PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Produktivitas merupakan rasio antara hasil kegiatan (output, keluaran) dan segala
pengorbanan (biaya) untuk mewujudkan hasil tersebut (input, masukan). Input bisa mencakup
biaya produksi dan biaya peralata. Sedangkan output bisa terdiri dari penjualan, pendapatan,
market share, dan kerusakan (defects).
Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu ukuran perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Sumber daya manusia merupakan elemen yang paling strategik dalam organisasi,
harus diakui dan diterima oleh manajemen. Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin
dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu tenaga kerja merupakan faktor penting dalam
mengukur produktivitas. Hal ini disebabkan oleh dua hal, antara lain; pertama, karena
besarnya biaya yang dikorbankan untuk tenaga kerja sebagai bagian dari biaya yang terbesar
untuk pengadaan produk atau jasa; kedua, karena masukan pada faktor-faktor lain seperti
modal.
Keberhasilan suatu perusahaan agar dapat memperoleh hasil yang memuaskan dari
proses produksi yang dilakukan, adalah tidak lepas dari bantuan para tenaga kerja yang
dimiliki. Tenaga kerja adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas suatu
perusahaan karena tenaga kerja lebih penting dari faktor produksi modal dan jika tidak ada
tenaga kerja maka tidak akan ada tenaga yang mampu menggerakkan roda produksi, sehingga
harus dimanfaatkan seefisien mungkin agar dapat menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Oleh karena itu perhatian dalam bidang sumber daya manusia tidak boleh diabaikan
begitu saja, karena merupakan langkah awal dalam merencanakan tenaga kerja agar dapat
menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di bidangnya. Dapat dikatakan
bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dari saat perencanaan, perumusan,
sasaran dan tujuan sampai pada strategi dalam mencapai cita – cita yang diinginkan oleh
1
perusahaan, yaitu meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Salah satunya dengan memberi
motivasi agar produktivitasnya dapat meningkat seperti memberikan tingkat upah yang sesuai
dengan kemampuan, memberikan uang lembur jika ada tambahan jam kerja atau lainnya,
memberikan penghargaan apabila mempunyai masa kerja yang lama. Seiring dengan
pertambahan masa kerja dan usia diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul “ Analisa
Pengaruh Hubungan Tingkat Upah, Masa Kerja, Usia Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja”.
RUMUSAN MASALAH
Dari pembahasan yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, permasalahan yang akan
dibahas lebih lanjut adalah :
a) Apakah terdapat pengaruh secara signifikan dari variabel tingkat upah, masa kerja, dan
usia terhadap produktivitas tenaga kerja?
b) Apakah terdapat pengaruh secara dominan diantara variabel tingkat upah, masa kerja, dan
usia terhadap produktivitas tenaga kerja?
TUJUAN PENELITIAN
a) Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat upah, masa kerja, dan usia terhadap
produktivitas tenaga kerja.
b) Mengetahui variabel yang paling dominan berpengaruh diantara 3 (tiga) variabel bebas
diatas terhadap produktivitas tenaga kerja
MANFAAT PENELITIAN
2
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan terhadap
tenaga kerja dengan memberikan motivasi yang dibutuhkan. Sehingga adanya tingkat
upah, masa kerja, dan usia yang maksimal akan dapat meningkatkan produktivitas
HIPOTESIS
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian maka dapat
dirumuskan suatu hipotesis yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan
perusahaan yang masih perlu untuk diuji kebenarannya. Maka hipotesis yang didapat adalah:
1. Diduga bahwa variabel Tingkat upah (X1), Masa Kerja (X2), dan Usia (X3) berpengaruh
secara signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja.
2. Diduga bahwa variabel Tingkat upah (X1), Masa Kerja (X2), dan Usia (X3) berpengaruh
secara dominan terhadap produktivitas tenaga kerja
3
METODOLOGI PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek dalam penelitian adalah Perusahaan rokok, yang berkaitan dengan produktivitas
jenis data dan sumber data, dari lokasi penelitian dapat di ambil 40 (empat puluh) sampel
yang dapat mewakili sejumlah penelitian.
Jenis Penelitian
1. Data primer yang didapat dari hasil wawancara, kuesioner, dan observasi yang dilakukan
oleh peneliti.
