Anda di halaman 1dari 27

1-0

PROPOSAL
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PENYUSUNAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI
AKADEMIK

OLEH :
YUNI BOMBA PIHU

TK.MASEHI PAYETI
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUMBA TIMUR
2019
1-1

Chapter 1 KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas cinta
kasih-Nya peulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Peningkatan Kinerja
Guru Dalam Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik” dengan baik. Penyusunan
proposal ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk peningkatan kinerja kepala
sekolah dan guru-guru TK.
Tulisan ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik, saran atau masukan untuk melengkapi tulisan ini sehingga
kedepannya dapat digunakan dengan sebaiknya dan menjadi pedoman dalam
pelaksanaan supervisi akademik di kabupaten Sumba Timur.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
proposal ini terdapat salah kata ataupun kalimat. Atas kerja samanya, penulis
mengucapkan terima kasih banyak.

Hormat Saya

Yuni Bomba Pihu, S.Pd, AUD


2-2

Chapter 2 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 1-1
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 2-2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
I. LATAR BELAKANG ............................................................... Error! Bookmark not defined.
II. RUMUSAN MASALAH ........................................................... Error! Bookmark not defined.
III. VISI DAN MISI ..................................................................................................................... 2-7
IV. TUJUAN ................................................................................................................................ 2-7
V. MANFAAT ............................................................................................................................ 2-8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ Error! Bookmark not defined.
I. Pengertian Supervisi Akademik .............................................. Error! Bookmark not defined.
II. Dasar Supervisi Akademik ....................................................... Error! Bookmark not defined.
III. Tugas supervisor ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
IV. Tujuan supervisi ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
V. Tugaskepala Sekolah ................................................................ Error! Bookmark not defined.
VI. Pentingnya Supervisi Akademik bagi Guru ........................... Error! Bookmark not defined.
VII. Model Supervisi Akademik Dalam Penilaian Kinerja Guru Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.
I. Desain Penelitian ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
II. Subyek dan Obyek Penelitian .................................................. Error! Bookmark not defined.
III. Teknik Pengumpulan data ....................................................... Error! Bookmark not defined.
IV. Instrumen penelitian ................................................................. Error! Bookmark not defined.
V. Metode Analisi Data.................................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
2-3

BAB I

PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk


membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup
baik yang bersifat manual individual maupun sosial (Sagala, 2006 : 1).
Upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa
tersebut dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Ada yang
diselenggarakan secara sengaja, terencana, terarah dan sistematis seperti
pada pendidikan formal, ada yang diselenggarakan secara sengaja, akan
tetapi tidak terencana dan tidak sistematis seperti yang terjadi di
lingkungan keluarga (pendidikan informal), dan ada yang
diselenggarakan secara sengaja dan berencana, di luar lingkungan
keluarga dan lembaga pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan non
formal.
Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan
tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang, dan
akan dilaksanakan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi
pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan
lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan,
serta pola pengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan
restrukturisasi model model pembelajaran.
Reformasi pendidikan tidak cukup hanya dengan perubahan dalam
sektor kurikulum, baik struktur maupun prosedur penulisannya.
Pembaharuan kurikulum akan lebih bermakna bila diikuti oleh perubahan
praktik pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Keberhasilan
implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang
2-4

akan menerapkan dan mengaktualisasikan kurikulum. Tidak jarang


kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami
tugas tugas yang harus dilaksanakannya. Hal itu berarti bahwa guru
sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran menjadi kunci atas
keterlaksanaan kurikulum di sekolah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3, pendidikan berfungsi dan
bertujuan yaitu: berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Pada level ujung tombak pendidikan, yaitu pada proses
pembelajaran oleh guru di kelas, betapapun administrasinya tidak serumit
oraganisasi yang melibatkan banyak personal, fungsi-fungsi administrasi
yang disebutkan Henry Fayol tersebut sebaiknya tetap ada, sebab tanpa
itu pencapaian tujuan pembelajaran akan susah dicapai. Dalam
kaitannnya dengan fungsi-fungsi administrasi ini, lebih spesifik dalam hal
proses belajar mengajar, Gage dan Berliner dalam Makmun (2005 : 23)
mengemukakan tiga fungsi atau peran guru dalam proses tersebut, yaitu
sebagai :
1) Perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang harus
dilakukan di dalam proses belajar-mengajar (pre-teaching problems).
2) Pelaksana (organizer) yang harus menciptakan situasi, memimpin,
merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan rencana,bertindak sebagai nara sumber (source person),
2-5

