Anda di halaman 1dari 44

GAGASAN DASAR ADVEN 2019

“MEMBANGUN MEZBAH KELUARGA DI TAHUN CINTA KITAB SUCI”

Pengantar
Tak terasa waktu berjalan, hingga kita sudah memasuki masa Adven.
Peristiwa kelahiran Yesus – Sang Sabda telah menjadi Manusia – bagi
umat Katolik sangat di hati. Masa Adven sebagai masa persiapan
kedatangan Tuhan ke dalam dunia. Kata Adven, berasal dari kata Adventus
(bahasa Latin), yang artinya kedatangan. Oleh karenanya, masa adven
menjadi saat persiapan akan kedatangan Tuhan di satu sisi, di sisi lain
sebagai ungkapan iman akan Tuhan Yesus yang hadir sekarang sekaligus
ungkapan penantian harapan akan kedatangan-Nya yang kedua – akhir
zaman, eskatologis.

Selain mempersiapkan liturgi yang mendukung, masa Adven juga


digunakan untuk merenungkan kesiapan hati, rumah atau keluarga kita
sebagai tempat atau ruang hadirnya Tuhan. Mendukung sekaligus
menyambut Tahun 2020 sebagai Tahun Cinta Kitab Suci, maka masa
Adven tahun 2019 ini hendak mengajak keluarga-keluarga membangun
mezbah. Setiap keluarga Katolik diundang membangun mezbah keluarga
untuk mensyukuri dan mempersembahkan keluarga dalam terang Firman
yang telah menjadi manusia (Yohanes 1: 1 – 18). Setiap keluarga
diharapkan semakin mencintai Kitab Suci karena “Sabda-Mu adalah Jalan,
Kebenaran dan Hidup kami”.

Pada Adven 2019 ini, Keuskupan Tanjungkarang mengundang keluarga-


keluarga untuk merenungkan tema: “MEMBANGUN MEZBAH KELUARGA
DI TAHUN CINTA KITAB SUCI”. Tema ini akan dikonkretkan dalam 4 Sub

1|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
Tema yang harapannya direnungkan selama 4 pekan masa Adven:
1. Locus “Firman telah menjadi Manusia”: Keluarga (Lukas 2: 1 – 7)
2. Fokus: Ecclesia Domestica (Lukas 2: 41 – 52)
3. Subyek “Mezbah Keluarga”: Aku dan Seisi Rumahku (Kej 8: 20 – 9:
1)
4. Membangun Mezbah Keluarga (II Timotius 3: 10 – 17)

Bentuk pertemuan yang ditawarkan adalah sarasehan dengan kemasan


ibadat sabda di lingkungan. Bahan pendalaman dan refleksi sebagai
pengganti kotbah dari ibadat sabda yang biasanya disampaikan oleh
Pemimpin Ibadat.

Selamat memasuki Masa Adven sekaligus membangun Mezbah


Keluarga.

2|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
Locus “Firman Telah Menjadi Manusia”: Keluarga
(Lukas 2: 1 – 7)

Bicara soal Keluarga itu penting dan selalu menarik. Keluarga begitu
berperan penting dalam kehidupan manusia baru. Keluarga menjadi locus
bagi tumbuh kembang manusia baru yang terlahirkan. “Firman itu telah
menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat
kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak
Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yohanes 1: 14).
Keluarga Yusuf dan Maria di Nazaret menjadi locus Sang Sabda yang telah
menjadi Manusia itu (Lukas 2: 1 – 7).

Di dalam Kitab Suci, dapat kita ditemukan dengan mudah bahwa


lingkungan yang baik bagi pertumbuhan anak-anak dalam iman dan
kemanusiaan bukanlah pertama-tama MASYARAKAT dan juga bukan
GEREJA LOKAL, melainkan KELUARGA KATOLIK. Selain Sinagoga, RUMAH
adalah tempat di mana Yesus mengerjakan karya keselamatan. Para rasul,
terutama Paulus, menjadikan KELUARGA sebagai tempat berkumpul,
berdoa dan memecah roti (Bdk. Kis 2: 41 – 47).

Dalam seruan Apostoliknya Paus Yohanes Paulus II menyebut keluarga


sebagai Gereja kecil. “Sebagai Gereja kecil keluarga kristiani dipanggil,
seperti Gereja besar untuk menjadi tanda kesatuan bagi dunia dan dengan
demikian menunaikan peranan kenabiannya dengan memberikan
kesaksian tentang Kerajaan dan damai sejahtera Kristus, yang menjadi
tujuan perjalanan seluruh dunia.” (Familiaris Consortio, FC art. 48). Dalam
keluarga nampaklah wujud Gereja yang paling kecil: Persekutuan
(Koinonia), Peribadatan (Leiturgia), Pelayanan melalui pekerjaan
(Diakonia), memberi Kesaksian dalam pergaulan (Martyria); semuanya itu
menjadi sarana penginjilan (Kerygma) yang baru. (Bdk. Pedoman Pastoral
Keluarga Konferensi Waligereja Indonesia, PPK KWI No.17).

3|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
Dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) No. 1656 ditegaskan bahwa,
“Dewasa ini, di suatu dunia yang sering kali berada jauh dari iman atau
malahan bermusuhan, keluarga-keluarga Kristen itu sangat penting
sebagai pusat suatu iman yang hidup dan meyakinkan. Karena itu Konsili
Vatikan II menamakan keluarga menurut sebuah ungkapan tua "Ecclesia
Domestica" [Gereja-Rumah Tangga] (Lumen Gentium, LG 11. Bdk. FC art.
21). Dalam pangkuan keluarga, "Hendaknya orang-tua dengan perkataan
maupun teladan menjadi pewarta iman pertama bagi anak-anak mereka;
orang-tua wajib memelihara panggilan mereka masing-masing, secara
istimewa panggilan rohani" (LG 11, 2).

Fokus: Ecclesia Domestica


(Lukas 2: 41 – 52)

“Keluarga adalah kesatuan yang alamiah dan fundamental dari


masyarakat dan berhak mendapatkan perlindungan dari masyarakat dan
negara” (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 16 ayat 3).
Pengertian keluarga itu menunjukkan betapa penting dan mendasarnya
eksistensi serta peran keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga
masyarakat dan negara berkewajiban melindungi entitas terkecil dalam
masyarakat ini. Tak heran, keluarga pasti tak luput dari sorotan jika timbul
persoalan sosial. Oleh karena itu, seluruh elemen masyarakat – termasuk
Gereja – bertanggung jawab terhadap pemuliaan martabat keluarga.

Sebagaimana disebutkan dalam KGK di atas bahwasanya Keluarga disebut


Gereja Rumah Tangga (Ecclesia Domestica), di sinilah sekolah kehidupan
Kristen yang pertama (KGK no. 1657) dan “suatu pendidikan untuk
memperkaya kemanusiaan” (Gaudium et Spes, GS art. 52). Maka, jelas
bahwa keluarga juga melaksanakan imamat umum yang diterima melalui
pembaptisan, baik orang tua maupun anak-anak. Entitas terkecil
masyarakat ini menjadi cermin peziarahan Gereja menuju kesucian hidup,

4|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
dengan berjuang menghadapi semua problematika manusiawi zaman ini.
“Tidak ada seorang pun di dunia tanpa keluarga. Gereja adalah rumah
tangga dan keluarga bagi siapa pun juga, khususnya bagi mereka yang
letih lesu dan berbeban berat” (FC art. 85).

Begitu mendasarnya peran keluarga ini, maka para Paus pun tanpa henti
menyerukan panggilan dasar keluarga bagi seluruh Gereja dan tanpa henti
mempertahankan pandangan tradisional Kristen tentang perkawinan.
Seruan mereka senantiasa bergaung sebagai motivasi dan dukungan bagi
keluarga-keluarga untuk setia berpegang pada panggilan dasarnya, tempat
menyemai benih-benih rahmat kebajikan dalam diri setiap anggotanya.
Inilah tempat pendidikan doa yang pertama. Doa sehari-hari dalam
keluarga adalah kesaksian pertama untuk ingatan Gereja yang hidup, yang
dibangkitkan dengan kesabaran oleh Roh Kudus (KGK no. 2685).

Semaian benih-benih kebajikan manusiawi dan cinta kasih Kristiani itu


nantinya akan tumbuh dan berbuah keharmonisan, persaudaraan, dan
harapan dalam masyarakat. Nilai-nilai luhur dalam masyarakat tersebut
menjadi buah yang telah disemai di dalam keluarga, seperti saling
menghargai, saling memperhatikan yang kekurangan dan kesulitan, saling
berbagi suka-duka dalam hidup, saling menerima perbedaan dan
memaafkan. Benih iman pun demikian.

Keluarga menjadi tempat anak-anak menerima pewartaan pertama


mengenai iman, satu persekutuan rahmat dan doa, satu sekolah untuk
membina kebajikan manusia dan cinta kasih Kristiani (KGK no. 1666).
Maka, orang tua hendaknya – dengan perkataan maupun teladan – dapat
menjadi pewarta iman pertama dan mampu memelihara panggilan rohani
anak-anaknya (LG art. 11).

5|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, mari kita selalu ingat pesan
Paus Fransiskus dalam World Meeting of Families 2015 di Philadelphia,
Amerika Serikat. “Keluarga adalah, ... pabrik harapan, hidup, dan
kebangkitan. Allahlah yang membuka jalan itu. ... Dalam keluarga, anak-
anak kadang membuat pusing. ... dalam keluarga, selalu ada salib. Karena
kasih Allah, Sang Putra membuka jalan itu. Meski dalam keluarga selalu
ada salib, ada pula kebangkitan”.

