Anda di halaman 1dari 167

KUMPULAN KISAH SUKSES

KEPALA SEKOLAH SD

EDITOR:
Dr. Fathur Rahim, M.Pd

Penerbit:
Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

ii
KUMPULAN KISAH SUKSES KEPALA SEKOLAH SD

Editor:
Dr. Fathur Rahim, M.Pd

ISBN:
978-602-52537-4-4

Desain Sampul dan Tata


Letak: Hasbullah

Redaksi:
Ged. D Lt. 14 Jl. Pintu 1, Senayan Jakarta Pusat; Jakarta, Indonesia
Telp. (021) 57974125
Email: kesharlindung.tendik@kemdikbud.go.id

Cetakan I, November 2019

Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang


memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan
dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

iii
PRAKATA

Gelombang peradaban keempat yang sering kita sebut


sebagai era Revolusi Industri 4.0 telah menghadirkan
tantangan-tantangan baru bagi dunia pendidikan. Bahkan
tantangan-tantangan tersebut bergulir secara cepat setiap
saat, semakin kompleks dan kadang sulit diprediksi. Karenanya
di era ini, setiap orang yang menggeluti profesi di bidang
pendidikan, apapun posisi dan perannya dituntut untuk
memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara khusus bagi
kepala sekolah dan pengawas sekolah sebagai pemegang
kunci eksistensi dunia pendidikan pada level praksis. Mereka
dituntut untuk senantiasa secara kritis merefleksikan gagasan-
gagasan, cara-cara kerja dan hasil-hasil pendidikan yang
telah mereka lakoni dan yang telah diraihnya selama ini.
Tantangan khusus bagi kepala sekolah dan pengawas
sekolah adalah bagaimana membangun visi, menggeser
paradigma dan menyesuaikan kerangka kerja mereka dalam
menggeluti tugas-tugas profesi di era millenial ini. Mereka
dihadapkan pada tantangan dan problem yang tidak linier
yang membutuhkan kreativitas yang tinggi untuk menemukan
solusi yang akurat. Bagian akhir dari dinamika tantangan
tersebut adalah bagaimana seorang kepala sekolah maupun
pengawas sekolah melakukan konversi seluruh sumber daya
termasuk ekosistem sekolah dengan penetrasi teknologi
menjadi sebuah layanan pendidikan yang bermutu dan
berdaya saing.
Dalam rangka mendukung upaya tersebut, pemerintah
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah
menempuh kebijakan strategis dengan melakukan reposisi
atau transformasi peran dan tugas seorang kepala sekolah.
Reposisi ini pada hakikatnya adalah upaya pemerintah untuk
mengoptimalkan tata kelola satuan pendidikan dan sekaligus
memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada kepala
sekolah untuk berinovasi. Peran baru dimaksud, juga
bermakna sebagai peningkatan level otoritas yang
memungkinkan seorang kepala sekolah lebih percaya diri
mengerahkan seluruh sumber daya pendidikan yang
dimilikinya dalam rangka mewujudkan visi sekolahnya.
Buku Kumpulan Kisah Sukses yang merupakan karya
kolaboratif ini patut mendapatkan apresiasi. Terlepas dari

iv
kelebihan maupun kekurangannya, buku ini telah
menghadirkan perspektif praksis yang beragam sekaligus unik
tentunya. Untuk itu, kami atas nama Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor dan semua pihak yang telah mendedikasikan
waktu, pikiran dan tenaga hingga terbitnya buku Kumpulan
Kisah Sukses ini.

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan


Dr. Supriano

v
KATA PENGANTAR

Menulis pada dasarnya mengasah nalar dan merapikan


gagasan-gagasan kreatif. Menulis juga merupakan produk
kreativitas karena aktivitas ini merupakan bauran yang
kompleks antara dimensi-dimensi kualitas kemanusiaan
seseorang. Di dalamnya tercakup kemampuan berpikir kritis,
kualitas literasi informasi, dan pemecahan masalah. Selain
sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, bagi seorang
profesional, menulis adalah salah satu cara efektif untuk
merawat keprofesian. Tak terkecuali tentunya kepala sekolah
dan pengawas sekolah. Mereka menempati posisi kunci dalam
urusan tata kelola pendidikan pada level satuan pendidikan.
Karenanya, menulis memiliki relevansi yang tinggi terhadap
profesi kepala sekolah maupun pengawas sekolah.
Sebagai Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan, saya
memberikan apresiasi yang tinggi atas karya kreatif kepala
sekolah dan pengawas sekolah yang dikemas dalam buku
Kumpulan Kisah Sukses ini. Disadari bahwa saat ini, semakin
kuat kecenderungan model hipertext mendominasi dunia
literasi melalui apa yang disebut dengan kultur digital. Namun
dinamika itu tentu saja tidak akan menegasikan sama sekali
keberadaan buku konvensional. Karya ini diharapkan dapat
memberikan pencerahan profesional di kalangan tenaga
kependidikan khususnya kepala sekolah dan pengawas
sekolah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih kepada para
penulis, editor, Tim Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam seluruh rangkaian proses penerbitan buku ini. Semoga
buku ini memberikan manfaat dan nilai tambah dalam
memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
masyarakat.

Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan


Dr. Santi Ambarrukmi, M.Ed

vi
DAFTAR ISI

PRAKATA ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................ vii

Supervise Akademikkepalasekolah Berbantuan


Strategi Problem Nets .................................................................. 1
I Wayan Putra

Disiplin Guru Berbasis Kompetisi Sehat ................................ 13


Ali nurdin

Gerbong maut trik jitu cinta membaca ............................ 27


Siti Mutawarridah

Mengembangkan Sekolah Berkarakter Melalui


Gerakan Bersih………………………………………………….. 40
Kustanto

Parikola Untuk Mewujudkan Sekolah Ramah Lingkungan 51


Wahyuningsih Rahayu

Tumbuhkan Karakter Siswa Dengan Dopari Sekatu ......... 66


Sri Mugi Lestari

Pelibatan Orang Tua Siswa Melalui Pendekatan


Huyula Ambu ............................................................................. 81
Fredi A. Malabali

Jurus Bupin Kartabar Bagi Abk Tunarungu ........................... 98


Maini Yudiningsih

Optimalisasi Muutu Sekolah Melalui


Pembiasaan Remnamagoin.....…………………………………113
Sumiayati

vii
Gurku Lakon, Pembelajaranku Bermutu................................ 125
Rurik Herawati

Implementasi Strategi Pembelajaran Main Tembak ........... 136


Wiwik Tribanon Kapiarsi

Mendongkrak Nilai Akreditasi Melalui Modelkokomker ...... 142


Waluyo Iskak

viii
SUPERVISI AKADEMIK KEPALA
SEKOLAH BERBANTUAN STRATEGI
PROBLEM NETS

I Wayan Putra
SD Negeri 12 Karangasem
putubastian@gmail.com

Kepala Sekolah dan Kompleksitas Permasalahannya


Jabatan guru adalah jabatan profesional seperti tertuang
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa
“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada Pasal 8
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi keperibadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Profesionalisme
guru seperti uraian di atas terkait langsung salah satu
kompetensinya yaitu kompetensi profesional.
Peran kepala sekolah dalam rangka menjamin peningkatan
profesionalisme guru tercermin dalam kompetensi yang harus
dimilikinya dalam hal mengadakan supervisi. Ruang lingkup
kepala sekolah lainnya yang harus juga terjamin dari sisi
kepemimpinannya adalah terkait delapan standar nasional
pendidikan khusunya standar pengelolaan dan standar
pendidik dan tenaga kependidikan.
Permasalahan yang mengemukan sesaat setelah penulis
menjabat sebagai kepala sekolah di SD Negeri 12 Karangasem
adalah terkait dengan susahnya guru untuk menghasilkan
produk pengembangan diri. Selain guru berkesempatan
meningkatkan profesionalismenya dalam menyelenggarakan
pembelajaran di kelas produk pengembangan diri tersebut
sangat bermanfaat dalam membantu yang bersangkutan
dalam upaya mengumpulkan angka kredit untuk kenaikan
pangkatnya. Permasalahan yang menjadi sumber dan
penyebab saling berinteraksi satu dengan yang lainnya ibarat
jalinan jala.
Keterkaitan beberapa masalah selanjutnya ditelusuri jalan
keluarnya dengan menggunakan strategi jaring-jaring masalah

1
(Problem Nets). Melalui upaya identifikasi masalah berdasarkan
jaring-jaring masalah maka akan dianalisis dengan
mempertimbangkan berbagai hal sehingga permasalahan
pokok yang harus ditangani dapat menjadi simpul masalah
(Problem Node). Simpul masalah yang telah dikenali
selanjutnya diurai dengan kunci masalah (Problem Key) yang
berdampak pada terselesaikannya banyak masalah secara
tepat dan efisien, melalui tindakan pemecahan masalah
(Problem Solve).
Strategi tersebut selanjutnya diiimplementasikan dalam
memecahkan permasalahan di SD Negeri 12 Karangasem.
Permasalahan yang teridentifikasi meliputi Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar
Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan dan
Standar Pembiayaan.
Pertanyaan yang kemudian muncul sebagai bentuk
permsalahan dalam tulisan ini adalah: “Bagaimanakah
penerapan supervisi akademik kepala sekolah berbantuan
strategi Problem Nets dapat meningkatkan profesionalisme
guru di SD Negeri 12 Karangasem Tahun 2019?” Ketika
pertanyaan di atas dapat dijawab melalui implementasi nyata
maka diperoleh banyak manfaat dari kegiatan tersebut.
Manfaat yang dimaksud diantaranya adalah kepala sekolah
mampu menganalisis permasalahan melalui Strategi Problem
Nets. Hal lain yang juga bermanmanfaat dalam kegiatan ini
adalah upaya mengefisiensikan tindakan pemecahan masalah.

Strategi Problem Nets


Problem Nets berasal dari dua kata Bahasa Inggris yaitu
problem dan nets. Problem menurut
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/
problem “problem definition is situation, person, or thing that
needs attention and needs to be dealt with or solved”. Problem
dalam Bahasa Indonesia diartikan sepadan dengan arti
masalah. Nets (Inggris) jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia
berarti jaring-jaring. Sementara menurut
https://kbbi.web.id/jaring jaring-jaring diartikan jala. Jala
merupakan rajutan atau hubungan tali antara mendatar dan
vertikal yang memotong secara tegak lurus. Berdasarkan
uraian di atas maka Problem Nets adalah situasi yang
menyimpang atau masalah yang terhubung satu dengan yang
2
lainnya yang memerlukan penyelesaian. Pada hakekatnya
masalah tidak pernah berdiri sendiri, masalah selalu
terhubung satu dengan yang lainnya. Metode ilmiah
mengajarkan kepada kita untuk selalu mengidentifikasi
masalah sehingga masalah terurai sehinga menemukan fokus
masalah yang spesifik untuk dapat dipecahkan.
Pengertian strategi menurut Surtikanti dan Santoso (2008 :
28), Anitah (2008:1.24) Pringgowidagda dalam Mulyadi dan
Risminawati (2012 : 4) secara garis besar sepakat menyatakan
bahwa strategi diartikan suatu cara, teknik, taktik, atau siasat
yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Maka dari itu strategi Problem Nets diartikan
sebagai tahapan sistematis untuk memecahkan masalah yang
terhubung satu dengan yang lainnya.
Urutan sebab akibat baik sederhana maupun kompleks
antar masalah satu dengan yang lainnya sesungguhnya dapat
dijadikan cara untuk mengetahui bagaimana masalah tersebut
diurai. Simpul masalah atau penulis lebih suka menyebutnya
simpul masalah (Problem Node) adalah titik dimana jika kita
mampu membuka simpul rajutan masalah dengan
menggunakan kunci masalah (Problem Key) maka secara
simultan beberapa masalah lainnya akan terpecahkan dengan
sendirinya. Strategi ini mungkin agak berbeda dengan metode
analisis maupun pemecahan masalahlainnya.
Biasanya kita diharuskan memfokuskan masalah terlebih
dahulu sehingga kita dapat menemukan masalah pokok yang
terjadi untuk dipecahkan, sementara masalah lain yang terikat
padanya kita abaikan. Sesungguhnya kajian yang kurang
komprehensif seperti ini biasanya akan menimbulkan masalah
lain, sehingga upaya mengatasi masalah tanpa masalah tidak
pernah terjadi. Justru yang terjadi adalah keinginan untuk
memecahkan masalah dapat menimbulkan masalah baru.
Fungsi Problem Nets adalah seperti dijelaskan berikut ini :
1. Menemukan masalah dan mengidentifikasi permasalahan
turunannya sehingga menjadi kelompok masalah
2. Memetakan masalah yang teridentifikasi untuk diklasifikasi
berdasarkan skala prioritas
3. Menganalisis hubungan/relasi antar masalah yang telah
dipetakan sehingga membentuk jaring-jaring masalah
(Problem Nets)

3
4. Fungsi Problem Nets selanjutnya adalah menemukan
karakteristik keterikatan antara satu masalah dengan
masalah lainnya.
5. Mengidentifikasi dan menghitung intensitas
hubungan/relasi antar masalah
6. Menentukan Simpul Masalah (Problem Node)
7. Menentukan Kunci Masalah (Problem Key)
8. Melaksanakan tindakan pemecahan masalah (Problem
Solve)

Langkah Strategi Problem Nets


Memetakan Problem Nets
Strategi Problem Nets seperti dijelaskan di atas selanjutnya
akan berfungsi jika diimplementasikan dalam upaya mencari
simpul masalah, masalah kunci dan tindakan
penyelesaiannya.
1. Pembuatan instrumen identifikasi masalah
2. Data mentah hasil kuesioner merupakan bentuk
hubungan/relasi antar masalah
3. Kegiatan berikutnya adalah modifikasi tabel rekapitulasi
relasi masalah 8 Standar Nasional Pendidikan sehingga
berwujud jaring-jaring masalah

Menemukan Simpul Masalah (Problem Node)


Implementasi Strategi Problem Nets dalam mencari simpul
masalah (Problem Node) melalui kegiatan menganalisis dengan
seksama tabel data masalah dan turunannya serta
karakteristik hubungan/relasi atara masalah satu dengan
masalah yang lainnya. Penulis dalam upaya mengkaji Problem
Node terhadap masalah yang telah teridentifikasi beserta
turunannya menemukan hubungan/relasi antara satu
masalah dengan masalah lainnya paling intensif kepada
permasalahan pada standar pengelolaan. Intensitas
hubungan/relasi dengan standar pengelolaan pencapai point
24, paling tinggi di antara yang lain. Sementara standar
pendidik dan tenaga kependidikan memperoleh point 22,
standar kompetensi lulusan point 22, standar proses dan
penilaian masing-masing 17 point. Sementara kompetensi yang
lain berada pada level bawah yaitu standar pembiayaan
memperoleh point 11, standar isi memperoleh point 6, dan
standar sarpras memperoleh point 12.
Berdasarkan data di atas permasalahan standar pengelolaan
4
didominasi oleh kepala sekolah dan guru, sebagai pihak yang
menjadi pelaku pada simpul masalah tersebut. Dampak
terbesar dari gagalnya tindakan kepala sekolah bersama guru
dalam mengelola pendidikan adalah standar kelulusan. Hal ini
terjadi akibat standar proses dan penilaian tidak dapat berjalan
semestinya akibat dari simpul masalah berada pada standar
pengelolaan secara bersama – sama dengan standar pendidik
dan tenaga pendidikan yang secara langsung menjadi pelaku
hubungan antar standar ini.

Menemukan Problem Key


Simpul masalah yang telah teridentifikasi antara
standar pengelolaan, standar kelulusan, standar PTK, standar
proses dan standar penilaian. Melihat karakteristik hubungan
antar standar tersebut maka Problem Key yang paling mungkin
untuk diimplementasikan yaitu “Pengelolaan kepala sekolah
terhadap standar PTK untuk meningkatkan standar proses,
standar penilaian dan standar kelulusan.
Berdasarkan kalimat kunci yang merupakan Problem
Key dari keseluruhan permasalahan dan turunan masalah
yang teridentifikasi menempatkan kepala sekolah sebagai
pihak yang berkewajiban mengelolan standar PTK dalam
rangka meningkatkan standar yang lainnya. Melihat hal itu
Standar PTK merupakan standar yang harus ditingkatkan
dengan menggunakan prinsip pengelolaan berdasarkan
kewenangan kepala sekolah. Salah satu sisi yang dapat
dikembangkan dari sisi pengelolaan terhadap standar PTK
adalah profesionalisme guru .

Merancang Problem Solve


Poblem Solve diawali dengan tindakan kepala sekolah
untuk mengadakan kegiatan supervisi. Dimana penulis
merangsang para guru untuk memiliki ide dari mereka terkait
permasalahan pembelajaran yang mereka miliki. Ide tersebut
selanjutnya dikembangkan menjadi produk-produk
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan yang secara
simultan akan dapat menyelesaikan masalah pokok. Proses
dan produk yang akan tercipta dari kegiatan tersebut
selanjutnya bermanfaat bagi : 1) meningatnya aktivitas siswa
dalam belajar di kelas; 2) meningkatnya kreatifitas guru untuk

5
berinovasi dalam pembelajaran; 3) meningkatnya produk PKB
yang dapat dijadikan aset sekolah; 4) meningkatnya aktivitas
pengukuran hasil belajar dan meningkatnya perolehan angka
kredit bagi guru karena banyak memiliki produk PKB. Upaya
mengoptimalkan standar pengelolaan berdasarkan pemetaan
masalah dengan menggunakan Problem Solve urutan
kegiatannya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kepala sekolah melalui kompetensi akademik mengadakan
supervisi terprogram dalam rangka meningkatkan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
2. Masing-masing guru dibimbing untuk memiliki ide inovatif
dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa
3. Ide inovatif tersebut dikembangkan dengan tujuan
meningkatkan hasil belajar
4. Ide inovatif yang menghasilkan produk tersebut selanjutnya
diformat sedemikan rupa sehingga layak dinilai untuk
mendapatkan angka kredit
5. Ide tunggal tersebut akhirnya dapat dikembangkan menjadi
banyak produk untuk membantu proses pembelajaran,
penembangan diri dan karir guru.
6. Produk hasil karya guru dan siswa akibat dari strategi
pemecahan masalah yang diterapkan selanjutnya menjadi
aset sekolah

Problem Nets Problem Node Problem Key

Tahapan Problem Nets


Keberhasilan Strategi Problem Nets
Kompleksnya permasalahan yang ditinjau dari delapan
standar di SD Negeri 12 Karangasem, yang telah dianalisis

6
dengan strategi Problem Nets untuk selanjutnya ditemukan
Problem Node untuk ditindak lanjuti secara teknis dengan
Problem Key telah secara simultan meningkatkan standar
pendidik dan tenaga kependidikan seperti tergambar pada
tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel Capaian Program PKB
Guru Ke
Tahapan
1 2 3 4
Perencanaan 77,78% 74,07% 77,78% 74,07%
Pelaksanaan 79,17% 85,42% 77,08% 83,33%
Evaluasi dan Tindak Lanjut 76,19% 76,19% 71,43% 76,19%
Capaian 77,71% 78,56% 75,43% 77,87%
Katagori B B B B

Berdasarkan tabel di atas berikut adalah grafik peningkatan


capain program PKB :

Grafik Capaian Program PKB


90,00%
85,00%
80,00%
75,00%
70,00%
65,00%
60,00%
1 2 3 4

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi dan Tindak Lanjut

Grafik Capaian Program PKB

Optimalisasi kegiatan PKB melalui supervisi akademik


dari sisi standar pengelolaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan bagi guru di SD Negeri 12 Karangasem yang
penulis laksanakan seperti dijelaskan oleh data di atas telah
dirasakan secara langsung oleh :

7
1. Guru Penjasorkes atas nama I Nyoman Ardana, S.Pd
dengan ide awal : Pembuatan Alat Peraga Gawang Footsal
dari Barang Bekas
2. Guru Kelas I atas nama Ni Nengah Seriati, S.Ag dengan ide
awal : Pembuatan Media Tebuinova (“Tebak Bunyi Inovatif”)
3. Guru Agama Hindu atas nama Ni Luh Terima, S.Pd dengan
ide awal : Pembuatan Diktat Bahan Ajar yang berjudul
“Canang Sari”
4. Guru Agama Islam atas nama Subandi, S.Pd dengan ide
Awal : Pembelajaran dengan Pendekatan PAKEM
berbantuan nyanyian
Melihat data pada tabel dan grafik di atas dapat
digambarkan bahwa implementasi strategi Problem Nets
dengan Problem Node pada standar pengelolaan. Kewenangan
kepala sekolah dalam menentukan langkah-langkah untuk
memperbaiki keadaaan itu akhirnya menemukan Problem Key
yaitu upaya meningkatkan profesionalisme guru dengan
kegiatan PKB. Keadaan tersebut secara langsung
meningkatkan capaian standar pendidik dan tenaga
kependidikan. Dampak lain yang dirasakan setelah
pelaksanaan program tersebut adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya profesionalisme guru yang dimulai dari ide
awal untuk menjawab permasalahan pembelajaran yang
dianalisis dengan strategi Problem Nets selanjutnya
dikembangkan menjadi kegiatan inovatif yang juga turut
secara langsung meningkatkan aktivitas pembelajaran di
kelas, di bawah bimbingan supervisi akademik kepala
sekolah.
2. Meningkatnya mutu pelaksanaan standar proses, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, dan standar penilaian
tercermin dari meningkatnya aktivitas pembelajaran akibat
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran yang inovatif
berdasarkan ide-ide yang dikembangkan guru bersama
kepala sekolah dalam kapasitasnya sebagai penyelenggara
supervisi akademik.
3. Meningkatnya mutu pelaksanaan standar lainnya akibat
ketersediaan dan mutu produk PKB berupa inovasi
pembelajaran yang selanjutnya merupakan aset guru dan
sekolah yang mencerminkan berhasilnya supervisi
akademik kepala sekolah. Bagi guru, aset tersebut dapat
digunakan dalam memperoleh kredit untuk untuk
kenaikan pangkat. Sementara bagi sekolah merupakan
8
tambahan kredit dalam rangka memenuhi delapan standar
pendidikan yang turut berpengaruh pada mutu pendidikan
di sekolah.

Simpulan dan Saran


Permasalahan yang kompleks terkait luasnya dimensi
kepemimpinan kepala sekolah menyangkut kompetensi kepala
sekolah dan delapan standar nasional pendidikan diupayakan
untuk diurai sehingga menemukan solusi berupa tindakan..
Upaya menemukan solusi dari kompleksnya permasalahan
pendidikan pada satuan pendidikan SD Negeri 12 Karangasem
diawali dengan menerapkan strategi Problem Nets pada
beberapa sekolah berbeda gugus yang memiliki karakteristik
sama. Kegiatan dilanjutkan dengan menemukan Problem Node
sehingga mendapatkan Problem Key yang menjadi landasan
untuk merancang Problem Solve yaitu meningkatkan
Profesionalisme guru melalui kegiatan PKB di SD Negeri 12
Karangasem. Setelah pelaksanaan tindakan dapat disimpulkan
bahwa penerapan supervisi akademik kepala sekolah
berbantuan strategi Problem Nest dapat meningkatkan
profesionalisme guru di SD Negeri 12 Karangasem Tahun 2019
dengan capaian katagori “ Baik”.
Penulis berharap mendapat masukan dan saran terkait
pelaksanaan Best Pratices ini sehingga laporan ini menjadi
lebih sempurna, semoga berhasilnya pelaksanaan kegiatan ini
dapat bermanfaat dalam hal :
1. Meningkatkan kemampuan menganalisis permasalahan
standar pendidikan yang kompleks menjadi lebih
sederhana melalui strategi Problem Nets
2. Mengoptimalkan kompetensi supervisi akademik untuk
mengidentifikasi simpul masalah sehingga beberapa
masalah dapat diselesaikan dengan tepat dan efisien
berbantuan strategi Problem Nets
3. Mengefisienkan sumber daya dan dana secara tepat
sasaran sehingga dapat mengatasi masalah melalui
penerapan strategi Problem Nets
4. Meningkatkan standar mutu pendidikan setelah
dilaksanakannnya kegiatan Best Practices ini.

9
Bukti Kegiatan

10
DAFTAR PUSTAKA
Anitah W, Sri 2008. Stretegi Pembelajaran Matematika. Jakarta
: Universitas Terbuka
Joko Santoso, Surtikanti, 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta : Insan Mandiri
Kunandar, 2007. Profesionalisme guru Implementasi
Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP) dan
Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Lembaga Pengembang dan Pemberdayaan Kepala Sekolah,
2011. Supervisi Akademik. LPPKS Indonesia
Mulyadi dan Risminawati, 2012. Model-model Pembelajaran
Inovatif di Sekolah Dasar. Surakarta : FKIP UMS
Oemar Hamalik, 2006. Pendidikn Guru Berdasarkan
Pendekatan Kompetensi. Jakarta : PT Bumi Aksara
Pupuh Fathurrohman, 2011. Supervisi Pendidikan dalam
Pengembangan Proses Pengajaran. Bandung : Refika
Aditama
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta
Syaiful Sagala, 2012. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi
Pendidikan. Bandung : Alfabeta
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/prob
lem (tanggal akses 20 April 2019)
https://kbbi.web.id/jaring(tanggal akses 20 April 2019)
https://kbbi.web.id/masalah(tanggal akses 20 April 2019

11
Profil Penulis
Penulis merupakan Kepala Sekolah di SD
Negeri 12 Karangasem yang diangkat sejak
tanggal 1 Desember 2016. Pada umur yang ke
45 tahun telah meraih pangkat IV/b.
Keyakinan Agama Hindu yang penulis anut
sejak dilahirkan di Desa Seraya Barat
Kecamatan Karangasem Bali, pada tanggal 06
April 1975. Saat ini masa kerja penulis selaku
kepala sekolah adalah dua tahun empat
bulan. Pengalaman menulis telah dilakukan sejak kuliah pada
di D2 PGSD Undiksa ketika mendapat hibah untuk
mengadakan penelitian dari Dirjen Dikti. Setelah menjabat
menjadi guru penulis selanjutnya melakukan aktivitas menulis
karya ilmiah dan pernah berhasil menjadi Juara I Penelitian
Tindakan Kelas Tingkat Kabupaten Karangasem, Finalis Inobel
Tahun 2011, aktif menulis pada surat kabar lokal di Bali,
menjadi pengelola Jurnal Inovasi Kabupaten Karangasem,
penulis Buku OSN IPA SD 6 Seri, menulis pada beberapa
majalah pendidikan di Kabupaten Karangasem Bali.

12
DISIPLIN GURU BERBASIS KOMPETISI
SEHAT
Ali Nurdin
SD Negeri Curug, Serang-banten
alinurdinbcp@gmail.com

Disiplin Kunci Keberhasilan


Di setiap jenjang pendidikan sedang kembangkan
penerapan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam segala
aspek kegiatan di sekolah, baik kepada siswa maupun kepada
guru-guru. Penguatan Pendidikan Karakter tersebut
diharapkan dapat menyentuh seluruh warga sekolah dan
diharapkan dapat menjadi budaya sekolah. Salah satu
kegiatan yang berkaitan dengan dengan PPK tersebut ialah
budaya disiplin guru-guru dalam melaksanakan tugasnya di
sekolah.
Aspek disiplin guru sangat memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap keberhasilan aspek-aspek lainnya. Guru yang
bermutu dan memiliki disiplin yang tinggi akan dapat
memberikan contoh yang baik dan dapat memberikan
pelayanan yang optimal yang dibutuhkan oleh para peserta
didiknya. Kualitas pelayanan yang maksimal akan
berpengaruh pada keberhasilan dan kualitas pembelajaran
yang optimal pula.
Berkaitan dengan disiplin guru, penulis menemukan
catatan merah tentang waktu kedatangan guru-guru dan
pegawai di sekolah kami. Pada minggu pertama masuk
sekolah, dari seluruh guru/pegawai sebanyak 13 orang (di luar
Kepala Sekolah), hanya 1 orang yang datang tidak terlambat,
sisanya sebanyak 12 orang semua datang terlama\bat dari
waktu yang telah ditentukan yaitu pukul 07.15. Jika
diprosentase yang datang tidak terlambat hanya 8%, sisanya
92% rata-rata mereka datang terlambat.
Berdasarkan temuan dan kondisi tersebut di atas, maka
penulis menganggap perlu untuk merancang kegiatan
pemantauan kepada seluruh guru/pegawai, khususnya dalam

13
upaya meningkatkan kualitas waktu kedatangan guru-
guru/pegawai ke sekolah agar menjadi lebih baik. Dengan
target agar guru-guru/pegawai memiliki kebiasaan untuk tidak
terlambat datang ke sekolah.
Rumusan masalah dalam artikel ini ialah: “Apakah
penggunaan daftar hadir teknik Senturi dapat meningkatkan
disiplin guru datang ke sekolah lebih awal?”
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini, adalah: 1). Guru
memiliki rasa tanggung jawab untuk tidak datang terlambat ke
sekolah, 2). Membentuk karakter guru yang memiliki disiplin
tepat waktu sebagai bentuk perbuatan yang dilandasi hati yang
ikhlas.
Hasil dari Succes Story diharapkan dapat memberikan
manfaat kepada guru antara lain: 1). Memiliki karakter dalam
disiplin waktu dan tidak terlambat datang ke sekolah, 2).
Memiliki motivasi untuk membudayakan disiplin waktu tanpa
ada perasaan terpaksa, 3). Memiliki karakter dalam disiplin
dalam melakukan berbagai kegiatan, terutama kegiatan
pelayanan pendidikan.

Disiplin Dan Daftar Hadir Teknik Senturi


Artikel ditulis ini berdasarkan beberapa referensi baik
secara teoritis maupun secara emphiris yaitu sebagai berikut:
a). Suyanto menuturkan yang sebagaimana ditulis oleh
Daryanto dan Suryati Darmiatun (2013: 9) menjelaskan bahwa
“karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi
ciri khas setiap individu untuk hidup bekerja sama dalam
lingkungan keluarga masyarakat bangsa dan negara”.
Disiplin asal kata dari bahasa belanda discipline yang
artinya; patuh, taat. Jadi disiplin waktu artinya mematuhi atau
menaati waktu yang telah ditetapkan, misalnya; dalam
undangan rapat jam 09.00 WIB, maka pada waktu yang
ditetapkan harus sudah siap. Sumber: https://id.answers.
yahoo.com/question/index?qid.
Bahkan tidak hanya sekedar teori, tuntunan umat Islam
adalah Al-Quran Surat Al-‘Asyr ayat 1 s.d. 3 menegaskan yang
artinya “Demi waktu sesungguhnya manusia dalam keadaan
merugi kecuali orang-oang yang beriman dan beramal soleh”.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu secara
produktif dan efesien harus menjadi merupakan kebiasaan dan
hendaknya dijadikan budaya.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 53
14
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Bab I.
Ketentuan Umum Pasal 11 dan 14 , sebagai berikut: Pasal 11.
Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja; Pasal 14.
Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat;.
Penulis juga mengadopsi referensi dari pengalaman pribadi
ketika bertugas di sekolah sebelumnya yaitu penerapan daftar
hadir teknik senturi (singkatan dari “presensi dengan waktu
untuk kontrol diri”) yang sebelumnya hanya menggunakan
daftar hadir model khusus yang ada kolom nama, waktu
kedatangan, dan tanda tangan guru. Namun kali ini
dimodifikasi kembali dan dilengkapi dengan kartu kehadiran
yang tulis dan dipajang pada kotak/tempat yang dipajang pada
di dinding berdekatan dengan pintu masuk ruang guru.
Kartu kehadiran ini dibuat dari karton dengan ukuran
20 cm x 9 cm sebanyak 14 buah sesuai banyak personil di
sekolah kami. Dan kartu kehadiran tersebut disimpan pada
kotak-kotak yang terbuat dari bungkus fried chicken 18 cm x
11 cm x 4,5 cm sebanyak 14 buah juga. Kotak-kotak tersebut
dirancang dengan lubang di depan untuk melihat jam/waktu
kedatangan guru dan/atau status kehadiran guru (sakit, izin,
alpa), dan lubang di atas untuk memasukkan karton daftar
hadir guru. Ilustrasi daftar hadir teknik senturi tersebut dapat
di lihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Dadtar Hadir Teknik Senturi

Langkah-langkah cara penggunaan Kartu Presensi


Berkartu di atas ialah sebagai berikut: 1). Ambil kartu/karton

15
daftar hadir dari tempat yang tersedia. 2) Tulis jam kedatangan
pada kotak yang terdapat pada karton presensi dengan
menggunakan spidol white board. 3). Masukkan karton
presensi pada kotak yang dipajang di dinding, dengan posisi
tulisan jam kedatangan persis lurus dengan lubang pada
bagian depan kotak, sehingga tulisan waktu dapat dilihat dari
luar kotak. 4). Tulis pula jam kedatangan pada rekap presensi
berikut paraf/tanda tangan, atau dapat dibantu petugas piket.

