Anda di halaman 1dari 20

Bab 12 Prilaku minum

Ahli faal Perancis Claude Bernard (1813-1878) mengatakan bahwa "kekonstanan lingkungan
dalam organisme adalah kondisi yang diperlukan untuk tetap hidup" Artinya, supaya tetap hidup
maka organisme harus mengatur cairan dalam tubuh untuk membasahi sel-selnya. Pengaturan
cairan fubuh ini adalah bagian dari proses homeostasis atau mungkin lebih tepat dikatakan
dynamic equi thrium Didalam bab ini akan dibicarakan bagaimana mamalia termasuk manusia
mencapai kontrol homeostasis dari cairan ekstraseluler melalui prilaku minum dan makan,
memberikan pasokan bahan makanan, air,dan mineral seperti sodium

Sifat mekanis pengaturan fisiologis

Mekanisme pengaturan fisiologis adalah yang mengatur kekonstanan sifat internal organisme
dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah-ubah, seperti contohnya: mengatur
temperatur ubuh tetap konstan walaupun temperatur di lingkungan berubah. Mekanisme
pengaturan terdiri atas empat elemen, ynitu:

 System variable, yaitu mekanisme apa yang akan diatur


 Set point, kondisi optimal dari system variable
 Detector yang memonitor kodisi system variahble, dan
 Correctional mechanism, yang mengembalikan system variable ke set point

Contoh dari sistem pengaturan adalah ruangan dimana temperaturnya diatur oleh pemanas
yang menggunakan thermostat. System variablenya adalah temperatur udara, detectornya
adalah thermostat. Alat ini dapat menyesuaikan diri, switch menutup apabila temperatur jatuh
dibawah nilai yang sudah di-set sebelumnya (set point). Menutupnya switch akan mengaktifkan
correctional mecha nism, yaitu kumparan pemanas. Jika ruangan lebih dingin dari set point,
pemanas akan menyala. Sedang kenaikan temperatur akan menghentikan kerja pemanas. Jadi
panas ruangan akan memberikan umpan balik ke thermostat, dan menyebabkan pemanas
berhenti. Proses ini dinamakan negatif feed Dack, yang merupakan sifat sangat penting dari
mekanisme pengaturan didalam tubuh, Prilaku minum dan makan adalah mekanisme koreksi
untuk mengisi tubuh yang kekurangan makanan dan air
Karena ada selang waktu antara makan minum dan pengisian cadangan makanan dan air, maka
pasti ada satiety mechanism (mekanisme rasa kenyang) yang menghentikan tindakan makan
dan tninum kita Rasa haus disehabkan detektor infernal yang memulai mekanisme koreksi, yaitu
minum. Kita minum dan kemudian berhenti Apa yang menyebabkan kita berhenti 7 padahal air
masih & lambung, belum sampai di cairan ekstrascluler Berarti minum air dihentikan olch
mekanisme lin, ng kita sebut mekanisme satiety, yang mengontrol mekanisme koreksi, tidk
mengontrol system ariable itu sendiri. Bila air sudah cukup banyak diminum,"mekanisme rasa
kenyang menghentikan minum lebih lanjut dalam antisipasi pengisian cadangan minum sudah
cukup

Kescimbangan cairan

Cairan tubuh terdiri atas dua wadah (compartment), yaitu cairan intraseluler, cairan yang
berada didalam potoplasma sel, dan cairan ekstraseluler, yang terdiri atas cairan intravaskuler
(plasma darah), cairan cerebrospinal, dan cairan interstifial, atau cairan antar sel yang berfungsi
membasah sel-sel. Sekitar duapertiga jumlah cairan tubuh berada di cairan intraseluler.

Wadah cairan dipisahkan oleh penghalang semipermeabel, yang memungkinkan lewatnya


bahan tertentu, tetapi bahan lain tidak bisa lewat. Dinding kapiler memisahkan cairan
intravaskuler dar cairan intersitial, sedangkan membran sel memisahkan cairan intraseluler dari
cairan ekstraseluler

Gambar 12.1 outline dari sistem yang mengontrol minuman

Volume cairan intraseluler dikontrol oleh konsentrasi solute dalam cairan interstitial (solute
adalah bahan padat yang larut di cairan). Normalnya, cairan interstitial bersifat isotonik
terhadap cairan intraseluler (sama tegangannya). Kosentrasi solute di cairan intra dan ekstrasel
sama sehingga keadaannya seimbang. Apabila cairan interstitial kehilangan air, menjadi lebih
pekat atau hipertonik maka air akan berdifusi keluar dari sel. Sebaliknya apabila cairan intersitial
menerima air, dan menjadi encer atau hipotonik, maka air akan berdifusi masuk kedalam sel.
Kedua keadaan ini dapat membahayakan kerja sel; kekurangan air menyehabkan sel tidak
mampu bekerja maksimal, kelebihan air menyebabkan membran sel pecah

Volume plasma darah harus diatur dengan cermat, karena mempengaruhi kerja jantung.
Apabila volume plasma terlalu banyak, tekanan darah akan meningkat, sedangkan apabila
volume plasma terlalu kurang, maka jantung tidak bisa bekerja secara efektif. Kekurangan cairan
intravaskuler ini dinamakan hipovolemia. Bila volume ini tidak ditambah, dapat menyebabkan
gagal jantung. Sistem vaskuler membuat penyesuaian hilangnya darah dengan kontraksi otot di
arteri kecil dan vena, sehingga ruang untuk diisi darah menjadi lebih kecil.

