Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS SWOT DALAM PENGENDALIAN TATA RUANG

KOTA MAKASSAR SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN


RESIKO BENCANA
Muh. Albab Gunawan

Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas


Hasanuddin, Gowa
Jl. Poros Malino Km.6 Kabupaten Gowa 92111
gunawanalbab@gmail.com

I. PENDAHULUAN

Banjir merupakan salah satu bentuk fenomena alam yang terjadi akibat
intensitas curah hujan yang tinggi di mana terjadi kelebihan air yang tidak tertampung
oleh jaringan pematusan suatu wilayah. Kondisi tersebut berdampak pada timbulnya
genangan di wilayah tersebut yang dapat merugikan masyarakat. Peningkatan
intensitas curah hujan secara dinamis dan signifikan yang terjadi pada umumnya
disebabkan oleh peningkatan gejala dari pemanasan global berupa kenaikan suhu
permukaan bumi yang disebabkan oleh aktivitas yang terjadi di permukaan.

Berdasarkan RTRW Kota Makassar, kawasan dengan tingkat komplikasi,


tingkat strategis, dan tingkat sensitifitas yang tinggi yang dapat memberi dampak vital
bagi perkembangan pembangunan Kota diantaranya: Kawasan sungai Sungai Tallo,
yang berada sepanjang koridor Sungai Tallo dan bermuara di bahagian Utara Kota serta
disebut DAS Tallo, dan Kawasan Sungai Jeneberang yang berada sepanjang koridor
Sungai Jeneberang terletak di bahagian selatan Kota serta disebut DAS Jeneberang.

Permasalahan bencana banjir di Kota Makassar sudah saatnya memerlukan


suatu penataan atau perencanaan yang sistematis. Kejadian banjir yang melanda
beberapa kawasan Kota ini selama beberapa tahun terakhir sebagai indikasi bahwa
penanggulangan yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada langkah-langkah
yang sistematis dan terencana sebagai upaya pencegahan bencana atau pengurangan
resiko bencana akibat proses pembangunan yang terus digalakkan.

Dalam rangka melakukan penataan kawasan banjir akibat semakin kurangnya


ruang terbuka hijau dan wilayah resapan air serta semakin luasnya wilayah genangan
atau banjir, sementara di sisi lain kebutuhan terhadap ruang semakin meningkat, maka
diperlukan pendekatan pengelolaan ruang wilayah secara bijaksana dengan
mempertimbangkan data resiko kawasan rawan bencana, strategi pencegahan bencana
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan,
yang kemudian disebutkan dengan pendekatan penataan ruang yang berbasis
pengurangan resiko bencana.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu


organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi
dan program kerja. Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan
oleh Kearns menampilkan tabel faktor eksternal (Peluang dan Tantangan) dan tabel
faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan).

Opportunity Threaths
Internal
Strength Commparative Mobiliation
Advantage
Weakness Divestment/Investm Damage
ent Control
Sumber: Hisyam, 1998
Keterangan:
Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan
kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan
upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk
memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu
menjadi sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi
seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang
yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan
yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah
(melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan
menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak
menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.

Berikut ini adalah analisa SWOT untuk mengklasifikasikan kekuatan, peluang,


tantangan dan kelemahan kota Makassar dalam Pengendalian Kawasan Banjir, yaitu :

a. Kekuatan (strength)
Beberapa kekuatan (strength) yang dapat digunakan antara lain, sebagai berikut :
1) Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
2) Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
b. Peluang (Opportunities)
Beberapa peluang (opportunities) yang dapat dimanfaatkan, antara lain sebagai
berikut :
1) Mengurangi ancaman bencana sudah menjadi komitmen pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha;
2) Telah berkembangnya kapasitas organisasi masyarakat dan organisasi non pemerintah
seperti SAR, PMI, TAGANA dan sebagainya;
3) Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kondisi daerah yang aman bencana;
4) Penerapan Otonomi Daerah.
5) Persetujuan melakukan Hibah Langsung
c. Tantangan (Threats)
Beberapa tantangan (threats) yang perlu diantisipasi antara lain sebagai berikut :
1) Belum disahkanya atau masih dilakukan pembahasan draft rencana tata ruang kota
Makassar 2015-2025
2) Kepedulian dan ketangguhan masyarakat yang masih harus ditingkatkan;
3) Kapasitas kelembagaan penanggulangan bencana masih harus ditingkatkan;
4) Penyusunan SOP dan Protap belum ditetapkan sebagai peraturan daerah atau peraturan
walikota.
5) Dis-harmonisasi Tupoksi antara lembaga yang menangani penanganan
penanggulangan bencana ditingkat Kota;
6) Kebijakan sektor yang kurang berorientasi kepada upaya penanggulangan bencana;
7) Meningkatnya jumlah penduduk urban yang mendesak pertumbuhan kawasan
perumahan.
8) Masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai upaya pengurangan resiko genangan
dan banjir.
d. Kelemahan (Weakness)
Beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan antara lain, sebagai berikut:
1) Penataan Ruang Kota Makassar belum berbasis mitigasi dan kebencanaan.
2) Belum tersusunnya Zoning Regulatioan Kawasan Rawan Bencana.
3) Pengendalian pembangunan yang tidak mendukung upaya pengurangan resiko
bencana masih lemah.
4) Ringannya sanksi terhadap seseorang dan badan usaha yang melanggar tata ruang.
5) Sistem drainase yang belum terkoneksi dengan saluran utama dan banyak yang tertutup
dengan sedimen dan sampah.
6) Sarana dan prasarana kerja yang terbatas;
7) Masih Terbatasnya informasi daerah rawan bencana.

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan dan disampaikan saran sebagai
berikut.
1. Rencana tata ruang, dan proses penataan ruang secara keseluruhan di Kota
Makassar, sejauh ini belum memperhatikan kawasan yang cukup rentan terhadap bencana,
konversi pemanfaatan lahan yang tidak terkendali, dan inefisiensi pengaturan fungsi
ruang.
2. Pemerintah Kota Makassar perlu melakukan upaya pengendalian
pemanfaatan ruang yang tegas dan konsisten untuk menjamin agar pemanfaatan ruang tetap
sesuai tujuan yaitu mewujudkan ruang kehidupan yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
REFERENSI
BPBD Kota Makassar. 2013. Upaya Pengurangan Resiko Bencana, Makassar.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Makassar 2005-2015.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Undang Undang Nomor 24Tahun 2007 tetang Penanggulangan Bencana.
Zubair.A. 2012. IDENTIFIKASI ZONA GENANGAN BANJIR KOTA MAKASSAR
BERBASIS SIG. Teknik Sipil Unhas, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai