Anda di halaman 1dari 3

Tugas Fisiologi Hewan

Sistem Sirkulasi

Deasyca Yolanda 1731011018

Jasmin Annisa 1731011016

Siti Sara 1631011016

1. Proses pembentukan sel darah merah

Pada sel darah merah ini dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, selanjutnya darah beredar ke
seluruh bagian tubuh yang melalui pembuluh darah. Untuk umur sel darah merah ini kurang lebih yakni
120 hari. Sel darah merah yang sudah tua akan dibongkar di hati dan limpa diemoglobin diubah menjadi
zat warna empedu ( bilirubin ) yang kemudian ditampung dalam kantong empedu. Bilibirun ini berfungsi
memberi warna pada feses, zat besi yang terdapat pada hemoglobin lalu dilepas dan digunakan untuk
membentuk sel darah merah baru. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Produksi eritrosit
ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang
myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit,
megakariosit (pembentuk keping darah).

Sel Pertama yang dikenali sebagai rangkaian pembentukan eritrosit ialah proeritroblas, yang dibentuk
dari sel-sel stem CFU-E. Begitu sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut akan membelah beberapa kali.
Sel-sel baru dari generasi pertama pembelahan tersebut disebut sebagai basofil eritroblas karena dapat
di cat dengan warna basa. Sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.

Pada pembelahan tahap selanjutnya, jumlah hb yang terbentuk lebih banyak dari sebelumnya. Sel yang
terbentuk pada tahap tersebut disebut polikromatofil eritroblas. Pata tahap selanjutnya, jumlah Hb yang
dibentuk akan semakin banya dan sudah memberikan warna merah pada sel. Sel tersebut dikenal
sebagai ortokromatik eritroblas. Pada generasi berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh Hb samapi
konsentrasi 34%, nukleus memadat menjadi kecil, dan sisa akhirnya diabsorbsi dan didorong keluar dari
sel. Pada saat yang bersamaan retikulum endoplasma direabsorpsi. Sel pada tahap ini disebut
retikulosit, karena masih mengandung sejumlah kecil materi basofilik yang terdiri dari sisa-sisa aparatus
golgi, mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya. Selama tahap retikulosit, sel-sel akan berjalan
dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori
membran kapiler). Materi basofilik yang tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam
waktu 1 sampai 2 hari, dan kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup retikulosit ini pendek
, maka konsentrasinya diantara semua sel darah normalnya sedikit kurang dari 1 persen.

Apabila eritrosit telah berada dalam sirkulasi, maka dalam keadaan normal umur sel darah merah yakni
kurang lebih hanya 120 hari. Sel darah merah yang telah tua menjadi lebih rapuh dan dapat pecah dalam
perjalanannya melalui pembuluh darah yang sempit. Sebagian eritrosit akan pecah di dalam limpa
karena terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa dan sebagiannta lagi akan dibongkar di hati. Hb
yang terlepas dari eritrosit akan difagositosis dan dicernakan oleh sel-sel makrofag terutama yang
terdapat dalam limpa, hati dan sumsum tulang. Kemudian di hati, hb diubah menjadi zat warna empedu
(bilirubin) yang akan ditampung dalam kantong empedu. Bilirubin ini berfungsi memberi warna pada
feses. Zat besi yang ada pada hb diangkut kemudian dilepas dan diangkut kedalam sumsum tulang untuk
digunakan dalam pembentukan sel darah merah baru atau disimpan di hati dan jaringan lain dalam
bentuk ferritin.

Dalam tahapan pembentukan eritrosit, kadar O2 di udara, hormon eritopoietin, protein, cobalt (Co),
tembaga (Cu), besi (Fe) dan vitamin B12 penting diperhatikan karena merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi proses tersebut.

2. Proses perombakan sel darah merah

Di dalam hati terdapat sel yang berfungsi merombak sel darah merah yang sudah tua dan rusak.
Sel yang demikian dinamakan sel histiosit. Sel darah merah yang tua dan rusak di dalam hati sekitar lebih
dari 10 juta sel. Dalam proses perombakannya, hemoglobin (Hb) dipecah menjadi zat besi (Fe), hemin,
dan globin. Zat besi akan diambil dan di simpan dalam hati, yang selanjutnya dikembalikan ke sumsum
tulang sehingga terbentuk eritrosit baru. Globin akan dibentuk menjadi Hb baru. Sementara hemin
dipecah menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna hijau biru. Zat warna empedu dikeluarkan ke
usus 12 jari dan dioksidasi menjadi urobilin yang berwarna kuning coklatan. Warna ini akan memberikan
warna khas tersendiri pada feses dan urine yang kita keluarkan setiap harinya.

3. Jenis Leukosit

Berdasarkan ada tidaknya granula leukosit dibagi menjadi Granulosit dan Agranulosit

1) Granulosit dibagi menjadi 3 setelah diberikan pewarnaan yaitu neutrophil, eosinophil, dan basophil

 Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda berfungsi sebagai Fagosit yang sangat
aktif menyerang dan menghancurkan bakteri, virus dan agen penyebab cedera lainnya.
 Eosinofil memiliki granula kasar berwarna jingga kemerahan berfungsi untuk fagosit yang lemah
dan berperan sebagai pembuangan racun penyebab radang pada jaringan yang cedera
 Basofil memiliki granula besar berwarna ungu kehitaman. Basophil mengandung histamine yang
berfungsi untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera dan antikoagulan heparin
untuk membantu mencegah penggumpalan darah intravaskuler

2) Agranulosit dibedakan menjadi dua jenis yaitu limfosit dam monosit

 Limfosit berfungsi sebagai reaksi imunologis (kekebalan tubuh), ada 2 jenis limfosit yaitu:
A) Limfosit B : memproduksi antibody untuk merespons antigen tertentu
B) Limfosit T : Tidak memproduksi antibody tapi mengenali dan melakukan interaksi
dengan antigen melalui protein reseptor di permukaan sel. Limfosit T memproduksi zat
aktif lomfokin untuk membantu limfosit b dalam merespon antigen.
 Monosit berfungsi sebagai fagosit yang sangat aktif dan bermigrasi melalui pembuluh darah
menjadi histiosit (Makrofag) yang berumur panjang dalam jaringan.
4. Proses pembekuan darah :

 Saat terjadi luka dan darah keluar makan trombosit akan bersentuhan dengan permukaan luka
yang kasar
 Trombosit pecah mengeluarkan trombokinase
 Trombokinase bersama – sama dengan ion Ca2+ dan vitamin K akan mengubah protombin
menjadi thrombin
 Thrombin akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang akan menghalangi keluarnya sel darah
hingga terjadi pembekuan darah

Anda mungkin juga menyukai