2. Data sekunder yang diperoleh dari Perusahaan yang bersangkutan, Departemen Tenaga
Kerja, atau instansi – instansi terkait.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak
yang sederhana (Simple Random Sampling) dengan teknik randomisasi, yaitu suatu teknik
dengan mengambil individu untuk sampel dari suatu populasi dengan cara random.
4
Metode Analisis data
Untuk Metode analisis Data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda yaitu :
Dimana :
1. Variabel dependen (terikat), merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena
adanya variabel bebas, dalam hal ini adalah :
a. Produktivitas kerja tenaga kerja bagian linting (Y), dimana indikator yang digunakan
adalah banyaknya jumlah linting yang dapat diperoleh tiap harinya, dalam satuan
linting.
2. Variabel independen (bebas), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel-variabel bebas
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Tingkat upah (X1), yaitu besarnya pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja bagian
produksi per bulan sesuai perjanjian kerja, dalam satuan rupiah.
b. Masa Kerja (X2), yaitu berapa lama tenaga kerja mengabdikan dirinya untuk
perusahaan yang diukur berdasarkan satuan tahun.
c. Usia (X3), yaitu besaran umur yang menjadi penunjang produktivitas tenaga kerja
dalam satuan tahun
5
Uji Signifikasi
Pada penelitian ini, hipotesa nol dan hipotesa alternatif yang akan diuji adalah sebagai
berikut :
Keputusan untuk menerima atau menolak Ho dibuat atas dasar nilai perkiraan yang diperoleh
dari hasil observasi (data empiris). Jadi untuk menguji benar tidaknya nilai parameter yang
dinyatakan dalam Ho akan digunakan suatu kriteria uji (test criteria) yang dihitung
berdasarkan data yang diteliti. Dalam hal ini ada beberapa bentuk pengujian statistik yaitu
uji F, uji t, dan pengujian variable yang dominan.
Uji F
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas tersebut secara simultan
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Nilai F hitung dapat
dicari dengan rumus
Dimana :
R² = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
6
Apabila :
a. F hitung < F tabel atau signifikan F > 5% Maka Ho diterima dan H1 ditolak,
berarti tidak ada pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat.
b. F hitung > F tabel atau signifikan F < 5% Maka Ho ditolak dan H1 diterima,
berarti ada pengaruh variable bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat.
Uji t
Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial atau
individu mempengaruhi variabel terikat dalam model regresi. Pengujian dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan t tabel
Dimana :
Apabila:
a. t hitung < t table atau nilai signifikan t > 5% Maka dinyatakan tidak signifikan
yang berarti secara parsial variable bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
terikat
b. t hitung > t table atau nilai signifikan t < 5% Maka dinyatakan signifikan yang
berarti secara parsial variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.
7
Pengujian variabel yang dominan
Pengujian berikutnya yaitu mencari variabel yang dominan, dilakukan dengan melihat
nilai koefisien regresi masing-masing variabel. variabel bebas yang memiliki nilai koefisien
tertinggi akan menunjukkan bahwa variabel yang dominan mempengaruhi variabel terikatnya.
Selanjutnya setelah model regresi berganda diperoleh, dilakukan pengujian atas model
tersebut dengan menggunakan uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik merupakan suatu
keharusan di dalam analisis data untuk memperoleh hasil yang bersifat BLUE (Best, Linier,
Unbiased, Estimated), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang berarti.
1. Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui kecenderungan data untuk masuk dalam
daerah uji atau mendekati titik tengah dari garis uji. Sebaran data yang tidak
normalakan mempengaruhi hasil analisis penelitian. Adapun dasar pengambilan
keputusan menurut Santoso (2000:214):
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arahgaris
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat
interkorelasi yang sempurna antara beberapa variabel bebas yang digunakan dalam
model regresi. Cara pendeteksian ada atau tidak terjadinya multikolinearitas adalah:
1. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah:
1. Mempunyai nilai VIF di bawah angka 5.
2. Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1.
8
Besarnya VIF dirumuskan:
atau
3. Autokorelasi
a. Model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menduga nilai variabel
terikat dari nilai variabel bebas tertentu.
b. Uji F dan t menjadi tidak efektif lagi sehingga kesimpulan yang diperoleh akan
menyesatkan.