Senturi Meningkatkan Disiplin


Tempat kegiatan dilaksanakan di SD Negeri Curug
Kecamatan Ciruas Kabupaten Serang. Waktu penelitiannya
dari tanggal 6 Agustus 2018 sampai dengan 29 September
2018 (sekitar 2 bulan) yang terdiri dari 3 (tiga) tahapan
kegiatan: Tahap 1 pada minggu ke-1, Tahap 2 pada minggu ke-
2, dan Tahap 3 dilaukan selama sekitar 2 (dua) bulan.
Seperti yang kita ketahui bahwa dimensi supervisi
manajerial tentu sangat luas, karena itu penulis membatasi
masalah yang akan diangkat pada kegiatan Supervisi
Manajerialkali ini hanya pada Disiplin Waktu Kedatangan
Guru/Pegawai ke Sekolah.
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan Succes Story ini
yaitu:1). Kartu Kehadiran, yaitu menuliskan waktu kedatangan
pada kartu presensi dan disimpan/dipajang pada kotak yang
dipasang di dinding ruang guru, 2). Rekap Mingguan Kartu
Presensi dengan mencatumkan waktu kedatangan dan paraf,
3). Aplikasi Office Microsoft Excel tentang Rekapitulasi
Bulanan penghitungan rata-rata jam kedatangan guru dalam
kurun 2 bulan.
Populasiterjangkau ialah seluruh guru/pegawai SD se-
Gugus V Kecamatan Ciruas sebanyak 82 orang. Sampel yang
mendapat pelakuan: ialah guru-guru/pegawai SD Negeri
Curug Kecamatan Ciruas sebanyak 13 orang/responden
(Kepala Sekolah tidak menjadi bagian dari perlakuan). Teknik
Pengambilan Sampel: dalam penelitian ini mengacu pada
pendapat Arikunto (1992:107) “Apabila obyek penelitian lebih
besar dari 100 responden diambil 20% - 30%. Apabila kurang
dari 100 responden maka responden atau sampel diambil
seluruhnya”.
Urutan dan langkah-langkah kegiatan peningkatan disiplin
waktu sebagaimana dipaparkan di atas, melalui beberapa
tahapan kegiatan yang dilakukan secara sinergi dan dengan
16
perencanaan yang terukur, hal tersebut dapat dilihat melalui
Gambar Kerangka Berpikir teknik peningkatan dispilin guru,
berikut ini:

Gambar 2. Kerangka Berpikir Disiplin Guru

Urutan kegiatan-kegiatan pada tahapan di atas diharapkan


berjalan lancar sesuai harapan dan mencapai hasil yang
optimal. Oleh karena itu, penulis selalu mengedepankan
hubungan baik dengan seluruh personil sekolah dengan cara:
selalu bersikap terbuka, menjaga hubungan kekeluargaan,
sering menyapa, selalu bersalaman ketika datang dan pulang,
murah senyum, serta memberikan pujian atas kegiatan positif
dan prestasi guru-guru sekecil apapun.
Ada 3 tahapan untuk mencapai Sebagaimana terdapat
pada Kerangka Berpikir Succes Story di atas, kami paparkan
penjelasan langkah-langkah kegiatan masing-masing
Treatment, yaitu sebagai berikut:
Tahap pertama atau Treatment 1, (kurun waktu 1 Minggu
mulai hari Senin s.d. Sabtu tanggal 23 s.d. 28 Juli 2018). Dan
Uraian pelaksanaan supervisi manajerial pada Treatment 1 ini
terdiri dari 3 (tiga) kegiatan, yaitu: a). Memberikan
contoh/teladan kedatangan Kepala Sekolah yang datang lebih

17
awal (sebelum pukul 07.00 dalam waktu 1 minggu). 2). Melalui
rapat dewan guru menghimbau secara spiritual tentang
manfaat kedatangan guru lebih awal. 3). Penggunaan daftar
hadir kehadiran guru model konvensional. 4). Mencatat waktu
kedatangan guru secara diam-diam. Pada Treatment 1 ini,
perlakuan diutamakan pada himbauan secara spiritual
tentang manfaat kedatangan guru lebih awal, bahwa jika kita
datang ke sekolah tidak terlambat Insya Allah rizki yang kita
terima akan jauh lebih berkah, kita dan keluarga juga
terhindar dari kesulitan dan musibah, setiap urusan selalu
diberi kemudahan, dll. Dan keterlambatan kita ke sekolah
akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Maha Kuasa.
Mudah-mudahan kita semua diberi kekuatan untuk selalu
berusaha dalam memperbaiki diri dalam berbagai kegiatan.
Jangan lupa niatkan kita bekerja di sekolah sebagai kegiatan
ibadah dan hanya mengharap Ridho Allah SWT.
Tahap Kedua atau Treatment 2, (kurun waktu 1 Minggu
mulai hari Senin s.d. Sabtu tanggal 30 Juli s.d. 3 Agustus
2018). upaya yang dilakukan berupa: a). Memberikan
contoh/teladan kedatangan Kepala Sekolah yang datang lebih
awal (sebelum pukul 07.00 dalam waktu 1 minggu). b).
Mensosialisasikan PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS,
melalui rapat dewan guru. c). Penggunaan daftar hadir
kehadiran guru model konvensional. d). Mencatat waktu
kedatangan guru secara diam-diam. Kegiatan patap 2 ini
dititikberatnya pada “Sosialisasi PP 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS, melalui rapat dewan guru”,.
Tahap Kedua atau Treatment 2, (kurun waktu 2 bulan
mulai hari Senin s.d. Sabtu tanggal 6 Agustus s.d. 29
September 2018). Dalam Tahap 3 ini, titik beratnya terletak
pada Penggunaan Daftar Hadir Guru Teknik “SENTURI”, yaitu
daftar hadir guru dengan menuliskan waktu kedatangan
masing-masing guru pada “kartu kehadiran” lalu disimpan
pada “kotak kehadiran” dan format daftar hadir khusus yang
telah dibuat oleh penulis. Adapun rangkaian kegiatan
dilakukan pada Tahap 3ini antara lain sebagaimana tersebut
di bawah ini: 1). Terus mengupayakan memberikan
contoh/teladan kedatangan Kepala Sekolah yang datang lebih
awal. 2). Sosialisasi dan kesepakatan rencana akan
diterapkannya daftar hadir guru “Senturi” (Daftar hadir Waktu
untuk Kontrol Diri), dan penjelasan cara-cara
penggunaannya.3). Penerapan Daftar Hadir Guru “Senturi”
18
dalam waktu 2 bulan, dengan teknik menuliskan nama dan
waktu kedatangan (jam & menit) pada “kartu kehadiran”. 4)
Tetap melaksanakan penggunaan Daftar Hadir Konvensional
(untuk kebutuhan laporan Kedinasan).
Berikut ini lebih detail penjelasan dan ilustrasi
penggunaan instrumen pada Tahap 3 tentang Daftar Hadir
Teknik “Senturi” yaitu sebagai berikut: 1). Tulis jam
kedatangan pada kartu kehadiran, 2). Masukkan kartu pada
kotak yang dipajang di ruang guru, 3). Tulis pula waktu
kedatangan pada rekap daftar hadir teknik senturi berikut
paraf/tanda tangan, 4). Tanda tangani pula daftar hadir
konvensional untuk melengkapi laporan kedinasan.
Berikut ini ilustrasi instrumen daftar hadir Teknik
Senturi dapat dilohat pada gambar di bawah ini:

A Gambar 3. Kartu Kehadiran dan Tempatnya B

Gambar 4. Cara memasukkan kartu kehadiran pada kotak yang dipajang

Beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dalam


kegiatan Succes Story ini, antara lain: a). Seluruh
Guru/Pegawai antusias untuk menyepakati penerapan daftar

19
hadir senturi. b). Seluruh Guru/Pegawai memiliki keinginan
untuk meningkatkan kualitas kinerja menjadi lebih baik. c).
Rasa kekeluargaan dan kebersamaan semua guru/pegawai
cukup tinggi.
Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam kegiatan
Succes Story ini, antara lain: a). Cuaca yang tidak menentu
seperti hujan dll, sedikit banyak menghambat niat guru untuk
datang lebih awal. b). Kepala Sekolah selaku pemberi
contoh/teladan kehadiran bagi guru, kadang terkendala
dengan kegiatan di luar sekolah, seperti Rapat Dinas dan
kegiatan lain. Lebih-lebih penulis merangkap menjadi ketua
Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) yang harus mengurusi
agenda organisasi yang cenderung mengganggu aktifitas di
sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor
penghambat dalam kegiatan Succes Story ini, ialah: 1). Kepala
sekolah harus ekstra mengatur waktu untuk mengupayakan
tetap datang ke sekolah terlebih dulu sebelum ke tempat
kegiatan rapat dinas, rapat Pengurus KKKS, maupun rapat-
rapat lainnya, terutama jika rapat dilaksanakan pagi hari. 2).
Upaya kepala sekolah harus lebih ekstra dalam memompa
semangat guru untuk mengatasi masalah seperti : Cuaca
hujan, jarak rumah ke sekolah yang relatif jauh dll, yang dapat
menghambat keberangkatannya ke sekolah. 3). Dibutuhkan
pendekatan persuasif, perhatian, rasa kekeluargaan, dan tidak
pelit pujian terhadap sekecil apapun prestasi dan upaya guru.
4). Lebih mengedepankan/menonjolkan hal-hal yang bersifat
positif daripada hal-hal yang bersifat negatif yang ada pada
guru-guru/pegawai.

Dari Himbauan Hingga Teknik Senturi


Dalam upaya peningkatan disiplin waktu kedatangan guru,
telah dilakukan 3 (tiga) tahap kegiatan, berupa Treatmen 1,
Treatment 2, dan Teatment 3. Hasil dari 3 (tiga) tahap kegiatan
upaya peningkatan disiplin waktu kedatangan guru dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Tahap 1: Kegiatan utama berupa Himbauan kepada guru
tentang kesadaran untuk datang tepat waktu, sebagai bentuk
tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan kepada
Allah SWT. Pelaksanaan kegiatan dipantau selama 1 minggu,
dan diperoleh data perubahan sebagai berikut: Ada 3 orang
atau 23% yang datang tidak terlambat, sementara dan 10
20
orang atau 77% masih datang terlambat”. Pada Treatment 1 ini
sudah nampak ada peningkatan disiplin kedatangan guru,
tetapi belum signifikan. Karena rata-rata guru yang datang
“tidak terlambat” baru mencapai 23% sementara target
minimal ialah 80%. Namun dalam hal ini daftar hadir
konvensional tetap diberlakukan unutk diisi paraf oleh masing-
masing guru. Ilustrasi pencapaian tahap 1 ini dapat dilihat
pada diagram beikut ini:

6
5
5
4
4
3
2
2
1 1
1
0
06.00-07.00 07.01-07.15 07.16-07.20 07.21-07.35 07.35-08.00

Tahap 2: Kegiatan utama berupa sosialisas PP 53 Tahun


2010 tentang Displin Pegawai Negeri Sipil kepada guru-
guru/pegawai. Hasilnya dari 13 orang memperlihatkan bahwa
ada 7 orang atau 54% yang datang tidak terlambat, sementara
dan 6 orang atau 46% masih datang terlambat”. Pada
Treatment 2 ini kembali ada peningkatan disiplin kedatangan
guru, tetapi masih belum mencapai minimal 80% yang tidak
datang terlambat. Karena rata-rata guru yang datang “tidak
terlambat” baru mencapai 54%, peningkatan ini masih belum
mencapai angka minimal yang diharapkan, oleh karena itu
masih harus mencari strategi lain yang dipandang lebih efektif.
Ilustrasi pencapaian tahap 2 ini dapat dilihat pada diagram
beikut ini:

21
7 6
6
5
4 3 3
3
2 1
1 0
0
06.00-07.00 07.01-07.15 07.16-07.20 07.21-07.35 07.35-08.00

Tahap 3: Kegiatan utama pada tahap ini berupa Penerapan


Daftar Hadir Guru Teknik “Senturi” ini diperoleh hasil sebagai
berikut: a). menunjukkan bahwa ada 12 orang atau 92% yang
datang “tidak terlambat”, sementara dan 1 orang atau 8%
masih datang terlambat”. b). Pada Treatment 3 ini peningkatan
disiplin kedatangan guru “sangat signifikan”. Karena rata-rata
guru yang datang “tidak terlambat” baru mencapai 92% dari
target minimalnya 80%. c). Pada Treatment 3 ini kegiatan
menigkatkan disiplin waktu kedatangan guru-guru/pegawai ke
sekolah “sudah berhasil”. Foto kegiatan dan ilustrasi
pencapaian tahap 3 ini dapat dilihat pada diagram beikut ini:

KEG. SOSIALISASI DAFTAR HADIR TEKNIK SENTURI

22
KEG. PENGGUNAAN DAFTAR HADIR TEKNIK
SENTURI

8 7

6 5

2 1
0 0
0
06.00-07.00 07.01-07.15 07.16-07.20 07.21-07.35 07.35-08.00

Dengan mengamati progres ilustrasi diagram-diagram di


atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa penerapan daftar
kehadiran/presensi guru teknik Senturi terbukti memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan karakter
disiplin waktu kedatangan guru ke sekolah menjadi datang
lebih awal.
Kegiatan Pemantauan peningkatan disiplin waktu
kedatangan guru diyakini memiliki peran, fungsi, dan manfaat
dalam meningkatkan kualitas karakter guru dan siswa. Oleh
karena itu penulis merekomendasikan kepada sekolah-sekolah
yang berada dalam satu wilayah binaan untuk mengadopsi dan
mengadaptasi penerapan daftar hadir teknik Senturi ini. Untuk
mengimplementasikan kegiatan rekomendasi tersebut, penulis
telah mengadakan kegiatan sosialisasi atau desiminasi tentang
Succes Story ini kepada para Kepala sekolah dan guru

23
perwakilan guru se-Gugus V di lingkungan Kecamatan Ciruas
yang terdiri dari 5 sekolah yaitu SD Negeri Curug, SD Negeri
Ranjeng, SD Negeri Bojong, SD Negeri Ciruas 3, dan SD Negeri
Kesampangan, Kegiatan desiminasi dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 27 Oktober 2018 tempat pelaksanaan
desiminasi di Gedung Guru Kecamatan Ciruas.
Succes story ini dapat diadopsi dan diadaptasi oleh sekolah
lain dengan beberapa syarat, diantaranya: 1). Diutamakan bagi
sekolah yang memiliki masalah dengan disiplin keterlambatan
guru. 2). Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pelaksanaan
kegiatan supervisi hendaknya mengedepankan pendekatan
yang persuasif, mudah senyum, dan penuh rasa kekeluargaan.

24
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto dan Suryatri Darmiatun (2013).
ImplementasiPendidikan Karakter di Sekolah.
Yogyakarta: Gava Media
Dudung Holidi (2012). Pedoman Manajemen Supervisi Kepala
Sekolah dan Pengawas. Jakarta:Griya Widya Pustaka
Saptono (2011). Dimensi-dimensiPendidikan Karakter.
Jakarta:Erlangga
Supriataman (2015). Upaya peningkatan Disiplin Guru melalui
Sistem Reward and Punishment. PadaJurnal Ilmiah Guru
Banten. Banten: Langkah Muda Perkasa
Dirjen PMPTK Depdiknas. (2009). DIMENSI KOMPETENSI
SUPERVISI MANAJERIAL. (Bahan Belajar Mandiri
Musyawarah Kerja Pengawas Sekolah). Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 53 Tahun 2010,
Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil/Jakarta.
https://www.academia.edu/8980066/Pengertian_disiplin
_macam_macam_disiplindan_manfaat_disiplin
https://id.answers. yahoo.com/question/index?qid.

25
Tentang Penulis
ALI NURDIN, M.Pd. Lahir di Serang
pada tanggal 6 Jabuari 1967, tamat SDN
Walantaka 1 tahun 1981, melanjutkan
ke SMPN 1 tamat Ciruas tahun 1984,
melanjutkan ke SPG Negeri Serang tamat
1987, melanjutkan kuliah Program D-2
PGSD di Universitas Terbuka Jakarta
tamat tahun 1998, lalu melanjutkan
melanjutkan kuliah Program S-1 PGSD
di Universitas Terbuka Jakarta tamat
tahun 2003, dan terakhir
melanjutkan ke Program Pasca Sarjana di Universitas
Islam Asy-Syafi’iyah Jakarta pada Program Studi Teknologi
Pendidikan tamat tahun 2014.

26
GERBONG MAUT TRIK JITU CINTA
MEMBACA
Siti Mutawarridah
SDN Pancuran 1 Bondowoso
sitimutawarridahsucipto@gmail.com

Kurikulum 2013 yang sedang kita jalani disamping


penekanannya pada penguatan pendidikan karakter juga di
tekankan pada penguatan budaya literasi. Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka di terbitkannya Permendikbud Nomer 23
tahun 2015 yang dimulai sejak 2015 tentang Penumbuhan
Budi Pekerti menjadikan gerakan literasi sebagai salah satu
bentuk penumbuhan budi pekerti di masing – masing sekolah.
Data statistik UNESCO pada tahun 2012 juga
menyebutkan Indeks minat baca di Indonesia baru mencapai
0,001. Maksudnya dari 1000 penduduk, hanya satu warga
yang minat membaca. Menurut Indeks pembangunan
pendidikan UNISCO ini, Indonesia berada di nomer 69 dari 127
negara. Peningkatan budaya baca siswa diharapkan
berimplikasi terhadap meningkatnya budaya menulis siswa.
Aktifitas membaca dan menulis merupakan modal utama agar
siswa menjadi bangsa yang lebih maju. Membaca merupakan
sebuah kegiatan yang sangat penting dalam aspek kehidupan.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar kegiatan membaca
masih memegang peran yang dominan.
Setiap lembaga pendidikan seharusnya memiliki
perpustakaan yang sesuai dengan SPMI. SDN pancuran 1
Bondowoso tempat penulis melaksanakan tugas belum
memiliki perpustakaan yang layak. Sehingga penulis selaku
kepala sekolah mencari terobosan dengan strategi PIPA
Gerbong Maut ( Strategi Pendampingan, Partisipasi, dan
Apresiasi dengan media Gerobak Dorong Membaca Rutin ) yang
bertujuan agar semua warga sekolah dapat melaksanakan
kebiasaan membaca walau tidak memiliki perpustakaan yang
standar. Agar minat baca semua warga sekolah semakin
meningkat, yang pada akhirnya kebiasaan membaca akan

27
menjadi budaya sekolah.
Permasalahan yang penulis sajikan dalam tulisan ini di
rumuskan sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan minat
baca siswa melalui PIPA Gerbong Maut di SDN Pancuran 1
Bondowoso? Tujuannya ialah meningkatkan minat baca siswa.
Manfaat yang ingin dicapai adalah sebagai sarana untuk
menambah ilmu pengetahuan dan mengembangkan bakat dan
minat, meningkatkan kompetensi guru untuk menghasilkan
peserta didik yang berprestasi. Sebagai ajang untuk
memfasilitasi sarana dan prasarana dan dapat memberi contoh
dan teladan yang baik.
Minat membaca adalah keinginan yang kuat disertai
usaha–usaha seseorang untuk membaca. Seseorang
mempunyai minat membaca yang kuat dan diwujudkan dalam
kesediaanya untuk mendapat bahan bacaan dan kemudian
membacanya atas kesadaran sendiri. Menurut Farida Rahim
(2008:28).
Gerobak dorong membaca rutin disingkat Gerbong Maut.
Gerbong Maut berbentuk gerobak terbuat dari seng bekas
dengan ukuran panjang 185 cm, tinggi 170 cm, dan lebar 80
cm. Terdapat tiga rak buku yang menghadap ke kiri dan tiga
rak buku yang menghadap kekanan dan empat roda. Gerbong
di cat warna abu – abu dan sebagian warna hitam dan terdapat
tulisan di kanan dan kiri gerbong yang menunjukkan identitas
(lampirkan foto)
Jenis buku yang terdapat di rak gerbok berupa : Buku fiksi,
non fiksi, kartu kata, kartu huruf, kartu gambar hewan dan
tumbuhan, buku cerita, buku keterampilan, buku keagamaan,
majalah anak–anak, buku cerita karya guru, kumpulan puisi
karya siswa dan karya guru.
Gerbong Maut merupakan monumen bersejarah di
Bondowoso Jawa timur. Peristiwa bersejarah yang dialami
masyarakat Bondowoso dalam mempertahankan kemerdekaan
melawan penjajah pada 23 November 1947. Diberi nama
gerbong maut karena didalam gerbong ini para pahlawan gugur
secara mengenaskan. Para tahanan dipindah dari Bondowoso
ke Surabaya menggunakan gerbong barang tampa ventilasi.
Selama perjalanan para tahanan kekurangan oksigen dan
kepanasan dalam gerbong.

Strategi PIPA ( Pendampingan, Partisipasi dan Apresiasi )


Pendampingan sebagai startegi yang digunakan untuk
28
meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia,
sehingga mampu mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari
permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Suharto
(2005:93) menguraikan bahwa pendampingan merupakan
strategi yang sangat menentukan keberhasilan program
pemberdayaan masyarakat. Pendampingan diupayakan untuk
menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar
masyarakat yang di dampingi dapat hidup secara mandiri.
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris participate yang
artinya mengikut sertakan, ikut mengambil bagian ( Wilie
Wijaya, 2004:208). Pengertian partisipasi menurut H.A.R Tilaar
(2009:287) adalah sebagai wujud dari keinginan untuk
mengembangkan demokrasi melalui desentralisasi dimana
diupayakan antara lain perlunya dari bawah dengan mengikut
sertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pembangunan masyarakat. Partisipasi memiliki makna yang
luas, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
partisipasi merupakan suatu wujud dari peran serta
masyarakat dalam aktifitas berupa perencanaan dan
pelaksanaan untuk mencapai tujuan. Partisipasi bisa berupa
saran, jasa ataupun dalam bentuk materi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Apresiasi adalah semua aktifitas memberikan penghargaan
yang dilakukan sebagai hasil penggunaan, peresapan, dan
penilaian seseorang terhadap hasil karya yang diperoleh.
Apresiasi juga merupakan bentuk rasa kagum yang keluar dari
penikmat sebuah karya. Fungsi apresiasi adalah sebagai
bentuk ekspresi penghargaan kepada suatu karya, sebagai
cara untuk memberikan penilaian, edukasi, empati terhadap
sebuah karya. Memberikan hadiah kepada siswa untuk
menunjukkan bukti kasih sayang guru. Pemberian hadiah
besar pengaruhnya bagi perkembangan kejiwaan siswa,
menyenangkan hatinya, menambah kecintaan kepadanya dan
memudahkan mereka menerima ajaran atau petunjuk dari
guru (Sumiati,Asra, 129)

Perangkat atau Instrumen


a. Gerbong Maut ( Gerobak Dorong Membaca Rutin )

29
Gambar.3.1. Gerbong Maut

b. Buku Jurnal Membaca

Gambar.3.2. Buku Jurnal Membaca

Tabel 3.1. Buku Jurnal Membaca


Jud TT
Hari/ TTD
ul Halama Rangkuman/Pe D
NO Tangg Oran
Buk n san Moral Gur
al g Tua
u u
1
2
3
Untuk mengetahui kegiatan membaca siswa digunakan
buku jurnal membaca yang wajib dimiliki oleh setiap siswa
sebagai penanggung jawabnya adalah guru dan orang tua.
c. Reward Stiker

Stiker berupa gambar jempol bertuliskan “ HEBAT “ atau

30
gambar yang menarik, bisa di tempel di kertas atau pada
tempat lain. Stiker bisa berupa gambar hewan kesukaan anak
– anak atau gambar tokoh yang sedang viral pada saat itu.
d. Kera Gantung

Keranjang gantung adalah sebuah rak berbentuk


keranjang yang diletakkan di dinding tembok di ruang guru,
ruang kepala sekolah, dan ruang ruang lain yang terdapat di
sekolah tersebut. Kera gantung juga berisi buku.
e. Sudut baca

Sudut baca terdapat di setiap ruang kelas siswa. Buku


yang tersedia merupakan buku yang disesuaikan dengan
perkembangan dan kebutuhan siswa.
f. Sapu Sama ( Satu Puisi Satu Manisan )

31
Gambar. 3. 6. Tempat Puisi

Sapu Sama atau satu puisi satu manisan. Sebuah kotak


menyerupai permen yang ditengahnya diberi lubang sebagai
tempat untuk memasukan puisi hasil karya siswa. Setiap siswa
membuat puisi yang dimasukan kedalam sebuah kotak.
Sebelum dimasukkan ke dalam kotak, puisi tersebut dikoreksi
terbih dahulu untuk direvisi. Setiap karya puisi ditukar dengan
satu manisan. Pada akhir bulan kotak puisi hasil
pengumpulan karya siswa di keluarkan. Karya puisi siswa
dicatat judul, tema, naskah puisi dan identitas siswa.
Karya puisi siswa ditukar dengan kupon hadiah yang akan
diundi setiap tiga bulan sekali. Semakin banyak karya siswa
semakin banyak juga kupon yang diperolehnya. Puisi karya
siswa diseleksi untuk peringkat dan di ambil sepuluh besar
terbaik. Hasil puisi siswa dibuat antologi puisi diterbitkan
berupa buku berISBN.
g. Mimi Berani ( Mimbar Mini Berani )

Mimi Berani atau mimbar mini berani adalah sebuah


mimbar sederhana berwarna merah yang berarti
melambangkan keberanian. Mimbar mini dilektakkan
dihalaman sekolah. Mimbar mini merupakan ajang siswa yang
berani menampilkan potensi yang dimilikinya. Semua siswa
berhak menggunakan dan menunjukkan keberaniannya di

32
depan siswa yang lain. Pelaksanan ajang keberanian siswa
dilaksanakan ketika siswa istirahat.

Metode dalam pemecahan masalah digambarkan pada


bagan di bawah ini

a. Perencanaan
Analisis potensi, mengamati dan menganalisis
berdasarkan 8 standar nasional pendidikan, Pembentukan
Tim melibatkan semua personil yang dimiliki di sekolah,
Penyusunan program, dan Sosialisasi kepada semua warga
sekolah.
b. Pelaksanaan kegiatan .
Tempat buku berupa gerobak yang terdapat tiga rak
buku, mengisi Gerbong Maut dengan buku yang tersedia.
Buku fiksi, buku nonfiksi, kartu kata dan gambar juga
terdapat dalam rak buku. Menyusul jadwal membaca.
Pelaksanaan dijadwal secara bergiliran dari kelas 1 sampai
kelas 6 yang dilaksanakan di pagi hari sebelum
pembelajaran PJOK. Petugas yang mendampingi adalah
guru sukwan, guru kelas masing–masing dan guru
PJOK.Pada jam istirahat selanjutnya sudah tidak di piket
lagi. Siswa diberi keleluasaan untuk membaca dengan
kesadaran dalam diri siswa.

33
c. Kegiatan Membaca.
Pada kegiatan membaca ada beberapa langkah yaitu:
Mengumandangkan yel-yel yang dimiliki kelasnya masing-
masing untuk menciptakan suasana yang menyenangkan.
Dilanjutkan kegiatan siswa membaca buku sesuai dengan
keinginannya. Siswa membaca di tempat sekitar halaman
sekolah dan bebas mencari tempat duduk yang di rasa
nyaman dan teduh. Selesai membaca siswa mengisi buku
jurnal masing – masing siswa. Mereka menulis nama judul
buku yang di baca, halaman berapa, tentang apa dan
kesan moral yang di peroleh atau rangkumannya. Masing–
masing siswa meminta tanda tangan pada guru kelasnya.
Stiker diberikan pada siswa yang sudah melakukan
kegiatan membaca sebanyak lima kali. Stiker yang mereka
peroleh di tempel pada kertas ukuran 15 cm x 20 cm.
Kertas di pajang di sekitar ruang kelas secara berdampigan
dengan milik teman sekelasnya.
Pemajangan hasil perolehan stiker tersebut untuk
mendorong siswa berkompetisi secara sehat. Pemajangan
hasil perolehan stiker diletakkan di dinding dengan
harapan siswa dapat mengevaluasi sendiri.
d. Pajangan hasil karya
Karya yang di hasilkan siswa memilliki daya tarik
tersendiri bagi siswa. Siswa merasa bangga dan dihargai
ketika hasil karyanya dibaca temannya. Siswa yang lain
juga ingin mengetahui bagaimana hasil karya teman
sekolahnya. Setiap saat siswa selalu berharap ada karya
baru dari teman–temannya. Ini sebagai motivasi yang
sangat baik untuk lebih kreatif berkarya.
e. Monitoring dan Evaluasi. Setiap pelaksanaan program
dibuat catatan–catatan, penemuan yang terjadi di lapangan
di tindaklanjuti dan di selesaikan.

Hasil dan Pembahasan


Hasil pengamatan yang penulis lakukan pada kondisi
lingkungan sekolah terdiri dari semua aspek 8 standar
nasional pendidikan di temukan beberapa kondisi sebagai
berikut: Tidak memiliki ruang perpustakaan yang memenuhi
standar pelayanan minimal, aktifitas membaca siswa tidak
optimal, partisipasi siswa pada ajang kegiatan lomba masih
kurang, hasil karya guru dan siswa belum terwujud, prestasi
yang di peroleh sangat rendah.
34
Kegiatan membaca yang terjadwal dan diwajibkan
memperoleh hasil sebagai berikut:
1. Peningkatan aktifitas membaca.Hasinya dapat diamati
pada tabel di bawah ini.

Hasil Analisis Peningkatan Membaca


Data Awal Hasil
2-31 Okt 2017 1-31 Maret 2018 1-30 November 2018

NO Kelas Membaca Membaca Membaca Membaca Membaca Membaca


sebelum Waktu sebelum Waktu sebelum Waktu
KBM Isirahat KBM Isirahat KBM Isirahat

1 1 15% 11% 74% 44% 88% 73%


2 2 23% 11% 74% 48% 84% 69%
3 3 23% 11% 81% 55% 84% 61%
4 4 26% 15% 88% 48% 92% 69%
5 5 19% 19% 88% 59% 92% 73%
6 6 26% 23% 88% 59% 96% 76%
Jumlah 22% 15% 82% 52% 90% 70%

Tabel di atas menunjukkan kondisi sebelum dan sesudah


melakukan best practice. Hasil yang diperoleh berupa karya
guru dan siswa.
2. Hasil karya puisi siswa dapat dilihat pada tabel di bawah
ini

Hasil Puisi Siswa


JUMLAH 3 - 29 September
NO KELAS AWAL
SISWA 2018
1 3 20 20 64
2 4 18 18 60
3 5 12 12 40
4 6 19 19 69
Jumlah 69 233

Bagi guru setiap minggu sekali mencipta sebuah karya puisi.


Jumlah guru 11 orang, dalam satu bulan tercipta 44 karya
puisi. Karya puisi di pajang di mading sekolah.

3. Unjuk bakat pada PHBI dan PHBN. Kegiatan PHBI dan


PHBN diisi dengan mengadakan berbagai lomba. Misalnya

35
lomba menulis puisi, membaca puisi, menulis pantun,
pildacil, membaca ayat–ayat pendek juz amma dan
mendongeng. Kegiatan PHBI dan PHBN sebelumnya hanya
diisi dengan kegiatan seremonial saja, siswa berpakaian
sesuai momen peringatan dan membawa kue.
Dampak yang diperoleh dapat meningkatkan prestasi
sekolah, guru, dan siswa. Selama tahun 2016 kejuaraan yang
di peroleh adalah lomba mewarna tingkat kecamatan. Selama
tahun 2017 memperoleh kejuaraan voly, melukis, dan gambar
bercerita di tingkat kecamatan. Selama tahun 2018 sampai
pertengahan tahun 2019 kejuaraan yang di raih pada tingkat
kecamatan adalah lomba mewarnai, menyanyi, tari, voly,
pantomim, dan inobel. Pada tingkat kabupaten kejuaraan yang
di peroleh adalah pildacil, cipta baca puisi, pidato, festival
lampion dan gambar bercerita. Pada tingkat keresidenan
kejuaraan yang di peroleh adalah menggambar, melukis,
menyanyi dan pildacil
Dalam proses pelaksanaan masih ditemui beberapa
hambatanmisalnyaSiswa jenuh dan bosan dengan keberadaan
buku yang kurang beragam. Tatanan dan susunan yang tetap
seperti itu saja memacu siswa menjadi bosan. Cara
mengatasinya yaitu menambah koleksi buku dengan cara
bekerja sama dengan wali siswa. Masing – masing siswa
minimal membawa satu buku.
Untuk mengatasi kejenuhan siswa di pilihlah buku sesuai
dengan usia siswa. Penataan perpustakaan juga bisa di ubah
posisiya agar mendapat kesan suasana baru. Perdengarkan
musik anak – anak agar suasana lebih menyenangkan. Koleksi
Buku Terbatas, buku yang tersedia sangatlah terbatas. Untuk
mengatasi keterbatasan buku dengan cara gerakan partisipasi
semua elemen yang ada di lingkungan sekolah. Bekerja sama
dengan pihak lain misalnya mengajukan ke Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso, dengan lembaga
Bank yang ada di sekitar Bondowoso. Tidak memiliki petugas
ahli, untuk mengatasi hal tersebut, memanfaatkan guru suka
relawan yang ada dan di dampingi oleh guru PJOK karena guru
olah raga jadwal mengajarnya setiap hari bergiliran di masing
– masing kelas. Pelaksanaan Literasi dilaksanakan setiap hari
sebelum KBM PJOK dilaksanakan. Sehingga yang menanggung
jawab adalah guru PJOK dan guru kelas.
Faktor Pendukung : Kerjasama dan kekompakan dari
semua warga sekolah ini merupakan modal bagi terlaksananya
36
kegiatan literasi. Tanpa kerja sama yang baik semua kegiatan
tidak akan berjalan dengan baik, ikhlas , pelaksanaan kegiatan
dapat terlaksana dengan baik kalau semua warga sekolah
memiliki keilhlasan hati yang mendalam. Semua kegiatan tak
akan menghasilkan materi berupa kekayaan. Namun dengan
modal ikhlas dalam bekerja maka semua kegiatan akan tetap
terlaksana.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diekomendasikan
sebagai berikut: Bagi kepala dan guru lebih mengoptimalkan
peran serta dan fungsinya serta mampu memberikan motivasi
dan keteladanan dalam kegiatan peningkatan minat baca
dalam kehidupan sehari – hari di sekolah. Bagi siswa dapat
meningkatkan kebiasaan membaca dan bisa
diimplementasikan dalam pembelajaran. Bagi orang tua lebih
meningkatkan peran sertanya terhadap sekolah, menjaga
sikap positif anak, berperan aktif dalam mendampingi kegiatan
membaca di lingkungan rumah dan menjadi teladan cinta
literasi.

