KEPUTUSAN DIREKTUR
NOMOR : 445/0229/180/188.43/X/2019
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR NOMOR : 445.800/0668/SK.HPK/TU/IV/2016
TENTANG KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
MEMUTUSKAN
Direktur,
HAK PASIEN
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di
Rumah Sakit.
2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit.
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain
yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
9. Pasien berhak mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk
data-data medisnya.
10. Pasien berhak mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di Rumah Sakit.
15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit
terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
17. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun
pidana
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;
2. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah
Sakit;
3. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan
pelayanannya;
4. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;
5. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin;
6. Melaksanakan fungsi sosial;
7. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien;
8. Menyelenggarakan rekam medis;
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak meliputi sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia;
10. Melaksanakan sistem rujukan;
11. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta
peraturan perundang-undangan;
12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien;
13. Menghormati dan melindungi hak pasien;
14. Melaksanakan etika Rumah Sakit;
15. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana;
16. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun
nasional;
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi
dan tenaga kesehatan lainnya;
18. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws);
19. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
20. Memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagi kawasan tanpa rokok.
KEWAJIBAN PASIEN
KEBIJAKAN UMUM
a. Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga sesuai undang-undang yang berlaku.
b. Rumah sakit menghormati privasi pasien.
c. Melindungi kelompok berisiko dari kekerasan fisik.
d. Membantu mencari second opinion dalam pelayanan.
e. Melakukan informed consent sebelum tindakan medis.
f. Menghormati hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
g. Mendukung dan memfasilitasi hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat pada akhir kehidupan pada pasien tahap terminal.
h. Melakukan pengelolaan nyeri dengan menerapkan manajemen nyeri sesuai panduan.
i. Menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien.
j. Memberikan pelayanan kerohanian sesuai agama dan kepercayaan pasien.
k. Rumah sakit tidak melakukan penelitian.
l. Tidak melayani pasien yang melakukan donor organ atau pasien yang mendapatkan
donor organ.
KEBIJAKAN KHUSUS
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
dan memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
a. Pemberian Informasi hak dan kewajiban pasien
1) Pemberian informasi hak dan kewajiban pasien, tata tertib dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit diberikan kepada pasien pada saat masuk rawat inap
atau rawat jalan dan tersedia pada setiap kunjungan atau selama dirawat.
2) Rumah Sakit memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien dengan
cara dan bahasa yang dipahami oleh pasien yaitu dapat berupa General
Consent, Leaflet, Poster dan Banner yang di letakkan di area pelayanan Rumah
Sakit.
b. Penjelasan hak pasien dalam pelayanan
1) Untuk mendapatkan persetujuan, pasien harus diberikan penjelasan tentang hal
yang berhubungan dengan pelayanan yang telah direncanakan, terkait dengan
keputusan persetujuan tersebut.
2) Pasien dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan/pengobatan yang
direncanakan atau meneruskan pelayanan/pengobatan setelah kegiatan dimulai.
3) Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarga berpartisipasi dalam proses
pelayanan.
a) Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarga, dengan cara dan bahasa
yang dapat dimengerti tentang proses bagaimana mereka akan diberitahu
tentang kondisi medis dan diagnosis pasti, bagaimana mereka akan
dijelaskan tentang rencana pelayanan dan pengobatan dan bagaimana
mereka dapat berpartisipasi dalam keputusan pelayanan, bila mereka
memintanya.
b) Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana
mereka akan dijelaskan tentang hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk
hasil yang tidak diharapkan dan siapa yang akan memberitahukan.
c) Kebutuhan darurat, mendesak atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.
2. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi, dan
memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit.
Perlindungan terhadap kekerasan fisik
1) Semua pasien bayi, anak, cacat, lanjut usia dan yang tidak mampu melindungi
dirinya/koma, yang beresiko terhadap kekerasan fisik mendapatkan perlindungan
yang layak.
2) Selain kekerasan fisik, perlindungan juga terhadap keselamatan pasien seperti
melindungi dari penyiksaan. Kelalaian asuhan, tidak dilaksanakannya pelayanan atau
bantuan dalam kejadian kebakaran dan bencana lainnya.
3) Pemantauan sekitar area Rumah Sakit dilakukan melalui CCTV oleh Security, lokasi
yang terpencil dilakukan pemantauan dengan menggunakan pemantauan keliling
secara berkala oleh petugas keamanan/security, pengunjung diluar jam berkunjung
menggunakan ID Card dan mengisi buku tamu.
