Pada
masa sekarang bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan
monitoring pendidikan melibatkan peran serta masyarakat.
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat
memberikan harapan dan kemungkinan lebih baik di masa
yang akan datang, mendorong berbagai upaya dan
perhatian seluruh lapisan masyaraat. Hal inilah yang
melahirkan kesadaran peran serta masyarakat.
Solidasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam
mengambil keputusan termasuk dalam perencanaan.
Namun pada dasarmya Solidasi berarti ikut serta tetapi
dalam bahasa kita hampir tidak ada perbedaan antara kata
tersebut sebagai kata kerja (to participate) atau kata benda
(participation). Solidasi adalah proses dimana stakeholder
(orang tua siswa) terlibat aktif baik secara individu maupun
kolektif, secara langsung maupun tidak langsung, dalam
pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan,
perencanaan, pelaksanaan pengawasan/ pengsolidasian
lembaga pendidikan (Masita dan Rusman, 2018).
Upaya-upaya peningkatan solidasi stakeholder
menurut Uhar Suharsaputra (2010) adalah
1) Membuat peraturan dan pedoman sekolah;
2) Menyediakan sarana solidasi atau saluran
komunikasi;
3) Melakukan advokasi, publikasi, komunikasi, dan
transparansi kepada stakeholder
4) Melibatkan stakeholder secara proporsionl dengan
mempertimbangkan relevansi pelibatannya, batas-
batas yurisdiksinya, kompetensinya, dan
kompatibilitas tujuan yang akan dicapai.
Indikator keberhasilan solidasi stakeholder adalah:

119
1) Kontribusi/dedikasi stakeholder meningkat dalam hal
jasa (pemikiran, keterampilan), finansial, moral, dan
materi/barang.
2) Meningkatkan kepercayaan stakeholder kepada
sekolah, terutama menyangkut kewibawaan dan
keberhasilan
3) Meningkatkan tanggungjawab stakeholder terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah
4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas masukan (kritik
dan saran) untuk peningkatan mutu lembaga
Pendidikan
5) Meningkatkan kepedulian stakeholder terhadap setiap
langkah yang dilakukan oleh sekolah untuk
meningkatkan mutu.
6) Keputusan-keputusan yang dibuat oleh sekolah
benar-benar mengekspresikan aspirasi dan pendapat
stakeholder dan mampu benar benar meningkatkan
kualitas pendidik.
7) Dalam arti manapun sudah jelas bahwa dalam
solidasi ada minimal dua kelompok warga yang saling
hubungannya cukup menyatu (united) karena pada
awalnya mempunyai tujuan hidup yang tidak
sepenuhnya sama.

MePeSIES
MePeSIES adalah akronim dari Manajemen
Pemberdayaan Stakeholder Internal dan Eksternal Sekolah.
MePeSIES ini dimaksudkan sebagai pola manajemen
kerjasama yang diterapkan untuk membantu sekolah
dalam memenuhi 8 standar pendidikan melalui bantuan
pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal
sekolah, sehingga sekolah benar-benar dapat menjalankan
fungsinya secara optimal sebagai lembaga pendidikan yang
mempersiapkan siswa menjadi lulusan yang andal dan dan
memiliki keterampilan kecakapan hidup.
Penerapan MePeSIES dimulai sejak hari pertama
penulis ditugaskan di sekolah ini yaitu 14 Januari 2019.
Dimulai dari pemberdayaan stakeholder internal seperti
guru, tenaga kependidikan, siswa dan komite sekolah
kemudian stakeholder eksternal seperti instansi
pemerintah, masyarakat, serta Dunia Usaha dan Dunia
120
Industri (DUDI). MePeSIES dapat dilakukan dengan
pendekatan humanistik dan pendampingan secara terus
menerus. Dibutuhkan konsistensi dan komitmen agar
MePeSIES bias berjalan dengan baik.
Data Tantangan, Data Kerjasama dan Data Keberhasilan
program

Tabel 1. Data Tantangan


NO STANDAR TANTANGAN
1. Belum adanya dokumen 1,2, dan
1 Standar Isi 3 untuk mengakomodir program
adiwiyata dan kewirausahaan
1. Nilai UN yang masih rendah
Standar
2. Siswa belum dibekali
2 Kompetensi
keterampilan kecakapan hidup /
Lulusan
kewirausahaan
1. Belum sempat dilakukan
Supervisi satu tahun terakhir
3 Standar Proses 2. Perlu menetapkan SOP terbaru
yang dikaitkan dengan program
sekolah
1. Belum ada legalitas lahan sekolah
2. Masih banyak kekurangan pada
4 Standar Sapras prasarana seperti Ruang Belajar
dan Laboratorium, Toilet,
Mushala, Pagar dan Aula
1. Masih rendahnya partisipasi
komite sekolah dan masyarakat
serta stakeholder eksternal
Standar lainnya
5
Pengelolaan 2. Rendahnya disiplin guru, tenaga
kependidikan, dan siswa
3. Memperbaiki sistem perekrutan
PTT
Standar 1. Masih kurangnya dana untuk
6
Pembiayaan pembiayaan kegiatan siswa
1. Perlu adanya penyegaran tentang
7 Standar Penilaian
penilaian soal HOTS
1. Masih kurangnya guru untuk
Standar Tenaga MAPEL sejarah, geografi, sosiologi,
8 Pendidik dan dan seni budaya
Kependidikan 2. Masih ada tenaga kependidikan
yang belum memenuhi kualifikasi

121
pendidikan

Tabel 2. Data Kemitraan


NO NAMA MITRA BIDANG KERJA SAMA
Membantu sekolah dalam
pembiayaan pengelolaan
1 Komite
sekolah yang tidak dapat
diakomodir oleh dana BOS
Membantu sekolah dalam hal
PT JOB Pertamina
2 Soft Skill, Program adiwiyata,
Medco Seimenggaris
dan Tentor OSN
Membantu memfasilitasi
3 Kecamatan Tana Lia sekolah dengaan mengenalkan
Kepsek kepada DUDI
Kerja sama dalam bidang
kesehatan remaja, mengirimkan
4 PKM Tana Lia
narasumber pada kegiatan-
kegiatan sekolah
Menyediakan narasumber pada
5 Koramil Tana Lia
kegiatan-kegiatan sekolah
Kepolisian / Polsek Menyediakan narasumber pada
6
Tana Lia kegiatan-kegiatan sekolah
Membantu menjelaskan
7 Kepala Desa
permasalahan lahan sekolah
Membantu menghibahkan
8 Masyarakat lahan untuk Mushala SMAN 2
Tana Tidung
Forum Guru Tapal Kerjasama dalam bidang
9
Batas Program Literasi Sekolah

Tabel 3. Data Keberhasilan

No Standar Keberhasilan

1 Isi 1. Telah terkumpul dokumen 1,2


dan 3 yang memuat Program
Adiwiyata
2 Kompetensi 1. Nilai UN meningkat untuk tahun
Lulusan pelajaran 2019/2020
2. Ada kerjasama dengan PT.JOB
Pertamina Seimenggaris untuk
pelatihan/magang/soft skill
3. Ada pelatihan Kewirausahaan
dengan bantuan pemerintah

122
untuk program kewirausahaan
2019
4. Adanya Pelatihan pembuatan
media tanam untuk siswa
dengan menggunakan bahan
yang banyak terdapat di wilayah
ini.
3 Proses 1. Adanya supervisi pembelajaran
terjadwal untuk setahun
sebanyak 2 kali
2. Adanya Kegiatan Apel Salut
(Salam sapa sepuluh menit)
sebelum masuk kelas dan
kegiatan kerohanian pada siang
hari
4 Sarana dan 1. Diperolehnya Legalitas lahan
prasarana berupa surat hibah lahan
sekolah yang tidak selesai
selama 12 tahun sekolah ini
berdiri
2. Terlaksananya Pembangunan
DAK 2 Ruang Kelas Baru dan 1
Laboratorium Kimia
3. Lingkungan sekolah sudah
mulai menghijau karena ada
program adiwiyata
4. Sekolah juga membuat Tempat
wudhu untuk kegiatan
kerohanian
5 Pengelolaan 1. Tergeraknya komite untuk
berpartisipasi membantu
sekolah dalam pembiayaan
maupun penyelesaian masalah
lainnya yang menyangkut orang
tua siswa
2. Adanya kerjasama dengan
Forum Guru Tapal Batas untuk
pendampingan Gerakan Literasi
Sekolah
3. Meningkatnya displin guru,
tenaga kependidikan dan siswa
4. Meningkatnya Motivasi Guru
dan Siswa untuk berprestasi
dibuktikan dengan peraihan
prestasi pada OSN, O2SN dan

123
FLS2N serta kegiatan lain
5. SMAN 2 Tana Tidung menjadi
satu-satunya SMA di Kaltara
yang menerapkan Sistem Kredit
Semester pada tahun 2019.
6. Adanya sistem perekrutan PTT
yang transparan dan akuntabel.
6 Pendidik dan 1. Adanya tambahan GTT yang
Tenaga mengajar mapel Sosiologi
kependidikan 2. Tenaga administrasi (TU)
semuanya berkualifikasi S1
7 Penilaian 1. Dewan guru semakin paham
akan implementasi K13 melalui
Workshop Kurikulum sebanyak
2 kali

Hal pertama yang dilakukan penulis ketika berada di


SMA Negeri 2 Tana Tidung adalah rapat pembentukan Tim
Pengembang Sekolah yang nantinya bertugas menganalisis
Evaluasi Diri Sekolah (EDS). Hasil EDS menyatakan bahwa
masih terdapat banyak hal yang harus diperbaiki program
sekolah kedepannya yaitu menyangkut standar sarana dan
prasarana dan standar pembiayaan.
Hasil rekomendasi EDS yang paling prioritas adalah
Perluasan Lahan dan Pembiayaan yang tidak bisa dibiayai
oleh dana BOS. Di Tahun 2019 dana Bantuan Operasional
Pendidikan dari Provinsi Kalimantan Utara menurun 50%.
Dengan siswa sebanyak 144 siswa, maka dana BOS yang
akan diterima SMA Negeri 2 Tana Tidung hanya sekitar Rp
273.600.000 ( dua ratus tujuh puluh tiga juta enam ratus
ribu rupiah)/ tahun. Sangat jauh dari kata cukup untuk
memenuhi semua kegiatan yang termasuk dalam 8 standar
pendidikan di SMA Negeri 2 Tana Tidung. Terutama dalam
hal membiayai kegiatan siswa yang mengikuti Olimpiade
Sains (OSN), Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N),
Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) dan kegiatan
siswa lainnya.
Penulis menyadari untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa dan meningkatkan semangat guru dalam
membimbing siswa maka seluruh kegiatan siswa harus
diakomodir, hal ini nantinya lambat laun akan
menumbuhkan budaya yang baik di sekolah. Tantangan

124
yang paling berat disekolah ini adalah, sejak diresmikan
pada tahun 2007 yang lalu sekolah ini masih belum
memiliki legalitas lahan. Sekolah ini sulit dibangun
dikarenakan hal tersebut. Selain itu sejak pertama
diresmikan sekolah ini hanya memiliki 3 ruang kelas, 1
laboratorium komputer, 1 ruang guru dan 2 toilet siswa.
Sekolah ini sampai dengan saat ini memiliki 6 rombel yang
berarti dengan 3 ruang kelas yang ada masih kekurangan 3
ruang belajar lagi. Selama sekolah ini berdiri proses
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan dalam 2
shift, baru dalam 2 tahun terakhir proses KBM
dilaksanakan dengan 2 shift dengan meminjam bekas
gedung sekolah SD yang sudah tidak dipakai lagi. Proses
KBM yang terpisah menyulitkan kepala sekolah dalam
pengawasan. Jika digunakan sistem 2 shift maka jam
pembelajaran akan berkurang dan guru bekerja diluar jam
kerja yang seharusnya.
Penulis menyadari betapa pentingnya komunikasi
dengan semua stake holder eksternal dan internal sekolah.
Di awal masa pengabdian penulis di sekolah ini (karena
penulis dipindahkan dari kabupaten lain) stake holder
pertama yang ditemui oleh penulis adalah bapak Camat
Tana Lia, beliau adalah sosok yang sangat peduli dengan
dunia pendidikan, penulis segera difasilitasi untuk bertemu
dengan pihak Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI)
yang paling besar di daerah ini yaitu PT. JOB Pertamina
Seimenggaris. Pihak DUDI menyambut baik program
kerjasama yang di tawarkan yaitu: Program Pelatihan (soft
skill) bagi para siswa maupun alumni SMA Negeri 2 Tana
Tidung, Program Sekolah Adiwiyata dan Program
pembimbingan Olimpiade Sains bagi siswa.