37
DAFTAR PUSTAKA
Apandi, Idris. 2018 Kiat Praktis Menulis Best Practice. Jawa
Barat: Tsaqiva.
Apandi, Idris. 2017. Gerakan Literasi dalam Penguatan
Pendidikan Karakter. Bandung: Media Jaya Abadi.
Apandi, Idris. 2017. Guru Kalbu. Bandung: Media Jaya Abadi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Farida, Rahim . 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: Bumi Aksara.
H.A.R Tilaar. 2009. Kekuasaan dan Pendidikan : Manajemen
Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan. Jakarta:
Rineka Cipta 2009
.................. http:/buletin Belitong.com/ 5-11-2017
Rachman, Arief. 2015. Guru. Jakarta: Esensi Erlangga 2015
Suharto Edi. 2005 . Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat . Bandung : P.T. Rafika Aditama.
Sumiati, Asra . 2009 . Metode Pembelajaran. Bandung :
Wacana Prima
Survey UNESCO : “Minat Baca Orang Indonesia Terpuruk”
Taufiqi, HM. 2017. Religious Parenting. Malang: Media Sutra
Atiga.
Wijaya, Wilie.2004. http//www.makalah-partisipasi-
masyarakat.com/-by agus diakses 11 April 2019

38
Biografi Penulis
Nama: Siti Mutawarridah,S.Pd,
lahir di Jember, 7 Desember 1971, NIP
19711207 199304 2 002, Kepala SDN
Pancuran 1, pernah mengajar di SDN
Kotakulon 1 Bondowoso, SDN
Patemon 1, SDN Kademangan 2.
Bermukim di KP. Haji Bataan
Tenggarang Bondowoso Jatim.
Pendidikan: MI Al Islah Mayang
Jember, SDI Salafiyah Gondanglegi Malang, MTs Khairuddin,
MA Khairuddin Gondanglegi Malang, PGSD IKIP Malang, dan
Universitas Kanjuruhan Malang. Keluarga: Suami Sucipto,
S.Pd (Guru SDN Pekalangan 1 Bondowoso), Anak :Sistaria Isma
Syarifah (Mahasiswa UGM), dan Maulidy Syafri Syarifuddin
(Mahasiswa Universitas Malang)

39
MENGEMBANGKAN SEKOLAH BERKARAKTER
MELALUI GERAKAN BERSIH

Kustanto
SDN 048 SIRNAMANAH, KOTA BANDUNG, JAWA BARAT
mujikustanto@gmail.com

Pendahuluan
Manusia adalah mahluk yang beradab, mempunyai
keinginan dan cita-cita untuk terus berkembang sesuai dengan
perkembangan jaman. Selain itu juga manusia merupakan
mahluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Manusia akan terus berinteraksi dan bersosialisasi demi
perkembangan intelektualnya. Perkembangan intelektual anak
akan sangat dipengaruhi oleh tempat, dimana anak bertempat
tinggal. Perkembangan bahasa, perkembangan tingkah laku
selalu terpengaruh dari situasi dan kondisi dimana anak itu
hidup. Anak-anak yang hidup dipedesaan, anak-anak yang
hidup dikota, anak-anak yang hidup dipantai, tempat wisata,
tempat pembuangan sampah cara bergaul dan berbicara
sangat terpengaruh dimana mereka berada. Pendidikan dalam
keluarga juga sangat berpengaruh, pendidikan dalam keluarga
adalah pendidikan yang utama dan pertama. Tingkah laku
anak merupakan gambaran nyata kebisaan dan cara hidup
kedua orang tuanya. Anak adalah peniru sejati, dalam tahap
perkembangan kehidupannya. Apabila orang tuanya rajin
beribadah dan menjaga tutur katanya maka anakpun akan
bertindak dan bertingkah laku sebagaimana yang dicontohkan
oleh kedua orang tuanya. Begitu pula sebaliknya apabila kedua
orang tuanya, orang yang pemalas dan tidak peduli terhadap
lingkungan maka anak-anaknya berkembang menjadi anak
yang apatis, egois dan tidak peduli terhadap lingkungan dan
sesamanya.
Sekolah Dasar Negeri 048 Sirnamanah yang kita sebut
menjadi SDN 048 Sirnamanah mempunyai peranan penting
untuk mendukung tubuh kembang anak kearah lebih baik.
SDN 048 Sirnamanah merupakan bagian dari Rintisan Sekolah
Berstandar Nasional ( RSBN) secara teori seharusnya lebih baik
dari sekolah-sekolah yang lain. Baik sarana prasarana,

40
adminstrasi pembelajaran serta kemampuan pengelolaan kelas
harusnya lebih lengkap dan baik. SDN 048 Siramanah
mempunyai potensi yang baik untuk menjadi sekolah
unggulan. Terjadi mal pengelolaan, apa yang diharapkan tidak
sesuai dengan angan-angan. Karakter yang seharusnya sudah
terbentuk belum mencapai tujuan yang di harapkan. Hal ini
dapat dapat dilihat dengan : 1) Kehidupan beragama yang
masih kurang dalam pembelajaran sehari-hari. 2) Sikap
ketidak pedulian terhadap lingkungan sekitar.
Memang tidak semua masalah dapat terselesaikan dengan
cepat dan baik, maka penulis menganalisis setiap
permasalahan sehingga dapat diambil langkah yang cepat dan
tepat untuk mengatasi permasalahan ini. Berasumsi bahwa
pembelajaran harus dikembalikan ke dasar pendidikan yang
berbasis pada keluarga. Diimplementasikan dalam
pembelajaran di sekolah dalam bentuk sebuah gerakan
bersama yang disebut “ Gerakan Besih “. Gerakan ini adalah
gerakan membersihkan diri baik lahir dan batin sehingga akan
tercipta situasi dan kondisi yang enak dan nyaman untuk
belajar. Sekolah akan benar-benar menjadi rumah kedua dan
dilandasi sikap religius dan peduli terhadap lingkungan. Sikap
religius diwujudkan dengan kegiatan lebih mendekatkan
kepada pencipta/ beribadah. Peduli lingkungan dengan
mengurangi sampah plastik di sekolah seminim mungkin
dengan gerakan zerro sampah. Ada 2 permasalahan yang
paling menonjol bagi SDN 048 Sirnamanah yaitu : 1)
Bagaimana menerapkan Gerakan Bersih untuk mengubah
karakter. 2) Dampak karakter yang terjadi di SDN 048
Sirnamanah setelah penerapan Gerakan Bersih ?
Tujuan penulisan best practices adalah untuk mengukur
pelaksanaan Gerakan Bersih dalam memenuhi indikator
membangun sekolah berkarakter dari keterlaksanaan,
ketercapaian dan kebermanfaatan. Serta dampak perubahan
karakter peserta didik melalui Gerakan Bersih di SDN 048
Sirnamanah. Harapan kami yang akan diperoleh dari hasil
penulisan best practices ini terciptanya lingkungan yang
mendukung budaya religius dan budaya peka terhadap
lingkungan di sekolah guna mendukung visi, misi dan tujuan
pendidikan di SDN 048 Sirnamanah. Guru dapat mengerti dan
memahami pentingnya pendidikan karakter bagi peserta didik

41
sehingga terciptanya pembelajaran yang berkarakter di sekolah
yang akan berimplikasi terhadap penyiapan generasi penerus
yang handal.
Bersih dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang tiada
noda, debu dan suci. Kebersihan dan kesucian ini harus
tercipta di dalam diri individu baik maupun batin. Kebersihan
dari segenap seluruh warga SDN 048 Sirnamanah diperoleh
dengan pendekatan diri yang lebih mendalam terhadap sang
pencipta. Kebersihan hati ini berharap mempengaruhi etos
kerja baik guru, tenaga kependidikan serta siswa. Dengan
menempatkan tugas bukan menggugurkan kewajiban akan
tetapi suatu kebutuhan dalam pengabdian terhadap pencipta.
Mengapa sisi pengabdian terhadap pencipta diunggulkan di
SDN 048 Sirnamanah, semata-mata karena situasi dan kondisi
sekarang ini. Dengan lebih mendekatkan terhadap pencipta
tutur kata, suasana hati akan lebih tenang. Setiap
permasalahan dapat dihadapi dengan ketengan jiwa sehingga
pemecahan masalah akan selalu terpecahkan dengan baik.
Dengan bersih hati kepekaan hati nurani makin terasah
sehingga menjadi pribadi yang baik. Bersih dalam pandangan
agama Islam, sesuai dengan perintah Alloh yang tertulis dalam
kitab Al Qur`an yan di imami oleh seluruh penganutnya
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 222, Alloh berfirman
yang artinya : “ Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang
yang tobat dan Alloh mencintai orang-orang yang besuci “.
Kebersihan jiwa harus sejalan dengan kebersihan lahiriah.
Kebersihan lahiriah dapat dilihat dan dapat dirasakan. Dalam
pelaksanaannya mudah diteorikan akan tetapi susah
dikakukan kalau tidak dengan contoh dan teladan dari guru
dan Kepala Sekolah. Kerbesihan lingkungan sekolah meliputi
ruang kelas, halaman, kamar kecil dan saluran air. Harus ada
pembagian tugas kebersihan yang jelas sehingga dapat
dimintai pertanggungjawabannya.

Karakter
Ada beberapa pengertian karakter, dalam pandangan
awam biasanya karakter dihubungkan dengan kepribadian
yang dimiliki seseorang. Misalnya seseorang bertemparemen
keras biasanya mempunyai karakter pemamarah. Ada bebrapa
definisi tentang pengertian karakter . a). Pengertian karakter
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Karakter berarti sifat
kejiwaan, ahlak atau budi pekerti yang membrdakan seseorang
42
dari orang lain. Karakter juga dapat diartikan sebagai tabiat
atau watak b).Secara konseptual istilah karakter dipahami
sebagai dua kubu pengertian. Pengertian pertama besifat
deterministik yaitu karakter dipahami sebagai sekumpulan
kondisi rohaniah pada diri kita yang sudah teranugrahi dari
pencipta. Pengertian kedua bersifat non deterministik atau
sebagai tingkat kekuatan atau ketangguhan seseorang dalam
mengatasi kondisi yang sudah secara alami. (Saptono,2011:17)
Pendidikan karakter adalah pembentukan watak serta
kepribadian yang disengaja untuk menciptakan situasi dan
kondisiyang diinginkan. Ada beberapa teori yang menjadi
rujukan dintaranya : a).Pendidikan karakter adalah upaya
yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan
karakteryang baik ( good character ) berlandaskan kebajikan-
kebajikan inti ( core virtues) yang secara objektif baik bagi
individu maupun masyarakat.( lickon 1991; Marvin W,
Berkowitz&MelindaC.Bier, 2005). b). Menurut Saptono dalam
bukunya Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter halaman 24,
ada empat alasan perlunya sekolah lebih bersungguh-sungguh
menjadi tempat terbaik bagi pendidikan karakter yaitu : 1).
Banyak keluarga ( tradisional maupun non tradisional ) yang
tidak melaksanakanpendidikan karakter; 2).Sekolah tidak
hanyabertujuan membentuk anak yang cerdas, tetapi juga
anak yang baik; 3). Kecerdasan anak hanya bermakna
manakala dilandasi dengan kebaikan; 4) Membentuk anak
didikagar berkarakter tangguhbukan sekedar tugas
tambahanbagi guru, melainkan tanggung jawab yang melekat
pada perannya sebagai seorang guru.

Gerakan Bersih
Penerapan Gerakan Bersih dalam membangun sekolah
berkarakter di SDN 048 Sirnamanah tidak serumit yang kita
banyangkan, akan tetapi perlu adanya kesabaran dan
ketegasan dalam penerapannya. Pendekatan dasar yang ada
pada pendidikan seperti wejangan Bapak Pendidikan kita Ki
Hajar Dewantara bahwa dalam memberikan pengajaran
menganut slogan Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya
Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Berarti dalam
pelaksanaan konsep renyah adalah sebagai berikut :

43
Ing ngarso Sung Tuladha penerapan Gerakan Bersih
seorang pendidik dalam bebersih hati memberikan contoh yang
paling depan, tidak hanya memerintah secara teori untuk
melaksanakan. Akan tetapi seorang guru betul-betul
melaksanakan denga sepenuh hati. Bagaimana seorang guru
beribadah tepat waktu. Bertutur kata yang lemah lembut
sehingga menjadi tauladan bagi peserta didiknya. Bebersih
lingkungan bagaimana seorang pendidik memberikan contoh
cara mengurangi dan memanfaatkan sampah yang ada di
sekolah.
Ing Madya Mangun Karso pada prinsipnya siswa sangat
perlu arahan dan bimbingan maka tidak henti-hentinya
memberikan semangat untuk bebersih hati dan bebersih
lingkungan akan bermanfaat bagi diri sendiri dan tentunya
turut melestarikan kelangsungan bumi ini.
Tut wuri Handayani tidak selamanya gerakan bersih,
pendidik ada didepan akan tetapi mungkin tiba saatnya siswa
yang harus di depan. Tugas kita memberikan dorongan agar
gerakan bersih dapat dilaksanakan dengan baik

Cekas sebagai solusi


Gerakan bersih ini tidak akan berhasil tanpa ada kerja
kolektif antara Kepala sekolah, guru dan orang tua siswa (
komite Sekolah ). SDN 048 Sirnamanah mempunyai potensi
yang sangat besar untuk dikembangkan. Dalam
pelaksanaanya mengacu pada Visi Sekolah yang direncanakan
yaitu “ CEKAS “. Pemahaman dari visi Cekas adalah 1).
Agamis/Religius: Seluruh warga SDN 048 harus melaksanakan
ajaran agamanya dengan dengan baik dan benar. Sehingga
setiap sendi-sendi pembelajaran di SDN 048 dilandasi dan
dijiwai dengan nuansa keagamanan. Harapannya seluruh
sevitas akademika SDN 048 Sirnamanah tidak lagi bekerja dan
belajar dengan diawasi dan dikomando akan tetapi adanya
kesadaran karena penganbdian terhadap Tuhan PenciptaNya.
2) Santun/Berbudaya: Seluruh Warga SDN 048 Sirnamanah
dapat menempatkan posisinya sesuai adat kebiasaan yang ada.
Penghormatan yang lebih tua dan menyayangiyang lebih muda.
Menggunakan tutur bahasa yang lemah lembut. Dan dapat
menepatkan pada posisnya denga benar. 3) Kreatif:Seluruh
warga SDN 048 harus dapat berfikir kreatif dan inovatif demi
kepentingan bersama, cekat terhadap segala permasalahan
tanpa harus menunggu perintah dan tanggap tehadap
44
perubahan jaman. 4)Cerdas: Kecerdasan akan diperoleh
apabila telah menjalankan agamannya denga benar, santun
dan hormat terhadap sesamanya serta dapat berfikir kreatif.
Tetapi juga pelu adanya kesadaran dari semua pihak bahwa
keberhasilan itu kan sangat bermanfaat.
Cekas juga merupakan nama aplikasi keuangan yang
dipergunakan untuk pelaporan penggunaan dana BOS pusat
dan daerah. Dalam aplikasi ini semua rencana Pendapatan dan
Belanja Sekolah harus benar-benar baik dan akuntabel serta
dapat diakses oleh semua orang
(https://rkas.disdikkota.bandung.go.id). Rencana Pendapatan
dan Belanja Sekolah yang dikenal dengan RKAS. Dalam RKAS
gerakan bersih direncanakan dan dianggarkan dengan baik,
sehingga bersih lahiriah atau lingkungan dapat diwujudkan.
Keberhasilan penerapan Gerakan Bersih di SDN 048
Sirnamanah dapat dilihat dan dirasakan oleh seluruh warga
sekolah. Siswa dan guru dapat melaksanakan ibadah tepat
waktu dan tidak ada unsur paksaan. Membuang sampah
ditempat yang telah ditentuakan, menggunakan bahasa yang
baik dan benar. Dengan kebersihan hati dan kebesihan tempat
terciptaa lingkungan yang enak dan nyaman untuk
pembelajaran ( merenah dalam belajar )

Hasil
Dalam pembahasan penulis hanya melihat dari dua aspek,
karena dua aspek inilah yang menjadi tolok ukur bagi
keberhasilannya. Dua aspek yang menjadi pembahasan yakni
Aspek Keagamaan dan Aspek Lingkungan, untuk lebih jelasnya
kita perhatikan perbandingan dibawah ini

Kondisi Sebelum Gerakan Bersih


1. Aspek Keagamaan
Sholat dzuhur belum ada yang mengarahkan dan mengatur
tidak dilaksanakan di masjid tetapi dilaksanakan dimushola
sekolah. Anak perempuan sholat setelah anak-anak laki-laki
sehingga tidak eektif waktu. Jumat rohani hanya diisi dengan
kultum dengan ceramah keagamaan saja dan menjadi sumber
guru PAI dan guru kelas yang bersedia saja. Tempat wudu
masih terbatas, sehingga anak-anak ketika berwudu mengantri
karena sumber air terbatas sehingga aktifitas wudu dan

45
bersuci terganggu. Kegiatan BTQ khusus kelas 3 s/d 6 saja dan
hanya dilaksanakan setiap pelajaran agaman.
2. Aspek Lingkungan
Taman belum tertatap rapi terkesan kurang pemeliharaan,
tanaman banyak yang mati. Sampah masih berserakan
disembarang tempat, dikarenakan anak-anak belum
membuang sampah pada tempatnya. Sampah menumpuk
ditempat pembuangan sementara karena tidak dapat
terangkut sehingga meminbulkan bau yang tidak sedap.WC
kurang terpelihara dan kumuh, air kurang dan penerangan
tidak cukup
Kondisi Sesudah Gerakan Bersih
1. Aspek Keagamaan
Sholat dzuhur secara berjamaah sudah teroganisir oleh
dengan baik, sholat Dzuhur untuk anak laki-laki dilaksanakan
di masjid warga denga koordinasi dengan DKM Miftahul Fallah
Rt 01 Rw 06 . kegiatan ini mendapat respon sangat positif dari
ketua DKM dan tokoh agama setempat.
Untuk siswa perempuan diorganasir guru PAI sehingga waktu
lebih efektif dalam belajar. Tempat wudu sudah ada perbaikan
dan pembahan. Sumber air ada pemambahan dengan
pengeboran sumber air baru sehingga air cukup melimpah.
Kegiatan BTQ dilaksanakan dari kelas 1 s/d kelas 6, untuk
kelas 1 dan 2 BTQ dengan bombingan guru PAI, sedang kelas
3 s/d kelas 6 BTQdilaksanakan setiap hari dengan bimbingan
guru kelas masing-masing. Ada pemambahan program baru
yaitu tamat sekolah tamat baca Al Qur`an.
2. Aspek Lingkungan
Taman mulai ada penataan, penambahan tanaman baru,
serta Pembagian wilayah kebersihan dengan zona yang telah
ditentukan. Program zerro sampah, yaitu program
pengurangan sampah dengan program siswa membawa tempat
makan dan minum sediri. Pembuangan sampah dengan sistem
1 hari sampah dibuang ke TPA yang terdekat sehingga
sekarang sampah tidak lagi menumpuk di TPS. Program bank
sampah yaitu siswa membawa sampah dari rumah yang dapat
didaur ulang sebagi pelaksananya adalah komite sekolah.
Hasil dari bank sampah digunakan sebesar-besarnya untuk
menunjang kegiatan ekstrakurikuler. Bank sampah dikelola
pokja tersendiri dari Komite Sekolah.Perbaikan WC
bekerjasama dengan pokja yang dibentuk oleh Komite Sekolah,
sehingga dapat diperbaiki 3 unit WC siswa yang layak pakai
46
dengan kebersihan dan penerangan yang cukup. Pembuatan
sumur bor baru dengan debit air yang cukup.
Menerapan gerakan bersih dengan prinsip Ing ngarso Sung
Tuladha penerapan gerakan bersih seorang pendidik dalam
bebersih hati memberikan contoh yang paling depan, tidak
hanya memerintah secara teori untuk melaksanakan. Akan
tetapi seorang guru betul-betul melaksanakan denga sepenuh
hati. Bagaimana seorang guru beribadah tepat waktu. Bertutur
kata yang lemah lembut sehingga menjadi tauladan bagi
peserta didiknya. Bebersih lingkungan bagaimana seorang
pendidik memberikan contoh cara mengurangi dan
memanfaatkan sampah yang ada di sekolah.
Ing Madya Mangun karso Pada prinsipnya siswa sangat
perlu arahan dan bimbingan maka tidak henti-hentinya
memberikan semangat untuk bebersih hati dan bebersih
lingkungan akan bermanfaat bagi diri sendiri dan tentunya
turut melestarikan kelangsungan bumi ini. Tut wuri
Handayani tidak selamanya gerakan bersih guru ada didepan
akan tetapi mungkin tiba saatnya siswa yang harus di depan.
Tugas kita memberikan dorongan agar gerakan bersih dapat
dilaksanakan dengan baik.
Hasil dari perbandingan diatas dapat terlihat perubahan
dan perbedaan yang terjadi di SDN 048 Sirnamanah baik dari
Aspek Keagamaan maupun Aspek Lingkungan. Dalam
pelaksanaannya penerapan konsep Renyah yang sejalan
dengan Visi SDN 048 Sirnamanah yaitu “ CEKAS” yakni bahwa
seluruh keluarga besar SDN 048 Sirnamanah menjadi : 1)
Agamis/ Religius Seluruh warga SDN 048 harus melaksanakan
ajaran agamanya dengan dengan baik dan benar. Sehingga
setiap sendi-sendi pembelajaran di SDN 048 dilandasi dan
dijiwai dengan nuansa keagamanan. Harapannya seluruh
sevitas akademika SDN 048 Sirnamanah tidak lagi bekerja dan
belajar dengan diawasi dan dikomando akan tetapi adanya
kesadaran karena penganbdian terhadap Tuhan PenciptaNya;
2) Santun/ Berbudaya, Seluruh Warga SDN 048 Sirnamanah
dapat menempatkan posisinya sesuai adat kebiasaan yang ada.
Penghormatan yang lebih tua dan menyayangiyang lebih muda.
Menggunakan tutu bahasa yang lemah lembut. Dan dapat
menepatkan pada posisnya denga benar. 3) Kreatif warga SDN
048 Sirnamanah harus dapat berfikir kreatif dan inovatif demi

47
kepentingan bersama, cepat terhadap segala permasalahan
tanpa harus menunggu perintah dan tanggap tehadap
perubahan jaman; 4) Kecerdasan akan diperoleh apabila telah
menjalankan agamannya denga benar, santun dan hormat
terhadap sesamanya serta dapat berfikir kreatif. Jadi cerdas
adalah seluru aspek yang memuat agamis, santun dan kreatif.
Gerakan bersih, resik adalah suatu gerakan
membersihkan diri baik lahir dan batin. Membersihkan lahir
adalah penerapan zerro sampah yaitu meminimalisasi sampah
yang ada yang ada disekolah dengan membawa tempat makan
dan minum sendiri sehingga kebersihan dan kesehatan
terjamin. Gerakan bersih hati dengan sholat dzuhur berjamaah
sehingga adanya ketenangan jiwa dan hati. Dengan bersih lahir
dan batin akan tercipta suasana yang yaman , damai ini yang
disebut dengan “merenah”. Pelan tapi pasti adanya perubahan
karakter warga sekolah SDN 048 Sirnamanah menjadi lebih
baik. Harapan masa depan peserta didik menjadi prtbadi yang
lebih baik dan santun.
Dengan demikian gerakan bersih ini sangat sesuai dengan
misi dan visi SDN 048 Sirnamanah serta teori-teori yang
berlaku. Pada akhirnya Gerakan Bersih ini dapat mengubah
karakter siswa terutama karakter pembelajaran di SDN 048
Sirnamanah.
Tantangan dalam mengimplementasikan gerakan bersih
demikian komplek sehingga membutuhkan energi yang cukup
besar untuk melaksanakanmya, perlu adanya keberanian dan
keikhlasan dalam memulainya. Tantangan dan hambatan pasti
ada, baik dari dalam maupun dari luar. Tetaplah sealu
semangat akan tugas mulia kita, karena kitalah yang harus
memulainya. Memperbaiki karakter siswa adalah tugas besar
kita demi generasi di masa yang akan datang. Gerakan bersih
ini adalah sebagian kecil dari gerakan-gerakan lainnya. Masih
banyak temuan-temuan yang dapat diangkat menjadi bahan
untuk meningkatkan kinerja kepala sekolah demi kemajuan
sekolah yang mejadi tanggung jawabnya serta diangkat
menjadi program unggulan dan dituangkan kedalam best
prastices.

48
DAFTAR PUSTAKA
Mulyani Sumarni,Nana Syaodih.( 2001). Perkembangan Peserta
didik 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka
Saptono (2011). Dimensi-dimensiPendidikan Karakter (
wawasan, strategi dan langkah praktis). Jakarta:
Erlangga.
Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Doni Koesoema A.2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik
Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Panitia Kamus Lembaga Basa&Sastra Sunda ( 1975). Kamus
Umum Basa Sunda. Bandung: Tarate

49
Biografi Penulis
Nama : Kustanto, S.Pd,SD, M.Pd, lahir
di Bannyumas, 01 Januari 1970
Pendidikan dari SD s/d SPG di
Purwokerto, DII PGSD IKIP Yogyakarta
(1992), S1 UT Bandung (2007), S2
STKIP Pasundan Cimahi (2015).
Alamat rumah : GBR 3 Blok B2 no 5
Cilame Bandung Barat. Pengalaman
tugas Guru SDN Pantang Raya Kalsel (
1993-1996), Guru SDN Karya Jadi
Kalsel ( 1996-2002), Guru SDN 073 Ayudia Bandung (2002-
2007), Guru SDN 045 Pasirkaliki Bandung, Kepala SDN 002
Karang Mulya Bandung (2012-2017), Kepala SDN 048
Sirnamanah Bandung (2017 – sekarang ). Menikah dengan
Sirtufillaili, S.Pd.SD dikaruniani 2 orang anak Pungki Galuh
Rachmawati dan Aditya Kurnia Akbar.

50
PARIKOLA UNTUK MEWUJUDKAN
SEKOLAH RAMAH LINGKUNGAN
Wahyuningsih Rahayu
SD Negeri Batursari 5 Kec. Mranggen, Kab. Demak, Jawa Tengah
rahayning@gmail.com

Serali Ramah Lingkungan (Serali) berprestasi unggul


menjadi dambaan warga sekolah untuk bisa menikmati
suasana belajar dengan senang dan nyaman agar dapat
mengembangkan kompetensi peserta didik dengan maksimal.
Kompetensi peserta didik yang berprestasi unggul dan
berkarakter yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
diharapkan terwujud di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. SD
Negeri Batursari 5 terletak di wilayah Perumahan
Pucanggading Desa Batursari Kecamatan Mranggen (dekat
TVRI Jawa Tengah).
Sekolah unggul yang menjadi harapan SD Negeri Batursari
5 adalah Sekolah ramah lingkunan yang berprestasi unggul
yang membanggakan. Mewujudkan sekolah yang indah, asri,
pengelolaan sampah bagus, lingkungan nyaman untuk belajar,
warga sekolah senantiasa menerapkan Darling (sadar
lingkungan) dan Darsih (sadar kebersihan) diharapkan menjadi
daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mempercayakan
putra-putrinya di SD Negeri Batursari 5. Dengan adanya Serali
berprestasi unggul, peserta didik merasa nyaman belajar di
sekolah dan berdampak positif terhadap prestasi belajar
peserta didik. Selain itu, dengan adanya sekolah yang
warganya selalu darling dan darsih, mengelola sampah dengan
baik, maka dapat berperan serta dalam menyelamatkan bumi
dari bahaya sampah plastik maupun global warming
(pemanasan global).
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, di SD Negeri
Batursari 5 kesadaran warga sekolah untuk darling dan darsih
masih rendah walaupun telah mendapatkan penghargaan
adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan untuk

51
menuju pelestarian, pengelolaan, dan perlindungan
lingkungan masih pada tataran mínimum. Selain itu
lingkungan sekolah juga belum ada perkembangan dalam
Serali berupa penghijauan, kebersihan, maupun tata kelola
sampah. Pemanfaatan barang bekas untuk daur ulang belum
terlihat jelas di sekolah ini, sampah plastik masih bertumpuk-
tumpuk. Sekolah ini juga dihadapkan pada kenyataan bahwa
jumlah pendaftar peserta didik baru sejak tahun pelajaran
2014/2015 sampai 2016/2017 semakin menurun dan prestasi
juga menurun.
Menindakkritisi kesenjangan di atas, maka Kepala sekolah
SD Negeri Batursari 5 mendesain konsep pengembangan
Serali berprestasi unggul dengan menerapkan pemberdayaan
Parikola (partisipasi, inovasi, kolaborasi, literasi, dan
akuntabel) yang bermuara pada pencapaian visi dan misi
sekolah secara holistik dengan melibatkan stakeholders
(peserta didik, guru, orangtua, dan komite
sekolah/masyarakat serta jajaran dinas pendidikan). Hasil dari
langkah smart yang dilakukan kepala sekolah dengan
pemberdayaan Parikola ini, diharapkan mampu mewujudkan
serali berprestasi unggul yang memiliki lingkungan asri, sehat,
bersih, hijau, dan warga sekolah juga memiliki karakter darling
dan darsih serta memiliki prestasi yang unggul dan
membanggakan.
Pemberdayaan Parikola ini diterapkan dalam
pengembangan Serali berprestasi unggul diharapkan dapat
meningkatkan prestasi sekolah sampai pada tingkat nasional
dalam hal perlombaan baik tenaga pendidik, kepala sekolah,
maupun peserta didik. Prestasi yang diraih peserta didik selain
bidang akademik, tetapi bidang non akademik menjadi
keahlian bagi peserta didik yang berprestasi dan selalu berjiwa
darling dan darsih . Dengan Prestasi unggul yang
membanggakan sampai pada tingkat nasional serta senantiasa
berjiwa darling dan darsih agar dapat meningkatkan daya tarik
dan kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan putra
putrinya ke SD Negeri Batursari 5. Selain itu juga terjadinya
sistem yang sinergis dan smart antara sekolah dengan orang
tua (komite sekolah, masyarakat, dunia usaha/dunia industri,
serta lembaga pendidikan lainnya) yang dapat meningkatkan
prestasi sampai tingkat nasional yang membanggakan di SD
Negeri Batursari 5Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak.

52
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1) bagaimanakah
mengembangkan Serali Berprestasi Unggul melalui
pemberdayaan Parikola di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak?’ 2) bagaimanakah hasil atau
dampak dari pelaksanaan pemberdayaan Parikola terhadap
Serali Berprestasi Unggul di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak? Dan 3) bagaimanakah tindak
lanjut pengembangan Serali Berprestasi Unggul melalui
pemberdayaan Parikola di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak?
Tujuan penulisan ini adalah: 1) mendeskripsikan
pengembangan Serali Berprestasi Unggul melalui
pemberdayaan Parikola di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak; 2) memaparkan hasil atau
dampak dari pelaksanaan pemberdayaan Parikola dalam
mewujudkan Serali Berprestasi Unggul di SD Negeri Batursari
5 Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak; 3) memaparkan
tindak lanjut pengembangan Serali Berprestasi Unggul melalui
pemberdayaan Parikola di SD Negeri Batursari 5 Kecamatan
Mranggen Kabupaten Demak.

Serali (Sekolah Ramah Lingkungan)


Sekolah ramah lingkungan adalah sekolah yang berupaya
menerapkan pengelolaan, pelestarian, dan perlindungan
lingkungan. Kepedulian terhadap lingkungan menjadi focus
utama untuk membentuk warga sekolah yang senantiasa
peduli terhadap lingkungan sekitar baik itu Darling (sadar
lingkungan) dan darsih (sadar kebersihan).
Serali sesuai dengan permen lingkungan hidup no 05
tahun 2013 tentang pedoman program pelaksanaan adiwiyata,
yang menyatakan bahwa sekolah adiwiyata adalah sekolah
yang peduli tentang lingkungan. Komponen Program
Adiwiyata, meliputi: aspek kebijakan sekolah yang berwawasan
lingkungan, aspek kurikulum sekolah berbasis lingkungan,
aspek kegiatan sekolah berbasis partisipatif, dan aspek
pengelolaan sarana dan prasarana pendukung sekolah yang
ramah lingkungan. Pelaksanaan komponen Program Adiwiyata
tersebut dilakukan pembinaan, penilaian, dan pemberian
penghargaan.

53
Serali yang diharapkan di SD Negeri Batursari 5 adalah
sekolah ramah lingkungan yang menjadikan warga sekolah
berprestasi unggul. Sekolah yang warganya senantiasa Darling
daan Darsih di manapun berada, dan untuk bekal peserta
didik nantinya.

Pemberdayaan Parikola
Pemberdayaan Parikola kelanjutan dari penerapan
manajemen Parli Korea. Manajemen Parli Korea menurut
Rahayu (2018:9) merupakan manajemen yang digunakan
untuk pengembangan sekolah dengan tahapan partisipasi,
literasi, inovasi, kolaborasi, reward, dan akuntabel. Parikola
merupakan implikasi dari tipe manajemen transformational
yang dikembangkan oleh Danim dalam Hidayat (2012:93) yang
memandang bahwa setiap kepemimpinan baru (new
leadership paradigma) yang dipandang efektif untuk
mendinamisasikan perubahan pada situasi lingkungan yang
bersifat transisional. Perubahan yang harus segera dilakukan
untuk sebuah kepemimpinan, yang ingin maju dengan visi dan
misi yang baru.
Strategi pemecahan masalah yang dihadapi di SD Negeri
Batursari 5 dilakukan dengan menerapkan pemberdayaan
Parikola dalam upaya pengembangan serali berprestasi unggul.
Fokus utamanya pada pengelolaan sumber daya yang ada di
sekolah secara optimal dengan berkarakter bagi tenaga
pendidik dan peserta didik, orangtua, komite sekolah, dan
masyarakat. Kepala sekolah mengoptimalkan peran warga
sekolah dalam memberikan kontribusi positif untuk kemajuan
sekolah unggul dalam prestasi tingkat nasional yang
membanggakan secara membudayakan partisipasi,
pembiasaan lietrasi bagi warga sekolah, inovasi dalam segala
aspek, kolaborasi komite dengan instansi lain, reward bagi
yang mencapai prestasi unggul yang membanggakan, dan
akuntabel dalam semua pelaporan kegiatan yang dilaksanakan
di SD Negeri Batursari 5.
Pemberdayaan Parikola ini menurut hemat penulis dapat
mewujudkan kemajuan di SD Negeri Batursari 5 dalam segala
aspek kegiatan untuk menjadi yang terbaik dengan senantiasa
berkarakter yang unggul dalam prestasi sampai tingkat
nasional serta dapat melanjutkan sekolah yang lebih tinggi
sesuai dengan harapan dengan nilai yang membanggakan.
Upaya yang ditempuh dalam pengembangan serali berprestasi
54
unggul melalui pemberdayaan Parikola ini dapat dipaparkan
sebagai berikut.

Partisipasi
Kepala sekolah sebagai manajer di SD Negeri Batursari 5
berupaya mengikut-sertakan semua warga sekolah dalam
semua kegiatan yang dilakukan mulai dari tahapan
perencanaan yaitu dengan bermusyawarah antara guru, orang
tua, komite, serta pengawas sekolah untuk menentukan
kebijakan sekolah yang mendukung pencapaian prestasi
sekolah. Langkah ini dengan pertimbangan bahwa apabila
satu lidi berdiri tidak bisa dan mudah patah, tetapi apabila lidi
itu banyak dapat berdiri tegak dan tidak mudah dipatahkan
serta bermanfaat. Demikian pula partisipasi warga sekolah,
dengan semua pihak berpartisipasi maka akan menghasilkan
tujuan yang maksimal.
Berikut salah satu upaya untuk memfasilitasi partisipasi
semua pihak bagi pengembangan Serali berprestasi unggul di
SD Negeri Batursari 5.

Gambar 1-2.Kegiatan Sambung Rasa dengan Warga Sekolah

Musyawarah ini dimanfaatkan untuk pembentukan


pengurus komite baru, mensosialisasikan program kerja
sekolah, pemaparan visi misi sekolah, dan mengharapkan
dukungan kolaborasi dari masyarakat dan komite sekolah.
Musyawarah dengan masyarakat diadakan secara bertahap
Tahap satu dengan pengurus komite sekolah, tahap dua
pertemuan dengan paguyuban sekolah (wakil-wakil dari tiap
kelas tiga orang tua/wali peserta didik), dan tahap 3
pertemuan pleno dengan semua orang tua/wali peserta didik,
komite, dan paguyuban.

55
Partisipasi warga sekolah dalam pelaksanaan program
sekolah, dapat dilihat dalam kegiatan berikut.

Gambar 3-4. Partisipasi Warga Sekolah dalam Kebersihan dan Penghijauan

Inovasi
Serali berprestasi unggul diawali dengan kegiatan inovasi.
Peningkatan profesionalitas guru, langkah awal yang
dilakukan kepala sekolah karena guru adalah fasilitator,
pendidik, pembina, pembimbing, dan aspek utama dalam
menyelenggarakan pembelajaran di kelas bagi Sekolah Dasar.
Pembelajaran di kelas setiap hari dilakukan secara aktif,
kreatif, inovatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot
yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta
mengintegrasikan nilai-nilai peendidikan karakter dan
adiwiyata (peduli lingkungan).
Kegiatan dalam inovasi ini dapat dilihat dalam gambar
berikut.

Gambar 5-6. Kegiatan Pelatihan TIK

Inovasi dilakukan tidak hanya dalam pembelajaran, tetapi


juga inovasi dalam hal karakter yakni yang berhubungan
dengan sikap dan perilaku warga sekolah setiap hari. Inovasi
dalam hal ini meliputi: 1) guru piket menyambut kedatangan

56
peserta didik di depan pintu gerbang mulai pukul 06.30 WIB
dan guru yang sudah datang di sekolah ikut serta dalam
penyambutan ini; 2) Semua warga sekolah harus terbiasanya
7 S (senyum, salam, sapa, sapan santun, sabar, dan syukur);
3) mengenakan pakaian seragam harus tertib setiap hari baik
peserta didik maupun guru sesuai dengan jadwal seragam yang
ditentukan; 4) Semua warga sekolah berkumpul di halaman
bagi yang beragama Islam melafalkan Asmaulkhusna,
melafalkan Al Fathekah, doa belajar dan bagi yang non muslim
berdoa diaula; 5) Peserta didik dan guru non musim menuju
halaman bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya 3
stansa, menyanyikan lagu Mars SD Batursari 5, menyanyikan
lagu mars PPK; 6)Kegiatan dilanjutkan dengan Salam PPK,
Tepuk PK, salam D’Bama, tepuk D’Bama, salam literasi, dan
tepuk literasi; 7) Setelah itu semua peserta didik dan guru
melafalkan visi misi dan tujuan sekolah; 8) Peserta didik
melakukan budaya antre untuk masuk kelas; 9)siswa`dan guru
melakukan program pungut sampah bersama lima menit
setelah sitirahat; 10) Melakukan kegiatan Jumat sehat, , Jumat
bersih, Jumat hijau, dan Jumat beramal setiap hari Jumat;
11) setiap kelas menyanyikan lagu-lagu dolanan (khas Jawa
Tengah) sebelum pulang sekolah; dan 12) program sekolah
mendapatkan pengharaan adiwiyata nasional.