Volume cairan interstitial akan normal apabila volume cairan intraseluler dan intravaskuler
normal. Bila ada kerusakan kapiler, gagal jantung, atau konsentrasi protein dalam darah rendah.
maka volume cairan interstitial akan meningkat tinggi Yang penting adalah tonicity (konsentrasi
solute) cairan interstitial harus diregulasi dengan cermat, karena vanabel inilah yang
menentukan anakah air berdifusi kedalam atau keluar sel.

Ada dua set reseptor dan dua set mekanisme koreksi Satu set terkait dengan pemasukan dan
pengeluaran air. satunya lagi terkait dengan pemasukan dan pengeluaran sodium. Pengeluaran
so- dium dan air dilakukan oleh ginjal, sedang pemasukan dilakukan dengan proses makan
makanan bergaram dan minum air

Setiap saat kita minum air melebihi kebutuhan dan kelebihannya dibuang lewat ginjal, Demikian
juga halnya dengan sodium. Untuk mengerti cara pengaturan air dan keseimbangan sodium, kita
harus mempelajari cara kerja ginjal.

Ginjal

Ginjal terdiri atas jutaan unit fungsional yang dinamakan nefron. Tiap nefron menarik cairan dari
darah dan membuangnya lewat ureter. Ureter menghubungkan ginjal dengan kandung kemih,
dimana urine dikumpulkan untuk dikeluarkan pada saat yang tepat. Ginjal mengontrol jumlah
air dan sodium yang dikeluarkan oleh tubuh, dengan demikian mengontol volume dan tonicity
(konsentrasi) cairan ekstraseluler. Kalau kita minum terlalu banyak. ginjal akan melewatkan
banyak air ke kandung kemih. Sebaliknya apabila kita kurang minum maka ginjal akan
mempertahankan air dalam tubuh, demikian juga bila kita kehilangan banyak air me- lalui
penguapan. Apabila kita kurang sodium, maka makin sedikit sodium vang dikeluarkan lewat
ginjal.

Gambar 12.2 anatomi ginjal dan nefron

Jumlah pengeluaran sodium dan air diatur oleh dua hormon; aldosteron dan vasopressin
Fengeluaran sodjum dikontrol oleh aldosteron, hormon steroid yang dilepas oleh cortex adrenal.
Aldosteron dalam jumlah besar akan menyebabkan ginjal mempertahankan sodium dalam
tubuh (retensi sodium), dengan mengeluarkan sedikit sekali lewat ginjal. Tetapi apabila
konsentrasi sodium tubuh tinggi, maka level sekresi aldosteron menurin, dan sodium
diekskresikan dalam urine Bils konsentrasi sodium dalam tubuh rendah, maka level aldosteron
meningkat sehingga sodium dipertahankan

Ekskresi air oleh ginjal dikontrol oleh hor mon vasopressin Level vasopressin yang tinggi
akan menyebabkan ginjal menahan air Nama lain dari vasopressin adalah antidiuretic hormon
(ADH). Vasopressin adalalh hormon peplida yang dikeluarkan oleh posterior pituitary gland.
Vaso- pressin diproduksi dalam cell body neuron yang terletak di dua nuclei Aypothalamus:
supraoptic nucleus dan paraventricular nucteus Hormon ini disimpan di vesicle dan berjalan
melalui axon ke posterior pituitary gland dan berkumpul di ter- minal button Bila saraf di
supraoptic dan paraventricular nuclei aktif, makn terminal but- ton akan melepas vasopressin,
yang akan memasuki peredaran darah, Jadi pembuatan, penimbunan, dan pelepasan
vasopressin adalah serupa dengan transmitter substance peptida lainnya,kecuali dia mempunyai
reseptor di bagian lain tubuh, bukan di membran lewat synaptic cleft
Gambar 12.3 kontrol hormon atas ginjal

Apabila kita minum melebihi kebutuhan kita, maka posterior pituitary gland mengurangi
pelepasan vasopressin, dan ginjal akan mengekskresikan kelebihan air. Tetapi bila kita
mengalami dehidrasi, posterior pituitary gland meningkatkan sekresi vasopressin, dan ginjal
akan mengekskresikan hanya sedikit air.

Pentingnya hormon vasopressin terlihat pada penyakit kekurangan hormon ini; diabetes
in- sipidus. Urine penderita diabetes insipidus adalah encer,penderita yang tidak dirawat akan
mengeluarkan urine sekitar 25 liter setiap hari. Hal ini berarti dia harus dekat dengan sumber air
untuk mengatasi kehilangan banyak air tersebut. Perawatannya adalah dengan memberikan
vaso- pressin dalam bentuk nasal spray, yang bisa diabsorbsi kedalam peredaran darah

Fungsi ginjal adalah meregulasi ekskresi air dan sodium, bersamaan dengan itu sampah sis
metabolisme dibuang sekalian Sodium dan air dapat dengan mudah melewati antara cairan
intravaskuler dan interstitial, tetapi sodium tidak bisa menembus membran sel.

Minum dan selera terhadap garam

Supaya tubuh kita berfungsi dengan baik, volume dua wadah: intravaskuler dan interstitial,
harus diatur dengan baik. Kita memasukkan air dan sodium lebih dari yang kita butuhkan, dan
ginjal mengekskresikan kelebihan itu. Tetapi bila level air dan sodium terlalu rendah, maka
mekanisme koreksi akan diaktifkan, dengan akibat : kita merasa haus. Sodium dipasok secara
tidak langsung dari makanan yang kita makan.