Cara mendeteksinya adalah dengan uji statistic Durbin Watson (D.W), berikut:
Dimana:
9
N = observasi
t = waktu
Pengambilan keputusan mengenai ada tidaknya autokorelasi adalah dengan
cara sebagai berikut :
a. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
b. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka
koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.
c. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil
dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
d. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW
terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel
bebas. Atau adanya perbedaaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai
variabel bebas. Prosedur uji dilakukan dengan Uji Glejser. Pengujian kehomogenan
ragam sisaan dilandasi pada hipotesis:
H0 : ragam sisaan homogen
H1 : ragam sisaan tidak homogen
Prosedur pengujian kehomogenan ragam sisaan adalah:
1. Melakukan pendugaan parameter model regresi linier dengan metode kuadrat
terkecil.
2. Menghitung sisaan dari model regresi yang diperoleh dari langkah 1.
3. Membuat regresi nilai mutlak sisaan, |ei| terhadap peubah penjelas dengan
bentuk fungsional |ei|= β0 + β1Xi + Vi
4. Melakukan uji keberartian koefisien regresi. Jika koefisien regresi tidak nyata maka
terdapat hubungan yang penting secara statistis di antara peubah sehingga dapat
disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogeny (konstan).
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Tabel diketahui bahwa nilai sig = 0.143 > 0.05 sehingga dapat dikatakan
bahwa residual menyebar dengan normal
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini untuk mengetahui korelasi antara sisaan yang diurutkan
menurut waktu (seperti dalam deret waktu) atau ruang (seperti dalam data
11
crosssection). Dalam konteks regresi, model regresi linier klasik mengasumsikan
bahwa tidak terdapat autokorelasi dalam sisaan (ɛi). Hal ini memperlihatkan bahwa
model klasik mengasumsikan bahwa unsur sisaan yang berhubungan dengan
pengamatan tidak dipengaruhi oleh sisaan yang berhubungan dengan pengamatan lain
yang manapun.
a. Jika d < dL atau d > (4 – dL), maka H0 ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi
terhadap sisaan.
b. Jika dU < d < (4 – dU), maka H0 diterima, berarti tidak terdapat auotokorelasi
antar sisaan.
c. Namun jika dL < d < dU atau (4 – dU) < d < (4 – dL), maka uji Durbin- Watson
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (inconclusive).
Untuk nilai-nilai ini, tidak dapat (pada suatu tingkat signifikansi tertentu) disimpulkan
ada tidaknya autokorelasi di antara faktor-faktor gangguan.
12
Model Summaryb
Dari Tabel diketahui nilai uji Durbin Watson sebesar 1.837 yang terletak antara 1.66
dan 2.34, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi tidak terdapat autokorelasi telah
terpenuhi.
3. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa tidak terjadi
hubungan yang sangat kuat atau tidak terjadi hubungan linier yang sempurna atau
dapat pula dikatakan bahwa antar variabel bebas tidak saling berkaitan. Cara
pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai Tolerance yang didapat dari
perhitungan regresi berganda, apabila nilai tolerance < 0,1 maka terjadi
multikolinearitas. Nilai multikolinearitas disajikan dalam Tabel
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -6236.215 1658.502 -3.760 .001
13
Uji multikolinearitas dapat pula dilakukan dengan cara membandingkan
nilaiVIF (Variance Inflation Faktor) dengan angka 10. Jika nilai VIF > 10 maka
terjadi multikolinearitas. Berikut hasil pengujian masing-masing variabel bebas :
VIF untuk tingkat upah (X1) adalah 1.340
VIF untuk masa kerja (X2) adalah 1.461
VIF untuk usia (X3) adalah 1.306
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel bebas. Dengan demikian uji asumsi tidak adanya
multikolinearitas dapat terpenuhi.
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi
ketidaksamaan nilai simpangan residual akibat besar kecilnya nilai salah satu variabel
bebas. Atau adanya perbedaaan nilai ragam dengan semakin meningkatnya nilai
variabel bebas. Prosedur uji dilakukan dengan Uji Glejser. Pengujian kehomogenan
ragam sisaan dilandasi pada hipotesis:
H0 : ragam sisaan homogen
H1 : ragam sisaan tidak homogen
Prosedur pengujian kehomogenan ragam sisaan adalah:
1. Melakukan pendugaan parameter model regresi linier dengan metode kuadrat
terkecil.