Kolaboratif
Bentuk kolaborasi dengan pihak lain ini, SD Negeri
Batursari 5 kerja sama dengan bank BTN, SMA Negeri
Mranggen 2, Komenk Studio dalam seni dan pertunjukkan,
Lokananta Group Musik dalam pelatihan marchingbank, PT
Iris, PT. Milo, puskesmas dalam kegiatan penyuluhan
kesehatan, lembaga tes psikologi untuk tes psikologi,
bimbingan belajar dengan USM, perusahaan PT. Cahaya Agung
Cemerlang, perguruan tinggi (USM, Poltekes, UPGRIS), Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Demak, dan perusahaan lainnya
yang memberikan bantuan dalam layanan pendidikan peserta
didik.

57
Gambar 7-8. Kolaboratif dengan Masyarakat untuk Pengelolaan Sampah

Literasi
Kegiatan literasi digalakkan di SD Negeri Batursari 5, baik
bagi guru maupun peserta didik. Kegiatan literasi wajib peserta
didik melakukan program wajib membaca buku selain buku
pelajaran selama 15 menit setiap hari di sekolah dengan
memanfaatkan pojok baca yang disediakan orang tua/wali di
tiap-tiap kelas. Pojok baca dibuatkan paguyuban kelas dengan
desain yang menarik dan warna yang cerah. Berikut gambar
kegiatan literasi peserta didik di pojok baca.

Gambar 9-10. Kegiatan literasi Peserta Didik di Kelas IA dan IIIB

Kegiatan literasi bagi guru adalah wajib membaca selama


30 menit di sekolah buku bacaan selain buku pelajaran.
Membaca juga dilakukan bersama-sama guna menyelesaikan
karya ilmiah.

Akuntabel
Semua kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan
Parikola ini dilaporkan secara akuntabel yakni terbuka dan
transparan. Pelaporan dilakukan secara rutin dan berkala.
58
Semua kegiatan yang sudah dilakukan sekolah baik itu sudah
berjalan lancar maupun belum terlaksana, dilaporkan secara
tertulis di papan pengumuman maupun media sekolah.
Pemanfaatan keuangan sekolah baik dana bantuan
operasional sekolah maupun bantuan dari komite dibuat
laporan secara detail dan transparan disertai bukti-bukti yang
akurat. Pelaporan ini dilakukan secara tertulis dan
disampaikan kepada semua pihak yang bersangkutan. Hal ini
sebagai pertanggungjawaban sekolah untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang tua dan masyarakat. Laporan kegiatan
dipasang dalam papan pengumuman mulai dari program,
pelaksanaan, hingga hasil kegiatan disertakan dengan foto-foto
dan bukti melakukan kegiatan. Laporan juga disampaikan
terbuka kepada wali murid dalam pertemuan akhir tahun
maupun laporan pertangungjawaban sekolah pada pihak
komite dan orang tua peserta didik. Selain itu juga diuplod di
web sekolah.
Setelah semua kegiatan dilaksanakan, maka akan
dianalisis tingkat keberhasilan dan kekurangannya.
Kelemahan akan digunakan untuk mencari solusi berikutnya.
Kegiatan yang dilakukan warga sekolah yang mendapatkan
prestasi unggul yang membanggakan mendapatkan apreasiasi
dari sekolah baik secara langsung maupun secara bertahap.
Reaward itu berupa pemberian piala, bea siswa, dan uang
pembinaan. Berikut ini sebagian kegiatan pemberian
penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi unggul.
Berikut ini dokumentasi pemberian reward pada warga
sekolah.

Hasil yang Dicapai dari Pemberdayaan Parikola


Pengembangan serali berprestasi unggul melalui
pemberdayaan Parikola di SD Negeri Batursari 5 memiliki
dampak yang luar biasa hebat, prestasi sekolah meningkat
tajam, peran warga sekolah antusias dan membanggakan.
Sekolah semakin asri, hijau, bersih, rapi, dan nyaman. Oh
Darling (Orang Hebat Sadar Lingkungan dan Ok Darsi orang
Keren Sadar Kebersihan) terwujud`di lingkungan SD Negeri
Batursari 5.
Hasil dari pemberdayaan Parikola ini antara lain: 1)
mendapatkan penghargaan adiwiyata nasional tahun 2018; 2)

59
prestasi peserta didik dalam ranking perolehan nilai USBN/US
meningkat; 3) mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
pemerintah maupun swasta; 4) mendapatkan sumbangan dari
komite sekolah dan wali murid berupa bantuan sukarela; 5)
Meraih juara umum 2 Marchingband tingkat Provinsi Jawa
Tengah tahun 2017 dan meraih juara 3 tingkat nasional tahun
2018; 6) juara 1 marchingband tingkat Kabupaten Demak
tahun 2018; 7) Juara 1 lomba pantomim tingkat Kabupaten
Demak tahun 2018; 8) Juara 1 voli tingkat Kabupaten Demak
tahun 2018; 13) Juara 1 Bulu Tangkis; 9) Peningkatan jumlah
pendaftaran peserta didik baru tahun 2017/2018 menjadi 3
rombel dengan jumlah peserta didik 105 dan tahun 2018/2019
juga 3 rombel; 10) juara harapan 2 untuk FL2N kategori cipta
pantun dan finalis tingkat nasional untuk cipta syair.

Gambar 9. Juara 1 Marchingband di Demak Gambar 10.Juara 3 Marchingband GPJB di


Jakarta

Gambar 11. Juara harapan 1 FL2N Tk Nasional Gambar12. Penerimaan Anugerah Adiwiyata Nasional

Dampak lain dari kegiatan ini adalah pembelajaran guru


di kelas semakin bervariasi dengan memanfatkan berbagai
media baik media TIK dan memanfaatkan media yang
bervariasi lainnya dari pemanfaatan daur ulang. Hasil dari

60
pembelajaran yang inovatif ini, guru SD Negeri Batursari 5
berhasil menjadi wakil lomba guru di tingkat Kabupaten
Demak yaitu Endang Setyowati, S.Pd. Pembelajaran di sekolah
berjalan dengan inovatif dan memanfaatkan media dan metode
pembelajaran dengan model-model pembelajaran sehingga
menyenangkan, anak-anak kreatif, dan tujuan yang
diharapkan.
Hasil dari program literasi wajib bagi peserta didik dan
guru, prestasi dalam lomba literasi meninggkat, antara lain
dua peserta didik masuk dalam finalis lomba FL2N dalam cipta
syair dan pantun di Bogor tahun 2018. Tingkat Kabupaten
juara 1 pantomim tahun 2017, juara 2 baca puisi, juara juara
2 lomba cerita islami, daan 3 cipta pantun tahun 2018.
Kecamatan juara 2 lomba pidato, juara 1 baca puisi, juara 1
cerita rakyat, juara 1 pantomim, juara 2 cipta syair, juara 2
cipta pantun, dan juara 1 cipta pantun.
Selain prestasi yang diraih peserta didik dalam bidang
akademik, dalam bidang olahraga, kesenian, ekstrakurikuler,
pendidikan Agama Islam (Mapsi) juga berhasil meraih prestasi
yang luar biasa.
Penerapan pemberdayaan Parikola ini juga berdampak
dalam peningkatan peminat peserta didik baru tahun pelajaran
2017/2108 dan 2018/2019. Hal ini dapat dilihat dari
perkembangan peserta didik tahun 2017/2018 dan
2018/2019 setelah menerapkan pemberdayaan Parikola untuk
mengembangkan serali berprestasi unggul.
Grafik perkembangan peserta didik baru dan jumlah
peserta didik dari tahun ke tahun dapat dilihat dalam grafik 1
berikut ini.
600

400 2015
2016
200
2017
0 2018
Siswa Jumlah
Baru Siswa
Grafik 1.Perbandingan Peserta Didik Baru

Berdasarkan grafik tersebut dapat dipaparkan bahwa


peserta didik baru tahun pelajaran 2017 meningkat dari

61
jumlahnya dari tahun 2016 sebanyak 58 menjadi 10 pada
tahun 2017 dan 100 pada tahun 2018. Berarti ada
peningkatan sebebsar 47 anak. Bertambahnya jumlah peserta
didik baru ini sebagai akibat adanya prestasi yang diraih SD
Batursari 5 yang semakin meningkat. Penerapan
pemberdayaan Parikola membawa perubahan pola pikir ke
arah yang lebih maju kepada warga sekolah, sehingga
berdampak yang signifikan dalam perolehan prestasi dalam
lomba akademik dan nonakademik, seperti dalam grafik 2
berikut ini.

100
80
60 2015/201
6
40 2016/017
6
20
0
Kecamatan Kabupaten Provinsi Nasional
Grafik 2.Perbandingan Prestasi Lomba

Berdasarkan grafik tersebut dapat dipaparkan bahwa


terjadi peningkatan yang luar biasa dalam prestasi yang diraih
peserta didik baik lomba akademik maupun nonakademik.
Dampak lainnya adanya penerapan
Grafik 1 Perbandingan Prestasi Lombapemberdayaan
Parikola ini adalah adanya kerja sama dengan pihak lain yang
membuat SD Negeri Batursari 5 semakin baik dan maju.
Bantuan dari pihak lain baik lembaga pemerintah maupun
lembaga swasta. Bantuan itu berupa alat-alat marchingband,
LCD, makanan, running teks, minuman, tanaman, serta dalam
hal jasa pemeriksaan kesehatan dan psikologis peserta didik.
Faktor pendukung sebagai penguat penerapan
pemberdayaan Parikola, di antaranya: 1) warga sekolah mulai
dari kepala sekoah, guru, dan karyawan memiliki dedikasi
yang sangat tinggi dan visioner untuk mewujudkan pendidikan
yang berkualitas; 2) komite sekolah mendukung dan
memberikan solusi pembiayaan program sekolah, sehingga
memudahkan sekolah dalam mengembangkan sumber daya
secara optimal; 3) kepala UPTD dan Pengawas mendampingi
dan memberikan support untuk kemajuan sekolah; 4)
Pembiayaan dari dana Bos sukses dan lancar; dan 5) pihak-
62
pihak luar menjadi mitra kerja sekolah untuk saling bekerja
sama menguntungkan kedua belah pihak untuk kemajuan
sekolah menjalin keakraban, kebersamaan, dan rasa
handarbeni terhadap SD Negeri Batursari 5.
Berdasarkan pencapaian prestasi selama tiga tahun ini,
maka direkomendasikan: (1) kepala sekolah perlu menyusun
program yang berkesinambungan agar meningkatkan kinerja
sekolah, menjalin kerjasama, kebersamaan, dan keterbukaan
kepada warga sekolah maupun masyarakat sekitar sehingga
pencapaian visi, misi, dan program sekolah menjadi tanggung
jawab bersama-sama untuk lebih maju dan sukses, (2) sekolah
perlu membentuk tim worksecara kolaborasi dengan komite
sekolah untuk mewujudkan serali berprestasi unggul dengan
melakukan analisis kondisi internal dan eksternal yang
mencakupi strengths, weakness, opportunities, threats (SWOT),
sehingga warga sekolah mengetahui letak kekuatan yang
dimiliki sekolah, kelemahan yang harus dicarikan solusi,
mencermati peluang yang bisa diandalkan untuk meraih
prestasi, serta mengantisipasi hambatan yang akan terjadi
dalam pengembangan sekolah.
Atas dipublikasikannya karya ini, saya ucapkan
terimakasih kepada Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud.

63
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia dan
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE
Hidayat, Ara. Imam Machali.2012. Pengelolaan
Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba.
Permen Lingkungan Hidup Nomor 05.2013.Pedoman
Program Pelaksanaan Adiwiyata. Jakarta.
Kemenlh.
Rahayu, Wahyuningsih. 2018. Manajemen Parli Korea
untuk Mendongkrak Sekolah Unggul, Buku Succes
Story Kepala Sekolah SD Edisi 1. Jakarta:
Kemdikbud.

64
Biografi Penulis
Wahyuningsih Rahayu,
S.Pd.,M.Pd. lahir di Boyolali tahun
1971 puteri dari seorang ibu dan ayah
yang juga pernah menjadi Kepala SD.
Tinggal di Jl. Pucang Asri 2 No 12
Perpumnas Pucanggading, Demak
Jawa Tengah. Pernah belajar di SDN
Sangub 2 Musuk Boyolali, SMPN 1
Boyolali, SGPN Boyolali, D2 PGSD IKIP
Negeri Semarang, S1 dan S 2 UNNES.
Sebagai PNS sejak tahun 1995,
menjadi Kepala SD sejak tahun 2013
di SDN Batursari 3 dan tahun 2016 di
SDN Batursari 5. Buku ber-ISBN yang pernah ditulis Telur-
telur Kehidupan, Model Pembelajaran Komeks, Indahnya
Persahabatan, Manajemen Parli Korea untuk Mendongkrak
Sekolah Unggul dalam Succses Story Kepala Sekolah SD.
Prestasi yang pernah diraih juara 1 penulisan PTS tingkat
Provinsi Jawa Tengah (2014), juara 2 Kepala Sekolah Prestasi
tingkat Provinsi Jawa Tengah (2015), terbaik 3 simposium
nasional Kemdikbud (2017), dan juara 1 Kepala Sekolah
Prestasi tahun 2019.

65
TUMBUHKAN KARAKTER SISWA
DENGAN DOPARI SAKATU
Sri Mugi Lestari
Kepala Sdn 02 Mojorejo Kota Madiun – Jawa Timur
srimugilestari@gmail.com

Pendidikan pada dasarnya tidak hanya membangun


manusia dari sisi kognitifnya saja tetapi juga sisi lain yang lebih
fundamental. Karakter (budi pekerti) merupakan bagian
mendasar dari pendidikan yang perlu mendapatkan perhatian
yang lebih intensif. Para pakar pendidikan meyakini bahwa
budi pekerti merupakan benteng utama yang harus dikuatkan
terlebih dahulu dan selanjutnya membangun pendidikan dari
sisi intelektualnya.
Dewasa ini tantangan dalam membangun budi pekerti
sangat berat. Apalagi pada masyarakat perkotaan yang relatif
kompleks. Berbagai latar belakang kondisi sosial-ekonomi
keluarga dan lingkungan sekitarnya turut andil dalam
membangun karakter seorang anak. Akses teknologi informasi
yang semakin mudah juga mendukung terbangunnya karakter
anak. Informasi apapun semakin mudah di akses dengan
android. Hanya dengan one touch screen dunia ada di
genggaman kita. Anak-anak seolah tidak butuh lagi buku
untuk dibaca, cerita untuk didengarkan dan menulis kegiatan
mereka di sekolah lewat diary yang dahulu biasa dilakukan.
Bagi anak-anak sekarang android merupakan one stop
dictionary sehingga mereka tidak butuh apa-apa lagi. Literasi
yang seharusnya menjadi wahana anak-anak mengeksplor
dunia mereka pun tidak lagi diminati. Sekolah sebagai salah
satu tempat pembelajaran anak diharapkan mampu
mengambil peran dalam membentuk budi pekerti dan karakter
yang baik melalui pengembalian kembali fungsi literasi.
Dengan memantapkan konten kurikulum 2013 pendidikan
budi pekerti serta melakukan pembiasaan literasi bagi siswa
serta mengkomunikasikannya dengan orang tua siswa, pihak

66
sekolah terus berupaya mencari pendekatan yang lebih
preventif.

Dengan bertambahnya permasalahan–permasalahan siswa


di sekolah juga sangat memprihatinkan bapak ibu guru yakni
banyaknya siswa yang datang terlambat ke sekolah, banyak
siswa tidak mengerjakan PR, Minat baca yang rendah, banyak
anak-anak yang mendapatkan nilai di bawah KKM.
Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk memberikan
tauladan kepada para siswa. Namun, tauladan tersebut harus
disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh siswa.
Apalagi sasarannya adalah murid SD kelas 1 sampai dengan
kelas 6. Karena pada masa-masa tersebut seorang anak dapat
mendengar, melihat, merasakan, mengingat dan meniru. Guru
dan orang tualah yang menunjukkan bahwa perbuatan itu
benar atau salah. Sehingga diperlukan suatu cara dalam
mengkomunikasikan ketauladanan yang bersifat dua arah
antara guru dan siswa di lingkungan sekolah. Oleh karena itu
Sekolah menerapkan pembiasaan yang menyenangkan kepada
siswa dengan melalui dongeng yang dilaksanakan pada pagi
hari sebelum pembelajaran dimulai, anak-anak masih fresh
dan harus happy sebelum mengikuti pelajaran di dalam kelas.
Memperhatikan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, lebih lanjut dapat dirumuskan beberapa
masalah yaitu sebagai berikut: (1) Bagaimana proses Dopari
Sakatu dapat menumbuhkan Karakter siswa Di SDN 02
Mojorejo Kota Madiun ?Bagaimana hasil Dopari Sakatu dapat

67
menumbuhkan Karakter siswa Di SDN 02 Mojorejo Kota
Madiun

Ada apa dengan Karakter Siswa ?


Nilai-nilai dasar karakter bangsa yang harus ditanamkan
kepada anak-anak sudah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
bangsa Indonesia ada. Pada dasarnya nilai-nilai karakter
tersebut bertalian erat dengan membangun hubungan antar
dimensi kehidupan, yaitu dimensi antar manusia, dimensi
manusia dengan alam semesta dan dimensi manusia dengan
Tuhan.
Kementerian Pendidikan Nasional melalui Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar (2011) nilai-nilai dasar karakter
bangsa yang ditanamkan kepada bangsa untuk tiga dimensi
tersebut sebagai berikut:(1)Nilai Karakter dalam hubungan
Manusia dengan Tuhan : Religiusitas.(2)Nilai Karakater dalam
hubungannya dengan diri sendiri: (a) Kejujuran, (b)
Kecerdasan, (c) Rasa tanggung jawab; (d) Kebersihan dan
kesehatan; (e) Kedisiplinan; (f) Berpikir logis, kritis, kreatif dan
inovatif; (g) Ketangguhan; (h) Keingintahuan; (i) Cinta ilmu; (j)
Rasa percaya diri; (k) Rasa percaya diri; (l) Kemandirian; (m)
Keberanian mengambil resiko; (n) Berorientasi pada tindakan;
(o) Jiwa kepemimpinan dan (p) Kerja keras.(3)Nilai Karakter
dalam hubungan Antarmanusia: (a) Tolong menolong; (b)
Kesantunan; (c) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan
orang lain; (d) Kepatuhan akan aturan-aturan sosial; (e)
Menghargai karya dan prestasi orang lain; dan (f)
Demokrasi.(4)Nilai Kebangsaan : Nasionalisme dan menghargai
keberagaman.(5)Untuk nilai-nilai basis Pengembangan
Karakter meliputi: (a) Religiusitas; (b) kejujuran; (c)
Kecerdasan; (d) Tanggung jawab; (e) Kebersihan dan
kesehatan; (f) Kedisiplinan; (g) Tolong menolong; dan (h) (f)
Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif.
Dalam Grand Design Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan Nasional untuk pendidikan karakter dalam jalur
pilar sekolah sebagai berikut:

KARAKTER
INTERVENSI HABITUASI
UTAMA
 Jujur, Tujuan : Tujuan :
 bertanggung- Terbentuknya karakter
jawab peserta didik melalui
68
berbagai kegiatan • Terbiasanya perilaku
 Cerdas sekolah yang berkarakter di
 Sehat dan bersih Strategi: sekolah
 Peduli dan kreatif Sekolah terhadap siswa Strategi:
• Intra dan kokurikuler • Keteladanan KS,
secara terintegrasi Pendidik, tenaga
pada semua mata kependidikan
pelajaran • Budaya sekolah yang
• Ekstrakurikuler bersih, sehat, tertib,
melalui berbagai disiplin, dan indah
kegiatan antara lain: • Menggalakkan
KIR, pramuka, kembali berbagai
kesenian, olahraga, tradisi yang
dokter kecil, PMR membangun karakter
• Budaya sekolah seperti: hari krida,
dengan menciptakan upacara, piket kelas,
suasana sekolah yang ibadah bersama, doa
mencerminkan (perenungan),
karakter hormat orang tua,
• Pemerintah terhadap hormat guru, hormat
sekolah bendera, program 5
• Kebijakan S, cerita
• Pedoman kepahlawanan
• Penguatan
• Pelatihan

Implementasi pendidikan karakter pada pilar sekolah,


Direktorat Jendral Pendidikan Dasar telah merumuskan dalam

69
Grand Design Pendidikan Karakter Bangsa, sebagai berikut:
STRATEGI MIKRO DI SEKOLAH

Integrasi ke dalam KBM Pembiasaan dalam kehidupan


pada setiap Mapel keseharian di satuan pendidikan

BUDAYA SEKOLAH: KEGIATAN


(KEGIATAN/KEHIDUPAN KESEHARIAN
KESEHARIAN DI DI RUMAH
SATUAN PENDIDIKAN)

Integrasi ke dalam kegiatan


Ektrakurikuler Pramuka,
Olahraga, Karya Tulis, Dsb. Penerapan pembiasaan
kehidupan keseharian di
rumah yang sama dengan
di satuan pendidikan 5

Mengapa harus Dongeng ?


Menurut Dudung (2015), dongeng adalah bentuk sastra
lama yang bercerita tentang kejadian luar biasa yang penuh
khayalan (fiksi) dan tidak benar-benar terjadi. Dongeng
merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak
benar-benar terjadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan
terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng
tersebut. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa dongeng adalah cerita fiktif yang
bertujuan untuk menghibur dan mengandung nilai-nilai budi
pekerti di dalamnya.
Dongeng dapat dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu mitos,
sage, fabel, legenda, cerita lucu, cerita pelipur lara, dan
perumpamaan. Jenis-jenis dongeng antara lain :(1)Mitos:
bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal magis seperti cerita
tentang dewa-dewa, peri atau Tuhan. (2)Sage: dongeng
kepahlawanan, keberanian, atau sihir seperti sihir dongeng
Gajah Mada; (3)Fabel: dongeng tentang binatang yang dapat
berbicara atau berperilaku seperti manusia; (4)Legenda:
bentuk dongeng yang menceritakan tentang sebuah peristiwa
tentang asal- usul suatu benda atau tempat; (5)Cerita jenaka:
cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat
membangkitkan tawa; (6)Cerita pelipur lara: biasanya

70
berbentuk narasi yang bertujuan untuk menghibur tamu di
pesta dan kisah yang diceritakan oleh seorang ahli; dan
(8)cerita perumpamaan: bentuk dongeng yang mengandung
kiasan, contohnya adalah didaktik dari Haji Pelit. Cerita
tersebut tumbuh dan berkembang di daerah dan dinamakan
cerita lokal (Dudung, 2015).

Menumbuhkan karakter siswa melalui dongeng pagi hari .


Untuk menjadikan manusia yang cinta damai , jujur,
bertanggung jawab menjaga lingkungan dan kualitas akhlak
lainnya, adalah dengan menciptakan manusia-manusia
Indonesia yang batinnya hidup, yaitu yang mampu memilih
mana yang baik dan benar, mampu mengontrol dorongan-
dorongan nafsu ketamakan, berpikir kritis, kreatif, beretos
kerja tinggi, dan selalu berinisiatif untuk melakukan kebaikan,
dan berusaha untuk semakin lebih baik setiap harinya. Tentu
ini merupakan hal yang sulit, namun membangun manusia
yang batinnya hidup mutlak diperlukan sebagai fondasi
penting bagi terbentuknya manusia-manusia yang berkarakter
mulia.
Berbagai jenis dongeng tersebut memiliki nilai-nilai
moral yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
pembentukan karakter anak. Hanya saja, pendidik perlu
memilihkan dongeng yang sesuai dengan usia dan
perkembangan psikologi serta minat anak. Dongeng yang
dilaksanakan pada pagi hari memberikan semangat belajar
yang tinggi , karena dilaksanakan sebelum pembelajaran
dimulai selain itu juga memberikan suasana nyaman,
menyenangkan dan bahagia , selain untuk pembentukan
karakter anak, dengan dongeng dapat memupuk siswa gemar
membaca dan menulis.

71
Prosedur yang diambil dalam pemecahan masalah tersebut
adalah dengan rapat koordinasi dengan Dewan Guru dan
Komite Sekolah membahas tentang kegiatan mendongeng
yang akan dilaksanakan serta meminta dukungan dan
kesediaan wali murid untuk berpartisipasi dalam kegiatan
tersebut dan Komite Sekolah menyambut baik kegiatan
mendongeng tersebut dan bersedia untuk berpartisipasi.Dan
mensosialisasikan kegiatan literasi dongeng di pagi hari yang
dilaksanakan setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu (DOPARI
SAKATU) kepada seluruh warga sekolah dan kesediaan
orangtua siswa berpartisipasisebagai pendongeng, baru mulai
diimplementasikan.
Untuk keberhasilan pelaksanaan Dopari Sakatu diadakan
rapat 3 bulan sekali ( Rapor Gabus ) untuk penyusunan jadwal
mendongeng dan membahas permasalahan dan evaluasi dari
pelaksanaan yang terjadi pada kegiatan mendongeng.
Perangkat yang digunakan dalam pelaksanaan budaya
dongeng literasi Dopari Sakatu, SDN 02 Mojorejo juga
mendapatkan dukungan penuh dari Dinas Pendidikan.
Dukungan tersebut berupa bantuan Buku Dongeng/big book
sebanyak 6 buah, yang dapat dijadikan materi dalam kegiatan
mendongeng, selain itu materi dongeng dapat diperoleh dari
Perpustakaan Sekolah, pojok baca kelas atau download dari
internet.Perangkat lainnya:(1)DOPARI SAKATU dilaksanakan
di halaman sekolah yang berukuran 40 m x 20 m yang memang
sudah dirancang sedemikian rupa, dicat dan merupakan
tempat duduk yang nyaman dan bersih bagi siswa.
(2)Sarana/alat yang digunakan adalah pengeras suara dan alat
peraga (menyesuaikan kebutuhan). Alat peraga sederhana
untuk menunjang DOPARI, misal tongkat, selendang, topeng
dan sebagainya.(3)Setiap Pendongeng utamanya guru harus
membuat RPD (Rencana Pelaksanaan Dongeng)

72
Cara Pemecahan Masalah
Langkah yang ditempuh dalam memecahkan masalah yang
ada di SDN 02 Mojorejo :
1. Kegiatan mendongeng dilaksanakan sebelum pelaksanaan
pembelajaran setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu.
Pembiasaan menyanyikan lagu Indonesia Raya dinyanyikan
pada pukul 06.45 dan menyanyikan Mars PPK (Penguatan
Pendidikan Karakter) dilanjutkan kegiatan mendongeng
selama kurang lebih 15 menit.Pelaksanaan pembelajaran
dilakukan pada pukul 07.15. Siswa klas 1 s.d 6 yang
berjumlah 557 siswa duduk dihalaman mendengarkan
dongeng. pendongeng selalu berinteraksi dengan siswa. Ia
juga menjelaskan atau menanyakan apakah perbuatan
yang dikisahkan tersebut baik atau buruk untuk ditiru.
Sehingga, tercipta komunikasi dua arah. Ini sangat berbeda
jika siswa dibiarkan menonton cerita melalui televisi atau
mengunduh aplikasi dongeng pada android (media digital).
Sebab, kegiatan menjadi satu arah sehingga siswa kadang
belum mengerti bagian mana yang baik atau buruk untuk
ditiru. Inilah yang mendasari
2. penggunaan dongeng karena sasaran utama dari dongeng
ini adalah siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 (usia 7-12
tahun). (2)Materi dongeng yang disampaikan kepada siswa
dapat berasal dari buku cerita yang ada di perpustakaan
maupun pojok baca di kelas tentang cerita rakyat, cerita
kepahlawanan atau mengolah cerita sendiri. Pendongeng
dapat mengambil sumber dari mana saja tetapi harus
mengutamakan nilai-nilai moral dan budi pekerti yang
sesuai untuk anak berumur 7 – 12 tahun.(3)Pendongeng
adalah semua guru, siswa, sejumlah wali murid dan tokoh
masyarakat yang ada di lingkungan SDN 02 Mojorejo.
Jumlah seluruh guru sebanyak 24 orang, sehingga diatur
jadwal seperti contoh jadwal terlampir.(4)Promosi DOPARI
SAKATU melalui Sosialisasi ke 8 SD dan 1 SMP di kota
Madiun dan 2 gugus di SDN Wonosari , Kabupaten Boalemo
, Propinsi Gorontalo , juga di promosikan melalui Brosur ,
Instagram dengan IG Dopari Sakatu , Koran Jawa Pos ,
Koran Jayabaya.IG Madiun Today, IG Radio DCS FM,
Pameran di Surabaya.

73
Kunci sukses DOPARI SAKATU
1. Siapkan RPD (Rencana Pelaksanaan Dongeng) dengan
karakter yang akan ditumbuhkan pada siswa.
2. SKSD yaitu Searching, Kreasikan, Simak, Dongengkan.
Searching yaitu mencari sumber dongeng yang relevan
untuk usia peserta didik. Kreasikan dongeng yang sudah
dicari dengan menghidupkan cerita.
3. BMDM (Berani Malu Demi Muridku). Jadilah pendongeng
yang baik dengan menjadi artis sehari. Dongeng yang
dibacakan tidak akan mendapat perhatian dari peserta
didik bila kita hanya sekedar membaca dongeng tanpa
berperan menjadi pelaku dalam dongeng
tersebut.Hidupkan suasana Dopari,dengan cara berani
tampil memerankan tokoh dalam dongeng sesuai dengan
perwatakannya agar dapat nilai dongengnya.
4. (SIIP DONG). Siapkan beberapa pertanyaan yang
berhubungan dengan dongeng yang dibacakan, mulai dari
tema dongeng, penokohan dan lain-lain. Pertanyaan yang
diberikan bisa dijadikan tolok ukur untuk mengetahui
tingkat pemahaman peserta didik terhadap tema dongeng:
(a) Menugaskan siswa kelas bawah untuk membuat
rangkuman tentang dongeng yang dipaparkan mulai dari
judul, nama pendongeng dan nilai moral yang disampaikan.
Untuk kelas atas selain menyertakan hal yang serupa
mereka juga diharuskan untuk meringkas cerita yang
dibacakan.(b)Selesai mendongeng jangan lupa selalu
menginvetarisir dongeng sebagai dokumen untuk kegiatan
Dopari Sakatu.
74
Dua hal yang juga harus menjadi perhatian bagi siswa yang
ingin tampil sebagai pendongeng diantaranya:(1)Siswa diberi
kesempatan untuk mendaftarkan diri sebagai pendongeng ke
walikelas masing masing.(2)Melatih dan membina peserta didik
yang sudah terdaftar untuk membaca dongeng setelah
pembelajaran selesai. Peserta Dopari untuk siswa dibatasi dari
kelas 1 sampai kelas 6.
Sedangkan pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Dopari
Sakatu adalah:(1)Kepala Sekolah, sebagai penggerak utama
dalam pelaksanaan Dopari Sakatu. Ide merencanakan,
mengembangkan, dan melaksanakan Dopari Sakatu di SDN 02
Mojorejo.(2)Guru sekolah. Sebagai pendongeng utama dalam
Dopari Sakatu. Guru sejumlah 24 orang menjadi pendongeng
sesuai dengan jadwal yang telah disusun.(3)Siswa. Selain
sebagai penerima manfaat, siswa juga didorong sebagai
pendongeng yang dapat memberi inspirasi positif bagi siswa
yang lain untuk mendongeng. (4)Orang tua atau Wali Murid.
Dalam pelaksanaan Dopari Sakatu, tidak hanya melibatkan
peserta didik dan guru tetapi juga mengajak peran serta aktif
orang tua untuk berpartisipasi dalam membacakan dongeng.
Dampak secara langsung yang dirasakan oleh siswa adalah
bangga karena orang tua mereka dapat tampil dan dilihat
teman-temannya. Kebanggaan yang sama juga akan dirasakan
oleh orang tua karena secara langsung dilibatkan dalam
kegiatan Dopari Sakatu ini.

Hasil
Sebelum best practice DOPARI SAKATU dilaksanakan
tingkat kedisiplinan siswa sangat rendah, hal ini ditandai
dengan jumlah siswa yang datang terlambat mencapai 20 siswa
setiap harinya. Jumlah kasus kenakalan siswa juga tinggi.
Berdasarkan buku catatan wali kelas dari kelas satu sampai
kelas enam rata-rata 156 kasus perbulan. Masalah kenakalan
siswapun variatif, mulai dari kebiasaan siswa mengolok-olok
teman karena pengaruh dari TV, perkelahian antara sesama
siswa, menggantung sepeda siswa yang lain, melepas sedel
sepada temannya, menggunting kabel speaker aktif gurunya
dan masih banyak kasus yang lainnya. Minat baca siswa juga
sangat kurang, hal ini dapat dilihat dari rendahnya jumlah
pengunjung perpustakaan pada jam istirahat dan minimnya

75
jumlah buku yang dipinjam oleh siswa. Alasan siswa juga
bervariasi mulai dari malas karena wali kelas tidak memberi
tugas untuk mencari sumber bacaan dari perpustakaan,
sampai pada tidak ada minat baca terhadap buku karena buku
dianggap sebagai hal yang membosankan.
Dopari Sakatu memberikan manfaat bagi siswa. Siswa
mulai sadar pentingnyadisiplin waktu hal ini ditandai dengan
mulai berkurangnya jumlah siswa yang tidak disiplin. Siswa
mulai mengerti pentingnya budi pekerti, hal ini ditandai
dengan berkurangnya jumlah kasus kenakalan siswa pada
buku catatan wali kelas.
Dopari Sakatu yang sudah diterapkan di SDN 02 Mojorejo
memberikan manfaat bukan hanya bagi siswa melainkan juga
bagi sekolah terlebih bagi guru. Guru yang tidak begitu
ekspresif dalam menyampaikan dongeng mulai tertantang
untuk lebih ekspresif dalam menyampaikan dongeng kepada
siswa-siswa. Guru yang biasanya hanya sekedar membaca
dongeng saja kini berani memainkan intonasi sesuai jalannya
cerita. Hal ini memotivasi guru yang lain untuk melakukan
cara yang sama atau bahkan mendorong semangat guru yang
lain untuk mendongeng lebih baik dan ekspresif.
Dampak implementasi Dopari Sakatu terlihat signifikan.
Hal ini dapat diobservasi dengan membandingkan antara fakta
sebelum dan sesudah adanya Dopari Sakatu pada tabel
berikut:

Tabel 1
SEBELUM ADA SESUDAH ADA DOPARI
DOPARI SAKATU SAKATU
1. Minat baca siswa 1. Minat baca siswa
rendah, data pengunjung meningkat, data
perpustakaan sekolah pengunjung perpustakaan
rata-rata 3 sampai 6 rata-rata per hari 21
orang per hari sampai 25 siswa per hari.
2. Minat menulis rendah, 2. Minat tulis meningkat, di
tidak adanya hasil karya tahun 2018 sudah
siswa dalam bentuk terkumpul 26 karya tulis
tulisan. anak sederhana dalam
3. Buku cerita hanya yang bentuk buku cerita,puisi
tersedia di perpustakaan 3. Bertambahnya sumber
sekolah. cerita/dongeng anak yang

76
merupakan hasil DOPARI
SAKATU sebanyak 63
4. Kemampuan dongeng/cerita per
mendongeng guru bulannya
sekolah belum terasah 4. Kemampuan mendongeng
5. Belum menjadi sekolah guru sekolah terasah dan
rujukan meningkat
5. Menjadi sekolah rujukan
6. Tingkat kedisiplinan dalam menumbuh
siswa rendah, siswa yang kembangkan karakter
datang terlambat 6. Tingkat kedisiplinan siswa
sebanyak 15 sampai tinggi, siswa yang datang
dengan 20 siswa tiap terlambat menjadi 1 per
harinya. hari, bahkan tidak ada
7. Tingkat kenakalan siswa sama sekali.
tinggi, jumlah kasus 7. Tingkat Kenakalan siswa
kenakalan bisa rendah, jumlah kasus
mencapai 156 kasus per kenakalan menjadi 41
bulannya kasus per bulannya

Selain dampak perubahan sikap dan tingkah laku peserta


didik seperti di atas, Prestasi Dopari Sakatu dalam mengikuti
Lomba SINOVIK (Sistem Inovasi Pelayanan Publik) Tahun 2018
yang diselenggarakan oleh KEMENPAN RB menduduki TOP 40
Tingkat Nasional dan mendapatkan penghargaan dari bapak
Wakil Presiden Republik Indonesia .
Karena budaya mendongeng yang telah dilaksanakan oleh
SDN 02 Mojorejo Kota Madiun telah membawa perubahan bagi
siswa-siswinya menuju kebaikan dalam karakternya , maka
Oleh bapak Walikota Madiun dibuatkan Peraturan Walikota
tentang pembiasaan mendongeng di jadikan Role model untuk
dilaksanakan seluruh SD di Kota Madiun.

Rekomendasi
Pembentukan karakter dan budi pekerti anak adalah
tanggung jawab bersama antara orang tua, guru dan
masyarakat. Menumbuhkan budi pekerti pada siswa bukan
sepenuhnya tanggung jawab sekolah, peran keluarga dalam
membentuk karakter dan pribadi anak lebih besar. Diperlukan
kesadaran untuk berpartisipasi lebih besar pada setiap

77
kegiatan sekolah khususnya mendongeng sebagai program
yang wajib diikuti oleh semua guru dan siswa. Kesadaran
untuk bekerjasama dengan sekolah dalam membentuk
karakter siswa melalui Dopari Sakatu harus didukung oleh
Wali Murid dan Masyarakat.
Rekomendasi untuk masa depan adalah meningkatkan
kualitas Dopari Sakatu dengan meningkatkan kemampuan
pendongeng terutama guru sekolah SDN 02 Mojorejo melalui
pendidikan/ kursus singkat/ diskusi kepada ahli dongeng atau
lembaga kesenian, dapat menjalin kerja sama dengan Dinas
Perpustakaan Kota Madiun terkait koleksi buku cerita dan
dapat diadakannya lomba DOPARI oleh siswa-siswi SDN 02
Mojorejo sehingga siswa menjadi lebih termotivasi dalam
literasi Untuk replikasi Dopari Sakatu di fasilitasi Dinas
Pendidikan Kota Madiun melaksanakan sosialisasi di beberapa
SD Dan SMP.

78
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James. (2007). Folklor Indonesia, Ilmu Gosip,
Dongeng, dan Iainlain. Jakarta: Grafiti
Direktorat Pembinaan GTK Dikdasmen.2018. Pendidikan.
Pedoman Lomba Penulisan Best Practice Kepala Sekolah
. Jakarta Kemdikbud.
Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
UGM Press
Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan ( 2015) .Pendidikan Karakter dalam
Kurikulum 2013.
Permendikbud,no.23 tahun2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti
https://katresna72.wordpress.com/2010/10/23/grand-
design-pendidikan-karakter/
https://www.slideshare.net/yus01/grand-desain-
pendidikan-karakter

79
Biografi Penulis
SRI MUGI LESTARI lahir di Kota
Madiun pada tanggal 26 Oktober 1963
. Pendidikan Formal dari SDN – SPGN
ditempuh di Kota Madiun, setelah
tamat SPGN melanjutkan pendidikan
S1 PKTP-FKIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta lulus terbaik tahun
1987 dan pada tahun 2010 lulus S2
cumlaude dari Uviversitas Dr.Soetomo
Surabaya .Meraih guru berprestasi dan
Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat
Propinsi Jawa Timur, serta penulis
naskah terbaik pada Lomba Best
Practice Kepala Sekolah SD Tingkat
Nasional tahun 2019. Saat ini sebagai
Kepala Sekolah Rujukan SDN 02
Mojorejo Kota Madiun.

80
PELIBATAN ORANG TUA SISWA
MELALUI PENDEKATAN HUYULA AMBU
Fredi A. Malabali
SDN 9 Limboto Kabupaten Gorontalo
fredimalabali@gmail.com

Pendahuluan
Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat strategis
untuk membangun komitmen secara internal dan menjalin
kemitraan dengan keluarga (orang tua/wali murid), serta
masyarakat guna mewujudkan ekosistem pendidikan yang
baik.
Sekolah sebagai mitra orangtua dalam pendidikan anak
membutuhkan kerja sama aktif dengan orangtua siswa. Oleh
karena itu keterlibatan orangtua dalam pendidikan anak di
sekolah merupakan kerja sama jangka panjang. Keterlibatan
orangtua ada yang bersifat praktis dan ada pula yang bersifat
konseptual.
Keterlibatan yang bersifat praktis misalnya berkenalan dan
menjalin komunikasi dengan para guru, setidaknya wali kelas.
Menjalin komunikasi bukan hanya saat anak mendapat
masalah atau saat menerima raport, namun dapat sekedar
bertegur sapa dan menanyakan kabar saat menjemput anak.
Selain itu, orangtua dapat aktif dalam kegiatan komite sekolah
atau organisasi orngtua murid di sekolah. Ada banyak hal yang
membutuhkan peran aktif orangtua. Sementara hal yang
bersifat konseptual di antaranya menyumbangkan ide dan
saran untuk kemajuan sekolah.
Kenyataan yang dialami oleh penulis sebagai kepala
sekolah di SDN 9 Limboto, keterlibatan orangtua murid untuk
mendukung dan terlibat secara optimal dalam berbagai
kegiatan sekolah bukanlah hal mudah untuk dilakukan.
Banyak kendala dan hambatan yang ditemui, antara lain faktor
ekonomi keluarga, kesibukan orang tua, dan adanya
pemahaman orang tua bahwa seakan-akan pihak sekolah
dapat mengatasi segala masalah anak, sehingga orang tua
sering menyerahkan keberhasilan anak sepenuhnya kepada
pihak sekolah.

81
Adanya program pendidikan gratis di beberapa daerah juga
berpengaruh kepada persepsi masyarakat terhadap
pendidikan. Masyarakat dalam hal ini orang tua pun
beranggapan bahwa gratis berarti tidak perlu berpatisipasi lagi
dalam bentuk apapun terkait pendidikan anak di sekolah.
Akibatnya sebagian besar orang tua tidak peduli dan kurang
bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Hal ini
dapat dilihat antara lain dari presentasi kehadiran orang tua
dalam setiap rapat yang diadakan oleh sekolah sangat rendah,
yakni sekitar 40 % orang tua siswa yang hadir, ketidak
pedulian orang tua terhadap pemenuhan kebutuhan pribadi,
dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada
sekolah.
Untuk menyikapi hal ini, penulis selaku kepala SDN 9
Limboto telah berupaya memecahkan masalah ini melalui
pendekatan Huyula Ambu. Huyula Ambu adalah salah satu
kearifan lokal menjadi ciri khas masyarakat Gorontalo yang
telah dibina secara turun temurun. Huyula Ambu merupakan
kegiatan kegiatan tolong menolong untuk kepentingan
bersama, misalnya pembuatan jalan desa, jembatan dan
sarana pendidikan. Pendekatan Huyula Ambu terbukti dapat
meningkatkan keterlibatan orangtua di SDN 9 Limboto.
Tujuan program ini adalah, 1) mewujudkan kerjasama dan
keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga, dan
masyarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun
ekosistem pendidikan yang menumbuhkan karakter dan
budaya berprestasi peserta didik; 2) Menumbuhkan dan
meningkatan keterlibatan orang tua dalam mendukung
program-program pendidikan di sekolah; 3) Meningkatkan
pengetahuan orang tua dalam perkembangan pendidikan anak
dan aktifitas di sekolah. Manfaat yang diharapkan adalah, 1)
Menjalin komunikasi lebih dekat dengan sesama orang tua, 2)
Menjadi wadah untuk membatu sekolah dalam memajukan
pendidikan anak; 3) Menjalin silaturahim antara orang tua
dengan pihak sekolah.

Pelibatan Orang Tua


Menurut Adiwikarta (1988:68) bahwa ”Keluarga adalah
suatu sistem yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling
berhubungan dan saling pengaruhi satu sama lain”. Adapun
subsistem sosial itu bukan unit-unit fisik, melainkan peran-
peran atau fungsi. Sebagai sebuah sistem sosial, keluarga
82
berhubungan dan punya kesalingtergantungan tertentu
dengan keluarga lain dan sistem sosial lain seperti dengan
organisasi, kantor, sekolah dan lain-lain.
Wolfendale dalam Epstein (1996:81) mengemukakan
bahwa “Keterlibatan orang tua secara luas diartikan dalam
waktu tertentu diantara para pendidik terkadang
menyamakannya dengan kemitraan, partisipasi orang tua,
kekuasaan orang tua, sekolah, keluarga, dan kemitraan
masyarakat.
Menurut Olsen dan Fuller (2003:136) bahwa “Setiap
sekolah akan mengunggulkan kemitraan yang akan
meningkatkan keterlibatan orang tua dan berpartisipasi dalam
pertumbuhan sosial, emosi, dan akademik anak”. Hal tersebut
tentu saja mendorong sekolah dan kerja sama masyarakat
untuk membantu kesuksesan anak-anak dalam pendidikan
Dengan memiliki dasar yang baik dalam bidang
ketrampilan berkomunikasi, menurut Lindenfield (1997:8),
maka anak- anak akan dapat: 1) Mendengarkan orang lain
dengan tepat, tenang dan penuh perhatian; 2) Bisa berbincang-
bincang dengan orang lain dari segala usia dan segala jenis
latar belakang; 3) Membaca dan memanfaartkan bahasa tubuh
orang lain; 4) Bicara di depan umum tanpa rasa takut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemitraan
orang tua adalah pencapaian tujuan bersama oleh sekolah,
keluarga, serta masyarakat dan kerja sama tersebut sangat
diperlukan anak-anak untuk dapat sukses di dalam
pendidikan.

Huyula Ambu
Huyula Ambu diangkat dari nilai kearifan lokal
massyarakat Gorontalo. Kearifan lokal adalah pandangan
hidup dan ilmu pengetahuan serta sebagai strategi kehidupan
yang berwujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal
dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing.sering juga
dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “lokal eisdom” atau
pengetahuan setempat “lokal knowledge” atau kecerdasan
setempat “lokal genious”. Menurut Rahyono, kearifan lokal
merupakan keerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok
etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat.

83
Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu
melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh
masyarakat lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat
pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui
perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan
masyarakat tersebut.
Seperti halnya masyarakat daerah di Indonesia,
masyarakat Gorontalo memiliki banyak kearifan lokal. Salah
satunya adalah tradisi gotong royong yang dikenal dengan
istilah Huyula, yang telah menjadi ciri khas kepribadian
masyarakat Gororntalo yang telah dibina secara turun
temurun. Huyula bagi masyarakat Gorontalo merupakan suatu
sistem tolong menolong antara anggota-anggota masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bersama yang
didasarkan pada solidaritas sosial melalui ikatan keluarga dan
kerabat.
Mohammad (2005:320) mengungkapkan bahwa huyula
adalah pernyataan kebersamaan dalam membangun, atau
kebiasaan memusyawarahkan setiap kebijakan yang akan
diambil yang berhubungan dengan kepentingan dan hajat
hidup orang banyak. Berdasarkan pendapat tersebut huyula
merupakan bentuk musyawarah dalam hal merumuskan
kebijakan yang akan menjadi dasar dalam pelaksanaan
pembangunan demi kepentingan bersama.
Huyula (Daulima:2004) adalah melakukan suatu pekerjaan
bersama oleh sekelompok orang atau anggota masyarakat
dalam arti saling membantu dan timbal balik.
Menurut Burhanudin (dalam BP PAUD dan Dikmas
Gorontalo:2017:3) Huyula bagi masyarakat Gorontalo
Penerapannya dapat dilihat dalam beberapa jenis, yaitu : 1)
Ambu merupakan kegiatan tolong menolong untuk
kepentingan bersama atau lebih dikenal dengan istilah kerja
bakti, misalnya pembuatan jalan desa, tanggul desa, jembatan
dan sarana umum lainnya misalnya tempat ibadah dan sarana
pendidikan; 2) Hileiya adalah merupakan kegiatan tolong
menolong secara spontan yang dianggap kewajiban sebagai
anggota masyarakat, misalnya pertolongan yang diberikan
kepada keluarga yang mengalami kedukaan dan musibah
lainnya; 3) Ti’ayo adalah kegiatan tolong menolong antara
sekelompok orang untuk mengerjakan pekerjaan seseorang,
contohnya kegiatan menanam dan memanen hasil pertanian,

84
kegiatan membangun rumah, kegiatan membangun bantayo
(tenda) untuk pesta perkawinan.
Dari tiga jenis huyula yang di jelaskan di atas, maka jenis
huyula ambu merupakan istilah yang sesuai dengan tujuan
penulisan best practice ini, yakni kegiatan tolong menolong dan
kerjasama untuk kepentingan bersama di bidang pendidikan
khususnya demi mensukseskan pendidikan anak di sekolah.

Pelibatan Orang Tua Siswa melalui Pendekatan Huyula


Ambu
Istilah Huyula yang digunakan dalam konteks best practice
ini adalah Huyula Ambu. Istilah Huyula Ambu ini diambil
dengan mempertimbangkan bahwa kemitraan atau kegiatan
pelibatan orang tua ini direncanakan, dilaksanakan dan
dievaluasi bersama orang tua dengan pembatasan pada (1)
kegiatan ekstrakurikuler, (2) pemecahan masalah di sekolah,
(3) kegiatan yang tidak hanya berorrientai pada penggalangan
dana, dan (4) keterlibatan orang tua yang bersiat sukarela.
Huyula Ambu Kelas dibentuk secara musyawarah bersama
orang tua di masing-masing kelas sehingga setiap kelas
memiliki pengurus Huyula Ambu. Agenda pelibatan orang tua
melalui pendekatan Huyula Ambu (menurut BP-Paud Dikmas
Gorontalo: 2017) adalah sebagai berikut : 1) Ambu
Mongoodulaa; 2) Ambu Mongowutato; 3) Ambu Ngaami; 4) Ambu
Nggalaa.

Tahapan Pelaksanaan
1. Perencanaan
Tahapan persiapan dimulai sejak awal Tahun pelajaran
2017/2018. Pada tahapan ini Kepala Sekolah proaktif
mengikuti pelatihan serta mencari referensi dan materi yang
relevan tentang Huyula Ambu dari berbagai sumber.
Menyusun rencana aksi kemitraan dengan semua pihak yang
berkepentingan, yakni bermusyawarah berbagai pihak yang
berkepentingan, merumuskan tujuan, program dan kegiatan
kemitraan. Tahapan ini dilaksanakan pada pertengahan bulan
Juli 2017

85
2. Pengorganisasian Program
Bersama komite sekolah mengadakan sosialisasi kepada orang
tua siswa dan dilaksanakan pada akhir Juli 2017. Pada
tahapan sossialisasi ini dapat dilanjutkan dengan pertemuan
wali kelas dan orang tua, sekaligus pembentukan pengurus
Huyula Ambu Kelas dan diakhiri dengan penyusunan program
Huyula pada masing-masing kelas.
Pada tahapan ini, hal penting dalam pertemuan wali kelas dan
orang tua ini adalah, wali kelas harus menghidnari
pembahasan dana/uang, karena ini adalah hal sensitif.
Serahkan seluruh program dan kegiatan huyula kepada orang
tua. Dihindari pelaksanaan untuk pertemuan pertama wali
kelas dengan orang tua untuk ssemua kelas dalam waktu dan
tempat yang sama, diusahakan di kelas masing-masing, agar
semua hal yang ingin disampaikan oleh wali kelas dapat
dipahami oleh orang tua.
Trik jitu yang dapat diterapkan adalah menempatkan orang tua
di bangku anaknya sendiri agar mereka dapat juga merasakan
suasana yang dialami anaknya setiap hari di sekolah, sehingga
diharapkan akan muncul ide-ide atau saran dari orang tua,
misalnya untuk penataan ruang kelas agar menjadi kelas yang
nyaman.
3. Implementasi Huyula Ambu.
Implentasi Huyula Ambu mulai dilaskanakan pada awal
Agustus 2017. Seluruh kegiatan sepenuhnya dilaksanakan
oleh orang tua siswa. Pihak sekolah sebagai fasilitator dan
pengendali kegiatan.
4. Evaluasi program
Evaluasi program dilaksanakan selama dan sesudah
pelaksanaan program. Hasil evaluasi digunakan untuk
mengukur keberhasilan program dan sebagai rujukan untuk
perbaikan pelaksanaan pada tahun selanjutnya.

Metode dan Pelaksanaan


1. Ambu Mongoodulaa adalah perhimpunan yang dihadiri
oleh orang tua dan guru. Dalam konsep kemitraan dengan
orang tua adalah pertemuan wali kelas dengan orang tua.
Implementasi kegiatan dilakukan oleh sekolah sebagai
inisiator, fasilitator dan pengendali keterlibatan orang tua di
sekolah.
Pelaksanaan Pertemuan wali kelas dengan orang tua
bertujuan untuk, a) orang tua memahami program dan tata
86
tertib sekolah, b) Orang tua mengenali lingkungan sekolah.
Orang tua dapat mendapatkan nomor-nomor telepon penting
seperti nomor telepon sekolah, kepala sekolah, wali kelas, dan
sesama orang tua, c) Sekolah dan orang tua dapat menyepakati
cara berkomunikasi, misalnya, pemberitahuan dari pihak
sekolah atau izin jika anak berhalangan hadir dapat dilakukan
melalui SMS/WA. d) Orang tua dapat membentuk Huyula
orang tua guna saling berkomunikasi dan wadah kepentingan
bersama. e) Orang tua dapat mengusulkan kegiatan untuk
kepentingan anak maupun mendukung kemajuan sekolah.
Pertemuan wali kelas dengan orang tua dilaksanakan
minimal dua kali per semester atau empat kali dalam satu
tahun pelajaran yakni: 1) Hari pertama masuk sekolah di bulan
Juli. Bila hari pertama masuk tidak dapat dilaksanakan maka
dapat diagendakan oleh masing-masing wali kelas, 2)
Menjelang penilaian akhir semester, 3) Menjelang penilaian
tengah semester 2 di bulan maret dan 4) setelah penilaian akhir
tahun atau bulan Juni.
Pihak sekolah dalam hal ini diwakili wali kelas melakukan
pertemuan ini dengan tahapan: a) menyediakan daftar hadir
orang tua/wali, data orang tua dan agenda pertemuan, b)
memperkenalkan diri mencakup nama, alamat, nomor telpon
dan HP/WA, c) menginformasikan nama kepala sekolah serta
nomor telepon/HP/WA, d) menjelaskan aturan sekolah serta
hak dan kewajiban orang tua/wali, e) menyampaikan harapan
sekolah kepada orang tua, f) Menyepakati teknik komunikasi
dengan orang tua melalui telpon, SMS, atau WA, g) menerima
usulan orang tua untuk dapat dijadikan agenda kelas atau
sekolah, h) menyepakati agenda pertemuan dengan orang tua,
i) membentuk huyula ambu kelas orang tua di masing-masing
kelas.

Gambar 1 dan 2.Rapat Pembentukan Huyula Ambu

87
Struktur Organisasi Huyula Ambu SDN 9 Limboto

Pembina
Kepala SDN 9

Penasehat
Ketua Komite

Sekretaris Ketua Bendahara

Anggota
Seluruh Orang Tua Siswa masing-masing kelas

Tujuan dari huyula ambu adalah untuk mempermudah


komunikasi antar orang tua di masing-masing kelas.
Selanjutnya Ketua huyula bersama pengurus dan anggota
menyusun program kerja Huyula serta rencana
pelaksasanaan. Dalam pelaksanaannya pihak sekolah hanya
sebatas sebagai fasilitator, tanpa terlibat langsung dalam
kegiatannya.
Selanjutnya Ketua Huyula bersama pengurus dan anggota
menyusun program kerja Huyula serta rencana
pelaksasanaan. Program yang menjadi prioritas pengurus yang
disepakati oleh semua kelas adalah penataan ruang kelas.
Disepakati pula bahwa penataan kelas tersebut dilombakan,
sebagai motivasi bagi pengurus untuk bersaing secara sehat
agar tercipta ruang kelas yang nyaman untuk belajar bagi
siswa.

Gambar 3 dan 4. Kondisi awal kelas

88
Untuk menjamin netralitas penilaian, pihak sekolah
mengundang tim juri independen, yang terdiri dari unsur
pengawas, Dinas Dikbud Kecamatan Limboto dan Pemerhati
pendidikan. Pelaksanaan penataan kelas diselenggarakan
selama bulan Agustus sampai Oktober 2017. Dalam kegiatan
lomba penataan kelas ini orang tua sangat antusias untuk
membenahi ruangan kelas anaknya, semua berusaha untuk
turut terlibat. Bentuk keterlibatan berupa sumbangan dana
maupun bahan, tenaga maupun ide dan saran. Seluruh
pengurus dan anggota huyula ambu pada masing kelas
berusaha untuk menjadi yang terbaik dengan tema dan warna-
warni kelas sesuai kesepakatan masing-masing kelas. Untuk
lebih memotivasi para orang tua, pihak sekolah menyiapkan
piala pengehargaan kepada para pemenang, yang terdiri dari
kategori kelas kreatif dan inovatif, kelas berbudaya lingkungan
dan kelas literasi.

Gambar 5, 6, dan 7. Aktifitas penataan kelas oleh Huyula Ambu Orang tua

89
Hasil kejuaraan lomba penataan kelas adalah sebagai
berikut : kateori kelas kreatif dan inovatif, juara 1 kelas 1B,
juara 2 kelass 2A, juara 3 kelas 1A. Kategori kelas berbudaya
lingkungan juara 1 kelas 5A, juara 2 kelas 1B dan juara 3 kelas
2A. Kategori kelas literasi hasilnya juara 1 kelass 2A, juara 2
kelas 5A dan juara 3 kelas 4A.

Gambar 8 dan 9. Kondisi ruang kelas setelah penataan

2. Ambu Mongowutato
Adalah perhimpunan yang dihadiri oleh orang tua saja.
Dalam konsep kemitraan dengan orang tua adalah Kelas
Orang Tua. Implementasi kegiatan dilakukan oleh sesama
orang tua siswa, tanpa melibatkan pihak sekolah. Tujuan
kegiatan ini adalah, a) meningkatkan pengetahuan, kesadaran
dan kemampuan orang tua dalam mendidik/mengasuh anak,
b) meningkatkan kualitas keterlibatan orang tua dalam
mendidik anak di sekolah dan di rumah, c) menjadikan sebagai
wadah berbagi pengetahuan dan praktik baik dalam
mendidik/mengasuh anak di antara orang tua, d)mewujudkan
keselarasan dalam mendidik antara yang dilakukan di sekolah
dan di rumah, e) menumbuhkan jiwa kebersamaan di antara
orang tua.
Mekanisme pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh sesama
orang tua siswa, tanpa melibatkan pihak sekolah a)
mensosialisasikan program dan dan kegiatan Huyula kepada
semua orang tua/wali sehingga mereka dapat memahaminya
dan tergugah untuk berpartisipasi aktif, b) memulai program
dan kegiatan huyula ambu dan berkomunikasi dengan sesama
orang tua tentang perkembangan siswa, c) mendiskusikan
untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yan
dihadapi siswa, membentuk jarikan komunikasi (Facebook,
SMS, Whatsapp, dan lain-lain), d) merancang kegiatan untuk

90
menjawab perkembanggan zaman (mendidik anak di era
digital, pendidikan positif bagi anak, bahaya narkotika dll).

Gambar 10 dan 11. Ambu Mongowutato / Kelas Orang Tua

Kegiatan dilaksanakan dengan bekerja sama dengan BP


PAUD dan DIKMAS Provinsi Gorontalo. Bentuk kegiatannya
adalah pemberian materi pengasuhan positif oleh orang tua
dengan narasumber dari unsur BP PAUD dan DIKMAS Provinsi
Gorontalo.

3. Ambu Nga’ami
Adalah perhimpunan yang dihadiri oleh orang tua, guru,
dan siswa. Dalam konsep kemitaan dengan orang tua adalah
Kelas Inspirasi. Kegiatan ini menghadirkan orang tua yang
terpilih sebagai narasumber untuk memberikan
motivasi/inspirasi dengan cara mendongeng, diskusi,
bercerita, demonstrasi maupun metode lain kepada siswa.
Kelas inspirasi dapat dijadwalkan dengan waktu dan tema yang
sesuai atau strategis, seperti dalam hal upacara bendera, apel
pagi maupun dalam kelas.
Pelaksanaan kegiatan ambu ngaami atau kelas inspirasi
yaitu menghadirkan beberpa narasumber dari orang tua,
alumni, berbagai profesi, tokoh masyarakat, dll sebagai
inspirator. Orang tua yang dihadirkan tidak harus berasal dari
profesi yang punya pengghasilan besar, tetapi dapat
menghadirkan profesi apa saja misalnya petani, sopir, penjual
bakso, polisi, dokter, perawat, dll yang dapat menginspirasi
siswa. Kegiatan ini dilaskanakan pada upacara bendara, apel
pagi, atau di dalam kelas.

91
Gambar 12 dan 13. Ambu Nga’ami / Kelas Inspirasi

Kegiatan ini menghadirkan orang tua yang terpilih sebagai


narasumber untuk memberikan motivasi/inspirasi kepada
siswa. Kelas inspirasi ini mengundang alumni yang berprofesi
sebagai polisi, alumni yang berprofesi sebagai anggota
legislatif, Dokter dan Profesi Jaksa dari unsur Kejaksaaan
Kabupaten Gorontalo. Kegiatan dilaksanakan pada saat
upacara bendera dan apel pagi

4. Ambu Nggalaa
Adalah perhimpunan yang dihadiri oleh satu keluarga : ayah,
ibu dan anak untuk menguatkan ikatan keluarga dalam
suasana lingkungan sekolah. Dalam konsep pelibatan orang
tua Pentas Akhir Tahun. Pentas akhir tahun merupakan
ajang kreatifitas yang dilakukan oleh peserta didik maupun
orang tua yang dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran.

Gambar 14. Ambu Ngala’a / Pentas Akhir Tahun

92
Tujuan utama pelaksanaan pentas akhir tahun adalah
menggembirakan anak setelah satu tahun lamanya belajar dan
bekerja keras menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Penyelenggara pentas kelas akhir tahun mulai dari perencaaan
hingga pelaksanaan dan pendanaan adalah orang
tua/paguyuban orang tua, bekerja sama dengan komite
sekolah. Semua anak menampilkan unjuk karya/prestas
terbaiknya yang diperolehnya selama satu tahun terakhir, baik
secara individu maupun kelompok, akademik maupun non
akademik. Ambu Ngalaa atau Pentas Akhir tahun dirancang
dan dilaksanakan oleh huyula ambu orang tua/wali. Kegiatan
ini di lakukan baik sebelum maupun saat pembagian raport.
Peran sekolah adalah memberikan dukungan dan
memfasilitasi penggunaan fasilitas sekolah. Sedangkan tempat
pelaksanaannya di ruang terbuka, lapangan sekolah atau
ruangan tertutup.

Tempat dan Waktu pelaksanaan


Tempat pelaksanaan program adalah SDN 9 Limboto. SDN
9 Limboto adalah salah satu sekolah di Kecamatan Limboto
Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Sekolah ini terletak
kurang lebih 2 km arah barat dari pusat kecamatan, berada di
pesisir danau Limboto. Jumlah siswa per April 2019 berjumlah
285 orang, dengan jumlah guru 14 orang baik PNS dan Non
PNS. Sebagian besar orang tua atau sekitar 85% berasal dari
keluarga tidak mampu. Mata pencaharian orang tua antara
lain nelayan, petani, buruh tani, pedagang kecil, tukang bentor
dan sebagian kecil PNS, anggota TNI dan Polri.
Prgram ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2017
sampai dengan sekarang. Setiap tahun pelajaran pengurus
huyula ambu diadakan pemilihan/penyegaran, dengan
menyusun kembali program-program setiap tahunnya.

Hasil Pelaksanaan
Hasil-hasil pelaksanaan Huyula Ambu di SDN 9 Limboto
pada tahun pelajaran 2017/2018 sampai dengan sekarang
baik fisik maupun non fisik antara lain sebagai berikut, a)
terbentuk pengurus Huyula Ambu pada masing-masing kelas,
b) tersusun program Huyula Ambu pada masing-masing kelas,
c) terwujudnya ruangan kelas yang tertata rapi dan nyaman

93
sebagai tempat belajar siswa, d) terciptanya lingkungan
sekolah yang asri dan nyaman sebagai sumber belajar siswa,
e) terpenuhinya kebutuhan pribadi anak oleh orang tua.

Kendala/Masalah
Kendala/masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan
program ini adalah a) masih terdapat 16% yang tidak hadir
dalam pertemuan dengan wali kelas dan rapat orang tua,
sehingga cenderung tidak mau terlibat dan berpartisipasi
dalam program huyula ambu, b) adanya agenda insidentil yang
harus dilaksanakan oleh sekolah dalam waktu yang sama,
sehingga beberapa program huyula ambu terlaksana tidak
sesuai jadwal yang telah dibuat.

Dampak
Dampak poitif bagi anak antara lain meningkatkan
kehadiran anak disekolah, meningkatkan sikap dan perilaku
positif anak, meningkatkan kebiasaan belajar anak,
meningkatkan prestasi akademik dan non akademik anak,
meningkatkan keinginan anak untuk melanjutkan sekolah.
Bagi Orang Tua, dampak yang dirassakan adalah
meningkatkankomunikasiantaraorangtuadananak,
meningkatkan harapan orangtua pada anak, orangtua merasa
turut berhasil dan meningkatkan kepuasan orangtua terhadap
sekolah. Bagi guru/sekolah dampaknya adalah meningkatkan
semangat kerja guru, mendukung iklim sekolah yang
lebihbaik, mendukungkemajuan dan program sekolah. Bagi
Sekolah lain, program ini Menjadi inspirasi dan sasaran
berbagi pengalaman/studi banding.

Simpulan
Simpulan dari program ini adalah a) pelibatan orang tua
dalam pendidikan di sekolah sangat penting artinya untuk
menjamin keberhasilan siswa di sekolah maupun dalam
lingkungan keluarga, b) Huyula Ambu adalah kearifan lokal
masyarakat Gorontalo yang sudah dibina secara turun
temurun. Huyula Ambu merupakan kegiatan tolong menolong
untuk kepentingan bersama atau lebih dikenal dengan istilah
kerja bakti, misalnya pembuatan jalan desa, tanggul desa,
jembatan dan sarana umum lainnya misalnya tempat ibadah
dan sarana pendidikan, c) pendekatan Huyula Ambu terbukti
sangat efektif sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan
94
pelibatan orang tua siswa di sekolah. Di SDN 9 Limboto
berbagai program dan kegiatan sukses ddilaksanakan melalui
pendekatan ini.

Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diajukan adalah a) Bagi orang tua
siswa hendaknya lebih meningkatkan keterlibatannya dalam
pendidikan anak di sekolah agar anak dapat memperoleh hak-
haknya sebagai anak untuk menunjang keberhasilan
pendidikan di sekolah, b) bagi sekolah lain agar dapat
menerapkan program Huyula Ambu di sekolah masing-masing,
c) Bagi guru, hendaknya dapat lebih meningkatkan kerjasama
dengan orang tua agar program kelas terlaksana sesuai
rencana yang telah di susun.

95
DAFTAR PUSTAKA
Adiwikarta, Sudardja. 1998. Sosialisasi Pendidikan: Isyu dan
Hipotesis Tentang Hubungan Pendidikan dengan
Masyarakat. Jakarta. P2LPTK
BP-PAUD dan Dikmas Gorontalo. 2017. Panduan Pegangan
Sekolah program Huyula Kelas. Gorontalo
Daulima, F. 2013. Aspek-aspek Budaya Masyarakat Gorontalo.
Banthayo Pobo’ide Limboto: Fitrah
Epstein, J.L. 1996. Improving School Family Community
Partnership in the Middle Grade. Middler School Journal.
Lindenfield, G. 1997. Mendidik Anak Agar Percaya Diri.
Jakarta: Arcan
Mohamad, F. Et al. 2005. Menggagas Masa Depan Gorontalo.
Yogyakarta: HMPIG Press.
Moch. Shochib. 2010. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: PT Asdi
Mahasatya
Olsen,G & Fuller, M.L. 2003. Home School Relation: Working
Succesfully with Parent and Families. Boston: Allyn and
Bacon
Yayasan 23 Januari 1942. 1982. Perjuangan Rakyat di Daerah
Gorontalo. Jakarta: Gobel Dharma Nusantara

96
Biografi Penulis
Fredi A. Malabali, S.Pd.,M.Pd. lahir
di Limboto tanggal 19 Maret 1973
putera keenam dari pasangan bapak
Alwi Malabali dan IbuFien Nur Tinggal
di Kompleks Mesjid Attaubah Desa
Pentadio Timur Kecamatan Telaga
Biru Kabupaten Gorontalo. Pernah
belajar di SDN 1 Tunggulo, SMPN 3
Limboto, SMA Negeri 1 Limboto, D2
PGSD STKIP Gorontalo, S1 dan S 2 di
Universitas Negeri Gorontalo. Sebagai
PNS sejak tahun 1999, menjadi Kepala
SD sejak tahun 2010 di SDN 24
Limboto, tahun 2013 di SDN 15
Limboto, tahun 2014 di SDN 1 Limboto
dan tahun 2016 di SDN 9 Limboto.
Prestasi yang pernah diraih juara 1
Kepala Sekolah Prestasi tingkat
Kabupaten Gorontalo (2019), terbaik 1
lomba best practices kepala sekolah
Kemdikbud (2019)

97
JURUS BUPIN KARTABAR BAGI ABK
TUNARUNGU

Maini Yudiningsih
Kepala SD Negeri Bayeman II Kec. Tongas Kab. Probolinggo
mainiyudiningsih@gmail.com

Pada dasarnya, manusia mempunyai tiga sifat penting


yaitu mampu mendengar, berfikir, dan bercakap-cakap,
ketiganya itu memiliki keterkaitan yang sangat erat. Fungsi
pendengaran sangatlah utama karena mempengaruhi pola
berfikir untuk melatih dalam menyampaikan isi pesan yang
terdapat dalam pikirannya. Dalam melangsungkan
kehidupannya, semua manusia memerlukan bantuan orang
lainterlebih bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu
tunarungu.Dengan keterbatasan yang dialaminya mereka
membutuhkan bantuan yang lebih spesifik, yang tidak hanya
bersifat jasmani saja, namun lebih banyak mengarah kepada
bantuan bersifat spiritual. Bantuan yang bersifat jasmani atau
material saja cenderung menempatkan anak tunarungu
sebagai manusia hanya menerima pemberian saja atau sebagai
manusia konsumtif. Bantuan spiritual seperti dalam bentuk
pendidikan karakter merupakan upaya nyata untuk dapat
mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki anak
sehingga mereka dapat memenuhi hak dan kewajiban sebagai
warga masyarakat dan tidak menjadi beban.
Pancasila sebagai landasan berbangsa, menuntut kita agar
senantiasa menjunjung tinggi norma-norma yang terdapat
pada Bhinneka Tunggal Ika. Manusia sebagai makhluk sosial,
kita juga diwajibkan untuk saling menolong, mengasihi,
mendorong, dan memotivasi, tidak terkecuali terhadap mereka
yang berkebutuhan khusus. Hal ini bertujuan agar potensinya
mampu berkembang secara optimal dan mereka dapat
meningkatkan kualitas kemandirian dalam kehidupannya.
Suasana tolong menolong seperti itu dapat tercipta melalui
suasana belajar dan kerjasama,yaitu adanya hubungan yang
saling mencerdaskan, saling mencinta, dan saling tenggang
rasa.

98
Anak tunarungu memiliki tingkat kecerdasan beragam
mulai dari yang rendah sampai istimewa atau jenius. Prestasi
ABK tunarungu yang berintelegensi normal pada umumnya
rendah. Hal ini dipengaruhi oleh perolehan informasi dan
pemahaman bahasa yang diterimanya lebih sedikit bila
dibanding dengan anak mampu mendengar. Anak tunarungu
mendapatkan informasi hanya dari indera yang masih
berfungsi, seperti indera penglihatan, perabaan, pengecapan,
dan penciuman.
Kegiatan pembelajaran anak tunarungu harus dimulai dari
kehidupan sehari-hari. Prinsip pembelajaran yang
diberlakukan bagi anak tunarungu, tentunya tidak sama
dengan mereka yang tidak mengalami hambatan atau
kelainan. Kegiatan pembelajarannya haruslah dimulai dari hal-
hal yang mudah kemudian berangsur ke tingkat yang lebih
sulit. Anak tunarungu diharapkan lebih mudah menerima
materi dalam pembelajaran dan dapat berinteraksi serta
berkomunikasi, yang salah satu caranya adalah dengan
menggunakan alat bantu pendengaran. Untuk mendapatkan
alat bantu pendengaran, tentunya membutuhkan biaya yang
mahal.Melihat kondisi ekonomi orang tua tergolong rendah,
maka maksimalkan penggunaan media pembelajaran yang
tersedia.
SD Negeri Tongas Wetan I kecamatan Tongas kabupaten
Probolinggo merupakan salah satu sekolah inklusi dari 24
lembaga inklusi di kabupaten Probolinggo saat ini. Pada Tahun
Pelajaran 2017/2018 terdapat 8 siswa yang berkebutuhan
khusus, yaitu terdiri dari siswa yang memiliki ketunaan
grahita, slow learner, tunarungu, dan low vision.
Berdasarkan latar belakang di atas, media yang tepat
untuk anak tunarungu yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran yang bersifat abstrak, yaitu dengan
mengombinasi antara kartu yang berisi huruf, angka, dan kata
yang bergambar dan dikemas dalam sebuah buku namun
terbuat dari papan triplek, yang terbungkus dengan kain
flannel sehingga tidak cepat rusak dan terkesan tidak kaku.
Media pembelajaran ini dinamakan Buku Pintar kartu Kata
Bergambar yang lebih dikenal dengan BUPIN KARTABAR.
BUPIN KARTABAR ini diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan membaca dan menulis pada anak berkebutuhan

99
khusus tunarungu. Jurus ini sangat bermanfaat bagi Kepala
Sekolah terutama untuk memberikan layanan secara khusus
dan memberikan motivasi dalam meningkatkan daya dukung
terhadap pemenuhan sarana prasarana pembelajaran di
sekolah khususnya yang terkait dengan anak berkebutuhan
khusus lainnya. Guru dan tenaga kependidikan lainnya akan
terbiasa dan mudah dalam memberikan layanan khusus
terutama kepada anak berkebutuhan khusus tunarungu, baik
untuk guru pembimbing khusus (GPK) atau guru kelas serta
guru mata pelajaran lainnya. Guru termotivasi untuk lebih
kreatif dalam menyiapkan metode dan media yang sesuai
dalam membelajarkan anak berkebutuhan khusus. Demikian
juga bagi ABK itu sendiri, mereka akan merasa terfasilitasi dan
mendapatkan tempat untuk mengembangkan kemampuannya
dalam hal membaca dan menulis sesuai dengan tingkat
kecerdasannya. Mereka berkesempatan yang sama untuk
belajar tanpa adanya diskriminaritas. juga anak akan lebih
mandiri melalui pembelajaran bina diri, juga diharapkan dapat
menggali potensi diri mereka yang terpendam dengan lebih
optimal.

Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif yang terdapat pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009, dapat dijabarkan
sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
banyak kesempatan kepada semua peserta didik. Peserta didik
yang dimaksud adalah mereka yang memiliki kelainan atau
hambatan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran
dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama
dengan peserta didik lain di kelas yang sama pada umumnya.
Pendidikan inklusif ini mempunyai tujuan untuk
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan atau gangguan secara
fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya serta mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak
diskriminatif bagi semua peserta.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif, sesuai dengan
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 6 tahun 2011
100
disebutkan bahwa untuk memberikan pembelajaran kepada
perserta didik di satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
inklusif merupakan tugas dan tanggung jawab guru kelas dan
guru mata pelajaran yang ada di sekolah tersebut. Guru kelas
atau guru mata pelajaran yang dimaksud tentunya adalah
guru yang telah mendapatkan pelatihan khusus. Guru
tersebut bertugas membimbing siswa yang mengalami kelainan
atau hambatan dalam perkembangannya, sehingga disebut
Guru Pembimbing Khusus (GPK).

Anak Berkebutuhan Khusus


Menurut pasal 15 Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), disebutkan
bahwa jenis pendidikan bagi Anak Berkebutuan Khusus
adalah Pendidikan Khusus. Pendidikan Khusus yang
dimaksud adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi peserta
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran dikarenakan memiliki gangguan secara fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.
Anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang
mempunyai keunikan tersendiri dalam jenis dan
karakteristiknya. Keunikan tersebut dapat membedakan
antara mereka dengan anak-anak normal pada umumnya.
Keadaan ini banyak menuntut pemahaman tersendiri terhadap
hakekat anak berkebutuhan khusus.
Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak
azasi manusia, anak-anak yang mengalami gangguan atau
hambatan digunakanlah istilah baru yaitu anak berkebutuhan
khusus. Penggunaan istilah ini akan membawa konsekuensi
tersendiri terhadap cara pandang yang berbeda dengan istilah
anak luar biasa yang pernah dipergunakan. Jika pada istilah
luar biasa lebih menitik beratkan pada keadaan fisik, mental,
emosi-sosial anak, maka pada berkebutuhan khusus lebih
pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan
potensinya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
pada pasal 129 ayat (3), disebutkan bahwa banyak
karakteristik dari anak berkebutuhan khusus, diantaranya
adalah tunanetra (A), tunarungu (B), tunawicara (B),

101
tunagrahita (C), tuna daksa (D), tunalaras, kesulitan belajar,
lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi
korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat
adiktif lainnya, tunaganda (G), cerdas atau berbakat istimewa,
dan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif.
Menurut Pernamari Somad dan Tati Hermawati (1996:127)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tunarungu itu
sendiri adalah seseorang yang mengalami gangguan atau
kehilangan kemampuan mendengar, sehingga ia tidak dapat
menggunakan pendengarannya secara normal dalam
kehidupan sehari – hari, sehingga berdampak terhadap
kehidupan secara kompleks. Seseorang mengalami gangguan
terhadap pendengarannya (tunarungu) sejak lahir, maka dia
juga mengalami tunawicara. Hal ini menjadi lebih kompleks
permasalahannya, karenanya dia tidak dapat menangkap
pembicaraan orang lain, sehingga tidak mampu
mengembangkan kemampuan bicaranya meskipun tidak
mengalami gangguan pada alat suaranya. Dari beberapan
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak penyandang
tunarungu dan tunawicara adalah kehilangan kemampuan
untuk mendengar baik sebagian maupun seluruhnya yang
mengakibatkan tidak mampu untuk menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari –hari dan juga tidak
mampu mengembangkan kemampuan bicaranya.
Anak yang mengalami kendala seperti tersebut di atas,
dalam kesehariannya terutama pada saat pembelajaran di
sekolah sangatlah terkendala.Sehingga perlu adanya media
pembelajaran atau alat peraga edukatif yang membantunya
agar mereka mampu mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Media pembelajaran yang dimaksud bertujuan
agar mereka terbantu, antara lain: anak dapat belajar
mengenal huruf, selanjutnya anak dapat belajar membaca
permulaan dan menyusun kata.Anak dapat belajar
mengembangkan aspek bahasa, belajar mengenal nama benda
dari bau dan rasanya, juga dilatih agar mempunyai keberanian
untuk bertanya dan mengungkapkan sesuatu lewat bahasa
isyarat.
BUPIN KARTABAR ini efektif digunakan ketika ABK masih
duduk di kelas rendah, yaitu untuk mengenalkan huruf dan
angka juga untuk merangkainya menjadi sebuah kata
bermakna. Namun, ketika mengucapkan kata yang tidak lagi
dengan mengeja, maka ABK juga dikenalkan dengan bahasa
102
isyarat yaitu SIBI (Sistem bahasa Isyarat Indonesia). Bahasa
Isyarat merupakan bahasa yang menggunakan lebih kepada
bahasa tubuh, gerakan bibir, maupun gerakan tangan
ataupun jari.

Mengapa Bupin Kartabar?


Media pembelajaran adalah sebuah sarana atau alat bantu
dalam proses pembelajaran. Yang tujuannya agar proses
belajar mengajar lebih efektif karena siswa menjadi tertarik dan
terangsang untuk lebih memperhatikan dan lebih fokus.
Dengan media pembelajaran diharapkan kemampuan serta
ketrampilan siswa dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Menurut Sudjana (2002:59), yang dimaksud dengan alat
pembelajaran adalah suatu alat yang dapat diterima oleh mata
dan alat indera lainnya dengan tujuan membantu guru agar
proses belajar mengajar siswa lebih efektif dan efisien.
Media pembelajaran dapat berupa media visual yang
berbentuk grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun atau
komik. Sedangkan yang berbentuk media audial dapat
berbentuk radio, tape recorder, laboratorium bahasa dan
lainnya yang menghasilkan bunyi. Berbeda pula dengan media
yang berupa Projected still, yaitu OHP, LCD Proyektor dan
sejenisnya yang dapat menampilkan gambar. Ada pula media
pembelajaran yang berupa Projected motion, yaitu film, TV,
video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya. Dan media
pembelajaran yang berupa pembelajaran langsung ke obyek
atau tempat study seperti ke museum atau candi atau tempat
bersejarah lainnya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dimaknai
bahwa media pembelajaran adalah alat yang dirancang dan
dibuat untuk menjadi sumber belajar anak-anak agar mereka
mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman ini akan
sangat berguna khususnya bagi anak berkebutuhan khusus
yang mempunyai keterbatasan untuk mengembangkan aspek-
aspek atau potensi yang dimilikinya seperti aspek
fisik/motoric, emosi, social, bahasa, kognitif, dan moral.
Untuk membantu guru dalam membelajarkan pada anak
berkebutuhan khusus tunarungu di SD Negeri Tongas Wetan I
telah dibuat media pembelajaran berupa media visual, yaitu

103
berupa Buku Pintar Kartu Kata Bergambar (BUPIN
KARTABAR).
Media pembelajaran BUPIN KARTABAR ini dirancang
dengan tujuan membantu guru pembimbing khusus (GPK)
dalam membelajarkan kepada anak berkebutuhan khusus
tunarungu.Diharapkan akan menjadi perantara penyampaian
ide/gagasan kepada anak berkebutuhan khusus tunarungu.
Langkah yang diambil untuk menentukan penggunaan
Jurus Media BUPIN KARTABAR di SD Negeri Tongas Wetan I
adalah sebagai berikut:

Analisis Data Hasil


Identifikasi

Identifikasi terhadap Pembahasan dan


siswa yang Menentukan Strategi
berkebutuhan khusus Pemecahan

Jurus Media BUPIN


KARTABAR

Gambar 1. Alur Penentuan Jurus Media BUPIN KARTABAR

Tahapan-tahapan pada gambar 1 dapat dijelaskan sebagai


berikut:
1. Identifikasi terhadap siswa yang berkebutuhan khusus
Identifikasi merupakan bagian kegiatan awal sebelum
melakukan proses asesmen. Identifikasi anak
berkebutuhan khusus diperlukan agar keberadaan mereka
dapat diketahui sedini mungkin. Identifikasi ini dilakukan
dengan menemukan anak yang memiliki kelainan atau
kecerdesan istimewa melalui observasi langsung oleh guru
juga wawancara dengan orang tua atau pihak lain yang
dekat dengan siswa. Untuk mendapatkan data yang valid,
maka diperlukan alat identifikasi anak berkebutuhan
khusus.
2. Analisis Data Hasil Identifikasi
Hasil dari identifikasi di atas, maka dibuatlah klasifikasi
sesuai dengan ciri-ciri atau kelainan atau gangguan yang
dialami oleh anak berkebutuhan khusus. Hasil analisis

104
selanjutnya diberikan kepada orang tua/wali murid juga
tembusan kepada komite sekolah untuk mendapatkan
saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
3. Pembahasan dan Menentukan Strategi Pemecahan
Pada tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala
Sekolah sebagai pendamping GPK (Guru Pembimbing
Khusus), juga melibatkan GPK itu sendiri, guru kelas, guru
mata pelajaran dan orang tua siswa. Hasil koordinasi
tersebut menghasilkan solusi untuk memberikan fasilitas
berupa kemudahan guru dalam membelajarkan anak
berkebutuhan khusus tunarungu, yang berupa media
pembelajaran yang sesuai dengan kebermanfaatannya
yaitu sebuah buku yang terbuat dari triplek dan diberi
gambar-gambar setiap lembarnya. Media tersebut bernama
Buku Pintar Kartu Kata Bergambar (BUPIN KARTABAR).
4. Jurus Penggunaan Media BUPIN KARTABAR

Langkah-langkah penggunaan media BUPIN KARTABAR


adalah sebagai berikut:
1. ABK tunarungu mengambil satu kartu kata bergambar
kemudian menempelkannya pada halaman triplek.
2. ABK mengamati gambar dan juga tulisan yang terdapat
pada gambar tersebut.
3. ABK menirukan gerakan bibir yang dicontohkan Guru
Pembimbing Khusus (GPK) atau guru kelas saat
menyebutkan masing-masing huruf yang terdapat pada
kartu kata bergambar tersebut.
4. ABK mengambil kartu huruf dari kotak yang berbeda
kemudian menyususn sesuai contoh kata yang terdapat
pada kartu kata bergambar.
5. ABK menuliskan kata yang disusunnya pada triplek bagian
bawah.

Langkah-langkah tersebut seperti terlihat pada gambar di


bawah ini.

105
Gambar 2. Kegiatan Penggunaan BUPIN KARTABAR pada ABK tunarungu

Kegiatan ini dilakukan di dalam kelas pada saat anak


belajar bersama dengan teman-temannya.Kadang dilakukan di
perpustakaan sekolah namun yang lebih sering dilakukan di
ruang khusus. Hal ini dimaksudkan agar anak lebih fokus dan
konsentrasi ketika sedang menggunakan media BUPIN
KARTABAR. Anak merasa mendapatkan perhatian yang lebih
sehingga dengan perasaan yang nyaman anak lebih mudah
belajar dan merasa dihargai.
Kegiatan evaluasi terhadap ABK tunarungu dengan
menggunakan BUPIN KARTABAR seperti tampak pada gambar
berikut.

Gambar 3. Kegiatan Evaluasi Setelah Penggunaan BUPIN KARTABAR

106
Hasil Dan Pembahasan Masalah
Berdasakan hasil identifikasi awal terhadap anak
berkebutuhan khusus tunarungu yang ada di SD Negeri
Tongas Wetan I Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo
pada Tahun Pelajaran 2017-2018 adalah terdapat 2 anak yang
mengalami hambatan atau gangguan terhadap fungsi
pendengaran (tunarungu), yaitu MAULANA RIDWAN
HIDAYATULLAH siswa kelas II (dua) berjenis kelamin laki-laki
dengan usia 8 tahun dan IDRIS IBNU SHALEH juga siswa kelas
II (dua) berjenis kelamin laki-laki sudah berusia 10 tahun.
Hasil identifikasi di atas, dapat dijelaskan bahwa secara
umum terhadap anak yang bernama MAULANA RIDWAN
HIDAYATULLAH menunjukkan ciri-ciri yang tampak pada diri
anak yaitu adanya keterlambatan dalam perkembangan
bahasa sehingga anak lebih sering menggunakan isyarat dalam
berkomunikasi. Selain itu anak cenderung agresif (sensitif)
meskipun tidak mampu mendengar dengan jelas (anak dapat
mendengar sedikit jika menggunakan sound system). Kegiatan
menulis menunjukkan adanya kemampuan namun masih
kurang rapi, sedangkan dalam hal berhitung sederhana sudah
menunjukkan adanya kemampuan walaupun menggunakan
isyarat.
Hasil identifikasi terhadap anak yang bernama IDRIS IBNU
SHALEH, yaitu menunjukkan adanya keterlambatan dalam
perkembangan bahasa sehingga sering menggunakan isyarat
dalam berkomunikasi. Anak ini cenderung diam tidak agresif
karena tidak mampu mendengar dengan baik. Namun masih
memiliki sisa pendengaran di telinga sebelah kanan (berbisik
±10 cm dari lubang telinga). Namun mampu menulis (bentuk
tulisan rapi) dan mampu berhitung sederhana walaupun
menggunakan isyarat.
Hasil identifikasi terhadap kedua ABK tunarungu tersebut
di atas, maka penggunaan Buku Pintar Kartu Kata Bergambar
(BUPIN KARTABAR) sangatlah mendukung dalam kegiatan
pembelajaran terutama untuk mengembangkan kemampuan
membaca dan menulis. Hal ini terbukti dari dampak yang
terlihat setelah penggunaan BUPIN KARTABAR adalah sebagai
berikut: (1) Anak lebih senang (antusias) saat belajar,
mengingat gambar lebih menarik dan mendekati konkrit, (2)
Anak menjadi lebih cepat mengerti dalam hal menyusun huruf

107
menjadi sebuah kata, (3) Dengan menggunakan BUPIN
KARTABAR ini anak tidak hanya dapat mengenal bunyi huruf
dengan menirukan bentuk bibir yang dicontohkan oleh guru,
namun juga dapat melatih motorik halus terutama pada
daerah rahang, karena siswa tuna rungu cenderung malas
untuk menggunakan mulutnya untuk berkomunikasi, (4) Anak
lebih mudah dalam hal menirukan bentuk huruf, (5) Dapat
melatih motorik kasar anak, terutama ketika memegang pensil
dan menghapus tulisan, dan (6) Intensitas komunikasi yang
terjalin antara anak dan guru lebih aktif walaupun melalui
bahasa lisan, karena alat yang digunakan relatif dapat
memotivasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
imajinasinya untuk menyusun huruf-huruf sendiri menjadi
sebuah kata yang bermakna.

Aspek Yang Dikembangkan


Aspek yang dapat dikembangkan pada penggunaan BUPIN
KARTABAR pada anak berkebutuhan khusus tunarungu di SD
Negeri Tongas Wetan I Kecamatan Tongas Kabupaten
Probolinggo, dapat dijelaskan seperti tampak pada tabel
berikut.

Tabel 1.Aspek Yang Dikembangkan Pada Penggunaan


BUPIN KARTABAR
NO INDIKATOR KEGIATAN
1 Menunjukkan Menunjukkan susunan
perbuatan yang salah huruf yang benar dan salah
dan benar
(Pembiasaan)
2 Menyebutkan Menyebutkan bunyi huruf
berbagai bunyi/suara dan kata yang disusun
tertentu (Bahasa)
3 Menirukan Menyusun huruf atau
kembali 3-4 urutan kata sesuai dengan yang
kata (Bahasa) disebutkan guru atau
teman
4 Mengelompokkan Menuliskan/mencari kata-
kata-kata yang kata yang sesuai dengan
sejenis (Bahasa) tema hari ini
5 Menghubungkan dan Menyusun huruf menjadi
menyebutkan tulisan kata sesuai dengan

108
sederhana dengan benda/gambar yang
simbol yang ditunjukkan/disediakan
melambangkannya guru
(Bahasa)
6 Mengenal nama Mencicipi benda yang
benda dengan berada di belakang kartu,
menggunakan indra kemudian melihat gambar
pengecap dan juga nama benda pada
kartu tersebut
7 Mengenal nama Membau benda yang
benda dengan berada di belakang kartu,
menggunakan indra kemudian melihat gambar
pembau dan juga nama benda pada
kartu tersebut
8 Menuliskan kata Menuiskan kata dengan
sesuai gambar menjiplak atau
dengan susunan menduplikasi kata yang
huruf yang benar terdapat dalam gambar
tersebut.
9 Memegang pensil Anak belajar memegang
dengan benar (antara pinsil dengan benar saat
ibu jari dan 2 jari) menulis atau menggambar
(Fisik Motorik) di notes yang disediakan
10 Meniru membuat Menuliskan kata-kata
garis tegak, datar, dengan huruf yang benar
miring, lengkung,
lingkaran, dll (Fisik
Motorik)

Simpulan
Jurus Buku Pintar Kartu Kata Bergambar (BUPIN
KARTABAR) dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi
Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu, sehingga mampu
meningkatkan kemampuan membaca dan menulis. Hal ini
ditandai dengan beberapa indikator pada dampak yang
diperoleh pada saat menggunakan BUPIN KARTABAR.

109
Rekomendasi
Perlu adanya pengembangan atau inovasi lain untuk
membantu guru dalam kegiatan pembelajaran selain media
BUPIN KARTABAR. Pembuatan media pembelajaran tidaklah
harus yang mahal, namun pengunaannya haruslah berarti
bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu. Sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif perlu berkreasi untuk
mengembangkan strategi yang baru dan mencari terobosan
baru yang melibatkan stakeholder yang ada.

110
DAFTAR PUSTAKA
Pergub Jatim No. 6 Tahun 2011, tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa Timur.
Permendikbud No. 70 Tahun 2009, tentang Pendidikan Inklusif
Bagi Peserta Didik.
Pernamari Somad dan Tati Hermawati, 1996. Ortopedagogik
Anak Tunarungu. Widya Aksara Press: Bandung.
PP No. 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, Menhankam: Jakarta.
Sujana, 2002. Media Pengajaran, Sinar Baru Algensindo,
Bandung.
UU RI No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

111
Biografi Penulis
Nama: Maini Yudiningsih, S.Pd. MM,
lahir di Malang tanggal 26 Oktober 1971.
Menamatkan Sekolah Dasar di SDN
Sengguruh II Kec. Kepanjen, Malang pada
tahun 1984, SMP di SMPN 4 Malang, dan
SMAN 1 Kepanjen tahun 1987. Melanjutkan
Perguruan Tinggi di IKIP Malang (D2 PGSD)
tahun 1992, di STKIP PGRI Pasuruan
Jurusan PPKn (S1) tahun 1999 dan S2
jurusan MSDM tahun 2007 di STIE
Mahardhika Surabaya. Alamat rumah: Dsn Dungun Kidul
No.235 RT 07 RW 04 Desa Dungun Kec. Tongas Kab.
Probolinggo, Jawa Timur. Pengalaman tugas: diangkat menjadi
CPNS tahun 1993 bertempat di SDN Wringinanom III Kec.
Tongas, tahun 1994 mutasi ke SDN Bayeman I Kec. Tongas,
pada tahun 2009 promosi KS dan ditempatkan di SDN
Wringinanom IV Kec. Tongas, tahun 2009 mutasi ke SDN
Tongas Wetan I kec. Tongas, dan bulan Desember tahun 2018
mutasi ke SDN Bayeman II Kec. Tongas. Menikah pada tanggal
29 Nopember 1993, dan mempunyai empat orang anak, 3
perempuan dan 1 laki-laki.

112
OPTIMALISASI MUTU SEKOLAH
MELALUI PEMBIASAAN REMNAMAGOIN

Sumiyati
SD Negeri Joho 01 Sukoharjo, Jawa tengah
sumiyati2871@gmail.com

Undang Undang nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem


Pendidikan Nasional pada pasal 3 disebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang
bermatabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada saat ini telah muncul masalah-masalah yang dapat
mengancam ketahanan bangsa Indonesia, diantaranya
maraknya korupsi, kenakalan remaja, kebodohan, lemahnya
integritas, munculnya budaya instan yang tidak sesuai dengan
karakter dan budaya bangsa Indonesia serta banyak terjadinya
penyimpangan dan perilaku yang negatif di lingkungan
masyarakat sekitar.
Kondisi SD Negeri Joho 01 apabila dilihat segi fisik
bangunan gedung memang tampak kokoh dan kuat, karena SD
Negeri Joho 01 kategori SD terlama di Desa Joho. Plafon
ruangan kelas 2 hampir runtuh sangat membahayakan
keselamatan anak, dinding temboknya sudah banyak yang
terkelupas, teras depan kelas sudah lusuh dan kotor terkesan
tak terawat, bahkan kondisi sarana ibadah sanngat
memprihatinkan, lembab dan sempit, bahkan melaksanakan
sholat berjamaah zhuhur di teras depan ruang guru. Dari segi
karakter peserta didik juga masih terlihat rendah, terbukti
kedisiplinan, ketertiban, kemandirian, dan kepedulian
terhadap lingkungan sekolah sangat rendah, membuang
sampah sembarangan.
Melihat permasalahan-permasalahan tersebut penulis
selaku kepala sekolah sekaligus manajer di SD Negeri Joho 01
memiliki tanggungjawab untuk melakukan suatu langkah
pembenahan dari segi fisik maupun karakter peserta didik.
Sekolah Dasar adalah jenjang pendidikan formal terendah,

113
dimana pendidikan penguatan karakter sangat diperlukan
untuk membentuk pribadi yang kuat dan tangguh dan menjadi
pondasi yang berpengaruh terhadap perilaku, watak, dan
kebiasan anak di masa mendatang.
Menyikapi pentingnya pendidikan karakter itulah maka
perlu menanamkan karakter melalui kegiatan pembiasaan.
Ada 5 karakter utama dalam PPK yaitu Religius, Nasionalis,
Kemandirian, Gotong royong, dan Integritas. Kelima karakter
itu ditulis dengan istilah Renamagoin
Karakter tidak bisa dibentuk secara instan, tetapi harus
dilatih berulang-ulang dan serius serta proposional agar
mencapai bentuk yang ideal. Apabila peserta didik memiliki
karakter yang kuat maka prestasi dan mutu akan meningkat,
karena melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
dapat secara berdikari meningkatkan dan memakai
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sampai
terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Ki Hadjar
Dewantara memandang karakter sebagai watak atau budi
pekerti. Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara
gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan yang
kemudian menimbulkan tenaga. Dapat juga didefinisikan
bahwa karakter adalah watak, sifat, akhlak atau kepribadian
yang membedakan seorang individu dengan individu yang lain,
atau karakter sebagai keadaan yang sebenarnya dari dalam
individu, yang membedakan antara dirinya dengan individu
lain.
Renamagoin adalah singkatan dari religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan integritas. Kelima nilai karakter
itu bukanlah nilai yang berdiri sendiri dan berkembang sendiri-
sendiri melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang
berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan
pribadi. Kelima karakter utama itu adalah:

Religius
Religius berasal dari kata religious yang berarti sifat religi
yang melekat pada diri seseorang. Religius sebagai salah satu
nilai karakter dideskripsikan oleh Suparlan sebagai sikap dan
perilaku yang patuh dalam menjalankan ajaran agama yang
114
dianut, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan
hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai-nilai yang
terkandung dalam karakter Religius antar lain: toleransi, cinta
damai, persahabatan, teguh pendirian, penyayang, santun,
percaya diri, cinta lingkungan, dan tulus.

Nasionalis
Sikap karakter nasionalis merupakan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingungan fisik, sosial budaya, ekonomi, dan politik bangsa,
menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya. Sikap Nasional ditunjuk
melalu disiplin, rela berkorban, berprestasi, peduli lingkungan,
menghargai perbedaan, dan apresiasi budaya bangsa.

Kemandirian
Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri yang artinya
self atau pribadi dalam kamus psikologi kemandirian berasal
dari kata “independen” yang diartikan sebagai suatu kodisi
dimana seseorang tidak tergantung pada orang lain dalam
menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri
(Champlin, 2011: 343). Secara garis besar kemandirian dapat
diartikan sebagai usaha sesorang untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya dengan melepaskan diri dari orang tua
atau orang dewasa untuk mengerjakan sesuatu atas dorongan
diri sendiri dan kepercayaan diri tanpa adanya pengaruh dari
lingkungan dan orang lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam
karakter Mandiri adalah tanggung jawab, kreatif, kerja keras,
keberanian, daya juang, dan tangguh.

Gotong Royong
Karakter gotong royong mencerminkan tindakan
menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan
persahabatan, memberi bantuan atau pertolongan pada orang
yang membutuhkan. Sikap yang menunjukkan karakter
gotong royong adalah bekerja sama, berkomitmen, tolong
menolong, musyawarah mufakat, empati, rasa solidaritas, anti
kekerasan dan sikap kerelawanan.

115
Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari
perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan
pada nilai-nilai kemanusiaan dan moral. Sikap yang
terkandung dalam integritas adalah kejujuran, keadilan,
keteladanan, kesetiaan, anti korupsi, tanggung jawab, cinta
pada kebenaran.

Gambar 1. Lima Nilai Utama Penguatan Pendidikan Karakter

Pembiasaan menurut E. Mulyasa, merupakan metode yang


paling tua. Beliau mengartikan pembiasaan adalah sesuatu
yang secara sengaja dilakukan berulang-ulang agar sesuatu itu
dapat menjadi kebiasaan. Dalam metode pembiasaan dikenal
dengan istilah operant conditioning. Pembiasaan akan
membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat. Internalisasi
adalah upaya menghayati dan mendalami nilai, agar tertanam
dalam diri manusia. Karena pendidikan karakter berorientasi
pada pendidikan nilai, maka perlu internalisasi tersebut.
Kegiatan pembiasaan di sekolah terdiri dari kegiatan rutin,
spontan, terprogram, dan keteladanan. Kegiatan rutin
merupakan kegiatan yang dilakukan secara reguler dan terus
menerus di sekolah. Tujuannya untuk membiasakan siswa
melakukan sesuatu yang baik.
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang dilakukan tanpa

116
dibatasi oleh waktu, tempat, dan ruang. Hal ini bertujuan
untuk memberikan pendidikan secara spontan terutama dalam
membiasakan bersikap sopan santun dan sikap terpuji
lainnya..
Kegiatan terprogram merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kalender
pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan. Membiasakan
kegiatan ini artinya membiasakan kegiatan sekolah sesuai
dengan kemampuan dan bidangnya masing-masing.
Kegiatan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk
perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan contoh (idola).
Kegiatan pembiasaan ini antara lain adalah membiasakan
berpakaian rapi, membiasakan datang tepat waktu,
membiasakan berbahasa dengan baik, membiasakan sikap
ramah.

Gambar 2. Kegiatan Pembiasaan

Mutu sekolah terdiri dari dua kata yaitu mutu dan sekolah.
Mutu dalam bahasa Inggris “quality’ artinya mutu, kualitas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “Mutu adalah (ukuran),
baik dan buruk suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian,
kecerdasan, dsb.)”. Secara istilah mutu adalah “Kualitas
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan”. Dengan
demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah memenuhi
atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan
Penguatkan karakter pada peserta didik harus ada

117
program kegiatan pembiasaan yang harus dilaksanakan
secara rutin, terprogram, dan proposional. Di samping itu
sekolah juga harus memberdayakan stakeholder yang ada di
sekolah termasuk wali murid dan komite sekolah serta
melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan kabupaten.
Berdasarkan permasalahan yang ada di SDN Joho 01
tersebut diatas maka perlu penggunaan metode yang tepat
dalam penyelesaiannya, maka metode deskriptif
interpretatiflah sebagai salah satu alternatifnya. Data yang
dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh melalui, wawancara dengan
siswa, orangtua, guru dan komite sekolah. Data sekunder
berupa observasi dan dokumen sekolah yang berupa program
dan kurikulum. Analisis data menggunakan deskriptif
interpretatif.
Mengacu pada permasalahan yang muncul di SD Negeri
Joho 01 yakni masih rendahnya nilai lima karakter pada
peserta didik dan kondisi fisik sekolah serta mutu sekolah yang
masih rendah, maka dipilihlah suatu alternatif pemecahan
masalah untuk menanamkan nilai karakter pada warga
sekolah melalui: kegiatan pembiasaan, melakukan pembinaan
terhadap guru-guru, melakukan kegiatan untuk menunjang
religious dengan membuat mushola, dan melakukan
kerjasama antara sekolah dengan, wali murid, komite,
masyarakat sekitar serta dinas pendidikan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari pengamatan
perilaku siswa, hasil initial evaluation (evaluasi awal) di SD
Negeri Joho 01 adalah gedung dan bangunan dari luar tampak
kokoh, tetapi di bagian dinding dan plafon sudah banyak yang
rusak, sarana ibadah yang kurang memenuhi syarat,
Lingkungan sekolah terkesan kumuh, banyak sampah
berserakan di halaman sekolah dan banyak rumput liar
tumbuh dihalaman sekolah.
Karakter peserta didik ditemui beberapa hal diantaranya:
kedisiplinan dan tanggung jawab siswa masih sangat rendah,
masih banyak siswa yang datang terlambat enggan untuk
melaksanakan piket kelas, kepedulian guru juga siswa
terhadap kebersihan lingkungan sekolah kurang, serta
kepedulian wali murid, komite sekolah dan masayarakat
sekitar terhadap sekolah masih rendah.
Untuk menunjang kegiatan pembiasaan yang berkaitan
dengan nilai religius agar dalam beribadah dengan khusyu’ dan
118
nyaman, maka penulis bersama dewan guru SD Negeri Joho 01
mengadakan pertemuan dengan wali murid dan komite
sekolah bermusyawarah dalam rangka program pembuatan
mushola dengan biaya swadana
Ada 4 kegiatan pembiaasaan yang dilaksanakan di SD
Negeri Joho 01 yaitu, pembiasaan rutin, pembiasaan spontan,
pembiasaan terprogram, dan pembiaasaan keteladanan.
Kegiatan rutin adalah kegiatan yang dilakukan secara
reguler dan terus menerus di sekolah. Kegiatan rutin yang
dilaksanakan diantaranya adalah sebagai berikut: berdoa
sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran di kelas, sholat
dhuha berjamaah untuk kelas I dan II, dan sholat dhuhur
berjamaah untuk kelas III-VI sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
Kegiatan spontan yaitu kegiatan yang tidak terikat oleh
ruang dan waktu, dengan tujuan untuk menanamkan
pendidikan spontan terutama bersikap disiplin dan sopan
santun. Kegiatan spontan yang ditanamkan pada siswa adalah
sebagi berikut: membiasakan salam, senyum dan sapa saat
bertemudengan bapak ibu guru, membuang sampah pada
tempatnya dengan istilah Gerakan Pungut Sampah (GPS),
membiasakan antri saat ambil wudhu,saat bersalaman
dengan guru setelah apel pagi.
Kegiatan terprogram merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kalender
pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan. Tujuan kegiatan
ini agar membiasakan kegiatan sekolah sesuai dengan
kemampuan dan bidang masing-masing.
Kegiatan terprogram yang dilaksanakan di SD Negeri Joho
01 adalah sebagai berikut:: kegiatan class meeting setiap jeda
akhir semester, mengadakan rekreasi edukasi setiap akhir
semester untuk kelas V,dan kegiatan pesantren kilat pada
bulan Ramadhan..
Kegiatan keteladanan sebagai kegiatan dalam bentuk
perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan contoh (idola).
Kegiatan keteladanan meliputi : berpakaian rapi, berbicara
dengan bahasa yang baik, bersikap sopan santun. Berikut foto-
foto kegiatan pembiaasaan di SD Negeri Joho 01

119
Gambar 3 dan 4. Pembiasaan rutin

Gambar 5 dan 6. Pembiasaan spontan

Gambar 7 dan 8. Pembiasaan terprogram

Gambar 9 dan 10. Pembiasaan keteladanan

Hasil dari kegiatan pembiasaan dalam membentuk karakter


anak sudah tampak secara signifikan, terutama di lima
karakter utama yakni religious, nasionalis, mandiri, gotong
royong dan intregitas. Sedangkan hasil dari kerjasama dengan
komite sekolah dan dinas pendidikan kabupaten adalah
dengan dibangunnya mushola dan perbaikan fisik sekolah.

