Geothermal Lahendong
Geothermal Lahendong
DISUSUN OLEH :
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
II.2 FISIOGRAFI
II.4 STRATIGRAFI
BAB IV PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas limpahan rahmat, serta hidayah-Nya maka laporan tugas
geothermal inidapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas geothermal ini
disusun untuk lebih mengetahui tentang potensi sumber daya alam khususnya
energi panas bumi baik itu menjadi sumber air panas ataupun gas bumi , yang
nantinya bisa mengidentifikasi pemanfaatannya secara efisien
Pada kesempatan kali ini saya selaku penyusun laporan ingin
mengucapkan treima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1 selaku dosen pembimbing mata kuliah Petrografi.
2. selaku dosen pembimbing mata kuliah Petrografi.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan
ini.
Masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam peenyusunan
tugas ini, sehingga diharapkan kritik daan saaran yang membangun agar dalam
penyusunan tugas yang selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
II.2 FISIOGRAFI
Tektonik , lima struktur utama yang yang ditemui di lapangan panas bumi
Lahendong. Struktur yang rim Pangolombian, struktur sesar NE-SW, EW, NW-
SE dan N- S.
II.4 Stratigrafi
Lahendong terdiri dari batuan vulkanik dan ditandai dengan lapisan strato-
gunung berapi interbedded klasik piroklastik rock, andesit dan basalt andesit lava.
Sebuah peta geologi awal dibuat oleh Ganda dan Sunaryo (1982) dan studi rinci
lebih lanjut dari struktur ditambahkan oleh Siahaan (2000). Studi geologi dibagi
litologi ke 7 formasi yang berbeda; menurut tertua untuk batu termuda mereka
terdiri dari:
• Tondano Formasi (Tt): Interlayers dari breksi piroklastik, andesit lava, dan tuf.
Batuan ini diukir morfologi pada bagian timur selatan dari lapangan. Litologi ini
adalah unit tertua di lapangan(Tf):.
• Tondano Tuff Unit ini terdiri terutama tuff dan batu apung terbentuk selama
pembentukan kaldera Tondano. Hal ini dapat dibandingkan dengan ignimbrit yang
terbentuk selama ledakan menentu gunung berapi Tondano(Qlk):.
• Lengkoan Lava Lengkoan pegunungan terletak di sisi utara dari prospek dan
terutama terdiri dari lava andesit. Tubuh lava ini dianggap membentuk batas
antara Lahendong dan Tompaso prospek(Qrd1):.
• Rindengan 2 Interlayers dari lava andesit dan breksi; bom vulkanik dan lapili
dari proximals ke gunung Rindengan(QSP):.2
• Sempu lapisan interbedded dari breksi piroklastik dan andesit lava dari pusat
vulkanik Sempu terletak di bagian selatan dari lapangan(Qal):.
• Danau Tondano penyimpanan alluvium dan danau deposit yang terdiri dari batu
pasir butir halus dengan lapisan tipis tuf. Sedimen ini terjadi di sekitar Danau
Tondano di sisi timur lapangan
BAB III
ISI
III. 1 Struktur Geologi Lapangan Panasbumi Lahendong
Handoko (2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa struktur geologi
lapangan panasbumi Lahendong diinterpretasikan dari foto udara. Beberapa
struktur ditemukan sebagai berikut:
1 Kelurusan regional dengan trend timurlaut – baratdaya dan barat laut –
tenggara;
2 Sesar timurlaut – baratdaya memotong Gunung Damaah, G. Masarang,
dan komplek gunungapi Tampusu-Kasuratan, dan komplek Sempu-
Soputan.
3 Sesar normal menghadap baratdaya puncak Gunung Lengkoan.
4 Sesar yang memiliki trend baratlaut-tenggara memotong Sungai Bapaluan,
area manifestasi Tempang, dan pegunungan di tenggara Lembeyan; serta
5 Sesar timur-barat melalui dua alterasi regional – Batukolok, di Gunung
Rindengan, dan Tompaso, dan Tempang.
Sesar-sesar ini memiliki pengaruh yang besar terhadap sistem hidrologi di daerah
panasbumi Lahendong dan fitur kenampakang utama pada manifestasi panasbumi
Lahendong.
Gambar III.1 Kelurusan dan struktur geologi lapangan panasbumi Lahendong
(Utami, 2011)
Tektonik , lima struktur utama yang yang ditemui di lapangan panas bumi
Lahendong. Struktur yang rim Pangolombian, struktur sesar NE-SW, EW, NW-
SE dan N- S. Struktur Pangolombian adalah tepi kaldera yang ditafsirkan untuk
memberikan permeabilitas yang baik di lapangan. Struktur seasr NE-SW adalah
sesar normal dan lateral, bertindak sebagai sumbu vulkanik besar. Struktur sesar
EW adalah lateral dan kesalahan transcurrent. Sesar NW-SE dan sesar NS adalah
sesar normal yang ditafsirkan memberikan permeabilitas yang baik untuk sistem
panas bumi (Robert, 1987). struktur sesar penting mengendalikan sistem panas
bumi di lapangan adalah F-1 di sumur pad LHD-4 dan 13 dan F-2 dan
Pangolombian rim untuk sumur pad LHD-5. Ketiga bantalan dengan baik adalah
tempat produksi, sedangkan dengan baik pad LHD-7 di bagian barat memiliki
sumur reinjeksi.