2. Menghitung sisaan dari model regresi yang diperoleh dari langkah 1.
3. Membuat regresi nilai mutlak sisaan, |ei| terhadap peubah penjelas dengan
bentuk fungsional |ei|= β0 + β1Xi + Vi
4. Melakukan uji keberartian koefisien regresi. Jika koefisien regresi tidak nyata
maka terdapat hubungan yang penting secara statistis di antara peubah
sehingga dapat disimpulkan bahwa sisaan mempunyai ragam homogeny
(konstan).
Nilai signifikansi untuk heterokedastisitas menggunakan uji glejser dapat
dilihat pada Tabel
14
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 561.888 616.423 .912 .368
Dengan menggunakan bantuan SPSS didapat model regresi yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
15
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -6236.215 1658.502 -3.760 .001
Berdasarkan pada Tabel 4.6 diatas didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
Y = -6236,215 + 40,103 X1+ 82,672 X2 – 20,625 X3
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
� Produktivitas kerja akan meningkat sebesar 40,103 linting untuk setiap tambahan satu
tahun X1 (tingkat upah) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Jadi apabila tingkat
upah mengalami peningkatan 1 tahun, maka produktivitas kerja akan meningkat sebesar
40,103 linting.
� Produktivitas kerja akan meningkat sebesar 82,672 linting untuk setiap tambahan satu
tahun X2 (masa kerja) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Jadi apabila masa
kerja mengalami peningkatan 1 tahun, maka produktivitas kerja akan meningkat sebesar
82,672 linting.
� Produktivitas kerja akan menurun sebesar 20,625 linting untuk setiap tambahan satu tahun
X3 (usia) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Jadi apabila usia mengalami
peningkatan 1 tahun, maka produktivitas kerja akan menurun sebesar 20,625 linting.
Untuk mengetahui diantara ketiga variabel bebas tersebut berpengaruh paling dominan
terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien beta masing-masing. Koefisien beta
merupakan nilai dari koefisien regresi yang telah distandarisasi dan berguna untuk
membandingkan mana diantara variabel bebas yang dominan terhadap variabel terikat.
16
Dari Tabel dapat dilihat nilai koefisien beta untuk masing-masing variable bebas
tersebut adalah sebagai berikut :
� Nilai koefisien beta X1 (tingkat upah) adalah 0.651
� Nilai koefisien beta X2 (masa kerja) adalah 0.210
� Nilai koefisien beta X3 (usia) adalah -0.154
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga variabel bebas dalam penelitian ini
yang lebih dominan pengaruhnya adalah tingkat upah.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk melihat kontribusi variabel bebas terhadap variabel
terikat. Dari analisa perhitungan diperoleh nilai R 2 (koefisien determinasi) dan koefisien
korelasi (R) seperti dalam Tabel
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .781 .610 .577 606.267 1.837
a. Predictors: (Constant), Usia, Tingkat Upah, Masa Kerja
b. Dependent Variable: Produktivitas Tenaga Kerja
17
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari
analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai atau
tidak.
H0 ditolak jika F hitung > F tabel
H0 diterima jika F hitung < F tabel
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.067E7 3 6889283.552 18.743 .000a
Residual 1.323E7 36 367559.704
Total 3.390E7 39
Berdasarkan Tabel 4.8, nilai F hitung sebesar 18,743. Sedangkan F tabel (α = 0.05 ; db regresi
= 3 : db residual = 36) adalah sebesar 2,87. Karena F hitung > F tabel yaitu 18,743 > 2,87
maka analisis regresi adalah signifikan. Hal ini berarti H 0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja dapat dipengaruhi secara signifikan oleh
variabel bebas yaitu tingkat upah, masa kerja, dan usia.
Uji T / Parsial
t test digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
jika t hitung > t tabel atau -t hitung < -t tabel maka hasilnya signifikan dan berarti H 0
ditolak dan H1 diterima.
jika t hitung < t tabel atau -t hitung > -t tabel maka hasilnya tidak signifikan dan
berarti H0 diterima dan H1 ditolak.