120
Peningkatan karakter religius diantaranya: 1) Sholat dhuha
dan dhuhur berjamaah rutin dikerjakan sesuai jadwal dan
anak antusias sekali. 2) Peserta didik sudah gemar berinfak
setiap hari Selasa dan Jumat. 3) Sopan santun anak sudah
baik terlihat, selalu membiasakan salam, sapa, dan senyum
setiap bertemu dengan guru. 4) Kesadaran warga sekolah
terhadap lingkungan sekolah sudah tumbuh, terlihat selalu
menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan membuang
pada tempatnya.
Peningkatan karakter nasionalis dapat terlihat
daribeberapa kegiatan berikut: 1) Peserta didik mengikuti
upacara dengan khidmat. 2) Sudah dilaksanakan apel pagi
setiap hari Selasa, Rabu, Kamis, dan Sabtu sesuai dengan
petugas dan jadwal yang telah ditentukan. 3) Kedisiplinan
peserta didik sudah terlihat, peserta didik datang sebelum jam
07.00 WIB. 4) Motivasi berprestasi siswa tinggi, terbukti
antusias dalam mengikuti bebagai perlombaan baik yang
diadakan di sekolah maupun kedinasan.
Peningkatan karakter kemandirian diantaranya: 1)
Antusias anak untuk mengikuti kegiatan pramuka semakin
tinggi. 2) Peserta didik berangkat ke sekolah tidak lagi diantar
orang tua.3) Siswa yang ikut lomba memiliki semangat dan
bekerja keras selama dibimbing oleh guru agar meraih juara.
Peningkatan karakter gotong royong dapat terlihat dengan
berbagai kegiatan berikut ini 1) Siswa melaksanakan piket
kelas bersama dengan kelompoknya. 2) Siswa bersemanagat
untuk mengikuti Kerja bakti/gotong royong membersihkan
lingkungan sekolah. 3) Siswa memiliki rasa empati yang tinggi
terhadap teman yang memerlukan bantuan, misalkan
meminjami teman yang lupa membawa alat tulis. 4) Memberi
ucapan selamat kepada teman yang meraih juara.
Karakter integritas mengalami peningkatan dengan terlihat
pada peserta didik yang terbiasa mengerjakan ulangan dengan
jujur. Apabila menemukan uang segera menyerahkan kepada
guru. Pada saat jajan di kantin meletakkan uang dan
mengambil kembalian sendiri pada tempat yang telah
disediakan.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan untuk menguatkan
karakter anak juga berpengaruh terhadap mutu kelululusan
dan prestasi di SD Negeri Joho 01. Kepercayaan masyarakat

121
untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri Joho 01
meningkat terbukti pada tahun pelajaran 2018/2019 jumlah
siswa SD Negeri Joho 01 menjadi 144 dari 134 pada tahun
pelajaran 2017/2018.
Berikut ini adalah hasil prestasi akademik yang telah
dicapai oleh SD Negeri Joho 01 selama dua tahun terakhir (1)
Juara 1 lomba TIKI putra padatahun 2017. ( 2) Juara 1lomba
LCC kabupaten tahun 2018. (3) Juara 1 lomba siswa
berprestasi kabupaten 2018. (4) Juara 2 lomba Basa Jawa
kabupaten 2018. (5) Juara TIKI putri kecamatan tahun 2017.
(6) Juara 1 TIKI putra 2018. (7) Juara 1 lomba OSN matematika
kecamatan 2017. 7) Juara 1lomba OSN IPA kecamatan 2017
Penguatan karakter dengan kegiatan pembiasaan sangat
efektif karena melalui pembiasaan akan terbentuk sikap dan
perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui
pembelajaran yang berulang-ulang sehingga akan menjadi
suatu kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan.
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan di SD Negeri Joho 01
adalah melalui pembiasaan rutin, spontan, terprogram, dan
keteladanan .Untuk menunjang keberhasilan penanaman
karakter pada anak maka partisipasi dari wali murid, komite,
dan masyarakat sangat diperlukan. Kondisi lingkungan yang
kondusif, saling menghormati, dan nyaman membuat program
penguatan karakter berjalan secara optimal sesuia dengan
harapan.
Mengacu pada hasil laporan penguatan karakter melalui
pembiasaan maka penulis akan merekomendasikan agar dapat
dijadikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait agar
Kepala Dinas Pendidikan memfasilitasi pendidikan penguatan
karakter pada peserta didik melalui pelatihan pendidikan
karakter pada guru dan kepala sekolah. Kepala sekolah
diharapkan dapat menjadi generator dalam membentuk
karakter peserta didik dengan membuat program-program
yang sekolah yang lebih menitik beratkan nilai Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa dengan melibatkan komponen
yang ada di sekolah, masyarakat, dan lembaga terkait lainnya.
Dalam pendidikan penguatan karakter pada peserta didik guru
diharapkan menjadi idola bagi peserta didik baik dari segi
penampilan maupun dari sikap perilakunya.

122
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Az-Za’balawi, M. Sayyid Muhamad. (2007). Pendidikan
Remaja: Antara Islam dan Ilmu
Echolis, John M. & Shaidily, Hasan. (1988). Kamus Inggris
Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Mulyasa, E. (2011). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta:
Bumi Aksara.
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

123
Biografi Penulis
Nama Sumiyati,S.Pd lahir di Sragen
pada tanggal 28 Desember 1971. Tinggal
di desa Baturan Rt 01 Rw 01,
Karangwuni, Polokarto, Sukoharjo,
Jateng.Pernah belajar SDN Ngarum 02,
SMPN Ngrampal 01, SPGN Sragen, D II
IKIP Surabaya, dan Lulus Sarjana S1 di
Univet Bantara Sukoharjo pada tahun
2010. Menjadi PNS pada tahun 1996 di
SDN Sapeken V, kecamatan Sapeken,
Madura Jawa Timur. Pada tahun 2003
bertugas di SDN Palur 01 kecamatan
Mojolaban, Jawa Tengah. Pada tahun
2017 menjabat sebagai kepala sekolah
di SDN Joho 01 kecamatan Mojolaban
samapi sekarang.

124
GURUKU LAKON, PEMBELAJARANKU
BERMUTU
Rurik Herawati
SD My Little Island Malang
herawatirurik@gmail.com

Guru merupakan lakon dan kunci utama dalam


keberhasilan pendidikan. Guru adalah seorang manajer ruang
kelas yang dituntut memiliki keterampilan dan kemampuan
mengelola kelas yang efektif. Mutu proses dan hasil belajar
siswa sangatlah dipengaruhi oleh mutu guru. Pernyataan
tersebut mendukung pendapat Anonim (2012:2).”Teachers are
the single biggest in-school influence on students achievement
and teachers quality is therefore central to improving
educational system around the world”. Mutu guru dianggap
sebagai faktor terpenting yang mempengaruhi proses dan hasil
belajar pesertra didik.
Kompetensi Guru abad 21, guru profesional tidak lagi
sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik. Seorang
guru harus mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan
sekolah. Menurut Sanjaya (2009) peran guru meliputi (a) guru
sebagai sumber belajar; (b) guru sebagai fasilitator; (c) guru
sebagai pengelola; (d) guru sebagai demonstrator; (e) guru
sebagai pembimbing; (f) guru sebagai motivator serta guru
sebagai evaluator. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan yang
luar biasa kompleks dan tidak mudah.
Kewajiban guru sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 tahun 2005 tentang guru pasal 52 ayat (1) mencakup
kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, penilaian pembelajaran,
memeriksa hasil pembelajaran, membimbing dan melatih
peserta didik serta melaksanakan tugas tambahan yang
melekat pada pelaksanaan tugas pokok. Guru dituntut untuk
selalu dan terus meningkatkan kompetensi dan
kemampuannya dibidang pendidikan. Kompetensi yang
dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru

125
yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan keterampilan maupun sikap
profesional dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai
seorang guru. Salah satu penguasaan ketrampilan akan
tertuang dalam kemampuan guru merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Peningkatan kompetensi guru dalam merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran menjadi jantungnya keberhasilan
pembelajaran. Peningkatan kompetensi guru dalam membuat
RPP yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya peningkatan mutu pembelajaran. Oleh karena itu
peningkatan kompetensi guru dalam merancang Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran adalah sangat penting.
Pengembangan profesional guru merupakan kunci
keberhasilan bagi setiap guru. Salah satu definisi tentang
professional development diungkapkan oleh seorang guru
bahasa dari Amerika, Dale Lange,(1990:250) yang menulis
"Teacher development is a term used in the literature to
describe a process of continual intellectual, experiental, and
attitudinal growth of teachers". Lebih lanjut Lange
menyebutkan bahwa professional development berlangsung
secara berkesinambungan dari sebelum dan selama karir
seorang guru.
Pengembangan professional guru sangat penting.
Karenaguru merupakan faktor keberhasilan sekolah. Sebagai
salah satu bagian dari warga sekolah, guru memegang peranan
penting yang akan menentukan mutu dari sebuah sekolah.
Melalui pengembangan kompetensi guru, sekolah akan
diperlengkapi dengan sumber daya yang siap untuk menolong
anak anak dan juga lembaga untuk menuju visi dan misi yang
sudah ditetapkan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
pengembangan profesionalitas guru akan membawa manfaat
baik bagi guru itu sendiri, siswa, juga sekolah.

Guru Menjadi Lakon dan Melakukan Lakon


SD My Little Island adalah sebuah sekolah yang terletak di
kota Malang. Sekolah Dasar ini berstatus Satuan Pendidikan
Kerjasama (SPK). Kerjasama yang dilakukan adalah antar dua
lembaga yaitu LPI (Lembaga Pendidikan Indonesia) dan LPA
(Lembaga pendidikan Asing), yang dalam hal ini adalah
Cambrigde. Jumlah guru di SD My Little Island adalah 32 guru.
Jumlah guru yang banyak ini akan menjadi potensi yang besar
126
untuk merancang sebuah kegiatan pembelajaran bermutu.
Guru , lakon dalam merancang kegiatan pembelajaran,
membutuhkan pengembangan profesional yang efektif saat
membuat RPP dengan banyak cara. Salah satu cara
pengembangan profesional guru saat membuat RPP adalah
dengan menggunakan metode Lakon, latihan dan konsultasi
dengan guru yang lain dan kepala sekolah.
Berdasarkan pengamatan 2 tahun terakhir, guru SD My
Little Island banyak merancang dan melakukan kegiatan
pembelajaran yang kontekstual yaitu kegiatan pembelajaran
outing. Kegiatan pembelajaran outing adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru di luar kelas
bahkan di luar sekolah. Setiap kesempatan melaksanakan
kegiatan pembelajaran di luar kelas atau kegiatan outing selalu
menjadi fokus perhatian terhadap konsep pelaksanaan
pembelajaran tersebut. Fokus berikutnya adalah seberapa
kreatif konsep kegiatan yang dirancang oleh guru dalam suatu
pembelajaran outing. Melalui pengamatan formal dan terukur
bisa dilihat seberapa maksimal kegiatan pembelajaran outing
tersebut berdampak positif bagi siswa. Kegiatan pengamatan
secara informal juga menjadi wadah bagi kepala sekolah untuk
mencari tahu seberapa maksimal hasil kegiatan pembelajaran
outing bagi siswa.
Pada awalnya, konsep kegiatan dan rencana pelaksanaan
pembelajaran outing selalu dirancang oleh hanya 1 guru. Fokus
pembelajaran sebagian besar hanya memuat 1 mata
pembelajaran saja. Berdasarkan kebutuhan untuk
meningkatkan mutu kegiatan outing menjadi maksimal bagi
siswa maka diperlukan strategi pengembangan tim guru yang
memaksimalkan kegiatan outing bagi siswa. Namun masih
banyak ditemukan guru yang belum percaya diri untuk
menyusun RPP kegiatan outing yang bermutu. Masih banyak
ditemukan RPP yang belum berbasis kurikulum 2013. Dan
masih banyak ditemukan RPP yang yang belum menggunakan
pendekatan sainstifik. Bahkan kegiatan satu outing hanya
mengakomodir satu muatan pembelajaran saja.
Berawal dari masalah tersebut penulis beranggapan bahwa
masalah ini sangat urgen dan harus segera dipecahkan. Oleh
karena itu guru sangat perlu pendampingan dan pembinaan
oleh pihak lain yang lebih menguasai dalam hal penyusunan

127
RPP yang maksimal dan bermutu. Untuk mengatasi masalah
tersebut ,penulis menerapkan dan melakukan suatu strategi
bimbingan dan pembinaan yang oleh penulis diberi nama
Latihan dan Konsultasi(LAKON). Saat melaksanakan metode
lakon, latihan dan konsultasi, seorang guru akan menjalin
hubungan komunikasi untuk peningkatan mutu pembelajaran
di sekolahnya. Dengan menjalin komunikasi antarguru
melalui strategi latihan dan konsultasi (lakon), seorang guru
akan mampu mengembangkan peningkatan mutu
pembelajarannya melalui RPP yang dibuat bersama.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:1) Bagaimana
strategi latihan dan konsultasi (lakon) dapat meningkatkan
pemberdayaan kompetensi guru dalam merancang kegiatan
outing di SD My Little Island; 2)Bagaimana strategi latihan dan
konsultasi (lakon) dalam pemberdayaan kompetensi guru di
SD My Little Island bisa meningkatkan mutu pembelajaran
outing.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk: 1)
mendeskripsikan strategi latihan dan konsultasi (lakon) yang
dapat meningkatkan pemberdayaan kompetensi guru dalam
merancang kegiatan outing di SD My Little Island; 2) untuk
mendiskripsikan strategi latihan dan konsultasi (lakon) dalam
pemberdayaan kompetensi guru di SD My Little Island yang
bisa meningkatkan mutu pembelajaran outing.

Strategi Latihan dan Konsultasi (LAKON)


Strategi Latihan dan Konsultasi (LAKON) adalah sebuah
strategi inovasi pembinaan dan pembimbingan untuk
menghasilkan sebuah RPP outing bersama. Yang dimaksud
dengan RPP outing bersama adalah sebuah RPP yang
dirancang berdasarkan satu kegiatan outing. RPP ini dirancang
oleh beberapa guru bidang studi yang mempunyai kepentingan
dengan suatu kegiatan outing. Sehinga akan diperoleh
gabungan beberapa kompetensi dasar dari beberapa mata
pelajaran yang berbeda pada satu kegiatan outing.
Masing masing guru yang terlibat dalam suatu kegiatan
outing, berkolaborasi, latihan bersama menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai kompetensi dasar
mata pelajaran yang diampunya. Hasilnya dikonsultasikan ke
teman guru yang berbeda muatan mata pelajaran untuk
dikoreksi dan dilengkapi menjadi RPP outing bersama yang
128
inovatif dan kreatif. Suatu RPP outing yang sesuai dengan
kriteria yang diharapkan pada Permendikbud no 22 tahun
2016. Suatu RPP yang memuat beberapa kompetensi dasar
dari beberapa mata pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik siswa serta bermutu. Harapannya, guru
mampu merancang kegiatan-kegiatan yang kreatif dan inovatif
melalui strategi Latihan dan Konsultasi (Lakon). Sehingga
dihasilkan RPP outing bersama sesuai dengan kondisi sekolah
dan karakteristik siswa secara maksimal dan bermutu.
Penting sekali bagi seorang guru untuk Peerobservation-
melihat dari sudut pandang orang lain. Begitu kita masuk di
dalam kelas dalam suatu pembelajaran, bisa dikatakan kalau
kita ini terisolasi selama beberapa jam ke depan. Tidak akan
ada orang yang tahu apa yang kita lakukan di dalam kelas atau
dalam satu kegiatan pembelajaran di luar. Kita pun tidak tahu
apa yang rekan sekerja kita sedang lakukan. Di beberapa
institusi ada yang memberi waktu dan kesempatan bagi para
gurunya untuk membagikan apa yang mereka lakukan di
dalam kelas, tetapi sering kali hal ini tidak memungkinkan.
Dengan melakukan kegiatan latihan dan konsultasi (Lakon)
sesama guru akan menolong kita untuk mendapatkan hal baru
dari rekan-rekan kita, sekaligus dapat mengevaluasi apa yang
sudah kita lakukan berdasarkan hasil latihan dan konsultasi
kita.
Latihan dan konsultasi merancang RPP outing bersama
akan sangat efektif ketika inisiatif datang dari beberapa guru.
Dan diskusi antara rekan kerja tentang hasil latihan dan
konsultasi akan menjadi strategi pengembangan diri yang
efektif selama motivasi dari pelaksanaan strategi itu adalah
untuk bertumbuh bersama-sama menjadi guru yang lebih
baik.
Strategi Lakon “Latihan dan Konsultasi” merupakan
kesempatan yang besar untuk bersama-sama
mengembangkan diri. Menjadi tim yang kuat membutuhkan
proses untuk merencanakan bersama, melakukan proses
pengajaran bersama dan bersama-sama mengevaluasinya.
Dengan banyak sudut pandang dan latar belakang akan
memperkaya sebuah tim. Strategi ini juga akan memperkaya
kreatifitas, ketrampilan, dan pengetahuan yang akan disajikan
di dalam proses pembelajaran. Masalah yang dapat timbul

129
dalam sebuah kegiatan outing pun dapat menjadi
pembelajaran tersendiri bagi seluruh anggota tim.
Dalam strategi Lakon “Latihan dan konsultasi” ini akan ada
aktifitas Mentoring dan coaching yaitu saling membantu. Istilah
mentoring sering digunakan berhubungan dengan guru baru,
sebetulnya dapat juga diberlakukan untuk guru-guru yang
berpengalaman. Sedangkan strategi lakon “Latihan dan
Konsultasi” ini dapat digunakan untuk level yang lebih
bervariasi. Mentoring yang dilakukan oleh seorang pemimpin,
akan sangat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan sang
pemimpin. Sedangkan coaching adalah salah satu contoh
collaborative profesional development. Ide strategi ini
dimaksudkan untuk : 1) membentuk suatu komunitas guru
yang secara berkesinambungan bersama-sama
mengembangkan diri saling menolong untuk mentransfer
ketrampilan tertentu; 2) membangun pemahaman yang sama
tentang suatu pengetahuan ataupun ketrampilan yang baru,
suatu keterampilan tertentu dengan memberi masukan dan ide
untuk mengembangkannya; 3) menyediakan struktur sebagai
tindak lanjut sebuah pelatihan untuk menguasai ketrampilan
yang baru untuk menyelesaikan suatu masalah.

Tahapan Pelaksanaan Strategi Latihan dan Konsultasi


(LAKON)
Langkah-langkah dari Strategi Latihan dan Konsultasi (
LAKON) antara lain: 1) menugaskan guru-guru yang terlibat
dalam satu kegiatan outing untuk latihan menyusun RPP 1
(satu) Kompetensi Dasar sesuai dengan mata pelajaran yang
diampu; 2) guru mengirimkan RPPnya ke E-mail guru-guru
yang dalam satu tim dan kepala sekolah; 3) guru-guru
presentasi masing-masing RPPnya dan berkonsultasi langsung
dengan guru yang lain serta kepala sekolah; 4) kepala sekolah
mencermati, mengkoreksi, memberi masukan dan catatan-
catatan dalam kelompok diskusi; 5) guru memperbaiki RPP nya
sesuai dengan masukan yang diberikan oleh rekan guru dan
kepala sekolah; 6) guru mengirimkan kembali RPP nya ke E-
130
mail guru-guru dan kepala sekolah atau berkonsultasi
langsung dengan kepala sekolah; 7) jika sudah sesuai dengan
kriteria RPP outing bersama yang bermutu, maka kepala
sekolah memberi catatan bahwa RPP-nya sudah siap dan
dilaksanakan dalam proses pembelajaran outing.

Hasil yang Dicapai dari Penerapan Strategi Latihan dan


Konsultasi (LAKON)
Penulis merasa strategi latihan dan konsultasi (LAKON)
lebih mengena pada sasaran karena banyak guru yang telah
mengikuti workshop dan atau bimtek Kurikulum 2013
maupun pengembangan RPP belum merasa mampu dan
percaya diri dalam menyusun RPP. Bisa dikatakan bahwa
kompetensi guru belum meningkat walaupun para guru
tersebut sudah mengikuti diklat ataupun bimtek kurikulum
2013. Umumnya para guru masih ragu ragu dalam menyusun
RPP sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Tetapi
setelah mengikuti LAKON guru termotivasi untuk menyusun
RPP lebih inovatif dan kreatif serta siswa juga mendapatkan
pengalaman pembelajaran yang berbeda pada saat
pembelajaran.
Hasil yang diperoleh dari LAKON tidak mengecewakan
tetapi justru menambah semangat dan motivasi guru untuk
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis
Kurikulum 2013 yang sesuai dengan kf ondisi sekolah dan
karakteristik siswa. Strategi LAKON membuat guru merasa
lebih aman dan nyaman dalam berkomunikasi dengan teman
guru yang lain dan dengan kepala sekolah karena sistem
komunikasinya melalui diskusi dan konsultasi. Tidak ada rasa
canggung, sungkan maupun malu berkomunikasi.
Strategi LAKON yang penulis lakukan dianggap berhasil
karena cara yang ditempuh lebih bersifat kekeluargaan,
kemitraan. Strategi ini sangat inovatif, praktis, efektif dan
efisien, karena LAKON dapat dilaksanakan dimanapun,
kapanpun, dan biaya yang sangat murah. Umumnya para guru
lebih percaya diri untuk menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran(RPP).
Dampak yang diperoleh dari penggunaan strategi LAKON
adalah 1) Peningkatan keterampilan guru dalam membuat
RPP yang bermutu yang sesuai dengan standar RPP K 13; 2)

131
Bagi siswa adanya pembelajaran yang semakin inovatif yang
berorientasi kondisi sekolah dan karakteristik siswa. 3. Bagi
sekolah target pemenuhan kebutuhan meningkatkan mutu
kegiatan pembelajaran menjadi semakin baik. Guruku Lakon,
pembelajaranku bermutu benar-benar tercapai.

Kesimpulan yang dapat diambil dari strategi melaksanakan


Latihan dan Konsultasi (LAKON) dalam meningkatkan
kompetensi guru menyusun RPP di SD My Little Island adalah
sebagai berikut: 1) Memotivasi dan meningkatkan rasa percaya
diri guru untuk melakukan pengembangan kompetensi dalam
menyusun RPP outing; 2) meningkatkan kerjasama antara
guru yang satu dengan guru yang lain di SD My Little Island,
sehingga guru tidak segan untuk terus berkonsultasi dengan
yang lebih ahli dan dengan teman sesama guru ; 3)
meningkatkan hubungan personal dan menghilangkan rasa
canggung dengan sesama teman guru, ataupun dengan kepala
sekolah sehingga terwujud rasa kebersamaan dan
kekeluargaan 4) guru merasa lebih mudah dan dekat untuk
berkonsultasi dengan sesama teman atau dengan kepala
sekolah tanpa ada rasa segan;5) lebih efektif dan efisien atas
biaya dan waktu untuk menghasilkan RPP outing yang inovatif
dan kreatif; 6) siswa lebih mendapatkan pengalaman
pembelajaran yang lebih banyak, bervariasi dan inovatif; 7)
Karakter siswa terbentuk dengan lebih baik dan positif melalui
nilai-nilai sikap yang dikembangkan dalam RPP yang bermutu.
Hasil RPP Outing yang disusun bersama sangat bermutu.
Dalam satu kegiatan outing bisa dilakukan kolaborasi guru
mata pelajaran yang lebih dari satu. Demikian juga siswa dapat
mendapatkan kompetensi dasar yang lebih dari satu pla dalam
satu kegiatan outing. Warna kegiatan juga sangat bervariatif
serta lebih menyenangkan bagi siswa. Guruku Lakon,
pembelajaranku bermutu benar-benar tercapai.
Berdasarkan pencapaian hasil pelaksanaan RPP outing
132
yang dikerjakan bersama-sama selama tiga tahun ini, maka
direkomendasikan untuk dapat menggunakan strategi Lakon
ini dalam menyajikan kegiatan pembelajaran yang inovatif dan
kreatif untu siswa. Supaya strategi Latihan dan
Konsultasi(LAKON) ini efektif dan efisien maka disarankan agar
guru lebih aktif dalam mengikuti kegiatan diklat, bimtek,
maupun workshop kurikulum. Gurupun harus aktif dalam
latihan dan konsultasi dengan rekan guru satu tim dan kepala
sekolah. Guru diharapkan memaksimalkan waktu konsultasi
sehingga setiap masalah yang dihadapi dalam menyusun RPP
dapat segera diatasi dan ditemukan solusinya. Konsultasi dan
komunikasi melalui E-mail dapat dikembangkan untuk
meningkatkan kompetensi- kompetensi guru yang lainnya.

133
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Teaching and leadership for Twenty-first
Century the 2012 International Summit on the Teaching
Profesional. Toronto: Asia Society Partnership for Global
Learning.
Muhaimin Syah, 2009. Strategi Belajar Mengajar, Surabaya PT
Citra Media
Mulyasa, 2009. Standar Kompetensi Guru dan Sertifikasi
Guru, Media Bandung Remaja Rosda Karya
Rastadio, 2009. Pengertian Kompetensi dan Kompetensi Guru,
Mujibjee. Wordpress.com. Diakses tanggal 7 Juli 2014.
Sanjaya, Wina. 2009. kurikulum dan pembelajaran. Jakarta:
Jakarta Kencana

134
Biografi Penulis
Nama: Rurik Herawati, M.Pd lahir di
Malang, 25 Juli 1970, Kepala SD My Little
Island Malang sejak 2015 – sekarang,
dosen Bahasa Inggris di Institut Teknologi
Nasional, pernah mengajar di SMPK
Kolese Santo Yusup 2 Malang. Bermukim
di Jl Gambuta D – 23 Malang. Pernah
belajar di SDN Tanjungrejo 1, SMPN 6
Malang, SMAN 1 Malang, D2 Bahasa
Inggris IKIP Negeri Malang, S1 Bahasa
Inggris Universitas Negeri Malang dan S 2
Bahasa Inggris Universitas Islam Malang. Ibu dari dua orang
putra dan 2 orang putri bernama Bram Ratya Setiadi, Fanuel
Bimo (Kuliah di Hannover –Jerman), Binanda Tirzah (Kuliah di
Hannover-Jerman) dan Berlian Elita. Prestasi yang pernah
diraih adalah juara 2 Story Telling Nasional, Juara 2 Innovasi
Pembelajaran tingkat propinsi, Juara 2 guru berprestasi
tingkat kota, dan duta Guru dan Kepala Sekolah dalam
program Teacher’s Training and Cultural Exchange di Cedar
Rapids, IOWA dan Milwaukee serta Wisconsin, USA.

135
IMPLEMENTASI STRATEGI
PEMBELAJARAN MAIN TEMBAK
Wiwik Tribanon Kapiarsi
SD Negeri Tamansari Kraksaan Kabupaten Probolinggo
wiwiktribanon29@gmail.com

Pendahuluan
Peranan guru sangat penting untuk mengukir berbagai
prestasi di sekolah berada dibarisan depan menuangkan
segala ilmu mencetak peserta didik merajut cita-
citanya.Berdasarkan hasil temuan supervisi akademik kepala
sekolah, masih banyak guru mengajar menggunakan tradisi
yang tidak sesuai dengan regulasi. RPP yang dimiliki hasil
copy paste dari lembaga lain dan hasil download bahkan tidak
pernah tahu secara lengkap komponen dan langkah-langkah
yang ada di RPP (data instrument supervisi). Pada waktu proses
pembelajaran berlangsung pintu selalu ditutup dan posisi
peserta didik tetap (DUDELIS) bahkan suara guru mengajar
hampir tidak terdengar dari luar kelas. Hal ini diketahui kepala
sekolah karena sering berkeliling pada waktu guru mengajar,
kadang masuk kelas pura-pura menanyakan bangku siswa
yang rusak.Dengan hasil temuan supervisi dan pengamatan
langsung tanpa setahu guru hasilnya tetap guru tradisional.
Jadi dengan adanya guru yang tidak pernah membuat RPP
sendiri dan kompetensi guru sangat rendah serta penggunaan
metode yang tidak menarik, maka pembelajaran tidak akan
kondusif
Mengingat hampir semua lembaga SD kekurangan guru
banyak GTT yang tidak memenuhi syarat masuk membantu
mengajar dan ini merupakan PR bagi kepala sekolah untuk
membekali terutama mengenai pembelajaran dan kurikulum
yang harus dikuasai. Kepala sekolah bekerja keras
melaksanakan bimbingan mencari berbagai solusi untuk
mengatasi masalah di atas walaupun mengalami kegagalan
berulang kali..Dengan pengalaman kegagalan ini kepala
sekolah mencoba merangkai strategi pembelajaran agar guru
memiliki keterampilan yang dapat menimbulkan Interaktif dan
Inspirasi, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang sangat

136
menyenangkan.
Beberapa masalah yang dihadapi adanya pembelajaran
yang tidak kondusif karena beberapa factor yaitu :
1. Guru tidak membuat RPP sendiri, sehingga tidak punya
gagasan dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Kompetensi guru sangat rendah dan tidak punya kreatif
dalam mengembangkan keterampilan mengajar.
3. Metode tidak menarik dalam kegiatan mengajar
membosankan.

Tujuan kepala sekolah bagaimana dapat mengatasi


masalah secara efektif dan efisien
Melalui bimtek tentang TUPOKSI guru yang dilaksanakan
akhir pekan dan menerapkan strategi pembelajaran baru,
Kepala sekolah menunjukkan contoh RPP dengan langkah-
langkah berisi permainan dan memberi contoh mengajar di
kelas V yang sangat menarik di depan semua guru. Disaat itu
semua merasa terbuai waktu bermain tembak melihat semua
peserta didik dan guru aktif membuat soal dan jawaban serta
beryel – yel sangat menyenangkan serta membangkitkan
semangat belajar. Permainan tembak ini dapat mengatasi
peserta didik pemalu dan pemalas bahkan guru tidak
menguasai materipun berusaha memahami karena dituntut
juga membuat soal dan jawaban Dengan strategi pembelajaran
yang sangat menarik ini guru berusaha untuk membuat RPP
sendiri , karena ingin mempraktekkan strategi pembelajaran
yang baru.dan bagaimana dampak terhadap peserta didik.
Strategi pembelajaran yang baru ini lebih dikenal peserta
didik dan wali murid dengan nama LENTERA MANTEB.
Mengapa peserta didik sangat senang/? Pada waktu guru
menggunakan LENTERA MANTEB peserta didik riang gembira
dengan yel- yel yang berbeda dengan kelompok lain dan tidak
terjadi pemaksaan dan penekanan dari berbagai peraturan
yang menegangkan, ruang kelas tidak seperti penjara bahkan
sebaliknya kelas menjadi taman bersuka ria karena ada
kompetisi merebut piala perak dan emas. Peserta didik sangat
antusias belajar sambil bermain membangun kreatif yang
muncul dengan sendirinya. Dalam permainan tembak peserta
didik harus membuat soal dan jawaban sebagai peluru yang
akan ditembakkan. Dengan demikian peserta didik harus

137
membaca memahami materi agar dapat meraih piala .Begitu
juga guru siap soal dan jawaban yang menantang karena pada
saat ini siasat untuk menggalang peserta didik memahami
materi lebih mendalam dan guru leluasa memancing agar
peserta didik mencari tahu. Siasat permainan seperti ini sangat
disukai anak usia SD karena dunia anak masih melekat penuh
dengan permainan yang selalu berkompetisi dengan teman
sebayanya..Peran guru dalam permainan sebagai wasit yang
bertugas mengatur serta menentukan jalannya permainan dan
juga sebagai fasilitator untuk memberi penjelasan atau
pemahaman kalau ada soal dan jawaban yang kurang jelas..
Jika permainan sudah berakhir wasit harus membacakan
perolehan piala dan dicatat untuk dihitung untuk
mendapatkan hadiah dari guru pada tiap selesai ulangan
tengah semester.dengan demikian peserta didik lebih
termotivasi untuk meningkatkan semangat belajar. Kehadiran
guru mulai dirindukan dan akhirnya tertanam rasa cinta kasih
terhadap guru dan temannya, sehingga muncul dengan
sendirinya senang pada pelajaran yang diberikan oleh guru
tersebut
Manfaat Implementasi Strategi Pembelajaran main tembak
yaitu:
1. Bagi kepala sekolah sebagai masukan dapat mengetahui
kompetensi guru,sehingga mempermudah memberi
bimbingan.
2. Rekan seprofesi sebagai bahan masukan mengembangkan
gagasan baru di lembaga masing – masing
3. Peserta didik dapat bangkit gairah
belajarnya,meningkatkan prestasi, melatih kerjasama serta
dapat melatih keberanian

Disini peran kepala sekolah sangat besar untuk


membangkitkan kreatif guru dalam meningkatkan
kompetensinya melalui LENTERA MANTEB.

Landasan Teori
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan siasat atau cara
memberikan materi kepada peserta didik agar mudah
dipahami.Dalam permendikbud nomor 103 tahun 2014 bahwa
pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan
metode yang mengacu pada karakteristik.Berdasarkan
138
permendikbud diatas maka LENTERA MANTEB sangat cocok
mencetak peserta didik yang berkarakter . Didalam
pembelajaran bermain tembak ini dapat memupuk kerjasama,
saling menghargai, melatih peserta didik memecahkan
masalah serta dapat berfikir kritis. Jika sejak usia dini sudah
terbiasa menghadapi masalah nanti setelah terjun
dimasyarakat sudah tidak canggung lagi.Dengan LENTERA
MANTEB peserta didik melalui pengalaman dapat menemukan
konsep sendiri bukan dari guru.
IPTEK merupakan prioritas pendidikan abad -21, sehingga
guru dituntut untuk mengembangkan pengetahuan yang lebih
luas lagi untuk membekali peserta didik, karena anak usia dini
banyak berteman dengan HP dan masuknya budaya asing ke
Indonesia tanpa adanya seleksi. Lalu dibawa kemana anak usia
dini sudah mendunia dan bagaimana pendidikan di Indonesia
mendatang.
Menurut Undang – Undang nomor 14 tahun 2005 yang
dimaksud guru adalah pendidik professional, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan uraian
diatas kepala sekolah dan guru mempunyai tanggung jawab
dan kewajiban untuk membentuk anak bangsa yang
berkarakter. Pendidikan abad-21 betul – betul membutuhkan
guru yang berkompetensi tinggi. Mengingat jam sekolah
terbatas dan anak usia dini lebih banyak waktunya berada di
rumah, maka orng tua harus ikut andil memberi ilmu dasar
yang kuat sebagai fundamen yaitu IMTAQ, karena sebelum
duduk dibangku sekolah sudah mengenyam pendidikan di
lingkungan keluarga. Agar tujuan pendidikan berhasil
mencetak anak bangsa yang cerdas dan berkarakter jalinan
kerjasama antara guru dan orang tua harus menjadi satu
ikatan yang kuat.
Sebelum guru mengajar terlebih dahulu merancang
gagasan yang dituangkan dalam RPP dengan langkah –
langkah kegiatan yang akan diterapkan pada peserta didik
dengan membangun kehendak dan memfasilitasi kebutuhan
serta memberi motivasi dalam melakukan kegiatan belajar
agar berhasil dengan baik. Untuk melakukan kegiatan
pembelajaran perlu adanya strategi yang cocok, mudah dan

139
menyenangkan.
Bermain tembak ini merupakan kegiatan asing dalam dunia
pendidikan dan ini betul – betul terjadi. Yang dimaksud disini
siswa belajar sambil bermain. Bagaimana belajar sambil
bermain tembak ? Kegiatan inti dari permainan adalah guru
dan peserta didik membuat soal dan jawaban tentang materi
yang telah ditentukan oleh guru sebagai bahan permainan .
sebetulnya ini sama dengan Tanya jawab hanya bedanya
peserta didik menyiapkan yel – yel dan pada waktu bertanya
jawab yang bisa menjawab harus mengatakan kata” TEMBAK
“ ada istilah GUSBAY ( guru sebaya ) jika mengajukan soal
tidak ada yang bisa menjawab dan gusbay ini yang
menjelaskan jawabannya. Ada juga SOMAT ( soal mati ) soal
terlalu mudah tidak usah dibahas lagi. Yang lebih asing lagi
dalam permainan yang menang bisa menjawab akan dapat
piala EMAS dan PERAK .