konsultan kepemimpinan (leader), yang bijaksana dalam arti demokratis


dan humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching
problems) Penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisis,
menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement) a
tas tingkat keberhasilan belajar mengajar tersebut berdasarkan kriteria
yang ditetapkan baik mengenai aspek keefektifan prosesnya, maupun
kualifikasi produk (output)-nya.
Faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun rencana
pembelajaran, diantaranya :
1.1 Guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga
mereka hanya copy paste atau mencontoh pada temannya, padahal
seringkali RPP hasil copy paste tidak relevan dengan situasi dan
kondisi di sekolahnya sehingga RPP yang ada tidak bisa dijadikan
acuan dalam proses pembelajaran.

1.2. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi belum mampu secara
benar menerapkannya di sekolah.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, tetapi
harus ada solusi dan tindakan nyata dari pengawas sekolah sebagai
penanggung jawab keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Para guru
tersebut harus mendapatkan pembinaan agar mampu meningkatkan
kemampuannya dalam menyusun rencana pembelajaran, terutama bagi
guru-guru yang memang tidak memiliki latar belakang pendidikan
keguruan, sebelum mereka menempuh pendidikan tambahan agar
memiliki akta IV sebagai bukti kewenangan mengajar. Pengawas sekolah
perlu melakukan suatu tindakan melalui supervisi akademik untuk
membantu meningkatkan kemampuan mereka dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya.
2-6

II. RUMUSAN MASALAH

Faktor yang menyebabkan guru kesulitan dalam menyusun rencana


pembelajaran, diantaranya :
1. Guru belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan RPP sehingga
mereka hanya copy paste atau mencontoh pada temannya, padahal
seringkali RPP hasil copy paste tidak relevan dengan situasi dan
kondisi di sekolahnya sehingga RPP yang ada tidak bisa dijadikan
acuan dalam proses pembelajaran.

2. Guru sudah pernah mengikuti pelatihan, tetapi belum mampu secara


benar menerapkannya di sekolah.
Kondisi tersebut tentu tidak bisa dibiarkan terus menerus, tetapi
harus ada solusi dan tindakan nyata dari kepala sekolah sebagai
penanggung jawab keberhasilan pendidikan di sekolahnya. Para guru
tersebut harus mendapatkan pembinaan agar mampu meningkatkan
kemampuannya dalam menyusun rencana pembelajaran, sekalipun guru-
guru memiliki latar belakang pendidikan keguruan SI PAUD, sebagai
bukti kewenangan mengajar. Kepala sekolah perlu melakukan suatu
tindakan melalui supervisi akademik untuk membantu meningkatkan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapinya.
Berdasarkan hal tersebut, rumusan masalah yang dapat dikaji sebagai berikut :
1. Bagaimana kompetensi kepala sekolah dan guru dalam penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran saat ini?
2. Bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru
melalui supervisi akademik?
2-7

III. VISI DAN MISI


1. Visi
Peningkatan mutu pendidikan di tingkat dasar (PAUD dan TK) sangat
bergantung pada kemampuan guru/pengajar dalam memberikan materi
yang sesuai dengan kebutuhan anak didik. Kemampuan guru/pengajar
dalam memberikan materi yang baik juga dipengaruhi oleh bimbingan
kepala sekolah dalam menuntun guru-gurunya. Oleh karena itu,
kerjasama antara kepala sekolah dan guru sangat berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan disekolahnya.
VISI
“Terwujudnya Guru Yang Cerdas, Disiplin Dan Bertanggung Jawab
Sehingga Menghasilkan Mutu Pendidikan Yang Sesuai Harapan
Di Kabupaten Sumba Timur”

2. Misi

Sejalan dengan visi tersebut, maka misi pendidikan diformulasikan


sebagai berikut :
a. Meningkatkan mutu pendidikan secara demokratif, berakhlak mulia
kreatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggung
jawab terampil serta menguasai Iptek.
b. Meningkatkan Akses dan mutu pendidikan yang sesuai harapan
c. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

IV. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan kemampuan dan karir kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan sekolah sehingga dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan
sekolah yang profesional;
2-8

b. Meningkatkan kinerja sekolah secara komprehensif dalam rangka


meningkatkan mutu lulusan sekolah khususnya dan mutu pendidikan
umumnya.
2. Tujuan Khusus
a. Kepala Sekolah mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah yang profesioanal dan menjadi teladan bagi
warga sekolah;
b. Seluruh guru mampu meningkatkan kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional
sehingga dapat mempertinggi kinerjanya.
c. Seluruh tenaga kependidikan sekolah mampu meningkatkan
kompetensinya masing-masing secara profesional dalam mendukung
program sekolah
d. Seluruh warga sekolah (kepala sekolah, guru, staf sekolah dan komite
sekolah) mampu bekerjasama dengan pengawas sekolah dan
stakeholder pendidikan lainnya dalam meningkatkan kinerja
sekolahnya.

