Anda di halaman 1dari 11

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA SISTEM INTEGUMEN

Jenis Pemeriksaan Diagnostik pada Kulit (Integumen)


A. Pemeriksaan tes alergi kulit
B. Biopsi Kulit
C. Imunofluoresensi (IF)
D. Pemeriksaan Apus Tzanck
E. Pemeriksaan Cahaya Wood
F. Kerokan/guntingan kulit
G. Kultur Kulit
H. Pemeriksaan kalium Hidroksida dan Kultur Jamur

A. PEMERIKSAAN TES ALERGI KULIT


 Fungsi : pengujian dilakukan untuk mengetahui penyebab alergi kulit
 Hasil uji kulit bukanlah penentu diagnosis, namun alat diagnosis dan banyak disukai
penderita
 Terdapat beberapa tes alergi kulit :
1. Uji kulit intradermal
Prosedur Pemeriksaan
Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin disuntikkan
secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm gelembung. Dimulai dengan
konsentrasi terendah yang menimbulkan reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur
masing-masing dengan konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15
mm.
2. Uji temple
a. Tujuan Pemeriksaan
Mendapatkan identifikasi substasi yang dapat menyebabkan respon alergi pada
kulit dengan menggunakan plester khusus ( exclusiveputches ).
b. Indikasi
 Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah.
 Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.
 Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat.
 Untuk membedakan dermatitis kontak iritan dengan dermatitis kontak alergi
c. Kontra Indikasi
 klien dengan dermatitis akut
 klien dengan konsumsi steroid oral
d. Prosedur Pemeriksaan
 Sejumlah kecil bermacam-macam substansi atau alergen diaplikasikan pada
kulit menggunakan pita perekat yang disiapkan secara komersial yang berisi
alergen atau alergen ditempatkan pada lapisan alumunium pada pita perekat
khusus.
 Interpretasi dibuat pada 48, 72, dan 96 jam dan terkadang setelah satu minggu.
 Respon eksematosa spesifik pada daerah tes dengan eritema, papula, atau
vesikel kecil mengindikasikan reaksi yang positif dan mengonfirmasi
sensitivitas kontak alergi
e. Peran Perawat
Memberikan penjelasan sebelum dan sesudah tindakan tentang :
 Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tanggal
pelaksanaan.
 Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan
pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan
jumlah yang bervariasi.( 20 – 30 buah.)
 Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih
menempel.
 Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit.
 2- 3 hari setelah tes plester dilepas kemudian lokasi dievaluasi.
 Pita perekat harus digunakan selama 48 jam tanpa ganguan pada penempelan
dan kemudian dibersihkan
 Berikan penjelasan pada klien bahwa substansi (alergen) tersebut berpotensi
menyebabkan reaksi kulit berupa inflamasi
Konseling terkait penghindaran alergi pada tes yang positif atau arti pada
hasil yang negatif merupakan hal yang penting dari tes ini
Pembacaan hasil :
0= tidak ada reaksi
+/- = eritema ringan, meragukan
1+ = reaksi ringan (eritema dengan edema ringan)
2+ = reaksi kuat (papular eritema dengan edema)
3+ = reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)
3. Uji tusuk
a. Tujuan Pemeriksaan
Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk anak.
b. Prosedur pemeriksaan
 Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan bawah
dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan pergelangan tangan
 Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol) diletakkan pada
permukaan kulit
 Lapisan superfisial kulit ditusuk dan dicungkil ke atas memakai lanset atau
jarum yang dimodifikasi, atau dengan menggunakan jarum khusus untuk uji
tusuk.
Pembacaan dilakukan 15-20 menit dengan mengukur diameter bentol dan eritema.
Positif apabila rata-rata diameter satu bentol 3 mm lebih besar daripada kontrol
negatif.5 Adapun interpretasi hasil tes:
Hasil negatif: sama dengan kontrol negatif.
Hasil +1 : 25% dari kontrol positif.
Hasil +2 : 50% dari kontrol positif.
Hasil +3 : 100% dari kontrol positif.
Hasil +4 : 200% dari kontrol positi
4. Uji gores
 Uji gores kulit (SPT)adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif rendah,
namun reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Karena test adalah perkutan,
langkah-langkah pengendalian infeksi sangat penting.
 Uji gores sudah banyak ditinggalkan karena hasilnya kurang akurat.