Hasil Dan Pembahasan


Dalam penulisanBest practice ini kepala sekolah terlebih
dahulu menyusun program rencana supervisi akademik mulai
dari perencanaan jadwal, instrument pembelajaran dan RPP,
pelaksanaan menganalisis temuan serta tindak lanjut dengan
melaksanakan bimtek dengan 2 tahapan dan hasil bimtek
dipresentasikan dalam 2 tahapan dan yang terakhir
pembahasan hasil presentasi.
Kegiatan Supervisi Akademik Dapat Digambarkan Dalam
Skema Sebagai Berikut:

Program Supervisi
- Jadwal Supervisi Pelaksanaa
- Instrumen n Supervisi
- Fokus Pembelajaran

Bimbingan dari Analisis masalah


Pengawas dan dan Solusi

Pertemuan IV Pertemuan III Pertemuan II Pertemuan I


Presentasi Persentasi Bimtek Bimtek
guru kelas Kepala tentang Penyusunan
tinggi dan Sekolah lentera RPP ( Kepsek

140
DATAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 103
tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar
dan menengah
Undang – undang nomor 14 tahun 2015 tentang guru dan
dosen

Biografi Tentang Penulis


Wiwik Tribanon Kapiarsi, lahir di
probolinggo,tanggal 26 Februari 1962,
putri ketiga dari pasangan bapak Patmin
dan Ibu Asmiwah . tinggal di Probolinggo.
pernah belajar di SDNegeri Alassumur
Kulon,SMP Negeri 1 Kraksaan, SPG
Probolinggo, S-1 PGRI Malang dan S-2
Mahardikha Surabaya.

141
MENDONGKRAK NILAI AKREDITASI
MELALUI MODEL KOKOMKER
Waluyo Iskak
SD Negeri 3 Tambak, Gresik, Jawa Timur
waluyoiskak@gmail.com

Pentingnya Akreditasi Sekolah


Sekolah favorit, sekolah unggulan dan sekolah pilihan
adalah dambaan dan harapan semua pihak. Sebutan atau
julukan sekolah favorit, unggul dan pilihan tadi, secara umum
dapat dilihat dari gedung dan fasilitas yang mewah dan
lengkap, guru-guru yang bergelar sarjana, kepala sekolah yang
berkompetensi dan disiplin, lulusannya banyak yang
berprestasi dan bernilai tinggi, bahkan identik dengan berbiaya
mahal. Apakah sekolah tersebut telah terakreditasi dengan
nilai baik dan berpredikat A, B, C atau tidak terakreditasi, bagi
sebagian orang yang awam tidak menjadi masalah bahkan
bukan halangan untuk bersekolah di lembaga tersebut.
Biasanya yang demikian adalah orang yang tidak
berpendidikan dan memang letak lembaganya berada di desa
atau daerah kepulauan karena tidak pilihan lainnya.
Sebaliknya, orang yang berpendidikan dan memang banyak
pilihan sekolah yang terakreditasi maka tentunya memilih
sekolah yang berakreditasi dengan nilai dan predikat A.
Ternyata banyak permasalahan yang berkaitan dengan
akreditasi termasuk lembaga yang dipimpin penulis. Sekolah
yang penulis pimpin yaitu SDN 3 Tambak yang terletak di
daerah Kepulauan Bawean, tepatnya di Desa Tambak
Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik Propinsi Jawa Timur.
Sejak pertama kali diberi amanah untuk menjadi Kepala
Sekolah SDN 3 Tambak pada tanggal 25 Maret 2015 ternyata
banyak permasalahan. Diantaranya kepala sekolahnya
merangkap sekolah lain sehingga pengelolaannya kurang
maksimal, guru-guru kurang bersemangat dan kurang
berkompeten, sarana prasarana kurang memadai, siswa-
siswinya belum maksimal potensinya, peran serta orang tua
dan komite tidak optimal serta nilai akreditasi sekolah
berpredikat B.

142
Untuk itu, penulis merasa perlu dan penting serta bertekad
bulat untuk mengubah ke arah yang lebih baik, lebih maju,
lebih berkembang, lebih berprestasi dan lebih bermanfaat dari
sebelumnya. Anggapan kebanyakan orang, menjadi kepala
sekolah di SDN 3 Tambak adalah musibah karena banyak
permasalahan yang dihadapi. Bagi penulis, menjadi kepala
sekolah dimanapun tempat bukanlah masalah termasuk di
SDN 3 Tambak. Justru ini semua merupakan amanah yang
harus diemban dan dilaksanakan dengan sepenuh hati dan
ikhlas. Mungkin, Allah SWT menakdirkan penulis menjadi
kepala sekolah di SDN 3 Tambak agar menjadi rahmatan lil
alamin bagi semua warga sekitarnya.
Sehubungan dengan permasalahan yang banyak dan berat
di SDN 3 Tambak, penulis berniat dan bertekad mewujudkan
SDN 3 Tambak yang inovatif, inspiratif dan kreatif. Selain itu,
penulis juga ingin menepis anggapan bahwa menjadi kepala
sekolah di SDN 3 Tambak adalah bukanlah musibah tetapi
anugerah dan merupakan tempat terbaik sebagai ladang
menanam kebaikan.Dengan kemampuan dan pengalaman
penulis miliki sebagai kepala sekolah selama 7 tahun dengan
diterpa berbagai tantangan dan hambatan diberbagai tempat
sekolah akan berjuang sekuat jiwa dan raga serta diiringi do’a
kepada Allah SWT.
Dalam kesempatan penulisan laporan Best Practices Kepala
Sekolah kali ini, penulis akan mengangkat pengalaman-
pengalaman penulis dengan judul, “ Upaya Kepala Sekolah
Meningkatkan Nilai Akreditasi Sekolah melaui Model
Kokomker di SDN 3 Tambak Tahun 2019 ”. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya
yaitu : “ Bagaimanakah Upaya Kepala Sekolah Meningkatkan
Nilai Akreditasi Sekolah melalui Model Kokomker di SDN 3
Tambak tahun 2019?”. Adapun tujuan yang diharapkan yaitu
agar kepala sekolah dapat melakukan berbagai bentuk dari
upaya meningkatkan nilai akreditasi sekolah melalui model
kokomker di SDN 3 Tambak tahun 2019. Beberapa manfaat
yang diperoleh dari hasil penulisan laporan Best Practices
Kepala Sekolah ini yaitu (a) bagi penulis, diharapkan dapat
menambah dan mengembangkan kemampuan dan
pengalaman yang dimiliki agar selalu dan terus berkiprah
dalam memperjuangkan dan mengabdi untuk kepentingan

143
bangsa dan negara di bidang pendidikan, (b) bagi kepala
sekolah lain, diharapkan dapat memetik dan mengambil
pengalaman-pengalaman sebagai acuan dan tolak ukur agar
bisa diterapkan sesuai dengan ciri dan karakteristik di
lembaganya masing-masing, dan (c) bagi penentu kebijakan,
diharapkan dapat menjadikan bahan pertimbangan dan
masukan yang berharga untuk digunakan sebagai pemacu
motivasi lembaga lain dalam rangka membina dan mendukung
lembaga yang menjadi binaanya.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Dan Akreditasi


Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan penting dalam meningkatkan
kualitas pendidikan, di samping guru, siswa, orang tua dan
komponen pendidikan yang lain. Menurut E. Mulyasa dalam
bukunya” Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dala Konteks
Menyukseskan MBS dan KBK “ yang dikutip dari pendapat
Supriadi (1998:346) bahwa erat hubungannya antara mutu
kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah
seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan
menurunnya perilaku peserta didik. Setiap kepala sekolah
harus menyadari bahwa di era revolusi 4.0 perkembangan
pendidikan dihadapkan pada tantangan dan hambatan yang
luar biasa. Untuk itu, kepala sekolah harus mempersiapkan
diri dengan bekal pengetahuan, teknologi dan informasi yang
sesuai dengan era revolusi 4.0. Dengan demikian, kepala
sekolah tidak tertinggal dan dapat beradaptasi untuk
pengembangan pendidikan terutama dalam merumuskan visi
dan misi, serta manajemen pendidikan secara utuh dan
berorientasi kepada mutu.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 13 tahun 2007 tentang standar kepala
sekolah atau madrasah memberikan aturan bahwa untuk
menjadi kepala sekolah harus memiliki 2 hal yaitu kualifikasi
dan kompetensi. Dengan kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan diharapkan dapat dijadikan bekal dan acuan
untuk menjamin keberhasilan dalam mengelola sebuah
lembaga yaitu sekolah atau madrasah. Dalam lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2007 dijelaskan bahwa (a) kualifikasi kepala
sekolah atau madrasah yaitu memiliki kualifikasi akademik
sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kependidikan atau non
144
kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi, pada
waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia setinggi-
tingginyaa 56 tahun, memiliki pengalaman megajar sekurang-
kurangnya 5 (lima ) tahun menurut jenjang masing-masing,
memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai
negeri sipil ( PNS) dan bagi non PNS disetarakan dengan
kepangkatan yang dikeluarkan yayasan atau lembaga yang
berwewenang, dan (b) kualifikasi khusus kepala sekolah atau
madrasah meliputi berstatus sebagai guru SD/MI, memiliki
sertifikat pendidik sebagai guru SD/MI, bersertifikat kepala
SD/MI oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah.
Kepala sekolah dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya agar berhasil harus memiliki 5 kompetensi seperti
yang dipersyaratkan Permen RI No. 13 tahun 2007 yaitu: (a)
kompetensi kepribadian meliputi:(1) berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mul;ia, menjadi
teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah,(2) memiliki
integritas kepribadian sebagai pemimpin, (3) memiliki
keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah, (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi, dan (5) mengendalikan diri dalam meghadapi
masalah pekerjaan sebagai kepala sekolah, (b) kompetensi
manajerial yang meliputi :( (1) menyusun perencanaan sekolah
untuk berbagai perencanaan, (2) mengembangkan organisasi
sesuai dengan kebutuhan, (3) memimpin sekolah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal, (4)
mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju
organisasi pembelajar yang efektif, (5) menciptakan budaya
dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik, (6) mengelola guru dan staf dalam
rangka pendaya gunaan sumber daya manusia secara optimal,
(7) mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal, (8) mengelola hubungan
sekolah dan masyarakat dalam rangka mencari dukugan ide,
sumber belajar, dan pembiayaan sekolah, (9) mengelola peserta
didik dalaam rangka penerimaan peserta didik baru dan
penempatan dan pengembangan kapasitasnya, (10) mengelola
pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan arah dan tujuan, (11) mengelola keuangan sekolah
sesuai prinsip pengelolaan yang akutabel, transparan dan

145
efisien, (12) mengelola ketatausahaan sekolah dalam
mendukung pencapaian tujuan sekolah, (13) mengelola
layanan unit layanan khusus sekolah dalam mendukung
kegiatan pembelajaran dan keguiatan peserta didik di sekolah,
(14) mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan, (15)
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah, dan (16) melakukan
monitoring, evaluasi dan pelaporan dengan prosedur, yang
tepat serta merencanakan tindak lanjutnya, (c) kompetensi
kewirausahaan meliputi : (1) menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah, (2) bekerja keras untuk
mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajar
yang efektif, (3) memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai
pemimpin sekolah, (4) pantang menyerah dan selalu mencari
solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah, dan (5) memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi atau jasa sekolah sebagai sumber
belajar peserta didik,(d) kompetensi supervisi yang meliputi :
(1) merencanakan program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru, (2) melaksanakan supervisi
akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat, dan (3) menindak lanjuti hasil
supervisi akademik terhadap guru dalam rangka penigkatan
profesionalisme guru, (e) kompetensi sosial yang meliputi : (1)
bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah,
(2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, dan
(3) emiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 60 ayat (1)
akreditasi dilakukan untuk menentukan kelayakan program
dan satuan pendidikaan pada jalur pendidikaan formal dan
non formaal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan; ayat (2)
akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan
dilakukanoleh pemerintah dan atau lembaga mandiri yang
berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik; ayat (3)
akreditasi dilakukan aatas dasar kriteria yang bersifat terbuka.
Selanjutnya, dalam PP No. 19 tahun 2015 pasal 87, ayat (1)
akreditasi oleh pemerintah dilaksanakan oleh BAN-S/M
terhadap program dan satuan pendidikan jalur formal pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah; BAN-S/M dibantu
146
oleh badan akreditasi propinsi yang dibentuk oleh gubernur;
ayat (3) badan akreditasi yang dimaksud pada ayat 1
bertanggung jawab kepada Menteri; ayat (4) dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya badan akreditasi bersifat
mandiri.
Instrumen akreditasi sekolah yang ada terdiri atas
delapan komponen standar nasional pendidikan yang disusun
oleh BSNP ( Badan Standar Nasional Pendidikan ) dan
instrumen juga disusun dengan mengacu pada peraturan
terkait lainnya. Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi
: (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi
lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, ( 7)
standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan.
Sedangkan perangkat akreditasi sekolah terdiri atas: (1)
instrumen akreditasi, (2) petunjuk teknis ( juknis ) pengisian
instrumen akreditasi, (3) instrumen pengumpulan data dan
informasi pendukung akreditasi, dan (4) pedoman penskoran
dan pemeringkatan hasil akreditasi. Keempat dokumen ini
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahan.
Dalam melakukan kegiatan yang besar dan berat tentunya
memerlukan persiapan, cara atau strategi, trik dan langkah
yang jitu. Demikian pula dalam dunia pendidikan utamanya
sekolah yang memiliki segudang permasalahan. Tidak dapat
diselesaikan sendiri tanpa bantuan orang atau sim salabim aba
gada brah atau semudah membalikkan kedua telapak tangan.
Untuk itu, penulis memiliki model pemecahan masalah dan
penyelesaiannya dengan istilah kokomker.
Kokomker adalah singkatan dari kolaborasi, komunikasi,
dan kerja keras. Kolaborasi menurut Buku Kamus Besar
Bahasa Indonesia ( Depdikbud.1999: 512 ) berarti perbuatan
atau tindak bekerja sama. Ini berarti kolaborasi adalah
perpaduan dari berbagai pihak atau stake halder untuk saling
mengisi, melengkapi, dan bekerja sama dalam menyukseskan
dan mendukung keberhasilan pendidikan.Komunikasi
menurut Buku Kamus Besar Bahasa
Indonesia(Depdikbud.1999: 517) berarti pengiriman dan
penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga yang dimaksud dapat dipahami. Ini berarti
komunikasi adalah interaksi antara berbagai pihak atau stake

147
halder baik secara lisan, tulisan dan perbuatan untuk
mempermudah dan meringankan beban dan permasalahan
yang dihadapi secara terbuka dan tanpa ada rahasia demi
mendukung pencapaian tujuan pendidikan.Kerja keras
menurut Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Depdikbud.1999: 488) berarti melakukan kegiatan sesuatu
dengan sungguh-sungguh. Ini berarti kerja keras adalah
tindakan atau perbuatan yang sungguh-sungguh,
mencurahkan seluruh jiwa dan raga, melakukan dengan
sepenuh hati dan ikhlas untuk membantu dan mendukung
penyelenggaraan pendidikan tanpa pamrih, kapanpun,
dimanapun dan dalam kondisi bagaimanapun.

Kokomker Pendongkrak Nilai Akreditasi


Sesuai dengan judul laporan Best Practices kepala sekolah,
penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yaitu kondisi
obyektif SDN 3 Tambak, identifikasi permasalahan pokok yang
dihadapi, hambatan-hambatan yang dihadapi, cara
pemecahan masalah sebagai solusi, dan hasil-hasil yang
diperoleh, serta dampak bagi sekolah.
Kondisi obyektif SDN 3 Tambak dalam laporan ini
dikemukakan bahwa letak lokasi SDN 3 Tambak berada di
jalan lapangan Tambak Desa Tambak Kecamatan Tambak
Kabupaten Gresik Kepulauan Bawean Propinsi Jawa Timur.
Sedangkan kondisi atau keadaan guru-guru SDN 3 Tambak
pada tahun 2017 saat kegiatan akreditasi adalah berjumlah 10
orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
:
Keadaan guru-guru SDN 3 Tambak adalah 4 orang guru
PNS dan 6 guru Non PNS, 8 guru berpendidikan S1 dan 2 orang
berpendidikan S2, ada 9 orang guru dan 1 orang kepala
sekolah. Keadaan siswa-siswi SDN 3 Tambak pada tahun 2017
berjumlah 144 anak dengan laki-laki 79 anak dan perempuan
65 anak. Keadaan sarana dan prasarana SDN 3 Tambak pada
tahun 2017 yang berhasil dicatat dan diklasifikasi sebagai
berikut ini : (1) Bangunan seperti ruang kelas, perpustakaan,
ruang kantor, WC, parkir, kantin, UKS, musholla, tempat
bermain, ruang sirkulasi, dan (2) inventaris barang seperti
meja kursi siswa, meja kursi guru, alamri, rak buku,rak
administrasi, alat peraga, dan papan tulis.

148
Dalam rangka mempermudah penyusunan laporan Best
Practices kepala sekolah, penulis membutuhkan perangkat dan
instrumen yaitu: (1) format scedule program kegiatan, dan (2)
format lembar pengecekan. Selain itu, data pendukung laporan
yang diperlukan yaitu dokumen-dokumen sekolah, foto-foto
sekolah, referensi dari internet dan nara sumber yang
berkompeten. Agar lebih jelas dan mudah memahami alur
kegiatan dalam penyusunan laporan Best Practices kepala
sekolah ini digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:

2.Tahap

1.Tahap Persiapan 3.Tahap


Pengecekan
4.Tahap pelaksanaan
penilaian
Bagan 1. Alur Kegiatan

Dalam alur kegiatan di atas dapat dipahami bahwa (1)


tahap persiapan ini digunakan untuk mempersiapkan segala
sesuatu dalam memenuhi 8 ( delapan ) standar nasional
pendidikan, (2) tahapan pelaksanaan ini digunakan untuk
menyelesaikan dan mengumpulkan dokumen atau data dan
bukti fisik diperlukan dalam memenuhi 8 ( delapan ) standar
nasional pendidikan,(3) tahapan Pengecekaan ini digunakan
untuk memeriksa dan mengecek kembali agar diketahui
kekurangan untuk segera dilengkapi, dan (4) tahapan penilaian
ini digunakan sepenuhnya dalam hari pelaksanaan penilaian
akreditasi.
Permasalahan yang diidentifikasi dan diklasifikasikan di
atas berdasarkan strategi pemecahan masalah yang dilakukan
penulis seperti yang digambarkan dalam bagan di bawah ini.

149
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap
IV
Analisis Model
Masalah Analisi
pemecahan Tindakan
s
Tujuan /Kegiatan

Bagan 2. Strategi Pemecahan Masalah

Dari bagan di atas dapat dipahami bahwa (1) tahap I adalah


tahap penemuan masalah yang akan dihadapi, (2) tahap II
adalah tahap mengidentifikasi, mengklasifikasi dan
menganalisis masalah yang ditemukan, (3) Tahap III adalah
tahap menentukan dan menganalisis pemecahan masalah
yang sesuai dengan analisis masalah yang ada, dan (4) tahap
IV adalah tahap menentukan model tindakan atau kegiatan
yang diharapkan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
Dihubungkan dengan pemenuhan 8 standar nasional
pendidikan maka masalah (1) kompetensi guru-guru masih
kurang termasuk pada masalah pada standar PTK ( pendidik
dan tenaga kependidikan), standar isi, standar proses,
dan standar penilaian, (2) prestasi akademik dan non
akademik siswa-siswa belum optimal dapat dikelompokan
dalam masalah pada standar kompetensi lulusan, (3) sarana
dan prasarana yang belum memadai dapat dikelompokan
dalam masalah pada standar sarana dan prasarana, (4)
peran serta orang tua dan komite belum maksimal dapat
dikelompokan dalam masalah pada standar pengelolaan, (5)
manajemen keuangan sekolah masih kurang dapat
dikelompokan dalam masalah pada standar pembiayaan.
Sebelum menemukan pemecahan masalah dan solusinya
perlu diketahui dan dipahami dulu model yang mendasarinya
yaitu digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini:
1.Kolaborasi

3.Kerja Keras Model KoKomKer 2. Komunikasi

Bagan 3. Model Kokomker

150
Dari bagan di atas bahwa (1) berkolaborasi berarti
melibatkan semua pihak atau stake holder untuk bersama dan
kompak bergotong royong bahu membahu memajukan dan
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan, (2) berkomunikasi
berarti berhubungan atau bermusyawarah secara terbuka
dalam menyelesaikan permasalahan dan hambatan demi
mencapai tujuan, dan (3) bekerja keras berarti semua pihak
harus melakukan usaha, daya dan upaya yang sungguh-
sungguh dan ikhlas untuk mewujudkan cita-cita dengan
mengorbankan seluruh tenaga, pikiran, waktu, harta, jiwa dan
raga.
Solusi dari permasalahan yang ada yaitu: (1) ) kompetensi
guru-guru masih kurang termasuk pada masalah pada
standar PTK ( pendidik dan tenaga kependidikan),
standar isi, standar proses, dan standar penilaian. Peran
guru sangat penting dalam pembelajaran di sekolah. Apabila
gurunya berkompeten dan berkualifikasi maka peserta didik
pun dapat berkompeten dan berprestasi. Untuk itu, peran
kepala sekolah sangat penting juga dalam mengembangkan
dan meningkatkan kompetensi guru-guru. Cara pemecahan
masalah dan solusinya adalah (1) memberikan pembinaan baik
secara pribadi maupun kolektif dalam waktu yang rutin dan
berkala, (2) mengadakan diskusi dan pertemuan ilmiah di KKG
kecil di sekolah, (3) mengaktifkan supervisi kelas secara rutin
dan berkala, (4) mengadakan lesson study di sekolah, (5)
mengadakan workshop di tingkat sekolah tentang penyusunan
perangkat pembelajaran dan belajar komputer, dan (6)
mengikutkan diklat yang diadakan di tingkat kecamatan
ataupun kabupaten. .

Gambar1. Gambar2. Pembinaan guru-guru disekolah Workshop pembelajaran IT

151
Masalah (2) prestasi akademik dan non akademik siswa-
siswa belum optimal dapat dikelompokan dalam masalah pada
standar kompetensi lulusan. Jumlah peserta didik yang
besar adalah investasi yang luar biasa karena potensi yang
dapat dikembangkan untuk bisa berprestasi baik akademik
dan non akademik di tingkat kecamatan sampai tingkat
nasional. Cara pemecahan masalah dan solusinya adalah (1)
mengadakan program pembelajaran yang bersifat religius (2)
mengadakan program pembelajaran yang bersifat inovatif dan
kreatif, (3) mengadakan program pembelajaran yang bersifat
sport and health, (4) mengadakan program pembelajaran yang
bersifat etika dan estetika, dan (5) mengadakan program
pembelajaran kepramukaan.

Gambar3.Gambar4. Pembelajaran religious Pembelajaran inovatif kreatif

Masalah (3) sarana dan prasarana yang belum memadai


dapat dikelompokan dalam masalah pada standar sarana
dan prasarana. Cara pemecahan masalah dan solusinya
adalah (1) penataan halaman sekolah dengan program
pavingisasi, (2) penataan dan pembenahan tempat parkir dan
kantin sekolah, (3) mengadakan sarana dan prasarana di
dalam kelas, (4) penataan taman sekolah, tempat cuci tangan
dan tempat wudlu, (5) penataan lapangan bola voly, sepak
takraw, lapangan upacara dan tempat senam di halaman
sekolah. dan (6 ) penataan green school dan dhurung sekolah
serta pemasangan wifi atau speedy.
Masalah (4) peran serta orang tua dan komite belum
maksimal dapat dikelompokan dalam masalah pada standar
pengelolaan. Kemajuan dan perkembangan sekolah akan
berjalan dan tumbuh lambat bila peran orang tua dan komite
belum maksimal. Sebaliknya, bila peran orang tua dan komite
diaktifkan dan dilibatkan secara utuh dan seimbang maka

152
tidak menutup kemungkinan perkembangan, kemajuan dan
prestasi sekolah akan pesat dan luar biasa. Cara pemecahan
masalah dan solusinya adalah (1) mengadakan reformasi
kepengurusan komite sekolah, (2) mengadakan pembentukan
paguyuban kelas, (3) mengadakan pertemuan dan
musyawarah secara berkala dan rutin membahas program
sekolah baik jangka panjang, jangka menengah dan jangka
pendek serta masalah yang sedang dihadapi sekolah.

Gambar 5.Gambar 6. Reformasi Pengurus Komite Pembentukan paguyuban kelas

Masalah (5) manajemen keuangan sekolah masih kurang


dapat dikelompokan dalam masalah pada standar
pembiayaan. Manajemen pengelolaan sekolah harus dan
wajib dilaksanakan dengan baik dan benar. Pengelolaan
sekolah yang dimaksud adalah pengelolaan keuangan,
penataan pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
prasarana, pengelolaan administrasi dan ketatusahaan,
pengelolaan pembelajaran, dan pengelolaan hubungan dengan
orang tua, komite, masyarakat maupun DUDI. Cara
pemecahan masalah dan solusinya adalah (1) mengadakan
pengelolaan secara transparan, demokratis dan akuntabel, (2)
mengadakan musyawarah dengan melibatkan semua pihak
atau stake halder, (3) mengadakan konsultasi, konsolidasi,
komunikasi dan kolaborasi dengan stake halder.

Hasil Dan Pembahasan


Setelah melakukan kegiatan awal sampai akhir maka
dapat diperoleh hasil-hasil yang akan penulis paparkan dalam
bentuk data kualitatif dan kuantatif. Dalam bentuk data
kualitatif dapat dibuktikan sebagai berikut yaitu (1) standar
isi berupa prota, promes, silabus, RPP, buku guru, buku siswa,

153
alat dan hasil penilaian, buku nilai,program intrakurikuler,
kokurikuler, ekstrakurikuler, hasil pengembangan keprofesian
berkelanjutan atau PKB, Dokumen kurikulum KTSP atau
kurikulum K13 ( rumusan visi misi, kalender pendidikan,
muatan kurikuler, beban belajar,siswa, beban mengajar guru,
kalender pendidikan, silabus muatan wajib atau muatan lokal,
RPP), perangkat pembelajaran, dokumen Tim Pengembang
Kurikulum (SK TPK, daftar hadir, berita acara, notulen rapat),
(2) standar proses berupa dokumen silabus,hasil telaah RPP,
jadwal pembelajaran, kalender akademik, pembagian tugas
guru dan tugas lainnya, data siswa atau absensi, buku teks,
hasil supervisi kelas, format observasi sebelum dan saat
pembelajaran, dokumen telaah model, metode, media, sumber
belajar, pendekatan, penilaian otentik, hasil pengayaan dan
perbaikan, pemantauan, supervisi dan penilaian, tindak lanjut,
keikutsertaan dalam PKB, (3) standar kompetensi lulusan
berupa dokumen program sekolah, rencana kerja, observasi
kegiatan, jurnal kegiatan, rencana dan laporan kegiatan, daftar
hadir, dokumen prestasi siswa, silabus, RPP, portofolio dan
laporan kegiatan, penilaian, laporan tugas, bahan dan alat
peraga, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan berupa
dokumen foto copy ijazah, sertifikat pendidik, surat tugas
mengajar, telaah RPP, observasi pembelajaran, telaah hasil
PTK, laporan PKB, laporan PTK, peryataan tidak tersangkut
kriminal, dokumen kompetensi dan kualifikasi pendidik dan
tenaga kependidikan dalam box file disertai observasi atau
telaah,
Adapun (5) standar sarana dan prasarana berupa dokumen
tentang luas lahan dan bangunan, observasi kondisi
persyaratan keselamatan dan kesehatan, daya listrik,
dokumen sarana semua ruangan, alat peraga, kelengkapan di
kelas, observasi ( ruang pimpinan dan guru, kelas,
laboratorium, UKS, kantin, tempat ibadah, parkir, tempat
bermain, gudang, sirkulasi, jamban, perpustakaan), jadwal
penggunaan laboratorium dan perpustakaan, (6) standar
pengelolaan berupa dokumen ( visi, misi,tujuan ), berita acara,
daftar hadir kegiatan, observasi sosisialisasi ( visi, misi dan
tujuan ), dokumen ( RKJM dan RKT ), dokumen dan telaah
EDS ( berita acara, daftar hadir ), dokumen pengelolaan ( KTSP,
struktur organisasi, kalender pendidikan, peraturan akademik,
tata tertib, kode etik sekolah ,biaya operasional sekolah )
disertai berita acara, daftar hadir, notulen rapat dan laporan
154
kegiatan. Untuk struktur organisasi sekolah disertai bagan dan
rincian tugas. Dokumen ( PPDB atau penerimaan peserta didik
baru, dapodik, SIM) disertai laporan kegiatan, (7) standar
pembiayaan berupa dokumen RKA untuk investasi (
pengembangan sarana prasarana, pendidik dan tenaga
kependidikan, dan modal kerja), RKA untuk biaya operasional
non personal ( ATS, BAHP, pemeliharaan dan perbaikan ringan,
konsumsi, daya dan jasa, transportasi atauperjalanan dinas,
pembinaan ekstrakurikuler, dan pelaporan, dokumen buku
keuangan, dan (8) standar penilaian berupa dokumen alat-alat
tes, instrumen penilaian berupa rubrik, porto folio, KKM, hasil
penilaian, dokumen pelaksanaan dan hasil ulangan,
pengamatan dan penugasan, dokumen analisis, laporan dan
tindak lanjut hasil penilaian).
Berkaitan data kuantitatif tentanghasil upaya kepala
sekolah untuk meningkatkan nilai akreditasi sekolah melalui
kokomker di di SDN 3 Tambak dapat dideskripsikan sebagai
berikut: (1) standar isi bernilai rata-rata 93, (2) standar proses
bernilai rata-rata 92, (3) standar kompetennsi lulusan bernilai
rata-rata 92, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan.
bernilai rata-rata 88, (5) standar sarana prasarana bernilai
rata-rata 92, (6) standar pengelolaanbernilai rata-rata 92, (7)
standar pembiayaan bernilai rata-rata 93, dan (8) standar
bernilai rata-rata 93 dan nilai rata-rata akreditasi sekolah
adalah 92 berkategori unggul berpredikat A.
Hasil upaya kepala sekolah untuk meningkatkan nilai
akreditasi sekolah melalui kokomker di SDN 3 Tambak
ternyata berdampak positif bagi sekolah diantaranya: (1)
kepercayaan, semangat, kompetensi, dan kinerja guru-guru
meningkat, (2) semangat dan perilaku belajar, perubahan
karakter positif, dan prestasi akademik dan non akademik
meningkat, (3) sarana dan prasarana bertambah dan
meningkat, (4) peran serta dan keterlibatan orang tua siswa,
fungsi dan peran komite sekolah semakin meningkat, (5)
suasana dan iklim sekolah bertambah gairah dan
menyenangkan, (6) menambah keyakinan semua pihak untuk
lebih baik dan maju, dan (7) banyak potensi yang bisa
dikembangkan sebagai upaya inovasi, kreasi dan inspirasi
sekolah juara dan terbaik.

155
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa: (a)
kualifikasi, kompetensi dan pengalaman kepala sekolah
menjadi modal utama dalam melakukan terobosan baru dan
gebrakan kuat untuk berinovasi dan berkreasi dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas, kemajuan dan
keberhasilan pendidikan, khususnya meningkatkan nilai
akreditasi sekolah dari berpredikat B menjadi berpredikat A
bernilai 92 dan berkategori unggul, dan (b) melalui model
kokomker atau kolaborasi, komunikasi, dan kerja keras dapat
meningkatkan nilai akreditasi sekolah dari predikat B menjadi
predikat A.bernilai 92 dan berkategori unggul.
Dari kesimpulan yang diperoleh maka dapat
direkomendasikan kepada antara lain: (a) kepala sekolah lain
agar upaya dan langkah kepala sekolah yang dapat
meningkatkan nilai akreditasi sekolah dari predikat B menjadi
predikat A patut dijadikan contoh untuk bisa diterapkan di
sekolah lain sesuai kondisi, ciri khas dan kebutuhan, (b)
pengawas binaan agar mau memotivasi dan memfasilitasi
kepala sekolah lain untuk mencontoh dan berbuat seperti
kepala sekolah yang berhasil dan sukses dalam acara di forum
pembinaan kepala sekolah, dan (c) dinas pendidikan agar
memberikan reward atau penghargaan kepada sekolah yang
sudah berhasil meningkatkan kemajuan di dalam
meningkatkan nilai akreditasi sekolahnya.

156
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
Depdiknas, 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta:
Dispendik Kabupaten Gresik.
Mulyasa, E, 2005. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam
Konteks menyukseskan MBS dan KBK. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala sekolah
dasar/Madrasah (SD/MI).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.002/H/AK/2017 tentang Kriteria dan
perangkat akreditasi sekolah dasar/Madrasah
(SD/MI).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
( Undang-Undang Sisdiknas ).

157
Biodata
waluyo iskak, dilahirkan 07 maret 1971 di
jombang, jawa timur. putra dari bapak rokan
dengan ibu ranti. pendidikan dasar di sdn
plandaan i lulus tahun 1985, pendidikan
menengah pertama di smpn i plandaan lulus
tahun 1988, pendidikan menengah atas di
spgn jombang lulus tahun 1991, kuliah pgsd
di ikip negeri malang lulus tahun 1993,
perkuliahan s1 di ungres lulus tahun 2003.
Pendidikan terakhir yaitu S2 di STIE Mahardika lulus tahun
2005. Prestasi yang diraih yaitu guru prestasi tingkat
kabupaten tahun 2003, juara Kepala sekolah prestasi tingkat
kabupaten tahun 2012, Finalis Inobel (Inovasi Pembelajaran) di
Bali tahun 2013 dan di Bogor 2015, Juara simposium tingkat
nasional tahun 2016, dan Finalis Best Practices Kepala
Sekolah tahun 2019.

158

Anda mungkin juga menyukai