Gambar 1.Kepala Sekolah Bersama Bapak Camat dengan Pimpinan Lapangan PT.
JOB Pertamina Medco Seimenggaris

125
Tantangan selanjutnya adalah masalah legalitas lahan
sekolah, hal ini penting karena penulis harus sesegera
mungkin mengusulkan penambahan Ruang Kelas Baru
(RKB) dan Laboratorium IPA untuk menjawab tantangan
KBM di dua lokal. Penulis mencermati permasalahan
legalitas lahan yang diceritakan oleh wakil kepala sekolah
bidang sapras, selanjutnya menjalin komunikasi yang
efektif dengan pemilik lahan. Pemilik lahan berdomisili di
pulau lain tepatnya di Kecamatan Pulau Bunyu. Pada
waktu yang ditentukan kami (penulis dan waka sapras)
berangkat ke Pulau Bunyu (penulis belum pernah
bepergian ketempat ini sebelumnya namun waka sapras
berasal dari pulau ini) dan langsung bertemu dengan
pemilik lahan yang langsung membubuhkan tanda tangan
pada surat hibah yang telah kami siapkan sebelumnya.
Penulis patut bersyukur kepada ALLAH SWT atas rahmat
berupa kemudahan yang diberikan dalam mengurus surat
hibah lahan sekolah ini. Setelah itu secara berturut-turut
kami mendapatkan surat hibah lainnya untuk perumahan
dinas guru dan rencana mushala yang telah dibentuk
kepanitiaannya.

Gambar 2. Kepala sekolah didampingi oleh Waka Sapras dan


Humas berpose bersama bapak Sabran sekeluarga yang
menghibahkan lahan SMA Negeri 2 Tana Tidung

126
Orang tua siswa dalam hal ini Komite Sekolah
merupakan stakeholder yang sangat penting sebagai mitra
sekolah. Penulis berkali-kali bertemu dan berkoordinasi
dengan bapak ketua komite sekolah. Penulis bersyukur
bapak ketua komite merupakan sosok yang selalu
semangat dan dapat menularkan semangatnya kepada
penulis, meskipun menurut pengakuan pak ketua komite,
semangat kepala sekolahlah yang membuat beliau
bersemangat untuk berkiprah lagi di SMA Negeri 2 Tana
Tidung.

Gambar 3a dan 3b. Kepala Sekolah selalu berkoordinasi dengan


Ketua Komite dalam berbagai kesempatan

Gambar 4. Bapak Ketua Komite sekolah dan Bapak Kepala


Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan wilayah Malinau
dan Tana Tidung menghadiri pemaparan RKJM, RKT dan
127
RKAS di SMA Negeri 2 Tana Tidung
Ketua Komite juga menyampaikan kepada penulis
bahwa beliau merasa bersemangat karena selalu dilibatkan
oleh kepala sekolah dalam berbagai kesempatan. Penulis
mengundang beliau pada rapat Pemaparan Rencana Kerja
Menengah (RKJM), Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan
Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS) dan pada
pertemuan dengan orang tua siswa untuk memaparkan
program sekolah dan menyampaikan hambatan-hambatan
yang dialami oleh sekolah. Pada kesempatan itu pihak
komite sekolah menyepakati akan membantu sekolah
dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam
menjalankan program sekolah, termasuk diantaranya akan
bekerjasama dengan pihak DUDI, membantu pendanaan
untuk kegiatan siswa yang tidak dapat diakomodir oleh
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Gambar 5. Kepala Sekolah memaparkan program sekolah


dan kendala dalam melaksanakan program dihadapan Ketua
Komite Sekolah dan seluruh orang tua siswa SMA Negeri 2
Tana Tidung

Pada kesempatan lain, penulis juga berkoordinasi


dengan Kepala Desa Tanah Merah untuk kemungkinan
perluasan lahan sekolah, karena sampai dengan saat ini
luas lahan sekolah ini kurang dari 20.000 m2 karena
untuk meningkatkan akreditasi sekolah menjadi “A”
(akreditasi sekolah saat ini”B”) maka dibutuhkan luas
128
lahan minimal 20.000 m2. Beberapa bagian lahan didekat
sekolah adalah milik Desa Tanah Merah, sehingga penulis
merasa sangat perlu berkoordinasi dengan bapak Kepala
Desa. Hasil yang didapatkan dari koordinasi ini bahwa
Kepala Desa akan meneliti ulang prosedur hibah lahan
milik desa. Penulis merasa bersyukur bahwa penulis
mendapatkan dukungan penuh dari warga masyarakat
yang sebagian besar adalah dari warga asli suku Tidung
yang juga merupakan kelompok suku dimana penulis
berasal.

Gambar 6. Koordinasi Kepala Sekolah dengan Kepala Desa


Tanah Merah

Perbaikan pada tingkat kedisiplinan siswa dan guru


menunjukkan gejala yang menggembirakan, terbukti saat
penulis mewawancarai beberapa siswa, sebagian besar
mengatakan senang dengan perubahan terbaru di sekolah.
Guru dan Tenaga Kependidikan semakin rapi dan
menunjukkan peningkatan kedisiplinan. Penulis memilih
pendekatan humanis kepada guru dan siswa dan terbukti
efektif untuk mengurangi pelanggaran disiplin pada guru
dan siswa.
Secara eksplisit Bapak Kepala Cabang Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara
Wilayah Malinau dan Tana Tidung pun menyatakan
pujiannya atas perubahan nyata yang terjadi di SMA Negeri
2 Tana Tidung. Program Adiwiyata, Program Kerohanian

129
dan Apel Pagi berjalan dengan baik dan perlahan
menunjukkan hasil.
Untuk pembenahan kurikulum maka tiga minggu
setelah mengabdi, Penulis melaksanakan In House Training
Pengembangan Kurikulum 2013 dengan menyisipkan
kurikulum adiwiyata di dalamnya. Penulis berharap dalam
waktu satu tahun ke depan program adiwiyata berjalan
dengan baik dan sudah terintegrasi di dalam kurikulum
serta merupakan kegiatan kontekstual yang menjadi bahan
pembelajaran bukan hanya bagi peserta didik, tapi juga
bagi masyarakat di sekitar sekolah.

Gambar 7a dan 7b. Kegiatan Apel pagi sebelum memulai


kegiatan pembelajaran di Lokal 1 dan 2

Gambar 8. Kepala sekolah berfoto bersama seluruh dewan


guru dan pemateri In House Training Kurikulum 2013 dan
Workshop Sistem Kredit Semester

130
Program kerohanian yang kami laksanakan setiap hari di
sebuah ruangan kelas yang diubah menjadi mushala telah
menggerakkan hati seorang warga masyarakat yang
dengan ikhlas mewakafkan lahan miliknya untuk
digunakan membangun mushala. Penulis sangat
bersyukur bahwa dalam waktu hanya 6 bulan mengabdi di
sekolah ini sekolah ini mendapatkan banyak sekali
bantuan. Penulis sangat percaya dengan ungkapan,
“dimana ada kemauan disitu ada jalan”.

Gambar 9. Kegiatan Kerohanian di Lokal 1 dan Lokal 2

Selanjutnya Gerakan literasi sekolah sudah mulai


merambah pada kerjasama dengan Komunitas Forum
Tapal Batas untuk pendampingan kegiatan program literasi
di SMAN 2 Tana Tidung guna membangun budaya gemar
membaca dan menciptakan warga sekolah pembelajar dan
literat. SMAN 2 Tana Tidung telah memprogramkan bahwa
di akhir tahun 2019 kami sudah harus meluncurkan buku
hasil karya guru dan siswa.
Pada bulan Juni 2019, SMAN 2 Tana Tidung berhasil
mendapatkan bantuan pemerintah bidang kewirausahaan
melalui seleksi proposal. Hal ini sejalan dengan pikiran
penulis bahwa siswa harus dibekali dengan life skill karena
tidak semua lulusan SMAN 2 Tana Tidung bisa
melanjutkan kuliah. Mereka memilih sekolah di SMAN 2
Tana Tidung karena memang sekolah ini merupakan satu-
satunya satuan pendidikan menengah atas yang ada di

131
kecamatan Tana Lia. Program kewirausahaan diharapkan
mampu menciptakan entrepreneur-entrepreneur handal
yang mampu menja¬wab tantangan masa depan.

DAFTAR PUSTAKA
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar
Pengelolaan
Kholiq, N. 2017. Tantangan Dan Strategi Dalam Menggagas
Sekolah Unggul Masa Depan.[Internet] tersedia di
http://mkkssmajepara. blogspot.com/2012/01/
tantangan-dan-strategi-dalam-menggagas.html
Masita, Rahmawati, D., dan Rusman. 2018.Pengaruh
Solidasi Stakeholder terhadap peningkatan Mutu
Lembaga Pendidikan di SMP Muhammadiyah 15
Kenjeran Surabaya. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 7
No.1 Hal. 3-6.
Suharsaputra, U. 2010. Administrasi Pendidikan.
Bandung:PT. Refika Utama

132
Tentang Penulis

Sy. Camelia Faridah, S.P.,


M.A.P., dilahirkan di Tarakan,
Provinsi Kalimantan Utara, pada
tanggal 7 Agustus 1980.
Pendidikan Sekolah Dasar
diselesaikan di SD Negeri 001
Sembakung pada tahun 1992,
kemudian melanjutkan ke Sekolah
Menengah Pertama Negeri 1
Tarakan yang diselesaikan tahun
1995, selanjutnya menempuh
Pendidikan di Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Tarakan yang diselesaikan pada tahun 1998.
Pada tahun yang sama penulis di terima di Universitas
Brawijaya Malang pada Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang yang diselesaikan tahun 2002. Magister
Administrasi Publik diraih pada tahun 2016 dengan
predikat Cum Laude pada Program Pasca Sarjana
Universitas Terbuka. Prestasi Penulis sebagai Juara 2
Kepala Sekolah SMA Berdedikasi Tingkat Provinsi
Kalimantan Utara (2018), Juara 1 Kepala Sekolah SMA
Berprestasi Tingkat Provinsi Kalimantan Utara (2019),
Finalis Kepala Sekolah SMA Berprestasi Tingkat Nasional
(2019). Penulis bisa dihubungi melalui nomor HP
081256430887

133
MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU
UNTUK MENDONGKRAK PRESTASI
SISWA
Suhafrinal
SMA Negeri 3 Langsa, Provinsi Aceh
suhafrinalsma3@gmail.com