Subyek “Mezbah Keluarga”: Aku dan Seisi Rumahku


(Kej 8: 20 – 9: 1)

Setiap keluarga menjadi sebuah Rumah Tangga bilamana keluarga itu ada
yang mengepalai, sehingga ada istilah Kepala Keluarga. Sejak perjanjian
Lama, perjanjian Baru hingga sekarang ini, seorang Kepala Keluarga
pastilah seorang laki-laki. Keluarga di Nazaret terjadi juga demikian.
Keputusan yang diambil oleh Yusuf yang sedang bertunangan dengan
Maria – dengan bantuan Roh Kudus – berani mengambil keputusan untuk
terjadinya sebuah Keluarga (Lih. Matius 1:18–25). Keberanian dan
tanggung jawab Yusuf menjadi gambaran bagi setiap keluarga untuk
berani memulai meletakkan dasar bagi keluarga yang dipersembahkan
kepada Tuhan. Peran Kepala Keluarga menjadi penting di sini.

Dalam Perjanjian Lama sangat jelas digambarkan, bagaimana peran Kepala


Keluarga menjadi menentukan. Kisah Nabi Nuh: “Berfirmanlah Allah
kepada Nuh dan kepada anak-anaknya yang bersama-sama dengan dia:
’Sesungguhnya Aku mengadakan perjanjian-Ku dengan kamu dan dengan
keturunanmu, ...’” (Kejadian 9: 8 – 9). Kisah Nabi Yosua: “... Tetapi jika
kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada
hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek
moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori
yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan

6|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24: 15). Juga bagaimana sebuah
keluarga mengalami kehadiran Allah dalam hidupnya. Pengalaman
Keluarga Obed-Edom sebagai salah satu contohnya. “Sebab itu Daud tidak
mau memindahkan tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud, tetapi
Daud menyimpang dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat
itu. Tiga bulan lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom,
orang Gat itu, dan TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya.”
Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: “TUHAN memberkati seisi
rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah
itu”. Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom
ke kota Daud dengan sukacita” (II Samuel 6: 10 – 12).

Sedangkan dalam Perjanjian Baru, ada kisah Keluarga Nazaret. “Lalu Ia


pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam
asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam
hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya
dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2: 51 –
52). Juga ada Kisah Para Rasul yang menggambarkan betapa peran Primus
inter Paresh Petrus bagi keluarga Para Rasul sangat penting dan
menentukan (Lih. Kis 4: 32 – 37). Gambaran yang lain dilukiskan oleh
Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, “Hai isteri,
tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah
kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada
Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu”
(Efesus 5: 22 – 24).
Membangun Mezbah Keluarga
(II Timotius 3: 10 – 17)

Mezbah adalah tempat korban dipersembahkan (Yunani: Thusiasterion).


Mezbah pertama yang dicatat Kitab Suci adalah mezbah yang didirikan

7|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
oleh Nuh: “Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala
binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram
diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran
di atas mezbah itu” (Kejadian 8: 20). Melalui mezbah ini, Nuh
mempersembahkan korban yang merupakan suatu penyembahan kepada
Tuhan. Yang menarik adalah mezbah ini didirikan oleh Nuh, tetapi sebagai
jawaban atas perbuatan Nuh, Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya
(Lih. Kejadian 9: 1 – 17). Jadi, mezbah yang didirikan Nuh bukanlah
mezbah pribadi tetapi Mezbah Keluarga.

Mezbah Keluarga adalah suatu tindakan yang diambil oleh seorang Bapa
untuk memimpin seluruh anggota keluarga agar menyembah dan
melayani Tuhan bersama-sama. Seorang bapa haruslah benar-benar
pemimpin rohani bagi keluarganya. Seorang Bapa haruslah memiliki dan
menanamkan tujuan, visi dan misi yang jelas, agar seluruh anggota dapat
menyembah dan melayani Tuhan bersama-sama sebagai suatu Tim.
Sebenarnya keluarga adalah Tim Pelayanan dengan kepemimpinan
seorang bapa.

Mezbah keluarga “dibangun” sebagai sebuah GAYA HIDUP setiap hari.


Nuh membangun mezbah (Kej 8: 20). Abraham membangun mezbah (Kej
12: 7; 13: 18). Musa mendirikan mezbah (Kej 17: 15). Ishak membangun
mezbah (Kej 26: 25), Yakub mendirikan mezbah (Kej 33: 20) dan Daud
mendirikan mezbah (2 Sam 24: 25). Dan karena menjadi gaya hidup, maka
terjadi keakraban dalam setiap keluarga. Keakraban yang terbangun oleh
kebiasaan membaca Kitab Suci dalam keluarga (Bdk. II Timotius 3: 15 –
17). Dasar untuk membangun Mezbah dalam Keluarga tertuang dalam
Kitab Suci: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah
usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal
kota; sia-sialah pengawal berjaga-jaga” (Mazmur 127: 1). “Lalu Nuh
mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram
8|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor,
lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu” (Kejadian
8: 20).”Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada
TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah
yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat,
atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan
seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” (Yosua 24: 15). “Dan
lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini
sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan
oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang
berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku akan di tengah-tengah mereka”
(Matius 18:19–20). “Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta
berfirman kepada mereka: ‘Beranakcuculah dan bertambah banyaklah
serta penuhilah bumi. Akan takut dan akan gentar kepadamu segala
binatang di bumi dan segala burung di udara, segala yang bergerak di
muka bumi dan segala ikan di laut; ke dalam tanganmulah semuanya itu
diserahkan’” (Kejadian 9: 1 – 2).

Lalu apa yang dipersembahkan di Mezbah Keluarga? Bagi orang Israel


pada umumnya, tempat pengorbanan berarti tempat untuk
mempersembahkan korban kepada Allah. Dalam Kitab Imamat bab 1–7,
terdapat 5 macam persembahan dasar: Persembahan bakaran,
Persembahan biji-bijian, Korban persekutuan, Persembahan dosa dan
Persembahan kesalahan. Dalam Imamat 1: 2 – 6: 7 ditulis dengan rinci,
hal-hal yang harus dipersembahkan di mezbah. Sedangkan dalam Imamat
6: 8 – 7: 36 diperlihatkan bagian yang disisihkan untuk para imam dan
yang disisihkan untuk sang pemberi persembahan. Kitab Bilangan 28 – 29,
dituliskan jadwal terperinci, yang menguraikan apa saja yang harus
dipersembahkan, bahkan: setiap hari, setiap minggu, setiap bulan dan
pada saat perayaan-perayaan tahunan. Dengan begitu detail, hendak
disampaikan betapa sangat penting, Mezbah bagi kehidupan orang Israel.
9|A d ven 2 0 1 9 - P en d a l a ma n L i n g k u n g a n
Di Mezbah, mereka mempersembahkan macam-macam korban kepada
Allah sebagai tanda penghormatan dan permohonan agar memperoleh
belas kasihan dari Allah.

Dalam Perjanjian Baru, apa yang dipersembahkan di mezbah


mendapatkan penegasan oleh Yesus. “Hai kamu orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang
menguduskan persembahan itu” (Matius 23: 19). Membangun mezbah
keluarga saat ini, bukan lagi seperti yang dilakukan orang Israel sebagai
umat Allah, tetapi lebih mengarah kepada membangun sebuah hubungan
pribadi dengan Tuhan lewat doa. Dalam keluarga kita membangun
mezbah keluarga berarti membangun sebuah hubungan intim dengan
Tuhan lewat doa bersama yang dilakukan terus menerus.

Kunci membangun mezbah keluarga. Pertama, suami adalah “Inisiator


Pembangun Mezbah”. Setiap orang yang membangun mezbah adalah
seorang laki-laki (Kepala Keluarga). Banyak tokoh wanita di Kitab Suci
tetapi yang membangun mezbah selalu pria. Inilah waktunya para pria
untuk berinisiatif membangun mezbah keluarga. Suami adalah kepala
(Bdk. Efesus 5: 22). Kedua, komitmen bersama adalah awal berdirinya
sebuah mezbah. Perlu kesepakatan dan komitmen suami, istri dan anak-
anak untuk bersama-sama membangun mezbah keluarga setiap pagi.
Dengan kesepakatan maka suami atau istri bisa saling mengingatkan dan
saling menguatkan. Kesepakatan membawa kuasa besar (Matius 18: 19 –
20). Ketiga, perlu korban dalam membangun mezbah. Setiap mezbah
hanya akan disebut mezbah jika ada korban di atasnya. Tanpa korban,
mezbah tidak berarti apa-apa. Nuh mempersembahkan korban di atas
mezbah yang dibuatnya (Bdk. Kejadian 8: 20). Korban memiliki arti sebagai
berikut: ①Waktu yang diprioritaskan. Jika Tuhan Yesus sudah
memberikan yang terbaik, adalah hal yang seharusnya jika kita berikan
waktu yang terbaik bagi Tuhan. Waktu terbaik adalah pagi hari (Mazmur 5:
10 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
4; Markus 1: 35). ②Tenaga yang maksimal. Harus memiliki manajemen
waktu yang baik untuk menghindari kelelahan fisik yang mengganggu
untuk membangun mezbah. ③ Pikiran dan hati yang tertuju kepada
Tuhan. Pikiran dan hati jangan terfokus pada masalah-masalah kehidupan
kita sendiri (Matius 6: 33 – 34). Keempat, membangun mezbah adalah
sebuah “Gaya Hidup” bukan “Event”. Abraham membangun mezbah
beberapa kali. Contoh: Kejadian 12: 7 – 8; 13: 18; 22: 9. Ini artinya
Abraham membangun mezbah tidak sekali-sekali (kadang-kadang), tetapi
dia membangun mezbah sebagai GAYA HIDUP!. Kelima, gunakan sarana-
sarana yang mendukung atau membantu. Mezbah didirikan dengan
bahan-bahan pembuatnya seperti: batu, kayu, dan lain-lainnya. Perlu
bahan-bahan yang mendukung. Gunakan sarana yang membantu seperti:
buku saat teduh, buku doa, buku pendalaman Kitab Suci, dan lain
sebagainya.

