Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

Jl. Prof. M. Yamin SH No.5 Telp (0751) 91118 – (0751) 91428 (Fax)

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
NOMOR : 801 / 227 / RSPr / KEP/DIR/VI / 2019

TENTANG
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN

MENIMBANG : a. bahwa Rumah sakit bertanggung jawab dan mendukung hak


dan kewajiban pasien dan keluarga selama dalam asuhan;
b. bahwa RSUD Pariaman menghormati hak pasien dan dalam
beberapa situasi hak istimewa keluarga pasien;
c. bahwa hak dan tanggungjawab pasien dan keluarga
merupakan elemen dasar dari semua kontak di rumah sakit,
stafnya, serta pasien dan keluarganya.
MENGINGAT : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2001 tentang Pedoman Kelembagaan dari Pengelolaan Rumah
Sakit Daerah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien;
6. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun
2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Pariaman;
7. Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 75 Tahun 2012
tentang Tata kelola Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman;
8. Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman
Nomor 188/046/RSPr/PER/DIR/I/2019 tentang Pedoman Tata
Naskah Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman;
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
PERTAMA : Merubah Lampiran .1 Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Pariaman Tentang Kebijakan Hak Dan Tanggungjawab
Pasien Dan Keluarga
KEDUA : Pelaksanaan hak pasien dan keluarga di RSUD Pariaman
berdasarkan Panduan dan SPO hak pasien dan keluarga
KETIGA : Ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah Pariaman Tentang Kebijakan Hak Dan
Tanggungjawab Pasien Dan Keluarga 801 / 183 / RSPr / KEP /
DIR/ VI / 2019 tidak berlaku lagi.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku selama dua tahun sejak tanggal ditetapkan
dan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini, akan diadakan perbaikan kembali sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Pariaman
Pada tanggal : 10 Juni 2019
Direktur RSUD Pariaman

dr. Indria Velutina, MARS


Nip : 19680622 200003 2 002

Lampiran I Surat Keputusan Direktur RSUD Pariaman


Nomor : 801/227/ RSPr / KEP/DIR/VI /2019
Tanggal : 10 Juni 2019
Perihal : Hak dan Tanggungjawab Pasien di RSUD Pariaman

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA


DI RSUD PARIAMAN

A. Hak Pasien dan Keluarga


Menurut Undang – Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Hak pasien dan Keluarga,
meliputi :

1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat.
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) yang berlaku baik di dalam
maupun di luar rumah sakit.
9. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya
termasuk data-data medisnya.
10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko, dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
15. Pasien berhak mengajukan usul,saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit
terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohan yang tidak sesuai dengan
agama atau kepercayaan yang dianutnya.
17. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabial rumah sakit di
duga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
atau pidana.
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

Kewajiban Pasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2018 Tentang
Kewajiban pasien dan keluarga, meliputi :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.
3. Menghormati hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya,
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peratutan perundang - undangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencan terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/ atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
B. Pelayanan Kerohanian
1. Rumah sakit menganjurkan untuk penggunaan sumber-sumber spritiual dan
memfasilitasi konsultasi ke penasihat spritual pilihan pasien.
2. Rumah sakit memfailitasi pasien untuk melakukan meditasi, beribadah, dan aktivitas
ritual keagamaan yang lain.
3. Petugas konseris bertugas melayani setiap pasien yang meminta pelayanan kerohanian
dan dicatat pada form permintaan pelayanan kerohanian.

C. Privasi Pasien
1. Seluruh staf di rumah sakit harus mengidentifikasi kebutuhan dan harapan pasien
terhadap privasi selama pelayanan dan pengobatan bagi pasien.
2. Staf rumah sakit menghormati privasi pasien dari staf lain, dari pasien lain, bahkan
dari keluarganya, seperti keinginan pasien untuk tidak bersedia difoto, direkam atau
berpartisipasi dalam wawancara.

D. Pernyimpanan Barang Milik Pasien


1. Pasien dilarang membawa barang berharga selama dirawat di Rumah Sakit Umum
Daerah Pariaman.
2. Petugas administrasi rawat inap yang bertanggung jawab memberi penjelasan kepada
pasien atau keluarga mengenai tata tertib dan prosedur penitipan barang.
3. Harta yang boleh dititipkan pasien kepada rumah sakit adalah gigi palsu, kacamata,
lensa kontak, prosthetics atau barang lainnya yang butuh diamankan pasien.
4. Pasien yang dilindungi harta bendanya adalah
a. Pasien emergensi / pasien tidak sadar.
b. Pasien yang tidak mampu mengamankan harta miliknya
5. Pasien yang meminta rumah sakit melindungi harta miliknya harus mengisi dan
menandatangani formulir penyimpanan barang.
6. Rumah Sakit bertanggungjawab menjaga harta milik pasien selama sampai pasien
atau keluarga mengambil kembali barang tersebut.