Pentingnya Guru Profesional di Sekolah


Siswa dan guru merupakan sosok utama dalam
proses pembelajaran di sekolah. Sedangkan ide
pembelajaran itu sendiri adalah untuk meningkatkan hasil
belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar seorang siswa
dapat dilihat dalam bentuk prestasi belajar yang diraihnya
setelah ia mengikuti rangkaian proses pembelajaran
bersama guru sebagai penentu arah pembelajrannya. Oleh
sebab itu peranan guru sangat menentukan terhadap
prestasi siswa di sekolah. Selain harus menguasai struktur
keilmuannya, guru juga harus berperan sebagai motivator
dan fasilitator bagi siswa. Sekitar 30% prestasi siswa
sangat ditentukan oleh profesionalitas gurunya
sebagaimana disebutkan oleh beberapa penelitian.
Karso, (1993) menyebutkan bahwa, proses
pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan komunikasi
antar manusia, yaitu antara guru pendidik dengan siswa
sebagai peserta didiknya maupun sesama siswa itu sendiri.
Komunikasi antara guru dengan siswa terjadi karena
situasi dan kondisi pembelajaran setiap bidang studi di
sekolah. Sedangkan pembelajaran dalam bidang sains
merupakan sebuah proses aktifitas yang berlandaskan
konstruktifisme konseptual berpikir yang harus terjadi
pada diri peserta didik, dengan arti kata bahwa
pembelajaran sains itu harus terjadi berpusat pada
keaktifan siswanya (student centered instruction) bukan
pada gurunya. Dengan demikian, seorang guru dituntut
harus mampu menguasai struktur keilmuan bidang studi
yang diampunya agar selalu terjadi konektivitas berpikir
dengan siswanya.
134
Tugas utama guru itu adalah mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi beberapa bidang kegiatan pembelajaran di
sekolah, baik akademis maupun non akademis. Salah satu
lomba yang identik dengan bidang akademis adalah OSN
(Olimpiade Sains Nasional). OSN merupakan suatu bentuk
kegiatan perlombaan siswa di sekolah dalam bidang ilmu
pengetahuan dengan sembilan mata pelajaran lombanya.
Lomba ini dilaksanakan mulai dari tingkat
kabupaten/kota, provinsi, nasional, dan bahkan sampai ke
internasional. OSN merupakan jenis lomba yang paling
bergengsi dalam dunia pendidikan SMA/MA. Ketika siswa
berprestasi dalam bidang OSN, maka hal ini cenderung
dianggap sebagai indikator kemajuan akademik sebuah
sekolah, dan siswa berprestasi tersebut berpeluang besar
masuk ke perguruan tinggi yang diminati sebagai bentuk
implikasinya.
Banyaknya siswa yang berprestasi dalam bidang OSN
di suatu sekolah, maka secara tidak langsung sekolah
telah mengantarkan siswa tersebut untuk terbiasa dengan
materi-materi pembelajaran HOTS (Higher Order of Thinking
Skill). Ditambah dengan pengaruh pendekatan STEM
(Science, Technology, Engineering, dan Mathematis) dalam
pembelajaran OSN, maka siswa cenderung belajar
berorientasi terhadap tuntutan global. Dengan kata lain,
proses pembelajaran OSN disamping bertujuan
mengembangkan potensi siswa sesuai standar pendidikan
juga sekaligus harus memenuhi tuntutan pasar atau siswa
lebih banyak berhadapan dengan tututan kegiatan
bagaimana dapat menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan. Dengan tuntutan demikian, maka guru di
sekolah secara otomatis selalu meng-update diri agar bisa
merawat keprofesionalannya. Artinya, guru selalu belajar
secara inovatif supaya guru dapat mengembangkan potensi
siswa dengan maksimal sehingga diharapkan siswa mampu
bersaing di era globalisasi sekarang ini.
Menghadapi era globalisasi bagi seorang guru adalah
sebuah keniscayaan. Artinya, guru harus memiliki
kompotensi pembelajaran yang uptudate. Guru juga harus
memiliki kemampuan serba digital terutama terkait dengan
perubahan iklim pembelajaran yang dilakukan bersama
135
siswanya. Perubahan iklim belajar sains yang sebelumnya
konvensional berubah ke arah pembelajaran berbasis
digital merupakan suatu keharusan guna menyongsong
pendidikan abad 21 dan revolusi industri 4.0. Hal ini
didasari karena hakikat pembelajaran sains adalah
pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan berpikir
siswa, baik itu meliputi sikap, proses, produk, dan
aplikasinya dalam menghadapi permasalahan
pembelajaran itu sendiri (Karso, 1993). Namun demikian,
realitas yang terjadi di banyak sekolah terutama di daerah-
daerah, pembelajaran seperti itu justru jarang terjadi.
Padahal harapan kita seharusnya terjadi pengembangan
berpikir siswa dalam bentuk kritikal, kreatifitas,
komunikatif, dan kolaboratif sebagai akibat dari stimulasi
pembelajaran sains yang dilakukan bersama gurunya.
Karakter bidang studi sains sangat berbeda jauh
dibanding kelompok bidang studi lainnya. Dari lima
struktur kerangka kurikulum di sekolah, pada umumnya
setiap sekolah tidak mengalami kesulitan yang begitu
berarti untuk berprestasi di bidang selain bidang studi
sains (OSN). Hampir semua sekolah dapat berprestasi
dengan mudah dalam bidang Olimpiade Olahraga Siswa
Nasional (O2SN), bidang kesenian yaitu Festifal dan Lomba
Seni Siswa Nasional (FLS2N), bidang kenegaraan dan
kepribadian yaitu Lomba Cerdas Cermat 4 Pilar (LCC 4
Pilar), dan bidang keagamaan yaitu Pentas Pendidikan
Agama Islam (Pentas PAI). Namun untuk berpretasi dalam
bidang studi sains (OSN) relatif banyak sekolah mengalami
kesulitan yang begitu berarti, termasuk SMA Negeri 3
Langsa.
Berdasarkan data perkembangan prestasi OSN
SMA/MA di Kota Langsa, diketahui bahwa hingga tahun
2016 prestasi OSN tingkat SMA/MA selalu juaranya
didominasi oleh SMA sekolah rujukan setiap tahunnya.
Sedangkan SMAN 3 Langsa sebagai sebuah sekolah
reguler, belum pernah mendominasi keunggulan bidang
sains tersebut. SMA Negeri 3 Langsa selama berdirinya
sejak tahun 1991 hanya banyak berprestasi di bidang
selain OSN, seperti FLS2N, LCC 4 Pilar dan Wawasan
kebangsaan, Olimpiade Bahasa Jerman, Pentas PAI, dan
O2SN yang hampir setiap tahunnya berprestasi ke
136
nasional. Terkait masalah prestasi OSN ini, kepala sekolah
mengimplementasikan tupoksinya baik sebagai managerial,
perencana, pengawas, maupun dalam memberi dukungan
dan fungsi sosialnya. Melalui guru-guru profesional di
bidangmya, sekolah berharap agar siswa meraih prestasi di
bidang OSN hingga ke kancah internasional dapat
terwujud.
Terdapat sembilan mata pelajaran dalam bidang sains
(OSN) yang rutin diperlombakan setiap tahunnya oleh
pemerintah, dilaksanakan secara nasional dan bahkan
internasional. Mata pelajaran yang diperlombakan tersebut
adalah matematika, kimia, biologi, fisika, ekonomi,
geografi, kebumian, astronomi, dan informatika/komputer.
Kesulitan siswa berprestasi di bidang sain (OSN) hampir
dialami setiap sekolah, ternyata tidak sedikit faktor yang
mempengaruhinya. Rendahnya prestasi OSN siswa SMA
negeri 3 Langsa ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah guru pelatih OSN yang kurang
profesional, input siswa sainsnya yang rendah, kurang
daya dukung pembelajaran, program kegiatan sekolah
belum maksimal, dan lainnya. Namun penulisan ini hanya
fokus terhadap upaya peningkatan profesional guru dalam
bidang sain (OSN) di SMAN 3 Langsa.

Strategi EKSAK dan POSI Sebagai Wadah Peningkatan


Profesional Guru
EKSAK (Ekstrakurikuler Sains Klab) merupakan
suatu bentuk kegiatan belajar tambahan bidang studi
sains secara kelompok yang dilakukan di sekolah pada
waktu sore hari setelah siswa pulang ke rumahnya
beristirahat akibat kelelahan belajar di pagi hingga
siangnya. Muchlisin Riadi (2019) mengatakan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler atau ekskul adalah kegiatan
tambahan dilakukan di luar jam pelajaran, yang dilakukan
baik di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk
mendapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan, dan
wawasan serta membentuk karakter siswa sesuai dengan
minat dan bakat masing-masing. Pelajaran tambahan ini
berlaku pada sembilan bidang studi sains yang
diperlombakan dalam bentuk klab belajar di bawah
bimbingan guru sains masing-masing. Sebagaimana juga
137
disebutkan oleh Syaiful Anam (2014) bahwa
ekstrakurikuler adalah kegiatam yang dilakukan oleh para
siswa sekolah atau universitas di luar jam belajar
kurikulum standar.
POSI (Pelatihan Olimpiade Sains Indonesia) adalah
merupakan suatu lembaga pendidikan non formal yang
bergerak di bidang bimbingan belajar bagi mereka yang
ingin menggeluti lebih dalam bidang ilmu pengetahuan
atau sains, baik itu terhadap guru maupun siswa. Kegiatan
POSI ini dibimbing oleh tenaga profesional bidang sains
dengan latar belakang berasal dari berbagai perguruan
tinggi ternama di Indonesia, dan dilaksanakan di kota
Medan. Artinya, bahwa kegiatan EKSAK dan POSI ini
merupakan kegiatan sebagai persiapan bagi guru dan
siswa untuk menghadapi lomba OSN yang diselenggarakan
oleh institusi pendidikan yang disebut di atas. Persiapan
kegiatan ini melibatkan seluruh komponen sekolah baik
kepala sekolah dan tenaga kependidikan, guru, siswa,
orang tua, dan unsur penunjang lainnya.
Konsep sederhananya kegiatan EKSAK dan POSI
adalah, bahwa kegiatan ini melibatkan guru dan siswa dari
hasil seleksi berdasarkan kemampuan sains masing-
masing. Artinya, guru sebagai pelatih diseleksi berdasarkan
hasil Uji Kompetensi Guru (UKG). Sedangkan siswa
diseleksi melalui tes kemampuan dengan
mempertimbangkan hasil prestasi belajar dari sekolah
sebelumnya. Setelah penentuan tim OSN masing-masing
bidang lomba, maka masing-masing bidang diberi nama
seperti EKSAK matematika, EKSAK Fisika, EKSAK
ekomomi dan lainnya sesuai nama bidang studi OSN.
Kemudian mereka diberikan jadwal pelatihan EKSAKnya.
Mereka melaksanakan pelatihan EKSAK pada sore hari di
sekolah. Selanjutnya, guru pelatih OSN dikirim ke POSI
untuk mendapatkan pelatihan sains. Menjelang OSK
(Olimpiade Sains Kota/Kabupaten), dan OSP (Olimpiade
Sains Provinsi) siswa juga diberi kesempatan mengikuti
pelatihan OSN di POSI. Lebih kongkritnya dapat dilihat
pada prosedur berikut :

138
P r o s e d u r U m u m P r o g r a m P e n i n g k a t a n
P r e s t a s i O S N
1) Melakukan persiapan dan sosialisasi terkait model pembinaan
OSN
2) Rapat kerja tim penjamin mutu OSN, penyusunan alokasi
anggaran OSN sekolah.
3) Pendampingan pelaksanaan pemenuhan mutu OSN,
4) Peningkatan mutu OSN sesuai rencana pemenuhan yang telah
disusun,
5) Pengembangan jejaring sekolah dan pengembangan model
pembinaan bidang OSN
6) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kebijakan terkait
pembinaan OSN,
7) Pelaporan

Prosedur Khusus Program


Peningkatan Prestasi OSN
1) Upaya rekrutmen peserta didik juara Olimpiade SMP
ketika PPDB.
2) Seleksi kemampuan sains terhadap siswa berpotensi
sains setiap tahun ajaran baru.
3) Penetapan guru pembina OSN untuk sembilan
bidang studi perlombaan
4) Jadwal kegiatan pelatihan EKSAK bagi siswa terpilih
di sekolah
5) Pengiriman guru pelatih untuk kegiatan pelatihan
OSN ke POSI
6) Pengiriman siswa untuk kegiatan pelatihan OSN ke
POSI
7) Kegiatan OSPO (Olimpiade Sains Pra OSK) sebagai
uji lomba OSN
8) Kegiatan uji lomba pra-OSK secara on-line
9) Kegiatan karantina siswa menghadapi
OSK/OSP/OSN.
10) Apresiasi dan publikasi, serta pemberian reward
pada siswa dan guru prestasi OSN.
RKAS (Rencana Kerja Anggaran
Sekolah) Terkait OSN
Sebagaimana prosedur umum berlaku untuk semua
kegiatan di sekolah, maka untuk program peningkatan
prestasi OSN melalui kegiatan EKSAK dan POSI memang
menuntut anggaran biaya yang relatif tidak sedikit.
Anggaran tersebut meliputi kegiatan untuk keperluan
139
siswa, guru, dan biaya paket belajar di POSI seperti brosur
di bawah ini :

Gambar 1. Brosur Pelatihan Intensif OSN Bagi Guru dan Siswa di


POSI Medan

Kegiatan POSI membutuhkan biaya sebagaimana


tertuang dalam brosur pendaftaran POSI di atas.
Sedangkan biaya EKSAK realisasinya seperti untuk
transfortasi guru dan konsumsi kegiatan. Artinya, kegiatan
EKSAK dan POSI untuk sembilan bidang studi OSN
memerlukan biaya yang relatif tidak sedikit. Dengan kata
lain, rincian untuk kegiatan-kegiatan tersebut adalah
seperti transfortasi tenaga pendidik, siswa, konsumsi, dan
termasuk buaya kegiatan OSPO, serta biaya paket belajar
di POSI. Semua anggaran diperoleh dari sumber dana yang
ada di sekolah yaitu dana BOS dan sumbangan komite
sekolah. Program EKSAK dan POSI mulai dilaksanakan di
SMAN 3 Langsa yaitu tahun 2017, 2018 dan 2019.