Struktur geologi dan penampang ditunjukkan dalam Gambar 2 dan 6. Nah
LHD-1 dan 2 memotong sesar NW-SE dan berpotongan SW pada kedalaman 350
m dan 650 m, tetapi tidak berpotongan dengan struktur utama di kedalaman .
Tidak ada struktur produktif berpotongan dengan baik LHD-3. Nah LHD-4
memotong utama F-1 struktur di kedalaman 2.200-2.250 m dan juga LHD-5
memotong struktur F-2 di 1170-1220 m (Gambar 6). LHD-6 memotong sebuah
NW-SE F-9 sesar pada kedalaman 780 m, tetapi gagal untuk memotong struktur
permeabel di bagian produksi. Nah LHD-7 memotong Pangolombian Rim pada
kedalaman 1.950 m. Tidak ada struktur sesar terbuka berpotongan dengan sumur
LHD-8, 11 dan 12. (Koestono et al.) ini menunjukkan rendah untuk tidak
permeabilitas karena silisifikasi di patah tulang juga. Nah LHD-10 memotong
sesar F-6 dan juga LHD-13 berpotongan sesar F-1 (Azimudin dan Hartanto,
1997). Nah LHD-14 memotong sesar F-1 di 1470 m. Nah LHD-17 berpotongan F-
8 sesar di dekat permukaan. Nah LHD-18 berpotongan sesar F-1 di 1468 m.
Tidak ada kerugian sirkulasi ditemukan di sumur LHD-19. Nah LHD-20 dan 21
berpotongan sesar F-2 di 1048 dan 1355 m, masing-masing. Nah LHD-22
memotong Pangolombian Rim di 2107. Nah LHD- 23 memotong Pangolombian
Rim di 1.703-2.000 m seperti yang ditunjukkan oleh jumlah sirkulasi loss dan
struktur target yang menarik bagi bagian utara sistem waduk di bidang ini
(Gambar) .
Gambar III.3 Cross section A-A’ showing the wells, geological structures,
temperature and alteration zones.
III.3 Stratigrafi Lapangan Panasbumi Lahendong
Reservoir Area Lahendong dengan proven area seluas 8 km2 dan terbagi
menjadi dua zona produktif utama, yaitu di sebelah selatan yang diproduksikan
oleh sumur - sumur di cluster LHD-4 dan LHD-13, serta di sebelah utara yang
diproduksikan oleh sumur - sumur di cluster LHD-5 dan LHD-24. Peta zona
reservoir Lahendong dapat dilihat pada Gambar .
Dengan Feed Zone yang ada, area Lahendong memiliki potensi reservoir
temperatur tinggi dengan temperatur reservoir berkisar mulai dari 290 – 320 oC.
Temperatur zona produktif selatan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan di
zona produktif utara. Heat Source utama diperkirakan ada di selatan sekitar zona
produktif selatan sebagai daerah upflow sedangkan daerah outflow diperkirakan
ke arah zona produktif utara Tekanan reservoir berada untuk Area Lahendong,
berada pada kisaran 130 – 160 kscg.
Terdapat perbedaan karakteristik fluida produksi dari sumur-sumur
produksi di zona utara dan selatan dimana zona selatan yang terdiri dari sumur
produksi memproduksikan fluida yang lebih kering dibandingkan dengan yang
diproduksikan di zona utara. Dryness sumur- sumur produksi di zona selatan
berkisar 80-90 %, sedangkan dryness sumur-sumur produksi di zona utara
berkisar 25-35 %.
Sampai saat ini, Suplai uap untuk PLTP Lahendong Unit 1, 2 dan 3 berasal
dari 9 sumur produksi yang terdapat di 3 kluster produksi. Dari zona selatan,
terdapat kluster LHD-4 yang terdiri dar 5 sumur produksi, yaitu sumur LHD- 8,
LHD-10, LHD-11, LHD-12 dan LHD-15 serta kluster LHD-13 yang terdiri dari 2
sumur produksi, yaitu sumur LHD-17 dan LHD-18.
Dari zona utara, terdapat kluster LHD-5 yang terdiri dari 2 sumur produksi,
yaitu sumur LHD- 5 dan LHD23. Sementara itu, di zona utara juga terdapat
kluster pengembangan yaitu kuster LHD-24 yang terdiri dari 2 calon sumur
produksi, yaitu sumur LHD-24 dan LHD-28. Nama kluster merupakan sumur
pertama yang dibor di kluster tersebut.
