Peraturan Kepala Dinas P2B DKI Jakarta No. 3 Tahun 2014:
Garis Sempadan Bangunan (...) adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke batas yang ditetapkan dalam rencana kota.
Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang DKI Jakarta:
2.3.2. Garis Sempadan Bangunan
(1) Yang diperkenankan “melanggar”:
-. di atas tanah: “keragaman rancangan arsitektur”, bukan ruang kegiatan -. di bawah tanah -. sirkulasi kendaraan & manusia -. prasarana bangunan
(2) Acuan perhitungan GSB:
-. berdasarkan lebar jalan: lebar rencana (</12m, 12 s/d 26m, >26 m) & lebar existing -. berdasarkan sungai, kali, saluran air -. berdasarkan lintasan kereta api Jarak Bebas Bangunan
Pedoman Detail Teknis Ketatakotaan Tentang Bangunan Tipe Tunggal (1995):
(...) bahwa yang disebut jarak bebas ialah jarak minimum yang diperkenankan dari bidang terluar suatu massa bangunan ke: -. garis sempadan jalan (GSJ) -. antar massa-massa bangunan lainnya -. pagar/batas lahan yang dikuasai dan atau -. rencana saluran, jaringan tegangan tinggi dan jaringan pipa gas dan sebagainya
Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang DKI Jakarta:
2.3.3. Jarak Bebas Bangunan
(1) Batasan / lingkup
(2) Acuan perhitungan:
-. berdasarkan tinggi bangunan: Y = (3.5 + n/2) m; dimana Y= jarak bebas dan n= jumlah lantai -. berdasarkan jenis bidang dinding terluar bangunan: masif / “terbuka” Jarak Bebas Bangunan
Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang DKI Jakarta:
2.3.3. Jarak Bebas Bangunan
(3) Perhitungan berdasarkan tipologi bentuk bangunan:
-. bangunan tunggal: berlaku peraturan jarak bebas di semua sisi -. bangunan deret / rapat: *. jarak bebas nol di sisi samping *. jarak bebas sesuai ketentuan di: **. sisi belakang **. kawasan padat / sangat padat: di atas lantai 8 **. kawasan kurang padat / tidak padat: di atas lantai 4 -. bangunan kopel: *. jarak bebas nol di salah satu sisi *. jarak bebas sesuai ketentuan di: **. sisi belakang **. kawasan padat / sangat padat: di atas lantai 8 **. kawasan kurang padat / tidak padat: di atas lantai 4 Jarak Bebas Bangunan
Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang DKI Jakarta:
2.3.3. Jarak Bebas Bangunan
(4) Dua bangunan/massa dalam satu persil/lahan perencanaan:
-. berdasarkan jenis bidang dinding terluar: *. terbuka – terbuka: Y(min) = Y(a) + Y(b) *. masif – terbuka: Y(min) = 0.5 Y(a) + Y(b) *. masif – masif: Y (min) = 0.5 Y(a) + 0.5 Y(b)
-. berdasarkan konfigurasi massa:
*. jika X > Y(a) + Y(b), maka Y >/= Y(a) + Y(b) *. jika X < Y(a) + Y(b), maka Y >/= 0.5 Y(a) + 0.5 Y(b) Jarak Bebas Bangunan
Pedoman Teknis Tata Bangunan Dalam Pemanfaatan Ruang DKI Jakarta:
2.3.3. Jarak Bebas Bangunan
(5) Jarak bebas vs. GSB:
-. jika ada “konflik” antara jarak bebas dan GSB, dimana: *. GSB < Y : lantai 1 s/d 4 mengikuti GSB, lantai 5 dan seterusnya mengikuti Y *. GSB > Y : mengikuti GSB
-. kompensasi jarak bebas (10%) untuk bangunan dengan lantai dasar yang dimundurkan min. 3 meter dari perimeter bangunan. Jarak Bebas Bangunan
Pedoman Detail Teknis Ketatakotaan Tentang Bangunan Tipe Tunggal :
6.3. Jarak Bebas & Overstek
(1) Acuan: lebar overstek dan pemakaian ruang overstek
-. </= 1.5 m dan tidak digunakan sebagai lantai bangunan: jarak bebas dari as kolom terluar -. </= 1.5 m dan digunakan sebagai lantai bangunan: jarak bebas dari garis proyeksi overstek -. > 1.5 m: jarak bebas dari garis proyeksi overstek -. lebar overstek bervariasi: mengacu pada overstek terlebar.