140
Realisasi Program
Pelaksanaan program utamanya adalah diawali
pengiriman guru pelatih OSN untuk penguatan materi di
POSI (Gambar 2a), Kemudian guru tersebut kembali
bergabung memberikan pelatihan terhadap siswa peserta
OSN di sekolah dalam kegiatan EKSAK yang terjadwal.
Kegiatan ini merupakan bagiam dari upaya mewujudkan
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) dalam upaya
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru.
Mendekati jadwal perlombaan OSK, sekolah mengirimkan
siswa untuk pelatihan OSN ke POSI dan kemudian
dipastikan berjalannya kegiatan belajar siswa di POSI
secara intensif (Gambar 2b).

Gambar 2. a. Pelatihan Guru Pembina OSN SMAN 3 Langsa di


POSI, b. Pelatihan Siswa OSN SMAN 3 Langsa di POSI

Kebersamaan guru dan siswa dalam kegiatan EKSAK


memperlihatkan jalinan rasa tanggung jawab bersama
dalam mendukung program sekolahnya. Sebelum
menghadapi OSK siswa diberi kesempatan mengikuti pra
141
OSK di Unimed dan USU (OSPO). Sekolah juga melakukan
kegiatan interaktif sesama guru-guru pembina OSN di
Medan dengan saling berbagi pengalaman yang berguna
dalam upaya peningkatan prestasi OSN. Dengan
membangun tradisi kebersamaan yang saling berbagi
demikian, maka dengan sendirinya berpengaruh terhadap
terbentuknya karakter siswa yang kuat. Artinya, siswa
akan memiliki sikap toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokrasi, rasa igin tahu, menghargai prestasi,
bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan dan sosial, serta sikap tanggung jawab yang
kuat.
Menjelang lomba, tim OSN menghadap kepala sekolah
untuk mendapatkan suntikan semangat atau motivasi
mengahadapi perlombaan. Kepala sekolah sesuai
tupoksinya baik sebagai managerial, perencana, pengawas,
dan pemberi dukungan serta fungsi sosialnya dalam
kegiatan selalu memberikan perhatian penuh. Hal ini
dilakukan sebagai wujud sikap bahwa sekolah berprestasi
itu lahir dari sebuah komitmen kepala sekolah yang
berprestasi. Hal ini sesuai motto SMA Zonasi “Maju
Bersama Hebat Semua”.
Selanjutnya, setiap upacara senin senantiasa
dijadikan kepala sekolah sebagai wadah untuk
mengapresiasi siswa dan gurunya. Seperti terlihat dalam
gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3. Kepala sekolah mengapresiasi siswa berprestasi di


Upacara senin sekolah

142
Sekalipun siswa yang berprestasi sudah mendapatkan
hadiah dari pihak terkait, namun kepala sekolah tetap
mengapresiasi dengan menambah pemberian hadiah
berupa sertifikat dan uang pembinaan lainnya sesuai
mekanisme yang ada di sekolah. Siswa tersebut juga
dipublikasi melalui banner yang dipajang di sekolah.
Sedangkan guru pembina yang anak binaannya lolos ke
tingkat nasional, kepala sekolah mengapresiasinya dengan
mengikutsertakan guru tersebut menjadi pendamping
siswa ke nasional. Hal ini dilakukan sekolah sebagai wujud
penghargaan terhadap guru yang berhasil dalam membina
siswa.
Di samping itu, SMA Negeri 3 Langsa senantiasa
berbenah diri secara bertahap agar sekolah terakreditasi
semakin baik dengan memanfaatkan sumber dana dan
dukungan yang ada. Asumsinya, ketika akreditasi sekolah
semakin baik, dengan sendirinya berpengaruh besar
terhadap upaya peningkatan kualiatas pendidikan itu
sendiri. Proses akreditasi itu meliputi pembenahan yang
multisektor terhadap sebuah sekolah dengan mengacu
pada 8 standar pendidikan yang harus dipenuhi sekolah
secara ideal. Dengan demikian, upaya pemerintah dalam
meningkatkan profesional guru tidak berjalan sendiri. Hasil
dari semua ini bermuara pada peningkatan prestasi siswa.

Peningkatan Prestasi OSN Siswa SMA Negeri 3 Langsa


Tabel 1. Prestasi OSN Siswa SMAN 3 Langsa di 3 tahun
Terakhir

Nomor Tahun Prestasi Prestasi Prestasi


Kota Provinsi Nasional
1 2017 27 siswa 4 siswa 1 siswa
2 2018 27 siswa 6 siswa -
3 2019 27 siswa 10 siswa -

Dari tabel 1 di atas dijelaskan bahwa pada tahun


2017, ada 4 orang siswa berprestasi ke provinsi, dan 1
orang diantara siswa tersebut lolos ke nasional atas nama
Hilwa Fachri di bidang informatika/computer yang
pelaksanaannya di Provinsi Riau. Kemuadian tahun 2018,
berhasil meraih tiket OSN Provinsi sebanyak 6 orang siswa.
143
Selanjutnya, tahun 20l9 berhasil 10 orang siswa meraih
tiket OSN ke tingkat Provinsi.
Jika dibuat perbandingan prestasi OSN siswa SMAN 3
Langsa dengan siswa SMA sekolah rujukan, maka dapat
dikatakan adanya peningkatan prestasi dalam waktu 3
tahun sebelum dan sesudah program EKSAK dan POSI
dijalankan di SMAN 3 Langsa (Tahun 2014 s/d 2016
dengan Tahun 2017 s/d 2019). Dengan demikian, terbukti
program kegiatan EKSAK dan POSI bagi guru dan siswa
ternyata berhasil dilaksanakan di SMA Negeri 3 Langsa
dengan hasil prestasi OSN yang sangat memuaskan.
Sekalipun ketika PPDB, input siswa juara OSN SMP pada
umumnya mereka memilih masuk ke SMA sekolah
rujukan, ternyata siswa OSN SMAN 3 langsa masih bisa
membuktikan dirinya melalui bimbingan guru. Padahal
sekolah rujukan merupakan sebagai sekolah barometer
keberhasilan OSN tingkat SMA/MA di kota Langsa.
Terjadinya peningkatan prestasi yang sangat
memuaskan bidang OSN SMAN 3 Langsa dapat dilihat dari
perbandingan peningkatan prestasinya dengan SMA
Sekolah Rujukan. Logikanya, dengan kenaikan prestasi
suatu sekolah secara signifikan maka dengan sendirinya
pasti ada penurunan prestasi sekolah lainnya. Lebih
jelasnya lihat pada gambar 4 di bawah ini.

Gambar 4. Grafik Perbandingan Peningkatan Prestasi OSN


SMAN 3 Langsa dengan SMA Sekolah Rujukan.

144
Keberhasilan program di atas, tidak terlepas dari
dukungan orang tua dan komite sekolah yang selalu hadir
berkoordinasi ke sekolah ketika diundang sebagai bentuk
partisipasi aktifnya. Bukti partisipasinya terwujud dengan
adanya peningkatan sumbangan komite lebih 100 % dari
Rp 20.000 menjadi Rp 50. 000. Ditambah lagi dengan
partisipasi dari orang tua siswa OSN dalam bentuk
pembayaran biaya paket belajar di POSI yang relatif sangat
besar, baik ketika persiapan OSK maupun saat persiapan
OSP (Olimpiade Sains Provinsi). Partisipasi orang tua itu
terwujud didasari dari kesepakatan bersama di dalam
acara pertemuan pihak sekolah dengan orang tua. Dalam
hal ini, pihak sekolah menawarkan pemberian subsidi
biaya paket belajar di POSI dengan ketentuan untuk
persiapan OSK disubsidi 25% dari biaya total paket
belajarnya. Sedangkan untuk persiapan OSP disubsidi 75%
dari biaya paket belajar peserta yang mau ikut kegiatan
pelatihan di POSI tersebut. Artinya, untuk persipan OSK di
POSI orang tua bayar 75% dan untuk persiapan OSP di
POSI orang tua hanya bayar 25% dari total biaya paket
belajar.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa kebijakan
kegiatan belajar bagi anak-anak di POSI tersebut hanya
dalam bentuk pilihan bukan wajib. Artinya pihak sekolah
hanya menawarkan dengan mengundang orang tua
masing-masing anak yang terlibat peserta lomba OSN
untuk membicarakan bersama bagaimana upaya agar
anakpun ikut belajar di POSI. Dengan harapan, siswa dan
guru dapat saling merasakan dan berbagi pengalaman
belajar di POSI tersebut. Semua ini dapat dilakukan
sekolah karena juknis BOS mengakomodir kegiatan
demikian.
Namun demikian, untuk belajar di POSI tidak semua
guru bersedia dikirim ke sana karena ada juga guru yang
merasa malu dengan kompetensi yang dimilikinya ketika
berhadapan dengan instruktur di POSI. Oleh karenanya,
pihak sekolah hanya memberikan kesempatan belajar pada
guru yang punya kemauan tinggi untuk belajar, dan
terhadap guru tersebut sekolah membayar penuh biaya
paket belajarnya dari sumber yang ada. Kemudian terkait
dengan adanya paket belajar POSI secara online, maka
145
untuk mendukung kegiatan persiapan OSN agar lebih
efektif lagi, pihak sekolah melakukan penambahan
kapasitas wifi di sekolah agar bisa belajar online yang lebih
interaktif bersama POSI baik sebelum maupun sesudah
kegiatan POSI di Medan tersebut.
Berdasarkan bahasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa program peningkatan prestasi OSN melalui kegiatan
EKSAK dan POSI di sekolah dapat meningkatkan aktifitas
belajar guru. Dengan berkolaborasinya guru-guru pelatih
OSN sekolah bersama instruktur POSI, kemudian
ditambah dengan intensitas EKSAK ternyata memberi
dampak positif terhadap meningkatnya profesional guru
sains di SMAN 3 Langsa. Kemudian secara tidak lansung
kegiatan ini berimplikasi terhadap kemampuan guru dalam
proses pembelajaran setiap harinya di sekolah. Apalagi
dalam menyongsong pendidikan abad 21 dan revolusi
industri 4.0, di mana sains merupakan hal terkait dengan
pembelajaran HOTS dan STEM. Dengan kata lain, bahwa
kegiatan ini sejalan dengan program Pengembangan Profesi
Bekelanjutan (PKB) yang dilakukan dalam bentuk
Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP). Dengan ini
semua, akhirnya berimplikasi terhadap siswa, guru, dan
sekolah lainnya. Tidak kalah pentingnya lagi adalah bahwa
hasil ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi dinas
pendidikan. Kepedulian dinas pendidikan sangat
diperlukan dalam program terpadu terkait upaya
peningkatan prestasi siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Karso. 1993. Dasar-Dasar Pendidikan Mipa, Departemen
Pendidikan Kebudayaan, Jakarta
Syaiful, A. 2014. Ekstrakurikuler, Pengertian, Tujuan dan
Fungsinya, E-mail : anam.untagbwi@gmail.com
Muchlisin, R. 2019. Fungsi, Pengertian, Tujuan, dan Jenis-
jenis Ekstrakurikuler, https//www.kajianpustaka.com

146
Tentang Penulis

Drs. Suhafrinal, M.Pd. lahir di


Padang Pariaman, 3 Maret 1967.
Pendidikan : SD di SDN 1 Pariaman
(1980), SMP di SMPN 1 Pariaman
(1983), SMA di SMAN 1 Pariaman
(1986), dan pendidikan sarjana S1
Jurusan Pendidikan Olahraga di IKIP
Padang (1991) serta kemudian
melanjutkan pascasarjana S2 Jurusan
Pendidikan Olahraga di UNP Padang
(2007). Penulis dapat dihubungi melalui HP.085297149222

147
MEWUJUDKAN SEKOLAH SEHAT
DENGAN PRILAKU HIDUP BERSIH
DAN SEHAT (PHBS)

Kun Andrasto
SMAN 3 Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat
kunandrasto1964@gmail.com

Pentingnya Mewujudkan Sekolah Sehat


Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di
masyarakat Indonesia masih merupakan masalah yang
serius. Hal ini dikarenakan pengetahuan mengenai hidup
sehat sangat dipengaruhi berbagai faktor kebiasaan-
kebiasaan awam yang masih dilakukan oleh generasi
terdahulu.
Pendidikan merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia
yang berkualitas. Mengingat melalui proses pendidikan,
seseorang akan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang akan dapat digunakan untuk dapat
berkontribusi dalam pembangunan maupun dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat lainnya. Untuk
dapat mencetak peserta didik menjadi generasi yang
berkualitas, maka dibutuhkan suatu konsep pendidikan
yang berkualitas. Salah satu unsur penting untuk dapat
mewujudkannya yaitu melalui konsep Sekolah Sehat.
Sekolah Sehat adalah sekolah yang berhasil membantu
peserta didik untuk unggul secara optimal dengan
mengedepankan aspek kesehatan.
Kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi
untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
(SDM) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan pada
hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
148
Sekolah Sehat selalu berusaha membangun
kesehatan peserta didiknya, baik kesehatan jasmani
maupun kesehatan rohani. Melalui pengenalan,
kemampuan dan tingkah laku sehingga peserta didik dapat
mengambil keputusan terbaik untuk kesehatan mereka
sendiri secara mandiri.
SMA Negeri 3 Mataram yang berdiri pada tahun 1974
sampai saat ini, untuk mewujudkan Sekolah Sehat melalui
PHBS tidaklah mudah, ada beberapa kendala, di antaranya
: kurang kompaknya warga sekolah terutama dalam
menyatukan persepsi antara guru, guru dengan karyawan,
warga sekolah dengan orang tua wali peserta didik.
Beragamnya karakter peserta didik, dan tingkat kesadaran
terhadap lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan
sehat. Dampak yang terjadi adalah : terjadinya sentimentil
pribadi antar, guru, karyawan, orang tua dan peserta didik,
sehingga untuk mewujudkan Sekolah Sehat dengan PHBS
menjadi kurang berjalan lancar, utamanya dalam urusan
kebersihan lingkungan sekolah, kebersihan toilet dan
kebersihan kelas.
Ada beberapa solusi yang diterapkan dalam
meminimalkan dampak yang terjadi di SMA Negeri 3
Mataram untuk mewujudkan Sekolah Sehat, antara lain :
1) Melakukan hubungan kerjasama antar sekolah
dengan pihak-pihak lain : Komite Sekolah,
Kelurahan, Tim Pembina Sekolah Sehat Pemerintah
Daerah Kota/Provinsi.
2) Mengadakan rapat koordinasi sekolah dengan pihak
terkait : Komite Sekolah, Kelurahan dan Tim
Pembina Sekolah Sehat. Adapun tujuan rapat
koordinasi untuk menyusun bersama mengenai
kegiatan dalam melaksanakan PHBS demi
terwujudnya Sekolah Sehat di SMA Negeri 3
Mataram.

149
Gambar 1 : Rapat Koordinasi di SMA Negeri 3 Mataram

Rapat koordinasi ini diharapkan dapat menghasilkan


beberapa kegiatan, langkah-langkah dan rekomendasi
terkait dengan PHBS.

3) Diadakan pembinaan terhadap peserta didik, kader


kesehatan, guru dan karyawan oleh Tim Pembina
antara lain :
Pembinaan dari Dinas Kesehatan
Pembinaan dari Dinas Kesehatan Kota Mataram,
menyampaikan materi tentang pentingnya Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada peserta didik
dan kader kesehatan yang didampingi guru pembina
dan wali kelas. Salah satunya adalah program Trias
UKS, agar peserta didik dan kader kesehatan
memahami dan dapat memberikan contoh pada
teman-temannya.

150
Gambar 2. Pembinaan oleh Tim dari dinas kesehatan
kota mataram

Pembinaan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan


(BPOM)
Tim dari BPOM melakukan sosialisasi pada peserta didik
SMAN 3 Mataram yang di dampingi oleh guru pembina dan
wali kelas. Adapun materi yang disosialisasikan terkait
dengan makanan, jajanan, minuman, yang layak dan tidak
layak untuk dikonsumsi. Menguji makanan, jajanan,
minuman yang dijual dikantin sekolah agar peserta didik
SMAN 3 Mataram mengetahui makanan, jajanan, minuman
yang layak dan tidak layak untuk dikonsumsi serta yang
berbahaya bagi kesehatan.

Gambar 3. Pembinaan oleh Tim BPOM

151
Pembinaan dari Badan Narkotika Nasional (BNN)
Provinsi NTB
Materi yang disampaikan pada peserta didik di SMA
Negeri 3 Mataram dengan tema : Generasi Muda Target
Sosialisasi Bahaya Narkoba. Bahaya Narkoba perlu
pencegahan sejak dini karena pengguna narkoba sebagian
besar adalah usia produktif, tujuannya adalah :
memberikan pengetahuan tentang bahaya narkoba, serta
upaya pencegahan berkembangnya penggunaan Narkoba di
tengah masyarakat. Mengingat bahaya Narkoba adalah
tugas bersama, maka BNN juga mengajak Bapak, Ibu Guru
untuk mengawasi jangan sampai peserta didiknya
terjerumus.
Dalam penyampaiannya, BNN memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk bertanya, sehingga
peserta didik lebih memahami bahaya dan pencegahan
terhadap Narkoba.

Gambar 4. Sosialisasi tentang Bahaya Narkoba dari BNN Prov.


NTB kepada siswa SMA Negeri 3 Mataram

Kegiatan pembinaan dengan PHBS di SMAN 3


Mataram diharapkan dapat mewujudkan sekolah sehat dan
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:
a. Bagi Kepala Sekolah
Sangat bermanfaat dalam upaya meningkatkan

152
profesianalisme sebagai Kepala Sekolah yang mampu
memanage sekolah yang menjadi tanggung jawabnya,
kelak dapat dijadikan suritauladan kepada guru,
karyawan dan steakholder yang ada. Disamping itu
dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan bagi
sekolah lain yang akan melaksanakan sekolah sehat
b. Bagi Peserta Didik
Dengan lingkungan yang bersih dan sehat
peserta didik akan lebih nyaman dalam mengikuti
proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di
luar kelas yang dilaksanakan oleh guru akan
berdampak positif terhadap mutu pendidikan dan
prestasi peserta didik.
Sekolah sehat pada prinsipnya terfokus pada usaha
bagaimana membuat sekolah tersebut memiliki kondisi
lingkungan belajar yang normal (tidak sakit) baik secara
jasmani maupun rohani. Hal ini ditandai dengan situasi
sekolah yang bersih, indah, tertib, dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan dalam kerangka mencapai kesejah-
teraan lahir dan batin setiap warga sekolah. Dengan begitu,
sekolah sehat memungkinkan setiap warganya dapat
melakukan aktivitas yang bermanfaat, berdaya guna dan
berhasil guna untuk sekolah tersebut dan lingkungan di
luar sekolah.
Adapun Standar Sekolah Sehat yaitu :
1) Memiliki lingkungan sekolah bersih, indah, tertib,
rindang dan memiliki penghijauan yang memadai.
2) Memiliki tempat pembuangan dan pengelolaan
sampah yang memadai dan representatif.
3) Memiliki air bersih yang memadai dan memenuhi
syarat kesehatan.
4) Memiliki kantin dan petugas kantin yang bersih dan
rapi, serta menyediakan menu bergizi seimbang.
5) Memiliki saluran pembuangan air tertutup dan tidak
menimbulkan bau tak menyenangkan.
6) Memiliki ruang kelas yang memenuhi syarat kese-
hatan (ventilasi/AC dan pencahayaan cukup).
7) Memiliki ruang kelas yang representatif dengan ratio
kepadatan jumlah siswa di dalam kelas adalah 1: 2
m2.

153
8) Memiliki sarana dan prasarana pembelajaran meme-
nuhi standar kesehatan, kenyamanan dan
keamanan.
9) Memiliki ruang dan peralatan UKS yang ideal.
(tersedia tempat tidur; timbangan berat badan, alat
ukur tinggi badan, snellen chart; kotak P3K berisi
obat; lemari obat, buku rujukan, KMS, poster-
poster, struktur organisasi, jadwal piket, tempat cuci
tangan/wastafel, data angka kesakitan siswa;
peralatan perawatan gigi, unit gigi; contoh-contoh
model organ tubuh, rangka torso dan lain-lain).
10) Memiliki toilet (WC) dengan ratio untuk siswi 1 : 25
dan siswa 1: 40.
11) Memiliki taman/kebun sekolah yang dimanfaatkan
dan diberi label (untuk sarana belajar) dan pengo-
lahan hasil kebun.
12) Memiliki kurikulum pembelajaran yang baik bagi
tumbuh kembang siswa.
13) Memiliki kehidupan sekolah yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kekeluargaan.
14) Memiliki pola hidup bersih, higienis dan sehat
Sejalan dengan perubahan waktu, SMA Negeri 3
Mataram yang telah berusia 45 tahun dalam hitungan
tahun kalender pendidikan, kondisi sekolah pun
mengalami perubahan, SMA Negeri 3 Mataram dari tahun
1974 sampai tahun 2019 telah melahirkan lulusan
sebanyak 45 (empat puluh lima) lulusan SMA Negeri 3
Mataram, telah memberi dampak pada perubahan kondisi
sekolah, baik perubahan kearah yang lebih baik, atau
kadang mungkin ada ditemukan terjadi perubahan pada
kondisi yang kurang optimal, seperti halnya kondisi
sekolah sebelum dilaksanakannya Program PHBS.
Adapun strategi untuk mewujudkan Sekolah sehat
melalui pembudayaan prilaku sehat dapat di ilustrasikan
dalam bentuk diagram sebagai berikut:

154
Beberapa kondisi sekolah dalam pelaksanakan
Program PHBS tahun 2018 / 2019, antara lain:
a. Kondisi Prilaku Peserta Didik
Kondisi Peserta Didik secara umum dalam
pelaksanaan program pengembangan PHBS masih
ditemukan banyak kekurangan, antara lain :
1) Masih ada peserta didik yang tidak mencuci tangan
pakai sabun.
2) Masih ada sebagian peserta didik yang membuang
sampah tidak pada tempatnya.

Gambar 5. Gambar 6.
Siswa cuci tangan tidak pakai Siswa membuang sampah tidak pada
sabun tempatnya
155
b. Kondisi umum ditinjau dari sudut pandang
pengembangan Program PHBS
Berdasarkan ilustrasi di atas, kondisi sekolah
untuk pengembangan Program PHBS tentunya belum
memenuhi standar kelayakan sebagaimana yang
diungkapkan dalam kata-kata sambutan Mendiknas
pada saat pembukaan Rakernas UKS Ke-IX di Bali
tahun 2008, sekolah sebagai tempat belajar tidak saja
memerlukan lingkungan bersih dan sehat untuk
mendukung berlangsungnya proses kegiatan belajar
mengajar, tapi diharapkan mampu membentuk peserta
didik yang memiliki derajat nilai kesehatan yang baik.
Ungkapan bijak mengatakan“ Lingkungan sekolah
bersih, indah, sehat, dan asri mendukung
terwujudnya tujuan pendidikan “.
Sekolah sehat adalah sekolah yang berhasil
membantu peserta didik berprestasi optimal dengan
mengedepankan aspek kesehatan. Bercermin pada
realita yang ada, untuk mewujudkan Sekolah Sehat
dengan PHBS di SMA Negeri 3 Mataram, dapat
diwujudkan.