Dimulai dari tahun 2001, saat ini Area Lahendong menyuplai uap lebih
kurang 450 ton/jam untuk 3 PLTP yang sudah ada. Dengan tulang punggung
produksi berasal dari zona produksi selatan yaitu di kluster LHD-4 dan kluster
LHD-13, menunjukkan bahwa setelah beroperasi selama 10 tahun, terjadi
penurunan TKS (Tekanan Kepala Sumur) di sumur-sumur produksi di kluster
LHD-4. Namun besaran TKS-nya masih berkisar antara 19 – 29 Kscg sehingga
masih dapat diandalkan untuk menyuplai uap ke PLTP Lahendong Unit 1 dan Unit
2. Sedangkan pada kluster LHD-13 dua sumur produksi yang ada, yaitu LHD-17
dan LHD-18 juga mengalami decline TKS dengan bukaan penuh, namun saat ini
masih dapat beroperasi dengan TKS 12-13 Kscg. Sementara itu di zona utara,
karena relatif belum lama dalam menyalurkan uap, belum terlihat adanya
penurunan TKS pada sumur-sumur produksinya.
Permasalahan yang sering terjadi pada lapangan uap dua fasa adalah
pengukuran laju air fluida per sumur, terutama bila dalam satu kluster, ada
beberapa sumur produksi yang bergabung pada satu separator. Area Lahendong
pun memiliki kesulitan yang sama sehingga tidak memiliki data laju alir fluida per
sumur sampai akhirnya dilakukan TFT (Tracer Flow Test) di tahun 2010 pada
sumur-sumur produksinya. Hasil TFT pada tahun 2010 yang dibandingkan dengan
hasil uji produksi sumur-sumur produksi di Area Lahendong sedikitnya dapat
memberikan dua gambaran Area Lahendong saat ini. Gambaran pertama, adalah
seperti halnya pemantauan TKS, sumur-sumur produksi di Area Lahendong pun
sudah mengalami penurunan produksi. Penurunan produksi terbesar dialami pada
sumur-sumur produksi di kluster LHD-4, kemudian kluster LHD-13 dan terakhir
di kluster LHD-5. Hal ini sesuai dengan urutan umur produksi sumur dan
kecenderungan penurunan TKS sumur-sumur produksi tersebut. Adapun decline
rata-rata sumur produksi di Area Lahendong adalah 3 - 4 % pertahun. Gambaran
kedua adalah kecenderungan terbentuknya steam cap pada zona produksi selatan
yang ditandai dengan meningkatnya dryness sumur-sumur produksi yang
mengarah ke tengah zona reservoir dan menurunnya dryness sumur-sumur
produksi yang mengarah ke luar zona reservoir.
Pembentukan steam cap dan menurunnya dryness jelas terlihat pada dua
sumur produksi, yaitu sumur LHD-15 dan sumur LHD-10. Sumur LHD-15 yang
mengarah ke tengah zona reservoir saat ini memproduksikan fluida satu fasa uap.
Sementara itu, sumur LHD-10 yang mengarah keluar zona reservoir justru
mengalami perubahan karakteristik fluida yang sangat signifikan dimana ketika
uji produksi, LHD-10 merupakan sumur dominasi uap dengan dryness 84%, saat
ini menjadi sumur dominasi air dengan dryness 30%.
Area Lahendong sudah dua kali melakukan Tracer Test untuk menganalisa
aliran fluida dari sumur-sumur injeksi ke sumur-sumur produksi yang ada. Tracer
Test pertama dilakukan pada tahun 2006 ketika operasional Area Lahendong
hanya suplai uap dari sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 ke PLTP
Lahendong Unit 1. Injeksi tracer dilakukan pada sumur injeksi LHD-7 dan
dipantau di sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 dengan tracer berupa tritium.
Hasil pemantauan adalah bahwa terjadi interkoneksi antara sumur injeksi LHD-7
dengan sumur-sumur produksi di kluster LHD-4 dengan lama breakthrough
sekitar setahun. Sementara itu, tracer test kedua dilakukan pada tahun 2010
dengan menginjeksikan tritium di sumur injeksi LHD-21 kemudian dipantau pada
beberapa sumur produksi di kluster LHD-4, LHD-5 dan LHD-13. Hasilnya adalah
interkoneksi antara sumur injeksi dengan sumur-sumur produksi di tiap-tiap
kluster dengan interkoneksi terkuat adalah antara sumur injeksi dengan sumur
produksi di kluster LHD-5 yaitu, sumur LHD-21 dengan sumur LHD-5 dan LHD-
23 dengan lama breakthrough adalah 3 hari.