Karena kehilangan air,baik dari cairan intraseluler atau intravaskuler akan merangsang
minum peneliti memberikan istilah osmometric thirst dan yolumetric thirst (Fitzsimons, 1972.
Epstein, 1973) Istilah volumetric menunjukkan ukuran volume plasma darah. Istilah osmometric
memerlukan penjelasan lebilh lanjut. Istilah thirst (haus),punya arti berbeda untuk situasi yang
berbeda. Definisi haus adalah keinginan untuk minum, yang nampaknya disebabkan tubuh
mengalami dehidrasi

Osmometric thirst

Osmometric thirst terjadi apabila tonicity (konsentrasi solute) dari cairan interstitial
meningkat Air akan tertarik keluar sel dan sel mengalami pengerutan. Istilah osmometric
menunjukkan bahwa detektor merespon perbedaan konsentrasi cairan intraseluler dan cairan
interstitial disekelitingnya.

Osmosis adalah gerakan air melalui membran semipermeabel, dari daerah solute dengan
konsentrasi rendah ke solute dengan konsentrasi lebih tinggi Verney (1947) untuk pertamakali
membuat hipotesis bahwa otak mempunyai saraf yang merespon konsentrasi 5olute di cairan
interstitial. Dia menamakan saraf ini osmoreceptor. Dia menemukan bahwa Suntikan sodium
chloride hipertonik melalui arteri carotis akan merangsang sekresi vaso- pressin schingga ginjal
menurunkan ekskresi air Suntikan itu menyebabkan penurunan segera dari produksi urine.

Gambar 12.4 suntikan NaCl hipertonik

Verney membuat hipotesis bahwa osmoreceptor adalah saraf yang aktivitasnya (firing rate nya)
dipengaruhi oleh level hidrasi. Bila cairan interstitial yang mengelilinginya lebih pekat. Make
saraf ini akan kehilangan air lewat osmosis. Pengerutan ini akan mengubah firing rate-nya, yang
akan mengirim sinyal ke saraf yang mengontrol kecepatan sekrest vasopressm

Tubuh kehilangan air secara terus menerus lewat penguapan. Nafas yang keluar dari paru
mengandung uap air. Keringat mengandung air dan mineral (sodium). Melalui penguapan, kita
kehilangan cairan dari tiga wadah; intraseluler, interstitial, dan intravaskuler. Jadi dehidrasi
menyebabkan osmometric dan volumetric thirst

Gambar 12.5 hilangnya air lewat penguapan


Bila kita makan makanan yang terlalu asin, maka yang berkurang adalah cairan intraseluler.
Garam dapur akan menyebabkan plasma darah menjadi hipertonik. Keadaan ini akan menarik
air dari cairan interstitial, maka cairan interstitialpun menjadi hipertonik, sehingga menarik air
dari cairan intraseluler. Karena plasma darah meningkat volumenya, ginjal mulai mensekresikan
banyak so- dium dan air dari interstitial dan intraseluler. Volume plasma darah tidak menurun.
Rangsangan yang menyebabkan osmometric thirst bukan perubahan konsentrasi solute di
cairan interstitial, tetapi pengaruh dari perubahan ini terhadap air didalam sel. Hanya senyawa
atau bahan yang tidak bisa masuk sel saja yang bisa menarik air dari sel karena menimbulkan
concentration gradient (Fitzsimon 1972). Jadi dehidrasi sel menyebabkan osmometric thirst

Anderson (1953) menemukan bahwa suntikan larutan NaCI hipertonik kedalam rostroventral
hypothalamus menyebabkan prilaku minum, tetapi vasopressin tidak dilepaskan. Sedangkan
suntikan pada caudal Inypothalamus menyebabkan pelepasan sekresi vasopressin, tetapi tidak
haus. Berarti ada dua set reseptor yang menyebabkan minum dan pelepasan vasopressin
sebagai respon terhadap hyperionicity

Melalui banyak penelitian, para ahli sekarang percaya bahwa letak osmoreceptor adalah di
daerah yang membatasi ujung anteroventral ventrikel ketiga (AV3V), Buggy et al (1979)
menemukan bahwa suntikan NaCl hipertonik langsung di AV3V menyebabkan prilaku minum.
Pada beberapa spesies, seperti anjing, osmoreceptor mungkin terletak di circumventricular
organ disebelah ante- rior AV3V. Otak mempunyai beberapa circumventricular organ; daerah
khusus yang mempunyai banyak supply pembuluh darah yang terletak di sepanjang sistem
ventrikuler,contohnya grea postrema dan pineal gland

OVLT(orgamum vasculosum of the lamina terminalis), seperti circumventricular organ lainya.


terletak di sisi darah dari blood-brain barrier. Hal ini berarti bahan yang larut didalam darah,
lewat dengan mudah ke cairan interstitial didalam organ ini. Thrasher dan Keil (1987)
menemukan bahwa bila OVLT dirusak, anjing tidak minum jika disuntik dengan NaCI hipertonik,
dan sekresi vaso- pressin juga tidak meningkat. Tetapi Johnson dan Edwards (1990) menemukan
bahwa pada tikus, lesi pada OVLT saja tidak menghilangkan osmometric drinking, lesi juga harus
melibatkan jaringan otak di sekitar AV3V

Suntikan urea menyebabkan osmometric thirst, mungkin karena menyebabkan dehidrasi


sementara pada otak. Tetapi urea tidak menyebabkan dehidrasi jaringan diluar blood-brain
barrier. Jadi beberapa osmoreceptor pasti terletak didalam blood-brain barrier.