Program PHBS Dalam Mewujudkan Sekolah Sehat


Gambaran umum kegiatan-kegiatan sekolah dalam
pelaksanaan pengembangan Program PHBS dalam wadah
UKS untuk tahun pelajaran 2018/2019. Bentuk-bentuk
kegiatan kami kelompokkan sebagai berikut:
1) Trias Program UKS
a. Penyelenggaraan Pendidikan Kesehatan, meliputi: 1)
Peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
untuk senantiasa berperilaku hidup sehat; 2)
Penanaman perilaku/ kebiasaan hidup sehat dan
daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar;
serta 3) Pelatihan dan penanaman pola hidup
sehat.
b. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Sekolah,
meliputi: 1) Pemeriksaan penjaringan kesehatan
peserta didik; 2) Pemeriksaan berkala; 3)
Pengobatan ringan, P3K maupun P3P; 4)
Pencegahan penyakit, imunisasi, pemberantasan
sarang nyamuk, PHBS, Pendidikan Kecakapan
156
Hidup Sehat, 5) Penyuluhan sekolah dan konseling;
6) Pelayan kesehatan termasuk Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR); 7) Pengawasan
Warung Sekolah;
c. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah, baik
fisik, mental, social maupun lingkungan itu sendiri
,dilakukan oleh Tim Pelaksana UKS bekerjasama
dengan UPTD Dinas Kesehatan Kecamatan.
- Pelaksanaan 7K (Kebersihan, Keindahan,
Kenyaman, Ketertiban, Keamanan, Kerindangan,
dan Kekeluargaan);
- Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan
lingkungan termasuk bebas asap rokok;
- Pembinaan kerjasama masyarakat dengan warga
sekolah.

2) Program Khusus Pendidikan Kesehatan


SMA Negeri 3 Mataram melaksanakan program
kegiatan ini melalui kegiatan kurikuler yang dikemas
dalam setiap mata pelajaran maupun kegiatan
ekstrakurikuler melalui kegiatan-kegiatan khusus
dalam wadah UKS. Dalam pelaksanaannya di
lapangan, kegiatan-kegiatan yang telah dirumuskan
diarahkan untuk mencapai lebih dari satu tujuan.
Dilakukan secara sebagian-sebagian atau secara
terpadu dengan mengedepankan aspek efektif dan
efisien dengan mengerahkan sumber daya yang ada.
Program khusus ini antara lain: Penyelenggaraan diklat
dan pengadaan dokter sebaya sebanyak 10 % dari
jumlah total peserta didik.

3) Manajemen Pengelolaan UKS


a) Dibentuknya Tim Pelaksana UKS;
b) Dibuatnya Rencana Kegiatan Secara Terprogram;
c) Dibuatnya Laporan Pelaksanaan Kegiatan; dan
d) Adanya Pengawasan Secara Terpadu.
4) Pelaksanaan UKS TerhadapPesertaDidik
a) Pemeriksaan Kebersihan Peserta Didik ;
b) Pemeriksaan Kesehatan Peserta Didik;
c) Persentase Absensi Sakit; dan
d) Pengukuran Tumbuh Kembang Peserta Didik
157
5) PelaksanaanPengembangan Program PHBS
Indikatornya terdiri dari:
a) Strata Pratama yaitu Pemeliharaan rambut
bersih dan rapi, Berpakaian bersih dan rapi,
Pemeliharaan kuku selalu pendek dan bersih,
Pemakaian sepatu bersih dan pantas, Olah raga
teratur dan terukur, Pemberantasan jentik
nyamuk.
b) Strata Madya yaitu Semua perilaku tahap
Pratama, Penggunaan jamban bersih dan sehat,
Penggunaan sarana air bersih, Cuci tangan
pakai sabun dengan air mengalir, Memilah
pembuangan sampah (sampah kering, basah)
c) Strata Utama yaitu Semua perilaku di tahap
Madya, Mengkonsumsi jajanan sehat di Kantin
Sekolah, Menimbang berat dan mengukur tinggi
badan, Tidak merokok di sekolah; dan Tidak
menggunakan Napza.

Gambar 7. Sosialisasi sekolah sehat

Waktu
Waktu pelaksanaan program selama 1 (satu) tahun
pelajaran, dibedakan menjadi: 1) Kegiatan yang
dilaksanakan setiap hari kerja; 2) Kegiatan yang
dilaksanakan sekali dalam seminggu; 3) Kegiatan yang
dilaksanakan sekali dalam sebulan; 4) Kegiatan yang
dilaksanakan sekali dalam setiap semester; 5) Kegiatan
158
yang dilaksanakan sekali dalam setahun.

Metode dan Pendekatan


Metode yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan ini, yaitu: 1) Metode Pembelajaran; 2) Metode
Pelatihan; 3) Metode Pembimbingan; 3) Metode
Pembiasaan; serta, 4) Metode Keteladanan. Adapun
pendekatan yang dilakukan meliputi pendekatan secara
Induksi dan Deduksi.

Pengorganisasian Tim Pelaksana UKS SMA Negeri 3


Mataram
Demi kelancaran pelaksanaan program ini, maka
dibentuklah Tim Pelaksana UKS SMA Negeri 3 Mataram
yang memiliki tugas, fungsi, dan tanggung jawab penuh
terhadap suksesnya pelaksanaan program kegiatan ini.

Uraian Kegiatan
Secara terperinci kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam tahun pelajaran 2018/2019, adalah
sebagai berikut: 1) Kerjasama dengan puskesmas; 2)
Pemanfaatan lahan kosong; 3) memelihara kebersihan
WC; 4) Penimbangan (pengukuran berat dan tinggi badan);
5) Penilaian kelas sehat; 6) Lomba cerdas cermat materi
kesehatan, dan; 7) Konsultasi dan koordinasi dengan
pihak terkait.
Kegiatan-kegiatan itulah telah dapat kami laksanakan
serta kami dokumentasikan untuk selanjutnya kami
jadikan bahan refleksi atau renungan, mengingat dengan
segala keterbatasan tentunya terasa banyak sisi kurang
yang butuh sentuhan demi penyempurnaan dikemudian
hari.

HASIL YANG DIPEROLEH


1. Kondisi Sekolah setelah dilaksanakannya program
PHBS
1) Lahan
Tata kelola lahan sedikit demi sedikit telah
mendapat sentuhan.Lahan yang semula terabaikan,
kini sudah dimanfaatkan dengan ditanami beragam
159
tanaman, ada apotek hidup, dapur hidup, warung
hidup, tanaman hias, rumput hijau, dan tanaman
lain yang terkesan asri.

2) Kondisi Perilaku Peserta Didik


Melalui berbagai kegiatan dalam pengembangan
program PHBS yang secara intensif dilaksanakan
selama 1 (satu) tahun, terlihat adanya perubahan.
Demikian juga terhadap perilaku/ pola hidup yang
sebelumnya terkesan kurang baik, pada saat ini
terlihat adanya perubahan-perubahan ke arah yang
lebih baik dan bermakna dengan beberapa
indikator seperti: Siswa terbiasa membuang
sampah pada tempatnya, Cuci tangan pakai sabun
sebelum makan, Mengkonsumsi makanan atau
jajanan yang sehat

2. Hasil Dampak
Dampak pelaksanaan PHBS terhadap prestasi
peserta didik
Dengan modal kebersaamaan, kecintaan, dan
keempatian, kondisi fisik , mental, sosial, dan perilaku
seluruh warga sekolah khususnya pencanangan visi
sekolah sebagaian kecil bisa diwujudkan walau masih
jauh dari kesempurnaan. Indikator positif
pengembangan PHBS, antara lain:
1) Memiliki kemampuan dasar tentang ilmu
kesehatan, termasuk perilaku hidup bersih sehat
dan teratur sesuai dengan perkembangan dan
karakter peserta didik;
2) Memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip
hidup sehat;
3) Memiliki keterampilan melaksanakan hal-hal
yang berkaitan dengan pemeliharaan,
pertolongan, dan perawatan kesehatan;
4) Memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari
sesuai dengan syarat kesehatan;
5) Memiliki kemampuan menularkan PHBS dalam
kesehariannya;

160
6) Mengerti dan mampu menerapkan prinsip-prinsip
pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan
kesehatan.
7) Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk
dari luar;
8) Memiliki tingkat kesegaran jasmani dan derajat
kesehatan yang optimal serta mempunyai daya
tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2019,
dalamhttps://www.bulelengkab.go.id/detail/artikel/
pembinaan-sekolah-sehat-75, diakses tanggal 23 Mei
2019 Pukul 13.40 Wita
Draf Penulisan Laporan Best Practice Pengawas/
KepalaSekolah. 2017. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Tenaga Kependidikan Dikdasmen. Direktorat
Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Nurkholis, 2017.Integritas Nilai Kearifan Lokal Panca
Saloka Madura Dalam Manajemen Sekolah Menuju
Sekolah Berprestasi, Tlogosari: SDN Pakisan 1.
Tim Sekolah Sehat, 2018, Propil Sekolah Sehat, SMAN 3
Mataram.
Kementerian Kesehatan RI., Pedoman Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat. Jakarta, Kementerian Kesehatan,
2011.
Maryuni, A., Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Jakarta ;
Trans Info Media, 2013.
Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Republik
Indonesia, Riset Kesehatan Dasar, Jakarta, 2013.

161
Tentang Penulis :
Kun Andrasto, S.Pd., di lahirkan di
Sragen, 15 April 1964, Pendidikan
Sekolah Dasar di SD Mojo Sragen
tamat tahun 1977, kemudian
melanjutkan Pendidikan Menengah
Pertama di SMPN 2 Sragen, tamat
tahun 1981, melanjutkan Pendidikan
Menengah Atas di SMA Saverius
Sragen, tamat tahun 1984,
melanjutkan studi D3 Pendidikan
Biologi di Universitas Mataram tamat
tahun 1987, selanjutnya menyelesaikan S1 Pendidikan
Biologi di Universitas Terbuka (UT) tamat tahun 2002. Di
angkat sebagai Kepala Sekolah pada tahun 2011 di SMA
Negeri 8 Mataram sampai tahun 2014, di SMA Negeri 2
Mataram tahun 2014-2016, di SMK Negeri 8 Mataram
tahun 2016-2018, di SMA Negeri 3 Mataram tahun 2018
sampai sekarang. Penulis bisa dihubungi di HP/WA:
081805789375

162
STRATEGI UNTUK MEWUJUDKAN
SEKOLAH PARTISIPATIF PEDULI DAN
BERBUDAYA LINGKUNGAN
Elvina Trisyawati
SMA Negeri 6 Sigi, Sulawesi Tengah
elvinatrisyawati2704@gmail.com

Pentingnya Partisipasi Sekolah dalam Melestarikan


Lingkungan
Pendidikan adalah merupakan aspek terpenting
dalam membangun peradaban suatu bangsa. Upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia melalui
pendidikan sangatlah ditentukan oleh kebijakan Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia yang dapat menjamin
kualitas sumberdaya manusia yang dapat bersaing dalam
era globalisasi yang hampir tidak mengenal batas-batas
antar wilayah suatu negara. Mampu berada dalam suatu
persaingan global dan bertahan adalah wujud dari
keunggulan suatu bangsa yang mampu mengelola
sumberdaya alam dan kemampuan mencipta
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan bagi Bangsa Indonesia
adalah diterbitkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 itu dijelaskan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dalam mewujudkan hal tersebut maka SMA Negeri 6
Sigi sebagai salah satu sekolah yang ada di Kabupaten Sigi
Propinsi Sulawesi Tengah berupaya untuk melaksanakan
proses pembelajaran yang berkualitas sehingga dapat
163
menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di era
globalisasi. Proses pembelajaran di SMA Negeri 6 Sigi yang
terdiri dari 805 orang siswa yang terdiri dari 22 rombongan
belajar, memerlukan kerjasama dan dukungan yang
optimal dari seluruh warga sekolah dan stakeholder baik
dari masyarakat maupun Dunia Usaha dan Dunia Kerja di
lingkungan SMA Negeri 6 Sigi serta Pemerintah Daerah
setempat.
Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dari
kemampuan atau kompetensi yang dimiliki lulusan suatu
lembaga pendidikan. SMA Negeri 6 Sigi adalah sekolah
yang melaksanakan Program Sekolah Berbasis
Lingkungan sehingga dalam pembelajarannya berupaya
menerapkan Pendidikan Keunggulan Lokal yang pada saat
ini difokuskan pada Budi Daya Tanaman anggrek spesies
kawasan Taman Nasional Lore Lindu, pelestarian
Lingkungan dan Pengelolaan Green House dan penataan
lingkungan di wilayah sekolah serta penanaman nilai–nilai
lingkungan hidup dalam seluruh kegiatan baik kegiatan
pembelajaran maupun ekstrakulikuler.
Strategi yang diterapkan sekolah dalam mewujudkan
SMA Negeri 6 Sigi yang berwawasan lingkungan antara
lain: (1) Adanya Visi dan Misi Sekolah yang memuat upaya
pendidikan lingkungan Hidup yang merupakan hasil
kesepakatan seluruh warga sekolah. (2) Melaksanakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran
Muatan Lokal tentang Budidaya tanaman anggrek spesies
Taman Nasional Lore Lindu. (3) Mengintegrasikan
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam pembelajaran.
(4) Menanamkan sikap peduli lingkungan kepada seluruh
warga sekolah agar memiliki rasa peduli terhadap
kebersihan lingkungan. (5) Mengkondisikan suasana
pembelajaran dalam lingkungan yang asri, nyaman, sehat
dan bersih.