18
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -6236.215 1658.502 -3.760 .001
Berdasarkan uji t test dapat diketahui bahwa variabel bebas yang mempunyai
pengaruh secara signifikan dan paling kuat terhadap variabel terikat (produktivitas kerja)
adalah tingkat upah, karena upah memiliki nilai t hitung yang paling tinggi. Tetapi hal ini
tidak diikuti oleh variabel masa kerja dan usia, variabel usia menunjukkan nilai tidak
signifikan sehingga terdapat tidak terdapat pengaruh terhadap produktivitas.
19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel apa sajakah yang mempunyai
pengaruh pada produktivitas kerja. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah
variabel tingkat upah, masa kerja, dan usia sedangkan variabel terikat yang digunakan adalah
produktivitas kerja. Berdasarkan pada penghitungan analisis regresi linier berganda, dapat
diketahui :
1. Pengaruh secara simultan (bersama-sama) tiap variabel bebas terhadap produktivitas kerja
dilakukan pengujian dengan F-test. Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh
nilai F Hitung sebesar 18,743, sedangkan F table pada taraf signifikan 0,05 menunjukan
nilai sebesar 2,87. Hal tersebut berarti F hitung lebih besar dari F table sehingga H 0
ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan
secara simultan terhadap produktivitas kerja.
2. Untuk mengetahui pengaruh secara individu (parsial) variabel bebas (tingkat upah, masa
kerja, dan usia) terhadap produktivitas kerja dilakukan dengan pengujian t-test. Dari hasil
analisis regresi linier berganda diperoleh nilai statistikt variabel tingkat upah sebesar
5,402, masa kerja sebesar 1,667, dan usia sebesar 1,298. sedangkan t table pada taraf
signifikan 0,05 menunjukan nilaisebesar 2.028. Hal tersebut bararti bahwa variabel bebas
yang memiliki pengaruh partial secara signifikan terhadap produktivitas kerja hanya upah
namun masa kerja dan umur tidak memberikan pengaruh secara nyata, artinya tingkat
upah dapat meningkatkan produktivitas kerja secara nyata.
3. Berdasarkan nilai koefisien beta dan t hitung didapatkan bahwa variabel yang dominan
mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja adalah tingkat upah, karena upah memiliki
nilai t hitung dan koefisien beta yang paling tinggi.
20
Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mempunyai pengaruh dominan dari semua
variabel bebas adalah tingkat upah terhadap produktivitas kerja, sehingga saran yang dapat
disampaikan adalah :
1. Sebisa mungkin perusahaan selalu mengkondisikan keadaan intern dengan keadaan di luar
perusahaan, seperti memberikan tingkat upah yang sesuai dengan standart tingkat Upah
Minimum. Dengan adanya peningkatan tingkat upah akan dapat meningkatkan
produktivitas kerja tenaga kerja dan kedua belah pihak akan mendapat keuntungan.
2. Adanya penghargaan untuk tenaga kerja yang mempunyai masa kerja lama
21
Data Pengamatan :
N Y X1 X2 X3
(linting) (ribuan) (tahun) (tahun)
1 3000 210 13 45
2 3000 211 13 41
3 1500 211 13 39
4 2000 210 17 60
5 3000 211 16 52
6 1000 198 13 58
7 4000 250 18 41
8 2000 210 15 47
9 3000 250 11 33
10 3000 211 14 49
11 1000 180 10 39
12 3000 211 16 41
13 3000 211 17 39
14 2000 210 15 37
15 3000 211 18 39
16 1000 198 13 48
17 3000 211 12 35
18 1500 198 13 45
19 3000 210 12 42
20 3000 210 11 38
21 3000 211 12 43
22 1000 188 12 39
23 1000 198 10 34
24 1500 198 14 45
25 3000 210 12 40
26 3000 211 13 44
27 1000 198 11 36
28 1000 198 13 42
29 3000 211 13 39
30 3000 211 17 46
31 3000 210 14 45
32 3000 211 13 41
33 3000 211 13 39
34 2000 211 18 59
35 2500 210 14 52
36 1000 198 10 58
37 4000 250 19 47
38 3000 211 15 41
39 4000 250 12 33
40 3000 211 13 49
22