Setiap kehidupan pasti ada hambatan atau tantangannya. Begitu juga saat
membangun mezbah, ada hal yang perlu kita sikapi dengan bijaksana.
Pertama, masing-masing anggota keluarga merasa sudah cukup rohani.
Mezbah keluarga bukan untuk membuat kita semakin rohani atau
berjumpa dengan Tuhan saja, tetapi membuat semua anggota keluarga
menjadi bersehati. Kedua, tidak mempunyai waktu: Sibuk dan Lelah.
Mezbah keluarga bukan untuk menunjukkan kita adalah keluarga yang
rohani, namun sebagai sarana untuk membangun hubungan yang intim
dengan Tuhan secara bersama-sama, juga sarana untuk membangun
tanggungjawab bersama dalam keluarga sebagai keluarga kokoh yang
tidak perpecah-pecah. Solusi yang bisa dilakukan untuk hambatan di atas
adalah: ❶Sebagai orang tua, kita harus memberikan kesan kepada anak-
anak kita bahwa waktu mezbah keluarga menjadi prioritas karena ini
perintah Allah. “...haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang
kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di
rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau
11 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
berbaring dan apabila engkau bangun” (Ulangan 6: 7) ❷ Mengajar dan
mengingatkan akan berkat-berkat Tuhan jika doa bersama kita berkenan
kepada Tuhan. Ketika anak-anak mulai mengerti manfaatnya dan bersedia
untuk mendukung mezbah keluarga, Tuhan pasti akan memberkati
keluarga kita dengan hadirat, damai sejahtera, kasih dan sukacita-Nya
ketika kita menyembah bersama. 60 menit setiap hari: Penyembahan
pribadi dan doa pribadi (10 menit); Membaca dan merenungkan Kitab Suci
secara pribadi (15 menit); Penyembahan bersama-sama (10 menit);
Membaca dan sharing Firman bersama-sama (15 menit); Saling
mendoakan dan berdoa bersama-sama (10 menit).

Bilamana semua terjadi, terbentuklah rumah berkat. Sebuah keluarga


yang diberkati ditentukan oleh ada atau tidaknya kehadiran TUHAN di
dalamnya. Jika TUHAN hadir dan tinggal di dalamnya, maka pasti keluarga
akan diberkati secara luar biasa. “Sebab itu Daud tidak mau memindahkan
tabut TUHAN itu ke tempatnya, ke kota Daud, tetapi Daud menyimpang
dan membawanya ke rumah Obed-Edom, orang Gat itu. Tiga bulan
lamanya tabut Tuhan itu tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat itu, dan
TUHAN memberkati Obed-Edom dan seisi rumahnya. Diberitahukanlah
kepada raja Daud, demikian: ‘TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom
dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu’. Lalu Daud pergi
mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan
sukacita” (II Samuel 6: 10 – 12). Ketika membuka pintu rumahnya untuk
kehadiran Tabut Allah (yang merupakan gambaran kehadiran TUHAN –
hadirat TUHAN) di dalam rumahnya selama 3 bulan, dan itu membuat
keluarganya diberkati secara luar biasa. “Lalu Ia pulang bersama-sama
mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-
Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin
bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin
dikasihi oleh Allah dan manusia” (Lukas 2: 51 – 52).

12 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Selain menjadi rumah berkat, mezbah keluarga memberi dampak bagi
hidup pribadi dan keluarga. ① Hadirat Allah nyata dalam keluarga. Ada
kasih, suka cita, damai sejahtera dalam keluarga. Ada hubungan manis
antara Nuh dengan Tuhan (Bdk. Kejadian 8: 21). Bahagia itu sederhana:
perhatian yang penuh terhadap pasangannya (focused and undevided
attention). ②Berkat Allah nyata. Allah memberkati Nuh dan anak-
anaknya (Lih. Kejadian 9: 1). ③Hikmat dan tuntuan Allah bagi
kehidupan. Allah memberikan tuntunannya kepada Nuh (Lih. Kejadian 9: 1
– 9). ④Perlindungan dari serangan kuasa gelap. Allah yang melindungi
dan menjaga Nuh (Lih. Kejadian 9: 5). ⑤Janji Allah nyata dalam
kehidupan kita. Allah menyatakan perjanjiannya dengan Nuh, sejak itu
Nuh hidup dalam janji-janji Allah (Lih. Kejadian 9: 9 – 11). ⑥Keturunan
akan hidup dalam berkat perjanjian. Janji Tuhan kepada Nuh dan
keturunannya (Lih. Kejadian 9: 9). ⑦ Hidup dalam kekuatan anugerah
Tuhan yang luar biasa. Kekuatan ekstra di waktu menghadapi situasi
buruk. Kekuatan untuk melakukan perkara-perkara besar bersama Tuhan.
Nuh adalah orang yang pernah mengalami kekuatan anugerah Tuhan yang
luar biasa (Bdk. Kejadian 9: 1 – 17).

Semoga Keluarga-keluarga Katolik memiliki hanya satu mezbah yakni


Mezbah Keluarga. Mezbah Keluarga menjadi tempat persembahan yang
harum untuk TUHAN.

13 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Pertemuan Minggu Adven I
Keluarga Sebagai Tempat Hadirnya Sabda Tuhan

(Luk 2: 1 – 7)

Tujuan:
1. Keluarga katolik semakin terbuka dan mengerti akan nilai-nilai
Kitab Suci.
2. Keluarga katolik semakin menyadari bahwa keluarga menjadi
tempat hadirnya Sabda Tuhan.
3. Keluarga katolik semakin bersyukur bahwa pondasi iman mereka
adalah Firman Tuhan.

Lagu Pembuka: “Hai Dunia, Buka Pintumu” (PS. 549)

Tanda Salib dan Salam Pembuka


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin.
P : Semoga rahmat Tuhan Kita Yesus Kristus dalam persekutuan dengan
Bapa dan Roh Kudus, selalu beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.

Pengantar
Bapak/Ibu, Saudara/i yang terkasih dalam Kristus, selamat
memasuki masa Adven 2019 sekaligus memasuki Tahun Baru Liturgi. Kata
Adven berasal dari kata latin “Adventus” yang artinya kedatangan. Oleh
sebab itu, masa Adven menjadi masa persiapan akan kedatangan Tuhan
ke dalam dunia, sekaligus sebagai ungkapan iman akan Tuhan Yesus yang
hadir sekarang serta ungkapan penantian harapan akan kedatangan-Nya
yang kedua pada akhir zaman.

14 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Sebagai kelanjutan tema ”Mempersembahkan Anak Sulung dan
Buah Bungaran” yang telah kita renungkan selama Tahun Liturgi 2018 –
2019, Tahun Liturgi 2019 – 2020 ini sebagai Tahun Cinta Kitab Suci sesuai
yang tertulis dalam Ardas Pastoral keuskupan kita.
Dalam masa Adven ini, kita diajak untuk merenungkan tema
“Membangun Mezbah Keluarga di Tahun Cinta Kitab Suci”. Tema ini akan
kita dalami dan renungkan dalam 4 pertemuan, yaitu:
 Pertemuan I : Keluarga sebagai Tempat Hadirnya Sabda Tuhan (Luk 2:
1 – 7)
 Pertemuan II : Terbangun sekolah Iman dan Sekolah Kemanusiaan
dalam Keluarga (Luk 2: 41 – 52)
 Pertemuan III: Aku dan Seisi Rumahku menjadi Pelaku Firman (Yos
24: 14 – 15)
 Pertemuan IV : Terlahirnya Mezbah dalam Keluarga Katolik (II Tim 3:
10 – 17)

“Pepatah lama mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”. Di


Tahun Cinta Kitab suci ini, saya mengajak seluruh umat katolik di
Keuskupan Tanjungkarang untuk sungguh-sungguh mencintai Kitab Suci.
Sangat baik jika dalam setiap keluarga ditahtakan Kitab Suci di tempat
yang terhormat dan mudah dijangkau oleh seluruh anggota keluarga atau
masing-masing membaca sesuai dengan kesempatan dirinya”. Demikian
kata-kata Mgr. Yohanes Harun Yuwono di bagian penutup dari surat
gembala tahun III ARDAS: Tahun Cinta Kitab Suci. Menjadi jelas bagi kita,
bahwa setiap keluarga hendaknya menjadikan Kitab Suci sebagai pondasi
iman yang benar.
Melalui tema Pertemuan Adven I ini, kita diundang untuk semakin
menyadari bahwa Kitab Suci menjadi sangat penting untuk dasar
membangun Keluarga Katolik. Nilai-nilai yang kita temukan di dalamnya
semakin menjadikan kita mengerti hadirnya Sang Sabda dalam kehidupan
keluarga sehari-hari. Tak kenal kitab suci berarti tak sayang akan Firman
15 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Tuhan. Tak kenal Firman Tuhan maka tak mencintai Yesus. Ungkapan
dalam bahasa Jawa sangat jelas, “witing tresno jalaran soko kulino”.
Sebelum mendengarkan Sabda Tuhan dari Injil Lukas 2: 1 – 7, mari
kita siapkan hati dan budi kita. Kita hening sejenak untuk memeriksa batin
kita, menyadari kelemahan dan dosa-dosa kita, seraya memohon
ampunan dan belas kasih dari Allah (kita hening sejenak...)

