Anda di halaman 1dari 13

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03.04.

02
RUMAH SAKIT TINGKAT IV 03.07.04 GUNTUR

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. IV 03.07.04 GUNTUR


NOMOR : KEP / XI /2021
TENTANG
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENERAPAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT GUNTUR

Menimbang :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Guntur, maka
diperlukan penerapan hak dan kewajiban pasien terlaksana dengan maksimal;
b. Bahwa agar penerapan hak dan kewajiban pasien di Rumah Sakit Guntur dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Kepala Rumah Sakit Guntur
sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan di Rumah Sakit Tingkat IV
03.07.04 Guntur
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit Guntur.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 Pasal 31 tentang
kewajiban pasien pasal 32 tentang hak pasien
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 99 tahun 2004 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 tahun 2012 tentang wajib simpan rahasia
dokter.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 pasal 26 dan 27 tentang

kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : Keputusan kepala rumah sakit guntur tentang kebijakan proses pelayanan
yang seragam di rumah sakit guntur.
Kedua : Kebijakan proses pelayanan yang seragam di rumah sakit guntur.
Sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan, dan apabila di kemudian
Hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diaadakan
Perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Garut
Pada tanggal : 01 November 2021
Pgs.Kepala Rumah Sakit TK. IV 03.07.04
Guntur

dr. Feri Nirantara S., Sp.PD


Mayor Ckm NRP 11080096530284
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 03.04.02
RUMAH SAKIT TINGKAT IV 03.07.04 GUNTUR

Lampiran Keputusan Kepala


Rumah Sakit TK. IV Guntur
Nomor : / / 2021
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENERAPAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN


DI RUMAH SAKIT TK. IV GUNTUR

A. Kebijakan Umum
1. Hak pasien
a. Semua petugas di rumah sakit Guntur wajib mengetahui dan
melaksanakan penerapan hak dan kewajiban pasien.
b. Rumah sakit Guntur mengidentifikasi, menghormati agama dan nilai-nilai
kepercayaan pasien dan keluarga sesuai peraturan agama
(islam,Kristen,protestan,hindu dan budha) dan di dokumentasikan dalam
rekam medis.
c. Rumah Sakit Guntur melayani bimbingan mental dan rohani yang
dilaksanakan atas permintaan dari pasien/ keluarga oleh tim internal rumah
sakit Guntur dan tim eksternal ( Kerjasama dengan rohaniwan luar).
d. Rumah Sakit Guntur bertangguang jawab atas perlindungan barang milik
pasien yang dititipkan di rumah sakit. Rumah sakit mengidentifikasi
kelompok yang beresiko yang memerlukan pengawasan khusus dan perlu
di lindungi dari kemungkinan tindak kekerasan atau penganiyayaan fisik
selama di rawat di rumah sakit.
e. Rumah Sakit menghormati kebutuhan privasi pasien dan informasi pasien
bersifat rahasia, rekam medik hanya di buka untuk kepentingan pelayanan
kesehatan.
f. Rumah Sakit mendukung hak pasien dan keluarga untuk berperan serta
dalam proses keperawatan dan mendukung second opinion.
g. Rumah sakit menerima complain pasien sebagai hak pasien dan ditindak
lanjuti sesuai tingkat complain.
h. Rumah sakit mendukung proses pelayanan medis dan keperawatan sesuai
hak pasien dan keluarga untuk mendapatkan perawatan penuh rasa
hormat dan kasih sayang pada pasien terminal sampai saat menjelang
akhir kehidupannya.
i. Rumah sakit mendukung hak pasien dan keluarganya
menolak/menghentikan Tindakan resusitasi dan menolak/menghentikan
pengobatan.
2. Kebijakan tentang General consent
Adalah persetujuan umum yang diberikan oleh pasien pada saat mendapatkan
pelayanan di rumah sakit Tk. IV 03.07.04 Guntur.
General consent di pandu oleh petugas pendaftaran dengan ketentuan:

1) Pasien rawat jalan satu kali pada saat pertama kali daftar
2) Untuk rawat inap setiap kali pasien di rawat.

3. Informed consent
a. Rumah sakit memberlakukan General Consent terhadap pasien baru rawat
jalan dan pasien yang akan di rawat inap.
b. Informed Consent Tindakan medis/pemeriksaan beresiko dan penolakan
pengobatan serta penolakan Tindakan resusitasi di laksanakan denagn
tertulis dalam formulir informed consent.
c. Melibatkan pasien dan keluarga seusia prioritas penerima penjelasan yang
berkompeten dalam permohonan persetujuan.
d. Identifikasi petugas pemberi informed consent berupa nama, tanggal dan
tanda tangan.
e. Bila pemberi persetujuan tidak bisa baca tulis maka:
1) Petugas membacakan isi formulir informed consent.
2) Persetujuan pihak keluarga berupa cap jari.

B. Kebijakan Khusus
1. Kewajiban tentang pasien
Rumah sakit Tk. IV 03.07.04 Guntur menghormati dan melaksanakan
undang-undang RI No 44 tahun 2009 tentang 18 hak dan 10 kewajiban/
tanggung pasien.
Informasi mengenai hak dan kewajiban pasien pada saat awal pendaftaran di
rumah sakit. Rumah sakit memasang informasi mengenai hak dan kewajiban
pasien di tempat-tempat strategis sehingga pasien dan keluarga dapat
membaca setiap saat. Petugas rumah sakit seyogyanya selalu memperhatikan
dan mengingatkan mengenai hak dan kewjiban pasien.
a. Hak Pasien
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib peraturan yang berlaku di
rumah sakit.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
4) Memperoleh layanan Kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
prosedur oprasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang di dapatkan.
7) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang di deritanya kepada dokter
lain yang mempunyai Surat Ijin Prakitik (SIP) baik dalam mau pun di
luar rumah sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang di derita termasuk
data-data medisnya.
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara Tindakan
medis. Tujuan Tindakan medis, alternatif Tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap Tindakan
yang dilakukan serta perkiraan biyaya pengobatan.
11) Memberikan persetujuan atau menolak atas Tindakan yang akan di
lakukan oleh tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang di deritanya.
12) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
13) Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang di anutnya
selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.
14) Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama perawatan di
rumah sakit.
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit
terhadap dirinya.
16) Menolak pelyanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
dan kepercayaan yang di anutnya.
17) Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
memberikan pelyanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara
perdata ataupun pidana.
18) Mengeluhkan pelyanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peratuaran perundang-undangan.

b. Kewajiban Pasien
1) Memberikan informasi yang akurat dan lengkap tentang keluhan sakit
sekarang, Riwayat medis yang lalu, hospitalisasi, medikasi/pengobatan
dan hal-hal yang berkaitan dengan Kesehatan pasien.
2) Mengikuti rencana pengobatan yang di adviskan oleh dokter termasuk
intruksi para perawat dan professional Kesehatan yang lai sesuai
perintah dokter.
3) Memperlakukan staf rumah sakit dan pasien lain dengan bermartabat
dan hormat serta tidak melakukan Tindakan yang akan mengganggu
pekerjaan rumah sakit.
4) Menghormati privasi orang lain dan barang milik rumah sakit.
5) Tidak membawa alcohol , obat-oabatan yang tidak mendapat
persetujuan/ senjata kedalam rumah sakit.
6) Menghormati bahwa rumah sakit adalah area bebas rokok.
7) Mematuhi jam kunjungan dari rumah sakit.
8) Meninggalkan barang berharga di rumah sakit membawa hanya
barang-barang yang penting selama tinggal di rumah sakit.
9) Memastikan bahwa kewajiban finansial atas asuhan pasien di penuhi
sebagaimana kebijakan rumah sakit.
10) Bertanggung jawab atas Tindakan-tindakanya sendiri bila mereka
menolak pengobatan atau advis dokternya.
2. Setiap pasien baru di informasikan hak dan kewajiban pasien serta tata tertib
rumah sakit Guntur.
3. Rumah sakit Guntur mengidentifikasi dan menghormati nilai-nilai kepercayaan
pasien dan bila mungkin keluarganya. Hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai
dan kepercayaan pasien di identifikasi oleh petugas rumah sakit dalam
pemberian pelayanan Kesehatan. Bila nilai-nilai kepercayaan bertentangan
dengan prosedur atau Tindakan medic maka pihak rumah sakit tidak akan
memaksakan kehendak pelaksanaan Tindakan atau prosedur tersebut.
Konsekuensi dan tidak dilaksanakan Tindakan atau prosedur tersebut
seyogyanya menjadi tanggung jawab pasien dan keluarga.
Identifikai nilai-nilai kepercayaan pasien diantaranya:
- Menolak terapi dikarnakan kepercayaan.
- Menolak pulang hari tertentu karna kepercayaan.
- Menolak dilayani oleh petugas laki-laki atau perempuan.
- Menolak dilakukan imunisasi pada anaknya.
- Menolak di rawat secara medis dan mencari pengobatan alternatif
- Tidak makan jenis makanan tertentu seperti daging, ikan dll.
4. Rumah sakit Guntur melayani bimbingan mental dan rohani yang dilaksanakan
secara rutin oleh tim internal rumah sakit Guntur dan atas permintaan pasin/
keluarga oleh tim internal, dengan ketentuan:
1) Pelyanan kerohanian rutin oleh tim internal di atur sebagai berikut :
- Dilaksanakan pada jam kerja
- Pelaksanaan pelayanan kerohanian dilaksanakan sesuai jadwal
- Dilaksanakan kepada beberapa orang pasien tergantung pada kondisi
pasien
- Mendata, mengidentifikasi agama pasien yang akan di bombing.
- Prosesi pelayanan bimbingan harus sesuai dengan keyakinan pasien.
- Dilaksanakan 10 menit.
- Pelaksanaan tidak mengganggu pelayanan medis dan tidak
mengganggu ketertiban dan kenyamanan pasien lain.
2) Pelyanan kerohanian atas permintaan pasien/ keluarga oleh tim internal
di atur dengan ketentuan sebagai berikut :
- Dilaksanakan untuk pasien yang membutuhkan
- Dilaksanakan atas ijin perawat ruangan.
- Keluarga pasien mengisi formulir permohonan kegiatan kerohanian
- Diikuti maksimal 5 orang.
c. Penulisan identitas gelang pasien dengan jelas, terbaca dan tidak mudah
terhapus dengan menggunakan print out.
d. Apabila printer rusak/errorgelang identitas pasien bisa di tulis secara
manual, dan di print out ketika printer sudah baik.
e. Penulisan identitas pasien dilakukan di admisi (pada jam kerja) dan loket
pendaftaran (di luar jam kerja), kemudian diserahkan kepadapasien/
keluarga pasien.
f. Pemasangan gelang identitas pasien dilakukan oleh perawat IGD apabila
pasien akan dilakukan tindakan medis dan semua pasien yang akan
masuk ruang rawat inap melalui IGD.
g. Pemasangan gelang identitas pasien dilakukan oleh perawat poliklinik
apabila pasien akan dilakukan tindakan medis dan semua pasien yang
akan masuk ruang rawat inap melalui poliklinik.
h. Identifikasi pasien untuk poliklinik menggunakan kartu identitas berobat
pasien.
i. Khusus poliklinik hemodialisa, thalasemia dan bagian rontgen
BNOdipasang gelang identitas pasien oleh perawat hemodialisa,
thalasemia dan rontgen.
j. Pada pasien bayi baru lahir/neonatus pemasangan gelang identitas
dilakukan oleh perawat perinatologi atau IGD kemudian daftarkan
sesegera mungkindan mintakan gelang identitas bayi baru lahir yang
sudah di print out oleh keluarga pasien ke bagian admisi (pada jam kerja)
dan loket pendaftaran (di luar jam kerja).
a. Untuk bayi baru lahir kembar, identitas digelang diberi huruf
A1, A2 dan seterusnya untuk bayi pertama dan B1, B2 dan
seterusnya untuk bayi ke dua.
b. Jika ada bayi kembar lebih dari 2, diberi huruf C.D dan
seterusnya.
c. Penomoran berlaku utuk satu tahun :
1. A1, A2, ........... dst (bayi kembar pertama)
2. B1, B2, ........... dst (bayi kembar ke dua)
d. Untuk tahun berikutnya penomoran A,B di mulai dari angka
satu lagi (A1,A2, .........dst, B1, B2, .........dst)
k. Pasang gelang identitasdi tangan kanan bila tidak memungkinkan di
tangan kiri atau di kaki.
l. Pada pasien luka bakar yang tidak memungkinkan diidentifikasi dengan
gelang dan pasien alergi terhadap bahan baku gelang diidentifikasi
menggunakan foto.
m. Verifikasi identitas pasien dilakukan sebelum tindakan medis: pemberian
obat, darah atau produk darah, pengobatan, sebelum tindakan, sebelum
pemberian makan, pengambilan darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis.
n. Pada pasien
tanpaidentitasdantidaksadartanpakeluargadiberiidentitasdenganmemberik
annama Mr. X (jeniskelaminlaki-laki) dan Mrs. Y
(jeniskelaminperempuan).
- Urutan penamaan dan penomoran : Mr. X1, X2, ......dst, Mrs
Y1, Y2, ......dst dan berlaku untuk satu tahun.
- Untuk tahun berikutnya, penomoran untuk X, Y dimulai dari
nol lagi
- Cantumkan pukul berapa pasien mendaftar sesuai dengan
urutan penomorannya (X1, jam pendaftaran dan Y1,jam
pendaftaran)
o. Pelepasan gelang identitas dilakukan pada saat pasien sudah
menyelesaikan administrasi di ruang rawat inap, poliklinik hemodialisa,
thalasemia, rontgen dan di kamar jenazah untuk pasien yang meninggal,
gelang dipotong kecil-kecil dan dimasukkan sampah medis infeksius.

2. Peningkatan komunikasi yang efektif


a. Setiap instruksi via telepon harus dicatat, baca dan konfirmasi ulang
(CABAK) pada lembar formulir catatan lengkap perintah lisan/ melalui
telephon/ pelaporan hasil pemeriksaan kritis yang sudah disiapkan form
nya pada lembar rekam medik.
b. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi
c. Tulisan di sebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda
tangan (pada kesempatan berikutnya)
d. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA,
maka nama obat LASA harus di eja satu persatu hurufnya sesuai dengan
standar Nasional/Internasional.
e. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look a Like Sound a Like,
Look a Like, dan a Sound Like.
f. Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan misal ”ya sudah benar”. Konfirmasi tertulis
dengan tanda tangan pemberi yang harus diminta pada kesempatan
kunjungan berikutnya.
g. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, misal pemberi perintah tidak mau tanda tangan.
h. Pelaporan hasil pemeriksaan kritis diagnostik/penunjang dilakukan secara
hirarkhis selambat-lambatnya dalam waktu 1x24 jam.
i. Komunikasi efektif via telephon mengacu kepada IDASAR ( identitas, data
lengkap, situasi saat ini, assasmen dan rencana tindak lanjut ).
j. Instruksi via telephon boleh tidak dicatat/ditulis pada situasi yang tidak
memungkinkan seperti di OK, situasi gawat darurat di UGD dan HCU,
namun wajib mengulang kembali instruksi yang diberikan, apabila telah
sesuai dengan isntruksi dan telah dilakukan maka setelah itu dicatat dan
dikonfirmasi pada cap konfirmasi.
k. Ketentuan saat penulisan diberkas Rekam Medik, bagi petugas
paramedis maupun ketekhnisian medis dan psofesi lainnya wajib
mencantumkan hasil assesmen/implementasi di lembar formulir catatan
lengkap perintah lisan/ melalui telephon/ pelaporan hasil pemeriksaan
kritis yang sudah disiapkan form nya dengan tinta biru, sedangkan hanya
dokter yang menggunakan tinta hitam dalam penulisan maupun saat
memberi konfirmasi.