Volumetric thirst

Volumetric thirst terjadi apabila volume plasma darah (volume intravaskuler) menurun. Bila
kita kehilangan air lewat penguapan, maka kita kehilangan dari ke tiga wadah; intraseluler,
intravaskuler, dan interstitial. Jadi penguapan menyebabkan volumetric dan osmometric thirst.
Jika penguapan hanya satu-satunya cara kita kehilangan air, maka kita tidak perlu detektor yang
memonitor volume darah. Kehilangan darah (hipovolemia) jelas menyebabkan volumetric thirst.
Diarrhea dan muntah, menyebabkan volume intravaskuler berkurang. Jadi volumetric thirst
adalah mekanisme kedua untuk menambah kekurangan tubuh akan air. Hipovolemia juga
menyehabkan hilangnya so- dium, sehingga menyebabkan selera terhadap garam bertambah.

Detektor apa yang bertanggung jawab untuk memulai volumetric thirst dan selera terhadan
garam? Nampaknya ada paling sedikit dua set reseptor satu di ginjal, satu lagi di jantung dan
pembuluh darah besar

Sistem Renin-Angiotensin

Ginjal mempunyai sel-sel yang mampu mendeteksi menurunnya aliran darah ke ginjal.
Penyebab utama berkurangnya aliran darah adalah hilangnya volume darah. Bila aliran ke ginjal
menurun, sel- sel ini mensekresikan ensim renin. Renin masuk peredaran darah, mengkatalisa
perubahan protein angio tensinogen menjadi angiotensin 1, yang dengan cepat diubah oleh
ensim menjadi angiotensin II (AII).

Angiotensin II mempunyai beberapa pengaruh fisiologis. Dia merangsang adrenal cortex untuk
mengeluarkan aldosteron, merangsang posterior pituitary gland untuk mensekresikan
vasopressin, dan meningkatkan tekanan darah dengan cara membuat otot arteri kecil kontraksi.
Gambar 12.6 deteksi hipovolemia oleh ginjal

Aldosteron menghambat ginjal mengekskresikan sodium, vasopressin menghambat ginjal


mengeluarkan air. Angiotensin 11 juga mempunyai efek prilaku; memulai prilaku minum, dan
melalui rangsangan aldosteron, menyebabkan selera terhadap garam. Jadi kurangnya aliran
darah ke ginjal menyebabkan retensi air dan garam, mengkompensasi hilangnya volume dengan
cara mengurangi ukuran pembulub darah, dan menyebabkan minum air dan garam.

Van Eekelen dan Phillips (1988) meneliti tikus yang bebas bergerak, yang diberi All lewat
pembuluh darah balik dan menganalisanya dengan teknik radioimmunoassay. Tikus berhenti
minum apabila konsentrasi All di arteri mencapai 450 pg/ml. Efek ini sama dengan tikus tidak
minum selama dua hari. Jadi kemampuan sistem renin angiotensin untuk menyebabkan minum
sangat penting hanya pada sant gawat darurat.

Baroreceptor

Reseptor kedua volumetric thirst terletak didalam jantung. Atrium jantung mengandung saraf
sensoris yang mendeteksi regangan. Atrium meregang secara pasif apabila terisi darah balik. Bila
volume plasma darah turun, stretch receptor dalam atrium akan mendeteksinya.

Fitzsimons dan Moore-Gillon (1980) menunjukkan bahwa informasi dari atrial baroreceptor
dapat merangsang binatang untuk minum. Dalam percobaan mereka, vena cava anjing diblok
dengan balon yang ditiup, dalam waktu 30 menit anjing minum walaupun telah diberikan obat
salarasin kerianya memblok angiotensin receptor): jadi minum disini tidak dihasilkan oleh keria
angiotensin Ouillen, Keil, dan Reid (1990) menemukan bahwa bila saraf yang menghubungkan
atrial barore ceptor dengan otak dipotong, binatang minum lebih sedikit ketika aliran darah ke
jantungnya dikurangi sementara
Minum yang terkait dengan makan

Walaupun penelitian faal minum terpusat pada minum karena perlu (karena hipovolemia
atau dehidrasi sel), umumnya minum terjadi sebagai antisipasi terhadap keperluan yang nyata,
yaitu ketika sedang makan. Makan memerlukan minum dengan dua alasan Pertama.proses
makan menyebabkan air dalam tubulh diarahkan ke lambung dan usus, dimana dia diperlukan
untuk proses pencernakan. Kedua, begitu makanan sudah diabsorbsi, terutama yarg
mengandung banyak garam dan kaya asam amino, maka konsentrasi solute plasma darah akon
meningkat, sehingga menyebabkan osmometric thirst. Tetapi binatang ataupun manusia tidak
menunggu selesai makan, tetapi berbarengan. Minum disini merupakan antisipasi terhadap
keperluan air nantinya (Lepkovsky et al, 1957; Fitzsimons dan Le Magnen, 1969).