Berdasarkan data kimia dari SPW, SCS dan NCG selama kurang lebih 10
tahun lapangan panasbumi Lahendong beroperasi didapatkan beberapa pola atau
indikasi perubahan sifat ataupun karakteristik di reservoir, yaitu : Sumur – sumur
di kluster LHD-4 seperti: LHD-8 : relatif menjadi kering, ada sedikit kondensasi
LHD-10 : menjadi lebih basah (gambar III.8) LHD-11 : menjadi lebih kering
(gambar III.9 ) LHD-12 : menjadi lebih kering LHD-15 : relatih sedikit menjadi
lebih basah Sumur – sumur di kluster LHD-13 seperti : LHD-17 : menjadi lebih
kering LHD-18 : menjadi lebih kering Sumur – sumur di kluster LHD-5 seperti :
Selama 10 tahun beroperasi, sudah menjadi hal yang normal bila Area
Lahendong memiliki beberapa kendala operasional. Namun, kendala operasional
yang utama di Area Lahendong adalah keterbatasan sumur produksi. Hal ini
kemudian ditambah dengan fakta bahwa Area Lahendong sangat diandalkan untuk
menghidupi Sulawesi Selatan dari sisi energi listrik. Hal ini mengakibatkan
kesulitan bagi Area Lahendong sendiri untuk melakukan pengambilan data-data
monitoring sumur-sumur produksi khususnya bila harus melakukan modifikasi
steam gathering system atau mengurangi produksi uap dari salah satu sumur
produksi yang ada.
pada pad LHD-4 yang lebih tinggi distribusi temperatur diamati dalam W,
NW dan SW bagian dari pad baik terhadap Mt. Lengkoan dibandingkan dengan
bagian timur. dan pad LHD-5 juga menunjukkan tren yang sama di W dan SW
arah pad baik. Peningkatan distribusi temperatur ini dibuktikan dengan
peningkatan suhu maksimum dari 250oC di sumur LHD-5 untuk 280oC di sumur
LHD-23. Situs ini yang menunjukkan peningkatan distribusi temperatur terjadi di
bawah Linau Lake yang diyakini menjadi pusat zona upflow memiliki suhu>
300Oc.
Gambar III.10 Section E-W showing the depth of circulation loss during drilling
in the each well
Gambar III.11 3D view of temperature distribution in Lahendong geothermal
field
Gambar III. 12 Geothermal model of Lahendong geothermal field (Modified from Siahaan, 2000).
Model panas bumi Lahendong pertama kali dibuat pada tahun 1987.
Barnet (1987) melakukan penilaian reservoir , dan kemudian model geologi
berdasarkan 7 sumur eksplorasi memberikan penekanan untuk struktur dan
distribusi temperatur pembentukan lateral dan vertikal dengan Robert (1987).
Kombinasi dari geologi data, geofisika dan data sumur dimodelkan oleh
Pertamina Geothermal. Model Azimudin dan Hartanto (1997) menekankan data
dengan baik setelah selesai dari 14 sumur, model konseptual oleh Siahaan
Sumber panas untuk sistem panas bumi di bidang ini diyakini menjadi
magma pendinginan di bawah Mt. Lengkoan dan Mt. Kasuratan (Siahaan, 2005).
Salah satu aspek penting untuk mempertahankan sistem panas bumi adalah
mengisi ulang dari sistem sekitarnya. Daerah resapan dari sistem ini adalah dari
Mt. Tampusu di timur dan Gunung Lengkoan di SW di ketinggian sekitar 800-900
mdpl (Batan, 1991).
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
- Robert, D., 1987: Geology Model of Lahendong Geothermal Field: A guide for
the development of this field, Report for Pertamina, Jakarta.
- Siahaan, E.E., 2005: Feasibility study of the Lahendong Geothermal Field for
Power Plant Unit IV and V, Pertamina Internal Report (In Indonesian).
- Siahaan, E.E.: Interpretation of Land Sat and Aerial Photo of Lahendong, PT.
Pertamina Geothermal Energy, internal report, unpublished, (2000).
- Siahaan, E.E., Soemarinda, S., Fauzi, A., Silitonga, T., Azimudin, T., Raharjo,
I.B. (2005) Tectonism and volcanism study in the Minahasa compartment of
the north arm of Sulawesi related to Lahendong geothermal field, Indonesia.
Proc. World Geoth. Congress. (2005).
- Koestono, H., Siahaan, E.E., Silaban, M., and Franzon, H.: Geothermal Model
of The Lahendong Geothermal Field, Indonesia,
LAPI-ITB, Re-Assessment Reservoir Area Lahendong, 2009. 2. Thermochem,
Lahendong 2010 Tracer Flow Test Report, 2010 3. BATAN, Laporan Survey
Injeksi Zat Perunut Area Lahendong, 2011 4. Enjinering Area Lahendong,
Laporan