4) Khusus perlindungan anak setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh dan
berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat
manusia.
3. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional.
1) Pemberian layanan kesehatan oleh Rumah Sakit secara aman anti diskriminatif dan
efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
Rumah Sakit yang bermutu sebagai bagian dari tata kelola klinis yang baik.
2) Memperoleh layanan kesehatan dalam assesmen kesehatan dan manajemen nyeri
untuk mengatasi nyeri pada pasien :
a. Semua pasien yang dilayani Rumah Sakit harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses assesmen yang baku.
b. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan, Undang-undang dan peraturan
yang berlaku dan bersertifikasi dapat melakukan assesmen.
c. Manajemen Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan manajemen nyeri
pasien secara komperehensif dan menetapkan proses untuk assesmen dan
pengolahan rasa nyeri sesuai dengan hak dan kebutuhan setiap pasien.
d. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap dilakukan skrining awal untuk rasa
nyeri dan dilakukan assesmen awal apabila ada rasa nyeri dengan
menggunakan deskripsi P Q R S T (P enyebab nyeri, Qualitas nyeri,
Lokasi dan Penyebaran, Tingkat nyeri dan Waktu Nyeri).
e. Pasien mengalami nyeri dilakukan assesmen lanjutan dan pengelolaan rasa
nyeri secara teratur dan efektif.
f. Penilaian dan pengelolaan derajat nyeri disesuaikan dengan usia dan kondisi
pasien seperti pasien neonates, bayi, anak, dewasa, geriatric, pasien bersalin,
dan pasien dengan penurunan kesadaran. Skala yang digunakan adalah
FLACSS (Face, Legs, Activity, Cry, Consolability Scale), Wong Baker Faces,
VAS/NRS (Visual Analogue Scale/Numeric Rating Scale), dan BPS (Behaviour
Pain Scale).
g. Pemantauan derajat nyeri dilakukan selama diberikan tatalaksana nyeri.
h. Rumah Sakit melakukan proses untuk berkomunikasi dan mendidik pasien dan
keluarga tentang pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya
dan kepercayaan antara agama masing-masing.
4. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
materi (Upaya perlindungan harta milik pasien).
1) Menyediakan petugas keamanan untuk meminimalisir resiko kehilangan barang-
barang milik pribadi serta aksesibilitas pengunjung yang tidak memiliki kepentingan
dengan pasien atau pelayanan Rumah Sakit.
2) Memelihara kondisi gedung, halaman dan peralatan Rumah Sakit untuk
menghilangkan resiko bahaya kehilangan bagi pasien, tenaga kesehatan dan
pengunjung Rumah Sakit.
3) Semua pasien yang dirawat dilarang membawa harta berharga yang berlebihan.
4) Pasien yang tidak mampu mengamankan barang miliknya atau tidak mampu
membuat keputusan mengenai barang pribadi dirinya ke Rumah Sakit akan
melindungi harta milik pasien yang telah diserah terimakan.
5) Rumah Sakit mengambil tanggung jawab untuk beberapa atau semua barang milik
pribadi pasien yang telah dibawa ke Rumah Sakit, ada proses mencatat nilai barang
tersebut, memastikan barang tersebut tidak akan hilang atau dicuri.
6) Proses ini berlaku pada pasien emergensi, pasien beda rawat sehari tidak memiliki
keluarga, dan pasien yang meminta untuk menitipkan harta miliknya kepada Rumah
Sakit.
5. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan, mengajukan usul,
saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya. Mengadukan Rumah
Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan tidak sesuai dengan standar,
mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Penyelesaian komplain/keluhan/konflik atau perbedaan pendapat pasien dan
keluarga.
1) Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan tentang keluhan terhadap pelayanan,
konflik atau dilemma lain bagi Rumah Sakit dan pasien.
2) Rumah Sakit telah mengidentifikasi dan menetapkan cara-cara mencari solusi
terhadap dilemma atau keluhan tersebut.
3) Petugas yang bertanggung jawab adalah penanggung jawab unit kerja, dan
koordinasi disaat jam kerja.
6. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
1) Rumah sakit mengatur tentang uraian tugas DPJP.
2) DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan
kesiapan pasien untuk pemulangan.
3) Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau
sesuai kebutuhan pasien.
4) DPJP harus melakukan visite setiap hari kepada pasiennya.