3. Peningkatan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai ( high alert )


a. Petugas farmasi mengidentifikasi Nama obat-obatan yang termasuk high
alert, elektrolit pekat, suhu penyimpanan obat maupun LASA/NORUM.
b. Petugas farmasi melakukan pelabelan obat-obatan yang perlu
diwaspadai:
i. Untuk high alert berwarna merah dengan tulisan ”HIGH ALERT” dan
”Periksa Kembali”.
ii. Elektrolit pekat berwarna merah bertuliskan”HIGH ALERT” dan
”Periksa Kembali”.
iii. Untuk LASA/NORUM berwarna kuning bertuliskan”HIGH ALERT” dan
”Periksa Kembali”.
iv. Untuk obat narkotika tidak diberi label high alert karena sudah ada
label tersendiri.
v. Untuk obat-obatan kemoterapi tidak dilakukan pelabelan, karena rumah
sakit tidak menyediakan obat tersebut.
c. Setiap depo farmasi harus memiliki daftar obat dan pedoman high alert.
d. Elektrolit pekat tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali depo
farmasi, ICU, IGD, OK dan ruang tindakan kebidanan.
e. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus
memastikan penyimpanan di lokasi dengan akses terbatas.
f. Pengukuran suhu ruangan, suhu kulkas dan kelembaban udara dilakukan
oleh petugas farmasi dua kali di pagi hari dan sore hari.
g. Penyimpanan obat high alert dipisahkan dengan obat lain diberi stiker
merah dan selotip merah di simpan di tempat aman dan tidak terlihat oleh
umum.
h. Penyimpanan obat High alert terdapat kartu stock di dalam lemari untuk
memantau jumlah pemasukan dan pengeluaran obat.
i. Tempat penyimpanan obat yang terlihat miripdan kedengaran mirip tidak
boleh diletakkan dalam satu rak atau disandingkan.
j. Tempat penyimpanan obat narkotika di tempat khusus yang memenuhi
syarat.
k. Setiap akan memberikan obat petugas menerapka prinsip 7 benar yaitu
benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara atau rute, benar pasien,
benar informasi dan benar dokumentasi.
l. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan pencampuran
obat dilakukan oleh petugas yang kompeten.
m. Untuk pemberian elektrolit pekat harus diketahui minimal oleh 2 orang dan
didokumentasikan ( tgl, jam, nama jelas dan tanda tangan ).

4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi termasuk
prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi/ dental.
a. Memastikan tindakan bedah dilakukan dengan benar pasien, benar lokasi
dan benar prosedur.
b. Tanda yang digunakan di rumah sakit Tk.IV Guntur adalah tanda ”V”.
c. Penandaan dengan menggunakan tinta permanen dan dilakukan di ruang
rawat inap kecuali untuk pasien cito penandaan dilakukan di IGD atau OK.
d. Proses penandaan dilakukan oleh dokter operator.
e. Verifikasi tepat lokasi, tepat prosedur serta tepat pasien operasi
didokumentasikan dalam daftar tilik keselamatan operasi (check list).
f. Keselamatan operasi (cheklist) menggunakan metode sign in, time out
dan sign out.
g. Pengecualian site marking pada tindakan operasi gigi sudah
menyebutkan nama gigi dan ditandai pada rontgen gigi atau diagram gigi.
h. Penandaan untuk bayi prematur menggunakan marker yang mudah
dihapus

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.


a. Hand hygiene /cuci tangan dilakukan oleh setiap atau semua petugas
rumah sakit Tk. IV Guntur, keluarga dan pengunjung yang berhubungan
langsung dengan pasien sesuai dengan ketetapan WHO.
b. Hand hygiene dengan air dan sabun dilakukan dengan waktu 40 – 60
detik.
c. Hand hygiene dengan hand scrub berbasis alkohol dilakukan dengan
waktu 20 - 30 detik.
d. Hand hygiene dilakukan dengan prinsip lima moment yaitu:
- Sebelum kontak dengan pasien.
- Sebelum melaksanakan tindakan aseptik.
- Setelah terkena cairan tubuh pasien.
- Setelah kontak dengan pasien.
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.
e. Cuci tangan dilakukan dengan perbandingan 6 kali menggunakan hand
scrub dan 1 kali menggunakan hand wash.
f. Program kerja kebersihan tangan.

6. Pengurangan resiko pasien jatuh


a. Assesmen awal pasien resiko jatuh dilakukan : di IGD, di poliklinik yang
melakukan tindakan medis dan di ruang rawat inap termasuk pada
pasien pasca operasi.
b. Assasment ulang dilakukan pada pasien: pasca operasi, pasien setelah
dilakukan tindakan medis, pasien yang mengalami perubahan fisik secara
signifikan.
c. Penilaian ( skrining ) resiko jatuh untuk pasien anak menggunakan skala
humpty dumty dan pasiendewasa menggunakan skala morse.
d. Pasien dengan resiko jatuh tinggi tempat tidur diberi penghalang dan
dipasang tanda (simbol) resiko jatuh warna kuning.
e. Pasien dengan resiko jatuh rendah tempat tidur dipasang tanda resiko
jatuh warna kuning.
f. Hasil penilaian dimonitor dan didokumentasikan dalam rekam medis.
g. Pelaporan insiden pasien jatuh dilakukan setiap bulan kepada PMKP.

Pgs.Kepala Rumah Sakit Tk. IV 03.07.04 Guntur

dr. Feri Nirantara S.,Sp.PD


Mayor Ckm NRP 11080096530284

Anda mungkin juga menyukai