V. MANFAAT
1. Tertatanya manajmen sekolah yang handal dengan terpenuhinya 8 Standar

Nasional Pendidikan yakni; Standar Isi, Standar Proses, Standar


Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan,
dan Standar Penilaian Pendidikan;
2. Kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan sekolah mampu melakukan

berbagai inovasi pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan


di sekolahnya;
2-9

3. Berjalannya jenjang karir jabatan kepala sekolah, guru dan tenaga

kependidikan sekolah mealui angka kredit jabatan fungsional sesuai


dengan ketentuan;
4. Terwujudnya iklim sekolah yang kondusif dengan mengembangkan

budaya saling asah, asih dan asuh antar warga sekolah.


2-10

VI. TUJUAN PENELITIAN


Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan utama dari
Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah untuk membantu meningkatkan
kompetensi paedagogik guru-guru di TK.Masehi Payeti, dalam
menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan
standar kompetensi masing- masing. Selain itu, agar dapat menjadi acuan
guru dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mampu
mencapai standar pencapaian dalam bidang pengembangan.
VII. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian tindakan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
kalangan,antara lain:
1. Bagi kepala sekolah sekolah dapat lebih meningkatkan kemampuan
dalam melakukan pembinaan kepada para guru melalui supervisi
akademik.
2. Bagi para guru dapat memberikan manfaat yang besar dalam
membantu memecahkan masalah yang berhubungan dengan
penyusunan perencanaan pembelajaran,sehingga mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran yang akan berdampak pada
peningkatan hasil pembelajaran.
2-11

BAB II
KAJIAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Berkaitan dengan kompetensi profesi guru, Sagala mengemukakan
sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yaitu :
(1) menguasai landasan-landasan pendidikan;
(2) menguasai bahan pelajaran;
(3) kemampuan mengelola program belajar mengajar;
(4) kemampuan mengelola kelas;
(5) kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar;
(6) kemampuan menilai hasil belajar siswa;
(7) kemampuan mengenal dan menterjemahkan kurikulum;
(8) mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan;
(9) memahami prinsip-prinsip pembelajaran dan hasil pengajaran;
(10) mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan (Sagala,
2006 : 210).
Di antara kesepuluh komponen dalam pembelajaran guru
merupakan komponen organik yang sangat menentukan. Tidak ada
kualitas pembelajaran tanpa kualitas guru. Apapun yang telah dilakukan
oleh Pemerintah, namun yang pasti adalah peningkatan kualitas
pembelajaran tidak mungkin ada tanpa kualitas kinerja guru,sehingga
peningkatan kualitas pembelajaran, juga tidaklah mungkin ada tanpa
peningkatan kualitas para gurunya. Guru merupakan sumber daya
manusia yang sangat menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru
merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan
anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah dan banyak
menentukan keberhasilan anak didik dalam mencapai tujuan. Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, menyebutkan
2-12

ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru , yaitu
kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan
sosial.
Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan
motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan
bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang
tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.Sebaliknya, betapapun
tingginya motivasi kerja seseorang,ia tidak akan bekerja secara
profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
Selaras dengan penjelasan ini adalah satu teori yang dikemukakan
oleh Glickman 2011). Menurutnya ada empat prototipe guru dalam
mengelola proses pembelajaran. Prototipe guru yang terbaik,menurut
teori ini, adalah guru prototipe profesional. Seorang guru bisa
diklasifikasikan ke dalam prototipe profesional apabila ia memiliki
kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high
level of commitment).
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru ditegaskan bahwa setiap guru wajib memenuhi standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Di dalam
permendiknas tersebut dirinci kompetensi inti guru dan kompetensi guru
dalam bidang pengembangan.
2. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Terdapat beberapa pendapat berkenaan dengan perencanaan
pembelajaran ini, di antaranya:
2-13