5) Pasien IGD, DPJP adalah dokter jaga IGD, setelah dilakukan konsul via telepon dan
dokter spesialis telah memberikan instruksi terapi, maka DPJP telah beralih ke dokter
spesialis.
7. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second
opinion) yang mempunyai Surat Ijin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah
Sakit.
Second Opinion
1) Pasien berhak untuk meminta second opinion dalam pelayanan medis terhadap
dirinya.
2) Pasien dibantu untuk mencari second opinion pada pelayanan medis baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit, apabila pasien/keluarga membutuhkan informasi
tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain, masih ragu-ragu terhadap
DPJP, apabila diagnosis meragukan.
3) DPJP harus mendukung setiap permintaan pasien untuk second opinion di dalam
atau di luar Rumah Sakit.
8. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya.
a. Pelayanan sesuai kebutuhan privasi pasien
1) Setiap pelayanan yang diberikan di RSUD Dayaku Raja harus menghormati
kebutuhan privasi pasien.
2) Semua staf memahami semua kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hak
privasi pasien dan dapat menjelaskan tanggung jawab mereka dalam melindungi
hak privasi pasien (saat wawancara klinis, pemeriksaan klinis, diagnosa medis,
pemeriksaan penunjang, prosedur/pengobatan dan transportasi).
b. Perlindungan terhadap kerahasiaan informasi pasien
1) Rumah Sakit menghormati informasi sebagai hal yang bersifat rahasia dan
menetapkan kebijakan dan prosedur untuk melindungi informasi tertulis, lisan,
elektronik maupun kombinasi tersebut dari kehilangan dan penyalahgunaan.
2) Rumah Sakit mengatur untuk tidak memasang informasi rahasia pasien di pintu
kamar pasien, nurse station, dan tidak membicarkannya ditempat umum.
3) Rumah Sakit menetapkan proses membuka rahasia pasien seijin pasien dan
keluarga.
4) Pembukaan atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam rekam medik
diperbolehkan dalam UU No 29 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut :
a) Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegak hukum misalnya,
Visum et repertum.
b) Atas permintaan pasien sendiri.
c) Untuk kepentingan kesehatan pasien itu sendiri.
d) Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya : undang-
undang wabah, undang-undang karantina, dan sebagainya.
9. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang diterimanya. Memberikan persetujuan atau menolak
atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang
dideritanya termasuk hak untuk memberikan persetujuan atau menolak menjadi bagian
dalam suatu penelitian kesehatan.
a. Informed Consent
1) Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
2) Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan
keputusan tersebut dan tersedianya alternative pelayanan dan pengobatan.
3) Pernyataan persetujuan dari pasien didapat melalui proses tindakan yang
ditetapkan Rumah Sakit yang dilaksanakan oleh staf yang terlatih dalam bahasa
yang dapat dipahami pasien.
4) Persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) diperoleh sebelum operasi,
anestesi, penggunaan darah/produk darah dan tindakan serta pengobatan lain
yang beresiko tinggi.
5) Untuk mendapatkan persetujuan, pasien harus diberikan penjelasan tentang hal
yang berhubungan dengan pelayanan yang telah direncanakan, terkait dnegan
keputusan persetujuan tersebut.
6) Batas waktu pemberlakuan persetujuan tindakan kedokteran selama tidak ada
perubahan masih dapat berlaku, jika ada perubahan/ada kemungkinan timbul
komplikasi/penyulit harus dijelaskan ulang dan menandatangani persetujuan
tindakan kedokteran/melakukan verifikasi.
b. Penolakan resusitasi atau Do Not Resuscitate (DNR)
1) Rumah Sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan
resusitasi dan membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.
2) Rumah Sakit memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati
keinginan atau pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi atau
memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar Do Not Resuscitate.
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
Pemberian informasi termasuk rencana pengobatan
1) Staf Rumah Sakit menerangkan dengan jelas tentang tindakan kepada pasien yang
meliputi :
a. Kondisi pasien usulan pengobatan
b. Nama individu yang memberikan pengobatan
c. Potensi manfaat dan kekurangannya
d. Kemungkinan alternative tindakan
e. Kemungkinan keberhasilan
f. Kemungkinan timbulnya masalah selama pemulihan
g. Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
h. Biaya pengobatan
2) Rumah Sakit memberikan informasi mengenai identitas pemberi pelayanan kepada
pasien baik tenaga keperawatan maupun tenaga medis.
Direktur,