Minum yang terkait dengan makan nampaknya juga melibatkan angiotensin. Gerakan air ke
sistem pencernakan selama dan sesudah makan menimbulkan 'hipovolemia' (Nose, Morita,
Yawata, dan Norimoto, 1986). Seperti kita ketahui hipovolemia merangsang sekresi renin,
dengan akibat meningkatnya level angiotensin II dalam darah. Kraly dan Corneilson (1990)
menemukan bahwa bila sintesis angiotensin dihambat dengan memberikan captopril (ensim
yang memblokade ensim yang bertanggung jawab atas pengubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II), maka tikus minum lebih sedikit saat makan

Minum yang terkait saat makan juga melibatkan histamin, senyawa yang bertindak sebagai
transmitter substance di otak dan messenger (seperti hormon) di seluruh bagian tubuh. Bila
binatang makan, maka sel di lambung akan melepas histamin. Bila sebelum makan, tikus diberi
obat yang memblokade reseptor histamin, maka tikus akan minum lebih sedikit saat makan
(Kraly dan Specht. 1984). Sebaliknya, suntikan histamin akan menyebabkan minum (Kraly, 1983).
Kraly dan Coneilson (1990) mengindikasikan bahwa rasa haus yang disebabkan histamin,
mungkin melibatkan angio- tensin. Mereka menemukan bahwa sekresi renin dikontrol oleh
reseptor histamin di ginjal (Radke et al, 1986), dan juga blokade sintesis angiotensin Il dengan
captopril, menghilangkan efek perangsangan histamin terhadnp prilaku minum. Mungkin
masuknya makanan ke lambung menyebabkan dilepasnya histamin. yang merangsang sekresi
renin oleh ginjal. Renin mengkatalisa sintesis angiotensin, yang mengaktifkan mekanisme
minum di otak

Selera terhadap garam

Lidah mengandung empat jenis reseptor yang memberikan sensasi; manis, pahit, masam,
dan asin. Alasan mengapa lidah mempunyai reseptor yang mendeteksi NaCl adalah karena
mineral so- dium berperan sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan cairan tubuh.
Turunnya konsentrasi sodium tidak memungkinkan tubuh mempertahankan.cairan intravaskuler
pada tingkat yang normal

Rangsang primer untuk selera terhadap garam (salt appetite) adalah keberadaan aldosteron
yang sekresinya dikontrol oleh angiotensin. Bila binatang menjadi hipovolemik, aliran darah ke
ginjal menurun, renin disekresikan, angiotensin diproduksi, dan kelenjar adrenal mulai
mensekresikan aldosteron. Aldosteron ini akan berpengaruh langsung terhadap otak.

Mekanisme otak dari haus dan selera terhadap garam

Osmoreceptor yang bertanggung jawab atas rasa haus nampaknya terletak di daerah preoptic
dan anterior hypothalamus. Dacrah yang bertanggung jawab atas volumetric drinking dan selera
erhadap garam juga terletak di otak depan. Tetapi gambaran sirkuit saraf yang kita ketahui
sampai saat ini masih belum jelas, walaupun beberapa struktur terlibat dalam kontrol fisiologis
dan prilaku atas kesetimbangan cairan

Kontrol saraf terhadap haus

Sistem Sirkumventrikuler

Daerah otak di sekitar anteroventral ventrikel ketiga (termasuk OVLT) mengandung osmore-
ceptor yang merangsang rasa haus dan sekresi vasopressin. Seluruh daerah disckitar anterior
ventrikel ketiga, baik dorsal maupun ventral, nampaknya merupakan bagian otak dimana sinyal
osmometric dan volumetric diintegrasikan dan proses minum, selera terhadap garam, dan
sekresi vasopressin dikendalikan

Osmoreceptor yang memulai prilaku minum dan sekresi vasopressin terletak di OVLT, dan
jaringan otak disekitar AV3V pada beberapa spesies binatang. Daerah ini juga menerima
informasi dari baroreceptor yang terletak di atrium jantung.

Informasi sensoris dari organ dalam dan kuncup kecap diterima oleh nueleus di medulla;
nucleus of the solitary tract. Nukleus disini mengirim axon ke banyak bagian dari otak, termasuk
daerah di sekitar AV3V (Johnson dan Edwards, 1990).

Daerah AV3V juga berperan penting dalam pengaturan cairan pada manusia. Mclver et al
(1991) melaporkan bahwa kerusakan daerah AV3V dapat menyebabkan diabetes insipidus dan
adip sia-kurang minum. Penderita tidak merasa haus walaupun diberi suntikan NaCl hipertonik.
Untuk bertahan hidup, penderita harus minum pada interval tertentu, walaupun tidak merasa
haus. Saraf di daerah AV3V sensitif terhadap perubahan tekanan darah atau volume darah vang
berubah. Kemungkinan saraf disini mendapat informasi dari stretch receptor di atrium jantung
lewat nucleus of the solitary tract (Thornton, de Beaurepaire, dan Nicolaidis, 1984).

Gambar 12.7 potongan sagital otak kucing

Sinyal rasa haus lainnya, angiotensin, merupakan peptida yang terdiri atas delapan asam amino.
Semua peptida mempengaruhi prilaku dengan cara berinteraksi dengan reseptor khusus di
membran. Jadi para peneliti berhipotesis bahwa otak mempunyai saraf yang akan memulai
prilaku minum apabila mereka mendeteksi adanya angiotensin. Karena angiotensin tidak dapat
menembus blood- brain barrier, maka tempat aksinya adalah salah satu dari organ
sirkumventrikuler. Angiotensin dapat meninggalkan kapiler di salah satu organ, memasuki cairan
interstitial dan merangsang reseptor angiotensin.
Walaupun semua organ sirkumventrikuler mempunyai reseptor All, salah satu dari mereka
subfornical organ (SFO),nampaknya merupakan tempat dimana angiotensin dari darah
menyebabkan rasa haus. Struktur ini terletak dibawah commissural dari ventral fornix. Bukti-
bukti jelas menunjukkan bahwa SFO adalah tempat angiotensin beraksi. Simpson, Epstein, dan
Camardo (1978) menemukan bahwa suntikan dosis rendah angiotensin langsung pada SFO
menyebabkan minum, dan pengrusakan SFO atau suntikan salarasin, yang memblokade
reseptor angiotensin, menghilangkan respon minum terhadap suntikan angiotensin ke dalam
darah. Kadekaro et al (1989) menemukan bahwa suntikan intravena angiotensin kedalam SFO
meningkatkan aktivitas metabolik di SFO, walaupun hubungan antara SFO dengan bagian lain di
otak dipotong. (Mereka menggunakan teknik 2-DG autoradiografi untuk menilai aktivitas
metabolik). Jadi All secara langsung mengaktifkan saraf di SFO.

Gambar 12.8 sirkuit saraf yang mengontrol minum

Subfornical organ dalam mendeteksi hormon dalam darah, hanya mendapat sedikit input
informasi, tetapi mengirim axon ke beberapa bagian otak. Output SFO terbagi atas beberapa
kategori; Qutput endokrin output otonom, dan output prilaki. Output endokrin dari SFO berupa
axon yang berproyeksi ke saraf supraoptik dan nuklei paraventrikuler yang bertanggung jawab
atas produksi dan sekresi hormon posterior pituitary gland, vasopressin dan oxytocin (hubungan
SFO dengan oxy- tocin belum diketahui dengan jelas). Output autonomik berupa axon yang
berproyeksi ke sel-sel nuklei paraventrikuler dan bagian lain dari hypothalamus, yang
sebaliknya, mengirim axon ke nuklei di batang otak yang mengontrol sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Sistem ini bertanggung jawab atas pengaruh angiotensin terhadap tekanan darah.
Output prilaku yang paling penting adalah ke daerah dasar otak depan didepan bagian ventral
anterior ventrikel ketiga.
Lind, Thunhorst, dan Johnson (1984) menemukan bahwa lesi pada tangkai ventral SFO,
yang merusak saraf hubungan efferent, menghilangkan respon suntikan All lewat vena. Jadi rasa
haus yang dihasilkan oleh sistem renin-angiotensin dimediasi oleh saraf efferent dari SFO yang
melalui tangkai ventral (ventral stalk). Tetapi, lesi ini hanya sedikit mempengaruhi respon
minum yang dihasilkan bila angiotensin disuntikkan ke ventrikel ketiga. Hal ini menunjukkan
bahwa reseptor yang terletak ditempat lain diotak mampu menstimulasi minum.

Reseptor-reseptor ini antara lain terletak di median preoptic nucleus, yang berbentuk
seperti separuh donat, menyelubungi anterior commissure sebelah depan, sekelompok serat
yang menghubungkan amygdala dengan lobus temporalis anterior. Median preoptic nucleus
berada di sisi otak dari blood-brain barrier. Jadi reseptor All tidak pernalt terekspose angiotensin
yang beredar dalam darah, Kecuali apabila angiotensin disuntikkan langesung keventrikel ketiga,
baru dapat mencapal micleus tersebut

Bila angiotensin tidak dapat mencapai median preoptic nucleus dari peredaran darah,
mengip harus nda reseptor All disana? Lind dan Johnson (1992) membuat hipotesis: bila saraf di
SFO terangsang oleh keberadaan angiotensin dalam darah, pesan dikirim ke median preoptic
nucleus, Terminal button dari axon ini melepas angiotensin sebagai transmitter substance. Jadi
reseptor All di median preoptic nucleus tidak mendeteksi keberadaan homon, tetapi mereka
merupakan reseptor postsynaptik untuk transmitter substance angiotensin (jenis peptida yang
kebetulan juga merupakan (uoroono

Nampaknya bukti-bukti mendukung hipotesis Lind dan Johnson. Bila median preoptic
nucleus dirusak, suntikan angiotensin ke darah atau ventrikel ketiga tidak mempunyai pengaruh
terhadap prilaku minum (Johnson dan Cunningham, 1987). Demikian juga respon saraf di
median preoptic nucleus akan hilang apabila nucleus ini diberi salarasin, obat yang memblokade
reseptor All (Nelson dan Johnson, 1985)
Berdasarkan penemuan ini, Thrasher dan koleganya (Thrasher et al, 1989) meng-indikasikan
bahwa daerah di depan ventrikel ketiga berfungsi sebagai sistem yang mengintegrasikan semua
rangsangan untuk osmometric dan volumetric thirst. OVLT mengandung osmoreceptor dan SFO
mengandung reseptor yang mendetcksi angiotensin dalam darah. Kedua organ
sirkumventrikuler ini berkomunikasi dengan median preoptic nucleus. Sebagai tambahan,
median preoptic nucleus menerima informasi dari atrial baroreceptor melalui nucleus of the
solitary tract di medulla. Median preoptic nucleus mengintegrasikan informasi dan melalui
hubungan efferent dengan bagian otak yang lain, mengontrol minum dan sekresi vasopressin.

Lesi di SFO merusak prilaku minum yang dikondisikan oleh angiotensin, sedang lesi di OVLT dan
daerah sekitar AV3V merusak osmometric drinking. Lesi neurotoxic di median preoptic nucleus
hampir secara total menghilangkan minum sebagai respon terhadap suntikan angiotensin atau
NaC hipertonik (hypertonic saline), Tetapi karena tidak nmenghapus secara total prilaku minum,
kita tidak bisa mengambil kesimpulan bahwa semua sinyal untuk minum melewati jalur median
preoptic nucleus. Jadi pasti ada mekanisme kontrol prilaku minum yang lain.

Walaupun daerah anterior kearah ventrikel ketiga penting untuk osmometric thirst dan volu-
metric thirst, kitia masih belum mengetahui mekanisme otak yang mengatur minum terkait
dengan makan. Demikian juga, kita tidak mengetahui apakalh sinyal rasa kenyang untuk minum
juga lewat jalur ini.

Lateral hypothalamus dan zona incerta

Kontrol osmometric dan volumetric drinking, yang dimulai oleh median preoptic area, juga
melibatkan struktur otak yang lain. Beberapa tahun yang lalu, peneliti mengetahui bahwa lesi
pada lateral hypothalamus akan menghilangkan prilaku minum, makan, dan prilaku lainnya.
Setelah dirawat dengan hati-hati, binatang percobaan mulai minum lagi, tetapi hanya saat
makan (Teitelboum dan Epstein, 1964). Dengan kata lain, lesi di hypothalamus merusak
osmometric dan volumetric drinking,tetapi tidak menghilangkan minum yang terkait dengan
makan.
Struktur lain yang terlibat dalam osmometric drinking adalah zona incerta. Daerah ini
merupakan kepanjangan dari reticular formation otak tengah, antara substantia nigra dan
ventral tegmental arca dan ujung anteriornya adalah diencephalons,sebelah lateral dan dorsal
ke paraventricular nuclei of the hypothalamus. Zona incerta menerima input dari beberapa
daerah otak depan, termasuk later hypothalamus.

Huang dan Morgensen (1972) menemukan bahwa rangsangan Isitrik sebelah anterior zons
incerta menghilangkan prilaku minum pada tikus. Hal ini mengindikasikan bahwa daerah ini
berhubungan dengan mekanisme motorik yang bertanggung jawab atas prilaku minum. Walsh
dan Grossman(1978) menemukan bahwa lesi pada zona incerta menyebabkan deficit besar
dalam osmo metric drinking; suntikan NaCI hipertonik tidak menyebabkan minum, begitu pula
suntikan angio tensin. Jadi kerusakan pada zona incerta juga menyebabkan rangsang hormonal
untuk volumetric drinking, tetapi nampaknya rangsang saraf dari atrial baroreceptor tidak rusak

Mok dan Mogenson (1986) menemukan bahwa suntikan NaCl hipertonik, sukrosa hipertonik
atau aqua distilata ke dasar otak depan sebelah anterior ventrikel ketiga, mengubah firing rate
saraf di zona incerta. Czech dan Stein (1992) menemukan bahwa suntikan angiotensin ke
ventrikel otak menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik beberapa daerah otak, termasuk
lateral hypothalamus dan zona incerta. Ketika binatang mulai minum, aktivitas metabolik
daerah-daerah ini kembali nor mal.

Zona incerta mengirim axon ke banyak struktur otak yang terlibat dalam gerakan, fermasuk
basal ganglia, reticular formation batang otak, red nucleus, periaqueductal gray matter, dan
ventral horn spinal cord (Ricardo, 1981). Jadi zona incerta merupakan posisi yang sangat bagus
untuk mempengaruhi prilaku minum.

Kontrol saraf atas selera terhadap garam


Kekurangan Na merangsang selera terhadap garam (salt appetite) melalui kerja aldosteron
Yaitu, kekurangan sodium menyebabkan hipovolemia, yang merangsang dilepasnya re
menyebabkan angiotensin meningkat dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan
aldosteron

Nampaknya aldosteron mempengaruhi prilaku dengan cara merangsang reseptor di medial


nucleus amygdala. Medial nucleus mengandung reseptor aldosteron (Coirini et al. 1985).
Schulkin Marini, dan Epstein (1989) menemukan bahwa lesi di daerah medial amygdala
menghilangkan pengaruh aldosteron terhadap selera terhadap garam. Tetapi, bila tikus diberi
diet tanpa garam, tikus tersebut makan garam dalam jumlah normal, Jadi aldosteron bukan
satu-satunya perangsang s terhadap garam.

Disamping aldosteron, ada kemungkinan angiotensin dan atrial baroreceptor menyebabkan


selera terhadap garam. Angiotensin merangsang sekresi aldosteron, dan mungkin merangsang
selera terhadap garam seperti merangsang minum melalui pengaruhnya terhadap SFO.

Tetapi bukti-bukti yang sudah ada, menunjukkan bahwa meningkatnya level All dalam darah
tidak merangsang selera terhadap garam. Sakar,Chow,dan Epstein (1990) menemukan bahwa
suntikan All yang bisa menyebabkan minum, fidak berpengaruh terhadap selera terhadap
garam. Suntikan sarile obat yang memblokade reseptor angiotensin, fidak berpengaruh
terhadap selera terhadap garam vang dibuat melalui kekurangan sodium, Fitts dan Masson
(1990) menunjukkan bahwa suntikan All langsung ke otak dapat menyebabkan selera terhadap
sodium, tetapi pengaruh ini hanya berarti All bekerja secara lokal-sebagai transmitter substance-
seperti halnya terhadap prilaku minum.

Bila angiotensin tidak menyebabkan selera terhadap sodium, mestinya sumber appetite itu
terletak di atrial baroreceptor, tetapi kelihatannya pendapat ini keliru,. Grossman dan Grossman
(1978) menemukan bahwa apabila NaCI hipertonik diberikan pada tikus dengan deficiency
sodium dan lesi di zona incerta, maka tikus akan minum sangat sedikit garam dibanding tikus
normal. Sebaliknya rangsangan pada zona incerta akan menimbulkan pasokan garam yang
meningkat (Gentil, Mogenson dan Stevenson, 1971). Jadi rangsangan pada reseptor aldosteron
di medial dikomunikasikan dengan saraf di zona incerta.
Mekanisme satiety (selera)

Yang kita sebut satiety atau selera adalah mekanisme antisipasi yang diperlukan untuk meng-
hentikan minum sebelum system variable (dehidrasi seluler atau hipovolemia) telah dibuat pulih
asal

Minum

Normalnya, bila binatang yang haus diberi minum, dia alcan minum dengan cepat untuk
mengembalikan air tubuh yang hilang, kemudian berhenti. Kejenuhan akan minum muncul
sebelum air diabsorspsi dari system pencernakan. Contoh, anjing minum selama 2-3 menit,
padahal absorbsi mulai 10-12 menit dan berakhir sampai 40-45 menit. Mungkin reseptor di
mulut dan tenggorokan mempunyai peran.

Miller, Sampliner, dan Woodrow (19577) membuat percobaan pada tikus. Tikus yang haus
diberi 14 ml air lewat mulut dan satu kelompok lain dibeti 14 ml lan gsung ke perut melalui
selang yang sudah dipasang sebelumnya. Setelah itu untuk beberapa kali ke dua kelompok
diberi minum. Ternyata kelompok yang memperoleh minuman pertama lewat rnulut, minum
lebih sedikit dibandingkan dengan yang memperoleh minum air yang pertama kali langsung ke
lambung. Berarti yang lewat mulut, setelah dirasakan dan ditelan, memberikan efek satiety.
Selain itu, nampaknya reseptor untuk satiety juga terdapat dilambung. Tetapi sinyal dari usus
halus dan hati lebih penting dibanding sinyal dari lambung, sinyal diusus yaitu di duodemum
Bila pylorus, yang menghubungkan lambung dengan usus ditutup dengan tabung plastik,
sehingga air di latnbung tidak bisa turun ke usus halus, tikus akan terus minum (Hall dan Blass,
1977)

Liver atau hati adalah organ yang pertama menerima bahan dari sistem pencernakan. Liver
menerima bahan melalui hepatic portal system, sistem pembuluh darah khusus. Air dan bahan
makanan masuk ke peredaran darah melalui kapiler didekat usus halus. Kapiler ini menggabung
menjadi veno porta hepar, yang berjalan ke liver dan membuat percabangan menjadi kapiler
lagi.
Sampai saat ini belum bisa dibuktikan kalau reseptor di duodenum ikut terlibat dalam satiety
Tetapi ada bukti kuat bahwa liver memegang peranan penting dalam proses satiety. Kozlowki
dan Drzewiecki (1973) meng-infus sedikit air ke vena porta. Infus ini menghilangkan osmometric
drink ing yang disebabkan suntikan NaCI hipertonik. Infus pada vena jugularis tidak memberikan
pengaruh Kobashi dan Adachi (1992) menemukan bahwa infus air ke vena porta menekan
prilaku minum tiku yang dibuat haus dengan tidak minum selama 24 jam. Infus NaCl hipertonik
tidak meningkatkan prilaku minum. Jadi osmoreceptor di liver bertanggung jawab untuk
satiation of thirst (rasa kenyang dalam hal minum), bukannya menyebabkan haus. Bila cabang
saraf vagus yang menghubungkan liver dan otak dipotong, maka tikus akan minum lebih banyak
dibanding normal (Smith dan Jerome, 1983). Mungkin minum lebih banyak karena pemotongan
ini, memotong jalur komunikasi sinyal inhibitory dari liver ke otak.

Selera terhadap garam

Percobaan Tordoff, Schulkin, dan Friedman (1987) membuktikan bahwa reseptor salt satiety
atau selera terhadap garam terletak di liver. Bila tikus dibuat kekurangan sodium, dan diberi
injeksi NaCl hipertonik di vena porta, yang masuk ke liver, maka hal ini menyebabkan tikus lebih
sedikit minum larutan garamnya. Jadi liver bisa mendeteksi sodium dalam darah dari sistem
pencernakan, dan mengirim sinyal ke otak mengenai "rasa kenyang" terhadap garam.

Penelitian menunjukkan bahwa sinyal rasa kenyang ini juga datang dari hormon yang
disekresikan di atrium jantung, yang dinamakan atrial natriuretic peptide (ANP), natriuretic
berarti hormon ini menyebabkan ekskresi natrium oleh ginjal (De Bold et al, 1981; De Bold,
1985). Hormon ini disekresikan bila atrium teregang melebihi normal oleh karena plasma darah
lebih banyak. Karena plasma darah dikontrol oleh konsentrasi sodium, maka dengan
menghilangkan sodium lewat ginjal maka plasma darah juga berubah. NAP selain menyebabkan
ekskresi sodium, juga menghamb sekresi renin, vasopressin, aldosteron, dan menghambat
prilaku minum dan selera terrhadap sodium (Tarjan, Denton, dan Weisenger, 1988).

Reseptor ANP ditemukan di adrenal medulla, pituitary gland, dan otak; mungkin daerah-daerah
ini bertanggung jawab atas pengaruh hormon endokrin dan atas prilaku. Efek inhibitory ANP
terhadap minum nampak di subfornical organ, yang mengandung reseptor ANP (Quirion et al,
1984). Nermo- Lindquist et al (1990) menemukan bahwa suntikan ANP memblokade efek
excitatory pada aktivitas metabolik dari SFO. Suntikan ini juga mengurangi prilaku minum tikus.
Ehrlich dan Fitss (1990) menemukan bahwa suntikan ANP langsung pada SFO juga memblokade
prilaku minum yang disebabkan efek angiotensin

Anda mungkin juga menyukai