2.1.1. Secara garis besar perencanaan program pengajaran mencakup


kegiatan merumuskan tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu
kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai untuk menilai
pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan
disampaikan, bagaimana cara menyampaikannya, serta alat atau
media apa yang diperlukan (Ibrahim 2013: 2).
2.1.2 Untuk mempermudah proses belajar-mengajar diperlukan
perencanaan pengajaran. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan
sebagai pengembangan instruksional sebagai sistem yang
terintegrasi dan terdiri dari beberapa unsur yang saling berinteraksi
(Toeti Soekamto 2013: 9).
2.1.3. Perencanaan pengajaran dapat dikatakan sebagai pedoman
mengajar bagi guru dan pedoman belajar bagi siswa. Melalui
perencanaan pengajaran dapat diidentifikasi apakah pembelajaran
yang dikembangkan/dilaksanakan sudah menerapkan konsep belajar
siswa aktif atau mengembangkan pendekatan keterampilan proses.
2.1.4. Gambaran aktivitas siswa akan terlihat pada rencana kegiatan atau
dalam rumusan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang terdapat
dalam perencanaan pengajaran. Kegiatan belajar dan mengajar yang
dirumuskan oleh guru harus mengacu pada tujuan pembelajaran.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka rencana
pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur
dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu)
kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa
indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih.
2-14

3. Pembinaan Guru melalui Supervisi Akademik

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru


mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
pencapaian tujuan akademik. Supervisi akademik merupakan upaya
membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan
akademik. Dengan demikian, berarti, esensial supervisi akademik adalah
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Mengembangkan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan
secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan
dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan
komitmen(commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi
(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi
kerja guru, kualitas akademik akan meningkat.
Tugas Kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi
akademik.Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al; 2007).Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus
memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:
pengertian, tujuan dan fungsi, prinsipprinsip,dan dimensi-dimensi
substansi supervisi akademik.

3.1 Konsep supervisi akademik


Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 2009, Glickman, et al; 2007).
Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam
mengelola pembelajaran. Sergiovanni 2007) menegaskan bahwa refleksi
2-15

praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat


kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan,misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa
yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?,
aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang
bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru
dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru
dan bagaimana cara mengembangkannya?.
Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan ini akan
diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa
setelah melakukan penilaian kinerja bukan berarti selesailah pelaksanaan
supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya
berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya
dengan sebaik-baiknya.

3.2 Tujuan dan fungsi supervisi akademik


Tujuan supervisi akademik adalah:
a. membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b. mengembangkan kurikulum,
c. mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian
tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 2007).
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential
function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 2003;
Alfonso dkk., 2011; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik
berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme
guru.
2-16

3.4 Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik


. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi
akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi
supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran,melainkan membantu guru
mengembangkan kemampuan profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari
penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di
atas dikatakan,bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola
proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa
dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu kerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari
serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat
membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk
pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan
guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara
mengembangkannya.

B. Penelitian Yang Relevan


Penelitian tentang supervisi telah dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Mardiyono (2001) melakukan penelitian di TK Negeri
Demak dan menyimpulkan terdapat hubungan supervisi kunjungan kelas
dan etos kerja guru dengan kualitas pengajaran. Semakin kegiatan
2-17

supervisi dilaksanakan secara profesional oleh kepala sekolah, dan etos


kerja yang baik akan meningkatkan
kualitas pengajaran yang dilakukan oleh guru-guru. Dari penelitian
ini dapat ditarik kesimpulan bahwa peran supervisi yang dilaksanakan
secara profesional akan dapat meningkatkan kualitas pengajaran yang
dilakukan oleh guru.
Penelitian yang dilakukan Widagdo (2002) menyimpulkan adanya
hubungan antara kedemokratisan, disiplin kerja dan kemampuan kepala
sekolah dalam melaksanakan supervisi. Penelitian tersebut dilaksanakan
pada SD Negeri di Kecamatan Semarang Selatan. Penelitian ini juga
menyimpulkan bahwa supervisi kepala sekolah memegang peranan yang
sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah.
Penelitian Puspowati (2003) semakin menegaskan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara supervisi kunjungan kelas yang
dilakukan kepala sekolah dengan kinerja guru-guru di Kecamatan
Semarang Barat.
Ketiga penelitian diatas setidaknya memberikan gambaran bahwa
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara rutin akan
memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kinerja guru. Dalam
konteks supervisi yang dilakukan kepala sekolah akan lebih mengena
apabila dilakukan supervisi dengan teknik kunjungan kelas sehingga
kepala sekolah memiliki gambaran nyata tentang kebutuhan guru.
Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
maka patut diduga bahwa ada pengaruh yang signifikan antara supervisi
kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru baik secara terpisah
maupun secara bersama-sama dengan kinerja guru. Karena itulah kami
akan mengkaji secara lebih mendalam pengaruh supervisi kepala sekolah
dan kompetensi pedagogik guru terhadap kinerja guru.
2-18

C. Kerangka berpikir
Sebagai supervisor akademik, kepala sekolah mensupervisi
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Sergiovani dan Starrat
menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang
secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari
tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang
tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan sekolah sebagai
komunitas belajar yang lebih efektif.
Kepala sekolah sebagai supervisor akademik harus mampu
melakukan berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan
kinerja tenaga kependidikan. Pengawasan dan penggendalian ini
merupakan kontrol agar kegiatan pendidikan disekolah terarah pada
tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian ini
merupakan tindakan preventif agar para tenaga kependidikan tidak
melakukan penyimpangan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya.
Kompetensi guru adalah penampilan hasil karya personel baik
kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat
merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja
personel.Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang
mengaku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada
keseluruhan jajaran personel didalam organisasi.
Guru benar-benar dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi.
Dengan kinerja yang tinggi maka sumber daya manusia di Indonesia akan
mulai sedikit demi sedikit meningkat, terutama para generasi muda.
Dengan demikian bangsa yang cerdas dan mampu menghadapi tantangan-
tantangan masa depan akan sangat mudah tercipta.
Jadi, dapat disimpulakan bahwa pelaksanaan supervisi akademik
2-19

kepala sekolah akan mempengaruhi bagaimana kepala sekolah melakukan


supervisi terhadap para guru. Baik tidaknya kegiatan supervisi yang
dilakukan sangat bergantung pada kemampuan supervisi kepala sekolah.
Kegiatan supervisi yang baik diharapkan dapat membantu guru dalam
meningkatkan kompetensi dengan perbaikan-perbaikan atas masalah
yang ditemukan dalam kegiatan supervisi.
2-20

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pentahapan Penelitian Tindakan


Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu persiapan,
pelaksanaan dan evaluasi dan refleksi, dan dilakukan dalam dua siklus.
Pada tahap persiapan dibuat dibuat skenario kegiatan, jadwal waktu ,
tempat serta sarana pendukung lainnya seperti lembar observasi, serta
angket
B. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di TK.Masehi Payeti Kecamatan Kambera.
Penelitian ini ditujukan kepada guru-guru di TK.Masehi Payeti yang
sudah bersertifikasi atau yang sudah memiliki kemampuan profesional
C. Tindakan

Langkah-langkah PTS yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan


refleksi. Langkah-langkah PTS seperti Gambar 1 berikut:

Refleksi-I Pengamatan/Pen
gumpulan Data-I

Permasalahan
Perencanaan Pelaksanaan
baru,hasil
Tindakan-II tindakan -II
refleksi

Refleksi - II Pengamatan/pen
gumpulan Data-
II

Bila permasalah Dilanjutkan ke siklus


belum berikutnya
terselesaikan
2-21

Gambar 1. Langkah-langkah PTS


1. Siklus I

1.1 Perencanaan
Penelitian tindakan ini melibatkan 5 orang guru yang ada di
sekolah ini. Hal ini dilakukan karena mereka wajib hukumnya bisa
membuat RPP dengan benar karena mereka adalah guru bersertifikat
pendidik profesional . Sarana yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
silabus yang telah disusun bersama oleh setiap kelompok guru mata
pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun
sendiri oleh guru yang bersangkutan sesuai dengan Standar kompetensi
dan Kompetensi dasar pada masing-masing mata pelajaran. RPP inilah
yang menjadi bahan acuan untuk menentukan materi pembinaan terhadap
masing-masing guru, dan sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan
penelitian.
Kegiatan ini dilakukan dalam dua siklus hingga guru dinilai memiliki
kemampuan untuk menyusun perencanaan pembelajaran yang baik.
Dalam setiap siklus supervisor melakukan observasi dan penilaian
terhadap perkembangan kemampuan setiap guru.
1.2 Tindakan dan pengamatan
1.2.1 Penelitian diawali dengan cara menyerahkan rencana pembelajaran
yang disusun sendiri sesuai dengan mata pelajaran dan standar
kompetensi masing masing kepada supervisor . Berdasarkan data
tersebut supervisor melakukan pembinaan kepada guru sesuai dengan
kesulitan masing masing guru.

Dalam menyusun RPP guru harus mencantumkan Standar Kompetensi


yang memayungi Kompetensi Dasar yang akan disusun dalam RPP-
nya. Di dalam RPP secara rinci harus dimuat Tujuan
2-22

Pembelajaran,Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-


langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian
1.2.2 Guru menyusun RPP dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut:
Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

A. Mencantumkan identitas
1). Nama sekolah
2). Tema/Sub Tema
3). Kelompok Usia
4. Semester/Minggu
5. Model Pembelajaran
6). Standar Kompetensi
7). Kompetensi Inti
8. Kompetensi Dasar
9). Indikator
10). Alokasi Waktu

Catatan:
1) RPP disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
2) Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator
dikutip dari silabus yang disusun oleh satuan pendidikan
3) Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu
kompetensi dasar yang bersangkutan, yang dinyatakan dalam
jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Oleh karena itu,
waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat
diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan
bergantung pada karakteristik kompetensi dasarnya.
2-23

B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran


Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang
operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar. Apabila
rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan tersebutlah
yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau beberapa
tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran
dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada
dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat
pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran,
bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang
dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan
langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya,
langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan
pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Akan
tetapi, dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai
dengan karakteristik model yang dipilih, menggunakan urutan
2-24

sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan


pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak
harus ada dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada
dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.
Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,
narasumber, alat, dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih
operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan
buku referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks
tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan
instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam
sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk matrik horisontal atau
vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes tertulis
uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus
disertai rubrik penilaian.
1.3 Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini, Pembina/supervisor bersama dengan
guru guru melakukan diskusi tentang unsur-unsur RPP dan langkah
langkah kegiatan penyusunan dan pengembangannya.Dalam kegiatan
ini juga dibicarakan berbagai permasalahan yang dirasakan oleh para
guru termasuk kendala serta manfaat yang dirasakan terhadap
perubahan kemampuan mereka dalam penyusunan RPP.
Hasil yang diperoleh dari kegiatan refleksi ini akan dijadikan sebagai
bahan perencanaan dan tindakan yang akan dilakukan pada siklus
berikutnya.
2-25

3. Siklus 2
Kegiatan Perencanaan berdasarkan pada refleksi dari siklus 1,
sementara untuk langkah-langkah kegiatan tindakan dan pengamatan
sama dengan siklus 1 dengan memperhatikan prioritas permasalahan
yang disimpulkan pada siklus 1 dan dilanjutkan dengan kegiatan
refleksi. Apabila hasil refleksi pada siklus 2 sudah menunjukan adanya
peningkatan kemampuan guru secara signifikan, maka kegiatan
penelitian dianggap berhasil, tetapi sebaliknya apabila belum
menunjukan hasil yang di harapkan, maka kegiatan penelitian akan
dilanjutkan dengan siklus berikutnya dengan langkah-langkah
kegiatan yang sama dengan kegiatan pada siklus 2 ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian lembar
observasi selama proses tindakan penelitian oleh supervisor sehingga
akan diperoleh data kualitatif sebagai hasil penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi
yang digunakan oleh supervisor untuk mencatat perkembangan
kemampuan masing masing guru yang dibinanya selama proses
penelitian( siklus 1 dan siklus 2).
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan terhadap hasil RPP guru sebagai
data awal kemampuan guru dan hasil observasi yang dilakukan selama
proses pembinaan akan dianalisis secara deskriptif untuk mengukur
keberhasilan proses pembinaan sesuai dengan tujuan penelitian tindakan
sekolah ini.
2-26

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2012. Alat Penilaian Kemampuan Guru:
Buku I. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
2012. Panduan Umum Alat Penilaian Kemampuan Guru.Jakarta: Proyek
Pengembangan
Pendidikan Guru. Alat Penilaian Kemampuan Guru: Hubungan antar Pribadi.Buku
III. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan Guru.
Alat Penilaian Kemampuan Guru: Prosedur Mengajar. Buku II. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru.
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (2005). Pedoman penyusunan KTI di
BidangPendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Digutentis, Jakarta
: Diknas
Suhardjono. 2005. Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas
sebagai KTI, makalah pada Pelatihan Peningkatan Mutu Guru di LPMP Makasar,
Maret 2005
Suhardjono. 2009. Tanya jawab tentang PTK dan PTS, naskah buku.
Suharsimi, Arikunto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan dan
Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2012
di Balai penataran Guru (PPPPTK) Jogyakarta
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT
Bumi Aksara
Supardi. 2005. Penyusunan Usulan, dan Laporan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas,
Makalah disampaikan pada “Diklat Pengembangan Profesi Widyaiswara”, Ditektorat
Tenaga Pendidik dan Kependidikan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai