Jl. Prof. M. Yamin SH No.5 Telp (0751) 91118 – (0751) 91428 (Fax)
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
NOMOR : 801 / 227 / RSPr / KEP/DIR/VI / 2019
TENTANG
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN
Ditetapkan di : Pariaman
Pada tanggal : 10 Juni 2019
Direktur RSUD Pariaman
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang
berlaku di rumah sakit.
2. Pasien berhak memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa
diskriminasi.
4. Pasien berhak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional
5. Pasien berhak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi.
6. Pasien berhak mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapat.
7. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya
dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8. Pasien berhak meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada
dokter lain yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) yang berlaku baik di dalam
maupun di luar rumah sakit.
9. Pasien berhak mendapat privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya
termasuk data-data medisnya.
10. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan
medis, tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko, dan komplikasi yang
mungkin terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan
biaya pengobatan.
11. Pasien berhak memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan
dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14. Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
perawatan di rumah sakit.
15. Pasien berhak mengajukan usul,saran, perbaikan atas perilaku rumah sakit
terhadap dirinya.
16. Pasien berhak menolak pelayanan bimbingan rohan yang tidak sesuai dengan
agama atau kepercayaan yang dianutnya.
17. Pasien berhak menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabial rumah sakit di
duga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
atau pidana.
18. Pasien berhak mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan
standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Kewajiban Pasien
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 Tahun 2018 Tentang
Kewajiban pasien dan keluarga, meliputi :
1. Mematuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit
2. Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.
3. Menghormati hak pasien lain, pengunjung dan hak tenaga kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di rumah sakit.
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya,
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya.
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di
rumah sakit dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peratutan perundang - undangan.
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencan terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan/ atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
B. Pelayanan Kerohanian
1. Rumah sakit menganjurkan untuk penggunaan sumber-sumber spritiual dan
memfasilitasi konsultasi ke penasihat spritual pilihan pasien.
2. Rumah sakit memfailitasi pasien untuk melakukan meditasi, beribadah, dan aktivitas
ritual keagamaan yang lain.
3. Petugas konseris bertugas melayani setiap pasien yang meminta pelayanan kerohanian
dan dicatat pada form permintaan pelayanan kerohanian.
C. Privasi Pasien
1. Seluruh staf di rumah sakit harus mengidentifikasi kebutuhan dan harapan pasien
terhadap privasi selama pelayanan dan pengobatan bagi pasien.
2. Staf rumah sakit menghormati privasi pasien dari staf lain, dari pasien lain, bahkan
dari keluarganya, seperti keinginan pasien untuk tidak bersedia difoto, direkam atau
berpartisipasi dalam wawancara.
G. Pemberian Informasi Semua Aspek Asuhan dan Tindakan Medis Serta Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
a. Pelaksaan DPJP :
1. Penetapan DPJP untuk pasien rawat jalan ditentukan sendiri oleh pasien/ keluarga
setelah mendapat informasi dari petugas registrasi.
2. Penetapan DPJP untuk pasien rawat inap berdasarkan surat pengantar rawat inap
dari IGD atau poli rawat jalan.
3. Penetapan DPJP untuk pasien IGD ditentukan berdasarkan permintaan pasien atau
sesuai jadwal on call dokter spesialis
4. Bila dokter on call tidak bisa dihubungi, maka bisa dialihkan ke dokter spesialis
yang sedang praktek di poli saat itu.
5. DPJP untuk seorang pasien yang karena penyakitnya bisa memiliki lebih dari satu
dokter.
6. Proses penentuan DPJP tersebut ditulis dalam form penentuan DPJP
7. Pasien/ keluarga berhak mengetahui identitas dan informasi lainnya tentang DPJP
dan staf rumah sakit yang menangani pelayanan kesehatannya.
b. Pelaksanaan PPA :
I. Staf RS yang berhak memberikan asuhan adalah :
1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
Bertanggung jawab terhadap pelayanan pasien selama seluruh waktu rawat
inap
Melakukan review dan verifikasi terhadap rencana asuhan pasien
Sebagai team leader rencana asuhan pasien
2. Perawat
3. Ahli gizi
4. Radiografer
5. Analis laboratorium
6. Apoteker/petugas farmasi
II. Catatan setiap perkembangan kondisi pasien sesuai dengan standar profesi
masing-masing
III. Buat rencana asuhan pasien dalam bentuk SOAP berdasarkan hasil asesmen
M. Pemberian informasi mengenai Hak dan Kewajiban Pasien dan keluarga kepada
setiap pasien
1. Petugas memberikan informasi tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga
2. Pasien mengerti terhadap apa yang dijelaskan petugas dan menandatangani form
informasi hak dan kewajiban pasien dilembar rekam medik pasien
3. Petugas menandatangani form hak dan kewajiban pasien dan keluarga pada rekam
medis pasien
4. Petugas memberikan leaflet tentang hak dan kewajiban pasien dan keluarga
N. General Concent
1. Form general concent ditandatangani oleh pasien atau keluarga
2. Petugas Admission Rawat Inap bertugas mengenalkan identitas para dokter atau praktisi
yang lain yang bertanggung jawab melayani mereka dan jenis pelayanan yang ada
dirumah sakit
3. Yang berhak memberikan penjelasan tentang kondisi pasien dan rencana pengobatannya
adalah dokter.
4. Untuk pasien rawat jalan General consent diberikan setiap satu tahun sekali
5. Untuk pasien rawat inap general consent diberikan pada setiap pasien rawat inap dan
setiap kali pasien di rawat inap.
O. Persetujuan khusus/persetujuan tindakan kedokteran (informed consent)
1. Rumah Sakit menetapkan form persetujuan tindakan kedokteran jika ada pasien yang
akan dilakukan tindakan kedokteran dan didokumentasikan pada catatan rekam medis
pasien.
2. Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau
dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan baik secara tertulis maupun
lisan
3. Persetujuan tindakan kedokteran secara tertulis wajib dilakukan terhadap tindakan
kedokteran yang mengandung resiko tinggi dan invasif
4. Dokter/ perawat menyampaikan agar pasien dan keluarganya mengetahui bagaimana
proses untuk mendapatkan persetujuan.
5. Pasien dan keluarganya berhak untuk berpartisipasi dalam keputusan pelayanannya.
6. Pihak yang dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran adalah pasien sendiri
atau keluarga terdekat yaitu ; suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak kandung,
saudara kandungnya.
7. Anak yang dapat memberikan persetujuan tindakan jika berusia 18 tahun atau sudah
menikah
8. Untuk anak usia < 18 tahun dan belum menikah maka :
a. Jika salah satu orang tua anak meninggal maka yang berhak memberikan
informed consent adalah ibu kandung/ bapak kandung, kakak kandung, atau wali
anak tersebut
b. Jika kedua orang tua anak bercerai maka yang berhak memberikan informed
consent adalah ibu kandung/ bapak kandung yang memperoleh hak asuh, kakak
kandung, dan wali anak tersebut
c. Jika kedua orang tua anak meninggal, maka yang berhak memberikan informed
consent adalah kakak kandung dan wali anak tersebut
9. Pasien dan keluarganya diberitahu oleh dokter/ perawat tentang konsekuensi dari
keputusan mereka.
10. Pasien dan keluarganya diberi penjelasan tentang tanggung jawab mereka terkait
dengan keputusan tersebut.
11. Rumah sakit memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang tersediannya
alternatif pelayanan dan pengobatan.
12. Penerima informasi, memberikan persetujuan / penolakan atas rencana tindakan yang
akan dilakukan apabila sudah mendapat penjelasan terlebih dahulu dari dokter dan
telah mengerti atas informasi tersebut.
13. Penerima informasi adalah ;
a. Pasien yang kompeten adalah pasien dewasa atau bukan anak menurut peraturan
perundang-undangan atau telah pernah menikah, tidak terganggu kesadaran
fisiknya, mampu berkomunikasi secara wajar, tidak mengalami kemunduran
perkembangan mental dan tidak mengalami penyakit mental sehingga mampu
membuat keputusan secara bebas.
b. Keluarga terdekat pasien adalah suami atau isteri, ayah atau ibu kandung, anak-
anak kandung dan saudara-saudara kandung atau penampunya.
c. Penerima informasi diberi kesempatan untuk bertanya kepada pemberi
informasi apabila penjelasan dokter belum di mengerti.
14. Dalam keadaan gawatdarurat yang memerlukan tindakan kedokteran segera untuk
menyelamatkan jiwa pasien dan/atau mencegah kecacatan tidak diperlukan
persetujuan tindakan kedokteran
15. Keputusan untuk melakukan tindakan kedokteran yang diputuskan oleh dokter atau
dokter gigi dicatat dalam Rekam Medik
16. Pemberian penjelelasan wajib dilakukan sesegera mungkin setelah tindakan
kedokteran dilakukan kepada keluarga pasien dengan didampingi oleh seorang
petugas lainnya sebagai saksi.
17. Persetujuan tindakan kedokteran dilakukan oleh penerima informasi
18. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien atau
keluarga terdekatnya setelah adanya persetujuan atas tindakan kedokteran dan telah
menerima penjelasan ulang tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan
19. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran dapat dilakukan sebelum tindakan
kedokteran
20. Pembatalan persetujuan tindakan kedokteran harus dilakukan dengan tertulis
P. Penelitian
1. Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman tidak melakukan penelitian,
pemeriksaan/investigasi atau clinical trial yang melibatkan manusia sebagai
subjek menyediakan keterangan kepada pasien dan keluarganya tentang
bagaimana cara mendapatkan akses ke aktivitas tersebut.
2. Disebabkan karena rumah sakit tidak melakukan clinical trial maka rumah sakit
tidak memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang bagaimana
pasien yang berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis atau
percobaan klinis mendapatkan perlindungan.
Q. Donasi dan Transplantasi Organ
Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman tidak melakukan donasi dan transplantasi
organ saat ini. Disebabkan karena rumah sakit tidak melakukan donasi dan transplantasi
organ, maka rumah sakit merujuk pasien yang akan melakukan tindakan tersebut ke
rumah sakit lain.
Ditetapkan di : Pariaman
Pada tanggal : 10 Juni 2019
Direktur RSUD Pariaman