PENCACAH
4.1 Tujuan
Praktikan dapat mengenal dan memahami prinsip kerja rangkaian
pencacah serta praktikan dapat menggunakan rangkaian tersebut.
4.2 Dasar Teori
4.2.1 PENCACAH ASINKRON (ASYNCHRONOUS COUNTER)
Diagram waktu dan diagram state dari pencacahan naik asinkron 4 bit dapat kita
lihat berturut-turut pada gambar 4.2 dan gambar 4.3.
Gambar 4.2 Diagram waktu pencacah naik asinkron 4 bit & Gambar 4.3 diagram
state pencacah naik asinkron 4 bit
Kita dapat mengetahui cara kerja dari pencacah naik asinkron 4 bit tersebut
sebagai berikut:
Namun, pada kesampatan ini kita akan memaparkan contoh rangkaian pencacah
turun 4 bit seperti yang ditampilkan pada Gambar 4.4
Prinsip kerja pencacah mundur 4 bit ini sama dengan proses yang terjadi
pada pencacah naik. Perbedaannya hanya pada logika cacahnya. Pada pencacah
mundur 4 bit, kita akan melakukan pencacah dimulai dari logika tertinggi ‘1111’
hingga ‘ 0000’.
Pada tabel 4.2 kita dapat melihat bahwa pencacah dilakukan secara mundur dari
‘1111’ hingga ‘0000’.
Pada tabel 4.3 dan gambar 4.9, kita dapat melihat cacahan pada pencacah
MOD 10 yang akan mencacah dari ‘0000’ sampai dengan ‘1001’ dan
kembali lagi berulang.
Pada diagram diatas, diasumsikan nilai perioda clock adalah 500ns, dan
waktu tunda TDP pada tiap FF adalah 50ns, sehingga waktu tunda TDP terlam yang
pada FF paling akhir adalah 3x50ns atau 150ns. Nilai waktu tunda tersebut masih
lebih kecil dibandingkan dengan nilai perioda clock, sehingga pencacah 3bit
tersebut dapat mencacah secara terurut dengan baik.
Berbeda halnya ketika nilai perioda clock lebih kecil dibandingkan dengan otal
aktu tunda terlama.kita misalkan nilai perioda clock adalah 100ns dan waktu
tunda TDP terlama adalah 3x50ns atau 150ns. Ilustrasi diagram waktu pada contoh
tersebut dapat kita lihat pada gambar 4.11
Gambar 4.11 Diagram Waktu
Pada diagram waktu diatas,kita dapat melihat bahwa pencacah 3bit tidak
dapat mencacah dengan baik, dikarenakan waktu tunda TDP lebih besar
dibandingkan nilai perioda. Oleh karenanya, besar nilai perioda sinyal masuk
clock sumber pada pencacah asinkron tidak boleh lebih rendah dari akumulasi
waktu tunda TDP terbesar agar pencacah dapat mencacah secara benar.
Pencacah turun sinkron adalah pencacah sinkron yang melakukan cacahan secara
turun, yaitu dari cacahan tertinggi menuju 0. Contoh rangkaian pencacahan turun
sinkron 4 bit yang dibangun dari 4 buah FF JK diperihatkan pada Gambar 4.13.
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa FF pertama akan toggle setiap kali
pulsa clock berubah, sementara FF kedua akan toggle jika keluaran Q’ pada
FF pertama berlogika ‘1’, FF ketiga akan toggle jika keluaran Q’ pada FF
pertama dan FF kedua berlogika ‘1’, sedangkan FF keempat akan toggle
jika keluaran Q’ pada FF pertama, FF kedua dan FF ketiga berlogika ‘1’.
kedua rangkaian diatas, yaitu rangkaian pencacah naik dan pencacah turun
sinkron dapat digabungkan menjadi pencacah sinkron yang dapat
digunakan sebagai pencacah naik ataupun pencacah turun dengan
menambhakan beberapa gerbang logika dan satu sinyal masukan sebagai
pengendali untuk menentukan kapan rangkaian pencacah bekerja sebagai
pengendali untuk menentukan kapan rangkaian pencacah bekerja sebagai.
Pencacah naik atau bekerja sebagai pencacah turun. Gambar 4.14
menampilkan unjukan Di bawah ini contoh pencacah naik/turun sinkron
sebanyak 3 bit. Sinyal masukan UP/DOWN digunakan untuk menentukan
apakah rangkaian akan mencacah naik atau mencacah turun. Pada saat
sinyal masukan UP/DOWN berlogika ‘1’ maka pencacah akan mencacah
naik.
Sebaliknya, ketika sinyal masukan UP/DOWN berlogika ‘0’ maka
pencacah akan mencacah turun.
Sebagai contoh, ilustrasi diagram waktu pencacah naik/turun 3 bit dapat
kita lihat pada diagram waktu yang ditampilkan pada Gambat 4.15.
Hasil dari tahapan di atas, nilai logika yang diberikan pada P2,P1,P0
akan dimasukan ke Q2,Q1,Q0 secara asinkron (asyncronous presetting)
Sebagai contoh, kita akan memberikan logika P2P1P0 dengan data ‘101’.
Saat PL berlogika ‘1’ masukan tersebut tidak akan mempengaruhi
rangkaian. Jika sinya PL kita berikan nilai logika ‘0’ maka sinyal tersebut
akan mengaktifkan sinyal masukan CLR pada FF kedua dan
kmengaktifkan sinyal masuka PRE pada FF pertama dan ketiga sehingga
nilai logika Q2Q1Q0 menjadi ‘101’. Setelah sinyal PL kembali berlogika
‘1’ maka rangkain akan kembali mencacah dimulai dari logika
‘101’,’110’,’111’,’000’, dan seterusnya.
Selain secara asinkron, proses prestable juga dapat dilakukan secara
sinkron (synchronous presetting) , yaitu preset terjadi saat transisi clock
yang sama dengan transisi clock untuk mencacah. Beberapa IC TTL
pencacah yang dapat melakukan prestable, di antaranya: Asynchronous
presetting : 74LS190, 74LS191, dan 74LS193, dan synchronous presetting
: 74LS160, 74LS161,74LS162 dan 74LS163.
4.2.3 SHIFT REGISTER COUNTER
Pada kondisi awal, FF pertama diatur pada keadaan keluaran ‘1’ dan yang lainnya
pada keadaan keluaran ‘0’. Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan sinyal
LD untuk mengaktifkan sinyal masukan asinkron PRE pada FF pertama dan
sinyal masukan asinkron CLR pada FF yang lainnya. Sinyal LD akan aktif jika
diberikan logika ‘1’, keadaan ini akan menyebabkan kondisi Q3Q2Q1Q0 berlogika
‘0001’. Setelah sinyal LD kembali berlogika ‘0’ maka masing-masing FF kan
kembali bekerja sebagai shift register.
Pada clock pertama berikutnya logika ‘1’ akan bergeser dari Q0 ke Q1. Clock
selanjutnya akan menyebabkan logika ‘1’ bergeser dari Q1 ke Q2. Dan seterusnya
hingga logika ‘1’ kembali ke Q0 da akan bergeser kembali pada saat clock tiba.
Secara lengkap, kita dapat melihat urutan kondisi keluaran Q3Q2Q1Q0 pada tabel
4.4.
3. Lakukanlah simulasi pada rangkaian di atas dengan data masukan CP: clock
6. Kemudian, tentukan pin planner masukan dan keluaran rangkalan di atas dan
lakukanlah kompilasi. Gunakanlah Pin planner seperti label berikut ini:
Tabel pin Planner Percobaan I
Pin Sinyal Deskripsi
CLK (CP) LPM_COUNTER 1Hz
qA HEXO[0] Seven Segment Digit 0 [0]
qB HEXO[1] Seven Segment Digit 0 [1]
qC HEXO[2] Seven Segment Digit 0 [2]
qD HEXO[3] Seven Segment Digit 0 [3]
qE HEXO[4] Seven Segment Digit 0 [4]
qF HEXO[5] Seven Segment Digit 0 [5]
qG HEXO[6] Seven Segment Digit 0 [6]
QA LED Red [0] OUTPUT
QB LED Red [1] OUTPUT
QC LED Red [2] OUTPUT
QD LED Red [3] OUTPUT
Tabel Pengujian I
CP QD QC QB QA 7- 1
Seg 0
ment 1
0 0
1 1
0 0
1 1
0 0
1 1
0 0
1 1
0 0
1 1
0 0
1 1
0
1
0
1
0
1
0
1
CP QD QC QB QA 7-
Seg
ment
0
1
0
1
0
4.3.2 Langkah Kerja Kedua
segment)
3.Selanjutnya,lengkapi rangkain di atas dengan menambahkan blok IC 7447
(Decoder).Hubungkan keluaran QA. QB, QC dan QD pada empat masukan IC
7447 yaitu A, B, C. dan D.
4. Kemudian, tentukan pin planner masukan dan keluarkan rangkaian di atas dan
lakukanlah kompilasi. Gunakanlah Pin planner seperti tabel di bawah ini:
Tabel Pengujian II
CP QD QC QB QA 7- 1
Segment 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
CP QD QC QB QA 7-
Segment
0
1
0
1
0
1
0
4.3.3 Langkah Kerja Ketiga
3. Kemudian, tentukan pin planner masukan dan keluaran rangkaian di atas dan
lakukanlah kompllasi. Gunakanlah Pin planner Seperti tabel di bawah ini:
Tabel Pengujian IV
CP QD QC QB QA 7- 1
Segment 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1 0
0 1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
CP QD QC QB QA 7-
Segment
0
1
0
1
0
1
0
7.Lakukan modifikasi pada rangkaian di atas agar presetable counter tersebut
dapat mencacah dari 3 sampai dengan 7 secara berulang dan dapat ditampilkan
pada seven segment.
4.5 KESIMPULAN