B. BIOPSI KULIT
a. Tujuan Pemeriksaan
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara eksisi
dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skinpunch) dengan mengambil bagian tengah
jaringan.
b. Pemeriksaan
Histopatologi, mikroskopi elektron, imunopatologi, sidik DNA.
c. Indikasi
 Nodul: asal nya tidak jelas (mencegah malignitas), warna dan bentuk tidak lazim.
 Pembentukan lepuh.
 Kanker
 Kelainan bulosa
 Infeksi – infeksi; seperti TBC dan Lepra
d. Tipe Biopsi
1. Biopsi insisi/eksisi:
 Butuh sampel cukup besar ukurannya
 Utk mengangkat lesi yg sangat besar
 Pemberian anestesi lokal: lidoakain (lignokain) 1-2%, adrenalin (epinefrin)
1:10.000 utk mengurangi perdarahan
 Utk diagnostik:
 Buat 2 sayatan yang berbentuk elips. Pastikan bahwa sediaan tadi diambil
melewati tepi lesi, beserta tepi dari kulit yang normal sekitar lesi
 Untuk eksisi yang menyeluruh. Perluas elips yang mengelilingi keseluruhan lesi
;pastikan tepi eksisi memotong vertikal dan tidak miring ke arah tumornya.
 Perbaiki kerusakan yang ditimbulkan
 Kedua tepi, baik karena biopsi insisi maupun eksisi, dirapatkan satu sama lain
dengan jahitan. Untuk memberikan hasil kosmetik yang terbaik pakailah benang
yang sehalus mungkin contoh benang mono filamen sintesis yaitu prolen.
 Catatan : bila diperkirakan terdapat tegangan yang kuat pada garis jahitan
pertimbangkan untuk meminta saran ahli bedah plastik/ bedah kulit
2. Punch biopsy
 Lebih cepat, namun hanya memperoleh sampel yang kecil
 Hanya cocok untuk biopsi diagnostik/mengangkat lesi yang kecil.
 Lakukan anastesi lokal
 Tusukkan pisau biopsi ke dalam lesi dan lakukan gerakkan melingkar
 Tarik ke atas jaringan di tengah irisan tadi dan pisahkan dengan menggunakan
gunting atau skalpel
 Atasi perdarahan dengan perak nitrat atau dengan jahitan kecil
3. Cukur (Shave)
Mengambil contoh jaringan dari epidermis dan secara umum bagian atas dari
dermis dengan menggunakan instrumen, yaitu pisau untuk mengambil
lesi/spesimen disekitar daerah jaringan kulit untuk diagnosis atau terapi
4. Kuret (curettage)
Digunakan untuk membuang atau mengambil jaringan/spesimen menggunakan
instrumen tupe skapel oval atau bundar untuk diagnosis dan terapi
5. Eksisi Bedah (Surgical Excision)
Lesi dieksisi dengan skalpel dengan berbagai variasi cara teknik bedah
Digunakan Ketika :
• Diperlukan untuk mengeksisi lesi secara lengkap
• Batas lesi tidak jelas dari kullit sekitar
• Terdapat kanker baru atau agresif
e. Perawatan Pra Prosedur
 Bergantung pada prosedur
 Instruksikan pada klien untuk menghindari penggunaan aspirin dan produk yang
mengandung aspirin selama 48 jam
 Jika klien sedang mengkonsumsi antikoagulan (heparin atau warfarin), beri tahukan
kepada dokter
 Tinjau riwayat medis klien tentang adanya gangguan sistemik , seperti malfungsi
hepar
 Jika klien memilki riwayat penggantian katup jantung, pastikan diberikan antibiotik
profilaksis
 Siapkan lembar persetujuan tindakan (Informed Consent)
 Anjurkan klien makan makanan ringan untuk mencegah sinkop (pingsan)
f. Perawatan Pasca Prosedur
 Setelah prosedur, tutup hampir keseluruhan daerah biopsi dengan salep antibiotik
dan bebat atau balutan kering (sesuai terapi)
 Ingatkan klien untuk tindakan pemeriksaan selanjutnaya (jika ada)
 Jelaskan pada klien bagaimana dan kapan hasil biopsi akan dilaporkan
C. IMUNOFLUORESENSI (IF)
a. Tujuan Pemeriksaan
Untuk mengidentifikasi lokasi suatu reaksi imun
b. Prosedur Pemeriksaan
Pemeriksaan IF mengkombinasikan antigen dan antibodi dengan zat warna fluorokrom
c. Jenis Pemeriksaan
1. Uji Antibodi Kandida
 Tujuan :
Pengujian antibodi ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandidiasis sistemik
yang paling sering disebabkan oleh candida albicans, suatu infeksi jamur.
Biasanya kandidiasis terjadi di kulit dan membran mukosa.
 Nilai rujukan :
- negatif
- positif : >1:8 titer
2. Antibodi antiskleroderma
 Tujuan :
untuk membantu mendiagnosis skleroderma.
 Nilai rujukan
- negatif : perbatasan : 20-25 unit
- positif : >25 unit

D. PEMERIKSAAN APUS TZANCK


a. Pengertian
Pemerikasaan sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.
b. Tujuan Pemeriksaan
Untuk pengkajian mikroskopik cairan dan sel dari vesikel atau bula
c. Indikasi
 Herpes zoster,varisella, herpes simplek dan semua bentuk pemfigus.
 Secret dari lesi yang dicurigai dioleskan pada slide kaca diwarnai dan periksa.
d. Prosedur Tindakan
 Vesikel utuh, maupun yang baru, pada bagian atas vesikel diambildan dasarnya
dikerok dengan skalpel atau kuret kecil
 Debris diapuskan pada sediaan yang telah diberi label dan dikirim untuk
pemeriksan sitologis
e. Hasil
Adanya sel multinuklear besar dapat menegakkan diagnosis infeksi virus seperti herpes
simpleks atau infeksi herpes zoster

E. PEMERIKSAAN CAHAYA WOOD


a. Pengertian
Disebut juga blacklight yaitu pemeriksaan dengan menggunakan lampu merkuri
tekanan tinggi yang mentransmisikan cahaya UV gelombang panjang (UVA atau
cahaya 360nm), dan memiliki penggunaan untuk diagnosis terbatas yang akan
menghasilkan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang khas
b. Tujuan Pemeriksaan
Untuk membedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi dengan
hiperpigmentasi.
c. Indikasi
 Mendeteksi jamur superfisial dan infeksi bakteri kulit
 Menggmabarkan gangguan pigmentasi dengan pencahayaan kadar kontras antara
lesi dan warna kulit normal
 Mengaksentuasi kontras antara area hipopigmentasi dan area total amelanotik
d. Hasil
 Merupakan sumber sinar ultraviolet yang difilter dengan nikel oksida, digunakan
untuk memperjelas 3 gambaran penyakit kulit :
1. Organisme tertentu penyebab bercak-bercak jamur (ringworm), pada kulit kepala
memeberikan fluoresensi hijau (berguna untuk menentukan diagnosis awal dan
membantu dalam memantau terapi.
2. Organisme yang berperan dalam terjadinya eritrasma memberikan fluoresensi merah
terang.
3. Beberapa kelainan pigmen lebih jelas terlihat-terutama bercak-bercak pucat pada
sklerosis tuberosa dan tanda cafẽ-au-lait pada neurofibromatosa
F. KEROKAN/GUNTINGAN KULIT
a. Pengertian
Merupakan pemeriksaan mikroskopi dan kultur mikologis.
b. Indikasi
Hal ini bermanfaat khususnya bila dicurigai adanya infeksi jamur, atau mencari tungau
skabies.
c. Prosedur Tindakan
 Sedikit kerokan dari permukaan kulit akan mengangkat skuama.
 Skuama ini ditempatkan di kaca mikroskop, ditetesi dengan kalium hidroksida
(KOH) 10% dan ditutup dengan kaca penutup.
 Didiamkan beberapa menit untuk melarutkan membran sel epidermis, sediaan siap
diperiksa.
 Pemeriksaan juga dapat dibantu dengan menambahkan tinta Parker Quink.
 Terhadap guntingan kuku bisa juga dilakukan hal yang sama, tetapi diperlakukan
larutan KOH yang lebih pekat dan waktu yang lebih lama.

G. KULTUR KULIT
a. Tujuan Pemeriksaan
Bakteri, jamur, dan infeksi virus tertentu pada kulit dapat dikonfirmasi dengan kultur,
untuk menentukan antibiotik yang diindikasikan untuk terapi
b. Indikasi
 Infeksi yang tidak responsif terhadap perawtan rutin
 Klien yang telah menjalankan bebrapa kali pemberian antibiotik sistemik dan
masih mengalami infeksi bakteri pada kulit

H. PEMERIKSAAN KALIUM HIDROKSIDA DAN KULTUR JAMUR


a. Pengertian
Infeksi jamur pada kulit, rambut, dan kuku harus dikonfirmasi oleh identifikasi
mikroskopik atau kultur dari kerokan pada area atau keduanya
b. Area pengerokan
 Area manapun dengan dermatitis berskuama harus dikerok untuk dilakukan tes ini
 Daerah khas adalah kulit kepala, area intertriginosa (antara ibu jari kaki, aksila,
lipatan paha, bawah atau antara payudara, lipatan abdominal), dan lipatan kuku
c. Prosedur Tindakan
 Skuama halus dari ujung area dikerok denganpisau skalpel ukuran 15 atau ujung
kaca objek dan diletakkan di atas kaca objek kedua
 Jauhkan sekitar 10% atau 20% kalium hidroksida ditambahkan pada skuama, dan
tutplah dengan penutup pada spesimen
 Tekanan yang lembut diberikan pada penutup agar skuama pipih
 Sediaan dapat dipanaskan dengan suhu rendah untuk melarutkan keratinatau sel
lebih cepat
 Untuk sebuah kultur, sebagai alternatif, kuku distrofik dipotongdan ditanam pada
media
 Debris dari kuku subungual kurang cocok untuk kultur
Daftar Putaka

Brown, RG, Tony Burns. Dermatologi Edisi 8. Jakarta: EMS

Black, M. J, Hawks. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk


Hasil yang Diharapkan Edisi 8 Buku 2. Elsevier: Singapura

Kee, Joyce LeFever. 2008. Pedoman Pemeriksaan laboratorium & Diagnostik. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai