Anda di halaman 1dari 4

A.

PENGERTIAN ERITROSIT

Sel darah merah merupakan sel yang paling sederhana yang terdapat di dalam tubuh. Dalam
istilah medis sel darah merah dikenal sebagai eritrosit. Eristrosit merupakan istilah yang
berasal dari bahasa Yunani, yakni erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti
selubung darah.

Eritrosit

Eritrosit merupakan bagian dari sel darah dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh yang
produksinya berbeda antara masa janin dengan masa sesudah kelahiran. Sumsum tulang dari
semua tulang akan memproduksi eritrosit hingga seseorang berumur 5 tahun, terkecuali
bagian proksimal humerus (tangan) dan tibia (tulang kering). Bagian proksimal humerus dan
tibia hanya akan memproduksi sedikit eritrosit bahkan kemudian tidak memproduksi lagi saat
mencapai usia kurang lebih 20 tahun. Setelah usia tersebut, eritrosit akan diproduksi dalam
sumsum tulang membranosa, seperti vertebrae (tulang belakang), sternum (tulang dada),
costae (tulang rusuk) dan illium. Namun, jumlah eritrosit yang diproduksi oleh sumsum
tulang membranosa juga akan sedikit dan berkurang seiring pertambahan usia seseorang.

B. FUNGSI ERITROSIT

Sel darah merah memiliki peran penting dalam tubuh, diantaranya meliputi; fungsi utama
eritrosit ialah mengedarkan darah kaya oksigen (O2) dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh. Dalam menjalankan fungsi tersebut, eritrosit dibantu oleh hemoglobin (Hb). Hb
merupakan substansi eritrosit yang terdiri dari rantai heme dan globin. Rantai heme ini
merupakan senyawa besi protoporfirin yang membentuk bagian pigmen atau bagian bebas
protein dalam Hb dan berperan mengakut O2. Eritrosit berperan sebagai dapar asam basa
yang baik untuk seluruh darah.

Eritrosit mengandung enzim karbonik anhidrase, yaitu enzim yang berfungsi


meningkatkan kecepatan dalam mengatalisis reaksi reversibel antara karbondioksida (CO2)
dan air (H2O) untuk membentuk asam karbonat (H2CO3) beberapa ribu kali lipat.

Hb sebagai substasi eritrosit berperan dalam menangkal patogen atau bakteri melalui
proses lisis dengan mengeluarkan radikal bebas yang dapat menghancurkan membran sel
patogen dan membunuh bakteri. Oleh karena itu dikatakan eritrosit berperan dalam menjaga
sistem kekebalan tubuh (antibodi). Eritrosit berperan dalam pelebaran pembuluh darah.

C. STRUKTUR ERITROSIT

Sel darah merah merupakan sel yang memiliki struktur yang lebih sederhana dibandingkan
sel lainnya. Sel ini tidak memiliki organel seperti mitokondria, lisosom, aparatus golgi dan
nukleus. Namun, meskipun begitu sel darah merah tidak bersifat inert. Adanya substansi Hb
di dalam eritrosit memberikan warna merah pada darah.

Struktur eritrosit normal ialah tidak memiliki inti dan berbentuk lempeng bikonkaf dengan
diameter kira-kira 7-8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian paling tebal
serta 1 mikrometer atau kurang pada bagian tengahnya. Bentuk sel darah merah dapat
berubah-ubah ketika sel berjalan melewati kapiler, namun perubahan bentuk ini tidak akan
menyebakan sel mengalami ruptur. Hal tersebut disebabkan dalam keadaan normal, sel darah
merah memiliki kelebihan membran sel untuk menampung zat di dalamnya sehingga tidak
akan merenganggkan membran secara hebat.

Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu adalah 90-95 mikrometer, sedangkan
jumlah sel darah merah sangat bergantung pada jenis kelamin dan dataran tempat tinggal
seseorang. Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter adalah 5.200.000
(300.000) dan pada wanita normal 4.700.000 (300.000). Orang yang tinggal di dataran
tinggi memiliki jumlah sel darah merah yang lebih besar dibandingkan orang yang tinggal di
dataran rendah.

D. PROSES PEMBENTUKAN ERITROSIT

Proses pembentukan eritrosit disebut juga eritropoiesis. Pembentukan eritrosit diregulasi


oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut eritropoietin. Sel Pertama yang dikenali sebagai
rangkaian pembentukan eritrosit ialah proeritroblas, yang dibentuk dari sel-sel stem CFU-E.
Begitu sel proeritroblas terbentuk, sel tersebut akan membelah beberapa kali. Sel-sel baru
dari generasi pertama pembelahan tersebut disebut sebagai basofil eritroblas karena dapat di
cat dengan warna basa. Sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin.
Pada pembelahan tahap selanjutnya, jumlah hb yang terbentuk lebih banyak dari sebelumnya.
Sel yang terbentuk pada tahap tersebut disebut polikromatofil eritroblas. Pata tahap
selanjutnya, jumlah Hb yang dibentuk akan semakin banya dan sudah memberikan warna
merah pada sel. Sel tersebut dikenal sebagai ortokromatik eritroblas. Pada generasi
berikutnya, sel sudah dipenuhi oleh Hb samapi konsentrasi 34%, nukleus memadat menjadi
kecil, dan sisa akhirnya diabsorbsi dan didorong keluar dari sel. Pada saat yang bersamaan
retikulum endoplasma direabsorpsi. Sel pada tahap ini disebut retikulosit, karena masih
mengandung sejumlah kecil materi basofilik yang terdiri dari sisa-sisa aparatus golgi,
mitokondria, dan sedikit organel sitoplasma lainnya.

Selama tahap retikulosit, sel-sel akan berjalan dari sumsum tulang masuk ke dalam kapiler
dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran kapiler). Materi basofilik yang
tersisa dalam retikulosit normalnya akan menghilang dalam waktu 1 sampai 2 hari, dan
kemudian menjadi eritrosit matur. Karena waktu hidup retikulosit ini pendek , maka
konsentrasinya diantara semua sel darah normalnya sedikit kurang dari 1 persen.

Apabila eritrosit telah berada dalam sirkulasi, maka dalam keadaan normal umur sel darah
merah yakni kurang lebih hanya 120 hari. Sel darah merah yang telah tua menjadi lebih rapuh
dan dapat pecah dalam perjalanannya melalui pembuluh darah yang sempit. Sebagian eritrosit
akan pecah di dalam limpa karena terjepit sewaktu melewati pulpa merah limpa dan
sebagiannta lagi akan dibongkar di hati. Hb yang terlepas dari eritrosit akan difagositosis dan
dicernakan oleh sel-sel makrofag terutama yang terdapat dalam limpa, hati dan sumsum
tulang. Kemudian di hati, hb diubah menjadi zat warna empedu (bilirubin) yang akan
ditampung dalam kantong empedu. Bilirubin ini berfungsi memberi warna pada feses. Zat
besi yang ada pada hb diangkut kemudian dilepas dan diangkut kedalam sumsum tulang
untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah baru atau disimpan di hati dan jaringan
lain dalam bentuk ferritin.

Perbedaan Karakteristik Eritrosit selama eritropoiesis, karakteristik ini dapat dilihat selama
pematangan eritrosit:
Ukuran sel menurun

Volume sitoplasma meningkat

Awalnya ada inti dan karena sel matang ukuran inti berkurang sampai hilang dengan

pelarutan materi kromatin.

Regulasi eritropoiesis

Anda mungkin berpikir logis dengan menduga bahwa karena fungsi utama dari eritrosit
adalah untuk mengangkut O2 dalam darah, stimulus utama untuk produksi eritrosit adalah
kadar O2 rendah. Anda akan benar, tetapi tingkat O2 rendah tidak merangsang eritropoiesis
dengan bertindak langsung pada sumsum tulang. Sebaliknya, merangsang ginjal untuk
mengeluarkan hormon eritropoetin ke dalam darah, dan hormon ini dalam efek domino
merangsang sumsum tulang untuk memproduksi eritrosit.

http://www.ilmudasar.com/2016/08/Pengertian-Struktur-Fungsi-Proses-Pembentukan-
Eritrosit-adalah.html

http://www.sridianti.com/proses-pembentukan-sel-darah-merah-eritropoiesis-2.html

http://www.ilmudasar.com/2016/12/Pengertian-Macam-Macam-Pembentukan-dan-Fungsi-
Sel-Darah-adalah.html

Anda mungkin juga menyukai