Anda di halaman 1dari 10

Membaca Interior Melalui Strukturalisme

Studi Kasus: Interior Kafe

Artikel Ilmiah

Oleh:
Fidyani Samantha
Abstrak:
Strukturalisme merupakan suatu ilmu filsafat yang mempelajari tentang
sistem dari suatu bahasa dan juga antropologi-kebudayaan. Ilmu strukturalisme
lebih menekankan pada struktur, sistem dan relasi pada suatu objek. Selain
karya sastra dan ilmu kebudayaan, strukturalisme juga digunakan dalam
menganalisa suatu objek yang berisifat visual, salah satunya ada desain ruang
interior kafe. Interior kafe merupakan suatu desain interior yang memiliki konsep
nyaman, hangat dan relax. Strukturalisme pun akan menganalisa bagaimana
struktur elemen interior bekerja untuk menghasilkan konsep interior kafe yang
hangat, nyaman dan relax tersebut.

Keyword: Strukturalisme, desain interior, interior kafe

I. Pendahuluan
Strukturalisme, merupakan suatu metodologi filsafat kebudayaan yang
pada awalnya dikembangkan melalui bahasa. Pelopor ilmu strukturaliseme ini
adalah Ferdinand de Saussure dan Claude Levi Strauss. Pada strukturalisme
terdapat kata struktur, yang secara gamblang menjelaskan sesuatu yang
terstruktur atau sesuatu yang mimiliki sistem. Namun, apakah makna
sebenarnya dari strukturalisme tersebut adalah sesuatu yang tertruktur tersebut?
Berbicara tentang strukturalisme yang merupakan suatu ilmu filsafat
kebudayaan, strukturalisme juga dapat digunakan sebagai metode analisa suatu
objek yang memiliki sifat visual. Maka, apakah strukturalisme dapat digunakan
sebagai metode menganalisa desain interior?
Interior sendiri merupakan suatu hasil desain dengan konsep yang
matang. Ketika merancang ruang interior, desainer menggunakan suatu metode
desain dengan memikirkan konteks, site, filosofi, sejarah, budaya, estetika,
ergonomi, warna, furnitur dan lain-sebagainya hingga terbentuk form ruang.
Sama halnya, ketika menganalisa ruang interior, faktor-faktor yang dianalisa pun
sama seperti ketika desainer merancang ruang interior. Di dalam ilmu arsitektur
dan interior terdapat berbagai metode untuk menganalisa desain interior, seperti
tipologi, fenomenologi, dan metode lainnya. Contohnya, pada metode tipologi,
cara menganalisa suatu desain interior adalah dengan menganalisa tipe-tipe
desain apa saja yang diterapkan pada desain tersebut, seperti tipe ruangan, tipe
programming, tipe column, tipe ceiling dan tipe-tipe lainnya. Lalu, bagaimana
cara srukturalisme membaca suatu ruang interior?

II. Pembahasan
2.1 Strukturalisme
Strukturalisme berasal dari bahasa inggris yaitu structuralism, yang
berasal dari bahasa latin yaitu struere yang artinya membangun dan structura
yang memiliki arti bentuk bangunan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), strukturalisme adalah gerakan linguistik yang berpandangan bahwa
hubungan antara unsur bahasa lebih penting daripada unsur itu sendiri dan
penelitian bahasa dapat dilakukan secara sinkronis. Sedangkan struktur adalah
cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan; yang disusun dengan
pola tertentu; pengaturan unsur atau bagian suatu benda; ketentuan unsur-
unsur dari suatu benda. Jadi, poin penting dari strukturalisme adalah, sesuatu
terstruktur yang memiliki hubungan antar unsur satu dengan unsur lainnya yang
saling berkaitan, melalui sebuah sistem, susunan, pengaturan atau lebih
singkatnya relasi.
Tokoh ilmu strukturalisme yang terkenal adalah Ferdinand de Saussure
dan Claude Levi Strauss. Ferdinand de Saussure mengaitkan bahasa dengan
aturan yang terstruktur. Bahasa harus dipahami dengan sistem-sistem yang
terdapat di dalamnya. Maka dari itu, strukturalisme juga dikenal dengan ilmu
filsafat bahasa. Sedangkan, Claude Levi Strauss menggabungkan konsep
bahasa yang sudah terlebih dahulu dikemukakan oleh De Saussure dengan
antropologi-budaya. “Levi-Strauss memandang fenomena sosial-budaya
sebagai “kalimat” atau “teks” dimana ada suatu kesatuan yang diberi makna oleh
seorang pengarang atau pembicara dan diucapkan oleh kata-kata yang
membentuk suatu kalimat (Putra;2001).

2.2 Metode Analisa Strukturalisme


Dalam buku karangan Heddy Shri Ahimsa Putra yang berjudul
Strukturalisme Lévi-Strauss, Mitos dan Karya Sastra, disebutkan bahwa terdapat
5 butir pemikiran De Saussure yang dapat digunakan untuk menganalisa suatu
objek dengan menggunakan faham strukturalisme, yaitu:
a. Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified)
Signifier dan signified merupakan suatu sign yang saling berhubungan
dan saling berpengaruh satu sama lain. Petanda (signified) merupakan
arti/makna dari penanda (signifier). Contohnya adalah sendok. Sendok
merupakan alat yang digunakan sebagai pengganti tangan dalam mengambil
sesuatu (seperti nasi), bentuknya bulat, cekung, dan bertangkai (KBBI). Dari
contoh tersebut sendok adalah signifier dan alat yang digunakan untuk
mengambil makanan adalah signified.
b. Wadah (Form) dan Isi (Content)
Wadah disini merupakan suatu tempat yang dapat diisi oleh suatu konten.
Wadah memiliki tempat dan bentuk (form) yang sama walau isi (content) yang
mengisi wadah tersebut berubah-ubah.
c. Bahasa (Langue) dan Tuturan (Parole)
Langue merupakan penggunaan tanda bahasa atau pola bahasa publik
yang telah disepakati bersama. Sedangkan parole adalah pemakaian tanda
bahasa oleh individu masing-masing.
d. Sinkronis (Synchronic) dan Diakronis (Diachronic)
Sinkronis merupakan suatu metode memahami suatu objek dengan tanpa
melihat sejarahnya. Sebaliknya, diakronis meerupakan suatu metode penelitian
objek dengan melihat dari masa ke masa, melihat dari sisi sejarah objek tersebut.
Saussure menyatakan bahwa dalam mempelajari suatu sistem tidak diperlukan
penelusuran sejarah yang terjadi pada sistem tersebut, namun bagaimana cara
suatu sistem bekerja di masanya.
e. Sintagmatik (Syntagmatic) dan Paradigmatic (Associative)
Sintagmatik dan paradigmatic sifatnya sama seperti langue dan parole,
perbedaannya adalah sintagmatik dan paradigmatik lebih menekankan pada
susunan suatu struktur.

2.3 Menganalisa Ruang Interior dengan Strukturalisme


Ruang interior yang akan dibahas dengan menggunakan metode
struktralisme adalah interior kafe. Kafe merupakan salah satu tipe ragam
restoran. Kafetaria atau biasa disebut dengan kafe merupakan suatu restoran
dengan ukuran kecil yang mengutamakan penjualan makanan siap saji seperti
cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh (Mahendra dalam Marsum;2005).
Kafe biasanya digunakan sebagai tempat untuk makan dan minum dan
tempat berkumpul orang untuk sekedar bercakap-cakap dengan teman atau
kerabat, untuk nongkrong, atau sekedar untuk menghabiskan waktu saja. Bagi
para pelajar dan pekerja, kafe biasa digunakan sebagai tempat untuk
mengerjakan pekerjaan dengan tujuan untuk mendapatkan suasana yang
berbeda. Maka, konsep desain kafe yang utama adalah warm, cozy, relax, dan
refresh. Interior kafe yang akan dibahas pada artikel ini adalah Radosty Cafe di
St Petersburg dan Coutume Cafe di Tokyo, Jepang. Kedua cafe ini memiliki
konsep ruang yang warm, cozy, relax, dan refresh.

Gambar 2.1 (kiri-kanan) Radosty Cafe dan Coutume Cafe


(Sumber: http://www.dezeen.com, Akses: 18/09/2016 Pukul 15:34 WIB)

Berikut analisa interior kafe menggunakan metode strukturalisme:


a. Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified)
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bahwa Signifier dan signified
merupakan suatu sign yang saling berhubungan dan saling berpengaruh satu
sama lain. Berawal dari makna, kafe yang memiliki arti sebagai suatu restoran
dengan ukuran kecil yang mengutamakan penjualan makanan siap saji seperti
cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh, dapat disebutkan bahwa kafe
merupakan signifier dan definisi kafe merupakan signified.
Dilihat dari sisi interior, ruang interior kafe merupakan signifier sedangkan
semua unsur-unsur interior kafe merupakan signified. Suatu kafe, dapat disebut
sebagai suatu kafe yang mana interior kafe tersebut menyerupai suatu restoran
dengan ukuran ruang lebih kecil dari restoran, dengan berbagai susunan furnitur
(bar, meja, kursi), elemen interior (ceiling, floor, dinding dan warna) dan suasana
interior yang ada di dalamnya.

Gambar 2.2 (kiri-kanan) Interior Radosty Cafe dan unsur-unsur interior yang
terdapat pada interior Radosty Cafe
(Sumber: http://www.dezeen.com, Akses: 18/09/2016 Pukul 15:34 WIB)

Selain ruangnya, furnitur juga dapat dianalisa dengan signifier dan


signified. Kafe merupakan suatu tempat yang digunakan untuk makan dan
minum. Furnitur utama yang terdapat pada kafe adalah meja dan kursi. Furnitur
kafe dapat disebut sebaga signifier dan meja dan kursi merupakan signified.
b. Wadah (Form) dan Isi (Content)
Wadah yang dimaksud pada ilmu strukturalisme adalah form. Form pada
interior cafe adalah keseluruhan ruang interior cafe dengan elemen interior dan
susunan furnitur di dalamnya, sedangkan content atau isi dari form tersebut yaitu
beragam konsep desain interior di dalamnya. Contohnya seperti gambar berikut:
Gambar 2.3 (kiri-kanan) Radosty Cafe dan Coutume Cafe
(Sumber: http://www.dezeen.com, Akses: 18/09/2016 Pukul 15:34 WIB)
Kedua gambar di atas sama-sama merupakan interior cafe, namun ada
yang berbeda dari interior-interior cafe tersebut, yaitu desainnya, elemen-elemen
interior yang digunakan, jenis-jenis furnitur yang digunakan serta susunan
ruangnya. Suatu bentuk ruang seperti gambar di atas disebut sebagai cafe,
istilahnya packaging atau form dari interior kafe. Walau jenis-jenis desain,
furnitur, dan elemen interior yang diterapkan berbeda di interior cafe tersebut,
suatu ruang dengan model ruang seperti di atas merupakan form dari cafe.
c. Bahasa (Langue) dan Tuturan (Parole) serta Sintagmatik (Syntagmatic) dan
Paradigmatic (Associative)
Kedua bahasan ini saya bahas dalam satu konten karena keduanya
memiliki prinsip yang sama, yaitu menekankan tentang pola dan struktur. Pada
bahasan ini, unsur interior yang akan dipaparkan adalah mengenai struktur ruang
interior cafe.

Ruang Publik Ruang Semi Publik Ruang Privat

Gambar 2.4 (kiri-kanan) Layout interior Radosty Cafe dan Coutume Cafe
(Sumber: http://www.dezeen.com, Akses: 18/09/2016 Pukul 15:34 WIB)

Dari gambar di atas didapat bahwa struktur interior cafe terbagi menjadi 3
ruang utama, yaitu ruang publik, ruang semi publik dan ruang privat. Ruang
publik berupa ruang yang sifatnya digunakan bersama. Pada interior kafe, ruang
publik ini berupa ruang yang digunakan pengunjung untuk makan dan minum.
Struktur ruang makan dan minum ini adalah suatu ruang yang mana di dalamnya
terdapat fasilitas untuk menunjang kegiatan makan dan minum pengunjung,
seperti meja yang digunakan untuk meletakkan makanan dan kursi yang
digunakan pengunjung untuk duduk ketika makan. Ruang semi publik
merupakan ruang yang sifatnya tidak dapat digunakan bersama, tetapi orang-
orang tertentu dapat menggunakan ruang tersebut. Pada interior kafe, ruang
semi publik ini berupa area bar, tempat pemesanan makanan dan minuman serta
kasir. Area-area tersebut dapat digunakan oleh para pegawai kafe, namun
pengunjung tidak diperbolehkan untuk masuk ke area tersebut, kecuali ketika
sedang memesan makanan dan membayar makanan. Terakhir, ruang privat.
Ruang tersebut merupakan ruang yang privat, hanya individu tersebut yang
dapat masuk pada ruang privat. Ruang privat disini berupa toilet. Dilihat dari
denah di atas, letak dari ruang publik, ruang semi publik dan ruang privat juga
sudah terstruktur. Kedua gambar tersebut menunjukkan bahwa ruang publik
berada paling dekat dengan pintu utama, ruang semi publikberada di tengah
ruang publik, dengan tujuan pengunjung dapat dengan mudah meraih ruang
semi publik dan ruang privat berada di paling belakang. Walaupun letaknya di
belakang, ruang privat tersebut letaknya mudah dijangkau oleh pengunjung,
hanya saja sifatnya tersembunyi. Ruang-ruang tersebut sudah diatur secara
sistematik.
d. Sinkronis (Synchronic)
Sinkronis merupakan suatu metode memahami suatu objek dengan
tanpa melihat sejarahnya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai sinkronisasi
yang terjadi pada elemen-elemen interior. Mayoritas interior kafe di masa
sekarang didesain dengan tujuan memberikan kesan hangat (warm), nyaman
(cozy), refresh dan relax dengan tujuan untuk membuat para pengunjung betah
berada di cafe tersebut, tidak tahu siapa yang memulai konsep interior kafe
tersebut.