E. Identifikasi resiko kekerasan


1. Rumah sakit dan setiap staf bertanggung jawab melindungi pasien dari kekerasan
fisik baik dari pengunjung, pasien lain maupun dari staf rumah sakit.
2. Rumah sakit mengidentifikasi kelompok yang bereiko.
3. Kelompok yang melindungi rumah sakit meliputi bayi, anak – anak, penderita
cacat dan lanjut usia yang yang tidak mampu melindungi dirinya juga mendapatkan
perlindugan yang sama dari bahaya kekerasan fisik.
4. Petugas akan selalu memonitoring daerah – daerah yang sepi atau terpencil setiap
60-120 menit sekali dan segera memberikan respon cepat, tanggap, terhadap
serangan fisik yang muncul.
5. Satpam mengidentifikasi identitas setiap pengunjung.

F. Mendorong Partisipasi Pasien dan Keluarga Dalam Proses Asuhan


1. Rumah sakit menghormati hak pasien dan keluarga dalam beberapa situasi
2. Rumah sakit menyediakan informasi tertulis tentang Hak & Tanggung Jawab pasien
sesuai hak pasien menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
Tentang Rumah Sakit pasal 32
3. Pelaksanaaan pemberian informasi tentang hak dan tanggung jawab pasien telah
terpampang di Rumah Sakit
4. Sistem pelaksanaan pemberian informasi tentang hak dan tanggung jawab pasien
disediakan dalam format yang baku dan dijelaskan pada semua pasien dan keluarga
oleh petugas TPPRI (Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap) khususnya di rawat
inap
5. Format yang sudah difahami oleh pasien dan keluarga telah ditandatangani dan
dimasukkan dalam rekam medis pasien rawat inap.
6. Mencari Pendapat yang Kedua (Second Opinion) :
1. Pasien dan atau keluarga dapat meminta pendapat kedua (second opinion) atas
permintaan pasien sendiri atau karena DPJP menganjurkan agar pasien meminta
pendapat kedua (second opinion) kepada dokter yang lebih ahli atau kompeten
dibidangnya.
2. Pengaturan tentang mencari pendapat kedua (Second Opinion) akan diatur dalam
Standar Prosedur Operasional (SPO) tersendiri.

G. Pemberian Informasi Semua Aspek Asuhan dan Tindakan Medis Serta Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
a. Pelaksaan DPJP :
1. Penetapan DPJP untuk pasien rawat jalan ditentukan sendiri oleh pasien/ keluarga
setelah mendapat informasi dari petugas registrasi.
2. Penetapan DPJP untuk pasien rawat inap berdasarkan surat pengantar rawat inap
dari IGD atau poli rawat jalan.
3. Penetapan DPJP untuk pasien IGD ditentukan berdasarkan permintaan pasien atau
sesuai jadwal on call dokter spesialis
4. Bila dokter on call tidak bisa dihubungi, maka bisa dialihkan ke dokter spesialis
yang sedang praktek di poli saat itu.
5. DPJP untuk seorang pasien yang karena penyakitnya bisa memiliki lebih dari satu
dokter.
6. Proses penentuan DPJP tersebut ditulis dalam form penentuan DPJP
7. Pasien/ keluarga berhak mengetahui identitas dan informasi lainnya tentang DPJP
dan staf rumah sakit yang menangani pelayanan kesehatannya.

b. Pelaksanaan PPA :
I. Staf RS yang berhak memberikan asuhan adalah :
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
 Bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien selama seluruh waktu rawat
inap
 Melakukan review dan verifikasi terhadap rencana asuhan pasien
 Sebagai team leader rencana asuhan pasien
2. Perawat
3. Ahli gizi
4. Radiografer
5. Analis laboratorium
6. Apoteker/petugas farmasi
II. Catatan setiap perkembangan kondisi pasien sesuai dengan standar profesi
masing-masing
III. Buat rencana asuhan pasien dalam bentuk SOAP berdasarkan hasil asesmen

H. Proses untuk Menjawab Pertanyaan Kompetensi dan Kewenangan PPA


1. Wewenang kepada staf medis untuk menerima, menangani, memberikan layanan
klinis kepada pasien sesuai kualifikasinya
2. Rumah Sakit menetapkan proses penetapan ulang staf medis dan pembaharuan
kewenangan klinis paling sedikit setiap 3 (tiga) tahun, untuk penetapan
kewenangan klinis dilanjutkan dengan atau tanpa modifikasi kewenangan klinis,
sesuai hasil monitoring dan evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf medis
3. Rumah Sakit melaksanakan identifikasi tanggungjawab pekerjaan dan penugasan
klinis berdasarkan kredensial staf perawat sesuai peraturan perundang-undangan
4. Rumah Sakit melaksanakan identifikasi tanggungjawab pekerjaan dan penugasan
klinis berdasarkan kredensial professional pemberi asuhan (PPA) lainnya dan staf
klinis lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
I. Pasien yang Menolak Pelayanan Resusitasi, Menunda atau Melepas Bantuan Hidup
Dasar
1. Rumah Sakit menyediakan form DNR dan stiker warna ungu yang ditempel pada
gelang pasien jika ada pasien yang menolak resusitasi yang ditandatangani oleh
pasien langsung atau keluarga pasien dan didokumentasikan pada rekam medis pasien
2. Formulir DNR dipasang oleh petugas di tempat-tempat yang mudah dilihat seperti
headboard, bedstand, pintu kamar atau kulkas
3. Status DNR secara berkala ditinjau kembali dengan pasien atau walinya, revisi bila
ada perubahan keputusan yang terjadi dan catat dalam rekam medis. Bila keputusan
DNR dibatalkan, catat tanggal terjadinya dan stiker ungu pada gelang identitas pasien
langsung dicabut.
4. Perintah DNR dapat dibatalkan dengan keputusan pasien sendiri atau dokter yang
merawat, atau oleh wali yang sah.

J. Asesmen dan Manajemen Nyeri


1. Rumah sakit menghormati dan mendukung hak pasien dengan cara asesmen dan
manajemen nyeri oleh dokter dan perawat.
2. Staf rumah sakit memahami pengaruh pribadi, budaya dan sosial pada hak pasien
untuk melaporkan rasa nyeri, serta pemeriksaan dan pengelolaan nyeri secara akurat.
3. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk rasa sakit dan dilakukan
asesmen apabila ada rasa nyerinya.
4. Petugas yang terkait, membantu pasien dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
5. Fasilitas pengukuran nyeri pasien tersedia dalam bentuk skala nyeri dalam rekam
medis.
6. Keluhan pasien tentang nyeri harus diperhatikan, tidak boleh langsung dianggap
sebagai malingering (berpura-pura) dan dilanjutkan dengan pengukuran nyeri.
7. Pengukuran nyeri harus dilakukan secara berulang untuk memastikan kenyamanan
pasien dan membantu kesembuhan pasien.
8. Penatalaksanaan nyeri di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman, mencakup non-
farmakologis dan farmakologis.

K. Pelayanan Pasien pada Akhir Kehidupan


1. Rumah sakit melaksanakan pelayanan pasien terminal
2. Assesmen ulang dilakukan secara individual untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarga pasien apabila pasien mendekati kematian menyesuaikan kondisi kehidupan.
3. Pelaksanaan pelayanan pasien terminal oleh dokter dan perawat dilakukan sesuai kebutuhan
masing-masing pasien
4. Hasil pengkajian di dokumentasikan dalam rekam medis pasien.

L. Penanganan Pengaduan Pasien/ Keluarga


1. Pasien berhak meminta konsultasi dan menyelesaikan komplain, keluhan, konflik, dan
perbedaan pendapat.
2. Pasien diberitahu tentang proses menyampaikan keluhan, konflik atau perbedaan
pendapat.
3. Penyelesaian komplain dilaporkan oleh pasien / keluarga tim pejabat pengelola
informasi dan dokumentasi (PPID) RSUD Pariaman.
4. Keluhan, konflik dan perbedaan pendapat dilakukan investigasi oleh tim PPID
5. Pasien/ keluarga diikutsertakan dalam proses penyelesaian komplain keluhan, konflik,
dan perbedaan pendapat.

M. Pemberian informasi mengenai Hak dan Kewajiban Pasien dan keluarga kepada
setiap pasien
1. Petugas memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga
2. Pasien mengerti terhadap apa yang dijelaskan petugas dan menandatangani form
informasi hak dan kewajiban pasien dilembar rekam medik pasien
3. Petugas menandatangani form hak dan kewajiban pasien dan keluarga pada rekam
medis pasien
4. Petugas memberikan leaflet tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga

N. General Concent
1. Form general concent ditandatangani oleh pasien atau keluarga
2. Petugas Admission Rawat Inap bertugas mengenalkan identitas para dokter atau praktisi
yang lain yang bertanggung jawab melayani mereka dan jenis pelayanan yang ada
dirumah sakit
3. Yang berhak memberikan penjelasan tentang kondisi pasien dan rencana pengobatannya
adalah dokter.
4. Untuk pasien rawat jalan General consent diberikan setiap satu tahun sekali
5. Untuk pasien rawat inap general consent diberikan pada setiap pasien rawat inap dan
setiap kali pasien di rawat inap.
O. Persetujuan khusus/persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
1. Rumah Sakit menetapkan form persetujuan tindakan kedokteran jika ada pasien yang
akan dilakukan tindakan kedokteran dan didokumentasikan pada catatan rekam medis
pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan baik secara tertulis maupun
lisan
3. Persetujuan tindakan kedokteran secara tertulis wajib dilakukan terhadap tindakan
kedokteran yang mengandung resiko tinggi dan invasif
4. Dokter/ perawat menyampaikan agar pasien dan keluarganya mengetahui bagaimana
proses untuk mendapatkan persetujuan.
5. Pasien dan keluarganya berhak untuk berpartisipasi dalam keputusan pelayanannya.
6. Pihak yang dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah pasien sendiri
atau keluarga terdekat yaitu ; suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak kandung,
saudara kandungnya.
7. Anak yang dapat memberikan persetujuan tindakan jika berusia 18 tahun atau sudah
menikah
8. Untuk anak usia < 18 tahun dan belum menikah maka :
a. Jika salah satu orang tua anak meninggal maka yang berhak memberikan
informed consent adalah ibu kandung/ bapak kandung, kakak kandung, atau wali
anak tersebut
b. Jika kedua orang tua anak bercerai maka yang berhak memberikan informed
consent adalah ibu kandung/ bapak kandung yang memperoleh hak asuh, kakak
kandung, dan wali anak tersebut
c. Jika kedua orang tua anak meninggal, maka yang berhak memberikan informed
consent adalah kakak kandung dan wali anak tersebut
9. Pasien dan keluarganya diberitahu oleh dokter/ perawat tentang konsekuensi dari
keputusan mereka.
10. Pasien dan keluarganya diberi penjelasan tentang tanggung jawab mereka terkait
dengan keputusan tersebut.
11. Rumah sakit memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang tersediannya
alternatif pelayanan dan pengobatan.
12. Penerima informasi, memberikan persetujuan / penolakan atas rencana tindakan yang
akan dilakukan apabila sudah mendapat penjelasan terlebih dahulu dari dokter dan
telah mengerti atas informasi tersebut.
13. Penerima informasi adalah ;
a. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan
perundang-undangan atau telah pernah menikah, tidak terganggu kesadaran
fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu
membuat keputusan secara bebas.
b. Keluarga terdekat pasien adalah suami atau isteri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung dan saudara-saudara kandung atau penampunya.
c. Penerima informasi diberi kesempatan untuk bertanya kepada pemberi
informasi apabila penjelasan dokter belum di mengerti.
14. Dalam keadaan gawatdarurat yang memerlukan tindakan kedokteran segera untuk
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran
15. Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran yang diputuskan oleh dokter atau
dokter gigi dicatat dalam Rekam Medik
16. Pemberian penjelelasan wajib dilakukan sesegera mungkin setelah tindakan
kedokteran dilakukan kepada keluarga pasien dengan didampingi oleh seorang
petugas lainnya sebagai saksi.
17. Persetujuan tindakan kedokteran dilakukan oleh penerima informasi
18. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien atau
keluarga terdekatnya setelah adanya persetujuan atas tindakan kedokteran dan telah
menerima penjelasan ulang tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
19. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran dapat dilakukan sebelum tindakan
kedokteran
20. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan dengan tertulis

P. Penelitian
1. Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman tidak melakukan penelitian,
pemeriksaan/investigasi atau clinical trial yang melibatkan manusia sebagai
subjek menyediakan keterangan kepada pasien dan keluarganya tentang
bagaimana cara mendapatkan akses ke aktivitas tersebut.
2. Disebabkan karena rumah sakit tidak melakukan clinical trial maka rumah sakit
tidak memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang bagaimana
pasien yang berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis atau
percobaan klinis mendapatkan perlindungan.
Q. Donasi dan Transplantasi Organ
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman tidak melakukan donasi dan transplantasi
organ saat ini. Disebabkan karena rumah sakit tidak melakukan donasi dan transplantasi
organ, maka rumah sakit merujuk pasien yang akan melakukan tindakan tersebut ke
rumah sakit lain.

Ditetapkan di : Pariaman
Pada tanggal : 10 Juni 2019
Direktur RSUD Pariaman

dr. Indria Velutina, MARS


Nip : 19680622 200003 2 002

Anda mungkin juga menyukai