Seruan Tobat
P : Saya mengaku, ….
P : Semoga Allah Bapa yang Mahakuasa mengasihani kita, mengampuni
dosa kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin.

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa,
Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur ke hadirat-Mu karena kami
dapat berhimpun di sini untuk mengawali masa Adven ini dengan
merenungkan sabda-Mu. Terangilah hati dan budi kami dengan cahaya
Roh-Mu agar kami mampu mengerti akan Sabda-Mu. Bantulah kami
agar semakin mencintai Kitab Suci serta mampu melakukan Sabda-Mu
dalam diri dan keluarga kami sehari-hari. Curahkanlah rahmat-Mu agar
kami mampu membangun keluarga kami di atas dasar Sabda-Mu.
Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, kini dan sepanjang masa.
U Amin

Bacaan Lukas 2: 1 – 7
P : Tuhan beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya
P : Inilah Injil Yesus Kristus menurut Santo Lukas (Lukas 2:1–7)
U : Dimuliakanlah Tuhan

16 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
1Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh
mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2Inilah pendaftaran yang
pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di
Siria. 3Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di
kotanya sendiri. 4Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke
Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari
keluarga dan keturunan Daud-- 5supaya didaftarkan bersama-sama
dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. 6Ketika mereka
di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 7dan ia melahirkan
seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan
lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat
bagi mereka di rumah penginapan.
P : Demikianlah Injil Tuhan
U : Terpujilah Kristus

Pendalaman Bacaan Kitab Suci dan Refleksi


1. Ke manakah Yusuf dan Maria pergi mendaftarkan diri?
2. Kesulitan apa yang dialami Yusuf dan Maria dalam perjalanan dan saat
mereka tiba di kota tersebut?
3. Di manakah bayi yang baru dilahirkan Maria dibaringkan? Apa
pendapat anda melihat kondisi ini?
4. Kapan dan bagaimana Sabda Tuhan dihadirkan dalam keluarga Anda?
5. Apa saja tantangan keluarga-keluarga Katolik masa kini dalam
menghadirkan (menghidupi) Sabda Tuhan dalam hidup sehari-hari?

Peneguhan
 Yusuf mendaftarkan keluarga kecilnya (Maria dan calon bayinya)
sebagai bagian keluarga besar Yusuf. Hal ini berarti secara resmi
pernikahan mereka disahkan secara sipil pada masa penjajahan
Romawi sebagai warga Betlehem. Betlehem juga biasa disebut sebagai
kota Daud. Isai orang tua Daud adalah orang Betlehem (1 Sam16: 1b),
17 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
masa kecil Daud di habiskan di kota ini sebagai penggembala kambing-
domba, Ia adalah bungsu dari delapan anak-anak Isai. Daud diurapi
menjadi raja Israel yang ke dua setelah Saul oleh Samuel dalam upacara
persembahan bagi Tuhan.

 Ketika mereka sampai di Betlehem tibalah saatnya Maria untuk


melahirkan. Mereka tak mendapatkan penginapan yang layak. Hanya
“kandang” dengan palungan tempat minum ternak yang siap menerima
Dia yang terlahir. Keluarga muda itu mengawali kehidupan keluarga
mereka sebagai orang yang tidak memiliki banyak harta. Ketika
Herodes tahu bahwa seorang raja telah lahir di kota Betlehem maka
ada peristiwa memilukan terjadi yakni pembantaian anak-anak yang
berusia dibawah dua tahun. Keluarga kecil ini menyingkir ke Mesir
(Mat. 2: 13 – 18).

 Kesetiaan dan tanggung jawab Yusuf sebagai kepala keluarga di


tampakkan dalam menjaga keselamatan Maria dan Yesus kecil. Dia rela
melakukan apa saja untuk kehidupan keluarga kecil itu. Ia terbuka pada
rencana Allah yang kadang membingungkannya. Hanya kepada Allah
mereka mengadu (berdoa) sesuai dengan tradisi Yahudi.

 Sebagai orang beriman Katolik maka keluarga-keluarga Katolik


dipanggil untuk bertekun dalam kesetiaan akan rencana Tuhan. Maria
dan Yusuf juga mengalami betapa tidak mudahnya menjadi orang tua
yang tekun dan setia pada rencana Allah. Fiat voluntas Tua menjadi
pedoman keluarga ini untuk bertekun dan percaya akan kehendak
Tuhan. Allah memanggil setiap keluarga Katolik melalui sabda-Nya di
dalam Kitab Suci. Keinginan Allah yang terbesar adalah setiap anggota
keluarga Katolik mendengarkan-Nya di dalam Kitab Suci, dan
menanggapi-Nya di dalam doa, seperti yang ditegaskan dalam

18 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
dokumen Konsili Vatikan II, “Doa harus menyertai pembacaan Kitab
Suci” (DV. 25).

 Keluarga Katolik menjadi persekutuan pewarta Injil, sejauh menerima


warta Gembira dan matang imannya. Paus Paulus VI mengatakan,
“Keluarga, seperti Gereja, harus menjadi tempat Injil disalurkan, dan
Injil memancarkan sinar-Nya. Dalam keluarga, yang menyadari misi itu,
semua anggota mewartakan dan menerima pewartaan Injil. Orang tua
tidak sekedar menyampaikan Injil kepada anak-anak mereka,
melainkan dari anak-anak mereka sendiri mereka dapat menerima Injil
itu juga, dalam bentuk penghayatan mereka yang mendalam. Dan
keluarga seperti itu menjadi pewarta Injil bagi banyak keluarga lain dan
bagi lingkungan kediamannya” (EN. 71).

Membangun Niat
P Setelah membaca dan merenungkan Sabda Tuhan, kini saatnya kita
menanggapi-Nya dengan membuat niat untuk diri pribadi maupun
untuk keluarga kita masing-masing.

Saat Hening …
 Barangkali kita didorong untuk mulai membaca Kitab Suci secara
teratur dalam keluarga atau secara pribadi ..... berapa kali dan berapa
lama .... putuskan sendiri. Pilihlah waktu yang tepat dan hendaknya
setia mengikutinya.

Doa Umat
P Bapak, Ibu, dan Saudara/i yang terkasih, Allah adalah sumber hidup dan
kekuatan kita. Kepada-Nya kita menggantungkan seluruh hidup dan
keluarga kita. Marilah dengan rendah hati kita panjatkan syukur dan
permohonan kepada Bapa.

19 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
 Bagi Para Pemimpin Gereja
Ya Bapa yang baik, berilah rahmat yang berlimpah kepada para
pemimpin Gereja-Mu dalam tugas pelayanan dan karya mereka.
Semoga mereka selalu mengusahakan hidup baik, bertindak bijaksana,
adil dan saleh. Semoga mereka mampu membangun jemaat sesuai
dengan kehendak-Mu. Marilah kita mohon…

 Bagi Keluarga-Keluarga Katolik


Ya Bapa, curahkanlah rahmat-Mu kepada setiap keluarga Katolik agar
semakin mencintai Kitab suci. Semoga keluarga kami tumbuh menjadi
keluarga Katolik sejati yang dibangun di atas dasar iman dan kasih.
Ajarlah kami hidup seturut sabda-Mu, yakni rukun, ramah, bijaksana,
sederhana, saling menyayangi, saling menghormati, dan saling
membantu dengan ikhlas hati. Marilah kita mohon...
(Ditambahkan doa Spontan atau hening untuk ujub pribadi ...)

Bapa Kami
P Marilah kita satukan segala syukur dan permohonan kita dengan doa
yang diajarkan Tuhan sendiri: Bapa Kami...

Doa Ardas 2020: “Tahun Cinta Kitab Suci”

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa,
Allah Bapa surgawi, pada kesempatan ini, kami bersyukur atas rahmat-
Mu, terlebih atas Sabda-Mu yang meneguhkan iman kami. Sabda-Mu
adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami. Semoga kami mampu
melaksanakan sabda-Mu dalam hidup kami sehari-hari. Mampukanlah
kami untuk menyingkirkan penghalang sabda-Mu. Ya Bapa, Bantulah
agar keluarga kami dapat meneladan Keluarga Kudus Nazaret dan
dapat bertumbuh menjadi garam dan terang dalam masyarakat. Semua
20 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
ini kami mohon kepada-Mu, dengan pengantaraan Yesus Kristus, Tuhan
kami.
U Amin

Berkat dan Pengutusan

P : Tuhan beserta kita


U : Sekarang dan selama-lamanya

P : Semoga kita sekalian yang hadir di sini, dan Saudara/Saudari kita


yang tidak berkesempatan hadir bersama kita saat ini, serta keluarga-
keluarga di sekitar tempat tinggal kita masing-masing, semuanya
diberkati oleh Allah yang Mahakuasa: Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin

P : Dengan ini, pertemuan Adven I kita sudah selesai.


U : Syukur kepada Allah

P : Marilah kita hidup berdasarkan sabda Tuhan.


U : Amin

Lagu Penutup: “Aku Dengar bisikan Suara-Mu” (PS. 695).

21 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Pertemuan Minggu Adven II
Terbangun Sekolah Iman dan Sekolah Kemanusiaan dalam Keluarga
(Lukas 2: 41 – 52)

Tujuan:
1. Semakin bertangung-jawabnya setiap suami dan istri untuk menjadi
pendidik pertama dan utama bagi anak-anak
2. Anak-anak semakin belajar menjadi pelaku firman dalam keluarga
3. Semakin terbangun Sekolah Iman dan Sekolah Kemanusiaan dalam
setiap Keluarga Katolik

Nyanyian Pembuka : “O Datanglah, Imanuel (PS. 442)

Tanda Salib dan Salam Pembuka:


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan Kita Yesus Kristus dalam persekutuan dengan
Bapa dan Roh Kudus, selalu beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya

Pengantar
Santo Yohanes Paulus II menyampaikan kepada setiap keluarga
Kristiani bagaimana bersikap dengan anak-anak yang dilahirkan dalam
keluarga mereka, “Khususnya dalam keluarga Kristianilah ... anak-anak
harus diajar sejak dini, menurut iman yang diterima dalam baptis, untuk
mempunyai PENGETAHUAN tentang Allah, BERSEMBAH SUJUD kepada-
Nya dan MENCINTAI sesama mereka” (FC No. 60). Tanggung jawab yang
sangat mendasar dan tak tergantikan bagi para suami dan isteri sebagai
orang tua untuk pendidikan anak-anak mereka. Para suami dan isteri
sebagai orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Hal ini mau
ditegaskan bahwa tanggung jawab ini tidak bisa didelegasikan kepada
siapa pun dan juga tidak bisa dinomorduakan dengan pekerjaan atau
relasi lainnya.
Maka melanjutkan pertemuan Adven I tentang keluarga sebagai
tempat hadirnya Yesus – Sang Sabda yang telah menjadi Manusia – kita
22 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
hendak memasuki pertemuan Adven II ini. Tema Adven II adalah
“Terbangun Sekolah Iman dan Sekolah Kemanusiaan dalam Keluarga”.
Harapannya melalui pertemuan Adven II ini, kesadaran bersama bahwa
orang tua, suami dan isteri sebagai seorang pendidik (utama dan pertama)
dan anak-anak adalah pelajar yang baik, setia dan tekun di Sekolah Iman
dan Sekolah Kemanusiaan. Dari sanalah, terbangun sinergi orang tua dan
anak – sebagai pendidik dan yang dididik – yang sama-sama adalah pelaku
firman.

Seruan Tobat

P Bapak-ibu dan saudara-saudari yang dikasihi Tuhan, marilah pada awal


pertemuan permenungan Adven minggu kedua ini, kita menyadari
bahwa kita orang yang lemah, mudah jatuh dalam dosa, serta mohon
belahkasihan Tuhan.

P : Tuhan Yesus Kristus, Engkau adalah Kabar Baik dari Allah, hanya
melalui Engkaulah manusia dapat memperoleh kebahagian sejati.
Tuhan Kasihanilah kami...

P : Engkau selalu ingin menguatkan dan melindungi kami terhadap yang


jahat supaya kami mampu semakin mencintai pasangan hidup kami.
Kristus Kasihanilah kami...

P : Engkau membimbing dan membantu kami supaya kami dapat


membalas kasih Allah dengan mencintai orang yang Kau anugerahkan
untuk bersama dalam hidup kami. Tuhan kasihanilah kami...

P : Semoga Allah Yang Maha Rahim mengasihi kita, mengampuni dosa


kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin

23 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa,
Allah Bapa sumber kehidupan dan cinta kasih sejati, berkenanlah hadir
di tengah kami saat ini, terangilah hati dan pikiran kami dalam ibadat
dan permenungan adven minggu II ini, sehingga kami mampu
mendengarkan sabda-Mu sebagai suluh dan kekuatan kami.
Sentuhlah kepekaan hati kami agar kami semakin rendah hati
menerima penyegaran dan inspirasi tentang panggilan hidup kami
dalam keluarga dan komunitas. Dengan demikian kami semakin mampu
untuk mewujudkan tanggung jawab kami dalam sekolah iman dan
kemanusiaan dalam keluarga kami.
Dengan demikian kami dapat melaksanakan perutusan-Mu melalui
Sakramen Perkawinan Katolik kami. Ini semua kami panjatkan kepada-
Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami, yang berkuasa bersama
Bapa dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala
masa.
U Amin

Bacaan Injil : Lukas 2: 41 – 52


“Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah”

41 Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya
Paskah.
42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke
Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
43 Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang,
tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
44 Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang
seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya,
lalu mencari Dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
45 Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke
Yerusalem sambil terus mencari Dia.

24 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
46 Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang
duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka
dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
47 Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-
Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya.
48 Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu
kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat
demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari
Engkau."
49 Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah
kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada
mereka.
51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup
dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di
dalam hatinya.
52 Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan
besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.

Pendalaman dan Refleksi:


P Bapak/Ibu dan Saudara/i yang terkasih, kendati pun perikop tersebut
sudah sering kali kita dengar dan mungkin juga kita bahas, namun kita
bisa melihat lebih dalam lagi secara lebih cermat, terlebih dikaitkan
dengan sub tema: Terbangun Sekolah Iman dan Sekolah
Kemanusiaan dalam Keluarga.

Pertanyaan Refleksi:
1. Bagaimana usaha dan ketaatan orang tua Yesus dalam merayakan hari
Raya keagamaan? Dan bagaimana cara mereka mewariskan nilai-nilai
luhur dalam tradisi?

2. Bagimana sikap yang dilakukan Yusuf dan Maria ketika Yesus tertinggal
di Bait Allah, apakah Yusuf dan Maria saling menyalahkan? Bagaimana
kita dalam mendidik anak, bila terjadi masalah terhadap anak, apakah

25 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
orang tua mendiskusikan mencari solusi bersama atau saling
menyalahkan?

3. Keluarga Nazaret dalam usaha-usaha mendidik Yesus tidak selalu


nyaman dan menyenangkan, kadang harus mengalami kecewa, merasa
malu, bingung dan sulit memahami kata-kata Yesus. Bagaimana dengan
kita ketika berjuang mendidik anak, apa saja kesulitan dan kendala
yang dirasakan?

4. Yesus harus jujur mengatakan kepada kedua orang tua-Nya, bahwa Ia


harus berada di rumah Bapa-Nya. Kejujuran Yesus pasti menyakitkan
kedua orang tuanya. Bagaimana dengan kita dalam hal menjunjung
tinggi masalah kejujuran?

5. Dalam mendampingi Putranya, Maria dan Yusuf juga bersikap rendah


hati, tidak merasa serba tahu dan serba benar. Mereka menyimpan
dalam hatinya, dengan maksud mau merenungkannya tentang
ketidaktahuan perkataan Yesus. Bagaimana sikap kita sebagai orang tua
apakah sering merasa serba tahu, selalu benar dan tidak mau
merenungkan hal-hal yang terbaik bagi perkembangan anak-anak, serta
mencari petunjuk dan kekuatan dalam doa?

6. Ketekunan dan kesabaran Yusuf dan Maria membuahkan hasil, “Yesus


makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya,
dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia”. Yakinkah kita bahwa
ketekunan dan kesabaran kita juga akan membuahkan lulusan yang
berkualitas dari sekolah iman dan sekolah kemanusiaan dalam keluarga
kita? Mengapa ?

(Umat diberi kesempatan bila ada yang mau sharing tentang


tanggapan diantara pertanyaan-pertanyaan refleksi tersebut)

Peneguhan :
Dalam hal membangun sekolah iman dan sekolah kemanusiaan dalam
keluarga ada beberapa hal yang pantas kita renungkan :
26 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
 Nasehat Nabi Musa kepada Bangsa Israel yang termuat dalam Kitab
Kel. 13: 14 = menyerukan agar setiap keluarga membangun ibadah
keluarga. Ibadah kepada Tuhan bermula di rumah dan mencakup
seluruh anggota keluarga. Bagi Bangsa Israel, kehidupan keluarga dan
sekolah iman berkaitan sangat erat.

 Pemahaman Mezbah keluarga dalam tema permenungan Adven


tahun ini berarti para anggota keluarga mempersembahkan waktu
untuk menyembah Tuhan bersama-sama di rumah. Membangun
mezbah keluarga adalah pekerjaan yang penting dalam rumah
seorang Kristen karena itu menegaskan bahwa Tuhan adalah pusat
rumah tangga kita. Kita membutuhkan bimbingan-Nya sama seperti
yang dilakukan Abraham. Mezbah keluarga juga memberi para
anggota keluarga tempat pribadi untuk menyembah Tuhan,
membahas perkara-perkara rohani dan berdoa sebagai sebuah
keluarga. Membangun mezbah keluarga bertujuan sebagai kunci
membangun sebuah keluarga yang kuat dalam Tuhan.

 Mezbah keluarga dimulai di rumah. Interaksi keluarga – waktu untuk


duduk bersama mendengarkan, belajar, mengajukan permohonan
dan mengungkapkan rasa syukur. Suasana yang akrab ini
menimbulkan kesatuan hati dan pikiran. Orang tua mempunyai waktu
yang bermutu untuk memperbaiki perkembangan kerohanian dan
meningkatkan pertumbuhan rohani setiap anggota keluarga.

 Sebagai orang tua, kita harus berjuang untuk membangun ibadah


keluarga yang konsisten. Dengan demikian, anak-anak kita akan
meniru dan mengikuti jejak langkah kita, bahkan ketika anak-anak
telah dewasa dan pergi merantau.

 Orang tua harus mengajarkan kepada anak-anaknya untuk “menaruh


kepercayaan kepada Allah dan tidak melupakan perbuatan-perbuatan
Allah, tetapi memegang perintah-perintah-Nya” (Mzm. 78: 7). Dengan
membangun mezbah keluarga masing-masing, para keluarga dapat
memelihara iman generasi berikutnya.
27 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
 Orang tua pun perlu mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan seperti: nilai
kesederhanaan, sikap ugahari, sikap tidak terlalu lekat dan
mengagungkan harta benda, tetapi menggunakan harta benda sebagai
sarana untuk memperkembangkan hidup; manusia lebih bernilai dari
barang atau materi karena ia diciptakan secitra dengan Allah.
Pemahaman ini perlu ditekankan dalam dunia modern yang semakin
materialistis dimana manusia dinilai dari apa yang ia miliki, yang
dipakai, dari pendidikannya atau pangkatnya.

Doa Umat
P: Tuhan, Engkau telah mengajarkan kepada kami melalui orang kudus-
Mu, Santo Yohanes Paulus II, yang menyampaikan kepada setiap
keluarga Kristiani bagaimana bersikap terhadap anak-anak yang
dilahirkan dalam keluarga mereka. Anak-anak harus dilatih sejak dini,
menurut iman yang diterima dalam baptis, untuk mempunyai
PENGETAHUAN tentang Allah, BERSEMBAH SUJUD kepada-Nya dan
MENCINTAI sesama mereka”, maka dengan rendah hati kami mohon
kepada-Mu, berkenanlah mendengarkan doa-doa kami:

1. Allah Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur atas rahmat hidup
berkeluarga yang boleh kami bangun sampai kini. Kuatkanlah cintakasih
yang telah menyatukan kami satu sama lain sebagai suami-istri menjadi
kasih yang saling memberi, saling menerima dan saling
membahagiakan. Mampukanlah kami untuk terus menjaga
keharmonisan keluarga kami sehingga memungkinkan anak-anak kami
bertumbuh-kembang seturut kehendak-Mu. Marilah kita mohon ...

2. Allah Bapa sumber kekuatan kami, di depan altar-Mu, kami


mengungkapkan janji suci kami untuk saling setia dan membahagiakan
satu dengan yang lain. Utuslah Roh Kudus-Mu selalu agar kami
dimampukan untuk setia dalam kasih sehingga kesetiaan kami dapat

28 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
mencerminkan kesetiaan-Mu terhadap Gereja-Mu. Marilah kita
mohon ...

3. Allah Bapa yang Maha Bijaksana, kami juga menerima perutusan


istimewa untuk mendidik anak-anak yang Engkau percayakan kepada
kami, baik anak kandung maupun anak-anak dalam Gereja kami.
Ajarilah kami untuk setia menjadi teladan dalam pelaku firman serta
hidup yang selalu mengedepankan kasih kepada semua orang. Marilah
kita mohon ...

4. Allah Bapa sumber kasih sejati, ditengah arus deras zaman yang sering
kali mengikis nilai-nilai kemanusiaan, berikanlah kepada kami
kemampuan untuk terus berpegang teguh pada nilai-nilai injili,
sehingga kami selalu mempersembahkan yang terbaik bagi keluarga
dan pelaksanaan tugas tanggung jawab kami. Marilah kita mohon ...

(Silakan ditambah doa sesuai kepentingan pribadi/ kelompok/ lingkungan


secara spontan)

P: Demikianlah ya Bapa doa-doa yang kami panjatkan kepada-Mu. Banyak


hal yang kami rindukan terjadi dalam keluarga kami, namun kami
percaya bahwa Engkau yang telah menyatukan kami akan senantiasa
menyertai perjalanan bahtera rumah tangga kami menuju pulau
kebahagiaan dan kesejahteraan. Sebab Engkau adalah Allah yang
penuh belaskasih, Allah yang selalu meraja dalam hidup kami kini dan
sepanjang segala masa.
U Amin

Bapa Kami
Doa Ardas 2020: “Tahun Cinta Kitab Suci”

29 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Doa Penutup
P Marilah kita berdoa,
Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur dan berterima kasih
kepada-Mu karena rahmat dan Sabda-Mu yang kami terima.
Sadarkanlah kami bahwa mengimani-Mu berarti melaksanakan tugas
perutusan melakukan kebaikan kepada sesama dan seluruh anggota
keluarga serta komunitas kami. Sertailah kami agar senantiasa
bersikap rendah hati yang mau bersyukur atas semua yang kami
terima dari-Mu. Persembahan yang ingin kami hunjukkan kepada-Mu
adalah upaya-upaya kami mewujudkan sekolah iman dan
kemanusiaan di dalam keluarga kami. Maka berikanlah kekuatan Roh
Kudus-Mu kepada kami semua. Doa dan harapan ini kami haturkan
kepada-Mu, demi Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U Amin

Mohon Berkat Tuhan

P : Semoga Tuhan selalu beserta kita


U : Sekarang dan selama-lamanya

P : Semoga kita sekalian dan beserta anggota keluarga senantiasa


dilindungi dan dilimpahi oleh berkat Allah yang mahakuasa: Bapa dan
Putra dan Roh Kudus.
U : Amin.

Nyanyian Penutup: “Bahagialah Tiap Rumah Tangga” (PS. 613) atau


“Santo Yusuf yang Menjaga” (PS. 644)

30 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Pertemuan Minggu Adven III
Aku dan Seisi Rumahku menjadi Pelaku Firman
(Yosua 24: 14 – 15)

Tujuan
1. Para suami atau ayah dalam setiap keluarga Katolik semakin
menyadari akan peran dan tanggung jawabnya sebagai kepala
keluarga
2. Para suami atau ayah semakin kreatif mengajak anggota keluarga
mencintai Kitab Suci
3. Terciptanya iman mendalam dan suasana akrab dalam keluarga
Katolik

Lagu Pembuka : “Kepada-Mu, Ya Tuhan” (PS. 444)

Tanda Salib dan Salam


P : Dalam Nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan
persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita
U : Sekarang dan selama–lamanya

Pengantar
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari terkasih. Pada hari ini kita berjumpa
kembali dalam pertemuan Adven minggu ketiga ini.
Kita mengenal sebuah ungkapan bijak, “Nemo dat quod non habet”:
(tidak dapat memberikan apa yang tidak dimiliki). Bagaimana mungkin kita
dapat memberikan CINTA, mengkomunikasikan IMAN, jika kita tidak
mempunyai dan menghidupinya. Setiap orang tua sudah punya modal
dasar yaitu cinta yang mempertemukan mereka dan iman yang
menyempurnakan cinta mereka. Di dalam keluarga bukan tingkat
pendidikan atau tingginya ilmu orang tua yang menjamin pendidikan anak,
tetapi KASIH dan IMAN yang diperlukan.

31 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Semua adalah soal KETELADANAN. Belajar dari Keluarga-keluarga
di zaman Tuhan Yesus (Keluarga-keluarga Yahudi), bahwa keteladanan
bersumber dan berawal dari Kepala Keluarga, termasuk juga dalam hal
hidup rohani. Para suami atau ayah adalah IMAM bagi keluarga. Tentu
tidak mengurangi bahkan meniadakan peran dari seorang isteri atau Ibu
dalam keluarga, bahwa keluarga menjadi baik dan beriman terlihat dari
kehadiran atau figur seorang Ayah dalam setiap keluarga.
Maka dalam pertemuan Adven III ini, yang bertema: “Aku dan
Seisi Rumahku menjadi Pelaku Firman”, kita hendak bersyukur atas
tanggung jawab para suami atau ayah dalam keluarga Katolik. Bersyukur
karena mampu menciptakan suasana akrab dan dan kreatif mencintai
Kitab Suci sehingga menjadikan keluarga yang semakin beriman sebagai
persembahan hidup.

Oleh karena itu marilah saat ini kita mempersiapkan diri untuk
pertemuan pada hari ini. Kita hening sejenak mempersiapkan diri dan hati
kita, mengakui segala kelemahan dan dosa kita. (hening)

P : Saya mengaku ...


P+U : Kepada Allah yang Mahakuasa ...
P : Semoga Allah Bapa yang Mahakuasa mengasihani kita,
mengampuni dosa kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin.

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa,
Ya Bapa, kami bersyukur atas kesempatan ini. Kami bersama-sama
boleh lebih mengenal Sabda-Mu sendiri dalam Kitab Suci, dan
membuat kami lebih mencintai Kitab Suci yang merupakan sumber
iman kami sebagai pengikut-Mu. Ya Bapa terangi akal budi kami dengan
Roh Kudus-Mu agar kami semakin mengenal kehendak-Mu melalui
Sabda Yesus dan akhirnya kami bisa melakukannya dalam kehidupan
sehari-hari terlebih dalam keluarga kami masing-masing. Limpahkan
rahmat-Mu pada kami yang berkumpul di tempat ini agar dapat
32 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
bersatu mengarahkan hati untuk mengikuti ibadat ini. Semoga Sabda-
Mu yang tertabur pada pertemuan ini dapat tumbuh subur dan
berbuah dalam diri kami agar kami lebih mengenal dan merasakan
kasih-Mu. Dan sepulangnya dari tempat ini kami boleh berbagi sukacita
dan damai-Mu bagi orang-orang sekitar kami. Kami juga berdoa bagi
saudara-saudari yang saat ini belum bisa hadir bersama dengan kami.
Berilah mereka kekuatan dan kehendak agar suatu saat bisa berkumpul
bersama kami dalam ibadat-ibadat selanjutnya. Ya Bapa, doa ini kami
sampaikan ke hadapan-Mu dengan pengantaraan Kristus Tuhan kami.
U Amin

Bacaan : Yosua 24:14-15


Bacaan diambil dari Kitab Yosua:

24:14. Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-
Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang
kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai
Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.
24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada
TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;
allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang
sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN

Pertanyaan Pembantu Pendalaman:


1. Dalam bacaan di atas : kepada siapa Yosua akan beribadah?
2. Apakah ada kebiasaan membaca Kitab Suci secara bersama dalam
keluarga Anda? (Kalau “ada”, pada kesempatan apa? Kalau “tidak”,
mengapa?)
3. Menurut Anda, ayah atau suami yang bagaimana yang bertanggung
jawab sebagai kepala Keluarga?

33 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
4. Apakah tanggung jawab itu sudah ada di dalam keluarga Anda? Berikan
contohnya.
5. Sebagai Kepala keluarga, apa yang akan saudara lakukan dalam
menanggapi Tahun Cinta Kitab Suci ini? (macam-macam Kreatifitas).

Peneguhan
 Setiap orang mempunyai kehendak bebas untuk memilih kepada
siapa ia beribadah dan melayani. Yosua mengajarkan bahwa
beribadah hendaknya pada Tuhan yang telah memberikan hidup
berlimpah rahmat. Maka ia, sebagai kepala keluarga bertanggung
jawab atas kehidupan rohani keluarganya dan ia ingin
keluarganya menikmati kelimpahan rahmat itu dengan mengajak
seluruh keluarganya beribadah pada Tuhan.

 Yosua sebagai suami atau ayah melakukan yang terbaik untuk


keluarganya dengan mengajarkan ajaran-ajaran Tuhan dan
melakukan kehendak-kehendak Allah. Meneladan Yosua, maka
hendaklah setiap ayah juga menanamkan ajaran tersebut dalam
keluarganya. Ajaran tentang kehendak Allah itu tertulis dalam
Kitab Suci. Maka sudah selayaknya setiap keluarga memiliki Kitab
Suci. Karena dengan semakin mengenal Kitab Suci, kita semakin
mengenal Sabda Tuhan, mengenal Sabda Tuhan, berarti semakin
mengenal Allah Putera, Sabda yang menjelma. Dengan
pengenalan yang demikian ini, seharusnyalah kita semakin juga
mencintai Allah .
Dengan kata lain dengan semakin mencintai Allah, kita masing-
masing berusaha untuk hidup seturut kehendak Allah, semakin
percaya dan semakin beriman kepada-Nya.

 Santo Yosef sebagai Bapa Keluarga hadir sebagai pribadi yang setia
dan tulus ikhlas. Meski ia mendapati Maria sudah mengandung
34 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
dari Roh Kudus, ia tetap total menjadi seorang ayah. St. Yosep
memberi diri demi keutuhan dan perkembangan iman
keluarganya. Oleh karena itu setiap ayah atau suami dalam
keluarga dipanggil juga demikian, yakni mempunyai ketulusan hati
dan penyerahan diri yang utuh atas perwujudan peran ayah dan
suami dalam keluarga.

 Seperti yang digambarkan juga pada kisah Nabi Nuh dalam Kitab
Perjanjian Lama dan pengalaman Keluarga Obed-Edom bahwa
Kepala Keluarga berperan sebagai penentu. Banyak peran suami
atau ayah di dalam keluarga antara lain sebagai teladan kehidupan
rohani, pemberi yang terbaik, pemberi kasih sayang, pelindung
keluarga, pemberi rasa damai, pembimbing dan banyak peran
lainnya tetapi perlu diingat pula peran suami atau ayah adalah
sebagai IMAM bagi keluarganya.

 Keluarga berawal dari pertemuan perempuan dan laki-laki yang


saling mencintai dan mengikrarkan diri di hadapan Allah untuk
bersatu membentuk dan membina keluarga. Kendati dalam
perjalanannya, keluarga tersebut tidak lengkap lagi
(pergi/meninggal) namun sosok ayah atau suami itu pernah hadir
dan memberikan teladan hidup beriman pada pasangan dan anak-
anaknya. Pengajaran-pengajaran dari ayah atau suami yang pernah
hadir dalam keluarga itu membawa keluarga semakin mengenal
Allah, sumber kekuatan yang mengikat cinta antara suami-istri dan
ayah-anak anak.

Doa Umat
P Ya Bapa, pada kesempatan ini kami juga hendak menghantar doa-doa
kami, berkenanlah Engkau mendengarkannya.

35 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
L Bagi Para Pemimpin Masyarakat
Ya Bapa, bimbinglah para Pemimpin masyarakat agar dapat mengambil
keputusan dengan bijaksana dan hanya untuk kepentingan masyarakat.
Semoga mereka juga dapat menjadi teladan bagi semua masyarakat.
Marilah kita mohon …

L Bagi Para Gembala umat


Ya Bapa yang Maha baik, sertailah dan bimbinglah para gembala Umat-
Mu dalam karya penggembalaan mereka. Semoga mereka senantiasa
dengan rendah hati dan penuh sukacita dalam melayani. Marilah kita
mohon ...

L Bagi Orang Tua


Ya Bapa, berkatilah Orang tua kami. Berilah mereka kesehatan yang
baik agar tetap bisa menjalankan tugas mereka sebagai orang tua yang
baik. Kami berdoa pula bagi orang tua kami yang telah Engkau panggil
kehadapan-Mu, sudilah Engkau membuka pintu kerahiman-Mu bagi
mereka, agar mereka boleh menikmati kebahagiaan surgawi. Marilah
kita mohon ...

L Bagi Keluarga kita masing-masing


Ya Bapa, semoga keluarga kami selalu meneladan keluarga Kudus
Nazareth. Bantulah kami untuk hidup seturut Sabda-Mu dan
menjalankan perintah-Mu di dalam kehidupan kami. Berilah kami
keteguhan dan kesatuan hati dan hidup dalam damai-Mu. Marilah kita
mohon ...
(doa spontan, sesuai kebutuhan)
P Demikianlah ya Bapa doa dan permohonan kami. Kami percaya bahwa
Engkau Maha mengetahui segala doa dan permohonan kami, demi
Kristus pengantara kami, kini dan sepanjang masa.
U Amin
36 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Bapa Kami
P Marilah kita satukan doa dan permohonan kita kepada Tuhan dengan
doa yang diajarkan Yesus kepada kita: Bapa Kami…

Doa Ardas 2020: “Tahun Cinta Kitab Suci”

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa,
Ya Bapa, kami berterima kasih dan bersyukur atas perjumpaan kami
dalam pertemuan ini. Kami bisa saling berbagi, menguatkan dan
meneguhkan. Semoga para ayah dan suami dapat meneladan para
ayah dan suami yang baik yang digambarkan dalam Kitab Suci. Ajarlah
kami untuk terus belajar menjadi pribadi yang semakin berkenan di
hadapan-Mu dan menjadi saksi bagi kemuliaan nama-Mu. Lindungilah
keluarga kami di mana pun berada dan jadikan keluarga kami sebagai
saksi cinta-Mu dan pembawa damai-Mu bagi orang-orang di sekitar
kami. Doa ini kami hantarkan ke hadapan Bapa dengan pengantaraan
Yesus Tuhan dan Juruselamat kami.
U Amin

Berkat Penutup
P Marilah kita mengakhiri ibadat ini dengan mohon berkat Tuhan.
Tuhan beserta kita.
U Sekarang dan selama-lamanya.
P Semoga kita sekalian senantiasa dilindungi, dibimbing dan dilimpahi
berkat Allah yang mahakuasa: Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh
Kudus.
U Amin

Lagu Penutup : “O Datanglah, Imanuel” (PS. 443)

37 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Pertemuan Minggu Adven IV
Terlahirnya Mezbah dalam Keluarga Katolik
(II Timotius 3: 10 – 17)
Tujuan:
1. Para Istri atau Ibu semakin mampu menjadi tempat lahirnya
kehidupan yang mencintai Kitab Suci
2. Terjadinya kebersamaan menyembah Tuhan dalam kepemimpinan
Kepala Keluarga
3. Terlahirnya Mezbah dalam setiap Keluarga Katolik

Lagu pembuka
Pilih yang sesuai dengan tema

Tanda Salib dan Salam


P : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
P : Semoga rahmat Tuhan Kita Yesus Kristus dalam persekutuan dengan
Bapa dan Roh Kudus, senantiasa beserta kita
U : Sekarang dan selama-lamanya

Kata Pengantar
Mendung tak berarti Hujan. Ungkapan ini mau menegaskan
bahwa tidak semua mendung akan berakhir menjadi hujan. Senada
dengan itu, orang menjadi kenyang bukan karena dari roti atau makanan
saja tetapi juga dari setiap Sabda Tuhan yang didengar dan
dilaksanakannya. Bagi umat beriman, Sabda Allah atau Kitab Suci adalah
pedoman hidup: tuntunan ke arah hidup yang sejati (Mazmur 119:1–3);
hikmat dan menuntun ke arah keselamatan (2Tim 3:15); mengajar
manusia mengetahui kesalahan dan memperbaiki kelakuan sehingga
dapat kembali ke jalan yang benar (Tim 3: 16) dan memampukan manusia
membuat pembedaan mana kehendak Roh dan mana kehendak manusia
38 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
(Ibr 4:12–13). Dari semua itu menjadi jelas bahwa nilai-nilai yang
terkandung dalam Sabda Tuhan atau Kitab Suci semestinya terlahirkan
dalam kehidupan bersama di setiap keluarga Katolik.
Sebagaimana harapan Mgr. Yohanes Harun Yuwono, dalam
pertemuan Adven IV, pertemuan terakhir ini – “Terlahirnya Mezbah
dalam Keluarga Katolik”, kita hendak bersyukur bersama para Isteri atau
Ibu yang melahirkan kehidupan. “Mencintai Kitab Suci berarti juga
mencintai Yesus – Sang Sabda yang menjadi manusia – Wahyu Utama
Allah yang sesungguhnya kepada manusia.
Marilah menjadikan pribadi dan gaya hidup Yesus sebagai pedoman
dan gaya hidup kita” (kalimat terakhir Surat Gembala Tahun III ARDAS:
Tahun Cinta Kitab Suci). Inilah Mezbah Keluarga. Mezbah Keluarga
menjadi tempat persembahan yang harum untuk Tuhan. Mezbah Keluarga
menjadi gaya hidup keluarga-keluarga (Ayah, Ibu dan Anak-anak) Katolik.

Seruan Tobat
P : Saya mengaku, ...
P : Semoga Allah Bapa yang mahakuasa mengasihani kita,
mengampuni dosa kita dan menghantar kita ke hidup yang kekal.
U : Amin.

Doa Pembuka
P Marilah kita berdoa,
Allah Bapa yang penuh belas kasih, sungguh suatu anugerah yang
membahagiakan kami, bahwa Engkau telah memberkati keluarga
kami dengan kelimpahan kasih-Mu. Utuslah Roh Kudus-Mu ke
tengah keluarga kami, agar kami mampu membangun keluarga
sebagai mezbah di hadapan-Mu, tempat dimana kekudusan
tumbuh berkembang sesuai dengan kehendak-Mu. Semua ini kami
haturkan kepada-Mu dengan pengantaraan Yesus, Tuhan kami.
U Amin.
39 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Bacaan: 2Timotius 3:10-17
Bacaan diambil dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius:
3:10 Tetapi engkau telah mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku,
imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.
3:11 Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti
yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di Listra. Semua
penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku dari
padanya.
3:12 Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus
Yesus akan menderita aniaya,
3:13 sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka
menyesatkan dan disesatkan.
3:14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang
telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat
orang yang telah mengajarkannya kepadamu.
3:15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci
yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau
kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.
3:16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
3:17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
untuk setiap perbuatan baik.

Permenungan Sabda
1) Perikope Surat Paulus kepada Timotius ini berisi pujian Paulus kepada
Timotius. Paulus memuji karena Timotius telah meneladan
kehidupannya, gurunya, ‘mengikuti ajaranku, cara hidupku,
pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.’

40 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
2) Bahkan bukan hanya meneladani Paulus, tetapi pengalaman Paulus
sebagai orang beriman, juga dialami oleh Timotius, ‘menderita
penganiayaan dan sengsara’, karena menjadi murid Kristus.
3) Pengalaman hidup yang demikian oleh Paulus diartikan sebagai ibadah
di dalam Yesus Kristus yang menderita aniaya. Penderitaan itu tidak
menyurutkan hidup iman Timotius tetapi semakin menguatkan
imannya kepada Kristus sebagai sumber keselamatan.
4) Kitab Suci menjadi sumber hidup iman karena di dalamnya, kita
menemukan Sabda Allah yang menjelma yakni Yesus Kristus yang telah
mengorbankan diri-Nya di kayu salib untuk keselamatan kita.
5) Allah telah menganugerahkan kepada kita suatu keluarga kristiani yang
dipanggil untuk menyatukan diri dengan Kristus dalam sengsara, wafat
dan kebangkitan-Nya yang menyelamatkan. Kita dipanggil untuk
menyatukan diri dengan korban Kristus.
6) Haruskah kita mengorbankan diri seperti Kristus? Korban yang
menyelamatkan di dalam keluarga kita adalah bagaimana kita
membangun hidup dengan semakin mengenal, mencintai, dan bersatu
dengan Kristus. Semua itu sumbernya adalah Kitab Suci. Kitab Suci
menegaskan bahwa Yesus adalah Jalan, Kebenaran, dan Hidup;
barangsiapa mengikuti Dia akan beroleh hidup yang kekal.
7) Karena itu, marilah kita membangun keluarga kita atas Sabda Allah
yang termuat dalam Kitab Suci; menjadikan keluarga kita sebagai
mezbah, pengorbanan diri keluarga untuk bersatu dengan Allah sendiri.
8) Beberapa hal yang bisa kita lakukan:
a) Membaca kitab suci bersama dalam keluarga. Dalam hal ini peran
Bapak keluarga sangat penting untuk menuntun dan mengarahkan
setiap anggota keluarga mengenal Allah dalam Kitab Suci.
b) Mengambil makna Sabda Allah untuk dijalankan dalam hidup harian
keluarga, dalam hal ini keteladanan orang tua perlu menjadi
pegangan hidup anak-anak.

41 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
c) Menimba inti sari Sabda Allah yakni, mengasihi Allah dan sesama
dalam pelayanan kasih tanpa pamrih. Dalam hal ini membangun
budaya kasih dalam hidup keluarga untuk saling mengasihi dan
melayani.
9) Untuk mewujudkan hal-hal di atas, perlu ada komitmen dari masing-
masing anggota keluarga. Komitmen ini adalah korban yang kita
persembahkan kepada Allah demi kemuliaan-Nya.

Doa Umat
P Bapa yang penuh belaskasih, Engkau telah mencerahkan pikiran kami
akan panggilan untuk membangun mezbah keluarga kami. Karena itu,
dalam kesempatan ini, kami sampaikan doa-doa kami kepada-Mu:

1) Bapa Para Pemimpin Gereja


Berkatilah Bapa Paus, Para Uskup dan Para Imam agar mereka dalam
tugas penggembalaannya senantiasa berpegang pada Sabda-Mu, sabda
yang menuntun, mengoreksi dan mengarahkan hidup kami kepada-Mu.
Marilah kita mohon …

2) Bagi Para Pemimpin Bangsa kami


Bapa yang baik hati, pimpinlah Para Pemimpin Bangsa kami agar
mereka memimpin bangsa ini dengan semangat pelayanan tanpa
pamrih dan demi kesejahteraan seluruh rakyat. Jauhkanlah mereka dari
rasa serakah dan tidak adil. Marilah kita mohon …

3) Bagi Paroki, Unit Pastoral, Stasi, Wilayah dan Lingkungan kami


Bapa yang penuh belas kasih, berkatilah Paroki, Unit Pastoral, Stasi,
Wilayah dan Lingkungan kami agar tumbuh berkembang menjadi suatu
Gereja yang kudus dimana kasih dan pengorbanan tumbuh
berkembang. Marilah kita mohon …

42 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
4) Bagi Keluarga kami masing-masing
Bapa yang penuh belaskasih, Engkau telah menyatukan kami dengan
kasih yang membahagiakan. Berkatilah keluarga kami masing-masing
agar keluarga kami menjadi Gereja Kecil yang tumbuh dalam kasih satu
sama lain, sehingga nama-Mu kami muliakan. Marilah kita mohon …

P Demikian ya Bapa doa-doa yang kami panjatkan kepada-Mu. Engkau


adalah Allah yang Maharahim yang mengetahui kebutuhan kami, maka
kami percaya Engkau senantiasa memberkati kami dengan damai
sejahtera, sebab doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan
pengantaraan Tuhan kami Yesus Kristus.
U Amin

Bapa kami
P Kita satukan seluruh permenungan dan doa kita dengan doa yang
diajarkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus: Bapa kami….

Doa Ardas 2020: “Tahun Cinta Kitab Suci”

Doa Penutup
P Marilah kita berdoa,
Bapa yang penuh belas kasih. Engkau telah menganugerahkan Kitab
Suci bagi kami sebagai pedoman hidup kami. Berkatilah kami agar kami
semakin membangun tekad untuk mencintai Sabda-Mu dan
menghidupinya sebagai orang beriman Katolik. Berkatilah keluarga
kami, agar Kitab Suci semakin kami cintai sehingga keluarga kami
semakin tumbuh sebagai keluarga kristiani yang terberkati.
Semua itu kami haturkan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus,
Tuhan kami.
U Amin

43 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n
Berkat dan Perutusan

P : Semoga Tuhan beserta kita.


U : Sekarang dan selama-lamanya.

P : Semoga kita sekalian diberkati oleh Allah yang Mahakuasa, dalam


nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.
U : Amin.

Lagu Penutup
Pilih lagu yang sesuai

44 | A d v e n 2 0 1 9 - P e n d a l a m a n L i n g k u n g a n

Anda mungkin juga menyukai