Gambar 2.5 (kiri-kanan) Interior Radosty Cafe dan Coutume Cafe


(Sumber: http://www.dezeen.com, Akses: 18/09/2016 Pukul 15:34 WIB)

Interior Radosty Cafe lebih terlihat warm, cozy dan natural. Hal tersebut
dapat dilihat dari elemen-elemen interior yang digunakan, seperti pemilihan
material kayu yang diterapkan pada furnitur dan dinding, perpaduan warna
coklat, putih, abu-abu dan hijau pemilihan lighting dengan nuansa hangat
berwarna kuning dan elemen dekorasi tanaman. Interior Coutume Cafe lebih
berkesan cozy, refresh dan relax, dilihat dari pemilihan warna dominan putih dan
coklat, material kayu pada furnitur dan flooring, perpaduan lighting dengan warna
putih dan kuning serta tambahan elemen dekorasi berupa tanaman.

Gambar 2.6 Tekstur material dan pantone warna yang


digunakan pada interior kafe
(Sumber: Pribadi)
Pemilihan tekstur kayu, granit (batu) dan tanaman ditujukan untuk
memberikan kesan natural pada ruang, seolah-olah pengunjung yang berada di
dalam ruang seperti berada di taman, sehingga memberikan kesan hangat,
betah dan relax. Pantone warna yang digunakan adalah warna putih, coklat dan
abu-abu. Warna putih merupakan warna netral, untuk memberikan kesan cerah
pada ruangan. Menurut psikologi warna interior, warna coklat memberikan kesan
hangat, teduh dan natural. Warna abu-abu memberikan kesan elegan dan warna
kuning memberikan kesan hangat dan ceria. Pantone warna-warna tersebut
merupakan warna yang memberikan kesan hangat dan nyaman.

III. Penutup
Strukturalisme bukan hanya sebuah ilmu filsafat yang digunakan sebagai
metode pembahasan sastra dan antropologi saja, strukturalisme pun juga dapat
digunakan sebagai metode analisa objek ruang interior dengan menggunakan
poin-poin srukturalisme, yaitu Penanda (Signifier) dan Petanda (Signified),
Wadah (Form) dan Isi (Content), Bahasa (Langue) dan Tuturan (Parole),
Sintagmatik (Syntagmatic) dan Paradigmatic (Associative) dan Sinkronis
(Synchronic). Dari analisa tersebut didapat bahwa ruang interior juga merupakan
suatu objek yang memiliki struktur, setiap elemen interior satu dengan yang
lainnya saling berhubungan dan bersifat satu kesatuan, memberikan suasana,
kesan dan makna. Bukan hanya elemen interior nya saja, struktur ruang nya pun
juga bersifat demikian, memiliki struktur dan sistem serta maknanya tersendiri.

Daftar Pustaka:

Putra, Ahimsa HS. 2001. Strukturalisme Lévi-Strauss, Mitos dan Karya


Sastra. Yogyakarta: Galang Press.
Syaifuddin, HH. Strukturalisme dan Mitos Kecantikan.
Putra, Derichard H. 2011. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya
Sastra. http://kalamenau.blogspot.co.id/2011/05/strukturalisme-levi-strauss-
mitos-dan_15.html (Tanggal Akses 17/09/2016 Pukul 21:09)
Mahendra, Theywa. 2013. Klasifikasi Restoran dan Jenis Restoran.
http://movtif.blogspot.co.id/2013/05/klasifikasi-restoran-atau-jenis-restoran.html
(Tanggal Akses: 18/09/2016 Pukul 17:51)

Anda mungkin juga menyukai