Rumusan Visi dan Misi SMA Negeri 6 Sigi


Tujuan Pendidikan Nasional adalah berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
164
Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
Kompetensi yang tersirat maupun tersurat dalam
tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan dasar
merupakan amanah yang harus diwujudkan oleh satuan
pendidikan, yaitu kompetensi yang dimiliki para
lulusannya. Kompetensi tersebut sesuai dengan
Permendiknas No. 23 Tahun 2006, tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), yang meliputi Standar Lulusan
Satuan Pendidikan (SKL-SP), Standar Kompetensi
Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP) dan Standar
Kompetensi Mata Pelajaran (SK-MP). Berdasarkan Standar
Kompetesi Lulusan dan Kondisi Obyektif satuan
pendidikan, arah pengembangan SMAN 6 Sigi dapat
dicermati melalui visi dan misi sekolah sebagai berikut:
Visi: Terwujudnya SMA Negeri 6 Sigi yang Neriman,
Bertaqwa, Berkarakter, Menguasai Iptek dan Berbudaya
Lingkungan.
Sedangkan misi yang diemban adalah:
1) Mengoptimalkan pembinaan Keagamaan
2) Melaksanakan berbagai kegiatan yang mendorong
timbulnya rasa nasionalisme dan patriotisme.
3) Mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki
sekolah untuk mendukung terselenggaranya
pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran yang efektif
dan efesien.
4) Menciptakan iklim dan kultur sekolah yang kondusif
bagi tumbuhnya budaya jerja, disiplin, tertib,
teratur, bersih, sehat, santun dan produktivitas
kinerja sekolah.
5) Meningkatkan semangat dan komitmen seluruh
warga sekolah untuk mewujudkan sekolah
Adiwiyata.
6) Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan
pembelajaran yang efektif, menyenangkan,
mengasyikkan, menyehatkan, mencerdaskan dan
bermutu, untuk menyiapkan peserta didik yang
memiliki: Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa; Ahlak mulia (tata krama dan budi
165
pekerti); Dasar-dasar keilmuan yang kuat sehingga
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
tuntutan pendidikan prestasi akademik dan non
akademik; Dasar-dasar keterampilan yang cakap
dan unggul sesuai potensi daerah sehingga memiliki
daya saing yang tinggi di dunia kerja; Kemampuan
berbahasa Inggris dan Arab; Jiwa patriotisme dan
semangat kebangsaan; Rasa tanggung jawab,
kebersamaan, kekeluargaan, dan persatuan antar
seluruh warga sekolah, komite, masyarakat dan
hubungan silaturahmi lintas sektoral; Menguasai
teknologi informasi dan komunikasi
7) Mengoptimalkan pemanfaatan taman kelas, green
house serta hutan sekolah sehingga tercipta suasana
sekolah yang sejuk, nyaman dan kondusif untuk
belajar.

Kurikulum Pelajaran Muatan Lokal Budidaya Anggrek


Spesies
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan
potensi daerah termasuk keunggulan daerah.
Pengembangan muatan lokal di SMA Negeri 6 Sigi
memperhatikan keterkaitan muatan lokal dengan potensi
sumber daya alam daerah, potensi sumber daya manusia,
potensi geografis, potensi budaya dan potensi historis.
Dalam menentukan jenis muatan lokal harus
berdasarkan kajian dari analisis potensi sekolah dan
potensi luar sekolah serta ketersedian tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, ketersedian sumber dana,
ketersediaan sarana dan prasarana, tidak menimbulkan
kerawanan sosial, keamanan serta tidak bertentangan
dengan agama dan nilai luhur bangsa/daerah yang
diperlakukan oleh lingkungan sekitar.
Mata pelajaran muatan lokal bertujuan agar siswa-
siswi sebagai generasi muda penerus bangsa memiliki
kesadaran akan pelestarian lingkungan alam. Agar siswa-
siswi dapat secara arif dan bijaksana memanfaatkan
potensi alam yang terdapat dalam kawasan hutan atau
Taman Nasional Lore-Lindu tanpa merusak ekosistem
hutan yang terdapat dalam areal kawasan.
166
Berdasarkan hasil kordinasi kepada pihak terkait dan
setelah melakukan kajian dan studi yang mendalam
terhadap berbagai aspek yang memungkinkan untuk
melakukannya, maka SMAN 6 Sigi memutuskan untuk
memilih budidaya tanaman anggrek sebagai konsep yang
akan dikembangkan pada mata pelajaran Muatan Lokal
(mulok) sekaligus menyediakan rumah praktek budidaya
anggrek yang juga sebagai tempat penangkaran anggrek
spesies yang diperoleh dari kawasan Taman Nasional Lore
Lindu
Pembelajaran budidaya anggrek dalam mata pelajaran
muatan lokal di SMAN 6 Sigi diharapkan dapat
memberikan manfaat kepada siswa-siswi sehingga memiliki
pengetahuan tentang teknologi budi daya tanaman anggrek
serta membangun kemandirian berwirausaha pada
tanaman anggrek.
Pembelajaran budidaya anggrek spesies dalam mata
pelajaran muatan lokal dilakukan secara berjenjang dan
sistematis sesuai dengan kompetensi dan tingkat kelas
peserta didik. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang disusun pada mata pelajaran mulok disusun
berdasarkan aspek relevansi dengan keilmuan tentang
budidaya anggrek beserta aspek yang terkait dengannya,
termasuk aspek ekonomi hingga ruang lingkup pemasaran
dari tanaman anggrek. Sehingga dengan demikian
diharapkan dapat membentuk wirausaha-wirausaha muda
dalam bidang tanaman hias, khususnya tanaman anggrek.
Susunan struktur kurikulum pembelajaran budidaya
anggrek melalui mata pelajaran muatan lokal dijelaskan
sebagai berikut: Siswa-siswi di tingkat kelas X, diberikan
pemahaman tentang pengenalan tanaman anggrek sebagai
tanaman hias yang memiliki potensi baik potensi
pariwisata ataupun potensi ekonomi. Diharapkan siswa-
siswi sejak awal memiliki ketertarikan pada tanaman
anggrek. Sebagai langkah awal dalam pembelajaran di
kelas X, maka dibutuhkan tersedianya tanaman anggrek
sebagai bahan pembelajaran. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, maka SMAN 6 Sigi melakukan kerjasama dengan
pihak Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu untuk
menyediakan tanaman anggrek. Selain itu, tanaman
anggrek juga diperoleh dari penugasan siswa-siswi untuk
167
mencari tanaman anggrek di sekitar kawasan hutan
tempatnya berada. Hal ini dimaksudkan juga sebagai
bagian pembelajaran kepada siswa-siswi terkait materi
tentang habitat asli tanaman anggrek beserta
keanekaragaman jenisnya. Selain itu, siswa-siswi pada
tingkat X juga diberikan pemahaman tentang pertumbuhan
tanaman anggrek beserta cara perawatannya. Struktur
kurikulum kelas X terdiri dari 3 Standar kompetensi dan
13 Kompetensi Dasar dengan alokasi waktu 52 jam
pelajaran.
Selanjutnya siswa kelas XI, diberikan pemahaman
tentang perbanyakan tanaman anggrek yang dilakukan
melalui kultur jaringan tanaman. Disamping itu juga
diberikan pemahaman tentang bagaimana pertumbuhan
tanaman hasil kultur di habitat aslinya. Sehingga
diharapkan siswa-siswi dapat memiliki kompetensi untuk
membudidayakan tanaman anggrek hasil kultur sehingga
tidak perlu lagi secara terus-menerus mengambil anggrek
dari hutan. Struktur kurikulum kelas XI terdiri dari 2
Standar kompetensi dan 11 Kompetensi Dasar dengan
alokasi waktu 52 jam pelajaran.
Siswa pada kelas XII, selanjutnya diberikan
pemahaman tentang aspek ekonomi hingga ruang lingkup
pemasaran dari tanaman anggrek. Diharapkan siswa-siswi
dapat memiliki jiwa kewirausahaan dalam bidang anggrek.
Sehingga dapat membentuk wirausaha- wirausaha muda
dalam bidang tanaman hias, khususnya tanaman anggrek.
Struktur kurikulum kelas XII terdiri dari 4 Standar
kompetensi dan 14 Kompetensi Dasar dengan alokasi
waktu 48 jam pelajaran.
Dalam melaksanakan pembelajaran muatan lokal
sebagai upaya konservasi anggrek spesies, maka
diperlukan suatu tempat penangkaran dan budi daya
anggrek spesies berupa green house. Untuk itu SMA Negeri
6 Sigi menyediakan rumah praktek budi daya anggrek
spesies yang bertempat di dalam lingkungan sekolah SMA
Negeri 6 Sigi. Pada bulan September 2014 telah didirikan
green house anggrek spesies dengan luas 18 m2. Selama
tahun 2015 hingga tahun 2016, SMA Negeri 6 Sigi telah
berhasil melakukan budidaya (perbanyakan) tanaman
anggrek. Untuk menampung banyaknya tanaman anggrek
168
hasil perbanyakan, maka dilakukanlah penambahan
ruangan untuk budidaya anggrek sebanyak 6 ruang.
Sehingga saat ini telah terdapat 13 bilik/ruang untuk
budidaya tanaman anggrek dengan luas dari 18 m2
menjadi 81 m2.

Gambar 1. Green house budidaya tanaman anggrek

Pengintegrasian Pendidikan Lingkungan Hidup Dalam


Pembelajaran
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) harus diterapkan
dalam semua aspek atau proses yang berjalan dalam suatu
satuan pendidikan, baik yang sifatnya akademis maupun
non akademis. Dalam kegiatan kurikuler, PLH
diintegrasikan dalam mata pelajaran, atau dengan kata
lain PLH tidak dilakukan dengan membentuk mata
pelajaran baru. Penerapan pendidikan lingkungan hidup di
sekolah diarahkan kepada munculnya kesadartahuan
tentang kondisi lingkungan disertai harapan adanya
perubahan gaya hidup dan perilaku yang ramah
lingkungan. Ujung tombak dalam pengintegrasian PLH
dalam pembelajaran ini adalah guru, karenanya guru
memainkan peran yang sangat penting dalam keberhasilan
aktivitas ini. Dibutuhkan kreativitas dan ketelitian guru

169
dalam menentukan materi pelajarannya masing-masing
yang dapat diintegrasikan nilai-nilai PLH. Peran guru ini
dapat tercermin dalam pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukannya. Berikut beberapa mata pelajaran yang
mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup
dalam proses pembelajarannya:
Tabel 1. Daftar mata pelajaran yang terintegrasi dengan
materi PKLH
No Mata Nilai-nilai Pendidikan Lingkungan
Pelajaran Hidup
1. PA. Islam Q.S. Al-Araf:56. Tentang Kerusakan
Lingkungan
2. PA. Kristen Keluarga menjadi berkat bagi lingkungan
3. Penjaskes Pergaulan sehat pada remaja
4. PKWU Wirausaha produk kerajinan untuk pasar
global berbahan limbah
5. Seni Berkarya seni rupa tiga dimensi berbahan
Budaya limbah plastik
6. Biologi Mengelompokkan jenis tanaman tertentu
untuk membentuk keanekaragaman hayati
Mempelajari/mengidentifikasi
sarana/prasarana dalam green house dan
penganggrekan.
7. Fisika Pemanasan global dan dampaknya bagi
kehidupan
8. Kimia Daur ulang sampah, Menjelaskan jenis-jenis
sampah dan pengklasifikasiannya
9. Sejarah Mendeskripsikan dan menganalisis
munculnya Revolusi Hijau di Indonesia dan
perkembangannya.
10. Geografi Sebaran flora dan fauna serta upaya
pelestariannya
11. Matematika Memuat isu lingkungan dalam latihan soal
yang diberikan, misalnya tentang
kemungkinan pohon yang tumbuh. Dalam
hal ini pesan moral lingkungan hidup
tersampaikan melalui latihan-latihan soal.
12. Bhs. Text Analytical Exposition tentang bencana
Inggris alam, siklus hidrologi
13. Bhs. Membuat puisi tentang keindahan alam
Indonesia

170
Penanaman Sikap Peduli Lingkungan Kepada Seluruh
Warga Sekolah
Untuk mewujudkan karakter peduli dan berbudaya
lingkungan dibutuhkan keterlibatan semua unsur warga
sekolah yang ada di dalam lingkungan sekolah, yaitu
peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, orang tua
dan masyarakat. Dibutuhkan sikap positif atau komitmen
tinggi dari warga sekolah untuk didorong dan
dikembangkan sehingga menjadi kekuatan pendorong
dalam pencapaian tujuan (Wahjosumidjo, 2010:184).
Diharapkan seluruh warga sekolah berpartisipasi aktif
dalam gerakan kepedulian terhadap lingkungan. Untuk
lebih memastikan keberhasilan program ini dibutuhkan
program secara terencana dan terkontrol. Kebijakan kepala
sekolah dalam hal ini berupa penyusunan jadwal dan
pembagian lokasi penataan lingkungan. Semua wilayah
dalam lingkungan sekolah tidak boleh ada yang luput dari
pembagian penataannya. Misalnya suatu kelas, siswanya
diatur sedemikian rupa untuk dapat menata, merawat dan
membersihkan ruang kelas, taman yang ada di sekitar
kelas ditambah lagi lokasi taman diluar lingkungan
kelasnya masing-masing. Yang dimaksud dengan taman di
luar lingkungan kelas disini adalah seperti taman di sekitar
kantor, ruang guru, laboratorium fisika, laboratorium
biologi, laboratorium kimia, laboratorium bahasa,
laboratorium komputer, perpustakaan, mushollah, gudang,
ruang BK, ruang OSIS, dan lapangan-lapangan olah raga.
Jadi setiap kelas akan mendapatkan dua kaplingan taman
untuk ditata dan dirawat. Ini menjadi suatu kebanggaan
tersendiri, karena dalam menjaga kebersihan dan
keindahan, sekolah tidak perlu mempekerjakan pekerja
khusus atau cleaning service. Seluruh siswa, dengan
kesadaran sendiri dan dengan penuh rasa tanggung jawab
yang melakukannya. Sehingga harapan internalisasi nilai-
nilai peduli lingkungan dapat terpenuhi.

171
Gambar 2. Kerja bakti dan berbudaya lingkungan

Pelibatan warga sekolah dalam upaya


menumbuhkembangkan kepedulian lingkungan juga
dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti masing-
masing kegiatan ekstrakurikuler mendapatkan
pengalokasian taman-taman tertentu untuk ditata dan
dirawat, misalnya ekskul Sispala menangani taman Ruang
Terbuka Hijau, ekskul PMR menangani green House
tanaman anggrek, ekskul PIK-R menanganiToga (tanaman
obat-obatan keluarga), ekskul Pramuka mengani taman
hutan sekolah, kebun organik, taman bank sampah dan
lain-lain.
Sikap peduli lingkungan lainnya juga dapat terlihat
dari perilaku warga sekolah antara lain siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler seperti pengelolaan sampah
dengan baik dan tepat dalam bentuk program 3 R (Reduce,
Reuse dan Recycle). Program 3 R adalah merupakan suatu
sistem pengelolaan/pemilahan/pengolahan sampah.
Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu
yang menyebabkan timbulnya sampah, dapat dilakukan
dengan cara menggunakan atau memilih produk, wadah
atau kantong yang dapat digunakan berulang-ulang atau
dengan menghindari pemakaian suatu bahan sekali pakai.
Reuse (menggunakan kembali) yaitu kegiatan pemanfaatan
kembali sampah secara langsung, baik untuk fungsi yang
sama atau fungsi lain. Recycle (mendaur ulang) yaitu
memproses sampah menjadi produk yang setengah baru

172
atau benar-benar baru dalam hal bentuk maupun
kegunaan.

Gambar 3. Bank Sampah dan Ruang Terbuka Hijau

Upaya penumbuhan sikap peduli lingkungan kepada


orang tua dan masyarakat dilakukan dengan upaya
pelibatan orang tua dan masyarakat dalam kegiatan-
kegiatan sekolah. Seperti misalnya pada peringatan hari
pohon sedunia, sekolah memperingatinya dengan membuat
kegiatan penanaman pohon dengan melibatkan seluruh
siswa, dewan guru, orang tua siswa, pemerintah
kecamatan, LSM peduli lingkungan dan pendidikan dan
masyarakat sekitar. Bibit pohon penghijauan dan tanaman
produktif yang merupakan bantuan dari dinas terkait
dibagi untuk ditanam di lingkungan sekolah dan beberapa
desa di sekitar lingkungan sekolah. Sehingga berdampak
pada tampilan lingkungan sekolah dan sekitarnya yang
asri, hijau dan teduh.

Mengkondisikan Suasana Pembelajaran dalam


Lingkungan yang Asri, Nyaman, Hijau, Sehat dan
Bersih.
Keberhasilan suatu program atau gerakan di suatu
sekolah tergantung pada bagaimana komitmen warga
warga sekolah untuk mengembangkan prinsip partisipatif.
Komunitas sekolah terlibat dalam manajemen yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran masing-
masing. Selain itu, seluruh kegiatan harus dilakukan

173
secara terencana dan terus menerus sevara komprehensif.
Gerakan sekolah berwawasan lingkungan dilakukan
dengan melibatkan semua pihak untuk berpartisipasi
langsung dalam mewujudkan lingkungan sekolah yang
asri, nyaman, sehat dan bersih. Dengan situasi yang
kondusif ini, diharapkan proses belajar mengajar di
sekolah dapat terlaksana dengan efektif dan efesien
sehingga tujuan pendidikan dapat terwujud dan prestasi
siswa dapat diraih.

Gambar 4. Kebersihan Lingkungan yang asri, nyaman, sehat dan


bersih.

Terbangunnya Sekolah Partisipatif Perduli dan


Berbudaya Lingkungan
Setelah menerapkan kebijakan ini, kepedulian warga
sekolah terhadap lingkungan meningkat. Peningkatan
kepedulian siswa, guru, pegawai dan masyarakat
membawa dampak yang cukup besar untuk prestasi
sekolah. Hasil-hasil positif yang diperoleh melalui
penerapan strategi ini adalah:
1. Terwujudnya sekolah yang bersih, indah, sehat
dan nyaman.
Sekolah dengan penampilan yang prima akan
menimbulkan rasa percaya diri bagi warganya,
memberi kesan pada suasana nyaman serta
kondusif untuk kegiatan belajar mengajar ataupun
aktivitas lainnya.

174
2. Bertumbuhnya sikap peduli dan berbudaya
lingkungan.
Pendidikan lingkungan adalah pendidikan yang
mengajarkan siswa untuk mengenal lingkungan dan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
lingkungan. Kesadaran akan pentingnya sikap
positif ini pada akhirnya menjadi suatu kebutuhan.
Jika suatu sekolah sudah mencapai tahapan ini,
maka upaya memelihara serta meningkatkan mutu
lingkungan akan terwujud.
3. Perolehan berbagai prestasi
Prestasi yang diperoleh siswa dalam lomba OSN,
O2SN, FLS2N dan lomba-lomba lainnya. SMAN 6
Sigi telah berhasil mengikutkan siswa dalam kancah
lomba FLS2n tingkat nasional cabang Nyanyi solo
putri pada tahun 2015 di Palembang, cabang Cipta
Puisi dan Baca Puisi pada tahun 2016 di Manado,
dan cabang baca puisi di Kupang pada tahun 2017.
Selain itu SMAN 6 Sigi pernah memperoleh medali
emas pada lomba O2SN cabang silat tingkat provinsi
Sulawesi Tengah dan lanjut ke tingkat nasional pada
tahun 2015 di Kupang, NTT.
4. Mendapat penghargaan dari Pemerintah Kabupaten
Sigi atas kegiatan Penangkaran Anggrek Spesies
Endemik sebagai Upaya Penyelamatan Lingkungan
Hidup di Kabupaten Sigi pada tahun 2017.
5. Sekolah Adiwiyata.
Terpilihnya SMAN 6 Sigi sebagai Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) Tingkat
Kabupaten Sigi pada tahun 2017, dan sekolah
Adiwiyata Tingkat Propinsi Sulawesi Tengah pada
tahun 2018. Pada tahun 2019 ini akan dinaikkan
Calon Penerima Penghargaan Kalpataru.
Penghargaan Kalpataru merupakan penghargaan
tertinggi yang diberikan Pemerintah Indonesis
kepada individu maupun kelompok yang dinilai
berjasa dalam merintis, mengabdi, menyelamatkan
dan membina upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan kehutanan. SMAN 6 SMAN
Sigi telah diusulkanoleh Dinas Lingkungan Hidup
175
Kabupaten Sigi sebagai Calon Penerima
Penghargaan Lingkungan Hidup Nasional
KALPATARU Tahun 2018 dengan Kategori
Penyelamat Lingkungan.
6. Konservasi Eksitu Anggrek Spesies
Mendapat penghargaan dan Trophy dari Balai Besar
Taman Nasional Lore Lindu dalam upaya Pelestarian
Taman Nasional Lore Lindu melalui Konservasi
Eksitu Anggrek Spesies Taman Nasional Lore Lindu
pada tahun 2018. Konservasi Eksitu adalah
konservasi yang melindungi spesies tumbuhan
ataupun hewan langka yang terancam punah
dengan mengambil dari habitat yang tidak aman
dengan menempatkan ke tempat perlindungan
manusia. Tujuan konservasi eksitu anggrek spesies
adalah untuk mencegah terjadinya kepunahan
beberapa jenis anggrek yang sudah langka. Cara
yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan
mendirikan kebun koleksi anggrek spesies yang
merupakan hasil pelaksanaan mata pelajaran
muatan lokal Budi daya anggrek.

Gambar 5. Penerimaan Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat


Kabupaten dan Provinsi.

Setelah menghadapi kendala dan dengan dukungan


berbagai pihak dalam mewujudkan sekolah berwawasan
lingkungan, maka sekolah dapat mencapai hasil yang
diharapkan. Selanjutnya perlu diterapkan alternatif
kebijakan dalam pengembangan sekolah, antara lain:

176
Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna mendapat
dukungan dalam melaksanakan program sekolah.
Mensosialisasikan program sekolah berwawasan dan
berbudaya lingkungan kepada masyarakat guna menjalin
keterlibatan masyarakat untuk turut mendukung program
sekolah. Untuk lebih menjamin keberlanjutan program
sekolah yang berwawasan lingkungan perlu dilakukan
upaya meningkatkan kesadaran warga sekolah bersama-
sama masyarakat untuk ikut serta bertanggungjawab
terhadap upaya pelestarian lingkungan serta mewujudkan
lingkungan yang bersih dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com. Gerakan Bersih dan
senyum, dimulai dari budaya 3 R (reduce, reuse,
recycle). Diambil pada Rabu 25 September 2019 pukul
5.10 WIB.
Tim Pengembang Kurikulum, 2017. Dokumen 1:
Kurikulum SMA Negeri 6 Sigi Tahun Pelajaran
2017/2018, Palu, SMA Negeri 6 Sigi.
Tim Penyusun, 2006. Standar Isi. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006, Jakarta, Badan Standar Nasional
Pendidikan.
Tim Penyusun, 2006. Standar Kompetensi Lulusan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2006, Jakarta, Badan
Standar Nasional Pendidikan.
Tim Penyusun, 2005. Taman Nasional Lore-Lindu, Palu,
Balai Taman Nasional Lore-Lindu.
Thobroni M, 2016, Belajar & Pembelajaran: Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wahjosumidjo, 2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah,
Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.

177
Tentang Penulis

Elvina Trisyawati, S.Pd.,


M.Pd. Lahir di Jakarta 27
April 1968. Lulus SD Negeri
4 Palu pada 1981, lulus
SMP Negeri 3 Palu pada
1984. Lulus SMA Negeri 1
Palu pada 1987.
Melanjutkan kuliah S1 di
Universitas Tadulako Palu
jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris, dan lulus tahun
1994. Menempuh
pendidikan S2 pada
Magister Pendidikan Bahasa
Inggris di Universitas
Tadulako lulus tahun 2010.
Penulis dapat dihubungi
melalui HP: 085241430131

178

Anda mungkin juga menyukai